Anda di halaman 1dari 8

Seminar Nasional Pendidikan, FKIP UNMA 2022

“Transformasi Pendidikan di Era Super Smart Society 5.0” Oktober 2022

PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS AL QUR’AN: INTEGRASI KONSEP


TATA SURYA DENGAN SURAT AL-ANBIYA AYAT 33

Indrawati Wilujeng1, Mohammad Alif Auliya Akbar 2, Faiz Hasyim3


123
Pendidikan Fisika, STKIP Al Hikmah Surabaya; Jalan Kebonsari Elveka V, Kebonsari,
Jambangan, Surabaya, (031)8295825
e-mail: indrawati.physics@gmail.com, 2m.auliyaakbar@gmail.com, 3faiz.stkiph@gmail.com
1

ABSTRAK

Tata surya merupakan salah satu materi pada mata pelajaran fisika. Konsep tata surya juga telah
tercantum dalam Al Qur’an, tepatnya pada surat Al Anbiya ayat 33. Integrasi konsep tata surya dengan
Al Qur’an sangat diperlukan dalam pembelajaran fisika, sehingga dapat meningkatkan keyakinan peserta
didik terhadap keilmiahan Al Qur’an. Penelitian ini bertujuan untuk mengintegrasikan konsep tata surya
dengan ayat-ayat Al Qur’an dalam pembelajaran fisika. Penelitian ini menggunakan metode literature
review. Penelitian ini menggunakan beberapa literatur konsep fisika mengenai tata surya kemudian
mengintegrasikannya dengan berbagai informasi yang terdapat pada Al Qur’an dalam pembelajaran fisika.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep fisika terkait tata surya dapat diintegrasikan dengan ayat-
ayat yang terkandung dalam Al Qur’an serta dapat digunakan dalam pembelajaran fisika. Hasil literature
review ini bisa dilanjutkan dalam penelitian lebih lanjut untuk membuktikan efektivitas pembelajaran
fisika terintegrasi Al Qur’an.

Kata Kunci: pembelajaran fisika, integrasi Al Qur’an, tata surya

PENDAHULUAN
Fisika adalah ilmu yang banyak membahas tentang alam dan gejalanya yang bersifat riil
hingga yang bersifat abstrak atau bahkan hanya berbentuk teori yang pembahasannya melibatkan
kemampuan imaginasi atau keterlibatan gambaran mental seseorang yang kuat (Romadhoni, et
al., 2017). Salah satu materi yang diajarkan dalam fisika adalah materi tata surya. Tata surya
merupakan kumpulan benda langit yang terdiri dari sebuah bintang yang disebut matahari dan
semua objek yang terikat dengan gaya gravitasinya. Objek-objek tersebut termasuk delapan buah
planet yang sudah diketahui dan jutaan benda langit lainnya seperti asteroid, meteor, dan komet
(Tantriadi, 2013). Pembahasan mengenai tata surya sudah tertulis dengan jelas di dalam Al
Qur’an, yaitu pada Q.S. Al Anbiya ayat 33.

Artinya: “dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan.
Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya” (Al Anbiya: 33). Selain
ayat tersebut, pada Q.S. Yasin ayat 40 Allah SWT berfirman:

Artinya: “Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan, dan malam pun tidak
dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya” (Yasin: 40).
Kedua ayat tersebut menegaskan keselarasan sistem dari tata surya. Hal ini
menunjukkan bahwa fisika dan Al Qur’an saling mendukung dan berkaitan,
sehingga dapat diintegrasikan dalam pembelajaran.

178
Seminar Nasional Pendidikan, FKIP UNMA 2022
“Transformasi Pendidikan di Era Super Smart Society 5.0” Oktober 2022

Integrasi merupakan penyatuan antara berbagai konsteks menjadi satu kesatuan yang utuh
atau bulat (Ashari, et al., 2019). Sedangkan integrasi terhadap nilai keislaman merupakan
penyatuan suatu konteks terhadap berbagai nilai keislaman, salah satunya dengan Al-Qur’an.
Pandangan terhadap integrasi bukanlah peleburan berbagai konteks ilmu pengetahuan menjadi
suatu bentuk ilmu (Una, 2022). Integrasi fisika dan Al Qur’an juga dapat digunakan dalam
pembelajaran fisika.
Pembelajaran fisika yang terintegrasi nilai-nilai Islam dapat berpengaruh terhadap
pemahaman konsep dan peningkatan keimanan peserta didik. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan Rahmawati dan Bakhtiar, pembelajaran fisika yang terintegrasi dengan Islam dapat
menambah wawasan keilmuwan sekaligus memperkuat keyakinan keberagamaan (Rahmawati &
Bakhtiar, 2019). Ramadanti (2020) menyatakan bahwa nilai-nilai Islam sangat penting dalam
setiap proses pembelajaran fisika di sekolah untuk pembentukan siswa beriman dan bertaqwa.
Permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah bagaimana cara
mengintegrasikan konsep tata surya dengan pembelajaran fisika berbasis Al Qur’an. Berdasarkan
literatur dan pembahasan di atas dibutuhkan sebuah penelitian terkait konsep tata surya dan
integrasi nilai-nilai Al Qur’an serta implementasinya dalam pembelajaran.

METODE
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, yaitu metode penelitian yang
berusaha menggambarkan atau melukiskan objek yang diteliti berdasarkan fakta yang ada
dilapangan (Sartika, 2014). Penelitian ini difokuskan pada berbagai jenis literatur tentang konsep
tata surya dalam Al Qur’an serta integrasinya pada pembelajaran fisika. Data yang digunakan
berasal dari artikel tentang tata surya, artikel integrasi pembelajaran fisika, dan berbagai literatur
yang mendukung. Data yang dipilih merupakan data yang paling relevan dan memiliki
hubungan antara teori tata surya dengan integrasi nilai-nilai Islam pada pembelajaran fisika.
Teknik yang digunakan adalah teknik analisis isi kualitatif yang terdiri dari empat langkah, yaitu
categorization, data reduction, data display, dan conclution (Mukri, et al.,2019). Langkah-langkah yang
dilakukan adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Tahapan Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Integrasi Pembelajaran Fisika
Pendekatan berbasis keagamaan dalam suatu proses pembelajaran bidang fisika
sangat penting diterapkan agar ilmu agama dengan konsep fisika tidak terjadi dikotomi,
akan tetapi menyatu dan saling terkait sehigga peserta didik dapat menghayati, meyakini,
dan memahami ilmu pengetahuan secara utuh (Syahputra, 2022). Pembelajaran terpadu
tersebut sangat penting untuk diterakan di setiap sekolah, karena proses pembelajaran
fisika dengan pedekatan agama dapat membentuk pemahaman yang utuh sehingga

179
Seminar Nasional Pendidikan, FKIP UNMA 2022
“Transformasi Pendidikan di Era Super Smart Society 5.0” Oktober 2022

peserta didik dapat mempelajari dari segi ilmu fisika dan ilmu agama (Al Qur’an) untuk
membentuk generasi yang unggul (Ashari, et al., 2019).
Selama ini proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru di sekolah belum banyak
mengintegrasikan muatan pengajaran dengan nilai-nilai keislaman. Hal ini dikarenakan
guru tidak menguasai ilmu fisika yang berkaitan dengan ilmu agama dan guru tidak
memiliki keilmuan agama yang memadai. Jika dalam pembelajaran fisika tidak terdapat
integrasi nilai-nilai Islam yang terkandung dalam Al Qur'an, maka akan ada dikotomi
antara ilmu agama dan fisika, serta lemahnya kepercayaan siswa terhadap pembuktian Al
Qur’an. Oleh karena itu, integrasi Islam dalam pembelajaran fisika merupakan salah satu
cara untuk menghilangkan dikotomi antara agama dan fisika (Rahmola & Mursalin,
2018).
Dari sisi kontekstual, integrasi nilai-nilai Islam ke dalam pembelajaran fisika
menunjukkan bahwa semua pembelajaran termasuk pembelajaran fisika adalah sarana
untuk mengingat Tuhan, dan akan menumbuhkan kesadaran bahwa kehidupan di dunia
pada dasarnya adalah untuk mencapai kehidupan selanjutnya (Una, 2022). Penanaman
nilai–nilai keislaman melalui integrasi bertujuan agar peserta didik dapat memahami
konsep pembelajaran fisika yang diberikan. Selain itu, peserta didik juga dapat
memahami dan menghayati bahwa terdapat Dzat Maha Besar yang mengatur peristiwa
alam yang menjadi objek kajian dari fisika (Purwanto & Hasanah 2014).
Selain itu, integrasi nilai-nilai Islam ke dalam pembelajaran fisika juga memiliki
pengaruh terhadap hasil belajar, sikap religius, dan sikap sosial peserta didik. Khoiri
(2017) pada penelitiannya menyebutkan bahwa penerapan pembelajaran fisika berbasis
integrasi sains-islami dapat meningkatkan sikap religius, dan sikap sosial yang dibuktikan
dengan indikator tidak mencontek atau memberikan contekan, serta melaporkan kegiatan
belajar secara transparan. Penerapan pembelajaran fisika berbasis sains-islami juga dapat
meningkatkan hasil belajar dan karakter islami berupa kejujuran dan kerjasama pada
peserta didik (Khoiri, et al., 2017).

2. Tata Surya
Allah SWT berfirman dalam Q.S. Al Anbiya ayat 33

Artinya: “dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan
bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya” (Al
Anbiya: 33)[3].

Menurut tafsir kemenag RI (2017), dalam ayat ini Allah mengarahkan perhatian
manusia kepada kekuasaan-Nya dalam menciptakan waktu malam dan siang, serta
matahari yang bersinar di waktu siang, dan bulan bercahaya di waktu malam. Masing-
masing beredar pada garis edarnya dalam ruang cakrawala yang amat luas yang hanya
Allah-lah yang mengetahui batas-batasnya. Seperti yang kita tahu, matahari merupakan
bintang pusat tata surya. Suhu permukaan matahari bisa mencapai 6000 C yang
dipancarkan langsung ke luar angkasa hingga sampai ke permukaan bumi. Sedangkan
suhu inti matahari sebesar 15.000.000 C - 20.000.000 C. Karena suhunya yang sangat
tinggi, maka materi-materi di dalam matahari tidak mungkin berbentuk padat, cair, atau
gas biasa. Materi-materi di dalam matahari haruslah berbentuk gas pijar yang biasa
disebut dengan plasma. Sedangkan bulan merupakan satelit alami satu-satunya yang
dimiliki bumi. Diameter bulan 3.476 km atau sekitar diameter bumi, jarak rata-
ratanya ke bumi sekitar 384.000 km. Bulan tidak memiliki atmosfer, sehingga
menyebabkan: (1) suhu di permukaan bulan dapat berubah dengan sangat cepat, (2)

180
Seminar Nasional Pendidikan, FKIP UNMA 2022
“Transformasi Pendidikan di Era Super Smart Society 5.0” Oktober 2022

bunyi tidak dapat merambat di bulan, (3) langit di bulan tampak hitam kelam, (4) tidak
ada kehidupan di bulan.
Lebih lanjut tafsir Kemenag RI menyebutkan, adanya waktu siang dan malam
disebabkan karena perputaran bumi pada sumbunya, di samping peredarannya
mengelilingi matahari. Bumi berputar terhadap porosnya (rotasi) dengan arah
berlawanan jarum jam dilihat dari luar angkasa (“arah timur”). Periode rotasi bumi
adalah 1 hari atau 24 jam (tepatnya 23 jam 56 menit 4,09 detik). Bagian bumi yang
mendapatkan sinar matahari mengalami waktu siang, sedang bagiannya yang tidak
mendapatkan sinar matahari tersebut mengalami waktu malam. Bumi merupakan satu-
satunya planet di tata surya yang memiliki kehidupan. Massa jenis bumi kira-kira 5.500
kg/m3 atau 5,5 kali massa jenis air (1000 kg/m3). Sedang cahaya bulan adalah sinar
matahari yang dipantulkan bulan ke bumi. Di samping itu, bulan juga beredar
mengelilingi bumi. Periode rotasi bulan membutuhkan waktu yang sama dengan waktu
revolusinya, yaitu 29,5 hari.
Ayat ini menegaskan kembali apa yang telah Allah firmankan dalam Surah
Ibrahim ayat 33:

Artinya: “Dan Dia telah menundukkan matahari dan bulan bagimu yang terus-
menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan malam dan siang
bagimu.”

Secara luas telah diketahui bahwa matahari dan bulan memiliki "garis edar". Akan
tetapi untuk kalimat "masing-masing dari keduanya (siang dan malam) beredar pada garis
edarnya", merupakan sesuatu yang baru dipahami. Mengapa siang dan malam harus
beredar pada garis edar (orbit/manzilah), dan apa bentuk garis orbitnya? Setelah
dipelajari, ternyata yang dimaksud dengan "garis edar" ialah tempat kedudukan dari
tempat-tempat di bumi yang mengalami pergantian siang ke malam, atau mengalami
terbenamnya matahari (gurub). Sepanjang garis khatulistiwa, garis ini bergeser dari Timur
ke Barat seiring dengan urutan tempat-tempat terbenamnya matahari atau pergantian
siang ke malam. Salah satu konsep fisika yang membahas mengenai peredaran planet
dalam mengelilingi matahari adalah Hukum Kepler. Hukum Kepler adalah aturan
perhitungan gerak planet yang beredar mengelilingi matahari. Hukum Kepler I atau
dikenal sebagai hukum lintasan elips berbunyi: “semua planet bergerak pada lintasan elips
mengitari matahari dengan matahari berada di salah satu fokus elpis”. Hukum pertama Kepler
sukses menyatakan bentuk orbit planet, tetapi gagal memprakirakan kedudukan planet
pada suatu saat. Menyadari hal itu, Kepler berusaha keras untuk memecahkannya.
Berkat hasil kerja kerasnya, akhirnya ia menemukan Hukum Kepler II tentang gerak
planet yang berbunyi: “suatu garis khayal yang menghubungkan matahari dengan planet
menyapu luas juring yang sama dalam selang waktu yang sama”. Pada gambar 2 kita dapat
melihat bahwa laju revolusi planet terbesar adalah ketika garis khayalnya(vektor radius)
kecil, yaitu ketika planet berada paling dekat dengan matahari (perihelium). Sebaliknya,
kelajuan revolusi planet terkecil adalah ketika garis khayalnya besar, yaitu ketika planet
berada paling jauh dengan matahari (aphelium).

181
Seminar Nasional Pendidikan, FKIP UNMA 2022
“Transformasi Pendidikan di Era Super Smart Society 5.0” Oktober 2022

Gambar 2. Hukum Kepler luas area

Setelah publikasi kedua hukumnya pada tahun 1609, Kepler mulai mencari suatu
hubungan antara gerak planet-planet berbeda dan suatu penjelasan untuk menghitung
gereak-gerak tersebut. Sepuluh tahun kemudian ia mempublikasikan De Harmonica Mundi
dan di situ ia menyatakan Hukum Kepler III yaitu hukum gerak planet yang berbunyi:
“perbandingan kuadrat periode revolusi planet mengelilingi matahari dengan pangkat tiga jarak
rata-rata planet ke matahari sama untuk semua planet”. Hukum ini dapat ditulis sebagai:

dengan T = periode revolusi, R = jari-jari rata-rata orbit planet, k = suatu tetapan yang
memiliki nilai sama untuk semua planet.
Planet-planet bergerak mengitari matahari dalam lintasan-lintasan berbentuk elips,
tetapi elips-elips ini sangat dekat ke bentuk lingkaran. Oleh karena itu, R dalam Hukum
Kepler ketiga dapat didekati dengan jarak antara planet dan matahari atau jari-jari orbit.
Untuk bumi T = 365,25 hari (satu tahun) dan R = 1,5 X 1011.
Waktu terbenamnya matahari juga akan bergeser seiring dengan gerakan semu
matahari terhadap bumi dari utara ke selatan dan sebaliknya. Pergeseran waktu magrib
ini juga bergeser dan membentuk tempat kedudukannya sendiri yang dapat dikatakan
sebagai garis edar tahunan dari pergantian siang ke malam. Pada hari-hari tertentu (pada
awal bulan) saat terbenam matahari. Posisi matahari setiap tahun seolah-olah bergeser
dari khatulisriwa (21 Maret) ke Garis Balik Utara (GBU), 23,5 LU (21 Juni), kembali ke
khatulistiwa (23 September), menuju ke Garis Balik Selatan (GBS), 23,5 LS (22
Desember), dan akhirnya kembali lagi ke khatulistiwa (21 Maret). Gerak tersebut biasa
dikenal dengan gerak semu tahunan matahari.

Gambar 3. Bagan gerak semu tahunan matahari

182
Seminar Nasional Pendidikan, FKIP UNMA 2022
“Transformasi Pendidikan di Era Super Smart Society 5.0” Oktober 2022

3. Integrasi Konsep Tata Surya dengan Pembelajaran Fisika


Ada beberapa langkah yang dapat dijadikan acuan ke arah pengembangan model
integrasi agama dan sains dalam pendidikan: Pertama, memetakan konsep keilmuan dan
keislaman. Dengan kata lain, guru disarankan terlebih dahulu menjelajahi tema-tema
sains yang ada di dalam Al Qur’an. Kedua, memadukan konsep keilmuan dan keislaman,
yaitu mencari titik kesamaan antara sains dan Islam. Tegasnya, antara Al Qur’an dan
sains dihubungkan sehingga satu sama lain saling menguatkan. Ketiga, menjadikan Al
Qur’an sebagai pengawal dari setiap kerja sains. Artinya, Al Qur’an bukan hanya
menjadi pelengkap, tetapi menjadi sumber rujukan (Barizi, 2011).
Model integrasi agama dengan sains di atas yang berupa bahan ajar tidaklah cukup
apabila tidak dibarengi dengan model pembelajaran yang integratif (Purwaningrum,
2015). Diperlukan sebuah model permbelajaran yang dapat memberikan kesan langsung
kepada peserta didik sehingga pengintegrasian dalam pembelajaran fisika dapat
meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Salah satu model
pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran pemaknaan. Model
pembelajaran pemaknaan berfokus mengajarkan fisika sebagai produk, proses, dan sikap
sekaligus secara terintegrasi (Sartika & Faizah, 2019).
Sintaks model pembelajaran pemaknaan meliputi: 1) mengorientasikan siswa pada
masalah dan fenomena. Pada tahap ini guru harus dapat memunculkan rasa tertarik dan
motivasi pada diri siswa melalui masalah yang disajikan, sehingga siswa merasakan
tantangan untuk memecahkan masalah tersebut; 2) merancang proses penyelesaian
masalah. Siswa berdiskusi dalam rangka menemukan cara terbaik untuk memecahkan
permasalahan yang disajikan; 3) melakukan penyelidikan. Pada tahap ini siswa mulai
melaksanakan pemecahan masalah yang telah disepakati di tahap sebelumnya. Peran
guru hanya memberikan bimbingan ketika peserta didik mengalami kesulitan-kesulitan
tertentu; 4) mengkomunikasikan hasil. Hasil pemecahan masalah dikomunikasikan
dengan cara diskusi, presentasi, atau cara lainnya; 5) negosiasi dan konfirmasi. Guru
memberikan umpan balik sebagai perbaikan dan penguatan. Selain itu, guru juga
mengecek pemahaman siswa terkait proses yang telah mereka lalui; 6) pemaknaan. Guru
menjadikan fenomena yang ditemukan oleh peserta didik sebagai model untuk dimaknai
dan ditanamkan pada peserta didik; dan 7) refleksi. Peserta didik diminta untuk
menyampaikan kekuatan dan kelemahan dari proses pemecahan masalah yang telah
mereka lalui. Selain itu, guru juga memberikan tes atau penugasan lebih lanjut. Dari
ketujuh sintaks model pembelajaran pemaknaan ini yang paling menarik adalah fase
pemaknaan, di fase pemaknaan ini peserta didik belajar sikap yang dilakukan melalui
contoh dan pembiasaan. Sikap yang ditumbuhkan yaitu nilai-nilai Islam melalui Al
Qur’an (Ibrahim, 2008).

KESIMPULAN
Tata surya merupakan salah satu bukti nyata keagungan Allah SWT, Tuhan yang
menciptakan seluruh alam semesta dengan sangat detail. Pada zaman modern ini, banyak sekali
fakta-fakta yang telah diungkap oleh para ilmuwan sains fisika mengenai tata surya. Informasi
mengenai tata surya ini sudah tertulis 14 abad yang lalu di dalam Al Qur’an yang merupakan
kitab suci dan petunjuk hidup bagi seluruh umat manusia. Hal ini membuktikan bahwa sains dan
agama (Islam) bisa berjalan beriringan tanpa perlu terjadi pemisahan diantara keduanya. Oleh
karena itu, pengintegrasian nilai-nilai Islam dalam pembelajaran fisika sangat diperlukan agar
tidak terjadi dikotomi ilmu pengetahuan.
Proses pengintegrasian dapat dilakukan dengan proses pembelajaran terpadu. Berbagai
model pembelajaran yang berpusat pada kegiatan peserta didik dapat dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan, kualitas, minat belajar, perhatian, sikap spiritual, dan motivasi
peserta didik. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran
pemaknaan. Mengintegrasikan pembelajaran fisika dengan nilai-nilai Islam dapat meningkatkan

183
Seminar Nasional Pendidikan, FKIP UNMA 2022
“Transformasi Pendidikan di Era Super Smart Society 5.0” Oktober 2022

keimanan peserta didik sekaligus sebagai pembuktian akan kebenaran Al Qur’an tentang alam
semesta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsep tata surya dapat diintegrasikan dengan
Al-Qur’an, serta dapat digunakan dalam pembelajaran fisika. Hasil studi literatur ini juga bisa
digunakan untuk penelitian lebih lanjut terkait dengan pengaruh serta aplikasinya dalam
pembelajaran fisika.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. (2016). Fisika Dasar 1. Bandung: Institut Teknologi Bandung.


Al-Qur’an dan terjemahan. (2017). Kementrian Agama Republik Indonesia.
Ashari, A., Hasyim, F., & Wibowo, H.A.C., (2019). Integrasi Kosmologi Dalam Al-Qur’an
Untuk Pembelajaran Fisika. FKIP e-Proceeding, 4(1), 71-76.
Barizi, A. (2011). Pendidikan integratif: Akar tradisi dan integrasi keilmuan pendidikan Islam.
UIN-Maliki Press.
Ibrahim, M. (2008). Model pembelajaran inovatif melalui pemaknaan (belajar perilaku positif dari alam).
Surabaya: Unesa University Press.
Kanginan, M. (2006). FISIKA untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Kanginan, M. (2006). IPA FISIKA untuk SMP Kelas IX. Jakarta: Erlangga.
Khoiri, et al., (2017). Penumbuhan karakter islami melalui pembelajaran fisika berbasis integrasi
sains-islam. Tadris: Jurnal Keguruan dan Ilmu Tarbiyah, 2(1), 19-31.
Mukri, et al., (2019). Quran- integrated science in the era of industrial revolution 4.0. Journal of
Physics: Conference Series, 0-5.
Purwaningrum, S. (2015). Elaborasi ayat-ayat fisika dalam Al Qur’an: Langkah menuju integrasi
agama dan fisika dalam pendidikan. Inovatif: Jurnal Penelitian Pendidikan, Agama, Dan
Kebudayaan, 1(1), 124-141.
Purwanto, J., & Hasanah, B. U. (2014). Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri Tipe Pictorial
Riddle Dengan Konten Integrasi-Interkoneksi Pada Materi Suhu Dan Kalor Terhadap
Kemampuan Berfikir Kritis Siswa SMA. J. Kaunia, 9(2), 117–127.
Rahmawati, R. D., & Bakhtiar, N. (2019). Pembelajaran IPA Berbasis Integrasi Islam-Fisika
pada Pokok Bahasan Penciptaan Alam Semesta dan Tata Surya. Journal of Natural Science
and Integration, 1(2), 195-212.
Rahmola, A., & Mursalin, M. (2018). Penerapan pembelajaran terintegrasi nilai-nilai Al-Qur’an
pada konsep cahaya dan alat optik untuk meningkatkan hasil belajar dan wawasan
keagamaan siswa. In Quantum: Seminar Nasional Fisika, dan Pendidikan Fisika (pp. 125-
131).
Ramadanti, E. C. (2020). Integrasi Nilai-Nilai Islam Dalam Pembelajaran IPA. Jurnal Tawadhu,
4(1), 1053-1062.
Romadhoni, et al., (2017). Penerapan model pembelajaran problem based learning (PBL) disertai
media CD interaktif terhadap hasil belajar dan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran
fisika SMA di kabupaten Bondowoso. Jurnal Pembelajaran Fisika, 5(4), 329-336.
Sartika, E. (2014). Analisis isi kualitatif pesan moral dalam film berjudul “Kita versus Korupsi.”.
EJournal Ilmu Komunikasi, 2(2), 63-77.
Sartika, S. B., & Faizah, I. (2019). Integrasi Nilai-nilai Al Islam dalam Mata Kuliah Fluida
Melalui Model Pembelajaran Pemaknaan. SEJ (Science Education Journal), 3(2), 113-130.
Syahputra, A. (2022). Pembelajaran Ilmu Falak Integratif Berbasis Literasi Al Qur’an dengan
Menggunakan Pendekatan Saintifik pada Model Problem Solving. Book Chapter of
Proceedings Journey-Liaison Academia and Society, 1(1), 139-150.
Tafsir Surat Al-Anbiya, ayat 30-33. (2015). ibnukatsironline.com. Accessed October 1, 2022.
http://www.ibnukatsironline.com/2015/07/tafsir-surat-al-anbiya-ayat-30-33.html.
Tafsir Surat Yasin, ayat 37-40. (2015). ibnukatironline.com. Accessed October 1, 2022.
http://www.ibnukatsironline.com/2015/09/tafsir-surat-yasin-ayat-33-36_30.html.

184
Seminar Nasional Pendidikan, FKIP UNMA 2022
“Transformasi Pendidikan di Era Super Smart Society 5.0” Oktober 2022

Tantriadi, Y. (2013). Pembuatan ensiklopedia interaktif tata surya untuk anak SMP. Calyptra,
2(1), 1-7.
Una, F. (2022). Pendidikan Fisika Dalam Al-Qur’an.

185

Anda mungkin juga menyukai