Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ILMU KEALAMAN DASAR

“ZAMAN MESOLITHIKUM”

Disusun Oleh:
Kelompok 2

 MOH. RIZAL (Nim. C20523061)


 MELDA TORABU (Nim. C20523064)
 DEWI B. HUSAIN (Nim. C20523067)
 MASITA (Nim. C20523071)
 ZAINAL ABIDIN LEPA (Nim. C20523079)
 WAHYU ADI PUTRA (Nim. C20523082)

PRODI MANAJEMEN

UNIVERSITAS TADULAKO
PSDKU TOUNA
i
2023

ii
KATA PENGANTAR

Puja dan Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT,yang mana berkat Hidayah, dan
Maunahnya kami bia menyelesaikan makalah ini dengan rampung.

Yang kedua, shalawat serta salamullah semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, yang mana berkat jerih payah beliau kita bisa menikmai indahnya hidup
dengan adanya Dinul Islam.

Dalam penulisan makalah kali ini, kami mempunyai kesempatan untuk mengangkat tema
“Zaman Mesolithikum”, yang mana dengan tema kali ini, kami berusaha untuk menggali lebih
dalam lagi akan ilmu pengetahuan yang masih beum kami ketahui sebelumnya, terutama
masalah zaman mesolithikum.

Dalam makalah ini, ada beberapa pembahasan, yaitu mengenai zaman mesolithikum, benda-
benda peninggalannya, dan kebudayaannya.

Dalam penulisan makalah ini, masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu, kami mengharapkan
saran dan kritik yang bersifat konstruktif, agar pada penulisan makalah yang selanjutnya bisa
lebih baik lagi.

Kelompok II

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI …………………………………………….. iii

BAB I

PENDAHULUAN …………………………………………….. 1

1.1. Latar Belakang Masalah …………………………………………….. 1

1.2. Rumusan Masalah …………………………………………….. 1

1.3. Tujuan …………………………………………….. 1

1.4. Manfaat …………………………………………….. 2

BAB II

PEMBAHASAN …………………………………………….. 3

1.5. Mesolithikum …………………………………………….. 3

1.6. Hasil Kebudayaan Mesolithikum …………………………………………….. 4

A. Kebudayaan Pebble (Pebble Culture) …………………………………….. 4


1. Kjokkenmoddinger (Sampah Dapur) …………………………………….. 4
2. Pebble (kapak genggam Sumatera = Sumateralith) …………………….. 4
3. Hachecourt (kapak pendek) …………………………………………….. 4
4. Pipisan …………………………………………….. 4
B. Kebudayaan Tulang dari Sampung (Sampung Bone Culture) …………….. 4
C. Kebudayaan Flakes (Flakes Culture) …………………………………….. 5
1. Abris Sous Roche (Gua tempat tinggal) …………………………….. 5
D. Kebudayaan Bacson-Hoabinh …………………………………….. 5
E. Kebudayaan Toala …………………………………………….. 6

BAB III

PENUTUP …………………………………………….. 7

1.7. Kesimpulan …………………………………………….. 7

Daftar Pustaka …………………………………………….. 8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Prasejarah atau nirleka (nir: tidak ada, leka: tulisan) adalah istilah yang digunakan
untuk merujuk kepada masa di mana catatan sejarah yang tertulis belum tersedia. Zaman
prasejarah dapat dikatakan bermula pada saat terbentuknya alam semesta, namun
umumnya digunakan untuk mengacu kepada masa di mana terdapat kehidupan di muka
Bumi dimana manusia mulai hidup.

Batas antara zaman prasejarah dengan zaman sejarah adalah mulai adanya tulisan.
Hal ini menimbulkan suatu pengertian bahwa prasejarah adalah zaman sebelum
ditemukannya tulisan, sedangkan sejarah adalah zaman setelah adanya tulisan.
Berakhirnya zaman prasejarah atau dimulainya zaman sejarah untuk setiap bangsa di dunia
tidak sama tergantung dari peradaban bangsa tersebut. Salah satu contoh yaitu bangsa
Mesir sekitar tahun 4000 SM masyarakatnya sudah mengenal tulisan, sehingga pada saat
itu, bangsa Mesir sudah memasuki zaman sejarah. Zaman prasejarah di Indonesia
diperkirakan berakhir pada masa berdirinya Kerajaan Kutai, sekitar abad ke-5; dibuktikan
dengan adanya prasasti yang berbentuk yupa yang ditemukan di tepi Sungai Mahakam,
Kalimantan Timur baru memasuki era sejarah.

Karena tidak terdapat peninggalan catatan tertulis dari zaman prasejarah, keterangan
mengenai zaman ini diperoleh melalui bidang-bidang seperti paleontologi, astronomi,
biologi, geologi, antropologi, arkeologi. Dalam artian bahwa bukti-bukti pra-sejarah hanya
didapat dari barang-barang dan tulang-tulang di daerah penggalian situs sejarah.

1.2. Rumusan Masalah

Ada beberapa rumusan yang kami jadikan permasalahan dalam penulisan makalah ini,
yaitu :

1. Apa yang disebut dengan Zaman Mesolithikum,?

2. Apa Saja ciri-ciri dari Zaman Mesolithikum,?

1.3. Tujuan

Ada beberapa tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu :

1. Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Indonesia

2. Untuk menjadi bahan latihan bagi kami sebagai kelompok II dalam mengidentifikasi
sejarah masa lampau.

1
1.4. Manfaat

Ada beberapa manfaat dalam penulisa makalah ini, yaitu :

1. Untuk memberikan pengetahuan baru bagi para pembaca tentang Zaman Mesolithikum

2. Untuk memberikan pengetahuan baru bagi kami sebagai kelompok II dalam


mengidentifikasi Zaman Mesolithikum

2
BAB II
PEMBAHASAN

1.5. Mesolithikum

Mesolitikum (Bahasa Yunani: mesos "tengah", lithos batu) atau "Zaman Batu
Pertengahan" adalah suatu periode dalam perkembangan teknologi manusia, antara
Paleolitik atau Zaman Batu Tua dan Neolitik atau Zaman Batu Muda.

Istilah ini diperkenalkan oleh John Lubbock dalam makalahnya "Jaman Prasejarah"
(bahasa Inggris: Pre-historic Times) yang diterbitkan pada tahun 1865. Namun istilah ini
tidak terlalu sering digunakan sampai V. Gordon Childe mempopulerkannya dalam
bukunya The Dawn of Europe.

Ciri zaman Mesolithikum:

 Nomaden dan masih melakukan food gathering (mengumpulkan makanan)

 Alat-alat yang dihasilkan nyaris sama dengan zaman palaeolithikum yakni masih
merupakan alat-alat batu kasar.

 Ditemukannya bukit-bukit kerang di pinggir pantai yang disebut Kjoken


Mondinger (sampah dapur)

 Alat-alat zaman mesolithikum antara lain: Kapak genggam (Pebble), Kapak


pendek (hache Courte) Pipisan (batu-batu penggiling) dan kapak-kapak dari batu
kali yang dibelah.

 Alat-alat diatas banyak ditemukan di daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan,


Sulawesi, Flores.

 Alat-alat kebudayaan Mesolithikum yang ditemukan di gua Lawa Sampung, Jawa


Timur yang disebut Abris Sous Roche antara lain: Flakes (Alat serpih),ujung
mata panah, pipisan, kapak persegi dan alat-alat dari tulang.

Empat bagian penting kebudayaan Mesolithikum:

 Pebble-Culture (alat kebudayaan kapak genggam dari Kjoken Mondinger)

 Bone-Culture (alat kebudayaan dari Tulang)

 Flakes Culture (kebudayaan alat serpih dari Abris Saus Roche)

 Kebudayaan Bacson-Hoabinh

Manusia pendukung kebudayaan Mesolithikum adalah bangsa Papua—


Melanosoid

3
1.6. Hasil Kebudayaan Mesolithikum

A. Kebudayaan Pebble (Pebble Culture)

1. Kjokkenmoddinger (Sampah Dapur)

Kjokkenmoddinger adalah istilah yang berasal dari bahasa Denmark yaitu


kjokken artinya dapur dan modding artinya sampah jadi Kjokkenmoddinger arti
sebenarnya adalah sampah dapur. Dalam kenyataan Kjokkenmoddinger adalah
timbunan atau tumpukan kulit kerang dan siput yang mencapai ketinggian ± 7
meter dan sudah membatu atau menjadi fosil. Kjokkenmoddinger ditemukan
disepanjang pantai timur Sumatera yakni antara Langsa dan Medan. Dari bekas-
bekas penemuan tersebut menunjukkan bahwa manusia purba yang hidup pada
zaman ini sudah menetap. Tahun 1925 Dr. P.V. Van Stein Callenfels melakukan
penelitian di bukit kerang tersebut dan hasilnya banyak menemukan kapak
genggam yang ternyata berbeda dengan chopper (kapak genggam Palaeolithikum).

2. Pebble (kapak genggam Sumatera = Sumateralith)

Tahun 1925, Dr. P.V. Van Stein Callenfels melakukan penelitian di bukit
kerang tersebut dan hasilnya menemukan kapak genggam. Kapak genggam yang
ditemukan di dalam bukit kerang tersebut dinamakan dengan pebble/kapak
genggam Sumatra (Sumatralith) sesuai dengan lokasi penemuannya yaitu dipulau
Sumatra. Bahan-bahan untuk membuat kapak tersebut berasal batu kali yang
dipecah-pecah.

3. Hachecourt (kapak pendek)

Selain pebble yang diketemukan dalam bukit kerang, juga ditemukan


sejenis kapak tetapi bentuknya pendek (setengah lingkaran) yang disebut dengan
hachecourt/kapak pendek.

4. Pipisan

batu pipisanSelain kapak-kapak yang ditemukan dalam bukit kerang, juga


ditemukan pipisan (batu-batu penggiling beserta landasannya). Batu pipisan selain
dipergunakan untuk menggiling makanan juga dipergunakan untuk menghaluskan
cat merah. Bahan cat merah berasal dari tanah merah. Cat merah diperkirakan
digunakan untuk keperluan religius dan untuk ilmu sihir

B. Kebudayaan Tulang dari Sampung (Sampung Bone Culture)

Berdasarkan alat-alat kehidupan yang ditemukan di goa lawa di Sampung


(daerah Ponorogo - Madiun Jawa Timur) tahun 1928 - 1931, ditemukan alat-alat dari
batu seperti ujung panah dan flakes, kapak yang sudah diasah, alat dari tulang, tanduk
4
rusa, dan juga alat-alat dari perunggu dan besi. Oleh para arkeolog bagian terbesar
dari alat-alat yang ditemukan itu adalah tulang, sehingga disebut sebagai Sampung
Bone Culture.

C. Kebudayaan Flakes (Flakes Culture)

1. Abris Sous Roche (Gua tempat tinggal)

Abris Sous Roche adalah goa-goa yang yang dijadikan tempat tinggal
manusia purba pada zaman Mesolithikum dan berfungsi sebagai tempat
perlindungan dari cuaca dan binatang buas. Penyelidikan pertama pada Abris Sous
Roche dilakukan oleh Dr. Van Stein Callenfels tahun 1928-1931 di goa Lawa dekat
Sampung Ponorogo Jawa Timur. Alat-alat yang ditemukan pada goa tersebut
antara lain alat-alat dari batu seperti ujung panah, flakes, batu pipisan, kapak yang
sudah diasah yang berasal dari zaman Mesolithikum, serta alat-alat dari tulang dan
tanduk rusa.Di antara alat-alat kehidupan yang ditemukan ternyata yang paling
banyak adalah alat dari tulang sehingga oleh para arkeolog disebut sebagai
Sampung Bone Culture / kebudayaan tulang dari Sampung. Karena goa di
Sampung tidak ditemukan Pebble ataupun kapak pendek yang merupakan inti dari
kebudayaan Mesolithikum. Selain di Sampung, Abris Sous Roche juga ditemukan
di daerah Besuki dan Bojonegoro Jawa Timur. Penelitian terhadap goa di Besuki
dan Bojonegoro ini dilakukan oleh Van Heekeren. Di Sulawesi Selatan juga
banyak ditemukan Abris Sous Roche terutama di daerah Lomoncong yaitu goa
Leang Patae yang di dalamnya ditemukan flakes, ujung mata panah yang sisi-
sisinya bergerigi dan pebble. Di goa tersebut didiami oleh suku Toala, sehingga
oleh tokoh peneliti Fritz Sarasin dan Paul Sarasin, suku Toala yang sampai
sekarang masih ada dianggap sebagai keturunan langsung penduduk Sulawesi
Selatan zaman prasejarah. Untuk itu kebudayaan Abris Sous Roche di Lomoncong
disebut kebudayaan Toala. Kebudayaan Toala tersebut merupakan kebudayaan
Mesolithikum yang berlangsung sekitar tahun 3000 sampai 1000 SM. Selain di
Jawa Timur dan Sulawesi Selatan, Abris Sous Roche juga ditemukan di daerah
Timor dan Rote. Penelitian terhadap goa tersebut dilakukan oleh Alfred Buhler
yang di dalamnya ditemukan flakes dan ujung mata panah yang terbuat dari batu
indah.

D. Kebudayaan Bacson-Hoabinh

Kebudayaan ini ditemukan dalam gua-gua dan dalam bukit-bukit kerang di Indo-
China, Siam, Malaka, dan Sumatera Timur. Alat-alat kebudayaannya terbuat dari batu
kali, seperti bahewa batu giling. Pada kebudayaan ini perhatian terhadap orang
meninggal dikubur di gua dan juga di bukit-bukit kerang. Beberapa mayatnya
diposisikan dengan berjongkok dan diberi cat warna merah. Pemberian cat warna
merah bertujuan agar dapat mengembalikan hayat kepada mereka yang masih hidup.
Di Indonesia, kebudayaan ini ditemukan di bukit-bukit kerang. Hal seperti ini banyak
ditemukan dari Medan sampai ke pedalaman Aceh. Bukit-bukit itu telah bergeser
5
sejauh 5 km dari garis pantai menunjukkan bahwa dulu pernah terjadi pengangkatan
lapisan-lapisan bumi. Alur masuknya kebudayaan ini sampai ke Sumatera melewati
Malaka. Di Indonesia ada dua kebudayaan Bacson-Hoabinh, yakni:

 Kebudayaan pebble dan alat-alat dari tulang yang datang ke Indonesia


melalui jalur barat.

 Kebudayaan flakes yang datang ke Indonesia melalui jalur timur.

Dengan adanya keberadaan manusia jenis Papua Melanosoide di Indonesia


sebagai pendukung kebudayaan Mesolithikum, maka para arkeolog melakukan
penelitian terhadap penyebaran pebble dan kapak pendek sampai ke daerah teluk
Tonkin daerah asal bangsa Papua Melanosoide. Dari hasil penyelidikan tersebut, maka
ditemukan pusat pebble dan kapak pendek berasal dari pegunungan Bacson dan
daerah Hoabinh, di Asia Tenggara. Tetapi di daerah tersebut tidak ditemukan flakes,
sedangkan di dalam Abris Sous Roche banyak ditemukan flakes bahkan di pulau
Luzon (Filipina) juga ditemukan flakes. Ada kemungkinan kebudayaan flakes berasal
dari daratan Asia, masuk ke Indonesia melalui Jepang, Formosa dan Filipina.

E. Kebudayaan Toala

lukisan pra sejarahKebudayaan Toala dan yang serumpun dengan itu disebut juga
kebudayaan flake dan blade. Alat-alatnya terbuat dari batu-batu yang menyerupai batu
api dari eropa, seperti chalcedon, jaspis, obsidian dan kapur. Perlakuan terhadap orang
yang meninggal dikuburkan didalam gua dan bila tulang belulangnya telah mengering
akan diberikan kepada keluarganya sebagai kenang-kenangan. Biasanya kaum
perempuan akan menjadikan tulang belulang tersebut sebagai kalung. Selain itu,
didalam gua terdapat lukisan mengenai perburuan babi dan juga rentangan lima jari
yang dilumuri cat merah yang disebut dengan “silhoutte”. Arti warna merah tanda
berkabung. Kebudayaan ini ditemukan di Jawa (Bandung, Besuki, dan Tuban),
Sumatera (danau Kerinci dan Jambi), Nusa Tenggara di pulau Flores dan Timor.

6
BAB III
PENUTUP
1.7. Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan, bahwa :

1. Mesolitikum (Bahasa Yunani: mesos "tengah", lithos batu) atau "Zaman Batu
Pertengahan" adalah suatu periode dalam perkembangan teknologi manusia, antara
Paleolitik atau Zaman Batu Tua dan Neolitik atau Zaman Batu Muda.

2. Ciri-Ciri dai Zaman Mesolithikum Adalah Sebagai Berikut :

 Nomaden dan masih melakukan food gathering (mengumpulkan makanan)

 Alat-alat yang dihasilkan nyaris sama dengan zaman palaeolithikum yakni masih
merupakan alat-alat batu kasar.

 Ditemukannya bukit-bukit kerang di pinggir pantai yang disebut Kjoken


Mondinger (sampah dapur)

 Alat-alat zaman mesolithikum antara lain: Kapak genggam (Pebble), Kapak


pendek (hache Courte) Pipisan (batu-batu penggiling) dan kapak-kapak dari batu
kali yang dibelah.

 Alat-alat diatas banyak ditemukan di daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan,


Sulawesi, Flores.

 Alat-alat kebudayaan Mesolithikum yang ditemukan di gua Lawa Sampung, Jawa


Timur yang disebut Abris Sous Roche antara lain: Flakes (Alat serpih),ujung
mata panah, pipisan, kapak persegi dan alat-alat dari tulang.

7
DAFTAR PUSTAKA

1. Supriyatna, 1998, "Sejarah Dunia", Jakarta, Kurnika.

2. Umam, Hadi, 1994, "Pra-Sejarah di Dunia", Bandung, PT. Kranz Press.

3. Http://www.google.com/sejarah/dunia/pra-sejarah.

4. Http://www.google.com/sejarah/pra-sejarah/mesolithikum.

5. Http://www.google.com/sejarah/pra-sejarah/zamantengah.

Anda mungkin juga menyukai