No Soal
1 Jelaskan Prosedur Penyusutan Arsip Berdasarkan Jadwal Retensi Arsip dan Prosedur
Penyusutan Arsip yang Belum Memiliki Jadwal Retensi!
2 Jelaskan Pemindahan Arsip Berdasarkan Jadwal Retensi Arsip dan jelaskan Panduan
Pemusnahan dan Penyerahan Arsip!
JAWABAN:
1. A. PROSEDUR PENYUSUTAN ARSIP BERDASARKAN JADWAL RETENSI
ARSIP
Sebelum melaksanakan kegiatan penyusutan arsip langkah-langkah yang harus dilakukan
ketika melaksanakan penyusutan arsip berdasarkan jadwal retensi arsip diuraikan sebagai
berikut.
1) Persiapan
a. Melakukan identifikasi arsip-arsip yang akan disusutkan baik yang arsip inaktif yang
akan dipindahkan dari unit kerja ke unit kearsipan, pemusnahan arsip yang sudah
tidak bernilai guna, dan penyerahan arsip yang bernilai guna pertanggungjawaban
nasional.
b. Pengelola arsip baik di unit kerja maupun unit kearsipan menyiapkan jadwal retensi
arsip yang telah ditetapkan oleh pimpinan organisasi (instansi/perusahaan).
2) Pelaksanaan
a. Melaksanakan kegiatan pemindahan arsip arsip inaktif dari unit kerja pencipta
(central file) ke unit kearsipan (records centre).
b. Melaksanakan kegiatan pemusnahan arsip yang tidak bernilai guna.
c. Melaksanakan kegiatan penyerahan arsip statis dari pencipta
(instansi/perusahaan/organisasi/perorangan) ke lembaga kearsipan (Arsip Nasional
RI).
Kegiatan pemindahan arsip inaktif dilakukan terhadap arsip yang ada pada unit- unit
kerja yang telah melewati masa simpan (retensi) sebagai arsip aktif dan belum habis
jangka waktu simpan inaktifnya. Dengan demikian, langkah-langkah pemindahan arsip
inaktif akan diuraikan secara rinci sebagaimana di bawah ini.
a) Pemeriksaan
Pemeriksaan dilaksanakan baik terhadap arsipnya maupun informasinya untuk
mengetahui apakah arsip-arsip yang akan dipindahkan sudah benar-benar inaktif
atau belum. Penentuan arsip sebagai arsip inaktif dilihat dari jadwal retensi arsip
yang ditetapkan pimpinan instansi, dengan melihat kolom retensi arsip aktif di
dalam jadwal retensi arsip tersebut.
b) Pendaftaran
Setelah diperiksa dan ditentukan sebagai arsip inaktif, selanjutnya arsip-arsip
tersebut harus didaftar secara lengkap, baik judul series/jenis arsipnya, tahun,
volume, kondisi, penataan (sistem penyimpanan yang digunakan). Selanjutnya,
dibuat daftar arsip dipindahkan tersebut minimal tiga eksemplar yang dipersiapkan
satu untuk unit kerja penciptanya, satu untuk unit kearsipan, dan satu disimpan di
pusat arsip (records centre).
Setelah arsip tersebut di atas dipisahkan dari file-file lainnya dan dibuatkan
daftarnya maka sebaiknya perlu dilakukan pengecekan atau kontrol lagi terhadap
informasi yang terkandung dalam arsip tersebut dengan peraturan-peraturan yang
ada dan kemungkinan adanya kasus-kasus yang sedang berkembang dan/atau
terkait dengan arsip yang akan dipindahkan tersebut.
c) Penataan arsip
Penataan arsip yang sudah inaktif ini dilaksanakan untuk menjaga agar penataan
dilakukan sebagaimana penataan aslinya, misalnya arsip yang ketika masih aktif
disimpan berdasarkan sistem pemberkasan berdasarkan subjek maka sistem
penataannya harus tetap dipertahankan seperti sediakala. Penataan arsip ini
menyangkut penataan tiap lembar arsip dalam setiap folder, penataan antara folder
yang satu dengan folder yang lain dalam boks, dan penataan antara boks yang satu
dengan boks yang lain.
Penataan lembaran arsip dalam setiap folder dilaksanakan secara urutan waktu
(kronologis) ataupun alfabetis tergantung dari kondisi informasi arsipnya. Penataan
folder dalam setiap boks dapat dilakukan secara kronologis maupun alfabetis
tergantung dari indeksnya. Bila indeks yang tertuang di dalam folder menyebut
nama orang, organisasi atau tempat maka dapat diatur secara alfabetis. Bila indeks
yang tertuang di dalam folder menyebut suatu urutan kegiatan maka dapat diatur
secara kronologis. Demikian pula bila indeks yang tertuang di dalam folder
berdasarkan subjek maka dapat diatur secara kronologis. Penataan boks yang satu
dengan lainnya dilaksanakan sesuai urutan nomor boks dan nomor yang terdapat
di dalam daftar.
d) Pembuatan berita acara pemindahan arsip inaktif
Mengingat bahwa pemindahan arsip ini menyangkut pula pelimpahan wewenang
dan tanggung jawab dari satu unit kerja pencipta arsip, yaitu dari biro kepegawaian
ke unit kearsipan atau pelimpahan wewenang dan tanggung jawab dari central file
ke records center maka pada di dalam ketentuan harus membuat suatu bukti adanya
pemindahan arsip inaktif dalam bentuk berita acara pemindahan arsip inaktif.
e) Pelaksanaan pemindahan
Setelah arsip tertata dalam boks yang telah diberi nomor sesuai dengan nomor
dalam daftar arsip inaktif yang dipindahkan dan disiapkan berita acaranya maka
dilaksanakan pemindahan arsip inaktif. Pelaksanaan pemindahan arsip inaktif
dapat dilaksanakan sesuai dengan kondisi organisasi. Bila suatu organisasi
memiliki gedung records center terpisah cukup jauh dari lokasi kantor, misalnya di
pinggir kota maka diperlukan sarana transportasi yang dipersiapkan dengan baik
sehingga arsip yang dipindahkan aman baik dari segi fisik dan informasinya serta
proses pengangkutan arsip tidak menimbulkan kerusakan arsip yang dipindahkan.
Waktu pemindahan dapat dilakukan secara periodik sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan. Dengan demikian, pastikan arsip inaktif yang akan dipindahkan dari
unit kerja ke unit kearsipan dalam keadaan sudah terdaftar dan tertata sesuai dengan
sistem dalam boks.
B. PROSEDUR PENYUSUTAN ARSIP YANG BELUM MEMILIKI JADWAL
RETENSI
Pada waktu melaksanakan penyusutan arsip pada suatu organisasi yang belum mempunyai
JRA, pertama-tama perlu mempelajari fungsi, tugas, dan struktur organisasi yang
bersangkutan. Fungsi dan tugas serta organisasi tercermin dalam arsip yang tercipta dan
tersimpan di unit-unit pengolah dan untuk mengetahui sejarah perkembangan organisasi.
Dengan memahami sejarah organisasi dapat diketahui penerapan prinsip asal-usul (principle
of provenance) dalam pengaturan kembali arsip tersebut. Selanjutnya, melakukan survei
arsip yang tujuannya untuk mendata jumlah, kondisi, dan media arsip yang tercipta.
Selanjutnya, melakukan identifikasi arsip, pengaturan kembali arsip, deskripsi dan
klasifikasi arsip, penyusunan daftar arsip sementara, seleksi arsip dan penilaian arsip,
penyusunan daftar arsip yang akan disimpan, dipindahkan, dimusnahkan dan diserahkan
serta pelaksanaan kegiatan penyusutan.
2) Pendaftaran
Setelah diperiksa dan ditentukan sebagai arsip inaktif maka arsip-arsip tersebut harus
didaftar secara lengkap, baik judul series-nya atau jenis arsipnya, tahun, volume,
kondisi, penataan (sistem penyimpanan yang digunakan). Penataan arsip dilakukan
berdasarkan penataan pada masa aktifnya, dalam hal ini arsip ditata sesuai kelompok
subjeknya. Kemudian kelompok arsip yang memiliki kesamaan dan keterkaitan
informasi dihimpun dalam satu tempat penyimpanan berkas atau folder dan di
dalamnya arsip ditata berdasarkan urutan waktu atau kronologis yang termuda di
urutan terdepan dan seterusnya.
Di samping itu, penataan fisik dan informasi dapat dilakukan dengan
a. mengacu pada penataan yang dilakukan secara rutin berdasarkan kapling/blok
kelompok arsip yang telah ditentukan sebelumnya dan tinggal menata dan
menyimpannya sebagai berkas tambahan dengan konsekuensi memberikan dan
menyesuaikan identitasnya; atau
b. mengacu penataan sesuai daftar arsip yang dipindahkan oleh unit kerja
bersangkutan dan tinggal menyusun letak urutan nomor boks sesuai nomor berkas
dalam daftar arsip:
c. kedua cara di atas perlu menerapkan sistem pelabelan pada tempat penghimpun
berkas dan boks arsip.
1) LANGKAH-LANGKAH SURVEI
Dalam kegiatan survei dapat dilakukan pendataan struktur dan fungsi suatu organisasi
dan terhadap arsipnya itu sendiri.
b. Arsip
Survei terhadap arsip dilakukan untuk mengumpulkan data mengenai hal-hal sebagai
berikut:
Kondisi arsip
Kondisi tempat penyimpanan.
Media rekam
Jumlah
Kurun waktu
Sistem penataan
Dalam melakukan survei arsip perlu memperhatikan unit-unit kerja apa saja
yang ada pada Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) "X" Untuk itu, dapat
dilakukan survei di setiap unit kerja atau suatu unit yang berfungsi sebagai gudang
tempat penyimpanan arsip dari seluruh unit kerja yang ada.
Dalam praktik ini, kita lakukan survei di setiap unit kerja dengan masing-
masing unit kerja satu formulir survei. Misalnya, yang disurvei adalah Bagian Tata
Usaha, Bidang Bina Program dan Pengembangan Diklat, dan Bidang
Penyelenggaraan Diklat.
Dari hasil survei dari beberapa unit kerja tersebut kemudian dapat dituangkan dalam
daftar ikhtisar arsip sebagai berikut.\
3) PENYIAPAN PROPOSAL PEMBENAHAN ARSIP
Akhir kegiatan survei arsip adalah penyusunan proposal pembenahan arsip. Berdasarkan
daftar ikhtisar arsip dapat dilakukan pembuatan perkiraan kebutuhan apa yang
diperlukan dalam pembenahan/penataan arsip. Kebutuhan-kebutuhan tersebut meliputi
peralatan dan perlengkapan, biaya, tenaga, dan waktu pembenahannya. Semua perkiraan
kebutuhan tersebut diperhitungkan atas dasar volume atau jumlah arsip yang akan
menjadi prioritas pembenahan.
PEMBENAHAN ARSIP
Tindak lanjut dari kegiatan survei melalui proposal yang telah disetujui oleh pimpinan dan
penyiapan peralatan dan perlengkapan yang diperlukan kemudian dilaksanakan
pembenahan. Kegiatan pembenahan dilakukan langkah-langkah seperti berikut.
1. Identifikasi Arsip
Dalam kasus ini identifikasi yang dilakukan terhadap struktur organisasi untuk
mengetahui unit kerja dan fungsi Pusat Diklat "X" apa saja yang berlaku pada kurun
waktu arsip, yaitu tahun 1990 sampai dengan tahun 2000. Lihat struktur organisasi
pada bahasan sebelumnya. Selain itu, perlu pula dipahami sejarah perkembangan
organisasi sehingga dapat diketahui setiap perubahan administrasi dan manajemen
suatu organisasi dari waktu ke waktu. Pengetahuan ini akan mempermudah penerapan
prinsip provenance (asal-usul) dalam penataan arsip. Selanjutnya perlu pula dipahami
seluruh sistem penataan yang pernah dipergunakan di suatu instansi. Penataan arsip
senantiasa harus sesuai dengan system penataan yang pernah diberlakukan pada tahun
arsip yang tercipta. Hal ini dilakukan karena adanya tuntutan prinsip original order
(aturan asli). Dalam kasus ini tidak ada sistem kearsipan baku (manual) yang dijadikan
dasar penataannya.
2. Pengaturan Kembali (Reconstruction) Arsip dan Pemilahan
a. Tumpukan berkas berserakan, misalnya terdiri atas pengumuman penerimaan
pegawai, lamaran pegawai, kartu kuning dari Kemenakertrans, surat keterangan
dokter, daftar hasil testing pegawai, dan lain-lain kurun waktu tahun 1990-2000.
b. Tumpukan berkas kepegawaian dan keuangan berserakan berdekatan meliputi
kenaikan pangkat pegawai, mutasi pegawai, daftar usul kegiatan (DUK), daftar
usul pembangunan (DUP), laporan hasil pemeriksaan (LHP) kurun waktu 1990-
2000. Tumpukan berkas kegiatan bina program diklat, terdiri dari kurikulum diklat,
laporan evaluasi pasca diklat, dan lain-lain kurun waktu 1990-2000.
c. Tumpukan berkas penyelenggaraan diklat, meliputi pemanggilan peserta diklat.
permintaan tenaga pengajar, jadwal diklat, petunjuk pelaksanaan penyelenggaraan
diklat, fotokopi sertifikat diklat A, B, C, D, dan E kurun waktu 1990-2000.
d. Pemilahan arsip dilakukan untuk memisahkan antara arsip dan nonarsip, seperti
amplop, sampul, map, duplikasi, dan sebagainya.
e. Menata kembali arsip: item-item dalam file dan file-file dalam series menjadi
sebagai berikut.
Setiap deskripsi series arsip dalam kartu diikuti pemberkasan arsip dalam
folder atau pembungkus yang diberi nomor deskripsi sementara, baik pada kartu
deskripsi maupun pada berkas sebelah ujung kanan atas (lihat kanan atas kartu
deskripsi 1/T sampai dengan 9/1, juga terletak pada sebelah kanan atas
sampul/folder). I/T sampai dengan 9/T merupakan nomor dan inisial nama
pendeskripsi 1 adalah nomor kartu deskripsi pertama, T adalah inisial dari
Teganingrum.
Deskripsi yang dicontohkan di sini belum mencerminkan deskripsi seluruh
arsip sebagaimana dicontohkan dari sejumlah total 30 meter linier arsip Pusat
Diklat "X", tetapi hanya merupakan contoh kecil. Di samping itu, deskripsi series
arsip adalah contoh ideal sehingga hal demikian mungkin sangat jarang ditemukan
di lapangan. Namun, apabila menemukan kondisi arsip yang lebih kacau
dimungkinkan dilakukan deskripsi pada tingkat file atau bahkan item dengan
format atau cara deskripsi yang sama.
3. Penentuan Skema Pengaturan Arsip
Skema pengaturan arsip bisa disusun berdasarkan struktur organisasi, fungsi organisasi
atau mengacu klasifikasi arsip sesuai sistem yang berlaku pada masa aktifnya. Dalam
hal ini akan didasarkan pada fungsi organisasi, yaitu memerhatikan fungsi fasilitatif
dan fungsi substantif. Fungsi fasilitatifnya meliputi kepegawaian, keuangan,
kehumasan, organisasi, dan ketatalaksanaan. Fungsi substantifnya adalah bina
program diklat dan penyelenggaraan diklat sehingga dapat ditentukan skema
pengaturan arsip.
4. Pengelompokan dan Penomoran Kartu Deskripsi dan Fisik Arsip Kartu-kartu deskripsi
kemudian dikelompokkan sesuai informasi dan kelompok fungsi masing-masing.
Informasi arsip tentang pengadaan pegawai, kenaikan pangkat, dan mutasi dimasukkan
kelompok fungsi kepegawaian; DUK, DUP, LHP masuk kelompok fungsi keuangan,
dan seterusnya sampai keseluruhan kartu deskripsi terisi. Apabila ada satu atau lebih
fungsi, tetapi tidak ditemukan arsipnya maka fungsi tersebut tidak perlu dimunculkan.
Pengelompokan juga dilakukan terhadap dua kartu deskripsi atau lebih yang memiliki
satu kesatuan informasi dalam satu series kemudian dapat dibuatkan deskripsi baru.
Setelah keseluruhan kartu deskripsi selesai dikelompokkan, kemudian diberi nomor
definitif sesuai urutan fungsi dalam skema arsip. Penomoran itu dalam setiap
kelompok fungsi, memerhatikan urutan kronologis periode arsipnya. Nomor awal
adalah nomor untuk arsip yang tertua dan selanjutnya yang lebih muda.
PENILAIAN ARSIP
Setelah daftar pertelaan arsip sementara tersusun maka selanjutnya dilaksanakan
kegiatan penilaian arsip, untuk menentukan arsip mana yang perlu disimpan sebagai arsip
aktif atau arsip inaktif mana arsip yang dapat diusulkan musnah dan mana yang akan
diusulkan diserahkan ke Arsip Nasional.
Penilaian dilakukan setiap series arsip. Tentukan nilai guna primernya, apakali
memiliki nilai guna administrasi keuangan, hukum, ilmiah, dan teknologi? Setiap series
arsip dapat memiliki satu atau lebih nilai guna. Kalau suatu series memiliki lebih dari satu
nilai guna maka dalam menentukan retensinya harus memperhatikan lama waktu masing-
masing nilai guna bagi kepentingan operasional unit organisasi pencipta.
Setelah nilai guna primernya selesai apakah serier tersebut memiliki nilai guna
sekunder? Tentukan adakah nilai guna kebuktian dan informasionalnya! Kalau tidak ada
tentukan nasib akhirnya musnah, sedangkan bila ada, tentukan nasib akhirnya permanen
untuk diserahkan ke lembaga kearsipan!
Praktik penilaian arsip dilakukan untuk menilai arsip sebagaimana tertuang dalam
daftar pertelaan arsip sementara di atas agar lebih mudah akan dituangkan dalam daftar
penilaian arsip. Dalam penilaian arsip secara langsung untuk penyusutan daftar penilaian
arsip ini, bisa tidak diperlukan.
Saptorini, Chatarina dan Sari, Aurelia Tina Paramita, 2023. Penilaian dan Penyusutan Arsip.
Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.