Pengadilan Negeri Sumatera Utara yang mengadili perkara pidana pada tingkat
pertama dengan acara pemeriksaan biasa telah memutuskan sebagai berikut dalam perkara
Terdakwa:
Nama lengkap : Aipda Roni Saputra
Tempat, tanggal lahir : Medan, 14 Desember 1972
Umur : 50 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kebangsaan : Indonesia
Tempat tinggal : Jalan Haji Anif No.34 Medan Estate Kecamatan Percut Sei
Tuan Kabupaten Deli Serdang
Agama : Islam
Pekerjaan : Polisi
Terdakwa di dalam persidangan didampingi oleh Penasihat Hukumnya Hotman Paris
dan kawan-kawan pada Kantor HOTMAN PARIS & ASSOCIATES yang beralamat di
Komplek Ruko Lingkar Mas Permai Blok A No. 12 RT 005 / RW 007 Kecamatan Percut Sei
Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara berdasarkan Surat Kuasa Khusus
yang dibuat di Deli Serdang tertanggal 30 Agustus 2022.
Terdakwa ditahan :
1. Oleh Penyidik Polres Sumatera Utara sejak tanggal 05 Juli 2022 sampai dengan tanggal
25 Juli 2022.
2. Oleh Penuntut Umum ditahan sejak tanggal 25 Juli 2022 sampai dengan tanggal 04
Agustus 2022.
3. Perpanjangan penahanan oleh Penuntut Umum ditahan sejak tanggal 04 Agustus 2022
sampai dengan tanggal 25 Agustus 2022.
4. Oleh Pengadilan Negeri Medan ditahan sejak tanggal 25 Agustus 2022 sampai dengan
tanggal 25 September 2022.
Menimbang, bahwa atas tuntutan pidana Penuntut Umum tersebut, Terdakwa tidak
mengajukan pembelaan secara tertulis akan tetapi hanya mohon keringanan hukuman;
Menimbang, bahwa Terdakwa diajukan ke persidangan oleh Penuntut Umum didakwa
berdasarkan surat dakwaan No.Reg.Perkara: 01/Pid.Sus/2022/PN.Mdn tanggal 25 Agustus
sebagai berikut:
KESATU :
- Bahwa terdakwa AIPDA RONI SAPUTRA pada hari Senin tanggal 4 Juli 2022
sekira Jam 11.30 WIB atau setidak-tidaknya dalam tahun 2022, bertempat di ruko
Bintang Sejati Tehnik di Jalan Haji Anif No.28 Medan Estate Kecamatan Percut Sei
Tuan Kabupaten Deli Serdang atau setidak-tidaknya disuatu tempat yang termasuk
dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Medan, dengan sengaja dan dengan
direncanakan menghilangkan jiwa orang lain yang Bernama Aprilia Cinta.
Perbuatan tersebut dilakukan terdakwa dengan cara sebagai berikut :
- Bahwa pada hari Jumat tanggal 1 Juli 2022 sekira jam 10.00 WIB, korban datang ke
Polres Belawan, Medan, Sumatera Utara untuk menanyakan perihal
pertanggungjawaban perbuatan terdakwa yang saat itu tengah melaksanakan tugas
piket jaga tahanan. Korban meminta pertanggungjawaban kepada terdakwa karena
korban telah hamil selama 2 (dua) bulan, namun terdakwa tidak mau sehingga terjadi
pertengkaran hebat. Terdakwa pun mengatakan kepada korban Aprilia "nanti Senin
datang ke rumah saya, biar kita bicarakan”. Korban pun menyetujui hal itu.
- Bahwa selang tiga hari kemudian timbul niat terdakwa untuk menghabisi nyawa
korban dengan menggunakan pisau belati yang dimiliki oleh terdakwa.
- Bahwa pada hari Senin sekira jam 10.00 korban mendatangi tempat tinggal terdakwa.
Kemudian terdakwa mengajak korban dengan menggunakan sepeda motor merk
Honda warna hitam dengan nomor Polisi BK 2070 MP keliling. Sesampainya di ruko
terdakwa mengajak korban turun dari sepeda motor kemudian dari arah belakang
terdakwa menusuk korban dengan menggunakan pisau belati yang sudah disiapkan
dari rumah, mengenai kepala dan bagian dada korban sebanyak 2 (dua) kali dan perut
korban sebanyak 3 (tiga) kali, hingga korban meninggal dunia. Akibat perbuatan
tersebut korban menderita pendarahan dan meninggal dunia sebagaimana terurai dari
hasil visum at repertum yang dikeluarkan oleh dokter Sukma Wijaya, dokter pada
Puskesmas Deli Serang Nomor : VER-014/PUSKES DELI/SUMATERA UTARA
tanggal 4 Juli 2022 yang antara lain menyebutkan korban menderita pendarahan pada
bagian kepala dan perut yang mengakibatkan kematiannya.
- Perbuatan terdakwa diancan dengan pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 340
KUHP;----------------------------------------------------------------------------------------
DAN
KEDUA :
- Bahwa terdakwa AIPDA RONI SAPUTRA pada waktu dan tempat sebagaimana
tersebut pada dakwaan Kesatu diatas, dengan tanpa hak menguasai atau membawa,
menyimpan, sesuatu senjata penikam atau senjata penusuk.
Perbuatan tersebut dilakukan terdakwa dengan cara sebagai berikut :
- Bahwa pada hari senin sekitar jam 10.00 WIB terdakwa membawa pisau belati dari
rumah yang diletakkan diselipkan di balik baju terdakwa, selanjutnya pisau belati
tersebut digunakan oleh terdakwa untuk menghabisi nyawa korban Aprilia, padahal
terdakwa pada waktu membawa senjata pisau belati tidak mempunyai izin dari
pejabat yang berwenang.
- Perbuatan terdakwa diancam dengan pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat
(1) Undang-Undang Nomor 12/DRT/1951;----------------------------------------
Bahwa berdasarkan Pasal 143 ayat (2) KUHAP surat dakwaan harus memenuhi
syarat formil dan materil dan apabila surat dakwaan tidak memenuhi syarat
materil, maka surat dakwaan tersebut adalah batal demi hukum.
Bahwa setelah mempelajari surat dakwaan Penuntut Umum terhadap Terdakwa
dalam perkara a quo, maka sudah seharusnya surat dakwaan Penuntut Umum
batal demi hukum karena:
1) Dakwaan Penuntut Umum tidak jelas dan lengkap. Uraian tempus delicti dan
locus delicti di Dakwaan Kesatu dalam surat dakwaan perkara a quo tidak
dijelaskan secara jelas dan lengkap. Dalam dakwaan disebutkan “ Bahwa
pada hari Senin sekira jam 10.00 korban mendatangi tempat tinggal
terdakwa.” namun, tidak dijelaskan secara detail tanggal berapa dan alamat
dalam uraian tersebut. Selain itu pada uraian “…Sesampainya di ruko…” juga
tidak dijelaskan dengan lengkap locus delicti dan tempus delicti dari perkara a
quo. Jaksa Penuntut Umum hanya menyebutkan tempat kejadian tersebut di
ruko tetapi tidak menjelaskan secara pasti dimana tepatnya tempat
pembunuhan dilakukan. Bahwa hal ini menyebabkan dakwaan Penuntut
Umum adalah dakwaan yang kabur atau obscuur libele dan sudah sepatutnya
batal demi hukum.
Bahwa ketidak cermatan itu sangat jelas terlihat dalam dakwaan kesatu Primair,
khususnya mengenai waktu dan tempat kejadian (tempus dan locus delicti) tindak
pidana itu dilakukan. Untuk lebih jelasnya kami kutip sebagai berikut:
“…pada hari Senin tanggal 4 Juli 2022 sekira Jam 11.30 WIB atau setidak-
tidaknya dalam tahun 2022, bertempat di ruko Bintang Sejati Tehnik di Jalan
Haji Anif No.28 Medan Estate Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli
Serdang atau setidak-tidaknya disuatu tempat yang termasuk dalam daerah
hukum Pengadilan Negeri Medan…”
Berdasarkan pada pokok-pokok Eksepsi yang kami uraikan di atas, kiranya telah
cukup alasan hukum bagi Majelis Hakim Yang Mulia yang memeriksa dan
mengadili perkara a quo untuk menerima Eksepsi Terdakwa/Penasehat Hukum
Terdakwa seraya memberikan Putusan Sela dengan amarnya berbunyi sebagai
berikut:
1) Menerima Eksepsi Panasehat Hukum Terdakwa seluruhnya;
2) Menyatakan Dakwaan Penuntut Umum batal demi hukum.
3) Menyatakan terdakwa bebas dari segala dakwaan Penuntut Umum dan
mengeluarkan terdakwa dari tahanan.
4) Membebankan biaya perkara kepada negara.
ATAU :
Apabila Hakim Yang Mulia berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya
(ex aequo et bono).
Menimbang, bahwa berdasarkan alat bukti dan barang bukti yang diajukan diperoleh
fakta-fakta hukum sebagai berikut:
- Bahwa pada hari Jumat tanggal 1 Juli 2022 sekira jam 10.00 WIB, korban datang ke
Polres Belawan, Medan, Sumatera Utara untuk menanyakan perihal
pertanggungjawaban perbuatan terdakwa yang saat itu tengah melaksanakan tugas
piket jaga tahanan. Korban meminta pertanggungjawaban kepada terdakwa karena
korban telah hamil selama 2 (dua) bulan, namun terdakwa tidak mau sehingga terjadi
pertengkaran hebat. Terdakwa pun mengatakan kepada korban Aprilia "nanti Senin
datang ke rumah saya, biar kita bicarakan”. Korban pun menyetujui hal itu.
- Bahwa selang tiga hari kemudian timbul niat terdakwa untuk menghabisi nyawa
korban dengan menggunakan pisau belati yang dimiliki oleh terdakwa.
- Bahwa pada hari Senin sekira jam 10.00 korban mendatangi tempat tinggal terdakwa.
Kemudian terdakwa mengajak korban dengan menggunakan sepeda motor merk
Honda warna hitam dengan nomor Polisi BK 2070 MP keliling.
- Sesampainya di ruko terdakwa mengajak korban turun dari sepeda motor kemudian
mengajak korban pergi ke belakang ruko.
- Bahwa sempat terjadi perdebatan sebelum akhirnya dari arah belakang terdakwa
menusuk korban dengan menggunakan pisau belati yang sudah disiapkan dari rumah,
mengenai kepala dan bagian dada korban sebanyak 2 (dua) kali dan perut korban
sebanyak 3 (tiga) kali.
- Bahwa saksi Johnny Hutabarat mendengar korban berteriak dan langsung mendatangi
tempat kejadian perkara.
- Bahwa saksi Johnny Hutabarat melihat korban sudah tidak sadarkan diri, sedangkan
terdakwa langsung kabur menggunakan motornya.
- Bahwa pada hari senin sekitar jam 10.00 WIB terdakwa membawa pisau belati dari
rumah yang diletakkan diselipkan di balik baju terdakwa, selanjutnya pisau belati
tersebut digunakan oleh terdakwa untuk menghabisi nyawa korban Aprilia, padahal
terdakwa pada waktu membawa senjata pisau belati tidak mempunyai izin dari
pejabat yang berwenang.
- Bahwa Terdakwa telah mengakui fakta tersebut.
Setelah mendengar pembacaan tuntutan pidana (Requisitoir) yang diajukan oleh
Penuntut Umum yang pada pokoknya sebagai berikut:
1. Menyatakan terdakwa Aipda Roni Saputra, bersalah melakukan tindak pidana
perkosaan sebagaimana diatur dalam Pasal 340 KUHP dan Pasal 2 ayat (1) UU
Darurat No 12 Tahun 1951.
Setelah mendengar pembelaan Terdakwa dan atau Penasihat Hukum Terdakwa yang
pada pokoknya sebagai berikut:
Bahwa berdasarkan fakta hukum yang terungkap di persidangan sebagaimana
telah diuraikan di atas, maka Penasihat Hukum berpendapat perbuatan terdakwa
tersebut di atas secara kontekstual tidak memenuhi maksud dan tujuan dari unsur
ketiga dari Pasal 340 KUHP, atau menurut hemat Penasihat Hukum unsur ini tidak
terpenuhi oleh perbuatan Terdakwa. Oleh karena itu, terdakwa haruslah dinyatakan
tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
sebagaimana yang didakwakan dalam Dakwaan Kesatu tersebut yang mana berarti
perbuatan terdakwa merupakan bukan pembunuhan berencana melainkan
pembunuhan biasa seperti yang termuat dalam Pasal 338 KUHP yang berbunyi
“Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena
pembunuhan dengan pidana penjara paling lama 15 tahun”.
Berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan dan juga analisis
yang telah kami paparkan, maka kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa dengan
segala kerendahan hati kami, memohon kepada Majelis Hakim Pemeriksa Perkara a
quo untuk menjatuhkan Putusan dengan amar sebagai berikut:
1. Menerima Nota Pembelaan/Pledooi Penasihat Hukum Terdakwa AIPDA RONI
SAPUTRA untuk seluruhnya;
2. Menolak Surat Dakwaan yang masuk dalam Surat Tuntutan Nomor Reg.Perk :
01/Pn/Medan/07/2022
3. Menyatakan bahwa Terdakwa AIPDA RONI SAPUTRA, tidak dijatuhkan pidana
berdasarkan Pasal 340 KUHP melainkan Pasal 338 KUHP sebagai tindak pidana
pembunuhan biasa dengan menjatuhkan hukuman yang seringan-ringannya.
1. Barangsiapa;
2. Sengaja;
Menimbang, bahwa oleh karena dakwaan Penuntut Umum disusun secara kumulatif
maka selanjutnya Majelis Hakim mempertimbangkan dakwaan kedua sebagaimana diatur
dalam Pasal 2 ayat (1) UU Darurat No 12 Tahun 1951 yang unsur-unsurnya adalah sebagai
berikut:
1. Barang siapa.
2. Tanpa Hak.
Menimbang, bahwa oleh karena semua unsur dari Pasal 2 ayat (1) UU Darurat No 12
Tahun 1951 telah terpenuhi, maka Terdakwa haruslah dinyatakan telah terbukti secara sah
dan meyakinkan melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan dalam dakwaan kedua;
Menimbang, bahwa barang bukti senjata tajam berupa sebilah pisau belati, yang telah
dipergunakan untuk melakukan kejahatan dan dikhawatirkan akan dipergunakan untuk
mengulangi kejahatan, maka perlu ditetapkan agar barang bukti tersebut:
- Akibat perbuatan terdakwa, anak yang dikandung Korban turut meninggal dunia;
- Terdakwa sering tidak berterus terang selama proses pemeriksaan dan terdakwa juga
memberikan keterangan berbelit-belit sehingga mempersulit jalannya pemeriksaan;
Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa dijatuhi pidana, maka harus dibebani pula
untuk membayar biaya perkara;
Mengingat ketentuan Pasal 340 KUHP, Pasal 2 ayat (1) UU Darurat No 12 Tahun
1951, Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981, Undang-undang No.2 Tahun 1986 Jo Undang-
undang Nomor 8 Tahun 2004 tentang Peradilan Umum dan pasal-pasal lain dari peraturan
perundang-undangan yang berhubungan dengan perkara ini;
MENGADILI
- Senjata tajam berupa sebilah pisau belati dirampas untuk negara dan dimusnahkan
untuk tidak dapat dipakai kembali;