Anda di halaman 1dari 11

ARTIKEL

TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM)


DALAM KONTEKS PENDIDIKAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Penjaminan Mutu Pendidikan
Hj. Bai Badariah1 Dr. Cucu Atikah, M.Pd2

hjbaibadariah@gmail.com

Disusun oleh:
Nama : Hj. Bai Badariah
NIM : 7784220020

MAGISTER PENDIDIKAN DASAR PASCASARJANA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2023
TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM)
DALAM KONTEKS PENDIDIKAN
Hj. Bai Badariah1 Dr. Cucu Atikah, M.Pd2
hjbaibadariah@gmail.com

Abstrak

Total Quality Management atau kita sebut (TQM) merupakan model manajemen
yang pertama kali dikembangkan di bidang manufaktur dan berfokus pada
pengendalian mutu. TQM mengalami evolusi dan mengalami diversifikasi untuk
aplikasi di bidang manufaktur, industri jasa, kesehatan, dan bidang pendidikan.
Dalam Konteks dunia Pendidikan TQM merupakan sistem manajemen mutu yang
berkaitan dengan upaya untuk terus meningkatkan mutu pendidikan dari berbagai
aspek secara berkelanjutan. Mutu pendidikan dapat diukur dari tercapainya
kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Sebagai institusi pelayanan jasa, pendidikan
perlu menciptakan budaya mutu untuk memenuhi harapan pelanggan yang cenderung
mengalami perubahan. TQM menekankan pada perbaikan yang berkelanjutan dan
berlandaskan kepuasan pelanggan sebagai sasaran utama yang perlu
diimplementasikan di berbagai lembaga pendidikan di Indonesia agar dapat menjadi
unggul dan memenangkan persaingan global.

Kata Kunci : Konsep TQM, dalam Pendidikan

I.PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan proses berkelanjutan. Pembelajaran yang efektif


dan bermakna harus bersentuhan langsung dengan kehidupan siswa
dilingkungannya. Kehidupan siswa dilingkungan sekolah, keluarga dan
masyarakat dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal yang ada pada
diri siswa. Faktor-faktor tersebut antara lain faktor sosial budaya, sosial ekonomi dan
keadaan geografis yang ada.
Perkembangan masyarakat dunia pada umumnya dan masyarakat
Indonesia pada khususnya, sekarang ini sudah memasuki masyarakat
informasi yang merupakan kelanjutan dari masyarakat modern dengan ciri-
cirinya yang bersifat rasional, berorientasi ke masa depan,
terbuka, menghargai waktu, kreatif, mandiri dan inovatif. Sedangkan
masyarakat informasi dilihat dari penguasaan terhadap teknologi informasi,
mampu bersaing, serba ingin tahu, imajinatif, mampu mengu-bah tantangan
manjadi peluang, dan menguasai berbagai metode dalam memecahkan masalah.
Pada era informasi, yang sanggup bertahan hanyalah mereka yang
berorientasi ke masa depan, yang mampu mengubah pengetahuan menjadi
kebijakan dan mereka yang memiliki ciri-ciri sebagaimana yang dimiliki
masyarakat modern seperti tersebut di atas. Dari keadaan ini, keberadaan
masyarakat suatu bangsa dengan bangsa lain menjadi sangat dekat dan satu, baik
dalam bidang sosial, budaya, ekonomi dan lain-lain.
Dalam segi teknologi, bangsa Indonesia sedang memasuki sektor
industri, bahkan para pakar menunjukkan bahwa Indonesia harus menghadapi
revolusi industri dan reformasi informasi secara bersamaan. Ini berarti,
disamping harus menyelesaikan krisis yang sedang dihadapi serta ketinggalan di-
bidang ilmu dan teknologi yang merupakan tumpuan industri,
bangsa Indonesia juga harus secara sadar berfikir dan bertindak sesuai dengan
tuntutan abad informasi, bahkan harus berusaha berperan didalam
mengarahkan perkembangan masyarakat abad informasi sesuai dengan cita-
cita reformasi.
Dengan kata lain Indonesia tidak bisa mewujudkan cita-cita reformasi,
serta bertahan sebagai bangsa yang berdaulat dan menentukan masa depan
sendiri, apabila tidak mampu menangani dan ikut menciptakan
informasi, terlebih-lebih yang bersifat strategis seperti peta kekayaan alam,
danpengembangan cara kerja dibidang produksi, serta menguasai
sistem pengkomunikasiannya secara tepat waktu dan tepat sasaran. Untuk
kepentingan tersebut diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas yang memiliki kemauan dan kemampuan untuk senantiasa
meningkatkan kualitas secara terus menerus dan berkesinambungan.Rendahnya
kualitas SDM merupakan masalah mendasar yang dapat menghambat
pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional.
Data statistik menunjukkan bahwa tenaga kerja Indonesia masih
didominasi oleh mereka yang berpendidikan Sekolah Dasar. Rendahnya
tingkat pendidikan ini merupakan penghambat kemampuan dalam
mempergunakan teknologi modern untuk menghasilkan produk-produk yang
memiliki daya saing.
Rendahnya kualitas SDM juga akan menjadi persoalan besar dalam
era globalisasi, karena era globalisasi merupakan era persaingan mutu atau
kualitas. Jika bangsa Indonesia ingin berkiprah dalam arus globalisasi, maka
langkah pertama yang harus dilakukan adalah menata SDM, baik dari
aspek intelektual, emosional, spiritual, kreativitas, moral, maupun
tanggungjawabnya. Pendidikan memiliki keterkaitan erat dengan
globalisasi. Pendidikan tidak mungkin menasbihkan proses globalisasi
akan mewujudkan masyarakat global.
Dalam menuju era globalisasi, Indonesia harus melakukan reformasi
dalam proses pendidikan, dengan tekanan menciptakan sistem pendidikan yang
lebih komprehensif dan fleksibel, sehingga para lulusan dapat berfungsi secara
efektif dalam kehidupan masyarakat global demokratis. Untuk itu, pendidikan
harus dirancang sedemikian rupa yang memungkinkan para peserta didik
mengembangkan potensi yang dimiliki secara alami dan kreatif dalam
suasana penuh kebebasan, kebersamaan dan tanggungjawab.
Di samping itu, pendidikan harus menghasilkan lulusan yang dapat
memahami masyarakatnya dengan segala faktor yang dapat mendukung
mencapai sukses ataupun penghalang yang menyebabkan kegagalan dalam
kehidupan bermasyarakat. Seiring dengan majunya pengetahuan dan teknologi
maka kehidupan sosial budaya, sosial ekonomi semakin tidak dapat dibatasi
oleh ruang maupun waktu. Karena apapun juga kehidupan masyarakat kita
tidak dapat terlepas dari kehidupan masyarakat internasional, yang
menuntut adanya sumber daya manusia yang semakin tinggi. Konsep mutu
(kualitas) telah menjadi suatu kenyataan dan fenomena dalam seluruh
aspek dan dinamika masyarakat global memasuki persaingan pasar bebas
dewasa ini. Jika sebelumnya kualitas produk dan jasa hanya menjadi target dari
dunia bisnis dan industri yang bergantung pada kepuasan pelanggan atau
konsumen, maka kini dunia pendidikan mulai tertantang untuk
menerapkan hal yang sama dalam menghasilkan kualitas lulusan yang
mampu menjawab kebutuhan pasar kerja.
Bahwa organisasi pendidikan formal (sekolah dasar sampai perguruan
tinggi) sebagai institusi yang bergerak di bidang pendidikan dan pengajaran
kini mulai merasakan bahwa faktor mutu menjadi sangat menentukan tingkat
partisipasi dan kepercayaan masyarakat terhadap suatu lembaga
pendidikan.). Kadar kualitas SDM yang terukur akan menjadi tolak ukur untuk
menambal sulam (rekonstruksi) atau bahkan merekonstruksi pendidikan dari
waktu ke waktu.
Peran guru sebagai pendidik yang handal dan berkualitas merupakan
salah satu faktor yang strategis untuk mewujudkan tujuan pendidikan.
Guru harus memenuhi persyaratan kualifikasi minimal (latar belakang
pendidikan keguruan/umum dan memiliki akta mengajar). Setelah guru
memenuhi persyaratan kualifikasi, maka guru akan dan sedang berada pada
tahapan kompetensi. Namun, fenomena menunjukkan bahwa pendidik di sekolah
masih banyak yang tidak memenuhi persyaratan tersebut. Hal ini
mengindikasikan bahwa peningkatan mutu di sekolah dalam rangka menghasilkan
peserta didik sesuai dengan yang diharapkan masih belum optimal.
Dalam hal ini Manajemen Mutu Sekolah atau Total Quality
Management sangat berperan dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah
yang diharapkan dapat memberikan perubahan yang lebih baik sesuai
dengan perkembangan, tuntutan, dan dinamika masyarakat dalam
menjawab permasalahan-permasalahan pengelolaan pendidikan pada tingkat
sekolah. Komponen yang paling berperan dalam meningkatkan mutu ialah peran
dan fungsi guru serta peran kepemimpinan kepala sekolah. Guna membangun
kualitas manusia Indonesia yang mampu menghadapi tantangan itu,
jelas memerlukan human capital yang dapat diandalkan dalam
menghadapi persaingan. Kualitas human capital menjadi penentu
keberhasilan persaingan global (termasuk keunggulan pendidikan), dan
untuk menghasilkannya diperlukan metode yang terukur dan terencana
melalui pendidikan yang bermutu.
Pendidikan bermutu adalah pendidikan yang bekerja secara terpadu,
baik pada tataran kebijakan sistem nasional, institusi, manajerial,
maupun tataran teknis, sehingga terdapat sinkronisasi serta sinergi di antara
tataran-tataran tersebut. Manajemen mutu menduduki posisi menentukan
dalam menghadapi persaingan, pelanggan yang terus berubah, kompleksitas
produk, dan tingkat harapan pelanggan yang meningkat, karena dengan
mutu itulah organisasi berkompetisi serta mampu mempertahankan
eksistensinya, bahkan akan terus berkembang manakala pelanggan loyal. Pendidikan
yang bermutu terdiri dari adanya input pendidikan yang bermutu dengan
tersedianya guru dan tenaga kependidikan yang juga bermutu. Sistem ini
biasanya disebut quality learning process.
Ada banyak metode untuk mencapai kualitas pendidikan semacam itu,
namun metode yang paling banyak diminati adalah Total Quality
Management (TQM). TQM merupakan sistem manajemen mutu yang
berkaitan dengan upaya untuk terus meningkatkan mutu pendidikan dari
berbagai aspek secara berkelanjutan. Mutu pendidikan dapat diukur dari
tercapainya kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Sebagai institusi pelayanan
jasa, pendidikan perlu menciptakan budaya mutu untuk memenuhi harapan
pelanggan yang cenderung mengalami perubahan. TQM menekankan
pada perbaikan yang berkelanjutan dan berlandaskan kepuasan pelanggan
sebagai sasaran utama yang perlu diimplementasikan di berbagai lembaga
pendidikan di Indonesia agar dapat menjadi unggul dan
memenangkan persaingan global. Salah satu lembaga pendidikan yang menerapkan
sistem ini adalah Sekolah Dasar (SD).
II.Metode

Artikel ini disusun dengan menggunakan metode studi literatur dengan cara
mengumpulkan literatur (bahan-bahan materi) yang bersumber dai buku, jurnal, dan
sumber lainnya. Semua bahan yang bersangkutan dengan menuliskan artikel ini
dikumpulkan kemudian dipelajari dan dipahami oleh peneliti untuk selanjutnya hasil
penelusuran itu dituangkan dalam artikel ini secara sistematis dan kronologis. Hasil-
hasil penelusuran ini dapat dideskripsikan berdasarkan urutan pencapaian tujuan
penelitian.

III. Kajian Teori Dan Pembahasan

A. Definisi TQM
 Pengertian secara umum: (penjelasan umum ada di halaman 4 buku TQM)
Total Quality Management merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan
usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui
perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses dan
lingkungannya.

 Pengertian dalam Konsep Pendidikan:


Total Quality Management merupakan sistem manajemen yang melalui
kegiatan perbaikan secara berkesinambungan dengan melibatkan semua
tenaga pendidikan dan tenaga kependidikan pada setiap level jabatan untuk
mencapai kualitas yang baik serta berorientasi pada kepuasan pengguna
lulusan.
B.Prinsip dan Konsep dasar TQM
(secara umum)

Ada empat Prinsip utama dalam TQM menurut Hensler dan Brunell (dalam
Scheuing dan Christopher,1993 pp.165-166) yaitu: (pada buku TQM Edisi
Revisi oleh Fandi Ciptono dan Anastasia Diana hal.14-15)
1. Kepuasan Pelanggan
2. Respek terhadap setiap orang
3. Manajemen berbasis data
4. Perbaikan berkesinambungan
(penjelasan ada di hal 14-15 ditambah penjelasan yang berkaitan dengan
Pendidikan contohnya)
(sedangkan dalan kontek Pendidikan)
Dikaitkan dengan konsep Pendidikan
1. Mutu
2. Kepuasan Pelanggan
3. Perbaikan terus menerus
4. Melibatkan Seluruh Komponen Organisasi
(penjelasan)
1. Mutu
Pada TQM konsep mutu yang digunakan adalah konsep mutu relatif. Dalam
konsep relatif, mutu memilki dua aspek. Pertama, produk/jasa yang
dihasilkan sesuai dengan spesifikasi.6 Kedua, mutu bisa artikan sebagai
sesuatu yang bisa memuaskan keinginan dan kebutuhan pelanggan.7
Sementara itu, quality in preseption merupakan kepuasan dan bertambahnya
minat pelanggan terhadap lulusan lembaga pendidikan.
2. Kepuasan Pelanggan
Dua hal yang sangat menentukan kepuasan pelanggan, yaitu apa yang akan
dijadikan sebuah produk? dan siapa yang menjadi pelanggan? Dengan adanya
konsep TQM, dunia pendidikan diposisikan sebagai jasa, yakni selalu
memberikan pelayanan maksimal sesuai kebutuhan pelanggan.9 Dalam hal
ini, yang dimaksud produk adalah jasa yang diberikan oleh lembaga
pendidikan kepada pelanggan, yang meliputi: pendidikan, bimbingan belajar,
penilaian, layanan administrasi. Selain itu, pelanggan dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu : pertama pelanggan dalam (internal customer), yakni
pengelola lembaga pendidikan itu sendiri, misalkan kepala sekolah/manager,
guru, staf/tenaga kependidikan, pengelola instansi. Kedua, pelanggan luar,
misalnya peserta didik, orang tua, masyarakat, pemerintah, dan bursa kerja.10
3. Perbaikan
Terus Menerus Melakukan perbaikan terus menerus ini memang bukanlah hal
yang mudah, seorang manajer harus mampu menciptakan kultur perbaikan
terus-menerus tersebut. Hal tersebut membutuhkan waktu yang lama. TQM
membutuhkan perubahan sikap dan metode. Guru dan staf dalam lembaga
pendidikan di wajibkan untuk memahami dan melaksanakan moral TQM agar
bisa membawa dampak. Untuk itu seorang manajer/kepala sekolah harus
mempercayai guru dan stafnya dan mendelegasikan keputusan pada
tingkatan-tingkatan yang tepat. Dalam hal ini bertujuan supaya guru dan staf
mempunyai tanggung jawab dalam hal menyampaikan mutu pada lingkungan
mereka. Guru dan staf membutuhkan kebebasan dalam kerangka kerja yang
sudah jelas dan tujuan organisasi yang sudah diketahui.11
4. Melibatkan Seluruh Komponen Organisasi
Melibatkan semua komponen yang ada dalam pelaksanaan TQM merupakan
hal yang sangat penting. tentunya terdapat manfaat bagi organisasi, manfaat
tersebut antara lain: a. Menghasilkan keputusan yang baik dan perbaikan
yang lebih efektif karena mencakup pemikiran dari pihak yang menangani
berhubungan dengan situasi kerja. b. Dapat memberikan peningkatan pada
sikap memiliki dan tanggung jawab. (JIEMAN: Journal of Islamic
Educational Management Vol. 2 No. 1, Juni 2020)
C. Manfaat TQM
Menurut Hassel, ada beberapa manfaat penerapan Total Quality Management
(TQM) bagi perusahaan/organisasi adalah (Nasution,2005:366). yaitu :
1. Proses desain produk menjadi lebih efektif, yang akan berpengaruh pada kinerja
kualitas, yaitu keandalan produk, product features dan serviceability.
2. Penyimpangan yang dapat dihindari pada proses produksi mengakibatkan
produk yang dihasilkan sesuai dengan standar, meniadakan pengerjaan ulang,
mengurangi waktu kerja, mengurangi kerja mesin dan menghemat penggunaan
material.
3. Hubungan jangka panjang dengan pelanggan akan berpengaruh positif bagi
kinerja organisasi, antara lain dapat merespon kebutuhan pelanggan dengan lebih
cepat, serta mengantisipasi perubahan kebutuhan dan keinginan pelanggan.
4. Sikap pekerja yang baik akan menimbulkan partisipasi dan komitmen pekerja
pada kualitas, rasa bangga bekerja sehingga akan bekerja secara optimal,
perasaan tanggung jawab untuk meningkatkan kinerja organisasi.
Sedangkan manfaat TQM Dalam konsep Pendidikan yaitu:
TQM dalam pendidikan sangat penting dalam mempertahankan dan
meningkatkan mutu hasil dan mutu proses sehingga pihak pimpinan memiliki
tanggung jawab untuk memberikan pengetahuan para anggotanya yaitu
pemimpin sendiri, tenaga pendidik dan kependidikan, para siswa, wali siswa, dan
yayasan.

D. Faktor kendala penerapan Total Quality Management dalam Pendidikan


Penerapan TQM di Lembaga pendidikan tidak terlepas bagaimana upaya kepala
sekolah sebagai seorang pemimpin mampu mengendalikan mutu pengelolaan
sekolah tersebut secara terpadu. Pengendalian mutu terpadu merupakan suatu
sistem yang paling efektif untuk mengintegrasikan usaha-usaha pengembangan
kualitas, pemeliharaan kualitas, dan perbaikan kualitas dari berbagai level
organisasi sehingga meningkatkan produktivitas (Hasibuan, 2000:219). Dari
pernyataan tersebut tersirat bahwa seharusnyalah seorang Kepala sekolah harus
dapat melaksanakan pengendalian mutu secara terpadu agar terjadi peningkatan
hasil yang lebih baik dan efektif. Pertanyaannya adalah bagaimana menjalankan
pengendalian mutu tersebut, Hasibuan (2000:220) mengatakan bahwa dasar
utama menjalankannya adalah mentalitas, kecakapan, dan manajemen partisipatif
dengan sikap mental yang mengutamakan kualitas kerja. Mentalitas adalah
kesediaan bekerja sungguh-sungguh, jujur, dan bertanggung jawab melaksanakan
pekerjaannya.
Kendala pelaksanaan program TQM datang dari bawahan dan atasan, saya
membatasi kendala hanya dari atasan yaitu kepala sekolah. We can’t see a Good
School without a Good Principle, kendala dari atasan (”kepala sekolah”) menurut
Hasibuan (2000:225) adalah
a. atasan tidak mendukung gagasan TQM;
b. sangat sibuk, tidak ada waktu;
c. kurangnya kewenangan yang dimiliki;
d. belum memahami secara jelas pengertian TQM, dan
e. atasan menganut sentralisasi wewenang.
Sedangkan hambatan dari pihak guru biasanya tergantung bagaimana gaya
kepemimpinan kepala sekolah, salah satu cara menggerakkan guru dan staf
lainnya untuk berpartisipasi dalam menjalankan TQM adalah prinsip motivasi.
Kepala sekolah harus mampu merangsang guru termotivasi untuk mengerjakan
tugasnya. Uno (2007:71) mendifinisikan motivasi kerja sebagai salah satu faktor
yang turut menentukan kinerja seseorang. Besar atau kecilnya pengaruh motivasi
pada kinerja seseorang tergantung pada seberapa banyak intensitas motivasi yang
diberikan. Jadi jika dikaitkan dengan motivasi kerja seorang guru dalam
mengajar biasanya tercermin dalam berbagai kegiatan dan bahkan prestasi yang
dicapai guru tersebut. Sedangkan motivasi kerja guru menurut Uno (2007) adalah
suatu proses yang dilakukan untuk menggerakkan guru agar perilaku mereka
dapat diarahkan pada upaya-upaya nyata untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.

C.

IV. Kesimpulan
Total Quality Management dalam konsep Pendidikan diibaratkan sebagai suatu
pilar yang memberi kekuatan dalam menggerakkan organisasi sekolah dan di
jabarkan dalam sebuah prinsip-prinsip. Dengan pilar ini diharapkan dapat
membantu organisasi sekolah dalam peningkatan proses pendidikannya.
TQM sangat memberikan suatu perubahan terhadap struktur pendidikan di
indonesia. Dengan adanya TQM dapat meningkatkan kualitas pendidikan di
indonesia sehingga dapat bersaing dengan dunia Internasional. Begitu banyak
manfaat yang dapat dengan adanya TQM baik itu bagi lembaga maupun
pelanggan. Seperti manfaat yang didapatkan oleh pelanggan yaitu sedikit atau
bahkan tidak memiliki masalah dengan produk atau pelayanan, kepedulian
terhadap pelanggan lebih baik atau pelanggan lebih diperhatikan dan tentunya
kepuasan pelanggan lebih terjamin. Begitu juga dengan manfaat yang dirasakan
oleh institusi/lembaga diantaranya terdapat perubahan kualitas produk dan
pelayanan, staf lebih termotivasi, produktifitas meningkat, biaya penggunaan
turun, produk cacat berkurang dan permasalahan dapat diselesaikan dengan
cepat.
Adapun beberapa kendala yang biasanya di temukan dalan penerapan TQM
dalam konteks Pendidikan biasanya bisa datang dari atasan dalam hal ini kepala
sekolah ataupun dari bawahannya itu sendiri yaitu guru dan tenaga kependidikan
yang semuanya itu di rangkum dalam 1 kata yaitu “motivasi”, artinya seorang
kepala sekolah harus bisa merangsang motivasi kerja bawahannya dalam hal ini
guru atau tenaga kependidikan dengan ditunjukannya prestasi yang didapat baik
itu dari siswa ataupun gurunya itu sendiri.

V. Daftar Pustaka
Sallis, Edward. (2015). Total Quality Management in Education. IRCiSoD:
Yogyakarta.

Tjiptono, Fandi & Diana, Anastasia.(2017). Total Quality Management. CV


Andi Offset: Yogyakarta

Usman, Husaini. (2009). Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan.


Bumi Aksara: Jakarta.

Zahroh, Aminatul. (2014). Total Quality Management; Teori & Praktek


Manajemen Dalam Mendongkrak Mutu Pendidikan. Ar-Ruzz Media:
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai