Disusun Oleh :
KELOMPOK 6
Pembimbing :
DR. Kholis Ernawati, S.Si, M.Kes
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas dengan judul “PERILAKU
MEROKOK DI KELUARGA BINAAN DI RT 003/RW 04, KAMPUNG
SUKASARI, DESA PANGKALAN, KELURAHAN TEGAL ANGUS,
KECAMATAN TELUK NAGA, KABUPATEN TANGERANG, PROVINSI
BANTEN” periode 29 Februari 2016 – 04April 2016 telah disetujui oleh
pembimbing untuk dipresentasikan dalam rangka memenuhi salah satu tugas
Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
1
KATA PENGANTAR
2
4 Dr. Dian Mardhiyah, M.KK,selaku staf pengajar Kepaniteraan Ilmu
Kedokteran Komunitas Universitas YARSI.
5 Dr. H. Sumedi Sudarsono, M.PH, selaku staf pengajar bagian Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
6 Dr. Dini Widianti, M.KK, selaku staf pengajar bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
7 Dr. Fathul Jannah, M.Si, selaku staf pengajar bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
8 Dr. Yusnita, M.Kes, selaku staf pengajar bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
9 Rifda Wulansari, SP, M.Kes, selaku staf pengajar bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
10 Rifqatussa’adah, SKM, M.Kes, selaku staf pengajar bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
11 Seluruh tenaga kesehatan yang terkait di Puskesmas Kecamatan Teluk Naga,
Tangerang.
12 Seluruh rekan sejawat yang telah memberikan motivasi dan kerjasama
sehingga tersusun laporan ini.
TimPenulis
3
BAB I
LATAR BELAKANG
g.
h. Gambar 1.1 Peta Desa Pangkalan
i.
4
j. Batas Wilayah
k. Batas – batas wilayah Desa Pangkalan seperti yang terlihat pada
m.
n. Gambar 1.2 Peta Batas Wilayah Desa Pangkalan
o.
1.1.2 Gambaran Umum Desa Secara Demografi
1.1.2.1 Situasi Kependudukan
p. Jumlah penduduk Desa Pangkalan sampai dengan
tahun 2014 tercatat sebanyak 16.871 jiwa, terdiri dari laki-laki 8682
jiwa dan perempuan 8189 jiwa. Berdasarkan data dari BPS Kabupaten
Tangerang pada tahun 2014 jumlah penduduk di wilayah kerja
Puskesmas Tegal Angus yang tersebar di 6 desa seperti yang tercantum
di tabel dibawah ini :
q.
5
A
H
ab. W
I ad. R
af. PEN
L U ae. JIWA
DU
A M /RU
DU
Y PE A MAH
K
A ND H
H UD
UK ak. T
A
ai. ( N
k G al. TAN am. per
m G GGA km2
2
) A
cz.
6
da. Tabel 1.2 Klasifikasi jumlah penduduk berdasarkan jenis
kelamin
db.
c. Jumlah Penduduk
aki Su
f. L h. JUMLAH
mb a g. ere er :
a.
b.
k mpu
DESA/K
N i- a
EL n
l
7
Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus,2014
8
wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus belum berkembang secara ekonomi.
Mata pencaharian penduduk didominasi oleh nelayan, petani dan buruh
dengan pendapatan yang tidak tetap. Jumlah penduduk miskin di wilayah
kerja Puskesmas Tegal Angus pada tahun 2014 adalah 31.898 jiwa yaitu 59.3
% dari jumlah penduduk 53.822 jiwa. Hal ini menunjukkan hampir separuh
dari jumlah penduduk di wilayah kerja puskesmas.
ed.
ee.
ef.
eg.
9
fj. 9 fk. PNS fl. 222
.
gc.
1.1.2.3 Pendidikan
gd. Tingkat pendidikan masyarakat sangat berperan dalam
membentuk sikap dan perilaku masyarakat terhadap program
kesehatan sehingga pendidikan sangat berperan dalam pembangunan
kesehatan
ge.
10
gf. Tabel 1.5 Sarana Sekolah di Wilayah Kerja Puskesmas
Tegal Angus
gy. gz. Pangka ha. 1 hb. hc. hd. he. hf. hg. hh. hi. hj.
1 lan 2 0 5 1 2 1 0 1 0
hk. hl. Tanjun hm. 1 hn. ho. hp. hq. hr. hs. ht. hu. hv.
2 g 0 0 2 1 0 0 0 0 0
Burun
g
hw. hx. Tegal hy. 0 hz. ia. ib. ic. id. ie. if. ig. ih.
3 Angus 1 0 2 2 2 1 1 0 0
ii. ij. Tanjun ik. 0 il. im. in. io. ip. iq. ir. is. it.
4 g Pasir 2 0 2 1 0 1 0 0 0
iu. iv. Muara iw. 0 ix. iy. iz. ja. jb. jc. jd. je. jf.
5 0 0 3 0 0 0 0 0 0
jg. jh. Lemo ji. 0 jj. jk. jl. jm. jn. jo. jp. jq. jr.
6 0 0 3 0 0 0 0 0 0
js. jt. PUSK ju. 1 jv. jw. jx. jy. jz. ka. kb. kc. kd.
ESMA 3 0 1 4 2 2 1 0 0
S
kf. Tingkat pendidikan di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus masih rendah,
dari jumlah 53.822 penduduk hanya sebagian kecil yang mengenyam pendidikan.
kg.
kh. Tabel 1.6 Penduduk 10 tahun keatas menurut jenjang Pendidikan di wilayah
kerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2014
ki.
11
AR. AS. JENJANG PENDIDIKAN AT. J
NO. UMLAH
kk.
kl.
km.
Jumlah penduduk yang tidak/belum pernah sekolah dan tidak/belum tamat SD masih
cukup besar yaitu 12.598 jiwa atau 23.5 % dari jumlah penduduk. Hal ini merupakan
tantangan dalam pembangunan kesehatan, pelaksanaan program-program puskesmas
harus disesuaikan dengan tingkat pendidikan dari penduduk yang menjadi sasaran
agar lebih diterima.
1.1.2.4 Kesehatan
kn. LimaBesarPenyakit
ko. Berdasarkan hasil laporan bulanan Penyakit (LB1) Puskesmas Tegal
Angus didapatkan gambaran pola penyakit yang terjadi di Puskesmas Tegal
Angus pada tahun 2014 menurut golongan semua umur seperti grafik
berikut ini :
12
kp. Gambar 1.3 Prevalensi Lima Besar Penyakit
kq.
kr. Penyakit terbanyak adalah penyakit-penyakit menular seperti
ISPA,disusul dengan penyakit batuk dan demam. Penyakit tidak menular
(PTM) yang masuk dalam sepuluh besar penyakit adalah hipertensi dan
myalgia.
ks.
kt. SaranaKesehatan
ku. Berikut sarana kesehatan yang ada di Wilayah Puskesmas Tegal
Angus pada tahun 2014 :
kv.
13
kw.Tabel 1.7. Sarana Kesehatan Yang ada di Puskesmas Tegal Angus Tahun
2014
kx. kz. Ju
N ml
ky. Jenis Sarana Kesehatan ah
la. lc. 1
1
lb. a. Puskesmas
ld. lf. 1
le. b. Puskesmas Pembantu
lg. li. 1
lh. c. Poskesdes
lj. ll. 0
2
lk. Rumah Sakit Pemerintah
lm. lo. 0
3
ln. Rumah Sakit Swasta
lp. lr. 0
4
lq. Rumah Bersalin Swasta
ls. lu. 2
5
lt. Balai Pengobatan Swasta
lv. lx. 5
6 lw. Praktek Dokter Umum
Swasta
ly. ma.8
7
lz. Praktek Bidan Swasta
mb. md.
8 0
mc.Dokter Gigi praktek swasta
me. mg.
9 0
mf. Laboratorium Klinik Swasta
mh. mj. 0
1
mi. Apotik
mk. ml. Optikal mm.
1 0
14
kx. kz. Ju
N ml
ky. Jenis Sarana Kesehatan ah
mp.
mn.
1 mq.
mo. Gudang Farmasi 0
mr. mt. 45
1
ms.Posyandu
mu. mw.
1 2
mv.Toko Obat
mx. mz.0
1
my.Pos UKK
na. nc. 0
1
nb. Polindes
ni. Upaya Pemerintah Desa Pangkalan dengan instansi terkait, dalam hal
ini, antara lain :
1 Peningkatan gizi keluarga Pemberian Makanan Tambahan (PMT) kepada
balita yang ada di setiap posyandu, pemeriksaan kesehatan kepada ibu
hamil.
2 Pencegahan penyakit, vaksinasi Filariasis (kaki gajah), imunisasi Polio bagi
balita, pemberian vitamin A.
3 Penyuluhan Kesehatan dan Penyakit antara lain Demam Berdarah Dengue,
Flu Burung, Chikungunya, dan sejenisnya.
15
4 Penanganan bagi balita yang kekurangan gizi dengan memberikan susu dan
makanan yang bernutrisi.
5 Penyuluhan kesehatan tentang bagaimana menjaga dan memelihara
lingkungan dengan membersihkan rumah masing–masing dan lingkungan
sekitarnya.
6 Pemanfaatan pekarangan dengan ditanami sayur mayur dan Tanaman Obat
Keluarga (TOGA), Tabulapot dan Tabulakar.
7 Peningkatan kualitas kesehatan para LANSIA dengan diadakannya program
senam LANSIA dan POSBINDU
nj.
nl.
16
nm. Tabel 1.8. Perilaku Hidup Bersih Sehat Yang ada di
Puskesmas Tegal Angus Tahun 2014
nn. INDIKATOR
no. N np. nq. nr. ns. nt. nu. nv. nw. nx. ny. nz. oa.
a Ju % % % % % % % % % % %
m
a
D
e
s
a
ob. P oc. od. oe. of. og. oh. oi. oj. ok. ol. om. on.
a 21 5 4 6 7 95 66 5 5 3 33. 1
n
g
k
a
l
a
n
oo. T op. oq. or. os. ot. ou. ov. ow. ox. oy. oz. pa.
j 21 6 5 6 4 96 46 7 6 7 72. 1
.
B
u
r
u
n
g
pb. T pc. pd. pe. pf. pg. ph. pi. pj. pk. pl. pm. pn.
e 21 3 2 5 8 90 57 9 3 7 57 1
g
a
l
A
n
g
u
s
po. T pp. pq. pr. ps. pt. pu. pv. pw. px. py. pz. qa.
j 21 7 4 7 3 91 68 9 7 6 65. 1
.
P
a
s
17
i
r
qb. N qc. qd. qe. qf. qg. qh. qi. qj. qk. ql. qm. qn.
a Ju % % % % % % % % % % %
m
a
D
e
s
a
qo. M qp. qq. qr. qs. qt. qu. qv. qw. qx. qy. qz. ra.
u 21 7 4 7 4 99 43 9 7 3 71. 5
a
r
a
rb. L rc. rd. re. rf. rg. rh. ri. rj. rk. rl. rm. rn.
e 20 6 2 6 9 83 44 8 8 6 45 1
m
o
ro. J rp. rq. rr. rs. rt. ru. rv. rw. rx. ry. rz. sa.
u 12 6 3 6 6 92 54 8 5 6 54 1
m
l
a
h
sc.
sd.
18
se. Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Puskesamas dilakukan
melalui program promosi kesehatan yaitu penyebarluasan informasi kesehatan untuk
meningkatkan derajat kesehatan. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di masyarakat
dapat menggambarkan derajat kesehatan wilayah tersebut hal ini dapat disajikan
dengan indikator PHBS, adapun dari hasil kajian PHBS di wilayah Puskesmas Tegal
angus pada Tahun 2014 dapat digambarkan sebagai berikut :
sf.
sg. Berdasar kajian PHBS diatas didapat ada beberapa yang cakupannya
masih rendah hal ini dikarenakan:
19
Kurangnya kader jumantik sehingga kegiatan pemeriksaan jentik berkala
kurang optimal.
si.
sk.
a) PenyehatanPerumahan
sn.
so.
20
sp. Tabel 1.9. PersentaseRumahSehat Triwulan I
MenurutKecamatandanPuskesmasTahun 2015
sq. sr. ss. D st. RUMAH
NO PUSKES ESA
MAS sx. J sy. sz. ta. tb.
UMLAH JUMLAH % JUMLAH %
SELURUHNY DIPERIKSA DIPERIKSA SEHA SEHAT
T
A
vo.
vp. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat yang ada di
wilayah puskesmas Tegal Angus mempunyai rumah yang tidak sehat, hal ini
21
dikarenakan tingkat ekonomi dan pendidikan yang masih rendah, pengetahuan
22
tentang rumah sehat yang kurang. Perlu kerjasama lintas sektoral untuk
meningkatkan jumlah rumah sehat.
vq.
23
b) Pemenuhan Kebutuhan Sarana Sanitasi Dasar
vs.
vv.
vw. K vx. P vy. J vz. wa. TEMPAT SAMPAH
N
ECAMATAN USKESMAS UMLAH JUMLA
O wb.
PENDUDU H KK
K wh. wi. wj. wk. wl. wm.
JKM JKP JKS %JK %JKP %JKS
M
24
6 MO .557 655
zb. JUMLAH
zd. 1
ze. zf.
3
zc. 53.8 . 3.106 1.248
22 9 zg. zh. zi. zj.
1 3 24 4 5
7
zl.
zp.
zq. Seperti yang terlihat pada tabel di atas bahwa dari jumlah rumah yang
diperiksa mengalami penurunan, hal ini dikarenakan tidak adanya sanitarian di
Puskesmas Tegal Angus sehingga kurang tenaga untuk memeriksa sanitasi dasar.
Dilihat dari jumlah rumah yang memiliki hanya 38,5% rumah yang memiliki tempat
sampah, kemudIan dari jumlah rumah yang diperiksa jumlah yang memiliki tempat
sampah sehat hanya 41,3%. Berbagai faktor seperti tingkat pengetahuan, pendidikan,
ekonomi, sosial dan kesadaran penduduk yang masih rendah menyebabkan sulitnya
meningkatkan kesehatan sanitasi masyarakat.
25
tenaga sanitarian dan kurangnya tenaga di Puskesmas Tegal Angus menyebabkan
pembinaan di TTU tidak dapat dilakukan.
zt.
zv. Makanan dan minuman adalah kebutuhan pokok manusia dan sumber
utama kehidupan bagi umat manusia, maka dengan itu makanan yang tidak
dikelola dengan baik justru akan menjadi sumber media yang sangat efektif
didalam penularan penyakit saluran pencernaan.
zy.
26
1.2 GAMBARAN KELUARGA BINAAN
zz. Keluarga binaan bertempat di RT 003/RW 04, Kampung Suka Sari, Desa
Pangkalan, Kelurahan Tegal Angus, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tanggerang, Provinsi Banten. Diagnosis komunitas, dilaksanakan dari
tanggal 9 Maret sampai dengan 22 Maret 2016. Adapun lokasi pemukiman
keluarga binaan kami adalah sebagai berikut:
Rumah Tn.
aac.
Jayadi
aad.
Lapangan
Rumah Tn.
aae.
Agus
aaf.
aah.
Rumah Tn. Rumah Tn.
aai. Marsin Muwasim
aak.
27
aan. aao. aap. aaq. aar. aas. aat. P aau.
N Nama Status Jenis Usi Pendidi ekerja Pen
Ke Kela a kan an
lua min
rg
a
aav. aaw. aax. aay. aaz. aba. abb. T abc.
1 Tn. Suami Laki- 56 SD ukang Rp1.
Jaya laki t Parkir
di h u
abd. abe. abf. abg. abh. abi.SD abj.Buruh abk.
2 Ny. Eki
Istri Peremp 40 Rp.1
uan t
h u
abl. abm. abn. abo. abp. abq. abr.Pengan abs. -
3 Nn. Anak I Peremp 22 SMP gguran
Devi uan t
h
abt. abu abv. abw. abx. aby abz. K aca.
. .
4 Nn.
Anak Peremp 21 SMA aryaw Rp.4
a
Novi II uan t n
h u
28
acl. Keluarga Tn. Jayadi tinggal di RT 003/RW 04 Kampung Suka Sari,
Desa Pangkalan. Di rumah ini Tn. Jayadi tinggal dengan istri dan ketiga
29
anaknya. Tn. Jayadi yang saat ini berusia 56 tahun bekerja sebagai tukang
parkir dengan penghasilan sekitar Rp 1.500.000,00/bulan, dengan latar
belakang pendidikan sekolah dasar. Tn. Jayadi memiliki 3 orang anak. Anak
tertuanya, Nn. Devi berusia 22 tahun, pengangguran, dengan latar belakang
pendidikan Nn. Devi adalah SMP. Kemudian anak keduanya Nn. Novi
berusia 21 tahun, bekerja sebagai pegawai bandara dengan penghasilan
sekitar Rp 4.000.000,00/bulan, dengan latar belakang sekolah menengah atas,
kemudian anak ketiganya Nn. Levi berusia 18 tahun sedang dalam
pendidikan sekolah menengah kejuruan.
acm.
acn.
30
b. Bangunan Tempat Tinggal
aco. Keluarga Tn. Jayadi tinggal disebuah bangunan rumah diatas
tanah seluas 12 x 8 m2. Rumah terdiri dari sebuah ruang tamu berukuran 4 x 3
m2 Ventilasi di rumah tersebut cukup baik karena terdapat ventilasi pada
setiap ruangan dan cahaya matahari dapat masuk lewat ventilasi tersebut. Di
belakang ruang tamu terdapat ruang TV berukuran 4 x 3 m 2, tidak ada
ventilasi dan jendela untuk pencahayaan. Di depan ruang TV terdapat 1
Kamar tidur Tn. Jayadi dan Ny. Eki berukuran 4 x 3 m2 , terdapat 1 buah
ventilasi di kamar tidur tetapi tidak terdapat jendela, Di samping ruang TV
terdapat 1 kamar tidur ketiga anak perempuan Tn. Jayadi berukuran 3 x 2
m2 , tidak terdapat ventilasi dan jendela dikamar tersebut. Dibagian belakang
ruang tv terdapat 1 dapur dengan ventilasi dan tanpa jendela, di samping
dapur terdapat kamar mandi, kamar mandi Tn. Jayadi tidak terdapat jamban
sehingga keluarga Tn. Jayadi harus pergi ke sungai ketika ingin buang air
besar. Rumah ini mempunyai 1 pintu depan, 2 jendela di ruang tamu
(bagian depan rumah) dan ruang TV. Seluruh ruang di rumah ini teralasi
dengan lantai ubin kecuali pada ruang dapur dan kamar mandi yang
beralaskan semen, dinding rumah terbuat dari batako, kemudian atap rumah
terbuat dari genteng.
acp. Keluarga Tn. Jayadi sering menggunakan air sumur sebagai
sumber air untuk keperluan mandi dan memasak serta untuk keperluan
mencuci baju dan. Keluarga Tn. Jayadi menggunakan air galon untuk
memenuhi kebutuhan air minum. Dalam 3 hari keluarga Tn. Jayadi
memerlukan 1 galon untuk memenuhi kebutuhan air minum. Keluarga Tn.
Jayadi mengaku selalu mencuci tangan setelah melakukan aktivitas dan
sebelum makan
acq.
acr.
31
acs. Gambar 1.5. Denah Ruman Tn. Jayadi
act.
8M
acu.
acv.
acw.
Kamar DAPUR
mandi acx.
KAMAR
acy. 12 M
2
acz. RUANG
ada.
adb. Ruang
adc. Kamar
Tamu
add. I
c. Lingkungan Pemukiman
ade. Rumah Tn. Jayadi terletak di pemukiman yang padat
penduduk. Di ba gian depan terdapat jalan setapak, bag ian belakang terdapat
lapangan, di bagian kanan dan kiri juga terdapat rumah tetangga. Tidak ada
selokan untuk mengalirkan limbah cair.
d. Pola Makan
adf. Ny. Eki memasak makanan sendiri untuk keluarganya. Ia sering
memasak makanan dengan menu seperti tahu, tempe, dan sesekali ikan, ayam
atau daging. Sehari-harinya mereka makan besar 3 kali. Mereka juga
mengatakan bahwa mereka mencuci tangannya dengan menggunakan sabun
batangan sebelum dan sesudah makan.
e. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak
adg. Ketiga anak Tn. Jayadi lahir di RS Swasta di daerah Jakarta
Pusatkarena keluarga Tn. Jayadi sebelumnya bertempat tinggal di Jakarta.
Setiap kehamilan, Ny. Eki mengaku selalu rutin untuk mengontrol
kandungannya ke bidan. Untuk imunisasi, Ny. Eki rutin mambawa anak
ketiganya untuk dilakukan imunisasi di bidan, namun tidak pernah membawa
anak pertama dan kedua untuk imunisasi. Ny. Eki mengaku anaknya
diberikan ASI eksklusif sampai usia anak usia 6 bulan, kemudian setelah 6
bulan anaknya diberikan makanan tambahan selain ASI. Kemudian saat ini
Ny. Eki menggunakan KB suntik untuk mengontrol jumlah anak dalam
keluarganya
f. Kebiasaan Berobat
32
adh. Dalam segi kesehatan, keluarga Tn. Jayadi belum pernah
mengalami sakit yang serius. Gangguan kesehatan yang sering dialami
anggota keluarganya antara lain batuk, pilek, demam, sakit kepala, dan maag.
Menurut penuturan Ny. Eki, mereka biasanya meminum obat warung terlebih
dahulu, jika tidak membaik baru dibawa ke bidan, keluarga Ny. Eki Jarang
memeriksakan ke puskemas karena jarak dari rumah ke puskesmas jauh.
g. Riwayat Penyakit
adi. Tn. Jayadi dan ketiga anaknya sering mengalami batuk.
Keluarga Tn. Jayadi tidak pernah mengalami sakit yang serius yang
membutuhkan pengobatan di Rumah Sakit.
h. Perilaku Dan Aktivitas Sehari-Hari
adj. Tn. Jayadi, memiliki kebiasaan merokok, dalam satu hari
mampu menghabiskan 1 bungkus rokok. Keluarga Tn.Jayadi mengaku
mencuci tangan sebelum makan, jika tangan tampak kotor, dan setelah
melakukan aktivitas dengan menggunakan sabun batangan. Kebiasaan
berolahraga tidak ada. Didalam rumah dan diluar rumah Tn. Jayadi tidak
memiliki tempat pembuangan sampah, istri Tn. Jayadi mengaku bahwa
mereka membuang sampah di kebun belakang rumah kemudian sampah-
sampah tersebut dibakar setiap tiga hari sekali.
adk.
adl.
33
adm. Tabel 1.12. Faktor Internal Keluarga Tn. Jayadi
adw. adx. Pola ady. Ny. Eki memasak makanan sendiri untuk
3 Makan keluarganya. Ia sering memasak makanan
dengan menu seperti tahu, tempe, dan sesekali
ikan, ayam atau daging. Sehari- harinya mereka
makan besar 3 kali.
34
adn. ado. Faktor adp. Permasalahan
N Internal
bekerja.
aeq.
aer.
35
aes. Tabel 1.13. Faktor Eksternal Keluarga Tn. Jayadi
afh. afi. Jamban afj. Keluarga Tn. Jayadi tidak memiliki jamban di
3 rumahnya
36
aet. aeu. Kriteria aev. Permasalahan
N
agb. agc. Lingkung agd. Di samping kanan dan kiri , depan dan
1 an sekitar rumah belakang, rumah terdapat rumah tetangga yang
hanya berjarak satu meter. Tiga meter dari rumah
tersebut terdapat jamban tetangga. Lima meter dari
tumah tersebut terdapat kali yang kotor penuh
tumpukan sampah. Rumah tetangga berdekatan,
berjarak 1 meter satu dengan yang lainnya.
age.
37
n kue /bulan
bolu
38
memiliki dua jendela di ruang tamu dan di kamar tidur yang terbuat dari kaca
dan tidak dapat dibuka, selain itu jendela tersebut selalu tertutup dengan kain
sehingga cahaya pun tidak dapat menembus ke dalam melalui jendela ini. Di
sisi kanan ruang tamu terdapat 1 kamar tidur berukuran 2 x 2 m 2. Kamar ini
disertai ventilasi dan jendela yang tertutup, sedangkan kamar di bagian
belakang kamar tersebut terdapat 1 kamar tidur berukuran 2 x 2 m 2 yang tidak
disertai ventilasi dan jendela. Rumah ini mempunyai 1 pintu depan, 1 jendela
di ruang tamu (bagian depan rumah). Di bagian belakang ruang tamu terdapat
dapur berukuran 3 x 2 m2 dan terdapat 1 kamar mandi berukuran 1 x 1 m 2
yang sudah tersedia jamban leher angsa. Seluruh ruang di rumah ini teralasi
dengan semen, kecuali dapur yang beralaskan tanah. Dinding terbuat dari
bambu dan atap rumah terbuat dari asbes.
aic. Keluarga Tn. Muwasim sering menggunakan air sumur
sebagai sumber air untuk keperluan sehari-hari. Keluarga Tn. Muwasim
menggunakan air galon untuk memenuhi kebutuhan air minum. Apabila
sumur dalam keadaan kering dan sulit air, biasanya keluarga Tn. Muwasim
menggunakan kali untuk mandi dan buang air besar. Dalam 3 hari keluarga
Tn. Muwasim memerlukan 1 galon untuk memenuhi kebutuhan air minum.
Keluarga Tn. Muwasim tidak selalu mencuci tangan sebelum makan dan
masak.
aid.
aie.
aif.
39
aig.
aih. Gambar 1.6. Denah Ruman Tn.
Muwasim aii.
6aij.
M
aik. dapur
ail. Kama
r
aim. mandi
ain.
Tempa
aio. t tidur 6M
aip.
aiq
. Tempat
air. tidur
ais. ait. Ruang tamu
c. Lingkungan Pe mukiman
aiu. Rumah Tn.Muwasim terletak d i pemukiman yang padat
penduduk. Di bagian depan terdapat teras keci l dan jalan setapak, bagian
belakang terdapat rumah tetangga, dan di bagian kanan terdapat rumah
tetangga dan di bagian kiri terdapat terdapat kebun. Limbah cair dialirkan ke
sebuah lubang berukuran 2 x 1 m2.
d. Pola Makan
aiv. Ny. Alya memasak makanan sendiri untuk keluarganya. Ia sering
memasak makanan dengan menu seperti ikan, tahu, tempe dan sayuran
seperti sop dan sayur bayam. Sehari- harinya mereka makan besar 2 kali.
Mereka juga mengatakan bahwa mereka tidak selalu mencuci tangan
sebelum dan sesudah makan.
e. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak
aiw. Anak pertama Ny. Alya lahir di dukun beranak karena pada
waktu itu jarak antara puskesmas dengan rumahnya jauh. Anak kedua dan
ketiga lahir di bidan, Ny. Alya mengaku selalu rutin untuk mengontrol
kandungannya ke bidan. Anak pertamanya, An. Fadilah lahir dengan berat
badan 2800 gram. Anak keduanya lahir dengan berat badan 2500 gram. Anak
ketiganya lahir dengan berat badan 3000 gram.Untuk imunisasi, keluarga Tn.
Muwasih tidak rutin mambawa anaknya untuk dilakukan imunisasi di bidan.
Ny. Alya mengaku ketiga anaknya hanya dilakukan imunisasi 1 kali. Ny.
Alya mengaku anaknya diberikan ASI eksklusif sampai usia anak usia 4
40
bulan, kemudian setelah 4 bulan anaknya diberikan makanan tambahan selain
ASI. Kemudian saat ini Ny. Alya menggunakan KB suntik untuk mengontrol
jumlah anak dalam keluarganya
f. Kebiasaan Berobat
aix. Dalam segi kesehatan, keluarga Tn.Muwasim belum pernah
mengalami sakit yang serius. Gangguan kesehatan yang sering dialami
anggota keluarganya antara lain batuk pilek, dan demam. Menurut penuturan
Ny. Alya , mereka biasanya meminum obat warung terlebih dahulu, jika tidak
membaik baru dibawa ke puskesmas.
g. Riwayat Penyakit
aiy. Keluarga Tn. Muwasim belum pernah mengalami sakit yang
serius dan belum pernah dirawat di rumah sakit. Penyakit yang sering
melanda keluarga Tn. Muwasim adalah batuk-batuk dan pilek. Biasanya
saling menularkan satu sama lain antar anggota keluarga.
h. Perilaku Dan Aktivitas Sehari-Hari
aiz. Tn. Muwasim mengaku merokok dan kebiasaan merokok ini
sudah sejak Tn. Muwasim berusia 20 tahun. Tn. Muwasim dapat
menghabiskan rokok 1 bungkus dalam sehari. Keluarga Tn. Muwasim
mengaku tidak selalu mencuci tangan setiap setelah melakukan aktivitas dan
sebelum makan Kebiasaan berolahraga tidak ada.
aja. Rumah keluarga Tn. Muwasim berada di lingkungan
perumahan yang padat, dan dibelakangrumah terdapat sumur. Lingkungan
rumah tidak terdapat saluran untuk aliran limbah cair rumah tangga, keluarga
membuang limbah cair diselokan yang hanya berukuran kurang lebih 2 x 1
m2. Di dalam rumah dan diluar rumah Tn. Muwasim tidak memiliki tempat
pembuangan sampah, pengakuan istri Tn. Muwasim keluarga mereka
membuang sampah, dalam membuang sampah mereka mengaku membuang
sampah setiap dua hari sekali di lubang dekat rumah. Alternatif selain itu,
mereka biasanya membakar sampah di depan rumah.
ajb.
ajc. Tabel 1.15. Faktor Internal Keluarga Tn. Muwasim
41
ajd. aje. Faktor ajf.Permasalahan
N Internal
ajg. ajh.Kebiasaan aji. Ada yang merokok pada keluarga Tn. Muwasim
1 Merokok
ajp. ajq.Pola Pencarian ajr. Apabila sakit, mereka membeli obat di warung,
4 Pengobatan terkadang pergi ke puskesmas.
ajs. ajt. Menabung aju.Mereka tidak pernah menabung karena pas untuk
5 kebutuhan sehari-hari
42
ajd. aje. Faktor ajf.Permasalahan
N Internal
43
akg. akh. Kriteria aki. Permasalahan
N
alh. ali. Tempat alj. Keluarga Tn. Muwasim tidak memiliki tempat
9 pembuangan pembuangan sampah dirumahnya, kemudian mereka
sampah membuang sampahnya di lubang dekat dari
rumahnya atau di bakar di depan rumah.
alk. all. Lingkungan alm. Di samping kanan, depan dan belakang,
1 sekitar rumah rumah terdapat rumah tetangga yang hanya berjarak
satu meter. Rumah tetanngga berdekatan, berjarak 1
meter satu dengan yang lainnya. Sedangkan di
samping kiri terdapat kebun.
aln.
alo.
44
3. Keluarga Tn.Agus
45
amv. Keluarga Tn. Agus tinggal di RT 003/RW 04, Kampung Suka
Sari, Desa Pangkalan. Di rumah ini Tn. Agus tinggal dengan istri, dan satu
orang anaknya. Tn. Agus yang saat ini berusia 37 tahun bekerja sebagai supir
pribadi dengan penghasilan sekitar Rp 1.000.000,00/bulan, dengan latar
belakang pendidikan Tn. Agus adalah SMA. Tn. Agus memiliki 1 orang anak
tiri laki-laki yang bernama Tn. Erwin berusia 23 tahun.
b Bangunan Tempat Tinggal
amw. Keluarga Tn. Agus tinggal disebuah bangunan rumah diatas
tanah seluas 8,5 x 8 m2. Rumah terdiri dari sebuah ruang tamu berukuran 5 x
5 m2. Di dalam ruang tamu terdapat tempat tidur Tn. Erwin berukuran 2 x 1
m2. Ventilasi di rumah tersebut tidak baik karena tidak memiliki ventilasi dan
tidak memiliki jendela. Di samping ruang tamu terdapat 1 kamar tidur dan 1
ruangan yang dijadikan sebagai gudang, masing-masing berukuran 3 x 3 m2.
Di dalam kamar tidur terdapat kasur berukuran 2 x 2 m 2 dan 1 lemari. Di
belakang ruang tamu terdapat dapur berukuran 2 x 1 m2. Di samping dapur
terdapat kamar mandi berukuran 1,5 x 1,5 m2. Di dalam kamar mandi
terdapat wc dan bak air berukuran 0,5 x 0,5 m 2. Rumah ini hanya
mempunyai 1 pintu depan. Seluruh ruang di rumah ini masih berlantaikan
semen yang dialasi oleh tikar plastik, kemudian atap rumah terbuat dari
genteng.
amx. Keluarga Tn. Agus menggunakan air sumur sebagai sumber
air untuk keperluan sehari-hari. Keluarga Tn. Agus menggunakan air galon
untuk memenuhi kebutuhan air minum. Dalam 4 hari keluarga Tn. Agus
memerlukan 1 galon untuk memenuhi kebutuhan air minum. Keluarga Tn.
Agus mengaku jarang mencuci tangan setelah melakukan aktivitas.
amy.
amz. Gambar 1.7. Denah Ruman Tn. Agus
ana.
anb.
Dapur
anc. MCK
and.
ane. Gudan 8 m2
anf. R.Tamu
Kamar
46
ang.
anh.
ani.
c Lingkungan Pemukiman
anj. Rumah Tn. Agus terletak di pemukiman yang padat penduduk.
Di bagian depan terdapat jalan setapak dan terdapat tempat pembakaran
sampah. Di bagian kanan terdapat kandang ayam dan kiri terdapat lapangan
kosong. Limbah cair dialirkan ke selokan yang hanya berukuran kurang lebih
10 cm dan air dalam selokan tidak mengalir.
d Pola Makan
ank. Ny. Neng memasak makanan sendiri untuk keluarganya. Ia
sering memasak makanan dengan menu seperti nasi, sayur, tahu, tempe, dan
sesekali ikan. Mereka makan besar 2 kali sehari. Mereka juga mengatakan
bahwa mereka jarang mencuci tangannya dengan baik sebelum dan sesudah
makan.
47
ann. Keluarga Tn. Agus belum pernah mengalami sakit yang serius
dan belum pernah dirawat di rumah sakit. Hanya batuk, pilek, sakit
tenggorokan serta terkadang demam yang dirasa.
ano.
48
h Perilaku Dan Aktivitas Sehari-Hari
anp. Di keluarga Tn. Agus ada yang merokok yaitu Tn. Agus dan
Tn Erwin. Tn. Agus dan Tn. Erwin terbiasa menghabiskan satu bungkus
rokok setiap harinya. Tn. Agus dan Tn. Erwin biasa merokok di dalam
rumah, dan ketika sedang bekerja. Keluarga Tn.Agusmengaku jarang
mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, Kebiasaan berolahraga tidak
ada.
anq. Rumah keluarga Tn. Agus berada di lingkungan perumahan
yang padat, dan didepan rumah tersebut terdapat jalan setapak dan tempat
pembakaran sampah. Di lingkungan rumah terdapat saluran untuk aliran
limbah cair rumah tangga, keluarga membuang limbah cair diselokan yang
hanya berukuran kurang lebih 10 cm. Didalam rumah dan diluar rumah Tn.
Agus tidak memiliki tempat pembuangan sampah, pengakuan istri Tn. Agus,
dalam membuang sampah mereka mengaku membuang sampah setiap hari
tetapi awalnya dikumpulkan terlebih dahulu dibelakang rumahnya kemudian
setelah menumpuk istri Tn. Agus membakar sampah tersebut di depan
rumahnya, hal ini di lakukan istri Tn. Agus setiap sore.
anr.
ans.
49
ant. Tabel 1.18. Faktor Internal Keluarga Tn. Agus
anx. any. Kebias anz. ada yang merokok pada keluarga Tn.
1 aan Merokok Agus
aoj. aok. Menab aol.Mereka tidak pernah menabung karena pas untuk
5 ung kebutuhan sehari-hari
50
anu. anv. Faktor anw. Permasalahan
N Internal
aou.
aov.
51
aow. Tabel 1.19. Faktor Eksternal Keluarga Tn. Agus
aqc. aqd. Tempat aqe. Keluarga Tn. Agus tidak memiliki tempat
9 pembuangan pembuangan sampah dirumahnya, mereka
52
aox. aoy. Kriteria aoz. Permasalahan
N
arc. ard. are.Istr arf. Pere arg. arh. ari. Ibu arj. -
2 Ny. Yani i mpu 35 SD Ruma
an t h
53
h Tangg
a
ark. arl. Tn. arm. arn. aro. arp. arq. arr. R
3 Sukr Anak I Laki- 21 SD Buruh 0.
on laki t Pabri bu
h k
Percet
akan
asa. asc. ase. asg. Pere asi. 1 ask. asl. Tukan asm. R
5. An. Anak mpuan 6 th Tidak g jahit 350.000
asn. aso. asp. asq. Pere asr. 1 ass.Tida ast. Tidak asu. -
6. An. Anak mpuan 2 th k Beker
Lola IV bers ja
ekol
ah
54
atd.
ate. Keluarga Tn. Marsin tinggal di RT 003/RW 04, Kampung Suka Sari,
Desa Pangkalan. Di rumah ini Tn. Marsin tinggal dengan istri dan keempat
anaknya. Tn. Marsin yang saat ini berusia 38 tahun bekerja sebagai air galon
dengan penghasilan sekitar Rp 1.800.000,00/bulan, dengan latar belakang
pendidikan Tn. Marsin adalah SD. Tn. Marsin memiliki 5 orang anak. Anak
tertuanya, Tn. Sukron berusia 21 tahun, bekerja sebagai buruh pabrik
percetakan yang berpenghasilan Rp. 1.800.000,00, dengan latar belakang
pendidikan Tn. Sukron adalah SD. Kemudian anak keduanya An. Cici berusia
17 tahun, masih belum bekerja dan berpenghasilan, akan tetapi An. Cici
sudah menikah dan kini tinggal bersama suaminya. Kemudian anak
ketiganya, An. Gery, berusia 16 tahun yang tidak bersekolah. An. Lola adalah
anak keempat Tn. Marsin yang kini berusia 12 tahun dengan latar belakang
pendidikan SD (tidak tamat SD). Anak terakhir Tn. Marsin adalah An.
Natasiah yang berusia 2 tahun.
atf.
b Bangunan Tempat Tinggal
atg. Keluarga Tn. Marsin tinggal disebuah bangunan rumah diatas
tanah seluas 8 x 10 m 2. Rumah terdiri dari sebuah ruang tamu dan ruang tv
berukuran 4 x 3 m2. Ventilasi di rumah tersebut kurang baik karena tidak
adanya jendela pada setiap ruangan dan cahaya matahari tidak dapat masuk
lewat ventilasi tersebut. Di samping ruangan TV dan ruang tamu terdapat 1
buah kamar tidur 4 x 2 m2. Dibagian belakang terdapat 1 dapur dan 1 kamar
tidur anak Tn. Marsin tanpa jendela. Rumah ini mempunyai 1 pintu depan.
Seluruh ruang di rumah ini teralasi dengan lantai tanah, dinding rumah
terbuat sebagian dari bilik dan sebagian lagi dari batu bata, kemudian atap
rumah terbuat dari asbes.
ath. Keluarga Tn. Marsin sering menggunakan air sumur sebagai
sumber air untuk keperluan mandi dan memasak serta air kali untuk
keperluan mencuci baju dan buang air besar. Keluarga Tn. Marsin
55
menggunakan air galon untuk memenuhi kebutuhan air minum. Dalam 3 hari
keluarga Tn. Marsin memerlukan 1 galon untuk memenuhi kebutuhan air
minum. Keluarga Tn. Marsin mengaku selalu mencuci tangan setelah
melakukan aktivitas dan sebelum makan.
ati.
atj.Gambar 1.8. Denah Rumah Tn. Marsin
atk.
WC Dapu
atl.
atm.
atn.
ato. Kama
r R. Tamu
atp.
atq.
atr. Kamar
Tidur
c Lingkungan Pemukiman
ats. Rumah Tn. Marsin terletak di pemukiman yang padat
penduduk. Di bagian depan terdapat jalan setapak, bagian belakang terdapat
pepohonan,di bagian kiri terdapat rumah tetangga dan di bagian kanan
terdapat tempat pembakaran sampah. Terdapat selokan untuk mengalirkan
limbah cair.
att.
d Pola Makan
atu. Ny. Yani memasak makanan sendiri untuk keluarganya. Ia sering
memasak makanan dengan menu seperti ikan, tempe dan tahu. Sehari-harinya
mereka makan besar 2 kali. Mereka juga mengatakan bahwa mereka mencuci
tangannya dengan menggunakan sabun batangan sebelum dan sesudah
makan.
56
eksklusif sampai usia anak usia 6 bulan, kemudian setelah 6 bulan anaknya
diberikan makanan tambahan selain ASI. Kemudian saat ini Ny. Yani
menggunakan KB suntik untuk mengontrol jumlah anak dalam keluarganya.
atw.
f Kebiasaan Berobat
atx. Dalam segi kesehatan, keluarga Tn. Marsin belum pernah
mengalami sakit yang serius. Adapun Tn. Marsin mengaku mempunyai
riwayat hipertensi. Menurut gangguan kesehatan yang sering dialami anggota
keluarganya antara lain batuk, pilek, dan demam. Menurut penuturan Tn.
Marsin, bila terdapat anggota keluarga yang sakit, mereka sering
memeriksakan ke Puskesmas dan meminum obat secara teratur.
aty.
g Riwayat Penyakit
atz. Tn. Marsin mempunyai riwayat hipertensi. Terkadang anak-
anak Tn. Marsin mengalami batuk, pilek dan demam.
aua.
57
aud.
aue. Tabel 1.21. Faktor Internal Keluarga Tn. Marsin
auf.
58
aug. auh. Faktor aui. Permasalahan
N Internal
59
avl. avm. Kriteria avn. Permasalahan
N
awq. awr. Tempat aws. Keluarga Tn. Marsin tidak memiliki tempat
9 pembuangan pembuangan sampah di dalam rumahnya, kemudian
sampah mereka membuang sampahnya di tanah kosong
sebelah rumah.
awt. awu. Lingkung awv. Di samping kiri dan depan rumah terdapat
1 an sekitar rumah rumah tetangga yang hanya berjarak satu meter.
Lima meter dari rumah tersebut terdapat tanah
kosong yang kotor penuh tumpukan sampah. Rumah
tetangga berdekatan, berjarak 1 meter satu dengan
yang lainnya.
60
Masalah Non Medis
1 Kurangnya pencahayaan dan ventilasi udara di dalam rumah
2 Perilaku Merokok
3 Ketidaktersediaan tempat pembuangan sampah didalam rumah,
sehingga keluarga membuangnya ke lubang
4 Tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah
5 Kurangnya kebiasaan berolahraga
6 Kurangnya kesadaran untuk mencuci tangan setiap sehabis
aktivitas dan sebelum makan
b. Keluarga Tn. Marsin
Masalah Medis
awy. Penyakit ISPA
Masalah Non Medis
1 Kurangnya pengetahuan keluarga binaan terhadap bahaya
merokok
2 Tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah
3 Ketidak tersediaan ventilasi
4 Perilaku Merokok
c Keluarga Tn. Agus
Masalah Medis
awz. Penyakit ISPA
Masalah Non Medis
1 Tidak adanya ventilasi udara di dalam rumah
2 Ketidaktersediaan tempat pembuangan sampah didalam rumah
3 Tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah
4 Kurangnya pengetahuan akan pentingnya kebersihan lingkungan
5 Kurangnya kebiasaan berolahraga
6 Perilaku Merokok
axa. d. Keluarga Tn. Marsin
Masalah Medis
axb.Penyakit ISPA
Masalah Non Medis
1 Kurangnya pengetahuan keluarga binaan terhadap bahaya
merokok
2 Tidak adanya ventilasi udara di dalam rumah
3 Tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah
4 Kurangnya kebiasaan berolahraga
5 Perilaku Merokok
axc. 1.3. Penentuan Area Masalah
61
axd. Dari pengamatan dan wawancara yang telah kami lakukan kepada
masing-masing keluarga binaan, didapatkan berbagai macam permasalahan
yaitu:
1. Perilaku merokok
2. Perilaku membuang sampah disekitar rumah
3. Kurangnya ventilasi pada rumah keluarga binaan
4. Kurangnya pengetahuan akan pentingnya kebersihan lingkungan
5. Ketidaktersediaan jamban keluarga
6. Ketidaktersediaan tempat pembuangan sampah didalam rumah
7. Tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah
8. Kurangnya kesadaran untuk mencuci tangan setiap sehabis aktivitas dan
sebelum makan
9. Kurangnya kebiasaan berolahraga
10. Ketidaktersediaan lahan yang luas sehingga jarak antara rumah tinggal dan
kandang hewan jaraknya berdekatan
11. Penyakit ISPA pada keluarga
binaan axe.
axi.
62
axj.
axl.
axm.
axn. Berdasarkan wawancara dan pengumpulan data dari kunjungan ke
keluarga binaan yang bertempat tinggal di RT 003/RW 04, Kampung Suka
Sari, Desa Pangkalan, maka dilakukanlah diskusi kelompok dan merumuskan
serta menetapkan area masalah yaitu “Perilaku Merokok Di Keluarga
Binaan Di RT 003 / RW 04 Kampung Suka Sari, Desa Pangkalan,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten”.
63
Metode Delphi dalam penelitian ini digunakan sebagai penentu area
masalah.
axo.
1.3.2. Area Masalah Diagnosis Komunitas
axp. Dari sekian masalah yang ada pada keluarga binaan, diputuskan untuk
mengangkat permasalahan “Perilaku Merokok Di Keluarga Binaan Di RT 003 /
RW 04 Kampung Suka Sari, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Periode 29 Februari – 4April 2016”.
axq.
1.3.3. Alasan Pemilihan Area Masalah
axr.Sebagai pendekatan awal untuk mengetahui area masalah
yaitu dengan menganalisis laporan tahunan Puskesmas mengenai data-
data penderita 5 penyakit terbesar yang ada di wilayah PuskesmasTegal
Angus.
axt. axs.
G
a
m
b
a
r
1.
1
0.
L
i
64
1. Kebiasaan merokok di dalam maupun diluar rumah.
2. Kurangnya kesadaran akan kesehatan.
3. Tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah.
4. Banyaknya angka kejadian ISPA pada keluarga
binaan. axw.
axx. Setelah mendapatkan data sekunder dari puskesmas selanjutnya
diidentifikasi langsung pada 4 keluarga binaan di Kampung Sukasari, Desa
Pangkalan. Masalah ini diangkat dengan pertimbangan dan alasan beberapa
anggota keluarga binaan sering mengalami penyakit ISPA sesuai dengan
perilaku merokok. Hal ini sesuai dengan data – data diPuskesmasTegal Angus
tahun 2014.
axy.
65
axz. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
aya.
2.1 Diagnosis dan intervensi komunitas
ayb. Diagnosis dan intervensi komunitas adalah suatu kegiatan untuk
menentukan adanya suatu masalah kesehatan di komunitas atau masyarakat dengan
cara pengumpulan data di lapangan dan kemudian melakukan intervensi sesuai
dengan permasalahan yang ada. Diagnosis dan intervensi komunitas merupakan
suatu prosedur atau keterampilan dari ilmu kedokteran komunitas.Dalam
melaksanakan kegiatan diagnosis dan intervensi komunitas perlu disadari bahwa
yang menjadi sasaran adalah komunitas atau sekelompok orang sehingga dalam
melaksanakan diagnosis komunitas sangat ditunjang oleh pengetahuan ilmu
kesehatan masyarakat (epidemiologi, biostatistik, metode penelitian, manajemen
kesehatan, promosi kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja
dan gizi).
ayc.
ayd. 2.2 Konsep Perilaku
aye. 2.2.1. Pengertian Perilaku
ayf. Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis,
tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau
aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati
oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).
ayg. Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003),
merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap
stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses
adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons,
maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon.
ayh. Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat
dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :
66
1. Perilaku tertutup (convert behavior)
ayi. Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam
bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap
stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran,
dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan
belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
ayj. Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh
orang lain.
ayk.
ayl.2.2.2. Klasifikasi Perilaku Kesehatan
aym. Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2003) adalah suatu
respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan
dengan sakit atau penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman,
serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan
menjadi 3 kelompok :
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).
ayn. Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara
atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan
bilamana sakit.
2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atau
sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior).
ayo. Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan
seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan.
3. Perilaku kesehatan lingkungan
ayp. Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik
lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya.
ayq.
ayr.
ays. 2.2.3. Domain Perilaku
ayt. Theory of Reasoned Action (TRA) pertama kali diperkenalkan pada
tahun 1967, teori ini lebih memperhatikan hubungan antara kepercayaan yang
67
berhubungan dengan perilaku & norma, sikap, tujuan, dan perilaku. Pada tahun
1967, TRA mengalami perkembangan (oleh Fishbein) yaitu sebuah usaha untuk
mengerti/ memahami hubungan antara sikap dan perilaku. Banyak studi sebelumnya
dari hubungan ini yang menemukan secara relative korespondensi yang rendah
diantara sikap-sikap dan perilaku, serta beberapa teori yang bertujuan
menghapuskan sikap sebagai sebuah factor yang mendasari perilaku (Fishbein,
1993; Abelson, 1972; Wicker, 1969).
ayu. Theory of Reasoned Action mengambil sebuah rangkaian sebab
musabab yang menghubungkan kepercayaan yang berhubungan dengan perilaku dan
keyakinan norma untuk tujuan yang berhubungan dengan perilaku dan tingkah laku,
melalui sikap dan norma subjektif. Ukuran dari komponen model dan hubungan
sebab musabab diantara komponen yang ditentukan dengan jelas (Ajzen dan
Fishbein, 1980). Semua tipe ukuran menggunakan 5 atau 7 titik skala.
ayv. Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan
untuk kepentingan pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari :
1. Pengetahuan (knowlegde)
ayw. Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan
seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan
menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi.
ayx. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :
a) Faktor Internal
ayy. Merupakan faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia,
minat dan kondisi fisik.
ayz.
68
b) Faktor Eksternal
aza. Merupakan faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat,
atausarana.
c) Faktor pendekatan belajar
azb. Merupakan faktor yang berhubungan dengan upaya belajar, misalnya
strategi dan metode dalam pembelajaran.
azc.
azd. Ada enam tingkatan domain pengetahuan yaitu :
1) Tahu (Know)
aze. Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap
suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
2) Memahami (Comprehension)
azf.Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
benar.
3) Aplikasi
azg. Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya
4) Analisis
azh. Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu
struktur organisasi dan ada kaitannya dengan yang lain.
5) Sintesa
azi. Sintesa menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan baru.
6) Evaluasi
azj.Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi / objek.
azk.
69
2. Sikap (attitude)
azl. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan
bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok :
a. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
azm.
azn. Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan :
a. Menerima (receiving)
azo. Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).
b. Merespon (responding)
azp. Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
c. Menghargai (valuing)
azq. Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d. Bertanggung jawab (responsible)
azr.Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
azs.
3. Praktik atau tindakan (practice)
azt. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan
(overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang
nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan,
antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan (support) praktik ini
mempunyai beberapa tingkatan :
azu.
70
a. Persepsi (perception)
azv. Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan
tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.
b. Respon terpimpin (guide response)
azw. Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar
dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat
kedua.
c. Mekanisme (mecanism)
azx. Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan
benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka
ia sudah mancapai praktik tingkat tiga.
d. Adopsi (adoption)
azy. Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah
berkembang dengan baik.Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa
mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
azz.
baa. Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni
dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa
jam, hari atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan
secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan
responden.
bab. Menurut penelitian Rogers (1974) seperti dikutip Notoatmodjo
(2003), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam
diri orang tersebut terjadi proses berurutan yakni :
1. Kesadaran (awareness)
bac. Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
2. Tertarik (interest)
bad. Dimana orang mulai tertarik pada stimulus.
3. Evaluasi (evaluation)
bae. Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya.Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4. Mencoba (trial)
baf. Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.
71
5. Menerima (Adoption)
bag. Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
bah.
bai. 2.2.4. Asumsi Determinan Perilaku
baj. Menurut Spranger, membagi kepribadian manusia menjadi 6 macam
nilai kebudayaan. Kepribadian seseorang ditentukan oleh salah satu nilai budaya
yang dominan pada diri orang tersebut.Secara rinci perilaku manusia sebenarnya
merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan,
kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya.
bak. Namun demikian realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala
kejiwaan tersebut dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya adalah pengalaman,
keyakinan, sarana/fasilitas, sosial budaya dan sebagainya.
bal.Lawrence Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari
tingkat kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok,
yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior
causes). Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh :
1. Faktor-faktor perdisposisi (predisposing factors): pengetahuan dan sikap
masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-
hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut oleh masyarakat,
tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan lain sebagainya. Ikhwal ini dapat
dijelaskan sebagai berikut. Untuk perilaku kesehatan misalnya: pemeriksaan
kesehatan bagi ibu hamil diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu tersebut
tentang manfaat periksa hamil, baik bagi kesehatan ibu sendiri dan janinnya.
disamping itu kadang-kadang kepercayaan, tradisi dan sistem nilai masyarakat
juga dapat mendorong atau menghambat ibu tersebut untuk periksa kehamilan.
Misalnya orang hamil tidak boleh di suntik (periksa hamil termasuk suntik anti
tetanus), karena suntikan bisa menyebabkan anak cacat. Faktor-faktor ini
terutama yang positif mempermudah terwujudnya perilaku, maka sering disebut
faktor pemudah.
72
2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors):Faktor-faktor ini mencakup
ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat,
misalnya: air bersih, temapat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja,
ketersediaan makanan yang bergizi dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas
pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu,
polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta, dan sebagainya. Untuk
berprilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung,
misalnya: perilaku pemeriksaaan kehamilan. ibu hamil yang mau periksa hamil
tidak hanya karena dia tahu dan sadar manfaat perikksa hamil saja, melainkan ibu
tersebut dengan mudah harus dapat memperoleh fasilitas atau tempat periksa
hamil, misalnya : puskesmas, polindes, bidan praktek, ataupun rumah sakit.
fasilitas ini pada hakekatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya
perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung, atau faktor
pemungkin.
3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors): Faktor-faktor ini meliputi sikap dan
perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para
petugas kesehatan. termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan baik
dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan. untuk
berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan
dan sikap positif, dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku
contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas, lebih-
lebih pada petugas kesehatan. disamping itu undang-undang juga diperlukan
untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut seperti perilaku periksa hamil,
serta kemudahan memperoleh fasilitas periksa hamil, juga diperlukan peraturan
atau perundang-undangan yang mengharuskan ibu hamil periksa hamil.
bam.
ban.
73
2.3 Teori Perilaku Merokok
bao. 2.3.1 Definisi Merokok dan Kandungan Rokok
bap. Menurut Sitepoe tahun 2000, merokok merupakan aktivitas
membakar tembakau kemudian menghisap asapnya dengan menggunakan rokok atau
pipa. Asap rokok yang dihisap melalui mulut disebut mainstream smoke, sedangkan
asap yang dihembuskan ke udara oleh perokok disebut sidestream smoke yang
mengakibatkan seseorang menjadi perokok pasif. Sumarno (2007) menjelaskan 2
cara merokok yang umum dilakukan yaitu;
1. menghisap dan menelan asap rokok kedalam paru paru dan dihembuskan;
2. hanya menghisap sampai mulut lalu dihembuskan melalui mulut atau hidung.
baq. Adapun definisi yang dikemukakan oleh Amstrong (2007) adalah
menghisap asap tembakau ke dalam tubuh lalu menghembuskannya keluar.
bar. Kesimpulan dari perilaku merokok dengan merujuk pada definitas di
atas adalah aktivitas membakar tembakau dan menghisap atau menghirup asap rokok
dengan pipa atau langsung dari rokoknya (mainstream smoke), dan kemudian
menghembuskan kembali asap tersebut ke udara (sidestream smoke).
bas. Racun pada rokok mengandung kurang lebih 4000 elemen-elemen
dan setidaknya 2000 diantaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan. Beberapa
elemen yang beracun, seperti:
1. Nikotin
bat. Nikotin adalah zat adiktif yang mempengaruhi syaraf dan peredaran
darah. Zat ini bersifat karsinogen dan mampu memicu kanker paru-paru yang
mematikan. Komponen ini terdapat didalam asap rokok dan juga didalam
tembakau yang tidak dibakar. Nikotin diserap melalui paruparu dan
kecepatan absorpsinya hampir sama dengan masuknya nikotin secara
intravena. Nikotin masuk kedalam otak dengan cepat dalam waktu kurang
lebih 10 detik. Dapat melewati barrier diotak dan diedarkan keseluruh bagian
otak, kemudian menurun secara cepat, setelah beredar keseluruh bagian tubuh
dalam waktu 15- 20 menit pada waktu penghisapan terakhir (Pemerintah RI,
2003 dalam Sukendro, 2007).
74
2. Tar
bau. Tar adalah hidrokarbon aromatik polisiklik yang ada dalam asap
rokok, tergolong dalam zat karsinogen, yaitu zat yang dapat menumbuhkan
kanker. Kadar tar yang terkandung dalam asap rokok inilah yang
berhubungan dengan resiko timbulnya kanker. Sumber tar adalah tembakau,
cengkeh, pembalut rokok dan bahan organik lain yang terbakar (Pemerintah
RI, 2003 dalam Sukendro, 2007)
3. Karbon monoksida (CO)
bav. Karbon monoksida adalah gas yang bersifat toksin/ gas beracun yang
tidak berwarna, zat yang mengikat hemoglobin dalam darah, membuat darah
tidak mampu mengikat oksigen. Kandungannya di dalam asap rokok 2-6%.
Karbon monoksida pada paru-paru mempunyai daya pengikat dengan
hemoglobin (Hb) sekitar 200 kali lebih kuat dari pada daya ikat oksigen (O2)
dengan hemoglobin (Hb). membuat darah tidak mampu mengikat oksigen
(Pemerintah RI, 2003 dalam Sukendro, 2007).
baw.
bax. 2.3.2 Tahapan menjadi Perokok
bay. Merokok tidak terjadi dalam sekali waktu karena ada proses yang
dilalui, antara lain : periode eksperimen awal (mencoba-coba), tekanan teman sebaya
dan akhirnya mengembangkan sikap mengenai seperti apa seorang perokok
(Taylor,2009). Ada 4 tahapan yang merupakan proses menjadi perokok (Ogden,
2000) antara lain :
1. Tahap I dan II: Initation dan Maintenance
baz. Initation merupakan tahap awal atau pertama kali individu merokok
atau tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang meneruskan
atau tidak perilaku merokonya. Sedangkan maintenance merupakan tahap
dimana individu kembali merokok. Factor kognitif berperan besar ketika
individu mulai merokok, antara lain menghubungkan perilaku merokok
dengan kesenangan, kebahagiaan, keberanian, kesetiakawanan, dan
75
percaya diri. Faktor lainnya adalah memiliki orang tua perokok, tekanan
teman sebaya untuk merokok, menjadi pemimpin dalam kegiatan social.
2. Tahap III : Cessation
bba. Merupakan proses dimana perokok akhirnya berhenti merokok. Tahap
cessation terbagi menjadi 4, yaitu: precontemplation (belum ada keinginan
untuk berhenti merokok), contemplation (ada pemikiran untuk berhenti
merokok), action (ada usaha untuk berubah), maintenance (tidak merokok
selama beberapa waktu). Tahapan tersebut bersifat dinamis karena
seseorang yang berada di tahap contemplation dapat menjadi tahap
precontemplation.
3. Tahap IV : Relapse
bbb. Individu yang berhasil berhenti merokok tidak menjadi jaminan
bahwa ia tidak akan kembali menjadi perokok. Marlatt dan Gordon (dalam
Ogden, 2000) membedakan antara lapse dan relapse. Lapse adalah
kembali merokok dalam jumlah kecil dan relapse adalah kembali merokok
dalam jumlah besar. Ada beberapa situasi yang mempengaruhi yaitu high-
risk situation coping behavior dan positive-negative outcome expectancies.
bbc. Saat dihadapkan dengan high risk situation maka individu akan
melakukan strategi coping behavior berupa perilaku atau kognitif. Bentuk
perilaku misalnya menjauhi situasi atau melakukan perilaku pengganti
sedangkan bentuk kognitif adalah mengingat alasan untuk berhenti
merokok. Positive outcome expectancies (misalnya merokok mengurangi
kecemasan) dan negative outcome expectancies (merokok membuatnya
sakit) dipengaruhi pengalaman individu. No lapse berhasil dilakukan jika
individu memiliki strategi coping dan negative outcome expectancies seta
self efficacy yang rendah maka individu akanmengalami lapse.
bbd.
bbe.
76
bbf. 2.3.3 Kategori Perokok
bbg. Sitepoe (2000) mengkategorikan perokok berdasarkan jumlah
konsumsi rokok harian, yaitu
(a) Perokok ringan (1-10 batang/hari)
(b) Perokok sedang (11-20batang/hari)
(c) Perokok berat (>20 batang/hari)
bbh. Perokok yang mengkonsumsi rokok dalam jumlah yang lebih kecil
memiliki kecenderungan berhenti merokok lebih besar. Taylor (2009)
menyebut istilah chippers untuk menjelaskan perokok yang mengkonsumsi
rokok kurang dari 5 batang/hari, sehingga memiliki kemungkinan yang kecil
untuk kecanduan nikotin. Istilah lainnya adalah social smoker yaitu individu
yang merokok hanya pada situasi social. Situasi social itu merupakan syarat
atau pemicu untuk merokok.
bbi.
bbj. 2.3.4 Tipe-Tipe Perilaku Merokok
bbk. Silvan Tomkins (dalam sarafino, 2002) menyebutkan 4 tipe
perilaku merokok berdasarkan Management of affect theory, yaitu:
a) Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif (positif affect
smoking). Tujuannya untuk mendapatkan/ meningkatkan perasaan positif,
misalnya untuk mendapatkan rasa nyaman dan membentuk image yang
diinginkan. Dalam hal ini dibagi dalam 3 sub tipe:
Pleasure relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah atau
meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok
setelah minum kopi atau makan.
Stimulation to pick them up, perilaku merokok hanya dilakukan
sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.
Pleasure of handling the cigarette, kenikmatan yang diperoleh dengan
memegang rokok.
77
b) Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negative (negative
affect smoking). Tujuannya untuk mengurangi perasaan yang kuran
menyenangkan, misalnya keadaan cemas dan marah.
c) Perilaku merokok yang adiktif (addictive smoking). Individu yang sudah
ketergantungan nikotin cenderung menambah dosis rokok yang akan
digunakan berikutnya karena efek rokok yang dikonsumsi sebelumnya
mulai berkurang sesaat setelah rokok habis dihisap sehingga individu
mempersiapkan hisapan rokok berikutnya. Umumnya, individu dengan
tipe perilaku merokok yang adiktif merasa gelisah bila tidak memiliki
persediaan rokok.
d) Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan (habitual smoking).
Dalam hal ini, tujuan merokok bukan untuk mengendalikan perasaannya
secara langsung melainkan karena sudah terbiasa
bbl. 2.3.5 Faktor-Faktor Penyebab atau Pendorong Perilaku Merokok
bbm. Lewin (dalam Komasari dan Helmi, 2000) perilaku merokok
merupakan fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya perilaku merokok
disebabkan oleh faktor dalam diri (seperti perilaku memberontak dan suka
mengambil resiko) dan faktor lingkungan (seperti orangtua yang merokok dan
teman sebaya yang merokok). Menurut Mu’tadin (dalam Aula, 2010)
mengemukakan alasan seseorang merokok, diantaranya:
a. Pengaruh Orangtua
bbn. Menurut Baer dan Corado, individu perokok adalah individu yang
berasal dari keluarga tidak bahagia, dimana orangtua tidak memperhatikan
anak-anaknya dibandingkan dengan individu yang berasal dari lingkunag
rumah tangga yang bahagia. Perilaku merokok lebih banyak didapati pada
individu yang tinggal dengan satu orangtua (Single Parent). Individu
berperilaku merokok apabila ibu mereka merokok dibandingkan ayah
mereka yang merokok. Hal ini terlihat pada wanita.
bbo.
78
b. Pengaruh Teman
bbp. Berbagai faktor mengungkapkan semakin banyak individu
merokok maka semakin banyak teman-teman individu yang merokok,
begitu pula sebaliknya.
c. Faktor Kepribadian
bbq. Individu mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau
ingin melepaskan dari rasa sakit atau kebosanan.
d. Pengaruh Iklan
bbr. Melihat iklan di media masa dan elektronik yang menampilkan
gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour
membuat seseorang seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku yang ada
di iklan tersebut.
bbs. Pendapat lain dikemukakan oleh Hansen (dalam Nasution, 2007)
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok, yaitu:
- Faktor Biologis
bbt. Banyak penelitian menunjukan bahwa nikotin dalam rokok
merupakan salah satu bahan kimia yang berperan penting pada
ketergantungan merokok. Pendapat ini didukung Aditama (1992) yang
mengatakan nikotin dalam darah perokok cukup tinggi.
- Faktor Psikologis
bbu. Merokok dapat bermakna untuk meningkatkan konsentrasi,
menghalau rasa kantuk, mengakrabkan suasana sehingga timbul rasa
persaudaraan, juga dapat memberikan kesan modern dan beribawa,
sehingga bagi individu yang sering bergaul dengan orang lain, perilaku
merokok sulit dihindari.
- Faktor Lingkungan Sosial
bbv. Lingkungan sosial berpengaruh terhadap sikap, kepercayaan, dan
perhatian individu pada perokok. Seseorang berperilaku merokok dengan
memperhatikan lingkungan sosialnya.
bbw.
79
- Faktor Demografis
bbx. Faktor ini meliputi umur dan jenis kelamin. Orang yang merokok
pada usia dewasa semakin banyak (Smet, 1994) akan tetapi pengaruh jenis
kelamin zaman sekarang sudah merokok.
- Faktor Sosial – Kultural
bby. Kebiasaan budaya, kelas sosial, tingkat pendidikan, dan gengsi
pekerjaan akan mempengaruhi perilaku merokok pada individu (Smet,
1994).
- Faktor Sosial – Politik
bbz. Menambahkan kesadaran umum berakibat pada langkah-langkah
politik yang bersifat melindungi bagi orang-orang yang tidak merokok
dan usaha melancarkan kampanye-kampanye promosi kesehatan untuk
mengurangi perilaku merokok. Merokok menjadi masalah yang
bertambah besar bagi Negara-negara berkembang termasuk Indonesia
(Smet, 1994).
bca. Berdasarkan uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk merokok yaitu faktor
dari dalam diri individu dan juga dari lingkungan.
bcb. 2.3.6 Dampak dari perilaku merokok
bcc. Ogden (2000) membagi dampak perilaku merokok menjadi 2,
yaitu:
1. Dampak positif
bcd. Merokok menimbulkan dampak yang sangat sedikit bagi kesehatan.
Graham (dalam Ogden, 2000), menyatakan bahwa perokok menyebutkan
dengan merokok dapat menghasilkan mood positif dan dapat membantu
individu menghadapi keadaan-keadaan yang sulit.
2. Dampak negatif
bce. Merokok dapat menimbulkan berbagai dampak negatif yang berpengaruh
bagi kesehatan. Merokok bukanlah suatu penyakit, namun dapat memicu
berbagai jenis penyakit. Sehingga boleh dikatakan merokok tidaklah
80
menyebabkan kematian, tetapi penyakit yang ditimbulkan dari perilaku
merokok yang bisa menyebabkan kematian. Berbagai jenis penyakit yang
bisa ditimbulkan oleh rokok antara lain penyakit tekanan darah,
memperpendek umur, penurunan vertilitas dan nafsu sexual, sakit maag,
gondok, gangguan pembuluh darah, penghambat pengeluaran air seni,
penglihatan kabur, kulit menjadi kering, pucat dan keriput, serta polusi
udara dalam ruangan (sehingga terjadi iritasi mata, hidung dan
tenggorokan).
bcf. Menurut Hahn & Payne, 2003, dampak positif merokok yaitu
menimbulkan perasaan bahagia karena kandungan nikotin pada tembakau
menstimulasi adrenocorticotropichormone yang terdapat pada area spesifik
di otak. Rose (Marks, Murray, et al, 2004) menyatakan bahwa nikotin yang
dikonsumsi dalam jumlah kecil memiliki efek psikologis, antara lain:
menenangkan, mengurangi berat badan, mengurangi perasaan mudah
tersinggung, meningkatkan kesiagaan dan memperbaiki fungsi kognitif.
Hahn & Payne (2003) mengatakan bahwa perokok aktif biasanya lebih
mudah sakit, menjalani proses pemulihan kesehatan yang lebih lama dan
usia hidup yang lebih singkat. Merokok tidak menyebabkan kematian tapi
mendorong munculnya jenis penyakit yang dapat mengakibatkan kematian,
antara lain : penyakit kardiovaskular, kanker, saluran pernapasan, gangguan
kehamilan, penurunan kesuburan, gangguan pencernaan,, peningkatan
tekanan darah, peningkatan prevalensi gondok dan gangguan penglihatan
(Sitepoe, 2000).
bcg. Secara signifikan, perokok memiliki kecenderungan lebih besar
mengkonsumsi obat-obatan terlarang dan meningkatkan resiko disfungsi
ereksi sebesar 50% (Taylor, 2000). Merokok tidak hanya berbahaya bagi
perokok tetapi juga bagi orang-orang disekitar perokok dan lingkungan
(Fyold, Mimms & Yelding, 2003). Passive smokers memiliki
kecendurungan yang lebih besar mengalami gangguan jantung karena
menghirup tar dan nikotin 2 kali lebih banyak, karbonmonoksida 5 kali
81
lebih banyak dan ammonia 50 kali lebih banyak (Donatelle & Davis, 1999).
Polusi lingkungan yang menyebabkan kematian terbesar adalah karena asap
rokok dan dikategorikan sebagai penyebab paling dominan dalam polusi
ruangan tertutup karena memberikan polutan berupa gas dan logam-logam
berat (Donatelle & Davis, 1999).
bch.
2.3.7 Aspek-aspek perilaku merokok
bci. Menurut Kumalasari (dalam Triyono,2004) ada empat predictor
dalam mengukur perilaku merokok seseorang, yaitu :
a) Aktivitas merokok adalah seberapa sering individu melakukan
aktivitas yang berhubungan dengan perilaku merokoknya (menghisap
asap rokok, merasakan dan menikmatinya).
b) Tempat merokok adalah dimana individu melakukan aktivitas
merokoknya (rumah, sekolah, jalan, dan lain-lain).
c) Waktu merokok adalah kapan (pada momen-momen apa saja)
individu melakukan aktivitas merokoknya.
d) Fungsi merokok, yaitu seberapa penting aktivitas merokok bagi diri si
perokok dalam kehidupannya sehari-hari dan makna merokok itu
sendiri bagi individu yang bersangkutan.
bcj.
bck.
bcl.2.4 Kerangka Teori
bcm. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada teori
perilaku Lawrence Green, yang menyatakan bahwa perilaku kesehatan dipengaruhi
oleh 3 faktor, yaitu:
bcn.
82
bco. Gambar 2.1. Kerangka Teori Perilaku Lawrence Green
bcp.
Pengetahua
n,
Sikap,
Faktor Kepercayaa
Predisposisi n,
Keyakinan,
Nilai-nilai
Perilaku Lingkungan,
kesehatan Faktor
Pendu
kung Sarana dan
prasarana
Perilaku
Faktor Pendorong petugas
kesehatan
bcr.
83
bct.
bcu.
84
bcv. Gambar 2.2. Kerangka Konsep Perilaku Merokok Di Keluarga
Binaan Di RT 003 / RW 04 Kampung Suka Sari, Desa Pangkalan,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Pengetahuan
bcw.
bcx.
Sikap
bcy.
Keyakinan bcz.
PERILAKU
bda. MEROKOK PADA
Nilai-nilai MASYARAKAT DESA
bdb. PANGKALAN
bdc.
Lingkungan
bdd.
bde.
Sarana dan
Prasarana bdf.
bdg.
Perilaku Petugas
Kesehatan bdh.
bdi.
85
RW 04Kampung Sukasari Desa Pangkalan Kecamatan Teluk Naga Kabupaten
Tangerang Provinsi Banten
bdo.
86
nis rokok,
Lokasi
Merokok,
Alasan
seseorang
memulai
merokok
beb. (W
HO, 2000)
bek. bel.Penge bem. Seg beo. bep. beq. bet.O
2 tahua ala sesuatu Kuesio Wawan Tiap r
n yang ner cara jawab di
respo responden an n
nden ketahui benar, al
tentan mengenai skor :
g merokok, 2
Baik (Skor 8-
merok baikmenget
ok ahuikandun 10)
Buruk
gan ber. (Skor
berbahaya <8)
dalam bes.
rokok,
penyakit
akibat
rokok,
perbedaan
perokok
aktif dan
pasif, dan
dampak
87
merokok
bagi orang
sekitar.
ben.
beu. bev. bew. Ide bex. bey. bez. bfe.
3 Sikap yang mucul Kuesio Wawan Skor tiap Ordi
respo dan ner cara pilihan n
mempengaru
nden : al
hi emosional bfa.
terhad
untuk Sgt
ap
melakukann setuju
merok
kecenderung
=1
ok an merokok bfb.
Setuju=2
bfc.
Tidak
Setuju
=3
bfd.
Sgt Tdk
setuju
=4
Baik (Skor
≤10)
Buruk (Skor
>10)
bff. bfg. bfh. Peni bfi. Ku bfj. Wa bfk. bfp.
4 Keyakina laian yang esi wan Skor tiap Ordi
n diyakini on cara pilihan n
Respo oleh er : al
bfl. Sgt
nden individu
setuju
terhad bahwa
=1
88
ap merokok bfm.
rokok dapat Setuju=2
bfn.
menghilang
Tidak
kan stress,
Setuju
memberika
=3
n kesan
bfo.
jantan,
Sgt Tdk
meningkatk
setuju
an
=4
kenyamana Baik (Skor ≥
n, dan 15)
percaya Buruk (Skor
diri. <15)
bfq. bfr. Nilai- bfs.Segala bft. Ku bfu. bfv. bga.
5 nilai sesuatu esi Wawan Skor tiap Ordi
respo yang on cara pilihan n
nden dihargai er : al
bfw.
yang masyarakat
Sgt
memp karena
setuju
engar mempunyai
=1
uhi daya guna
bfx.
perila fungsional
Setuju=2
ku yang bfy.
merok mempengar Tidak
ok uhi perilaku Setuju
merokok =3
bfz.
Sgt Tdk
setuju
=4
Baik (Skor
89
>10)
Buruk (Skor
≤10)
bgb. bgc. bgd. Kea bge. bgf. bgg. bgi.
6 Lingkung daan sekitar Kuesio Wawan Skor tiap Ordi
an individu ner cara pilihan n
yang yang :A= al
memp berpengaru 2, B = bgj.
engar h terhadap 1, C =
bgk.
uhi perilaku 0
perila Mempengaru bgl.
merokok
ku hi (Skor ≥
bgm.
merok 6)
Tidak
ok bgn.
Mempengar
uhi (Skor bgo.
<6)
bgp.
bgh.
bgq.
;
90
merok
ok
bgz. bha. bhb. Hal bhc. bhd. bhe. bhh.
8 Perilaku yang Kuesio Wawan Skor tiap Ordi
petug dilakukan ner cara pilihan n
as petugas : A = al
keseh kesehatan 2, B
atan terhadap =1 , C
lingkungan =0
Positif (skor
sekitar
dalam hal : 4)
Negatif
merokok
(skor<4)
seperti
bhf.
penyuluhan
bhg.
dan
menegur
merokok
ditempat
umum.
bhi.
bhj.
91
bhk. BAB III
bhl. METODE
bhm.
92
bhr. Sedangkan kelemahan wawancara jenis ini antara lain pelaksanaan
wawancara kaku, interview selalu dibayangi pertanyaan-pertanyaan yang sudah
tersusun. Disamping itu interview menjadi terlalu formal, sehingga hubungannya
dengan responden kurang fleksibel.
b. Kriteria Ekslusi
bhu. Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian
tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai
sampel penelitian, yaitu :
bhv.
93
bhw. Adapun kegiatan pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
94
bil. Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan untuk mengenali
setiap variabel dari hasil penelitian. Analisa univariat berfungsi untuk meringkas
kumpulan data sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah
menjadi informasi yang berguna. Peringkasan tersebut dapat berupa ukuran
statistik, tabel, grafik. Pada diagnosis dan intervensi komunitas ini, variabel
yang diukur adalah :
Perilaku merokok pada responden
Pengetahuan responden tentang rokok dan dampak rokok terhadap diri
sendiri dan orang lain
Sikap reponden terhadap perilaku merokok
Lingkungan tempat tinggal dan tempat kerja yang mendorong
responden merokok
Perilaku petugas kesehatan yang berperan dalam pembentukan
perilaku merokok
bim.
bin.
bio.
bip.
biq.
bir.
bis.
bit.
biu.
biv.
biw.
bix.
biy.
biz.
bja.
bjb.
95
bjc.BAB IV
bjd. HASIL
bje.
1 Analisis Univariant
4.1.1. Karakteristik Responden
bjf. Hasil analisis ini disajikan melalui bentuk tabel dan diagram yang
diambil dari data karakteristik responden yang terdiri dari 14 orang dalam lima
keluarga binaan di RT 003/RW 04, Kampung Suka Sari, Desa Pangkalan, Kelurahan
Tegal Angus, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tanggerang, Provinsi Banten
yakni: Keluarga Tn. Jayadi, Tn. Muwasim,Tn. Agus dan Tn. Marsin.
bjg.
bjh. Usia
bji. Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Usia Pada Keluarga Binaan di RT 003/RW
04, Kampung Suka Sari, Desa Pangkalan, Maret 2016
bjj. bjk. USIA bjl.JUMLAH
N RESPONDEN
96
bkd. Diagram 4.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden
di Keluarga Binaan, RT 003/RW 04, Kampung Suka Sari, Desa
Pangkalan,
Maret 2016.
bke.
TINGKAT PENDIDIKAN
TIDAK SEKOLAH
14% 7% SD
SMP
14%
SMA
64%
PEKERJAAN
BURUH
IRT
SUPIR
29% 29%
PELAJAR
PENGANGGURAN
14% 14% LAIN-LAIN
7% 7%
bki.
97
bkj.
bld.
ble.Berdasarkan tabel 4.2 Didapatkan responden terbanyak mengenai perilaku
merokokpada keluarga binaan buruk (50%).
blf.
blg. Tabel 4.3. Distribusi Responden mengenai pengetahuan tentang
merokok dan dampak akibat merokok pada keluarga binaan di RT 003/RW
04, Kampung Suka Sari, Desa Pangkalan, Kelurahan Tegal Angus,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tanggerang, Provinsi Banten, Maret
2016.
blh.
bli. Pengetahuan blj.Jumlah blk. Persentase
98
Responden Responden (%)
bll. Baik bln. 1 blp. 7,1%
blm. Buruk blo. 13 blq. 92,9%
blu.
blv.Berdasarkan tabel 4.3. Didapatkan responden terbesar memiliki pengetahuan
buruk tentang rokok dan dampaknya bagi diri sendiri dan orang lain (92,9%).
blw.
bmk.
bml. Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan responden terbesar memiliki sikap
yang buruk terhadap perilaku merokok (57,2%).
bmm.
bmn. Tabel 4.5. Distribusi frekuensi responden tentang keyakinan tentang perilaku
merokok di RT 003/RW 04, Kampung Suka Sari, Desa Pangkalan, Kelurahan Tegal
Angus, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tanggerang, Provinsi Banten, Maret
2016.
bmo. Keyakina bmp. Jumla bmq. Persentase
n Responden h Responden (%)
99
bmr. Baik bmt. 4 bmv. 28,6%
bms. Buruk bmu. 10 bmw. 71,4%
bnw.
bnx. Berdasarkan tabel 4.6 didapatkan responden terbesar memiliki
persepsi nilai-nilai yang buruk tentang perilaku merokok (64,3%).
bny.
bnz. Tabel 4.7. Distribusi frekuensi responden tentang faktor lingkungan
mempengaruhi perilaku merokok di RT 003/RW 04, Kampung Suka Sari, Desa
100
Pangkalan, Kelurahan Tegal Angus, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tanggerang,
Provinsi Banten, Maret 2016.
boa.
bob. Lingkunga
boc. Jumlah bod. Persentase
n Responden
Responden %
boe. Mempengar bof. 8 bog. 57,2%
uhi
boh. Tidak boi. 6 boj. 42,8%
Mempengaruhi
bok. Total bol. 14 bom. 100 %
bon.
boo. Berdasarkan tabel 4.7 didapatkan bahwa faktor lingkungan responden
mempengaruhi perilaku merokok (57,2%).
bop.
boq.
101
bor. Tabel 4.8. Distribusi frekuensi responden tentang sarana dan
prasarana yang mendukung perilaku merokok di RT 003/RW 04, Kampung
Suka Sari, Desa Pangkalan, Kelurahan Tegal Angus, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tanggerang, Provinsi Banten, Maret
2016. bos.
bot. Sarana
bou. Jumlah bov. Persentase
dan Prasarana Responden (%)
bow. Mendukun boy. 13 bpa. 92,9%
bpb. 7,1%
g boz. 1
box. Tidak
Mendukung
102
bpx. Tabel 4.10. Hasil Analisis Univariat delapan variabel tentang Perilaku
Merokok pada Keluarga Binaan di RT 003/RW 04, Kampung Suka Sari,
Desa Pangkalan, Kelurahan Tegal Angus, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tanggerang, Provinsi Banten, Maret 2016
bpy.
bqc. Ju
bpz.
bqa. Variabel bqb. Hasil Ukur mlah bqd. Persentase
No
(orang)
bqe. bqf. Perilaku Merokok bqg. Meroko bqi. 7 bqk. 54
bqj. 7
1 k %
bqh. Tidak bql. 46
Merokok %
103
bpz. bqc. Ju
No bqa. Variabel bqb. Hasil Ukur mlah bqd. Persentase
(orang)
mendukung
104
4.2. Rencana Intervensi Pemecahan Masalah
bst. Setelah dilakukan analisis data hasil penelitian, untuk menentukan
rencana intervensi pemecahan masalah digunakan diagram fishbone. Tujuan
pembuatan diagram fishbone yaitu untuk mengetahui penyebab masalah sampai
dengan akar akar penyebab masalah sehingga dapat ditentukan rencana intervensi
pemecahan masalah dari setiap akar penyebab masalah tersebut. Adapun diagram
fishbone dapat dilihat sebagai berikut:
bsu. Sesuai dengan diagram fishbone tersebut, akar-akar penyebab masalah
yang ditemukan dapat dilihat melalui tabel 4.11, kemudian setelah ditemukan akar
penyebab masalah dapat ditentukan alternatif pemecahan masalah dan rencana
intervensi
105
bsv.
bsw. Tabel 4.11 Tabel Alternatif Pemecahan Masalah dan Rencana
Intervensi Pada Keluarga Binaan di RT 003/RW 04, Kampung Suka Sari,
Desa Pangkalan, Kelurahan Tegal Angus, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tanggerang, Provinsi Banten, Maret 2016
bsx. bsy. Akar bsz. Alternatif
btb. Rencana
N Penyebab bta. Pemecahan
Intervensi
Masalah Masalah
Memberikan penyuluhan
tentang pentingnya
btd. Persepsi
btc. bte.Mengubah persepsi pendidikan
yang salah
1 responden tentang Memberikan penyuluhan
tentang
pendidikan tentang pentingnya
pendidikan
menjalani program wajib
belajar 12 tahun
Memberikan penyuluhan
tentang rokok,
bth. Memberikan dampaknya bagi
btg. Informasi
informasi tentang rokok, kesehatan diri sendiri dan
btf. dari orang
dampaknya bagi kesehatan orang lain, dan tips untuk
2 sekitar yang
diri sendiri dan orang lain, berhenti merokok
mempengaruhi
responden dan tips untuk berhenti Memberikan vitamin C
merokok kepada perokok sebagai
upaya untuk berhenti
merokok
bti. btj. Pengalaman btk. Memberikan Memberikan penyuluhan
3 responden penjelasan dan arahan tentang rokok,
tentang hal yang bahwa rokok memiliki dampaknya bagi
diyakini dampak negatif bagi kesehatan diri sendiri dan
mengenai rokok kesehatan lebih besar orang lain
dibandingkan dampak
bsx. bsy. Akar bsz. Alternatif
btb. Rencana
N Penyebab bta. Pemecahan
Intervensi
Masalah Masalah
positif menurut pengalaman
responden
Memberikan penyuluhan
btp. Kurangn tentang dampaknya bagi
btq. Memberikan
bto. ya pengetahuan kesehatan diri sendiri dan
pengetahuan tentang
5 tentang dampak orang lain
dampak rokok bagi
rokok bagi Memberikan pamflet
kesehatan
kesehatan tentang dampak merokok
bagi kesehatan
bts.Orang tua Mengikutsertakan orang
btr. mencontohkan btt. Mengurangi orang tua dalam kegiatan
6 perilaku tua yang merokok di dalam penyuluhan tentang
merokok rumah rokok dan dampaknya
didalam rumah bagi kesehatan
Memberikan saran
kepada pemilik warung
btx. Mengurangi jumlah
btv.Keuntungan dari untuk mengurangi
rokok yang dijual dengan
btu. penjualan rokok jumlah rokok yang dijual
mengganti dengan barang
7 dinilai cukup dan diganti dengan
yang lebih bermanfaat,
besar sembilan bahan pokok
seperti sembilan bahan
btw. yang lebih bermanfaat
pokok.
dan memiliki daya jual
tinggi.
bsx. bsy. Akar bsz. Alternatif
btb. Rencana
N Penyebab bta. Pemecahan
Intervensi
Masalah Masalah
Penyuluhan dan
bua. Meningkatka pemantauan tentang
bty.btz. Petugas n upaya promosi rokok secara berkalaoleh
8 kesehatan berfokus kesehatan dan petugas kesehatan
pada pengobatan
tindakan preventif Membuat peraturan
bub. khusus tentang larangan
merokok
buc.
bud.
4.3. Intervensi Pemecahan Masalah yang Terpilih
bue. Intervensi terpilih yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
Memberikan penyuluhan tentang rokok, dampaknya bagi kesehatan diri
sendiri dan orang lain, dan tips untuk berhenti merokok
Memberikan poster dan leaflet tentang dampak merokok bagi kesehatan
Memberikan permen kepada perokok sebagai upaya untuk berhenti
merokok
1 Konsep acara
Persiapan
1 Menentukan waktu pelaksanaan penyuluhan
2 Mempersiapkan konsep acara dan media yang akan digunakan
3 Menghubungi pemilik ruangan (Tn. Muwasim) dan meminta izin
memakai ruangan tersebut untuk kegiatan penyuluhan
4 Menghubungi seluruh kepala keluarga binaan untuk mengajak seluruh
anggota keluarga untuk berkumpul di ruangan majelis pada waktu
yang sudah ditentukan
Pelaksanaan
1 Penyuluhan dilaksanakan pada pukul 11:30 WIB di ruangan
majelis
2 Peserta penyuluhan dipersilakan untuk berkumpul pada waktu dan
jam yang telah ditentukan
3 Teknik pelaksanaan acara dilaksanakan secara bersama dengan
anggota keluarga binaan sebagai peserta penyuluhan.
4 Acara penyuluhan dilaksanakan menggunakan media informasi
dalam bentuk poster dan leaflet
5 Acara berakhir pada pukul 13:00 WIB.
2 Waktu dan Tempat
buj. Acara penyuluhan dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 24
Maret 2016 di ruangan majelis di Kampung Sukasari, Desa Pangkalan dan
berlangsung pukul 11:30–13:00 WIB.
buk.
bul.
bum. BAB V
bun. PENUTUP
buo.
5.1 SIMPULAN
1. Area Masalah
2. Hasil
a Perilaku Merokok
b Pengetahuan Responden
c Sikap Responden
d Keyakinan Responden
buu.
e Nilai-nilai Responden
f Lingkungan Responden
3. Hasil Fishbone
bvb. Intervensi yang terpilih yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Memberikan penyuluhan tentang rokok, dampaknya bagi kesehatan diri
sendiri dan orang lain, dan tips untuk berhenti merokok
2. Memberikan pamflet tentang dampak merokok bagi kesehatan Mengajukan
penambahan jumlah tenaga kesehatan
bvf.
bvz.
bwa.
bwb.
bwc.
bwd.
bwe.
bwf. LAMPIRAN I
bwg. KUISIONER
cbl.
I ASPEK PERILAKU MEROKOK
cbm. Nilai tertinggi 10
ccs.
IV ASPEK KEYAKINAN RESPONDEN TERHADAP ROKOK
cct. Nilai tertinggi 20
cev.
cew. LAMPIRAN IV
cex. LEAFLET
cey.
cez. LAMPIRAN V
cfa. KEGIATAN INTERVENSI
cfb.
cfc.