Anda di halaman 1dari 63

Dalam Perspektif Syar’i

Oleh
KH. M. SAID ABDURROCHIM
Pengasuh PP. MUS Sarang Rembang
ْ ‫ْح ْ َ ح َ ح ح َ ح ح ح ح ْ َ ح ح ح ح ح ح ْ ح ح ْ ح ح ح َ ح‬
‫اَبع َد‬ ‫الهََأم‬
َ ‫نَ َو‬
َ ‫ح َّب َّهَ َو َم‬
َ ‫ص‬
َ ‫لَ َو‬
َّ ّ ‫َع ََا‬
َ ‫الِلَ َو‬
َّ َ‫س َو َّل‬
َ ‫َر‬
َ ‫َع‬
َ ََ‫لم‬
َ ‫الس‬
َ ‫ل َةَ َو‬
َ ‫الص‬
َ ‫لِلَ َو‬
َّ ّ ََ‫ال َمد‬
َ
Seperti yang kita ketahui bersama, syariat Islam ialah syariat
yang universal dan komprehensif (menyeluruh) dalam mengatur
semua aspek kehidupan, baik itu masalah ibadah, sosial
kemasyarakatan, dan politik termasuk di dalamnya masalah memilih
presiden dan wakilnya.
Oleh karena itu, semua umat Islam harus memahami masalah
pemilihan presiden dalam pandangan syariat Islam. Meskipun
pelaksanaan pilpres di Indonesia memakai sistem demokrasi, tetapi
kita umat Islam seharusnya bisa mengkaji dan menelaah dari sudut
pandang syariat, apa saja yang kurang tepat dalam pelaksanaan
pilpres tersebut, seperti kesamaan hak memilih dan dipilih tanpa
memandang persyaratan presiden menurut syariat. Hal ini karena
dalam sistem demokrasi tidak ada perbedaan antara calon baik dan
buruk, calon bersih dan kotor, calon yang taat syariat dan yang tidak
taat syariat, karena dalam demokrasi semua orang punya hak yang
sama untuk memilih dan dipilih.
Maka dari itu, kita sebagai umat Islam harus mewarnai
demokrasi ini dengan nilai ajaran Islam sehingga penting sekali ada
pendidikan politik Islam, baik di dalam pesantren maupun di luar
pesantren, yang salah satu topik pembahasannya adalah kriteria-
kriteria presiden menurut syar’i agar masyarakat mengetahui siapa
calon presiden yang harus dipilih dan calon presiden yang tidak boleh
dipilih.
Langkah ini sah-sah saja karena Indonesia adalah negara
berasaskan Pancasila. Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa
menjamin keyakinan seluruh rakyat termasuk umat Islam yang
berkeyakinan bahwa agama Islam mengatur segala aspek termasuk
dalam memilih presiden, walaupun Indonesia bukan berbentuk negara
Islam. Maka meski begitu, Indonesia juga memberi jaminan kepada
rakyatnya untuk menggunakan hak pilih sesuai hati nurani yang
sejalan dengan ajaran agama dan keyakinan masing-masing.
Dan kita umat Islam mengakui bahwa pemerintah Indonesia
sah menurut hukum Islam sehingga kita wajib memiliki imam besar
yaitu kepala negara (presiden) di samping peran presiden ini juga
menjadi pemimpin pemerintahan untuk rakyat non-muslim.
Dan kita sebagai umat Islam dituntut untuk menjalankan
syariat semampunya di negara Pancasila selama tidak melanggar
peraturan dan hukum yang berlaku. Dalam kaidah fikih disebutkan,
ُّ ‫ُّ ح ْ ح‬ ْ ‫ح‬
‫ْتكَُك َه‬‫حماَلَيد حركَجلهَلَي‬
“Sesuatu yang tidak bisa dicapai seluruhnya maka tidak boleh
ditinggalkan seluruhnya”
ْ ْ ‫ح‬ ْ‫ح‬
َّ ‫الميس ْورَلَي ح ْسقط َّبال حمعس‬
‫ور‬
“Sesuatu yang bisa mudah dilakukan tidak gugur sebab ada sesuatu
yang sulit dilakukan”
Pandangan seperti ini harus kita terima. Dan kita menolak
pandangan bahwa agama tidak boleh dikaitkan dengan politik negara
karena hal itu bertentangan dengan sifat syumuliah (komprehensif)

|
syariat. Karena itu, syariat tidak bisa dipisahkan dari politik negara. Di
samping itu, dampak dari pandangan ini dapat menyebabkan
sebagian umat Islam lama-lama merasa bahwa Indonesia bukan
negara sendiri sehingga akan menyuburkan keberadaan kelompok
ekstremis yang ingin memisahkan diri dari negara dengan mengangkat
imam a’dzam sendiri serta menjauhkan orang muslim dari partisipasi
dalam kontestasi pilpres. Padahal muslim yang sungguh-sungguh taat
agama dipastikan bisa memimpin negara ini dengan bersih, tidak
korupsi, adil pada rakyat dan lain-lain karena dia memiliki kesadaran
akan pertanggungjawaban amanah jabatan ini di hadapan Allah kelak.
Karena itu semua, kami tidak sependapat dengan orang yang
menganggap bahwa masalah pilpres tidak ada kaitannya dengan
agama atau hukum Islam. Dan masalah tersebut akan kita bahas dalam
buku ini.
Majunya pasangan AMIN (Anis-Muhaimin) yang berasal dari
komunitas santri pada pilpres 2024 semestinya disambut dengan
suka-cita oleh kalangan kiai dan santri pondok pesantren, baik
pesantren tradisional maupun modern, di bawah NU,
Muhammadiyyah, dan ormas-ormas Islam lainnya. Begitu juga majelis
taklim, majelis dzikir, majelis yasinan, majelis pengajian, majelis
shalawatan dan lain-lain. Bisa dikatakan AMIN adalah paket komplit
yang bisa mewakili mereka. Karena itu, diharapkan seluruh kelompok
dan komunitas tersebut merapatkan barisan untuk mendukung
pasangan ini dengan dikomandoi pimpinan masing-masing karena
tabiat manusia akan condong pada kelompoknya dan merasa nyaman
dengan orang yang sehabitatnya. Dan kelompok orang-orang yang
baik seharusnya juga bersama orang yang baik sehingga menjadi kuat
dan bisa mempengaruhi orang-orang yang kurang baik dan tidak baik.
Begitu juga pentingnya para masyayikh dan pengasuh pondok-
pondok pesantren besar dan alumninya merapatkan barisan untuk
memenangkan AMIN.
Karena itu, komunitas-komunitas tersebut harus kompak,
solider, dan saling mendukung kalau ada dari kelompok mereka yang
dicalonkan sebagai presiden dan wakilnya, tidak malah dijegal, disikut
dan dijelek-jelekkan.
Pilihan pilpres 2024 ini merupakan sesuatu yang harus kita
sepakati bersama karena sudah sangat jelas siapa yang harus kita pilih
dalam perspektif syar’i. Siapa lagi kalau bukan pasangan AMIN?
Karena itu, kepentingan dan persoalan pribadi maupun kelompok
tidak boleh dijadikan alasan menolak paslon ini. Allah berfirman,
ْ ْ‫ح‬ ْ ْ ‫ح ح ح ْ ح َ ْ ح حٰ ح ْ ح ى حَ ح‬
َ ‫ََعَالَتع ّدل ْوَا اع ّدلواَه حوَأق حربَلّلتَق حو‬
َ‫ى‬ ٍ‫ولََي ّرمنكمَشنانَقوم‬
“Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu
untuk berlaku tidak adil. Berlaku adil lah. Keadilan itu lebih
mendekatkan kepada ketakwaan”
(QS. Al-Maidah [5]: 8)
Dan perlu juga keterlibatan kiai, santri, alumni dan elemen
lainnya dalam pilpres ini sebagai relawan pemenangan paslon AMIN
dalam rangka melaksanakan amar makruf nahi mungkar dengan terjun
langsung door to door (dari pintu ke pintu) untuk mensosialisasikan
AMIN dan membuka posko untuk koordinasi.
Dan jangan lah terlalu jauh berpikir materialistis dengan
mengatakan, “Kenapa kita harus repot-repot mendukung paslon
AMIN, wong saya tidak dapat apa-apa kalau paslon ini jadi” karena
memilih presiden dan mendukungnya bukan tempat mencari uang,
tapi ruang mencari pemimpin besar umat Islam dan non muslim.

|
Karena itu, kita harus menempatkan sesuatu pada tempatnya. Jika
tidak, itu namanya zalim. Jika semua hal diukur dengan materi niscaya
negara ini akan rusak karena yang bisa menjadi pemimpin hanya
orang-orang berduit. Karena itu, ada sebuah hadis yang menyebutkan
ancaman bagi orang yang hanya mau memilih presiden bila dia
mendapatkan imbalan uang dan bila tidak ada imbalan uang dia tidak
mau memilih presiden tadi.َNabi bersabda,
‫ح ْ ْ ح ح ِّ ْ ْ ح ْ ح ح ٌ ح‬
َ‫َإىل‬-َ َ‫َلْ ٌم‬
َ ّ ‫ابَأ‬ ‫َولهمَعذ‬، ‫َولَيزكيهم ح‬، ‫َو حل حَينْظرَإَلهم ح‬، ‫كلِّمهمَاهللَيح ْو حمَالْقيح ح‬
‫ام ّة ح‬ ّ
‫ح‬ ‫حح حٌ ح‬
‫ثلثةَلَي‬
ّ ّ ّ
‫َوإ ْنَل ح ْمَي ْعط َهَمنْهاَح‬،
‫ح‬ ‫ْح ح ح‬ ‫ح‬ ْ ‫َ ًْ ح ْ ح‬ ‫حح ٌ ح حح ح ً ح‬
‫ا؛َلَيبح‬
ّ ّ ّ ّ ‫َف‬ ‫اَو‬ ‫ه‬ ‫ن‬‫م‬ّ َ ‫اه‬ ‫ط‬ ‫ع‬ ‫َأ‬ ‫ن‬‫إ‬
ّ ‫ا؛َف‬ ‫ي‬‫ن‬ ‫َِل‬
ّ ‫ل‬‫إ‬
ّ َ ‫ه‬‫ع‬‫اي‬
ّ ‫َورجلَبايعَإّمام‬-َ‫أنَقال‬
‫ح‬
َ‫ف‬َ ّ ‫ل ْمَيح‬
“Tiga orang yang tidak akan diajak bicara dan dilihat Allah di hari Kiamat
dan tidak disucikan dan dia mendapat siksa pedih ---- dan laki-laki yang
memilih presiden hanya karena tujuan duniawi. Apabila dia diberikan
duniawi itu dia akan memilih. Dan apabila tidak diberikan duniawi itu
dia tidak akan memilih presiden.”
(Muttafaq ‘Alayh)
Selain itu, dibutuhkan dukungan dari banyak komponen
masyarakat lain yang menginginkan perubahan seperti komunitas
nelayan, petani, karyawan, buruh, emak-emak, anak muda, generasi
millenial dan lain-lain untuk merapatkan barisan agar kuat mendukung
kemenangan AMIN. Kalau calon dari komunitas santri menang, bukan
berarti calon ini hanya mementingkan kelompok sendiri. Kelompok
masyarakat lain pun harus dihormati, dilindungi dan dipenuhi hak-
haknya secara adil sebagai sesama anak bangsa, meskipun mereka
non-muslim. Allah berfirman:
‫ْ حح‬ ‫ح‬
‫حو ْاْل ْر حض ح‬
َّ‫َو حض حع حهاَلّْلنام‬
“Dan bumi dibentangkan Allah untuk manusia”
(QS. Ar-Rahman [55]: 10)
Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah telah menjadikan seluruh
belahan bumi termasuk bumi pertiwi Indonesia untuk dimanfaatkan
bersama antar umat manusia termasuk non-muslim.
Buku ini kami buat dengan tujuan memberi pencerahan kepada
saudara kami seluruh umat Islam dan memberi penjelasan kepada
mereka tentang ilmu wajib yang harus diketahui oleh setiap muslim
yang punya hak suara dalam pilpres serta sebagai ikhtiar kami agar
perubahan negara ini betul-betul terwujud dengan kemenangan
capres dan cawapres AMIN.
Dan dengan beberapa dalil yang kami sampaikan dalam buku
ini, kami berpendapat wajib syar’i memilih pasangan AMIN dengan
maksud dan tujuan di atas. Kepada yang bisa menerima isi tulisan
buku ini, kami ucapkan terima kasih. Namun saya yakin ada orang atau
pihak yang tidak senang dengan buku ini dan kami bersedia menerima
kritik dan sanggahan, tapi perkenankan kami untuk menjawabnya.
Semoga Allah melindungi kami dari segala mara bahaya yang ada di
muka bumi ini.
ْ ‫ح ْ ح ْح ْ ْ ح ْح ْ ح ح‬
َ ْ ‫َونّع حمَانلَ ّص‬
‫ي‬ ‫حح ْسبنحاَاهللَونّعمَالو ّكيلَنّعمَالموَل‬
Amin.
Sarang, 25 R. Awwal 1445 H
10 Oktober 2023 M

KH. M. Sa’id Abdurrochim


Pengasuh PP. MUS Sarang Rembang

|
Merapatkan Barisan Umat dalam Pilpres
Bergabungnya PKS yang dianggap mewakili kelompok Islam
kanan (istilah para orientalis Barat) dan PKB Islam kebangsaan yang
mewakili kelompok Islam tradisional dan NU yang selama ini kedua
partai tersebut selalu tidak akur ibarat air dengan minyak harus kita
respon positif karena siapapun umat Islam tahu bagaimana Islam
mendorong untuk saling mencintai, menghargai, mendukung, dan
memberi tempat di antara sesama muslim. Oleh karena itu, antar
organisasi Islam harus saling mendukung, tolong-menolong dan
memberi kesempatan. Nabi bersabda,
‫ْ ح ح‬ ْ ‫ح ْ ح‬ ْ ‫ْ حح‬ ‫ح‬ ‫ْ ح ْ ح ح ِّ ْ ح ح‬ ‫ح‬
َ ‫َمثلَاْل ح حس ّدَإّذاَاشتحَكَ ّمنهَعض ٌوَت‬
َ‫داع‬ ‫َوت حعاط ّف ّهم‬،‫اُح ّه ْم‬
ّ ‫َوت حر‬،‫حمثلَالمؤ ّم ّنني َِّفَتواد ّهم‬
ْ ‫َ ح ح‬ ‫ح‬
َ ‫ّم‬َ َ ‫َوال‬ ‫لَ حسائّرَاْل ح حس ّدَبّالسه ّر‬
“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai,
mengasihi, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu
anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan
panas”
(Muttafaq ‘Alayh)
Dan hal ini tentunya tidak mungkin terjadi kalau tidak menjaga
persatuan, kekompakan, dan saling mendukung di antara sesama
muslim dan organisasi Islam. Nabi bersabda,
ْ ْ ُّ ْ ْ ْ ْ ‫َ ْ ح‬
‫يانَيحشد حَبعضه حَبع ًضَا‬
ّ ‫إنَالمؤ ّمنَلّلمؤ ّم ّنَاكْلن‬
“Orang mukmin bagi mukmin lainnya itu seperti bangunan, sebagiannya
menguatkan sebagian yang lain.”
(Muttafaq ‘Alayh)
Allah juga berfirman,
ْ ‫ح‬ ْ ْ ْ ‫ح ْ ْ ح ح‬
َ ٍ ‫َوالمؤ ّمنحات حَبعضه ْمَأ ْو َّلحاء حَبع‬
َ ۚ‫ض‬ ‫والمؤ ّمنون‬
“Orang-orang beriman; laki-laki dan perempuan sebagian dari mereka
adalah penolong bagi sebagian lainnya”
(QS. At-Taubah [9]: 71)
Kita patut mensyukuri ini karena selama ini umat Islam telah
tersekat-sekat, terkotak-kotak dan tidak bisa menyambung karena
sengaja didesain oleh kelompok kiri lewat kaki tangan kelompok yang
tidak senang umat Islam bersatu. Mereka melakukan adu domba
dengan memecah-belah persatuan umat Islam dengan membuat
pengotak-ngotakan ini seperti cebong, kampret, radikal radikul,
kelompok kanan, kelompok jenggot cingkrang dan sebagainya.
Akibatnya umat Islam sering kali terprovokasi melakukan tindakan
dan ucapan yang memecah-belah, mengolok-olok dan mengejek
antara muslim satu dengan muslim lainnya, organisasi Islam satu
dengan organisasi Islam yang lain padahal semestinya hal ini tidak
boleh terjadi karena perbedaan di antara mereka hanya sebatas dalam
permasalahan agama yang khilafiyah (diperselisihkan ulama). Oleh
karena itu, perbedaan ini semestinya tetap menjaga persatuan umat
untuk memperkuat umat Islam.
Karena itu, walaupun ada perbedaan dalam permasalahan yang
khilafiyah, semestinya umat Islam yang sudah terorganisir dengan
beberapa organisasi, baik ormas atau orsospol, sewaktu-waktu juga
digunakan untuk menggalang kekuatan untuk menjadikan sosok
pemimpin yang agamis di pemerintahan yang telah disepakati
bersama.
Jadi, perbedaan di antara organisasi Islam itu harus dipahami
hanya berbeda dalam pemahaman dan pelaksanaan ajaran agama
Islam saja. Sedangkan dalam hal-hal yang telah disepakati bersama
seperti keharusan pemimpin negara yang agamis, maka semua ormas
Islam harus bekerja sama dan bersatu dalam koalisi. Di era
keterbukaan ini, jika bersikap keras kepala tidak mau bekerja sama dan
berhubungan dengan ormas Islam lain dalam semua aspek itu adalah
kolot.
Saya yakin bahwa mayoritas umat Islam yang tidak
terkungkung kefanatikan buta merindukan kebersamaan dan
kekompakan umat Islam lewat kebersamaan antar organisasi dalam
hal-hal yang seharusnya disepakati bersama seperti mengusung
AMIN yang agamis sebagai pasangan Capres dan Cawapres.
Apalagi kita tahu bahwa Islam sangat menekankan jamaah
(berkumpul). Jamaah itu memiliki dua arti. Yang pertama, jamaah
dalam arti kesatuan umat Islam dalam ajaran dan akidah yang
dipegang oleh Nabi dan para sahabatnya. Kedua, jamaah yang
diperintahkan agama dalam arti berkumpulnya umat Islam untuk
bersepakat menunjuk salah satu dari umat Islam yang dinilai paling
layak dan memenuhi kriteria pemimpin syar’i yaitu yang paling
mengetahui agama dan yang paling taat syariat untuk menjadi imam
a’dzam atau kepala negara. Calon dengan kriteria seperti ini harus
dikerucutkan satu nama saja supaya memperkuat suara tersebut dan
agar tidak terjadi perbedaan di tengah umat Islam yang dilarang Islam
dalam menentukan kepemimpinan nasional atau imam a’dzam.
Dan seharusnya ahlul halli wal aqdi yaitu para ulama, tokoh
masyarakat, cendekiawan dan berbagai orang mulia ketika tiba waktu
pilpres tidak berdiam saja atau memilih bersikap netral, tapi harus
punya sikap jelas dan dapat dipertanggung jawabkan serta supaya
berkumpul untuk menentukan pilihan calon yang lebih mengetahui
agama dan taat syariat yang harus dipilih oleh semua umat Islam.
Hal ini karena menurut hukum fikih, semestinya yang harus
dan berhak memilih presiden adalah ahlul halli wal aqdi saja. Adapun
masyarakat awam harus ikut pada pilihan ahlul halli wal aqdi tersebut

|
karena pilihan masyarakat awam tidak sah dalam hukum fikih. Dalam
kitab-kitab fikih dijelaskan,
َ ‫حو حلَيحص ُّح حَبيْ حعةَالْ حع‬
‫ام َّة‬ ّ
“Tidak sah pengangkatan orang awam”
atau mereka bertanya langsung pada kiai yang ahli ilmu agama. Allah
berfirman,
‫ح ْ ح ح ْ ح ِّ ْ ْ ْ ح ح ْ ح ح‬
َ‫اسألواَأهلَاذلك ّرَ ّإنَكنت ْمَلَتعلمون‬ ‫ف‬
“Maka bertanyalah kepada ahludz dzikiri jika kamu tidak mengetahui”
(QS. An-Nahl [16]: 43)
Bagi kiai yang ditanya tentang siapa calon yang harus dipilih
dalam pilpres tentu wajib menjawab bahwa calon yang dipilih harus
yang paling mengetahui agama dan yang paling taat syariat dan kalau
sudah jelas-jelas mengetahui siapa yang harus dipilih sesuai kriteria
syar’i maka berdosa apabila tidak menjawabnya karena tidak memberi
tahu ilmu wajib bagi para pemegang hak pilih pilpres yang akan
memilih. Nabi bersabda,
‫جامٍ َم ْنَنحارَيح ْو حمَالْقيح ح‬ َ ‫ح ْ ح ح ْ ْ ح ح ح ح ح ْح ح‬
‫َالِلَبل ح‬
َ‫ام ّة‬ ّ ٍ ّ ّ ّ ‫منَسئّلَعنَ ّعل ٍمَفكتمهَأْلمه‬
“Siapa yang ditanya tentang suatu ilmu, lalu ia menyembunyikannya
(tidak menjawabnya), Allah akan mengekangnya dengan kekangan api
neraka pada hari kiamat nanti.”
(HR. Imam Abu Dawud)
Yang dimaksud ilmu dalam hadis ini adalah ilmu agama yang
wajib seperti ilmu tentang kriteria presiden yang harus dipilih sesuai
syar’i. Bahkan ahlul halli wal aqdi wajib meng-isyhad-kan atau
mengumumkan kepada khalayak ramai karena calon ini butuh
kesaksian mereka.
Penting untuk dipahami, keharusan memilih presiden
berdasarkan kriteria syar’i bukan berarti Indonesia ialah milik umat
Islam saja. Tapi dalam pandangan syar’i, non-muslim pun akan
dilindungi dan dipenuhi hak-haknya sebagai sesama anak bangsa. Di
dalam perjalanan sejarah, pemerintahan Islam tidak pernah menafikan
keberadaan kelompok non-muslim, bahkan mereka dijamin, dilindungi
hak-haknya dan juga terjamin mendapat alokasi dana pemerintah
sesuai proporsinya. Oleh karena itu, di negara Pancasila ini mestinya
sudah selesai permasalahan hubungan antar umat beragama, sebab
sejak zaman dulu sebelum negara ini merdeka, interaksi umat Islam
dengan umat non-muslim selalu baik, saling menghormati dan
menghargai keyakinan masing-masing.
Dan pasangan AMIN sudah tidak diragukan lagi komitmennya
untuk menerapkan kesetaraan dan keadilan bagi non-muslim. Rekam
jejak kedua tokoh ini dalam hal di atas sudah banyak dipraktikkan di
lapangan.
Ada sebagian orang dari kalangan NU yang mengatakan jangan
dukung Pak Anies karena beliau dekat dengan kelompok Islam garis
keras seperti FPI. Pandangan ini tidak benar. Yang benar adalah Pak
Anies dekat dengan semua kalangan, baik muslim maupun non-
muslim. Semua kelompok Islam juga didekati beliau. Beliau dengan
NU (dalam hal ini PWNU Jakarta) sangat dekat. Dengan FPI juga
dekat. Hal ini dilakukan karena beliau waktu itu adalah gubernur bagi
seluruh rakyat Jakarta, baik muslim maupun non-muslim sehingga
memang harus dekat dengan semua kelompok masyarakat.
Adapun pada saat Pilkada DKI, bertepatan FPI dan banyak
umat Islam mendukung Pak Anies bukan mendukung Pak Ahok.
Alasan yang mendasari dukungan mereka kepada Pak Anies saat itu

|
bukan karena Pak Anies seorang intoleran, tetapi FPI dan umat Islam
menganggap Pak Ahok telah menodai agama Islam tentang surat Al-
Maidah. Klaim bahwa Pak Anies dekat dengan kelompok garis keras
seperti FPI ini dihembuskan oleh kelompok yang masih belum sembuh
dari luka lama di Pilkada DKI kemudian framing ini dibesar-besarkan
oleh Buzzer.
Dan perlu dipahami juga bahwa cara yang digunakan FPI dalam
melakukan amar makruf nahi mungkar dengan merusak benda
kemaksiatan memang diperselisihkan ulama sejak lama. Hal ini karena
cara tersebut bisa menimbulkan bahaya untuk dirinya dan orang lain
serta akan menimbulkan kesan bahwa Islam mengedepankan cara
kekerasan. Padahal semestinya yang berwenang menghilangkan
kemungkaran dengan kekuatan tangan hanya aparat negara.
Sedangkan rakyat hanya boleh menegur kemungkaran. Karena itu,
walaupun tidak sepakat dengan FPI dalam caranya melakukan amar
makruf nahi mungkar dengan alasan tersebut, kita tetap tidak boleh
menganggap FPI sebagai musuh karena perbedaan kita dan mereka
adalah masalah khilafiah.

AMIN Pilihan Warga NU


Secara moral, warga NU seharusnya membesarkan PKB karena
secara legal formal yang membidani lahirnya PKB adalah NU dan PKB
dibentuk supaya menjadi besar. PKB dibentuk untuk mewadahi
aspirasi warga NU dan PKB bisa besar bila kadernya bisa menduduki
jabatan tertinggi nomor dua RI yaitu wakil presiden. Dan keberadaan
PKB juga betul-betul bisa menunjukkan fungsinya sebagai wadah
aspirasi warga NU. Di antaranya memelopori usulan Hari Santri,
undang-undang pesantren, perda pesantren dan lain-lain.
Begitu juga kontribusi PKB kepada struktural NU sangat
dirasakan kemanfaatannya seperti alokasi dana sumbangan untuk NU
di semua tingkatan, mulai ranting, MWCNU, PCNU, PWNU hingga
PBNU beserta banom-banomnya di semua tingkatan, yang nilainya
tidak sedikit mencapai ratusan miliar.

Karena itu, warga NU dan pengurus NU yang tidak mendukung


pencalonan Gus Imin itu namanya tidak solider dan tidak tahu terima
kasih.
Dan kalau ada orang NU dicalonkan sebagai wapres selain Gus
Muhaimin pasti hanya dibuat pajangan saja untuk mencari suara dari
warga NU karena calon wapres selain Gus Muhaimin tidak punya
kekuatan di DPR. Karena itu, warga NU harus bersatu, kompak, dan
merapatkan barisan untuk mendukung AMIN karena Gus Muhaimin
adalah kader tulen NU, cucu pendiri NU dan cucu pahlawan nasional
serta beliau telah berkontribusi banyak untuk NU dan pesantren
lewat partai PKB.

AMIN Mewujudkan Perubahan untuk Persatuan


Kita sungguh prihatin dengan keadaan negara Indonesia
sekarang ini. Kita semua bisa melihat bahwa harga bahan pokok,
sandang dan pangan selalu naik tanpa diimbangi peningkatan daya
beli masyarakat seperti harga beras yang selalu melonjak dan tak
terkendali. Yang menjadi korban adalah rakyat. Paling rakyat disuruh
makan ubi atau ketela. Padahal banyak negara yang perekonomiannya
di bawah Indonesia bisa menyubsidi kebutuhan pokok untuk rakyat
sehingga harga bisa murah, kesehatan dan pendidikan gratis serta
memberi tunjangan rakyat yang tidak mampu seperti Mesir, Pakistan
dan lain-lain.

|
Penegakan hukum banyak yang tidak berjalan dan terkesan
tebang pilih. KPK tidak berani memproses kasus-kasus besar. Bahkan
hukum juga dijadikan sebagai alat menyandera lawan politik yang
berseberangan dengan pemerintah. Betapa di negara ini, praktik
korupsi begitu gila. Masak dana proyek sebesar 10 triliun yang
dikorupsi mencapai 8 triliun dan itu pun yang diproses hukum hanya
menteri yang mengusung AMIN saja padahal banyak pihak yang
terlibat menerima dana korupsi tersebut. Bagaimana kelanjutan
proses hukum korupsi pajak ratusan triliun dan proyek Sirkuit
Mandalika yang amburadul meninggalkan banyak hutang sementara
JIS yang transparan selalu dicari kesalahannya? Bahkan ada yang
mengatakan, kalau ingin mencari aman maka gampang saja, ikut
koalisi pemerintah maka tidak diganggu berkorupsi dan aman dari
KPK. Masih banyak lagi kasus-kasus besar yang tidak diproses hukum
seperti kasus tambang, kasus hutan dan kasus upeti judi online senilai
ratusan triliun dan lain-lain.
Angka praktik korupsi juga semakin meningkat. Ada yang
mengatakan dana anggaran pemerintah periode ini dikorupsi 35% dan
ini lebih tinggi daripada angka korupsi pada era Pak Harto yaitu 30%.
Bagaimana bisa calo proyek pemerintah yang hanya ‘modal dengkul’
bisa mendapat 7%. Sektor pertambangan juga dikorupsi seperti
pertambangan nikel dikeruk Cina dan pajaknya dimanipulasi ratusan
triliun. Hasil tambang hutan milik negara ataupun yang dikelola swasta
dengan bagi hasil untuk negara, apabila nol korupsi maka setiap rakyat
Indonesia akan mendapatkan hasil 20 juta per bulan. Begitupun,
banyak terjadi kasus-kasus korupsi di kementerian seperti
Kementerian Perdagangan, Kementerian KOMINFO, Kementerian
Pertanian dan lain-lain. Ini semua menunjukkan komitmen pemerintah
memberantas korupsi telah gagal total. Hal ini akibat rekrutmen
pejabat tinggi tidak terseleksi dengan ketat padahal mencari orang
yang bersih masih banyak. Bahkan kebanyakan para pejabat dan
menteri banyak dari kalangan pengusaha sehingga sering kali jabatan
pemerintahan itu digunakan untuk kepentingan bisnis pribadi. Di
samping itu, sistem pengawasan tidak berjalan dan sistem
pengelolaan keuangan tidak baik. Karena orang baik pun akan tergoda
ikut berbuat buruk apabila sistemnya kurang baik. Mafia juga ada di
mana-mana seperti di calon PNS, mafia anggaran, mafia hukum dan
lain-lain.
Utang pemerintah semakin menumpuk dan rakyat menjadi
korban seperti sekarang ini dengan menanggung utang negara 28 juta
per orang. Banyak proyek pemerintah hasil pinjaman yang
menyengsarakan rakyat seperti kereta cepat Bandung-Jakarta dengan
membayar pengembalian 226 milyar per bulan dalam jangka 30 tahun.
Bahkan banyak proyek pemerintah yang gagal total padahal telah
menghabiskan banyak anggaran seperti proyek food estate, bandara
Kartajati dan lain-lain. Dan negara betul-betul dikuasai China. Apakah
kita tidak takut menjadi seperti negara yang bangkrut gara-gara
terjerat hutang China sehingga negara digadaikan seperti Sri Lanka,
Uganda, Maladewa, Kenya dan lain-lain?
Tanah IKN (Ibu Kota Negara) Nusantara ditawarkan konsesi
34.000 hektar lahan kepada Cina dengan memberikan HGU sampai
190 tahun, serta HGB dan HP sampai 160 tahun bagi investor
dengan ada beberapa kesepakatan berbahaya seperti kewajiban
pengajaran bahasa cina di sekolah Indonesia. Begitu juga negara
meminta China untuk menggambar detail desain IKN dan
memprioritaskan tenaga kerja dari China daripada tenaga kerja lokal.
Jangan menganggap remeh hubungan Indonesia-RRC dengan
dalih RRC juga berhubungan akrab dengan negara-negara Arab
seperti Saudi karena hubungan mereka untuk kepentingan dagang
dengan harapan RRC membantu mereka ketika terjadi peperangan.
Hal ini beda dengan RRC ketika berhubungan dengan Indonesia

|
karena RRC sebagai negara komunis dan jutaan orang komunis
pernah dibantai di Indonesia. Karena itu tidak mungkin mereka tidak
punya dendam kepada umat Islam Indonesia dan kiai-kiainya.
Dan Partai PDI-P juga selalu menjalin kerja sama dengan partai
komunis China dengan melatih kader-kadernya di RRC dan selalu
mengucapkan selamat ketika partai komunis RRC mengadakan hari
ulang tahun. Arteria Dahlan mengatakan PKI Indonesia melebur di
PDI-P. Apakah ada PKI di PDIP? Dia mengatakan, jelas ada.
Meskipun di PDI-P kemungkinan ada kelompok anak-anak
orang PKI, tapi kita tidak bisa menyalahkan anaknya selama mereka
tidak ikut bapaknya karena mengaitkan kejelekan dan keburukan
bapak pada anaknya adalah cara-cara yang tidak islami.
Dan banyak indikasi-indikasi PKI Indonesia dan Cina telah
menyusup dengan taktik adu domba dan mereka kawin dengan WNI
Indonesia.
Banyak terjadi kesewenang-wenangan menguasai tanah
penduduk demi membela investor seperti Pulau Rempang yang
katanya penduduknya pendatang tapi ternyata pulau itu telah dihuni
sejak 1826 dan sudah ada keputusan Wali Kota Batam tahun 2004
bahwa Rempang adalah perkampungan melayu tua yang budayanya
dilindungi sebagai cagar budaya, tetapi dengan seenaknya penduduk
Rempang diusir. Sebetulnya tidak masalah penduduk dipindah, tapi
harus dengan kehendak sendiri dan ada ganti rugi harga umum.
Keadaan Indonesia yang demikian ini, saya yakin semua rakyat
ingin ada perubahan. Dan untuk bisa berubah, kita harus mengubah
sistem pengelolaan negara dan mengisi pejabat pemerintahan dengan
menteri-menteri dan pejabat-pejabat yang bersih dan anti korupsi,
kompeten, jujur dan amanah serta menegakkan hukum dengan tanpa
pandang bulu di KPK, kejaksaan dan kepolisian. Karena itu, rezim lama
yang ingin berkuasa lagi dan pengusung utama yang menugaskannya
harus ditumbangkan.
Sedangkan momentum yang paling pas untuk menumbangkan
rezim lama adalah ketika pilpres nanti dengan memilih calon presiden
yang adil juga taat syariat, berkomitmen memberantas korupsi,
menegakkan hukum tanpa pandang bulu dan mengedepankan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Hal ini ada pada
pasangan AMIN.
Dan pemimpin yang adil ini adalah salah satu solusi yang
diajarkan oleh agama. Banyak sekali dalil-dalil Al-Quran dan hadis
yang menunjukkan keutamaan presiden yang adil.
Allah berfirman,
‫ح‬ ْ ْ ‫ْح ْ ح‬ ْ‫َ َح ح‬
َّ ‫اْلحس‬
‫ان‬ ّ ‫إّنَالِلَيأمر َّبالعد ّلَو‬
“Sesungguhnya Allah memerintahkan berlaku adil dan berbuat baik”
(QS. An-Nahl [16]: 90)
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dalam kitab At-Thuruq Al-Hukmiyyah
menjelaskan bahwa politik itu terbagi menjadi dua:
1. Politik yang zalim (tiran). Politik semacam ini diharamkan oleh
syariat.
2. Politik yang berkeadilan yaitu suatu politik yang menjadi
bagian integral dari syariat. (Selesai)
Nabi juga bersabda,
ٌ ‫حْ ح ْ ح ح حح ْح ْ ْ حْ ً ح ٌ ح‬ ‫ح‬ َ ‫َ ح ح‬
َ ‫ََع ّد َل‬ ‫هللَيومَال ّقيام ّةَوأدناهمَ ّمنهََم ّلساَ ّإمام‬ ّ َ‫ّإنَأحبَانل‬
ّ ‫اسَ ّإىلَا‬
“Sesungguhnya orang yang paling dicintai Allah di hari Kiamat dan
paling dekat kedudukannya dengan Allah adalah pemimpin yang adil”

|
(HR. Imam Tirmidzi)
Nabi juga bersabda,
‫ح ِّ ح ح‬ ْ ‫َو حح ٌّدَي حقام ْ ح‬
‫َسنح ًة ح‬ ‫ادةَستِّ ْ ح‬
‫ْ ح ح‬ ‫حٌْ ْ ح ح حْ ح‬
َ‫َِبق ّهَأ ْزَكَ ّفيْ حهاَ ّم ْن‬
ّ ‫َِفَاْلر ّض‬
ّ
‫ني ح‬
ّ ٍ ‫يومَ ّمنَإّمامٍ ََع ّد ٍلَأفضلَ ّمنَ ّعب‬
ً ‫ح‬ ‫ح‬ ‫ح‬ ْ ‫ح ح حْح‬
َ ‫مط ٍرَأرب ّعنيَصباح َا‬
“Satu hari yang dilakukan pemimpin adil lebih baik daripada ibadah
enam puluh tahun. Penegakan hukum di muka bumi yang sesuai haknya
lebih baik daripada hujan empat puluh hari”
(HR. Imam Thabrani)
Ibnu Abbas berkata,
ٌ ‫ح ح ح ح حْح ح ٌ ح‬ َ ْ ‫َ ّْ ْ ح ّحححَ ْ ح‬
َ‫ََع ّدل‬ ‫اسَ ّإذاَاكنَعليهاَ ّإمام‬
ّ ‫َانل‬ ‫ني‬
ّ ‫ّإنَاْلرضَّلَتين َِّفَأ‬
‫ع‬
“Bumi akan terlihat indah di mata manusia tatkala dipimpin oleh
pemimpin yang adil”
Para ulama juga berkata,
‫ح ح حح ْ ح ح‬
َ‫َالز حمان‬
َ ‫ب‬ ‫َخ حص ح‬ ‫َاْلمام‬
ّ ‫ّإذاَعدل‬
“Apabila pemimpin berlaku adil maka dunia menjadi subur makmur”
Sungguh sangat eman, dana senilai puluhan triliun digunakan
untuk pemilu bila tidak menghasilkan pilihan presiden yang diyakini
bisa mengubah kebobrokan dan kezaliman dalam rezim pemerintahan
sekarang ini. Hukum mengganti rezim yang zalim adalah wajib
menurut syariat. Adapun dalam kitab-kitab fikih dijelaskan bahwa
tidak boleh menjatuhkan pemerintah yang fasik dan zalim hal ini
apabila menimbulkan mafsadah yang besar. Tapi di alam demokrasi ini,
mengganti rezim presiden dalam pemilu sudah dilindungi oleh
undang-undang sehingga dipastikan aman.
Ketika mau menghadapi pilpres, kita selalu disuguhkan
beberapa calon presiden yang banyak plus dan minusnya terutama
minus kriteria syarat taat syari’at, paling-paling sosok yang taat syariat
hanya jadi ban serep alias wapres padahal mestinya persyaratan itu
untuk presiden sehingga kita harus berhati-hati dan selektif dalam
menjatuhkan pilihan suara kita.
Kenapa kita harus hati-hati dan selektif memilih presiden?
Karena ketika presiden sudah terpilih dan salah memilihnya, kita harus
taat dan sabar menghadapi kezaliman penguasa, hanya boleh
mengkritik sebagai bagian dari amar makruf dan tidak boleh
menjatuhkannya.
Karena itu, kita harus hati-hati dan butuh penelitian yang
mendalam atau bahasa fikihnya “ijtihad” untuk memilih presiden yang
sesuai persyaratan syariat agar tidak tertipu lagi dengan janji manis
capres dan menyesal setelah memilih nanti serta merugikan nasib
seluruh rakyat Indonesia karena pilihan kita menentukan nasib
mereka.
Salah satu cara kehati-hatian kita dalam memilih presiden ini
ialah jeli melihat rekam jejak calon presiden dan tidak dibodohi
dengan framing-framing untuk membentuk opini masyarakat terhadap
calon presiden tersebut. Karena pentingnya melihat rekam jejak,
Sayyidina Umar bertanya kepada orang yang mengaku mengenal
sebagai saksi,
ْ‫ْ ح ح حح ح ح حح ح ح حح ح ح‬ ‫حح ح ح‬ ُّ ْ َ‫َالس حفرَال‬ ‫حه ْل ح‬
‫اكَتع ّرف َه‬‫َمَك ّرمّ َالخل ّقَفقالَلَفقالَماَأر‬ ‫ِتَي ْستح حدل َّب ّهََع‬ّ ّ
َ ‫َصحبْتحهَِف‬
ّ ّ

|
“Apakah engkau menemaninya dalam perjalanan yang menjadi bukti
atas kemuliaan akhlak” Laki-laki itu menjawab, “Tidak”. Umar berkata,
“Aku tidak menganggapmu mengenalnya”
Dalam keterangan di atas, Sayyidina Umar mensyaratkan
harus pernah menemani dalam bepergian untuk mengetahui rekam
jejak orang yang mau disodorkan menjadi saksi sebab ketika orang itu
memiliki akhlak baik saat bepergian seperti suka menolong ini dapat
dianggap bukti rekam jejak kebaikan orang tersebut karena saat
bepergian orang sering kali cenderung menjadi egois dan
temperamen.
Begitu pun, dalam ketentuan fikih, seorang fasik dan pemaksiat
yang bertaubat tidak begitu saja diterima pengakuan taubatnya
sebelum dibuktikan rekam jejaknya dengan ditunggu dan diberi jeda
waktu satu tahun agar bisa membuktikan bahwa dia betul-betul
berperilaku baik. Baru setelah diberi jeda satu tahun untuk
membuktikan rekam jejak yang baik, maka dapat menyandang
predikat taat syariat sehingga bisa menduduki jabatan yang
mensyaratkan hal tersebut.
Alhamdulillah baru menjelang pilpres kali ini, menurut kami kita
disuguhkan calon presiden yang betul-betul merepresentasikan sosok
calon presiden dengan rekam jejak yang baik dan kriteria-kriteria
menonjol yang sangat komplit seperti saleh, taat syariat, nasionalis-
religius, punya integritas baik, beretika, jujur, muda, santun, visioner,
cerdas, humanis, akademisi, terbuka untuk dikritik, teknokrat,
diplomat luar negeri yang ulung sehingga bisa mewarnai hubungan
internasional, dekat dengan para ulama serta merawat tradisi NU
seperti shalawatan, istighasah dan lain-lain. Dan sifat-sifat ini tidak
dimiliki oleh pasangan calon presiden dan wakil presiden lain.
Dengan sifat-sifat yang beliau miliki tersebut, Pak Anies
berhasil memimpin DKI Jakarta dengan bagus dan baik, bisa menjaga
ketenangan dan berkolaborasi dengan masyarakat untuk membangun
bersama serta semua janji-janji ketika kampanye bisa dipenuhi
dengan baik. Hal ini menjadi bagian dari rekam jejak kepemimpinan
Pak Anies. Bahkan telah banyak penghargaan yang diterima beliau,
baik penghargaan nasional atau internasional. Begitu pun, rekam jejak
beliau berhubungan dengan seluruh ormas baik. Salah satunya
dengan PWNU DKI Jakarta. Beliau telah memberikan kemudahan,
fasilitas dan bantuan puluhan miliar untuk PWNU DKI Jakarta.
Sosok yang demikian hebat ini dan terbukti rekam jejaknya
dalam memimpin DKI Jakarta dipastikan bisa memimpin seluruh
rakyat Indonesia dengan baik sebagai presiden.
Seperti yang kita ketahui, mau sehebat apapun orang pasti ada
saja orang-orang yang tidak senang kepadanya. Nabi saja sebagai
manusia paling hebat dalam sejarah itu pun masih ada saja orang-
orang yang membenci beliau. Begitu juga Pak Anies, banyak pihak
yang tidak senang kepada beliau dengan menyabotase usaha
pencalonan pilpres seperti baliho-baliho beliau dicopoti, pertemuan
sering dihambat, perizinan dipersulit, selalu dicari kesalahannya
sampai-sampai kelebihan beliau dalam pandai berbicara dijadikan
olok-olokan bermulut manis. Memang begitulah sunnatullah bahwa
orang-orang yang diberi kenikmatan berupa kelebihan-kelebihan
pasti ada orang lain yang iri atau hasud. Dalam sebuah hadis Nabi
disebutkan:
ٌ ْ‫ْ ح‬ َ َ ‫ح‬
َ ‫ف ّإنَُكَ ّذ ْيَ ّنع حم ٍةََمس ْو َد‬
“Setiap orang yang mempunyai kenikmatan pasti banyak orang yang iri”
(HR. Imam Thabrani)
Ulama juga mengatakan,

|
‫ح‬ ْ
‫الحس ْودَلَيحس ْو َد‬
“Orang yang banyak irinya tidak akan menjadi pemimpin.”
Dan saya yakin bahwa Pak Anies tidak punya sifat iri dan
dendam karena beliau punya jiwa seorang pemimpin. Sebagian ulama
berkata,
ْْ ْ‫ح ْ ْح ح ح‬ ْ‫ح‬
‫َالق حَد‬
ّ ‫حولي حسَع ّظيمَالق ْومّ َم ْنََي ّمل‬
“Pembesar suatu kaum tidak menyimpan sifat dendam”
Pak Mohammad Natsir berkata, orang tak akan menjadi
pemimpin besar dengan mencari kesalahan-kesalahan orang lain. Dan
mafhum dari semua perkataan di atas bahwa orang yang tidak hasud,
tidak menyimpan dendam dan tidak mencari-cari kesalahan orang lain
akan menjadi seorang pemimpin besar. Dan Pak Anies menghadapi itu
semua dengan sabar tanpa membalas mencari kesalahan-kesalahan
rivalnya. Karena itu, Pak Anies layak menjadi pemimpin besar dengan
memenangkan pilpres tahun 2024 yang akan datang. Allah berfirman,
‫ونَبأح ْمرنحاَل ح َم ح‬
‫اَص حَبوَا‬
‫ح ح ح ْح ْ ْ ح َ ً ح ْ ح‬
ّ ّ ‫ۚ وجعلناَ ّمنهمَأئّمةَيهد‬
“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang
memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar.”
(QS. As-Sajdah [32]: 24)
Semua cita-cita dan keinginan yang mulia seperti ingin
mengganti rezim yang zalim untuk membangun Indonesia yang bersih
dari penyalahgunaan kekuasaan dan KKN (korupsi, kolusi dan
nepotisme) serta menegakkan hukum tanpa pandang bulu pasti
banyak pihak-pihak yang tidak senang dan selalu ingin
menghalanginya, tetapi sunnatullah telah membuktikan ketika
perjuangan itu dilalui dengan ketegaran, keteguhan, keuletan, dan
kesabaran akan mendapatkan hasil kemenangan. Allah berfirman,
َٰ ‫ْ ح ح ْ ح ح‬ ‫ْح َ ح ح ح َ ح‬
‫اَي ْعلحمَٱ َلِلَٱ َ ح ح ٰ ح‬ ْ‫حْ ح ْ ح ح‬
َ‫َب ح‬
‫ين‬ ّّ ‫ذلينَجهدواَ ّمنكمَويعلمَٱلص‬ ّ ّ ‫َح ّسبت ْمَأنَتدخلواَٱْلنةَولم‬ ‫أم‬
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum
nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kamu dan belum
nyata orang-orang yang sabar.”
(QS. Ali Imran [3]: 142)
Memang persaingan politik itu keras dan godaan politik itu
berat. Kalau kita tidak punya ketakwaan yang kuat, akan terbawa
melakukan perbuatan dan cara-cara yang kotor, sampai-sampai ada
ungkapan gebyah uyah (generalisasi) bahwa politik itu kotor. Padahal
politik adalah hal mulia. Ulama berkata,
‫ح‬ َ ْ ‫ٌْ ْ ح‬
َ ‫َّالَّشيْ حع َة‬
ّ ‫ء‬ ‫ا‬‫ز‬‫جح‬ ‫السيح ح‬
‫اسةَجزءَ ّمنَأ‬ ِّ

“Politik adalah salah satu bagian dari syariat”


Tapi karena banyak oknum-oknum yang berebut politik
kekuasaan dengan cara kotor di dunia politik sampai ada vonis bahwa
politik itu kotor. Karena itu, untuk mengurangi kekotoran politik, maka
orang-orang baik seperti pasangan AMIN ini harus masuk politik
kenegaraan di tingkat puncak yaitu presiden dan wakilnya. Salah satu
program yang dicanangkan pasangan AMIN adalah mendanai penuh
operasional partai politik agar partai politik tidak mencari setoran dari
hasil korupsi dan membuat kebijakan yang memurahkan biaya politik
pencalonan pejabat publik seperti presiden, gubernur, bupati dan
DPR.

Kenapa Harus Berkoalisi dengan NasDem dan PKS?

|
Sebagai lokomotif koalisi, Partai NasDem telah memberi
semangat dan motivasi untuk perubahan terutama sumpah Pak Surya
Paloh yang fenomenal bahwa beliau dalam memelopori Koalisi
Perubahan ini tidak akan memanfaatkan kekuasaan untuk
kepentingan bisnisnya tetapi semata-mata menginginkan perubahan
Indonesia yang selama ini banyak kebohongan, manipulasi,
ketidakadilan dan lain-lain serta ingin masyarakat Indonesia punya
etika dan moral baik. Dan menurut beliau yang mampu melaksanakan
harapan ini adalah paslon AMIN. Dan kita patut berterima kasih
kepada Pak Surya Paloh atas keberaniannya mengusung AMIN lewat
partai NasDem dengan segala resiko yang dihadapinya.
Kemudian kenapa PKB berkoalisi dengan PKS?
Pertama karena untuk bisa mendapatkan suara terbanyak
harus berkoalisi sehingga menambah suara untuk kemenangan AMIN
dan juga tidak mudah mencari koalisi yang mau berkorban tanpa
mengusung wapres dari kadernya sendiri seperti PKS. Bisa dikatakan,
suara bramacorah pun kita butuhkan untuk mencapai kemenangan
pasangan presiden dan wakilnya yang kita nilai paling memenuhi
syarat presiden. Bahkan koalisi dengan kelompok non-muslim pun
boleh untuk menjatuhkan rezim yang zalim seperti dalam kitab Al-
Isti’anah bi Gharil Muslimin. Lalu kenapa dipermasalahkan koalisi
dengan sesama muslim yang hanya beda organisasi? Dulu Hadlrotus
Syaikh KH. Hasyim Asy’ari pun juga mengambil keputusan NU
berkoalisi dengan Masyumi.
Karena itu, walaupun ada perbedaan paham keagamaan
tetapi antar organisasi Islam harus tetap ada kerja sama dan hubungan
baik karena umat Islam harus mengamalkan kaidah
ْ‫ححح ح ْح ْحح ْح ححْ حْ ح حْ ً ْح ْ ح‬
‫اَاخ َتح َل َف َنح َا‬
َ ‫ضاَ َّف َي َم‬
َ ‫اَب َع‬
َ ‫اَو َي َع َّذرََ َب َعضَ َن‬
َ ‫اَاج َت َم َع َن‬
َ ‫اونََ َّف َي َم‬
َ ‫َن َت َع‬
“Kita saling membantu dalam hal yang kita sepakati dan bertoleransi
dalam hal yang masih diperselisihkan.”
Kita sudah sepakat bahwa ditinjau dari segala aspek AMIN
adalah paslon yang paling menetapi syarat pemimpin yang sesuai
syariat sehingga artinya pencalonan ini merupakan bagian dari hal
yang harus kita sepakati berdasarkan kepada dalil-dalil syar’i dan
untuk memenangkan AMIN kita membutuhkan suara sebanyak-
banyaknya.
Dan kita berkoalisi ini hanya untuk tujuan mempersatukan
suara tersebut. Karena itu, harus dipahami bahwa berkoalisi dengan
PKS yang mana sebagian anggotanya ada yang bermazhab Wahabi
bukan berarti PKB atau NU akan ikut paham mereka. Bahkan
semestinya warga PKB dan NU pede bisa mempengaruhi orang PKS
yang bermazhab Wahabi supaya meninggalkan kewahabiannya
karena paham NU diikuti oleh mayoritas muslim dunia, bukan malah
menjauh, menghindar dan tidak mau berkoalisi dengan PKS.
Dan baik berkoalisi dengan PKS atau tidak, PKB dan NU harus
tetap menjunjung tinggi kebebasan berpendapat, aliran, dan mazhab
dari organisasi Islam lainnya karena hukum negara kita menjamin
mengungkapkan pendapat sesuai mazhab dan aliran yang diyakini
kebenarannya oleh kelompok masing-masing umat Islam. Dalam
pemerintahan Islam pun, menjamin kebebasan mengikuti dan
menyampaikan apapun keyakinan masing-masing kelompok umat
Islam seperti dilakukan oleh Sayyidina Ali ketika menjadi khalifah
beliau memberi jaminan kebebasan mengungkapkan pendapat
kepada kelompok yang jelas-jelas bertentangan dengan akidah
Ahlussunnah wal Jamaah yaitu kelompok Khawarij dan lainnya dan
beliau membuka dialog dengan mengutus salah satu sahabat. Padahal
perbedaan antara Khawarij dan Ahlussunnah wal Jamaah bukan dalam
khilafiyah furu’iyyah tapi sudah menyangkut masalah prinsip akidah.

|
Dan kita harus paham ketentuan dalam kaidah fikih bahwa
‫ْ حْ ْ ح ْ ْ ح حح‬ ‫ح ْ ح ْ ْ ح‬
َ‫ع َل َيْ ّه‬
َ ََ‫ج َمع‬
َ َ‫كرََ َالم‬ َ ‫خ َتح َلفََ َّف َي َّهَ َب‬
َ ‫لَيَ َن‬ َ َ‫كرََ َالم‬
َ ‫لَيَ َن‬
َ
“Tidak boleh diingkari sesuatu yang masih diperselisihkan hukumnya
tetapi yang diingkari adalah sesuatu yang disepakati kemungkarannya”
Artinya kita tidak boleh mengingkari permasalahan agama
yang masih mukhtalaf fih (diperselisihkan ulama). Yang harus kita
ingkar dan lawan itu hanyaَdalam masalah agama yang melawan ijma’
(kesepakatan) para ulama terdahulu seperti ijma’ ulama akan
keharusan presiden yang agamis dan ijma’ ulama akan keharusan
melawan tindakan-tindakan yang menimbulkan perpecahan di tengah
umat karena ulama juga sudah ijma’ bahwa tindakan-tindakan yang
menimbulkan perpecahan di antara umat Islam itu tidak boleh
berdasarkan dalil Al-Quran dan hadis. Allah berfirman,
‫ح ْح ْ حْ ه ح ًْ َح حح‬
‫اَولَتف َرق ْوَا‬ ‫ََجيع‬
ّ ‫َالِل‬
ّ ‫اَِبب ّل‬
ّ ‫واعت ّصمو‬
“Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai berai”
(QS. Ali Imran [3]: 103)
Dan Nabi bersabda,
‫ْ ح‬ ‫ح‬ ‫ح حح ح ْ حح حح ح ْ حح ح‬
َ ‫خ حَو َان َا‬
َ ّ‫هللََإ‬ َ ‫ع َبح‬
َّ ‫ادَا‬ َ‫ل ََت حَد َابحرَ َْو ح‬
َّ َ‫اَوكَ َْونَ َْوا‬ َ ‫اَو‬
َ ‫اسدَ َو‬
َ ‫َت‬
َ ‫ل‬
َ ‫اَو‬
َ ‫اغضَ َو‬
َ ‫ل ََت َب‬
َ
“Jangan saling membenci. Jangan saling iri. Jalan saling membelakangi.
Dan jadilah hamba Allah yang bersaudara”
(Muttafaq ‘Alayh)
Karena itu, kita sayangkan ada mubalig yang pasang tarif
mahal ini ngomong di podium “masak wong NU bareng sama PKS? Ora
mungkin! Ora mungkin!”. Ini jelas provokatif dan memecah belah umat
Islam yang diharamkan.
Kami tidak apriori kepada kelompok yang membahas masalah
khilafiyyah melalui kajian ilmiah, dengan membandingkan pendapat
satu dengan yang lainnya kemudian mencari salah satu pendapat yang
diunggulkan, ketika memang hal itu dilakukan oleh orang-orang yang
ahli dalam bidangnya dari para ulama yang mempunyai keahlian ilmu
agama disertai kehati-hatian. Tetapi yang tidak kami respek adalah
masalah khilafiyyah ini menjadi fokus masalah kita dan membesar-
besarkannya, sehingga menyita waktu, tenaga, dan kekuatan kita yang
seharusnya digunakan dan diarahkan untuk hal yang lebih penting
seperti memerangi kebodohan dan kemiskinan umat Islam dan
permasalahan memilih presiden yang adil dan memperjuangkan
keadilan, anti korupsi dan menegakkan hukum tanpa pandang bulu
seperti pasangan AMIN karena dengan presiden yang seperti ini akan
bisa mengubah nasib warga NU yang mayoritasnya adalah masyarakat
papan bawah dan selama ini hanya menjadi penonton dan hanya
dimanfaatkan suaranya untuk memenangkan pasangan dari rezim
yang gagal.
Kedua, karena mengamalkan ajaran NU yaitu ukhuwwah
Islamiyyah di samping ukhuwwah basyariyyah dan ukhuwwah
wathaniyyah sebagaimana keputusan Muktamar NU. Keikutsertaan
PKS dalam Koalisi Perubahan adalah bukti nyata upaya mewujudkan
persatuan umat Islam yang diperintahkan agama dan sesuai
keputusan Muktamar NU tersebut, terutama menjalin ukhuwwah
islamiyyah dalam masalah yang sangat penting yaitu kepemimpinan
nasional. Diharapkan dengan ukhuwwah islamiyyah tersebut dapat
meraih kemenangan.
Semestinya warga PKB, NU dan santri tradisionalis ini
berterima kasih kepada PKS yang legawa wapresnya tidak dari PKS

|
tapi dari PKB sebagai basis santri dan pesantren tradisional yang
diwakili oleh Gus Muhaimin yang tidak diragukan lagi komitmennya
untuk NU dan pesantren serta punya kekuatan di DPR karena beliau
adalah Ketua Umum PKB. Begitu juga, Pak Anies bisa dikatakan
mewakili santri modern karena beliau pernah mondok kilatan di
Pesantren Pabelan asuhan KH. Hammam yang merupakan santri
Hadlrotusy Syaikh KH. Hasyim Asy’ari. Karena itu, bagi komunitas
santri tidak ada pilihan lain kecuali pasangan AMIN.
Ada juga yang berpandangan jangan mendukung Pak Anies
karena didukung PKS yang cenderung berpaham Wahabi.ََ Hal ini
salah dan tidak berdasar karena anggota dan pengurus PKS yang tidak
berpaham Wahabi juga banyak bahkan Ketua Dewan Syura PKS yaitu
Habib Salim Segaf Al-Jufri berasal dari Al-Khairat yang sepaham
dengan NU dan Ketua PKS yaitu Pak Syaikhu lahir di keluarga NU dan
amaliahnya seperti NU. Karena itu, tidak masalah Pak Anies didukung
PKS yang sebagian anggotanya bermazhab Wahabi.
Di samping itu, kebanyakan perbedaan antara Wahabi atau
Muhammadiyah dengan NU itu hanya terletak dalam masalah furu’
(cabang), baik dalam masalah furu’ fikih seperti qunut atau tidak,
tahlilan atau tidak, dan ketetapan hari Ramadan dan Syawal dengan
menggunakan hisab atau rukyat, maupun masalah furu’ dalam akidah
seperti boleh tawasul atau tidak. Semua khilafiah antara umat Islam
apabila hanya sebatas permasalahan furuiyyah (cabang), baik furu’
dalam fikih atau furu’ dalam ilmu akidah, semestinya disikapi dengan
dewasa, bijaksana dan sejuk serta tidak boleh menimbulkan
perpecahan di antara umat Islam seperti saling mencaci-maki,
mengolok-olok dan tidak akur karena kekompakan umat Islam harus
dijaga. Allah berfirman,
ْ ‫حح حح ح ْ ححْ ح ْ حح ْ ح ح‬
‫َرَيك َْم‬
ّ ‫ولَتنازعواَفتفشلواَوتذهب‬
“Dan janganlah kamu berselisih, yang menyebabkan kamu menjadi
gentar dan kekuatanmu hilang”
(QS. Al-Anfal [8]: 46)
Jangan lah perbedaan organisasi menimbulkan sekat dan
pengkotak-kotakan umat Islam karena kefanatikan yang berlebihan
kepada organisasi sebab organisasi pada dasarnya hanya wasilah
(sarana) untuk tujuan pokok yang sama di bidang keagamaan maupun
politik. Karena itu, tidak boleh menomor dua kan seseorang karena
berbeda organisasi dan hanya menganggap kelas satu kepada orang
yang seorganisasi.
Dalam kitab Mirqatus Su’ud karya Syaikh Nawawi Banten,
dijelaskan bahwa ketika masuk ke dalam kelompok jamaah dzikir
hendaknya ikut serta dengan cara dzikir mereka yang sesuai syariat.
Begitu juga, mengikuti tuntunan dzikir mereka ketika masuk untuk
mengikuti cara berdzikir tersebut. Jangan berkata “Itu bukan ajaran
guruku” sebagaimana hal ini sering terjadi di masyarakat sehingga
kehilangan pahala sekaligus terjebak dalam sikap kaku dan keras.
(Selesai)
Keterangan kitab di atas mengajarkan saling toleransi di
antara kelompok yang berbeda cara thariqah. Tentunya hal ini juga
diterapkan dalam komunitas umat Islam yang berbeda organisasinya.
Dan harus dipahami bahwa kesenangan kita kepada sesama
muslim diukur oleh tingkat ketakwaan orang tersebut bukan sebab
kesamaan organisasi. Semakin taat dan saleh maka kesenangan kita
kepada mereka harusnya bertambah, meskipun berbeda organisasi.
Karena itu, jangan lah fanatik buta pada organisasi karena akan
menjadi hijab (penghalang) untuk mengetahui kebenaran dan bisa
menghalangi wushul ilallah. Al-Quran diturunkan untuk memerangi
kefanatikan orang jahiliah yang mengatakan

|
‫ح ح ْح ح حْ ح حح‬
‫اءن َا‬ ‫وجدناَعلي ّهَآب‬
“kami mendapati ayah kakek kami melakukannya”
(QS. Al-Maidah [5]: 104)
Karena itu, fanatik buta yang tidak diukur dengan hukum
agama merupakan bagian dari sisa-sisa ajaran zaman jahiliyyah. Maka
bagi pengurus dan pimpinan organisasi ketika tahu jamaah atau
anggotanya fanatik buta supaya mengingatkan bahwa organisasi
hanya wasilah (sarana) dan ada kaidah
‫ْ ح ح ح ح ِّ ْ ح ح‬
َ‫َبرَال حو ّسيْلة‬‫الغايةَلَت‬
“Tujuan pokok tidak bisa menjadikan baik perantara”
Artinya walaupun organisasi memiliki tujuan baik bukan
berarti boleh melakukan cara yang tidak baik untuk tujuan baik
organisasi tersebut seperti fanatik buta. Pengurus dan anggota
organisasi sah-sah saja merasa bangga dengan organisasi dan
simbolnya. Allah berfirman,
‫ح‬ ‫ح‬ ‫ُكَح ْزبَب حم ح ح‬
َ‫اَِليْ ّه ْمَف ّرح ْون‬
ُّ
ّ ٍ ّ
“Setiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan
mereka.”
(QS. Ar-Rum [30]: 32)
Tetapi jangan lah itu menghilangkan sifat atau jati diri
organisasi yaitu sebagai wasilah bukan ghayah (tujuan). Ghayah-nya
adalah mengajak kebaikan sosial dan amar makruf nahi mungkar
dengan tetap menjaga persatuan dan kekompakan di antara umat
Islam.
Semua langkah, tindakan, ucapan, dan pendapat harus diukur
dan ditimbang dengan dalil. Oleh karena itu, kita tidak boleh fanatik
buta kepada organisasi atau tokoh tertentu. Imam Ghazali menukil
perkataan Sayyidina Ali yang berbunyi,
‫ْ ح َ ِّ ح ح ْ ح‬ ْ ‫ح ِّ ح ْ ْ ح ْ ح ح ح ح‬ ْ ْ
َ َ‫الَفتحه ّلك‬
ّ ‫قَتع ّرفَأهلهَولَتع ّر ّفَالق َّبالرج‬ ََ ‫ّاع ّر ّفَالح‬
َ ‫ق ّبال‬
“Ketahuilah kebenaran dengan kebenaran maka kamu akan mengetahui
orang-orang yang ahli kebenaran. Jangan mengetahui kebenaran diukur
dari ketokohan maka kamu akan celaka.”

Sikap tidak fanatik telah diajarkan oleh para ulama terdahulu.


Imam Malik berkata, “Sungguh saya hanya manusia biasa yang dapat
berpendapat benar dan salah. Oleh karena itu, periksa kembali
pendapat saya. Apabila pendapat saya sesuai dengan dalil Al-Qur’an
dan hadis, maka ambillah. Sebaliknya, apabila pendapat saya
berlawanan dengan Al-Qur’an dan hadis, maka tinggalkanlah”.
(Selesai)
Begitu juga dengan kiai-kiai dan para masyayikh pondok
pesantren sering kali mengatakan, “Santri yang berilmu tidak boleh
mengatakan ‘hal ini harus kita terima karena sudah menjadi dawuh-
nya kiai A, kiai B atau kiai C dan seterusnya tapi diukur dan ditimbang
dulu dengan dalil agama baru kita terima.”.
Maka dari itu, sah-sah saja murid memiliki pandangan yang
berbeda dengan gurunya termasuk perbedaan politik dan pilihan
presiden selama berpijak dengan dalil syar’i dan tetap menghormati
gurunya dan berterima kasih karena berkat jasa pengajaran gurunya
dia bisa berbeda pendapat dengan gurunya tersebut. Hal ini bisa kita
lihat contohnya dari Imam Syafi’i yang berbeda pendapat dengan
gurunya yaitu Imam Malik serta Imam Ahmad yang berbeda pendapat
dengan gurunya yaitu Imam Syafii bahkan membuat mazhab sendiri.

|
Ada sebagian orang dari kalangan NU takut kalau PKS ikut
serta dalam Koalisi Perubahan akan memperjuangkan negara Islam.
Kenapa harus takut? Seharusnya kita jangan merasa takut seakan ada
kesan bahwa Islam itu menjadi ancaman apabila mengatur negara
seperti yang digaungkan orientalis Barat. Selain itu, gagasan tersebut
hanya keinginan dari sebagian kecil anggota PKS dan wacana yang
disampaikan pun tanpa kekerasan.
Umat Islam pasti menolak pandangan orientalis Barat
tersebut dan meyakini Islam bisa mengatur negara secara keseluruhan
dengan baik tapi masalahnya ketika panitia pembentukan negara dari
perwakilan nasionalis, abangan, sekuler dan non-muslim menolak
Indonesia menjadi negara Islam sehingga perwakilan Islam mengikuti
kehendak mereka demi menjaga keutuhan bangsa. Karena itu, negara
berdasarkan Pancasila menjadi kesepakatan yang kokoh dan sulit
untuk diubah. Toh Pancasila ini sesuai dan selaras sila-silanya dengan
agama Islam bahkan sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa
menurut keputusan Muktamar NU bagi umat Islam memiliki arti
tauhid.
Dan PKS sendiri sekarang sudah berubah. Salah satu bentuk
perubahannya adalah warna PKS lebih kemerah-merahan. Sebetulnya
PKS agak keras itu pada zaman reformasi dulu tahun 1998 tapi seiring
berjalannya waktu mereka sadar bahwa mendirikan negara Islam di
Indonesia itu jelas sekali menimbulkan mafsadah dan kekacauan.
Dalam kaidah fikih disebutkan
ْ ْ ‫ِّ ح‬ ْ ْ ‫ح ح ح ح ح ْ ْح ْ ح ح ح‬
َ ‫َوال حمف حس حدةَقد حمَد ْرءَال حمف حس حد َّة‬ ‫إذاَتعارضتَالمصلحة‬
“Apabila bertentangan antara maslahat dan mafsadah maka
didahulukan menolak mafsadah"
Kalau zaman kemerdekaan dulu keinginan mendirikan negara
Islam tertolak, apalagi sekarang?
Pemerintahan negara Indonesia itu sah menurut hukum fikih
karena wilayah Indonesia sejak dahulu dikuasai oleh kerajaan-
kerajaan Islam, mayoritas penduduknya muslim dan presidennya
seorang muslim. Dan keberlangsungan negara selalu dibutuhkan
meskipun tidak berbentuk negara Islam agar bisa mengatur
ketertiban, mencegah kesewenang-wenangan dan kezaliman di
masyarakat. Toh sebagian hukum Islam sudah bisa diakomodasi
pemerintah seperti hukum perkawinan, wakaf, perbankan syariah dan
pengadilan agama. Karena itu, kelompok yang merongrong dan tidak
mau bekerja sama dengan pemerintah dan ingin menjatuhkan
pemerintah hukumnya adalah bughat (makar). Hal ini yang
membedakan kita dengan kelompok ekstremis radikal yang tidak mau
bekerja sama dengan pemerintah karena menganggap pemerintah
negara Indonesia sebagai taghut (pemerintah setan) yang harus
dijatuhkan. Adapun PKS sudah jelas-jelas ikut mengakui kesahan
pemerintah Indonesia dan bersama-sama ikut andil mengatur
pemerintahan dalam DPR pada masa sekarang.
Dan inilah Indonesia dengan bentuk negara Pancasilanya
adalah bentuk negara yang terbaik karena itu sudah menjadi pilihan
Allah untuk kita. Ulama berkata,
‫ح‬ ْ ‫ْح ْ ح‬
‫اَاختح ح‬
‫ارَاهللَنلحَا‬ ‫اْليَم‬
“Sesuatu yang paling baik adalah hal yang Allah pilihkan untuk kita.”
Karena itu, pada masa sekarang, ambisi dan keinginan
mendirikan negara Islam terlalu muluk-muluk dan sudah tertolak di
Indonesia sehingga akan menimbulkan mafsadah dan kekacauan.
Prioritas kita saat ini adalah memperbaiki diri, keluarga dan
masyarakat sehingga dengan sendirinya gerakan ini akan membentuk
masyarakat yang islami, tidak perlu memaksakan diri
memperjuangkan negara Islam.

|
Kita tidak boleh memvonis seseorang sebagai bagian dari
kelompok garis keras, ekstremis dan radikal hanya berdasarkan karena
orang itu memiliki jenggot panjang atau berpakaian cingkrang. Karena
itu, kelompok Islam manapun harus kita hormati dan kita hargai
selama tidak mengkafirkan sesama muslim, tidak berpandangan tidak
boleh bekerja sama dengan pemerintah karena menganggap
pemerintah sebagai taghut yang harus dijatuhkan dan dan tidak
berpendapat yang berlawanan dengan ijma’ (kesepakatan) ulama
dalam masalah syariah dan tidak sepaham dengan Ahlussunnah wal
Jamaah dalam permasalahan akidah yang pokok seperti menganggap
Al-Quran makhluk dan menafikan sebagian sifat Allah, bukan
permasalahan furu’ akidah Ahlussunnah wal Jama’ah.

Pentingnya Presiden dan Syarat-Syarat Menjadi Presiden


Menurut Syariat
Kepemimpinan negara adalah bagian terpenting dari ajaran
Islam. Dalam hal ini, di Indonesia adalah presiden dengan predikat
Imam A’dzam (pemimpin besar umat Islam) di samping sebagai
presiden untuk seluruh rakyat termasuk non-muslim. Karena hal itu,
kita wajib berusaha memilih presiden yang lebih mendekati syarat-
syarat syar’i sebagai presiden.
Dan presiden juga merupakan seorang pemimpin besar yang
harus kita hormati dan kita patuhi. Pemimpin besar yang seperti ini
tentunya kita harus selektif dalam memilihnya karena kedudukan
kepala negara bagi umat Islam sangat mulia dan terhormat.
Kedudukannya berada di posisi ketiga setelah Allah dan rasul-Nya.
Allah berfirman,
ْ ْ‫ْح‬ َ ‫َواح ّطيْع‬
‫واَالرس ْو حل ح‬ َ ‫ى ح ُّ ح‬
‫اَاذل ْي حن َٰا حمن ْْٓواَاحطيْع ه ح‬
ۚ‫وَلَالم ّرَ ّمنك َْم‬
ّ ‫ا‬‫َو‬ ‫واَالِل ح‬ ّ ّ ‫يايه‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu.”
(QS. An-Nisa’[4]: 59)
Dan bagi umat Islam di Indonesia, tidak ada pilihan lain
presiden itu harus sebagai imam a’dzam sehingga ketika mati, kita mati
dengan keadaan baik tidak seperti keadaan matinya orang-orang
jahiliah. Nabi telah bersabda
ً ً ‫ح‬ ‫ح ْ ح ح ح‬
َ‫اتَ َّم َيْ َتح َةَ ح‬
َ‫جا َّه َّل َيَة‬ َّ ْ ‫اتَ َّب َغ‬
َ ‫يَإَّ حَمامٍََ حَم‬ َ ‫نَ َم‬
َ ‫َم‬
“Barang siapa mati tanpa seorang imam maka dia mati dengan cara
jahiliah”
(HR. Imam Thabrani)
Dan hadis di atas menunjukkan tidak boleh ada kevakuman
presiden. Karena itu, pemilihan presiden menjadi penting sehingga
ulama memasukkan bab pemilihan imam a’dzam atau presiden ke
dalam kitab-kitab tauhid atau ushuluddin, meskipun di kitab fikih juga
dibahas. Syekh Ibarahim Al-Laqani berkata
ْ ْ ْ ‫َ ْ ح ْح ح‬ ْ ْ ْ ‫حح ٌ ح‬
َ‫ك َّمَ َال حَع َق ّل‬
َ ‫َِب‬
َّ ‫ل‬َ َ‫اع َل َْم‬
َ ‫عَ َف‬
َّ ‫الَّش‬
َ ‫َب‬# َّ َ‫ال حَمامََّ َال حَع َّد َّل‬
َّ ََ‫صب‬
َ ‫بَ َن‬
َ ‫اج‬
َّ ‫َو َو‬
“Wajib hukumnya mengangkat imam (kepala negara) yang taat syariat
dengan dalil syariat bukan dengan hukum akal”
Begitu juga, penting mengetahui ilmu syarat-syarat presiden
menurut syar’i karena ilmu ini adalah bagian dari ilmu wajib bagi setiap
muslim yang hendak memilih presiden.
Karena itu, memilih presiden tidak sesederhana seperti
anggapan masyarakat umum dan tidak bisa dilakukan asal-asalan tapi
calon presiden yang dipilih harus lah memenuhi syarat sebagai

|
presiden menurut pandangan syar’i karena kita umat Islam harus
tunduk pada tuntunan syar’i yaitu ketika umat Islam terjadi
perselisihan tentang suatu masalah seperti sekarang ini umat Islam
berselisih dalam masalah Pilpres 2024, ada kiai A yang memilih dan
mendukung capres A dan kiai B memilih dan mendukung capres B,
maka keharusan umat Islam adalah mengembalikan permasalahan
yang diperselisihkan itu kepada Al-Quran dan hadis. Allah berfirman:
‫ح ْ ح ح ح ْ ْ ْ ح ْ ح ُّ ْ ح ه‬
َ‫الرس ْو ّل‬
َ ‫َو‬‫َالِل ح‬
ّ ‫ََشءٍَفردوهَ ّاىل‬ ‫فاّنَتنازعتم َِّف‬
“Jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, kembalikanlah kepada
Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (hadis)”
(QS. An-Nisa’ : 59)
Dan sudah sangat jelas perselisihan masalah pilpres ini, kita
harus mengembalikan kepada dalil hadis seperti perintah Allah dalam
ayat di atas. Dalam hal ini, terdapat hadis nabi yang menjelaskan
ketika seseorang memilih presiden secara serampangan alias ngawur
maka dia melakukan kesalahan fatal dan divonis Nabi Muhammad
sebagai orang yang berkhianat. Rasulullah sudah mengingatkan
kepada umatnya untuk memilih pemimpin yang paling pantas dan
mengerti kitabullah dan sunnah nabi. Beliau bersabda,
َ
َ‫َالِل‬
َّ ‫اب‬ ‫َوأح ْعلحمَبكتح‬
‫كَ ّمنْه ح‬ ‫ح ْحْحح ح ً ح ْ ْ ْح ح ح حْح حَ ْ ْ حْح ح ح‬
ّ ّ ّ ّ ‫م ّنَاستعملََع ّملَ ّمنَالمس ّل ّمنيَوهوَيعلمَأنَ ّفي ّهمَأوَل َّبذل‬
ْ ‫ح َ ح ِّ ح ح ْ ح ح َ ح ح ح ْ ح ح ح‬
َ‫َجيْ حعَالم ْس ّل ّم ح‬
َ .‫ني‬ ّ ‫َو‬ ‫وسن ّةَن ّبي ّهَفقدَخانَالِلَورسول‬
“Barang siapa memilih seseorang untuk dijadikan pimpinan pejabat
sedang dia mengetahui ada orang lain yang lebih pantas dan pandai
tentang Al-Quran dan hadis nabi maka dia telah berkhianat kepada
Allah, rasul-Nya dan orang-orang beriman”
(HR. Imam Baihaqi)
Pada permasalahan pilpres saat ini, capres yang paling
mengetahui Al-Quran dan hadis (hukum agama) adalah pasangan
AMIN (Anies Baswedan-Muhaimin) karena beliau berdua paling
memenuhi syarat kriteria presiden yang apabila tidak memenuhi
syarat ini maka tidak boleh dipilih yaitu:
Pertama, memiliki pengetahuan ilmu agama yang cukup.
Apabila dalam pemilihan presiden ada dua calon atau lebih
maka yang harus dipilih adalah calon yang lebih unggul penguasaan
ilmu agamanya.
Dalam kitab al-Ahkam as-Sulthaniyyah, Imam Mawardi
mengatakan, “Syarat kepala negara harus memiliki Ilmu agama yang
bisa digunakan untuk berijtihad dalam maslah-masalah yang muncul”
(Selesai)
Dengan ibarat di atas jelas bahwa yang dimaksudkan ilmu
yang harus dimengerti oleh kepala negara di sini adalah ilmu agama.
Dan apabila tidak ada calon presiden yang mempunyai standar
penguasaan ilmu agama secara mendalam seperti mampu berijtihad
hukum, maka yang harus dipilih adalah calon yang lebih mengetahui
hukum agama yaitu tentang hukum halal haram serta kewajiban dan
larangan agama dan lain-lain,
Kalau ingin menambah kriteria ilmu lain, seperti mengetahui
ilmu ekonomi dan ilmu politik hal itu boleh-boleh saja apabila ada
kemaslahatan yang kondisinya menuntut demikian seperti zaman
sekarang. Dan Pak Anis juga lebih pandai dalam ilmu umum karena
beliau telah mencapai gelar paling tinggi yaitu profesor dan mengerti
betul tentang permasalahan pendidikan yang dibutuhkan rakyat
Indonesia karena beliau pernah sebagai rektor, aktivis dunia
pendidikan dan pengetahuan presiden tentang hal pendidikan ini

|
penting karena kemajuan bangsa diukur seberapa maju kualitas
pendidikan rakyatnya.
Orang yang tidak tahu ilmu hukum agama yang bersifat wajib,
seperti tata cara shalat, wudlu, hukum zakat ketika memiliki harta
yang wajib dizakati, haji apabila sudah mampu, dan dasar-dasar ilmu
akidah,َdijelaskan dalam fikih bahwa orang yang seperti di atas harus
di-mahjur ‘alaih-kan (dibatasi kewenangannya) karena tidak
shalahuddin (belum bisa memperbaiki urusan agamanya). Bagaimana
dia bisa memperbaiki agamanya kalau tidak tahu ilmu agama yang
wajib? Dan bagaimana dia bisa mengurus orang lain lewat negara,
kalau mengurus pribadinya sendiri saja tidak bisa, karena mahjur
‘alaih? Bahkan dalam kitab fikih dikatakan orang yang seperti ini harus
diberi sanksi dan orang yang jahil (tidak tahu) ilmu agama kekuasaanya
bisa hilang. Namun, apabila presiden hanya dianggap kurang
menguasai ilmu umum seperti kurang wawasan lingkungan hidup
maka hal itu tidak sampai bisa mengurangi kelayakannya untuk dipilih
menjadi presiden. Sehebat apapun sosok calon presiden yang tidak
tahu ilmu kewajiban agama, dia tidak boleh dipilih menjadi presiden.
Dan kita semua yakin di antara calon-calon presiden, yang
paling memiliki pengetahuan agama adalah Pak Anies. Saya kira kita
sudah memaklumi hal ini karena Pak Anies sering memberi khotbah
dan ceramah agama. Begitu juga calon wakilnya yaitu Gus Muhaimin.
Ada tuduhan bahwa Pak Anies ini Islam liberal. Hal ini tidak
benar. Karena itu, jangan mudah memvonis seseorang berpaham
Islam Liberal hanya karena dekat dengan orang liberal karena tidak
ada ucapan atau pernyataan Pak Anies yang mengandung
pemahaman Islam Liberal.
Kita sebagai kiai dan santri harus mempertimbangkan syarat
calon presiden tentang memiliki pengetahuan ilmu agama dan taat
syariat. Dan syarat ini juga berlaku bagi calon pejabat di bawahnya
seperti gubernur, bupati, dan lainnya. Hal ini juga sebagai warning bagi
calon pejabat, kalau ingin menjadi pejabat dan dipilih umat Islam,
harus memenuhi syarat ini. Kalau kita tidak mengharuskan
mempertimbangkan syarat-syarat seperti ini, lalu siapa lagi?
Masak kita sama dengan sebagian kalangan awam yang
mengatakan bahwa syarat seperti ini tidak penting, bahkan ada
sebagian orang awam mengatakan bahwa yang pas menjadi presiden
itu orang nasionalis abangan bukan dari kalangan santri. Bagi mereka,
mendingan presiden dari kalangan abangan daripada dari kalangan
santri. Ini pandangan orang awam abangan karena sejak zaman
dahulu kalangan abangan tidak rela kalangan santri memimpin negara.
Dan pada zaman sekarang, keterlibatan sebagian orang Islam
yang memiliki pengetahuan ilmu agama dan taat syariat dalam
pemerintahan adalah keniscayaan, karena pihak-pihak lain dari
kalangan non-muslim, orang yang tidak taat syariat, orang Islam yang
bodoh dan tidak tahu hukum agama juga ikut berebut kekuasaan,
sedangkan orang yang tahu agama dan taat syariat yang masuk di
pemerintahan sangat sedikit. Maka orang-orang tahu agama dan taat
syariat juga harus ikut berebut kekuasaan. Bahkan, mencari dan
merebut jabatan menjadi wajib apabila tidak ada orang yang lebih
layak secara syar’i menduduki jabatan tersebut kecuali dia
sebagaimana keterangan dalam kitab-kitab fikih. Kalau zaman dulu,
orang yang memiliki pengetahuan ilmu agama dan taat syariat enggan
masuk di pemerintahan dan tidak peduli dengan urusan negara karena
pada waktu itu, negara sudah mengimplementasikan hukum syariat
dan menjalankan fungsi negara sebagai penjaga agama Islam dan
orang yang menguasai ilmu agama sudah banyak yang masuk di
pemerintahan. Karena itu, banyak yang lari menghindari dari
pemerintahan karena takut godaan kedudukan dan jabatan.
Walaupun para raja tidak menempatkan posisi ulama di

|
pemerintahan, namun para raja pada waktu itu mematuhi petunjuk
dan arahan mereka seperti kata penyair,
‫ْ ح‬ ْ ‫ح‬ ْ ‫ح حح‬ ْ ‫ح حح‬ ْ ‫َ ْ ح ح‬
َ َ‫كمََ َالعَلَ حَماء‬ َ ‫وكَ َحّل‬
َ ‫ح‬ َّ َ‫َالمَل‬
َ ‫َع‬ َ ‫َال حَو حَر‬
َ ‫َ َو‬#َ‫ى‬ َ ‫َع‬
َ َ‫ون‬ َ ‫َلح‬
َ َ‫حكَم‬ َ َ‫وك‬
َ َ‫نَ َالمَل‬
َ َّ‫إ‬
“Sesungguhnya para raja menghukumi para makhluk dan para ulama
menghukumi para raja”
Adapun keterangan dalam kitab al Ahkam as Sulthaniyyah
karangan Imam Mawardi,ََ“Ketika calon presiden yang satu asyja’
(lebih pemberani) dan yang lainnya a’lam (lebih pandai ilmu agama),
maka yang dipilih adalah calon yang sesuai dengan kebutuhan di
negara tersebut.” hal tersebut berlaku bila kedua calon sudah sama-
sama menetapi persyaratan ketaatan syariat secara berimbang.
Menurut kami, dalam konteks Indonesia saat ini, yang paling
dibutuhkan bukanlah asyja’ namun a’lam, karena paham-paham
keagamaan yang menyimpang banyak bermunculan, banyak
masyarakat muslim masih minim pengetahuan agama, bahkan tidak
sedikit pula dari mereka yang masih buta agama, ditambah
kemerosotan moral bangsa yang kian memperihatinkan dan
dibutuhkan seorang presiden yang peduli masalah pendidikan
keagamaanََ dan memberi contoh budi pekerti dan kesantunan.
Sementara ancaman keamanan, baik dari luar maupun dalam, belum
dikhawatirkan. Apalagi sudah ada ketetapan PBB bahwa semua
negara dalam keadaan aman dan damai, beda pada zaman
kekhalifahan dahulu yang selalu dihadapkan pada peperangan.
Kedua, taat syariat secara umum, baik syariat yang berkaitan
ibadah atau syariat berhubungan dengan negara seperti tidak korupsi,
amanah, adil dan lain-lain.
Apabila ada dua atau lebih calon presiden maka yang harus
dipilih adalah yang paling taat syariat. Dalam kitab Mughnil Muhtaj,
disebutkan bahwa Syaikh Izzuddin berkata, “Ketika sulit mendapat
kriteria taat syariat dalam diri presiden dan para hakim, maka kita
mendahulukan calon yang lebih sedikit fasiknya (keluar dari taat
syariat).” Dengan ibarat diatas, bisa kita ketahui bahwa keunggulan
seorang calon presiden dalam hal sedikit kefasikannya bisa
menentukan keharusan untuk memilihnya, dan sehebat apapun
seseorang dalam pengalaman ilmu dunia dan pemerintahan, tetapi
tidak shalat, maka bisa dilengserkan. Dalam haditsَ disebutkan,
‫ْ َ ْ حح ح ح ح حح ْ ْ ْ َ ح ح‬ ‫ححح‬ ‫ْح ح ح ْح‬
‫َالصل َة‬ ‫هللَأفلَننح ّابذهم َّبالسي ّفَفقالَلَماَأقامواَ ّفيكم‬
ّ ‫ّقيلَياَرسولَا‬
“Dikatakan, ‘Wahai Rosulullah, apakah kita tidak melengserkannya
dengan pedang,’ kemudian Rosulullah menjawab, ‘Jangan! selama dia
menegakkan shalat’.”
(HR. Imam Muslim)
Salah satu tugas presiden, seperti keterangan dalam kitab
fikih, adalah menjadi imam shalat. Karena itu, ketika presiden dan
beberapa pejabat di bawahnya hendak berjamaah, maka yang
seharusnya menjadi imam shalat adalah presiden.
Saya yakin yang paling taat syariat di antara calon-calon
presiden yang muncul adalah Pak Anies. Dan agar punya kekuatan
hukum bahwa orang tersebut taat syariat, harus ada muzakki (orang
yang menilai ketaatan seseorang yang di-tazkiyah). Perlu saya
sebutkan muzakki Pak Anies adalah KH. Said Aqil Siraj, KH. Syukron
Makmun dan almarhum Tengku Zulkarnain. Semua kiai-kiai di atas
memberi kesaksian bahwa Pak Anies seorang agamis dan taat syariat.
Dan KH. Syukron Makmun juga memberi kesaksian bahwa Pak Anies
bukan orang wahabi karena beliau aktif di pengajian kitab-kitab salaf
yang dibaca oleh kiai-kiai DKI Jakarta. Begitu juga calon wakilnya
yaitu Gus Muhaimin adalah seorang yang agamis.

|
Syarat ketaatan syariat ini penting karena harus terwujud
dalam karakter dan tabiat yang tertancap dalam hati sehingga tabiat
syariat ini menjadi kendali yang kuat untuk mengekang dari perbuatan
yang dilarang agama seperti korupsi, tidak jujur dan tidak amanah.
Karena itu, orang yang kelihatan taat syariat seperti sholatnya baik,
tapi melakukan korupsi maka dia belum taat syariat karena dalam
dirinya tidak ada karakter dan tabiat yang mengekang dari korupsi
yang dilarang agama.
Dan ketaatan syariat figur presiden di negara yang mayoritas
masyarakatnya beragama Islam seperti Indonesia ini penting agar
sosok presiden bisa memberi contoh akhlak dan moral kepada
masyarakat. Karena masyarakat itu ala dini mulukihim (mengikuti
perilaku agama pemimpinnya). Sayyidina Umar bin al-Khattab pernah
berkata,
ْ ‫ُّ ْ ح ح ح‬ ‫َ ح ح‬
َّ ‫َماَلَيح ّزع َّبالق ْر‬
‫آن‬ ‫ان‬
ّ ‫إنَاهللَي ّزع َّبالسلط‬
“Sesungguhnya Allah mencegah dengan penguasa sesuatu yang tidak
bisa dicegah dengan Al-Quran”
Ketiga, punya kecakapan berpikir untuk mengatur rakyat dan
mengatur kemaslahatan dengan mengedepankan rasa keadilan
sebagaimana dijelaskan Imam Mawardi dalam kitab Ahkam
Shultaniyyah.
Dan menurut kami sosok pasangan calon presiden dan wakil
presiden yang sesuai kriteria di atas adalah AMIN dan pasangan ini
punya tata cara mengambil keputusan yang betul-betul transparan
dan mengedepankan musyawarah yang diperintahkan agama. Allah
berfirman,
ْ ‫حح ْ ْ ح‬
‫ورىَبحينحه َْم‬‫وأمرهمَش‬
“Dan urusan mereka dimusyawarahkan di antara mereka”
(QS. Asy-Syura [42]: 38)
yaitu gagasan, narasi, kemudian diperdebatkan baru diputuskan dan
dilaksanakan. Tata cara pelaksanaan ini sudah dilakukan ketika Pak
Anies menjadi Gubernur DKI Jakarta.
Dan perlu dipahami bahwa mengatur maslahat itu harus al-
aham fal-aham atau skala prioritas. Dan visi AMIN yaitu keadilan sosial
bagi seluruh rakyat adalah paling pas menurut syariat karena dalam
aturan syariat skala prioritas alokasi dana pemerintah itu harus
menjamin kehidupan orang-orang yang tidak mampu karena itulah
yang lebih penting atau al-aham. Dalam pandangan Islam, uang negara
yang sebagian besar dari pajak sebagai uang Allah haruslah di-
tasharruf-kan sejujur-jujurnya sesuai dengan petunjuk Allah, yakni
kemaslahatan segenap rakyat, dengan memprioritaskan kaum fakir
miskin, apapun agama, warna kulit maupun sukunya.
Menurut penelitian sensus bahwa sekarang ini ada 22 juta
rakyat Indonesia yang kelaparan dalam arti jatah makannya kurang, 8
juta pengangguran. dan 17 juta mengalami kurang gizi. Karena itu,
yang paling pas menurut fikih adalah visi yang diusung oleh AMIN
yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat dan visi ini juga sesuai dengan
UUD 45 yaitu mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Dan sangat penting program keadilan dan kesetaraan yang
diusung AMIN yang orientasinya membela rakyat bawah agar tidak
seperti sekarang bahwa yang kaya semakin kaya dan yang miskin
semakin miskin. Ada sensus bahwa 50% kekayaan di Indonesia
dikuasai oleh etnis Tionghoa padahal etnis ini hanya 4,5% dari
penduduk Indonesia. Hal ini bisa terjadi karena salah satunya
pemerintah terlalu berpihak pada konglomerat dengan mengeluarkan

|
kebijakan-kebijakan yang menguntungkan mereka seperti subsidi
pupuk dikurangi 1 juta ton demi IKN yang dibangun oleh konglomerat
untuk kepentingan mereka. Padahal kebanyakan penghasilan rakyat
Indonesia masih jauh dari cukup untuk sekedar bertahan hidup.
Karena itu, pemerintah semestinya memprioritaskan dulu subsidi
pupuk.
Dalam keadaan negara yang seperti ini, pemerintah harus
hadir lebih kepada rakyat papan bawah sehingga seluruh rakyat papan
bawah bisa hidup sejahtera baru memenuhi rakyat papan atas. Hal ini
telah dilakukan dengan baik oleh Pak Anis waktu memimpin DKI
Jakarta seperti sembako murah, membangun kampung akuarium dan
lain-lain.
Di samping kriteria-kriteria presiden yang menjadi syarat
seperti di atas, ada juga beberapa kriteria yang bersifat afdaliah (sifat-
sifat utama). Dan pasangan AMIN ini punya kelebihan-kelebihan yang
bersifat afdaliyah yang tidak dimiliki oleh calon presiden lainnya.
Dan perlu dipahami bahwa yang harus menetapi syarat-syarat
syar’i adalah calon presiden. Dan di antara calon-calon presiden, yang
paling menetapi syarat syar’i adalah Pak Anies. Karena itu, keberadaan
calon wakil presiden yang lebih pandai agama dan taat syariat tidak
bisa dijadikan alasan untuk mengunggulkan calon presiden yang tidak
menetapi syarat syar’i.
Dan perlu dipahami juga, kriteria yang menjadi syarat seperti
harus lebih tahu ilmu agama dan lebih taat syariat tidak boleh
disamakan dengan kriteria yang hanya afdholiyyah (keutamaan)
karena kriteria yang menjadi syarat menjadi penentu keabsahan
presiden ketika tidak dalam kondisi darurat, sedangkan kriteria
afdaliyyah bukan penentu. Karena itu, tidak dibenarkan
mengesampingkan kriteria yang menjadi syarat dan lebih
menonjolkan kriteria-kriteria lain yang bukan syarat syar’i.
Sekarang ada pertanyaan, apakah syarat-syarat presiden yang
harus dipilih menurut hukum syariat harus dilaksanakan dalam
memilih presiden di negara Indonesia? Jawabannya, orang muslim
yang punya hak suara harus melaksanakan pemilihan sesuai kriteria
syar’i karena Indonesia adalah negara yang sah menurut fikih,
berbeda kalau negara kafir harbi (negara kafir dalam kondisi hukum
perang) maka rakyatnya tidak harus menerapkan syariat dalam negara
tersebut.
Apakah ini bagian dari politisasi agama? Memang secara
pandangan umum politisasi agama itu tabu dan tercela. Pandangan ini
bisa dibenarkan dalam artian seseorang yang mengampanyekan diri
sebagai orang yang menetapi syarat pemimpin menurut syar’i tapi
faktanya tidak demikian sehingga agama hanya dijadikan kedok atau
promosi atau dalam arti menggunakan agama untuk menyerang lawan
politiknya maka itu dikatakan politisasi agama yang tercela.
Namun, pada dasarnya politisasi agama tidak masalah apabila
dilakukan oleh seorang calon pejabat publik seperti presiden dan lain-
lain yang memang memenuhi kelayakan pemimpin menurut kriteria
syar’i seperti taat syariat, jujur dan lain-lain kemudian
mengampanyekan diri “Saya adalah orang yang jujur dan amanah”
karena politikus, siapapun orangnya, muslim maupun non-muslim,
pasti dituntut untuk punya moral yang baik seperti jujur, bertanggung
jawab dan tidak menipu. Dan bagi politikus muslim, pijakan dan acuan
moralnya tentu menggunakan ajaran-ajaran Islam. Dan perilaku-
perilaku ini boleh dibuat kampanye untuk mendapatkan dukungan
suara masyarakat karena memang semestinya dia yang dipilih
sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Yusuf AS. Beliau mengatakan,
‫ِّ ح‬
‫َحفيْ ٌظ ح‬
‫َع ّليْ ٌَم‬ ْ‫ح‬ ‫ْ حْ ْ ح ح‬
ّ ‫ِنََعَخ حزائّ ّنَاْلر ّضَإِّّن‬
ّ ‫اجعل‬

|
“Jadikanlah aku pengelola perbendaharaan negeri Mesir. Sesungguhnya
aku adalah orang yang pandai menjaga amanah lagi sangat
berpengetahuan.”
(QS. Yusuf [12]: 55)
Jadi, kampanye yang demikian ini boleh karena umat Islam
membutuhkan sosok-sosok pemimpin yang diharapkan bisa terpilih
sesuai kriteria syariat dalam segala lini termasuk ada yang menjadi
presiden sesuai dengan kriteria syar’i. Dan ketika calon pejabat
mengatakan dia berjanji tidak korupsi dan akan memberantas korupsi
itu sama saja dia mengatakan akan taat syariat bila dia seorang
muslim.
Ada kekhawatiran sebagian pihak ketika berpolitik dengan
mencantumkan identitas agama akan menimbulkan pembelahan di
antara masyarakat. Sebenarnya dalam kontestasi pemilihan pejabat
secara langsung memang tidak mungkin dipisahkan dari perbedaan
pilihan politik di antara masyarakat. Dan untuk mengurangi efek
negatif perbedaan pilihan politik tersebut seperti terbelahnya
masyarakat maka dalam mengampanyekan dan mensosialisasikan diri
tidak boleh mencela dan menjelekkan rival politiknya.
Lalu apakah penetapan syarat-syarat syar’i ini termasuk
bagian dari politik identitas? Iya, politik identitas berdasarkan syar’i.
Toh di berbagai belahan dunia manapun, tabiat manusia cenderung
untuk memilih pemimpin sesuai dengan identitas yang melekat pada
daerahnya, keluarganya, dan lain-lain. Hal ini sah-sah saja selama
calon yang dipilih sudah memenuhi kriteria pemimpin menurut syar’i.
Namun, dalam politik syar’i, yang harus dikedepankan adalah
profesionalitas, kejujuran, dan keadilan, bukan seperti yang berlaku di
dunia politik liberal yang penuh intrik, kebohongan dan tipuan.
Meskipun di negara yang demokrasinya maju seperti
Amerika, politik tidak bisa dipisahkan dari pertimbangan identitas.
Dan tabiat orang yang taat syariat sangat mempertimbangkan
identitas agama dan tidak ada yang bisa mengubah tabiat tersebut.
Toh syarat presiden yang mensyaratkan ketaatan agama juga demi
kebaikan negara tercinta karena ketaatan agama itu harus dipahami
tidak hanya dalam melaksanakan beribadah secara istiqamah tapi juga
menghindari larangan-larangan agama seperti korupsi, tidak amanah
dan lain-lain.
Justru yang termasuk politik identitas yang dilarang agama
dan negara adalah mempersoalkan keturunan dan ras calon presiden
seperti mempermasalahkan keturunan Arab Yaman. Allah berfirman:
َ ‫َ حٰ ح ح‬ ‫ح‬
ّ ّ ‫حوأ ّقيموَاَۚٱلشهدة‬
َۚ‫َلِل‬
“Tegakkanlah penyaksian karena Allah SWT.”
(QS: At-Tholaq:2)
Karena itu, dalam memilih presiden harus karena Allah (sesuai
tuntunan syariat). Maka, barang siapa yang bersaksi dengan memilih
presiden hanya berdasarkan calon kandidat adalah kerabatnya,
temannya, dari daerah sendiri, atau satu suku dan ras padahal tidak
menetapi syarat syar’i sebagai pemimpin maka sungguh orang
tersebut telah melanggar ayat di atas dan termasuk dari mudahanah
yang dilarang agama. Dijelaskan dalam kitab Mirqatus Su’ud,
mudahanah adalah sikap membiarkan kemungkaran terjadi padahal ia
mampu menghilangkannya demi menjaga hubungan pertemanan,
kekeluargaan dan lain-lain. (Selesai) Kemungkaran dalam kasus ini
ialah memilih calon yang tidak menetapi syarat syar’i.
Sudahlah jangan mempermasalahkan keturunan dari mana.
Hal itu tidak penting dan kampungan, rakyat Amerika saja tidak

|
mempermasalahkan Obama padahal bapaknya berasal dari suku Lou,
Kenya. Karena itu yang lebih penting dilihat dari diri Pak Anies adalah
cucu pahlawan nasional, dari keluarga baik-baik dan njawani,
walaupun keturunan Arab. Kalau saja masih mempermasalahkan ras
dan keturunan Arab Yaman ini justru pihak-pihak yang
mempermasalahkan hal ini akan kalah dengan dalil hadis-hadis sahih
yang menjelaskan keutamaan orang Arab dan Yaman.
Nabi bersabda,
ٌ ‫ًْ ْ ْح حح ح ْ ْ ح‬
َ‫الك حمةَي حما ّنيحة‬ ‫َوأحلْ ح‬ ‫ح ح‬ ْ ْ‫ْ ح‬
‫َاَلح حمنَه ْمَأ حر ُّقَأفْ ّئ حد ًة ح‬ ‫حح‬
ّ ‫انَو‬
ٍ ‫م‬‫َي‬ ‫ان‬ ‫م‬ ‫ي‬ ‫اَاْل‬
ّ ‫ب‬‫و‬‫ل‬‫َق‬ ‫ني‬ ّ ‫ل‬‫ه‬ ‫َأ‬ ‫م‬ ‫اك‬ ‫أت‬
“Telah datang kepada kalian penduduk negeri Yaman. Mereka adalah
kaum yang sangat lembut hatinya. Iman adalah Yaman. Hikmah adalah
Yaman.”
(Muttafaq ‘Alayh)
Nabi juga bersabda,
ْ
‫َاْلحنَة ح‬ ْ ‫ح ِّ ْ ح ح ٌّ ح ْ ْ ح ح ح ٌّ ح ح ح ح‬ ‫ح ُّ ْ ْ ح ح ح ح ح‬
ٌَّ ّ ‫َع حر‬
‫ِب‬ ّ ‫َولَكمَأه ّل‬ ‫ث َّْلِّنَعر ِّبَوالقرأنَعر ِّب‬
ٍ ‫أ ّحبواَالعرب َِّل‬
‫ل‬
“Cintailah bangsa Arab karena tiga hal. Karena aku dari bangsa Arab. Al-
Quran berbahasa Arab. Ucapan penduduk surga berbahasa Arab”
(HR. Imam Hakim)
Dan seperti kita ketahui, politik tidak bisa lepas dari dua hal.
Pertama, politik sebagai sistem perencanaan dan kebijakan negara.
Dalam dunia politik demokrasi Indonesia, politik syar’i akan
memperjuangkan nilai-nilai universal dalam Islam yang diterima oleh
seluruh agama (kulliyatul khamsi) yaitu menjaga agama, nyawa, harta,
nasab, akal dan martabat manusia, dan maqasid syariah secara umum
serta mengedepankan keadilan dan kemaslahatan untuk semua warga
Indonesia. Kedua, jabatan politik sebagai alat dan sarana untuk
mengimplementasikan kebijakan negara tersebut. Dalam hal ini,
politik syar’i akan mendorong dan menentukan sosok-sosok pejabat
publik yang taat syariat dan memiliki pengetahuan agama sehingga
dengan sendirinya mereka bersifat adil, jujur, bertanggung jawab
dalam mengemban amanah, bersih dari korupsi dan lain-lain.
Walaupun toh demikian, ketika ternyata yang unggul dan
mendapat suara terbanyak bukan calon yang lebih memenuhi syarat
pemimpin secara syar’i, maka umat Islam tetap sportif dan mengakui
kepemimpinannya setelah ia dilantik.
Dalam pembahasan masalah hukum, sudah biasa membuat
perbandingan hukum dan tatanan hukum dari negara lain yang
dianggap lebih maju seperti Inggris, Belanda dan lain-lain. Karena itu,
tidak salah bila kami juga membuat perbandingan hukum syar’i
tentang syarat presiden dan mengamalkannya.

Keunggulan-Keunggulan Pak Anies Selain Tiga Syarat


Pokok
1. Memiliki Ketegasan Hukum. Kasus penyegelan pulau reklamasi
adalah bukti nyata ketegasan Pak Anies. Dari tujuh belas pulau
yang hendak direklamasi, tiga belas pulau di antaranya berhasil
dihentikan. Sedangkan empat pulau yang terlanjur direklamasi, 65
persennya diambil alih oleh Pemprov DKI, dan 35 persen jadi milik
pengembang. “Ini aturan. Dan aturan mesti ditegakkan.
Pengembang boleh membangun tanah yang 35 persen itu selama
sesuai dengan aturan yang ada.” ucap Dr. Agus Surachman, SH,
SP1, dosen Politik Hukum dan Globalisasi Universitas Djuanda
Bogor.
2. Mengerti, Memahami dan Merangkul Anak Buah. Pak
Muhammad Anwar, Wali kota Administrasi Jakarta Timur,

|
mengungkapkan kesan selama menjabat wali kota Jaktim dan
bekerja secara langsung di bawah arahan gubernur DKI Jakarta
bahwa Pak Anies dikenal sebagai sosok yang tegas namun juga
mengerti, memahami dan dapat merangkul anak buah.
3. Calon Paling Memenuhi Syarat. Saat diwawancara oleh kanal
Youtube “Warta Kota Production”, Pak Jusuf Kalla, Wapres ke-10
dan 12 RI, menegaskan bahwasanya sosok Pak Anies paling
memenuhi syarat untuk menjadi presiden di tahun 2024.
4. Jiwa Leadership Yang Kuat. Hal ini ditegaskan oleh Pak Akbar
Tanjung, Ketua Dewan Kehormatan DPP Partai Golkar, “Pak Anies
punya jiwa kepemimpinan yang jauh ke depan untuk
pembangunan Indonesia. Dan lebih tepat lagi bahwa beliau akan
menjadi presiden,".
5. Kecerdasan Intelektual. Pada April 2008 lalu, majalah Foreign
Policy dari Amerika pernah memilih Pak Anies sebagai satu-
satunya orang Indonesia yang masuk dalam daftar “100 Tokoh
Intelektual Dunia” bersama Noam Chomsky, Al Gore, Francis
Fukuyama, Samuel Huntington, Vaclav Havel, Thomas Friedman,
Bernard Lewis, Lee KuanYew dan pemenang Nobel asal
Bangladesh Muhammad Yunus. Survei yang dilakukan lembaga
Parameter Politik Indonesia (PPI) juga menyatakan, hasilnya
responden memberi poin 7,85 untuk Pak Anies. Dalam survei
tersebut, 11 tokoh figur kandidat capres yang ramai
dipertimbangkan publik akan dinilai oleh ahli guna memperoleh
sosok figur capres ideal bagi masyarakat. Gubernur DKI Jakarta,
Pak Anies diakui oleh para ahli sebagai kandidat paling intelektual
dibanding 11 kandidat figur capres lainnya. Hal ini diketahui ketika
responden yang terdiri dari para ahli tersebut ditanya apakah
tokoh-tokoh berikut mempunyai tingkat pendidikan yang
memadai/baik sebagai calon pemimpin nasional.
6. Punya Banyak Pengalaman. Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI,
Pak Jusuf Kalla, menyebut Pak Anies Baswedan punya rekam jejak
mumpuni untuk ikut dalam pilpres 2024. "Orangnya punya
leadership, kecerdasan, teguh pada pendirian dan punya
pengalaman. Semua dipenuhi oleh Pak Anies. Pernah menjadi
rektor, gubernur dan menteri. Lengkap. Jadi butuh suatu
kepemimpinan yang baik. Kalau tidak ada pengalaman bagaimana
bisa memimpin bangsa ini?," ungkap Pak Jusuf Kalla. Pengalaman
disebut penting untuk memimpin 270 juta bangsa Indonesia.
Beliau juga menyinggung bahwa memimpin bangsa Indonesia
tidak bisa disamakan dengan negara lain.
7. Track Record Yang Baik. Hasil survei yang diadakan oleh lembaga
survei Indostrategic dan Kedai Kopi menempatkan sosok Pak Anis
di urutan pertama dalam menangani banyak hal. 1. Pendidikan 2.
Penanganan Covid 3. Kesehatan 4. Pembangunan transportasi
umum 5. Infrastruktur 6. Tata keindahan kota 7. Kesempatan kerja
8. Ekonomi keluarga. Menurut KH. Wahib Wahab, cucu KH.
Wahab Chasbullah, Ketua Umum Forum Silaturahmi Kiai Ulama
dan Habaib se-Indonesia (FORSIKUHABIN), di akhir masa
jabatannya, 84% rakyat Jakarta menyatakan puas dan sangat puas
atas kepemimpinan Pak Anies. Sebuah rekor di Jakarta angka
kepuasan yang sangat tinggi padahal publik Jakarta sangat kritis
dan tidak mudah puas.
8. Sukses Melanjutkan Kebijakan Pemimpin Sebelumnya. Pak Anies
tidak hanya melanjutkan apa yang dimulai oleh pendahulunya, tapi
juga mewujudkan apa yang menjadi mimpi dan janji pemimpin
sebelumnya. LRT/MRT adalah program yang sudah dimulai dari
zaman Gubernur Pak Sutiyoso, dilanjutkan oleh Pak Fauzi Bowo,
lalu Pak Jokowi, kemudian Pak Ahok. Kemudian Pak Anies
menuntaskan pekerjaan itu dan mengemasnya dalam program
JakLingko. Semua moda transportasi di Jakarta terkoneksi,
berbiaya murah dan nyaman karena ada subsidi, banyak inovasi
dan pembaharuan. Pak Anies juga mewujudkan janji Gubernur Pak
Sutiyoso, Pak Fauzi Bowo dan Pak Jokowi yang berencana

|
membangun stadion untuk Persija. “Pak Anies bahkan
merealisasikannya melampaui janji dan ekspektasi para gubernur
sebelumnya.” ucap Dr. Agus Surachman, SH., SP1, dosen Politik
Hukum dan Globalisasi Universitas Djuanda Bogor.
9. Pemersatu. Dalam situasi sosial dan politik yang terbelah,
pemimpin model Pak Anies dibutuhkan. Kata Pak Anies,
“Kehebatan Indonesia bukan pada keragamannya dan
kebhinnekaannya, sebab itu adalah anugerah. Kehebatan
Indonesia terletak pada kesuksesannya menyatukan masyarakat
yang beragam agama, etnis, golongan dan asal daerah. Itulah
Bhinneka Tunggal Ika.” Sebagai Gubernur DKI Jakarta, pada waktu
itu, Pak Anies merangkul semua pihak, baik pendukung maupun
bukan pendukung. Pak Anies mengumpulkan SDM yang dimiliki
Jakarta untuk berkolaborasi membangun ibu kota. Dan ini
dibuktikan dengan keterlibatan sejumlah pihak, termasuk yang
berseberangan politik untuk diajak serta dalam pembangunan
DKI. Pak Anies menegaskan bahwa setelah dilantik ia adalah
pemimpin seluruh warga DKI. Dia bukan milik para pendukungnya
saja, tapi milik seluruh warga Jakarta. “Pak Anies bersikap dan
bertindak proporsional dan profesional.” ucap Dr. Agus
Surachman, SH., SP1, dosen Politik Hukum dan Globalisasi
Universitas Djuanda Bogor.
10. Banyak Prestasi. Pak Anies punya cukup banyak prestasi yang
diakui oleh lembaga-lembaga regional, nasional maupun
internasional dengan sejumlah penghargaan. WTP berturut-turut
dari BPK, tiga penghargaan dari KPK, penghargaan dari Mendagri,
Menkominfo, Metro TV, dan lain-lain. Pak Anies juga mendapat
penghargaan dari lembaga internasional, di antaranya dari TUMI
(Transformative Urban Mobility Initiative). Pak Anies dinobatkan
oleh TUMI sebagai 21 Heroes. Selain dari TUMI, Pak Anies juga
mendapat banyak penghargaan dari lembaga-lembaga
internasional yang lain. Pak Anies masuk 100 intelektual publik
dunia, 20 tokoh pembawa perubahan, 500 muslim paling
berpengaruh, dll. Soal penghargaan, tak terhitung lagi berapa
banyak yang diterima Pak Anies. Ini yang membedakan Pak Anies
dari yang lain, sekaligus membuat Pak Anies sebagai kandidat
presiden yang fenomenal.
11. Sederhana. Tidak hanya tampilannya yang sederhana, Pak Anies
Baswedan juga diketahui memiliki mobil-mobil yang jauh dari
kesan mewah. Pak Anies memiliki berbagai mobil yang menjadi
pilihan rakyat ketika mereka ingin membeli mobil. Untuk harga
kendaraannya sendiri, yang paling mahal adalah senilai Rp450
Juta. Mobil-mobil tersebut bahkan jarang diketahui oleh publik.
Yang publik hanya tahu adalah bahwa Pak Anies memiliki sebuah
skuter. Selama ini, Pak Anies Baswedan memiliki skuter Vespa
tahun 1968 yang merupakan pemberian dari sang ayah. Vespa
tersebut sering digunakan untuk berangkat ke sekolah sejak SMA.
12. Sopan Santun. Habib Zecky Al-Atas, Ketua Umum Brigade 08,
mengaku bangga atas kepemimpinan Pak Anies sebagai Gubernur
DKI. Menurutnya, Pak Anies sosok pemimpin yang santun, ramah
dan bisa mempersatukan berbagai macam golongan, ras dan suku.
13. Adil. Aspek keadilan sosial menjadi spirit Pak Anies membangun
kota Jakarta. Ini nampak pada kebijakan Pak Anies terkait Upah
Minimum Propinsi (UMP). Pak Anies naikkan UMP cukup
signifikan yang membuat buruh lega dan puas. Pak Anies berikan
pemahaman kepada para pengusaha untuk selalu bersikap adil
kepada para buruh. Pak Anies juga menerbitkan KJP (Kartu
Jakarta Pintaar) Plus, membebaskan Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) untuk para pendidik dan keluarga pahlawan. Rumah-rumah
ibadah seperti masjid, gereja, wihara, pura, dan lain-lain
mendapatkan bantuan bulanan dari Pemprov DKI. Pak Anies
menyiapkan 11 miliar per tahun untuk memberi bantuan kepada
rumah-rumah ibadah tersebut. Dari sini tampak sekali bahwa Pak
Anies adalah pemimpin yang adil, inklusif, pluralis dan toleran. Pak

|
Anies juga ambil alih perusahaan air bersih dari perusahaan swasta
dan dikelola oleh PT. PAM JAYA. Tujuannya agar air bersih bisa
dinikmati warga Jakarta dengan biaya sangat murah karena
disubsidi oleh Pemprov DKI. Pak Anies sediakan Rp33,68 miliar
untuk subsidi air bersih. Harga air bersih semula Rp32 ribu per
meter kubik, sekarang menjadi Rp3.550-Rp4.900 per meter kubik
setelah disubsidi. Perhatian Pak Anies kepada warga kelas bawah
untuk menegaskan bahwa kehadirannya punya tanggung jawab
untuk memastikan adanya kesetaraan dan keadilan bagi seluruh
warga. Satpol PP dulu raja tega tapi di bawah kepemimpinan Pak
Anis memberi rasa tenang orang bawah dan satpol PP tidak hanya
menguntungkan orang kaya.
14. Matang secara Emosional. Dalam hasil penelitiannya, Twitter
Refinchie dkk menyatakan Pak Anies memiliki brand authenticity
yaitu kestabilan emosional, kesatuan, energi, keramahan, memiliki
konsisten, ramah, sopan, memiliki sifat gotong royong dan brand
authority dalam mengambil dan membuat kebijakan dengan cepat
yang ditandai dengan kuasa (authority) dalam kepemimpinannya
sebagai Gubernur DKI Jakarta (Refinchie and ... 2021).
15. Public Speaking Bagus. Pakar Public Speaking versi Koran Kontan,
Ongky Hojanto mengajak publik untuk belajar dari gaya bicara
calon presiden Pak Anies Baswedan pada acara IdeaFest 2023 di
Jakarta Convention Center (JCC), Sabtu, 30 September 2023.
16. Memenuhi Janji Politik. Menurut Abdurrahman, penulis buku
“Anies Baswedan: Gagasan, Narasi, dan Karya”, mantan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Pak Anies Baswedan memiliki 23
janji politik saat menjabat sebagai Gubernur DKI. Dia menilai
bahwa semua janjinya sudah dipenuhi yang tidak asal dipenuhi.
Bahkan pemenuhan janji politik seorang Pak Anies Baswedan jauh
melebihi ekspektasi. “Tidak asal dipenuhi, jauh melebihi ekspektasi
proyeksi kita, jauh melampaui apa yang kita harapkan, apa yang
kita idealkan ketika beliau menenangkan pertarungan politik
elektoral di DKI,” ujar dia.
17. Pemimpin yang Terbuka. Pak Anies menyebut dirinya sejak lama
berpedoman bahwa seorang pejabat publik harus mau menerima
kritik dari masyarakat. Menurutnya, pejabat publik tidak boleh
hanya mau sekadar dipuji. "Kalau di wilayah publik jangan minta
dipuji saja. Di wilayah publik itu harus siap dicaci maki, diminta
turun atau naik. Itu prinsipnya sama. Dicaci tidak tumbang, dipuji
tidak terbang," kata Pak Anies di Stadion GBK, Senayan, Jakarta,
Minggu (26/5). Pak Tamsil Linrung DPD–RI Fraksi PKS,
menyebutkan inilah gaya kepemimpinan partisipatif yang menjadi
gaya Pak Anies Baswedan, “Pak Anies mendengar, melihat dan
ikut merasakan denyut kehidupan rakyat sehingga mampu
menghasilkan formula kebijakan yang berkeadilan”. Berdasarkan
teori tipe gaya kepemimpinan yang dikemukakan oleh Gary Yukl,
Pak Anies memiliki gaya kepemimpinan partisipatif. Beliau selalu
mendorong masyarakat untuk turut serta berpartisipasi dalam
membangun ibukota dan selalu dengan lapang menerima kritik
dan saran. Oleh sebab itu, Pak Anies tetap kokoh dan fokus
memimpin ibukota di tengah berbagai isu yang menimpanya.
18. Pilihan Para Pemilih Rasional. Mantan Gubernur DKI Jakarta Pak
Anies Baswedan menjadi pilihan para pemilih rasional. Temuan itu
terpotret dari hasil survei terbaru Voxpol Center Research and
Consulting yang dilakukan pada November 2022 menyatakan
segmen pemilih rasional menentukan pilihan politiknya atas dasar
pertimbangan integritas, kapasitas dan kompetensi sehingga
rekam jejak kandidat menjadi pertimbangan yang sangat penting.
Oleh karena itu, kandidat yang berprestasi menjadi pilihan paling
objektif di segmen ini. Janji politik yang sifatnya wacana dan
sebatas angan-angan sangat tidak relevan mempengaruhi pemilih
yang rasional. Pemilih lebih percaya bukti bukan janji. Dalam
temuan survei ini, ketika ditanyakan kepada responden, apa

|
alasan ibu/bapak/saudara memilih calon presiden? Sebesar 21,2
persen menjawab bahwa Pak Anies Rasyid Baswedan adalah
gubernur berprestasi.

Keunggulan Gus Muhaimin


1. Sikap Anti Korupsi. Gus Imin memiliki sikap anti korupsi dan
integritasnya Gus Imin tidak diragukan lagi. Kalau selama ini ada
yang menduga beliau tidak bersih dari korupsi, ternyata setelah
dijadikan saksi kasus korupsi Kemnaker terbukti beliau bersih dan
tidak ada keterkaitan dengan kasus tersebut. Begitu juga kasus
“kardus durian” ternyata itu hanya dugaan saja dan barangnya
masih di tangan tersangka.
2. Memiliki rekam jejak aktivisme. Pak Anies menyatakan "Saya
ingin sampaikan bahwa Gus Imin ini adalah seorang pribadi yang
memiliki rekam jejak aktivisme yang bisa menginspirasi dan
bergerak dalam organisasi. Seorang organisatoris ulung yang
rekam jejaknya panjang, bukan dadakan,".
3. Figur yang memiliki pengalaman sebagai ahli mengelola
perdamaian, tegas dan cepat dalam mengambil keputusan,
mumpuni dalam bidang ekonomi dan tokoh muda yang sarat
pengalaman.
Beranjak dari pemaparan di atas, kami berpendapat bahwa
pasangan AMIN adalah pasangan yang paling baik karena lebih
menetapi syarat-syarat syar’i sebagai seorang presiden dan wakilnya
dan mempunyai beberapa keunggulan-keunggulan selain tiga syarat
utama yang telah disebut di atas. Dan beranjak dari hukum memilih
presiden adalah fardlu kifayah (kewajiban sebagian muslim) bila calon
yang lebih baik diyakini terpilih dan fardlu ‘ain (kewajiban setiap
muslim) bila tidak diyakini terpilih, maka menurut kami sudah tidak
diragukan lagi hukumnya fardlu ‘ain bagi kaum muslimin untuk memilih
paslon AMIN bila paslon tersebut tidak diyakini memenangkan
pilpres. Dan keengganan seseorang untuk menggunakan hak suara
(golput) hukumnya tidak boleh (haram), karena dapat berpotensi
memenangkan calon lain yang kurang memenuhi persyaratan
pemimpin dalam perspektif syar’i.
Dalam kaidah fikih disebutkan bahwa “hukum wasilah
(perantara) itu sebagaimana hukum tujuan.” Jadi, apabila target
memenuhi hukum tujuan adalah wajib, -dalam kasus ini adalah
memenangkan paslon AMIN-, maka wasilahnya, -dalam kasus ini
adalah mengikuti pemilu- hukumnya juga wajib. Hal ini bisa
dianalogikan dengan hukum jihad fi sabilillah. Hukum asal jihad adalah
fardlu kifayah bagi orang-orang tertentu, yaitu laki-laki, merdeka
(bukan budak), dan sebagainya. Tetapi, dalam kondisi tertentu, seperti
jika umat Islam banyak yang malas ikut perang sehingga pasukan
tentara kekurangan personil, maka hukum jihad berubah menjadi
fardlu ‘ain bagi setiap orang. Banyak sekali para masyayikh dan kiai
pada zaman orde lama dan orde baru dulu, menganggap mengikuti
pemilu sebagai jihad fi sabilillah.
Dan ketika pasangan AMIN ini dideklarasikan, dengan
sendirinya kita diminta untuk memberikan kesaksian dan setelah
mengkaji dengan teliti kita mengetahui bahwa AMIN ini lah pasangan
calon yang harus dipilih dan harus menyaksikan proses penghitungan
suara ketika diminta. Allah berfirman,
ْ ‫ح‬ ‫ح ح ح ْ ح ُّ ح ح ح‬
َ ‫َالش َه َداءََإَّ َذاَ َماَدَعَ َوَا‬
َ ‫ب‬ َ ‫ل ََي َأ‬
َ ‫َو‬
“Dan janganlah saksi itu enggan memberikan kesaksian apabila mereka
diminta menyaksikan.”
(QS Al-Baqarah [2]: 282)
Dan Allah berfirman,

|
ْ‫حح ح ْ ْ َ ح حح ح ح ْ َ ْ ْح ح َح ح ح‬
َ َ‫اَأ َّث ٌَمَ َق َلبَه‬
َ ‫اَف َّإ َن َه‬
َ ‫كتَ َم َه‬
َ ‫نَ َي‬
َ ‫اد َةَ َو َم‬
َ ‫اَالش َه‬
َ ‫كتَمَ َو‬
َ ‫ل ََت‬
َ ‫َو‬
“Dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan kesaksian. Dan
barang siapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah
orang yang berdosa hatinya”
(QS Al-Baqarah [2]: 283)
Karena itu semua, kita harus memberikan kesaksian atas
keunggulan AMIN ini dan harus selalu menyampaikan kesaksian ini
pada khalayak masyarakat, teman-teman, tetangga dan keluarga
sampai masyhud lah (orang yang dimenangkan dengan dasar
kesaksian) yaitu pasangan AMIN mendapatkan kemenangan karena
fungsi syahadah (kesaksian) itu untuk memenangkan masyhud lah dan
mengalahkan masyhud alayh (orang yang dikalahkan dengan dasar
kesaksian) yang dalam hal ini ialah calon lainnya .
Dan para kiai dan tokoh masyarakat supaya berhati-hati
dengan menggunakan hati nurani dalam menjatuhkan pilihan dan
dukungan, apalagi sampai mengunggul-unggulkan calon yang dipilih
dan supaya ruju’ ilal haq (kembali kepada kebenaran) dengan memilih
calon presiden dan wakil presiden sesuai dengan kriteria yang
digariskan oleh syariat karena pilihan orang-orang yang terhormat
seperti kiai dan tokoh masyarakat ini akan berdampak diikuti oleh
banyak masyarakat sehingga ada konsekuensi hukum yang harus
ditanggung di Akhirat kelak karena mengarahkan pilihan banyak orang
pada pilihan yang tidak tepat. Demikian, buku ini kami akhiri. Mudah-
mudahan bermanfaat.
Biodata Penulis

KH. M. Said Abdurrochim, dilahirkan di Sarang, Rembang, Jawa


Tengah dan mendapatkan pengasuhan sejak kecil dalam kultur
tradisionalis.

Pendidikan :
Halaqah masyayikh Ponpes Sarang, mengikuti khataman kitab
di beberapa pondok pesantren di luar Ponpes Sarang, Ibtida'iyyah,
Tsanawiyyah, Aliyah di Madrasah Ghozaliyyah Syafi'iyyah Ponpes
Sarang tahun 1974-1985, Pondok Pesantren Daarul Ulum Senori,
Tuban asuhan Romo Kyai Abul Fadhol 1985-1986. Menghadiri
halaqoh Syaikh Yasin Al-Fadaniy dan mendapatkan Ijazah Bissanad
waktu beliau berkunjung ke Indonesia tahun 1979 dan 1988, praktik
mengajar kitab-kitab besar setiap selesai shalat maktubah di Ponpes
MUS Sarang dan Madrasah Ghozaliyyah Syafi'iyyah 1987-1990,
Rubath Jawa Makkah Al-Mukarromah, belajar harian di halaqah
Sayyid Muhammad Alawy, Syekh Isma'il bin Utsman dan Syekh
Ahmad Jabir Jabran, di hari-hari tertentu hadir di halaqah masyayikh
Makkah lainnya di Masjidil Haram, pernah belajar di Sholatiyah
Makkah Al Mukarramah, namun putus di tengah tahun ajaran,
mengetuai kelompok diskusi harian di Rubath Jawa dan aktif di
kelompok diskusi mingguan mahasiswa dan pelajar Indonesia di
Makkah Al Mukarramah 1990-1995.

Karya tulis diantaranya:


1. I'anat Al Ashab Syarh Kifayat Al Thulab.
2. Kasyaf Ishtilahaat Al Fiqh Li Fuqahaina Al Syafi'iyyah.
3. Hilyat Al Thulab.
4. I'lam Al Akhyar.
5. Al Rozan Syarh Fath Al Ra'uf Al Karim Al Mannan
6. I’lamul Munadzimin.

|
7. Tsamroh al-Fuad.
8. Bulughul ‘Arab.
9. I’lamur Rafaq.
10. Manhaju Dzawin Nadlar.
11. Inbahur Ruwwad.
12. Fikih Partai Politik dan Pemilu.
13. Bank Konvensional dalam Prespektif Fiqh
14. Manajemen Kepribadian dan Langkah Santri

Aktifitas :
> Pengasuh Ponpes MUS Sarang, Rembang, Jawa Tengah tahun
2001-Sekarang
> Syaikhul Ma’had Al-Aly Fadhlul Jamil Ponpes. MUS Sarang,
Rembang.

Anda mungkin juga menyukai