Anda di halaman 1dari 17

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

A. Hasil Pengembangan Produk Instrumen Awal

Penelitian ini mengembangkan produk berupa instrumen tes terintegrasi

agama dan sains pada pelajaran PAI SMA kelas X berupa dua paket tes yang

masing-masing terdiri dari 25 item soal dengan 5 item soal sebagai anchor (item

bersama). Instrumen ini bertujuan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis

peserta didik kelas X pada mata pelajaran PAI. Cakupan materi tes merupakan

hasil pengembangan dari silabus mata pelajaran pendidikan agama Islam dan budi

pekerti yang disusun oleh kementrian pendidikan dan kebudayaan. Cakupan

materi tes yang mengintegrasikan agama dan sains meliputi: (1) kontrol diri,

prasangka baik dan persaudaraan, (2) larangan pergaulan bebas dan perbuatan

zina, (3) asmaul husna, dan (4) rukun haji, zakat dan wakaf. Berikut ditampilkan

kisi-kisi dan matriks tes terintegrasi agama dan sains pada pelajaran PAI untuk

mengukur kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas X pada awal

pengembangan instrumen.

73
Tabel 6. Kisi-Kisi Instrumen Tes Terintegrasi Agama dan Sains untuk Mengukur Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik SMA Kelas X

Materi Integrasi Agama dan


No Ranah berpikir Kritis Indikator Soal
Sains
1. Kontrol diri dan puasa Menganalisis kontrol diri dengan hakikat puasa dari segi sains
Kontrol diri dan amarah Mengkorelasikan Hadis kontrol diri dengan konsep menahan amarah dalam kaitan sains
Q.S al-Hujurat ayat 10 dan 12 Mengkorelasikan Makna Q.S al-Hujurat ayat 10 dan 12 dengan konsep psikis dalam diri
Q.S al- Isra’ ayat 32 Menganalisis Q.S al-Isra’/17: 32 tentang larangan berbuat zina dikaitkan dengan kondisi yang
ada dalam kehidupan sehari-hari
Menganalisis Problem sosial (khmr) Menganalisis Problem sosial yang terjadi ketika meminum khamr dalam kehidupan sehari-hari
Problem sosial (rokok) Menganalisis Problem sosial tentang rokok dengan kaitan sains
Menghindari pergaulan bebas Menyeleksi cara menghindari diri dari pergaulan bebas yaitu narkoba ditinjau dari segi sains
dan kesehatan
Asmaul husna Mengkorelasika Asmaul husna dengan konsep sains yang terjadi di sekitar kita
Rukun haji dan thawaf Menganalisis Rukun haji thawaf dengan kejadian sains yang linear
2. Kontrol diri dan puasa Mengkaitkan kontrol diri dengan hakikat puasa dari segi sains
Kontrol diri dan puasa Memperjelas makna puasa dari segi sains (kesehatan)
Q.S al-Hujurat ayat 10 dan 12 Membandingkan Hadis berprasangka baik dengan konsep kesehatan mental.
Q.S al- Isra’ ayat 32 Memperjelas Q.S al-Isra’ /17: 32 tentang larangan berbuat zina dikaitkan dengan manfaat dari
larangan berbuat zina
Problem sosial (khmr) Mengkaitkan Mudharat yang terdapat di dalam khamr sesuai dengan Q.S al-Baqarah ayat 219
Membandingkan dengan kaitannya dalam sains
Problem sosial (rokok) Memperjelas Problem sosial tentang rokok dengan kaitan sains
Menghindari pergaulan bebas mengkaitkanMenghindari diri dari pergaulan bebas yaitu narkoba ditinjau dari segi sains dan
kesehatan
Berpakaian yang syar’i Memperjelas Memakai pakaian yang tidak sesuai dengan syariat Islam dalam hubungan sehari-
hari dengan kaitan sains
Asmaul husna Mengkaitkan Asmaul husna dengan proses alam yang ada di darat maupun di laut
3. Kontrol diri dan puasa memilih Kontrol diri dengan hakikat puasa dari segi sains
Kontrol diri dan puasa Membuktikan makna puasa dari segi sains (kesehatan)
Q.S al-Hujurat ayat 10 dan 12 Menggabungkan makna Q.S al-Hujurat ayat 10 dan 12 dengan konsep psikis dalam diri
Menghubungkan
Q.S al- Isra’ ayat 32 Menggabungkan Hadis berprasangka baik dengan konsep kesehatan mental.
Problem sosial (khmr) memilih mudharat yang terdapat di dalam khamr sesuai dengan Q.S al-Baqarah ayat 219
dengan kaitannya dalam sains

74
Materi Integrasi Agama dan
No Ranah berpikir Kritis Indikator Soal
Sains
Problem sosial (rokok) Mengkaitkan problem sosial yang terjadi ketika meminum khamr dalam kehidupan sehari-hari
Menghindari pergaulan bebas Memproyeksikan Menghindari diri dari pergaulan bebas yaitu narkoba ditinjau dari segi sains
dan kesehatan
Berpakaian yang syar’i Menggabungkan Memakai pakaian yang tidak sesuai dengan syariat Islam dalam hubungan
sehari-hari dengan kaitan sains
Asmaul husna Membuktikan Asmaul husna dengan proses alam yang ada di darat maupun di laut
4. Kontrol diri dan puasa Memerinci makna puasa dari segi sains (kesehatan)
Kontrol diri dan puasa Mengradasi Hadis kontrol diri dengan konsep menahan amarah dalam kaitan sains
Q.S al-Hujurat ayat 10 dan 12 Memilih Hadis berprasangka baik dengan konsep kesehatan mental.
Q.S al- Isra’ ayat 32 Memerinci Q.S al-Isra’ /17: 32 tentang larangan berbuat zina dikaitkan dengan manfaat dari
larangan berbuat zina
Problem sosial (khmr) Memerinci Q.S al-Isra’/17: 32 tentang larangan berbuat zina dikaitkan dengan kondisi yang ada
dalam kehidupan sehari-hari
Mengevaluasi
Problem sosial (rokok) Memilih mudharat yang terdapat di dalam khamr sesuai dengan Q.S al-Baqarah ayat 219
dengan kaitannya dalam sains
Menghindari pergaulan bebas Memilih menghindari diri dari pergaulan bebas yaitu narkoba ditinjau dari segi sains dan
kesehatan
Berpakaian yang syar’i Membuktikan kembali memakai pakaian yang tidak sesuai dengan syariat Islam dalam
hubungan sehari-hari dengan kaitan sains
Asmaul husna Merangkum Asmaul husna dengan proses alam yang ada di darat maupun di laut
5 Kontrol diri dan puasa Menyimpulkan Hadis kontrol diri dengan konsep menahan amarah dalam kaitan sains
Kontrol diri dan puasa Menelaah Makna Q.S al-Hujurat ayat 10 dan 12 dengan konsep psikis dalam diri
Q.S al-Hujurat ayat 10 dan 12 Menyimpulkan Q.S al-Isra’ /17: 32 tentang larangan berbuat zina dikaitkan dengan manfaat
dari larangan berbuat zina
Q.S al- Isra’ ayat 32 Menyimpulkan Q.S al-Isra’/17: 32 tentang larangan berbuat zina dikaitkan dengan kondisi
Menyimpulkan yang ada dalam kehidupan sehari-hari
Problem sosial (khmr) Menelaah Problem sosial yang terjadi ketika meminum khamr dalam kehidupan sehari-hari
Problem sosial (rokok) Menelaah Problem sosial tentang rokok dengan kaitan sains
Asmaul husna Menelaah Asmaul husna dengan konsep sains yang terjadi di sekitar kita
Asmaul husna Menyimpulkan Asmaul husna dengan proses alam yang ada di darat maupun di laut
Rukun haji dan thawaf Menelaah Rukun haji thawaf dengan kejadian sains yang linear

75
Tabel 7. Matriks Persebaran Soal Instrumen Tes Terintegrasi Agama dan Sains untuk Mengukur Kemampun Berpikir Kritis SMA kelas X

Kemampuan berpikir kritis

membandingkan

menghubungkan

Menyimpulkan
mengevaluasi
menganalisis
Jumlah
No Materi integrasi materi agama dan sains
Soal

1 Kontrol diri dengan hakikat puasa dari segi sains .1A 11 A 13 A 3


2 Makna puasa dari segi sains (kesehatan) 1B 11 B 13 B 3
3 Hadis kontrol diri dengan konsep menahan amarah dalam kaitan sains 14 A 12 A 21 & B 4
4 Makna Q.S al-Hujurat ayat 10 dan 12 dengan konsep psikis dalam diri 3B 2A 12 B 3
5 Hadis berprasangka baik dengan konsep kesehatan mental. 4A 14 B 2B 3
6 Q.S al-Isra’ /17: 32 tentang larangan berbuat zina dikaitkan dengan manfaat 15 A 22 A & B 20 A 4
dari larangan berbuat zina
7 Q.S al-Isra’/17: 32 tentang larangan berbuat zina dikaitkan dengan kondisi 6A 4B 3A 3
yang ada dalam kehidupan sehari-hari
8 Mudharat yang terdapat di dalam khamr sesuai dengan Q.S al-Baqarah ayat 6B 15 B 5A 3
219 dengan kaitannya dalam sains
9 Problem sosial yang terjadi ketika meminum khamr dalam kehidupan 20 B 23 A & 16 A 4
sehari-hari B
10 Problem sosial tentang rokok dengan kaitan sains 8B 7A 5B 3
11 Menghindari diri dari pergaulan bebas yaitu narkoba ditinjau dari segi sains 16 B 9A 7B 3
dan kesehatan
12 Memakai pakaian yang tidak sesuai dengan syariat Islam dalam hubungan 24 A & 9B 17 A 4
sehari-hari dengan kaitan sains B
13 Asmaul husna dengan konsep sains yang terjadi di sekitar kita 10 B 17 B 8A 3
14 Asmaul husna dengan proses alam yang ada di darat maupun di laut 18 A 10 A 18 B 3
15 Rukun haji thawaf dengan kejadian sains yang linear 25 A & B 19 A 19 B 4
Jumlah Soal 10 10 10 10 10 50

76
Instrumen awal hasil pengembangan ini kemudian diseminarkan untuk

memperoleh masukan/saran perbaikan. Berdasarkan hasil seminar instrumen,

perbaikan difokuskan kepada model awal instrumen yang berupa pilihan ganda

beralasan terbuka menjadi pilihan ganda beralasan tertutup, selain itu pedoman

penskoran terhadap kunci jawaban tes mengalami perubahan pula. Tindak lanjut

dari saran/masukan dari mahasiswa program Magister Penelitian dan Evaluasi

Pendidikan, dilakukan konsultasi dengan ahli. Setelah instrumen dinilai ahli,

dilakukan uji coba terbatas terhadap instrumen yang sudah dibuat ke beberapa

sekolah.

Uji coba dilakukan terhadap dua sekolah dengan responden masing-masing

sepuluh siswa kelas X yang dipilih secara acak. Setelah uji coba terbatas terhadap

instrumen yang dibuat, didapatkan hasil sebanyak 20% peserta didik yang mengisi

pilihan ganda dan alasan secara lengkap, 70% peserta didik yang hanya mengisi

pilihan ganda tanpa menuliskan alasan, dan 10% peserta didik yang mengisi

sebagian pilihan ganda dan sebagian menuliskan alasan.

Tabel 8. Hasil Uji Coba Terbatas Instrumen pada dua sekolah

No. Rubrik Menjawab siswa jumlah porsentase


1 Pilihan ganda dan alasan lengkap 4 orang 20 %
2 Pilihan ganda tanpa alasan 14 orang 70%
3 Sebagian pilihan ganda dan sebagian alasan 2 orang 10 %

Selanjutnya, hasil uji coba terbatas dikonsultasikan kembali dengan ahli,

dan oleh ahli kemudian merubah model instrumen dari pilihan ganda beralasan

terbuka menjadi pilihan ganda beralasan tertutup. Instrumen tes dengan pilihan

77
ganda beralasan tertutup kemudian diperdalam analisisnya berdasarkan penilaian

ahli secara kualitatif terkait aspek substansi, konstruksi dan bahasa serta secara

kuantitatif untuk keperluan validasi isi instrumen. Berdasarkan saran/masukan

para ahli yang bersifat kualitatif serta dari hasil analisis validitas isi dilakukan

perbaikan terhadap enam item soal yang meliputi item soal yakni paket A item

nomor 2, 3 dan 9, paket B item nomor 14 dan pada item anchor pada nomor 5 dan

23.

Instrumen tes yang telah dilakukan perbaikan berdasarkan penilaian ahli

kemudian diujicobakan kepada 563 peserta didik SMA kelas X yang berasal dari

tujuh sekolah di Kota Yogyakarta. Uji coba tes dilakukan bekerja sama dengan

kepala sekolah dan guru mata pelajaran PAI. Uji coba dilaksanakan sesuai dengan

jadwal pelajaran sehingga tidak menganggu keadaan alamiah siswa di lapangan.

Waktu uji coba tes pada setiap kelas dilakukan selama dua jam pelajaran (90

menit) sesuai dengan alokasi waktu yang tersedia.

B. Hasil Uji Coba Produk

1. Uji Pra-Analisis

Hasil uji normalitas distribusi skor peserta didik secara keseluruhan

Tabel 9. Hasil Uji Normalitas denganOne-Sample Kolmogorov-Smirnov

TES PAI

N 563

Normal Parametersa Mean 58.3446

Std. Deviation 8.71506

Most Extreme Differences Absolute .044

Positive .034

Negative -.044

Kolmogorov-Smirnov Z 1.045

78
Asymp. Sig. (2-tailed) .225

a. Test distribution is Normal.

Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa respon peserta didik terhadap tes

berdistribusi normal.

2. Karakteristik Item Tes

a. Tingkat kesukaran item tes menurut PCM

Estimasi tingkat kesukaran Item tes terintegrasi agama dan sains

dalam mengukur kemampuan berpikir kritis dilihat dari output hasil

analisis Quest dan Parscale. Kategori tingkat kesukaran mengikuti

pedoman dari Retnawati (2016) dan Mardapi (2017), adapun kategori

dari tingkat kesukaran item tes terintegrasi agama dan sains yaitu

Tabel 10. Kategori Tingkat Kesukaran Item Tes

Kategori* Nomor Item Jumlah Persentase


>2
- -
Sangat sukar
(-2) -2
Item 1 sampai 45 100%
Sedang (baik)
< (2)
Sangat mudah - -
(tidak baik)
Total 45 100%

* Retnawati (2016) dan Mardapi (2017)

Nilai hasil tingkat kesukaran tiap item tes dijabarkan pada tabel 9

sebagai berikut

79
Tabel 11. Besaran tingkat kesulitan dan fit model

Tingkat kesulitan INFIT Item


Butir Kesimpulan
Hasil Keterangan MNSQ fitness
Butir 1 -0.83 sedang 0.97 Fit Baik
Butir 2 0.25 sedang 0.99 Fit Baik
Butir 3 0.17 sedang 0.91 Fit Baik
Butir 4 0.88 sedang 0.95 Fit Baik
Butir 5 0.48 sedang 0.97 Fit Baik
Butir 6 -1,35 sedang 0.81 Fit Baik
Butir 7 -0.14 sedang 1.00 Fit Baik
Butir 8 0.94 sedang 0.98 Fit Baik
Butir 9 -0.86 sedang 0.96 Fit Baik
Butir 10 0.80 sedang 0.96 Fit Baik
Butir 11 -0.74 Sedang 1.03 Fit Baik
Butir 12 -1.64 Sedang 0.87 Fit Baik
Butir 13 0.3 Sedang 1.07 Fit Baik
Butir 14 -0.2 Sedang 1.07 Fit Baik
Butir 15 -0.96 Sedang 0.89 Fit Baik
Butir 16 -0.25 Sedang 1.00 Fit Baik
Butir 17 0.00 Sedang 1.01 Fit Baik
Butir 18 0.04 Sedang 1.04 Fit Baik
Butir 19 0.35 Sedang 0.99 Fit Baik
Butir 20 1.38 Sedang 1.01 Fit Baik
Butir 21 -0.58 Sedang 1.03 Fit Baik
Butir 22 0.26 Sedang 1.00 Fit Baik
Butir 23 0.47 Sedang 1.10 Fit Baik
Butir 24 0.72 Sedang 0.97 Fit Baik
Butir 25 -0.42 Sedang 1.08 Fit Baik
Butir 26 0.17 Sedang 1.03 Fit Baik
Butir 27 -0.33 Sedang 0.99 Fit Baik
Butir 28 -0.12 Sedang 0.92 Fit Baik
Butir 29 -0.61 Sedang 0.89 Fit Baik
Butir 30 0.28 Sedang 0.94 Fit Baik
Butir 31 0.38 Sedang 1.11 Fit Baik
Butir 32 -0.15 Sedang 1.10 Fit Baik
Butir 33 -0.59 Sedang 1.14 Fit Baik
Butir 34 0.95 Sedang 0.94 Fit Baik
Butir 35 0.40 Sedang 0.97 Fit Baik
Butir 36 1.08 Sedang 0.93 Fit Baik
Butir 37 0.35 Sedang 0.97 Fit Baik
Butir 38 0.47 Sedang 1.03 Fit Baik
Butir 39 -0.12 Sedang 1.00 Fit Baik
Butir 40 0.39 Sedang 1.02 Fit Baik
Butir 41 -0.72 Sedang 0.94 Fit Baik
Butir 42 -0.21 Sedang 1.07 Fit Baik

80
Tingkat kesulitan INFIT Item
Butir Kesimpulan
Hasil Keterangan MNSQ fitness
Butir 43 -0.76 Sedang 0.94 Fit Baik
Butir 44 0.42 Sedang 0.94 Fit Baik
Butir 45 -0.16 Sedang 0.93 Fit Baik

Hasil analisis dari output program Quest memberikan informasi

mengenai validitas item-item dalam tes yang berupa item fitness menurut

besaran infit MNSQ. Item dikatakan fit jika besaran infit MNSQ bernilai

diantara 0,77 sampai 1,30 (Adams & Kho, 1996). Berdasarkan pada jabaran

Tabel 9 seluruh item tes masuk dalam kategori fit, dapat dikatakan bahwa

instumen tes yang disusun mampu memberikan skor yang valid (akurat).

keseluruhan item tes berada pada rentang -2 dan +2 yang mana tingkat

kesukaran item tes termasuk ke dalam kategori sedang (baik).

Gambar 2 akan menyajikan salah satu contoh Item Characteristic

Curve (ICC)/ kurva karakteristik butir soal. Butir soal yang diambil adalah

butir soal nomor 40.

Gambar 2. Kurva Karakteristik Butir Soal Nomor 40

81
Masing-masing garis pada kurva menunjukkan kategori penilaian

untuk butir soal nomor 40. Kategori 1 pada soal diberi skor 0, kategori 2

diberi skor 1, kategori 3 diberi skor 2, dan kategori 4 diberi skor 3. Kurva

tersebut menunjukkan bahwa untuk butir tes nomor 40 kategori 1 mampu

dikerjakan oleh peserta didik dengan ability -3, kategori 2 mampu

dikerjakan oleh peserta didik dengan ability -2, kategory 3 mampu

dikerjakan oleh peserta dengan ability 2, dan kategori 4 mampu dikerjakan

oleh peserta didik dengan ability 3. Tingkat ability grafik ICC berada pada

rentang -3 sampai +3 yang diinterpretasikan dengan tingkat abillity rendah

sampai dengan tinggi. Grafik ICC untuk butir soal yang lain dapat dilihat

pada lampiran 9.

3. Hasil Estimasi Reliabilitas Tes

Estimasi reliabilitas secara klasik dengan menggunakan program

Quest sebesar 0,70. Hasil ini masuk dalam kategori andal (Hair et. al,

2010:125; Mardapi, 2017). Dengan demikian, instrumen yang disusun

mampu memberikan hasil pengukuran yang reliabel. Berdasarkan kurva

fungsi informasi total dan SEM didapatkan estimasi reliabilitas berada pada

rentang kemampuan -1,75 sampai +3. Hasil ini menunjukkan bahwa

instrumen tes fit (cocok) untuk siswa dengan rentang kemampuan tersebut.

Kurva total dan Fungsi informasi ditampilkan pada gambar 3.

82
Gambar 3. Kurva Fungsi Informasi Total dan SEM

C. Revisi Produk

1. Revisi Produk berdasar Hasil Penilaian Ahli

Berdasar penilian para ahli terhadap hasil penyusunan instrumen awal

kemudian dilakukan perbaikan terhadap konstruksi instrumen. Para ahli

menilai fokus penyusunan instrumen seharusnya ditukukan pada aspek-

aspek pemahaman yang menjadi dasar penyusunan indikator

pengukurannya, bukan hanya pada struktur materi yang tercantum dalam

kurikulum. Selanjutnya, kis-kisi instrumen disusun ulang dan difokuskan

pada ranah materi agama dan sains yang tercakup dalam materi menurut

kurikulum yang berlaku.

Instrumen hasil perbaikan berdasar penilaian ahli selanjutnya

dianalisis kembali besaran validitas isi tes secara kuantitatif menurut indeks

Aiken. Validitas item berada pada rentang 0,75 sampai dengan 1 (Lampiran

3). Menurut Yaghmaie (2003: 26), validitas isi instrumen dengan besaran

koefisien tersebut tergolong tinggi sehingga skor yang diperoleh peserta tes

83
dapat diinterpretasikan secara tepat sebagai ukuran kemampuan pemahaman

peserta didik terhadap materi integrasi agama dan sains yang termuat dalam

tes. Dengan demikian, berdasar keshahihan isi, dapat dikatakan bahwa

instrumen telah siap untuk digunakan.

2. Revisi Produk berdasar Hasil Uji Coba Instrumen

Secara keseluruhan item tes dapat selesai dikerjakan oleh sampel

subjek uji coba dalam alokasi waktu yang telah ditentukan sehingga tidak

perlu revisi jumlah item tes untuk alokasi waktu tersebut. Berdasar analisis

hasil uji coba instrumen, diketahui bahwa keseluruhan item fit dengan PCM.

Hasil perbaikan konstruksi tes secara lengkap pada penelitian ini dicetak

terpisah dan tidak dimasukkan dalam lampiran naskah ini.

D. Kajian Produk Akhir

1. Pembuktian Kelayakan Instrumen Tes

Kelayakan instrumen dapat dilihat dari kriteria validitas dan

reliabilitas instrumen yang telah diuraikan sebelumnya. Instrumen tes yang

dikembangkan telah terbukti valid dan reliabel sehingga telah memenuhi

kelayakan instrumen. Selain itu, kelayakan instrumen tes juga didukung

oleh pernyataan guru PAI kelas X sebagai pengguna sekaligus penilai

instrumen yang sedang dikembangkan. Semua guru PAI yang menjadi

responden menyatakan bahwa instrumen yang dikembangkan layak

digunakan dalam pembelajaran untuk menilai sekaligus mendukung

ketercapaian hasil belajar PAI.

84
Tabel 12. Hasil Pernyataan Guru PAI Sampel Pengguna dan Penilai
Kelayakan Instrumen Tes

Pernyataan Kelayakan
No. Guru PAI Nama Sekolah Instrumen
Layak Tidak Layak
1. Guru PAII SMAN A √ -
2. Guru PAI II SMAN B √ -
3. Guru PAI III SMAN C √ -
4. Guru PAI IV SMAN D √ -
5. Guru PAI V SMAN E √ -
6. Guru PAI VI SMAN F √ -
7. Guru PAI VII SMAN G √ -

2. Pengukuran kemampuan berpikir kritis

Instrumen tes terintegrasi agama dan sains yang dikembangkan

difungsikan sebagai instrumen pengukur kemampuan berpikir kritis peserta

didik terhadap materi PAI yang telah disampaikan dalam pembelajaran. Di

bawah ini disajikan skor rata-rata hasil pengukuran pemahaman peserta

didik SMA kelas X terhadap materi PAI pada setiap sekolah sampel.

Estimasi kemampuan berpikir kritis peserta didik berdasarkan

instrumen tes terintegrasi agama dan sains ditunjukkan oleh tabel 13.

Tabel 13. Estimasi kemampuan berpikir kritis berdasar teori respon butir

No. Sekolah N θ Rata-rata θ Terendah θ Tertinggi


1. SMAN A 78 0,03 -0,11 0,14
2. SMAN B 107 0,01 -0,06 0,07
3. SMAN C 92 -0.02 -0,04 -0,02
4. SMAN D 61 -0,18 -0,25 -0,11
5. SMAN E 14 0,01 -0,15 0,14
6. SMAN F 64 -0,42 -0,62 -0,27
7. SMAN G 135 -0,13 -0,27 0,01
Total Sampel 563 -0,11 -0,62 0,14

85
Dari Tabel 13 nampak bahwa kemampuan pemahaman peserta didik

kelas X dari tujuh sekolah (SMAN) di Kota Yogyakarta secara rerata

tergolong rendah, ditunjukkan oleh θ rata-rata skor sebesar -0,11 dengan

rentang kemampuan -0,62 sampai 0,14. Hasil pengukuran kemampuan

berpikir kritis dengan θ terendah diperoleh SMAN F dengan hasil -0,62

sedangkan untuk sekolah dengan kemampuan berpikir kritis yang tinggi

ditunjukkan oleh SMAN E dengan θ skor 0,14. Hasil ini dapat menjadi

gambaran secara empiris pengembangan kemampuan pemahaman peserta

didik kelas X SMA belum optimal, khususnya pada sampel penelitian.

Kemampuan berpikir kritis sangat penting untuk dikuasai oleh peserta didik

SMA sebagai dasar pembelajaran lebih lanjut khususnya untuk penguasaan

kemampuan berpikir tingkat yang lebih tinggi. Oleh karena itu, berbagai

pihak yang terlibat dalam pembelajaran dan pengembangan potensi peserta

didik terutama guru PAI dapat melakukan evaluasi serta menentukan tindak

lanjutnya guna meningkatkan keberhasilan pembelajaran. Secara lebih luas,

kemungkinan hasil penelitian ini sejalan dengan hasil tes bidang sains

tingkat internasional (TIMSS dan PISA) yang mendudukkan peserta didik

secara rerata pada level kemampuan kognitif rendah dibandingkan dengan

peserta didik di negara lain (OECD: 2016).

Hasil pengukuran pemahaman peserta didik pada penelitian ini

mengindikasikan bahwa pengembangan kemampuan berpikir kritis peserta

didik terhadap integrasi agama dan sains belum sesuai harapan, ditandakan

oleh rerata skor hasil tes yang tergolong rendah. Berkaitan dengan hal ini,

besar kemungkinan bahwa pembelajaran sekarang ini masih kurang

86
memperhatikan aspek berpikir kritis peserta didik dalam proses

pembelajaran. Sanjaya (2014: 1) mengatakan bahwa bahwa implementasi

kurikulum pembelajaran selama ini belum memuaskan. Salah satu

permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan Indonesia saat ini adalah

lemahnya proses pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran kurang mampu

mendorong anak mengembangkan kemampuan berpikir dan kebanyakan

pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan peserta didik

untuk menghafal informasi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa

kemampuan berpikir kritis melalui pembelajaran formal secara keseluruhan

sampel penelitian belum terlaksana optimal.

Secara tersurat, pengembangan kemampuan berpikir kritis menjadi

salah satu prinsip dan tujuan pembelajaran yang tercantum dalam kurikulum

sekolah dasar (BSNP, 2006; Permendikbud No.65 Th. 2013). Di sisi lain,

meninjau tahap perkembangan kognitif menurut Jean Piaget (Siswoyo,

2011), peserta didik kelas X SMA merupakan tahap operasional formal.

Pada masa ini, secara umum peserta didik telah memiliki kemampuan

berpikir kritis cara mengombinasikan sesuatu dengan tingkatan bervariasi

dan peserta didik mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda atau

struktur baik secara konkret maupun abstrak.

Kemampuan berpikir kritis sangat penting dikembangkan pada diri

peserta didik sebagai dasar penguasaan jenjang kognitif yang lebih tinggi

(menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mengkreasi) (Anderson &

Krathwohl: 2017). Oleh karena itu, guru PAI SMA hendaknya

mengembangkan potensi kemampuan kognitif peserta didik secara

87
komprehensif dalam proses pembelajaran misalnya dengan pendekatan

inkuiri sebagaimana diarahkan oleh BSNP sejak tahun 2006 (KTSP) yang

lebih menekankan pada pengalaman belajar kepada peserta didik. Selain itu,

guru dapat mengembangkan penilaian secara berkala mengenai kemampuan

pemahaman dengan pertanyaan-pertanyaan tipe terbuka (tes isian).

Penyelenggaraan pembelajaran formal secara ideal dilaksanakan

dengan kualitas yang hampir sama pada setiap sekolah dengan mengikuti

standar nasional yang ditetapkan dalam kurikulum pembelajaran. Namun

pada kenyataan, hasil penelitian menunjukkan keadaan yang belum sesuai

dengan harapan dimana terdapat perbedaan hasil pembelajaran (skor

kemampuan berpikir kritis) peserta didik kelas X SMA. Ada sekolah yang

memiliki kemampuan berpikir kritis rata-rata siswa yang jauh lebih tinggi

dari kemampuan berpikir kritis rata-rata siswa di sekolah lain.

Berdasarkan temuan di atas, diperlukan penelitian lebih lanjut

mengenai proses pembelajaran yang terintegrasi agama dan sains dan

diharapkan dapat meningkatkan motivasi bagi pihak-pihak terkait untuk

meningkatkan efektivitas pembelajaran guna mengembangkan potensi-

potensi anak khususnya dalam hal ini pada kemampuan berpikir kritis.

Selanjutnya, skor tes pemahaman materi terintegrasi agama dan sains yang

beragam tersebut juga menandakan bahwa besar kemungkinan terdapat

faktor luar yang mempengaruhi proses pembelajaran di sekolah yang terkait

juga dengan aspek berpikir kritis peserta didik terhadap materi PAI yang

dapat diteliti dan dikaji lebih lanjut.

88
E. Keterbatasan Penelitian

Uji coba yang dilakukan pada pengembangan instrumen dilakukan terhadap

sampel penelitian yang heterogen atau tidak dapat dikontrol secara ketat sehingga

belum dapat dipastikan bahwa hasil uji coba terbebas bebas dari adanya bias item.

Menurut Mardapi, Kartowagiran, & Kumaidi (2011: 331), untuk memberikan

penilaian yang adil, instrumen tes harus bebas dari adanya unsur bias item. Oleh

karena itu, perlu penelitian lebih lanjut untuk menganalisis bias item berdasarkan

aspek tertentu.

Waktu pelaksanaan tes ini sebelum ujian akhir semester genap sehingga

masih dalam situasi formatif dan guru serta peserta didik dapat segera

memanfaatkan hasil tes untuk perbaikan pembelajaran. Dalam jangka lebih

panjang, perbaikan hasil pembelajaran dapat pula dilakukan sebelum

pembelajaran di sekolah berakhir (sumatif/kelulusan). Selanjutnya, pengumpulan

data dari tujuh sampel sekolah yang tidak dilakuakan secara serentak juga

menjadi keterbatasan penelitian ini. Kemungkinan perbedaan lama peserta didik

mengikuti kegiatan belajar di sekolah dan perbedaan penguasaan materi

pembelajaran dapat mempengaruhi hasil penelitian. Namun, keadaan tersebut

juga dapat diabaikan karena secara keseluruhan materi terintegrasi agama dan

sains pada instrumen tes telah selesai dibelajarkan pada semester genap sesuai

Standar Isi Kurikulum 2013, dan pengumpulan data dilakukan pada semester

genap 2017/2018. Beberapa permasalahan lain yang mungkin terkait dengan

penelitian ini tidak dikontrol secara ketat sehingga pengaruhnya dapat diteliti

lebih lanjut.

89

Anda mungkin juga menyukai