Anda di halaman 1dari 37

Pengertian Ilmu Negara

Korespondensi: Yasmin Hana Azizah dan Ghanies Amany


*: Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia

A. Pengertian Ilmu Negara


• Ilmu negara mempelajari pokok serta sendi-sendi suatu negara.
• Pengertian Pokok → secara umum.
• Sendi-Sendi Pokok → dipengaruhi pandangan hidup.
• Ilmu Negara memiliki objek yang bersifat abstrak, universal, teoritis, dan tidak dapat
secara langsung diterapkan dalam praktik kenegaraan. Tidak terikat pada waktu dan
tempat tertentu.
• Negara adalah masyarakat yang tergabung dalam suatu wilayah yang merupakan satu
kesatuan politis yang menguasai wilayah tertentu dan berada dalam satu lembaga
pemerintahan.
• Negara merupakan pemersatu masyarakat dan berfungsi sebagai penetap aturan-
aturan yang bersifat mengikat.
B. Perbedaan HTN dan HAN
• HAN/HTN, objek yang bersifat konkrit dan terikat pada waktu dan tempat tertentu.
Memiliki nilai praktis karena dapat diterapkan langsung dalam praktik kenegaraan
serta berkaitan dengan hukum positif.

Ilmu Negara HTN atau HAN


Bersifat Abstrak Bersifat Konkri
Mengandung nilai teoritis (pure science) Mengandung nilai praktis (applied
science)
Bersifat umum tanpa Khusus mempelajari hukum positif
mempertimbangkan sifat khusus negara yang objeknya merupakan suatu negara
Objek cakupan tidak terikat waktu dan Objek cakupan terikat waktu dan
tempat tertentu tempat tertentu

C. Sifat Cakupan Ilmu Negara


• Teoritis → merupakan pola pikiran yang mendasari cabang ilmu lain (Hukum Tata
Negara Positif), tidak dapat dipraktikan secara langsung.
• Umum → berlaku di setiap negara tanpa mempertimbangkan sifat khusus negara.
• Abstrak → tidak berwujud, tidak terikat tempat dan waktu tertentu.
D. Sejarah Ilmu Negara
• Plato → buku Politeia berisi renungan yang ideal.
• Aristoteles → buku Politica berusaha membandingkan berbagai konstitusi dari
beberapa polis di Yunani sehingga pembahasan bersifat empiris.
• Pada akhir abad XIX awal abad XX → Kaisar Wilhelm II di Jerman berusaha
membenarkan kekuasaanya sehingga meminta bantuan para sarjana Jeman untuk
mebuat landasan ilmiah.
• Mazhab Hukum Publik (Deutche Publizisten Schule) → dengan para ahli pikir Paul
Laband, Von Gerber, dan Georg Jellinek yang mengembangkan dari teori hukum
publik (belum tersusun baik), pada masa ini hanya hukum perdata yang berkembang
di Eropa Barat.
E. Pemisahan Hukum Publik dan Perdata
• Munculnya aliran hukum publik di Jerman yang mendorong pemisahan hukum publik
dan perdata.
• Abad XIX → G. Jellinek membahas dan menyusun Ilmu Negara secara sistematis
dalam bukunya Allgemeine Staatslehre sehingga dianggap sebagai bapak Ilmu Negara
dan dianggap sebagai penutup masa lampau.
• Sebelumnya, pembahasan kenegaraan hanya membahas satu pokok seperti kekuasaan
(Machiavelli), kedaulatan rakyat (J.J. Rosseau), dan perjanjian masyarakat (Thomas
Hobbes dan John Locke)
F. Kodifikasi Hukum di Romawi
• Kodifikasi 12 Meja → hukum perdata, pidana, dan acara.
• Corpus Iuris Civilis/Corpus Iuris Civilis Justitianus → hukum perdata (usaha dari
Kaisar Justinianus)
• Corpus Iuris Civilis Justianus adalah kodifikasi kedua di Romawi Timur yang
terbentuk dari usaha Kaisar Justianus (kodifikasi terakhir)
G. Teori Receptie
• Teori yang membuat Hukum Perdata di negara Romawi masuk ke Eropa Barat.
• Hukum perdata saat itu sudah berkembang pesat di Eropa Barat karena pengaruh
hukum Romawi yang lebih tinggi dari hukum di Eropa Barat.
• Teori Receptie terdiri dari:
• Teoritische Receptie → para sarjana mempelajari hukum Romawi Kuno secara
langsung kemudian kembali ke negaranya masing-masing.
• Praktische Receptie → para sarjana yang mendapat jabatan administrasi
melakukan praktik pengadilan.
• Wetenschappelijke Receptie → pendirian fakultas dan perguruan tinggi sehingga
mahasiswa tidak perlu mempelajari keluar negeri namun di negara masing-
masing.
• Posietieve Rechtelijke Receptie → penerapan menjadi hukum positif (contoh:
Code Civil Napoleon/kodifikasi Hukum Perdata)
H. Filsuf Romawi yang Berpengaruh
• Filsuf Yunani:
• Socrates
• Polybius
• Aristoteles
• Plato
• Cicero
• Seneca
• Abad Pertengahan:
• St. Augustine
• Thomas Aquines
• Renaissance:
• Nicolo Machivelli
• Thomas Hobbes
I. Teori Georg Jellinek
• Georg Jellinek merupakan pengacara asal Jerman yang pada abad ke-20 membahas
Ilmu Negara secara sistematis.
• Teori yang digunakan berasal dari Georg Jellinek yang diterapkan sesuai dengan
pandangan hidup bangsa Indonesia.
• Keberhasilan Jellinek:
• Membahas ilmu negara secara sistematis dalam bukunya yang berjudul
Allgemeine Staatslehre.
• Teori Jellinek dianggap sebagai penutup di masa lampau dan pangkal tolak lebih
lanjut mengenai ilmu negara.
• Sistematika Teori Jellinek:
• Staatwissenschaft secara sempit → objeknya negara
• Rechtwissenschaft → menekankan pada segi hukum seperti HTN, HAN dan
Hukum Antarnegara/Hukum Internasional Publik.
• Peninjauan Teori Ilmu Negara:
• Sosiologis: Hakekat Negara, Pembenaran Negara, Terjadinya Negara, Tipe
Utama Negara, dan Tujuan Negara.
• Yuridis: Bentuk Negara, Unsur Negara, Kedaulatan, Konstitusi, Fungsi Negara,
Alat Perlengkapan Negara, Perwakilan, Sendi Pemerintahan, Kerja Sama
Antarnegara, serta Negara dan Hukum.
• Teorit Ilmu Negara:
• Staatwissenschaft secara sempit → objeknya negara
a. Beschreibende Staatwissenschaft: Menggambarkan wilayah, rakyat, dan
penguasa tanpa menyatakan bahwa keseluruhan itu merupakan unsur
negara
b. Teoritische Staatwissenschaft (Staatslehre atau Staatsleer): Arti ilmu
negara yang sesungguhnya dianalisa dan disusun secara sistematis tentang
pengertian pokok dan sendi pokok → mengambil bahan-bahannya dari
Beschreibende Staatswissenschaft.
• Ilmu Negara Umum (Allgemeine Staatslehre):
• Tidak terikat
• Berlaku untuk semua negara Soziale dan Staatsrechtslehre
• Ilmu Negara Khusus (Bezondere Staatslehre):
• Berlaku di suatu wilayah
• Individuelle dan Speziale
c. Practische Staatwissenschaft: Teoritische yang diterapkan dalam praktik.
Ilmu Politik. Menurut Jellinek ilneg dan ilpol saling berhubungan, namun
menurut tradisi Anglo Saxon berdiri sendiri-sendiri.
• Suatu teori baru yang berlaku bagi Ilmu Negara Umum dan Khusus:
• Zwiseitten Theory → sosiologis sebagai bangunan masyarakat atau kebulatan
• Ganzheit dan yuridis → sebagai bangunan hukum
• Kritikan terhadap teori Jellinek:
• Berpendapat bahwa teori dua segi Jellinek adalah teori sincretismus → metode
campur baur yang tidak sesuai dengan kriteria ilmu pengetahuan.
• Menurut Kelsen peninjauan terhadap negara harus satu segi yuridis dengan
metode hukum murni (monismus)
J. Teori Hans Kelsen (Stufenbouw Theory)
• Hans Kelsen yang merupakan murid dari Georg Jellinek yang menentang teori
Jellinek.
• Mendirikan mazhab bernama Mazhab Hukum Wina → alirannya disebut aliran
hukum murni.
• Teori Stufenbouw des recht (pertingkatan hukum) → teori Adolf Merkel yang
disempurnakan oleh Hans Kelsen menyebutkan bahwa negara adalah tata hukum
nasional artinya pertingkatan hukum nasional yakni hukum lebih rendah bersumber
pada hukum yang lebih tinggi hingga mencapai suatu norma dasar (grund norm( yang
menjadi sumber utama hukum yang berlaku.
• Mr. Kisch mengemukakan teori stufenbouw lalu disempurnakan oleh Hans Kelsen:
• Abstrakte Norm: norma hukum tertinggi → tujuan dan asas-asas hukum,
misalnya keadilan.
• Generalle Norm (Tussen Norm): norma yang terdapat di kitab hukum atau
undang-undang pokok → pelaksanaannya tidak selalu sama.
• Concrete Norm: segala norma yang ada dalam masyarakat.
• Penyanggahan terhadap teori Hans Kelsen:
• Aliran Hukum Publik Jerman → negara
memiliki kedudukan tertinggi karena hukum
hanyalah perintah dari negara itu sendiri.
• Herman Heller (sarjana Mazhab Berlin) →
ajaran Hans Kelsen terlalu abstrak seperti negara
tanpa negara (staatslehre ohne staat) padahal
negara adalah sesuatu yang konkret.
• Nelson → berpendapat bahwa ajaran Kelsen
mengenyampingan keadilan dan menimbulkan
situasi kekosongan hukum.
Sifat Hakekat Negara
Korespondensi: Yasmin Hana Azizah dan Ghanies Amany
*: Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia

A. Pengertian
• Teori sifat hakekat negara → menjelaskan arti negara melalui tinjauan historis,
sosiologis, dan yuridis.
• Tiga Teori Kenegaraan
• Historis: istilah arti negara pada masing-masing zaman → sebutan negara
berubah pada zaman Yunani kuno, abad pertengahan, dan awal abad modern.
• Sosiologis: manusia berada dalam kelompok masyarakat.
• Negara adalah ikatan satu bangsa dan suatu organisasi kebangsaan.
• Membahas pengelompokan manusia dan pengelompokannya.
• Sebagai organisasi kewibawaan → membahas negara sebagai kesatuan untuk
memutuskan (entscheidungseinheit) dan kesatuan untuk bekerja sama
(wirkungseinheit)
• Yuridis: arti negara berdasarkan teori hak milik atas benda (teori patrimonial)
dan teori perjanjiian menurut hukum perdata atau hukum publik/hukum tata
negara serta penjelmaan tata hukum nasional.
• Peninjauan sosiologis dan yuridis ada pada abad modern.
B. Peninjauan Historis
• Peninjauan pada Zaman Yunani:
• Negara disebut dengan istilah polis berarti negara kota (city state) dengan ciri
sistem demokrasi langsung.
• Luas wilayah sebatas kota dan rakyat → rakyat ikut berpartisipasi langsung.
• Negara berkembang dan wilayah semakin luas → country state sehingga kegiatan
kenegaraan dilaksanakan dengan sistem demokrasi perwakilan.
• Peninjauan pada Zaman Abad Menengah:
• Berkembangnya ilmu pengetahuan.
• Negara dipengaruhi oleh agama → berkembang ajaran Nasrani.
• Negara disebut dengan masyarakat (civitas) Agustinus membagi civitas menjadi
dua:
• Civitas Dei: masyarakat keagamaan.
• Civitas Terenna: masyarakat keduniaan.
• Agar masyarakat dunia berjalan dengan baik maka harus mendekatkan diri
pada civitas dei.
• Peninjauan pada Zaman Awal Abad Modern:
• Negara diartikan sebagai benda → kepemilikikan atas tanah (kewenangan
kenegaraan)
• Menimbulkan Rijk/Reich yaitu kekayaan milik dinasti imperium → sifatnya turun
temurun.
• Sifat hakekat negara dibagi menjadi dua:
• Status bernegara/status civilis → memberi jaminan hak warga negara.
• Machiavelli menggunakan status la stato.
• Istilah La Stato yaitu keadaan bernegara/status civilis.
• Status belum bernegara/status naturalis → kondisi berdasar hukum rimba
(hak belum terjamin)
• Pandangan sifat hakekat negara → status bernegara/status civilis yakni memberi
jaminan atas hak warga negara atau sebaliknya status belum bernegara/status
naturalis yakni kondisi berdasarkan hukum rimba sehingga hak warga belum
terjamin.
C. Peninjauan Sosiologis
• Negara adalah bentukan sekelompok manusia atau organisasi masyarakat.
• Tujuan negara membentuk organisasi untuk mengatur dirinya sendiri.
• Pandangan sifat hakekat negara sebagai ikatan satu bangsa/organisasi kewibawaan →
mencakup pengelompokan manusia sebagai suatu negara.
• Rudolf Von Jhering (segi kekuasaan) → diperlukan alat (negara) serta penguasa
yang kuat untuk mempertahankan kondisi yang tetap dan teratur dalam suatu
organisasi sehingga negara merupakan monopoli kekuasaan jasmani (monopolie der
physischen gewald) yakni bisa mencetak uang, menjatuhkan hukuman mati, dsb.
• Leon Duguit (sarjana Prancis) → negara adalah organisasi orang yang paling kuat
(memiliki keunggulan secara fisik, ekonomi, kecerdasan, agama, dsb.) untuk
memaksakan keinginan pada orang yang lewah (dwang organisatie)
• McDougall (sarjana Inggris) menyatakan dua dasar pengelompokan:
• Alamiah (natuurlijk) → pertalian darah/faktor alam (geografi)
• Dibuat oleh manusia (kunsmatig):
• Kelompok secara sengaja buatan manusia → kelompok olahraga, kumpulan
pengusaha, dsb.
• Kelompok karena ada kebiasaan/adat → kasta negara di India.
• Kelompok yang terjadi secara campuran kebiasaan dan kesengajaan →
perkumpulan gereja.
• Kranenburg (menyangkal teori McDougall) → negara merupakan sistem
pengelompokan manusia berdasarkan tempat tertentu dan berdasarkan tertatur
atau tidak teratur.
• Pengelompokan pada tempat tertentu dan teratur → memiliki tujuan yang
sama (contoh: mahasiswa yang mengikuti perkuliahan)
• Pengelompokan pada tempat tertentu tapi tidak teratur → bersifat liar dan
tujuan berbeda (contoh: demo)
• Pengelompokan tidak pada tempat tertentu dan tidak teratur → (contoh:
penjual koran)
• Pengelompokan tidak pada tempat tertentu tapi teratur → kelompok
masyarakat yang diartikan sebagai negara.
• Pengelompokan terjadi kerena rasa bersatu dalam menghadapi bahaya bersama
→ tiap kelompok menaati peraturan yang menimbulkan ikatan kemauan
bersama (willen verhaltnis)
• Ikatan tersebut menimbulkan tujuan bersama.
• Kranenburg → negara merupakan ikatan bangsa (volk gemeinschaft)
• Herman Heler dan Logemann (tidak sependapat dengan Kranenburg) → satu
negara terdiri dari berbagai suku bangsa bukan satu bangsa.
• Hakekat negara dilihat dari fungsinya sebagai organisasi kewibawaan
(Territorale Gezag Organisatie)
• Unsur kewibawaan negara → kesatuan berwibawa untuk memutuskan hal penting
(entshcheidungseinheit )
• Max Webber → kekerasan adalah kekuasaan yang tidak diakui, tiga sumber
kewibawaan:
• Charismatische gezag (kewibawaan kharismatis) → kewibawaan
kharismatis yang timbul karena kelebihan yang dimiliki seseorang dan diakui
tapi tidak dapat ditelaah secara rasio (misal nabi atau rasul)
• Traditioneel gezag (kewibawaan tradisional)→ kewibawaan yang diakui
karena faktor tradisi yang berjalan amat lama (misal kewibawaan raja secara
turun temurun)
• Rationaeel gezag (kewibawaan rasional) → kewibawaan rasional yang
dapat diterima (misalnya kewibawaan atasan pada bawahannya)
• Logemann → menyempurnakan teori Max Webber Charismatische gezag→ bidang
keagamaan. Magische gefundeerd gezag → kekuatan gaib. Traditioneel gezag →
kewibawaan berdasar tradisi.
• Charismatische gezag→ bidang keagamaan.
• Magische gefundeerd gezag → kekuatan gaib.
• Traditioneel gezag → kewibawaan berdasar tradisi.
• Rationaeel gefundeerd gezag → kewibawaan. Mythe dalam antropologi budaya
merupakan kepercataan terhadap hal yang dianggap benar.
• Teori mythe dimasukkan dalam bidang politik pertama kali oleh George
Soret (sarjana Prancis ahli ilmu sosialis dan Bapak syndikalisme) →
kepercayaan mythe menggerakkan masyarakat.
• Mythe abad 18 "Ancient Regieme" (Napoleon, Mountbaten,dll)
• Abad 19 adalah kedaulatan sistem perwakilan.
• Gezag (kewibawaan) → dikaitkan dengan mythe berdasarkan keanggotaan
kelompok elit yang berkuasa (Gezag Ener Elite)
• Dikemukakan oleh Alfred Rossenberg (sarjana Jerman) pengikut setia Hitler
yang memberi dasar nazisme.
• Gezag menurut Logemann adalah Het Gezag Ener Elite.
• Sudut organisasi sebagai suatu organisasi kewibawaan negara → kesatuan yang
berwibawa untuk mencapai tujuan negara (Wirkungseinheit)
• Kerja dalam organisasi negara dibagi secara teratur:
• Vertikal: pembagian kerja secara hierarkhi bertujuan koordinasi dan efisiensi.
• Horizontal: membagi tugas negara dalam fungsi bersama.
Pertama kali dilihat di Prancis pada abad 16 → lima depertemen (Departemen
Diplomacie, Defencie, Financie, Yusticie, Policie)
• Sudut pandang sosiologis:
• Oppenheimer dan Gumplowies → sifat hakekat negara: negara adalah
organisasi karena penaklukan wilayah lain.
D. Peninjauan Yuridis
• Sifat hakekat negara → manusia berada dalam keadaan status belum bernegara/status
naturalis/in abstrakto.
• Perubahan status dari naturalis menjadi civilis (bernegara) → manusia membentuk
negara/groups/kelompok.
• Teori pertama melihat negara sebagai obyek hukum → tindakan manusia sebagai alat
kepentingan (kedudukan lebih tinggi)
• Teori patrimonial → melihat sidat hakekat negara dari kepemilikan benda atau tanah
(di Indonesia pada masa penjajahan)
• Teori perjanjian → perdata atau public
• Perdata → bersifat timbal balik terhadap dua pihak mengadakan ikatan hukum (recht
verhaltanis) bersifat )dualistis)
• Publik → hasil perjanjian seluruh rakyat untuk satu tujuan membentuk negara
(Gezamt Akt)
E. Negara sebagai Tata Hukum Nasional
• oleh Hans Kelsen → negara harus mempunyai tingkatan hukum. Hukum lebih rendah
harus dikembalikan pada hukumlebih tinggi (stufebouw des Recht) → negara =
hukum.
• Negara adalah tata tertib hukum (memaksa) yang timbul karena tercipta peraturan
hukum yang menentukan bagaimana orang dalam negara harus bertanggungjawab
atas perbuatannya.
• Peraturan bersifat mengikat → harus ditaati dan disesuaikan dengan peraturan berlaku
dan terdapat sanksi.
Pembenaran Negara
Korespondensi: Yasmin Hana Azizah dan Ghanies Amany
*: Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia

A. Pengertian
• Teori yang memberi dasar pembenar adanya kekuasaan yang amat besar dalam
negara yang memiliki kewenangan tertentu, seperti memungut pajak, mencetak
uang, menyatakan perang atau damai, menjatuhkan hukuman mati, dan lain-lain.
• Tiga Teori:
• Teori Theokrasi → dibahas oleh Agustinus dan Thomas van Aquino
• Theokrasi langsung
• Theokrasi tidak langsung
• Teori Kekuatan
• Jasmani (Voltaire, Thomas Hobbes, Shang Yang, Machiavelli)
• Rohani
• Ekonomi (Karl Marx, H.J. Laski, Leon Duguit)
• Teori Yuridis
• Perdata (Mac Iver, Con Haller, Cicero) → hukum keluarga, hukum benda,
hukum perjanjian.
• Publik → Lex Regia
B. Teori Theokrasi
• Teori theokrasi bersifat mutlak dan sulit dibantah oleh penganut suatu agama.
• Theokrasi Langsung
• Negara berupa kehendak dari Tuhan sehingga yang berkuasa adalah Tuhan.
Raja/penguasa diangap sebagai Tuhan atau anak Tuhan.
• Menanamkan kepercayaan pada rakyat → Raja menjadi alat pemersatu.
• Teori Theokrasi dari Masa ke Masa
• Yunani Kuno
• Kehendak dari dewa Zeus yang dianggap sebagai Tuhan.
• Para pejabat akan pergi ke Orakel Delphi (medium pemujaan) untuk
mendapat restu dari Zeus dalam pemecahan masalah.
• Rakyat Jepang
• Sebelum PD II, Kaisar Jepang dianggap sebagai anak Tuhan yaitu dewa
Matahari (Amaterasu).
• Raja di Mesir
• Firaun mengangkat dirinya sebagai Tuhan.
• Raja Tibet
• Perebutan kekuasaan antara Dalai Lama dan Pancen Lama.
• Theokrasi Tidak Langsung
• Kekuasaan Alexander the Great di Yunani yang berasal dari dewa Zeus.
Dianggap sebagai anak Tuhan yaitu dewa Ammon.
• Raja/penguasa sebagai perantara dan memegang kekuasaan atas nama Tuhan.
• Pada abad modern hanya negara Vatikan yang masih menganut teori ini.
• Pendapat Agustinus mengenai theokrasi tidak langsung:
• Dua macam negara menurut Agustinus:
• Civitas Dei:
• Negara Tuhan, negara yang dicita- citakan. Memberikan kesejahteraan
karena di bawah pimpinan Paus. Bersifat abadi. Negara Konstatinopel
menjadi negara yang aman.
• Civitas Terena
• Negara iblis, negara duniawi yang sangat dikecam. Akan membawa
kesengsaraan. Bersifat fana. Negara Romawi musnah karena hawa nafsu
manusia.
• Pendapat Thomas Van Aquino:
• Teori Dua Pedang menurut Thomas Van Aquino → pemisahan duniawi dan
keagamaan di mana memiliki kedudukan yang sama. Namun, pada penerapannya
negara harus tunduk dengan aturan gereja jadi belum sepenuhnya terpisahkan.
• Pedang Rohaniah, organisasi gereja dipimpin oleh Paus.
• Pedang Duaniawiah, organisasi negara dipimpin oleh raja/kaisar.
• Penafsiran Teori Dua Pedang:
• Pihak Gereja
• Paus mendapat pedang Rohaniah dan Duniawiah yang nantinya akan
diserahkan kepada raja sehingga kedudukan Paus lebih tinggi daripada
raja.
• Pihak Raja
• Konstruksi pengetahuan untuk tujuan politik.
• Masing-masing mendapat dengan cara yang sama sehingga kedudukan
Paus dan raja adalah sederajat.
C. Teori Kekuatan
• Sendi-Sendi Pokok → dipengaruhi pandangan hidup.
• Kekuatan yang dimiliki seseorang/sekelompok orang.
• Kekuatan Jasmani:
• Tinggi badan dua setengah meter, pandai menunggang kuda, dan mahir dalam
berperang. Dapat menaklukkan orang lain.
• Kekuatan Rohani:
• Ahli dalam bidang agama.
• Ditemukan di zama Romawi pada masa Principaat.
• Pendapat Tokoh:
• Voltaire
• De eerste Korning was een gelukkigsoldaat artinya raja yang pertama adalah
orang yang beruntung dapat mengalahkan prajurit lain.
• Thomas Hobbes → dalam bukunya Leviathan.
• Pada keadaan status naturalis, kondisi kacau dan belum ada organisasi yang
dapat menjamin tata tertib, keamanan, dan kesejahteraan. sehingga mudah
terjadi perselisihan.
• Berlakunya hukum kepalan (vuisrecht) artinya yang kuat dan menang maka
dia yang berkuasa sehingga manusia hidup seperti serigala (homo homini
lupus).
• Terjadi perang semesta (bellum omnium contra omnes) dan siapa yang kuat
fisik seperti singa dan mampu menguasai segala kekacauan maka dia yang
berkuasa.
• Machiavelli
• Sifat egois manusia yang mengutamakan kepentingan sendiri.
• Penguasa yang terlalu baik akan disalagunakan dan tidak berwibawa. Jadi
penguasa harus bertindak sejahat mungkin.
• Negara akan stabil bila ada rasa takut dari rakyat.
• Raja harus ganas seperti singa dan licik seperti serigala.
• Shang Yang
• Filsafat dari Tiongkok yang menyatakan bahwa penguasa tidak perlu memperhatikan
kemakmuran atau kebudayaan rakyat.
• Penguasa sebagai pusat kekuatan dengan membuat rakyat bodoh sehingga tujuan
negara adalah kekuasaan.
• Empat Kurun Masa Kerajaan Romawi terkait Teori Kekuatan Rohani
• Masa Kerajaan → kodifikasi hukum 12 meja.
• Masa Republik → penduduk dibagi atas golongan patricier dan plebeyer.
• Masa Principaat (princip = pemimpin) → pemimpin berdasar asas primus
interpares.
• Masa Dominaat → adanya kekuatan rohani.
• Pendapat Tokoh terhadap Teori Materi/Ekonomi:
• Karl Marx
• Negara adalah alat penindasan orang yang berekonomi kuat terhadap orang
berekonomi lemah.
• Harus dihapuskan kelas dalam negara → agar tidak ada penindasan.
• Pertentangan kelas untuk merebut kekuasaan dalam negara.
• H.J. Laski
• Negara adalah alat pemaksa (Dwang Organisatie) untuk melaksanakan
sistem produksi yang stabil → menguntungkan gol. kelas kuat.
• Sifat suatu negara tergantung kondisi ekonomi → yang berada di puncak bisa
melaksanakan kehendaknya.
• Leon Duguit → buku berjudul Traite de Droit Constitutional
• Adanya hak subjektif kekuasaan.
• Menolak ajaran kekuasaan atas kehendak Tuhan dan perjanjian masyarakat.
• Orang yang paling kuat dibenarkan melalui fisik, ekonomi, kecerdasan,
agama → memaksakan kemauan pada orang yang lemah (les plufrots)
D. Teori Yuridis
• Teori Hukum Keluarga (Patriarchal)
• R.M Mac Iver (buku The Web of Government) → negara berdasarkan
pertumbuhan keluarga secara bertingkat melalui beberapa fase.
• Empat Fase dalam Hukum Keluarga:
• Fase pertama: keadaan keluarga masih sederhana, tapi memiliki penguasa
yang disebut peter familias (patriarch)
• Fase kedua: berkembang menjadi klan yang dipimpin kepala klan atas dasar
primus inter pares → lama-lama menjadi kekuasaan nyata dan jabatan turun
temurun disebut raja.
• Fase terakhir: berkembang menjadi negara (from family to the state) melalui
ekspansi, perkawinan antara anggota keluarga, penggabungan keluarga.
• Teori Hukum Benda (Patrimonial)
• Kata patrimonium → hak milik.
• Negara berdasar hak milik yaitu benda berupa tanah → menimbulkan
kewenangan.
• L.V Haller → seseorang yang memiliki benda atau anak memiliki hak sebagai
penguasa.
• Teori Hukum Perjanjian
• Negara adalah hasil perjanjian antara dua pihak dan kepentingan yang berbeda →
bersifat dualistis dan timbal baik.
• Cicero (sarjana Romawi) → negara dibentuk untuk melindungi hak milik
penduduk dengan penguasa sebagai pemberi perlindungan sehingga berhak
mengambil pajak (hubungan timbal balik disebut machverhaltanis)
• Teori Yuridis dari segi Hukum Publik:
• Hasil perjanjian rakuat untuk satu tujuan yakni negara → disebut Gesamt Akt.
• Bersifat tidak dualistis dan bertujuan memilih penguasa.
• Teori Perjanjian masyarakat masa Romawi:
• Teori golongan Caesarimus → oleh Ulpianus pada masa kerajaan Romawi.
• Ulpianus membenarkan kekuasaan yang absolut atas teori kedaulatan
rakyat di Yunani.
• Rakyat mengadakan perjanjian penyerahan kekuasaan kepada kaisar yang
dicantumkan dalam Lex Regia (undang-undang untuk memerintah)
• Lex regia memuat translatio empirii → penyerahan kekuasaan.
• Tujuan lex regia → meniadakan tanggung jawab kaisar dan muncul istilah
"The king can do no wrong" (kekuasaan absolut)
• Teori golongan Monarchomachen → masa abad menengah karena adanya
kekuasaan absolut.
• Teori lanjutan Ulpianus dengan tujuan meniadakan kekuasaan absolut.
• Rakyat mengadakan perjanjian untuk membentuk negara → Pactum
Unionis.
• Penyerahan kekuasaan disebut → Pactum Subyectionis namun memiliki
syarat yang tercantuk dalam naskah bernama Legex Fundamentalis agar
kekuasaan raja terbatas.
• Raja yang melanggar berhak dihukum atau digantikan raja lain oleh rakyat
serta rakyat boleh memberontak untuk menurunkan tahta.
• Teori tiga tokoh masa modern → Thomas Hobbes, John Locke, J.J Rosseau.
• Manusia dari status naturalis melalui perjanjian menjadi status civilis → sudah
bernegara, perbedaan dari isi dan akibat perjanjian masyarakat.
• Menurut Thomas Hobbes:
• Sifat manusia kurang baik saat berstatus naturalis → egois, mengutamakan
kepentingan sendiri, saling mencurigai (homo homini lupus)
• Bila sifat itu dibiarkan akan terjadi perang (bellum omnium contra omnes) →
manusia akan punah.
• Timbul kondisi tidak aman sehingga manusia mulai mengatur dirinya →
terdapat perjanjian bersama (masyarakat) untuk membentuk negara.
• Negara yang terbentuk butuh kekuasan yang lebih besar → pactum
subyektionis yaitu penyerahan kekuasaan.
• Akibatnya wewenang penguasa tidak terbatas karena telah diserahkan →
pactum unionis ditelan habis oleh pactum subyectionis sehingga kekuasaan
jadi mutlak dna absolut (monarkhi absolut)
• Menurut John Locke:
• Manusia saat masih dalam status naturalis → baik berakal (homo sapiens)
• Manusia sejak lahir memiliki hak hidup (life), hak atas kemerdekaan
(liberty), dan hak milik/kekayaan (property)
• Manusia mengadakan perjanjian membentuk negara (pactum unionis) →
untuk melindungi hak dasar.
• Perjanjian dilakukan dengan menyerahkan kekuasaan (pactum subyectionis)
→ penguasa harus mampu memberi jaminan pada hak rakyat.
• Kekuasaan terbatas (tidak boleh melanggar hak rakyat) → monrakhi
konstitusional.
• Menurut J.J Rosseau:
• Dalam keadaan naturalis manusia merdeka → memiliki hak asasi.
• Kenyataannya manusia terikat pada hukum, kebudayaan, tradisi → man is
born free and yet we see him in chains.
• Status naturalis apabila menjadi paksaan untuk melakukan perjanjian →
membentuk kolektivitas.
• Menurut Rosseau setelah pactum unionis/volonte generale tidak ada
penyerahan kekuasaan.
• Koletivitas terbentuk → kegiatan sesuai kepentingan uum dengan sistem
suara terbanyak (volonte generale)
• Kolektivitas berarti terdapat kebebasan kehendak rakyat dan keinginan
tunduk pada kolektivitas→ vrij will.
• Istilah pactum unionis menurut Rosseau → volonte de tous.
• Tujuan volonte generale untuk kepentingan umum berdasarkan kejujuran →
menggambarkan kebenaran.
Ikhtisar Terjadinya Negara
Korespondensi: Yasmin Hana Azizah dan Ghanies Amany
*: Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia

A. Pengertian
• Ilmu negara mempelajari pokok serta sendi-sendi suatu negara.
• Dua peninjauan terjadinya negara:
• Segi primer (primaire staats wording): peninjauan berdasarkan pemikiran
teoritis logis → kondisi unsur terbentuknya suatu negara.
• Tahap terjadinya negara secara primer:
• Gemeinschaft, reich/rijk, staat, democratische natie, Diktatuur.
• Namun beberapa sarjana menganggap democratische natie adalah tahap
terakhir.
• Segi sekunder (secundair staats wording): peninjauan dari lingkungan negara
lain sudah ada serta pengakuan negara lain terkait kemerdekaan negara
bersangkutan.
• Masalah utama teori terjadinya negara secara sekunder.
• Pengakuan negara lain secara de facto dan de jure.
• De facto: pengakuan kemerdekaan secara sementara.
• De jure: pengakuan yang lebih kuat.
• Teori Kemerdekaan terhadap Indonesia:
• Diberikan oleh Francois → sarjana hukum Internasional.
• Pengakuan yang digunakan yaitu teori hukum perdata → terhadap RI pada waktu baru
merdeka.
• Teorinya tidak dapat dibenarkan → sulit untuk diterapkan dalam teori dan praktek
kenegaraan.
B. Proses Terjadinya Negara Secara Primer
• Tahap Gemeinschaft (Genotschap):
• Orang-orang mempunyai persamaan kepentingan, nasib, dan kebudayaan →
menggabungkan diri membentuk kelompok.
• Pemimpin dipilih melalui sistem primus interpares → turun temurun, bersifat
kharimatis/magis.
• Kegiatan dalam kelompok bersifat gotong royong dan tolong menolong →
lapisan kelompok homogen → namun adanya unsur rakyat (contoh pada
masuarakat Punan-Dayak di tengah Kalimantan)
• Kondisi masyarakat dipengaruhi suku → namun semakin berkembang karena
faktor keluarga sehingga kedudukan pemimpin menjadi lebih kuat.
• Tahap Reich/Rijk:
• Kelomopok gemeinschaft mengadakan kepemilikan atas benda (tanah) dan
benda kekayaan lainnya → kekuasaan terhadap satu wilayah tapi belum
terpusat.
• Muncul sistem kewarisan dan sistem penarikan garis keturunan →
kekuasaan milik kelompok secara turun temurun.
• Kondisi ini ada pada jaman abad menengan → sistem feodal dari tuan tanah.
• Di Indonesia masa ini ada pada masa kerajaan Mataram → kekuasaan Raja,
Bupati, daerah pantai terdapat pemberontakan.
• Kekuasaan belum terpusat → adanya pemberontakan.
• Dalam tahap ini unsur negara sudah terpenuhi tapi belum sempurna karena
kekuasaan belum terpusat → ada unsur rakyat, wilaya, penguasa.
• Tahap Staat:
• Pada masa ini peperangan bukan menjadi usaha untuk berbeut kekuasaan
→ terdapat kekuasaan bahkan kewibawaan/gezag yang bulat dan berdaulat.
• Memenuhi unsur wilayah → negara, wilayah, rakyat, pemerintaan berdauat
bukan kekuasaan terbagi-bagi, dan tanah tidak lagi dianggap penting.
• Mementingkan sesuatu yang ideal → seperti nasionalisme.
• Perkembangan dari staat yaitu unsur negara → bangsa.
• Bangsa berkembang menjadi natie → bangsa yang sadar berneara dan
pemegang kekuasaan tertinggi.
• Tahap Democratishe Natie dan Diktatuur:
• Setelah peran dunia I dan II pengertian unsur bangsa telah berkembang →
terdapat pembinaan terhadap bangsa.
• Tipe negara nasional→ warganya memiliki kesadaran bernegara, secara umum
disebut tahap democrtische natie.
• Adanya perkembangan terhadap democratische natie menurut sarjana Jerman
→ kekuasaan pada satu pimpinan/kelompok penguasa agar negara dapat
mengambil keputsan secara cepat dan menjadi negara yang otoriter.
• Contoh diktatuuer yaitu pada masa Jerman dan Italia → Hitler dan Mussolini.
• Beberapa sarjana menganggap diktatuur bukan pengembangan namun
penyimpangan dari negara nasional.
• Pada tahap diktatuur seluruh rakyat sadar bernegara → menyerahkan
kekuasaannya dan pemegang kekuasaan bila pada satu orang disebut diktatuur
jika pada kelompok disebut diktatuur ploretariat.
C. Proses Terjadinya Negara Secara Sekunder
• Ilmu negara mempelajari pokok serta sendi-sendi suatu negara.
• Pengertian Pokok → secara umum.
• Masalah utama menurut terjadinya negara secara sekunder → pengakuan negara lain
melalui pengakuan.
• Lalu muncul permasalahan pengakuan secara de facto(sementara) lalu de jure (lebih
kuat)
• Negara terbentuk melalui penaklukan, penggabungan, atau hasil pemberontakan →
negara lama hilang dan digantikan negara yang baru.
• Negara yang terjadi karena faktor pemberontakan dianggap terjadi pelanggaran
hukum (on recht) terhadap peraturah hukum dari negara lama namun hasil
pemberontakan akan berjalan dengan stabil.
• Die Normatieve Kraft des Faktischen menurut Jellinek:
• Negara karena faktor pemberontakan dianggap memiliki kekuasaan dari kaum
pemberontak yang didukung rakyat → jika pemerintahannya efektif dan stabil,
lalu akan datang pengakuan dari negara lain yang awalnya sementara (de facto)
kemudian de jure.
• Pengakuan de facto:
• Pengakuan bersifat sementara untuk mengadakan hubungan diplomatik.
• Ditujukan pada negara bersangkutan → pengakuan terhadap unsur bangsa,
wilayah dan pemerintahannya.
• Perwakilan negara lain berbentuk konsulat → menjamin kelangsungan hubungan
perdagangan.
• Setelah pengakuan de facto → negara bersikan menunggu (wait and see) hingga
sejauh mana negara tersebut bertahan maka akan diakui secara de jure.
• Pengakuan de jure:
• Pengakuan yang sifatnya lebih kuat →mencakup pengakuan secara perwakilan
diplomatik meliputi hubungan politik, kebudayaan, dan ekonomi.
• Teori pemilikan hukum perdata yang membedakan dua bangunan hukum:
• Bezit-bezitter → penguasa atas benda.
• Eugenaar → pemilik benda.
• Francois menggunakannya untuk pengakuan pemerintah Indonesia → secara de
facto diakui sebagai pemuasa bukan pemilik sehingga secara de jure kedaulaan
dipegang peerintah Hindia-Belanda.
Tipe Utama dan Unsur Negara
Korespondensi: Yasmin Hana Azizah dan Ghanies Amany
*: Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia

A. Pengertian
• Lima Tipe Negara:
a. Negara Timur Purba → teokratis dan absolut.
b. Negara Yunani → negara kota (polis) dan sistem demokrasi langsung, warga
aktif dalam kegiatan pemerintah, adanya gagasan zoon politicon dari Aristoteles.
c. Negara Romawi → negara tidak berupa kota karena berupa negara penaklukan
yang luas, adanya masalah ratio gubernadi, sistem demokrasi lagsung (sama
seperti Yunani), terdapat empat fase, dan memiliki sistem kodifikasi Hukum
Perdata.
d. Negara Abad Menengah → dualistis feodal dan teokratis, kegiatan dipengaruhi
teori Hukum Perdata dari Romawi.
e. Negara Modern → demokrasi dengan sistem perwakilan dan negara hukum
demokratis.
B. Negara Timur Purba
• Negara teokrasi yang berdasar pada paham keagamaan → raja/penguasa dianggap
sebagai dewa/wakil Tuhan.
• Kekuasaan absolut dan depotisme jika dilihat dari sudut kewibawaan → penguasa
bersifat kejam dan sewenang-wenang.
• Raja tidak dapat dimintai pertanggungjawaban → "The King can do no wrong."
• Para sarjana kurang tepat karena pada lapangannya pada kerajaan Jawa kuno, para raja
mempunyai peran dan bertanggung jawab segala hal baik/buruk dari rakyatnya →
dalam penyelesaian masalah, para raja melakukan puasa dan bersemedi untuk mencari
petunjuk dalam mengatasi masalah.
C. Negara Yunani
• Memenuhi unsur wilayah, bangsa, dan pemerintahan.
• Bercirikan negara kota/polis dan dilingkari tembok-tembok sebagai benteng
pertahanan.
• Rakyat turut serta dalam sistem demokrasi langsung dengan cara dikumpulkan di
Eclasia untuk membahas masalah dan kebijakan pemerintahan.
• Menurut Aristoteles, Zoon Politicon →manusia merupakan makhluk sosial.
• Perlu pengetahuan yang luas dan aktif dalam bidang keagamaan menjadi syarat untuk
aktif dalam kenegaraan.
• Mempelajari Ecylopedia atau lingkaran ilmu pengetahuan.
• Kedudukan tugas negara (staats gemeinschaft) sama dengan tugas keagamaan (kult
gemeinschaft)
• Nyatanya golongan budak tidak memiliki hak suara karena tidak dianggap sebagai
subjek/objek hukum → padahal peran budak sangat besar dalam penyelenggaraan
kegiatan sehari-hari.
• Terdapat warga yang tidak mampu berbicara di Eclasia sehingga mereka memberikan
suaranya pada orang yang pandai berpidato (rethorica) → tidak seluruh warga Yunani
yang tidak memiliki peran.
• Teori status warga negara menurut Jellinek
• Sisi Rakyat
• Aktif, penentu hasil keputusan.
• Pasif, tunduk pada hasil keputusan.
• Sisi Negara
• Positif, negara menyelenggarakan kemakmuran.
• Negatif, negara tidak boleh menggangu hak asasi rakyat.
D. Negara Romawi
• Memenuhi unsur wilayah, bangsa, dan pemerintahan.
• Bercirikan negara kota/polis dan dilingkari tembok-tembok sebagai benteng
pertahanan.
• Bersifat praktis dan melakukan apa yang timbul dalam pikirannya karena tidak
memiliki banyak waktu untuk merenung yang disebabkan oleh wilayah yang terlalu
luas.
• Ilmu kenegaraan meniru dari bangsa Yunani karena sibuk mengatur organisasi
negaranya dan membentuk peraturan yang bersifat praktis.
• Roma dianggap sebagai polis dan sekitar Roma dianggap sebagai lampiran-lampiran.
• Menggunakan sistem demokrasi langsung dan membenarkan kekuasaan raja yang
absolut.
• Empat fase dalam Negara Romawi
• Kerajaan
• Dipimpin seorang raja dengan bentuk kerajaan (koningschap)
• Bersifat legenda, Romus dan Romulus.
• Meniru Kerajaan Sparta, Yunani.
• Republik
• Res dan Publica yang berarti kepentingan umum.
• Menggunakan teori republik yang terdapat di Athena, Yunani.
• Dipimpin dua orang konsul, namun jika ada keadaan bahaya akan ditunjuk
seseorang untuk menjadi diktator sampai keadaan tersebut berakhir.
• Setelah keadaan berakhir, kekuasaan dikembalikan kepada konsul dan
diktator tersebut harus bertanggung jawab atas kebijakan yang ia buat pada
keadaan bahaya tersebut berakhir.
• Cincinatus, diktator yang membawa kebaikan.
• Marius, diktator yang menginjak-injak konstitusi dan ditiru oleh Solon,
Pompey, dan Caesar.
• Principaat
• Berbentuk country state dengan wilayah yang amat luas.
• Timbul masalah kenegaraan yang terlalu luas (Ratio Gubernandi)
• Diperlukan suatu pusat kekuasaan.
• Seorang caesar/princep diberikan kekuasaan kemduian menajadi seorang
tiran. Oleh karena itu, bangsa Romawi berusaha mencari pembenaran dan
digunakan teori Ulpianus dari golongan Caesarismus di mana kedaulatan
diberikan pada cesar melalui perjanjian dalam Lex Regia sehingga rakyat
tidak dapat meminta pertanggungjawaban atas perbuatan caesar.
• Kepentingan umum mengatasi undang- undang (salus publica supreme lex)
• Caesar yang menentukan kepentingan umum (princep legibus solutus est)
• Caesar berkedok kepentingan umum untuk mecapai tujuan pribadinya.
• Dominaat
• Kekuasaan caesar bersifat absolut dan mutlak. Bersikap sangat kejam tanpa
rasa kemanusiaan seperti manusia dibakar hidup-hidup, diadu dengan
manusia (gladiator), dan diadu dengan binatang sebagai tontonan/hiburan.
E. Negara Abad Menengah
• Dipengaruhi teori hukum perdata.
• Bersifat absolut, dualistis, feodalistis, dan teokratis.
• Ciri Negara Abad Menengah
• Dualistis
• Dua hak sebagai dasar hak raja (Rex) dan hak rakyat (Regnum) → bersifat
berlawanan.
• Feodalisme
• Berdasar pada teori patrimonial. Pemilikan atas benda yaitu tanah. Every man
must have a lord.
• Hak memerintah dapat berpindah tangan melalui pemindahan hak milik atas
tanah dari raja kepada bangsawan.
• Pertentangan
• Teori teokrasi, keagamaan.
• Teori sekularisme, pemisahan urusan kenegaraan dan keagamaan.
• Caesarismus
• Mendukung kekuasaan absolut caesar dengan teori Lex Regia.
• Terdapat dalam teori ajaran Machiabelli yang bertujuan kekuasaan dan
kedaulatan yang absolut dari Jean Bodin
• Monarchomachen
• Menolak kekuasaan absolut dengan teori Pactum yang membuat syarat
tertentu pada Legez Fundamentalis di mana setelah penyerahan kekuasaan
raja tidak boleh melanggar syarat dan dapat dijatuhi hukum. Kekuasaan
terbatas.
F. Negara Modern
• Muncul dari teori perjanjian masyarakat
• Tokoh yang mengemukakan:
• Thomas Hobbes
• John Locke
• Rosseau
• Kekuasaan tertinggi berada pada rakyat → pemerintahan dilaksanakan demokratis
(untuk, dari, dan oleh rakyat)
• Pada kenyataannya → menggunakan lembaga perwakilan yang demokratis.
• Pemerintah melakukan kehendak rakyat yang disalurkan melalui ketentuan hukum.
• Teori Demokrasi oleh Rosseau
• Menimbulkan peluang terjadinya demokrasi yang absolut melalui sistem suara
terbanyak (monopoli) di mana akan mengenyampingkan golongan minoritas.
Suara terbanyak ini bentuk politik bukan yuridis.
• Mendorong adanya sistem negara hukum yang diharapkan akan menjamin hak
asasi warga.
• Macam Negara Hukum
• Hukum Liberal
• Formil
• Material
• Demokrasi
• Variasi Demokrasi menurut Logemann
• Demokrasi Barat (liberal)
• Demokrasi Timur (proletar)
• Demokrasi Tengah, memberi kekuasaan pada saru orang yang dianggap sebagai
eksponen rakyat
• Demokrasi Sederhana, menggunakan cara yang khusus dalam memutuskan
keputusan rakyat.
Tujuan Negara
Korespondensi: Yasmin Hana Azizah dan Ghanies Amany
*: Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia

A. Pengertian Ilmu Negara


• Teori dalam ilmu kenegaraan yang membahas organisasi negara hendak dijalankan.
• Tujuan negara dihubungkan dengan tujuan akhir hidup manusia.
• Tujuan negara dihubungkan dengan pencapaian kekuasaan.
• Tujuan negara dihubungkan dengan kemakmuran rakyat.
• Apakah suatu negara harus mempunyai tujuan?
• Ya, tujuan harus lebih dahulu dikonstruksikan baru mewujudkan organisasi
negara merdeka sebagai sarana untuk mewujudkannya.
• Perbedaan tujuan negara dan fungsi negara
• Tujuan negara → menunjukkan apa yang ideal dicapai oleh negara.
• Fungsi negara → pelaksanaan tujuan/cita- cita dalam kenyataan konkrit.
• Pendapat Hegel mengenai tujuan negara:
• Tujuan negara adalah negara itu sendiri.
• Negara → "person" yang mempunyai kemampuan sendiri dalam melaksanakan
"idee" umum.
• Negara dapat memelihara dan menyempurnakan dirinya sendiri → kewajiban
tertinggi manusia menjadi warga suatu negara dengan baik.
• Negara tidak punya tujuan karena ia sendiri merupakan tujuan.
• Pendapat lain mengenai teori Hegel:
• Negara tetap harus memiliki tujuan karena diposisikan sebagai alat/wadah untuk
mencapai tujuan manusa.
• Negara harus dapat mewujudkan tujuan tertentu komunitas manusia dalam
geografis tertentu → untuk menjaga kelangsungan hidupnya.
• Tujuan negara berbeda berdasarkan situasi, kondisi, dan sejarah.
B. Tujuan Negara Dihubungkan Dengan Tujuan Akhir Kehidupan Manusia
• Teori dalam ilmu kenegaraan yang membahas organisasi negara hendak dijalankan.
• Pembahasan terkait tujuan akhir berkaitan dengan pembahasan teologis (keagamaan)
atau eskatologis (keakhiratan)
• Dalam agama dibahas 'tujuan hidup itu apa,' 'untuk apa kita hidup,' dan 'apa makna
hidup ini'
• Pendapat Agustinus
• Agustinus adalah tokoh filsafat dan teolog kristen yang menempatkan tujuan
negara sebagai tujuan yang diingingkan Tuhan.
• Pendapat Augustinus tentang tujuan akhir dan keagamaan
• Tujuan negara harus dihubungkan dengan cita-cita manusia bila hidup dalam
akhirat.
• Dalam "De Civitas Dei" membahas konsep 'Civitas Dei' (Unsur Tuhan) dan
Civiitas Terenna (unsur Dunia) → yang dimaksud bukan komunitas atau lembaga
namun realitas dalam hati orang.
• Tatanan cinta pertama → mendahulukan Allah untuk mewujudkan yang
pertama yaitu tatanan cinta yang mendahulukan dirinya,
• Tatanan cinta kedua → nilai duniawi untuk tujuan akhir
• Tujuan akhir hidup manusia adalah hidup kekal di sisi Allah.
• Pendapat Ibnu Taimiyah
• Negara adalah sarana untuk mewujudkan syari`ah atau hukum Tuhan (H.M Tahir
Azhary)
• Mengutip ajaran islam → perlunya supremasi hukum.
• Pemerintah harus menjadi alat dari hukum dan bukan sebaliknya → hukum
menjadi alat pemerintah.
• Tujuan negara menurut syari`ah → upaya memfasilitasi pengabdian kepada
Allah SWT, menyempurnakan akhlak kemanusiaan sebagai manusia (martabat),
menegakkan keadilan untuk umat lain dan seluruh alam, mewujudkan
kemakmuran bersama atas dasar keadilan, derajat dan hak yang sama atas semua
manusia.
• Negara yang dituju oleh ajaran Islam → negara adil dan makmur yang diridhoi
Allah yang Maha Kuasa (Baladatun Thoyibatun Warobbun Ghofur)
C. Tujuan Negara Dihubungkan Dengan Pencapaian Kekuasaan
• Tokoh yang dikenal dalam teori negara dihubungkan dengan pencapaian kekuasaan
• Shang Yang (Lord Shang) hidup pada abad IV M → dikenal lewat bukunya "A
classic of the Chinese School of Law."
• Setiap negara memiliki dua subyek yang bertentangan → rakyat dan penguasa.
• Penguasa harus lebih kuat dengan cara melemahkan rakyatnya → A weak
people means a strong state, and a strong state means a weak people. Therefore
a country, which has the right way, is concerned with weaking people.
• Dianjurkan untuk menghancurkan kebudayaan agar raja dapat mengendalikan
rakyat → seperti nyanyian, musik kesusilaan, hormat kepada orang tua,
kejujuran.
• Persamaan negara dan penguasa → tujuan negara adalah untuk kekuasaan
semata-mata.
• Slogan terkenal: supaya negara kuat, rakyat harus lemah dan bodoh →
dipraktekan oleh raja dunia Timur dengan membangun militer yang kuat
seperti Atila dan Jenghis Khan.
• Machiavelli ahir di Florence, Italia (1469- 1527) dikenal melalui bukunya
berjuduk "II Principle" → hidup di zaman Italia penuh kekacauan karena perbutan
pengaruh negara bagian, serta raja-raja dan Paus tidak mampu menjadikan Italia
negara nasional.
• Pemerintahan sebagai cara untuk memperoleh kekuasaan dan menjalankan
kekuasaan → tidak menyetujui moral, kebudayaan, agama, karena dapat
melemahkan raja dalam memerintah.
• Pemerintah harus bersifat seperti serigala dan singa, → sebagai serigala atau
kancil yang dapat berkhianat dan membongkar rahasial serta merobohkan
kelicikannya atau singa yang bisa menaklukan binatang lainnya.
• Tujuan negara → mengusahakan ketertiban, keamanan, dan ketentraman.
• Tujuan negara dalam konteks waktu → mempersatukan Italia yang terpecah.
• Tujuan dapat tercapai bila seorang raja memiliki kekuasaaan absolut dan
mengabaikan etika atau moralitas.
• Politikus yang mengabaikan etika kekuasaan → disebut Machiavellian atau
Machiavelis (pengikut)
• Negara Kekuasaan
• Negara hanya berlandaskan kepentingan politik kekuasaan.
• Pengumpulan kekuasaan hanya dilakukan elit politik kekuasaan → untuk
mempertahankan kekuasaan demi kepentingan diri dan kelompoknya.
• Pendekatan dengan pendekatan kekuasaan → lebih dekat dari politik
kekerasan, pemaksaan, monopoli pendapat, berlanjut pada penguasaan
ekonomi sentralis dan pemerintahan oligarkis.
• Perbedaan Negara Kekuasaan (Macht Staat) dan Negara Hukum (Recht Staat)
• Negara kekuasaaan berkembang di Eropa Barat seprti Prancis → raja
menganggap dirinya sebagai negara (Raja Louis "L`etat c`est moi!" negara
adalah saya)
• Raja bersifat absolut → dikenal Polizei Staat yaitu negara diselenggarakan
untuk kemakmuran rakuat namun tidak dijalankan oleh rakyat tapi oleh raja
dan kroni (para bangsawan)
D. Tujuan Negara Dihubungkan Dengan Kemakmuran Rakyat
• Tujuan negara dihubungkan dengan kemakmuran rakyat.
• Pemerintah harus mengusahakan kemakmuran rakyat.
• Adanya semboyan: "Kepentingan Umum Mengatasi Segala-galanya."
• Salus Publica Suprema Lex
• Kepentingan umum → hukum tertinggi yang dapat melanggar hukum apa saja.
• Undang-undang yang tidak sesuai kepentingan umum → harus dicabut.
• Princep Legibus Solutus Est
• Raja membuat undang-undang untuk negara → hanya raja yang dapat mengurus
kepentingan negara dan rakyat warga negara.
• Penguasa menentukan segalanya → rakyat tidak ikut melaksanakan.
• Tipe Negara
• Tipe Negara Kekuasaan Absolut atau Polizei Staat (Tujuan Kemakmuran
Negara)
• Tipe Negara Liberal (Tujuan Kemakmuran Individu)
• Tipe Negara Hukum Formal
• Tipe Negara Hukum Material (Tujuan Kemakmuran Rakyat)
• Tipe Negara Hukum Polizei Staat (Tujuan Kemakmuran Negara)
• Negara kekuasaan absolut
• Mendudukan pemerintah sebagai pelaksana kemakmuran rakyat.
• Tercermin dalam ungkapan "L`etat cest moi”
• Rakyat bersifat pasif → masalah kemamuran.
• Negara adalah tujuan → bukan alat untuk mencapai tujuan.
• Berlaku Princep Legibus Solutus Est → penguasa penentu segalanya untuk
rakyat.
• Sistem ekonomi merkatilisme → neraca perdagangan aktif.
• Monarki Absolut.
• Menaikkan ekspor dan mengurangi impor barang.
• Ekspansionisme dan menindas buruh.
• Machtstaat.
• Tipe Negara Hukum Liberal (Tujuan Kemakmuran Individu)
• Tipe Negara Hukum Liberal
• Orang yang berpikiran bebas → aliran Liberal (libere = bebas)
• Rakyat aktif mencari kemakmuran → pemerintah hanya menjaga
keamanan dan ketertiban (negara jaga malam/nacht wachter staat)
• Negara membutuhkan dana → diperoleh dengan adanya pajak serta
pengajuan anggaran belanja negara yang harus disetujui secara
tertulis/formal dalam bentuk undang- undang.
• Negara hukum liberal berkembang menjadi negara hukum formal (rechstaat)
• Mengapa Rechstaat juga merupakan reaksi atau antithese dari Polizei Staat?
• Reaksi antithese dari kondisi yang dialami negara kekuasaan absolut (polizie
staat)
• Dalam polizei staat: peran penguasa → raja dikelilingi bangsawan.
• Pemerintah negara (penguasa) → menyelenggarakan kebutuhan rakyat
(status positif)
• Golongan pengusaha → mendesak raja dari golongan bangsawan intuk tidak
terlalu ikut campur dalam urusan bisnis.
• Tujuan Hukum menurut Immanuel Kant
• Tujuan negara → membentuk dan mempertahankan hukum.
• Tujuan hukum → menjamin dan melindungi kebebasan rakyat.
• Status theori terkait hubungan warga negara dengan Negara
• Dipandang dari sisi rakyat
• Status Aktif: aktif dalam pemerintahan.
• Status Pasif: tunduk pasif pada pemerintah negara.
• Dipandang dari sisi negara:
• Status Negatif: Negara tidak ikut campur dalam urusan rakyat.
• Status Positif: Negara menyelenggarakan kebutuhan untuk
kemakmuran rakyat.
• Mengapa teori status dianggap penting?
• Agar dapat menganalisa teori dan praktek kenegaraan sepanjang zaman.
• Mengetahuai seberapa jauh derajat hubungan penguasa dan rakyat dalam
menjalankan kehidupan sosial-ekonomi-hukum → mempengaruhi efektif
dan efisiennya pencapaian kemakmuran dan perlindungan HAM.
• Tipe Negara Hukum Formiil
• Rechstaat
• Negara hukum dalam bentuknya yang awal adalah Negara Hukum Liberal.
• Merupakan reaksi atau antitheze dari Polizei Staat.
• Negara hukum liberal → negara hanya sebagai fasilitator.
• Negara hukum formil → setiap kebijakan memerlukan hukum formil atau
Undang- Undang (wet)
• Libertarianisme State.
• Teori yang disempurnakan oleh Stahl yang merupakan ciri pokok negara hukum
formiil
• Pengakuan HAM (groendrechten) → hak dasar harus dijamin dengan UU
dan pemisahan kekuasaan.
• Pemisahan Kekuasaan dalam Negara (sheding von machten) → ciri
esensial negara hukum bahwa tidak semua negara yang ada hukumnya dapat
dikatakan sebagai negara hukum yaitu konsep politis-yuriddis, sedang negara
berhukum adalah kenyataan empiris-sosiologis yang nyata.
• Pemerintahan harus berdasar Undang- Undang (Wetmagheid von
bestuur) → tiap tindakan atau 'memerintah' dari pemerintah negara harus
memiliki dasar hukum dan bentuk undang-undang/tertulis.
• Pengadilam Administrasi (Administrative Rechtspraak) → tujuan
pengadilan administrasi adalah mengadili sengketa pemerintah (penguasa)
dengan warga negara, dibentuk untuk kasus yang tidak dapat diadili
pengadilan biasa (bukan pidana atau perdata), objek sengketa adalah adanya
Surat Keputusan yang dikeluarkan instansi pemerintah.
• Negara menanut hukum formiil
• Jerman
• Perancis
• Belanda
• Indonesia → bekas jajahan Belanda maka aliran Kontinental
• Unsur hukum formal di Negara Prancis
• Perlindungan hak asasi.
• Pemisahan kekuasaan.
• Cara Prancis menyelesaikan perselisihan
• Prancis tidak mengakui unsur peradilan administrasi → dianggap
mengurangi kewibawaan pemerintah.
• Ditanggulangi oleh Dewan Penasihat Raja (council d`etat) → terdiri
dari ahli hukum dan dengan sistem peradilan juri.
• Tujuan negara hukum
• Membatasi kekuasaan penguasa dan melindungi HAK → asas
constitutionalism.
• Di negara Eropa Kontinental, perlindungan HAM dilaksanakan dengan
sistem rechtsaat.
• Dua macam rechstaat
• Hukum umum → pidana, perdata.
• Hukum administrasi → peradilan administrasi.
• Negara hukum tradisi Anglo Saxon
• Perlindungan HAM dilaksanakan dengan satu macam hukum → rule of
law berlaku untuk semua warga.
• Unsur rule of law menurut Dicey
• Supremasi hukum.
• Persamaan dalam hukum.
• Knstitusi berdasar HAM.
• Tipe Negara Hukum Formiil
• Hukum Materiil
• Dikenal sebagai Negara Kesejahteraan (Welfare State/Social Service
Staat/Wolfahrt state)
• Negara hukum materiil → mementingkan kepentingan rakyat.
• Mengutamakan kepentingan rakyat (social service staat)
• Tidak setiap tindakan harus didahului undang- undang (UU Formiil) →
penguasa dapat bertindak tandap UU untuk kemakmuran rakyat.
• Dalam ilmu administrasi negara → dianggap kewenangan diskresioner dari
pejabat negara, tidak berdasarkan undang-undang semata (gebonden bestuur)
• Bebas mengeluarkan kebijakan/policy. Pola ekonomi komunalisme.
• Tujuan Negara menurut Makro Teori
• Berdimensi sekuler dan duniawi → memperhatikan kemakmuran semata
tanpa memperhatikan spiritual.
• Berdimensi religius dan spiritual elemen (non-sekuler) → mengabaikan
ekonomi rakyat.
Bentuk Negara
Korespondensi: Yasmin Hana Azizah dan Ghanies Amany
*: Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia

A. Pengertian
• Pembahasan mengenai bentuk organisasi negara yang menjelma dalam
masyarakat.
• Berbagai segi peninjauan:
• Bentuk negara secara tradisional.
• Bentuk negara menurut Machiavelli.
• Bentuk negara yang sebenarnya → melalui struktur/isinya.
• Bentuk negara secara tradisional
• Bentuk negara Monarkhi.
• Bentuk negara Aristokrasi.
• Bentuk negara Politeia.
• Bentuk variasi negara tradisional
• Aristoteles → dikenal juga sebagai teori revolusi bentuk negara dan banyak diikuti
sarjana lain yakni Polybios.
• Bentuk negara menurut Machiavelli
• Bentuk Monarkhi.
• Bentuk Republik.
• Pengemuka kriteria terhadap bentuk negaa Monarkhi dan Republik
• Jellinek
• Duguit
• Otto Koelreuter
• Perbedaan permasalahan bentuk pemerintahan dan bentuk negara
• Bentuk pemerintahan → peninjauan yuridis menurut teori kenegaraan yang
melihat struktur/isi organisasi suatu negara.
• Bentuk negara → peninjauan sosiologis yaitu negara sebagai kebulatan
(ganzheit)
• Peninjauan kedua mengenai bentuk negara
• Negara adalah demokrasi dan diktatuur.
• Pengemuka peninjauan terakhir
• Strong → berasal dari Inggris (teori Anglo-Saxon)
• Terdapat lima kriteria:
• Bangunan negara
• Konstitusi
• Susunan Badan Perwakilan
• Sistem Pemerintahan
• Sistem Hukum
B. Peninjauan secara Tradisional
• Teori yang dikemukakan Aristoteles: teori kuantitas yaitu bentuk negara berdasar
jumlah orang yang memerintah dan bentuk yang ideal.
• Apa itu teori kualitas? Pemerosoan bentuk negara ditinjau dari kualitas orang yang
memerintah → apakah memerintah untuk kepentingan umum atau sendiri/kelompok.
• Pembahasan mengenai bentuk organisasi negara yang menjelma dalam
masyarakat.
• Tiga bentuk negara
• Monarkhi/Kerajaan → pemerintahan dilaksanakan satu orang untuk kepentingan
rakyat, bila penguasa mementingkan kepentingan pribadi maka bentuk monarkhi
berubah menjadi tirani/diktatur.
• Aristokrasi → pemerintahan sekelompok orang yang melaksanakan kepentingan
rakyat, bila mementingkan kepentingan kelompok maka akan berubah jadi oligarki
(dilaksanakan untuk kepentingan orang kaya dan merosot menjadi bentuk plutokrasi)
• Politeia → pemerintahan seluruh orang untuk kepentingan seluruh rakyat, bila
dilaksanakan orang yang tidak tahu pemerintahan maka akan berubah menjadi
demokrasi.
• Negara menurut Aristoteles
• Jumlah orang yang memerintah (quantity government of)
• Pemerosotan bentuk negara dari yang baik/ideal (good form of government)
• Siklus perputaran negara menurut Aristoteles
• Monarkhi (bentuk paling ideal) lalu merosot → bentuk Tirani/Diktatur →
keinginan kembali ke negara yang ideal dan timbul Aristokrasi → merosot
menjadi Oligarki/Plutokrasi → kembali ideal dan membentuk Politeia → merosot
menjadi Demokrasi → kembali ideal menjadi Monarki.
• Negara yang ideal menurut sarjana penganut teori Aristoteles (Polybios)
• Negara ideal ketiga bukan Politeia tapi demokrasi → bentuk pemerosotannya
Ochlokrasi/Mobocracy atau lebih buruk lagi Anarchie (anarki) dimana kondisi
pemerintahan kacau balau.
• Teori menurut Polybios: Monarkhi - Tirani/Diktatuur → Aristokrasi -
Oligarchie/Plutokrasi → Demokrasi - Ochlokrasi.
• Monarki → bentuk negara tertua, pemerintahan dipegang orang yang memiliki
keunggulan tertentu yang dipercayai oleh rakyat untuk melaksanakan tugas
pemerintahan atas dasar kepentingan rakyat, namun keturunannya melakukan
tugas untuk kepentingan sendiri dan sewenang- wenang lalu bergeser menjadi
tirani (rakyat tertindas)
• Setelah fase tirani, orang yang berani dan bersifat baik melawan penguasa dan
memegang kekuasaan untuk kepentingan umum → memasuki fase Aristokrasi
meski akhirnya tugas dilaksanakan untuk kepentingan kelompok → bergeser
menjadi Oligarki.
• Bentuk oligarki tidak ada keadilan → rakyat memberontak dan bergeser menjadi
demokrasi.
• Wakil rakyat yang tidak memperhatikan kepentingan umum membuat
pemerintahan kacau balau → menjadi Okhlokrasi.
• Orang yang berasi memperbaiki keadaan → kembali ke sistem Monarki.
C. Teori Dua Bentuk Negara (Machiavelli)
• Negara menurut Machiavelli
• Republik (Respublica)
• Monarkhi (Principati)
• Apa yang disebut dengan negara?
• Hal pokok (genus)
• Spesiesnya → Republik dan Monarkhi.
• Pendapat Jellinek tentang ukuran bentuk negara
• Ukuran bentuk negara Monarkhi dan Republik berdasar terjadinya kehendak
negara (staatswill)
• Bila staatswill melalui satu orang → berbentuk Monarkhi.
• Bila staatswill melalui majelis atau dewan → berbentuk Republik.
• Mengapa teori Jellinek sulit diterapkan? Pada zaman modern penentuan staatswill
bentuk Monarkhi tidak ditentukan satu orang saja.
• Pendapat Duguit
• Menggunakan ukuran cara pengangkatan kepala negara → pembedaan Monarkhi
dan Republik.
• Kepala negara yang diangkat turun temurun → Monarkhi.
• Kepala negara yang dipilih → Republik.
• Pendapat Otto Koellreuter
• Asas Kesamaan (Republik) → warga mempunyai kesempatan yang sama untuk
memimpin negara setelah melalui persyaratan.
• Asas Ketidaksamaan (Monarki) → tidak ada kesempatan yang sama bagi warga
untuk memimpin negara (kesempatan hanya pada warga berdasar garis keturunan
tertentu)
• Karena berasal dari Jerman maka ia mengemukakan satu bentuk lagi yaitu
Autoritaren Fulrer Staats (bentuk negara diktatuur pada masa Hitler)
• Karena pada kenyataan yang ada berbeda dengan sejarah maka ditentukan
melalui struktur/isinya.
D. Peninjauan Kriteria Lain
• Tiga aliran lain selain Aristoteles dan Machiavellia
• Aliran yang menggabungkan bentuk negara dan pemerintahan.
• Aliran yang membahas masalah bentuk negara → demokrasi dan diktatuur.
• Aliran yang mencoba memecahkan kriteria yang ada tanpa mengutamakan
penamaan → diperlopori Strong (kriteria Anglo Saxon karena berasal dari
Inggris)
• Aliran yang Menggabungkan Bentuk Negara dan Pemerintahan
• Dianut sarjana Eropa barat yang membahas masalah bentuk negara bergeser pada
bentuk pemerintahan
• Bentuk Negara dan Pemerintahan
• Bentuk pemerintahan → peninjauan segi yuridis yang menentukan hubungan
kerja lembaga tinggi dalam negara.
• Bentuk negara → peninjauan segi sosiologis.
• Tiga Macam Bentuk Pemerintahan
• Sistem Parlementer
• Sistem Presidensial
• Sistem Pengawasan Langsung oleh Rakyat (Sistem Swiss)
• Sistem Parlementer
• Bentuk pemerintahan yang menunjukan hubungan erat badan eksekutif dan
legislatif.
• Menurut histori sistem ini berlaku di Inggris.
• Bertujuan mempertahankan bentuk kerajaan/monarkhi di Inggris saat kekuasaan
rakyat bertambah kuat dan melindungi raja atau keturunan raja dari hukuman bila
terjadi pemberontakan.
• Dalam sistem ini raja tidak dapat diganggu gugat → menteri bertanggung jawab pada
parlemen untuk melaksanakan pemerintahan.
• Lembaga eksekutif dan legislatif → bergantung dan berusaha seimbang.
• Fase Sistem Parlementer:
• Fase kekuasaan tertinggi di tangan Raja/eksekutif (overwicht can de Executief)
→ maka Raja yang menentukan bila terjadi perselisihan (Eksekutif > Legislatif)
• Fase keseimbangan kekasaan lembaga Eksekutif dan Legislatif → masa negara
hukum formal akibat desakan golongan liberal yang ingin turut serta dalam
pemerintahan (asas kebebasan individu) serta jaminan hak dan kedudukan,
Undang-Undang Dasar memuat "Parlemen dapat meminta pertanggungjawaban
pemertintah," bila Parlemen tidak memenuhi keinginan rakyat maka dapat
dibubarkan (Eksekutif = Legislatif)
• Fase kekuasaan tertinggi pada Parlemen (Overwicht pada parlemen) → sistem
parlementer murni yang berdasar pemikiran kekuasaan tertinggi negar demokrasi
pada Parlemen selaku perwakilan rakyat (Eksekutif < Legislatif)
• Perkembangan pada masa akhir abad 20
• Kekuasaan eksekutif menguat terutama pada negara berkembang.
• Kendala parlemen → tidak mampu mengambil keputusan cepat dan tepat , terdiri
dari orang yang tidak adil, terikat peraturan.
• Pemerintah terdiri dari orang ahli, bekerja cepat, tidak terikat tata tertib.
• Lembaga eksekutif menguat dan legisatif melemah.
• Sistem Presidensial (AS)
• Adanya pemisahan Eksekutif, Legislatif, Yudikatif.
• Kekuasaan presiden terpisah dan tidak boleh mempengaruhi sistem kerja lembaa
Legislatifdan Yudikatif → sistem lanjutan teori Montesquieu trias politica
• Sistem check and balace → pada praktek trias politica sulit diterapkan karena
kekuasaan yang sama kuat sehingga sulit untuk berjalan bersama maka dibuat
sistem ini.
• Prinsip keseimbangan → Presiden mempunyai hak veto rancangan undang-
undang yang dterima kongres.
• Kongres dapat melakukan impeachment terhadap Presiden bila perbuatan tidak
senonoh.
• Kekuasaan Yudikatif → Hakim Agung diangkat oleh Kongres dan dicalonkan
Presiden.
• Mahkamah Agung → menguji undang- undang secara materil (Judicial Review)
dan menilai apakah bertentangan dengan konstitusi.
• Sistem Pengawasan Langsung (Swiss)
• Lembaga legislatif diawasi rakyat.
• Disebut sebagai sistem rakyat representatif.
• Pengawasan dilakukan dengan dua cara → inisiatif rakyat dan referendum.
• Inisiatif: mengusulkan rancangan undang-undang pada lembaga legislatif dan
eksekutif.
• Referendum: meminta persetujuan/pendapat rakyat mengenai kebijaksanaan
yang telah, sedang, atau yang akan dilaksanakan.
• Tiga macam referendum:
• Referendum Obligatoir (wajib) : menyangkuit undang- undang →
materinya menyangkut hak rakyat (sebelum undang-undang berlaku,
harus disetujui rakyat dahulu)
• Referendum Fakultatif : terhadap undang-undang yang sudah berlaku →
bila hasil dikehendaki maka tetap berlaku namun jika ditolak maka harus
dicabut)
• Referendum Konsultatif : yang berkaitan dengan soal teknis → umumnya
rakyat kurang memahami undang-undang yang diminta persetujuan.
• Aliran yang Mambahas Bentuk Negara dalam Dua Golongan
• Bentuk negara: Demokrasi dan diktatuur.
• Pendapat Dr. Jitta
• Ada dua pengertian mengenai demokrasi sebagai bentuk negara:
• Method of decision making → demokrasi dari segi bentuk dan
pemerintahannya dilakukan banyak orang (demokrasi dalam arti formal)
• Contents of decision making →vdemokrasi dari segi ide dan isinya serta
memperhatikan keadaan sosial, ekonomi, dan kebudayaan (demokrasi
dalam arti material dan pemrintahannya untuk kepentingan
banyak/rakyat)
• Pendapat Dr. Bonger
• Demokrasi tidak hanya dilihat dari bentuknya namun semangat anggotanya
→ demokrasi adalah bentuk pemerintahan kolektivitas yang semua anggota
ikut ambil peran secara langsung atau tidak langsung (terjamin kebebasan
dan persamaan)
• Adanya kebebasan dan persamaan mencakup bentuk demokrasi zaman
Yunani maupun modern.
• Mengenai teori Aristoteles: bentuk negara ideal secara kualitatif → Monarkhi
(persamaan ratio bahwa raja dianggap pandai), Aristokrasi (persamaan
keinginan sekelompok orang untuk berbakti kepada negara), dan Demokrasi
(persamaan unsur kebebasan)
• Pendapat Hans Kelsen mengenai demokrasi
• Unsur terpenting adalah kebebasan → tiap manusia menginginkan kebebasan
untuk mempertinggi taraf hidupnya.
• Negara tidak memberikan jamin an kebebasan bagi warga negaranya meski
kebebasan diakui hukum → bukan negara demokrasi.
• Dua macam negara → bebas dan tidak bebas.
• Pendapat Hans Kelsen diakui di Eropa Barat.
• Demokrasi formal → tidak mementingkan unsur persamaan (diakui secara
formal)
• Pendapat lain mengenai demokrasi: Unsur utama dmokrasi adalah unsur
persamaan.
• Pendapat Snetlage
• Unsur penting bukan metode atau keputusan orang terbanyak namun isi
demokrasi untuk kepentingan umum → aliran demokrasi material.
• Pendapat aliran selain Snetlage: aliran demokrasi formal mengutamakan
kebebasan → menyatakan aliran Snetlage mengenyampingkan unsur
kebebasan demi unsur persamaan.
• Perkembangan demokrasi: mencakup kebebasan dan persamaan.
• Pendapat E.H. Carr:
• Mengungkapkan kekurangan demokrasi Barat yang dikemukakan Hans
Kelsen → mementingkan unsur persamaan.
• Kekurangan demokrasi:
• Terlampau formal dan tidak melihat kenyataan lapisan masyarakat yang
berbeda → segi ekonomi.
• Terlampau politis → mengenyampingkan segi ekonomi, sosial,
budaya/kulturil.
• Kurang memiliki pedoman yang tegas karena tidak ada kebenaran
mutlak → kebenaran mutlak adalah apa yang diputuskan rakyat maka
secara mutlak merupakan kebenaran.
• Pada demorasi liberal tidak ada pedoman tegas → mengakui
pertentangan pendapat dalam pengambilan keputusan antara gol.
pemerintah dan oposisi lembaga perwakilah sehingga pertentangan
pertemuan dan pendapat bukan kebenaran relatif.
• Pendapat lain (aliran yanng diterima di Eropa Barat) → kebenaran
berdasar kebenaran mutlak/absoluit bersifat statis dan tidak berebda
dengan bentuk negara Monarkhi, bentuk demokrasi berdasar kebenaran
relatif adalah demokrasi parlementer yang bersifat dinamis.
• Kurang memberi kesempatan pada banyak orang untuk katif dalam
pemerintahan karena unsur persamaan hanya diakui secara formal →
kelompok masyarakat bersikap apatis dan kondisi ini dimanfaatkan
kelompok yang kuat sebagai alat kepentingan mereka sendiri.
• Peran UNESCO dalam pengertian demokrasi:
• Mengadakan simposium dan membahas pendapat para sarjana di seluruh
dunia mengenai arti demokrasi.
• Pendapat Abraham Lincoln: Democracy is government of the people, by the
people and for the people → namun dalam pelaksanaan kekuasaan rakyat
menimbulkan perbedaan.
• Klasifikasi menurut Logemann:
• Demokrasi Barat → mengutamakan kebebasan (Hans Kelsen)
• Demokrasi Timur → mengutamakan persamaan (Snetlage)
• Demokrasi Tengah → mencakup keuda unsur yaitu persamaan dan
kebebasan.
• Demokrasi Sederhana → demokrasi dalam masyarakat masih sederhana
(keputusan rakyat tidak menggunakan cara teori demokrasi namun dengan
cara khusus misalnya musyawarah)
• Bentuk negara lainnya menurut Logemann
• Diktatuur → Nazisme dan Fasisme bahwa pemimpin negara dianggap
sebagai eksponen rakyat/pencerminan kepentingan rakyat yaitu orang
yang terkkeuka di antara rakya, terkemuka di antara yang sama (primus
inter pares)
• Tanggapan Logemann mengenai diktatuur
• Tetap bentuk demokrasi → karena keputusan orang banyak namun
dalam melaksanakan kekuasaan rakyat cara Nazisme dan Fasisme
berbeda dengan asas demokrasi.
• Secara teoritis ia mengakui bermacam- macam demokrasi namun
menurut Logeman dari empat amcam demokrasi yang terbaik
adalah Demokrasi Barat.
• Aliran yang Mencoba Memecahkan Kriteria Tanpa Menggunakan Penamaan
• Peran aliran ketiga: aliran yang mencoba memecahkan kriteria yang ada tanpa
mengutamakan penamaan → diperlopori Strong (kriteria Anglo Saxon karena
berasal dari Inggris)
• Lima macam kriteria menurut Strong:
• Bangunan negaranya → negara Kesatuan dan Serikat:
• Negara kesatuan → tidak dapat negara bagian
• Negara serikat → terdapat negara bagian (pembagian Pemerintah
Pusat dan Negara Bagian)
• Dua cara konsittusi:
• Merumuskan secara tegas wewenang dari negara bagian dan
wewenang selebihnya (reserve p[owers) menjadi wewenang
Pemerintah Pusat → menimbulkan bentuk Negara Serika yang
mendekatu bentuk Negara Kesatuan (disebut Negara Federal kurang
murni)
• Konstitusi merumuskan secara tegas wewenang Pemerintah Pusat dan
selebihnya wewenang Pemerintah Negara Bagain → menurut Strong
ini adalah bentuk negara Serikat murni.
• Dalam Negara Kesatuan ada sistem desentralisasi → Pemerintah Daerah
berwewenang mengurus rumah tangga sendiri selama tidak bertentangan
dengan ketentuan yang ditetapklan (berdasar peraturan perundangan yang
ditetapkan)
• Konstitusinya → pada satu naskah tertentu atau tidak.
• Satu naskah → ada kepastian hukum sehingga organisasi negara lebih
stabil.
• Adanya pegangan ata perubahan ketatanegaraan (Verfassunganderung)
• Kelemahan → sulit mengikuti perkembangan kesadaran hukum.
• Kondisi Verfassungwandlung (Jellinek) → perubahan ketatanegaraan tidaj
berdasar konstitusi namun berdasar struktur kemasyarakatab seperti
revolusi, putch, kudeta, dan konvensi.
• Susunan Badan Perwakilan/Legislatifnya →
• Bagaimana sistem pemerintahannya → parlementer, presidensial, atau
pengawasan langsung dari rakyat.
• Sistem hukum yang berlaku → rule of law atau rechstaat.
Unsur- Unsur Negara
Korespondensi: Yasmin Hana Azizah dan Ghanies Amany
*: Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia

A. Pengertian Ilmu Negara


• Pembahasan mengenai unsur-unsur yang harus dipenuhi untuk adanya suatu negara.
B. Penggolongan secara Klasik
• Menurut Oppenheim dan Lauterpacht
• Unsur pokok dan mutlak adalah unsur bangsa, wilayah, dan pemerintah yang
berdaulat yang menjadi unsur pembentuk atau unsur konstitutif.
• Unsur deklaratif adalah unsur tambahan seperti unsur bentuk negara, tujuan
negara, dan pengakuan dari negara lain.
• Menurut Sarjana lain
• Menanggap bahwa tiga unsur pokok menurut Oppenheim dan Lauterpacht itu
juga ada dalam organisasi lain bukan hanya kenegaraan.
• Perlu menambah unsur lainnya, seperti unsur bentuk negara, tujuan negara, dan
pengakuan dari negara lain.
• Menurut Konvensi Hukum Internasional di Montevideo 1933
• Unsur konstitutif adalah unsur rakyat, wilayah, pemerintah yang berdaulat, dan
kemampuan untuk berhubungan dengan negara lain.
• Hubungan dengan negara lainnya berhubungan dalam bidang politik, ekonomi,
dan keamaanan.
• Unsur deklaratif adalah pengakuan dari negara lain.
1. Bangsa
• Ras
• Pengelompokan manusia berdasarkan persamaan jasmani, misalnya
warna kulit, bentuk rambut, bentuk wajah, dan lain-lain.
• Ras putih, hitam, kuning, dan melayu.
• Chauvinisme, rasa kebangsaan yang sempit. Timbul dari ras Aria atau ras
Nordie (Ras putih) yang dimitoskan keturuan para Nabi dan dewa
sehingga memiliki kelebihan dan ditakdirkan memimpin dunia.
• Volk
• Pengelompokan manusia berdasarkan persamaan kebudayaan, misalnya
persamaan bahasa, tradisi/adat istiadat, kepercayaan, dan lain-lain.
• Bangsa Arab sebenarnya merupakan bangsa Mesir, Irak, dan Yordania
yang berasal dari negara berbeda, namun memiliki persamaan bahasa.
• Natie
• Pengelompokan manusia yang berdasar pada kesadaran berbangsa tanpa
membedakan ras atau volk.
• Menurut sarjana Belanda, Bothlink, pada saat kemederkaan Indonesia,
bangsa Indonesia belum terbentuk karena hanya segolongan orang yang
memproklamirkan.
• Disanggah dalam pembukaan UUD 1945 yang menguraikan proses terjadinya
natie Indonesia secara bertahap.
• Keinginan merdeka, membebaskan diri dari penjajahan bangsa lain.
diwujudkan dengan adanya perjuangan kemederkaan.
• Perjuangan bersifat sporadis atau kedaerahan.
• Pada abad XIX perjuangan ini sudah mulai bersifat universal.
• Terbentuknya organisasi Boedi Oetomo yang berdasar pada asas
nasionalisme.
• Lahirnya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.
• Kemerdekaan rakyat melalui proklamasi.
• Samencal van Momentrum, terbentuknya negara dan bangsa secara
bersamaan. Terlihat pada penggunaan kata 'atas nama' yang mewakili
seluruh rakyat dari Sabang sampai Merauke. Dengan ini, bangsa
Indonesia merupakan bangsa yang memiliki kesadaran untuk membentuk
negara (natie)
• Unsur kesadaran bernegara sebagai dinamika suatu negara menurut DR. Hertz.
1. Keinginan akan kesatuan.
2. Keinginan untuk mencapai kemerdekaan.
3. Keinginan untuk mencapai keaslian bangsa, terlepas dari penjajahan.
4. Keinginan akan kehormatan, rasa hormat pada pahlawan bangsa.
• Unsur kesadaran bernegara menurut Ernest Renan adalah keinginan akan
kesatuan.
• Pembagian bangsa menurut Rousseau:
1. Citoyen, penentu keputusan berdasarkan suara terbanyak (volonte
generale). Status aktif.
2. Soyet, tunduk pada keputusan yang ditentukan. Status pasif.
• Teori kewarganegaraan.
1. Ius Sanguinis, berdasarkan garis keturunan.
2. Ius Soli, berdasarkan tempat kelahiran.
• Masalah kewarganegaraan.
• Bipatride, memiliki dua kewarganegaraan; dilahirkan di negara yang
menganut Ius Soli oleh ibu yang berwarga negara Ius Sanguinis.
• Apatride, tidak memiliki kewarganegaraan; dilahirkan di negara yang
menganut Ius Sanguinis oleh ibu yang berwarga negara Ius Soli.
2. Wilayah
• Berdasar pada teori patrimonial atau teori hukum pemilikan atas benda yaitu
tanah atau unsur wilayah darat dari suatu negara.
• Secara luas wilayah meliputi darat, laut, dan udara yang artinya wilayah
merupakan suatu batas yang menentukan berlakunya kekuasaan suatu negara.
• Di luar batas wilayah maka kekuasaan tidak lagi berlaku. Ditentukan melalui
perjanjian internasional.
• Dua segi unsur wilayah menurut Jellinek.
• Segi Positif: seluruh warga dalam wilayah harus tunduk pada pusat kekuasaan
yang ada.
• Segi Negatif: hanya ada satu pusat kekuasaan dalam wilayah tersebut dengan
beberapa pengecualian:
• Daerah Kondominium, berdasar pada perjanjian bersama. Negara Serikat,
secara prinsipil adanya kekuasaan pemerintah
• pusat dan negara bagian.
• Negara Protektorat, berdasar pada persetujuan dari penguasa dalam wilayah
yang mengakui adanya pusat kekuasaan lain.
• Negara yang Kalah Perang, diduduki oleh negara yang menang dalam
peperangan.
• Wilayah berfungsi sebagai tempat menetap rakyat dan tempat pemerintahan
diselenggarakan.
• Daerah ex territorial adalah pengecualian di mana kekuasaan suatu negara tetap
berlaku walaupun di luar batas wilayahnya.
• Wilayah Suatu Kedutaan Asing.
• Kapal Perang yang Memasang Bendera Negaranya.
• Penentuan batas wilayah darat.
• Buatan Manusia, pagar atau tembok pemisah.
• Alamiah, sungai, danau, dan lain-lain.
• Perhitungan Garis Lintang dan Bujur.
• Laut teritorial merupakan laut terbuka di mana setiap negara bebas untuk
berlayar, menangkap ikan, atau mencari barang-barang dasar laut. Penentuan
wilayah laut teritorial ini semula ditentukan secara sepihak, namun pada 10
Desember 1982 di Jamaica dihasilkan Traktar Multilateral yang menetapkan
batas lautan, meliputi:
• Batas Laut Teritorial, sejauh 12 mil secara garis lurus dari pantai.
• Batas Zona Bersebelahan, di luar batas laut teritorial sejauh 12—24 mil. Dapat
dijatuhkan hukum jika terjadi pelanggaran masalah fiskal, bea cukai, imigrasi,
dan lain-lain.
• Batas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) batas sejauh 200 mil dari pantai. Negara
bebas menggali kekayaan alam laut, kegiatan ekonomi, dan menangkap nelayan
asing yang mencuri ikan dalam wilayah ZEE.
• Batas Landas Benua, lebih dari 200 mil. negara bebas untuk mengeksplor lautan
tetapi wajib membagi keuntungan dengan masyarakat internasional.
• Wilayah udara meliputi daerah udara di atas wilayah darat dan lautan ke atas
tanpa batas. Namun, sulit untuk ditentukan karena adanya satelit yang mengitari
orbit bumi.
3. Pemerintah yang Berdaulat
• Sebelum PD II
• Berdaulat ke dalam, diakui rakat, berjalan stabil, berwibawa untuk waktu
yang lama.
• Berdaulat ke luar, diakui dan dianggap sejajar oleh negara-negara lain.
• Perkembangannya
• Berdaulat ke dalam, dibatasi hukum positif.
• Berdaulat ke luar, dibatasi hukum internasional.
• Para sarjana Jerman mengartikan dengan istilah 'kompetenz- kompetenz', artinya
wewenang dari pihak yang berkuasa untuk menentukan wewenang-wewenang
yang ada dalam negara (kekuasaan tertinggi).
• Gaetano mosea berpendapat bahwa kewenangan dalam pemerintahan
merupakan kekuasaan dari kelompok orang tertentu yang menguasai mereka
(the rulling class).
C. Tinjauan Yuridis
• Negara adalah masyarakat yang tergabung dalam suatu wilayah yang merupakan satu
kesatuan politis yang menguasai wilayah tertentu dan berada dalam satu lembaga
pemerintahan.
1. Subjek Hukum, unsur pemeritahan yang berdaulat.
2. Wilayah Hukum
• Wilayah tentang bangsa.
• Wilayah tertentu tentang ruang (darat, laut, dan udara)
• Wilayah batas wewenang dari negara.
3. Perikatan Hukum, Hukum Tata Negara (HTN), hubungan hukum antara negara
dengan rakyatnya (teori status warga negara)
D. Tinjauan Sosiologis
• Menurut Rudolf Kjellen
1. Unsur Alam
• Wilayah, ruang hidup negara. Strategi politik berdasar pada letak wilayah
negara (geopolitik)
• Bangsa, menimbulkan ilmu tentang bangsa (ethno politik).
1. Unsur Kebudayaan
• Sosial, sosio politik.
• Ekonomi, ilmu sosio politik.
• Penguasa, ilmu kraft politik.
E. Tinjauan Politik Internasional
• Masalah perjuangan atas kekuatan (struggle for power) yang dikemukakan oleh
Schwarzenberger dengan istilah 'power politics'
• Elements of national power menurut Hans J. Morgenthau.
1. Wilayah, unsur strategos untuk kepentingan perang dan ekonomi.
2. Sumber Alam, kebutuhan dalam negeri dan ekspor.
3. Kapasitas Industri.
4. Jumlah Penduduk, harus memadai dengan luas wilayah.
5. Angkatan Bersenjata, segi moril dan materil.
6. Kepribadian Nasional.
7. Bangsa yang Bermoral.
8. Kualitas Diplomasi, aktif dalam kegiatan internasional
• Menurut hukum internasional, negara juga harus mendapat pengakuan atas
pemerintahannya. Jika sudah memenuhi, maka menjadi subjek hukum internasional
penuh (negara berdaulat).
1. De Facto, fakta politik (belum sempurna)
2. De Jure, fakta yuridis (sempurna)

Anda mungkin juga menyukai