Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP PERILAKU CARING

1. Definisi Perilaku Caring

Caring adalah fenomena yang umum dalam keperawatan, hal ini dapat dimengerti

dan diterima sebagai nilai yang mendasar yaitu sebuah disiplin dalam pengetahuan

dan profesional dalam praktek. sarjana keperawatan berpendapat bahwa kepedulian

adalah inti dari praktik keperawatan. Teori ini setuju bahwa kepedulian merupakan

pusat peran keperawatan dan telah didefinisikan peduli sebagai karakteristik

keperawatan (Suweko & Warsito, 2019)

Caring merupakan sebagai sikap peduli yang memudahkan untuk memperoleh status

kesehatan dan pemulihan. Caring adalah manifestasi dari perhatian kepada orang lain,

berpusat pada orang, menghormati harga diri dan kemanusiaan, dan berkomitmen

untuk mencegah terjadinya status yang memburuk, memberikan perhatian,

konsentrasi dan menghormati orang lain. Caring dalam keperawatan adalah fenomena

transkultural dimana perawat berinteraksi dengan klien, staff, dan kelompok lain.

Caring bukan semata-mata perilaku tetapi cara yang memiliki makna dan motivasi

tindakan (Ariani & Aini, 2018)

2. Komponen Perilaku Caring

Perilaku caring yang diharapkan dalam keperawatan ada 5 konsep dasar yang

mendasari caring Swanson. Lima konsep tersebut adalah (Maulidina, 2019) :


a. Komponen mempertahankan keyakinan, mengaktualisasi diri untuk membantu

orang lain, mampu membantu orang lain dengan tulus, memberikan ketenangan

kepada klien dan memiliki sikap yang positif

b. Komponen pengetahuan, memberikan pemahaman klinis tentang kondisi dan

situasi klien, melaksanakan setiap tindakan sesuai peraturan dan menghindari

terjadinya komplikasi

c. Komponen kebersamaan, ada secara emosional dengan orang lain, bisa berbagi

secara tulus dengan klien dan membina kepercayaan terhadap klien

d. Komponen tindakan yang dilakukan, melakukan tindakan terapeutik seperti

membuat klien merasa nyaman, mengantisipasi bahaya dan intervensi yang

kompeten

e. Komponen memungkinkan, melakukan informent consent pada setiap tindakan,

memberikan respon yang positif terhadap keluhan klien

3. Faktor Yang Mempengaruhi Caring

Caring adalah aplikasi dari proses keperawatan sebagai bentuk kinerja oleh seorang

perawat. Gibson mengemukakan 3 faktor yang berpengaruh terhadap kinerja individu

meliputi (Aisyah et al., 2022) :

a. Faktor Individu Variabel individu dikelompokkan pada subvariabel kemampuan

dan keterampilan, latar belakang dan demografis. Variabel kemampuan dan

keterampilan adalah faktor penting yang bisa berpengaruh terhadap perilaku dan

kinerja individu. Kemampuan intelektual merupakan kapasitas individu

mengerjakan berbagai tugas dalam suatu kegiatan mental.


b. Faktor Psikologis Variabel ini terdiri atas sub variabel sikap, komitmen, dan

motivasi. Faktor ini banyak dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial, pengalaman

dan karakteristik demografis. Setiap orang cenderung mengembangkan pola

motivasi tertentu. Motivasi adalah kekuatan yang dimiliki seseorang yang

melahirkan intensitas dan ketekunan yang dilakukan secara sukarela. Variabel

psikologis bersifat komplek dan sulit diukur.

c. Faktor Organisasi Faktor organisasi yang bisa berpengaruh dalam perilaku caring

adalah, sumber daya manusia, kepemimpinan, imbalan, struktur dan pekerjaan.

Variabel imbalan akan mempengaruhi variabel motivasi, yang pada akhirnya

secara langsung mempengaruhi kinerja individu.

Faktor yang mempengaruhi perilaku caring perawat antara lain beban kerja yang

tinggi, lingkungan kerja, pengetahuan dan pelatihan (Firmansyah et al., 2019) :

a. Beban kerja perawat

Tingginya beban kerja yang dilakukan oleh perawat menyebabkan tingginya

stress yang terjadi pada perawat sehingga menurunkan motivasi perawat untuk

melakukan caring. Beban kerja yang tinggi menyebabkan kelelahan pada perawat

sehingga dapat menurunkan motivasi perawat untuk bersikap caring. Tingginya

beban kerja menyebabkan perawat memiliki waktu sedikit untuk memahami dan

memberikan perhatian terhadap pasien secara emosional dan hanya fokus

terhadap kegiatan yang bersifat rutinitas, seperti memberikan obat, melakukan

pemeriksaan penunjang atau menulis catatan perkembangan pasien.

b. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja yang nyaman akan menimbulkan kenyamanan dalam berkerja

pada perawat sehingga memungkinkan perawat untuk menerapkan perilaku

caringnya. Lingkungan kerja memiliki pengaruh yang positif terhadap perilaku

caring perawat dan meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan. Lingkungan

kerja tidak hanya terpaku pada lingkungan fisik saja, namun lebih dari itu, iklim

kerja yang kondusif, kepemimpinan yang efektif, kesempatan untuk

meningkatkan jenjang karir dan pemberian upah atau penghasilan dapat 15

berdampak pada meningkatnya kinerja dan motivasi perawat untuk menerapkan

caring.

c. Pengetahuan dan pelatihan

Seperti telah disebutkan, bahwa caring tidak tumbuh dengan sendirinya di dalam

diri seseorang tetapi timbul berdasarkan nilai-nilai, dan pengalaman menjalin

hubungan dengan orang lain. Peningkatan pengetahuan dan pelatihan perilaku

caring yang diberikan kepada perawat dapat meningkatkan kesadaran perawat

untuk melakukan caring sesuai dengan teori yang telah dikembangkan.

4. Pengukuran Perilaku Caring

a. Caring Behaviors Assesment Tool (CBA)

Dikatakan sebagai alat ukur pertama yang dikembangkan untuk mengkaji caring.

CBA disempurnakan didasari dari teori Watson dan memakai 10 faktor karatif.

CBA terdiri dari 63 perilaku caring perawat yang dikelompokkan menjadi 7

subskala yang disesuaikan 10 faktor karatif Watson. Tiga faktor karatif pertama

dikelompokkan menjadi satu subskala. Enam faktor karatif lainnya mewakili


semua aspek dari caring. Alat ukur ini memakai skala Likert (5 poin) yang

merefleksikan derajat perilaku caring menurut persepsi pasien (Lesmana, 2021).

b. Caring Behavior Checklist (CBC) and Client Percepstion of Caring (CPC)

Dikembangkan oleh Mc Daniel membedakan “caring for” dan “caring about”.

CBC dirancang untuk mengukur ada atau tidak perilaku caring (observasi). CPC

adalah kuesioner yang digunakan sebagai alat ukur untuk mengetahui respon

pasien terhadap perilaku caring perawat. Dua alat ukur ini digunakan bersama-

sama untuk melihat proses caring. CBC terdiri dari 12 item perilaku caring. Alat

ukur ini membutuhkan seorang observer yang menilai interaksi perawat-pasien

selama 30 menit. Rentang nilai 0 (nol) sampai 12 (dua belas), nilai paling tinggi

menunjukkan ada perilaku caring yang ditampilkan. CPC ditunjukkan kepada

pasien setelah diobservasi. Alat ukur ini terdiri dari 10 item dengan 6 rentang

skala. Rentang skor 10 sampai 60, dimana skor tertinggi menunjukkan derajat

perilaku caring yang ditunjukkan yang dipersepsikan pasien bernilai tinggi begitu

juga sebaliknya (Lesmana, 2021).

c. Caring Professional Scale (CPS)

Dengan menggunakan teori caring Swanson (suatu middle range theory yang

dikembangkan) berdasarkan penelitiannya pada 185 ribu yang mengalami

keguguran). CPS terdiri dari dua subskala analitik yaitu Compassionate Healer

dan Competent Practitioner, yang berasal dari dari 5 komponen caring Swanson

yaitu mengetahui, keberadaan, melakukan tindakan, memampukan, dan

mempertahankan kepercayaan. CPS terdiri dari 14 item dengan 5 skala Likert.

Validitas dan reliabilitas CPS dikembangkan dengan menghubungkan alat ukur


CPS dengan subskala empati The Barret-Lenart Relationship Inventory (r=0,61,

p< 0,001). Nilai estimasi Alpa Cronbach untuk konsistensi internal digunakan

untuk membandingkan beberapa tenaga kesehatan advance practice nurse (0,74

sampai 0,96), nurse (0,97), dan dokter (0,96) (Lesmana, 2021).

d. Caring Assesment Tools (CAT)

Alat ukur ini dirancang untuk penelitian deskriptif korelasi. CAT memakai

konsep teori Watson dan mengukur 10 kuratif. Alat ukur ini terdiri dari 100 item

dengan menggunakan skala Likert dari 1 (caring rendah) sampai 5 (caring tinggi),

sehingga kemungkinan skor total berkisar antara 100 sampai 500. Sampel

penelitian yang digunakan saat itu adalah 86 pasien medikal bedah. Duffy

mengembangkan CAT versi admin (CAT-admin) yang mengukur persepsi

perawat mengenai manajer mereka untuk administrasi riset keperawatan. Alat

ukur ini menambahkan pertanyaan kualitatif pada versi CAT original, dan masih

menggunakan 10 faktor karatif. CAT-admin diuji pada 56 perawat part-time dan

full-time, dan di dapatkan nilai Alpa Cronbach sebesar 0,98. Lalu pada tahun

2001, CAT dikembangkan oleh Duffy ke versi CAT-edu yang dirancang

menggunakan pendidikan keperawatan, dengan sampel 71 siswa program sarjana

dan magister. CAT-edu terdiri dari 95 item pertanyaan dengan 5 poin skala Likert.

Nilai Alpa Cronbach sebesar 0,98 (Lesmana, 2021).

e. Caring Factor Survey (CFS)

Merupakan alat ukur terbaru yang menguji hubungan caring dan cinta universal

(caritas). Caritas merupakan pandangan baru Watson tentang caring. CSF

mengkaji penggunaan caring fisik, mental dan spiritual yang dilaporkan oleh
pasien yang mereka rawat. CSF disempurnakan oleh Karen Drenkard, John

Nelson, Gene Rigotti dan Jean Watson dengan bantuan program riset dari

Inovahealth di Virginia. Alat ukur ini pada awalnya terdiri dari 20 item lalu

diperkecil menjadi 10 item pertanyaan, tiap pertanyaan mewakili satu proses

caritas. CFS menggunakan skala Likert dari 1 sampai 7. Skala terendah (1-3)

mengindikasi tidak setuju, 7 sangat setuju, dan 4 netral. Semua item pertanyaan

bersifat positif, ditujukan kepada pasien atau keluarga pasien: Nilai Alpa

Cronbach pada 20 pertanyaan adalah 0,70 kemudian 20 item tersebut diperkecil

menjadi 10 item untuk menaikkan nilain Alpa Cronbach (Lesmana, 2021).

B. KONSEP KEPUASAN

1. Definisi Kepuasan

Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang dirasakan setelah

membandingkan antara kinerja (hasil) dengan yang harapkan, jika kinerja berada

dibawah harapan maka pelanggan tidak puas, namun sebaliknya jika memenuhi

harapan pelanggan merasa puas dan jika kinerja melebihi harapan pelanggan merasa

sangat puas dan merasa senang (Suweko & Warsito, 2019).

Kepuasan pasien adalah tingkat kepuasan dari persepsi pasien dan keluarga terhadap

pelayanan kesehatan dan merupakan salah satu indikator kinerja rumah sakit.

Masyarakat miskin juga memiliki hak yang sama dengan golongan masyarakat lain

dalam mendapatkan pelayanan kesehatan (Septi Andrianti, 2022).

Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator penting dalam meningkatkan

pelayanan kesehatan. Fungsi pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh

pemerintah melalui organisasi di bidang kesehatan dengan tujuan utama untuk


menjaga dan memelihara kesehatan masyarakat secara fungsional, proporsional

dan professional (Di & Sepatan, 2021).

Menurut Al-Assaf, (2019) disamping persoalan keterjangkauan dan ketersediaan

layanan yang disediakan dalam institusi kesehatan harus memiliki karakteristik

tertentu. Elemen kepuasan pasien sebenarnya merupakan yang paling penting atau

utama. Jika pasien tidak puas dengan pelayanan yang diberikan pasien tidak akan

mencari layanan tersebut walaupun layanan tersebut sudah tersediah atau mudah

untuk dijangkau (Hidayati, 2022).

2. Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien

Kepuasan pasien sangat dipengaruhi oleh pelayanan mutu kesehatan (Muninjaya,

2018) :

a. Responsiveness (Cepat Tanggap)

Responsiveness merupakan kemampuan petugas kesehatan menolong pelanggan

(pasien) dan kesiapannya melayani suatu prosedur dan bisa memenuhi harapan

pelanggan (pasien). Pelayanan kesehatan yang responsif terhadap kebutuhan

pelanggan (pasien) kebanyakan ditentukan oleh sikap para front-line staff. Petugas

kesehatan secara langsung berhubungan dengan Pasien dan keluarga Pasien, baik

melalui tatap muka, komunikasi non verbal, langsung atau melalui telepon.

b. Reabillity

Reabillity merupakan kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan

dengan tepat waktu dan akurat.

c. Assurance
Assurance berkaitan dengan pengetahuan, kesopanan dan sifat petugas yang dapat

dipercaya oleh pelanggan (pasien).

d. Empathy

Empathy berkaitan dengan rasa kepedulian dan perhatian khusus tenaga kesehatan

kepada setiap pasien, memahami kebutuhan pasien dan memberikan kemudahan

untuk dihubungi setiap saat apabila pasien membutuhkan bantuannya.

e. Tangible

Tangible merupakan mutu pelayanan kesehatan yang dapat dirasakan secara

langsung oleh pasien dengan menyediakan fasilitas fisik dan perlengkapan yang

memadahi.

Faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien antara lain (Lesmana, 2021) :

a. Sikap dan pendekatan perawat dengan pasien dimana pada saat memberikan

asuhan keperawatan, Perawat harus bersikap ramah dan care kepada pasien,

sehingga pasien akan mendapatakan kepuasan.

b. Pengetahuan dari perawat, yaitu pasien mendapatkan informasi yang dibutuhkan

terkait dengan masalah yang sedang dihadapi.

c. Prosedur administrasi, yaitu prosedur yang tidak berbelit-belit sehingga pasien

merasakan kemudahan dalam pelayanan administrasi

d. Fasilitas yang disediakan oleh Rumah sakit, meliputi peralatan dan kebersihan

ruangan dan lingkungan tempat pasien menjalani perawatan

e. Keterampilan keperawatan, perawat harus terampil dan cekatan dalam

memberikan asuhan keperawatan yang paripurna.

3. Aspek Kepuasan Pasien


Kepuasan pasien dipengaruhi oleh beberapa aspek yaitu (Maulidina, 2019) :

a. Aspek kenyamanan, klien merasakan kenyamanan dari berbagai fasilitas yang ada

di sebuah Rumah Sakit, dari lokasinya yang mudah dijangkau, kenyamanan akan

ruangan, kebersihan lingkungan rumah sakit, dan peralatan yang tersedia di

Rumah Sakit tersebut.

b. Aspek hubungan klien dengan perawat, meliputi sikap perawat selama memberi

pelayanan, kecekatan perawat dalam merespon keluhan klien, teknik komunikasi

yang efektif dari perawat serta kejelasan informasi yang diberikan oleh pasien.

c. Aspek kompetensi teknis perawat, meliputi tingkat kompetensi atau kemampuan

yang dimiliki oleh perawat serta pengalaman perawat dalam memberikan asuhan

keperawatan pada pasien.

d. Aspek biaya, meliputi terjangkaunya biaya administrasi Rumah Sakit, biaya

perawatan serta pembiayaan lain yang dibebankan pada pasien selama menjalani

perawatan.

4. Indikator Kepuasan Pasien

Indikator kepuasan pasien meliputi empat aspek dibawah ini (Chriswardani,

Suryawati & Dharminto & Zahroh, 2006) :

a. Indikator Kenyamanan

Bagian dari aspek kenyamanan berupa : lokasi rumah sakit, kebersihan rumah

sakit, kenyamanan ruangan, makanan dan peralatan ruangan.

b. Indikator Hubungan Pasien dengan Petugas Rumah Sakit

Bagian dari aspek ini berupa: keramahan, komunikasi, responstatif, suportif, dan

cekatan.
c. Indikator Kompetisi Teknis Petugas

Bagian dari aspek ini berupa: keberanian bertindak, pengalaman, gelar, terkenal

dan kursus. Indikator Biaya Bagian dari aspek ini berupa: mahalnya pelayanan,

sebanding dengan yang didapatkan, terjangkau atau tidak, adanya keringanan atau

tidak dan kemudahan memperoleh pelayanan kesehatan.

5. Pengukuran Kepuasan Pasien

Pengukuran tingkat kepuasan dimulai dari penentuan pasien, kemudian dimonitor dari

tingkat kualitas yang diinginkan dan akhirnya merumuskan strategi (Hidayati, 2022).

Kotler mengidentifikasikan empat metode untuk mengukur kepuasan pelanggan,

antara lain (Herman et al., 2019) :

a. Sistem Keluhan dan Saran

Suatu perusahaan yang berorientasi pada pelanggan akan memberikan

pelanggannya untuk menyampaikan saran dan keluhan, misalnya dengan

menyediakan kotak saran, kartu komentar dan lain-lain. Informasi dari para

pelanggan ini akan memberikan masukan dan ide-ide bagi perusahaan agar

bereaksi dengan tanggapdan cepat dalam menghadapai masalhmasalah yang

timbul. Sehingga perusahan akan tahu apa yang dikeluhkan oleh pelanggannya

dan segera memperbaikinya. Metode ini berfokus pada indentifikasi masalah dan

juga pengumpulan saran-saran dari pelanggannya langsung.

b. Ghost Shopping (Mystery Shopping)

Salah satu cara memperoleh gambaran mengenai kepuasan pelanggan adalah

dengan memperkerjakan beberapa orang ghost shopers untuk berperan atau

berpura-pura sebagai pelanggan potensial. Sebagai pembeli potensial terhadap


produk dari perusahaan dan juga dari produk pesaing. Kemudian mereka akan

melaporkan temuan temuannya mengenai kekuatan dan kelemahan dari produk

perusahaan dan pesaing berdasarkan pengalaman mereka dalam pembelian

produk tersebut. Selain itu para ghost shopper juga bisa 30 mengamati cara

penanganan terhadap setiap keluhan yang ada, baik oleh perusahaan yang

bersangkutan maupun dari pesaingnya.

c. Lost Customer Analysis

Perusahaan akan menghubungi para pelanggannya atau setidaknya mencari tahu

pelangganya yang telah berhenti membeli produk atau yang telah pindah

pemasok, agar dapat memahami penyebab mengapa pelanggan tersebut berpindah

ke tempat lain. Dengan adanya peningkatan customer lost rate, dimana

peningkatan customer lost rate menunjukkan kegagalan perusahaan dalam

merumuskan pelanggannya.

d. Survei kepuasan Pelanggan

Sebagian besar riset kepuasan pelanggan dilakukan dengan menggunakan metode

survei, baik survei melalui pos, telepon, email, website, maupun wawancara

langsung. Melalui survey perusahaan akan memperoleh tanggapan dan balikan

secara langsung (feedback) dari pelanggan dan juga memberikan kesan positif

terhadap para pelanggannya.

Tingkat kepuasan pasien dapat diukur dengan beberapa metode diatas. Data yang

diperoleh dari hasil pengukuran tiap-tiap metode mempunyai hasil yang

berbeda.Dalam penelitian ini kepuasan diukur menggunakan sistem keluhan dan

saran. Alasannya ketika pasien memberikan keluhan dan saran mereka dalam keadaan
yang sesuai dengan apa yang telah dialaminya berkaitan dengan pelayanan yang

diberikan petugas rumah sakit sehingga didapatkan hasil yang lebih spesifik.

C. PENELITIAN TERKAIT

1. Menurut hasil penelitian Baringbing, 2020, Di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit

Umum Dr. Doris Sylvanus masih ditemukan, perawat kurang informative, dan

perawat jarang memberikan penjelasan kepada sebelum melakukan tindakan

keperawatan, perawat kurang terampil menangani pasien, dan kurangnya respon cepat

tanggap perawat dalam menangani keluhan pasien, perawat kurang memperhatikan

pasiennya, kurang ramah. Sehingga pasien dan keluarga pasien memberikan penilaian

kurang baik. Menggunakan desain penelitian cross sectional dengan teknik

pengambilan sampel aacidental sampling.Responden penelitian berjumlah 93

responden merupakan pasien di IGD Rumah Sakit Umum Dr. Doris Sylvanus.

Analisis bivariat yang digunakan analisis chi square. Menunjukkan bahwa caring

perawat dengan kepuasaan pasien (p-value 0,000), adanya hubungan dengan

kepuasan pasien (Baringbing, 2020).

2. Berdasarkan hasil penelitian Puspita,dkk. (2023), yang berjudul Hubungan Perilaku

Caring Perawat dengan Kepuasan Pasien di Ruang Rawat Inap RSUD Labuang Baji

Makassar diperoleh hasil sebagian besar responden menyatakan bahwa perawat sudah

memiliki parilaku caring sebanyak 35 orang (77,8%) dan ada 6 orang (13,3%) yang

menyatakan perawat belum caring sama halnya dengan kepuasan sebagian besar

responden sudah merasa puas dengan pelayanan perawat yaitu sebanyak 39 orang

(86,7%) dan yang tidak puas ada 6 orang (13.3%) dari hasil di atas dapat
disimpulakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara perilaku caring perawat

dengan kepuasan pasien dimana nilai p=0.001 < ɑ (ɑ 0,05) (Belladona et al., 2020).

3. Dari hasil penelitian safaatul, dkk (2023), diperoleh Mayoritas responden memiliki

perilaku caring cukup sebanyak 72 (86,7%) responden, dan tingkat kecemasan

keluarga pasien dengan kecemasan berat 70 (84,3%) responden. Simpulan: Hasil

penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara perilaku caring perawat dengan

tingkat kecemasan keluarga pasien di ICU dengan p value = 0,004. Penelitian ini

diharapkan dapat dijadikan sebagai data dan informasi dasar dalam melakukan

penelitian lebih lanjut (Intani et al., 2023).


D. KERANGKA TEORI

Kerangka teori adalah penggambaran suatu hubungan antara berbagai variable guna

menjelaskan sebuah fenomena. Kerangka teori berasal dari paparan berupa teori yang

menjelaskan hubungan antara berbagai variable yang bertujuan menjelaskan sebab dan

akibat yang terdapat dalam tinjauan pustaka (Masturoh, 2018). Kerangka teori pada

penelitian ini dapat dilihat pada skema 2.1 :

Faktor yang mempengaruhi perilaku


caring :
1. Faktor individu Perilaku Caring Perawat
2. Faktor organisasi
3. Faktor psikologis

Kualitas pelayanan yang di


berikan perawat
Faktor yang mempengaruhi
kepuasan :
a. Responsiveness 1. Pasien puas
Tingkat kepuasan
b. Reabillity 2. Pasien tidak
pasien
c. Assurance puas
d. Empathy
e. tangibel

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak Diteliti
E. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan

antara satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variable yang satu dengan variable

yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2018).Kerangka konsep dalam

penelitian ini dapat dilihat pada skema 2.2 :

Perilaku Caring Kepuasan Pasien

F. Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan sementara berdasarkan teori yang belum dibuktikan dengan

data fakta (Masturoh & Nauri Anggita, 2018). Terdapat dua jenis hipotesis yaitu hipotesis

nol (Ho) dan hipotesi alternatif (Ha). Hipotesis Ho merupakan hipotesis yang tidak ada

perbedaan dan dibuat dengan tujuan untuk menolak. Sedangkan Ha menyatakan ada

perbedaan suatu kejadian antara kedua kelompok hipotesis yang menyatakan ada

hubungan antara satu variable dengan variable lainnya. Adapun hipotesis pada penelitian

ini yaitu :

Ha : ada Hubungan perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien di IGD RSUD

Pringsewu Tahun 2023.

Ho : tidak ada Hubungan perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien di IGD RSUD

Pringsewu Tahun 2023.

Anda mungkin juga menyukai