A. PENDAHULUAN
Manusia dianugerahi otak yang memiliki kemampuan untuk berpikir. Berpikir itu bisa kapan saja
dan dimana saja, tidak terikat ruang dan waktu. Mulai dari berpikir tentang hal yang prosedural
soal kehidupan, pekerjaan, kariri, dsb, hingga pikiran-pikiran yang penuh fantasi dengan
membayangkan hal-hal imajinatif. Agar cara berpikir lebih terstruktur, rasional dan logis,
terlebih ketika menghadapi sebuah masalah, manusia harus bisa berpikir secara kritis
atau critical thinking. Berpikir kritis merupakan kemampuan untuk menganalisis informasi
secara objektif dan menarik kesimpulan yang rasional. Proses berpikir kritis melibatkan analisis
berbagai fakta dan tokoh dalam situasi tertentu sebelum langsung bertindak atas situasi itu. Tentu
saja hal ini melibatkan pengumpulan informasi tentang suatu subjek dan menentukan informasi
mana yang benar dan mana yang tidak, berdasarkan penalaran deduktif. Dalam berpikir kritis
menuntut pengamatan yang tajam, kreativitas, keterampilan memecahkan masalah, yang
membantu individu mengevaluasi informasi yang dikumpulkan secara menyeluruh dan
kemudian menggunakan informasi yang tersedia ini sebagai panduan untuk membuat keputusan
yang akurat.
Berpikir kritis sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari; di tempat kerja karena bisnis
selalu membutuhkan solusi yang lebih baik dan informasi yang lebih banyak. Mereka yang
mampu berpikir secara kritis adalah orang yang berpikir rasional, berintrospeksi, mandiri, dan
kompeten. Orang yang berpikir kritis menggunakan rasionalitas untuk memutuskan apa yang
harus dilakukan dan apa yang harus dipercaya dalam situasi tertentu. Dengan kata lain memiliki
kemampuan berpikir kritis tentu secara logis dapat menghubungkan ide-ide, meneliti dan
mengevaluasi argumen, menemukan inkonsistensi dan kesalahan dalam kegiatan atau
pekerjaannya, serta mampu memecahkan masalah yang kompleks, dan terlibat dalam proses
refleksi. Pada intinya, berpikir kritis sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang
berpikir kritis mampu melihat dunia dengan cara yang lebih bernuansa dan memahami
keterkaitan berbagai hal. Mereka juga lebih mampu beradaptasi dengan perubahan dan
menangani ketidakpastian dengan cara yang tepat.
Secara garis besar, berpikir kritis atau critical thinking adalah sebuah kemampuan untuk bisa
berpikir lebih jernih dan lebih rasional terhadap apa yang harus dilakukan maupun terhadap apa
yang harus dipercaya. Ccritical thinking dapat dimaknai sebagai sebuah pola pikir yang dimiliki
oleh individu agar tidak menerima informasi secara mentah-mentah. Diperlukan sebuah pola
pikir untuk mengevaluasi dan menganalisis kebenaran dari informasi tersebut. Tentunya mereka
yang sudah bisa berpikir kritis juga akan lebih tepat dalam mengambil keputusan terhadap
masalah yang sedang dialami.
Berpikir kiritis berbeda dengan berpikir biasa atau berpikir rutin. Berpikir kritis mencakup
analisis secara kritis untuk memecahkan masalah. Analisis kritis berguna tidak hanya untuk
mengi- ris/ menganalisis masalah, tetapi juga membantu menemukan cara untuk menemukan
akar masalah. Memahami masalah dengan baik penting untuk dapat memecahkannya. Dengan
menggunakan kerangka skeptisisme ilmiah, berpikir kritis diperlukan di semua bidang profesi
dan disiplin akademik.
Berpikir kritis merupakan proses berpikir intelektual di mana pemikir dengan sengaja menilai
kualitas pemikirannya, pemikir menggunakan pemikiran yang reflektif, independen, jernih dan
rasional. Berpikir kritis mencakup ketrampilan menafsirkan dan menilai pengamatan, informasi,
dan argumentasi. Berpikir kritis meliputi pemikir- an dan penggunaan alasan yang logis,
mencakup ketrampilan membandingkan, mengklasifikasi, melakukan pengurutan (sekuensi),
menghubung- kan sebab dan akibat, mendeskripsikan pola, membuat analogi, menyusun
rangkaian, memberi alasan secara deduktif dan induktif, peramalan, perencanaan, perumusan
hipotesis, dan penyampaian kritik.
Berpikir kritis adalah kemampuan untuk menganalisis informasi secara efektif dan membentuk
penilaian. Berpikir kritis merupakan sebuah kemampuan untuk berpikir secara rasional dan
tertata yang bertujuan untuk memahami hubungan antara ide dan/atau fakta. Pemikiran kritis
adalah sesuatu yang dapat membantu kamu menentukan apa yang kamu percayai. Jika dirincikan
secara kasar, ciri-ciri berpikir kritis termasuk dengan pengidentifikasian, penganalisaan, dan
kemudian membenarkan apa yang salah dari cara kita berpikir. Berpikir kritis mencakup
penentuan tentang makna dan kepentingan dari apa yang dilihat atau dinyatakan, penilaian
argumen, pertimbangan apakah kesimpulan ditarik berdasarkan bukti-bukti pendukung yang
memadai.
Berpikir kritis tidak sama dengan berdebat atau mengkritisi orang lain. Kata “kritis” terhadap
suatu argumen tidak identik dengan “ketidaksetujuan” terhadap suatu argumen atau pandangan
orang lain. Penilaian kritis bisa saja dilakukan terhadap suatu argumen yang bagus, sebab
pemikiran kritis bersifat netral, imparsial dan tidak emosional. Berpikir kritis merupakan
ketrampilan berpikir universal yang berguna untuk semua profesi dan jenis pekerjaan. Demikian
juga berpi- kir kritis berguna dalam melakukan kegiatan membaca, menulis, berbicara,
mendengarkan, berdiskusi, dan sebagainya, untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Analisis
yang kritis dapat meningkatkan pemahaman tentang suatu masalah. Pemikiran yang analitis,
diskriminatif, dan rasional, membantu memilih alternatif solusi yang berguna dan menyingkirkan
solusi yang tak berguna. Pemikiran yang reflektif dan independen dapat menghindari keterikatan
kepada keyakinan yang salah, sehingga memperkecil risiko untuk pengambilan keputusan salah
yang didasarkan pada keyakinan yang salah tersebut.
Berpikir kritis juga berguna untuk mengekspresikan ide-ide. Pemikiran kritis memiliki peran
penting dalam menilai manfaat ide-ide baru, memilih ide-ide yang terbaik, dan memodifi kasinya
jika perlu, sehingga bermanfaat di dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan
kreativitas. Tak dipungkiri, critical thinking adalah proses yang rumit, namun jika dilakukan
dengan benar akan membantu seseorang dalam menilai ide-ide kompleks secara sistematis,
sehingga masalahnya lebih mudah dipecahkan. Kecakapan critical thinking menggunakan
pemikiran dasar menganalisis argumen dan membawa wawasan seseorang pada setiap
interpretasi, untuk meningkatkan pola penalaran yang kohesif dan koheren, merumuskan
masalah, dengan melakukan deduksi dan induksi, serta menentukan keputusan yang tepat. Dapat
dikatan bahwa kecakapan critical thinking adalah kecakapan berpikir tingkat tinggi
Dalam skeptisisme ilmiah, proses berpikir kritis meliputi akuisisi dan interpretasi informasi,
penggunaan informasi itu untuk menarik kesimpulan yang bisa dipertanggungjawabkan. Konsep
dan prinsip berpikir ilmiah bersifat universal. Berpikir kritis membentuk sebuah sistem
pemikiran yang saling terkait dan overlapping, misalnya pemikiran filosofis, pemikiran
sosiologis, pemikiran antropologis, pemikiran historis, pemikiran politis, pemikiran psikologis,
pemikiran matematis, pemikiran biologis, pemikiran ekologis, pemikiran medis, pemikiran legal,
pemikiran etis, pemikiran estetis/ artistik, dan sebagainya.
Berpikir kritis mengurangi risiko pembuatan kuptusan yang keliru dan pemilihan solusi yang tidak
tepat yang dapat merugikan atau berakibat fatal bagi diri sendiri ataupun orang lain. Jika seorang
tidak berpikir kritis, maka ia tidak bisa berpikir kreatif. Berpikir kritis memungkinkan seorang untuk
menganalisis, menilai, menjelaskan, dan merestrukturisasi pemikirannya, sehingga dapat
memperkecil risiko untuk mengadopsi keyakinan yang salah, maupun berpikir dan bertindak dengan
menggunakan keyakinan yang salah tersebut. Berpikir kritis penting dilakukan oleh setiap individu
diberbagi bidang pekejaan dan profesi.
Pada intinya, kemampuan berpikir kritis sangat penting untuk memecahkan masalah yang
kompleks dan membuat keputusan yang baik. Mulai dari mengerjakan tugas akademik atau
pekerjaan dan kegiatan rutin hingga menyelesaikan berbagai masalah berskala besar. Intinya
berpikir kritis diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Lagi pula, orang-orang yang mampu
menganalisis situasi dengan benar dapat menghasilkan kesimpulan yang logis dan masuk akal.
Berpikir kritis dapat diasah lewat membaca, berdiskusi dan masih banyak lagi. Singkatnya,
berpikir kritis akan membantu setiap individu memecahkan masalah dan mengembangkan
strategi untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan mereka dengan lebih baik.
1. Pengertian Berpikir Kritis
Istilah yang lebih sederhana, berpikir kritis pertama-tama melibatkan penemuan siapa, apa,
kapan, dimana, dan bagaimana sesuatu itu terjadi, kemudian menemukan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan abadi dari peserta didik yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, dan
selanjutnya memanfaatkan pengetahuan yang dimiliki dengan cara yang memungkinkan diri
untuk menentukan hal yang paling penting. Berpikir kritis sebagai seni dalam menganalisis
dan mengevaluasi pemikiran dengan pandangan untuk meningkatkannya, berpikir kritis
sebagai pengarah diri, disiplin diri, pemantauan diri, dan koresi diri (Hooks, 2010: 9).
1. Browne & Keeley (2007: 4). Berpikir kritis pada awalnya adalah proses reaksi.
Seseorang telah menyusun kesimpulan dan beberapa alasan untuk kesimpulan. Tugas
kita adalah memutuskan apakah argumen itu adalah argumen yang ingin kita buat
sendiri. Jadi alasan apapun menyediakan bahan baku untuk latihan berpikir kritis.
2. Epstein (2006:1). Critical thinking adalah pertahanan seseorang terhadap dunia yang
terlalu banyak informasi dan terlalu banyak orang yang mencoba meyakinkan kita.
Penalaran dan critical thinking itulah yang membedakan kita dari makhluk lainnya,
sehingga seseorang tidak hanya dapat merencanakan, berpikir, mendiskusikan dengan
harapan untuk memahami sesuatu permasalahan dengan lebih baik, tetapi dapat melihat
lebih baik dan dapat mendengar lebih baik dari apa yang telah dipelajari.
3. Halpern ( 2014: 25), Critical thinking merupakan penggunaan keterampilan atau strategi
kognitif individu yang mampu meningkatkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Keterampilan tersebut untuk menghasilkan pemikiran yang bertujuan, beralasan, dan
diarahkan pada tujuan dalam memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan, dan
membuat keputusan, sehingga seseorang menggunakan keterampilan yang dimiliki
secara bijaksana dan efektif untuk konteks tertentu dan jenis tugas tertentu.
4. Ennis (Kuswana, 2013: 21), menyatakan bahwa critical thinking terbagi menjadi dua
disposisi, yaitu: (1) menjadi perhatian bagi setiap individu untuk dapat melakukan
sesuatu dengan benar berdasarkan dengan kejujuran, kejelasan, relevan, dan masuk akal,
(2) bergantung pada proses penilaian dengan menerapkan kriteria untuk menilai
jawaban yang dimiliki, dalam hal ini penyampaian atau penyajian dapat dilakukan
secara proses implisit maupun eksplisit.
5. Edward M. Glaser (2017), berpikir kritis adalah proses berpikir dengan menganalisis
fakta-fakta untuk membentuk penilaian terhadap sesuatu. Dengan kata lain, berpikir
kritis membutuhkan bukti-bukti mendukung agar suatu argumen bisa dipercaya.
6. Jhon Dewey (1909), critical thinking adalah berpikir reflektif, yaitu sebuah
pertimbangan yang aktif, terus-menerus, dan mampu dengan teliti mengenai sebuah
kepercayaan atau bentuk pengetahuan yang dapat diterima dengan memandang dari
perspektif yang mendukung sebuah pemikiran lanjutan yang menjadi keyakinannya
(Fisher, 2007: 2). Critical thinking yang dikemukakan oleh Dewey ini juga
dikembangakan oleh Edward Glaser salah seorang dari penulis Watson-Glaser Critical
Thinking Appraisal (uji kemampuan berpikir kritis yang paling banyak dipakai
diseluruh dunia).
7. Fisher (2007: 3), mengemukakan definisi critical thinking, yaitu: (1) mampu berpikir
secara menyeluruh tentang masalah yang berada dalam jangkauan pengalaman setiap
individu, (2) menjadi sebuah pengetahuan tentang metode investigasi dalam melakukan
problem solving. Critical thinking menuntut upaya keras untuk memeriksa setiap
keyakinan atau pengetahuan asumtif berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulan-
kesimpulan lanjutan yang diakibatkannya.
8. Paul, Fisher and Nosich (1993). Critical thinking merupakan metode berpikir mengenai
hal, substansi atau masalah apa saja, dimana si pemikir meningkatkan kredibilitas
pemikirannya dengan menangani secara terampil struktur-struktur yang melekat dalam
pemikiran dan menerapkan standar-standar intelektual padanya, sehingga satu-satunya
cara untuk mengembangkan kecakapan critical thinking seseorang ialah melalui berpikir
tentang pemikiran diri sendiri dan secara sadar berupaya memperbaikinya dengan
merujuk pada beberapa model berpikir yang baik dalam bidang itu (Fisher, 2007: 4).
9. Gambril & Gibbs (2009:4). Critical thinking meliputi kejelasan, keakuratan, relefansi,
dan kelengkapan. Dalam meningkatkan critical thinking dibutuhkan kemampuan untuk
mengevaluasi bukti, mempertimbangkan alternatif sudut pandang, dan berpikir secara
adil dalam menyampaikan pendapat yang berbeda secara tepat.
10. Ventista (2018:16-17). Critical thinking adalah proses disiplin aktif dan aktif
konseptualisasi, penerapan, analisis, sintesis, dan/atau mengevaluasi informasi yang
dikumpulkan dari, atau diha silkan melalui pengamatan, pengalaman, refleksi,
penalaran, atau komunikasi secara terampil.
11. Cottrell (2005: 3), mengemukakan bahwa “critical thinking is associated with reasoning
or with our capacity for rational thought. The word 'rational' means 'using reasons' to
solve problems. Reasoning starts with ourselves.” Berpikir kritis dikaitkan dengan
penalaran atau dengan kemampuan kita untuk berpikir rasional. Kata 'rasional' berarti
'menggunakan alasan' untuk menyelesaikan masalah. Penalaran dimulai dari diri kita
sendiri.
Berdasarkan pengertian critical thinking yang dikemukakan para ahli, maka ditarik
kesimpulan bahwa critical thinking merupakan berpikir yang kompleks. Critical thinking
memiliki tujuan memecahkan permasalahan, mempertanyakan infomasi, kesimpulan dan
sudut pandang, agar suatu penyelesaian dari sebuah pemecahan masalah menjadi jelas, tepat,
akurat, relevan, serta diselesaikan secara logis, masuk akal, dan adil. Critical thinking juga
menuntut seseorang memiliki keterampilan dalam memikirkan berbagai asumsi, dalam
mengajukan beberapa pertanyaan yang relevan, dalam menarik kesimpulan atau hasil akhir,
dalam memikirkan dan memperdebatkan isu-isu secara terus menerus.
Critical thinking dengan analytical thinking meski keduanya tampak sama, namun sebenarnya
kedua kemampuan tersebut memiliki perbedaan satu sama lain. Adapun perbedaan dari kedua
kemampuan tersebut, sebagai berikut.
Dari dua penjelasan tersebut sudah bisa diambil kesimpulan jika kedua jenis kemampuan
berpikir ini memiliki dua metode yang berbeda dalam pemanfaatan fakta yang ada.
2. Tujuan yang Berbeda
Berikutnya adalah dari segi tujuan, dimulai dari critical thinking yang memiliki tujuan
untuk individu dalam mempertahankan argumen yang bisa menjadi dukungan terhadap
sudut pandang tertentu. Critical thinking juga akan mempermudah seseorang dalam
memberikan motivasi kepada orang lain dan juga tujuan hidupnya. Sedangkan tujuan dari
analytical thinking terbilang cukup berbeda dari critical thinking.
Dimana tujuan dari analytical thinking adalah untuk menyelesaikan sebuah masalah yang
begitu kompleks. Selain itu analytical juga bisa membantu seseorang dalam melakukan
analisis terhadap situasi yang sedang terjadi. Adanya critical thinking juga bisa membuat
individu menemukan ide-ide baru. Selain itu analytical thinking juga bisa membantu
seseorang untuk bisa mengumpulkan sekaligus menafsirkan suatu data untuk pemahaman
yang lebih lanjut. Mereka juga akan bisa mencoba untuk mengembangkan sekaligus
yakin terhadap persepsi sebuah ide.
3. Proses Berpikir
Dari segi proses berpikir keduanya juga memiliki perbedaan yang cukup menonjol. Di
mana critical thinking memiliki proses berpikir melingkar. Sedangkan untuk analytical
thinking akan menggunakan proses berpikir linier serta lebih fokus. Mereka yang
menggunakan critical thinking kebanyakan akan berputar secara terus-menerus terhadap
suatu ide hingga mendapatkan kesimpulan. Sedangkan seseorang yang menerapkan
analytical thinking lebih cenderung untuk bisa berfikir dari satu pemikiran ke pemikiran
berikutnya. Rutenya adalah formasi lurus dari satu pemikiran ke pemikiran berikutnya.
Keterampilan berpikir kritis adalah keterampilan yang dipergunakan untuk menganalisis suatu
gagasan kearah tertentu sehingga akan terbentuk suatu pemecahan masalah. Keterampilan
berpikir kritis ini dimulai dari (1) merumuskan masalah, yaitu dengan mencari pertanyaan
yang nantinya akan dicari sendiri jawabannya, (2) memberikan argument, yaitu dengan
mengemukakan suatu pendapat dengan alasan yang sesuai konteks dan logis, (3) melakukan
deduksi, yaitu menginterpretasi pertanyaan dengan penelitian, (4) melakukan induksi, yaitu
mengumpulkan data dari penelitian yang telah dilakukan dan membuat kesimpulan dari hasil
hipotesis penelitian, (5) melakukan evaluasi, yaitu memberikan penilaian berdasarkan fakta,
dan (6) memutuskan dan melaksanakan, yaitu setelah dilakukan evaluasi maka mendapatkan
jawaban hipotesis yang paling tepat.
Secara umum, ada 3 (tiga) syarat diperlukan untuk memiliki kemampuan berpikir kritis:
1. Sikap untuk menggunakan pemikiran yang dalam di dalam melihat suatu
permasalahan, dengan menggunakan pengalaman dan bukti yang ada
2. Pengetahuan tentang metode untuk bertanya dan mengemukakan alasan dengan logis
3. Ketrampilan untuk menerapkan metode tersebut
Aspek-aspek kecakapan critical thinking menurut Carin & Sund (Devi, 2017:53) mencakup
keterampilan berpikir untuk: mengklasifikasi, membuat asumsi, memprediksi dan
berhipotesis, menyimpulkan dan menginterprestasikan data serta menarik kesimpulan,
mengukur, merancang penyelidikan untuk memecahkan suatu masalah, mengamati,
mereduksi kesalahan eksperimen, mengevaluasi, dan menganalisis. Facione (2011: 5),
menyatakan bahwa critical thinking merupakan proses berpikir kompleks yang terdiri dari
analysis, evaluation, explantion, inference, interpretation and self regulation.
Menurut Li & Yang (2014: 68) critical thinking adalah kemampuan dalam mengodentifikasi
masalah, mampu membentuk perspektif yang jelas tentang masalah yang ada, adanya
pengakuan perspektif alternatif, lokasi masalah dalam konteks yang tepat, mampu
mengidentifikasi dan evaluasi bukti, mampu memberikan pengakuan asumsi-asumsi mendasar
yang tersirat atau dinyatakan oleh representasi suatu masalah, mampu memberikan penilaian
implikasi dan kesimpulan potensial.
Suter (2012: 6) beberapa kemampuan lain yang terlibat dalam berpikir kritis termasuk
interpretasi, penyimpulan, penjelasan, dan pengaturan diri. Aspek-aspek kecakapan critical
thinking menurut Carin & Sund (Devi, 2017:53) mencakup keterampilan berpikir untuk:
mengklasifikasi, membuat asumsi, memprediksi dan berhipotesis, menyimpulkan dan
menginterprestasikan data serta menarik kesimpulan, mengukur, merancang penyelidikan
untuk memecahkan suatu masalah, mengamati, mereduksi kesalahan eksperimen,
mengevaluasi, dan menganalisis.
Menurut Ennis & Paul (Gambrill & Gibbs, 2009), 22 kecakapan critical thinking, yaitu: (1)
menjelaskan permasalahan-permasalahan, (2) mengidentifikasi persamaan dan perbedaan
secara signifikan, (3) Mengenali kontradiksi dan ketidakkonsistenan, (4) menyaring
penyamarataan dan menghindari penyederhanaan, (5) menjelaskan isu-isu, kesimpulan dan
keyakinan, (6) menganalisis dan mengevaluasi argumen, interprestasi, keyakinan, atau teori,
(7) mengidentifikasi asumsi yang tidak disampaikan, (8) menjelaskan dan menganalisis
makna dari kata atau frasa, (9) menggunakan kriteria dalam mengevaluasi, (10) menjelaskan
nilai-nilai dan standar, (11) mengenali bias, (12) membedakan pertanyaan, data, klaim, atau
alasan yang relevan atau tidak, (13) mengevaluasi keakuratan dari informasi yang didapatkan
dari berbagai macam sumber, (14) membandingkan situasi, (15) membuat kesimpulan dan
prediksi, (16) membandingkan situasi idengan dengan praktik, (17) menemukan dan
mengevauasi keakuratan dari implikasi dan konsekuensi, (18) mengevaluasi proses penalaran,
(19) membuat pertanyaan, (20) membuat hubungan interdisipliner, (21) menganalisis dan
mengevaluasi tindakan-tindakan atau aturan-atutan, (22) mengevaluasi pendapat, interprestasi
atau teori.
Kunci emas dari berpikir kritis adalah bersifat objektif, yaitu sikap dimana kita tidak boleh
membiarkan emosi, asumsi pribadi dan bias mempengaruhi pola pikir. Di samping itu,
terdapat deretan kemampuan yang diperlukan dalam membangun kebiasaan berpikir kritis,
yaitu:
Selain itu ada beberapa kemampuan lain ketika seseorang bisa menerapkan keterampilan
critical thinking dalam kehidupannya. Berikut ini adalah beberapa di antaranya.
Kemampuan atau kecakapan berpikir kritis bukanlah tentang seberapa banyak informasi yang
dimiliki oleh seseorang. Bahkan belum tentu seseorang yang memiliki ingatan yang begitu
baik dan tahu begitu banyak fakta memiliki critical thinking dalam dirinya. Namun critical
thinking adalah sebuah pola pikir untuk mengetahui bagaimana konsekuensi terhadap apa
yang mereka tahu. Mereka yang memiliki kemampuan berpikir ini biasanya akan lebih tahu
bagaimana memanfaatkan informasi yang diterima sebagai metode penyelesaian sebuah
masalah. Selain itu mereka juga bisa mencari informasi yang relevan.
Kecakapan critical thinking yang dimiliki seseorang mampu mengarah penyusunan sebuah
jawaban yang diketahuinya secara masuk akal. Berpikir kritis memerlukan upaya terus-
menerus untuk menganalisis dan mengkaji keyakinan, pengetahuan yang dimiliki, dan
kesimpulan yang dibuat, dengan menggunakan bukti-bukti yang mendukung. Berpikir kritis
membutuhkan kemampuan untuk mengidentifikasi prasangka, bias (keberpihakan),
propaganda (misalnya, propaganda perusahaan), kebohongan, distorsi (penyesatan),
misinformasi (informasi yang salah), egosentrisme, dan sebagainya.
Berpikir kritis mencakup kemampuan untuk mengenali masalah dengan lebih tajam,
menemukan cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut, mengumpulkan
informasi yang relevan, mengenali asumsi dan nilai-nilai yang ada di balik keyakinan,
pengetahuan, maupun kesimpulan. Berpikir kritis mencakup kemampuan untuk memahami
dan menggunakan bahasa dengan akurat, jelas, dan diskriminatif (yakni, melihat dan membuat
perbedaan yang jelas tentang setiap makna), kemampuan untuk menafsirkan data, menilai
bukti-bukti dan argumentasi, mengenali ada-tidaknya hubungan yang logis antara dugaaan
satu dengan dugaan lainnya.
Demikian juga berpikir kritis meliputi kemampuan untuk menarik kesimpulan dan
generalisasi yang bisa dipertanggungjawabkan, menguji kesimpulan dan generalisasi yang
dibuat, merekonstruksi pola keyakinan yang dimiliki berdasarkan pengalaman yang lebih luas,
dan melakukan pertimbangan yang akurat tentang hal- hal spesifik dalam kehidupan sehari-
hari
Berpikir kritis adalah salah satu bentuk pengembangan dan perbaikan diri. Berpikir kritis
dapat membantu menangani setiap masalah atau situasi tertentu yang dihadapi. Mereka yang
memiliki kemampuan berpikir kritis akan selalu merasa tertantang. Contoh, jika kita
menemukan hal yang sebenarnya berfungsi dengan normal, dengan berpikir kritis kita dapat
mengidentifikasi solusi baru yang lebih baik. Pada intinya Produk akhir dari berpikir kritis
adalah membuat keputusan yang tepat.
Menurut Paul (Gambril & Gibbs, 2009: 4) seseorang yang memiliki kecakapan critical
thinking, ia dapat mengidentifikasi permasalahan dengan membuat hubungan antara bagian
dalam sebuah permasalahan, mampu menyusun dan mengurutkan pertanyaan dengan baik,
serta ia mampu mengevaluasi diri dan mengembangkan diri. Menurut Gambril & Gibbs
(2009: 5) karakteristik critical thinking mempunyai tujuan serta intelektualitas yang meliputi:
1. Clarity, dimana kejelasan terhadap suatu permasalahan yang ada perlu dijelaskan secara
tuntas dan terinci.
2. Accuracy, kebenaran yang disampaikan dapat dipertanggung jawabkan.
3. Relevance, pernyataan dan pertanyaan bisa saja jelas, teliti, dan tepat tetapi hal tersebut
belum tentu dapat relevan dengan permasalahan yang ada.
4. Depth, pertanyaan dan pernyataan yang ada bisa saja memenuhi sebuah kriteria atau
persyaratan secara jelas, teliti, tepat, relevan hanya saja jawaban sangat dangkal.
5. Breadth, sebuah penalaran yang cukup accuracy (akurat), clarity (kejelasan), relevance
(relevan), depth (kedalaman) and breadth (keluasan).
Berpikir kritis dapat terjadi ketika seorang membuat keputusan atau memecahkan suatu
masalah. Ketika seorang mempertimbangkan apa- kah akan mempercayai atau tidak
mempercayai, melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan, atau mempertimbangkan
untuk bertindak dengan alasan dan kajian yang kuat, maka ia sedang menggunakan cara
berpikir kritis. Seorang yang berpikir kritis akan mengkaji ulang apakah keyakinan dan
pengetahu an yang dimiliki atau dikemukakan orang lain logis atau tidak. Demikian juga
seorang yang berpikir kritis tidak akan menelan begitu saja kesimpulan-kesimpulan atau
hipotesis yang dikemukakan dirinya sendiri atau orang lain.
Berpikir kritis tidak hanya persoalan berpikir secara analitis, tetapi juga berpikir secara
berbeda (thinking differently). Pemikir kritis tidak hanya mengumpulkan informasi dengan
baik, tetapi juga tahu bagaimana menggunakannya untuk menyimpulkan fakta dan menilai
hasil. Dengan mengkonseptualisasikan hasil pemikir kritis cenderung lebih baik dalam
pemecahan masalah daripada mereka yang hanya menghafal informasi.
Menurut Bowell & Kemp (2002:6) dalam berpikir kritis ketika seseorang mengemukakan
argumen atau pendapat maka ada tiga aspek yang perlu diperhatikan, yaitu:
Keterampilan berpikir kritis merupakan aset berharga bagi setiap orang, karena lingkungan
menghargai orang-orang yang dapat menilai situasi dengan benar dan menghasilkan pemikiran
yang logis. Meski terdengar cukup rumit, ada banyak sekali manfaat dalam berpikir kritis. Di
dunia kerja saat ini sangat menghargai orang yang memiliki kemampuan berpikir kritis terutama
dalam pekerjaan yang membutuhkan kemampuan strategi. Secara umum, beberapa manfaat
berpikir secara kritis, yaitu antara lain:
Berikut manfaat, kegunaan atau keuntungan berpikir kritis dalam kehidupan sehari-hari.
Seorang yang berpikir kritis memahami kekuatan dan kelemahan individu dan
menggunakan keterampilan berpikir kritisnya untuk mengatur aktifitas kegiatanya atau
organisasi kelompoknya dengan baik dan efektif. Dalam organisasi, pemikiran kritis
membantu para pembuat keputusan atau pemimpin di semua tingkatan untuk memahami
dampak keputusan mereka terhadap organisasi secara keseluruhan. Jadi berpikir kritis
tidak hanya soal penyelesaian masalah saja, berpikir kritis juga dapat mengembangkan
kreativitas. Yang dimaksud kreativitas di sini adalah menemukan solusi baru dari hasil
analisa dan evaluasi informasi yang ada. Sehingga, solusi yang dihadirkan lebih beragam,
inovatif, kreatif dan rasional.
6. Refleksi diri
Refleksi diri adalah menanyakan pada diri sendiri mengapa melakukan satu perbuatan
pada satu situasi. Refleksi diri secara kritis dapat membantu meningkatkan kemampuan
memahami informasi. Dengan begitu dapat menemukan jalan keluar atas sebuah
permasalahan.
7. Percaya diri
Kemampuan berpikir kritis juga akan membuat seseorang lebih percaya diri dalam
menyelesaikan sebuah masalah.
8. Manajemen waktu
Seorang yang berpikir kritis akan mengelola waktunya dengan baik. Mereka membuat
daftar prioritas untuk memudahkan kegiatan dan pekerjaan. Ada kalanya mereka
meninjau kembali alokasi waktu yang telah dibuat. Sebagai contoh, dapat
memprioritaskan tugas-tugas yang memakan banyak waktu namun high return,
dibandingkan tugas dengan waktu singkat namun low return.
9. Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi
Satu lagi poin pentingnya menerapkan berpikir kritis dalam kehidupan sehari-hari, yaitu
mampu meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Berpikir kritis membantu kita
memahami sesuatu secara terstruktur dan rasional, sehingga mampu menciptakan
argumen yang logis. Dengan begitu, keterampilan berkomunikasi akan lebih berkembang,
terlebih jika ditambah dengan kemampuan public speaking yang baik, maka akan lebih
meyakinkan.
Selain kedelapan manfaat, kegunaan atau keuntungan berpikir kritis dalam kehidupan sehari-
hari, tentu masih banyak lagi keuntungan lain yang bisa diperoleh dari berpikir kritis. Pada
intinya berpikir kritis sangat penting dalam kehidupan sehari-hari seperti menyelesaikan
masalah, menganalisis risiko, menganalisis data dan informasi. Berikut beberapa contoh
penerapan kemampuan/kecakapan berpikir kritis.
Jika sampai pada sebuah solusi, tidak hanya mengandalkan satu solusi, tetapi juga harus
selalu memiliki berbagai rencana cadangan jika solusi pertama tidak bekerja seperti yang
diharapkan. Berpikir kritis memungkinkan orang untuk menemukan solusi terbaik untuk
masalah apa pun. Tidak hanya itu, seseorang juga perlu melihat situasi apa pun dari
berbagai perspektif karena dalam beberapa kasus, keputusan tidak hanya berdampak pada
kita secara ppribadi tetapi juga orang-orang di sekitar.
Jika para insinyur atau kepala proyek tidak berpikir jernih dan rasional untuk
menganalisis potensi risiko, kemungkinan pegawai yang cedera atau kecelakaan
sangatlah tinggi. Ini dapat berdampak negatif pada tenaga kerja dan reputasi manajer
proyek.
Berbagai macam perangkat lunak hanya dapat mengubah sejumlah besar data menjadi
beberapa format yang lebih sederhana dan mudah dibaca, tetapi kemampuan untuk
berpikir manusialah yang diperlukan untuk menafsirkan data secara efektif dan
menerapkan wawasan yang diperoleh untuk manfaat. Analisis data bahkan dapat
membantu kita memperkirakan tren masa depan dan potensi risiko dalam mengambil
keputusan apa pun.
Kemampuan critical thinking tak hanya bisa membantu dalam menyelesaikan permasalahan
pribadi saja. Namun kemampuan critical thinking juga sangat penting dalam menunjang kegiatan
dan aktifitas karir dan pekerjaan. Berikut bebera contoh manfaat kemampuan critical thinking
bagi pimpinan organisasi atau pegawa/karyawan.
1. Perekrutan Karyawan
Dalam perekrutan tenaga kerja memerlukan pemikiran kritis untuk mengevaluasi
sejumlah besar resume untuk memilih kandidat yang cocok untuk posisi yang
dibutuhkan. Berpikir kritis di sini memungkinkan perektur untuk tidak mempekerjakan
kandidat hanya berdasarkan berbagai faktor seperti jenis kelamin, usia, atau agamanya.
Perekrutan mungkin cenderung memilih kandidat berdasarkan keyakinan subjektifnya
jika dia tidak menggunakan pemikiran kritis. Oleh karena itu, pemikiran kritis dapat
membantu perekrut untuk merekrut karyawan terbaik yang pada akhirnya dapat
mengarah pada pertumbuhan perusahaan.
2. Mampu Meningkatkan Kinerja Tim
Dalam dunia kerja penting sekali memiliki kemampuan critical thinking. Mulai dari
atasan hingga karyawan harusnya sama-sama memiliki kemampuan critical thinking.
Sebab ketika semua orang dalam organsasi, perusahaan kerja memiliki kemampuan
critical thinking, maka kemudahan operasional, bisnis; proses penjualan, produksi hingga
aktivitas lapangan akan bisa didapatkan. Oleh karena itu sejak awal rekrutmen calon
karyawan, pihak perusahaan akan memberikan beberapa pertanyaan yang mengacu ke
arah kemampuan critical thinking dari calon karyawan tersebut. Bahkan ketika karyawan
baru sudah diterima sekalipun. Pihak perusahaan tetap akan memberikan pengembangan
skill critical thinking dari setiap karyawan yang ada. Sebab perusahaan-perusahaan yang
berkualitas akan tahu jika semua proses yang ada di dalam perusahaan bisa berjalan
dengan lancar karena dipengaruhi banyak faktor seperti kemampuan critical thinking.
3. Produk Berkualitas Bisa Dihasilkan dengan Baik
Setiap pegawai atau karyawan yang memiliki kemampuan critical thinking dapat
meningkatkan kinerja organisasi atau perusahaan. Juga bisa membuat sebuah produk
yang berkualitas. Produk yang berkualitas tinggi menuntut ketelitian dalam proses
pengerjaanya. Bahkan seluruh detail barang maupun jasa sebelum didistribusikan kepada
pihak konsumen akan dianalisis terlebih dahulu, apakah barang maupun jasa sudah benar-
benar dibutuhkan oleh target pasar.
4. Mempermudah Menyelesaikan Konflik Kerja
Bukan hanya performa dalam kinerja seorang karyawan saja, adanya kemampuan critical
thinking juga akan mempermudah seseorang dalam lingkup perusahaan untuk bisa
menyelesaikan sebuah konflik yang terjadi antar karyawan. Tentunya penyelesain yang
dilakukan dengan bantuan kemampuan critical thinking akan lebih damai dan tidak
condong ke salah satu pihak.
5. Menggunakan Informasi dengan tepat dan efektif
Mereka yang memiliki kemampuan critical thinking selalu menyeleksi informasi dengan
baik sebelum digunakan dalam pengambilan keputusan. Dengan kemampuan critical
thinking bisa membuat seorang individu bisa berpikir lebih logis, rasional, dan beralasan.
Selain itu pimpinan, pegawai atau karyawan yang memiliki kemampuan critical thinking
membuat keputusan dengan mengambil sebuah fakta, data dan informasi berdasarkan
analisis yang begitu dalam. Mereka juga tidak akan mudah percaya begitu saja terhadap
informasi yang ada tanpa analisa yang begitu logis, bernalar dan rasional.
6. Menjadikan Individu yang Lebih Baik
pimpinan, pegawai atau karyawan yang memiliki kemampuan critical thinking biasanya
akan bisa menerima pendapat orang lain, berpikir terbuka dan tidak kaku. Mereka yang
kemampuan critical thinking lebih mudah dihormati di lingkungan kerjanya. Mereka
yang bisa menerima pendapat orang lain, akan lebih mudah dianggap sebagai rekan kerja
yang baik.Dan jika hal tersebut bisa berjalan dengan begitu lancar dalam jangkauan
waktu yang lama, maka kondisi lingkungan kerja akan lebih kondusif dan hasil yang
diberikan juga akan lebih produktif. Hal ini juga menunjukkan kemampuan critical
thinking memang begitu penting bagi lingkungan kerja.
7. Memicu Sisi Kreativitas
Agar bisa mendapatkan solusi terbaik dan kreatif terhadap masalah yang ada di tempat
kerja bukan hanya diperlukan ide-ide baru saja. Pimpinan, pegawai atau karyawan yang
memiliki kemampuan critical thinking biasanya biasanya lebih tahu secara detail terkait
dengan ide baru tersebut. Apakah ide baru tersebut begitu cocok atau relevan sebagai
solusi untuk menghadapi masalah yang ada atau malah sebaliknya. Dengan kemampuan
critical thinking yang dimiliki pimpinan, pegawai atau karyawan akan mudah dalam
mencari ide yang relevan dan pas terhadap masalah yang ada. Dengan kata lain,
kemampuan critical thinking mereka bisa memilah mana ide terbaru yang paling relevan
untuk menyelesaikan setiap masalah yang ada. Dengan kemampuan critical thinking.
pengubahan ide baru bisa lebih relevan juga bisa terwujud dengan baik.
8. Membantu Penyesuaian Terhadap perubahan Lingkungan
Adanya kemampuan critical thinking bisa membuat seseorang bisa lebih mudah
menyesuaikan diri terhadap kondisi atau perubahan lingkungan baru. Dengan adanya
critical thinking, seorang pimpinan, pegawai atau karyawan bisa lebih mudah
menyesuaikan perubahan kerja ataupun lingkungan kerja baru dengan melakukan analisa
informasi, mengintegrasikan pengetahuan, hingga memecahkan masalah.
Memiliki kemampuan critical thinking memang begitu penting bagi setiap individu. Begitupulah
di setiap aspek dan bidang karir dan pekerjaan sangat membutuhkan kemampuan critical
thinking. Akan tetapi kemampuan critical thinking bukan hanya bisa digunakan pada dunia kerja
saja, namun kemampuan critical thinking bisa digunakan untuk kehidupan sehari-hari. Berikut
beberapa contoh berpikir kritis dalam kehidupan nyata sehari-hari.
1. Saat ini kita hidup era internet, untuk mendapatkan informasi sangatlah mudah. Namun
tidak semua informasi itu benar. Agar tidak termakan berita bohong, kita semua harus
mampu berpikir kritis. Saat membaca berita di internet, orang yang berpikir kritis tidak
percaya begitu saja sebelum mendapatkan kebenaran yang sesungguhnya. Ia tidak akan
menyebarkan berita tersebut sebelum merverifikasi kebenarannya.
2. Saat guru atau dosen menerangkan pelajaran, maka peserta didik yang berpikir kritis akan
mengajukan pertanyaan terkait pelajaran tersebut, apa yang mereka belum pahami.
3. Saat pemerintah mengesahkan Undang-Undang tertentu, orang atau masyarakat yang
berpikir kritis tidak langsung menolak atau setuju. Mereka akan memahami isi Undang-
Undang tersebut, apakah bermanfaat untuk masyarakat atau merugikan masyarakat.
Setelah menemukan jawaban mereka dapat menunjukan sikap yang bijaksana.
4. Seorang penulis kreatif yang mengatur ide untuk alur cerita dan memperhatikan motivasi
dan kepribadian yang kompleks dari karakter fiksi.
5. Seorang siswa atau mahasiswa dengan percaya diri dan benar menjelaskan dengan tepat
kepada rekan-rekannya metodologi yang digunakan untuk mencapai kesimpulan tertentu,
atau mengapa dan bagaimana metodologi atau standar pembuktian tertentu diterapkan.
6. Orang tua mengantisipasi biaya menyekolahkan anak mereka, menganalisis pendapatan
keluarga yang diproyeksikan, dan menganggarkan pengeluaran rumah tangga yang
diproyeksikan dalam upaya menyisihkan sejumlah uang untuk pendidikan masa depan
anaknya.
7. Seseorang dengan keterampilan berpikir kritis akan mampu menyusun tim yang efektif
untuk sebuah proyek dan mampu mengelola tim. Mereka dapat memahami bakat dan
kontribusi semua anggota tim sambil memasukkan bakat dan kontribusi mereka sendiri.
Patut di pahami bahwa setiap orang itu unik, begitu pula kemampuan penalaran kita. Genetika,
pendidikan, dan kecerdasan semuanya berkontribusi pada tingkat keterampilan penalaran kita.
Tes kemampuan penalaran atau kognitif dirancang untuk menilai keterampilan berpikir kritis
saat ini. Dari hasil tes ini, kita juga dapat mengetahui keterampilan lainnya yang bisa kita
kembangkan. Keterampilan penalaran memainkan peran penting di segala aktifitas dan kegiatan
seperti di tempat kerja yang membutuhkan banyak komponen kecerdasan, seperti tugas yang
melibatkan pemikiran kritis, pemecahan masalah, dan kreativitas. Tes penalaran memungkinkan
pemberi kerja untuk menilai keterampilan berpikir kritis seseorang di tempat kerja.
Seseorang harus membuat beberapa keputusan penting, berkomunikasi secara efektif dengan
klien, mempekerjakan karyawan yang sesuai, mengambil risiko tertentu, dan menghadapi
beberapa situasi tertentu dalam perusahaan atau organsisasi, dan banyak lagi; semua hal ini
membutuhkan berpikir secara kritis. Berpikir kritis membantu kita memeriksa proses,
mengevaluasi efisiensinya, dan kemudian membuat keputusan tentang sistem dan teknologi baru.
Semakin efektif kita mengatur alur kerja, semakin efisien pekerjaan dapat diselesaikan, dan
semakin besar kinerja yang kita peroleh.
Untuk memiliki kemampuan berpikir ktiris, tidak ada atau cara ataupun resep yang instan. Untuk
menjadi pemikir kritis tentunya memerlukan waktu, kesabaran, dan yang terpenting latihan.
Seorang perlu terus mengasah dan mengembangkan sifat-sifat intelektualitas untuk menjadi
pemikir kritis. Sebab berpikir kritis dikembangkan berdasarkan konsep-konsep dan prinsip,
ketimbang prosedur yang kaku, atau resep tertentu. Berpikir kritis menggunakan tidak hanya
logika (baik logika formal maupun informal), tetapi juga kriteria intelektual yang lebih luas,
meliputi kejelasan, kepercayaan (credibility), akurasi, presisi (ketelitian), relevansi, kedalaman,
keluasan, dan signifikansi (kemaknaan).
1. Berpikir Analitis
Mampu menganalisis informasi dengan benar adalah aspek terpenting dari berpikir kritis.
Selain mengumpulkan dan menafsirkan informasi, kita juga harus menilai data dengan
skeptis. Saat meneliti topik, pemikiran analitis membantu kita membedakan antara
informasi yang sesuai secara kontekstual dan informasi yang tidak sesuai.
2. Berkomunikasi yang Baik
Komunikasi yang baik sangat penting untuk proses berpikir kritis. Dengan Komunikasi
yang baik, kita dapat berbagi ide dan informasi, mengumpulkan informasi dengan tepat
dan efektif serta untuk membuat sebuah kesimpulan yang benar. Selain itu, jika kita
keputusan terkait pekerjaan, komunikasi yang tepat dengan rekan kerja akan membantu
kita mengumpulkan informasi lebih untuk membuat pilihan yang tepat.
3. Berpikir Kreatif
Mampu menemukan pola spesifik dalam informasi dan membuat koneksi abstrak antara
data yang tampaknya tidak terkait dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis.
Dengan menganalisis prosedur dan proses kerja, kita dapat secara kreatif menemukan
cara untuk membuatnya lebih cepat dan lebih efisien.
4. Memiliki Pikiran yang Terbuka
Pendidikan dan pengalaman sebelumnya dapat memengaruhi kemampuan kita untuk
menilai situasi tertentu secara objektif. Pendidikan dan pengalaman dapat meningkatkan
pemikiran kritis kita dalam keseluruhan proses pengambilan keputusan. Misalnya, jika
kita berencana untuk mengadakan pertemuan aau rapat dan rekan kita menyarankan
untuk menggunakan strategi yang berbeda, kita harus mendegarkan pendapat atau usulan
mereka dan menyesuaikan pendekatan kita berdasarkan masukan yang mereka
sampaikan.
5. Mengajukan Pertanyaan yang Bijaksana
Mengajukan pertanyaan yang tepat baik dalam situasi pribadi maupun profesional
merupakan langkah penting dalam menarik kesimpulan yang tepat.
a. Pertanyaan terbuka
Mengajukan pertanyaan terbuka dapat membantu kita mendapatkan informasi
yang relevan ketika berkomunikasi dengan orang. Ini adalah pertanyaan yang
jawaban bukan sekedar “ya” atau “tidak” saja. Jenis pertanyaan ini mengharuskan
orang untuk menguraikan jawabannya.
b. Pertanyaan berbasis hasil
Jika kita merasa bahwa pengalaman dan keterampilan orang lain akan membantu
Anda melakukan pekerjaan dengan lebih efektif, pertimbangkan untuk
mengajukan pertanyaan berbasis hasil. Menanyakan seseorang bagaimana mereka
akan bertindak dalam situasi hipotesis tertentu akan memberi kita wawasan
tentang keterampilan berpikir kritis mereka sendiri dan membantu kita melihat
hal-hal yang belum pernah dipikirkan sebelumnya.
c. Pertanyaan reflektif
Kita dapat memperoleh wawasan dengan meminta seseorang untuk merefleksikan
dan mengevaluasi pengalaman dan menjelaskan proses berpikir mereka selama
itu. Ini dapat membantu kita meningkatkan keterampilan berpikir kritis Anda
dengan mendapatkan contoh dari kejadian nyata.
d. Pertanyaan struktural
Langkah mudah untuk memahami sesuatu adalah dengan menanyakan cara
kerjanya. Sistem kerja apa pun yang dihasilkan dari proses percobaan yang
panjang dan pemahaman yang benar tentang langkah yang perlu diambil untuk
hasil yang positif dapat membantu kita menjadi lebih efisien.
Perlu dipahami bahwa kemampuan berpikir kritis atau critical thinking dari satu orang dengan
orang lain itu berbeda. Namun untuk menumbuhkan kemampuan berpikir ini sebenarnya bisa
dilakukan dengan beberapa tahap. Salah satu cara yang penting untuk mengembangkan
kecakapan atau kemampuan berpikir kritis adalah mempelajari seni untuk menunda penarikan
kesimpulan definitif. Caranya adalah menerapkan orientasi persepsi ketimbang menarik
kesimpulan final terlalu dini. Sebagai contoh, ketika membaca sebuah novel, menonton film,
mengikuti diskusi atau dialog, hindari kecenderungan untuk menghakimi atau menarik
kesimpulan tetap. Berikut beberapa poin yang dapat membantu menumbuhkan kemampuan
berpikir kritis.
Untuk melatih berpikir kritis, seorang perlu menyadari dan menghindari adanya kecenderungan
untuk melakukan kesalahan-kesalahan yang menyebabkan orang tidak berpikir kritis, antara lain
sebagai berikut:
1. Dalam suatu argumen terlalu mengeneralisasi posisi atau keadaan. Sebagai contoh, dalam
suatu argumen terdapat kecenderungan untuk mengira semua orang tahu, padahal tidak
setiap orang tahu. Demikian juga mengira semua orang tidak tahu, padahal ada orang
yang tahu. Pemikir kritis berhati-hati dalam menggunakan kata “semua”, atau “setiap”.
2. Lebih aman menggunakan kata “sebagian besar”, atau “beberapa”. Menyangka bahwa
setiap orang memiliki bias (keberpihakan) di bawah sadar, lalu mempertanyakan
pemikiran refleksif yang dilakukan orang lain. Pemikir kritis harus bersedia untuk
menerima kebenaran argumen orang lain. Perdebatan tentang argumen bisa saja menarik,
tetapi tidak selalu berarti bahwa argumen sendiri benar.
3. Mengadopsi pendapat yang ego-sensitif. Nilai- nilai, emosi, keinginan, dan pengalaman
seorang mempengaruhi keyakinan dan kemampuan orang untuk memiliki pemikiran yang
terbuka. Pemikir kritis harus menying- kirkan kesalahan ini dan mempertimbangkan
untuk menerima informasi dari luar
4. Mengingat kembali keyakinan lama yang dipercaya dengan kuat tetapi sekarang ditolak
5. Kecenderungan untuk berpikir kelompok, suatu keadaan di mana keyakinan seorang
dibentuk oleh pemikiran orang-orang diseki- tarnya ketimbang apa yang ia sendiri alami
atau saksikan
Berikut langkah-langkah melatih kemampuan berpikir kritis dalam mengahadpi masalah sehari-
hari.
Berbagai keterampilan abad ke-21 harus secara jelas diajarkan dalam berbagai mata pelajaran.
Prinsip utama dalam pembelajaran abad ke-21 diantaranya adalah pembelajaran yang dilakukan
harus bersifat kontekstual, berpusat pada peserta didik, kolaboratif, dan terintegrasi dengan
masyarakat. Proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Para pendidik, institusi pendidikan perlu memusatkan perhatian untuk mengajarkan ketrampilan
berpikir kritis kepada peserta didik, dan memupuk sifat-sifat intelektual mereka. Seperti halnya
cara memahami subjek lainnya, mempelajari cara berpikir kritis meliputi dua fase: (1)
internalisasi; dan (2) penerapan. Fase internalisasi mencakup konstruksi ide-ide dasar, prinsip,
dan teori-teori berpikir kritis di dalam pikiran pebelajar. Fase penerapan mencakup penggunaan
ide-ide, prinsip, dan teori itu oleh pebelajar di dalam kehidupan sehari-hari. Pengajar
(guru/dosen) perlu memupuk dan menumbuhkan pemikiran kritis pada setiap stadium
pembelajaran, dimulai dari pembelajaran awal. Oleh karena itu di dalam kurikulum pendidikan,
pengembangan pemikiran kritis sebaiknya dimulai sejak semester awal.
Terdapat sejumlah teknik untuk melatih ketrampilan berpikir kritis, antara lain sebagai
berikut.
Analisis teks: Latihan ini memberikan kepada peserta didik sebuah teks tentang suatu
kejadian atau cerita. Mereka diminta untuk menjelaskan hubungan logis antara peristiwa-
peristiwa di dalam cerita itu. Mereka juga diminta untuk memberikan saran judul teks
tersebut, dan memberikan tambahan isi cerita. Kegiatan ini menuntut peserta didik
(siswa/mahasiswa) untuk berpikir logis dan memberikan alasan terhadap setiap kejadian yang
berhubungan dengan cerita. Sebagai varian dari latihan ini, mahasiswa bisa diminta untuk
memperluas cerita dengan menambahkan tokoh (karakter) atau peristiwa yang terkait dengan
cerita semula.
Berpikir dari kotak masalah (Think-out-of-the Box): Latihan ini memberikan teka-teki dan
pertanyaan kepada mahasiswa untuk mendorong mereka berpikir kreatif yang dapat
meningkatkan ketrampilan berpikir kritis. Sebagai contoh, peserta didik bisa diminta untuk
menggambar sejumlah titik, lalu mereka diminta untuk menghubungan titik-titik itu dengan
seminimal mungkin jumlah garis-garis lurus. Permainan ini melatih kemampu- an peserta
didik untuk mengidentifikasi koneksi-koneksi yang kuat dari suatu keadaan yang kompleks,
dan membedakannya dengan koneksi- koneksi yang lebih lemah, sehingga dapat melatih
kemampuan untuk menemukan solusi yang lebih baik. Permainan berpikir kritis ini bisa
dilanjutkan dengan memperkenalkan tititik-titik dengan pola yang berbeda.
Domain afektif:
1. Berpikir independen
2. Mengembangkan pemahaman ke dalam (insight) tentang egosentrisitas dan
sosiosentrisitas
3. Melatih berpikir yang fair (adil, tidak berpihak)
4. Mengeksplorasi pemikiran di balik perasaan, dan perasaan di balik pemikiran
5. Mengembangkan kebersahajaan intelektual (intellectual humility) dan menghindari
kecenderungan menghakimi
6. Mengembangkan keberanian intelektual
7. Mengembangkan integritas intelektual
8. Mengembangkan keuletan intelektual
9. Mengembangkan kepercayaan diri dalam memberikan alasan
Doman kognitif – ketrampilan makro:
1. Membandingkan dan membuat kontras antara hal yang ideal dan praktik yang
sesungguhnya
2. Berpikir persis tentang pemikiran: menggunakan kosakata kritis
3. Membuat catatan tentang persamaan dan perbedaan
4. Meneliti atau menilai asumsi-asumsi
5. Membedakan fakta yang relevan dengan fakta yang tidak relevan
6. Membuat kesimpulan (inferensi), ramalan (prediksi), atau penafsiran yang masuk akal
7. Menilai bukti dan fakta
8. Mengenali kontradiksi, kontroversi, paradoks
9. Mengeksplorasi implikasi dan konsekuensi
Berpikir kritis dapat diterapkan ketika seorang melakukan kegiatan membaca, menulis,
berbicara, mendengarkan, berdiskusi, dan sebagainya. Berikut sejumlah pertanyaan yang
perlu dijawab agar seorang mampu membaca buku, artikel, atau teks lainnya dengan kritis.
1. Apakah topik buku atau teks yang sedang dibaca? Isu-isu apa yang dibahas?
2. Kesimpulan apa yang ditarik oleh penulis tentang isu tersebut?
3. Apa alasan yang dikemukakan penulis untuk mendukung pernyataan atau keyakinannya?
Apakah penulis menggunakan fakta, teori, atau keyakinan? Ingat perbedaan ketiga
konsep tersebut. Fakta dapat dibuktikan (adanya). Teori untuk dibuktikan benar-
tidaknya, dan jangan dirancukan dengan fakta. Opini (pendapat) bisa dikemukakan
berdasarkan atau tidak berdasarkan alasan yang kuat. Keyakinan (misalnya, keesaan
Tuhan) tidak untuk dibuktikan
4. Sebutkan 6 buah kata penting yang dikemukakan penulis. Apakah penulis menggunakan
kata-kata yang netral atau emosional? Pembaca yang kritis mencermati bahasa yang
digunakan penulis, untuk menilai apakah argumen atau alasan dikemukakan dengan jelas,
netral, dan tidak emosional
5. Berikan alasan mengapa menerima atau menolak argumen yang dikemukakan penulis.
Jadi pada intinya, seorang dosen/guru, siswa/mahasiswa, perlu terus mengasah kemampuan
membaca dengan kritis agar mampu menilai bacaan dengan kritis; buku, artikel, atau hasil-hasil
penelitian yang disebut penilaian kritis (critical appraisal). Penilaian kritis diperlukan untuk
mengimplementasikan salah satu langkah dalam praktik pembelajaran berbasis bukti (evidence-
based practice), yaitu memilah, mengkritisi, dan memilih informasi yang bersumber buku, artikel
hasil-hasil penelitian, dan lain sebagainya yang memberikan nilai informasi yang tinggi.
Referensi
A. Facione, Peter, 2013. Critical Thinking: What It Is and Why It Counts, Millbrae, CA:
MRichard Paul dan Linda Elder, “The Miniature Guide to Critical Thinking Concepts and
Tools,” Announcing the 28th Annual International Conference on Critical Thinking, Near
University of California at Berkeley July 19-24 2008easured Reasons and The California
Academic Press.
Alec Fisher. 2009. Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga.
Beyer, B.K. 1995. Critical Thinking, Bloomington. IN: Phi Delta Kappa Educational Foundation.
Buzzle.com. 2009. Developing critical thinking skills. www.buzzle.com/.../developing-critical-
thinking-skills.html
Cottrell S. 2005. Critical thinking skills: Developing effective analysis and argument.
Houndmills, Basingstoke, Hampshire, RG21 6XS, England: Macmillan Publishers
Limited
Costa, A.L. 1985. Developing Minds A Resource Book For Teaching Thinking. Virginia:
Association For Supervision And Curriculum Development.
Filsaime, Dennis K. 2007. Terjemahan oleh: Sunarni. Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan
Kreatif. Jakarta: Prestasi Pustaka Raya.
Izhab, Z. 2008. Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis. Bandung: Nuansa.
Halpern, Diane F. 2003. Thought and Knowledge: An Introduvtion to Critical Thingking. USA:
Lawrence Erlbaurn Associates.
Kelly J, Hokanson B. 2009. Study guides and strategies: Reading critically. Interactive Media
(DHA 4384) School of Design, University of Minnesota. www.studygs.net/crtthk.htm
Lau J. 2009. A mini guide to critical thinking. Department of Philosophy The University of Hong
Kong. philosophy.hku.hk/think/
North Central Regional Educational Laboratory. 2009. Critical thinking skill.
www.ncrel.org/sdrs/areas/issues/envrnmnt/.../sa3crit. htm -
Wikipedia. 2023. Critical thinking. www.en.wikipedia.org/wiki/Critical_thinking