Anda di halaman 1dari 3

FORUM MASYARAKAT PEDULI PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK

Sekretariat : Jalan Soekarno hatta 4A


Doko– Ngasem – Kab. Kediri
087759755269 – 085259723993

Nomor : 019/FMP3A/2023
Lamp : -
Perihal : Penanganan Kasus Gagal Kekerasan Seksual Terhadap Anak

Kepada
Yth. Kepala Divisi Propam POLRI
Di Jakarta

Dengan hormat,

Bahwa terkait dengan penanganan kasus tindak pidana kekerasan seksual yang
menimpa anak korban dengan identitas sebagai berikut :

Nama : SALMA PUTRI NAZNEEN


Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 10 Oktober 2015
Alamat : Cempaka Putih Barat Nomor 42 RT. 10 RW. 1,
Cempaka Putih – Jakarta Pusat. 66

Tindak Pidana tersebut terjadi di wilayah hukum Kepolisian Resor Metropolitan Jakarta
Pusat dan sudah dilaporkan pada kantor kepolisian setempat pada tanggal 18 Juni 2022
yang telah diterbitkan tanda bukti lapor dengan nomor
LP/B/1302/V/2022/SPKT/POLRES METROPOLITAN JAKPUS/ POLDA METRO JAYA.

Bahwa berdasarkan keterangan dari anak korban, pada tanggal 16 Juni Tahun 2022
saat siang hari yang bertempat di kediaman nenek tiri anak korban, anak korban
mendapatkan tindak asusila yang diduga dilakukan oleh paman korban yang bernama
HERI JUNAEDI. Hal serupa juga diterangkan oleh sang ibu yang membenarkan hal
tersebut bahkan anak korban memberikan keterangan bahwasannya ini merupakan
kejadian ke-5 (kelima) yang dilakukan pelaku terhadap dirinya. Sebagai akibat dari
tindakan tersebut, anak korban mengeluhkan nyeri saat buang air kecil dan juga
mengakui keluar darah dari kemaluannya.

Selain menderita luka secara fisik, anak korban juga mengalami trauma secara psikis
yang akan ia derita hingga dewasa. Mengingat ulah pelaku menimbulkan dampak yang
cukup besar bagi anak korban, tentu saja penanganan terkait kasus ini membutuhkan
perhatian ekstra dari setiap kalangan terlebih lagi para penegak hukum agar korban
mendapatkan keadilan yang semestinya.

Sebagai tindak lanjut dari laporan yang telah dibuat oleh anak korban yang diwakili oleh
Ibunya, Penyidik Kepolisian Resor Metropolitan Jakarta Pusat telah menganggil
beberapa saksi termasuk terlapor yakni HERI JUNAEDI. Namun terlapor sudah dua kali
tidak menghadiri panggilan penyidik hingga penyidik merasa kesulitan untuk melanjutkan
pemeriksaan atas kasus ini. Demikianlah isi dari isi surat pemberitahuan perkembangan
penyelidikan dengan nomor B/11911/XI/RES. 1.24./2022Restro JP tertanggal 28
November 2022.
Menurut hemat kami, tindakan penyidik terhadap kasus yang menimpa anak korban
terkesan sangat lambat dan terkesan abai dalam mengungkap kebenaran dalam kasus
ini. Hal ini dapat terlihat dari beberapa berkas pemberitahuan perkembangan
penyelidikan yang dikirimkan oleh Kepolisian Resor Metropolitan Jakarta Pusat selalu
mengalami kendala yang sama dan tidak ada tindakan lain yang diambil untuk
mengatasi hal tersebut.

Keterlambatan ini juga terlihat dengan tidak dilakukannya penahanan terhadap pelaku
hingga pelaku memiliki banyak waktu untuk melarikan diri dan kini Penyidik
mengeluhkan bahwa sang terlapor sudah tidak tinggal di alamat tersebut. Hal semacam
ini sungguh sangat disayangkan, mengingat berdasarkan ketentuan Pasal 20 Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(untuk selanjutnya disebut KUHAP) telah menyebutkan bahwa untuk kepentingan
penyidikan, penyidik atau penyidik pembantu berwenang untuk melakukan penahanan.

Lebih lanjut dalam Pasal 21 KUHAP bahwa penahanan dapat dilakukan dengan
berdasarkan bukti yang cukup dan adanya faktor pendukung lain yang salah satu
diantaranya adalah adanya kekhawatiran bahwa tersangka atau terdakwa akan
melarikan diri. Mengingat bahwa kasus yang menimpa anak korban merupakan tindak
pidana khusus maka dalam pembuktiannya pun harus menggunakan hukum acara yang
bersifat khusus.

Bahwa berdasarkan ketentuan dalam Pasal 25 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2022


tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual menyebutkan bahwa keterangan saksi dan
atau korban cukup untuk membuktikan bahwa terdakwa bersalah jika disertai dengan
satu alat bukti yang sah lainnya dan hakim memperoleh keyakinan bahwa benar telah
terjadi tindak pidana dan terdakwalah yang bersalah melakukannya.

Bahwa pada tanggal 18 Juni 2022 anak korban telah memberikan kesaksiannya kepada
penyidik dan pada hari hari yang sama juga dilakukan pemeriksaan visum serta hasil
visum juga sudah keluar. Berdasarkan praktiknya Visum Et Repertum dapat
diklasifikasikan sebagai alat bukti surat. Ketentuan mengenai alat bukti telah terpenuhi
dan seharunya terlapor HERI JUNAEDI dapat ditahan.

Sungguh sangat disayangkan melihat kinerja aparat penegak hukum yang terkesan
sembarangan hingga merugikan kepentingan pelapor yang seharusnya mendapatkan
pelindungan dan juga rasa aman serta kepastian hukum. Namun, harus dibuat
kebingunan karena tidak ada kejelasan mengenai perkembangan kasus tersebut.

Hal yang lebih memperihatinkan bagi kami, ketika penyidik berdalih bahwa kasus ini
mengalami keterlambatan karena tidak adanya saksi yang melihat dan mengetahui
bahwa korban diajak oleh terlapor. Dalil ini semakin menunjukkan bahwa penyidik yang
menangani kasus ini tidak memiliki kompetensi yang cukup dan kurang memahami
dengan baik tentang isi Undang-Undang tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual
sehingga merugikan kepentingan korban.

Tindakan yang dilakukan oleh Penyidik dalam kasus ini tidak dilakukan berdasarkan
kode etik yang harusnya dijalankan oleh para pejabat Polri. Buerdasarkan Pasal 7
Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2022 tentang Kode Etik
Prifesi dan Komisi Kode Etik Kepolisian Negara Republik Indonesia yang menyebutkan
bahwa, setiap pejabat Polri dalam Etika Kemasyarakatan wajib:
Bahwa karena ini merupakan kejahatan yang bersifat masif, maka dengan ini kami
mohon kepada Kepala Divisi Propam POLRI untuk :
a. Melakukan penyelidikan dan penyidikan kepada penyidik Bareskrim Polri yang
tidak professional dalam menangani kasus gagal ginjal akut yang pabriknya ada
di Kota Kediri ;
b. Menetapkan sebagai tersangka penyidik Bareskrim Polri yang tidak maksimal dan
bahkan tidak sungguh-sungguh dalam menangani kasus gagal ginjal akut yang
menjadi atensi Presiden Joko Widodo ;

Demikian surat ini disampaikan agar mendapat perhatian dan pelayanan sebagaimana
mestinya. Atas perhatiannya disampaikan terima kasih.

Kediri, 13 Januari 2023

Hormat kami,

JEANNIE LATUMAHINA ROY KURNIA IRAWAN DOMINIKUS KODA NURNI


HAYATI

Tembusan :
1. Menkopolhukam RI ;
2. Menteri Kesehatan RI ;
3. Komisi III DPR RI ;
4. Kepala Polisi Negara Republik Indonesia ;
5. Kapolda Jatim ;
6. Arsip.

Anda mungkin juga menyukai