Anda di halaman 1dari 194

i

PROSIDING SEMINAR NASIONAL METROLOGI 2022


METROLOGI DI ERA DIGITAL

Penulis:
Pemakalah pada Seminar Nasional Metrologi 2022

ISBN:

Steering Committee:
1. Dr. Matheus Hendro Purnomo, S.T., M.S.E., Direktorat Metrologi, Kemendag
2. Dr. Dr. A. Praba Drijarkara, M.Eng, Badan Standardisasi Nasional
3. Dr. Ghufron Zaid, Msc., , Badan Standardisasi Nasional
4. Rifan Ardianto, S.Si., M.Si., PhD, Direktorat Metrologi, Kemendag

Tim Panitia:
1. Yulianti, S.Si.,M.T., Direktorat Metrologi, Kemendag
2. Yunanto Puji Kartika, S.E. , Direktorat Metrologi, Kemendag
3. Anggraeni Tia Hapsari, S.Ds. , Direktorat Metrologi, Kemendag
4. Endang Ahmad Hidayat, S.Kom, M.Sc, Direktorat Metrologi, Kemendag
5. Rangga Bahari, Direktorat Metrologi, Kemendag
6. Ratnaningsih, S.T., Badan Standardisasi Nasional
7. Nurlathifah, S.Si., M.A., Badan Standardisasi Nasional

Tim Editor:
1. Rifan Ardianto, S.Si., M.Si., PhD, Direktorat Metrologi, Kemendag
2. Yulianti, S.Si, M.T., Direktorat Metrologi, Kemendag

Tim Reviewer:
1. Rifan Ardianto, S.Si., M.Si., PhD, Direktorat Metrologi, Kemendag
2. Dr Harry Budiman, M.Sc., Badan Standardisasi Nasional
3. Dr. Aditya Achmadi, M.T., Badan Standardisasi Nasional
4. Renanta Hayu Kresiani,M.Si.,Badan Standardisasi Nasional

Tim Desain sampul dan Tata Letak:


Yulianti, S.Si.,M.T.

Penerbit:
Direktorat Metrologi, Kementerian Perdagangan
Jalan Pasteur No. 27 Kota Bandung 40171
Tel +62 22 420 3597
Fax +62 22 420 7035
Email: subdit.skk@gmail.com

Seminar Nasional Metrologi 2022 dilaksanakan atas kerjasama Kementerian Perdagangan


dan Badan Standardisasi Nasional

Hak Cipta dilindungi undang-undang

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas bimbingan dan izin-
Nya, Seminar Nasional Metrologi 2022 dengan tema “Metrologi di Era Digital” dapat
terlaksana dengan baik dan Prosiding ini dapat diterbitkan.

Tema tersebut dipilih sebagai bagian dari tema besar Hari Metrologi Sedunia (World
Metrology Day) tahun 2022 yaitu “Metrologi di Era Digital” dan untuk memberikan perhatian
dunia akademik dan birokratik tentang pentingnya kolaborasi metrologi baik metrologi ilmiah,
metrologi legal, dan metrologi terapan dalam mendukung upaya pemulihan ekonomi nasional
selama masa pandemi COVID-19.

Para akademisi dan praktisi nasional telah banyak menghasilkan kajian-kajian tentang
penguatan dan pengembangan metrologi untuk membantu meningkatkan kepercayaan
masyarakat, memperkuat infrastruktur mutu, dan mengembangkan metode pengukuran yang
lebih baik, namun masih banyak yang belum didiseminasikan dan dipublikasikan secara luas,
sehingga tidak dapat diakses oleh pemangku kepentingan yang terkait baik masyarakat,
pemerintah, maupun pelaku usaha. Atas dasar tersebut, Seminar Nasional ini menjadi salah
satu ajang bagi para akademisi dan praktisi nasional untuk mempresentasikan kajiannya,
sekaligus bertukar informasi dan memperdalam kelimuan di bidang metrologi, serta
mengembangkan kerjasama yang berkelanjutan.

Seminar ini diikuti oleh akademisi, peneliti, dan praktisi di bidang metrologi dari seluruh
Indonesia, yang telah membahas berbagai bidang kajian dalam konteks metrologi legal,
metrologi ilmiah, metrologi terapan, perlindungan konsumen, kesehatan, dan lain-lain dalam
rangka memberikan pemikiran dan solusi untuk memperkuat peran metrologi dalam
menghadapi era digital.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada pimpinan Badan Standardisasi Nasional,
Pemakalah, Peserta, Reviewer, dan Panitia yang telah berupaya mensukseskan Seminar
Nasional ini.

Bandung, 25 Mei 2022

Direktur Metrologi

Matheus Hendro Purnomo

iii
DAFTAR ISI

PROSIDING SEMINAR NASIONAL METROLOGI 2022 METROLOGI DI ERA DIGITAL ......ii


KATA PENGANTAR ............................................................................................................. iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... 1
JAMINAN HASIL PENGUKURAN DENGAN PEMANTAUAN KONDISI LINGKUNGAN
LABORATORIUM SECARA REALTIME MENGGUNAKAN THERMOHYGROMETER
SEBAGAI IoT ........................................................................................................................ 3
POTENSI PEMANFAATAN DESCRIPTIVE DATA MINING PADA LAYANAN VERIFIKASI
STANDAR UKURAN METROLOGI LEGAL ........................................................................ 15
TANTANGAN METROLOGI LEGAL DALAM ERA DIGITALISASI PERDAGANGAN DI
INDONESIA MENGGUNAKAN ANALISIS PESTEL ............................................................ 27
DESKRIPTIF EFEKTIFITAS SOSIALISASI METROLOGI LEGAL DI MEDIA SOSIAL Studi
Kasus Analisis Insight Akun Instagram @bsmlyogya .......................................................... 34
PROTOTIPE SISTEM PENGONTROL SUHU DAN KELEMBAPAN TANAH PADA RUMAH
KACA MENGGUNAKAN PROPORTIONAL INTEGRAL DERIVATIVE (PID) BERBASIS IoT
........................................................................................................................................... 45
PERANCANGAN SISTEM INFORMASI LOGBOOK DIGITAL PERALATAN KALIBRASI
BERBASIS SITUS WEB ..................................................................................................... 54
PERANCANGAN SISTEM INFORMASI LAYANAN KALIBRASI ......................................... 62
STUDI TEKNIK KOMBINATORIAL UNTUK PENERAAN TIMBANGAN JEMBATAN
MENGGUNAKAN MINIATUR TIMBANGAN ....................................................................... 72
OPTIMALISASI PENGELOLAAN DATA ALAT UKUR, TAKAR, TIMBANG DAN
PERLENGKAPANNYA (UTTP) ........................................................................................... 85
PEMETAAN E-ROUTE PADA PELAYANAN TERA DAN TERA ULANG SEBAGAI SISTEM
PENENTUAN RUTE UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PELAYANAN PADA UNIT
METROLOGI LEGAL KABUPATEN TANGERANG ............................................................ 93
PENENTUAN PERUBAHAN LUASAN EFEKTIF PISTON-SILINDER PADA PRESSURE
BALANCE PADA PERLUASAN RENTANG TEKANAN DIFERENSIAL SAMPAI 10 kPa .. 106
PEMANFAATAN BLOCKCHAIN UNTUK MENINGKATKAN KETERTELUSURAN
METROLOGI .................................................................................................................... 123
PENGEMBANGAN STANDAR NASIONAL SATUAN UKURAN ARUS RENDAH
MENGGUNAKAN METODE TIDAK LANGSUNG ............................................................. 132
BIG DATA – KONSEP DAN TERAPAN DALAM BIDANG KEMETROLOGIAN ................. 141
OPTIMALISASI PEMANFAATAN MEDIA DIGITAL DALAM MEWUJUDKAN MASYARAKAT
MELEK METROLOGI ....................................................................................................... 153
PEMANFAATAN MEDIA SOSIAL INSTAGRAM DALAM PERANCANGAN ...................... 166
STRATEGI EDUKASI MASYARAKAT MELEK METROLOGI (3M) YANG EFEKTIF DAN
EFISIEN ............................................................................................................................ 166

1
DESAIN E-DASHBOARD PELAYANAN TERA DAN TERA ULANG SEBAGAI SISTEM
MONITORING UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN PADA BIDANG
METROLOGI LEGAL KABUPATEN TANGERANG .......................................................... 179

2
JAMINAN HASIL PENGUKURAN DENGAN PEMANTAUAN KONDISI LINGKUNGAN
LABORATORIUM SECARA REALTIME MENGGUNAKAN THERMOHYGROMETER
SEBAGAI IoT

Alno Kurniawan S.T., M.T.1), Bagus Arif Rahmanto S.Si.2)


1)
Balai Standardisasi Metrologi Legal Regional I, Direktorat Metrologi, Kemendag
alno.kurniawan@gmail.com
2)
Balai Standardisasi Metrologi Legal Regional I, Direktorat Metrologi, Kemendag
bagusarifrahmanto@gmail.com

ABSTRACT
The suitability of environmental conditions is one of the requirements in guaranteeing the
measurement results. The temperature and humidity of the laboratory room greatly affect the
calibration results, so it is important to regulate them according to the requirements of each
laboratory.
Monitoring can be done manually by reading the temperature and humidity values indicated
by the thermohygrometer within a certain time range. Manual reading requires further data
processing to determine the suitability of laboratory accommodation during calibration, making
it difficult for calibration officers to ensure that environmental conditions are appropriate. Due
to fluctuations in temperature and humidity of the laboratory, which is not appropriate, officers
must re-calibrate the equipment that has been calibrated. This repetitive work has an impact
on the length of service promises to customers.
By utilizing the Internet of Things (IoT), where a thermohygrometer is coupled with a
microcontroller that can send temperature and humidity data to a web server, and then
processed and displayed via an internet browser (web browser) in the form of information
about whether or not officers are eligible to work in laboratory. This is an effort to prevent
repetitive work. The entire system is integrated with the BSML Regional I service application,
SIVIKA, which can be accessed by calibration officers as well as quality assurance officers for
measurement results in real-time and anywhere.
Keywords: IoT, Laboratory Environment, Temperature and Humidity, SIVIKA

ABSTRAK
Kesesuaian kondisi lingkungan menjadi salah satu persyaratan dalam jaminan hasil
pengukuran. Suhu dan kelembaban ruang laboratorium sangat berpengaruh terhadap hasil
kalibrasi sehingga menjadi penting untuk diatur dan dikondisikan sesuai dengan persyaratan
masing-masing laboratorium.

Pemantauan dapat dilakukan secara manual dengan membaca nilai suhu dan kelembaban
yang ditunjukkan oleh thermohygrometer dalam rentang waktu tertentu. Pembacaan secara
manual membutuhkan pengolahan data lebih lanjut untuk mengetahui kesesuaian akomodasi
laboratorium selama kalibrasi sehingga menyulitkan petugas untuk memastikan kondisi
lingkungan telah sesuai. Akibat fluktuasi suhu dan kelembaban laboratorium yang tidak sesuai
mengharuskan petugas melakukan kalibrasi ulang terhadap alat yang telah dikalibrasi.
Pekerjaan berulang ini berdampak terhadap lamanya janji layanan kepada pelanggan.

3
Dengan memanfaatkan Internet of Things (IoT), dimana thermohygrometer dirangkai dengan
microcontroller yang dapat mengirim data suhu dan kelembaban ke web server, dan kemudian
diolah dan ditampilkan melalui perambah internet (web browser) dalam bentuk informasi
tentang layak atau tidaknya petugas melakukan kalibrasi pada kondisi lingkungan tersebut
menjadi usaha pencegahan pekerjaan berulang. Seluruh sistem ini terintegrasi dangan
aplikasi layanan BSML Regional I, SIVIKA, yang dapat diakses oleh petugas kalibrasi dan
juga petugas penjamin mutu hasil pengukuran secara real-time dan dimana saja sehingga
pekerjaan berulang dapat dihindari.

Kata Kunci: IoT, Lingkungan Laboratorium, Suhu dan Kelembaban, SIVIKA

Penetapan PTU pertama kali dilakukan pada tahun 2010 dengan ditetapkannya sebanyak 56
Pasar Tertib Ukur di 28 ibukota provinsi. Hingga tahun 2019 terdapat sebanyak 1.621 PTU di
34 provinsi atau sekitar 9,99% dari total 16.213 pasar yang terdapat di Indonesia (Shofihara,
2019). Sementara itu, DTU pertama kali ditetapkan pada tahun 2011 dengan kota Singkawang
di Provinsi Kalimantan Barat sebagai DTU pertama.

Sebagai salah satu laboratorium kalibrasi, Balai Standardisasi Metrologi Legal (BSML)
Regional I harus memberikan jaminan hasil pengukuran atas setiap alat-alat ukur yang
dikalibrasi. Kesesuaian kondisi lingkungan menjadi salah satu persyaratan dalam jaminan
hasil pengukuran. Suhu dan kelembaban pada ruang laboratorium sangat berpengaruh
terhadap hasil kalibrasi sehingga menjadi penting untuk diatur dan dikondisikan pada suhu
dan kelembaban tertentu sesuai dengan persyaratan masing-masing laboratorium.

Salah satu cara memantau kondisi lingkungan adalah dengan membaca langsung nilai
besaran suhu dan kelembaban yang ditunjukkan oleh alat ukur thermohygrometer dalam
rentang waktu tertentu yang terpasang di dalam laboratorium. Nilai yang ditunjukkan oleh
thermohygrometer merupakan nilai penunjukan yang harus dikoreksi terlebih dahulu
berdasarkan nilai sertifikat alat tersebut untuk mengetahui nilai sebenarnya dari penunjukan.
Pembacaan secara manual membutuhkan pengolahan data lebih lanjut untuk mengetahui
apakah suhu dan kelembaban pada saat petugas melakukan pengujian masih dalam syarat
yang ditentukan.

Intensitas pengujian di laboratorium kalibrasi BSML Regional I yang cukup tinggi, total 10.207
unit alat yang dikalibrasi pada tahun 2021 (bsmlmedan.id/sivika, 2022) cukup menyulitkan
bagi petugas dan penjamin mutu untuk memastikan kondisi lingkungan laboratorium pada
saat alat dikalibrasi sesuai dengan kondisi lingkungan yang dipersyaratkan. Fluktuasi nilai
suhu dan kelembaban ruangan laboratorium dipengaruhi faktor geografis dari laboratorium
BSML Regional I yang terletak di Kota Medan, yang memiliki perubahan suhu luar ruangan
dari 22 C hingga 33 C dan kelembaban 65 % hingga 80 % (bmkg.go.id, 2022). Perubahan
kondisi ini memerlukan sumber daya yang besar untuk mengkondisikan suhu dan
kelembaban dalam ruangan laboratorium. Selain itu, fluktuasi suhu dan kelembaban ruangan
laboratorium yang tidak memenuhi persyaratan mengharuskan petugas melakukan kalibrasi
ulang terhadap alat yang telah dikalibrasi. Pekerjaan berulang ini berdampak terhadap
lamanya janji layanan kepada pelanggan.

Untuk mengatasi hal tersebut, maka dengan memanfaatkan teknologi terkini, yaitu Internet of
Things (IoT), dimana thermohygrometer sebagai alat ukur suhu dan kelembaban dirangkai

4
dengan microcontroller yang dapat mengambil data suhu dan kelembaban dari
thermohygrometer, kemudian dikirm ke web server, diolah dan ditampilkan melalui perambah
internet (web browser) dalam bentuk informasi tentang layak atau tidaknya petugas
melakukan kalibrasi pada kondisi lingkungan tersebut. Selain itu juga memberikan informasi
data rekaman kondisi ruangan laboratorium dari waktu ke waktu yang datanya dapat diolah
untuk melihat katrakteristik kerja alat pengkondisi ruangan, yaitu air conditioner dan
dehumidifier. Seluruh sistem ini akan diterintegrasikan dangan aplikasi layanan BSML
Regional I, SIVIKA (Sistem Informasi Verifikasi/Kalibrasi), yang dapat diakses oleh petugas
kalibrasi dan juga petugas penjamin mutu hasil pengukuran secara realtime dan dimana saja.

Tujuan dari penelitian ini adalah membuat sistem yang dapat memberikan informasi melalui
perambah internet (web browser) kepada petugas kalibrasi dan penjamin mutu untuk
mengetahui status kelayakan kondisi ruangan laboratorium pada saat pengujian sesuai
kondisi yang dipersyaratkan menurut prosedur kerja kalibrasi masing-masing alat dan
laboratorium sehingga pekerjaan berulang dapat dihindari dan hasil pengukuran dapat dijamin
kebenarannya.

TINJAUAN PUSTAKA

Internet of Things (IoT)

Internet of Things (IoT) menggambarkan jaringan objek fisik (segala sesuatu) yang
disematkan dengan sensor, perangkat lunak, dan teknologi lainnya untuk tujuan
menghubungkan dan bertukar yang dijadikan sampel. Sampel PTU yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pasar dengan predikat PTU yang terdapat di dalam daerah DTU, dan
pasar non-DTU adalah pasar yang belum data dengan perangkat dan sistem lain melalui
internet. Perangkat ini dapat berupa benda-benda rumah tangga biasa hingga alat-alat
industri yang canggih. Dengan lebih dari 7 miliar perangkat IoT yang terhubung saat ini, para
ahli memperkirakan jumlah ini akan tumbuh menjadi 10 miliar pada tahun 2020 dan 22 miliar
pada tahun 2025 (Oracle, 2022).

Thermohygrometer

Thermohygrometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu dan kelembaban
ruangan. Pemilihan thermohygrometer tergantung kepada kemampuannya untuk membaca
secara akurat kondisi lingkungan. Untuk penelitian ini digunakan thermohygrobarometer
merek Extech tipe SD700 yang memiliki fitur mampu mengukur 3 besaran, yaitu tekanan
barometrik, suhu, dan kelembaban relatif, memiliki kemampuan penyimpanan otomatis nilai
besaran ke kartu memori, dan data transfer melalui RS-232. SD700 memiliki output serial
yang dapat dihubungkan ke port serial PC/microcontroller. Port serial ini akan digunakan untuk
menghubungkan microcontroller dan thermohygrometer.

5
Gambar 1. Barometric Pressure/Humidity/Temperature Datalogger SD700.
Sumber: http://www.extech.com/products/SD700 (diakses tanggal 1 April 2022)

Microcontroller

Mikrokontroler adalah sebuah komputer kecil yang dikemas dalam bentuk chip IC (Integrated
Circuit) dan dirancang untuk melakukan tugas atau operasi tertentu. Pada dasarnya, sebuah
IC Mikrokontroler terdiri dari satu atau lebih Inti Prosesor (CPU), Memori (RAM dan ROM)
serta perangkat INPUT dan OUTPUT yang dapat diprogram (Dickson Kho, 2021).

Pada penelitian ini menggunakan NodeMCU (Node MicroController Unit). NodeMCU (Node
MicroController Unit) adalah lingkungan pengembangan perangkat lunak dan perangkat keras
System-on-a-Chip (SoC) open source yang murah yang disebut ESP8266. ESP8266,
dirancang dan diproduksi oleh Espressif Systems, berisi semua elemen penting dari komputer
modern: CPU, RAM, jaringan (wifi), dan bahkan sistem operasi modern dan SDK. Dengan
harga yang murah dan kemampuan yang banyak itu menjadikannya pilihan yang sangat baik
untuk semua jenis proyek IoT. Sebagai sebuah chip, ESP8266, penggunaanya harus
menghubungkan kabel dengan voltase analog yang sesuai ke PIN-nya, kemudian diprogram
dalam instruksi mesin tingkat rendah yang dapat ditafsirkan oleh chip perangkat keras
(Michael Yuan, 2017).

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan UPTD Metrologi Legal dan Dinas
Perdagangan yang membidangi kemetrologian legal di wilayah setempat, terdapat beberapa
faktor utama yang memengaruhi hasil penilaian DTU, antara lain:

Gambar 2. NodeMCU (Node MicroController Unit) ESP8266

Sumber: https://components101.com/development-boards/nodemcu-esp8266-pinout-
features-and-datasheet, (diakses tanggal 1 April 2022)

6
Desain Perangkat Keras

Untuk dapat menerapkan sistem IoT ini dibuat rangkaian yang menghubungkan
thermohygrometer melalui pin RS-232 ke NodeMCU ESP8266 dengan rancangan seperti
Gambar 3. Schematic diagram NodeMCU ESP8266 ke Extech SD700. Extech SD700
menggunakan chip D78F0485 produksi Renesas yang dilengkapi dengan fasilitas komunikasi
serial dengan kecepatan baudrate 9600 bps. Agar data dari Extech SD700 terbaca baik oleh
NodeMCU ESP8266 maka ditambahkan sebuah resistor pull up yang berfungsi sebagai
sumber daya optocoupler Extech SD700.

Gambar 3. Schematic diagram NodeMCU ESP8266 ke Extech SD700.

Desain Perangkat Lunak

Perangkat lunak dirancang masing-masing untuk microcontroller dan web serve dalam
tahapan penetapan PTU. Berdasarkan hasil evaluasi PTU secara umum, hampir seluruh
sampel PTU memperoleh nilai yang baik, bahkan terdapat 2 pasar yang memperoleh hasil
penilaian “Sangat Memuaskan” yakni Pasar Sentra di Kota Gorontalo dan Pasar Adat Desa
Tegal di Kabupaten Badung. Sementara itu, PTU yang memperoleh nilai terendah adalah
Pasar Beringin di Kota Singkawang. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi hasil
penilaian, antara lain adalah:
a. Basis Data (database) tahunan tentang jumlah, jenis, pemilik dan/atau pengguna UTTP
belum memadai.
Salah satu komponen penilaian PTU adalah bahwa sebuah pasar dikelola oleh suatu
manajemen dan memiliki data yang valid tentang jumlah, jenis dan pemilik UTTP. Namun,
tidak semua PTU dikelola oleh suatu manajemen dan memiliki data tersebut, seperti halnya

7
di Pasar Beringin, Kota

Gambar 4. Flowchart alur kerja microcontroller (kiri) dan web server (kanan).

Gambar 5. Listing program pada microcontroller NodeMCU ESP8266

Data suhu dan kelembaban dari Extech SD700 diterima oleh NodeMCU ESP8266 dalam
bentuk data teks (string) yang berisikan informasi nilai-nilai pengukuran yang selanjutnya
dilakukan parsing/penguraian sehingga data suhu dan kelembaban dapat diperoleh secara
satu-kesatuan sesuai besaran dalam bentuk data angka (int). Data selanjutnya dikirim oleh
NodeMCU ESP8266 ke web server dengan metode Hypertext Transfer Protocol (HTTP) GET.

Web server pada penelitian ini terintegrasi dengan aplikasi layanan verifikasi BSML Regional
I, SIVIKA. SIVIKA (https://bsmlmedan.id/sivika) merupakan aplikasi berbasis web dengan
menggunakan bahasa program PHP dan framework Codeigniter 3, dimana database
disimpan menggunakan MySQL. Seluruh data yang dikirimkan oleh IoT difilter dan diolah

8
sedemikian rupa sehingga memberikan informasi yang dibutuhkan dalam pengelolaan kondisi
ruangan laboratorium

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sistem IoT

Sistem IoT yang telah dibuat terdiri dari thermohygrometer dirangkai dengan microcontroller
dan diintegrasikan dengan SIVIKA yang berperan sebagai web server. Sistem sudah
terimplementasi dalam proses layanan verifikasi/kalibrasi di BSML Regional I.

Gambar 6. Rangkaian thermohygrometer + microcontroller sebagai IoT.

Gambar 7. Sistem IoT yang dibangun

Pengolahan Data

Semua data yang diterima oleh web server (SIVIKA) direkam dan simpan dalam database.
Data disortir kebenarannya, hanya data yang valid yang akan ditampilkan dan di analisis oleh
sistem. Data dapat dipanggil kapan saja sesuai kebutuhan. Jumlah data yang dikirm oleh IoT
sangat banyak, untuk itu perlu pengaturan rentang waktu perekaman. Waktu perekam di set

9
setiap 10 menit untuk masing-masing laboratorium. Untuk mengoptimalkan pengolahan data,
maka pada aplikasi SIVIKA dibuat beberapa fitur pengolahan data (lihat gambar 8), yaitu :
Memberikan informasi rekaman terakhir dan informasi non-DTU/PTU, cenderung sudah lebih
berdaya. Sementara itu untuk UTTP seperti Timbangan Bobot Ingsut (TBI) di Bulog, Meter
Taksi, Meter Listrik, dan Meter Air, skor IKK Kemeterologian Legal terhadap UTTP tersebut
cenderung lebih rendah.

1. Memberikan informasi rekaman terakhir dan informasi layak atau tidaknya dilakukan
kalibrasi suatu alat uji sesuai kondisi terkini (realtime) (kiri).

2. Menampilkan grafik rekaman suhu dan kelembaban data yang ditunjukkan


thermohygrometer baik yang sebelum atau sesudah koreksi berdasarkan sertifikat
kalibrasi thermohygrometer.

3. Menyortir dan menyimpan seluruh data yang dikirim oleh IoT dari berbagai ruangan
laboratorium (terdapat 8 ruangan yang dikondisikan dan dipantau akomodasi
lingkungannya) dalam bentuk tabulasi (tengah).

4. Pembaharuan data koreksi thermohygrometer berdasarkan sertifikat kalibrasi terakhir


(kanan).

5. Mengatur interval waktu perekaman data yang dikirim oleh IoT (kanan).

Gambar 8. Fitur pengolahan data pada aplikasi SIVIKA

Sumber: https://bsmlmedan.id/sivika/laboratorium/akomodasi, (diakses tanggal 1 April 2022)

Tampilan Client

Informasi terkini (realtime) dapat diakses oleh petugas kalibrasi atau petugas penjamin mutu
melalui user akun pada aplikasi SIVIKA baik menggunakan komputer ataupun smartphone.
Tampilan didesain agar responsive untuk segala jenis alat komunikasi. Petugas memilih
laboratorium yang sesuai dengan pekerjaan kalibrasi yang akan dilakukannya. Sebagai
contoh, lihat gambar 9, adalah tampilan informasi kondisi laboratorium massa 1 pada tanggal
1 April 2022 pukul 07:41:35 WIB. Grafik menunjukkan suhu dan kelembaban berdasarkan
waktu perekaman dan bersifat dinamis. Apabila diperlukan, kedinamisan grafik dapat
dipercepat dengan mengubah interval waktu perekeman melalui menu pengaturan.

10
Gambar 9. Tampilan kondisi ruangan laboratorium massa pada tanggal 1 April 2022 pukul
07:41:35 WIB

Sumber: https://bsmlmedan.id/sivika/akomodasi?tgl_rekam=2022-03-
31&jam_rekam=19%3A37&id_lab=1&read=Corrected, (diakses tanggal 1 April 2022)

Indikator warna hijau pada gambar dibawah grafik merupakan tanda dapat dilakukannya
pengkalibrasian anak timbangan berdasarkan kelasnya. Apabila berwarna merah maka tidak
dapat dilakukan pekerjaan kalibrasi karena kondisi lingkungan tidak sesuai persyaratan.
Warna indikator berubah secara realtime tergantung batasan yang ditentukan menurut
prosedur kerja kalibrasi. Nilai yang ditampilkan grafik merupakan nilai pengukuran suhu dan
kelembaban yang sudah terkoreksi berdasarkan sertifikat kalibrasi thermohygrometer.

Gambar 10. Tampilan kondisi ruangan laboratorium massa pada tanggal 1 April 2022 pukul
23:01:52 WIB (Sumber: https://bsmlmedan.id/sivika/akomodasi?tgl_rekam=2022-03-
31&jam_rekam=19%3A37&id_lab=1&read=Corrected, (diakses tanggal 1 April 2022))

11
Pengujian Hasil Rekaman

Untuk memastikan kebenaran dari sistem ini dilakukan pengujian dengan membandingkan
nilai hasil rekaman terhadap nilai aktual yang ditunjukkan oleh thermohygrometer.

aktual yang ditunjukkan oleh thermohygrometer.

Gambar 11. Nilai aktual dan hasil rekaman pada tanggal 22 Juli 2022 pukul 08:12:16 WIB

Gambar 12. Nilai aktual dan hasil rekaman pada tanggal 22 Juli 2022 pukul 08:12:27 WIB

12
Dari gambar 11 dapat dilihat nilai aktual yang ditunjukkan oleh thermohygrometer untuk suhu
sebesar 22.4 C dan kelembaban sebesar 45.6 % adalah sama dengan yang ditunjukkan oleh
sistem IoT yaitu suhu sebesar 22.4 C dan kelembaban sebesar 45.6 %. Begitu juga untuk
gambar 12 dengan selisih waktu sebesar 11 sekon menunjukkan hasil yang sama antara
thermohygrometer dan sistem IoT. Setiap terjadi perubahan nilai besaran suhu dan
kelembaban yang ditunjukkan oleh thermohygrometer, sistem juga merekam nilai besaran
yang sama.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:


1. Tersedianya sistem IoT untuk memantau kondisi lingkungan laboratorium BSML
Regional I.
2. Sistem IoT yang terintegrasi dengan SIVIKA dapat diakses dimana saja dengan
menggunakan smartphone atau komputer dilaman https://bsmlmedan.id/sivika.
3. Grafik dan indikator yang ditampilkan oleh aplikasi SIVIKA dapat memberikan
informasi kepada petugas untuk tidak melakukan kalibrasi disaat kondisi ruangan tidak
memenuhi syarat sehingga mencegah terjadinya pekerjaan kalibrasi berulang
terhadap alat yang sama.
4. Sistem mampu memilah data yang valid, dimana data yang tidak valid tidak diolah dan
tidak ditampilkan pada grafik.
5. Dapat dipastikan suhu dan kelembaban ruangan laboratorium telah sesuai
persyaratan saat melakukan kalibrasi sehingga hasil pengukuran dapat dijamin
kebenarannya.
6. Sistem IoT mampu menampilkan nilai secara aktual dan realtime.

REKOMENDASI

Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk pengembangan penelitian ini, yaitu:
1. Masih terdapat beberapa data yang tidak valid akibat gangguan jaringan internet,
sehingga perlunya memastikan bahwa jaringan internet selalu terkoneksi.
2. Pada penelitian ini belum dilakukan analisa terkait karakteristik kinerja sistem
pengkondisi ruangan (AC dan dehumidifier) berdasarkan data suhu dan kelembaban
yang direkam. Dengan melakukan pengolahan data lebih lanjut diharapkan dapat
mengetahui kinerja sistem pengkondisi ruangan (AC dan dehumidifier) sehingga kita
dapat memilih AC/dehumidifier yang tepat untuk laboratorium.

REFERENSI

____, 2022, Prakiraan Cuaca, [online], (https://www.bmkg.go.id/cuaca/prakiraan-


cuaca.bmkg?Kec=Medan_Selayang&kab=Kota_Medan&Prov=Sumatera_Utara&AreaID=
5011960, diakses tanggal 1 April 2022)
____, 2020, NodeMCU ESP8266, [online], (https://components101.com/development-
boards/nodemcu-esp8266-pinout-features-and-datasheet, diakses tanggal 7 Maret 2022)
____, 2022, What is IoT?,[online], (https://www.oracle.com/internet-of-things/what-is-iot/,
diakses tanggal 1 April 2022)

13
____, 2020, NodeMCU ESP8266, [online], (https://components101.com/development-
boards/nodemcu-esp8266-pinout-features-and-datasheet, diakses tanggal 1 April 2022)
____, 2022, ESP8266 NodeMCU HTTP GET and HTTP POST with Arduino IDE (JSON, URL
Encoded, Text), [online], (https://randomnerdtutorials.com/esp8266-nodemcu-http-get-
post-arduino/, diakses tanggal 1 Maret 2022)
____, 2022, SD700: Barometric Pressure/Humidity/Temperature Datalogger, [online],
(http://www.extech.com/products/SD700, diakses tanggal 1 April 2022)
Kho, Dickson., Pengertian Mikrokontroler (Microcontroller) dan Strukturnya, [online],
(https://teknikelektronika.com/pengertian-mikrokontroler-microcontroller-struktur-
mikrokontroler/, diakses tanggal 1 April 2022)
Yuan, Michael., 2017, Getting to know NodeMCU and its DEVKIT board, [online],
(https://developer.ibm.com/tutorials/iot-nodemcu-open-why-use/, diakses tanggal 2 Maret
2022)

14
POTENSI PEMANFAATAN DESCRIPTIVE DATA MINING PADA LAYANAN VERIFIKASI
STANDAR UKURAN METROLOGI LEGAL

Studi Kasus : Perencanaan Verifikasi SUML Balai Standardisasi Metrologi Legal


Regional II
Riza Zakariya1
1)
Balai Standardisasi Metrologi Legal Regional II
riza.zakariya@kemendag.go.id

ABSTRACT
Data-driven decision-making in the Legal Metrology Standards calibration services is a form
of continuous improvement in the quality of public services. Using the latest information
technology, the potential for exploring historical data is rapidly increasing to provide valid,
timely, and relevant information to support rational and responsible decision-making. This
paper discusses the potential of using descriptive data mining in the legal metrology standard
calibration services as a proposal to improve the quality of the public services, especially for
the 2nd Regional Center of the Legal Metrology Standardization Office, and to initiate digital
transformation in the management of legal metrology standards in Indonesia.
Keywords: data driven, decision making, data mining, legal metrology
ABSTRAK
Pengambilan keputusan berbasis data pada layanan verifikasi Standar Ukuran Metrologi
Legal (SUML) merupakan suatu bentuk nyata peningkatan mutu layanan publik secara
berkelanjutan. Dengan dukungan teknologi informasi terkini, potensi eksplorasi data historis
menjadi semakin terbuka untuk menghasilkan informasi yang valid, tepat waktu, dan relevan
sehingga mendukung pengambilan keputusan yang rasional dan bertanggung jawab.
Makalah ini membahas potensi pemanfatan descriptive data mining pada layanan verifikasi
SUML sebagai usulan penyempurnaan layanan publik di BSML Regional II dan menginisiasi
transformasi digital pada pengelolaan SUML di Indonesia.

Kata Kunci: data driven, pengambilan keputusan, data mining, metrologi legal

PENDAHULUAN

Sebagai Unit Pelayanan Teknis (UPT) di lingkungan Kementerian Perdagangan yang telah
mengimplementasikan ISO/IEC:9001 (standar sistem manajemen mutu) dan ISO/IEC:17025
(standar sistem manajemen laboratorium pengujian/kalibrasi) pada layanan publiknya, Balai
Standardisasi Metrologi Legal (BSML) Regional II memiliki komitmen untuk secara
berkelanjutan meningkatkan mutu layanan publik. Satu di antara bentuk perbaikan mutu
layanan yang dapat dilakukan adalah penerapan teknik pengambilan keputusan berbasis data
(Data-Driven Decision-Making) dalam kebijakan pelayanan verifikasi standar ukuran metrologi
legal. Informasi yang andal dari sisi kebenaran, ketepatan waktu, dan relevansi merupakan
kunci pengambilan keputusan yang penting. Permasalahan berulang yang mungkin terjadi
adalah pada saat UPT memiliki banyak rekaman data yang tersebar di berbagai tempat
dengan format yang tidak terstruktur justru membuat organisasi sering kesulitan menyaring
dan menyimpulkan informasi yang spesifik pada saat diperlukan. Fenomena banjir data
merupakan tantangan sekaligus peluang besar bagi organisasi untuk kemudian menerapkan

15
pengolahan lanjut, misalnya dengan data mining, guna mendapatkan informasi yang valid,
lengkap, relevan, dan tepat waktu.

Makalah ini disusun sebagai kajian awal penerapan data mining dalam perencanaan kegiatan
verifikasi standar ukuran metrologi legal dengan kasus perencanaan target capaian kinerja
dan perjanjian waktu baku layanan verifikasi. Pada saat makalah ini ditulis, belum ditetapkan
pendekatan metodologis untuk menentukan target capaian kinerja dan waktu baku layanan.
Target capaian kinerja untuk tahun 2020 sampai dengan tahun 2022 ditetapkan berdasarkan
asumsi kepemilikan standar ukur minimal pada unit metrologi legal (UML) di kabupaten/kota
dan asumsi jumlah UML yang telah beroperasional. Pada kenyataannya, jumlah alat yang
diverifikasi jauh lebih besar dari target karena UML membawa alat lebih banyak dari yang
diasumsikan. Di lain pihak, waktu baku layanan ditentukan berdasarkan arahan pimpinan
secara intuitif dengan mempertimbangkan masukan dari para pegawai. Makalah ini
diharapkan dapat menunjukkan bagaimana descriptive data mining dimanfaatkan untuk
menciptakan pengetahuan baru dan mendukung pengambilan keputusan berdasar data
historis khususnya pada perencanaan target capaian kinerja dan penetapan waktu layanan.
Dengan data mining, informasi terdokumentasi dapat diolah dengan baik untuk menetapkan
kebijakan strategis yang lebih cepat, mudah, berdasar bukti, dan berbasis data.

BATASAN MASALAH

Data Standar Ukuran Metrologi Legal yang digunakan pada penelitian ini adalah data
sekunder hasil pengolahan dari data awal milik Tim Pelayanan BSML Reginal II. Tahun data
dipilih mulai dari tahun 2020 setelah diundangkannya Permendag Nomor 52 Tahun 2019
Tentang Standar Ukuran Metrologi Legal. Analisis pengelolaan SUML terbatas dan hanya
didasarkan pada sumber data tersebut.

LANDASAN TEORI

Standar Ukuran Metrologi Legal

Berdasarkan definisi Permendag Nomor 52 Tahun 2019, standar ukuran adalah standar
satuan besaran fisik berupa alat dan perlengkapannya atau bahan acuan dari ukuran yang
sah dipakai sebagai dasar pembanding dalam kegiatan metrologi legal. Kegiatan verifikasi
merupakan aktivitas kalibrasi pada lingkup metrologi legal dengan tujuan untuk memastikan
standar ukuran mampu telusur secara kemetrologian dan memenuhi syarat teknis. Secara
hierarkis, standar ukuran memiliki susunan berurutan berdasar tingkat akurasi dan/atau
ketidakpastian, dengan Standar Ukuran Tingkat 1 sebagai standar ukuran yang memiliki
tingkat akurasi tertinggi pada lingkup metrologi legal dan dapat ditelusuri secara internasional.
Standar ukuran tingkat berikutnya merupakan hasil turunan langsung dari standar ukuran
tingkat di atasnya melalui kegiatan verifikasi SUML. Sesuai pasal 13 angka 3 huruf a,
pengelolaan Standar Ukuran Tingkat 1 berada di Balai Pengelolaan Standar Nasional Satuan
Ukuran Direktorat Metrologi (Balai SNSU). BSML memiliki kewajiban untuk melaksanakan
tugas mengelola standar ukuran tingkat 2 sampai dengan standar ukuran tingkat 4 miliknya,
dengan memverifikasikan standar acuan miliknya ke Balai SNSU, dan memverifikasi standar
kerjanya secara mandiri. Wilayah Regional II meliputi 154 unit metrologi legal kabupaten/kota
di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara dan 1 unit metrologi legal pada Provinsi DKI Jakarta. Di lain
pihak, unit metrologi legal (UML) di kabupaten/kota wajib melaksanakan tugas mengelola
standar ukuran tingkat 3 dan standar ukuran tingkat 4 miliknya, dengan memverifikasikan

16
standar acuan miliknya ke BSML dan memverifikasi standar kerjanya secara mandiri. Tugas
BSML dan UML tersebut secara eksplisit merupakan amanah Permendag Nomor 52 Tahun
2019. Berdasarkan interpretasi atas pasal-pasal Permendag yang sama, secara implisit
BSML memiliki tugas untuk: memverifikasi standar acuan milik UML kabupaten/kota yang
telah memiliki kemampuan melakukan verifikasi standar kerja secara mandiri; memverifikasi
standar acuan dan standar kerja milik UML kabupaten/kota yang belum memiliki kemampuan
verifikasi mandiri, dan memverifikasi standar ukuran milik pihak ketiga yang digunakan dalam
pelaksanaan tera dan tera ulang.

Descriptive Data Mining

Istilah data mining dalam Bahasa Indonesia sering diterjemahkan sebagai penggalian atau
penambangan data. Istilah ini memiliki definisi dan lingkup beragam yang belum dibakukan.
Menurut Aggarwal (2015), data mining adalah studi pengumpulan, pembersihan, pengolahan,
analisis, dan upaya mendapatkan pengetahuan yang berguna dari data. Bramer (2016)
menempatkan data mining sebagai bagian sentral dari penemuan pengetahuan (knowledge
discovery) seperti ditunjukan pada Gambar 1, yaitu ekstraksi informasi yang mungkin
berguna, implisit, dan sebelumnya tidak diketahui dari data. Dalam definisi Bramer (2016),
algoritma data mining menghasilkan keluaran dalam bentuk aturan atau suatu pola yang
kemudian diinterpretasikan sebagai pengetahuan baru yang berpotensi berguna. Menurut
Olson dan Lauhuff (2019), data mining meliputi pemodelan deskriptif dan prediktif. Model
deskriptif memfokuskan tinjauan terhadap apa yang terjadi, sedangkan model prediktif
menyediakan kemampuan perkiraan nilai variabel kontinu maupun variabel kategori. Berbeda
dengan model prediktif yang ditujukan untuk meramalkan nilai tertentu, model deskriptif
mencoba untuk menyediakan petunjuk pada struktur, kaitan, dan keterhubungan pada data.

Gambar 1. Proses Penemuan Pengetahuan (Bramer, 2016)

METODOLOGI PENELITIAN

Kajian potensi pemanfaatan descriptive data mining pada layanan verifikasi Standar Ukuran
Metrologi Legal ini dilaksanakan berdasarkan metode penelitian terapan. Tahapan penelitian
yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:

1. Pengumpulan data mentah verifikasi standar ukuran metrologi legal:

a) data rekapitulasi verifikasi tahun 2020.

b) data rekapitulasi verifikasi tahun 2021.

17
c) data statis seperti data provinsi dari setiap kabupaten/kota di wilayah Regional
II, serta data hari libur tahun 2020 dan 2021.

Semua berkas data mentah berbentuk spreadsheet/excel.


2. Prapemrosesan data mentah yang terdiri dari:

a) dengan penyesuaian format, seperti penyeragaman tipe data tanggal untuk


seluruh data tanggal serta penyeragaman nama/label standar.

b) pengisian data kosong dengan nilai yang sesuai, misal pengisian data nama
UML yang sebelumnya hanya ada di setiap baris pertama suborder pertama
diisikan pula untuk baris yang lain.

c) ekstrak nama kabupaten/kota dari nama unit metrologi legal.

d) penambahan formula perhitungan lama hari kerja.

e) penambahan penanda jenis standar khusus, misalnya bidur dan dacin.

3. Pemrosesan data menggunakan Microsoft Excel dan macro (ExcelPython):

a) pengelompokan (grouping) data berdasar kriteria tertentu, misalnya


pengelompokan data standar berdasar kategori instansi pembayar penerimaan
negara bukan pajak (PNBP) yaitu untuk unit pelaksana teknis daerah (UPTD),
umum, internal, dan interkomparasi.

b) pemeriksaan data menurut kategori tertentu dengan melakukan collapsing and


expanding berdasar kriteria yang bervariasi untuk memeriksa konsistensi nilai.

c) agregasi data (perhitungan mean, standar deviasi, persentil, dan sebagainya).

4. Visualisasi hasil kalkulasi menggunakan Dashboard dengan Microsoft Excel dan grafik
dengan IPython.

5. Analisis dan interpretasi hasil.

6. Penarikan kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data order verifikasi SUML telah memuat detail nama alat standar yang didaftarkan UML
untuk diverifikasi, mencakup data spesifikasi, asal UML, tanggal order, tanggal sertifikat,
tanggal pengambilan alat standar, dan nomer sertifikat yang diterbitkan. Data mining mampu
mengekstraksi informasi yang mungkin berguna, implisit, dan sebelumnya tidak diketahui dari
pembacaan data secara sepintas. Beberapa informasi yang dapat diekstraksi dari data order
pada Dashboard implementasi descriptive data mining pada penelitian ini antara lain:
pemetaan cakupan layanan verifikasi di Regional II, penentuan tema bimbingan teknis
pengelolaan SUML, pengukuran kinerja dan performa layanan, serta simulasi pemangkasan
standar waktu layanan (service level agreement).

18
Pemetaan Cakupan Layanan Verifikasi Di Regional II

Contoh informasi implisit yang sebelumnya tidak diketahui dari pembacaan data order secara
sepintas adalah cakupan layanan verifikasi BSML Regional II di wilayah Jawa, Bali, dan Nusa
Tenggara. Dengan teknik peringkasan (summarization), transformasi (transformation), dan
pengelompokan (grouping), informasi provinsi asal UML yang datang ke BSML Regional II
dapat dipetakan seperti ditunjukkan pada Tabel 1. Data kabupaten/kota diekstraksi dari nama
UML pada data order, kemudian data kabupaten/kota dipasangkan dengan data provinsi
setelah menghilangkan duplikasi, dan terakhir data kabupaten/kota dikelompokkan berdasar
provinsi.
Tabel 1. Rekapitulasi Kab/Kota UML Pelanggan BSML Regional II Berdasar Provinsi

Sumber: Tim Pelayanan BSML Regional II, 2021

Asal Kab Kota UML 202 % 202 % 2020 % Jumlah


0 1 & Kab/Kota
2021 Satu Provinsi
Banten 0 0,00% 2 25,00% 0 0,00% 8
Jawa Barat 3 11,11% 6 22,22% 2 7,41% 27
Jawa Tengah 27 77,14% 33 94,29% 26 74,29% 35
DI Yogyakarta 5 100,00 5 100,00 5 100,00 5
% % %
Jawa Timur 33 86,84% 32 84,21% 30 78,95% 38
Bali 1 11,11% 4 44,44% 0 0,00% 9
Nusa Tenggara 1 10,00% 6 60,00% 1 10,00% 10
Barat
Nusa Tenggara 0 0,00% 3 13,64% 0 0,00% 22
Timur
Total 70 45,45 91 59,09 64 41,56 154
% % %

Keterangan:
1. Kolom 2020&2021, Jumlah UML yang pernah datang di tahun 2020 dan kemudian
datang kembali di tahun 2021.
2. Kolom % (persentase) dihitung berdasarkan jumlah kabupaten/kota pada provinsi
terkait.

Berdasar Tabel 1 tersebut, layanan verifikasi BSML Regional II baru menjangkau 59% dari
seluruh kabupaten/kota di wilayah Regional II. Persentase UML di wilayah Banten dan Jawa
Barat yang melakukan verifikasi ke BSML Regional II cukup kecil bila dibandingkan dengan
Jawa Tengah dan Jawa Timur, ada kemungkinan UML di wilayah tersebut memilih untuk
melakukan verifikasi ke Balai SNSU atau UML Provinsi DKI Jakarta yang lebih dekat secara
geografis. Peluang untuk opsi tersebut masih diperbolehkan sesuai Permendag 52/2019
pasal 13 angka 8. Hal yang sama dimungkinkan untuk terjadi pada UML di wilayah Bali, Nusa
Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur, meskipun bisa jadi rendahnya persentase di
ketiga wilayah tersebut disebabkan oleh masih tingginya persentase UML yang belum
operasional pada tahun 2020 dan 2021. Kesimpulan tersebut perlu divalidasi dengan data
order verifikasi SUML di Balai SNSU dan Provinsi DKI Jakarta. Terlepas dari hal itu,

19
perkembangan cakupan layanan BSML Regional II patut disyukuri karena memiliki tren positif
yang ditandai dengan naiknya jumlah UML pelanggan dari 70 UML di tahun 2020 menjadi 91
UML di tahun 2021, dan 64 UML di antaranya adalah pelanggan setia yang melakukan
verifikasi secara berturut-turut pada kedua tahun tersebut. Hasil ini dapat digunakan untuk
mengevaluasi ulang asumsi awal jumlah UML pelanggan yang ditetapkan oleh Tim Pelayanan
seperti ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Asumsi Awal Jumlah UML Pelanggan dan Alat Standar

Sumber: Tabel Rancangan Target PNBP 2022-2025 oleh Tim Pelayanan BSML
Regional II, 2021

Tahun 2021 2022 2023 2024 2025


Jumlah UML 55 58 61 64 67
Anak Timbangan F2 25 25 25 25 25
Bejana Ukur Kapasitas ≤ 20 L 1 1 1 1 1
Timbangan Elektronik Kelas I 1 1 1 1 1
Termometer Ketelitian 0,1 °C 1 1 1 1 1

Penentuan Target Capaian Kinerja

Target capaian kinerja untuk tahun 2020 sampai dengan tahun 2025 ditetapkan berdasarkan
asumsi kepemilikan standar ukur minimal pada unit metrologi legal (UML) di kabupaten/kota
dan asumsi jumlah UML yang telah beroperasional yang telah ditunjukkan pada Tabel 2. Pada
kenyataannya, jumlah alat yang diverifikasi jauh lebih besar dari target karena UML membawa
alat lebih banyak dari yang diasumsikan dan jumlah UML yang datang lebih banyak daripada
yang diasumsikan seperti yang telah ditunjukkan pada Tabel 1. Revisi target capaian kinerja
beberapa kali telah dilakukan untuk mengurangi deviasi antara target dan capaian seperti
ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Histori Revisi Target

Sumber: Tim Pelayanan BSML Regional II, 2021

Tahun 2020 2021 2022


Target awal 2.400 2.500 2.600
Target revisi 10.400 14.000 8.000
Realisasi Capaian 11.609 16.068 5.863*
Keterangan:
* Data realisasi capaian kinerja untuk tahun 2022 baru mencakup data layanan sampai
bulan Juni 2022.

Untuk menentukan target capaian kinerja, hasil yang ditunjukkan Dashboard dari teknik
peringkasan dan pengelompokan berdasarkan besaran seperti ditunjukkan pada Tabel 4.

20
Tabel 4. Rekapitulasi Besaran Satuan Ukuran Yang Diverifikasi
Sumber: Tim Pelayanan BSML Regional II, 2021

Keterangan Thn 2020 Thn 2021


Sertifikat Unit Sertifikat Unit
Besaran Massa 1175 11380 1628 15520
Besaran Volume 272 272 391 391
Besaran Suhu 76 79 144 155
Besaran Dimensi 0 0 101 146
Besaran Waktu 0 0 54 54
Total 1523 11731 2318 16266

Sesuai dengan informasi pada Tabel 4, BSML Regional II telah menerbitkan 1.628 sertifikat
verifikasi untuk 15.520 unit standar ukuran di tahun 2021, setelah sebelumnya BSML Regional
II pernah menerbitkan 1175 sertifikat untuk 11380 unit standar di tahun 2020. Detail rincian
jumlah unit standar besaran massa yang diverifikasi ditunjukkan pada Tabel 5. Penampilan
data dari Tabel 4 ke Tabel 5 merupakan penerapan dari teknik collapsing (dengan melihat
rekapitulasi berdasar kategori yang lebih umum) and expanding (dengan melihat rincian
berdasar kategori yang lebih khusus). Teknik tersebut berguna untuk memeriksa konsistensi
data, apakah jumlah berdasar kategori tertentu sama dengan total rinciannya dan sebaliknya.

Tabel 5. Rincian Unit Standar Besaran Massa


Sumber: Tim Pelayanan BSML Regional II, 2021

Parameter Tingk Jang Rekapitula Rincian Asal Standar (Unit)


at ka si
Wakt Jumlah Internal Interkompa UPTD Umum
u (Unit) rasi
(Tahu 2020 2021 2020 202 2020 2021 2020 2021 2020 202
n) 1 1
AT E2 2 3 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0
AT F1 2 2 346 353 61 61 0 0 255 292 30 0
AT F2 3 2 1917 2498 33 65 0 0 185 2402 26 31
8
AT M1 4 1 1754 2458 0 12 0 0 172 2329 25 117
9
AT M1 4 1 173 315 0 0 0 0 166 309 7 6
Dacin
AT M2 4 1 1771 2220 0 0 0 0 169 2197 76 23
5
AT M2 4 1 5205 7374 0 0 0 0 400 5551 119 182
Bidur 8 7 3
AT M3 4 1 0 3 0 0 0 0 0 3 0 0
TE Kelas 2 2 62 89 2 4 0 0 60 85 0 0
I
TE Kelas 3 2 108 144 4 10 0 0 104 134 0 0
II

21
TE Kelas 4 1 10 13 0 0 0 0 10 13 0 0
III
Mass - 1 16 24 6 12 0 0 10 12 0 0
Comp
Neraca - 1 18 28 0 2 0 0 18 26 0 0
Total 1138 1552 106 166 0 0 991 1335 136 200
0 0 3 4 1 0

Keterangan:
1. AT: Anak Timbangan
2. TE: Timbangan Elektronik
3. Mass Comp: Mass Comparator
4. Pemeringkatan standar dan jangka waktu verifikasi mengikuti Permendag 52/2019.
5. Mass Comparator dan Neraca merupakan perlengkapan, dengan tingkat akurasi
mengikuti standar yang digunakan.
6. Jumlah unit standar tingkat 4 milik UML tahun 2021 dicetak tebal.

Berdasarkan data di Tabel 5, AT Kelas M2 Bidur menjadi jenis standar yang terbanyak
diverifikasi di BSML Regional II, baik yang merupakan milik UML, maupun yang berasal dari
umum. AT Kelas M2 yang masuk dalam kategori umum ini biasanya berasal dari pengadaan
pertama dari pihak ketiga untuk UML. Pada tahun 2020 dan 2021, masih ada peningkatan
permohonan verifikasi untuk AT Kelas M2 Bidur tersebut secara signifikan.

Idealnya setiap UML memiliki kemampuan verifikasi secara mandiri, minimal memiliki standar
tingkat 3 sebagai standar acuan (yang diverifikasikan ke BSML Regional II) dan standar
tingkat 4 sebagai standar kerja (yang diverifikasi secara mandiri, termasuk AT M2 Bidur). Bila
kondisi ideal ini tercapai, ada potensi pengurangan sebesar 10.402 unit standar tingkat 4 milik
UML dari total 13.354 unit yang diverifikasi pada tahun 2021. Bila digunakan asumsi bahwa
dari 10.402 unit standar tersebut, setengahnya telah dapat diverifikasi secara mandiri oleh
UML, maka potensi pengurangannya adalah 5.201 unit. Potensi jumlah unit yang diverifikasi
dapat juga menurun apabila verifikasi Anak Timbangan Kelas F2 dilakukan dalam waktu 2
tahun sekali sesuai jangka waktu yang diatur dalam Permendag 52/2019 yang secara
kebiasaan semula dilakukan setahun sekali.

Sesuai data rekapitulasi besaran ukuran yang diverifikasi pada Tabel 4, jumlah unit SUML
yang diverifikasi sebagian besar berasal dari besaran massa. Dari keseluruhan SUML
besaran massa yang diverifikasi di BSML Regional II, mayoritasnya berasal dari standar
tingkat 4 yang menjadi ranah UML untuk melakukan verifikasi secara mandiri. Apabila kinerja
verifikasi besaran lain diasumsikan tetap, simulasi target capaian kinerja untuk tahun 2023
ditunjukkan pada Tabel 6

22
Tabel 6. Simulasi Target Capaian Kinerja

100% Verifikasi 50% Verifikasi


UML UML
Secara Mandiri Secara Mandiri
Realisasi kinerja verifikasi besaran 13.354 13.354
massa tahun 2021
Potensi penurunan karena kemampuan 10.402 5.204
verifikasi mandiri tahun 2023
Usulan target SUML besaran massa 2.952 8.153
milik UML tahun 2023
Usulan target SUML besaran massa 2.000 2.000
milik Umum
Usulan target SUML besaran lain milik 750 750
UML tahun 2023
Total target 5.702 10.903

Pada saat makalah ini ditulis, wacana yang muncul di kalangan Fungsional Perencana adalah
penetapan target capaian kinerja verifikasi tahun 2023 sebanyak 16.000 unit berdasarkan
asumsi kinerja pada tahun 2021 sepertinya yang ditunjukkan pada Tabel 4. Namun
berdasarkan rincian data yang ditunjukkan pada Tabel 6, asumsi tersebut kurang akurat. Hal
ini disebabkan oleh faktor-faktor dinamika perkembangan kemampuan verifikasi UML dan
berlakunya aturan tentang jangka waktu verifikasi.

Simulasi Pemangkasan Standar Waktu Layanan (Service Level Agreement)

BSML Regional II telah menerapkan standar waktu pelayanan verifikasi yaitu paling lama 15
hari kerja. BSML Regional II akan memberikan kompensasi kepada pelanggan apabila waktu
pelayanan lebih lama dari waktu maksimum. Hal tersebut diatur dalam standar pelayanan
publik sebagai service level agrement (SLA) yang berlaku antara BSML Regional II sebagai
penyedia layanan dan UML sebagai pelanggan. Pemenuhan SLA pelayanan disimpulkan
berdasar nilai persentil data waktu pelayanan tahun 2021 yang ditunjukkan pada Tabel 7.
Asumsi yang digunakan adalah pelayanan di tahun depan akan memiliki pola yang sama
dengan pelayanan di tahun 2021.

23
Tabel 7. Nilai Persentil Waktu Pelayanan Order Verifikasi (dalam hari kerja) )Sumber:
Tim Pelayanan BSML Regional II, 2021)

Persentil 2021
0.10 5,0
0.20 6.0
0.30 7.0
0.40 9.0
0.50 10.0
0.60 11.0
0.70 12.0
0.80 13.0
0.90 14.2
0.95 15.0
0.99 15.0

Sesuai dengan Tabel 7, Q10 atau persentil ke-10 bernilai 5,0, yang kemudian dimaknai hanya
10% order verifikasi yang diselesaikan dalam waktu kurang dari atau sama dengan 5,0 hari
kerja. Dengan pemahaman yang sama, 80% order dapat diselesaikan dalam waktu 13 hari
atau kurang dari 13 hari. Mekanisme interpolasi linear diterapkan untuk pengisian nilai
persentil yang terletak di antara dua data yang berbeda nilai, sehingga nilai Q10 adalah 14,2
hari kerja. Oleh karena itu, jika SLA diturunkan menjadi 14 hari kerja, persentase waktu
pelayanan yang masih dalam standar turun menjadi kurang dari 90%. Apabila nilai 90% ini
masih kurang dari ekspektasi kinerja yang diharapkan, BSML Regional II perlu menganalisis
lebih lanjut alternatif upaya untuk memperpendek SLA, dengan tetap menjaga performa
pelayanan yang optimal.

Usulan solusi memperpendek SLA dapat dilakukan dengan pendekatan hulu dan pendekatan
hilir. Contoh pendekatan hulu yang dapat diusulkan misalnya mendorong UML untuk memiliki
kemampuan verifikasi standar kerja secara mandiri sesuai amanah Permendag 52 Tahun
2019. Dengan begitu, jumlah standar tingkat 4 yang diverifikasi ke BSML Regional II dapat
berkurang. Pendekatan hulu berikutnya adalah mendorong UML untuk mematuhi jadwal
verifikasi agar tidak terjadi penumpukan order di akhir tahun. BSML Regional II tidak
membatasi jumlah pelanggan UML yang datang dan jumlah alat yang dibawa dalam suatu
waktu. Seluruh order verifikasi diselesaikan secara simultan tanpa bergantung jumlah order
dan jumlah pelanggan. Karena itu, penumpukan order di akhir tahun berpotensi menambah
waktu penyelesaian pelayanan karena kapasitas pelayanan simultan yang terbatas. Adapun
pendekatan hilir dapat dilakukan misalnya dengan percepatan waktu pengujian verifikasi
dengan memperbanyak personel atau penambahan infrastruktur pengujian, serta percepatan
penyelesaian proses admistrasi penerbitan sertifikat dengan peringkasan birokrasi pelayanan.

Potensi dan Tantangan Pemanfaatan Data Mining

Contoh kasus penggunaan descrptive data mining pada layanan verifikasi yang telah
dikemukan sebelumnya merupakan sampel potensi pemanfaatan data mining di lingkup
metrologi legal khususnya pada pengelolaan standar metrologi legal. Dengan banyaknya data
pelayanan dan penyelenggaraan metrologi legal, tentu saja masih banyak informasi potensial
yang dapat digali dari rekaman pelaksanaan tugas dan fungsi metrologi legal. Terlebih lagi,
pengambilan keputusan berdasar bukti (evidence based decision making) merupakan prinsip
standar ISO yang sudah diterapkan di lingkungan BSML Regional II dan Direktorat Metrologi.
Data-data yang dimiliki Direktorat Metrologi, BSML, dan UML perlu digali lebih dalam dengan

24
data mining untuk mendapatkan informasi yang valid, tepat waktu, dan relevan guna
mendukung pengambilan keputusan yang rasional, berdasar bukti, dan bertanggung jawab.

Pembahasan data dan informasi standar ukuran metrologi legal tidak dapat dilepaskan dari
Sistem Informasi Perdagangan sebagai dasar hukum yang melandasinya. Sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2020 Tentang Sistem Informasi Perdagangan sebagai
peraturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan
kewenangan pengumpulan, pengolahan, penyampaian, dan penyebarluasan Data
Perdagangan dan/atau Informasi Perdagangan termasuk kemetrologian menjadi tugas dan
wewenang Menteri dalam lingkup nasional. Sistem Informasi Perdagangan yang dimaksud
dalam Peraturan Pemerintah ini memiliki pengertian yang lebih luas daripada terminologi
Sistem Informasi dalam disiplin ilmu komputer karena mencakup tatanan, prosedur, dan
mekanisme untuk pengumpulan, pengolahan, penyampaian, pengelolaan, dan
penyebarluasan data dan/atau informasi perdagangan yang terintegrasi guna mendukung
kebijakan dan pengendalian perdagangan, termasuk di dalamnya bidang metrologi legal
sebagai subbidang perdagangan. Penyusunan makalah ini dimaksudkan sebagai usulan
alternatif mekanisme pengolahan data metrologi legal, khususnya data standar ukuran
metrologi legal. Pemanfaatan data mining diharapkan menjadi pendorong transformasi digital
pada penyelenggaraan metrologi legal di Indonesia, terutama pengelolaan standar ukuran
metrologi legal.

Untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak dan lebih luas lingkupnya, wacana aplikasi
sistem informasi tera/tera ulang dan verifikasi standar ukuran metrologi legal secara nasional
perlu segera diwujudkan secara riil. Sistem informasi tersebut penting sebagai sumber data
penyelenggaraan metrologi legal secara nasional. Banyaknya jumlah (volume) dan jenis
(variety) alat ukur, takar, timbangan, dan perlengkapannya (UTTP) serta SUML dalam lingkup
nasional, didukung potensi transaksi data harian yang akan sangat pesat (velocity), sistem
informasi metrologi nasional memiliki karakteristik dasar dari big data. Selanjutnya, sebuah
gudang data (data warehouse) perlu dikembangkan untuk menyimpan dan mengakses data
historis yang berasal dari big data pada sistem informasi tersebut. Beberapa isu yang
berpotensi muncul dalam pengembangan aplikasi operasional dan gudang data tersebut
adalah isu kejelasan dasar hukum, isu manajemen perubahan, isu kepemilikan data, isu
privasi dan keamanan data, serta isu manajemen proyek berupa kejelasan lingkup, target
penyelesaian, dan biaya proyek pengembangan sistem informasi.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Potensi pemanfaatan descriptive data mining pada layanan verifikasi standar ukuran
metrologi legal masih terbuka lebar. Makalah ini telah menyajikan beberapa contoh kasus
pemanfaatan descriptive data mining untuk mengekstraksi informasi yang mungkin berguna,
implisit, dan sebelumnya tidak diketahui dari pembacaan data secara sepintas. Makalah ini
juga telah menyajikan bagaimana descriptive data mining dapat dimanfaatkan untuk
menciptakan pengetahuan-pengetahuan baru dan pendukung pengambilan keputusan untuk
kasus layanan verifikasi standar ukuran metrologi legal khususnya pada contoh kasus
penetapan target capaian kinerja dan penentuan waktu baku layanan.

Potensi pemanfaatan data mining masih terbuka lebar pada rekaman data penyelenggaraan
metrologi legal secara umum, tidak terbatas pada tugas dan fungsi verifikasi standar ukuran

25
metrologi legal saja. Data mining dapat berperan sebagai pendukung pengambilan keputusan
berbasis data serta metode evaluasi untuk meningkatkan mutu layanan publik secara
berkelanjutan. Para pemangku kepentingan diharapkan agar saling bersinergi dan
berkolaborasi untuk dapat menjawab tantangan pengembangan sistem informasi lebih lanjut
yaitu penyiapan perangkat hukum, penyediaan infrastruktur, dan pelaksanaan manajemen
proyek.

PERNYATAAN

Isi dari makalah ini merupakan opini pribadi dari penulis dan tidak mencerminkan pendapat
resmi dari institusi. Terima kasih kepada Tim Pelayanan,Tim Bimbingan Mutu, dan Fungsional
Perencana BSML Regional II yang telah menyediakan rekaiman data kegiatan sebagai data
awal untuk penelitian ini.

REFERENSI

Aggarwal, Charu. C, 2015, ‘An Introduction to Data Mining’ In: ‘Data Mining: The Textbook’,
Cham, Switzerland: Springer, 1

Bramer, Max, 2016, ‘Introduction to Data Mining’, In: ‘Principles of Data Mining’, London:
Springer, 2
Olson, David L., & Lauhoff, Georg. 2019, ‘Knowledge Manajement’, In: Descriptive Data
Mining Second Edition, Singapore: Springer, 7.

26
TANTANGAN METROLOGI LEGAL DALAM ERA DIGITALISASI PERDAGANGAN DI
INDONESIA MENGGUNAKAN ANALISIS PESTEL
Dini Apriori
Badan Standardisasi Nasional
apriori@bsn.go.id

ABSTRACT
The era of digitalization has penetrated all aspects of service, including legal metrology.
Digitalization in metrology as one of the basic pillars of quality infrastructure is a big
breakthrough in providing optimal services without being limited by place and time, especially
in the current pandemic era. It is undeniable that services in legal metrology are currently
limited to manual measurements carried out in situ, including the issuance of calibration
certificates. While digital transformation provides room for legal metrology to make continuous
improvements, this change also presents challenges for legal metrology to develop. The
PESTEL analysis used in this study provides an illustration of how this digital transformation
poses a challenge to legal metrology to develop in 6 (six) perspectives, namely political,
economic, social, technological, environmental and legal (law).

Keywords: digitalization, legal metrology, digital transformation, challenges, PESTEL analysis

ABSTRAK
Era digitalisasi telah merambah di segala aspek pelayanan termasuk dalam metrologi legal.
Digitalisasi dalam metrologi sebagai salah satu tonggak dasar infrastruktur mutu menjadi
gebrakan besar dalam memberikan pelayanan yang optimal tanpa terbatas tempat dan waktu,
terutama dalam era pandemi seperti sekarang. Tidak dipungkiri pelayanan dalam metrologi
legal saat ini terbatas pada pengukuran secara manual yang dilakukan secara insitu, termasuk
dalam penerbitan sertifikat kalibrasi. Walaupun transformasi digital memberikan ruang kepada
metrologi legal untuk dapat melakukan peningkatan berkelanjutan, perubahan ini juga
memberikan tantangan kepada metrologi legal untuk berkembang. Analisis PESTEL yang
digunakan dalam studi ini memberikan gambaran bagaimana transformasi digital ini
memberikan tantangan kepada metrologi legal untuk berkembang dalam 6 (enam) perspektif,
yaitu politik, ekonomi, sosial, teknologi, lingkungan dan legal (hukum).

Kata kunci: digitalisasi, metrologi legal, transformasi digital, tantangan, analisis PESTEL

PENDAHULUAN

Era digitalisasi di dunia termasuk Indonesia semakin berkembang. Di era 4.0 ini, transformasi
digital telah digunakan di semua aspek kehidupan. Di Indonesia, penggunaan media digital
telah lama dilakukan, namun tuntutan global terhadap penggunaan media digital terutama
dalam hantaman COVID-19 menyebabkan seluruh negara memaksimalkan penggunaan
media digital dalam mengoptimalkan persebaran informasi dan layanan di semua sektor
strategis, termasuk industri dan perdagangan.

Pemerintah Indonesia merespon kebutuhan ini melalui kebijakan percepatan transformasi


digital melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) (2021) yang
menyatakan bahwa percepatan transformasi digital merupakan salah satu upaya dalam
melakukan pemulihan ekonomi paska serangan COVID-19, yang tercermin dalam roadmap
Indonesia Digital 2021- 2024. Dalam roadmap yang ditetapkan oleh Kemenkominfo ini,
terdapat empat pilar sektor strategis dalam mendukung percepatan transformasi digital, yaitu
infrastruktur digital, tata kelola digital, ekonomi digital, dan masyarakat digital.

Transformasi digital juga berdampak pada layanan metrologi legal yang dilakukan oleh
Kementerian Perdagangan. Walaupun sejak tahun 2017 Kementerian Perdagangan telah
menetapkan komitmen dalam penggunaan teknologi informasi baik dalam melaksanakan
tugas pokok, fungsinya dan melakukan pelayanan publik, yang tertuang dalam Peraturan
Menteri Perdagangan No. 46/M-DAG/PER/7/2017 tentang Penyelenggaraan Teknologi
Informasi dan Komunikasi di Lingkungan Kementerian Perdagangan (Fitriani, 2019), namun
perencanaan yang matang dalam penerapan digitalisasi khususnya dalam metrologi legal
sangat diperlukan. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan pengkajian terhadap faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi penerapan transformasi digital dalam metrologi legal.

Analisis yang umum digunakan untuk tujuan seperti dalam penulisan ini yaitu analisis SWOT,
yang mengkaji kekuatan (S), kelemahan (W), peluang (O) dan ancaman (T). Namun, terdapat
pendekatan lain yang lebih bersifat makroanalisis yang lebih mengarahkan penganalisis untuk
mengamati parameter yang lebih spesifik meliputi politik, ekonomi, sosial, teknologi,
lingkungan dan hukum. Analisis ini diyakini dapat memberikan pandangan yang lebih adil
terkait parameter dan atribut yang dapat berpengaruh pada suatu program, dalam hal ini
penerapan digitalisasi dalam layanan metrologi legal. Diharapkan melalui tulisan ini dapat
memberikan masukan kepada para penentu kebijakan, terutama Kementerian Perdagangan
dalam merencanakan penerapan transformasi digital dalam metrologi legal, yaitu dalam
layanan tera.

METODE

Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah studi pustaka dengan mencari literatur di
berbagai sumber dari website resmi Kementerian Perdagangan, Kementerian Kominfo, OIML,
dan sumber internet lainnya yang mempunyai kredibilitas. Kata kunci yang digunakan adalah
transformasi digital, metrologi legal, tantangan dan perdagangan.

Hasil pencarian yang didapatkan dianalisis menggunakan analisis PESTEL, dengan


mengelompokkan tantangan pada penerapan transformasi digital dalam metrologi legal
melalui parameter politik, ekonomi, sosial, teknologi, lingkungan, dan legal.

Analisis PESTEL

Analisis PESTEL merupakan salah satu alat analisis yang digunakan untuk mendapatkan
gambaran risiko dari faktor internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi suatu proyek
atau perencanaan, sehingga dari hasil analisis ini dapat memberikan pertimbangan dan
rekomendasi yang tepat bagi pemberi keputusan (CIPD, 2021). Analisis ini secara khusus
dapat digunakan untuk dapat memahami keseluruhan kondisi pasar. Analisis PESTEL ini
memungkinkan suatu organisasi untuk mengumpulkan informasi terkini dan potensial
perubahannya di masa yang akan datang.

Analisis PESTEL terdiri dari 6 faktor (Buye, 2021) yaitu:


1. Politik memuat diantaranya kondisi politik, tren masalah politik dan terkait kebijakan
pemerintah beserta perubahannya, dan kebijakan perdagangan internasional.
2. Ekonomi memuat pertumbuhan ekonomi, dampak globalisasi, dan perubahan ekonomi
3. Sosial meliputi perilaku masyarakat, perubahan sosial budaya, gaya hidup
4. Teknologi yang dapat mempengaruhi cara memproduksi, cara distribusi dan cara
komunikasi barang dan jasa
5. Lingkungan, dalam hal ini terkait dengan etika bisnis dan faktor lingkungan terkait
6. Legal (hukum) meliputi regulasi dan peraturan yang dapat mempengaruhi kehidupan atau
kegiatan

Politik Lingkungan
Metrologi Legal dalam
digitalisasi perdagangan

Ekonomi Legal
Tekn
Sosial

ologi

Gambar 1. Faktor kunci dalam analisis PESTEL

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis PESTEL sering digunakan oleh pengambil keputusan baik dalam sektor bisnis
maupun pemerintahan untuk dapat memberikan gambaran secara luas terkait parameter
kunci yang dapat memberikan dampak pada proyek atau kegiatan yang akan dilakukan.

1. Politik
Dalam melakukan transformasi digital di layanan metrologi legal, terdapat kemungkinan
pengaruh dari politik internal organisasi tersebut yang menjadi titik tolak penting
penerapan digitalisasi. Selain politik internal, organisasi juga mempunyai tanggung jawab
terhadap pemenuhan kesesuaian kebijakan pemerintah daerah dan/atau pemerintah
pusat.

Titik tolak penggunaan digital pada layanan merupakan dampak terjadinya COVID-19 di
seluruh dunia, yang membatasi pergerakan manusia dalam bertemu langsung namun
tetap harus memenuhi kewajiban pelayanan kepada masyarakat. Pemerintah Indonesia
melalui Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi (WANTIKNAS) memiliki kebijakan
dalam mengembangkan pita lebar di Indonesia, tertuang dalam Peraturan Presiden
Nomor 96 tahun 2014, tentang Rencana Pitalebar Indonesia (RPI) termasuk didalamnya
lima sektor prioritas e-government, e-health, e-education, e-procurement, dan e-logistic
(Firmansyah, 2019).

Dalam mendukung kebijakan tersebut, Presiden Jokowi menetapkan prioritas untuk


membangun dan menyelesaikan pembangunan infrastruktur dan pendukungnya
(Agustinus, 2020). Namun, perlu dipertimbangkan pula skala prioritas yang ditetapkan
oleh Pemerintah.

Dalam konteks metrologi legal secara global, negara-negara yang tergabung dalam
Internal Organization of Legal Metrology (OIML) telah menginisiasi digitalisasi layanan
metrologi di negaranya masing-masing. Hal -hal inilah yang dapat menjadi pertimbangan
Kementerian Perdagangan sebagai penanggung jawab metrologi legal dalam melakukan
penerapan digitalisasi dalam layanan teranya.

2. Ekonomi
Faktor ekonomi atau kontribusi keuangan memiliki peranan penting dalam pelaksanaan
suatu kegiatan. Umumnya pemasukan utama instansi pemerintah berasal dari APBN,
oleh karena itu adanya kepastian pembiayaan khususnya dari pemerintah pusat
mempengaruhi dimulainya pelaksanaan digitalisasi pelayanan metrologi legal atau
sejauh mana penerapannya dilakukan.
Kepercayaan keberhasilan pelaksanaan digitalisasi dapat dilihat dari komitmen oleh
Presiden untuk memberikan pos anggaran pembiayaan transformasi digital, yang
biasanya akan ditindaklanjuti denhgan memberikan anggaran tambahan dalam
pembangunan infrastruktur dan sumber daya untuk instansi pemerintah yang terkait.
Namun tingkat inflasi yang mengalami kenaikan setiap tahunnya (Bank Indonesia, 2022)
perlu dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dalam pengembangan
layanan secara digital khususnya dalam pengadaan infrastruktur dan sumber daya.
Selain itu, perlu juga mempertimbangkan kebijakan automatic adjustment sebagai
dampak dari COVID-19 (CNBC Indonesia, 2021).

3. Sosial
Terdapat beragam faktor sosiologis dalam pelaksanaan digitalisasi di layanan metrologi
legal. Pelaksanaan kegiatan ini sebaiknya menyesuaikan dengan norma sosial yang
berlaku dan memperhatikan kondisi masyarakat. Budaya masyarakat Indonesia yang
terkadang lebih mempercayai dokumen tercetak menjadi tantangan tersendiri untuk
meraih kepercayaan dan keamanan yang sama seperti pada prosedur manual
(Opperman et.al, 2021). Walaupun penggunaan smart phone atau teknologi berbasis
online telah banyak digunakan. Hal ini dapat dipertimbangkan dalam penerapan layanan
secara digital.
Selain itu, sebagai negara anggota dari OIML, Indonesia diwakili oleh Kementerian
Perdagangan terikat pada komitmen OIML sendiri untuk mewujudkan visi “One single
voice for metrology”. Hal ini tentunya memberikan tekanan sosial dari negara-negara
anggota lain dalam penggunaan digitalisasi dalam layanan.

4. Teknologi

Digitalisasi pelayanan sangat bergantung pada tingkat teknologi peralatan dan sumber
daya yang mengoperasikan. Selain itu diperlukan big data standar pengukuran, peralatan
pengukuran, standar acuan (reference material) dan obyek teknis lainnya dalam layanan,
yang dikumpulkan dari hulu ke hilir untuk mendapatkan pendekatan secara menyeluruh
dalam setiap aspek dan kegiatan kalibrasi dan rekalibrasi, pengujian dan pengujian ulang,
verifikasi/inspeksi dan verifikasi/inspeksi ulang, pengawasan pasar, akreditasi dan
standardisasi.
Berdasarkan banyaknya data dan pentingnya data yang dikumpulkan, perlu adanya
kesepakatan dalam hal keamanan dan persyaratan dalam proses layanan tanpa
membebani proses digitalisasi dengan persyaratan keamanan tambahan (Opperman et
al, 2021). Didukung oleh infrastuktur digital yang kuat dan menyeluruh, distribusi data
dapat dilakukan kepada semua pemangku kepentingan, meliputi Kementerian
Perdagangan, SNSU-BSN sebagai Lembaga Metrologi Nasional (NMI), lembaga
kalibrasi, organisasi yang melakukan kalibrasi, dan konsumen.

5. Lingkungan
Faktor lingkungan merupakan lingkungan fisik yang dapat berpengaruh pada kegiatan
layanan. Apabila dilihat dari kondisi geografis Indonesia yang berbentuk kepulauan dan
demografis Indonesia yang mempunyai kepadatan penduduk yang tidak merata,
pembangunan infrastruktur digital dapat hanya terfokus pada satu pulau dengan
penduduk terbanyak, dan kemungkinan tidak mencapai daerah tertinggal.

6. Legal
Aspek legal dalam pengembangan layanan digital ini tidak terbatas pada aturan atau
perundang-undangan, tetapi juga perjanjian tertulis dengan pemangku kepentingan lain
yang berinvestasi pada pengembangan layanan ini.

Dari segi peraturan, terdapat beberapa regulasi yang mengatur digitalisasi, diantaranya:

- UU Nomor 19 Tahun 2016 tentang perubahan atas UU No 11 Tahun 2008 tentang


informasi dan transaksi elektronik,
- Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Sistem dan
Transaksi Elektronik
- Peraturan Presiden Nomor 96 tahun 2014, tentang Rencana Pitalebar Indonesia
(RPI)
- Peraturan Presiden Nomor 39 tahun 2019 tentang Satu Data Indonesia

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Menurut Kementerian Informasi dan Informatika (Indonesia telah mencapai tahapan ketiga
dari penerapan teknologi digital yaitu transformasi digital, dengan ditandai adanya perubahan
dalam penggunaan teknologi digital dalam setiap aspek kehidupan masyarakat. Capaian ini
diperkuat karena adanya kebijakan pemerintah tentang transformasi digital dituangkan dalam
agenda percepatan transformasi digital nasional yang dimotori oleh Kementerian Komunikasi
dan Informatika. Selain itu Wantiknas pun telah mengembangkan rencana pita lebar dalam
mendukung transformasi digital.

Keberhasilan rencana pengembangan layanan metrologi legal yang berbasis digital ini dapat
dipengaruhi dari berbagai faktor. Oleh karena itu penggunaan analisis PESTEL ini akan
memudahkan para pengambil keputusan dalam menentukan strategi yang akan digunakan
dan diterapkan. Analisis ini dapat menggali lebih dalam karena secara spesifik menyasar
enam faktor utama yaitu politik, ekonomi, sosial, teknologi, lingkungan dan legal, sehingga
dapat memberi gambaran menyeluruh terkait tantangan yang dihadapi dalam menerapkan
digitalisasi pada layanan metrologi legal. Hal ini diharapkan dapat memberikan pertimbangan
kepada para pembuat keputusan untuk menentukan strategi yang tepat dalam menghadapi
tantangan yang telah didapatkan berdasarkan analisis tersebut.

Hasil analisis ini dapat dikaji lebih dalam lagi dengan melakukan survey atau wawancara
kepada pihak-pihak yang terlibat dalam digitalisasi layanan metrologi sehingga didapatkan
validasi hasil secara menyeluruh.

REFERENSI

Agustinus, P. 2020. Empat Fokus Kebijakan Pemerintah untuk Percepatan Transformasi


Digital. https://aptika.kominfo.go.id/2020/08/empat-fokus-kebijakan-pemerintah-untuk-
percepatan-transformasi -digital/ (diakses tanggal 3 Maret 2022)
Badan Standardisasi Nasional. 2014. Strategi standardisasi nasional 2015-2025.
https://bsn.go.id/uploads/download/Isi_Strategi_Standardisasi_Nasional_2015-
20251.pdf (diakses tanggal 3 Maret 2022)
Badan Pemeriksa Keuangan. 1981. UU No 2 Tahun 1981.
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/47034/uu-no-2-tahun-1981 (diakses tanggal 3
Maret 2022)
Bank Indonesia. 2022. diakses pada https://www.bi.go.id/id/statistik/indikator/data-
inflasi.aspx (diakses tanggal 4 Maret 2022)
Buye, Ronald. 2021. Critical Examination Of The Pestel Analysis Model
.https://www.researchgate.net/publication/349506325_critical_examination_of_the_peste
l_analysis_model (diakses tanggal 4 maret 20220
CIPD. 2021. PESTLE analysis. https://www.cipd.co.uk/knowledge/strategy/organisational-
development/pestle-analysis-factsheet#gref (diakses tanggal 3 Maret 2022)
CNBC Indonesia. 2021. Tenang! aksi sri mulyani dijamin tak lagi bikin kaget di 2022. Diakses pada
https://www.cnbcindonesia.com/news/20211130101855-4-295399/tenang-aksi-sri-
mulyani-dijamin-tak-lagi-bikin-kaget-di-2022 (diakses tanggal 4 Maret 2022)
Firmasyah, Gerry. 2019. Transformasi digital Indonesia: Analisis dan strategi.
storage/file/img/materi/2019/Desember/Transformasi%20Digital%20Indonesia%20-
%20GF%20WANTIKNAS,%20ETI%20Malang-111219-converted.pdf (diakses tanggal
4 Maret 2022)
Fitriani, E. 2019. Kemendag Harmonisasikan Kebijakan Ti Di Sektor Metrologi.
https://investor.id/business/194206/kemendag-harmonisasikan-kebijakan-ti-di-sektor-
metrologi (diakses tanggal 4 Maret 2022)
Kementerian Komunikasi dan Informatika. 2021. Siaran Pers
No.266/HM/KOMINFO/08/2021.https://kominfo.go.id/content/detail/36171/siaran-pers-
no266hmkominfo082021-tentang-menkominfo-percepatan-transformasi-digital-kunci-
pemulihan-pascapandemi/0/siaran_pers (diakses tanggal 3 Maret 2022)
Oppermann, Alexander & Eickelberg, Samuel & Exner, John. (2021). Digital Transformation in Legal
Metrology: An Approach to a Distributed Architecture for Consolidating Metrological Services
and Data. Doi:10.1007/978-3-030-71846-6_8.
Setkab RI. 2020. Antisipasi Perubahan, Presiden Berikan 5 Arahan Soal Perencanaan Transformasi
Digital. https://setkab.go.id/antisipasi-perubahan-presiden-berikan-5-arahan-soal-
perencanaan-transformasi-digital/ (diakses tanggal 3 Maret 2022)
DESKRIPTIF EFEKTIFITAS SOSIALISASI METROLOGI LEGAL DI MEDIA SOSIAL
Studi Kasus Analisis Insight Akun Instagram @bsmlyogya

Arif Nurjaya1)
1)
Balai Standardisasi Metrologi Legal Regional II, Kementerian Perdagangan
arif.nurjaya@gmail.com

ABSTRACT
Instagram is a photo and video sharing social networking service can used to visual interactive
promotion. Instagram also used by government to promote their regulation to public. Because
pandemic covid-19, offline interaction is limited, so that the use of Instagram for promote the
regulation has increased sharply, especially in the field of legal metrology. At this time, there
are 4.680 post at Instagram with hashtag #metrologi and number of users related with legal
metrology keep growing, @bsmlyogya is one of them. This research will take a case study on
Instagram account @bsmlyogya analyzed using Insight tools to find out the effectiveness of
BSML Regional II promotion on social media. Take data from December 23, 2021 to March
21, 2022, @bsmlyogya’s post has been viewed 16,401 times by 1.608 users with 76,6% non-
followers. That is @bsmlyogya’s post mostly seen by people outside of legal metrology circle.
Keywords: legal metrology promotion, Instagram Insight, social media analytics

ABSTRAK
Instagram merupakan media sosial untuk berbagi foto dan video yang banyak digunakan
sebagai media promosi dengan mengedepankan pesan visual dan interaksi antar
penggunanya. Selain digunakan sebagai media promosi, Instagram juga mulai digunakan
sebagai media sosialisasi oleh berbagai instansi pemerintah. Terlebih ditengah pandemi
covid-19 yang membatasi kegiatan tatap muka secara langsung, penggunaan Instagram
dalam melakukan sosialiasi meningkat tajam, khususnya dibidang metrologi legal. Pada saat
ini, tidak kurang terdapat 4.680 postingan di Instagram dengan hashtag #metrologi dan jumlah
akun yang terkait dengan metrologi legal pun terus bertambah. Salah satu akun yang turut
serta dalam sosialisasi di bidang metrologi legal adalah akun @bsmlyogya milik BSML
Regional II. Penelitian ini akan mengambil studi kasus pada akun Instagram @bsmlyogya
yang dianalisis menggunakan tools Instagram Insight untuk mengetahui efektifitas sosialisasi
yang dilakukan oleh BSML Regional II di media sosial. Mengambil data pada periode 23
Desember 2021 sampai dengan 21 Maret 2022, konten pada akun @bsmlyogya telah dilihat
16.401 kali oleh 1.608 akun Instagram dengan 76,6% non-followers. Hal ini menunjukan
bahwa konten akun @bsmlyogya dilihat pula oleh kalangan diluar metrologi legal.
Kata Kunci: sosialisasi metrologi legal, Instagram Insight, social media analytics

PENDAHULUAN

Pembatasan kegiatan tatap muka secara langsung selama pandemi covid-19 telah merubah
pola interaksi sosial di masyarakat. Masyarakat yang semula berinterkasi dalam ruang nyata
dan tatap muka, dengan kehadiran internet kini bisa beninteraksi dengan siapapun tanpa
harus dibatasi ruang dan waktu. Sebagai dampak pandemi, pengguna internet di Indonesia
meningkat sangat tinggi. Menurut DataReportal, pada tahun 2022 hingga kuartal I, pengguna
Internet di Indonesia mencapai 204,7 juta atau 73,7% dari total populasi dengan pengguna
media sosial aktif mencapai 191,4 juta atau 68,9% dari total populasi di Indonesia. Tidak dapat
dipungkiri, Whasapp merupakan aplikasi yang paling banyak digunakan oleh pengguna media
sosial di Indonesia yang digunakan untuk komunikasi pengganti telepon dan SMS.
Sedangkan Instagram yang merupakan aplikasi berbagi foto dan video menempati posisi
kedua dengan jumlah akun mencapai 84,8% dari total pengguna media sosial aktif di
Indonesia. Secara lengkap media sosial yang paling banyak digunakan di Indonesia dapat
dilihat pada Gambar 1 berikut.

Gambar 1. Media Sosial yang paling banyak digunakan di Indonesia


Sumber : DataReportal “Digital 2022 Indonesia”

Instagram merupakan salah satu media sosial yang dapat dimanfaatkan sebagai media
pemasaran secara online. Melalui Instagram pengguna media sosial dapat mengunggah foto
dan video sebagai media penyampai pesan baik secara personal, kelompok maupun
organisasi. Selain digunakan sebagai media pemasaran online, mengingat jumlah
penggunanya yang banyak, kini Instagram pun mulai dimanfaatkan sebagai media
komunikasi publik oleh tokoh masyarakat juga sebagai media sosialisasi oleh berbagai
instansi pemerintah. Termasuk diantaranya untuk melakukan sosialisasi di bidang metrologi
legal. Menurut Ardianto (2020), upaya intensifikasi edukasi, promosi dan kampaye sosial
dibidang metrologi legal kepada masyarakat dan pemangku kepentingan tidak serta merta
dapat langsung memberikan dampak terhadap peningkatan pemahaman masyarakat di
bidang metrologi legal dan peningkatan kinerja daerah dalam mewujudkan tertib ukur. Namun
pergerakan kinerja Kementerian Perdagangan menunjukan hasil yang positif.

Hingga saat ini, tidak kurang terdapat 4.680 jumlah konten yang diposting di Instagram
dengan hashtag #metrologi dan jumlah akun Instagram yang ikut melakukan sosialisasi
metrologi legal pun terus bertambah. Salah satu akun yang aktif melakukan sosialisasi di
bidang metrologi legal adalah @bsmlyogya yang merupakan akun resmi dari Balai
Standardisasi Metrologi Legal (BSML) Regional II. Akun @bsmlyogya sudah ada sejak tahun
2016, akan tetapi penggunaannya baru dioptimalkan sebagai media komunikasi publik dan
sosialisasi pada tahun 2020, sejak pandemi covid-19 melanda Indonesia. Dikarenakan
pembatasan sosialisasi metrologi legal tatap muka secara langsung dan refocusing anggaran
pada penanganan pandemi covid-19, maka sosialisasi metrologi legal melalui media sosial
yang paling mungkin dapat dilakukan selama pandemi.

Tidak kurang dari 108 jumlah konten yang diposting oleh akun @bsmlyogya, akan tetapi
BSML Regional II sudah cukup efektif dalam menyampaikan sosialisasi metrologi melalui
media sosial? Jenis konten seperti apa yang efektif untuk menyampaikan pesan sosialisasi
metrologi legal kepada masyarakat? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, peneliti
menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan analisis deskriptif pada tools
Instagram Insights. Instagram insight merupakan salah satu fitur yang disediakan oleh
Instagram Business untuk mengelola bisnis. Fitur ini bekerja sebagai analytic tools yang
menyediakan beberapa data penting seperti demografi, user persona followers, action
followers terhadap konten, jam aktif followers, serta pergerakan pertumbuhan akun Instagram
itu sendiri. Data-data yang tersaji di dalam Instagram Insight dapat dianalisis dan digunakan
untuk menentukan strategi pemasaran yang tepat untuk menjangkau lebih banyak target
audience.

Penulis tertarik untuk menggali lebih dalam mengenai efektifitas sosialisasi di bidang
metrologi legal yang dilakukan oleh BSML Regional II melalui Instagram dengan akun
@bsmlyogya dengan melakukanan analisis terhadap report yang dihasilkan oleh fitur
Instagram Insight. Beberapa penelitian lain yang serupa adalah penelitian yang dilakukan oleh
Nurliya Ni’matul Rohmaha dan Waldi Supriyatno yang dimuat dalam Al-I’lam; Jurnal
Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 5, No 1, September 2021, pp. 01-07 dengan judul
Deskriptif Efektifitas Pemasaran Online Melalui Analisis Insight Akun Instagram
@Instalombok_, yang mana dalam penelitian tersebut bertujuan untuk menjadikan akun
@Instalombok_ menjadi akun terpercaya dan pilihan sebagai media promosi bagi para pemilik
usaha baru dan berkembang dengan membayar fee jasa. Sedangkan pada penelitian ini,
penulis lebih fokus pada analisis deskriptif insight nya sehingga dapat memperoleh bentuk
komunikasi sosialisasi yang efektif bagi masyarakat.

Penelitian yang terkait optimalisasi akun media sosial milik instansi pemerintah juga telah
dilakukan oleh Nurdin Hidayah dkk dari Jurusan Kepariwisataan Sekolah Tinggi Pariwisata
Bandung dengan judul Strategi Pemasaran Media Sosial Destinasi Pariwisata Menggunakan
Pendekatan SOSTAC: Studi Kasus Pada Akun Media Sosial Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kab. Lebak, Banten. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurdin
Hidayah dkk yang menggunakan SOSTAC (Situation Analysis, Objectives, Strategy, Tactics,
Action, dan Control), penelitian ini menggunakan Instagram Insight untuk melakukan evaluasi
datanya.

Dari hasil analisis yang dilakukan pada penelitian ini, diharapkan BSML Regional II dapat
melakukan strategi untuk meningkatkan kinerja sosialisasi khususnya di bidang metrologi
legal melalui media sosial Instagram sehingga metrologi legal lebih dikenal oleh masyarakat
luas.
METODE

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif,
yang bertujuan untuk membuat gambar atau deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif
yang menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut
serta penampilan dan hasilnya (Arikunto, 2006). Penulis menggunakan metode tersebut untuk
dapat menjelaskan detail yang dihasilkan Instagram Insight pada akun @bsmlyogya milik
BSML Regional II.

Subyek penelitian yang hendak diperoleh datanya dalam penelitian ini adalah akun instagram
@bsmlyogya. Dan obyek penelitian yang akan didalami datanya oleh penulis dalam penelitian
ini adalah Instagram Insight @bsmlyogya. Penulis mengumpulkan data pada Instagram
Insight pada akun @bsmlyogya yang diantaranya adalah:

1. Followers
2. Reach dan Impression
3. Engagement
Kemudian dari data tersebut penulis menyusun catatan penting yang berkaitan dengan
kelompok dan pola data untuk mengetahui efektifitas penggunaan media sosial Instagram
yang dilakukan oleh BSML Regional II melalui akun @bsmlyogya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penulis menggunakan Instagram Insight dalam melakukan pengumpulan data pada akun
@bsmlyogya. Instagram Insight merupakan tool analytics bawaan Instagram yang tersedia
pada akun Instagram untuk bisnis. Berbeda dengan tool analytics pihak ketiga yang pada
umumnya berbayar, Instagram Insight tersedia secara gratis, akan tetapi jangka waktu yang
dapat dianalisis oleh Instagram Insight hanya 90 hari saja. Data yang dianalisis dalam
penelitian ini merupakan data yang diambil dari Instagram Insight pada akun @bsmlyogya
periode 23 Desember 2021 sampai dengan 21 Maret 2022. Berikut merupakan data dan
pembahasan terhadap akun @bsmlyogya pada periode tersebut.

Analisis followers

Follower adalah pengikut dari sebuah akun Instagram. Setiap follower pasti akan
mendapatkan pemberitahuan atau kabar mengenai postingan terbaru dari akun yang ia ikuti.
Akun @bsmlyogya dibuat pada 19 Mei 2016, selama kurang lebih 5 tahun ini jumlah followers-
nya baru mencapai 536. Data ini diambil dari Instagram Insight pada tanggal 24 Maret 2022.
Potensi untuk menambah followers masih sangat terbuka lebar, mengingat wilayah kerja
BSML Regional II yang terdiri dari 154 Kabupaten/Kota dan 1 Propinsi DKI Jakarta yang
membentang dari pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Dengan
luasnya wilayah kerja BSML Regional II maka potensi pertumbuhan jumlah followers masih
terbuka lebar.
Gambar 2. Pertumbuhan jumlah followers pada akun @bsmlyogya untuk
periode 23 Desember 2021 – 21 Maret 2022

Gambar 2 merupakan bentuk grafik yang diambil dari data Instagram Insight pada periode 23
Desember 2021 sampai dengan 21 Maret 2022, dalam kurun waktu 90 hari pertumbuhan
jumlah followers masih menunjukan angka positif, yaitu 96 followers baru. Akan tetapi tidak
dapat dipungkiri dalam kurun waktu tersebut juga ada 22 user yang melakukan unfollow
sehingga total pertumbuhan followers akun @bsmlyogya pada periode tersebut adalah 74
followers atau meningkat 16% dari periode sebelumnya.

Melihat grafik pada Gambar 2, puncak pertambahan jumlah followers paling banya terjadi
pada tanggal 18 Januari 2022 dan 8 Februari 2022. Dimana pada tanggal tersebut akun
@bsmlyogya menggunggah konten yang berisi pengumuman seleksi PPNPN (Pegawai
Pemerintah Non-PNS) pada tanggal 17 Januari 2022 dan konten yang berisi edukasi namun
dengan mengangkat tema yang sedang menjadi isu nasional, yaitu minyak goreng pada
tanggal 8 Februari 2022. Walaupun konten edukasi yang diunggah tidak terkait langsung
dengan isu kelangkaan minyak goreng, akan tetapi ternyata jenis konten yang terkait dengan
isu nasional efektif dalam mendongkrak jumlah followers baru.

Sedangkan jenis konten yang bersifat pengumuman walaupun berhasil mendongkrak jumlah
followers baru pada tanggal 18 Januari 2022 tapi konten lain yang sama-sama bersifat
pengumuman seperti pada tanggal 24 Januari 2022 tidak berhasil membuat lonjakan jumlah
followers baru. Mungkin karena pada tanggal 18 Januari 2022 kontennya berisi pengumuman
lowongan pekerjaan bagi PPNPN sehingga banyak diakses oleh para pencari kerja,
sedangkan pada tanggal 24 Januari 2022 merupakan pengumuman hasil seleksinya saja.

Gambar 3 merupakan konsentrasi lokasi followers terbanyak pada akun @bsmlyogya. Data
ini diambil dari Instagram Insight pada tanggal 24 Maret 2022. Tidak mengejutkan bahwa 3
lokasi teratas merupakan homebase dari kantor BSML Regional II di Yogyakarta, kantor unit
eselon II Direktorat Metrologi di Bandung dan kantor pusat Kementarian Perdagangan di
Jakarta. Akan tetapi yang mengejutkan bahwa terdapat followers yang cukup signifikan yang
berasal dari luar wilayah kerja BSML Regional II, yaitu Kota Medan. Hal ini menunjukan bahwa
media sosial mampu menembus batas operasional wilayah kerja dan membuka akses
informasi yang lebih luas.

Satu hal yang menjadi kekurangan pada Instagram Insight, yaitu hanya menampilkan 5 lokasi
teratas saja, padahal masih terdapat 71,5% followers lain yang belum teridentifikasi asalnya.
Sehingga penulis tidak dapat menyimpulkan dari data demogafi tersebut apakah akun
@bsmlyogya sudah sepenuhnya menjangkau wilayah kerjanya yang membentang dari pulau
Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur atau belum.

Gambar 3. Demografi followers pada akun @bsmlyogya


Gambar 4. Rentang usia followers pada akun @bsmlyogya

Gambar 5. Gender followers pada akun @bsmlyogya

Dengan mengetahui jenis gender dan usia followers akun @bsmlyogya, BSML Regional II
dapat menentukan jenis gaya Bahasa yang digunakan dalam content writing-nya. Pada
Gambar 4 terlihat bahwa prosentase terbanyak adalah usia 25-34 tahun dan 35-44 tahun,
yang menurut Kementerian Kesehatan termasuk kategori dewasa. Dan untuk orang dewasa,
menurut Malabar (2015), bahasa yang cocok adalah penggunaan kalimat yang teratur dan
sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku, bukan gaya bahasa non-formal atau slang yang
biasanya hanya dimengerti oleh kalangan remaja. Sedangkan karena perbedaan jenis gender
followers akun @bsmlyogya tidak berbeda secara signifikan maka hal tersebut tidak perlu
dilakukan analisis yang mendalam.

Analisis Reach dan Impression

Reach merupakan jumlah pengguna unik yang melihat konten yang diposting dari sebuah
akun pada rentang waktu tertentu. Tidak peduli berapa kali sebuah konten ditampilkan atau
dilihat oleh seorang pengguna, apabila dilakukan oleh pengguna yang sama, reach akan
menghitung satu kali saja. Berbeda dengan reach, impression akan menghitung berapa kali
suatu konten ditampilkan dan dilihat oleh pengguna. Seorang pengguna yang melihat sebuah
konten seribu kali maka impression akan menghitungnya seribu juga.

Gambar 6. Jumlah akun yang melihat konten Instagram @bsmlyogya


pada periode 23 Desember 2021 – 21 Maret 2022

Selama periode 23 Desember 2021 – 21 Maret 2022, berdasarkan data Instagram Insight
pada akun @bsmlyogya, terdapat 1.608 akun Instagram yang melihat konten yang diposting
oleh @bsmlyogya. Apabila dirata-rata dalam kurun waktu 90 hari tersebut tidak kurang dari
17 orang yang melihat konten @bsmlyogya setiap harinya. Sedangkan pada periode yang
sama data Instagram Insight pada akun @bsmlyogya menunjukan angka impression sebesar
16.401, dengan rasio terhadap reach memperoleh indeks 10,2. Hal ini menunjukan bahwa
konten yang diposting oleh @bsmlyogya cukup menarik dan bolak-balik dilihat orang dengan
rata-rata sebanyak 10 kali.

Akan tetapi hal yang menarik justru 76,6% pengguna Instagram yang melihat konten
@bsmlyogya bukan merupakan followers dari akun @bsmlyogya itu sendiri. Hal ini
menunjukan bahwa penggunaan media sosial Instagram untuk melakukan sosialisasi di
bidang metrologi legal telah berhasil menjangkau diluar lingkungan atau kalangan internal
metrologi legal, akan tetapi disisi lain melihat jumlah follower baru yang hanya meningkat 16%
pada periode yang sama menunjukan bahwa pengguna Instagram yang melihat konten akun
@bsmlyogya belum dianggap sebagai akun yang penting untuk diikuti (follow). Terdapat dua
hal yang meningkatkan jumlah kunjungan pada akun @bsmlyogya, yaitu keputusan
menjadikan akun @bsmlyogya sebagai akun public yang kontennya terbuka dan penggunaan
hashtag tertentu yang dapat mempermudah seluruh pengguna Instagram dalam menemukan
konten terkait metrologi legal.

Analisis Engagement

Secara sederhana, engagement adalah komunikasi dua arah atau interaksional. Dalam media
sosial, engagement ini merupakan reaksi atau komunikasi yang muncul antara sebuah akun
dengan akun followers-nya. Pada Instagram, hal ini bisa ditandai dengan jumlah likes dan
komentar yang diperoleh dari setiap konten. Untuk mengukur keterlibatan follower dalam
suatu akun Instagram, dikenal istilah engagement rate. Engagement rate ini dapat dijadikan
salah satu indikator keberhasilan pengelolaan sebuah akun Instagram. Untuk menghitung
engagement rate jumlahkan total likes dan komentar yang diperoleh dari seluruh konten yang
diposting, lalu dibagi dengan jumlah total followers-nya. Menurut content strategist dan juga
media social officer, Adek Purnomo, engagement rate di atas 2 sudah sangatlah baik.
Sejak akun @bsmlyogya dibuat sampai dengan tanggal 21 Maret 2022, terdapat 108 konten
yang diposting dengan jumlah engagement yang terdiri atas likes, comment dan saved
sebanyak 3439. Sehingga dengan jumlah followers sebanyak 536 dapat dihitung nilai
engagement rate -nya sebesar 6,4. Nilai ini menunjukkan bahwa akun @bsmlyogya telah
dikelola dengan sangat baik oleh BSML Regional II.

Tabel 1. Data engagement pada akun @bsmlyogya


Jumlah
No Jenis Konten Engagement ERP
Konten
1. Kegiatan 39 1207 30,9
2. Ucapan 29 673 23,2
Selamat
3. Pengumuman 17 543 31,9
4. Edukasi 16 741 46,3
5. Video 7 275 39,3

Selain itu pula, dalam melakukan analisis terhadap data engagement pada akun
@bsmlyogya, penulis mengklasifikasikan jenis konten yang diposting oleh BSML Regional II,
yaitu:
1. Kegiatan, konten yang berisi dokumentasi kegiatan yang telah dilaksanakan oleh BSML
Regional II. Sebagian besar konten akun @bsmlyogya berisi jenis ini sebagaimana
penulis melihat akun media sosial pemerintah pada umumnya.
2. Ucapan Selamat, konten yang posting bersamaan dengan hari-hari besar keagamaan,
hari bersejarah dan pergantian pimpinan.
3. Pengumuman, Instagram juga digunakan oleh BSML Regional II untuk membagikan
informasi baik pada stakeholder maupun masyarakat.
4. Edukasi, konten yang berisi pengetahuan dan ketentuan di bidang metrologi legal bagi
masyarakat secara luas.
5. Video, jenis konten yang berbentuk video.
Gambar 7. Contoh jenis konten Instagram @bsmlyogya
pada periode 23 Desember 2021 – 21 Maret 2022

Klasifikasi ini penting untuk mengetahui jenis konten apa yang paling disukai oleh followers.
Hal ini dapat diketahui dengan menghitung nilai ERP (Engegement Rate by Post). Pada Tabel
1 terlihat bahwa walaupun konten kegiatan menghasilkan engagement yang tinggi, jumlah
kontennya pun banyak, sehingga rata-rata nilai ERP-nya 30,9. Angka ERP yang cukup tinggi
terdapat pada jenis konten edukasi dan video, yaitu 46,3 dan 39,3. Ternyata followers akun
@bsmlyogya sangat menyukai jenis konten yang bersifat edukasi. Mungkin jenis konten ini
juga yang tingginya nilai impression dari non-followers. Sebaiknya BSML Regional II fokus
pada kedua jenis konten ini, apabila ingin meningkatkan nilai engagement rate-nya.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Dari pembahasan tersebut, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:


1. Akun @bsmlyogya telah dikelola dengan sangat baik oleh BSML Regional II, hal ini
diperlihatkan dengan nilai engagement rate sebesar 6,4 jauh dari batas nilai 2 untuk
kategori sangat baik.
2. BSML Regional II telah efektif dalam memanfaatkan Instagram untuk mensosialisasikan
metrologi legal lebih luas lagi, di luar lingkungan atau kalangan internal metrologi legal.
Hal ini ditunjukan dengan banyaknya non-follower (76,6%) yang melihat konten yang
diposting oleh BSML Regional II.
3. Konten yang dibuat oleh BSML Regional II cukup menarik, sehingga rata-rata
pengunjung melihat 10,2 kali terhadap konten yang sama.
4. Peluang untuk menambah followers akun @bsmlyogya masih terbuka lebar, Karena
wilayah kerja BSML Regional II yang membentang luas dari Jawa, Bali dan Nusa
Tenggara sedangkan asal followers akun @bsmlyogya Sebagian besar masih berasal
dari Yogyakarta, Bandung dan Jakarta yang merupakan homebase BSML Regional II
sendiri.

Untuk meningkatkan kinerja BSML Regional II khususnya dalam memanfaatkan media


sosial Instagram dalam melakukan sosialisasi di bidang metrologi legal kepada masyarakat,
penulis memberikan rekomendasi sebagai berikut:
1. BSML Regional II fokus pada produksi jenis konten edukasi, karena ternyata jenis
konten ini yang nilai ERP-nya paling tinggi.
2. Dalam memproduksi konten, sebaiknya BSML Regional II menghindari bahasa gaul
atau slang, gunakan bahasa yang formal, teratur dan sesuai kaidah bahasa, karena
73,9% followers akun @bsmlyogya merupakan orang dewasa.
3. Pertimbangkan untuk memproduksi konten yang sesuai dengan isu nasional yang
sedang berkembang. Hal ini terbukti efektif dalam meningkatkan jumlah followers akun
@bsmlyogya.

REFERENSI

DataReportal (2022), ‘Digital 2022 Indonesia,’ [online] https://datareportal.com/reports/digital-


2022-indonesia (diakses pada tanggal 24 Maret 2022)

Rifan Ardianto (2020), ‘Tertib Ukur, Media Daring, dan Inisiasi Strategi Promosi di Bidang
Metrologi Legal Selama Pandemi Covid-19’. [online]
https://www.researchgate.net/publication/350875543_Tertib_Ukur_Media_Daring_dan_I
nisiasi_Strategi_Promosi_di_Bidang_Metrologi_Legal_selaam_Pandemi_COvid-19
(diakses pada tanggal 24 Maret 2022)

Nurliya Ni’matul Rohmah dan Waldi Supriyanto (2021), ‘Deskriptif Efektifitas Pemasaran
Online Melalui Analisis Insight Akun Instagram @Instalombok_’, Al-I’lam; Jurnal
Komunikasi dan Penyiaran Islam, Vol. 5, No 1, September 2021, pp. 01-07.

Nurdin Hidayah dkk (2021), ‘Strategi Pemasaran Media Sosial Destinasi Pariwisata
Menggunakan Pendekatan SOSTAC: Studi Kasus Pada Akun Media Sosial Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Lebak, Banten’, Jurnal Kepariwisataan: Destinasi,
Hospitalitas dan Perjalanan. Volume 5 Nomor 2, 2021:57-75

Muchammad Al Amin dan Dwi Juniati (2017), ‘Klasifikasi Kelompok Umur Manusia
Berdasarkan Analisis Dimensi Fraktal Box Counting Dari Citra Wajah Dengan Deteksi
Tepi Canny’, MATH unesa; Jurnal Ilmiah Matematika Volume 2 No.6 Tahun 2017

Sayama Malabar (2015), ‘Sosiolinguistik’, Gorontalo: Ideas Publishing

Binomo Gadabima, 2021, ‘Tren 2021 untuk Meningkatkan Engagement di Instagram’, [online]
https://contendr.co.id/blog/tren-2021-untuk-meningkatkan-engagement-di-instagram,
(diakses pada tanggal 25 Maret 2022).
PROTOTIPE SISTEM PENGONTROL SUHU DAN KELEMBAPAN TANAH PADA RUMAH
KACA MENGGUNAKAN PROPORTIONAL INTEGRAL DERIVATIVE (PID) BERBASIS IoT

Arindea Anggraini Setiawan1), Hamidatul Husna Matondang2)


1)
Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
arindea.a.setiawan@stmkg.ac.id
2)
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
hamidatul.husna.matondang@stmkg.ac.id

ABSTRACT
Climate change causes an increase of temperature 0.03 oC every year, and causes changes
in rainfall so it can interferes plant growth and water supply. To decrease the impact of that, so
we decided to designing a prototype of a temperature and soil humidity control system using
a PID controller and based on IoT. The prototipe implemented to the chili plant in a
greenhouse, with a DHT 22 sensor as a monitor for temperature conditions, a YL69 sensor as
a monitor for soil moisture conditions. This system uses the L298N driver as a regulator of the
PWM value on the actuator. The fan is used as an actuator that can control the temperature in
the greenhouse. The water pump is used as an actuator that can control soil moisture in the
greenhouse. This system uses PID as controller. PID tuning using the Ziegler Nichols method
the first method. Controler type of temperature system is Proportional with Kp 2490,42. This
control system can make temperatuture decreased, but has not been able to make
temperature according to the set point, 27oC. Controler type of soil humidity is Proportional
Integral with Kp 0,293 and Ki 0,0176. This control system can make the soil humidity according
the set point, 60%. Temperature and soil humidity data displayed on the Cayenne platform.
Keywords: Greenhouse, Control System, PID, IoT

ABSTRAK
Perubahan iklim menyebabkan kenaikan suhu sebesar 0.03 oC setiap tahunnya, serta
mengakibatkan perubahan pola curah hujan sehingga mengganggu fisiologi dan pasokan air
pada tanaman. Untuk mengurangi dampak tersebut maka dirancang prototipe sistem kontrol
suhu dan kelembapan tanah dengan menggunakan pengontrol PID dan berbasis IoT.
Prototipe diujicobakan pada tanaman cabai dengan rumah kaca, yang dilengkapi sensor DHT
22 sebagai pemantau suhu, sensor YL69 sebagai pemantau kondisi kelembapan tanah.
Sistem ini menggunakan driver L298N sebagai pengatur nilai PWM pada aktuator. Kipas
digunakan sebagai aktuator pengendali suhu pada rumah kaca. Pompa air digunakan sebagai
aktuator pengendali kelembapan tanah pada rumah kaca. Sistem ini menggunakan PID
sebagai pengontrol. Penalaan PID menggunakan metode Ziegler Nichols metode pertama.
Jenis kontrol yang diterapkan pada sistem suhu adalah kontrol Proportional dengan nilai Kp
sebesar 2490,42. Sistem kontrol ini mampu menurunkan suhu paling signifikan dibandingkan
sistem kontrol yang lain, akan tetapi masih belum bisa menjadikan suhu sesuai dengan
setpoint, yaitu 27oC. Jenis kontrol yang diterapkan pada sistem kelembapan tanah adalah
kontrol Proportional Integral dengan nilai Kp 0,293 dan Ki sebesar 0,0176. Sistem kontrol ini
dapat menjaga nilai kelembaban tanah sesuai dengan set point yang telah ditentukan, yaitu
sebesar 60%. Data suhu dan kelembapan tanah ditampilkan pada platform Cayenne sebagai
implementasi dari penerapan IoT.
Kata kunci : Rumah Kaca, Sistem Kontrol, PID, IoT

45
PENDAHULUAN

Perubahan iklim dapat menyebabkan adanya perubahan pola curah hujan, peningkatan
kejadian iklim ekstrem dan kenaikan suhu udara. Perubahan pola curah hujan dapat
menganggu pasokan air pada pertanian (Sudarma, 2020). Berdasarkan data tren suhu dari
hasil observasi BMKG pada tahun 1981 hingga 2018 menyataka bahwa suhu udara akan
mengalami kenaikan sebesar 0,03oC setiap tahunnya. Suhu yang tinggi dapat mengganggu
proses fisiologi tanaman pada saat perkembangan dan proses erbunga tanman sehingga
mempengaruhi hasil produksi pertanian (Ruminta, 2018). Cabai merupakan salah satu
komoditas bahan pokok di Indonesia. 11 Konsumsi cabai cenderung meningkat setiap
tahunnya, rata-rata kenaikannya adalah 1,5% per tahun. (Sativa, 2017) Pertumbuhan tanaman
cabai dipengaruhi oleh iklim, lamanya penyinaran matahari, curah hujah, suhu dan
kelembapan, angin serta ketinggian tempat. Kelembapan tanah yang terjaga sangat penting,
apabila kelembapan tanah kurang maka dapat menyebabkan tanaman kerdil, buah cabai
menjadi kecil dan mudah gugur. Kelembapan tanah harus cukup dengan ditandai oleh
kandungan air yang tidak berlebihan dan tidak kekurangan air. Kelembapan tanah yang ideal
untuk pertumbuhan cabai adalah 60-80% (Ningsih, 2017). Tanaman cabai dapat
dibudidayakan secara maksimal pada suhu antara 21 oC – 28 oC. Suhu yang baik untuk
tanaman cabai rawit hidroponik beradaptasi adalah 27 oC (Nugraha, 2018). Permasalahan
pasokan air dan suhu tinggi pada pertanian dapat diatasi dengan menggunakan rumah kaca
cerdas. Pada sistem di dalam rumah kaca cerdas, pasokan air untuk tanaman dapat
dikendalikan agar tidak terjadi kelebihan atau kekurangan kadar air tanah sehingga
kelembapan tanah dapat terjaga (Wardhani, 2021). Suhu yang tinggi dapat dikendalikan
menggunakan aktuator berupa kipas sehingga suhu udara di dalam rumah kaca tetap terjaga.
Tanaman yang ditanam di dalam rumah kaca cerdas terbukti memiliki pertumbuhan yang lebih
efektif 93,32% dibandingkan dengan tanaman yang ditanam di luar rumah kaca cerdas
(Firdhausi, 2018). Kontrol Proportional Integral Derivative (PID) merupakan salah satu teknik
pengendali yang sering diguankan pada rekayasa kontrol. Firdaus dan Zulfikar (2016) pada
penelitiannya yang berjudul Pengontrol Suhu Ruangan menggunakan Metode PID merancang
sebuah sistem yang dapat mempertahankan suhu di plant. Sistem ini menggunakan metode
penalaan Ziegler-Nichols untuk menentukan nilai Kp, Ki dan Kd agar dapat mengatasi osilasi
pada respon plant. Error yang dihasilkan oleh sistem ini sebesar 2%. Adhiwibowo,dkk. (2020)
dalam penelitiannya yang berjudul Temperature and Humidity Monitoring Using DHT22
Sensor and Cayenne API, merancang sistem monitoring suhu dan kelembapan udara untuk
pertumbuhan jamur oyster. Sistem monitoring berbasis IoT menggunakan Cayenne yang
dapat diakses melalui laptop maupun smartphone. Data suhu dan kelembapan udara dapat
terkirim ke server Cayenne setiap 3 menit tanpa gagal.

Penelitian ini membahas perancangan prototipe sistem pengontrol suhu dan kelembapan
tanah pada rumah kaca untuk mengkondisikan parameter lingkungan pada tanaman cabai
yang berada di dalamnya sesuai dengan kondisi ideal. Parameter yang dikendalikan adalah
suhu udara dan kelembapan tanah. Suhu udara dijaga agar tetap berada dibawah 27 oC
dengan menggunakan kipas DC yang dikendalikan menggunakan kontrol PID. Kelembapan
tanah dijaga agar berada diatas 60% dengan menggunakan pompa air yang dikendalikan
kontrol PID. Data suhu udara, dan kelembapan tanah dapat dipantau dengan jarak jauh secara
realtime melalui platform Cayenne.

46
METODE PERANCANGAN

Diagram Alir Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan merancang desain prototipe rumah kaca, kemudian
melakukan penlaaan PID menggunakan metode Zigler Nichols metode pertama. Setelah
parameter PID didapatkan, maka langkah selanjutnya adalah memasukkan parameter PID
tersebut ke dalam program rangkaian peralatan yang telah dibuat. Sistem yang dibuat dapat
menjalankan perintah kontrol suhu dan kelembapan tanah menggunakan PID serta dapat
menampilkan data yang terukur oleh suhu pada platform Cayenne.

Gambar 1. Diagram alir penelitian

Metode Penalaan Kp, Ki dan Kd pada PID

Penalaan PID dilakukan setelah sistem rumah kaca selesai dibuat. Penentuan nilai Kp, Ki dan
Kd pengontrol dilakukan dengan aturan Ziegler Nichols metode pertama dengan
mengkonfigurasikan lup terbuka pada respon sistem. Percobaan dilakukan dengan cara
memprogram mikrokontroler pada Arduino IDE untuk dapat membaca nilai keluaran sensor
dan dapat mengatur nilai PWM aktuator. Kemudian mencari paremeter respon transien berupa
Maksimum peak atau overshoot (Mp), rise time (tr), peak time (tp), konstanta waktu (τ 63%),
settling time (ts), serta error steady state (ess) sesuai dengan ketentuan. Nilai (Mp) yang
diperbolehkan adalah sebesar 25%. Nilai error yang digunakan pada penelitian ini dan sesuai
aturan adalah sebesar 5%.

Penalaan parameter PID dapat ditentukan menggunakan kurva respon langkah berdasarkan
tabel rumusan berikut:

Tabel 1. Rumus penalaan parameter PID menggunakan kurva respon langkah


Tipe Kp Ti Td
Kontroler
P T/L ~ 0
PI 0,9 T/L L / 0,3 0
PID 1,2 T/L 2L 0,5 L
Nilai waktu tunda ditandai dengan huruf L, sedangkan nilai waktu naik ditandai dengan huruf
T. Kemudian nilai L dan T digunakan untuk mencari nilai Kp, Ti dan Td. Nilai Kp, Ti dan Td yang
sudah didapatkan melalui perhitungan dengan rumusan pada tabel, kemudian digunakan
untuk menentukan parameter Ki dan Kd.

47
Perhitungan Nilai Kp, Ki dan Kd untuk Kontrol Kelembapan Tanah

Percobaan dilakukan dengan cara mengamati grafik yang dihasilkan secara realtime dari
perubahan nilai PWM pompa serta perubahan nilai kelembapan tanah melalui serial plotter
pada software Arduino IDE. Dari grafik tersebut dapat diketahui nilai (K), (𝑡𝑑) dan (τ 63%). Nilai
(𝑡𝑑) dan (τ 63%) dapat diketahui dengan menggunakan garis bantu yang diterapkan ke grafik
seperti pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik respon sistem kelembapan tanah menggunakan penalaan Ziegler Nichols

Dari grafik pada Gambar dapat diketahui nilai Controlled Output (CO) maksimum dan (CO)
minimum serta Process Variable (PV) maksimum dan (PV) minimum, sehingga nilai tersebut
dapat digunakan untuk mencari nilai (K) , τ dan 𝑡𝑑. Berdasarkan perhitungan, nilai (K) yang
diperoleh sebesar 1,225 s, nilai τ sebesar 2 s, dan nilai 𝑡𝑑 sebesar 5 s. Langkah selanjutnya
adalah menghitung masing-masing parameter pada pengontrol. Berdasarkan perhitungan
menggunakan aturan Zigler Nichols metode pertama, dapat dihasilkan tabel nilai parameter
kontrol P, PI dan PID , kemudian dari nilai 𝑇𝑖 dan 𝑇𝑑 yang sudah didapatkan, dapat digunakan
untuk mengetahui parameter 𝐾𝑖 dan 𝐾𝑑, sehingga dihasilkan tabel parameter 𝐾𝑝, 𝐾𝑖 dan 𝐾𝑑
dari kontroler P, PI, dan PID seperti pada Tabel 2.

Tabel 2. Parameter Kp, Ki dan Kd masing-masing kontroler untuk sistem kelembapan tanah
Tipe Kp Ki Kd
Kontroler
P 0,326
PI 0,293 0,0176
PID 0,391 0,0391 0,9775

Parameter 𝐾𝑝, 𝐾𝑖dan 𝐾𝑑 yang di dapatkan dari masing-masing kontroler kemudian diuji
cobakan ke dalam sistem kelembapan tanah.
Perhitungan Nilai Kp, Ki dan Kd untuk kontrol Suhu

Percobaan dilakukan dengan cara mengamati grafik yang dihasilkan secara realtime dari
perubahan nilai PWM kipas serta perubahan nilai suhu melalui serial plotter pada software
Arduino IDE. Dari grafik tersebut dapat diketahui nilai (K), (𝑡𝑑) dan ( τ 63%). Nilai (𝑡𝑑) dan (τ
63%) dapat diketahui dengan menggunakan garis bantu yang diterapkan ke grafik seperti
pada Gambar

48
Gambar 3. Grafik respon sistem suhu menggungakan penalaan Ziegler Nichols

Dari grafik pada Gambar dapat diketahui nilai (CO) maksimum dan (CO) minimum serta (PV)
maksimum dan (PV) minimum, sehingga nilai tersebut dapat digunakan untuk mencari nilai 𝐾,
τ dan 𝑡𝑑. Berdasarkan perhitungan, nilai K yang diperoleh sebesar 0,0261s, nilai τ sebesar
1300s, dan nilai 𝑡𝑑 sebesar 20s. Kemudian mencari parameter PID menggunakan perhitungan
Zigler Nichols sehingga dihasilkan tabel parameter 𝐾𝑝, 𝐾𝑖 dan 𝐾𝑑 dari kontroler P, PI, dan PID
seperti pada Tabel 3.

Tabel 3. Parameter Kp, Ki dan Kd masing-masing kontroler untuk sistem suhu

Tipe Kontroler Kp Ki Kd
P 2490,42
PI 2241,37 33,62
PID 2988,50 74,71 29885,05
Parameter 𝐾𝑝, 𝐾𝑖dan 𝐾𝑑 yang di dapatkan dari masing-masing kontroler kemudian diuji
cobakan ke dalam sistem suhu.

HASIL DAN ANALISIS

Penalaan PID Pada Sistem Kelembapan Tanah

Penalaan sistem kontrol kelembapan tanah dilakukan dengan cara memasukkan nilai Kp, Ki
dan Kd pada setiap kontrol, lalu mengamati perubahan nilai kelembapan tanah melalui Serial
Plotter pada Arduino IDE. Kemudian hasil penalaan P, PI dan PID pada sistem kontrol
kelembapan tanah menghasilkan nilai Maksimum peak atau overshoot (Mp), rise time (tr),
peak time (tp), konstanta waktu (τ 63%), settling time (ts), serta error steady state (ess) yang
terdapat pada Tabel 4.
Tabel 4. Parameter PID untuk kelembapan tanah

Jenis Kel. tanah Kel. tanah (Mp) (tp (τ63% (ts) (ess)
Kontro awal akhir (tr) ) )
l
P 18% 90% 50% 4s 8s 146s 438s 6,60%
PI 56% 68% 13,30% 2s 8s 10s 30s 1,60%
PID 53% 73% 41,60% 10 70 38s 114s 6,60%
s s

49
Berdasarkan hasil percobaan, maka jenis kontrol yang diterapkan pada sistem kontrol
kelembapan tanah adalah kontrol PI, dikarenakan respon sistem yang dihasilkan sesuai
dengan ketentuan serta memiliki risetime yang paling cepat.

Penalaan PID pada sistem suhu

Penalaan sistem kontrol suhu dilakukan dengan cara memasukkan nilai Kp, Ki dan Kd pada
setiap kontrol, lalu mengamati perubahan nilai suhu melalui Serial Plotter pada Arduino IDE.
Perubahan suhu hasil penalaan PID dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Besarnya perubahan suhu pad masing-masing kontroler untuk sistem suhu
Jenis Perubahan Suhu
Kontrol
P 2,9
PI 0,8
PID 1,4
Berdasarkan hasil percobaan, maka jenis kontrol yang digunakan pada sistem kontrol suhu
adalah kontrol P, dikarenakan respon sistem yang dihasilkan dapat menghasilkan perubahan
yang paling besar.

Pengujian Sistem Keseluruhan

Pengujian sistem secara keseluruhan dilakukan dengan cara memasukkan Kontrol PI pada
kontrol kelembapan tanah dan memasukkan kontrol P pada kontrol suhu, serta
menghubungkannya dengan internet.

Hasil Pengujian Kontrol Kelembapan Tanah Pada Rumah Kaca

Pengujian dilakukan pada tanggal 30 Juli 2021 hingga 1 Agustus 2021 dengan cara
mengamati grafik kondisi pompa yang ada pada platform Cayenne.

Gambar 4. Grafik perubahan kelembapan tanah pada platform Cayenne

Gambar 5. Grafik perubahan nilai PWM pompa pada platform Cayenne

Pada gambar terlihat bahwa pompa menyala ketika kelembapan tanah kurang dari set point,
kemudian pompa mati setelah kelembapan tanah melebihi set point, lalu kelembapan tanah
perlahan mengalami penurunan dan mencapai steady state.

50
Hasil Pengujian Sistem Kontrol Suhu Pada Rumah Kaca

Pengujian dilakukan pada tanggal 29 Juli 2021 hingga 1 Austus 2021 dengan cara mengamati
grafik suhu dan grafik kipas yang ada pada platform Cayenne.

Gambar 6. Grafik perubahan suhu pada platform Cayenne

Gambar 7. Grafik perubahan nilai PWM kipas pada platform Cayenne

Pada gambar terlihat bahwa ketika suhu berada di atas 27oC maka kipas akan menyala. Ketika
suhu berada di bawah 27oC kipas mati.

Kelembapan Tanah pada Rumah Kaca tanpa Sistem Kontrol

Pengujian kelembapan tanah pada rumah kaca tanpa sistem kontrol dilakukan pada tanggal
15 Agustus 2021, yang dilakukan dengan cara mengamati nilai kelembapan tanah yang
terukur oleh sensor.

Gambar 8. Grafik perubahan kelembapan tanah pada rumah kaca tanpa sistem kontrol

Kelembapan tanah maksimum pada rumah kaca tanpa sistem kontrol adalah 36%, sedangkan
kelembapan tanah minimumnya adalah 19%, masih jauh dari set point.

Kelembapan Tanah pada Rumah Kaca dengan Sistem Kontrol Proportional Integral

Grafik perubahan nilai kelembapan tanah pada rumah kaca menggunkan sistem kontrol PI
sebagai berikut:

Gambar 9. Grafik perubahan kelembapan tanah pada rumah kaca dengan sistem kontrol PI

51
Sistem kontrol kelembapan tanah menggunakan Kontrol PI mampu mempertahankan
kelembapan tanah pada rumah kaca sesuai dengan kondisi ideal, yaitu sebesar 60%. Kontrol
PI tepat digunakan pada sistem kontrol kelembapan tanah karena menghasilkan overshoot
kurang dari 25%.

Suhu pada Rumah Kaca tanpa Sistem Kontrol

Pengujian suhu pada rumah kaca tanpa sistem kontrol dilakukan pada tanggal 15 Agustus
2021, yang dilakukan dengan cara mengamati nilai suhu yang terukur oleh sensor.

Gambar 10. Grafik perubahan suhu pada rumah kaca tanpa sistem kontrol

Pada grafik terlihat bahwa kenaikan suhu udara pada siang hari sangat besar, yaitu mencapai
42oC, hal ini berarti menunjukkan bahwa kondisi suhu udara pada rumah kaca tanpa sistem
kontrol sangat jauh dari kondisi ideal untuk penanaman cabai.

Suhu pada Rumah Kaca dengan Sistem Kontrol Proportional

Grafik perubahan nilai suhu pada rumah kaca menggunkan sistem kontrol P sebagai berikut:

Gambar 11. Grafik perubahan suhu pada rumah kaca dengan sistem kontrol P

Pada grafik suhu pada rumah kaca dengan mengunakan siste kontrol P menunjukkan bahwa
suhu maksimum pada rumah kaca adalah 34,04oC, ini berarti sistem kontrol suhu
menggunakan kontrol proportional mampu menurunkan suhu lebih efektif daripada tanpa
sisem kontrol.

KESIMPULAN

Sistem kontrol suhu dan kelembapan tanah terbukti mampu menjaga kondisi suhu dan
kelembapan tanah mendekati kondisi ideal dibandingkan dengan sistem tanpa kontrol dan
telah berhasil bekerja sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Akan tetapi kinerja dari
sistem kontrol suhu masih kurang maksimal, dikarenakan pada siang hari walaupun kipas
tetap dapat menurukan suhu di dalam rumah kaca, namun kipas belum mampu menurunkan
suhu sampai dengan set point yang telah ditentukan, hal ini disebabkan karena pemilihan
aktuator pada sistem kontrol suhu kurang sesuai dengan ukuran rumah kaca yang dibuat.Perlu
dilakukan analisis kebutuhan kontrol suhu pada rumah kaca yang sesuai dengan jenis aktuator
yang digunakan, sehingga suhu dapat bekerja dengan optimal, selain itu penelitian perlu waktu
yang lebih lama agar hasil tanaman cabai yang ditanam pada sistem kontrol suhu dan

52
kelembapan tanah pada rumah kaca dapat dibandingkan dengan tanaman cabai yang ditanam
diluar sistem rumah kaca.

REFERENSI

Adhiwibowo, W., Daru, A. F., & Hirzan, A. M, 2020, Temperature and Humidity Monitoring
Using DHT22 Sensor and Cayenne API, Jurnal Transformatika, 17(2), 209, [online]
https://doi.org/10.26623/transformatika.v17i2.1820 (diakses tanggal 30 Juli 2021)
Firdaus, R., & Zulfikar, W., 2016, Pengontrol Suhu Ruangan menggunakan Metode PID Room
Temperature Controller uses the PID, Open Journal System UNIKOM, 4(2), 1–12. [online]
(diakses tangal 22 Januari 2021)
Firdhausi, A. R., Budiyanto, A., & Nurcahyani, I., 2018, Rancang Bangun Smart Greenhouse
untuk Budidaya Tanaman Cabai ( Capsicum Annum L . ) dengan OSAndroid.
2018(November), 16–22, [online] (diakses tangal 22 Januari 2021)
Ningsih, A., 2017, Budidaya Tanaman Cabai Rawit. 17542110009, [online]
https://doi.org/10.31219/osf.io/grcs3
Nugraha, A., 2018, Pengontrolan Suhu Dan Kelembaban Menggunakan Kontrol Pid Pada
Sistem Hidroponik Tanaman Cabai Rawit Berbasis Arduino Skripsi
Ruminta, R., Handoko, H., & Nurmala, T., 2018, Indikasi perubahan iklim dan dampaknya
terhadap produksi padi di Indonesia (Studi kasus : Sumatera Selatan dan Malang Raya).
Jurnal Agro, 5(1), 48–60, [online]
https://doi.org/10.15575/1607 (diakses tangal 22 Januari 2021)
Sativa, M., Harianto, H., & Suryana, A, 2017, Impact of Red Chilli Reference Price Policy in
Indonesia. International Journal of Agriculture System, 5(2), 120. [online]
https://doi.org/10.20956/ijas.v5i2.1201 (diakses tanggal 21 Oktober 2020)
Sudarma, I. M., & As-syakur, A. R., 2018, Dampak Perubahan Iklim Terhadap Sektor Pertanian
Di Provinsi Bali. SOCA: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian, 12(1), 87, [online]
https://doi.org/10.24843/soca.2018.v12.i01.p07 (diakses tanggal 22 Januari 2021)
Wardhani, R. N., & Khodijah, W., 2021, Pemodelan Simulasi Sistem Kontrol Kelembaban
Tanah Berbasis Fuzzy Logic pada Automatic Greenhouse. 6, 35–42 (diakses tangal 22
Januari 2021)
Wisesa, T., 2014, Perancangan Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Satu Fasa dengan PWM
Menggunakan Pengendali PID Berbasis Arduino. 1–49. (diakses tangal 22 Januari 2021)

53
PERANCANGAN SISTEM INFORMASI LOGBOOK DIGITAL PERALATAN KALIBRASI
BERBASIS SITUS WEB

Bonita Septinge Nainggolan, S.Tr1), Hamidatul Husna Matondang, M.T2)


1)
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
bonita.s.nainggolan@stmkg.ac.id
2)
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
hamidatul.husna.matondang@stmkg.ac.id

ABSTRACT
The Website-Based Calibration Equipment Digital Logbook Information System is designed to
facilitate the implementation of government programs in preventing the spread of Covid-19
through the Work From Home (WFH). Digital logbooks are designed to display responsive
applications using PHP and JavaScript as programming languages. Database media is
designed using the MySQL programming language. Testing of black box testing methods and
likert scales for filling out questionnaires is carried out to determine the performance of the
application. Each menu on the digital logbook information system works and displays the
corresponding results. The results obtained from the questionnaire testing were 89 with a scale
of A (Excellent)
Keywords: Digital logbook, PHP, MySQL, website, blackbox testing, likert scale.

ABSTRAK
Sistem Informasi Logbook Digital Peralatan Kalibrasi Berbasis Website dirancang untuk
memudahkan pelaksanaan program pemerintah dalam mencegah penyebaran Covid-19
melalui sistem bekerja dari rumah atau dikenal dengan sebutan Work From Home (WFH).
Logbook digital dirancang untuk menampilkan aplikasi yang responsif menggunakan bahasa
pemrograman PHP dan JavaScript. Media basis data dirancang dengan menggunakan
bahasa pemrograman MySQL. Pengujian metode black box testing dan skala likert untuk
pengisian kuesioner dilakukan untuk mengetahui kinerja aplikasi. Setiap menu yang ada pada
sistem informasi logbook digital berfungsi dan menampilkan hasil yang sesuai. Hasil yang
diperoleh dari pengujian kuesioner yaitu 89 dengan skala A (Sangat Baik).

Kata Kunci: Logbook digital, PHP, MySQL, website, pengujian blackbox, skala likert.

PENDAHULUAN

Teknologi informasi memberikan manfaat di berbagai aspek kehidupan. Otomatisasi


merupakan salah satu manfaat teknologi informasi yang saat ini memberikan kemudahan
untuk pelaksanaan program pemerintah dalam mencegah penyebaran Covid-19 melalui
program Work From Home (WFH) yang dituangkan dalam Surat Edaran Menteri
Pendayagunaan, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) No.19 Tahun 2020.
Kondisi WFH mengharuskan kegiatan yang masih menggunakan cara konvensional/manual
mulai menyesuaikan dengan cara digital yang sudah diotomatisasi sehingga kegiatan bisa
dilaksanakan. Otomatisasi kegiatan memudahkan individu melakukan pekerjaan yang
fleksibel dan segala kegiatan dapat diatur dengan baik khususnya di bidang administrasi
(logbook digital).

54
Pengisian dan penyimpanan logbook kalibrasi lapang di BBMKG Wilayah II saat ini masih
dilakukan secara manual menggunakan kertas sehingga perlu diterapkan otomatisasi
administratif. Kelebihan logbook digital di antaranya memudahkan pegawai melakukan
pekerjaan dengan hak akses jarak jauh, pelaporan dapat dilakukan secara real time,
mendapatkan informasi yang dibutuhkan dengan cepat, menghemat waktu dan mengurangi
tingkat kecurangan dalam pengisian logbook (Nugroho dkk., 2017). Penelitian mengenai
logbook digital telah dilakukan oleh Nugroho dkk. (2016) penelitian tersebut menghasilkan
aplikasi e-logbook penangkapan ikan berbasis web tetapi tampilan pada web belum responsif
dan aplikasi tersebut belum dilengkapi dengan fitur supervisi dari pelaporan logbook karena
hak akses aplikasi masih untuk pengoperasian data.

Berdasarkan pemaparan di atas, penulis membuat rancang bangun aplikasi logbook digital
untuk pelaporan kalibrasi lapang di BBMKG Wilayah II. Aplikasi logbook digital ini menerapkan
sistem informasi berbasis situs web responsif dengan menggunakan MySQL sebagai basis
data dan PHP sebagai bahasa pemrograman yang mampu melakukan pelaporan data,
pengoperasian data serta supervisi data secara real time dan melalui akses jarak jauh.
Pengoperasian data hanya dapat dilakukan oleh administrator untuk menjaga keamanan data
serta supervisi dapat dilakukan oleh pihak yang memiliki otoritas.

Metode Perancangan

Dibawah ini merupakan flowchart metode penelitian yang digunakan.

Gambar 13.Flowchart Metode Penelitian

Flowchart Sistem

Alur kerja dari system yakni dimulai dengan awal dari sebuah program kemudian membuka
website dan melakukan login sebagai admin atau user dengan memasukkan username dan
password. Website akan meminta ulang username dan password jika tidak sesuai, jika
berhasil maka akan terbuka dan dapat dijalankan. Jika berhasil login sebagai admin dapat
melakukan pengoperasian data seperti input, create, delete, edit dan download untuk setiap

55
menu yang ada yaitu data alat standar, data pelaksanaan kalibrasi lapang, meta data stasiun,
meta data ARG AWS dan AAWS, meta data Ina-TEWS, data administrasi serta mata data
user. Data yang telah di input oleh teknisi disimpan di database. Jika login sebagai user hanya
memiliki hak akses yaitu memperoleh (melihat) data pada setiap menu dan hak akses untuk
supervisi laporan pelaksanaan kalibrasi lapang. User selaku pemilik otoritas seperti Kepala
Sub-Bidang, Kepala Bidang dan Kepala Balai menerima notifikasi pada menu pelaksanaan
kalibrasi lapang untuk melakukan supervisi dari laporan yang di input oleh admin. Supervisi
dilakukan dengan memilih tombol sesuai yang berarti data yang dimasukkan tersebut sudah
sesuai dan disetujui kemudian memilih tanda belum sesuai jika belum sesuai dengan
memberikan koreksi pada kolom keterangan. Jika admin dan user telah selesai
mengoperasikan data yang dibutuhkan sesuai hak akses, maka dikirimkan pemberitahuan
berupa notifikasi ke e-mail admin yang terdaftar pada aplikasi mengenai operasi data yang
dilakukan pada setiap menu. Jika sudah selesai mengakses sistem, maka pilih logout untuk
keluar dari sistem.

Class Diagram

Diagram yang menjelaskan atribut, operasi dan hubungan antar class pada sistem.

Gambar 14. Flowchart Sistem Gambar 15. Class Diagram Sistem

56
Use Case Diagram

Diagram yang menjelaskan mengenai kegiatan yang dapat dilakukan oleh aktor didalam
sistem.

Gambar 16. Use Case Diagram Admin Gambar 17. Use Case Diagram User

HASIL DAN ANALISIS

Implementasi Antar Muka

Sistem informasi logbook digital ini dibangun dengan berisikan menu alat standar, menu
kalibrasi lapang, menu meta data stasiun, menu meta data ARG, AWS dan AAWS, menu meta
data Ina-TEWS, menu administrasi, fitur operasi data (tambah, edit dan hapus data) pada
setiap menu tersebut, fitur supervisi yang dilakukan oleh pemilik otoritas (user) serta terdapat
fitur notifikasi pada halaman admin dan e-mail admin yang berisikan pemberitahuan
pengoperasian data yang dilakukan pada sistem. Sistem dibangun dengan studi kasus di
BBMKG wilayah II berbasis situs web responsif dan mampu melakukan supervisi laporan
secara real time dan online.

Gambar 18. Halaman Dashboard Gambar 19. Halaman Login Gambar 20. Halaman Utama

57
Gambar 21. Halaman Menu Gambar 22. Form Supervisi Gambar 23. Form Tambah
Data

Hasil Pengujian Alpha

Pengujian alpha menggunakan metode blackbox testing yaitu suatu proses validasi
fungsionalitas sistem secara keseluruhan dari tahap login aplikasi, proses pengoperasian
data (tambah, edit, hapus, cari dan unduh data) pada setiap menu aplikasi sampai tahap
logout dari aplikasi logbook.

Tabel 1. Hasil Pengujian Alpha

No Fitur Hasil Pengujian


1 Dashboard Berhasil
2 Login Admin, User Berhasil
3 Register Berhasil
4 Halaman Utama Admin, User Berhasil
5 Data Alat Standar Pengoperasian Data Berhasil
Data Pelaksanaan Kalibrasi
6 Pengoperasian Data Berhasil
Lapang
7 Meta data Stasiun Pengoperasian Data Berhasil
Meta data ARG, AWS dan
8 Pengoperasian Data Berhasil
AAWS
9 Meta data Ina-TEWS Pengoperasian Data Berhasil
10 Administrasi Pengoperasian Data Berhasil
11 Data User Pengoperasian Data Berhasil
Halaman dan E-mail
12 Notifikasi Laporan Berhasil
Admin
13 Supervisi Laporan Edit Data Berhasil
14 Logout Admin, User Berhasil

Hasil Pengujian Beta

Skala likert merupakan suatu skala yang digunakan untuk melakukan penilaian akan suatu
penelitian dengan mengajukan pertanyaan kepada responden dan dinilai dari skala ukur yang
disediakan (Talitha Fendya dan Chendra Wibawa, 2018) Skala penilaian berupa pilihan yang

58
bersifat positif sampai negatif berdasarkan Peraturan BMKG No. 13 Tahun 2019 mengenai
Pedoman Survei Kepuasan Masyarakat.

Tabel 2. Penilaian Skala Likert

Nilai Nilai Nilai Interval Mutu Kinerja Unit


Persepsi Interval Konversi (NIK) Pelayanan Pelayanan
(N) (x) (y)
1 1.00 – 25 – 43.75 D Tidak Baik
1.75
2 1.76 – 43.76 – 62.50 C Kurang Baik
2.50
3 2.51 – 62.51 – 81.25 B Baik
3.25
4 3.26 – 81.26 – 100.00 A Sangat Baik
4.00

Pada penelitian ini, kuesioner terdiri dari 4 pernyataan dan dinilai oleh 16 responden dari
teknisi BBMKG Wilayah II Sub Bidang Kalibrasi dan Instrumentasi yaitu :
1. Sistem informasi logbook digital dapat diakses secara mudah dan memiliki tampilan
yang responsive

2. Pengoperasian data (tambah, edit, hapus dan unduh data) menggunakan aplikasi
logbook digital dapat dilakukan secara otomatis dengan waktu yang efisien.

3. Aplikasi logbook digital dapat menyimpan data secara otomatis setelah melakukan
pengoperasian data.

4. Supervisi laporan kalibrasi lapang di menu pelaksanaan kalibrasi dapat dilakukan


secara otomatis dengan adanya notifikasi pada halaman user ketika admin
melakukan entry laporan kalibrasi lapang.

Hasil diperoleh dengan NRR Tertimbang yaitu 3,578125, Nilai Indeks Kepuasan Responden
yaitu 89,45313 dan dikategorikan menurut skala Mutu Pelayanan yaitu skala A (Sangat
Baik). Oleh karena itu, sistem informasi logbook digital (LD-KaL) yang tersedia dapat
membantu, bermanfaat dan mudah diaplikasikan.

Tabel 3. Hasil Pengujian Beta

Nilai Pertanyaan
Responden Jumlah
U1 U2 U3 U4
1 3 3 3 3 12
2 4 3 4 3 14
3 4 4 4 4 16
4 3 3 4 3 13
5 3 3 3 3 12
6 4 4 4 4 16

59
7 4 4 4 3 15
8 4 4 4 4 16
9 3 3 3 4 13
10 4 4 4 4 16
11 4 4 4 4 16
12 3 3 3 3 12
13 3 4 4 4 15
14 4 4 3 4 15
15 3 3 3 3 12
16 4 4 4 4 16
∑ Nilai 57 57 58 57 229
Nilai Rata- Rata
3,5625 3,5625 3,625 3,5625 14,3125
(NRR)
NRR Tertimbang 0,89063 0,89063 0,90625 0,89063 3,57813
Indeks Kepuasan 89,4531
Mutu Pelayanan A

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan Sistem Informasi Logbook Digital Peralatan
Kalibrasi Berbasis Situs Web dapat menampilkan serta melakukan pengoperasian data
secara otomatis dengan tampilan yang responsif, MySQL sebagai basis data sistem informasi
logbook digital yang menyimpan data alat standar, data pelaksanaan kalibrasi, meta data
stasiun, meta data ARG AWS dan AAWS, meta data Ina-TEWS dan data administrasi pada
BBMKG Wilayah II serta supervisi dapat dilakukan secara online oleh user, setelah menerima
notifikasi pada halaman user. Adapun saran untuk pengembangan selanjutnya yaitu aplikasi
logbook digital dapat dikembangkan dalam bentuk aplikasi mobile dan dapat ditambahkan
menu untuk pembuatan sertifikat kalibrasi setelah teknisi selesai melakukan kalibrasi lapang,
pada halaman pelaksanaan kalibrasi dapat ditambahkan menu kalibrasi lapang yang
dilakukan BMKG Pusat khusus untuk peralatan operasional di bawah naungan BBMKG
Wilayah II serta diharapkan adanya penambahan menu alur tiket kalibrasi lapang yakni untuk
mengetahui apakah alat standar kalibrasi lapang sudah dipakai atau belum.

REFERENSI

Aryal, S., 2019, A Front-End Framework For Responsive Web

BMKG, Humas., 2019, Peraturan BMKG RI No.13 Tahun 2019 Pedoman Survei Kepuasan
Masyarakat, [pdf],
(http://jdih.bmkg.go.id/vifiles/PEDOMAN%20SURVEI%20KEPUASAN%20MASYARAKAT
.PDF, diakses tanggal 18 Maret 2022)

Cholifah, W. N., Yulianingsih, Y. dan Sagita, S. M., 2018, Pengujian Black Box Testing pada
Aplikasi Action & Strategy Berbasis Android dengan Teknologi Phonegap, STRING
(Satuan Tulisan Riset dan Inovasi Teknologi), Vol.3, no.2, p. 206.

60
Destiningrum, M. dan Adrian, Q. J., 2017, Sistem Informasi Penjadwalan Dokter Berbassis
Web Dengan Menggunakan Framework Codeigniter (Studi Kasus: Rumah Sakit Yukum
Medical Centre), Jurnal Teknoinfo, Vol.11, no.2, p. 30.

Hardono., Sujandri, I., Panjaitan, Y.A. dan Rosyidah, A., 2017, Development of theses
categorization system search engine using PHP and MySQL, Proceedings of International
Conference on Information Technology Systems and Innovation, ICITSI, pp 194–199.

Handini, Ade, 2016, Pemodelan UML Sistem Informasi Monitoring Penjualan Dan Stok Barang
(Studi Kasus: Distro Zhezha Pontianak), Jurnal Khatulistiwa Informatika, Vol. IV, no.2.

MENPANRB, Humas., 2020, Pencegahan Penyebaran Virus Covid-19 dengan Kerja di


Rumah bagi ASN, [online], (https://menpan.go.id/site/beritaterkini/pencegahan-
penyebaran-virus-covid-19-dengan-kerja-di-rumahbagi-asn , diakses tanggal 12 Maret
2022)

Nugroho, H., Darmawan, A. dan Sufyan, A., 2016, Perancangan Sistem Informasi Elektronik
Log Book Penangkapan Ikan Berbasis Web, Jurnal Kelautan Nasional, Vol.11, no.1, p. 53.

Nugroho, H., Sufyan, A. dan Wiadnyana, N. N., 2017, Aplikasi Teknologi Elektronik Log Book
Penangkapan Ikan Untuk Mendukung Pengelolaan Perikanan, Jurnal Kelautan Nasional,
Vol.10, no.3, p. 113.

Prihandoyo, M Teguh, 2018, Unified Modeling Language (UML) Model Untuk Pengembangan
Sistem Informasi Akademik Berbasis Web, Jurnal Informatika: Jurnal Pengembangan IT,
3(1), pp. 126–129

Satoto, K. I.. 2017, Optimizing MySQL database system on information systems research,
publications and community service, Proceedings of 3rd International Conference on
Information Technology, Computer, and Electrical Engineering, ICITACEE 2016, pp. 1–5.

Shodiq, M., Satoto, K. I. and Kridalukmana, R., 2013, Aplikasi Manajemen Beasiswa di
Universitas Diponegoro Berbasis Framework Code Igniter dan MySQL, Jurnal Teknologi
dan Sistem Komputer, Vol.1, no.4, pp. 86–92.

Talitha Fendya, W. dan Chendra Wibawa, S., 2018, Pengembangan Sistem Kuesioner Daring
Dengan Metode Weight Product Untuk Mengetahui Kepuasan Pendidikan Komputer Pada
Lpk Cyber Computer, It-Edu, Vol.3, pp. 45–53.

Walia, S. dan Gill, S., 2014, A Framework for Web Based Student Record Management
System using PHP, International Journal of Computer Science and Mobile Computing ISSN
2320–088X, Vol.3, no.8, pp. 24–33

61
PERANCANGAN SISTEM INFORMASI LAYANAN KALIBRASI

Adhityana Cahya Desyandari1) dan Hamidatul Husna Matondang2)


1)
Sekolah Tinggi Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (STMKG)
dhityana2312@gmail.com
2)
BMKG
hamidatul.husna@bmkg.go.id

ABSTRACT
The development of information technology is triggered by the need for fast, precise, and
accurate information. Information technology affects almost all aspects of human life. Today,
various organizations are developing information technology in data processing and
organizational management in order to provide effective and efficient information services.
Therefore, research was conducted on the desktop-based Calibration Service Information
System Design which was designed using the Java programming language on Netbeans
software and MySQL as databases. This research is devoted to processing calibration service
data, as well as calculating the correction value and tool uncertainty which was previously
carried out separately using Microsoft Word and Microsoft Excel, so that it can be processed
automatically using an application and all data is integrated in a database. Application testing
is done using acceptance testing. The results obtained from alpha and beta testing give a
quality value of 83.93 with grade A (very good) which indicates that every feature provided by
the application can run well.
Keywords: desktop application, calibration, automatic, information technology, integrated

ABSTRAK
Perkembangan teknologi informasi dipicu oleh kebutuhan informasi yang cepat, tepat, dan
akurat. Teknologi informasi berpengaruh pada hampir seluruh aspek kehidupan manusia.
Dewasa kini, berbagai organisasi melakukan pengembangan teknologi informasi dalam
pengolahan data dan manajemen organisasi agar dapat menyediakan layanan informasi yang
efektif dan efisien. Oleh karena itu, dilakukan penelitian mengenai Perancangan Sistem
Informasi Layanan Kalibrasi berbasis desktop yang dirancang menggunakan bahasa
pemrograman Java pada perangkat lunak Netbeans dan database MySQL. Penelitian ini
dikhususkan untuk melakukan pengolahan data pelayanan kalibrasi, serta menghitung nilai
koreksi dan ketidakpastian alat yang sebelumnya dilakukan secara terpisah menggunakan
Microsoft Word dan Microsoft Excel, sehingga dapat diolah secara otomatis menggunakan
aplikasi dan seluruh datanya terintegrasi pada sebuah database. Pengujian aplikasi dilakukan
menggunakan acceptance testing. Hasil yang diperoleh dari pengujian alpha dan beta
memberikan nilai kualitas sebesar 83,93 dengan grade A (sangat baik) yang menunjukkan
bahwa setiap fitur yang diberikan oleh aplikasi dapat berjalan dengan baik.
Kata kunci: aplikasi desktop, kalibrasi, otomatis, teknologi informasi, terintegrasi

PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi informasi memberikan banyak manfaat di era Revolusi Industri 4.0.
Deputi Hammam (2018), menyatakan bahwa Era Revolusi Industri 4.0 perlu ditopang oleh

62
teknologi dan sudah mulai mengubah wajah peradaban manusia (Presiden Joko Widodo,
2018). Kemajuan teknologi merupakan salah satu perubahan besar yang terjadi pada
Revolusi Industri 4.0. Hal ini ditandai dengan teknologi informasi yang telah menjadi basis
kehidupan manusia dan mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat, ditunjang oleh
adanya peningkatan pendapatan, proses produksi yang semakin efektif dan efisien, teknologi
yang dapat meminimalisir berbagai resiko usaha, serta akses informasi yang semakin mudah
(Nugroho dkk., 2018). Manfaat teknologi informasi dapat dilihat dalam penelitian-penelitian
sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Hidayat & Shabrina (2018), menggunakan
perangkat lunak Netbeans dan MySQL untuk membuat aplikasi pengolahan data kegempaan
gunung api yang sebelumnya diolah menggunakan Miscrosoft Excel memberikan kemudahan
dan efisiensi dalam pengolahan data. M. Razif, J. dkk., (2019), juga menyatakan bahwa
teknologi informasi memberikan keuntungan bagi pengguna karena membantu mengurangi
kesalahan dalam proses input data manual yang diimplementasikan dalam pembuatan web
Sistem Informasi Pascasarjana, menggantikan pengolahan menggunakan Microsoft Excel.
Sistem infomasi juga menjadikan arus informasi dan proses kerja menjadi semakin cepat.
Manfaat ini dirasakan oleh Wibowo dkk., (2020), dalam penelitian mengenai Sistem Informasi
Enterprise Integrasi Logistik Data pada PT. Pos Indonesia Jakarta Selatan yang pengolahan
sebelumnya masih dilakukan dengan menulis data dalam buku penerimaan, lalu dimasukkan
pada spreadsheet. Penelitian-penelitian tersebut memberikan gambaran banyaknya manfaat
yang diberikan oleh teknologi informasi mulai dari kemudahan dan efisiensi dalam proses
produksi, meminimalisir terjadinya kesalahan, hingga membuat proses kerja menjadi lebih
cepat. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian tentang pembuatan aplikasi sistem
informasi manajemen laboratorium menggunakan database penyimpanan MySQL dan
bahasa pemrograman Java, serta diolah pada perangkat lunak Netbeans dengan melakukan
analisis kebutuhan pada Perancangan Sistem Informasi Layanan Kalibrasi. Aplikasi ini
diharapkan mampu menghasilkan suatu pengolahan data yang terintergasi dan dapat
dilakukan secara otomatis melalui sebuah komputer, sehingga memberikan kemudahan dan
efisiensi bagi petugas dalam melakukan pengolahan data, dan mengurangi risiko kesalahan
yang ditimbulkan.

METODE

Penelitian ini mengambil studi kasus pada Laboratorium Kalibrasi di Balai Besar Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika Wilayah III Denpasar. Diawali dengan dilakukannya analisis
kebutuhan sistem sebagai tahap dasar dalam pengembangan sistem yang menentukan
bentuk dan keberhasilan sistem yang akan dibangun. Terdiri atas analisis kelemahan sistem
lama dan pengembangan yang akan dilakukan pada sistem yang baru, serta analisis PIECES
(performance, information, economy, control, efficiency, dan services) untuk menemukan
masalah utama dalam memahami kebutuhan pada sistem yang akan dibuat, dan
memutuskan pengembangan apa yang perlu dan tidak perlu dilakukan.

Dari analisis kebutuhan yang telah dibuat, dirancang blok diagram sistem yang terdiri atas tiga
tahapan yaitu input, proses, dan output yang dijabarkan pada gambar 1.

63
Gambar 1. Blok Diagram Sistem

Selanjutnya, dilakukan analisis use case yang menjelaskan tentang kegiatan yang dilakukan
oleh aktor di dalam sistem. Dalam penelitian ini diagram use case terbagi menjadi dua buah
aktor yaitu sebagai petugas pelayanan dan petugas kalibrasi yang dijabarkan pada gambar 2
dan 3.

Gambar 2. Use Case Diagram Petugas Pelayanan

64
Gambar 3. Use Case Diagram Petugas Kalibrasi

Diagram use case tersebut dapat digunakan sebagai acuan selanjutnya untuk pembuatan
pemodelan database yang dibangun menggunakan perangkat lunak MySQL dan
implementasi pembuatan aplikasi desktop diantaranya pembuatan antarmuka dan fitur-fitur di
dalamnya yang dibangun menggunakan perangkat lunak Java Netbeans.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pelayanan pada laboratorium kalibrasi yang saat ini digunakan dibuat secara manual
menggunakan Microsoft Word untuk formulir Surat Permohonan Kalibrasi Alat (SPKA), Surat
Perintah Kerja Kalibrasi Alat (SPKKA), dan Surat Tanda Terima (STT), serta menggunakan
Microsoft Excel untuk formulir Lembar Hasil Kalibrasi Sementara (LHKS) dan Perhitungan
Kalibrasi. Contoh form pelayanan dan kalibrasi yang masih dibuat secara manual ditunjukkan
pada gambar 4 dan 5.

65
Gambar 4. Contoh Formulir Surat Permohonan Kalibrasi Alat

Gambar 5. Contoh Formulir Pengolahan Data Kalibrasi

Dari kedua contoh formulir tersebut dapat kita ketahui bahwa setiap data harus ditulis secara
manual dengan mengetikkan satu-persatu data yang dibutuhkan. Hal ini tentu memberikan
risiko yang lebih besar akan terjadinya kesalahan dalam penulisan, terjadinya human error
akibat salah tekan atau salah hapus yang dikhawatirkan dapat mengubah data hasil
perhitungan ketidakpastian kalibrasi yang ditunjukkan pada Gambar 5. Penyimpanan file
dilakukan secara terpisah, sehingga lebih menyulitkan petugas untuk mencari file yang sudah
disimpan sebelumnya. Selain itu, data yang sudah ada pada form pelayanan harus ditulis
ulang pada form kalibrasi, sehingga pembuatan dokumen memerlukan waktu yang lebih lama.

Oleh karena itu penulis membuat aplikasi berbasis desktop yang dapat digunakan untuk
menambah, menyimpan, mencari, mengubah, menghitung data, sampai pada pembuatan
surat dan laporan yang terintegrasi dan dilakukan secara otomatis melalui sebuah komputer,
dimana aplikasi tersebut dapat diakses oleh seluruh petugas.

Aktor pada aplikasi terbagi menjadi dua yaitu petugas pelayanan dan petugas kalibrasi
dimana masing-masing petugas memiliki username dan password yang digunakan untuk
login pada aplikasi. Petugas pelayanan dapat mengakses tiga buah menu yaitu menu File
yang terdiri atas halaman Tarif Alat dan Manajemen User, menu Transaksi terdiri atas
halaman SPKA, SPKKA, dan STT, serta menu Riwayat yang terdiri atas halaman Riwayat
SPKA, SPKKA, dan STT seperti yang ditunjukkan pada gambar 6.

66
Gambar 6. Gambar Halaman Utama Petugas Pelayanan

Dari salah satu Formulir Surat Permohonan Kalibrasi Alat pada menu utama petugas
pelayanan yang ditunjukkan pada gambar 7, petugas dapat melakukan penambahan data
baru, menyimpan data, dan mencetak laporan. Data sebelumnya yang sudah tersimpan,
ditampilkan pada halaman Form Surat Permohonan Kalibrasi Alat yang terdiri atas nomor
order, nama alat, dan pemilik alat, sehingga petugas dapat langsung mengetahui urutan
nomor order selanjutnya. Form tersebut telah terintegrasi dengan database alat beserta
tarifnya dan data petugas, sehingga tidak perlu menuliskan satu-persatu. Kolom tarif, nama
pemeriksa, dan nama penerima akan terisi secara otomatis dengan menekan salah satu data
pada tabel. Apabila seluruh data telah terisi, petugas dapat menyimpan data dengan menekan
tombol Simpan, dan menekan tombol Cetak untuk mencetak Surat Permohonan Kalibrasi
Alat.

Gambar 7. Gambar Halaman Formulir Surat Permohonan Kalibrasi Alat

Menu utama untuk petugas kalibrasi ditunjukkan pada gambar 8 yang terdiri dari menu File
untuk mengelola data petugas, menu Standar untuk mengelola data alat standar yang
digunakan, dan menu Suhu, Tekanan, Angin, Kelembaban, dan Curah Hujan untuk
melakukan proses perhitungan hasil kalibrasi sesuai parameter yang digunakan.

67
Gambar 8. Menu Utama Petugas Kalibrasi

Pengolahan data hasil kalibrasi terbagi menjadi dua, yaitu pengolahan pada form LHKS yang
ditunjukkan pada gambar 9, dan perhitungan ketidakpastian hasil kalibrasi yang ditunjukkan
pada gambar 10. Halaman utama LHKS terintegrasi dengan data pada SPKA pada Gambar
7, diantaranya nomor order, nama alat, pemilik, nomor id, dan nomor seri. Sedangkan,
halaman form perhitungan terintegrasi dengan data LHKS dan data alat standar. Pada form
LHKS dan perhitungan kalibrasi hampir seluruh datanya berupa angka, apabila pada kolom
yang seharusnya terisi angka tetapi terdapat kesalahan mengisinya dengan huruf abjad, maka
akan muncul notifikasi bahwa pengisian kolom yang dituju harus dengan angka. Selain itu
apabila terdapat kolom yang belum terisi, data pada form LHKS tidak dapat disimpan,
sedangkan pada form perhitungan kalibrasi apabila terdapat data kosong, sistem tidak akan
dapat memulai perhtiungan dan muncul notifikasi yang menyatakan bahwa kolom yang dituju
harus diisi. Form Perhitungan Kalibrasi sebagian kolomnya disable atau tidak dapat dilakukan
pengetikan karena datanya terisi secara otomatis dan sebagian merupakan hasil perhitungan.
Hal ini dilakukan guna meminimalisir terjadinya human error.

Gambar 9. Contoh Halaman Form LHKS Parameter Suhu

68
Gambar 10. Contoh Halaman Form Perhitungan Parameter Suhu

Aplikasi diuji menggunakan acceptance testing yaitu dengan pengujian alpha dan beta.
Pengujian alpha merupakan pengujian pada tahap akhir yang dilakukan sebagai simulasi dari
penggunaan sistem oleh pengguna. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menghindarkan
sistem dari adanya kecacatan ataupun kegagalan saat digunakan. Pengujian terbagi menjadi
dua yaitu pengujian hak akses petugas pelayanan dan pengujian hak akses petugas kalibrasi
dengan memeriksa satu persatu fitur pada setiap menu apakah dapat berjalan sesuai dengan
tujuan.

Pengujian beta dilakukan kepada pengguna sesungguhnya dengan menggunakan kuesioner


untuk dapat memonitor kesalahan yang terjadi dan perbaikan yang dibutuhkan pada sistem.
Pengujian ini dapat menentukan apakah sistem dapat diterima atau harus dikaji kembali.
Kuesioner terdiri dari lima buah pertanyaan yang diajukan kepada 14 orang teknisi di Sub
Bidang Instrumentasi dan Kalibrasi Balai Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
Wilayah III Denpasar. Terdapat 5 buah pertanyaan dalam bentuk pernyataan yang diajukan
kepada responden yaitu:
1. Seluruh pengolahan data dapat dilakukan hanya dengan menggunakan sebuah aplikasi.
2. Pengolahan data menggunakan aplikasi Sistem Informasi Layanan Kalibrasi dapat
dilakukan secara otomatis.
3. Perhitungan data menggunakan aplikasi Sistem Informasi Layanan Kalibrasi dapat
dilakukan secara otomatis dan dapat meminimalisir terjadinya human error.
4. Sebelum adanya aplikasi Sistem Informasi Layanan Kalibrasi, supervisi saat ini dilakukan
dengan menempelkan tanda tangan.
5. Pada aplikasi Sistem Informasi Layanan Kalibrasi rekaman data SPKA, SPKKA, Surat
Tanda Terima, dan Sertifikat Kalibrasi dapat tersimpan pada sebuah database.

Berdasarkan kuesioner yang diberikan kepada 14 responden didapatkan hasil yang


ditampilkan pada tabel berikut:

Tabel 1. Pengolahan Data Pengujian Beta


Nilai Unsur Penilaian 1 = Tidak
Nomor Responden
U1 U2 U3 U4 U5 setuju
1 3 3 3 3 3 2 = Kurang
2 3 3 3 3 3 setuju

69
3 2 4 3 3 3 3 = Setuju
4 4 3 3 3 4 4 = Sangat
5 4 4 4 3 4 setuju
6 4 4 4 3 4
7 3 3 3 3 3
8 3 3 3 3 3
9 3 3 4 3 3
10 4 4 4 3 4
11 4 3 4 4 4
12 3 4 3 3 3
13 4 4 4 4 4
14 3 3 3 3 3
Nilai/Unsur 3,35714 3,42857 3,42857 3,14286 3,42857 16,78571429
NRR Tertimbang
0,67142 0,68571 0,68571 0,62857 0,68571 3,357142857
Unsur
IKP 83,92857143

Hasil penilaian dari empat belas orang responden, didapatkan nilai Indeks Kepuasan
Pelanggan (IKP) sebesar 83.93 dari hasil perhitungan 𝐼𝐾𝑃 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑑𝑎𝑛 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑝𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑟 𝑈𝑛𝑠𝑢𝑟
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑛𝑠𝑢𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑇𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖
 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 dengan nilai mutu pada grade A (Sangat
Baik) yang berada diantara rentang 81.26 - 100.00. Hal ini menyatakan bahwa sistem yang
dibangun dapat memberikan kemudahan dalam pengolahan data kalibrasi, mengurangi
terjadinya human error, dan memberikan efisiensi dalam pengelolaan database.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kesimpulan

Kesimpulan yang dihasilkan dari hasil pengujian dan validasi pada penelitian ini antara lain:
1. Aplikasi Sistem Informasi Layanan Kalibrasi berbasis desktop dengan Java Netbeans
yang terintegrasi dengan MySQL telah berhasil dibuat dan dapat di-install pada komputer
dengan meng-install setup.exe.
2. Rekaman Surat Permohonan Kalibrasi Alat (SPKA), rekaman Surat Perintah Kerja
Kalibrasi Alat (SPKKA), rekaman Surat Tanda Terima (STT), rekaman Laporan Hasil
Kalibrasi Sementara (LHKS), rekaman data mentah hasil kalibrasi alat, dan rekaman hasil
perhitungan kalibrasi dapat disimpan pada sebuah database yang dibuat dengan
MySQL.
3. Aplikasi Sistem Informasi Layanan Kalibrasi dapat melakukan pengolahan data secara
otomatis dan dapat menghasilkan Surat Permohonan Kalibrasi Alat (SPKA), Surat
Perintah Kerja Kalibrasi Alat (SPKKA), Surat Tanda Terima (STT), Laporan Hasil
Kalibrasi Sementara (LHKS), dan Sertifikat Kalibrasi.
4. Perhitungan koreksi dan ketidakpastian kalibrasi alat dapat dilakukan secara otomatis
menggunakan aplikasi Sistem Informasi Layanan Kalibrasi.

70
Rekomendasi

Perancangan aplikasi Sistem Informasi Layanan Kalibrasi belum sepenuhnya sempurna baik
dari sisi tampilan maupun fitur yang tersedia. Kekurangan dari penelitian ini diharapkan dapat
diperbaiki dan dikembangkan pada penelitian selanjutnya. Beberapa saran untuk
pengembangan selanjutnya antara lain:
1. Pengolahan data Surat Permohonan Kalibrasi Alat (SPKA) akan lebih baik bila dalam
satu nomor order dapat mengelola lebih dari satu jenis parameter.
2. Kebijakan instansi yang belum memenuhi adanya electronic sign menyebabkan seluruh
surat harus dicetak dan disahkan menggunakan tanda tangan basah. Kedepannya
instansi dapat mengatur adanya tanda tangan dengan electronic sign.
3. Ditambakan fitur cetak riwayat data pada masing-masing petugas untuk memudahkan
rekapitulasi jumlah dokumen yang pernah dibuat oleh masing-masing petugas.
4. Desain aplikasi lebih user friendly, sehingga lebih mudah dipahami oleh user.
5. Aplikasi dapat dikembangkan dalam bentuk online, sehingga dapat digunakan apabila
diperlukan dilakukan pelayanan tanpa tatap muka.

REFERENSI

Administrator. (2018, November 27). BPPT: Mitigasi Bencana Dengan Teknologi. Diakses dari
https://www.bppt.go.id/berita-bppt/bppt-mitigasi-bencana-dengan-teknologi

Hidayat, A., & Shabrina, A. F., 2018, Rancang Bangun Aplikasi Perhitungan Grafik dan Energi
Aktivitas Kegempaan Gunungapi Berbasis Java dan MySQL, Jurnal Manajemen
Informatika, 5(2), [Jurnal], (http://jurnal.stmik-
dci.ac.id/index.php/jumika/article/view/335/407, diakses tanggal 12 November 2020)

Al Fatta, Hanif. Analisis dan Perancangan Sistem Informasi (Untuk. Keunggulan Bersaing
Perusahaan dan Organisasi Modern). Penerbit. Andi, Yogyakarta, 2007.

M. Razif, J., M., Aisar, M. M. I., Fauzi, S. S. M., M. Nabil, F. J., Gining, R. A. J. M., Suali, A.
J., & Sobri, W. A. W. M., 2019, The Development of a Web-Based Student Support
System Using Java Server Pages and MySQL, Journal of Physics: Conference Series,
1529(3), [Jurnal], (https://doi.org/10.1088/1742-6596/1529/3/032082, diakses tanggal 1
November 2020)

Nugroho, A. A., Astuti, D. S. P., & Kristianto, D., 2018, Pengaruh Teknologi Informasi,
Kemampuan Teknik Pemakai, Dukungan Manajemen Puncak dan Kompleksitas Tugas
Terhadap Kinerja Sistem Informasi Akuntansi, Jurnal Akuntansi Dan Sistem Teknologi
Informasi, Vol. 14, 507–518, [Jurnal],
(https://ejurnal.unisri.ac.id/index.php/Akuntansi/article/view/2967, diakses tanggal 21
Januari 2021)

Wibowo, H., Frastian, N., & Huda, D. N., 2020, Perancangan Aplikasi Sistem Informasi
Enterprise Integrasi Logistik Data Pada Pt Pos Indonesia Jakarta Selatan Berbasis Java
Netbeans, Journal of Information System, Informatics and Computing, 4(1), 17–24,
[Jurnal], (http://journal.stmikjayakarta.ac.id/index.php/jisicom/article/view/204, diakses
tanggal 11 Desember 2020)

71
STUDI TEKNIK KOMBINATORIAL UNTUK PENERAAN TIMBANGAN JEMBATAN
MENGGUNAKAN MINIATUR TIMBANGAN

Elva Mariyana
Balai Standardisasi Metrologi Legal Regional III
elva.mryn@gmail.com

ABSTRACT
Weighbridge are classified as Non-Automatic Weighing Instruments. The main problem are in
calibrating this type of weighing instruments is the amount of available mass standards and their
transportation. The alternative method offered to overcome these problems is the combinatorial
method. This study aims to determine the accuracy of the combinatorial method using a
minimum standard mass. The weighing instruments capacity 15 kg with an accuracy class III
is used as a miniature weighbridge. 5 loads/ballasts are used with a value of Q1 = 0.506 kg; Q2
= 2.711 kg; Q3 = 5,824 kg; Q4 = 6.542 kg and Q5 = 7.918 kg. Evaluation of the validity of the
results was carried out by comparing the value of the error and uncertainty of the scales with
the value of the MPE (Maximum Permissible Error) of the weighing instruments and the
standard mass method. From the research it is known that the combinatorial method can be
used to determine compliance/non-compliance decision of the weighing instruments in re-
verification activities with a 95% confidence level to a measuring range of 0.8 Max scales and
a 90% confidence level for a larger measuring range. The standard mass up to 1% in the
combinatorial method can still be used to determine the validity of the weighing instruments
with a 90% confidence level.
Keywords: Verification, Weinghing Instruments, Mass.

ABSTRAK
Timbangan jembatan termasuk jenis timbangan non otomatis kelas ketelitian III. Permasalahan
utama pada peneraan timbangan jenis ini adalah pada ketersediaan anak timbangan standar
dan transportasinya. Metode alternatif yang ditawarkan untuk mengatasi permasalahan
tersebut yakni dengan metode kombinatorial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
keakurasian metode kombinatorial dengan menggunakan massa standar secara minimum.
Digunakan timbangan kapasitas 15 kg dengan kelas ketelitian III sebagai miniatur timbangan
jembatan. Ballast yang digunakan sebanyak 5 unit bernilai Q1 = 0,506 kg; Q2 = 2,711 kg; Q3
= 5,824 kg; Q4 = 6,542 kg dan Q5 = 7, 918 kg. Evaluasi keabsahan hasil dilakukan dengan
membandingkan nilai kesalahan dan ketidakpastian timbangan dengan nilai BKD (Batas
Kesalahan yang Diijinkan) timbangan dan metode massa standar. Dari penelitian diketahui
metode kombinatorial dapat digunakan untuk menentukan keabsahan timbangan pada
kegiatan tera ulang dengan tingkat kepercayaan 95% sampai rentang ukur 0,8 Max timbangan
dan tingkat kepercayaan 90% untuk rentang ukur yang lebih besar. Massa standar sampai
dengan 1% pada metode kombinatorial masih dapat digunakan untuk menentukan keabsahan
timbangan dengan tingkat kepercayaan 90%.
Kata Kunci: Peneraan, timbangan, massa.

72
PENDAHULUAN

Timbangan jembatan adalah timbangan jenis non otomatis berkapasitas besar [1]. Di
Indonesia, timbangan ini umumnya digunakan untuk transaksi perdagangan di industri kelapa
sawit dan pertambangan [2,3,4,5]. Kegiatan peneraan dilakukan setiap tahunnya, untuk
menjamin keakuratan hasil pengukuran [6]. Permasalahan utama dalam peneraan timbangan
jembatan adalah pada transportasi [2] dan ketersediaan jumlah anak timbangan standar yang
digunakan. Lokasi timbangan yang jauh dengan medan yang ekstrim menyebabkan sulitnya
pengangkutan. Selain itu, anak timbangan standar yang dimiliki Unit Metrologi Legal (UML)
dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) juga terbatas [7].

Metode alternatif yang bisa digunakan dalam peneraaan timbangan jembatan adalah dengan
metode substitusi. Pada metode ini, digunakan ballast (benda bukan standar) yang memiliki
nilai massa yang telah ditentukan seperti 1 ton, 2 ton, 4 ton, dst. Menurut OIML R-76 [8],
jumlah anak timbangan standar yang digunakan bisa direduksi menjadi 20% dari kapasitas
timbangan yang diuji. Sementara menurut peraturan di Indonesia, anak timbangan yang
digunakan bisa direduksi menjadi 10% dari kapasitas timbangan, dengan syarat-syarat
tertentu [1]. Pelaksanaan metode substitusi susah diterapkan di lapangan. Hal ini berkaitan
dengan penyediaan ballast dengan nilai massa yang sudah ditentukan dan peletakkan ballast
ke timbangan. Penelitian terbaru sudah mengembangkan peralatan berupa truk dan loader
yang dirancang sebagai ballast untuk meminimalisir penggunaan tenaga manusia [9,10].

Solusi lain yang baru-baru ini dikembangkan yakni penggunaan metode kombinatorial dalam
peneraan timbangan jembatan. Metode ini menggunakan beberapa buah truk sebagai ballast
yang dikombinasikan untuk mencapai/mendekati nilai massa tertentu. Metode kombinatorial
awalnya digunakan untuk kalibrasi jembatan resistansi pada thermometry [11], yang
kemudian dikembangkan untuk kalibrasi timbangan dengan kapasitas besar [12]. Metode
kombinatorial memberikan keuntungan karena bisa diterapkan secara praktis dengan hasil
dan ketidakpastian yang masih akurat dibandingkan dengan hasil dari metode dengan anak
timbangan standar dan metode substitusi pada penggunaan anak timbangan standar sebesar
10% [13]. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa penggunaan anak timbangan standar bisa
diminimalisir sampai dengan 5% dari kapasitas timbangan [14]. Penelitian tersebut
menggunakan kombinasi 3 ballast. Nilai kesalahan penunjukan beserta ketidakpastiannya
dibandingkan secara grafik dengan Batas Kesalahan yag Diijinkan (BKD) untuk menentukan
sah/tidaknya suatu timbangan.

Adapun pada penelitian ini telah dievaluasi penggunaan metode kombinatorial dengan
kombinasi 2 ballast untuk mengetahui keakuratan hasil pengujian. Penggunaan 2 ballast
didasarkan pada keadaan di lapangan dimana ada ukuran timbangan jembatan yang pendek
yakni berkisar antara 6 m – 7,5 m [15]. Penelitian dilakukan dengan mengubah-ubah jumlah
anak timbangan standar yang digunakan, sehingga penggunaan anak timbangan dapat
diminimalisir tapi masih memberikan hasil yang akurat dalam penentuan keabsahan
timbangan. Objek penelitian adalah berupa miniatur dari timbangan jembatan yakni
timbangan elektronik kelas akurasi III kapasitas 15 kg. Penggunaan timbangan ini
dikarenakan memiliki kelas akurasi yang sama dengan timbangan jembatan. Selain itu pada
penelitian Foyer (2016) menunjukkan bahwa penggunaan timbangan dengan daya baca dan
kapasitas yang berbeda meskipun kelas akurasi berbeda pun akan menghasilkan deviasi

73
kesalahan penunjukan yang kecil ([E] < 1) ketika dilakukan penimbangan untuk objek yang
sama [16].

METODE PENELITIAN

Peralatan dan bahan

Objek pada penelitian ini yakni timbangan elektronik kelas akurasi III. Berikut adalah
karakteristik dari timbangan yang diuji:
• Merek: Mettler Toledo
• Model : IND 221- Wild Cat
• Nomor seri: 00198996LJ
• Kapasitas maksimum: 15 kg
• Resolusi: 1 g
• Kelas Akurasi: Medium OIML III

Untuk peneraan digunakan 1 set massa standar dan 5 unit ballast dengan karakteristik:

a. Massa Standar
• Nilai nominal: 10 g – 10 kg
• Kelas ketelitian: OIML M1 1
• Densitas: 4 782 kg / m3

b. Ballast dibuat dari batako dengan nilai nominal Q1 = 0,506 kg; Q2 = 2,711 kg; Q3 =
5,824 kg; Q4 = 6,542 kg dan Q5 = 7, 918 kg.

Penelitan dilakukan di Laboratorium Suhu dan BDKT Balai Standardisasi Metrologi Legal
Regional III Banjarbaru. Penelitian dikondisikan pada temperatur 240 ± 100 C dan kelembaban
50% ± 10%.

Gambar 1. Set up pengujian dengan metode kombinatorial

Metode pengukuran dan analisis data

Pada penelitian ini dilakukan serangkaian pengukuran dan analisis seperti yang ditunjukkan
pada gambar 2 berikut.

74
Gambar 2. Desain evaluasi metode kombinatorial untuk pengujian kebenaran timbangan

Pengujian kebenaran merupakan salah satu tahap pengujian dalam peneran timbangan.
Keputusan sah atau tidaknya hasil peneraan salah satunya ditentukan pada tahap ini. Apabila
nilai kesalahan (error) timbangan masih berada dalam rentang Batas Kesalahan yang
Diijinkan (BKD), maka berarti timbangan lolos pada tahap uji ini. Jika sebaliknya, maka berarti
timbangan tersebut batal atau tidak sah digunakan. Tabel 1 menunjukkan ketentuan
mengenai batas kesalahan penunjukan didasarkan pada kelas timbangan.

Tabel 1. Batas Kesalahan yang Diizinkan (BKD) untuk pengujian kebenaran


Sumber: OIML R76-1, 1992

BKD Kelas I (khusus) Kelas II (halus) Kelas III Kelas IIII (biasa)
(sedang)
±0,5 e • 0 ≤ m ≤50.000 • 0 ≤ m ≤5.000 • 0 ≤ m ≤500 • 0 ≤ m ≤50
±1,0 e • 50.000< m ≤
• 5.000<m≤ 20.000 • 500<m ≤ 2.000• 500 < m ≤ 200
200.000
±1,5 e • 200.000 < m • 20.000 < m • 2.000 < m • 200 < m
Timbangan dengan kelas yang sama berarti memiliki batas kesalahan yang sama tergantung
dari nilai skala verifikasi timbangan tersebut. Tabel 1 berlaku untuk kegiatan tera, sedangkan
untuk tera ulang BKD-nya adalah 2 kali dari nilai di Tabel 1.

Pengujian kebenaran dilaksanakan pada keseluruhan range pengukuran [21]. Jika max
adalah kapasitas maksimum timbangan, maka pengujiannya dilakukan pada titik-titik yang
mendekati 0,125 Max, 0,25 Max, 0,5 Max dan 0,8 Max. Pada penelitian ini, pengujian
kebenaran dievaluasi dengan metode :
a. Massa Standar
Pengujian dilakukan dengan menggunakan anak timbangan standar kelas akurasi M1
dengan massa 2 kg, 4 kg, 8 kg dan 12 kg. Penggunaan metode kombinatorial akan
dievaluasi dengan hasil dari dari metode massa standar.

75
b. Kombinatorial
Pada teknik kombinatorial digunakan kombinasi ballast yang ditempatkan pada timbangan
untuk mencapai nilai massa tertentu. Secara teoritis, apabila dimiliki n jumlah ballast
tersedia untuk ditempatkan ke timbangan dengan jumlah r, maka jumlah kombinasi ballast
(𝑛𝐶𝑟 ) menjadi :

𝑛! (1)
𝑛𝐶𝑟 =
𝑟! (𝑛 − 𝑟)!
Pada penelitian ini digunakan 5 unit ballast untuk ditempatkan maksimal sebanyak 2 unit ke
timbangan. Dengan demikian jumlah kombinasi ballast yang dihasilkan sebanyak 28 buah.

Dasar dari teknik kombinatorial adalah perbandingan penunjukan skala untuk kombinasi
beban yang berbeda akan menghasilkan informasi yang berbeda karena adanya sifat non
linearitas non skala [14]. Sebagai ilustrasi jika dilakukan penimbangan dengan timbangan
dengan daya baca 1 g, masing-masing terhadap benda A dan benda B akan menampilkan
hasil:

mA = 5,272 kg dan mB = 2,1002 kg


(2)

Namun ketika benda A dan benda B ditimbang secara bersamaan maka timbangan
menunjukkan mA+B = 7,379 kg, sehingga

mA+B - (mA + mB) = 4 g


(3)

Jika respons skalanya linear maka diharapkan persamaan (3) akan menghasilkan 0. Namun
pada kenyataannya pengamatan menunjukkan adanya informasi non linearitas skala pada
timbangan. Hal ini terjadi karena adanya akumulasi acak dari kesalahan penunjukan
timbangan karena ketidaktetapan (repeatability), diskriminasi dan eksentrisitas. Oleh karena
itu pada teknik kombinatorial, kesalahan timbangan E(r) dimodelkan dengan persamaan
polinomial orde 3 berbentuk [10],

E(r) = Ar + Br2 + Cr3


(4)
Dimana A, B dan C adalah konstanta yang dihitung dengan analisis kuadrat terkecil (least-
squares analysis).

Di dalam setiap pengukuran akan selalu menghasilkan dan disertai dengan ketidakpastian.
Ketidakpastian menyatakan seberapa besar simpangan hasil ukur dari nilai benar yang
seharusnya [13]. Pada penelitian ini nilai kesalahan E(r) yang dihasilkan dari tenik kombinasi
akan dievaluasi dengan nilai ketidakpastiannya. Adapun persamaan ketidakpastian untuk
setiap beban r diekspresikan dengan persamaan

𝑟 𝑢2
𝑢(𝑟) = √3,6 𝑅 + 𝑢𝑀
2 (5)
𝑀 𝑛𝐶𝑟

76
dimana uM adalah ketidakpastian dari massa standar M, 𝑛𝐶𝑟 jumlah kombinasi ballast dan
uR ketidakpastian dari ballast. Nilai uM dapat diabaikan karena nilainya yang sangat kecil
dibandingkan nilai uR. Untuk timbangan yang terpasang dengan baik, diperkirakan nilai uR =
0,25 d dalam kasus terburuk [14]. Oleh karena itu persamaan (5) dapat disederhanakan
menjadi
𝑟𝑑
𝑢(𝑟) = 0.08964 (6)
𝑀
Jika dinyatakan sebagai ketidakpastian diperluas u(r) dengan tingkat kepercayaan 95%,
persamaan (6) menjadi
𝑟𝑑
𝑈(𝑟) = 0,07171 (7)
𝑀
Gambar 3 berikut merupakan ilustrasi skematik tentang evaluasi teknik kombinatorial
dalam hubungannya dengan nilai ketidakpastian.

Gambar 3. Grafik nilai kesalahan dengan ketidakpastian yang diperluas dan


hubungannya dengan Batas Kesalahan yang Diijinkan (BKD)
Sumber : Kyaw M.O, 2020

Kurva dengan garis tebal menunjukkan nilai kesalahan E(r) yang didekati dengan polnomial
orde 3. Sementara itu, kurva dengan garis putus-putus menunjukkan ketidakpastian yang
diperluas dengan level kepercayaan 95%. Garis mendatar atas dan bawah adalah nilai BKD
untuk timbangan tersebut. Dari gambar tersebut dapat disimpulkan mengenai tingkat
kepercayaan dalam pengesahan alat ukur menggunakan metode kombinatorial. Pada daerah
yang tanpa diarsir, nilai kesalahan dan ketidakpastian timbangan berada seluruhnya di bawah
BKD, yang artinya keabsahan alat ukur dapat dicapai dengan tingkat kepercayaan yang tinggi.
Sementara itu pada daerah yang diarsir terang, keputusan sah/batalnya timbangan hanya
dapat dicapai dengan tingkat kepercayaan yang rendah. Artinya kalau fenomena ini terjadi
pada penelitian, teknik/metode yang digunakan dinilai kurang akurat untuk data pada rentang
tertentu. Sedangkan pada daerah ke-3 yang diarsir gelap, batal/tidak sahnya timbangan
dinyatakan dengan level kepercayaan yang tinggi, karena kurva garis tebal dan putus-putus
berada seluruhnya di luar garis BKD.

77
HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keakuratan dari metode kombinatorial dalam
menentukan sah atau batalnya suatu timbangan. Variabel bebas yang divariasikan yakni
jumlah massa standar yang digunakan untuk pengujian kebenaran. Evaluasi terhadap hasil
pengujian kebenaran dilakukan dengan grafik perbandingan nilai error dan ketidakpastian
terhadap penunjukan timbangan. Gambar 4 menunjukkan hasil pengujian kebenaran dengan
metode massa standar yang dijadikan acuan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa
timbangan lolos dalam pengujian kebenaran karena nilai error dan ketidakpastiannya berada
di bawah Batas Kesalahan yang Diijinkan pada seluruh rentang ukur.
Adapun hasil pengujian kebenaran dengan metode kombinatorial ditunjukkan pada gambar 5
– 7 berikut:

0,0020
Karakteristik Respons Timbangan
0,0015

0,0010

0,0005
Error (kg)

0,0000

-0,0005

-0,0010
y = -8E-07x3 + 2E-05x2 - 0,0002x + 0,0002
-0,0015

-0,0020 Penunjukan (kg)


Beban BKD Ketidakpastian

Gambar 4. Grafik hasil pengukuran menggunakan metode massa standar\

78
Karakteristik Respons Timbangan dengan m = 750 g
0,0040

0,0020
Error (kg)

0,0000

9,2
1,3
3,2
3,5
4,0
6,3
6,6
7,0
7,1
7,8
8,4
8,5
9,2
9,3

10,0
10,6
11,4
12,3
13,1
13,7
14,4
14,5
-0,0020

-0,0040
y = 1E-07x3 - 8E-06x2
-0,0060
Penunjukan (kg)

Beban BKD Tera Ulang BKD Tera Poly. (Ketidakpastian)

(a)
0,0040
Karakteristik Respons Timbangan dengan m = 600 g
0,0030

0,0020

0,0010
Error (kg)

0,0000

-0,0010

-0,0020

-0,0030
y = 7E-08x3 - 7E-06x2 + 9E-05x - 5E-05
-0,0040
Penunjukan (kg)
-0,0050 Beban BKD Tera Ulang BKD Tera Poly. (Ketidakpastian)

(b)
Gambar 5. Grafik hasil pengukuran menggunakan metode kombinasi dengan massa
standar
(a) 5% dari kapasitas timbangan (b) 4% dari kapasitas timbangan

79
0,0040
Karakteristik Respons Timbangan dengan m = 450 g
0,0030

0,0020

0,0010
Error (kg)

0,0000

-0,0010

-0,0020

-0,0030 y = -2E-07x3 + 3E-06x2 - 5E-06x + 4E-05


-0,0040

-0,0050
Penunjukan(kg)
Beban BKD Tera Ulang BKD Tera Poly. (Ketidakpastian)

(a)
0,0040
Karakteristik Respons Timbangan dengan m = 300 g

0,0020
Error (kg)

0,0000

-0,0020

-0,0040 y = -4E-07x3 + 1E-05x2 - 5E-05x

Penunjukan (kg)
-0,0060 Beban BKD Tera Ulang BKD Tera Poly. (Ketidakpastian)

(b)
Gambar 6. Grafik hasil pengukuran menggunakan metode kombinasi dengan massa
standar (a) 3% dari kapasitas timbangan (b) 2% dari kapasitas timbangan

80
0,0040
Karakteristik Respons Timbangan dengan m = 150 g
0,0030

0,0020

0,0010

0,0000
Error (kg)

-0,0010

-0,0020

-0,0030
y = -2E-07x3 + 6E-06x2 - 7E-05x
-0,0040

-0,0050 Penunjukan (kg)


Beban BKD Tera Ulang BKD Tera Poly. (Ketidakpastian)

Gambar 7. Grafik hasil pengukuran menggunakan metode kombinasi dengan massa


standar 1% dari kapasitas timbangan

Titik-titik pengujian didapatkan dari hasil kombinasi ballast. Penunjukan timbangan ditentukan
dengan metode Change Over Point (COP). Titik-titik pengujian dengan massa standar 600
g dapat dilihat pada Tabel 2. Ballast yang digunakan berjumlah 5 unit. Masing-masing ballast
ditimbang per unit untuk menentukan massa sebenarnya sebagai acuan. Kemudian, ballast
ditimbang berdasarkan prinsip kombinasi. Dari hasil kombinasi didapatkan variasi
penimbangan sebanyak 28 kombinasi. Dari hasil kombinasi ballast didapatkan titik
penimbangan dari 0. 6 kg sampai 14.463 kg. Untuk masing-masing kombinasi dihitung error
penunjukannya dengan menggunakan persamaan (3).

Dari penelitian didapatkan bahwa pada semua titik pengujian yang ditunjukkan oleh titik biru
diketahui bahwa timbangan lolos/sah untuk pengujian kebenaran, karena berada dalam area
kurva BKD yang ditunjukkan dengan garis kuning. Di semua grafik yang ditunjukkan oleh
Gambar 5 - 7, nilai error timbangan selalu berada di bawah Batas Kesalahan yang Diijinkan
untuk tera. Namun demikian jika dibandingkan dengan hasil pengujian dengan metode massa
standar maka pengujian dengan metode kombinatorial tidak bisa digunakan untuk
menentukan hasil error sebenarnya. Ada faktor ketidakpastian reproducibility (UR) yang cukup
besar pada setiap penunjukkan. Nilai ketidakpastian tersebut bervariasi pada setiap titik
pengujian karena sebanding dengan nilai penunjukan timbangan r. Oleh karena itu kurva
dengan garis putus-putus hijau yang merupakan ketidakpastian reproducibility, semakin
melebar dengan semakin meningkatnya nilai penunjukan timbangan. Sebagai contoh pada
gambar 5 (a) untuk penunjukan timbangan dengan menggunakan massa standar 750 g ( 5%
dari kapasitas maksimal timbangan), nilai ketidakpastian timbangan berkisar ±0.00300 kg
sampai ± 0.00345 kg. Dalam kegiatan peneraan di Indonesia, hasil pelaporan tera adalah
tentang sah/batalnya timbangan, bukan nilai error sebenarnya. Sehingga secara umum,
metode kombinatorial masih bisa digunakan untuk menentukan keabsahan timbangan.
Penggunaan nilai ketidakpastian pada penelitian ini semata bertujuan untuk mengetahui
tingkat kepercayaan dalam menentukan sah atau batalnya timbangan.

81
Pada nilai penunjukan timbangan yang lebih besar, ketidakpastian reproducibility nilainya
melebihi Batas Kesalahan yang Diijinkan untuk tera. Pada Gambar 5-7 terlihat kurva hijau
ketidakpastian reproducibility berpotongan dengan kurva BKD tera yang berwarna kuning. Hal
ini menunjukkan bahwa keabsahan timbangan hanya dapat dicapai dengan tingkat
kepercayaan yang sangat rendah untuk kegiatan tera. Dari gambar 5 - 7 diketahui bahwa
hanya sampai batas penunjukan timbangan 4 kg, nilai error dan ketidakpastian timbangan
berada di wilayah BKD tera yang ditunjukkan batasnya oleh garis kuning. Oleh karena itu
disimpulkan bahwa metode kombinatorial tidak bisa digunakan untuk menentukan keabsahan
timbangan pada kegiatan peneraan dikarenakan nilai ketidakpastian reproducibility yang
melebihi BKD tera.

Adapun untuk kegiatan tera ulang timbangan, nilai BKDnya lebih besar 2x dari BKD tera. Hal
tersebut ditunjukkan oleh garis merah pada Gambar 5 -.7. Dari Gambar 5 (a) diketahui bahwa
penentuan keabsahan timbangan untuk tera ulang dengan tingkat kepercayaan 95% bisa
dilakukan sampai rentang ukur 13 kg. Pada rentang selanjutnya kurva ketidakpastian berada
di luar wilayah BKD tera ulang. Sedangkan gambar 5 (b) menunjukkan hasil yang serupa,
bahwa keabsahan timbangan dapat ditentukan sampai rentang ukur 12 kg atau 0.8 max.
Untuk rentang ukur yang lebih besar, penentuan keabsahan timbangan dicapai dengan
tingkat kepercayan yang lebih rendah yakni 90%.

Tabel 2. Urutan Pembebanan Kombinasi dengan Massa Standar 600 g dan


Penunjukannya berdasar Metode Change Over Point

82
KESIMPULAN

1. Metode kombinatorial dengan menggunakan massa standar sampai 1% bisa digunakan


untuk menentukan keabsahan timbangan pada kegiatan tera ulang dengan tingkat
kepercayaan 95% sampai rentang ukur 0,8 Max dan dengan tingkat kepercayaan 90%
untuk rentang > 0,8 Max

2. Metode kombinatorial dengan menggunakan massa standar paling besar 5% pun tidak
bisa digunakan untuk menentukan keabsahan timbangan pada kegiatan tera karena faktor
ketidakpastian yang cukup besar
3. Metode kombinatorial tidak bisa digunakan untuk menentukan nilai error sebenarnya dari
timbangan disebabkan nilai ketidakpastian yang cukup besar.

REKOMENDASI

Penelitian lanjutan diperlukan dengan menggunakan berbagai jenis timbangan kapasitas


besar untuk mengetahui keakurasian metode kombinatorial dalam penentuan keabsahan
timbangan.

REFERENSI

Beccera L.O. dkk. 2006, ‘Comparison of Methods for The Weighing Test In Calibration of High
Capacity Non-Automatic Weighing Instruments’, Rio de Janeiro-Brazil, XVIII IMEKO
Worrld Congress Metrology for a Sustainable Development.
BSML Regional I. 2019, ‘Laporan Pelayanan Tera/Tera Ulang Regional I’, Medan.
BSML Regional II. 2019, ‘Laporan Pelayanan Tera/Tera Ulang Regional II’, Yogyakarta.
BSML Regional III. 2019, ‘Laporan Pelayanan Tera/Tera Ulang Regional III’, Banjarbaru.
BSML Regional IV. 2019, ‘Laporan Pelayanan Tera/Tera Ulang Regional IV’, Makassar.
BSML Regional III. 2020, ‘Laporan Verifikasi Standar Ukuran Metrologi Legal Regional III’,
Banjarbaru.
Data Platform Size Timbangan Jembatan MUGI dan Gewinn, data diperoleh melalui situs
internet https://www.mugi.co.id/detail?id=Umhxc2ZDeHlpc1JpYWNIUVdzNG1sZz09 dan
https://www.jembatantimbangindonesia.com/jual-jembatan-timbang/#page-content.
Diunduh pada 26 Oktober 2021.
Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen. 2015, ‘Keputusan Direktur
Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen No. 131 Tahun 2015 tentang Syarat
Teknis Timbangan Bukan Otomatis’, Indonesia.
Foyer G. dkk. 2021, ‘Overview Study of The Use of Several Weighing Instruments for Static
Determination of Vehicle Mass in Germany’, Measurement:Sensors Vol. 18, 1- 4.
Goldup R. C. 1990, ‘A New Weighbridge Test Unit for Hampshire County Council’, OIML
Bulletin No. 121, 47-49.
Gogge W dan Sheidt D. 2000, ‘Vehicle for Verification of Truck Scales’, OIML Bulletin Vol. XLI
No. 3, 5-8.

83
Kyaw M.O. 2019, ‘A Combinatorial Technique for Weighbridge Verification’, International
Journal of Science and Engineering Applications Vol. 8- Issue 01, 18-23
Menteri Perdagangan. 2018, ‘Peraturan Menteri Perdagangan No. 68 Tahun 2018 tentang
Tanda Tera’, Indonesia.
Nasution, Rifyan S. 2015, ‘Pengujian Repeatability dan Eksentrisitas Timbangan Jembatan
dengan NMI Australia’, Insan Metrologi Vol. 2 No. 1 Tahun 2015., 13 –20.
OIML R76-1. 1992, ‘Nonautomatic Weinghing Instruments Part 1 : Metrological and Technical
Requirements-Tests’, France.
Pandiangan, Paken dkk. 2008, ‘Modul 1 Ketidakpastian dan Pengukuran’, Jakarta, Penerbit
Universitas Terbuka.
Setiawan, Adi. 2015, ‘Pengantar Teori Probabilitas’, Salatiga, Penerbit Tisara Grafika.
Tawarys, Ibrahim. 1998, ‘Peneraan Timbangan Buku-1’, Bandung, Widyaiswara Utama
Pratama
Valcu, Adriana. 2006, ‘Calibration of Nonautomatic Weighing Instruments’, Rio de Janeiro-
Brazil, XVIII IMEKO Worrld Congress Metrology for a Sustainable Development.
White D.R. dan Clarkson M.T. 1999, ‘General Technique for Calibrating Metric Instruments,
Sydney’, Proc. Metrology Society of Australia 3rd Biennial Conf., 179 - 183.
White D.R. dan Clarkson M.T. 2000, ‘A Technique for Large Mass and Balance Calibration’,
Tsukuba-Japan, Proc. 5th Asia Pacific Symposium on Measurement of Force, Mass and
Torque, 61-66.

84
OPTIMALISASI PENGELOLAAN DATA ALAT UKUR, TAKAR, TIMBANG DAN
PERLENGKAPANNYA (UTTP)
Fitri Ardianti, S.Si.1)
1)
UPT Metrologi Legal Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Deli Serdang
fitriardianti96@gmail.com

ABSTRACT
Data is information that describes a population. Statistics are data obtained by collecting,
processing, presenting and analyzing. Statistics are important for planning, implementing,
monitoring and evaluating activities at the end of the community aspect. One of the keys to
the success of a government agency cannot be separated from how to use various data and
information properly, so that they can make the right decisions/policies. It is necessary to
optimize the management of technical data UTTP as an effort to realize a quality national
system and local government governance in making appropriate policies to achieve
organizational goals, namely establishing orderly areas and measuring markets. For this
reason, a UTTP data management system was created by inputting UTTP technical data using
a google form and the monitoring system using Google Data Studio to make it easier for
interpreters and administrators to monitor UTTP data at UPT Metrology Legal Deli Serdang in
real time. By using a digital-based data management system, it is expected to improve the
quality of service at UPT Metrology Legal Deli Serdang through real-time monitoring of UTTP.
Keywords: Statistics, Optimization, UTTP, Google Form, Google Data Studio

ABSTRAK
Data merupakan informasi yang menggambarkan tentang karakteristik suatu populasi.
Statistik adalah data yang diperoleh dengan cara pengumpulan, pengolahan, penyajian dan
analisis. Statistik penting bagi perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi
penyelenggaraan berbagai kegiatan di segenap aspek kehidupan masyarakat. Salah satu
kunci keberhasilan sebuah instansi pemerintah tidak terlepas bagaimana memanfaatkan
berbagai data dan informasi dengan baik, agar bisa mengambil keputusan/kebijakan secara
tepat. Perlu kiranya adanya pengoptimalan pengelolaan data teknis alat ukur, takar, timbang
dan perlengkapannya (UTTP) sebagai upaya untuk mewujudkan sistem statistik nasional dan
tata kelola pemerintah daerah yang berkualitas dalam membuat kebijakan yang tepat untuk
mencapai tujuan organisasi, yakni terbentuknya daerah tertib ukur dan pasar tertib ukur. Untuk
itu dibuatlah sistem pengelolaan data UTTP dengan penginputan data teknis UTTP
menggunakan google formulir dan sistem monitoringnya menggunakan google data studio
dengan tujuan memudahkan penera dalam monitoring data UTTP di UPT Metrologi Legal Deli
Serdang secara realtime. Dengan menggunakan sistem pengelolaan data berbasis digital ini
diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan di UPT Metrologi Legal Deli Serdang
melalui monitoring UTTP yang terdata secara realtime.
Kata Kunci: Statistik, Optimalisasi, Data UTTP, Google Formulir, Google Data Studio

85
PENDAHULUAN

Daerah Tertib Ukur adalah daerah yang memiliki komitmen dalam memastikan alat ukur,
takar, timbang dan perlengkapannya (UTTP) dan barang dalam keadaan terbungkus (BDKT)
yang beredar dan digunakan dalam transaksi perdagangan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku, yaitu masih bertanda tera sah yang berlaku. Selain pembentukan daerah tertib ukur,
juga dibentuk Pasar Tertib Ukur yakni sebuah penghargaan yang diberikan kepada pasar
tradisional maupun pasar modern yang memenuhi persyaratan. Persyaratan tersebut yakni
UTTP yang digunakan dalam transaksi perdagangan memenuhi ketentuan serta digunakan
dan diperuntukan dengan benar sesuai dengan yang tertuang pada rencana strategis
Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga 2020 – 2024.

Gagasan pengoptimalan data UTTP ini mengambil Unit Pelaksana Teknis (UPT) Metrologi
Legal Deli Serdang sebagai sampelnya. Berdasarkan data yang diperoleh dari situs
metrologi.kemendag.go.id, UTTP yang telah di tera oleh UPTD Metrologi Legal Deli Serdang
tahun 2019 sebanyak 11.180 unit dan telah di tera ulang sebanyak 5.189 unit. Sedangkan
tahun 2020, UTTP telah di tera sebanyak 7.773 unit dan telah di tera ulang sebanyak 7.287
unit. Data tersebut menunjukkan kinerja UPT Metrologi Legal Deli Serdang cukup baik
dikarenakan UTTP telah ditera dan ditera ulang sesuai dengan jumlah potensi yang terdapat
di daerah.

Berdasarkan laporan hasil survey Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) terhadap pelayanan
tera/tera ulang UPT Metrologi Legal Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Deli
Serdang selama tiga tahun dimulai dari tahun 2018 hingga tahun 2020 menunjukkan penilaian
yang BAIK atas pelayanan UPT Metrologi Legal Deli Serdang. Adapun ruang lingkup yang
dijadikan sebagai penilaian adalah persyaratan pelayanan, prosedur pelayanan, waktu
pelayanan, biaya/tarif pelayanan, produk pelayanan, kompetensi pelaksana, perilaku
pelaksana, penanganan pengaduan, saran dan masukan dan sarana dan prasarana. Walau
sudah dinilai baik oleh masyarakat, UPT Metrologi Legal Deli Serdang merupakan salah satu
lembaga pelayanan publik yang harus terus meningkatkan mutu pelayanannya dengan
inovasi agar mencapai sasaran strategis yaitu terwujudnya konsumen berdaya dan pelaku
usaha yang bertanggung jawab melalui terbentuknya daerah tertib ukur dan pasar tertib ukur.
Berdasarkan hal tersebut di atas, segala sesuatu yang dapat mempengaruhi kualitas
pelayanan perlu menjadi perhatian serius. Ditambah lagi, dengan era globalisasi, informasi,
teknologi serta industri 4.0 yang semakin berkembang saat ini dapat meningkatkan dan
merubah pola fikir masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan oleh pemerintah.
Masyarakat tentunya semakin kritris dalam memberikan masukan terhadap pelayanan jika
pelayanan yang diberikan oleh pemerintah tidak memberikan kepuasan. Masyarakat
mengharapkan pelayanan pemerintah semakin baik, murah, mudah dan cepat serta
transparan.

Berbicara tentang pelayanan publik, sesuai dengan Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Nomor
25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik (UU No 25/2009), dinyatakan bahwa Pelayanan
Publik merupakan kegiatan atau rangkaian dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas
barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan penyelenggara pelayanan
publik. Berdasarkan pengertian tersebut, kegiatan pelayanan publik telah diatur
pemenuhannya berdasarkan regulasi yang dibuat oleh pemerintah dengan tujuan utamanya

86
untuk memenuhi kebutuhan dasar dan kesejahteraan masyarakat. Dengan UU No 25/2009
tersebut, kaitannya dengan metrologi legal, menuntut adanya peningkatan kualitas pelayanan
tera/tera ulang (TTU) Alat-alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya (UTTP) Unit
Metrologi Legal.

Berdasarkan UU Nomor 25 Tahun 2009 Pasal 10 Ayat (1) tentang Pelayanan Publik,
penyelenggara pelayanan publik berkewajiban melaksanakan evaluasi terhadap kinerja
pelaksana di lingkungan organisasi secara berkala dan berkelanjutan. Sesuai dengan amanat
UU No 16 Tahun 1997 Tentang Statistik bahwa statistik penting artinya bagi perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi penyelenggaraan berbagai kegiatan di segenap
aspek kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara dalam pembangunan nasional
sebagai pengamalan Pancasila, untuk memajukan kesejahteraan rakyat dalam rangka
mencapai cita-cita bangsa sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945. Dengan memperhatikan pentingnya peranan statistik tersebut, diperlukan
langkah-langkah untuk mengatur penyelenggaran statistik nasional terpadu dalam rangka
mewujudkan Sistem Statistik Nasional yang andal, efektif dan efisien. Statistik
diselenggarakan melalui pengumpulan data yang dilakukan dengan cara sensus, survei,
kompilasi produk administrasi, dan cara lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahun
dan teknologi. Kompilasi produk administrasi adalah cara pengumpulan, penyajian dan
analisis data didasarkan pada catatan administrasi yang ada pada pemerintah dan atau
masyarakat.

Oleh karena itu, Penulis merasa perlu kiranya adanya pengoptimalan dalam pengelolaan data
teknis UTTP sebagai upaya untuk mewujudkan sistem statistik nasional dan tata kelola
pemerintah daerah yang berkualitas dalam membuat kebijakan yang tepat untuk mencapai
tujuan organisasi, yakni terwujudnya konsumen berdaya dan pelaku usaha yang bertanggung
jawab melalui terbentuknya daerah tertib ukur dan pasar tertib ukur.

METODOLOGI PENELITIAN

Data realtime dapat memudahkan objek untuk melihat tren, membantu dalam proses analisis
data, dan membantu dalam hal mengkomunikasikan data. Dengan memanfaatkan teknologi
Internet dalam pengelolaan data alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya (UTTP),
diharapkan dapat memudahkan organisasi dalam meningkatkan kualitas pelayanan melalui
monitoring data yang dilakukan secara realtime. Selain itu, penggunaan sistem online akan
memudahkan organisasi memiliki database khusus untuk data UTTP sesuai dengan
klasifikasi pelayanan. Adapun langkah-langkah yang menjadi bagian dari gagasan
pemecahan isu adalah meliputi desain sistem pengelolaan data alat ukur, takar, timbang dan
perlengkapannya (UTTP), penginputan data UTTP ke dalam google formulir, dan monitoring
data UTTP oleh google data studio. Dengan begitu, penera dapat melakukan monitoring
terhadap data UTTP yang belum maupun sudah di tera/tera ulang kapan dan dimanapun.
Diharapkan pengelolaan data UTTP dapat terus berjalan dan dapat dievaluasi secara
langsung sehingga pengelolaan data UTTP dapat berjalan lebih efektif.

87
HASIL DAN PEMBAHASAN

Desain Sistem Pengelolaan Data Alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya
(UTTP)

Sebelum gagasan di eksekusi, maka langkah pertama yang dilakukan adalah mendesain
sistem pengelolaan data. Adapun tujuan dari pembuatan sistem pengelolaan data ini adalah
agar terdapat batasan dalam melaksanakan kegiatan dan informasi rencana kegiatan yang
akan dieksekusi, sehingga memudahkan pembaca memahami maksud penulis. Memudahkan
pegawai UPT Metrologi Legal Kabupaten Deli Serdang sebagai objek yang akan terlibat pada
kegiatan dalam memahami rencana pengelolaan data.

Adapun rencana pengelolaan data UTTP berawal dari penginputan data alat ukur, takar,
timbang dan perlengkapannya (UTTP) yang diajukan untuk dilakukan tera/tera ulang.
Penginputan data ini dilakukan oleh penera untuk jenis pelayanan tera/tera ulang yang berada
di dalam kantor maupun luar kantor/loko melalui surat permohonan masuk dari wajib tera/tera
ulang. Sedangkan untuk pelayanan sidang tera ulang, data UTTP diinputkan oleh penera
yang sedang melakukan kegiatan tera ulang di lapangan. Setelah data diinputkan oleh
pegawai yang telah diberi tanggungjawab, data kemudian diolah oleh pegawai administrasi
agar kemudian dapat disajikan.

Dalam hal ini, visualisasi data disajikan dengan menggunakan tools google data studio.
Sehingga data UTTP yang sudah diinputkan oleh penera dapat ter-update secara langsung.
Hal ini merupakan sebuah inovasi di UPT Metrologi Legal Deli Serdang, bahwa selama ini
data hanya tersimpan dalam bentuk Microsoft Excel maupun Microsoft Word dan belum
pernah tervisualisasikan dalam bentuk grafik maupun tersaji secara realtime. Dengan adanya
visualisasi data dalam bentuk grafik dan penyajian yang sifatnya realtime, akan memudahkan
penera dalam memonitoring data UTTP yang belum maupun sudah dilakukan tera/tera ulang.
Selain itu, akan lebih mudah juga dalam membuat laporan untuk kebutuhan stakeholder
terkait.

Gambar 1. Rencana Pengelolaan Data UTTP di UPT Metrologi Legal Kabupaten Deli
Serdang

88
Penginputan data UTTP ke dalam Google Formulir

Google formulir yang disajikan oleh penulis terlihat seperti gambar di bawah ini. Pada bagian
formulir yang disajikan, pelayanan tera/tera ulang dikelompokkan menjadi tiga tempat yaitu
pelayanan di dalam kantor/UML (Unit Metrologi Legal), pelayanan di luar kantor/loko, dan
pelayanan saat sidang tera ulang.

Penera yang berperan sebagai subjek diharuskan memilih salah satu jenis pelayanan saat
ingin melakukan penginputan data UTTP. Kemudian, formulir akan mengarahkan pada isian
yang terkandung dari masing-masing jenis pelayanan. Pada setiap jenis pelayanan memiliki
beberapa data yang berbeda. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan organisasi dalam
menghimpun data. Hal inilah yang menjadi alasan penulis menggunakan google formulir
sebagai salah satu tools untuk menghimpun data UTTP. Salah satunya adalah google formulir
mudah untuk digunakan, cara membuatnya juga mudah untuk diakses di internet, dan mudah
untuk di edit tanpa perlu coding.

Penulis mengambil contoh bentuk formulir isian jenis pelayanan, yaitu Pelayanan Sidang Tera
Ulang. Adapun data yang diperlukan untuk keperluan sidang tera ulang adalah data nama
kecamatan, data nama pasar, data nama pemilik UTTP, data jenis jualan, data jenis UTTP,
data kapasitas timbangan, data jumlah UTTP, dan data pelayanan UTTP apakah di tera atau
di tera ulang. Biasanya untuk penghimpunan data UTTP saat pelayanan sidang tera ulang
dilakukan secara manual dengan menuliskan data di kertas, yang kemudian data yang sudah
diperoleh dari lapangan diinputkan ke dalam PC instansi agar mendapatkan backupan data.

Dengan diberlakukannya penginputan data secara langsung saat melakukan pelayanan


sidang tera ulang, data akan langsung tersimpan di cloud, tersaji dalam bentuk grafik, dan
tervisualisasikan secara realtime dan memudahkan siapapun untuk melakukan monitoring.

89
Gambar 2. Formulir Inputan Data UTTP Metrologi Legal Deli Serdang

Monitoring data UTTP oleh Google Data Studio

Tahap terakhir dari proses pengoptimalan data UTTP di UPT Metrologi Legal Kabupaten Deli
Serdang adalah melakukan monitoring data UTTP oleh Google Data Studio. Sistem
monitoringnya dilakukan dengan menggunakan google data studio agar memudahkan penera
dalam monitoring data UTTP di UPT Metrologi Legal Deli Serdang secara realtime. Dengan

90
menggunakan sistem pengelolaan data berbasis digital ini diharapkan dapat meningkatkan
kualitas pelayanan di UPT Metrologi Legal Deli Serdang melalui monitoring UTTP yang
terdata secara realtime.

Gambar 3. Monitoring data UTTP oleh Google Data Studio

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Gagasan optimalisasi pengelolaan data teknis UTTP di UPT Metrologi Legal Kabupaten Deli
Serdang merupakan sebuah gagasan yang ditawarkan penulis dengan tujuan untuk
mewujudkan tata kelola pemerintah daerah yang berkualitas. Adapun langkah-langkah yang
menjadi bagian dari gagasan pemecahan isu adalah meliputi desain sistem pengelolaan data
alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya (UTTP), penginputan data UTTP ke dalam
google formulir, dan monitoring data UTTP oleh google data studio. Gagasan ini ditujukan
agar memudahkan dalam melakukan pengelolaan data UTTP organisasi sehingga dapat

91
mewujudkan sistem statistik yang efektif dan efisien, memudahkan monitoring data secara
realtime agar dapat menghasilkan kebijakan yang tepat berdasarkan data untuk mencapai
tujuan organisasi, dan juga dapat memudahkan pendataan pekerjaan di lapangan.

Adapun rekomendasi untuk gagasan ini diantaranya agar dapat diterapkan di internal
organisasi dengan tujuan untuk memperbaiki pengelolaan data teknis Alat Ukur, Takar,
Timbang dan Perlengkapannya (UTTP) di UPT Metrologi Legal Kabupaten Deli Serdang,
selain itu gagasan ini juga dapat memudahkan pekerjaan peneraan di lapangan dalam rangka
pendataan UTTP dan memudahkan pegawai dalam memonitoring data UTTP secara
realtime.

REFERENSI

Annisa, K., et all., 2021, Metrologi Legal Dalam Meningkatkan Kepercayaan Publik dan Good
Governance Melalui Tata Kelola Unit Metrologi Legal (UML), Bandung.
Direktorat Jendereal Peraturan Perundang-undangan, 2009, Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, Jakarta.
Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga, 2020, Keputusan Direktur
Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga Nomor 162 Tahun 2020 Tentang
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertin Niaga,
Kementrian Perdagangan Tahun 2020-2024, Jakarta.
Pemerintah Kabupaten Deli Serdang Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Deli
Serdang, 2020, Laporan Hasil Survey Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) terhadap
Pelayanan Tera/Tera Ulang UPT Metrologi Legal Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Deli Serdang Tahun Anggaran 2018, Lubuk Pakam.
Pemerintah Kabupaten Deli Serdang Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Deli
Serdang, 2020, Laporan Hasil Survey Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) terhadap
Pelayanan Tera/Tera Ulang UPT Metrologi Legal Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Deli Serdang Tahun Anggaran 2019, Lubuk Pakam.
Pemerintah Kabupaten Deli Serdang Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Deli
Serdang, 2020, Laporan Hasil Survey Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) terhadap
Pelayanan Tera/Tera Ulang UPT Metrologi Legal Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Deli Serdang Tahun Anggaran 2020, Lubuk Pakam.
Presiden Republik Indonesia, 1997, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahuun
1997 tentang Statistik, Jakarta.
Presiden Republik Indonesia, 2003, Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun
2003 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government, Jakarta.
www.metrologi.kemendag.go.id/pelaporan_ttu/laporan/uml_tera_ulang

92
PEMETAAN E-ROUTE PADA PELAYANAN TERA DAN TERA ULANG SEBAGAI
SISTEM PENENTUAN RUTE UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PELAYANAN
PADA UNIT METROLOGI LEGAL KABUPATEN TANGERANG

Galih Febrianto
Unit Metrologi Legal, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tangerang
galih.penera@gmail.com

ABSTRACT
Tangerang Regency has a number of industries and trade spread across 29 sub-districts, 246
villages and 28 sub-districts. Therefore, the potential of UTTP verification and re-verification
services in Tangerang Regency is very large. However, there are some obstacles faced in
performing verification and re-verification services such as when the number of applications
for verification/re-verification exceeds the number of verification officer so that the UTTP owner
will wait longer to get verification/re- verification services because they have to wait for the
queue of services to other UTTP owners. In the face of this, the Legal Metrology Unit of
Tangerang Regency made the scheduling of the verification/re- verification service manually.
This will certainly react the time needed to perform the verification/re- verification service to
UTTP installed to be less effective. To support digital transformation in the industrial era 4.0,
in improving the quality of UTTP verification and re- verification services, created an e-route
mapping on verification and re- verification online service that utilize google forms in inputting
UTTP location installed. To get a visualization of the route on the map, data is processed using
a google spreadsheet and visualized using vehicle routing that displays visualization of the
route of travel of verification and re- verification service at the UTTP location installed
automatically. By using e-route mapping, it is expected that verification and re- verification
services can run more effectively.
Keywords: Tangerang Regency, The Legal Metrology Unit, Verification and Re-Verification,
industry 4.0, Digital Transformation, E-Route Mapping, Google Form, Google Spreadsheet,
Vehicle Routing

ABSTRAK
Kabupaten Tangerang memiliki jumlah Industri dan Perdagangan yang tersebar pada 29
Kecamatan, 246 Desa dan 28 Kelurahan. Oleh karena itu, potensi pelayanan tera dan tera
ulang UTTP pada Kabupaten Tangerang sangat besar. Namun, ada beberapa kendala yang
dihadapi dalam melakukan pelayanan tera dan tera ulang seperti saat jumlah permohonan
tera/tera ulang melebihi jumlah anggota penera sehingga pemilik UTTP akan menunggu
lebih lama untuk mendapatkan pelayanan tera/tera ulang karena harus menunggu antrian
pelayanan terhadap pemilik UTTP yang lain. Dalam menghadapi hal tersebut Unit Metrologi
Legal Kabupaten Tangerang membuat penjadwalan pelayanan tera/tera ulang secara
manual. Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan pelayanan tera/tera ulang terhadap UTTP terpasang menjadi kurang efektif. Guna
mendukung transformasi digital di era industri 4.0, dalam meningkatkan kualitas pelayanan
tera dan tera ulang UTTP, dibuatlah sebuah pemetaan e-route pada pelayanan tera dan tera
ulang berbasis online yang memanfaatkan google formulir dalam penginputan lokasi UTTP
terpasang. Untuk mendapatkan visualisasi rute pada map, data diolah menggunakan google
spreadsheet dan divisualisasikan menggunakan vehicle routing yang menampilkan

93
visualisasi rute perjalanan pelayanan tera/tera ulang pada lokasi UTTP terpasang secara
otomatis. Dengan menggunakan pemetaan e-route ini diharapkan pelayanan tera dan tera
ulang dapat berjalan lebih efektif.
Kata Kunci: Kabupaten Tangerang, Unit Metrologi Legal, Tera dan Tera ulang, Industri 4.0,
Transformasi Digital, Pemetaan E-Route, Google Formulir, Google Spreadsheet, Vehicle
Routing

PENDAHULUAN

Dewasa ini di negara kita, rakyat berharap pada pemerintah agar dapat terselenggaranya
good governance, yaitu penyelenggaraan pemerintah yang efektif, efisien, transparan,
akuntabel, dan tanggung jawab. Konsep good governance muncul karena adanya
ketidakpuasan pada kinerja pemerintahan yang selama ini dipercaya sebagai penyelenggara
urusan publik. Menerapkan praktik good governance dapat dilakukan secara bertahap sesuai
dengan kapasitas pemerintah, masyarakat sipil, dan mekanisme pasar. Salah satu pilihan
strategis untuk menerapkan good governance di Indonesia adalah melalui penyelenggaraan
pelayanan publik (Maryam.2016).

Menurut dr. Yulianus Weng, Wakil Bupati Manggarai Barat, pelayanan publik yang berkualitas
menjadi salah satu indikator keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan pada semua level
dari urusan baik dari tingkat pusat sampai tingkat Desa/Kelurahan. Pelaksanaan pelayanan
public, khususnya di bidang pelayanan perijinan terkesan tidak efektif dan efisien karena
ketentuan dan prosedur berbelit-belit, persyaratan yang kompleks, dan waktu pemberian
pelayanan yang masih terlalu lama.

Pemerintah Kabupaten Tangerang yang merupakan salah satu Pemerintahan Daerah pada
Provinsi Banten, tentunya terus berupaya menyelenggarakan pelayanan publik yang
berkualitas. Saat ini, Kabupaten Tangerang memiliki banyak Industri baik dalam skala besar,
sedang, dan kecil yang tersebar di setiap kecamatan bahkan desa. Kabupaten Tangerang
tumbuh menjadi wilayah industri dan manufaktur (Ike,2017). Data dari BPS Provinsi Banten,
Kabupaten Tangerang memiliki perusahaan industri besar dan sedang berjumlah 1.131.
Sebagian industri tersebut menggunakan Alat Ukur Takar, Timbang dan Perlengkapannya
(UTTP). Hal ini sesuai dengan data dari Simegal (Sistem Metrologi Legal) Kabupaten
Tangerang bahwa sampai tanggal 28 Maret 2022 terdapat 931 industri yang telah
mendaftarkan permohonan tera/tera ulang UTTP.

Pada tahun 2021, terdapat 1.104.821 unit UTTP yang telah dilakukan tera/tera ulang oleh
UML (Unit Metrologi Legal) Kabupaten Tangerang. Hal ini tentunya menjadi tantangan besar
bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang untuk dapat meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat agar masyarakat antusias melakukan tera/tera ulang alat alat UTTP. Hal ini juga
menjadi perwujudan Kabupaten Tangerang sebagai daerah tertib ukur tahun 2019. Dengan
adanya peningkatan pelayanan tera/tera ulang diharapkan juga semakin banyak pemilik
UTTP melakukan permohonan tera/tera ulang.

UML Kabupaten Tangerang sebagai unit yang menjalankan pelayanan tera/tera ulang juga
dapat terus melakukan inovasi terkait pelayanan tera/tera ulang kepada masyarakat. Salah
satu Inovasi yang telah dilakukan yaitu pembuatan website Simegal yang merupakan sarana
bagi masyarakat untuk dapat mengirimkan permohonan tera/tera ulang tanpa harus datang

94
langsung ke kantor UML Kabupaten Tangerang. Pemilik UTTP hanya mengisi data
perusahaan dan mengupload Surat Permohonan, pemilik UTTP tersebut sudah dapat
dilakukan pelayanan tera/tera ulang.

Kondisi saat ini

Dalam prosesnya sebelum dilakukan peneraan, para pemilik UTTP diwajibkan untuk
membuat Surat Permohonan Tera/Tera Ulang. Surat Permohonan tersebut dikirimkan melalui
Website Simegal. Setelah itu, Surat Permohonan akan dilakukan verifikasi oleh admin. Jika
Surat Permohonan sudah sesuai maka admin akan mengirimkan laporan kepada pimpinan.
Selanjutnya pimpinan akan melakukan pengecekan terhadap UTTP yang akan dilakukan
tera/tera ulang jika masuk kedalam ruang lingkup UML maka pimpinan akan membuatkan
jadwal pelayanan tera/tera ulang. Jadwal pelayanan tera/tera ulang tersebut akan
menyesuaikan dengan jumlah permohonan tera/tera ulang dan penera yang ada. Jumlah
penera saat ini di Kabupaten Tangerang berjumlah empat orang. Terdiri dari 1 (satu) penera
muda, 2 (dua) penera ahli pertama, 1 (satu) penera terampil.

Jumlah permohonan tera/tera ulang dalam satu hari di kabupaten Tangerang cukup banyak.
Sebagai contoh dari website simegal, didapatkan data pada tanggal 13 Desember 2021
terdapat permohonan tera/tera ulang sebanyak 10 permohonan tera/tera ulang. Permohonan
tersebut terdiri dari UTTP Pompa Ukur BBM dan kWh meter. UTTP tersebut merupakan UTTP
yang terpasang tetap sehingga peneraan dilakukan di tempat lokasi UTTP terpasang.

Dalam kondisi jumlah permohonan tera/tera ulang dalam 1 hari melebihi jumlah penera
kemungkinan besar penera akan mendapatkan Surat Perintah Tugas Peneraan di beberapa
lokasi UTTP. Untuk penentuan lokasi pada Surat Perintah Tugas tersebut masih
menggunakan cara manual atau perkiraan. Penera dalam menentukan rute untuk menuju
lokasi juga masih menggunakan cara manual atau perkiraan. Bisa juga menggunakan
bantuan google maps namun hal itu sebatas untuk menuju lokasi yang telah ditentukan. Ketika
Penera ingin menuju tempat lokasi yang telah ditentukan, tidak jarang Penera juga kesulitan
mencari alamat yang dituju karena kurang jelasnya alamat yang diberikan.

Dampak yang dihasilkan

Jumlah permohonan tera/tera ulang dalam 1 hari yang lebih besar dari jumlah penera akan
berakibat pelayanan tera/tera ulang terhambat. Pemohon akan menunggu lebih lama untuk
dilayani karena harus antri dengan pemohon yang lain. Antrian ini bisa disebabkan karena
Penera yang bertugas melakukan pelayanan tera/tera ulang di beberapa lokasi dalam 1 hari,
terlambat sampai di lokasi. Yang seharusnya beberapa lokasi UTTP bisa selesai ditera/tera
ulang dalam 1 hari kerja namun karena keterlambatan dapat melebihi jam kerja atau bahkan
pelayanan ditunda sampai esok hari. Keterlambatan ini bisa disebabkan salah satunya ketika
penentuan rute oleh penera masih menggunakan cara manual atau perkiraan. Atau bahkan
ketika penentuan lokasi UTTP pada Surat Perintah Tugas pelayanan tera/tera ulang kepada
masing masing Penera tidak mempertimbangkan lokasi geografis yang saling berdekatan.

Jika permasalahan penentuan rute pelayanan tera/tera ulang ini tidak segera diselesaikan
maka terhambatnya pelayanan tera/tera ulang akan terakumulasi. Terhambatnya pelayanan
ini akan memberikan citra buruk dari masyarakat terhadap UML Kabupaten Tangerang.
Menurut Adhar Hakim rendahnya kepatuhan standar pelayanan terhadap publik

95
mengakibatkan rendahnya mutu kualitas pelayanan. Cepat atau lambat akan mengikis
kepercayaan publik terhadap aparatur pemerintah. Kepercayaan publik yang menurun
berkorelasi lurus terhadap terhambatnya pertumbuhan investasi.

Saat ini, pembuatan jadwal pelayanan tera/tera ulang masih menggunakan cara manual
sehingga pelayanan menjadi kurang efektif. Menurut Adhar Hakim penyelenggara negara
tidak bisa lagi menutup diri di tengah perubahan teknologi yang kian pesat. Masyarakat
semakin kritis dan setiap saat memotret pelayanan publik. Maka cara terbaik untuk mengatasi
daya kritis masyarakat itu tidak lain dengan memperbaiki pelayanan.

Ketika melakukan pelayanan, Penera juga terkadang kesulitan untuk mencari tempat lokasi
UTTP karena kurang jelasnya alamat yang diberikan oleh pemilik UTTP. Penggunaan google
maps terkadang juga tidak efektif terhadap lokasi terpencil atau belum terdata oleh google.
Keterlambatan Penera datang ke lokasi tera/tera ulang karena faktor non teknis ini tentunya
akan menghambat kinerja Penera menjadi tidak profesional.

Tujuan Penelitian

Oleh karena itu, penulis mengusulkan sebuah pemetaan e-route pada pelayanan tera/tera
ulang sebagai sistem penentuan rute untuk meningkatkan efektifitas pelayanan pada Unit
Metrologi Legal Kabupaten Tangerang. Diharapkan dengan adanya pemetaan e-route ini
dapat membantu pelayanan tera/tera ulang menjadi lebih efektif. Masyarakat dalam hal ini
Pemilik UTTP mendapatkan pelayanan yang lebih cepat. Proses pembuatan jadwal penera
menjadi lebih mudah dan praktis. Penera juga dapat datang ke lokasi UTTP tepat waktu
tanpa harus kebingungan mencari alamat.

TINJAUAN PUSTAKA

Unit Metrologi Legal

Alat-alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya yang selanjutnya disingkat UTTP
adalah alat-alat sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981
tentang Metrologi Legal.

Penera adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak
secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan pengawasan Metrologi Legal.

Peraturan Menteri Perdagangan No. 115 Tahun 2018 menyatakan bahwa Unit Metrologi
Legal adalah satuan kerja pada Dinas Provinsi DKI Jakarta atau Dinas Kabupaten/Kota yang
menyelenggarakan kegiatan Tera/Tera Ulang UTTP dan Pengawasan di bidang Metrologi
Legal.

Surat Keterangan Kemampuan Pelayanan Tera dan Tera ulang Alat Ukur, Takar, Timbang
dan Perlengkapannya yang selanjutnya disingkat SKKPTTU UTTP adalah dokumen yang
menerangkan kemampuan pelayanan tera dan tera ulang UTTP sesuai ruang lingkup

Ruang Lingkup Pelayanan Tera dan Tera Ulang yang selanjutnya disebut Ruang Lingkup
adalah batas cakupan UTTP yang dapat dilakukan Tera dan Tera Ulang dan batas cakupan

96
wilayah pelaksanaan Tera dan Tera Ulang oleh UML sebagaimana tercantum pada
SKKPTTU UTTP

Pelayanan Publik

Dalam Undang Undang No 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik dinyatakan bahwa
pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga
negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan
oleh penyelenggara pelayanan publik. Penyelenggara pelayanan publik adalah setiap
institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan
undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk
semata mata untuk kegiatan pelayanan publik. Masyarakat adalah seluruh pihak, baik warga
negara maupun penduduk sebagai orang - perseorangan, kelompok, maupun badan hukum
yang berkedudukan sebagai penerima manfaat pelayanan publik, baik secara langsung
maupun tidak langsung.

Selanjutnya, dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 62 Tahun


2003 tentang pedoman umum pelayanan publik menyatakan bahwa yang dimaksud dengan
hakikat pelayanan publik adalah pemberian pelayanan prima kepada masyarakat yang
merupakan perwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat.

Rute dan Penjadwalan

Terdapat tiga masalah penentuan rute dan penjadwalan kendaraan, yaitu masalah
penentuan rute kendaraan , penentuan rute dan penugasan penera serta masalah
penjadwalan penera. Masalah penentuan rute kendaraan bertujuan untuk menentukan set
rute yang dapat meminimasi jarak tempuh total untuk memenuhi seluruh permintaan tera/tera
ulang.

Sebuah rute atau trip mencakup urutan saat mengunjungi pelanggan dengan ketentuan, tiap
kendaraan berangkat dan berakhir di suatu depot. Rute merupakan jalur yang ditunjukkan
oleh satu kendaraan yang akan mengunjungi tiap pelanggan masing-masing satu kali. Lebih
lanjut, karena keterbatasan kapasitas angkut kendaraan, maka masalah penentuan rute
kendaraan standar sering memasukan kapasitas angkut sebagai batasan, yang disebut
dengan Capacitated Vehicle Routing Problem (CVRP).

Vehice Routing Problem

Vehicle Routing Problem (VRP) pertama kali diperkenalkan oleh Dantzig dan Ramser pada
tahun 1959 yang berorientasi pada masalah optimasi kombinatorial, yaitu optimasi yang
melibatkan banyak variabel. VRP adalah masalah penentuan rute kendaraan dalam
mendistribusikan barang dari tempat produksi yang dinamakan depot ke pelanggan dengan
tujuan meminimumkan total jarak tempuh kendaraan. Terdapat beberapa batasan yang
harus dipenuhi untuk mencapai tujuan dari VRP, yaitu 1) setiap kendaraan yang akan
mendistribusikan barang ke pelanggan harus memulai rute perjalanan dari tempat produksi
(depot), 2) setiap pelanggan hanya boleh dilayani satu kali oleh satu kendaraan, 3) setiap
pelanggan mempunyai permintaan yang harus dipenuhi dan diasumsikan permintaan
tersebut sudah diketahui sebelumnya, 4) setiap kendaraan memiliki batasan kapasitas

97
tertentu artinya setiap kendaraan akan melayani pelanggan sesuai dengan kapasitasnya,
dan 5) tidak terdapat subroute untuk setiap kendaraan (Toth & Vigo 2002).

METODE

Dengan memanfaatkan teknologi internet dalam penentuan lokasi UTTP, penentuan jadwal
pelayanan tera/tera ulang serta rute yang digunakan setiap penera untuk melakukan tera/tera
ulang di lokasi UTTP diharapkan dapat meningkatkan pelayanan tera/tera ulang.

Penginputan Perekaman Letak Lokasi Pemilik UTTP menggunakan google formulir

Perekaman letak posisi pemilik UTTP diinput menggunakan google formulir. Penginputan
dilakukan setelah permohonan pemilik UTTP untuk tera/tera ulang diverifikasi oleh tim admin.
Tim admin akan mengirimkan link perekaman letak posisi UTTP kepada Pemohon/Pengguna.
Pemohon mengisi link tersebut dengan catatan pengisian harus di lokasi UTTP. Pengisian
link berupa 2 tahapan, yang pertama mengisi nama perusahaan, setelah itu klik kirim, seperti
pada gambar berikut:

Gambar 1. Form pengisian nama perusahaan

Tampilan google form akan meminta pengguna untuk mengklik website


https://script.google.com/macros/s/AKfycbwggE8nAZ9wAI0C_BwivfqbDy35V02w4RJgnk6eu
_3DmDBPS3LH VlqsR81ZtuqvIGrk/exec. Website tersebut akan merekam letak lokasi
pengguna secara otomatis, seperti gambar berikut,

Gambar 2. Form perekaman letak lokasi UTTP

98
Setelah klik link yang diberikan, maka google form akan mengkonfirmasi jika letak lokasi
pengguna sudah terinput, seperti gambar berikut,

Gambar 3. Tampilan google form ketika sudah merekam letak lokasi pengguna

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengisian link tersebut secara otomatis akan terakam pada google spreadsheet berupa
waktu pengisian, nama perusahaan, koordinat latitude dan longitude, dan alamat pengguna
seperti pada gambar berikut :

Gambar 4. Hasil Penginputan data perekaman tempat lokasi perusahaan

Hasil perekaman akan diolah menggunakan software vehicle routing yang terintegrasi dengan
google spreadsheet. Selanjutnya pengolahan letak data lokasi tidak menggunakan data pada
gambar 4 namun menggunakan data pada Simegal.

Simulasi

Penulis melakukan simulasi pemetaan e-route pada pelayanan tera/tera ulang berdasarkan
permohonan tera/tera ulang pada simegal tanggal 13 Desember 2021. Permohonan tera/tera
ulang berjumlah 10 (sepuluh), yang terdiri dari 1 SPBU pertamina dengan jumlah nozzle 10,

99
1 dari PT. Smart Meter untuk permohonan KWH meter, dan 8 dari PT. Indomobil Prima Energi
dengan masing masing berjumlah 2 nozzle. Jumlah penera saat itu 4 orang.

Setiap Penera melakukan awal dan akhir perjalanan pada Unit Metrologi Legal Kabupaten
Tangerang. Mulai keberangkatan paling awal pukul 08.00 WIB dan sampai kembali ke UML
Kabupaten Tangerang paling lambat pukul 16.00. Untuk menyederhanakan masalah maka
dibuat asumsi yaitu biaya perjalanan sama setiap penera dan waktu pelayanan setiap nozzle
yaitu 40 menit.

Penera A dijadwalkan untuk tera/tera ulang ke PT. Smart Meter 1 hari penuh. SPBU pertamina
memiliki 10 nozzle sehingga waktu pelayanan berjumlah 400 menit atau 6 jam 40 menit.
Penera B melakukan pelayanan tera/tera ulang ke SPBU Pertamina. PT. Indomobil Prima
Energi memiliki masing masing 2 nozzle sehingga masing masing membutuhkan waktu
pelayanan 80 menit. Penera C dan D akan melakukan pelayanan tera/tera ulang pada 8
tempat lokasi PT. Indomobil Prima Energi

Gambar 5. Surat Permohonan PT. Indomobil Prima Energi

Pemetaan e-route akan kita gunakan pada Penera C dan D karena memiliki 8 titik lokasi yang
harus dilakukan pelayanan tera/tera ulang. Surat Permohonan yang dilakukan PT. Indomobil
Prima Energi sudah tercantum tempat lokasi dan koordinat latitude dan longitude seperti
gambar berikut.

Gambar 6. Data letak lokasi UML Kab. Tangerang dan PT. Indomobil

100
Dari Gambar 6, dapat dilihat posisi tiap lokasi perusahaan menggunakan visualisasi
map,seperti pada gambar berikut,

Gambar 7. Map letak lokasi UML Kab. Tangerang dan Perusahaan

Setelah menginput data Pemohon lalu menginput lokasi awal dan akhir perjalanan yaitu di
UML Kabupaten Tangerang, setiap penera melakukan awal keberangkatan pukul 08.00 dari
UML serta waktu kembali ke UML pukul 16.00, maksimal lokasi UTTP yang akan dilayani
berjumlah lima (5), serta biaya perjalanan sama, seperti pada gambar berikut,

Gambar 8. Data lokasi awal dan akhir keberangkatan, waktu awal dan akhir
keberangkatan, maksimal lokasi UTTP yang dikunjungi, serta biaya perjalanan

Tiap lokasi kita tentukan volume pelayanan sama, waktu awal dan akhir menerima pelayanan
yang diasumsikan sama dari pukul 09.00 sampai pukul 16.00 dan waktu pelayanan masing
masing 80 menit seperti pada gambar berikut,

101
Gambar 9. Data waktu awal dan akhir pelayanan dan waktu pelayanan

Setelah dicarikan solusi maka dihasilkan masing masing penera melakukan pelayanan pada
3 (tiga) lokasi. Penera C dan D mengawali perjalanan dari UML Kabupaten Tangerang pukul
08.38. Penera C tiba di lokasi pertama yaitu Indomobil 8 pukul 09.00, melakukan pelayanan
tera/tera ulang selama 80 menit dan melanjutkan perjalanan pukul 10.20. Pukul 11.22 Penera
C tiba di lokasi kedua yaitu Indomobil 4, melakukan pelayanan tera/tera ulang 80 menit dan
melanjutkan perjalanan pukul 12.42. Pukul 12.59 tiba di lokasi ketiga yaitu Indomobil 6,
melakukan pelayanan tera/tera ulang 80 menit dan melanjutkan perjalanan kembali ke UML
Kabupaten Tangerang pukul 14.19, tiba di UML Kabupaten Tangerang pukul 14.47.

Sementara Penera D tiba di lokasi pertama yaitu Indomobil 7 pukul 09.00, melakukan
pelayanan tera/tera ulang 80 menit dan melanjutkan perjalanan pukul 10.20. Pukul 11.05 tiba
di lokasi kedua yaitu Indomobil 5, melakukan pelayanan tera/tera ulang 80 menit dan
melanjutkan perjalanan pukul 12.25. Pukul 12.38 tiba di lokasi ketiga yaitu Indomobil 2,
melakukan pelayanan tera/tera ulang selama 80 menit dan melanjutkan perjalanan kembali
ke UML Kabupaten Tangerang pukul 13.58, tiba di UML Kabupaten Tangerang pukul 14.52.

Gambar 10. Tabel waktu perjalanan dan pelayanan setiap penera

Dari waktu perjalanan dan pelayanan tersebut juga dapat dibuat jadwal pelayanan setiap
penera. Jadwal pelayanan Penera C yaitu Indomobil 8, Indomobil 4, dan Indomobil 6
sedangkan untuk Penera D yaitu Indomobil 7, Indomobil 5, dan Indomobil 2. Tabel

102
penjadwalan, waktu perjalanan dan pelayanan setiap penera dapat dilihat pada gambar
berikut,

Gambar 11. Tabel jadwal pelayanan tera/tera ulang

Dari solusi tersebut didapatkan Penera C menempuh total jarak 57,78 km, total waktu
bekerja 6 jam 8 menit yang terdiri dari 2 jam 8 menit waktu perjalanan dan waktu pelayanan
4 jam. Namun ada catatan untuk Indomobil 3 tidak dapat dilakukan pelayanan karena
keterbatasan waktu sehingga dilakukan di hari selanjutnya.

Penera D menempuh total jarak 59,46 km, total waktu bekerja 6 jam 14 menit yang terdiri
dari 2 jam 14 menit waktu perjalanan dan waktu pelayanan 4 jam. Namun ada catatan untuk
Indomobil 1 tidak dapat dilakukan pelayanan karena keterbatasan waktu sehingga
dilakukan di hari selanjutnya. Dapat dilihat pada gambar berikut,

Gambar 12. Tabel rekapitulasi rute perjalanan setiap penera

Rute perjalanan masing masing penera juga dapat divisualisasi menggunakan map seperti
pada gambar berikut,

103
Gambar 13. Visualisasi map rute perjalanan Penera C dan D

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan hasil pembahasan di atas, dapat disimpulkan pemetaan e-route dalam


pembuatan jadwal pelayanan tera/tera ulang Unit Metrologi Legal Kabupaten Tangerang
dapat dilakukan. Proses penginputan perekaman letak lokasi UTTP dan penggunaan alatnya
dapat terekam dengan cepat dan tepat. Hasil yang diberikan tidak hanya berbentuk jadwal
pelayanan namun visualisasi rute perjalanan menggunakan map, total jarak tempuh setiap
penera dan total waktu yang digunakan. Dengan menggunakan pemeraan e-route ini
diharapkan pembuatan jadwal menjadi lebih mudah, para penera dapat tiba di lokasi dengan
tepat dan cepat. pelayanan tera/tera ulang menjadi lebih efisien.

Pemetaan e-route ini juga memiliki keterbatasan yaitu ketika input lokasi UTTP menggunakan
google form jika pengguna tidak mengizinkan google form untuk merekam letak lokasi
pengguna maka koordinat tidak akan terbaca sehingga pemetaan e-route ini tidak dapat
dilakukan. Penggunaan pemetaan e-route menggunakan vehicle routing ini juga terbatas,
maksimal penera yaitu 2 (dua) dan maksimal titik lokasi yaitu 10 (sepuluh). Jika lebih dari 2
(penera) dan lebih dari 10 (sepuluh) titik lokasi maka menggunakan tambahan tampilan yang
berbeda.

REFERENSI

BPS Provinsi Banten, ‘Jumlah Perusahaan Industri Besar dan Sedang Menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Banten 2016-2018’, [online],
(http://banten.bps.go.id/indicator/9/212/1/jumlah-perusahaan-industri-besar- dan-sedang-
menurut-kabupaten-kota-di-provinsi-banten.html, diakses tanggal 29 Maret 2022).
Erika Fatma, Winanda Kartika., 2017., ‘Penjadwalan dan Penentuan Rute Distribusi
Komoditas ke Wilayah Timur Indonesia’. Jurnal Optimasi Sistem Industri, Vol. 16 No. 1
(2017) 40-49, ISSN (Print) 2088-4842, ISSN (Online) 2442-8795.

104
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 62 Tahun 2003 tentang
Pedoman Umum Pelayanan Publik
Neneng Siti Maryam., 2016., ‘Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik’.
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi, Volume VI No.1 / Juni 2016.
Ombudsman, ‘Akibat Pelayanan Pemerintah Buruk, Kepercayaan Publik Merosot, Investasi
Indonesia Terancam’, [online], (http://ombudsman.go.id/perwakilan/news/r/pwk/--akibat-
pelayanan-pemerintah- buruk-kepercayaan-publik-merosot-investasi-indonesia-terancam,
diakses tanggal 29 Maret 2022).
Peraturan Menteri Perdagangan nomor 115 tahun 2018 tentang Unit Metrologi Legal Undang
Undang nomor 25 tentang Pelayanan Publik
Syarif ab., 2021., ‘Pelayanan Publik Berkualitas Jadi Indkator Keberhasilan Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah’, [online], (https://portal.manggaraibaratkab.go.id/pelayanan-publik-
berkualitas-jadi-indikator-keberhasilan-penyelengaraan-pemerintah-daerah/, diakses
tanggal 18 Juli 2022).
Toth P, Vigo D., 2002., ‘An Overview of Vehicle Routing Problems’. Di dalam Toth P, Vido D,
editor. The Vehicle Routing Problem. Philadelphia (US): Siam. hlm 1-26
Ulan Ria, Ike., 2017., ‘Pengaruh Keberadaan Industri Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi
Masyarakat di Desa Talaga Kecamatan Cikupa Kabupaten Tangerang (Studi Kasus PT.
Rinnai)’,(Skripsi Sarjana, Universitas Islam Negeri, 2017)

105
PENENTUAN PERUBAHAN LUASAN EFEKTIF PISTON-SILINDER PADA PRESSURE
BALANCE PADA PERLUASAN RENTANG TEKANAN DIFERENSIAL SAMPAI 10 kPa

Gigin Ginanjar1), R Rudi Angoro1), Adindra V Ega1)


1)
Pusat Riset Teknologi Pengujian dan Standar – BRIN
gigin.ginanjar@brin.go.id

ABSTRACT
Changes in the effective area of the piston-cylinder pressure balance with identical effective
areas are compared to small changes in line pressure for differential pressure measurements
up to 10 kPa. The method used is to change the line pressure value for each identical pressure
balance and its effect when compared to the line pressure value using a non-identical pressure
balance. By swapping the positions of the pistons on an identical pressure balance, the
unknown pressure value is compensated. Changes in the value of the piston-cylinder area at
a small change in line pressure can determine the effective piston-cylinder area in the entire
pressure range. The difference in effective area between the full range and the developed
method is 5 x 10-5 which can be used as a basis for providing calibration services, especially
in the differential pressure range.
Keywords: effective area, piston-cylinder, pressure balance, differential pressure

ABSTRAK
Perubahan luasan efektif piston-silinder pressure balance dengan luasan efektif yang identik
dibandingkan terhadap perubahan yang kecil pada line pressure untuk pengukuran tekanan
diferensial sampai 10 kPa. Metode yang dipergunakan adalah dengan mengubah nilai line
pressure pada masing-masing pressure balance identik dan pengaruhnya apabila
dibandingkan dengan nilai line pressure yang menggunakan pressure balance yang tidak
identik. Dengan menukarkan posisi piston pada pressure balance identik, nilai tekanan yang
tidak diketahui akan terkompensasi. Perubahan nilai luasan piston-silinder pada nilai
perubahan yang kecil pada line pressure dapat menentukan luasan efektif piston-silinder
pada keseluruhan rentang tekanan. Perbedaan luasan efektif antara rentang penuh dan
metode yang dikembangkan adalah 5 x 10-5 yang dapat dipergunakan sebagai dasar
penyediaan layanan kalibrasi terutama pada rentang tekanan diferensial.
Kata kunci : luasan efektif, piston-silinder, pressure balance, tekanan diferensial

PENDAHULUAN

Ketertelusuran pengukuran tekanan terutama pada rentang tekanan diferensial antara 10 kPa
sampai dengan 100 kPa sangat diperlukan, salah satu pengunaan sensor tekanan diferensial
adalah pada ventilator. Pada umumnya ventilator mempergunakan gabungan sensor tekanan
dan aliran sebagai penentu tambahan volume udara yang akan masuk pada seorang pasien.
Dengan banyaknya ventilator darurat yang dikembangkan oleh penelitan anak bangsa
menyebabkan ketertelusuran dari pengukuran memegang peranan sangat penting. Pada
umumnya ventilator darurat diuji/kalibrasi menggunakan ventilator terster yang mempunyai
kelas akurasi yang lebih baik. Beberapa cara untuk menjamin ketertelusuran ventilator tester
dan yang paling utama adalah membangun sistem ketertelusuran yang tidak terputus. Pada
rentang tekanan diferensial khususnya mempunyai keunikan dikarenakan adanya dua

106
masukan tekanan yang berbeda, sedangkan rentang perbedaan tekanan yang relatif kecil
dengan akurasi yang kecil.

Penyediaan ketertelusuran pada rentang diferensial telah direaliasaikan pada SNSU-BSN


(Ega,2019) baik dengan mengunakan dua Pressure Balance (PB) yang berbeda nominal
area ataupun mempenggunakan satu pressure balance dengan satu presision pressure
monitor. Pada perkembangan selanjutnya pengunaan double pressure balance yang identik
dapat direalisasikan, sehingga pada penelitian ini kalibrasi luasan dari efektif area pada
pressure balance dengan nominal identik dapat dilihat pengaruhnya (Ginanjar, 2018).
Penelitian ini merupakan langkah awal dan persiapan rantai ketertelusuran dengan
melakukan penentuan luasan efektif piston dengan pada rentangan tekanan diferensial.

KETERTELUSURAN PENGUKURAN TEKANAN RENTANG DIFERENSIAL

Ketertelusuran dari pengukuran tekanan rentang differesial yang akan dibangun dapat
diilustrasikan sepeti gambar (1) dibawah ini.

Gambar 1. Ketertelusuran tekanan mode diferensial pressure menggunakan dua pressure


balance

Pada umumnya sebagai reference standar adalah double pressure balance atau manometert
pipa U baik mengunakan media merkuri/oli, dengan kerumitan sarana dan prasarana
padaumumnya realisasi ini hanya dapat dilakukan oleh Nasional Metrologi Institute (NMI) dan
saat ini SNSU–BSN dapat merealisasikan dengan mengaplikasikan double pressure balance
dengan berbeda nilai nominal area. Akan tetapi dalam perkembangannya dengan
merealisasikan sistem pengukuran menjadi double pressure balance identik akan
mempermudah pengunaan dan diharapkan memperoleh nilai dan ketidakpastian yang jauh
lebih baik. Akan tetapi dalam realisasi ketertelusuran pada gambar (1) yang dilingkari nilai
luasan effektif PB dapat diketahui dengan melakukan kalibrasi terhadap PB yang telah
diketahui nilai luasan pada tekanan nol mengunakan metode dimensional.

Rantai ketertelusuran pada rentang tekanan diferensial dapat dilakukan oleh lab kalibrasi
yang terakreditasi yang mempunyai peralatan tekanan kalibrator yang tertelusur. Pada lab
kalibrasi maupun industri relatif banyak pengukuran tekanan diferensial dengan meggunakan

107
peralatan digital yang mepunyai tingkat keakuratan yang relatif cukup baik. Pada end user
peralatan dengan rentang tekanan diferensial terbentang dari rentang diffrerensial, rentang
coumpond dan rentang tekanan negatif walaupun terkadang pada sisi input tekanan rendah
terbuka pada tekanan udara luar.

PENGUKURAN RENTANG TEKANAN DIFERENSIAL MENGUNAKAN DUA PRESSURE


BALANCE YANG IDENTIK

Realisasi diferensial pressure pada umumnya dapat mengunakan dua sumber tekanan
seperti yang dapat dilihat dari gambar (2) dibawah ini

Gambar 2. Setup pengukuran rentang tekanan diferensial menggunakan dua pressure


balance

Pada pengukuran rentang tekanan diferensial, luaran tekanan adalah perbedaan nilai tekanan
antara PB 1 dan PB 2, dengan nilai line presssure tertentu seperti terlihat pada gambar (2)
yang ditandai dengan port L. Langkah pertamaa untuk melakukan pengukuran pada rentang
tekanan diferensial adalah membangkitkan tekanan yang berasal dari pressure source untuk
hal ini adalah menggunakan gas nitrogen dengan spefifikasi Ultra High Purity (UHP).
Kemudian seluruh sistem dibangkitkan dengan tekanan line pressure mengunakan pompa1
atau pompa 2 dengan valve 1 terbuka dan valve vent tertutup. Nilai tekanan yang dibangkitkan
dapat bervariasi untuk setiap instrumen monitor hal ini ditandai nilai rentang tekanan yang
diperbolehkan untuk hal ini ditandai dengan port L. Pada tahap ini penunjukan tekanan pada
diff pressure monitor seharusnya adalah nol. Dengan melakukan penutupan valve 1 maka
akan terjadi perbedaan tekanan antara port H dan Port L apabila ada perbedaan yang
signifikan tekanan dibangkitkan pada port H.

Dikarenakan pengunaan dua pressure balance identik maka nilai luasan efektif, berat massa
(weight) pada PB 1 ataupun PB 2 adalah sama. Sehingga sangat mempermudah apabila
diaplikasikan pada rentang tekanan difrerensial karena nilai masukan tekanan pada port L
maupun port H dapat ditukarkan dengan kombinasi yang sama pada PB. Ini akan

108
mengkonpensasi efek kesalahan dari komponen PB yang tersisa yaitu hanya komponen
suhu, kemiringan untuk masing-masing PB apabila pertukaran massa dilakukan
(Ginanjar,2018)

Walaupun sangat mempermudah nilai tekanan keseimbangan dapat diperoleh untuk port L
Perlu diketahui dengan melakukan kalibrasi pada titik tekanan sehingga luasan PB2 pada line
pressure hanya pada rentang yang diperbolehkan yaitu rentang maksimum line pressure pada
differential pressure monitor.

PERHITUNGAN TEKANAN YANG DIBANGKITKAN OLEH PRESSURE BALANCE DAN


LUASAN EFFEKTIF PADA PRESSURE BALANCE IDENTIK

Nilai luasan efektif pada umumnya diperoleh dengan melakukan kalibrasi pada rentang
keseluruhan (Euramet cg3,2011), akan tetapi pada rentang tekanan yang sangat rendah nilai
perubahan distorsi luasan piston dianggap sangat kecil dikarenakan oleh tekanan yang
dibangkitkan juga kecil (Ginanjar,2018)

Tekanan yang dibangkitkan oleh Pressure balance menggunakan persamaan (1) dibawah ini
𝜌
∑ 𝑀(1− 𝑢 )𝑔
𝜌𝑀
𝑃=𝐴 (1)
𝑜 (1+𝛽𝑃𝑁 +𝛼(𝑡𝑝 −20)

Dimana

M adalah nilai massa yang diangkat termasuk masa piston, g nilai gravitasi lokal, Ao adalah
nilai luasan efektif dari piston /silinder pressure balance yang pada umumnya diperoleh dari
sertifikat kalibrasi ,tp adalah nilai suhu piston dan silinder, α adalah nilai koefisien tempertatur
piston dan silinder dan β adalah nilai koefisien distorsi piston dan silinder dan PN adalah
nominal tekanan yang dibangkitkan

Dapat dilihat dari gambar (2) dapat juga digunakan sebagai setup untuk kalibrasi untuk
pressure balance (Euramet cg17,2019) dengan cara menghilangkan diff pressure monitor,
dikarenakan pressure monitor ini akan membatasi tekanan yang akan dibangkitkan oleh
masing-masing PB terutama terkait line pressure. Walaupun dapat pula merubah tekanan line
pressure semakin tinggi akan tetapi hal ini tidak akan dibahas pada penelitian ini dikarena
metode tersebut akan memerlukan waktu cukup lama untuk pengambilan datanya.

Metode kalibrasi yang umum dipergunakan untuk mengetahui nilai luasan efektif adalah
metode Cross Float (CF), dimana pada metode ini masing – masing PB akan diukur laju
turunnya. Jika laju masing-masing PB diketahui adalah sama dengan ketika valve 1 terbuka
at au tertutup maka dapat dipastikan tekanan yang dibangkitkan oleh PB1 dan PB 2 adalah
sama.Dan nilai luasan efektif PB 2 apabila diketahui luasan PB1, yang dapat ditemukan pada
persamaan (2). Khusus untuk tekanan nilai koefisien distorsi dapat digunakan dari pabrikan
dikarenakan bentuk dari piston yang mempunyai bentuk khusus yang mempengaruhi nilai
negatif volume bouyancy.

𝜌
∑ 𝑀(𝑃𝐵2)(1− 𝑢 )𝑔
𝜌𝑀
𝐴𝑜 (𝑃𝐵2) = 𝑃(𝑃𝐵1)(1+𝛽(𝑃𝐵2)𝑃 (2)
𝑁 +𝛼(𝑡𝑝 (𝑃𝐵2)−20)

109
HASIL DAN PEMBAHASAN

Setup pengukuran dapat dilihat dari gambar (3) dimana 2 buah pressure balance DHI/Fluke
PG7601 dengan nomer piston silinder PB1 adalah 978 dan PB2 adalah 2483. Nilai rasio
antara tekanan/massa yang dibangkitan oleh PB ini adalah 10 kPa/kg dengan luasan nominal
piston adalah 35 mm.

Masing-masing PB mempunyai massa (weight) yang dapat ditambahkan maksimal sampai 35


kg. Kedua keluaran dari PB dihubungkan pada masukan differential pressure monitor
Yokogawa MT 300 dengan line presure 10 kPa sampai dengan 50 kPa dan rentang tekanan
diferensial mulai 10 kPa. Untuk mencapai nilai tersebut massa tambahan dapat ditambahkan
pada PB1 atau PB2 sampai 100 g secara manual.

Gambar 3. Setup Kalibrasi tekanan Diferensial menggunakan dua pressure balance

Pada penelitian ini nilai line pressure yang dipergunakan adalah 10 kPa,30 kPa dan 50 kPa.
Dimana nilai 10 kPa pada pressure balance ini hanya mempergunakan massa piston saja.
Dengan massa yang kecil umumnya mempunyai nilai spin rate time yang relatif cepat, dengan
meningkatkan nilai line pressure maka akan menambah spin rate time untuk masing masing
PB. Akan tetapi walaupun ada perubahan spin time yang terpenting adalah perubahan nilai
luasan efektif dari PB2 pada tekanan tersebut dapat dilihat dari gambar tabel (1) dibawah ini.
Nilai massa tambahan diperoleh dengan mengaplikasikan persamaan (1) pada nilai tekanan
yang diperoleh /diketahui.

Nilai luasan efektif PB 2 tidak mengalami perubahan signifikan dengan bertambahnya line
pressure, dibuktikan dengan nilai deviasi yang hampir mirip dan nilai perubahan pada
differential pressure monitor yang relatif sama yang dapat dilihat seperti pada gambar (4).

110
Tabel1. Nilai luasan efektif PB 2

Tekanan Massa Luasan Efektif deviasi Beda


Nominal Line Tambahan PB2 (terhadap
Tekanan
presusure sertifikat)
Pada
Pressure
Monitor
kPa g m2 m 2
kPa
10 0.960 PB2 0.0009804962 0.000000014 0.0003~5
30 10.085 PB1 0.0009804961 0.000000014 0.0003~6
50 9.912 PB1 0.000980496 0.000000014 0.0003~7

Gambar 4 Luasan Efektif PB 2 dengan perubahan nilai line pressure

Untuk memvalidasi hasil nilai luasan efektif PB 2 dilakukan pengukuran menggunakan


diferensialf pressure monitor sesuai dengan gambar (2) dan gambar (3). Dengan
mempengunakan perubahan baik perubahan line pressure maupun perubahan posisi
masukan pada port dari line pressure yang terdapat pada tabel (2). Pada gambar (5) dapat
dilihat nilai dari tekanan yang terbaca oleh diff pressure monitor hampir serupa akan tetapi
ada perbedaan nilai tekanan yang diakibatkan oleh berbedanya tekanan yang dibangkitkan
oleh masing - masing PB.

Tabel 2. Nilai tekanan diferensial menggunakan differential pressure monitor

Tekanan Diff
pessure line Pressure (kPa)
kPa(+/-) 10 30
10 0.09961 -0.09982 0.09982 -0.09969
20 0.19938 -0.19965 0.1995 -0.19943
30 0.29915 -0.29948 0.29918 -0.29917
40 0.39892 -0.39931 0.39886 -0.39891

111
50 0.49869 -0.49914 0.49854 -0.49865
60 0.59846 -0.59897 0.59822 -0.59839
70 0.69823 -0.6988 0.6979 -0.69813
80 0.798 -0.79863 0.79758 -0.79787
90 0.89777 -0.89846 0.89726 -0.89761
100 0.99754 -0.99829 0.99694 -0.99735

Gambar 5.Nilai tekanan yang dibangkitkan PB pada diff pressure monitor dengan perubahan
line pressure

KESIMPULAN

Realisasi ketertelusuran pengukuran pada rentang tekanan diffrensial telah dapat dilakukan
pada lab tekanan SNSU-BSN dengan menggunakan dua pressure balance identik dengan
line presure (10-50 ) kPa dengan rentang tekanan diferensial mulai 10 kPa. Perhitungan
luasan efektif pada pressure balance dapat diperoleh dengan melakukan kalibrasi cross-float
pada rentang line pressure yang dikhusukan untuk pengukuran rentang tekanan difrerensial.
Dari hasil kalibrai pada rentang nilai luasan efektif pressure balance mempunyai nilai yang
mempunyai nilai deviasi masimal 5 x 10-5 yang masih dapat dipergunakan untuk
mengkalibrasi terutama pada rentang tekanan diferensial.

REFERENSI

Ega,AV., Ginanjar,G., Firmansyah, E., Utomo Z.,2021, Study on the Implementation of Single
Pressure Balance with Iterative A-B-A-B-A Method in the Differential Pressure Calibration
of Ventilator Tester,MAPAN,India [Jurnal]
Ginanjar ,G., Choi, IM., Kim ,SM, 2018, PCA exchange method for compensation of error
sources in pressure balance calibration , Measurement ,[Jurnal]
EURAMET Calibration Guide No. 17,2019, Guidelines on the Calibration of
Electromechanical Manometers, [Calibration guide]

112
EURAMET Calibration Guide No. 3 ,2011, Calibration of Pressure Balance, [Calibration guide]
Fluke.,2021, Sertifikat kalibrasi no1500318767 Piston no serial nomber 2483

113
ANALISIS HASIL VERIFIKASI ANAK TIMBANGAN KELAS M2 DENGAN METODE
PERBANDINGAN LANGSUNG

Nurti Lestari1), Ratnaningtyas Widyani P.2), dan Agus Joko P.3)


1)
UPTD Metrologi Legal Kabupaten Semarang
lestarinurti@gmail.com
2)
UPTD Metrologi Legal Kabupaten Semarang
ratnaningtyaswp11@gmail.com
3)
UPTD Metrologi Legal Kabupaten Semarang
agusjacky2@gmail.com

ABSTRACT
A study on verification results analysis of weight class M2 has been done using direct
comparison methods refers to the International Recommendation OIML R111-1 and Decree
of the Director General of Consumer Protection and Trade Order Number 123 of 2020. The
verification of standard measurement aims to preserve the standard measurement quality and
the validity of the measurement, hence the public trust in the quality of metrology services
increases. This study was conducted to determine the parameters for verification of mass
quantities in the form of conventional mass values and uncertainty. The direct comparison
method in this study was carried out by comparing the mass of the M2 class test weights with
the standard weights of class M1. The conventional mass error from the test weights
assessment results must be within the Maximum Permissible Errors (MPE) range corresponds
to the international recommendations of OIML R111-1, while the Extended Uncertainty must
not be a value greater than 1/3 of the nominal MPE of the weights. The results of weights
verification with nominal masses of 100 g, 200 g, 500 g and 1000 g show that the conventional
mass and the extended uncertainty are still within the MPE range. This study concludes that
verification of the M2 weights has met the legal requirements of the mass quantity test.
ABSTRAK
Studi analisis hasil verifikasi anak timbangan kelas M2 dengan metode perbandingan
langsung mengacu pada Rekomendasi Internasional OIML R111-1 dan Keputusan Direktur
Jenderal Perlindungan Konsumsi dan Tertib Niaga nomor 123 tahun 2020 telah dilakukan.
Verifikasi alat standar tersebut bertujuan menjaga kualitas standar ukuran dan kebenaran
pengukuran, sehingga kepercayaan masyarakat atas kualitas pelayanan metrologi semakin
meningkat. Studi ini dilakukan untuk menentukan parameter verifikasi besaran massa berupa
nilai massa konvensional dan ketidakpastian. Metode perbandingan langsung pada penelitian
ini dilakukan dengan membandingkan massa anak timbangan uji kelas M2 dengan massa
anak timbangan standar kelas M1. Kesalahan massa konvensional hasil pengujian anak
timbangan uji harus berada pada rentang Maximum Permissible Errors (MPE) sesuai
rekomendasi internasional OIML R111-1, sementara Ketidakpastian yang Diperluas tidak
boleh bernilai lebih besar dari 1/3 dari MPE nominal anak timbangan tersebut. Hasil verifikasi
anak timbangan dengan massa nominal 100 g, 200 g, 500 g dan 1000 g menunjukkan bahwa
massa konvensional dan ketidakpastian yang diperluas masih berada dalam rentang MPE.
Kesimpulan dari studi ini menjelaskan bahwa verifikasi anak timbangan M2 telah memenuhi
syarat sah pengujian besaran massa.
Kata Kunci: verifikasi, massa konvensional, ketidakpastian, kepercayaan publik, metrologi

114
PENDAHULUAN

Dalam Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2019 tentang
Standar Ukuran Metrologi Legal, kalibrasi adalah kegiatan yang dilakukan dalam kondisi
tertentu untuk menentukan perbedaan antara nilai yang ditunjukkan pada alat ukur atau nilai
standar ukuran dan nilai standar ukuran yang memiliki ketelitian lebih tinggi. Sementara
verifikasi standar ukuran adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh penera atau
pranata laboratorium untuk memastikan standar ukuran mampu tertelusur secara
kemetrologian dan memenuhi syarat teknis. Menurut Vocabulary of International Metrology
(ISO, 2007), ketertelusuran adalah sifat hasil pengukuran yang dapat dikaitkan dengan
standar yang sesuai, melalui rantai perbandingan yang tidak terputus. Ketertelusuran standar
dapat dijamin dengan melakukan pengujian verifikasi secara berkala.

Tata cara kalibrasi yang benar dan analisis perhitungan yang tepat sangat diperlukan untuk
mengetahui besarnya penyimpangan dari penunjukan yang ditampilkan oleh timbangan saat
suatu benda diletakkan di atasnya (Hayu, 2010). Melalui proses kalibrasi akan diperoleh nilai
kebenaran konvensional dari suatu alat ukur dan ketidakpastiannya (Darmawan dan Titik,
2016).

Unit Pelayanan Teknis Daerah (UPTD) Metrologi Legal Kabupaten Semarang mengemban
tugas memberikan pelayanan peneraan dan penera ulangan terhadap alat ukur, timbang,
takar dan perlengkapannya (UTTP) yang digunakan dalam transaksi perdagangan. Peneraan
atau penera ulangan adalah kegiatan pengamatan, pengujian, dan diakhiri dengan pemberian
cap tanda tera sah atau batal terhadap unjuk kerja suatu alat ukur, timbang, takar dan
perlengkapannya (UTTP). Oleh karena itu, untuk menjamin kualitas pelayanan tera/tera ulang
dan meningkatkan kepercayaan masyarakat atas kinerja UPTD Metrologi Legal, maka anak
timbangan yang digunakan dalam pelayanan harus sesuai dengan persyaratan
kemetrologian, yaitu dengan proses verifikasi alat standar sehingga kualitas standar ukuran
tetap terjaga dan terjamin kebenarannya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk memaparkan analisis bagian hasil verifikasi standar ukuran
besaran massa berupa parameter nilai kesalahan massa konvensional dan ketidakpastian
anak timbangan kelas M2 muatan 100g, 200 g, 500 g dan 1000 g, sehingga dapat diketahui
apakah anak timbangan tersebut memenuhi persyaratan lolos uji verifikasi atau tidak.

TINJAUAN PUSTAKA

Metode pengujian verifikasi standar massa dalam Metrologi Legal mengacu pada
Rekomendasi International Organization of Legal Metrology yaitu OIML R111-1 Tahun 2004.
Pengujian verifikasi besaran massa salah satunya dapat dilakukan dengan metode
perbandingan langsung. Prinsip metode perbandingan langsung adalah membandingkan
anak timbangan uji terhadap satu atau lebih anak timbangan standar dengan nominal yang
sama (Marliani dan Ridwan, 2017).

Keberhasilan verifikasi besaran massa dikontrol oleh dua parameter yang harus sesuai
dengan syarat kemetrologian, yaitu massa konvensional dan ketidakpastian (OIML, 2004).
Dalam Syarat Teknis Nomor 123 Tahun 2020 tentang Standar Ukuran Besaran Massa, massa
konvensional adalah nilai massa hasil penimbangan di udara pada kondisi konvensional yaitu
115
20°C, massa jenis udara sebesar 1,2 kg/m3 dan massa jenis benda 8000 kg/m3. Tingkat
ketelitian massa konvensional diatur dengan dokumen OIML R 111-1, sehingga kelas anak
timbangan harus ditentukan dengan tepat (Lee dan Kwang, 2013).

Ketidakpastian pengukuran merupakan parameter hasil pengukuran yang memberikan


karakter sebaran nilai-nilai yang secara layak dapat diberikan pada besaran ukur (ISO Guide
98, 2008). Ketidakpastian pengukuran adalah parameter non-negatif yang menggambarkan
sebaran nilai kuantitatif suatu besaran ukur berdasarkan informasi yang digunakan.
Parameter tersebut akan menunjukkan rentang di mana nilai benar dari suatu hasil
pengukuran berada, sehingga dapat dijadikan salah satu cara untuk menggambarkan mutu
hasil pengukuran (ISO Guide 99, 2007).

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium UPTD Metrologi Legal, Jln. Erlangga Raya no 1
Langensari, Ungaran Barat Kabupaten Semarang dengan metode perbandingan langsung
antara anak timbangan standar M1 dengan anak timbangan uji M2.

Alat dan bahan

Peralatan yang digunakan adalah timbangan elektronik merk Mettler Toledo, tipe JS6002G,
kapasitas 6.200 g dengan resolusi 0.01 g dan tipe ME204, kapasitas 220 g dengan resolusi
0.0001 g. Anak timbangan standar (ATS) yang digunakan adalah anak timbangan kelas M1
merk ASW stainless steel bermassa nominal 1 mg – 1 kg yang telah tertelusur ke Balai
Standardisasi Metrologi Legal Regional II. Peralatan lain yang digunakan adalah kaus tangan,
pinset, kuas halus, tisu halus, thermohygrometer, alkohol, log book, timah justir dan amplas
halus. Sementara bahan yang digunakan adalah anak timbangan merk SSS kelas M2
kuningan bermassa nominal 1 g – 1000 g sebagai anak timbangan uji/Unit Under Test (UUT).
Pada penelitian ini diambil 4 sampel anak timbangan yang akan dilakukan perhitungan, yaitu
muatan 100 g, 200 g, 500 g dan 1000 g.

Gambar 1. Peralatan dan bahan penelitian berupa timbangan elektronik, anak


timbangan standar dan anak timbangan uji.

Prosedur pengujian

Metode pengujian serta perhitungan analisis data verifikasi anak timbangan M2 dengan
metode perbandingan langsung mengacu pada referensi OIML R111-1 : 2004, JCGM 100 :
2008 dan Syarat Teknis Nomor 123 Tahun 2020 tentang Standar Ukuran Besaran Massa.
Prosedur pengujian secara sederhana yaitu dengan membandingkan pembacaan timbangan
116
anak timbangan uji dengan anak timbangan standar kelas lebih tinggi yang massa nominalnya
sama.
1. Skema penimbangan
Skema penimbangan verifikasi ini menggunakan skema ABBA (ATS-UUT-UUT-ATS)
dengan jumlah pengulangan sebanyak 1 seri (OIML, 2004).
2. Syarat kemetrologian
Verifikasi anak timbangan dinyatakan lolos apabila kesalahan massa konvensional
berada dalam batas Maximum Permissible Errors (MPE) dan ketidakpastian yang
diperluas harus kurang dari sama dengan 1/3 MPE muatan anak timbangan tersebut.
3. Perhitungan hasil verifikasi anak timbangan
a. Selisih penimbangan antara anak timbangan uji terhadap anak timbangan standar
𝐼𝑡1 −𝐼𝑟1 +𝐼𝑡2 −𝐼𝑟2
∆𝐼 = 2
(1)

keterangan:I : deviasi massa B terhadap A


It : penunjukan timbangan pada saat dimuati UUT (B)
Ir : penunjukan timbangan pada saat dimuati ATS (A)
b. Selisih massa konvensional anak timbangan uji terhadap anak timbangan standar
1 1
∆𝑚𝑐 = ∆𝐼 + (𝑚𝑐𝑟 (𝜌𝑎 − 𝜌0 ) × (𝜌 − 𝜌 )) (2)
𝑡 𝑟

keterangan:∆mc : selisih massa konvensional antara UUT terhadap ATS


mcr : massa konvensional ATS (A)
I : deviasi massa B terhadap A
ρa : densitas udara ruang penimbangan
ρ0 : densitas udara konvensional
ρr : densitas ATS (A)
c. Massa konvensional unit under test (UUT)
𝑚𝑐𝑡 = ∆𝑚𝑐 + 𝑚𝑐𝑟 (3)
keterangan:mct : massa konvensional UUT (B)
∆mc : selisih massa konvensional antara UUT terhadap ATS
mcr : massa konvensional ATS (A)
d. Kesalahan anak timbangan
𝐸 = 𝑚𝑜 − 𝑚𝑐𝑡 (4)
keterangan:E : kesalahan UUT
mo : massa nominal UUT

4. Perhitungan ketidakpastian hasil verifikasi


a. Pengulangan penimbangan (repeatability)
Untuk verifikasi anak timbangan kelas F dan M yang dilakukan kurang dari 3 seri
penimbangan ABBA maka derajat kebebasan ϑw ditentukan bernilai 50 dengan
asumsi tingkat kepercayaan 95% sehingga persamaan yang digunakan adalah
sebagai berikut:
𝑚𝑎𝑥(𝐼𝑡 −𝐼𝑟 )−𝑚𝑖𝑛(𝐼𝑡 −𝐼𝑟 )
𝑢𝑤 = 2×√3
(5)

117
keterangan:uw : ketidakpastian akibat pengulangan penimbangan
It : penunjukan timbangan pada saat dimuati UUT (B)
Ir : penunjukan timbangan pada saat dimuati ATS (A)
b. Penggunaan Anak Timbangan Standar (ATS)
Pada penelitian ini menggunakan ketidakpastian dari penggunaan ATS yaitu
sertifikat kalibrasi ATS
𝑢𝑠𝑒𝑟
𝑢𝑠 = 𝑘
(6)

keterangan:us : ketidakpastian massa referensi


user : ketidakpastian ATS sesuai sertifikat

Derajat kebebasan berdasarkan sertifikat kalibrasi ϑs ditentukan sebesar 200 untuk


tingkat kepercayaan 95% dengan nilai k = 2 dan koefisien sensitivitas Cs bernilai 1.
c. Ketidakpastian resolusi pembacaan skala timbangan
Ketidakpastian yang diakomodasi akibat pembacaan digit timbangan elektronik
atau akibat resolusi ditentukan sebagai berikut:
𝑑⁄
2
𝑢𝑟𝑒𝑠 = √2 (7)
√3

keterangan:ures : ketidakpastian resolusi pembacaan skala timbangan


d : interval skala timbangan elektronik
Faktor pengali √2 sebagai akibat pembacaan timbangan elektronik 2 kali, yaitu saat
ATS dinaikkan dan saat UUT dinaikkan. Derajat kebebasan ϑres ditentukan sebesar
50 dengan asumsi tingkat kepercayaan 95%. Koefisien sensitivitas akibat resolusi
Cres timbangan bernilai 1.
d. Drift anak timbangan standar
Drift anak timbangan standar merupakan kecenderungan ketidakstabilan nilai
massa konvensional ATS yang ditentukan dari beberapa sertifikat kalibrasi.
𝑆𝑡𝑑 𝑑𝑒𝑣𝑖𝑎𝑠𝑖
𝑢𝑑𝑟𝑖𝑓𝑡 = 2√3
(8)

Di mana udrift adalah nilai ketidakpastian drift ATS. Std deviasi merupakan nilai
standar deviasi yang ditentukan dengan persamaan
1
̅ 𝑖 )2
𝑆𝑡𝑑 𝑑𝑒𝑣𝑖𝑎𝑠𝑖 = √𝑛−1 ∑𝑛𝑖=1(∆𝑙𝑖 − ∆𝑙 (9)
Nilai derajat kebebasan drift ϑdrift ditentukan sebesar 50 dengan asumsi tingkat
kepercayaan 90%. Koefisien sensitivitas untuk kedua komponen tersebut Cdrift
bernilai 1.
e. Buoyancy udara
Meskipun koreksi akibat buoyancy udara dapat diabaikan, tetapi nilai
ketidakpastiannya tidak dapat diabaikan. Komponen yang memberi kontribusi
terhadap ketidakpastian buoyancy adalah penentuan nilai densitas udara ruangan.
Densitas udara ruang penimbangan ditentukan sebesar nilai konvensional yaitu 1,2
kg/m3 dengan asumsi rentang nilai + 10%. Nilai ketidakpastian akibat densitas
udara adalah sebagai berikut:
0,12
𝑢𝐵 = 𝑘𝑔⁄𝑚3 (10)
√3
118
Derajat kebebasan ϑB ditentukan sebesar 50 sedangkan nilai koefisien sensitivitas
CB ditentukan oleh rumus berikut ini:
𝜕𝑚𝑐𝑡 𝜌 −𝜌
𝑐𝐵 = 𝜕𝜌𝑎
= 𝑚𝑐𝑟 ( 𝜌𝑟 𝜌 𝑡 ) (11)
𝑟 𝑡

Keterangan: cB : koefisien sensitivitas akibat buoyancy


ρr : densitas ATS
ρt : densitas UUT
f. Ketidakpastian Standar Gabungan
Ketidakpastian baku gabungan adalah gabungan ketidakpastian masing-masing
unsur yang memberikan kontribusi pada ketidakpastian pengukuran, yang
dirumuskan sebagai berikut.

2
𝑢𝑐 = √(𝑢𝑤 𝑐𝑤 )2 + (𝑢𝑟 𝑐𝑟 )2 + (𝑢𝑑𝑟𝑖𝑓𝑡 𝑐𝑑𝑟𝑖𝑓𝑡 ) + (𝑢𝑟𝑒𝑠 𝑐𝑟𝑒𝑠 )2 + (𝑢𝐵 𝑐𝐵 )2 (12)

g. Derajat Bebas Efektif


Derajat bebas efektif ϑeff diberikan dengan persamaan berikut.
𝑢𝑐4
𝜗𝑒𝑓𝑓 = 4 4
(13)
(𝑢𝑤 𝑐𝑤 )4 (𝑢𝑟 𝑐𝑟 )4 (𝑢𝑑𝑟𝑖𝑓𝑡 𝑐𝑑𝑟𝑖𝑓𝑡 ) (𝑢 𝑐 )4 (𝑢 𝑐 )
+ + + 𝑟𝑒𝑠 𝑟𝑒𝑠 + 𝐵 𝐵
𝜗𝑤 𝜗𝑟 𝜗𝑑𝑟𝑖𝑓𝑡 𝜗𝑟𝑒𝑠 𝜗𝐵

h. Ketidakpastian yang Diperluas


Model matematika untuk ketidakpastian diperluas sebagai berikut.
𝑈 = 𝑡95 (𝜗𝑒𝑓𝑓 ) × 𝑢𝑐 = 𝑘 ∙ 𝑢𝑐 (14)
5. Diagram Ishikawa ketidakpastian

Gambar 2. Diagram Ishikawa Ketidakpastian Verifikasi Anak Timbangan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengujian verifikasi pada kondisi laboratorium pada suhu 22°C dan kelembapan udara
69 % adalah sebagai berikut.

Massa konvensional

Massa konvensional diperoleh dengan perhitungan sesuai dengan persamaan (1), (2) dan
(3). Nilai massa konvensional selanjutnya digunakan untuk perhitungan kesalahan massa
konvensional UUT (E).

119
Tabel 1. Data pengujian anak timbangan standar dan anak timbangan uji skema ABBA

𝑚𝑜 Penunjukan Timbangan Elektronik ∆𝐼 (g) 𝑚𝑐𝑟 𝑚𝑐𝑡


(g) 𝐼𝑟1 (g) 𝐼𝑡1 (g) 𝐼𝑡2 (g) 𝐼𝑟2 (g) (g) (g)
1000 0.00 -0.07 -0.07 0.00 -0.07 1000.018 999.948
500 0.00 0.03 0.03 -0.01 0.04 500.0162 500.0512
200 0.0000 0.0280 0.0280 0.0000 0.0280 199.9999 200.0279
100 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 99.9974 99.9974
Tabel 1 menunjukkan selisih penimbangan (∆I) dan massa konvensional UUT (mct).
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dituangkan dalam Tabel 1, nilai massa
konvensional yang diperoleh adalah 999.948 g, 500.0512 g, 200.0279 g dan 99.9974 g.
Besarnya massa konvensional UUT dipengaruhi oleh massa konvensional ATS yang
diperoleh dari sertifikat verifikasi ATS.

Kontribusi ketidakpastian

Nilai-nilai ketidakpastian berdasarkan referensi OIML R111-1 : 2004 dan ISO Guide 98 : 2008
meliputi ketidakpastian akibat pengulangan penimbangan (repeatability), penggunaan anak
timbangan standar (sesuai sertifikat dan drift ATS), resolusi timbangan elektronik, serta
buoyancy udara.

Tabel 2. Kontribusi Ketidakpastian Hasil Verifikasi Anak Timbangan Uji

Timbangan Elektronik
𝒎𝒐 𝒖𝒘 𝒖𝒓𝒆𝒔 𝒖𝑺 𝒖𝒅𝒓𝒊𝒇𝒕 𝒖𝑩
Resolusi Repeatability
(g) (± g) (± g) (± g) (± g) (± g)
(g) (g)
1000 0.01 0.009 0.0028 0.0041 0.0075 0.0023 0.0011
500 0.01 0.009 0.0028 0.0041 0.0037 0.0012 0.00055
200 0.0001 0.00014 0.000044 0.000041 0.0015 0.00046 0.00022
100 0.0001 0.00014 0.000044 0.000041 0.00075 0.0023 0.00011

Tabel 2 menyajikan hasil perhitungan kontribusi setiap komponen ketidakpastian. Nilai


ketidakpastian akibat repeatability (uw) dan resolusi (ures) dipengaruhi oleh penggunaan
timbangan elektronik, di mana muatan yang diuji dengan timbangan elektronik yang sama
akan menghasilkan nilai ketidakpastian yang sama pula.

Nilai ketidakpastian sesuai sertifikat kalibrasi ATS (us) dan drift ATS (udrift) pada Tabel 2
memiliki nilai yang berbeda-beda sebagai pengaruh dari penggunaan ATS. Diperoleh nilai us
untuk muatan 100 g, 200 g, 500 g dan 1000 g berturut-turut adalah ±0.00075 g, ±0.0015 g,
±0.0037 g dan ±0.0075 g. Nilai udrift untuk muatan 100 g, 200 g, 500 g dan 1000 g berturut-
turut adalah ±0.0023 g, ±0.00046, ±0.0012 g, dan ±0.0023 g. Sementara nilai ketidakpastian
buoyancy ub yang dipengaruhi oleh densitas udara ruangan verifikasi untuk muatan 100 g,
200 g, 500 g dan 1000 g berturut-turut adalah ±0.00011 g, ±0.00022 g, ±0.00055 g, dan
±0.0011 g.

120
Kesalahan dan ketidakpastian yang diperluas

Tabel 3. Hasil Perhitungan Kesalahan dan Ketidakpastian yang Diperluas

𝒎𝒐 (g) 𝒖𝑪 (± g) 𝝑𝒆𝒇𝒇 E (g) MPE (± U (95%) (± 1/3 MPE (± Status


g) g) g)

1000 0.0094 262.09 0.052 0.16 0.019 0.053 Lolos

500 0.0063 116.337 -0.0512 0.08 0.013 0.027 Lolos

200 0.0016 240.976 -0.0279 0.03 0.003 0.01 Lolos

100 0.0024 61.263 0.0026 0.016 0.005 0.0053 Lolos

Tabel 3 menunjukkan hasil perhitungan nilai kesalahan massa konvensional (E) dan nilai
ketidakpastian diperluas (U) setiap anak timbangan yang terentang pada tingkat kepercayaan
95% serta faktor cakupan k = 2. Kedua parameter tersebut digunakan untuk menentukan
status verifikasi yaitu lolos atau tidak. Ketidakpastian baku gabungan (uc) mewakili gabungan
nilai ketidakpastian masing-masing unsur yang memberikan kontribusi pada ketidakpastian
pengukuran. Perhitungan derajat bebas efektif dari ketidakpastian gabungan untuk
memperoleh faktor pengali yang akan digunakan pada perhitungan ketidakpastian diperluas
U.

Pada tabel 3, nilai E yang ditunjukkan oleh massa nominal UUT 100 g, 200 g, 500 g dan 1000
g berturut-turut adalah 0.0026 g, -0.0279 g, -0.0512 g dan 0.052 g masih berada dalam batas
MPE. Sementara nilai U yang ditunjukkan 4 unit UUT tidak lebih dari batas maksimum yang
diizinkan (1/3 MPE), yaitu ±0.005 g, ±0.003 g, ±0.013 g dan ±0.019 g. Karena parameter
kesalahan massa konvensional (E) dan ketidakpastian yang diperluas (U) memenuhi
persyaratan kemetrologian, maka hasil pengujian verifikasi anak timbangan M2 100 g, 200 g,
500 g dan 1000 g dinyatakan lolos.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Dari hasil penelitian empat anak timbangan kelas M2 muatan 100 g, 200 g, 500 g, dan 1000
g, dapat disimpulkan bahwa seluruh unit muatan memiliki nilai kesalahan massa konvensional
E masih berada dalam batas MPE dan ketidakpastian yang diperluas U tidak melebihi 1/3
MPE masing-masing muatan. Sehingga, sesuai dokumen Organisation Internationale de
Metrologie Legale R111-1 : 2004 serta Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen
dan Tertib Niaga Nomor 123 Tahun 2020 tentang Syarat Teknis Standar Ukuran Metrologi
Legal Besaran Massa, pengujian anak timbangan kelas M2 merk SSS muatan 100 g, 200 g,
500 g dan 1000 g dinyatakan lolos verifikasi. Rekomendasi lebih lanjut terkait penelitian ini
adalah pentingnya pengkondisian ruangan dengan lebih baik terkait suhu dan kelembapan,
perawatan peralatan standar yang baik, serta operator verifikasi yang kompeten agar
keakurasian hasil verifikasi dapat terjaga.

121
REFERENSI

Darmawan & Titik Istirohah. 2016. Studi Analisis Ketidakpastian Hasil Kalibrasi Timbangan
dan Mistar Terhadap Keberterimaan Pengujian Gramatur Kertas. Jurnal Selulosa; 6 (2):
95 – 104, (https://jurnalselulosa.org/index.php/jselulosa/article/view/99/121, diakses
tanggal 4 Maret 2021).
Hayu, Renanta. 2010. Analisis Ketidakpastian Kalibrasi Timbangan Non-Otomatis dengan
Metoda Perbandingan Langsung Terhadap Standar Massa Acuan. Jurnal Standardisasi;
12(1): 64-68, (https://www.researchgate.net/publication/242707061, diakses tanggal 3
Maret 2021)
ISO Guide 99:2007. 2007. International Vocabulary of Metrology – Basic and General
Concepts and Associated Terms (VIM). Geneva, Switzerland.
ISO Guide 98:2008. 2008. Uncertainty of Measurement – Guide to The Expression of
Uncertainty in Measurement. Geneva, Switzerland.
JCGM 100:2008. 2008. Evaluation of measurement data- Guide to the expression of
uncertainty in measurement.
Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga Nomor 123 Tahun
2020 tentang Syarat Teknis Standar Ukuran Metrologi Legal Besaran Massa.
Lee, Sungjun & Kwang Pyo Kim. 2013. Interpretation of Conventional Mass. International
Journal of Modern Physics: Conference Series; 24: 1360038.
(https://www.worldscientific.com/doi/epdf/10.1142/S2010194513600380, diakses tanggal
3 Maret 2021).
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 52 Tahun 2019 tentang Standar Ukuran Metrologi
Legal
Marliani, Reni Sri & Mohammad Ridwan. 2017. Pengujian Anak Timbangan Kelas F2
dengan Metode Perbandingan Langsung dan Diseminasi. Insan Metrologi Vol 1 (4): 39 –
48. [pdf] (http://ppsdk.kemendag.go.id/publikasi/majalah-insan-metrologi/,
diakses tanggal 4 April 2021).
OIML R111-1:2004. 2004. Weights of Classes E1, E2, F1, F2, M1, M1-2, M2, M2-3 and M3.

122
PEMANFAATAN BLOCKCHAIN UNTUK MENINGKATKAN KETERTELUSURAN
METROLOGI

Luthfiana Arista
1)
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sleman
luthfianaarista@gmail.com

ABSTRACT
Metrological traceability is defined as a property of measurement results that can be linked to
a stated reference standard through an unbroken and documented chain of calibrations, with
stated measurement uncertainties. Although this definition ensures that each measuring
instrument can be traced to national and international metrological standards, only the
reference standard that is directly above the instrument are listed in the calibration certificate,
or commonly known as the Surat Keterangan Hasil Pengujian (SKHP). The use of blockchain
technology has been studied several times as a solution to overcome these traceability
problems. In this paper, we will examine how blockchain technology can be useful in
metrology, especially to increase metrological traceability in the application of digital SKHP. In
addition, this paper will also examine the obstacles that may be encountered in the process of
using this technology in metrology.
Keywords: blockchain, metrological traceability, digital certificate

ABSTRAK
Ketertelusuran metrologi didefinisikan sebagai suatu sifat hasil pengukuran yang hasilnya
dapat dikaitkan dengan suatu standar referensi yang telah ditentukan melalui rantai kalibrasi
yang tak terputus dan terdokumentasi, dengan ketidakpastian pengukuran tertentu. Meskipun
definisi tersebut memastikan setiap alat ukur dapat ditelusuri hingga ke standar metrologi
nasional maupun internasional, akan tetapi standar referensi yang berada tepat di atas alat
tersebut saja yang tercantum dalam sertifikat kalibrasi, atau yang umum dikenal dengan istilah
Surat Keterangan Hasil Pengujian (SKHP). Pemanfaatan teknologi blockchain telah beberapa
kali diangkat sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan ketertelusuran tersebut. Dalam
tulisan ini, akan dikaji bagaimana teknologi blockchain dapat bermanfaat di bidang metrologi,
terutama terkait dengan meningkatkan ketertelusuran metrologi dalam penerapan inovasi
SKHP digital. Selain itu akan dikaji pula hambatan-hambatan yang mungkin dihadapi dalam
proses pemanfaatan teknologi tersebut di bidang metrologi.
Kata Kunci: blockchain, ketertelusuran metrologi, SKHP digital

PENDAHULUAN

Dalam kehidupan sehari-hari alat dan instrumen pengukuran memainkan peran yang sangat
penting. Hal ini karena pengukuran sangat penting untuk memastikan kualitas produksi dan
pertukaran barang dan jasa, juga berbagai aspek kehidupan lain yang tidak kalah pentingnya.
Sehingga, memastikan keakuratan dari berbagai alat ukur melalui pengujian yang dilakukan
secara berkala adalah suatu tugas yang sangat penting (Gadelrab & Abouhogail, 2021).
Dalam perkembangan ilmunya, metrologi sudah dipercaya selama berabad-abad untuk
memastikan kebenaran pengukuran dari alat-alat ukur tersebut.
Salah satu output yang penting dari kegiatan kemetrologian adalah Surat Keterangan Hasil
Pengujian (SKHP), yaitu suatu surat keterangan atau sertifikat yang diterbitkan setelah suatu
alat UTTP (Ukur, Timbang, Takar dan Perlengkapannya) selesai diuji sesuai dengan
ketentuan syarat teknis. Di dalam SKHP tersebut terdapat komponen ketertelusuran atau
traceability, yang berisi keterangan bahwa hasil yang dilaporkan tertelusur ke satuan
pengukuran SI (Standar Internasional) melalui alat standar yang dimiliki pihak yang
melakukan pengujian.

Permasalahan utama dari SKHP yang berbentuk paper-based atau masih berbentuk kertas
adalah tidak memadainya ruang untuk menjabarkan rantai ketertelusuran dari alat yang diuji
hingga ke standar nasional atau internasional utama (Takatsuji, Watanabe & Yamashita,
2019). Sehingga di dalam SKHP yang diterima oleh pemilik alat UTTP, referensi yang
dicantumkan hanya alat yang berada tepat di atasnya di dalam rantai ketertelusuran. Tidak
ada cara yang mudah bagi pemilik alat UTTP tersebut untuk memastikan apakah alatnya
memang terhubung dengan baik ke standar yang utama.

Pemanfaatan teknologi blockchain telah beberapa kali diangkat sebagai solusi untuk
mengatasi permasalahan ketertelusuran tersebut. Hal ini karena dalam teknologi blockchain
ketika suatu informasi sudah diverifikasi dan dimasukkan ke dalam rantai utama, informasi
tersebut akan tersimpan dan tidak akan bisa diubah ataupun dihapus tanpa sepengetahuan
semua pihak lain yang terlibat di dalam rantai tersebut (Zhu, dkk., 2019). Setiap blok dalam
blockchain memiliki time stamp, sehingga setiap tindakan yang dimaksudkan untuk
memanipulasi data yang ada di dalamnya akan ditolak oleh semua node lain di dalam rantai
tersebut. Dalam tulisan ini, akan dijabarkan potensi pemanfaatan teknologi blockchain
tersebut dalam SKHP digital sebagai upaya untuk meningkatkan ketertelusuran metrologi,
beserta beberapa hambatan yang mungkin dihadapi dalam pemanfaatan teknologi tersebut.

PEMBAHASAN

Ketertelusuran metrologi

Hasil pengukuran yang andal sangat penting dalam hampir semua aspek kehidupan sehari-
hari, dan keandalan tersebut hanya dapat dicapai melalui ketertelusuran metrologi. Konsep
ketertelusuran secara umum sendiri penting untuk perdagangan global antara produsen dan
konsumen; menyediakan interoperabilitas dan exchangeabilitas bagian dan sistem dalam
produk industri yang kompleks; penting dalam sinkronisasi sinyal dalam sistem komunikasi;
dan memberikan dasar yang adil dan menjamin kualitas untuk pengukuran di sektor
lingkungan, farmasi, dan sektor-sektor lainnya (Pendrill, 2005).

Menurut Kosakata Metrologi Internasional (The International Vocabulary of Metrology atau


VIM), ketertelusuran metrologi adalah “sifat dari hasil pengukuran dimana hasilnya dapat
dikaitkan dengan suatu peralatan referensi melalui rantai kalibrasi tak terputus yang
terdokumentasi, masing-masing berkontribusi pada ketidakpastian pengukuran.” The
International Laboratory Accreditation Cooperation (ILAC) menyatakan bahwa unsur-unsur
untuk memastikan ketertelusuran metrologi adalah “rantai ketertelusuran metrologi yang tidak
terputus ke standar pengukuran internasional atau standar pengukuran nasional,
ketidakpastian pengukuran yang terdokumentasi, prosedur pengukuran yang terdokumentasi,
kompetensi teknis yang terakreditasi, ketertelusuran metrologi ke SI, dan interval kalibrasi.”
Rantai ketertelusuran metrologi kemudian didefinisikan sebagai “urutan standar pengukuran
dan kalibrasi yang digunakan untuk menghubungkan hasil pengukuran dengan suatu
referensi”. Hirarki kalibrasi mendefinisikan rantai ketertelusuran metrologi yang digunakan
untuk menetapkan ketertelusuran metrologi dari hasil pengukuran ke unit pengukuran (Softic,
Uzunovic & Lemes, 2021). Referensi yang dimaksud dalam definisi-definisi di atas adalah
definisi internasional dari satuan pengukuran melalui realisasi praktisnya. Semua unsur-unsur
tersebut diperlukan untuk membangun rantai ketertelusuran di mana setiap tahapnya terlihat
dengan jelas, dan ketidakpastian yang terkait dengan setiap tahap tersebut dievaluasi untuk
mempertahankan ketertelusuran metrologi dalam pengendalian kualitas yang konsisten.

Ketertelusuran dari suatu pengukuran menjamin kepercayaan pengguna akhir terhadap


kebenaran hasil pengukuran, memastikan perlindungan pelanggan, dan kualitas produk. Jika
ketertelusuran metrologi tidak bisa dijamin dengan baik, maka akan menimbulkan potensi
risiko dalam laboratorium kalibrasi dan pengujian. Apalagi dengan pesatnya perkembangan
digitalisasi dan otomasi industri 4.0, risiko-risiko baru yang tidak dikenal sebelumnya akan
muncul dan mengancam integritas informasi yang ada.

Beberapa negara, salah satunya Jerman melalui the Physikalisch-Technische Bundesanstalt


(PTB) telah memperkenalkan sertifikat kalibrasi digital (Digital Calibration Certificates atau
DCC) untuk mengatasi risiko kebobolan integritas data dan mengurangi risiko penyelewengan
sertifikat kalibrasi. Sertifikat digital tersebut berperan sebagai suatu penyimpanan elektronik,
transmisi yang diotentikasi, dienkripsi, dan ditandatangani, serta sebagai penafsiran hasil
kalibrasi yang seragam di negara tersebut (Softic, Uzunovic & Lemes, 2021). Seiring dengan
pertumbuhan teknologi yang semakin pesat, agaknya sertifikat yang masih berbasis kertas
dan tidak terintegrasi secara online sudah tidak lagi mencukupi untuk memenuhi tuntutan
integritas yang ada.

Teknologi Blockchain

Blockchain dapat digambarkan sebagai database di mana entri-entrinya dikelompokkan


dalam blok. Blok-blok ini dihubungkan dalam urutan kronologis melalui tanda tangan
kriptografi (Peters, dkk., 2018). Setiap blok berisi catatan aktivitas jaringan yang valid sejak
blok terakhir ditambahkan ke dalam urutan tersebut. Sistem manajemen yang digunakan
dalam konsep ini disebut sebagai sistem konsensus terdistribusi, artinya setiap kali ada node
yang mengajukan sesuatu untuk ditambahkan ke dalam sistem tersebut, semua noda lainnya
akan mengetahui dan perlu menyetujui penambahan tersebut. Sistem tersebut didasarkan
pada kriptografi dan prinsip peer-to-peer (P2P), sehingga kewenangan ada pada setiap noda
yang ada, dan bukan pada otoritas pusat. Dalam sistem blockchain, seluruh data blockchain
disimpan (secara redundan) di setiap nodenya.

Di dalam suatu blockchain, setiap blok memiliki dua bagian: Header dan Transaksi (Takatsuji,
Watanabe & Yamashita, 2019). Header memuat sepasang nilai hash: satu berisi Header blok
sebelumnya untuk menunjukkan urutan antara dua blok; yang satunya lagi berisi bagian
Transaksi di blok saat ini. Bagian Transaksi digunakan untuk mencatat satu atau banyak data
transaksi. Dalam blockchain, setiap blok dapat diidentifikasi dengan menggunakan nilai hash
dari Header-nya. Setiap transaksi dapat diidentifikasi dengan menggunakan nilai hash itu
sendiri. Blockchain dikelola secara terdesentralisasi dalam jaringan Peer-to-Peer sehingga
tidak ada satu pihak tertentu yang menjadi otoritas pengendali di jaringan tersebut.
Gambar 1. Struktur Blockchain (Sumber: Takatsuji, Watanabe & Yamashita, 2019)

Dari Gambar 1 tersebut, terlihat bahwa dalam Header setiap blok terdapat Hash dari blok
sebelumnya. Di sinilah sifat unik blockchain yang sulit untuk dimanipulasi berasal. Misalkan
blok pertama, atau yang biasa disebut blok genesis memiliki Hash 0123ABCD1, dengan Hash
sebelumnya 000000000 karena blok ini merupakan blok pertama. Blok kedua kemudian
mempunyai Hash B523DF112, dengan Hash sebelumnya yaitu 0123ABCD1 yang merupakan
Hash blok pertama. Block ketiga memiliki Hash F56345DT7 dengan Hash sebelumnya adalah
Hash blok kedua yaitu B523DF112, begitu seterusnya.

Ketika data di suatu blok diubah, Hash di dalam blok tersebut akan ikut berubah, yang
kemudian akan menyebabkan rantai yang sudah ada tidak lagi terhubung karena blok yang
diubah datanya tersebut sudah tidak lagi dikenali oleh blok setelahnya. Misalkan perubahan
data di blok kedua diubah, yang menyebabkan Hash-nya berubah menjadi BFG72365Q, blok
ketiga yang sudah menyimpan Hash blok sebelumnya sebagai B523DF112 tidak lagi bisa
terhubung dengan blok kedua yang sudah diubah tadi. Sehingga, jika seseorang ingin
mengubah suatu data di dalam rantai yang sudah ada, maka ia harus mengubah setiap blok
yang ada di urutan setelahnya.

Mengubah setiap blok setelahnya tersebut menjadi tidak mungkin dilakukan karena
blockchain bersifat desentralisasi. Teknologi ini melibatkan jaringan di mana ada sejumlah
besar node-node komputer yang saling terhubung dengan satu sama lain. Semua node ini
berstatus sama, tidak ada yang memiliki kewenangan lebih besar dibandingkan node lainnya.
Ketika salah satu node menambahkan satu blok ke dalam blockchainnya, semua blockchain
milik node dalam jaringan tersebut akan ikut terbarui datanya. Sehingga agar suatu upaya
manipulasi bisa berhasil, harus dilakukan perubahan pula pada sebagian besar node yang
ada secara simultan, yang tidak mungkin untuk dilakukan.

Pemanfaatan teknologi blockchain dalam SKHP digital

Teknologi blockchain sudah dimanfaatkan dalam berbagai bidang untuk mencapai hasil
keamanan yang handal dengan biaya yang lebih hemat. Hal ini karena di dalam sistem
tersebut penciptaan dan pengelolaan sistem yang terdistribusi serta perekaman informasi
tentang suatu transaksi tertentu dapat dilakukan tanpa perlu verifikasi dari pihak ketiga. Salah
satu bidang yang sudah memanfaatkan teknologi ini adalah penanggulangan masalah
sertifikat atau ijazah palsu yang masih menjadi isu yang signifikan bahkan hingga saat ini
(Huynh, dkk., 2018). Dalam konteks bidang kemetrologian, perekaman informasi tersebut
dapat dimanfaatkan untuk mempertahankan atau meningkatkan ketertelusuran. Hal ini karena
setelah pengujian suatu alat dilakukan, maka akan terbit SKHP alat tersebut berdasarkan
SKHP dari alat standar yang digunakan untuk menguji. Rantai ketertelusuran ini terus
bersambung dan tidak boleh terputus.

Ada berbagai metode yang dapat digunakan untuk memanfaatkan teknologi blockchain, dan
salah satunya adalah sebagai berikut. Data yang dimuat dalam SKHP adalah hasil pengujian,
ketidakpastian pengukurannya, kondisi pengujian, dan lain sebagainya. File digital berupa
gambar hasil scan SKHP tersebut kemudian dienkripsi dan diunggah di internet. Alamat dari
unggahan (URL) beserta Hash dari file SKHP kemudian direkam dalam sebuah blok. Akan
tetapi hasil scan seringkali memiliki ukuran file yang cukup besar, oleh karena itulah SKHP
digital yang menyerupai Digital Calibration Certificates lebih sesuai untuk digunakan di sini.
Setiap kali suatu badan atau lembaga menerbitkan SKHP, data yang ada kemudian diunggah
di Internet untuk kemudian direkam dalam suatu blok.

Takatsuji, Watanabe & Yamashita (2019) telah memberikan ilustrasi pemanfaatan blockchain
dalam penerbitan SKHP tersebut sebagai berikut.

Gambar 2. Teknologi blockchain untuk menggambarkan ketertelusuran (Sumber: Takatsuji,


Watanabe & Yamashita, 2019)

Dalam kerangka kerja tersebut, Tx_ID(x) adalah pengidentifikasi transaksi atau nilai Hash dari
suatu SKHP x. Skema tanda tangan digital kunci publik dan skema enkripsi simetris dua-
duanya digunakan dalam model ini. Setelah SKHP diidentifikasi, keaslian dan integritas
sertifikat dapat diverifikasi dari tanda tangan digital, yang dienkripsi dengan skema tanda
tangan digital kunci publik. Hanya pihak yang diberi kata sandi, yang telah digunakan dalam
skema enkripsi simetris, yang dapat mendekripsi sertifikat dan informasi dari sertifikat
induknya.
Semua pihak yang memiliki SKHP dan kata sandi untuk sertifikat tersebut dapat:

- Melihat semua SKHP hulu atau SKHP dari alat-alat yang ada di atas alat ukur yang ia
miliki, dan
- Melihat rangkaian pohon pengujian yang menunjukkan ketertelusuran metrologi dari
alat ukurnya.

Penelitian yang sudah ada mengenai pemanfaatan blockchain dalam meningkatkan


ketertelusuran sejauh ini belum mengulik kemungkinan penggunaan cabang dalam
blockchain. Padahal sistem ketertelusuran dalam kemetrologian bukan merupakan suatu
rantai panjang dengan jumlah blok tidak terbatas, melainkan suatu rantai yang bercabang-
cabang dengan standar internasional sebagai blok yang pertama. Blockchain tradisional tidak
mendukung pencabangan rantai (Geng, Njilla & Huang, 2021), meskipun ada kemungkinan
terjadinya pencabangan tersebut. Pencabangan secara tradisional terjadi ketika ada
pengguna yang menggunakan software yang berbeda, atau ketika ada bug atau gangguan di
dalam software yang digunakan, atau ada yang dengan sengaja menyerang blockchain
tersebut. Hal ini menyebabkan adanya cabang rantai yang berasal dari satu blok yang sama.
Ketika pengguna lain kemudian melanjutkan transaksinya di salah satu cabang yang
dihasilkan, maka akan ada cabang-cabang lain yang ditinggalkan, yang disebut stale block.

Gambar 3. Piramida ketertelusuran (Sumber: Softić, dkk., 2019)

Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa semakin ke bawah, akan semakin banyak alat yang diuji,
artinya semakin banyak juga SKHP yang diterbitkan. Ketika rantai di dalam blockchain hanya
berbentuk satu rantai panjang, maka akan sulit ditentukan jalur ketertelusuran dari suatu alat
ukur tertentu. Lain halnya jika blok yang berisi data hasil pengujian suatu alat ditempelkan
secara langsung pada alat ukur standar tepat di atasnya yang digunakan untuk menguji,
dengan menggunakan cara tersebut akan dengan mudah terlihat jalur ketertelusuran beserta
kecilnya kemungkinan untuk memanipulasi data yang ada.

Penambahan cabang di dalam blockchain memang masih merupakan sesuatu yang


diperdebatkan keuntungan dan kerugiannya. Mohan (2019) menggarisbawahi bahwa dalam
sistem blockchain yang bersifat publik, lebih dari satu peserta dapat menambahkan blok pada
blok yang sudah ada di dalam blockchain. Pencabangan tersebut menimbulkan berbagai
masalah kebenaran, penggunaan, dan juga kinerja. Berkebalikan dengan sistem blockchain
publik, di dalam sistem blockchain yang privat atau berijin, dalam suatu jaringan blockchain
tertentu hanya orang-orang yang telah secara eksplisit diberi ijin oleh peserta atau
administrator dalam jaringan tersebut saja yang bisa ambil bagian dalam sistem tersebut.

Hal serupa juga dikemukakan oleh Takatsuji, Watanabe & Yamashita (2019), yang
memberikan contoh pada blockchain tipe terbuka, perkara siapa yang bisa memasukkan blok
ke dalam rantai adalah hal yang penting. Dalam tulisan tersebut diusulkan untuk hanya
mengijinkan pengguna terbatas untuk memasukkan blok ke dalam blockchain. Pengguna
terbatas yang dimaksud misalnya lembaga metrologi nasional, badan akreditasi, atau
organisasi internasional. Sehingga, karena pemanfaatan blockchain dalam kemetrologian
tetap membutuhkan sifat blockchain yang dapat bercabang, maka diperlukan suatu sistem
yang membatasi agar tidak sembarang orang bisa menambahkan blok ke dalam rantai yang
sudah ada, namun sekaligus memungkinkan partisipannya untuk menciptakan suatu cabang
di dalam rantai tersebut.

Untuk mengatasi permasalahan pencabangan tersebut, ada struktur data yang dapat
digunakan, salah satunya adalah struktur data yang disebut dengan Merkle tree. Merkle tree
adalah struktur data pohon biner (binary tree) di mana setiap nodenya berisi hash kriptografik
dari rangkaian konten node turunannya. Akar dari pohon tersebut berisi informasi statistik dari
keseluruhan node lainnya, dan modifikasi dari konten node akan menyebabkan perubahan
secara keseluruhan pada nilai yang termuat di akarnya. Dengan cara ini, integritas data yang
ada dapat dipastikan secara efisien dengan mengaturnya dalam bentuk pohon Merkle dan
menyimpan konten node akarnya dengan aman (Jurado, Delgado & Ortigosa, 2020).

Gambar 4. Arsitektur Merkle tree di dalam blockchain (Sumber: Chen, Chou & Chou, 2019)

Dalam arsitektur seperti yang diilustrasikan di Gambar 4, blok-blok utama akan berisi
referensi-referensi utama seperti standar internasional dan standar-standar nasional,
sedangkan standar-standar lainnya akan dimasukkan ke dalam node-node di Merkle tree.
Menurut Peters, dkk. (2018), meletakkan node-node kecil ke dalam Merkle tree juga dapat
lebih menghemat ruang daripada menempatkannya di blok-blok dalam blockchain.

Sistem yang diusulkan dalam tulisan ini dapat bekerja dengan sempurna hanya jika semua
unit metrologi dalam rantai ketertelusuran menggunakan sistem tersebut. Akan tetapi tentu
saja kita tidak dapat berharap bahwa semua unit metrologi mulai menggunakan sistem
tersebut secara bersamaan. Tidak ada cara selain menunggu unit-unit tersebut menggunakan
sistem secara bertahap dan spontan. Sebagai solusi awal, unit metrologi yang ada cukup
menggunakan sistemnya saja, karena bahkan jika beberapa unit atau pengguna tidak
mendaftarkan SKHP yang mereka terbitkan, sistem ini dapat bekerja. Dalam kasus seperti itu,
ID SKHP hulu atau yang ada di atas piramida harus dicatat dan file kosong diunggah sebagai
ganti SKHP-nya. Pengguna hilir kemudian masih dapat melacak rantai dan melihat asalnya
meskipun ada celah dalam rantai keterlacakan karena tidak adanya SKHP yang diunggah.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Ketertelusuran metrologi seharusnya bukan merupakan sesuatu yang dipercayai secara


mutlak, melainkan juga harus dibuktikan dan dapat dilihat secara transparan. Dalam sertifikat
atau SKHP yang berbentuk kertas, referensi yang dicantumkan hanya alat yang berada tepat
di atasnya di dalam rantai ketertelusuran, sehingga tidak ada cara yang mudah bagi pemilik
alat UTTP tersebut untuk memastikan apakah alatnya memang terhubung dengan baik ke
standar yang utama.

Memanfaatkan teknologi blockchain dapat mengatasi masalah ketertelusuran tersebut, akan


tetapi ada beberapa hambatan terkait sifat dasar blockchain tradisional yang dapat
menghalangi tercapainya suatu ketertelusuran yang jelas. Salah satu masalah tersebut
adalah terkait dengan pencabangan rantai di dalam blockchain. Dalam tulisan ini kemudian
diajukan struktur data Merkle tree untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Tulisan ini belum secara mendalam membahas penerapan blockchain secara teknis ke dalam
konsep SKHP digital tersebut, dan analisis secara mendalam belum dilaksanakan untuk lebih
mengetahui kemungkinan pemanfaatan teknologi ini di masa depan. Oleh karena itu,
penelitian lebih lanjut mengenai penerapan blockchain secara praktis dibutuhkan untuk
melihat kemungkinan kelebihan dan kelemahan dari teknologi tersebut untuk meningkatkan
ketertelusuran metrologi.

REFERENSI

Chen, Y.C., Chou, Y.P. and Chou, Y.C., 2019, ‘An image authentication scheme using Merkle
tree mechanisms’, Future Internet, 11(7), p.149.
Gadelrab, M.S. and Abouhogail, R.A., 2021, ‘Towards a new generation of digital calibration
certificate: Analysis and survey’, Measurement, 181.
Geng, T., Njilla, L. and Huang, C.T., 2021, ‘Smart Markers in Smart Contracts: Enabling
Multiway Branching and Merging in Blockchain for Decentralized Runtime Verification’, In
2021 IEEE Conference on Dependable and Secure Computing (DSC) (pp. 1-8). IEEE.
Huynh, T.T., Huynh, T.T., Pham, D.K. and Ngo, A.K., 2018, ‘Issuing and verifying digital
certificates with blockchain’, In 2018 International conference on advanced technologies
for communications (ATC) (pp. 332-336). IEEE.
International Organization of Legal Metrology, 2007, International Vocabulary of Metrology –
Basic and General Concepts and Associated Terms (VIM) 3rd Edition, [pdf],
(https://www.oiml.org/en/files/pdf_v/v002-200-e07.pdf, diakses tanggal 19 Maret 2022).
Jurado, F., Delgado, O. and Ortigosa, A., 2020, ‘Tracking News Stories Using Blockchain to
Guarantee their Traceability and Information Analysis’, International Journal of Interactive
Multimedia & Artificial Intelligence, 6(3).
Mohan, C., 2019, ‘State of public and private blockchains: Myths and reality’, In Proceedings
of the 2019 international conference on management of data (pp. 404-411).
Pendrill, L.R., 2005, ‘Meeting future needs for metrological traceability—a physicist’s view’,
Accreditation and quality assurance, 10(4), pp.133-139.
Peters, D., Wetzlich, J., Thiel, F. and Seifert, J.P., 2018, ‘Blockchain applications for legal
metrology’, In 2018 IEEE International Instrumentation and Measurement Technology
Conference (I2MTC) (pp. 1-6). IEEE.
Softić, A., Bašić, H., Lemeš, S. and Zaimović-Uzunović, N., 2019, ‘Research of Traceability of
Unit of Length in Metrology System of Bosnia and Herzegovina’, In International
Conference on Measurement and Quality Control-Cyber Physical Issue (pp. 89-97).
Springer, Cham.
Softic, A., Uzunovic, N.Z. and Lemes, S., 2021, ‘Blockchain-Based Metrological Traceability’,
Annals of DAAAM & Proceedings, 10(2).
Takatsuji, T., Watanabe, H. and Yamashita, Y., 2019, ‘Blockchain technology to visualize the
metrological traceability’, Precision Engineering, 58, pp.1-6.
Zhu, Y., He, J., Yuan, K. and Yang, Y., 2019, ‘Research on Modify Protection of Metrology
Electronic Certificate Based on Blockchain Technology’, In 2019 14th International
Conference on Computer Science & Education (ICCSE) (pp. 1020-1024). IEEE.
PENGEMBANGAN STANDAR NASIONAL SATUAN UKURAN ARUS RENDAH
MENGGUNAKAN METODE TIDAK LANGSUNG

Miftahul Munir1), Mohamad Syahadi1), Muhammad Azzumar1), Hadi Sardjono1), Lukluk


Khairiyati2) dan Agah Faisal2)
1)
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)
miftahul.munir@brin.go.id
2)
Badan Standardisasi Nasional (BSN)

ABSTRACT
The low current measurement technique in Indonesia needs to be developed for the
traceability of national measurement standard. Measurement system for low current in
nanoampere scale has been built by Electrical Metrology Laboratory of SNSU – BSN. This
measurement system could be implemented to calibrate medical laboratories equipment and
low current instrument of calibration laboratories. This system was developed using indirect
method where voltage was set against resistance to generate current. Multifunction Calibrator
was selected as voltage standard and standard resistor was chosen as resistance standard.
In this research, the nominal voltage of 1 Volt was compared to nominal resistance of 1
Gigaohm, 10 Gigaohm and 100 Gigaohm to produce nominal current of 1 Nanoampere, 0.1
Nanoampere and 0.01 Nanoampere, respectively. This measurement system of low current
had accuracy of 8% with largest uncertainty source came from type A uncertainty.
Keywords: low current, national measurement standard, electrical metrology, indirect
method, uncertainty.

ABSTRAK
Saat ini metode pengukuran arus rendah di Indonesia masih perlu dikembangkan dalam
rangka memenuhi kebutuhan ketertelusuran standar nasional satuan ukuran (SNSU). Sistem
pengukuran untuk lingkup arus rendah dalam skala nanoampere telah berhasil dibangun oleh
Laboratorium Metrologi Kelistrikan SNSU - BSN. Sistem pengukuran ini dapat digunakan
untuk kalibrasi alat kesehatan yang dimiliki laboratorium kesehatan dan peralatan arus rendah
yang dimiliki laboratorium kalibrasi. Sistem ini dikembangkan menggunakan metode tidak
langsung dimana besaran tegangan dibandingkan dengan besaran resistansi untuk
menghasilkan besaran arus. Standar tegangan yang digunakan berupa Multifunction
Calibrator dan standar resistansi yang digunakan berupa resistor standar. Pada penelitian ini
tegangan nominal 1 Volt dibandingkan dengan resistansi nominal 1 Gigaohm, 10 Gigaohm
dan 100 Gigaohm masing-masing menghasilkan arus rendah nominal 1 Nanoampere, 0,1
Nanoampere dan 0,01 Nanoampere. Sistem pengukuran arus rendah dengan metode
tersebut memiliki ketelitian sebesar 8% dengan kontribusi sumber ketidakpastian terbesar
berasal dari ketidakpastian tipe A.
Kata Kunci: arus rendah, standar nasional satuan ukuran (SNSU), metrologi kelistrikan,
metode tidak langsung, ketidakpastian.

132
PENDAHULUAN

Untuk mendukung program pemerintah Indonesia yaitu Rencana Induk Riset Nasional (RIRN)
2015-2045 di bidang kesehatan berupa pengembangan alat elektromedik, dibutuhkan
kemampuan untuk membangkitkan dan mengukur arus rendah di bawah 300 Mikroampere
(μA) (Kemenristekdikti, 2016; Kemenkes, 2014). Kemampuan ini digunakan untuk melakukan
pengujian dan kalibrasi demi menjamin tersedianya alat kesehatan (alkes) yang sesuai
dengan standar pelayanan, persyaratan mutu, keamanan, manfaat, keselamatan dan laik
pakai (Kemenkes, 2015).

Sistem pengukuran arus yang dimiliki oleh Laboratorium Metrologi Kelistrikan Standar
Nasional Satuan Ukuran – Badan Standardisasi Nasional (SNSU – BSN) saat ini terdiri dari
sumber arus standar berupa Multifunction Calibrator (MFC) dan ammeter standar berupa
Reference Multimeter. Sistem ini digunakan untuk layanan kalibrasi dengan rentang ukur 10
µA hingga 20 A (BIPM, 2020). Kemampuan ini belum dapat memenuhi kebutuhan kalibrasi
alat kesehatan yang dimiliki oleh laboratorium kesehatan dan peralatan arus rendah yang
dimiliki oleh laboratorium kalibrasi antara lain: detektor arus, elektrometer, picoammeter, dan
transduser elektrokimia (Callegaro, D’Elia & Trinchera, 2007). Selain itu, ketertelusuran arus
rendah pada skala nanoampere (nA), pikoampere (pA) dan femtoampere (fA) dibutuhkan
untuk pengukuran arus diode foto, pengukuran arus radiasi pengion dan kalibrasi elektrometer
aerosol (Jarrett & Owen, 2013).

Secara teknis, SNSU – BSN memiliki kemampuan untuk mengembangkan lingkup


pengukuran arus rendah DC (Direct Current/Arus Searah) hingga skala nanoampere dengan
menggunakan peralatan standar yang ada. Peralatan yang tersedia adalah sumber tegangan
DC standar berupa Multifunction Calibrator dan sumber resistansi berupa resistor standar.
Pengembangan dilakukan melalui metode tidak langsung yang telah lazim digunakan dalam
kalibrasi, dimana nilai yang diukur dinyatakan dalam besaran yang berbeda dengan acuan
yang digunakan (Gonzalez, 2017). Pengukuran arus rendah ini dilakukan dengan cara
membandingkan besaran tegangan DC dan besaran resistansi sebagai standar sehingga
dihasilkan besaran arus DC yang dapat diukur.

SISTEM PENGUKURAN ARUS RENDAH

Besaran dasar dari kelistrikan adalah arus dimana hingga saat ini belum ada representasi dari
standar primer arus akibat sulitnya membuat sumber arus yang stabil dan memiliki tingkat
kebocoran yang sangat rendah. Hal ini menyebabkan standar primer arus direalisasikan
sebagai turunan dari standar primer tegangan dan standar primer resistansi. Pada tingkat
ketelitian tinggi seperti metrologi, realisasi standar tegangan primer adalah Josephson
Junction Array dan standar resistansi primer berupa Quantum Hall Resistor (Klevens, 2011).
Sistem pengukuran arus DC terdiri dari sebuah sumber tegangan DC dan sumber resistansi
(resistor) yang dihubungkan dengan konektor sehingga membentuk suatu rangkaian tertutup
yang kemudian terjadi aliran arus dalam rangkaian tersebut. Untuk mengukur arus DC dalam
rangkaian tersebut dipasang ammeter secara seri dimana arus yang terbaca oleh ammeter
sama dengan arus yang mengalir dalam rangkaian. Diagram skematik sistem pengukuran
arus DC ditunjukkan oleh Gambar 1.

133
Gambar 1. Diagram Skematik Sistem Pengukuran Arus DC

Berdasarkan hukum Ohm, arus yang mengalir dalam suatu rangkaian dibangkitkan oleh
sumber tegangan dan resistor yang secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut
(Rydler, 2015):
𝑉
𝐼= (1)
𝑅

dimana:

I = nilai arus DC (nA)

V = nilai sumber tegangan DC (V)

R = nilai sumber resistansi (GΩ)

Akurasi dari kemampuan pembacaan arus oleh ammeter dapat ditentukan berdasarkan
kemungkinan terjadinya kesalahan pengukuran (error). Terdapat dua komponen kesalahan
pengukuran dalam sistem yaitu sumber tegangan DC dan sumber resistansi. Karena sumber
tegangan DC dan sumber resistansi yang digunakan merupakan standar yang dipelihara
nilainya oleh SNSU – BSN, maka kesalahan pengukuran dikompensasi oleh koreksi nilai
dengan mempertimbangkan karakteristik peralatan dan kondisi lingkungan. Penambahan
koreksi nilai tegangan DC dan resistansi membuat persamaan (1) dapat diuraikan menjadi
(EA, 2022):
𝑉+𝛿𝑉
𝐼 = 𝑅+𝛿𝑅 (2)

dimana:

δV = koreksi sumber tegangan DC (V)

δR = koreksi sumber resistansi (GΩ)

Komponen kesalahan pengukuran perlu dievaluasi karena menjadi sumber dari


ketidakpastian pengukuran arus, dimana evaluasi dilakukan terhadap masing-masing
komponen menggunakan kaidah yang telah dijelaskan dalam International Organization for
Standardization – Guide to the expression of Uncertainty in Measurement (ISO – GUM)
(JCGM, 2008).

Pada arus rendah, metode umum untuk membangkitkan arus adalah dengan teknik pengisian
kapasitor (capacitor charging) menggunakan variasi tegangan berundak (voltage ramp) yang
134
linier (Kim et al., 2012). Metode pengukuran arus DC dengan memberikan tegangan pada
sebuah resistor dapat juga digunakan dan memiliki tingkat akurasi yang layak bila
dibandingkan dengan teknik pengisian kapasitor pada skala nanoampere (Callegaro, et al.,
2007; Ehtesham, 2017). Metode konvensional berbasis Hukum Ohm ini merupakan realisasi
dari standar arus yang dapat digunakan untuk kalibrasi pada skala miliampere hingga
nanoampere.

METODOLOGI

Sistem pengukuran untuk lingkup arus rendah pada skala nanoampere dibangun untuk
memenuhi kebutuhan ketertelusuran SNSU di Indonesia. Sistem ini dikembangkan
menggunakan metode tidak langsung dengan tiga buah komponen utama. Komponen
pertama adalah sumber tegangan DC standar berupa Multifunction Calibrator. Komponen
kedua adalah sumber resistansi berupa resistor standar nilai tinggi tiga terminal. Kedua
komponen ini berfungsi sebagai alat yang mengkalibrasi (standar/STD). Komponen ketiga
adalah ammeter untuk arus rendah berupa picoammeter yang berfungsi sebagai alat yang
dikalibrasi (Unit Under Calibration/UUC). Konfigurasi peralatan dari sistem pengukuran arus
rendah ditampilkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Konfigurasi Sistem Pengukuran Arus Rendah

Prinsip kerja dari metode tidak langsung ini adalah Multifunction Calibrator membangkitkan
tegangan DC dan akibat adanya resistansi pada resistor standar maka mengalir arus DC yang
kemudian dibaca oleh picoammeter. Nilai tegangan yang dibangkitkan Multifunction Calibrator
perlu dikoreksi dengan nilai kalibrasinya untuk memperoleh nilai aktual tegangan. Faktor lain
pada Multifunction Calibrator yang berpengaruh pada pengukuran adalah pergeseran nilai
(drift) tegangan. Nilai resistansi nominal pada resistor standar juga perlu dikoreksi dengan
nilai kalibrasinya untuk mendapatkan nilai aktual resistansi. Faktor-faktor pada resistor
standar yang berpengaruh pada pengukuran antara lain koefisien suhu dan drift resistansi.
Berdasarkan pembahasan tersebut, maka persamaan (2) dapat dijabarkan menjadi:

𝑉𝑆 +𝛿𝑉𝑐 +𝛿𝑉𝑑
𝐼𝑆 = (3)
𝑅𝑆 +𝛿𝑅𝑐 +𝛿𝑅𝑡 +𝛿𝑅𝑑
dimana:
IS = nilai arus DC standar (nA)

135
VS = nilai nominal tegangan Multifunction Calibrator (V)
δVc = koreksi yang berasal dari nilai kalibrasi Multifunction Calibrator (V)
δVd = koreksi yang berasal dari drift Multifunction Calibrator (V)
RS = nilai nominal resistansi resistor standar (GΩ)
δRc = koreksi yang berasal dari nilai kalibrasi resistor standar (GΩ)
δRt = koreksi yang berasal dari koefisen suhu resistor standar (GΩ)
δRd = koreksi yang berasal dari drift resistor standar (GΩ)

Nilai aktual arus DC diperoleh dari hasil pengukuran menggunakan Picoammeter. Faktor-
faktor pada Picoammeter yang mempengaruhi pengukuran adalah daya perulangan
(repeatability) dan resolusi. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka didapatkan persamaan
matematis untuk koreksi arus sebagai berikut:

𝐼𝐶 = 𝐼𝑆 − (𝐼̅𝑋 + 𝛿𝐼 ̅ + 𝛿𝐼𝑟 ) (4)


dimana:
IC = nilai koreksi arus DC (nA)
ĪX = nilai arus hasil pengukuran Picoammeter (nA)
δĪ = koreksi yang berasal dari repeatability Picoammeter (nA)
δIr = koreksi yang berasal dari keterbatasan resolusi Picoammeter (nA)

Evaluasi sumber-sumber ketidakpastian dilakukan terhadap dua pendekatan metode, yaitu


ketidakpastian tipe A dan tipe B. Sumber ketidakpastian tipe A berasal dari analisis statistik
terhadap hasil pengukuran sedangkan sumber ketidakpastian tipe B berasal dari informasi
ilmiah non-statistik berupa sertifikat kalibrasi dan spesifikasi teknis instrumen yang digunakan
dalam pengukuran (Kacker & Lawrence, 2007; Willink, 2013). Berdasarkan persamaan (3)
dan (4), dapat dilakukan identifikasi terhadap sumber-sumber ketidakpastian yang kemudian
dijabarkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Identifikasi Sumber-Sumber Ketidakpastian

Hasil identifikasi sumber-sumber ketidakpastian dapat diturunkan menjadi persamaan


matematis untuk ketidakpastian gabungan sebagai berikut:

136
2 2 2 2 2 2
𝑢𝐶 (𝐼) = √(𝑐1 𝑢𝐼 ̅)2 + (𝑐2 𝑢𝐼𝑟 ) + (𝑐3 𝑢𝑉𝑐 ) + (𝑐4 𝑢𝑉𝑑 ) + (𝑐5 𝑢𝑅𝑐 ) + (𝑐6 𝑢𝑅𝑡 ) + (𝑐7 𝑢𝑅𝑑 ) (5)
dimana:
uC(I) = ketidakpastian gabungan pengukuran (nA)
c1,…,c7= koefisien sensitivitas masing-masing sumber ketidakpastian
uĪ = sumber ketidakpastian dari repeatability Picoammeter (nA)
uIr = sumber ketidakpastian dari resolusi Picoammeter (nA)
uVc = sumber ketidakpastian dari sertifikat kalibrasi Multifunction Calibrator (V)
uVd = sumber ketidakpastian dari drift Multifunction Calibrator (V)
uRc = sumber ketidakpastian dari sertifikat kalibrasi resistor standar (GΩ)
uRt = sumber ketidakpastian dari koefisien suhu resistor standar (GΩ)
uRd = sumber ketidakpastian dari drift resistor standar (GΩ)

Dari hasil evaluasi ketidakpastian gabungan kemudian dilakukan perhitungan ketidakpastian


terbentang sesuai persamaan matematis berikut:

𝑈𝑒𝑥𝑝 (𝐼) = 𝑘. 𝑢𝐶 (𝐼) (6)


dimana:
Uexp(I) = ketidakpastian terbentang pengukuran (nA)
k = faktor cakupan

Pengukuran dilakukan terhadap nominal arus DC 1 nA, 0,1 nA dan 0,01 nA yang dilakukan
sebanyak 10 kali pada kondisi lingkungan tertentu, yaitu suhu (23±3) °C dan kelembaban
(60±15) %RH (Amalia, Yayienda & Munir, 2019). Nilai nominal arus DC tersebut didapatkan
dari perbandingan antara nilai nominal tegangan 1 V pada Multifunction Calibrator dengan
nilai nominal resistansi masing-masing 1 GΩ, 10 GΩ dan 100 GΩ pada resistor standar.
Adapun nilai yang dievaluasi adalah koreksi arus DC beserta ketidakpastian pengukuran.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perhitungan Koreksi Arus DC

Data hasil pengukuran arus menggunakan metode tidak langsung ditampilkan pada Tabel 1.
Data ini berasal dari nilai rata-rata pembacaan Picoammeter yang kemudian digunakan dalam
perhitungan nilai koreksi arus dan evaluasi ketidakpastian pengukuran.

Tabel 1. Data Hasil Pengukuran Picoammeter


Nominal Arus Pembacaan Picoammeter (nA)
DC (nA) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 0,999401 1,001333 0,998049 1,000592 1,001017 1,000215 0,999901 0,998571 1,000172 0,999776
0,1 0,100311 0,101438 0,099444 0,100131 0,099820 0,101403 0,099324 0,100615 0,098709 0,100415
0,01 0,010146 0,009500 0,009786 0,010679 0,011323 0,010241 0,009630 0,009531 0,010329 0,011517

Nilai arus DC standar (IS) dihitung menggunakan persamaan (3) dimana koreksi yang
digunakan hanya berasal dari sertifikat kalibrasi Multifunction Calibrator dan resistor standar.
Nilai koreksi dari sumber lain diabaikan dan hanya digunakan pada evaluasi nilai
ketidakpastian. Setelah diperoleh nilai arus DC standar, kemudian dihitung nilai koreksi arus
(IC) menggunakan persamaan (4). Hasil perhitungan koreksi arus DC ditampilkan pada Tabel
2.

137
Tabel 2. Hasil Perhitungan Koreksi Arus DC
Nominal Arus Tegangan DC Resistansi Arus DC Standar Arus DC Aktual Koreksi Arus Koreksi Arus
DC (nA) Standar (V) Standar (GΩ) (nA) (nA) DC (nA) DC (%)
1 1,000002 1,00038 0,9996 0,9999 -0,0003 0,03
0,1 1,000002 10,007 0,0999 0,1002 -0,0002 0,2
0,01 1,000002 100,23 0,00998 0,01027 -0,00029 3

Dari Tabel 2 diketahui bahwa koreksi arus terkecil adalah bernilai 0,03% pada nominal arus
DC 1 nA sedangkan koreksi arus terbesar adalah bernilai 3% pada nominal arus DC 0,01 nA.

Evaluasi Ketidakpastian Pengukuran

Evaluasi ketidakpastian pengukuran dilakukan terhadap tiap sumber ketidakpastian


menggunakan persamaan (5). Sumber ketidakpastian berupa repeatability Picoammeter (uĪ)
dievaluasi menggunakan metode tipe A dimana nilainya berasal dari simpangan baku rata-
rata pengukuran (Experimental Standard Deviation of the Mean/ESDM) dengan asumsi
distribusi normal (Gaussian) dan derajat kebebasan sebesar 9. Sumber ketidakpastian berupa
resolusi Picoammeter (uIr) dievaluasi menggunakan metode tipe B dimana nilainya berasal
dari perubahan digit terkecil pada pembacaan Picoammeter dengan asumsi distribusi segi
empat (rectangular) dan derajat kebebasan tak hingga (∞). Sumber ketidakpastian berupa
koreksi penunjukan tegangan (uVc) dievaluasi menggunakan metode tipe B dimana nilainya
berasal dari sertifikat kalibrasi Multifunction Calibrator dengan asumsi distribusi normal dan
derajat kebebasan tak hingga. Sumber ketidakpastian berupa drift Multifunction Calibrator
(uVd) dievaluasi menggunakan metode tipe B dimana nilainya berasal dari spesifikasi teknis
Multifunction Calibrator dengan asumsi distribusi normal dan derajat kebebasan tak hingga.
Sumber ketidakpastian berupa koreksi penunjukan resistansi (uRc) dievaluasi menggunakan
metode tipe B dimana nilainya berasal dari sertifikat kalibrasi resistor standar dengan asumsi
distribusi normal dan derajat kebebasan tak hingga. Sumber ketidakpastian berupa koefisien
suhu resistor standar (uRt) dievaluasi menggunakan metode tipe B dimana nilainya berasal
dari spesifikasi teknis resistor standar dengan asumsi distribusi segi empat dan derajat
kebebasan tak hingga. Sumber ketidakpastian berupa drift resistor standar (uRd) dievaluasi
menggunakan metode tipe B dimana nilainya berasal dari spesifikasi teknis resistor standar
dengan asumsi distribusi normal dan derajat kebebasan tak hingga.

Setelah dilakukan evaluasi terhadap tiap sumber ketidakpastian, kemudian dilakukan


perhitungan nilai ketidakpastian pengukuran menggunakan persamaan (6). Hasil evaluasi
ketidakpastian pengukuran secara keseluruhan ditampilkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Evaluasi Ketidakpastian Pengukuran


Kontribusi Ketidakpastian Ketidakpastian
Nominal Ketidakpastian Faktor Ketidakpastian
Repeatability Resolusi Sertifikat Drift Sertifikat Suhu Drift Terbentang
Arus DC Gabungan (nA) Cakupan Terbentang (%)
Ammeter Ammeter MFC MFC Resistor Resistor Resistor (nA)
(nA)
c1uĪ c2uIr c3uVc c4uVd c5uRc c6uRt c7uRd uC(I) k Uexp(I) Uexp(I)
1 4,57E-04 2,89E-04 3,00E-06 2,85E-06 3,85E-04 1,04E-06 4,00E-05 0,00066 2 0,0013 0,1
0,1 3,92E-04 2,89E-04 3,00E-07 2,85E-07 3,10E-04 4,33E-07 5,00E-06 0,00058 2 0,0012 1
0,01 3,21E-04 2,89E-04 2,99E-08 2,84E-08 3,98E-05 4,32E-07 2,49E-06 0,00043 2 0,00087 8

Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa ketidakpastian pengukuran terbesar untuk arus DC


adalah bernilai 0,000 87 nA atau 8% pada nominal arus 0,01 nA dengan tingkat kepercayaan
95% dan faktor cakupan k = 2, sedangkan sumber ketidakpastian yang dominan adalah
berasal dari repeatability Picoammeter yang bernilai 0,000 32 nA. Hal ini menunjukkan bahwa
sistem pengukuran arus rendah DC memiliki ketelitian hingga 8% dengan kontribusi

138
ketidakpastian pengukuran untuk besaran arus rendah DC terbesar berasal dari
ketidakpastian tipe A.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Sistem pengukuran untuk lingkup arus rendah DC dalam skala nanoampere telah berhasil
dibangun oleh Laboratorium Metrologi Kelistrikan SNSU – BSN. Sistem ini menggunakan
metode tidak langsung yang memiliki ketelitian hingga 8% dengan tingkat kepercayaan 95%
dan faktor cakupan k = 2. Kontribusi terbesar sumber ketidakpastian pengukuran untuk arus
rendah DC berasal dari ketidakpastian tipe A yaitu repeatability Picoammeter.
Penelitian ini masih perlu dilanjutkan agar sistem pengukuran arus rendah dapat digunakan
untuk melakukan pengujian dan kalibrasi peralatan kesehatan dan kelistrikan dengan
melakukan verifikasi dan validasi terhadap sistem yang telah dikembangkan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Para penulis mengucapkan terima kasih kepada Pusat Riset dan Pengembangan Sumber
Daya Manusia (Pusrisbang – SDM) dan Direktorat Sistem Nasional Satuan Ukuran
Termoelektrik dan Kimia (SNSU – TK) Badan Standardisasi Nasional (BSN) yang telah
menyediakan fasilitas dan memberikan dukungan untuk terselenggaranya penelitian ini.
Penulis Miftahul Munir, Mohamad Syahadi dan Muhammad Azzumar merupakan kontributor
utama dalam makalah ini.

REFERENSI

Amalia, H., Yayienda, N. F., & Munir, M., 2019, ‘I.ME.3.03: Kalibrasi Sumber Arus DC
Menggunakan Metode Tidak langsung’, Instruksi Kerja, Laboratorium SNSU – BSN,
Tangerang Selatan.
BIPM, 2020, ‘Calibration and Measurement Capabilities (CMCs) in DC Current (up to 100A):
SNSU – BSN, Indonesia’, Key Comparison Data Base (KCDB), [online],
(https://www.bipm.org/kcdb/cmc/search?domain=PHYSICS&areaId=2&keywords=&specif
icPart.branch=5&specificPart.service=20&specificPart.subService=-
1&specificPart.individualService=-
1&_countries=1&countries=37&publicDateFrom=&publicDateTo=&unit=&minValue=&max
Value=&minUncertainty=&maxUncertainty=, diakses tanggal 15 Maret 2022).
Callegaro, L., D'Elia, V., & Trinchera, B., 2007, ‘A Current Source for Picoammeter
Calibration’, IEEE Transactions on Instrumentation and Measurement, vol. 56, no. 4, pp.
1198-1201.
Callegaro, L., et al., 2007, ‘Techniques for Traceable Measurements of Small Currents’. IEEE
Transactions on Instrumentation and Measurement, vol. 56, no. 2, pp. 295-299.
Ehtesham, B., Bist, P.S. & John, T., 2017, ‘Development of an Automated Precision Direct
Current Source for Generation of pA Currents Based on Capacitance Charging Method at
CSIR-NPL’, MAPAN, vol. 32, no. 1, pp. 7–22.
European Accreditation (EA), 2022, ‘EA-4/02 M:2022, Evaluation of the Uncertainty of
Measurement in calibration’, EA, France.

139
Gonzalez, A. G., 2017, ‘Practical Considerations on Indirect Calibration in Analytical
Chemistry’, In J. P. Hessling (Eds.), Uncertainty Quantification and Model Calibration,
London: IntechOpen, 197.
Jarrett, D. G. & Owen, M.C., 2013, ‘Traceability for Aerosol Electrometer in the fA Range’,
19th Symposium IMEKO TC 4 Symposium and 17th IWADC Workshop Proceedings.
Joint Committee for Guides in Metrology (JCGM), 2008, ‘JCGM 100:2008, Evaluation of
measurement data – Guide to the expression of uncertainty in measurement’, BIPM, Paris.
Kacker, R. N. & Lawrence, J. F., 2007, ‘Trapezoidal and triangular distributions for Type B
evaluation of standard uncertainty’, Metrologia, vol. 44, no. 2.
Kemenkes, 2014,’Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
118/MENKES/SK/IV/2014 Tentang Kompendium Alat Kesehatan’, [online],
(https://alkes.bangbel.com/2019/06/keputusan-menteri-kesehatan-no-118.html, diakses
tanggal 20 Februari 2022).
Kemenkes, 2015,’Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2015
Tentang Pengujian dan Kalibrasi Alat Kesehatan’, [pdf],
(https://peraturan.bpk.go.id/Home/Download/107180/Permenkes%20Nomor%2054%20T
ahun%202015.pdf, diakses tanggal 20 Februari 2022).
Kemenristekdikti, 2016,’Rencana Induk Riset Nasional 2015-2045’, [pdf],
(https://lppm.unj.ac.id/wp-content/uploads/2020/10/RIRN.pdf, diakses tanggal 1 Maret
2022).
Kim, W. S., et al., 2012, ‘A Precision DC Low-Current Source For Calibration Of Electrometers
In The Range Of 100 pA to 1 fA’, International Measurement Confederation (IMEKO)
Conference 2012, [pdf], (https://www.imeko.org/publications/wc-2012/IMEKO-WC-2012-
TC4-P20.pdf, diakses tanggal 2 Maret 2022).
Klevens, J., 2011, ‘Calibrating DC Current Shunts: Techniques and Uncertainties’, Ohm-Labs,
Pittsburgh, PA.
Rydler, K. E., 2015, ‘EURAMET.EM-S38 Supplementary Comparison of Small Current
Sources’, Metrologia, vol. 52, no. 1A.
Willink, R., 2013, ‘An Improved Procedure for Combining Type A and Type B Components of
Measurement Uncertainty’, International Journal of Metrology and Quality Engineering, vol.
4, no. 1 pp. 55-62.

140
BIG DATA – KONSEP DAN TERAPAN DALAM BIDANG KEMETROLOGIAN

Rico Daniel Agustitus Lumbantobing1)


1)
Unit Pelaksana Teknis Daerah Metrologi Legal Kota Tebing Tinggi
email: ricotobing@yahoo.com

ABSTRACT
The technology advancement in the current industrial era 4.0 has made a big changes to the
aggregation, proccess and presentation of data or information. The advancement of this
technology is in line with the increasing use of digital media in every life, including in the
metrology. The metrology is a science that studies the concepts of measurement, weighing,
and dosing. In metrology, it is very necessary to collect data as a basic material for testing and
research. Then the data must be processed until it can be presented in the form of the required
information. This will continue all the time so that it will eventually result in very big and much.
The data is include of the institutions of metrology both of the central and regional levels, then
standard equipment and measurement, measuring, weighing, and equipment [uttp] and the last
is the recorded data on test result [calibration, verification, tera and tera ulang]. The
accumulation of each process consisting of data volume, data transfer and data variations that
occur every time is called big data. Analysis of the big data will provide advantages to the make
a policy process by decision makers, especially in the metrology.
Keywords: Technology, Metrology, Big Data, Analysis, Policy.

ABSTRAK
Perkembangan teknologi pada zaman industri 4.0 saat ini telah memberikan perubahan yang
sangat besar pada pengumpulan, proses maupun penyajian data atau informasi.
Perkembangan teknologi ini sejalan dengan peningkatan penggunaan media digital dalam
setiap bidang kehidupan termasuk di bidang kemetrologian. Metrologi merupakan ilmu
pengetahuan yang mempelajari konsep pengukuran, penimbangan, dan penakaran. Pada
bidang metrologi sangat diperlukan pengumpulan data sebagai bahan dasar melakukan
pengujian dan penelitian. Kemudian data tersebut harus diproses sampai kemudian dapat
disajikan dalam bentuk informasi yang dibutuhkan. Hal ini akan terus belangsung setiap waktu
sehingga pada akhirnya akan menghasilkan kumpulan data yang sangat besar dan dalam
jumlah banyak. Data tersebut dapat mencakup kelembagaan bidang metrologi baik di pusat
maupun di daerah, kemudian peralatan standard beserta alat ukur, takar, timbang, dan
perlengkapannya [UTTP], sampai data rekaman hasil pengujian [kalibrasi, verifikasi, tera dan
tera ulang]. Akumulasi dari setiap proses yang terdiri dari volume data, perpindahan atau
transfer data, serta variasi data yang terjadi setiap waktu inilah yang disebut big data. Analis
terhadap big data tersebut akan memberikan manfaat pada proses penetapan kebijakan oleh
para pengambil kebijakan khususnya pada bidang metrologi.
Kata Kunci: Teknologi, Metrologi, Big Data, Analisis, Kebijakan.

141
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan teknologi yang sangat pesat saat ini sangat dirasakan oleh sebagian besar
lapisan masyarakat khususnya yang bekerja pada sektor yang harus didukung oleh
ketersedian perangkat komputer dalam menyelesaikan pekerjaan, misalnya industri
telekomunikasi, perbankan, termasuk juga perusahaan yang memproduksi alat-alat ukur
seperti timbangan elektronik, timbangan jembatan (weight bridge) atau timbangan pengisian.
Pada tahun 1970 sampai 1980-an penggunaan mesin ketik masih umum dilakukan dalam
menyelesaikan laporan, menyusun karya tulis, dan membuat berita. Pada masa itu sebelum
perkembangan teknologi komputer tersedia seperti sekarang, semua data disimpan di dalam
dokumen cetak yang kemudian dikumpulkan dalam tumpukan kelompok dokumen. Satu buah
laporan terdapat puluhan bahkan ratusan lembar kertas. Sama halnya dengan karya tulis,
berita dan lain sebagainya. Semua dokumen diarsipkan secara baik di dalam lemari/rak
tertentu untuk memudahkan penelusuran jika suatu waktu dibutuhkan kembali. Dokumen
yang diarsipkan itu adalah data, termasuk juga informasi yang ada di dalamnya juga
mengandung data. Ini merupakan metode konvensional jika dibandingkan dengan saat ini.
Semakin banyak data yang dihasilkan maka semakin besar juga ruang penyimpanan yang
harus disiapkan, mulai dari kertas sebagai media untuk mencetak data sampai lemari/rak
untuk menyimpan kertas atau tumpukan dokumen tersebut. Dapat dibayangkan berapa luas
ruangan yang dibutuhkan sesuai kebutuhan penyimpanan data tersebut. Ini adalah kondisi
pada masa sebelum perkembangan teknologi komputer berkembang seperti sekarang dan
tentu saja belum menjadi permasalahan dikarenakan keterbatasan teknologi.

Masuk pada tahun 1990-an, komputer mulai berkembang namun masih pada kalangan
tertentu misalnya di perkantoran. Selain karena harga yang mahal, juga kemampuan
menggunakan perangkat komputer terbatas. Sampai tahun 2000-an, teknologi komputer
semakin pesat, pengguna juga semakin banyak karena tidak terbatas hanya oleh pekerja
kantoran namun mulai digunakan di lingkungan kampus dan sekolah. Perkembangan
teknologi itu jugalah yang telah dimanfaatkan oleh banyak orang untuk merekam dan
menyimpan data dalam media tertentu mulai dari disket (floppy disk), cd (compact disk)/dvd
(digital video disk), flash disk (universal storage bus/usb), dan HDD (hard disk drive). Sejalan
dengan perkembangan teknologi komputer, teknologi media penyimpanan data juga semakin
berkembang. Sebuah unit komputer tidak lagi hanya menyimpan data dalam satuan megabyte
di dalam hard disk namun sudah umum mencapai satuan terrabyte. Perubahan metode
pengelolaan data dari bentuk konvensional seperti cetakan kertas/dokumen menjadi bentuk
digital ini sering disebut digitalisasi.

Saat ini digitalisasi tidak terbatas pada bentuk dokumen semata, namun sudah pada tingkat
kehidupan sosial pun sudah dilakukan digitalisasi. Sebagai contoh kehadiran seorang
pegawai di kantor saat ini sudah menggunakan fingger scan, tanda tangan dalam bentuk
QRCode, transaksi keuangan melalui mobile banking atau e-banking sampai yang terbaru
setelah pandemi Covid-19 saat ini adalah work from home (WFH), pertemuan, pendidikan dan
pelatihan yang dilakukan dengan sistem daring (online). Bentuk digitalisasi yang dilakukan
saat ini tidak terlepas dari kemajuan teknologi yang menuntut adanya kemudahan akses
terhadap dokumen ataupun data untuk mendapatkan segala informasi yang ingin diketahui

142
atau diterima. Kemudahan akses terhadap data dan informasi tersebut sejalan dengan jumlah
data yang harus tersedia. Seseorang tidak mungkin dengan cepat mendapatkan data atau
informasi apabila data tersebut belum tersedia di dalam media digital. Oleh karena itu, data
dan informasi terlebih dahulu disimpan dalam bentuk digital untuk kemudian dapat diakses
oleh orang yang memerlukannya. Dampak dari proses penyimpanan ini adalah kebutuhan
kapasitas ruang penyimpanan yang semakin besar. Apabila data yang dihasilkan terus
menerus setiap waktu dan setiap orang dapat menjadi sumber penghasil data, kemudian data
berpindah dari satu perangkat ke perangkat lainnya yang kemungkinan juga diakses pada
waktu yang bersamaan serta memiliki varietas data yang banyak, maka kondisi yang demikian
disebut sebagai big data.

Sampai tahun 2022 ada 5 pengguna big data terbesar di dunia yaitu Google, CenturyLink,
MapD Technoligies, ShareThis, dan Dataiku. Di Indonesia sampai tahun 2021 ada 4
pengguna big data terbesar yaitu Gojek, Telkomsel, Traveloka dan OVO. Banyak manfaat
yang telah dirasakan dari penggunaan big data oleh perusahaan khususnya dalam dunia
usaha, diantaranya dapat mengetahui tanggapan atau respon masyarakat sebagai calon
konsumen terhadap produk-produk yang dikeluarkan melalui sentimen di media sosial, market
place dan sebagainya; membantu perusahaan mengambil keputusan secara lebih cepat,
tepat dan akurat berdasarkan data; memberikan rekomendasi pada tingkat top manajemen
untuk meningkatkan merk (branding) perusahaan; serta membuat perencanaan usaha jangka
panjang dengan mengetahui perilaku pelanggan seperti pada perusahaan telekomunikasi dan
perbankan. Bagi pemerintah, ini adalah tantangan terbesar untuk memberikan pelayanan
yang cepat, tepat dan efisien melalui pengelolaan dan penggunaan big data yang didapat dari
pekerjaan pelayanan kemetrologian. Big data bagi pemerintah khususnya pada lembaga
kemetrologian sangat memungkinkan digunakan untuk penentuan arah kebijakan dan
pengambilan keputusan dalam rangka perlindungan konsumen dan tertib niaga.

Penelitian dan pengembangan teknologi dalam kemetrologian secara digital merupakan


sebuah inovasi yang mempunyai peluang sangat besar dan hebat. saat ini kesempatan
tersebut telah terbuka sangat lebar melalui infrastruktur internet yang semakin baik, sumber
daya manusia (SDM) yang sudah berbenah serta penyediaan konten yang beragam.
Pengembangan aplikasi atau sistem informasi yang berbasis pada konsep big data akan
mampu memudahkan pengelolaan bidang kemetrologian, mulai dari registrasi UTTP,
pendataan produsen dan pemilik UTTP, pendidikan dan pelatihan bagi SDM kemetrologian,
ketertelusuran peralatan standard dan alat kerja sampai pada penetapan biaya retribusi
sebagai pendapatan negara bukan pajak. Dengan pemahaman konsep big data ini lebih
dalam, maka membangun sebuah sistem yang dapat menampung semua informasi dalam
bidang kemetrologian akan mampu menetapkan arah kebijakan yang dibuat pemerintah
sehingga tepat sasaran dan manfaatnya juga besar bagi masyarakat. Konsep dasar big data
dalam tulisan ini akan memberikan gambaran untuk membangun sebuah sistem yang mampu
menyimpan data dalam jumlah yang amat sangat besar, mendistribusikan data tersebut, serta
menghasilkan beragama jenis data sesuai kebutuhan pengguna dari sistem tersebut sehingga
memiliki manfaat lebih dibandingkan sistem yang ada saat ini.

143
Rumusan Masalah

Bagaimana big data dari lembaga kemetrologian baik di pusat maupun di daerah dapat
digunakan untuk membuat kebijakan publik dalam rangka perlindungan konsumen dan
peningkatan kepercayaan terhadap UTTP yang digunakan dalam perdagangan?

Bagaimana masyarakat memanfaatkan big data untuk meningkatkan penggunaan UTTP yang
telah dijamin kebenarannya berdasarkan pengujian kalibrasi maupun tera/tera ulang?

Tujuan

Bagi Unit Metrologi, big data dapat dimanfaatkan untuk penelusuran (traceability) data
terhadap alat standar dan alat uji UTTP yang digunakan, SDM atau tenaga ahli yang
melakukan kalibrasi, tera/tera ulang, dan penyebaran UTTP di masyarakat yang berasal dari
dalam negeri maupun barang import. Selain itu, pengelolaan dan pemanfaatan big data
mampu memberikan perlindungan konsumen dari segi kebenaran pengukuran, penakaraan,
dan penimbangan UTTP yang digunakan masyakarat.

PEMBAHASAN
Data

“Data is the new oil” dapat menjadi ungkapan yang populer mengingat pentingnya data diera
digital saat ini. Sektor telekomunikasi menggunakan data untuk memasarkan produknya di
masyarakat, perbankan menggunakan data untuk mengelola keuangan nasabah, dan
pemerintah menggunakan data untuk membuat kebijakan bagi warga negaranya. Data dapat
diartikan sebagai sekumpulan informasi atau keterangan dari suatu hal yang diperoleh dari
hasil pengamatan, penelitian, pencarian ke sumber-sumber tertentu yang dinilai dapat
menyediakan informasi atau keterangan tersebut. Data dalam keadaan belum diolah
berdasarkan kaidah-kaidah tertentu dapat menjadi sebuah fakta namun dapat juga sebuah
anggapan (Satria, et al. 2019). Data, sebelum maupun sesudah diolah dapat memberikan
informasi. Namun pengumpulan banyak data yang kemudian diolah secara ilmiah maka akan
memberikan informasi tambahan dengan tingkat validitas yang tinggi. Jadi, seluruh informasi
yang dibutuhkan adalah bersumber dari data. Dalam konteks teknologi informasi dan
komputerisasi saat ini, data memiliki hirarki tersendiri. Data dari ukuran yang paling kecil
hingga paling besar adalah sebagai berikut; bit, byte, field, record, file, database.

Tabel 1. Tabel Hirarki Data


Sumber: Buchholz, 1962
Hirarki Defenisi Contoh
Unit terkecil dari
data, singkatan
bit 0
dari binar. Hanya
terdiri dari 1 dan 0
Nilai bit dengan
kombinasi 8 digit
byte 01001010 (Hurf J dalam format ASCII)
akan
mengidentifikasi

144
Hirarki Defenisi Contoh
sesuatu, baik
angka, uruf
maupun simbol.
Kumpulan dari
byte disebut field.
Field ‘Nama Pegawai’
Field tidak
terbatas hanya Nama_Pegawai
field
huruf, angka, atau
simbol. Namun Jordan
bisa sebuah
gambar.
Field-field yang
saling terkait akan Record ‘Pegawai’
membentuk
Nama_Pegawai NIP TMT
record sebuah record.
Record adalah Jordan 196001311980011001 198001
sebuah baris
dalam database.
File detail ‘Pegawai’
Nama_Pegawai NIP TMT
File adalah
kumpulan record Jordan 196001311980011001 198001
file yang terbentuk Roger 196401211975011005 197501
dalam sebuah
tabel. Michael 196901151977011022 197701

Andrew 196001241990011007 199001

Kumpulan dari Database ‘SDM’


tabel-tabel yang
database saling terkait inilah
yang disebut
database.

Karena bit merupakan bentuk single binary digit, maka ukuran data dihitung berdasarkan
satuan byte. 1 byte data adalah sebesar 8 bit (Buchholz, 1962, hal: 46). Untuk selanjutnya
bergantung pada banyaknya byte yang dibuat. Semakin banyak data yang dituliskan semakin
besar pula ukuran data. Dengan demikian semakin besar juga kapasitas yang diperlukan
untuk menyimpan data tersebut. Penyimpanan data ada 2 jenis, yaitu internal dan eksternal.
Internal adalah perangkat yang terdapat di dalam perangkat itu sendiri misalnya hard disk
sedangkan eksternal adalah perangkat yang terdapat di luar perangkat misalnya cd/dvd, flash
disk.
Peningkatan aktifitas dalam dunia digital menyebabkan semakin banyaknya produksi data.
Untuk sebuah data berupa gambar dengan perangkat kemera sederhana, seseorang sudah

145
menghasilkan data sebesar 1 megabyte sampai 2 megabyte. 1 megabyte setara dengan
1.024 kilobyte, 1 kilobyte setara dengan 1.024 byte. Maka, untuk sebuah gambar berukuran
1 megabyte setara dengan 1.048.576 byte data. Demikian juga dengan data berupa text.
Sebuah paper dengan jumlah 8-10 halaman dapat berukuran 290 kilobyte. Angka ini setara
dengan 296.960 byte data. Seiring dengan kemajuan teknologi dan pertumbuhan populasi
penduduk dunia maka demikian pesatnya juga pertumbuhan jumlah data yang akan
dihasilkan.

Tidak dapat dibayangkan seperti apa dunia tanpa penyimpanan data (data storage). Tempat
dimana setiap hal mengenai identitas seseorang atau sebuah organisasi, setiap transaksi baik
itu barang, jasa, ataupun keuangan, atau setiap aspek kehidupan yang seharusnya dapat
didokumentasikan hilang seketika setelah digunakan. Orang atau organisasi akan kehilangan
kemampuan untuk mengembangkan setiap informasi dan pengetahuan yang berharga,
ketidak mampuan melakukan analisis secara terperinci, serta kehilangan peluang baru dan
keuntungan. Dalam hal bisnis, setiap orang atau organisasi akan kehilangan informasi
mengenai nama dan alamat pelanggan, jumlah persediaan barang, jumlah aset yang dimiliki,
rencana pembelian/penjualan, karyawan yang dipekerjakan, dll. Oleh karena itu, data menjadi
sangat penting untuk kelangsungan hidup sehari-hari.

Konsep Big Data

Saat ini sejauh mana data dan informasi yang dihasilkan melalui kemajuan teknologi dan
internet harus diterima untuk tujuan memecahkan masalah, membuka kreativitas
meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam melakukan pekerjaan. Dengan peningkatan
kemampuan penyimpanan dan metode pengumpulan data, data dalam jumlah besar sudah
tersedia dengan mudah. Setiap detik, semakin banyak data yang dibuat dan harus disimpan
dan dianalisis untuk memberikan informasi dan nilai yang berharga. Dengan kemudahan
penyimpanan data oleh seseorang atau organisasi, data akan semakin banyak dalam jumlah
yang sangat besar (volume), kecepatan data yang ditransfer dari dan ke orang lain (velocity),
beragamnya jenis data yang disimpan dan digunakan (variety), data memiliki nilai yang tinggi
(value), serta tingginya keakuratan dan validitas data untuk dapat mengambil keputusan yang
tepat (veracity), inilah yang disebut sebagai big data (O’Reilly Media, Inc., 2012, hal: 4-7).

146
Gambar 1. Karakteristik Big Data.

Merupakan sebuah fakta mendasar bahwa data yang teralu besar dan sangat besar, jika
diproses secara konvensional dengan teknologi umum yang ada saat ini, hanya dalam skala
nasional saja juga terlalu besar untuk dipindah tempatkan atau dibawa kemana-mana.
Teknologi informasi saat ini harus merubah prioritas: sebuah programlah yang perlu dinamis
dan mampu digunakan dimana saja, bukan data. Jika seseorang atau organisasi hendak
menganalisa data dari sensus nasional, akan menjadi lebih mudah bagi orang atau organisasi
tersebut menjalankan program disebuah platform digital, misalnya web aplikasi.

Sebagaimana penjelasan pada paragraf sebelumnya, istilah big data mengacu pada data
dengan jumlah yang besar bahkan sangat besar, cepat, sangat bervariasi atau kompleks
sehingga sulit atau butuh waktu yang sangat lama untuk diproses menggunakan metode
konvensional. Namun bukan jumlah data yang penting. Apa yang dilakukan seseorang atau
organisasi dengan data itulah yang penting. Big data dapat dianalisis demi pemahaman yang
mengarah kepada keputusan dan gerakan bisnis strategis yang lebih baik namun tidak lagi
dengan teknologi standar saat ini tapi dengan teknologi Internet of Things (IoT) dan Artificial
Intellegence (AI).

Pentingnya big data tidak berkisar pada seberapa banyak data yang dimiliki seseorang atau
organisasi namun juga apa yang dilakukan terhadap data tersebut. Data yang diperoleh dari
sumber manapun kemudian dianalisis untuk menemukan kesimpulan yang memungkinkan,
seperti; 1) penghematan biaya, 2) penghematan waktu, 3) pengembangan produk baru, dan
penawaran yang dioptimalkan, serta 4) pengambilan keputusan yang cerdas. Big data yang
digabungkan dengan analitik berkekuatan tinggi, akan memiliki manfaat antara lain (Setiawan,
2021):

• Big data dapat digunakan untuk memprediksi atau menganalisis penyebab suatu masalah
yang terjadi pada sistem. Pemanfaatan dari big data ini juga dapat meminimalisir adanya
kegagalan. Hasil dari analisis tersebut dapat digunakan dan ditampilkan secara langsung
(real time).

• Big data dapat menjadi referensi untuk mengembangkan sebuah produk. Informasi yang
kira-kira dibutuhkan akan disimpan ke dalam big data dan hasil dari analisis tersebut dapat
menjadi dasar untuk mengambil keputusan yang tepat untuk pengembangan bisnis.

• Big data dapat mengurangi waktu dan biaya. Dengan menggunakan big data penyimpanan
data akan mengurangi biaya yang harus dikeluarkan. Selain itu proses mengirim dan
menerima data juga dapat menjadi lebih cepat.

Terapan Big Data Dalam Kemetrologian

Dalam mengimplementasikan teknologi Big Data di suatu organisasi, ada 4 elemen penting
yang menjadi tantangan, yaitu data, teknologi, proses, dan SDM (Aryasa dalam Woelandari,
2018)

1. Data
Ketersediaan data menjadi tolak ukur dalam konsep big data. Data merupakan istilah
dalam bentuk jamak. Data dapat berupa benda, kejadian, aktifitas, atau bagian kecil dari
147
informasi. Kumpulan dari sebuah fakta juga adalah data. Dalam sudut pandang keilmuan,
data dapat berupa nilai kuantitatif ataupun kualitatif satu atau lebih suatu objek. Dalam
bentuk yang terstruktur, spesifik, dan sudah diolah sedemikian rupa, data memberikan arti
dan nilai kepada penerima dan disebut sebagai informasi.
Sebagai contoh; dari halaman laporan statistik tera dan tera ulang nasional Direktorat
Metrologi, diketahui secara nasional pelayanan tera meningkat sebesar 25% pada tahun
2021, dari 5.265.314 di tahun 2020 menjadi 6.581.800. sedangkan pelayanan tera ulang
meningkat sebesar 64,7% pada tahun 2021, dari 980.162 di tahun 2020 menjadi
1.604.923.
2. Teknologi
Teknologi merujuk pada alat yang mendukung pemanfaatan big data. Dalam konsep big
data, teknologi tidak lagi dalam tingkatan standar. Teknologi harus mampu mengolah data
yang bervolume besar, cepat berubah, variatif, dan kompleks. Teknologi selain perangkat
lunak termasuk juga perangkat keras.
Sebagai contoh; Hadoop, Hive, dan Spark.
3. Proses
Tujuan akhir dari penggunaan big data adalah pengambilan keputusan. Ada proses yang
terjadi dalam pengolahan big data. Big data membantu menganalisis dan memprediksi hal
apa yang akan diputuskan sesuai dengan data yang diberikan. Proses dapat dilakukan
misalnya dengan descriptive analytics, diagnostic analytics, predictive analytics,
prescriptive analytics (Maryanto, 2017).
4. SDM
Diperlukan kemampuan analitik dan kreatifitas dalam memanfaatkan big data. SDM harus
bekerja dalam tim. Tidak ada seorang dengan keahlian lengkap dalam memanfaatkan big
data. Setiap tim harus memiliki kemampuan analitik, keterampilan menggunakan metode
analisis, kemampuan mengumpulkan, menginterpretasikan, dan menganalisis data. Juga
kemampuan pemrograman komputer sangat dibutuhkan.

Big data memiliki potensi yang sangat besar di sektor publik. Kegiatan sehari-hari pemerintah,
seperti mengelola tunjangan sosial, mengumpulkan pajak, memantau sistem kesehatan dan
pendidikan nasional, mencatat data lalu lintas dan menerbitkan dokumen resmi menghasilkan
dan mengumpulkan sejumlah besar data setiap hari. Informasi yang tersedia secara real time
memungkinkan lembaga dan departemen pemerintah untuk mengidentifikasi area yang
membutuhkan perhatian, membuat keputusan yang lebih tepat dengan lebih cepat, dan
menerapkan perubahan yang diperlukan.

Kerangka kerja (framework) big data merupakan pendekatan secara terstruktur yang terdiri
dari empat komponen inti yang perlu dipertimbangkan oleh lembaga kemetrologian saat
menyiapkan big data. Kerangka big data digambarkan pada Gambar 2 di bawah ini:

148
Gambar 2. Big Data Framework. (Sumber: El-Seoud, Samir A, et al., 2017)

1. Sumber Data (Data Sources)


Berdasarkan sumber data, data yang dapat digunakan oleh Kemetrologian dapat
dikelompokkan menjadi dua jenis data, yaitu data survei dan data non-survei. Data survei
merupakan data yang dihimpun dari kegiatan survei. Data non-survei merupakan data
selain dari hasil survei, misalnya hasil pengujian, kalibrasi, tera/tera ulang. Sumber data
non-survei dapat berupa integrasi data dengan aplikasi internal kemetrologian maupun
integrasi atau pertukaran data dengan instansi eksternal. Sumber data misalnya yang
diperoleh pada Direktorat Metrologi atau instansi lain di dalam kemetrologian seperti Balai
Standardisasi Metrologi Legal (BSML) Regional I, Unit Metrologi Legal Kabupaten/Kota.

Dalam sebuah web aplikasi SIVIKA yang dikembangkan oleh BSML Regional I sudah
dapat mengumpulkan data berupa SDM kemetrologian, daftar alat (UTTP Standar), riwayat
kalibrasi alat, dan daftar wajib tera. Kemudian sebuah web pada Direktorat Metrologi
menggambarkan data statistik pelaksanaan tera/tera ulang nasional tahun 2020 sampai
2022 yang sedang berjalan saat ini.

Gambar 3. Aplikasi SIVIKA milik BSML Regional I. (Sumber:


https://bsmlmedan.id/sivika/user, 2022)

149
Gambar 4. Data Statistik TTU Nasional 3 Tahun Terakhir. (Sumber:
https://metrologi.kemendag.go.id/pelaporan_ttu/statistik/statistik_nasional, 2022)

2. Manajemen Data (Data Management)


Manajemen data adalah sistem manajemen database atau database manajemen system
(DBMS). DBMS berfungsi untuk mengatur data dan mengaksesnya dengan cara efisien.
Ini dapat ditunjukkan melalui Infrastructure As A Service (IAAS) dan Platform As A Service
(PAAS). IAAS bertindak sebagai perangkat keras sedangkan PAAS bertindak sebagai
perangkat antarmuka (interface). Diantara kedua ini ada yang disebut Software As A
Servide (SAAS) yang bertindak sebagai aplikasi/perangkat lunak. Seluruh data yang
diterima dalam sistem database big data berada diantara IAAS dan PAAS.

Tabel 2. Perbedaan IAAS, PAAS, SAAS


Sumber: https://www.geeksforgeeks.org/difference-between-iaas-paas-and-saas, 2020
Dasar IAAS PAAS SAAS
Infrastructure As A Platform As A Software As A
Fungsi
Services Services Services
IAAS digunakan PAAS digunakan SAAS digunakan
Penggunaan untuk arsitektur untuk pengembang untuk pengguna
jaringan (programmer) akhir

3. Analitik Data (Data Analytics)


Analitik Data mengacu pada metode yang digunakan dalam menganalisis data untuk
meningkatkan produktivitas sumber daya manusia dan peningkatan mutu layanan publik.
Data diekstraksi dari berbagai sumber data dan dibersihkan serta dikategorikan untuk
menganalisis berbagai pola perilaku. Metode dan alat yang digunakan bervariasi menurut
kebutuhan organisasi atau individu (Kappagantula, 2020). Hutami (2019) menyebutkan,
tahap analitik yang dilakukan terdiri dari descriptive (penggambaran data), diagnostic
(mencari sebab akibat berdasar data), predictive (memprediksi kejadian di masa depan)

150
maupun prescriptive analytics (merekomendasikan pilihan dan implikasi dari setiap
pilihan). Pendekatan analtik data tidak hanya membutuhkan dukungan infrastruktur yang
sesuai dengan kebutuhan big data, namun keahlian dari SDM dalam menggunakan
metode analisis.

4. Akses/Implementasi (Access/Application)
Tahap akhir dari kerangka kerja big data adalah akses bagi pengambil keputusan dan
pengguna akhir, akses berbentuk visualisasi yang ditunjukkan berupa tabel, infografik,
maupun laporan dalam bentuk tulisan sebagai bahan atas dasar pembuatan kebijakan
ataupun evaluasi. Akses oleh pemerintah (pengambil kebijakan) mengimplementasikan
big data dalam rangka pembuatan kebijakan atau regulasi, sedangkan akses bagi
masyarakat mengimplementasikan big data sebagai parameter solusi bisnis atau usaha.

KESIMPULAN
Big data merujuk pada hasil teknologi dan kreatifitas yang melibatkan data yang sangat
beragam, dalam ukuran (volume) yang super besar, cepat berubah (velocity), jenis data yang
sangat beragam (variety), memiliki nilai yang tinggi (value), dan validitas yang tinggi (veracity)
sehingga terlalu sulit menanganinya secara efektif dengan teknologi, keahlian dan
infrastruktur konvensional. Big data menjadi sumber penting bagi pemangku jabatan atau
pemerintahan dalam membuat dan mengambil kebijakan khususnya di lingkungan
kemetrologian. Keberadaan metrologi sangat penting dalam hal perlindungan konsumen dan
tertib niaga karena berhubungan dengan produksi dan penggunaan UTTP di dalam
masyarakat. Pemerintah selain pembuat regulasi juga sebagai pelaksana penjamin
kebenaran hasil pengukuran baik melalui pengujian kalibrasi maupun tera/tera ulang UTTP
sedangkan masyarakat adalah pengguna UTTP yang berkewajiban menjaga keabsahan
UTTP. Penguasaan terhadap teknologi big data melalui sumber data (data source),
manajemen data (data management), analitik data (data analytic), dan terapan
(implementation) diharapkan akan memberikan keputusan yang tepat atas segala kebijakan
yang ditetapkan baik bagi pemerintah maupun bagi masyarakat.

REFERENSI
Anonim, 2020, Difference between IAAS, PAAS and SAAS, [online],
(https://www.geeksforgeeks.org/difference-between-iaas-paas-and-saas/, diakses tanggal
27 Maret 2022)
Anonim, 2021, 7 Perusahaan Ini Sukses Menerapkan Solusi Big Data untuk Bisnisnya,
[online], (https://bigbox.co.id/blog/7-perusahaan-ini-sukses-menerapkan-solusi-big-data-
untuk-bisnisnya-2/, diakses tanggal 24 Maret 2022)
Anonim, 2021, How Much Data Is Created Every Day?, [online],
(https://seedscientific.com/how-much-data-is-created-every-day/, diakses tanggal 25
Maret 2022)
Anonim, 2022, Big Data: Apa itu dan mengapa hal itu penting, [online],
(https://www.sas.com/id_id/insights/big-data/what-is-big-data.html#history, diakses
tanggal 25 Maret 2022)
Anonim, 2022, Laporan Statistik Tera dan Tera Ulang Nasional, Indonesia: Direktorat Jenderal
Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga, Direktorat Metrologi, [online],
151
(https://metrologi.kemendag.go.id/pelaporan_ttu/statistik/statistik_nasional, diakses
tanggal 28 Maret 2022)
Anonim, 2022, SIVIKA, [online], (https://bsmlmedan.id/sivika/user, diakses tanggal 28 Maret
2022)
Buchholz, Werner (Ed)., 1962. ‘Planning a Computer System-Project Stretch’, New York,
USA: McGraw-Hill Book Company, Inc., 39, [pdf],
(http://archive.computerhistory.org/resources/text/IBM/Stretch/pdfs/Buchholz_102636426.
pdf, diakses tanggal 25 Maret 2022)
El-Seoud, Samir A., El-Sofany, Hosam F., Abdelfattah, Mohamed., & Mohamed, Reham.,
2017. Big Data and Cloud Computing: Trends and Challenges, iJIM, No. 2. Vol. 11, hal:
43-44, [pdf],
(https://www.researchgate.net/publication/316051568_Big_Data_and_Cloud_Computing_
Trends_and_Challenges, diakses tanggal 27 Maret 2022)
Hutami, Rizka., 2019. Kesiapan Penggunaan Big Data Pada Direktorat Penilaian, [online],
(https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/12925/KESIAPAN-PENGGUNAAN-BIG-
DATA-PADA-DIREKTORAT-PENILAIAN.html, diakses tanggal 26 Maret 2022)
Kappagantula, Sahiti, 2020. What is Data Analytics? Introduction to Data Analysis, [online],
(https://www.edureka.co/blog/what-is-data-analytics/, diakses tanggal 26 Maret 2022)
Maryanto, Budi., 2017, Big Data Dan Pemanfaatannya Dalam Berbagai Sektor, Media
Informatika, No. 2, Vol 16, hal: 17, [pdf],
(https://jurnal.likmi.ac.id/Jurnal/7_2017/0717_02_BudiMaryanto.pdf, diakses tanggal 28
Maret 2022)
O’Reilly Media, Inc., 2012. Big Data Now: 2012 Edition. United States of America: O’Reilly
Media, Inc., [pdf], (http://matrix.umcs.lublin.pl/~akrajka/DATA-MINING/, diakses tanggal 24
Maret 2022)
Sahu, Manisha, 2021. Big Data in the Public Sector : Applications and Benefits, [online],
(https://www.analyticssteps.com/blogs/big-data-public-sector-applications-and-benefits,
diakses tanggal 26 Maret 2022)
Satria, Rio A., Sidik, Anang F., Saleh, Mohammad D., 2019. Teknis Menganalisa Data Hasil
Survei, [online], (https://wageindicator-data-academy.org/countries/data-akademi-garmen-
indonesia-bahasa/teknis-menganalisa-data-hasil-survei, diakses tanggal 25 Maret 2022)
Setiawan, Rony., 2021. Apa Itu Big Data? Mengapa Itu Penting?, [online]
(https://www.dicoding.com/blog/apa-itu-big-data/, diakses tanggal 25 Maret 2022)
Woelandari, Dewi Sri, 2018. Potential Benefits And Business Value Of Big Data Analytics,
Majalah Ilmiah BIJAK, No. 2, Vol. 15, hal: 109, [pdf],
(https://ojs.stiami.ac.id/index.php/bijak/article/view/199/132, diakses tanggal 25 Maret
2022)

152
OPTIMALISASI PEMANFAATAN MEDIA DIGITAL DALAM MEWUJUDKAN
MASYARAKAT MELEK METROLOGI

Wilsaningsih, S.H., M.H.1) Amin Djihadi, S.Si., M.I.L.2)


1)
Direktorat Metrologi, Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga
Kementerian Perdagangan
wilsaningsih@kemendag.go.id
2)
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PU-PR) Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera
Selatan
djihadiamin@gmail.com

ABSTRACT

The spread of COVID-19 in Indonesia first occurred on March 2, 2020. The State Civil
Apparatuses were asked to social and physical distancing, so that adjustments were made to
activities, such as understanding or education in legal metrology. The results of the Metrology
Directorate survey to measure the level of public understanding of legal metrology in
2021 amounted to 62.98% of the level of understanding. The survey was conducted through
3 aspects, Aspects of Practice, Attitude, and Knowledge. This research was used through
descriptive analysis of qualitative, quantitative secondary data followed by DPSIR (Driving
Force-Pressure-State-Impact-Response) to analyze the inhibiting factors and alternative
solutions for the use of digital media used by the Directorate of Metrology. An increase of 11%
from 175.4 million to 202.6 million users in 2021 makes digital media such as Youtube,
Whatsapp, Instagram, and Facebook a means of educating the right alternative solution to
overcome the public's low knowledge of legal metrology and realizing a metrology literate
society. Based on the results of the analysis, the use of digital media to realize a Metrological
Literacy Society is not optimal, this is due to the absence of good planning, lack of attention
to the suitability of content with social media that will be used, lack of attention to posting time,
posting frequency is not clearly defined, SOPs for handling by the admin has not been
regulated, the absence of regular and periodic evaluations results in the distribution of content
that is not appropriate.
Keywords: Optimization, Digital Media, Metrology Literacy

ABSTRAK
Penyebaran COVID-19 di Indonesia pertama kali terjadi pada tanggal 2 Maret 2020. Aparatur
Sipil Negara diminta untuk membatasi kegiatan tatap muka langsung, sehingga dilakukan
penyesuaian kegiatan, seperti edukasi di bidang metrologi legal. Hasil survey Direktorat
Metrologi untuk mengukur Tingkat Pemahaman Masyarakat Terhadap Metrologi Legal pada
Tahun 2021 sebesar 62,98% dalam level memahami. Survey dilakukan melalui 3 aspek, yaitu
Aspek Prilaku (Practice), Sikap (Attitude), dan Pengetahuan (Knowledge). Penelitian
dilakukan melalui analisis deskriptif terhadap data-data sekunder yang bersifat kualitatif,
kuantitatif dilanjutkan menggunakan DPSIR (Driving Force-Pressure-State-Impact-Respon)
untuk menganalisis faktor penghambat dan alternatif solusi pemanfaatan media digital yang
digunakan Direktorat Metrologi. Peningkatan 11% dari 175,4 juta menjadi 202,6 juta
pengguna di tahun 2021 menjadikan media digital seperti Youtube, Whatsapp, Instagram, dan
Facebook sebagai sarana edukasi menjadi solusi alternatif tepat dalam mengatasi rendahnya
153
pengetahuan masyarakat terhadap metrologi legal dan mewujudkan masyarakat melek
metrologi. Berdasarkan hasil analisis, pemanfaatan media digital untuk mewujudkan
Masyarakat Melek Metrologi belum optimal, hal ini dikarenakan tidak terdapatnya
perencanaan yang baik, kurang memperhatikan kesesuaian konten dengan media sosial yang
akan digunakan, kurangnya memperhatikan waktu postingan, frekuensi postingan tidak
ditetapkan secara jelas, SOP penanganan oleh admin belum diatur secara jelas, tidak
terdapatnya evaluasi secara rutin dan berkala mengakibatkan distrbusi konten yang kurang
sesuai.
Kata Kunci: Optimalisasi, Media Digital, Melek Metrologi

PENDAHULUAN

Pandemi COVID-19 bukan hanya berdampak pada kesehatan tetapi juga berdampak pada
berbagai sektor, mulai dari sektor perekonomian, sosial masyarakat dan lingkungan, budaya,
pendidikan serta Sistem Pemerintahan (Muyasaroh, 2020). Sebagai upaya untuk memutus
rantai penyebaran COVID-19, Pemerintah mengeluarkan kebijakan strategis seperti
membatasi hubungan sosial (social distancing), menjaga jarak (physcial distancing), work
from home dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) (Diana, 2021). Kegiatan metrologi
legalpun ikut disesuaikan, seperti menghilangkan, membatasi atau menghentikan
sementara waktu kegiatan pelayanan tera dan tera ulang, kegiatan pengawasan
kemetrologian serta kegiatan edukasi secara tatap muka langsung kepada pelaku usaha atau
masyarakat. Situasi pandemi menyebabkan kegiatan edukasi tidak berjalan secara optimal.
Selain itu adanya keterbatasan anggaran menjadi faktor yang turut mempengaruhi, disisi lain
rendahnya tingkat pengetahuan Masyarakat Terhadap Metrologi Legal dan dampak yang
ditimbulkan dari tidak dilakukannya kegiatan edukasi menjadi penghambat dalam
mewujudkan tertib ukur di Indonesia.

Direktorat Metrologi dan unit metrologi legal Provinsi DKI Jakarta dan Kabupaten/Kota harus
mencari alternatif solusi dalam mengatasi permasalahan tersebut. Promosi metrologi legal
telah dilakukan melalui program Masyarakat Melek Metrologi (3M). Program 3M merupakan
salah satu bentuk promosi dan kampanye sosial kepada masyarakat dalam rangka
menumbuh kembangkan budaya tertib ukur, budaya peduli ukuran, takaran dan timbangan.
Kegiatan tersebut dilaksanakan dalam bentuk pemasangan spanduk atau banner di pasar
tradisional, pasar modern dan SPBU, pemasangan stiker pada pompa ukur BBM,
toko/warung, supermarket, tempat usaha jasa ekspedisi, tempat usaha gadai barang,
laundry, jasa transportasi, dan tempat usaha lainnya yang menggunakan alat ukur, alat
takar, alat timbang dan alat perlengkapan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa.
Banyak kegiatan yang telah dilakukan, namun tingkat pengetahuan masyarakat Indonesia
terhadap metrologi legal masih relatif rendah, sehingga diperlukan upaya edukasi atau
disemeninasi informasi yang berkesinambungan untuk mengatasi permasalahan tersebut
agar tujuan dari program Masyarakat Melek Metrologi di Indonesia dapat terwujud.

Terdapat flatform digital yang dapat menghubungkan antara individu satu dengan yang
lainnya diseluruh dunia (Fedianty A, 2019) secara interaktif dan melalui dua arah sehingga
terjadi umpan balik atau yang lebih dikenal dengan nama media sosial (Kent, 2013). Media
sosial merupakan suatu media komunikasi yang dapat memberikan kemudahan
berkomunikasi dari sisi jarak dan waktu (D, 2020). Pemanfaatan teknologi komunikasi dan

154
informasi memegang peranan yang sangat penting. Informasi dapat terpublikasikan melalui
ruang-ruang digital (Hamad, 2004) dan berkembang dengan pesat (Severin, 2009). Media
sosial dapat dimanfaatkan menjadi salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut di
atas dan mendorong efektivitas pemerintahan, memperbaiki kepercayaan masyarakat yang
telah menurun, menghadapi kemajuan jaman, media komunikasi saat terjadi kondisi kritis
serta bencana alam (Karina, 2018).

Pemanfaatan media sosial oleh Pemerintah harus memperhatikan etika sebagaimana di atur
dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik
Indonesia Nomor 83 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pemanfaatan Media Sosial Instansi
Pemerintah, yaitu: 1) menjunjung tinggi kehormatan instansi pemerintah 2) memiliki keahlian,
kompetensi, objektivitas, kejujuran, dan integritas 3) menjaga rahasia negara dan
melaksanakan sumpah jabatan 4) menegakkan etika yang berlaku agar tercipta citra dan
reputasi instansi pemerintah 5) menghormati kode etik pegawai negeri 6) menyampaikan dan
menerima informasi publik yang benar, tepat, dan akurat 7) menghargai, menghormati, dan
membina solidaritas serta nama baik instansi dan perorangan dan 8) melaksanakan
keterbukaan informasi publik sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Dengan
demikian, pengelola media sosial di lingkungan instansi pemerintah harus memperhatikan hal
tersebut.

Direktorat Metrologi dan unit metrologi legal Provinsi DKI Jakarta dan Kabupaten/Kota telah
memanfaatkan media sosial sebagai sarana edukasi dalam mewujudkan Masyarakat Melek
Metrologi. Media sosial yang dimanfaatkan Direktorat Metrologi antara lain Youtube,
Whatsapp, Instagram dan Facebook, namun hasil survey terhadap Tingkat Pemahaman
Masyarakat terhadap Metrologi Legal (IPML) Tahun 2021 menunjukan bahwa pengetahuan
masyarakat terhadap metrologi legal masih tergolong rendah.

Penelitian ini bermanfaat bagi Direktorat Metrologi khususnya dan bagi unit metrologi legal di
daerah pada umumnya dalam mengoptimalkan pemanfaatan media digital sebagai sarana
dalam memberikan edukasi Metrologi Legal. Penelitian dilakukan dengan menggunakan
analisis DPSIR (Driving Force-Pressure-State-Impact-Respon), sebuah analisis yang
dilakukan untuk melihat faktor penyebab dan akibat dari permasalahan dalam memberikan
informasi yang jelas dan spesifik mengenai faktor pemicu (Driving Force), tekanan terhadap
kondisi yang dihasilkan (Pressure), keadaan atau kondisi (State), dampak yang dihasilkan
(Impact) dan respon yang dilakukan (Response) terkait dengan pemanfaatan media digital
oleh Direktorat Metrologi sebagai sarana edukasi dalam mewujudkan Masyarakat Melek
Metrologi.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dimulai dari analisis secara deskriptif terhadap data-data sekunder berupa hasil
survey Direktorat Metrologi terhadap Indeks Pemahaman Masyarakat Terhadap Metrologi
Legal (IPML) Tahun 2021 di 509 Kabupaten/Kota yang dinilai melalui 3 aspek, yaitu Aspek
Prilaku (Practice), Sikap (Attitude), dan Pengetahuan (Knowledge), baik yang bersifat kualitatif
maupun yang bersifat kuantitatif yang berasal dari akun media digital Direktorat Metrologi
155
kemudian dilanjutkan dengan menggunakan analisis DPSIR (Driving Force-Pressure-State-
Impact-Respon) untuk menganalisis faktor-faktor penghambat dan alternatif solusi terhadap
pemanfaatan media digital yang telah digunakan oleh Direktorat Metrologi dalam mewujudkan
Masyarakat Melek Metrologi dikaitkan dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2012 Tentang
Pedoman Pemanfaatan Media Sosial Instansi Pemerintah dan Pedoman Penggunaan Media
Sosial dalam Lembaga Pemerintah.

HASIL PEMBAHASAN
Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah memberikan kewenangan
penyelenggaraan kegiatan metrologi legal kepada Pemerintah Pusat melalui Direkorat
Metrologi dan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota melalui Unit Metrologi Legal (UML).
Berdasarkan data Direktorat Metrologi Tahun 2021, UML yang terbentuk berjumlah 425
(83.49%) UML dari total 509 Kab/kota di Indonesia. Pengawas Kemetrologian berjumlah 197
orang dan Pengamat Tera berjumlah 216 orang. Data tersebut menunjukan bahwa jumlah
Sumber Daya Manusia Kemetrologian di seluruh Indonesia yang memiliki tugas melakukan
kegiatan pemberdayaan masyarakat masih sedikit dan tidak sebanding dengan jumlah
penduduk di seluruh Indonesia.

Gambar 1. Indeks Pemahaman Metrologi Legal Indonesia (Sumber: Direktorat Metrologi,


2021)

Survey Direktorat Metrologi terhadap Indeks Pemahaman Masyarakat Terhadap Metrologi


Legal (IPML) Tahun 2021 dinilai melalui 3 aspek, yaitu Aspek Prilaku (Practice), Sikap
(Attitude), dan Pengetahuan (Knowledge). Terdapat 3 Provinsi dengan nilai IPML terendah
seperti terlihat pada Gambar 1 di atas (merah) adalah Sumatera Barat (48,42), Papua Barat
(51,07) dan Riau (52,55), ketiga provinsi tersebut masuk dalam kategori mengetahui.
Terdapat 3 Provinsi dengan nilai IPML tertinggi terlihat dalam Gambar 1 di atas (biru tua)
adalah Lampung (72,56), Jawa Tengah (69,55) dan Kalimantan Selatan (69,11), ketiga
provinsi tersebut masuk dalam kategori memahami.

Aspek sikap (attitude) merupakan aspek yang relatif lebih tinggi nilainya jika dibanding dengan
aspek lainnya (practice, knowledge) seperti terlihat dalam Gambar 2 di bawah ini. Hal ini
menunjukkan bahwa masyarakat merasa bahwa tertib ukur merupakan suatu hal penting,
namun hal ini tidak ditunjang dengan pengetahuan yang baik, utamanya pengetahuan tentang
tanda tera dan Undang-Undang Nomor 2 tahun 1981 tentang Metrologi Legal yang
memberikan perlindungan terhadap kebenaran pengukuran dalam transaksi perdagangan,

156
sehingga pada prakteknya (practice) masyarakat tidak dapat melaksanakan dalam kehidupan
sehari-hari.

100 Memahami & Menerapkan


78,46
80 Memahami
59,72
60 50,95 Mengetahui
40 Kurang Paham
20 Tidak Paham
0
Prilaku (Practice) Sikap (Attitude) Pengetahuan
(Knowledge)

Gambar 2. Tingkat Pemahaman Masyarakat Terhadap Metrologi Legal Tahun 2021


(Sumber: Direktorat Metrologi, 2021)

Pengetahuan yang dimiliki masyarakat terhadap suatu objek dapat mempengaruhi pendapat
atau pandangan masyarakat terhadap objek tersebut. Masyarakat mendapatkan
pengetahuan melalui proses penginderaan, sementara proses penginderaan dipengaruhi
oleh pemahaman serta kesungguhan terhadap suatu objek (Notoatmodjo, 2010, 2003).
Berdasarkan Teori Knowledge, Attitude dan Practice, pengetahuan (Knowledge) merupakan
dasar dari pemahaman dan aplikasi pada seseorang.

Dalam pengukuran Indeks Pemahaman Metrologi Legal, yang paling diperlukan adalah
memberikan pengetahuan kepada masyarakat, pada semua golongan, baik berdasarkan
usia, pendidikan dan jenis kelamin maupun secara geografis. Rendahnya pengetahuan
masyarakat tentang Metrologi Legal dapat berdampak terhadap tidak tumbuhnya kesadaran,
dan kepedulian masyarakat terhadap metrologi legal, membentuk karakter masyarakat yang
kurang tanggap terhadap kecurangan dalam kegiatan perdagangan sehinngga menyebabkan
kurang kritis dalam memperoleh hak-haknya sebagai konsumen (PT. Iconesia Solusi
Prioritas, 2021).

Indonesia termasuk salah satu negara teraktif di media sosial (Noviandari, 2015).
Berdasarkan data internetworldstats.com, Indonesia menduduki urutan ketiga dengan
pengguna internet terbanyak di Asia (katadata, 2021). Berdasarkan data Badan Pusat
Statistik (BPS) Republik Indonesia Tahun 2021, saat ini jumlah penduduk Indonesia
mencapai 270,20 Juta jiwa dan terbagi menjadi beberapa generasi seperti yang terlihat dalam
Gambar 3. a. dan b. di bawah ini.

a. b.

Gambar 3. a. Klaster Generasi Penduduk Indonesia (BPS, 2021); b. Pengguna Internet di


Asia (Sumber: internetworldstats.com, 2021)
157
Jumlah penduduk Indonesia terbanyak berada di Generasi Gen Z (perkiraan usia 8-23 tahun)
dengan jumlah 27,94% dari 270,20 Juta penduduk Indonesia. Dilihat dari tingkatan usia
pengguna media sosial, 4 tingkatan usia yang memiliki urutan teratas yaitu usia 25-34 tahun,
usia 18-24 tahun, usia 35-44 tahun dan usia 13-17 tahun. Generasi yang intens menggunakan
media sosial yaitu Generasi Milenial sebanyak 34,1% dengan dominasi Laki-Laki sebagai
pengguna aktif terbanyak dari generasi tersebut seperti yang terlihat dalam Gambar 4. b. di
bawah ini.

a. b.

Gambar 4. a. Flatform dengan Intensitas Penggunaan Tertinggi di Indonesia


(internetworldstats.com, 2021),
b. Pengguna Media Sosial Indonesia Berdasarkan Gender
Sumber: internetworldstats.com, 2021

Dari beberapa media sosial yang digunakan di Indonesia, terdapat 4 (empat) kanal media
yang paling sering dipergunakan dalam aktivitas keseharian masyarakat Indonesia, yaitu
Youtube, WhatsApp, Instagram dan diikuti oleh Facebook seperti terlihat dalam Gambar 4 (a)
di atas. Ke empat media sosial tersebut dapat menjadi referensi sarana untuk melakukan
edukasi dan disemniasi informasi metrologi legal kepada masyarakat. Apabila di elaborasikan
dengan pengguna media sosial paling tinggi di Indonesia yang berada di usia 25-34 tahun
(Generasi Milenial) maka kita dapat memanfaatkan media sosial sebagai sarana untuk
menyampaikan informasi dengan penyesuaian karekteristik pada generasi tersebut seperti
konten visual dengan tampilan menarik lebih diperbanyak, tulisan sederhana dengan
menggunakan kalimat yang singkat, penggunaan kata kunci khusus, dll.

Media sosial dapat digunakan untuk mewujudkan Masyarakat Melek Metrologi, hal ini
dikuatkan dengan data Kementerian Komunikasi dan Informatika RI Ditjen Aplikasi
Informatika pada tahun 2021 yang menyebutkan bahwa telah terjadi peningkatan pengguna
internet di Indonesia, semula 175,4 juta meningkat menjadi 202,6 juta pengguna atau
meningkat sebesar 11 % dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Pengelolaan media sosial oleh instansi pemerintah hendaknya dilakukan sesuai dengan yang
diatur dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pemanfaatan Media Sosial
Instansi Pemerintah, yaitu dilakukan melalui perencanaan, penyelarasan kegiatan di media
sosial dengan kebijakan instansi sehingga terlihat dalam muatan materi media sosial.
Selanjutnya dilakukan penyusunan strategi agar pesan yang dirancang tepat sasaran dan

158
mempublikasikannya pada media sosial yang sesuai. Memperhatikan langkah-langkah dalam
melaksanakan aktivitas di media sosial, memantau dan melakukan evaluasi terhadap media
sosial, mengukur jangkauan tersampaikannya pesan kepada khalayak. Kemudian
menghitung keluar masuk percakapan, membuat perkiraan dampak diskusi atau pesan yang
disampaikan, memperhitungkan percakapan dan penentuan keberhasilan penggunaan media
sosial, serta mengukur keberlanjutan komunitas.

Media sosial yang digunakan sebagai sarana edukasi atau penyuluhan dapat dikatakan
efektif, jika memenuhi kriteria sebagai berikut: 1) sederhana, mudah dipahami dan dikenal 2)
menyajikan gagasan-gagasan baru 3) menarik, 4) mempergunakan bahasa atau kalimat yang
mudah dipahami oleh masyarakat, mengajak masyarakat untuk memperhatikan,
mengingatkan, mencoba dan menerima gagasan-gagasan yang disampaikan (Soedarmanto,
1992).

Konseptual analisis DPSIR (Driving Force-Pressure-State-Impact-Respon) seperti terlihat


dalam Gambar 5 di bawah ini, merupakan sebuah analisis yang dilakukan untuk melihat faktor
penyebab dan akibat dari permasalahan dalam memberikan informasi yang jelas dan spesifik
mengenai faktor pemicu (Driving Force), tekanan terhadap kondisi yang dihasilkan (Pressure),
keadaan atau kondisi (State), dampak yang dihasilkan (Impact) dan respon yang dilakukan
(Response) terkait dengan pemanfaatan media digital oleh Direktorat Metrologi sebagai
sarana edukasi dalam mewujudkan Masyarakat Melek Metrologi.

Gambar 5. Kerangka analisis DPSIR (Driving Force-Pressure-State-Impact-Respon)


Sumber: analisis, 2022

Faktor Pemicu (Driving Force) mendeskripsikan tentang faktor penyebab terjadinya


permasalahan berupa: Konten sebagai penentu keberhasilan dalam pemanfaatan media
sosial. Konten yang baik bukan hanya konten yang menarik tetapi dibuat melalui perencanaan
yang baik dan keputusan yang tepat, seperti perencanaan editorial, dukungan data,
memenuhi ketentuan pembuatan konten, pemilihan media sosial yang sesuai serta
memperhatikan produksi konten. Perencanaan dibuat untuk memudahkan dalam membuat
konten dan memberikan kejelasan waktu pendistribusian konten.

Direktorat Metrologi telah membuat perencanaan mengenai tema, waktu dan jumlah
postingan, namun perencanaan tidak dilakukan secara berkala (mingguan, bulanan atau

159
tahunan) dan tidak dilakukan terhadap semua media sosial yang digunakan. Perencanaan
tidak dibuat dalam sebuah tools yang dapat dishare dan dibahas bersama tim yang lain untuk
dikoordinasikan.

Hal ini mengakibatkan pelaksanaan postingan tidak sesuai dengan perencanaan. Selain itu
Direktorat Metrologi kurang memperhatikan kesesuaian konten dengan media sosial yang
akan digunakan untuk memposting konten tersebut. Misalnya konten yang disajikan dalam
Instagram sama dengan Facebook, namun terkait hal ini harus dikembalikan pada
perencanaan awal terkait tujuan penggunaan dari masing-masing media sosial tersebut.

Pembuatan konten yang baik dapat meningkatkan jumlah followers. Saat ini jumlah followers
pada media sosial Direktorat Metrologi masih relatif sedikit jika dibandingkan dengan jumlah
pengguna flatform dengan intensitas tertinggi di Indonesia. Jumlah subscriber pada media
sosial Youtube akun Me You Channel sebanyak 3,15 ribu subscriber. WhatsApp terbagi
dalam beberapa grup, namun grup-grup tersebut tidak digunakan sebagai sarana edukasi
karena beranggotakan pegawai dari unit metrology legal, bukan masyarakat luas. Pengikut
Instagram direktorat_metrologi berjumlah 4.911 orang, sedangkan pengikut Facebook Ditmet
Kemendag berjumlah 4.997 orang.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas pendistribusian konten di media sosial
yang perlu diperhatikan antara lain kepemilikan akun, memperhatikan waktu dan frekuensi
postingan, penggunaan kata kunci, iklan, endorsement dan berkolaborasi dan pedoman
penanganan penggunaan media sosial oleh admin.

Direktorat Metrologi menggunakan 4 akun media sosial dalam memberikan informasi dan
edukasi, yaitu Youtube, WhatsApp, Instagram dan Facebook yang merupakan 4 media yang
paling sering dipergunakan dalam aktivitas keseharian masyarakat Indonesia. Pemanfaatan
Youtube sudah dilakukan sejak tanggal 9 Mei 2019 dengan akun Me You Channel. Informasi
yang disampaikan melalui Me You Channel berupa video mengenai prosedur melakukan
kegiatan reparasi, prosedur tera/tera ulang, memeriksa dan mengenali alat ukur, alat takar,
alat timbang dan alat perlengkapan, mengunggah video kegiatan yang telah dilakukan serta
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Unit Metrologi Legal. WhatsApp Grup mulai
dimanfaatkan sejak tanggal 23 Maret 2018. WhatsApp Grup tidak digunakan secara langsung
sebagai sarana edukasi kepada masyarakat, tetapi digunakan sebagai sarana untuk
melakukan koordinasi dengan Unit Metrologi Legal. Informasi yang disampaikan bersifat
kebijakan, pesan, pemberitahuan dan informasi penting lainnya yang berkaitan dengan
kegiatan metrologi legal. Instagram mulai digunakan sejak tanggal 27 Oktober 2017 dengan
nama direktorat_metrologi, sedangkan Facebook Direktorat Metrologi dikenal dengan nama
Ditmet Kemendag. Setiap postingan yang diunggah dalam akun Instagram, diunggah juga
dalam akun Facebook. Hal-hal yang disampaikan melalui Instagram dan Facebook berupa
postingan konten, foto dan video pendek, video animasi, berita mutakhir, informasi yang dapat
dikonsumsi oleh masyarakat luas, pelaku usaha, unit metrologi legal di daerah maupun pihak
terkait lainnya. Konten yang disampaikan berupa informasi yang berkaitan dengan
penyelenggaraan kegiatan metrologi legal, seperti alat ukur, alat takar, alat timbang dan alat
perlengkapan, BDKT dan Satuan Ukuran serta informasi penting lainnya. Setiap postingan
yang disampaikan selalu disertai caption dengan maksud untuk melengkapi foto, video,
maupun semua gambar yang ditampilkan sehingga caption tersebut dapat menjelaskan
mengenai informasi yang disampaikan dalam foto, video atau gambar tersebut.
160
Dalam pendistribusian konten di media sosial, Instagram dan Facebook yang digunakan
Direktorat Metrologi kurang memperhatikan waktu yang tepat, dikarenakan admin memiliki
tugas pokok lainnya sebagai pegawai atau fungsional tertentu dan kurangnya informasi terkait
waktu yang tepat untuk melakukan postingan. Frekuensi postingan tidak ditetapkan secara
jelas untuk masing-masing media sosial, sehingga jumlah konten yang diposting dalam setiap
minggunya atau setiap bulannya tidak sama, bahkan pada bulan-bulan tertentu sama sekali
tidak memproduksi konten. Hal ini dapat dilihat pada Me You Channel, frekuensi penayangan
dalam 1 bulan sangat beragam, mulai dari 1 postingan, 3 postingan, 5 postingan, 7 postingan
bahkan 13 postingan dan pada Bulan Agustus dan Desember Tahun 2019, Bulan Januari,
Februari, Maret, November dan Desember Tahun 2020, Bulan Februari, Maret, Juni, Agustus,
September Tahun 2021 dan Bulan Februari Tahun 2022, sama sekali tidak membuat
postingan.

Pedoman penanganan penggunaan media sosial oleh admin belum diatur secara jelas dalam
suatu kerangka acuan, seperti pengaturan mengenai penggunaan bahasa, tingkat kecepatan
merespons dan waktu respons, serta tanggapan yang bersifat umum. Direktorat Metrologi
tidak memanfaatkan Me You Channel sebagai suatu media komunikasi yang dapat
memberikan kemudahan berkomunikasi dari sisi jarak dan waktu serta sebagai suatu media
interaktif yang dapat dilakukan melalui dua arah sehingga terjadi umpan balik.
Padahal Youtube merupakan media sosial yang berada diurutan teratas sebagai flatform yang
paling banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia. Hal ini dapat terlihat pada Me You
Channel, dari jumlah komentar atau pertanyaan yang diajukan subscriber sejak Mei 2019
sampai dengan Maret 2022 sebanyak 144 komentar atau pertanyaan, tetapi hanya 7
pertanyaan yang mendapatkan tanggapan (6 tanggapan dari admin, 1 tanggapan dari
subscriber lainnya).

Evaluasi merupakan suatu kegiatan penting yang harus dilakukan oleh instansi pemerintah
dalam melakukan pengelolaan media sosial, agar dapat mengetahui dampak pemanfaatan
media sosial terhadap para pengguna. Evaluasi tidak secara rutin dan berkala dilakukan
Direktorat Metrologi, namun hanya bersifat insidentil.

Hal-hal tersebut dapat menimbulkan tekanan (pressure) berupa pembuatan konten yang
kurang baik dan distrbusi konten yang kurang sesuai. Perencanaan yang kurang baik dan
kurangnya memperhatikan kesesuaian konten dengan media sosial yang akan digunakan
mengakibatkan konten yang dibuat menjadi kurang baik. Tekanan lain berupa distribusi
konten yang kurang sesuai muncul akibat kurangnya memperhatikan waktu dan frekuensi
postingan, serta tidak adanya pedoman penanganan penggunaan media sosial oleh admin.
Terdapatnya pressure tersebut akan membawa pada keadaan atau kondisi (state) berupa
kurang optimalnya media sosial sebagai alternatif edukasi/sosialisai metrologi legal secara
digital, hal ini menimbulkan dampak (Impact) berupa edukasi kurang berjalan secara
maksimal dan berkontribusi pada rendahnya pemahaman masyarakat dan terhambatnya
perwujudan Masyarakat Melek Metrologi di Indonesia.

Beberapa kondisi tersebut di atas memerlukan alternatif solusi atau respon sebagai berikut:
a. Membuat konten yang baik
Perencanaan pembuatan konten dapat dilakukan dengan menggunakan Excel, Google
Spreadsheet atau aplikasi lainnya agar dapat di share kepada tim yang lain sehingga
memudahkan koordinasi. Hal-hal yang harus dituangkan dalam perencanaan paling
161
sedikit memuat tanggal konten dibuat dan pendistribusian konten, tema atau judul konten,
media sosial yang akan digunakan, jenis konten, yang bertanggung jawab terhadap
konten, dan posisi konten (mulai proses pembaharuan sampai dilakukan pendistribusian)
atau dibuat sesuai dengan kebutuhan seperti pada Gambar 6. berikut ini:

Gambar 6. Weekly editorial plan (Sumber: Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen


dan Tertib Niaga, 2022)

Selanjutnya, konten yang akan dibuat disesuaikan dengan jenis media sosial yang dipilih
agar sesuai dengan tujuan penggunaan. Perencaan dalam pembuatan konten hingga
Pemilihan jenis media yang sesuai dapat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut;
lakukan pertimbangan People - Objectives - Strategy - Technology (POST).

Dimulai dari penentuan tujuan (Objectives), suatu media sosial tidak akan berjalan dengan
baik tanpa adanya tujuan yang jelas, secara umum pemanfaatan media sosial oleh
instansi pemerintah dapat digunakan untuk tujuan seperti berbagi (Sharing), Partisipasi
Publik (Public Participation), Kolaborasi (Collaboration), atau Penanggulangan Resiko.

Setelah ditetapkannya tujuan yang jelas kemudian dilanjutkan dengan penentuan sasaran
komunikasi dengan menentukan Audiens (People). Penetapan audiens dilakukan bukan
untuk membatasi informasi pada kelompok tertentu, melainkan untuk lebih
memenentukan pendekatan yang tepat dalam pembuatan suatu konten, setiap intansi
pemerintah harus paham terhadap karaketristik pengguna media sosial. Target audiens
dapat dilihat berdasarkan usia, gender, agama, pendidikan dan indikator lainnya. Setelah
ditetapkannya tujuan dan sasaran audiens, kemudian perlu menyusun Strategi (Strategy),
penyusunan stategi berkaitan dengan hubungan yang akan dijalin antara masyarakat dan
lembaga pemerintah dengan menentukan pesan utama agar pesan yang disampaikan
dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat. pesan utama harus ditentukan pada awal
pemanfaatan media sosial untuk menjaga pesan yang diberikan dapat dengan mudah
diterima secara menyeluruh, berlanjut dan berkesinambungan. Terakhir adalah
menentukan penggunaan Teknologi (Technology) yang tepat, teknologi yang dimaksud
berupa perangkat keras (hardware/komputer yang digunakan pada saat pembuatan
konten) dan perangkat lunak (software) berupa platform media sosial yang akan
digunakan untuk mendistribusikan konten yang telah dibuat. Dalam menentukan kanal
media sosial mana yang cocok untuk digunakan, perlu terlebih dahulu mengetahui
karakteristik dari masing-masing media sosial.

162
Selanjutnya penting juga untuk menentukan lokasi program media sosial yang menjadi
target, kota-kota besar atau perdesaan, Jawa atau luar Jawa hingga penentuan target
segmennya seperti apa (gender, usia serta gaya yang sedang trend/viral saat ini). Youtube
dapat digunakan untuk menyajikan video berupa ulasan atau cara melakukan pengujian
atau tutorial lainnya. Instagram digunakan untuk menyampaikan informasi penting yang
harus diketahui masyarakat, sedangkan facebook digunakan untuk menyampaikan
informasi mengenai kegiatan terupdate dan bisa menyajikan kuis. Dalam rangka
mengoptimalkan pemanfaatannya Direktorat Metrologi dapat memastikan kembali tujuan
penggunaan Instagram dan Facebook sehingga isi konten dari kedua media sosial
tersebut disesuaikan dengan tujuan penggunaan.

b. Melakukan pendistribusian konten dengan tepat

Waktu yang tepat untuk melakukan pendistribusian konten dapat disesuaikan dengan
waktu yang disarankan oleh masing-masing media sosial. Partisipasi tertinggi
penggunaan YouTube yaitu hari Sabtu dan hari Minggu, sedangkan untuk hari Senin s.d
Jum’at disarankan pukul 12.00 - pukul 16.00. Partisipasi tertinggi penggunaan Instagram
yaitu hari Rabu dan partisipasi terendah hari Minggu, sedangkan untuk hari Senin-Jumat
disarankan pukul 11.00 - pukul 13.00 dan pukul 19.00 - pukul 21.00. Partisipasi tertinggi
penggunaan Facebook yaitu hari Minggu pukul 15.00 dan partisipasi terendah hari Selasa,
sedangkan untuk hari Senin-Jumat disarankan pukul 13 - 16 sore.

Faktor penting lainnya yang dapat menjadi perhatian yaitu frekuensi penayangan.
Penayangan konten pada YouTube disarankan 5-7 postingan setiap harinya atau 40-50
postingan setiap minggunya. Penayangan konten pada Instagram disarankan 3-6
postingan setiap harinya atau 24-30 postingan setiap minggunya. Penayangan konten
pada Facebook setiap harinya disarankan berkisar antara 1-2 postingan setiap harinya
atau 10-12 postingan setiap minggunya.

Pedoman penanganan penggunaan media sosial oleh admin seperti pengaturan


mengenai penggunaan bahasa, tingkat kecepatan merespons dan waktu respons,
tanggapan yang bersifat umum dan penanggulangan krisis dapat diatur dalam Standar
Operasional Prosedur (SOP). Pengaturan hal tersebut sebagai upaya untuk
menanggulangi kemungkinan terjadinya kesalahan pada saat pengelolaan media sosial.
Gaya bahasa yang digunakan agar mempertimbangkan pesan utama, karakter yang akan
dibangun serta target audiens utama Direktorat Metrologi. Perlu dibangun komunikasi dua
arah antara admin dan subscriber agar dapat mempengaruhi efektifnya pemanfaatan
media sosial sebagai sarana edukasi. Peran aktif admin dalam merespon subscriber pada
Me You Channel dapat menunjang upaya peningkatan pemahaman terhadap metrologi
legal. Pertanyaan subscriber merupakan suatu pertanda baik atas ketertarikan untuk
mengenal metrologi lebih dekat. Keinginan untuk mengetahui lebih dekat tersebut dapat
dimanfaatkan oleh Direktorat Metrologi untuk beberapa hal, seperti menyampaikan pesan
metrologi, mendekatkan metrologi legal kepada masyarakat, meningkatkan aware
masyarakat sehingga dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

c. Melaksanakan evaluasi

163
Kegiatan media sosial oleh lembaga pemerintah tidak hanya berhenti pada penayangan
konten, tetapi harus diikuti dengan pemantauan atau proses evaluasi. Evaluasi dapat
berupa waktu pemantauan (harian dan bulanan), evaluasi indikator keberhasilan berupa
jangkauan, frekuensi dan lalu lintas percakapan melalui sejumlah alat analisis media
sosial.

Pemantauan harian digunakan untuk menganalisa impresi dan rencana kerja harian
berupa jumlah mention, kualitas respon dan kecepatan menanggapi respon. Pemantauan
berkala juga digunakan untuk instrumen melihat trend, jumlah engagement. Konten yang
baik dan berkualitas harus menghasilkan likes, favorite, share, re-tweet, komentar,
balasan. Direktorat Metrologi agar melakukan kegiatan evaluasi secara rutin, baik
dilakukan secara mingguan, bulanan maupun tahunan untuk mengetahui efektivitas
penggunaan media sosial yang digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan informasi
dan edukasi.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan hasil analisis DPSIR, diperoleh 3 temuan utama yaitu: 1) Pemanfaatan media
digital sebagai sarana untuk melakukan edukasi dan mewujudkan Masyarakat Melek
Metrologi belum optimal, hal ini dikarenakan tidak terdapatnya perencanaan yang baik,
kurangnya memperhatikan waktu postingan, frekuensi postingan tidak ditetapkan secara
jelas, SOP penanganan oleh admin belum diatur secara jelas, tidak terdapatnya evaluasi
secara rutin dan berkala mengakibatkan distrbusi konten yang kurang sesuai. 2) Pengelola
media sosial bukan pegawai yang secara langsung memiliki tugas pokok dan fungsi di bidang
kehumasan, tetapi pejabat fungsional tertentu seperti Perencana, Pengawas Kemetrologian,
Statisi dan Pranata Komputer, sehingga memiliki keterbatasan waktu dan pada saat yang
sama memiliki tugas lain sebagai pejabat fungsional. 3) Walaupun adanya keterbatasan
tersebut di atas, Direktorat Metrologi sudah cukup baik dalam mengelola media sosial.
Berdasarkan kesimpulan di atas, beberapa hal dapat direkomendasikan, antara lain: 1)
Membuat perencanaan yang baik, memperhatikan waktu postingan, menetapkan frekuensi
postingan secara jelas, membuat SOP yang mengatur secara jelas mengenai penanganan
oleh admin, melakukan evaluasi secara rutin dan berkala. 2) Untuk mengantisipasi
keterbatasan waktu admin dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan media sosial,
disarankan Direktorat Metrologi melibatkan jasa pengelolaan media sosial dalam
pengelolaannya, sehingga tujuan penggunaan media sosial sebagai sarana edukasi dan
diseminasi informasi dapat tercapai. 3) Disarankan agar dalam pengelolaannya berpedoman
pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik
Indonesia Nomor 83 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pemanfaatan Media Sosial Instansi
Pemerintah dan mengikuti panduan yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Informasi
dan Komunikasi Publik, Kementerian Komunikasi dan Informatika.

164
REFERENSI

D, S. N. (2020). Pendampingan Penggunaan Media Sosial Yang Cerdas Dan Bijak


Berdasarkan Undang-Undang Informasi Dan Transaksi Elektronik. Diseminasi: Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(1), 34–46.
Diana, d. (2021). Optimalisasi Penyelenggaran Pelayanan Publik Dalam Masa Perubahan
Melawan Covid-19 Di Indonesia. e-ISSN: 2598-8719 (Online), p-ISSN: 2598-800 (
Printed), Vol. 5 No.1.
Fedianty A, d. (2019). Pemanfaatan Media Sosial Sebagai Sarana Promosi Makanan Ringan
Kripik Singkong Di Kabupaten Sampang. Dialektika Volume 4, Nomor 2.
Hamad, I. (2004). Konstruksi realitas politik dalam media massa: Sebuah studi critical
discourse analysis terhadap berita-berita politik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, .
Karina, d. (2018). Memaksimalkan Penggunaan Media Sosial dalam Lembaga Pemerintah.
Jakarta: Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, Kementerian
Komunikasi dan Informatika.
katadata. (2021). Pengguna internet Indonesia peringkat ke-3 terbanyak di asia diakses pada
tanggal 16 Februari 2022 Pukul 14.08.
Kent, M. L. (2013). Using Social Media Dialogically: Public Relations Role in Reviving
Democracy. Public Relations Review. 39 (4), 337–45.
Muyasaroh, H. (2020). Kajian Jenis Kecemasan Masyarakat Cilacap dalam menghadapi
Pandemi Covid 19. LP2M UNUGHA Cilacap, 3.
http://repository.unugha.ac.id/id/eprint/858.
Notoatmodjo, S. (2010, 2003). Ilmu Perilaku Kesehatan. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.
Jakarta: Rineka Cipta.
Noviandari, L. (2015). Statistik Pengguna Internet dan Media Sosial Terbaru di Indonesia.
PT. Iconesia Solusi Prioritas . (2021). Laporan Akhir Survei Pemahaman Masyarakat
Terhadap Metrologi Legal Tahun 2021. Surabaya: PT. Iconesia Solusi Prioritas .
Severin, J. (2009). Teori Komunikasi: Sejarah, Metode dan Terapan di dalam Media Massa.
Jakarta Kencana. Jakarta.
Soedarmanto. (1992). Dasar-Dasar Pengelolaan Penyuluhan Pertanian. Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya. Malang.

165
PEMANFAATAN MEDIA SOSIAL INSTAGRAM DALAM PERANCANGAN
STRATEGI EDUKASI MASYARAKAT MELEK METROLOGI (3M) YANG EFEKTIF DAN
EFISIEN

Yulianti1), Rifqi Ryanti2), dan Yunanto Puji Kartika3)


1)
Direktorat Metrologi, Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga,
Kementerian Perdagangan
yuli.ridwan@gmail.com
2)
Direktorat Metrologi, Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga,
Kementerian Perdagangan
rifqi.ryanti@gmail.com
3)
Direktorat Metrologi, Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga,
Kementerian Perdagangan
yunantopuji@gmail.com

ABSTRACT
Public awareness of the correctness of measurements is still considered low. Social
campaigns are needed to provide education and socialization about the importance of
metrology in our daily life. Masyarakat Melek Metrologi (3M) is a promotion and social
campaign program promoted by the Directorate of Metrology to develop the culture of fair
measurement. The Digital era allows a social campaign not only to be carried out using print
and electronic media, but we can also use social media. Social media campaigns are
considered economical and effective for building awareness, comprehension and trust with a
wider reach. The Directorate of Metrology is currently required to optimize communication
technology in the management of public communication. In order to convey information about
fair measurement policies with wider accessibility. It‘s expected it can have a greater effect on
building consumer awareness about the importance of fair measurements in the context of
consumer protection. This study was conducted to analyze the use of social media to
disseminate information in the field of legal metrology. The results of this study are expected
to be the basis for designing an effective and efficient 3M education strategy through
instagram social media for the central government and local governments.
Keywords: Legal Metrology, Social Campaign, Social Media Analytics, SWOT Analysis

ABSTRAK
Kesadaran masyarakat tentang kebenaran hasil pengukuran dinilai masih rendah. Kampanye
sosial perlu dilakukan dalam rangka memberikan edukasi dan sosialiasi kepada masyarakat
tentang pentingnya metrologi dalam kehidupan. Masyarakat Melek Metrologi (3M) merupakan
program promosi dan kampanye sosial yang digaungkan Direktorat Metrologi kepada
masyarakat untuk menumbuhkembangkan budaya tertib ukur. Perkembangan di era digital
memungkinkan kampanye sosial tidak hanya dilakukan melalui media cetak dan elektronik,
tetapi juga dapat dilakukan melalui media sosial. Kampanye media sosial dinilai lebih
ekonomis dan merupakan cara yang efektif untuk membangun kesadaran, pemahaman dan
kepercayaan masyarakat dengan jangkauan yang lebih luas. Direktorat Metrologi saat ini
dituntut untuk dapat mengoptimalkan teknologi komunikasi dalam pengelolaan komunikasi
publik agar dapat menyampaikan informasi mengenai kebijakan program tertib ukur dengan
akesibilitas yang lebih luas, sehingga diharapkan dapat memberikan efek yang lebih besar
166
dalam membangun kesadaran masyarakat sebagai konsumen mengenai pentingnya tertib
ukur dalam rangka perlindungan konsumen. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis
pemanfaatan media sosial untuk menyebarkan informasi di bidang metrologi legal. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar dalam perancangan strategi edukasi 3M melalui
media sosial instagram yang efektif dan efisien bagi pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Kata Kunci: Metrologi Legal, Kampanye Sosial, Analisis Media Sosial, Analisis SWOT

PENDAHULUAN

Sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang No.2 tahun 1981, Metrologi Legal memiliki
tujuan untuk melindungi kepentingan umum dalam hal kebenaran pengukuran. Untuk
melindungi kepentingan umum perlu adanya jaminan dalam kebenaran pengukuran serta
adanya ketertiban dan kepastian hukum dalam pemakaian satuan ukuran, standar satuan,
metoda pengukuran dan alat-alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya. Metrologi legal
memainkan peranan yang sangat penting dalam bidang perlindungan konsumen, untuk
memastikan efektivitas dari undang-undang metrologi legal diperlukan partisipasi, kolaborasi
dan koordinasi dari semua pemangku kepentingan, termasuk konsumen.

Metrologi Legal berperan dalam memfasilitasi perdagangan domestik dan internasional


melalui pengukuran yang benar dalam perdagangan barang dan jasa dalam alam rangka
memastikan perlindungan terhadap konsumen (Ardianto, 2012). Ardianto (2012)
menyebutkan bahwa hal ini tidak dapat tercapai apabila konsumen dan pelaku usaha tidak
memiliki kesadaran yang baik dalam membentuk kepercayaan terhadap Metrologi Legal.
Pelaku usaha berpotensi melakukan tindakan yang dapat merugikan konsumen dalam hal
pengukuran dengan tujuan memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Sayangnya,
masih banyak masyarakat Indonesia yang belum menyadari tentang pentingnya kebenaran
dalam pengukuran sebagai hak konsumen sehingga konsumen beresiko menjadi korban
kecurangan pengukuran dalam transaksi perdagangan (Ardianto dan Yulianti, 2021). Upaya
perlindungan konsumen dalam hal pengukuran tidak cukup hanya mengandalkan
Pemerintah, tetapi harus ada partisipasi publik dalam memastikan dan memantau
penggunaan alat ukur dalam kegiatan perdagangan, sehingga peningkatan kesadaran
masyarakat terhadap Metrologi Legal sangat diperlukan (Ardianto, 2013). Salah satu
tantangan Perlindungan Konsumen Metrologi Legal adalah rendahnya pemahaman
konsumen tentang Metrologi, hasil survey pemahaman masyarakat terhadap Metrologi Legal
tahun 2021 yang dilakukan oleh Direktorat Metrologi dapat disimpulkan bahwa masyarakat di
514 kabupaten/kota di Indonesia rata-rata menyikapi bahwa Metrologi Legal adalah penting
dalam kehidupan, namun demikian mereka belum mengimplementasikanya dalam perilaku
sehari-hari karena belum memiliki pengetahuan yang cukup baik.

Pandemi Covid-19 menyebabkan terjadinya pergeseran perilaku masyarakat, mulai dari dari
Work from Home (WFH), School from Home (WFH), online shoping, video conference, dll.
Data yang diperoleh dari BPS dan Bank Indonesia menunjukan bahwa penggunaan aplikasi
media sosial relatif cukup tinggi dimana 96,3% masyarakat menggunakan media sosial.
Tingginya penggunaan media sosial ini menjadi peluang yang cukup besar bagi Direktorat
Metrologi dalam memanfaatkan media sosial sebagai sarana kampanye edukasi masyarakat
terhadap metrologi legal dalam program Masyarakat Melek metrologi.

167
Masyarakat Melek Metrologi (3M) merupakan program yang digaungkan Direktorat Metrologi,
Kementerian Perdagangan dalam rangka bentuk promosi dan kampanye sosial kepada
masyarakat dalam rangka menumbuhkembangkan budaya tertib ukur, budaya peduli ukuran,
takaran, dan timbangan. Program 3M telah dilaksanakan baik secara konvensional maupun
digital. Di era digital saat ini peningkatan kesadaran masyarakat tidak hanya dapat dilakukan
secara konvensional melalui media cetak dan media elektronik, pemanfaatan media sosial
dinilai lebih efektif dengan cara yang sederhana, lebih murah dan berkelanjutan. Area
komunikasi yang luas dimana konsumen berinteraksi satu sama lain dengan pengguna yang
lain menawarkan peluang yang signifikan untuk tindakan komunikasi produk dan merek,
seperti biaya, waktu dan kemudahan menjangkau massa konsumen yang besar (Bilgin,
2018). Pengguna sosial media di Indonesia cukup tinggi, berdasarkan data dari We are
Social, 73,7% masyarakat Indonesia adalah pengguna internet, dengan rata-rata penggunaan
internet 8 jam 36 menit per hari dan sebanyak 3 jam 17 menit digunakan untuk mengakses
media sosial. Data tersebut juga menunjukkan adanya trend peningkatan pengguna sosial
media di Indonesia yang berkelanjutan, dari tahun 2014 hingga 2022, dimana tahun 2014
pengguna sosial media di Indonesia sebanyak 62 juta jiwa dan di tahun 2022 mencapai 191
juta jiwa. Dalam analisis dari We Are Social juga menunjukkan bahwa penggunaan platform
media sosial di Indonesia yang paling banyak digunakan adalah WhatsApp (88,7%),
Instagram (84.8%), Facebook (81,3%), Tiktok (63,1%), Telegram (62,8 %) ,Twitter (58,3%).

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemanfaatan media sosial Instagram dalam
menyebarkan informasi di bidang metrologi legal. Akun Instagram Direktorat Metrologi dipilih
dalam analisis media sosial dengan pertimbangan bahwa platform media sosial Instagram
merupakan media sosial yang paling banyak digunakan oleh penduduk Indonesia setelah
whatsapp, disamping itu media sosial instagram menyediakan fitur Instagram insight untuk
dapat menganalisis perkembangan media sosial Direktorat Metrologi tanpa harus
menggunakan tools/software yang lain. Analisis tidak hanya dilihat berdasarkan data dan
informasi yang diperoleh dari akun media sosial instagram, tetapi juga berdasarkan pendapat
followers melalui survey kepada followers sehingga efektivitas kegiatan 3M dapat diketahui.
Analisis SWOT digunakan untuk merancang strategi berdasarkan kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman dalam pemanfaatan media social Instagram direktorat Metrologi. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar dalam perancangan strategi edukasi 3M melalui
media sosial Instagram yang efektif dan efisien bagi pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

STUDI LITERATUR

Metrologi Legal

Secara ilmiah, metrologi adalah disiplin ilmu yang mempelajari cara-cara pengukuran,
kalibrasi dan akurasi di bidang industri, ilmu pengetahuan dan teknologi (A. Praba Drijarkara
dan Ghufron Zaid, 2008). Menurut Undang-Undang No 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal
pengertian dari Metrologi adalah ilmu pengetahuan tentang ukur-mengukur secara luas,
sementara Metrologi Legal adalah metrologi yang mengelola satuan-satuan ukuran, metoda-
metoda pengukuran dan alat-alat ukur, yang menyangkut persyaratan teknik dan peraturan
berdasarkan Undang-Undang yang bertujuan melindungi kepentingan umum dalam hal
kebenaran pengukuran. Dalam metrologi legal salah satunya mengelola alat-alat ukur yang
disebut dengan Alat-Alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya (UTTP). Dalam konteks
perlindungan konsumen dalam hal kebenaran hasil pengukuran pada perdagangan barang

168
dan jasa, metrologi legal berperan sebagai bagian dari pengamanan perdagangan barang
dan jasa. Konsumen menghendaki adanya kepastian hukum terhadap proses transaksi
perdagangan yang menggunakan alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya (UTTP)
sebagai dasar penetapan kuantitas barang dan jasa.

Kampanye Sosial (Social Campaign)

Kampanye dapat didefinisikan sebagai Tindakan yang direncanakan, dilakukan dalam periode
waktu tertentu, bertujuan untuk menyampaikan ide dan mencapai satu atau lebih tujuan yang
pasti. Sementara Kampanye sosial merupakan kempanye yang bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat tertentu tentang isu-isu kepentingan umum dan
berpotensi universal (Ronald and Charles, 2013). Ronald and Charles (2013) dalam bukunya
‘Public Communication Campaign’ menyebutkan bahwa struktur social campaign terdiri dari
analisis, menentukan target audiens, menentukan tujuan kampanye sosial, menentukan
pesan kampanye sosial, perencanaan dan monitoring serta evaluasi hasil Membuat publik
lebih sadar akan suatu masalah dapat menjadi langkah penting dalam menciptakan suatu
perubahan. Kampanye kesadaran (awareness campaign) ditandai dengan adanya informasi
dan transformasi, dimana tujuan dari kampanye tersebut adalah: untuk membuat perubahan
yang diinginkan; untuk menyatakan ketercapaian perubahan dan untuk mengidentifikasi
tindakan yang benar-benar mencapai perubahan yang dapat dicapai (Barnard and parker,
2012)

Media Sosial

Selama beberapa dekade terakhir Media sosial telah berkembang menjadi driver yang penting
dan populer untuk memperoleh dan menyebarkan informasi di berbagai bidang diantaranya
ilmu pengetahuan, bisnis, entertainment, politik, dsb. Salah satu alasan popularitas media
sosial adalah kesempatan untuk membuat, menerima dan berbagi pesan publik dengan biaya
yang murah dan jangkauan yang luas (Stieglitz, Mirbabaei, Ross dan Neuberger, 2018).
Media Sosial Media juga digunakan sebagai channel untuk berkomunikasi dengan
konsumen/publik (Griffiths & McLean, 2015).

Indonesia dengan jumlah penduduk tercatat sebanyak 277,7 juta jiwa merupakan pengguna
internet yang cukup tinggi. Berdasarkan data We Are Social, sebuah perusahaan agensi yang
merilis “Digital 2022”, bahwa dari 277,7 juta jiwa penduduk Indonesia, sebanyak 204,7 juta
jiwa atau 73,7% adalah pengguna internet. Rata-rata penggunaan internet di Indonesia
adalah 8 jam 36 menit, sebanyak 3 jam 17 menit digunakan untuk mengakses media sosial.
Dalam analisis dari We Are Social menunjukkan bahwa penggunaan platform media sosial di
Indonesia yang paling banyak digunakan adalah WhatsApp (88,7%), Instagram (84.8%),
Facebook (81,3%), Tiktok (63,1%), Telegram (62,8 %) ,Twitter (58,3%),

Istilah analisis media sosial telah mendapatkan banyak perhatian dewasa ini, analisis media
sosial dapat diartikan sebagai “bidang penelitian interdisipliner yang muncul yang bertujuan
untuk menggabungkan, memperluas, dan mengadaptasi metode untuk menganalisis data
media” (Zeng, Chen, Lusch dan Li, 2010). Data sosial Media dapat digunakan untuk
mendeteksi trend baru dalam komunikasi atau masalah yang muncul yang tidak dapat
dikendalikan (Bi, Zheng & Liu, 2014). Kerangka analisis media sosial menurut Stieglitz et
al.(2013) adalah sebagai berikut:

169
Gambar 1. Kerangka Analisis Media Sosial (Sumber: Stieglitz et al., 2013)

METODOLOGI

Metode yang digunakan dalam perancangan strategi dalam penelitian ini adalah memadukan
analisis kuantitatif dan analisis kualitatif, dimana Analisa deskriptif melalui analisis media
social dan survey kepada follower dilakukan untuk memperoleh gambaran kondisi terkini dari
pemanfaatan media social Instagram dalam kegiatan edukasi 3M, hasil analisis tersebut
dipergunakan untuk memetakan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam program
masyarakat melek metrologi dengan menggunakan akun media social Instagram, dan
selanjutnya dilakukan analisis SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity and Threats)
kuantitatif untuk menentukan strategi yang tepat dalam Edukasi Masyarakat Melek Metrologi
(3M) yang efektif dan efisien.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Analisis Media Sosial

Akun Instagram Direktorat Metrologi dibuat sejak tahun 2018. Analisis Media Sosial dilakukan
berdasarkan data dan informasi yang dikumpulkan oleh Direktorat Metrologi serta analisis
Instagram insight akun Direktorat Metrologi periode 14 Februari 2022 hingga 14 Mei 2022.

1. Analisis Followers

Jumlah follower akun Instagram Direktorat Metrologi saat ini sebanyak 4.806 followers.
Perkembangan followers akun Instagram Direktorat Metrologi dimulai pada tahun 2020 dan
terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu, trend meningkat cukup signifikan pada
bulan Maret 2022, Adapun trend jumlah follower akun instagram Direktorat Metrologi dari
Januari 2021 hingga April 2022 adalah sebagai berikut:

Trend Followers Instagram Direktorat Metrologi Januari 2021-April


2022
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0

170
Gambar 2. Trend jumlah Follower Akun Instagram Direktorat Metrologi Januari 2021-April
2022 (Sumber: Direktorat Metrologi, 2022)
Berdasarkan Instagram insight akun Direktorat Metrologi, selama periode 14 Februari 2022
hingga 14 Mei 2022 akun Instagram Direktorat Metrologi memperoleh 1.610 follower baru,
namun juga terdapat 573 akun yang melakukan unfollow. apabila melihat grafik rentang waktu
jumlah follower, terdapat peningkatan jumlah follower yang signifikan pada bulan Maret 2022
seiring dengan dilakukanya edukasi Metrologi Legal oleh Direktorat Metrologi terhadap siswa
SMP di bulan maret 2022, namun tidak semua akun follower baru tersebut yang konsisten
menjadi follower akun Instagram direktorat metrologi karena beberapa akun berangsur-
angsur melakukan unfollow beberapa waktu setelah kegiatan usai.

Menurut insight istagram akun Direktorat Metrologi memiliki jumlah follower pria lebih banyak
(56,8%) dibandingkan dengan jumlah follower wanita (43,1%), dengan rentang usia terbanyak
pada rentang 25-34(29,4%), 18-24(25,9%) dan 35-44(22,3%), rentang usia tersebut cukup
mewakili target edukasi Direktorat Metrologi, yaitu segmentasi masyarakat yang paling
banyak berinteraksi dan aktif dalam transaksi perdagangan. Sementara itu, lokasi followers
terbanyak dari Jakarta(13,1%), Bandung(8,2%), Medan(4%), Depok (2,3%) dan Bekasi
(1,8%), sisanya tersebar dibeberapa kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Waktu yang
menjadi “prime time” follower aktif di instagram adalah antara pukul 9 pagi hingga pukul 9
malam.

2. Analisis Reach

Reach dalam insight Instagram menunjukkan jumlah total pengguna Instagram (unik) yang
melihat konten akun Instagram Direktorat Metrologi. Pada rentang waktu 14 Februari 2022
hingga 14 Mei 2022, akun Instagram Direktorat Metrologi telah dilihat oleh 8.548 akun, dengan
audiens yang berasal dari followers sebanyak 3.328 dan non followers sebanyak 5.220. 5.220
akun non followers tersebut dapat menjadi potensi sebagai followers baru karena telah
mengetahui dan tertarik untuk melihat konten pada akun Direktorat Metrologi. Sementara itu
impression menunjukkan seberapa tertariknya audiens sehingga konten pada akun direktorat
metrologi dapat dilihat secara berulang kali, sehingga apabila satu akun melihat konten
berulang kali jumlah impression akan dihitung sebanyak jumlah audiens mengaksesnya.
Impression akun Direktorat Metrologi pada periode 14 Februari 2022 hingga 14 Mei 2022
adalah 156.595, artinya 156.595 kali audiens melihat konten pada akun tersebut, dengan
rasio terhadap reach sebesar 18,32, hal ini menunjukkan ketertarikan audiens terhadap akun
Direktorat Metrologi dimana 1 audiens dapat melihat konten pada akun Direktorat Metrologi
sejumlah 18 kali.

3. Analisis Engagement

Engagement menunjukkan jumlah interaksi yang dilakukan oleh follower pada akun Instagram
Direktorat Metrologi. yaitu jumlah likes, comments, save dan share dari followers. Dari awal
dibuatnya Akun instagram direktorat metrologi(2016) hingga bulan Maret 2022, telah
memposting 532 konten, dengan 44.466 like, comments, share dan save. Sehingga
Engagement Rate (ER) berdasarkan postingan akun tersebut adalah 1,7, nilai ER tersebut
171
menunjukkan bahwa tingkat interaksi akun instagram direktorat metrologi dengan
followersnya berada pada tingkat yang cukup baik (menengah) dan perlu ditingkatkan lagi
untuk memperoleh interaksi yang lebih baik lagi. Apabila diklasifikasikan berdasarkan tema
konten, diperoleh nilai ERP (Enggagement Rate per post) sebagai berikut:

Konten Repost 1,26


74

Konten Interaktif 2,29


29

Ucapan Selamat Hari Besar Nasional &… 1,40 52

Video 1,56
43

Seremonial 2,45
22

Pengumuman/Informasi 1,19
52

Undangan Kegiatan/Seminar/Webinar 1,91


52

Pelaksanaan Kegiatan 1,68


114
Edukasi 2,23
98

0 20 40 60 80 100 120

ERP Jumlah Konten

Gambar 3. Enggagement Rate per Post Akun Instagram Direktorat Metrologi sd Maret 2022
(Sumber: Direktorat Metrologi, 2022)

Berdasarkan analisis tersebut terlihat bahwa, konten yang memiliki tingkat interaksi tertinggi
adalah konten-konten bertema seremonial, konten interaktif san konten edukasi metrologi.
Hal yang menarik dapat terlihat pada konten-konten yang bersifat interaktif, dengan jumlah
postingan yang sedikit (29 konten) namun dapat memberikan interaksi yang cukup banyak
dari followers (3195 likes, comments, share dan save), hal ini dapat menjadi pertimbangan
untuk dikembangkan karena konten yang bersifat interaktif cukup menatik bagi followers.

Survey Kepada Followers

Untuk memperoleh masukan dari followers dan menilai efektivitas dari kegiatan edukasi 3M
dari kaca mata followers, maka dilakukan survey kepada followers. Hasil survey kepada 48
orang followers diperoleh hasil tingkat persetujuan followers terhadap pernyataan-pernyataan
berikut ini:

Tabel 1. Tingkat Persetujuan Followers

Tingkat
No Pernyataan
persetujuan
Akun Direktorat Metrologi Aktif dalam Membuat
1 85,96%
Konten

172
Postingan Akun Direktorat Metrologi cukup
2 84,68%
Menarik
Followers akun Direktorat Metrologi merupakan
3 85,11%
followers yang aktif
Followers tertarik mengunjungi akun Direktorat
4 Metrologi dan mengikuti perkembangan 83,83%
informasinya
Caption akun Direktorat Metrologi cukup
5 84,68%
informatif
Followers lebih aware terhadap Metrologi
6 dengan membaca postingan akun Direktorat 81,76%
Metrologi
Konten akun Direktorat Metrologi belum
7 75,74%
memiliki karakteristik tersendiri
Konten pada akun Direktorat Metrologi dapat
8 meningkatkan kepercayaan followers terhadap 88,94%
kinerja Metrologi legal
Sumber : Hasil Survey Kepada Followers (2022)

Berdasarkan hasil survey tersebut dapat terlihat bahwa kegiatan edukasi Masyarakat melek
Metrologi melalui social media instagram Ditektorat Metrologi telah cukup efektif karena
81,76% followers setuju bahwa mereka lebih aware terhadap metrologi setelah mengikuti
postingan akun instagram @direktorat_metrologi selain itu 88,94% followers setuju bahwa
konten-konten yang diposting dapat meningkakan kepercayaanya terhadap kinerja Direktorat
metrologi.

Dari survey tersebut diperoleh juga beberapa masukan dari followers terhadap akun
instagram direktorat metrologi, antara lain postingan yang tidak terjadwal, admin masih slow
respon dalam menanggapi followers, materi konten lebih variatif dan interaktif, followers
mayoritas dari kalangan metrologi, caption yang digunakan masih kurang interaktif dan perlu
diadakan program give away.

Analisis SWOT

Berdasarkan hasil analisis sebelumnya maka dapat diidentifikasi kriteria kekuatan,


kelemahan, peluang dan tantangan pemanfaatan media sosial instagram dalam edukasi 3M.

173
Tabel 2. Kriteria SWOT
INTERNAL EKSTERNAL
STRENGHT OPPORTUNITY
Aktif dalam membuat konten Fitur-fitur di Instagram memudahkan kegiatan kampanye sosial
Postingan cukup menarik Potensi Followers Direktorat Metrologi cukup besar
509 UML dapat dilibatkan untuk memperoleh sebaran
Followers aktif dan sesuai segmentasi yang ditargetkan
Followers
Ketertarikan audiens di Instagram mengunjungi akun direkrorat
Berkembangnya Sistem Pengelolaan Media Sosial
Metrologi
Caption cukup informatif Adanya Pihak ketiga dalam pengelolaan akun media sosial
Pesan edukasi pada Konten yang dibuat dapat diterima dengan
baik oleh follower
Komitmen yang tinggi dari admin pengelola
WEAKNESS THREAT
Konten pada Feed dan Story belum memiliki Karakteristik tersendiri Atensi Masyarakat terhadap Metrologi masih rendah
Jumlah Followers masih sedikit terutama yang berasal dari non
Image Akun Media Sosial instansi pemerintah kurang menarik
Metrologi
Followers masih banyak yang melakukan unfollow Belum semua UML memanfaatkan Media Sosial
Konten belum terjadwal
Admin belum Fokus mengelola akun Direktorat Metrologi karena
mempunyai tugas yang lebih utama
Konten dan caption interaktif masih terbatas

Sumber: Hasil Pemetaan

Kriteria SWOT tersebut menjadi indikator penyusunan kuesioner sebagai instrumen dalam
analisis SWOT kuantitatif. Berdasarkan data yang dikumpulkan dari 30 responden (pegawai
di lingkungan Direktorat Metrologi), diperoleh hasil analisis SWOT sebagai berikut:

Tabel 3. Analisis SWOT Kuantitatif


SWOT No Kriteria Bobot Nilai
1 Aktif dalam membuat konten 0,40
2 Postingan cukup menarik 0,38
3 Followers aktif dan sesuai segmentasi yang ditargetkan 0,29
Ketertarikan audiens di Instagram mengunjungi akun direkrorat
STRENGHT 4 Metrologi 0,31
5 Caption cukup informatif 0,36
Pesan edukasi pada Konten yang dibuat dapat diterima dengan
6 baik oleh follower 0,41
7 Komitmen yang tinggi dari admin pengelola 0,41
TOTAL 2,56
Konten pada Feed dan Story belum memiliki Karakteristik
1 tersendiri -0,23
Jumlah Followers masih sedikit terutama yang berasal dari non
2 Metrologi -0,28
WEAKNESS 3 Followers masih banyak yang melakukan unfollow -0,23
4 Konten belum terjadwal -0,26
Admin belum Fokus mengelola akun Direktorat Metrologi karena
5 mempunyai tugas yang lebih utama -0,28
6 Konten dan caption interaktif masih terbatas -0,30
TOTAL -1,58
1 Fitur-fitur di Instagram memudahkan kegiatan kampanye sosial 0,62
2 Potensi Followers Direktorat Metrologi cukup besar 0,64
OPPORTUNITY 3 509 UML dapat dilibatkan untuk memperoleh sebaran Followers 0,62
4 Berkembangnya Sistem Pengelolaan Media Sosial 0,55
5 Adanya Pihak ketiga dalam pengelolaan akun media sosial 0,47
TOTAL 2,89
1 Atensi Masyarakat terhadap Metrologi masih rendah -0,46
THREAT 2 Image Akun Media Sosial instansi pemerintah kurang menarik -0,45
3 Belum semua UML memanfaatkan Media Sosial -0,40
TOTAL -1,31

Sumber: Hasil Survey (2022)

Hasil analisis SWOT kuantitatif menunjukkan bahwa nilai kriteria factor internal berada pada
titik x=0,04 dan nilai kriteria factor eksternal pada titik y=0,8 (0,04;0,8), dapat digambarkan
dalam Diagram SWOT sebagai berikut:

174
PELUANG ( O )

x 0,04
y 0,8
2

ANCAMAN ( T ) KEKUATAN ( S )
-2 -1 1 2

-1

-2

KELEMAHAN ( W )

Gambar 4. Diagram SWOT (Sumber: Hasil Survey, 2022)

Hasil analisis SWOT menunjukkan bahwa strategi optimalisasi akun instagram direktorat
Metrologi terletak pada kuadran I, posisi tersebut menunjukkan bahwa instagram direktorat
metrologi memiliki peluang dan kekuatan besar sehingga dapat diambil langkah strategi
agresif dengan memanfaatkan semua kekuatan dan peluang yang ada.

STRATEGI OPTIMALISASI AKUN INSTAGRAM DIREKTORAT METROLOGI

Dengan Strategi Agresif, Direktorat Metrologi dapat memanfaatkan semua kekuatan dan
peluang yang ada. Sehingga dapat memanfaatkan beberapa strategi:

1. Strategi SO (strength-opportunity): menggunakan seluruh kekuatan yang dimiliki untuk


memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Strategi yang dapat dilakukan adalah:
a. Penguatan tim pengelola media social direktorat metrologi;
b. Meningkatkan pembuatan konten yang lebih kreatif, variative dan interaktif;
c. Penyelenggaraan event dengan memanfaatkan akun instagram;
d. Penyelenggaraan program-program kreatif dengan melibatkan followers, dengan
memanfaatkan fitur-fitur instagram;
e. Pembentukan grup pengelola akun media social direktorat metrologi dan UML.
2. Strategi ST (strength-threat): dirancang berdasarkan kekutan-kekuatan yang dimiliki untuk
mengantisipasi berbagai ancaman yang ada. Strategi yang dapat dilakukan adalah:
a. Pelatihan untuk pengelola akun media sosial;
b. Peningkatan konten dan caption;
c. Endorse selebgram;
d. Bekerja sama dengan pihak ketiga pengelola akun media social.
3. Strategi WO (weakness-opportunity): pemanfaatan peluang dengan cara meminimalkan
kelemahan yang ada. Strategi yang dapat dilakukan adalah:
a. Peningkatan publikasi dan social campaign metrologi kepada masyarakat;
b. Penataan dan pengelolaan akun media social agar lebih menarik dan tidak kaku;
c. Penyelenggaran webinar tentang Manfaat Media social untuk UML
4. Strategi WT (weakness-threat): berusaha meminimalkan kelemahan-kelemahan sekaligus
menghindari ancaman-ancaman. Strategi yang dapat dilakukan adalah:

175
a. Peningkatan publikasi dan social campaign metrologi kepada masyarakat;
b. Optimalisasi manajemen media social;
c. Dilakukannya pemantauan dan evaluasi secara berkala terhadap perkembangan
akun media sosial.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Penyelenggaraan Edukasi Metrologi legal melalui akun Instagram direktorat_metrologi


telah cukup efektif, hal ini ditunjukan dengan hasil survey kepada followers yang
menunjukkan bahwa 81,76% followers setuju bahwa awarenessnya terhadap metrologi
legal meningkat setelah mengikuti akun direktorat_metrologi dan 88,94% followers setuju
bahwa konten-konten yang diposting oleh akun Instagram direktorat metrologi dapat
meningkatkan keyakinannya terhadap kinerja metrologi legal.
2. Akun Instagram direktorat_metrologi saat ini telah dikelola dengan cukup baik, dengan
nilai ER sebesar 1,7 menunjukkan akun memiliki interaksi yang cukup baik dengan
followersnya.
3. Saat ini masih diperlukan pengembangan dalam pengelolaan instagram direktorat
metrologi karena masih terdapat beberapa gap yang harus dikembangkan, antara lain
pengelola akun yang masih terbatas personilnya, followers yang mayoritas berasal dari
kalangan Metrologi sementara potensi followers masih cukup besar, hal ini terlihat dari
jumlah reach akun direktorat Metrologi dari 8.548 akun reach, 5.220 diantaranya adala
non followers, artinya selama 90 hari terakhir 5.220 akun non follower telah tertarik
mengunjungi akun Instagram direktorat Metrologi.
4. Hasil analisis SWOT menunjukkan bahwa strategi optimalisasi akun Instagram direktorat
metrologi berada pada kuadran I, posisi tersebut menunjukan bahwa Instagram direktorat
metrologi mempunyai peluang dan kekuatan besar sehingga dapat diambil langkah
strategi agresif dengan memanfaatkan semua peluang yang ada.
5. Perancangan strategi pengembangan Instagram direktorat metrologi dapat
dikelompokkan menjadi 4 strategi besar diantaranya, penguatan tim pengelola media
sosial, pengembangan program dan konten, optimaslisasi manajemen media sosial dan
peningkatan kolaborasi dengan berbagai pihak.

Dalam rangka optimalisasi pemanfaatan akun media social instagram direktorat Metrologi
dalam rangka edukasi Masyarakat Melek Metrologi (3M) yang efektif dan efisien, maka penulis
memberikan rekomendasi strategi pengembangan sebagai berikut:

1. Penguatan tim pengelola akun media social dapat dilakukan dengan:


a. Pembentukan tim pengelola akun media social direktorat metrologi, khususnya
instagram;
b. Pengembangan kompetensi untuk tim pengelola akun media social direktorat metrologi.
2. Pengembangan Program dan Konten
a. Pembuatan konten yang lebih variative, kreatif dan interaktif;
b. Event yang melibatkan akun instagram direktorat metrologi;

176
c. Program interaktif yang memanfaatkan fitur-fitur di instagram.
3. Manajemen Media Sosial
a. Perencanaan;
b. Penjadwalan konten;
c. Pembagian tugas;
d. Pemantauan, Analisa dan evaluasi secara berkala.
4. Kolaborasi
a. Bersinergi dengan UML (membentuk grup pengelola akun media sosial Metrologi
Legal);
b. Webinar Media sosial untuk UML;
c. Kerja sama dengan program dari K/L lain;
d. Kerja sama dengan pihak ketiga;
e. Endorse selebgram.

REFERENSI

Alfajri, M. Fotra., Adhiazni, Viranda., dan Aini, Qurratul,2019,’Pemanfaatan Sosial Media


Analytics Pada Instagram Dalam Peningkatan Efektivitas Pemasaran’,Jurnal Ilmu
Komunikasi,8(1).
Ardianto, Rifan., 2012, ‘A Way to Stimulate Public Awareness’. OIML BULLETIN, LIII(2).
Ardianto, Rifan., 2013, ‘Weighing scales re-checker unit: a tool to boost public awareness and
encourage participation in legal metrological control’. OIML BULLETIN, LIV(2).
Ardianto, Rifan., 2020, ‘Tertib Ukur, Media Daring dan Inisiasi Strategi Promosi di Bidang
Metrologi Legal Selama Pandemi Covid 19’ Jurnal Perencana Kementerian Perdagangan.
23.
Ardianto, Rifan., Yulianti., 2021, ‘The Spatial Pattern of Fraudulence Risk in Legal Metrology
and Its Socio-Economic Drivers: A Case Study Of Bandung, Indonesia’, The Indonesian
Journal of Development Planning, V(2).
Barnard, Alan., Parker, Chris., 2021, ‘Campaign it! Achieving Success Through
Communication’, Kogan page Limited.
Bi, G., Zheng, B., & Liu, H.,2014,’Secondary Crisis Communication on Social Media : The
Role of Corporate Response and Social Influence in Product-harm Crisis’,PACIS
Proceedings.
Bilgin, Yusuf., ‘The Effect of Social Media Marketing Activities on Brand Awareness, Brand
Image and Brand Loyalty’, Business & management Studies: An International Journal, 6(1).
Brooks, Gail., Heffner, Alan., Henderson, Dave., 2014, ‘ A SWOT Analysis of Competitive
knowledge From Social Media For A Small Start-Up Business’. Review of Business
Information System, 18(1).
Drijarkara Praba, Agustinus,. Zaid, Ghufron., 2008, ‘Metrologi: Sebuah pengantar’,
Instrumentasi dan Metrologi LIPI.

177
Hendri, Ridar., Yulinda, Eni., Arief, Hazmi., 2019, ‘Optimalisasi Pemanfaatan Media Sosial
Untuk Meningkatkan Pemasaran Produk Olahan Ikan di Desa Hangtuah Kabupaten
Kampar, Provinsi Riau’., Journal of Rural and Urban Community Empowerment, 1(1).
Hilmyansyah, Muhammad., Noviandi.,2021,’Optimizing Brand Awareness By Using Facebook
Ads at Bina Potensi Anak Indonesian School’, Jurnal Teknologi dan Open Source, 4(1).
Isoraite, Margarita.,2016,‘Raising Brand Awareness Through The Internet Marketing Tools’.,
Independent Journal of management &Production (IJM&P), 7(2).
Ronald E., Rice.,Charles K. Atkin.,2013,’Public Communication Campaigns, SAGE
PUBLICATION.
Stieglitz, S., Mirbabaei, M., Ross, B.,& Neuberger, C.,2018,’Social Media Analytics-
Challenges in Topic Discovery, Data Collection, and Data Preparation’,International
Journal of Information Management, 39.
Stieglitz, S., & Dang-Xuan, L.,2013,’Social media and political communication: A social media
analytics framework. Social Network Analysis and Mining’, 3(4).
Undang-Undang No.2 tahun 1981tentang Metrologi Legal.
Zeng, D., Chen, H., lusch, R., & Li, S.H.,2010,’Social Media Analytic and Intelligence’,IEEE
Intelligent System, 25(6).

178
DESAIN E-DASHBOARD PELAYANAN TERA DAN TERA ULANG SEBAGAI SISTEM
MONITORING UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN PADA BIDANG
METROLOGI LEGAL KABUPATEN TANGERANG

Muhammad Bahtiar
Bidang Metrologi Legal, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tangerang
bahtiar.mbahe@gmail.com

ABSTRACT
Tangerang Regency has a number of industries and trades spread over 29 sub-districts, 246
villages and 28 sub-districts. Therefore, the potential for UTTP calibration and re-calibration
services in Tangerang Regency is very large. However, there are several obstacles
encountered in carrying out calibration and recalculation services such as administration in
the issuance of a Surat Keterangan Hasil pengujian (SKHP) which is difficult to monitor
because there is no current service status information so that if there is a buildup of work at
one stage of the process, it cannot be immediately done. handled. In order to support digital
transformation in the industrial era 4.0, in improving the quality of UTTP calibration and re-
calibration services, an online-based calibration and re-calibration service e-dashboard design
was made that utilizes google forms in inputting ongoing activities. To get a real-time
visualization, the data is processed using google spreadsheet and displayed using google
data studio which displays five dashboard visualizations, namely the current service status,
ongoing service status, two activity scorecards and a service duration table. To facilitate
access, this e-dashboard is displayed on a website based on google sites. By using this e-
dashboard, it is hoped that the monitoring function will run and ensure transparency that can
be seen directly by the public, especially users of calibration and re-calibration services in the
Legal Metrology Sector, Tangerang Regency.
Keywords: Tangerang Regency, Legal Metrology, Calibration and Re-calibration, SKHP,
industry 4.0, Digital Tranformation, E-Dashboard, Google Form, Google Spreadsheet, Google
data studio, Google sites

ABSTRAK
Kabupaten Tangerang memiliki jumlah Industri dan Perdagangan yang tersebar pada 29
Kecamatan, 246 Desa dan 28 Kelurahan. Oleh karena itu, potensi pelayanan tera dan tera
ulang UTTP pada Kabupaten Tangerang sangat besar. Namun, ada beberapa kendala yang
dihadapi dalam melakukan pelayanan tera dan tera ulang seperti pengadministrasian dalam
penerbitan Surat Keterangan Hasil Pengujian (SKHP) yang sulit untuk dimonitoring karena
tidak adanya informasi status pelayanan terkini sehingga jika terjadi penumpukan pekerjaan
di salah satu tahapan proses, tidak dapat segera ditanggulangi. Guna mendukung
transformasi digital di era industri 4.0, dalam meningkatkan kualitas pelayanan tera dan tera
ulang UTTP, dibuatlah sebuah desain e-dashboard pelayanan tera dan tera ulang berbasis
online yang memanfaatkan google formulir dalam penginputan aktivitas yang berlangsung.
Untuk mendapatkan visualisasi secara realtime, data diolah menggunakan google
spreadsheet dan ditampilkan menggunakan google data studio yang menampilkan lima
visualisasi dashboard yaitu status pelayanan terkini, status pelayanan yang masih
berlangsung, dua kartu skor aktivitas serta tabel durasi pelayanan. Untuk memudahkan
akses, e-dashboard ini ditampilkan pada sebuah website berbasis google sites. Dengan
179
menggunakan e-dashboard ini diharapkan fungsi monitoring akan berjalan serta menjamin
transparansi yang dapat dilihat secara langsung oleh publik khususnya pengguna layanan
tera dan tera ulang pada Bidang Metrologi Legal Kabupaten Tangerang.
Kata Kunci: Metrologi Legal, Tera dan Tera ulang, SKHP, Industri 4.0, Transformasi Digital,
E-Dashboard, Google Formulir, Google Spreadsheet, Google data studio, Google sites

PENDAHULUAN

Kabupaten Tangerang merupakan daerah yang wilayahnya terluas di Provinsi Banten dengan
luas wilayah sebesar 959,61 km², dengan jumlah Industri dan Perdagangan yang tersebar
pada 29 Kecamatan, 246 Desa dan 28 Kelurahan. Kabupaten Tangerang yang juga dikenal
sebagai kota seribu industri dan telah menyandang sebagai daerah sentra industri memiliki
lima kawasan Industri yaitu Balaraja, Cikupa Mas, Millenium, Laksana Bisnis Park dan Cileles
(Kompas, 2021). Untuk itu, Pemerintah memiliki peran yang besar untuk meningkatkan
pertumbuhan dan daya saing industri tersebut baik nasional maupun internasional melalui
fasilitasi perizinan, kebijakan, dan stimulus sesuai kebutuhan pelaku usaha guna
mengkaselerasi pemulihan ekonomi nasional (Kemenperin, 2021). Berdasarkan data BPS
tahun 2021, kontribusi industri pengolahan mencapai 33,6 persen dari total kegiatan ekonomi
pada tahun 2020. Berdasarkan kode sektoral industri di Kabupaten Tangerang, sektor industri
kimia, farmasi dan obat tradisional menempati urutan pertama, yakni sebesar 6,05 persen.
Disusul oleh industri barang dari logam, computer, barang elektronik, optic dan peralatan listrik
sebesar 5,81 persen, industri makanan dan minuman sebesar 4,61 persen, industri tekstil dan
pakaian jadi sebesar 3,98 persen dan industri lainnya sebesar 13,15 persen.

Inti dari seluruh proses berpemerintahan itu adalah pelayanan publik. Entah berupa jasa
publik, barang publik hingga layanan administratif. Semua itu menjadi tanda dari hadirnya
negara (state in practice) dalam kehidupan masyarakat (Jaweng, 2021). Menurut Undang-
Undang Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, dijelaskan bahwa pelayanan publik
adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas
barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara
pelayanan publik. Salah satu tugas pokok pemerintah adalah memberikan pelayanan umum
kepada masyarakat, oleh karena itulah organisasi pemerintahan sering disebut sebagai
pelayan masyarakat. Kegiatan pelayanan pada dasarnya menyangkut pemenuhan suatu hak,
ia melekat pada setiap orang, baik secara pribadi maupun berkelompok (organisasi) dan
dilakukan secara universal (Ismail, 2019). Pelayanan Publik menjadi wajah yang ditampilkan
kepada masyarakat yang akan menjadi citra keseluruhan kinerja baik atau buruknya sistem
pemerintahan di suatu wilayah. Semakin baik pelayanan publik yang diberikan kepada
masyarakat, maka semakin baik pula citra pemerintah di mata masyarakatnya. Begitu pula,
semakin buruk pelayanan publik yang diberikan kepada masyarakat, maka semakin buruk
juga citra pemerintah di mata masyarakatnya. Saat ini, kita telah memasuki era Revolusi
Industri 4.0 atau biasa dikenal dengan istilah “cyber physical system” ini sendiri merupakan
sebuah fenomena dimana terjadinya kolaborasi antara teknologi siber dengan teknologi
otomatisasi (Andrew, 2021). Teknologi yang mengutamakan otomatisasi menjadi bagian
penting dalam menjalankan suatu proses atau suatu sistem. Dengan adanya revolusi ini,
membuat banyak perubahan di berbagai sektor termasuk sistem otomatisasi yang
menggunakan mesin atau perangkat komputasi dalam menggantikan peran manusia yang
180
masih manual dalam suatu sistem. Dengan adanya revolusi industri 4.0 membuat kita dapat
dengan mudah dan cepat dalam mengakses informasi baik menggunakan gadget maupun
teknologi lainnya.Selain itu bagi pengguna sistemnya, dapat meningkatkan efektifitas dan
efisiensi dengan mengurangi birokrasi dan memangkas proses dalam sistemnya serta dapat
meningkatkan produktifitas kerja.

Dalam hubungannya dengan Pelayanan Publik, Transformasi digital menjadi salah satu
bagian dalam revolusi industri 4.0 untuk memberikan pelayanan yang berkualitas, cepat,
mudah, terjangkau, dan terukur kepada masyarakat. Ada empat langkah yang dapat
dilakukan untuk mewujudkan transformasi digital dalam pelayanan publik yaitu Perlunya
menumbuhkan kesadaran dan kepekaan penyelenggara pelayanan terhadap perubahan
kebutuhan yang terjadi dalam masyarakat, kemudian memaksimalkan penggunaan teknologi
pendukung pelayanan publik yang tersedia, meningkatkan kapasitas penyelenggara
pelayanan dengan kemampuan yang mendukung terlaksananya transformasi digital serta
perlu dilakukan kolaborasi dan kerja sama lintas instansi, baik dalam hal pemanfaatan data
maupun dalam hal penyampaian layanan (Kominfo, 2021). Sejalan dengan hal itu, melalui
Peraturan Presiden pada Nomor 81 Tahun 2010 mengenai tentang Grand Design Reformasi
Birokrasi 2010-2025 menyatakan bahwa dalam mempercepat tercapainya suatu tata kelola
pemerintahan yang baik, maka perlu melakukan reformasi birokrasi diseluruh Kementerian,
Lembaga dan Pemerintah Daerah. Dalam melakukan reformasi birokrasi, pemerintah dituntut
untuk tanggap dalam setiap perkembangan zaman dalam memenuhi kebutuhan masyarakat,
termasuk penggunaan teknologi dalam kemudahan informasi dan akses pelayanan.

Pelayanan Tera dan Tera Ulang UTTP

Pengertian Metrologi menurut Undang-Undang Nomor 2 tahun 1981 yaitu ilmu pengetahuan
ukur mengukur secara luas. Sementara metrologi legal, yaitu metrologi yang mengelola
satuan-satuan ukuran, metoda-metoda pengukuran dan alat-alat ukur, yang menyangkut
persyaratan teknik dan peraturan berdasarkan Undang-Undang yang bertujuan melindungi
kepentingan umum dalam hal kebenaran pengukuran. Sementara UTTP adalah Alat Ukur,
Takar Timbang dan Perlengkapannya adalah Alat yang dipakai bagi pengukuran kuantitas,
kualitas, penakaran, penimbangan atau sebagai pelengkap atau tambahan pada alat ukur,
takar, timbang yang menentukan hasil pengukuran, penakaran, atau penimbangan.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah telah
mengatur kewenangan urusan pemerintahan sesuai dengan tingkat pemerintahannya.
Berdasarkan Undang-Undang tersebut, Metrologi Legal telah dilimpahkan kewenangannya
kepada pemerintah provinsi DKI Jakarta dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Oleh karena itu
penyelenggaraan kegiatan metrologi salah satunya Tera dan Tera ulang Alat Ukur, Takar,
Timbang dan Perlengkapannya menjadi salah satu kegiatan yang perlu dilakukan oleh Unit
Metrologi Legal.

Dengan Luasnya area Kabupaten Tangerang, serta banyaknya aktifitas industri yang ada di
dalamnya, membuat potensi Alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya (UTTP) yang
perlu dilakukan peneraan di Unit Metrologi Legal Kabupaten Tangerang sangat besar, tercatat
di tahun 2020 lalu, terdapat lebih dari 900 ribu unit UTTP dan lebih dari 400 pemilik UTTP
yang telah menerima Pelayanan Metrologi Legal berupa Tera dan Tera Ulang UTTP. Untuk
itu, diperlukan ketelitian dan kerja keras dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat
sehingga didapatkan pelayanan prima yang dapat memuaskan masyarakat sebagai

181
pengguna layanan kemetrologian. Namun dalam melakukan pelayanan Tera dan Tera Ulang
UTTP sering ditemukan kendala terutama masalah pengadministrasiannya. Diantaranya sulit
diketahui status atau progress pelayanan, terjadinya penumpukan beban kerja pada salah
satu tahapan proses yang hanya diketahui oleh PIC yang bersangkutan sehingga tidak bisa
diselesaikan dengan cepat. Dengan permintaan pelayanan tera dan tera ulang yang besar,
membuat sumber daya manusia yang diperlukan dalam proses pelayanan juga besar, namun
hal ini juga menjadi kendala karena semakin banyak tahapan proses yang dilalui dan semakin
banyak PIC yang bertugas. Selain itu, kemungkinan ada berkas yang hilang atau terselip juga
tidak dapat segera diketahui karena banyaknya dokumen yang diproses. Di tambah lagi,
padatnya jadwal peneraan terkadang membuat proses pengadministrasian dari mulai
pembuatan cerapan pengujian sampai dengan pembuatan Surat Keterangan Hasil Pengujian
(SKHP) menjadi terhambat. Hal ini selanjutnya menjadi efek domino karena proses yang yang
berkesinambungan dan saling terkait pada keseluruhan pelayanan tera dan tera ulang UTTP.
Selain itu, kontrol terhadap pelayanan yang masih manual, membuat informasi yang
didapatkan cenderung lambat dan kurang menyeluruh. Ditambah lagi dengan kondisi
pandemi yang belum berakhir, berkurangnya akses secara langsung menghambat proses
monitoring. Proses pengadministrasian yang hanya bisa dilihat secara langsung di ruangan
kantor itu sendiri, kemudahan akses menjadi kendala dalam melakukan monitoring.

Dashboard sebagai Sistem Informasi

Kepuasan Masyarakat dalam menggunakan pelayanan merupakan salah satu indikator


kualitas dalam pelayanan publik. Untuk itu, dalam upaya menjaga kualitas pelayanan yang
tetap berorientasi kepada masyarakat, perlu dilakukan monitoring secara kontinu terhadap
tiap proses yang dilalui dan pencapaian waktunya agar senantiasa dapat memenuhi target
dalam setiap pelayanan tersebut. Salah satu cara untuk melakukan monitoring suatu sistem
adalah dengan menggunakan dashboard.

Dashboard adalah sebuah antar muka komputer yang banyak menampilkan bagan, laporan,
indikator visual, dan mekanisme alert yang dikondisikan ke dalam platform informasi yang
dinamis dan relevan (Malik, 2005). Sementara menurut Eckerson (2006), dashboard atau
performance dashboard adalah aplikasi bertingkat yang dibangun pada intelijen bisnis dan
infrastruktur integrasi data yang memungkinkan organisasi untuk mengukur, memonitoring,
dan mengelola kinerja bisnis lebih efektif. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas,
dashboard dapat didefinisikan sebagai alat yang memvisualisasikan suatu data atau informasi
yang dapat berguna sebagai kontrol ataupun monitor terhadap suatu proses yang terjadi
dalam suatu sistem. Eckerson (2006) menyatakan bahwa dashboard memberikan tiga
manfaat utama, yaitu :

1. Mengkomunikasikan strategi, yaitu untuk mengkomunikasikan strategi dan tujuan


yang dibuatoleh eksekutif kepada semua pihak yang berkepentingan, sesuai dengan
peran dalam organisasi.
2. Memonitor dan menyesuaikan pelaksanaan strategi yang telah dibuat. Hal ini
memungkinkan pihak eksekutif untuk mengidentifikasi permasalahan kritis dan
membuat strategi untuk mengatasinya.
3. Menyampaikan wawasan dan informasi ke semua pihak, penyajian yang dilakukan
dapat menggunakan grafik, simbol, bagan dan warna-warna yang memudahkan
pengguna dalam memahami informasi secara benar.

182
Tujuan Penelitian

Untuk itu, diusulkan sebuah desain E-Dashboard yaitu desain sistem yang terintegrasi saat
melakukan pelayanan tera dan tera ulang dari proses penginputan data sampai dengan
proses monitoringnya.Tujuan dari sistem E-Dashboard ini adalah proses monitoring pada
pelayanan tera dan tera ulang dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun secara real time
menggunakan aplikasi berbasis Web yang dapat diakses melalui komputer maupun telepon
genggam menggunakan konektivitas internet sehingga dapat dengan cepat mengetahui
kondisi pelayanan dan pencapaiannya terhadap target serta menanggulanginya dengan
segera ketika terdapat masalah terhadap pelayanan agar tidak terjadi efek domino yang besar
sehingga mengganggu pelayanan secara keseluruhan. Selain itu, dengan adanya dashboard
ini, kita dapat mempertahankan kualitas pelayanan serta memberikan transparasi kepada
publik terhadap proses pelayanan yang sedang berlangsung. Dengan berjalannya Dashboard
ini, diharapkan pelayanan tera dan tera ulang pada Bidang Metrologi Legal, Kabupaten
Tangerang akan tetap berjalan dan terjaga kualitasnya serta tercipta transparansi publik untuk
menjamin kesejahteraan dan kepuasan masyarakat.

METODE

Agar mendapatkan data monitoring yang akurat, mudah diakses dan menyeluruh,
penggunaan teknologi internet dapat menjadi salah satu metode dalam pengelolaan
pelayanan tera dan tera ulang. Oleh karena itu, diharapkan fungsi monitoring dapat dilakukan
setiap saat, dimana pun dan kapan pun baik oleh internal organisasi, maupun oleh pengguna
layanan. Untuk memudahkan proses penginputan data, digunakan form isian google formulir
yang dapat diisi menggunakan perangkat computer maupun gawai yang terhubung dengan
koneksi internet.

Peng-input-an data menggunakan google formulir

Proses peng-input-an data aktivitas pelayanan tera dan tera ulang dilakukan dengan
menggunakan google formulir. Pemilihan google formulir sebagai media inputan karena
memiliki keunggulan yaitu mudah digunakan, menghasil data yang real-time, mudah diakses
dan dibagikan serta gratis. Sebelumnya diidentifikasi terlebih dahulu kegiatan yang dilakukan
dalam pelayanan tera dan tera ulang pada Bidang Metrologi Legal Kabupaten Tangerang.
Proses Pendaftaran tera dan tera ulang di Bidang Kabupaten Tangerang telah menggunakan
aplikasi SIMEGAL pada www.simegal.tangerangkab.go.id. Setelah itu, dilakukan proses
lanjutan pada internal tim administrasi.

Item peng-input-an terdiri atas aktivitas administrasi dan peneraan. Untuk mempermudah
akses ke dalam website penginputan status pelayanan tera dan tera ulang, proses dimulai
dengan melakukan pemindaian quick response code (qr-code) dan mengikuti diagram alir
seperti pada gambar berikut :

183
Gambar.1 Diagram Alir & qr-code penginputan dan monitoring serta bagian halaman muka
pada google formulir

Untuk dapat melakukan penginputan, dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :

1. Menggunakan telepon seluler pintar dengan aplikasi QR Code Reader yang sudah
terinstal. Atau menggunakan aplikasi browser seperti google chrome dengan
membuka alamat website seperti yang ditunjukkan pada gambar 1.
2. Menggunakan perangkat komputer yang terkoneksi internet dan aplikasi browser
dengan mengetik alamat website seperti yang ditunjukkan pada gambar 1.

Proses Penginputan dilakukan setelah melakukan aktivitas kegiatan oleh masing-masing PIC
yang bersangkutan. Untuk menstandarkan data penginputan, telah disediakan menu drop-
down pada pemilihan aktivitas yang dilakukan. Sehingga operator atau petugas yang
bersangkutan, tinggal memilih aktivitas yang telah dilakukan. Selain menggunakan qr-code,
disisipkan juga tautan singkat menuju alamat penginputan untuk mengantisipasi kerusakan
barcode atau alat pemindainya.

Untuk memudahkan petugas dalam mengetahui status terakhir pelayanan tera dan tera ulang,
selain menggunakan visual display pada dashboard menggunakan scan barcode seperti pada
gambar.1, dibuatkan juga checklist manual yang diletakkan di depan Map yang berisi berkas
administrasi seperti pada gambar.2 berikut

Gambar. 2 Formulir Checklist Status Pelayanan tera dan tera ulang

Pada checklist ini terdapat informasi Nomor order dan Nama Perusahaan yang akan didapat
ketika verifikasi berkas permohonan pada aplikasi SIMEGAL, kolom checklist dan paraf
petugas untuk mengetahui status terakhir yang sudah diinput oleh petugas lainnya. Dengan
184
dibuatnya formulir ini, diharapkan proses penginputan status dapat berjalan secara sistematis
sesuai dengan Standar Operasional Prosedur yang berlaku.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sistem dashboard ini, secara keseluruhan memiliki mekanisme seperti di bawah ini :

Input status pada google Pengolahan Data Visualisasi Data dengan e-


formulir spreadsheet Dashboard

Gambar.3 Mekanisme e-dashboard

Penginputan menggunakan google formulir

Setelah melakukan penginputan status kegiatan pelayanan tera dan tera ulang menggunakan
google formulir, data response disimpan secara otomatis ke dalam google spreadsheet
seperti pada gambar berikut ini :

Gambar 4. Hasil penginputan status Pelayanan Tera dan Tera Ulang

Selanjutnya dilakukan pengolahan data pada google spreadsheet sesuai dengan kebutuhan
tampilan visualisasi yang akan ditampilkan pada e-dashboard contohnya seperti pada gambar
5 berikut ini.

Gambar 5. Hasil Pengolahan data status Pelayanan Tera dan Tera Ulang pada google
spreadsheet

Pada gambar.5 di atas merupakan salah satu kelompok data yaitu status peneraan yang
statusnya masih dilakukan pelayanan yang secara otomatis terpisah atau terkelompokan
sesuai dengan visualisasi data yang diinginkan pada e-dashboard.

185
e-Dashboard Pelayanan Tera dan Tera Ulang menggunakan google data studio

Data yang telah diolah oleh google spreadsheet seperti pada gambar 4 selanjutnya
dikelompokkan sesuai dengan kebutuhan tampilan visualisasi. Berdasarkan Analisa
kebutuhan monitoring untuk mengetahui kondisi pelayanan tera dan tera ulang pada Bidang
Metrologi Legal Kabupaten Tangerang, dibuat lima bentuk penyajian data saat pelayanan tera
dan tera ulang statusnya masih berlangsung, yaitu :

1. Status Pelayanan Tera dan Tera ulang Terkini


Data ini berisi status pelayanan bagi pemohon yang sedang menerima pelayanan tera
dan tera ulang. Status pelayanan berisi nomor order, Nama Perusahaan, kegiatan atau
aktivitas yang sedang dilakukan, waktu dimulainya aktivitas tersebut, durasi dalam jam
sampai dengan saat ini dan persentase progress sampai pelayanan selesai atau sampai
diterimanya SKHP oleh pengguna layanan.

Gambar 6. Visual Display Status Pelayanan Tera dan Tera Ulang Terkini pada google
data studio

2. Status Pelayanan Tera dan Tera Ulang Open atau pelayanan yang masih berlangsung.
Data ini berisi historical aktivitas kegiatan pelayanan yang sudah dilalui oleh masing-
masing order atau pengguna layanan. Melalui data ini, kita dapat mengetahui durasi
waktu yang diperlukan pada setiap aktivitas kegiatan yang telah dilalui. Selain itu, kita
juga dapat mengetahui kapan aktivitas tersebut mulai dikerjakan.

Gambar 7. Visual Display Status Pelayanan Tera dan Tera Ulang : Open pada google
data studio

3. Kartu Skor Waktu Aktivitas


Pada kartu ini, kita dapat melihat perbandingan waktu yang digunakan untuk melakukan
kegiatan terakhir atau terkini berupa persentase dan durasi jam. Melalui kartu skor ini,
pimpinan dapat melihat mana aktivitas saat ini yang membutuhkan banyak waktu,

186
sehingga dapat didorong penyelesaiannya menggunakan langkah-langkah yang strategis
guna mempercepat pelayanan tera dan tera ulang.

Gambar 8. Visual Display Kartu Skor Aktivitas : Durasi Aktivitas Kegiatan Pelayanan
pada google data studio

4. Kartu Skor Aktivitas jumlah Item Pelayanan


Melalui kartu aktivitas ini, kita dapat melihat apakah beban kerja yang ditanggung saat ini
merata atau tidak. Pimpinan dapat dengan segera mengambil keputusan apabila jumlah
pekerjaan yang ada pada salah satu aktivitas terlalu banyak, sementara pada aktivitas
lainnya cenderung lengang. Nantinya, dapat juga dijadikan evaluasi terhadap durasi
pengerjaan di masing-masing aktivitas agar tidak terjadi penumpukan yang terlalu lama
di salah satu aktivitas kegiatan.

Gambar 9. Visual Display Kartu Skor Aktivitas : Jumlah Item Pelayanan pada google data
studio

5. Tabel Durasi Pelayanan


Data ini berisi rangkuman pengguna layanan yang status pelayanannya masih aktif. Data
ini disajikan dengan kolom Nomor Order, Nama Perusahaan, persentase progress
pelayanan dan durasi dalam hari yang sedang berjalan dimulai dari verifikasi berkas
permohonan, sampai dengan saat ini. Warna tulisan diatur agar berubah warna menjadi
merah ketika durasi melebihi 5 hari sebagai warning atau peringatan bahwa pelayanan
harus segera diselesaikan.

Gambar 10. Visual Display Durasi Pelayanan : Open pada google data studio
187
Untuk membantu menyaring data atau performa kinerja Pelayanan Tera dan Tera Ulang,
ditambahkan juga fungsi kontrol penyaringan yang terdiri dari :

1. Nama Perusahaan
2. Rentang Tanggal
3. Status Kegiatan
Penggunaan kontrol penyaringan ini berfungsi untuk menyaring data atau performa Ketika
nantinya banyak perusahaan atau pemilik UTTP yang harus dilayani dan statusnya masih
open. Selain itu, kontrol penyaring ini juga dapat digunakan secara sendiri-sendiri maupun
digabung dengan kontrol penyaring lainnya. Penggunaan google data studio bertujuan untuk
memudahkan monitoring oleh pimpinan, petugas dan pengguna layanan tera dan tera ulang
dimana pun dan kapanpun karena data tersebut bersifat online dan dapat diakses oleh semua
orang sebagai bentuk transparansi pelayanan publik serta tetap menjaga kualitas pelayanan
tera dan tera ulang pada Bidang Metrologi Legal, Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Tangerang.

Peng-akses-an e-Dashboard menggunakan Google Sites

Untuk memudahkan akses bagi petugas, pimpinan dan pengguna layanan tera dan tera
ulang, dibuatkanlah web khusus mengenai seperti pada gambar berikut :

Gambar 9. Google sites e-Dashboard Status Pelayanan Tera dan Tera Ulang

Dengan ditampilkannya e-Dashboard ini pada laman google sites, mempermudah bagi semua
pihak dalam mengkakses informasi pelayanan tera dan tera ulang sehingga transparansi
pelayanan tetap terjaga serta terus meningkatkan pelayanan tera dan tera ulang untuk lebih
baik lagi kedepannya sehingga tercipta kepuasan masyarakat.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan Hasil pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa desain e-dashboard


sebagai alat monitoring pelayanan tera dan tera ulang dapat digunakan. Proses penginputan
melalui google formulir dapat terekam dengan tepat dan cepat. Visualisasi status pelayanan
dapat menampilkan kondisi terkini dengan melihat beban kerja dan durasi pelayanan
diharapkan mampu mempermudah pimpinan dalam mengambil keputusan. Selain itu,
pengguna layanan juga dapat melihat status pelayanan yang diterimanya sudah berada pada
tahap apa. Sebagai bentuk transparansi yang juga mudah di akses, e-dashboard ditampilkan
ke dalam sebuah website. Dengan diberlakukannya sistem e-dashboard ini, diharapkan
kualitas dan transparansi pelayanan tera dan tera ulang pada Bidang Metrologi Legal
188
Kabupaten Tangerang tetap terjaga. Dengan diterapkannya sistem e-dashboard ini,
direkomendasikan untuk dilakukan peningkatan atau upgrade dengan akun berbayar google
guna menambah kuota penyimpanan guna menampung seluruh pelayanan tera dan tera
ulang sampai bertahun-tahun kedepan. Selain itu, penggunaan google data studio yang masih
gratis membuat sistem refreshing data baru bisa dilakukan maksimal setiap 15 menit, serta
penyimpanan data yang terbatas. Untuk itu, sistem e-lab ini masih perlu dikembangan guna
memfasilitasi seluruh kebutuhan pelayanan tera dan tera ulang pada bidang Metrologi Legal,
Kabupaten Tangerang.

REFERENSI

Undang-Undang Nomor 2 tahun 1981 tentang Metrologi legal


Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Peraturan Presiden pada Nomor 81 Tahun 2010 mengenai tentang Grand Design Reformasi
Birokrasi 2010-2025
Dinas Perindustrian dan Perdagangan, 2018. Buku Profil Bidang Metrologi Legal, Edisi
Pertama.
Andrew.,2021, Pengertian Revolusi Industri 4.0 : Jenis, Dampak dan Contoh Penerapannya,
[online], (https://www.gramedia.com/best-seller/revolusi-industri-4-0/, diakses tanggal
2 Maret 2022 )
BPS.,2021, Kabupaten Tangerang dalam Angka, [online],
(https://www.tangerangkab.bps.go.id , diakses tanggal 4 Maret 2022 )
BPS.,2021, Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tangerang Menurut Lapangan
Usaha 2016 – 2020, [online], (https://www.tangerangkab.bps.go.id , diakses tanggal
4 Maret 2022 )
Ismail.,2019, Kualitas Pelayanan Publik : Perilaku Aparatur dan Komunikasi Birokrasi dalam
Pelayanan Publik, Media Sahabat Cendikia, Surabaya.
Jaweng.,2021, Tantangan Pelayanan Publik 2021, [online],
(https://www.kppod.org/berita/view?id=887, diakses tanggal 2 Maret 2022 )
Kemenkumham.,2021, Kedepankan Pelayanan Publik digital dalam masa Pandemi, [online],
(https://www.kemenkumham.go.id/berita/kedepankan-pelayanan-publik-digital-dalam-
masa-pandemi, diakses tanggal 3 Maret 2022)
Kemenperin.,2021, Pemerintah Optimalkan Peran Industri Pulihkan Ekonomi Nasional,
[online], (https://kemenperin.go.id/artikel/22346/Pemerintah-Optimalkan-Peran-
Industri-Pulihkan-Ekonomi-Nasional, diakses tanggal 3 Maret 2022 )
Kominfo., 2021, Transformasi Digital Pelayanan Publik harus utamakan kepentingan publik,
[online], (https://www.kominfo.go.id/content/detail/34006/transformasi-digital-
pelayanan-publik-harus-utamakan-kepentingan-publik/0/berita, diakses tanggal 3
Maret 2022 )
Titin.,2017, Faktor Penyebab belum Optimalnya Kualitas Penyelenggaraan Pelayanan
Publik dalam Birokrasi Pemerintahan, [online],

189
(https://ejournal.fisip.unjani.ac.id/index.php/jurnal-caraka-prabu/article/view/50/38,
diakses tanggal 2 Maret 2022 )
Wijaya,david., 2020, Kelebihan dan Kekurangan Google Form, [online],
(https://www.nitrotekno.com/kelebihan-kekurangan-google-form/ , diakses tanggal 2
Maret 2022 )
Yonathan.,2011, Perancangan Dashboard sebagai Sistem Informasi Monitoring Kinerja
Universitas Sebelas Maret, Perpustakaan UNS, Surakarta.
_____.,2020, 5 Alasan memakai google data studio, [online], (https://doel.web.id/5-alasan-
untuk-memakai-google-data-studio/ , diakses tanggal 2 Maret 2022 )

190
191

Anda mungkin juga menyukai