Anda di halaman 1dari 91

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Manajemen Sumbaer Daya Manusia

a. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen sumber daya manusia mengandung pengertian yang

erat kaitannya dengan pengelolaan sumber daya manusia atau karyawan

dalam perusahaan. Sumber daya manusia dapat juga disebut tenaga kerja,

pekerja, pegawai, karyawan, potensi manusiawi sebagai penggerak

organisasi dalam mewujudkan eksistensinya, atau potensi yang

merupakan asset dan berfungsi sebagai modal non material dalam

organisasi bisnis, yang dapat diwujudkan menjadi potensi nyata secara

fisik dan non fisik dalam mewujudkan eksistensi organisasi (Nawawi,

2011:42).

Manusia merupakan salah satu faktor produksi yang perlu

mendapatkan perhatian yang khusus dari perusahaan, karena manusia

sebagai penggerak aktivitas perusahaan, maka manajemen sumber daya

manusia memfokuskan perhatiannya kepada masalah-masalah

kepegawaian. Hasibuan (2013:21) mendefinisikan manajemen sumber

daya manusia adalah ilmu dan seni yang mengatur hubungan dan peranan

tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan,

karyawan dan masyarakat. Sedangkan Mangkunegara (2013:2)

mengakatan bahwa manajemen sumber daya manusia merupakan

perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pelaksanaan dan

26
27

pengawasan terhadap pengadaan, pengembangan, pemberian balas jasa,

pengintegrasian, pemeliharaan dan pemisahan tenaga kerja dalam rangka

mencapai tujuan organisasi. Sedangkan definisi manajemen sumber daya

manusia menurut para ahli adalah sebagai berikut:

1. Mathis dan Jackson (2010:4), manajemen sumber daya manusia

dapat diartikan sebagai ilmu dan seni yang mengatur hubungan dan

peran tenaga kerja agar efektif dan efisien dalam penggunaan

kemampuan manusia agar dapat mencapai tujuan di setiap

perusahaan.

2. Bohlander dan Snell (2010:50), manajemen sumber daya manusia

yaitu suatu ilmu yang mempelajari bagaimana memberdayakan

karyawan dalam perusahaan, membuat pekerjaan, kelompok kerja,

mengembangkan para karyawan yang mempunyai kemampuan,

mengidentifikasikan suatu pendekatan untuk dapat mengembangkan

kinerja karyawan dan memberikan imbalan kepada mereka atas

usahanya dalam bekerja.

3. Handoko (2011:8), manajemen sumber daya manusia adalah

penarikan, seleksi, pengembangan, pemeliharaan dan penggunaan

sumber daya manusia untuk mencapai baik tujuan-tujuan individu

mapun organisasi. Berdasarkan pendapat para ahli maka dapat

disimpulkan bahwa manajemen sumber daya manusia merupakan

suatu ilmu seni yang digunakan untuk mengatur pegawai atau

karyawan, mengembangkan potensi manusia dan organisasinya,


28

untuk melakukan serangkaian proses perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan dan pengawasan terhadap pengadaan, pemeliharaan,

sampai pemberhentian sebagai upaya untuk mengembangkan

aktivitas manusia dalm mencapai tujuan organisasi secara efektif dan

efisien. Manajemen sumber daya manusia wajib diterapkan baik

dalam sektor privat maupun publik. Utamanya dalm sektor publik

yang masih bayak ditemui salah penempatan tenaga kerja atau

pegawai sehingga tujuan SKPD tidak tercapai dengan efektif dan

efisien.

2. Peran dan Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia

Hasibuan (2013:20) menjelaskan pernanan manajemen sumber

daya manusia sebagai berikut:

1. Menetapkan jumlah, kualitas dan penempatan tenaga kerja yang efektif

sesuai dengan kebutuhan berdasarkan job description, job specification

dan job evaluation.

2. Menetapkan penarikan, seleksi, dan penempatan karyawan berdasarkan

asas the right man in the right job.

3. Menetapkan program kesejahteraan, pengembangan, promosi dan

pemberhentian.

4. Meramalkan penawaran dan permintaan sumber daya manusia pada

masa yang akan datang

5. Memperkirakan keadaan perekonomian pada umumnya dan

perkembangan perusahaan pada khususnya


29

6. Memonitor dengan cermat undang-undang perburuhan dan

kebijaksanaan pemberian balas jasa perusahaan sejenis.

7. Memonitor kemajuan teknik dan perkembangan serikat buruh.

8. Melaksanakan pendidikan, Latihan dan penilaian prestasi karyawan.

9. Mengatur mutasi karyawan baik vertikal maupun horizontal.

10. Mengatur pensiun, pemberhentian dan pesangonnya.

Sedangkan fungsi manajemen sumber daya manusia menurut Hasibuan

(2013:21) meliputi:

1. Perencanaan

Perencanaan ( human resource planning) adalah merencanakan tenaga

kerja secara efektif dan efisien agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan

dalam membantu mewujudkan tujuan. Perencanaan dilakukan dengan

menetapkan program kepegawaian meliputi: pengorganisasian,

pengendalian, pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian,

pemeliharaan, kedisiplinan dan pemberhentian karyawan. Program

kepegawaian yang baik akan membantu tercapainya tujuan perusahaan,

karyawan dan masyarakat.

2. Pengorganisasian

Pengorganisasian (organizing) adalah kegiatan untuk mengorganisasikan

semua karyawan dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja,


30

delegasi wewenang, integrasi dan koordinasi dalam bagan organisasi.

Organisasi hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dengan

organisasi yang baik akan membantu terwujudnya tujuan secara efektif.

3. Pengarahan

Pengarahan (directing) adalah kegiatan mengarahkan kegiatan semua

karyawan, agar mau bekerjasama dan bekerja efektif serta efisien dalam

membantu tercapainya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat.

Pengarahan ini dilakukan oleh pimpinan dengan menugasan bawahan

agar mengerjakan semua tugasnya dengan baik.

4. Pengendalian

Pengendalian (controlling) adalah kegiatan mengendalikan semua

karyawan agar menaati peraturan-peraturan perusahaan dan bekerja

sesuai dengan rencana. Apabila terdapat penyimpangan atau kesalahan,

diadakan tindakan perbaikan dan penyempurnaan recana. Pengendalian

karyawan meliputi kehadiran, kedisiplinan, perilaku, kerjasama,

pelaksanaan, karyawan dan menjaga situasi lingkungan pekerjaan.

5. Pengadaan

Pengadaan (procurement) adalah proses penarikan, seleksi, perjanjian

kerja, penempatan, orientasi, induksi untuk mendapatkan karyawan yang

sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Pengadaan yang baik akan

membantu terwujudnya tujuan perusahaan.

6. Pengembangan
31

Pengembangan (development) adalah proses peningkatan keterampilan

teknis, teoritis, konseptual dan moral karyawan melalui pendidikan dan

pelatihan. Pendidikan dan pelatihan yang diberikan harus sesuai dengan

kebutuhan pekerjaan masa kini maupun masa depan.

7. Kompensasi

Kompensasi (compensation) adalah pemberian balas jasa langsung

(indirect), uang dan barang kepada karyawan sebagai imbalan jasa yang

diberikan kepada perusahaan.

8. Pengintegrasian

Pengintegrasian (integration) adalah kegiatan untuk mempersatukan

kepentingan perusahaan dan kebutuhan karyawan, agar terciptanya kerja

sama yang serasi dan saling menguntungkan.

9. Pemeliharaan

Pemeliharaan (maintenance) adalah kegiatan untuk memelihara atau

meningkatkan kondisi fisik, mental dan loyalitas karyawan, agar mereka

tetap mau bekerja sama sampai pensiun.

10. Kedisiplinan

Kedisiplinan merupakan fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia yang

terpenting dan kunci terwujudnya tujuan kerena disiplin yang baik sulit

terwujud tujuan yang maksimal. Kedisiplinan adalah keinginan dan

kesadaran untuk menaati peraturan-peraturan perusahaan dan norma-

norma sosial.

11. Pemberhentian
32

Pemberhentian (separation) adalah putusnya hubungan kerja seseorang

dari suatu perusahaan. Pemberhentian ini disebabkan oleh keinginan

karyawan, keinginan perusahaan, kontak kerja berakhir, pensiun, dan

sebab-sebab lainnya. (Pemberhentian diatur dalam UU No. 13 tahun

2003 tentang hukum ketenagakerjaan).

B. Human Capital (Modal Manusia)

1. Definisi Human Capital

Human Capital diartikan sebagai manusia itu sendiri yang secara

personal dipinjamkan kepada perusahaan dengan kapabilitas individunya,

komitmen, pengetahuan dan pengalaman pribadi. Walaupun tidak semata-mata

dilihat dari individual tapi juga sebagai tim kerja yang memiliki hubungan

pribadi baik di dalam maupun luar perusahaan (Stewart 1997 dalam Totanan

2004). Menurut Schermerhon (2005:33), Human Capital dapat diartikan

sebagai nilai ekonomi dari SDM yang terkait dengan kemampuan,

pengetahuan, ide-ide, inovasi, energi dan komitmennya. Human Capital

merupakan kombinasi dari pengetahuan, keterampilan, inovasi dan

kemampuan seseorang untuk menjalankan tugasnya sehingga dapat

menciptakan suatu nilai untuk menjalankan tugasnya sehingga dapat

mencipatakan suatu nilai untuk mencapai tujuan. Pembentukan nilai tambah

yang dikontribusikan oleh Human Capital dalam menjalankan tugas dan

pekerjaannya akan memberikan sustainable revenue di masa akan datang bagi

suatu organisasi (Malhotra 2003 dan Bontis 2002 dalam Rachmawati dan

Wulani 2004 dalam Endri 2011:34).


33

Menurut Mayo (2000:527) dalam Endri (2011:34), sumber daya

manusia atau Human Capital memiliki lima komponen yaitu individual

capability, individual motivation, leadership, the organizational climate, dan

workgroup effectiveness. Masing-masing komponen memiliki peranan yang

berbeda dalam menciptakan Human Capital sebuah perusahaan yang pada

akhirnya menentukan nilai sebuah perusahaan. Fitz-Enz (2000:9) dalam Endri

(2011:34) mendeskripsikan Human Capital sebagai kombinasi dari tiga faktor,

yaitu:

1) karakter atau sifat yang dibawa ke pekerjaan, misalnya intelegensi, energi,

sikap positif, keandalan dan komitmen,

2) kemampuan seseorang untuk lanjar, yaitu kecerdasan, imajinasi, kreatifitas

dan bakat dan

3) motivasi untuk berbagi informasi dan pengetahuan, yaitu semangat tim dan

orientasi tujuan.

2. Konsep Human Capital

Menurut Jac Fitz-enZ (2000:45), Human Capital muncul akibat

dari pergeseran peran sumber daya manusia dalam organisasi dari sebagai

beban menjadi asset/modal. Konsep Human Capital menggagas nilai tambah

yang dapat diberikan oleh karyawan (manusia) kepada organisasi tempat

mereka bekerja. Chatzkel menyatakan bahwa Human Capital-lah yang menjadi

faktor pembeda dan basis aktual keunggulan kompetitif organisasi. Teori

Human Capital, sebagaimana dinyatakan oleh Ehrenberg dan Smith,

mengkonseptualkan bahwa karyawan memiliki serangkaian keterampilan yang


34

dapat “disewakan” kepada organisasi mereka.Menurut Larkan (2008:57),

Human Capital lahir didasari oleh fenomena bahwa pada abad 21 ini kesadaran

manajemen perusahaan dalam pengelolaan SDM semakin tinggi. Perusahaan-

perusahaan mulai menyadari bahwa kinerja perusahaan bukan hanya

ditentukan oleh capital yang berupa finansial, mesin, teknologi, dan modal

tetap, melainkan terutama dipengaruhi oleh intangible capital, yaitu Sumber

Daya Manusia (SDM). Seperti dideskripsikan oleh Scarborough dan Elias

(2009:61), konsep Human Capital sebaiknya dipandang sebagai jembatan yaitu

mendefinisikan hubungan antara praktik manajemen SDM dengan kinerja

bisnis. Mereka menunjukkan bahwa Human Capital memiliki definisi yang

dinamis, implisit, tidak baku, dan kontekstual. Karakteristik ini membuat

Human Capital sulit di evaluasi. Ciri Human Capital yang sangat penting bagi

kinerja perusahaan adalah keluwesan dan kreativitas individu, kemampuan

mereka untuk mengembangkan keterampilan seumur hidup, dan merespons

berbagai konteks situasi. Mereka menyebutkan bahwa acuan teori Human

Capital adalah manusia dan keterampilan, sementara acuan teori physical

capital adalah pabrik dan peralatan.

Manusia sebagai pelaku bisnis memiliki etos kerja produktif,

keterampilan, kreativitas, disiplin, profesionalisme, serta memiliki kemampuan

memanfaatkan, mengembangkan dan menguasai IPTEK maupun kemampuan

manajemen. Dalam kehidupan yang nyata manusia memegang peranan utama

dalam meningkatkan produktifitas dan alat produksi yang canggih serta

dituntut menjadi sumber daya manusia (SDM) yang terampil / ahli.


35

Keberhasilan suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh kinerja individu

karyawan. Human Capital merupakan karakteristik sumber daya manusia

(SDM) yang ditentukan oleh pengetahuan yang dimiliki yang digunakan untuk

menciptakan nilai bagi organisasi (Collin and Clark, 2003:61). Creating value

(menciptakan nilai) adalah upaya penciptaan nilai melalui membangun

kapabilitas, penguatan arah strategi bisnis, dan mengutamakan peluang

istemewa untuk mewujudkan keunggulan daya saing oraganisasi

(Ingham:2007:34).

Hasil studi Penning et al (1998:10) menjelaskan bahwa manajemen

Human Capital harus memperhatikan sumber-sumber pengetahuan dan aliran

pengetahuan–pengetahuan tersebut. Aliran pengetahuan dimaksudkan sebagai

proses perkembangan keahlian dan pelembagaan pengetahuan. Dalam buku

ROI of Human Capital Jac Fitz- enZ (2009:45) mengungkapkan dorongan

untuk mengukur Human Capital ini merefleksikan perubahan peran

manajemen sumber daya manusia dari peran administratif menjadi partner

bisnis yang strategis. Lebih lanjut dikatakan orang semakin menyadari bahwa

sumber keunggulan bersaing bukan berasal dari desain produk atau layanan

yang canggih, strategi pemasaran yang terbaik, desain teknologi, atau

manajemen keuangan yang paling cerdas, tetapi berasal dari adanya sistem

yang tepat, aktivitas memotivasi, dan mengelola organisasi sumber daya

manusia.
36

Konsep Human Capital muncul karena adanya pergeseran peranan

sumber daya manusia. Human Capital muncul dari pemikiran bahwa manusia

merupakan intangible asset yang memiliki banyak kelebihan yaitu:

a. Kemampuan manusia apabila digunakan dan disebarkan tidak akan

berkurang melainkan bertambah baik bagi individu yang bersangkutan

maupun bagi organisasi.

b. Manusia mampu mengubah data menjadi informasi yang bermakna

Manusia mampu berbagi intelegensia dengan pihak lain.

c. Menurut Derek Stokey (2003:41) perlunya Human Capital pada masa

sekarang berdasarkan pada uatnya tekanan persaingan keuntungan

finansial dan nonfinansial Pemimpin bisnis dan politik mulai mengakui

bahwa memiliki orang yang skill dan motivasi tinggi dapat memberikan

perbedaan peningkatan kinerja yang signifikan.

d. Terjadi perubahan yang cepat yang ditandai adanya proses dan teknologi

yang baru tidak akan bertahan lama apabila pesaing mampu mengadopsi

teknologi yang sama. Namun untuk mengimplementasikan perubahan,

tenaga kerja yang dimiliki industri harus memiliki skill dan kemampuan

yang lebih baik.

e. Untuk tumbuh dan beradaptasi, kepemimpinan organisasi harus mengenali

nilai dan kontribusi manusia. Konsep utama dari Human Capital menurut

Becker (1993:71) adalah bahwa manusia bukan sekedar sumber daya

namun merupakan modal (capital) yang menghasilkan pengembalian

(return) dan setiap pengeluaran yang dilakukan dalam rangka


37

mengembangkan kualitas dan kuantitas modal tersebut merupakan

kegiatan investasi.

Pada saat mengoptimalkan dan mengukur Return On Investment

(ROI) pada Human Capital, perlu memahami bagaimana hal tersebut

berinteraksi dengan bentuk capital lainnya, baik yang berwujud maupun yang

tidak berwujud. HC ROI merupakan sejumlah benefit yang diperoleh

organisasi atau tingkat pengembalian / profitabilitas dari sejumlah uang yang

dikeluarkan untuk membiayai tenaga kerja.

1. Komponen Human Capital

Menurut Andrew Mayo (2000:527) dalam Ongkodihardjo

(2008:41) bahwa : “Human Capital memiliki lima komponen yang

memiliki peranan yang berbeda dalam menciptakan Human Capital

perusahaan yang pada akhirnya menentukan nilai sebuah perusahaan.

Kelima komponen Human Capital tersebut adalah individual capability,

individual motivation, the organization climate, workgroup effectiveness

dan leadership”.

a) Individual Capability

Kecakapan individu dapat dibagi ke dalam dua bagian yaitu

kecakapan nyata (actual ability) dan kecakapan potensial (potential

ability). Kecakapan nyata yaitu kecakapan yang diperoleh melalui

belajar (achievement atau prestasi), yang dapat segera

didemonstrasikan dan diuji sekarang. Kecakapan potensial


38

merupakan aspek kecakapan yang masih terkandung dalam diri

individu dan diperoleh dari faktor keturunan.

Kecakapan potensial dapat dibagi ke dalam dua bagian

yaitu kecakapan dasar umum (intelligence atau kecerdasan) dan

kecakapan dasar khusus (bakat dan atitudes). Menurut Mayo

(2000:528) individual capability meliputi lima kriteria, yaitu:

1) Personal capabilities, yaitu kemampuan yang dimiliki oleh

seseorang dari dalam dirinya sendiri, meliputi penampilan,

pikiran, tindakan, dan perasaannya.

2) Profesional andtechnica khow-how, yaitu kemampuan untuk

bersikap profesional dalam setiap situasi dan kondisi serta adanya

kemauan untuk melakukan transfer knowledge dari yang senior

ke junior.

3) Experience, yaitu seseorang yang berkompeten dan memiliki

pengalaman yang sudah cukup lama di bidangnya serta memiliki

sikap terbuka terhadap pengalaman.

4) The network and range of personal contacts, yaitu seseorang

dikatakan berkompeten apabila memiliki jaringan atau koneksi

yang luas dengan siapa saja terutama orang-orang yang

berhubungan dengan profesinya

5) The value and attitudes that influence actions, yaitu nilai dan

sikap akan mempengaruhi tindakannya di dalam lingkungan kerja


39

seperti memiliki kestabilan emosi, ramah, dapat bersosialisasi,

dan tegas.

b) Individual Motivation

Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2008:61), “Motivasi

merupakan kondisi atau energi yang menggerakkan diri karyawan yang

terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan”.

Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) karyawan dalam menghadapi

situasi kerja di perusahaan. Sikap mental karyawan yang positif

terhadap situasi kerja itulah yang memperkuat motivasi kerjanya untuk

mencapai kinerja yang maksimal. Sikap mental karyawan haruslah

memiliki sikap mental yang siap sedia secara psikofisik (siap secara

mental, fisik, situasi, dan tujuan). Artinya, karyawan dalam bekerja

secara mental siap, fisik sehat, memahami situasi, dan kondisi serta

berusaha keras mencapai target kerja (tujuan utama organisasi).

Motivasi dalam berprestasi dapat diartikan sebagai suatu

dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan atau mengerjakan

suatu kegiatan atau tugas dengan sebaik-baiknya agar mencapai

prestasi. Edward Murray (2008:62) berpendapat bahwa karakteristik

orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi adalah sebagai

berikut:

1) Melakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya

2) Melakukan sesuattu dengan mencapai kesuksesan


40

3) Menyelesaikan tugas-tugas yang memerlukan usaha dan

keterampilan

4) Berkeinginan menjadi orang terkenal dan menguasai bidang

tertentu

5) Melakukan hal yang sukar dengan hasil yang memuaskan

6) Mengerjakan sesuatu yang sangat berarti

7) Melakukan sesuatu yang lebih baik daripada orang lain

c) The Organization Climate

Budaya organisasi adalah sistem nilai organisasi yang dianut oleh

anggota organisasi, yang kemudian mempengaruhi cara bekerja dan

berperilaku dari para anggota organisasi. Berdasarkan hasil riset dari

C.O’Reily III, J.Rhatman dan D.F Caldwell (dalam Suwarto, 2009;4)

dikemukakan tujuh karakteristik primer yang secara bersama sama

menangkap hakikat budaya suatu organisasi, yaitu sebagai berikut:

1. Inovasi dan pengambilan resiko (innovation and risk taking), sejauh

mana karyawan didukung untuk menjadi inovatif dan mengambil

resiko.

2. Perhatian terhadap detail, sejauh mana karyawan kecermatan, analisis

dan perhatian terhadap detail.

3. Orientasi hasil. Sejauh mana manajemen memfokuskan pada hasil

bukan pada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil

tersebut.
41

4. Orientasi orang. Sejauh mana keputusan manajemen

memperhitungkan efek pada orang-orang di dalam organisasi itu.

5. Orientasi tim. Sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan sekitar tim-

tim, bukan individu.

6. Keagresifan. Berkaitan dengan agresivitas karyawan.

7. Kemantapan. Organisasi menekankan dipertahankannya budaya

organisasi yang sudah baik.

Suasana kerja yang kondusif akan mendorong karyawan untuk

memberikan kontribusi yang maksimum kepada perusahaan. Karyawan

yang merasa puas terhadap perusahaan tempat dia bekerja, kemungkinan

besar akan memilih terus bekerja di tempat tersebut walaupun muncul

peluang tawaran pekerjaan di tempat lain. Apabila karyawan sudah

mempunyai keterikatan yang kuat dengan perusahaan, maka mereka akan

bekerja keras demi perkembangan perusahaan.

C. Pendidikan

1. Pengertian Pendidikan

Menurut kamus Bahasa Indonesia Kata Pendidikan berasal dari

kata ‘didik’ dan mendapat imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, maka kata ini

mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan mendidik. Secara bahasa

definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku

seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia

melalui upaya pengajaran dan pelatihan.1

1
KBBI, 1991, 232
42

Istilah pendidikan jika dilihat dalam bahasa Inggris adalah

education, berasal dari bahasa latin educare, dapat diartikan pembimbingan

keberlanjutan (to lead forth). Maka dapat dikatakan secara arti etimologis

adalah mencerminkan keberadaan pendidikan yang berlangsung dari

generasi kegenerasi sepanjang eksistensi kehidupan manusia. Secara

teoritis, para ahli berpendapat pertama; bagi manusia pada umumnya,

pendidikan berlangsung sejak 25 tahun sebelum kelahiran. Pendapat itu

dapat didefinisikan bahwa sebelum menikah, ada kewajiban bagi siapapun

untuk mendidik diri sendiri terlebih dahulu sebelum mendidik anak

keturunannya.

Pendapat kedua; bagi manusia individual, pendidikan dimulai sejak

bayi lahir dan bahkan sejak masih didalam kandungan. Memperhatikan

kedua pendapat itu, dapat disimpulkan bahwa keberadaan pendidikan

melekat erat pada dan di dalam diri manusia sepanjang zaman.2

Definisi diatas menggambarkan bahwa pada hakikatnya pendidikan

dilaksanakan jauh dari masa kelahiran. Dimana sebelum dan sesudah lahir,

manusia dituntut untuk melaksanakan proses pendidikan. Semua manusia

dimanapun berada mendapatkan kewajiban untuk menuntut ilmu. Karena

hanya dengan ilmulah derajat manusia akan dianggkat oleh Allah SWT.

Sedangkan, menurut UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

2
Suparlan Suhartono, Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), 77.
43

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.3 Hal senada juga di utarakan

oleh menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia)

menjelaskan Pendidikan adalah tuntutan didalam hidup tumbuhnya anak-

anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan

kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan

sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan

kebahagiaan setinggi-tingginya.

Telah banyak ahli yang membahas definisi pendidikan, tetapi

dalam pembahasannya mengalami kesulitan, karena antara satu definisi

dengan definisi yang lain sering terjadi perbedaan. Berikut pendapat para

pakar ;

1. Djumarsih berbendapat pendidikan adalah usaha manusia untuk

menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan, baik

jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam

masyarkat dan kebudayaan.4

2. Ahmad Marimba, “pendidikan adalah bimbingan atau didikan secara

sadar yang dilakukan oleh pendidik terhadap perkembangan anak didik,

baik jasmani maupun rohani, menuju terbentuknya kepribadian yang

utama”. Definisi ini sangat sederhana meskipun secara substansial telah

mencerminkan pemahaman tentang proses pendidikan. Menurut definisi


3
Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS (Bandung:
Citra Umbara. 2006), 72
4
M. Djumransjah, Filasafat Pendidikan (Malang: Bayumedia Publishing, 2004), 22.
44

ini, pendidikan hanya terbatas pengembangan pribadi anak didik oleh

pendidik.

Sedangkan Ahmad Tafsir mendefinisikan pendidikan secara luas,

yaitu: “pengembangan pribadi dalam semua aspeknya”.5

Dengan catatan bahwa yang dimaksud “pengembangan pribadi”

sudah mencakup pendidikan oleh diri sendiri, lingkungan dan orang lain.

Sedangkan kata “semua aspek”, sudah mencakup jasmani, akal, dan hati.

Dengan demikian tugas pendidikan bukan sekedar meningkatkan

kecerdasan intelektual, tetapi juga mengembangkan seluruh aspek

kepribadian peserta didik. Definisi inilah yang kemudian lebih dikenal

dengan istilah tarbiyah, dimana peserta didik bukan sekedar orang yang

mampu berfikir, tetapi juga orang yang belum mencapai kedewasaan. Oleh

karena itu tidak dapat diidentikkan dengan pengajaran.6

Pendidikan dalam khazanah keislaman dikenal dengan beberapa

istilah yaitu;

1. Tarbiyah, Masdar dari kata robba-yurabbi-tarbiyyatan, yang

berarti pendidikan. Sedangkan menurut istilah merupakan tindakan

mangasuh, mendididik dan memelihara. Muhammad Jamaludi al-Qosimi

memberikan pengertian bahwa tarbiyah merupakan proses penyampian

sesuatu batas kesempurnaan yang dilakukan secara setahap demi setahap.

Sedangkan Al-Asfahani mengartikan tarbiyah sebagai proses

menumbuhkan sesuatu secara setahap dan dilakukan sesuai pada batas

5
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Rosda Karya, 2005), 28.
6
M. Suyudi,.....55
45

kemampuan. Menurut pengertian di atas, tarbiyah diperuntukkan khusus

bagi manusia yang mempunyai potensi rohani, sedangkan pengertian

tarbiyah yang dikaitkan dengan alam raya mempunyai arti pemeliharaan

dan memenuhi segala yang dibutuhkan serta menjaga sebab-sebab

eksistensinya.7

2. Ta’dib,. Merupakan bentuk masdar dari kata addaba-yuaddibu-

ta’diban, yang berarti mengajarkan sopan santun. Sedangkan menurut

istilah ta’dib diartikan sebagai proses mendidik yang difokuskan kepada

pembinaan dan penyempurnaan akhlak atau budi pekerti pelajar. Menurut

Sayed Muhammad An-Nuquib Al-Attas, kata ta’dib adalah pengenalan

dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia

tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu dalam tatanan

penciptaan sedemikian rupa, sehingga membimbing ke arah pengenalan

dan pengakuan kekuasaan dan keagungan Tuhan dalam tatanan wujud

keberadaan-Nya. Definisi ini, ta’dib mencakup unsur-unsur pengetahuan

(ilmu), pengajaran (ta’lim), pengasuhan (tarbiyah).8

Oleh sebab itu menurut Sayed An-Nuquib Al Attas, tidak perlu

mengacu pada konsep pendidikan dalam Islam sebagai tarbiyah, ta’lim,

dan ta’dib sekaligus. Karena ta’dib adalah istilah yang paling tepat dan

cermat untuk menunjukkan dalam arti Islam.

7
Al-Raghib Al-Ashfahaniy, al-Mufradat Alfāz al-Qur’ān, (Beirut: ad-Dar asy-Syamiyah, tth.),336.
8
Muhammad Naquib Al-Attas, Konsep Pendidikan dalam Islam,( Bandung: Mizan, 1992),66
46

3. Ta`lim, Kata ta’lim berasal dari kata dasar “allama” yang berarti

mengajar, mengetahui.9 Pengajaran (ta’lim) lebih mengarah pada aspek

kognitif, ta’lim mencakup aspek-aspek pengetahuan dan keterampilan

yang dibutuhkan seseorang dalam hidupnya serta pedoman perilaku yang

baik. Muhammad Rasyid Ridha mengartikan ta’lim dengan: “Proses

transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya

batasan dan ketentuan tertentu”.10 Definisi ta’lim menurut Abdul Fattah

Jalal, yaitu sebagai proses pemberian pengetahuan, pemahaman,

pengertian, tanggung jawab dan penanaman amanah, sehingga penyucian

diri manusia itu berada dalam suatu kondisi yang memungkinkan untuk

menerima al-hikmah serta mempelajari segala apa yang bermanfaat

baginya dan yang tidak diketahuinya.11

Mengacu pada definisi ini, ta’lim berarti adalah usaha terus

menerus manusia sejak lahir hingga mati untuk menuju dari posisi “tidak

tahu” ke posisi “tahu” seperti yang digambarkan dalam surat An Nahl ayat

78.

َ َ‫ﻮن أ ُ ﱠﻣ َﮭﺎ ِﺗ ُﻜ ْﻢ َﻻ ﺗ َ ْﻌﻠَ ُﻤﻮن‬


‫ﺷ ْﯿﺌًﺎ َو َﺟ َﻌ َﻞ ﻟَ ُﻜ ُﻢ اﻟ ﱠ‬
‫ﺴ ْﻤ َﻊ‬ ِ ‫ﻄ‬ُ ُ‫َوا ﱠ ُ أ َ ْﺧ َﺮ َﺟ ُﻜ ْﻢ ِﻣ ْﻦ ﺑ‬

َ‫ﺎر َو ْاﻷ َ ْﻓﺌِﺪَة َ ۙ ﻟَﻌَﻠﱠ ُﻜ ْﻢ ﺗ َ ْﺸ ُﻜ ُﺮون‬


َ ‫ﺼ‬َ ‫َو ْاﻷ َ ْﺑ‬
Artinya:

9
Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : Kencana Prenada Media, 2006), 20-21.
10
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perpektif Islam ...., 3
11
Ridlwan Nasir, Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal (Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2005),
4
47

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan


tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.
Maka dapat disimpulkan bahwa ta’lim mencakup aspek-aspek

pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan seseorang dalam hidupnya

serta pedoman perilaku yang baik, sebagai upaya untuk mengembangkan,

mendorong dan mengajak manusia lebih maju dan kehidupan yang mulia,

sehingga terbentuk pribadi yang lebih sempurna, baik yang berkaitan

dengan akal, perasaan maupun perbuatan karena seseorang dilahirkan

dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun, tetapi ia dibekali dengan

berbagai potensi untuk mengembangkan keterampilannya tersebut agar

dapat memahami ilmu serta memanfaatkannya dalam kehidupan. Istilah-

istilah tersebut memiliki definisi tersendiri ketika sebagian atau semuanya

disebut secara bersamaan.

Namun, kesemuanya akan memiliki makna yang sama jika disebut

salah satunya, sebab salah satu istilah itu sebenarnya mewakili istilah yang

lain. Atas dasar itu, dalam beberapa buku pendidikan Islam, semua istilah

itu digunakan secara bergantian dalam mewakili peristilahan pendidikan

Islam. Definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan adalah

Bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada

perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar

anak cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan

bantuan orang lain.12

12
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, ....10.
48

2. Pengertian Pendidikan Formal

Pendidikan formal ialah pendidikan yang berstruktur, mempunyai

jenjang atau tingkat, dalam priode waktu-waktu tertentu, berlangsung dari

sekolah dasar sampai ke universitas dan tercakup di samping studi

akademis umum, juga berbagai program khusus dan lembaga untuk latihan

teknis dan professional.13

Pendidikan formal merupakan tangga kedua setelah pendidikan

informal, karena pendidikan wadah yang membantu tugas-tugas yang

dibebankan oleh pendidikan informal tersebut, baik dalam hal pengisian

nilainilai kognitif maupun psikomotorik, bahkan sikap efektif pun sangat

penting sekali. Disamping setiap peserta didik atau anak didik itu

mendapat legalitas formal yang sangat dibutuhkan manakala setiap anak

akan melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi atau untuk mencari

pekerjaan.

Pendidikan formal itu mempunyai program dan rencana yang

terpadu dan mempunyai aturan yang tetap dan ketat serta mempunyai

jenjang-jenjang. Didalam dunia pendidikan istilah sekolah sudah sangat

lazim. Sekolah merupakan salah satu pusat pendidikan yang diharapkan

bisa mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia

Indonesia seutuhnya yaitu manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan

keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian mantap dan

13
Ibid, 62
49

mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (UU No.2

tahun 1989, tentang Sistam Pendidikan Nasional).

Sekolah dalam bahasa inggris disebut “School” atau didalam dunia

pendidikan Islam disebut “Madrasah” adalah sebuah lembaga pendidikan

formal, yaitu pendidikan yang diselenggarakan secara sengaja, terencana,

terarah dan sistematis. Demikian menurut pendapat Dr Hadari Nawawi

dalam bukunya Administrasi Pendidikan. Di dalam UU No. 2 Tahun 1989

tentang Sistem Pendidikan Nasional, sekolah didefenisikan sebagai

“Satuan Pendidikan yang berjenjang dan berkesinambungan untuk

menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar”.

Sekolah melakukan pembinaan pendidikan untuk peserta didiknya

didasarkan atas kepercayaan dan tuntutan zaman. Sekolah atau madrasah

selain harus melakukan pembinaan sesuai ketentuan yang berlaku, sekolah

juga harus bertanggungjawab melalui pendidik (guru) untuk melaksanakan

program yang terstruktur di dalam kurikulum. Pada dasarnya pendidikan di

sekolah merupakan bagian dari pendidikan dalam keluarga.

Disamping itu kehidupan di sekolah adalah jembatan bagi anak

yang menghubungkan kehidupan keluarga dengan kehidupan masyarakat

kelak. Adapun definisi lain mengenai sekolah adalah pendidikan yang

diperoleh sesorang di sekolah secara teratur, sistematis, bertingkat, dan

dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat. Ada beberapa

karakteristik proses pendidikan yang berlangung di sekolah, yaitu :


50

a. Diselenggarakan secara khusus dan dibagi atas jenjang yang memiliki

hubungan hierarkis.

b. Usia anak didik di suatu jenjang pendidikan relatif homogen.

c. Waktu pendidikan relatif lama sesuai dengan program pendidikan

yang harus diselesaikan.

d. Materi atau isi pendidikan lebih banyak bersifat akademis dan umum.

e. Mutu pendidikan sangat ditekankan sebagai jawaban terhadap

kebutuhan dimasa yang akan datang.14

Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua

dalam keluarga, terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai

macam keterampilan. Oleh karena itu dikirimkan anak ke sekolah. Sekolah

bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak selama mereka diserahkan

kepadanya. Karena itu sebagai sumbangan sekolah sebagai lembaga

terhadap pendidikan, diantaranya sebagai berikut :

a. Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan yang

baik serta menanamkan budi pekerti yang baik.

b. Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam

masyarakat yang sukar atau tidak dapat diberikan di rumah.

c. Sekolah melatih anak-anak memperoleh kecakapan-kecakapan seperti

membaca, menulis, berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu

lain sifatnya mengembangkan kecerdasan dan pengetahuan

14
Wens Tanlain, Dasar- Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta, Gramedia, 1989), 20 16
51

d. Sekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan, estetika, membenarkan

benar atau salah, dan sebagainya.

Mengingat sekolah adalah lembaga pendidikan yang penting

sesudah keluarga, maka pendidikan di sekolah haruslah merupakan

lanjutan dari pendidikan dalam keluarga dan sekaligus sebagai

penghubung antara pendidikan dirumah dan sekolah. Sehingga bermanfaat

bagi masyarakat nantinya. Dan alangkah lebih baiknya jika sekolah itu

melanjutkan tugas pendidikan yang sebelumnya dilakukan di rumah agar

menjadi lebih berkesinambungan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan

sebenarnya mempunyai banyak ragamnya, dan hal ini tergantung dari segi

mana melihatnya.

a. Ditinjau dari segi mengusahakan

1) Sekolah Negeri, yaitu sekolah yang diusahakan oleh pemerintah,

baik dalam segi pengadaan fasilitas, keuangan maupun

pengadaan tenaga kerja.

2) Sekolah Swasta, yaitu sekolah yang diusahakan selain pemerintah,

yaitu badan- badan swasta. Dilihat dari statusnya, sekolah swasta

ini terdiri dari : Disamakan, Diakui, Terdaftar dan Tercatat.15

b. Ditinjau dari sudut tingkatan

1) Pendidikan Prasekolah yaitu pendidikan yang diperuntukkan bagi

anak sebelum memasuki pendidikan dasar. Akan tetapi

15
Hasbullah, Dasar –dasar Ilmu pendidikan (Jakarta : Raja Grafindo persada, 1999), 52
52

pendidikan prasekolah tidak menjadi persyaratan untuk memasuki

pendidikan dasar. Akan tetapi pendidikan prasekolah

tidak menjadi persyaratan untuk memasuki pendidikan dasar.

2) Pendidikan Dasar: Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah.

Sekolah Menengah Pertama atau Madrasah Tsanawiyah

3) Pendidikan Menengah: Sekolah Menengah Umum dan Kejuruan

Madrasah Aliyah

4) Pendidikan Tinggi: Akademi, Institusi, Sekolah tinggi, Universitas

c. Ditinjau dari sifatnya

1) Sekolah umum yaitu sekolah yang mengutamakan perluasan ilmu

pengetahuan dan peningkatan ketrampilan peserta didik dengan

pengkhususan yang diwujudkan pada tingkat akhir masa

pendidikan. Termasuk dalam hal ini SD atau MI, SMP atau

MTS, SMU atau MA.

2) Sekolah kejuruan yaitu sekolah yang mempersiapkan anak untuk

menguasai keahlian-keahlian tertentu. Seperti SMEA,

MAK, SMK, STM.16

Jadi pendidikan di sekolah atau pendidikan formal adalah

pendidikan yang diperoleh seseorang di sekolah secara teratur, sistematis,

bertingkat dan dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat mulai

dari taman kanak - kanak sampai perguruan tinggi.

16
Ibid., 53
53

D. Masyarakat Home Imdustri

1. Masyarakat

Masyarakat adalah kumpulan dari beberapa individu yang

terintegrasi menjadi suatu kesatuan. Sedangkan masyarakat majemuk

adalah suatu masyarakat yang terdiri dari berbagai kepentingan dan

kebudayaan yang berbeba-beda yang melebur membentuk satu

kesatuan yang mempunyai tujuan dan cita-cita yang sama.

Dalam menjalankan perannya sebagai makhluk sosial dan

tanggung jawabnya sebagai bagian dari masyarakat setiap individu

dituntut untuk berperilaku jujur, adil, sopan, peduli, disiplin, tanggung

jawab dan mampu untuk bekerjasama dengan baik serta selalu

berusaha untuk mengedepankan kepentingan bersama demi

terciptanya suatu tatanan kehidupan yang serasi, selaras dan seimbang

sehingga tercipta suatu keharmonisan dalam kehidupan sehari-

harinya. Perkembangannya kumpulan dari beberapa keluarga akan

membentuk suatu masyarakat, yang akan tumbuh semakin luas

menjadi suatu bangsa.

Tata cara kehidupan setiap masyrakat dibentuk

berdasarkan perpaduan antara berbagai sikap, cara berpikir, cara

bergaul dan cara hidup dari tiap masing-masing individu sesuai

dengan kultur yang dipercaya dan diyakini oleh setiap individu.

Manusia dalam kehidupannya akan membentuk dan menjadi bagian


54

dalam suatu ikatan sosial yaitu masyarakat. Ada beberapa unsur yang

harus dipenuhi untuk membentuk suatu ikatan yang disebut

”masyarakat” antara lain: Harus ada kelompok manusia bertempat

tinggal dalam daerah tertentu dalam waktu yang relatif lama.

Masyarakat adalah suatu sistem dari cara kerja dan

prosedur, otoritas dan saling bantu-membantu yang meliputi

kelompok-kelompok dan pembagianpembagian sosial, sistem

pengawasan tingkah laku manusia dan kebebasan. Sistem yang

kompleks dan selalu berubah dari relasi sosial. Jadi, Masyarakat

dalam arti luas adalah keseluruhan dari semua hubungan dalam hidup

bersama dengan tidak dibatasi oleh lingkungan, bangsa dan lain-lain.

Masyarakat dalam arti sempit merupakan sekelompok manusia yang

dibatasi oleh aspek-aspek tertentu.

Oleh karena itu dapat disimpulkan. Masyarakat adalah

kelompok manusia yang telah lama bertempat tinggal disuatu daerah

yang tertentu dan memilki aturan bersama untuk mencapai tujuan

bersama yaitu mencapai kesejahteraan. Masyarakat yang harmonis

dapat tercipta apabila masing-masing individu memilki kesadaran

yang tinggi dalam berperilaku dan selalu berusaha untuk lebih

mengedepankan kepentingan kebersamaan daripada

mempermasalahkan perbedaaan-perbadaan. Manusia merupakan

makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya

serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran,


55

naluri, perasaan, keinginan, manusia memberi reaksi dan melakukan

interaksi dengan lingkungannya.

Pola interaksi sosial dihasilkan oleh hubungan yang

berkesinambungan dalam suatu masyarakat. Masyarakat ialah

kumpulan manusia yang hidup bersama di sesuatu tempat dengan

aturan dan cara tertentu. Individu, keluarga dan kumpulankumpulan

kecil merupakan anggota sesebuah masyarakat. Jaringan erat wujud

dalam kalangan anggota tersebut, khususnya melalui hubungan

bersemuka. Setiap masyarakat pula mempunyai budayanya yang

tersendiri yang terbentuk daripada hubungan rapat sesama anggotanya

semenjak masyarakat itu wujud Generasi yang menurunkannya ketika

menerima budaya tersebut telah mengubahsuaikannya secocok dengan

keadaan persekitaran sosial dan fisikal semasa mereka. Maka

masyarakat setiap kali berubah-ubah sifatnya, sesuai dengan

kebutuhannya yang tidak selamanya tetap dan sama saja, dengan

demikian kebudayaan selalu mengalami perubahan, tambahan dan

penyempurnaan.17

Masa era globalisasi seperti sekarang ini, hampir tidak ada

ilmu pengetahuan yang lepas sama sekali dari keterlibatan atau

campurtangan ilmu pengetahuan lain, terutama dalam rangka

menciptakan, membangun dan meningkatkan stabilitas masyarakat.

Para ahli pada umumnya telah semakin menyadari betapa pentingnya

17
R. Soekmono, 1973. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 1. Kanisius, Yogyakarta. Hlm. 11
56

hubungan antar bidang ilmu dalam membantu, mempertajam

analisisnya terhadap peristiwa khususnya dalam kehidupan

masyarakat.

Masyarakat adalah merupakan wadah untuk membentuk

keperibadian diri warga kelompok manusia atau suku yang berbeda

satu dengan yang lainnya. Di dalam suatu masyarakat itu juga warga

bersangkutan untuk mengembangkan serta melestarikan kebudayaan-

kebudayaan yang berasa di dalam lapisan masyarakat tertentu yang

pasti memiliki ciri khas yang berbeda-beda. Setiap kebudayaan yang

hidup dalam suatu kelompok masyarakat dapat menampilkan suatu

corak yang khas terutama terlihat oleh orang luar yang bukan warga

masyarakat yang bersangkutan. Seorang warga dari suatu kebudayaan

yang telah hidup dari hari ke hari di dalam lingkungan kebudayaan

bisanya tidak terlihat corak yang khas itu.

Masyarakat juga dapat dikatakan sebagai suatu wadah dan

wahana pendidikan, medan kehidupan manusia yang majemuk (Plural:

susu, agama, kegiatan kerja, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi,

sosial budaya dan sebagainya). Manusia berbeda dalam multi

kompleks antara hubungan dan antara aksi di dalam masyarakat itu.

Pengertian masyarakat dalam organisasi adalah kehidupan bersama,

yang secara makro ialah tata pemerintah. Masyarakat dalam makna ini

ialah lembaga atau perwujudan subjek pengelola menerima

kepercayaan oleh, dari dan untuk masyarakat. Masyarakat berasal dari


57

bahasa arab yaitu musyarak. Masyarakat memiliki arti sekelompok

orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup atau terbuka.

Masyarakat terdiri atas individu-individu yang saling

berinteraksi dan saling tergantung satu sama lain atau disebut zoon

polticon. Dalam proses pergaulannya, masyarakat akan menghasilkan

budaya yang selanjutnya akan dipakai sebagai sarana penyelenggaraan

kehidupan bersama. Oleh sebab itu, konsep masyarakat dan konsep

kebudayaan merupakan dua hal yang senantiasa berkaitan dan

membentuk suatu sistem. Menurut Roucek dan Warren, masayarakt

merupakan sekelompok manusia yang memiliki rasa kesadaran

bersama di mana mereka berdiam pada daerah yang sama, yang

sebagian besar atau seluruh wargannya memperlihatkan adanya adat

kebiasaan dan aktivitas yang sama.

Masyarakat adalah sekelompok individu yang bertampat

tinggal dalam suatu daerah tertentu serta dapat berinteraksi dengan

individu lainnya delam kurun waktu yang cukup lama. Alvin L.

Betrand, masyarakat adalah suatu kelompok orang yang sama

identifikasinya, teratur sedemikian rupa di dalam menjalankan segala

sesuatu yang diperlukan bagi kehidupan bersama secara harmonis.18

Selanjutnya pengertian masyarakat yang diungkapkan oleh

Seorang ahli antropologi R. Linton, setiap selompok manusia yang

telah cukup lama hidup dan bekerja sama, sehingga mereka itu dapat

18
Abdul Syani, 1995. Sosiologi dan Perubahan Masyarakat. Bandar Lampung: Pustaka Jaya, hlm.
84
58

mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai satu

kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu. 19

Sesuai penjelasan di atas maka dapat disimpulkan

masyarakat adalah sekelompok manusia yang mendiami tempat

tertentu dengan jangka waktu yang cukup lama. dan dapat berinteraksi

dengan masyarakat lainnya dengan tujuan untuk mewujudkan

keharmonisan dalam satu kesatuan sosial. Maka dari itu, dibutuhkan

kerja sama demi tercapainya tujuan yang dinginkan.

Menurut pandangan-pandangan yang populer ini,

masyarakat dilihat sebagai kekuatan impersonal, yang mempengaruhi,

mengekang, dan juga menentukan tingkah laku anggota-anggotannya.

Menurut J.L. Gillin dan J.P. Gillin, masyarakat adalah

merupakan sekelompok manusia yang terbesar dan mempunyai

kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang sama.20

Masyarakat itu meliputi pengelompokan-pengelompokan yang lebih

kecil. Dengan demikian, masyarakat memiliki tahapan-tahapan

pengelompokan dari yang besar hingga paling yang terkecil.

Untuk lebih jelasnya maka Seorang sosiologi bangsa

Belanda. Selanjutnya S.R. Steinmetz, masyarakat adalah kelompok

manusia yang terbesar, yang meliputi pengelompokan-pengelompokan

19
Abu Ahmadi, 1986. Antropologi Budaya. Surabaya: CV Pelangi, hlm. 56
20
Ibid
59

yang lebih kecil, yang mempunyai perhubungan yang erat dan

teratur.21

Proses ini biasanya bekerja tanpa disadari dan diikuti oleh

semua anggota kelompok dalam suasana trial and error. Dari uraian

tersebut di atas dapat kita lihat bahwa masyarakat dapat mempunyai

arti yang luas dan dalam arti yang sempit. Dalam artian luas

masyarakat dimaksud keseluruhan hubungan-hubungan dalam hidup

bersama tidak dibatasi oleh lingkungan, bangsa dan sebagainya. Atau

dengan kata lain kebulatan dari semua perhubungan dalam hidup

bermasyarakat. Dalam artiansempit masyarakat dimaksud sekolompok

manusia yang dibatasi oleh aspekaspek tertentu, misalnya territorial,

bangsa, golongan dan sebagainya.

Masyarakat dalam artian sempit dimaksudkan sekelompok

manusia yang dibatasi oleh aspek-aspek tertentu, misalnya territorial,

bangsa, golongan dan sebagainya. Salah satu contoh: ada masyarakat

Jawa, dan masyarakat Sunda, masyarakat Minang, masyarakat

Mahasiswa, masyarakat petani dan seterusnya, dipakailah kata

masyarakat itu dalam arti yang sempit. Perbedaan pandangan yang

diungkapkan oleh para ahli terkait dengan pengertian masyarakat,

maka penulis mengambil kesimpulan menurut pandangan penulis

sendiri kemudian dikaitkan pengertian menurut para ahli. Berbagai

21
Ibid
60

permasalahan disini bahwa pendapat-pendapat serta ide-ide para ahli

ini belum bisa.

Dari beberapa definisi masyarakat di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa masyarakat bukan sekedar kumpulan manusia

semata-mata tanpa ikatan, akan ketapi terdapat hubungan fungsional

antara satu dengan yang lainnya. Setip individu mempunyai kesadaran

akan keberadaannya di tengah-tengah individu lainnya, sehingga

sistem pergaulan yang membentuk keperibadaian dari setiap individu

yang disadarkan atas kebiasaan atau lembaga kemasyarakatan yang

hidup dalam masyarakat tertentu.

Masyarakat bukan hanya sekedar memiliki hubungan

fungsional saja tetapi masyarakat juga memiliki ide-ide serta gagasan

yang dimiliki oleh masingmasing individu, dapat merubah sebuah

nasip mereka untuk mendapatkan kebeasan berfikir dalam memajukan

Desa, budaya, pendidikan, agama, polotik, sosial, serta yang lainnya.

Adapun Ciri-ciri masyarakat dalam satu bentuk kehidupan bersama

menurut Soejono Soekarto antara laian adalah sebagai berikut:

a. Manusia yang hidup bersama. Di dalam ilmu sosial tak ada

ukuran yang mutlak ataupun angka yang pasti untuk menentukan

berapa jumlah manusia yang harus ada. Akan tetapi secara

teoritis, angka minimumnya adalah dua orang yang hidup

bersama.
61

b. Bercampur untuk waktu yang cukup lama. Kumpulan dari

manusia tidaklah sama dengan kumpulan benda-benda mati

seperti umpamanya kursi, meja dan sebagainya. Oleh dengan

berkumpulnya manusia, maka akan timbul manusiamanusia baru.

Manusia itu juga dapat bercakap-cakap, merasa dan mengerti,

mereka juga mempunyai keinginan-keinginan untuk

menyampaikan kesankesan atau perasaan-perasaannya. Sebagai

akibat hidup bersama itu, timbullah sistem komunikasi dan

timbullah peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antar

manusia dengan kelompok tersebut.

c. Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan.

d. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem

kehidupan mersama menimbulkan kebudayaan, oleh karena setiap

anggota kelompok merasa dirinya terikat satu dengan lainnya.22

Secara ringkas, kumpulan individu baru dapat disebut sebagai

masyarakat jika memenuhi empat syarat utama, yaitu:

(a) Malam kumpulan manusia harus ada ikatan perasaan dan kepentingan;

(b) Mempunyai tempat tinggal atas daerah yang sama dan atau mempunyai

kesatuan ciri kelompok tertentu;

(c) Hidup bersama dalam jangka waktu yang cukup lama;

22
Abdul Syani, op. cit, hlm. 47
62

(d) Dalam kehidupan bersama itu terdapat aturan-aturan atau hukum yang

mengatur prilaku mereka dalam mencapai tujuan dan kepentingan

bersama.

Empat sayarat yang telah dijabarkan di atas, merupakan salah satu

cikalbakal dari terbentuknya masyarakat. Sebagaimana hubungan individu

dalam masyarakat yang pada hakekatnya merupakan hubungan fungsional,

sekaligus sebagai kolektivitas yang terbuka dan saling ketergantungan

antara satu sama lainnya. Individu dalam hidupnya senantiasa

menghubungkan kepentingan dan keputusannya pada orang lain.

2. “Home Industry”

a. Pengertian “Home Industry”

Home berarti rumah, tempat tinggal ataupun kampung halaman.

Sedangkan Industri, dapat diartikan sebagai kerajinan, usaha produk

barang ataupun perusahaan. “Home Industry” (atau biasanya ditulis

dengan ““Home Industry””) adalah rumah usaha produk barang atau juga

perusahaan kecil.Dikatakan dengan perusahaan kecil karena jenis kegiatan

ekonomi ini dipusatkan dirumah.23Departemen perdagangan lebih

menitikberatkan pada aspek permodalan, bahwa suatu usaha disebut usaha

kecil apabila permodalannya kurang dari Rp 25 juta.

Departemen Perindustrian mendefinisikan industri kecil sebagai

industri yang mempunyai aset tidak lebih dari Rp 600 juta. Kadin

mendefinisikan industri kecil sebagai sektor usaha yang memiliki aset


23
Siti Susana, “Peranan “Home Industry” Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat
Menurut Perspektif Ekonomi Islam(Studi Kasus Desa Mengkirau Kecamatan Merbau)” Fakultas
Syariah dan Ilmu Hukum, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, 2012, h. 25-26
63

maksimal Rp 250 juta, tenaga kerja paling banyak 300 orang dan nilai

penjualan di bawah Rp 100 juta.

Definisi usaha kecil, menurut UU No.9/ 1995 tentang Usaha Kecil,

adalah sebagai berikut: Pertama, memiliki kekayaan bersih paling banyak

Rp 200 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, Kedua,

memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1 milyar. Ketiga,

milik Warga Negara Indonesia.Keempat, berdiri sendiri, bukan

merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,

dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan

usaha menengah atau usaha besar.Kelima, berbentuk badan usaha orang

perseorangan, tidak berbadan hukum, atau berbadan hukum, termasuk

koperasi.24

Kriteria lainnya dalam UU No 9 Tahun 1995 adalah milik WNI,

berdiri sendiri, berafiliasi langsung atau tidak langsung dengan usaha

menengah atau besar dan berbentuk badan usaha perorangan, baik

berbadan hukum maupun tidak. Usaha kecil yang dimaksud disini,

meliputi usaha kecil informal dan usaha kecil tradisional.Usaha kecil

informal merupakan usaha yang belum terdaftar, belum badan usaha

yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan

yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak

24
Mudrajat Kuncoro, Ekonomi Pembangunan Teori, Masalah, dan Kebajikan, Yogyakarta:
Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, 2000, h. 315. 55
64

langsung dari UMI, UK, atau UB yang memenuhi kriteria UM

sebagaiman dimaksud dalam UU tersebut.25

Seperti di negara sedang berkembang lainnya, khususnya kelompok

negara-negara berpenghasilan menengah dan rendah, usaha mikro (UMI)

dan usaha kecil (UK) di industri manufaktur, biasa disebut industri rumah

tangga (IRT) jumlahnya banyak.Bagi keluarga-keluarga miskin, IRT

memang sangat penting sebagai sumber pendapatan utama atau

tambahan.Namun, sulit mendapatkan bukti bahwa keberadaan IRT telah

membuat banyak keluarga miskin di Indonesia menjadi lebih

sejahtera.Bahkan ada kecenderungan bahwa IRT, seperti usaha-usaha

rakyat skala kecil dan mikro lainnya merupakan pusat kemiskinan, bukan

sumber kesejahteraan bagi kelompok miskin.26

Pengertian pada industri kecil memiliki arti yang berbeda dalam

berbagai konteks dan lembaga yang menggunakannya, dan hal ini sering

kali menimbulkan kekeliruan interpretasi bagi yang mencoba

mengadopsi kebijakan atau pengalaman Negara lain dalam

pengembangan industri kecil. Kriteria perusahaan di Indonesia dengan

jumlah tenaga kerja 1-4 orang sebagai industri kerajinan dan rumah

tangga, perusahaan dengan tenaga kerja 5-19 orang sebagai industri kecil,

perusahaan dengan jumlah tenaga kerja 20-99 orang sebagai industri

25
Tulus Tambunan, Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Di Indonesia Isu-isu Penting, Jakarta:
LP3ES, 2012, h. 11
26
Tulus Tambunan, Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Di Indonesia Isu-isu Penting,,… h. 190.
65

sedang atau menengah, dan perusahaan dengan tenaga kerja lebih dari

100 orang sebagai industri besar.27

b. Macam-macam Industri

Untuk mengetahui macam-macam industri ini bisa dilihat dari

beberapa sudut pandang.Pertama, pengelompokan industri yang

dilakukan Departemen Perindustrian (DP). Menurut DP, industri nasional

Indonesia dikelompokkan menjadi 3 kelompok besar yaitu:

1) Industri dasar yang meliputi kelompok industri mesin dan logam kimia

dasar. Yang termasuk dalam industri mesin dan logam dasar; industri

mesin pertanian, elektronika kereta api, pesawat terbang, kendaraan

bermotor, besi baja, aluminium, tembaga, dan sebagainya. Sedangkan

yang termasuk kelompok kimia dasar antara lain: industri pengolahan

kayu dan karet alam, industri pestisida, industri pupuk, industri batu

bara, industri silikat, dan sebagainya.

2) Industri kecil yang meliputi antara lain industri pangan (makanan,

minuman, tembakau) industri sandang dan kulit (tekstil pakaian jadi,

serta barang dari kulit), industri kimia dan bahan bangunan (industri

kertas, percetakan, penerbitan, barang-barang karet, plastik, dan lain-

lain. Kelompok industri kecil ini mempunyai misi melaksanakan

pemerataan. Tekhnologi yang digunakan menengah atau sederhana,

dan padat karya.

27
Sartini Pawe, “Peranan Industri Rumah Tangga Dalam Peningkatan Pendapatan Masyarakat Di
Desa Roworena Kecamatan Ende Selatan Kabupaten Ende”, Program Studi Pendidikan Ekonomi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Tarbiyah, Universitas Negeri Malang, 2007,
h. 12-13.
66

3) Industri hilir yaitu kelompok aneka industri yang meliputi antara lain

industri yang mengelola sumber daya hutan, industri yang mengelola

hasil pertambangan, industri yang mengolah sumber daya pertanian

secara luas,dan lain-lain. Kelompok aneka industri ini mempunyai

misi meningkatkan pertumbuhan ekonomi atau pemerataan,

memperluas kesempatan kerja, tidak padat modal, dan tekhnologi

yang digunakan adalah tekhnologi menengah atau teknologi maju.

Pengelompokan industri menurut jumlah tenaga kerja yang

dipekerjakan. Menurut Biro Pusat Statistik (BPS), pengelompokkan

industri dengan cara ini dibedakan menjadi 4 yaitu:

1) Perusahaan atau industri besar jika mempekerjakan 100 orang

atau lebih.

2) Perusahaan atau industri sedang jika mempekerjakan 20- 99

orang.

3) Perusahaan atau industri kecil jika mempekerjakan 5- 19 orang.

4) Industri kerajinan Rumah Tangga jika mempekerjakan kurang

dari 3 orang (termasuk tenaga kerja yang tidak dibayar).

Dari segi kesempatan kerja diciptakan, maka kerajinan rumah

tangga adalah yang paling penting.Sedangkan dari segi nilai tambah yang

dihasilkan maka perusahaan industri besar/sedang yang paling menonjol.

c. Karakteristik “Home Industry”

Menurut Pohan Farida (2012:9) Karakteristik ciri-ciri usaha kecil

meliputi beberapa karakteristik antara lain:


67

1) Dikelolah oleh pemiliknya

2) Usaha dilakukan dirumah

3) Produksi dan pemasaran dilakukan di rumah pemilik usaha

4) Modal terbatas

5) Jumlah tenaga kerja terbatas

6) Berbasis keluarga atau rumahan tangga

7) Lemah dalam pembukuan

8) Sangat diperlukan manajemen pemilik

Ciri-ciri lain industri rumahan menurut para ahli sama dengan

sektor informal adalah sebagai berikut:

1) Pendidikan Formal yang rendah.

2) Upah rendah.

3) Kegiatan dalam skala kecil.

Dengan melihat ciri-ciri diatas merupakan bukti bahwa industri

kecil memperoleh pembinaan-pembinaan demi meningkatkan

produktivitas dan kualitas sehingga mampu bersaing dengan industri

besar.28 Berikut ini uraian karakteristik tentang industri kecil yang sering

ditemui masyarakat:

1) Rendahnya pendidikan Rendahnya pendidikan pengusaha akan

mempengaruhi pada kualitasnya, sebab sumber daya manusia dalam

industri kecil memiliki dasar yang kuat maka sumber daya manusia

28
Sartini Pawe, “ Peranan Industri Rumah Tangga Dalam Peningkatan Pendapatan Masyarakat Di
Desa Roworena Kecamatan Ende Selatan Kabupaten Ende”…, h. 16
68

sangat perlu dibenahi lebih dahulu, baru kemudian membenahi

faktor yang lain misalnya modal dan lokasi usaha.

2) Keterbatasan modal Keterbatasan modal usaha merupakan suatu

masalah yang sering dihadapi oleh para pengusaha kecil.Masalah

permodalan telah menjadi suatu dilema yang berkepanjangan.

Keterbatasan akses bagi industri kecil pada dasarnya dapatlah

dikatakan sebagai iklim diskriminatif yang bersumber dari sektor

swasta.

3) Lemahnya penggunaan tekhnologi Penggunaan tekhnologi berkaitan

erat dengan tinggi rendahnya tingkat produktivitas usaha.

Karakteristik yang dimiliki oleh industri kecil dalam bidang

tekhnologi pada umumnya masih sederhana dan tradisional.29

Dalam dunia bisnis keuntungan adalah mesin utama guna

menciptakan akumulasi modal.Melalui keuntungan yang sudah diperoleh

tersebut, maka setiap produsen di dalam industri dapat meningkatkan dan

memperbesar jumlah modal usaha yang dimilikinya dari waktu ke waktu.

Bila jumlah modal yang tersedia bagi perusahaan relatif besar keadaan ini

pada akhirnya akan memberikan kemudian bagi perusahaan tersebut untuk

melakukan ekspansi usaha.

Selanjutnya, sejalan dengan terjadinya perkembangan ekonomi,

tujuan perusahaanperusahaan industri turut pula mengalami

pergeseran.Tujuan perusahaan yang sebelumnya hanya terpusat kepada

29
Ibid h. 17
69

berusaha mecapai kentungan pasar sebesar-besarnya, namun dewasa ini

telah meluas bertambah dengan tujuan ekonomi lainnya yang berhubungan

dengan bentuk organisasi perusahaan yang berkembang di dalam

perekonomian.30

d. Landasan Hukum Usaha Kecil (“Home Industry”)

Adapun landasan Hukum Usaha Kecil “Home Industry” yaitu:

1) UU RI No. 9 Tahun 1995 tentang usaha kecil. Dalam undang-undang

ini tujuan pemberdayaan usaha kecil sesuai pasal 4 yaitu:

a) Menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha kecil

menjadi usaha yang tangguh dan mandiri serta dapat berkembang

menjadi usaha menengah,

b) Meningkatkan peranan usaha kecil dalam pembentukan produk

nasional, perluasan kesempatan kerja dan berusaha, meningkatkan

ekspor, serta peningkatan dan pemerataan pendapatan untuk

mewujudkan dirinya sebagai tulang punggung serta

memperkukuh struktur perekonomian nasional.

c) PP (Peraturan Pemerintah) No. 32 Tahun 1998 tentang pembinaan

dan pengembangan usaha kecil. Dalam undang-undang ini

pembinaan dan pengembangan usaha kecil sesuai pasal 5

dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

d) Identifikasi potensi dan masalah yang dihadapi oleh usaha kecil,

30
Muhammad Teguh, EkonomiIndustri, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010, h. 10-11.
70

e) Penyiapan program pembinaan dan pengembangan sesuai potensi

dan masalah yang dihadapi oleh usaha kecil,

f) Pelaksanaan program pembinaan dan pengembangan,

g) Pemantauan dan pengendalian pelaksanaan dan pengembangan

bagi usaha kecil.

2) Keppres (Keputusan Presiden) No. 99 Tahun 1998 tentang bidang/ jenis

usaha yang dicadangkan untuk usaha kecil dan bidang/ jenis usaha yang

terbuka untuk usaha 63 menengah atau usaha besar dengan syarat

kemitraan. Sesuai keputusan presiden yang terdapat pada pasal 1 bahwa

yang dimaksud dengan:

3) Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan

memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam undang-undang No. 9

Tahun 1995 tentang Usaha Kecil,31

4) Bidang/jenis usaha yang dicadangkan untuk usaha kecil adalah

bidang/jenis usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha

kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang

tidak sehat,

5) Kemitraan adalah kerja sama antara usaha kecil dengan usaha menengah

atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh

usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling

memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan.

31
Sartini Pawe, “ Peranan Industri Rumah Tangga Dalam Peningkatan Pendapatan Masyarakat Di
Desa Roworena Kecamatan Ende Selatan Kabupaten Ende”…, h. 18
71

6) Inpres (Instruksi Presiden) No. 10 Tahun 1999 tentang pemberdayaan

usaha menengah. Para Menteri dan Menteri Negara, seluruh Pimpinan

Lembaga Pemerintah non Departemen, Gubernur serta Bupati/Walikota,

sesuai dengan ruang lingkup tugas, kewenangan, dan tanggung jawab

masingmasing secara bersama-sama atau secara sendiri-sendiri,

melaksanakan pemberdayaan usaha menengah yang meliputi bidang-

bidang di antaranya pembiayaan, pemasaran, teknologi, sumber daya

alam, perizinan, dan menyusun skala prioritas dalam pemberdayaan

usaha menengah, terutama yang berkaitan dengan pengembangan ekspor,

penyerapan tenaga kerja, serta pemenuhan kebutuhan pokok.

7) UU RI No. 20 Tahun 2008 tentang usaha mikro kecil dan menengah.32

b. Tujuan Home Produksi

Adapun tujuan pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah sesuai

pasal 5 yaitu:

1) Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang,

berkembang, dan berkeadilan.

2) Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri,

3) Meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam

pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan

32
http//:www.//Co.id, Peraturan Ukm, UU Ukm,Oleh Arief Rahman, Tanggal 12 oktober 2016.
72

pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari

kemiskinan.33

c. Mengembangkan Usaha Kecil

Perubahan bersifat konstan di dalam maupun disekitar organisasi.

Setelah perusahaan yang didirikan oleh para usahawan berdiri tegak

menjulang, menggajah, dan menggurita, lalu perusahaan menjadi berat,

tinggi, dan lamban, tidak ada lagi kreativitas, dan inovasi, yang ada

hanyalah rutinitas yang birokratis dan tidak fleksibel, adapun strategi

pengembangannya:

1) Teknik Pemasaran

Pemasaran adalah kegiatan meneliti kebutuhan dan keinginan

konsumen (probe/seach), menghasilkan barang dan jasa sesuai

dengan kebutuhan dan keinginan konsumen (product), menentukan

tingkat harga (price), mempromosikannya agar produk dikenal

konsumen (place).Tujuan pemasaran adalah barang dan jasa yang

dihasilkan disukai, dibutuhkan, dan dibeli oleh konsumen.34

2) Perencanaan pemasaran meliputi beberapa langkah, yaitu

menentukan kebutuhan dan keinginan pelanggan (dengan melakukan

riset pasar) dan memilih pasar sasaran khusus, yaitu pasar

individualdan pasar khusus.

33
Siti Susana, “Peranan “Home Industry” Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat
Menurut Perspektif Ekonomi Islam(Studi Kasus Desa Mengkirau Kecamatan Merbau)”…, h. 29-
32.
34
Rusdiana, Kewirausahaan Teori dan Praktik, Bandung: CV Pustaka Setia, 2013, h. 165
73

3) Segmentasi pasar adalah menempatkan strategi pemasaran dalam

persaingan. Ada enam strategi pemenuhan permintaan dari

lingkungan (juga masuk dan strategi dari bauran pemasaran):

4) Berorientasi pada pelanggan

5) Kualitas

6) Kenyamanan

7) Inovasi

8) Kecepatan (penempatan produk dan respons keinginan konsumen

9) Pelayanan dan kepuasan pelanggan

- Produk

Produk memiliki siklus hidup yang terdiri atas tahap

pengembangan, pengenalan, pertumbuhan, penjualan, kematangan,

kejenuhan, dan penurunan.

- Harga

Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan, antara lain:

- Biaya barang dan jasa.

- Permintaan dan penawaran pasar

- Antisipasi volume pasar

- Harga pesaing

- Kondisi keuangan

- Lokasi usaha

- Fluktuasi musiman

- Faktor psikologis pelanggan


74

- Bunga kredit dan bentuk kredit

- Sensivitas harga pelanggan

d. Strategi pengembangan usaha

1)Pengembangan skala ekonomis, yaitu dengan menambah skala

produksi, tenaga kerja, tekhnologi, sistem distribusi, dan tempat

usaha.

2) Perluasan cakupan usaha, yaitu dengan menambah jenis usaha

baru, produk dan jasa baru yang sedang diproduksi (diversifikasi),

serta tekhnologi yang berbeda.

3) Strategi pemasaran (bagi usaha baru)

4) Penetrasi pasar, memperbesar volume penjualan dan periklanan

5) Pengembangan pasar, peningkatan penjualan dengan pengenalan

produk pada pasar baru

6) Pengembangan produk, modifikasi produk yang sudah ada untuk

meningkatkan penjualan

7) Segmentasi pasar, pemasaran produk berdasarkan segmennya.35

E. Desa

a. Pengertian Desa

Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa sansekerta,

deca yang berarti tanah air, tanah asal, atau tanah kelahiran. Dari

perspektif geografis, desa atau village yang diartikan sebagai “ a

groups of houses or shops in a country area, smaller than and town

35
Rusdiana, Kewirausahaan Teori dan Praktik,… h. 166
75

“. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki

kewewenangan untuk mengurus rumah tangganya berdasarkan hak

asal-usul dan adat istiadat yang diakui dalam Pemerintahan Nasiona

dan berada di Daerah Kabupaten. Desa menurut H.A.W. Widjaja

dalam bukunya yang berjudul “Otonomi Desa” menyatakan

bahwa:36 Desa adalah sebagai kesatuan masyarakat hukum yang

mempunyai susunan asli berdasarkasan hak asal-usul yang bersifat

istimewa.

Landasan pemikiran dalam mengenai Pemerintahan Desa

adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan

pemberdayaan masyarakat. Menurut R. Bintarto,37 berdasarkan

tinajuan geografi yang dikemukakannya, desa merupakan suatu

hasil perwujudan geografis, sosial, politik, dan cultural yang

terdapat disuatu daerah serta memiliki hubungan timbal balik

dengan daerah lain. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,38 desa

adalah suatu kesatuan wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga

yang mempunyai system pemerintahan sendiri (dikepalai oleh

seorang Kepala Desa) atau desa merupakan kelompok rumah di luar

kota yang merupakan kesatuan.

Pengertian tentang desa menurut undang-undang adalah:

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa Pasal

36
Pemerintahan Desa/Marga. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Hlm. 3
37
R. Bintaro, Dalam Interaksi Desa – Kota dan Permasalahannya (Jakarta: Ghalia Indonesia,
1989).
38
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Medan: Bitra Indonesia, 2013. Hlm.2.
76

1,39 Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut

Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas

wilayah yang berwenang untuk mengatur kepentingan masyarakat

setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang

diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014

tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun

2014 Pasal 1, Desa adalah Desa dan Desa adat atau yang disebut

dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan

masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang

untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan

masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-

usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam

sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang

Pemerintah Daerah Pasal 1, Desa adalah Desa dan adat atau yang

disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut , adalah kesatuan

masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang

untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan

masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal

usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam

sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

39
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa, penjelasan mengenai Desa. 10
77

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa Pasal

1, Desa adalah Desa dan adat atau yang disebut dengan nama lain,

selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang

memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan

mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak

tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan demikian sebagai

suatu bagian dari sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Indonesia yang diakui otonominya dan melalui pemerintah dapat

diberikan penugasan pendelegasian dari pemrintah atau dari

pemerintahan daerah untuk melaksanakan pemerintahan tertentu.

Pemerintahan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 72

Tahun 2005 adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh

Pemerintahan dan Badan Permusyawaratan dalam mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-ususl

dan adat istiadat yang diakui dan dihormati dalam sistem

Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Merupakan

suatu kegiatan pemerintah , lebih jelasnya pemikiran ini didasarkan

bahwa penyelenggaraan tata kelola (disingkat penyelenggara ), atau

yang dikenal selama ini sebagai “Pemerintahan ”. Kepala adalah

pelaksana kebijakan sedangkan Badan Pemusyawaratan dan

lembaga pembuatan dan pengawasan kebijakan (Paraturan ).


78

Menurut Zakaria dalam Wahjudin Sumpeno dalam Candra

Kusuma40 menyatakan bahwa desa adalah sekumpulan yang hidup

bersama atau suatu wilayah, yang memiliki suatu serangkaian

peraturan-peraturan yang ditetapkan sendiri, serta berada diwilayah

pimpinan yang dipilih dan ditetapkan sendiri.

Sedangkan pemerintahan berdasarkan Undang-Undang

Nomor 72 Tahun 2005 Tentang pasal 6 menyebutkan bahwa

Pemerintahan Permusyawaratan dalam mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan

adatistiadat setempat yang diakui dan dihormti dalam sistem

Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.41 Dengan

demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia yang diakui otonominya dan Kepala

melalui pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari

pemerintahan ataupun pemerintahan daerah untuk melaksanakan

urusan pemerintah tertentu.

Sebagai unit organisasi yang berhadapan langsung dengan

masyarakat dengan segala latar belakang kepentingan dan

kebutuhannya mempunyai peranan yang sangat strategis, khususnya

dalam pelaksanaan tugas dibidang pelayanan publik. Maka

desentralisasi kewenangan-kewenangan yang lebih besar disertai

40
Candra Kusuma Putra, Ratih Nur Pratiwi, suwondo, Pengelolaan Alokasi Dana Desa Dalam
Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa. Jurnal Administrasi
Publik , vol I, No. 6.
41
Pasal 6 Undang-Undang Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa.
79

dengan pembiayaan dan bantuan sarana prasarana yang memadai

mutlak diperlukan guna penguatan otonomi menuju kemandirian

dan alokasi. Dalam pengertian menurut Widjaja dan Undang-

Undang di atas sangat jelas sekali bahwa desa merupakan self

community yaitu komunitas yang mengatur dirinya sendiri.

Dengan pemahaman bahwa desa memiliki kewenangan

untuk mengurus dan mengatur kepentingan masyarakatnya sesuai

dengan kondisi dan sosial budaya setempat, maka posisi desa yang

memiliki otonomi asli sangat strategis sehingga memerlukan

perhatian yang seimbang terhadap penyelenggaraan Otonomi

Daerah. Karena dengan Otonomi Desa yang kuat akan

mempengaruhi secara signifikan perwujudan Otonomi Daerah. Desa

memiliki wewenang sesuai yang tertuang dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yakni:42

1. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang sudah ada

berdasarkan hak asal-usul desa.

2. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan

pengaturannya kepada desa, yakni urusan pemerintahan urusan

pemerintahan yang secara langsung dapat meningkatkan

pelayanan masyarakat.

42
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
80

3. Tugas pembantuan dari pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan

Pemerintah Kabupaten/Kota.

4. Urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-

undangan diserahkan kepada desa.

Desa juga memiliki hak dan kewajiban yang tertuang dalam

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yakni, Desa

berhak:

a. Mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berdasarkan hak

asal- usul, adat- istiadat, dan nilai sosial budaya masyarakat

desa;

b. Menetapkan dan mengelola kelembagaan desa;

c. Mendapatkan sumber pendapatan;

Desa berkewajiban;

a. Melindungi dan menjaga persatuan, keatuan serta kerukunan

masyarakat desa dalam rangka kerukunan nasional dan

keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

b. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat desa;

c. Mengembangkan kehidupan demokrasi;

d. Mengembangkan pemberdayaan masyarakat desa; dan

e. Memberikan dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat

desa;

Tujuan pembentukan desa adalah untuk meningkatkan

kemampuan penyelenggaraan Pemerintahan secara berdaya guna dan


81

berhasil guna dan peningkatan pelayanan terhadap masyarakat sesuai

dengan tingkat perkembangan dan kemajuan pembangunan. Dalam

menciptakan pembangunan hingga ditingkat akar rumput, maka

terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk pembentukan

desa yakni: pertama, faktor penduduk, minimal 2500 jiwa atau 500

kepala keluarga, kedua, faktor luas yang terjangkau dalam pelayanan

dan pembinaan masyarakat, ketiga, faktor letak yang memiliki

jaringan perhubungan atau komunikasi antar dusun, keempat, faktor

sarana prasarana, tersedianya sarana perhubungan, pemasaran,

sosial, produksi, dan sarana pemerintahan desa, kelima, faktor sosial

budaya, adanya kerukunan hidup beragama dan kehidupan

bermasyarakat dalam hubungan adat istiadat, keenam, faktor

kehidupan masyarakat, yaitu tempat untuk keperluan mata

pencaharian masyarakat.

b. Struktur Pemerintah Desa

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang Desa Pasal 25 bahwa Pemerintah Desa adalah Kepala Desa

atau yang disebut dengan nama lain dan yang dibantu oleh

perangkat desa atau yang disebut dengan nama lain. Dalam ilmu

manajemen pembantu pimpinan disebut staf. Staf professional

diartikan sebagai pegawai yaitu pimpinan yang memiliki keahlian


82

dalam bidangnya, bertanggungjawab, dan berperilaku professional

dalam menjalankan tugasnya. Selanjutnya pada pasal 26 Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 disebutkan; Kepala Desa bertugas

menyelenggarakan Pemerintahan Desa, melaksanakan

Pembangunan Desa, Pembinaan Kemasyarakatan Desa, dan

Pemberdayaan Masyarakat Desa. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa perangkat desa adalah Pembantu Kepala Desa

dan pelaksanaan tugas menyelenggaraan Pemerintahan Desa,

melaksanakan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan

Desa, dan pemberdayaan masyarakat desa.

Atas dasar tersebut, Kepala Desa memiliki wewenang yang sesuai

dengan tugas-tugasnya itu. Diantaranya adalah, bahwa Kepala Desa

berwenang untuk:

1) Memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa;

2) Mengangkat dan memberhentikan perangkat desa;

3) Memegang kekeuasaanpengelolaan Keuangan dan Aset Desa;

4) Menetapkan Peraturan Desa;

5) Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa;

6) Membina kehidupan masyarakat desa;

7) Membina ketentraman dan ketertiban masyarakat desa;

8) Membina dan meningkatkan perekonomian desa serta

mengintegrasi agar mencapai perekonomian skala produktif

untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat desa;


83

9) Mengembangkan sumber pendapatan desa;

10) Mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan

negara guma meningkatkan kesejahteraan masyarakat

desa;

11) Mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat desa;

12) Memanfaatkan teknologi tepat guna;

13) Mengordinasikan pembangunan desa secara partisipatif;

14) Mewakili desa di dalam dan di luar pengadilan atau

menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan

ketentuan peraturan perumdang- undangan; dan

15) Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang- undangan.

Jika ada wewenang, tentu ada kewajiban, wewenang yang dimaksud diatas

merupakan format yang diakui oleh kontitusi Negara Republik Indonesia.

Sedangkan untuk kewajiban untuk menjadi Kepala Desa tidaklah mudah,

diantaranya adalah:

1) Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta

mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan

Republik Indonesia, dan Bhineka Tunggal Ika;

2) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa;

3) Menaati dan menegakkan peraturan perundang-undangan;

4) Melaksanakan kehidupan demokrasi dan berkeadilan gender;


84

5) Melaksanakan prinsip tata Pemerintahan Desa yang akuntabel,

transparan, profesional, efektif dan efesien, bersih serta bebas dari

kolusi, korupsi, dan nepotisme;

6) Menjalin kerja sama dan koordinasi dengan seluruh pemangku

kepentingan di desa;

7) Menyelengarakan administrasi pemerintahan desa yang baik;

8) Mengelola keuangan dan Aset Desa;

9) Melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa;

10) Menyelesaikan perselisihan masyarakat di desa;

11) Mengembangkan perekonomian masyarakat desa;

12) Membina dan melestarikan nilai sosial budaya masyarakat desa;

13) Memberdayakan masyarakat dan lembaga kemasyarakatan desa;

14) Mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan

lingkungan hidup;

15) Memberikan informasi kepada masyrakat desa.

Dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, kepala desa

bersama dengan Badan Permusyawaratan Desa membuat rencana strategis

desa. Hal ini tercantum pada Pasal 55 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang Desa yang berbunyi: Badan Permusyawartan Desa mempunyai

fungsi:43

1) Membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama

Kepala Desa;

43
Lihat Pasal 55 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
85

2) Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa;

3) Melakukan pengawasan kinerja kepala desa;

Badan Permusyawaratan Desa juga memiliki hak untuk

mengawasi penyelenggaraan pemerintahan desa, hal ini terdapat dalam Pasal

61 huruf a Undang-Undang Desa yang berbunyi: Badan Permusyawaratan

Desa berhak:

1) Mengawasi dan meminta keterangan tentang penyelenggaraan

pemerintahan desa kepada pemerintah desa;

2) Menyatakan pendapat atas penyelenggara pemerintahan desa,

pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan masyarakat desa,

dan pemberdayaan masyarakat desa; dan

3) Mendapatkan biaya operasional pelaksanaan tugas dan fungsinya dari

Anggaran Pendapatan dan Belanja.

Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Undang-Undang Desa Pasal 48,44 dalam melaksanakan tugas,

kewenangan, hak, kepala desa wajib: menyampikan laporan penyelenggaraan

Pemerintah Desa setiap akhir tahun anggaran kepada Bupati/Walikota,

menyampaikan laopran penyelenggaraan Pemerintahan Desa pada akhir masa

jabatan kepada Bupati/Kota, menyampaikan laporan keterangan secara tertulis

kepada Badan Permusyawaratan Desa setiap akhir tahun anggaran.

Lebih lanjut dalam Pasal 51 Kepala Desa menyampaikan laporan

keterangan penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagaimana dimaksud dalam

44
Lihat Pasal 48 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Undang-Undang Desa.
86

Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 48 huruf c setiap akhir tahun

anggaran kepada Badan Permusyawaratan Desa secara tertulis paling lambat 3

(tiga) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran. Laporan keterangan

penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

paling sedikit memuat pelaksanaan peraturan Desa. Laporan keterangan

penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

digunakan oleh Badan Permusyawaratan Desa dalam melaksanakan fungsi

pengawasan kinerja kepala desa.

Dari uraian tersebut sudah jelas bahwa Badan Permusyawaratan

Masyarakat Desa mempunyai peran yang strategis dalam ikut mengawal

penggunaan dana desa tersebut agar tidak diselewengkan. Mari kita cermati

ketentuan pasal 48 dan 51 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014. Selain

bersama Badan Permusyawaratan Desa, sesuai dengan undang-undang bahwa

kepala desa dibantu oleh perangkat desa. Perangkat desa menurut Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa terncantum dalam Pasal 48.

Perangkat desa terdiri atas;45 a. Sekretariat desa; b. Pelaksana kewilayahan; dan

c. Pelaksana teknis. Perangkat desa diangkat oleh Kepala Desa setelah

dikonsultasikan dengan camat atas nama Bupati/Walikota.

Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, perangkat desa

bertanggungjawab kepada Kepala Desa. Perangkat desa diangkat dari warga

desa yang memenuhi persyaratan, karena tugas pemerintah desa begitu berat

45
Lihat Pasal 48 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
87

maka perangkat desa harus memiliki kemampuan yang memadai untuk bisa

mendukung Kepala Desa dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan.

Pemerintah desa berkewajiban melaksanakan tugas-tugas pemerintahan sesuai

dengan kewenangannya. Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang

Desa Pasal 18 disebutkan bahwa kewenangan desa meliputi kewenangan

dibidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan desa,

pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa,

berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul, dan adat istiadat desa.46

Untuk melaksanakan tugastugas ini diperlukan susunan organisasi

dan perangkat desa yang memadai agar mampu menyelenggarakan

pemerintahan dengan baik. Dengan demikian susunan organisasi pemerintah

desa yang ada saat ini perlu dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dalam

upaya melaksanakan amanat Undang-Undang Desa. Struktur organisasi

pemerintah desa harus disesuikan dengan kewenangan dan beban tugas yang

harus dilaksanakan. Menurut Asnawi Rewansyah (2011) ada 5 (lima) fungsi

utama pemerintah yaitu: (1) Fungsi pengaturan/regulasi, (2) Fungsi pelayanan

kepada masyarakat, (3) Fungsi pemberdayaan masyarakat, (4) Fungsi

pengelolaan asset/kekayaan dan (5) Fungsi pengamanan dan perlindungan.

3. Dana Desa

Dana desa adalah dana yang bersumber dari APBN yang

diperuntukkan bagi yang ditransfer melalui APBD kabupaten dan kota yang

digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan

46
Lihat Pasal 18 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
88

pembangunan, pembinaan kemasyarakatan.47 Dana desa adalah salah satu issu

krusial dalam undang-undang desa, penghitungan anggaran berdasarkan jumlah

desa dengan mempertimbangkan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas

wilayah, dan tingkat kesulitan geografis dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan dan pemerataan pembangunan desa. Karena issu yang begitu

krusial, para senator menilai, penyelenggaraan pemerintahan desa membutuhkan

pembinaan dan pengawasan, khususnya penyelenggaraan kegiatan desa.

Anggaran Dana Desa atau ADD adalah bagian keuangan yang

diperoleh dari Bagi Hasil Pajak dan bagian dari Dana Perimbangan Kuangan

Pusat dan Daerah yang diterima oleh kabupaten. Sumber pendapatan desa

tersebut secara keseluruhan digunakan untuk menandai seluruh kewenangan

yang menjadi tanggungjawab desa. Dana tersebut digunakan untuk menandai

penyelenggaraan kewenangan desa yang menacakup penyelenggaraan

pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan masyarakat, dan kemasyarakatan.

Dengan demikian, pendapatan yang bersumber dari APBN juga digunakan untuk

menandai kewenangan tersebut. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun

2014 tentang Desa, diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus

kewenangannya sesuai dengan kebutuhan dan prioritas desa.

Hal itu berarti dana desa akan digunakan untuk menandai

keseluruhan kewenangan sesuai denagan kebutuhan dan prioritas dana desa

tersebut namun, mengingat dana desa bersumber dari Belanja Pusat, untuk

mengoptimalkan penggunaan dana desa, Pemerintah diberikan kewenangan

47
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 241 Tahun 2014 pasal 1 tentang
Pelaksanaan Pertanggungjawaban Transfer ke Daerah dan Dana Desa.
89

untuk menetapkan prioritas penggunaan dana desa untuk mendukung program

pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa. Penetapan prioritas

penggunaan dana tersebut tetap sejalan dengan kewenangan yang menjadi

tanggungjawab desa.

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007

tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa pada Pasal 18 bahwa Anggaran

Dana Desa berasal dari APBD Kabupaten/Kota yang bersumber dari bagian

Dana Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang diterima oleh

Kabupaten/Kota untuk desa paling sedikit 10% (sepuluh persen).48

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa selanjutnya disingkat

APBDES adalah Rencana Keuangan Tahunan Desa yang dibahas dan disetujui

bersama oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa yang

ditetapkan dengan Peraturan Desa dan Dana Alokasi Desa terdapat pada

Bantuan Keuangan Pemerintah Kabupaten meliputi:

1) Tunjangan Penghasilan Aparatur Pemerintah Desa (TPAPD).

2) Anggaran Dana Desa.

3) Penyisihan pajak dan retribusi daerah.

4) Sumbangan bantuan lainnya dari Kabupaten.

Pembagian Anggaran Dana Desa (ADD) dapat dilihat berdasarkan

Variabel Independen utama dan Variabel Independen tambahan dengan rincian

sebagai berikut:

48
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Desa pada Pasal 18.
90

1) Asas Merata adalah besarnya bagian Anggaran Dana Desa (ADD) yang

sama untuk di setiap atau yang disebut dengan Alokasi Dana Desa

(ADD) minimal. Alokasi Dana Desa (ADD) Variabel Independen

utama sebesar 70% dan Variabel Independen Tambahan 30%.

2) Asas Adil adalah besarnya bagian Alokasi Dana Desa (ADD) yang dibagi

secara proporsional untuk di setiap berdasarkan Nilai Bobot Desa yang

dihitung dengan rumus dan variabel tertentu atau Alokasi Dana Desa

(ADD) Proporsional (ADDP), Variabel Proporsional Utama sebesar 60%

dan Variabel Proporsional Tambahan sebesar 40%.

Variabel Independen Utama adalah Variabel yang dinilai terpenting

untuk menentukan nilai bobot desa. Variabel Utama ditujukan untuk

mengurangi kesenjangan kesejahteraan masyarakat dan pelayanan dasar

umum antar desa secara bertahap dan mengatasi kemiskinan strukturan

masyarakat di desa. Variabel Independen Utama meliputi sebagai berikut: 1.

Indikator kemiskinan. 2. Indikator Pendidikan Dasar. 3. Indikator Kesehatan.

4. Indikator Keterjangkauan Desa

Variabel Tambahan merupakan Variabel yang dapat ditambahkan oleh

masing-masing daerah yang meliputi sebagai berikut : 1. Indikator Jumlah

Penduduk. 2. Indikator Luas Wilayah. 3. Indikator Potensi Ekonomi (PBB).

4. Indikator Jumlah Unit Komunitas (Dusun).

Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa pada

Pasal 72 ayat (1) mengenai sumber pendapatan desa, dalam huruf d

disebutkan “ anggaran dana desa yang merupakan bagian dari dana


91

perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota". Selanjutnya dalam ayat (4)

Pasal yang sama disebutkan "Anggaran Dana Desa sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf d paling sedikit 10% (sepuluh perseratus) dari dana

perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota dalam Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah setelah dikurangi Dana Alokasi 24 Khusus".49

Dalam masa transisi, sebelum dana desa mencapai 10% anggaran dana

desa dipenuhi melalui realokasi dari Belanja Pusat dari desa“ program yang

berbasis desa”.50 Kementrian/lembaga mengajukan anggaran untuk program

yang berbasis kepada menteri dan menteri yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang perencanaan pembanguna nasional untuk ditetapkan

sebagai sumber dana desa. Berlakunya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

dirasakan menjadi angin segar bagi desa.

Adanya undang-undang ini menjadi dasar hukum dari diakuinya desa

sebagai suatu daerah otonomi sendiri. Dalam hubungannya dengan

desentralisasi fiscal yang menjadi pokok dari berlakunya undang-unadang

tersebut yaitu terkait dengan 10% dana dari APBN untuk desa diseluruh

Indonesia, dimana setiap desa akan menerima dana kurang lebih besar 1

Milyar per tahun. Pembagian anggaran yang hampir seragam berkisar 1

Milyar padahal kapasitas pengelolaan pemerintah sangat beragam ( hal ini

akan diantisipasi melalui aturan-aturan desentralisasi fiscal yang mengatur

besarnya anggaran desa berdasarkan kebutuhan serta kemampuannya

49
Lihat pasal 72 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
50
Pasal 4 yang dimaksud dengan program yang berbasis adalah program dalam rangka
melaksanakan kewenangan Desa berdasarkan hak asal-usul dan kewenangan lokal berskala Desa
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan peraturan
pelaksanaannnya.
92

mengelola melalui peraturan pemerintah. Dana desa dikelola secara tertib,

taat pada ketentuan peraturan perundang- undangan, efisien, ekonomis,

efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa

keadilan dan kepatutan serta mengutamakan kepentingan masyarakat

setempat.

Pemerintah menganggarkan Dana Desa secara nasional dalam APBN

setiap tahun. Dana Desa sebagaimana bersumber dari belanja Pemerintah

dengan mengefektifkan program yang berbasis Desa secara merata dan

berkeadilan. Dana Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2014 Tentang Dana Desa

Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara ditransfer

melalui APBD kabupaten/kota untuk selanjutnya ditransfer ke APBDesa.51

Dana Desa setiap kabupaten/kota dialokasikan berdasarkan perkalian

antara jumlah di setiap kabupaten/kota dan rata-rata Dana Desa setiap

provinsi. Rata-rata Dana Desa setiap provinsi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dialokasikan berdasarkan jumlah desa dalam provinsi yang

bersangkutan serta jumlah penduduk kabupaten/kota, luas wilayah

kabupaten/kota, angka kemiskinan kabupaten/kota, dan tingkat kesulitan

geografis kabupaten/kota dalam provinsi yang bersangkutan.

Berdasarkan besaran Dana Desa setiap kabupaten/kota sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 11 ayat (8) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 60 Tahun 2014 Tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari Anggaran

51
Lihat Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2014 Tentang Dana Desa Yang
Bersumber Dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara.
93

Pendapatan Dan Belanja Negara, bupati/walikota menetapkan besaran Dana

Desa untuk setiap desa di wilayahnya.52

Besaran Dana Desa setiap Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang

Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Neagara, dihitung

berdasarkan jumlah penduduk desa, luas wilayah desa, angka kemiskinan

Desa, dan tingkat kesulitan geografis.53 Jumlah penduduk Desa, luas wilayah

Desa, dan angka kemiskinan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dihitung dengan bobot:54

a) 30% (tiga puluh perseratus) untuk jumlah penduduk Desa;

b) 20% (dua puluh perseratus) untuk luas wilayah Desa; dan

c) 50% (lima puluh perseratus) untuk angka kemiskinan Desa.

Tingkat kesulitan geografis setiap Desa sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) digunakan sebagai faktor pengalihasil penghitungan

sebagaimana dimaksud pada ayat (3). Besaran Dana Desa setiap Desa

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung dengan cara:55

a) Dana Desa untuk suatu Desa = Pagu Dana Desa kabupaten/kota x [(30%

x persentase jumlah penduduk desa yang bersangkutan terhadap total

penduduk desa di kabupaten/kota yang bersangkutan) + (20% x


52
Pasal 11 ayat (8) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2014 Tentang Dana
Desa Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara,
53
Pasal 11 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2014 yang
dimaksud dengan jumlah Desa adalalah jumlah Desa yang ditetapkan oleh menteri, dan pada Pasal
12 ayat (2) yang dimaksud dengan angka kemiskinan adalah presentase rumah tangga pemegang
Kartu Pelindung Sosial.
54
Pasal 12 ayat (2) dan (3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2014
Tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara.
55
Lihat Pasal 12 Ayat (4) dan (5) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2014
Tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara.
94

persentase luas wilayah desa yang bersangkutan terhadap total luas

wilayah desa di kabupaten/kota yang bersangkutan) + (50% x persentase

rumah tangga pemegang Kartu Perlindungan Sosial terhadap total jumlah

rumah tangga desa di kabupaten/kota yang bersangkutan)];dan

b) Hasil penghitungan sebagaimana dimaksud pada huruf a disesuaikan

dengan tingkatkesulitan geografis setiap desa.

c) Tingkat kesulitangeografis sebagaimana dimaksud pada ayat (4)

ditentukan oleh faktor yang meliputi: a. Ketersediaan pelayanan dasar; b.

kondisi infrastruktur; c. transportasi; dan d. komunikasi desa ke

kabupaten/kota.

4. Sumber-Sumber Keuangan Desa

Keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban dalam rangka

penyelenggaraan pemerintahan desa yang dapat dinilai dengan uang,

termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan

hak dan kewajiban desa tersebut. Keuangan desa berasal dari pendapatan

asli desa, APBD dan APBN. Penyelenggaraan urusan pemerintahan desa

yang menjadi kewenangan desa didanai dari APBDesa, bantuan

pemerintahan pusat, dan bantuan pemerintah daerah.

Penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah yang

diselenggarakan oleh pemerintahan desa didanai dari APBD, sedangkan

yang dimaksud dengan keuangan desa. HAW.Widjaja berpedoman pada

(Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 212 Ayat 1) yang

dimaksud dengan keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa
95

yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang

maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik desa behubung dengan

pelaksanaan hak dan kewajiban.

Sumber pendapatan desa tersebut secara keseluruhan digunakan

untuk menandai seluruh kewenangan desa yang menjadi tanggungjawab

desa. Dana tersebut digunakan untuk menandai penyelenggaraan

kewenangan desa tang mencangkup penyelenggaran pemerintahan,

pembangunan, pemberdayaan masyarakat, dan 28 kemasyarakatan

dengan demikian, pendapatan desa yang bersumber dari APBN juga

digunakan untuk menandai kewenangan tersebut. Sumber keuangan desa

atau pendapatan desa sebagaimana yang disebutkan dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Pasal 68 (1), menyatakan bahwa

sumber pendapatan desa terdiri dari:

a) Pendapatan Asli Desa yang terdiri dari hasil usaha desa, hasil

kekayaan desa, hasil swadaya dan partisipasi, hasil gotong

royong, dan lain-lain pendapatan asli desa yang sah;

b) Bagi hasil pajak daerah Kabupaten/Kota paling sedikit 10% (sepuluh

per seratus), untuk desa dan dari retribusi Kabupaten/Kota

sebagian diperuntukkan bagi desa;

c) Dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh

Kabupaten/Kota untuk desa paling sedikit 10% (sepuluh per

seratus), yang pembagiannya untuk setiap desa secara

proporsional yang merupakan Alokasi Dana Desa;


96

d) Bantuan keuangan dari Pemerintah yaitu bantuan dari Pemerintah

Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dalam rangka

pelaksanaan urusan pemerintahan;

e) Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Pasal 68

ayat (1) yang menyebutkan bahwa sumber pendapatan desa diantaranya

adalah bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan dana daerah

yang diterima oleh 29 Kabupten/Kota.24 Supaya Anggaran Dana Desa

(ADD) dapat mencapai sasaran yang telah diinginkan dan terealisasikan

dengan baik, sesuai dengan amanat Undang-Undang tentu dibutuhkan

mekanisme perencanaan, penyaluran, penggunaan, pelaporan dan

pertanggungjawaban serta pengawasan Alokasi Dana Desa. Pasal 72 ayat

(2) Undang-Undang Desa menyebutkan secara jelas bahwa sumber

Alokasi Dana Desa dari APBN adalah berasal dari belanja pusat yang di

dalamnya terdapat dana program berbasis desa. Contoh dana program

berbasis desa adalah kegiatan peningkatan kemandirian masyarakat

perdesaan (PNPM).

Salah satu output kegiatan ini adalah PNPM Mandiri Perdesaan

yang tersebar pada 5.300 kecamatan. Dana program berbasis desa

sebenarnya cukup banyak terbesar di berbagai Kementrian/Lembaga,

tetapi untuk sampai pada tahap identifikasi bahwa suatu dana program

Kementrian/Lembaga benar-benar akan direalokasi menjadi Dana Desa

serta penetapan besaran dana program Kementrian/Lembaga yang akan


97

direalokasi menjadi Dana Desa memerlukan koordinasi yang intensif

antara para pihak (Kementrian Keuangan, Kementrian Dalam Negeri,

Bappenas, serta Kementrian teknis) dan penetapan kriteria yang jelas.

Salah satu kriteria yang diusulkan agar program Kementrian/Lembaga

bisa direalokasikan ke pos Dana Desa adalah yang kegiatan yang

outputnya berdampak meningkatkan sarana dan prasarana desa atau

pemberdayaan terhadap masyarakat desa misalnya, dana kegiatan PNMP

Mandiri seperti diatas namun, 24 Lihat Pasal 68 Ayat (1) Peraturan

Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005. 30 untuk kegiatan monitoring dan

evaluasi atas pelaksanaan kegiatan berbasis desa tersebut tetap menjadi

domain dari pemerintah diatasnya (pemerintah pusat, pemerintah

provinsi, pemerintah kabupaten/kota).

Apabila penyusunan kriteria untuk merealokasi dana program

berbasis desa sudah semakin jelas, maka langkah selanjutnya adalah

masuk pada tahap pengalokasian Dana Desa.

5. Pengertian Pengelolaan Keuangan Desa

Berdasarkan Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2007

Pasal 1 yang dimaksud dengan pengelolaan adalah rangkaian kegiatan

mulai dari perencanaan, pengadaan, penggunaan, penatausahaan,

penilaian, pembinaan, pengawasan dan pengendalian. Pengelolaan atau

disebut juga dengan manajemen dalam pengertian umum adalah suatu

seni, ketrampilan, atau keahlian.56 Yakni seni dalam menyelesaikan

56
Lihat Pasal 1 Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2007
98

pekerjaan melalui orang lain atau keahlian untuk menggerakkan orang

melakukan seuatu pekerjaan. Menurut James A.F Stoner,57 pengelolaan

merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan

pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan pengguna

sumberdaya-sumberdaya organisasi lainnya agar mencapai tujuan

organisasi yang telah ditetapkan.

Menurut Muhammad Arif (2007:32)58 pengelolaan keuangan desa

adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, penganggaran,

penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan

keuangan desa. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 tahun 2007

tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa. Pemerintah daerah

mempunyai kewenangan yang lebih luas dalam pengelolaan daerahnya.

Salah satu bentuk kepedulian pemerintah terhadap pengembangan

wilayah pedesaaan adalah adanya anggaran pembangunan secara khusus

yang dicantumkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD) untuk pembangunan wilayah pedesaan, yakni dalam bentuk

Alokasi Dana Desa (ADD).59 Inilah yang kemudian melahirkan suatu

proses baru tentang desentralisasi desa diawali dengan digulirkannya

Alokasi Dana Desa (ADD).

Pemerintah desa wajib mengelola keuangan desa secara

transparan, akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan

57
Stoner, James A.F. (2006). Management. Englewood Cliffs, N.J. : Prentice Hall, Inc.hlm.43
58
Arif, Muhammad. 2007. Tata Cara Pengelolaan Keuangan Desa Dan Pengelolaan Kekayaan
Desa. Pekanbaru: ReD Post Press.hlm.32
59
Sumaryadi,I Nyoman.(2005).Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom dan Pemberdayaan
Masyarakat.Jakarta,Citra Utama. Hlm 24.
99

disiplin. Transparan artinya dikelola secara terbuka, akuntabel artinya

dipertanggungjawabkan secara legal, dan partisipatif artinya melibatkan

masyarakat dalam penyusunannya. Keuangan desa harus dibukukan

dalam sistem pembukuan yang benar sesuai dengan kaidah sistem

akuntansi keuangan pemerintahan (Nurcholis,2011:82).60

Kepala Desa sebagai kepala pemerintahan desa adalah pemegang

kekuasaan pengelola keuangan desa dan mewakili pemerintahan desa

dalam kepemilikan kekayaan desa yang dipisahkan. Oleh karena itu,

Kepala Desa mempunyai kewewenang: a. Menetapkan kebijakan tentang

pelaksanaan APBDesa. b. Menetapkan kebijakan tentang pengelolaan

barang desa. c. Menetapkan bendahara desa. d. Menetapkan petugas yang

melakukan pemungutan penerimaan desa dan. e. Menetapkan petugas

yang melakukan pengelolaan barang milik desa.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Desa

Pasal 93 pengelolaan keuangan desa meliputi:30 a. Perncanaan; b.

Pelaksananan; c. Penatausahaan; d. Pelaporan; dan e.

Pertanggungjawaban; Kepala Desa adalah pemegang kekuasaan

pengelolaan keuangan desa, dalam melaksanakan kekuasaan pengelolaan

keuangan desa kepala desa menguasakan sebagian kekeuasaannya

kepada perangkat desa. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 43

Tahun 2014 tentang desa pengelolaan keuangan desa dilaksanakan dalam

60
Hanif, Nurcholis. 2011. Pertumbuhan Dan Penyelenggaraan Pemerintah Desa. Jakarta Penerbit
Erlangga.hlm.82.
100

masa 1 (satu tahun) anggaran terhitung mulai tanggal 1 Januari sampai

dengan 31 Desember.

6. Otonomi Desa

Pengertian Otonomi Desa Menurut Widjaja61 menyatakan bahwa

otonomi desa merupakan otonomi asli, bulat, dan utuh serta bukan

merupakan pemberian dari pemerintah. Sebaliknya 30 Lihat Pasal 93 dan

Pasal 94 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Desa,

pemerintah berkewajiban menghormati otonomi asli yang dimiliki oleh

desa tersebut. Sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai

susunan asli berdasarkan hak istimewa, desa dapat melakukan perbuatan

hukum baik hukum publik maupun hukum perdata, memiliki kekayaan,

harta benda serta dapat dituntut dan menuntut di muka pengadilan.

Berkaitan dengan otonomi asli menurut Fakrulloh dkk bahwa:62

dalam mekmanai otonomi asli terdapat dua aliran pemikiran yaitu: (1)

aliran pemikiran pertama memakai kata otonomi asli sebagai adat atau

dekat dengan sosial budaya, (2) aliran pemikiran yang memaknai sebagai

otonomi asli yang diberikan, oleh karenanya digagasan pemikiran bahwa

otonomi desa sebagai otonomi masyarakat sehingga lebih tepat disebut

otonomi masyarakat desa.

Juliantara menerangkan bahwa otonomi desa bukanlah sebuah

kedaulatan melainkan pengakuan adanya hak untuk mengatur urusan

61
Prof. Drs. Widjaja, HAW. 2003. Pemerintahan Desa/Marga. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Hlm. 165.
62
Fakrullah, Zudan, dkk. 2004. Kebijakan Desentralisasi di Persimpangan. Jakarta. CV.
Cipruy.hlm.7
101

rumah tangganya sendiri dengan dasar prakarsa dari masyarakat.

Otonomi dengan sendirinya dapat menutup pintu intervensi institusi

diatasnya, sebaliknya tidak dibenarkan proses intervensi yang serba

paksa, mendadak, dan tidak melihat realitas komunitas.63

Otonomi desa merupakan hak, wewenang dan kewajiban untuk

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat berdasarkan hak asal-usul dan nilai-nilai sosial budaya yang

ada pada masyarakat untuk tumbuh dan berkembang mengikuti

perkembangan desa tersebut. Urusan pemerintahan berdasarkan asal-

usul desa, urusan yang menjadi wewenang pemerintahan Kabupaten atau

Kota diserahkan pengaturannya kepada desa, namun dalam pelaksanaan

hak, kewenangan dan kebebasan dalam penyelenggaraan otonomi desa

harus tetap mengunjunjung nilai-nilai tanggungjawab terhadap Negara

Kesatuan Republik Indonesia dengan menekankan bahwa desa adalah

bagian yang tidak terpisahkan dari bangsa dan negara Indonesia.64

Bagi desa, otonomi yang dimiliki berbeda dengan otonomi yang

dimiliki oleh daerah provinsi maupun daerah Kabupaten dan daerah

Kota. Otonomi yang dimiliki oleh desa adalah berdasarkan asal-usul dan

adat istiadatnya, bukan berdasarkan penyerahan wewenang dari

63
Juliantara, Dadang . 2003. Pembahuruan Desa, Bertumpu Pada Angka Terbawah. Yogyakarta.
Lappera Pustaka Utama.hlm.116.
64
Ibid. Prof. Drs. Widjaja, HAW. 2003. Hlm. 166.
102

Pemerintah. Pengakuan otonomi di desa, Taliziduhu Ndraha menjelaskan

sebagai berikut:65

a) Otonomi desa diklasifikasikan, diakui, dipenuhi, dipercaya, dan

dilindungi oleh pemerintah, sehingga ketergantungan masyarakat

desa kepada “kemurahan hati” pemerintah dapat semakin berkurang.

b) Posisi dan peran pemerintahan desa dipulihkan, dikembalikan seperti

sediakala atau dikembangkan sehingga mampu

mengantisipasi masa depan.

Undang-Undang Desa mengatur tata kelola pemerintahan desa,

baik perangkat, masyarakat, maupun pengembangan ekonomi yang

mungkin dikembangkan di desa serta penguatan sistem informasi desa.

Pemerintah desa memiliki kewenangan tinggi dalam pengembangan

desa. Selain itu, dibangunnya mekanisme checks and balances

kewenangan di desa dengan pengaktifan BPD untuk mendorong

akuntabilitas pelayanan yang lebih baik kepada warga desa.

Bila Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa ini

diterapkan secara sungguh-sungguh, akan terjadi pemberdayaan dari unit

pemerintahan desa untuk menggerakkan roda pembangunan. Otonomi

desa ini harus diiringi kesadaran akan pemahaman spirit otonomi bagi

seluruh penggerak warga desa dan kapasitas perangkat juga masyarakat

dalam memahami tata kelola pemerintahan. Dalam pelaksanaan hak,

kewenangan dan kebebasan dalam penyelenggaraan otonomi Desa harus

65
Ndraha, Taliziduhu. 1997. Peranan Administrasi Pemerintahan Desa Dalam Pembangunan Desa.
Yayasan Karya Dharma IIP. Jakarta. Hlm. 12.
103

tetap menjunjung nilai-nilai tanggungjawab terhadap Negara Kaesatuan

Republik Indonesia dengan menekankan bahwa Desa adalah bagian yang

tidak terpisahkan dari bangsa dan negara Indonesia.

Pelaksanan hak, wewenang dan kebebasan otonomi Desa

menuntut tanggungjawab untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang

dilaksanakan dalam koridor peraturan perundang-undangan yang

berlaku.66 Pengaturan eksistensi desa melalui Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 mesti diakui memberi peluang bagi tumbuhnya otonomi

desa. Sejumlah tekanan dalam beberapa pasal memberi diskresi yang

memungkinkan otonomi desa tumbuh disertai beberapa syarat yang mesti

diperhatikan oleh pemerintah desa, masyarakat desa, pemerintah daerah

dan pemerintah pusat. Syarat tersebut penting menjadi perhatian utama

jika tidak ingin melihat kondisi desa bertambah malang nasibnya.

Dari aspek kewenangan, terdapat tambahan kewenangan desa

selain kewenangan yang didasarkan pada hak asal usul sebagaimana

diakui dan dihormati negara. Tampak bahwa asas subsidiaritas yang

melandasi undang- undang desa memberikan keleluasaan dalam

penetapan kewenangan berskala lokal dan pengambilan keputusan secara

lokal untuk kepentingan masyarakat desa. Kewenangan lokal berskala

desa adalah kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat desa yang telah dijalankan oleh desa atau mampu dan efektif

dijalankan oleh desa, atau yang muncul karena perkembangan desa dan

66
Ibid.Prof. Drs. Widjaja, HAW. 2003. Hlm. 166.
104

prakasa masyarakat desa, antara lain tambatan perahu, pasar desa, tempat

pemandian umum, saluran irigasi, sanitasi lingkungan, pos pelayanan

terpadu, sanggar seni dan belajar, serta perpustakaan desa, rembung desa

dan jalan desa.67 Konsekuensi dari pertambahan kewenangan tersebut

memungkinkan desa dapat mengembangkan otonomi yang dimiliki bagi

kepentingan masyarakat setempat. Implikasinya desa dapat menggunakan

sumber keuangan yang berasal dari negara dan pemerintah daerah untuk

mengembangkan semua kewenangan yang telah ada, yang baru muncul,

dan sejumlah kewenangan lain yang mungkin merupakan penugasan dari

supradesa.

Untuk mendukung pelaksanaan sejumlah kewenangan tersebut,

desa dan kepala desa memiliki kewenangan yang luas guna

mengembangkan otonomi asli melalui sumber keuangan yang tersedia.

Sterilisasi desa dari perangkat desa yang berasal dari pegawai negeri sipil

menjadi momentum bagi pemerintah desa untuk mengembangkan

otonominya sesuai perencanaan yang diinginkan tanpa perlu takut di

sensor ketat oleh sekretaris desa. Selain kewenangan berdasarkan hak

asal-usul yang telah ada dan kewenangan berskala lokal desa, semua

kewenangan tambahan yang ditugaskan oleh pemerintah daerah maupun

pusat hanya mungkin dilaksanakan jika disertai oleh pembiayaan yang

jelas.68

67
Fakrullah, Zudan, dkk. 2004.hlm. 12.
68
Ibid. Hlm. 13.
105

Terkait dengan itu, undang-undang desa menentukan bahwa

sumber keuangan desa secara umum berasal dari APBN, APBD, PAD

dan sumber lain yang sah. Jika diperkirakan pemerintah mampu

menggelontorkan setiap desa sebanyak 10% dari total APBN, plus ADD

sebesar 10% dari Pajak/Retribusi/DAU/DBH, ditambah Pendapatan Asli

Desa dan sumbangan lain yang sah, maka setiap desa kemungkinan akan

mengelola dana di atas 1 Milyar perdesa pada 72.944 desa di Indonesia.

Dengan sumber keuangan yang relatif cukup dibanding kuantitas urusan

yang akan dilaksanakan, desa sebetulnya dapat lebih fokus dalam

mengintenfisikasi pelayanan publik serta pembangunan dalam skala yang

lebih kecil. Kenyataan tersebut setidaknya mendorong otonomi yang

dimiliki untuk menjadikan semua urusan yang telah diakui dan dihormati

negara, ditambah urusan skala lokal bukan sekedar pajangan, tetapi

akumulasi dari seluruh aset yang memungkinkan desa bertambah kaya

dengan modal yang dimilikinya. Sumber asli yang berasal dari desa dapat

digunakan untuk meningkatkan pelayanan publik agar masyarakat dapat

lebih efisien dan efektif dilayani oleh pemerintah desa.

Penyelenggaraan pemerintahan desa selama ini menggambarkan

rendahnya dukungan sarana dan prasarana sehingga pelayanan di desa

tak maksimal. Kantor desa bahkan secara umum tak berfungsi kecuali

pada waktu-waktu tertentu. Dalam banyak hal desa harus diakui

tertinggal dari berbagai aspek disebabkan rendahnya dukungan

pemerintah daerah sekalipun dalam semangat otonomi. Sementara


106

sumber keuangan yang berasal dari APBN dapat diarahkan bagi

kepentingan pembangunan desa. Tentu saja selain alokasi pembangunan

yang berasal dari pemerintah, desa dapat mempercepat pembangunan

infrastruktur dalam jangka panjang sehingga terjadi pembangunan desa

yang berkelanjutan. Realitas desa sejauh ini menunjukkan lemahnya

pertumbuhan ekonomi, tingginya kemiskinan dan pengangguran

sehingga menurunkan daya saing desa dibanding kota.

Sumber keuangan negara setidaknya berpeluang mendorong laju

pertumbuhan ekonomi desa sehingga tak jauh ketinggalan dibanding

kota. Sekalipun demikian, alokasi APBN tidaklah merupakan wujud dari

pendekatan local state government semata, tetapi lebih merupakan

tanggungjawab negara yang diamanahkan konstitusi. Demikian pula

alokasi APBD bukanlah merupakan manifestasi dari pendekatan local

self government semata, namun perintah undang-undang pemerintahan

daerah. Jadi, sekalipun desa dalam undang-undang ini bersifat self

governing community, namun negara dan pemerintah daerah tetap

bertanggungjawab untuk mengakui, menghormati dan memelihara

keberlangsungan pemerintahan, pembangunan dan pemberdayaan

masyarakat di desa.69

Bentuk pengakuan negara terhadap desa dapat dilihat dari

pengakuan atas realitas keberagaman desa di berbagai daerah (asas

rekognisi). Sedangkan konkritisasi dari penghormatan negara terhadap

69
Ibid. Dwipayana, Aridan Suntoro Eko. 2003. Hlm. 8.
107

desa adalah terbukanya kran alokasi negara secara langsung yang akan

dikelola desa (asas subsidiaritas). Penggunaan kedua asas tersebut

sekalipun didahului oleh pengakuan konstitusi atas keragaman dan

batasan desa dalam pengertian umum (desa, desa adat dan atau nama

lain), setidaknya menjadi pijakan konkrit dalam pengaturan desa lebih

lanjut di tingkat daerah masing-masing. Terkait postur organisasi

pemerintahan desa, batasan pemerintahan desa terdiri dari kepala desa

dan perangkat desa semata tanpa posisi BPD. Batasan tersebut berbeda

jika dibandingkan dengan pengaturan dalam PP Nomor 72 tahun 2005,

dimana pemerintahan desa terdiri dari kepala desa dan BPD. Pemisahan

posisi kepala desa beserta perangkatnya dari BPD memungkinkan

pemerintahan desa lebih efektif dalam melaksanakan otonomi desa selain

kewajiban dari supradesa.

Pengalaman menunjukkan bahwa kolektivitas kepala desa dan

BPD sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa sulit dilaksanakan

karena kedua lembaga tak selalu sejalan dalam penetapan dan

pelaksanaan kebijakan. Terpisahnya posisi BPD memungkinkan

pemerintah desa dapat lebih leluasa mengatur dan mengurus rumah

tangganya sendiri tanpa pengawasan ketat BPD yang selama ini relatif

sulit hidup sekamar dengan pemerintah desa.

Bias dari kondisi semacam itu tak jarang membuat desa kurang

dinamis, bahkan statis karena saling menunggu persetujuan yang

berlarut-larut. Selain itu, separasi semacam itu bertujuan untuk


108

menciptakan pemerintahan desa yang lebih modern, dimana secara

politik terjadi diferensiasi antara desainer kebijakan (BPD) dan

implementator kebijakan (kepala desa). BPD setidaknya mewakili

masyarakat yang dipilih secara demokratis untuk membahas suatu

kebijakan sebelum dilaksanakan oleh pemerintah desa. Kebijakan desa

dimulai dari tahap perencanaan, implementasi dan evaluasi. Perencanaan

desa merupakan perencanaan jangka menengah yang dijabarkan dalam

bentuk perencanaan pembangunan tahunan.

Perencanaan desa dapat dikembangkan sejalan dengan periodisasi

kepemimpinan kepala desa yang dapat mencapai tiga kali masing-masing

selama enam tahun. Artinya, perencanaan menengah desa dapat berjalan

selama 18 tahun bergantung pada elektabilitas kepala desa. Dengan

demikian selama periodisasi yang relatif lebih lama dibanding kepala

daerah yang hanya dua periode, desa dengan sendirinya berpeluang

meletakkan perencanaan secara berkelanjutan melalui prioritas yang

disepakati bersama masyarakat setempat.

Dalam kerangka pelaksanaan pembangunan, desa membutuhkan

partisipasi aktif masyarakat. Peluang bagi pengembangan otonomi desa

yang demokratis tampak terbuka lebar dimana masyarakat berhak

memperoleh informasi, melakukan pemantauan serta melaporkan semua

aktivitas yang dinilai kurang transparan kepada pemerintah desa dan

BPD. Proses semacam ini merupakan bentuk pembelajaran partisipasi

demokrasi melalui siklus perencanaan, implementasi dan evaluasi


109

pembangunan di desa. Dengan demikian tercipta mekanisme bottom up

yang senyatanya, bukan rekayasa musyawarah pembangunan desa seperti

yang terjadi selama ini.

Pembangunan desa sejauh ini tak memperlihatkan hasil signifikan

karena tak jelas darimana sumber penunjangnya. Alokasi dana desa yang

semestinya terjadi tampak bergantung pada kemurahan hati pemerintah

daerah. Sementara pendapatan asli desa menyusut hingga tak bersisa

akibat meresapnya peraturan daerah hingga ke kawasan desa yang paling

strategis. Dalam regulasi inilah pembangunan desa diharapkan dapat

ditopang lewat aset desa, termasuk sumber keuangan desa dan Badan

Usaha Milik Desa (BUMD). Aset Desa dapat berupa tanah kas desa,

tanah ulayat, pasar desa, pasar hewan, tambatan perahu, bangunan desa,

pelelangan ikan, pelelangan hasil pertanian, hutan milik desa, mata air

milik desa, pemandian umum, dan aset lainnya milik desa. Sumber

keuangan desa berasal dari pendapatan asli desa, negara, pemerintah

daerah dan pendapatan lain yang sah. Sedangkan BUM desa dapat

digunakan untuk pengembangan usaha, pembangunan desa,

pemberdayaan masyarakat desa, dan pemberian bantuan untuk

masyarakat miskin melalui hibah, bantuan sosial dan kegiatan dana

bergulir yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.

Pembangunan desa juga meliputi upaya pengembangan kawasan

desa dengan maksud untuk mempercepat dan meningkatkan kualitas

pelayanan, pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Desa memiliki


110

hak untuk dilibatkan dalam perencanaan makro pemerintah daerah

sehingga desa tak sekedar menjadi objek pembangunan semata. Selain itu

desa berhak memperoleh akses informasi yang dapat dikelola bagi

kepentingan stakeholders terkait. Hal itu mendukung terciptanya proses

pemerintahan yang lebih transparan dalam kerangka good governance.

Lebih dari itu peluang pengembangan otonomi memungkinkan desa

dapat meluaskan pembangunan melalui strategi kerjasama dengan desa

lain yang saling menguntungkan.

7. Tujuan Otonomi Desa

Tugas utama pemerintah dalam rangka otonomi desa adalah

menciptakan kehidupan demokratis, memberi pelayanan publik dan sipil

yang cepat dan membangaun kepercayaan masyarakat menuju

kemandirian desa, untuk itu desa tidak dikelola secara teknokratis tetapi

harus mampu memadukan realita kemajuan teknologi yang berbasis pada

sistem nilai lokal yang mngendung tata aturan, nilai, norma, kaidah, dan

pranata-pranata sosial lainnya. Potensi-potensi desa berupa hak tanah

(tanah bengkok, titisari dan tanah-tanah khas Desa lainnya), potensi

penduduk, sentra-sentra ekonomi dan dinamika sosial-politik yang

dinamis itu menuntut kearifan dan professionalisme dalam pengelolaan

desa menuju optimalisasi pelayanan, pemberdayaan, dan dinamisasi

pembangunan masyarakat desa.

Perncanaa desa akan memberikan keleluasaan dan kesempatan

bagi desa untuk menggali inisiatif lokal (gagasan, kehendak dan kemauan
111

lokal) yang kemudian dilembagakan menjadi kebijakan, program dan

kegiatan dalam bidang pemerintahan dan pembangunan desa.

Kemandirian itu sama dengan otonomi desa yang mempunyai relevansi

(tujuan dan manfaat) sebagai berikut:70

a) Memeperkuat kemandirian desa berbasis kemandirian NKRI;

b) Memperkuat posisi desa sebagai subyek pembangunan;

c) Mendekatkan perncanaan pembangunan ke masyarakat;

d) Memperbaiki pelayanan publik dan pemerataan pembangunan;

e) Menciptakan efesiensi pembiayaan pembangunan yang sesuai dengan

kebutuhan lokal;

f) Menggairahkan ekonomi lokal dan penghidupan masyarakat desa;

g) Memberikan kepercayaan, tanggungjawab dan tantangan bagi desa

untuk membangkitkan prakarsa dan potensi desa;

h) Menempa kapasitas desa dalam mengelola pemerintahan dan

pembangunan;

i) Membuka arena pembelajaran yang sangat berharga bagi pemerintah

Desa, lembaga-lembaga Desa dan masyarakat;

j) Merangsang tumbuhanya partisipasi masyarakat lokal.

8. Pengelolaan Anggaran Dana Desa

Dalam Keuangan Desa (APBDesa) Pemerintah mengeluarkan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2007 tentang Pedoman

70
http://rajawaligarudapancasila.blogspot.com/2011/03/memahami-otonomi-desa-dari-
berbagai.html. Diunduh pada pukul 11:01 tanggal 10 April 2015.
112

Pengelolaan Desa.71 Pemendagri tersebut bertujuan untuk memudahkan

dalam pelaksanaan dalam pengelolaan keuangan desa, sehingga tidak

menimbulkan multitafsir dalam penerapannya. Dengan demikian desa

dapat mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, yang memiliki

tiga pilar utama yaitu transparasi, akuntabilitas, dan partisipatif. Oleh

karenanya, proses dan mekanisme penyusunan APBDesa yang di atur

dalam Pemendagri tersebut akan menjelaskan siapa yang dan kepada

siapa yang bertanggungjawab, dan bagaimana cara

pertanggungjawabannya. Untuk itu perlu ditetapkan pedoman umum tata

cara pelaporan dan pertanggungjawaban penyelenggaraan pemerintah

desa, yang dimuat dalam Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 35

Tahun 2007.72 Untuk memberikan pedoman bagi pemerintah dalam

menyusun RPJM-Desa dan RKP-Desa perlu dilakukan pengaturan.

Dengan itu maka dikeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 66 Tahun 2007 tentang Perencanaan Desa.73 Pengaturan pada

aspek perencanaan diarahkan agar seluruh proses penyusunan APBDesa

semaksimal mungkin dapat menunjukkan latar belakang pengambilan

keputusan dalam penetapan arah kebijakan umum, skala prioritas dan

penetapan alokasi, serta distribusi sumber daya dengan melibatkan

partisipasi masyarakat.

71
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Desa.
72
Subroto, Agus. (2000). Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa. Program Studi Magister Sains
Akuntansi Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Semarang. Hlm 22.
73
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2007 tentang Perencanaan Desa
113

Untuk menimalisir bahkan mencegah terjadinya penyalahgunaan

Alokasi Dana Desa ini maka pemerintah kabupaten menetapkan

pengaturan dan pengelolaan yang harus ditaati oleh setiap pengelola

ADD di setiap desa yang adalah sebagai berikut:74

a) Pengelolaan ADD dilakukan oleh Kepala Desa yang dituangkan

kedalam Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan

Belanja Desa.

b) Pengelolaan Keuangan ADD merupakan bagian tidak terpisahkan

dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa beserta lampirannya.

c) Seluruh kegiatan yang didanai oleh ADD harus direncanakan.

d) ADD dilaksanakan dengan menggunakan prinsip efisien dan efektif,

terarah, terkendali serta akuntabel dan bertanggungjawab.

e) Bupati melakukan pembinaan pengelolaan keuangan desa.

f) ADD merupakan salah satu sumber pendapatan desa.

g) Pengelolaan Alokasi Dana Desa dilakukan oleh Pemerintah Desa

yang dibantu oleh lembaga kemasyarakatan di desa.

Sebagai program ungulan pemerintah kabupaten, maka ADD

dikelola atas dasar dan prinsip sebagai berikut.

a) Prinsi-prinsip Pengelolaan Pelaksanaan Alokasi Dana Desa (ADD)

didasarkan atas prinsip-prisip berikut ini:

1) Seluruh kegiatan dilaksanakan secara transparan/terbuka dan

diketahui olehmasyarakat luas.

74
http://elkanagoro.blogspot.com/2013/07/pengelolaan-kebijakan-alokasi-dana-Desa.htmldiunduh
pada pukul 10:30 WIB 25 Maret 2015.
114

2) Masyarakat berperan aktif mulai proses perencanaan,

pelaksanaan, pengawasan dan pemeliharaan.

3) Seluruh kegiatan dapat dipertanggungjawabkan secara

administratif, teknis dan hukum.

4) Memfungsikan peran lembaga kemasyarakatan sesuai tugas

pokok dan fungsinya.

5) Hasil kegiatan dapat diukur dan dapat dinilai tingkat

keberhasilannya.

6) Hasil kegiatan dapat dilestarikan dan dikembangkan secara

berkelanjutan dengan upaya pemeliharaan melalui

partisipasi masyarakat.

7) Untuk meningkatkan pembangunan nasional dan pemerataan

pembangunan di tingkat daerah provinsi / kabupaten / kota /

kecamatan / hingga desa.

b) Dasar-dasar pengelolaan

1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah

Daerah;

2) Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa;

3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang

Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa;

4) Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 140/640/SJ Tanggal

22 Maret 2005 perihal Pedoman Alokasi Dana Desa dari

Pemerintah Kabupaten/Kota kepada Pemerintah.


115

5) Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 140/286/SJ Tanggal

17 Pebruari 2006 perihal Pelaksanaan Alokasi Dana Desa;

6) Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 140/1784/2006

Tanggal 3 Oktober 2006 perihal Tanggapan atas Pelaksanaan

ADD;

7) Perubahan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2006 tentang

Pemerintahan Desa dalam proses perubahan.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah menyebutkan desa (atau dengan nama lain)

sebagai sebuah pemerintahan yang otonom. Untuk melaksanakan

fungsinya, desa diberikan dana oleh Pemerintah melalui Pemerintahan

atasan desa. Oleh karena itu, desa dibekali dengan pedoman dan

petunjuk teknis perencanaan dan pengelolaan keuangan desa. Menurut

Ire Yogyakarta good governance dalam pengelolaan keuangan desa

meliputi:75

1) Penyusunan APBDes dilakukan dengan melibatkan partisipasi

masyarakat.

2) Informasi tentang keuangan desa secara transparan dapat

diperoleh masyarakat.

3) APBDes disesuaikan dengan desa.

4) Pemerintah desa bertanggungjawab penuh atas pengelolaan

keuangan.

75
http://www.ireyogya.org/ire.php?about=booklet-15.htm diakses pada pukul 13:56 tanggal 27
Maret 2015.
116

5) Masyarakat baik secara langsung maupun lewat lembaga

perwakilan melakukan pengawasan atas penelolan keuangan

yang dilakukan oleh Pemerintah Desa.

Diterbitkannya Permendagri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pengelolaan

Keuangan Desa memberikan landasan bagi otonomi desa secara praktis, bukan

hanya sekedar normatif. Peraturan ini kemudian diikuti dengan Pemendagri

Nomor 66 Tahun 2007 tentang perencanaan pembangunan desa, sehingga terdapat

kesinambungan antara aturan mengenai perencanaan dan pengelolaan keuangan

desa.

Anda mungkin juga menyukai