Anda di halaman 1dari 195

LAPORAN PRAKTIK KEBIDANAN KOMUNITAS DALAM

KONTEKS CONTINUITY OF CARE DAN KOMPLEMENTER

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU “SP” UMUR 25 TAHUN


PRIMIGRAVIDA DARI UMUR KEHAMILAN 16 MINGGU 3 HARI
SAMPAI 42 HARI MASA NIFAS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Menyelesaikan Mata Kuliah Praktik Kebidanan Komunitas Dalam
Konteks Continuity Of Care (COC) Dan Komplementer
Program Studi Profesi Bidan

Oleh :

NI MADE ERNA YANTI


NIM.P07124322059

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEBIDANAN
DENPASAR
2023
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN PRAKTIK KEBIDANAN KOMUNITAS DALAM


KONTEKS CONTINUITY OF CARE DAN KOMPLEMENTER

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU “SP” UMUR 25 TAHUN


PRIMIGRAVIDA DARI UMUR KEHAMILAN 16 MINGGU 3 HARI
SAMPAI 42 HARI MASA NIFAS

OLEH :
NI MADE ERNA YANTI
NIM.P07124322059

TELAH MENDAPATKAN PERSETUJUAN

Pembimbing Utama :

I Gusti Agung Ayu Novya Dewi, S.ST., M. Kes


NIP. 198011062002122002

MENGETAHUI
KETUA JURUSAN KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR

ii
Dr. Ni Nyoman Budiani, S.Si.T., M.Biomed
NIP. 197002181989022002

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIK KEBIDANAN KOMUNITAS DALAM
KONTEKS CONTINUITY OF CARE DAN KOMPLEMENTER

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU “SP” UMUR 25 TAHUN


PRIMIGRAVIDA DARI UMUR KEHAMILAN 16 MINGGU 3 HARI
SAMPAI 42 HARI MASA NIFAS

Oleh:
NI MADE ERNA YANTI
NIM. P07124322059

TELAH DIUJI DI HADAPAN TIM PENGUJI


PADA HARI : RABU
TANGGAL : 10 MEI 2023

TIM PENGUJI :

1. Ni Gusti Kompiang Sriasih,S.ST.,M.Kes (Ketua) ………….

2. I Gst Agung Ayu Novya Dewi, S.ST, M.Kes (Sekretaris) ………….

MENGETAHUI
KETUA JURUSAN KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

iii
Dr. Ni Nyoman Budiani, S.Si.T., M.Biomed
NIP. 197002181989022002

MIDWIFERY CARE OF MRS. “LS” 25 YEARS OLD PRIMIGRAVIDA


FROM 16 WEEKS AND 3 DAYS OF PREGNANCY UNTIL 42 DAYS OF
POSTPARTUM PERIOD

Case study held at Technical Implementation Unit of Dawan I Health


Community Center area in 2023

ABSTRACT

Comprehensive midwifery care standarts of pregnancy to postnatal is one of the


efforts to decrease MMR and IMR. The purpose of this case study is to find out the
results of care given to the mothers “SP” from second trimester of pregnancy to
postpartum and newborns according to the standards. The method in determining
the cases is conducted by interview, examinations, observation and
documentation. Midwife rearing is given from August 2022 until January 2023.
The development of maternal pregnancy “SP” runs physiologically.
Uncomplicated vaginal delivery mothers. The first time lasted for nine and a half
hours, at second time thirty minutes, at third time is five minutes and
monitoring in stage IV within normal limits. The baby born at 09.00 a.m.,cry,
active movements, with reddish skin and weight 3100 grams. During the process
of uterine involution, lochea, lactation, and psychological expulsion takes place
within normal limits. Pregnancy care is not based on the standards, but labor,
postpartum, and newborn baby care based on the standards. Providing midwife
rearing based on the standards is very important to control and detect the
complications in the process of pregnancy, childbirth, parturition and the baby.

Keywords : pregnancy, labor, postpartum, baby

iv
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU “SP” UMUR 25 TAHUN
PRIMIGRAVIDA DARI UMUR KEHAMILAN 16 MINGGU 3 HARI
SAMPAI 42 HARI MASA NIFAS

Studi Kasus Dilaksanakan di Wilayah Kerja Unit Pelaksana Teknis Daerah


Puskesmas Dawan I
Tahun 2023

ABSTRAK

Asuhan kebidanan komprehensif sesuai standar dari kehamilan sampai masa


nifas adalah salah satu upaya untuk menurunkan AKI dan AKB. Tujuan studi
kasus ini untuk mengetahui hasil asuhan yang diberikan pada ibu “SP” dari
kehamilan trimester II sampai masa nifas dan bayi baru lahir sesuai standar.
Metode penentuan kasus yang digunakan yaitu melalui wawancara,
pemeriksaan, observasi serta dokumentasi. Asuhan diberikan dari bulan Agustus
2022 sampai Januari 2023. Perkembangan kehamilan ibu “SP” berjalan secara
fisiologis. Ibu bersalin pervaginam tanpa komplikasi. Kala I berlangsung
selama sembilan jam, kala II tiga puluh menit, kala III lima menit dan
pemantauan kala IV dalam batas normal. Bayi lahir pukul 09.00 WITA segera
menangis, gerak aktif, kulit kemerahan dan berat lahir 3100 gram. Pada masa
nifas proses involusi uterus, pengeluaran lochea, laktasi dan psikologis
berlangsung dalam batas normal. Asuhan kebidanan pada kehamilan belum
sesuai standar, sedangkan asuhan pada persalinan, nifas, dan bayi sudah sesuai
dengan standar. Bidan harus selalu memberikan asuhan kebidanan sesuai standar
karena sangat penting untuk memantau dan mendeteksi penyulit dan komplikasi
pada proses kehamilan, persalinan, nifas dan bayi.

Kata kunci : kehamilan, persalinan, nifas, bayi

v
RINGKASAN STUDI KASUS

Asuhan Kebidanan Pada Ibu “SP” Umur 25 Tahun Primigravida dari Umur
Kehamilan 16 Minggu 3 Hari Sampai 42 Hari Masa Nifas

Studi Kasus Dilaksanakan di Wilayah Kerja Unit Pelaksana Teknis Daerah


Puskesmas Dawan I
Tahun 2023

Oleh : Ni Made Erna Yanti (P07124322059)

Salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu negara adalah


Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Angka kematian
ibu di Kabupaten Klungkung mengalami peningkatan dari Tahun 2020-2021
sebesar 183 per 100.000 kelahiran hidup. Kasus kematian ibu di Kabupaten
Klungkung disebabkan oleh perdarahan dan gangguan sistem peredaran darah
Profil kesehatan kab.klk. 2021). Salah satu kontribusi kematian ibu juga
disebabkan obstetri dan non obstetri antara lain karena perdarahan,eklamsia
sedangkan non obstetri karena gangguan sistem peredaran darah termasuk
jantung,gangguan metabolik (Profil Dinkes Provinsi Bali. 2021).
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk menurunkan AKI dan
AKB. Puskesmas berkomitmen terhadap penurunan AKI dan AKB melalui
upaya kesehatan ibu, anak, gizi, dan promosi kesehatan (Profil Kesehatan
Indonesia. 2021). Salah satu Puskesmas yang turut berkomitmen yaitu Unit
Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Puskesmas Dawan I. Pelayanan yang diberikan
yaitu pelayanan ANC secara terpadu dan terintegrasi dengan program pelayanan
kesehatan lainnya. Pelayanan luar gedung yaitu kunjungan rumah ibu hamil,
nifas, neonatus, dan bayi, orientasi P4K bagi bidan, kepala desa/kelurahan, kader,
dan tokoh masyarakat, pelaksanaan kelas ibu hamil dan balita, pembinaan
maupun monev kunjungan antenatal, nifas, dan neonatal lengkap (Profil UPTD
Puskesmas Dawan I, 2021).
Deteksi dini komplikasi selama masa hamil, persalinan dan nifas sangat

vi
penting sekali dilakukan. Berdasarkan hal tersebut diatas maka penulis
melakukan asuhan kebidanan dalam konteks Continuity of Care dan
komplementer dengan merawat salah satu pasien pasien ibu hamil mulai
trimester II di wilayah UPTD Puskesmas Dawan I. Penulis memberikan asuhan

kebidanan pada Ibu “SP” umur 25 tahun primigravida dari usia kehamilan 16
minggu 3 hari dengan riwayat keluhan mual muntah pada trimester I dan riwayat
keluhan gatal pada perut di trimester III, dengan skor Pudji Rochyati 2.
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui hasil penerapan Asuhan
Kebidanan pada ibu ‘SP’ umur 25 Tahun primigravida beserta bayinya yang
menerima asuhan kebidanan sesuai standar secara komprehensif dan
berkesinambungan dari kehamilan trimester II sampai dengan 42 hari masa nifas.
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode wawancara,
pemeriksaan, observasi serta dokumentasi. Ibu melakukan pemeriksaan selalu
memperhatikan protokol kesehatan Covid-19 seperti mencuci tangan dengan
sabun dan air mengalir sesampai di tempat pemeriksaan dan tetap menggunakan
masker.
Pada masa kehamilan Ibu “SP” secara rutin dan teratur memeriksakan
kehamilannya ke tenaga kesehatan. Pada trimester II, Ibu “SP” melakukan
kunjungan ke Puskesmas sebanyak dua kali kunjungan kehamilan, dokter
kandungan sebanyak satu kali, dan pada trimester ketiga ibu “Sp” melakukan
kunjungan ke Puskesmas sebanyak satu kali, ke PMB dua kali, dan dokter
kandungan dua kali. Standar pelayanan minimal sudah didapatkan secara
berkesinambungan sesuai dengan kebutuhan ibu. Informasi dan edukasi selama
kehamilan seperti tanda tanda bahaya selama kehamilan, pola nutrisi , pola
istirahat dan perencanaan kehamilan juga sudah diberikan. Asuhan komplemeter
yang sudah didapat adalah senam hamil.
Pada persalinan Ibu “SP” tanggal 11 Januari 2023 pukul 09.00 wita Ibu
datang diantar suaminya ke PMB Hj Siti Rohani, A.Md.Keb dengan keluhan sakit
perut hilang timbul. Asuhan kebidanan persalinan berlangsung secara normal
pada saat umur kehamilan 38 minggu 5 hari dengan kala satu durasi sembilan
jam dan kala dua berlangsung 30 menit. Pada saat persalinan dilakukan
pemantauan kemajuan persalinan, pemantauan kesejahteraan ibu dan pemantauan

vii
kesejahteraan janin sesuai standar. Ibu selama persalinan sudah minum dan
makan sesuai kebutuhan, ibu “SP” diberikan asuhan komplementer untuk
mengurangi nyeri yaitu massage counterpressure dan massage euffleurge serta
aromaterapi lavender. Suami juga ikut serta mendampingi ibu selama proses

persalinan. Saat persalinan ibu memilih posisi setengah duduk, karena ibu merasa
lebih nyaman. Pada pukul 09.00 wita bayi lahir spontan belakang kepala dengan
kondisi segera menangis, gerak aktif dan berjenis kelamin laki-laki.
Pada masa nifas, penulis melakukan empat kali pelayanan nifas Masa
nifas Ibu “SP” tidak ada mengalami masalah atau komplikasi pada proses
involusi, pengeluaran lochea, dan laktasi. Ibu “SP” sudah diberikan KIE tentang
tanda bahaya nifas, mobilisasi, kebutuhan nutrisi, pola istirahat, personal
hygiene, ASI ekslusif, senam kegel, senam nifas , dan asuhan komplementer
dengan pijat oksitosin dan aromaterapi lavender. Setelah dilakukan konseling ibu
dan suami memilih kontrasepsi IUD. Asuhan kebidanan yang diberikan pada bayi
ibu “SP” telah sesuai dengan pelayanan neonatal esensial, bayi baru lahir telah
mendapatkan injeksi vitamin K pada satu jam pertama, HB-0 pada 1 jam setelah
pemberian vitamin K, imunisasi BCG dan polio 1. Pertumbuhan dan
perkembangan bayi berjalan secara fisiologis.
Asuhan kebidanan pada Ibu “SP” umur 25 tahun multigravida dari
trimester II sampai dengan masa nifas 42 hari belum diberikan sesuai dengan
standar Laporan kasus ini diharapkan dapat digunakan oleh tenaga kesehatan
sebagai salah satu sumber bacaan dalam melakukan asuhan normal pada ibu
hamil, bersalin dan nifas sesuai dengan standar. Untuk ibu dan keluarga
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan mengenai mengatasi masalah
selama kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir serta mengenali sedini
mungkin komplikasi atau masalah yang mungkin terjadi dan bagi penulis
selanjutnya, diharapkan dapat memperkaya pengetahuan mengenai asuhan
kebidanan terbaru sesuai evidence based dalam rangka mengoptimalkan asuhan
kebidanan yang diberikan.

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat

dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Asuhan

Kebidanan pada Ibu SP’ Umur 25 Tahun primigravida Kehamilan Trimester II UK 16

minggu 3 hari sampai dengan 42 Hari Masa Nifas”. Laporan kasus ini disusun dalam

rangka menyelesaikan mata kuliah praktik kebidanan komunitas dalam konteks Continuity of

Care dan komplementer.

Selama proses penyusunan laporan ini, peneliti mendapatkan banyak bantuan dari

berbagai pihak yang berhubungan dengan kegiatan yang dilaksanakan. Melalui kesempatan

ini, penulis menyampaikan terimakasih kepada yang terhormat :

1. Dr. Ni Nyoman Budiani, S.Si.T., M.Biomed sebagai Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes.

2. Ni Wayan Armini, S.ST.,M.Keb sebagai ketua prodi profesi bidan Jurusan Kebidanan

Poltekkes Denpasar.

3. I Gusti Agung Ayu Novya Dewi, S.ST.,M.Kes, sebagai pembimbing yang telah banyak

meluangkan waktu untuk proses bimbingan.

4. Hj Siti Rohani, A.Md.Keb sebagai pemilik tempat praktik yag telah mengizinkan penulis

untuk mengambil data.

5. Ibu ‘SP dan keluarga, selaku responden dalam laporan tugas akhir yang telah memberikan

izin dan bersedia berpartisipasi.

ix
6. Keluarga, teman-teman dan rekan-rekan lain yang selalu memberikan dukungan dan

semangat.

7. Pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah membantu dalam

penyusunan laporan akhir.

8. Pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu- persatu yang telah membantu dalam

penyusunan penulisan laporan kasus ini.

Penulis menyadari bahwa pengetahuan yang dimiliki masih kurang,sehingga

laporan tugas akhir ini msih perlu disempurnakan. penulis mengharapkan kritik dan saran

membangun dari para pembaca demi perbaikan dan kesempurnaan laporan kasus. Demikian

yang dapat penulis sampaikan.

Denpasar, Mei 2023

Penulis

x
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ni Made Erna Yanti

NIM : P07124322059

Program Studi : Profesi Bidan

Jurusan : Kebidanan

Tahun Akademik : 2022/2023

Alamat : Banjar Dinas Minggir Desa Gelgel

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Laporan kasus dengan judul Asuhan Kebidanan Pada Ibu ‘SP’ umur 25 Tahun
Primigravida dari Kehamilan Trimester II Sampai dengan 42 Hari Masa Nifas adalah
benar karya sendiri atau bukan hasil karya orang lain
2. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa Tugas Akhir ini bukan karya saya sendiri atau
plagiat hasil karya orang lain, maka saya sendiri bersedia menerima sanksi sesuai
Peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Denpasar, 10 Mei 2023


Yang membuat pernyataan

Ni Made Erna Yanti


NIM. P07124322059

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ......................................................................................................... i

HALAMAN JUDUL.............................................................................................................ii

LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................................. iii

LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................................iv

ABSTRACT...........................................................................................................................v

ABSTRAK............................................................................................................................vi

RINGKASAN STUDI KASUS..........................................................................................vii

KATA PENGANTAR........................................................................................................... x

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT.................................................................... xii

DAFTAR ISI.......................................................................................................................xiii

DAFTAR TABEL................................................................................................................xv

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................................xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah............................................................................................................. 4

C.Tujuan Penelitian................................................................................................................5

D.Manfaat Penelitian.............................................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A.Kajian Teori........................................................................................................................8

B.Kerangka Pikir..................................................................................................................76

xii
BAB III METODE DAN PENENTUAN KASUS

A. Informasi klien/keluarga.......................................................................................78

B. Rumusan Masalah dan Diagnosa Kebidanan.......................................................85

C. Jadwal Kegiatan....................................................................................................87

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil......................................................................................................................95

B. Pembahasan........................................................................................................132

BAB V PENUTUP

A. Simpulan.............................................................................................................156

B. Saran...................................................................................................................157

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 159

LAMPIRAN

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pertambahan Berat Badan Kehamilan yang Direkomendasikan pada Ibu

Hamil Berdasarkan IMT........................................................................................17

Tabel 2.Kunjungan Pemeriksaan Antenatal...........................................................25

Tabel 3. Tinggi Fundus Uteri Menurut Usia Kehamilan......................................29

Tabel 4. Interval dan Masa Perlindungan Imunisasi Tetanus...............................31

Tabel 5. Riwayat Hasil Pemeriksaan Ibu ”SP”......................................................80

Tabel 6. Jadwal Kegiatan Asuhan dan Kunjungan yang Diberikan pada

Ibu ”SP” dari Umur Kehamilan 16 Minggu 3 Hari sampai 42 Hari

Masa Nifas........................................................................................................... 88

Tabel 7. Catatan Perkembangan Ibu ”SP” Beserta Janinnya yang

Menerima Asuhan Kebidanan Selama Kehamilan Secara

komprehensif..........................................................................................................96

Tabel 8. Catatan Perkembangan Ibu ”SP” Beserta Bayi Baru Lahir yang

Menerima Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan Secara Komprehensif… 107

Tabel 9. Catatan Perkembangan Ibu ”SP” yang Menerima Asuhan

Kebidanan Masa Nifas Secara Komprehensif .....................................................117

Tabel 10. Catatan Perkembangan Neonatus Ibu ”SP” yang Menerima Asuhan

Kebidanan Pada Masa Neonatus Secara komprehensif…………………………

124

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Permohonan Menjadi Subjek Pengambilan Kasus

Lampiran 2. Informed Consent

Lampiran 3. Partograf

Lampiran 4. Rencana Kegiatan Penyusunan

Lampiran 5. Foto Dokumentasi

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan

salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu Negara. Tingginya AKI

dan AKB termasuk tantangan paling berat untuk mencapai Millenium Development

GoaSP (MDGs) tahun 2020. Agenda pembangunan berkelanjutan yaitu Sustainable

Development Goals (SDGs) yang telah disahkan pada September 2015 berisi 17

tujuan dan 169 target. Tujuan ketiga SDGs adalah menjamin kehidupan yang sehat

dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia dengan salah satu

target mengurangi AKI secara global sebanyak 70 per 100.000 Kelahiran Hidup

tahun 2030.

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2020

angka kematian ibu (AKI) di Indonesia sebesar 189 per100.000 kelahiran hidup

(KH) dari 183 target RPJMN tahun 2024 dan 70 target SDGs tahun 2030. Angka

kematian neonatal 16,85 per 1000 kelahiran hidup dari 16 target RPJMN tahun 2024

dan 12 target SDGs tahun 2030.

Angka Kematian Ibu di Provinsi Bali tahun 2021 sebesar 189,65 per 100.000

kelahiran hidup, jika dibandingkan dengan tahun 2020 sebesar 83,79,6 per 100.000
kelahiran hidup, terjadi peningkatan yang cukup besar. Peningkatan kasus kematian

pada tahun 2021 sebesar 125 kasus, tertinggi terjadi di Kabupaten Buleleng yaitu 27

kasus, kota Denpasar 20 kasus dan Kabupaten Badung 20 kasus. Penyebabnya ada

dua yaitu obstetri dan non obstetri. penyebab obstetri antara lain karena perdarahan

7,2%, eklamsia 3,2 %. sedangkan karena non obstetri antara lain karena gangguan

sistem peredaran darah termasuk penyakit jantung 12 %,gangguan metabolik 2,4 %

dan lain-lain 7,2 %. (Profil Dinkes Propinsi Bali, 2021).

Angka kematian ibu mengalami peningkatan sebesar 183,0 per 100.000

kelahiran hidup dibandingkan dengan tahun 2020 sebesar 72,9 per 100.000 kelahiran

hidup. Hal tersebut juga sama pada angka kematian bayi mengalami peningkatan

sebesar 10,2 per 1000 kelahiran hidup dibandingkan dengan tahun 2020 sebesar 5,5

per 1000 kelahiran hidup. (Profil kesehatan kab.klk. 2021).

Upaya percepatan penurunan AKI dilakukan dengan menjamin agar setiap ibu

mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, seperti pelayanan

kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih di fasilitas

pelayanan kesehatan, perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan

khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi, dan pelayanan keluarga berencana

termasuk KB pasca persalinan. Upaya kesehatan ibu yang disajikan terdiri dari

2
pelayanan kesehatan ibu hamil, pelayanan imunisasi Tetanus bagi wanita usia subur

dan ibu hamil, pemberian tablet tambah darah, pelayanan kesehatan ibu bersalin,

pelayanan kesehatan ibu nifas, Puskesmas melaksanakan kelas ibu hamil dan

Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), pelayanan

kontrasepsi / KB dan pemeriksaan HIV dan Hepatitis B (Profil Kesehatan Indonesia,

2021).

Continuity of care adalah pelayanan berkesinambungan yang diberikan mulai

dari kehamilan hingga pelayanan Keluarga Berencana (KB). Pelayanan diberikan

secara berksinambungan untuk mencegah komplikasi yang dapat mengancam jiwa

ibu dan bayi serta diharapkan dapat menurunkan AKI dan AKB. Continuity of care

adalah salah satu upaya promotif dan preventif yang dilakukan melalui pendekatan

intervensi yang diharapkan akan memberikan dampak yang signifikan terhadap

kelangsungan dan kualitas hidup ibu dan anak (Profil Kesehatan Indonesia, 2021).

Asuhan kebidanan yang diberikan yaitu secara efektif, aman dan holistik terhadap ibu

hamil, bersalin, nifas dan menyusui, bayi baru lahir dan kesehatan reproduksi pada

kondisi normal. Pelayanan ini tentunya dilaksanakan berdasarkan standar profesi

bidan (Kepmenkes, 2020).

Keuntungan memberikan asuhan COC ini bisa dirasakan oleh klien dan bidan.

Klien mendapatkan keuntungan karena selama masa kehamilan sampai masa nifas

antara bidan dan klien mengetahui kondisi klien sehingga jika didapatkan kondisi

3
diluar batas normal dapat segera ditindaklanjuti. Keuntungan yang didapatkan bidan

sebagai pemberi asuhan yaitu dapat menerapkan asuhan yang telah diperoleh pada

saat pendidikan formal, bidan dapat mencegah kegawatdaruratan yang terjadi karena

kurang pemantauan terhadap klien.

Asuhan kebidanan komprehensif yang dilakukan dengan continuity of care

pada ibu “SP” bertujuan untuk mengetahui hal apa saja yang terjadi pada ibu dari

kehamilan hingga 42 hari masa nifas. Skor Poedji Rochjati pada Ibu “SP” yaitu 2

yang merupakan skor awal ibu hamil dengan kategori kehamilan dengan risiko

rendah (KRR) serta ibu tidak memiliki riwayat pada keadaan patologis. Ibu “SP”

membutuhkan asuhan yang komprehensif dan berkesinambungan karena komplikasi

tidak bisa diramalkan. Oleh karena itu penulis melakukan pengkajian awal pada ibu

“SP” tanggal 06 Agustus 2022, Ibu mempunyai riwayat pusing dan mual. Ibu belum

mengetahui tanda bahaya kehamilan TW II dan belum mengetahui cara memantau

kesejahteraan janin. Ibu sangat kooperatif dan memiliki antusias tinggi dalam

menyimak informasi serta menerapkan asuhan kebidanan komplementer yang

dianjurkan untuk mengurangi keluhan yang dialami sesuai kebutuhan.

Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk mengambil kasus

dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Ibu “SP” Umur 25 Tahun primigravida dari

Trimester II umur kehamilan 16 minggu 3 hari sampai 42 Hari Masa Nifas”. Ibu “SP”

merupakan ibu hamil dalam keadaan fisiologis sehingga memenuhi syarat untuk

diberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dan berkesinambungan. Informed

4
consent telah dilakukan dan Ibu beserta keluarga bersedia untuk diberikan asuhan

kebidanan. Ibu “SP” beralamat di Br. Bingin Desa Kusamba sehingga memudahkan

penulis dalam memberikan asuhan kebidanan dan melakukan deteksi dini adanya

komplikasi yang dapat mengancam jiwa ibu serta janin.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah pada laporan kasus

ini adalah “Apakah ibu SP” umur 25 tahun Primigravida yang diberikan asuhan

kebidanan sesuai standar secara komprehensif dan berkesinambungan dari kehamilan

trimester II umur kehamilan 16 minggu 3 hari hingga 42 hari masa nifas dapat

berlangsung secara fisiologis?”.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Penulisan laporan kasus ini secara umum bertujuan untuk mengetahui hasil

penerapan asuhan kebidanan pada Ibu ‘SP’ umur 25 tahun primigravida dengan

beserta bayinya yang menerima asuhan kebidanan sesuai standar secara

komprehensif dan berkesinambungan dari kehamilan trimester II umur kehamilan 16

minggu 3 hari sampai dengan 42 hari masa nifas.

2. Tujuan Khusus

a. Menjelaskan hasil penerapan asuhan kebidanan pada ibu beserta janinnya selama

masa kehamilan

b. Menjelaskan hasil penerapan asuhan kebidanan pada ibu beserta bayi baru lahir

5
selama masa persalinan/ kelahiran

c. Menjelaskan hasil penerapan asuhan kebidanan pada ibu selama masa nifas

d. Menjelaskan hasil penerapan asuhan kebidanan pada bayi selama 42 hari

postnatal.

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, laporan kasus ini diharapkan dapat menambah teori dalam

menerapkan asuhan kebidanan komprehensif dari kehamilan trimester II sampai

dengan 42 hari masa nifas.

2. Manfaat praktis

a. Ibu dan keluarga

Hasil penulisan laporan ini diharapkan dapat menambah wawasan,

pengetahuan, dan keterampilan ibu dan keluarga tentang perawatan sehari – hari

pada ibu hamil, masa nifas dan neonatus.

b. Instansi kesehatan

Instansi kesehatan mendapatkan informasi tentang asuhan kebidanan

berkesinambungan dari kehamilan trimester II umur kehamilan 16 minggu 3

hari sampai masa nifas dan neonatus sehingga dapat membantu program KIA.

c. Institusi pendidikan

6
Hasil penulisan ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan informasi

untuk penulisan laporan selanjutnya dalam memberikan asuhan kebidanan

secara komprehensif dan berkesinambungan mulai dari masa kehamilan,

persalinan, masa nifas dan neonatus.

d. Penulis

Penulis diharapkan dapat menambah pengalaman dalam memberikan asuhan

kebidanan secara komprehensif dan berkesinambungan kepada pasien.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Asuhan Kebidanan

1. Asuhan kebidanan

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

HK.01.07/MENKES/320/2020, asuhan kebidanan adalah rangkaian kegiatan yang

didasarkan pada proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh

bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktinya berdasarkan ilmu dan

kiat Kebidanan.

Asuhan Kebidanan adalah asuhan yang diberikan pada ibu dimana seorang

bidan dengan penuh tanggung jawab wajib memberikan asuhan yang bersifat

menyeluruh kepada wanita sepanjang kehidupannya yaitu semasa bayi dan balita,

remaja, hamil, bersalin, sampai menopause. Dalam falsafah asuhan kebidanan dapat

disimpulkan bidan harus mempunyai keyakinan bahwa dalam kehidupannya sebagai

seorang tenaga yang profesional dan handal harus memberikan asuhan kebidanan

kepada wanita selama masa reproduksi, dimana setiap wanita mempunyai karakter

yang berbeda dan bersifat unik (Hatijar, Saleh and Yanti, 2020).

Menurut Intenational Confederation of Midwives (ICM) bidan adalah

seseorang yang telah menyelesaikan (lulus) program pendidikan kebidanan yang

diakui secara resmi oleh negaranya serta berdasarkan kompetensi praktik kebidanan

dasar yang dikeluarkan ICM dan kerangka kerja dari standar global ICM untuk

pendidikan kebidanan, telah memenuhi kualifikasi yang dipersyaratkan untuk


didaftarkan (register) dan/atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan

praktik kebidanan, dan menggunakan gelar/hak sebutan sebagai “Bidan”, serta

mampu menunjukkan kompetensinya di dalam praktik kebidanan.

Bidan adalah sebutan bagi seorang yang belajar khusus untuk menolong

perempuan saat melahirkan. Bidan merupakan profesi yang diakui secara nasional

dan internasional. Bidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggungjawb

dan akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan

kepada perempuan sepanjang siklus hidup. Bidan dapat melakukan praktik diberbagai

tatanan pelayanan, muai di rumah sebagai praktik mandiri bidan, di masyarakat atau

komunitas, Puskesmas, rumah sakit, klinik dan unit Kesehatan lainnya (Anggraini,

2020).

2. Wewenang Bidan

Kewenangan bidan diatur dalam pasal 18 Permenkes No 28 Tahun 2017. Bidan

memiliki kewenangan dalam penyelenggaraan praktik kebidanan, meliputi:

1) Pelayanan kesehatan ibu

2) Pelayanan kesehatan anak; dan

3) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.

c. Standar asuhan kebidanan

Standar asuhan kebidanan adalah acuan dalam pengambilan keputusan dan tindakan

yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya

berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan. Standar asuhan kebidanan meliputi (Cholifah

and Purwanti, 2019):

8
1) Standar I : pengkajian

Bidan mengumpulkan informasi yang akurat, relevan dan lengkap dari semua sumber

yang berkaitan dengan kondisi klien.

2) Standar II : perumusan diagnosa dan atau masalah kebidanan

Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian, menginterpretasikannya

guna menegakkan diagnosa dan masalah kebidanan.

3) Standar III: perencanaan

Bidan merencanakan asuhan berdasarkan diagnosa dan masalah yang ditegakan.

4) Standar IV: implementasi

Bidan melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif dan aman

berdasarkan evidence based kepada klien, dalam bentuk upaya promotif, preventif,

kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.

5) Standar V: evaluasi

Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan untuk melihat

keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan sesuai dengan perubahan

perkembangan kondisi klien.

6) Standar VI: pencatatan asuhan kebidanan

Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat dan jelas mengenai

keadaan atau kelainan yang ditemukan serta tidakan yang dilakukan dalam

memberikan asuhan kebidanan.

9
B. Konsep dasar Continuity of care (CoC)

1. Pengertian

Continuity of care merupakan hal mendasar dalam model praktik kebidanan

untuk memberikan asuhan yang holistik, membangun kemitraan yang berkelanjutan

untuk memberikan dukungan dan membina hubungan saling percaya antara bidan

dengan klien. Menurut Reproductive, Maternal, Newborn and Child Health

(RMNCH), Continuity of care meliputi pelayanan terpadu bagi ibu dan anak dari pra

kehamilan hingga persalinan, periode postnatal dan masa kanak-kanak. Asuhan

disediakan oleh keluarga dan masyarakat melalui layanan rawat jalan, klinik, dan

fasilitas kesehatan lainnya (Astuti, 2017 dalam Meha, 2022).

2. Dimensi

Menurut WHO dalam Warsa (2022), dimensi pertama dari Continutiy of Care

yaitu dimulai saat kehamilan, pra kehamilan, selama kehamilan, persalinan, serta

hari-hari awal tahun kehidupan. Dimensi kedua dari Continuity of care yaitu tempat

pelayanan yang menghubungkan berbagai tingkat pelayanan mulai dari rumah,

masyarakat dan sarana kesehatan. Dengan demikian bidan dapat memberikan asuhan

secara berkesinambungan.

3. Tujuan

Menurut Saifuddin (2014) dalam Hatijar, Saleh and Yanti (2020), tujuan

umum dilakukan asuhan kehamilan yang berkesinambungan adalah sebagai berikut :

1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh

kembang bayi

10
2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan

bayi

3) Mengenal secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin

terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan

pembedahan

4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun

bayinya dengan trauma seminimal mungkin

5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI Ekslusif

6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar

dapat tumbuh kembang secara optimal

7) Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal

4. Manfaat

Continuity of care dapat diberikan melalui tim bidan yang berbagi beban

kasus, yang bertujuan untuk memastikan bahwa ibu menerima semua asuhannya dari

satu bidan atau tim praktiknya. Bidan dapat bekerja sama melalui multi disiplin dalam

melakukan konsultasi dan rujukan dengan tenaga kesehatan lainnya (Kartikasari,

Parwatiningsih and Fatsena, 2021).

e. Dampak tidak dilakukan asuhan berkesinambungan

Dampak yang akan timbul jika tidak dilakukan asuhan kebidanan yang

berkesinambungan adalah dapat meningkatkan risiko terjadinya komplikasi pada ibu

yang tidak ditangani sehingga menyebabkan penanganan yang terlambat terhadap

komplikasi dan meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas (Kartikasari,

Parwatiningsih and Fatsena, 2021).

11
C. Kehamilan

1. Pengertian

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, Kehamilan didefinisikan

sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan

nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi,

kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9

bulan menurut kalender internasional. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kehamilan

adalah bertemunya sel telur dan sperma di dalam atau diluar Rahim dan berakhir

dengan keluarnya bayi dan plasenta melalui jalan lahir (Situmorang et al., 2021).

a. Perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi pada ibu hamil

1) Sistem reproduksi

Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama dibawah pengaruh

estrogen dan progesteron yang kadarnya meningkat. Berat uterus itu normal lebih

kurang 30 gram. Pada akhir kehamilan (40 minggu), berat uterus itu menjadi 1.000

gram. Perubahan uterus adalah sebagai berikut: pada minggu ke-16 dari luar, fundus

uteri kira-kira terletak diantara setengah jarak pusat ke simfisis, pada minggu ke-20

fundus uteri terletak kira-kira dipinggir bawah pusat, pada minggu ke-24 fundus uteri

berada tepat dipinggir atas pusat, pada minggu ke-28 fundus uteri terletak kira kira 3

jari diatas pusat atau sepertiga jarak antara pusat ke prosessus xifodeus, pada minggu

ke-32 fundus uteri terletik diantara setengah jarak pusat dari prosessus xifodeus,

padmingguke-36 fundus uteri terletak kira-kira 3 jari dibawah prosessus xifodeus

xifodeus, pada minggu ke-40 fundus uteri turun kembali (Hatijar, Saleh and Yanti,

2020).

12
2) Sistem endokrin

Pada Trimester I, korpus luteum dalam ovarium menghasilkan estrogen dan

progesteron. Sel-sel trofoblast menghasilkan hormon korionik gonadotropin yang

akan mempertahankan korpus luteum sampai plasenta berkembang penuh dan

mengambil alih produksi estrogen dan progesteron dari korpus luteum. Selain itu,

dihasilkan pula hormon laktogenik dan hormon relaksin.

3) Sistem kekebalan tubuh

Pada trimester I, peningkatan pH sekresi vagina wanita hamil membuat wanita

lebih rentan terhadap infeksi vagina. Sistem pertahanan tubuh ibu selama kehamilan

akan tetap utuh, kadar imunoglobulin dalam kehamilan tidak berubah.

hingga mencapai kadar terendah pada minggu ke-30 dan tetap berada pada kadar ini

hingga aterm.

4) Sistem perkemihan

Pada trimester I, kandung kemih tertekan oleh uterus yang mulai membesar

tidak jarang terjadi gangguan berkemih pada saat kehamilan. Ibu akan merasa lebih

sering ingin buang air kecil. Pada kehamilan normal , fungsi ginjal cukup banyak

berubah, laju filtrasi glomelurus dan aliran plasma ginjal meningkat pada kehamilan.

Pada Trimester III, bila kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul keluhan sering

kencing akan timbul lagi karena kandung kencing akan mulai tertekan kembali.

Selain itu juga terjadi hemodilusi menyebabkan metabolisme air menjadi lancar.

5) Sistem pencernaan

Pada trimester II dan III, biasanya terjadi konstipasi karena pengaruh hormon

progesteron yang meningkat. Selain itu, perut kembung juga terjadi karena adanya

13
tekanan uterus yang membesar dalam rongga perut yang mendesak organ- organ

dalam perut. Wasir (hemoroid) cukup sering terjadi pada kehamilan. Sebagian besar

hal ini terjadi akibat konstipasi dan naiknya tekanan vena-vena di bawah uterus

termasuk vena hemoroidal. Panas perut terjadi karena terjadinya aliran balik asam

gastrik ke dalam esofagus bagian bawah (Mastiningsih and Agustina, 2019).

6) Sistem muskuloskeletal

Pada Trimester II dan III, hormon progesteron dan hormon relaksasi

menyebabkan relaksasi jaringan ikat otot-otot. Hal ini terjadi maksimal pada satu

minggu terakhir kehamilan. Postur tubuh wanita secara bertahap mengalami

perubahan karena janin membesar dalam adomen sehingga untuk mengopensasi

penambahan berat ini, bahu lebih tetarik kebelakang dan tulang lebih melengkung,

sendi tulang belakang lebih lentur, dan dapat menyebabkan nyeri punggung pada

beberapa wanita. Lordosis progresif merupakan gambaran yang khas pada kehamilan

normal. Mobilitas sakroliaka, sakrokoksigeal, dan sendi pubis bertambah besar, serta

menyebabkan rasa tidak nyaman dibawah punggung, khususnya pada akhir

kehamilan.

7) Sistem kardiovaskuler

Tekanan darah akan turun selama 24 minggu pertama kehamilan akibat terjadi

penurunan dalam perifer vaskuler resistence yang disebabkan oleh peregangan otot

halus oleh progesteron. Hipertropi (pembesaran atau dilatasi ringan jantung) mungkin

disebabkan oleh peningkatan volume darah dan curah jantung. Karena diafragma

terdorong ke atas, jantung terangkat ke atas dan berotasi ke depan dan ke kiri. Pada

Trimester III, yaitu selama kehamilan jumlah leukosit akan meningkat. Pada

14
kehamilan, terutama trimester ke-3, terjadi peningkatan jumlah granulosit dan

limfosit dan secara bersamaan limfosit dan monosit (Mastiningsih and Agustina,

2019).

8) Sistem metabolisme

Pada trimester I, II, dan III, basal metabolic rate (BMR) meninggi. Peningkatan

BMR mencerminkan peningkatan kebutuhan oksigen pada janin, plasenta, uterus

serta peningkatan konsumsi oksigen akibat peningkatan kerja jantung ibu. Pada

kehamilan tahap awal banyak wanita mengeluh merasa lemah dan letih setelah

melakukan aktivitas ringan. Perasaan ini sebagian dapat disebabkan oleh peningkatan

aktifitas metabolik. Dengan terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh mengalami

perubahan yang mendasar, dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk

pertumbuhan janin dan persiapan memberikan ASI (Mastiningsih and Agustina,

2019).

9) Sistem Integumen

Ibu hamil sering mengalami perubahan pada kulit yaitu terjadi hiperpigmentasi

atau warna kulit kelihatan lebih gelap. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan

Melanosit Stimulating Hormon (MSH). Hiperpigmentsi dapat terjadi pada muka ,

leher, payudara, perut, lipat paha dan aksila. Hiperpigmentasi pada muka disebut

kloasma gravidarum biasanya timbul pada hidung, pipi dan dahi. Hiperpigmentasi

pada perut terjadi pada garis tengah berwarna hitam kebiruan dari pusat kebawah

sampai sympisis yang disebut linea nigra.

15
10) Sistem pernafasan

Pada trimester I, II, dan III perubahan anatomi dan fisiologis sistem pernapasan

selama kehamilan diperlukan untuk memenuhi peningkatan metabolisme dan

kebutuhan oksigen bagi tubuh ibu dan janin. Perubahan tersebut terjadi karena

pengaruh hormonal dan biokimia. Relaksasi otot dan kartilago toraks menjadikan

bentuk dada berubah. Karena pertukaran udara selama kehamilan meningkat oleh

karena itu, ibu hamil dianjurkan untuk nafas dalam daripada nafas cepat. Kebutuhan

oksigen ibu meningkat sebagai respons terhadap percepatan laju metabolik dan

peningkatan kebutuhan oksigen jaringan uterus dan payudara. Dengan semakin

tuanya kehamilan dan seiring pembesaran uterus ke rongga abdomen, pernapasan

dada menggantikan pernapasan perut dan penurunan diafragma saat inspirasi menjadi

semakin sulit (Mastiningsih and Agustina, 2019).

b. Kebutuhan dasar kehamilan

1) Kebutuhan fisik

a) Kebutuhan nutrisi

Nutrisi adalah ikatan kimia yang diperlukan oleh tubuh untuk melakukan

fungsinya. Penambahan berat badan merupakan salah satu indikator untuk mengukur

status gizi selama kehamilan, tergantung status gizi ibu prahamil, yang dipantau

dengan menimbang berat badan ibu hamil paling sedikit 1 kali tiap akhir semester.

Estimasi berat badan prahamil dapat dihitung berdasarkan IMT median : BB prahamil

ideal = IMT (median) x TB (m). nilai IMT median yang digunakan adalah 20,0.

16
Berikut adalah tabel peningkatan berat badan ibu hamil yang normal sesuai dengan

IMT pra hamil (Mastiningsih and Agustina, 2019).Tabel 1

Tabel 1.
Kategori Kenaikan BB berdasarkan IMT
Kategori IMT Rekomendasi
Rendah <18,5 12,5 – 18 kg
Normal 18,5 – 24,9 11,5 – 16 kg
Tinggi 25,0 – 29,9 7 – 11,5 kg
Obesitas > 30 5-9
Sumber : (Kemenkes RI, Buku KIA, 2020)
Menghitung IMT:

(1) Kalori (energi)

Seorang wanita selama kehamilan memiliki kebutuhan energi yang meningkat

yang digunakan untuk pertumbuhan janin, pembentukan plasenta, pembuluh darah

dan jaringan yang baru. Tubuh ibu memerlukan sekitar 80.000 tambahan kalori pada

kehamilan. Setiap harinya sekitar 300 tambahan kalori dibutuhkan ibu hamil.

(2) Protein

Tambahan protein diperlukan selama kehamilan untuk persediaan nitrogen

esensial guna memenuhi tuntutan pertumbuhan jaringan ibu dan janin. Sintesis

produk konsepsi : janin, cairan amnion, plasenta, pertumbuhan jaringan maternal,

uterus, payudara, sel – sel darah merah, protein plasma, sekresi protein, susu selama

masa laktasi. Asupan yang dianjurkan adalah 60 g per hari.

17
(3) Folat (asam folat)

Folat sangat diperlukan dalam sintesis DNA dan juga diperlukan untuk

meningkatkan eritropoisis (produksi sel darah merah). Folat juga membantu

mencegah neural tube defect, yaitu cacat pada otak dan tulang belakang. Kekurangan

folat dapat meningkatkan kehamilan kurang umur (prematur), bayi berat lahir

rendah/BBLR dan pertumbuhan janin yang kurang. 400 mikrogram folat disarankan

untuk ibu hamil. Folat dapat diperoleh dari suplementasi asam folat dan sumber alami

seperti sayuran berwarna hijau , jus jeruk, buncis dan kacang – kacangan

(Mastiningsih and Agustina, 2019).

(4) Zat besi

Jumlah besi yang dibutuhkan untuk kehamilan tunggal normal adalah sekitar

1000 mg, 350 mg untuk pertumbuhan janin dan plasenta, 450 mg untuk peningkatan

masa sel darah merah ibu, dan 240 untuk kehilangan basal. Tambahan besi dalam

bentuk garam ferrous dengan dosis 60 mg per hari, biasanya dimulai sejak kunjungan

prenatal pertama guna mempertahankan cadangan ibu memenuhi kebutuhan janin.

Wanita yang berisiko tinggi mengalami defisiensi memerlukan dosis yang lebih

tinggi (60 mg perhari). Di Indonesia ditetapkan bahwa semua ibu hamil memerlukan

dosis 60 mg perhari. Tambahan besi sulfat dapat menyebabkan tinja berwana hitam

keabu-abuan. Beberapa wanita mengalami nausea, muntah dan bahkan diare atau

konstipasi. Untuk mengurangi gejala, tambahan besi harus dikonsumsi antar jam

makan, atau menjelang tidur disertai vitamin C, untuk meningkatkan absorpsi.

18
(5) Zat seng (zinc)

Kadar seng ibu yang rendah dikaitkan dengan banyaknya komplikasi pada masa

prenatal dan periode intra partum. Jumlah seng yang direkomendasikan RDA selama

masa hamil ialah 15 mg sehari, dapat diperoleh dari daging, kerang, roti gandum utuh

atau sereal. Kelebihan suplemen seng dapat mengganggu metabolisme tembaga dan

besi.

(6) Kalsium

Janin mengkonsumsi 250-300 mg kalsium perhari dari suplai darah ibu.

Metabolisme kalsium dalam tubuh ibu mengalami perubahan pada awal masa

kehamilan membuat simpanan kalsium dalam tubuh ibu meningkat yang digunakan

untuk memenuhi kebutuhan pada trimester ketiga dan masa laktasi. Asupan kalsium

yang direkomendasikan adalah 1200 mg per hari dengan mengkonsumsi dua gelas

susu/125 g keju setiap hari. Jika kebutuhan kalsium tidak tercukupi dari makanan,

kalsium yang dibutuhkan bayi akan diambil dari tulang ibu.

b) Seksual

Melakukan hubungan seks senyaman mungkin tidak menekan perut ibu selama

tidak menimbulkan rasa tidak nyaman. Riwayat abortus spontan atau abortus lebih

dari satu kali, ketuban pecah dini, perdarahan pada trimester III merupakan

peringatan untuk tidak melakukan koitus.

c) Mobilisasi / body mekanik

Aktivitas fisik meningkatkan rasa sejahtera ibu hamil dengan meningkatkan

sirkulasi, membantu relaksasi dan istirahat, dan mengatasi kebosanan. Anjurkan agar

19
pasien mempelajari latihan Kegel untuk memperkuat otot-otot di sekitar organ

reproduksi dan meningkatkan tonus otot. Postur dan mekanika tubuh perlu

diperhatikan, lutut ditekuk untuk merendahkan tubuh sehingga dapat melakukan

posisi jongkok. Mengangkat beban dengan memegang dekat ke tubuhnya dan jangan

sampai lebih tinggi dari dada. Untuk berdiri atau duduk satu kaki yang lain saat ia

bangkit atau menurunkan tubuhnya.

d) Istirahat dan tidur

Ibu hamil memerlukan istirahat paling sedikit 1 jam pada siang hari dengan

kaki ditempatkan lebih tinggi dari tubuhnya. Istirahat sangat bermanfaat bagi ibu

hamil agar tetap kuat dan tidak mudah terkena penyakit. Ibu hamil sebaiknya tidur

dengan posisi miring ke kiri daripada miring kekanan atau terlentang agar tidak

mengganggu aliran darah di rahim. Dengan posisi demikian, rahim tidak menekan

vena kava dan aorta abdomalis. Untuk ibu hamil dengan oedema di kaki dianjurkan

tidur dalam posisi kaki tinggi dari pada kepala agar sirkulasi darah dari eksremitas

bawah beredar ke bagian tubuh atasnya. Tidur siang dilakukan kurang lebih selama 2

jam dan dilakukan lebih sering daripada sebelum hamil. Tidur malam pada ibu hamil

selama kurang lebih 8 jam, sebaiknya tidur lebih awal dan jangan tidur terlalu malam

karena dapat menurunkan TD bumil (Handayani, 2022).

e) Imunisasi vaksin TT (tetanus toxoid)

Ibu hamil harus mendapat imunisasi TT untuk mencegah terjadinya tetanus

neonatorum. Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining status imunisasinya.

Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil, disesuaikan dengan status TT ibu saat ini.

Ibu hamil dengan status T5 (TT Long Life) tidak perlu diberikan imunisasi TT lagi.

20
Seseorang dikatakan status imunisasinya TT1 apabila telah mendapatkan

imunisasi DPT 1 saat bayi, dikatakan status imunisasinya TT2 apabila telah

mendapatkan imunisasi DPT 2 saat bayi, dikatakan status imunisasinya TT3 apabila

telah mendapatkan imunisasi DT ketika kelas 1 SD, dikatakan status imunisasinya

TT4 apabila telah mendapatkan imunisasi Td saat kelas 2 SD dan dikatakan status

imunisasi TT5 apabila telah mendapatkan imunisasi Td saat kelas 3 SD (Hadianti,

D.N. dkk, 2014 dalam Handayani, 2022).

f) Kebutuhan psikologi

(1) Dukungan keluarga

Dukungan selama masa kehamilan sangat dibutuhkan bagi seorang wanita yang

sedang hamil, terutama dari orang terdekat apalagi bagi ibu yang baru pertama kali

hamil. Seorang wanita akan merasa tenang dan nyaman dengan adanya dukungan dan

perhatian dari orang-orang terdekat.

Dukungan dan peran serta suami dalam masa kehamilan terbukti meningkatkan

kesiapan ibu hamil dalam menghadapi kehamilan dan proses persalinan, bahkan juga

memicu produksi ASI. Suami sebagai seorang yang paling dekat, dianggap paling

tahu kebutuhan istri. Saat hamil wanita mengalami perubahan fisik dan psikologis.

Tugas penting suami yaitu untuk memberikan perhatian dan membina hubungan baik

dengan istri, sehingga istri dapat mengkonsultasikan setiap masalah yang dialaminya

dalam menghadapi kesulitan-kesulitasn selama kehamilan.

(2) Dukungan keluarga

Lingkungan keluarga yang harmonis ataupun lingkungan tempat tinggal yang

kondusif sangat berpengaruh terhadap keadaan emosi ibu hamil. Wanita hamil

21
seringkali mempunyai ketergantungan terhadap orang lain di sekitarnya terutama

pada wanita yang pertama kali hamil. Keluarga harus menjadi bagian dalam

mempersiapkan pasangan menjadi orang tua.

(3) Dukungan tenaga kesehatan

Tenaga kesehatan dapat memberikan peranannya melalui dukungan aktif

melalui kelas antenatal dan pasif memberikan kesempatan kepada ibu hamil yang

mengalami masalah untuk berkonsultasi. Tenaga kesehatan harus mampu mengenali

tentang keadaan yang ada di sekitar ibu hamil atau pasca bersalin, yaitu: Bapak,

kakak dan pengunjung (Sulistyawati, 2017 dalam Handayani, 2022).

c. Peran Pendampingan Selama Masa Kehamilan

Peran pendampingan suami masih menjadi masalah sosio-medis baik pada

tingkat global maupun pada tingkat nasional dan lokal. Pendampingan adalah

perbuatan mendampingi, menemani dan menyertai dalam suka dan duka. Suami

adalah pria yang menjadi pasangan hidup resmi sepasang wanita atau isteri.

Pendampingan merupakan keberadaan seseorang yang mendampingi atau terlibat

langsung sebagai pemandu persalinan, dimana yang terpenting adalah dukungan yang

diberikan pendamping persalinan selama kehamilan, persalinan, dan nifas, agar

proses persalinan yang dilaluinya berjalan dengan lancar dan memberi kenyamanan

bagi ibu bersalin. Peran pendampingan suami terhadap isteri terutama pada masa

kehamilan secara substantif serta esensial menerangkan atau memberikan penjelasan

empiris mengenai realitas sosial atas kepastian pelaksanaan peran dari aktor sosial

dan struktur sosial, realitas sosial atas tuntutan pemenuhan peran yang berkualitas,

22
realitas sosial atas manfaat signifikan yang diharapkan dapat dicapai dari peran bagi

struktur sosial, aktor sosial, sistem sosial serta perubahan (Limbong, 2021).

Kurang atau tidak berjalannya peran pendampingan suami terhadap isteri pada

masa kehamilan dan persalinan berpotensi menimbulkan masalah keterlambatan

bahwa kematian ibu masih banyak diakibatkan faktor resiko tidak langsung berupa

keterlambatan (tiga terlambat) yaitu terlambat mengambil keputusan dan mengenali

tanda bahaya, terlambat dirujuk, dan terlambat mendapat penanganan medis. Selain

masalah medis, tingginya kematian ibu juga karena masalah ketidaksetaraan gender,

nilai budaya, perekonomian serta rendahnya perhatian laki-laki terhadap ibu hamil

dan melahirkan. Hal ini sesuai pula dengan beberapa faktor penghambat secara socio-

medis yang disebutkan seperti beban pekerjaan atau ekonomi keluarga, persepsi,

perilaku, kebijakan, budaya. Namun demikian, adanya faktor penghambat peran

pendampingan suami tersebut semakin menguatkan pentingnya optimalisasi

pelaksanaan program Making Pregnancy Safer (MPS) yang dicanangkan oleh

Pemerintah/Kemenkes RI sebagai strategi untuk mendorong pemberdayaan

perempuan dan keluarga, dan mewujudkan output-nya yakni menetapkan keterlibatan

suami dalam mempromosikan kesehatan ibu, dan meningkatkan peran aktif keluarga

dalam kehamilan dan persalinan. Suami melakukan peran aktif dalam mendukung ibu

dan mengidentifikasi langkah-langkah yang memungkinkan untuk kenyamanan ibu,

menghargai keinginan ibu untuk menghadirkan suami atau keluarga untuk

menemaninya. Terdapat pengaruh antara dukungan suami terhadap perilaku ibu hamil

dalam melukan pemeriksaan kesehatan, kesimpulan terdapat pengaruh pengetahuan

ibu dan dukungan suami terhadap pemeriksaan kesehatan (Sihaloho, 2020).

23
d. Penerapan Budaya Bali dalam Asuhan Kehamilan

1) Parahyangan (Hubungan Harmonis dengan Tuhan)

Pada saat memberikan ANC pada ibu hamil kita sebagai bidan berhak untuk

mengajak ibu untuk menyadari bahwa kehamilan ini terjadi pasti karen keterlibatan

dan restu Tuhan

2) Pawongan

Sebagai bidan tetap menghormati privasi pasien, sebagai bidan wajib

memberikan informasi yang lengkap dan akurat, sebagai bidan wajib mengakui gak

pasien untuk menentukan pilihan, tanpa melihat status umur, status pernikahan

ataupun karakteristik

3) Palemahan (Hubungan Harmonis Manusia dengan lingkungan)

Berdasarkan Pergub No 97 Tahun 2018, masyarakat bali diharapkan melakukan

pembatasan menggunakan sampah plastik sekali paka, sehingga fasilitas kesehatan

tidak menyediakan plastic. Untuk menjaga energi ibu hamil tetap stabil kita bisa

melakukan grounding dan juga earthing. Serta menjaga lingkungan ibu hamil dimulai

dari rumah menggunakan bahan-bahan alam.

a. Evidence based practice dalam Asuhan Kehamilan

1) Brain booster

Program pengungkit otak (brain booster) merupakan integrasi program ANC

dengan melakukan stimulasi auditori dan pemenuhan nutrisi pengungkit otak secara

bersamaan pada periode kehamilan ibu yang bertujuan meningkatkan potensi

intelegensi bayi yang dilahirkan. Pelaksanaan program brain booster diharapkan

mampu meningkatkan angka cakupan antenatal secara standar minimal, sekaligus

24
mendukung program pemantauan masa kehamilan menjadi sebulan sekali selama

kehamilan (Permenkes RI, 2015 dalam Handayani, 2022).

2) Yoga hamil

Yoga adalah suatu olah tubuh, pikiran dan mental yang sangat membantu ibu

hamil dalam melenturkan persendian dan menenangkan pikiran terutama pada ibu

hamil trimester II dan III. Penelitian Sriasih, dkk (2020) yang menyatakan bahwa

prenatal yoga memberikan efek yang signifikan terhadap penurunan nyeri punggung

ibu hamil trimester III. Gerakan relaksasi dalam prenatal yoga menyebabkan pikiran

dan otot tubuh menjadi lebih rileks, sehingga peredaran darah bekerja dengan baik

dan tubuh memproduksi hormon endorfin. Peningkatan kadar hormon endorfin di

dalam tubuh akan menghambat ujung-ujung saraf nyeri, sehingga mencegah stimulus

nyeri untuk masuk ke medulla spinalis sehingga sampai ke kortek serebri dan

menginterpretasikan kualitas nyeri. Menurut Fitriani (2018) prenatal yoga efektif

menurunkan nyeri punggung bawah pada ibu hamil, dilakukan dengan durasi 30-60

menit dan frekuensi satu minggu sekali selama dua minggu

3) Herbal Therapy Compress Ball

Herbal Therapy Compress Ball adalah berasal dari Thailand selama ratusan

tahun sebagai terapi tradisional (Baeha et al., 2018) . Herbal Therapy Compress Ball

ini sebagai pengobatan muskuloskletal, terapeutik dan rehabilitatif. Herbal Therapy

Compress Ball dapat digunakan dengan cara dikukus selama 10–15 menit sebelum

digunakan untuk mengaktifkan konduksi panas serta meningkatkan aliran darah, anti

inflamasi efek dari bahan herbal, dan relaksasi efek minyak atsiri aromatik dari bahan

25
herbal. Kandungan Herbal Therapy Compress Ball bervariasi tergantung tersedianya

ramuan tumbuhan dari setiap daerah (Kamsanam et al., 2018).

a) Music therapy

Penggunaan musik dalam manajemen nyeri dapat mengalihkan dan

membalikkan perasaan cemas, dan mengaktifkan releasing hormone endorphin yang

dapat digunakan oleh tubuh sebagai penghilang nyeri. Suharnah, Jama and Suhermi

(2021) menemukan bahwa terapi musik selama kehamilan dapat mengurangi

kesemasan ibu hamil trimester ketiga menjelang menghapadi proses persalinan.

b) Massase punggung

Massase pada punggung dengan merangsang titik tertentu di sepanjang

meridian medulla spinalis yang ditransmisikan melalui serabut saraf besar ke

formatio retikularis, thalamus dan sistem limbik tubuh akan melepaskan endorfin.

Setiawati, (2019) menyatakan bahwa melakukan massase punggung selama

kehamilan trimester ketiga dapat membantu ibu hamil merasa rileks dan mengurangi

nyeri punggung.

b. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan

Semua ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal yang komprehensif

dan berkualitas sehingga ibu hamil dapat menjalani kehamilan dan persalinan

dengan pengalaman yang bersifat positif serta melahirkan bayi yang sehat dan

berkualitas. Ibu hamil dianjurkan untuk melakukan kunjungan antenatal yang

komprehensif minimal enam kali pemeriksaan yaitu sebagai berikut

(Kemenkes R.I. 2020)

26
Tabel 2
Kunjungan Pemeriksaan Antenatal

Trimester Jumlah kunjungan minimal Waktu kunjungan

I
2 kali Usia Kehamilan 0-12 minggu
II
1 kali Usia Kehamilan >12 minggu-
24 minggu
III
3 kali Usia Kehamilan >24 minggu
sampai dengan kelahiran
Sumber: Kemenkes, R.I. Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu. 2020

Kunjungan antenatal bisa lebih dari 6 (enam) kali sesuai kebutuhan dan

jika ada keluhan, penyakit atau gangguan kehamilan. Jika kehamilan sudah

mencapai 40 minggu, maka harus dirujuk untuk diputuskan terminasi

kehamilannya (Kemenkes, R.I., 2020).

Pemeriksaan dokter pada ibu hamil dilakukan saat pada kunjungan

pertama di trimester pertama dengan usia kehamilan kurang dari 12 minggu

atau dari kontak pertama, dokter melakukan skrining kemungkinan adanya

faktor risiko kehamilan atau penyakit penyerta pada ibu hamil termasuk

didalamnya pemeriksaan Ultrasonografi (USG). Apabila saat K1 ibu hamil

datang ke bidan, maka bidan tetap melakukan ANC sesuai standar, kemudian

merujuk ke dokter. Kunjungan kelima di trimester ketiga, dokter melakukan

perencanaan persalinan, skrining faktor risiko persalinan termasuk

pemeriksaan Ultrasonografi (USG) dan rujukan terencana bila diperlukan

(Kemenkes RI, 2020).

27
Standar pelayanan antenatal terpadu minimal adalah sebagai berikut (10T) :

a. Timbang berat dan ukur tinggi badan

Pengukuran tinggi badan pada pertama kali kunjungan dilakukan untuk

menapis adanya faktor risiko pada ibu hamil. Tinggi badan ibu hamil kurang

dari 145 cm meningkatkan risiko untuk terjadinya CPD (Cephalo Pelvic

Disproportion). Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal

dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin.

Penambahan berat badan yang kurang dari 9 kilogram selama kehamilan atau

kurang dari 1 kilogram setiap bulannya menunjukkan adanya gangguan

pertumbuhan janin (Kemenkes, R.I. 2014).

Pertambahan berat badan selama hamil perlu dipantau. Rata-rata ibu

hamil bertambah berat badannya sebesar 10—12,5 kg selama kehamilan,

kebanyakan terjadi setelah minggu ke-20, yaitu pada trimester II dan III

kehamilan. Pada trimester I, terutama dalam 10 minggu pertama, kenaikan

berat badan hanya sedikit atau bahkan tidak naik. Rata-rata pertambahan BB

ibu antara usia kehamilan 0—10 minggu adalah sebesar 0,065 kg per minggu;

pada usia kehamilan 10—20 minggu 0,335 kg per minggu; pada usia

kehamilan 20-30 minggu 0,45 kg per minggu; dan pada usia 30—40 minggu

adalah 0,35 kg per minggu. Untuk ibu hamil yang tergolong kurus sebelum

hamil diharapkan mempunyai kenaikan BB antara 12,5—18 kg; 11,5—12,5 kg

untuk ibu hamil dengan BB sehat; dan 7—11,5 kg untuk ibu hamil yang

kelebihan BB saat sebelum hamil (Kemenkes, R.I., 2020).

28
b. Ukur tekanan darah

Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal

dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah ≥ 140/90

mmHg) pada kehamilan dan preeklampsia (hipertensi disertai edema wajah

dan atau tungkai bawah dan atau proteinuria (Kemenkes, R.I., 2014).

c. Nilai status gizi (LiLA)

Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga

kesehatan di trimester I untuk skrining ibu hamil berisiko KEK. Kurang energi

kronis disini maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah

berlangsung lama (beberapa bulan/tahun) dimana LiLA kurang dari 23,5 cm.

Ibu hamil dengan KEK akan dapat melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR)

(Kemenkes, R.I., 2014).

d. Ukur tinggi fundus uteri

Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan

untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur

kehamilan. Jika tinggi fundus uteri tidak sesuai dengan umur kehamilan,

kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin. Standar pengukuran

menggunakan pita pengukur setelah kehamilan 24 minggu (Kemenkes, R.I.,

2014). Hasil pengukuran dikatakan normal apabila sesuai dengan usia

kehamilan dalam minggu +_ 2 cm. Apabila terdapat ketidaksesuaian tinggi

fundus uteri dengan usia kehamilan, bidan harus melakukan kolaborasi atau

rujukan (Elda, dkk, 2017).

29
Tabel 3
Tinggi Fundus Uteri Menurut Usia Kehamilan

Umur Kehamilan TFU


12 minggu 3 jari atas simfisis
16 minggu ½ simfisis-pusat
20 minggu 3 jari dibawah pusat
24 minggu Setinggi pusat
28 minggu 1/3 diatas pusat
34 minggu ½ pusat-px
36 minggu Setinggi px
40 minggu 2 jari dibawah px
Sumber: Manuaba (2009) dalam Wulandari, dkk. Asuhan Kehamilan. 2021

e. Tentukan presentasi janin dan DJJ

Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan

selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan

untuk mengetahui letak janin. Jika, pada trimester III bagian bawah janin

bukan kepala atau kepala janin belum masuk ke panggul berarti ada kelainan

letak, panggul sempit atau ada masalah lain. Penilaian DJJ dilakukan pada

akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. DJJ lambat

kurang dari 120 kali/menit atau DJJ cepat lebih dari 160 kali/menit

menunjukkan adanya gawat janin (Kemenkes, R.I., 2014).

30
f. Status imunisasi Tetanus Toksoid (TT)

Wanita usia subur (WUS) termasuk calon pengantin dan ibu hamil wajib

mendapatkan imunisasi Td apabila setelah dilakukan skrining status T pada

saat kunjungan antenatal belum mencapai status T5. Pemberian vaksin Td

selama kehamilan efektif untuk melindungi ibu dan janin terhadap penyakit

tetanus dan difteri. Antigen tetanus toksoid bermanfaat untuk mencegah

tetanus maternal pada ibu dan tetanus neonatorum pada bayi yang

dilahirkannya. Pemberian imunisasi Td juga terbukti aman dan tidak bersifat

teratogenik (Kemenkes, R.I., 2020).

Skrining dilakukan berdasarkan riwayat imunisasi yang tercatat

maupun ingatan. Apabila data imunisasi tercatat pada buku imunisasi atau

buku KIA maka riwayat imunisasi T dapat diperhitungkan. Bila hanya

berdasarkan ingatan, skrining dapat dimulai dengan pertanyaan imunisasi saat

di sekolah (BIAS) untuk ibu yang lahir pada dan setelah tahun 1977. Untuk ibu

yang lahir sebelum tahun 1977 langsung dimulai dengan pertanyaan imunisasi

saat catin dan hamil. Penentuan status Imunisasi T dilakukan dengan prinsip

jumlah yang diberikan dan interval pemberian sebagai berikut (Kemenkes,

R.I., 2020):

31
Tabel 4
Interval dan Masa Perlindungan Imunisasi Tetanus

Status T Interval minimal pemberian Masa perlindungan


T1 -
T2 4 minggu setelah T1 3 tahun
T3 6 bulan setelah T2 5 tahun
T4 1 tahun setelah T3 10 tahun
T5 1 tahun setelah T4 Lebih dari 25 tahun
Sumber: Kemenkes, R.I. Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu. 2020

g. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan

Pada ibu hamil terjadi hemodilusi atau hydraemia, darah menjadi encer,

terjadi perubahan volume darah yaitu peningkatan sel darah merah 20 – 30

% dan peningkatan plasma darah 50 %. Dengan adanya kejadian tersebut maka

ibu hamil membutuhkan tambahan zat besi/tablet tambah darah. Pemberian

suplemen tablet tambah darah atau zat besi secara rutin berguna untuk

cadangan zat besi, sintesa sel darah merah dan sintesa darah otot.Setiap tablet

tambah darah mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 30 mg), minimal 90 tablet

selama hamil. Tablet besi sebaiknya diminum bersamaan dengan minuman

yang mengandung vitamin C untuk mempermudah penyerapan, sebaliknya

tablet besi sebaiknya tidak diminum bersama dengan teh, kopi atau susu karena

akan menghambat penyerapan zat besi. Efek samping zat besi adalah

menimbulkan rasa maual, rasa enek, susah BAB, warna tinja menjadi hitam

(Tyastuti, 2016).

32
h. Tes laboratorium

Pemeriksaan kehamilan yang dilakukan adalah pemeriksaan kadar

hemoglobin darah, golongan darah, tes triple eliminasi (HIV, Sifilis dan

Hepatitis B,) malaria pada daerah endemis. Tes lainnya dapat dilakukan sesuai

indikasi seperti gluko-protein urin, gula darah sewaktu, sputum Basil Tahan

Asam (BTA), kusta, malaria daerah non endemis, pemeriksaan feses untuk

kecacingan, pemeriksaan darah lengkap untuk deteksi dini talasemia dan

pemeriksaan lainnya (Kemenkes, R.I., 2021).

Pemeriksaan golongan darah dilakukan pada trimester I dan pemeriksaan

hemoglobin dapat dilakukan pada Trimester I dan III (Kemenkes, R.I., 2015).

Jumlah kadar hemoglobin dalam sel darah akan menentukan kemampuan

darah untuk mengangkut oksigen dari paru-paru keseluruh tubuh. Ibu hamil

disebut anemia jika kadar Hb < 11 g/dl (Kemenkes, R.I., 2021).

i. Tata laksana/penanganan kasus

Setelah dilakukan pengkajian lengkap ditegakkanlah diagnosa. Jika

terdapat kelainan yang ditemukan dari hasil pemeriksaan harus dilakukan

tatalaksana sesuai standar dan kewenangan bidan. Apabila terjadi kasus

kegawatdaruratan atau kasus patologi harus dilakukan rujukan ke fasilitas yang

lebih lengkap (Elda,dkk.2017.)

j. Temu wicara (konseling)

Informasi yang disampaikan saat konseling minimal meliputi hasil

pemeriksaan, perawatan sesuai usia kehamilan dan usia ibu, gizi ibu hamil,

33
kesiapan mental, mengenali tanda bahaya kehamilan, persalinan, dan nifas,

persiapan persalinan, kontrasepsi pascapersalinan, perawatan bayi baru lahir,

inisiasi menyusu dini, ASI eksklusif (Kemenkes, R.I. 2020).

i. Tanda bahaya kehamilan

Tanda bahaya kehamilan diantaranya yaitu perdarahan, bengkak pada

kaki/tangan/wajah disertai sakit kepala berat, pandangan berkunang-kunang,

dan kejang, demam tinggi, keluar air ketuban sebelum waktunya, muntah terus

menerus dan tidak mau makan, gerakan janin berkurang atau tidak bergerak

(Kemenkes, R.I. 2020).

j. Kelas ibu hamil

Kelas ibu hamil merupakan sarana untuk belajar bersama tentang

kesehatan bagi ibu hamil, dalam bentuk tatap muka dalam kelompok yang

bertujan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu

mengenai kehamilan,persalinan, nifas, KB pasca persalinan, pencegahan

komplikasi, perawatan bayi baru lahir dan aktivitas fisik/senam ibu hamil

(Kemenkes RI, 2014).

Kelas ibu hamil adalah kelompok belajar ibu-ibu hamil dengan jumlah

peserta maksimal 10 orang. Kegiatan yang akan dilakukan adalah membahas

mengenai buku KIA secara menyeluruh dan sistematis, bertukar pengalaman

dengan ibu-ibu hamil yang lain dan melakukan diskusi bersama tentang

masalah yang dimiliki. Kelas ibu hamil difasilitasi oleh bidan/tenaga kesehatan

dengan menggunakan paket kelas ibu hamil seperti lembar balik, pedoman

pelaksanaan kelas ibu hamil dan pegangan fasilitator kelas ibu hamil

34
(Kemenkes RI, 2014).

Banyak penelitian yang dilakukan mengenai hubungan keikutsertaan ibu

dalam kelas ibu hamil dengan bertambahnya pengetahuan dan sikap ibu hamil

mengenai kehamilan,persalinan, nifas, dan bayi. Berdasarkan hasil penelitian

Lucia, Parwandari, dan Pesak (2015) menyatakan ada pengaruh pelaksanaan

kelas ibu hamil terhadap pengetahuan tentang persiapan persalinan. Kelas ibu

hamil juga dapat mempengaruhi sikap ibu hamil mengenai pemeriksaan

kehamilan dan deteksi kehamilan resiko tinggi, hal tersebut terbukti dengan

hasil penelitian Aswita, Naningsi, dan yulita (2019) yang menyatakan bahwa

kelas ibu hamil meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang deteksi dini

kehamilan, meningkatkan sikap ibu hamil tentang deteksi dini kehamilan, serta

meningkatkan kunjungan ANC ibu hamil. Hasil penelitian Novadela dan

Supriatiningsih (2013) menyatakan terdapat peningkatan pengetahuan ibu

hamil mengenai tehnik meneran setelah diberikan kelas ibu hamil.

Penelitian terhadap efektivitas senam hamil juga sudah banyak dilakukan.

Hasil penelitian Semangga dan Fausyah (2021) menyatakan ada hubungan

antara senam hamil dengan kelancaran proses persalinan normal di Puskesmas

Wara. Senam hamil bertujuan untuk mempersiapkan dan melatih otot-otot

sehingga dapat dimanfaatkan untuk berfungsi secara optimal dalam persalinan

normal. Melakukan senam hamil, dapat dimulai pada usia kehamilan 28

minggu.

Anjuran senam hamil ditujukan pada ibu hamil dengan kondisi normal

atau tidak terdapat keadaan-keadaan yang berisiko baik bagi ibu maupun bagi

35
janin, misalnya perdarahan, preeklamsia berat, penyakit jantung, kelainan

letak, panggul sempit, dan lain-lain. Senam hamil dapat memberi kebugaran

bagi ibu bersalin saat menjalani proses persalinan sehingga ibu bersalin yang

melakukan senam hamil dapat mengendalikan tenaga atau power pada saat

mengedan. Dengan gerakan peregangan dan penguatan otot-otot membuat

jalan lahir atau passage menjadi lentur dan akan memudahkan bayi atau

passanger untuk keluar.

Latihan relaksasi dan teknik pernapasan yang diajarkan juga menghindari

ibu dari rasa kelelahan, asupan oksigen tercukupi, ibu lebih rileks menghadapi

persalinan. Teknik relaksasi juga mengatasi keinginan untuk mengedan

sebelum waktunya dilakukan mengedan. Hasil penelitian Caludia dan Adam

(2018) menyatakan ibu hamil yang rutin melakukan senam hamil sebagian

besar tidak mengalami rupture perinium sehingga dapat dikatakan bahwa

senam hamil memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian rupture

perinium.

D. Persalinan

a. Definisi

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke

dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin

yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan

presentasi belakang kepala tanpa komplikasi baik ibu dan janin (Dwi dkk, 2012

dalam Handayani, 2022). Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir

dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan (37-42 minggu), atau hampir cukup bulan

36
di susul dengan pengeluaran placenta dan selaput janin dari tubuh ibu atau persalinan

adalah proses pengeluaran produk konsepsi yang variabel melalui jalan lahir biasa

(Dewi, 2013 dalam Handayani, 2022).

b. Tanda – tanda persalinan

1) Timbulnya his

Persalinan ialah his pembukaan dengan sifat-sifatnya sebagai berikut : Nyeri

melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan, teratur, makin lama

makin pendek intervalnya dan makin kuat intensitasnya, jika dibawa berjalan

bertambah kuat, dan mempunyai pengaruh pada pendataran atau pembukaan serviks

(Pratiwi et al., 2021).

2). Bloody show (pengeluaran lendir disertai darah melalui vagina)

Dengan his permulaan, terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan

pendataran dan pembukaan, lendir yang terdapat di kanalis servikalis lepas, kapiler

pembuluh darah pecah, yang menjadikan darah sedikit (Nursiah, 2014 dalam Warsa,

2022).

3).Dengan pendataran dan pembukaan

Lendir dari canalis servikalis keluar di sertai dengan sedikit darah. Perdarahan

yang sedikit ini disebabnya karena lepasnya selaput janin pada bagian bawah segmen

bawah rahim hingga beberapa kapiler terputus (Dewi, 2013 dalam Handayani, 2022).

4).Pengeluaran cairan

Terjadi akibat pecahnya ketuban atau selaput ketuban robek. Sebagian besar

ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap tetapi kadang ketuban pecah pada

37
pembukaan kecil, hal ini di sebut dengan ketuban pecah dini (Dewi, 2013 dalam

Handayani, 2022).

c. Faktor – faktor yang mempengaruhi persalinan

1) Power (tenaga/kekuatan)

a) His (kontraksi uterus)

Merupakan kekuatan kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim bekerja

dengan baik dan sempurna. Sifat his yang baik adalah kontraksi simetris, fundus

dominial, terkordinasi dan relaksasi. Kontraksi ini bersifat involunter karena berada

dibawah saraf intrinsik.

b) Tenaga mengedan

Setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah atau dipecahkan, serta

sebagaian presentasi sudah berada di dasar panggul, sifat kontraksinya berubah, yakni

bersifat mendorong keluar dibantu dengan keinginan ibu untuk mengedan atau usaha

volunteer.

2) Passage (jalan lahir)

Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga

panggul, dasar panggul, serviks, dan vagina. Syarat agar janin dan plasenta dapat

melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir tersebut harus normal

(Widia, 2015 dalam Meha, 2022).

38
3) Passenger (janin, plasenta, dan air ketuban)

a) Janin

Passenger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi

beberaapa faktor, yakni kepala janin, presentasi, letak, sikap dan posisi janin

(Nursiah, 2014 dalam Warsa, 2022).

b) Plasenta

Plasenta juga harus melewati jalan lahir maka dia di anggab sebagai bagian dari

passenger yang menyertai janin. Namun plasenta jarang menghambat proses

persalinan normal (Widia, 2015 dalam Meha, 2022).

c) Air ketuban

Amnion pada kehamilan aterm merupakan suatu membran yang kuat dan ulet

tetapi lentur. Amnion adalah jaringan yang menentukan hampir semua kekuatan

regangan membran janin, dengan demikian pembentukan komponen amnion yang

mencegah ruptur atau robekan. Penurunan ini terjadi atas 3 kekuatan yaitu salah

satunya adalah tekanan dari cairan amnion dan juga saat terjadinya dilatasi serviks

atau pelebaran muara dan saluran serviks yang terjadi di awal persalinan, dapat juga

karena tekanan yang ditimbulkan oleh cairan amnion selama ketuban masih utuh

(Widia, 2015 dalam Meha, 2022).

4) Faktor psikis (psikologi)

Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah benar-benar

terjadi realitas, “kewanitaan sejati” yaitu munculnya rasa bangga bisa melahirkan atau

memproduksi anak.

39
5) Pysician (penolong)

Peran dari penolong persalinan dalam hal ini adalah bidan, yang mengantisipasi

dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin (Widia, 2015

dalam Meha, 2022). Tidak hanya aspek tindakan yang di berikan, tetapi aspek

konseling dan meberikan informasi yang jelas dibutuhkan oleh ibu bersalin utuk

mengurangi tingkat kecemasan ibu dan keluarga (Nursiah, 2014 dalam Warsa, 2022).

d. Peran Pendampingan Selama Proses Persalinan

Pendampingan suami saat persalinan mempunyai peranan penting bagi ibu

karena dapat mempengaruhi psikologis ibu. Kondisi psikologis yang nyaman, rileks

dan tenang dapat terbentuk melalui dukungan kasih sayang keluarga. Bentuk

dukungan bisa berupa support mental, berbagi pengalaman saat menjalani proses

persalinan, atau hal-hal positif lain, sehingga berpengaruh pada kekuatan ibu saat

melahirkan bayinya. Dukungan suami dalam proses persalinan akan memberikan efek

pada ibu yaitu dalam hal emosi, emosi ibu yang tenang yang menyebabkan sel-sel

sarafnya mengeluarkanp hormon oksitosin yang reaksinya akan menyebabkan

kontraksi pada rahim pada akhir kehamilan untuk mengeluarkan bayi (Zulfita et al.,

2021).

Dukungan minimal berupa sentuhan dan kata-kata pujian yang membuat

nyaman serta memberi penguatan pada saat proses persalinan. Dukungan fisik yang

dapat diberikan dapat berupa kontak mata, memegang tangan, dan menggosok

punggung. Bentuk dukungan lain yang dapat diberikan suami adalah advokasi yaitu

terkait dengan pengambilan keputusan, pemberian informasi mengenai prosedur dan

40
kemajuan persalinan. Dukungan fisik erat kaitannya dengan tindakan yang dapat

meningkatkan kenyamanan ibu selama persalinan. Dukungan ini dapat diberikan

dengan memberikan pijatan, mengelus wajah, menggenggam tangan, membantu

mengatur nafas, membantu merubah posisi, menemani ibu berjalan-jalan ringan atau

bahkan hanya dengan memberikan kontak mata saat memberikan pujian

(Ratnanengsih, 2021).

Dukungan dan peran suami dalam masa persalinan terbukti meningkatkan

kesiapan ibu hamil dalam proses persalinan bahkan juga memicu produksi ASI.

Suami sebagai orang yang paling dekat dianggap paling tahu kebutuhan istri. Suami

perlu diberikan pengetahuan mengenai persiapan persalinan yang meliputi komponen

pembuatan rencana persalinan (tempat, tenaga penolong, transportasi, siapa yang

menemani ibu bersalin, siapa yang menjaga keluarganya yang lain) dan membuat

rencana siapa pembuat keputusan utama jika terjadi kegawatdaruratan dan siapa

pembuat keputusan bila pembuat keputusan utama tidak ada. Suami dapat

merencanakan kapan dan dimana persalinan dilakukan, sehingga tidak terjadi

keterlambatan dalam memperoleh pertolongan persalinan, sehingga perlu

dipersiapkan kendaraan, bahan-bahan yang dibutuhkan untuk persalinan, dan biaya.

Tindakan pendukung dan penenang selama persalinan sangatlah penting akan

memberikan efek positif baik secara psikologi ataupun fisiologi terhadap ibu dan

janin. Dampak negatif bagi ibu hamil yang kurang mendapatkan perhatian dari suami

akan mengalami proses persalinan yang lebih panjang, tindakan medis yang

dilakukan akan lebih banyak karena psikologis ibu menurun. Dalam lingkup

psikologis menurun yang dimaksud karena ibu merasa tidak percaya diri, sehingga

41
menimbulkan kekhawatiran berlebih yang mengganggu proses persalinan (Slamet

and Aprilina, 2019).

e. Asuhan kebidanan persalinan

1) Kala I (pembukaan)

Ada lima aspek dasar atau lima benang merah yang penting dan saling terkait

dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman. Lima benang merah tersebut antara

lain membuat keputusan klinik, asuhan sayang ibu dan sayang bayi, pencegahan

infeksi, pencatatan (rekam medik) asuhan persalinan dan rujukan (JNPK-KR 2017

dalam Direktorat Kesehatan Keluarga, 2020). Asuhan Kala I Persalinan :

a) Anamnesis

Tujuan anamnesis adalah mengumpulkan informasi tenang keluhan, riwayat

kesehatan, kehamilan dan persalinan. Informasi ini akan digunakan dalam

menentukan keputusan klinik.

b) Pemeriksaan fisik

Dalam melakukan pemeriksaan fisik, ada beberapa komponen pemeriksaan

yang dilakukan diantaranya pemeriksaan abdomen yang meliputi pemeriksaan tinggi

fundus uteri, memantau kontraksi uterus, memantau denyut jantung janin,

menentukan presentasi serta menentukan penurunan bagian terbawah janin. Serta

melakukan pemeriksaan dalam yang meliputi genetalia eksterna genetalia interna,

ketuban, pembukaan (JNPK-KR 2017 dalam Direktorat Kesehatan Keluarga, 2020).

c) Asuhan sayang ibu

Asuhan sayang ibu selama persalinan kala I diantaranya memberikan dukungan

emosional, membantu pengaturan posisi ibu, memberikan cairan dan nutrisi,

42
melakukan pengurangan rasa nyeri dengan teknik pernafasan dalam, melakukan

masase punggung bawah, aromatherapy dan memenuhi kebutuhan elimasi ibu

dengan cara keluasaan untuk menggunakan kamar mandi secara teratur (JNPK-KR

2017 dalam Direktorat Kesehatan Keluarga, 2020).

d) Pencegahan infeksi

Pencegahan infeksi bertujuan untuk mencegah mikroorganisme berpindah dari

satu individu ke individu lainnya (baik dari ibu, bayi baru lahir dan para penolong

persalinan) sehingga dapat memutus rantai penyebaran infeksi. Tindakan yang dapat

dilakukan seperti cuci tangan, memakai sarung tangan dan perlengkapan pelindung

lainnya, menggunakan teknik asepsis atau aseptik, memproses alat bekas pakai,

menangani peralatan tajam dengan aman dan menjaga kebersihan dan sanitasi

lingkungan (termasuk pengelolaan sampah secara benar), perlu juga menjaga

kebersihan alat genetalia ibu (JNPK-KR 2017 dalam Direktorat Kesehatan Keluarga,

2020).

e) Pencatatan (dokumentasi)

Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan

informasi untuk membuat keputusan klinik.

2) Kala II (kala pengeluaran)

Proses-proses fisiologis yang akan terjadi dari adanya gejala dan tanda kala II

dan berakhir dengan lahirnya bayi. Penolong persalinan, selain diharapkan mampu

untuk memfasilitasi berbagai proses tersebut juga mampu mencegah terjadinya

43
berbagai penyulit, mengenali gangguan atau komplikasi sejak tahap yang paling dini

dan menatalaksanaan atau merujuk ibu bersalin secara adekuat sesuai dengan lima

aspek benang merah dalam persalinan (JNPK-KR 2017 dalam Direktorat Kesehatan

Keluarga, 2020).

a) Persiapan penolong persalinan.

Salah satu persiapan penting bagi penolong persalinan adalah persiapan

penolong persalinan adalah penerapan praktik pencegahan infeksi.

b) Persiapan ibu dan keluarga

Asuhan sayang ibu dan sayang bayi diterapkan dalam proses persalinan dan

kelahiran bayi. Dalam Kala II diterapkan pertolongan persalinan sesuai dengan 60

langkah APN, menganjurkan keluarga ikut terlibat dalam asuhan seperti membantu

ibu berganti posisi, memfasilitasi kebutuhan nutrisi dan cairan serta memberikan

semangat pada ibu, membimbing ibu meneran, membersihkan perinium ibu,

mengosongkan kandung kemih, melakukan amniotomi, menolong kelahiran bayi,

serta mencegah laserasi saat melahirkan kepala.

c) Pemantauan dan pencatatan selama kala II

Kondisi ibu, bayi dan kemajuan persalinan harus selalu dipantau secara berkala

dan ketat selama berlangsungnya kala II persalinan. Adapun hal yang dipantau

diantaranya nadi ibu setiap 30 menit, frekuensi dan lama kontraksi selama 30 menit,

DJJ setiap 5-10 menit, penurunan kepala bayi, warna cairan ketuban jika selaput

44
ketuban sudah pecah, menentukan adanya presentasi majemuk atau tali pusat di

samping atau terkemuka, putaran paksi luar segera setelah bayi lahir, kehamilan

kembar yang tidak diketahui sebelum bayi pertama lahir serta catatkan semua

pemeriksaan dan intervensi yang dilakukan pada catatan persalinan.

3) Kala III

Asuhan dalam Kala III menurut JNPK-KR (2017) dalam Direktorat Kesehatan

Keluarga (2020) adalah manajemen aktif kala III. Adapun langkah-langkah

manajemen aktif kala III adalah:

a) Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir

b) Melakukan penegangan tali pusat terkendali

Tanda-tanda pelepasan plasenta diantaranya perubahan bentuk dan tinggi

fundus, tali pusat memanjang dan menjulur melalui vulva serta adanya semburan

darah mendadak dan singkat.

c) Melakukan masase fundus uteri.

Tindakan ini dilakukan untuk menilai adanya atonia uteri dalam 15 detik

setelah kelahiran plasenta.

4) Kala IV

45
Asuhan dan pemantauan pada kala IV diantaranya:

a) Memperkirakan kehilangan darah, apabila perdarahan menyebabkan ibu lemas,

pusing dan kesadaran menurun serta tekanan darah sistolik menurun lebih dari 10

mmHg dari kondisi sebelumnya maka telah terjadi perdarahan lebih dari 500 ml.

Bilan ibu mengalami syok hipovolemik maka ibu telah kehilangan darah 50% dari

total jumlah darah ibu (2000-2500 ml).

b) Memeriksa perdarahan dari perinium, terdapat 4 derajat luka laserasi yang

menyebabkan perdarahan dari laserasi atau robekan perinium dan vagina. Derajat

Satu meliputi robekan pada mukosa vagina, komisura posterior serta kulit

perinium. Robekan derajat dua meliputi mukosa vagina, komisura posterior, kulit

perinium serta otot perinium. Robekan derajat tiga meliputi laserasi derajat dua

hingga otot sfingter ani. Dan terakhir robekan derajat empat hingga dinding depan

rektum (JNPK-KR 2017 dalam Direktorat Kesehatan Keluarga, 2020).

f. Penerapan Budaya Bali dalam Asuhan Persalinan

1) Parahyangan (Hubungan Harmonis dengan Tuhan)

46
Mengingatkan ibu spirit yang dimiliki dalam proses persalinan merupakan hal

yang paling penting karena proses persalinan adalah perjalanan spiritual, sehingga

sangat penting menjaga spirit dan selalu ingat kebesaran tuhan.

2) Pawongan

Dalam persiapan persalinan yang mana didalamnya adalah melibatkan suami

atau keluara untuk melakukan pijat punggung bawah pada ibu yang dimana

tujuannya adalah memberdayakanibu dan suami atau keluarga

3) Palemahan (Hubungan Harmonis Manusia dengan lingkungan)

Untuk menjaga energi ibu bersalin tetap stabil kita bisa melakukan grounding

dan juga earthing. Salah satunya adalah penggunaan aroma terapi lavender untuk

relaksasi ibu yang akan bersalin

g. Evidence based practice dalam Asuhan Persalinan

1) Relaksasi dengan pernapasan

Menurut Astuti and Bangsawan (2019) melakukan pernafasan dalam selama

persalinan dapat mengurangi rasa nyeri pada proses persalinan karena

meningkatkan produksi hormone endorfin. Hormon endorfin adalah hormon yang

47
alami yang diproduksi oleh tubuh manusia, maka endorfin adalah penghilang rasa

sakit yang terbaik. Peningkatan kadar hormone endorfin di dalam tubuh akan

menghambat ujung-ujung saraf nyeri, sehingga mencegah stimulus nyeri untuk

masuk ke medulla spinalis sehingga sampai ke kortek serebri dan

menginterpretasikan kualitas nyeri.

2) Aromaterapi

Aromaterapi merupakah salah satu asuhan komplementer yang dapat

dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri persalinan dan mencegah ruptur perineum.

Zuraida Dania Pumi Keta (2020) menunjukkan bahwa aromaterapi lavender

merupakan salah satu cara metode non-farmakologis yang mudah dan praktis

dalam mengurangi nyeri pesalinan, sehingga dapat mengurangi penggunaan

metode farmakologi dalam mengurangi nyeri persalinan.

3) Massage punggung

Pemijatan secara lembut akan membantu ibu merasa lebih segar, rileks dan

nyaman selama persalinan. Sebuah penelitian menyebutkan ibu yang dipijat 20

menit setiap jam selama tahapan persalinan akan lebih bebas dari rasa sakit. Hal

48
yang terjadi karena pijat merangsang tubuh melepas senyawa endorfin juga dapat

menciptakan perasaan nyaman dan enak. Umumnya, ada dua teknik pemijatan

yang dilakukan dalam persalinan, yaitu effluerage dan counterpressure.

Effluerage adalah teknik pemijatan berupa usapan lembut, lambat, dan

panjang atau tidak putus-putus. Lakukan usapan dengan ringan dan tanpa tekanan

kuat dengan cara menggosokan lembut dengan kedua telapak tangan dan jari pada

punggung ibu bersalin setinggi servikal 7 kearah luar menuju sisi tulang rusuk

selama 30 menit dengan frekuensi 40 kali gosokan permenit, tetapi usahakan ujung

jari tidak lepas dari permukaan kulit (Herinawati, Hindriati and Novilda, 2019).

E. Nifas dan menyusui

a. Definisi

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta

sampai 6 minggu setelah melahirkan. Masa nifas dimulai setelah kelahiran

plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti dalam keadaan

sebelum hamil yang berlangsung kira kira 6 minggu. Masa nifas merupakan masa

selama persalinan dan dan segera setelah kelahiran yang meliputi minggu –

minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil

yang normal (Juliastuti et al., 2021).

b. Tahapan masa nifas

49
1) Periode immediate post partum

Yaitu masa segera setelah plasenta lahir sampai 24 jam. Pada masa ini sering

terdapat banyak masalah, misalnya pendarahan karena atonia uteri.

2) Periode early post partum (24 jam-1 minggu)

Pada fase ini bidan memastikan involusio uteri dalam keadaan normal, tidak

ada pendarahan, lokhia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan

makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.

3) Periode late post partum (1 minggu-5 minggu)

50
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari

hari serta konseling KB.

51
c. Kebijakan nasional masa nifas

Sesuai dengan pedoman bagi ibu hamil, nifas dan bayi baru lahir selama social

distancing (Kementerian Kesehatan RI, 2020), kunjungan nifas dilakukan

sebanyak 4 kali, yaitu :

1) Kunjungan nifas pertama (KF 1): masa enam jam sampai dua hari setelah

persalinan, pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan tanda-tanda vital,

pemantauan jumlah darah yang keluar, pemeriksaan cairan yang keluar melalui

vagina, pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif enam bulan,

pemberian dua kapsul vitamin A, minum tablet penambah darah setiap hari,

pelayanan KB pascasalin.

2) Kunjungan nifas kedua (KF 2): hari ketiga sampai dengan tujuh hari setelah

persalinan, pemeriksaan yang dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital,

pemantauan jumlah darah yang keluar, pemeriksaan cairan yang keluar melalui

vagina, pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif enam bulan, minum

tablet penambah darah setiap hari.

3) Kunjungan nifas ketiga (KF 3): pada periode delapan hari sampai dengan dua

puluh delapan hari setelah melahirkan.

52
Kunjungan nifas keempat (KF 4): pada periode dua puluh sembilan sampai dengan

empat puluh dua hari setelah melahirkan

53
.

d. Perubahan fisiologi masa nifas

1) Perubahan sistem reproduks

(a) Involusi uterus

2. Uterus mengalami proses involusi. Involusi merupakan suatu proses kembalinya

uterus pada kondisi sebelum hamil. Dengan involusi uterus ini, lapisan luar dari

desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi Neurotic (layu/mati).

Perubahan ini dapat di ketahui dengan melakukan pemeriksaan palpasi untuk

meraba tinggi fundus uteri. Perubahan tinggi fundus uteri yaitu : Pada saat bayi

lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat 1000 gram

1) Pada akhir kala III, TFU teraba 2 jari di bawah pusat

2) Pada 1 minggu post partum, TFU teraba pertengahan pusat simpisis dengan

berat 500 gram

3) Pada 2 minggu post partum, TFU teraba diatas simpisis dengan berat 350

gram

54
4) Pada 6 minggu postpartum, fundus uteri mengecil tidak teraba) dengan berat

50 gram. Perubahan ini berhubungan erat dengan perubahan miometrium

yanng bersifat proteolysis.

(b) Lokhea

Lokhea adalah eksresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea

mengandung darah dan sisa jngan desidua yang nekrotik di dalam uterus.

Lokhea mempunyai reaksi biasa/alkalis yang dapat membuat organisme

berkembang lebih cepat pada kondisi asam yang ada pada vagina normal.

Lokhea berbau amis atau anyir dengan volumeyang berbeda-beda pada setiap

wanita. Lokhea yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lokhea

mempunyai perubahan warna dan volume karena adanya involusi (Amita,

2019). Lokhea dibedakan beberapa jenis berdasarkan warna dan waktu

keluarmya:

(1) Lokhea rubra/merah

Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari keempat masa post

partum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah segar, jaringan

55
sisa-sisa plasenta,dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi) dan

mekonium.

(2) Lokhea sanguinolenta

Berwarna merah kecoklatan dan berlendir serta berlangsung dari

hari ke-4 sampai hari ke-7 post partum.

(3) Lokhea serosa

Berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum, leukosit, dan robekan

atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke-14.

(4) Lokhea alba/putih

Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir

setviks, dan serabut jngan yang mati. Lokhea alba ini dapat berlangsung selama

2-6 minggu post partum. Bila terjadi infeksi, akan keluar cairan nanah berbau

busuk yang disebut dengan “lokhea purulenta”. Pengeluaran lokhea yang tidak

lancar disebut dengan “lokhea statis”.

56
2) Sistem pencernaan

Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan

karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang

menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada

waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan, haemoroid, laserasi jalan lahir.

Supaya buang air besar kembali teratur dapat diberikan diet/makanan yang

mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup. Bila usaha ini tidak

berhasil dalam 2 atau 3 hari dapat ditolong dengan pemberian huknah atau

glyserin spuit atau diberikan obat yang lain (Zubaidah et al., 2021).

3) Payudara

Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara

alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologis, yaitu sebagai

berikut : Selama sembilan bulan kehamilan, jaringan payudara tumbuh dan

menyiapkan fungsinya untuk menyediakan makanan bagi bayi baru lahir.

Setelah melahirkan ketika hormon yang dihasilkan plasenta tidak ada lagi untuk

menghambatnya kelenjar pituitary akan mengeluarkan prolaktin (hormone

laktogenik). Sampai hari ketiga setelah melahirkan, efek prolaktin pada

57
payudara mulai bisa dirasakan. Pembuluh darah payudara menjadi bengkak

terisi darah sehingga timbul rasa hangat, bengkak dan rasa sakit. Sel-sel acini

yang menghasilkan ASI juga mulai berfungsi.

Ketika bayi mengisap puting, reflex saraf merangsang lobus posterior

pituitary untuk menyekresi hormone oksitosin. Oksitosin merangsang reflex let

down (mengalirkan), sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus laktiferus

payudara ke duktus yang terdapat pada putting. Ketika ASI dialirkan karena

isapan bayi atau dengan pompa sel-sel acini terangsang untuk menghasilkan

ASI lebih banyak. Reflex ini dapat berlanjut sampai waktu yang cukup lama

(Zubaidah et al., 2021).

4) Sistem endokrin

a) Oksitosin

Oksitosin dikeluarkan dari kelenjar otak bagian belakang (posterior),

bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Selama tahap tiga

persalinan, oksitosin menyebabkan pemisahan plasenta. Kemudian seterusnya

bertindak atas otot yang menahan kontraksi, mengurangi tempat plasenta dan

mencegah pendarahan. Pada wanita yang memilih menyusui bayinya, isapan

sang bayi merangsang keluarnya oksitosin lagi dan ini membantu uterus

kembali kebentuk normal dan membantu pengeluaran ASI (Zubaidah et al.,

2021).

58
b) Prolaktin

Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya kelenjar

pituitari bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin, hormon ini berperan

dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi ASI. Pada wanita

yang menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi dan pada permulaan ada

rangsangan folikel dalam ovarium yang ditekan. Pada wanita yang tidak

menyusui bayinya, tingkat sirkulasi prolaktin menurun dalam 14 – 21 hari

setelah persalinan, sehingga merangsang kelenjar bawah depan otak yang

mengontrol ovarium ke arah permulaan pola produksi estrogen dan progesteron

yang normal, pertumbuhan folikel, ovulasi dan menstruasi (Sulastri, 2020).

c) Estrogen dan progesteron

Untuk wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan memparuhi

lamanya ia mendapatkan menstruasi. Seringkali menstruasi pertama itu bersifat

anovulasi yang dikarenakan rendahnya kadar estrogen dan progesterone.

Diantara wanita laktasi sekitar 15% mempengaruhi menstruasi selama 6

minggu dan 45% setelah 12 minggu. Diantara wanita yang tidak laktasi 40%

menstruasi setelah 6 minggu, 65% setelah 12 minggu dan 90% setelah 24

minggu. Untuk wanita laktasi 80% menstruasi pertama anovulasi dan untuk

wanita yang tidak laktasi 50% siklus pertama anovulasi (Sulastri, 2020).

5) Sistem perkemihan

59
Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar steroid yang tinggi) turut

menyebabkan peningkatan fungsi ginjal, sedangkan penurunan kadar steroid

setelah wanita melahirkan sebagian menjelaskan sebab penurunan fungsi ginjal

selama masa pasca partum. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu

bulan setelah wanita melahirkan. Ibu mulai membuang kelebihan cairan yang

tertimbun di jaringan selama ia hamil dalam 12 jam pasca melahirkan,. Diuresis

pasca partum, yang disebabkan oleh penurunan ekstrogen, hilangnya

peningkatan tekanan vena pada tingkat bawah, dan hilangnya peningkatan

volume darah akibat kehamilan, merupakan mekanisme cairan tubuh untuk

mengatasi kelebihan cairan (Sulastri, 2020).

6) Sistem muskuloskeletal

Dinding perut biasanya kembali dalam 6 minggu. Kadang-kadang pada

wanita yang asthenis terjadi diastasis dari otot - otot recti abdominis sehingga

sebagian dari dinding perut digaris tengah hanya terdiri dari peritoneum, fascia

tipis dan kulit. Kulit abdomen yang melebar selama masa kehamilan tampak

melonggar dan mengendur sampai berminggu-minggu atau bahkan berbulan-

bulan yang dinamakan striae. Striae pada dinding abdomen tidak dapat

menghilang sempurna melainkan membentuk garis lurus yang samar. Melalui

latihan postnatal, otot-otot dari dinding abdomen seharusnya dapat normal

kembali dalam beberapa minggu. Tulang-tulang sendi panggul dan ligamentum

kembali dalam waktu sekitar 3 bulan (Sulastri, 2020).

60
e. Perubahan psikologis masa nifas.

Rubin melihat beberapa tahap fase aktifitas penting sebelum seseorang

menjadi ibu, yaitu :

1) Taking in

Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan, ibu baru pada umumnya pasif

dan bergantung, perhatiannya tertuju pada tubuhnya. Peningkatan nutrisi

mungkin dibutuhkan karena selera makan ibu biasanya bertambah, kurangnya

nafsu makan menandakan tidak berlangsung normal.

2) Taking hold

Periode ini berlangsung pada hari 2-4 post partum ibu menjadi orang tua yang

sukses dengan tanggung jawab terhadap bayinya. Pada masa ini ibu agak

sensitive dan merasa tidak mahir melakukan hal-hal tersebut. Cenderung

menerima nasehat bidan.

3) Letting go

Periode yang biasanya terjadi setiap ibu pulang ke rumah, pada ibu yang

bersalin di klinik dan sangat berpengaruh pada waktu dan perhatian yang

diberikan oleh keluarganya. Fase ini merupakan fase menerima tanggung

jawab akan peran barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan.

Keinginan untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini Berbagai

perubahan yang tejadi dalam tubuh wanita selama kehamilan dan perubahan

cara hidupnya sesudah mempunyai bayi, perubahan hormon, adanya perasaan

61
kehilangan secara fisik sesudah melahirkan yang menjurus pada suatu perasaan

sedih (Sulastri, 2020).

f. Kebutuhan dasar masa nifas

1) Nutrisi dan cairan

Nutrisi yang di konsumsi harus bermutu tinggi, bergizi dan cukup kalori. Kalori

bagus untuk proses metabolisme tubuh, kerja organ tubuh, proses pembentukan

ASI. Wanita dewasa memerlukan 2.200 kalori, ibu menyusui memerlukan

kalori pada 6 bulan pertama kemudian + 500 kalori bulan selanjutnya.

Sedangkan Fungsi cairan sebagai pelarut zat gizi dalam proses metabolisme

tubuh, minumlah cairan cukup untuk membuat tubuh ibu tidak dehidrasi.

Asupan tablet tambah darah dan zat besi diberikan sampai 40 hari postpartum,

minum kapsul Vit A dua kali (200.000 IU) (Sulastri, 2020).

2) Ambulasi dini

Ibu yang tidak melakukan mobilisasi dini beresiko mengalami involusi uteri

abnormal sebanyak 13,2 kali dibanding ibu yang melakukan mobilisasi dini.

Berdasarkan hasil tersebut, menurut peneliti ibu post partum sebaiknya

62
melakukan mobilisasi dini karena mempunyai pengaruh yang baik terhadap

proses penyembuhan dan proses pemulihan kesehatan seperti sebelum hamil.

Oleh sebab itu sangat penting pula diperhatikan pengawasan terhadap tinggi

fundus uteri. Melakukan aktivitas fisik akan memberi pangaruh yang baik

terhadap peredaran darah, dimana peredaran darah sangat diperlukan untuk

memulihkan kesehatan. Pada seorang wanita pasca salin biasa ditemui adanya

lochea dalam jumlah yang sedikit sewaktu ia berbaring, dan jumlahnya

meningkat sewaktu ia berdiri. Karena lochea lancar sehingga mempengaruhi

proses pengecilan rahin atau involusi uteri. Di samping itu involusi uteri juga

dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, lingkungan dan perilaku dimana dapat

menunjang untuk mempercepat proses involusi uteri (Fitriani and Wahyuni,

2021).

3) Eliminasi

Ibu harus sudah buang air kecil dalam 6 jam pertama post partum, karena

semakin lama urine tertahan dalam kandung kemih maka dapat mengakibatkan

kesulitan pada organ perkemihan, misalnya infeksi. Ibu setelah melahirkan

63
sudah harus dapat buang air besar dalam 24 jam, karena semakin lama feses

tertahan dalam usus maka akan semakin sulit baginya untuk buang air besar

secara lancar karena feses yang tertahan dalam usus semakin lama akan

mengeras karena cairan yang terkandung dalam feses akan selalu terserap

dalam usus (Fitriani and Wahyuni, 2021).

4) Personal hygiene

Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan meningkatkan

perasaan nyaman pada ibu. Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri dengan

cara mandi yang teratur minimal 2 kali sehari Bagian-bagian paling utama di

bersihkan adalah putting susu dan daerah payudara (Fitriani and Wahyuni,

2021).

5) Perawatan luka perineum

64
Menganjurkan ibu merawat perineum atau alat genetalianya dengan baik

dengan menggunakan antiseptik dan selalu diingat bahwa membersihkan

perineum dari arah depan kearah belakang. Sarankan ibu untuk mengganti

pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari, kain dapat digunakan

ulang jika telah dicuci dengan baik dan dikeringkan dibawah matahari atau

disetrika. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air yang

mengalir, sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.

6) Istirahat

Setelah melahirkan ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur

yang dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang

hari anjurkan ibu untuk mencegah kelelahan yang berlebihan (Fitriani and

Wahyuni, 2021).

7) Seksual

Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah merah

berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jamya kedalam vagina tanpa

rasa nyeri. Banyak budaya dan agama yang melarang hubungan seksual sampai

masa waktu tertentu, misalnya 40 hari atau 6 minggu setelah kelahiran (Fitriani

and Wahyuni, 2021).

8) Keluarga berencana

65
Pasangan harus menunggu setidaknya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali

setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaiman mereka ingin

merencanakan keluarganya. Tujuan dari kontrasepsi adalah menghindari /

mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan atara sel telur yang

matang dengan sel sperma tersebut (Fitriani and Wahyuni, 2021).

g. Penerapan Budaya Bali dalam Asuhan Nifas dan Menyusui

1) Parahyangan (Hubungan Harmonis dengan Tuhan)

Sebagai bidan wajib menyadari ibu menyusui, bahwa ASI yang keuar dari

payudara merupakan minuman bayi yang paling sempurna yang diciptakan oleh

tuhan, karena ASI sifatnya hidup dan menghidupi

2) Pawongan

Dalam persiapan persalinan yang mana didalamnya adalah melibatkan suami

atau keluara untuk melakukan pijat oksitosin pada ibu yang dimana tujuannya

adalah memberdayakan ibu dan suami atau keluarga

3) Palemahan (Hubungan Harmonis Manusia dengan lingkungan)

Untuk menjaga energi ibu nifas tetap stabil kita bisa melakukan grounding dan

juga earthing. Salah satunya adalah penggunaan aroma terapi lavender untuk

relaksasi ibu nifas

66
h. Evidance based practice asuhan kebidanan nifas

1) Senam kegel

Berdasarkan penemuan Arnold Kegel, senam kegel merupakan

serangkaian gerakan yang berfungsi untuk melatih kontraksi otot

pubococcygeus berkali-kali dengan tujuan meningkatkan tonus dan kontraksi

otot. Sebagian besar perempuan yang tidak terlatih akan mengalami

penurunan uterus. Senam ini otot pubococcygeus yang merupakan otot utama

pendukung uterus akan diperkuat latihan fisik akan menyebabkan terjadinya

eksitasi otot yang akan menyebabkan terjadinya peningkatan kalsium sitosol

terutama dari cairan ekstraseluler, yang selanjutnya akan terjadi reaksi

biokimia yaitu kolmodulin (protein sel) berkaitan dengan kalsium akan

mengakibatkan kinase rantai ringan myosin menjadi aktif sehingga jembatan

silang myosin terfosforisasi sehingga terjadi pengikatan aktin dan myosin,

maka terjadilah kontraksi (Sarwinarti, 2018).

Penelitian Sarwinarti (2018) menujukkan mayoritas responden kelompok

yang diberikan senam kegel mengalami proses involusio uterus yang baik

(89%), mayoritas responden yang tidak diberikan senam kegel mengalami

67
proses involusio uterus yang buruk (71%) dan terdapat pengaruh senam kegel

terhadap proses involusio uterus pada ibu post partum.

Senam kegel memiliki manfaat lain yaitu efektif untuk meningkatkan

kekuatan otot perineum, meningkatkan peredaran darah di sekitar otot perineum

sehingga dapat mencegah kelemahan otot perineum dan mempercepat

penyembuhan luka perineum akibat persalinan (Riyana and Huda, 2022).

Berdasarkan hasil penelitian, senam kegel memiliki efek yang signifikan untuk

mengurangi nyeri luka perineum dan mempercepat penyembuhan luka

perineum. Senam kegel meningkatkan aliran oksigen ke dalam jaringan,

mengurangi bengkak dan mempercepat penyembuhan luka (Riyana and Huda,

2022).

2) Pijat oksitosin

Pijat oksitosin adalah pijat yang dilakukan pada area punggung dari tulang

servix ke tulang rusuk kelima sampai dengan keenam pada kedua sisi menuju

ke scapula yang dapat merangsang kerja saraf parasimpatik. Saraf ini akan

meneruskan rangsangan ke sumsum tulang belakang dan merangsang hipofisis

posterior untuk menghasilkan hormone oksitosin. Hormon oksitosin

menstimulasi kontraksi sel otot polos yang mengelilingi duktus laktiferus dari

68
kelenjar mamae yang menyebabkan aliran ASI dari kelenjar mamae.

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat hubungan yang signifikan antara pijat

oksitosin dengan peningkatan produksi ASI. Pijat oksitosin dapat membuat ibu

menjadi relax, tenang dan meningkatkan produksi hormon oksitosin (Doko,

Aristiati and Hadisaputro, 2019).

Involusi uterus adalah proses kembalinya bentuk dan ukuran uterus

seperti keadaan sebelum hamil. Proses involusi dapat berlansung dengan baik

apabila kontraksi uterus baik. Pijat oksitosin merupakan salah satu tindakan

yang efektif untuk meningkatkan kontraksi uterus. Pijat oksitosin dapan

menstimulasi produksi hormone oksitosin yang memiliki peran penting dalam

masa nifas. Penelitian yang dilakukan Kusumastuti, Dewi and Noviani

(2021)menunjukkan terdapat efek dari pijat oksitosin terhadap keberlangsungan

involusi uterus. Hormon oksitosin dapat merangsang kontraksi uterus sehingga

involusi dapat berlangsung cepat dan baik.. Oksitosin merupakan hormone yang

dapat meningkatkan masuknya ion kalsium ke dalam intraseluler. Sekresi

hormone oksitosin meningkatkan kerja aktin dan myosin, sehingga kontraksi

semakin kuat dan involusi uterus berlangsung baik (Immawanti and

Burhanuddin, 2019).

F. Bayi 0 – 42 Hari

a. Bayi baru lahir

69
1) Pengertian bayi baru lahir

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan

lebih dari atau sama dengan 37 minggu dengan berat lahir 2500-4000 gram

(Armini, Sriasih, dan Marhaeni, 2017). Bayi baru lahir normal adalah bayi

yang lahir dari usia kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dengan berat

badan lahirnya 2500 gram sampai dengan 4000 gram, lahir langsung menangis,

dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat (Abarca, 2021).

Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir

2) Periode transisi

Periode transisional mencakup tiga periode meliputi periode pertama

reaktivitas, fase tidur dan perode kedua reaktivitas. Karakteristik masing-

masing periode memperlihatkan kemajuan bayi baru lahir. Beberapa saat dan

beberapa jam awal kehidupan ekstrauterin bayi baru lahir merupakan keadaan

yang paling dinamis. Pada saat kelahiran, bayi berubah dari keadaan

ketergantungan sepenuhnya kepada ibu menjadi tidak tergantung secara

fisiologis. Adapun tahapan periode transisi yaitu :

a) Reaktivitas I (the first period of reaktivity)

Dimulai pada masa persalinan dan berakhir setelah 30 menit. Selama

periode ini, detak jantung cepat dan pulsasi tali pusar jelas. Warna kulit terlihat

sementara sianosis. Selama periode ini mata bayi membuka dan bayi

memperlihatkan perilaku siaga. Bayi sering mengeluarkan kotoran dengan

70
seketika setelah persalinan dan suara usus pada umumnya terdengar setelah usia

30 menit (Armini, Sriasih, dan Marhaeni, 2017).

b) Fase tidur (period of unresponsive sleep)

Berlangsung selama 30 menit sampai 2 jam persalinan. Tingkat

pernafasan menjadi lebih lambat. Bayi dalam keadaan tidur, suara usus muncul

tapi berkurang. Jika mungkin, bayi tidak diganggu untuk pengujian utama dan

jangan memandikannya. Selama masa tidur memberikan kesempatan bayi utuk

memulihkan diri dari proses persalinan dan periode transisi ke kehidupan luar

uterin (Armini dkk, 2019).

c) Periode reaktivitas II (the second period of reactivity)

Berlangsung selama 2 sampai 6 jam setelah persalinan. Jantung bayi

labil dan terjadi perubahan warna kulit yang berhubungan dengan stimulus

lingkungan. Tingkat pernapasan bervariasi tergantung pada aktivitas.

Neonatus mungkin membutuhkan makanan dan harus menyusu. Pemberian

makan awal penting dalam pencegahan hipoglikemia dan stimulasi

penegeluaran kotoran dan pencegahan penyakit kuning. Pemberian makan

awal juga menyediakan kolonisasi bakteri isi perut yang mengarahkan

pembentukan vitamin K oleh traktus intensinal. Periode transisi ke kehidupan

ekstrauterine berakhir setelah periode kedua reaktivitas.

71
3) Adaptasi fisiologis

Adaptasi fisiologi pada neonatus perlu diketahui dengan lebih baik

oleh tenaga kesehatan.Saat lahir, bayi harus beradaptasi dengan keadaan yang

sangat bergantung sampai menjadi mandiri.Banyak perubahan yang dialami

oleh bayi yang semula berada dalam lingkungan rahim ke lingkungan luar

rahim. Kemampuan adaptasi fisiologi bayi baru lahir disebut juga homeostasis.

Homeostasis neonatus ditentukan oleh keseimbangan antara maturitas dan

status gizi. Kemampuan homeostasis pada neonatus kurang bulan bergantung

pada masa gestasi.Matriks otak neonatus kurang bulan belum sempurna

sehingga mudah terjadi perdarahan intrakranial (Abarca, 2021).

a) Sistem Pernafasan

Struktur matang ranting paru-paru pada usia kehamilan 34-36 minggu

sudah bisa mengembangkan sistem alveoli. Selama dalam uterus, janin

mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir,

pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi. Rangsangan pernapasan pertama :

(1) Tekanan mekanik dari torak sewaktu melalui jalan lahir (stimulasi

mekanik)

(2) Penurunan PaO2 dan kenaikan PaCO2 merangsang kemoreseptor yang

terletak pada sinus karotikus (stimulasi kimiawi)

(3) Rangsangan dingin di daerah muka dan perubahan suhu di dalam uterus

(stimulasi sensorik)

72
(4) Reflek deflasi hering breur

Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit

pertama sesudah lahir. Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan

alveoli, selain adanya surfaktan yang menarik napas dan mengeluarkan napas

dengan merintih, sehingga duara tertahan di dalam. Respirasi pada neonatus

biasanya pernapasan diafragmatik dan abdominal, sedangkan frekuensi dan

dalamnya belum teratur. Apabila surfaktan berkurang, maka alveoli akan kolaps

dan paru-paru kaku sehingga terjadi atelektasis dalam keadaan anoksia

neoantus masih mempertahankan hidupnya karena adanya kelanjutan

metabolism anaerobic (Armini, Marhaeni and Sriasih, 2017).

b) Sistem kardiovaskuler

Setelah bayi lahir, paru akan berkembang mengakibatkan tekanan

arteriol dalam paru menurun. Tekanan dalam jantung kanan menurun, sehingga

tekanan jantung kiri lebih besar daripada tekanan jantung kanan yang

mengakibatkan menutupnya foramen ovale secara fungsional. Hal ini terjadi

pada jam-jam pertama setelah kelahiran. Oleh karena tekanan dalam paru turun

dan tekanan dalam aorta desenden naik dan karena rangsangan biokimia, duktur

arteriosis berobliterasi ini terjadi pada hari pertama (Armini, Sriasih, dan

Marhaeni, 2017)

73
c) Sistem termoregulasi

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan

mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan. Suhu dingin

menyebabkan air ketubah menguap lewat kulit, sehingga mendinginkan darah

bayi. Pada lingkungan dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil

merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan

kembali panas tubuhnya.

Kehilangan panas tubuh pada bayi baru lahir dapat terjadi melalui mekanisme

berikut:

(1) Evaporasi adalah cara kehilangan panas karena menguapnya cairan

ketuban pada permukaan tubuh setelah bayi lahir karena tubuh tidak segera

dikeringkan.

(2) Konduksi adalah kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh

bayi dengan permukaan yang dingin. Bayi diletakkkan di atas meja, timbangan

atau tempat tidur.

74
(3) Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi terpapar dengan

udara sekitar yang lebih dingin. Adanya tiupan kipas angin, penyejuk ruangan

tempat bersalin.

(4) Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi ditempatkan dekat

benda yang mempunyai temperatur tubuh lebih rendah dari temperatur tubuh

bayi. Bayi ditempatkan dekat jendela yang terbuka (Abarca, 2021).

75
d) Sistem gastrointestinal

Sebelum lahir janin cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan.

Refleks gumoh dan batuk yang matang sudah terbentuk dengan baik pada saat

lahir. Kemampuan menelan dan mencerna selain susu bayi baru lahir cukup

bulan masih terbatas. Hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih

belum sempurna yang menyebabkan gumoh pada bayi baru lahir dan neonatus.

Kapasitas lambung sangat terbatas, kurang dari 30 cc untuk bayi baru lahir

cukup bulan. Waktu pengosongan lambung adalah 2,5-3 jam, itulah sebabmya

bayi memerlukan ASI sesering mungkin. Pada saat makanan masuk kelambung

terjadilah gerakan peristaltik cepat. Ini berarti bahwa pemberian makanan

sering diikuti dengan refleks pengosongan lambung. Bayi yang diberi ASI

dapat bertinja 8-10 kali sehari atau paling sedikit 2-3 kali sehari. Bayi yang

diberi minum PASI bertinja 4-6 kali sehari, tetapi terdapat kecenderungan

mengalami konstipasi (Abarca, 2021).

e) Sistem imun

Pada masa neoantus tidak terdapat sel plasma pada sum-sum tulang

dan lamina propia ilium dan apendiks. Plasenta merupakan sawar, sehingga

76
fetus bebas dari antigen dan stress imunologis. Pada BBL hanya terdapat

gama globulin G sehingga imunologi dari ibu dapat melalui plasenta karena

berat molekulnya kecil. Tetapi bila ada infeksi yang dapat melalui plasenta,

reaksi imunologis dapat terjadi dengan pembentukan sel plasma dan antibodi

gama A, G dan M (Armini, Sriasih, dan Marhaeni, 2017).

f) Hati

Segera setelah lahir, hati menunjukkan perubahan kimia dan morfologis,

yaitu kenaikan kada protein dan penurunan kadar lemak serta glikogen. Sel

hemopoetik juga mulai berkurang, walaupun memakan waktu agak lama.

Enzim hati belum aktif benar pada waktu bayi baru lahir, daya detoksifkasi hati

pada neonatus juga belum sempurna (Armini, Sriasih, dan Marhaeni, 2017).

4) Asuhan bayi baru lahir

Komponen asuhan bayi baru lahir menurut JNPK-KR 2017 dalam

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2020) diantaranya:

a) Inisiasi menyusu dini

Segera setelah lahir dan tali pusat diikat, letakan bayi tengkurap di

dada ibu dengan kulit bayi bersentuhan langsung ke kulit ibu. Biarkan kontrak

77
kulit ini berlangsung setidaknya 1 jam atau lebih. Bahkan sampai bayi dapat

menyusu sendiri apabila sebelumnya tidak berhasil. Bayi diberi topi dan

diselimuti.

b) Pencegahan infeksi

Bayi baru lahir rentan terhadap infeksi yang disebabkan

mikroorganisme yang terpapar selama proses persalinan berlangsung maupun

beberapa saat setelah lahir. Penolong persalinan harus memastikan telah

melakukan pencegahan infeksi sesuai pedoman.

c) Menjaga kehangatan

Bayi baru lahir belum mampu mengatur suhu tubuh, sehingga akan

mudah mengalami hipotermi, maka dari itu perlu dijaga kehangatannya. Bayi

baru lahir dapat mengalami kehilangan panas melalui empat mekanisme yaitu

evaporasi, konduksi, konveksi dan radiasi. Rentangan suhu normal pada bayi

yaitu suhu kulit 36-36,5°C, suhu rektal 36,5-37,5°C dan suhu axila 0,5-1°C

lebih rendah dari 40 suhu rektal (Abarca, 2021).

d) Perawatan tali pusat

Perawatan tali pusat yang benar sampai tali pusat terlepas dalam

minggu pertama dapat mengurangi insiden infeksi pada neonatus. Prinsip

yang paling penting dalam perawatan tali pusat adalah menjaga agar tali pusat

tetap kering dan bersih (Abarca, 2021).

78
e) Profilaksis salep mata

Semua bayi baru lahir harus mendapatkan profilaksis salep mata.

Pemberian salep mata pada bayi dalam waktu 1 jam setelah kelahiran

bertujuan untuk pencegahan infeksi akibat gonore dan klamidia. Salep mata

tetrasiklin 1% diberikan pada kedua mata dalam satu garis lurus mulai dari

bagian mata yang dekat hidung bayi menuju ke luar mata (JNPK-KR, 2017

dalam Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020).

f) Pemberian vitamin K

Pemberian injeksi vitamin K bermanfaat untuk mencegah perdarahan

pada otak bayi baru lahir, akibat defisiensi vitamin K yang diberikan dengan

cara disuntikkan di paha kiri secara intramuscular setelah Inisiasi Menyusu

Dini (IMD) atau dalam 1 jam pertama kelahiran. Untuk bayi yang beratnya

kurang dari 1500 gram dosisnya 0,5 mg dan bayi yang beratnya lebih dari

1500 gram dosisnya 1 mg (JNPK-KR, 2017 dalam Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia, 2020).

g) Pemberian imunisasi HB-0

79
Semua bayi harus mendapatkan imunisasi HB-0 segera setelah lahir

lebih baik dalam kurun waktu 24 jam setelah lahir. Imunisasi HB-0 diberikan

1-2 jam setelah pemberian injeksi Vitamin K di paha kanan secara

intramuskular (JNPKR, 2017 dalam Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia 2020).

b. Neonatus

1) Definisi

Neonatus adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28 hari)

sesudah kelahiran. Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai

dengan usia 1 bulan sesudah lahir. Neonatus dini adalah bayi berusia 0 - 7

hari. Neonatus lanjut adalah bayi berusia 7–28 hari (Widiastini, 2018).

Neonatus adalah individu yang baru saja mengalami proses kelahiran dan

harus menyesuaikan diri dari kehidupan di dalam rahim maupun di luar rahim

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020).

2) Standar pelayanan neonatus

80
Kementerian Kesehatan RI (2020) pada pedoman bagi ibu hamil, nifas

dan bayi baru lahir selama social distancing menyebutkan pelayanan neonatal

esensial atau kunjungan neonatal tetap dilakukan sesuai jadwal dengan upaya

pencegahan penularan COVID-19 baik dari petugas, ibu atau keluarga dengan

waktu kunjungan neonatal yaitu :

a) Kunjungan neonatal pertama (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6-48 jam

setelah lahir, asuhan yang diberikan adalah menjaga kehangatan bayi, berikan

ASI eksklusif, pencegahan infeksi, perawatan mata, perawatan tali pusat,

injeksi Vitamin K, dan imunisasi HB-0.

b) Kunjungan neonatal kedua (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke 3

sampai dengan hari ke 7 setelah lahir. Asuhan yang diberikan yaitu menjaga

kehangatan tubuh bayi, berikan ASI eksklusif, memandikan bayi, perawatan

tali pusat dan imunisasi.

3) Kunjungan neonatal ketiga (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8

sampai dengan hari ke 28 setelah lahir. Asuhan yang diberikan kepada bayi

adalah memeriksa tanda bahaya dan gejala sakit, menjaga kehangatan tubuh

bayi, memberikan ASI eksklusif, dan imunisasi. Asuhan dasar neonatus :

a) Asuh

(1) Nutrisi

81
Rencana asuhan untuk memenuhi kebutuhan minum/ makan ASI eksklusif.

ASI merupakan makanan yang terbaik bagi bayi. ASI diketahui mengandung

zat gizi yang paling banyak sesuai kualitas dan kuantitasnya untuk pertumbuhan

dan perkembangan bayi. Menyusui secara dini antara lain :

(a) Bayi harus disusui sesegera mungkin setelah lahir (terutama dalam 1 jam

pertama) dan dilanjutkan selama 6 bulan pertama kehidupan

(b) Colostrum harus diberikan, tidak boleh dibuang karena untuk menambah

kekebalan tubuh bayi

(c) Bayi harus disusui kapan saja ia mau (on demand), siang atau malam yang

akan merangsang payudara memproduksi ASI secara adekuat (Abarca, 2021).

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik dan sempurna untuk bayi, karena

mengandung semua zat gizi sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan

perkembangan bayi. ASI eksklusif adalah pemberian ASI (Air Susu Ibu) sedini

mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan

lain, walaupun hanya air putih, sampai bayi berumur 6 bulan.Hal ini sesuai

dengan rekomendasi UNICEF dan World Health Assembly (WHA) yang

menyarankan pemberian ASI Eksklusif hanya memberikan ASI saja tanpa

tambahan pemberian cairan (seperti : air putih, madu, susu formula, dan

sebagainya) atau makanan lainnya (seperti : buah, biskuit, bubur susu, bubur

nasi, tim, dan sebagainya).

82
(2) Eliminasi

Bayi BAK sebanyak minimal 6 kali sehari. Semakin banyak cairan yang masuk

maka semakin sering bayi miksi. Defekasi pertama berwarna hijau kehitaman.

Pada hari ke 3–5 kotoran berubah warna menjadi kuning kecokelatan. 4–6 hari

kotoran bayi yang biasanya minum susu biasanya cair. Bayi yang mendapat

ASI kotorannya kuning dan agak cair dan berbiji. Bayi yang minum susu botol,

kotorannya cokelat muda, lebih padat dan berbau (Abarca, 2021).

(3) Tidur

Dalam dua minggu pertama setelah lahir, bayi normalnya sering tidur. Bayi

baru lahir mempergunakan sebagian besar dari waktunya untuk tidur. Neonatus

sampai usia 3 bulan rata–rata tidur sekitar 16 jam sehari. Pada umunya, bayi

mengenal malam hari pada usia 3 bulan. Sediakan selimut dan ruangan yang

hangat pastikan bayi tidak terlalu panas atau terlalu dingin. Jumlah total tidur

bayi akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia bayi.

(4) Perawatan tali pusat

Tali pusat adalah jaringan unik yang terdiri dari dua arteri dan satu vena yang

tertutup oleh jaringan pengikat mukoid yang dikenal sebagai wharton’s jelly,

yang ditutup oleh satu lapisan membran mukosa (kelanjutan dari amnion).

Selama hamil, plasenta menyediakan semua nutrein untuk pertumbuhan dan

menghilangkan produk sisa secara terus menerus melalui tali pusat. Setelah

lahir, tali pusat mengering dengan cepat mengeras dan berubah warna menjadi

83
hitam (suatu proses yang disebut gangreng kering). Proses ini dibantu oleh

paparan udara. Pembuluh umbilikal masih tetap berfungsi sehingga tetap

beresiko infeksi sampai tali pusat terpisah. Sebagai akibat, berasal dari kontak

langsung dari ibu masuk melalui kontak kulit ke bayi. Bakteri yang berbahaya

dapat disebarkan melalui hiegien yang buruk, teknik mencuci tangan yang tidak

baik dapat menyebabkan infeksi. Dapat pula terjadi tali pusat yang basah atau

lengket, tetapi hal ini masih juga merupakan proses fisiologis yang normal.

Pemisahan tali pusat seharusnya dalam 5-15 hari, meskipun bisa berlangsung

lebih lama. Alasan utama terjadinya pelepasan tali pusat yang lebih lama adalah

penggunaan antiseptik dan infeksi (Muslihatun, 2010). Banyak pendapat

tentang cara terbaik perawatan tali pusat. Telah dilaksakan beberapa uji klinis

untuk membandingkan cara penanganan tidak ada peningkatan kejadian infeksi

pada tali pusat bila dibiarkan terbuka dan tidak melakukan apapun selain

membersihkan luka tersebut dengan air bersih. Untuk diwaspadai bagi negara

yang beriklim tropis, penggunaan alkohol yang popular dan terbukti efektif di

daerah panas alkohol mudah menguap dan terjadi penurunan keefektifannya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan membiarkan tali pusat mengering,

tidak ditutup dan hanya dibersihkan setiap hari dengan menggunakan air bersih,

merupakan cara paling cost effective untuk perawatan tali pusat. Bidan

sebaiknya menasehati ibu agar tidak membubuhkan apapun pada sekitar tali

pusat karena dapat mengakibatkan infeksi. Hal ini disebabkan karena

84
meningkatnya kelembaban (akibat penyerapan oleh bahan tersebut) badan bayi

sehingga menciptakan kondisi yang ideal bagi tumbuhnya bakteri, penting

untuk dinasehati pada ibu, agar tidak membubuhi apapun dan hendaknya tali

pusat dibiarkan membuka agar tetap kering (Abarca, 2021).

b) Asih (kebutuhan psikologi)

Asih merupakan kebutuhan terhadap emosi. Asih merupakan ikatan yang serasi

dan selaras antara ibu dan anak yang diperlukan pada tahun pertama kehidupan

sejak dalam kandungan untuk menjamin mantapnya tumbuh kembang fisik,

mental dan psikososial anak. Asih merupakan bagaimana mempercayakan dan

mengasihi untuk memberikan rasa aman kepada anak. Lebih kepada ikatan

emosional yang terjadi antara anak dan orang tua. Kadang selalu bertindak

selaku teman dan kadang juga orang tua yang protektif. Kelembutan dan kasih

sayang adalah kunci untuk mendapatkan hati anak sehingga mereka tidak segan

untuk bercerita. Meluangkan waktu bersama untuk bermain, berjalan-jalan, dan

menikmati waktu hanya berdua saja (Abarca, 2021).

c) Asah (stimulasi mental)

Stimulasi merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk pertumbuhan dan

perkembangan anak. Anak yang banyak mendapatkan stimulasi yang terarah

akan cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang mendapatkan

stimulasi. Pemberian stimulasi ini sudah dapat dilakukan sejak masa kehamilan,

85
dan juga setelah lahir dengan cara menyusui anak sedini mungkin. Asah

merupakan proses pembelajaran bagi anak, agar anak tumbuh dan berkembang

menjadi anak yang cerdas ceria dan berakhlak mulia, maka periode yang

menentukan sebagai masa keemasan (golden period), jendela kesempatan

(window of opportunity) dan masa krisis (critical period) yang mungkin tidak

terulang. Anak terutama bayi merupakan kelompok yang rentan terhadap

masalah kesehatan dan tindak kekerasan yang meliputi perlakukan salah

(abuse), eksploitasi, penculikan dan perdagangan bayi. Upaya pelayanan

kesehatan yang diselenggarakan selama ini lebih menekankan pada upaya

pelayanan kesehatan semata, belum terorientasi pada upaya perlindungan yang

menyeluruh (Abarca, 2021).

c. Bayi umur 29 hari hingga 42 hari

1) Pelayanan kesehatan pada bayi

Pelayanan kesehatan pada bayi ditunjukan pada bayi usia 29 hari sampai

dengan 11 bulan dengan memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan

standar oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompeteni klinis kesehatan

(dokter,bidan dan perawat) minimal empat kali, yaitu pada usia 29 hari- 2

bulan, usia 3-5 bulan, usia 6-8 bulan dan usia 9-12 bulan sesuai standar di suatu

wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Pelayanan ini terdiri dari

86
penimbangan berat badan, pemberian imunisasi dasar (BCG, DPT/HB1-3, polio

1-4 dan campak), Stimulasi Deteksi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) bayi,

pemberian Vitamin A pada bayi, penyuluhan perawatan bayi serta penyuluhan

ASI Eksklusif dan pemberian makanan pendamping ASI (Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia, 2020).

2) Stimulasi bayi usia 29-42 hari

Sering memeluk dan menimang bayi dengan kasih sayang, gantung benda

berwarna cerah, tatap mata bayi dan ajak berbicara, perdengarkan musik. Pada

umur 1 bulan biasanya bayi bisa menatap ke ibu, mengeluarkan

suara,tersenyum dan menggerakan kaki serta tangan (Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia, 2020).

c. Evidance based practice asuhan kebidanan bayi baru lahir, neoantus dan

bayi

1) Pemberian ASI (nutrisi)

Inisiasi menyusui dini adalah langkah penting untuk memudahkan bayi dalam

memulai proses menyusui. Bayi baru lahir yang diletakkan pada dada atau perut

sang ibu, secara alami dapat mencari sendiri sumber air susu ibu (ASI) dan

menyusu. ASI berperan penting sebagai sumber makanan utama dan membantu

memperkuat sistem kekebalan bayi baru lahir untuk melindunginya dari

berbagai penyakit. Proses menyusui ini sebenarnya dapat dimulai dan dikuatkan

dengan inisiasi menyusui dini

87
Hasil penelitian yang dilakukan Devriany, dkk (2018) yaitu rata-rata perubahan

ukuran panjang badan bayi neonatus yang mendapatkan ASI eksklusif dan ASI

non-eksklusif pada akhirnya sama (3,00 cm) selama 0-28 hari antara kelompok

bayi neonatus yang diberikan ASI eksklusif dan ASI non eks- klusif, tetapi pada

kelompok bayi neonatus yang diberikan ASI eksklusif perubahan panjang

badannya lebih cepat meningkat yaitu pada hari ke-14 (3,00 cm), sedangkan

perubahan panjang badan bayi neonatus yang diberikan ASI non eksklusif

perubahan panjang badannya terlambat yaitu pada hari ke-28 (3,00 cm).

Inisiasi menyusui dini (IMD) yang tidak dilakukan pada hari pertama kelahiran

menunjukan adanya peningkatan risiko kematian bayi baru lahir empat kali

lipat lebih tinggi karena adanya indikasi pemberian susu formula dengan dosis

yang tidak tepat. Apabila bayi yang berisiko tinggi kematian (tidak sehat pada

hari kelahiran, kelainan bawaan, prematur) pemberian susu formula dapat

diberikan dengan dosis yang susah ditentukn oleh dokter atau ahli gizi.

2) Musik klasik mozart

Terapi musik dapat membantu pertumbuhan yang lebih baik pada bayi, dimana

lagu yang tenang selama kurang lebih 40 menit perhari didapatkan kenaikan

berat badan, detak jantung lebih kuat, meningkatkan saturasi oksigen.

Terapi musik klasik Mozart memiliki irama, melodi, frekuensi tinggi yang

dapat merangsang kreatifitas dan motivasi otak kemudian merangsang stimulus

88
ACTH sehingga terjadi peningkatan berat badan. Peningkatan berat badan

selain diberikan terapi musik klasik Mozart juga dapat dipengaruhi oleh

pemberian ASI dan susu formula. Peningkatan berat badan dimungkinkan

karena terapi musik klasik Mozart dapat memberikan perasaan tenang kepada

bayi sehingga bayi lebih banyak tidur (Khasanah, 2020).

3) Pijat bayi

Penelitian Letzkus et al., (2022) tentang massage theraphy improves

neurodevelopment outcome at two years corrected age for very low birth

weight infant, didapatkan hasil terjadinya peningkatan setelah diberikan pijatan,

akan terjadi rangsangan pada nervus vagus yang akan merangsang hormone

penyerapan pada insulin dan gastrin. Insulin berperan dalam proses metabolism

karbohidrat, penyimpanan glikogen, sintesa asam lemak yang semuanya

disimpan dalam hati, lemak dan otot. Salah satu fungsi glikogen adalah

menghasilkan ATP yang cukup sehingga bayi akan lebih aktif beraktifitas

sehingga mempercepat perkembangan motoriknya.

4) Menjemur bayi

Ikterus merupakan salah satu penyebab kematian neonatus. Faktor– faktor yang

bisa menyebabkan terjadinya ikterus secara garis besar adalah produksi

bilirubin berlebih, gangguan proses uptake dan konjugasi hepar, gangguan

transportasi dalam metabolisme dan gangguan dalam ekskresi.

89
Salah satu terapinya adalah dengan terapi sinar matahari. Terapi sinar matahari

ini untuk pencegahan terjadinya hiperbilirubinemia. Caranya bayi dijemur

selama setengah jam dengan posisi yang berbeda-beda. Seperempat jam dalam

keadaan telentang, seperempat jam kemudian telungkup. Lakukan antara pukul

07.00 sampai 09.00 pagi. Hindari posisi yang membuat bayi melihat langsung

ke matahari karena dapat merusak mata (Megasari, 2020).

G. Kerangka Pikir

Asuhan kebidanan komprehensif adalah suatu pemeriksaan yang

dilakukan dengan lengkap. Asuhan kebidanan komprehensif mencakup empat

kegiatan berkesinambungan, yaitu asuhan kebidanan kehamilan, asuhan

kebidanan persalinan, asuhan kebidanan masa nifas, asuhan kebidanan dan

asuhan kebidanan bayi baru lahir. Penulis berencana memberikan asuhan secara

komprehensif kepada ibu,namun jika dalam menjalankan asuhan dari

kehamilan trimester II sampai masa nifas terjadi hal yang patologi makan akan

dilakukan kolaborasi dan rujukan.

Masa Kehamilan

Asuhan Kebidanan Trimester II dan III


Komprehensif
Berkesinambungan
(Continuity of Care)
Proses Persalinan Fisiologis
pada ibu “SP” Umur 25
Tahun Multigravida dari
umur Kehamilan 16 Masa nifas dan
Minggu 3 Hari sampai
42 Hari Masa Nifas menyusui Asuhan Kebidanan
Fisiologis
Bayi baru Lahir

90 sampai 42 hari
Ibu dan bayi sehat

Kolaborasi dan
Patologis
rujukan

Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil ,Bersalin,
Nifas dan Menyusui serta Bayi Baru Lahir

91
BAB III

METODE PENENTUAN KASUS

A. Informasi Klien dan Keluarga

Informasi klien dan keluarga didapatkan menggunakan metode pengumpulan

data melalui wawancara, pemeriksaan, observasi serta dokumentasi. Asuhan

dilakukan kepada ibu “SP” dan Tn “GS” setelah mendapatkan persetujuan untuk

dilakukan asuhan dari masa kehamilan trimester II sampai 42 hari masa nifas.

Sebelum melakukan asuhan terlebih dahulu melakukan informed consent kepada ibu

“SP” dan Data yang diambil berupa data primer yang didapatkan dari wawancara

pada ibu ‘SP’ dan data sekunder yang didapatkan dari dokumentasi hasil

pemeriksaan ibu yaitu buku periksa.

Data Subjektif (Dikaji pada tanggal 6 Agustus 2022 pukul 10.00 WITA)
Identitas Ibu Suami
Nama Ibu ‘SP’ Tn. ‘ GS’
Umur 25 tahun 26 tahun
Suku Bangsa Bali, Indonesia Bali, Indonesia
Agama Hindu Hindu
Pendidikan SMP SMA
Pekerjaan Tidak Bekerja Helmer
Penghasilan Rp. 2.000.000
Alamat Br. Bingin, Ds Kusamba, Kecamatan Dawan,
Kabupaten Klungkung
No. Hp 082145550xxx

Jaminan Kesehatan BPJS (PBI)


2. Keluhan Utama

Ibu mengatakan ingin melakukan pemeriksaan kehamilan rutin dan ibu

mengatakan tidak ada keluhan.

3. Riwayat Menstruasi

Ibu menarch pada umur 14 tahun, siklus haid teratur 29-30 hari, jumlah darah

saat menstruasi yaitu 3-4 kali ganti pembalut dalam sehari, lama haid 6-7 hari, saat
52
haid ibu tidak mengalami keluhan. Ibu mengatakan HPHT pada tanggal 13 April

2022 dan TP 20 Januari 2023.

4. Riwayat Pernikahan

Ibu mengatakan ini merupakan pernikahan pertamanya, sah secara agama

dan negara, lama pernikahan 1 tahun, umur menikah 24 tahun

5. Riwayat Persalinan Sebelumnya

Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan yang pertama.

6. Riwayat Kehamilan Ini

Ini merupakan kehamilan yang pertama. Keluhan yang pernah pada trimester

I yaitu mual dan muntah di pagi hari. Ikhtisar pemeriksaan sebelumnya, ibu

memeriksakan kehamilannya sebanyak 1x di PMB, 1x di Puskesmas dan 1 kali di

dokter kandungan. Gerakan janin belum dirasakan. Ibu riwayat mengkonsumsi asam

folat 1x400 mcg sebanyak 30 tablet. Status imunisasi ibu T5. Ibu tidak memiliki

perilaku yang membahayakan kehamilannya seperti merokok, minum- minuman

beralkohol dan mengonsumsi obat-obatan terlarang.

7. Riwayat hasil pemeriksaan

79
Tabel 5
Riwayat Hasil Pemeriksaan Ibu ‘SP’

Sumber : Buku Kesehatan Ibu dan Anak, 2022

8. Riwayat Kontrasepsi

80
Selama ini ibu tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi

9. Riwayat Penyakit yang Pernah Diderita

Ibu “SP” mengatakan tidak memiliki penyakit jantung, hipertensi, asma,

TORCH, diabetes mellitus (DM), hepatitis tuberculosis (TBC), penyakit menular

seksual (PMS). Ibu tidak memiliki riwayat penyakit ginekologi seperti cervisitis

cronis, endrometriosis, myoma, benjolan pada leher rahim atau polip serviks, kanker

kandungan. Ibu juga tidak pernah di operasi pada daerah abdomen.

10. Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga ibu “SP” tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi, penyakit

kanker, asma, DM, penyakit jiwa, kelainan bawaan, hamil kembar, TBC, PMS,

HIV/AIDS atau penyakit menular lainnya.

11. Data Bio, Psiko, Sosial dan Spiritual

a. Data Biologis

Ibu tidak mengalami keluhan pada pernafasan saat beraktivitas maupun

istirahat. Pola makan ibu selama kehamilan yaitu ibu makan 4 kali dalam sehari.

Menu makanan bervariasi setiap hari, ibu makan dengan porsi sedang. Ibu tidak

memiliki pantangan terhadap makanan dan tidak memiliki alergi terhadap makanan.

Pola minum ibu dalam sehari adalah ibu minum air putih sebanyak ± 8 gelas/hari.

Pola eliminasi ibu selama sehari antara lain: buang air kecil (BAK) ± 5 - 6 kali/hari

dengan warna kuning jernih, buang air besar (BAB) 1 kali/hari karakteristik lembek

dan warna kuning kecoklatan. Pola istirahat ibu selama hamil yaitu tidur malam 6-7

jam tidur siang selama 1 jam. Pola aktivitas ibu selama hamil yaitu melakukan

81
pekerjaan rumah tangga ringan. Ibu mengatakan belum berani melakukan hubungan

seksual .

b. Perilaku Gaya Hidup

Ibu mengatakan tidak pernah diurut dukun, ibu tidak pernah minum obat

tanpa resep dokter, tidak pernah minum-minuman keras, dan tidak pernah minum

jamu yang membahayakan bagi kesehatan janin.

c. Data Psikososial

Kehamilan ini merupakan kehamilan yang direncanakan ibu dan suami

sehingga ibu, suami, dan keluarga menerima kehamilan ini.

d. Data Spiritual

Ibu dan keluarga tidak memiliki kepercayaan atau pantangan selama

kehamilan, dan ibu tidak mengalami masalah saat beribadah.

e. Perencanaan Persalinan

Ibu mengatakan ingin melahirkan di PMB Hj Siti Rohani, A.Md.Keb yang

ditolong oleh Bidan, ibu dan suami sudah menyiapkan transportasi ke tempat

persalinan menggunakan kendaraan pribadi, pendamping persalinan yaitu suami,

pengambil keputusan utama dalam persalinan yaitu ibu dan suami, pengambil

keputusan lain jika pengambil keputusan utama berhalangan yaitu mertua, dana

persalinan menggunakan dana pribadi/ BPJS, calon donor yaitu kakak kandung, RS

rujukan jika terjadi kegawatdaruratan yaitu RSUD Klungkung, ibu berencana

menggunakan alat kontrasepsi pada 42 hari setelah persalinan.

f. Pengetahuan

82
Pengetahuan ibu “SP” yaitu ibu sudah mengetahui perawatan sehari – hari

selama kehamilan, pola nutrisi pada ibu hamil, pola istirahat pada ibu hamil,

menjaga kebersihan diri, protokol kesehatan selama COVID-19, ibu belum

mengetahui tanda bahaya kehamilan, kehamilan dengan resiko tinggi, masalah lain

yang mungkin timbul pada saat kehamilan, dan KB.

g. Riwayat Vaksinasi COVID-19

Ibu sudah vaksinasi sebanyak 3x dimana vaksinasi yang terakhir pada tanggal 13

Maret 2022 di UPTD Puskesmas Dawan I dengan jenis vaksinnya Astra Zeneca.

A. DATA OBYEKTIF (06 Agustus 2022 jam 10.05 wita)

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : compos mentis.

c. GCS : 15, E: 4, V: 5, M: 6

d. Postur tubuh : tegap

e. Antopometri : TB: 152 cm, BB: 58 Kg, BB (sebelum hamil): 54 Kg,

Lila: 24 cm

f. Indeks Masa Tubuh : 23,5 (status gizi normal)

g. Tanda-tanda vital : TD: 110/70 mmHg, N: 80x/menit, S: 36,5 0C, R:

20x/menit

2. Pemeriksaan Fisik

83
a. Kepala

1) Rambut : Bersih, tidak mudah dicabut

2) Wajah : Tidak pucat, tidak oedema, tidak ada cloasma

3) Mata : Konjuntiva merah muda, sclera putih, tidak ada

pengeluaran

4) Hidung : Bersih, tidak ada kelainan

5) Mulut : Bibir merah muda, mukosa bibir lembab

6) Telinga : Bersih, tidak ada kelainan

7) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe,dan kelenjar

tiroid, tidak ada pelebaran vena jugularis

8) Payudara : Bentuk simetris, puting menonjol, tidak ada

pengeluaran, bersih

9) Dada : Bentuk simetris, tidak ada tarikan dinding dada

10) Perut

a. Inspeksi : Tidak ada bekas operasi, tidak ada kelainan

b. Palpasi : Tinggi fundus uteri ½ simfisis-pusat

c. Auskultasi : DJJ 140 x/menit kuat teratur

11) Ekstremitas Atas : Simetris, tidak ada oedema, tidak ada kelainan,

kuku tidak pucat

12) Ekstremitas bawah : Tungkai simetris, tidak ada oedema, reflek patella

+/+, tidak ada varises, dan tidak ada kelainan,

kuku tidak pucat

3. Pemeriksaan khusus

84
1) Genetalia : Tidak ada pengeluaran, tidak ada kelainan pada

monspubis, labia mayora, labia minora, klitoris

bersih

2) Inspeksi anus : Normal tidak ada hemoroid

4. Pemeriksaan penunjang

Ibu sudah melakukan pemeriksaan penunjang (lab dan usg)

B. Rumusan Masalah atau Diagnosa Kebidanan

Berdasarkan pengkajian data subjektif dan objektif maka dapat

ditegakkan diagnosis yaitu ibu “SP” umur 25 tahun G1P0A0 usia kehamilan

16 minggu 3 hari, janin tunggal, hidup, intrauterine.

Masalah :

Ibu belum mengetahui tanda bahaya kehamilan, kehamilan resiko tinggi,

kontrasepsi, dan masalah lain yang mungkin timbul selama kehamilan

C. Penatalaksanaan

1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan suami. Ibu dan suami

paham

2. Memberikan KIE mengenai kehamilan resiko tinggi dengan jarak kehamilan

dengan persalinan sebelumnya dekat (<2 tahun) bahwa kehamilan resiko tinggi dapat

menyebabkan masalah pada ibu dan janin seperti kehamilan prematur, gawat janin,

keracunan dalam kehamilan, dan perdarahan. Sehingga ibu perlu kontrol rutin. Ibu

paham dan besedia melakukannya

85
3. Memberikan KIE mengenai keluarga berencana. Ibu berencana memiliki 3 anak

dan akan ber KB setelah persalinan.

4. Memberikan KIE mengenai tanda bahaya kehamilan trimester II seperti keluar

air atau perdarahan dari jalan lahir, bengkak pada wajah, tangan, kaki, rasa pusing

yang teramat sangat/ nyeri kepala, nyeri ulu hati ibu bisa menyebutkan kembali dan

akan datang bila mengalami salah satu tanda bahaya tersebut

5. Memberikan KIE mengenai masalah yang mungkin timbul selama kehamilan

seperti demam menggigil, dan berkeringat, terasa sakit saat kencing atau keputihan

yang gatal, batuk lama lebih dari 2 minggu, jantung berdebar atau nyeri dada, diare

berulang, dan sulit tidur/cemas berlebihan. Ibu dan suami paham dan dapat

menyebutkan kembali serta akan datang jika mengalami salah satu masalah

diatas.Menginformasikan kepada ibu untuk tetap menjaga pola nutrisi selama

hamil. Ibu bisa makan 3 kali dalam sehari dengan porsi sedang. Menu makanan

yang bervariasi: nasi, daging, kacang kacangan, sayur mayur. Ibu bisa konsumsi

buah oleh karena status gizi ibu dalam kategori lebih maka sebaiknya berat badan ibu

meningkat 0,3 kg/minggu selama kehamilan. Ibu akan mengikuti saran yang akan

diberikan.

6. Memberikan suplemen SF 1x 60 mg (30 tablet), dan vitamin C 1x50 mg (30

tablet), dan menjelaskan manfaat vitamin. ibu paham cara konsumsi vitamin.

7. Memberikan KIE agar tetap mematuhi protokol kesehatan seperti tetap

menggunakan masker bila keluar dari rumah, rutin mencuci tangan dan menghindari

kerumunan Ibu bersedia melakukannya dan selama ini ibu selalu mematuhi protokol

kesehatan

86
8. Melakukan kesepakatan kunjungan ulang tanggal 06 September 2022 atau

sewaktu-waktu jika ada keluhan. Ibu dan suami sepakat

D. Jadwal Kegiatan

Dalam laporan kasus ini, penulis telah melakukan beberapa kegiatan yang

dimulai dari bulan Agustus 2022 sampai bulan Pebruari 2023 yang dimulai dari

kegiatan pencarian pasien di Puskesmas dan dikonsultasikan kepada pembimbing,

setelah disetujui penulis memberikan asuhan kepada ibu “SP” dari umur

kehamilan 16 minggu 3 hari hingga 42 hari postpartum.

Tabel 6
Jadwal Kegiatan Asuhan dan Kunjungan yang diberikan pada ibu
‘SP’ dari Usia Kehamilan 16 Minggu 3 Hari sampai 42 Hari Masa
Nifas

No Waktu Kunjungan Implementasi Asuhan


1 2 3
1 Minggu Pertama Bulan 1. Memberikan KIE terkait keluhan
September 2022 sampai dengan yang dirasakan oleh ibu dan cara
minggu pertama Oktober 2022 mengatasinya
2. Memberi asuhan komplementer
prenatal yoga
3. Memberikan KIE tanda bahaya
kehamilan trimester II
4. Memberikan KIE tentang pemenuhan
nutrisi, peningkatan berat badan
normal dan aktifitas fisik selama

87
No Waktu Kunjungan Implementasi Asuhan
1 2 3
kehamilan
5. Memberitahu pentingnya tes
laboratorium saat kehamilan dan
menjelaskan tentang Triple eliminasi
6. Pemberian suplemen sesuai umur
kehamilan
7. Menyepakati jadwal kunjungan
berikutnya

Minggu pertama bulan Oktober 1. Memberikan KIE terkait keluhan


2022 sampai minggu pertama yang dirasakan oleh ibu dan cara
bulan Desember 2022 mengatasinya
2. Memberikan terapi komplementer
akupresure dan mengajarkan suami
untuk melakukannya di rumah
3. Memberikan KIE tanda bahaya
kehamilan
4. Memberikan KIE tanda gejala
persalinan
5. Memberikan suplemen obat yang
telah habis
6. Memberikan KIE tentang KB pasca
Salin yang dapat digunakan oleh ibu
7. Memberikan KIE tentang P4K
8. Menyepakati jadwal kunjungan
berikutnya

Minggu pertama Desember 2022 1. Mengingatkan kembali tanda-tanda


sampai minggu kedua bulan

88
No Waktu Kunjungan Implementasi Asuhan
1 2 3
Januari 2023 persalinan dan persiapan persalinan
2. Memastikan ibu sudah menentukan
KB
3. Memastikan kelengkapan persalinan
yang diperlukan ibu seperti
kendaraan, kelengkapan administrasi
dan pakaian bersih untuk ibu dan
bayi
4. Memberikan KIE pemenuhan nutrisi
dan pola istirahat menjelang
persalinan

2 Persalinan 1. Memberikan asuhan kebidanan


20 Januari 2023 persalinan untuk ibu saat ibu datang
ke PMB
2. Melakukan asuhan sayang ibu dengan
melibatkan peran pendamping,
membantu ibu memilih posisi yang
nyaman selama bersalin, memenuhi
kebutuhan nutrisi dan eleminasi ibu
3. Memberikan asuhan komplementer
pijat endorphin untuk mengurangi
nyeri persalinan
4. Memantau kemajuan persalinan ibu,
kesejahteraan ibu dan janin.
5. Membantu ibu bersalin sesuai dengan
langkah-langkah APN
6. Membimbing ibu melakukan IMD

89
No Waktu Kunjungan Implementasi Asuhan
1 2 3
3 Masa nifas dan neonatus 1. Memantau pemeriksaan tanda vital
KF 1 dan KN 1 ibu dan bayi dan trias nifas
20 Januari 2023 2. Membimbing ibu dalam melakukan
senam kegel dan mobilisasi dini
3. Membantu dan mengajarkan ibu
teknik dan posisi menyusui bayinya
yang benar
4. KIE ibu untuk memberikan ASI
Eksklusif secara on demand
5. Memberitahu ibu untuk istirahat yang
cukup selama masa nifas dan
memberitahu keluarga untuk
membantu merawat bayi
6. Memberikan KIE tanda bahaya masa
nifas
7. Memberikan KIE cara perawatan
luka perineum
8. Mengajarkan ibu cara perawatan bayi
sehari-hari meliputi cara perawatan
tali pusat, cara memandikan bayi,
rutin menjemur bayi dan tanda
bahaya neonatus.
9. Asuhan komplementer pijat oksitosin
untuk meningkatkan produksi ASI
dan senam Kegel untuk membantu
penyembuhan luka perineum.

KF 2 dan KN 2 1. Memantau tanda-tanda vital ibu dan

90
No Waktu Kunjungan Implementasi Asuhan
1 2 3
27 Januari 2023 bayi dan trias nifas
2. Melakukan pemantauan trias nifas
3. Memberikan KIE cara dan manfaat
pijat bayi
4. Memastikan kembali perawatan bayi
sehari-hari sudah dilakukan dengan
baik
5. Mengingatkan kembali ibu
memberikan ASI Eksklusif secara on
demand
6. Pemberian imunisasi BCG dan Polio
1
7. Memantau adanya tanda bahaya
neonatus

KF 3 dan KN 3 1. Memantau tanda-tanda vital ibu dan


10 Pebruari 2023 bayi
2. Memantau trias nifas
3. Memastikan ibu sudah yakin dengan
kontrasepsi pasca salin yang akan
digunakan
4. Membimbing ibu melakukan pijat
bayi
5. Membimbing suami melakukan pijat
oksitosin pada ibu
6. Memantau pemenuhan nutrisi dan
istirahat ibu
7. Memantau adanya tanda bahaya pada

91
No Waktu Kunjungan Implementasi Asuhan
1 2 3
neonatus
8. Mengingatkan ibu untuk melakukan
penimbangan berat badan rutin di
posyandu terdekat
9. Memberikan KIE cara melakukan
stimulasi pada bayi

KF 4 dan bayi umur 42 Hari 1. Memantau tanda-tanda vital ibu dan


3 Maret 2023 bayi
2. Memantau trias nifas
3. Mengingatkan ibu jadwal suntik KB
berikutnya
4. Mengingatkan ibu untuk tidak
memberikan makanan selain ASI
atau susu formula sebelum bayi
berumur enam bulan
5. Memberikan KIE cara stimulasi pada
bayi
6. Mengingatkan ibu untuk rutin
menimbang bayi setiap bulan di
Posyandu yang diadakan di Banjar
Dinas masing masing.

92
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Asuhan Kebidanan yang dilakukan dalam laporan tugas akhir ini

merupakan asuhan kebidanan pada Ibu SP umur 25 tahun primigravida

beralamat di Br. bingin Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Kabupaten

Klungkung yang termasuk wilayah kerja UPTD. Puskesmas Dawan I

merupakan responden yang penulis berikan asuhan kebidanan dari usia

kehamilan 16 minggu 3 hari sampai 42 hari masa nifas beserta bayinya.

Penulis mendapatkan pasien ini pertama kali di UPTD Puskesmas Dawan I.

Penulis melakukan pendekatan kepada ibu “SP” dan suami untuk dijadikan

responden kasus laporan tugas akhir. Setelah ibu “SP” dan suami menyetujui

untuk diberikan asuhan kebidanan dari umur kehamilan 16 minggu 3 hari

sampai 42 hari masa nifas, penulis kemudian mengusulkan judul kepada

pembimbing dan disetujui oleh pembimbing untuk dilanjutkan memberikan

asuhan kebidanan pada ibu “SP’. Penulis memberikan asuhan untuk

mengetahui perkembangan ibu “SP” selama usia kehamilan 16 minggu 3 hari

sampai 42 hari masa nifas, melalui pemberian asuhan saat ibu memeriksakan
90
kehamilannya di Puskesmas dan PMB, membantu pada proses persalinan,

melakukan pemeriksaann ifas dan bayi hingga 42 hari di PMB. Asuhan

kebidanan pada kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, neonatus dan

bayi umur 29-42 hari diuraikan sebagai berikut.


1. Asuhan kebidanan pada ibu “SP” beserta janinnya dari usia kehamilan

16 minggu 3 hari sampai menjelang persalinan

Asuhan kebidanan kehamilan pada ibu “SP” dilakukan melalui

kunjungan antenatal di Puskesmas, PMB dan Dokter SpOG. Selama masa

kehamilan, ibu melakukan kunjungan ANC sebanyak sepuluh kali. Berikut

diuraikan asuhan kebidanan pada ibu “SP” dari usia kehamilan 16 minggu 3

hari hingga menjelang persalinan.

Tabel 7
Catatan Perkembangan Ibu ‘SP’ Beserta Janinnya yang Menerima
Asuhan Kebidanan Selama Kehamilan Secara Komprehensif

Hari/tanggal/ Catatan Perkembangan Tanda


waktu/tempat Tangan/Nama
1 2 3
Rabu, 07 S : Ibu ingin melakukan pemeriksaan Bidan “M”
September kehamilan, saat ini ibu tidak ada dan Ni Made
2022, Pk. keluhan. Gerak janin dirasakan ibu. Erna Yanti
10.00 Wita O: KU baik, kesadaran compos mentis
di UPTD TD: 100/70 mmHg, BB: 60 Kg, S:
Puskesmas 36,20C, N: 82x/menit, RR: 20x/menit
Dawan I pemeriksaan fisik ibu hamil dalam batas
normal. TFU teraba 3 jari bawah pusat,
ballot (+) DJJ 140x/menit kuat teratur
Riwayat USG (15/08/22): janin T/H, DJJ
144x/menit, AK: cukup, Plac: difundus,
UK 17W5D, TP 21 Januari 2023
Riwayat USG (15/08/22): janin T/H, DJJ
144x/menit, AK: cukup, Plac: difundus,

96
UK 17W5D, TP 21 Januari 2023
Minggu Janin T/H Intrauterine
A : G1P0A0 UK 20 Minggu 2 Hari Janin
T/H Intrauterine
Masalah: Ibu belum mengetahui
mengenai hal-hal yang tidak boleh
dilakukan selama hamil
P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan
kepada ibu dan suami. Ibu dan suami
paham dan terlihat senang
2. Memberikan KIE mengenai hal-hal
yang tidak boleh dilakukan selama
kehamilan yaitu kerja berat, merokok atau
terpapar asap rokok, minum- minuman
bersoda/beralkohol/jamu, tidur telentang
>10 menit pada masa hamil tua, minum
obat tanpa resep dokter, dan stress
berlebihan. Ibu paham dan dapat
menyebutkan kembali penjelasan bidan
dan bersedia melakukan saran bidan.
3.Memberikan KIE ibu untuk menjaga
pola makan, istirahat cukup dan kontrol
rutin selama kehamilan. ibu paham dan
bersedia melakukannya
4.Memberikan suplemen 1x60mg (30
tablet), Kalk 1x 500 mg (30 tablet),
Vitamin C 1x50 mg (30 tablet). Ibu paham
cara konsumsi vitaminnya

97
5.Melakukan kesepakatan kunjungan ulang
tanggal 07 oktober 2022 atau sewaktu-
waktu jika ada keluhan. Ibu dan suami
sepakat
Jumat, 14 S : Ibu ingin melakukan pemerikasaan Bidan “S”
Oktober kehamilan, saat ini ibu tidak ada dan Ni Made
2022, Pk. keluhan. Gerak janin dirasakan aktif. Ibu Erna Yanti
16.00 Wita belum paham tentang kelas ibu hamil,
di PMB Hj cara memantau gerak bayi, dan stimulasi
Siti Rohani, pada janin
A.Md.Keb O : KU baik, kesadaran compos mentis
TD: 100/70 mmHg, BB: 63 Kg, S:
36,10C, N: 82x/menit, RR: 19x/menit
pemeriksaan fisik ibu hamil dalam batas
normal. TFU teraba 3 jari atas pusat, (25
cm) DJJ 136x/menit kuat teratur,TBBJ :
2.015 gram
A : G1P0A0 UK 26 Minggu 2 hari Janin
T/H Intrauterin
Masalah : Ibu belum mengetahui
mengenai kelas ibu hamil, cara
memantau gerak janin, dan stimulasi
janin
P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan
kepada ibu dan suami. Ibu dan suami
paham dan terlihat senang
2. Memberikan KIE kepada ibu dan
suami mengenai kelas ibu
hamil,menjelaskan tujuan ,mamfaat,dan

98
waktu pelaksanaan kelas ibu. ibu dan
suami bersedia mengikuti kelas ibu.
3. Memberikan KIE ibu untuk tetap
menjaga pola makan, istirahat
cukup,makan makanan yang
bervariasi,bergizi,bersih dan
matang,serta tetap menjaga kebersihan
diri. ibu paham dan bersedia
melakukannya
4.Memberikan KIE kepada ibu untuk
memberikan stimulasi kepada bayi sejak
dalam kandungan dengan mendengarkan
musik klasik seperti mozart Ibu bersedia
melakukannya
5.Memberikan KIE mengenai tanda
bahaya kehamilan Trimester III seperti
kaki dan tangan bengkak disertai nyeri
ulu hati dan pandangan kabur, gerakan
janin berkurang, keluar air atau darah
dari jalan lahir, ibu paham dan akan
segera periksa jika mengalami salah
satu tanda bahaya diatas
6. Memberikan suplemen 1x60mg (30
tablet), Kalk 1x 500 mg (30 tablet),
Vitamin C 1x50 mg (30 tablet). Ibu
paham cara konsumsi vitaminnya
7.Melakukan kesepakatan kunjungan ulang
tanggal 14 November 2022 atau sewaktu-
waktu jika ada keluhan. Ibu dan suami
sepakat

99
Senin, 14 S : Ibu ingin melakukan pemeriksaan Bidan “M”
November kehamilan dan mengikuti kelas ibu dan Ni Made
2022, Pk. hamil, saat ini ibu tidak ada keluhan. Erna Yanti
11.00 Wita Gerak janin dirasakan aktif.
di UPTD O : KU baik, kesadaran compos mentis
Puskesmas TD: 110/70 mmHg, BB: 65,7 Kg, S:
Dawan I 36,30C, N:
80x/menit, RR: 20x/menit pemeriksaan
fisik ibu hamil dalam batas normal. Pada
payudara terdapat pengeluaran
kolostrum. TFU teraba 4 jari diatas pusat
(30 cm), DJJ 131x/menit kuat teratur,
TBBJ: 2.790 gram Hasil pemeriksaan
laboratorium: Hb 11,6 gr/dl
A : G1P0A0 UK 31 Minggu 2 Hari Janin
T/H Intrauterine
P:
1.Menginformasikan hasil pemeriksaan
kepada ibu dan suami. Ibu dan suami
paham dan terlihat senang
2.Melaksanakan kelas ibu hamil. Kelas
ibu hamil dimulai dengan penjelasan
umum kelas ibu hamil, perkenalan para
peserta, pre test lalu pemberian materi
kelas ibu hamil. Setelah pemberian
materi dilakukan posttest dan senam
hamil. Ibu dapat mengikuti kegiatan
dengan baik dan terlihat senang dan
nyaman
3. Menginformasikan tentang peran

100
pendamping pada saat persalinan. ibu
dan suami mengerti dan suami bersedia
mendampingi ibu pada saat persalinan.
4.Menginformasikan kepada ibu untuk
mengikuti kelas ibu hamil selanjutnya
yang akan diinformasikan lewat wa
group kelas ibu hamil. Ibu bersedia
melakukannya.
4.Memberikan suplemen 1x60mg (30
tablet), Kalk 1x 500 mg (30 tablet),
Vitamin C 1x50 mg (30 tablet). Ibu
paham cara konsumsi vitaminnya
5.Melakukan kesepakatan kunjungan ulang
pada tanggal 14 desember 2022 dan
sewaktu-waktu apabila ada keluhan. Ibu
dan suami sepakat.
Sabtu, 05 S : Ibu ingin melakukan pemerikasaan Bidan “S”
Desember kehamilan, saat ini ibu mengeluh gatal dan Ni Made
2022, Pk. pada perut. Gerak janin dirasakan aktif. Erna Yanti
17.00 Wita O : KU baik, kesadaran compos mentis
di PMB Hj TD:
Siti Rohani, 110/70 mmHg, BB: 66,2 Kg, S: 35,80C,
A.Md.Keb N:82x/menit,RR:20x/menit. pemeriksaan
fisik ibu hamil dalam batas normal. Pada
payudara terdapat pengeluaran
kolostrum.Pada perut terdapat striae
gravidarum. TFU teraba ½ pusat-px (31
cm), DJJ 139x/menit kuat teratur, TBBJ:
2.945 gram
A : G1P0A0 UK 33 Minggu 5 Hari Janin

101
T/H Intrauterine
Masalah: Ibu mengeluh gatal pada perut
P:
1. Menginformasikan hasil
pemeriksaan kepada ibu dan suami. Ibu
dan suami paham dan terlihat senang
2.Memberikan KIE kepada ibu bahwa
gatal pada perut adalah hal yang wajar
dialami oleh ibu hamil, hal tersebut
disebabkan oleh meningkatnya hormon
kehamilan. gatal pada perut semakin
terasa saat memasuki akhir masa
kehamilan karena perut yang semakin
teregang. Cara mengatasi hal tersebut
dengan menggunakan pakaian longgar,
nyaman, dan menyerap keringat, pakaian
dalam jangan menutupi perut, gunakan
sabun tanpa pewangi, jangan mandi
dengan air hangat, pakai pelembab kulit
seperti vco,minyak zaitun. Ibu dan suami
paham dan akan melakukan saran bidan
serta ibu dan suami memilih
menggunakan minyak zaitun.
3. Memberikan KIE kepada ibu
mengenai pentingnya melakukan
bonding dengan bayi sejak dalam
kandungan. Ibu dan suami dapat
melakukan komunikasi atau mengajak
bayi dalam kandungan
untuk mengobrol, mengelus perut ibu.

102
Ibu dan suami bersedia melakukannya.
4.Memberikan suplemen 1x60mg (20
tablet), Vitamin C 1x50 mg (20 tablet).
Ibu paham cara konsumsi vitaminnya
5.Melakukan kesepakatan kunjungan ulang
berikutnya pada tanggal 19 desember 2022
dan sewaktu-waktu apabila ada keluhan.
ibu dan suami sepakat
Rabu, 23 S : Ibu ingin melakukan pemerikasaan Bidan “S”
Desember kehamilan, saat ini ibu tidak ada dan Ni Made
2022, Pk. keluhan. Gerak janin dirasakan aktif. Erna Yanti
16.30 Wita O : KU baik, kesadaran compos mentis
di PMB Hj TD:
Siti Rohani, 100/60 mmHg, BB: 68 Kg, S: 36,30C,
A.Md.Keb N:
84x/menit, RR: 20x/menit. pemeriksaan
fisik ibu hamil dalam batas normal. Pada
payudara terdapat pengeluaran
kolostrum.
hasil pemeriksaan palpasi yaitu
TFU teraba 4 jari bawah px (33 cm),
Leopold I: bagian atas perut ibu teraba
bulat besar tidak melenting
Leopold II: bagian kiri perut ibu teraba
datar,panjang, bagian kanan perut ibu
teraba bagian kecil janin.
Leopold III: bagian bawah perut ibu
teraba bulat keras tidak dapat
digoyangkan

103
Leopold IV: posisi tangan sejajar
DJJ 152x/menit kuat teratur, TBBJ: 3255
gram Riwayat USG (21/12/22):BPD AC
FL:37W0D, JK laki-laki, plac: anterior,
AK: normal, letak kepala, TBBJ 3079
Gram
A : G1P0A0 UK 36 Minggu 2 Hari
Preskep Puki U T/H Intrauterin
Masalah
IMD dan KB
P:
1. Menginformasikan hasil
pemeriksaan kepada ibu dan suami. Ibu
dan suami paham dan terlihat senang
2. Memberikan KIE mengenai tanda
awal persalinan seperti perut mulas
teratur semakin sering dan lama, keluar
lendir campur darah. Ibu paham dan
dapat menyebutkan kembali tanda awal
persalinan.
3.Memberikan KIE mengenai proses
persalinan serta IMD. Ibu paham dan
akan melakukan IMD setelah bayi lahir.
4. Memberikan KIE mengenai kontrasepsi
IUD pasca salin. Ibu ingin menggunakan
KB setelah usia anak 42 hari.
5. Memberikan suplemen SF 1x 60 mg
(14tablet), Vitamin C 1x50 mg (14 tablet).
Ibu paham cara konsumsi vitaminnya
6.Melakukan kesepakatan kunjungan ulang

104
berikutnya pada tanggal 02 Januari 2023
dan sewaktu-waktu apabila ada keluhan.
ibu dan suami sepakat
Senin, 02 S : Ibu datang untuk melakukan Bidan “S” dan
Januari pemeriksaan kehamilan dan ibu Ni Made Erna
2023, Pk. mengatakan mengalami keluhan sering Yanti
17.30 Wita kencing. Gerakkan janin aktif dirasakan.
di PMB Hj O : KU baik, kesadaran compos mentis
Siti Rohani, TD:
A.Md.Keb 100/60 mmHg, BB: 68,5 Kg, S: 36,30C,
N:
84x/menit, RR: 20x/menit. pemeriksaan
fisik ibu hamil dalam batas normal. Pada
payudara terdapat pengeluaran
kolostrum.
hasil pemeriksaan palpasi yaitu
TFU teraba 4 jari bawah px (33 cm),
Leopold I: bagian atas perut ibu teraba
bulat besar tidak melenting
Leopold II: bagian kiri perut ibu teraba
datar,panjang, bagian kanan perut ibu
teraba bagian kecil janin.
Leopold III: bagian bawah perut ibu
teraba bulat keras tidak dapat
digoyangkan
Leopold IV: posisi tangan sejajar
DJJ 152x/menit kuat teratur, TBBJ: 3255
gram
A : G1P0A0 UK 37 minggu 5 hari
Preskep U PUKI T/H Intrauterine

105
Masalah : ibu mengeluh sering kencing
P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan
kepada ibu, ibu paham
2. Mengingatkan kembali kepada Ibu
terkait keluhan sering kencing yang
ibu alami dan cara mengurangi
keluhannya, ibu paham dan bersedia
3. Mengingatkan kembali ibu tentang
tanda-tanda persalinan dan selalu
memantau gerak janin, ibu paham dan
mengerti
4. Memberikan Memberikan terapi SF 60
mg 1x1 (X), Vitamin C 50 mg 1x1
(X), serta mengingatkan cara
mengonsumsinya yaitu tidak dengan
teh, kopi maupun susu, ibu bersedia
mengonsumsinya
5. Menyepakati kontrol ulang pada
tanggal 09 Januari 2023 atau sewaktu
jika ibu mengalami keluhan

2. Asuhan kebidanan pada ibu “SP” selama masa persalinan/kelahiran

Pada tanggal 11 Januari 2023 Pk. 03.30 Wita ibu datang ke PMB

HJ Siti Rohani A.Md.Keb didampingi suami. Ibu mengeluh sakit perut

106
hilang timbul sejak pukul 23.00 WITA dan disertai pengeluaran lendir

bercampur darah sejak pukul 01.30 WITA. Berikut diuraikan asuhan

kebidanan yang diberikan pada ibu “SP” saat proses persalinan.

Tabel 8
Catatan Perkembangan Ibu ‘SP’ Beserta Bayi Baru Lahir yang
Menerima Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan Secara
Komprehensif di PMB HJ Siti Rohani A.Md.Keb
Hari/tanggal/ Tanda
Catatan Perkembangan
waktu/tempat Tangan/Nama
1 2 3
Rabu, 11 S : ibu mengatakan sakit perut hilang Bidan “S”
Januari 2023, timbul sejak pukul 23.00 WITA disertai dan Ni Made
Pk. 03.30 pengeluaran lendir campur darah sejak Erna Yanti
Wita di PMB pukul 01.30 WITA, tidak ada keluar air
Hj Siti merembes seperti ketuban, gerak janin
Rohani, dirasakan aktif, makan terakhir pukul
A.Md.Keb 20.00 WITA, porsi sedang komposisi
nasi putih, ikan, tahu, sayur bayam.
Minum terakhir pukul 21.30 WITA
sebanyak 200 cc. BAK terakhir pukul
16.35 Wita, BAB pukul 06.00 WITA
dengan konsistensi lembek, warna
kuning kecoklatan. Ibu bisa bersitirahat
disela-sela kontraksi. Kondisi fisik ibu
kuat dan siap untuk melahirkan bayinya
O : KU : Baik, Kes : CM, BB : 69 kg,
TD : 110/70 mmHg, nadi 84 x/menit,
pernapasan 20 x/menit, suhu 36,0 oC
Pemeriksaan fisik tidak terdapat
kelainan. Pada palpasi abdominal TFU 4

107
jari bawah px, MCD: 33 cm, TBBJ:
3410 gram Leopold I : Bagian perut atas
ibu teraba bagian besar, bulat, lunak
Leopold II : teraba bagian keras
memanjang seperti papan pada bagian
kiri perut ibu, teraba bagian kecil janin di
kanan perut ibu
Leopold III : teraba bagian bulat, keras
dan tidak dapat digoyangkan pada
bagian bawah perut ibu
Leopold IV : posisi tangan pemeriksa
divergen (tidak bertemu) perlimaan 2/5
His : 4x10’~40”, DJJ : 138 x/menit kuat
dan teratur
ekstremitas tidak ditemukan oedema
reflek patella positif di kedua tungkai.
Hasil pemeriksaan dalam: pada vulva
ditemukan pengeluaran lendir bercampur
darah, tidak ada keluar air ketuban, tidak
ada katrik/varises/oedema, porsio teraba
lunak dilatasi 5 cm, effcement 75%,
selaput ketuban utuh, presentasi kepala
denominator UUK kiri depan, moulase
penurunan hodge III+, tidak teraba
bagian kecil janin atau tali pusat, kesan
panggul normal, anus tidak ada moroid.
A : G1P0A0 UK 38 minggu 5 hari
preskep U PUKI T/H Intrauterine + PK I
fase aktif
P:

108
1. Menginformasikan hasil
pemeriksaan kepada ibu dan suami. Ibu
dan suami paham dan terlihat senang
2. Melakukan informed consent atas
asuhan yang akan dilakukan. Ibu dan
suami menyetujuinya.
3. Memfasilitasi ibu dalam pemenuhan
nutrisi, eliminasi, mobilisasi, dengan
melibatkan peran pendamping suami.
Ibu minum 200 cc, makan sedikit roti,
berjalan-jalan dibantu suami. BAK +- 50
cc
4. Membantu ibu tehnik relaksasi dan
mengurangi nyeri dengan melakukan
massage counterpressure serta
melibatkan suami. Ibu terlihat lebih
nyaman
5. Membantu ibu mengurangi rasa nyeri
yang dialami ketika kontraksi dengan
komplementer dan melibatkan suami.
Ibu memilih untuk menggunakan
aromaterapi lavender dan ibu terlihat
lebih nyaman
6. Menyiapkan alat dan bahan
persalinan. Alat dan bahan siap
7. Melakukan pemantauan kesejahteraan
ibu dan janin serta kemajuan persalinan
dengan partograf. Hasil terlampir dalam
partograf.
Rabu, 11 S: Ibu mengeluh sakit perutnya semakin

109
Januari 2023, keras
Pk. 07.30 O : KU : Baik, Kes : CM, BB : 69 kg,
Wita di PMB TD : 110/70 mmHg, nadi 84 x/menit,
Hj Siti pernapasan 20 x/menit, suhu 36,0 oC djj
Rohani, 144x/menit. Hasil pemeriksaan dalam:
A.Md.Keb pada vulva ditemukan pengeluaran lendir
bercampur darah, tidak ada keluar air
ketuban, tidak ada
katrik/varises/oedema, porsio teraba
lunak dilatasi 9 cm, effcement 90%,
selaput ketuban utuh, presentasi kepala
denominator UUK kiri depan, moulase
penurunan hodge III+, tidak teraba
bagian kecil janin atau tali pusat, kesan
panggul normal, anus tidak ada moroid.
A : G1P0A0 UK 38 minggu 5 hari
preskep U PUKI T/H Intrauterine + PK I
fase aktif
P:
1. Menginformasikan hasil
pemeriksaan kepada ibu dan suami. Ibu
dan suami paham dan terlihat senang
2. Memfasilitasi ibu dalam pemenuhan
nutrisi, eliminasi, mobilisasi, dengan
melibatkan peran pendamping suami.
Ibu minum 200 cc, makan sedikit roti.
BAK +- 50 cc
3.Memantau kesejahteraan janin. sudah
dilakukan pemantauan kesejahteraan

110
janin DJJ 144 x/menit
4.Mendokumentasikan hasil
pemeriksaan pada lembar partograf.
Rabu, 11 S : ibu mengeluh sakit perut makin keras Bidan “S” dan
Januari 2023, dan ingin buang air besar Ni Made Erna
Pk. 08.30 Wita O :KU baik, kesadaran CM, TD: 110/70 Yanti
di PMB Hj Siti mmHg, Nadi 85 x/menit, pernapasan 20
Rohani, x/menit, suhu 36,0 oC, perlimaan 0/5,
A.Md.Keb His 5x10’~50”, DJJ : 153 x/menit kuat
teratur, nampak dorongan dan tekanan
pada anus, perinium menonjol, vulva dan
vagina membuka, lendir darah
bertambah banyak
Hasil pemeriksaan dalam: pembukaan
lengkap, ketuban pecah spontan warna
jernih, presentasi kepala, denominator
UUK depan, moulase 0, penurunan
hodge IV, tidak teraba bagian kecil dan
tali pusat
A : G1P0A0 UK 38 minggu 5 hari
preskep U PUKI T/H Intrauterine + PKII
P:
1. Menginformasikan hasil
pemeriksaan kepada ibu dan suami. Ibu
dan suami paham dengan informasi yang
diberikan
2. Memeriksa kembali kelengkapan alat,
obat, dan bahan persalinan. Alat bahan,
dan obat sudah siap
3. Menyiapkan ibu dalam posisi bersalin,

111
suami membantu ibu dan ibu memilih
setengah duduk.
4. Membimbing ibu meneran dan
menyarankan suami untuk ikut serta
dalam membimbing ibu. Suami
memberikan kata-kata penyemangat dan
ibu dapat meneran efektif
5. Melakukan pemantauan DJJ selama
persalinan. DJJ 152x/menit
6. Memimpin persalinan saat kepala bayi
tampak membuka vulva dan vagina 5-6
cm. ibu dapat mengedan efektif. Bayi
lahir pukul 09.00 Wita, segera menangis,
kulit kemerahan, gerak aktif Apgar score
8-9, jenis kelamin laki-laki
7. Mengeringkan bayi diatas perut ibu
dan menggantinya dengan handuk kering
Bayi tidak dalam kondisi basah

Rabu, 11 S : Ibu mengatakan perutnya masih Bidan “S”


Januari 2023, terasa mulas dan Ni Made
Pk. 09.00 O : KU baik, kesadaran CM, TFU 1 jari Erna Yanti
Wita di PMB atas pusat, kontraksi uterus baik,
Hj Siti kandung kemih tidak penuh, tidak teraba
Rohani, janin kedua
A.Md.Keb Keadaan bayi menangis kuat, gerak
aktif, kulit kemerahan
A : G1P0A0 PsptB + PK III + Vigorous
Baby masa adaptasi

112
P:
1. Menginformasikan hasil
pemeriksaan kepada ibu dan suami. Ibu
dan suami paham dengan informasi yang
diberikan
2. Menginformasikan tindakan yang
akan dilakukan yaitu injeksi oksitosin 10
IU. Ibu dan suami setuju
3. Melakukan injeksi oksitosin 10 IU
pada 1/3 anterolateral paha ibu secara
IM. Tidak ada reaksi alergi
4. Melakukan penjepitan dan memotong
tali pusat. Tidak ada perdarahan aktif
5. Menempatkan posisi bayi untuk IMD.
Suami membantu ibu dalam proses IMD
serta ibu dan bayi nampak nyaman
6. Melakukan penegangan tali pusat
terkendali. Plasenta lahir pukul 09.05
Wita kesan lengkap
7. Melakukan masase fundus uteri
selama 15 detik. Kontraksi uterus baik

Rabu, 11 S : Ibu mengatakan perutnya masih Bidan “S”


Januari 2023, terasa mulas dan Ni Made
Pk. 09.10 O : KU baik, Kesadaran compos mentis, Erna Yanti
Wita di PMB TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi
Hj Siti uterus baik, kandung kemih tidak penuh,
Rohani, perdarahan tidak aktif, terdapat laserasi
A.Md.Keb pada kulit perineum (grade I)
A : P1A0 PsptB + PK IV dengan laserasi

113
perineum grade I + vigorous baby masa
adaptasi
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan
kepada ibu dan suami, ibu dan suami
paham
2. Melakukan informed consent untuk
dilakukan penjahitan luka pada kulit
perineum dengan anastesi, ibu
bersedia
3. Melakukan penjahitan luka pada kulit
perineum dengan anastesi dengan
teknik interrupted (terputus)
menggunakan benang chromic catgut,
luka tertutup dan tidak ada
perdarahan aktif.
4. Melakukan eksplorasi, tidak ada
bekuan darah dan perdarahan tidak
aktif
5. Membersihkan dan merapikan ibu,
alat dan lingkungan
6. Memberikan KIE kepada ibu cara
memeriksa kontraksi uterus dan cara
melakukan masase pada fundus uteri,
ibu paham dan mampu melakukannya
7. Melakukan observasi dan pemantauan
kala IV sesuai partograp, hasil
terlampir
Rabu, 11 Asuhan Neonatus 1 Jam Bidan “S”
Januari 2023, S : Bayi sudah dalam keadaan hangat dan Ni Made
Pk. 10.00 dan IMD berhasil dilakukan 1 jam Erna Yanti

114
Wita di PMB O : KU : Baik, tangis kuat, gerak aktif,
Hj Siti warna kulit kemerahan
Rohani, A : Neonatus Aterm usia 1 jam +
A.Md.Keb vigorous baby masa adaptasi
P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan
kepada ibu dan suami. Ibu dan suami
paham
2. Melakukan informed consent bahwa
bayi akan diberikan injeksi vitamin K
dan salep mata, ibu dan suami bersedia
3. Memberikan salf mata gentamicin
sulfate 0,1% pada kedua mata bayi.
Tidak ada reaksi alergi
4. Menyuntikkan vitamin K 1 mg secara
IM di paha kiri 1/3 bagian atas
anterolateral, tidak ada reaksi alergi dan
tidak ada perdarahan
5.Menjaga kehangatan bayi dengan
memakaikan pakaian bayi dan
membiarkan bayi menetek. Bayi terlihat
nyaman
6.Membimbing ibu dan suami dalam
memeriksa kontraksi uterus dan
melakukan masase fundus uteri. Ibu dan
suami dapat melakukannya
7.Memfasilitasi ibu dalam pemenuhan
nutrisi, eliminasi, dan mobilisasi. Ibu
dibantu suami untuk minum air putih.

115
Ibu sudah miring kanan dan kiri
8. Melakukan pemantauan selama kala
IV. Hasil pemantauan terdokumentasi
pada lembar partograf
Rabu, 11 S: Ibu mengatakan senang karena bayi Bidan “S”
Januari 2023, lahir selamat. Ibu merasa sedikit lelah dan Ni Made
Pk. 11.05 dan lapar, ibu mengatakan belum Erna Yanti
Wita di PMB mengetahui tentang tanda bahaya nifas
Hj Siti O:
Rohani, Ibu : KU : Baik, Kes :CM TD : 110/70
A.Md.Keb mmHg, N : 80 x/menit, R : 20 x/menit, S
: 36,0 oC, TFU teraba 2 jari dibawah
pusat, kontraksi uterus baik, kantung
kemih tidak penuh, perdarahan tidak
Aktif
Bayi : KU baik, Kesadaran compos
mentis, S : 36,80C, HR : 138x/menit,
RR : 40x/menit, BAB (+), BAK (+)
A : P1A0 PsptB + 2 jam postpartum +
Vigorous Baby masa adaptasi
P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan
kepada ibu dan suami. Ibu dan suami
paham
2. Memberikan terapi asam mefenamat 3
x 500 mg (10 tablet), SF 1x 200 mg (30
tablet), Vitamin A 1 x 200.000 IU (2
tablet). Tidak ada reaksi alergi
3. Memberikan informed consent kepada
ibu dan suami untuk tindakan pemberian

116
imunisasi hepatitis B pada bayi. Ibu dan
suami setuju
4.Memberikan injeksi imunisasi hepatitis
B dosis 0,5 ml pada paha kanan 1/3
bagian atas anterolateral. Tidak ada
reaksi alergi.
5. Memberikan KIE kepada ibu untuk
makan makanan
bergizi, minum lebih sering, serta
istirahat cukup. Ibu paham dan akan
melakukannya.
6.Memberikan KIE untuk tetap menjaga
kehangatan bayi, memberikan ASI on
demand. Ibu bersedia melakukannya
7. Memberikan KIE mengenai tanda
bahaya masa nifas. Ibu paham dan akan
mengatakan jika mengalami tanda
bahaya tersebut
8. Membimbing ibu cara memeriksa
kontraksi uterus. Ibu mampu
melakukannya
9.Membimbing ibu melakukan
mobilisasi. Ibu mampu melakukannya,
suami membantu ibu selama mobilisasi
dan ibu berjalan ke ruang nifas dibantu
suami

3. Asuhan kebidanan pada ibu ‘SP’ selama masa nifas

Masa nifas ibu “SP” dimulai setelah persalinan yaitu tanggal 11 Januari

117
2023 sampai 42 hari masa nifas yaitu tanggal 23 Pebruari 2023. Selama masa

nifas penulis melakukan pengamatan terhadap perkembangan ibu “SP” dimulai

dari proses involusi, pengeluaran lochea, laktasi serta proses adaptasi

psikologis ibu terhadap kondisinya setelah bersalin. Perkembangan masa

nifas dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 9
Catatan Perkembangan Ibu ‘SP’ yang Menerima Asuhan Kebidanan
pada Masa Nifas Secara Komprehensif di PMB Ni Made HJ Siti
Rohani A.Md.Keb
Hari/tanggal/ Tanda
Catatan Perkembangan
waktu/tempat Tangan/Nama
1 2 3
Rabu, 11 KF 1 Bidan “S”
Januari 2023, S: ibu mengatakan ASI masih sedikit dan Ni Made
Pk. 15.00 keluarnya. Ibu sudah berjalan sendiri ke Erna Yanti
Wita di PMB kamar mandi. BAK (+) warna kuning
Hj Siti jernih, ibu dapat menyusui dengan posisi
Rohani, duduk dan berbaring. Ibu merasa senang
A.Md.Keb dengan kelahiran bayinya.
O : KU : Baik, Kes : CM TD : 100/70
mmHg, N : 80 x/menit, R : 20 x/menit, S :
360C Kolostrum keluar lancar, TFU dua
jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik,
kandung kemih tidak penuh, perdarahan
tidak aktif, pengeluaran lochea rubra.
kandung kemih tidak penuh, perdarahan
tidak aktif, pengeluaran lokea rubra,
jahitan perineum utuh. Bonding
attachment : ibu menatap bayi dengan

118
lembut, mengajak bayi berbicara dan
menyentuh bayi dengan lembut.
A : P1A0 PsptB + 6 jam postpartum
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan,
ibu dan suami paham
2. Membimbing ibu teknik menyusui yang
benar, ibu paham dan dapat
melakukannya dengan baik
3. Membimbing ibu cara melakukan
senam kegel, ibu mampu
melakukannya
4. Mengingatkan ibu tentang tanda bahaya
masa nifas dan personal hygiene, ibu
paham
5. Memberikan KIE untuk istirahat dan
melibatkan suami serta keluarga
lainnya dalam mengurus bayi dan
menjaga kehangatan bayi, ibu dan
keluarga paham
6. Memberikan asuhan komplementer
yaitu pijat oksitosin serta membimbing
suami cara melakukannya, ibu tampak
nyaman
7. Menyepakati kunjungan selanjutnya
pada tanggal 17 Januari 2023, ibu
paham dan bersedia
Selasa, 17 KF 2 Bidan “S”
Januari 2023, S: Ibu mengatakan tidak ada keluhan dan Ni Made
Pk. 16.20 saat ini. Ibu makan teratur 3 x/hari Erna Yanti
Wita di PMB dengan menu bervariasi. Minum air

119
Hj Siti putih 6-7 gelas/hari.BAB 1 x/hari dan
Rohani, BAK 6 x/hari dan tidak
A.Md.Keb ada keluhan. Ibu mengatakan tidak
ada masalah dengan
lingkungan sosial ibu. suami dan
keluarga mendukung ibu dan membantu
dalam pengasuhan. Ibu sudah rutin
minum vitamin yang diberikan.
O : KU : Baik, Kes : CM, TD : 110/80
mmHg, BB : 67,5 kg
N :80 x/menit, R : 20 x/menit, S :
36,30C,Asi keluar lancar tidak ada
bengkak pada payudara, TFU pusat
simfisis, kontraksi uterus baik,kandung
kemih tidak penuh, perdarahan tidak
aktif, pengeluaran lochea
sanguilenta,vulva bersih dan tidak ada
tanda infeksi.
Skor bounding: 12
P1A0 P Spt B + 6 Hari Post Partum
Masalah: ibu tidak mengetahui mengenai
senam nifas
P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan
kepada ibu dan suami. Ibu dan suami
paham
2. Mengingatkan ibu untuk tetap
menjaga pola makan, minum dan
istirahat cukup, ibu paham dan akan

120
melakukannya
3. Memberikan KIE agar ibu tetap
memberikan ASI eksklusif, ibu paham
dan akan melakukannya
4. Membimbing ibu melakukan senam
kegel dan senam nifas. Ibu mampu
melakukannya
5. Memberikan KIE mengenai alat
kontrasepsi. Ibu paham dan akan
menggunakan KB saat bayi 42 hari
6. Memberikan KIE mengenai tanda
bahaya pada ibu nifas, ibu paham
dengan penjelasan bidan
7. Melakukan kesepakatan dengan ibu
dan suami untuk kunjungan selanjutnya
ibu dan suami sepakat tanggal
25/01/2023.

Rabu, 25 KF 3 Bidan “S”


Januari 2023, S : Ibu mengatakan tidak ada dan Ni Made
Pk. 16.00 keluhan. Hubungan dengan keluarga Erna Yanti
Wita di PMB baik. Suami dan keluarga membantu
Hj Siti dalam pengasuhan anak. Makan minum
Rohani, baik, ASI keluar lancar.
A.Md.Keb O : KU : Baik, Kes : CM, TD : 100/70
mmHg, N : 80 x/menit, R : 20 x/menit, S
: 36,2 oC, BB 66 kg, ASI keluar lancar,
tidak ada bengkak pada payudara, TFU
tidak teraba, pengeluaran lochea serosa,
tidak ada tanda infeksi. Skor bounding:

121
12. Ibu belum yakin mengenai KB
A : P1A0 PSpt B + 14 Hari Post Partum
Masalah: ibu bingung memilih jenis KB
P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan
kepada ibu dan suami. Ibu dan suami
paham
2. Mengingatkan ibu untuk menjaga
pola makan, minum dan istirahat cukup,
ibu paham dan akan melakukannya
3. Memberikan KIE agar ibu tetap
memberikan ASI eksklusif, ibu paham
dan akan melakukannya
4. Membimbing ibu melakukan senam
kegel. Ibu mampu melakukannya, dan
kooperatif mengikuti senam kegel
5. Memberikan konseling mengenai
kontrasepsi. ibu dan suami setuju
menggunakan kontrasepsi IUD dan akan
melakukan pemasangan saat bayi umur
42 hari 2023, ibu bersedia
Rabu, 23 KF 4 Bidan “S”
Pebruari S : Ibu mengatakan tidak ada dan Ni Made
2023, Pk. keluhan. Ibu berencana untuk Erna Yanti
17.30 Wita menggunakan kb IUD
di PMB Hj O : KU : Baik, Kes :CM,
Siti Rohani, TD :110/70 mmHg, N : 80 x/menit, R :
A.Md.Keb 20x/menit, S : 36,20C, BB: 67 kg, ASI
keluar
lancar, tidak ada bengkak pada

122
payudara,TFU tidak teraba, pengeluaran
lochea alba,tidak ada tanda infeksi.
Inspekulo : tidak terdapat kelainan pada
vagina, tidak ada
pengeluaran.Bimanual : tidak ada nyeri
goyang porsio dan nyeri tekan supra
simfisis, posisi uterus antefleksi dan
panjang uterus 7 cm.
A : P1A0 P Spt B + 42 Hari Post Partum
+ Akseptor KB Baru IUD
P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan
kepada ibu dan suami. Ibu dan suami
paham
2. Melakukan informed consent untuk
tindakan pemasangan IUD, ibu dan
suami setuju
3. Melakukan pemasangan IUD, sudah
dilakukan dan perdarahan tidak aktif
4. Memberikan KIE mengenai efek
samping penggunaan alat kontrasepsi
IUD, ibu paham
5. Menyarankan agar ibu kontrol
kembali 1 minggu lagi atau apabila ada
keluhan, ibu paham dan akan datang
6. Mengingatkan ibu untuk menjaga
pola makan, minum dan istirahat cukup,
ibu paham dan akan melakukannya
7. Memberikan KIE agar ibu tetap
memberikan ASI eksklusif, ibu paham

123
dan akan melakukannya

4. Asuhan kebidanan pada bayi ibu ‘SP’

Bayi ibu “SP” lahir pada tanggal 11 Januari 2023 pukul 09.00 WITA,

segera menangis, gerak aktif, kulit kemerahan dan jenis kelamin laki-laki.

Selama ini bayi ibu “SP” tidak pernah mengalami bahaya atau sakit. Berikut

ini adalah asuhan kebidanan pada bayi ibu “SP”

124
Tabel 10
Catatan Perkembangan Neonatus Ibu ‘SP’ yang Menerima Asuhan
Kebidanan pada Masa Neonatus Secara Komprehensif di PMB
Ni Made HJ Siti Rohani A.Md.Keb
Hari/tanggal/ Tanda
Catatan Perkembangan
waktu/tempat Tangan/Nama
1 2 3
Rabu, 11 KN 1 Bidan “S”
Januari 2023, S : Ibu mengatakan saat ini bayi tidak ada dan Ni Made
Pk. 15.00 masalah dan tidak rewel, menyusu kuat, Erna Yanti
Wita di PMB BAB (+), BAK (+). Ibu tidak
Hj Siti paham mengenai tanda bahaya pada bayi
Rohani, O : KU : Baik, tangis kuat, gerak aktif,
A.Md.Keb kulit kemerahan, iketrus (-) HR 140
x/menit, RR 44 x/menit, suhu 36,9 oC
PB : 51 cm, LK/LD: 34/33 Pemeriksaan
fisik: kepala simetris, ubun-ubun datar,
sutura terpisah, tidak ada caput
suksedanum dan tidak ada sefal
hematoma. Mata bersih, simetris,
konjungtiva merah muda, sclera putih,
tidak ada kelainan, refleks glabella positif.
Hidung tidak ada pengeluaran, tidak ada
pernafasan cuping hidung. Mulut bersih,
mukosa bibir lembab, refleks rooting
positif, refleks sucking positif, refleks
swallowing positif. Telinga simetris, tidak
ada pengeluaran. Leher tidak ada
pembengkakan kelenjar limfe, tidak ada
pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada

125
bendungan vena jungularis, refleks
tonicneck positif. Pada dada tidak ada
retraksi otot dada, keadaan payudara
simetris, puting datar, tidak ada benjolan.
Pada abdomen tidak ada distensi, ada
bising usus, tali pusat basah, bersih dan
tidak ada perdarahan. Punggung normal,
simetris dan tidak ada kelainan. Genetalia
jenis kelamin laki-laki, lubang anus
ada,tidak ada kelainan. ekstrimitas pada
tangan warna kulit kemerahan, simetris,
jumlah jari lengkap, gerak aktif, refleks
moro positif, refleks graps positif, dan
tidak ada kelainan. Pada kaki warna kulit
kemerahan, simetris, jumlah jari lengkap,
pergerakan aktif, refleks babynski positif
dan tidak ada kelainan
A : Neonatus Aterm usia 6 jam sehat
Vigorous baby masa adaptasi
P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan,
ibu dan suami paham
2. Memberikan KIE kepada ibu dan suami
tentang tanda bahaya neonatus, ibu
paham dan bisa menjelaskannya
kembali
3. Mengingatkan kepada ibu dan suami
untuk selalu menjaga kehangatan bayi
untuk menghindari hipotermi, ibu dan

126
suami paham
4. Mengingatkan kepada ibu dan suami
untuk selalu mencuci tangan dan
menjaga kebersihan sebelum dan
sesudah menyusui, ibu dan suami
mengerti dan bersedia
Kamis, 12 S : Ibu mengatakan tidak ada keluhan Bidan “S”
Januari 2023, pada bayi. Bayi telah mampu menyusu dan Ni Made
Pk. 08.00 dengan baik dan hanya diberikan ASI Erna Yanti
Wita di PMB secara on demand. Bayi sudah BAB satu
Hj Siti kali warna kehitaman dan BAK dua kali.
Rohani, O : KU baik, kesadaran composmentis.
A.Md.Keb HR : 140 kali per menit, S : 36,8 0C, R :
38 kali per menit. Pemeriksaan fisik :
kepala simetris, sutura normal dan ubun-
ubun datar, wajah simetris, tidak ada
kelainan, konjungtiva merah muda dan
sklera putih, tidak ada kelainan pada
hidung, telinga dan mulut. Tidak ada
retraksi dada, abdomen simetris dan
tidak ada perdarahan tali pusat
A : Neonatus Aterm usia 23 jam sehat +
Vigorous baby masa adaptasi
P:
1. Menginformasikan hasil
pemeriksaan, ibu dan suami paham
2. Melakukan informed consent untuk
dilakukan pijat bayi dan
memandikan bayi, ibu dan suami

127
bersedia
3. Menyiapkan alat dan bahan, sudah
siap
4. Melakukan pijat bayi, bayi tampak
nyaman
5. Memandikan bayi, sudah dilakukan
6. Memberikan KIE kepada ibu
tentang perawatan tali pusat, ibu
paham
7. Memberikan KIE bahwa sebelum
pulang bayi akan dilakukan
pengambilan darah untuk Skrining
Hipotiroid Kongenital (SHK), ibu
dan suami bersedia
8. Menggunakan pakaian lengkap pada
bayi, kehangatan bayi terjaga
9. Mengingatkan kembali ibu untuk
selalu menjaga kehangatan bayi, ibu
dan suami paham
10. Memberikan KIE untuk selalu
menyusui bayi secara on demand,
ibu bersedia
11. Memberikan KIE untuk rutin
menjemur bayi di pagi hari, ibu dan
suami bersedia
12. Menyepakati kunjungan selanjutnya
pada tanggal 25 Januari 2023. Ibu
bersedia.

Selasa, 17 KN 2 Bidan “S”

128
Januari 2023, S : Ibu mengatakan tidak ada keluhan dan Ni Made
Pk. 16.20 pada bayinya, menyusu kuat, BAB/BAK Erna Yanti
Wita di PMB baik, tidak ada masalah, bayi sering
Hj Siti gumoh
Rohani, O :KU bayi baik, tidak ada perdarahan
A.Md.Keb pada tali pusat, tangis kuat, gerak aktif,
warna kulit kemerahan. Iketrus (-) HR
144x/menit, pernapasan 45 x/menit, suhu
36,7OC, BB: 3300 gram. Tidak ada
perdarahan tali pusat. Tali pusat kering
dan bersih.
A : Neonatus usia 6 hari sehat
Masalah: ibu belum paham cara
menyendawakan bayinya
P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan
pada ibu dan suami. ibu dan suami
memahami penjelasan yang diberikan.
2. Memberikan KIE agar rutin
melakukan pijat bayi di rumah. ibu
bersedia untuk melakukannya.
3. Melakukan informed consent untuk
pemberian imunisasi BCG dan polio 1.
Ibu dan suami setuju.
4. Memberikan imunisasi BCG 0,05cc
pada lengan kanan dan polio 1 sebanyak
2 tetes.Tidak ada reaksi alergi
5. Memberikan KIE pada ibu untuk
menyusui anaknya secara on demand

129
atau setiap 2 jam. ibu bersedia
6. Mengajarkan ibu cara
menyendawakan bayi setelah menyusui.
ibu mampu melakukannya
7. Melakukan kesepakatan kunjungan
ulang tanggal 25 Januari 2023 atau
kontrol jika bayi mengalami tanda
bahaya. ibu dan suami sepakat

Rabu, 25 KN 3 Bidan “S”


Januari 2023, S : Ibu mengatakan tidak ada keluhan dan Ni Made
Pk. 16.00 pada bayinya. Bayi menyusu kuat dan Erna Yanti
Wita di PMB tidak rewel. Ibu belum paham mengenai
Hj Siti stimulasi tumbuh kembang
Rohani, O: KU bayi : baik, tangis kuat, gerak
A.Md.Keb aktif, ikterus (-). HR 138 x/menit,
pernapasan 40x/menit, suhu 36,80C, BB
3600 gram. Mata tidak ada kotoran,
sklera putih, konjungtiva merah muda.
Hidung bersih, tidak ada pernafasan
cuping hidung. Mulut mukosa lembab.
Dada tidak ada retraksi. Perut tidak ada
distensi. Tali pusat sudah lepas tanggal
18/1/23. tidak ada infeksi dan
perdarahan.
A : Neonatus usia 14 hari sehat
Masalah: Ibu belum paham mengenai
stimulasi tumbuh kembang
P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan

130
kepada pada ibu dan suami memahami
penjelasan yang diberikan.
2. Memberikan KIE mengenai tumbuh
kembang bayi hingga satu bulan dan
stimulasinya. ibu dan suami mengerti
dan memahaminya.
3. Memberikan KIE ibu untuk selalu
menjaga kehangatan bayi, ibu bersedia
melakukannya
4. Memberikan KIE mengenai cara
perawatan bayi dirumah, ibu paham dan
akan melakukannya
5.Menginformasikan kepada ibu
mengenai jadwal imunisasi pada bayi
yaitu saat bayi berumur 2 bulan. Bayi
tetap ditimbang setiap bulannya untuk
mengetahui tumbuh kembang bayi. Ibu
dan suami paham dan bersedia
melakukannya

Rabu, 23 KN 3 Bidan ‘S’


Pebruari S : Ibu mengatakan tidak ada keluhan
2023, Pk. pada bayinya. Bayi menyusu kuat dan
17.30 Wita tidak rewel
di PMB Hj O : KU bayi : baik, tangis kuat, gerak Ni Made
Siti Rohani, aktif, ikterus (-) HR 135 x/menit, Erna Yanti
A.Md.Keb pernapasan 42 x/menit, suhu 36,8 oC,
BB 4300 gram. Mata tidak ada kotoran,
sklera putih, konjungtiva merah muda.
Hidung bersih, tidak ada pernafasan

131
cuping hidung. Mulut mukosa lembab.
Dada tidak ada retraksi. Perut tidak ada
distensi.
A: Bayi usia 42 hari sehat
P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan
kepada pada ibu dan suami memahami
penjelasan yang diberikan.
2. Memberikan KIE mengenai tumbuh
kembang bayi dan cara stimulasi bayi.
Ibu paham dan bersedia melakukannya
3. Mengingatkan ibu untuk memberikan
ASI Eksklusif. Ibu mampu
melakukannya
4. Memberikan KIE mengenai tanda
bahaya pada bayi. Ibu paham dan akan
segera periksa jika anak mengalami
tanda bahaya.
5. Menginformasikan kepada ibu
mengenai jadwal imunisasi dan timbang
rutin bayi. Ibu paham dan bersedia
melakukannya
6. Melakukan kesepakatan kunjungan
ulang imunisasi bayi saat bayi umur 2
bulan pada tanggal 11 Maret 2023. Ibu
dan suami sepakat

B. Pembahasan

Pembahasan penerapan asuhan kebidanan yang telah diberikan pada

132
Ibu “SP” dari umur kehamilan 16 minggu 3 Hari sampai masa nifas 42 hari

dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Hasil penerapan asuhan kebidanan pada Ibu “SP” beserta janinnya

selamamasa kehamilan sampai menjelang persalinan

Pelayanan antenatal sesuai standar, komprehensif, dan

berkesinambungan dilakukan pada semua ibu hamil sehingga ibu hamil dapat

menjalani kehamilan dan persalinan dengan pengalaman yang bersifat positif

serta melahirkan bayi yang sehat dan berkualitas. Ibu “SP” sudah melakukan

pemeriksaan kehamilan secara rutin. Pada trimester pertama, Ibu “SP”

melakukan kunjungan ke Puskesmas sebanyak 1 kali dan ke dokter spesialis

kandungan sebanyak 1 kali. Pada trimester kedua ibu memeriksakan

kehamilannya ke Puskesmas sebanyak 2 kali, pemeriksaan dokter spesialis

kandungan 1 kali,pmb sebanyak 1 kali dan pada trimester ketiga ibu

melakukan kunjungan ke spesialis kandungan sebanyak 1 kali, Puskesmas 1

kali, PMB sebanyak 2 kali. Pemeriksaan Ibu “SP” dengan dengan tenaga

kesehatan yang memiliki kompetensi klinis/kebidanan sudah sesuai standar

minimal 6 kali selama kehamilannya dengan distribusi waktu: dua kali pada

trimester pertama, satu kali pada trimester kedua dan tiga kali pada trimester

ketiga (Kemenkes, 2020).

Berdasarkan dokumentasi buku KIA ibu dan wawancara, ibu “SP”

melakukan kunjungan antenatal pertama pada tanggal 04 juni 2022, ibu

mengalami telat haid dan mual muantah di pagi hari, kemudian dilakukan

pemeriksaan PPT dengan hasil postitif. Hasil pemeriksaan berat badan 54

133
Kg, tinggi badan 152 cm dan LiLA 24 cm.

Status gizi ibu berdasarkan tinggi badan dan berat badan didapatkan

hasil IMT 27 (status gizi lebih). Berdasarkan teori tinggi badan ibu dalam

batas normal atau lebih dari 145 cm. Tinggi badan ibu hamil kurang dari 145

cm meningkatkan risiko untuk terjadinya CPD (Cephalo Pelvic Disproportion)

(Kemenkes R.I. 2014). Pengukuran lingkar lengan atas dilakukan cukup sekali

diawal kunjungan ANC trimester I tujuan untuk skrining ibu hamil berisiko

Kurang Energi Kronis (KEK). Ibu “SP” termasuk kategori tidak KEK karena

ukuran LILA lebih dari 23,5 cm. Bila ibu hamil mengalami KEK maka akan

dapat melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (Kemenkes R.I. 2014).

Pada kunjungan kedua di trimester I ibu periksa ke dokter spesialis

kandungan. Hasil pemeriksaan yaitu terdapat kantong kehamilan dan janin

berada di dalam uterus atau intaruterine. Berdasarkan hasil USG merupakan

tanda pasti kehamilan. Menurut Kemenkes, R.I (2020) pemeriksaan dokter

pada ibu hamil dilakukan saat pada kunjungan pertama di trimester pertama

dengan usia kehamilan kurang dari 12 minggu atau dari kontak pertama,

dokter melakukan skrining kemungkinan adanya faktor risiko kehamilan atau

penyakit penyerta pada ibu hamil termasuk didalamnya pemeriksaan

Ultrasonografi (USG). Apabila saat K1 ibu hamil datang ke bidan, maka bidan

tetap melakukan ANC sesuai standar, kemudian merujuk ke dokter.

Ibu “SP” dilakukan pemeriksaan laboatorium hemoglobin pada

trimester I dan III dan pemeriksaan triple elimination pada trimester II.

134
Kadar hemoglobin Ibu “SP” dalam batas normal yaitu pada trimester pertama

kadar Hb 11,8 g/dl dan pada trimester ketiga 11.6 g/dl. Cek kadar hemoglobin

darah sangat penting diketahui untuk penegakan diagnose sehingga jika

diketahui lebih dini akan memudahkan petugas kesehatan untuk memberikan

asuhan. Jumlah kadar hemoglobin dalam sel darah akan menentukan

kemampuan darah untuk mengangkut oksigen dari paru-paru keseluruh tubuh.

Ibu hamil disebut anemia jika kadar Hb < 11 g/dl (Kemenkes, R.I., 2021).

Pemeriksaan ibu “SP” sudah sesuai standar karena pemeriksaan hemoglobin

sudah dilakukan pada trimester II dan trimester III.

Penimbangan berat badan Ibu “SP” sudah dilakukan secara rutin setiap

kali kunjungan. Penambahan berat badan yang diharapkan selama kehamilan

bervariasi antara satu ibu dengan lainnya. Berat badan Ibu “SP” sebelum hamil

54 kg dan sampai persalinan 69 kg mengalami peningkatan sebanyak 15 kg.

Indeks Masa Tubuh Ibu “SP” 23,5 sehingga peningkatan berat badan yang

diharapkan sesuai dengan IMT yaitu 11,5 – 16 (Kemenkes, R.I., 2020).

Pengukuran tekanan darah pada Ibu “SP” sudah dilakukan secara rutin

setiap kali kunjungan. Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan

antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah ≥

140/90 mmHg) pada kehamilan dan preeklampsia (hipertensi disertai edema

wajah dan atau tungkai bawah dan atau proteinuria (Kemenkes, R.I., 2014)

Pengukuran tinggi fundus uteri pada ibu “SP” dilakukan pada setiap

kali kunjungan antenatal. Pengukuran tinggi fundus uteri dengan

135
menggunakan pita ukur dimulai sejak usia kehamilan ibu “SP” 27 minggu.

Standar pengukuran menggunakan pita pengukur setelah kehamilan 24

minggu (Kemenkes, R.I., 2014). Tinggi fundus uteri ibu selama masa

kehamilan sesuai dengan usia kehamilan ibu dan tidak ditemukan adanya

masalah.

Pemeriksaan selanjutnya yaitu menentukan presentasi janin. Menurut

Permenkes nomor 21 tahun 2021, menentukan presentasi janin dilakukan pada

akhir trimester II dan selanjutnya setiap kunjungan antenatal. Jika pada

trimester III bagian bawah janin bukan kepala atau kepala janin belum masuk

ke panggul berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau ada masalah

lainnya. Penentuan presentasi janin dilakukan dengan pemeriksaan leopold

mulai usia kehamilan 36 minggu. Pada ibu ‘SP’ pemeriksaan leopold

dilakukan pada usia kehamilan 37 minggu 4 hari. Hasil palpasi leopold

menunjukkan bagian terendah janin adalah kepala dan sudah masuk pintu atas

panggul (PAP). Pada multipara yang sudah pernah melahirkan pervaginam,

kepala janin dapat masuk PAP pada akhir kehamilan atau pada saat proses

persalinan (JNPK-KR, 2017).

Pemeriksaan denyut jantung janin pada ibu SP dilakukan pada akhir

trimester I. Hasil pemeriksaan DJJ ibu ‘SP’ selama kehamilan tergolong

normal, yaitu berkisar antara 130 – 150 kali per menit. Sesuai teori penilaian

denyut jantung janin dilakukan di akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali

kunjungan antenatal. Denyut jantung janin lambat kurang dari 120 kali/menit

atau DJJ cepat lebih dari 160 kali/menit menunjukkan adanya gawat janin

136
(Kemenkes, R.I. 2014).

Pemberian imunisasi tetanus pada ibu “SP” sudah dilakukan pada

tanggal 20 juni 2023 karena ini merupakan kehamilan pertama ibu. Pemberian

vaksin Td selama kehamilan efektif untuk melindungi ibu dan janin

terhadap penyakit tetanus dan difteri. Antigen tetanus toksoid bermanfaat

untuk mencegah tetanus maternal pada ibu dan tetanus neonatorum pada bayi

yang dilahirkannya. Pemberian imunisasi Td juga terbukti aman dan tidak

bersifat teratogenik (Kemenkes, R.I., 2020).

Ibu ‘SP’ telah rutin mengonsumsi suplemen selama kehamilan. Adapun

suplemen yang telah dikonsumsi yaitu asam folat, SF, kalsium, dan vitamin C

Asam folat dikonsumsi sejak usia kehamilan 7 minggu. Asam folat sangat

diperlukan dalam sintesis DNA dan juga diperlukan untuk meningkatkan

eritropoisis (produksi sel darah merah). Asam folat juga membantu mencegah

neural tube defect, yaitu cacat pada otak dan tulang belakang. Kebutuhan asam

folat pada ibu hamil yaitu 400 mikrogram per hari (Mastiningsih and Agustina,

2019).

Pemberian tablet tambah darah pada ibu “SP” sudah rutin dilakukan

setiap kunjungan. Ibu “SP” mengkonsumsi tablet tambah darah sejak usia

kehamilan 17 minggu. Setiap kunjugan diberikan sebanyak 30 tablet dengan

dosis 1 x 60 mg sehingga ibu telah mendapatkan tablet SF lebih dari 90 tablet

selama kehamilan. Menurut Mastiningsih dan agustina (2019), pemberian

suplemen tablet tambah darah atau zat besi secara rutin berguna untuk

cadangan zat besi, sintesa sel darah merah dan sintesa darah otot minimal 90

137
tablet selama hamil.

Setelah melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang maka

langkah selanjutnya adalah melakukan tata laksana kasus sesuai dengan

diagnosa dan masalah yang telah ditetapkan. Menurut Elda, dkk (2017)

menyatakan bahwa setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus

ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-

kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.

Berdasarkan hasil pemeriksaan pada ibu ‘SP” tidak ditemukan adanya

masalah atau kelainan yang membutuhkan rujukan. Namun, karena ibu “SP”.

Penatalaksanan kasus dapat dilakukan dengan temu wicara (konseling).

Menurut Permenkes No. 21 Tahun 2021 temu wicara (konseling) dilakukan

pada setiap melakukan kunjungan antenatal dengan memberikan penjelasan

mengenai tentang hal atau pengetahuan yang dibutuhkan ibu. Konseling yang

diberikan pada ibu ‘SP’ terkait masalah dan cara mengatasi keluhan yang

dialami.

Konseling mengenai masalah kehamilan seperti keluhan ibu pada

trimester III yaitu gatal pada perut ibu. Setelah dilakukan pemeriksaan ibu

mengalami striae gravidarum. Striae gravidarum adalah bentuk parut dari kulit

karena terjadinya peregangan pada saat hamil dan kenaikan berat badan selama

kehamilan. Sekitar 90% wanita memiliki striae gravidarum terutama di

trimester terakhir kehamilan (Susilawati dan Julia, 2017). Untuk mengatasi hal

tersebut penulis memberikan edukasi untuk mengurangi rasa gatal dan tidak

memperparah masalah ibu. Penulis memberikan KIE ibu untuk menggunakan

138
pakaian longgar, nyaman, dan menyerap keringat, pakaian dalam jangan

menutupi perut, gunakan sabun tanpa pewangi, jangan mandi dengan air

hangat, pakai pelembab kulit seperti minyak zaitun.

Berdasarkan hasil penelitian Fenny dan D esriva (2020) Striae

gravidarum dapat dicegah atau dikurangi dengan penggunaan minyak zaitun.

Minyak zaitun dipilih karena minyak zaitun kaya akan vitamin E. 100 g

minyak ekstra virgin mengandung 14,39 mcg (sekitar 96%) alpha tocopherol.

Sedangkan pada minyak kelapa (Virgin Coconut Oil) dalam 100 g nya hanya

mengandung 0,1 mg Vitamin E. Vitamin E merupakan antioksidan larut lemak

yang kuat, diperlukan untuk menjaga membran sel, selaput lendir dan kulit dari

radikal bebas berbahaya. Selain itu, minyak zaitun mempunyai kandungan

lemak tak jenuh tunggal yang lebih stabil pada suhu tertinggi dibanding

minyak lain seperti minyak kelapa yang banyak mengandung lemak jenuh

dimana minyak zaitun adalah salah satu minyak paling sehat untuk

dikonsumsi. Hasil penelitian Candrawati, dkk (2021) juga menyatakan

terdapat pengaruh minyak zaitun untuk mengurangi striae gravidarum pada ibu

hamil trimester II dan III.

Penatalaksanaan lain yang dilakukan yaitu memberikan komunikasi,

informasi dan edukasi (KIE) terkait pengetahuan yang belum diketahui ibu

seperti KIE tentang tanda bahaya kehamilan, nutrisi, pola istirahat,

kontrasepsi, dan senam hamil.

Untuk lebih meningkatkan pengetahuan dan pengalaman ibu “SP”

penulis mengajak ibu “SP” untuk mengikuti kelas ibu hamil dan senam hamil.

139
Ibu “SP” mengikuti kelas ibu hamil pada usia kandungan 31 minggu. Banyak

penelitian yang dilakukan mengenai hubungan keikutsertaan ibu dalam kelas

ibu hamil dengan bertambahnya pengetahuan dan sikap ibu hamil mengenai

kehamilan,persalinan, nifas, dan bayi. Berdasarkan hasil penelitian Lucia,

Parwandari, dan Pesak (2015) menyatakan ada pengaruh pelaksanaan kelas ibu

hamil terhadap pengetahuan tentang persiapan persalinan. Kelas ibu hamil juga

dapat mempengaruhi sikap ibu hamil mengenai pemeriksaan kehamilan dan

deteksi kehamilan resiko tinggi, hal tersebut terbukit dengan hasil penelitian

Aswita, Naningsi, dan yulita (2019) yang menyatakan bahwa kelas ibu hamil

meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang deteksi dini kehamilan,

meningkatkan sikap ibu hamil tentang deteksi dini kehamilan, serta

meningkatkan kunjungan ANC ibu hamil.

Hasil penelitian Novadela dan Supriatiningsih (2013) menyatakan

terdapat peningkatan pengetahuan ibu hamil mengenai tehnik meneran setelah

diberikan kelas ibu hamil. Exercise/ senam hamil penting untuk menjaga agar

tubuh ibu hamil tetap bugar dan mengurangi keluhan-keluhan lazim yang

dialami pada kehamilan. Setelah mengikuti materi yang diberikan, ibu “SP”

mengikuti senam hamil yang dipandu oleh penulis. Ibu “SP” mengikuti senam

hamil sebanyak 2 kali selama kehamilan. Ibu “SP” merasa senang mengikuti

senam hamil karena membuat badan menjadi lebih rileks. Penelitian terhadap

efektivitas senam hamil juga sudah banyak dilakukan. Hasil penelitian

Semangga dan Fausyah (2021) menyatakan ada hubungan antara senam hamil

dengan kelancaran proses persalinan normal di Puskesmas Wara. Senam hamil

140
bertujuan untuk mempersiapkan dan melatih otot-otot sehingga dapat

dimanfaatkan untuk berfungsi secara optimal dalam persalinan normal.

Melakukan senam hamil, dapat dimulai pada usia kehamilan 28 minggu.

Selama masa kehamilan, ibu “SP” melakukan kunjungan ANC selalu

didampingi oleh suami. Hal ini berdampak positif selama masa kehamilan

karena suami memiliki pengetahuan terkait dengan proses kehamilan hingga

tanda bahaya selama hamil. Selain itu, suami juga mendapatkan informasi

dalam mengurangi ketidaknyamanan yang dialami oleh ibu “SP” selama masa

kehamilan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rullyni dan Jayanti (2022)

bahwa terdapan hubungan antara pendampingan ibu selama proses persalinan

dapat mempengaruhi kemajuan proses persalinan.

2. Penerapan asuhan kebidanan pada Ibu “SP” selama masa persalinan

atau intranatal

Pada tanggal 11 Januari 2022 ibu “SP” memasuki proses persalinan

pada umur kehamilan ibu 38 minggu 5 hari. Sesuai teori persalinan

berlangsung normal apabila terjadi pada usia kehamilan antara 37-42 minggu

dan persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan

perubahan pada serviks (JNPK-KR (2017).

Ibu “SP” bersalin di PMB dan ditolong oleh bidan. Persalinan ibu ‘SP’

merupakan persalinan normal karena berlangsung pada usia kehamilan 38

141
minggu 5 hari secara spontan presentasi belakang kepala dan tidak ada

komplikasi baik pada ibu maupun janin. Bayi lahir pukul 09.00 Wita

(11/1/2023) dengan gerak aktif, tangis kuat dan warna kulit kemerahan.

Asuhan yang diberikan selama persalinan menerapkan asuhan sayang ibu.

a. Asuhan persalinan pada partus kala I

Ibu “SP” datang ke PMB dengan keluhan perut sakit hilang timbul.

Bidan sudah melakukan pengkajian subjektif yaitu riwayat bio-spiko-sosial-

spritual, dan persiapan perencanaan persalinan. Pemeriksaan fisik dari kepala

sampai kaki dalam batas normal. Pada pemeriksaan dalam pukul 03.30

didapatkan pembukaan 5 cm. Pemantauan DJJ 138 kali permenit, teratur dan

kuat. Kekuatan his 4 kali dalam 10 menit durasi 40 detik. Pada pukul 08.30

dilakukan pemeriksaan dalam oleh karena ibu mengeluh ingin buang air besar

dengan hasil pembukaan 10 cm. Kala I ibu berlangsung selama sembilan jam.

Menurut JNPK-KR (2017), dari pembukaan lima cm hingga mencapai

pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata lebih

dari satu cm hingga dua cm per jam (primipara) dan terjadi penurunan bagian

terbawah janin. Kala I ibu merupakan kondisi fisiologis.

Pada kala I fase aktif. Pemantauan yang dilakukan adalah pemantauan

kesejahteraan ibu, kesejahteraan janin dan kemajuan persalinan. Selama

dilakukan pemantauan didapatkan hasil baik kesejahteraan ibu ‘SP’,

kesejahteraan janinnya dan kemajuan persalinannya berjalan dengan baik dan

semua dalam batas normal. Dan tercatat pada lembar partograf. Asuhan

142
persalinan kala I memberikan asuhan sayang ibu meliputi pemenuhan nutrisi

dan cairan ibu bersalin berhubungan dengan salah satu faktor yang

mempengaruhi persalinan yaitu power (tenaga ibu), bila ibu bersalin

kekurangan nutrisi dan cairan akan menyebabkan terjadinya dehidrasi dan ibu

mudah kelelahan pada proses persalinan.

Penelitian lain yang sejalan dengan penelitian ini adalah penelitian

Yulianingsih, dkk. (2019), menyatakan ada pengaruh signifikan tehnik

massage.

Asuhan sayang ibu juga dilakukan memberikan dukungan dengan

melibatkan dukungan suami atau keluarga. Suami ibu ‘SP’ sangat kooperatif

dengan penulis dalam mendampingi ibu selama persalinan mulai dari

membantu memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan ibu dengan membantu

menyuapi ibu makanan dan memberikan minum air putih, membantu ibu

mengatur posisi senyaman mungkin, menemani ibu BAK, dan jalan-jalan.

Metode pengurangan rasa nyeri pada ibu “SP” yaitu dengan teknik massage

counterpressure. Ibu “SP” juga diberikan aromaterapi lavender untuk membuat ibu

lebih rileks. Hasil penelitian Budiarti dan Solica (2020) menyatakan massage

counterpressure berpengaruh terhadap nyeri kala I. Massage counterpressure

merupakan terapi yang dapat digunakan sebagai pengelola rasa nyeri,

mengurangi tingkat ketegangan otot. Selain itu massage merangsang tubuh

melepaskan senyawa endhorphin yang dapat menurunkan nyeri secara alamiah

sehingga merasa lebih rileks dan nyaman. Tindakan massage itu sendiri dapat

menyebabkan peningkatan endorphin. Endorphin mempengaruhi transmisi

143
impulsyang diinterpretasikan sebagai nyeri. Endorphine bertindak sebagai

neurotransmitter maupun neuromodulator yang menghambat transmisi dari

pesan nyeri. Adanya endorphin pada sinaps sel-sel saraf menyebakan status

penurunan dalam sensasi nyeri. Massage counterpressure bekerja dengan cara

saraf A-beta mendominasi transmisi serabut A-delta dan C yang berdiameter

kecil, sehingga menurunkan transmisi nyeri, selain itu memberikan rasa lebih

tenang, nyaman dan rileks serta lebih dekat dengan petugas kesehatan yang

melayani secara tidak langsung hal ini dapat mengurangi nyeri yang dirasakan.

counterpressure terhadap penurunan intensitas nyeri kala I fase aktif

pada ibu bersalin di RSUD Dr M.M Dunda Limboto Kabupaten

Gorontalo.Tehnik masage counter pressure yang dilakukan selama ibu

mengalami kontraksi, dengan tehnik pijatan tulang sakrum dengan

menggunakan kepalan tangan dapat menghambat dan mengurangi psikologis

dalam persepsi nyeri, termasuk motivasi untuk bebas dari nyeri, dan peranan

pikiran, emosi, dan reaksi stress.

Teknik mengurangi nyeri dilakukan dengan asuhan komplementer

diaman ibu “SP” memilih untuk menggunakan aromaterapi lavender. Saat

diberikan aromaterapi lavender ibu merasa lebih nyaman dan sedikit rileks. Hal

tersebut terjadi karena efek dari lavender dimana memiliki manfaat dalam

mengurangi rasa nyeri karena menciptakan efek rileks. Penggunaan

aromaterapi lavender didasari dari hasil penelitian Hetia, dkk (2017), yang

menyatakan terdapat pengaruh aromaterapi lavender terhadap penurunan nyeri

144
pada persalinan kala I fase aktif. Bunga lavender yang digunakan sebagai

aromaterapi ini mengandung linalool. Linalool adalah kandungan aktif utama

yang berperan pada efek anti cemas (relaksasi) pada lavender Wangi yang

dihasilkan bunga lavender akan menstimulus talamus untuk mengeluarkan

enkefalin, berfungsi sebagai penghilang rasa sakit alami. Enkefalin merupakan

neuromodulator yang berfungsi untuk menghambat nyeri fisiologis. Enkefalin

sama halnya dengan endorphin yang dihasilkan secara alami oleh tubuh dan

memiliki kemampuan untuk menghambat transmisi nyeri, sehingga nyeri

berkurang.

Penelitian yang sejalan dengan penelitian ini yaitu Hasil penelitian

Ayuningtyas, dkk (2021) juga menyatakan Pemberian aromaterapi lavender

lebih efektif mengurangi nyeri persalinan pada fase akselerasi persalinan kala

I dan penelitian Yakoeb, dkk. (2022) menyatakan berdasarkan hasil Systematic

Literature Review pada 15 jurnal penelitian dengan judul Efektivitas

Pemberian Aromatherapi Lavender (Lavendula Augustfolia) Untuk

Mengurangi Nyeri Persalinan, dapat disimpulkan bahwa rata-rata ibu bersalin

mengalami nyeri berat dan cara atau metode yang dipilih ibu untuk mengatasi

nyeri tersebut yaitu menggunakan aromartherapi lavender selama >15 menit

secara inhalasi.

Asuhan persalinan kala I yang diperoleh ibu sesuai dengan standar

asuhan persalinan normal menurut JNPK-KR (2017), yaitu melakukan

pemantauan proses persalinan, melakukan asuhan sayang ibu dan

145
mempersiapkan perlengkapan bayi dan alat untuk proses persalinan. Selama

persalinan kala I suami ibu “SP” mendampingi ibu untuk melewati proses

persalinan. Pendampingan yang dilakukan yaitu suami memfasilitasi kebutuhan

nutrisi kepada ibu, membantu pengurangan nyeri dengan melakukan masasse

dan membantu ibu dalam relaksasi pernafasan.

b. Asuhan persalinan pada partus kala II

Kala II berlangsung selama 30 menit tanpa penyulit dan

komplikasi. Pada primigravida proses persalinan berlangsung selama 60 menit

(JNPK-KR, 2017). Proses persalinan Ibu “SP” berjalan fisiologis. Lancarnya

proses persalinan ini dipengaruhi oleh tenaga ibu saat mengejan, pemilihan

posisi setengah duduk yang memberikan ibu rasa nyaman pada saat persalinan,

peran suami sebagai pendamping sehingga mempengaruhi psikologis ibu.

Pendampingan yang dilakukan suami yaitu memberikan kata-kata semangat

kepada ibu sehingga ibu dapat meneran dengan efektif dan mempercepat

proses kala II.

c. Asuhan persalinan pada partus kala III

Persalinan kala III ibu “SP” berlangsung selama 5 menit tanpa

komplikasi. Asuhan persalinan kala III yang diberikan pada ibu yaitu

pemeriksaan adanya janin kedua, sebelum dilanjutkan dengan pemberian

suntikan oksitosin 10 IU yang disuntikkan pada 1/3 anterolateral paha kanan

ibu secara IM dalam satu menit pertama setelah bayi lahir dilanjutkan dengan

peregangan tali pusat terkendali (PTT). Segera setelah plasenta lahir dilakukan

146
masase fundus uteri selama 15 detik. Menurut JNPK-KR (2017), persalinan

kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta

dan selaput ketuban. Tujuan dari manajemen aktif kala III adalah

mempersingkat waktu kelahiran plasenta dan mencegah terjadinya perdarahan.

Asuhan yang diberikan pada kala III yaitu manajemen aktif kala III yang

meliputi pemberian suntikan oksitosin 10 IU pada satu menit setelah bayi

lahir, penegangan tali pusat terkendali dan masase fundus uteri (JNPK-KR,

2017).

Segera setelah lahir bayi dilakukan IMD. Bayi tengkurap di dada ibu

dan dipasangkan topi dan diselimuti. Suami ibu juga memberikan

dukungan dan membantu ibu selama proses ini. IMD dilakukan selama kurang

lebih satu jam. Inisiasi menyusu dini dilakukan segera setelah bayi lahir

kurang lebih selama satu jam dengan meletakkan bayi tengkurap di dada ibu

sehingga terjadi kontak skin to skin antara ibu dan bayi. Menurut IMD

merupakan permulaan menyusu sedini mungkin sekurang-kurangnya satu jam

setelah bayi lahir. Bayi diletakkan di dada ibunya dan bayi itu sendiri dengan

segala upayanya mencari putting untuk segera menyusu. Jangka waktunya

adalah sesegera mungkin setelah melahirkan (JNPK- KR, 2017).

d. Asuhan persalinan pada partus kala IV

Asuhan persalinan kala IV yang diberikan pada ibu ”SP” yaitu

pemantauan kala IV dan edukasi cara menilai kontraksi uterus serta teknik

147
masase fundus uteri. Pemantauan kala IV yang dilakukan meliputi memantau

tanda-tanda vital, menilai jumlah perdarahan, kontraksi uterus, pengukuran

tinggi fundus uteri dan menilai kondisi kandung kemih ibu. Secara

keseluruhan hasil dari pemantauan beberapa indikator diatas, kondisi ibu

dalam batas normal.

Menurut JNPK-KR (2017), Pemantauan Kala IV dilakukan setiap 15

menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua. Keadaan yang

dipantau meliputi keadaan umum ibu, tekanan darah, pernapasan, suhu dan

nadi, tinggi fundus uteri, kontraksi, kandung kemih, dan jumlah darah.

Pemantauan satu jam pertama didapatkan hasil pemantauan berlangsung secara

fisiologis dan tidak ada masalah, tanda-tanda vital dalam batas normal,

kontraksi uterus baik, kandung kemih tidak penuh, TFU 2 jari bawah pusat,

perdarahan tidak aktif dan kolostrum sudah keluar.

Pemantauan satu jam kedua juga didapatkan dalam keadaan fisiologis. Pada

kala IV penulis juga memberikan KIE pada ibu tentang tanda bahaya masa nifas dan

pemberian ASI secara on demand pada bayi. Pemenuhan nutrisi ibu sudah dilakukan

untuk mengembalikan energi ibu yang hilang saat persalinan. Sehingga tidak ada

kesenjangan antara teori dengan asuhan yang didapatkan ibu pada kala IV persalinan.

3. Penerapan asuhan kebidanan pada Ibu “SP” selama masa nifas


dan menyusui

Ibu “SP” melakukan pemeriksaan nifas sebanyak 4 kali yaitu pada 6

jam pospartum, 6 hari postpartum, 14 hari postpartum, dan 42 hari postpartum.

148
Hal tersebut sesuai dengan teori dimana pelayanan pasca persalinan dilakukan

minimal 4 kali yaitu 6-48 jam setelah persalinan (KF1), hari ke-3 sampai ke-7

setelah persalinan (KF2), hari ke-8 sampai ke-28 setelah persalinan (KF3), dan

hari ke-29 sampai 42 setelah melahirkan (KF4) (Kemenkes, R.I. 2021).

Asuhan yang diberikan kepada ibu “SP” pada KF I yaitu pemeriksaan tanda-

tanda vital, pemantauan jumlah darah yang keluar, pemeriksaan cairan yang

keluar dari vagina, pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif enam

bulan, pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali, pemberian

tablet tambah darah, dan KIE KB. Asuhan yang diberikan pada KF II yaitu

pemeriksaan tanda-tanda vital, pemantuan jumlah darah yang keluar,

pemeriksaan cairan yang keluar dari vagina, pemeriksaan payudara dan anjuran

ASI eksklusif enam bulan, minum tablet tambah darah setiap hari, dan

konseling KB. Asuhan KF III sama dengan KF II. Terakhir yaitu asuhan pada

KF IV yaitu pemeriksaan tanda vital, cairan yang keluar melalui vagina,

pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif enam bulan, minum tablet

penambah darah setiap hari, dan pemasangan kontrasepsi IUD.

Asuhan komplementer yang diberikan kepada ibu “SP” yaitu pijat

oksitosin dan aromaterapi lavender. Penulis juga mengajarkan suami untuk

melakukan pijat oksitosin. Ibu “SP” merasa nyaman dan rileks. Hasil

penelitian Hanum, Purwanti, dan Khumairoh (2015) menyatakan terdapat

perbedaan jumlah produksi ASI setelah mendapatkan pijat oksitosin. Pijat

oksitosin adalah salah satu cara untuk memperlancar dan meningkatkan

149
produksi ASI. Pijat oksitosin merupakan salah satu contoh intervensi mandiri

bidan dan dengan mudah dipilih dalam penatalaksanaan merangsang produksi

ASI. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Putri, dkk (2020) yang

menyatakan ada hubungan pemberian pijat oksitosin dengan prosuksi ASI. Ibu

yang mendapat pijat oksitosin berpeluang memproduksi ASI 2-3 kali lipat dari

pada ibu yang tidak mendapatpijat oksitosin.

Pijat oksitosin juga dapat dipadukan dengan pemberian aromaterapi

lavender. Berdasarkan hasil penelitian Tuti dan Widyawati (2018) menyatakan

produksi ASI responden setelah dilakukan pijat oksitosin dan aroma terapi

lavender terjadi peningkatan yang signifikan ditandai dengan kenaikan volume

ASI. Aromaterapi lavender selain dapat meningkatkan produksi ASI juga bisa

mengurangi kecemasan pada ibu postpartum dan mencegah terjadinya depresi

postpartum. Pijat Oksitosin dan Aromaterapi Lavender adalah intervensi yang

mudah, gampang dilakukan, dan aman bagi ibu. Intervensi ini juga dapat

dilakukan oleh suami/keluarga pasien setelah dilatih oleh bidan/tenaga

kesehatan.

Saat kunjungan nifas ibu “SP” juga diajarkan senam kegel agar tubuh

ibu tetap bugar. Selain itu senam kegel mempunyai banyak manfaat lain yaitu

membantu penyembuhan rahim, perut, dan otot pinggul yang mengalami

trauma serta mempercepat kembalinya bagian-bagian tersebut ke bentuk

normal, membantu menormalkan sendi-sendi yang menjadi longgar

diakibatkan kehamilan dan menghasilkan manfaat psikologis menambah

kemampuan menghadapi stress dan bersantai sehingga mengurangi depresi

150
pasca persalinan. Senam nifas bisa dilakukan pada 24 jam setelah persalinan, 3

hari pasca persalinan, dan setelah pemeriksaan pasca persalinan. Manfaat

senam kegel yaitu mempercepat penyembuhan, mengurangi nyeri luka jahitan

perineum, meredakan hemoroid, meningkatkan pengendalian atas urin

(Wahyungsih, 2018).

Selama masa nifas berlangsung secara fisiologis sudah sesuai dengan

standar. Saat bayi lahir, dilakukan IMD dan terdapat pengeluaran kolostrum

pada kedua payudara ibu. Selama masa nifas, ibu tidak mengalami masalah

pada payudara dan produksi ASI ibu dalam jumlah banyak setelah rutin

melakukan pijat oksitosin. Ibu memberikan ASI on demand kepada bayinya

dan berniat memberikan ASI ekslusif sampai enam bulan dilanjutkan sampai

dua tahun dengan tambahan makanan pendamping ASI.

Pada masa nifas terdapat tiga periode masa nifas yaitu fase taking in,

fase taking hold dan fase letting go. Fase taking in berlangsung hari pertama

sampai hari kedua dimana ibu mengalami ketidaknyamanan karena kelelahan,

rasa mulas, nyeri luka jahitan (Wahyuningsih, 2018). Dalam hal ini penulis

menyarankan ibu untuk beristirahat saat bayi tertidur, dan memenuhi

kebutuhan nutrisinya. Fase taking hold ibu merasa khawatir atas

ketidakmampuan merawat anak, perasaan sensitif, gampang tersinggung dan

tergantung terhadap orang lain terutama dukungan keluarga dan bidan. Ibu

“SP” mendapat dukungan dari suami dan keluarganya. Fase letting go

merupakan fase penerimaan tanggung jawab akan peran barunya. Ibu sudah

bisa menyesuaikan diri dari ketergantungannya, keingingan merawat diri

151
sendiri dan bayi sudah meningkat, ibu sudah merasa lebih nyaman dan

memahami kebutuhan bayinya. Ibu “SP” sudah bertanggung jawab dalam

merawat bayinya sejak hari pertama setelah pulang dari PMB.

Ibu telah mengetahui mengenai beberapa metode kontrasepsi seperti

metode suntik, alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), implant dan pil serta

metode kontrasepsi alamiah. Setelah melakukan konseling ibu memilih

kontrasepsi IUD. Metode kontrasepsi yang digunakan merupakan kontrasepsi

jangka panjang cocok untuk ibu yang tidak ingin anak lagi dan tidak

mengganggu produksi ASI (Kemenkes RI, 2021).

Ibu sudah mendapat vaksinasi Covid-19 saat sebelum hamil dengan

jenis vaksin astrazaneca sebanyak 2 kali. Ibu tidak mengalami keluhan setelah

vaksinasi.

4. Penerapan asuhan kebidanan bayi baru lahir pada Bayi Ibu “SP”

hingga bayi usia 42 hari

Bayi ibu “SP” lahir pada usia kandungan 38 minggu 5 hari dengan

berat 3100 gram. Menurut Armini, Sriasih, dan Marhaeni (2017) Bayi baru

lahir normal adalah bayi yang lahir dari umur kehamilan 37-42 minggu dengan

berat lahir 2500-4000 gram. Bayi Ibu “SP” lahir pukul 09.00 WITA, dilakukan

pemotongan tali pusat 2 menit setelah lahir yaitu pukul 09.02 WITA dan

dilanjutkan dengan melakukan IMD kurang dari 1 jam selanjutnya dilakukan

perawatan tali pusat dan diberikan salf mata gentamicin sulfat 0,1% di

mata kanan dan kiri bayi untuk mencegah infeksi mata dan dilanjutkan

152
diberikan suntikkan Vitamin K1 1 mg pada pukul 09.30 WITA untuk

mencegah perdarahan. Pada Pukul 11.00 WITA bayi diberikan Imunisasi HB-

0. Bayi tetap dijaga kehangatannya dengan dilakukan rawat gabung agar

berada di dekat ibu.

Pada tanggal 11 Januari 2023 pukul 15.00 Wita dilakukan pemeriksaan

fisik pada bayi. Asuhan bayi baru lahir pada bayi ibu “SP” sesuai dengan

standar yaitu IMD, pemotongan dan perawatan tali pusat, pemberian vitamin

K1, pemberian salf mata antibiotik, imunisasi hepatitis B, dan pemeriksaan

fisik bayi baru lahir (JNPK- KR, 2017).

Bayi Ibu “SP” sudah mendapatkan asuhan sesuai standar pada setiap

kunjungan yaitu KN 1 saat bayi berumur 6 jam dan 1 hari, KN 2 saat bayi

berumur enam hari dan KN 3 saat bayi berumur 14 hari. Selain itu penulis juga

melakukan pemeriksaan pada bayi saat berumur 42 hari untuk mengetahui

kenaikan berat badan bayi selama satu bulan setelah lahir dan 42 hari untuk

memantau tumbuh kembang bayi.

Untuk merangsang stimulasi dan meningkatkan bounding ibu dan bayi

penulis melakukan pijat bayi sambil mengajarkan ibu tehnik pijat bayi.

Menurut Utami (2013), bayi yang dipijat akan dapat tidur dengan lelap,

sedangkan pada waktu bangun, daya konsentrasinya akan lebih penuh.

Peningkatan kuantitas atau lama tidur bayi yang dilakukan pemijatan

disebabkan oleh adanya peningkatan kadar sekresi serotonin yang dihasilkan

pada saat pemijatan. Sentuhan-sentuhan yang diberikan pada saat pijat bayi

memiliki hubungan dengan peningkatan kualitas tidur bayi yang ditunjukkan

153
dengan peningkatan jumlah durasi tidur bayi serta berkurangnya gangguan

tidur bayi.

Hasil penelitian Marni (2019) menyatakan terdapat pengaruh pijat bayi

terhadap peningkatan berat badan pada bayi. Pijat bayi sangat bermanfaat

dalam mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak, diantaranya

adalah meningkatkan penyerapan makanan sehingga bayi lebih cepat lapar dan

bayi akan lebih sering menyusu kepada ibunya, sehingga bisa meningkatkan

berat badan pada bayi. Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian

Cahyaningrum dan Sulistyorini (2014) yang menyatakan pijat bayi bisa

meningkatkan berat badan dan pertumbuhan, meningkatkan daya tahan tubuh

dan membuat bayi tidur lelap.

Berat badan bayi Ibu “SP” mengalami kenaikan 1200 gram selama satu

bulan. Hal ini dikarenakan bayi Ibu “SP” sangat kuat menyusu sehingga

kebutuhan nutrisi bayi sudah terpenuhi dengan baik dengan memberikan ASI

secara on demand dan eksklusif. Pada umur enam hari bayi sudah

mendapatkan imunisasi BCG dan polio 1, hal tersebut sudah sesuai dengan

pedoman buku KIA dimana pemberian imunisasi BCG antara rentang 0

sampai dua bulan. Bayi diberikan asuhan untuk menunjang tumbuh

kembangnya melalui pemenuhan kebutuhan asah, asih dan asuh. Kebutuhan

nutrisi bayi dipenuhi dengan ASI saja.

Ibu berencana memberikan ASI secara ekslusif dan memberikan ASI

hingga bayi berumur dua tahun. Bayi ibu “SP” diberikan stimulasi sejak dini

dengan mengajak bicara, memberikan mainan yang berwarna warni dan

154
mengajak bayi bermain. Segera setelah lahir dilakukan IMD, kemudian di

rawat gabung bersama dengan ibu. Ibu juga selalu memperlihatkan kasih

sayangnya kepada bayi dengan mendekap bayi hingga tertidur. Perawatan

sehari-hari bayi dibantu oleh suami danibu mertuanya. Hal tersebut

menunjukkan bahwa semua anggota keluarga turut serta menjaga dan merawat

bayi.

155
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat ditarik simpulan mengenai

asuhan kebidanan pada ibu “SP” dari usia kehamilan 16 minggu 3 hari

sampai 42 hari masa nifas beserta bayinya, yaitu:

1. Asuhan kebidanan selama kehamilan pada ibu “SP” dan janin pada masa

kehamilan sampai menjelang persalinan berjalan fisiologis tanpa adanya

komplikasi, dimana asuhan yang diberikan selama proses kehamilan sudah

sesuai dengan standar.

2. Asuhan kebidanan selama proses persalinan ibu “SP” berjalan

fisiologis tanpa adanya komplikasi, dimana asuhan yang diberikan selama

proses persalinan sudah sesuai dengan standar.

3. Asuhan kebidanan selama masa nifas pada ibu “SP” berlangsung secara

fisiologis, dimana asuhan yang diberikan pada ibu “SP” sudah sesuai dengan

standar pelayanan.

4. Asuhan kebidanan pada bayi ibu “SP” sejak baru lahir sampai usia 42

hari berjalan secara fisiologis, dimana asuhan yang diberikan sudah sesuai

dengan standar
B. Saran

1. Bagi Penulis

Penulis diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan

keterampilan dalam menerapkan asuhan kebidanan secara komprehensif dan

berkesinambungan sesuai dengan standar pelayanan kebidanan.

2. Bagi ibu dan keluarga

Ibu diharapkan dapat mengaplikasikan asuhan kebidanan yang telah

diberikan sehingga dapat menambah pengetahuan dan pengalamannya terkait

masa kehamilan, persalinan, nifas dan asuhan pada bayi. Keluarga juga

diharapkan dapat membantu ibu dan memberikan dukungan secara

menyeluruh,serta dapat mendeteksi secara dini penyulit dan komplikasi yang

mungkin terjadi pada ibu dan bayi.

3. Bagi petugas kesehatan

Petugas kesehatan terutama bidan dapat memberikan asuhan kebidanan

sesuai dengan standar asuhan kebidanan secara komprehensif dan

berkesinambungan, serta meningkatkan upaya deteksi dini terhadap ibu hamil,

bersalin, nifas dan bayi baru lahir sehingga bisa memberikan pelayanan yang

optimal.

4. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan untuk menyediakan lebih banyak literatur yang lengkap

dan terbaru meliputi buku, jurnal dan evidence based terbaru terkait pelayanan

kebidanan untuk menunjang penulisan laporan selanjutnya.

157
DAFTAR PUSTAKA

Abarca, R. M. (2021) Konsep dasar pada neonatus,bayi,balita dan anak prasekolah,


Nuevos sistemas de comunicación e información.

Anggraini, D. D. (2020) Konsep Kebidanan. Jakarta: Yayasan Kita Menulis.

Armini, N. W., Marhaeni, G. A. and Sriasih, N. G. K. (2017) Asuhan Kebidanan


Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah. Yogyakarta: ANDI.

Astuti, T. and Bangsawan, M. (2019) ‘Aplikasi Relaksasi Nafas dalam terhadap Nyeri
dan Lamanya Persalinan Kala I Ibu Bersalin di Rumah Bersalin Kota Bandar
Lampung’, Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, 15(1), p. 59. doi:
10.26630/jkep.v15i1.1359.

Cholifah, S. and Purwanti, Y. (2019) Buku Ajar Mata Kuliah Asuhan Kebidanan
Komunitas. Sidoardjo: UMSIDA Press.

Direktorat Kesehatan Keluarga (2020) Pedoman Bagi Ibu Hamil, Ibu Nifas, dan Bayi
Baru Lahir Di Era Pandemi Covid-19. Available at:
http://www.kesga.kemkes.go.id/images/pedoman/Pedoman bagi Ibu Hamil,
Bersalin, Nifas dan BBL di Era Pandemi COVID 19.pdf.

Doko, T. M., Aristiati, K. and Hadisaputro, S. (2019) ‘Pengaruh Pijat Oksitosin oleh
Suami terhadap Peningkatan Produksi Asi pada Ibu Nifas’, Jurnal
Keperawatan Silampari, 2(2), pp. 66–86. doi: 10.31539/jks.v2i2.529.

Fitriani, L. and Wahyuni, S. (2021) Buku Ajar Asuhan Kebidanan Masa Nifas.
Yogyakarta: Deepublish.

Handayani, N. M. T. (2022) Asuhan Kebidanan Pada Ibu ‘D’ Umur 34 Tahun


Multigravida dari Usia Kehamilan 30 Minggu sampai 42 Hari Masa Nifas.
Poltekkes Kemenkes Denpasar.

Hatijar, Saleh, I. S. and Yanti, L. C. (2020) Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada
Kehamilan, CV. Cahaya Bintang Cermelang.

Herinawati, H., Hindriati, T. and Novilda, A. (2019) ‘Pengaruh Effleurage Massage


terhadap Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif di Praktik Mandiri Bidan
Nuriman Rafida dan Praktik Mandiri Bidan Latifah Kota Jambi Tahun
2019’, Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 19(3), p. 590. doi:
10.33087/jiubj.v19i3.764.

Immawanti and Burhanuddin (2019) ‘Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Involusio

158
Uterus Pada Ibu Post Partum Di Puskesmas Totoli Majene’, Journal of
Health, Education and Literacy, 1(2), pp. 113–119. doi: 10.31605/j-
healt.v1i2.274.

Juliastuti et al. (2021) Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Bandung: Media
Sains Indonesia.

Kartikasari, M. N. D., Parwatiningsih, S. A. and Fatsena, R. A. (2021) ‘Evaluasi


Metode Continuity of Care pada Tugas Akhir Mahasiswa Prodi DIII
Kebidanan’, Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ): Persatuan Perawat Nasional
Indonesia, 9(1), pp. 197–204.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2020) Pedoman pelayanan antenatal,


persalinan, nifas, dan bayi baru lahir. 2nd edn. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.

Khasanah, R. N. (2020) ‘Pengaruh Terapi Musik Mozart Selama Kehamilan


Terhadap Pola Tidur Bayi Usia 0-3 Bulan’, HEALTHY, 9(1), pp. 1–23.

Kusumastuti, Dewi, A. P. S. and Noviani, D. (2021) ‘Inisiasi Menyusu Dini Dan Pijat
Oksitosin Untuk Mempercepat Involusi Uterus Pada Ibu Postpartum’,
Urecol, 2019, pp. 928–934.

Letzkus, L. et al. (2022) ‘A feasibility randomized controlled trial of a NICU


rehabilitation program for very low birth weight infants’, Scientific Reports.
Nature Publishing Group UK, 12(1), pp. 1–9. doi: 10.1038/s41598-022-
05849-w.

Limbong, T. (2021) ‘Faktor Pendukung dan Penghambat Peran Pendampingan Suami


Terhadap Isteri Pada Masa Kehamilan dan Persalinan’, Jurnal Ilmiah
Kesehatan Sandi Husada, 10(2), pp. 475–483. doi:
10.35816/jiskh.v10i2.635.

Mastiningsih, P. and Agustina, Y. C. (2019) Buku Ajar Asuhan Kehamilan. Bogor: IN


Media.

Megasari, K. (2020) ‘ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR


DENGAN IKTERUS FISIOLOGIS DI PMB DINCE SAFRINA TAHUN
2020 Kiki Megasari STIKes Hang Tuah Pekanbaru’, Asuhan Kebidanan
Pada Bayi Baru lahir dengan Ikterus Fisiologis Di PMB Dince Safrina
Tahun 2020, pp. 51–58.

Meha, A. L. H. (2022) Asuhan Kebidanan Pada Ibu ‘YR’ Usia 27 Tahun


Multigravida dari Umur Kehamilan 33 Minggu sampai 42 Hari Masa Nifas.
Poltekkes Kemenkes Denpasar.

159
Pratiwi, D. et al. (2021) ‘Asuhan Kebidanan Komplomenter Dalam Mengatasi Nyeri
Persalinan’, pp. 4–5.

Ratnanengsih, R. (2021) ‘Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendampingan


Persalinan di Puskesmas Karang Rejo Kota Tarakan’, Journal of Borneo
Holistic Health, 4(1), pp. 46–54.

Riyana, A. and Huda, A. M. (2022) ‘Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas Normal


Tentang Senam Kegel Di Ruang 7 RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya’,
Media Informasi, 18(2), pp. 60–66.

Rullyni, N. T. and Jayanti, V. (2022) ‘Pengaruh Pendamping Persalinan Terhadap


Kemajuan Persalinan Pada Ibu Bersalin Di Praktik Mandiri Bidan Pmb Se-
Kota Tanjungpinang’, Jurnal Ilmu Dan Teknologi Kesehatan Terpadu, 2(1),
pp. 65–73. doi: 10.53579/jitkt.v2i1.47.

Setiawati, I. (2019) ‘Efektifitas Teknik Massage Effleurage Dan Teknik Relaksasi


Terhadap Nyeri Punggung Pada Ibu Hamil Trimester III’, Prosiding Seminar
Nasional Poltekkes Karya Husada Yogyakarta, p. 2. Available at:
http://jurnal.poltekkeskhjogja.ac.id/index.php/PSN/article/view/351.

Sihaloho, L. (2020) ‘HUBUNGAN SIKAP DAN KARAKTERISTIK SUAMI


DENGAN PENDAMPINGAN ISTRI SELAMA PROSES PERSALINAN
DI RSUD DR HADRIANUS SINAGA PANGURURAN PERIODE
MARET S/D JUNI TAHUN 2017’.

Situmorang, R. B. et al. (2021) ‘HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN MINAT


IBU HAMIL DALAM PENERAPAN SENAM PRENATAL YOGA DI
BPM JUMITA, S.ST., M.KES KOTA BENGKULU’, Journal Of Midwifery,
9(1), pp. 44–52.

Slamet, W. N. and Aprilina, H. D. (2019) ‘Hubungan Kematangan Emosional dan


Peran Suami dengan Kesiapan Primigravida Menghadapi Persalinan’, Jurnal
Smart Keperawatan, 6(2), p. 86. doi: 10.34310/jskp.v6i2.266.

Suharnah, H., Jama, F. and Suhermi, S. (2021) ‘Pengaruh Terapi Musik Klasik
terhadap Tingkat Kecemasan Pada Ibu Hamil Primigravida Trimester III’,
Window of Nursing Journal, 2(1), pp. 191–200. doi: 10.33096/won.v2i1.370.

Sulastri (2020) Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Malang: Literasi
Nusantara.

Warsa, N. K. M. (2022) Asuhan Kebidanan Pada Ibu “SS” Usia 26 Tahun


Primigravida Dari Umur Kehamilan 33 Minggu 5 Hari Sampai 42 Hari
Masa Nifas. Poltekkes Kemenkes Denpasar. Available at:
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/9520/.

160
Widiastini, N. L. (2018) Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin dan Bayi
Baru Lahir. Bogor: IN Media.

Zubaidah et al. (2021) Asuhan Keperawatan Nifas. Yogyakarta: Deepublish.

Zulfita et al. (2021) ‘Peran Suami Mempercepat Proses Persalinan Istri’, Jurnal Abdi
Mercusuar, 01(01), pp. 1–10.

Zuraida Dania Pumi Keta (2020) ‘Pengaruh Kombinasi Yoga Dan Aroma Terapi
Lavender Terhadap Tingkat Nyeri Dismenore Pada Remaja Putri Di Pondok
Pesantren Sumatera Thawalib Parabek’, Maternal Child Health Care
Journal, 2(2).

161
Lampiran 4

RENCANA KEGIATAN PENYUSUNAN LAPORAN KASUS

NO KEGIATAN AGUSTUS SEPTEMBER NOVEMBER DESEMBER


1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Tahapan Persiapan
a. Penjajakan Kasus
b. Penyusunan usulan kasus
c. Konsultasi usulan kasus
d. Seminar usulan kasus
e. Perbaikan usulan kasus
2. Tahap Pelaksanaan
a. Pengurusan izin usulan kasus
b. Pelaksanaan asuhan selama
kehamilan trimester kedua hingga
42 hari masa nifas
3. Tahap pengakhiran penelitian
a. Mengolah data hasil kasus binaan
b. Penyusunan laporan tugas akhir
c. Seminar laporan tugas akhir
d. Perbaikan laporan tugas akhir
e. Pengesahan laporan tugas akhir

112
NO KEGIATAN FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Tahapan Persiapan
a. Penjajakan Kasus
b. Penyusunan usulan kasus
c. Konsultasi usulan kasus
d. Seminar usulan kasus
e. Perbaikan usulan kasus
2. Tahap Pelaksanaan
a. Pengurusan izin usulan kasus
b. Pelaksanaan asuhan selama
kehamilan trimester ketiga hingga
42 hari masa nifas
3. Tahap pengakhiran penelitian
a. Mengolah data hasil kasus binaan
b. Penyusunan laporan tugas akhir

c. Seminar laporan tugas akhir


d. Perbaikan laporan tugas akhir
e. Pengesahan laporan tugas akhir

112
Lampiran 5
DOKUMENTASI PADA SAAT MELAKUKAN ASUHAN

Anda mungkin juga menyukai