Anda di halaman 1dari 22

MODUL AJAR

BERBANTUAN MEDIA AUGMENTED REALITY


SISTEM INDERA MANUSIA

TIM PENULIS

Dr. Iwan, S.Si., M.Pd


Silvia Hanna K. Sirait, S.Si., M.Sc
Nuryanti Rumalolas, S.Pd., M.Si
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Modul Ajar berbasis Augmented Reality (AR)
pada Mata Kuliah Struktur Perkembangan Hewan Sub Materi Sistem Indera pada manusia ini. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan sehingga
penulisan Modul Ajar berbasis Augmented Reality ini dapat terwujud. Pengembangan Modul Ajar
berbasis Augmented Reality ini bertujuan untuk memperkenalkan metode dan media pembelajaran
yang inovatif yang interaktif dalam memahami struktur perkembangan hewan khsusnya materi
system indera. Dengan memanfaatkan teknologi Augmented Reality diharapkan mahasiswa dapat
lebih mudah memahami konsep tersebut melalui pengalaman visual yang lebih mendalam bentuk 3
dimensi.

Modul ajar berbasis Augmented Reality ini dirancang dengan mempertimbangkan kebutuhan
pembelajaran mahasiswa dan mengacu pada perkembangan terkini dalam bidang teknologi dan
pendidikan. Modul Ajar ini tidak hanya berfokus pada transfer pengetahuan, tetapi juga
bertujuan untuk membangkitkan minat dan motivasi belajar mahasiswa. Modul Ajar ini akan
memberikan gambaran lengkap mengenai struktur perkembangan hewan melalui penggunaan
elemen-elemen Augmented Reality yang menarik. Setiap bab dirancang untuk mencakup
konsep-konsep utama dengan memberikan visualisasi yang jelas dan interaktif .

Kami menyadari bahwa Modul Ajar berbasis Augmented Reality ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, setiap saran, kritik, dan masukan dari berbagai pihak sangat kami harapkan guna
perbaikan dan penyempurnaan bahan ajar ini. Akhirnya, semoga Modul Ajar ini dapat memberikan
manfaat yang besar bagi mahasiswa, dosen dan semua pihak yang terlibat dalam proses
pembelajaran. Semoga juga dapat menjadi kontribusi kecil dalam upaya meningkatkan kualitas
pendidikan. Terima kasih.

Tim Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN

COVER…………..........……………………………….........………………………………… 1
KATA PENGANTAR…………….........……………………..………………………………… 2
DAFTAR ISI …………………………........……..…………………………………………….. 3
DAFTAR GAMBAR…………………………........…………………………………………….. 4
PENDAHULUAN……………………………………….......…………………………………… 5
A. Identitas Modul…………………………………………...………………………………… 5
B. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) ………………………………………… 5
C. Uraian Materi………………….....…………………………………………………………. 5
D. System Indera Pada Manusia
1. Indera Penglihatan (Mata)……….....…………………………………………..……… 5
2. Indera Pendengaran (Telinga)…………....……………………………………………. 9
3. Indera Penciuman (Hidung)………………......………………………………………. 11
4. Indera Pengecap (Lidah)………………………...……………………………………... 13
5. Indera Peraba (Kulit)…………………………………....………………………………. 16
E. Evaluasi………………………………………………………....…………………………… 20
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….........…………………. 21

3
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Anatomi Mata……………………………………....……………………………… 6
Gambar 2. Barcode Kuis Organ Mata……………………………………………………….. 7
Gambar 3. Sel Foreseptor Retina ……………………………………………………………. 7
Gambar 4. Anatomi Telinga …………………………………………………………………. 9
Gambar 5. Barcode Model 3D Anatomi Telinga……………………………..…………. 10
Gambar 6. Anatomi Hidung…………………….……………………………………………. 12
Gambar 7. Barcode Model 3D Anatomi Hidung ………………………………………… 12
Gambar 8. Sel Olfaktori …………………………..…………………………………………. 13
Gambar 9. Anatomi Rongga Mulut………………….……………………………………… 14
Gambar 10.Struktur lidah…………………………….………………………………………. 14
Gambar 11. Histologi Lidah…………………………………………………….……………. 15
Gambar 12.Mekanisme deteksi Bau dan Rasa……………………………..……………. 16
Gambar 13. Barcode Kuis……………………………………………………………………… 16
Gambar 14. Kelenjar keringat……………………………………………………………….. 18
Gambar 15. Anatomi kulit……………………..……………………………………………… 18
Gambar 16. Barcode 3D Anatomi Kulit……………………………………….…………… 18
Gambar 17. Mekanisme Merinding………………………………………………………... 19

4
PENDAHULUAN
A. Identitas Modul
Mata Kuliah : Strktur Perkembangan Hewan
Kelas/Semester : V
Alokasi Waktu : 3 x 50 Menit
Judul Modul : Modul Ajar Berbantuan Media Augemented Realyti Sistem
indera Pada Manusia

B. Capaian Pembelajaran Mata kuliah (CPMK)


Setelah menyelesaikan Modul ini mahasiswa mampu :
a. menguasai konsep, prinsip dan prosedur dalam kajian histologi dan anatomi
hewan Sub Materi Sistem Indera Pada Manusia
b. menggunakan konsep, prinsip dan prosedur dalam kajian histologi dan anatomi
hewan Sub Materi Sistem Indera Pada Manusia untuk menemukan, menganalisis
dan memecahkan permasalahan dengan penerapan IPTEK
c. bertanggung jawab untuk merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi
kerja penelitian dalam kajian histologi dan anatomi hewan Sub Materi Sistem
Indera Pada Manusia.
C. Uraian Materi
Sistem Indera Manusia
Sistem indera merupakan sekumpulan organ-organ yang tersusun dari jaringan
saraf bersama jaringan otot, epitel atau ikat dengan fungsi untuk merespon
rangsangan (Komala et al., 2022). Pada reseptor sensorik sistem indera, terdapat
kumpulan sel yang berfungsi untuk mengubah stimulus menjadi impuls saraf.
Manusia memiliki lima alat indera yang meliputi mata sebagai indera penglihatan,
hidung sebagai indera penciuman, telinga sebagai indera pendengaran, lidah
sebagai indera pengecap, dan kulit sebagai indera peraba.

A. Indera Penglihatan (Mata)


Mata merupakan organ yang berfungsi sebagai indera penglihatan. Proses
penglihatan beberapa komponen sistem optik adaptif dimana lensa kristalin dapat
berubah ketebalannya untuk membentuk fokus cahaya pada retina. Dua
komponen utama dalam sistem optik pada mata yaitu kornea dan lensa, keduanya
memiliki peran sebagai komponen refraksi dengan kekuatan terbesar. Proses

5
penglihatan dimulai dari masuknya cahaya ke kornea sampai dengan
pembentukan bayangan di retina, dimana energi cahaya akan diproses menjadi
sinyal elektrokimia yang akan dilanjutkan dan diproses di otak (Chen et al., 2006)
1. Struktur Anatomi Mata
Berikut bagian-bagian dari struktur anatomi mata pada manusia:
a) Kornea merupakan bagian depan yang transparan dari mata. Kornea membantu
fokus cahaya yang masuk ke dalam mata dan memainkan peran penting dalam
pembentukan gambar pada retina.
b) Retina adalah lapisan di dalam mata yang mengandung sel-sel fotoreseptor,
seperti batang dan kerucut, yang mendeteksi cahaya dan mengirimkan sinyal
saraf ke otak melalui saraf optik. Ini adalah bagian mata yang bertanggung jawab
untuk persepsi visual.
c) Lensa terletak di belakang iris dan berfungsi untuk mengubah bentuk mata dan
membantu dalam penyesuaian fokus cahaya pada retina.
d) Iris adalah bagian mata yang memberikan warna mata dan mengatur jumlah
cahaya yang masuk ke dalam mata dengan mengendalikan ukuran pupil.
e) Pupil adalah lubang di tengah iris yang mengontrol jumlah cahaya yang masuk
ke dalam mata. Pupil menyempit dalam kondisi cahaya terang dan melebar dalam
kondisi cahaya redup.
f) Humor Vitreus dan Humor Aqueus, kedua cairan ini berada di dalam mata dan
membantu mempertahankan bentuk bola mata serta memberikan nutrisi pada
bagian-bagian yang tidak mendapatkan suplai darah langsung.
g) Nervus Optikus merupakan penghubung mata ke otak dan membawa sinyal-
sinyal visual dari retina ke pusat-pusat penglihatan di otak.
h) Organ Aksesoris Mata yang terdiri dari Lacrimal apparatus, Lacrimal gland,
Lacrimal ducts, Lacrimal sac, Nasolacrimal duct.

Gambar 1. Anatomi Mata

6
Penyusun bola mata bekerja secara kompleks untuk mengonversi cahaya menjadi
sinyal saraf, yang kemudian diinterpretasikan oleh otak sebagai gambar. Sistem
penglihatan manusia merupakan salah satu contoh sistem sensorik yang sangat
kompleks dan menarik.
Sebelum mempelajari mekanisme kerja mata, jawablah pertanyaan pada link
https://asblr.com/SYEhd atau scan barcode berikut:

Gambar 2. Barcode kuis organ mata

2. Mekanisme Kerja Mata


Mekanisme kerja mata sebagai indera penglihatan menurut sebagai berikut:
a) Sinar cahaya dibelokkan ketika melewati kornea.
b) Jumlah cahaya yang melewati pupil dikontrol oleh iris.
c) Badan siliaris melakukan penyesuaian bentuk lensa untuk memfokuskan
bayangan pada retina.
d) Cahaya kemudian diserap oleh sel batang dan kerucut yang menyebabkan
terbentuk impuls saraf.
e) Impuls saraf ditranmisi ke neuron yang aksonnya bertemu di cakram optik
untuk pembentukan saraf optik.
f) Terjadi persilangan antara akson medial nervus optikus di kiasma optikum dan
bergabung dengan akson lateral untuk membentuk traktus optikus yang berlanjut
ke talamus.
g) Impuls saraf kemudian dibawa ke area penglihatan di lobus oksipital otak besar,
dimana impuls tersebut ditafsirkan sebagai gambar visual.

7
Gambar 3. Sel fotoreseptor pada retina: sel batang (rod cell)
dan sel kerucut (cone cell)

3. Gangguan pada Mata


Beberapa gangguan dan kelainan klinik pada organ penglihatan yang sering terjadi
adalah sebagai berikut :
a) Mata Myop merupakan suatu kondisi mata dengan kondisi lensa yang terlalu
cembung atau bola mata terlalu panjang, dengan demikian maka benda yang
berjarak dekat akan terlihat jelas karena posisi bayangan jatuh tepat di retina
sedangkan benda dengan jarak jauh akan terlihat kabur karena bayangan akan
jatuh didepan retina. Mata jenis ini dikoreksi dengan lensa cekung.
b) Mata Hipermetrop merupakan kondisi mata dengan lensa yang terlalu
pipih/cekung atau bola mata terlalu pendek. Benda dengan jarak yang dekat akan
terlihat kabur karena bayangan akan jatuh di belakang retina sedangkan benda
yang berada jauh akan terlihat jelas karena bayangan akan jatuh tepat di retina.
Mata dengan kondisi seperti ini dikoreksi dengan lensa cembung.
c) Mata Astigmat merupakan kondisi mata dengan lengkungan permukaan kornea
atau lensa yang tidak rata/mulus. Bila salah satu lengkung kornea misalnya yang
vertikal kurang melengkung dibandingkan dengan yang horizontal maka pada saat
kita melihat suatu kotak, semua garis-garis vertikal akan terlihat kabur sementara
seluruh garis horizontal akan terlihat jelas. Kondisi ini disebut astigmat reguler
yang akan dikoreksi dengan lensa silindris. Apabila lengkung permukaan
korneanya benar-benar tidak teratur (astigmat irreguler) maka sebaiknya
dikoreksi dengan menggunakan contact lens.

8
d) Mata Presbiop merupakan suatu keadaan mata dengan lensa yang kehilangan
keelastisitasannya akibat faktor pertambahan usia sehingga daya akomodasi lensa
berkurang. Umumnya benda jauh akan terlihat jelas tetapi benda yang dekat akan
kabur, biasanya dikoreksi dengan menggunakan lensa konvek untuk melihat
dekat.
e) Glaukoma merupakan kondisi kenaikan tekanan isi bola mata (tekanan normal
adalah 24 mmHg) yang sering menyerang orang berusia di atas 40 tahun. Hal
tersebut terjadi akibat penyumbatan canalis schlemm sehingga aquaus humor
tidak bisa direabsorpsi ke dalam darah. Apabila kondisi ini terjadi cukup lama
maka akan merusak retina dan menimbulkan kebutaan. Penyakit ini pun bisa
terjadi diakibatkan oleh penyakit diabetes yang kronis Gejala yang muncul berupa
penglihatan seperti lingkaran cahaya bila menatap lampu, sakit pada mata dan
telingan, gangguan penglihatan, harus selalu melakukan perubahan lensa
kacamata, mata menjadi merah serta dilatasi pupil. Pengobatan dilakukan dengan
obat yang merangsang kontraksi otot sphincther pupil dan otot ciliaris untuk
membuka canalis schlemm. Cara lain dilkukan dengan operasi untuk membuat
lubang pada iris (iridectomy).
f) Katarak merupakan suatu proses pengeruhan dari lensa mata yang disebabkan
oleh proses ketuaan, sinar X, radang uvea, diabetes melitus dan konsumsi obat-
obatan kortison dalam jangka waktu yang lama. Katarak dapat menimbulkan
kebutaan tanpa didahului rasa sakit. Pengobatan dilakukan dengan penggantian
lensa kacamata selama memungkinkan atau pengangkatan lensa katarak pada
mata dan diganti dengan lensa buatan yang ditanam di dalam bola mata.

B. Indera Pendengaran (Telinga)

Telinga merupakan organ pendengaran dan juga merupakan organ keseimbangan.


Telinga terbagi menjadi tiga bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga
bagian dalam (Gambar 2.1). Telinga luar terdiri dari daun telinga dan saluran
pendengaran. Telinga bagian tengah terdiri membran timpani, tiga tulang
pendengaran yaitu maleus, inkus, dan stapes. Sedangkan telinga bagian dalam
berisi organ keseimbangan dan terbagi menjadi 3 bagian yaitu vestibula, saluran
semisirkular, dan koklea (Komala et al., 2022). Setiap bagian indera pendengaran
memiliki masing-masing fungsi yang tergabung dalam proses pendengaran.

9
1. Struktur Anatomi Telinga
Telinga manusia terdiri dari telinga bagian luar, telinga bagian tengah, dan
telinga bagian dalam. Telinga bagian luar terdiri dari daun telinga, saluran
pendengaran, pinna, dan kanalis. Telinga bagian tengah, membran timpani,
tulang pendengaran (maleus, inkus, stapes), dan membran timpani. Telinga
bagian dalam terdiri dari vestibula, saluran semisirkular, koklea. Struktur
anatomi telinga dapat diamati menggunakan gambar model 3D (3 dimensi) dengan
cara scan Gambar 3 melalui link https://studio.assemblrworld.com/, klik link
https://asblr.com/APfWy atau scan barcode pada Gambar 4.

Gambar 4. Anatomi Telinga

Gambar 5. Barcode model 3D anatomi telinga


2. Mekanisme Kerja Telinga
a) Gelombang suara mengenai dan menjadi getaran.
b) Energi gelombang suara kemudian dikirim diteruskan ke tulang pendengaran
sehingga menyebabkan maleus bergetar bersama dengan membran timpani dan
ditransmisikan ke inkus kemudian ke stapes.
c) Stapes melekat pada membran jendela oval dan menciptakan gelombang cairan
ke dalam koklea.
d) Neurotransmitter yang dilepaskan ke neuron sensorik menciptakan aksi
potensial yang berjalan melalui saraf koklea ke otak.
e) Gelombang yang ditransfer kemudian menghasilkan energi yang melintasi
duktus koklearis ke duktus timpani dan dihamburkan kembali ke telinga tengah di
jendela bundar.

10
3. Gangguan Pada Telinga
a) Penumpukan kotoran telinga atau biasa disebut serumen adalah zat lilin yang
secara alami dihasilkan oleh kelenjar khusus di bagian luar telinga. Zat lilin ini
berguna untuk mencegah debu dan partikel kecil lain masuk ke dalam telinga,
melindungi dan melembabkan kulit liang telinga, serta mencegah telinga kering
dan gatal. Kotoran telinga normalnya akan mengering dan keluar dari telinga
dengan sendirinya. Namun, kotoran telinga terkadang dapat menumpuk dan
menyumbat saluran telinga. Penyebab penyumbatan tersebut di antaranya adalah
kotoran telinga tidak dibersihkan dengan baik atau dibersihkan menggunakan
benda-benda tertentu, seperti cotton bud. Kebiasaan membersihkan telinga
menggunakan cotton bud bisa mendorong kotoran makin masuk ke dalam telinga.
Penumpukan kotoran telinga dapat menimbulkan beberapa keluhan, seperti sakit
telinga kiri maupun kanan, berdenging, pusing, bahkan menurunnya kemampuan
mendengar.
b) Otitis eksterna adalah infeksi pada telinga bagian luar. Salah satunya
penyebabnya adalah masuknya air ke dalam telinga. Adanya air di saluran telinga
membuat telinga menjadi lembap, sehingga memudahkan bakteri untuk tumbuh
dan berkembang biak.Kondisi ini sering terjadi pada anak-anak dan perenang.
Selain itu, mengorek telinga terlalu sering dan menggunakan alat bantu dengar
juga bisa meningkatkan risiko terkena otitis eksterna. Gejala yang bisa
ditimbulkan dari penyakit telinga ini adalah gatal di saluran telinga, keluarnya
cairan dari dalam telinga, hingga nyeri hebat yang mungkin menjalar ke wajah,
leher, atau sisi kepala.
c) Otitis media merupakan infeksi telinga bagian tengah yang dapat terjadi pada
anak-anak dan orang dewasa. Penyakit telinga ini terjadi ketika dinding saluran
yang menghubungkan telinga dengan hidung (tuba eustachius) mengalami
pembengkakan akibat reaksi alergi, flu, atau infeksi di tenggorokan.
Pembengkakan ini dapat menghambat aliran lendir, sehingga memicu
pertumbuhan virus atau bakteri dan dapat menyebabkan penumpukan nanah di
tengah telinga. Pada anak-anak,
otitis media dapat menimbulkan gejala berupa telinga sakit, sulit tidur, rewel,
demam, dan tidak
merespons terhadap suara. Sementara pada orang dewasa, gejalanya bisa berupa
telinga sakit,
keluarnya cairan dari dalam telinga, dan berkurangnya kemampuan mendengar.
d) Tinnitus atau telinga berdenging biasanya terjadi saat anda mendengar bunyi
“nging” atau denging yang hilang timbul atau terus-menerus. Bunyi ini bisa
terdengar di salah satu atau kedua telinga dan biasanya dialami oleh lansia.

11
Tinnitus terjadi karena gangguan pada sistem pendengaran yang berada di telinga
bagian dalam, infeksi atau sumbatan saluran telinga, dan cedera kepala atau leher.
Tinnitus juga bisa menjadi indikator awal penyakit Meniere. Selain itu,
penggunaan obat-obatan tertentu juga dapat memperpuruk kondisi ini. Ada
beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko terjadinya tinnitus, seperti
pertambahan usia, kebiasaan merokok dan mengonsumsi alkohol, dan menderita
kondisi medis tertentu, termasuk hipertensi dan obesitas.

C. Indera Penciuman (Hidung)


1 Sturuktur Anatomi Tubuh

Indera penciuman memiliki hubungan erat dengan alat pengecap bahkan disebut
sebagai pengecap jarak jauh. Hidung sebagai alat penciuman mempunyai kepekaan
yang luar biasa karena kadar zat-zat yang dimiliki rendah sudah mampu
merangsang reseptor penciuman. Reseptor penciuman terletak di bagian atas dari
rongga hidung, pada gerak pernafasan biasa aliran gerak udara pernafasan hanya
melalui bagian bawah rongga hidung, oleh karena itu kita bernafas biasa suatu zat
tidak tercium oleh kita. Agar pernafasan dapat mencapai rongga hidung bagian
atas (area olfaktorius) maka kita harus menarik nafas dalam- dalam. Dengan
demikian terjadi arus memutar dari udara pernafasan sehingga gas yang
mengandung zat yang berbau tadi akan sampai pada epitel olfaktorius dan bau
akan tercium. Indera penciuman pada manusia tersusun atas beberapa bagian,
diantaranya:
a) Tulang hidung yang berfungsi untuk melindungi hidung dari benturan ringan
dan sebagai penyangga hidung.
b) Rongga hidung merupakan bagian dari indera pembau yang berfungsi sebagai
penghantar udara terutama oksigen dari luar tubuh menuju ke paru-paru.
c) Lubang hidung merupakan bagian yang berfungsi sebagai tempat masuknya
udara dan keluarnya karbon dioksida.
d) Rambut hidung merupakan bagian hidung yang menyaring udara yang masuk
ketika bernapas.
e) Selaput lendir (Mukus) berfungsi tempat menempelnya kotoran dan sebagai
indra pembau.
f) Serabut saraf ke otak berfungsi untuk mengirimkan sinyal yg diterima oleh
reseptor
g) Serabut saraf pembau berfungsi mengirimkan bau-bauan ke otak.

12
Struktur anatomi hidung dapat diamati menggunakan gambar model 3D (3 dimensi)
dengan cara Gambar 6 melalui link https://studio.assemblrworld.com/, klik link
https://asblr.com/LoGns atau scan barcode pada Gambar 7.

Gambar 6. Anatomi Hidung

Gambar 7. arcode model 3D anatomi hidung

2. Mekanisme Kerja Hidung


Saat menghirup udara untuk bernafas, bau sekitar juga ikut ke dalam hidung. Di
dalam rongga hidung, bau akan larut di dalam lendir. Setelah itu rangsangan bau
tersebut akan diterima oleh ujung- ujung saraf pembau serta diteruskan ke pusat
penciuman dan saraf pembau. Setelah itu otaklah yang memproses ingatanakan
bau tersebut sehingga manusia mengetahui dan dapat membau aroma tersebut.

13
Gambar 8. Sel olfaktori
Sel olfaktori merupakan neuron yang bertanggung jawab dalam penciuman. Pada
mamalia, setiap sel olfaktori dilengkapi dengan silia (dendrit berbentuk benang)
yang memanjang dari badan sel menuju permukaan saluran hidung yang berlendir.

3. Gangguan Pada Hidung


Terdapat beberapa gangguan pada hidung, diantaranya:
a) Anosmia, adalah kondisi hilang atau menurunnya penciuman yang disebabkan
oleh gangguan saluran hidung, cedera kepala dan tumor sulkus olfaktorius.
b Polip hidung, adalah pertumbuhan sel yang bersifat jinak di selaput lendir
hidung. Kemungkinan penyebabnya adalah reaksi hipersensitif atau alergi.
c) Salesma (cold) dan influenza (flu), adalah infeksi pada alat pernapasan yang
disebabkan oleh virus dan umumnya dapat menyebabkan batuk, pilek, sakit leher
dan kadangkadang panas atau sakit pada persendian.

D. Indera Pengecap (Lidah)

Lidah merupakan indera pengecap yang terdiri dari papila lingual. Pada indera
pengecap, terdapat pori pengecap yang tersusun dari reseptor berupa tonjolan
seperti rambut yang disebut rambut gustatori. Permukaan lidah bersifat kasar
karena memiliki tonjola-tonjolan yang disebut papilla. Ada 3 jenis papila yaitu :
a) Papila filiformis, berbentuk benang-benang halus, terletak pada 2/3 bagian
depan lidah.
b) Papila fungiformis berbentuk seperti jamur, terletak pada bagian sisi dan ujung
lidah
c) Papila circumvalata berbentuk bundar terletak menyusun seperti huruf V
terbalik

14
Gambar 9. Anatomi Rongga Mulut dan Lidah (Anderson, 2018)

Gambar 10. Struktur Lidah dan Puting Pengecap

Di dalam 1 papila terdapat banyak sekali puting-puting pengecap (taste bud) yaitu
suatu bangunan berbentuk bundar yang terdiri dari sel penyokong dan sel
pengecap. Sel pengecap berfungsi sebagai reseptor dan memiliki tonjolan-tonjolan
seperti rambut yang keluar dari taste bud melalui porus pengecap. Dengan
demikian zat-zat kimia yang terlarut dalam cairan ludah akan mengadakan kontak
dan merangsang sel-sel pengecap sehingga timbul impuls yang akan dihantarkan
ke syaraf cranial VII dan IX lalu ke thalamus dan berakhir di daerah pengecap
primer lobus parietalis otak untuk diinterpretasikan.

15
Gambar 11. Histologi empat (4) jenis papilla lidah (a) Hasil sketsa, (b) Hasil mikroskop elektron

1 Struktur Lidah
Hanya terdapat 4 jenis kecap yaitu manis, asin, asam dan pahit. Ditinjau dari zat
kimianya, aneka rasa tersebut adalah :
a) Pahit adalah rasa yang ditimbulkan oleh alkaloid (tumbuhan), yaitu zat organik
yang aktif dalam kegiatan fisiologis tumbuhan seperti kina, cafein, nikotin, morfin
dan sebagainya. Zat ini bersifat racun
b) Asin adalah rasa yang ditimbulkan oleh kation Na+, K+ dan Ca2+
c) Manis adalah rasa yang ditimbulkan oleh gugus OH- molekul organik. Gusus ini
terdapat dalam gula, keton dan asam amino tertentu
d) Asam adalah rasa yang ditimbulkan oleh ion H+.

2 Mekanisme Kerja Lidah


Zat kimia masuk ke mulut dan merangsang sel-sel pembau yang menimbulkan
impuls yang menjalar ke akson-aksonnya. Ribuan akson kemudian tergabung
menjadi suatu bundel yang disebut dengan syaraf cranial I. Saraf ini dapat
menembus criprosa tulang ethmoid masuk ke rongga otak kemudian bersinapsis
dengan neuron-neuron tractus olfaktorius dan impuls diteruskan ke daerah
pembauan primer pada korteks otak untuk diinterpretasikan.

16
3 Gangguan Pada Lidah
Gangguan pada lidah biasanya terhubung dengan hidung, sehingga apabila kita
pilek maka akan terjadi gangguan fungsi pembauan. Hal ini yang menyebabkan
munculnya keluhan berupa kehilangan rasa makanan walaupun sebenarnya
fungsi-fungsi dari pengecapan berjalan normal.

Gambar 12. Mekanisme deteksi bau dan deteksi rasa

Sebelum mempelajari Organ Kulit, jawablah pertanyaan pada link berikut: https://asblr.com/3jLtY
atau scan barcode:

Gambar 13. Barcode Kuis Organ Lidah


E. Indera Peraba (Kulit)

Indera peraba tersusun dari mekanoreseptor yang mendeteksi rangsangan


mekanis seperti sentuhan dan gerakan (Komala et al., 2022). Mekanoreseptor
memiliki struktur yang mengelilingi ujung saraf yang berkontribusi pada
penerimaan rangsangan.

17
1 Sturktur Anatomi Kulit
Struktur kulit terdiri dari :
a) Epidermis: Merupakan bagian terluar kulit yang agak tipis dan tersusun oleh
jaringan epitel. Berdasarkan strukturnya maka epidermis merupakan barrier
pertama antara manusia dengan dunia luar. Kulit yang halus seperti kulit leher
memiliki epidermis yang tipis sedangkan kulit telapak tangan memiliki epidermis
yang tebal. Lapisan epidermis terdiri dari epitel berlapis gepeng dan tersusun
menjadi 5 lapisan dari dalam ke luar, yaitu stratum basalis, stratum spinosum,
stratum granulosum, stratum lucidum, stratum corneum.
b) Dermis: Terletak di bawah epidermis yang terdiri dari jaringan ikat dengan
serat elastin dan kolagen. Pada orang tua, jaringan ikat elastin dari dermis
berkurang sehingga kulit menjadi keriput.Lapisan dermis pada kelopak mata
sangat tipis sehingga kulit kelopak mata bisa melipat namun demikian lapisan
dermis di kulit telapak kaki dan tangan sangat tebal. Di dalam dermis terdapat
ujung-ujung syaraf (reseptor), pembuluh darah, pembuluh lymph, kelenjar dan
folikel rambut. Bagian atas dermis disebut lapisan papiler yang mengandung
tonjolan dermis (papila dermis) yang masuk ke dalam epidermis. Di dalam papila
dermis terdapat pembuluh darah kapiler dan corpus Meisner sebagai reseptor
raba. Bagian bawah dermis disebut lapisan retikuler yang mengandung folikel
rambut, kelenjar sabacea (lemak), kelenjar keringat dan corpus Paccini sebagai
reseptor untuk tekanan. Kulit terdiri dari beberapa kelenjar:

a) Kelenjar keringat (sudorifera), merupakan kelenjar penghasil keringat yang


terdiri dari air, garam-garam urea, sedikit asam amino, asam lemak dan amoniak.
Kelenjar keringat di daerah yang banyak folikel rambut seperti kulit kepala, ketiak
dan selangkangan bersifat apokrin sehingga menghasilkan keringat yang lebih
kental dan kadang-kadang berbau jika bercampur dengan bakteri di kulit. Kelenjar
keringat di daerah dahi, kulit kepala, wajah, punggung, perut, kaki, hingga telapak
tangan dan telapak kaki bersifat ekrin sehingga menghasilkan keringat yang
ringan serta tidak berbau. Kepadatan tertinggi (> 250 kelenjar /cm2) ditemukan
pada telapak kaki, telapak tangan, dan kulit kepala.
b) Kelenjar Ceruminose, merupakan modifikasi dari kelenjar keringat yang
terdapat pada telinga luar. Hasil kelenjar ceruminose bersama-sama dengan
kelenjar sabacea akan menghasilkan cerumen (kotoran telinga)
c) Kelenjar Sabacea, merupakan kelenjar yang mensekresikan lemakuntuk
membasahi rambu dan kulit. Umumnya kelenjar ini bermuara pada akar rambut
tetapi dapat juga langsung bermuara pada kulit misalnya di bibir.

18
Gambar 14. Kelenjar keringat apokrin dan ekrin

Struktur anatomi kulit dapat diamati menggunakan gambar model 3D (3 dimensi) dengan
cara Gambar 15 melalui link https://studio.assemblrworld.com/, klik link
https://asblr.com/7Rkim atau barcode pada Gambar 16.

Gambar 15. Anatomi kulit

Gambar 16. Barcode model 3D anatomi kulit

19
2 mekanisme Kerja Kulit
Mekanisme kerja pada kulit terjadi karena adanya Reseptor (sense organ) yang
merupakan jaringan syaraf dalam bentuk dan fungsi khusus yaitu merubah
rangsang menjadi impuls. Beberapa reseptor yang ada pada kulit ialah:
a) Rasa raba, berupa pleksus pada akar rambut, corpus Meisner, diskus Merkel,
ujung-ujung dendrit bebas dan corpus Ruffini untuk reseptor raba yang kuat.
b) Rasa tekanan, biasanya berupa ujung-ujung syaraf yang bebas, corpus Paccini
an corpus Ruffini
c) Rasa getaran, biasanya berupa corpus Meissner dan corpus Paccini
d) Rasa dingin, biasanya berupa corpus Krause Isolasi termal tubuh salah satunya
dilakukan melalui cara merinding. Saat tubuh kedinginan, otak akan memberi
sinyal pada tubuh agar mengambil langkah-langkah untuk pemanasan. Merinding
adalah salah satu sinyal itu. Merinding juga merupakan upaya untuk menjebak
udara hangat di sebelah kulit dan membiarkannya menahan panas tubuh.

Gambar 17. Mekanisme merinding

2 mekanisme Kerja Kulit

a) Luka bakar: Merupakan luka pada jaringan tubuh karena denaturasi protein
jaringan yang menyebabkan kematian sel oleh panas, listrik dan zat kimia.. Luka
bakar dapat terjadi pada kulit, selaput lendir, saluran pernafasan dan lain-lain.
b) Jerawat (acne) adalah peradangan dari kelenjar sabacea terutama di wajah,
leher, dada dan punggung, biasanya terjadi saat pubertas akibat hormon
androgen (pria) meningkat. Hormon tersebut akan merangsang pertumbuhan dan
sekresi sabacea. Sekret sabacea berupa lemak merupakan media yang cocok
untuk hidupnya bakteri terutama jenis propioni-bacterium acnes

20
c) Dermatitis (eczema): merupakan peradangan pada permukaan kulit yang
biasanya terasa gatal dengan tanda merah, bengkak, melepuh, berair dan
berkeropeng. Penyebabnya berasal dari luar (exogen) misalnya terkena getah
tumbuhan, obat-obatan, sabun dan lain-lain atau dari dalam (endogen)
menyangkut emosi dan faktor genetis seseorang (alergi).

E. SOAL EVALUASI

Setelah mempelajari materi, kerjakan


post-test berikut untuk mengukur pemahamanmu
tentang struktur Organ Indera manusia.:

joinmyquiz.com

21
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahmat, A. S. Dan Margaretha S. 2007. Bahan Ajar dan Penuntun


Praktikum Mata Kuliah Anatomi Dan Fisiologi Manusia. Fakultas
Matematika dan IPA. Universitas Negeri Gorontalo

Anderson,J.N.2018.AnatomyofTounge.https://boundbobskryptis.blogspot.
com/2018/07/anatomy-of-tongue.html, diakses 16 November 2023

Chen, L., Kruger, P. B., Hofer, H., Singer, B., & Williams, D. R. (2006).
Accommodation with higher-order monochromatic aberrations corrected
with adaptive optics. Proceedings of the National Academy of Sciences,
23(1), 1–8.

Komala, N. S., Febrianti, P., & Ratini, R. (2022a). Biology Notes: Fisiologi
Hewan (1st ed.). Zahira Media Publisher.

Komala, N. S., Febrianti, P., & Ratini, R. (2022b). Biology Notes: Fisiologi
Hewan (1st ed.). Zahira Media Publisher.

22

Anda mungkin juga menyukai