Anda di halaman 1dari 18

Thaharah ‫مرحبا‬

Materi 2 Pertemuan Kedua & Ketiga

‫مرحبا‬ UHAMKA
Doc. LPP AIK
َّ ‫الل َه ُي ِح ُّب‬
َ ‫الت َّو ِاب ْي َن َو ُي ِح ُّب ْال ُم َت‬
.‫ط ِّه ِر ْي َن‬ َّ ‫إ َّن‬
ِ
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat (yang kembali) dan mencintai
orang-orang yang mensucikan diri”.

(Q.S. al-Baqarah: 222).

Doc. LPP AIK UHAMKA


Pengertian

Kata “thaharah” adalah isim mashdar dari fi’il


madhi “thahhara-yuthahhiru-tathhiran dan
thaharatan, yang artinya bersuci atau
membersihkan diri.

Menurut istilah, thaharah adalah mensucikan diri


dari najis dan hadats yang menghalangi shalat
dan ibadah-ibadah sejenisnya dengan air atau
tanah atau batu.
Hukum Thaharah

‫واجب‬ ‫سنة‬

apabila berkenaan dengan kewajiban hukumnya sunnah (anjuran) adalah yang


melaksanakan suatu ibadah seperti: berkenaan dengan hal-hal yang mendukung dalam
shalat, thawaf. suatu ibadah. Misalnya berwudhu sebelum
membaca qur’an
Bentuk Thaharah
Wudhu Tayamum
Perbuatan menggunakan air pada
anggota tubuh tertentu. Dalam istilah 01 02 Menyampaikan atau menyapu debu tanah ke
muka dan kedua-dua tangan dengan syarat
yang tertentu. Tayammum dilakukan bagi
syara’ wudhu’ adalah perbuatan menggantikan wudhu’ atau mandi wajib (junub,
tertentu yang dimulai dengan niat. haidh dan nifas), ketika ketiadaan air atau uzur
menggunakan air, dan ia adalah suatu rukhsah

‫عنوان‬
atau keringanan yang diberikan oleh syara‘
kepada manusia.

Mandi Istinja’
Mandi di sebut al- ghasl atau al- ghusl
yang berarti mengalirnya air pada 03 04 Menurut istilah syariat Islam ialah
bersuci sesudah buang air besar atau
sesuatu. Sedangkan di dalam syara’
buang air kecil.
ialah mengalirnya air keseluruh tubuh
disertai dengan niat.
Alat Bersuci

Air Batu/ Benda Padat


1. Air Mata Air
2. Air Sungai 1. Batu Berpori
3. Air Hujan 2. Ketas (Tisyu)
4. Air Embun
3. Daun
5. Salju
6. Air Zamzam
7. Air Laut

Debu
Debu tanah yang suci, tidak
musta‘mal, tidak bercampur
benda lain
Najis & Hadast

Najis Hadas

Yaitu benda yang kotor yang mencegah sahnya suatu Kondisi tertentu yang menghalangi seseorang untuk
ibadah yang menuntut seseorang dalam keadaan suci melakukan ibadah yang diwajibkan atasnya bersuci.
seperti sholat dan thowaf.

Najis Ringan (Mukhaffafah) Hadas Kecil

Najis Sedang (Mutawasithah) Hadas Besar

Najis Berat (Mughaladzah)


Wudhu
‫صالَةِ فَا ْغ ِسلُوا ُو ُج ْو َه ُك ْم‬ َّ ‫يَا أَيُّ َها الَّ ِذيْنَ أ َ َمنُوا إِ َذا قُ ْمت ُ ْم إِلَى ال‬
‫س ُحوا بِ ُرؤُ و ِس ُك ْم َوأ َ ْر ُجلَ ُك ْم إِلَى‬
َ ‫ق َو ْام‬ ِ ِ‫َوأ َ ْي ِد ْي ُك ْم إِلَى ْال َم َراف‬
.‫ْال َك ْعبَي ِْن‬

“Hai orang-orang yang beriman, apabila


kamu hendak mendirikan shalat, maka
basuhlah wajahmu dan kedua tanganmu
sampai siku, usaplah kepalamu dan basuhlah
kakimu sampai kedua mata kakimu”.
(Q.S. Al Maidah: 6)
Tatacara Berwudhu
 Niat wudlu karena Allah semata dengan mengucapkan basmalah.
 Membasuh tangan tiga kali sambil menyela-nyela jari-jemari.
 Menggosok gigi.
 Berkumur-kumur secara sempurna sambil memasukkan air ke hidung
kemudian menyemburkannya sebanyak tiga kali.
 Membasuh wajah tiga kali secara merata sambil mengucek ujung bagian
dalam kedua mata.
 Membasuh tangan kanan sampai siku tiga kali, kemudian tangan kiri
dengan cara yang sama.
 Mengusap kepala sekaligus dengan telinga, cukup satu kali.
 Membasuh kaki kanan sampai dua mata kaki sambil menyelai jemari kaki
sebanyak tiga kali, kemudian kaki kiri dengan gerakan yang sama.
 Tertib
 Setelah wudlu mengucapkan dua kalimat syahadat.
Hal-hal yang Membatalkan
Wudhu
 Keluarnya sesuatu dari lubang Kubul dan Dubur
 Menyentul Kemaluan tanpa perantara/ pembatas
 Bersetubuh
 Hilang akal: Mabuk, Gila hingga tidur nyenyak
berbaring
 Menginjak/ menyentuh Najis
Tayamum
“Jika Kamu sakit atau sedang dalam safar
(perjalanan jauh) atau datang dari tempat
buang air (selesai buang air) atau kamu telah
menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak
mendapatkan air (untuk bersuci), maka
bertayammumlah kamu dengan tanah yang baik
(suci), usaplah wajahmu dan tanganmu.
Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha”
(Q.S An-Nisa: 43)
Tata cara Tayamum
 Mengucap basmalah (yakni bismillâhir
rahmânirrahîm) sambil meletakkan
kedua telapak tangan di tanah (boleh
di dinding) kemudian meniup debu
yang menempel di kedua telapak
tangan tersebut.
 Mengusapkan kedua telapak tangan
ke wajah satu kali, kemudian
langsung mengusapkan ke tangan
kanan lalu kiri cukup sampai
pergelangan telapak tangan, masing-
masing satu kali.
Hal-hal yang Membatalkan
Tayamum
 Semua hal yang membatalkan wudlu
 Menemukan air suci sebelum mengerjakan shalat. Bagi yang sudah shalat
lalu menemukan air untuk bersuci pada saat waktu shalat belum lewat
maka ada dua pilihan kebolehan, yakni pertama, ia boleh tidak mengulangi
shalatnya lagi, dan kedua, boleh juga ia berwudlu lalu shalat lagi (HR. Abu
Daud dan al-Nasa’i). Namun jika sudah bertayammum dan belum
melaksanakan shalat, maka ia wajib berwudlu’. (HR. al-Bukhari, dari
`Amran)
 Habis masa berlakunya, yakni satu tayammum untuk satu shalat, kecuali
bila shalatnya dijama’. Menurut keterangan sahabat Ibn Abbas (HR. al-
Daraquthni) dan Ibn Umar (HR. al-Bayhaqi) bahwa masa berlaku
tayammum hanya untuk satu kali shalat, meskipun tidak berhadats. Inilah
pendapat yang lebih kuat. Tetapi ada juga yang berpendapat bahwa
sebagai pengganti wudlu maka masa berlaku tayammum sama dengan
masa berlaku wudlu.
Mandi
“Jika Kamu sakit atau sedang dalam safar
(perjalanan jauh) atau datang dari tempat
buang air (selesai buang air) atau kamu telah
menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak
mendapatkan air (untuk bersuci), maka
bertayammumlah kamu dengan tanah yang baik
(suci), usaplah wajahmu dan tanganmu.
Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha”
(Q.S An-Nisa: 43)
Tata cara Mandi Besar
 Mencuci kedua tangan.
 Mencuci farji (kemaluan) dengan tangan kiri. Setelah
itu dituntunkan pula mencuci tangan kiri dengan
tanah (HR. Al-Bukhâri) atau cukup digantikan
dengan sabun mandi.
 Berwudlu seperti wudlu untuk shalat.
 Menyiramkan air ke kepala secara merata (keramas)
sambil menguceknya sampai ke dasar kulit kepala.
Bagi wanita yang berambut panjang, bila merasa
kerepotan maka bisa menggelung rambutnya
kemudian menyiramnya dengan air. (HR. Jama`ah,
kecuali al-Bukhari).
 Menyiramkan air ke seluruh badan (mandi) sampai
rata yang dimulai dari kanan kemudian kiri.
Rasulullah saw mengakhiri mandinya dengan
mencuci kaki. (HR. al-Bukhâri-Muslim)
Istinja’
"Sesungguhnya diriku sebagaimana orangtua
bagi kamu sekalian. Apabila salah satu kamu
sekalian buang air, maka janganlah ia
menghadap atau emembelakangi kiblat, dan
lakukanlah Istinjâ’ engan tiga usapan batu."
Baginada Nabi melarang Istinjâ’ dengan
kotoran hewan dan berIstinjâ’ dengan tangan
kanan.“
(H.R. Al-Baihaqy)
Tata Istinja’
 Menggunakan tiga buah batu atau tiga lembar tisu.
Namun apabila masih belum bersih, maka ditambah
lagi hingga ganjil, lima, tujuh, dan seterusnya. Ini
dilakukan apabila tidak ada air atau ada air yang
tersedia, namun disediakan untuk minum.
 Menggunakan air bersih.
 Menggunakan tiga lembar tisu terlebih dahulu, dan
diakhiri dengan menggunakan air. Cara istinja yang
ketiga ini adalah yang terbaik.
Selsai

Anda mungkin juga menyukai