Kuliah 3
JARINGAN
KULIAH JARINGAN
3
Gambar 1 Produk akhir representatif dari diferensiasi sel tumbuhan dari sel
meristematik
3
dijumpai pada daun Gramineae, Iris, Pinaceae, dan ginofor Arachis (kacang
tanah) (Nugroho 2017).
3) Meristem lateral: terletak sejajar dengan permukaan organ tempat
ditemukannya, contohnya kambium dan kambium gabus (felogen). Pada
tumbuhan Dikotiledonae dan Gymnospermae berkayu, kambium berasal dari
prokambium. Prokambium terdapat pada hampir semua tumbuhan
Dikotiledonae dan Gymnospermae. Sebagian dari jaringan meristem tetap
bersifat meristematik setelah selesainya pertumbuhan primer dan berkembang
menjadi kambium pada pertumbuhan sekunder. Kambium gabus (periderm)
mempunyai aktivitas seperti kambium, dibentuk pada pertumbuhan sekunder,
dan terdapat pada bagian terluar korteks.
Gambar 4 Batang bambu (Bambusa sp.), ruas (In) adalah bagian batang di antara
ruas-ruas (N), meristem interkalar terletak pada ruas, dekat dengan
node
6
Definisi tersebut tidak selalu tepat, contoh meristem pucuk organ liar
berkembang secara sekunder, tetapi menurut struktur dan fungsinya termasuk
meristem primer. Sebaliknya, sebagian besar bahkan kadang-kadang seluruh
kambium pembuluh secara umum diterima sebagai meristem sekunder,
berkembang dari meristem pucuk dan sebagian dari prokambium.
Meristem primer berasal dari sel-sel initial yang disebut promeristem, yang
berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Haberlandt akan berkembang menjadi
protoderm, prokambium, dan meristem dasar. Protoderm akan berdeferensiasi
menjadi jaringan epidermis, prokambium akan berdeferensiasi menjadi sistem
jaringan pengangkut, sedangkan meristem dasar akan berkembang menjadi
parenkim (jaringan dasar).
Hanstein membagi ujung akar menjadi tiga daerah, yaitu: a) dermatogen,
akan berkembang menjadi epidermis; b) periblem, akan berkembang menjadi
korteks; dan c) plerom akan berkembang menjadi stele. Sementara, Schmidt
membagi ujung batang menjadi dua bagian, yaitu korpus dan tunika. Korpus
merupakan bagian pusat dari titik tumbuh. Daerah ini mempunyai area yang luas
dan sel-selnya relatif besar. Sel-sel daerah korpus ini akan membelah secara tak
beraturan. Tunika merupakan bagian paling luar dari titik tumbuh, terdiri atas satu
atau beberapa lapis sel, dengan sel-sel yang relatif lebih kecil dan mengalami
pembelahan ke samping (ke arah lateral).
7
beberapa lapis sel. Hal ini disebabkan karena sel-sel protoderm membelah berkali-
kali secara periklinal (sejajar permukaan) sehingga terjadi epidermis berlapis banyak.
Contoh sel-sel epidermis velamen pada akar anggrek.
Sel-sel epidermis mempunyai bentuk yang bervariasi, misalnya epidermis
berbentuk tubular dapat dijumpai pada helaian daun Dicotyledonae dan berbentuk
memanjang dijumpai pada helaian daun Monocotyledonae. Pada helaian daun Aloe
cristata sel epidermis berbentuk heksagonal. Sel-sel epidermis memiliki protoplas
hidup dan dapat menyimpan berbagai hasil metabolisme. Sel-sel inisial epidermis
sebagian dapat berkembang menjadi alat-alat tambahan lain yang sering disebut
derivat epidermis, seperti stoma, trikoma, sel kipas, sistolit, sel silika, dan sel gabus.
1. Stoma
Stoma (jamak: stomata) berasal dari bahasa Yunani, stoma berarti lubang atau
porus. Jadi stoma adalah lubang atau celah yang terdapat pada epidermis organ
tumbuhan yang berwarna hijau yang dibatasi oleh sel khusus yang disebut sel
penutup.
Stomata umumya terdapat pada bagian-bagian tumbuhan yang berwarna
hijau, terutama pada daun. Pada tumbuhan yang hidup di bawah permukaan air
terdapat pula alat-alat struktur yang mirip dengan stomata, tetapi bukan stomata.
Pada akar dan bagian tumbuhan yang tidak berwarna hijau, biasanya tidak terdapat
stomata. Demikian pula pada bunga yang berwarna selain hijau, memang terdapat
stomata, tetapi kadang-kadang tidak berfungsi. Pada daun-daun yang berwarna
hijau, stomata bisa terdapat pada kedua permukaannya, atau kemungkinan pula
hanya terdapat pada satu permukaan, yaitu permukaan bagian bawah.
Stoma terdiri atas beberapa bagian, yaitu: a) sel penutup, b) celah, c) sel
tetangga, dan d) ruang udara dalam. Sel penutup (guard cell) terdiri atas sepasang
sel yang kelihatan simetris, umumnya berbentuk ginjal, pada dinding sel atas dan
bawah kelihatan pula adanya alat yang berbentuk sebagai birai (ledges = rigi-rigi).
Di antara kedua sel penutup terdapat celah (porus) yang merupakan lubang kecil.
Sel penutup dapat mengatur menutup atau membukanya porus tersebut. Sel
10
tetangga (subsidiary cell) adalah sel-sel yang memang berdampingan atau yang
berada di sekitar sel-sel penutup atau dapat juga dikatakan mengelilingi sel-sel
penutup (Gambar 6 dan 7). Ruang udara dalam (substomatal chamber) merupakan
suatu ruang antar sel (intercellular space) yang besar, yang berfungsi ganda yaitu
fotosintesis, transpirasi, dan respirasi.
Sel penutup dikelilingi oleh sel-sel yang bentuknya sama atau berbeda
dengan sel-sel epidermis lainnya dan disebut sel tetangga (Gambar 8). Sel tetangga
berperan dalam perubahan osmotik yang menyebabkan gerakan sel penutup yang
mengatur lebar celah. Sel penutup dapat terletak sama tinggi dengan permukaan
epidermis (disebut panerofor), atau lebih rendah dari permukaan epidermis (disebut
kriptofor), atau lebih tinggi dengan permukaan epidermis (disebut tipe menonjol).
Pada tumbuhan Dicotyledoneae, sel penutup biasanya berbentuk seperti ginjal bila
dilihat dari atas, sedangkan pada tumbuhan suku rumput-rumputan (Poaceae)
memiliki struktur khusus dan seragam dengan sel penutup berbentuk seperti halter
dan dua sel tetangga terdapat masing-masing di samping sebuah sel penutup.
2) Tipe anisositik/Cruciferae, yaitu sel penutup dikelilingi oleh tiga buah sel
tetangga yang tidak sama besar. Tipe ini umumnya dijumpai pada tumbuhan
anggota familia Cruciferae dan Solanaceae.
3) Tipe parasitik/Rubiaceae, yaitu sel penutup diiringi sebuah sel tetangga atau
lebih dengan sumbu panjang sel tetangga sejajar dengan sumbu sel penutup
serta celah. Tipe ini umum dijumpai pada tumbuhan anggota familia Rubiaceae,
Magnoliaceae, dan Mimosaceae
4) Tipe diasitik/Caryophyllaceae, yaitu stoma dikelilingi dua sel tetangga. Dinding
bersama dari kedua sel tetangga itu tegak lurus terhadap sumbu panjang sel
penutup serta celah. Tipe ini umum dijumpai pada tumbuhan anggota familia
Caryophyllaceae dan Acanthaceae.
1) Trikoma hidatoda, terdiri atas sel tangkai dan beberapa sel kepala dan
mengeluarkan larutan yang berisi asam organik.
2) Kelenjar garam, terdiri dari sebuah sel kelenjar besar dengan tangkai yang
pendek.
3) Kelenjar madu, berupa rambut bersel satu atau lebih dengan plasma yang
kental dan mampu mengeluarkan madu ke permukaan sel.
4) Rambut gatal, berupa sel tunggal dengan pangkal berbentuk kantong dan
ujung runcing. Isi sel menyebabkan rasa gatal.
Berbagai macam tipe trikoma dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13 Trikoma
3. Sel Kipas
Sel kipas dapat dijumpai pada epidermis atas daun tumbuhan suku
Gramineae atau Cyperaceae, tersusun dari beberapa sel berdinding tipis dengan
ukuran yang lebih besar dibanding sel-sel epidermis di sekitarnya Sel kipas berfungsi
mengurangi penguapan sebagai akibat menggulungnya daun.
4. Epidermis Ganda
Pada tumbuhan anggota suku Moraceae (Ficus sp.), Piperaceae, Begoniaceae,
dan Malvaceae dijumpai lebih dari satu lapis sel di bawah epidermis. Epidermis
ganda pada akar anggrek disebut velamen. Pada epidermis daun beringin (Ficus sp.),
selain adanya epidermis ganda juga terdapat penebalan ke arah sentripetal yang
tersusun atas tangkai selulosa dengan deposisi Ca-carbonat yang membentuk
bangunan seperti sarang lebah yang disebut sistolit dan sel yang mengandungnya
disebut litokis.
17
2. Jaringan Sklerenkim
Sklerenkim merupakan jaringan penguat dengan dinding sekunder yang
tebal, umumnya terdiri dari zat lignin, sel-selnya bersifat kenyal. Pada umumnya sel
sklerenkim tidak lagi mengandung protoplas, atau dengan kata lain sel-selnya telah
mati dengan dinding sel yang tebal sehingga jaringan sklerenkim hanya dijumpai
pada organ tumbuhan yang tidak lagi mengadakan pertumbuhan dan
perkembangan. Jaringan sklerenkim terdiri atas serabut (serat-serat sklerenkim) dan
sklereid (sel-sel batu).
a. Serabut
Serabut pada umumnya terdapat dalam bentuk untaian atau dalam bentuk
lingkaran. Di dalam berkas pengangkut, serabut biasanya merupakan suatu
seludang yang berhubungan dengan berkas pengangkut atau dalam kelompok
yang tersebar di dalam xilem dan floem.
Berdasarkan tempatnya, serat sklerenkim dibedakan menjadi dua, yaitu serat
xilem apabila serat tersebut terdapat di dalam sistem jaringan xilem dan serat ekstra
xilem apabila serat terdapat di luar sistem jaringan xilem. Serat-serat sklerenkim
mempunyai ukuran antara 2 mm sampai dengan 25 cm. Serat sklerenkim yang
panjang dapat dijumpai pada Agave, Hibiscus sabdariffa, dan Hibiscus canabinus
(Gambar 17).
b. Sklereid
Sklereid terdapat dalam semua bagian tumbuhan, terutama di dalam kulit
kayu, pembuluh tapis, dan dalam buah atau biji. Sel sklereid bisa terdapat secara
soliter sebagai idioblast atau dalam kumpulan sel dengan jumlah yang besar bahkan
pada tempurung kelapa (Cocos nucifera) hampir seluruhnya terdiri atas sklereid.
Secara ontogenis, sklereid berkembang dari sel-sel parenkim melalui penebalan
sekunder dinding selnya.
Berdasarkan bentuknya, sklereid dibedakan menjadi lima macam sebagai
berikut (Gambar 18).
1) Brakisklereid, merupakan sel batu yang bentuknya seperti insang ikan, dijumpai
pada floem kulit kayu serta daging buah tertentu seperti pear (Pyrus communis).
Trakea (pembuluh kayu) terdiri atas deretan sel yang tersusun memanjang
dengan ujung yang berlubang dan bersambungan pada ujung dan pangkalnya,
sedangkan trakeida merupakan sel panjang dengan ujung yang runcing tanpa
adanya lubang sehingga pengangkutan melalui pasangan noktah pada dua ujung
trakeida yang saling menimpa. Bagian trakea yang berlubang disebut lubang
perforasi. Pada tumbuhan dikenal tiga macam lempeng perforasi, yaitu lempeng
perforasi sederhana dengan sebuah lubang yang memenuhi seluruh dinding ujung
sel yang ditempati, lempeng perforasi skalariform dengan lubang pipih dan sejajar
lempeng sehingga menunjukkan bentuk tangga, lempeng perforasi jala dengan
jalinan lubang membentuk jala. Lempeng perforasi skalariform dan jala disebut juga
lempeng perforasi majemuk (Gambar 20).
26
b. Serat xilem
Serat xilem merupakan sel panjang dengan dinding sekunder yang biasanya
berlignin. Ada dua macam serat pada tumbuhan, yakni serat trakeid dan serat
libriform. Serat libriform mempunyai ukuran lebih panjang dan dinding selnya lebih
tebal dibanding serat trakeid. Dijumpai adanya noktah sederhana pada serat
librifom, sedangkan serat trakeid memiliki noktah terlindung.
c. Parenkim xilem
Parenkim xilem biasanya tersusun dari sel-sel yang masih hidup. Dijumpai
pada xilem primer maupun xilem sekunder. Pada xilem sekunder dijumpai dua
macam parenkim, yaitu parenkim kayu dan parenkim jari-jari empulur.
Parenkim kayu sel-selnya dibentuk oleh sel-sel pembentuk fungsi unsur-
unsur trakea yang sering mengalami penebalan sekunder pada dindingnya.
Dijumpai adanya noktah berhalaman dan noktah biasa. Sel-sel parenkim xilem
berfungsi sebagai tempat cadangan makanan. Zat tepung biasanya tertimbun
sampai pada saat-saat giatnya pertumbuhan kemudian berkurang bersamaan
dengan kegiatan kambium.
27
a. Unsur-unsur tapis
Ciri khas dari unsur tapis adalah adanya daerah tapis di dindingnya dan inti
hilang dari protoplas. Daerah tapis diartikan sebagai daerah noktah yang
termodifikasi dan tampak sebagai daerah cekung di dinding yang berpori-pori.Pori-
pori tersebut dilalui oleh plasmodesmata yang menghubungkan dua unsur tapis
yang berdampingan. Sel-sel tapis merupakan sel panjang yang ujungnya meruncing
28
d. Serat-serat floem
Letak serat-serat floem pada berkas floem bervarisi. Pada floem primer, serat
terdapat di bagian jaringan sebelah luar yang awalnya berkelompok membentuk
suatu klaster atau masa kemudian dalam perkembangannya akan menjadi
29
homogen. Pada floem sekunder letak serat mengikuti berbagai pola. Serat dewasa
dapat bersifat baik hidup maupun mati. Serat hidup dapat juga berfungsi sebagai
tempat penyimpanan cadangan makanan.
e. Parenkim floem
Parenkim floem merupakan jaringan parenkim biasa yang terletak di bagian
buluh tapis, merupakan sel hidup yang berfungsi sebagai tempat penyimpan zat-
zat tepung, lemak, dan zat-zat organik lainnya.
5. Tipe-tipe berkas pengangkut
Kenyataan di alam bahwa keberadaan xilem dan floem dalam jaringan primer
selalu berpasangan dan merupakan suatu berkas yang disebut pengangkut. Dalam
pengamatan di bawah mikroskop, berkas pengangkut dapat dengan mudah
dibedakan dengan jaringan parenkim di sekitarnya karena relatif kecil dengan tanpa
adanya ruang antarsel, hanya trakea yang sel-sel-nya lebih besar dibandingkan sel-
sel di sekitarnya. Komponen-komponen xilem sel-selnya berdinding tebal dan
mengalami lignifikasi.
Berdasarkan posisi/letak xilem dan floemnya, berkas pengangkut dibedakan
menjadi tiga tipe dasar, yakni kolateral, konsentris, dan radial. Masing-masing dari
tipe dasar tersebut terbagi lagi menjadi tipe-tipe lainnya (Gambar 23).
a. Tipe kolateral
Kolateral terbagi lagi menjadi kolateral terbuka, kolateral tertutup, dan
bikolateral. Berkas pengangkut tipe kolateral didefinisikan sebagai berkas
pengangkut dengan kondisi xilem dan floem terletak berdampingan. Floem berada
di bagian luar dari xilem. Apabila di antara xilem dan floem dapat dijumpai adanya
kambium maka berkas pengangkut ini mempunyai tipe kolateral terbuka.
Selain berfungsi sebagai penghubung antara xilem dan floem, kambium juga
berperan dalam pembentukan floem ke arah luar dan xilem ke arah dalam sehingga
dikenal pula istilah kambium fasikuler apabila kambium terletak di antara xilem dan
floem dan kambium interfasikuler apabila kambium terletak di luar berkas
pengangkut. Berkas pengangkut tipe ini dijumpai pada tumbuhan golongan
30
Berkas pengangkut bikolateral apabila dijumpai adanya floem luar dan floem
dalam. Di antara floem luar dan xilem dijumpai adanya kambium. Keberadaan
kambium di antara floem dalam dan xilem masih kurang jelas, mungkin hanya
berupa parenkim penghubung.
b. Tipe konsentris
Konsentris terbagi lagi menjadi konsentris amphikibral dan konsentris
amfivasal. Berkas pengangkut tipe konsentris merupakan berkas pengangkut
dengan kondisi xilem dikelilingi floem ataupun sebaliknya. Apabila xilem berada di
tengah dan floem mengelilinginya maka disebut berkas pengangkut konsentris
amphikibral. Umumnya dijumpai pada tumbuhan golongan paku-pakuan
(Pteridophyta), sedangkan apabila floem di tengah dan xilem mengelilinginya maka
disebut berkas pengangkut tipe konsentris amphivasal. Contohnya pada Cirdyline
sp. dan rizhoma Acorus calamus.
c. Tipe radial
Berkas pengangkut tipe radial merupakan berkas pengangkut dengan letak
xilem dan floem bergantian menurut jari-jari lingkaran. Dijumpai pada akar
tumbuhan Monocotyledoneae dan akar primer Dicotyledonae.
VII. IDIOBLAS
Apabila di dalam jaringan tumbuhan terdapat sel atau sekumpulan sel yang
bentuk dan fungsinya berbeda dengan sel-sel di sekitarnya maka disebut idioblas.
Idioblas dapat berupa alat sekresi ataupun kelenjar di dalam jaringan tumbuhan.
1. Alat sekresi
Alat sekresi merupakan suatu sel atau sekumpulan sel yang berfungsi sebagai
penghasil zat-zat. Zat-zat ini tidak dikeluarkan oleh sel-sel yang bersangkutan. Ada
beberapa macam alat sekresi pada tumbuhan, yakni saluran getah, sel-sel resin dan
minyak, sel-sel lendir, sel-sel zat penyamak, dan sel-sel mirosin.
32
a. Saluran getah
Saluran getah merupakan sel atau kumpulan sel yang berisi cairan yang
berwarna putih seperti susu yang disebut lateks. Pada tumbuhan dikenal dua macam
saluran getah, yakni buluh getah dan sel getah. Buluh getah tersusun dari rangkaian
sel yang satu sama lain saling berhubungan. Sel-selnya merupakan sel longitudinal
yang dinding melintangnya biasanya memiliki lubang-lubang kecil (perforasi) atau
dinding selnya telah hilang sama sekali. Buluh getah ini kadang-kadang
berhubungan lateral sehingga membentuk jaringan seperti jala (Gambar 24).
Contohnya pada tumbuhan anggota Compositae, Campanulaceae, Caricaceae,
Papilionaceae, dan Euphor-biacae. Sementara buluh getah biasa (tidak
beranastomase) terdapat pada tumbuhan anggota familia Convolvulaceae, Labiatae,
dan Musaceae.
Sel getah merupakan saluran getah yang terdiri dari satu sel yang sangat
panjang. Sel getah tersebut ada yang bercabang masuk ke dalam jaringan,
contohnya familia Apocynaceae, Urticulaceae, dan Moraceae. Sementara, sel getah
yang tidak bercabang dijumpai pada tumbuhan anggota Euophorbiaceae,
Apocynaceae, dan Moraceae.
dengan yang lainnya sehingga merupakan suatu lapisan sel (Gambar 25) dan 2)
kelenjar rambut dijumpai pada permukaan organ (epidermis) terdiri atas satu sel
atau banyak sel. Kelenjar ini disebut koleter dan zat yang dihasilkan disebut
blastokola. Nektaria merupakan kelenjar yang banyak menghasilkan nektar ataupun
madu. Nektaria banyak dijumpai pada organ bunga yang berfungsi untuk menarik
serangga pada proses penyerbukan.
DAFTAR PUSTAKA
Crang R, Lyons-Sobaski S, Wise R. 2018. Plant Anatomy A Concepts-Based Approach
to the Structure of Seed Plants. Switzerland (CH): Springer.
Dickison WC. 2000. Integrative Plant Anatomy. California (US): Academic Press.
Marjanin M, Hadmadi. 1981. Botani. Jakarta (ID): CV Yasaguna.
Mulyani ESS. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta (ID): Penerbit Kanisius.
Nugroho H, Purnomo I, Sumardi. 2006. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan.
Jakarta (ID): Penerbar Swadaya.
Nugroho LH. 2017. Jaringan Sekretori Tumbuhan. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada
University Press.
Suradinata TS. 1998. Struktur Tumbuhan. Bandung (ID): Penerbit Angkasa.
Sutrian Y. 2011. Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan (Tentang Sel dan Jaringan).
Jakarta (ID): Penerbit Rineka Cipta.