Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN KASUS

PASIEN ATAS NAMA TN. A DENGAN DIAGNOSA STROKE NON HAEMORAGIC

DI RUANG CATLEYA 10 SMC RS TELOGOREJO

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 3 :

1. Ulfa Nur Azizah (120248) 11. Vitriana Perwita D. (120250)

2. Wahyuni (120252) 12. Dewi Sekar (120141)

3. Sri Wursarweni (120238) 13. Ida Oktaviani (120179)

4. Siti Anifah (120231) 14. Khotimah (120189)

5.Sri Asih Irwanti (120235) 15. Diana Kristianti (120145)

6. Nur Isnaini (120211) 16. M Ridwan (120198)

7. Sulistyarini (120241) 17. Ratih Dyah K. (120215)

8.Tiertania Mega S. (120246) 18. Rizqi Oktavia Putri (120224)

9. Umi Sofiatun (120249)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES TELOGOREJO SEMARANG
TAHUN 2023
LAPORAN PENDAHULUAN
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Stroke adalah gangguan fungsional yang terjadi secara mendadak berupa tanda-
tanda klinis baik lokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam atau
dapat menimbulkan kematian yang disebabkan gangguan peredaran darah ke otak,
antara lain peredaran darah sub arakhnoid, peredaran intra serebral dan infark
serebral. Stroke adalah gangguan yang menyerang otak secara mendadak dan
berkembang cepat yang berlangsung lebih dari 24 jam ini disebabkan oleh
iskemik maupun hemoragik di otak sehingga pada keadaan tersebut suplai oksigen
keotak terganggu dan dapat mempengaruhi kinerja saraf di otak, yang dapat
menyebabkan penurunan kesadaran. Penyakit stroke biasanya disertai dengan
adanya peningkatan Tekanan Intra Kranial (TIK) yang ditandai dengan nyeri
kepala dan mengalami penurunan kesadaran (Nur’aeni, 2017).

Stroke non hemoragik atau infark adalah cidera otak yang berkaitan dengan
obstruksi aliran darah otak terjadi akibat pembentukan trombus di arteri cerebrum
atau embolis yang mengalir ke otak dan tempat lain tubuh. Stroke non hemoragik
merupakan proses terjadinya iskemia akibat emboli dan trombosis serebral
biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari dan
tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan
selanjutnya dapat timbul edema sekunder. Stroke Iskemik atau Non-Hemoragik
merupakan stroke yang disebabkan oleh suatu gangguan peredaran darah otak
berupa obstruksi atau sumbatan yang menyebabkan hipoksia pada otak dan tidak
terjadi perdarahan. Stroke Iskemik atau non-hemoragik merupakan stroke yang
disebabkan karena terdapat sumbatan yang disebabkan oleh trombus (bekuan)
yang terbentuk di dalam pembuluh otak atau pembuluh organ selain otak (Ayu,
2017).

2. Etiologi
a. Trombosis (bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher). Stroke
terjadi saat trombus menutup pembuluh darah, menghentikan aliran darah ke
jaringan otak yang disediakan oleh pembuluh dan menyebabkan kongesti dan
radang. Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi
sehingga menyebabkan iskemia jaringan otak yang dapat menimbulkan
oedema dan kongesti di sekitarnya. Trombosis biasanya terjadi pada orang tua
yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan
aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan
iskemia serebral. Tanda dan gejala neurologis seringkali memburuk pada 48
jam setelah thrombosis.
b. Embolisme cerebral Emboli serebral (bekuan darah atau material lain yang
dibawa ke otak dari bagian tubuh yang lain) merupakan penyumbatan
pembuluh darah otak oleh bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya
emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem
arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang
dari 10-30 detik.
c. Iskemia
Suplai darah ke jaringan tubuh berkurang karena penyempitan atau
penyumbatan pembuluh darah.

3. Klasifikasi Stroke
Klasifikasi Stroke menurut ( Muslihah, 2017) adalah :
a. Transient Ischemic Attack (TIA)
Adalah defisit neurologik fokal akut yang timbul karena iskemia otak sepintas
dan menghilang lagi tanpa sisa dengan cepat dalam waktu tidak lebih dari 24
jam.
b. Reversible Iscemic Neurological Deficit (RIND)
Adalah defisit neurologik fokal akut yang timbul karena iskemia otak
berlangsung lebih dari 24 jam dan menghilang tanpa sisa dalam waktu 1-3
minggu
c. Stroke in Evolution (Progressing Stroke)
Adalah defisit neurologik fokal akut karena gangguan peredaran darah otak
yang berlangsung progresif dan mencapai maksimal dalam beberapa jam
sampai beberapa hari.
d. Stroke in Resolution Stroke in resolution
Adalah defisit neurologik fokal akut karena gangguan peredaran darah otak
yang memperlihatkan perbaikan dan mencapai maksimal dalam beberapa jam
sampai bbrapa hari.
e. Completed Stroke (infark serebri)
Adalah defisit neurologi fokal akut karena oklusi atau gangguan peredaran
darah otak yang secara cepat menjadi stabil tanpa memburuk lagi.

Sedangkan secara patogenitas Stroke iskemik (Stroke Non Hemoragik) dapat


dibagi menjadi :
a. Stroke trombotik
Adalah stroke iskemik yang disebabkan oleh karena trombosis di arteri
karotis interna secara langsung masuk ke arteri serebri media. Permulaan
gejala sering terjadi pada waktu tidur,atau sedang istirahat kemudian
berkembang dengan cepat,lambat laun atau secara bertahap sampai
mencapai gejala maksimal dalam beberapa jam, kadang-kadang dalam
beberapa hari (2-3 hari), kesadaran biasanya tidak terganggu dan ada
kecendrungan untuk membaik dalam beberapa hari,minggu atau bulan.
b. Stroke embolik
Adalah stroke iskemik yang disebabkan oleh karena emboli yang pada
umunya berasal dari jantung. Permulaan gejala terlihat sangat mendadak
berkembang sangat cepat, kesadaran biasanya tidak terganggu,
kemungkinan juga disertai emboli pada organ dan ada kecendrungan untuk
membaik dalam beberapa hari, minggu atau bulan.

4. Anatomi fisiologi
Otak manusia kira-kira mencapai 2% dari berat badan dewasa. Otak menerima
15% dari curah jantung memerlukan sekitar 20% pemakaian oksigen tubuh, dan
sekitar 400 kilokalori energi setiap harinya. Otak bertanggung jawab terhadap
bermacam-macam sensasi atau rangsangan terhadap kemampuan manusia untuk
melakukan gerakan-gerakan yang disadari, dan kemampuan untuk melaksanakan
berbagai macam proses mental, seperti ingatan atau memori, perasaan emosional,
intelegensi, berkomuniasi, sifat atau kepribadian, dan pertimbangan. Berdasarkan
gambar dibawah, otak dibagi menjadi lima bagian, yaitu otak besar (serebrum),
otak kecil (serebelum), otak tengah (mesensefalon), otak depan (diensefalon), dan
jembatan varol.
a. Otak Besar (Serebrum) Merupakan bagian terbesar dan terdepan dari otak
manusia. Otak besar mempunyai fungsi dalam mengatur semua aktivitas
mental, yang berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori),
kesadaran, dan pertimbangan. Otak besar terdiri atas Lobus Oksipitalis sebagai
pusat pendengaran, dan Lobus frontalis yang berfungsi sebagai pusat
kepribadian dan pusat komunikasi.
b. Otak Kecil (Serebelum) Mempunyai fungsi utama dalam koordinasi terhadap
otot dan tonus otot, keseimbangan dan posisi tubuh. Otak kecil juga berfungsi
mengkoordinasikan gerakan yang halus dan cepat.
c. Otak Tengah (Mesensefalon) Terletak di depan otak kecil dan jembatan varol.
Otak tengah berfungsi penting pada refleks mata, tonus otot serta fungsi posisi
atau kedudukan tubuh.
d. Otak Depan (Diensefalon) Terdiri atas dua bagian, yaitu thalamus yang
berfungsi menerima semua rangsang dari reseptor kecuali bau, dan
hipotalamus yang berfungsi dalam pengaturan suhu, pengaturan nutrien,
penjagaan agar tetap bangun, dan penumbuhan sikap agresif.
e. Jembatan Varol (Pons Varoli) Merupakan serabut saraf yang menghubungkan
otak kecil bagian kiri dan kanan. Selain itu, menghubungkan otak besar dan
sumsum tulang belakang.
5. Pathway Stroke Non Hemoragik

Trombus Emboli Iskemia

Menyumbat arteri otak

Sel otak kekurangan oksigen dan nutrisi

Iskemik

Infark serebral

Disfungsi kandung kemih Penurunan


Defisit neurologis
dan saluran pencernaan kontrovolunter

Peningkatan tekanan Intra Kranial


Hemiplagia atau
hemiparase
Gangguan perfusi
Peristaltik usus jaringan serebral
menurun Kelemahan fisik

Reflek mengunyah dan


meenelan menurun Kekuatan otot menurun
Penurunan kontrol
spinter ani
Gangguan mobilitas fisik
Nafsu makan menurun
Konstipasi /
Gangguan Eliminasi
Fekal Intake tidak adekuat

Ketidak seimbangan nutrisi


kurang dari kebutuhan tubuh

6. Patofisiologi
Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak. Luasnya
infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah
dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh
darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau
cepat) pada gangguan lokal (thrombus, emboli, perdarahan dan spasme vaskuler)
atau oleh karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru dan jantung).

Atherosklerotik sering/cenderung sebagai faktor penting terhadap otak, thrombus


dapat berasal dari flak arterosklerotik , atau darah dapat beku pada area yang
stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi. Thrombus dapat
pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli dalam aliran darah.
Thrombus mengakibatkan :
a. Iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan.
b. Edema dan kongesti disekitar area. Area edema ini menyebabkan disfungsi
yang lebih besar daripada area infark itu sendiri. Edema dapat berkurang
dalam beberapa jam atau kadang kadang sesudah beberapa hari. Dengan
berkurangnya edema pasien mulai menunjukan perbaikan, CVA. Karena
thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi
pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis
diikuti thrombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding
pembuluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis , atau jika sisa infeksi
berada pada pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma
pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan perdarahan cerebral, jika
aneurisma pecah atau ruptur. Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh
ruptur arteriosklerotik dan hipertensi pembuluh darah. Perdarahan
intraserebral yang sangat luas akan menyebabkan kematian dibandingkan dari
keseluruhan penyakit cerebro vaskuler. Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat
berkembang anoksia cerebral. Perubahan disebabkan oleh anoksia serebral
dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversibel bila
anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena
gangguan yang bervariasi salah satunya cardiac arrest.

7. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis Stroke menurut (Ayu, 2017) antara lain :
a. Kelumpuhan wajah dan anggota badan yang timbul mendadak.
b. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan.
c. Perubahan status mental yang mendadak.
d. Afasia (bicara tidak lancar).
e. Ataksia anggota badan.
f. Vertigo, mual, muntah atau nyeri kepala
8. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada pasien Stroke menurut (Dellima,2019)
adalah :
a. Angiografi serebral
b. Elektro encefalography dan EKG
c. Lumbal fungsi
d. Ultrasonography Doppler
e. CT- Scan dan MRI
f. Pemeriksaan darah dan urin
g. Pemeriksaan laboratorium

9. Komplikasi
Komplikasi berdasarkan waktu terjadinya Stroke menurut (Dellima, 2019)
adalah :
a. Berhubungan dengan imobilisasi
b. Infeksi pernafasan
c. Nyeri berhubungan dengan daerah yang tertekan
d. Konstipasi
e. Tromboflebitis
f. Nyeri daerah punggung
g. Dislokasi sendi
h. Berhubungan dengan kerusakan otak
i. Epilepsi

10. Penatalaksanaan Stroke


a. Perubahan Gaya Hidup Terapeutik
Modifikasi diet, pengendalian berat badan, dan peningkatan aktivitas fisik.
b. Aktivitas fisik atau olahraga rutin.
c. Latih ROM
d. Rekombinan aktivator plasminogen jaringan (t-PA), kecuali
dikontraindikasikan, pantau perdarahan.
e. Penatalaksanaan peningkatan tekanan intrakranial (TIK) :
- diuretik osmotik, pertahankan PaCO2 pada 30 sampai 35 mmHg, posisi
untuk mencegah hipoksia (tinggikan kepala tempat tidur untuk
meningkatkan drainase vena dan menurunkan TIK yang meningkat).
f. Kemungkinan hemikraniektomi untuk mengatasi peningkatan TIK akibat
edema otak pada stroke yang sangat luas.
g. Pantau hemodinamika secara kontinu (target tekanan darah tetap
h. kontroversial bagi pasien yang tidak mendapatkan terapi trombolitik:
- terapi antihipertensi dapat ditunda kecuali tekanan darah sistolik melebihi
220 mmHg atau tekanan darah diastolik melebihi 120 mmHg).

B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Keluhan utama
c. Riwayat kesehatan pasien
d. Pemeriksaan fisik
e. Kaji pola fungsi kesehatan
f. Pemeriksaan laboratorium
2. Pemeriksaan Diagnostik
a. CT Scan
b. Pemeriksaan Laboratorium
c. Pemeriksaan Foto Thorax
3. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan persepsi sensori
b. Resiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan infark jaringan otak,
vasopasme serebral, edema serebral
c. Konstipasi gangguan eliminasi fekal berhubungan dengan penurunan motilitas
gastrointestinal
d. Ketidak seimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan Intake tidak adekuat

4. Intervensi Keperawatan
Dx Tujuan Intervensi
kep

a. Setelah dilakukan Dukungan mobilisasi


tindakan keperawatan Observasi :
selama 3x24 jam - Identifikasi adanya nyeri
diharapkan mobilitas fisik atau keluhan fisik
dapat teratasi dengan lainnya
kriteria hasil : - Monitor TD
- ROM cukup - Monitor kondisi umum
meningkat selama melakukan
- Kecemasan cukup mobilisasi
menurun Terapeutik :
- Gerakan terbatas - Fasilitasi aktivitas
cukup menurun mobilisasi dengan alat
- Kelemahan fisik bantu
cukup menurun - Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan
pergerakan
b. Setelah dilakukan Manajemen peningkatan TIK
tindakan keperawatan Observasi :
selama 3x24 jam di - Identifikasi penyebab
harapkan risiko perfusi peningkatan TIK
serebral tidak efektif dapat - Monitor tanda dan gejala
teratasi dengan kriteria peningkatan TIK
hasil: - Monitor TD
- Tingkat kesadaran - Monitor status
meningkat pernafasan
- Sakit kepala - Monitor intake dan
menurun output cairan
- Demam menurun Terapeutik :
- Kecemasan - Minimalkan stimulus
menurun dengan menyediakan
lingkungan yang tenang
- Berikan posisi semi
fowler
- Cegah terjadinya kejang
- Pertahankan suhu tubuh
normal
Pemantauan TIK
Observasi :
- Monitor penurunan
tingkat kesadaran
c. Setelah di berikan Manajemen konstipasi
intervensi keperawatan observasi :
1x24jam di harapkan - Periksa tanda dan gejala
pasien mampu : konstipasi
- Mengetahui tanda
- Periksa gerakan usus,
dan gejala konstipasi
karakteristik feses
- BAB tanpa mengejan (konsistensi, bentuk,
volume, warna)
- Banyak minum air
putih - Identifikasi faktor resiko
konstipasi (mis, obat-
- Menganjurkan
obatan, tirah baring, diet
pasien
rendah serat)
mengkonsumsi
makanan serat - Monitor tanda dan gejala
rupture usus dan / perinotis
- Memberikan masase
abdomen Terapeutik

- Anjurkan diet tinggi serat

- Lakukan masase abdomen


jika perlu

Edukasi
- Jelaskan etiologi masalah
dan alas an Tindakan
- Anjurkan peningkatan dan
asupan cairan jika tidak
ada kontraindikasi

- Latih buang air besar secara


teratur

- Ajarkan cara mengatasi


konstipasi

Kolaborasi
- Konsultasi dengan tim
medis tentang
penurunan/peningkatan
frekuensi suara usus

- Kolaborasi penggunaan
obat pencahar jika perlu

Evidance Based Practice13.


- Berikan Yoghurt dan
Soyghurt (Enik, dkk.
2020)14.

- Ajarkan Latihan Otot Dasar


Panggul (Veroneka, dkk.
2020)

- Ajarkan Masase Abdomen


Dan Minum Air Putih Hangat
(Dameria, dkk. 2015)

- BerikanUrut Perut Dan


Latihan Eliminasi
(Kristamuliana, dkk. 2020)

- BerikanMinum Air Putih


Hangat (Mindaria, 2020)

- Ajarkan pasien latihan


eliminasi/ uplanasi
(Kristamuliana, dkk. 2020)

- Anjurkan pasien
mengkonsumsi asupan serat
dan air (Nunung, dkk. 2019)
d. Nutrisi adekuat setelah Observasi :
dilakukan perawatan - Identifikasi faktor penyebab
selama 3x24 jam, dengan menurunnya nafsu makan
KH :
- Auskultasi bunyi usus
1. Klien nafsu makan
meningkat
2. BB dapat dipertahankan Terapi :
- Mulai dengan makan sedikit
sesuai dengan diit DM

Edukasi :
- Anjurkan klien untuk menjaga
kebersihan gigi dan mulut
- Bantu pemberian makanan

Kolaborasi
- penjadualan/pemograman
dalam pemenuhan nutrisi
dengan ahli gizi
DAFTAR PUSTAKA

Arief Mansjoer.2016.Stroke Non Hemmoragik.Jakarta : Media Aesculapius.


Ayu Septiandini Dyah.2017.Asuhan Keperawatan Pada Klien Yang
Mengalami Stroke Non Hemoragik Dengan Hambatan Mobilitas Fisik Di Ruang
ICU RSUD Salatiga. Program Studi D3 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Kusuma Husada Surakarta.
Dellima Damayanti Reicha.2019.Asuhan Keperawatan Pada Klien Stroke
Non Hemoragik Dengan Masalah Keperawatan Defisit Perawatan Diri (Studi Di
Ruang Krissan Rsud Bangil Pasuruhan).Program Studi Diploma III Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang.
Nur’aeni.2017.Asuhan Keperawatan Pada Klien Stroke Non Hemoragik
Dengan Masalah Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral Di Ruang Kenanga
RSUD Dr. Soedirman Kebumen.Program Studi DIII Akademi Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong.
Novita.2016.Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Muslihah.2017.Asuhan Keperawatan Klien Stroke Non Hemoragik Dengan
Hambatan Mobilitas Fisik Di Rs Pku Muhammadiyah Gombong.Stikes
Muhammadiyah Gombong Program Studi DIII Keperawatan Tahun Akademik.
SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Definisi
dan indikator diagnostik. Jakarta : DPP PPNI.
SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Definisi
dan tindakan kperawatan. Jakarta : DPP PPNI.
SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Definisi dan
kriteria hasil. Jakarta : DPP PPNI.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. A DENGAN STROKE NON HAEMORAGIC

DI RUANG CATLEYA 10 RS TELOGOREJO SEMARANG

Untit : CATLEYA 10 RS TELOGOREJO SEMARANG

Ruang : CATLEYA 10

Tanggal masuk : 25 Juni 2023 Jam 14.00 WIB

Tanggal pengkajian : 03 Juni 2023 Jam 15.00 WIB

Anamesa : Auto Anamesa

1. Identifikasi

A. Pasien

Nama : Tn . A

Usia : 46 Tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Status perkawinan : Menikah

Agama / suku : Kristen / Jawa

Warga negara : Indonesia

Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia, Bahasa jawa

Pendidikan : Tamat Diploma III

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Pekalongan

Diagnosa Medis : Stroke Non Hemoragic


B. Penanggung jawab

Nama : Ny. E

Alamat : Pekalongan

Hubungan dengan pasien : Istri

C. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan utama : Tangan dan kaki kiri lemah

2) Riwayat kesehatan sekarang : Pasien mengatakkan tangan dan kaki kiri lemah
sejak pagi hari pada tgl 25 Juni 2023. Oleh keluarga pasien di bawa ke IGD SMC
Telogorejo Semarang, saat di IGD di lakukan pemeriksaan TTV, didapatkan
hasil TD 200/123 mmHg, N 89x/menit, SpO2 98%, Suhu 36 OC, RR 20x/menit.
Dari hasil pemeriksaan pasien di anjurkan untuk rawat inap kemudian pasien di
rawat inap di ruang catleya 10 saat di ruangan dilakukan tindakan TTV
didapatkan hasil TD : 144/87mmHg, Nadi 89x/menit, SpO2 98%, Suhu : 36°C
RR 17x/menit.

3) Riwayat kesehatan dahulu : Pasien mengatakan memiliki riwayat sakit


Hipertensi dan Diabetus Militus sejak 3 tahun yang lalu tetapi pasien tidak rutin
minum obat.

4) Riwayat kesehatan keluarga : Pasien mengatakkan di dalam keluarga Ayah


mempunyai riwayat penyakit DM, dan Ibu pasien memiliki riwayat penyakit HT.

5) Alergi obat dan makanan : Pasien mengatakan tidak memiliki alergi obat dan
makanan.
6) Riwayat kesehatan keluarga

a) Genogram

: Pasien

Narasi : Pasien tinggal serumah dengan istri dan kedua anaknya.

2. Pemeriksaan fisik

A. Tanda-tanda vital

1) Kesadaran

Kualitatif : Composmentis

Kuantitatif

Glasgow Comma Scale : Respon Motorik : 6 (Sesuai perintah)

Respon Verbal : 5 (Orientasi baik)

Respoon membuka mata : 4 (Membuka spontan)

Kesimpulan pasien sadar penuh dengan GCS 15

2) Tekanan darah : 144/87 mmHg MAP : 106


3) Suhu Axila :36,3OC

4) Pernafasan : Frekuensi 17x/menit, Irama reguler, menggunakan pernafasan dada,


SpO2 : 98%

5) Nadi : 93X/menit

B. Antropometri

1) Lingkar lengan atas : 35 cm

2) Tinggi badan : 168 cm

3) Berat badan : 110 kg

4) IMT (Indeks masa tubuh) : 35,08 kg/m2

C. Pemeriksaan fisik (Head to toe)

1) Kepala

Bentuk : Mesosepal
Kulit kepala : Bersih, tidak ada lesi
Rambut : Bersih warna rambut hitam sedikit beruban
2) Mata

Konjungtiva : Tidak anemis


Sklera : Tidak ikterik
Kornea : Pupil isokor
3) Hidung

Kebersihan : Hidung bersih


Cuping hidung : Cuping hidung simetris, tidak terpasang oksigen
4) Telinga

Kondisi bersih tidak ada serumen dan tidak memakai alat bantu dengar.
5) Mulut

Rongga mulut : Bersih


Gusi : Tidak ada stomatitis
Gigi : Bersih, tidak ada caries
Mukosa bibir : Mukosa bibir lembab
6) Leher

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri telan


7) Thorax (Patu-paru)

Inspeksi : Bentuk dada simetris, gerakan dada kanan dan kiri seimbang
Palpasi : Vocal fremitus teraba kanan dan kiri, ekspensi paru kanan dan
kiri sama
Perkusi : Suara sonor
Auskultasi : Suara vesikuler
8) Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak


Palpasi : Ictus cordis teranba di ICS 5
Perkusi : Suara normal
Auskultasi : Normal, tidak ada kelainan
9) Abdomen

Inspeksi : Tidak ada lesi, bentuk simetris, tidak ada inflamasi dan hernia
pada umbilical
Auskultasi : Bising usus 16 X/menit
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Suara timpani
10) Ekstremitas

Edema : Tidak terdapat edem pada ekstremitas atas maupun

ekstremitas bawah.

Pergerakan : Terdapat kelemahan pada tangan dan kaki sebelah kiri.

Tugor kulit : tugor kulit elastis, tidak ada sianosis

Capilary refill : CRT kurang dari 2 detik

Kekuatan otot : 5 3

5 3

3. Pengkajian pola kesehatan


A. Pola persepsi kesehatan - pemeliharaan kesehatan

Pasien mengatakan apabila sakit pasien dan keluarga berobat di klinik atau
rumah sakit terdekat. Pasien mengerti tentang kondisi dan penyakitnya saat ini, serta
rencana tindakan yang akan dilakukan. Pada saat pasien mengalami keluhan, pasien
dan keluarga segera berobat ke rumah sakit SMC Telogorejo Semarang. Pasien tidak
mempunyai alergi obat ataupun makanan

B. Pola nutrisi metabolik

Dirumah : Pasien makan 3 kali sehari, 1 porsi habis. Makanan yang


dikonsumsi pasien berupa nasi, sayur, dan lauk. Kemudian
pasien minum air putih 5 gelas perhari (1000 cc) air putih,
karena dari dokter untuk konsumsi minum, harus dikurangi

Di rumah sakit : Pasien mengatakan makan 3 kali sehari, 1 porsi habis,


makanan yang dikonsumsi pasien berupa nasi, sayur, dan
lauk. Kemudian pasien minum 5 gelas perhari (1000cc)
berupa air putih, jus dan susu

C. Pola eliminasi

Dirumah : BAB teratur setiap pagi, bentuk dan warna faeces lunak,
berwarna kuning kecoklatan, BAK kurang lebih 2-3 kali
perhari, warna kuning jernih

Di rumah sakit : Pasien BAB 3 hari sekali dengan bantuan obat suppositoria

(fleet enema) fases kesan berwarna kuning kecoklatan. BAK normal


2-3 kali perhari berwarna kuning jernih.

D. Pola aktivitas dan latihan

Dirumah :

 Keadaan aktivitas sehari-hari

Dalam melakukan kegiatan sehari-hari meliputi mandi, makan, BAB, BAK dan
berpakaian pasien melakukan secara mandiri dan tidak menggunakan alat bantu.
Pasien sebagai kepala keluarga bekerja sebagai supplier alat listrik untuk
memenuhi kebutuhan keluarganya.
Di rumah sakit :

Aktivitas 0 1 2 3 4

Mandi V
Makan V

Toileting V

Mobilitas Ditempat V
tidur
Berpakaian V

Aktivitas harian V

E. Pola istirahat tidur

Dirumah : Pasien istirahat tidur dirumah biasanya dalam sehari tidur 6-7
jam

Di rumah sakit : Selama dirumah sakit pasien mengatakan mudah terbangun 2 jam
sekali bila istirahat dan tidur, karena suasa baru di rumah sakit,
tetapi pasien tetap berusaha untuk mencukupi kebutuhan istirahat
dan tidurnya

F. Pola persepsi kognitif

Dirumah : Indra pendengaran dan penciuman pasien masih baik,. Pasien


mengatakan sudah paham

dengan penyakitnya. Pasien mengerti dan menurut pada apa


yang oleh

keluarganya

Di rumah sakit : Pasien dalam keadaan sadar mengeluh kaki dan tangan kiri lemah

5 3
5 3

G. Pola persepsi dan konsep diri

Dirumah : Harga diri tidak bermasalah, identitas diri tidak bermasalah


peran tidak bermasalah

Di rumah sakit : Saat dirunah sakit pasien merasa harga diri tidak
bermasalah, identitas diri tidak bermasalah, peran pasien
tidak bermasalah,

H. Pola peran dan hubungan

Dirumah : Saat dirumah pasien saling berkomunikasi dengan baik


antar anggota keluarga yang satu dengan yang lainnya.
Sehingga komunikasi antar anggota keluarga keluarga
terjalin dengan baik

Di rumah sakit : Saat sakit pasien tetap berkomunikasi baik dengan istri
serta anak-anaknya tentang apa yang dirasakan dan apa
yang dibutuhkan pasien

I. Pola produksi seksual

Dirumah :Pasien mengatakan dirinya mempunyai 1 orang istri dan


2 orang anak

Di rumah sakit: selama sakit pasien di dampingi oleh istrinya

J. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress

Dirumah : Pasien mengatakan jika ada masalah selalu berdiskusi


dengan keluarga

Di rumah sakit : Saat dirumah sakit pasien kooperatif, supel dan terbuka
mau menggungkapkan keluhannya

K. Pola sistem nilai kepercayaan


Dirumah : Pasien memeluk agama Kristen dan pasien berdoa sesuai
yang diajarkan di agamanya

Di rumah sakit : Saat dirumah sakit pasien mengatakan tetep berdoa sesuai
apa yang diajarkan di agamanya

4. Data penunjang

A. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium tanggal 25 Juni 2023


Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan

Hematologi

Full Blood Count

Hematologi 14.8 g/dL 13,2 - 17,3

Leukosit 6.7 10ˆ9/L 3,8 - 10,6

Eritrosit 5,1 10ˆ12/L 4,4 - 5,9

MCV 84,4 fL 80,0 - 100,0

MCH 29,2 pg 26,0 - 34,0

RDW 12,6 11,5 - 14,5

Trombosit 270 10ˆ9/L 150,0 - 400,0

MPV 9,4 10ˆ9/L 0,00 - 9,99

PCT 0,3 % 0,00 - 9,99

PDW 9,8 0,0 - 99,0

Hematokrit 43 % 40 - 52

Diff Count

Basofil 1 % 0,0 - 1,0

Eosinofil 2 % 1,0 - 3,0

Band Form L0 % 2,0 - 5,0

Neutrofil segmen 57 % 50,0 - 70,0

Limfosit 34 % 20,0 - 40,0

Monosit 6 % 2,0 - 6,0

NLR 1,7 %

Kimia Klinik

Ureum 21,3 Mg/dL 17,12-38,52

Creatinin 0,62 mg/dL 0,6-1,2

Calcium 9,3 mg/dL 8.8-10.3

Natrium 139,0 mmol/L

D-Dmer 343,8 ng/dL <500

Gula Darah Puasa H 236 mg/dL 70-105


B. Pemeriksaan foto Rontgen

a) Foto Thorax Dewasa AP tanggal 25 Juni 2023

Kesan:

Jantung nampak membesar (Suspect LV)

Elongatio Arkus Aorta

Pulmo tidak tampak kelainan

C. Pemeriksaan Swab test Antigen tanggal 25 Juni 2023

Kesan :

Hasil NEGATIF

D. Pemeriksaan CT-Scan

Kesan:

Lacunar infraction pada insular dan capsule interna kiri

Focal mild atrophy frontal parietal bilatera

Tidak tampak peningkatan TIK

E. Terapi

No. Nama Terapi Dosis Cara pemberian Indikasi


1. Infus RL 20tetes/menit Intravena Mengoreksi ketidak
seimbangan elektrolit
2. Injeksi Brainact 2x1gram Intravena Vitamin Saraf untuk
daya ingat
3. Injeksi Pranza 1x40mg Intravena di Untuk mengurangi
oplos dengan sekresi asam lambung
NaCl 20cc
4. Injeksi Cernevit 1x1 Intravena di drip Untuk vitamin daya
dengan NaCl tahan tubuh
100ml
5. Inlacin 100mg 2x1 Oral Untuk mengatur gula
6. Glucovance 1x1 Oral Untuk mengatur gula
500mg
7. Clopidogrel 75mg 1x1 Oral Untuk pengencer darah
8. Tromboaspilet 1x1 Oral Untuk pengencer darah
9. D Solf 2x1 Oral Terapi penunjang untuk
membantu melancarkan
sirkulasi darah
10. Amlodipin 10mg 1x1 Oral Untuk mengatur tekan
darah
11. Canderin 8mg 1x1 Oral Untuk mengontrol
tekanan darah
12. Neuro AID 3x1 Oral Vitamin saraf
13. Glyxambi 10mg 1x1 Oral Untuk mengontrol gula
14. Fleet enema extra Extra 1tub Supp Melunakkan feses
1 tub

5. Analisa Data

TTD &
No Data Etiologi Masalah
Nama

1. DS : pasien mengatakan infark jaringan Resiko Wahyuni


lemas otak, perfusi
DO : pasien tampak tiduran vasopasme serebral tidak
dan lemas
serebral, efektif
TD : 144/87mmHg, Nadi
edema serebral
89x/menit, SpO2 98%,
Suhu : 36°C RR 17x/menit.

2. DS : Pasien mengatakan Gangguan Gangguan Ulfa


lemah tangan dan kaki
presepsi mobilitas
sebelah kiri, pasien
aktifitas di bantu keluarga sensori fisik
DO : Pasien tampak lemas
Tekanan darah : 144/87
mmHg
Kekuatan otot
5 3
5 3

3. DS : Pasien mengatakan Penurunan konstipasi Iwur


tidak bisa BAB sudah 3
motilitas
hari
gastrointestina
l
DO : pasien masih terlihat
lemas
Tekanan darah : 135/81
mmHg
Suhu Axila :36,5OC
Pernafasan :21X/menit
Nadi : 82X/menit
SpO2 : 99%

6. Diagnosa Keperawatan

a. Resiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan infark jaringan otak,
vasopasme serebral, edema serebral

b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan persepsi sensori

c. Konstipasi berhubungan dengan Penurunan motilitas gastrointestinal

7. Intervensi Keperawatan

Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Keperawatan


Gangguan mobilitas Setelah dilakukan Observasi
fisik berhubungan tindakan keperawatan a. Identifikasi adanya nyeri
dengan gangguan dukungan mobilisasi atau keluhan fisik lainnya.
persepsi sensori selama 3 kali pertemuan,
b. Identifikasi toleransi fisik
diharapkan mobilitas
melakukan pergerakan.
fisik pasien meningkat
dengan kriteria hasil : Terapeutik
a. pergerakan c. Monitor frekuensi jantung
ekstremitas meningkat. dan tekanan darah sebelum
memulai mobilisasi
b. Kekuatan otot
cukup meningkat. d. Fasilitasi melakukan
pergerakan.
c. Rentang gerak
(ROM) meningkat. Edukasi
e. Jelaskan tujuan dan
d. Nyeri menurun
prosedur mobilisasi.f.(SIKI
e. Kekakuan sendi I.05173, 2018)
cukup menurun.
Kolaborasi
f.Kelemahan fisik cukup f. Konsultasi dengan tim
menurun. medis untuk mobilisasi
g. Kecemasan
menurun.
h. Gerakan terbatas
cukup menurun.
i.Gerakan tidak
terkoordinasi cukup
menurun.(SLKI I.05042,
2019)

Konstipasi Setelah di berikan Manajemen konstipasi


berhubungan dengan intervensi keperawatan observasi :
Penurunan motilitas 1x24jam di harapkan a. Periksa tanda dan
gastrointestinal pasien mampu : gejala konstipasi
a. Mengetahui tanda dan
b. Periksa gerakan usus,
gejala konstipasi
karakteristik feses
b. BAB tanpa mengejan (konsistensi, bentuk,
volume, warna)
c. Banyak minum air
putih c. Identifikasi faktor
d. Menganjurkan pasien resiko konstipasi (mis,
mengkonsumsi obat-obatan, tirah
makanan serat baring, diet rendah
serat)
e. Memberikan masase
abdomen d. Monitor tanda dan
gejala rupture usus
dan / perinotis

Terapeutik
e. Anjurkan diet tinggi
serat

Edukasi
f. Jelaskan etiologi
masalah dan alas an
Tindakan

g. Anjurkan peningkatan
dan asupan cairan jika
tidak ada kontraindikasi

Kolaborasi
h. Konsultasi dengan tim
medis tentang
penurunan/peningkatan
frekuensi suara usus

i. Kolaborasi penggunaan
obat pencahar jika perlu

Evidance Based Practice13.


j. Berikan Yoghurt dan
Soyghurt (Enik, dkk.
2020)14.

k. Ajarkan Latihan Otot


Dasar Panggul
(Veroneka, dkk. 2020)

l. BerikanMinum Air
Putih Hangat
(Mindaria, 2020)

m. Anjurkan pasien
mengkonsumsi asupan
serat dan air (Nunung,
dkk. 2019)

Resiko perfusi serebral Setelah dilakukan Manajeman peningkatan


tidak efektif Tindakan keperawatan tekanan intracranial :
berhubungan dengan diharapkan perfusi serebral Observasi
infark jaringan otak, meningkat. a. Identifikasi penyebab
vasopasme serebral, Kriteria hasil tekanan peningkatan TIK (mis. Lesi,
edema serebral intracranial menurun, sakit gangguan metabolisme,
kepala menurun, nilai rata edema serebral)
– rata tekanan darah
b. Monitor tanda/gejala
membaik, dan tekanan
peningkatan TIK (mis.
darah membaik.
Tekanan darah meningkat,
tekanan nadi melebar,
bradikardia, pola napas
ireguler, kesadaran
menurun)

c. Monitor MAP (Mean


Arterial Presure), Monitor
CVP (Central Venuse
Pressure), jika perlu
monitor PAP, monitor ICP
(Intra Cranial Pressure)

d. Monitor status pernapasan

e. Monitor intake dan output


cairan

Terapeutik
f. Minimalkan stimulus
dengan menyediakan
lingkungan yang tenang

g. Berikan posisi semi fowler

h. Hindari manufer valsava

i. Cegah terjadinya kejang

j. Hindari penggunaan PEEP

k. Hindari pemberian cairan


IV hipotonik

l. Atur ventilator agar PaCO2


optimal

m. Pertahankan suhu tubuh


normal

Kolaborasi
n. Kolaborasi pemberian
sedasi dan antikonvulsan

o. Kolaborasi pemberian
diuretic osmosis

p. Kolaborasi pemberian
pelunak tinja
8. Implementasi keperawatan
Nama : Tn. A
Umur : 46 Tahun
Ruangan : Catleya 10 SMC RS Telogorejo
Tanggal Jam No. Implementasi Respon pasien TTD &
DK Nama
3 Juli 14.00 1 Memonitor kondisi, DS : pasien Wahyuni
2023 keluhan pasien mengatakan kaki dan
tangan sebelah kiri
masih lemas

DO : Kekuatan otot 5
3
53
Pasien terpasang infus
Nacl 0,9% 10
tetes/menit.
Tetesan lancar, tak
tampak kemerahan dan
plebitis pada lokasi
insersi
14.30 1 Memonitor pasien dan TTV pasien Ulfa
DS : pasien mengatakan
tangan dan kaki kiri
masih lemas
DO : pasien nampak
lemas
TTV :
TD : 144/87mmHg,
Nadi 89x/menit, SpO2
98%, Suhu : 36°C RR
17x/menit.
15.40 1,3 Membantu memandikan DS : pasien mengatakan Iwur
pasien ingin mandi belum bisa
nampak bersih dan segar BAB
DO : pasien nampak
lebih nyaman setelah
dimandikan, pasien
16.00 1 Memberi injeksi brainact DS : Pasien Rizki
500mg dan pranza 1 mengatakan tidak nyeri
ampul saat injeksi masuk
DO : injeksi brainact
dan pranza masuk
melalui infus lancar
tidak ada sumbatan dan
tidak ada plebitis

17.00 1 Membantu melakukan DS : pasien mengatakan Iwur


ROM tangan dan kaki masih
lemas
DO : pasien tampak
rileks.
Ekstremitas atas dan
bawah tidak kaku
Kekuatan otot 5 3
53
17.30 1,3 Membantu pasien makan DS : pasien mengatakan Ulfa
dan minum ingin makan dan
minum
DO : pasien makan
habis ½ porsi
Minum air putih
±100cc
Pasien tidak mual dan
tidak muntah
18.00 1,2,3 Memberi obat inlacin DS : pasien mengatakan Ulil
tab 100 mg peroral, obat pahit
amlodipin tab 10mg, DO : obat minum
Disolf 1 tab, Neuro Aid inlacin tab 100 mg
tab, clopidogrel 75mg peroral, amlodipin tab
10mg, Disolf 1 tab,
Neuro Aid tab,
clopidogrel 75mg
Pasien tidak muntah
19.00 1 Memonitor TTV pasien DS : pasien mengatakan Diana
lemes sudah berkurang
DO : TD :
130/85mmHg
Nadi : 87x/menit
RR : 18x/menit
Suhu : 36.7°
SpO2: 99%
4 Juli 14.00 1,2,3 Memonitor kondisi, DS : pasien mengatakan Ulfa
2023 keluhan pasien masih lemas, belum
bisa BAB
DO : pasien tampak
lemas dan sedang
tiduran
TD : 140/90mmHg
Nadi : 89x/menit
RR : 17x/menit
Suhu : 36.6°C
SpO2 : 99%
Terpasang infus NaCl
0.9% 10x/menit tetesan
lancar dan tidak ada
plebitis.
14.30 1 Membantu pasien untuk DS : pasien mengatakan Diana
alih baring ingin miring ke sebelah
kanan
DO : pasien tidur
miring sebelah kanan,
pasien tampak nyaman
15.00 1,3 Membantu memberikan DS : pasien mengatakan Wahyuni
obat pencahar fleet belum bisa BAB
enema DO : obat pencahar
masuk fleet enema
masuk dengan lancar
15.30 1,2,3 Membantu mengganti DS : pasien mengatakan Ulfa
pampers pampers
DO : menggatikan
pampers penuh
Pasien tampak lebih
nyaman setelah di ganti
pampers
16.00 1,2 Memberi injeksi brainact DS : pasien mengatakan Wahyuni
500mg dan pranza 1 tidak nyeri saat injeksi
ampul masuk
DO : injeksi brainact
dan pranza masuk
melalui infus lancar
tidak ada sumbatan dan
tidak ada plebitis

17.00 1,2,3 Membantu memberikan DS : pasien mengatakan Diana


makan dan minum ingin makan dan
minum
DO : pasien makan dan
minum tidak muntah,
tampak sedikit tersedak
17.45 1 Membantu melatih ROM DS : pasien mengatakan Anif
tangan masih agak kaku
DO : pasien tampak
lemas, kekuatan otot
53
53
18.00 1,3 Memberi obat inlacin DS : pasien mengatakan Shendy
tab 100 mg peroral, bisa minum obat
amlodipin tab 10mg, dengan lancar tanpa
Disolf 1 tab, Neuro Aid tersedak
tab, clopidogrel 75mg DO : obat minum
inlacin tab 100 mg
peroral, amlodipin tab
10mg, Disolf 1 tab,
Neuro Aid tab,
clopidogrel 75mg
Pasien tidak muntah
18.30 1,2,3 Membantu mengganti DS : pasien mengatakan Anif
pampers perut mules dan bisa
BAB tetapi keluar
sedikit
DO : pasien BAB feses
keluar sedikit, keras,
berwarna coklat tua
19.00 1,2,3 Memonitor kondisi, DS : pasien mengatakan Rizki
keluhan pasien sudah lebih nyaman
DO : pasien tampak
sedang tiduran
TD : 120/87mmHg
Nadi : 79x/menit
RR : 16x/menit
Suhu : 36.3°C
SpO2 : 98%
Terpasang infus NaCl
0.9% 10x/menit tetesan
lancar dan tidak ada
plebitis.
5 Juli 14.00 1,2,3 Memonitor kondisi, DS : pasien mengatakan Wahyuni
2023 keluhan pasien sudah mulai bisa
mengangkat tangan dan
kaki pelan pelan pasien
sudah bisa BAB
DO : pasien tampak
rileks dan sedang
tiduran
TD : 160/87mmHg
Nadi : 98x/menit
RR : 18x/menit
Suhu : 36.2°C
SpO2 : 99%
Terpasang infus NaCl
0.9% 10x/menit tetesan
lancar dan tidak ada
plebitis.
14.45 1,2 Membantu melakukan DS : pasien ingin Ulfa
alih baring terlentang
DO : pasien tampak
rileks dengan posisi
terlentang
15. 30 1,2,3 Membantu meyibin DS : pasien mengatakan Ulil
pasien ingin sibin
DO : setelah di sibin
pasien mengatakan
lebih segar
16.00 1,2,3 Memberi injeksi brainact DS : pasien mengatakan Iwur
500mg dan pranza 1 tidak nyeri saat obat
ampul suntik masuk
DO : injeksi brainact
dan pranza masuk
melalui infus lancar
tidak ada sumbatan dan
tidak ada plebitis

17.15 1,2,3 Membantu pasien makan DS : pasien mengatakan Ulfa


dan minum ingin makan dan
minum
DO : pasien makan
habis ½ porsi
Minum air putih
±100cc
Pasien tidak mual dan
tidak muntah
18.00 1,2,3 Memberi obat inlacin DS : pasien mengatakan Wahyuni
tab 100 mg peroral, tidak tersedak saat
amlodipin tab 10mg, minum obat
Disolf 1 tab, Neuro Aid DO : obat minum
tab, clopidogrel 75mg inlacin tab 100 mg
peroral, amlodipin tab
10mg, Disolf 1 tab,
Neuro Aid tab,
clopidogrel 75mg
Pasien tidak muntah
18.30 3 Memberikan obat fleet DS : pasien mengatakan Shendy
enema belum bisa BAB
dengan lancar jika tidak
di beri obat pencahar
DO : obat fleet enema 1
tub masuk
19.00 1,2,3 Memonitor TTV pasien DS : Pasien Anif
Infus NaCl 0.9% 10 mengatakan sudah tidak
tetes/menit lancar, tidak lemes dan merasa lebih
ada plebitis nyaman
DO : Pasien nampak
tenang dan rilex, TD :
128/85mmHg
Nadi : 96x/menit
RR : 18x/menit
Suhu : 36.3°
SpO2: 99%

9. Evaluasi keperawatan

Nama : Tn. A
Umur : 46 Tahun

Ruangan : Catleya 10 SMC RS Telogorejo

Tanggal No. Diagnosa Catatan perkembangan keperawatan TTD &


Keperawatan (evaluasi) Nama
03 Juli 1,2,3 SOAP pulang Ulfa,
2023 S : Pasien mengatakan lemes berkurang Wahyuni
Jam 19.00 O: Sendy

 Pasien sadar pasien, pasien nampak


tenang

 TTV : TD : 130/85mmHg, Nadi :


87x/menit, RR : 18x/menit, Suhu :
36.7°, SpO2: 99%

 Pasien terpasang infus Nacl 0,9% 10


tetes/menit. Tetesan lancar, tak
tampak kemerahan dan plebitis pada
lokasi insersi
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

a. Monitor TTV dan KU pasien

b. Monitor BAB pasien

c. Bantu ADL pasien

04 Juli 1,2,3 SOAP datang Iwur, Diana


2023 S : Pasien mengatakan masih lemes dan Rizki 0
Jam 14.00 belum bisa BAB
O:
 Pasien tampak lemas dan sedang
tiduran
 TTV : TD : 140/90mmHg, Nadi :
89x/menit, RR : 17x/menit, Suhu :
36.6°C, SpO2 : 99%
 Terpasang infus NaCl 0.9%
10x/menit tetesan lancar dan tidak
ada plebitis.
A: Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
a. Monitor TTV dan KU pasien
b. Monitor aktivitas pasien
c. Monitor BAB
d. Bantu ADL pasien
e. Kolaborasi pemberian obat
pencahar

Jam 19.00 1,2,3 SOAP pulang Ulil, Anif,


S : Pasien mengatakan sudah bisa BAB, Ulfa
dan merasa lebih nyaman
O:
 asien tampak sedang tiduran
 TTV: TD : 120/87mmHg, Nadi :
79x/menit, RR : 16x/menit, Suhu :
36.3°C, SpO2 : 98%
 Terpasang infus NaCl 0.9%
10x/menit tetesan lancar dan tidak
ada plebitis.
 Pasien BAK berwarna coklat dan
sedikit keras
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
a. Monitor TTV dan KU pasien
b. Monitor aktivitas pasien
c. Bantu ADL pasien
05 Juli 1,2,3 SOAP dating Diana,
2023 S : Pasien mengatakan sudah mulai bisa Sendy,
Jam 14.00 mengangkat tangan dan kaki pelan pelan Wahyuni
pasien sudah bisa BAB

O:
 Pasien tampak rileks dan sedang
tiduran
 TTV: TD : 160/87mmHg, Nadi :
98x/menit, RR : 18x/menit,Suhu :
36.2°C, SpO2 : 99%
 Terpasang infus NaCl 0.9%
10x/menit tetesan lancar dan tidak
ada plebitis.
 ADL masih di bantu keluarga dan
perawat
 BAB warna coklat, dan lunak
A : Masalah teratatasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
a. Monitor TTV dan KU pasien
b. Monitor aktivitas pasien
c. Bantu ADL pasien
d. Monitoring BAB pasien

SOAP pulang
19.00 1,2,3
S : Pasien mengatakan sudah tidak lemes
Rizki O,
dan merasa lebih nyaman
Ulfa Anif
O:
 Pasien nampak tenang dan rilex
 TTV: TD : 128/85mmHg, Nadi :
96x/menit, RR : 18x/menit, Suhu :
36.3°, SpO2: 99%
 Infus NaCl 0.9% 10 tetes/menit
lancar, tidak ada plebitis
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
a. Monitor TTV dan KU pasien
b. Monitor aktivitas pasien
c. Monitor BAB
d. Bantu ADL pasien

Anda mungkin juga menyukai