Anda di halaman 1dari 7

SISTEM STARTING

Minggu XV

Tujuan: Setelah mengikuti mata kuliah ini diharapkan mahasiswa dapat:


1. Menjelaskan peranan sistem starting pada motor Diesel.
2. Mengidentifikasi tipe dan komponen sistem starting motor Diesel.
3. Mengidentifikasi fungsi dan peran komponen sistem starting.
4. Menganalisis gejala-gejala kerusakan sistem starting.

Materi Sistem Starting Motor Diesel:

A. Fungsi dan peran sistem Sarting.

Semua mesin pembangkit tenaga, khususnya motor Diesel tidak dapat


hidup dengan sendirinya. Untuk menghidupkannya diperlukan ada- nya usaha
awal, yang disebut dengan sistem starting yang menggunakan motor starter.
Usaha untuk menghidupkan motor Diesel memerlukan tenaga yang lebih besar
dan kecepatan yang lebih tinggi.

Kecepatan starter ini terkait dengan prinsip kerja motor Diesel, untuk
memulai proses pembakaran memerlukan panas yang diperoleh dari panas
udara yanng dikompresikan. Apabila starter kecepatan rendah, maka terlalu
banyak waktu yang menyebabkan panas udara terserap oleh dinding ruang
pembakaran. Sementara itu kecepatan starter terkait langsung dengan tekanan
kompresi. Semakin tinggi kecepatan motor setarter, maka akan semakin tinggi
tekanan kompresi yang dihasilkan. Rasionalnya semakin tinggi tekanan kompresi,
makan akan semakin tinggi pula temperatur udara yang dikompresikan. Dengan
demikian semakin tinggi kecepatan motor starter, maka akan semakin mudah
terjadinya proses pembakaran bahan bakar di dalam silinder.

Sistem Starting Motor Diesel 1


Berikut gambar grafik hubungan antara kecepatan starter dengan
tekanan kompresi.

Gambar 1. Hubungan antara kecepatan dan tekanan Berdasarkan grafik

pada gambar 1 tersebut dapat dijelaskan,


semakin kecepatan motor starter, maka akan diperoleh tekanan kompresi yang
semakin tinggi. Kenaikan tekanan ini sangat diperlukan pada motor Diesel untuk
mendapatkan temperatur udara pembakaran.

B. Tipe Sistem Starter Pada Motor Diesel.

Terdapat beberapa tipe starter yang dipergunakan pada motor Diesel,


yaitu terdapat empat tipe:

1. Motor Starter Elektrik


2. Motor Starter Motor Bensin
3. Motor Starter Hidrolis
4. Motor Starter Tekanan Udara.

C. Motor Starter Elektrik

Motor starter ini banyak digunakan pada motor Diesel berukuran kecil
dan menengah. Motor listrik yang dipergunakan jenis DC baik

Sistem Starting Motor Diesel 2


dengan lilitan seri atau compound, dan bekerja pada tegangan 12, 24, dan
32 volt, sesuai dengan ukuran kapasistas motor Diesel. Untuk motor Diesel yang
berukuran besar dilakukan reduksi putaran untuk mendapatkan momen yang
besar, namun dengan memperhitungkan putaran mesin yang dihasilkan.

Arus listrik untuk memutar motor starter disuply oleh battery. Battery
tersebut dapat diisi kembali menggunakan generator atau alter- nator dengan
perlengakapan pengatur besarnya arus yang diperlukan. Konstruksi motor starter
elektrik dapat dilihat pada gambar 2 berikut ini.

Gambar 2. Motor Starter Elektrik

Konstruksinya sama dengan yang dipergunakan pada motor bensin.


Didalamnya terdapat motor Dc yang dihubungkan ke roda gigi pinion melalui
sebuah kopling. Untuk menghubungkan pinion gear dengan fly wheel
dipergunakan solenoid. Cara kerjanya, saat kunci kontak diarahkan keposisi start,
maka arus battery akkan mengalir kekumparan pada solenoid hingga terbentuk
medan magnit yang menarik plunyer kearah kiri. Gerakan ini membawa pinion
gear kearah kanan berhubungan dengan fly wheel, sementara gerakan kekiri
plunyer mendorong switch

Sistem Starting Motor Diesel 3


yang menghubungkan arus dari battery masuk kemotor listrik. Dengan
demikian motor berputar dan memutar pinion gear dan memutar fly wheel.

D. Motor Bensin sebagai Motor Starter Motor Diesel

Motor bensin dapat memutar motor Diesel lebih cepat dibanding- kan
dengan motor starter elektrik. Motor bensin yang dimanfaatkan sebagai motor
starter dapat dua atau empat silinder dan tenaganya ter- gantung pada motor
Diesel yang akan diputar. Sistem ini dipergunakan pertama kali pada motor Diesel
berukuran kecil seperti traktor dan grader.

Penggunaan motor bensin sebagai motor starter jelas memerlu- kan


ruangan yang lebih luas dibandingkan dengan sistem elektrik. Motor bensin
biasanya dipasang berdampingan dengan motor Diesel melalui kopling, gear box,
atau pinion gear. Disamping itu dyer dan bendix juga di- gunakan. Motor bensin
yang digunakan biasanya tipe pendinginan air. Hal ini dimanfaatkan dengan
menyambungkan pendinginan motor bensin dengan motor Diesel. Sehingga saat
motor bensin mencapai temperatur kerja, maka temperatur motor Diesel sudah
cukup memadai, dan kondisi ini akan memudahkan proses starting. Pemanfaatan
yang lainnya, adalah pemanasan intake manifold motor Diesel menggunakan
saluran gas buang motor bensin.

Pada beberapa motor Diesel untuk traktor, untuk keperluan start


digunakan bahan bakar bensin yang dimasukan keintake manifold, selanjutnya
diputar menggunakan motor starter elektrik. Motor Diesel demikian biasanya
menggunakan sistem perubahan perbandingan kompresi. Pada saat start
perbandingan kompresi diturunkun hingga bensin dapat terbakar pada 10 derajat
sebelum TMA. Proses pemasukan bahan bakar menggunakan karburator
sebagaimana pada motor bensin. Proses ini berlangsung hingga motor Diesel
mencapai temperatur kerja baru kompresi dinaikan dan bahan bakar solar
dimasukan kedalam silinder. Sistem ini sebenarnya usaha untuk mengatasi
penggunaan ruangan yang luas untuk motor bensin sebagai starter.

Sistem Starting Motor Diesel 4


E. Motor Starter Hidrolis

Motor starter jenis ini memanfaatkan tekanan minyak. Dilihat dari cara
untuk mendapatkan tekanan minyaknya, maka sistem ini dapat dikelompokan
menjadi dua yaitu sistem terbuka dan sistem tertutup. Salah satu motor Diesel
yang menggunakan motor starter hidrolis dengan sistem terbuka adalah “General
Motor”. Rangkaian motor starter ini seperti terlihat pada gambar 3 berikut ini.

Gambar 3. Motor Starter Hidrolis.

Sistem ini terdiri dari motor starter, accumulator tipe piston, pompa
hidrolis manual, Pompa hidrolis yang digerakan mesin, dan tabung reservoir. Pada
sistem ini tekanan hidrolis ditentukan pada tabung accumulator dan tekanan
didapatkan dari pompa oli baik yang manual atau yang diputar mesin. Saat
handel starter dioperasikan, maka katup kontrol terbuka dan menyebabkan
minyak bertekanan menggerakkan motor starter hidrolis.

Penekanan minyak menggunakan pompa manual untuk mengisi


accumulator dapat menghasilkan tekanan sekitar 2900 sampai dengan 3300 psi.
Pada temperatur 400F tekanan minyak 1500 psi sudah cukup

Sistem Starting Motor Diesel 5


untuk temperatur 0 s.d. 400F, sedangkan tekanan 2500 psi cukup untuk start pada
temperatur dibawah temperatur tersebut.

Accumulator merupakan sebuah silinder yang dapat menampung


tekanan minyak yang tinggi, dan piston dibuat agar dapat menyimpan tekanan
minyak dalam waktu yang lama tanpa kebocoran. Accumulator terisi atau diisi
nitrogen melalui katup kecil dan diblok oleh pabrik. Minyak masuk kedalam
accumulator akan mendorong piston dan mengkompresi- kan gas nitrogen disisi
piston yang lainnya. Kapasitas accumulator mencapai 1½ gallon atau 2 ¼ gallon.
Apabila mesin memerlukan periode starter yang lebih lama, maka dipasang dua
atau lebih accumulator yang dihubungkan secara paralel.

F. Motor Starter Tekanan Udara.

Sistem starter dengan tekanan udara ini lebih banyak diper- gunakan
pada motor Diesel berukuran besar. Salah satu cara yang dipergunakan adalah
dengan menekan udara kedalam silinder mesin sehingga cukup untuk mendorong
piston. Proses ini terus berlangsung hingga piston mencapai kompresi yang dapat
digunakan untuk pem- bakaran. Range tekanan yang dihasilkan untuk start adalah
250 sampai 600 psi. Cara ini yang dipergunakan pada Motor Diesel Fairbanks
Morse. Komponennya meliputi katup kontrol, distributor udara tekan, tangki
udara, pilot air tubing, dan check valve sarter pada setiap silinder.

Gambar 4. Motor Starer


tekanan udara yang di-
pergunakan pada Motor
Diesel Fair banks Morse

Sistem Starting Motor Diesel 6


Cara yang lain adalah mennggunakan motor yang diputar oleh tekanan
udara untuk motor Diesel. Rangkaian sistem ini seperti terlihat pada gambar 5
berikut ini.

Gambar 5. Motor Starter dengan tekanan udara.

Udara bertekanan tinggi akan mengalir kemotor starter, saat relay valve
terbuka oleh tombol starter yang ditekan. Dengan demikian udara bertekanan
masuk kedalam starter yang konstruksinya seperti terlihat pada gambar 6 berikut
ini.

Gambar 6. Konstruksi motor


starter tekanan udara.

Sistem Starting Motor Diesel 7

Anda mungkin juga menyukai