Anda di halaman 1dari 8

NAMA : NARAYA NINDYA HASTIWI

NIM : 23410350

PENUGASAN ASAS-ASAS HUKUM DI INDONESIA


Asas-Asas Hukum Makna/Hakekat Pengelompokan Tata Hukum
Asas legalitas dalam konteks hukum di Indonesia mengacu pada
prinsip bahwa segala tindakan atau perbuatan harus memiliki dasar
Asas Legalitas hukum yang jelas dan sah. Artinya, tindakan atau perbuatan Pidana
seseorang hanya dapat dianggap ilegal jika telah diatur atau dilarang
oleh undang-undang yang berlaku.
Asas konsensualisme adalah prinsip dalam hukum Indonesia yang
menekankan bahwa perjanjian atau kesepakatan antara pihak-pihak
Asas Konsensualisme harus dibuat secara sukarela dan berdasarkan kesepakatan bersama. Perdata
Artinya, untuk sah, suatu perjanjian harus didasarkan pada
persetujuan bebas dari semua pihak yang terlibat.

Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik (Good Governance)


adalah konsep dalam pemerintahan yang menekankan prinsip-
prinsip seperti transparansi, akuntabilitas, partisipasi, hukum yang
Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik Tata Negara dan Administrasi
berlaku, efisiensi, dan responsif terhadap kepentingan masyarakat.
Konsep ini bertujuan untuk menciptakan pemerintahan yang lebih
efektif, adil, dan berorientasi pada pelayanan masyarakat.

Asas Jus Cogens, dalam hukum internasional, merujuk pada norma-


norma hukum yang dianggap sebagai prinsip-prinsip fundamental
yang bersifat mengikat dan tidak dapat dilanggar oleh negara-
Asas Jus Cogens Internasional
negara. Ini adalah norma-norma yang dianggap sebagai hukum yang
tak dapat diganggu gugat yang berlaku universal dan harus
dihormati oleh semua negara.
Asas Kebebasan Berkontrak adalah prinsip dalam hukum yang memberikan hak
kepada individu atau pihak-pihak untuk membuat perjanjian atau kontrak secara
Asas Kebebasan Berkontrak sukarela tanpa campur tangan pihak ketiga atau paksaan. Ini menggarisbawahi Perdata
pentingnya kebebasan individu dalam menjalankan bisnis, bertransaksi, atau
mengikat perjanjian dengan pihak lain.

Asas Lex Specialis Derogat Legi Generali adalah prinsip dalam hukum yang
menyatakan bahwa undang-undang yang lebih khusus atau khusus
mengesampingkan atau mengesampingkan undang-undang yang lebih umum atau
Asas Lex specialis derogat legi generali Administrasi
umum. Dengan kata lain, ketika ada konflik antara dua undang-undang, undang-
undang yang berlaku secara spesifik akan memiliki kekuatan lebih daripada yang
bersifat umum.

Asas Teritorial adalah prinsip dalam hukum yang menegaskan bahwa wilayah
suatu negara adalah batas penting untuk pengaturan dan penerapan hukum di
Asas Teritorial Pidana, Internasional
dalamnya. Dengan kata lain, negara memiliki yurisdiksi (hak untuk membuat
hukum dan mengawasi aktivitas) di wilayahnya sendiri.

Asas Iktikad Baik adalah prinsip dalam hukum Indonesia yang menekankan
pentingnya menjalankan perjanjian atau kontrak dengan niat baik dan jujur serta
Asas Iktikad Baik menjaga kepercayaan antara pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi atau Perdata
perjanjian. Prinsip ini mengharuskan pihak-pihak untuk bertindak dengan itikad
baik dan tidak mengeksploitasi atau menipu pihak lain.

Asas Uti Possidetis Juris adalah prinsip dalam hukum internasional yang berarti
"seperti yang Anda miliki sesuai dengan hukum." Prinsip ini mengacu pada
Asas Uti Possidetis Juris pemeliharaan batas-batas wilayah negara yang ada pada saat terjadinya Internasional
dekolonisasi atau perubahan politik, dan wilayah-wilayah tersebut diakui sebagai
wilayah yang sah dan tak dapat diganggu gugat.
Asas Presumption of Innocence (Presumsi Tidak Bersalah) adalah prinsip dalam
hukum yang menyatakan bahwa seorang terdakwa dianggap tidak bersalah hingga
terbukti bersalah melalui proses hukum yang adil dan berdasarkan bukti yang
Presumption of innocence Pidana
meyakinkan. Dalam hal ini, beban pembuktian kesalahan ada pada pihak yang
menuntut (penuntut umum) untuk membuktikan kesalahan terdakwa, bukan pada
terdakwa untuk membuktikan ketidakbersalahan

Asas Nasional Aktif adalah prinsip dalam politik luar negeri Indonesia yang
menekankan peran aktif negara Indonesia dalam urusan internasional. Prinsip ini
mencakup partisipasi aktif dalam diplomasi, kerja sama internasional, dan peran
Asas Nasional Aktif Pidana
sebagai mediator dalam konflik internasional. Tujuan utamanya adalah untuk
menjaga kedaulatan, keamanan, dan kesejahteraan nasional, serta mempromosikan
perdamaian dan kerjasama internasional.

Asas Pacta Sunt Servanda adalah prinsip dalam hukum internasional yang berarti
"perjanjian harus dihormati." Prinsip ini menekankan bahwa pihak yang telah
Asas Pacta Sunt Servanda mengikatkan diri dalam suatu perjanjian harus memenuhi kewajiban-kewajiban Perdata, Internasional
yang dijanjikan dalam perjanjian tersebut. Dalam konteks hukum internasional, ini
adalah prinsip dasar yang mengatur pelaksanaan perjanjian antara negara-negara.

Asas Nasional Pasif mencerminkan komitmen Indonesia untuk menyelesaikan


konflik internasional dan mempromosikan perdamaian dengan cara damai dan
Asas Nasional Pasif Pidana
non-agresif. Prinsip ini menekankan pentingnya diplomasi, negosiasi, dan
kerjasama internasional sebagai cara untuk mengatasi perselisihan dan konflik.
Asas Lex Superior Derogat Legi Inferior adalah prinsip dalam hukum yang
menyatakan bahwa undang-undang atau peraturan yang lebih tinggi dalam
hierarki hukum akan mengesampingkan atau mengesampingkan undang-undang Pidana, Perdata, Tata Usaha Negara,
Asas Lex superior derogat legi inferior
atau peraturan yang lebih rendah dalam hierarki. Dengan kata lain, ketika ada dan Administrasi
konflik antara dua peraturan atau undang-undang, yang memiliki tingkat otoritas
yang lebih tinggi akan berlaku.

Asas Lex Posterior Derogat Legi Priori adalah prinsip dalam hukum yang
menyatakan bahwa undang-undang yang lebih baru atau terakhir akan
menggantikan atau mengesampingkan undang-undang yang lebih lama atau Pidana, Perdata, Tata Usaha Negara,
Asas Lex posterior derogat legi priori
sebelumnya dalam hal ada konflik antara keduanya. Dengan kata lain, undang- dan Administrasi
undang yang lebih baru akan berlaku jika ada ketidaksesuaian antara undang-
undang yang lebih baru dan yang lebih lama.

Asas Ius Soli adalah prinsip dalam hukum kewarganegaraan yang memberikan
kewarganegaraan kepada individu yang lahir di wilayah negara tersebut, tanpa
Ius Soli memandang kewarganegaraan orang tua mereka. Artinya, jika seseorang lahir di Tata Negara
wilayah Indonesia, mereka dapat memenuhi syarat untuk menjadi warga negara
Indonesia.

Asas Ius Sanguinis adalah prinsip dalam hukum kewarganegaraan yang


memberikan kewarganegaraan kepada individu berdasarkan keturunan atau darah,
Ius Sanguinis yaitu melalui orang tua yang memiliki kewarganegaraan negara tersebut. Artinya, Tata Negara
seseorang dianggap warga negara suatu negara karena memiliki salah satu atau
kedua orang tua yang juga merupakan warga negara dari negara yang sama.

Asas contrarius actus adalah asas hukum administrasi negara yang menyatakan
Asas Contrarius bahwa badan atau pejabat tata usaha negara yang menerbitkan keputusan tata Tata Negara
usaha negara dengan sendirinya juga berwenang untuk membatalkannya
Asas Actus Rebus Sic Stantibus adalah prinsip dalam hukum internasional yang
mengakui kemungkinan untuk mengubah atau membatalkan perjanjian
internasional jika terjadi perubahan keadaan atau situasi yang sangat mendasar
Actus Rebusic Stantibus dan tidak dapat diprediksi saat perjanjian tersebut dibuat. Prinsip ini mengakui Internasional
bahwa dalam situasi-situasi tertentu, perubahan signifikan dalam kondisi atau
konteks dapat merusak asas keadilan dan kepatutan, sehingga perjanjian dapat
diubah atau dibatalkan.

Asas Non Retroaktif adalah prinsip dalam hukum yang menyatakan bahwa
undang-undang atau peraturan tidak dapat diterapkan secara mundur atau dengan
efek retrospektif untuk memengaruhi situasi atau tindakan yang telah terjadi Pidana, Perdata, Tata Usaha Negara,
Asas non retroaktif
sebelum undang-undang atau peraturan tersebut diberlakukan. Dengan kata lain, dan Administrasi
hukum baru tidak dapat digunakan untuk menghukum tindakan yang sudah
dilakukan sebelum hukum tersebut berlaku.

Asas Actor Sequitur Forum Rei adalah prinsip dalam hukum prosedur perdata
yang mengindikasikan bahwa pemilihan pengadilan dalam suatu kasus harus
didasarkan pada lokasi terdakwa atau tempat di mana sengketa tersebut timbul.
Actor sequitur forum rei Dalam konteks hukum Indonesia, prinsip ini mengacu pada aturan yang Perdata
memungkinkan pihak yang mengajukan tuntutan (aktor) untuk mengajukan kasus
di pengadilan yang berada di wilayah tempat peristiwa yang menyebabkan
sengketa tersebut terjadi (forum rei).

Asas Audi et Alteram Partem adalah prinsip dasar dalam hukum yang berarti
"dengarlah pihak lain." Prinsip ini mengharuskan bahwa semua pihak yang
Pidana, Perdata, Tata Usaha Negara,
Audi et elteram partem terlibat dalam suatu proses hukum harus diberikan kesempatan yang sama untuk
dan Administrasi
mengemukakan argumen mereka, memberikan bukti, dan mendengar argumen
pihak lain di hadapan pengadilan atau otoritas yang berwenang.
Asas civitas maxima adalah asas hukum internasional yang menyatakan bahwa
negara-negara di dunia memiliki yurisdiksi yang sama terhadap kejahatan
Civitas maxima Pidana
internasional tertentu, seperti genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan
kejahatan perang

Asas Ex Aequo et Bono adalah prinsip dalam hukum internasional yang berarti
"berdasarkan keadilan dan kebaikan." Prinsip ini memungkinkan pengadilan atau
arbiter untuk memutuskan suatu kasus berdasarkan pertimbangan keadilan dan
Ex aequa et bono Perdata
kebijaksanaan, tanpa terikat pada ketentuan hukum yang ketat atau aturan tertulis.
Prinsip ini digunakan ketika para pihak dalam kasus sepakat untuk memutuskan
berdasarkan kebijaksanaan daripada mengikuti hukum formal.

Asas Ius Curia Novit adalah prinsip dalam hukum yang berarti "pengadilan
mengetahui hukum." Prinsip ini mengacu pada kewenangan pengadilan untuk
mengenali dan menerapkan hukum yang berlaku dalam kasus, bahkan jika pihak-
Pidana, Perdata, Tata Usaha Negara,
Ius curia novit pihak yang terlibat dalam kasus tersebut tidak mengajukan argumen atau merujuk
dan Administrasi
pada hukum tertentu. Dengan kata lain, pengadilan memiliki kewenangan untuk
menilai dan menerapkan hukum secara mandiri tanpa bergantung pada
pemahaman atau argumen pihak-pihak dalam persidangan.

Asas Ne Bis in Idem adalah prinsip hukum yang menyatakan bahwa seseorang
tidak boleh diadili atau dihukum dua kali atas tindakan yang sama dalam kasus
Ne bis in Idem yang sama. Prinsip ini melindungi individu dari penuntutan atau hukuman ganda Pidana
atas perbuatan yang telah diputuskan oleh pengadilan atau otoritas yang
berwenang sebelumnya.
Asas Nemo Judex In Propria Causa adalah prinsip dalam hukum yang berarti
"tidak ada yang boleh menjadi hakim dalam perkara sendiri." Prinsip ini
menyatakan bahwa seseorang yang memiliki kepentingan pribadi atau memiliki
Nemo Judex In Propria causa Administrasi dan Tata Negara
hubungan pribadi dengan suatu kasus tidak boleh bertindak sebagai hakim dalam
kasus tersebut. Hal ini bertujuan untuk memastikan keadilan dan menghindari
konflik kepentingan dalam proses peradilan.

Makna dari asas ini adalah bahwa putusan pengadilan dianggap sebagai kebenaran
yang sudah pasti dan final. Artinya, setelah suatu kasus diselesaikan dan putusan Pidana, Perdata, Tata Usaha Negara,
Res Judicata proveritate habetur
pengadilan dikeluarkan, hal itu dianggap sebagai kebenaran yang tidak dapat dan Administrasi
diganggu gugat lagi dalam proses hukum lebih lanjut.

Asas Ultra Petita adalah prinsip dalam hukum yang menyatakan bahwa
pengadilan tidak boleh memberikan putusan yang melampaui permohonan atau
klaim yang diajukan oleh salah satu pihak dalam suatu kasus. Dengan kata lain,
Ultra petita Perdata
pengadilan harus memutuskan hanya tentang hal-hal yang diminta atau diajukan
oleh pihak yang bersengketa dan tidak boleh memberikan putusan yang lebih luas
dari apa yang diminta.

Asas Ultimum Remedium adalah prinsip dalam hukum yang mengacu pada
pemikiran bahwa tindakan hukum atau penggunaan hukum sebagai solusi terakhir
Ultimum remidium yang hanya digunakan setelah semua alternatif dan upaya lainnya telah dikejar Administrasi dan Tata Negara
atau dipertimbangkan. Prinsip ini menggarisbawahi pentingnya mencari solusi
hukum yang paling ekstrem hanya ketika tidak ada alternatif lain yang memadai.
Asas Unus Testis Nullus Testis adalah prinsip dalam hukum yang berarti "saksi
tunggal tidaklah saksi." Prinsip ini menekankan bahwa untuk membuktikan suatu
pernyataan atau klaim, bukti yang cukup harus didukung oleh lebih dari satu saksi
Unus tetstis nullus testis Pidana
atau bukti lainnya. Dalam konteks hukum, prinsip ini mengacu pada pentingnya
memiliki bukti yang kuat dan tidak hanya bergantung pada kesaksian satu orang
saja.

Asas Reformatio in Melius adalah prinsip dalam hukum pidana yang berarti
"perubahan untuk yang lebih baik." Prinsip ini mengizinkan pengadilan banding
atau otoritas hukum yang lebih tinggi untuk merubah putusan pengadilan yang
Pidana, Perdata, Tata Usaha Negara,
Reformatio in Melius lebih rendah dalam kasus pidana jika perubahan tersebut akan menguntungkan
dan Administrasi
terdakwa. Dengan kata lain, putusan banding dapat mengurangi hukuman yang
dikenakan pada terdakwa, tetapi tidak dapat memperberat hukuman yang telah
dijatuhkan.

Asas Bonafides mengacu pada prinsip kejujuran, itikad baik, dan niat yang baik
dalam tindakan atau transaksi. Prinsip ini menekankan pentingnya bertindak
dengan itikad baik dan jujur dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam
Bonafides hubungan bisnis, kontrak, dan berbagai transaksi hukum. Dalam konteks hukum, Administrasi dan Tata Negara
asas ini berarti bahwa tindakan atau perbuatan yang dilakukan dengan niat baik
dan itikad baik lebih dihargai daripada tindakan yang dilakukan dengan maksud
buruk atau dengan niat menipu.

Anda mungkin juga menyukai