Anda di halaman 1dari 59

PENGARUH KEPATUHAN WAJIB PAJAK, PEMERIKSAAN PAJAK

DAN SANKSI PERPAJAKAN TERHADAP PENERIMAAN PAJAK


PENGHASILAN (PPH) WAJIB PAJAK BADAN
(Studi Kasus Kantor Pajak Pelayanan Pratama Tampan)
Pekanbaru)
SKRIPSI

Merupakan Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi

AISYAH AULIA PUTRI


1800010017

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
PEKANBARU
2023

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya persembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan proposal dengan judul
“PENGARUH KEPATUHAN WAJIB PAJAK, PEMERIKSAAN PAJAK
DAN SANKSI PERPAJAKAN TERHADAP PENERIMAAN PAJAK
PENGHASILAN (PPH) WAJIB PAJAK BADAN”. Penulisan proposal ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Ekonomi program studi Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Riau. Dalam penyusunan proposal ini, saya banyak
mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik moral maupun materil
dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, saya
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak DR. Saidul Amin, M.A selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Riau
2. Bapak Zul Azmi, SE., M.Si., Ak., CA, CSRS, CSRA selaku
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Riau
3. Bapak Wira Ramashar, SE., M.Ak selaku kaprodi Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Riau
4. Ibu Linda Hetri Suriyanti, SE., M.Ak., Ak., CA., CRMP
selaku Sekretaris kaprodi Akuntansi, pembimbing I dan
5. Bapak Agustiawan., SE., M.Sc., Ak selaku pembimbing II
6. Bapak/Ibu Dosen serta staf pegawai Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Muhammadiyah Riau yang telah
memberikan pengetahuan yang bermanfaat selama saya
melakukan perkuliahan.
7. Seluruh karyawan ata staff KPP Pratama Tampan yang telah
meberikan saya waktu untuk penelitian ditahun 2022.
8. Serta orang tua yang saya bapak (afrizal) dan mamak
(meuthia) dan keluarga yang terus memberikan doa, dorongan

Univesritas Muhammadiyah Riau


serta semangat sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini
9. Rekan-rekan seperjuangan program studi Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Riau.

Dalam penyusunan skripsi ini saya telah berusaha semaksimal


mungkin menyelesaikan skripsi ini menjadi lebih sempurna, apabila masih
terdapat kekurangan maka dengan segala kerendahan hati saya mengharapkan
kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi
ini. Semoga skripsi ini bermanfaat untuk perkembangan keilmuan dimasa
yang akan datang.

Pekanbaru, 30 Agustus 2022

Penulis
Aisyah Aulia Putri

Univesritas Muhammadiyah Riau


ABSTRAK

PENGARUH KEPATUHAN WAJIB PAJAK, PEMERIKSAAN PAJAK DAN


SANKSI PERPAJAKAN TERHADAP PENERIMAAN PAJAK
PENGHASILAN (PPH) WAJIB PAJAK BADAN
(Studi Kasus Kantor Pajak Pelayanan Pratama Tampan) Pekanbaru)

Univesritas Muhammadiyah Riau


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pajak merupakan sarana yang digunakan pemerintah untuk memperoleh dana
dari rakyat. Hasil penerimaan pajak tersebut digunakan untuk mengisi anggaran negara
sekaligus membiayai keperluan belanja negara baik itu belanja rutin dan belanja untuk
pembangunan. Untuk itu, negara memerlukan dana yang cukup bersar guna membiayai
kegiatan pembangunan yang berlangsung terus – menerus dan berkesinambungan,
sementara pajak menurut penelitian (Chairil Anwar 2013:2) pajak merupakan salah
satu sumber pendapatan negara yang sangat penting bagi pelaksanaan dan peningkatan
pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran dan
kesejahteraan masyarakat . Berikut data yang diperoleh dari kpp pratma tampan,
Penerimaan WP Badan Dan Target Penerimaan WP Badan Pada KPP Pratama Tampan
Kota Pekanbaru,
Tabel 1.1 Jumlah WP Badan, Penerimaan WP Badan Dan Target Penerimaan
WP Badan Pada KPP Pratama Tampan Kota Pekanbaru.

JUMLAH WP TARGET
NOMO TAHU PENERIMAAN WP
BADAN PENERIMAAN WP
R N BADAN
TERDAFTAR BADAN
1 2017 23,834 Rp 128,324,522,924,- RP 1,808,160,868,000,-
2 2018 25,230 RP 148,327,075,101,- RP 1,954,249,987,000,-
3 2019 27,122 RP 78,068,031,666,- RP 1,991,472,328,000,-
4 2020 28,520 RP 78,748,903,097,- RP 1,790,031,334,000,-
5 2021 30,508 RP 85,866,482,597,- RP 1,632,785,325,000,-
Sumber: https://eriset.pajak.go.id/dashboard
Berdasarkan data yang terdapat dalam tabel 1.1 diatas bahwa pendaftaran wp
badan tiap tahunnya semakin tinggi dari thun 2017 hingga 2021, sementara target
penerimaan wp badan atau penerimaan wp badan semakin turun. Itu arti nya kepatuhan
dan kesadaran wp badan mulai memudar dimana kondisi ini telah memberikan dampak
bagi pajak atau perekonomian di indonesia.
Hal ini menjadikan kepatuhan dan kesadaran wajib pajak menjadi faktor yang
sangat penting dalam mencapai keberhasilan penerimaan pajak. Dalam undang-undang
perpajakan juga sudah jelas bahwa kewajiban para wajib pajak adalah membayar pajak,
jika tidak memenuhi kewajiban tersebut maka wajib pajak dapat dikenakan sanski

Universitas Muhammadiyah Riau


(Murtejo dan Ramadhian 2013).
Kepatuhan Wajib Pajak, baik orang pribadi maupun badan, yang terdaftar di
Kantor Pelayanan Pajak dan telah melakukan kewajiban perpajakannya, yaitu dengan
melunasi dan melaporkan SPT masa dan tahunannya tepat waktu (Oktivani, 2007).
Sementar menurut pendapat lainnya Kepatuhan wajib pajak faktor penting bagi
pencapaian target penerimaan pajak. (Chairil Anwar Pohan 2013:15) menyatakan “Tax
Administration/Tax Compliance mencakup usaha-usaha untuk memenuhi kewajiban
administrasi perpajakan dengan cara menghitung pajak secara benar, sesuai dengan
ketentuan perpajakan, kepatuhan dalam membayar dan melaporkan tepat waktu sesuai
deadline pembayaran dan pelaporan pajak yang telah ditetapkan.”
Pemeriksaan Wajib Pajak, Direktorat Pajak wajib melakukan pengawasan
terhadap Wajib Pajak yang teIah memenuhi standar subjektif dan objektif tetapi beIum
terdaftar untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) sesuai dengan peraturan
perundang – undangan perpajakan, yang disebut dengan “ekstensifikasi Pajak”,
digunakan bagian ekstensi dan ekstensi oIeh Kantor PeIayanan Pajak Pratama (KPP)
untuk meIakukan pemeriksaan. Peningkatan pengawasan dan penegakan hukum oIeh
Direktorat JenderaI Pajak (DJP) memungkinkan pemungutan penerimaan yang Iebih
banyak dar isubjek pajak dan item yang teIah terdaftar secara resmi. Tujuan utama
dilaksanakannya pemeriksaan pajak adalah untuk menumbuhkan perilaku kepatuhan
wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan (tax compliance) yaitu dengan jalan
penegakkan hukum (law enforcement) sehingga akan berdampak pada peningkatkan
penerimaan pajak pada KPP yang akan masuk dalam kas negara. Dengan demikian,
pemeriksaan pajak merupakan pagar penjaga agar wajib pajak tetap mematuhi
kewajibannya (Fajar, 2014). Pemeriksaan ini perlu dilakukan untuk menguji kepatuhan
serta mendeteksi adanya kecurangan yang dilakukan oleh Wajib Pajak dan juga
mendorong mereka untuk membayar pajak dengan jujur sesuai ketentuan yang berlaku.
Dalam penelitian yang dilakukan (Herryanto 2013) disimpulkan bahwa pemeriksaan
berpengaruh terhadap penerimaan pajak.
Sanksi Perpajakan, bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
akan dituruti/ditaati/dipatuhi atau dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat
pencegah (preventif) agar wajib pajak tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan. Penerimaan pajak ditentukan oleh persepsi wajib pajak mengenai
sanksi perpajakan lebih banyak merugikan wajib pajak. Menurut (Resmi 2012: 14)
sanksi perpajakan terjadi karena terdapat pelanggaran terhadap peraturan perundang-
undangan perpajakan, sehingga apabila terjadi pelanggaran maka wajib pajak dihukum
dengan indikasi kebijakan perpajakan dan Undang-Undang Perpajakan. Dalam Undang-
Universitas Muhammadiyah Riau
undang perpajakan dikenal dua macam sanksi, yaitu sanksi administrasi dan sanksi
pidana. Ancaman terhadap pelanggaran suatu norma perpajakan ada yang diancam
dengan sanksi administrasi saja, ada yang diancam dengan sanksi pidana saja dan ada
pula yang diancam dengan sanksi administrasi dan pidana. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh (Aditya 2017) yang menyatakan bahwa sanksi perpajakan berpengaruh
positif signifikan terhadap penerimaan pajak. Hasil penelitian berbeda dilakukan oleh
(Tatinia 2016) yang menyatakan bahwa sanksi perpajakan tidak berpengaruh signifikan
terhadap penerimaan pajak. Sebagaimana telah diatur berdasarkan Pasal 29 ayat 1 UU
KUP Tahun 2000 menyatakan bahwa : “Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan
pemeriksaan atau menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk
tujuan lain.
Berdasarkan dengan latar belakang yang diuraikan penulis di atas maka penulis
melakukan pengembangan dengan merumuskan permasalahan penelitian ini menjadi
pelaksanaan pemeriksaan perpajakan sebagai penerapan kewajiban pajak agar wajib
pajak dapat patuh sesuai dengan peraturan yang ada dan perundang-undangan yang
berlaku, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul, “Pengaruh
Kepatuhan Wajib Pajak, Pemeriksaan Pajak Dan Sanksi Perpajakan Terhadap
Penerimaan Pajak Penghasilan (PPH) Badan”, demi meningkatkan penerimaan
wajib pajak pada masa pandemi Pajak sarana yang digunakan pemerintah untuk
memperoleh dana dari rakyat. Hasil penerimaan pajak tersebut digunakan untuk
mengisi anggaran negara sekaligus membiayai keperluan belanja negara baik itu belanja
rutin dan belanja untuk pembangunan. Untuk itu, negara memerlukan dana yang cukup
besar guna membiayai kegiatan pembangunan yang berlangsung terus –menerus dan
berkesinambungan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi
rumusan masalah pada penelitian ini yaitu :
1. Apakah kepatuhan Wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tampan
berpengaruh terhadap penerimaan PPH wajib pajak badan?
2. Apakah pemeriksaan Pajak badan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tampan
berpengaruh terhadap penerimaan PPH wajib pajak badan.
3. Apakah kepatuhan Wajib pajak, pemeriksaan Pajak dan sanksi perpajakan
berpengaruh besar terhadap penerimaan PPH wajib pajak badan pada Kantor
Pelayanan Pajak pratama tampan ?

Universitas Muhammadiyah Riau


1.3 Tujuan Penelitan
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dari
penulisan ini adalah :
1. Untuk mengetahui kepatuhan Wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Tampan.
2. Untuk mengetahui pemeriksaan Pajak badan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Tampan.
3. Untuk mengetahui besarnya pengaruh kepatuhan wajib pajak,pemeriksaan pajak
dan sanksi perpajakan terhadap penerimaan PPH wajib pajak badan pada Kantor
Pelayanan Pajak pratama tampan.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan terhadap ilmu
pengetahuan, khususnya bidang Akuntansi Perpajakan dan Manajemen Perpajakan
dalam kaitannya dengan Kepatuhan Wajib Pajak, Pemeriksaan Pajak, Sanksi
Perpajakan dan Penerimaan Pajak Penghasilan (PPH) Wajib Pajak Badan.
2. Bagi Universitas

Penilitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan sumbangan yang berarti
bagi Universitas Muhammadiyah Riau sebagai bahan informasi dalam mengembangkan
Akuntansi Perpajakan dan Manajemen Perpajakan, terutama yang berkaitan dalam
masalah-masalah Perpajakan
3. Peneliti selanjutnya
Penelitian ini berguna bagi acuan bagi peneliti selanjutnya yang berniat melakukan
penelitian dengan mengembangkan penelitian ini. Peneliti selanjutnya dapat melakukan
eksplorasi dengan mengembangkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi Peneriman
pajak yang digunakan dalam penelitian ini.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan merupakan tata urutan pengujian penelitian dan
dimaksudkan untuk mempermudah penyusunan penelitian. Adapun sistematika
penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini menguraikan mengenai latar belakang masalah yang
menjadi dasar pemikiran penelitian ini, rumusan masalah permasalahan
yang akan diangkat, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika

Universitas Muhammadiyah Riau


penulisan penelitian.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini terdiri atas kajian pustaka atau teori – teori yang akan
digunakan untuk memperkuat pernyataan seperti tentang KEPATUHAN
WAJIB PAJAK, PEMERIKSAAN WAJIB PAJAK DAN SANKSI
PERPAJAKAN TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN
(PPH) WAJIB PAJAK BADAN, Selain itu tinjauan pustaka juga berisi
penelitian sebelumnya yang relevan sampai dengan konsep hipotesis
yang dikembangkan dalam penelitian ini, kerangka pikir, serta definisi
dan pengukuran variabel yang diperlukan dalam penelitian ini.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menguraikan mengenai populasi dan sampel, sumber dan jenis
data yang akan digunakan dalam penelitian ini, dan alat analisis data.

Universitas Muhammadiyah Riau


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Theory of Planned Behavior (TPB)


Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan perkembangan lanjutan dari
Theory of Reasoned Action (TRA) yang dicetuskan pertama kali oleh Ajzen dan
Fishbein pada tahun 1980. TRA merupakan teori yang berhubungan dengan
perilaku sukarela. Pada tahun 1988 Ajzen dan Fishbein menyadari bahwasanya
perilaku seseorang mencul tidak hanya berkaitan dengan perilaku sukarela dan
terkendali saja, sehingga terjadi penambahan faktor indikator perilaku yaitu
kepercayaan dan persepsi individu terhadap kontrol perilaku. Individu dapat
melakukan suatu perilaku karena individu tersebut memiliki kemampuan untuk
melakukannya. Penambahan indikator ini bernama TPB yang disebut juga dengan
teori tindakan beralasan (Jogiyanto, 2007).
TPB dipergunakan untuk menganalisis niat seseorang, bersedia atau
tidaknya dalam melakukan suatu perilaku. Niat berprilaku seseorang memiliki
tiga indikator penentu Fishbein dan Ajzen (1975) yaitu:
a) Behavioral beliefs (keyakinan berprilaku), yaitu pembentukan sikap individu
didorong oleh keyakinan individu terhadap perilaku tersebut.
b) Nomative beliefs (keyakinan norma), yaitu pembentukan sikap individu
didorong oleh persepsi harapan orang lain atas dirinya atau dorongan dari
pendapat orang terdekat yang memiliki pengaruh terhadap individu tersebut
dalam mempertimbangkan dilakukan atau tidaknya perilaku tersebut.
c) Control beliefs (kontrol perilaku), yaitu keyakinan mengenai keberadaan
suatu hal yang dapat menghambat atau mendorong individu untuk
menampilkan perilaku serta persepsi individu tersebut mengenai seberapa
kokoh hal-hal tersebut dalam mendukung dan menghambat perilaku tersebut
yang dipergunakan individu dalam bertindak.
TPB memiliki keterkaitan dengan penelitian ini yang relevan dengan
variabel pemutihan pajak dan kesadaran wajib pajak untuk menjelaskan perilaku
wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Sebelum seseorang
berniat untuk melakukan sesuatu, maka orang tersebut sudah memiliki keyakinan

Universitas Muhammadiyah Riau


mengenai hasil yang akan diperoleh dari perilakunya tersebut, sehingga yang
bersangkutan dapat memilih untuk melakukannya atau tidak melakukannya.

2.2 Teori Atribusi (Attribution Theory)


Teori atribusi menjelaskan bahwa tindakan yang dilakukan seseorang
disebabkan karena atribut penyebab. Tindakan seorang pimpinan maupun orang yang
diberi wewenang dipengaruhi oleh atribut penyebab. Teori atribusi mempelajari
tentang proses bagaimana seseorang mengintepretasikan suatu peristiwa, alasan, atau
sebab perilakunya. (Heider 1958) mengembangkan teori ini dengan memberikan
argumentasi bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh kombinasi antara kekuatan
internal dan kekuatan eksternal (Sekartaji dkk,2020).
Perilaku seseorang akan berbeda-beda jika mereka lebih mementingkan
atribusi internalnya dibandingkan dengan atribusi eksternal, dalam proses
mengeluarkan pendapat atau persepsi seseorang cenderung dipengaruhi oleh
kecerdasan emosional maupun spiritual. Seseorang yang memiliki kecerdasan
emosional yang tinggi akan berfikir dua kali, begitu juga seseorang dengan
kecerdasan spiritual yang tinggi menjadikan orang tersebut berpegang teguh kepada
prinsip takut akan dosa atau hal yang nantinya menyebabkan sesuatu yang tidak baik
terhadap diri sendiri maupun orang lain, dalam hal ini adalah pemberikan persepsi
terhadap orang lain (Magiskar 2019).
Penelitian ini menggunakan teori atribusi karena peneliti akan melakukan
pengujian secara statistik untuk mendapatkan bukti empiris variabel-variabel yang
mempengaruhi perilaku wajib pajak. Baik atau buruknya perilaku etis wajib pajak
dipengaruhi oleh karakteristik personal wajib pajak itu sendiri maupun dari luar
personal wajib pajak. Karakteristik personal merupakan suatu faktor internal yang
mendorong seseoran\g untuk melakukan aktivitas.
2.3 Pajak
Kontribusi wajib pajak yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan peraturan perundang-undangan dengan tidak
mendapatkan balas jasa secara langsung dan digunakan untuk membiayai
keperluan negara. Salah satu sumber pendapatan negara adalah dari pajak, tanpa
adanya masyarakat tidak mungkin ada suatu pungutan pajak yang dilakukan oleh
negara untuk masyarakat. Pendapatan negara merupakan sumber utama belanja
negara disamping komponen pembiayaan APBN yang meliputi penerimaan pajak
dan bukan pajak. Oleh karena itu, pajak memiliki peran yang sangat penting
Universitas Muhammadiyah Riau
dalam penerimaan negara sampai saat ini (Tullenan Rudolof etc, 2017).
2.4 Penerimaan Pajak
Penerimaan pajak adalah penghasilan yang diperoleh pemerintah
yangbersumber dari pajak rakyat. Peran penerimaan pajak sangat penting bagi
kemandirianpembangunan, karena pajak merupakan salah satu sumber penerimaan
negara daridalam negeri yang paling utama selain dari minyak dan gas bumi untuk
mendanaiAPBN. Jika dilihat dari sisi ekonomi, penerimaan dari sektor pajak
merupakanpenerimaan negara yang potensial, karena melalui pajak pemerintah dapat
membiayaisarana dan prasarana publik diseluruh sektor kehidupan, seperti sarana
transportasi, air,listrik, pendidikan, kesehatan, keamanan, komunikasi, sosial dan
berbagai fasilitaslainnya yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan.
(Sari 2015). Dana yang diterima di kas negara tersebut akan dipergunakan
untukpengeluaran pemerintah untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat,
sebagaimanamaksud dari tujuan negara yang disepakati oleh pendiri awal negara ini
yaitu mensejahterahkan rakyat, menciptakan kemakmuran yang berasaskan kepada
keadilansosial. (Sari 2015).
2.5 Kepatuhan Wajib Pajak
Kepatuhan wajib pajak merupakan faktor penting bagi pencapaian target
penerimaan pajak. (Pohan 2013:15) menyatakan “Tax Administration/Tax
Compliance mencakup usaha-usaha untuk memenuhi kewajiban administrasi
perpajakan dengan cara menghitung pajak secara benar, sesuai dengan ketentuan
perpajakan, kepatuhan dalam membayar dan melaporkan tepat waktu sesuai deadline
pembayaran dan pelaporan pajak yang telah ditetapkan.”
Menurut (Nurmantu 2015:148) dalam buku (Pohan 2014:127) menyebutkan
bahwa kepatuhan perpajakan adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi
semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya. Menurut (Zain,
2013:31) sebagai suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban
perpajakan, tercermin dalam situasi dimana.

1. Wajib pajak atau berusaha untuk memehami semua ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
2. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas.
3. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar.
4. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.
Menurut (Pohan 2014:127) Ada dua macam kepatuhan, yakni
kepatuhanformaldankepatuhanmaterial.

Universitas Muhammadiyah Riau


a) Kepatuhan Formal
Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi
kewajiban perpajakan secara formal sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang
perpajakan. Misalnya ketentuan tentang batas waktu penyampaian SPT PPH
tahunan adalah 3 bulan sesudah berakhirtahun pajak, yang pada umumnya jatuh
pada tanggal 3 Maret. Jika WajibPajak menyampaikan SPT PPH Tahunan sebelum
tanggal 31 Marettersebut, maka dapat dikatakan bahwa Wajib Pajak tesebut
telahmemenuhi kepatuhan formal, jadi yang dipenuhi oleh Wajib Pajak iniadalah
memenuhi ketentuan penyampaian SPT sebelum batas waktu.
b) Kepatuhan Material
Kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajaksecara
substantif atau hakikat memenuhi semua ketentuan materialperpajakan, yakni wajib
pajak yang mengisi dengan jujur, lengkap, danbenar Surat Pemberitahuan (SPT)
sesuai dengan undang-undangperpajakan dan menyampaikan ke Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) sebelumbatas waktu yang ditentukan. Kepatuhan material dapat
meliputi jugakepatuhan formal.
Definisi patuh menurut (Kamus Besar Bahasa Indonesia Online Edisi IV
tahun 2008) adalah suka menurut (perintah) ; taat (kepada perintah, aturan);
berdisiplin. Sedangkan kepatuhan memiliki definisi sifat patuh, ketaatan. Dengan
demikian, kepatuhan adalah motivasi seseorang, kelompok, atau organisasi untuk
berbuat atau tidak berbuat sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Perilaku
patuh seseorang merupakan interaksi perilaku individu, kelompok dan organisasi.
Menurut (Rahayu 2010:139) mengatakan bahwa: Pada prinsipnya
kepatuhan perpajakan adalah tindakan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban
perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
peraturan pelaksanaan perpajakan yang berlaku dalam suatu Negara.
2.6 Pemeriksaan Pajak
(Mardiasmo 2016:56) menyatakan, “pemeriksaan pajak adalah serangkaian
kegiatan menghimpun dan mengelola data, keterangan, dan/atau bukti yang
dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar
pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau
untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan. Sementara menurut (Prihastanti dan Kiswanto 2015)
Tindakan pemeriksaan ini merupakan sarana penegakan hukum bagi wajib pajak
yang menyimpang dalam pemenuhan kewajiban pajaknya. Sistem pemeriksaan
harus dapat mendorong kebenaran dan kelengkapan pelaporan penghasilan,
Universitas Muhammadiyah Riau
penyerahan, pemotongan dan pemungutan serta penyetoran pajak oleh Wajib Pajak
(Shadani 2011:88).
”Menurut peraturan menteri keuangan republik Indonesia Nomor
17/PMK.03/2013 tentang tata cara pemeriksaan, yang dimaksud pemeriksaan
adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan,dan
bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu
standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan
dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan
perundang – undangan perpajakan. Berdasarkan peraturan menteri keuangan
nomor 17/PMK.03/2013, Terdapat dua jenis pemeriksaan yaitu :
1. Pemeriksaan Lapangan
Pemeriksaan yang dilakukan di tempat tinggal atau tempat kedudukan wajib
pajak, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas wajib pajak dan tempat lain
yang dianggap perlu oleh pemeriksaan pajak.
2. Pemeriksaan Kantor
Pemeriksaan yang dilakukan di kantor Directur Jendral Pajak.
Hal ini yang menyebabkan perlunya dilakukan pembinaan serta pengawasan
yang berkesinambungan terhadap Wajib Pajak. Walaupun pemungutan pajak
menganut sistem self assessment akan tetapi dalam rangka pembinaan, penelitian
dan pengawasan terhadap pelaksanaan kewajiban perpajakan wajib pajak,
Direktorat Jenderal Pajak m
asih dapat mengeluarkan surat ketetapan pajak. Surat ketetapan pajak ini
merupakan komponen official assessment.

2.7 Sanksi Perpajakan


Agun et al (2022) dalam penelitiannya menjelaskan sanksi adalah suatu
tindakan berupa hukuman yang diberikan kepada orang yang melanggar
peraturan. Peraturan atau undang- undang merupakan rambu-rambu bagi
seseorang untuk melakukan sesuatu mengenai apa yang harus dilakukan dan apa
yang seharusnya tidak dilakukan. Sanksi diperlukan agar peraturan atau undang-
undang tidak dilanggar. Sanksi pajak merupakan jaminan bahwa ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan
dituruti/ditaati/dipatuhi, dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat

Universitas Muhammadiyah Riau


pencegah agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan. Sanksi pajak
didefinisikan sebagai alat pencegah agar wajib pajak tidak melanggar peraturan,
sanksi yang diberikan mulai dari sanksi administrasi sampai sanksi penjara, wajib
pajak diharapkan paham terhadap jenis-jenis sanksi yang akan diberikan sehingga
sanksi pajak ini dapat mencegah wajib pajak yang enggan dalam memenuhi
kewajibanya. Hal ini disebabkan karena sanksi pajak diatur sangat jelas dalam
undang-undang pajak dimana apabila wajib pajak tidak memenuhi ataupun lalai
dalam memenuhi kewajibanya maka sanksi ini akan diberikan (Suhendri, 2015).
2.8 Penelitian Terdahulu
Adapun beberapa penelitian terdahulu yang mendasari penelitian ini terdapat pada
Tabel 2.1 sebagai berikut.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Nama Variabel
No Judul Penelitian Hasil Penelitian
Peneliti Penelitian

1 Olivia Jessica Pengaruh Tingkat Kepatuhan Hasil penelitian


(Yusuk,2017) Kepatuhan Wajib Wajib Pajak menunjukkan Tingkat
Pajak Dan Pemeriksan (X1) Kepatuhan Wajib
Pemeriksaan
Terhadap Penerimaan Pajak Orang Pribadi
(X2)
Pajak Penghasilan Berpengaruh Positif
Penerimaan
Terhadap Penerimaan
Pajak (Y)
Pajak Penghasilan
Secara Signifikan
2 (Hairul Anam Pengaruh Kepatuhan, Kepatuhan (X1) Hasil Penelitian
2018) Pemeriksan, dan Pemeriksan (X2) Menunjuk Bahwa
Penagihan Pajak Penagihan Pajak Variabel Independen
Terhadap Penerimaan (X3) Penagihan Kepatuhan Wajib Pajak,
Pajak Penghasilan Pajak(Y) Pemeriksan Pajak Dan
Badan Penagihan Pajak
memiliki Pengruh
Terhadap Penerimaan
Pajak Penghasilan (PPH)
Badan
3 (Kadek Juniati Pengaruh Kesadaran, Kesadaran, Hasil Penelitian
Putri 2017) Pengetahuan dan Pengetahuan dan menunjukkan bahwa
Pemahaman Perpajakan, Pemahaman semakin tinggi tingkat
Universitas Muhammadiyah Riau
Nama Variabel
No Judul Penelitian Hasil Penelitian
Peneliti Penelitian
Kualitas Pelayanan dan Perpajakan (X1) kesadaran wajib pajak
Sanksi Perpajakan Kualitas dan pengetahuan
Terhadap Kepatuhan Pelayanan (X2) pemahaman, peraturan
Wajib Pajak Sanksi
perpajakan, serta
Perpajakan (X3)
semakin baik tingkat
Kepatuhan
kualitas pelayanana
Wajib Pajak (Y)
pajak dan didukung
oleh penerapaann
sanksi hokum yang
tegasdi KPP pratama
denpasr timur maka
tingkat kepatuhan
wajib pajak jugak akan
semakin meningkatkan
kepatuhan wajib pajak.
4 (Tri Fitriani Pengaruh Pemeriksaan Pemeriksaan Hasil penelitian
dan Anang Pajak, Kualitas Pajak (X1) menunjukkan
2017) Pelayanan, Kesadaran Kualitas Pemeriksaan Pajak,
Wajib Pajak dan Sanksi Pelayanan (X2) Kualitas Pelayanan ,
Pajak Terhadap Kesadaran Kesadaran Wajib Pajak ,
Kepatuhan Wajib Pajak Wajib Pajak Sanksi Pajak,
Badan (X3) Sanksi berpengaruh positif
Pajak (X4) terhadap Kepatuhan
Kepatuhan Wajib Pajak Badan
Wajib Pajak bahwa semakin banyak
Badan (Y) dilakukan Pemeriksaan
Pajak, maka akan
semakin meningkat
Kepatuhan Wajib Pajak
Badan.
5 (Alif Farugi Pengaruh Penyuluhan Penyuluhan Hasil penelitian
Febri Yanto Wajib Pajak dan Sanksi Wajib Pajak menunjukkan perhitungan
2022) Perpajakan terhadap (X1) uji validsi variable
Kepatuhan Wajib Pajak Sanksi Perpajaka penyuluhan wajib pajak,
Pada KPP Pratama (X2) Kepatuhan sanksi perpajakan dan

Universitas Muhammadiyah Riau


Nama Variabel
No Judul Penelitian Hasil Penelitian
Peneliti Penelitian
Surabaya Mulyorejo Wajib Pajak kepatuhan wajib pajak,
Pada KPP sanksi perpajakan dn
Pratama (Y) kepatuhan wajib pajak
dihitung berdsarkan nilai
dari average varian
exctrack (AVE) dengan
nilai signifikat di atas 0,5
sedangkan indicator dari
suatu konstruk dikatakan
memenuhi syaraat.
6 (Fransiskus Pengaruh pemeriksaan pemeriksaan Hasil penelitian
Eddy pajak, sanksi pajak, pajak (X1) menunjukkan Pengaruh
Wahyono dkk sosialisasi pajak sanksi pajak antara pemeriksaan pajak,
2018) terhadap kepatuhan (X2) sanksi pajak dan
wajib pajak badan sosialisasi pajak sosialisasi pajak terhadap
(X3) kepatuhan kepatuhan Wajib Pajak
wajib pajak Badan secara simultan,
badan (Y) dimana Pengaruh simultan
pemeriksaan pajak, sanksi
pajak dan sosialisasi pajak
terhadap kepatuhan Wajib
Pajak Badan adalah
sebesar 75.4%

7 (Jarkoni dan Pengaruh Sosialisasi Sosialisasi Hasil penelitian


Riri 2021) Perpajakan dan Sanksi Perpajakan (X1) menunjukkan untuk
Perpajakan Terhadap Sanksi mengetahui adanya
Kepatuhan Wajib Pajak Perpajakan (X2) pengaruh bersama –
Badan Di Kawasan Kepatuhan sama (simultan) dan
MM2100 Wajib Pajak secara sendiri – sendiri
Badan Di (parsial) antara variabel
Kawasan sosialisasi
MM2100 (Y) 65 perpajakan dan sanksi
perpajakan terhadap
kepatuhan wajib pajak
badan di Kawasan

Universitas Muhammadiyah Riau


Nama Variabel
No Judul Penelitian Hasil Penelitian
Peneliti Penelitian
MM2100
8 (Tri Langgeng Pengaruh Kepatuhan Kepatuhan Wajib Hasil penelitian
Suryadi dan Wajib Pajak, Penagihan Pajak (X1) menunjukkan Kepatuhan
Anang 2019) Pajak dan Pemeriksaaan Penagihan Pajak Wajib Pajak, Penagihan
pajak Terhadap (X2) Pajak dan Pemeriksaaan
Penerimaan Pajak Pemeriksaaan pajak berpengaruh positif
pajak (X3) terhadap penerimaan
Penerimaan Pajak pajak, artinya bahwa apat
(Y) meningkatkan penerimaan
pajak di KPP Pratama
Surabaya
Krembangan
9 (Joannete Pengaruh Biaya Biaya Kepatuhan Hasil penelitian
Maria Kepatuhan, Pemeriksaan (X1) menunjukkan biaya
Cimpatara De Pajak dan Pemeriksaan Pajak kepatuhan dan
Joman, Ida Penerapan E-SPT (X2) pemeriksaan pajak
I.D.A.M. Terhadap KepatuhanPenerapan E-SPT (X3) berpengaruh negatif
Manik Sastri Wajib Pajak Badan Kepatuhan terhadappkepatuhannwajib
dan Luh Kade pada KPP Pratama Wajib Pajak Badan pajak padakKPPpPratama
Datrin 2020) Denpasar Barat pada KPP DenpasarbBarat
Pratama sedangkan penerapan e-
Denpasar Barat SPT berpengaruhppositif
(Y) terhadappkepatuhannwajib
pajakbbadan padaaKPP
Pratamaa Denpasar Barat
10 (Eka Pengaruh Kepatuhan Kepatuhan Wajib Hasil penelitian
Sulistyorini Wajib Pajak, Pajak (X1) menunjukkan Kepatuhan
Dan Nurul Pemeriksaan Pajak, Dan Pemeriksaan Wajib Pajak, Pemeriksaan
Penagihan Pajak Pajak (X2)
Latifah 2022) Pajak, Dan
Terhadap Penerimaan Penagihan Pajak
Penagihan Pajak Terhadap
Pajak Penghasilan (X3)
Penerimaan Pajak
Badan (Studi Kasus Di Penerimaan Pajak
Penghasilan
KPP Pratama Pati Penghasilan
Tahun 2016-2019) Badan (Y)
Badan berpengaruh posistif

11 (Indah Sari Pengaruh Pemeriksaan Pemeriksaan Hasil penelitian ini

Universitas Muhammadiyah Riau


Nama Variabel
No Judul Penelitian Hasil Penelitian
Peneliti Penelitian
Nasution dan Pajak Terhadap Pajak (X1) menunjukkan bahwa
Arnida Penerimaan Pajak Penerimaan Pajak semakin sering Anda
Wahyuni Pada KPP Pratama (Y) memungut pajak,
Lubis 2022) Rantau Prapat semakin tinggi tingkat
kepatuhannya. Hal ini
sejalan dengan perlunya
kepatuhan karena
penghindaran pajak,
penggelapan, dan
penyelundupan akan
terjadi jika wajib pajak
tidak memenuhi
kewajiban perpajakan.
Semua faktor tersebut
akan mengakibatkan
penurunan
penerimaan pajak.
Sumber: Data diolah, 2022
2.9 Pengembangan Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara ataupun kesimpulan sementara dari
permasalahan yang menjadi objek penelitian dimana tingkat kebenarannya masih perlu

diuji. Berdasarkan kerangka pemikiran, diperoleh hipotesis sebagai berikut Menurut


(Sugiyono 2013) berdasarkan penelitian terdahulu yang ada maka hipotesis dirumuskan
dengan melihat hubungan antar variabel yang ada sebagai berikut :

2.9.1 Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Penerimaan Pajak


Penghasilan (PPH) Wajib Pajak Badan
Teori ini mengatakan untuk mencapai sistem hukum yang baik maka diperlukan
pula hubungan yang baik antar elemen-elemen didalamnya sehingga untuk mencapai
sistem perpajakan yang baik adalah dengan cara menaati semua peraturan yang telah
ditetapkan. Kepatuhan dapat terbentuk apabila wajib pajak berlaku patuh dengan menaati
aturan perpajakan yang berlaku. Semakin wajib pajak taat pada aturan-aturan maka
semakin tinggi kepatuhan yang terbentuk. Semakin tinggi tingkat kepatuhan maka akan
berpengaruh secara langsung terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan.
Pada dasarnya aturan perpajakan ditetapkan dengan tujuan agar penerimaan pajak
Universitas Muhammadiyah Riau
dapat berjalan lancar dan dapat terus meningkat tiap tahunnya, Terkait dengan Pengaruh
Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan Terhadap Penerimaan Pajak yang Dimoderasi oleh
Pemeriksaan Pajak penelitian (Agusti dan Herawati 2009)menemukan bahwa terdapat
pengaruh positif antara tingkat kepatuhan Wajib Pajak terhadap peningkatan penerimaan
pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Grogol Petamburan.
H1 : Kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan
(PPH) Wajib Pajak Badan
2.9.2 Pengaruh Pemeriksaan Wajib Pajak Terhadap Penerimaan Pajak
Penghasilan (PPH) Wajib Pajak Badan
Teori atribusi menjelaskan penyebab internal yang mengacu pada aspek perilaku
individual yang ada dalam diri seseorang. Pemeriksaan pajak adalah salah satu
pencegahan tax evasion. Hal ini terjadi karena dengan dilakukannya pemeriksaan maka
DJP akan mengetahui seberapa jauh upaya atau tindakan kecurangan yang nantinya dapat
diminimalkan atau dihilangkan sehingga tidak ada lagi celah yang dapat mengurangi
penerimaan pajak negara. Dapat dikatakan semakin tinggi frekuensi pelaksaan
pemeriksaan maka semakin tinggi pula penerimaan pajak penghasilan. Menurut (Oktivani
2007) pemeriksaan pajak berpengaruh pada penerimaan pajak. Hal ini berarti bahwa
pemeriksaan pajak merupakan instrumen penting untuk menentukan tingkat kepatuhan
wajib pajak, baik formal maupun material, yang memiliki tujuan untuk menguji dan
meningkatkan tax compliance seorang wajib pajak, dimana kepatuhan wajib pajak
merupakan posisi strategis dalam meningkatkan penerimaan pajak. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan (Sutanto 2009) yang menyimpulkan bahwa jumlah pemeriksaan
wajib pajak berpengaruh terhadap penerimaan pajak di KPP Mataram.

H2: Pemeriksaan Wajib Pajak berpengaruh terhadap penerimaan pajak penghasilan


(PPH) Wajib Pajak Badan.
2.9.3 Pengaruh Sanksi Perpajakan Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan (PPH)
Wajib Pajak Badan

Teori atribusi menjelaskan penyebab internal yang mengacu pada aspek perilaku
individual yang ada dalam diri seseorang. Sanksi Perpajakan merupakan sanksi yang
diberikan kepada Wajib Pajak karena tidak mematuhi peraturan dan ketentuan pajak yang
berlaku. Hal ini berarti sanksi perpajakan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kepatuhan wajib pajak. Sanksi perpajakan digunakan sebagai alat untuk menghukum setiap
Wajib Pajak yang tidak patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Dengan
adanya sanksi ini, maka Wajib Pajak perlu memahami sanksi perpajakan ini agar mereka
lebih tertib dalam menjalankan kewajiban perpajakannya sehingga sanksi pajak ini tidak
Universitas Muhammadiyah Riau
dikenakan kepada mereka. Wajib Pajak akan patuh jika mengetahui sanksi perpajakan akan
lebih merugikan. Oleh karenanya, pandangan Wajib Pajak terhadap sanksi akan
meningkatkan kepatuhannya. Hal tersebut sesuai dengan (Pandiangan 2014) “sanksi
perpajakan akan menimbulkan efek jera jika Wajib Pajak terkena sanksi perpajakan karena
akan merugikan Wajib Pajak sendiri baik secara materil maupun immaterial.” sanksi
perpajakan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak. ini
menunjukkan bahwa Sanksi Perpajakan mampu meningkatkan penerimaan pajak
penghasillan. Hasil ini didukung oleh Penelitian yang dilakukan oleh (Tiraada 2013) yang
menyatakan bahwa Sanksi Perpajakan berpengaruh terhadap penerimaan pajak
penghasillan dan didukung pula oleh (Marjan 2014).

H3 : Sanksi Perpajakan berpengaruh terhadap penerimaan pajak penghasilan (PPH)


Wajib Pajak Badan.

2.10 Kerangka Pemikiran Penelitian

Kerangka berpikir dapat disajikan dengan bagan yang menunjukkan alur pikir
peneliti dan keterkaitan antarvariabel yang diteliti. Bagan itu juga disebut dengan
paradigma atau model penelitian. Agar dapat menunjukkan arah bagi suatu penelitian
untuk dapat berjalan pada lingkup yang telah ditetapkan, dalam penelitian ini tema yang
penulis angkat dapat disimpulkan model penelitian sebagai berikut :

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran

Kepatuhan Wajib Pajak


(X1) H1

H2
Pemeriksaan Wajib Pajak Penerimaan Pajak Penghasilan
(X2) (PPH) Wajib Pajak Badan
H3
(Y)

Sanksi Perpajakan (X3)

Universitas Muhammadiyah Riau


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis data yang dipergunakan didalam penelitian ini ialah data kuantitatif, yaitu penelitian
yang menekankan pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika.
Menurut (Sugiyono 2014:221), penelitian kuantitatif dilihat dari segi tujuan, penelitian ini dipakai
untuk menguji suatu teori, menyajikan suatu fakta atau mendeskripsikan statistik, dan untuk
menunjukkan hubungan antar variabel dan adapula yang sifatnya mengembangkan konsep,
mengembangkan pemahaman atau mendeskripsikan banyak hal.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini terletak di JL. Ring Road, Gg. Arengka II Jl. SM Amin,
Simpang Baru, Kec. Tampan, Kota Pekanbaru, Riau 28292 pada Kantor Pelayanan
Pratama (KPP) Kota Pekanbaru Tampan.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan wilayah objek dan subjek penelitian yang ditetapkan
untuk dianalisis dan ditarik kesimpulan oleh peneliti. Wajib Pajak Badan yang terdaftar
pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Tampan di wilayah Kota Pekanbaru di
lingkungan Kantor Wilayah DJP pada periode 2021 dengan populasi 30,508 (jumlah Wajib
Pajak Badan), Totalitas dari objek dan subjek peneliti, tentunya yang memiliki hubungan
atau memenuhi syarat-syarat tertentu dengan masalah yang akan dipecahkan (Bawono,
2006: 28).
Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Convenience
Sampling atau Accidental Sampling yaitu metode penetapan sampel dengan berdasarkan
kebetulan saja, anggota populasi yang ditemui atau dikenal oleh peneliti dan bersedia
menjadi responden untuk dijadikan sampel. Alasan pemilihan teknik pengambilan sampel
ini adalah untuk mempermudah proses pengambilan sampel. Bila jumlah populasi
diketahui, maka perhitungan sampel dapat menggunakan Rumus Slovin (Sugiyono, 2016)
sebagai berikut :

N
n=
1+ N x e ²
Keterangan :
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
e = Tingkat persentasi toleransi ketidak telitian sebesar 0,05 (5%)
Universitas Muhammadiyah Riau
Jadi besar sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
N
n=
1+ N x e ²
30,508
n=
1+(30,508)(0 , 05)²
30,508
n=
1+(30,508)(0 , 05)
30,508
n=
1+76.27
30,508
n=
77.27
n=0,39482335
Jadi sampel pada penelitian ini adalah sejumlah 395 atau 400 wajib pajak badan.
Adapun responden dalam pemilihan anggota sampel pada penelitian ini adalah Wajib
Pajak Badan yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Tampan di
wilayah Kota.
3.4 Operasional Variabel
Variabel penelitian merupakan suatu atribut seseorang, atau obyek yang
mempunyai variasi antara satu orang dengan orang yang lain atau satu obyek dengan
obyek yang lain (Sugiyono, 2016;38). Penelitian ini menggunakan empat jenis variabel
yang terdiri dari variabel dependen yaitu penerimaan pajak penghasilan (PPH) wajib pajak
badan (Y), variabel independen yaitu kepatuhan wajib pajak (X1), pemeriksaan pajak (X2),
sanksi perpajakan (X3).
Pengukuran pada variabel ini menggunakan hasil dari penelitian (Ardiana 2021).
Variabel ini diukur dengan menggunakan skala likert. Dengan 5 poin penilaian: 1). Sangat
Tidak Setuju (STS), 2). Tidak Setuju (TS), 3). Netral (N), 4). Setuju (S), 5). Sangat Setuju
(SS).
3.4.1 Penerimaan Pajak Penghasilan (PPH) Wajib Pajak Badan (Y)

Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Badan (Y) Variabel dependen dalam


penelitian ini adalah Penerimaan Pajak menurut (Pohan 2017:233) menyatakan bahwa
penerimaan pajak adalah sebagai tulang punggung sumber keuangan Negara terbesar untuk
pembiyaan APBN yang sangat dominan.”
3.4.2 Kepatuhan Wajib Pajak (X1)
(Andrian 2016) mendefinisikan kepatuhan sebagai perilaku seseorang yang sesuai
dengan aturan eksplisit suatu perjanjian. Sebagaibagian dari kepatuhan,
Mitchellmembedakan kepatuhan danperjanjian sebagai perilaku yangsesuai dengan aturan
seperti itu karena sistem kepatuhan perjanjiantersebut”
Universitas Muhammadiyah Riau
Indikator-indikator untuk mengukur perilaku etis adalah sebagai berikut:
Kewajiban Administratif, Kewajiban Tahunan, Ketentuan Materialdan Yuridis Formal
Perpajakan.
3.4.3 Pemeriksaan Pajak (X2)
Pemeriksaan pajak menurut (Rahayu 2017:357) Pemeriksaan pajak adalah
serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau yang
dilaksanakan secara objektif danprofessional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan laindalam rangka
melaksanakan ketentuan perundang-undangan perpajakan.
Indikator yang digunakan dalam mengukur variable, mempelajari berkas wajib
pajak/berkas data, menganalisis SPT dan laporan keuangan wajib pajak, mengidentifikasi
masalah, Melakukan pengenalan lokasi wajib pajak, menetapkan ruang lingkup
pemeriksaan.
3.4.4 Sanksi Perpajakan (X3)
Sanksi perpajakan adalah alat pencegah agar wajib pajak tidak melanggar aturan
perpajakan. Sanksi akan diberikan pada wajib pajak yang tidak patuh dengan aturan yang
berlaku. Indikator sanksi perpajakan yaitu : a. Sanksi pidana yang dikenakan bagi
pelanggar aturan pajak di atur dalam undang-undang. b. Sanksi administrasi yang
dikenakan bagi pelanggar aturan pajak sangat ringan. c. Pengenaan sanksi yang cukup
berat merupakan salah satu sarana untuk mendidik wajib pajak d. Sanksi pajak harus
dikenakan kepada pelanggarnya tanpa toleransi. e. Pengenaan sanksi atas pelanggaran
pajak tidak dapat ditawar (Yadnyana 2009). Pengukuran variabel ini menggunakan
instrumen kuesioner, dengan model skala Likert tiga point dengan dimensi yang diadopsi
(Feby 2018).
Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel

Variabel Indikator Skala


Penerimaan 1. Semakin banyak jumlah wajib pajak, Likert
Pajak maka penerimaan pajak penghasilan di KPP
Penghasilan Pratama Tampan Pekanbarru semakin baik.
2. Semakin disiplin wajib pajak dalam
membayar pajak, maka penerimaan pajak
penghasilan akan bertambah.
3. Peningkatan efektivitas dan efisiensi
dalam pemeriksaan pajak penghasilan, dan
pemberian sanksi yang tegas dapat
meningkatkan penerimaan pajak

Universitas Muhammadiyah Riau


penghasilan.
4. Pemeriksaan pajak dilakukan dengan
tujuan untuk menambah penerimaan pajak
penghasilan.
5. Semakin disiplin pemeriksaan pajak dan
semakin tegas sanksi yang diberikan, akan
meningkatkan penerimaan pajakpenghasilan.
( Sumber Julia fransiska. 2021)
Kepatuhan 1. Pengetahuan yang baik dari wajib pajak Likert
Wajib mengenai pajak.
Pajak. 2. Definisi kepatuhan wajib pajak.
3. Kepatuhan formal.
4. Kepatuhan materill.
5. Kesadaran WP mendaftar tanpa pengaruh
siapapun. ( Sumber Julia fransiska. 2021)
Pemeriksaan 1. Pemeriksaan pajak adalah jumlah aktivitas Likert
Pajak pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh
fiscus.
2. Produk dari aktivitas pemeriksaan pajak
adalah dengan diterbitkannya SKP (Surat
Ketetapan Pajak).
3. Surat Ketetapan Pajak yang mempunyai
potensi untuk meningkatkan jumlah
penerimaan pajak adalah SKPKB (Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar).
4. Semakin banyak jumlah pemeriksaan
pajak yang dilakukan oleh fiscus, maka
penerimaan pajak akan semakin baik.
5. Wajib pajak yang dilakukan pemeriksaan
pajak adalah wajib pajak yang memiliki
indikasi lebih bayar. (Sumber Julia fransiska.
2021)
Sanksi 1.Wajib pajak yang melanggar peraturan Likert
Perpajakan pajak harus dihukum.
2. Pemberian sanksi administrasi bagi wajib
pajak yang telat bayar.
3. Besarnya sanksi bisa dinegosiasi antara
wajib pajak dan fiscus.
4. Sanksi perpajakan dapat memberikan efek

Universitas Muhammadiyah Riau


jera bagi pelanggaran pajak.
5. Terdapat perbedaan besarnya sankksi
antara wajib pajak pejabat dengan wajib
pajak orang biasa. (Sumber Julia fransiska.
2021)

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Data dikumpulkan melalui berbagai alternatif cara, seperti survey, tes, wawancara,
observasi dan analisa dokumen, pernyataan ini didukung oleh (Sujarweni 2015).
Penelitian ini mempergunakan metode kuesioner atau angket. Kuesioner berisikan
pertanyaan terkait data mengenai responden, serta pengaruh kepatuhan wajib pajak,
pemeriksaan wajib pajak dan sanksi perpajakan terhadap penerimaan pajak penghasilan
(PPH) wajib pajak badan.
Data didapat dari responden yang mengisi kuesioner berdasarkan skala likert. Skala
likert ialah skala yang berdasar pada jumlah respon dari respnden atas pernyataan yang
terkait dengan indikator suatu variabel yang ingin diukur didalam penelitian, pernyataan ini
didukung oleh (Sanusi 2012). Skala likert lazimnya mempergunakan lima titik dengan
label netral diposisi tengah (ketiga).
Untuk analisa kuantitatif, maka jawaban responden nantinya diberi skor seperti berikut :
Tabel 3.3 Skala Likert

No Pernyataan Skor
1 Sangat setuju 5
2 Setuju 4
3 Netral 3
4 Tidak setuju 2
5 Sangat tidak setuju 1
3.6 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data penelitian kuantitatif memanfaatkan statistik, dimana terdapat
dua macam yakni statistik inferensial dan statistik deskriptif. Statistik deskriptif yakni
statistik dimana dimanfaatkan guna melakukan penganalisisan terhadap data dengan cara
menggambarkan atau mendeskripsikan data yang terkumpul sebagaimana adanya tanpa
ada tujuan guna menyimpulkan secara generalisasi (Sugiyono 2012). Sedangkan statistik
inferensial atau disebut juga statistik induktif yakni teknik statistik dimana dimanfaatkan
guna melakukan penganalisisan terhadap data sampel serta hasil yang didapat diberlakukan
untuk populasi (Sugiyono 2012).
3.6.1 Statistik Deskriptif
Universitas Muhammadiyah Riau
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik
deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data
dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum
atau generalisasi (Sugiyono 2015). Statistik deskriptif yang digunakan peneliti untuk
memberikan informasi mengenai karakteristik variabel penelitian yang utama dan data
demograsi responden. Variabel yang diukur dan dianalisis dalam penelitian ini yaitu
penerimaan pajak penghasilan (PPH) wajib pajak badan (Y), variabel independen yaitu
kepatuhan wajib pajak (X1), pemeriksaan pajak (X2), sanksi perpajakan (X3).
3.6.2 Uji Kualitas Data
Pengujian kualitas ditujukan guna menelaah apakah instrument yang dipergunakan
telah valid dan reliable (andal). Hal ini dikarenaan ketika mengolah data penelitian,
kebenaran yang paling menentukan kualitas dari hasilnya. Pengujian kevalidan dan
keandalannya ialah sebagai berikut:
3.6.2.1 Uji Validitas

Tujuan dilakukan uji validitas adalah untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut dikatakan valid jika r
hitung lebih besar dari r-tabel (Ghozali 2006).

3.6.2.2Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator
dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban
responden terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Secara
umum suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha lebih
besar dari 0,60 (Nunnally 2006).
3.6.2 Uji Asumsi Klasik

Pengujian ini dilakukan guna mengetahui apakah tiap variable sudah akurat dan
andal. Analisa dilakukan melalui SPSS, dan analisa dilakukan sebelum melakukan analisa
dengan metode regeresi linier berganda. Uji asumsi kalsik meliputi uji normalitas,
multikolinieritas, dan heteroskedastisitas (Wibowo dan Djojo 2012).
3.6.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan guna mengetahui apakah didalam regression model,


variable residualnya sudah berdistribusi normal (Dwi & Santoso, 2017). Distribusi normal
Universitas Muhammadiyah Riau
akan membentuk suatu garis lurus diagonal dan ploting data akan dibandingkan dengan
garis diagonal. Jika distribusi data adalah normal maka garis yang menggambarkan data
sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. Untuk uji normalitas data dengan
Saphiro Test melalui tampilan output SPSS.
3.6.2.2 Uji Multikolinearitas
Pengujian ini diperlukan guna mengetahui apakah didalam regression model
ditemukan adanya korelasi antar independence variablenya (Lestari, 2018). Model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variable bebas. Dalam penelitian ini,
untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi digunakan
matrik korelasi variable-variabel bebas, dan melihat nilai tolerance dan Variance Inflation
Factor (VIF) dengan perhitungan bantuan program SPSS for Windows.
Jika dari matrik korelasi antar variable bebas ada korelasi yang cukup tinggi
(umumnya di atas 0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya problem
multikolinearitas, dan sebaliknya. Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan
adanya problem multikolinearitas adalah nilai Tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai
VIF > 10 (Ghozali, 2006).
3.6.2.3 Heterokedastisitas

Pengujian ini diperlukan guna mengetahui apakah didalam regression model


ditemukan ketidaksamaan variance dari residu satu pengamatan ke pengamatan lainnya
(Dwi dan Santoso, 2017). Jika varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan
lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas. Dan jika varians berbeda, disebut
heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas (Singgih
2002).

Untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas dapat diketahui dengan melihat grafik


Plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya
SRESID. Deteksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada
tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot atara SREDIS dan ZPRED dimana sumbu Y
adalah Y yang tidak diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y
sesungguhnya) yang telah di-studentized. Dengan menggunakan dasar analisis sebagai
berikut: (1) jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang
teratur (bergelombang, melabar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah
terjadi heterokedastisitas, (2) jika tidak ada yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan
di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas (Ghozali
2006).
3.6.3 Analisis Regresi
Universitas Muhammadiyah Riau
Analisis regresi digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen. Selain itu juga analisis Regresi digunakan untuk menguji kebenaran
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, yang modelnya sebagai berikut :

Y = β ₁ x ₁+ β ₂ x ₂+ β ₃ x ₃+ e

Dimana:

Y = Penerimaan pajak

X1 = Kepatuhan Wajib Pajak

X2 = Pemeriksaan Wajib Pajak

X3 = Sanksi Perpajakan

e = Error

β ₁ , β ₂ , β ₃ = koefisien regresi
Untuk menilai ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktualdapat
diukur dari goodness of fit nya (Kuncoro, 2000). Secara statistik goodness of fit dapat
diukur dari nilai statistik t, nilai statistik F dan nilai koefisien diterminasi. Dengan
demikian untuk menilai ketepatan fungsi regresi sampel perlu dilakukan uji hipotesis
berupa uji t dan uji F.
3.6.4 Uji Hipotesis Statistik
3.6.5.1 Uji Parsial (Uji t)
Uji t adalah pengujian koefisien regresi parsial individual yang digunakan untuk
mengetahui apakah variabel independen (Xi) secara individual mempengaruhi variabel
dependen (Y).
Langkah-langkah pengujiannya :
1. Menentukan formulasi Ho dan Ha
Ho : tidak ada pengaruh antara variabel X dan variabel Y
Ha : ada pengaruh antara variabel X dengan variabel Y
2. Level of signifikan (α = 0.05)

Sampel n = jumlah sampel

t tabel = t (α / 2, n-k)
3. Kesimpulan

Apabila t hitung < t tabel, maka Ho diterima yang berarti tidak ada pengaruh antara
Universitas Muhammadiyah Riau
antara masing-masing variabel X dengan variabel Y. Apabila t hitung > t tabel, maka
Ho ditolak yang berarti ada pengaruh antara masing-masing variabel X dengan variabel
Y.
3.6.5.2 Uji F
Uji F adalah pengujian signifikansi persamaan yang digunakan untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh variabel bebas (X1, X2, X3) secara bersamasama terhadap
variabel tidak bebas (Y) yaitu kepuasan.
Langkah-langkah pengujian :
1. Menentukan formulasi Ho dan Ha

Ho = β = 0 : tidak ada pengaruh antara variabel independen (X) terhadap variabel dependen
(Y)

Ha = β ≠ 0 : ada pengaruh antara variabel independen (X) terhadap

variabel dependen (Y)


a. Taraf nyata α = 95 persen
b. Derajat kebebasan F tabel (α, k, n-k-1)

Dimana :

α = 0.05

k = jumlah variabel bebas

n = jumlah sampel
2. Kesimpulan
Bila F hitung < F tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, berarti tidak terdapat
pengaruh secara simultan. Bila F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima
berarti terdapat pengaruh secara simultan.
3.6.5 Koefisien Determinasi (R²)
Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0
dan satu. Nilai koefisien determinasi kecil, berarti kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai koefisien
determinasi mendekati satu, berarti kemampuan variable variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen
(Ghozali,2005:83).

Universitas Muhammadiyah Riau


D = (r2) x 100%

Keterangan :

D : Koefisien determinasi

r : Koefisien korelasi product moment (Sugiyono, 2004 : 149)

Dalam penelitian ini menggunakan adjusted R square, karena menurut Ghozali


(2005:83) kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bisa terhadap
jumlah variabel independen yang dimasukan dalam model. Setiap tambahan satu variabel
independen, maka R2 pasti meningkat. Oleh karena itu banyak peneliti yang menganjurkan
menggunakan adjusted R square pada saat mengevaluasi model regresi. Tidak seperti R2,
nilai adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke
dalammodel.

Universitas Muhammadiyah Riau


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Deskriptif Karakteristik Responden

Karakteristik responden adalah menguraikan atau memberikan gambaran mengenai

identitas responden dalam penelitian ini, dengan hal itu maka diharapkan akan dapat

menggambarkan tentang subjek penelitian yang akan diteliti. Adapun yang menjadi

karakteristik responden dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, umur dan pendidikan.

Dan dari 400 orang yang menjadi responden dalam penelitian ini, maka diperoleh deskripsi

karakteristik responden sebagai berikut:

4.1.1 Jenis kelamin

Jenis kelamin merupakan bagian dari faktor psikologis yang dapat membedakan

aktivitas yang dijalani oleh seseorang. Untuk melihat responden berdasarkan jenis kelamin

dalam penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


Kelompok Usia Jumlah (Orang) Persentase (%)
Laki-laki 230 57,5
Perempuan 170 42,5
Jumlah 400 100,0%
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian Tahun 2023 (Lampiran 3)

Berdasarkan Tabel 4.1 diatas diketahui bahwa sebanyak 230 orang (57,5%)

responden laki-laki dan 170 orang (42,5%) responden perempuan. Dengan demikian dapat

diketahui bahwa yang melakukan pengurusan Wajib Pajak Badan yang terdaftar pada

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Tampan di wilayah Kota Pekanbaru didominiasi

oleh laki-laki. Bagian pengurusan perpajakan merupakan bagian yang sangat penting

dalam hal menjaga legalitas usaha yang tugasnya identik diluar kantor. Untuk itu

Universitas Muhammadiyah Riau


diperlukan stamina dan daya tahan fisik dalam rangka menjalankan posisi kerja pada

bagian tersebut. Dan laki-laki dinilai lebih tepat menempati posisi tersebut dibandingkan

perempuan.

4.1.2 Umur

Umur dapat mempengaruhi sikap, prilaku, cara berpikir dan kekuatan seseorang

dalam melakukan kegiatan tertentu. Seorang akan memiliki kinerja yang bebeda-beda

disebabkan oleh tingkat usia mereka. Untuk melihat responden berdasarkan umur dalam

penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.2 Responden Berdasarkan Umur


Kelompok Umur Jumlah (Orang) Persentase (%)
≤ 30 tahun 39 9,8
31-40 tahun 116 29,0
41-50 tahun 156 39,0
> 50 tahun 89 22,2
Jumlah 400 100,0%
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian Tahun 2023 (Lampiran 3)

Berdasarkan Tabel 4.1 diatas diketahui bahwa sebanyak 39 orang (9,8%) responden

berumur 30 tahun kebawah, 116 orang (29%) responden berumur 31-40 tahun, 156 orang

(39%) responden berumur 41-50 tahun dan 89 orang (22,2%) responden berumur diatas 50

tahun. Dengan demikian dapat diketahui bahwa yang melakukan pengurusan Wajib Pajak

Badan yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Tampan di wilayah

Kota Pekanbaru berada pada usia yang produktif dalam bekerja. Dengan bertambahnya

usia maka cara kerja dan berpikir seseorang akan lebih rasional dan matang, sehingga

dapat memepengaruhi kualitas kerja.

4.1.3 Pendidikan

Latar belakang pendidikan akan sangat mempengaruhi kemampuan seorang dalam

bekerja. Ilmu dan pengalaman yang diperoleh seseorang di bangku pendidikan sedikit atau

Universitas Muhammadiyah Riau


banyaknya dapat diaplikasikan dalam dunia kerja. Tingkat pendidikan tersebut akan

membantu karyawan menyelesaikan berbagai tugas dan masalah yang terjadi pada tempat

kerja sehingga bisa memaksimalkan hasil kerja. Untuk melihat responden berdasarkan

tingkat pendidikan, dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.3 Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan


Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)
SMP 1 0,3
SMA 10 2,5
Diploma 85 21,3
S1 248 62,0
S2 56 14,0
Jumlah 400 100,0%

Berdasarkan Tabel 4.3 diatas diketahui bahwa sebanyak 1 orang (0,3%) responden

berpendidikan SMP, sebanyak 10 orang (2,5%) responden berpendidikan SMA, 85 orang

(21,3%) responden berpendidikan S1 dan sebanyak 56 orang (14%) responden

berpendidikan S2. Dengan demikian dapat diketahui bahwa yang melakukan pengurusan

Wajib Pajak Badan yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Tampan di

wilayah Kota Pekanbaru memiliki tingkat pendidikan yang baik. Tingkatan pendidikan

yang tinggi akan dapat membantu seorang untuk memahami dengan baik sesuatu yang

akan dikerjakan. Karyawan yang mempunyai pendidikan lebih tinggi, akan mempunyai

wawasan yang lebih luas terutama dalam penghayatan pekerjaan sehingga dapat lebih

maksimal dalam pekerja.

4.2 Analisis Data Deskriptif Variabel

Statistik deskriptif berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran

terhadap variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini yaitu kepatuhan wajib pajak,

pemeriksaan wajib pajak, saksi perpajakan dan penerimaan pajak. Dengan mengetahui
Universitas Muhammadiyah Riau
deskriptif statistik tersebut, maka dapat diperoleh persepsi responden terhadap hal yang

diteliti dengan interval skala rata-rata sebagai berikut:

Tabel 4.4 Interval Rata-Rata Tanggapan Terhadap Variabel Penelitian


Interval Kategori
4,20 – 5,00 Sangat Baik
3,40 – 4,19 Baik
2,60 – 3,39 Cukup Baik
1,80 – 2,59 Tidak Baik
1,00 – 1,79 Sangat Tidak Baik
Sumber: Sugiono, 2013:134

4.5.1 Deskriptif Variabel Kepatuhan Wajib Pajak

Kepatuhan perpajakan adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua

kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya. Variabel kepatuhan wajib

pajak dalam penelitian ini diukur dengan empat pernyataan. Dari hasil penelitian, diperoleh

tanggapan terhadap vairabel kepatuhan wajib pajak sebagai berikut:

Tabel 4.5 Tanggapan Responden Terhadap Variabel Kepatuhan Wajib Pajak pada
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Tampan Pekanbaru
Alternatif Jawaban Rata-
No Pernyataan Jumlah Kat.
1 2 3 4 5 Rata
Kepatuhan wajib pajak 0 0 48 200 152 400
adalah faktor penting Sangat
1 4,26
dalam merealisasikan 0 0 144 800 760 1.704 Setuju
target penerimaan pajak.
2 Semakin tinggi
0 2 52 215 131 400
kepatuhan pajak, maka
penerimaan pajak akan 4,19 Setuju
semakin meningkat dan 0 4 156 860 655 1.675
sebaliknya.
Ketidakpatuhan wajib
0 9 94 224 73 400
pajak lebih buruk dari
3 sekedar tidak 3,90 Setuju
menyampaikan SPT 0 18 282 896 365 1.561
tepat waktu.
Kepatuhan dapat
diwujudkan dengan 0 20 135 189 56 400
penyuluhan, pelayanan,
dan penegakan hukum
4 3,70 Setuju
yang dapat berupa
pemeriksaan, 0 40 405 756 280 1.481
penyidikan, dan
penagihan pajak.
Universitas Muhammadiyah Riau
0 31 329 828 412 1.600
Jumlah 4,01 Baik
0 62 987 3.312 2.060 6.421
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian Tahun 2023 (Lampiran 3)

Berdasarkan Tabel 4.5 diatas dapat dilihat tanggapan responden variabel kepatuhan

wajib pajak mendapatkan skor sebesar 4,01 yang terletak pada interval skor 3,40 – 4,19

dengan kagegori baik. Dengan demikian dapat diartikan bahwa tingkat kepatuhan Wajib

Pajak Badan yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Tampan di

wilayah Kota Pekanbaru tergolong baik.

4.5.2 Deskriptif Variabel Pemeriksaan Wajib Pajak

Pemeriksaan pajak adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengelola data,

keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan

suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan

dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-

undangan perpajakan. Variabel pemeriksaan wajib pajak dalam penelitian ini diukur

dengan menggunakan lima pernyataan. Dari hasil penelitian, diperoleh tanggapan terhadap

vairabel pemeriksaan wajib pajak sebagai berikut:

Alternatif Jawaban Rata-


No Pernyataan Jumlah Kat.
1 2 3 4 5 Rata
Dengan adanya
Pemeriksaan, dapat 0 0 44 232 124 400
mendorong wajib pajak
Sangat
1 untuk menghitung 4,20
Setuju
dengan benar besar
0 0 132 928 620 1.680
pajak yang harus
dibayarkan.
Pemeriksaan pajak 1 10 85 248 56 400
2 dapat meningkatkan 3,87 Setuju
kepatuhan wajib pajak. 1 20 255 992 280 1.548
Dengan adanya
pemeriksaan, dapat 0 0 55 222 123 400
3 mendorong wajib pajak 4,17 Setuju
untuk menyampaikan 0 0 165 888 615 1.668
SPT tepat waktu.
Apabila ada wajib pajak
yang terlambat 0 2 44 222 132 400
Sangat
4 menyampaikan SPT, 4,21
Setuju
maka harus dilakukan 0 4 132 888 660 1.684
pemeriksaan.
Universitas Muhammadiyah Riau
Dengan adanya 0 4 56 221 119 400
pemeriksaan dapat
5 4,14 Setuju
mengantisipasi adanya 0 8 168 884 595 1.655
kecurangan pajak.
Jumlah 1 16 284 1.145 554 2.000 4,12 Baik
1 32 852 4.580 2.770 8.235
Hasil Pengolahan Data Penelitian Tahun 2023 (Lampiran 3)

Berdasarkan Tabel 4.6 diatas dapat dilihat tanggapan responden variabel

pemeriksaan wajib pajak mendapatkan skor sebesar 4,12 yang terletak pada interval skor

3,40 – 4,19 dengan kagegori baik. Dengan demikian dapat diartikan bahwa pemeriksaan

terhadap Wajib Pajak Badan yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama

Tampan di wilayah Kota Pekanbaru sudah dijalankan dengan baik.

4.5.3 Deskriptif Variabel Sanksi Perpajakan

Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-

undangan perpajakan akan dituruti atau ditaati atau dipatuhi yang bertujuan sebagai alat

pencegah agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan. Variabel sanksi perpajakan

dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan empat pernyataan. Dari hasil penelitian,

diperoleh tanggapan terhadap vairabel pemeriksaan perpajakan sebagai berikut:

Tabel 4.7 Tanggapan Responden Terhadap Variabel Sanksi Perpajakan pada


Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Tampan Pekanbaru
Alternatif Jawaban Rata-
No Pernyataan Jumlah Kat.
1 2 3 4 5 Rata
Sanksi diperlukan untuk 0 5 83 203 109 400
menciptakan kedisiplinan
1 4,04 Setuju
WP dalam membayar 0 10 249 812 545 1.616
pajak.
Sanksi dilaksanakan 0 3 67 246 84 400
2 dengan tegas kepada WP 4,03 Setuju
yang melanggar. 0 6 201 984 420 1.611
Sanksi diberikan sesuai 0 2 73 215 110 400
3 dengan pelanggaran yang 4,08 Setuju
dilakukan. 0 4 219 860 550 1.633
Penerapan sanksi harus 0 3 63 244 90 400
sesuai dengan ketentuan
4 4,05 Setuju
dan peraturan yang 0 6 189 976 450 1.621
berlaku.
0 13 286 908 393 1.600
Jumlah 4,05 Baik
0 26 858 3.632 1.965 6.481
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian Tahun 2023 (Lampiran 3)
Universitas Muhammadiyah Riau
Berdasarkan Tabel 4.7 diatas dapat dilihat tanggapan responden variabel sanksi

perpajakan mendapatkan skor sebesar 4,05 yang terletak pada interval skor 3,40 – 4,19

dengan kagegori baik. Dengan demikian dapat diartikan bahwa pelaksanaan sanksk

perpajakan terhadap Wajib Pajak Badan yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak

(KPP) Pratama Tampan di wilayah Kota Pekanbaru sudah terlaksana dengan baik.

4.5.4 Deskriptif Variabel Penerimaan Pajak Penghasilan

Penerimaan pajak penghasilan adalah penerimaan yang diperoleh pemerintah dari

sektor pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau badan atas penghasilan yang

diterima atau diperoleh dalam suatu tahun pajak. Dari hasil penelitian, diperoleh

tanggapan terhadap vairabel penerimaan pajak penghasilan sebagai berikut:

Tabel 4.8 Tanggapan Responden Terhadap Variabel Penerimaan Pajak Penghasilan


pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Tampan Pekanbaru
Rata-
Alternatif Jawaban Jumlah Kat.
No Pernyataan Rata
1 2 3 4 5
Sumber utama 0 2 45 301 52 400
1 penerimaan negara yaitu 4,01 Setuju
berasal dari Pajak. 0 4 135 1.204 260 1.603
Peran penerimaan pajak
0 1 74 273 52 400
sangat penting bagi
2 3,94 Setuju
kemandirian
0 2 222 1.092 260 1.576
pembangunan.
Peningkatan penerimaan
pajak memegang peranan 0 4 54 275 67 400
3 strategis meningkatkan 4,01 Setuju
kemandirian 0 8 162 1.100 335 1.605
pembiayaan pemerintah.
Dengan adanya kewajiban
kepemilikan NPWP, 0 3 69 277 51 400
kepatuhan wajib pajak,
4 pemeriksaan pajak dan 3,94 Setuju
penagihan pajak,
penerimaan pajak semakin 0 6 207 1.108 255 1.576
bertambah.
0 10 242 1.126 222 1.600
Jumlah 3,98 Baik
0 20 726 4.504 1.110 6.360

Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian Tahun 2023 (Lampiran 3)

Berdasarkan Tabel 4.8 diatas dapat dilihat tanggapan responden variabel

Universitas Muhammadiyah Riau


penerimaan pajak penghasilan mendapatkan skor sebesar 3,98 yang terletak pada interval

skor 3,40 – 4,19 dengan kagegori baik. Dengan demikian dapat diartikan penerimaan dari

pajak penghasilan Wajib Pajak Badan yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

Pratama Tampan di wilayah Kota Pekanbaru dapat dikatakan baik.

4.3 Hasil Analisis Data

4.4.1 Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu

koesioner.Uji validitas dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel

pada taraf signifikansi 5 % untuk uji 2 sisi. Jika r hitung > r tabel maka alat ukur yang

digunakan dinyatakan valid dan sebaliknya, jika r hitung ≤ r tabel maka alat ukur yang

digunakan tidak valid. Nilai r tabel dapat diperoleh dengan persamaan N – 2 = 400 – 2 =

398 = 0,098 (lihat tabel r lampiran 4). Dan diperoleh hasil uji validitas sebagai berikut:

Tabel 4.9 Hasil Pengujian Validitas


Variabel Pernyataan r hitung r tabel Keputusan
KPW1 0,492 0,098 Valid
Kepatuhan Wajib KPW2 0,592 0,098 Valid
Pajak KPW3 0,643 0,098 Valid
KPW4 0,464 0,098 Valid
Pemeriksaan Wajib PWP1 0,452 0,098 Valid
Pajak PWP2 0,627 0,098 Valid
PWP3 0,556 0,098 Valid
PWP4 0,575 0,098 Valid
PWP5 0,568 0,098 Valid
SP1 0,456 0,098 Valid
SP2 0,602 0,098 Valid
Sanksi Perpajakan
SP3 0,493 0,098 Valid
SP4 0,459 0,098 Valid
PP1 0,462 0,098 Valid
PP2 0,474 0,098 Valid
Penerimaan Pajak
PP3 0,448 0,098 Valid
PP4 0,454 0,098 Valid
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian Tahun 2023 (Lampiran 3)

Dari Tabel 4.9 diatas diketahui nilai r hitung seluruh item pernyataan variabel > r

table (0,098). Artinya adalah bahwa item-item pernyataan yang digunakan untuk mengukur

Universitas Muhammadiyah Riau


masing-masing variabel dinyatakan valid.

4.4.2 Uji Reabilitas

Sama halnya dengan pengujian validitas, pengujian reliabilitas juga dilakukan

secara statistik yaitu dengan menghitung besarnya Cornbarh’s Alpha. Uji reliabilitas

digunakan untuk mengukur suatu kuisoner yang digunakan sebagai indikator dari variabel.

Jika koefisien alpha yang dihasilkan ≥ 0,6, maka indikator tersebut dikatakan reliable atau

dapat dipercaya. Dan diperoleh hasil uji reliabilitas sebagai berikut:

Tabel 4.10 Hasil Uji Reliabilitas


Cronbach’s
Variabel Nilai Kritis Keputusan
Alplha
Kepatuhan Wajib Pajak 0,749 0,60 Valid
Pemeriksaan Wajib Pajak 0,781 0,60 Valid
Sanksi Perpajakan 0,713 0,60 Valid
Penerimaan Pajak 0,677 0,60 Valid
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian Tahun 2023 (Lampiran 3)

Dari Tabel 4.10 dapat diketahuin nilai reliabilitas seluruh variabel ≥ 0,6, Artinya

adalah bahwa alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini reliable atau dapat dipercaya.

4.4.3 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik adalah

memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk mendeteksi normalitas data,

dapat dengan melihat probability plot. Model regresi memenuhi asumsi normalitas jika

garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. Cara

lain yang digunakan adalah dengan uji Kolmogorov Smirnov, dimana model regresi

dikatakan normal jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Dari pengujian yang

dilakukan, diperoleh hasil uji normalitas sebagai berikut:

Universitas Muhammadiyah Riau


Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas PP Plot

Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian Tahun 2023 (Lampiran 3)

Berdasarkan Gambar 4.1 diatas dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar disekitar

dan mengikuti garis diagonal. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa model regresi dalam

penelitian ini memenuhi asumsi normalitas. Dan untuk memperkuat hasil tersebut, dapat

melihat uji one sample kolmogorov smirnov berikut:

Tabel 4.11 Hasil Normalitas Kolmogorov Smirnov


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 400
Normal Mean ,0000000
Parametersa,b Std. Deviation 1,08734984
Most Extreme Absolute ,042
Differences Positive ,042
Negative -,037
Test Statistic ,042
Asymp. Sig. (2-tailed) ,082c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian Tahun 2023 (Lampiran 3)

Berdasarkan Tabel 4.11 diatas dapat dilihat nilai signifikan one sample kolmogorov

smirnov sebesar 0,082 yang lebih besar dari 0,05. Dengan demikian maka dapat diartikan

bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.

Universitas Muhammadiyah Riau


4.4.4 Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinearitasini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan

adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Pada model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variable independen. Untuk mendeteksi ada atau

tidaknya penyimpangan multikolinearitas di dalam suatu model regresi adalah dengan cara

memperhatikan nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Jika nilai tolerance

lebih dari 0,1 dan VIF kurang dari 10 maka tidak terdapat gejala multikolinearitas di dalam

model regresi yang digunakan. Berdasarkan pengujian yang dilakukan, diperoleh hasil

sebagai berikut:

Tabel 4.12 Hasil Uji Multikolinieritas


Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 (Constant)
Kepatuhan Wajib ,910 1,099
Pajak
Pemeriksaan Wajib ,900 1,111
Pajak
Sanksi Perpajakan ,908 1,102
a. Dependent Variable: Penerimaan Pajak
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian Tahun 2023 (Lampiran 3)

Dari tabel 4.12 dipeorleh nilai tolerance seluruh variabel lebih besar dari 0,1 dan

VIF kecil dari 10. Dapat diartikan bahwa tidak terjadi gejala heterokedastisitas dalam

model regresi.

4.4.5 Uji Heterokedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual pengamatan satu ke pengamatan yang lain

berbeda. Salah satu cara untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas dalam suatu

model regresi linear berganda dengan melihat gambar scatterplot dan uji glejser. Tidak ada

gejala heterokedastisitas ditunjukkan dengan titik-titik pada scatterplot tidak membentu

pola tertentu dan menyebar secara acak diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y.
Universitas Muhammadiyah Riau
Sedangkan dari uji glejser jika diperoleh signifikansi variabel independen dengan absolut

residual diatas 0,05. Dari pengujian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:

Gambar 4.2 Hasil Uji Heterokedastisitas Scatterplot

Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian Tahun 2023 (Lampiran 3)

Berdasarkan Gambar 4.2 diatas dapat dilihat titik-titik kurang menyebar acak dan

agak membentuk pola tertentu. Hal ini disebabkan karena jumlah sampel sangat besar

sedangkan jumlah indikator sedikit. Maka untuk memastikan apakah model regresi yang

terbentuk terjadi heterokedastisitas, maka dilakukan uji glejser berikut:

Tabel 4.13 Hasil Uji Heterokedastisitas


Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients t Sig.
Model B Std. Error Beta
1 (Constant) ,943 ,398 2,367 ,018
Kepatuhan Wajib ,027 ,017 ,085 1,618 ,106
Pajak
Pemeriksaan Wajib -,029 ,015 -,102 -1,937 ,053
Pajak
Sanksi Perpajakan ,004 ,018 ,011 ,217 ,828
a. Dependent Variable: Abs_Res

Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian Tahun 2023 (Lampiran 3)

Dari Tabel 4.13 diketahui seluruh variabel tidak signifikan terhadap absolut
Universitas Muhammadiyah Riau
residual (0,106; 0,053; 0,828 dan 0,819 > 0,05). Dapat diambil keputusan bahwa model

regresi bebas dari gejala heterokedastisitas.

4.4.6 Persamaan Regresi Linier Berganda

Persamaan regresi linier berganda adalah model persamaan yang digunakan untuk

menganalisis hubungan antara beberapa variabel independen (kepatuhan wajib pajak,

pemeriksaan wajib pajak dan sanksi perpajakan) terhadap variabel dependen (penerimaan

pajak) pada Wajib Pajak Badan yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama

Tampan Kota Pekanbaru. Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan, diperoleh hasil

sebagai sebagai berikut:

Tabel 4.14 Hasil Persamaan Regresi Linier Berganda


Coefficientsa
Unstandardized Coefficients Std. Coefficients
Model B Std. Error Beta
1 (Constant) 2,486 ,636
Kepatuhan Wajib Pajak ,287 ,027 ,381
Pemeriksaan Wajib Pajak ,267 ,024 ,398
Sanksi Perpajakan ,204 ,029 ,253
a. Dependent Variable: Penerimaan Pajak

Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian Tahun 2023 (Lampiran 3)

Y = α + b1X1+ b2X2 + b3X3 + e

Y = 0,943 + 0,287 X1+ 0,267 X2 + 0,204 X3 + e

Dari persamaan diatas, maka dapat dibuat penjelasan sebagai berikut:

1. Nilai konstanta (a) sebesar 0,943. Artinya adalah apabila variabel independen

diasumsikan nol (0), maka penerimaan pajak sebesar 0,943.

2. Nilai koefisien regresi variabel kepatuhan wajib pajak sebesar 0,287. Artinya

adalah bahwa setiap peningkatan kepatuhan wajib pajak sebesar 1 satuan, maka

akan meningkatkan penerimaan pajak sebesar 0,287 dengan asumsi variabel lain

tetap.

3. Nilai koefisien regresi variabel pemeriksaan wajib pajak sebesar 0,267. Artinya

Universitas Muhammadiyah Riau


adalah bahwa setiap peningkatan pemeriksaan wajib pajak sebesar 1 satuan, maka

akan meningkatkan penerimaan pajak sebesar 0,267 dengan asumsi variabel lain

tetap.

4. Nilai koefisien regresi variabel sanksi perpajakan sebesar 0,204. Artinya adalah

bahwa setiap peningkatan sanksi perpajakan sebesar 1 satuan, maka akan

meningkatkan penerimaan pajak sebesar 0,204 dengan asumsi variabel lain tetap.

5. Standar error (e) merupakan variabel acak dan mempunyai distribusi probabilitas

yang mewakili semua faktor yang mempunyai pengaruh terhadap penerimaan pajak

tetapi tidak dimasukan dalam persamaan.

4.4.7 Uji Koefisien Determinasi

Uji koefisien determinasi digunakan untuk melihat persentase pengaruh kepatuhan

wajib pajak, pemeriksaan wajib pajak dan sanksi perpajakan terhadap penerimaan pajak

pada Wajib Pajak Badan yang terdaftar di KPP Pratama Tampan Kota Pekanbaru.

Berdasarkan pengujian yang dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.15 Hasil Uji Koefisien Determinasi


Model Summaryb
Std. Error of the
Model R R Square Adjusted R Square Estimate
1 ,733a ,537 ,533 1,09146
a. Predictors: (Constant), Sanksi Perpajakan, Kepatuhan Wajib Pajak, Pemeriksaan Wajib Pajak
b. Dependent Variable: Penerimaan Pajak
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian Tahun 2023 (Lampiran 3)

Dari Tabel 4.15 diperoleh nilai Ajdusted R2 sebesar 0,533. Artinya adalah bahwa

sebesar 53,3% penerimaan pajak pada Wajib Pajak Badan yang terdaftar di KPP Pratama

Tampan Kota Pekanbaru dipengaruhi oleh kepatuhan wajib pajak, pemeriksaan wajib

pajak dan sanksi perpajakan. Sedangkan sisanya sebesar 46,7% dipengaruhi oleh variabel

lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.

Universitas Muhammadiyah Riau


4.4.8 Uji F

Uji Simultan (uji F) dilakukan untuk melihat apakah kepatuhan wajib pajak,

pemeriksaan wajib pajak dan sanksi perpajakan secara bersama-sama berpengaruh

signifikan terhadap penerimaan pajak pada Wajib Pajak Badan yang terdaftar di KPP

Pratama Tampan Kota Pekanbaru. Berdasarkan pengujian yang dilakukan, diperoleh hasil

pengujian sebagai berikut:

Tabel 4.16 Hasil Uji Simultan (Uji F


ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 546,250 3 182,083 152,846 ,000b
Residual 471,750 396 1,191
Total 1018,000 399
a. Dependent Variable: Penerimaan Pajak
b. Predictors: (Constant), Sanksi Perpajakan, Kepatuhan Wajib Pajak, Pemeriksaan Wajib Pajak
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian Tahun 2023 (Lampiran 3)

Dari Tabel 4.16 diperoleh nilai F hitung sebesar 152,846 dengan signifikansi 0,000.

Diperoleh nilai F tabel pada alpha 5% dengan persamaan n – k – 1 ; k = 400 – 3 – 1 ; 3 =

396 ; 3 = 2,627 (lihat tabel F lampiran 5), dimana n adalah jumlah sampel, k adalah jumlah

variabel bebas dan 1 adalah konstan. Dengan demikian diketahui bahwa F hitung (152,846)

> F tabel (2,627) atau Sig. (0,000) < alpha (0,05). Artinya adalah bahwa kepatuhan wajib

pajak, pemeriksaan wajib pajak dan sanksi perpajakan secara bersama-sama berpengaruh

signifikan terhadap penerimaan pajak pada Wajib Pajak Badan yang terdaftar di KPP

Pratama Tampan Kota Pekanbaru.

4.4.9 Uji T

Uji parsial (uji t) digunakan untuk melihat apakah kepatuhan wajib pajak,

pemeriksaan wajib pajak dan sanksi perpajakan secara sendiri-sendiri berpengaruh

signifikan terhadap penerimaan pajak pada Wajib Pajak Badan yang terdaftar di KPP

Pratama Tampan Kota Pekanbaru. Berdasarkan pengujian yang dilakukan, diperoleh hasil

sebagai berikut:

Universitas Muhammadiyah Riau


Tabel 4.17 Hasil Uji Parsial (Uji t)
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients t Sig.
Model B Std. Error Beta
1 (Constant) 2,486 ,636 3,908 ,000
Kepatuhan Wajib Pajak ,287 ,027 ,381 10,621 ,000
Pemeriksaan Wajib Pajak ,267 ,024 ,398 11,045 ,000
Sanksi Perpajakan ,204 ,029 ,253 7,048 ,000
a. Dependent Variable: Penerimaan Pajak

Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian Tahun 2023 (Lampiran 3)

Dari Tabel 4.17 dapat dilihat masing-masing nilai t hitung dan signifikansi variabel

bebas. Diketahui nilai t tabel (uji 2 sisi pada tingkat signifikansi 5%) dengan dengan

persamaan n – k – 1 ; alpa/2 = 400 – 3 – 1 ; 0,05/2 = 396 ; 0,025 = 1,966. Dengan demikian

maka diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Kepatuhan wajib pajak. Diperoleh nilai t hitung sebesar 10,621 dan signifikansi sebesar

0,000. Dengan demikian maka t hitung (10,621) > t table (1,966) atau signifikansi

(0,000) < 0,05. Artinya adalah bahwa kepatuhan wajib pajak berpengaruh signifikan

terhadap penerimaan pajak pada Wajib Pajak Badan yang terdaftar di KPP Pratama

Tampan Kota Pekanbaru.

Universitas Muhammadiyah Riau


2. Pemeriksaan wajib pajak. Diperoleh nilai t hitung sebesar 11,045 dan signifikansi

sebesar 0,000. Dengan demikian maka t hitung (11,045) > t table (1,966) atau

signifikansi (0,000) < 0,05. Artinya adalah bahwa pemeriksaan wajib pajak

berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak pada Wajib Pajak Badan yang

terdaftar di KPP Pratama Tampan Kota Pekanbaru.

3. Sanksi perpajakan. Diperoleh nilai t hitung sebesar 7,048 dan signifikansi sebesar 0,000.

Dengan demikian maka t hitung (11,045) > t table (1,966) atau signifikansi (0,000) < 0,05.

Artinya adalah bahwa sanksi perpajakan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak

pada Wajib Pajak Badan yang terdaftar di KPP Pratama Tampan Kota Pekanbaru.

4.4 Pembahasan

4.5.1 Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Penerimaan Pajak

Tingkat kepatuhan Wajib Pajak Badan yang terdaftar di KPP Pratama Tampan

Kota Pekanbaru sudah tergolong baik. Kemudian dari pengujian yang dilakukan diketahui

bahwa kepatuhan wajib pajak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak. Semakin

tinggi tingkat kepatuhan wajib pajak maka penerimaan pajak penghasilan pada KPP

Pratama Tampan Kota Pekanbaru akan semakin meningkat dan sebaliknya, semakin

rendah tingkat kepatuhan wajib pajak maka penerimaan pajak penghasilan pada KPP

Pratama Tampan Kota Pekanbaru akan semakin kecil.

Dalam model Theory of Planned Behavior disebutkan bahwa niat (intention) dapat

mempengaruhi perilaku individu untuk menjadi patuh atau tidak patuh terhadap aturan

perpajakan. Kesan yang terbentuk dalam mindset individu akan mempengaruhi niat atau

keyakinan pada diri individu tersebut sebelum melakukan sesuatu. Keyakinan terhadap

hasil yang dia peroleh dari perilakunya kemudian berdampak pada apakah dia akan

memenuhi kewajiban perpajakannya atau tidak. Wajib Pajak yang sadar pentingnya

membayar pajak terhadap penyelenggaraan negara, tentu saja akan memenuhi kewajiban

pajaknya (behavioral beliefs). (Nugraheni dan Purwanto, 2015).


Universitas Muhammadiyah Riau
Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Jessica (2017) tentang

pengaruh tingkat kepatuhan wajib pajak dan pemeriksaan terhadap penerimaan pajak

penghasilan wajib pajak orang pribadi dan wajib pajak badan yang terdaftar dalam tujuh

KPP Pratama di Kota Semarang. Hasil penelitiannya mendapatkan bahwa kepatuhan wajib

pajak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan pada KPP Pratama di

Kota Semarang.

Tingkat kepatuhan wajib pajak merupakan gambaran dari ketaatan, tunduk dan

patuh serta melaksanakan ketentuan perpajakan. Kepatuhan dapat terbentuk apabila wajib

pajak berlaku patuh dengan menaati aturan perpajakan yang berlaku. Semakin wajib pajak

taat pada aturan-aturan maka semakin tinggi kepatuhan yang terbentuk. Semakin tinggi

tingkat kepatuhan maka akan berpengaruh secara langsung terhadap peningkatan

penerimaan pajak penghasilan. Pada dasarnya aturan perpajakan ditetapkan dengan tujuan

agar penerimaan pajak dapat berjalan lancar dan dapat terus meningkat tiap tahunnya.

(Jessica, 2017)

4.5.2 Pemeriksaan Wajib Pajak Terhadap Penerimaan Pajak

Pemeriksaan terhadap Wajib Pajak Badan yang terdaftar pada Kantor Pelayanan

Pajak (KPP) Pratama Tampan di wilayah Kota Pekanbaru sudah dijalankan dengan baik.

Kemudian dari pengujian yang dilakukan diketahui bahwa pemeriksaan wajib pajak

berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak. Semakin baik pemeriksaan yang

dilakukan terhadap wajib pajak maka penerimaan pajak penghasilan pada KPP Pratama

Tampan Kota Pekanbaru akan semakin meningkat dan sebaliknya, semakin kurang baik

pemeriksaan yang dilakukan kepada wajib pajak maka penerimaan pajak penghasilan pada

KPP Pratama Tampan Kota Pekanbaru akan semakin kecil.

Dalam Theory Stewardship digambarkan tentang adanya hubungan yang kuat

antara kepuasan dan kesuksesan organisasi. Berdasarkan asumsi filosofis mengenai sifat

Universitas Muhammadiyah Riau


manusia, bahwa manusia dapat dipercaya, bertanggung jawab, dan manusia merupakan

individu yang berintegritas. Teori stewardship mengasumsikan hubungan yang kuat antara

kesuksesan organisasi dengan kepuasan pemilik. Pemerintah akan berusaha maksimal

dalam menjalankan pemerintahan untuk mencapai tujuan pemerintah yaitu meningkatkan

kesejahteraan rakyat. Apabila tujuan ini mampu tercapai oleh pemerintah maka rakyat

selaku pemilik akan merasa puas dengan kinerja pemerintah. Implikasi teori stewardship

terhadap penelitian ini, dapat menjelaskan eksistensi Pemerintah Daerah sebagai suatu

lembaga yang dapat dipercaya untuk bertindak sesuai dengan kepentingan publik dengan

melaksanakan tugas dan fungsinya dengan tepat, membuat pertanggungjawaban keuangan

yang diamanahkan kepadanya, sehingga tujuan ekonomi, pelayanan publik maupun

kesejahteraan masyarakat dapat tercapai secara maksimal. Untuk melaksanakan

tanggungjawab tersebut maka steward mengarahkan semua kemampuan dan keahliannya

agar dapat menghasilkan informasi laporan keuangan yang berkualitas (Herawati, 2016).

Primerdo (2015) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa pemeriksaan pajak berpengaruh

efektif terhadap penerimaan pajak apabila dilakukan terhadap wajib pajak yang terindikasi

melakukan kecurangan dalam melaporkan besarnya pajak yang terutang. (Agustin, 2020)

Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Anam (2018) tentang

pengaruh kepatuhan wajib pajak, pemeriksaan pajak, dan penagihan pajak terhadap

penerimaan pajak penghasilan badan yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Balikpapan. Hasil penelitiannya mendapatkan bahwa pemeriksaan pajak berpengaruh

signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan badan pada Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Balikpapan.

Pemeriksaan merupakan wujud dari regulasi untuk mencegah terjadinya tax

evasion. Pelaksanaan pemeriksaan akan mempengaruhi penerimaan pajak penghasilan

secara langsung. Hal ini terjadi karena dengan dilakukannya pemeriksaan maka DJP akan

mengetahui seberapa jauh upaya atau tindakan kecurangan yang nantinya dapat
Universitas Muhammadiyah Riau
diminimalkan atau dihilangkan sehingga tidak ada lagi celah yang dapat mengurangi

penerimaan pajak negara. Dapat dikatakan semakin tinggi frekuensi pelaksaan

pemeriksaan maka semakin tinggi pula penerimaan pajak penghasilan. (Jessica, 2017)

4.5.3 Sanksi Perpajakan Terhadap Penerimaan Pajak

Sanksi terhadap Wajib Pajak Badan yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak

(KPP) Pratama Tampan di wilayah Kota Pekanbaru yang tidak patuh telah dilaksanakan

dengan baik. Kemudian dari pengujian yang dilakukan diketahui bahwa sanksi perpajakan

berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak. Semakin baik penerapan sanksi maka

penerimaan pajak penghasilan pada KPP Pratama Tampan Kota Pekanbaru akan semakin

meningkat dan sebaliknya, semakin buruk penerapan sanksi maka penerimaan pajak

penghasilan pada KPP Pratama Tampan Kota Pekanbaru akan semakin kecil.

Teori akuntansi keperilakuan relevan untuk menjelaskan bahwa perilaku wajib

pajak yang dipengaruhi oleh fungsi-fungsi akuntansi dan pelaporan, fungsi-fungsi

akuntansi tersebut adalah informasi tentang jumlah sanksi bunga dan administrasi yang

akan diterima oleh wajib pajak jika tidak atau telat membayarkan kewajiban perpajakannya

yang diduga akan memengaruhi perilaku wajib pajak dalam membayar pajaknya. Teori

atribusi relevan untuk menjelaskan bahwa tingkah laku wajib pajak yang disebabkan oleh

atribusi eksternal (sanksi perpajakan) yang merubah sikap sesorang, yaitu sikap untuk

membayarkan pajaknya. (Krisnadeva, 2020)

Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Yanto (2022) tentang

Pengaruh Penyuluhan Wajib Pajak dan Sanksi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib

Pajak Pada KPP Pratama Surabaya Mulyorejo. Hasil penelitiannya mendapatkan bahwa

sanksi perpajakan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

Pengenaan sanksi perpajakan diberlakukan untuk menciptakan kepatuhan

Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Pemberian sanksi yang

Universitas Muhammadiyah Riau


memberatkan Wajib Pajak bertujuan untuk memberikan efek jera sehingga tercipta

kepatuhan pajak. Kontribusi pemasukan dana yang bersumber dari Wajib Pajak

merupakan pendapatan yang berarti dan memiliki makna yang luas bagi pembangunan

Negara Republik Indonesia. Menurut Bawazier (2011) hal yang sangat menjadi

perhatian adalah usaha untuk meningkatkan kesadaran Wajib Pajak untuk membayar

pajak adalah inti dari peraturan dan pengenaan sanksi pidana di bidang perpajakan.

Sanksi pajak sangat diperlukan dalam sistem pajak agar Wajib Pajak patuh akan

kewajiban dalam membayar pajak.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dipaparkan pada BAB sebelumnya, maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat kepatuhan Wajib Pajak Badan yang terdaftar di KPP Pratama Tampan Kota

Pekanbaru sudah tergolong baik. Hasil pengujian mendapatkan bahwa kepatuhan

wajib pajak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak. Semakin tinggi

tingkat kepatuhan wajib pajak maka penerimaan pajak penghasilan pada KPP

Pratama Tampan Kota Pekanbaru akan semakin meningkat.

2. Pemeriksaan terhadap Wajib Pajak Badan yang terdaftar pada Kantor Pelayanan

Pajak (KPP) Pratama Tampan di wilayah Kota Pekanbaru sudah dijalankan dengan

baik. Hasil pengujian mendapatkan bahwa pemeriksaan wajib pajak berpengaruh

signifikan terhadap penerimaan pajak. Semakin baik pemeriksaan yang dilakukan


Universitas Muhammadiyah Riau
terhadap wajib pajak maka penerimaan pajak penghasilan pada KPP Pratama

Tampan Kota Pekanbaru akan semakin meningkat.

3. Sanksi terhadap Wajib Pajak Badan yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak

(KPP) Pratama Tampan di wilayah Kota Pekanbaru yang tidak patuh telah

dilaksanakan dengan baik. Hasil pengujian mendapatkan bahwa sanksi perpajakan

berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak. Semakin baik penerapan sanksi

maka penerimaan pajak penghasilan pada KPP Pratama Tampan Kota Pekanbaru

akan semakin meningkat.

5.2 Keterbatasan

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih banyak memiliki keterbatasan,

diantaranya:

1. Hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan pada Kantor Pelayanan Pajak

(KPP) Pratama di tempat lain. Hal ini disebabkan kondisi di beberapa daerah

berbeda satu sama lain.

2. Tidak dilakukannya metode wawancara dalam penelitian mengingat kesibukan

responden, sehingga peneliti tidak bisa mengkonfirmasi jawaban responden. Oleh

karena itu, jawaban yang diberikan oleh responden belum tentu menggambarkan

keadaan sebenarnya.

3. Data penelitian hanya dilakukan pada pertanyaan yang sifatnya tertutup, sehingga

peneliti tidak mendapat argumen secara langusng dan detail dari responden secara

keseluruhan.

5.3 Saran

Dari hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
Universitas Muhammadiyah Riau
penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Kepatuhan wajib pajak berpengaruh signirikan terhadap penerimaan pajak di KPP

Pratama Tampan Kota Pekanbaru. Oleh karena itu KPP Pratama Tampan Kota

Pekanbaru sebagai instansi pemungut pajak dari wajib pajak harus terus

meningkatkan kualitas Pelayanan Perpajakan baik yang berupa peningkatan

kualitas SDM maupun fasilitas lainnya, sehingga dapat mendorong wajib pajak

untuk patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakanya.

2. Pemeriksaan pajak berpengaruh terhadap penerimaan pajak pada KPP Pratama

Tampan Kota Pekanbaru. Untuk itu KPP Pratama Tampan Kota Pekanbaru

hendaknya lebih meningkatkan pelaksanaan pemeriksaan dengan lebih insentif dan

efektif terutama terhadap Wajib Pajak yang SPTnya lebih bayar sehingga wajib

pajak merasa adanya kejujuran dalam pemungutan pajak. Kemudian juga untuk

Wajib Pajak yang kurang bayar, sehingga tidak merugikan penerimaan negara dari

sektor pajak.

3. Sanksi perpajakan berpengaruh terhadap penerimaan pajak pada KPP Pratama

Tampan Kota Pekanbaru. Oleh karenanya KPP Pratama Tampan Kota Pekanbaru

hendaknya dapat meningkatkan sosialisasi mengenai peraturan dan sanksi dalam

perpajakan, serta mempertegas sanksi-sanksi dalam perpajakan agar Wajib Pajak

Patuh dalam memenuhi kewajibannya untuk membayar pajak. Untuk petugas

pelayanan perpajakan juga harus berperan aktif, harus bisa menegakkan aturan

perpajakan, harus bisa bekerja secara jujur, dan dapat bersikap adil dalam

penerapan dan pelaksanaan sanksi pajak.

Universitas Muhammadiyah Riau


DAFTAR PUSTAKA

Aditya. Riza. 2017. “Pengaruh Kesadaran Pajak, Sanksi Pajak, serta Pelaporan Pajak
terhadap Penerimaan PPh Pasal 21 Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama
Malang Utara”. Jurnal Riset Mahasiswa. Vol. 1, No. 1, Hal. 1-12.
Agusti, Asri Fika dan Herawaty. 2009. Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan
Terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak yang Dimoderasi Oleh Pemeriksaan Pajak
Pada KPP Pratama, Simposium Nasional Akuntansi 12.
Agustin, Artika Wulan. (2020). Kepatuhan, Pemeriksaan, Penagihan dan Penerimaan
Terhadap Pajak dengan Peran Account Representative Sebagai Pemoderasi. JRAP
(Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan) Vol. 7, No. 1, Juni 2020, hal 79-94.
Bawazier, Fuad.2011. Reformasi Pajak di Indonesia.Jurnal Legislasi Indonesia,Vol.8,
No.1: 1-12
Chairil Anwar Pohan. (2013). Manajemen Perpajakan Strategi Perencanaan dan Bisnis.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Fajar Nur Rahmawati, Sigit Santoso, dan Nurhasan Hamidi. (2014). Pengaruh Pemeriksaan
Pajak dan Kepatuhan Wajib Pajak terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Wajib
Pajak Badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta. Jupe UNS. Vol 3. No.
1. Hal 72 – 82.
Fishbein, M, & Ajzen, I. (1975). Belief, Attitude, Intention, and Behavior: An
Introduction to Theory and Research, Reading, MA: Addison-Wesley.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang
Universitas Muhammadiyah Riau
Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Herawati, Elies. (2016). Pengaruh Sumber Daya Manusia Bidang Akuntansi dan
Pemanfaatan Teknoinformasi Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah. Jurnal Ilmu Akuntansi Mulawarman, Vol. 1 (1), 2016.
Ilyas, Wirawan B. 2007. Hukum Pajak, Edisi 3. Jakarta : Salemba Empat
Ilyas, Wirawan B. dan Rudi Suhartono. 2007. Pajak Penghasilan. Jakarta Universitas
Indonesia Press.
Krisnadeva, Anak Agung Ngurah. (2020). Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kepatuhan
Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor di Kota Denpasar. e-
Jurnal Akuntansi Vol 30 No 6 Juni 2020.
Liberty, Pandiangan. 2014. Administrasi Perpajakan, Penerbit Erlangg.
Mardiasmo. 2006. Perpajakan. Yogyakarta: Andi Offset.
Mardiasmo. 2011. Perpajakan. Yogyakarta: Salemba Empat.
Mardiasmo. 2016. Perpajakan Edisi Terbaru 2016. Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Murtedjo, R. d. (2013) Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, Dan Sanksi
Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Di KPP PRATAMA Jakarta
Kembangan. Jakarta
Nugraheni & Prwanto. (2015). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak
Orang Pribadi (Studi Empiris pada Wajib Pajak di Kota Magelang). Diponegoro
Journal of Accounting Volume 4, Nomor 3, Tahun 2015, Halaman 1-14.
Oktivani, Debby. (2007). “Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak dan Jumlah Pemeriksaan
terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan di Kantor Pelayanan Pajak Madiun”.
Skripsi Sarjana Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra,
Surabaya.
Pandiangan, L. (2014). Administrasi Perpajakan, Pedoman Praktis Bagi Wajib Pajak di
Indonesia. Penerbit Erlangga
Pohan, Chairil Anwar. (2014). Pengantar Perpajakan: Teori dan Konsep Hukum Pajak.
Jakarta: Mitra Wacana Media.
Purba, Arifanda. 2012. Analisis Hasil Pemeriksaan Pajak Tahun 2008-2011 untuk
Menentukan Pola Profil wajib pajak Badan yang Potensial di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Jakarta Palmerah. Tesis. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Prihastanti, Rosy; dan Kiswanto. 2015. Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Badan Terhadap
Penerimaan Pajak Dimoderasi Oleh Pemeriksaan Pajak. Jurnal ISSN: 2252-6765.
Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Rahayu, Siti Kurnia. 2010. Perpajakan Indonesia: Konsep & Aspek Formal. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Resmi, Siti. 2012. Perpajakan:Teori dan Kasus Edisi 7. Salemba Empat. Jakarta.

Universitas Muhammadiyah Riau


Siregar, Syofian. (2013). Statistik Parametrik Untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta:
Bumi Aksara.
Siti Kurnia Rahayu, (2010). Perpajakan Indonesia: Konsep dan Aspek Formal.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Stephen Robbins, (2001). Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi, Jilid 1
Edisi 8, PT Prenhalindo, Jakarta.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Manajemen. Bandung:
Sugiyono, 2014. Metode Penelitian Kunatitati, Kualitatif dan Kombinasi (Mixed Methods).
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sujarweni. Wiranta (2015) SPSS untuk penelitian, Alfabeta : BANDUNG., 2015
Sukirman. 2011. Pengaruh Manajemen Pemeriksaan Pajak terhadap Penerimaan Pajak. Analisis
Manajemen, Vol.5, No.1.
Sutanto, M. (2009). Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak, Kesadaran Wajib Pajak dan Jumlah
Pemeriksaan terhadap Jumlah Penerimaan Pajak Penghasilan di Kantor Pelayanan.
Tiraada, T. A. . (2013). Kesadaran Perpajakan, Sanksi Pajak, Sikap Fiskus Terhadap
Kepatuhan WPOP di Kabupaten Minahasa Selatan. Retrieved
fromhttps://media.neliti.com/media/publications/1720-ID kesadaranperpajakan-
sanksi-pajak- sikap-fiskus-terhadap-kepatuhan-wpop-di-kabupa.pdf
Winerungan, Oktaviane Lidya. 2013. “Sosialisasi Perpajakan, Pelayanan Fiskus dan Sanksi
Perpajakan Terhadap Kepatuhan WPOP di KPP Manado dan KPP Bitung”. Jurnal
Emba, Vol. 1, No. 3, Hal: 960 – 970.
Yosi. 2010. “Hubungan Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dengan
Penerimaan Pajak Penghasilan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Denpasar Barat dari Tahun Pajak 2000--2008”. Skripsi Program Ekstensi
FE Unud, Denpasar.

Universitas Muhammadiyah Riau


Lampiran 2 Surat Izin Penelitian dari Universitas Muhammadiyah Riau

Universitas Muhammadiyah Riau


Lampiran 4 Surat Izin Penelit ian dari Universitas Muhammadiyah Riau

Universitas Muhammadiyah Riau

Anda mungkin juga menyukai