Anda di halaman 1dari 37

BAB III - METODOLOGI 37

BAB III

METODOLOGI

3.1 UMUM

Proyek pembangunan Sudetan Sungai Ciliwung ke Kanal Banjir Timur adalah

salah satu langkah strategis dalam rangka pengendalian banjir di DKI Jakarta.

Proyek sudetan berlokasi di Jatinegara – Jakarta Timur mulai dari Sungai

Ciliwung (struktur inlet) melintas Jalan Otista Raya menembus sepanjang Jalan

Otista 3 melintas Jalan D.I Panjaitan hingga Sungai Cipinang Kebon Nanas dan

berakhir di Kanal Banjir Timur (struktur outlet).

Gambar 3.1 Lokasi Proyek Sudetan Sungai Ciliwung ke Kanal Banjir Timur

JURUSAN TEKNIK SIPIL


BAB III - METODOLOGI 38

3.2 LINGKUP PEKERJAAN

Perencanaan dan konstruksi sarana/prasarana air yang berupa bangunan

inlet, outlet, drop struktur, temporary arriving shaft, pipa terowongan air, pintu

air, dan normalisasi sungai cipinang. Pekerjaan pembangunan sudetan atau

terowongan air dengan kapasitas 60 m³/det yang menghubungkan Sungai

Ciliwung dan Kanal Banjir Timur.

3.3 METODE KERJA

 Pekerjaan pembersihan lahan/stripping

 Pekerjaan secant pile, bore pile, dan sheet pile

 Pekerjaan galian struktur

 Pekerjaan jacking pipe

 Pekerjaan bangunan inlet, outlet, arriving shaft, dan normalisasi

3.4 LOKASI PEKERJAAN

Untuk lokasi pekerjaan ini dapat dibagi menjadi 4 bagian yaitu:

1. Area Inlet (Sungai Ciliwung)

2. Area Outlet (Sungai Cipinang)

3. Area Temporary Shaft (Otista)

4. Normalisasi Sungai Cipinang

Pekerjaan akan dimulai dari area outlet dan area inlet yang juga akan

digunakan sebagai starting point atau driving shaft pekerjaan terowongan.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


BAB III - METODOLOGI 39

Diagram alir pelaksanaan pekerjaan pengeboran:

Gambar 3.2 Diagram Alir Pekerjaan Pengeboran

Pada bab ini pembahasan lebih dalam akan mengarah pada metode

pelaksanaan Dinding Penahan Tanah jenis Secant Pile, dan juga metode

pelaksanaan Sudetan Sungai Ciliwung ke Kanal Banjir Timur.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


BAB III - METODOLOGI 40

3.5 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Secant Pile

Berikut merupakan diagram alir yang menjelaskan proses pelaksanaan

secant pile (primary dan secondary secant pile) dari tahap persiapan lahan

sampai tahap pengecoran.

.
SECANT PILE

PRIMARY SECANT PILE SECONDARY SECANT


PILE
PERSIAPAN LAHAN PERSIAPAN LAHAN

SURVEY & SETTING SURVEY & SETTING


OUT OUT
PENGEBORAN PENGEBORAN

PENGECORAN BETON PEMBESIAN BORE PILE

PENGECORAN BETON

Gambar 3.3 Diagram Alir Proses Pelaksanaan Secant Pile.

Pengerjaan secant pile (primary dan secondary pile) menggunakan metode

dry bore. Pengeboran dimulai dengan primary pile sampai selesai (Gambar

3.4) kemudian dilanjutkan pengeboran secondary pile (Gambar 3.5) dengan

arah pengeboran yang sama (Gambar 3.6).

JURUSAN TEKNIK SIPIL


BAB III - METODOLOGI 41

Gambar 3.4 Tahap pertama: pekerjaan Primary Secant Pile.

Gambar 3.5 Tahap kedua: Pekerjaan Secondary Secant Pile.

Gambar 3.6 Arah pengeboran Primary Secant Pile dan Secondary Secant Pile.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


BAB III - METODOLOGI 42

Berikut akan dijelaskan tahap-tahap pengerjaan secant pile dari tahap

persiapan lahan hingga pengecoran.

1. Persiapan Lahan (Survey/Pengukuran)

Pekerjaan pengukuran site ditujukan untuk memberi informasi

mengenai posisi atau elevasi site yang harus dikerjakan sesuai dengan

gambar rencana. Alat–alat pengukuran berupa meteran, waterpass, dan

theodolit untuk menentukan as, garis/bidang horizontal, dan vertikal yang

direncanakan dalam membantu pelaksanaan pekerjaan selanjutnya.

Gambar 3.7 Pengukuran Site Menggunakan Waterpass

JURUSAN TEKNIK SIPIL


BAB III - METODOLOGI 43

2. Survey dan Setting Out

Setting out dilakukan untuk menentukan titik-titik pengeboran agar

tepat sesuai dengan gambar rencana. Pekerjaan ini dilakukan oleh surveyor

dengan menggunakan meteran dan theodolite. Dan titik-titik pemancang

tersebut mengambil acuan dari benchmark yang sudah ditentukan pada

pekerjaan pengukuran site.

Tahap dari pekerjaan ini yaitu pertama surveyor menentukan titik

pengeboran pada site sesuai gambar rencana dengan theodolite. Terakhir

titik pengeboran itu ditandai (marking) dengan pasak kayu.

Gambar 3.8 Penetuan Titik Bor pada Site Menggunakan Theodolite

JURUSAN TEKNIK SIPIL


BAB III - METODOLOGI 44

3. Pekerjaan Pengeboran

a. Instal Casing ( Temporary Casing)

Untuk menahan agar lubang bor tidak longsor digunakan pipa selubung

baja (Casing). Pemasangan pipa selubung ke dalam lubang bor dilakukan

dengan cara memancang, menggetarkan, atau menekan pipa baja sampai

kedalaman yang ditentukan. Pemasangan casing dilakukan dengan alat

Vibro-Hammer.

Gambar 3.9 Pemasangan Casing Sementara

b. Pengeboran

Pengeboran dilakukan dengan sistem bor kering/dry drilling. Setelah

alat bor sudah dirakit dan titik bor sudah disiapkan, maka segera dapat

dilakukan pekerjaan pengeboran. Pengeboran menggunakan alat Soil

Auger dan Soil Bucket untuk tanah yang halus (soft), pasir (sand) sampai

tanah keras (hard layer). Apabila dalam pengeboran ditemukan batu

(rock) bisa di pakai Rock Auger atau Core Barrel.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


BAB III - METODOLOGI 45

Gambar 3.10 Pengeboran Tanah pada Titik Bor yang Sudah Disiapkan

c. Pengukuran Toe Level

Pengukuran kedalaman lubang Bor dilakukan dengan menurukan

measuring tape sampai ke dasar lubang bor. Di ujung measuring tape di

pasang plum dengan berat yang cukup agar memastikan measuring

tape sampai ke dasar bore hole.

Gambar 3.11 Pengukuran Toe Level

JURUSAN TEKNIK SIPIL


BAB III - METODOLOGI 46

d. Proses Pembersihan Lubang (Cleaning)

Tahap berikutnya adalah pekerjaan pembersihan dasar lubang bor dari

longsoran dan lumpur yang terjadi pada dasar lubang bor. Pekerjaan ini

mutlak harus dilakukan karena longsoran dan lumpur tersebut dapat

mempengaruhi daya dukung serta perilaku dari tiang bor. Pembersihan

lubang menggunakan cleaning bucket. Lubang sudah dianggap bersih jika

bahan yang terangkat dalam cleaning bucket berupa air.

4. Pembesian Secondary Secant Pile

Setelah pekerjaan pengeboran selesai, maka segera dilanjutkan dengan

pemasangan besi kranjang yang telah difabrikasi. Penulangan hanya

dipasang pada bagian secondary secant pile. Besi kranjang tersebut

digantung pada top casing dengan menggunakan hook dari rebar.

Gambar 3.12 Pembesian pada Secondary Secant Pile

JURUSAN TEKNIK SIPIL


BAB III - METODOLOGI 47

5. Pengecoran Secant Pile

a. Uji Slump

Sesaat sebelum pengecoran dan proses pengecoran berlangsung, uji

slump harus dilakukan. Tujuan dilakukannya uji slump adalah untuk

mengetahui mutu beton dari setiap mixer truck apakah sesuai dengan spek

yang direncanakan atau tidak. Hasil dari slump test akan diambil

sampelnya untuk diuji kembali di laboratorium.

Gambar 3.13 Uji Slump

JURUSAN TEKNIK SIPIL


BAB III - METODOLOGI 48

b. Casting Borepile dengan Pipa Tremi

Metode casting adalah dengan menggunakan pipa tremi. Ready mix

dituang melalui bucket yang berbentuk pipa corong. Panjang pipa tremi 2

m, 3 m, dan 1 m yang disambung.

Gambar 3.14 Casting Borepile dengan Pipa Tremi

JURUSAN TEKNIK SIPIL


BAB III - METODOLOGI 49

c. Pengecoran Secant Pile

Sebelum ready mix dituang terlebih dahulu cairan sejenis solar di

tuang ke dalam corong untuk melancarkan aliran ready mix dalam pipa

tremi. Casting akan dihentikan jika concrete sudah mencapai

minimum 300 mm diatas cut off level. Over cast dilakukan untuk

menghindari concrete yang bercampur dengan tanah/unsound

concrete sewaktu pencabutan casing. Pipa tremi akan dibuka secara

continue, tetapi tetap di jaga agar pipa tremi minimal 2 m tertanam di

bawah concrete level .

Gambar 3.15 Pengecoran Secant Pile

JURUSAN TEKNIK SIPIL


BAB III - METODOLOGI 50

3.6 Metode Pelaksanaan Sudetan

Berdasarkan letak geografis, trase terowongan dan data tanah maka metode

terowongan yang dipilih dan akan digunakan untuk pekerjaan penggalian

terowongan adalah metode terowongan mikro dengan sistem Earth Pressure

Balance (EPB) dengan sistem jacking.

Metode ini dilakukan dengan pengeboran terowongan dan diikuti dengan

pemasangan pipa dengan mendorong pipa mengikuti line yang telah dibuat

oleh mesin bor (jacking horizontal). Pekerjaan ini dilakukan secara simultan

dan terus menerus.

Pekerjaan pengeboran ini dimulai dari lokasi inlet dan outlet sebagai titik

awal pengeboran (driving shaft) dan berakhir di lokasi temporary arriving shaft

di otista 3.

Pelaksanaan terowongan akan dilakukan dengan memakai 2 mesin bor

terowongan tipe EPB. Pengeboran dimulai dari lokasi inlet dan outlet yang

dijadikan sebagai driving shaft, dan akan bertemu di lokasi temporary arriving

shaft sebagai closing pipa jacking yang berada di jalan otista 3.

Panjang total dari trase terowongan adalah ± 1.226 meter dan direncanakan

menggunakan RCP pipe 2 x dia. 3500 mm sehingga dibutuhkan ± 978 unit pipa

beton.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


BAB III - METODOLOGI 51

Pelaksanaan pekerjaan pengeboran dilakukan dengan sistem operasi komputer,

mulai dari pengeboran, jacking, pelumasan maupun grouting. Setelah pekerjaan

driving shaft pada lokasi inlet dan outlet selesai, maka pekerjaan terowongan

dapat dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:

1. Pemancangan steel sheet pile dan cofferdam sebagai proteksi untuk

menutup masuknya air sungai ke lokasi arriving shaft dan pemancangan

bore pile untuk mencegah runtuhnya tanah asli terutama di sekitar area

entrance ring saat mulai beroperasinya pipa jacking.

2. Setelah itu lantai kerja dan pelat beton dapat dikerjakan dan diinstal

pompa untuk pekerjaan dewatering. Kondisi driving shaft dan arriving

shaft dijaga selalu dalam kondisi kering untuk memudahkan pekerjaan dan

menghindari kerusakan mesin bor an jacking dari terendam air.

Gambar 3.16 Pembuatan Lantai Kerja, dan Pelat Beton

JURUSAN TEKNIK SIPIL


BAB III - METODOLOGI 52

3. Setelah konstruksi pelat beton selesai dikerjakan, maka konstruksi thrust

wall atau dinding reaksi dapat dikerjakan, dinding reaksi dibangun sebagai

transmisi dan penyebaran reaksi gaya jacking ke tanah.

Gambar 3.17 Pembuatan Thrust Wall

4. Entrance ring dengan rubber seal dipasang, kemudian beton cor untuk

membentuk entrance wall. Tujuannya adalah untuk menutup masuknya air

tanah dan tanah selama pipa jacking beroperasi, dan dilanjutkan dengan

pekerjaan instalasi peralatan jacking.

Gambar 3.18 Pembuatan Entrance Ring dan Instalasi Peralatan Jacking

JURUSAN TEKNIK SIPIL


BAB III - METODOLOGI 53

5. Setelah peralatan jacking selesai diinstal, untuk selanjutnya dihubungkan

dengan Operation board dari sistem EPB, kemudian power dan kabel

kontrol dihubungkan ke operation board, power supply utama dan

peralatan pendukung lainnya.

Gambar 3.19 Ruang Kontrol

6. EPB Shield diturunkan dan diinstal, kemudian dilakukan uji EPB Shield

untuk memastikan semua sistem siap beroperasi, seperti memutar cutter

head, menjalankan slime pump. Uji jacking dilakukan dengan

memanjangkan jack utama mendorong EPB Shield ke muka tunnel hingga

mencapai akhir stroke 3000mm.

Gambar 3.20 Instalasi EPB Shield

JURUSAN TEKNIK SIPIL


BAB III - METODOLOGI 54

7. Setelah EPB Shield dan alat jacking siap dioperasikan, maka pekerjaan

terowongan dapat dimulai, pipa beton diturunkan satu persatu, kemudian

di jacking mengikuti line yang telah dibentuk oleh EPB Shield, proses

pengeboran dan jacking pipe dilakukan secara bersamaan.

Gambar 3.21 Proses Pekerjaan Pengeboran dan Jacking Pipe

8. Selama proses driving berlangsung operator mengontrol kecepatan

jacking, torsi dari cutter head, laju aliran slime, tekanan slime didepan

shield, tekanan tanah dan kemiringan dari EPB Shield. Lubricant dipompa

terus menerus melalui invert-hole pada pipa beton untuk mengurangi

gesekan antar permukaan luar pipa jacking dengan tanah yang

mengelilinginya, sehingga besaran gesekan akan tereduksi.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


BAB III - METODOLOGI 55

9. Untuk menjadikan sebuah terowongan pipa-pipa beton dihubungkan

dengan steel collars, rubber gaskets, dan jacking transformer.

10. Selama atau sebelum pelaksanaan jacking pipa, receiving shaft dibuat

untuk mengangkat kembali EPB Shield dan sebagai closing dari pekerjaan

terowongan. Dimana dimensi pipa beton penutup akan didesain sesuai

dengan yang dibutuhkan.

Gambar 3.22 Pengangkatan EPB Shield

11. Sesaat sebelum EPB Shield sampai di arriving shaft (± 300mm),

pelaksanaan jacking diberhentikan. Dan dilakukan pengecekan letak EPB

Shield dengan mengebor lubang kecil melewati dinding depan dari

arriving shaft, sekaligus memastikan arriving shaft tidak kemasukan air

tanah. Exit ring, rubber seal, dan guide rail di set untuk menerima EPB

Shield. Setelah memecahkan dinding arriving shaft maka EPB Shield

diangkat ke permukaan dan dipindahkan.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


BAB III - METODOLOGI 56

12. Pekerjaan finishing dari pipa jacking adalah dengan melakukan grouting

yang dikerjakan dengan sistem tekanan melalu invert-hole yang telah

disiapkan pada pipa beton.

Gambar 3.23 Pekerjaan Grouting

3.7 METODE PERHITUNGAN PERKUATAN DINDING

Terdapat 2 metode perhitungan yang digunakan untuk membantu

menyelesaikan perhitungan, yaitu program geoteknik BMCOLPY/G dan

PCACOL. Dimana program BMCOLPY/G merupakan program yang dipakai

untuk menganalisis dinding penahan tanah beserta perkuatannya, dan dari

analisa software ini akan dihasilkan momen-momen, gaya geser, gaya tahan

lateral, dan net reaction.

Beban-beban yang dihasilkan dari program BMCOLPY/G akan digunakan

untuk menjadi input pada program PCACOL. Dari PCACOL ini dapat

diketahui apakah desain aman atau tidak aman digunakan. Berikut merupakan

pengertian dan tahapan dari program BMCOLPY/G dan PCACOL.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


BAB III - METODOLOGI 57

3.7.1 Software BMCOLPY/G

Software BMCOLPY/G merupakan program yang digunakan

untuk menyelesaikan persamaan diferensial pada dinding penahan

tanah. Input yang dibutuhkan dalam program ini adalah gaya tekanan

tanah, beban luar, dan gaya tekanan air, dan juga gaya angkur. Beban

luar dapat berupa beban terpusat maupun beban terdistribusi sepanjang

dinding penahan tanah. Dinding penahan tanah dipengaruhi juga

dengan kekakuan dinding penahan tanah (EI).

3.7.1.A Lengkung P-Y pada BMCOLPY/G

Teori yang diterapkan pada BMCOLPY/G adalah teori lengkung

p-y yang dicetuskan oleh Matlock, 1970; Reese et al., 1974; Reese

dan Welch, 1975; Bhushan et al., 1979.

a. Lengkung p-y untuk tanah tak berkohesi (pasir)

Dasar teoritis dari lengkung p-y adalah persamaan diferensial

untuk dinding penahan tanah yang terbebani secara lateral dengan

mengasumsikan bahwa dinding penahan bersifat elastis, berikut

adalah persamaan:

Dimana EI adalah kekakuan dinding penahan, y adalah defleksi

lateral dinding penahan pada titik x sepanjang dinding penahan, P

aadalah beban aksial pada dinding penahan dan p adalah reaksi

tanah per satuan panjang. p = ky. Dimana k adalah modulus tanah.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


BAB III - METODOLOGI 58

Penyelesaian untuk persamaan (3.1) dapat didapatkan jika modulus

k diasumsikan sebagai fungsi x dan y.

Langkah-langkah pengerjaan lengkung p-y untuk tanah tak

berkohesi:

 Step 1

Lakukan tes tanah untuk mengetahui nilai friksi (ϕ) dan berat
jenis (γ) tanah pada lapangan.
 Step 2

Hitung faktor-faktor berikut:

( )

Pcr diaplikasikan untuk kedalaman dari permukaan tanah

sampai kedalaman kritis xr dan Pcd diaplikasikan untuk

kedalaman dibawah kedalaman kritis.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


BAB III - METODOLOGI 59

 Step 3

Tentukan kedalaman untuk menggambar lengkung p-y.

Bandingkan kedalaman ini (x) dengan kedalaman kritis (xr)

yang didapatkan dari step 2 kemudian tentukan apakah nilai

Pcr dan Pcd dapat diaplikasikan.

 Step 4

Hitung nilai

dimana B1 diambil dari tabel 3.1 dan Pc adalah Pcr untuk

kedalaman diatas titik kedalaman kritis dan Pcd untuk

kedalaman dibawah titik kedalaman kritis.

dimana B adalah lebar dinding penahan tanah

JURUSAN TEKNIK SIPIL


BAB III - METODOLOGI 60

Gambar 3.24 Mendapatkan nilai xr dan menentukan lengkung p-y. (a)

Mendapatkan nilai xr pada titik psinggung pcr dan pcd, (b) Menentukan

lengkung p-y

A1 diambil dari tabel 3.1

JURUSAN TEKNIK SIPIL


BAB III - METODOLOGI 61

Tabel 3.1 Nilai Koefisien A1dan B1


( )

JURUSAN TEKNIK SIPIL


BAB III - METODOLOGI 62

 Step 5

(i) Tentukan titik yk pada axis y di grafik 3.1b. subtitusi nilai

yk sebagai y di persamaan (3.16) untuk menentukan nilai

p. Nilai p ini akan menentukan titik k. hubungkan titik k

dengan titik origin O; maka akan didapat garis O-k

(gambar 3.3b)

(ii) Tentukan titik m untuk nilai ym dan pm dari persamaan

(3.9) dan (3.8).

(iii) Lalu hubungkan menjadi garis parabola antara titik k

dan m dengan menggunakan persamaan (3.6)

(iv) Tentukan titik u dari nilai yu dan pu di persamaan (3.10)

dan (3.11).

 Step 6

Ulangi langkah-langkah di atas untuk kedalaman yang

bervariasi agar mendapatkan lengkung p-y pada setiap

kedalaman di bawah permukaan tanah.

b. Lengkung p-y untuk tanah berkohesi (lempung)

Perhitungan lengkung p-y untuk tanah berkohesi diajukan oleh

Matlock (1970). Diagram momen dengan beban yang bervariasi telah

didiferensiasikan dan diintegrasi dua kali untuk mendapatkan lengkung

p-y.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


BAB III - METODOLOGI 63

Berikut ini adalah langkah-langkah pengerjaan lengkuung p-y untuk

tanah lempung lunak sampai lempung keras.

Pengerjaan lengkung p-y untuk tanah lempung lunak:

 Step 1

Lakukan tes tanah untuk mengetahui nilai friksi (ϕ) dan berat jenis

(γ) tanah pada lapangan.

 Step 2

Hitung faktor berikut

dimana

xr = kedalaman kritis dibawah permukaan tanah

B = lebar dinding penahan tanah

γ = berat jenis tanah

Cu = undrained strength dari lempung

J = faktor empiris

Berdasarkan penelitian, Matlock (1970) menyarankan J = 0,5

untuk lempung lunak dan J = 0,25 untuk lempung keras.

dimana

Nc = faktor kapasitas bearing

x = kedalaman dibawah permukaan tanah

JURUSAN TEKNIK SIPIL


BAB III - METODOLOGI 64

 Step 3

Tentukan titik kedalaman yang akan digambar lengkung p-y.

bandingkan dengan kedalaman kritis xr dan tentukan apakah

persamaan (3.18) atau (3.19) untuk menghitung Nc. Lalu

hitung nilai untuk lengkung p-y (grafik 3.2)

 Step 4

Hitung:

dimana pu = daya dukung ultimate tanah per satuan panjang

dinding penahan tanah. Defleksi yc pada daya dukung tanah

pu memiliki hubungan pada tegangan ɛc pada saat tegangan

maksimum yang dihasilkan dari uji triaxial laboratorium.

Gambar 3.25 Lengkung p-y untuk lempung lunak ke lempung keras

JURUSAN TEKNIK SIPIL


BAB III - METODOLOGI 65

Berdasarkan hasil laboratorium, Matlock (1970)

merekomendasikan nilai ɛc: (1) 0,005 untuk lempung

berkapur, (2) 0,02 untuk lempung disturbed atau lempung

remolded atau untuk sedimen unconsolidated, dan (3) 0,01

untuk lempung terkonsolidasi normal.

 Step 5

Bentuk lengkung p-y (grafik 3.2) ditentukan oleh persamaan

berikut:


Jika hasil laboratorium undrained triaxial compression

tersedia, maka bentuk dari lengkung p-y diperoleh dari

lengkung load-setlement.

Efek dari pembebanan pada lengkung p-y pada grafik 3.2

dapat disatukan menggunakan beberapa cara:

(1) x1 ≥ xr : potong lengkung p-y pada

(lengkung b).

(2) x1 < xr : hubungkan titik B ke C lalu gambar gari

horizontal (lengkung c). Titik C memiliki hubungan

dengan defleksi lateral y = 15yc dan p = 0,72pu x1/xr.

(3) x1 = 0 : hubungkan titik B ke titik dimana y = 15yc

(lengkung d). Dengan asumsi bahwa y ≥ 15yc, daya

dukung tanah cenderung nol.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


BAB III - METODOLOGI 66

 Step 6

Ulangi langkah-langkah di atas untuk kedalaman yang

bervariasi agar mendapatkan lengkung p-y pada setiap

kedalaman di bawah permukaan tanah.

c. Pengerjaan lengkung p-y pada tanah lempung keras

Menurut Reese dan Welch (1975), lengkah-langkah membuat

lengkung p-y untuk dinding penahan tanah yang terbebani secara

lateral pada tanah lempung keras meliputi langkah-langkah

sebagai berikut:

 Pembebanan statis jangka pendek

 Step 1

Tentukan estimasi terbaik dari: undrained shear strength Cu

dan kedalamannya, berat jenis efektif γ’ dan kedalamannya,

dan nilai hubungan antara tegangan dengan setengah harga

daya dukung tanah (50). Jika nilai 50 tidak tersedia, gunakan

nilai 0,005 atau 0,0010; semakin besar nilai 50, maka

semakin konservatif. Jika tidak terdapat lengkung tekanan-

tegangan, nilai 50 dapat diperoleh dari tabel berikut.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


BAB III - METODOLOGI 67

Undrained Shear strength,


ε50 [%]
cu [kN/m2]

<12 0.02

12-24 0.02

24-48 0.01

48-96 0.006

96-192 0.005

>192 0.004

Tabel 3.2 Hubungan Antara Cu dengan 50

 Step 2

Daya dukung ultimate tanah per satuan panjang dinding

penahan tanah pu harus lebih kecil dari nilai yang didapat dari

dua persamaan berikut:

( )

Dimana:

γ' = rata-rata berat jenis efektif tanah dari permukaan

tanah sampai kedalaman x

cu = rata-rata undrained shear strength dari permukaan

tanah sampai kedalaman x

B = lebar dinding penahan tanah

JURUSAN TEKNIK SIPIL


BAB III - METODOLOGI 68

 Step 3

Hitung defleksi y50 pada tegangan dengan setengah harga

daya dukung tanah dengan persamaan:

 Step 4

Titik yang menunjukkan lengkung p-y didapatkan dari

persamaan:


untuk y lebih besar dari 16y50

 Pembebanan siklis

 Step 1

Gunakan lengkung p-y yang didapatkan dari pembebanan

statis jangka pendek.

 Step 2

Estimasi berapa kali pembebanan lateral akan diaplikasikan

pada dinding penahan tanah.

 Step 3

Untuk beberapa nilai p/pu,dapatkan nilai C1 dan C2 dengan

menggunakan data dari tes laboratorium dan persamaan

berikut:

JURUSAN TEKNIK SIPIL


BAB III - METODOLOGI 69

Dimana:

c= tegangan setelah N putaran pembebanan yang berulang-

ulang

I = tegangan pada pembebanan awal

C1 didapatkan dari persamaan (3.28) jika hasil tes

laboratorium tidak tersedia:

Dimana:

⁄ ⁄ = ratio tekanan

 Step 4

Pada nilai p berhubungan dengan nilai ⁄ yang terpilih

untuk step 3, hitung nilai baru dari y untuk pembebanan siklis

dengan persamaan:

Dimana:

yc= defleksi setelah N putaran pembebanan yang berulang-

ulang

ys = defleksi pada saat pembebanan awal

C1= parameter yang menjelaskan mengenai efek pembebanan

yang berulang pada defleksi dinding penahan tanah dan

nilainya sama dengan 9,6R4

N = jumlah putaran pembebanan yang berulang

JURUSAN TEKNIK SIPIL


BAB III - METODOLOGI 70

3.7.1.B Menjalankan Program BMCOLPY/G

a. Input data-data yang telah didapat dari perhitungan tekanan

tanah, kekauan dinding penahan tanah (EI), dan gaya pada

angkur.

b. Jalankan program BMCOLPYL sehingga didapat output yang

merupakan hasil defleksi, momen, shear, dan net raction di

sepanjang dinding penahan tanah.

3.7.2 PROGRAM PCACOL

Input yang digunakan pada program PCACOL adalah momen

maksimum, beban berat sendiri dinding penahan tanah dan gaya

angkur, jumlah dan ukuran dari tulangan dinding penahan tanah yang

digunakan, dan dimensi dari dinding penahan tanah yang ditinjau.

Langkah-langkah untuk menjalankan togram PCACOL adalah

sebagai berikut:

1. Masukan General Information yang berisikan peraturan desain,

sumbu yang ditinjau, nama project, dan nama engineer.

2. Masukan Material Properties, yaitu, f’c beton, fy baja tulangan,

dan modulus elastisitas baja tulangan.

3. Pilih menu Section di input. Kemudian pilih bentuk penampang

dari kolom atau dinding penahan tanah yang akan didesain. Input

dimensi penampang tersebut.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


BAB III - METODOLOGI 71

4. Pilih Reinforcement. Terdapat beberapa pilihan jenis penulangan.

Pilih jenis yang sesuai dengan desain. Input jumlah tulangan dan

ukuran tulangan.

5. Pilih Loads. Input pembebanan yang sesuai dengan desain.

6. Kalkulasi semua input sehingga didapat output berupa diagram

interaksi P-M. Akan terdapat titik merah yang menyatakan beban P

dan momen yang bekerja pada kolom tersebut.

3.7.2.A Pengecekan Diagram Interaksi P-M

Perhitungan yang diterapkan pada diagram interaksi P—M ini

dilakukan dengan menghitung beban per meter panjang dinding

penahan tanah.

P (k ip)
700
(Pmax)
1 (Pmax)

2
fs=0 fs=0

fs=0.5fy fs=0.5fy

4
-180 180

Mx (k -ft)

(Pmin)
-200
5 (Pmin)

Gambar 3.26 Diagram Interaksi P-M

JURUSAN TEKNIK SIPIL


BAB III - METODOLOGI 72

 Titik 1

Dimana : Ag = luas gross penampang (mm2)

As = luas tulangan (mm2)

 Titik 2

 Titik 3

Koordinat x, y (Pnb, Mnb)

Dimana : ab = ×c

 =1,09—0,008×f’c

fs =

f’s =

b = lebar penampang

( )

Dimana :

JURUSAN TEKNIK SIPIL


BAB III - METODOLOGI 73

 Titik 4

Pn = 0

( )

 Titik 5

JURUSAN TEKNIK SIPIL

Anda mungkin juga menyukai