Anda di halaman 1dari 265

2019

SMK/MAK

jilid 1

Perawatan dan Perbaikan


Kelistrikan Otomotif

bidang keahlian Teknologi dan Rekayasa Teknik dan Manajemen


program keahlian Teknik Otomotif Perawatan Otomotif

Mulyono
Wardaya
Tohadi
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

REDAKSIONAL

Pengarah:
Direktur Pembinaan SMK
Kepala Sub Direktorat Kurikulum
Kepala Seksi Penilaian
Kepala Seksi Pembelajaran

Penulis:
Mulyono
Wardaya
Tohadi

Pengendali Mutu:
Winih Wicaksono

Penyunting:
Rais Setiawan
Erna Fauziah

Editor:
Aniskurlillah

Desain Sampul:
Sonny Rasdianto

Layout/Editing:
Intan Sulistyani Widiarti

TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
iii
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

KATA
PENGANTAR

Dalam menyediakan referensi materi pembelajaran bagi guru dan peserta didik
di SMK, Direktorat Pembinaan SMK berupaya menyediakan bahan ajar kejuruan
yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran di SMK pada mata pelajaran C2 dan
CJ dari 142 kompetensi keahlian yang ada pada Perdirjen Dikdasmen
Nomor 06/D.DS/KK/2018 tanggal 7 Juni 2018 tentang Spektrum Keahlian SMK/
MAK dan Struktur Kurikulum 2013 sesuai Perdirjen Dikdasmen Nomor 07/D.
DS/KK/2018 tanggal 7 Juni 2018 ten tang Struktur Kurikulum SMK/MAK.
Bah an ajar yang disusun pad a tahun anggaran 2019 diharapkan
dapat rnenumbuhkan motivasi belajar bagi peserta didik maupun guru kejuruan
di SMK. Karena bahan ajar yang telah disusun ini selain menyajikan materi secara
tertulis, juga dilengkapi dengan beberapa materi yang bersifat interaktifdengan
penggunaan tautan pencarian yang dapat mernperluas pernahaman individu yang
menggunakannya.
Bahan ajar kejuruan yang disusun pada tahun 2019 ini disusun oleh para
guru kejuruan di SMK yang telah berpengalalaman menyelenggarakan proses
pembelajaran sesuai dengan kompetensi keahlian masing-rnasing. Oleh karena itu,
diharapkan dapat menjadi referensi bagi guru yang mengarnpu m a t a pelajaran yang
sama pada program keahlian sejenis di SMK seluruh Indonesia.
Kepada para guru penyusun bahan ajar kejuruan yang telah mendedikasikan
waktu, kompetensi, clan perhatiannya, Direktorat Pembinaan SMK menyampaikan
ucapan terimakasih. Diharapkan karya ini bukan merupakan karya terakhir, namun
seterusnya akan dilanjutkan dengan karya-karya berikutnya, sehingga SMK
rnempunyai guru-guru yang procluktif dan kreatif dalam menyumbangkan
pemikiran, potensi dan kornpetensinya bagi pengembangan pernbelajaran di SMK.

SMK Bisa! SMK Hebat!

TEKNIK DAN MANAJEMEN


iv PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

PRAKATA

Buku materi pelajaran Perawatan dan Perbaikan Kelistrikan Otomotif


(PPKO) ini diperuntukkan bagi peserta didik kelas XI Kompetensi Keahlian Teknik dan
Manajemen Perawatan Otomotif, Program Keahlian Teknik Otomotif, Bidang Keahlian
Teknologi dan Rekayasa pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) empat tahun.
Materi dalam buku ini disajikan sebagai materi untuk dua semester, yaitu
untuk semester ketiga dan semester keempat. Pada semester ketiga, materi yang
disampaikan meliputi materi tentang identifikasi dan perawatan sistem kelistrikan
dan kelengkapan tambahan, perbaikan dan pemasangan sistem kelistrikan dan
kelengkapan tambahan, identifikasi dan perawatan sistem starter (starting system)
serta over houle dan perbaikan sistem starter (starting system). Pada semester keempat,
materi yang disampaikan meliputi materi tentang identifikasi dan perawatan sistem
pengisian (charging system), over houle dan perbaikan sistem pengisian (charging
system), identifikasi dan perawatan sistem pengapian konvensional (conventional
ignition system) serta over houle dan perbaikan sistem pengapian konvensional
(conventional ignition system). Materi dalam buku ini diuraikan dengan pendekatan
praktis disertai ilustrasi yang cukup agar peserta didik mudah dalam memahami
materi yang disampaikan.
Setiap materi dilengkapi dengan peta konsep sebagai acuan pembelajaran,
cakrawala yang berisi pengetahuan umum yang ada hubungannya dengan materi,
jelajah internet yang berhubungan dengan materi, penilaian harian, jobsheet untuk
kegiatan praktikum dalam melatih keterampilan dan sikap kerja yang benar kepada
setiap peserta didik, serta refleksi untuk peserta didik agar selalu berusaha untuk
mengembangkan pengetahuan yang berhubungan dengan materi yang disampaikan.
Pada akhir bab keempat, buku ini dilengkapi dengan soal pilihan ganda dan beberapa
soal uraian yang dapat digunakan sebagai soal ujian penilaian akhir semester gasal. Di
akhir bab kedelapan juga dilengkapi dengan beberapa soal pilihan ganda dan beberapa
soal uraian yang dapat digunakan sebagai soal ujian penilaian akhir semester genap.
Penyusun menyadari dalam penyusunan buku materi pelajaran ini masih
ada banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan masukan yang konstruktif sangat
diharapkan. Semoga buku materi pelajaran ini banyak memberikan manfaat.

Yogyakarta, Juni 2020


Penyusun,

Mulyono
Wardaya
Tohadi

TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
v
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................iv
PRAKATA...................................................................................................................v
DAFTAR ISI................................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................viii
PETUNJUK PENGGUNAAN BUKU...............................................................................xii
PETA KONSEP BUKU................................................................................................xiii
APERSEPSI.............................................................................................................. xiv

BAB I IDENTIFIKASI DAN PERAWATAN SISTEM KELISTRIKAN DAN KELENGKAPAN


TAMBAHAN................................................................................................................1
A. Sistem Kelistrikan dan Kelengkapan Tambahan............................................................ 2
B. Komponen dan Cara Kerja Sistem Kelistrikan dan Kelengkapan Tambahan.........10
C. Perawatan Berkala Sistem Kelistrikan dan Kelengkapan Tambahan.......................28

BAB II PERBAIKAN DAN PEMASANGAN SISTEM KELISTRIKAN DAN KELENGKAPAN


TAMBAHAN..............................................................................................................43
A. Perbaikan Sistem Kelistrikan dan Kelengkapan Tambahan.......................................45
B. Pemasangan Sistem Kelistrikan dan Kelengkapan Tambahan..................................60

BAB III IDENTIFIKASI DAN PERAWATAN SISTEM STARTER..........................................70


A. Sistem Starter.......................................................................................................................72
B. Komponen dan Cara Kerja Sistem Starter......................................................................72
C. Perawatan Berkala Sistem Starter...................................................................................81

BAB IV OVER HOULE DAN PERBAIKAN SISTEM STARTER ...........................................93


A. Kerusakan Sistem Starter..................................................................................................95
B. Perbaikan Sistem Starter...................................................................................................96
C. Over Houle Sistem Starter............................................................................................... 103

PENILAIAN AKHIR SEMESTER GASAL..................................................................... 121

BAB V IDENTIFIKASI DAN PERAWATAN SISTEM PENGISIAN.................................... 127


A. Sistem Pengisian............................................................................................................... 129
B. Komponen dan Cara Kerja Sistem Pengisian.............................................................. 131
C. Perawatan Berkala Sistem Pengisian............................................................................ 136

BAB VI OVER HOULE DAN PERBAIKAN SISTEM PENGISIAN..................................... 149


A. Sistem Pengisian.............................................................................................................. 150
B. Perbaikan Sistem Pengisian........................................................................................... 151
C. Over Houle Sistem Pengisian......................................................................................... 159

TEKNIK DAN MANAJEMEN


vi PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

DAFTAR ISI

BAB VII IDENTIFIKASI DAN PERAWATAN SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL....... 179


A. Sistem Pengapian Konvensional................................................................................... 181
B. Komponen Dan Cara Kerja Sistem Pengapian Konvensional................................. 181
C. Perawatan Berkala Sistem Pengapian Konvensional............................................... 190

BAB VIII PERBAIKAN DAN OVER HOULE SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL........ 211
A. Sistem Pengapian Konvensional................................................................................... 213
B. Perbaikan Sistem Pengapian Konvensional............................................................... 214
C. Over Houle Sistem Pengapian Konvensional.............................................................. 221

PENILAIAN AKHIR SEMESTER GENAP..................................................................... 235

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 241


GLOSARIUM.......................................................................................................... 244
BIODATA PENULIS................................................................................................. 249

TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
vii
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

DAFTAR
GAMBAR

Gambar 1.1 Klasifikasi Sistem Kelistrikan Pada Kendaraan................................................ 2


Gambar 1.2 Kaca Jendela dengan Power Window dan Kaca Jendela Tanpa Power
Window........................................................................................................................................... 3
Gambar 1.3 Komponen-Komponen Sistem Pengunci Pintu Terpusat (Central Door
Lock System).................................................................................................................................. 4
Gambar 1.4 Sistem Wiper Pada Kaca Depan Kendaraan..................................................... 5
Gambar 1.5 Sistem Penyemprot Kaca Depan Kendaraan.................................................... 6
Gambar 1.6 Saklar Power Mirror dan Kaca Spion Pada Kendaraan................................... 7
Gambar 1.7 Penyulut Rokok Pada Kendaraan........................................................................ 8
Gambar 1.8 Kamera Parkir Pada Bumper Belakang dan Monitor di Dalam Ruang
Pengemudi..................................................................................................................................... 8
Gambar 1.9 Tampilan GPS Pada Kendaraan............................................................................ 9
Gambar 1.10 Lampu Pada Kolong Dashboard dan Lampu Pada Kolong Kendaraan...10
Gambar 1.11 Saklar Pengemudi (Drive Switch)...................................................................11
Gambar 1.12 Saklar Penumpang (PassangerSswitch)........................................................12
Gambar 1.13 Motor Listrik (Electric Motor)..........................................................................12
Gambar 1.15 Lock Actuator Utama.........................................................................................14
Gambar 1.16 Lock Actuator Tambahan..................................................................................14
Gambar 1.17 Saklar Wiper (WiperSswitch)..........................................................................16
Gambar 1.18 Motor Wiper (Wiper Motor).............................................................................16
Gambar 1.19 Karet Penghapus (Wiper Blade).....................................................................17
Gambar 1.20 Saklar Washer (Washer Switch)......................................................................18
Gambar 1.21 Motor Pompa Air (Water Pump Motor).........................................................19
Gambar 1.22 Tabung Penampung Air (Water Reservoir Tank).........................................19
Gambar 1.23 Neeple Penyemprot..........................................................................................20
Gambar 1.24 Saklar Power Mirror...........................................................................................21
Gambar 1.25 Motor Penggerak Power Mirror.......................................................................21
Gambar 1.26 Dudukan Pemantik Rokok................................................................................23
Gambar 1.27 Pemantik Rokok..................................................................................................23
Gambar 1.28 Kamera Parkir.....................................................................................................25
Gambar 1.29 Layar Penampil (Head Unit).............................................................................25
Gambar 1.30 Pengoperasian Saklar Power Window..........................................................39
Gambar 2.1 Sistem kelistrikan dan Kelengkapan Tambahan (Accessories)
Pada Sebuah Kendaraan............................................................................................................44
Gambar 2.2 Perbaikan Pada Power Window........................................................................45
Gambar 2.3 Perbaikan Pada Mekanisme Central Lock.......................................................47
Gambar 2.4 Penggantian Komponen Sistem Wiper...........................................................48
Gambar 2.5 Pemeriksaan Kondisi Pompa Washer..............................................................50
Gambar 2.6 Perbaikan Pada Power Mirror System..............................................................52
Gambar 2.7 Pemeriksaan dan Perbaikan Pada Cigarette Lighter System.....................54
Gambar 2.8 Perbaikan Pada Parking Camera System.........................................................55
Gambar 2.9 Posisi Antena GPS Pada Kendaraan..................................................................57
Gambar 2.10 Perbaikan Lampu Kolong Pada Kendaraan..................................................59
Gambar 2.11 Wiring Diagram Sistem Power Window Kendaraan...................................61
Gambar 2.12 Wiring Diagram Sistem Central Lock Kendaraan........................................61

TEKNIK DAN MANAJEMEN


viii PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.13 Wiring Diagram Sistem Wiper Kendaraan...................................................62


Gambar 2.14 Wiring Diagram Sistem Washer Kendaraan.................................................62
Gambar 2.15 Wiring Diagram Sistem Power Mirror Kendaraan.......................................63
Gambar 2.16 Wiring diagram sistem cigarette lighter kendaraan..................................63
Gambar 2.17 Wiring Diagram Sistem Parking Camera Kendaraan..................................64
Gambar 2.18 Wiring Diagram Sistem Global Positioning System Kendaraan..............64
Gambar 2.19 Wiring Diagram Sistem Lampu Kolong Kendaraan....................................65
Gambar 2.20 Perbaikan central door lock............................................................................67
Gambar 3.1 Diagram Sistem Starter Pada Kendaraan........................................................71
Gambar 3.2 Berbagai Tipe Motor Starter yang Digunakan Pada Kendaraan................72
Gambar 3.3 Posisi Baterai Pada Kendaraan..........................................................................73
Gambar 3.4 Posisi Kunci Kontak Pada Kendaraan...............................................................73
Gambar 3.5 Motor Starter dan Uraian Motor Starter..........................................................74
Gambar 3.6 Yoke dan Pole Core Motor Starter....................................................................75
Gambar 3.7 Kumparan Medan (Field Coil) Motor Starter..................................................75
Gambar 3.8 Jangkar (Armature) Motor Starter.....................................................................76
Gambar 3.9 Sikat-Sikat (Brushes) Motor Starter..................................................................77
Gambar 3.10 Kopling Starter (Starter Clutch) dan Gigi Pinion (Pinion Gear)
Motor Starter.......................................................................................................................78
Gambar 3.11 Rem Jangkar (Armature Brake) Motor Starter.............................................79
Gambar 3.12 Saklar Magnet (Magnetic Switch) Motor Starter atau Solenoide
Motor Starter................................................................................................................................80
Gambar 3.13 Tuas Penggerak/Pendorong (Drive Lever) Motor Starter..........................80
Gambar 3.14 Gigi Ring (Ring Gear) Motor Starter...............................................................81
Gambar 3.15 Pemeriksaan Visual Pada Baterai...................................................................82
Gambar 3.16 Pemeriksaan Kumparan Penarik (Pull In Coil).............................................83
Gambar 3.17 Pemeriksaan Kumparan Penahan (Hold In Coil).........................................84
Gambar 3.18 Pemeriksaan Kembalinya Gigi Pinion (Pinion Gear)..................................85
Gambar 3.19 Pemeriksaan Putaran Motor Starter Tanpa Beban.....................................86
Gambar 3.20 Mengenal teknologi ACG starter....................................................................90
Gambar 4.1 Pengkabelan Sistem Starter Tanpa Relay.......................................................94
Gambar 4.2 Pengkabelan Sistem Starter dengan Relay....................................................95
Gambar 4.3 Prinsip Kerja Sistem Starter Pada Kendaraan................................................96
Gambar 4.4 Pengisian Baterai Cepat Menggunakan Battery Charger............................97
Gambar 4.5 Kunci Kontak dan Pemeriksaannya..................................................................98
Gambar 4.6 Perbaikan Yoke dan Pole Core...........................................................................98
Gambar 4.7 Perbaikan Kumparan Medan..............................................................................99
Gambar 4.8 Perbaikan Jangkar (Armature)...........................................................................99
Gambar 4.9 Penggantian Sikat-Sikat (Brushes)................................................................ 100
Gambar 4.10 Perbaikan Kopling Starter (Starter Clutch) dan Gigi Pinion
(Pinion Gear)............................................................................................................................. 101
Gambar 4.11 Perbaikan Rem Jangkar (Armature Brake)................................................. 101
Gambar 4.12 Perbaikan Switch Starter (Magnetic Switch atau Solenoide)............... 102
Gambar 4.13 Perbaikan Tuas Penggerak/Pendorong (Drive Lever)............................. 102
Gambar 4.14 Perbaikan Ring Gear Pada Flywheel........................................................... 103

TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
ix
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.15 Nikola Tesla...................................................................................................... 118


Gambar 5.1 Pengkabelan Sistem Pengisian Pada Kendaraan....................................... 128
Gambar 5.2 Generator Sistem Pengisian Pada Kendaraan............................................ 129
Gambar 5.3 Alternator Sistem Pengisian Pada Kendaraan............................................ 130
Gambar 5.4 Wiring Diagram Sistem Pengisian Pada Kendaraan.................................. 130
Gambar 5.5 Sabuk Penggerak (Drive Belt) Sistem Pengisian Pada Kendaraan......... 131
Gambar 5.6 Posisi Baterai Pada Kendaraan....................................................................... 132
Gambar 5.7 Berbagai Tipe dan Kapasitas Sekring........................................................... 132
Gambar 5.8 Lampu Indikator Pengisian atau Lampu CHG............................................. 133
Gambar 5.9 Posisi Kunci Kontak Pada Kendaraan............................................................ 134
Gambar 5.10 Alternator Sistem Pengisian......................................................................... 134
Gambar 5.11 Regulator Konvensional dan IC Regulator................................................ 135
Gambar 5.12 Pemeriksaan Tali Kipas atau Sabuk Penggerak........................................ 136
Gambar 5.13 Pemeriksaan Baterai Kendaraan................................................................. 137
Gambar 5.14 Pemeriksaan Berat Jenis Elektrolit Baterai............................................... 138
Gambar 5.15 Pemeriksaan Tegangan Baterai.................................................................... 139
Gambar 5.16 Pemeriksaan Arus Pengisian Alternator.................................................... 140
Gambar 5.17 Pemeriksaan Regulator................................................................................. 140
Gambar 5.18 Robert J. Van de Graaff.................................................................................. 146
Gambar 6.1 Pengkabelan Sistem Pengisian Pada Kendaraan....................................... 150
Gambar 6.2 Wiring Diagram Sistem Pengisian Pada Kendaraan.................................. 151
Gambar 6.4 Perbaikan Pada Kunci Kontak......................................................................... 153
Gambar 6.5 Komponen-Komponen Alternator Sistem Pengisian................................ 154
Gambar 6.6 Perbaikan Rotor Alternator............................................................................. 155
Gambar 6.7 Perbaikan Stator Alternator............................................................................ 155
Gambar 6.8 Perbaikan Diode Penyearah Pada Alternator............................................. 156
Gambar 6.9 Rumah Bagian Depan Alternator................................................................... 156
Gambar 6.10 Rumah Bagian Belakang Alternator............................................................ 157
Gambar 6.11 Kipas Pendingin Pada Alternator................................................................ 157
Gambar 6.12 Pulley Alternator............................................................................................. 158
Gambar 6.13 Penyetelan Lidah Penyetel Pada Regulator Pengisian........................... 159
Gambar 6.14 Alessandro Volta............................................................................................. 176
Gambar 7.1 Pengkabelan Sistem Pengapian Konvensional.......................................... 180
Gambar 7.2 Wiring Diagram Sistem Pengapian Konvensional..................................... 181
Gambar 7.3 Baterai Pada Sistem Pengapian Konvensional........................................... 182
Gambar 7.4 Kunci Kontak Pada Sistem Pengapian Konvensional................................ 183
Gambar 7.5 Platina Pada Sistem Pengapian Konvensional........................................... 184
Gambar 7.6 Kapasitor Pada Sistem Pengapian Konvensional....................................... 184
Gambar 7.7 Ignition Coil Pada Sistem Pengapian Konvensional.................................. 185
Gambar 7.8 Distributor Pada Sistem Pengapian Konvensional.................................... 186
Gambar 7.9 Uraian Distributor Sistem Pengapian.......................................................... 187
Gambar 7.10 Bobot Pemaju Pada Sistem Pengapian Konvensional............................ 188
Gambar 7.11 Vakum Pemaju Pada Sistem Pengapian Konvensional.......................... 188
Gambar 7.12 Oktan Selektor Pada Sistem Pengapian Konvensional.......................... 189
Gambar 7.13 Kabel Tegangan Tinggi Pada Sistem Pengapian Konvensional............ 190

TEKNIK DAN MANAJEMEN


x PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

DAFTAR GAMBAR
Gambar 7.14 Busi Pada Sistem Pengapian Konvensional.............................................. 190
Gambar 7.15 Pemeriksaan Visual Baterai.......................................................................... 191
Gambar 7.16 Pengukuran Berat Jenis Elektrolit Baterai................................................. 193
Gambar 7.17 Pengukuran Tegangan Baterai..................................................................... 193
Gambar 7.18 Pengukuran Kemampuan Baterai................................................................ 194
Gambar 7.19 Pemeriksaan Kontinuitas Pada Kunci Kontak........................................... 194
Gambar 7.20 Pemeriksaan Kontinuitas Kunci Kontak Pada Posisi ACC....................... 195
Gambar 7.21 Pemeriksaan Kontinuitas Kunci Kontak Pada Posisi ON........................ 195
Gambar 7.22 Pemeriksaan Kontinuitas Kunci Kontak Pada Posisi ST.......................... 195
Gambar 7.23 Komponen-Komponen Platina.................................................................... 196
Gambar 7.24 Pengukuran Kapasitas Kapasitor................................................................. 197
Gambar 7.25 Pemeriksaan Kapasitor dengan Multimeter............................................. 197
Gambar 7.26 Pemeriksaan Tahanan Kumparan Primer Pada Koil Pengapian............ 198
..................................................................................................................................................... 198
Gambar 7.27 Pemeriksaan Tahanan Kumparan Sekunder Pada Koil Pengapian...... 198
Gambar 7.28 Pemeriksaan Ballast Pada Koil Pengapian................................................ 199
Gambar 7.29 Pemeriksaan Tegangan Pada Koil Pengapian........................................... 199
Gambar 7.30 Komponen-Komponen Distributor............................................................. 200
Gambar 7.31 Pemeriksaan Bobot Pemaju Pada Sistem Pengapian Konvensional... 200
Gambar 7.32 Pemeriksaan Vacuum Advancer Pada Sistem Pengapian
Konvensional............................................................................................................................ 201
Gambar 7.33 Pemeriksaan Vakum Sistem Pengapian Konvensional Pada
Saat Mesin Hidup..................................................................................................................... 201
Gambar 7.34 Pemeriksaan Selektor Angka Oktan........................................................... 202
Gambar 7.35 Pemeriksaan Kabel Tegangan Tinggi Pada Sistem Pengapian
Konvensional............................................................................................................................ 202
Gambar 7.36 Pemeriksaan Busi Pada Sistem Pengapian Konvensional..................... 203
Gambar 7.37 Michael Faraday.............................................................................................. 207
Gambar 8.1 Jaringan Pengkabelan Pada Sistem Pengapian Konvensional................ 212
Gambar 8.2 Wiring Diagram Sistem Pengapian Konvensional..................................... 213
Gambar 8.3 Perbaikan Baterai (Battery)............................................................................. 215
Gambar 8.4 Perbaikan Kunci Kontak (Ignition Switch)................................................... 215
Gambar 8.5 Perbaikan Kontak Pemutus/Platina (Breaker Point).................................. 216
Gambar 8.6 Perbaikan Kapasitor/Kondensator (Capasitor/Condensator)................. 216
Gambar 8.7 Perbaikan Koil Pengapian (Ignition Coil)..................................................... 217
Gambar 8.8 Perbaikan Delco (Distributor)......................................................................... 218
Gambar 8.9 Perbaikan Bobot Pemaju (Centrifugal Advancer)...................................... 218
Gambar 8.10 Perbaikan Vakum Pemaju (Vacuum Advancer)........................................ 219
Gambar 8.11 Perbaikan Pengatur Angka Oktan (Octane Selector).............................. 219
Gambar 8.12 Perbaikan Kabel Tegangan Tinggi (High Tension Cord)......................... 220
Gambar 8.13 Perbaikan Busi (Spark Plug).......................................................................... 221
Gambar 8.14 Busi Pada Kendaraan...................................................................................... 231

TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
xi
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

PETUNJUK
PENGGUNAAN BUKU

Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat-
nya sehingga dapat menyelesaian buku ini.
Buku dengan judul Perawatan dan Perbaikan Kelistrikan Otomotif ini diharap-
kan dapat menjadi panduan, memperkaya dan meningkatkan penguasaan pengeta-
huan dan keterampilan bagi peserta didik. Mengingat pentingnya buku ini, disarankan
mmemperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1. Bacalah Tujuan pembelajaran terlebih dahulu untuk mengetahui apa yang akan
kamu capai dalam bab ini serta lihatlah peta konsep untuk megetahui pemetaan
materi.
2. Bacalah buku ini dengan teliti dan seksama, serta bila ada yang kurang jelas bisa
ditanyakan kepada guru.
3. Lakukan kegiatan literasi pada bagian cakrawala dan jelajah internet untuk
memperluas wawasanmu.
4. Pada bagian akhir bab terdapat tes kompetensi yang dapat kalian gunakan untuk
mengetahui apakah sudah menguasai materi dalam bab ini.
Untuk membantu anda dalam menguasai kemampuan di atas, materi dalam
buku ini dapat kamu cermati tahap demi tahap. Jangan memaksakan diri sebelum be-
nar-benar menguasai bagian demi bagian dalam modul ini, karena masing-masing sa-
ling berkaitan. Pada akhir bab dilegkapi dengan Penilaian Akhir Bab. Jika anda belum
menguasai 75% dari setiap kegiatan, maka anda dapat mengulangi untuk mempe-
lajari materi yang tersedia dalam buku ini. Apabila anda masih mengalami kesulitan
memahami materi yang ada dalam bab ini, silahkan diskusikan dengan teman atau
guru anda.
Buku ini terdapat bagian-bagian untuk memperkaya dan menguji pengetahuan
dan keterampilanmu. Adapun bagian-bagian tersebuut adalah:
Lembar Prakti- Lembar acuan yang digunakan untuk melatih keterampilan pe-
kum serta didik sesuai kompetensi keahlianya.
Contoh Soal Digunakan untuk memberikan gambaran soal yang akan dit-
anyakan dan cara menyelesaikannya.
Cakrawala Berisi tentang wawasan dan pengetahuan yang berkaitan den-
gan ilmu yang sedang dipelajari.
Jelajah Internet Fitur yang dapat digunakan peserta didik untuk menambah
sumber belajar dan wawasan. Menampilkan link dan QR code
sumber belajar.
Rangkuman Berisi ringkasan pokok materi dalam satu bab.
Tugas Mandiri Kegiatan yang bertujuan untuk melatih peserta didik dalam me-
mahami suatu materi dan dikerjakan secara individu maupun
kelompok (diskusi).
Penilaian Akhir Digunakan untuk mengetahui sejauh mana kompetensi yang su-
Bab dah dicapai peserta didik setelah mempelajari satu bab.
Refleksi Kegiatan yang dapat dilakukan oleh peserta didik maupun guru
di akhir kegiatan pembelajaran guna mengevaluasi dan mem-
berikan umpan balik kegiatan belajar mengajar.
Penilaian Akhir Digunakan untuk mengevaluasi kompetensi peserta didik
Semester setelah mempelajari materi dalam satu semester.

TEKNIK DAN MANAJEMEN


xii PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

PETA KONSEP
BUKU

BAB I. IDENTIFIKASI DAN PERAWATAN SISTEM


KELISTRIKAN DAN KELENGKAPAN TAMBAHAN
PERAWATAN DAN PERBAIKAN KELISTRIKAN

BAB II. PERBAIKAN DAN PEMASANGAN SISTEM


KELISTRIKAN DAN KELENGKAPAN TAMBAHAN

BAB III. IDENTIFIKASI DAN PERAWATAN SISTEM


STARTER (STARTING SYSTEM)
OTOMOTIF 2

BAB IV. OVER HOULE DAN PERBAIKAN SISTEM


STARTER (STARTING SYSTEM)

BAB V. IDENTIFIKASI DAN PERAWATAN SISTEM


PENGISIAN (CHARGING SYSTEM)

BAB VI. OVER HOULE DAN PERBAIKAN SISTEM


PENGISIAN (CHARGING SYSTEM)

BAB VII. IDENTIFIKASI DAN PERAWATAN SISTEM


PENGAPIAN KONVENSIONAL
(CONVENTIONAL IGNITION SYSTEM)

BAB VIII. OVER HOULE DAN PERBAIKAN SISTEM PEN-


GAPIAN KONVENSIONAL
(CONVENTIONAL IGNITION SYSTEM)

TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
xiii
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

APERSEPSI

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki banyak peranan


dalam memberikan sumbangan terhadap perkembangan fitur-fitur yang disertakan
pada produk-produk kendaraan. Sistem kelistrikan pada kendaraan merupakan salah
satu bidang yang mengalami perkembangan yang sangat pesat, berbagai produsen
kendaraan melengkapi berbagai fitur sistem kelistrikan pada produk kendaraan yang
diciptakan dengan berbagai komponen atau sistem yang semakin lengkap dan semakin
modern. Pemasangan dan penyempurnaan berbagai sistem kelistrikan ini memiliki
tujuan untuk menghadirkan kendaraan yang aman dan nyaman ketika dikendarai.
Perkembangan yang pesat pada sistem kelistrikan kendaraan tentunya juga
diikuti dengan kebutuhan perawatan dan perbaikan yang semakin kompleks sehingga
dibutuhkan pengetahuan dan pemahaman serta ketrampilan yang berhubungan
dengan sistem kelistrikan kendaraan yang lebih mendalam dan detail. Keberadaan
buku ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk penguasaan kompetensi tentang
kelistrikan pada kendaraan. Penguasaan kompetensi tentang kelistrikan kendaraan
ini sangat dibutuhkan untuk mendukung kegiatan-kegiatan perawatan dan perbaikan
agar perawatan dan perbaikan dapat dilakukan dengan cepat dan akurat.
Saat ini masih jarang ditemui bengkel atau pusat perawatan dan perbaikan yang
khusus menangani sistem kelistrikan kendaraan, terlebih yang dapat mengerjakan
berbagai permasalahan kelistrikan kendaraan. Permasalahan atau kerusakan pada
sistem kelistrikan kendaraan masih dibebankan kepada bengkel-bengkel resmi yang
keberadaannya juga masih jarang dan hanya terdapat di kota-kota besar. Kondisi
ini merupakan peluang tersendiri untuk dapat mendirikan usaha bengkel spesialis
kelistrikan kendaraan. Usaha bisnis jasa perbengkelan khususnya bengkel spesialis
kelistrikan kendaraan sangat menjajikan, mengingat belum banyak pesaingnya.
Penguasaan yang baik terhadap kompetensi kelistrikan pada kendaraan dapat
dijadikan sebagai modal usaha yang cukup profit dan dapat diharapkan.

TEKNIK DAN MANAJEMEN


xiv PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

IDENTIFIKASI DAN PERAWATAN SISTEM KELISTRIKAN


BAB
DAN KELENGKAPAN TAMBAHAN I
BAB I IDENTIFIKASI DAN PERAWATAN SISTEM KELISTRI-
KAN DAN KELENGKAPAN TAMBAHAN
TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari materi tentang sistem kelistrikan dan kelengkapan tambahan


pada kendaraan, peserta didik diharapkan dapat:
1. melakukan identifikasi komponen sistem kelistrikan dan kelengkapan tambahan
standar pada kendaraan;
2. melakukan perawatan berkala sistem kelistrikan dan kelengkapan tambahan
standar pada kendaraan.

PETA KONSEP

SISTEM KELISTRIKAN DAN KELENGKAPAN TAMBAHAN STANDAR

KOMPONEN DAN PERAWATAN


SISTEM
CARA KERJA SISTEM BERKALA SISTEM
KELISTRIKAN DAN
KELISTRIKAN DAN KELISTRIKAN DAN
KELENGKAPAN
KELENGKAPAN KELENGKAPAN
TAMBAHAN
TAMBAHAN TAMBAHAN

KATA KUNCI

Power window system, central door lock system, wiper system, washer system, power
mirror system, cigarette lighter system, parking camera system, global positioning
system, under vehicle lights.

TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
1
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

PENDAHULUAN

Sistem kelistrikan dan kelengkapan tambahan pada kendaraan bukan


merupakan sistem utama, tetapi keberadaan sistem ini sangat dibutuhkan untuk
lebih meningkatkan dan mendukung tercapainya keamanan dan kenyamanan dalam
berkendara. Sistem kelistrikan dan kelengkapan tambahan terdiri dari beberapa sistem
di luar sistem kelistrikan mesin (engine electricity system) maupun sistem kelistrikan
bodi (body electricity system).
Sistem kelistrikan dan kelengkapan tambahan atau yang biasa disebut
dengan istilah sistem kelistrikan aksesoris (accessories electricity system) diantaranya
terdiri dari sistem kelistrikan pembuka dan penutup kaca samping (power window
system), sistem kelistrikan pengunci pintu terpusat (central lock system), sistem
kelistrikan penghapus kaca (wiper system) dan sistem penyemprot kaca (washer
system), sistem kelistrikan pengatur posisi kaca spion (power mirror system), sistem
pemantik rokok (cigarette lighter system), sistem kamera parkir (parking camera
system), sistem penentu posisi/letak kendaraan (global positioning system), sistem
lampu kolong kendaraan (under vehicle lights) serta sistem audio (audio system) dan
sistem pengkondisian udara (air conditioning system) ruangan yang akan dibahas pada
bab tersendiri.

Gambar 1.1 Klasifikasi Sistem Kelistrikan Pada Kendaraan


Sumber: Dokumen Penulis

MATERI PEMBELAJARAN

A. Sistem Kelistrikan dan Kelengkapan Tambahan


Sistem kelistrikan dan kelengkapan tambahan pada sebuah kendaraan
merupakan suatu sistem yang sebenarnya tidak memiliki pengaruh terhadap
performa mesin kendaraan. Keberadaan sistem kelistrikan dan kelengkapan
tambahan cenderung ke arah peningkatan kenyamanan, keamanan, keselamatan
dalam berkendara serta peningkatan nilai-nilai estetika kendaraan. Sistem
kelistrikan dan kelengkapan tambahan pada sebuah kendaraan terdiri dari
beberapa sistem sebagai berikut.
TEKNIK DAN MANAJEMEN
2 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

1. Sistem Kelistrikan Pembuka dan Penutup Kaca Samping (Power Window


System)
Sistem kelistrikan pembuka dan penutup kaca samping atau yang
biasa disebut dengan nama sistem power window merupakan sistem kelistrikan
dan kelengkapan tambahan pada kendaraan yang berfungsi untuk membantu
pengemudi dan atau penumpang (passenger) membuka dan menutup kaca
jendela samping kendaraan secara elektris. Kondisi membuka atau menutup
kaca jendela samping depan sebelah kanan atau sisi pengemudi (drive) dapat
dioperasikan khusus oleh pengemudi. Sementara kondisi membuka atau
menutup kaca samping jendela sebelah kiri depan, kiri belakang, dan kanan
belakang atau bagian sisi penumpang (passenger) dapat dioperasikan secara
terpusat oleh pengemudi (driver) atau oleh penumpang (passenger) pada
masing-masing sisi bersangkutan. Dengan kata lain, pengoperasian sistem
power window sisi penumpang dapat dilakukan dengan dua pilihan, yaitu
oleh pengemudi saja atau oleh pengemudi dan penumpang. Dua pilihan ini
dapat diatur melalui sebuah saklar yang ada pada sisi pengemudi.
Sistem power window pada sebuah kendaraan memanfaatkan
empat buah motor listrik searah atau motor DC (direct current) yang dipasang
pada masing-masing pintu, sebuah saklar utama atau saklar sentral yang
dipasang di sisi pengemudi, dan tiga buah saklar tambahan yang dipasangkan
pada masing-masing pintu penumpang. Dengan adanya sistem power
window, untuk membuka dan memutup kaca jendela tidak lagi dilakukan
secara manual dengan memutar engkol pembuka, melainkan cukup dengan
menekan saklar (switch). Posisi membuka dapat dilakukan dengan menekan
saklar bagian belakang atau bagian bawah, sedangkan posisi menutup dapat
dilakukan dengan menekan saklar bagian depan atau bagian atas sesuai
dengan konstruksi pemasangan saklar. Dengan demikian keberadaan sistem
power window dapat meningkatkan tingkat kenyamanan dalam berkendara.

Gambar 1.2 Kaca Jendela dengan Power Window dan Kaca Jendela Tanpa Power Window
Sumber: http://hdabob.com/windows.htm

TEKNIK DAN MANAJEMEN 33


PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

2. Sistem Kelistrikan Pengunci Pintu Terpusat (Central Lock System)


Sistem kelistrikan pengunci pintu terpusat atau yang lebih
familiar dengan sebutan sistem central lock pada suatu kendaraan memiliki
fungsi untuk mengunci atau membuka kunci pada pintu-pintu kendaraan.
Pada sistem central lock untuk mengoperasikan mekanisme penguncian
pintu kendaraan dapat dilakukan secara terpusat oleh pengemudi atau dapat
dilakukan oleh masing-masing penumpang pada sisi pintu bersangkutan
secara manual. Sistem central lock memanfaatkan empat buah tuas pembuka/
penutup kunci yang dipasangkan pada keempat pintu kendaraan. Pada masing-
masing mekanisme tuas pembuka dilengkapi dengan sistem elektromagnet
sehingga tuas pembuka juga dapat dioperasikan secara elektrik dari sisi
pengemudi atau dengan menggunakan remote control.
Keberadaan sistem central lock dapat meningkatkan kenyamanan
dan keamanan dalam berkendara. Hal ini karena untuk mengunci atau
membuka kunci pintu-pintu kendaraan, selain dapat dilakukan secara
manual pada masing-masing pintu oleh penumpang kendaraan, juga dapat
dilakukan secara terpusat dari pintu pengemudi. Selain itu, untuk sistem yang
dilengkapi dengan remote control, penguncian maupun pembukaan kunci
dapat dilakukan dari luar kendaraan ketika kendaraan akan diparkirkan atau
setelah kendaraan melakukan parkir.

Gambar 1.3 Komponen-Komponen Sistem Pengunci Pintu Terpusat (Central Door Lock System)
Sumber: https://www.walmart.com/ip/Controllers-Motors-Remote-Central-System-Vehicle-Entry-
Locking-Actuator-Universal-Unlock-Truck-Conversion-Door-Lock-Keyless-2-4-Car-SUV-Kit-Vans-
Power/198726145?wmlspartner=wlpa&selectedSellerId=17188

3. Sistem Kelistrikan Penghapus Kaca (Wiper System)


Sistem kelistrikan penghapus kaca atau yang lebih dikenal
dengan sebutan sistem wiper merupakan salah satu sistem kelistrikan dan
kelengkapan tambahan pada suatu kendaraan yang memiliki fungsi untuk

44 TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

menyeka butiran-butiran air yang berada pada permukaan sebelah luar kaca
depan dan atau kaca belakang pada kendaraan. Butiran-butiran air pada
permukaan bagian luar kaca depan dan kaca belakang dapat terjadi karena
air hujan atau karena dengan sengaja disemprotkan oleh pengemudi melalui
sistem washer. Butiran-butiran air yang terdapat pada permukaan luar kaca
depan maupun kaca belakang kendaraan dapat mengganggu pandangan
pengemudi ketika mengemudikan kendaraan sehingga kondisi pengemudian
kendaraaan rawan kecelakaan. Dengan demikian, keberadaan sistem wiper
dapat mendukung peningkatan kenyamanan dan keamanan dalam berkendara.
Sistem wiper memanfaatkan sebuah motor listrik searah atau
motor DC (direct current) yang dipasangkan pada kolong dashboard kendaraan
untuk menggerakkan mekanisme sistem wiper bagian kaca depan kendaraan.
Sementara kendaraan yang dilengkapi dengan sistem wiper untuk kaca
belakang, motor listrik DC ditempatkan di bawah permukaan body kendaraan
bagian belakang. Untuk mengoperasikan sistem wiper dapat dilakukan oleh
pengemudi melalui sebuah saklar yang ada di ruang kemudi. Saklar sistem
wiper menjadi satu kesatuan (assembly) dengan saklar sistem kelistrikan yang
lain yang biasa disebut dengan saklar kombinasi (combination switch).
Sistem wiper dilengkapi dengan mekanisme yang menggerakkan
karet penyeka air pada permukaan bagian luar kaca. Mekanisme ini mengubah
gerakan putar motor DC menjadi gerakan bolak-balik pada blade karet
penyeka. Kecepatan gerak dari karet penyeka tergantung dari posisi saklar
sistem wiper yang dipilih pengemudi dan disesuaikan dengan tingkat curah
hujan yang terjadi. Tingkatan kecepatan gerak karet penyeka dapat dipilih
pada kecepatan lambat (low), kecepatan tinggi (high) atau intermitten.

Gambar 1.4 Sistem Wiper Pada Kaca Depan Kendaraan


Sumber: https://www.yourmechanic.com/article/symptoms-of-a-bad-or-failing-windshield-wiper-motor

TEKNIK DAN MANAJEMEN 55


PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

4. Sistem Penyemprot Kaca (Washer System)


Sistem penyemprot kaca atau sistem washer merupakan sistem
kelistrikan dan kelengkapan tambahan pada kendaraan yang berfungsi untuk
menyemprotkan air pada permukaan bagian luar kaca depan kendaraan.
Penyemprotan air dilakukan untuk menghilangkan debu-debu atau kotoran
tipis yang menempel pada permukaan kaca bagian luar. Keberadaan debu
dan kotoran lain pada permukaan kaca depan dapat mengganggu pandangan
pengemudi saat mengemudikan kendaraan sehingga dengan adanya sistem
washer debu dan kotoran ini dapat dibersihkan dengan segera, meskipun
kendaraan dalam kondisi berjalan.
Semprotan air yang mengenai permukaan luar kaca depan
berasal dari tabung atau tampungan air (water tank) yang diletakkan di
ruang mesin dan dipompa menggunakan pompa air yang ditempelkan pata
tabung atau tampungan air. Untuk mengoperasikan sistem washer digunakan
sebuah saklar yang menjadi satu kesatuan (assembly) dengan sistem
kelistrikan lain yang dinamakan saklar kombinasi (combination switch).
Untuk memudahkan pengoperasian sistem washer saklar diletakkan di ruang
kemudi. Pengoperasian sistem washer ada yang dikombinasikan dengan
pengoperasian sistem wiper, dalam arti ketika saklar sistem washer ditekan
dan air menyemprot pada permukaan kaca dengan segera akan diikuti dengan
gerakan blade pada sistem wiper sehingga permukaan kaca dapat segera
dibersihkan dari butiran-butiran air pembersih dan pandangan pengemudi
terhadap permukaan jalan tidak terganggu.

Gambar 1.5 Sistem Penyemprot Kaca Depan Kendaraan


Sumber: https://www.howacarworks.com/bodywork/checking-windscreen-wipers-and-washers

5. Sistem Kelistrikan Pengatur Posisi Kaca Spion (Power Mirror System)


Sistem kelistrikan pengatur posisi kaca spion (power mirror
system) merupakan salah satu sistem kelistrikan dan kelengkapan tambahan
pada kendaraan yang berfungsi untuk mengatur posisi kaca spion agar dapat
disesuaikan dengan posisi duduk pengemudi. Posisi kaca spion yang tepat
sangat berpengaruh terhadap tingkat kenyamanan dan keamanan dalam
berkendara. Posisi kaca spion yang tepat memungkinkan pengemudi dapat
melihat bagian belakang dan samping kendaraan dengan leluasa pada posisi
pengemudian yang paling ergonomis.

66 TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

Sistem kelistrikan pengatur posisi kaca spion (power mirror


system) didukung oleh motor listrik searah atau motor DC yang diletakkan
pada rumah kaca spion. Motor listrik dapat menggerakkan kaca spion dengan
kemiringan tertentu baik secara vertical maupun secara horizontal terhadap
rumah kaca spion. Sistem kelistrikan pengatur posisi kaca spion (power mirror
system) juga dapat memposisikan kaca spion dalam posisi membuka atau
menutup terutama pada saat kendaraan parkir.
Saklar pengontrol sistem kelistrikan pengatur posisi kaca spion
(power mirror system) diletakkan di ruang kemudi sehingga pengemudi
dapat dengan leluasa mengoperasikan sistem ini. Saklar sistem power mirror
biasanya diletakkan pada dashboard sisi kanan atau pada daun pintu depan
sebelah kanan. Untuk mengoperasikan sistem kelistrikan pengatur posisi
kaca spion (power mirror system) memanfaatkan arus listrik yang berasal dari
baterai kendaraan.

Gambar 1.6 Saklar Power Mirror dan Kaca Spion Pada Kendaraan
Sumber: https://www.kia.ca/cadenza

6. Sistem Pemantik Rokok (Cigarette Lighter System)


Sistem pemantik rokok (cigarette lighter system) merupakan
salah satu sistem kelistrikan dan kelengkapan tambahan pada kendaraan
yang berfungsi untuk menyediakan arus listrik searah (direct current) dengan
tegangan 12 volt atau tegangan baterai kendaraan. Keberadaan sistem ini
selain dapat digunakan untuk memanaskan wolfram penyulut rokok juga
dapat difungsikan sebagai sumber energi listrik untuk sistem kelistrikan yang
lain seperti charger handphone (HP) serta peralatan lain yang membutuhkan
arus listrik bertegangan 12 volt. Secara sederhana sistem pemantik rokok
(cigarette lighter system) merupakan dua buah terminal yang masing-masing
terminal tersebut dihubungkan dengan terminal positif baterai dan terminal
negatif baterai.
Dalam bentuk tampilan yang lain sumber enerigi listrik pada
sebuah kendaraan ini dapat berupa colokan kabel USB (universal serial
bus). Pada kendaraan-kendaraan tertentu cover unit USB ada yang diberi
penanda dengan disertai tulisan power outlet. Dengan colokan kabel USB
ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan charging berbagai peralatan
audio, video, maupun komunikasi sehingga dengan adanya sistem ini dapat
meningkatkan kenyamanan dalam berkendara.

TEKNIK DAN MANAJEMEN 77


PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 1.7 Penyulut Rokok Pada Kendaraan


Sumber: Dokumen Penulis

7. Sistem Kamera Parkir (Parking Camera System)


Sistem kamera parkir (parking camera system) merupakan salah
satu bagian dari sistem kelistrikan dan kelengkapan tambahan pada kendaraan
yang berfungsi untuk melihat bagian belakang atau sekitar kendaraan dari
ruang kemudi ketika kendaraan akan parkir. Dengan memperhatikan monitor
yang ada pada dashboard kendaraan, pengemudi akan lebih leluasa melihat
kondisi bagian belakang kendaraan ketika kendaraan berjalan mundur untuk
menepatkan posisi parkir. Sistem kamera parkir (parking camera system)
bersifat opsional, karena ada beberapa produsen kendaraan tertentu yang
menawarkan produknya dengan dilengkapi fitur ini, tetapi beberapa produk
kendaraan yang lain tidak menyertakan kamera parkir (parking camera). Oleh
karena itu, apabila kendaraan ingin dilengkapi dengan kamera parkir dapat
dilakukan dengan pemasangan unit secara mandiri.
Sistem kamera parkir (parking camera system) memanfaatkan
sebuah kamera atau beberapa kamera optik yang dipasangkan pada bumper
kendaraan atau posisi terluar dari kendaraan untuk memantau kondisi bagian
belakang dan atau bagian samping kendaraan. Dengan menggunakan kabel
optik, informasi ini dapat disampaikan kepada pengemudi melalui sebuah
monitor yang biasanya terintegrasi dengan head unit sistem audio/video
pada kendaraan. Dengan dilengkapinya kendaraan dengan sistem kamera
parkir (parking camera system), diharapkan kenyamanan dan keamanan serta
keselamatan dalam berkendara dapat lebih ditingkatkan.

Gambar 1.8 Kamera Parkir Pada Bumper Belakang dan Monitor di Dalam Ruang Pengemudi
Sumber: https://www.cartoq.com/parking-sensors-reverse-cameras-or-both-which-is-safest-and-most-useful/

88 TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

8. Sistem Penentu Posisi/Letak Kendaraan (Global Positioning System)


Sistem penentu posisi/letak kendaraan (global positioning
system) atau yang lebih dikenal dengan istilah sistem GPS merupakan salah
satu bagian dari sistem kelistrikan dan kelengkapan tambahan yang dapat
diaplikasikan pada sebuah kendaraan. Sistem GPS memiliki fungsi untuk
mengetahui letak koordinat kendaraan di permukaan bumi. Sistem GPS
memanfaatkan informasi dari satelit komunikasi global yang berada pada
orbitnya dan dapat diinformasikan melalui tampilan visual pada head unit
sistem audio/video pada kendaraan.
Keberadaan sistem GPS sangat membantu pengemudi ketika
kendaraan dibawa ke daerah-daerah yang belum dikenal karena sistem ini
juga dapat digunakan sebagai alat penunjuk arah atau navigasi sehingga arah
dan tujuan kendaraan dapat ditentukan dengan pasti meskipun berada di
daerah yang masih asing bagi pengemudi. Sistem GPS juga memungkinkan
dapat mendeteksi keberadaan atau posisi kendaraan di permukaan bumi
ketika kendaraan hilang atau dicuri orang.
Dengan sistem GPS kenyamanan dalam berkendara dapat lebih
ditingkatkan. Pengendara tidak merasa bingung dan canggung jika berada
di daerah-daerah yang belum dikenal. Tingkat kenyamanan yang terpenuhi
dapat mendukung tercapainya keselamatan dalam berkendara.

Gambar 1.9 Tampilan GPS Pada Kendaraan


Sumber: https://www.digitaltrends.com/cars/best-gps-for-your-car/

9. Sistem Lampu Kolong Kendaraan (Under Vehicle Lights)


Sistem lampu kolong kendaraan (under vehicle lights) merupakan
sistem kelistrikan dan kelengkapan tambahan pada kendaraan yang berfungsi
untuk meningkatkan tampilan atau nilai estetika pada kendaraan karena
keberadaan sistem lampu kolong dapat memperindah tampilan kendaraan.
Lampu kolong dapat dipasang di bagian bawah kolong dashboard maupun di
bagian kolong bawah kendaraan. Lampu kolong memanfaatkan nyala lampu
LED (light emitting diode) yang memancarkan warna mencolok sehingga akan
menarik perhatian bagi yang melihatnya. Lampu kolong yang diletakkan di

TEKNIK DAN MANAJEMEN 99


PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

bawah dashboard dapat dibuat dengan saklar tersendiri atau dengan saklar
yang menyatu dengan sistem lampu kabin sehingga lampu akan menyala
hanya ketika pintu kendaraan terbuka. Sementara itu, lampu kolong yang
ditempatkan pada bagian bawah kendaraan dapat dibuat dengan saklar lampu
tersendiri atau dengan saklar yang menyatu dengan saklar lampu kota/lampu
senja sehingga ketika menyalakan lampu kota/lampu senja lampu kolong
langsung dapat menyala.
Sistem lampu kolong terdiri dari lampu LED yang akan
memancarkan nyala lampu yang mencolok, saklar lampu sebagai pemutus
hubung arus listrik dari baterai menuju lampu, sekring sebagai pengaman
jaringan, kabel penghantar untuk menghubungkan masing-masing komponen,
serta baterai sebagai sumber arus DC.

Gambar 1.10 Lampu Pada Kolong Dashboard dan Lampu Pada Kolong Kendaraan
Sumber: https://www.sekolahkami.com/2020/04/cara-pasang-lampu-kolong-bawah-mobil.html

B. Komponen dan Cara Kerja Sistem Kelistrikan dan Kelengkapan Tambahan


1. Sistem kelistrikan pembuka dan penutup kaca samping (power window system)
Sistem kelistrikan pembuka dan penutup kaca samping memiliki komponen-
komponen sebagai berikut.
a. Baterai (battery)
Baterai pada sistem power window memiliki fungsi untuk memberikan
arus listrik kepada motor power window agar dapat berputar untuk
menggerakkan kaca jendela menutup atau membuka. Baterai menampung
energi listrik yang dihasilkan oleh sistem pengisian ketika mesin
kendaraan berputar. Energi yang disimpan pada baterai digunakan untuk
mengoperasikan berbagai komponen kelistrikan yang ada pada kendaraan,
termasuk motor power window. Penempatan baterai pada kendaraan ada

10 TEKNIK DAN MANAJEMEN


10 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

berbagai posisi sesuai dengan konstruksi kendaraan, misalnya di bagian


bawah kolong body atau di ruang mesin kendaraan.
b. Sekring (fuse)
Sekring pada sistem power window memiliki fungsi sebagai pengaman
untuk komponen-komponen power window terutama saklar power window
dan motor power window. Apabila terjadi hubung singkat (korsleting) pada
sistem power window dengan sendirinya sekring akan putus sehingga aliran
listrik pada sistem power window terhenti. Kondisi ini membuat komponen-
komponen sistem power window yang lain dapat terhindar dari kebakaran
dan kerusakan yang lebih parah. Penempatan sekring pada kendaraan
tersusun dalam kotak sekring (fuse box) yang diletakkan di ruang mesin
berdekatan dengan baterai atau di kolong dashboard kendaraan.
c. Kunci kontak (ignition switch)
Kunci kontak pada sistem power window berfungsi untuk
menghubungkan arus listrik dari baterai menuju saklar-saklar pada sistem
power window. Arus listrik dari baterai dapat terhubung ke sistem power
window ketika kunci kontak pada posisi ON dan ACC, sedangkan pada posisi
OFF dan START arus listrik dari baterai ke sistem power window terputus.
Kunci kontak diletakkan di bawah roda kemudi sebelah kanan, tepatnya di
depan pengemudi.
d. Saklar pengemudi (drive switch)
Saklar pengemudi merupakan saklar utama sistem power window
yang memiliki fungsi untuk mengoperasikan motor power window pada
sisi pengemudi dan motor power window di seluruh sisi penumpang
(passanger switch). Saklar pengemudi juga berfungsi untuk mengaktifkan
atau menonaktifkan setiap saklar pada sisi penumpang. Posisi saklar
pengemudi diletakkan pada dinding panel pintu (doortrim) depan sebelah
kanan, berdekatan dengan pengemudi.

Gambar 1.11 Saklar Pengemudi (Drive Switch)


Sumber: Dokumen Penulis

e. Saklar penumpang (passanger switch)


Saklar penumpang (passanger switch) pada sistem power window
memiliki fungsi untuk mengoperasikan motor power window pada masing-

TEKNIK DAN MANAJEMEN 11


PERAWATAN OTOMOTIF
11
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

masing pintu penumpang. Saklar penumpang terletak pada pintu depan


sebelah kiri, pintu belakang sebelah kanan dan pintu belakang sebelah kiri.
Saklar penumpang ditempatkan pada masing-masing panel pintu (doortrim)
pintu penumpang. Fungsi dari saklar penumpang dikontrol oleh saklar
pengemudi, artinya sebelum arus listrik dari baterai masuk ke masing-
masing saklar penumpang terlebih dahulu dilewatkan sebuah saklar yang
ada pada saklar pengemudi.

Gambar 1.12 Saklar Penumpang (PassangerSswitch)


Sumber: Dokumen Penulis

f. Motor listrik (electric motor)


Motor listrik pada sistem power window berfungsi untuk menggerakkan
mekanisme penggerak kaca jendela pada posisi membuka atau menutup.
Motor listrik yang digunakan adalah motor listrik searah atau motor listrik
DC (direct current) dengan tujuan apabila diberi polaritas yang berbeda
arah putarannya akan terbalik. Motor listrik ditempatkan pada masing-
masing pintu kendaraan yang menggunakan sistem power window. Motor
listrik dibautkan pada dudukannya di antara body pintu dan panel pintu
(doortrim).

Gambar 1.13 Motor Listrik (Electric Motor)


Sumber: https://otomotif.kompas.com/read/2019/02/20/150018115/sektor-rawan-yang-bikin-power-window-berusia-
pendek

12 TEKNIK DAN MANAJEMEN


12 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

g. Kabel penghubung
Kabel penghubung yang dimaksud pada sistem power window adalah
kabel penghantar yang menghubungkan antara komponen sistem power
window yang satu dengan komponen sistem power window yang lain. Kabel
ini berfungsi untuk menghantarkan arus listrik dari komponen sistem power
window yang satu kepada komponen yang lain. Untuk menghubungkan
masing-masing kabel ini menggunakan metode sambungan socket.
h. Mekanisme dudukan kaca/regulator
Mekanisme dudukan kaca/regulator pada sistem power window
memiliki fungsi untuk mengubah gerakan putar pada motor power window
menjadi gerakan naik pada saat menutup kaca jendela dan gerakan turun
pada saat membuka kaca jendela. Mekanisme dudukan kaca/regulator
diletakkan pada rongga antara bodi pintu kendaraan dan panel pintu
(doortrim). Jumlah mekanisme dudukan kaca/regulator sama dengan
jumlah motor power window atau jumlah pintu yang menggunakan sistem
power window.
2. Sistem Kelistrikan Pengunci Pintu Terpusat (Central Lock System)
Sistem kelistrikan pengunci pintu terpusat (central lock system) memiliki
komponen-komponen sebagai berikut.
a. Baterai (battery)
Baterai pada sistem central lock memiliki fungsi untuk memberikan
arus listrik pada kumparan/lilitan lock actuator agar inti kumparan menjadi
magnet sehingga dapat menarik mekanisme tuas pengunci. Baterai
menampung energi listrik yang dihasilkan oleh sistem pengisian ketika
mesin kendaraan berputar. Energi yang disimpan pada baterai digunakan
untuk mengoperasikan berbagai komponen kelistrikan yang ada pada
kendaraan, termasuk lock actuator pada sistem central lock. Ada berbagai
posisi penempatan baterai pada sesuai dengan konstruksi kendaraan,
misalnya di bagian bawah kolong body atau di ruang mesin kendaraan.
b. Sekring (fuse)
Sekring pada sistem central lock memiliki fungsi sebagai pengaman
untuk komponen-komponen central lock. Apabila terjadi hubung singkat
(korsleting) pada sistem central lock dengan sendirinya sekring akan
putus sehingga aliran listrik pada sistem central lock terhenti. Kondisi ini
membuat komponen-komponen sistem central lock dapat terhindar dari
kebakaran dan kerusakan. Penempatan sekring pada kendaraan tersusun
dalam kotak sekring (fuse box) yang diletakkan di ruang mesin berdekatan
dengan baterai atau di kolong dashboard kendaraan.
c. Modul central lock
Modul central lock merupakan komponen dari sistem central lock yang
berfungsi untuk mengolah berbagai informasi yang berhubungan dengan
sistem central lock. Modul central lock menerima masukan-masukan dari
remote control, jarak tempuh kendaraan, dan getaran. Berbagai masukan
dari komponen-komponen tersebut akan diolah oleh modul central lock
untuk selanjutnya akan memerintahkan lock actuator menggerakkan
mekanisme pengunci untuk mengunci pintu atau membuka kunci pintu.

TEKNIK DAN MANAJEMEN 13


PERAWATAN OTOMOTIF
13
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 1.14 Modul Central Lock


Sumber: Dokumen Penulis

d. Lock actuator utama


Lock actuator utama memiliki fungsi untuk mengendalikan mekanisme
pengunci pada pintu pengemudi dan seluruh pintu penumpang secara
elektrik. Arus listrik yang masuk ke masing-masing lock actuator tambahan
pada masing-masing pintu penumpang dapat dikontrol melalui sebuah
saklar pada lock actuator utama.

Gambar 1.15 Lock Actuator Utama


Sumber: Dokumen Penulis

e. Lock actuator tambahan


Lock actuator tambahan memiliki fungsi untuk membuka atau mengunci
mekanisme pengunci pada masing-masing pintu penumpang. Lock actuator
tambahan dapat dioperasikan secara terpisah di antara lock actuator
tambahan yang lain atau dapat dioperasikan secara bersama-sama melalui
lock actuator utama pada pintu pengemudi.

Gambar 1.16 Lock Actuator Tambahan


Sumber: Dokumen Penulis

14 TEKNIK DAN MANAJEMEN


14 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

f. Kabel penghubung
Kabel penghubung pada sistem central lock berfungsi sebagai
penghantar arus listrik dari sumber arus (baterai) menuju komponen-
komponen sistem central lock yang lain. Kabel penghubung terbuat dari
tembaga yang diberi lapisan isolasi untuk mencegah hubung singkat
antarkabel. Dipilih bahan tembaga karena bahan ini memiliki nilai tahanan
yang relatif kecil dibandingkan dengan bahan lainnya.
g. Mekanisme tuas pengunci
Mekanisme tuas pengunci pada sistem central lock berfungsi untuk
meneruskan gerakan lock actuator ke posisi penguncian terhadap pintu
pengemudi maupun pintu penumpang. Apabila kumparan pada lock
actuator dialiri arus listrik, inti dari lock actuator akan berubah menjadi
magnet dan menarik mekanisme tuas pengunci pada posisi penguncian.
Mekanisme tuas pengunci terletak pada masing-masing pintu kendaraan
yang dibautkan pada ruangan antara bodi pintu dan panel pintu (doortrim).
3. Sistem Kelistrikan Penghapus Kaca (Wiper System)
Sistem kelistrikan penghapus kaca (wiper system) memiliki komponen-
komponen sebagai berikut.
a. Baterai (battery)
Baterai pada sistem wiper berfungsi untuk menyediakan arus
listrik yang akan digunakan untuk mengoperasikan motor wiper. Baterai
menyediakan arus listrik searah atau arus DC (direct current) yang akan
disuplai untuk memenuhi kebutuhan energi listrik untuk semua komponen
kelistrikan termasuk sistem wiper. Untuk menghidari drop tegangan maka
pada kendaraan dilengkapi dengan sistem pengisian yang akan mengisi
baterai ketika mesin kendaraan dioperasikan.
b. Sekring (fuse)
Sekring pada sistem wiper memiliki fungsi sebagai pengaman untuk
komponen-komponen sistem wiper terutama saklar wiper dan motor
wiper. Apabila terjadi hubung singkat (korsleting) pada sistem wiper
dengan sendirinya sekring akan putus sehingga aliran listrik pada sistem
wiper terhenti. Kondisi ini membuat komponen-komponen sistem wiper
yang lain dapat terhindar dari kebakaran dan kerusakan yang lebih parah.
Penempatan sekring pada kendaraan tersusun dalam kotak sekring (fuse
box) yang diletakkan di ruang mesin berdekatan dengan baterai atau di
kolong dashboard kendaraan.
c. Kunci kontak (ignition switch)
Kunci kontak pada sistem wiper berfungsi untuk menghubungkan
arus listrik dari baterai menuju saklar wiper. Arus listrik dari baterai dapat
terhubung ke sistem wiper ketika kunci kontak pada posisi ON dan ACC,
sedangkan pada posisi OFF dan START arus listrik dari baterai ke sistem
wiper terputus. Kunci kontak diletakkan dekat dengan pengemudi untuk
memudahkan pengoperasiannya, yaitu di bawah roda kemudi sebelah
kanan.
d. Saklar wiper (wiper switch)
Saklar wiper (wiper switch) memiliki fungsi untuk memutus-hubungkan

TEKNIK DAN MANAJEMEN 15


PERAWATAN OTOMOTIF
15
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

arus listrik dari terminal ACC pada kunci kontak menuju motor wiper. Saklar
wiper menjadi satu kesatuan dengan saklar sistem kelistrikan yang lain
dalam bentuk unit saklar kombinasi (combination switch). Saklar wiper
terletak di bawah roda kemudi sebelah kiri. Untuk mengoperasikan saklar
wiper dengan cara menekan tuas saklar ke atas atau ke bawah untuk
memilih kecepatan putar motor wiper. Namun, ada juga saklar wiper yang
pengoperasiannya dengan cara diputar sekali, dua kali atau tiga kali untuk
memilih kecepatan putar motor wiper.

Gambar 1.17 Saklar Wiper (WiperSswitch)


Sumber: Dokumen Penulis

e. Motor wiper (wiper motor)


Motor wiper (wiper motor) memiliki fungsi untuk menggerakkan
mekanisme penggerak karet penghapus (wiper blade). Apabila motor wiper
mendapatkan arus listrik dari saklar wiper, poros motor wiper akan berputar
dengan kecepatan sesuai dengan pilihan pada saklar wiper. Motor wiper
diletakkan di kolong dashboard, tepatnya di bawah bodi kendaraan bagian
depan.

Gambar 1.18 Motor Wiper (Wiper Motor)


Sumber: Dokumen Penulis

16 TEKNIK DAN MANAJEMEN


16 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

f. Kabel penghubung
Kabel penghubung berfungsi sebagai penghantar arus listrik dari
sumber arus (baterai) menuju komponen-komponen sistem wiper yang lain.
Kabel penghubung terbuat dari tembaga yang diberi lapisan isolasi untuk
mencegah hubung singkat antarkabel. Dipilih bahan tembaga karena bahan
ini memiliki nilai tahanan yang relatif kecil dibandingkan dengan bahan
lainnya.
g. Mekanisme penggerak
Mekanisme penggerak pada sistem wiper berfungsi untuk meneruskan
gerakan motor wiper kepada wiper blade sekaligus mengubah gerakan
putar motor wiper menjadi gerakan menyapu bolak-balik pada wiper
blade. Mekanisme penggerak sistem wiper tersusun dari beberapa batang
penggerak yang satu sama lain terangkai secara fleksibel seperti engsel.
Gerakan putar motor wiper diubah menjadi gerakan ayunan pada ujung
batang penggerak.
h. Karet penghapus (wiper blade)
Karet penghapus (wiper blade) memiliki fungsi untuk menyeka
butiran-butiran air hujan atau air yang disemprotkan oleh sistem washer
pada permukaan kaca bagian luar. Gerakan bolak-balik wiper blade akan
mengikis butiran air pada permukaan kaca sehingga permukaan kaca tetap
bersih dan tembus pandang.

Gambar 1.19 Karet Penghapus (Wiper Blade)


Sumber: https://www.amazon.com/Bosch-MicroEdge-40710-Wiper-Blade/dp/B000BZI5II

4. Sistem Penyemprot Kaca (Washer System)


Sistem penyemprot kaca (washer system) memiliki komponen-komponen
sebagai berikut.
a. Baterai (battery)
Baterai pada sistem washer memiliki fungsi untuk memberikan arus
listrik kepada motor pompa washer agar dapat berputar untuk memberikan
tekanan kepada air pembersih sehingga air dapat disemprotkan pada
permukaan kaca. Baterai menampung energi listrik yang dihasilkan oleh
sistem pengisian ketika mesin kendaraan berputar. Energi yang disimpan
pada baterai digunakan untuk mengoperasikan berbagai komponen
kelistrikan yang ada pada kendaraan, termasuk motor pompa washer.
Penempatan baterai pada kendaraan ada berbagai posisi sesuai dengan
konstruksi kendaraan, misalnya di bagian bawah kolong bodi atau di ruang
mesin kendaraan.

TEKNIK DAN MANAJEMEN 17


PERAWATAN OTOMOTIF
17
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

b. Sekring (fuse)
Sekring pada sistem washer memiliki fungsi sebagai pengaman untuk
komponen-komponen sistem washer. Apabila terjadi hubung singkat
(korsleting) pada sistem washer dengan sendirinya sekring akan putus
sehingga aliran listrik pada sistem washer terhenti. Kondisi ini membuat
komponen-komponen sistem washer dapat terhindar dari kebakaran dan
kerusakan. Penempatan sekring pada kendaraan tersusun dalam kotak
sekring (fuse box) yang diletakkan di ruang mesin berdekatan dengan
baterai atau di kolong dashboard kendaraan.
c. Kunci kontak (ignition switch)
Kunci kontak pada sistem washer berfungsi untuk menghubungkan
arus listrik dari baterai menuju saklar washer. Arus listrik dari baterai dapat
terhubung ke sistem washer ketika kunci kontak pada posisi ON dan ACC,
sedangkan pada posisi OFF dan START arus listrik dari baterai ke sistem
washer terputus. Kunci kontak diletakkan di bawah roda kemudi sebelah
kanan, dekat dengan kursi pengemudi.
d. Saklar washer (washer switch)
Saklar washer (washer switch) memiliki fungsi untuk memutus-
hubungkan arus listrik dari terminal ACC kunci kontak menuju pompa air
yang menempel pada tabung penampung air. Saklar washer (washer switch)
terletak pada ujung saklar wiper yang pengoperasiannya dilakukan dengan
cara menekan tombol saklar. Saklar washer (washer switch) menjadi satu
kesatuan dengan saklar sistem kelistrikan yang lain dalam bentuk saklar
kombinasi (combination switch). Dengan menekan saklar washer (washer
switch) pompa air akan berputar dan air akan menyemprot pada permukaan
kaca bagian luar.

Gambar 1.20 Saklar Washer (Washer Switch)


Sumber: Dokumen Penulis

e. Motor pompa air (water pump motor)


Motor pompa air (water pump motor) berfungsi untuk memompa dan
menekan air pembersih yang berasal dari tabung air menuju neeple agar
dapat disemprotkan pada permukaan luar kaca depan/belakang kendaraan.
Prinsip kerja pompa air mengubah energi listrik dari baterai menjadi energi
gerak putar pada poros pompa untuk memutar sudu-sudu pompa air. Putaran
sudu-sudu pompa inilah yang memberikan tekanan terhadap air pembersih.

18 TEKNIK DAN MANAJEMEN


18 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 1.21 Motor Pompa Air (Water Pump Motor)


Sumber: Dokumen Penulis

f. Kabel penghubung
Kabel penghubung berfungsi sebagai kabel penghantar yang
menghubungkan antara komponen kelistrikan yang satu dengan komponen
kelistrikan yang lain pada sistem washer. Kabel penghubung terbuat dari
bahan tembaga yang dilapisi bahan isolasi untuk mencegah terjadinya
hubung singkat antar kabel.
g. Tabung penampung air (water reservoir tank)
Tabung penampung air pada sistem washer memiliki fungsi untuk
menampung air yang digunakan sebagai cadangan air bersih. Air bersih yang
ditampung pada tabung penampung air akan berkurang volumenya setiap
dioperasikan sistem washer. Sebagai solusi untuk mencegah kehabisan air
pembersih, tabung penampung harus selalu diperiksa dan ditambahkan air
bersih apabila volumenya berkurang.

Gambar 1.22 Tabung Penampung Air (Water Reservoir Tank)


Sumber: Dokumen Penulis

h. Pipa/selang air (water pipe)


Pipa/selang air (water pipe) pada sistem washer memiliki fungsi untuk
menyalurkan air pembersih dari penampung air menuju neeple penyemprot.
Selang air memiliki panjang 1 meter sampai dengan 2 meter tergantung
jarak tangki air diletakkan terhadap kaca kendaraan.

TEKNIK DAN MANAJEMEN 19


PERAWATAN OTOMOTIF
19
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

i. Neeple penyemprot
Neeple penyemprot pada sistem washer memiliki fungsi untuk
menyemprotkan air pembersih pada permukaan kaca bagian luar. Neeple
penyemprot memiliki satu atau lebih lubang penyemprot yang berdiameter
kecil sehingga tekanan air pada lubang meningkat dan air pembersih dapat
disemprotkan pada permukaan kaca.

Gambar 1.23 Neeple Penyemprot


Sumber: Dokumen Penulis

5. Sistem Kelistrikan Pengatur Posisi Kaca Spion (power mirror system)


Sistem kelistrikan pengatur posisi kaca spion (power mirror system)
memiliki komponen-komponen sebagai berikut.
a. Baterai (battery)
Baterai pada sistem power mirror memiliki fungsi untuk memberikan
arus listrik kepada motor power mirror agar kaca spion dapat bergerak
dengan radius tertentu, baik secara horizontal maupun vertikal. Baterai
menampung energi listrik yang dihasilkan oleh sistem pengisian ketika mesin
kendaraan berputar. Energi yang disimpan pada baterai digunakan untuk
mengoperasikan berbagai komponen kelistrikan yang ada pada kendaraan,
termasuk motor power mirror. Penempatan baterai pada kendaraan ada
berbagai posisi sesuai dengan konstruksi kendaraan, misalnya di bagian
bawah kolong body atau di ruang mesin kendaraan.
b. Sekring
Sekring pada sistem power mirror memiliki fungsi sebagai pengaman
untuk komponen-komponen sistem power mirror. Jika terjadi hubung singkat
(korsleting) pada sistem power mirror, dengan sendirinya sekring akan
putus sehingga aliran listrik pada sistem power mirror terhenti. Kondisi ini
membuat komponen-komponen sistem power mirror dapat terhindar dari
kebakaran dan kerusakan. Penempatan sekring pada kendaraan tersusun
dalam kotak sekring (fuse box) yang diletakkan di ruang mesin berdekatan
dengan baterai atau di kolong dashboard kendaraan.
c. Kunci kontak
Kunci kontak pada sistem power mirror berfungsi untuk menghubungkan
arus listrik dari baterai menuju saklar power mirror. Arus listrik dari baterai
dapat terhubung ke sistem power mirror ketika kunci kontak pada posisi
ON dan ACC, sedangkan pada posisi OFF dan START arus listrik dari baterai
ke sistem power mirror terputus. Kunci kontak diletakkan di bawah roda

20 TEKNIK DAN MANAJEMEN


20 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

kemudi sebelah kanan berdekatan dengan pengemudi agar dapat dengan


mudah untuk mengoperasikannya.
d. Saklar power mirror
Saklar power mirror memiliki fungsi untuk mengarahkan arus dari
terminal ACC kunci kontak ke motor listrik penggerak kaca spion. Saklar
power mirror memiliki beberapa posisi untuk mengatur gerakan pada
spion, diantaranya adalah gerakan horizontal ke arah luar maupun gerakan
horizontal ke arah dalam serta gerakan vertikal ke arah atas maupun gerakan
vertikal ke arah bawah. Saklar power mirror dapat berupa tuas geser maupun
berupa tombol tekan.

Gambar 1.24 Saklar Power Mirror


Sumber: Dokumen Penulis

e. Motor penggerak power mirror


Motor penggerak power mirror pada sistem power mirror berfungsi
untuk menggerakkan kaca spion ke arah dalam, ke arah luar, ke arah atas
atau ke arah bawah untuk disesuaikan dengan posisi duduk pengemudi.
Motor penggerak power mirror juga berfungsi untuk menutup bodi spion
setelah parkir atau membuka bodi spion sebelum menggunakan kendaraan.
Gerakan kaca spion dan bodi spion dapat dikendalikan pengemudi dari
ruang kemudi kendaraan.

Gambar 1.25 Motor Penggerak Power Mirror


Sumber: http://www.hongmei.com.tw/shop/door-power-mirror-repair-parts/05-06-07-08-09-cadillac-sts-door-power-
folding-mirror-motor-housing/

TEKNIK DAN MANAJEMEN 21


PERAWATAN OTOMOTIF
21
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

f. Kabel penghubung
Kabel penghubung berfungsi sebagai penghantar arus listrik dari
sumber arus (baterai) menuju komponen-komponen sistem power mirror
yang lain. Kabel penghubung terbuat dari tembaga yang diberi lapisan
isolasi untuk mencegah hubung singkat antarkabel. Dipilih bahan tembaga
karena bahan ini memiliki nilai tahanan yang relatif kecil dibandingkan
dengan bahan lainnya.
g. Mekanisme penggerak
Mekanisme penggerak pada sistem power mirror berfungsi untuk
mengubah gerakan putar pada motor penggerak menjadi gerakan vertikal
maupun gerakan horisontal pada dudukan kaca spion dan gerakan membuka
atau menutup pada bodi spion. Mekanisme penggerak terdiri dari gigi-gigi
penggerak maupun gigi-gigi yang digerakkan.
6. Sistem Pemantik Rokok (Cigarette Lighter System)
Sistem pemantik rokok (cigarette lighter system) memiliki komponen-
komponen sebagai berikut.
a. Baterai (battery)
Baterai pada sistem pemantik rokok (cigarette lighter system) memiliki
fungsi untuk memberikan arus listrik kepada terminal dudukan pemantik
rokok. Baterai menampung energi listrik yang dihasilkan oleh sistem
pengisian ketika mesin kendaraan berputar. Energi yang disimpan pada
baterai digunakan untuk mengoperasikan berbagai komponen kelistrikan
yang ada pada kendaraan, termasuk menyuplai kebutuhan listrik pada
sistem pemantik rokok. Penempatan baterai pada kendaraan ada berbagai
posisi sesuai dengan konstruksi kendaraan, misalnya di bagian bawah
kolong body atau di ruang mesin kendaraan.
b. Sekring (fuse)
Sekring pada sistem pemantik rokok memiliki fungsi sebagai pengaman
untuk komponen-komponen sistem pemantik rokok. Apabila terjadi hubung
singkat (korsleting) pada sistem pemantik rokok dengan sendirinya sekring
akan putus sehingga aliran listrik pada sistem pemantik rokok terhenti.
Kondisi ini membuat komponen-komponen sistem pemantik rokok dapat
terhindar dari kebakaran dan kerusakan.
c. Dudukan pemantik rokok
Dudukan pemantik rokok berfungsi sebagai perpanjangan terminal
positif dan terminal negatif pada baterai. Dudukan pemantik rokok berupa
lubang dengan pusat lubang sebagai terminal positif (+) dan dinding lubang
sebagai terminal negatif (-). Dudukan pemantik rokok dapat digunakan
sebagai stop contack untuk pemantik rokok atau untuk charger peralatan
komunikasi.

22 TEKNIK DAN MANAJEMEN


22 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 1.26 Dudukan Pemantik Rokok


Sumber: Dokumen Penulis

d. Pemantik rokok
Pemantik rokok berfungsi untuk mengubah energi listrik baterai
menjadi energi panas pada penghantar gulungan wolfram yang berada pada
ujung pemantik rokok. Apabila gulungan wolfram dialiri arus listrik maka
wolfram akan menjadi panas dan membara sehingga mampu digunakan
untuk menyulut rokok.

Gambar 1.27 Pemantik Rokok


Sumber: https://www.carid.com/cigarette-lighters-components.html

e. Kabel penghubung
Kabel penghubung berfungsi sebagai penghantar arus listrik dari
sumber arus (baterai) menuju terminal positif (+) maupun terminal negatif
(-) pada dudukan pemantik rokok. Kabel penghubung terbuat dari tembaga
yang diberi lapisan isolasi untuk mencegah hubung singkat antarkabel.
Dipilih bahan tembaga karena bahan ini memiliki nilai tahanan yang relatif
kecil dibandingkan dengan bahan lainnya.
7. Sistem Kamera Parkir (Parking Camera System)
Sistem kamera parkir (parking camera system) memiliki komponen-
komponen sebagai berikut.
a. Baterai (battery)
Baterai pada sistem kamera parkir (parking camera system) memiliki
fungsi untuk memberikan arus listrik kepada komponen-komponen sistem

TEKNIK DAN MANAJEMEN 23


PERAWATAN OTOMOTIF
23
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

kamera parkir seperti head unit dan unit kamera. Baterai menampung
energi listrik yang dihasilkan oleh sistem pengisian ketika mesin
kendaraan berputar. Energi yang disimpan pada baterai digunakan untuk
mengoperasikan berbagai komponen kelistrikan yang ada pada kendaraan,
termasuk komponen kelistrikan kamera parkir. Penempatan baterai pada
kendaraan ada berbagai posisi sesuai dengan konstruksi kendaraan,
misalnya di bagian bawah kolong bodi atau di ruang mesin kendaraan.
b. Sekring (fuse)
Sekring pada sistem kamera parkir memiliki fungsi sebagai pengaman
untuk komponen-komponen sistem kamera parkir. Apabila terjadi hubung
singkat (korsleting) pada sistem kamera parkir dengan sendirinya sekring
akan putus sehingga aliran listrik pada sistem kamera parkir terhenti.
Kondisi ini membuat komponen-komponen sistem kamera parkir dapat
terhindar dari kebakaran dan kerusakan.
c. Kunci kontak (ignition switch)
Kunci kontak pada sistem kamera parkir berfungsi untuk
menghubungkan arus listrik dari baterai menuju terminal ON dan atau
terminal ACC dan akan diteruskan menuju kamera parkir, head unit dan
saklar mundur pada rumah transmisi. Arus listrik dari baterai dapat
terhubung ke sistem kamera parkir ketika kunci kontak pada posisi ON dan
ACC, sedangkan pada posisi OFF dan START arus listrik dari baterai ke sistem
kamera parkir terputus.
d. Saklar mundur
Saklar mundur selain digunakan untuk menghubungkan sumber
arus listrik (baterai) dengan lampu mundur juga memiliki fungsi untuk
menghubungkan sumber arus listrik (baterai) dengan head unit dan kamera
mundur. Ketika tuas transmisi diarahkan pada posisi mundur saklar mundur
akan mengaktifkan lampu mundur, head unit, dan kamera mundur.
e. Lampu mundur
Lampu mundur pada sistem kamera parkir berfungsi untuk memberikan
intensitas penerangan di bagian belakang kendaraan ketika kendaraan
berjalan mundur. Lampu mundur akan menyala ketika tuas transmisi
diposisikan pada posisi R (reserve). Lampu mundur diletakkan di bagian
belakang kendaraan menjadi satu kesatuan dengan lampu belakang atau
terpisah di bawah bumper belakang kendaraan.
f. Kamera parkir
Kamera parkir berfungsi untuk mendeteksi suatu benda di belakang
kendaraan agar dapat dilihat oleh pengemudi melalui head unit yang
ditempatkan pada dashboard kendaraan. Kamera parkir akan menyensor
semua benda yang berada di sekitar kamera dengan jarak tertentu. Jauh
dekatnya jarak antara kendaraan dengan benda dapat diprediksi dengan
durasi dan intensitas suara yang disampaikan oleh sistem. Kamera yang
dipasang pada sistem kamera parkir berupa sebuah kamera di tengah
bumper belakang atau beberapa kamera dengan posisi menyesuaikan.

24 TEKNIK DAN MANAJEMEN


24 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 1.28 Kamera Parkir


Sumber: Dokumen Penulis

g. Layar penampil (head unit)


Layar penampil (head unit) pada sistem kamera parkir berfungsi untuk
menampilkan gambar situasi di bagian belakang kendaraan. Head unit
menerima sinyal gambar situasi dari kamera parkir melalui kabel optik yang
menghubungkan kedua komponen tersebut. Head unit kamera parkir juga
berfungsi sebagai head unit sistem audio/video maupun head unit sistem
GPS (global positioning system).

Gambar 1.29 Layar Penampil (Head Unit)


Sumber: https://www.crutchfield.com/S-8uP9pptXLtF/learn/rear-view-cameras-buying-guide.html

h. Kabel penghubung
Kabel penghubung berfungsi sebagai penghantar arus listrik dari
sumber arus (baterai) menuju komponen-komponen sistem kamera parkir
yang membutuhkan arus listrik. Kabel penghubung terbuat dari tembaga
yang diberi lapisan isolasi untuk mencegah hubung singkat antarkabel.
Dipilih bahan tembaga karena bahan ini memiliki nilai tahanan yang relatif
kecil dibandingkan dengan bahan lainnya.
i. Kabel optik
Kabel optik berfungsi untuk menghubungkan unit kamera dengan
head unit agar sinyal optik dapat diteruskan dari kamera menuju head
unit. Dengan menggunakan kabel optik gambar situasi bagian belakang
kendaraan dapat ditampilkan pada head unit yang dapat membantu
pengemudi untuk mengarahkan kendaraan ketika parkir.

TEKNIK DAN MANAJEMEN 25


PERAWATAN OTOMOTIF
25
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

8. Sistem Penentu Posisi/Letak Kendaraan/GPS (Global Positioning System)


Sistem penentu posisi/letak kendaraan/GPS (global positioning system)
memiliki komponen-komponen sebagai berikut.
a. Baterai (battery)
Baterai pada sistem GPS memiliki fungsi untuk memberikan arus listrik
kepada komponen-komponen GPS yang membutuhkan arus listrik seperti
head unit, receiver dan GPS tarcker. Baterai menampung energi listrik yang
dihasilkan oleh sistem pengisian ketika mesin kendaraan berputar. Energi
yang disimpan pada baterai digunakan untuk mengoperasikan berbagai
komponen kelistrikan yang ada pada kendaraan, termasuk sistem GPS.
Penempatan baterai pada kendaraan ada berbagai posisi sesuai dengan
konstruksi kendaraan, misalnya di bagian bawah kolong bodi atau di ruang
mesin kendaraan.
b. Sekring (fuse)
Sekring pada sistem GPS memiliki fungsi sebagai pengaman untuk
komponen-komponen sistem GPS. Apabila terjadi hubung singkat
(korsleting) pada sistem GPS dengan sendirinya sekring akan putus sehingga
aliran listrik pada sistem GPS terhenti. Kondisi ini membuat komponen-
komponen sistem GPS dapat terhindar dari kebakaran dan kerusakan.
c. Kunci kontak (ignition switch)
Kunci kontak pada sistem GPS berfungsi untuk menghubungkan arus
listrik dari baterai menuju terminal ON dan terminal ACC kunci kontak untuk
selanjutnya diteruskan menuju komponen-komponen sistem GPS yang
membutuhkan arus listrik seperti head unit, receiver dan GPS tracker. Arus
listrik dari baterai dapat terhubung ke sistem GPS ketika kunci kontak pada
posisi ON dan ACC, sedangkan pada posisi OFF dan START arus listrik dari
baterai ke sistem GPS terputus.
d. Satelit-GPS tracker
Satelit merupakan komponen pertama dan terpenting dalam GPS.
Satelit yang dikirim ke orbit bumi berfungsi untuk merekam semua
informasi mengenai lokasi dan detail lainnya mengenai permukaan bumi.
Satelit kemudian memancarkan sinyalnya ke permukaan bumi dan akan
diterima oleh perangkat GPS tracker.
e. Pengontrol
Pengontrol pada sistem GPS memiliki fungsi untuk mengontrol satelit
yang berada di orbit bumi langsung dari bumi. Semua gerak-gerik satelit
dikendalikan melalui alat bernama pengontrol ini.
f. Receiver-Layar penampil
Receiver pada sistem GPS memiliki fungsi untuk menerima dan
mengolah semua data yang dikirim dari satelit. Data-data yang dikirim
satelit kemudian diterjemahkan menjadi data yang dapat dibaca manusia,
seperti informasi letak, posisi hingga koordinat suatu wilayah melalui layar
penampil (head unit).
g. Kabel penghubung
Kabel penghubung berfungsi sebagai penghantar arus listrik dari
sumber arus (baterai) menuju komponen-komponen sistem GPS yang

26 TEKNIK DAN MANAJEMEN


26 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

membutuhkan arus listrik. Kabel penghubung terbuat dari tembaga yang


diberi lapisan isolasi untuk mencegah hubung singkat antarkabel. Dipilih
bahan tembaga karena bahan ini memiliki nilai tahanan yang relatif kecil
dibandingkan dengan bahan lainnya.
9. Sistem Lampu Kolong Kendaraan (Under Vehicle Lights)
Sistem lampu kolong kendaraan (under vehicle lights) memiliki komponen-
komponen sebagai berikut.
a. Baterai (battery)
Baterai pada sistem lampu kolong memiliki fungsi sebagai sumber
arus listrik untuk menyalakan lampu kolong. Kebutuhan arus listrik yang
digunakan untuk menyalakan lampu kolong relatif lebih kecil dibandingkan
komponen kelistrikan yang lain. Hal ini disebabkan pemakaian lampu jenis
LED pada sistem lampu kolong. Baterai menampung energi listrik yang
dihasilkan oleh sistem pengisian ketika mesin kendaraan berputar. Energi
yang disimpan pada baterai digunakan untuk mengoperasikan berbagai
komponen kelistrikan yang ada pada kendaraan, termasuk kebutuhan
arus listrik pada lampu kolong. Penempatan baterai pada kendaraan ada
berbagai posisi sesuai dengan konstruksi kendaraan, misalnya di bagian
bawah kolong bodi atau di ruang mesin kendaraan.
b. Sekring (fuse)
Sekring pada sistem lampu kolong memiliki fungsi sebagai pengaman
untuk komponen-komponen sistem lampu kolong. Apabila terjadi hubung
singkat (korsleting) pada sistem lampu kolong dengan sendirinya sekring
akan putus sehingga aliran listrik pada sistem lampu kolong terhenti.
Kondisi ini membuat komponen-komponen sistem lampu kolong dapat
terhindar dari kebakaran dan kerusakan.
c. Saklar (switch)
Saklar pada sistem lampu kolong berfungsi untuk menghubungkan
arus listrik dari baterai menuju lampu LED (light emitting diode). Untuk
lampu kolong yang diletakkan di bawah dashboard saklar lampu dapat
dijadikan satu dengan saklar lampu kabin yang berada di pintu sehingga
lampu menyala ketika pintu kendaraan dibuka dan lampu mati ketika pintu
kendaraan ditutup. Sementara untuk lampu kolong yang dipasang di bagian
bawah lantai kendaraan saklar lampu kolong dapat dijadikan satu dengan
saklar lampu kota atau dibuat saklar tersendiri.
d. Lampu LED (light emitting diode)
Lampu LED selain berfungsi untuk menerangi kolong dashboard dan
kolong kendaraan juga berfungsi untuk menimbulkan efek indah pada
kendaraan karena nyala lampu LED pada sistem lampu kolong memiliki nyala
yang mencolok dengan berbagai warna. Lampu LED memiliki karakteristik
tidak menyala apabila penyambungan kabel terbalik antara positif dan
negatif.
e. Kabel penghubung
Kabel penghubung berfungsi sebagai penghantar arus listrik dari
sumber arus (baterai) menuju komponen-komponen sistem lampu kolong
yang lain. Kabel penghubung terbuat dari tembaga yang diberi lapisan

TEKNIK DAN MANAJEMEN 27


PERAWATAN OTOMOTIF
27
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

isolasi untuk mencegah hubung singkat antarkabel. Dipilih bahan tembaga


karena bahan ini memiliki nilai tahanan yang relatif kecil dibandingkan
dengan bahan lainnya.

C. Perawatan Berkala Sistem Kelistrikan dan Kelengkapan Tambahan


1. Sistem Kelistrikan Pembuka dan Penutup Kaca Samping (Power Window
System)
Perawatan berkala pada sistem kelistrikan pembuka dan penutup kaca
samping (power window system) dapat dilakukan di masing-masing komponen
sebagai berikut.
a. Baterai (battery)
Perawatan baterai meliputi kegiatan diantaranya adalah
membersihkan kotak baterai dari debu dan kotoran lain, membersihkan
terminal baterai dari endapan oksidasi, membersihkan klem baterai
dari endapan oksidasi, menguatkan ikatan terminal kabel baterai pada
klem baterai, menguatkan ikatan klem baterai pada terminal baterai,
menambahkan cairan elektrolit pada setiap sel baterai pada batas-batas
spesifikasi, serta memeriksa berat jenis cairan elektrolit baterai.
b. Sekring (fuse)
Perawatan sekring (fuse) meliputi kegiatan memastikan sekring
tidak putus dengan cara mencabut sekring dari dudukannya dan melihat
secara visual kondisi sekring serta membersihkan terminal dudukan
sekring dari endapan oksidasi dan karat yang mungkin timbul pada
terminal.
c. Kunci kontak (ignition switch)
Perawatan kunci kontak (ignition switch) meliputi kegiatan
membersihkan konektor kabel yang menghubungkan kabel-kabel kunci
kontak dengan kabel bodi serta menguatkan hubungan antara kabel-
kabel pada kunci kontak dan kabel bodi dengan cara menekan konektor
agar dapat terhubung dengan baik.
d. Saklar pengemudi (drive switch)
Perawatan saklar pengemudi (drive switch) meliputi kegiatan
membersihkan tombol-tombol saklar dari debu dan kotoran yang terselip
di antara tombol-tombol saklar dengan dudukannya agar tombol dapat
ditekan dengan ringan, membersihkan konektor kabel dari debu dan
kotoran, membersihkan terminal-terminal konektor dari karat, serta
menguatkan hubungan antarkonektor.
e. Saklar penumpang (passanger switch)
Perawatan saklar penumpang (passanger switch) meliputi
kegiatan membersihkan tombol saklar dari debu dan kotoran yang terselip
di antara tombol saklar dengan dudukannya agar tombol dapat ditekan
dengan ringan, membersihkan konektor kabel dari debu dan kotoran,
membersihkan terminal-terminal konektor dari karat, serta menguatkan
hubungan antarkonektor.

28 TEKNIK DAN MANAJEMEN


28 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

f. Motor listrik (electric motor)


Perawatan motor listrik (electric motor) pada sistem power
window meliputi kegiatan membersihkan konektor kabel motor dari
endapan debu dan kotoran lain, membersihkan terminal-terminal kabel
motor dari karat, serta menguatkan hubungan antara konektor pada motor
dengan konektor pada kabel bodi dengan menekan kedua konektor.
g. Kabel penghubung
Perawatan kabel penghubung pada sistem power window
meliputi kegiatan pemeriksaan kondisi kabel dari kemungkinan
terkelupas, terbakar, terjepit atau kondisi tidak layak pakai karena faktor
umur kabel penghantar.
h. Mekanisme penggerak kaca/regulator
Perawatan mekanisme penggerak kaca/regulator pada sistem
power window meliputi kegiatan pemeriksaan sambungan-sambungan
atau tuas batang penggerak dari kemungkinan macet karena pelumas dan
debu yang mengering, pemberian pelumas (grease) pada link penghubung
agar gerakan menjadi lancar, serta pemberian pelumas pada roda gigi
penggerak dan gigi-gigi pada regulator.

2. Sistem Kelistrikan Pengunci Pintu Terpusat (Central Lock System)


Perawatan berkala pada sistem kelistrikan pengunci pintu terpusat
(central lock system) dapat dilakukan pada masing-masing komponen sebagai
berikut.
a. Baterai (battery)
Perawatan yang dapat dilakukan pada baterai kendaraan
meliputi kegiatan membersihkan kotak baterai (battery case) dari debu
dan kotoran lain yang menempel, membersihkan terminal baterai dari
endapan oksidasi, membersihkan klem baterai dari endapan oksidasi,
menguatkan ikatan terminal kabel baterai pada klem baterai, menguatkan
ikatan klem baterai pada terminal baterai, menambahkan cairan elektrolit
pada setiap sel baterai pada batas-batas spesifikasi yang dipersyaratkan,
serta memeriksa berat jenis (BJ) cairan elektrolit baterai.
b. Sekring (fuse)
Perawatan sekring (fuse) meliputi kegiatan memastikan sekring
tidak putus dengan cara mencabut sekring dari dudukannya dan melihat
secara visual kondisi sekring serta membersihkan terminal dudukan
sekring dari endapan oksidasi dan karat yang mungkin timbul pada
terminal.
c. Modul central lock
Perawatan yang dapat dilakukan pada modul central lock
meliputi pekerjaan membersihkan konektor sambungan dari debu dan
kotoran, membersihkan terminal-terminal kabel pada konektor dari karat,
serta menguatkan sambungan atau hubungan antar konektor kabel.
d. Lock actuator utama
Perawatan yang dapat dilakukan pada lock actuator utama
sistem central lock meliputi pekerjaan membersihkan konektor kabel

TEKNIK DAN MANAJEMEN 29


PERAWATAN OTOMOTIF
29
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

dari debu dan kotoran yang menempel, membersihkan terminal-terminal


kabel (lima terminal) dari karat atau kotoran lain yang menempel pada
terminal, serta menguatkan hubungan atau sambungan konektor dengan
kabel bodi kendaraan.
e. Lock actuator tambahan
Perawatan yang dapat dilakukan pada lock actuator tambahan
sistem central lock meliputi pekerjaan membersihkan konektor kabel
dari debu dan kotoran yang menempel, membersihkan terminal-terminal
kabel (dua terminal) dari karat atau kotoran lain yang menempel, serta
menguatkan hubungan atau sambungan konektor dengan kabel bodi
kendaraan.
f. Kabel penghubung
Perawatan yang dapat dilakukan pada kabel penghubung
sistem central lock meliputi kegiatan pemeriksaan kondisi kabel dari
kemungkinan terkelupas, terbakar, terjepit atau kondisi tidak layak pakai
karena faktor umur kabel penghantar.
g. Mekanisme tuas pengunci
Perawatan yang dapat dilakukan pada mekanisme tuas pengunci
meliputi membersihkan mekanisme tuas pengunci dari pelumas dan
debu yang mengeras, memberi pelumas (grease) pada mekanisme tuas
pengunci.

3. Sistem Kelistrikan Penghapus Kaca (Wiper System)


Perawatan berkala pada sistem kelistrikan penghapus kaca (wiper system)
dapat dilakukan pada masing-masing komponen sebagai berikut.
a. Baterai (battery)
Perawatan baterai meliputi kegiatan diantaranya adalah
membersihkan kotak baterai dari debu dan kotoran lain, membersihkan
terminal baterai dari endapan oksidasi, membersihkan klem baterai
dari endapan oksidasi, menguatkan ikatan terminal kabel baterai pada
klem baterai, menguatkan ikatan klem baterai pada terminal baterai,
menambahkan cairan elektrolit pada setiap sel baterai pada batas-batas
spesifikasi, serta memeriksa berat jenis cairan elektrolit baterai.
b. Sekring (fuse)
Perawatan sekring (fuse) meliputi kegiatan memastikan sekring
tidak putus dengan cara mencabut sekring dari dudukannya dan melihat
secara visual kondisi sekring, membersihkan terminal dudukan sekring
dari endapan oksidasi dan karat yang mungkin timbul pada terminal.
c. Kunci kontak (ignition switch)
Perawatan kunci kontak (ignition switch) meliputi kegiatan
membersihkan konektor kabel yang menghubungkan kabel-kabel kunci
kontak dengan kabel bodi serta menguatkan hubungan antara kabel-
kabel pada kunci kontak dan kabel bodi dengan cara menekan konektor
agar dapat terhubung dengan baik.

30 TEKNIK DAN MANAJEMEN


30 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

d. Saklar wiper (wiper switch)


Perawatan saklar wiper (wiper switch) meliputi pekerjaan
membersihkan konektor kabel penghubung dari debu dan kotoran,
membersihkan karat pada terminal-terminal kabel, serta menguatkan
atau mengeraskan hubungan antarkonektor kabel pada saklar dengan
konektor pada kabel bodi kendaraan.
e. Motor wiper (wiper motor)
Perawatan motor wiper (wiper motor) meliputi pekerjaan
membersihkan konektor kabel penghubung dari debu dan kotoran lain,
membersihkan karat pada terminal-terminal kabel pada motor, serta
menguatkan atau mengeraskan hubungan antarkonektor kabel pada
motor dengan konektor pada kabel bodi kendaraan.
f. Kabel penghubung
Perawatan kabel penghubung pada sistem wiper meliputi
kegiatan pemeriksaan kondisi kabel dari kemungkinan terkelupas,
terbakar, terjepit atau kondisi tidak layak pakai karena faktor umur kabel
penghantar.
g. Mekanisme penggerak
Perawatan mekanisme penggerak pada sistem wiper meliputi
pekerjaan membersihkan mekanisme penggerak dari deposit pelumas dan
debu yang mengering serta melumasi bagian-bagian yang mengengsel
dengan pelumas (grease).
h. Karet penghapus
Perawatan yang dapat dilakukan pada karet penghapus (wiper
blade) meliputi pekerjaan membersihkan kaca agar selalu dalam kondisi
bebas debu dan kotoran serta membersihkan bibir karet penghapus dari
debu dan kotoran agar karet tetap awet dan fleksibel.

4. Sistem Penyemprot Kaca (Washer System)


Perawatan berkala pada sistem penyemprot kaca (washer system)
dapat dilakukan pada masing-masing komponen sebagai berikut.
a. Baterai (battery)
Perawatan baterai meliputi kegiatan, antara lain membersihkan
kotak baterai dari debu dan kotoran lain, membersihkan terminal baterai
dari endapan oksidasi, membersihkan klem baterai dari endapan oksidasi,
menguatkan ikatan terminal kabel baterai pada klem baterai, menguatkan
ikatan klem baterai pada terminal baterai, menambahkan cairan elektrolit
pada setiap sel baterai pada batas-batas spesifikasi, serta memeriksa
berat jenis cairan elektrolit baterai.
b. Sekring (fuse)
Perawatan sekring (fuse) meliputi kegiatan memastikan sekring
tidak putus dengan mencabut sekring dari dudukannya dan melihat secara
visual kondisi sekring serta membersihkan terminal dudukan sekring dari
endapan oksidasi dan karat yang mungkin timbul pada terminal.

TEKNIK DAN MANAJEMEN 31


PERAWATAN OTOMOTIF
31
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

c. Kunci kontak (ignition switch)


Perawatan kunci kontak (ignition switch) meliputi kegiatan
membersihkan konektor kabel yang menghubungkan kabel-kabel kunci
kontak dengan kabel bodi serta menguatkan hubungan antara kabel-
kabel pada kunci kontak dan kabel bodi dengan cara menekan konektor
agar dapat terhubung dengan baik.
d. Saklar washer (washer switch)
Perawatan saklar washer (washer switch) meliputi pekerjaan
membersihkan konektor kabel penghubung dari debu dan kotoran,
membersihkan karat pada terminal-terminal kabel, serta menguatkan
atau mengeraskan hubungan antarkonektor kabel pada saklar dengan
konektor pada kabel bodi kendaraan.
e. Motor pompa air
Perawatan motor pompa air meliputi pekerjaan membersihkan
konektor kabel penghubung dari debu dan kotoran, membersihkan
karat pada terminal-terminal kabel pada konektor, serta menguatkan
atau mengeraskan hubungan antarkonektor kabel pada motor dengan
konektor pada kabel bodi kendaraan.
f. Kabel penghubung
Perawatan kabel penghubung pada sistem washer meliputi
kegiatan pemeriksaan kondisi kabel dari kemungkinan terkelupas,
terbakar, terjepit atau kondisi tidak layak pakai karena faktor umur kabel
penghantar.
g. Tabung penampung air
Perawatan yang dapat dilakukan pada tabung penampung air
meliputi pekerjaan membersihkan permukaan bagian luar tabung dari
kotoran atau debu yang menempel, membersihkan atau menguras tabung
penampung air dari endapan kotoran dan lumut, serta mengisi tabung
dengan air bersih pada batas ketinggian sesuai dengan spesifikasi.
h. Selang saluran air
Perawatan yang dapat dilakukan pada selang saluran air sistem
washer meliputi pekerjaan memposisikan selang pada dudukannya
dengan baik agar tidak tertekuk, membersihkan selang dengan melepas
ujung selang yang disambungkan ke neeple penyemprot dan melepas
ujung selang yang disambungkan ke pompa air, serta memberikan
tekanan air/udara kedalam selang untuk mengeluarkan endapan kotoran
atau lumut yang ada pada dinding dalam selang air.
i. Neeple penyemprot
Perawatan yang dapat dilakukan pada neeple penyemprot
adalah membersihkan lubang-lubang penyemprotdengan menggunakan
jarum dan udara bertekanan sehingga dapat dicegah adanya kotoran yang
mengendap pada lubang-lubang penyemprotan.

32 TEKNIK DAN MANAJEMEN


32 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

5. Sistem Kelistrikan Pengatur Posisi Kaca Spion (Power Mirror System)


Perawatan berkala pada sistem kelistrikan pengatur posisi kaca
spion (power mirror system) dapat dilakukan pada masing-masing komponen
sebagai berikut.
a. Baterai (battery)
Perawatan baterai meliputi kegiatan, antara lain membersihkan
kotak baterai dari debu dan kotoran lain, membersihkan terminal baterai
dari endapan oksidasi, membersihkan klem baterai dari endapan oksidasi,
menguatkan ikatan terminal kabel baterai pada klem baterai, menguatkan
ikatan klem baterai pada terminal baterai, menambahkan cairan elektrolit
pada setiap sel baterai pada batas-batas spesifikasi, serta memeriksa
berat jenis cairan elektrolit baterai.
b. Sekring (fuse)
Perawatan sekring (fuse) meliputi kegiatan memastikan sekring
tidak putus dengan cara mencabut sekring dari dudukannya dan melihat
secara visual kondisi sekring serta membersihkan terminal dudukan
sekring dari endapan oksidasi dan karat yang mungkin timbul pada
terminal.
c. Kunci kontak (ignition switch)
Perawatan kunci kontak (ignition switch) meliputi kegiatan
membersihkan konektor kabel yang menghubungkan kabel-kabel kunci
kontak dengan kabel bodi serta menguatkan hubungan antara kabel-
kabel pada kunci kontak dan kabel bodi dengan cara menekan konektor
agar dapat terhubung dengan baik.
d. Saklar power mirror
Perawatan yang dapat dilakukan pada saklar power mirror
meliputi pekerjaan menjaga kebersihan permukaan saklar power mirror
dari debu dan kotoran yang menempel, membersihkan konektor kabel
dari debu dan kotoran, membersihkan terminal-terminal konektor dari
karat, serta menguatkan hubungan antarkonektor.
e. Motor penggerak power mirror
Perawatan motor penggerak power mirror meliputi pekerjaan
membersihkan konektor kabel penghubung dari debu dan kotoran,
membersihkan karat pada terminal-terminal kabel pada konektor, serta
menguatkan atau mengeraskan hubungan antarkonektor kabel pada
motor dengan konektor pada kabel bodi kendaraan.
f. Kabel penghubung
Perawatan kabel penghubung pada sistem power mirror meliputi
kegiatan pemeriksaan kondisi kabel dari kemungkinan terkelupas,
terbakar, terjepit atau kondisi tidak layak pakai karena faktor umur kabel
penghantar.
g. Mekanisme penggerak
Perawatan pada mekanisme penggerak power mirror dapat
dilakukan dengan membersihkan mekanisme penggerak dari gumpalan
pelumas dan debu yang mengering serta melumasi kembali mekanisme
penggerak menggunakan pelumas (grease).

TEKNIK DAN MANAJEMEN 33


PERAWATAN OTOMOTIF
33
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

6. Sistem Pemantik Rokok (Cigarette Lighter System)


Perawatan berkala pada sistem pemantik rokok (cigarette lighter
system) dapat dilakukan pada masing-masing komponen sebagai berikut.
a. Baterai (battery)
Perawatan baterai meliputi kegiatan membersihkan kotak
baterai dari debu dan kotoran lain, membersihkan terminal baterai dari
endapan oksidasi, membersihkan klem baterai dari endapan oksidasi,
menguatkan ikatan terminal kabel baterai pada klem baterai, menguatkan
ikatan klem baterai pada terminal baterai, menambahkan cairan elektrolit
pada setiap sel baterai pada batas-batas spesifikasi, serta memeriksa
berat jenis cairan elektrolit baterai.
b. Sekring (fuse)
Perawatan sekring (fuse) meliputi kegiatan memastikan sekring
tidak putus dengan cara mencabut sekring dari dudukannya dan melihat
secara visual kondisi sekring serta membersihkan terminal dudukan
sekring dari endapan oksidasi dan karat yang mungkin timbul pada
terminal.
c. Dudukan pemantik rokok
Perawatan yang dapat dilakukan pada dudukan pemantik rokok
meliputi pekerjaan membersihkan terminal dan lubang pemantik rokok
dari debu dan kotoran yang menempel serta membersihkan karat dan
kotoran lain yang dapat mengganggu kinerja sistem pemantik rokok.
d. Pemantik rokok
Perawatan pemantik rokok meliputi pekerjaan membersihkan
bodi pemantik rokok dari debu dan kotoran yang dapat mengganggu
kinerja pemantik rokok, membersihkan karat dan kotoran lain pada
gulungan wolfram, serta memeriksa kinerja pegas pada pemantik rokok.
e. Kabel penghubung
Perawatan kabel penghubung pada sistem pemantik rokok
meliputi kegiatan pemeriksaan kondisi kabel dari kemungkinan
terkelupas, terbakar, terjepit atau kondisi tidak layak pakai karena faktor
umur kabel penghantar.

7. Sistem Kamera Parkir (Parking Camera System)


Perawatan berkala pada sistem kamera parkir (parking camera
system) dapat dilakukan pada masing-masing komponen sebagai berikut.
a. Baterai (battery)
Perawatan baterai meliputi kegiatan membersihkan kotak
baterai dari debu dan kotoran lain, membersihkan terminal baterai dari
endapan oksidasi, membersihkan klem baterai dari endapan oksidasi,
menguatkan ikatan terminal kabel baterai pada klem baterai, menguatkan
ikatan klem baterai pada terminal baterai, menambahkan cairan elektrolit
pada setiap sel baterai pada batas-batas spesifikasi, serta memeriksa
berat jenis cairan elektrolit baterai.

34 TEKNIK DAN MANAJEMEN


34 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

b. Sekring (fuse)
Perawatan sekring (fuse) meliputi kegiatan memastikan sekring
tidak putus dengan cara mencabut sekring dari dudukannya dan melihat
secara visual kondisi sekring serta membersihkan terminal dudukan
sekring dari endapan oksidasi dan karat yang mungkin timbul pada
terminal.
c. Kunci kontak (ignition switch)
Perawatan kunci kontak (ignition switch) meliputi kegiatan
membersihkan konektor kabel yang menghubungkan kabel-kabel kunci
kontak dengan kabel bodi, menguatkan hubungan antara kabel-kabel
pada kunci kontak dan kabel bodi dengan cara menekan konektor agar
dapat terhubung dengan baik.
d. Saklar mundur (reserve switch)
Perawatan yang dapat dilakukan pada saklar mundur (reserve
switch) adalah membersihkan konektor kabel pada saklar dari debu dan
kotoran yang menempel, membersihkan terminal-terminal pada konektor
dari karat, menguatkan sambungan antar konektor saklar dengan konektor
kabel bodi.
e. Lampu mundur (reserve lamp)
Perawatan terhadap lampu mundur (reserve lamp) meliputi
pekerjaan membersihkan mika lampu dari debu dan kotoran,
membersihkan dudukan lampu dari kotoran atau karat, membersihkan
konektor sambungan kabel dari debu dan kotoran lain, membersihkan
terminal pada konektor dari karat, serta menguatkan hubungan antara
konektor lampu dengan konektor pada kabel bodi.
f. Kamera (camera)
Perawatan kamera dapat dilakukan dengan cara membersihkan
permukaan kamera dari debu dan kotoran yang menempel, membersihkan
konektor dari debu dan kotoran, membersihkan terminal dari karat dan
kotoran, serta menguatkan hubungan konektor kabel kamera dengan
konektor pasangannya.
g. Layar penampil (head unit)
Perawatan terhadap head unit dapat dilakukan dengan
membersihkan permukaan head unit dari debu-debu yang menempel
serta membersihkan konektor-konektor kabel penghubung dari debu
atau karat.
h. Kabel penghubung
Perawatan kabel penghubung pada sistem kamera parkir
meliputi kegiatan pemeriksaan kondisi kabel dari kemungkinan
terkelupas, terbakar, terjepit atau kondisi tidak layak pakai karena faktor
umur kabel penghantar.
i. Kabel optik
Perawatan terhadap kabel optik dapat dilakukan dengan
memeriksa kondisi sambungan-sambungan dengan kamera maupun
dengan head unit serta memastikan kabel tidak terjepit, terkelupas,
terlepas sambungannya.

TEKNIK DAN MANAJEMEN 35


PERAWATAN OTOMOTIF
35
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

8. Sistem penentu posisi/letak kendaraan (global positioning system)


a. Baterai (battery)
Perawatan baterai meliputi kegiatan diantaranya adalah
membersihkan kotak baterai dari debu dan kotoran lain, membersihkan
terminal baterai dari endapan oksidasi, membersihkan klem baterai
dari endapan oksidasi, menguatkan ikatan terminal kabel baterai pada
klem baterai, menguatkan ikatan klem baterai pada terminal baterai,
menambahkan cairan elektrolit pada setiap sel baterai pada batas-batas
spesifikasi, serta memeriksa berat jenis cairan elektrolit baterai.
b. Sekring (fuse)
Perawatan sekring (fuse) meliputi kegiatan memastikan sekring
tidak putus dengan cara mencabut sekring dari dudukannya dan melihat
secara visual kondisi sekring serta membersihkan terminal dudukan
sekring dari endapan oksidasi dan karat yang mungkin timbul pada
terminal.
c. Kunci kontak (ignition switch)
Perawatan kunci kontak (ignition switch) meliputi kegiatan
membersihkan konektor kabel yang menghubungkan kabel-kabel kunci
kontak dengan kabel bodi serta menguatkan hubungan antara kabel-
kabel pada kunci kontak dan kabel bodi dengan cara menekan konektor
agar dapat terhubung dengan baik.
d. Satelit - GPS tracker
Perawatan terhadap satelit tidak dapat kita lakukan karena
satelit berada pada orbit bumi, sedangkan GPS tracker sebagai media
yang berfungsi untuk menerima sinyal-sinyal dari satelit dapat dilakukan
perawatan sebatas pemeriksaan pada kabel-kabel penghubung apakah
terhubung dengan baik dan membersihkan debu-debu dan kotoran lain
yang menempel pada unit GPS tracker.
e. Receiver - Layar penampil (head unit)
Perawatan terhadap head unit dapat dilakukan dengan
membersihkan permukaan head unit dari debu-debu yang menempel
dan membersihkan konektor-konektor kabel penghubung dari debu atau
karat.
f. Kabel penghubung
Perawatan kabel penghubung pada sistem GPS meliputi
kegiatan pemeriksaan kondisi kabel dari kemungkinan terkelupas,
terbakar, terjepit atau kondisi tidak layak pakai karena faktor umur kabel
penghantar.

9. Sistem lampu kolong kendaraan (under vehicle lights)


a. Baterai (battery)
Perawatan baterai meliputi kegiatan membersihkan kotak
baterai dari debu dan kotoran lain, membersihkan terminal baterai dari
endapan oksidasi, membersihkan klem baterai dari endapan oksidasi,
menguatkan ikatan terminal kabel baterai pada klem baterai, menguatkan

36 TEKNIK DAN MANAJEMEN


36 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

ikatan klem baterai pada terminal baterai, menambahkan cairan elektrolit


pada setiap sel baterai pada batas-batas spesifikasi, serta memeriksa
berat jenis cairan elektrolit baterai.
b. Sekring (fuse)
Perawatan sekring (fuse) meliputi kegiatan memastikan sekring
tidak putus dengan cara mencabut sekring dari dudukannya dan melihat
secara visual kondisi sekring serta membersihkan terminal dudukan
sekring dari endapan oksidasi dan karat yang mungkin timbul pada
terminal.
c. Saklar (switch)
Perawatan terhadap saklar (switch) pada sistem lampu kolong
dapat dilakukan dengan cara membersihkan konektor penghubung dari
debu, karat pada terminalnya serta kotoran-kotoran lain yang menempel
dan mengganggu kinerja saklar lampu kolong.
d. Lampu LED (light emitting diode)
Perawatan lampu LED (light emitting diode) dapat dilakukan
dengan cara membersihkan lampu LED dari debu dan kotoran yang
menempel karena posisi pemasangan lampu LED di kolong kendaraan
dapat menyebabkan lampu cepat kotor, memastikan lampu tetap
menempel pada dudukannya dengan kuat mengingat salah satu metode
pemasangan lampu yang hanya menggunakan isolasi double tape, serta
meyakinkan bahwa kondisi konektor bersih dan bebas karat serta debu.
e. Kabel penghubung
Perawatan kabel penghubung pada sistem lampu kolong
meliputi kegiatan pemeriksaan kondisi kabel dari kemungkinan
terkelupas, terbakar, terjepit atau kondisi tidak layak pakai karena faktor
umur kabel penghantar.

LEMBAR PRAKTIKUM

MERANGKAI SISTEM KELISTRIKAN POWER WINDOW

A. Tujuan
1. Peserta didik dapat merangkai rangkaian power window.
2. Peserta didik dapat menentukan kerusakan yang terjadi pada power
window.
3. Peserta didik dapat memperbaiki kerusakan yang terjadi pada power
window.
4. Peserta didik dapat mengecek kembali hasil rangkaian dari power
window.
B. Alat dan bahan
1. Stand peralatan power window
2. Kabel-kabel

TEKNIK DAN MANAJEMEN 37


PERAWATAN OTOMOTIF
37
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

LEMBAR PRAKTIKUM

3. Multimeter
4. Baterai
5. Isolasi
6. Tang crimping
C. Keselamatan kerja
1. Hati-hati terhadap korsleting.
2. Lakukan pekerjaan sesuai perintah kerja.
3. Gunakan alat sesuai dengan fungsinya.
D. Langkah kerja
1. Persiapkan alat dan bahan.
2. Rangkailah rangkaian sistem power window untuk dua pintu depan
kanan dan kiri, pintu kanan sebagai pintu driver dan pintu kiri sebagai
pintu passenger. Perhatikan gambar rangkaian di bawah ini!

Sumber: https://www.autoexpose.org/2018/07/power-window-mobil.html

a. Driver power window motor merupakan motor power window yang


terletak pada mekanisme penggerak kaca jendela di sisi pengemudi
(driver).
b. Passenger power window motor merupakan motor power window
yang terletak pada mekanisme penggerak kaca jendela pintu depan
kiri (pintu penumpang).
c. Driver power window switch merupakan saklar utama yang berada
di sisi pengemudi (driver). Saklar ini berfungsi sebagai saklar utama

TEKNIK DAN MANAJEMEN


38 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

LEMBAR PRAKTIKUM

yang dapat mengontrol dua sisi motor power window sekaligus, yaitu
motor pada sisi pengemudi maupun motor pada sisi penumpang.
d. Passenger power window switch merupakan saklar yang berada pada
sisi penumpang (passenger), yaitu pada pintu depan sebelah kiri.
Saklar ini hanya bisa mengontrol power window pada sisi penumpang
saja.
3. Periksa tegangan pada saklar agar kurang lebih sama dengan pada
baterai.
4. Apabila tegangan terlalu rendah, kencangkan kabel-kabel yang
disambung.

CAKRAWALA

Tips Merawat Power Window

Agar power window pada kendaraan dapat


selalu bekerja sebagaimana mestinya, perlu
dilakukan perawatan dengan baik. Berikut
prosedur perawatan power window pada
kendaraan.
1. Periksa secara berkala power window.
Lakukan pemeriksaan kaca jendela
Gambar 1.30 Pengoperasian Saklar Power Window
Sumber: Dokumen Penulis minimal sekali dalam waktu enam
bulan. Pastikan naik turunya kaca tidak tersendat. Apabila tersendat, dapat
mengakibatkan kaca mobil menjadi miring sehingga tidak menutup sempurna.
Jika sering melewati jalanan yang berdebu, perawatan harus lebih sering
dilakukan.
2. Periksa secara berkala karet kaca kendaraan. Bersihkan karet kaca secara
berkala untuk menghilangkan debu penyebab naik turunnya kaca seret. Untuk
membersihkan karet kaca gunakan silicon spray. Jangan menggunakan cairan
penetran karena akan membuat debu malah menempel. Semprotkan silicon
spray di sepanjang jalur karet, termasuk karet yang menempel pada frame
pintu.
3. Periksa secara berkala rel kaca power window. Untuk menjaga kondisi rel
kaca tetap baik, biasakan untuk mencuci mobil setelah melakukan perjalanan
jauh menggunakan sampo mobil dengan kualitas baik agar kelembapan dan
elastisitas karet tetap terjaga.
4. Menggunakan power window seperlunya dan disarankan untuk tidak
menurunkan kaca ke dalam jika kondisi kaca sedang basah, terlebih jika sedang
melewati jalanan berdebu. Ketika mengoperasikan tombol power window,
lakukan secara halus agar arus listrik mengalir dengan baik pada sistem elektris.

TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
39
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

JELAJAH INTERNET

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan


yang lebih luas tentang sistem kelistrikan dan kelengkapan
tambahan pada kendaraan ringan, kalian juga dapat belajar
secara mandiri melalui internet. Di internet kalian dapat
mencari materi tentang sistem kelistrikan dan kelengkapan
tambahan pada kendaraan ringan. Materi-materi tersebut
membahas tentang sistem power window, sistem washer,
sistem wiper, serta kelengkapan kelistrikan kendaraan modern
lainnya. Salah satu website yang dapat kalian kunjungi untuk
memperluas wawasan tentang sistem kelistrikan dan kelengkapan tambahan pada
kendaraan ringan adalah https://otomotrip.com/tips-power-window-susah-naik-
dan-turun-atau-macet/ atau dengan membuka QR code di bawah ini.

RANGKUMAN

1. Sistem kelistrikan dan kelengkapan tambahan pada kendaraan merupakan


sistem yang memiliki peranan untuk meningkatkan keselamatan dan
kenyamanan dalam berkendara.
2. Sistem kelistrikan dan kelengkapan tambahan atau sistem kelistrikan aksesoris
(accessories electricity system) pada kendaraan terdiri dari beberapa sistem
sebagai berikut.
a. Sistem kelistrikan pembuka dan penutup kaca samping (power window
system) yang berfungsi untuk membantu pengemudi dan atau penumpang
(passenger) membuka dan menutup kaca jendela samping kendaraan
secara elektris.
b. Sistem kelistrikan pengunci pintu terpusat (central lock system) yang
memiliki fungsi untuk mengunci atau membuka kunci pada pintu-pintu
kendaraan.
c. Sistem kelistrikan penghapus kaca (wiper system) yang memiliki fungsi
untuk menyeka butiran-butiran air yang berada pada permukaan sebelah
luar kaca depan dan atau kaca belakang pada kendaraan.
d. Sistem penyemprot kaca (washer system) yang berfungsi untuk
menyemprotkan air pada permukaan bagian luar kaca depan kendaraan.
e. Sistem kelistrikan pengatur posisi kaca spion (power mirror system) yang
berfungsi untuk mengatur posisi kaca spion agar dapat disesuaikan dengan
posisi duduk pengemudi.
f. Sistem pemantik rokok (cigarette lighter system) yang berfungsi untuk
menyediakan arus listrik searah (direct current) dengan tegangan 12 volt atau
tegangan baterai kendaraan. Selain dapat digunakan untuk memanaskan
wolfram, penyulut rokok juga dapat dipakai sebagai sumber energi listrik
untuk charger HP (handphone) serta peralatan lain yang membutuhkan arus
listrik bertegangan 12 volt.

TEKNIK DAN MANAJEMEN


40 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

RANGKUMAN

g. Sistem kamera parkir (parking camera system) yang berfungsi untuk melihat
bagian belakang atau sekitar kendaraan dari ruang kemudi ketika kendaraan
akan parkir.
h. Sistem penentu posisi/letak kendaraan (global positioning system) yang
memiliki fungsi untuk mengetahui letak koordinat kendaraan di permukaan
bumi.
i. Sistem lampu kolong kendaraan (under vehicle lights) yang berfungsi
untuk meningkatkan tampilan atau nilai estetika pada kendaraan karena
keberadaan sistem lampu kolong dapat memperindah tampilan kendaraan.
3. Komponen sistem kelistrikan pembuka dan penutup kaca samping (power
window system), antara lain baterai (battery), sekring (fuse), kunci kontak
(ignition switch), saklar pengemudi (drive switch), saklar penumpang (passanger
switch), motor listrik (electric motor), kabel penghubung, dan mekanisme
dudukan kaca/regulator.
4. Komponen sistem kelistrikan pengunci pintu terpusat (central lock system),
antara lain baterai (battery), sekring (fuse), modul central lock, lock actuator
utama, lock actuator tambahan, kabel penghubung, dan mekanisme tuas
pengunci.
5. Komponen sistem kelistrikan penghapus kaca (wiper system), antara lain
baterai (battery), sekring (fuse), kunci kontak (ignition switch), saklar wiper
(wiper switch), motor wiper (wiper motor), kabel penghubung, dan mekanisme
penggerak serta karet penghapus (wiper blade).
6. Komponen sistem penyemprot kaca (washer system), antara lain baterai
(battery), sekring (fuse), kunci kontak (ignition switch), saklar washer (washer
switch), motor pompa air (water pump motor), kabel penghubung, tabung
penampung air (water reservoir tank), pipa/selang air (water pipe), dan neeple
penyemprot.
7. Komponen sistem kelistrikan pengatur posisi kaca spion (power mirror system),
antara lain baterai (battery), sekring (fuse), kunci kontak (ignition switch),
saklar power mirror, motor penggerak power mirror, kabel penghubung, dan
mekanisme penggerak.
8. Komponen sistem pemantik rokok (cigarette lighter system), antara lain baterai
(battery), sekring (fuse), dudukan pemantik rokok, pemantik rokok, dan kabel
penghubung.
9. Komponen sistem kamera parkir (parking camera system), antara lain baterai
(battery), sekring (fuse), kunci kontak (ignition switch), saklar mundur, lampu
mundur, kamera parkir, layar penampil (head unit), kabel penghubung, dan
kabel optik.
10. Komponen sistem penentu posisi/letak kendaraan/gps (global positioning
system), antara lain baterai (battery), sekring (fuse), kunci kontak (ignition
switch), satelit-gps tracker, pengontrol, receiver-layar penampil, dan kabel
penghubung.
11. Komponen sistem lampu kolong kendaraan (under vehicle lights), antara lain
baterai (battery), sekring (fuse), saklar (switch), lampu led (light emitting diode),
dan kabel penghubung.

TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
41
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

TUGAS MANDIRI

Kerjakan soal-soal berikut dengfan baik dan benar!


1. Lakukan studi pustaka atau browsing internet tentang identifikasi dan
perawatan sistem kelistrikan dan kelengkapan tambahan!
2. Catatlah informasi mengenai prosedur pengidentifikasian dan perawatan
sistem kelistrikan dan kelengkapan tambahan!

PENILAIAN AKHIR BAB

1. Gambarkan rangkaian sederhana audio pada kendaraan!


2. Apakah yang menyebabkan power window naik turunnya kaca mengalami
hambatan?
3. Apakah yang menyebabkan wiper tidak bekerja? Jelaskan!
4. Apabila RPM mesin diperbesar, bunyi audio kendaraan akan terganggu, apakah
penyebabnya?
5. Jelaskan bagaimana menempatkan asesoris kendaraan agar tidak mengganggu
kenyaman pengendara!

REFLEKSI

Setelah mempelajari bab pertama tentang Identifikasi dan Perawatan Sistem


Kelistrikan Dan Kelengkapan Tambahan, kalian tentu menjadi lebih memahami
konsep-konsep sistem kelistrikan dan kelengkapan tambahan pada kendaraan
ringan. Selanjutnya, dari seluruh materi yang sudah dijelaskan pada bab pertama
di atas, menurut kalian manakah yang sulit untuk dipahami? Coba kalian diskusikan
dengan teman-teman atau guru kalian karena konsep-konsep dasar ini akan
menjadi pondasi untuk memahami tentang sistem kelistrikan dan kelengkapan
tambahan pada kendaraan yang lebih kompleks dan juga memungkinkan untuk
diaplikasikan pada kendaraan-kendaraan modern saat ini serta pada kendaraan-
kendaraan masa mendatang.

TEKNIK DAN MANAJEMEN


42 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

PERBAIKAN DAN PEMASANGAN SISTEM KELISTRIKAN


BAB
DAN KELENGKAPAN TAMBAHAN II
BAB II PERBAIKAN DAN PEMASANGAN SISTEM KELIS-

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari materi tentang sistem kelistrikan dan kelengkapan tambahan


pada kendaraan, peserta didik diharapkan dapat:
1. melakukan perbaikan sistem kelistrikan dan kelengkapan tambahan pada
kendaraan;
2. melakukan pemasangan sistem kelistrikan dan kelengkapan tambahan pada
kendaraan.

PETA KONSEP

SISTEM KELISTRIKAN DAN KELENGKAPAN TAMBAHAN TAMBAHAN

PEMASANGAN
SISTEM PERBAIKAN SISTEM
SISTEM
KELISTRIKAN DAN KELISTRIKAN DAN
KELISTRIKAN DAN
KELENGKAPAN KELENGKAPAN
KELENGKAPAN
TAMBAHAN TAMBAHAN
TAMBAHAN

KATA KUNCI

Battery, fuse, ignition switch, driver switch, passanger switch, electric motor, modul
central lock, lock actuator utama, lock actuator tambahan, wiper switch, wiper motor,
washer switch, saklar mundur, head unit, optical cable, GPS tracker, light emitting
diode.

TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
43
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

PENDAHULUAN

Sistem kelistrikan dan kelengkapan tambahan pada kendaraan bukan


merupakan sistem utama, tetapi keberadaan sistem ini sangat dibutuhkan untuk
lebih meningkatkan dan mendukung tercapainya keamanan dan kenyamanan dalam
berkendara. Sistem kelistrikan dan kelengkapan tambahan terdiri dari beberapa sistem
di luar sistem kelistrikan mesin (engine electricity system) maupun sistem kelistrikan
bodi (body electricity system).
Sistem kelistrikan dan kelengkapan tambahan atau yang biasa disebut
dengan istilah sistem kelistrikan aksesoris (accessories electricity system) diantaranya
terdiri dari sistem kelistrikan pembuka dan penutup kaca samping (power window
system), sistem kelistrikan pengunci pintu terpusat (central lock system), sistem
kelistrikan penghapus kaca (wiper system) dan sistem penyemprot kaca (washer
system), sistem kelistrikan pengatur posisi kaca spion (power mirror system), sistem
pemantik rokok (cigarette lighter system), sistem kamera parkir (parking camera
system), sistem penentu posisi/letak kendaraan (global positioning system), sistem
lampu kolong kendaraan (under vehicle lights) serta sistem audio (audio system) dan
sistem pengkondisian udara (air conditioning system) ruangan yang akan dibahas pada
bab tersendiri.

Gambar 2.1 Sistem kelistrikan dan Kelengkapan Tambahan (Accessories) Pada Sebuah Kendaraan
Sumber: Dokumen Penulis

TEKNIK DAN MANAJEMEN


44 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

A. Perbaikan Sistem Kelistrikan dan Kelengkapan Tambahan


1. Sistem kelistrikan pembuka dan penutup kaca samping (power window
system)

Gambar 2.2 Perbaikan Pada Power Window


Sumber: https://orozcosautoservice.com/power-window-repair/

a. Baterai (battery)
Perbaikan terhadap baterai (battery) dilakukan apabila
komponen ini tidak mampu menyediakan arus listrik untuk keperluan
mengoperasikan komponen-komponen sistem kelistrikan termasuk untuk
sistem kelistrikan pembuka dan penutup kaca samping (power window
system). Perbaikan terhadap baterai meliputi pekerjaan melepas baterai
dari kendaraan, menguji kemampuan baterai dengan battery tester untuk
mengetahui kemampuan awal baterai, menguras cairan elektrolit baterai,
mengganti cairan elektrolit baterai dengan cairan elektrolit yang baru,
melakukan pengisian (charging) terhadap baterai menggunakan battery
charger, memeriksa baterai dengan battery tester untuk mengetahui
kemampuan baterai setelah dilakukan perbaikan. Apabila hasil
pemeriksaan baterai dengan battery tester memenuhi spesisifikasi maka
baterai dapat dipasang pada kendaraan dan dapat digunakan kembali.
Namun, apabila hasil pemeriksaan tidak sesuai dengan spesifikasi
disarankan untuk dilakukan penggantian baterai kendaraan.
b. Sekring (fuse)
Kerusakan yang dapat terjadi pada sekring sistem kelistrikan
pembuka dan penutup kaca samping (power window system) meliputi
kerusakan karena dudukan sekring meleleh karena panas atau kerusakan
karena sekring putus. Kerusakan karena dudukan sekring yang meleleh
dapat diperbaiki dengan cara mengganti dudukan sekring dengan
spare part yang baru. Sementara kerusakan karena sekring putus dapat
diperbaiki melalui penggantian sekring dengan nilai ampere sesuai
dengan spesifikasi pada sistem kelistrikan pembuka dan penutup kaca
samping (power window system).
c. Kunci kontak (ignition switch)
Kerusakan yang terjadi pada kunci kontak dapat terjadi karena
komponen ini tidak dapat menghubungkan antara terminal B dengan
terminal ACC pada saat anak kunci kontak diputar posisi ON atau diputar
posisi ACC sehingga sistem kelistrikan pembuka dan penutup kaca samping

TEKNIK DAN MANAJEMEN 45


PERAWATAN OTOMOTIF
45
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

(power window system) tidak bekerja. Solusi perbaikan yang paling tepat
untuk mengatasi permasalahan ini adalah melakukan penggantian kunci
kontak dengan unit kunci kontak yang baru.
d. Saklar pengemudi (driver switch)
Kerusakan yang dapat terjadi pada saklar pengemudi (driver
switch) sistem kelistrikan pembuka dan penutup kaca samping (power
window system), antara lain keausan kontak-kontak penghubung pada
mekanisme saklar dan kondisi pegas-pegas saklar yang lemah. Perbaikan
yang harus dilakukan untuk mengatasi kerusakan-kerusakan tersebut
dengan cara mengganti unit saklar pengemudi (driver switch). Sementara
untuk kerusakan karena tidak maksimalnya arus positif dari baterai
menuju motor power window dapat diatasi dengan penambahan relay.
e. Saklar penumpang (passanger switch)
Kerusakan yang terjadi pada saklar penumpang (passanger
switch) sistem kelistrikan power window dan solusi perbaikan yang dapat
dilakukan sama dengan kerusakan dan perbaikan pada saklar pengemudi,
bahkan lebih sederhana karena kontak-kontak penghubung lebih sedikit
jumlahnya. Kerusakan tersebut antara lain keausan kontak-kontak
penghubung pada mekanisme saklar dan kondisi pegas saklar yang lemah.
Perbaikan yang harus dilakukan untuk mengatasi kerusakan-kerusakan
tersebut dengan cara mengganti unit saklar pengemudi (driver switch).
Sementara kerusakan karena tidak maksimalnya arus positif dari baterai
menuju motor power window dapat diatasi dengan penambahan relay.
f. Motor listrik (electric motor)
Kerusakan yang mungkin terjadi pada motor listrik (electric
motor) sistem kelistrikan pembuka dan penutup kaca samping (power
window system) antara lain keausan pada sikat-sikat komutator motor
pada lilitan penghantar dan kerusakan mekanis lainnya. Keausan sikat
(brushes) dapat diperbaiki dengan melakukan penggantian unit sikat,
sedangkan kerusakan karena terbakarnya lilitan dan kerusakan mekanis
lain dapat diatasi dengan mengganti unit motor power window.
g. Kabel penghubung
Permasalahan pada kabel penghubung sebagai penghantar
pada sistem kelistrikan khususnya jaringan sistem power window adalah
kabel putus atau kualitas kabel sudah berkurang karena timbulnya
endapan kotoran di sepanjang permukaan tembaga sebagai akibat usia
pemakaian. Perbaikan yang dapat dilakukan apabila kabel putus yakni
dengan cara penyambungan. Sedangkan kerusakan akibat kualitas kabel
yang menurun dapat dilakukan dengan mengganti kabel.
h. Mekanisme dudukan kaca/regulator
Kerusakan yang dapat terjadi pada mekanisme dudukan kaca/
regulator sistem power window didominasi oleh besarnya gerak bebas
antara sambungan pada mekanisme sehingga kaca jendela tidak dapat
bergerak dengan baik pada alurnya. Perbaikan yang dapat dilakukan untuk
mengatasi kerusakan ini adalah dengan cara melakukan penggantian unit
mekanisme dudukan kaca/regulator.

46 TEKNIK DAN MANAJEMEN


46 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

2. Sistem kelistrikan pengunci pintu terpusat (central lock system)

Gambar 2.3 Perbaikan Pada Mekanisme Central Lock


Sumber: https://corpus-christi-locksmith.com/automotive-lock-repair/

a. Baterai (battery)
Perbaikan terhadap baterai (battery) dilakukan apabila
komponen ini tidak mampu menyediakan arus listrik untuk keperluan
mengoperasikan komponen-komponen sistem kelistrikan termasuk untuk
sistem kelistrikan pengunci pintu terpusat (central lock system). Perbaikan
terhadap baterai meliputi pekerjaan melepas baterai dari kendaraan,
menguji kemampuan baterai dengan battery tester untuk mengetahui
kemampuan awal baterai, menguras cairan elektrolit baterai, mengganti
cairan elektrolit baterai dengan cairan elektrolit yang baru, melakukan
pengisian (charging) terhadap baterai menggunakan battery charger,
memeriksa baterai dengan battery tester untuk mengetahui kemampuan
baterai setelah dilakukan perbaikan. Apabila hasil pemeriksaan baterai
dengan battery tester memenuhi spesisifikasi maka baterai dapat dipasang
pada kendaraan dan dapat digunakan kembali. Namun, apabila hasil
pemeriksaan tidak sesuai dengan spesifikasi disarankan untuk melakukan
penggantian baterai kendaraan.
b. Sekring (fuse)
Kerusakan yang dapat terjadi pada sekring sistem kelistrikan
pengunci pintu terpusat (central lock system) meliputi kerusakan karena
dudukan sekring meleleh karena panas atau kerusakan karena sekring
putus. Kerusakan karena dudukan sekring yang meleleh dapat diperbaiki
dengan cara mengganti dudukan sekring dengan spare part yang
baru. Sementara kerusakan karena sekring putus dapat diatasi dengan
melakukan penggantian sekring dengan nilai ampere sesuai dengan
spesifikasi pada sistem kelistrikan pengunci pintu terpusat (central lock
system).
c. Modul central lock
Modul central lock merupakan komponen sistem central lock
yang terdiri dari rangkaian komponen elektronik yang terintegrasi.

TEKNIK DAN MANAJEMEN 47


PERAWATAN OTOMOTIF
47
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

Kerusakan pada sebuah komponen atau beberapa komponen akan


berakibat modul central lock tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya.
Sebagai solusi perbaikan untuk permasalahan tersebut, tindakan yang
paling tepat adalah melakukan penggantian unit modul central lock yang
sejenis atau penggantian unit central lock secara keseluruhan.
d. Lock actuator utama
Kerusakan pada lock actuator utama didominasi oleh tidak
berfungsinya batang pendorong/penarik mekanisme pengunci. Kerusakan
ini disebabkan oleh terputusnya kumparan/lilitan pada elektromagnet.
Untuk mengatasi permasalahan ini, solusi yang paling tepat adalah
melakukan penggantian unit lock actuator utama.
e. Lock actuator tambahan
Kerusakan pada lock actuator tambahan sama dengan kerusakan
lock actuator utama, yaitu didominasi oleh tidak berfungsinya batang
pendorong/penarik mekanisme pengunci. Kerusakan ini disebabkan oleh
terputusnya kumparan/lilitan pada elektromagnet. Untuk mengatasi
permasalahan ini, solusi yang paling tepat adalah melakukan penggantian
unit lock actuator tambahan.
f. Kabel penghubung
Kerusakan kabel penghubung pada sistem central lock adalah
kabel putus atau kualitas kabel sudah berkurang karena timbulnya
endapan kotoran oksidasi di sepanjang kabel penghantar akibat usia
pemakaian. Perbaikan yang dapat dilakukan apabila kabel putus dapat
dilakukan dengan cara penyambungan. Sementara kerusakan akibat
kualitas kabel yang menurun dapat diatasi dengan cara melakukan
penggantian kabel penghubung.
g. Mekanisme tuas pengunci
Kerusakan pada mekanisme pengunci terjadi karena keausan
pada sambungan-sambungannya. Kerusakan ini menimbulkan gerak
bebas yang cukup besar pada link penghubung sehingga mekanisme
pengunci tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Perbaikan yang
harus dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini adalah melakukan
penggantian unit mekanisme pengunci.
3. Sistem kelistrikan penghapus kaca (wiper system)

Gambar 2.4 Penggantian Komponen Sistem Wiper


Sumber: https://www.fredbeans.com/reasons-windshield-wipers-not-working-doylestown-pa/

48 TEKNIK DAN MANAJEMEN


48 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

a. Baterai (battery)
Perbaikan terhadap baterai (battery) dilakukan apabila
komponen ini tidak mampu menyediakan arus listrik untuk keperluan
mengoperasikan komponen-komponen sistem kelistrikan termasuk
untuk sistem kelistrikan penghapus kaca (wiper system). Perbaikan
terhadap baterai meliputi pekerjaan melepas baterai dari kendaraan,
menguji kemampuan baterai dengan battery tester untuk mengetahui
kemampuan awal baterai, menguras cairan elektrolit baterai, mengganti
cairan elektrolit baterai dengan cairan elektrolit yang baru, melakukan
pengisian (charging) terhadap baterai menggunakan battery charger,
memeriksa baterai dengan battery tester untuk mengetahui kemampuan
baterai setelah dilakukan perbaikan. Apabila hasil pemeriksaan baterai
dengan battery tester memenuhi spesisifikasi maka baterai dapat dipasang
pada kendaraan dan dapat digunakan kembali. Namun, apabila hasil
pemeriksaan tidak sesuai dengan spesifikasi disarankan untuk melakukan
penggantian baterai kendaraan.
b. Sekring (fuse)
Kerusakan yang dapat terjadi pada sekring sistem kelistrikan
penghapus kaca (wiper system) meliputi kerusakan akibat dudukan
sekring meleleh karena panas atau kerusakan karena sekring putus.
Kerusakan karena dudukan sekring yang meleleh dapat diperbaiki dengan
cara mengganti dudukan sekring dengan spare part yang baru. Sedangkan
kerusakan karena sekring putus dapat diatasi dengan melakukan
penggantian sekring dengan nilai ampere sesuai dengan spesifikasi pada
sistem kelistrikan penghapus kaca (wiper system).
c. Kunci kontak (ignition switch)
Kerusakan yang terjadi pada kunci kontak dapat terjadi karena
komponen ini tidak dapat menghubungkan antara terminal B dengan
terminal ACC pada saat anak kunci kontak diputar posisi ON atau diputar
posisi ACC sehingga sistem kelistrikan penghapus kaca (wiper system)
tidak bekerja. Solusi perbaikan yang paling tepat untuk mengatasi
permasalahan ini adalah melakukan penggantian kunci kontak dengan
unit kunci kontak yang baru.
d. Saklar wiper (wiper switch)
Kerusakan saklar wiper (wiper switch) yang sering terjadi
adalah keausan kontak-kontak penghubung pada saklar. Kondisi ini dapat
mengakibatkan saklar tidak dapat menghubungkan atau meneruskan arus
listrik dari baterai menuju motor wiper sehingga sistem wiper tidak dapat
berfungsi sebagaimana mestinya. Perbaikan yang dapat dilakukan adalah
melakukan penggantian unit saklar wiper untuk jenis saklar yang terpisah
dan penggantian unit saklar kombinasi (combination switch) untuk jenis
saklar yang menyatu dengan saklar sistem kelistrikan lain.
e. Motor wiper (wiper motor)
Kerusakan motor wiper meliputi kerusakan pada lilitan
kumparan motor, keausan sikat-sikat penghantar (brushes) dan kerusakan
mekanis lainnya. Kerusakan-kerusakan tersebut dapat mengakibatkan

TEKNIK DAN MANAJEMEN 49


PERAWATAN OTOMOTIF
49
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

putaran motor wiper lambat atau bahkan motor tidak dapat berputar
sama sekali. Untuk kerusakan karena keausan sikat-sikat penghantar
dapat dilakukan perbaikan dengan penggantian unit sikat, sedangkan
kerusakan-kerusakan karena penyebab lain, perbaikan yang lebih efisien
adalah melakukan penggantian unit motor wiper.
f. Kabel penghubung
Kerusakan kabel penghubung sistem wiper berupa kabel putus
dan kualitas kabel sudah berkurang karena timbulnya endapan kotoran
di sepanjang penghantar kabel akibat usia pemakaian. Perbaikan yang
dapat dilakukan apabila kabel putus, yakni dengan cara penyambungan.
Sementara kerusakan akibat kualitas kabel yang menurun dapat diatasi
dengan melakukan penggantian kabel penghantar.
g. Mekanisme penggerak
Mekanisme penggerak wiper tersusun dari beberapa batangan
besi yang disambung mengengsel. Kerusakan yang terjadi adalah keausan
pada sambungan-sambungan yang mengakibatkan besarnya gerak bebas
yang terjadi. Kerusakan ini menyebabkan suara hentakan yang kasar pada
sistem wiper dan gerakan wiper blade yang tidak stabil. Perbaikan yang
paling tepat untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan mengganti
unit mekanisme penggerak sistem wiper.
h. Karet penghapus
Permasalahan pada karet penghapus diantaranya kondisi karet
yang mengeras atau karet sobek. Karet mengeras dan sobek disebabkan
karena usia pemakaian komponen. Kedua jenis kerusakan tersebut dapat
diatasi dengan cara penggantian karet penghapus atau penggantian unit
wiper blade.

4. Sistem penyemprot kaca (washer system)

Gambar 2.5 Pemeriksaan Kondisi Pompa Washer


Sumber: https://www.familyhandyman.com/project/windshield-washer-repair/

a. Baterai (battery)
Perbaikan terhadap baterai (battery) dilakukan apabila
komponen ini tidak mampu menyediakan arus listrik untuk keperluan

50 TEKNIK DAN MANAJEMEN


50 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

mengoperasikan komponen-komponen sistem kelistrikan termasuk untuk


sistem penyemprot kaca (washer system). Perbaikan terhadap baterai
meliputi pekerjaan melepas baterai dari kendaraan, menguji kemampuan
baterai dengan battery tester untuk mengetahui kemampuan awal baterai,
menguras cairan elektrolit baterai, mengganti cairan elektrolit baterai
dengan cairan elektrolit yang baru, melakukan pengisian (charging)
terhadap baterai menggunakan battery charger, serta memeriksa
baterai dengan battery tester untuk mengetahui kemampuan baterai
setelah dilakukan perbaikan. Apabila hasil pemeriksaan baterai dengan
battery tester memenuhi spesisifikasi maka baterai dapat dipasang
pada kendaraan dan dapat digunakan kembali. Namun, apabila hasil
pemeriksaan tidak sesuai dengan spesifikasi disarankan untuk melakukan
penggantian baterai kendaraan.
b. Sekring (fuse)
Kerusakan yang dapat terjadi pada sekring sistem penyemprot
kaca (washer system) meliputi kerusakan akibat dudukan sekring meleleh
karena panas atau kerusakan karena sekring putus. Kerusakan karena
dudukan sekring yang meleleh diperbaiki dengan cara mengganti
dudukan sekring dengan spare part yang baru. Kerusakan karena sekring
putus dapat diperbaiki dengan mengganti sekring dengan nilai ampere
sesuai dengan spesifikasi pada sistem penyemprot kaca (washer system).
c. Kunci kontak (ignition switch)
Kerusakan yang terjadi pada kunci kontak dapat terjadi karena
komponen ini tidak dapat menghubungkan antara terminal B dengan
terminal ACC pada saat anak kunci kontak diputar posisi ON atau diputar
posisi ACC sehingga sistem penyemprot kaca (washer system) tidak bekerja.
Solusi perbaikan yang paling tepat untuk mengatasi permasalahan ini
adalah melakukan penggantian kunci kontak dengan unit kunci kontak
yang baru.
d. Saklar washer (washer switch)
Kerusakan saklar washer (washer switch) yang sering terjadi
adalah keausan kontak-kontak penghubung pada saklar. Kondisi ini dapat
mengakibatkan saklar tidak dapat menghubungkan atau meneruskan arus
listrik dari baterai menuju motor washer sehingga sistem washer tidak
dapat berfungsi dengan baik. Perbaikan yang dapat dilakukan adalah
melakukan penggantian unit saklar wiper untuk jenis saklar yang menyatu
dengan saklar wiper dan penggantian unit saklar kombinasi (combination
switch) untuk jenis saklar yang menyatu dengan saklar sistem kelistrikan
lain.
e. Motor pompa
Kerusakan pada motor pompa washer terjadi karena lilitan
kabel penghantar terbakar atau putus sehingga motor washer tidak dapat
berputar dan pompa air tidak bekerja. Kondisi ini mengakibatkan air tidak
dapat disemprotkan pada permukaan kaca. Kerusakan ini dapat diatasi
dengan melakukan penggantian unit motor washer.

TEKNIK DAN MANAJEMEN 51


PERAWATAN OTOMOTIF
51
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

f. Kabel penghubung
Kerusakan kabel penghubung pada sistem washer adalah kabel
putus atau kualitas kabel sudah berkurang karena timbulnya endapan
kotoran di sepanjang permukaan penghantar akibat usia pemakaian.
Perbaikan yang dapat dilakukan apabila kabel putus dapat dilakukan
dengan cara penyambungan. Sementara kerusakan akibat kualitas kabel
yang menurun dapat dilakukan dengan mengganti kabel penghantar.
g. Tabung penampung air
Kerusakan yang mungkin terjadi pada tabung penampung
air adalah kebocoran tabung. Kerusakan ini menyebabkan air cadangan
untuk sistem washer tidak dapat disimpan pada tabung penampung dan
tentu saja mengganggu kinerja sistem washer. Perbaikan yang tepat untuk
mengatasi permasalahan ini adalah melakukan penggantian unit tabung
penampung air bersih.
h. Selang saluran air
Kerusakan pada selang air sistem washer adalah kebocoran
karena tertekuk atau karena usia part yang sudah usang. Penggantian unit
selang air merupakan solusi perbaikan yang harus dilakukan.
i. Neeple penyemprot
Keausan pada ujung neeple penyemprot menyebabkan air
pembersih tidak dapat disemprotkan dengan maksimal pada permukaan
kaca karena tekanan yang rendah. Solusi perbaikan yang paling tepat
untuk mengatasi permasalahan ini adalah melakukan penggantian unit
neeple penyemprot.

5. Sistem kelistrikan pengatur posisi kaca spion (power mirror system)

Gambar 2.6 Perbaikan Pada Power Mirror System


Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=oG-3KP45KOU

a. Baterai (battery)
Perbaikan terhadap baterai (battery) dilakukan apabila
komponen ini tidak mampu menyediakan arus listrik untuk keperluan
mengoperasikan komponen-komponen sistem kelistrikan termasuk
untuk sistem kelistrikan pengatur posisi kaca spion (power mirror system).

52 TEKNIK DAN MANAJEMEN


52 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

Perbaikan terhadap baterai meliputi pekerjaan melepas baterai dari


kendaraan, menguji kemampuan baterai dengan battery tester untuk
mengetahui kemampuan awal baterai, menguras cairan elektrolit baterai,
mengganti cairan elektrolit baterai dengan cairan elektrolit yang baru,
melakukan pengisian (charging) terhadap baterai menggunakan battery
charger, serta memeriksa baterai dengan battery tester untuk mengetahui
kemampuan baterai setelah dilakukan perbaikan. Apabila hasil
pemeriksaan baterai dengan battery tester memenuhi spesisifikasi maka
baterai dapat dipasang pada kendaraan dan dapat digunakan kembali.
Namun, apabila hasil pemeriksaan tidak sesuai dengan spesifikasi
disarankan untuk dilakukan penggantian baterai kendaraan.
b. Sekring (fuse)
Kerusakan yang dapat terjadi pada sekring sistem kelistrikan
pengatur posisi kaca spion (power mirror system) meliputi kerusakan
akibat dudukan sekring meleleh karena panas atau kerusakan karena
sekring putus. Kerusakan karena dudukan sekring yang meleleh dapat
dilakukan perbaikan dengan cara mengganti dudukan sekring dengan
spare part yang baru. Sementara kerusakan karena sekring putus dapat
diatasi dengan melakukan penggantian sekring dengan nilai ampere
sesuai dengan spesifikasi pada sistem kelistrikan pengatur posisi kaca
spion (power mirror system).
c. Kunci kontak (ignition switch)
Kerusakan yang terjadi pada kunci kontak dapat terjadi karena
komponen ini tidak dapat menghubungkan antara terminal B dengan
terminal ACC pada saat anak kunci kontak diputar posisi ON atau diputar
posisi ACC sehingga sistem kelistrikan pengatur posisi kaca spion (power
mirror system) tidak bekerja. Solusi perbaikan yang paling tepat untuk
mengatasi permasalahan ini adalah melakukan penggantian kunci kontak
dengan unit kunci kontak yang baru.
d. Saklar power mirror
Kerusakan saklar porer mirror diantaranya adalah keausan pada
kontak-kontak penghubung pada saklar. Kondisi ini dapat mengakibatkan
saklar tidak dapat meneruskan arus listrik dari baterai menuju motor
power mirror sehingga sistem power mirror tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya. Perbaikan yang dapat dilakukan untuk mengatasi
kondisi tersebut adalah melakukan penggantian unit saklar power mirror.
e. Motor penggerak power mirror
Kerusakan motor power mirror antara lain keausan pada sikat-
sikat komutator motor listrik, terbakar pada lilitan penghantar, dan
kerusakan mekanis lainnya. Keausan sikat (brushes) dapat diperbaiki
dengan melakukan penggantian unit sikat, sedangkan kerusakan karena
terbakarnya lilitan dan kerusakan mekanis lain dapat diatasi dengan
melakukan penggantian unit motor power mirror atau penggantian unit
spion.

TEKNIK DAN MANAJEMEN 53


PERAWATAN OTOMOTIF
53
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

f. Kabel penghubung
Permasalahan kabel penghubung sistem power mirror adalah
kabel putus atau kualitas kabel menurun karena timbulnya endapan
kotoran di sepanjang kabel tembaga akibat usia pemakaian. Perbaikan
yang dapat dilakukan apabila kabel putus dapat dilakukan dengan cara
penyambungan, sedangkan kerusakan akibat kualitas kabel yang menurun
dapat diatasi dengan melakukan penggantian kabel.
g. Mekanisme penggerak
Kerusakan mekanisme penggerak pada sistem power mirror
disebabkan oleh terjadinya keausan pada sambungan-sambungan
antarmekanisme. Kondisi ini menimbulkan adanya gerak bebas yang
cukup besar sehingga perpindahan gerakan dari satu bagian ke bagian
lain mengalami permasalahan. Perbaikan yang dapat dilakukan untuk
mengatasi permasalahan ini adalah melakukan penggantian unit
mekanisme penggerak atau penggantian unit kaca spion.
6. Sistem pemantik rokok (cigarette lighter system)

Gambar 2.7 Pemeriksaan dan Perbaikan Pada Cigarette Lighter System


Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=7BnAzVaalGQ

a. Baterai (battery)
Perbaikan terhadap baterai (battery) dilakukan apabila
komponen ini tidak mampu menyediakan arus listrik untuk keperluan
mengoperasikan komponen-komponen sistem kelistrikan termasuk
untuk sistem pemantik rokok (cigarette lighter system). Perbaikan
terhadap baterai meliputi pekerjaan melepas baterai dari kendaraan,
menguji kemampuan baterai dengan battery tester untuk mengetahui
kemampuan awal baterai, menguras cairan elektrolit baterai, mengganti
cairan elektrolit baterai dengan cairan elektrolit yang baru, melakukan
pengisian (charging) terhadap baterai menggunakan battery charger, serta
memeriksa baterai dengan battery tester untuk mengetahui kemampuan
baterai setelah dilakukan perbaikan. Apabila hasil pemeriksaan baterai
dengan battery tester memenuhi spesisifikasi maka baterai dapat dipasang
pada kendaraan dan dapat digunakan kembali. Namun, apabila hasil
pemeriksaan tidak sesuai dengan spesifikasi disarankan untuk melakukan
penggantian baterai kendaraan.

54 TEKNIK DAN MANAJEMEN


54 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

b. Sekring (fuse)
Kerusakan yang dapat terjadi pada sekring sistem pemantik
rokok (cigarette lighter system) meliputi kerusakan akibat dudukan
sekring meleleh karena panas atau kerusakan karena sekring putus.
Kerusakan karena dudukan sekring yang meleleh dapat diperbaiki dengan
cara mengganti dudukan sekring dengan spare part yang baru, sedangkan
kerusakan karena sekring putus dapat diperbaiki dengan mengganti
sekring dengan nilai ampere sesuai dengan spesifikasi pada sistem
pemantik rokok (cigarette lighter system).
c. Dudukan pemantik rokok
Kerusakan dudukan pemantik rokok dapat diakibatkan oleh kabel
penghantar yang putus atau keropos pada terminal kontaknya. Kerusakan
karena kabel putus dapat diperbaiki dengan melakukan penyambungan
ulang, sedangkan kerusakan karena keropos pada terminal kontak dapat
diperbaiki dengan cara mengganti unit dudukan pemantik rokok.
d. Pemantik rokok
Kerusakan pemantik rokok didominasi karena putusnya gulungan
wolfram sebagai media pemanas pada pemantik rokok. Gulungan wolfram
menahan beban panas yang tinggi dan rawan terhadap korosi. Kerusakan
ini menyebabkan sistem pemantik rokok tidak dapat digunakan karena
gulungan wolfram tidak dapat membara. Perbaikan yang dapat dilakukan
untuk mengatasi permasalahan ini adalah melakukan penggantian unit
pemantik rokok.
e. Kabel penghubung
Kerusakan kabel penghubung pada sistem pemantik rokok
adalah kabel putus atau kualitas kabel menurun akibat usia pemakaian.
Pada kabel penghantar yang sudah usang terdapat endapan debu
sulfatisasi di sepanjang penghantarnya. Perbaikan yang dapat dilakukan
apabila kabel putus dapat dilakukan dengan cara penyambungan,
sedangkan kerusakan akibat kualitas kabel yang menurun dapat dilakukan
dengan mengganti kabel.

7. Sistem kamera parkir (parking camera system)

Gambar 2.8 Perbaikan Pada Parking Camera System


Sumber: https://www.crutchfield.com/S-u4LNnx7KTO9/learn/rear-view-cameras-buying-guide.html

TEKNIK DAN MANAJEMEN 55


PERAWATAN OTOMOTIF
55
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

a. Baterai (battery)
Perbaikan terhadap baterai (battery) dilakukan apabila
komponen ini tidak mampu menyediakan arus listrik untuk keperluan
mengoperasikan komponen-komponen sistem kelistrikan termasuk untuk
sistem kamera parkir (parking camera system). Perbaikan terhadap baterai
meliputi pekerjaan melepas baterai dari kendaraan, menguji kemampuan
baterai dengan battery tester untuk mengetahui kemampuan awal baterai,
menguras cairan elektrolit baterai, mengganti cairan elektrolit baterai
dengan cairan elektrolit yang baru, melakukan pengisian (charging)
terhadap baterai menggunakan battery charger, serta memeriksa
baterai dengan battery tester untuk mengetahui kemampuan baterai
setelah dilakukan perbaikan. Apabila hasil pemeriksaan baterai dengan
battery tester memenuhi spesisifikasi maka baterai dapat dipasang
pada kendaraan dan dapat digunakan kembali. Namun, apabila hasil
pemeriksaan tidak sesuai dengan spesifikasi disarankan untuk dilakukan
penggantian baterai kendaraan.
b. Sekring (fuse)
Kerusakan yang dapat terjadi pada sekring sistem kamera parkir
(parking camera system) meliputi kerusakan akibat dudukan sekring
meleleh karena panas, atau kerusakan karena sekring putus. Kerusakan
karena dudukan sekring yang meleleh dapat diperbaiki dengan cara
mengganti dudukan sekring dengan spare part yang baru, sedangkan
kerusakan karena sekring putus dapat dilakukan dengan mengganti
sekring dengan nilai ampere sesuai dengan spesifikasi pada sistem
kamera parkir (parking camera system).
c. Kunci kontak (ignition switch)
Kerusakan yang terjadi pada kunci kontak dapat terjadi karena
komponen ini tidak dapat menghubungkan antara terminal B dengan
terminal ACC pada saat anak kunci kontak diputar posisi ON atau diputar
posisi ACC sehingga sistem kamera parkir (parking camera system) tidak
bekerja. Solusi perbaikan yang paling tepat untuk mengatasi permasalahan
ini adalah melakukan penggantian kunci kontak dengan unit kunci kontak
yang baru.
d. Saklar mundur (reserve switch)
Kerusakan saklar mundur (reserve switch) yang terletak pada
body transmisi terjadi karena keausan pada kontak-kontak penghubung,
pegas yang putus atau kerusakan mekanis lain. Perbaikan yang dapat
dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini adalah melakukan
penggantian unit saklar mundur.
e. Lampu mundur (reserve lamp)
Lampu mundur (reserve lamp) tersusun dari sebuah filament
atau wolfram sebagai bahan yang dapat menimbulkan cahaya apabila
dialiri arus listrik. Filamen lampu yang putus menyebabkan lampu mati.
Perbaikan yang dapat dilakukan apabila lampu mati adalah melakukan
penggantian unit lampu.

56 TEKNIK DAN MANAJEMEN


56 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

f. Kamera
Kamera mundur yang dipasangkan pada bumper kendaraan
merupakan alat optik untuk merekam situasi di belakang kendaraan.
Kerusakan pada kamera optik dapat terjadi sehingga kamera tidak dapat
mengakses kondisi di belakang kendaraan. Hal ini menyebabkan sistem
kamera mundur atau kamera parkir tidak dapat berfungsi. Perbaikan
yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah
melakukan penggantian unit kamera optik.
g. Layar penampil (head unit)
Layar penampil (head unit) layaknya sebuah monitor yang
tersusun dari berbagai komponen elektronik. Kerusakan pada sebuah atau
beberapa komponen elektronik pendukungnya menyebabkan head unit
tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Kerusakan tersebut dapat
diatasi dengan melakukan penggantian komponen-komponen elektronik
yang bermasalah atau penggantian unit layar penampil (head unit).
h. Kabel penghubung
Permasalahan kabel penghubung pada sistem kamera parkir
adalah kabel putus atau kualitas kabel sudah berkurang akibat timbulnya
endapan kotoran di sepanjang permukaan tembaga karena usia pemakaian.
Perbaikan yang dapat dilakukan apabila kabel putus dilakukan dengan
cara penyambungan ulang, sedangkan kerusakan akibat kualitas kabel
yang menurun dapat dilakukan penggantian.
i. Kabel optik (optical cable)
Kabel optik digunakan untuk menghubungkan kamera dengan
head unit agar situasi dan kondisi di belakang kendaraan dapat ditransfer
dalam bentuk gambar visual. Kerusakan yang mungkin terjadi pada kabel
optik adalah putus sehingga kamera dan head unit tidak terhubung.
Perbaikan untuk mengatasi kerusakan ini yang paling tepat adalah
melakukan penggantian unit kabel optik.
8. Sistem penentu posisi/letak kendaraan (global positioning system)

Gambar 2.9 Posisi Antena GPS Pada Kendaraan


Sumber: http://www.mcx5.org/global_positioning_system_gps_antenna-275.html

TEKNIK DAN MANAJEMEN 57


PERAWATAN OTOMOTIF
57
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

a. Baterai (battery)
Perbaikan terhadap baterai (battery) dilakukan apabila
komponen ini tidak mampu menyediakan arus listrik untuk keperluan
mengoperasikan komponen-komponen sistem kelistrikan termasuk untuk
penentu posisi/letak kendaraan (global positioning system). Perbaikan
terhadap baterai meliputi pekerjaan melepas baterai dari kendaraan,
menguji kemampuan baterai dengan battery tester untuk mengetahui
kemampuan awal baterai, menguras cairan elektrolit baterai, mengganti
cairan elektrolit baterai dengan cairan elektrolit yang baru, melakukan
pengisian (charging) terhadap baterai menggunakan battery charger, serta
memeriksa baterai dengan battery tester untuk mengetahui kemampuan
baterai setelah dilakukan perbaikan. Apabila hasil pemeriksaan baterai
dengan battery tester memenuhi spesisifikasi maka baterai dapat dipasang
pada kendaraan dan dapat digunakan kembali. Namun, apabila hasil
pemeriksaan tidak sesuai dengan spesifikasi disarankan untuk dilakukan
penggantian baterai kendaraan.
b. Sekring (fuse)
Kerusakan yang dapat terjadi pada sekring sistem penentu
posisi/letak kendaraan (global positioning system) meliputi kerusakan
akibat dudukan sekring meleleh karena panas atau kerusakan karena
sekring putus. Kerusakan karena dudukan sekring yang meleleh dapat
diperbaiki dengan cara mengganti dudukan sekring dengan spare part
yang baru, sedangkan kerusakan karena sekring putus dapat dilakukan
dengan mengganti sekring dengan nilai ampere sesuai spesifikasi pada
sistem penentu posisi/letak kendaraan (global positioning system).
c. Kunci kontak (ignition switch)
Kerusakan yang terjadi pada kunci kontak dapat terjadi karena
komponen ini tidak dapat menghubungkan antara terminal B dengan
terminal ACC pada saat anak kunci kontak diputar posisi ON atau diputar
posisi ACC sehingga sistem penentu posisi/letak kendaraan (global
positioning system) tidak bekerja. Solusi perbaikan yang paling tepat
untuk mengatasi permasalahan ini adalah melakukan penggantian kunci
kontak dengan unit kunci kontak yang baru.
d. GPS tracker
GPS tracker merupakan alat penerima sinyal dari satelit, GPS
tracker tersusun dari komponen-komponen elektronik yang sangat
kompleks layaknya sebuah HP (handphone). Kerusakan pada komponen
atau beberapa komponen GPS tracker dapat menyebabkan sistem
GPS tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Perbaikan terhadap
kerusakan ini dapat dilakukan dengan melakukan penggantian komponen-
komponen yang rusak atau penggantian unit GPS tracker.

e. Receiver - Layar penampil


Layar penampil (head unit) yang digunakan pada sistem GPS
merupakan sebuah monitor yang tersusun dari berbagai komponen
elektronik. Kerusakan pada sebuah atau beberapa komponen elektronik

58 TEKNIK DAN MANAJEMEN


58 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

pendukungnya menyebabkan head unit tidak dapat berfungsi sebagaimana


mestinya. Kerusakan tersebut dapat diatasi dengan mengganti komponen-
komponen elektronik yang bermasalah atau unit layar penampil (head
unit) secara utuh.
f. Kabel penghubung
Permasalahan kabel penghubung pada sistem GPS adalah kabel
putus atau kualitas kabel menurun karena timbulnya endapan kotoran
di sepanjang permukaan tembaga akibat usia pemakaian. Perbaikan
yang dapat dilakukan apabila kabel putus dapat dilakukan dengan cara
penyambungan ulang, sedangkan kerusakan akibat kualitas kabel yang
menurun dapat dilakukan dengan mengganti kabel secara keseluruhan.
9. Sistem lampu kolong kendaraan (under vehicle light)

Gambar 2.10 Perbaikan Lampu Kolong Pada Kendaraan


Sumber: Dokumen Penulis

a. Baterai (battery)
Perbaikan terhadap baterai (battery) dilakukan apabila
komponen ini tidak mampu menyediakan arus listrik untuk keperluan
mengoperasikan komponen-komponen sistem kelistrikan termasuk
untuk sistem lampu kolong kendaraan (under vehicle light). Perbaikan
terhadap baterai meliputi pekerjaan melepas baterai dari kendaraan,
menguji kemampuan baterai dengan battery tester untuk mengetahui
kemampuan awal baterai, menguras cairan elektrolit baterai, mengganti
cairan elektrolit baterai dengan cairan elektrolit yang baru, melakukan
pengisian (charging) terhadap baterai menggunakan battery charger, serta
memeriksa baterai dengan battery tester untuk mengetahui kemampuan
baterai setelah dilakukan perbaikan. Apabila hasil pemeriksaan baterai
dengan battery tester memenuhi spesisifikasi maka baterai dapat dipasang
pada kendaraan dan dapat digunakan kembali. Namun, apabila hasil
pemeriksaan tidak sesuai dengan spesifikasi disarankan untuk dilakukan
penggantian baterai kendaraan.

TEKNIK DAN MANAJEMEN 59


PERAWATAN OTOMOTIF
59
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

b. Sekring (fuse)
Kerusakan yang dapat terjadi pada sekring sistem lampu kolong
kendaraan (under vehicle light) meliputi kerusakan akibat dudukan sekring
meleleh karena panas atau kerusakan karena sekring putus. Kerusakan
karena dudukan sekring yang meleleh dapat diperbaiki dengan cara
mengganti dudukan sekring dengan spare part yang baru, sedangkan
kerusakan karena sekring putus dapat diperbaiki dengan melakukan
penggantian sekring dengan nilai ampere sesuai spesifikasi pada sistem
lampu kolong kendaraan (under vehicle light).
c. Saklar lampu kolong
Perbaikan yang dilakukan pada saklar lampu kolong dilakukan
karena saklar tidak dapat berfungsi dengan baik. Saklar tidak dapat
memutus jaringan kelistrikan, artinya sistem lampu kolong selalu ON.
Kerusakan juga dapat terjadi karena saklar tidak dapat menghubungkan
jaringan kelistrikan sistem lampu kolong atau sistem lampu kolong selalu
OFF. Sebagai solusi untuk melakukan perbaikan pada kerusakan saklar
lampu kolong tersebut adalah dengan mengganti unit saklar.
d. Lampu LED (light emitting diode)
Kerusakan pada lampu LED (light emitting diode), misalnya lampu
tidak menyala dapat disebabkan oleh lampu LED (light emitting diode) itu
sendiri atau karena komponen lain seperti saklar dan pengkabelannya.
Lampu LED (light emitting diode) yang sudah mati tentu tidak akan
menghasilkan pencahayaan dan sebagai solusi dari permasalahan ini
dapat dilakukan penggantian lampu LED dengan unit baru.
e. Kabel penghubung
Permasalahan pada kabel penghubung sebagai penghantar pada
sistem kelistrikan khususnya jaringan lampu kolong adalah kabel putus
atau kualitas kabel sudah berkurang karena timbulnya endapan kotoran
di sepanjang permukaan tembaga (“ngefong”) akibat usia pemakaian.
Perbaikan yang dapat dilakukan apabila kabel putus dapat dilakukan
dengan cara penyambungan, sedangkan solusi terbaik mengatasi
kerusakan kualitas kabel yang menurun adalah dengan mengganti kabel.

B. Pemasangan Sistem Kelistrikan dan Kelengkapan Tambahan


1. Sistem kelistrikan pembuka dan penutup kaca samping (power window
system)
Pemasangan sistem kelistrikan pembuka dan penutup kaca samping
(power window system) dapat dilihat pada gambar rangkaian sebagai berikut.

60 TEKNIK DAN MANAJEMEN


60 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 2.11 Wiring Diagram Sistem Power Window Kendaraan


Sumber: PPPPTK-VEDC Malang

2. Sistem kelistrikan pengunci pintu terpusat (central lock system)


Pemasangan sistem kelistrikan pengunci pintu terpusat (central
lock system) dapat dilihat pada gambar rangkaian sebagai berikut.

Gambar 2.12 Wiring Diagram Sistem Central Lock Kendaraan


Sumber: www.hyunday-forums.com

3. Sistem kelistrikan penghapus kaca (wiper system)


Pemasangan sistem kelistrikan penghapus kaca (wiper system)
dapat dilihat pada gambar rangkaian sebagai berikut.

TEKNIK DAN MANAJEMEN 61


PERAWATAN OTOMOTIF
61
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 2.13 Wiring Diagram Sistem Wiper Kendaraan


Sumber: PPPPTK-VEDC Malang

4. Sistem penyemprot kaca (washer system)


Pemasangan sistem kelistrikan penyemprot kaca (washer system)
dapat dilihat pada gambar rangkaian sebagai berikut.

Gambar 2.14 Wiring Diagram Sistem Washer Kendaraan


Sumber: PPPPTK-VEDC Malang

5. Sistem kelistrikan pengatur posisi kaca spion (power mirror system)


Pemasangan sistem kelistrikan pengatur posisi kaca spion (power
mirror system) dapat dilihat pada gambar rangkaian sebagai berikut.

62 TEKNIK DAN MANAJEMEN


62 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 2.15 Wiring Diagram Sistem Power Mirror Kendaraan


Sumber: www.rollaclub.com

6. Sistem pemantik rokok (cigarette lighter system)


Pemasangan sistem kelistrikan pemantik rokok (cigarette lighter
system) dapat dilihat pada gambar rangkaian sebagai berikut.

Gambar 2.16 Wiring diagram sistem cigarette lighter kendaraan


Sumber: https://www.ambrasta.com/12-volt-cigarette-lighter-socket-wiring-diagram/

TEKNIK DAN MANAJEMEN 63


PERAWATAN OTOMOTIF
63
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

7. Sistem kamera parkir (parking camera system)


Pemasangan sistem kelistrikan kamera parkir (parking camera
system) dapat dilihat pada gambar rangkaian sebagai berikut.

Gambar 2.17 Wiring Diagram Sistem Parking Camera Kendaraan


Sumber: https://sandgateautoelectrics.com.au/ultimate-reversing-cameras-guide/

8. Sistem penentu posisi/letak kendaraan (global positioning system)


Pemasangan sistem kelistrikan penentu posisi/letak kendaraan
(global positioning system) dapat dilihat pada gambar rangkaian sebagai
berikut.

Gambar 2.18 Wiring Diagram Sistem Global Positioning System Kendaraan


Sumber: http://18.b4.overdick-partner.de/wiring-gps-tracker.html

64 TEKNIK DAN MANAJEMEN


64 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

9. Sistem lampu kolong kendaraan (under vehicle lights)


Pemasangan sistem kelistrikan lampu kolong kendaraan (under
vehicle lights) dapat dilihat pada gambar rangkaian sebagai berikut.

Gambar 2.19 Wiring Diagram Sistem Lampu Kolong Kendaraan


Sumber: Dokumen Penulis

LEMBAR PRAKTIKUM

MERANGKAI SISTEM KELISTRIKAN CENTRAL DOOR LOCK

A. Tujuan
1. Peserta didik dapat merangkai rangkaian central door lock.
2. Peserta didik dapat menentukan kerusakan yang terjadi pada central door
lock.
3. Peserta didik dapat memperbaiki kerusakan yang terjadi pada central door
lock.
4. Peserta didik dapat mengecek kembali hasil rangkaian dari central door
lock.
B. Alat dan bahan
1. Stand peralatan central door lock
2. Kabel-kabel
3. Multimeter
4. Baterai
5. Isolasi
6. Tang crimping
C. Keselamatan kerja
1. Hati-hati terhadap korsleting.

TEKNIK DAN MANAJEMEN 65


PERAWATAN OTOMOTIF
65
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

LEMBAR PRAKTIKUM

2. Lakukan pekerjaan sesuai perintah kerja.


3. Gunakan alat sesuai dengan fungsinya.

D. Langkah kerja
1. Persiapkan alat dan bahan.
2. Rangkailah rangkaian sistem central door lock untuk empat pintu depan
kanan dan kiri, belakang kanan dan kiri, pintu depan kanan sebagai pintu
driver, serta pintu depan kiri, belakang kanan, dan belakang kiri sebagai
pintu passenger. Perhatikan gambar rangkaian di bawah ini!

Sumber: https://www.ukessays.com/essays/engineering/components-features-central-locking-1083.php

a. Modul central lock merupakan komponen dari sistem central lock yang
berfungsi untuk mengolah berbagai informasi yang berhubungan
dengan sistem central lock.
b. Lock actuator utama memiliki fungsi untuk mengendalikan mekanisme
pengunci pada pintu pengemudi dan seluruh pintu penumpang secara
elektrik, berjumlah satu unit, dan dipasang pada pintu depan sebelah
kanan.
c. Lock actuator tambahan memiliki fungsi untuk membuka atau
mengunci mekanisme pengunci pada masing-masing pintu
penumpang, berjumlah tiga unit, dan dipasang masing-masing pada
pintu depan kiri, pintu belakang kanan, dan pintu belakang kiri.
3. Periksa tegangan pada saklar agar kurang lebih sama dengan tegangan
baterai!
4. Apabila tegangan terlalu rendah, kencangkan kabel-kabel yang
disambung!

TEKNIK DAN MANAJEMEN


66 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

CAKRAWALA

Pemicu Rusaknya Central Lock Pintu Mobil


Central lock merupakan salah satu
kelengkapan tambahan yang ada pada
kendaraan. Keberadaan komponen ini selain
meningkatkan kenyamanan juga berperan
terhadap peningkatan keamanan kendaraan.
Seiring dengan usia pemakaian komponen,
kerusakan-kerusakan sering terjadi pada
central door lock system.
Gambar 2.20 Perbaikan central door lock Poin-poin berikut merupakan hal utama yang
Sumber: Dokumen penulis
memicu rusaknya central door lock system
pada kendaraan.
1. Tumbuh karat pada mekanisme pengunci pintu (door lock). Sebagai solusi,
disarankan untuk melakukan pelumasan secara berkala (periodik) menggunakan
grease pada komponen yang terletak di pinggir daun pintu ini.
2. Actuator lemah. Komponen ini berbentuk seperti pistol dan ada lilitan
electromagnet yang menarik dan mendorong mekanisme pengunci. Seiring
dengan usia pemakaian, komponen ini mengalami penurunan kinerja.

JELAJAH INTERNET

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang


lebih luas tentang sistem kelistrikan dan kelengkapan
tambahan pada kendaraan ringan, kalian juga dapat belajar
secara mandiri melalui internet. Di internet kalian juga dapat
mencari materi tentang sistem kelistrikan dan kelengkapan
tambahan pada kendaraan ringan. Materi-materi tersebut
diantaranya membahas tentang sistem power window,
sistem washer, sistem wiper, serta kelengkapan kelistrikan
kendaraan modern lainnya. Salah satu website yang dapat
kalian kunjungi untuk memperluas wawasan tentang sistem kelistrikan dan
kelengkapan tambahan pada kendaraan ringan adalah https://www.sekolahkami.
com/2019/06/rangkaian-kelistrikan-sistem-central-door-lock-dan-cara-kerja.
html atau dengan membuka QR code berikut.

TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
67
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

RANGKUMAN

1. Kerusakan pada sistem kelistrikan pembuka dan penutup kaca samping (power
window system) dapat diatasi dengan melakukan pemeriksaan, perbaikan
atau penggantian komponen, seperti baterai (battery), sekring (fuse), kunci
kontak (ignition switch), saklar pengemudi (drive switch), saklar penumpang
(passanger switch), motor listrik (electric motor), kabel penghubung, dan
mekanisme dudukan kaca/regulator.
2. Kerusakan sistem kelistrikan pengunci pintu terpusat (central lock system)
dapat diatasi dengan melakukan pemeriksaan, perbaikan atau penggantian
komponen, antara lain baterai (battery), sekring (fuse), modul central lock, lock
actuator utama, lock actuator tambahan, kabel penghubung, dan mekanisme
tuas pengunci.
3. Kerusakan sistem kelistrikan penghapus kaca (wiper system) dapat diatasi
dengan melakukan pemeriksaan, perbaikan atau penggantian komponen,
antara lain baterai (battery), sekring (fuse), kunci kontak (ignition switch),
saklar wiper (wiper switch), motor wiper (wiper motor), kabel penghubung dan
mekanisme penggerak serta karet penghapus (wiper blade).
4. Kerusakan sistem penyemprot kaca (washer system) dapat diatasi dengan
melakukan pemeriksaan, perbaikan atau penggantian komponen, antara lain
baterai (battery), sekring (fuse), kunci kontak (ignition switch), saklar washer
(washer switch), motor pompa air (water pump motor), kabel penghubung,
tabung penampung air (water reservoir tank), pipa/selang air (water pipe), dan
neeple penyemprot.
5. Kerusakan sistem kelistrikan pengatur posisi kaca spion (power mirror system)
dapat diatasi dengan melakukan pemeriksaan, perbaikan atau penggantian
komponen, antara lain baterai (battery), sekring (fuse), kunci kontak (ignition
switch), saklar power mirror, motor penggerak power mirror, kabel penghubung,
dan mekanisme penggerak.
6. Kerusakan sistem pemantik rokok (cigarette lighter system) dapat diatasi
dengan melakukan pemeriksaan, perbaikan atau penggantian komponen,
antara lain baterai (battery), sekring (fuse), dudukan pemantik rokok, pemantik
rokok, dan kabel penghubung.
7. Kerusakan sistem kamera parkir (parking camera system) dapat diatasi dengan
melakukan pemeriksaan, perbaikan atau penggantian komponen, antara lain
baterai (battery), sekring (fuse), kunci kontak (ignition switch), saklar mundur,
lampu mundur, kamera parkir, layar penampil (head unit), kabel penghubung,
dan kabel optik.
8. Kerusakan sistem penentu posisi/letak kendaraan/GPS (global positioning
system) dapat diatasi dengan melakukan pemeriksaan, perbaikan atau
penggantian komponen, antara lain baterai (battery), sekring (fuse), kunci
kontak (ignition switch), satelit-gps tracker, pengontrol, receiver-layar
penampil, dan kabel penghubung.
9. Kerusakan sistem lampu kolong kendaraan (under vehicle lights) dapat diatasi
dengan melakukan pemeriksaan, perbaikan atau penggantian komponen,
antara lain baterai (battery), sekring (fuse), saklar (switch), lampu led (light
emitting diode), dan kabel penghubung.

TEKNIK DAN MANAJEMEN


68 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

TUGAS MANDIRI

1. Lakukan studi pustaka atau browsing internet tentang perbaikan dan


pemasangan sistem kelistrikan dan kelengkapan tambahan!
2. Catatlah informasi mengenai prosedur perbaikan dan pemasangan sistem
kelistrikan dan kelengkapan tambahan!

PENILAIAN AKHIR BAB

Kerjakan soal-soal berikut dengfan baik dan benar!


1. Sebutkan empat contoh kerusakan pada sistem power window beserta
perbaikan yang dapat dilakukan!
2. Apakah yang dimaksud dengan actuator pada sistem central door lock dan
berilah contoh kerusakan pada actuator beserta cara perbaikannya!
3. Sebutkan empat contoh kerusakan pada sistem central door lock beserta
perbaikan yang dapat dilakukan!
4. Gambarkan wiring diagram sistem wiper dan berilah penjelasan singkat
mengenai fungsi komponen dan cara kerjanya!
5. Gambarkan wiring diagram lampu kolong kendaraan beserta penjelasan
singkat mengenai fungsi komponen dan cara kerjanya!

REFLEKSI

Setelah mempelajari bab pertama tentang Identifikasi dan Perawatan Sistem


Kelistrikan Dan Kelengkapan Tambahan, kalian tentu menjadi lebih memahami
konsep-konsep sistem kelistrikan dan kelengkapan tambahan pada kendaraan
ringan. Selanjutnya, dari seluruh materi yang sudah dijelaskan pada bab pertama
di atas, menurut kalian manakah yang sulit untuk dipahami? Coba kalian diskusikan
dengan teman-teman atau guru kalian karena konsep-konsep dasar ini akan
menjadi pondasi untuk memahami tentang sistem kelistrikan dan kelengkapan
tambahan pada kendaraan yang lebih kompleks dan juga memungkinkan untuk
diaplikasikan pada kendaraan-kendaraan modern saat ini serta pada kendaraan-
kendaraan masa mendatang.

TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
69
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

BAB
IDENTIFIKASI DAN PERAWATAN SISTEM STARTER
III
BAB III IDENTIFIKASI DAN PERAWATAN SISTEM STARTER

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari materi tentang sistem starter pada kendaraan, peserta


didik diharapkan dapat:
1. melakukan identifikasi komponen sistem starter pada kendaraan;
2. melakukan perawatan berkala sistem starter pada kendaraan.

PETA KONSEP

SISTEM STARTER

KOMPONEN DAN PERAWATAN


SISTEM STARTER CARA KERJA SISTEM BERKALA SISTEM
STARTER STARTER

KATA KUNCI

starting system, battery, ignition switch, starter motor, pull in coil, hold in coil, pinion
gear, yoke, pole core, field coil, armature, brushes, starter clutch, armature brake,
magnetic switch.

TEKNIK DAN MANAJEMEN


70 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

PENDAHULUAN

Sistem starter (starting system) merupakan salah satu sistem kelistrikan


mesin yang berfungsi untuk memberikan putaran awal agar mesin dapat memulai siklus
kerja. Siklus kerja mesin dapat dimulai apabila sistem starter mampu memberikan
putaran awal dengan rpm (rotary per minute) minimal yang dipersyaratkan, sehingga
dibutuhkan sebuah motor starter yang selain memiliki daya yang besar juga dapat
berputar dengan rpm yang tinggi.
Secara umum sistem starter yang digunakan pada mesin kendaraan
terdapat dua jenis, yaitu sistem starter mekanis dan sistem starter elektris. Sistem
starter mekanis memanfaatkan tenaga manusia untuk memutar poros engkol mesin
agar mesin kendaraan dapat dioperasikan. Contohnya adalah sepeda motor yang
menggunakan kick starter atau mesin diesel silinder tunggal untuk bajak sawah yang
diengkol menggunakan tangan. Untuk kendaraan-kendaraan modern saat ini tidak
ada lagi yang menggunakan sistem starter mekanis, walaupun kendaraan tersebut
memiliki isi silinder yang kecil. Sistem starter elektris memanfaatkan energi motor
listrik untuk memberikan putaran awal terhadap mesin kendaraan. Motor listrik yang
digunakan pada sistem starter di samping harus memiliki putaran yang kuat juga harus
mampu memberikan kecepatan putar yang cukup untuk mesin agar dapat memulai
siklus kerjanya.

Gambar 3.1 Diagram Sistem Starter Pada Kendaraan


Sumber: Hyundai Motor Company

TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
71
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

A. Sistem Starter
Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi, sistem starter pada
kendaraan juga mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Selain bentuk
atau dimensi motor starter yang semakin kecil dan kompak, beberapa jenis sistem
starter tidak membutuhkan suplai energi listrik yang sangat besar sehingga pada
kendaraan tidak diperlukan lagi baterai dengan kapasitas yang besar. Bahkan,
pada produk jenis sepeda motor tertentu sudah menggunakan teknologi ACG
(alternating current generator).
Sistem starter yang digunakan pada sebuah kendaraan pada dasarnya
adalah sama, yaitu memanfaatkan motor starter untuk memberikan putaran awal
terhadap mesin. Motor starter yang digunakan ada beberapa tipe dan masing-
masing tipe memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tipe-tipe motor
starter tersebut diantaranya adalah tipe konvensional, tipe reduksi, tipe planetary
dan tipe planetary reduction-segmen conductor (PS).

Gambar 3.2 Berbagai Tipe Motor Starter yang Digunakan Pada Kendaraan
Sumber: Dokumen Penulis

B. Komponen dan Cara Kerja Sistem Starter


1. Baterai (battery)
Baterai (battery) pada sistem starter (starting system) memiliki
fungsi untuk menyediakan kebutuhan arus listrik yang digunakan untuk
memutar motor starter. Berhubungan dengan sistem starter, baterai harus
selalu dalam kapasitas yang penuh agar energi yang diberikan kepada motor
starter mampu memutar mesin pada kecepatan paling tidak minimal untuk
memulai siklus kerja. Untuk memenuhi kebutuhan ini, pada kendaraan juga
dilengkapi dengan sistem pengisian (charging system) yang akan mengisi arus
listrik ke baterai pada saat mesin sudah berputar. Baterai menyimpan energi
listrik yang dihasilkan alternator sistem pengisian dalam bentuk energi kimia.
Energi kimia yang disimpan di dalam baterai kemudian diubah menjadi energi
gerak putar pada motor starter.

72 TEKNIK DAN MANAJEMEN


72 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 3.3 Posisi Baterai Pada Kendaraan


Sumber: Dokumen Penulis

Beban kelistrikan paling besar yang diterima baterai adalah pada


saat mesin kendaraan mulai dihidupkan (starting). Oleh karena itu, pada saat
starting semua sistem kelistrikan asesoris (ACC) mati kecuali sistem starter
dan sistem pengapian. Kondisi ini untuk memberikan energi yang penuh
kepada sistem starter agar mesin kendaraan dapat dihidupkan dengan mudah.
Semakin besar kapasitas mesin (CC) semakin besar pula kapasitas baterai
yang digunakan. Baterai diletakkan di ruang mesin atau di bawah lantai ruang
penumpang dengan posisi paling dekat dengan mesin kendaraan sehingga
mempermudah dalam pemeriksaan, perawatan, maupun penggantian baterai.
2. Kunci kontak (ignition switch)
Kunci kontak pada sistem starter mesin kendaraan memiliki fungsi
untuk mengaktifkan sistem starter agar motor starter dapat memutar flywheel
sehingga mesin dapat memulai siklus kerjanya. Kunci kontak harus dapat
memutus hubungkan arus listrik dari baterai menuju sistem starter dengan
baik dalam arti ketika pemutusan, arus harus putus dengan sempurna dan
ketika menghubungkan harus terhubung dengan sempurna. Kunci kontak
terletak di bawah roda kemudi sebelah kanan, yaitu posisi yang paling
ergonomis dan mudah dijangkau oleh pengemudi kendaraan.

Gambar 3.4 Posisi Kunci Kontak Pada Kendaraan


Sumber: Dokumen Penulis

TEKNIK DAN MANAJEMEN 73


PERAWATAN OTOMOTIF
73
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

Pada kunci kontak terdapat beberapa terminal dengan kode tertentu


yang masing-masing terminal dihubungkan dengan komponen-komponen
kelistrikan sesuai dengan fungsinya. Terminal B dihubungkan dengan sumber
arus listrik baterai melalui pengaman sekring (fuse), terminal IG dihubungkan
dengan sistem pengapian dan sistem kelistrikan lain yang pada posisi ON
harus dapat diaktifkan, terminal ST dihubungkan dengan sistem starter
mesin dan sistem pengapian, dan terminal ACC dihubungkan dengan asesoris
kendaraan termasuk sistem audio.
Pada saat posisi anak kunci OFF tidak ada terminal yang terhubung
satu sama lain, sedangkan pada saat anak kunci pada posisi ACC maka terminal
B dan terminal ACC akan terhubung. Kemudian ketika anak kunci pada posisi
ON maka terminal B, terminal IG, dan terminal ACC akan terhubung. Pada saat
anak kunci pada posisi ST, maka terminal B akan terhubung dengan terminal
IG dan terminal ST.
3. Motor starter (starter motor)
Motor starter pada sistem starter berfungsi untuk memberikan
putaran awal terhadap mesin kendaraan untuk memulai siklus kerja. Motor
starter mengubah energi listrik dari baterai menjadi energi putar pada poros
jangkar (armature) motor starter. Motor starter dipasangkan pada mesin
kendaraan dengan metode pembautan dengan posisi menempel di bagian
samping mesin kendaraan dekat dengan roda gila (fly wheel) mesin.

Gambar 3.5 Motor Starter dan Uraian Motor Starter


Sumber: Hyundai Motor Company

Motor starter terdiri dari berbagai komponen mekanis maupun


komponen elektris yang satu sama lain bekerja saling mendukung dan
melengkapi sehingga dapat memberikan putaran awal terhadap mesin sesuai

74 TEKNIK DAN MANAJEMEN


74 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

dengan kebutuhan mesin untuk memulai siklus kerja. Adapun komponen-


komponen motor starter tersebut adalah sebagai berikut.
a. Yoke dan pole core
Yoke merupakan komponen pada motor starter yang berbentuk
seperti silinder atau tabung. Yoke berfungsi sebagai dudukan dari
komponen pole core yang dipasangkan pada yoke di dinding bagian dalam
menggunakan beberapa sekrup pengikat, sedangkan pole core merupakan
komponen yang berfungsi sebagai penopang komponen kumparan
medan (field coil) dan memperkuat medan magnet yang dihasilkan field
coil ketika dialiri arus listrik.

Gambar 3.6 Yoke dan Pole Core Motor Starter


Sumber: Dokumen Penulis

b. Kumparan medan (field coil)


Kumparan medan (field coil) merupakan komponen dari motor
starter yang berfungsi untuk membangkitkan medan magnet apabila
dialiri arus listrik pada penghantarnya. Kumparan medan dililitkan
pada pole core dan dibautkan dengan beberapa sekrup pada dinding
bagian dalam yoke. Kumparan medan (field coil) tersusun dari gulungan
penghantar yang terbuat dari lempengan tembaga dengan tujuan agar
mampu dialiri arus listrik dengan kapasitas besar sehingga medan magnet
yang dibangkitkan kumparan medan (field coil) menjadi kuat.

Gambar 3.7 Kumparan Medan (Field Coil) Motor Starter


Sumber: Dokumen Penulis

TEKNIK DAN MANAJEMEN 75


PERAWATAN OTOMOTIF
75
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN
c. Jangkar (armature)
Jangkar (armature) merupakan komponen dari motor starter
yang berfungsi untuk mengubah energi listrik menjadi energi gerak
mekanik dalam bentuk gerakan putar. Jangkar (armature) juga disebut
kumparan atau lilitan rotor (rotor coil).
Jangkar (armature) atau rotor tersusun dari beberapa
komponen, antara lain inti jangkar (armature core), lilitan jangkar
(armature coil), comutator serta poros jangkar (armature shaft). Kedua
ujung shaft armature ini masing-masing ditopang oleh bantalan
(bearing) yang bertujuan agar armature dapat berputar dengan halus
dan stabil di antara pole core.
Armature coil disusun pada celah-celah core dan masing-
masing ujung armature coil disambungkan ke segmen-segmen
commutator. Dengan demikian arus yang melewati armature coil dapat
membuat komponen armatur dapat berputar dan menghasilkan momen
putar untuk memutar roda gila (flywheel) mesin kendaraan.

Gambar 3.8 Jangkar (Armature) Motor Starter


Sumber: Dokumen Penulis

d. Sikat-sikat (brushes)
Sikat-sikat (brushes) merupakan komponen motor starter yang
memiliki fungsi untuk mengalirkan arus listrik dari kumparan medan (field
coil) ke kumparan jangkar (armature coil) melalui komutator dan kemudian
dialirkan ke massa, juga melalui komutator. Bahan utama pembuat sikat
(brush) adalah tembaga lunak dan karbon. Pada umumnya sikat-sikat
(brushes) pada motor starter jumlahnya ada empat buah yang terdiri dari
dua jenis, yaitu sikat (brush) positif dan sikat (brush) negatif.
Sikat positif diberi isolator dan dipasangkan dengan armature
coil melalui komutator. Sedangkan sikat negatif dipasangkan ke
pemegang sikat (brush holder) yang berhubungan dengan massa atau
bodi kendaraan. Pada sikat-sikat (brushes) terdapat pegas pendorong
untuk menekan sikat-sikat pada komutator. Pegas ini berfungsi untuk
menekan sikat agar selalu dapat berhubungan dengan komutator. Jika

76 TEKNIK DAN MANAJEMEN


76 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

sikat habis karena terkikis sehingga tidak menekan komutator, maka


momen putar yang dihasilkan motor starter menjadi lemah atau bisa
juga motor starter tidak dapat berputar.

Gambar 3.9 Sikat-Sikat (Brushes) Motor Starter


Sumber: Dokumen Penulis

e. Kopling starter (starter clutch) dan gigi pinion (pinion gear)


Kopling starter (starter clutch) yang digunakan pada motor
starter memiliki fungsi untuk memindahkan momen putar dari
poros jangkar (armature shaft) menuju roda gila (flywheel) dan untuk
mencegah berpindahnya tenaga putar dari roda gila (flywheel) ke motor
starter terutama ketika mesin sudah hidup.
Kopling starter (starter clutch) merupakan pengaman dari
armature coil ketika roda penerus (ring gear) cenderung memutar gigi
pinion. Kondisi ini dapat terjadi ketika mesin sudah hidup sehingga
putaran mesin lebih cepat dibandingkan dengan putaran gigi pinion motor
starter. Pinion gear yang juga menjadi satu kontruksi dengan kopling
starter (starter clutch) berfungsi untuk memindahkan tenaga putar dari
poros jangkar (armature shaft) menuju ring gear. Pinion gear inilah yang
berhubungan langsung dengan ring gear.

TEKNIK DAN MANAJEMEN 77


PERAWATAN OTOMOTIF
77
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 3.10 Kopling Starter (Starter Clutch) dan Gigi Pinion (Pinion Gear) Motor Starter
Sumber: Dokumen Penulis

f. Rem jangkar (armature brake)


Rem jangkar (armature brake) merupakan komponen motor
starter yang memiliki fungsi sebagai pengerem ketika gigi pinion
(pinion gear) lepas dari kaitan roda penerus atau roda gila (fly wheel).
Pengereman pada motor starter sangat penting guna menjaga umur
komponen gigi pinion (pinion gear). Pada saat dilakukan starter mesin
pertama kali dan mesin belum hidup, tentu saja akan dilakukan starter
mesin kembali. Pada kondisi ini, pinion akan terus berputar jika tidak
dilakukan pengereman dan ketika dilakukan starter kembali maka
dapat merusak gigi pinion (pinion gear) karena peristiwa tersebut dapat
menyebabkan gigi pinion (pinion gear) menabrak gigi ring gear pada
roda gila (fly wheel).

78 TEKNIK DAN MANAJEMEN


78 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 3.11 Rem Jangkar (Armature Brake) Motor Starter


Sumber: Dokumen Penulis

g. Saklar magnet (magnetic switch) motor starter atau solenoide


Saklar magnet (magnetic switch) motor starter atau solenoide
merupakan komponen motor starter yang memiliki fungsi ganda.
Fungsi pertama adalah untuk mendorong roda gigi pinion (pinion gear)
agar berhubungan dengan ring gear pada roda penerus atau roda gila
(flywheel). Fungsi yang kedua adalah sebagai saklar utama (main switch)
atau relay yang memungkinkan arus yang besar langsung mengalir dari
baterai menuju motor starter.
Saklar magnet (magnetic switch) terdiri dari kontak plate
yang terhubung dengan plunger. Plunger pada saklar magnet (magnetic
switch) digulung dengan dua kumparan. Kumparan bagian dalam dibuat
menjadi lebih tipis atau disebut dengan nama pull in coil, sedangkan
kumparan bagian luar dibuat lebih tebal dan disebut dengan nama hold
in coil. Kumparan pull in dihubungkan ke massa melalui field coil dan
armature sedangkan kumparan hold in dihubungkan langsung dengan
massa.

TEKNIK DAN MANAJEMEN 79


PERAWATAN OTOMOTIF
79
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 3.12 Saklar Magnet (Magnetic Switch) Motor Starter atau Solenoide Motor Starter
Sumber: Hyundai Motor Company

h. Tuas penggerak/pendorong (drive lever)


Tuas penggerak/pendorong (drive lever) merupakan komponen
motor starter yang berfungsi untuk mendorong gigi pinion (pinion gear)
agar dapat berkaitan dengan ring gear pada roda penerus atau roda gila
(flywheel) dan melepas perkaitan pinion gear dari perkaitan ring gear pada
saat mesin sudah hidup. Prinsip kerja drive lever seperti halnya sebuah
tuas. Apabila salah satu ujung dari drive lever ini ditarik oleh poros pada
solenoide, maka ujung yang lainnya akan mendorong pinion gear.

Gambar 3.13 Tuas Penggerak/Pendorong (Drive Lever) Motor Starter


Sumber: Dokumen Penulis

4. Gigi ring (ring gear)


Gigi ring (ring gear) pada sistem starter berfungsi untuk meneruskan
putaran motor starter ke roda gila (flywheel) mesin agar poros engkol mesin
dapat berputar dan siklus kerja mesin dapat segera dimulai. Gigi ring (ring
gear) dipasangkan melingkar pada diameter roda gila dengan metode
sambungan suaian sesak. Pemasangan atau pelepasan ring gear pada roda
penerus atau roda gila dengan jalan ditekan (pressing). Ketika mesin sudah

80 TEKNIK DAN MANAJEMEN


80 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

berputar, roda gila dan ring gear ikut terbawa putaran mesin. Pada kondisi
ini hubungan antara roda gigi pinion (pinion gear) motor starter dengan gigi-
gigi ring gear harus terlepas untuk menghindari kerusakan pada motor starter
karena over running.

Gambar 3.14 Gigi Ring (Ring Gear) Motor Starter


Sumber: Hyundai Motor Company

C. Perawatan Berkala Sistem Starter


1. Perawatan baterai (battery)
Baterai (battery) merupakan komponen utama pada sistem starter
kendaraan. Karena peranan baterai pada sistem starter kendaraan sangat
vital, perawatan yang intensif sangat diperlukan agar kondisi baterai selalu
dalam keadaan yang baik. Perawatan baterai dapat dilakukan secara berkala

TEKNIK DAN MANAJEMEN 81


PERAWATAN OTOMOTIF
81
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

untuk mengetahui kondisi baterai dan mencegah kerusakan baterai yang tidak
terduga. Kegiatan yang dapat dilakukan sebagai upaya perawatan baterai
antara lain sebagai berikut.
a. Membersihkan kotak baterai dari debu dan kotoran yang menempel
dengan menggunakan majun atau kuas pembersih.
b. Membersihkan terminal baterai dan klem baterai dari endapan sulfatisasi,
yaitu endapan kerak karbon berwarna putih kekuningan dengan
menggunakan air panas untuk menyiram.
c. Memeriksa kondisi kabel positif baterai yang berhubungan dengan
solenoide motor starter dan kabel negatif baterai yang berhubungan
dengan bodi, mesin, atau rangka kendaraan.
d. Menguatkan ikatan terminal kabel baterai dengan klem baterai.
e. Menguatkan ikatan klem baterai dengan terminal baterai.
f. Menambahkan cairan (air accu) pada setiap sel baterai pada batas-batas
spesifikasi, yaitu di antara garis lower dan garis upper.
g. Memeriksa berat jenis cairan elektrolit baterai dengan menggunakan alat
hydrometer.

Gambar 3.15 Pemeriksaan Visual Pada Baterai


Sumber: Team Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

Pemeriksaan kinerja baterai dapat dilakukan dengan mengukur


tegangan baterai. Pada kondisi sistem starter yang baik, jika kunci kontak
diputar ke posisi start (ST), baterai akan mengalirkan arus dalam jumlah besar
ke motor starter. Tahanan dalam baterai menyebabkan penurunan tegangan.
Jika tegangan yang terukur menunjukkan9,6 volt atau lebih pada saat distarter,
berarti baterai dalam keadaan normal.
Meskipun tegangan baterai dalam kondisi baik/normal, adanya
endapan sulfatisasi dan korosi pada terminal baterai dapat mengakibatkan
kinerja starter lemah. Ini dapat menyebabkan terjadinya rugi tegangan karena

82 TEKNIK DAN MANAJEMEN


82 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

tegangan sesungguhnya yang digunakan motor starter lebih rendah dari


tegangan baterai ketika starting/posisi kunci kontak start.
2. Perawatan kunci kontak (ignition switch)
Perawatan kunci kontak (ignition switch) meliputi kegiatan
membersihkan konektor kabel yang menghubungkan kabel-kabel
kunci kontak dengan kabel bodi serta menguatkan hubungan antara
kabel-kabel pada kunci kontak dan kabel bodi dengan cara menekan
konektor agar dapat terhubung dengan baik.
Periksa tegangan pada terminal 50 motor starter pada saat
kunci kontak posisi start (ST). Tegangan saat itu harus menunjukkan 8
volt atau lebih. Pastikan gigi transmisi harus pada posisi netral (N) atau
pada posisi parkir (P) pada kendaraan yang menggunakan transmisi
otomatis. Jika tegangan pada terminal 50 tidak sesuai dengan
spesifikasi pada saat kunci kontak posisi start, pemeriksaan wiring
diagram sistem starter yang lebih detail perlu dilakukan.
3. Perawatan motor starter (starter motor)
Perawatan terhadap motor starter dapat dilakukan dengan
beberapa pemeriksaan terhadap unit motor starter. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara melepas motor starter dari mesin kendaraan.
Pemeriksaan-pemeriksaan yang dapat dilakukan pada unit motor
starter adalah sebagai berikut.
a. Pemeriksaan kumparan penarik (pull in coil)
Pemeriksaan pull in coil dilakukan dengan prosedur memastikan
bahwa gigi pinion (pinion gear) bergerak keluar pada saat baterai
dihubungkan dengan motor starterseperti yang ditunjukkan pada gambar
di bawah. Energi yang ditimbulkan pada pemeriksaan kumparan penarik
dan kumparan penahan serta aktifasi switch magnetic tidak memutar
motor starter. Bila gigi pinion (gear pinion) tidak bergerak keluar, maka
pemeriksaan kerusakan pada kumparan penarik (pull in coil) harus
dilakukan atau dengan cek hambatan yang mungkin terlalu besar pada
gerakan sliding plunyer.

Gambar 3.16 Pemeriksaan Kumparan Penarik (Pull In Coil)


Sumber: PPPPTK-VEDC Malang

TEKNIK DAN MANAJEMEN 83


PERAWATAN OTOMOTIF
83
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

a. Pemeriksaan kumparan penahan (hold in coil)


Setelah selesai melaksanakan pemeriksaan fungsi kumparan
penarik (pull in coil), pemeriksaan hold in coil dilakukan untuk memastikan
bahwa gigi pinion (pinion gear) tidak tertarik kembali ke dalam pada saat
kabel dari terminal C dilepaskan. Plunger harus tetap pada posisinya
karena kemagnetan masih tetap ada melalui kumparan penahan. Jika
pinion tertarik kembali ke dalam pada saat pemeriksaan ini, periksa
kerusakan kumparan penahan (hold in coil), hubungan masa yang kurang
baik, atau kerusakan lainnya.

Gambar 3.17 Pemeriksaan Kumparan Penahan (Hold In Coil)


Sumber: PPPPTK-VEDC Malang

b. Pemeriksaan kembalinya gigi pinion (pinion gear)


Jika pemeriksaan kumparan penahan telah selesai, lepaskan
kabel dari bodi starter seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah
ini. Gear pinion harus dengan cepat tertarik kembali masuk ke dalam
karena kumparan penahan tidak bekerja lagi. Dengan bantuan pegas
pengembali, maka plunger akan kembali ke posisi semula. Jika gear
pinion tidak kembali dengan segera, periksa pegas pengembali, gesekan
sliding plunger (gerakan plunger pada rumahnya) yang kurang baik, atau
penyebab lainnya.

84 TEKNIK DAN MANAJEMEN


84 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 3.18 Pemeriksaan Kembalinya Gigi Pinion (Pinion Gear)


Sumber: PPPPTK-VEDC Malang

c. Pemeriksaan putaran motor starter tanpa beban


Prosedur pemeriksaan putaran motor starter tanpa beban dapat
dilakukan dengan mengikat/memasang motor starter dengan kokoh pada
ragum atau pemegang yang kuat. Setelah itu, dilakukan penghubungan
motor starter dengan sumber arus listrik baterai dan ampere meter
seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah. Gigi pinion (pinion gear)
harus bergerak maju dan motor starter harus berputar dengan halus. Bila
motor starter telah stabil, arus listrik yang mengalir melalui ampere meter
harus sesuai dengan range spesifikasi pada buku manual. Kemudian gigi
pinion (pinion gear) harus kembali ke posisi semula dan motor harus
segera berhenti berputar ketika kabel dilepaskan dari terminal 50 (ini
hanya perlu untuk motor starter tipe biasa/konvensional). Jika motor
starter tidak dapat berhenti dengan segera, ini mengindikasikan terjadi
kerusakan pada rem anker. Jumlah arus listrik yang mengalir melalui
sirkuit dalam test tanpa beban bervariasi tergantung dari motor starter.
Sebagian besar arus yang mengalir berkisar 200 sampai 300 ampere
untuk beberapa motor starter. Lihat data pada buku manual sebelum
melakukan pemeriksaan ini. Pastikan bahwa ampere meter telah diatur
dengan benar, baik hubungan kabel maupun batas ukur ampere meter.
Hati-hati pada waktu menggunakan kabel berpenampang besar.

TEKNIK DAN MANAJEMEN 85


PERAWATAN OTOMOTIF
85
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 3.19 Pemeriksaan Putaran Motor Starter Tanpa Beban


Sumber: PPPPTK-VEDC Malang

4. Perawatan gigi ring (ring gear)


Perawatan terhadap ring gear dapat dilakukan dengan pemeriksaan
kondisi permukaan gigi-gigi pada ring gear yang selalu menerima beban
gesekan dari gigi-gigi pada pinion gear. Kondisi gigi-gigi pada ring gear akan
mengalami keausan seiring dengan usia pemakaian komponen. Semakin
sering melakukan starter, semakin cepat ring gear mengalami keausan. Ring
gear yang sudah mengalami keausan berlebihan dapat menimbulkan suara
abnormal ketika dilakukan starting terhadap mesin. Hasil pemeriksaan ini
dapat dijadikan acuan untuk menentukan langkah-langkah perbaikan yang
tepat.

LEMBAR PRAKTIKUM

MEMBONGKAR, MENGETES, DAN MEMASANG SOLENOIDE

A. Tujuan Pembelajaran
Setelah melaksanakan kegiatan praktik peserta didik diharapkan dapat:
1. melepas solenoide dari motor starter pada mobil/engine stand;
2. mengetes solenoide;
3. membongkar rumah kontak solenoide;
4. memasang kembali solenoide.
B. Peralatan praktik
1. Kotak alat
2. Solder
3. Multimeter
4. Sikat

86 TEKNIK DAN MANAJEMEN


86 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

LEMBAR PRAKTIKUM

C. Bahan praktik
1. Mobil/engine stand
2. Solenoide
3. Kabel penghubung
4. Timah solder
5. Baterai (8 dan 12 volt)
D. Keselamatan Kerja
1. Gunakan peralatan sesuai dengan fungsinya.
2. Kenakanlah pakaian kerja (wear park) selama melakukan kegiatan praktik.
3. Jika ragu-ragu dalam pelaksanaan kegiatan praktik, konsultasikan terlebih
dahulu dengan guru pembimbing.
4. Hati-hati di dalam melaksanakan kegiatan praktik.
E. Tugas dan Evaluasi
1. Buatlah laporan kegiatan praktik sesuai dengan jobsheet praktik dan data
yang diperoleh selama melakukan kegiatan praktik.
2. Jelaskan fungsi masing-masing komponen solenoide.
3. Jelaskan kerusakan yang mungkin terjadi pada komponen solenoide.

F. Langkah Kerja
1. Melepas
a. Lepaskan klem negatif baterai dari terminal baterai.
b. Lepaskan skun terminal 30 (dari kunci kontak) dan terminal 50 (dari
baterai) pada solenoide.
c. Lepaskan baut-baut pengikat motor starter dan turunkan motor atarter
dari mesin kendaraan.
d. Lepaskan klem utama atau terminal C (ke motor starter).
e. Lepaskan baut/mur pengikat solenoide dan keluarkan solenoide dari
motor starter.
1. Mengetes

TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
87
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

LEMBAR PRAKTIKUM

Sumber: PPPPTK-VEDC Malang

a. Gulungan penarik mendapat massa pada anker.


Kawat gulungannya besar, tahanan kawat ~ 0,4 Ohm
b. Gulungan fiksasi mendapat massa pada bodi solenoide
Kawat gulungannya kecil, tahanan kawat ~ 1,1 Ohm
1) Tes gulungan penarik
Hubungkan tegangan 8 volt di antara terminal utama
bawah (C). Jika pluyer tertarik masuk dengan cepat dan keras,
maka gulungan/lilitan dalam kondisi baik

Sumber: PPPPTK-VEDC Malang

2) Tes gulungan fiksasi


Hubungkan tegangan baterai di antara terminal 50 dan
bodi (massa) solenoide. Bila pluyer tertarik dan tertahan, maka
gulungan atau lilitan dalam kondisi baik.

Sumber: PPPPTK-VEDC Malang

TEKNIK DAN MANAJEMEN


88 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

LEMBAR PRAKTIKUM

3) Tes pegas pengembali


Tekan pluyer dan kemudian lepaskan. Pluyer harus
dapat kembali dengan cepat.

Sumber: PPPPTK-VEDC Malang

2. Membongkar
a. Bersihkan relay starter. Lepaskan dua baut pengikat rumah kontak.
Bila pada terminal 50 dan ujung gulungan penarik disolder pada
rumah kontak, cairkan solderan dan kibas-kibaskan hingga lepas
solderannya. Jaga cairan jangan sampai menetes ke dalam.

Sumber: PPPPTK-VEDC Malang

b. Buka rumah kontak dan bersihkan pelat kontak.


c. Periksa lagi masing-masing gulungan dengan multimeter pada ujung-
ujungnya.
d. Rakit kembali rumah kontak. Ketika merakit, posisi kontak harus tepat.
Jangan sampai lupa memasang paking. Selain itu, solderan jangan
sampai masuk ke dalam.
e. Tes solenoide lagi dan pasang kembali pada motor starter dengan
urutan kebalikan dari pelepasannya

TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
89
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

CAKRAWALA

Alternating Current Generator atau ACG


Starter

Alternating Current Generator atau


ACG Starter merupakan alat untuk
menghasilkan listrik dengan hasil arus
bolak-balik (AC). Starter adalah alat
untuk memulai kerja dari suatu alat atau
mesin. Dengan demikian, jika keduanya
Gambar 3.20 Mengenal teknologi ACG starter dikombinasikan akan menjadi ACG
Sumber: ASTRA Honda Motor
Starter.
Pada ACG Starter terdapat beberapa komponen, antara lain flywheel, magnet
flywheel dan kumparan (stator). ACG Starter bekerja ketika mesin mulai dinyalakan.
Ketika mesin dinyalakan, arus listrik akan mengalir melalui stator yang berlaku
sebagai magnet listrik atau electromagnet. Stator tersebut pada dasarnya hampir
sama dengan alternator, hanya saja lebih mengandalkan mekanisme antarmagnet.
https://www.astramotor.co.id/teknologi-acg-starter-pada-motor-honda/

JELAJAH INTERNET

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih luas tentang sistem
starter pada mesin kendaraan, kalian juga dapat belajar secara mandiri melalui
internet. Di internet kalian dapat mencari materi tentang sistem starter pada mesin
kendaraan. Materi tentang berbagai jenis sistem stater pada mesin kendaraan,
baik tipe konvensional yang digunakan untuk kendaraan-kendaraan keluaran
awal maupun sistem starter yang diaplikasikan untuk kendaraan-kendaraan
modern akan mudah didapatkan. Salah satu website yang dapat kalian kunjungi
untuk memperluas wawasan tentang sistem starter pada mesin kendaraan adalah
https://www.hondacengkareng.com/teknologi-acg-starter-motor-honda/ atau
dengan membuka QR code di bawah ini.

TEKNIK DAN MANAJEMEN


90 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

RANGKUMAN

1. Sistem starter (starting system) merupakan salah satu sistem kelistrikan mesin
yang berfungsi untuk memberikan putaran awal agar mesin dapat memulai
siklus kerja.
2. Secara umum sistem starter yang digunakan pada mesin kendaraan ada dua
jenis, yaitu sistem starter mekanis dan sistem starter elektris.
3. Komponen sistem starter elektrik pada kendaraan, antara lain baterai
(battery), kunci kontak (ignition switch), dan motor starter (starter motor).
4. Baterai (battery) memiliki fungsi untuk menyediakan kebutuhan arus listrik
yang digunakan untuk memutar motor starter.
5. Kunci kontak (ignition switch) memiliki fungsi untuk mengaktifkan sistem
starter agar motor starter dapat memutar flywheel sehingga mesin dapat
memulai siklus kerjanya.
6. Motor starter (starter motor) berfungsi untuk memberikan putaran awal
terhadap mesin kendaraan untuk memulai siklus kerja.
7. Komponen-komponen motor starter (starter motor), antara lain yoke dan
pole core, kumparan medan (field coil), jangkar (armature), sikat-sikat
(brushes), kopling starter (starter clutch) dan gigi pinion (pinion gear), rem
jangkar (armature brake), saklar magnet (magnetic switch) motor starter atau
solenoide, tuas penggerak/pendorong (drive lever), serta gigi ring (ring gear).
8. Yoke berfungsi sebagai dudukan dari komponen pole core yang dipasangkan
pada yoke di dinding bagian dalam menggunakan beberapa sekrup pengikat.
9. Pole core berfungsi sebagai penopang komponen kumparan medan (field coil)
dan memperkuat medan magnet yang dihasilkan field coil ketika dialiri arus
listrik.
10. Kumparan medan (field coil) berfungsi untuk membangkitkan medan magnet
apabila dialiri arus listrik pada penghantarnya.
11. Jangkar (armature) berfungsi untuk merubah energi listrik menjadi energi
gerak mekanik dalam bentuk gerakan putar.
12. Sikat-sikat (brushes) memiliki fungsi untuk mengalirkan arus listrik dari
kumparan medan (field coil) ke kumparan jangkar (armature coil) melalui
komutator dan kemudian dialirkan ke massa juga melalui komutator.
13. Kopling starter (starter clutch) memiliki fungsi untuk memindahkan momen
putar dari poros jangkar (armature shaft) menuju roda gila (flywheel) dan
untuk mencegah berpindahnya tenaga putar dari roda gila (flywheel) ke
motor starter terutama ketika mesin sudah hidup.
14. Gigi pinion (pinion gear) berfungsi untuk memindahkan tenaga putar dari
poros jangkar (armature shaft) menuju ring gear.
15. Rem jangkar (armature brake) memiliki fungsi sebagai pengerem ketika gigi
pinion (pinion gear) lepas dari kaitan roda penerus atau roda gila (flywheel).
16. Saklar magnet (magnetic switch) motor starter atau solenoide berfungsi untuk
mendorong roda gigi pinion (pinion gear) agar berhubungan dengan ring gear
pada roda penerus atau roda gila (fly wheel) dan sebagai saklar utama (main
switch) atau relay yang memungkinkan arus yang besar langsung mengalir
dari baterai menuju motor starter.

TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
91
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

RANGKUMAN

17. Tuas penggerak/pendorong (drive lever) berfungsi untuk mendorong gigi


pinion (pinion gear) agar dapat berkaitan dengan ring gear pada roda penerus
atau roda gila (flywheel).
18. Gigi ring (Ring gear) berfungsi untuk meneruskan putaran motor starter ke
roda gila (flywheel) mesin agar poros engkol mesin dapat berputar dan siklus
kerja mesin segera dapat dimulai.

TUGAS MANDIRI

1. Lakukan studi pustaka atau browsing internet tentang identifikasi dan


perawatan sistem starter pada kendaraan!
2. Catatlah informasi mengenai prosedur pengidentifikasian dan perawatan
sistem starter pada kendaraan!

PENILAIAN AKHIR BAB

Kerjakan soal-soal berikut dengfan baik dan benar!


1. Jelaskan bagaimana cara memeriksa solenoide atau switch starter (magnetic
switch) pada motor starter!
2. Jelaskan bagaimana cara memeriksa kumparan medan (field coil)!
3. Jelaskan bagaimana cara memeriksa kumparan jangkar atau kumparan rotor
(armature)!
4. Jelaskan dengan gambar cara memeriksa drop tegangan pada saat distarter!
5. Bagaimanakah cara magnetic switch memajukan pinion gear?

REFLEKSI

Setelah mempelajari bab ketiga tentang Identifikasi dan Perawatan Sistem


Starter Pada Kendaraan, kalian tentu menjadi lebih memahami konsep-konsep
sistem starter pada kendaraan. Selanjutnya, dari seluruh materi yang sudah
dijelaskan pada bab ketiga tersebut, menurut kalian materi mana yang sulit untuk
dipahami? Coba kalian diskusikan dengan teman-teman atau guru kalian karena
konsep-konsep dasar ini akan menjadi pondasi untuk memahami tentang sistem
starter pada kendaraan yang lebih kompleks dan juga memungkinkan untuk
diaplikasikan pada kendaraan-kendaraan modern saat ini serta pada kendaraan-
kendaraan masa mendatang.

TEKNIK DAN MANAJEMEN


92 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

BAB
OVER HOULE DAN PERBAIKAN SISTEM STARTER
IV
BAB IV OVER HOULE DAN PERBAIKAN SISTEM START-
ER

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari materi tentang sistem starter pada kendaraan, peserta didik
diharapkan dapat:
1. melakukan perbaikan sistem starter pada kendaraan;
2. melakukan

PETA KONSEP

SISTEM STARTER

PERBAIKAN SISTEM OVER HOULE


SISTEM STARTER
STARTER SISTEM STARTER

KATA KUNCI

starting system, over houle, magnetic switch, drive lever, pinion gear, relay, battery
charger, pole core, yoke, field coil, armature, brushes, starter clutch, armature brake,
solenoide, drive lever.

TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
93
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

PENDAHULUAN

Sistem starter (starting system) sebagai sistem yang berfungsi untuk


memberikan putaran awal agar mesin dapat memulai siklus kerja harus selalu dalam
kondisi yang baik dan normal sehingga setiap ingin menghidupkan mesin kendaraan
dapat selalu berhasil. Apabila sistem starter tidak dapat bekerja dengan baik dan
normal, permasalahan pada kendaraan akan muncul sehingga mesin kendaraan sulit
dihidupkan atau bahkan tidak dapat dihidupkan.
Sistem starter terdiri dari komponen-komponen yang saling dihubungkan
satu sama lain, baik hubungan secara elektris maupun hubungan secara mekanis.
Hubungan elektris dalam hal ini komponen sistem starter yang satu dengan yang
lainnya disambungkan dengan sebuah penghantar/kabel, misalnya hubungan antara
baterai dengan solenoide (magnetic switch). Sementara hubungan secara mekanis
dalam hal ini adalah antarkomponen sistem starter disusun sedemikian rupa sehingga
saling berkaitan dan dapat bekerja secara sinergis. Contohnya adalah hubungan
antara plunger pada solenoide (magnetic switch) starter, tuas penggerak (drive lever)
dan gigi pinion (pinion gear).
Pemasangan sistem starter pada kendaraan cukup sederhana karena jumlah
komponen pendukung yang relatif sedikit. Komponen-komponen sistem starter
seperti baterai (battery), sekring utama (fusible link), kunci kontak (ignition switch) dan
motor starter (starter motor) masing-masing disambung secara seri maupun pararel.

Gambar 4.1 Pengkabelan Sistem Starter Tanpa Relay


Sumber: PPPPTK-VEDC Malang

Untuk memaksimalkan arus listrik yang digunakan oleh motor starter


dan melindungi komponen-komponen seperti kunci kontak agar tidak cepat rusak,
jaringan kelistrikan sistem starter dilengkapi dengan relay. Prinsip kerja relay sama
dengan prinsip kerja solenoide sebagai magnetic switch.

TEKNIK DAN MANAJEMEN


94 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

PENDAHULUAN

Gambar 4.2 Pengkabelan Sistem Starter dengan Relay


Sumber: PPPPTK-VEDC Malang

MATERI PEMBELAJARAN

A. Kerusakan Sistem Starter


Sistem starter yang digunakan pada kendaraan-kendaraan kecil dan
menengah memiliki prinsip kerja yang sederhana. Ketika kunci kontak (ignition
switch) dihubungkan terjadi aliran arus listrik dari baterai menuju hold-in coil dan
massa sehingga plunger pada solenoide menjadi magnet. Selain itu, juga terjadi
aliran arus listrik dari baterai menuju pull-in coil, kumparan medan (field coil) pada
motor starter, sikat (+), jangkar (armature), sikat (-) serta menuju massa sehingga
membangkitkan elektromagnet di jangkar.
Setelah itu elektromagnet yang terjadi pada plunger akan
menghubungkan plat-plat kontak (contact plate) pada solenoide sehingga arus
dengan kapasitas besar mengalir dari baterai, plat-plat kontak, field coil motor
starter, sikat (+), jangkar, sikat (-) dan massa. Aliran arus listrik berkapasitas besar
ini akan berpotongan dengan garis gaya magnet yang terbentuk pada jangkar dan
field coil sehingga menimbulkan putaran pada jangkar (armature).
Pada saat yang bersamaan, terjadinya kemagnetan pada plunger
solenoide juga menarik tuas pendorong (drive lever) ke arah belakang. Sesuai
dengan prinsip kerja tuas, apabila salah satu ujung ditarik maka ujung yang lain
akan mendorong. Dengan demikian, mekanisme gigi pinion dan kopling terdorong
dan terhubung dengan ring gear pada fly wheel. Pada saat inilah putaran motor
TEKNIK DAN MANAJEMEN
PERAWATAN OTOMOTIF
95
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

starter diteruskan ke poros engkol melalui roda penerus untuk memberikan


putaran awal terhadap mesin agar segera memulai siklus kerja.

Gambar 4.3 Prinsip Kerja Sistem Starter Pada Kendaraan


Sumber: Hyundai Motor Company

Permasalahan yang sering terjadi pada sistem starter terdapat tiga


keluhan yang biasa terjadi. Pertama, mesin tidak dapat berputar atau tidak dapat
bergerak sama sekali. Kedua, mesin dapat berputar pelan tetapi tidak sampai
hidup. Ketiga, mesin dapat diputar dengan normal tetapi tidak dapat hidup, kondisi
ini tidak disebabkan oleh sistem starter, namun ada kemungkinan penyebabnya
adalah pada sistem bahan bakar, sistem pengapian atau mekanisme mesinnya.
B. Perbaikan Sistem Starter
1. Perbaikan baterai (battery)
Baterai pada sistem starter (starting system) memiliki peranan
yang sangat penting karena komponen inilah yang menyediakan energi
listrik yang digunakan untuk memutar motor starter untuk menghidupkan
mesin kendaraan. Baterai pada sebuah kendaraan adakalanya mengalami
drop tegangan sehingga putaran minimal agar mesin dapat hidup tidak dapat
diberikan oleh motor starter. Apabila baterai mengalami kondisi tersebut maka
diperlukan usaha-usaha perbaikan sebelum diputuskan untuk melakukan
penggantian unit baterai.
Usaha-usaha perbaikan yang dapat dilakukan, yaitu pemeriksaan
berat jenis cairan elektrolit, penggantian cairan elektrolit, serta pengisian
baterai (charging) menggunakan battery charger. Prosedur yang dapat
dilakukan dalam pekerjaan perbaikan terhadap baterai adalah sebagai berikut.
a. Menurunkan baterai dari kendaraan dengan melepas terminal (-) terlebih
dahulu diikuti dengan melepas terminal (+) dan melepas plat penahan
baterai.
b. Memeriksa kapasitas cairan elektrolit dan berat jenis cairan elektrolit pada
setiap sel baterai. Apabila level cairan kurang dan berat jenis masih pada
batas spesifikasi, elektrolit dapat ditambah dengan air aki/air accu (H2O).

96 TEKNIK DAN MANAJEMEN


96 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

Apabila level cairan kurang dan berat jenis cairan elektrolit di bawah
batas spesifikasi, elektrolit dapat ditambah dengan cairan accuzuur atau
asam sulfat (H2SO4).
c. Memeriksa kondisi cairan elektrolit. Apabila cairan keruh dan kotor,
baterai harus dikuras dan diganti dengan elektrolit baru menggunakan
cairan asam sulfat atau accuzuur (H2SO4).
d. Mengisi baterai (charging) menggunakan battery tester dengan
menghubungkan kabel-kabel pada alat pengisi arus dengan baterai, yakni
dengan posisi kabel warna merah ke terminal positif (+) baterai dan kabel
warna hitam pada terminal negatif (-) baterai.
e. Mengatur arus yang masuk ke baterai sebesar 10% kapasitas baterai.
Misal, jika sebuah baterai mobil memiliki kapasitas 45 AH, maka baterai
harus diisi arus sebesar 4,5 A dengan jangka waktu yang diperlukan untuk
mengisi adalah 8 – 10 jam. Namun, jika baterai dalam kondisi kosong
pengisiannya memerlukan waktu 12 – 15 jam.
f. Pengisian baterai yang cepat akan mengurangi usia baterai. Setelah
pengisian selesai, kondisi baterai dapat diketahui dengan cara melakukan
pengukuran berat jenis elektrolit. Berat jenis elektrolit seharusnya
berkisar antara 1,28 – 1,25 kg/1. Apabila tidak sesuai spesifikasi tersebut,
hal ini mengindikasikan baterai sudah rusak.

Gambar 4.4 Pengisian Baterai Cepat Menggunakan Battery Charger


Sumber: PPPPTK-VEDC Malang

2. Perbaikan kunci kontak (ignition switch)


Kunci kontak pada sistem starter (starting system) harus dapat
menghubungkan arus listrik dari baterai menuju solenoide (magnetic switch)
dengan sempurna ketika anak kunci diputar pada posisi START. Ketika
diperiksa menggunakan ohmmeter, ketika anak kunci diputar ke posisi ST,
antara terminal B dan terminal ST harus terhubung.

TEKNIK DAN MANAJEMEN 97


PERAWATAN OTOMOTIF
97
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 4.5 Kunci Kontak dan Pemeriksaannya


Sumber: Dokumen Penulis

Kerusakan pada kunci kontak dapat terjadi karena keausan pada


kontak-kontak penghubungnya karena gesekan atau korosi. Kerusakan jenis
ini dapat diatasi dengan penggantian unit kunci kontak. Kerusakan juga
dapat terjadi karena sambungan kabel dengan solder di bagian belakang
unit kunci kontak lepas. Untuk mengatasi permasalahan ini dapat dilakukan
penyambungan kembali menggunakan solder dan timah penyambung.
Permasalahan pada kunci kontak juga dapat terjadi karena soket-soket kabel
kotor atau kendor. Sebagai solusi dari permasalahan ini adalah dengan
melepas soket dan membersihkan sambungan-sambungan serta memasang
kembali soket kabel dengan kuat dan benar.
3. Perbaikan motor starter (starter motor)
a. Perbaikan yoke dan pole core
Kerusakan pada yoke dan pole core motor starter, misalnya
retak pada permukaan yoke. Solusinya adalah penggantian unit yoke
dengan yang baru. Kerusakan lain, misalnya karena pole core terlepas dari
permukaan dinding bagian dalam yoke. Hal ini dapat diperbaiki dengan
pembautan ulang atau jika tidak memungkinkan dapat dilakukan dengan
penggantian yoke dan pole core.

Gambar 4.6 Perbaikan Yoke dan Pole Core


Sumber: Dokumen Penulis

b. Perbaikan kumparan medan (field coil)


Kerusakan kumparan medan (field coil) pada motor starter adalah
putus pada kawat penghantar yang diindikasikan dengan nilai tahanannya
tak terhingga pada ohmmeter. Kerusakan dapat juga disebabkan faktor

98 TEKNIK DAN MANAJEMEN


98 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

usia pemakaian penghantar. Ini dapat menyebabkan nilai tahanan pada


lilitan kumparan medan (field coil) meningkat dari batas spesifikasi yang
ditentukan. Kerusakan kumparan medan (field coil) berikutnya adalah
bocornya penghantar kepada pole core maupun yoke yang diindikasikan
adanya hubungan atau kontinuitas antara ujung kumparan medan
dengan pole core dan yoke. Berbagai kerusakan pada kumparan medan
tersebut dapat diperbaiki dengan melakukan penggulungan ulang kawat
penghantar pada pole core.

Gambar 4.7 Perbaikan Kumparan Medan


Sumber: Dokumen Penulis

c. Perbaikan jangkar (armature)


Kerusakan kumparan jangkar (armature) pada motor starter
adalah putus pada kawat penghantar yang diindikasikan dengan
nilai tahanannya tak terhingga pada ohmmeter. Kerusakan lain yang
diakibatkan faktor usia pemakaian penghantar dapat menyebabkan nilai
tahanan pada lilitan kumparan jangkar (armature) meningkat dari batas
spesifikasi yang ditentukan. Kerusakan kumparan jangkar (armature)
berikutnya adalah bocornya penghantar kepada inti kumparan maupun
poros jangkar yang diindikasikan adanya hubungan atau kontinuitas
antara komutator dengan inti kumparan dan poros jangkar. Berbagai
kerusakan pada kumparan medan tersebut dapat diperbaiki dengan
melakukan penggulungan ulang kawat penghantar pada inti kumparan
atau penggantian unit jangkar (armature).
Kerusakan jangkar (armature) karena tidak seimbang ketika
berputar dapat disebabkan oleh keausan bantalan (bearing) atau bushing
pada ujung poros jangkar. Untuk memperbaikinya, dapat dilakukan
penggantian bantalan (bearing) atau bushing dengan komponen yang
baru.

Gambar 4.8 Perbaikan Jangkar (Armature)


Sumber: Dokumen Penulis

TEKNIK DAN MANAJEMEN 99


PERAWATAN OTOMOTIF
99
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

d. Penggantian sikat-sikat (brushes)


Sikat-sikat (brushes) bergesekan langsung dengan komutator
sehingga faktor usia pemakaian dapat menyebabkan keausan yang
membuat dimensinya semakin pendek dan tekanan pegas kipas tidak
mampu menekan sikat-sikat (brushes) pada komutator dengan maksimal.
Kondisi ini menyebabkan arus listrik tidak dapat dipindahkan secara
optimal sehingga putaran jangkar menjadi lemah dan tidak bertenaga.
Solusi perbaikan yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini
adalah mengganti sikat-sikat dengan unit yang baru.
Patah pada pegas sikat (brush spring) menyebabkan tidak ada
tekanan sikat pada komutator sehingga arus listrik tidak dapat dipindahkan
secara optimal dan putaran jangkar menjadi lemah dan tidak bertenaga
atau bahkan tidak dapat berputar sama sekali. Solusi perbaikan yang
dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini adalah mengganti
pegas-pegas sikat dengan unit yang baru.

Gambar 4.9 Penggantian Sikat-Sikat (Brushes)


Sumber: Dokumen Penulis

e. Perbaikan kopling starter (starter clutch) dan gigi pinion (pinion gear)
Kerusakan kopling starter (starter clutch) pada unit motor
starter, misalnya keausan pada roller-roller mekanisme oneway clutch
yang mengakibatkan gigi pinion (pinion gear) dapat berputar dua
arah. Dalam kondisi ini putaran motor starter tidak dapat diteruskan
kepada roda penerus atau roda gila (flywheel). Keausan juga dapat
terjadi pada alur maju-mundur gigi pinion yang mengakibatkan gigi
pinion tidak dapat bergerak maju secara maksimal sehingga tidak
dapat berhubungan dengan flywheel secara maksimal juga. Perbaikan
yang dapat dilakukan untuk mengatasi kedua permasalahan ini adalah
dengan melakukan penggantian unit kopling starter (starter clutch)
dengan komponen baru.
Kerusakan gigi pinion (pinion gear) pada motor starter
didominasi oleh keausan gigi-gigi pada gigi pinion yang menyebabkan
gigi pinion tidak dapat terhubung dengan baik pada flywheel. Kerusakan
jenis ini dapat diperbaiki dengan melakukan penggantian unit gigi
pinion dengan komponen yang baru.

100 TEKNIK DAN MANAJEMEN


100 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 4.10 Perbaikan Kopling Starter (Starter Clutch) dan Gigi Pinion (Pinion Gear)
Sumber: Dokumen Penulis

f. Perbaikan rem jangkar (armature brake)


Kerusakan rem jangkar (armature brake) pada motor starter
dapat terjadi karena keausan mekanisme pengerem. Kerusakan ini
menyebabkan kerja dari rem jangkar tidak maksimal dan gigi pinion
akan selalu berputar setelah proses starting mesin berhenti. Hal ini
akan membuat umur pinion gear menjadi tidak awet. Perbaikan yang
dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini adalah melakukan
penggantian unit rem jangkar dengan komponen yang baru.

Gambar 4.11 Perbaikan Rem Jangkar (Armature Brake)


Sumber: Dokumen Penulis

g. Perbaikan switch starter (magnetic switch atau solenoide)


Kerusakan switch starter (magnetic switch) atau solenoide dapat
diperhatikan dari gejala-gejala yang timbul, misalnya motor starter sama
sekali tidak dapat berputar atau ketika distarter hanya terdengar bunyi
ketukan pada solenoide. Pada kasus pertama tidak terjadi kemagnetan
pada plunger switch starter sehingga plat-plat kontak pada solenoide
tidak dapat terhubung dan tidak ada aliran arus dari baterai menuju motor
starter. Kondisi ini disebabkan karena lilitan kawat penghantar pada pull-
in coil putus. Perbaikan yang dapat dilakukan adalah penggantian unit
solenoide dengan komponen yang baru.
Kerusakan jenis kedua disebabkan oleh kotoran yang
menempel pada plat-plat kontak solenoide atau keausan pada plat-plat
kontak solenoide. Meskipun plunger solenoide dapat bergerak maju

TEKNIK DAN MANAJEMEN 101


PERAWATAN OTOMOTIF
101
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

karena bangkit kemagnetan, tetapi hubungan masing-masing plat kontak


tidak terjadi. Perbaikan terhadap kerusakan ini dapat dilakukan dengan
memukul ringan bodi solenoide dengan gagang obeng agar kotoran jatuh.
Jika permasalahan belum terselesaikan, dapat dilakukan penggantian
solenoide dengan unit baru/normal.

Gambar 4.12 Perbaikan Switch Starter (Magnetic Switch atau Solenoide)


Sumber: Dokumen Penulis

h. Perbaikan tuas penggerak/pendorong (drive lever)


Kerusakan tuas penggerak/pendorong (drive lever) motor starter
terjadi karena pegas tuas mengalami patah atau tuasnya yang mengalami
patah. Kondisi patah pada tuas penggerak dapat menyebabkan gigi
pinion tidak dapat terdorong dan terhubung dengan flywheel. Sementara
tuas penggerak yang patah mengakibatkan kembalinya gigi pinion ke
posisi semula menjadi berat sehingga umur gigi pinion dan mekanisme
kopling pinion menjadi tidak awet. Perbaikan yang dapat dilakukan untuk
mengatasi kerusakan jenis ini adalah penggantian pegas penggerak dan
penggantian tuas pendorong.

Gambar 4.13 Perbaikan Tuas Penggerak/Pendorong (Drive Lever)


Sumber: Dokumen Penulis

4. Perbaikan ring gear pada flywheel


Perbaikan pada ring gear dapat dilakukan dengan prosedur menurunkan

102 TEKNIK DAN MANAJEMEN


102 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

terlebih dahulu transmisi, kopling, dan roda penerus atau roda gila (flywheel).
Perbaikan pada ring gear dilakukan karena terjadi keausan yang berlebihan
atau kerusakan pada mata gigi ring gear. Sebelum dilakukan penggantian
ada jenis ring gear yang posisi pemasangan pada roda penerus dapat dibalik,
dengan catatan keausan yang terjadi masih pada batas-batas ketentuan.

Gambar 4.14 Perbaikan Ring Gear Pada Flywheel


Sumber: Dokumen Penulis

C. Over Houle Sistem Starter


1. Penggantian baterai (battery)
Performa baterai kendaraan tidak akan dapat bertahan selamanya.
Ada kalanya baterai harus diganti karena kerusakan. Gejala yang muncul
ketika baterai harus diganti diantaranya lampu depan/utama sudah mulai
redup ketika dinyalakan atau ketika kendaraan distarter motor starter tidak
mampu memutar mesin kendaraan karena putaran minimal mesin tidak dapat
tercapai. Kalau gejala-gejala tersebut sudah muncul, langkah pertama yang
harus dilakukan adalah memeriksa terminal-terminal baterai dari endapan
berwarna putih/kecoklatan. Endapan sulfat ini dapat dibersihkan dengan
cara meyiram air hangat/panas pada terminal. Untuk memaksimalkan
pembersihahan endapan sulfat ini dapat dilakukan dengan melepas klem
dari terminal dan membersihkannya menggunakan amplas atau alat khusus.
Setelah prosedur tersebut dilaksanakan, kita dapat memutuskan baterai perlu
diganti atau tidak.
Penggantian baterai kendaraan dengan baterai yang baru harus
menaati prosedur-prosedur yang telah ditetapkan. Hal ini untuk menghindari
terjadinya kecelakaan kerja. Adapun prosedur penggantian baterai adalah
sebagai berikut.
a. Menyiapkan baterai baru sebagai pengganti.
b. Menyiapkan peralatan yang digunakan, biasanya kunci pas/kunci ring
ukuran 10.
c. Memastikan posisi kunci kontak kendaraan pada posisi OFF.
d. Membuka tutup ruang mesin/ kap mesin dengan menarik tuas pembuka
tutup ruang mesin, biasanya terletak di sebelah kanan bawah roda kemudi.
e. Memasang fender cover pada kendaraan.
f. Untuk kendaraan dengan merk-merk tertentu, penggantian baterai harus

TEKNIK DAN MANAJEMEN 103


PERAWATAN OTOMOTIF
103
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

dilakukan dengan jalan men-jamper dengan baterai yang lain terlebih


dahulu. Hal ini dilakukan agar supplai arus listrik ke sistem ECM-nya tidak
terputus.
g. Mengendurkan dan melepas kabel dari terminal negatif (-) baterai.
h. Mengendurkan dan melepas kabel dari terminal positif (+) baterai.
i. Mengendurkan dan melepas mur penahan/pemegang baterai.
j. Mengangkat baterai lama dan menggantinya dengan baterai baru.
k. Memasang kabel positif pada terminal baterai positif (+) dan
mengencangkannya.
l. Memasang kabel negatif pada terminal baterai negatif (-) dan
mengencangkannya.
m. Memasang kembali penahan/pemegang baterai.
n. Menghidupkan mesin.
o. Memeriksa apakah semua sistem kelistrikan berfungsi dengan normal.
Jika tidak ditemukan permasalahan, semua fender cover dapat dilepas dan
dilipat dengan rapi.
p. Menutup ruang mesin/kap mesin dengan memastikan apakah kap mesin
sudah ditutup dengan rapat kembali.
2. Over houle kunci kontak (ignition switch)
Over houle kunci kontak (ignition switch) dilakukan apabila
mengalami permasalahan yang sumbernya dari kunci kontak, misalnya
arus dari baterai tidak sampai pada solenoidee ketika anak kunci kontak
diposisikan pada START. Sumber dari permasalahan ini adalah konektor
kabel pada kunci kontak yang kotor atau tidak terhubung dengan baik,
kerusakan mekanisme kontaktor pada kunci kontak, atau solderan
kabel pada kunci kontak terlepas. Over houle kunci kontak (ignition
switch) dilakukan untuk mengadakan perbaikan atau penggantian
kunci kontak.
3. Over houle motor starter (starter motor)
a. Yoke dan pole core
Over houle yoke dan pole core dilakukan apabila terjadi
kerusakan pada yoke maupun pole core. Yoke sebagai tumpuan dari pole
core harus terpasang dengan kuat dan pole core sebagai inti sekaligus
tumpuan kumparan medan (field coil) harus mampu menahan atau
menopang dengan kuat karena pada permukaan pole core terdapat
elektromagnet yang bekerja sangat kuat. Keretakan pada permukaan
dinding yoke mengharuskan pekerjaan over houle dan pembongkaran
motor starter untuk melakukan penggantian unit yoke. Gesekan antara
permukaan pole core dengan permukaan diameter jangkar dapat terjadi
akibat keausan pada bushing jangkar. Gesekan yang terjadi menyebabkan
keausan berlebihan sehingga perlu dilakukan over houle dan penggantian
komponen motor starter ini.
b. Kumparan medan (field Coil)
Pekerjaan over houle dan penggantian komponen perlu
dilakukan apabila terjadi kerusakan pada kumparan medan (field coil).
Kerusakan pada kumparan medan ini, antara lain adanya kontinuitas atau

104 TEKNIK DAN MANAJEMEN


104 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

hubungan antara ujung kumparan medan dengan pole core dan yoke,
adanya tahanan yang melebihi batas spesifikasi pada kumparan medan,
serta tidak adanya hubungan atau tidak adanya kontinuitas antara ujung
kumparan.
Kerusakan-kerusakan tersebut dapat diselesaikan dengan cara
menggulung ulang kumparan medan dengan kawat penghantar yang
baru. Pekerjaan ini dapat dilakukan dengan over houle dan pembongkaran
motor starter.
c. Jangkar (armature)
Pekerjaan overhoule diperlukan pada perbaikan dan
penggantian jangkar (armature) dengan kerusakan, antara lain putaran
jangkar tidak balans, terdapat kontinuitas antara komutator dengan poros
jangkar dan inti jangkar, serta tidak ada kontinuitas antar komutator atau
tahanan antar komutator melebihi batas spesifikasi.
d. Sikat-sikat (brushes)
Sikat-sikat (brushes) selalu bergesekan dengan komutator ketika
motor starter berputar. Sikat-sikat (brushes) terbuat dari tembaga lunak
atau karbon dan lebih lunak dibandingkan bahan pembuat komutator
sehingga yang lebih cepat mengalami keausan adalah sikat (brush). Over
houle pada komponen ini ditujukan untuk melakukan penggantian sikat
(brush) atau pegas sikat (brush spring). Keausan pada sikat yang berlebihan
mengakibatkan arus listrik yang dialirkan pada komponen ini tidak
maksimal sehingga putaran motor starter cenderung lambat dan tidak
bertenaga. Sementara itu, kondisi pegas sikat yang patah mengakibatkan
tidak adanya tekanan sikat pada komutator sehingga perpindahan arus
listrik dari sikat ke komutator atau dari komutator ke sikat lemah atau
cenderung tidak ada sehingga perlu dilakukan langkah over houle untuk
mengatasi permasalahan tersebut.
e. Kopling starter (starter clutch) dan gigi pinion (pinion gear)
Over houle pada komponen kopling starter (starter clutch)
dan gigi pinion (pinion gear) dilakukan untuk melakukan penggantian
komponen ini karena kerusakan. Roller-roller pada kopling starter dapat
mengalami keausan karena usia pemakaian. Hal ini dapat menyebabkan
kopling starter tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya. Sementara
itu, gigi pinion yang berfungsi untuk memutar ring gear pada fly wheel
juga dapat mengalami keausan karena usia pemakaian.
f. Rem jangkar (armature brake)
Over houle pada komponen rem jangkar (armature brake)
dilakukan untuk melakukan penggantian pegas rem jangkar. Pegas pada
rem jangkar seringkali mengalami patah sehingga rem jangkar tidak dapat
berfungsi untuk menghambat putaran jangkar ketika motor starter sudah
tidak beroperasi lagi.
g. Switch starter (magnetic switch atau solenoide)
Penggantian switch starter (magnetic switch atau solenoide)
dilakukan karena komponen ini tidak dapat berfungsi sebagaimana
mestinya. Solenoide memiliki fungsi ganda pada sistem starter mesin

TEKNIK DAN MANAJEMEN 105


PERAWATAN OTOMOTIF
105
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

kendaraan untuk menghubungkan arus dari baterai langsung ke motor


starter dan untuk mengungkit agar pinion gear motor starter berhubungan
dengan ring gear pada flywheel. Jika salah satu fungsi atau kedua fungsi
tersebut tidak terpenuhi dengan baik, hal ini dapat menyebabkan sistem
starter tidak dapat bekerja dan over houle dilakukan untuk melakukan
penggantian solenoide.
h. Tuas penggerak/pendorong (drive lever)
Over houle pada tuas penggerak (drive lever) dilakukan untuk
melakukan penggantian tuas penggerak, pegas tuas penggerak, atau
penggantian keduanya. Permasalahan pada komponen ini menyebabkan
hubungan antara gigi pinion dengan ring gear tidak terjadi sebagaimana
mestinya sehingga putaran motor starter tidak diteruskan secara
maksimal pada roda gila (flywheel).
4. Over houle ring gear pada flywheel
Over houle ring gear pada flywheel dilakukan untuk melakukan
penggantian atau perbaikan pada komponen ini. Over houle ring gear dilakukan
dengan menurunkan motor starter dan transmisi terlebih dahulu. Perbaikan
atau penggantian ring gear dilakukan karena komponen ini mengalami keausan
yang berlebihan terutama pada bagian gigi yang berhubungan dengan gigi
pinion motor starter. Keausan yang berlebihan pada komponen ring gear
dapat menimbulkan bunyi abnormal ketika terjadi perpindahan putaran dari
gigi pinion menuju ring gear. Selain bunyi abnormal, akibat yang lain adalah
perpindahan tenaga putar tidak dapat dilakukan secara maksimal.

LEMBAR PRAKTIKUM

PEMBONGKARAN, PEMERIKSAAN DAN PERAKITAN MOTOR STARTER

A. Tujuan Pembelajaran Praktikum


Setelah menyelesaikan kegiatan praktik, peserta didik diharapkan dapat:
1. mengetahui komponen sistem starter (starting system);
2. mengukur komponen sistem starter (starting system);
3. menjelaskan cara kerja sistem starter (starting system);
4. mengidentifikasi kerusakan yang terjadi pada sistem starter (starting
system)
B. Alat dan Bahan
Peralatan dan bahan yang digunakan pada kegiatan praktik antara lain:
1. Kotak alat (toolbox)
2. Motor starter terurai
3. Motor starter terangkai dalam kondisi dapat dioperasikan/hidup
4. Multimeter/multitester/AVO meter
5. Jangka sorong (vernier caliper)
6. Feeler gauge

106 TEKNIK DAN MANAJEMEN


106 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

LEMBAR PRAKTIKUM

7. Dial gauge
8. Pull scale
9. Baterai (accumulator/accu)
10. Kabel dengan penjepit pada kedua ujungnya
11. Lap (majun)
C. Keselamatan Kerja
1. Gunakan peralatan sesuai dengan fungsinya.
2. Kenakanlah pakaian kerja (wear park) selama melakukan kegiatan praktik.
3. Jika ragu-ragu dalam pelaksanaan kegiatan praktik, konsultasikan
terlebih dahulu dengan guru pembimbing.
4. Hati-hati di dalam melaksanakan kegiatan praktik.
D. Tugas dan Evaluasi
1. Buatlah laporan kegiatan praktik sesuai dengan jobsheet praktik dan data
yang diperoleh selama melakukan kegiatan praktik!
2. Jelaskan fungsi masing-masing komponen sistem starter (starting
system)!
3. Jelaskan kerusakan yang mungkin terjadi pada komponen sistem starter
(starting system)!
E. Media Kegiatan Praktik
1. Buku manual (manual book) praktik
2. CD interaktif
3. Wall chart
F. Langkah Kerja
1. Persiapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan pada kegiatan
praktik.
2. Kenakanlah pakaian kerja (wear park) dengan benar dan rapi.
3. Pinjamlah peralatan dan bahan di ruang alat dan periksa kondisi alat
sebelum digunakan.
4. Lakukan pembongkaran, pengukuran, pemeriksaan, dan perakitan serta
pengujian seperti di bawah ini.
a. Membongkar motor starter
1) Jepitlah motor starter pada ragum, buka mur pengikat klem kabel
utama ke motor starter, kemudian lepas baut/mur pemegang
solenoide.

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

2) Lepaskan solenoide dari motor starter dengan menggoyang-


goyangkan solenoide supaya plunyernya (poros solenoide)
terlepas dari tuas pengerak (drive lever).

TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
107
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

LEMBAR PRAKTIKUM

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

3) Buka tutup bantalan (bearing) dengan lidah pengukuran (feeler


gauge), periksa celah samping poros anker/jangkar (armature)
antara plat pengunci dan kerangka ujung, kemudian bandingkan
hasil pengukuran dengan buku petunjuk (spesifikasi).

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

4) Buka plat pengunci, pegas dan ring/karet, buka dua baut panjang
dan keluarkan kerangka ujung komutator.

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

5) Dengan sepotong kawat baja, lepas pegas-pegas sikat (brush


springs) dan lepas sikat-sikat (brushes) dari pemegangnya.

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

TEKNIK DAN MANAJEMEN


108 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

LEMBAR PRAKTIKUM

6) Lepaskan pemegang sikat dari anker/jangkar (armature).

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

7) Buka kerangka kumparan medan (field coil) dari rumah penggerak


pinion.

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

8) Buka tuas penggerak dari rumah penggerak pinion dan lepaskan


anker/jangkar (armature) dari rumah pengerak.

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

9) Dengan alat khusus, keluarkan cincin penyetop dari ring pengunci


dan lepaskan ring pengunci kemudian keluarkan pinion beserta
kopling searah (oneway clutch) bebas dan poros anker/jangkar
(armature).

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
109
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

LEMBAR PRAKTIKUM

b. Membersihkan komponen-komponen motor starter


1) Bersihkan pinion beserta kopling searah (oneway clutch) dengan
tanpa dicuci.
2) Bersihkan dengan bensin komponen-komponen lainnya tetapi
jangan sampai basah kuyup.
3) Keringkan komponen yang dicuci, perhatikan ring-ring jangan
sampai hilang.
c. Memeriksa dan memperbaiki komponen motor starter
1) Pemeriksaan lilitan/kumparan jangkar/anker (armature coil)
Periksa komutator dari kemungkinan putus pada
sirkuitnya dengan menggunakan ohmmeter. Periksa antarsegmen
pada komutator dan pastikan terdapat kontinuitas. Jika antarsegmen
tidak ada kontinuitas, disarankan untuk melakukan penggantian
armature.

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

Periksa ada tidaknya hubungan komutator dengan massa


dengan menggunakan ohmmeter. Pastikan antarkomutator dan
armature coil core tidak terdapat kontinuitas. Jika ada kontinuitas,
disarankan untuk melakukan penggantian armature.

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

2) Pemeriksaan komutator (commutator)


Periksa kemungkinan terdapat kotoran dan kebakaran
pada permukaan komutator. Jika kotor atau terbakar, perbaiki
dengan ampelas (no. 400) atau mesin bubut.
Periksa run out komutator dengan menempatkan
komutator pada v-blok dan menggunakan dial gauge, ukur run out
komutator. Run out maksimal adalah 0,05 mm. Jika run out melebihi
nilai maksimal, perbaiki komutator dengan menggunakan mesin
bubut.

TEKNIK DAN MANAJEMEN


110 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

LEMBAR PRAKTIKUM

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

Periksalah diameter komutator dengan menggunakan


jangka sorong (vernier caliper). Diameter standar adalah 28 mm dan
diameter minimum adalah 27 mm. Jika diameter komutator kurang
dari nilai minimum, disarankan untuk melakukan penggantian
armature.

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

Periksalah kedalaman alur pada komutator. Bersihkan alur


dari kotoran atau benda lain dan ratakan permukaan pada ujungnya.
Kedalaman alur komutator standar adalah 0,6 mm dan kedalaman
minimal adalah 0,2 mm. Jika kedalaman alur kurang dari nilai
minimal, perbaiki dengan daun gergaji.

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

3) Pemeriksaan kumparan medan (field coil)


Periksalah kemungkinan terputusnya sirkuit pada field coil
dengan menggunakan ohmmeter. Periksalah kontinuitas antara kabel
timah dan sikat. Jika tidak ada kontinuitas, lakukan penggantian field
coil.

TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
111
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

LEMBAR PRAKTIKUM

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

Periksa hubungan ke massa pada field coil dengan


menggunakan ohmmeter, pastikan tidak ada kontinuitas antara
ujung field coil dan field frame, jika terdapat kontinuitas, perbaiki
atau ganti field frame.

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

4) Pemeriksaan sikat-sikat (brushes)


Periksalah panjang sikat dengan menggunakan jangka
sorong (vernier caliper). Panjang sikat standar adalah 14,00 mm dan
panjang sikat minimal adalah 9,0 mm. Jika panjangnya kurang dari
nilai minimal, gantilah pemegang sikat dari field coil.

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

5) Pemeriksaan pegas sikat (brush spring)


Periksalah beban pada pegas sikat (brush spring). Baca
nilai pada pull scale ketika pegas mulai terlepas dari sikat (brush).
Beban pada pegas terpasang 8,8 N sampai dengan 17,7 N. Jika tidak
sesuai, lakukan penggantian pegas sikat (brush spring).

TEKNIK DAN MANAJEMEN


112 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

LEMBAR PRAKTIKUM

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

6) Pemeriksaan pemegang sikat (brush holder)


Periksalah sekat pada pemegang sikat dengan
menggunakan ohmmeter. Pastikan tidak ada kontinuitas antara
pemegang sikat positif (+) dan negatif (-). Jika ada kontinuitas,
perbaiki atau lakukan penggantian pemegang sikat (brush holder).

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

7) Pemeriksaan kopling searah (oneway clutch) dan roda gigi pinion


(pinion gear)
Periksalah kondisi gigi pada roda gigi. Periksa gigi dari
kemungkinan aus atau rusak pada planetari, gigi dalam, dan kopling
starter. Apabila terjadi kerusakan pada gigi, lakukan penggantian
roda gigi. Jika gigi pada kopling starter rusak, lakukan penggantian
kopling starter. Periksa juga kemungkinan aus atau rusak pada gigi
ring gear.
Periksalah kopling starter dengan memutar pinion gear
pada kopling searah dengan putaran jarum jam dan periksa bahwa
pinion berputar bebas. Selanjutnya, putarlah pinion gear pada arah
berlawanan arah jarum jam. Periksa bahwa pinion terkunci. Jika
tidak seperti ketentuan, lakukan penggantian kopling starter.

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
113
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

LEMBAR PRAKTIKUM

8) Pemeriksaan switch magnet (magnetic switch/solenoide)


Periksalah kondisi plunyer dengan menekan plunyer
dan bebaskan kembali. Pastikan plunyer kembali ke posisi semula
dengan cepat. Jika tidak sesuai dengan ketentuan, lakukan
pengganti switch magnet.

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

Lakukan pengujian sirkuit pada pull-in-coil menggunakan


ohmmeter. Periksalah kontinuitas antara terminal 50 dan C. Jika
tidak ada kontinuitas, lakukan penggantian switch magnet.
Lakukan pengujian sirkuit pada hold-in-coil menggunakan
ohmmeter. Periksalah kontinuitas antara terminal 50 dan bodi switch.
Jika tidak ada kontinuitas lakukan penggantian switch magnet.

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

9) Pemeriksaan poros planetary dan bearing tengah


Periksalah poros planetary dan bearing tengah
menggunakan micrometer. Ukur diameter luar poros planetary yang
menyentuh bearing tengah. Ukuran diameter poros standar adalah
14,980-15,000 mm.
Menggunakan caliper gauge, ukur diameter dalam pada
bearing tengah. Ukuran diameter dalam adalah 15,008-15,050 mm.

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

TEKNIK DAN MANAJEMEN


114 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

LEMBAR PRAKTIKUM

Kurangkan diameter poros planetary dari diameter dalam


bearing. Ukuran celah oli standar untuk bearing tengah adalah
0,01-0,06 mm, sedangkan ukuran celah oli maksimal untuk bearing
tengah adalah 0,2 mm. Jika celahnya lebih dari nilai maksimal,
lakukan penggantian poros planet carrier dan bearing tengah.

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

d. Merakit motor starter


1) Tempatkan pinion pada poros anker (armature shaft). Tempatkan
cincin penyetop pada poros anker. Selanjutnya, pasang ring
pengunci.

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

2) Dengan ragum tekan ring pengunci dan periksa bahwa ring pengunci
terpasang dengan benar.

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

3) Dengan obeng, pukul pinion dalam usaha memasukan cincin


penyetop ke dalam ring pengunci.

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
115
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

LEMBAR PRAKTIKUM

4) Pasang tuas penggerak (drive lever) pinion pada rumah penggerak.


Pasang anker (armature) beserta pinion pada rumah penggerak.
Selanjutnya, pasang kerangka kumparan medan (field coil frame)
pada anker.

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

5) Tempatkan pemegang sikat (brush holder) di atas poros anker


(armature). Dengan sepotong kawat baja, pegang pegas sikat serta
pasang sikat pada pemegang sikat.

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

6) Pasang kerangka ujung pada poros anker/jangkar (armature) dan


pasang 2 baut panjang. Pasang karet, pegas, dan plat pengunci.
Ukur celah samping anker antara plat pengunci dan kerangka ujung.
Selanjutnya, pasang tutup bantalan dengan dua sekrup.

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

7) Kaitkan solenoide pada tuas pengerak. Pasang baut/mur pengikat


solenoid. Selanjutnya, pasang klem kabel utama ke motor starter.

TEKNIK DAN MANAJEMEN


116 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

LEMBAR PRAKTIKUM

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

e. Menguji kemampuan starter


Perhatian: untuk menghindari kebakaran pada koil, lakukan pengujian
ini selama 3-5 detik.
1) Lakukan pengujian PULL-IN dengan melepas kabel field coil dari
terminal C dan hubungkan baterai pada switch magnet seperti pada
gambar di atas. Periksa gerakan gigi pinion ke arah luar. Jika gigi
pinion tidak bergerak, lakukan penggantian switch magnet.
2) Lakukan pengujian HOLD-IN dalam keadaan baterai terhubung
seperti di atas dan gigi pinion keluar. Lepaskan kabel negatif (-)
dari terminal C dan periksalah gigi pinion. Pastikan gigi pinion
masih tertahan di luar. Jika gigi pinion bergerak ke dalam, lakukan
penggantian switch magnet.
3) Periksalah gerakan kembalinya gigi pinion dengan melepas kabel
negatif (-) dari bodi switch. Pastikan gigi pinion bergerak ke
dalam kembali. Jika gigi pinion tidak bergerak ke dalam, lakukan
penggantian swicht magnet.
4) Periksalah celah gigi pinion dengan menghubungkan baterai pada
switch magnet seperti pada gambar. Gerakkan gigi pinion ke arah
armature dan ukurlah celah antara gigi pinion dan stop collar. Celah
standar adalah 1-4 mm.
5) Lakukan pengujian kemampuan tanpa beban dengan
menghubungkan kabel field coil pada terminal C dan pastikan kabel
tidak berhubungan dengan masa. Selanjutnya, hubungkan baterai
dan ampermeter pada starter seperti pada gambar Pastikan starter
berputar lembut dan stabil serta gigi pinion bergerak keluar.

TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
117
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

CAKRAWALA

Penemu Motor Listrik

Nikola terlahir dari etnis Serbia di


Desa Smijan, Kroasia, pada 28 Juni 1856.
Nikola merupakan seorang ilmuwan yang
menemukan motor. Saat berusia sembilan
tahun, Nikola sudah menjadi salah satu
mahasiswa di Universitas Teknologi Graz,
Austria. Pada tahun 1882, Nikola telah
berhasil membuat sebuah konsep yang
menarik, yaitu konsep motor induksi dan
menerima hak paten tahun 1888.
Gambar 4.15 Nikola Tesla
Nikola Tesla meninggal dunia pada 7
Sumber: https://de.wikipedia.org/wiki/Nikola_Tesla Januari 1943 di hotel New Yorker, ruang
3327, lantai 33. Nikola di kremasi di Ardsley, Hudson, New York. Berkat jasa
Sang Penemu Motor Listrik ini, perkembangan dan pengaplikasian motor listrik
merambah ke berbagai bidang kehidupan.

JELAJAH INTERNET

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih luas tentang sistem
starter pada mesin kendaraan, kalian juga dapat belajar secara mandiri melalui
internet. Di internet kalian juga dapat mencari materi tentang sistem starter
pada mesin kendaraan. Materi tentang berbagai jenis sistem stater pada mesin
kendaraan, baik tipe konvensional yang digunakan untuk kendaraan-kendaraan
keluaran awal maupun sistem starter yang diaplikasikan untuk kendaraan-
kendaraan modern akan mudah didapatkan. Salah satu website yang dapat
kalian kunjungi untuk memperluas wawasan tentang sistem starter pada mesin
kendaraan adalah https://www.autoexpose.org/2017/01/sistem-motor-starter.
html atau dengan membuka QR code di bawah ini.

TEKNIK DAN MANAJEMEN


118 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

RANGKUMAN

1. Sistem starter (starting system) memiliki prinsip kerja yang sederhana. Ketika
kunci kontak (ignition switch) dihubungkan, akan terjadi aliran arus listrik
dari baterai menuju hold-in coil dan menuju ke massa sehingga plunger pada
solenoide menjadi magnet. Selain itu juga terjadi aliran arus listrik dari baterai
menuju pull-in coil, kumparan medan (field coil) pada motor starter, sikat (+),
jangkar (armature), sikat (-) dan menuju ke massa sehingga membangkitkan
elektromagnet di jangkar.
2. Permasalahan pada sistem starter (starting system) dapat disebabkan oleh
tidak berfungsinya komponen-komponen sistem starter dengan baik, yaitu
baterai (battery), kunci kontak (ignition switch), dan motor starter (starter
motor).
3. Pemeriksaan, pengujian atau penggantian dapat dilakukan pada komponen-
komponen sistem starter, seperti baterai (battery), kunci kontak (ignition
switch) dan motor starter (starter motor).
4. Pemeriksaan, pengujian maupun penggantian pada komponen-komponen
motor starter meliputi kegiatan berikut ini.
a. Pemeriksaan visual terhadap kerusakan pada yoke.
b. Pemeriksaan visual terhadap kerusakan pada pole core.
c. Pemeriksaan kontinuitas kumparan medan (field coil).
d. Pemeriksaan kontinuitas jangkar (armature).
e. Pemeriksaan visual terhadap keausan pada sikat-sikat (brushes).
f. Pemeriksaan fungsi/kinerja kopling starter (starter clutch).
g. Pemeriksaan visual keausan gigi pinion (pinion gear).
h. Pemeriksaan visual kerusakan pada rem jangkar (armature brake).
i. Pemeriksaan kontinuitas dan pengujian saklar magnet (magnetic switch),
motor starter, atau solenoide.
j. Pemeriksaan visual keausan dan kerusakan tuas penggerak/pendorong
(drive lever).
k. Pemeriksaan visual keausan gigi ring (ring gear).

TUGAS MANDIRI

1. Lakukan studi pustaka atau browsing internet tentang over houle dan
perbaikan sistem starter pada kendaraan!
2. Catatlah informasi mengenai prosedur over houle dan perbaikan sistem
starter pada kendaraan!

TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
119
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

PENILAIAN AKHIR BAB

Kerjakan soal-soal berikut dengfan baik dan benar!


1. Buatlah gambar diagram sebuah relay empat kaki beserta penomoran pada
kaki-kakinya dan jelaskan fungsi penggunaan relay pada sistem starter!
2. Sebutkan dua kerusakan yang dapat terjadi pada kumparan medan (field coil)
motor starter beserta penjelasan singkatnya!
3. Sebutkan dua kerusakan yang dapat terjadi pada kumparan jangkar (armatur
coil) motor starter beserta penjelasan singkatnya!
4. Sebutkan beberapa permasalahan yang dapat terjadi pada solenoide (magnetic
switch) motor starter beserta penjelasan singkatnya!
5. Mesin kendaraan Toyota Kijang 5K ketika distarter mesin tidak dapat hidup,
tetapi hanya terdengar suara putaran poros motor starter dan roda gigi pinion.
Buatlah analisa kerusakan yang terjadi disertai dengan penjelasannya!

REFLEKSI

Setelah mempelajari bab keempat tentang Overhoule dan Perbaikan


Sistem Starter, kalian tentu menjadi lebih memahami konsep dan prosedur
perbaikan sistem starter pada kendaraan. Kemudian, dari seluruh materi yang
sudah dijelaskan pada bab keempat tersebut, menurut kalian materi mana yang
sulit untuk dipahami? Coba kalian diskusikan dengan teman-teman atau guru
kalian karena konsepdan prosedur perbaikan ini akan menjadi pondasi untuk
memahami tentang sistem starter pada kendaraan yang lebih kompleks dan juga
memungkinkan untuk diaplikasikan pada kendaraan-kendaraan modern saat ini
serta pada kendaraan-kendaraan masa mendatang.

TEKNIK DAN MANAJEMEN


120 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

PENILAIAN AKHIR
PENILAIAN AKHIR SEMESTER GASAL SEMESTER GASAL

A. Soal Pilihan Ganda


Pilihlah jawaban di bawah ini yang paling tepat !
1. Sistem kelistrikan tambahan pada kendaraan yang memiliki fungsi untuk
membuka maupun menutup kaca jendela kendaraan adalah …
a. Sistem power window
b. Sistem wiper
c. Sistem washer
d. GPS (global position system)
e. Cigarette lighter
2. Sistem kelistrikan tambahan pada kendaraan yang berfungsi untuk menyeka
air hujan pada kaca depan maupun kaca belakang adalah …
a. Sistem power window
b. Sistem wiper
c. Sistem washer
d. GPS (global position system)
e. Cigarette lighter
3. Kendaraan modern banyak dilengkapi dengan fitur-fitur canggih, salah
satunya adalah sistem yang dapat mengetahui posisi kendaraan dan juga
dapat memandu perjalanan, sistem ini dinamakan …
a. Sistem power window
b. Sistem wiper
c. GPS (global position system)
d. Sistem washer
e. Cigarette lighter
4. Sistem kelistrikan tambahan pada kendaraan yang dapat digunakan sebagai
sumber arus untuk mencharge HP atau perangkat komunikasi lain adalah …
a. Sistem power window
b. Sistem wiper
c. GPS (global position system)
d. Cigarette lighter
e. Sistem washer
5. Sistem kelistrikan tambahan pada kendaraan yang berfungsi untuk membasuh/
menyemprotkan air pada permukaan kaca depan dan atau belakang adalah …
a. Cigarette lighter
b. Sistem power window
c. Sistem wiper
d. GPS (global position system)
e. Sistem washer
6. Berikut yang bukan merupakan komponen sistem kamera parkir (parking
camera) adalah …
a. Saklar washer (washer switch)
b. Monitor (head unit)
c. Kamera (camera)
d. Baterai (battery)

TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
121
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL

e. Kabel optik (optical cable)


7. Central door lock merupakan sistem kelengkapan pada kendaraan sebagai
fitur pengaman. Lock actuator utama merupakan komponen yang dipasang
pada pintu …
a. Depan kiri
b. Depan kanan
c. Belakang kanan
d. Belakang kiri
e. Semua pintu
8. Sistem kelistrikan tambahan pada kendaraan yang dapat digunakan untuk
memperindah tampilan kendaraan sekaligus penerangan bawah dashboard
atau bawah kendaraan adalah …
a. Lampu utama
b. Lampu hazard
c. Lampu kolong
d. Lampu kota
e. Lampu tanda belok
9. Berikut ini yang bukan merupakan penyebab kaca jendela pada sistem power
window bergerak lambat adalah …
a. Karet-karet pada kaca tidak elastis lagi.
b. Massa (ground) motor penggerak kurang.
c. Sikat-sikat (brushes) pada motor penggerak tipis.
d. Kabel konektor pada motor penggerak lepas.
e. Terdapat kotoran atau deposit debu pada rel kaca.
10. Berikut ini yang bukan merupakan penyebab air pada sistem washer tidak
dapat menyemprot pada permukaan kaca kendaraan adalah …
a. Pompa washer mati.
b. Selang air ke neeple penyemprot lepas.
c. Neeple penyemprot buntu.
d. Air pada tabung penampung habis.
e. Karet penyeka kaca mengeras.
11. Pada saat hujan turun dan wiper dinyalakan, terdengar suara abnormal
”mendecit” ketika wiper blade bergerak, hal tersebut disebabkan oleh …
a. Karet pada wiper blade mengeras karena usia pemakaian.
b. Sikat-sikat pada motor wiper sudah tipis/pendek.
c. Pompa washer tidak bekerja/mati.
d. Terjadi keausan pada lengan-lengan penghubung.
e. Lilitan penghantar pada motor wiper terbakar.
12. Berikut yang bukan penyebab pemantik rokok (cigarette lighter) pada
kendaraan tidak dapat panas/membara adalah …
a. Sekring (fuse) putus.
b. Kabel penghubung pada dudukan pemantik terkelupas.
c. Soket kabel pada dudukan pemantik lepas/putus.
d. Skun-skun kabel pada soket kotor.

TEKNIK DAN MANAJEMEN


122 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL

e. Plat wolfram pada pemantik keropos/putus.


13. Permasalahan central door lock terjadi pada salah satu lock actuator tambahan
sehingga salah satu pintu tidak dapat mengunci. Permasalahan ini disebabkan
karena …
a. Lilitan pembangkit electromagnet pada lock actuator utama putus.
b. Baterai mengalami drop tegangan.
c. Lilitan pembangkit electromagnet pada lock actuator tambahan putus.
d. Sekring (fuse) putus.
e. Soket kabel pada modul central lock terlepas.
14. Pemasangan lampu kolong pada kendaraan memiliki tujuan untuk …
a. Meningkatkan keamanan dan kenyamanan dalam berkendara.
b. Menstabilkan arus pengisian pada alternator.
c. Membantu penerangan di bagian depan kendaraan.
d. Memperindah tampilan kendaraan.
e. Meningkatkan performa mesin.
15. Kamera parkir merupakan fitur kelengkapan tambahan pada sebuah
kendaraan. Jika pada head unit tidak menampilkan gambar suasana di
belakang kendaraan, berikut yang bukan merupakan penyebabnya adalah …
a. Kabel sumber daya listrik pada head unit putus.
b. Kabel optik yang ke kamera lepas dari soketnya.
c. Kabel optik yang ke head unit lepas dari soketnya.
d. Kabel ground pada head unit putus.
e. Lampu posisi gigi mundur mati.
16. Komponen sistem starter yang memiliki fungsi sebagai penyuplai arus listrik
untuk memutar motor starter adalah …
a. Baterai (battery)
b. Motor starter (starter motor)
c. Kunci kontak (ignition switch)
d. Saklar magnet (magnetic switch)
e. Solenoide
17. Gambar di samping merupakan komponen dari
sebuah motor starter. Bagian yang ditunjuk dengan
huruf b dinamakan …
a. Jangkar (armature)
b. Solenoide (magnetic switch)
c. Kumparan medan (field coil)
d. Yoke
e. Pole core
18. Komponen motor starter yang berfungsi untuk membangkitkan medan
magnet adalah …
a. Pole core
b. Armature
c. Solenoide
d. Field coil

TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
123
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL

e. Yoke
19. Kunci kontak (ignition switch) pada sistem starter berfungsi untuk …
a. Memutus hubungkan arus listrik dari baterai ke terminal 30 pada
solenoide.
b. Memutus hubungkan arus listrik dari baterai ke motor starter.
c. Memutus hubungkan arus listrik dari baterai ke terminal 87 relay.
d. Memutus hubungkan arus listrik dari baterai ke terminal 30 relay.
e. Memutus hubungkan arus listrik dari baterai ke terminal 50 pada
solenoide.
20. Komponen motor starter yang memiliki fungsi untuk mendorong gigi pinion
agar berhubungan dengan ring gear pada flywheel adalah …
a. Rem jangkar (armature brake)
b. Kumparan jangkar (armature coil)
c. Kumparan medan (field coil)
d. Saklar magnet (magnetic switch)
e. Tuas pendorong/penggerak (drive lever)
21. Berikut merupakan fungsi rem jangkar (armature brake) pada motor starter …
a. Menghambat putaran armature setelah dilakukan proses starting.
b. Membuat medan magnet setelah ada aliran listrik pada field coil.
c. Mendorong pinion gear setelah jangkar berputar.
d. Mendorong pinion gear mundur setelah flywheel berputar.
e. Menghambat putaran ring gear setelah flywheel berputar.
22. Komponen berikut yang bukan merupakan komponen penyusun saklar
magnet/solenoide (magnetic switch) adalah …
a. Pull in coil
b. Pole core
c. Hold in coil
d. Field coil
e. Armature coil
23. Pull in coil pada solenoide berfungsi untuk …
a. Membangkitkan kemagnetan pada jangkar.
b. Membangkitkan kemagnetan pada kumparan medan.
c. Membangkitkan kemagnetan pada plunger solenoide.
d. Membangkitkan kemagnetan pada pole core.
e. Membangkitkan kemagnetan pada yoke.
24. Baterai dalam sistem starter dikatakan sehat apabila ketika kunci kontak
(ignition switch) diputar pada posisi start tegangan terukur minimal baterai
adalah …
a. 12 volt
b. 12,8 volt
c. 6 volt
d. 9,6 volt
e. 6,5 volt

TEKNIK DAN MANAJEMEN


124 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL

25. Pada sistem starter yang dipasangkan komponen


tambahan relay, dalam rangkaiannya terminal 87
relay dihubungkan ke…
a. Terminal (+) baterai
b. Terminal 50 magnetic switch
c. Terminal 30 magnetic switch
d. Massa
e. Terminal ST kunci kontak
26. Kerusakan pada magnetic switch berikut yang menyebabkan tidak terjadinya
aliran arus listrik dari baterai menuju motor starter adalah …
a. Endapan kotoran pada plat-plat kontak switch magnetic.
b. Pegas pengembali plunger lemah.
c. Pengait pada tuas pendorong pinion gear patah.
d. Sikat-sikat pada komutator aus.
e. Pegas sikat melemah.
27. Ketika dilakukan starting tidak ada reaksi apapun pada mesin maupun motor
starter, hal ini disebabkan oleh …
a. Plat-plat kontak pada switch magnetic kotor.
b. Baterai mengalami drop tegangan.
c. Sikat-sikat pada komutator tipis.
d. Pegas sikat lemah.
e. Pinion gear aus.
28. Ketika dilakukan starting terdengan bunyi ketukan pada solenoide (switch
magnetic) tetapi pinion gear tidak berputar, hal ini disebabkan oleh …
a. Pegas sikat lemah.
b. Pinion gear aus.
c. Plat-plat kontak pada magnetic switch kotor.
d. Baterai mengalami drop tegangan.
e. Sikat-sikat pada komutator tipis.
29. Ketika dilakukan starting terdengar putaran pada pinion gear tetapi flywheel
tidak berputar, hal ini disebabkan oleh …
a. Baterai mengalami drop tegangan.
b. Sikat-sikat pada komutator tipis.
c. Pegas sikat lemah.
d. Pinion gear atau ring gear aus.
e. Plat-plat kontak pada magnetic switch kotor.
30. Pernyataan berikut ini bukan merupakan pekerjaan yang dilakukan sebelum
melakukan penggantian ring gear adalah …
a. Menurunkan unit motor starter dari kendaraan.
b. Menurunkan unit transmisi dari kendaraan.
c. Menurunkan unit mekanisme kopling dari kendaraan.
d. Menurunkan unit fly wheel dari kendaraan.
e. Menurunkan unit mesin dari kendaraan.

TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
125
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL

B. Soal Essay
Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan baik dan benar !
1. Sistem power window merupakan sistem kelengkapan pada kendaraan yang
berfungsi untuk membuka maupun menutup kaca pintu secara elektrik.
Sebutkan komponen-komponen sistem power window beserta fungsi dari
masing-masing komponen tersebut!
2. Sistem central door lock merupakan sistem kelengkapan pada kendaraan
yang berfungsi untuk mengunci pintu secara elektrik. Sebutkan komponen-
komponen sistem central door lock beserta fungsi dari masing-masing
komponen tersebut!
3. Sistem wiper merupakan sistem kelistrikan pada kendaraan yang digunakan
untuk menyeka air pada permukaan bagian luar kaca depan maupun kaca
belakang. Sebutkan beberapa permasalahan pada sistem wiper beserta solusi
perbaikannya!
4. Sistem starter memiliki fungsi untuk memberikan putaran awal pada mesin
agar mesin dapat memulai siklus kerja. Sebutkan komponen-komponen
sistem starter beserta fungsi masing-masing komponen tersebut!
5. Magnetic switch merupakan komponen dari motor starter yang seringkali
mengalami permasalahan. Sebutkan beberapa kerusakan pada magnetic
switch disertai dengan penjelasan singkat!

TEKNIK DAN MANAJEMEN


126 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

BAB
IDENTIFIKASI DAN PERAWATAN SISTEM PENGISIAN V
BAB V IDENTIFIKASI DAN PERAWATAN SISTEM PENGI-
SIAN

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari materi tentang sistem pengisian pada kendaraan, peserta


didik diharapkan dapat:
1. melakukan identifikasi komponen sistem pengisian pada kendaraan;
2. melakukan perawatan berkala sistem pengisian pada kendaraan.

PETA KONSEP

SISTEM PENGISIAN

KOMPONEN DAN PERAWATAN


SISTEM PENGISIAN CARA KERJA SISTEM BERKALA SISTEM
PENGISIAN PENGISIAN

KATA KUNCI

Charging system, drive belt, direct current, alternating current, IC (integrated circuit)
regulator, battery, fuse, lampu CHG, ignition switch, alternator, regulator.

TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
127
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

PENDAHULUAN

Komponen-komponen sistem kelistrikan pada suatu kendaraan


membutuhkan sumber energi listrik untuk mengoperasikannya. Baterai pada
kendaraan merupakan sumber energi listrik yang digunakan untuk mengoperasikan
komponen-komponen kelistrikan tersebut. Namun demikian, baterai hanya memiliki
kapasitas terbatas untuk menyediakan arus listrik yang dibutuhkan oleh komponen-
komponen kelistrikan. Energi listrik yang tersimpan di dalam baterai akan segera
habis untuk mengoperasikan komponen-komponen kelistrikan, apalagi untuk
mengoperasikan motor starter yang membutuhkan energi listrik relatif lebih besar
dibandingkan komponen kelistrikan yang lain.
Sistem pengisian (charging system) pada sebuah kendaraan memiliki fungsi
untuk mengisi kembali energi listrik pada baterai agar kapasitasnya selalu penuh dan
dapat dimanfaatkan setiap saat.

Gambar 5.1 Pengkabelan Sistem Pengisian Pada Kendaraan


Sumber: PPPPTK-VEDC Malang

Prinsip kerja sistem pengisian adalah mengubah energi mekanik/gerak putar


pada alternator/generator menjadi energi listrik yang akan disimpan dalam bentuk
energi kimia di dalam baterai kendaraan. Putaran alternator/generator diperoleh dari
putaran mesin ketika dalam kondisi hidup. Energi putar yang dihasilkan oleh mesin
sebagian digunakan untuk memutar alternator/generator pengisian melalui sebuah
sabuk penggerak (drive belt) yang biasa disebut dengan istilah tali kipas.

TEKNIK DAN MANAJEMEN


128 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

A. Sistem Pengisian
Sistem pengisian (charging system) berfungsi untuk menjamin baterai
selalu dalam kondisi terisi energi listrik secara maksimal sehingga kebutuhan
energi listrik, terutama dalam kapasitas yang besar selalu terpenuhi ketika
dibutuhkan. Misalnya, untuk starting mesin kendaraan. Penghasil energi listrik pada
sistem pengisian menggunakan komponen generator atau alternator. Generator
merupakan penghasil energi listrik dengan karakter arus yang dihasilkan adalah
arus searah atau arus DC (direct current). Generator lebih dominan digunakan
pada sistem pengisian kendaraan-kendaraan keluaran awal. Generator memiliki
ukuran atau dimensi relatif lebih besar dibandingkan alternator. Generator
memiliki efisiensi lebih rendah dari alternator sehingga kendaraan-kendaraan
modern sudah tidak menggunakan generator sebagai pembangkit energi listrik
untuk ditampung di dalam baterai.

Gambar 5.2 Generator Sistem Pengisian Pada Kendaraan


Sumber: PPPPTK-VEDC Malang

Sementara itu, alternator memiliki dimensi yang kecil dan kompak


sehingga lebih cocok digunakan sebagai pembangkit energi listrik pada sistem
pengisian kendaraan-kendaraan modern. Alternator menghasilkan arus dengan
karakter arus bolak-balik atau arus AC (alternating current).

TEKNIK DAN MANAJEMEN 129


PERAWATAN OTOMOTIF
129
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 5.3 Alternator Sistem Pengisian Pada Kendaraan


Sumber: PPPPTK-VEDC Malang

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sistem


pengisian yang digunakan dalam kendaraan juga mengalami perkembangan yang
cukup pesat. Penggunaan berbagai komponen elektronik pada sistem pengisian
memungkinkan output energi listrik yang dihasilkan menjadi semakin stabil dan
maksimal. Sebagai contoh, penggunaan regulator konvensional yang memiliki
dimensi relatif besar diganti dengan penggunaan IC (integrated circuit), regulator
yang bentuknya kecil dan tidak memakan tempat untuk pemasangan di kendaraan.
IC sebagai alat penstabil arus dan tegangan dipasangkan menjadi satu kesatuan
dengan alternator, tepatnya di bagian belakang alternator.

Gambar 5.4 Wiring Diagram Sistem Pengisian Pada Kendaraan


Sumber: PPPPTK-VEDC Malang

130 TEKNIK DAN MANAJEMEN


130 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

B. Komponen dan Cara Kerja Sistem Pengisian


1. Tali kipas (fan belt) atau sabuk penggerak (drive belt)
Tali kipas (fan belt) dalam konteks sistem pengisian memiliki
fungsi untuk meneruskan atau memindahkan putaran mesin menuju putaran
alternator sistem pengisian. Pada saat mesin berputar pulley poros engkol
(crank shaft) juga ikut berputar dan melalui mekanisme tali kipas putaran pulley
poros engkol diteruskan kepada pulley alternator. Pulley alternator memutar
jangkar (armature) alternator melalui porosnya. Besar kecilnya regangan tali
kipas sangat berpengaruh terhadap kinerja alternator, daya tahan bantalan-
bantalan (bearings), serta daya tahan sabuk itu sendiri.

Gambar 5.5 Sabuk Penggerak (Drive Belt) Sistem Pengisian Pada Kendaraan
Sumber: Dokumen Penulis

Prinsip kerja tali kipas (fan belt) atau sabuk penggerak adalah
memindahkan putaran dari pulley poros engkol menuju pulley alternator
untuk memutar jangkar (armature) alternator sehingga terjadi perpotongan
garis gaya magnet pada mekanisme alternator. Perpotongan garis gaya
magnet inilah yang akan membangkitkan arus listrik dan digunakan untuk
mengisi baterai dan mengoperasikan komponen-komponen kelistrikan pada
kendaraan.
2. Baterai (battery)
Baterai pada sistem pengisian (charging system) memiliki fungsi
sebagai penyimpan energi listrik dalam bentuk energi kimia. Baterai akan
menyimpan semua energi listrik yang dihasilkan altenator pada sistem
pengisian untuk kemudian energi yang tersimpan ini akan dikeluarkan pada
saat diperlukan untuk mengoperasikan komponen-komponen kelistrikan.
Arus listrik yang tersimpan pada baterai akan digunakan hanya
pada saat proses menghidupkan mesin (starting) dan pada saat kelistrikan
mobil hidup, tetapi mesin dalam kondisi mati. Kemudian pada saat mesin
menyala, arus listrik pada baterai akan tetap tersimpan. Hal itu dikarenakan
sistem pengisian selain menyimpan energi ke baterai juga menyuplai semua
kebutuhan arus listrik pada kendaraan ketika mesin dalam kondisi hidup.

TEKNIK DAN MANAJEMEN 131


PERAWATAN OTOMOTIF
131
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 5.6 Posisi Baterai Pada Kendaraan


Sumber: Dokumen Penulis

Prinsip kerja baterai (battery) pada sistem pengisian adalah


menyimpan sementara energi listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik
alternator. Alternator mengubah energi gerak mekanik menjadi energi listrik
dan selanjutnya dikirim untuk disimpan oleh baterai dalam bentuk energi
kimia dan akan digunakan untuk mengoperasikan komponen-komponen
kelistrikan yang ada pada kendaraan.
3. Sekring (fuse) dan sekring utama (fusible link)
Sekring (fuse) dan fuseble link memiliki fungsi spesifik yang berbeda
meski bentuknya sama. Fuseble link dapat disebut sebagai sekring utama (main
fuse) yang diletakan dekat terminal positif (+) baterai. Fungsi fuseble link untuk
melindungi seluruh sistem kelistrikan kendaraan dari arus yang berlebih. Pada
umumnya fuseble link memiliki kapasitas hingga lebih dari 60 Ampere.
Sementara itu, sekring (fuse) sering digunakan sebagai pengaman
pada suatu rangkaian kelistrikan. Sistem pengisian konvensional (conventional
charging system) menggunakan dua buah sekring (fuse) yang memiliki
kapasitas sekitar 10-15 Ampere. Satu sekring (fuse) digunakan sebagai sekring
voltage regulator dan sekring lain digunakan sebagai pengaman lampu CHG
dan voltage relay.

Gambar 5.7 Berbagai Tipe dan Kapasitas Sekring


Sumber: Dokumen Penulis

Prinsip kerja sekring (fuse) dan fusible link adalah mengamankan


komponen-komponen sistem kelistrikan dari kemungkinan kerusakan atau
terbakar karena sistem kelistrikan hanya akan dilewati arus dengan kapasitas
sesuai dengan spesifikasi. Jika arus yang lewat di atas batas-batas spesifikasi,
aliran listrik akan terhenti karena sekring putus. Misalnya, jika terjadi hubung
singkat maka sekring akan putus.

132 TEKNIK DAN MANAJEMEN


132 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

4. Lampu indikator pengisian atau lampu CHG


Lampu indikator pengisian (CHG) terletak pada dashboard kendaraan
bagian depan pengemudi. Lampu indikator pengisian (CGH) ditampilkan dalam
bentuk gambar sebuah baterai dan berjajar dengan lampu-lampu indikator
lain. Lampu yang berwarna merah ini memiliki fungsi untuk mengontrol kinerja
dari sistem pengisian.

Gambar 5.8 Lampu Indikator Pengisian atau Lampu CHG


Sumber: Dokumen Penulis

Prinsip kerja lampu indikator pengisian (charging) yang biasa


disebut dengan nama lampu CHG atau charging warning light, yakni harus
dapat menunjukan terjadinya pengisian atau tidak terjadinya pengisian. Saat
kunci kontak pada posisi ON, lampu CHG dalam kondisi menyala dan ketika
mesin kendaraan sudah hidup lampu CHG harus dalam kondisi mati. Jika
kunci kontak posisi ON lampu tidak menyala atau kondisi mesin kendaraan
hidup lampu indikator tetap menyala, maka ini mengindikasikan adanya
permasalahan pada lampu indikator atau pada sistem pengisian.
5. Kunci kontak (ignition switch)
Kunci kontak (ignition switch) dalam konteks sistem pengisian
(charging system) berfungsi sebagai switch atau saklar yang akan membuat
rangkaian tertutup atau terbuka. Meskipun sistem pengapian (ignition system)
akan aktif secara otomatis ketika mesin menyala, tetapi untuk membangkitkan
medan magnet pada rotor coil alternator harus dilakukan oleh sebuah
saklar (switch). Kunci kontak (ignition switch) dipakai sebagai saklar untuk
mengaktifkan rotor coil pada alternator yang akan aktif saat kunci kontak
diputar ke posisi ON.

TEKNIK DAN MANAJEMEN 133


PERAWATAN OTOMOTIF
133
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 5.9 Posisi Kunci Kontak Pada Kendaraan


Sumber: Dokumen Penulis

Prinsip kerja kunci kontak ini sangat sederhana, komponen ini akan
membuat rangkaian tertutup apabila posisi kontak ON dan akan membuat
rangkaian terbuka apabila posisi kontak OFF.
6. Alternator
Alternator pada sistem pengisian memiliki fungsi untuk mengubah
sebagian energi putar yang dihasilkan mesin ke bentuk energi listrik bolak-
balik atau AC (alternating current). Input putaran alternator berasal dari
putaran pulley mesin yang dihubungkan dengan sebuah sabuk (belt). Rotor
dalam alternator berputar dan akan membuat perpotongan garis gaya magnet
dengan stator yang dipasangkan pada dinding rumah stator. Perpotongan garis
gaya magnet menyebabkan terjadinya aliran elektron.
Sebelum arus listrik yang berasal dari stator disalurkan ke terminal
B alternator, terlebih dahulu dihubungkan ke dioda untuk diubah menjadi
arus searah atau arus DC (direct current). Alternator menghasilkan arus AC
(alternating current) karena daya dan frekuensi yang dihasilkan lebih besar dan
stabil sehingga cocok untuk pengisian baterai, meskipun harus diubah terlebih
dahulu dalam bentuk arus DC (direct current).

Gambar 5.10 Alternator Sistem Pengisian


Sumber: Dokumen Penulis

134 TEKNIK DAN MANAJEMEN


134 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

Prinsip kerja alternator, yakni mengubah energi gerak putar menjadi


energi listrik. Sebagai pembangkit energi listrik, putaran alternator diperoleh
dari putaran mesin kendaraan melalui sebuah sabuk (belt). Semakin tinggi
putaran mesin, semakin tinggi pula putaran rotor pada alternator sehingga
energi listrik yang dihasilkan juga semakin besar, tetapi pada batas regulasi
yang diatur oleh regulator.

7. Regulator
Regulator pada sistem pengisian memiliki fungsi sebagai pengatur
tegangan output yang dihasilkan oleh altenator. Tegangan listrik yang
dihasilkan altenator berbanding lurus dengan putaran mesin, dalam arti ketika
mesin berada pada putaran rendah maka tegangan output yang dihasilkan
altenator kecil dan pada saat putaran mesin tinggi maka tegangan output yang
dihasilkan altenator besar.
Fluktuasi tegangan yang dihasilkan oleh alternator akan diatur oleh
regulator sehingga tegangan output relatif stabil pada tegangan maksimal
14 volt sebelum disalurkan ke berbagai sistem kelistrikan pada kendaraan.
Regulator ada dua macam, yakni tipe point atau konvensional dan tipe IC
(integrated circuit). Tipe point menggunakan dua buah kumparan/lilitan
untuk mengatur nilai tegangan output altenator. Kemudian regulator tipe
IC (integrated circuit) yang juga disebut sebagai kiprok pada sepeda motor
sudah menggunakan rangkaian IC (integrated circuit) yang terdiri dari berbagai
komponen elektronik untuk mengatur tegangan output yang dihasilkan
alternator.

Gambar 5.11 Regulator Konvensional dan IC Regulator


Sumber: Dokumen Penulis

Prinsip kerja dari regulator adalah mengatur besar kecilnya arus dari
baterai yang menuju rotor pada alternator untuk mengontrol besar kecilnya
medan magnet yang timbul pada jangkar, karena besar kecilnya kemagnetan
ini berpengaruh terhadap besar kecilnya output energi listrik yang dihasilkan
alternator.

TEKNIK DAN MANAJEMEN 135


PERAWATAN OTOMOTIF
135
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

C. Perawatan Berkala Sistem Pengisian


Sistem pengisian (charging system) pada unit kendaraan ringan harus
dipastikan bekerja dengan baik agar kendaraan tidak mengalami permasalahan
yang berhubungan dengan ketersediaan energi listrik. Permasalahan pada sistem
pengisian (charging system) dapat dicegah dengan melaksanakan pemeriksaan
secara berkala. Pemeriksaan-pemeriksaan ini bersifat preventif, karena dengan
dilakukan pemeriksaan, kondisi performa kendaraan selalu terjaga dengan baik.
Pemeriksaan-pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Pemeriksaan tali kipas (V belt)
Tali kipas (V belt) merupakan tali penggerak alternator. Putaran mesin
kendaraan diteruskan ke alternator menggunakan tali kipas. Pemeriksaan tali
kipas meliputi tegangan atau defleksi tali kipas maupun kondisi fisik tali kipas.
Defleksi atau kekencangan tali kipas harus sesuai dengan spesifikasi, tidak
boleh terlalu kencang atau terlalu kendor. Tali kipas yang terlalu kencang
membuat bearing alternator cepat rusak. Hal ini menyebabkan putaran
alternator tidak balans sehingga output pengisian tidak stabil.
Sementara itu, tali kipas yang terlalu kendor dapat menyebabkan
putaran mesin kendaraan tidak diteruskan ke pulley alternator dengan
maksimal. Ini menjadikan putarannya mengalami selip. Kondisi ini dapat
menimbulkan bunyi abnormal pada komponen ini. Selain itu, tali kipas akan
mengalami panas yang berlebih dan menyebabkan tali kipas mengalami
keausan dan tali kipas cepat mengalami kerusakan.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada tali kipas (V belt) berikutnya
adalah memastikan kondisi fisik tali kipas dengan melihat secara visual. Tali
kipas yang aus berlebihan, retak-retak, atau sudah usang harus segera diganti
untuk menghindari tali kipas putus tiba-tiba ketika kendaraan digunakan.

Gambar 5.12 Pemeriksaan Tali Kipas atau Sabuk Penggerak


Sumber: PPPPTK-VEDC Malang

2. Baterai (battery)
Pemeriksaan kondisi fisik kotak baterai dapat dilakukan secara
visual. Baterai harus selalu diperiksa dari kemungkinan retak, menggelembung,

136 TEKNIK DAN MANAJEMEN


136 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

maupun kotor. Kotak baterai yang retak dapat menyebabkan kebocoran


elektrolit. Jika kotak baterai menggelembung, ini dapat berakibat kotak pecah.
Kedua permasalahan ini harus segera ditangani dengan jalan melakukan
penggantian baterai. Kemudian apabila kotak baterai kotor karena debu, kita
dapat dibersihkan menggunakan majun atau kuas sampai indikator/batas
jumlah cairan terlihat dengan jelas.

Gambar 5.13 Pemeriksaan Baterai Kendaraan


Sumber: Team Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

TEKNIK DAN MANAJEMEN 137


PERAWATAN OTOMOTIF
137
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

Kondisi pengisian baterai dapat diperiksa dengan mengukur berat


jenis elektrolit dengan alat yang disebut hydrometer. Prosedur pemeriksaan
berat jenis elektrolit dengan menggunakan hydrometer diawali dengan
membuka tutup baterai dan memasukkan hydrometer ke dalam salah satu
sel disertai dengan menekan bola karet penghisap. Dengan melepaskan
tekanan bola karet, elektrolit akan terhisap ke atas secara perlahan-lahan ke
dalam tabung gelas hydrometer sehingga tabung apung pengukur berat jenis
mengambang dan skala pengukurannya akan terbaca. Berat jenis berubah
berdasarkan temperatur, yakni setiap 1° C akan berubah sebesar 0,0007 kg/l.

Gambar 5.14 Pemeriksaan Berat Jenis Elektrolit Baterai


Sumber: Dokumen Penulis

Kondisi kapasitas baterai, berat jenis elektrolit baterai, dan tegangan


sel baterai memiliki hubungan berbanding lurus. Artinya, kondisi kapasitas
baterai kosong jika diukur berat jenis elektrolitnya rendah dan tegangan sel
pada baterai juga rendah. Baterai dalam kondisi kapasitas kosong memiliki
berat jenis elektrolit kurang dari 1,20 kg/1 dan tegangan sel sebesar 1,75
volt. Baterai dengan kondisi kapasitas sedang memiliki berat jenis elektrolit
1,20 kg/1 sampai dengan 1,25 kg/1 dengan tegangan sel sebesar 1,75 volt.
Sementara baterai dengan kondisi kapasitas penuh memiliki berat jenis
elektrolit sebesar 1,25 kg/1 sampai dengan 1.28 kg/1 dengan tegangan sel
sebesar 2 volt.
Untuk membaca hydrometer, mata harus sejajar dengan permukaan
larutan elektrolit dalam tabung kaca. Pada tabung apung terdapat angka-
angka kalibrasi sehingga dapat dibaca secara akurat besarnya berat jenis
elektrolit. Setiap sel baterai harus diperiksa kemudian dibandingkan dengan
sel-sel yang lain. Perbedaan maksimum berat jenis antarsel adalah 0.020 kg/l.
Larutan elektrolit harus jernih dan tidak terkotori. Elektrolit yang tidak jernih
menunjukkan bahwa ada bahan aktif dari plat-plat baterai (PbO2 dan Pb)
yang terlepas dan larut/tercampur dengan elektrolit. Hal ini akan mengurangi
kapasitas baterai dan dapat menyebabkan hubung singkat antarplat-plat
baterai.

138 TEKNIK DAN MANAJEMEN


138 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

Seiring dengan perkembangan teknologi, terdapat jenis-jenis


baterai yang membutuhkan perawatan minimal atau bahkan tanpa perawatan
yang biasa disebut dengan istilah baterai MF (free maintenance). Penggunaan
baterai jenis MF dapat menekan biaya perawatan. Namun, harga baterai MF
lebih mahal dibandingkan dengan harga baterai konvensional.
Memeriksa tegangan baterai dapat dilakukan dengan menggunakan
bantuan alat multimeter atau multitester atau AVO meter. Pemeriksaan ini
dapat menggunakan multimeter dengan model analog maupun dengan
multimeter model digital. Pemakaian alat ini harus hati-hati supaya tidak
terjadi kerusakan pada alat. Prosedur penggunaan multimeter analog untuk
mengukur tagangan baterai diawali dengan memutar selektor ke arah 50 volt
DC. Kemudian, dengan menempelkan ujung kabel pengukur warna merah
pada terminal positif (+) dan ujung kabel pengukur warna hitam pada terminal
negatif (-) tegangan baterai akan terbaca.

Gambar 5.15 Pemeriksaan Tegangan Baterai


Sumber: Dokumen Penulis

3. Sekring (fuse) dan sekring utama (fusible link)


Pemeriksaan terhadap sekring dan sekring utama dapat dilakukan
secara visual dengan memperhatikan sekring beserta dudukan sekring. Sekring
yang sudah putus dapat dilihat secara visual atau diperiksa menggunakan
ohmmeter untuk mengetahui putus tidaknya secara pasti. Sekring dan sekring
utama yang digunakan harus memiliki kapasitas sesuai dengan spesifikasinya
dan dalam pemasangannya harus dipastikan dapat masuk pada dudukannya
dengan baik.
4. Lampu indikator pengisian atau lampu CHG
Lampu indikator pengisian atau lampu CHG dapat dijadikan acuan
bahwa sistem pengisian berjalan dengan normal atau tidak. Ketika kunci
kontak pada posisi ON, lampu indikator pengisian harus menyala dan pada
saat mesin sudah dinyalakan/dihidupkan lampu indikator pengisian harus
mati. Ini menandakan bahwa sistem pengisian berjalan dengan normal.
5. Kunci kontak (ignition switch)
Pada konteks sistem pengisian, kunci kontak (ignition switch)
dipakai sebagai saklar untuk mengaktifkan rotor coil pada alternator. Ketika

TEKNIK DAN MANAJEMEN 139


PERAWATAN OTOMOTIF
139
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

kunci kontak pada posisi ON, arus listrik dari baterai akan mengalir menuju
rotor coil untuk membangkitkan medan magnet. Pemeriksaan arus listrik dari
baterai sampai atau tidak ke rotor coil dapat dilakukan dengan menempelkan
kunci pas atau obeng pada kipas alternator ketika kunci kontak diposisikan
ON. Rotor coil yang menjadi magnet akan menarik kunci atau obeng yang
didekatkan ke kipas alternator.
6. Alternator
Pemeriksaan arus pengisian dari alternator dapat dilakukan dengan
menyalakan mesin kendaraan dengan putaran mesin +2000 rpm dan lampu
depan serta beban lain dalam posisi hidup. Arus pengisian yang diukur
menggunakan amper meter induksi maksimal 10 ampere dengan tegangan
13,8-14,8 volt.

Gambar 5.16 Pemeriksaan Arus Pengisian Alternator


Sumber: PPPPTK-VEDC Malang

7. Regulator
Pemeriksaan regulator dapat dilakukan dengan prosedur
menghidupkan mesin dengan putaran 5000 rpm, mematikan semua pemakai
kelistrikan, dan tegangan harus tidak boleh lebih tinggi dari spesifikasi manual
kendaraan.

Gambar 5.17 Pemeriksaan Regulator


Sumber: PPPPTK-VEDC Malang

140 TEKNIK DAN MANAJEMEN


140 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

LEMBAR PRAKTIKUM

PENGONTROLAN DAN PERBAIKAN STATOR DAN ROTOR

A. Tujuan Kegiatan Praktik


Setelah melaksanakan kegiatan praktik, peserta didik diharapkan dapat:
1. melakukan pemeriksaan terhadap rotor alternator dan stator alternator;
1) melakukan perbaikan terhadap rotor alternator.
B. Peralatan Praktik
1. Ohmmeter
2. Baterai 12 volt
3. Lampu 40 watt
4. Dial indikator
5. Mistar sorong
6. Solder + timah
7. Traker
C. Bahan Praktik
1. Stator
2. Rotor
3. Lem takol
4. Kertas gosok halus
D. Keselamatan Kerja
1. Jangan sentuh sumber tegangan tinggi.
2. Jangan sentuh bagian mesin bubut yang sedang berputar.
E. Langkah Kerja
1. Pemeriksaan Stator
a. Pemeriksaan hubungan singkat antara gulungan menggunakan
ohmmeter pada tiap ujung gulungan.

Sumber: PPPPTK-VEDC Malang

b. Pemeriksaan putus tidaknya gulungan menggunakan baterai dan


lampu pada tiap ujung gulungan. Lampu menyala ------------ baik.

TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
141
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

LEMBAR PRAKTIKUM

Sumber: PPPPTK-VEDC Malang

c. Pemeriksaan hubungan singkat pada massa menggunakan tegangan


bolak – balik 110 volt dan lampu 15 watt antara tiap ujung gulungan
dengan pol stator. Lampu tidak menyala -------- baik.

Sumber: PPPPTK-VEDC Malang

2. Pemeriksaan Rotor
a. Pemeriksaan hubungan singkat antara gulungan menggunakan
ohmmeter.

Sumber: PPPPTK-VEDC Malang

TEKNIK DAN MANAJEMEN


142 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

LEMBAR PRAKTIKUM

a. Pemeriksaan putus tidaknya gulungan rotor dengan baterai dan lampu.


Lampu menyala ---------- baik.

Sumber: PPPPTK-VEDC Malang

b. Pemeriksaan hubungan singkat pada massa mengunakan tegangan


bolak – balik 110 volt dan lampu antara ujung gulungan dengan pol
rotor. Lampu tidak menyala --------- baik.

Sumber: PPPPTK-VEDC Malang

c. Pemeriksaan keausan dan keolengan rotor menggunakan dial indikator


berikut ini.
1) Batas keausan diameter cincin komutator sesuai manual.
2) Batas keolengan cincin komutator 0,03 mm.
3) Batas keolengan permukaan pol rotor 0,05 mm.

Sumber: PPPPTK-VEDC Malang

TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
143
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

LEMBAR PRAKTIKUM

4) Bila cincin komutator oleng atau tidak rata, dapat diratakan dengan
mesin bubut dengan syarat diameter masih sesuai manual.
5) Bila keausan diameter tidak sesuai lagi dengan manual, perlu
diganti dengan cincin komutator yang baru.

Sumber: PPPPTK-VEDC Malang

d. Lepas ujung – ujung gulungan rotor dari cincin komutator dengan


solder.

Sumber: PPPPTK-VEDC Malang

e. Tarik cincin komutator dari poros rotor menggunakan traker.

Sumber: PPPPTK-VEDC Malang

f. Pres cincin komutator yang baru pada poros rotor menggunakan alat
pres (ujung gulungan harus masuk di dalam cincin komutator!).

TEKNIK DAN MANAJEMEN


144 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

LEMBAR PRAKTIKUM

Sumber: PPPPTK-VEDC Malang

g. Solder kembali ujung – ujung gulungan stator pada cincin komutator.


Bila hasil solderan tidak rata, ratakan dengan mesin bubut. Lem ujung
gulungan dengan pol rotor.

Sumber: PPPPTK-VEDC Malang


F. Petunjuk
1. Bila gulungan stator/rotor rusak tetapi pol stator/rotor masih baik, maka
bisa diperbaiki dengan cara melilit gulungan baru.
2. Bila pol rotor dan stator korosi, maka bisa dibersihkan dengan kertas
gosok.
3. Bila pol rotor rusak, maka harus diganti rotor baru.

TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
145
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

CAKRAWALA

Penemu generator listrik


Robert J. Van de Graaff

Robert Jemison Van de Graaff (lahir 20


Desember 1901 – meninggal 16 Januari 1967
pada umur 65 tahun) adalah seorang fisikawan
berkebangsaan Amerika Serikat. Van de Graaff lahir
sebagai anak terakhir dari empat bersaudara dari
pasangan suami-istri bernama Adrian Sebastian Van
Gambar 5.18 Robert J. Van de Graaff de Graaff dan Minnie Cherokee Hargrove. Van De
Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/ Graff lahir di kota kecil Tuscaloosa, Negara Bagian
Robert_J._Van_de_Graaff
Alabama, Amerika Serikat.
Van de Graaff menempuh pendidikan di Universitas Alabama hingga lulus
dan memperoleh gelar sarjana sains pada tahun 1922. Gelar Master Sains juga
diperolehnya di Universitas Alabama pada tahun 1923. Pada tahun 1924, Van de
Graff melanjutkan studinya ke kota Sorbonne, di Paris, Perancis. Pada tahun 1928,
Van de Graaff berhasil memperoleh gelar PhD atas penelitiannya mengenai listrik
tegangan tinggi dari Universitas Oxford di Inggris. Kemudian pada awal tahun
1929, ia kembali ke Amerika Serikat dan diangkat sebagai peneliti kehormatan
negara pada Universitas Princeton. Saat itu ia juga berhasil mengembangkan
listrik statis sebesar 10.000 volts dengan generator listrik yang dirancang oleh
Lord Kelvin. Van de Graff meninggal dunia pada tanggal 16 Januari 1967 karena
serangan jantung dan meninggalkan seorang istri bernama Catherine Boyden
serta dua orang anak, John dan Wilson de Graaff.

JELAJAH INTERNET

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang


lebih luas tentang sistem pengisian pada kendaraan, kalian
juga dapat belajar secara mandiri melalui internet. Di
internet kalian juga dapat mencari materi tentang sistem
pengisian pada kendaraan. Berbagai tipe sistem pengisian
pada kendaraan, baik yang masih menggunakan generator
untuk kendaraan keluaran awal, maupun yang sudah
menggunakan alternator untuk kendaraan-kendaraan
modern akan mudah kalian temukan. Salah satu website
yang dapat kalian kunjungi untuk memperluas wawasan
tentang sistem pengisian pada kendaraan adalah https://
www.bisaotomotif.com/sistem-pengisian-mobil-fungsi-
komponen-dan-cara-kerja/ atau dengan membuka QR
code di bawah ini.

TEKNIK DAN MANAJEMEN


146 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

RANGKUMAN

1. Sistem pengisian (charging system) pada sebuah kendaraan memiliki fungsi


untuk mengisi kembali energi listrik pada baterai agar kapasitasnya selalu
penuh dan dapat dimanfaatkan setiap saat.
2. Prinsip kerja sistem pengisian adalah mengubah energi mekanik/gerak putar
pada alternator/generator menjadi energi listrik yang akan disimpan dalam
bentuk energi kimia di dalam baterai kendaraan.
3. Komponen-komponen sistem pengisian pada kendaraan, antara lain tali kipas
(fan belt) atau sabuk penggerak (drive belt), baterai (battery), sekring (fuse) dan
sekring utama (fusible link), lampu indikator pengisian atau lampu CHG, kunci
kontak (ignition switch), alternator, regulator, serta kabel-kabel penghubung.
4. Tali kipas (fan belt) atau sabuk penggerak (drive belt) memiliki fungsi untuk
meneruskan atau memindahkan putaran mesin terhadap putaran alternator
sistem pengisian.
5. Baterai (battery) memiliki fungsi sebagai penyimpan energi listrik dalam
bentuk energi kimia.
6. Sekring (fuse) pada sistem pengisian digunakan sebagai pengaman voltage
regulator dan sebagai pengaman lampu CHG dan voltage relay.
7. Sekring utama (fusible link) berfungsi untuk melindungi seluruh sistem
kelistrikan kendaraan dari arus yang berlebih.
8. Lampu indikator pengisian atau lampu CHG memiliki fungsi untuk mengontrol
kinerja dari sistem pengisian.
9. Kunci kontak (ignition switch) berfungsi sebagai switch atau saklar yang akan
membuat rangkaian tertutup atau terbuka.
10. Alternator memiliki fungsi untuk mengubah sebagian energi putar yang
dihasilkan mesin ke bentuk energi listrik bolak-balik atau AC (alternating
current).
11. Regulator memiliki fungsi sebagai pengatur tegangan output yang dihasilkan
oleh altenator.

TUGAS MANDIRI

1. Lakukan studi pustaka atau browsing internet tentang identifikasi dan


perawatan sistem pengisian pada kendaraan!
2. Catatlah informasi mengenai prosedur pengidentifikasian dan perawatan
sistem pengisian pada kendaraan!

TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
147
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

PENILAIAN AKHIR BAB

Kerjakan soal-soal berikut dengfan baik dan benar!


1. Sebutkan komponen-komponen sistem pengisian pada kendaraan disertai
dengan masing-masing fungsinya!
2. Sebutkan empat item perawatan pada sistem pengisian kendaraan beserta
penjelasan singkat!
3. Mengapa kondisi sabuk penggerak (drive belt) atau tali kipas perlu diperiksa
dan distel dalam hubungannya dengan sistem pengisian?
4. Jelaskan perbedaan antara sistem pengisian konvensional (menggunakan
regulator konvensional) dengan sistem pengisian yang sudah menngunakan
IC (integrate circuit) regulator!
5. Bagaimanakah cara regulator menstabilkan energi listrik yang dihasilkan
alternator?

REFLEKSI

Setelah mempelajari bab kelima tentang Identifikasi dan Perawatan Sistem


Pengisian, kalian tentu menjadi lebih memahami konsep-konsep sistem pengisian
pada kendaraan. Selanjutnya, dari seluruh materi yang sudah dijelaskan pada bab
kelima tersebut, menurut kalian materi mana yang sulit untuk dipahami? Coba
kalian diskusikan dengan teman-teman atau guru kalian karena konsep-konsep
dasar ini akan menjadi pondasi untuk memahami tentang sistem pengisian pada
kendaraan yang lebih kompleks dan juga memungkinkan untuk diaplikasikan pada
kendaraan-kendaraan modern saat ini serta pada kendaraan-kendaraan masa
mendatang.

TEKNIK DAN MANAJEMEN


148 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

BAB
OVER HOULE DAN PERBAIKAN SISTEM PENGISIAN VI
BAB VI OVER HOULE DAN PERBAIKAN SISTEM PENGI-
SIAN

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari materi tentang sistem pengisian pada kendaraan, peserta


didik diharapkan dapat:
1. melakukan perbaikan sistem pengisian pada kendaraan;
2. melakukan over houle sistem pengisian pada kendaraan.

PETA KONSEP

SISTEM PENGISIAN

PERBAIKAN SISTEM OVER HOULE


SISTEM PENGISIAN
PENGISIAN SISTEM PENGISIAN

KATA KUNCI

Charging system, battery, battery tester, battery charger, ignition switch, alternator,
rotor alternator, stator alternator, rumah alternator, diode penyearah, pulley,
regulator.

TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
149
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

PENDAHULUAN

Sistem pengisian (charging system) pada kendaraan memiliki peranan yang


sangat penting pada kendaraan. Sistem pengisian menjamin baterai selalu dalam
kondisi kapasitas penuh dan optimal sehingga dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan kelistrikan setiap saat pada kendaraan. Sistem pengisian juga menyuplai
kebutuhan arus listrik pada kendaraan terutama pada saat mesin dalam kondisi hidup.
Sistem pengisian terdiri dari komponen-komponen yang saling terkait,
baik secara mekanis maupun secara elektris. Komponen-komponen sistem pengisian
bekerja secara sinergis sehingga kebutuhan arus listrik pada kendaraan dapat
terpenuhi dan tercukupi dengan baik. Sistem pengisian (charging system) terdiri
dari komponen-komponen utama seperti alternator sebagai pembangkit arus listrik,
regulator sebagai pengatur arus output yang dibangkitkan alternator dan baterai
sebagai penampung arus yang dibangkitkan alternator.

Gambar 6.1 Pengkabelan Sistem Pengisian Pada Kendaraan


Sumber: PPPPTK-VEDC Malang

MATERI PEMBELAJARAN

A. Sistem Pengisian
Sistem pengisian (charging system) berfungsi untuk menjamin baterai
selalu dalam kondisi terisi energi listrik secara maksimal sehingga ketika
membutuhkan energi listrik, terutama dalam kapasitas yang besar, kebutuhan
dapat selalu terpenuhi. Misalnya, untuk starting mesin kendaraan, menyalakan
lampu kepala/lampu depan, menyalakan lampu tembah, dan peralatan kelistrikan
lainnya. Alur kerja sistem pengisian pada kendaraan dapat dijelaskan pada poin-
poin sebagai berikut.
1. Putaran mesin kendaraan dimanfaatkan untuk memutar alternator atau
generator pengisian. Semakin tinggi rpm (rotary per minute) mesin kendaraan,
semakin tinggi pula putaran rotor alternator.

TEKNIK DAN MANAJEMEN


150 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

2. Sabuk penggerak (drive belt) atau yang lebih familiar dengan sebutan tali
kipas memindahkan atau meneruskan putaran mesin menuju putaran rotor
alternator melalui pulley alternator.
3. Alternator pengisian mengubah energi gerak putar pada rotor alternator
menjadi energi listrik. Alternator inilah yang membangkitkan arus listrik yang
akan disimpan pada baterai dan untuk memenuhi kebutuhan kelistrikan pada
kendaraan.
4. Baterai pada sistem pengisian memiliki peranan menampung energi listrik
yang dibangkitkan alternator pengisian. Energi listrik akan disimpan di dalam
baterai dalam bentuk energi kimia.

Gambar 6.2 Wiring Diagram Sistem Pengisian Pada Kendaraan


Sumber: PPPPTK-VEDC Malang

B. Perbaikan Sistem Pengisian


1. Perbaikan baterai (battery)
Baterai pada sistem pengisian (charging system) memiliki peranan
yang sangat penting karena komponen inilah yang digunakan untuk
menampung energi listrik yang dihasilkan oleh alternator pengisian. Baterai
pada sebuah kendaraan adakalanya mengalami drop tegangan sehingga tidak
mampu untuk mengoperasikan sistem kelistrikan dengan optimal. Misalnya,
lampu kepala redup atau starter tidak dapat memutar mesin. Apabila baterai
mengalami kondisi tersebut maka diperlukan usaha-usaha perbaikan sebelum
diputuskan untuk melakukan penggantian unit baterai.
Usaha-usaha perbaikan yang dapat dilakukan diantaranya adalah
pemeriksaan berat jenis cairan elektrolit, penggantian cairan elektrolit, dan
pengisian baterai (charging) menggunakan battery charger. Prosedur yang
dapat dilakukan dalam pekerjaan perbaikan terhadap baterai adalah sebagai
berikut.

TEKNIK DAN MANAJEMEN 151


PERAWATAN OTOMOTIF
151
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

a. Menurunkan baterai dari kendaraan dengan melepas terminal (-) terlebih


dahulu diikuti dengan melepas terminal (+) dan melepas plat penahan
baterai.
b. Memeriksa kapasitas cairan elektrolit dan berat jenis cairan elektrolit
pada setiap sel baterai. Apabila level cairan kurang dan berat jenis masih
pada batas spesifikasi, dapat dilakukan penambahan air aki/air accu (H2O).
Apabila level cairan kurang dan berat jenis cairan elektrolit di bawah batas
spesifikasi, dapat dilakukan penambahan cairan accuzuur atau asam sulfat
(H2SO4).
c. Memeriksa kondisi cairan elektrolit. Apabila cairan keruh dan kotor,
baterai harus dikuras dan diganti dengan elektrolit baru menggunakan
cairan asam sulfat atau accuzuur (H2SO4).
d. Mengisi baterai (charging) menggunakan battery tester dengan
menghubungkan kabel-kabel alat pengisi arus pada baterai. Kabel warna
merah ke terminal positif (+) baterai dan kabel warna hitam pada terminal
negatif (-) baterai.
e. Mengatur arus yang masuk ke baterai sebesar 10% kapasitas baterai.
Misalnya, sebuah baterai mobil dengan kapasitas 45 AH, baterainya harus
diisi arus sebesar 4,5 A dengan jangka waktu yang diperlukan untuk
mengisi adalah 8 – 10 jam. Namun, jika baterai dalam kondisi kosong,
pengisiannya memerlukan waktu 12 – 15 jam.
f. Pengisian baterai yang cepat akan mengurangi usia baterai. Setelah
pengisian selesai, untuk mengetahui kondisi baterai dapat dilakukan
dengan cara melakukan pengukuran berat jenis elektrolit. Berat jenis
elektrolit seharusnya berkisar antara 1,28 – 1,25 kg/1. Apabila tidak
sesuai spesifikasi tersebut, ini mengindikasikan baterai sudah rusak.

Gambar 6.3 Pengisian Cepat Baterai Menggunakan Battery Charger


Sumber: https://www.jx-expo.com/how-to-repair-your-car-battery/

152 TEKNIK DAN MANAJEMEN


152 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

2. Perbaikan kunci kontak (ignition switch)


Perbaikan kunci kontak dalam konteks sistem pengisian dilakukan
apabila kunci kontak tidak dapat memutus-hubungkan arus listrik dari baterai
menuju rotor coil alternator ketika kunci kontak pada posisi ON. Permasalahan
tersebut disebabkan oleh kotoran yang menempel pada skun-skun soket
penghubung, kondisi soket penghubung yang longgar, solderan kabel pada
terminal kunci kontak yang terlepas, atau keausan yang terjadi pada kontak-
kontak penghubung pada kunci kontak.
Permasalahan yang disebabkan karena kotoran yang menempel
pada skun-skun soket penghubung dan kondisi soket penghubung yang
longgar dapat diperbaiki dengan melepas soket dan membersihkannya
dengan semprotan cairan pembersih kemudian menyambungkan kembali
soket kabel dengan kuat.
Perbaikan terhadap solderan kabel terminal kunci kontak yang
terlepas adalah dengan melakukan penyolderan ulang. Sementara itu,
apabila terjadi keausan pada kontak-kontak penghubung pada kunci kontak,
perbaikan yang tepat adalah melakukan penggantian unit kunci kontak
dengan komponen yang baru.

Gambar 6.4 Perbaikan Pada Kunci Kontak


Sumber: Dokumen Penulis

3. Perbaikan alternator
Alternator tersusun dari beberapa komponen yang satu sama
lainnya saling berhubungan/berkaitan. Komponen-komponen alternator
dapat dilihat pada ilustrasi gambar sebagai berikut.

TEKNIK DAN MANAJEMEN 153


PERAWATAN OTOMOTIF
153
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 6.5 Komponen-Komponen Alternator Sistem Pengisian


Sumber: PPPPTK-VEDC Malang

a. Rotor alternator
Rotor alternator merupakan komponen alternator yang
berfungsi untuk membangkitkan medan magnet pada inti rotor. Medan
magnet pada inti rotor akan bangkit apabila arus listrik dialirkan pada
lilitan rotor. Kerusakan pada rotor alternator pada dasarnya ada dua
macam. Pertama, tidak terjadi kemagnetan pada inti rotor coil meskipun
kunci kontak pada posisi ON. Kedua, medan magnet yang bangkit pada
inti rotor coil lemah.
Bentuk kerusakan pada rotor alternator, antara lain tahanan
lilitan rotor (rotor coil) melebihi batas spesifikasi, lilitan rotor putus, lilitan
rotor terhubung ke inti rotor dan poros rotor, serta keausan pada slip ring.
Tahanan lilitan rotor yang melebihi batas spesifikasi dapat terjadi karena
usia pemakaian atau kerusakan pada lilitan penghantar akibat panas
berlebihan.
Kerusakan-kerusakan karena tahanan lilitan rotor (rotor coil)
melebihi batas spesifikasi, lilitan rotor putus, atau lilitan rotor terhubung
ke inti rotor dan poros rotor dapat diperbaiki dengan menggulung ulang
lilitan dengan penghantar yang baru. Tentu saja pekerjaan ini diserahkan
kepada teknisi ahli di bidangnya. Namun, penggantian unit rotor lebih
disarankan untuk berbagai jenis kerusakan tersebut.

154 TEKNIK DAN MANAJEMEN


154 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 6.6 Perbaikan Rotor Alternator


Sumber: Dokumen Penulis

b. Stator alternator
Stator alternator tersusun dari lilitan penghantar beserta
intinya. Hal ini sama seperti rotor alternator. Perbedaanya, yakni jika
rotor posisinya di tengah dan berputar (dinamis), stator posisinya berada
di bagian pinggir alternator dan tidak bergerak (statis).
Bentuk kerusakan stator alternator, antara lain nilai tahanan
pada lilitan melebihi batas-batas spesifikasi, penghantar pada lilitan
putus dengan indikasi tahanan tak terhingga, serta lilitan penghantar
terhubung dengan inti stator (bocor).
Perbaikan yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan-
permasalahan tersebut adalah dengan melakukan penggantian unit stator
atau melakukan penggulungan lilitan dengan penghantar baru.

Gambar 6.7 Perbaikan Stator Alternator


Sumber: Dokumen Penulis

c. Diode penyearah
Dioda penyearah merupakan komponen pada alternator yang
berperan untuk mengubah arus output alternator menjadi arus searah
agar dapat disimpan pada baterai kendaraan. Kerusakan yang dapat
terjadi pada dioda penyearah adalah tidak lagi mampu menyearahkan arus
yang dihasilkan alternator sehingga tidak dapat disimpan pada baterai
kendaraan. Perbaikan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kerusakan
dioda penyearah adalah mengganti komponen dioda dengan part baru.

TEKNIK DAN MANAJEMEN 155


PERAWATAN OTOMOTIF
155
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 6.8 Perbaikan Diode Penyearah Pada Alternator


Sumber: Dokumen Penulis

d. Rumah dan bantalan (bearing) depan


Rumah alternator bagian depan dapat mengalami kerusakan
berupa retak pada bodi, kerusakan ulir pada lubang-lubang baut pengikat,
atau longgar pada dudukan bantalan (bearing). Kerusakan berupa
retakan-retakan pada bodi diperbaiki dengan cara mengganti komponen.
Kerusakan ulir pada lubang-lubang baut pengikat dapat diselesaikan
dengan membuat ulir ulang pada lubang-lubang baut dengan didahului
pemasangan sock pada lubang baut yang mengalami kerusakan.
Permasalahan longgar pada dudukan bantalan (bearing) dapat diperbaiki
dengan pemasangan sock pada dudukan bearing yang aus. Sementara
perbaikan untuk kerusakan pada bearing poros rotor yang aus pada bola-
bola baja penyusun bearing yang paling tepat adalah penggantian unit
bearing dengan ukuran dan spesifikasi yang sama.

Gambar 6.9 Rumah Bagian Depan Alternator


Sumber: Dokumen Penulis

e. Rumah dan bantalan (bearing) belakang


Rumah alternator bagian belakang dapat mengalami kerusakan
berupa retak pada bodi, kerusakan bos pada lubang baut pengikat, serta

156 TEKNIK DAN MANAJEMEN


156 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

longgar pada dudukan bantalan (bearing). Kerusakan berupa retakan-


retakan pada bodi diperbaiki dengan cara mengganti komponen.
Kerusakan bos pada lubang baut pengikat dapat diselesaikan dengan
melakukan bushing ulang. Permasalahan longgar pada dudukan bantalan
(bearing) dapat diperbaiki dengan memasang sock pada dudukan bearing
yang aus. Sementara perbaikan yang tepat untuk kerusakan pada bearing
poros rotor yang aus pada bola-bola baja penyusun bearing adalah
melakukan penggantian unit bearing dengan ukuran dan spesifikasi yang
sama.

Gambar 6.10 Rumah Bagian Belakang Alternator


Sumber: Dokumen Penulis

f. Kipas pendingin
Kipas pendingin pada alternator jarang mengalami kerusakan,
kecuali karena benturan/gesekan yang menyebabkan kerusakan parah
pada bantalan (bearing) bagian depan maupun bantalan bagian belakang.
Perbaikan pada kipas yang mengalami deformasi dapat dilakukan dengan
penggantian komponen baru.

Gambar 6.11 Kipas Pendingin Pada Alternator


Sumber: Dokumen Penulis

TEKNIK DAN MANAJEMEN 157


PERAWATAN OTOMOTIF
157
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

g. Pulley
Kerusakan pulley dapat berupa keausan pada alur yang
disebabkan karena adanya gesekan dengan tali kipas. Pemasangan tali
kipas yang cenderung kendor mengakibatkan gesekan pada komponen
ini sehingga permukaan yang bergesekan semakin lama semakin halus,
licin, dan selip. Perbaikan yang dapat dilakukan adalah dengan mengganti
pulley dengan unit baru.

Gambar 6.12 Pulley Alternator


Sumber: Dokumen Penulis

4. Perbaikan regulator
Regulator pada sistem pengisian berperan untuk mengatur
tegangan arus output alternator agar stabil pada tegangan maksimal 14
volt. Kerusakan pada regulator adalah hilangnya fungsi dari komponen
ini sehingga tegangan output alternator tidak dapat ditampung pada
baterai. Regulator yang digunakan pada alternator sistem pengisian
ada dua tipe, yaitu tipe konvensional dan tipe IC (integrated circuit).
Untuk tipe konvensional, penyetelan-penyetelan tegangan output
dapat dilakukan dengan mengatur lidah penyetel pada ujung inti lilitan
atau kontak tegangan. Hal ini tidak dapat dilakukan pada IC regulator.
Penyetelan regulator tipe konvensional dilakukan dengan
prosedur melepas terminal baterai, melepas tutup regulator,
memeriksa kontak-kontak lilitan secara visual, memastikan kontak
regulator tegangan, dan membengkokkan plat penyetel menggunakan
tang lancip.

158 TEKNIK DAN MANAJEMEN


158 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 6.13 Penyetelan Lidah Penyetel Pada Regulator Pengisian


Sumber: Pppptk-Vedc Malang

Kerusakan regulator konvensional karena putus pada lilitan


pengatur output dapat diperbaiki dengan cara penggantian unit regulator.
Hal yang sama dilakukan pada jenis regulator IC apabila komponen ini sudah
tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Sebagai solusi perbaikan, yakni
mengganti komponen dengan unit baru.

C. Over Houle Sistem Pengisian


1. Penggantian baterai (battery)
Performa baterai kendaraan tidak akan dapat bertahan selamanya.
Ada kalanya harus diganti karena kerusakan dan kemampuan baterai lemah.
Gejala yang muncul ketika baterai harus diganti, diantaranya adalah lampu
depan/utama sudah mulai redup ketika dinyalakan dan motor starter tidak
mampu memutar mesin kendaraan ketika kendaraan distarter. Kalau gejala-
gejala tersebut sudah muncul, langkah pertama yang harus dilakukan
adalah memeriksa terminal-terminal baterai dari endapan berwarna putih/
kecoklatan. Endapan sulfat ini dapat dibersihkan dengan dengan cara meyiram
air hangat/panas pada terminal. Namun, upaya membersihkan kotoran pada
terminal dapat dimaksimalkan dengan melepas klem dari terminal dan
membersihkannya menggunakan amplas atau alat khusus. Setelah prosedur
tersebut dilaksanakan, kita dapat memutuskan baterai perlu diganti atau
tidak.
Penggantian baterai kendaraan dengan baterai yang baru harus
mentaati prosedur-prosedur yang telah ditetapkan. Hal ini untuk menghindari
terjadinya kecelakaan kerja. Adapun prosedur penggantian baterai adalah
sebagai berikut.
a. Menyiapkan baterai baru sebagai pengganti.
b. Menyiapkan peralatan yang digunakan, yakni kunci pas. Kunci pas/kunci
ring yang dipakai biasanya adalah kunci pas/kunci ring ukuran 10.
c. Memastikan posisi kunci kontak kendaraan pada posisi OFF.
d. Membuka tutup ruang mesin/kap mesin dengan menarik tuas pembuka
tutup ruang mesin yang biasanya terletak di sebelah kanan bawah roda
kemudi.

TEKNIK DAN MANAJEMEN 159


PERAWATAN OTOMOTIF
159
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

e. Memasang fender cover pada kendaraan.


f. Untuk kendaraan dengan merk-merk tertentu, penggantian baterai harus
dilakukan dengan jalan men-jamper dengan baterai yang lain terlebih
dahulu. Hal ini dilakukan agar supplai arus listrik ke sistem ECM-nya tidak
terputus.
g. Mengendurkan dan melepas kabel dari terminal negatif (-) baterai.
h. Mengendurkan dan melepas kabel dari terminal positif (+) baterai.
i. Mengendurkan dan melepas mur penahan/pemegang baterai.
j. Mengangkat baterai lama dan menggantinya dengan baterai baru.
k. Memasang kabel positif pada terminal baterai positif (+) dan
mengencangkannya.
l. Memasang kabel negatif pada terminal baterai negatif (-) dan
mengencangkannya.
m. Memasang kembali penahan/pemegang baterai.
n. Menghidupkan mesin.
o. Memeriksa apakah semua sistem kelistrikan berfungsi dengan normal.
Jika tidak ditemukan permasalahan, semua fender cover dapat dilepas dan
dilipat dengan rapi.
p. Menutup ruang mesin/kap mesin dengan dengan rapat.
2. Over houle kunci kontak (ignition switch)
Pekerjaan over houle kunci kontak dilakukan untuk melakukan
perbaikan atau penggantian unit kunci kontak. Pekerjaan perbaikan solderan
kabel penghantar yang lepas memerlukan penyolderan ulang dan pekerjaan
ini harus melepas kunci kontak terlebih dahulu dari unit kendaraan.
3. Over houle alternator
a. Rotor alternator
Rotor alternator terletak pada bagian tengah alternator. Untuk
melakukan pekerjaan over houle pada rotor alternator, prosedur yang
diterapkan harus benar. Pekerjaan over houle diawali dengan melepas
terminal baterai sebagai langkah pengaman kemudian melepas alternator
pengisian dari kendaraan. Pembongkaran alternator dilakukan dengan
melepas baut-baut pengikat dioda menggunakan kunci yang sesuai dari
bagian belakang alternator. Selanjutnya, dengan membuka tiga buah baut
pengikat menggunakan obeng plus, kaitan antara rumah bagian depan
dan rumah bagian belakang akan terlepas sehingga rotor dapat dilepas
untuk diperbaiki atau diganti.
b. Stator alternator
Stator alternator terletak pada bagian tengah luar alternator,
diapit rumah bantalan depan dan rumah bantalan belakang. Untuk
melakukan pekerjaan over houle pada stator alternator, prosedur yang
dilakukan harus benar. Pekerjaan over houle diawali dengan melepas
terminal baterai sebagai langkah pengaman. Setelah itu, melepas
alternator pengisian dari kendaraan. Pembongkaran alternator dilakukan
dengan melepas baut-baut pengikat dioda menggunakan kunci yang
sesuai dari bagian belakang alternator. Kemudian, dengan membuka tiga
buah baut pengikat menggunakan obeng plus, kaitan antara rumah bagian

160 TEKNIK DAN MANAJEMEN


160 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

depan dan rumah bagian belakang yang mengapit stator akan terlepas.
Perbaikan atau penggantian stator alternanor pun dapat dilakukan.
c. Diode penyearah
Pekerjaan over houle diode penyearah pada alternator pengisian
dilakukan dengan menurunkan atau melepas alternator dari kendaraan
terlebih dahulu. Untuk mengawali pekerjaan ini terminal baterai harus
dilepas agar tidak terjadi percikan ketika melepas alternator. Dioda
penyearah terletak di bagian belakang alternator dan dapat dilepas
dengan membongkar unit alternator. Pembongkaran alternator dilakukan
dengan melepas baut-baut pengikat dioda menggunakan kunci yang
sesuai dari bagian belakang alternator. Kemudian dengan membuka
tiga buah baut pengikat menggunakan obeng plus, kaitan antara rumah
bagian depan dan rumah bagian belakang akan terlepas sehingga dioda
penyearah dapat dikeluarkan atau dilepas dari alternator untuk dilakukan
penggantian dengan unit dioda baru.
d. Rumah dan bantalan depan
Rumah dan bantalan depan terletak pada bagian depan
alternator. Untuk melakukan pekerjaan over houle pada komponen ini,
prosedur harus benar. Pekerjaan over houle diawali dengan melepas
terminal baterai sebagai langkah pengaman. Setelah itu dilanjutkan dengan
melepas alternator pengisian dari kendaraan. Pembongkaran alternator
dilakukan dengan melepas baut-baut pengikat dioda menggunakan kunci
yang sesuai dari bagian belakang alternator. Kemudian, dengan membuka
tiga buah baut pengikat menggunakan obeng plus dari bagian depan
alternator, kaitan antara rumah bagian depan dan rumah bagian belakang
akan terlepas sehingga perbaikan atau penggantian rumah bagian
belakang dan bantalan (bearing) depan dapat dilakukan.
e. Rumah dan bantalan belakang
Rumah dan bantalan belakang terletak pada bagian belakang
alternator. Untuk melakukan pekerjaan over houle pada stator alternator,
prosedur yang dilakukan benar. Pekerjaan over houle diawali dengan
melepas terminal baterai sebagai langkah pengaman lalu melepas
alternator pengisian dari kendaraan. Pembongkaran alternator dilakukan
dengan melepas baut-baut pengikat dioda menggunakan kunci yang
sesuai dari bagian belakang alternator. Kemudian, dengan membuka
tiga buah baut pengikat menggunakan obeng plus dari bagian depan
alternator, kaitan antara rumah bagian depan dan rumah bagian belakang
akan terlepas sehingga perbaikan atau penggantian rumah bagian
belakang dan bantalan (bearing) belakang dapat dilakukan.
f. Kipas pendingin
Over houle kipas pendingin dilakukan untuk mengganti
komponen karena kerusakan/gesekan yang terjadi ketika putaran rotor
tidak balans karena kerusakan bantalan (bearing). Penggantian dilakukan
dengan melepas terminal baterai terlebih dahulu sebagai pengaman
dan melepas unit alternator dari kendaraan. Kipas pendingin alternator
terletak di bagian depan alternator dan dipasangkan pada poros rotor

TEKNIK DAN MANAJEMEN 161


PERAWATAN OTOMOTIF
161
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

menggunakan sebuah mur. Dengan membongkar alternator dan menahan


rotor dengan ragum, pulley alternator dan kipas pendingin dapat dilepas
dan diganti.
g. Pulley
Over houle pulley alternator dilakukan untuk mengganti
komponen karena kerusakan/keausan yang berlebih pada permukaan
gesek tali kipas. Penggantian dilakukan dengan melepas terminal
baterai terlebih dahulu sebagai pengaman dan melepas unit alternator
dari kendaraan. Pulley alternator terletak di bagian depan alternator
dan dipasangkan pada poros rotor menggunakan sebuah mur. Dengan
membongkar alternator dan menahan rotor dengan ragum, pulley
alternator dapat dilepas dan diganti.
4. Over houle Regulator
Pekerjaan over houle dilakukan pada regulator tipe konvensional
maupun tipe IC ketika melakukan penggantian komponen. Untuk penyetelan
regulator tipe konvensional dapat dilakukan tanpa melepas komponen dari
kendaraan, pekerjaan dapat dilakukan langsung tanpa over houle dengan
terlebih dahulu melepas terminal baterai sebagai pengaman.
Sementara itu, untuk regulator tipe IC (integrated circuit), karena
posisi komponen menjadi satu kesatuan dengan alternator pengisian, untuk
melakukan penggantian komponen harus melepas alternator terlebih dahulu
dari kendaraan. IC regulator terletak di bagian belakang alternator dengan
diikat oleh beberapa sekrup atau baut kecil.

LEMBAR PRAKTIKUM

PEMBONGKARAN, PEMERIKSAAAN DAN PERAKITAN ALTERNATOR PENGISIAN

A. Tujuan Pembelajaran Praktikum


Setelah selesai melaksanakan kegiatan praktik, peserta didik diharapkan
dapat:
1. mengetahui komponen sistem pengisian (charging system);
2. mengukur komponen sistem pengisian charging system);
3. mengidentifikasi kerusakan yang terjadi pada sistem pengisian charging
system).
B. Alat dan Bahan
Peralatan dan bahan yang digunakan pada kegiatan praktik adalah sebagai
berikut.
1. Kotak alat (tool box)
2. Regulator dengan 6 (enam) terminal
3. Alternator
4. Multi meter/multi tester/AVO meter
5. Jangka Sorong (vernier caliper)
6. Lap (majun)

162 TEKNIK DAN MANAJEMEN


162 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

LEMBAR PRAKTIKUM

C. Keselamatan Kerja
1. Gunakan peralatan sesuai dengan fungsinya masing-masing.
2. Kenakanlah pakaian kerja (wear park) dengan benar dan rapi selama
kegiatan praktik.
3. Jika menemui keraguan dalam kegiatan praktik, konsultasikan terlebih
dahulu dengan guru pembimbing.
4. Hati-hati selama melaksanakan kegiatan praktik.
D. Tugas dan Evaluasi
1. Buatlah laporan kegiatan praktik sesuai dengan jobsheet praktik dan data
yang diperoleh selama praktik!
2. Jelaskan fungsi masing-masing komponen sistem pengisian (charging
system)!
3. Jelaskan kemungkinan kerusakan yang terjadi pada komponen sistem
pengisian (charging system)!
E. Media Praktik
1. Buku manual kendaraan yang sesuai
2. CD Interaktif
3. Wall Chart
F. Langkah Kerja
1. Kenakanlah pakaian kerja (wear park) dengan benar dan rapi.
2. Persiapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan dalam kegiatan
praktik.
3. Identifikasilah terminal-terminal yang ada pada regulator dan alternator.
4. Lakukan pembongkaran, pengukuran, pemeriksaan dan perakitan serta
pengujian seperti di bawah ini.
a. Membongkar Alternator
1) Lepaskan rakitan drive end frame dan rotor dari stator dengan
melepas tiga sekrup pengikatnya.

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

2) Ungkitlah end frame menggunakan obeng (-) dan lepas bersama


dengan rotor. Peringatan, jangan mengungkit pada kabel
kumparan/lilitan.

TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
163
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

LEMBAR PRAKTIKUM

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

3) Lepaslah pulley dan kipas pendingin. Jepit rotor pada tanggem/


ragum dengan melapisi majun. Selanjutnya, lepas mur dan
komponen berupa washer pegas, spacer collar, pulley, dan kipas
pendingin.

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

4) Lepaslah rotor dengan menggunakan alat pres. Untuk tipe 40 A,


lepas spacer ring dan snap ring, sedangkan untuk tipe 50 A, lepas
spacer ring.

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

5) Lepaslah rectifier end frame. Untuk tipe 40 A, yakni dengan melepas


4 mur, condensor, kleman kabel dan 2 sekat terminal. Lepaslah
mur dan rear end cover dari rectifier end frame kemudian lepaslah
rectifier end frame dari rectifier holder.

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

TEKNIK DAN MANAJEMEN


164 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

LEMBAR PRAKTIKUM

6) Lepaslah 2 washer sekat dari rectifier holder. Untuk tipe 50 A, yakni


dengan melepas 4 mur, condensor dan 2 sekat terminal. Lepaslah
rectifier end frame dari rectifier holder. Selanjutnya, lepaslah
washer sekat dari rectifier holder.

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

7) Lepaslah rectifier holder. Peganglah terminal rectifier dengan


menggunakan tang lancip dan lepas kabel timah dengan
menggunakan solder untuk mencairkan timahnya. Peringatan,
lindungi rectifier dari panas akibat penyolderan.

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

8) Untuk tipe 50 A, lepaslah rumah conectal meal dengan


menggunakan solder lalu lepaslah rumah conectal meal dari
rectifieer holder. Peringatan, lindungi rectifier dari panas akibat
penyolderan.

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

b. Memeriksa dan Memperbaiki Alternator


1) Rotor: periksalah kemungkinan terputusnya sirkuit rotor dengan
menggunakan ohmmeter dan periksalah kontinuitas antar-slip
ring. Tahanan standar pada suhu 20 C adalah 3,9-4,1 Ω. Jika tidak
ada kontinuitas, lakukan penggantian rotor.

TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
165
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

LEMBAR PRAKTIKUM

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

2) Periksa hubungan rotor dengan massa menggunakan ohmmeter.


Pastikan tidak ada kontinuitas antara slip ring dan rotor. Jika ada
kontinuitas, lakukan penggantian rotor.

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

3) Periksalah kehalusan permukaan slip ring. Jika slip ring kasar atau
tergores, lakukan penggantian rotor. Gunakan jangka sorong untuk
mengukur diameter slip ring. Diameter standar 32,3-32,5 mm
dan diameter minimal 332,1 mm. Jika diameternya kurang dari
minimal, lakukan penggantian rotor.

Sumber: Modul dan jobsheet VEDC Malang

4) Stator: periksalah kemungkinan terputusnya sirkuit pada


stator dengan menggunakan ohmmeter. Periksalah kontinuitas
antarkabel kumparan. Perhatian: Penyambungan kabel dilakukan
dengan menggunakan solder. Jika tidak ada kontinuitas, lakukan
penggantian stator.

TEKNIK DAN MANAJEMEN


166 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

LEMBAR PRAKTIKUM

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

5) Periksalah hubungan stator dengan massa menggunakan


ohmmeter. Periksalah kontinuitas antara ujung kumparan dan
stator core. Jika ada kontinuitas, lakukan penggantian stator.

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

6) Sikat: periksalah panjang bagian sikat yang keluar dengan


menggunakan skala. Panjang standar 12,5 mm dan panjang
minimal 5,5 mm. Jika panjang bagian sikat yang keluar kurang dari
minimal, lakukan penggantian sikat.

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

7) Gantilah sikat jika diperlukan. Dengan menggunakan solder, lepas


sikat dan pegas sikat. Masukkan kabel pada sikat baru melalui
pegas dan lubang di dalam brush holder dan pasanglah pegas dan
sikat pada pemegang sikat (brush holder).

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
167
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

LEMBAR PRAKTIKUM

8) Sambunglah kabel sikat (brush) pada pemegang sikat (brush holder)


dengan menggunakan solder. Panjang bagian sikat yang keluar
sesuai spesifikasi, yaitu 12,5 mm. Pastikan sikat dapat bergerak
lembut. Selanjutnya, potonglah kelebihan kabel penghantar dan
oleskan cat sekat pada solderan untuk mencegah korosi.

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

9) Rectifier (rectifier holder): periksalah rectifier positif dengan


menggunakan ohmmeter. Hubungkan salah satu probe ohmmeter
pada terminal positif (+) dan probe ohmmeter lainnya ke masing-
masing rectifier.

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

10) Baliklah polaritas probe ohmmeter dan ulangi langkah di atas (9).
Langkah di atas menunjukkan kontinuitas dan langkah kebalikannya
menunjukkan tidak ada kontinuitas. Jika kontinuitas tidak sesuai
dengan spesifikasi, lakukan penggantian rectifier holder.

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

11) Periksalah rectifier negatif dengan menggunakan ohmmeter.


Hubungkan salah satu probe ohmmeter pada terminal negatif (-)
dan probe ohmmeter lainnya ke masing-masing rectifier.

TEKNIK DAN MANAJEMEN


168 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

LEMBAR PRAKTIKUM

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

12) Baliklah polaritas probe dan ulangi langkah di atas (11). Langkah
di atas menunjukkan kontinuitas dan langkah kebalikannya
menunjukkan tidak ada kontinuitas. Jika kontinuitas tidak sesuai
dengan spesifikasi, lakukan penggantian rectifier holder.
13) Bearing: periksalah bearing depan dari kemungkinan aus dan kasar
putaran bearing. Jika diperlukan, lakukan penggantian bearing
depan dengan melepas 3 sekrup pengikatnya.

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

14) Dengan menggunakan SST dan mesin pres, lepas bearing.

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

15) Dengan menggunakan SST dan mesin pres, pasanglah bearing baru
dan ikatlah dengan 3 sekrup pengikatnya.

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
169
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

LEMBAR PRAKTIKUM

16) Periksalah bearing belakang dari kemungkinan aus dan kasar


putaran bearing. Jika diperlukan, lakukan penggantian bearing
belakang. Dengan menggunakan SST, lepaslah bearing.

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

17) Dengan menggunakan pres, pasang bearing baru.

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

c. Merakit Alternator
1) Untuk Tipe 50 A, pasanglah rumah conectameal dengan
menggunakan solder untuk menyambung rumah conectameal
dengan rectifier holder. Peringatan, lindungilah rectifier dari
panas akibat penyolderan. Pasanglah rectifier holder pada
stator. Selama penyolderan, tahanlah terminal rectifier dengan
menggunakan tang lancip.

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

2) Pasanglah rectifier end frame pada rectifier holder. Untuk tipe


40 A, lakukan dengan menempatkan 2 washer sekat pada kutub
positif rectifier holder dan menempatkan rectifier end frame pada
rectifier holder.

TEKNIK DAN MANAJEMEN


170 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

LEMBAR PRAKTIKUM

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

3) Pasanglah rear end cover pada rectifier end frame dengan memasang
2 sekat terminal pada kutub positif rectifier holder. Pasanglah
mur pengikat dengan momen pengencangan 4,4 Nm. Pasanglah
klem kabel dan condensor dengan 4 mur pengikat dengan
momen pengencangan 4,4 Nm. Pastikan bahwa kabel timah tidak
menyentuh rectifier end frame.

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

4) Untuk tipe 50 A, pasanglah waher sekat pada kutub positif


rectifier holder. Pasanglah rectifier end frame pada rectifier end
holder. Pasanglah 2 sekat terminal pada kutub positif rectifier
holder. Pasanglah condensor dengan 4 mur pengikat. Momen
pengencangan 4,4 Nm. Pastikan kabel timah tidak menyentuh
rectifier end frame.

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

5) Pasang rotor. Untuk tipe 40 A lakukan dengan memasang snap


ring dan spacer ring pada poros rotor. Sementara untuk tipe 50 A,
lakukan dengan memasang spacer ring pada poros rotor.

TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
171
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

LEMBAR PRAKTIKUM

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

6) Dengan menggunakan pres, pasanglah rotor.

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

7) Pasanglah kipas dan puli dengan menjepit rotor pada tanggem/


ragum yang telah dilapisi bahan lunak/majun. Pasanglah komponen
berupa spacer collar, kipas pendingin, pulley penggerak, spacer
collar, dan washer pegas dengan momen pengencangan 61,3 Nm.

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

8) Pasanglah rakitan drive end frame dan rectifier end frame dengan
membengkokkan kabel rectifier untuk membebaskan rotor.
Selanjutnya, masukkan kawat ke dalam lubang pada rectifier end
frame dan tekanlah sikat ke dalam sepenuhnya. Pada posisi ini
tahanlah sikat.

TEKNIK DAN MANAJEMEN


172 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

LEMBAR PRAKTIKUM

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

9) Rakitlah drive end frame dan rectifier end frame dengan


memasukkan rear bearing bersama poros rotor ke dalam rectifier
end frame. Pasang 3 sekrup pengikatnya dengan momen
pengencangan 5,9 Nm. Selanjutnya, lepas kawat dari lubang
rectifier end frame.

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

10) Periksalah kelembutan putaran rotor dan pastikan bahwa rotor


berputar dengan lembut. Untuk tipe 50 A, lakukan dengan
memberikan seal pada lobang rectifier end frame.

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

d. Memeriksa Regulator
1) Lepaskan regulator dan tutupnya. Lakukan pemeriksaan
regulator. Periksalah keausan dan kerusakan pada titik kontaknya.
Jika terjadi kerusakan pada titik kontak, lakukan penggantian
regulator.

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
173
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

LEMBAR PRAKTIKUM

2) Periksalah tahanan antar terminal pada regulator dengan


menggunakan ohmmeter. Ukur tahanan antara terminal IG dan
F. Pada posisi bebas, besar tahanan 0 Ω dan ketika ditarik masuk
kira-kira 11 Ω.

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

3) Dengan menggunakan ohmmeter, ukurlah tahanan antara terminal


E dan L pada relay. Pada posisi bebas, tahanan sebesar 0 Ω dan
ketika ditarik masuk tahanan + 100 Ω.

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

4) Dengan menggunakan ohmmeter, ukurlah tahanan antara terminal


B dan E. Pada posisi bebas, besarnya tahanan tidak terbatas dan
ketika ditarik masuk tahanan + 100 Ω.

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

5) Dengan menggunakan ohmmeter, ukurlah tahanan antara terminal


B dan L. Pada posisi bebas, besarnya tahanan tidak terbatas dan
ketika ditarik masuk tahanan sebesar 0 Ω.
6) Dengan menggunakan ohmmeter, ukurlah tahanan antara terminal
N dan E. Tahanan + 23 Ω. Jika hasil pemeriksaan di atas ada yang
tidak sesuai, lakukan penggantian regulator.

TEKNIK DAN MANAJEMEN


174 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

LEMBAR PRAKTIKUM

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

7) Pasang regulator dan tutupnya.


e. Menyetel Tegangan Regulator
1) Lepaskan regulator dan tutupnya. Lakukan penyetelan tegangan
(voltage) regulator dengan membengkokkan lengan penyetel
regulator. Atur tegangan penyetelan pada 20 C dengan nilai
tegangan 13,8-14,8 V.

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

2) Lakukan penyetelan voltage relay dengan cara membengkokkan


lengan penyetel relay. Tegangan kerja relay adalah 4,0-5,8 V.

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

3) Pasang alternator regulator dan tutupnya.

TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
175
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

CAKRAWALA

Alessandro Volta

Baterai pertama kali ditemukan oleh Alessandro


Volta, seorang fisikawan Italia pada tahun
1800. Penemuan ini diawali dengan penemuan
electrophorus, yaitu sebuah perangkat yang mampu
memproduksi listrik statis pada 1774. Kemudian pada
tahun 1779 setelah dipanggil untuk pengukuhan
profesor oleh University of Pavia, beliau menemukan
Gambar 6.14 Alessandro Volta
“tumpukan volta” sebuah metode praktis pertama
Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/ untuk memproduksi listrik.
Alessandro_Volta Tumpukan volta dibuat dengan jalan menumpuk
piringan tembaga dan cakram seng secara berselingan dengan potongan karbon
yang dicelupkan dalam air garam dan ditempatkan di antara kedua piringan
tersebut. Penemuan inilah yang diakui sebagai baterai pertama yang dapat
menghasilkan arus listrik secara konsisten

JELAJAH INTERNET

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih luas tentang sistem
pengisian pada kendaraan, kalian juga dapat belajar secara mandiri melalui
internet. Di internet kalian juga dapat mencari materi tentang sistem pengisian
pada kendaraan. Berbagai tipe sistem pengisian pada kendaraan, baik yang
masih menggunakan generator untuk kendaraan keluaran awal, maupun yang
sudah menggunakan alternator untuk kendaraan-kendaraan modern akan mudah
kalian temukan. Salah satu website yang dapat kalian kunjungi untuk memperluas
wawasan tentang sistem pengisian pada kendaraan adalah https://teknisimobil.
com/smk-otomotif/5-kerusakan-sistem-pengisian-yang-sering-terjadi-11634/
atau dengan membuka QR code di bawah ini.

TEKNIK DAN MANAJEMEN


176 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

RANGKUMAN

1. Alur kerja sistem pengisian pada kendaraan dapat dijelaskan pada point-point
sebagai berikut.
a. Putaran mesin kendaraan dimanfaatkan untuk memutar alternator
pengisian. Semakin tinggi putaran mesin kendaraan, semakin tinggi pula
putaran rotor alternator.
b. Sabuk penggerak (drive belt) memindahkan atau meneruskan putaran
mesin terhadap putaran rotor alternator melalui pulley alternator.
c. Alternator pengisian mengubah energi gerak putar pada rotor alternator
menjadi energi listrik. Alternator inilah yang membangkitkan arus listrik
yang akan disimpan pada baterai kendaraan dan untuk memenuhi
kebutuhan kelistrikan pada kendaraan.
d. Baterai pada konteks sistem pengisian memiliki peranan menampung
energi listrik yang dibangkitkan alternator pengisian. Energi listrik akan di
simpan didalam baterai dalam bentuk energi kimia.
2. Permasalahan pada sistem pengisian (charging system) dapat ditimbulkan
karena tidak berfungsinya komponen-komponen sistem pengisian dengan
baik, diantaranya tali kipas (fan belt) atau sabuk penggerak (drive belt), baterai
(battery), sekring (fuse) dan sekring utama (fusible link), lampu indikator
pengisian atau lampu CHG, kunci kontak (ignition switch), alternator, regulator,
dan kabel-kabel penghubung.
3. Pemeriksaan, perbaikan dan penggantian dapat dilakukan pada komponen-
komponen sistem pengisian (charging system) untuk mengatasi permasalahan.
Adapun komponen-komponen tersebut antara lain sebagai berikut.
a. Sabuk penggerak (drive belt)
b. Baterai (battery)
c. Sekring (fuse)
d. Sekring utama (fusible link)
e. Lampu indikator pengisian atau lampu CHG
f. Kunci kontak (ignition switch)
g. Alternator
h. Regulator
i. Kabel-kabel penghubung

TUGAS MANDIRI

1. Lakukan studi pustaka atau browsing internet tentang over houle dan
perbaikan sistem pengisian pada kendaraan!
2. Catatlah informasi mengenai prosedur over houle dan perbaikan sistem
pengisian pada kendaraan!

TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
177
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

PENILAIAN AKHIR BAB

Kerjakan soal-soal berikut dengfan baik dan benar!


1. Jelaskan bagaimana cara memeriksa sabuk (belt) penggerak alternator, baik
secara visual maupun dengan alat pengukur tegangan!
2. Jelaskan bagaimana cara memeriksa alternator secara prosedural!
3. Jelaskan cara memeriksa arus pengisian pada baterai dengan menggunakan
ampere meter induksi!
4. Sebutkan empat item permasalahan pada sistem pengisian disertai dengan
penyebab dan solusi perbaikannya!
5. Gambarkan rangkaian sistem pengisian dengan regulator mekanis maupun
dengan IC regulator pada kendaraan!

REFLEKSI

Setelah mempelajari bab keenam tentang Over Houle dan Perbaikan Sistem
Pengisian, kalian tentu menjadi lebih memahami konsep dasar dan perbaikan
sistem pengisian pada kendaraan. Selanjutnya, dari seluruh materi yang sudah
dijelaskan pada bab keenam tersebut, menurut kalian materi mana yang sulit
untuk dipahami? Coba kalian diskusikan dengan teman-teman atau guru kalian
karena konsep dasar dan prosedur perbaikan ini akan menjadi pondasi untuk
memahami tentang sistem pengisian pada kendaraan yang lebih kompleks dan
juga memungkinkan untuk diaplikasikan pada kendaraan-kendaraan modern saat
ini serta pada kendaraan-kendaraan masa mendatang.

TEKNIK DAN MANAJEMEN


178 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

IDENTIFIKASI DAN PERAWATAN SISTEM


BAB
PENGAPIAN KONVENSIONAL VII
BAB VII IDENTIFIKASI DAN PERAWATAN SISTEM PENGAPI-
AN KONVENSIONAL

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari materi tentang sistem pengapian konvensional pada


kendaraan, peserta didik diharapkan dapat:
1. melakukan identifikasi komponen sistem pengapian konvensional pada
kendaraan;
2. melakukan perawatan berkala sistem pengapian konvensional pada kendaraan.

PETA KONSEP

SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL

KOMPONEN DAN PERAWATAN


SISTEM PENGAPIAN CARA KERJA BERKALA SISTEM
KONVENSIONAL SISTEM PENGAPIAN PENGAPIAN
KONVENSIONAL KONVENSIONAL

KATA KUNCI

Conventional ignition system, battery, ignition switch, breaker point, capasitor,


ignition coil, delco (distributor), centrifugal advancer, vacuum advancer, octan
selector, kabel tegangan tinggi, busi (spark plug).

TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
179
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

PENDAHULUAN

Sistem pengapian konvensional (conventional ignition system) merupakan


sistem pengapian yang diterapkan pada kendaraan-kendaraan keluaran awal.
Meskipun kendaraan-kendaraan modern saat ini sudah tidak mengaplikasikan sistem
ini, kita tetap harus mempelajarinya karena masih banyak kendaraan-kendaraan
keluaran lama yang masih dioperasikan/dipakai untuk memenuhi kebutuhan mobilitas
masyarakat.
Sistem pengapian (ignition system) pada sebuah kendaraan memiliki fungsi
untuk membangkitkan bunga api listrik yang merupakan salah satu syarat timbulnya
pembakaran di samping ketersediaan bahan bakar dan oksigen atau udara. Bunga api
listrik yang dibangkitkan sistem pengapian digunakan untuk membakar campuran
bahan bakar dan udara yang telah dikompresi di dalam ruang bakar mesin. Percikan
bunga api listrik pada busi harus mampu membakar campuran bahan bakar dan udara
di ruang bakar dalam kondisi tekanan yang tinggi. Untuk memenuhi persyaratan
tersebut, arus listrik yang digunakan merupakan arus listrik bertegangan tinggi yang
dihasilkan oleh koil pengapian (ignition coil).

Gambar 7.1 Pengkabelan Sistem Pengapian Konvensional


Sumber: PPPPTK-VEDC Malang

TEKNIK DAN MANAJEMEN


180 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

A. Sistem Pengapian Konvensional


Sistem pengapian konvensional (conventional ignition system) yang
digunakan pada mesin kendaraan berbahan bakar bensin terdiri dari beberapa
komponen. Komponen-komponen sistem pengapian konvensional bekerja secara
sinergis sehingga dapat menghasilkan percikan bunga api listrik yang digunakan
untuk memicu terjadinya pembakaran di dalam ruang bakar mesin. Masing-
masing komponen memiliki fungsi dan cara kerja yang lebih spesifik yang akan
dijelaskan pada materi di bawah ini.

Gambar 7.2 Wiring Diagram Sistem Pengapian Konvensional


Sumber: PPPPTK-VEDC Malang

B. Komponen Dan Cara Kerja Sistem Pengapian Konvensional


1. Baterai (battery)
Dalam konteks sistem pengapian (ignition system), baterai memiliki
fungsi memberi atau menyuplai kebutuhan energi listrik untuk mengoperasikan
komponen sistem pengapian pada saat mesin kendaraan dihidupkan. Baterai
menyuplai arus primer 12 volt yang dialirkan pada jalur primer sistem
pengapian (baterai - fusible link - kunci kontak - kumparan primer koil - platina
- massa). Posisi penempatan baterai pada masing-masing kendaraan berbeda-
beda sesuai dengan konstruksi kendaraan bersangkutan. Dengan baterai yang
terpenting diletakkan sejauh mungkin dari ruang pengemudi maupun ruang
penumpang dan sedekat mungkin dengan mesin.

TEKNIK DAN MANAJEMEN 181


PERAWATAN OTOMOTIF
181
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 7.3 Baterai Pada Sistem Pengapian Konvensional


Sumber: Dokumen Penulis

Prinsip kerja baterai (battery) dalam konteks sistem pengapian


adalah pada saat kunci kontak pada posisi ON arus listrik bertegangan 12 volt
dari baterai mengalir pada jaringan primer sistem pengapian. Adanya putaran
mesin yang menyebabkan buka-tutup platina menimbulkan induksi pada
jaringan sekunder sistem pengapian.
2. Kunci kontak (ignition switch)
Kunci kontak pada sistem pengapian berfungsi untuk memutus
atau menghubungkan arus dari baterai ke sistem pengapian. Selain itu, kunci
kontak juga berfungsi untuk mematikan mesin karena dengan tidak aktifnya
sistem pengapian maka mesin tidak akan hidup karena tidak ada yang memulai
pembakaran pada ruang bakar (motor bensin). Kunci kontak biasanya terletak
di bawah roda kemudi. Pada jenis kendaraan terbaru ada yang tanpa kunci
kontak (key less) dan hanya dilengkapi remote control. Posisi atau letak kunci
kontak pada kendaraan dapat dilihat pada gambar di bawah.
Kunci kontak pada kendaraan terdiri dari empat terminal yang dapat
saling dihubungkan satu sama lain menggunakan anak kuncinya. Terminal-
terminal pada kunci kontak, diantaranya adalah terminal B yang dihubungkan
dengan terminal positif baterai melalui fusible link, terminal ACC yang
dihubungkan dengan sistem asesoris yang ada pada kendaraan, terminal IG
yang dihubungkan dengan sistem pengapian pada kendaraan, dan terminal ST
yang dihubungkan dengan sistem starter pada kendaraan.

182 TEKNIK DAN MANAJEMEN


182 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 7.4 Kunci Kontak Pada Sistem Pengapian Konvensional


Sumber: Dokumen Penulis

Prinsip kerja kunci kontak dalam konteks sistem pengapian, yakni


ketika posisi OFF, arus listrik dari baterai menuju ke semua sistem kelistrikan
pada kendaraan akan terputus, termasuk suplai kelistrikan kepada sistem
pengapian. Kemudian ketika kunci kontak pada posisi ON, arus listrik dari
baterai menuju ke semua sistem kelistrikan pada kendaraan akan terhubung,
termasuk sistem pengapian, kecuali sistem starter. Kemudian ketika kunci
kontak posisi START, maka hanya menghubungkan arus listrik dari baterai
menuju sistem starter dan sistem pengapian saja.
3. Kontak pemutus/platina (breaker point)
Kontak pemutus (breaker point) atau yang lebih populer dengan
sebutan platina memiliki fungsi untuk memutus-hubungkan aliran arus primer
pada jaringan sistem pengapian. Saat dilakukan pemutusan arus primer akan
terjadi induksi arus bertegangan tinggi pada koil pengapian. Kondisi putus
hubung terjadi berulang-ulang selama mesin dinyalakan.
Kontak pemutus (breaker point) terletak di dalam distributor. Dipasang
di atas breaker plate atau bahasa bengkelnya piringan platina/dudukan platina.
Kontak pemutus (breaker point) dalam bahasa bengkel disebut dengan platina.
Posisi kontak pemutus (breaker point) dapat dilihat pada gambar di bawah.

TEKNIK DAN MANAJEMEN 183


PERAWATAN OTOMOTIF
183
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 7.5 Platina Pada Sistem Pengapian Konvensional


Sumber: Dokumen Penulis

Prinsip kerja dari kontak pemutus (breaker point) adalah mengubah


gerak putar poros distributor menjadi gerakan buka tutup pada kedua
permukaan platina. Gerakan buka-tutup ini sebagai saklar yang selalu akan
memutus-hubungkan jaringan kelistrikan primer dari sistem pengapian.
Sebagai efek dari pemutusan rangkaian primer, dengan tiba-tiba akan bangkit
arus tegangan tinggi pada kumparan sekunder koil pengapian.
4. Kapasitor/kondensator (capasitor/condensator)
Kondensor/kapasitor (condensator/capasitor) pada sistem pengapian
memiliki fungsi untuk menyerap arus listrik pada saat platina terbuka sehingga
kecepatan pemutusan arus lebih tinggi dan induksi tegangan tinggi dari
koil meningkat. Kondensor terletak menempel pada bodi distributor. Kabel
kondensor dihubungkan dengan kabel dari koil (-). Letak kondensor dapat
dilihat pada gambar di bawah.

Gambar 7.6 Kapasitor Pada Sistem Pengapian Konvensional


Sumber: Dokumen Penulis

184 TEKNIK DAN MANAJEMEN


184 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

Prinsip kerja kondensor/kapasitor (condensator/capasitor) seperti


halnya prinsip kerja baterai. Kondensor akan menyimpan arus listrik dalam
durasi waktu yang sangat singkat, yaitu selama platina membuka. Ketika
platina menutup, arus yang tersimpan akan dikeluarkan kembali. Oleh karena
itu, keberadaan kondensor dapat mencegah kemungkinan terjadinya percikan
bunga api listrik pada permukaan platina ketika platina mulai membuka
sehingga platina lebih awet.
5. Koil pengapian (ignition coil)
Koil pengapian (ignition coil) pada sistem pengapian kendaraan
merupakan sebuah komponen yang dapat menaikkan tegangan input atau
sebuah trafo. Sistem pengapian membutuhkan koil pengapian karena untuk
dapat menghasilkan percikan pada elektroda busi, dibutuhkan tegangan yang
sangat tinggi (20.000 volt s/d 30.000 volt), sementara yang tersedia pada
baterai adalah arus listrik yang bertegangan 12 volt. Oleh karena itu, untuk
menaikkan tegangan ribuan volt dibutuhkan koil pada sistem pengapian
kendaraan.
Koil pengapian biasanya diletakkan dekat dengan mesin kendaraan
dengan tujuan bentangan kabel tegangan tinggi tidak terlalu panjang. Kabel
tegangan tinggi menghubungkan antara koil dan distributor yang posisinya
menempel pada mesin.

Gambar 7.7 Ignition Coil Pada Sistem Pengapian Konvensional


Sumber: Dokumen Penulis

Prinsip kerja koil pengapian (ignition coil) pada sistem pengapian


adalah menaikkan tegangan baterai 12 Volt menjadi tegangan pengapian
TEKNIK DAN MANAJEMEN 185
PERAWATAN OTOMOTIF
185
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

sebesar 20.000 volt – 30.000 volt. Koil (coil) tersusun dari lilitan/gulungan
kawat penghantar primer dan lilitan/gulungan kawat penghantar sekunder.
Lilitan (coil) primer memiliki diameter kawat penghantar yang besar dan
pendek, sedangkan lilitan sekunder memiliki diameter kawat penghantar
yang kecil/lembut dan panjang. Besar kecilnya tegangan listrik yang dapat
diinduksikan oleh koil tergantung dengan perbandingan antara lilitan primer
dan lilitan sekunder ini.
6. Delco (distributor)
Distributor (distributor) memiliki fungsi untuk membagi arus
listrik bertegangan tinggi yang dibangkitkan oleh koil pengapian dan akan
didistribusikan ke masing-masing busi (spark plug) pada setiap silinder mesin
sesuai dengan FO (firing order) pengapian. Distributor unit terdiri dari sebuah
poros yang diputar oleh mesin melaui poros nok, rotor yang dipasang pada
ujung poros dan berputar bersama poros distributor, serta sebuah tutup
distributor yang terdapat titik-titik terminal sebagai dudukan ujung kabel
tegangan tinggi menuju masing-masing busi.
Unit distributor merupakan satu kesatuan antara distributor, platina,
centrifugal advancer, vacuum advancer dan oktan selector yang masing-
masing komponen tersebut memiliki fungsi yang spesifik dan bekerja saling
mendukung untuk mendapatkan performa mesin kendaraan yang optimal.

Gambar 7.8 Distributor Pada Sistem Pengapian Konvensional


Sumber: Dokumen Penulis

186 TEKNIK DAN MANAJEMEN


186 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 7.9 Uraian Distributor Sistem Pengapian


Sumber: PPPPTK-VEDC Malang

Prinsip kerja distributor adalah membagi arus tegangan tinggi ke


masing-masing busi kendaraan dengan urutan pengapian sesuai dengan
firing order mesin bersangkutan. Arus listrik tegangan tinggi dari koil diterima
oleh terminal tengah yang ada pada tutup distributor dan disalurkan secara
bergantian oleh rotor terhadap masing-masing busi melalui terminal bagian
tepi pada tutup distributor.
7. Bobot pemaju (centrifugal advancer)
Bobot pemaju (centrifugal advancer) saat pengapian memiliki fungsi
untuk memajukan saat pengapian terutama pada saat putaran mesin (rpm)
tinggi. Centrifugal advancer ini merupakan komponen mekanis yang terdiri
dari dua bobot sentrifugal yang dipasangkan pada unit distributor di bawah
plat dudukan platina

TEKNIK DAN MANAJEMEN 187


PERAWATAN OTOMOTIF
187
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 7.10 Bobot Pemaju Pada Sistem Pengapian Konvensional


Sumber: Dokumen Penulis

Prinsip kerja centrifugal advancer adalah memajukan saat pengapian


dengan memanfaatkan gaya sentrifugal yang bekerja pada bobot sentrifugal.
Semakin tinggi putaran poros distributor, semakin tinggi gaya sentrifugal yang
timbul. Besarnya sudut pengapian yang diajukan berbanding lurus dengan
besarnya gaya sentrifugal yang terjadi.
8. Vakum pemaju (vacuum advancer)
Vakum pemaju saat pengapian (vacuum advancer) adalah komponen
dari sistem pengapian yang memiliki fungsi untuk memajukan pengapian
terutama pada saat kevakuman pada intake manifold tinggi. Kondisi ini
dominan terjadi pada saat katup gas posisi menutup atau pada saat putaran
mesin (rpm) rendah.
Komponen vacuum advancer menjadi satu kesatuan dengan unit
distributor. Vacuum advancer terdiri dari sebuah ruangan yang disekat oleh
lembaran membran. Satu ruangan dihubungkan dengan intake manifold
menggunakan selang dan ruangan yang lain dihubungkan dengan dudukan
platina menggunakan mekanisme batang penarik.

Gambar 7.11 Vakum Pemaju Pada Sistem Pengapian Konvensional


Sumber: Dokumen Penulis

188 TEKNIK DAN MANAJEMEN


188 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

Prinsip kerja dari vacuum advancer adalah memanfaatkan


kevakuman yang terjadi pada intake manifold untuk menggeser dudukan
platina agar terjadi pemajuan saat pengapian. Kevakuman terjadi karena katup
gas dalam kondisi menutup. Kevakuman yang terjadi menarik membran pada
ruang vakum. Membran menarik batang penarik yang dihubungkan dengan
plat dudukan platina di dalam distributor.
9. Pengatur angka oktan (octane selector)
Pengatur angka oktan merupakan komponen sistem pengapian
konvensional yang berfungsi untuk memilih saat pengapian sesuai dengan
angka oktan bahan bakar yang digunakan pada mesin kendaraan. Pengatur
angka oktan berbentuk knop yang dapat diputar untuk menggeser posisi
dudukan platina terhadap rumah distributor. Komponen ini terletak pada
bodi distributor segaris dengan poros vakum pemaju (vacuum advancer) saat
pengapian.

Gambar 7.12 Oktan Selektor Pada Sistem Pengapian Konvensional


Sumber: https://www.teknik-otomotif.com/2017/04/fungsi-oktan-selector-pada-sistem.html

Prinsip kerja dari pengatur angka oktan (octane selector) adalah


menggeser dudukan platina terhadap rumah distributor agar saat pengapian
dapat disesuaikan dengan nilai angka oktan bahan bahar yang digunakan.
10. Kabel tegangan tinggi (high tension cord)
Kabel tegangan tinggi (high tension cord) pada sistem pengapian
memiliki fungsi untuk mengalirkan arus listrik bertegangan tinggi dari koil
pengapian menuju terminal tengah pada tutup distributor, dan dari terminal
tepi pada tutup distributor menuju ke masing-masing busi. Jumlah kabel
tegangan tinggi pada setiap kendaraan berbeda-beda sesuai dengan jumlah
silindernya. Mesin empat silinder menggunakan lima buah kabel tegangan
tinggi dan mesin enam silinder menggunakan tujuh buah kabel tegangan
tinggi.

TEKNIK DAN MANAJEMEN 189


PERAWATAN OTOMOTIF
189
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 7.13 Kabel Tegangan Tinggi Pada Sistem Pengapian Konvensional


Sumber: Dokumen Penulis

Prinsip kerja kabel tegangan tinggi (high tension cord) pada sistem
pengapian adalah mengalirkan arus listrik bertegangan tinggi dari koil
pengapian menuju distributor dan dari distributor menuju masing-masing
busi.
11. Busi (spark plug)
Busi (spark plug) merupakan komponen sistem pengapian yang
memiliki fungsi untuk memercikkan bunga api listrik di dalam ruang bakar
mesin. Bunga api listrik harus mampu memercik di dalam ruang bakar
bertekanan tinggi karena adanya langkah kompresi. Untuk memenuhi hal ini,
dibutuhkan arus listrik bertegangan tinggi.

Gambar 7.14 Busi Pada Sistem Pengapian Konvensional


Sumber: Dokumen Penulis

Prinsip kerja busi (spark plug) pada sistem pengapian kendaraan


adalah memercikkan bunga api listrik di dalam ruang bakar mesin
kendaraan. Bunga api akan terpercik pada celah di antara elektroda pusat
yang dihubungkan dengan kabel tegangan tinggi dengan elektroda tepi
yang dihubungkan dengan massa. Besar kecilnya celah elektroda ini sangat
berpengaruh terhadap kualitas percikan bunga api listrik.

C. Perawatan Berkala Sistem Pengapian Konvensional


1. Baterai (battery)
Perawatan terhadap baterai dapat dilakukan secara berkala
untuk mengetahui kondisi baterai dan menjaga agar baterai selalu dalam

190 TEKNIK DAN MANAJEMEN


190 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

kondisi optimal. Perawatan terhadap baterai dapat dilakukan mulai dari


pekerjaan yang bersifat sederhana sampai dengan pekerjaan-pekerjaan yang
membutuhkan peralatan khusus atau SST (special service tool). Perawatan dan
pemeriksaan sederhana dapat dilakukan secara visual atau tanpa bantuan
alat khusus, diantaranya adalah sebagai berikut.

Gambar 7.15 Pemeriksaan Visual Baterai


Sumber: Team Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

a. Pemeriksaan kotak baterai


Kotak baterai sebagai tumpuan/wadah komponen-komponen
baterai harus dalam kondisi bersih agar permukaan elektrolit yang ada
di dalam kotak baterai dapat terlihat dengan jelas sehingga penambahan
air accu dapat segera dilakukan apabila baterai kekurangan cairan. Kotak
baterai yang bersih juga memudahkan dalam memantau adanya endapan
kotoran karena korosi pada sel-sel baterai yang mengendap didasar
kotak baterai. Korosi pada sel-sel baterai dapat menyebabkan penurunan
kemampuan baterai.
Kotak baterai harus terhindar dari retak dan menggelembung.
Retakan pada kotak baterai dapat menyebabkan rembesan elektrolit
yang menimbulkan korosi pada bagian-bagian kendaraan terkena cairan
elektrolit. Kotak baterai menggelembung dapat disebabkan karena panas
yang berlebihan yang diterima kotak baterai akibat over charging.
b. Pemeriksaan sel-sel baterai
Sel-sel baterai terbuat dari bahan aktif dan dapat mengalami
korosi. Korosi pada sel-sel baterai menyebabkan adanya endapan bahan
aktif di dasar baterai. Sel-sel baterai yang terkikis mengakibatkan
kemampuan baterai untuk menyimpan arus listrik dalam bentuk energi
kimiamenjadi berkurang.
c. Pemeriksaan terminal baterai dan konektor kabel
Adanya endapan sulfatisasi pada terminal baterai dan

TEKNIK DAN MANAJEMEN 191


PERAWATAN OTOMOTIF
191
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

konektor kabel mengakibatkan berkurangnya kemampuan baterai


dalam menyimpan maupun menyuplai energi listrik. Endapan sulfatisasi
meningkatkan besarnya tahanan yang terjadipada terminal baterai dan
konektor kabel.
d. Pemeriksaan jumlah elektrolit
Pemeriksaan jumlah elektrolit dilakukan untuk memastikan
bahwa jumlah elektrolit pada baterai masih pada batas-batas spesifikasi
yang ditentukan. Kekurangan elektrolit menyebabkan baterai mengalami
panas berlebihan dan kerusakan pada sel-sel baterai. Jumlah elektrolit
ideal adalah permukaan cairan berada di antara garis lower level dan garis
upper level. Apabila permukaan elektrolit baterai di bawah garis lower
level, maka diperlukan penambahan cairan dengan air accu.
e. Pemeriksaan kabel baterai
Pemeriksaan kabel baterai dilakukan untuk memastikan bahwa
kabel baterai masih dalam keadaan baik. Sambungan pada ujung kabel
dan klem rapat dan kuat serta tidak terdapat endapan sulfatisasi pada
kawat penghantarnya karena dapat menyebabkan naiknya tahanan kabel.
f. Pemeriksaan pemegang baterai
Pemegang baterai harus terhindar dari karat dan korosi akibat
sulfatisasi. Pemegang baterai yang berkarat dan mengalami korosi
menjadi lebih mudah patah ketika kendaraan tergoncang. Karat pada
pemegang baterai harus segera dibersihkan sebelum karat berkembang
semakin parah dan menyebabkan pemegang baterai patah.
Pemeriksaan kemampuan baterai dapat dilakukan dengan
menggunakan peralatan khusus dan disesuaikan dengan peruntukannya.
Adapun pemeriksaan-pemeriksaan yang lebih detail pada baterai adalah
sebagai berikut.
a. Pemeriksaan berat jenis cairan elektrolit baterai menggunakan hydrometer.
Pemeriksaan berat jenis cairan elektrolit dilakukan untuk
mengetahui nilai berat jenis elektrolit yang dapat digunakan untuk
mengetahui kondisi pengisian pada baterai kendaraan. Besar kecilnya
kondisi kapasitas baterai berhubungan dengan nilai berat jenis cairan
elektrolit. Baterai dengan kapasitas pengisian penuh memiliki berat jenis
cairan sebesar 1,25 sampai dengan 1,28 dengan tegangan sel sebesar
2 volt. Baterai dengan kapasitas pengisian sedang memiliki berat jenis
elektrolit sebesar 1,20 sampai dengan 1,25 dengan tegangan sel sebesar
1,75 volt. Baterai dengan kapasitas pengisian kosong memiliki berat jenis
elektrolit sebesar kurang dari 1,20 dengan tegangan sel sebesar 1,75 volt.
Untuk membaca hydrometer, mata harus sejajar dengan
permukaan larutan elektrolit dalam tabung kaca. Pada tabung apung
terdapat angka-angka kalibrasi dan kita dapat membaca secara akurat
besarnya berat jenis elektrolit. Setiap sel baterai harus diperiksa kemudian
dibandingkan dengan sel-sel yang lain. Perbedaan maksimum berat
jenis antarsel adalah 0.020 kg/l. Larutan elektrolit harus jernih dan tidak
terkotori. Elektrolit yang tidak jernih menunjukkan bahwa ada bahan aktif

192 TEKNIK DAN MANAJEMEN


192 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

dari plat-plat baterai (PbO2 dan Pb) yang terlepas dan larut/tercampur
dengan elektrolit. Hal ini akan mengurangi kapasitas baterai dan dapat
menyebabkan hubung singkat antarplat-plat baterai.

Gambar 7.16 Pengukuran Berat Jenis Elektrolit Baterai


Sumber: Dokumen Penulis

b. Pemeriksaan tegangan baterai menggunakan multimeter


Memeriksa tegangan baterai dapat dilakukan dengan
menggunakan bantuan alat multimeter atau multitester atau AVO meter.
Pemakaian alat ini harus hati-hati supaya tidak terjadi kerusakan pada
alat. Prosedur penggunaan multimeter untuk mengukur tagangan baterai
diawali dengan memutar selektor ke arah 50 volt DC. Kemudian, dengan
menempelkan ujung kabel pengukur warna merah pada terminal positif
(+) dan ujung kabel pengukur warna hitam pada terminal negatif (-),
tegangan baterai akan terbaca.

Gambar 7.17 Pengukuran Tegangan Baterai


Sumber: Dokumen Penulis

c. Pemeriksaan kemampuan baterai menggunakan battery load tester


Pemeriksaan kemampuan baterai menggunakan battery load
tester dilakukan untuk mengetahui seberapa besar penurunan tegangan
baterai apabila diberi beban setara dengan beban untuk mengoperasikan
sistem starter. Baterai dengan kondisi normal memiliki nilai tegangan
minimal 9 volt sampai dengan 10 volt apabila selector pada battery load
tester ditetan kearah pembebanan + 10 detik. Apabila hasil pembacaan

TEKNIK DAN MANAJEMEN 193


PERAWATAN OTOMOTIF
193
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

tegangan baterai di bawah 9 volt, ini mengindikasikan kondisi baterai


kurang baik.

Gambar 7.18 Pengukuran Kemampuan Baterai


Sumber: Dokumen Penulis

2. Kunci kontak (ignition switch)


Pada sistem pengapian konvensional pemeriksaan kunci kontak
dilakukan untuk memastikan apakah komponen dapat berfungsi dengan
baik. Kunci kontak harus dapat menghubungkan antara baterai dengan sistem
pengapian pada saat anak kunci diputar pada posisi ON maupun pada posisi
START. Untuk memeriksa kunci kontak diperlukan alat multimeter dengan
pemeriksaan sebagai berikut.

Gambar 7.19 Pemeriksaan Kontinuitas Pada Kunci Kontak


Sumber: Dokumen Penulis

Pemeriksaan kunci kontak ketika anak kunci pada posisi ACC dapat
diperhatikan pada gambar sebagai berikut.

194 TEKNIK DAN MANAJEMEN


194 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 7.20 Pemeriksaan Kontinuitas Kunci Kontak Pada Posisi ACC


Sumber: Dokumen Penulis

Pemeriksaan kunci kontak ketika anak kunci pada posisi ON dapat


diperhatikan pada gambar sebagai berikut.

Gambar 7.21 Pemeriksaan Kontinuitas Kunci Kontak Pada Posisi ON


Sumber: Dokumen Penulis

Pemeriksaan kunci kontak ketika anak kunci pada posisi ST dapat


diperhatikan pada gambar sebagai berikut.

Gambar 7.22 Pemeriksaan Kontinuitas Kunci Kontak Pada Posisi ST


Sumber: Dokumen Penulis

3. Kontak pemutus/platina (breaker point)


Pemeriksaan kontak pemutus/platina (breaker point) pada sistem
pengapian konvensional dapat dilakukan secara visual. Pemeriksaan secara
visual dilakukan dengan melihat adanya keretakan, terbakar, serta adanya
kerak/kotoran pada titik kontak antara kontak lepas dan kontak tetap.
Pemeriksaan secara visual juga dilakukan untuk mengetahui tingkat keausan
dan adanya keretakan pada ebonite.
Pemeriksaan hubungan kabel dilakukan dengan menggunakan
ohmmeter untuk memastikan adanya hubungan antara kabel dari koil (-)
dengan kontak pemutus. Kemudian, pemeriksaan dengan ohmmeter juga
dilakukan untuk memastikan tidak adanya hubungan antara kabel dari koil

TEKNIK DAN MANAJEMEN 195


PERAWATAN OTOMOTIF
195
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

(-) dengan kontak tetap ketika platina pada posisi terbuka dan ada hubungan
saat kontak pemutus menutup.
Pemeriksaan celah platina dilakukan dengan menggunakan bilah
ukur (filler gauge) untuk mengetahui seberapa besar celah platina antara
kontak lepas dengan kontak tetap pada saat posisi platina terbuka. Besar
celah platina disesuaikan dengan ketentuan spesifikasi yang terdapat pada
buku manual, yaitu sebesar + 0,45 mm.
Masih berhubungan dengan celah platina, pada bagian ini dapat
dilakukan pemeriksaan sudut dwell (dwell angle). Pemeriksaan sudut dwell
dilakukan untuk mengetahui besarnya sudut penutupan platina ketika ebonit
tidak tertekan oleh poros nok pada distributor. Untuk mesin dengan empat
silinder, nilai sudut dwell sesuai dengan spesifikasi adalah 50o + 2o.
Gambar berikut merupakan konstruksi unit platina pada sistem
pengapian konvensional beserta komponen-komponen pendukungnya.

Gambar 7.23 Komponen-Komponen Platina


Sumber: PPPPTK-VEDC Malang

4. Kapasitor/kondensator (capasitor/condensator)
Pemeriksaan terhadap kapasitor/kondensator (capasitor/
condensator) pada sistem pengapian dapat dilakukan dengan menggunakan
alat condensor tester maupun menggunakan multimeter. Pemeriksaan
kondensor menggunakan condensor tester dilakukan dengan cara mengukur
kapasitas kondensor dan membandingkan dengan standar.Ukuran kapasitas
kondensor dinyatakan dalam ukuran µF (micro Farad). Ukuran satandard 0,25
µF sampai dengan 0,75 µF. Pemeriksaan dengan menggunakan condensor
tester dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

196 TEKNIK DAN MANAJEMEN


196 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 7.24 Pengukuran Kapasitas Kapasitor


Sumber: Dokumen Penulis

Sementara itu, pemeriksaan kondensor menggunakan multimeter


dapat dilakukan dengan prosedur menyentuhkan kabel kondensor dengan
bodi kondensor kemudian probe hitam multimeter ke bodi kondensor dan
probe merah ke kabel kondensor. Dengan memutar pengatur multimeter pada
posisi µF (micro Farad,) jarum multimeter akan bergerak ke kanan kemudian
kembali ke tempat semula. Jarum bergerak ke kanan maksimal adalah ukuran
kondensor yang diukur. Pengukuran kondensor dengan menggunakan
multimeter dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 7.25 Pemeriksaan Kapasitor dengan Multimeter


Sumber: PPPPTK-VEDC Malang

5. Koil pengapian (ignition coil)


Pemeriksaan koil pada sistem pengapian konvensional dilakukan
untuk mengetahui nilai tahanan pada lilitan primer maupun pada lilitan
sekunder menggunakan ohmmeter. Pemeriksaan tahanan primer dilakukan
dengan prosedur menempelkan probe positif ohmmeter pada terminal (+)
koil dan probe negatif ohmmeter pada terminal (-) koil. Nilai tahanan sesuai
dengan spesifikasi sebesar 1,35 Ω sampai dengan 2,09 Ω pada saat dingin dan
1,71 Ω sampai dengan 2,46 Ω pada saat panas.

TEKNIK DAN MANAJEMEN 197


PERAWATAN OTOMOTIF
197
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 7.26 Pemeriksaan Tahanan Kumparan Primer Pada Koil Pengapian


Sumber: PPPPTK-VEDC Malang

Pemeriksaan kumparan/lilitan sekunder pada koil pengapian


dilakukan dengan menggunakan ohmmeter dengan pemilihan selektor pada
skala kilo ohm. Pengukuran tahanan dilakukan antara terminal B dan terminal
tegangan tinggi. Spesifikasi tahanan pada kumparan/lilitan koil sekunder
adalah 8,5 KΩ sampai dengan 14,5 KΩ pada saat dingin dan 10,7 KΩ sampai
dengan 17,1 KΩ pada saat panas.

Gambar 7.27 Pemeriksaan Tahanan Kumparan Sekunder Pada Koil Pengapian


Sumber: PPPPTK-VEDC Malang

Sementara untuk koil yang menggunakan tahanan ballas,


pemeriksaan nilai tahanan pada tahanan ballast dilakukan dengan
menggunakan ohmmeter. Pengukuran tahanan dilakukan antara terminal
B dan terminal (+). Nilai spesifikasi tahanan resistor sebesar 0,8 Ω sampai
dengan 1,3 Ω pada saat dingin dan sebesar 1,05 Ω sampai dengan 1,52 Ω
ketika kondisi panas.

198 TEKNIK DAN MANAJEMEN


198 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 7.28 Pemeriksaan Ballast Pada Koil Pengapian


Sumber: PPPPTK-VEDC Malang

Kata “dingin atau panas” dalam kalimat merupakan kondisi suhu


koil pengapian. Dingin untuk suhu 10º – 50º C, sedangkan panas berarti
suhunya adalah 50º – 100º C.
Selanjutnya, pemeriksaan juga harus dilakukan pada kabel dari
sumber tegangan. Pemeriksaan ini berfungsi untuk memastikan arus yang
mengalir dari baterai sampai pada koil pengapian, sekaligus memastikan
bahwa kunci kontak berfungsi dengan baik. Pemeriksaan dapat dilakukan
dengan cara memposisikan selektor multimeter pada posisi pengukuran
tegangan. Kemudian pada posisi kunci kontak ON, hubungkan probe (+) ke
terminal B dan probe (-) ke massa/bodi dengan tegangan spesifikasi adalah
+ 12 V.

Gambar 7.29 Pemeriksaan Tegangan Pada Koil Pengapian


Sumber: PPPPTK-VEDC Malang

Kemudian pada posisi kunci kontak STARTER, hubungkan probe


(+) ke terminal (+) dan probe (-) ke massa/bodi dengan tegangan spesifikasi
sebesar + 12 V.
6. Delco (distributor)
Pemeriksaan distributor dapat dilakukan secara visual dengan
memeriksa ada tidaknya keretakan pada bodi distributor dan memeriksa
kerusakan seal distributor. Pemeriksaan juga dapat dilakukan dengan memutar
poros distributor. Poros harus dipastikan dapat berputar dengan halus dan

TEKNIK DAN MANAJEMEN 199


PERAWATAN OTOMOTIF
199
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

lembut dan putaran tidak terhambat apapun. Putaran poros distributor tidak
boleh menimbulkan bunyi.

Gambar 7.30 Komponen-Komponen Distributor


Sumber: Dokumen Penulis

7. Bobot pemaju (centrifugal advancer)


Pemeriksaan centrifugal advancer pada sistem pengapian
dilakukan untuk memastikan komponen sistem pengapian ini dapat berfungsi
dengan baik. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan prosedur melepas tutup
distributor dan memutar rotor dengan tangan searah jarum jam. Ketika rotor
dilepas, mekanisme pegas centrifugal advancer harus menarik rotor pada
posisi semula.

Gambar 7.31 Pemeriksaan Bobot Pemaju Pada Sistem Pengapian Konvensional


Sumber: PPPPTK-VEDC Malang

8. Vakum pemaju (vacuum advancer)


Pemeriksaan vacuum advancer dilakukan untuk memastikan
komponen sistem pengapian ini dapat bekerja sebagaimana seharusnya.
Pemeriksaan dapat dilakukan pada saat kondisi mesin mati maupun pada saat
kondisi mesin hidup. Pemeriksaan pada saat mesin mati dilakukan dengan
cara memasang vacum tester pada vakum kemudian memompa alat dan
memperhatikan dudukan platina. Dudukan platina harus bergeser sebanding
dengan kevakuman.

200 TEKNIK DAN MANAJEMEN


200 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 7.32 Pemeriksaan Vacuum Advancer Pada Sistem Pengapian Konvensional


Sumber: PPPPTK-VEDC Malang

Pemeriksaan vacuum advancer pada saat mesin hidup dapat


dilakukan dengan prosedur menghidupkan mesin dan melepas selang vakum.
Saat putaran mesin bertambah, maka saat pengapian akan maju sebanding
dengan putaran mesin.

Gambar 7.33 Pemeriksaan Vakum Sistem Pengapian Konvensional Pada Saat Mesin Hidup
Sumber: PPPPTK-VEDC Malang

9. Pengatur angka oktan (octane selector)


Pengatur angka oktan diposisikan sesuai dengan penggunaan
jenis bahan bakar. Masing-masing jenis bahan bakar memiliki nilai oktan
yang berbeda-beda. Nilai angka oktan berhubungan dengan mudah tidaknya
bahan bakar dapat terbakar. Bahan bakar yang lebih mudah terbakar oleh
sistem pengapian membutuhkan rentang waktu pembakaran yang pendek
sehingga pengapian akan distel mundur. Sebaliknya, bahan bakar yang lebih
sulit terbakar oleh sistem pengapian mesin membutuhkan rentang waktu
pembakaran lebih lama sehingga pengapian akan dimajukan.

TEKNIK DAN MANAJEMEN 201


PERAWATAN OTOMOTIF
201
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 7.34 Pemeriksaan Selektor Angka Oktan


Sumber: Dokumen Penulis

10. Kabel tegangan tinggi (high tension cord)


Pemeriksaan kabel tegangan tinggi dapat dilakukan, baik secara
visual maupun menggunakan alat. Pemeriksaan secara visual dilakukan
dengan cara melihat kondisi fisik kabel, yaitu retak pada permukaan isolasi
kabel yang dapat menyebabkan kebocoran arus tegangan tinggi. Pemeriksaan
komponen kabel tegangan tinggi dapat juga dilakukan dengan menggunakan
ohmmeter. Prosedur pemeriksaan menggunakan ohmmeter diawali dengan
pemilihan skala pada kΩ dengan menempelkan probe (+) multimeter pada
ujung kabel tegangan tinggi yang satu dan probe (-) multimeter pada ujung
kabel yang lain. Dengan ini nilai tahanan akan terukur. Spesifikasi nilai tahanan
masing-masing kabel tegangan tinggi maksimal 25 kΩ atau 25.000 Ω.

Gambar 7.35 Pemeriksaan Kabel Tegangan Tinggi Pada Sistem Pengapian Konvensional
Sumber: PPPPTK-VEDC Malang

Pemasangan kabel tegangan tinggi pada tempatnya kembali harus


memperhatikan FO (firing order) pada mesin kendaraan bersangkutan. Ujung
kabel tegangan tinggi harus terhubung dengan baik pada komponen sistem
pengapian yang lain, busi, tutup distributor, maupun koil pengapian.
11. Busi (spark plug)
Pemeriksaan pada busi dilakukan untuk memastikan busi dapat
berfungsi dengan baik pada sistem pengapian. Pemeriksaan dapat dilakukan
dengan melepas masing-masing busi dari unit mesin kendaraan. Secara visual,
pemeriksaan busi meliputi keretakan insulator busi yang dapat menyebabkan

202 TEKNIK DAN MANAJEMEN


202 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

kebocoran arus tegangan tinggi. Keausan elektroda busi, baik elektroda pusat
maupun elektroda tepi, sangat berpengaruh terhadap kualitas percikan yang
dihasilkan busi. Adanya endapan atau deposit kerak karbon atau kerak oli
pada elektroda busi dan insulator busi dapat menyebabkan hubung singkat
sehingga busi tidak dapat memercikkan bunga api listrik. Busi dalam kondisi
baik juga harus diperiksa celah elektrodanya. Celah elektroda busi dapat
diukur menggunakan bilah ukur (feeler gauge) atau alat ukur khusus celah
elektroda busi. Spesifikasi celah busi + 0.8 mm.

Gambar 7.36 Pemeriksaan Busi Pada Sistem Pengapian Konvensional


Sumber: PPPPTK-VEDC Malang

LEMBAR PRAKTIKUM

PEMERIKSAAN DAN PENGGANTIAN KONTAK PEMUTUS (PLATINA)

A. Tujuan Pembelajaran
Setelah melaksanakan kegiatan praktik, peserta didik diharapkan dapat:
1. memeriksa/memperbaiki/mengganti kontak pemutus;
2. menyetel celah kontak pemutus dengan fuller.
B. Peralatan Praktik
1. Kotak alat
2. Kikir kontak
C. Bahan Praktik
1. Mobil/mesin hidup
2. Kertas bersih
3. Vet distributor
4. Kertas gosok
D. Pemeriksaan Awal
1. Lepas tutup distributor, rotor, dan piringan tutup.
2. Periksa keausan kontak. Gunakan obeng untuk membuka kontak. Lihat
gambar di bawah ini.

TEKNIK DAN MANAJEMEN 203


PERAWATAN OTOMOTIF
203
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

a. Kondisi baik
b. Terbakar, perlu diganti

Sumber: PPPPTK-VEDC Malang

E. Perbaikan/Penggantian Kontak Pemutus


1. Lepas kabel kontak pemutus.
2. Lepas sekrup-sekrupnya dan keluarkan kontak pemutus.
3. Bersihkan plat dudukan kontak pemutus dan kam governor dengan lap.

Sumber: PPPPTK-VEDC Malang

4. Kontak pemutus yang masih dapat digunakan harus diratakan jika akan
distel dengan fuller. Bila kontak tidak rata, penyetelan dengan fuller akan
menghasilkan celah yang terlalu besar. Lihat gambar berikut ini.

Sumber: PPPPTK-VEDC Malang

204 TEKNIK DAN MANAJEMEN


204 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

LEMBAR PRAKTIKUM

5. Kontrol dudukan kontak lepas pada kontak tetap. Lihat gambar berikut
ini.

Baik Miring

Miring Tergeser
Sumber: PPPPTK-VEDC Malang

6. Kedudukan kontak yang salah seperti gambar b, c, d, dapat dibetulkan


dengan membengkokan kontak tetap. Gunakan alat bengkok khusus atau
tang.
7. Periksa kekuatan pegas kontak pemutus dengan tangan. Jika pegas lemah
atau berkarat, kontak pemutus harus diganti.
8. Sebelum pemasangan, bersihkan permukaan kontak yang baru dengan
kertas yang bersih.

Sumber: PPPPTK-VEDC Malang

9. Sebelum memasang kontak pemutus, beri vet pada tumit ebonit, tetapi
jangan terlalu banyak. Pakailah vet khusus. Jika tidak ada, pakai vet
bantalan roda.

TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
205
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

LEMBAR PRAKTIKUM

Sumber: PPPPTK-VEDC Malang

10. Jika tidak ada vet pada tumit ebonit, bagian tersebut cepat aus dan celah
kontak menjadi lebih kecil. Ini mempengaruhi besar sudut dwell dan saat
pengapian.
F. Penyetelan celah kontak pemutus dengan fuller
1. Putar motor dengan tangan sampai kam dengan tumit ebonit dalam posisi
seperti pada gambar.

Celah maksimum

Sumber: PPPPTK-VEDC Malang

2. Pilih fuller yang sesuai dengan besar celah kontak.


3. Periksa celah kontak dengan fuller yang bersih. Jika celah tidak baik, stel
seperti berikut.
4. Kendorkan sedikit sekrup-sekrup pada kontak tetap. Stel besar celah
dengan menggerakkan kontak tetap. Penyetelan dilakukan dengan obeng
pada takik penyetel. Lihat gambar.

Celah menjadi besar Celah menjadi kecil


Sumber: PPPPTK-VEDC Malang

TEKNIK DAN MANAJEMEN


206 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

LEMBAR PRAKTIKUM

5. Perhatikan pada saat pemeriksaan celah. Jika fuller tidak dimasukkan lurus,
penyetelan akan salah.

Baik Salah, fuller terpuntir Salah, fuller bengkok


Sumber: PPPPTK-VEDC Malang

6. Kalau penyetelan sudah tepat, keraskan sekrup-sekrup pada kontak tetap


7. Putar mesin satu putaran, periksa sekali lagi besarnya celah kontak.
G. Petunjuk
1. Besarnya celah kontak biasanya adalah 0,4 – 0,5 mm.
2. Kontak pemutus biasanya diganti baru setiap 20.000 km. Kontak lama
dapat diratakan dengan kikir kontak atau kertas gosok dan selanjutnya
dibersihkan dengan kertas yang bersih. Namum, kalau ketidak rataan
kontak besar, sebaiknya kontak pemutus diganti baru.
3. Jika kontak pemutus dalam waktu singkat aus, kondensator pengapian
harus dikontrol.
4. Penyetelan baru kontak pemutus mengakibatkan perubahan saat
pengapian. Pekerjaan berikutnya adalah penyetelan saat pengapian.
5. Jangan mengganti sekrup pengikat kontak pemutus dengan sekrup yang
lebih panjang. Ujung sekrup yang terlalu panjang menghalagi kerjanya
mekanisme vacuum advancer.

CAKRAWALA

Michael Faraday
Penemu Transformator (Koil)
Michael Faraday lahir tahun 1791 di
Newington, Inggris. Ayahnya bernama James
Faraday dan ibunya bernama Margaret Hastwell. Ia
memiliki tiga orang saudara dan Michael Faraday
merupakan anak ketiga. Faraday terlahir dari
keluarga yang pas-pasan dan membuatnya hanya
mampu mengenyam sedikit pendidikan formal.
Gambar 7.37 Michael Faraday Pada usia 14 tahun Michael Faraday sudah bekerja
Sumber: https://it.wikipedia.org/wiki/ keras menjadi penjual dan penjilid buku.
Michael_Faraday

TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
207
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

CAKRAWALA

Pekerjaan inilah yang membuat ia terbiasa rajin membaca buku dan membuat
keingintahuannya tentang sains semakin tinggi. Ketika Michael Faraday menginjak
usia dua puluh tahun, dia mengunjungi ceramah-ceramah yang diberikan oleh
ilmuwan Inggris kenamaan Sir Humphry Davy dan akhirnya diterima sebagai
asistennya. Kiprahnya di bidang kelistrikan menghasilkan banyak penemuan yang
masih digunakan hingga saat ini. Salah satu penemuannya adalah konsep step
up tegangan listrik atau biasa disebut transformator yang pada dunia otomotif
diwujudkan dalam bentuk komponen ignition coil. Faraday tidak hanya cerdas,
tetapi juga sederhana dan tidak peduli soal kemasyuran. Ia menolak diberi gelar
kebangsawanan dan juga menolak jadi ketua British Royal Society.

JELAJAH INTERNET

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang


lebih luas tentang sistem pengapian konvensional pada
mesin kendaraan, kalian juga dapat belajar secara mandiri
melalui internet. Di internet kalian juga dapat mencari
materi tentang sistem pengapian konvensional pada mesin
kendaraan. Materi-materi baik secara parsial yang membahas
komponen-komponen sistem pengapian konvensional pada
mesin kendaraan maupun yang membahas keseluruhan
komponen sistem ini mudah kalian temukan. Salah satu
website yang dapat kalian kunjungi untuk memperluas
wawasan tentang sistem pengapian konvensional pada
mesin kendaraan adalah
https://www.autoexpose.org/2017/01/sistem-
pengapian-konvensional.html atau dengan membuka QR
code di bawah ini.

RANGKUMAN

1. Sistem pengapian (ignition system) pada sebuah kendaraan memiliki fungsi


untuk membangkitkan bunga api listrik yang merupakan salah satu syarat
timbulnya pembakaran di samping ketersediaan bahan bakar dan oksigen atau
udara.
2. Komponen-komponen sistem pengapian konvensional, antara lain baterai
(battery), kunci kontak (ignition switch), kontak pemutus/platina (breaker point),
kapasitor/kondensator (capasitor/condensator), koil pengapian (ignition coil),
delco (distributor), bobot pemaju (centrifugal advancer), vakum pemaju (vacuum
advancer), pengatur angka oktan (octane selector), kabel tegangan tinggi (high
tension cord), dan busi (spark plug).

TEKNIK DAN MANAJEMEN


208 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

RANGKUMAN

3. Baterai (battery) berfungsi untuk menyuplai arus primer 12volt yang dialirkan
pada jalur primer sistem pengapian (baterai - fusible link - kunci kontak -
kumparan primer koil - platina - massa).
4. Kunci kontak (ignition switch) berfungsi untuk memutus atau menghubungkan
arus dari baterai ke sistem pengapian.
5. Kontak pemutus/platina (breaker point) memiliki fungsi untuk memutus-
hubungkan aliran arus primer pada jaringan sistem pengapian.
6. Kapasitor/kondensator (capasitor/condensator) memiliki fungsi untuk
menyerap arus listrik pada saat platina terbuka sehingga kecepatan
pemutusan arus lebih tinggi dan induksi tegangan tinggi dari koil meningkat.
7. Koil pengapian (ignition coil) memiliki fungsi sebagai transformator yang
menaikkan tegangan input 12 volt menjadi tegangan output 20.000 volt
sampai dengan 30.000 volt.
8. Delco (distributor) memiliki fungsi untuk membagi arus listrik bertegangan
tinggi yang dibangkitkan oleh koil pengapian dan akan didistribusikan ke
masing-masing busi (spark plug) pada setiap silinder mesin sesuai dengan FO
(firing order) pengapian.
9. Bobot pemaju (centrifugal advancer) memiliki fungsi untuk memajukan saat
pengapian terutama pada saat putaran mesin (rpm) tinggi.
10. Vakum pemaju (vacuum advancer) memiliki fungsi untuk memajukan
pengapian terutama pada saat kevakuman pada intake manifold tinggi.
11. Pengatur angka oktan (octane selector) berfungsi untuk memilih saat
pengapian sesuai dengan angka oktan bahan bakar yang digunakan pada
mesin kendaraan.
12. Kabel tegangan tinggi (high tension cord) memiliki fungsi untuk mengalirkan
arus listrik bertegangan tinggi dari koil pengapian menuju terminal tengah
pada tutup distributor dan dari terminal tepi pada tutup distributor menuju
ke masing-masing busi.
13. Busi (spark plug) memiliki fungsi untuk memercikkan bunga api listrik di
dalam ruang bakar mesin.

TUGAS MANDIRI

1. Lakukan studi pustaka atau browsing internet tentang identifikasi dan


perawatan sistem pengapian konvensional pada kendaraan!
2. Catatlah informasi mengenai prosedur pengidentifikasian dan perawatan
sistem pengapian konvensional pada kendaraan!

TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
209
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

PENILAIAN AKHIR BAB

Kerjakan soal-soal berikut dengfan baik dan benar!


1. Sebutkan komponen-komponen sistem pengapian konvensional beserta
fungsi masing-masing komponen dengan singkat dan jelas!
2. Jelaskan prinsip kerja koil pengapian (ignition coil) pada sistem pengapian
konvensional!
3. Jelaskan cara pemeriksaan koil pengapian (ignition coil) pada sistem pengapian
konvensional!
4. Jelaskan cara memeriksa kondensor/kapasitor!
5. Jelaskan langkah-langkah pemeriksaan apabila busi tidak memercikkan bunga
api listrik!

REFLEKSI

Setelah mempelajari bab ketujuh tentang Identifikasi dan Perawatan Sistem


Pengapian Konvensional, kalian tentu menjadi lebih memahami konsep-konsep
sistem pengapian konvensional pada kendaraan. Kemudian, dari seluruh materi
yang sudah dijelaskan pada bab ketujuh tersebut, menurut kalian materi mana
yang sulit untuk dipahami? Coba kalian diskusikan dengan teman-teman atau guru
kalian karena konsep-konsep dasar ini akan menjadi pondasi untuk memahami
tentang sistem pengapian konvensional pada kendaraan yang lebih kompleks dan
juga memungkinkan untuk diaplikasikan pada kendaraan-kendaraan modern saat
ini serta pada kendaraan-kendaraan masa mendatang.

TEKNIK DAN MANAJEMEN


210 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

PERBAIKAN DAN OVER HOULE SISTEM


BAB
PENGAPIAN KONVENSIONAL VIII
BAB VIII PERBAIKAN DAN OVER HOULE SISTEM PENGAPI-
AN KONVENSIONAL

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari materi tentang sistem pengapian konvensional pada


kendaraan, peserta didik diharapkan dapat:
1. melakukan perbaikan sistem pengapian konvensional pada kendaraan;
2. melakukan over houle sistem pengapian konvensional pada kendaraan.

PETA KONSEP

PERBAIKAN DAN OVER HOULE SISTEM


PENGAPIAN KONVENSIONAL

PERBAIKAN SISTEM OVER HOULE


SISTEM PENGAPIAN PENGAPIAN SISTEM PENGAPIAN
KONVENSIONAL KONVENSIONAL KONVENSIONAL

KATA KUNCI

Conventional ignition system, battery, fusible link, ignition switch, ignition coil,
breaker point, capasitor/condenser, distributor, high tension cord, spark plug.

TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
211
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

PENDAHULUAN

Sistem pengapian konvensional (conventional ignition system) merupakan sistem


pengapian yang diterapkan pada kendaraan-kendaraan keluaran awal. Meskipun
kendaraan-kendaraan modern saat ini sudah tidak mengaplikasikan sistem ini, kalian
tetap harus mempelajarinya karena banyak kendaraan-kendaraan keluaran lama
yang masih dioperasikan/dipakai untuk memenuhi kebutuhan mobilitas masyarakat.
Kendaraan-kendaraan yang masih menggunakan sistem pengapian konvensional
juga membutuhkan perawatan teratur dan penggantian suku cadang (spare part) jika
mengalami kerusakan. Selain itu, perawatan kendaraan yang masih menggunakan
sistem pengapian konvensional harus lebih intensif dilakukan dibandingkan dengan
kendaraan-kendaraan modern.
Perawatan, perbaikan, dan penggantian dilakukan pada komponen-komponen
sistem pengapian konvensional yang mengalami permasalahan. Komponen-
komponen tersebut, antara lain baterai (battery), sekring utama (fusible link), kunci
kontak (ignition switch), koil pengapian (ignition coil), platina (breaker point),
kapasitor/kondensator (capasitor/condenser), distributor, kabel tegangan tinggi (high
tension cord), dan busi (spark plug).

Gambar 8.1 Jaringan Pengkabelan Pada Sistem Pengapian Konvensional


Sumber: https://axleaddict.com/auto-repair/DIY-Auto-Service-Ignition-Systems-Operation-Diagnosis-and-Repair

TEKNIK DAN MANAJEMEN


212 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

A. Sistem Pengapian Konvensional


Sistem pengapian konvensional (conventional ignition system) terdiri
dari berbagai komponen. Komponen satu dengan komponen yang lain saling
bekaitan, baik secara mekanis maupun secara elektris. Baterai (battery) merupakan
komponen sistem pengapian konvensional yang berperan menyediakan arus
listrik bertegangan 12 volt dan akan diinduksikan menjadi arus listrik bertegangan
tinggi. Sekring utama (fusible link) berfungsi sebagai pengaman komponen-
komponen sistem pengapian konvensional dari kerusakan akibat arus yang
berlebihan.
Komponen sistem pengapian berikutnya adalah kunci kontak (ignition
switch) yang berfungsi sebagai pemutus-hubung arus listrik dari baterai menuju
komponen sistem berikutnya. Koil pengapian (ignition coil) berperan sebagai alat
untuk membangkitkan induksi arus bertegangan tinggi dengan tegangan 20.000
volt sampai dengan 30.000 volt.
Kontak pemutus atau yang lebih familiar dengan nama platina (breaker
point) merupakan komponen sistem pengapian konvensional yang bertugas
memutus-hubungkan arus primer bertegangan 12 volt dari baterai. Komponen
kapasitor/kondensator (capasitor/condenser) bertugas menyerap arus primer
pada saat platina membuka sehingga percikan bunga api pada kontak pemutus
dapat dieliminir.
Distributor atau delco pada sistem pengapian konvensional bertugas
menyalurkan atau mendistribusikan arus tegangan tinggi ke masing-masing busi
sesuai dengan firing order sistem pengapian. Komponen kabel tegangan tinggi
(high tension cord) yang berjumlah sama dengan jumlah busi plus satu berfungsi
menyalurkan arus tegangan tinggi dari koil pengapian ke distributor dan dari
distributor ke masing-masing busi.
Komponen terakhir dari sistem pengapian konvensional adalah busi
(spark plug). Busi berfungsi untuk memercikan bunga api listrik di dalam ruang
bakar mesin.

Gambar 8.2 Wiring Diagram Sistem Pengapian Konvensional


Sumber: PPPPTK-VEDC Malang

TEKNIK DAN MANAJEMEN 213


PERAWATAN OTOMOTIF
213
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

B. Perbaikan Sistem Pengapian Konvensional


1. Perbaikan baterai (battery)
Baterai pada sistem pengapian konvensional (conventional ignition
system) memiliki peranan menyediakan energi listrik tegangan rendah 12 volt
untuk diinduksikan oleh koil pengapian menjadi energi listrik bertegangan
tinggi 20 kilo volt sampai dengan 30 kilo volt. Baterai pada sebuah kendaraan
adakalanya mengalami drop tegangan. Meskipun drop tegangan pada baterai
jarang sampai mengganggu sistem pengapian. Apabila baterai mengalami
kondisi tersebut, maka diperlukan usaha-usaha perbaikan sebelum diputuskan
untuk melakukan penggantian unit baterai.
Usaha-usaha perbaikan yang dapat dilakukan, antara lain
pemeriksaan berat jenis cairan elektrolit, penggantian cairan elektrolit, dan
pengisian baterai (charging) menggunakan battery charger. Prosedur yang
dapat dilakukan dalam pekerjaan perbaikan terhadap baterai adalah sebagai
berikut.
a. Menurunkan baterai dari kendaraan dengan melepas terminal (-) terlebih
dahulu diikuti dengan melepas terminal (+) dan melepas plat penahan
baterai.
b. Memeriksa kapasitas cairan elektrolit dan berat jenis cairan elektrolit
pada setiap sel baterai. Apabila level cairan kurang dan berat jenis
masih pada batas spesifikasi, cairan dapat ditambahi dengan air aki/air
accu (H2O). Apabila level cairan kurang dan berat jenis cairan elektrolit
di bawah batas spesifikasi, dapat dilakukan penambahan cairan accuzuur
atau asam sulfat (H2SO4).
c. Memeriksa kondisi cairan elektrolit. Apabila cairan keruh dan kotor,
baterai harus dikuras dan diganti dengan elektrolit baru menggunakan
cairan asam sulfat atau accuzuur (H2SO4).
d. Mengisi baterai (charging) menggunakan battery tester dengan
menghubungkan kabel-kabel pada alat pengisi arus dengan baterai. Kabel
warna merah ke terminal positif (+) baterai dan kabel warna hitam pada
terminal negatif (-) baterai.
e. Mengatur arus yang masuk ke baterai sebesar 10% kapasitas baterai.
Misalnya, pada sebuah baterai mobil dengan kapasitas 45 AH, arus yang
harus diisikan ke baterai adalah sebesar 4,5 A dengan jangka waktu yang
diperlukan untuk mengisi adalah 8 – 10 jam. Namun, jika baterai dalam
kondisi kosong, pengisiannya memerlukan waktu 12 – 15 jam.
Pengisian baterai yang cepat akan mengurangi usia baterai. Setelah
pengisian selesai, untuk mengetahui kondisi baterai dapat dilakukan dengan
cara melakukan pengukuran berat jenis elektrolit. Berat jenis elektrolit
seharusnya berkisar antara 1,28 – 1,25 kg/1. Apabila tidak sesuai spesifikasi
tersebut, ini mengindikasikan baterai sudah rusak.

214 TEKNIK DAN MANAJEMEN


214 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 8.3 Perbaikan Baterai (Battery)


Sumber: https://crawfordsautoservice.com/how-to-jump-a-dead-battery/

2. Perbaikan kunci kontak (ignition switch)


Kunci kontak (ignition switch) dalam sistem pengapian konvensional
memiliki peranan menghubungkan arus dari baterai dengan sistem pengapian
pada saat posisi ON maupun pada saat posisi start (ST). Pada posisi kontak ON,
arus dari baterai harus terhubung ke terminal (+) koil pengapian (ignition coil)
dan pada saat posisi start (ST), arus dari baterai selain terhubung ke terminal
(+) koil pengapian juga harus terhubung ke sistem starter.
Kerusakan pada kunci kontak terjadi akibat ketidakmampuan
meneruskan atau menghubungkan arus listrik dari baterai menuju komponen
sistem pengapian, dalam hal ini terminal (+) koil pengapian, pada saat kunci
kontak posisi ON maupun posisi ST. Kerusakan ini dapat disebabkan karena
hubungan pada konektor kabel longgar atau kotor, solderan kabel pada
terminal-terminal kunci kontak terlepas, maupun keausan pada mekanisme
kontak penghubung di dalam kunci kontak karena usia pemakaian.
Perbaikan yang dapat dilakukan jika konektor longgar atau kotor
adalah dengan membersihkan konektor memakai udara bertekanan atau
cairan pembersih kemudian menekan konektor agar terhubung dengan baik.
Sementara solderan kabel pada terminal-terminal kunci kontak yang terlepas
dapat diperbaiki dengan melakukan penyolderan ulang. Selanjutnya, apabila
kerusakan terjadi karena keausan mekanisme kontaktor di dalam kunci
kontak, langkah perbaikan yang tepat adalah melakukan penggantian unit
kunci kontak dengan part baru.

Gambar 8.4 Perbaikan Kunci Kontak (Ignition Switch)


Sumber: https://www.mirafiori.com/faq/content/switch/index.html

TEKNIK DAN MANAJEMEN 215


PERAWATAN OTOMOTIF
215
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

3. Perbaikan kontak pemutus/platina (breaker point)


Permasalahan sistem pengapian konvensional terutama pada
platina (breaker point) dapat terjadi karena terdapat endapan kotoran pada
kontak pemutus, celah platina terlalu kecil, celah platina terlalu besar,
keausan berlebihan pada kontak pemutus, kontak pemutus terbakar, keausan
berlebihan pada ebonite platina, atau pegas platina patah.
Permasalahan yang disebabkan adanya endapan kotoran pada
kontak pemutus, celah platina terlalu kecil, atau celah platina terlalu besar
dapat diselesaikan dengan membersihkan dan menyetel ulang celah platina
ketika perawatan berkala. Permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan
mudah tanpa melepas platina dari dudukannya.
Sementara itu, permasalahan karena keausan berlebihan pada
kontak pemutus, kontak pemutus terbakar, keausan berlebihan pada ebonite
platina, atau pegas platina patah dapat diperbaiki dengan melakukan
penggantian unit platina dengan komponen yang baru.

Gambar 8.5 Perbaikan Kontak Pemutus/Platina (Breaker Point)


Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=D4MUx5mfVik

4. Perbaikan kapasitor/kondensator (capasitor/condensator)


Kapasitor tersusun dari dua buah lembaran penghantar yang
keduanya dipisahkan oleh isolator. Kebocoran isolator menyebabkan
kapasitor tidak dapat berfungsi dengan baik. Isolator tidak dapat menyerap
dan menyimpan arus listrik ketika platina terbuka sehingga arus primer tidak
dapat diputus denngan cepat dan sebagai dampaknya kualitas bunga api yang
dipercikkan busi tidak baik. Kondisi tersebut menyebabkan pembakaran tidak
sempurna atau bahkan terjadi kegagalan pembakaran. Perbaikan yang dapat
dilakukan untuk mengatasi kapasitor yang tidak berfungsi adalah dengan
mengganti komponen dengan unit baru.

Gambar 8.6 Perbaikan Kapasitor/Kondensator (Capasitor/Condensator)


Sumber: https://www.hagerty.com/media/maintenance-and-tech/dependable-ignition-system/

216 TEKNIK DAN MANAJEMEN


216 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

5. Perbaikan koil pengapian (ignition coil)


Koil pengapian tersusun dari dua buah lilitan, yakni lilitan primer
dan lilitan sekunder dan ada yang dilengkapi dengan tahanan. Masing-masing
lilitan memiliki kapasitas tahanan pada batas-batas spesifikasi agar dapat
membangkitkan arus listrik bertegangan tinggi. Input arus listrik dari baterai
bertegangan 12 volt dapat diubah menjadi arus listrik output bertegangan
20.000 volt sampai dengan 30.000 volt.
Bentuk kerusakan pada koil pengapian berupa nilai tahanan yang
melampaui batas spesifikasi, baik pada lilitan primer maupun pada lilitan
sekunder, yang disebabkan karena usia pemakaian komponen atau beban
pemakaian komponen. Kerusakan berikutnya adalah nilai tahanan pada
lilitan primer maupun lilitan sekunder tak terhingga, yang mengindikasikan
putusnya kawat penghantar pada lilitan. Perbaikan yang dapat dilakukan
untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah penggantian unit koil
pengapian dengan komponen baru.

Gambar 8.7 Perbaikan Koil Pengapian (Ignition Coil)


Sumber: https://www.hemmings.com/stories/2018/11/06/my-triumph-obsession-part-iv-an-ignition-coil-lasted-more-than-a-half-century

6. Perbaikan delco (distributor)


Delco atau distributor sebagai dudukan poros distributor, centrifugal
advance, vacuum advancer, octane selector, breaker point, rotor, dan tutup
distributor harus terhindar dari retak pada bodi maupun longgar pada lubang
baut pengunci. Poros distributor harus terhindar dari keausan berlebihan
pada nok pendorong ebonite platina serta dapat berputar dengan lembut dan
balans. Keretakan pada rotor distributor menyebabkan rotor tidak terpasang
kuat pada ujung poros distributor. Endapan deposit kotoran dan keausan pada
plat penghantar yang ada pada rotor dapat mengganggu penghantaran dan
distribusi arus listrik bertegangan tinggi. Keretakan yang terdapat pada tutup
menyebabkan kebocoran arus. Adanya deposit endapan kotoran atau keausan
karena korosi yang ditimbulkan oleh arus listrik akan mengganggu aliran arus
bertegangan tinggi. Kerusakan komponen seperti poros distributor, rotor,
atau tutup distributor diatasi dengan penggantian secara parsial maupun
penggantian unit distributor. Penggantian secara parsial lebih ekonomis
dibandingkan penggantian unit distributor.

TEKNIK DAN MANAJEMEN 217


PERAWATAN OTOMOTIF
217
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 8.8 Perbaikan Delco (Distributor)


Sumber: https://www.carparts.com/blog/a-short-course-on-ignition-systems/

7. Perbaikan bobot pemaju (centrifugal advancer)


Kerusakan bobot pemaju (centrifugal advancer) pada sistem
pengapian konvensional didominasi oleh kondisi pegas yang lemah atau
patah. Regangan pegas yang lemah dapat menyebabkan bobot sentrifugal
tidak dengan segera menarik dudukan platina untuk membuka platina lebih
awal sehingga meningkatnya putaran poros distributor tidak diikuti oleh
pemajuan pengapian dengan akurat. Sementara kerusakan bobot pemaju
yang disebabkan pegas bobot sentrifugal yang putusmenyebabkan tidak ada
pemajuan saat pengapian walaupun putaran mesin cenderung meningkat.
Perbaikan yang dapat dilakukan pada bobot pemaju (centrifugal
advancer) terutama yang disebabkan karena pegas bobot pemaju yang lemah
atau putus adalah melakukan penggantian unit pegas dengan pegas yang
baru.

Gambar 8.9 Perbaikan Bobot Pemaju (Centrifugal Advancer)


Sumber: https://www.diyford.com/ford-big-block-ignition-starting-charging-interchange/

8. Perbaikan vacum pemaju (vacuum advancer)


Kerusakan pada vacuum advancer didominasi oleh kondisi bocornya
membrane karena sobek atau karena usia pemakaian. Kebocoran pada
membran vakum pemaju menyebabkan kevakuman pada intake manifold
pada saat rpm mesin rendah tidak mampu menarik mekanisme vakum untuk
menggeser dudukan platina agar pengapian dimajukan sehingga pada saat
putaran rendah atau pada saat katup throttle belum terbuka, tidak terjadi
pemajuan saat pengapian.
Perbaikan yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan
bocornya membran pada vacuum advancer adalah dilakukannya penggantian
unit membran atau penggantian unit vacuum advancer dengan komponen
baru.

218 TEKNIK DAN MANAJEMEN


218 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 8.10 Perbaikan Vakum Pemaju (Vacuum Advancer)


Sumber: http://www.superchevy.com/how-to/additional-tech/1601-everything-you-wanted-to-know-about-vacuum-
advance-and-ignition-timing/?fullsite=true

9. Perbaikan pengatur angka oktan (octane selector)


Pengatur angka oktan (octane selector) merupakan mekanisme
untuk menarik atau mendorong dudukan platina agar saat buka platina maju
atau mundur disesuaikan dengan nilai octane bahan bakar. Kerusakan pada
mekanisme ulir pengatur menyebabkan dudukan platina tidak dapat diatur
dengan akurat sehingga saat buka platina atau saat pengapian tidak dapat
dimajukan atau dimundurkan sesuai nilai oktan bahan bakar. Saat pengapian
yang tidak terjadi dengan tepat sesuai oktan bahan bakar menyebabkan
efisiensi pembakaran menurun, tenaga mesin tidak optimal, dan emisi gas
buang menjadi meningkat. Perbaikan yang dapat dilakukan untuk mengatasi
kerusakan pada pengatur angka oktan (octane selector) adalah penggantian
komponen baru.

Gambar 8.11 Perbaikan Pengatur Angka Oktan (Octane Selector)


Sumber: Dokumen Penulis

TEKNIK DAN MANAJEMEN 219


PERAWATAN OTOMOTIF
219
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

10. Perbaikan kabel tegangan tinggi (high tension cord)


Peranan kabel tegangan tinggi yang sangat penting pada sistem
pengapian konvensional, kondisinya harus dalam keadaan baik dan normal.
Nilai tahanan yang ada pada penghantarnya tidak boleh melebihi batas-batas
spesifikasi yang ditentukan karena nilai tahanan ini sangat erat hubungannya
dengan kemampuan kabel busi dalam menghantarkan arus listrik bertegangan
tinggi pada masing-masing busi.
Kerusakan yang dapat dialami kabel tegangan tinggi adalah nilai
tahanan penghantarnya yang melebihi ketentuan atau penghantar putus.
Nilai tahanan tinggi atau putusnya penghantar dapat diketahui dengan
pemeriksaan menggunakan ohmmeter. Perbaikan yang dapat dilakukan untuk
kerusakan tersebut adalah penggantian unit kabel tegangan tinggi dengan
komponen yang baru.

Gambar 8.12 Perbaikan Kabel Tegangan Tinggi (High Tension Cord)


Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=TcfqnK-E0v0

11. Perbaikan busi (spark plug)


Permasalahan pada busi, antara lain kondisi busi kotor oleh endapan
karbon pembakaran atau endapan jelaga pelumasan, retak pada insulator
busi, serta aus atau korosi pada elektroda busi. Kerusakan-kerusakan yang
terjadi pada busi tersebut mengakibatkan kualitas percikan yang dihasilkan
busi tidak baik atau bahkan busi tidak dapat memercikkan bunga api listrik
sehingga mesin mengalami gagal pembakaran.
Kondisi busi yang kotor karena endapan karbon atau endapan
oli yang tidak terbakar dengan sempurna dapat dibersihkan menggunakan
cairan pembersih atau kertas gosok/amplas. Untuk membersihkan busi dan
memeriksa kualitas bunga api listrik juga dapat dilakukan dengan alat khusus
pembersih busi yang menggunakan pasir pembersih dengan disemprotkan
pada elektroda busi. Sementara kerusakan busi karena retak/pecah pada
insulator, rusak pada ulir busi, maupun keausan atau korosi pada elektroda
busi dapat diatasi dengan penggantian dengan unit busi baru.

220 TEKNIK DAN MANAJEMEN


220 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 8.13 Perbaikan Busi (Spark Plug)


Sumber: https://www.vipauto.com/education-center-spark-plug/

C. Over Houle Sistem Pengapian Konvensional


1. Penggantian baterai (battery)
Performa baterai kendaraan tidak akan dapat bertahan selamanya.
Ada kalanyab baterai harus diganti karena kerusakan. Gejala yang muncul
ketika baterai harus diganti, antara lain lampu depan/utama sudah mulai redup
ketika dinyalakan atau ketika kendaraan distarter, motor starter tidak mampu
memutar mesin kendaraan. Kalau gejala-gejala tersebut sudah muncul,
langkah pertama yang harus dilakukan adalah memeriksa terminal-terminal
baterai dari endapan berwarna putih/kecoklatan. Endapan sulfat ini dapat
dibersihkan dengan dengan cara meyiram air hangat/panas pada terminal.
Namun, upaya membersihkan kotoran pada terminal dapat dimaksimalkan
dengan melepas klem dari terminal dan membersihkannya menggunakan
amplas atau alat khusus. Setelah prosedur tersebut dilaksanakan, kita dapat
memutuskan baterai perlu diganti atau tidak.
Penggantian baterai kendaraan dengan baterai yang baru harus
mentaati prosedur-prosedur yang telah ditetapkan. Hal ini untuk menghindari
terjadinya kecelakaan kerja. Adapun prosedur penggantian baterai adalah
sebagai berikut.
a. Menyiapkan baterai baru sebagai pengganti.
b. Menyiapkan peralatan yang digunakan, yakni kunci pas/kunci ring. Kunci
pas/kunci ring yang biasa digunakan adalah ukuran 10.
c. Memastikan posisi kunci kontak kendaraan pada posisi OFF.
d. Membuka tutup ruang mesin/ kap mesin dengan menarik tuas pembuka
tutup ruang mesin. Biasanya ini terletak di sebelah kanan bawah roda
kemudi.
e. Memasang fender cover pada kendaraan.
f. Untuk kendaraan dengan merk-merk tertentu, penggantian baterai harus
dilakukan dengan jalan men-jamper dengan baterai yang lain terlebih
dahulu. Hal ini dilakukan agar supplai arus listrik ke sistem ECM-nya tidak
terputus.

TEKNIK DAN MANAJEMEN 221


PERAWATAN OTOMOTIF
221
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

g. Mengendurkan dan melepas kabel dari terminal negatif (-) baterai.


h. Mengendurkan dan melepas kabel dari terminal positif (+) baterai.
i. Mengendurkan dan melepas mur penahan/pemegang baterai.
j. Mengangkat baterai lama dan menggantinya dengan baterai baru.
k. Memasang kabel positif pada terminal baterai positif (+) dan
mengencangkannya.
l. Memasang kabel negatif pada terminal baterai negatif (-) dan
mengencangkannya.
m. Memasang kembali penahan/pemegang baterai.
n. Menghidupkan mesin.
o. Memeriksa apakah semua sistem kelistrikan berfungsi dengan normal
dan jika tidak ditemukan permasalahan, semua fender cover dapat dilepas
dan dilipat dengan rapi.
p. Menutup ruang mesin/kap mesin dan memastikan kap mesin sudah
ditutup dengan rapat kembali.
2. Over houle kunci kontak (ignition switch)
Pekerjaan over houle kunci kontak dilakukan untuk memperbaiki
kerusakan atau untuk melakukan penggantian kunci kontak. Perbaikan pada
kunci kontak karena kerusakan solderan kabel pada terminal kunci kontak
diperbaiki dengan melakukan pensolderan ulang. Pekerjaan ini dapat
dilakukan dengan cara melepas kunci kontak dari unit kendaraan.
Kerusakan pada kunci kontak karena keausan pada kontak-kontak
penghubung dapat diperbaiki dengan penggantian unit kunci kontak baru.
Pekerjaan ini juga dapat dilakukan dengan cara over houle kunci kontak.
Sementara permasalahan atau kerusakan kunci kontak karena hubungan
kabel-kabel yang tidak baik pada konektor dapat diperbaiki tanpa over houle
kunci kontak.
3. Over houle kontak pemutus/platina (breaker point)
Platina (breaker point) sebagai kontak pemutus-hubung jaringan
arus primer pada sistem pengapian dapat mengalami permasalahan, antara
lain kotor pada kedua kontak, perubahan celah (gap) pada kedua kontak,
terbakar pada kedua kontak, aus pada kedua kontak, aus pada ebonit, serta
patah pada pegas kontak platina. Permasalahan atau kerusakan tersebut sangat
berpengaruh terhadap kualitas percikan bunga api listrik yang dihasilkan oleh
sistem pengapian.
Permasalahan-permasalahan seperti kotor pada kedua kontak dan
perubahan celah (gap) pada kedua kontak dapat diperbaiki tanpa melakukan
over houle pada platina. Sementara itu, kerusakan-kerusakan seperti terbakar
pada kedua kontak, aus pada kedua kontak, aus pada ebonit, dan patah pada
pegas kontak platina harus diatasi dengan melakukan over houle platina untuk
mengganti dengan unit platina baru.
4. Over houle kapasitor/kondensator (capasitor/condensator)
Pekerjaan over houle kapasitor dilakukan untuk melakukan
penggantian terhadap kapasitor dengan unit kapasitor baru. Namun, sebelum
melakukan penggantian komponen kapasitor, pemeriksaan dengan teliti harus
dilakukan, terutama apakah kabel positif kapasitor sudah terhubung dengan

222 TEKNIK DAN MANAJEMEN


222 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

baik pada terminal bersama-sama dengan kabel positif dari platina.


Setelah dilakukan over houle kapasitor, pemeriksaan juga harus
dilakukan. Misalnya, pemeriksaan menggunakan alat khusus kapasitor tester
atau menggunakan alat ukur multimeter. Penggantian kapasitor dilakukan
dengan mempertimbangkan hasil pemeriksaan tersebut.
5. Over houle koil pengapian (ignition coil)
Koil pengapian (ignition coil) sebagai step-up tegangan listrik
tersusun dari komponen utama lilitan primer dan lilitan sekunder beserta
intinya. Pemeriksaan nilai tahanan pada lilitan primer maupun pada lilitan
sekunder dapat dilakukan tanpa melakukan over houle koil pengapian. Dengan
melepas kabel-kabel penghubungnya, pemeriksaan dengan ohmmeter dapat
dilakukan.
Sementara jika hasil pemeriksaan nilai tahanan pada lilitan primer
maupun pada lilitan sekunder menunjukkan besarnya nilai tahanan melebihi
batas spesifikasi, harus dilakukan over houle koil pengapian. Pekerjaan ini
dilakukan untuk penggantian koil pengapian dengan unit yang baru.
6. Over houle delco (distributor)
Delco atau distributor terdiri dari beberapa komponen yang
saling terkait satu sama lain. Komponen-komponen distributor tersebut
dapat mengalami kerusakan atau penurunan kinerja karena usia pemakaian.
Kerusakan pada komponen-komponen distributor adakalanya harus dilakukan
over houle untuk melakukan perbaikan.
Pekerjaan over houle distributor dilakukan selain untuk penggantian
komponen juga untuk pekerjaan perbaikan dan perawatan. Pekerjaan-
pekerjaan tersebut, misalnya pemeriksaan atau penggantian poros distributor,
pemeriksaan atau penggantian seal perapat distributor, penggantian vacuum
advancer dan sentrifugal advancer serta selector angka oktan.
7. Over houle bobot pemaju (centrifugal advancer)
Sistem bobot pemaju (centrifugal advancer) bekerja pada saat mesin
sudah berputar pada rpm menengah sampai dengan rpm tinggi. Mekanisme
pada bobot pemaju meliputi bobot sentrifugal dan pegas bobot sentrifugal.
Pekerjaan over houle pada sistem bobot pemaju dilakukan untuk penggantian
pegas bobot pemaju. Karena usia pemakaian, pegas centrifugal advancer
mengalami patah atau regangannya melemah sehingga tidak dapat menarik
bobot pemaju pada posisi tidak memajukan saat pengapian. Kondisi pegas
lemah menyebabkan bobot pemaju terlalu peka, dalam arti belum saatnya
dibutuhkan pemajuan pengapian sistem sudah memajukan saat pengapian.
Kemudian apabila pegas patah menyebabkan sistem pemajuan pengapian
tidak dapat bekerja.
8. Over houle vakum pemaju (vacuum advancer)
Vakum pemaju (vacuum advancer) berperan memajukan saat
pengapian pada saat rpm mesin rendah atau pada saat katup gas (throttle
valve) dalam kondisi tertutup. Kerusakan yang biasa terjadi pada komponen ini
adalah kebocoran pada membran penarik karena sobek dan usia pemakaian.
Over houle pada komponen ini dilakukan untuk melakukan penggantian
membran penarik atau penggantian unit vakum pemaju. Karena komponen

TEKNIK DAN MANAJEMEN 223


PERAWATAN OTOMOTIF
223
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

MATERI PEMBELAJARAN

ini terletak pada bodi distributor, maka penggantian vacuum advancer dapat
dilakukan dengan melepas distributor dari mesin kendaraan terlebih dahulu.
9. Over houle pengatur angka oktan (octane selector)
Pekerjaan over houle pengatur angka oktan (octane selector)
dilakukan untuk penggantian unit pengatur angka oktan karena kerusakan
pada komponen ini. Kerusakan oktan selektor menyebabkan penyesuaian
pemakaian jenis bahan bakar dengan saat pengapian tidak dapat diatur
sehingga saat pembakaran yang tepat tidak dapat terpenuhi. Selain itu, hal
ini memberikan pengaruh terhadap mesin, antara lain berupa pembakaran
tidak sempurna, daya optimal tidak tercapai, konsumsi bahan bakar boros,
sertaemisi gas buang tinggi. Kondisi ini dapat diatasi dengan melakukan
penggantian pengatur angka oktan.
10. Over houle kabel tegangan tinggi (high tension cord)
Pekerjaan over houle kabel tegangan tinggi dilakukan untuk
memeriksa nilai tahanan pada kabel untuk selanjutnya dapat disimpulkan
akan dilakukan penggantian atau tidak. Hasil pemeriksaan yang menunjukkan
nilai tahanan di bawah spesifikasi 25 kΩ kabel tegangan tinggi masih layak
digunakan. Sementara, hasil pemeriksaan yang menunjukkan nilai tahanan di
atas 25 kΩ mengharuskan untuk dilakukannya penggantian kabel tegangan
tinggi.
Pemeriksaan harus dilakukan pada seluruh kabel tegangan tinggi,
baik kabel yang menghubungkan koil pengapian dengan tutup distributor,
maupun kabel tegangan tinggi yang menghubungkan tutup distributor
dengan masing-masing busi. Jika dilakukan penggantian kabel tegangan
tinggi, penggantian juga harus dilakukan untuk semua kabel tegangan tinggi.
Pemasangan kabel tegangan tinggi yang baru sama dengan kabel tegangan
tinggi yang lama. Pemasangan harus memperhatikan FO (firing order) yang
berlaku pada mesin bersangkutan.
11. Over houle busi (spark plug)
Over houle busi dilakukan untuk membersihkan atau mengganti
unit busi. Selama pemakaian pada mesin kendaraan kemampuan busi dalam
memercikkan bunga api tidak selamanya dalam kondisi optimal. Adanya
endapan kotoran karena deposit karbon atau deposit kerak oli yang tidak
terbakar menyebabkan percikan bunga api pada busi lemah atau bahkan tidak
dapat memercikkan bnunga api. Dalam kondisi ini perlu dilakukan over houle
pada busi untuk dilakukan pembersihan.
Over houle pada busi juga harus dilakukan ketika akan dilakukan
penggantian busi karena kerusakan seperti pecah insulator busi, kerusakan
ulir busi, keausan elektroda busi, meleleh elektroda busi dan usia busi yang
sudah melebihi batas-batas spesifikasi. Idealnya penggantian busi dilakukan
untuk seluruh busi meskipun yang mengalami kerusakan hanya satu atau
beberapa busi.

224 TEKNIK DAN MANAJEMEN


224 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

LEMBAR PRAKTIKUM

PEMERIKSAAN KOMPONEN SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL


A. Tujuan Pembelajaran
Setelah selesai praktik, peserta didik diharapkan dapat:
1. menjelaskan nama-nama komponen sistem pengapian konvensional;
2. menjelaskan fungsi masing-masing komponen sistem pengapian
konvensional;
3. menjelaskan prinsip kerja komponen sistem pengapian konvensional;
4. mengukur komponen-komponen sistem pengapian konvensional.
B. Alat dan Bahan
1. Kunci kontak
2. Koil
3. Kabel tegangan tinggi
4. Baterai (accu)
5. Kondensator
6. Distributor
7. Multimeter
8. Hidrometer
9. Feeler gauge
10. Majun (lap)
C. Keselamatan Kerja
1. Gunakan peralatan sesuai dengan fungsinya masing-masing.
2. Kenakanlah pakaian kerja (wear park) dengan benar dan rapi selama
praktik.
3. Jika menemui keraguan dalam kegiatan praktik konsultasikan terlebih
dahulu dengan guru pembimbing.
4. Hati-hati ketika menangani listrik bertegangan tinggi.
D. Tugas Praktik
1. Buat laporan praktik sesuai dengan jobsheet praktik dan data yang
diperoleh selama praktik!
2. Ukurlah komponen-komponen Sistem Pengapian Konvensional sesuai
dengan jobsheet dan jelaskan mengapa ukurannya tidak sesuai dengan
standarnya!
3. Jelaskan fungsi masing-masing komponen Sistem Pengapian Konvensional!
4. Buat daftar komponen Sistem Pengapian Konvensional yang tidak sesuai
dengan ukurannya!
E. Media
1. Buku manual kendaraan yang sesuai
2. CD Interaktif
3. Wall Chart
F. Langkah Kerja
1. Persiapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan dalam kegiatan praktik.
2. Kenakanlah pakaian kerja (wear park) dengan benar dan rapi.
3. Pinjam peralatan dan bahan di ruang alat dan periksa kondisi alat sebelum
digunakan.
4. Ukur tegangan baterai dengan multimeter dan berat jenis elektrolit baterai

TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
225
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

LEMBAR PRAKTIKUM

dengan hydrometer. Catat untuk laporan praktik.


5. Ukurlah kontinuitas kunci kontak dengan multimeter dengan cara sebagai
berikut.
a. Kunci kontak posisi ACC antara terminal B-ACC ada hubungan.
b. Kunci kontak posisi ON antara terminal B-ACC-IG ada hubungan.
c. Kunci Kontak Posisi ST antara terminal B-IG dan B-STada hubungan.
6. Menggunakan ohmmeter, ukur tahanan kabel tegangan tinggi tahanan
maksimum 25 kΩ. Jika tahanannya lebih dari maksimum, periksa
terminalnya.
7. Menggunakan ohmmeter, ukur tahanan antara terminal (+) dan terminal
(-). Tahanan pada kumparan primer adalah sebagai berikut.
a. Dingin 1,35 – 2,09 Ω (suhu koil 10º - 50º C).
b. Panas 1,71 - 2,46 Ω (suhu koil 50º - 100º C) .
8. Dengan menggunakan ohmmeter, ukurlah tahanan kumparan sekunder
koil antara terminal (+) dan terminal tegangan tinggi. Tahanan pada
kumparan sekunder adalah sebagai berikut.
a. Dingin 8,5 – 14,5 kΩ (suhu koil 10º - 50º C).
b. Panas 10,7 – 17,1 kΩ (suhu koil 50º - 100º C).
9. Dengan menggunakan feeler gauge, ukur celah platina (0,4 – 0,5 mm).
10. Dengan menggunakan ohmmeter, ukur kapasitas kondensator.
11. Dengan pistol udara/dihisap, periksa apakah vacuum advancer bergerak/
tidak. Bila vacuum advancer tidak bergerak, maka vacuum advancer sudah
tidak baik
12. Periksa governor advancer dengan cara memutar rotor searah jarum jam
(Toyota), kemudian bebaskan dan periksa bahwa rotor berputar kembali ke
arah kebalikannya dengan cepat.

G. Pemeriksaan kunci kontak (ignition switch)


1. Pemeriksaan kunci kontak pada posisi ACC

Sumber: Dokumen Penulis

2. Pemeriksaan kunci kontak pada posisi ON

TEKNIK DAN MANAJEMEN


226 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

LEMBAR PRAKTIKUM

Sumber: Dokumen Penulis

3. Pemeriksaan kunci kontak pada posisi ST (starter)

Sumber: Dokumen Penulis

H. Pengukuran baterai (battery)


1. Mengukur berat jenis cairan elektrolit pada baterai menggunakan
hydrometer. Baterai harus terisi minimal 70 % (1,270). Dengan
menggunakan voltmeter, ukur tegangan baterai (12 – 14 V).

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

2. Pemeriksaan vacuum advancer.

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
227
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

LEMBAR PRAKTIKUM

3. Pemeriksaan governor/centrifugal advancer.

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

4. Pemeriksaan tahanan kabel tegangan tinggi.

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

5. Pemeriksaan celah kontak pemutus (breaker point).

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

6. Pengukuran celah elektroda busi. Ukuran celah elektroda sebesar 0,7 –


0,8 mm atau dapat dilihat pada buku manual/katalog busi.

TEKNIK DAN MANAJEMEN


228 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

LEMBAR PRAKTIKUM

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

7. Pemeriksaan tahanan kumparan primer pada koil pengapian (ignition


coil)
Dengan menggunakan ohmmeter, ukurlah tahanan antara
terminal (+) dan terminal (-). Tahanan pada koil primer kondisi dingin
adalah 1,35 – 2,09 Ω dan pada kondisi panas sebesar 1,71 – 2,46 Ω. Jika
tahanannya tidak sesuai dengan spesisfikasi, lakukan penggantian koil
pengapian.

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

8. Pemeriksaan tahanan kumparan sekunder pada koil pengapian (ignition


coil)
Dengan menggunakan ohmmeter, ukurlah tahanan antara
terminal B dan terminal tegangan tinggi. Tahanan pada koil sekunder
pada posisi dingin sebesar 8,5 – 14,5 KΩ, sedangkan pada posisi panas
sebesar 10,7 – 17,1 KΩ. Jika tahanannya tidak sesuai dengan spesifikasi,
lakukan penggantian koil pengapian.

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
229
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

LEMBAR PRAKTIKUM

9. Pemeriksaan tahanan pada tahanan ballast


Menggunakan ohmmeter, ukur tahanan antara terminal B dan
terminal (+), Tahanan resistor pada posisi dingin adalah 0,8 – 1,3
Ω, sedangkan pada posisi panas sebesar 1,05 – 1,52 Ω. Jika tahanannya
tidak sesuai dengan spesifikasi, ganti tahanan ballast.

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

Catatan: kata “dingin atau panas” dalam kalimat merupakan suhu koil
pengapian. Posisi dingin untuk suhu 10º – 50º C, sedangkan posisi panas
artinya 50º – 100º C.
10. Pemeriksaan kabel dari sumber tegangan
Dengan switch pengapian posisi ON dan selektor multimeter
pada posisi pengukuran tegangan, hubungkan probe (+) ke terminal B dan
probe (-) ke massa/bodi dengan tegangan terukur + 12 V.

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

Dengan switch pengapian pada posisi START, dengan


menggunakan multimeter dan selektor diarahkan pada posisi pengukuran
tegangan, hubungkan probe (+) ke terminal (+) dan probe (-) ke massa/
bodi. Tegangan terukur + 12 V. Jika tegangan terukur tidak sesuai dengan
tegangan spesifikasi, periksalah switch pengapian dan rangkaian kabel.

TEKNIK DAN MANAJEMEN


230 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

LEMBAR PRAKTIKUM

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

12. Pengukuran Kapasitas Kondensator/Kapasitor


Dengan menggunakan ohmmeter, ukurlah kapasitas
kondensator. Kapasitor/kondensor dalam keadaan baik ditunjukkan oleh
gerakan jarum ke kanan sesaat kemudian akan kembali ke kiri.

Sumber: Modul dan Jobsheet VEDC Malang

CAKRAWALA

Busi (Spark Plug)

Busi (dari bahasa Belanda bougie dan bahasa


aslinya, yakni bahasa Perancis, serta bahasa
Inggris spark plug) adalah suatu suku cadang
yang dipasang pada mesin pembakaran
dalamdengan ujung elektrode pada ruang bakar.
Busi dipasang untuk membakar bensin yang
telah dikompres oleh piston. Percikan busi
Gambar 8.14 Busi Pada Kendaraan berupa percikan elektrik.
Sumber: Dokumen penulis

TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
231
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

CAKRAWALA

Pada bagian tengah busi terdapat elektrode yang dihubungkan dengan kabel
ke koil pengapian (ignition coil) di luar busi dan dengan ground pada bagian
bawah busi membentuk suatu celah percikan di dalam silinder. Hak paten untuk
busi diberikan secara terpisah kepada Nikola Tesla, Richard Simms, dan Robert
Bosch.Karl Benz juga merupakan salah satu yang dianggap sebagai perancang busi.

JELAJAH INTERNET

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih


luas tentang sistem pengapian konvensional pada mesin
kendaraan, kalian juga dapat belajar secara mandiri melalui
internet. Di internet kalian juga dapat mencari materi tentang
sistem pengapian konvensional pada mesin kendaraan.
Materi-materi baik secara parsial yang membahas komponen-
komponen sistem pengapian konvensional pada mesin
kendaraan maupun yang membahas keseluruhan komponen
sistem ini mudah kalian temukan. Salah satu website yang
dapat kalian kunjungi untuk memperluas wawasan tentang
sistem pengapian konvensional pada mesin kendaraan adalah
https://slideplayer.info/slide/14800405/ atau dengan
membuka QR code di bawah ini.

RANGKUMAN

1. Sistem pengapian konvensional (conventional ignition system) terdiri dari


berbagai komponen. Antara lomponen satu dengan komponen yang lain saling
bekaitan, baik secara mekanis maupun secara elektris.
2. Prinsip kerja sistem pengapian konvensional adalah sebagai berikut.
a. Ketika arus primer bertegangan 12 volt dialirkan dari baterai (battery)
menuju kumparan primer pada koil pengapian (ignition coil) melalui sekring
utama (fusible link) oleh kunci kontak (ignition switch). Kemudian karena
putaran poros distributor kontak platina (breaker point) selalu membuka
dan menutup, ini menyebabkan arus primer diputus-hubungkan dengan
cepat.
b. Kapasitor/kondensator (capasitor/condenser) dipasangkan pada jalur arus
primer untuk menyerap arus primer pada saat platina membuka sehingga
percikan bunga api pada kontak pemutus dapat dieliminir.
c. Putus-hubung arus primer pada lilitan primer koil pengapian (ignition
coil) dapat membangkitkan induksi arus bertegangan tinggi dengan
tegangan 20.000 volt sampai dengan 30.000 volt pada lilitan sekunder koil
pengapian.

TEKNIK DAN MANAJEMEN


232 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

RANGKUMAN

d. Arus listrik bertegangan tinggi yang dihasilkan koil pengapian (ignition


coil) didistribusikan oleh delco (distributor) ke masing-masing busi (spark
plug) melalui kabel tegangan tinggi (high tension cord) sesuai dengan
firing order sistem pengapian.
3. Pemeriksaan, perbaikan, dan penggantian komponen-komponen sistem
pengapian konvensional dilakukan untuk mengatasi permasalahan pada
sistem pengapian konvensional. Adapun komponen-komponen yang perlu
dilakukan pemeriksaan, perbaikan, maupun penggantian adalah sebagai
berikut.
a. Baterai (battery). Pada baterai dilakukan pemeriksaan visual dan
pemeriksaan dengan alat, pengujian kemampuan, dan penggantian unit.
b. Kunci kontak (ignition switch). Pada kunci kontak dilakukan pemeriksaan
kontinuitas, perbaikan, dan penggantian.
c. Kontak pemutus/platina (breaker point). Pada platina dilakukan
pemeriksaan visual dan pemeriksaan dengan feeler gauge, dwell tester,
perawatan, dan penggantian.
d. Kapasitor/kondensator (capasitor/condensator). Pada kapasitor dilakukan
pemeriksaan dengan kapasitor tester atau multimeter serta penggantian.
e. Koil pengapian (ignition coil). Pada koil pengapian dilakukan pemeriksaan
nilai tahanan lilitan dan kontinuita serta penggantian komponen.
f. Delco (distributor). Pada delco dilakukan pemeriksaan visual, perawatan,
dan penggantian komponen.
g. Bobot pemaju (centrifugal advancer). Pada bobot pemaju dilakukan
pemeriksaan kinerja dan penggantian komponen.
h. Vakum pemaju (vacuum advancer). Pada komponen ini dilakukan
pemeriksaan kinerja dan penggantian komponen.
i. Pengatur angka oktan (octane selector). Pada komponen ini dilakukan
pemeriksaan kinerja dan penggantian komponen.
j. Kabel tegangan tinggi (high tension cord). Pada komponen ini dilakukan
pemeriksaan tahanan dan penggantian komponen.
k. Busi (spark plug). Pada komponen ini dilakukan pemeriksaan visual,
perawatan, penyetelan celah (gap), dan penggantian komponen.

TUGAS MANDIRI

1. Lakukan studi pustaka atau browsing internet tentang perbaikan dan over
houle sistem pengapian konvensional pada kendaraan!
2. Catatlah informasi mengenai perbaikan dan over houle sistem pengapian
konvensional pada kendaraan!

TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
233
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

PENILAIAN AKHIR BAB

Kerjakan soal-soal berikut dengfan baik dan benar!


1. Jelaskan prinsip terjadinya induksi arus tegangan tinggi pada koil pengapian
(ignition coil) sistem pengapian konvensional!
2. Sebutkan beberapa permasalahan yang dapat terjadi pada kontak platina
(breaker point) sistem pengapian konvensional disertai dengan penjelasan
singkat!
3. Jelaskan hubungan antara sudut dwell (dwell angle) dengan celah platina
(breaker point gap) pada sistem pengapian konvensional!
4. Jelaskan akibatnya apabila penyetelan celah platina (breaker point) terlalu
rapat dan terlalu renggang!
5. Sebutkan item-item yang dapat dilakukan pada saat perawatan berkala (tune-
up) terkait dengan sistem pengapian konvensional!

REFLEKSI

Setelah mempelajari bab kedelapan tentang Perbaikan dan Over Houle Sistem
Pengapian Konvensional, kalian tentu menjadi lebih memahami konsep dasar
dan prosedur perbaikan sistem pengapian konvensional. Kemudian, dari seluruh
materi yang sudah dijelaskan pada bab kedelapan tersebut, menurut kalian materi
mana yang sulit untuk dipahami? Coba kalian diskusikan dengan teman-teman
atau guru kalian karena konsep dasar dan prosedur perbaikan sistem pengapian
konvensional ini akan menjadi pondasi untuk memahami tentang sistem pengapian
pada kendaraan yang lebih kompleks dan juga memungkinkan untuk diaplikasikan
pada kendaraan-kendaraan modern saat ini serta pada kendaraan-kendaraan masa
mendatang.

TEKNIK DAN MANAJEMEN


234 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

PENILAIAN AKHIR SEMESTER GENAP PENILAIAN AKHIR


SEMESTER GENAP

A. SOAL PILIHAN GANDA


Pilihlah jawaban di bawah ini dengan tepat!
1. Sistem pada kendaraan yang menjamin baterai selalu dalam kapasitas penuh
dan menyuplai kebutuhan arus listrik ketika mesin hidup adalah …
a. Sistem pengisian (charging system)
b. Sistem pengapian (ignition system)
c. Sistem starter (starting system)
d. Sistem penerangan (lighting system)
e. Sistem pendinginan (cooling system)
2. Energi listrik yang dihasilkan oleh sistem pengisian (charging system) disimpan
dalam bentuk energi kimia pada komponen …
a. Alternator
b. Baterai
c. Regulator
d. Rotor
e. Stator
f. Kapasitor
3. Komponen sistem pengisian (charging system) yang berfungsi untuk
mengubah energi mekanik menjadi energi listrik adalah …
a. Baterai
b. Kunci kontak
c. Alternator
d. Regulator
e. Stator
4. Salah satu komponen sistem pengisian adalah regulator, fungsi dari regulator
adalah …
a. Membangkitkan energi listrik
b. Menyimpan energi listrik
c. Menggunakan energi listrik
d. Mengatur energi listrik
e. Meneruskan energi listrik
5. Pada alternator terdapat cincin penghantar (slip ring), fungsi dari komponen
ini adalah …
a. Sebagai tumpuan bantalan depan maupun bantalan belakang.
b. Sebagai pendingin ketika rotor berputar.
c. Untuk meneruskan putaran mesin terhadap putaran rotor alternator.
d. Untuk menyearahkan arus listrik yang dihasilkan alternator.
e. Menghubungkan sikat-sikat denga kumparan rotor alternator.
6. Komponen alternator yang tersusun dari inti dan lilitan penghantar dan selalu
berputar ketika alternator bekerja adalah …
a. Rotor
b. Stator
c. Slip ring
d. Kipas pendingin

TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
235
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GENAP

e. Pulley
7. Komponen alternator yang berfungsi untuk menghubungkan terminal F dan
terminal E dengan slip ring pada rotor adalah …
a. Stator
b. Sikat-sikat (brushes)
c. Pulley
d. Kipas
e. Rotor
8. Pernyataan berikut yang tidak tepat adalah …
a. Slip ring menghubungkan sikat-sikat dengan lilitan rotor.
b. Stator tersusun dari inti dan lilitan penghantar yang tidak bergerak.
c. Slip ring berhubungan langsung dengan diode penyearah.
d. Rotor tersusun dari inti dan lilitan penghantar yang berputar pada
porosnya.
e. Bantalan dipasangkan pada kedua ujung poros rotor agar rotor berputar
halus.
9. Sering kali baterai mengalami drop tegangan karena sistem pengisian tidak
dapat bekerja secara maksimal dalam membangkitkan arus listrik. Pernyataan
berikut yang bukan penyebab permasalahan tersebut adalah …
a. Bantalan poros rotor kocak sehingga rotor tidak balans.
b. Sabuk penggerak (drive belt) alternator terlalu kendor.
c. Kondisi slip ring kotor.
d. Tegangan output alternator diatas 12 volt.
e. Keausan pada sikat-sikat (brushes).
10. Kunci kontak dalam konteks sistem pengisian (charging system) berfungsi
untuk …
a. Mematikan lampu indikator pengisian atau lampu CHG.
b. Memutus-hubungkan arus listrik dari baterai ke rotor coil untuk
membangkitkan elektromagnet.
c. Menyalakan lampu indikator pengisian atau lampu CHG.
d. Jawaban a dan b benar.
e. Jawaban b dan c benar.
11. Pemeriksaan rotor alternator menggunakan ohmmeter sebagai berikut yang
tidak benar adalah …
a. Kedua colokan ohmmeter masing-masing ditempelkan pada slip ring dan
inti rotor, hasilnya ada kontinuitas.
b. Kedua colokan ohmmeter masing-masing ditempelkan pada kedua slip
ring, hasilnya ada kontinuitas.
c. Kedua colokan ohmmeter masing-masing ditempelkan pada slip ring dan
inti rotor, hasilnya tidak ada kontinuitas.
d. Kedua colokan ohmmeter masing-masing ditempelkan pada poros rotor
dan inti rotor, hasilnya ada kontinuitas.
e. Kedua colokan ohmmeter masing-masing ditempelkan pada slip ring dan

TEKNIK DAN MANAJEMEN


236 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GENAP

poros rotor, hasilnya tidak ada kontinuitas.


12. Sikat-sikat (brushes) pada alternator yang mengalami keausan sehingga
dimensinya memendek dan akan menyebabkan …
a. Arus listrik dari baterai yang menuju ke stator coil tidak maksimal
sehingga medan magnet yang dibangkitkan kecil.
b. Arus listrik dari baterai yang menuju ke rotor coil tidak maksimal sehingga
medan magnet yang dibangkitkan kecil.
c. Arus listrik dari baterai yang menuju ke dioda tidak maksimal sehingga
medan magnet yang dibangkitkan kecil.
d. Arus listrik dari baterai yang menuju ke inti stator tidak maksimal
sehingga medan magnet yang dibangkitkan kecil.
e. Arus listrik dari baterai yang menuju ke regulator tidak maksimal sehingga
medan magnet yang dibangkitkan kecil.
13. Kerusakan pada stator alternator yang menyebabkan arus output alternator
tidak memenuhi kriteria adalah …
a. Sabuk penggerak alternator terlalu kendor regangannya.
b. Diode yang merupakan penyearah arus mengalami kerusakan.
c. Tahanan gulungan kawat penghantar pada stator melebihi batas
spesifikasi.
d. Endapan debu yang menempel pada permukaan luar inti stator.
e. Pulley penggerak mengalami keausan pada bidang gesek sabuk
penggerak.
14. Penyetelan sabuk penggerak (drive belt) atau tali kipas yang terlalu kencang
menyebabkan …
a. Tali kipas cepat mengalami kerusakan.
b. Slip ring lebih cepat mengalami keausan.
c. Bantalan poros alternator cepat mengalami kerusakan.
d. Sikat-sikat (brushes) cepat mengalami keausan.
e. Jawaban a dan c benar.
15. Tekanan pegas sikat yang terlalu lemah karena keausan sikat-sikat
menyebabkan hubungan sikat-sikat dengan slip ring tidak baik sehingga akan
terjadi deposit kotoran diantara keduanya yang dapat menghambat aliran
arus listrik. Permasalahan ini berakibat …
a. Aliran arus listrik dari terminal F rotor coil terhambat.
b. Aliran arus dari terminal B ke baterai terhambat.
c. Aliran arus listrik dari rotor coil ke terminal E terhambat.
d. Jawaban a dan b benar.
e. Jawaban a dan c benar.
16. Sistem pada kendaraan yang memiliki fungsi untuk membangkitkan arus
listrik bertegangan tinggi agar busi dapat memercikkan bunga api listrik
adalah …
a. Sistem pengapian (ignition system)
b. Sistem pengisian (charging system)
c. Sistem penerangan (lighting system)
d. Sistem pendinginan (cooling system)

TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
237
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GENAP

e. Sistem bahan bakar (fuel system)


17. Komponen sistem pengapian yang berfungsi sebagai sumber arus
bertegangan 12 volt adalah …
a. Koil pengapian (ignition coil)
b. Baterai (battery)
c. Kunci kontak (ignition switch)
d. Kapasitor (capasitor)
e. Kontak pemutus/platina (breaker point)
18. Fungsi komponen kontak pemutus/platina (breaker point) pada sistem
pengapian konvensional adalah …
a. Menyediakan arus bertegangan 12 volt untuk diinduksikan menjadi arus
bertegangan tinggi.
b. Memutus-hubungkan arus listrik dari baterai menuju terminal positif (+)
pada koil pengapian.
c. Memutus-hubungkan arus primer 12 volt dari baterai dengan cepat
sehingga terjadi induksi arus bertegangan tinggi pada koil pengapian.
d. Menginduksikan arus listrik dari baterai dan mengalirkan arus
bertegangan tinggi menuju busi.
e. Mengalirkan secara bergantian arus tegangan tinggi ke masing-masing
busi sesuai dengan FO (firing order) sistem pengapian.
19. Kunci kontak (ignition switch) dalam konteks sistem pengapian memiliki
fungsi untuk …
a. Menghubungkan terminal B dan terminal IG pada saat posisi OFF.
b. Menghubungkan terminal B dan terminal IG pada saat posisi ON.
c. Menghubungkan terminal B dan terminal IG pada saat posisi start.
d. Menghubungkan terminal B dan terminal IG pada saat posisi ON dan
posisi start.
e. Menghubungkan terminal B dan terminal IG pada saat posisi ACC.
20. Kapasitor atau kondensator (capasitor/condensator) merupakan salah satu
komponen sistem pengapian konvensional yang berfungsi untuk …
a. Mendistribusikan arus tegangan tinggi dari koil pengapian kepada
masing-masing busi sesuai dengan FO (firing order) sistem pengapian.
b. Memutus-hubungkan arus primer dengan cepat sehingga bangkit arus
induksi tegangan tinggi pada koil pengapian.
c. Menyuplai arus tegangan tinggi pada masing-masing busi sesuai dengan
FO (firing order) sistem pengapian.
d. Menginduksikan arus listrik dari baterai menjadi arus bertegangan tinggi
untuk dipercikkan pada busi.
e. Menyerap arus primer pada saat platina membuka sehingga tidak terjadi
percikan bunga api listrik pada platina.
21. Komponen sistem pengapian konvensional yang berfungsi untuk
membangkitkan induksi arus bertegangan tinggi adalah …
a. Koil pengapian (ignition coil)
b. Kapasitor (capasitor)
c. Kontak pemutus (breaker point)
d. Distributor
TEKNIK DAN MANAJEMEN
238 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GENAP

e. Kabel tegangan tinggi (high tension cord)


22. Setelah induksi arus tegangan tinggi dibangkitkan, selanjutnya akan
didistribusikan ke masing-masing busi oleh …
a. Koil pengapian (ignition coil)
b. Distributor
c. Kapasitor (capasitor)
d. Kontak pemutus (breaker point)
e. Kabel tegangan tinggi (high tension cord)
23. Komponen sistem pengapian konvensional ini bekerja pada tekanan dan
temperatur yang tinggi sehingga harus tahan panas dan tekanan tinggi.
Komponen yang dimaksud adalah …
a. Koil pengapian (ignition coil)
b. Kapasitor (capasitor)
c. Busi (spark plug)
d. Kontak pemutus (breaker point)
e. Kabel tegangan tinggi (high tension cord)
24. Permasalahan berikut yang menyebabkan busi tidak dapat memercikkan
bunga api listrik adalah …
a. Setelan celah busi (gap) terlalu rapat.
b. Setelan celah busi (gap) terlalu renggang.
c. Penyetelan saat pengapian terlalu maju.
d. Kontak pemutus (breaker point) selalu menutup karena keausan pada
ebonit platina.
e. Penyetelan saat pengapian terlalu mundur.
25. Usia pemakaian platina (breaker point) terlalu pendek karena terbakar pada
kontak point sehingga sering dilakukan penggantian platina. Penyebab dari
permasalahan ini adalah …
a. Nilai panas busi tidak sesuai dengan mesin.
b. Setelan sudut dwell yang terlalu kecil.
c. Setelan sudut dwell yang terlalu besar.
d. Kerusakan pada vakum pemaju atau sentrifugal pemaju pengapian.
e. Kerusakan pada kapasitor/kondensator (capasitor/condensator).
26. Penyalaan pada sistem pengapian yang terlalu maju menyebabkan mesin
cenderung panas dan dalam jangka lama akan merusakkan mesin. Kondisi ini
dapat dilihat secara visual pada busi, yaitu …
a. Elektroda busi rusak dan cenderung meleleh.
b. Elektroda busi tampak bersih dan berwarna merah bata.
c. Elektroda busi menyempit karena oli dan karbon.
d. Endapan oli yang tidak terbakar sempurna pada elektroda busi.
e. Endapan karbon yang berlebihan pada elektroda busi.
27. Sudut dwell merupakan sudut penutupan platina (breaker point) pernyataan
berikut yang tidak benar behubungan dengan sudut dwell adalah …
a. Sudut dwell semakin besar maka celah platina semakin kecil.
b. Sudut dwell semakin besar maka celah platina juga semakin besar.
c. Sudut dwell kecil maka celah platina besar.
d. Sudut dwell untuk mesin empat silinder adalah 50o+2o
TEKNIK DAN MANAJEMEN
PERAWATAN OTOMOTIF
239
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GENAP

e. Sudut dwell terlalu kecil kecenderungan saat pengapian menjadi maju.


28. Permasalahan pada komponen-komponen sistem pengapian kadangkala
tidak dapat dilakukan perbaikan, tetapi harus dilakukan penggantian
komponen, misalnya pada …
a. Celah platina besar
b. Celah platina kecil
c. Kapasitor bocor
d. Gap elektroda busi besar
e. Gap elektroda busi kecil
29. Saat pengapian yang ideal pada mesin adalah pada kisaran …
a. 25o sampai 30o sebelum TMA
b. 20o sampai 25o sebelum TMA
c. 15o sampai 20o sebelum TMA
d. 8o sampai 10o sebelum TMA
e. 0o sampai 2o sebelum TMA
30. Saat pengapian pada mesin yang tidak tepat, terlalu mundur atau terlalu
maju, dapat menyebabkan …
a. Pemakaian bahan bakar boros.
b. Tenaga yang dihasilkan mesin tidak optimal.
c. Mesin cepat mengalami kerusakan.
d. Emisi gas buang menjadi tinggi.
e. Semua jawaban benar.

B. SOAL ESSAY
Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan baik dan benar !
1. Sistem pengisian menjamin baterai selalu dalam kondisi kapasitas penuh
dan menyuplai kebutuhan arus listrik pada komponen-komponen kelistrikan
ketika mesin dalam kondisi hidup. Sebutkan komponen-komponen sistem
pengisian beserta fungsinya masing-masing!
2. Sebutkan disertai penjelasan singkat mengenai hal-hal yang menyebabkan
output sistem pengisian kecil!
3. Sistem pengapian memiliki fungsi membangkitkan arus listrik bertegangan
tinggi yang digunakan oleh busi untuk melakukan pembakaran di dalam ruang
bakar mesin. Sebutkan komponen-komponen sistem pengapian konvensional
pada mesin kendaraan!
4. Sistem pengapian konvensional dilengkapi dengan sistem pengatur dan
pemaju saat pengapian. Jelaskan prinsip kerja dari vakum pemaju (vacuum
advancer), sentrifugal pemaju (centrifugal advancer), dan pengatur angka
oktan (octane selector)!
5. Sebutkan dan jelaskan penyebab busi pada sistem pengapian tidak dapat
memercikkan bunga api listrik sehingga terjadi kegagalan pembakaran dan
mesin mati!

TEKNIK DAN MANAJEMEN


240 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

DAFTAR PUSTAKA

Amirono. 2000. Memperbaiki Kerusakan Motor Wiper. Malang: PUSAT Pengembangan


Penataran Guru Teknologi, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah.

Anonim. Modul dan Jobsheet. Malang: PPPPTK-VEDC.

Hyundai Motor Company, Engine Electrical, Training Support and Development

Saptana. 2005. Pemasangan Kelengkapan Kelistrikan Tambahan (Assesoris). Jakarta:


Bagian Proyek Pengembangan Kurikulum, Direktorat Pendidikan Menengah
Kejuruan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen
Pendidikan Nasional.

Team Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. 2004. Pengujian, Pemeliharaan/


Servis, dan Penggantian Baterai. Yogyakarta: Bagian Proyek Pengembangan
Kurikulum Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional

TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
241
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

DAFTAR PUSTAKA

http://hdabob.com/windows.htm
h t t p s : / / w w w. w a l m a r t . co m / i p /Co n t ro l l e rs - M o t o rs - Re m o t e - Ce n t ra l -
S y s t e m - Ve h i c l e - E n t r y - L o c k i n g - A c t u a t o r - U n i v e r s a l - U n l o c k -
Tr u c k - C o n v e r s i o n - D o o r - L o c k - K e y l e s s - 2 - 4 - C a r - S U V - K i t - V a n s -
Power/198726145?wmlspartner=wlpa&selectedSellerId=17188
https://www.yourmechanic.com/article/symptoms-of-a-bad-or-failing-windshield-
wiper-motor
https://www.howacarworks.com/bodywork/checking-windscreen-wipers-and-
washers
https://www.kia.ca/cadenza
https://www.cartoq.com/parking-sensors-reverse-cameras-or-both-which-is-safest-
and-most-useful/
https://www.digitaltrends.com/cars/best-gps-for-your-car/
https://www.amazon.com/Bosch-MicroEdge-40710-Wiper-Blade/dp/B000BZI5II
http://www.hongmei.com.tw/shop/door-power-mirror-repair-parts/05-06-07-08-
09-cadillac-sts-door-power-folding-mirror-motor-housing/
https://www.carid.com/cigarette-lighters-components.html
https://www.autoexpose.org/2018/07/power-window-mobil.html
https://orozcosautoservice.com/power-window-repair/
https://www.fredbeans.com/reasons-windshield-wipers-not-working-doylestown-
pa/
http://www.mcx5.org/global_positioning_system_gps_antenna-275.html
www.hyunday-forums.com
www.rollaclub.com
https://www.ambrasta.com/12-volt-cigarette-lighter-socket-wiring-diagram/
https://www.ukessays.com/essays/engineering/components-features-central-
locking-1083.php
ASTRA Honda Motor
https://de.wikipedia.org/wiki/Nikola_Tesla
https://en.wikipedia.org/wiki/Robert_J._Van_de_Graaff
https://www.jx-expo.com/how-to-repair-your-car-battery/
https://www.teknik-otomotif.com/2017/04/fungsi-oktan-selector-pada-sistem.html
https://it.wikipedia.org/wiki/Michael_Faraday

TEKNIK DAN MANAJEMEN


242 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

DAFTAR PUSTAKA

https://axleaddict.com/auto-repair/DIY-Auto-Service-Ignition-Systems-Operation-
Diagnosis-and-Repair
https://crawfordsautoservice.com/how-to-jump-a-dead-battery/
https://www.mirafiori.com/faq/content/switch/index.html
https://www.hagerty.com/media/maintenance-and-tech/dependable-ignition-
system/
https://www.hemmings.com/stories/2018/11/06/my-triumph-obsession-part-iv-an-
ignition-coil-lasted-more-than-a-half-century
https://www.carparts.com/blog/a-short-course-on-ignition-systems/
https://www.diyford.com/ford-big-block-ignition-starting-charging-interchange/
http://www.superchevy.com/how-to/additional-tech/1601-everything-you-wanted-
to-know-about-vacuum-advance-and-ignition-timing/?fullsite=true
https://www.vipauto.com/education-center-spark-plug/

TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
243
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

GLOSARIUM

ACG (alternating current generator) : sistem starter mesin yang tidak lagi
memanfaatkan motor listrik untuk
memberikan putaran awal pada mesin,
melainkan memanfaatkan generator arus
bolak-balik.
Alternating current : arus bolak balik, yakni arus yang dihasilkan
oleh alternator pada kendaraan sebelum
diatur atau diregulasi oleh regulator.
Alternator : penghasil arus listrik yang menghasilkan arus
jenis bolak balik (alternating current).
Battery load tester : alat untuk mengetahui kemampuan baterai
khususnya tegangan kerja baterai.
Bearing : bantalan yang dipasangkan diantara poros
dan dudukannya dan berfungsi untuk
mencegah terjadinya gesekan secara
langsung.
Breaker point : kontak pemutus atau sering disebut dengan
nama platina berfungsi sebagai alat untuk
memutus hubungkan arus primer pada system
pengapian konvensional.
Busi/pemantik api (spark plug) : komponen sistem pengapian yang berfungsi
untuk memercikkan bunga api listrik agar
dimulai proses pembakaran pada ruang bakar
mesin.
Centrifugal advancer : sistem pengajuan saat pengapian pada mesin
yang memanfaatkan putaran poros distributor
sebagai mekanisme pengontrolnya.
Charging system : sistem kelistrikan pada kendaraan yang
berfungsi untuk menghasilkan energi listrik
dan ditampung didalam baterai.
Commutator : komponen pada jangkar (armature) berupa
plat-plat memanjang yang dipasangkan di
sekeliling poros jangkar dan difungsikan
sebagai terminal kumparan jangkar.
Condensator/capasitor : komponen sistem pengapian yang berfungsi
untuk menyimpan arus listrik primer dalam
jangka waktu yang singkat agar tidak terjadi
loncatan bunga api listrik pada celah platina
ketika platina proses buka tutup.
Conventional ignition system : sistem pengapian pada mesin kendaraan yang
masih menggunakan kontak platina sebagai
pemicu bangkitnya arus bertegangan tinggi
pada koil pengapian.

TEKNIK DAN MANAJEMEN


244 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

GLOSARIUM

Direct current : arus searah, yakni arus yang berasal dari


baterai kendaraan untuk mengoperasikan
berbagai sistem kelistrikan pada kendaraan.
Doortreem : panel untuk menutup pintu kendaraan bagian
dalam agar kelihatan lebih rapi, sekaligus
sebagai dudukan saklar power window
dan biasanya dilengkapi dengan dudukan-
dudukan untuk menaruh botol minuman.
Drive lever : tuas penggerak untuk mengungkit pinion gear
agar berhubungan dengan ring gear pada saat
poros motor starter berputar.
Dwell angle : sudut dwell atau sudut penutupan platina, jika
celah platina besar maka sudut dwell kecil
dan bila celah platina kecil maka sudut dwell
besar.
Emergency recording : suatu sistem untuk merekam data-data agar
ketika terhapus dengan tidak sengaja masih
memiliki cadangan (back up)
Field coil : kumparan medan, yakni sebuah penghantar
yang digulung/dililit pada sebuah inti besi
dan statis dipasangkan pada bodi motor
starter (yoke).
Flywheel : komponen mekanisme mesin kendaraan
yang berfungsi untuk menyimpan energi
kelembamam (inertia energy) pada poros
engkol.
FO (firing order) : urutan saat pengapian yang dirancang untuk
mesin multi silinder agar putaran yang
dihasilkan pada poros engkol seimbang
(balans).
Generator : penghasil arus listrik yang menghasilkan arus
jenis searah (direct current).
GPS (Global Positioning System) : sistem pada kendaraan yang dapat memberikan
informasi posisi kendaraan di permukaan
bumi dan dapat memandu perjalanan untuk
menginformasikan arah kendaraan.
IC (integrated circuit) : rangkaian beberapa komponen elektronik
yang menjadi satu kesatuan yang kompak dan
dalam dimensi yang relatif kecil.
Ignition switch : komponen sistem kelistrikan kendaraan
yang berfungsi untuk memutus hubungkan
arus listrik dari baterai menuju ke sistem
kelistrikan.

TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
245
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

GLOSARIUM

Ignition system : sistem kelistrikan pada kendaraan berbahan


bakar bensin yang berfungsi untuk
membangkitkan arus tegangan tinggi sebagai
pemicu terjadinya pembakaran di ruang bakar
mesin.
Jangkar (armature) : komponen motor starter yang bersifat dinamis/
selalu berputar ketika motor stater bekerja.
Kabel tegangan tinggi : kabel yang digunakan untuk mengalirkan arus
listrik bertegangan tinggi dari koil pengapian
menuju distributor dan dari distributor
menuju masing-masing busi.
Key less : tanpa kunci kontak, yakni sistem kelistrikan
pada kendaraan yang tidak menggunakan
kunci kontak dan fungsi kunci kontak
digantikan oleh sebuah remote control.
Koil pengapian (ignition coil) : komponen sistem pengapian pada kendaraan
yang berfungsi untuk mengubah arus listrik
tegangan rendah dari baterai menjadi arus
bertegangan tinggi.
Kolong : bagian bawah lantai kendaraan diantara roda
kiri, roda kanan, roda belakang maupun roda
depan.
Lampu CHG : lampu indikator yang memberikan informasi
kepada pengemudi tentang terjadi atau tidak
terjadinya pengisian pada baterai atau biasa
disebut dengan istilah charging warning light.
Magnetic switch : komponen motor starter yang berfungsi
sebagai relay yang menghubungkan arus
listrik dari baterai menuju motor starter dan
bekerja dengan prinsip elektromagnet.
Motor DC : motor yang menggunakan listrik arus searah
atau arus DC (direct current) sebagai sumber
energinya (arus dari baterai).
Night vision : suatu peralatan agar sesuatu dapat terlihat
pada saat gelap atau malam hari, biasanya
peralatan ini dilengkapi dengan sinar infra
merah.
Nipple : pentil/katup/valve yang dipasang pada bagian
ujung saluran atau saluran yang ujungnya
berpenampang lebih kecil.
Oktan selector : sistem pengajuan saat pengapian berdasarkan
jenis atau nilai oktan bahan bakar yang
digunakan yang dapat dipilih melalui selektor
yang ada pada bodi distributor.

TEKNIK DAN MANAJEMEN


246 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

GLOSARIUM

Pemantik : alat untuk memantik atau alat untuk memicu


terjadinya sesuatu, misalnya pemantik rokok
adalah alat untuk memicu agar rokok dapat
menyala/terbakar.
Pinion gear : merupakan komponen dari motor starter
yang berfungsi sebagai gigi penggerak dan
meneruskan putaran motor starter kepada
ring gear.
Power window : sistem kelistrikan pada kendaraan yang
difungsikan untuk membuka dan menutup
kaca jendela dengan memanfaatkan tenaga
dari motor listrik yang dikontrol dengan saklar
pada masing-masing pintu dan atau terpusat
pada pintu pengemudi.
Regulator : komponen dari sistem pengisian pada
kendaraan yang berfungsi untuk mengatur
arus listrik yang dihasilkan alternator.
Ring gear : merupakan komponen mesin berupa gigi (gear)
yang bentuknya melingkar dan dipasangkan
pada flywheel untuk meneruskan putaran
motor starter kepada poros engkol mesin.
Saat pengapian (ignition timing) : saat busi pertama kali memercikkan bunga api
listrik untuk memulai pembakaran di dalam
mesin, biasanya 5o sampai dengan 8o sebelum
TMA langkah kompresi.
Sikat-sikat (brushes) : merupakan balok kecil yang terbuat dari
arang atau karbon yang digunakan sebagai
penghantar arus dari atau menuju komutator.
Solenoide: merupakan relay berkapasitas
besar yang khusus digunakan untuk
menghubungkan arus dari baterai langsung
ke motor starter.
Starting system : sistem kelistrikan pada kendaraan yang
berfungsi untuk memberikan putaran awal
pada mesin agar mesin dapat memulai
siklusnya.
V belt : sabuk penggerak yang bentuk penampangnya
seperti huruf “v” dan digunakan untuk
memindahkan putaran mesin terhadap
putaran pompa air, kipas pendingin, alternator.
Vacuum advancer : sistem pengajuan saat pengapian pada mesin
yang memanfaatkan kevacuman intake
manifold sebagai mekanisme pengontrolnya.

TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
247
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

GLOSARIUM

Washer : sistem kelistrikan pada kendaraan yang


difungsikan sebagai pemutar pompa air
elektrik untuk disemprotkan pada permukaan
kaca depan kendaraan.
Wiper : sistem kelistrikan pada kendaraan untuk
menggerakkan karet penyeka air hujan
pada kaca depan dan kaca belakang dengan
memanfaatkan motor listrik yang dikontrol
melalui saklar kombinasi.
Wiring diagram : diagram pengkabelan, jaringan pengkabelan
sistem kelistrikan pada kendaraan untuk
mempermudah dalam mempelajari dan
memahami system kelistrikan.

TEKNIK DAN MANAJEMEN


248 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

BIODATA PENULIS

BIODATA PENULIS 1:

Nama Lengkap : Mulyono, S.Pd


Telepon /HP/WA : 0823-0167-3797
Email : mulyo04@gmail.com
Akun Facebook : mulyono mulyo
Alamat Kantor : SMK Negeri 2 Surabaya
Jl. Tentara Genie Pelajar No. 26 SBY

Kompetensi Keahlian : TMPO

Riwayat Pekerjaan/Profesi (10 TahunTerakhir)


1. Guru SMK Wijaya Putra Surabaya (Tahun 2002 s.d 2010)
2. Guru SMKN 2 Surabaya (Tahun 2010 s.d sekarang)

Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar


1. S1 Pendidikan Teknik Otomotif (Lulus tahun 2002)

Judul Buku dan Tahun Terbit (10 TahunTerakhir) : -


-

Informasi Lain dari Penulis


Tinggal di Perumahan Pondok Benowo Indah Blok AA. No. 14 Surabaya. Lahir di Pantai
Cermin, 21 April 1978. Sekolah Dasar di SD Inpres 106840 Kampung Benar. SMP Negeri
Pantai Cermin, Deli Serdang Sumatera Utara dan SMK Alhikmah Sirampog Brebes
Jateng. Kemudian Kuliah di Universitas Negeri Surabaya, lulus tahun 2002. Menjadi
Guru pertama kali di SMK Wijaya Putra Surabaya mulai tahun 2002, tahun 2010
menjadi Guru di SMKN 2 Surabaya sampai dengan sekarang.

TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
249
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

BIODATA PENULIS

BIO DATA PENULIS 2 :

Nama Lengkap : Wardaya, ST.


Telepon /HP/WA : 081553327332
Email : wardaya39@gmail.com
Akun Facebook :
Alamat Kantor : SMK Negeri 2 Surabaya
Jl. Tentara Genie Pelajar No. 26 SBY

Kompetensi Keahlian : TMPO

Riwayat Pekerjaan/Profesi (10 TahunTerakhir)


1. SMK NEGERI 2 SURABAYA

Riwayat Pendidikan Tinggi danTahun Belajar


1. S 1 Teknik Mesin th 2000

Judul Buku danTahun Terbit (10 TahunTerakhir)


-

Informasi Lain dari Penulis


Lahir Sleman 15 Juli 1966 Sekolah Dasar SD pokoh 1 Wedomartani ,Ngemplak
Sleman,SMPN Ngemplak Sleman ,STM Jurusan mesin, DIII Mesin Otomotif VEDC
Malang.dan S1 STIT Widya Dharma di Surabaya, Tempat Tinggal Sidotopo Wetan
Mulya 3/50 Surabaya ,Mulai mengajar di STMN 1 Surabaya (SMKN2 Surabaya) Tahun
1991 sd sekarang

TEKNIK DAN MANAJEMEN


250 PERAWATAN OTOMOTIF
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
KELISTRIKAN OTOMOTIF

BIODATA PENULIS

BIO DATA PENULIS3 :

Nama Lengkap : Tohadi, S.Pd


Telepon /HP/WA : 081330519247
Email : tohadi.cakto@yahoo.co.id
AkunFacebook : CaTo Ha Adi
Alamat Kantor : SMK Negeri 2 Surabaya
Jl. Tentara Genie Pelajar No. 26 SBY

Kompetensi Keahlian : TMPO

Riwayat Pekerjaan/Profesi (10 TahunTerakhir)


1. Guru SMK Kartika 2 Surabaya (Tahun 1997s.d 2003)
2. Guru SMK Rajasa Surabaya ( 2003 s.d 2007)
3. Guru SMKN 2 Surabaya (Tahun 2005s.dsekarang)

Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar


1. .S1 Pendidikan Teknik Otomotif (Lulus tahun 1996)

Judul Buku dan Tahun Terbit (10 TahunTerakhir)


-
Informasi Lain dari Penulis
Lahir dikabupaten Trenggalek, pada tanggal 02 Desember 1972 atau 47 tahun yang lalu.
Menamatkan Sekolah Dasar Negeri Ngrayung 1 pada tahun 1985, Kemudian lulu SMP
Negeri Kampak tahun 1988 dan melanjutkan di SMA Negeri 1 Trenggalek dengan jurusan
BIOLOGI ( A2) lulus tahun 1991. Kemudian memasuki PT Negeri yaitu IKIP Surabaya
dengan juurusan Teknik Mekanik Otomotif lulus pada tahun 1996. Sebelum lulus sudah
mulai mengajar di SMK swasta yang kesi. Dan tahun 1997 mengajar di SMK Kartika 2
Surabaya Jln Karah Surabaya sampai tahun 2003. Kemudian pada tahun 2004 s.d 2007
juga mengajar di SMK Rajasa Surabaya
Ditahun 2005 diterima jadi PNS dan ditempat tugaskan di SMK Negeri 2 Surabaya
sampai sekarang ini. Kemudian pada tahun 2007 mendapat diklat general basic di TAM
(Toyota Astra Motor). Dan diklat lainnya yang berhubungan dengan otomotif seperti di
P4GT BOE Malang, Auto 2000 Waru, Daihatsu Waru. Dll.

TEKNIK DAN MANAJEMEN


PERAWATAN OTOMOTIF
251

Anda mungkin juga menyukai