Oleh:
Joan
200218051
1. 1. Latar Belakang
Pada kurikulum perkuliahan program studi teknik sipil Universitas Atma
Jaya Yogyakarta, mahasiswa diwajibkan untuk melakukan praktik lapangan.
Terdapat dua jenis program yang dapat dilaksanakan untuk memenuhi syarat
tersebut yakni kerja praktik atau magang. Magang dan kerja praktik merupakan
mata kuliah praktik dimana mahasiswa dapat mendapatkan pengalaman aktual
dari teori yang sudah didapatkan pada masa perkuliahan. Kerja praktik memiliki
bobot 2 Satuan Kredit Semester (SKS) sedangkan magang 5 SKS. Perbedaan
antara dua program ini yaitu kerja praktik dapat dilaksanakan sembari
menjalankan kegiatan perkuliahan sedangkan program magang tidak.
Salah satu program magang yang ditawarkan dari program studi teknik
sipil Universitas Atma Jaya Yogyakarta dan diikuti oleh penulis yaitu magang
Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Salah satu tujuan dari program
magang berbasis MBKM yaitu untuk mempersiapkan mahasiswa untuk siap
bersaing secara global dengan penerapan ilmu yang sudah didapatkan pada masa
perkuliahan hingga memiliki keahlian serta keterampilan.
Pada program ini penulis ditempatkan untuk melakukan magang bersama
PT. Tatamulia Nusantara Indah bertempat di proyek POU CHEN FACTORY
(General Package of Central Java Plant). Pada proyek ini penulis ditempatkan
oleh project manager untuk belajar pada divisi quality control.
Program magang MBKM juga memfasilitasi mahasiswa untuk dapat
menkonversi mata kuliah sebanyak maksimal 20 SKS. Salah satu mata kuliah
yang diambil untuk konversi yaitu mata kuliah Tugas Akhir Perancangan
Infrastruktur. Mengambil konversi mata kuliah ini membuat penulis diharuskan
untuk juga belajar diluar divisi quality control. Konversi mata kuliah ini
diwajibkan untuk melakukan perancangan struktur.
Pada pelaksanaan magang ini, penulis kesulitan untuk mencari pekerjaan
perancangan yang dilakukan pada proyek. Hal ini dikarenakan penulis
ditempatkan untuk magang pada perusahaan kontraktor. Setelah mencari saran
pada divisi engineering kontraktor dan mendapatkan ijin dari dosen penggerak,
penulis memutuskan untuk melakukan perancangan ulang struktur pada salah
satu bangunan gedung yang ada di lokasi proyek. Bangunan tersebut adalah
bangunan dormitory.
Penulis memilih bangunan dormitory karena bangunan ini merupakan
bangunan yang secara struktur tidak terlalu kompleks tetapi juga tidak terlalu
sederhana bagi penulis. Bangunan ini terdiri dari dua jenis struktur bangunan
yaitu struktur beton bertulang pada struktur utama dan struktur baja pada struktur
atap. Bangunan ini terdiri dari 3 lantai ditambah 1 lantai atas sebagai rooftop.
1. 3. Tujuan
1. Mengetahui sistem representasi data tanah yang dihasilkan dari Dynamic
Cone Penetrometer Test pada suatu sampel tanah yang diuji.
2. Mengetahui sistem pengelolaan keuangan yang digunakan oleh PT. Tatamulia
Nusantara Indah pada pengelolaan proyek POU CHEN FACTORY (General
Package of Central Java Plant).
3. Mengetahui metode konstruksi dan penggunaan alat berat pada instalasi
struktur baja pada proyek POU CHEN FACTORY (General Package of
Central Java Plant).
4. Menghasilkan desain struktur yang aman untuk menopang beban yang sudah
di rencanakan sesuai fungsi bangunan Dormitory Building pada proyek PCG
Central Java Industrial Project Pekalongan Factory.
5. Menghasilkan perencanaan manajemen konstruksi untuk bangunan
Dormitory Building pada proyek POU CHEN FACTORY (General Package
of Central Java Plant).
1. 4. Manfaat
1. Pelaksanaan magang dan pembentukan laporan magang memiliki manfaat
sebagai bentuk pengaplikasian ilmu ketekniksipilan dalam dunia kerja dan
sebagai bentuk dokumentasi kegiatan magang yang dapat dibaca dan diambil
ilmunya oleh pembaca.
2. Memberikan pembelajaran mengenai proses perancangan struktur suatu
bangunan sebagai bentuk implementasi ilmu yang didapas selama masa
pembelajaran perkuliahan.
3. Memberikan suatu bentuk latihan pada penulis mengenai apa yang telah
dipelajari di dalam dunia perkuliahan tentang cara melakukan perancangan
struktur pada sebuah bangunan sesuai standart yang ada di Indonesia.
BAB 2
KEGIATAN MAGANG
3. 1. Teori
3.1.1. Perancangan Struktur Bangunan Gedung
Suatu sistem struktur bangunan merupakan kerangka yang terdiri
dari rakitan elemen struktur. Dalam sistem struktur gedung, elemen
balok, kolom, atau dinding geser membentuk struktur kerangka yang
disebut juga sistem struktur portal. Sistem struktur yang tidak dibedakan
unsur elemennya, seperti pelat, cangkang, atau tangki dinamakan sistem
struktur kontinum. Setiap elemen-elemen struktur mempunyai fungsi dan
karakteristik yang berbeda. Pada suatu sistem struktur, elemen-elemen
struktur mempunyai suatu mekanisme penyaluran beban dari atas ke
tanah (sistem Fondasi).
Struktur sebuah bangunan dibagi menjadi dua yaitu struktur atas
dan struktur bawah. Struktur bawah yaitu bagian struktur yang ada di
bawah tanah seperti struktur besmen dan/atau struktur fondasi. Struktur
atas merupakan struktur yang berada di atas tanah seperti kolom, balok,
plat, tangga dan atap. (SNI 1726: 2012).
Menurut Schodek, 1991 untuk melakukan analisis atau desain
suatu struktur perlu ditetapkan kriteria yang digunakan sebagai ukutan
maupun untuk menentukan apakah struktur tersebut dapat diterima untuk
penggunaan yang diinginkan atau untuk maksud desain tertentu.
Beberapa kriteria struktur menurut Schodek, 1991 yaitu sebagai berikut.
1. Kemampuan layan (serviceability)
Kemampuan layan diartikan sebagai struktur harus mampu memikul
beban rencana secara aman tanpa kelebihan tegangan pada material
dan mempunyai deformasi yang masih dalam daerah yang diizinkan.
Kemampuan ini diperoleh dengan menggunakan faktor keamanan
dalam desain elemen struktur.
2. Efisiensi
Kriteria efisiensi mencakup tujan desain struktur yang relatif
ekonomis. Ukurannya adalah banyaknya material yang diperlukan
untuk memikul beban yang diberikan dalam ruang pada kondisi dan
kendala yang ditentukan. Sangat mungkin terjadi bahwa perakitan
elemen- elemen struktural akan efisien apabila materialnya mudah
dibuat dan dirakit.
3. Konstruksi
Kriteria konstruksi sangat luas, dan termasuk juga ke dalamnya
tunjauan mengenai banyak serta jenis usaha atau manpower yang
diperlukan untuk melaksanakan suatu bangunan, juga jenis dan
banyak alat yang diperlukan serta lama waktu penyelesaiannya.
4. Harga
Konsep kriteria harga tidak dapat dilepaskan dari dua hal yang telah
dibahas sebelum ini, yaitu efisiensi bahan dan kemudahan
pelaksanaan. Tentu saja, struktur yang sangat efisien yang tidak sulit
dilaksanakan akan merupakan yang paling ekonomis.
Sangat jarang suatu struktur dirancang hanya ditujukan untuk
memenuhi salah satu kriteria yang telah dibahas di atas. Namun, kriteria
kemampuan layan menjadi tanggung jawab utama peranvang struktur.
Kriteria lain mungkin dapat dilibatkan, tetapi kemampuan layan harus
selalu dilibatkan.
3.1.2. Beban Struktur
Struktur bangunan dan struktur lain harus dirancang dan dibangun
dengan kekuatan dan kekakuan yang cukup untuk memberikan stabilitas
struktural, melindungi komponen nonstruktural dan sistem, dan
memenuhi persyaratan kemampuan layan.
Ada beberapa beban yang perlu diperhatinkan dalam
merencanakan pembebanan struktur yaitu sebagai berikut:
1. Beban Mati
Beban mati adalah berat sendiri dari keseluruhan bahan konstruksi
yang terpasang seperti dinding, lantai, atap, plafon, tangga, dll.
Penentuan beban mati untuk perancangan harus digunakan berat
bahan dan konstruksi yang sebenarnya. Jika tidak ada informasi yang
jelas, harus digunakan nilai yang disetujui oleh pihak yang
berwenang.
2. Beban Hidup
Beban hidup adalah sebuah beban yang terjadi akibat penggunaan
suatu gedung dan ke dalamnya termasuk beban yang berasal dari
barang – barang yang dapat berpindah.
3. Beban Angin
Beban angin adalah beban yang bekerja pada bagian gedung yang
disebabkan oleh selisih tekanan udara.
4. Beban Gempa
Beban gempa adalah semua beban statik ekuivalen yang bekerja pada
gedung yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa.
Beban yang diartikan sebagai beban gempa adalah gaya-gaya di dalam
struktur tersebut yang terjadi oleh gerakan tanah akibat gempa.
3.1.3. Struktur Beton Tahan Gempa
Gempa bumi merupakan suatu fenomena alam yang tidak dapat
dihindari, tidak dapat diramalkan kapan terjadi dan berapa besarnya,
serta akan menimbulkan kerugian baik harta maupun jiwa bagi daerah
yang ditimpanya dalam waktu relatif singkat. Indonesia merupakan
negara yang sering terlanda bencana gempa bumi. Gempa bumi di
Indonesia dapat terjadi ribuan kali dalam kurun satu tahun. Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Indonesia mencatat
10.843 kejadian gempa di Indonesia sepanjang tahun 2022.
Sebagai masyarakat yang tinggal di wilayah yang sering terlanda
bencana gempa bumi, kita hanya dapat mengurangi risiko gempa bumi
dengan membangun kapasitas masyarakat dan mengurangi kerentanan,
terutama yang disebabkan oleh buruknya kualitas bangunan. Sehingga
diciptakan konsep bangunan tahan gempa untuk mencegah bangunan
rusak akibat gempa bumi dan menimbulkan korban jiwa.
Standar bangunan tahan gempa Indonesia sudah diatur dalam SNI-
1726-2019 mengenai tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk
struktur bangunan gedung dan nongedung. Menurut SNI-1726-2019,
struktur gedung yang menerima beban gempa kuat boleh mengalami
kerusakan namun tidak boleh runtuh.
3.1.3.1. Filosofi Desain
Filosofi desain bangunan tahan gempa dapat dikelompokkan
menurut kekuatan gempa dan performa bangunan dalam rangka
melindungi manusia, tetapi masih memperhitungkan tingkat
ekonomisnya pembangunan. Berikut filosofi desain yang dimaksud
menurut Pawidikromo, 2012.
1. Pada gempa kecil yang sering terjadi, struktur utama bangunan
tidak boleh mengalami kerusakan dan berfungsi dengan baik.
Kerusakan kecil pada elemen non-struktur masih diperbolehkan.
2. Pada gempa menengah yang relatif jarang terjadi, struktur utama
bangunan boleh rusak/retak ringan tetapi masih dapat diganti
dengan yang baru.
3. Pada gempa kuat yang jarang terjadi, struktur utama bangunan
boleh rusak tetapi tidak boleh runtuh secara total. Kondisi ini
huga diharapkan pada gempa besar dengan tujuan melindungi
manusia atau penghuni bangunan secara maksimum.
3.1.3.2. Gempa Rencana
SNI 1726:2019 menentukan pengaruh gempa rencana harus
ditinjau dalam perencanaan dan evaluasi struktur bangunan gedung
dan nongedung serta berbagai bagian dan peralatannya secara
umum. Gempa rencana ditetapkan sebagai gempa dengan
kemungkinan terlampaui besarannya selama umur struktur
bangunan 50 tahun adalah sebesar 2 %. Pengaruh gempa rencana
harus dikalikan dengan faktor keutamaan gempa.
3.1.3.3. Faktor Keutamaan Gempa dan Kategori Resiko Bangunan
Faktor keutamaan gempa dan kategori resiko bangunan
gedung dan nongedung untuk beban gempa diatur dalam Tabel 3 dan
4 SNI 1726:2019 pasal 4.1.2 sebagai berikut.
Kategori
Jenis Pemanfaatan
Risiko
Parameter percepatan
respons spektral desain pada Koefisien Cu
1 detik, SD1
≥ 0,4 1,4
0,3 1,4
0,2 1,5
0,15 1,6
≤ 0,1 1,7
Kategori Risiko
Nilai SD1
I atau II atau III IV
SD1 < 0,067 A A
0,067 ≤ SD1 < 0,133 B C
0,133 ≤ SD1 < 0,20 C D
0,20 ≤ SD1 D D
3.1.3.8. Koefisien Modifikasi Respons
Koefisien modifikasi respons (R) dapat ditentukan dengan
menentukan sistem struktur menggunakan tabel 12 SNI 1726:2019
(halaman 49-51).
3.1.3.9. Koefisien Respons Seismik
Koefisien respons seismik, Cs, harus ditentukan sesuai dengan
persamaan.
𝑆
𝐶 =
𝑅
( )
𝐼
Nilai Cs yang dihitung sesuai dengan persamaan diatas tidak
perlu melebihi berikut ini:
Untuk T ≤ TL
𝑆
𝐶 =
𝑅
𝑇( )
𝐼
Untuk T > TL
𝑆
𝐶 =
𝑅
𝑇 ( )
𝐼
Cs harus tidak kurang dari CS 0,044 SDS Ie 0,01
Untuk struktur yang berlokasi di daerah di mana S1 sama
dengan atau lebih besar dari 0,6g, maka Cs harus tidak kurang dari:
0,5 𝑆
𝐶 =
𝑅
( )
𝐼
3.1.3.10. Berat Seismik Efektif Bangunan
Berat seismik efektif struktur, W, harus menyertakan seluruh
beban mati dan beban lainnya yang terdaftar di bawah ini:
1. Dalam daerah yang digunakan untuk penyimpanan: minimum
sebesar 25 % beban hidup lantai. (Bila beban penyimpanan tidak
lebih dari 5 % terhadap berat seismik efektif pada tingkat
tersebut, beban tidak perlu dimasukkan dalam berat seismik
efektif, Beban hidup lantai di tempat parkir umum dan struktur
parkir terbuka tidak perlu dimasukkan)
2. Jika ketentuan desain beban lantai untuk partisi disyaratkan SNI
1727 pasal 4.3.2, sebesar beban terbesar antara berat partisi
aktual atau berat daerah lantai minimum sebesar 0,48 kN/m2
3. Berat operasional total dari peralatan yang permanen
4. Berat lanskap dan beban lainnya pada taman atap dan area
sejenis
3.1.3.11. Gaya Geser Dasar
Gaya geser dasar seismik, V, dalam arah yang ditetapkan harus
ditentukan sesuai dengan persamaan berikut:
𝑉=𝐶 𝑊
3.1.3.12. Distribusi Vertikal Gaya Gempa
Gaya seismik lateral, Fx, (kN) di sebarang tingkat harus
ditentukan dari persamaan berikut :
𝐹 =𝐶 𝑉
dan
𝑤 ℎ
𝐶 =
∑ 𝑤ℎ
Dengan,
Cvx = faktor distribusi vertikal
V = gaya lateral desain total atau geser di dasar struktur
(kN)
wi dan wx = bagian berat seismik efektif total struktur ( ) yang
ditempatkan atau dikenakan pada tingkat i atau x
hi dan hx = tinggi dari dasar sampai tingkat i atau x (m)
k = eksponen yang terkait dengan periode struktur
dengan nilai sebagai berikut:
untuk struktur dengan T ≤ 0,5 detik, k = 1
untuk struktur dengan T ≥ 2,5 detik, k = 2
untuk struktur dengan 0,5 < T < 2,5 detik, k = 2
atau ditentukan dengan interpolasi linier antara
1 dan 2
3.1.3.13. Kombinasi Pembebanan
1. 1,4D
2. 1,2D + 1,6L
3. (1,2 + 0,2 SDS) D + 1,0L + ρEx + 0,3ρEy
4. (1,2 + 0,2 SDS) D + 1,0L + ρEx - 0,3ρEy
5. (1,2 + 0,2 SDS) D + 1,0L - ρEx + 0,3ρEy
6. (1,2 + 0,2 SDS) D + 1,0L - ρEx - 0,3ρEy
7. (1,2 + 0,2 SDS) D + 1,0L + 0,3ρEx + ρEy
8. (1,2 + 0,2 SDS) D + 1,0L - 0,3ρEx + ρEy
9. (1,2 + 0,2 SDS) D + 1,0L + 0,3ρEx - ρEy
10. (1,2 + 0,2 SDS) D + 1,0L - 0,3ρEx - ρEy
11. (0,9 + 0,2 SDS) D + ρEx + 0,3ρEy
12. (0,9 + 0,2 SDS) D + ρEx - 0,3ρEy
13. (0,9 + 0,2 SDS) D - ρEx + 0,3ρEy
14. (0,9 + 0,2 SDS) D - ρEx - 0,3ρEy
15. (0,9 + 0,2 SDS) D + 0,3ρEx + ρEy
16. 0,9 + 0,2 SDS) D - 0,3ρEx + ρEy
17. 0,9 + 0,2 SDS) D + 0,3ρEx - ρEy
18. 0,9 + 0,2 SDS) D - 0,3ρEx - ρEy
3.1.3.14. Faktor Redundansi (ρ)
Struktur yang dirancang untuk kategori desain seismik D, E,
atau F, harus diambil sama dengan 1,3 kecuali jika satu dari dua
kondisi berikut dipenuhi, di mana diijinkan diambil sebesar 1,0 :
1. Masing-masing tingkat yang menahan lebih dari 35% geser
dasasr dalam arah yang ditinjau memenuhi Tabel 12-3-4 (ASCE
7-16)
2. Struktur dengan denah beraturan di semua tingkat dengan sistem
penahan gaya gempa terdiri dari paling sedikit 2 bentang
perimeter penahan gaya gempa yang merangka pada
masingmasing sisi struktur dalam masing-masing arah orthogonal
di setiap tingkat yang menahan lebih dari 35% geser dasar.
Jumlah bentang untuk dinding geser harus dihitung sebagai
panjang dinding geser dibagi dengan tinggi tingkat atau 2 kali
panjang dinding geser dibagi dengan tinggi tingkat.
3.1.3.15. Kontrol Simpangan Antar Lantai
Penentuan simpangan antar tingkat desain () harus dihitung
sebagai perbedaan simpangan pada pusat massa di atas dan di bawah
tingkat yang ditinjau Apabila pusat massa tidak segaris dalam arah
vertikal, diizinkan untuk menghitung simpangan di dasar tingkat
berdasarkan proyeksi vertikal dari pusat massa tingkat di atasnya.
Jika desain tegangan izin digunakan, harus dihitung menggunakan
gaya seismik desain yang ditetapkan dalam 0 tanpa reduksi untuk
desain tegangan izin.
Bagi struktur yang didesain untuk kategori desain seismik C,
D, E atau F yang memiliki ketidakberaturan horizontal Tipe 1a atau
1b pada Tabel 13, simpangan antar tingkat desain, , harus dihitung
sebagai selisih terbesar dari simpangan titik-titik yang segaris secara
vertikal di sepanjang salah satu bagian tepi strukur, di atas dan di
bawah tingkat yang ditinjau.
Simpangan pusat massa di tingkat-x (x) (mm) harus
ditentukan sesuai dengan persamaan berikut:
𝐶 𝛿
𝛿 =
𝐼
Keterangan :
Cd = faktor pembesaran simpangan lateral dalam Tabel 12
xe = simpangan di tingkat-x yang disyaratkan pada pasal ini,
yang ditentukan dengan analisis elastik
Ie = faktor keutamaan gempa
Simpangan antar lantai tingkat desain (∆) tidak boleh melebihi
simpangan antar lantai tingkat ijin (∆a) seperti didapatka dari Tabel
20 SNI 1726:2019 untuk semua tingkat.
Kategori Risiko
Struktur
I atau II III IV
Struktur dinding geser kantilever batu bata 0,010 h sx 0,010 hsx 0,010 hsx
Struktur dinding geser batu bata lainnya 0,007 h sx 0,007 hsx 0,007 hsx
2 𝑀 .
𝑎=𝑑 − 𝑑 −
0,85 𝑓 𝑏
𝑎
𝑎=
𝛽
S2
S1
≥ 25 𝑚𝑚
𝑠 = ≥ 𝑑
.
≥ 43 𝑑
𝑠 . ≥ 25 𝑚𝑚
Sedangkan untuk jarak bersih maksimal adalah 150 mm, jika
lebih maka harus diberikan sengkang ikat, sehingga jarak antar
tulangan memanjang yang tak terkekang lateral tidak lebih dari 150
mm.
Ketentuan mengenai sengkang ikat, diatur dalam pasa 25.7.2
dengan ketentuan spasi maksimum sebesar 16 kali diameter tulangan
longitudnial, 48 kali diameter sengkang dan sebesar dimensi lateral
terkecil kolom. Dimensi tulangan diatur dalam pasal 7.10.5.1 dengan
ketentuan sengkang harus memiliki diameter minimum 10 mm jika
tulangan memanjang lebih kecil atau sama dengan 32 mm dan
diameter minimum 13 mm untuk tulangan memanjang dengan
diameter diatas 32 mm.
Perancangan kolom sengkang persegi dengan beban aksial
dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut.
𝜙𝑃 = 𝜙(0,80)[0,85𝑓 𝐴 + 𝐴 𝑓 − 0,85𝑓 ]
Dengan :
𝜙 = 0,65
Ag = luas total penampang kolom
Ast = luas total tulangan tekan memanjang
𝜙𝑃 = 𝐴 𝐹 dan =
,
3. 2. Standar
1. SNI-2847-2019 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung dan
Penjelasan
2. SNI 1729-2020 Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural
3. SNI-1726-2019 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Nongedung
4. PPURG-1987 Pedoman Perencanaan Pembangunan untuk Rumah dan
Gedung
5. SNI-1727-2020 Beban Desain Minimum dan Kriteria Terkait untuk
Bangunan Gedung dan Struktur Lain
BAB 4
METODE PERANCANGAN
4. 2. Pengumpulan Data
4. 2. 1. Gambar Arsitektur