Anda di halaman 1dari 22

1

PERANCANGAN STRUKTUR BAWAH


GEDUNG OPERASIONAL PT. MARGA MANDALASAKTI
DENGAN BORED PILE

Aditya Meivian
21312034

Program Studi Teknik Sipil


Fakultas Teknik
Universitas Serang Raya

ABSTRAKSI

Pondasi tiang merupakan salah satu jenis dari pondasi dalam yang umum
digunakan, yang berfungsi untuk memikul beban yang bekerja diatasnya yaitu
struktur atas bangunan dan diteruskan ke lapisan tanah keras, termasuk mendukung
beban maksimum yang mungkin terjadi. Dalam perencanaannya pondasi tiang harus
dilakukan dengan teliti dan sebaik mungkin.
Tujuan dari perancangan ulang struktur bawah ini adalah untuk mengetahui
apakah pondasi yang digunakan pada pembangunan gedung operasional PT. Marga
Mandalasakti yaitu tiang pancang sudah efisien dalam segi waktu pengerjaannya,
kemudian dibandingkan dengan desain pondasi baru yaitu pondasi bored pile dan
untuk mengetahui apakah dengan mengganti tipe pondasi yang sudah ada menjadi
pondasi bored pile tidak mengurangi kekuatan struktur bangunan.
Dari hasil perhitungan, penggunaan pondasi tiang pancang yang memerlukan
pile cap dan sloof membutuhkan waktu 43 hari kerja (344 jam), sedangkan untuk
pondasi bored pile yang hanya membutuhkan sloof saja hanya membutuhkan waktu
35 hari kerja (280 jam). Selisih waktu mencapai 8 hari kerja (64 jam), sehingga
penggunaan pondasi bored pile lebih efisien dalam segi waktu pelaksanaan
dibandingkan dengan menggunakan pondasi tiang pancang (mini pile), dan jumlah
titik pondasi untuk tiang pancang lebih banyak yaitu 102 tiang, sedangkan untuk
2

bored pile yaitu 54 titik, hal ini karena diameter yang digunakan berbeda pada kedua
pondasi. Meskipun berbeda tetapi tidak mengurangi kekuatan struktur bangunan
tersebut.

Kata Kunci: Pondasi, Tiang Pancang, Bored Pile

1. PENDAHULUAN memenuhi kriteria dalam segi


1.1 1.1 Latar Belakang kekuatan, pondasi juga harus efisien
Pergeseran fungsi bangunan dalam pengerjaannya dan ekonomis.
sebagai hunian tempat tinggal, kini Perhitungan yang cermat dari seorang
bertransformasi menjadi ruangan Tenaga Ahli (Engineer) dapat
unit/wadah/badan/organisasi dengan mengurangi biaya produksi serta
munculnya gedung- gedung bertingkat. waktu pekerjaan dari suatu pondasi
Gedung bertingkat tersebut tidak hanya namun tetap mengutamakan standar
dipandang sebagai tempat keamanannya.
beraktifitasnya manusia dalam
Pemilihan tipe, dimensi, serta
mencapai tujuan tertentu, tapi pada era komponen pondasi yang digunakan
modern kali ini berkembang dilihat haruslah tepat, agar kualitas tetap
dari usia atau umur bangunan. Dengan terjaga sesuai mutu dan Standar
melihat sudut pandang usia atau umur
Nasional Indonesia. Pemilihan
bangunan yang berkelanjutan, maka tersebut akan mempengaruhi umur
peran teknik sipil dalam hal ini perlu dari bangunan itu sendiri, karena
mengkaji rekayasa teknik/mekanika pemilihan yang salah akan
teknik yang dibahas dalam skripsi ini.
mengakibatkan keretakan dan
Struktur bawah bangunan atau kerusakan pada bagian-bagian
yang biasa kita kenal pondasi, pondasi yang akan meruntuhkan
merupakan bagian terpenting dalam keseluruhan bangunan yang ada.
perencanaan awal suatu bangunan, Dalam skripsi kali ini penulis
dalam pelaksanaannya selain harus akan merancang ulang struktur bawah
3

bangunan atau pondasi pada gedung 1.4 1.3 Tujuan Perancangan


opersional PT. Marga Mandalasakti Berdasarkan perumusan
yang terletak di Ciujung, Kabupaten masalah yang telah penulis kaji,
Serang. Judul yang penulis ambil perancangan ini bertujuan agar:
berdasarkan uraian diatas adalah 1. Mengetahui tipe pondasi baru
“PERANCANGAN STRUKTUR yang digunakan tidak mengurangi
BAWAH GEDUNG OPERASIONAL kekuatan struktur bangunan pada
PT. MARGA MANDALASAKTI gedung operasional PT. Marga
DENGAN BORED PILE”. Mandalasakti.
2. Mengetahui pondasi yang
1.2 1.2 Rumusan Masalah
digunakan pada pembangunan
Perumusan masalah
gedung operasional PT. Marga
berdasarkan pembahasan penulis
Mandalasakti sudah efisien dalam
tentang Perancangan Struktur Bawah
segi waktu pengerjaannya.
Gedung Operasional PT. Marga
Mandalasakti, adalah sebagai berikut: 1.5 1.4 Batasan Perancangan
1. Menguji kekuatan struktur Dalam perancangan struktur
bangunan setelah mengganti tipe bawah gedung operasional PT. Marga
pondasi yang digunakan pada Mandalasakti ini, penulis membatasi
gedung operasional PT. Marga ruang lingkup pembahasan
Mandalasakti. perancangan ini pada :
2. Membandingkan efisiensi dala m 1. Perancangan pondasi baru dengan
segi waktu pengerjaan pondasi, menggunakan sumber data yang
antara tiang pancang (mini pile) sama dari pembangunan gedung
yang digunakan pada operasional PT. Marga
pembangunan gedung operasiona l Mandalasakti kemudian
PT. Marga Mandalasakti denga n dibandingkan dengan pondasi
desain yang baru yaitu bored pile. yang sudah ada.
2. Aplikasi komputer yang
digunakan sebagai penunjang
4

perancangan ini adalah AUTO 2. LANDASAN TEORI


CAD. 2.2 2.1 Pondasi
Struktur bawah dari suatu
1.3 1.5 Manfaat Skripsi
bangunan lazim disebut pondasi, yang
Penulis berharap pembuata n
bertugas untuk memikul bangunan
skripsi ini akan dapat memberikan
diatasnya. Seluruh muatan (beban)
manfaat bagi banyak pihak. Manfaat
dari bangunan, termasuk beban-beban
yang diharapkan dari perancangan ini
yang bekerja pada bangunan dan berat
adalah sebagai berikut:
pondasi sendiri, harus dipindahkan
1.5.1 Manfaat Teoritis
atau diteruskan oleh pondasi ke tanah
Penulisan skripsi ini
dasar dengan sebaik-baiknya.
dimaksudkan untuk memenuhi
persyaratan memperoleh derajat Karena pondasi harus

sarjana strata satu Teknik Sipil memikul bangunan beserta beban-

Fakultas Teknik Universitas Serang beban yang bekerja pada bangunan,

Raya, khususnya untuk meningkatkan maka dalam perencanaan pondasi

pemahaman tentang struktur bagian harus diperhitungkan dengan cermat

bawah bangunan dalam hal ini yaitu terhadap dua macam beban, yaitu

pondasi dan sebagai tugas akhir atas beban gravitasi dan beban lateral.

serangkaian mata kuliah yang telah Beban gravitasi merupakan beban

ditempuh melalui pendekatan studi vertikal dengan arah dari atas ke

ilmiah. bawah, dan berasal dari dalam


struktur bangunan, baik berupa beban
1.5.2 Manfaat Praktis mati maupun beban hidup. Sedangkan
Tulisan ini diharapkan dapat lateral merupakan beban horizontal
memberikan informasi kepada pihak dengan arah dari kiri ke kanan atau
pemilik proyek (owner) atau kontraktor sebaliknya dan berasal dari luar
dari proyek pembangunan gedung struktur bangunan, baik berupa beban
operasional PT. Marga Mandalasakti. yang diakibatkan oleh angin maupun
beban yang diakibatkan oleh gempa.
5

Dari uaraian diatas dapatlah C. Batasan sekelilingnya;


dipahami, bahwa pondasi merupakan D. Waktu dan biaya pekerjaan.
bagian yang paling penting dari
2.3 Jenis-Jenis Pondasi
struktur bangunan, karena jika terjadi
2.3.1 Pondasi Telapak
kegagalan/kerusakan pada pondasi,
Pondasi telapak beton
maka dapat berakibat pada kerusakan
bertutang digunakan pada bangunan
bangunan di atasnya, atau bahkan
bertingkat yang jumlah tingkatnya
robohnya struktur bangunan secara
tidak terlalu banyak. Daya dukung
keseluruhan.
tanah juga tidak terlalu jelek.
2.2 Dasar-Dasar Pe milihan Jenis Langkah- langkah perhitungan
Pondasi pondasi telapak dari beton bertulang:
Dalam pemilihan bentuk dan 1. Menentukan ukuran pondasi
jenis pondasi yang memadai pertu 2. Kontrol geser
diperhatikan beberapa hal yang 3. Menentukan pembesian
berkaitan dengan pekerjaan pondasi 4. Menentukan besar penurunan
tersebut. lni karena tidak semua jenis
pondasi dapat dilaksanakan di semua Pondasi telapak pada umunya

tempat. Misalnya pemilihan jenis dibangun diatas tanah pendukung

pondasi tiang pancang di tempat padat pondasi dengan membuat suatu

penduduk tentu tidak tepat walaupun tumpuan yang bentuk dan ukurannya

secara teknis cocok dan secara (dimensinya) sesuai dengan beban

ekonomis sesuai dengan jadwal bangunan dan daya dukung tanah

kerjanya. pondasi itu.

Beberapa hal yang harus 2.3.2 Pondasi Rakit


dipertimbangkan dalam penetuan jenis Pondasi rakit (raft
pondasi adalah: foundation/mat foundation),
A. Keadaan tanah pondasi; didefinisikan sebagai bagian bawah
B. Batasan akibat konstruksi dari struktur yang berbentuk rakit
diatasnya (supper structure); melebar ke seluruh bagian dasar
6

bangunan. Bagian ini berfungsi lunak, ke tanah pendukung yang


meneruskan beban bangunan ke tanah kuat;
di bawahnya. Pondasi rakit digunakan 2. Untuk meneruskan beban ke tanah
bila lapisan tanah pondasi berkapasitas yang relatif lunak sampai
dukung rendah, sehingga jika kedalaman tertentu sehingga
digunakan pondasi telapak akan pondasi bangunan mampu
memerlukan luas yang hampir memberikan dukungan yang
memenuhi bagian bawah bangunannya. cukup untuk mendukung beban
Terzaghi dan Peck (1948) tersebut oleh gesekan dinding
menyarankan bila 50% luas bangunan tiang dengan tanah di sekitamya;
terpenuhi oleh luasan pondasi, lebih 3. Untuk mengangker bangunan yang
ekonomis jika digunakan pondasi rakit dipengaruhi oleh gaya angkat ke
karena dapat menghemat biaya atas akibat tekanan hidrostatis atau
penggalian dan penulangan beton. momen penggulingan;
4. Untuk menahan gaya- gaya
2.3.3 Pondasi Tiang
horisontal dan gaya yang arahnya
Pondasi tiang digunakan untuk
miring;
mendukung bangunan bila lapisan
5. Untuk memadatkan tanah pasir,
tanah kuat terletak sangat dalam.
sehingga kapasitas dukung tanah
Pondasi jenis ini dapat juga digunakan
tersebut bertambah;
untuk mendukung bangunan yang
6. Untuk mendukung pondasi
menahan gaya angkat ke atas, terutama
bangunan yang perrnukaan
pada bangunan-bangunan tingkat
tanahnya mudah tergerus air.
tinggi yang dipengaruhi oleh gaya-
gaya akibat beban angin.

Pondasi tiang digunakan untuk


beberapa maksud, antara lain :
1. Untuk meneruskan beban bangunan
yang terletak di atas air atau tanah
7

Gambar 2.1 Panjang dan beban Gambar 2.2 Tiang bor.


maksimum untuk berbagai macam tipe
tiang yang umum dipakai dalam
Keuntungan penggunaan pondasi
praktek (Carson. 1965).
tiang bor, antara lain :
2.3.3.1 Pondasi Tiang Bor (Bored 1. Tidak ada resiko kenaikan muka

Pile) tanah;

Pondasi tiang bor dipasang ke 2. Kedalaman tiang dapat

dalam tanah dengan cara mengebor divariasikan;

tanah terlebih dahulu, baru kemudian 3. Tanah dapat diperiksa dan

diisi dengan tulangan dan dicor beton. dicocokkan dengan data

Tiang ini, biasanya, dipakai pada tanah laboratorium;

yang stabil dan kaku, sehingga 4. Tiang dapat dipasang sampai

memungkinkan untuk membentuk kedalaman yang dalam, dengan

lubang yang stabil dengan alat bor. diameter besar, dan dapat

Jika tanah mengandung air, pipa besi dilakukan pembesaran ujung

dibutuhkan untuk menahan dinding bawahnya jika tanah dasar berupa

lubang dan pipa ini ditarik ke atas pada lempung atau batu lunak;

waktu pengecoran beton. Pada tanah 5. Penulangan tidak dipengaruhi

yang keras atau batuan lunak, dasar oleh tegangan pada waktu

tiang dapat dibesarkan untuk pengangkutan dan pemancangan.

menambah tahanan dukung ujung tiang


Kerugian penggunaan pondasi
tiang bor:
8

1. Pengeboran dapat mengakibatkan C. Tiang merupakan kolom pendek


gangguan kepadatan, bila tanah dan elastis. Karena itu distribusi
berupa pasir atau tanah yang tegangan dan deformasi
berkerikil; membentuk bidang rata.
2. Pengecoran beton sulit bila
Beberapa ketentuan yang
dipengaruhi air tanah karena mutu
berlaku dari pondasi telapak dari
beton tidak dapat dikontrol dengan
beton bertulang, berlaku pula pada
baik;
perhitungan pile cap.
3. Air yang mengalir ke dalam lubang
bor dapat mengakibatkan gangguan 2.4.1 Dimensi Pile Cap
tanah, sehingga mengurangi Jarak tiang mempengaruhi
kapasitas dukung tanah terhadap ukuran pile cap. Jarak tiang pada
tiang; kelompok tiang biasanya diambil
4. Pembesaran ujung bawah tiang 2,5D-3D, dimana D adalah diameter
tidak dapat dilakukan bila tanah tiang.
berupa pasir.

2.4 Pile Cap


Pile cap berfungsi untuk
mengikat tiang-tiang menjadi satu
kesatuan dan memindahkan beban
kolom kepada tiang. Pile cap biasanya Gambar 2.3 Jarak Tiang Pile Cap
terbuat dari beton bertulang.
Perencanaan pile cap dilakukan dengan 1.1 2.5 Balok Sloof
anggapan sebagai berikut: Fungsi utama balok sloof
A. Pile cap sangat kaku adalah sebagai pengikat antar pondasi
B. Ujung atas tiang menggantung sehingga diharapkan bila terjadi
pada pile cap. Karena itu, tidak ada penurunan pada pondasi, penurunan
momen lentur yang diakibatkan itu dapat tertahan atau akan terjadi
oleh pile cap ke tiang. secara bersamaan.
9

2.5 2.6 Waktu dan Durasi Kegiatan 3.1 3.1 Objek Perancangan
Terdapat dua perbedaan dalam Dalam pengerjaan skripsi ini,
konteks penjadwalan, yaitu waktu yang digunakan sebagai objek kajian
(time) dan kurun waktu (duration), bila adalah merancang kembali pondasi
waktu menyatakan siang/malam, gedung operasional PT. Marga
sedangkan kurun waktu atau durasi Mandalasakti dengan menggunakan
menunjukkan lamanya waktu yang bored pile, kemudian dibandingkan
dibutuhkan dalam melakukan suatu dengan pondasi yang telah digunakan
kegiatan, lamanya waktu kerja dalam di lapangan yaitu tipe tiang pancang
satu hari adalah 8 jam. Menentukan mini pile berdimensi persegi empat
durasi suatu pekerjaan biasanya dalam segi efisiensi waktu, dan tidak
dilandasi volume pekerjaan dan mengurangi kekuatan struktur
produktivitas kelompok pekerja dalam bangunan tersebut.
menyelesaikan suatu pekerjaan.
3.7 3.2 Analisis Data
Keterlambatan atau percepatan
Data yang didapat dari
jadwal proyek dapat diketahui dari
pondasi yang digunakan pada gedung
Kurva S, kurva S adalah sebuah grafik
operasional PT. Marga Mandalasakti
yang dikembangkan oleh Warren T.
adalah pondasi tiang yang merupakan
Hanumm atas dasar pengamatan
jenis pondasi dalam (deep foundation)
terhadap sejumlah besar proyek sejak
dengan tipe tiang pancang mini pile
awal hingga akhir proyek. Kurva S
berdimensi persegi empat. Pada
dapat menunjukkan kemajuan proyek
skripsi ini penulis mencoba
berdasarkan kegiatan, waktu, dan
merancang ulang pondasi gedung
bobot pekerjaan yang
tersebut dengan mengganti jenis
direpresentasikan sebagai persentase
pondasi yang masih termasuk ke
kumulatif dari seluruh kegiatan proyek.
dalam jenis pondasi dalam yaitu
dengan pondasi bored pile. Berikut
3. METODOLOGI
alasan mengapa penulis memilih
.PERANCANGAN
pondasi bored pile sebagai pengganti
10

tiang pancang: dalam gambar 3.1


1. Tidak ada resiko kenaikan muka
tanah;
2. Kedalaman tiang dapat
3.8
divariasikan;
3.9
3. Tanah dapat diperiksa dan
dicocokkan dengan data
laboratorium;
4. Tiang dapat dipasang sampai
kedalaman yang dalam, dengan
diameter besar, dan dapat
dilakukan pembesaran ujung
bawahnya jika tanah dasar berupa
lempung atau batu lunak; Gambar 3.1 Diagram Alir Tahapan
Penulisan
5. Penulangan tidak dipengaruhi oleh
tegangan pada waktu pengangkutan
3.4 Proses Perancangan Pondasi
dan pemancangan.
Proses perancangan pondasi
6. Memenuhi syarat teknik da n
yang dilakukan harus melalui
spesifikasi bangunan.
tahapan-tahapan tertentu, tahapan-
tahapan ini memudahkan penulis
3.5 3.3 Tahapan Penulisan
untuk memulai perancangan pondasi
Tahapan penulisan dibuat
hingga akhir perancangan, adapun
berdasarkan pada urutan pelaksanaan
proses perancangan pondasi
penulisan sehingga memudahkan
dijelaskan lebih terinci dengan
pelasanaan perhitungan dan untuk
diagram alir/flow chart dalam gambar
menghasilkan suatu tulisan skripsi
3.2 berikut:
yang memenuhi kaidah-kaidah ilmiah.
Adapun tahapan-tahapan dalam
penulisan skripsi secara detail
dijelaskan dengan bagan alir/flow chart
11

3. SNI 7394-2008 Tata Cara


Perhitungan Harga Satuan
Pekerjaan Beton Untuk
Konstruksi Bangunan Gedung
dan Perumahan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.2 4.1 Perancangan Pondasi
Perancangan pondasi untuk
gedung operasional PT. Marga
Mandalasakti yang berlokasi di
Ciujung, Kragilan Serang dan terdiri
dari 3 lantai, penulis akan membahas
dengan rincian perhitungan-
perhitungan yang sesuai, yaitu
meliputi perhitungan keseluruhan
Gambar 3.2 Diagram Alir beban bangunan, perhitungan gempa,
Perancangan Pondasi perhitungan momen, perhitungan
kapasitas dukung tiang, serta
3.6 3.5 Peraturan Yang Digunakan
perhitungan tulangan yang kemudian
Berikut adalah peraturan-
akan diketahui hasilnya apakah
peraturan yang digunakan penulis
rancangan baru ini lebih efisien atau
sebagai batasan dan acuan dalam
tidak.
perancangan pondasi:
1. SNI 03-2847-2002 Tata Cara 4.3 4.2 Pembebanan
Perhitungan Struktur Beton untuk 4.4 A. Atap
Bangunan Gedung 1. Beban mati = 361.221,09 kg
2. SNI 03-1726-2003 Tata Cara 2. Beban hidup = 88.404,5 kg
Perencanaan Ketahanan Gempa
untuk Bangunan Gedung
12

B. Lantai 3 dan Tc = 0,6 detik, dan lokasi proyek


1. Beban mati = 801.249.84 kg yang termasuk wilayah Kab. Serang,
2. Beban hidup = 221.011,25 kg jadi lokasi proyek tersebut berada di
wilayah 4. Sehingga didapat : Am =
C. Lantai 2
0,70 dan Ar = 0,42. Faktor keutamaan
1. Beban mati = 827.084,93 kg
(I) untuk gedung operasional yang
2. Beban hidup = 221.011,25 kg
difungsikan sebagai perkantoran = 1 ,
didapat dari tabel 2.9 SNI 03-1726-
D. Lantai 1 (Dasar)
2003. Faktor reduksi gempa (R) = 2,2
1. Beban mati = 550.144,668 kg
→ elastik penuh.
2. Beban hidup = 221.011,25 kg

Jumlah total beban: 4.5 4.4 Pondasi Bored Pile


4.4.1 Data-Data Perancangan Bored
Watap = 449.625,59 kg
Pile
W3 = 1.022.261,09 kg
Direncanakan diameter bored pile (d)
W2 = 1.048.096,18 kg
= 600 mm
W1 = 771.155,918 kg
Kedalaman tiang (L) = 9 m
Wtotal = 3.291.138,778kg
Mutu baja U-39 (fy) = 390 Mpa

maka berat total (Wtotal ) gedung Mutu beton K 450, = 37,35 MPa;
untuk tiang bor
operasional PT. Marga Mandalasakti
Mutu beton K 300, = 24,90 MPa ;
yang terdiri dari 3 lantai adalah
untuk sloof
3.291.138,778 kg ≈ 3.291.139 kg.
mutu beton sloof dan bored pile
4.1 4.3 Perhitungan Ge mpa (Gaya Geser disamakan dengan yang dilaksanakan
Tingkat) di lapangan
Didapat dari tabel 2.7 dan 2.8, .
menurut SNI 03-1726-2003 jenis tanah 4.4.2 Tahanan Ujung Ultimit

pada lokasi proyek gedung operasional Perhitungan menggunakan dengan

PT. Marga Mandalasakti digolongkan metode O’Neill dan Reese (1989)

pada tanah sedang yaitu (15 ≤ N < 50) Luas dasar tiang (Ab)
13

Ab = π r2
Dik: d = 600 mm → r = 300 mm
= 0,3 m
maka: Ab = π r2 = 3,14 . (0,3)2 m
= 0,283 m2
Sumber: Data Hasil Perhitungan (2017)

N-SPT diambil nilai N 60 dari rata-rata


ujung bawah bored pile sampai 2db di Tabel 4.2 Tahanan Gesek Ultimit
bawahnya (L + 2db ) = (9m + (2 x
0,6m)) = 10,2 m, sehingga dari tabel
4.2 didapat N 60 = 46,5
Dik: 𝜎𝑟 (tegangan refrensi) = 100
kPa Sumber: Data Hasil Perhitungan (2017)

maka: fb = 0,60 . 𝜎𝑟 . N60 ≤ 4500 kPa =


0,60 . 100 kPa . 46,5 ≤ 4500 kPa = 4.4.4 Kapasitas Dukung Ultimit

2790 kPa ≤ 4500 kPa Netto

dan, Qb = Ab . fb Berat bored pile (Wp):

//// = 0, 283 m2 x 2790 kPa Wp = (¼ π d2 L) γbeton

// = 789,57 kN Dik: d = 600mm = 0,6m


L=9m
4.4.3 Tahanan Gesek Ultimit
γbeton = 25 kN/m3
Keliling tiang = π .d = 3,14 x 0,6 m =
maka: Wp = (¼ π d2 L) γbeton
1,884 m
= (¼ x 3,14 x (0,6)2 m x
Hitungan tahanan gesek ditunjukkan
dalam tabel 4.1 dan 4.2 9m) x 25 kN/m3
= 2,543 m3 x 25 kN/m3
Tabel 4.1 Tekanan Overburden di = 63,59 kN
Tengah-Tengah Lapisan Tanah
Akibat adanya air tanah, tiang akan
mengalami gaya angkat ke atas:
U = {¼ π d2 (L - 0,6m)} γw → γw =
14

9,81 kN/m3 4.4.7 Daya Dukung Lateral Izin


maka: U = {¼ x 3,14 x (0,6)2 m x (9m Bored Pile

- 0,6m)} x 9,81 kN/m3 Tinggi pangkal bored pile (La) = 0,4

= 0,283 m2 x (8,4 m) x 9,81 m

kN/m3 Sudut gesek dalam (∅) = 35o

= 23,29 kN Panjang bored pile (L) = 9 m


1
Panjang jepitan bored pile (Ld) = /3 .
Wp’ = Wp - U
1
L = /3 . 9 m = 3 m
= 63,59 kN – 23,29 kN
= 40,30 kN Berat volume tanah (Ws) = γb = 17
kN/m3
Sehingga:
Koefisien tekanan tanah pasif (Kp) =
Qu = Qb + Qs - Wp’ = 789,57 kN +

786,68 kN – 40,30 kN tan2 (45o + ) = 3,69
2
= 1.535,95 kN

4.4.5 Kapasitas Dukung Izin


Qu
Qa =
SF
Dik: SF (faktor aman) = 2,5
1.535,95 kN
maka: Qa =
2,5

= 614,38 kN ≈ 61,44 ton

4.4.6 Jumlah Titik Pondasi


Wtotal 3.291,139 ton
𝑛 = =
Qa 61,44 ton Gambar 4.1 Daya dukung lateral
izin tiang bor
= 53,57 ≈ 54 titik.
Sumber: Data Pribadi (2017)
15

4.4.8 Perhitungan Tulangan D16


Longitudinal Tekan Lentur 𝜋
Luas tulangan (As1 ) = 4 d2
Gaya aksial ultimit (Pu): 3,14
= x (16 mm)2
Pu = 𝜙 × Pn = K x P maks 4
= 200,96 mm2
Dik: K = faktor beban ultimit = 1,5
P maks = 615 kN Jumlah tulangan yang diperlukan

maka: Pu = K x P maks As 1.836,9 mm2


= =
As 1 200,96 mm2
= 1,5 x 615 kN
= 922,5 kN = 9,14 ≈ 10
Maka tulangan yang digunakan
Momen ultimit (Mu):
adalah 10 D16
Mu = ϕ × Mn = K x M maks,
dengan M maks = 58,25 kNm 4.4.9 Perhitungan Tulangan Geser
maka: Mu = K x M maks Panjang bored pile (L) = 9.000 mm
= 1,5 x 58,25 kNm Diameter bored pile = 600 mm
= 87,38 kNm Luas tulangan longitudinal (As) =

Luas penampang bored pile (Ag): 1.836,9 mm2


𝜋 Kuat tekan beton (fc’) = 37,35 MPa
Ag = d2 ,dengan d = 600mm
4 Tegangan leleh baja (fy) = 390 MPa
𝜋 3,14 Gaya aksial ultimit (Pu) = 922,5 kN ≈
maka: Ag = d2 = (600mm)2
4 4
922.500 N
= 0,785 x 360.000 mm2
Momen ultimit (Mu) = 87,38 kNm ≈
= 282.600 mm2
87.380.000 Nmm
Gaya Lateral Izin (H Izin) = 26 kN ≈
Menghitung Tulangan:
26.000 N
Rasio tulangan (ρ) = 0,65%
Faktor reduksi kekuatan geser (𝜙) =
Luas tulangan yang diperlukan
0,6
(As) = ρ x Ag
= 0,65% x 282.600 mm2
Gaya geser ultimit akibat momen
2
= 1.836,9 mm
(Vu):
Diameter tulangan yang digunakan =
16

Mu Luas tulangan geser / sengkang (Asv):


Vu =
L π 3,14
Asv = d2 = x 102 = 157 mm2
87.380.000 Nmm 4 4
=
9.000 mm
= 9.708,89 N Jarak tulangan yang diperlukan (S):
Asv × fy × d.efektif
Gaya geser ultimit akibat gaya lateral S =
Vs
(Vu):
14.744.184 Nmm
Vu = K x H izin =
65.000 N
= 1,5 x 26.000 N = 39.000 N = 226,83 mm ≈ 225 mm
Diambil gaya geser ultimit rencana
(Vu) = 39.000 N Digunakan sengkang: 𝛟10 – 225

Tebal ekivalen penampang (h):


4.6 4.5 Desain Sloof
h = √Ag
4.5.1 Data-Data Perancangan Sloof
= √282.600 mm2 Panjang (L) = 6.000 mm
= 531,6 mm Lebar (b) = 600 mm
Lebar ekivalen penampang (b): Tinggi (h) = 400 mm
b = h = 531,6 mm Tinggi efektif (d)

Tebal efektif (d) = h - selimut beton

d = h - d' = 400 mm – 75 mm = 325 m

Dik: d' = jarak tulangan terhadap sisi Momen Inersia (I)


1
luar beton yaitu 50 mm = x b x h3
12
maka: d = h - d'
1
= 531,6 mm – 50 mm = x 600mm x (400mm)3
12
= 481,6 mm
= 3,2 x 109 mm4

Vu 39.000 N Fc’ (K-300) = 24,90 MPa


Vs = = = 65.000 N
ϕ 0,6 Fy = 390 MPa

untuk tulangan geser digunakan Δs = 10 mm

sengkang berpenampang: ϕ10 E Ec = 28.724 MPa


17

Beban aksial terfaktor pada kolom: = 153.194.666 Nmm


Pu = 922.500 N
Dipakai tulangan atas 3 D 19
Beban dinding batu bata = 1.700 π
3 Asatas = n x d2
kg/m 4
Beban dinding bata ringan (hebel) = 3.14
= x (19mm)2 x 3 bh
650 kg/m 3 4
= 850,16 mm2
As × fy
4.5.2 Perhitungan Tulangan Lentur aatas =
0,85 × fc ′ × b
Tulangan lentur (As min) tidak boleh
850,16 mm2 × 390 MPa
kurang dari: =
0,85 × 24,90 MPa × 600 mm
√fc ′
As min = xbxd = 26,11 mm
4.fy

√24,90 MPa Dipakai tulangan bawah 5 D 19


= x 600 mm
4×390 MPa π
Asbawah = n x d2
x 325 mm 4
= 623,75 mm2 3.14
= x (19mm)2 x 5 bh
4
dan tidak lebih kecil dari:
= 1.416,93 mm2
1,4 b.d
As min = As × fy
fy abawah =
0,85 × fc ′ × b
1,4 ×600 mm ×325 mm
= 1.416,93 × 390 MPa
390 MPa =
0,85 × 24,90 MPa × 600
2
= 700 mm
= 43.52 mm
Perhitungan berdasarkan beban akibat
Tulangan atas dan bawah yang
penurunan antar pondasi, dengan
dipakai:
persamaan:
Astotal = Asatas + Asbawah
6 × E × I × ∆S
ΔM = = 850,16 mm2 + 1.416,93 mm2
Ls2
= 2.267,09 mm2
6 × 28.724 × 3,2 x 109 ×10
= atotal = aatas + abawah
(6.000)2
= 19,16 mm + 21.5 mm
18

= 40,66 mm Perhitungan Tulangan Geser


atotal Beban pada sloof :
Maka: Mn = Astotal x fy (d - )
2 Akibat beban dinding
= 2.267,09 mm2 = 0,15m x 3,830m x 6m x 1.700
x 390 N/mm2 x (325 mm kg/m3
69,63 mm = 5.859,9 kg
- )
2 Akibat berat sendiri sloof
= 256.571.449,5 Nmm = 0,6 m x 0,4 m x 6 m x 2.400 kg/m3
φ Mn = 0,8 x 256.571.449,5 Nmm = 3.456 kg
= 205.257.159,6 Nmm > ΔM
1,4 x (5.859,9 kg +3.456 kg)
= 153.194.666 Nmm → OK Vu =
2
13.042,26 kg
Perhitungan berdasarkan beban aksial =
2
terfaktor dan momen terfaktor yang
= 6.521,13 kg ≈ 65.211,3 N
bekerja pada sloof:
Pu = 922.500 N ≈ 922,5 kN 0,3 Nu
Vc = (1 + )
600 ×400
P yang diterima sloof sebesar 10%: √24,90 × 600 × 325
P = 10% x 922,5 kN 6

= 92,25 kN = ( 1 + 1,153.10-3 ) 162.174,68 N


= 162.361,69 N
M akibat dinding:
1
M= x q L2 φ Vc = 0,75 x 162.361,69 N
8
= 121.771,27 N
1 3
= x 1.700 kg/m x 0,15m φ Vc = 121.771,27 N > Vu =
8
65.211,3 N
x 3,830m x (6m)2
= 4.394,93 kgm ≈ 43,95 kNm dipasang tulangan ϕ8 – 125
φ Pn = 0,8 x 922.500 N
Momen terfaktor:
= 738.000 N
M = 1,4 DL = 1,4 x 43,95 kNm
= 61,53 kNm 0,10 fc’Ag = 0,1 x 24,90 N x 600 mm
19

x 400 mm = 597.600 Nmm2 kerja (80 jam)


φ Pn 738.000 N > 0,10 fc’Ag = 3. Sloof → 8 hari
597.600 Nmm2 → OK kerja (64 jam)
maka dipakai jarak sengkang 125 mm
Total dari ketiga pekerjaan tersebut
adalah 43 hari (344 jam).
4.8 4.6 Perbandingan Estimasi Waktu
Perbandingan waktu 4.6.2 Pekerjaan Pondasi Bore Pile
pelaksanaan antara pekerjaan tiang Pada pekerjaan pondasi bored
pancang (mini pile) yang digunakan pile, hanya terdiri dari bored pile
pada proyek gedung operasional PT. sebagai pondasi dan sloof saja, tidak
Marga Mandalasakti dengan desain membutuhkan pile cap. Berikut
baru yaitu tiang bor (bored pile). adalah waktu pelaksanaan dari kedua
Waktu pelaksanaan 1 hari kerja adalah pekerjaan tersebut:
8 jam. Berikut adalah perbandingan 1 Bored Pile
waktu pelaksanaan dari kedua π
V= x d2 x t x n
4
pekerjaan pondasi tersebut
3,14
= x (0,6m)2 x 9m x 54
4.6.1 Pekerjaan Pondasi Tiang 4

Pancang = 137,34 m3

Pada pekerjaan pondasi tiang Waktu yang diperlukan


pancang yang digunakan pada proyek
8 jam
gedung operasional PT. Marga = x 137,34 m3 = 216 jam
5m3
Mandalasakti, terdiri dari tiang
= 27 hari kerja
pancang sebagai pondasi, pile cap dan
2. Sloof → 8 hari
sloof. Berikut adalah waktu
kerja (64 jam)
pelaksanaan dari ketiga pekerjaan
Total dari kedua pekerjaan tersebut
tersebut:
adalah 35 hari (280 jam).
1. Tiang Pancang → 25 hari
kerja (200 jam)
Sehingga dapat diketahui
2. Pile Cap → 10 hari bahwa penggunaan pondasi tiang
20

pancang yang memerlukan pile cap berbeda tetapi tidak mengurangi


dan sloof membutuhkan waktu hingga kekuatan struktur bangunan
43 hari kerja (344 jam), sedangka n tersebut.
jika menggunakan pondasi bored pile 2. Penggunaan pondasi tiang pancang
yang hanya membutuhkan sloof saja yang memerlukan pile cap dan
tanpa menggunakan pile cap hanya sloof membutuhkan waktu 43 hari
membutuhkan waktu 35 hari kerja
kerja (344 jam), sedangkan untuk
(280 jam), dengan selisih waktu pondasi bored pile yang hanya
mencapai 8 hari kerja (64 jam), tentu membutuhkan sloof saja tanpa
hal ini membuktikan bahwa menggunakan pile cap hanya
penggunaan pondasi bored pile lebih membutuhkan waktu 35 hari kerja
efisien dalam segi waktu pelaksanaa n
(280 jam). Selisih waktu mencapai
dibandingkan dengan menggunaka n 8 hari kerja (64 jam), sehingga
pondasi tiang pancang penggunaan pondasi bored pile
. lebih efisien dalam segi waktu
5. KESIMPULAN DAN SARAN
pelaksanaan dibandingkan dengan
5.1 Kesimpulan menggunakan pondasi tiang
1. Perhitungan pondasi tiang bor atau pancang (mini pile).
bored pile dengan diameter 600 mm
dan kedalaman 9 m yang dilakukan 5.2 Saran

dengan menggunakan perhitungan 1. Jika melihat lokasi proyek yang


manual dan dengan panduan dari berada disekitar penduduk,
literatur mengenai pondasi. Jumlah penggunaan pondasi bored pile
titik pondasi untuk tiang pancang lebih disarankan, karena bored pile
lebih banyak yaitu 102 tiang, jika tidak menimbulkan gangguan suara

dibandingkan dengan jumlah titik dan getaran yang membahayakan


pondasi bored pile yang di desain bahkan membuat kerusakan atau
yaitu 54 titik, hal ini karena retakan pada bangunan yang berada
diameter yang digunakan berbeda di sekitarnya
pada kedua pondasi. Meskipun
21

2. Sebaiknya dilakukan kajian kembali Farm, A.T. (2007). Contruction


terhadap pemilihan tipe pondasi Replicas, [online]. Tersedia:
yang sesuai kondisi lingkungan http://www.agfarmtoys.com/.
sekitar proyek serta metode Getable. (2011). The New Way to
pengerjaannya. Mungkin dari segi Rent, [online]. Tersedia:
biaya tiang pancang akan lebih https://www.getable.com/.
murah jika dibandingkan dengan
Hardiyatmo, H. C. (2006). Teknik
pondasi bored pile, namun bored
Fondasi II. Beta Offset:
pile jauh lebih baik karena tidak
Yogyakarta
akan menimbulkan resiko rusaknya
bangunan di sekitar proyek. Hardiyatmo, H. C. (2011). Analisis
dan Perancangan Fondasi I.
DAFTAR PUSTAKA Gadjah Mada University
Press: Yogyakarta.
Asroni, A. (2010). Kolom, Fondasi dan
Balok “T” Beton Bertulang. Husen, A. (2011). Manajemen
Graha Ilmu: Yogyakarta. Proyek. ANDI: Yogyakarta.

Badan Standarisasi Nasional. (2002). Lubis, S. (2007). Keterhantaran


SNI 03-2847-2002. BSN: Hidraulik dan
Bandung. Permeabilitas. Universitas
Sumatra Utara: Sumatra Utara.
Badan Standarisasi Nasional. (2003).
SNI 03-1726-2003. BSN: Nakazawa, K. (2000). Mekanika
Bandung. Tanah dan Teknik Pondasi. PT
Pradnya Paramita: Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional. (2008).
SNI 7394-2008. BSN: Pamungkas, A. dan Harianti, E.
Bandung. (2013). Desain Pondasi Tahan
Gempa. ANDI: Yogyakarta.
Equipment, C. (2017). Contruction
Equipment, [online]. Tersedia: Wesley, L. D. (2012). Mekanika
https://cooperequipment.ca. Tanah untuk Tanah Endapan
22

Residu. ANDI: Yogyakarta.

World, E. (2017). Equipment World,


[online]. Tersedia:
http://www.equipmentworld.co
m/.

Anda mungkin juga menyukai