Anda di halaman 1dari 35

Bahan Ajar

BOTANI Prof. Dr. Ir. YUNUS MUSA, M.Sc.


Dr. Ir. SYATRIANTY A. SYAIFUL, M.Si.
Dr. Ir. KATRIANI MANTJA, MP.

19G01110103 Dr. NURFAIDA, SP. M.Si.

Kuliah 3

JARINGAN

Departemen Budidaya Pertanian


Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin
2020
1

KULIAH JARINGAN
3

Jaringan merupakan sekelompok sel yang mempunyai asal, struktur, dan


fungsi yang sama. Ilmu yang mempelajari tentang jaringan disebut histologi. Apabila
sel-sel yang berkumpul tersebut adalah sel-sel tumbuhan maka disebut jaringan
tumbuhan. Akan tetapi, defenisi tersebut tidaklah tepat untuk semua kasus terutama
jaringan tumbuhan tinggi. Bentuk-bentuk peralihan menimbulkan kesulitan dalam
pengelompokan jaringan. Percobaan dengan suatu perlakuan dapat menyebabkan
suatu tipe sel berubah menjadi tipe sel lain. Contohnya sel parenkim dapat
dirangsang untuk berdiferensiasi menjadi unsur pembuluh. Pengertian jaringan
kadang dikacaukan oleh adanya kumpulan sel-sel yang masing-masing selnya aktif
dalam segala proses hidupnya, yaitu aktif mengadakan pengambilan zat-zat
makanan, aktif berfotosintesis, aktif mengadakan metabolisme dan berkembang
biak sehingga hanya merupakan individu-individu yang mengumpul. Kelompok sel-
sel ini disebut koloni, misalnya koloni pada ganggang.
Perubahan dari struktur jaringan meristematis yang sederhana menjadi
jaringan kompleks dan kombinasi-kombinasi jaringan pada tubuh tumbuhan
dewasa disebut diferensiasi. Perubahan dari meristematis dan belum berdiferensiasi
menjadi keadaan dewasa dan sudah berdiferensiasi meliputi perubahan kimia isi sel,
karakteristik morfologi yang dapat dianalisis dalam sel-sel tunggal, jaringan, sistem
jaringan, organ atau pada tumbuhan secara keseluruhan. Jika sel-sel telah selesai
diferensiasinya, sel-sel menjadi berbeda dari sel-sel meristematis dan jika tingkatan
perubahannya lebih tinggi disebut sel mengalami spesialisasi sehubungan dengan
fungsinya dalam tubuh tumbuhan. Pada waktu perkembangan tumbuhan,
pertumbuhan dan diferensiasi sel dikoordinasi sedemikian rupa sehingga
menghasilkan suatu bentuk tumbuhan yang spesifik yang menunjukkan fenomena
2

morfogenesis. Istilah morfogenesis dapat digunakan, baik untuk perkembangan


bentuk eksternal maupun untuk organisasi internal. Dalam hal ini, diferensiasi dan
spesialisasi merupakan unsur-unsur morfogenesis.
Pada awal perkembangan tumbuhan, semua sel-sel melakukan pembelahan
diri. Namun, dengan adanya pertumbuhan dan perkembangan lebih lanjut,
pembelahan sel menjadi terbatas di bagian khusus dari tumbuhan. Jaringan ini tetap
bersifat embrionik dan selalu membelah diri. Jaringan embrionik ini disebut
meristem. Pada dasarnya pembelahan sel dapat pula berlangsung pada jaringan
selain meristem, seperti pada jaringan korteks batang, tetapi jumlah pembelahan ini
sangat terbatas. Sel-sel meristem akan tumbuh dan mengalami spesialisasi secara
morfo-fisiologi (mengalami diferensiasi) membentuk berbagai macam jaringan dan
tidak mempunyai kemampuan untuk membelah diri (Gambar 1). Jaringan ini disebut
jaringan dewasa. Jaringan dewasa penyusun organ tumbuhan tingkat tinggi, antara
lain, jaringan pelindung (epidermis), jaringan dasar (parenkim), jaringan penguat
(penyokong), jaringan pengangkut (vaskuler), dan jaringan sekretoris. (Dickison
2000)

Gambar 1 Produk akhir representatif dari diferensiasi sel tumbuhan dari sel
meristematik
3

I. JARINGAN EMBRIONIK (MERISTEM)


Jaringan meristem terdiri atas sekelompok sel yang tetap dalam fase
pembelahan. Pada tumbuh-tumbuhan, sel-sel yang membentuk jaringan muda
(meristem) adalah juga dalam keadaan muda (embrional). Pembelahan sel juga
dapat terjadi dalam jaringan selain meristem, contoh korteks batang muda dan
perkembangan jaringan pembuluh, tetapi pembelahannya terbatas. Ada pula
meristem yang mengalami masa istirahat sementara, misalnya pada tumbuhan
tahunan yang mengalami dormansi pada musim tertentu dan pada kuncup lateral
yang mungkin mengalami dormansi selama fase aktif tumbuhan.
Sel meristem mempunyai sifat-sifat sebagai berikut.
1) Terdiri dari sel-sel muda dalam fase pembelahan dan pertumbuhan.
2) Biasanya tidak ditemukan adanya ruang antarsel di antara sel-sel meristem.
3) Sel-selnya mungkin berbentuk bulat, lonjong, atau poligonal dengan dinding sel
yang tipis.
4) Masing-masing sel mengandung banyak sitoplasma dan mengandung satu atau
lebih inti sel.
5) Vakuola sel sangat kecil atau mungkin tidak ada.
Meristem dikelompokkan berdasarkan berbagai kriteria, antara lain, posisinya
dalam tubuh tumbuhan, asal-usulnya, jaringan yang dihasilkannya, strukturnya, taraf
perkembangannya, dan fungsinya. Berdasarkan posisinya dalam tubuh tumbuhan,
meristem dibedakan menjadi (Gambar 2):
1) Meristem apikal: terdapat di ujung pucuk utama dan pucuk lateral serta ujung
akar (Gambar 3).
2) Meristem interkalar: terdapat di antara jaringan dewasa, contohnya meristem
pada pangkal ruas tumbuhan anggota suku rumput-rumputan (Gambar 4 dan
5). Pemanjangan sumbu pucuk beberapa suku rumput-rumputan beruas,
beberapa Monokotiledonae seperti Caryophyllaceae, Polygonaceae, paku
Equisetum, selain disebabkan oleh meristem apikal juga disebabkan oleh
aktivitas meristem yang terdapat di bagian ruas. Meristem interkalar juga
4

dijumpai pada daun Gramineae, Iris, Pinaceae, dan ginofor Arachis (kacang
tanah) (Nugroho 2017).
3) Meristem lateral: terletak sejajar dengan permukaan organ tempat
ditemukannya, contohnya kambium dan kambium gabus (felogen). Pada
tumbuhan Dikotiledonae dan Gymnospermae berkayu, kambium berasal dari
prokambium. Prokambium terdapat pada hampir semua tumbuhan
Dikotiledonae dan Gymnospermae. Sebagian dari jaringan meristem tetap
bersifat meristematik setelah selesainya pertumbuhan primer dan berkembang
menjadi kambium pada pertumbuhan sekunder. Kambium gabus (periderm)
mempunyai aktivitas seperti kambium, dibentuk pada pertumbuhan sekunder,
dan terdapat pada bagian terluar korteks.

Gambar 2 Posisi meristem pada batang tumbuhan

Berdasarkan asal-usulnya, meristem dikelompokkan menjadi:


1) Meristem primer: apabila sel-selnya berkembang langsung dari sel-sel
embrionik (meristem apikal),
2) Meristem sekunder: apabila sel-selnya berkembang dari jaringan dewasa yang
sudah mengalami deferensiasi. Contohnya kambium dan kambium gabus
(felogen).
5

Gambar 3 Meristem apikal pucuk

Gambar 4 Batang bambu (Bambusa sp.), ruas (In) adalah bagian batang di antara
ruas-ruas (N), meristem interkalar terletak pada ruas, dekat dengan
node
6

Gambar 5 Lokasi meristem interkalar pada tanaman rumput

Definisi tersebut tidak selalu tepat, contoh meristem pucuk organ liar
berkembang secara sekunder, tetapi menurut struktur dan fungsinya termasuk
meristem primer. Sebaliknya, sebagian besar bahkan kadang-kadang seluruh
kambium pembuluh secara umum diterima sebagai meristem sekunder,
berkembang dari meristem pucuk dan sebagian dari prokambium.
Meristem primer berasal dari sel-sel initial yang disebut promeristem, yang
berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Haberlandt akan berkembang menjadi
protoderm, prokambium, dan meristem dasar. Protoderm akan berdeferensiasi
menjadi jaringan epidermis, prokambium akan berdeferensiasi menjadi sistem
jaringan pengangkut, sedangkan meristem dasar akan berkembang menjadi
parenkim (jaringan dasar).
Hanstein membagi ujung akar menjadi tiga daerah, yaitu: a) dermatogen,
akan berkembang menjadi epidermis; b) periblem, akan berkembang menjadi
korteks; dan c) plerom akan berkembang menjadi stele. Sementara, Schmidt
membagi ujung batang menjadi dua bagian, yaitu korpus dan tunika. Korpus
merupakan bagian pusat dari titik tumbuh. Daerah ini mempunyai area yang luas
dan sel-selnya relatif besar. Sel-sel daerah korpus ini akan membelah secara tak
beraturan. Tunika merupakan bagian paling luar dari titik tumbuh, terdiri atas satu
atau beberapa lapis sel, dengan sel-sel yang relatif lebih kecil dan mengalami
pembelahan ke samping (ke arah lateral).
7

Meristem sekunder berasal dari sel-sel dewasa yang berubah keadaannya


menjadi meristematik. Sel-sel meristem sekunder berbentuk pipih atau prisma yang
di bagian tengahnya terdapat vakuola yang besar. Contohnya adalah kambium dan
kambium gabus. Kambium dijumpai di dalam batang dan akar dari tumbuhan
golongan Dicotyledonae dan Gymnospermae serta beberapa tumbuhan dari
golongan Monocotyledonae (Agave, Aloe, Jucea, dan Dracaena), sedangkan
kambium gabus terdapat pada kulit batang tumbuhan dan dapat membentuk
jaringan gabus yang sukar ataupun tidak dapat dilalui air. Sel-sel gabus umumnya
bersifat mati.
II. JARINGAN DEWASA
Jaringan dewasa (permanen): jaringan yang mengalami diferensiasi sedikit
demi sedikit kehilangan sifat embrionalnya dan mendapat status dewasa. Istilah
jaringan permanen hanya dapat digunakan dalam hubungannya dengan sel tertentu
yang mengalami diferensiasi tidak bolak-balik, misalnya unsur pembuluh menjadi
tidak berinti dan selnya mati, juga trakeida, sel tapis, dan sel gabus. Semua sel yang
masih mengandung inti, dalam tingkatan tertentu, jika ada rangsangan masih
mampu tumbuh, membelah, dan berdiferensiasi. Diferensiasi merupakan
pertumbuhan dan pengkhususan secara morfo-fisiologi sel yang dihasilkan oleh
meristem.
Sifat-sifat jaringan dewasa adalah sebagai berikut.
1) Tidak mempunyai aktivitas untuk memperbanyak diri.
2) Mempunyai ukuran yang relatif besar dibanding sel-sel meristem.
3) Mempunyai vakuola yang besar sehingga plasma sel sedikit dan merupakan
selaput yang menempel pada dinding sel.
4) Kadang-kadang selnya telah mati.
5) Selnya telah mengalami penebalan dinding sesuai dengan fungsinya.
6) Di antara sel-selnya dijumpai ruang antarsel.
Ruang antarsel pada tumbuhan tingkat tinggi dapat terjadi dengan cara
berikut.
8

1) Sisogen, apabila sel-selnya saling menjauhi sehingga terbentuk ruang di


antaranya, misalnya ruang antarsel pada tangkai daun teratai (Nymphaea).
2) Lisigen, apabila ruang yang terjadi karena sel beserta isinya larut, misalnya ruang
minyak pada daun jeruk (Citrus sp.).
3) Sisolisigen, apabila ruang yang terjadi berasal dari larutnya sel tertentu diikuti
oleh saling menjauhi sel-sel di sekitarnya, misalnya ruang antar-protoxilem.
4) Reksigen, apabila sel-sel mengalami robekan karena tertarik pertumbuhan di
sekitarnya, misalnya pada berkas pengangkut batang jagung (Zea mays).
Menurut asal meristem, jaringan dewasa dibedakan menjadi 1) jaringan
primer, apabila jaringan tersebut sel-selnya berasal dari meristem primer, dan 2)
jaringan sekunder, apabila jaringan tersebut sel-selnya berasal dari meristem
sekunder.

III. JARINGAN PELINDUNG (EPIDERMIS)


Organ tumbuh-tumbuhan sangat memerlukan perlindungan dari segala
pengaruh luar yang akan merugikan pertumbuhannya. Pengaruh-pengaruh luar itu,
antara lain, kekurangan air, kerusakan mekanis, suhu udara yang terlalu tinggi atau
rendah, kehilangan zat-zat makanan, dan perlindungan terhadap serangan hama
dan penyakit tumbuhan. Oleh karena itu, pada tumbuh-tumbuhan terdapat satu
atau beberapa lapisan sel guna fungsi perlindungan tersebut yang disebut jaringan
pelindung (epidermis).
Epidermis berasal dari bahasa Yunani, epi berarti di atas dan derma berarti
kulit. Jaringan epidermis adalah lapisan sel yang berada paling luar, pada permukaan
organ-organ tumbuhan primer seperti akar, batang, daun, bunga, buah, dan biji.
Jaringan ini berfungsi melindungi bagian dalam tumbuhan dari segala pengaruh luar
yang akan merugikan pertumbuhannya sehingga jaringan epidermis sering disebut
jaringan pelindung.
Epidermis biasanya terdiri atas satu lapis sel yang tersusun rapat tanpa
adanya ruang antarsel. Pada beberapa jenis tumbuhan epidermis terdiri atas
9

beberapa lapis sel. Hal ini disebabkan karena sel-sel protoderm membelah berkali-
kali secara periklinal (sejajar permukaan) sehingga terjadi epidermis berlapis banyak.
Contoh sel-sel epidermis velamen pada akar anggrek.
Sel-sel epidermis mempunyai bentuk yang bervariasi, misalnya epidermis
berbentuk tubular dapat dijumpai pada helaian daun Dicotyledonae dan berbentuk
memanjang dijumpai pada helaian daun Monocotyledonae. Pada helaian daun Aloe
cristata sel epidermis berbentuk heksagonal. Sel-sel epidermis memiliki protoplas
hidup dan dapat menyimpan berbagai hasil metabolisme. Sel-sel inisial epidermis
sebagian dapat berkembang menjadi alat-alat tambahan lain yang sering disebut
derivat epidermis, seperti stoma, trikoma, sel kipas, sistolit, sel silika, dan sel gabus.
1. Stoma
Stoma (jamak: stomata) berasal dari bahasa Yunani, stoma berarti lubang atau
porus. Jadi stoma adalah lubang atau celah yang terdapat pada epidermis organ
tumbuhan yang berwarna hijau yang dibatasi oleh sel khusus yang disebut sel
penutup.
Stomata umumya terdapat pada bagian-bagian tumbuhan yang berwarna
hijau, terutama pada daun. Pada tumbuhan yang hidup di bawah permukaan air
terdapat pula alat-alat struktur yang mirip dengan stomata, tetapi bukan stomata.
Pada akar dan bagian tumbuhan yang tidak berwarna hijau, biasanya tidak terdapat
stomata. Demikian pula pada bunga yang berwarna selain hijau, memang terdapat
stomata, tetapi kadang-kadang tidak berfungsi. Pada daun-daun yang berwarna
hijau, stomata bisa terdapat pada kedua permukaannya, atau kemungkinan pula
hanya terdapat pada satu permukaan, yaitu permukaan bagian bawah.
Stoma terdiri atas beberapa bagian, yaitu: a) sel penutup, b) celah, c) sel
tetangga, dan d) ruang udara dalam. Sel penutup (guard cell) terdiri atas sepasang
sel yang kelihatan simetris, umumnya berbentuk ginjal, pada dinding sel atas dan
bawah kelihatan pula adanya alat yang berbentuk sebagai birai (ledges = rigi-rigi).
Di antara kedua sel penutup terdapat celah (porus) yang merupakan lubang kecil.
Sel penutup dapat mengatur menutup atau membukanya porus tersebut. Sel
10

tetangga (subsidiary cell) adalah sel-sel yang memang berdampingan atau yang
berada di sekitar sel-sel penutup atau dapat juga dikatakan mengelilingi sel-sel
penutup (Gambar 6 dan 7). Ruang udara dalam (substomatal chamber) merupakan
suatu ruang antar sel (intercellular space) yang besar, yang berfungsi ganda yaitu
fotosintesis, transpirasi, dan respirasi.

Gambar 6 Permukaan daun rumput Sorghastrum balansae menggambarkan sifat


dinding sel yang berliku-liku dan stomata yang berbaris sejajar

Gambar 7 Stoma pada daun tembakau (Nicotiana tabacum)


11

Sel penutup dikelilingi oleh sel-sel yang bentuknya sama atau berbeda
dengan sel-sel epidermis lainnya dan disebut sel tetangga (Gambar 8). Sel tetangga
berperan dalam perubahan osmotik yang menyebabkan gerakan sel penutup yang
mengatur lebar celah. Sel penutup dapat terletak sama tinggi dengan permukaan
epidermis (disebut panerofor), atau lebih rendah dari permukaan epidermis (disebut
kriptofor), atau lebih tinggi dengan permukaan epidermis (disebut tipe menonjol).
Pada tumbuhan Dicotyledoneae, sel penutup biasanya berbentuk seperti ginjal bila
dilihat dari atas, sedangkan pada tumbuhan suku rumput-rumputan (Poaceae)
memiliki struktur khusus dan seragam dengan sel penutup berbentuk seperti halter
dan dua sel tetangga terdapat masing-masing di samping sebuah sel penutup.

Gambar 8 Stomata pada epidermis daun tebu (Saccharum officinarum)

Berdasarkan susunan sel-sel tetangga yang ada di samping sel penutup,


stomata pada tumbuhan Dicotyledoneae dikelompokkan menjadi empat tipe
berikut (Gambar 9).
1) Tipe anomositik/Ranunculaceae, yaitu sel penutup dikelilingi oleh sejumlah sel
yang bentuk maupun ukurannya sama dengan sel epidermis di sekitarnya. Tipe
ini umumnya dijumpai pada tumbuhan familia Ranunculaceae, Caparidaceae,
Cucurbetaceae, dan Malvaceae.
12

2) Tipe anisositik/Cruciferae, yaitu sel penutup dikelilingi oleh tiga buah sel
tetangga yang tidak sama besar. Tipe ini umumnya dijumpai pada tumbuhan
anggota familia Cruciferae dan Solanaceae.
3) Tipe parasitik/Rubiaceae, yaitu sel penutup diiringi sebuah sel tetangga atau
lebih dengan sumbu panjang sel tetangga sejajar dengan sumbu sel penutup
serta celah. Tipe ini umum dijumpai pada tumbuhan anggota familia Rubiaceae,
Magnoliaceae, dan Mimosaceae
4) Tipe diasitik/Caryophyllaceae, yaitu stoma dikelilingi dua sel tetangga. Dinding
bersama dari kedua sel tetangga itu tegak lurus terhadap sumbu panjang sel
penutup serta celah. Tipe ini umum dijumpai pada tumbuhan anggota familia
Caryophyllaceae dan Acanthaceae.

Gambar 9 Permukaan bawah daun

Berdasarkan asalnya, sel tetangga dibedakan menjadi tiga kategori berikut.


1) Mesogen, apabila sel penutup dan sel tetangga memiliki asal yang sama.
2) Perigen, apabila sel penutup dan sel tetangga tidak memiliki asal yang sama.
3) Mesoperigen, apabila sedikitnya satu sel tetangga memiliki asal yang sama
dengan sel penutup.
Pada tumbuhan Dicotyledoneae dengan pertulangan daun tersusun seperti
jala, stomata tersebar tidak beraturan. Namun, pada tumbuhan Monocotyledoneae
13

dengan pertulangan daun tersusun paralel, stomata tersusun dalam deret


longitudinal.
2. Trikoma
Trikoma (jamak: trikomata) arti sebenarnya adalah “rambut-rambut yang
tumbuh”, berasal dari sel-sel epidermis, terdiri atas sel tunggal atau banyak sel
(Gambar 10 dan 11). Struktur yang menyerupai trikoma, tetapi lebih besar dan
terbentuk dari jaringan epidermis atau di bawah epidermis disebut emergensia,
sedangkan apabila terbentuk dari jaringan stele disebut spina. Trikoma mempunyai
peranan yang sangat penting dalam taksonomi tumbuhan karena kadang familia
tertentu dapat dikenal dari jenis trikomanya.
Fungsi trikoma bagi tumbuhan adalah 1) mengurangi penguapan (apabila
terdapat pada epidermis daun), 2) meneruskan rangsang, 3) mengurangi gangguan
hewan, 4) membantu penyebaran biji, 5) membantu penyerbukan bunga, dan 6)
menyerap air serta garam-garam mineral dari dalam tanah.

Gambar 10 Trikoma uniseluler dan tidak bercabang pada daun Solomon


(Maianthemum racemosum) (kiri) dan wortel (Daucus carota)
(kanan)
14

Gambar 11 Trikoma multiseluler, tidak bercabang dari daun geranium


(Pelargonium sp., Geraniaceae) (kiri) dan begonia (Begonia sp.,
Begoniaceae) (kanan)

Berdasarkan ada tidaknya fungsi sekresi, trikoma dapat dibedakan menjadi


trikoma yang tidak menghasilkan sekret dan trikoma yang menghasilkan sekret.
a) Trikoma yang tidak menghasilkan sekret (trikoma non-glanduler) (Gambar 12):
1) Rambut bersel satu atau bersel banyak dan tidak pipih, contohnya pada
Lauraceae dan Moraceae.
2) rambut sisik yang memipih dan bersel banyak, contohnya pada daun durian
(Durio zibethinus).
3) Rambut bercabang dan bersel banyak, contohnya pada daun waru (Hibiscus)
4) Rambut akar yang merupakan pemanjangan sel epidermis dalam bidang
yang tegak lurus permukaan akar.
b) Trikoma yang menghasilkan sekret (trikoma glanduler)
Trikoma glanduler dapat bersel satu, bersel banyak, atau berupa sisik. Trikoma
pada daun tembakau (Nicotiana tabacum) merupakan trikoma glanduler yang
sederhana, memiliki tangkai dengan kepala bersel satu atau bersel banyak. Pada
tumbuhan sering dijumpai berbagai macam trikoma glanduler, yaitu:
15

1) Trikoma hidatoda, terdiri atas sel tangkai dan beberapa sel kepala dan
mengeluarkan larutan yang berisi asam organik.
2) Kelenjar garam, terdiri dari sebuah sel kelenjar besar dengan tangkai yang
pendek.
3) Kelenjar madu, berupa rambut bersel satu atau lebih dengan plasma yang
kental dan mampu mengeluarkan madu ke permukaan sel.
4) Rambut gatal, berupa sel tunggal dengan pangkal berbentuk kantong dan
ujung runcing. Isi sel menyebabkan rasa gatal.
Berbagai macam tipe trikoma dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 12 Berbagai macam bentuk trikoma non-granduler


16

Gambar 13 Trikoma

3. Sel Kipas
Sel kipas dapat dijumpai pada epidermis atas daun tumbuhan suku
Gramineae atau Cyperaceae, tersusun dari beberapa sel berdinding tipis dengan
ukuran yang lebih besar dibanding sel-sel epidermis di sekitarnya Sel kipas berfungsi
mengurangi penguapan sebagai akibat menggulungnya daun.
4. Epidermis Ganda
Pada tumbuhan anggota suku Moraceae (Ficus sp.), Piperaceae, Begoniaceae,
dan Malvaceae dijumpai lebih dari satu lapis sel di bawah epidermis. Epidermis
ganda pada akar anggrek disebut velamen. Pada epidermis daun beringin (Ficus sp.),
selain adanya epidermis ganda juga terdapat penebalan ke arah sentripetal yang
tersusun atas tangkai selulosa dengan deposisi Ca-carbonat yang membentuk
bangunan seperti sarang lebah yang disebut sistolit dan sel yang mengandungnya
disebut litokis.
17

IV. JARINGAN DASAR (PARENKIM)


Jaringan dasar (ground tissue) atau parenkim merupakan suatu jaringan yang
terbentuk dari sel-sel hidup, dengan struktur morfologi serta fisiologi yang
bervariasi, dan masih melakukan segala kegiatan proses fisiologis. Walaupun
struktur morfologi dan fisiologinya bermacam-macam, tetapi umumnya parenkim
memiliki sifat-sifat yang sama.
Jaringan parenkim disebut juga jaringan dasar karena dijumpai hampir di
setiap bagian tumbuhan. Contohnya pada batang dan akar parenkim dijumpai di
antara epidermis dan pembuluh angkut, sebagai kortek. Parenkim dapat pula
dijumpai sebagai empulur batang. Pada daun, parenkim merupakan mesofil daun,
yang kadang berdeferensiasi menjadi jaringan tiang dan jaringan bunga karang,
parenkim dijumpai sebagai parenkim penyimpan cadangan makanan pada buah
dan biji.
Sifat-sifat dari jaringan parenkim adalah sebagai berikut.
1) Dinding selnya tipis, jika terjadi penebalan-penebalan akan tipis pula, biasanya
terdiri atas selulosa yang keadaannya masih lentur, jarang sekali mengandung
lignin kecuali pada organ yang telah tua.
2) Dinding selnya yang telah menebal biasanya mempunyai noktah-noktah yang
dapat menjamin lancarnya pertukaran zat-zat yang diperlukan tumbuhan.
3) Sel-sel parenkim merupakan sel-sel yang masih mempunyai kegiatan atau masih
hiduo, yang di bagian tengah ruang selnya terdapat sentra vakuola yang besar,
yang biasanya penuh terisi zat-zat cadangan makanan.
4) Plastida-plastida berupa leukoplas atau kloroplas berada dalam protoplasnya,
dalam kloroplas ini terdapat butir-butir tepung, dapat pula berupa kromoplas.
5) Terdapat intercellular apaces yang melakukan peranan bagi pertukaran atau
peredaran gas-gas.
6) Bentuk selnya kebanyakan segi banyak dengan diameter bervariasi (polihedra)
(Gambar 14).
18

Gambar 14 Berbagai macam bentuk parenkim

Jaringan parenkim memiliki fungsi, antara lain, menyimpan cadangan


makanan seperti halnya endosperma jagung atau pada biji-biji tumbuhan lain,
sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis seperti halnya pada mesofil daun, dan
sebagai penyokong tubuh apabila vakuolanya berisi air, seperti halnya pada
tumbuhan lunak misalnya bayam.
Berdasarkan fungsinya, parenkim dibedakan menjadi sebagai berikut.
1) Parenkim asimilasi, yaitu parenkim yang bertugas melakukan proses pembuatan
zat-zat makanan, terletak di bagian tumbuhan berwarna hijau. Parenkim asimilasi
mengandung kloroplas yang sering berisi butir-butir tepung asimilasi sehingga
disebut juga klorenkim.
2) Parenkim penimbun atau parenkim makanan, berfungsi sebagai jaringan
penyimpan cadangan makanan, terletak di bagian dalam tumbuhan, misalnya
empulur batang, akar, umbi, umbi lapis, dan akar rimpang. Organ tersebut sel-
selnya berisi cadangan makanan berupa gula, tepung, lemak, dan protein.
3) Parenkim air dijumpai pada tumbuhan xerofit atau epifit sebagai penimbun air
untuk menghadapi masa kering.
19

4) Parenkim udara dijumpai pada alat pengapung tumbuhan. Parenkim udara


dapat pula dijumpai pada tangkai daun Canna sp. sebagai tempat penyimpanan
udara.
5) Parenkim angkut, terdapat pada jaringan pengakut yang sel-selnya berbentuk
memanjang menurut arah pengakutannya. Dalam hal ini, dikenal adanya
parenkim jari-jari empulur yang berguna sebagai alat pengangkut yang
menghubungkan jaringan-jaringan sebelah luar dan dalam.
Berdasarkan bentuknya, parenkim dibedakan menjadi beberapa jenis sebagai
berikut.
1) Parenkim palisade, merupakan parenkim penyusun mesofil, kadang pada biji
berbentuk sel panjang, tegak, mengandung banyak kloroplas.
2) Parenkim bunga karang, juga merupakan parenkim penyusun mesofil daun,
bentuk dan ukurannya tak teratur dengan ruang antarsel yang lebih besar.
3) Parenkim bintang (aktinenkim) berbentuk seperti bintang bersam-bungan
ujungnya dijumpai pada tangkai daun Canna sp.
4) Parenkim lipatan, dinding selnya mengadakan lipatan ke arah dalam serta
banyak mengandung kloroplas, dijumpai pada mesofil daun pinus dan padi.
Contoh jaringan parenkim pada tanaman asparagus dapat dilihat pada Gambar
15.

Gambar 15 Jaringan parenkim pada tanaman asparagus


20

V. JARINGAN PENGUAT (MEKANIK)


Jaringan penguat merupakan jaringan yang memberikan kekuatan bagi
tubuh tumbuhan agar dapat melakukan perimbangan-perimbangan bagi
pertumbuhannya. Manfaat jaringan mekanik adalah sebagai berikut.
1) Tumbuh-tumbuhan yang tumbuh di darat alat-alatnya berada di atas tanah
memerlukan kekuatan.
2) Tumbuh-tumbuhan ini sesuai dengan perkembangannya akan menjadi dewasa,
dengan batang dan ranting-ranting yang cukup besar dan pohonnya pun akan
tinggi.
3) Dengan keadaan dan pertumbuhan yang demikian, jaringan mekanik akan dapat
memberikan kekuatan sehingga terjadi perimbangan dalam pertumbuhannya,
yang artinya tumbuh-tumbuhan akan dapat hidup dengan baik.
Berdasarkan bentuk dan sifatnya, jaringan mekanik dibedakan menjadi
jaringan kolenkim dan jaringan sklerenkim.
1. Jaringan Kolenkim
Jaringan kolenkim berperan penting sebagai jaringan penguat terutama pada
organ-organ tumbuhan yang masih aktif mengadakan pertumbuhan dan
perkembangan. Jaringan kolenkim tersusun oleh sel-sel yang hidup, bentuk selnya
sedikit memanjang, umumnya memiliki dinding dengan penebalan yang tak teratur,
dan hanya memiliki dinding primer, lunak, lentur dan tidak berlignin. Isi sel dapat
mengandung kloroplas dan tanin.
Secara ontogeni, jaringan kolenkim berkembang dari sel-sel memanjang
yang mirip prokambium dan terlihat pada tingkat awal deferensiasi meristem atau
berkembang dari sel-sel isodiametris pada jaringan meristem dasar.
Kolenkim dapat dijumpai pada batang, daun, serta bagian-bagian bunga dan
buah. Pada akar yang terkena sinar matahari juga dapat dijumpai adanya kolenkim.
Pada kebanyakan tumbuhan Monocotyledoneae tidak dapat dijumpai adanya
kolenkim jika sklerenkim dibentuk sejak tumbuhan masih muda.
21

Berdasarkan penebalan dinding selnya, kolenkim dapat dibedakan menjadi


empat tipe sebagai berikut (Gambar 16).
1) Kolenkim anguler (kolenkim sudut), penebalan dinding terdapat pada sudut sel
dan memanjang mengikuti sumbu sel. Contohnya pada tangai daun Vitis sp.,
Begonia sp., Solanum tuberosum, Atropa belladona.
2) Kolenkim lameler (kolenkim lempeng), penebalan dinding sel terutama pada
dinding tangensial (sejajar permukaan organ) sehingga pada irisan melintang
terlihat seperti papan yang berderet-deret. Contohnya pada korteks batang
Sambucus javanica dan Sambucus nigra.
3) Kolenkim tubular (lakunar), penebalan terdapat pada bagian dinding sel yang
menghadap ruang antarsel. Contohnya pada tangkai daun Salvia, Malva, dan
Althaea.
4) Kolenkim tipe cincin, pada penampang lintang lumen sel berbentuk lingkaran
atau seperti lingkaran. Pada waktu menjelang dewasa terlihat bahwa karena pada
tipe sudut penebalan bersambungan pada dinding sel maka lumen tidak
menyudut lagi.

Gambar 16 Tipe-tipe kolenkim


22

2. Jaringan Sklerenkim
Sklerenkim merupakan jaringan penguat dengan dinding sekunder yang
tebal, umumnya terdiri dari zat lignin, sel-selnya bersifat kenyal. Pada umumnya sel
sklerenkim tidak lagi mengandung protoplas, atau dengan kata lain sel-selnya telah
mati dengan dinding sel yang tebal sehingga jaringan sklerenkim hanya dijumpai
pada organ tumbuhan yang tidak lagi mengadakan pertumbuhan dan
perkembangan. Jaringan sklerenkim terdiri atas serabut (serat-serat sklerenkim) dan
sklereid (sel-sel batu).
a. Serabut
Serabut pada umumnya terdapat dalam bentuk untaian atau dalam bentuk
lingkaran. Di dalam berkas pengangkut, serabut biasanya merupakan suatu
seludang yang berhubungan dengan berkas pengangkut atau dalam kelompok
yang tersebar di dalam xilem dan floem.
Berdasarkan tempatnya, serat sklerenkim dibedakan menjadi dua, yaitu serat
xilem apabila serat tersebut terdapat di dalam sistem jaringan xilem dan serat ekstra
xilem apabila serat terdapat di luar sistem jaringan xilem. Serat-serat sklerenkim
mempunyai ukuran antara 2 mm sampai dengan 25 cm. Serat sklerenkim yang
panjang dapat dijumpai pada Agave, Hibiscus sabdariffa, dan Hibiscus canabinus
(Gambar 17).

Gambar 17 Serat pada floem Linum utitatissimum


23

b. Sklereid
Sklereid terdapat dalam semua bagian tumbuhan, terutama di dalam kulit
kayu, pembuluh tapis, dan dalam buah atau biji. Sel sklereid bisa terdapat secara
soliter sebagai idioblast atau dalam kumpulan sel dengan jumlah yang besar bahkan
pada tempurung kelapa (Cocos nucifera) hampir seluruhnya terdiri atas sklereid.
Secara ontogenis, sklereid berkembang dari sel-sel parenkim melalui penebalan
sekunder dinding selnya.
Berdasarkan bentuknya, sklereid dibedakan menjadi lima macam sebagai
berikut (Gambar 18).
1) Brakisklereid, merupakan sel batu yang bentuknya seperti insang ikan, dijumpai
pada floem kulit kayu serta daging buah tertentu seperti pear (Pyrus communis).

Gambar 18 Berbagai macam bentuk sklereid


24

2) Makrosklereid, merupakan sebutan bagi sklereid yang bentuknya seperti tongkat


dan dijumpai pada kulit biji tumbuhan suku kacang-kacangan (Leguminosae).
3) Osteosklereid apabila berbentuk seperti tulang dengan ujung yang membesar
dan kadang-kadang sedikit bercabang. Sklereid ini dijumpai dalam kulit biji dan
kadang-kadang dalam daun Dicotyledoneae.
4) Asteroslereid merupakan sklereid yang bercabang-cabang berbentuk seperti
bintang dan sering terdapat pada daun.
5) Trikosklereid merupakan sklereid yang memanjang seperti benang dengan satu
percabangan yang teratur.

VI. JARINGAN PENGANGKUT


Jaringan pengangkut pada tumbuhan tingkat tinggi terdiri dari xilem dan
floem. Xilem meliputi trakea dan trakeida serta unsur-unsur lain seperti serabut dan
parenkim xilem. Xilem, khususnya trakea dan trakeida, berfungsi mengangkut
mineral dan air dari akar sampai daun, sedangkan floem berfungsi mengangkut hasil
fotosintesis dari daun ke bagian organ yang lain, yaitu batang, akar, atau umbi.
Floem terdiri dari buluh tapisan, sel pengiring, dan parenkim floem.
3. Xilem
Xilem merupakan suatu jaringan pengangkut yang kompleks terdiri atas
berbagai macam bentuk sel. Pada umumnya sel-sel penyusun xilem telah mati
dengan dinding yang sangat tebal tersusun dari zat lignin sehingga xilem berfungsi
juga sebagai jaringan penguat. Unsur-unsur xilem terdiri atas unsur trakeal, serat
xilem, dan parenkim xilem (Gambar 19).
a. Unsur trakeal
Unsur trakeal merupakan unsur yang bertugas dalam pengangkutan air
beserta zat terlarut di dalamnya, dengan sel-sel yang memanjang, tidak
mengandung protoplas (bersifat mati), dinding sel berlignin, mempunyai macam-
macam noktah. Unsur trakeal terdiri dari dua macam sel yaitu trakea dan trakeida.
25

Gambar 19 Unsur-unsur xilem

Trakea (pembuluh kayu) terdiri atas deretan sel yang tersusun memanjang
dengan ujung yang berlubang dan bersambungan pada ujung dan pangkalnya,
sedangkan trakeida merupakan sel panjang dengan ujung yang runcing tanpa
adanya lubang sehingga pengangkutan melalui pasangan noktah pada dua ujung
trakeida yang saling menimpa. Bagian trakea yang berlubang disebut lubang
perforasi. Pada tumbuhan dikenal tiga macam lempeng perforasi, yaitu lempeng
perforasi sederhana dengan sebuah lubang yang memenuhi seluruh dinding ujung
sel yang ditempati, lempeng perforasi skalariform dengan lubang pipih dan sejajar
lempeng sehingga menunjukkan bentuk tangga, lempeng perforasi jala dengan
jalinan lubang membentuk jala. Lempeng perforasi skalariform dan jala disebut juga
lempeng perforasi majemuk (Gambar 20).
26

Gambar 20 Trakeida dan trakea dengan lubang perforasi

b. Serat xilem
Serat xilem merupakan sel panjang dengan dinding sekunder yang biasanya
berlignin. Ada dua macam serat pada tumbuhan, yakni serat trakeid dan serat
libriform. Serat libriform mempunyai ukuran lebih panjang dan dinding selnya lebih
tebal dibanding serat trakeid. Dijumpai adanya noktah sederhana pada serat
librifom, sedangkan serat trakeid memiliki noktah terlindung.
c. Parenkim xilem
Parenkim xilem biasanya tersusun dari sel-sel yang masih hidup. Dijumpai
pada xilem primer maupun xilem sekunder. Pada xilem sekunder dijumpai dua
macam parenkim, yaitu parenkim kayu dan parenkim jari-jari empulur.
Parenkim kayu sel-selnya dibentuk oleh sel-sel pembentuk fungsi unsur-
unsur trakea yang sering mengalami penebalan sekunder pada dindingnya.
Dijumpai adanya noktah berhalaman dan noktah biasa. Sel-sel parenkim xilem
berfungsi sebagai tempat cadangan makanan. Zat tepung biasanya tertimbun
sampai pada saat-saat giatnya pertumbuhan kemudian berkurang bersamaan
dengan kegiatan kambium.
27

Parenkim jari-jari empulur tersusun atas sel-sel yang pada umumnya


mempunyai dua bentuk dasar, yakni sel-sel yang bersumbu panjang ke arah radial
dan sel-sel bersumbu panjang ke arah vertikal.
4. Floem
Floem merupakan jaringan pengangkut yang berfungsi mengangkut dan
mendistribusikan zat-zat makanan hasil fotosintesis dari daun ke bagian tumbuhan
yang lain. Floem tersusun atas berbagai macam bentuk sel-sel yang bersifat hidup
dan mati. Unsur-unsur floem meliputi unsur tapis, sel pengiring, sel albumin (pada
Gymnospermae), serat-serat floem, dan parenkim floem (Gambar 21).

Gambar 21 Unsur-unsur floem

a. Unsur-unsur tapis
Ciri khas dari unsur tapis adalah adanya daerah tapis di dindingnya dan inti
hilang dari protoplas. Daerah tapis diartikan sebagai daerah noktah yang
termodifikasi dan tampak sebagai daerah cekung di dinding yang berpori-pori.Pori-
pori tersebut dilalui oleh plasmodesmata yang menghubungkan dua unsur tapis
yang berdampingan. Sel-sel tapis merupakan sel panjang yang ujungnya meruncing
28

di bidang tangensial dan membulat di bidang radial. Dinding lateral banyak


mengandung daerah tapis yang berpori. Pada komponen bulu tapis, dinding
ujungnya saling berlekatan dengan dinding ujung sel di bawahnya atau di atas
sehingga membentuk deretan sel-sel memanjang yang disebut pembuluh tapis.
b. Sel pengiring
Sel pengiring berhubungan erat dengan pembuluh tapis. Sel-sel pengiring
biasanya merupakan untaian atau deretan yang menyerupai sel parenkim dengan
sel-sel yang bersifat hidup. Sel pengiring diduga berperan dalam keluar masuknya
zat-zat makanan melalui pembuluh tapis.
c. Sel albumin
Sel albumin merupakan sel-sel jari-jari empulur dan sel-sel parenkim buluh
tapis yang mengandung banyak zat putih telur dan terletak dekat dengan sel-sel
tapis pada tumbuhan Gymnospermae. Diduga sel-sel albumin mempunyai fungsi
serupa dengan sel pengiring (Gambar 22).

Gambar 22 Sel pengiring

d. Serat-serat floem
Letak serat-serat floem pada berkas floem bervarisi. Pada floem primer, serat
terdapat di bagian jaringan sebelah luar yang awalnya berkelompok membentuk
suatu klaster atau masa kemudian dalam perkembangannya akan menjadi
29

homogen. Pada floem sekunder letak serat mengikuti berbagai pola. Serat dewasa
dapat bersifat baik hidup maupun mati. Serat hidup dapat juga berfungsi sebagai
tempat penyimpanan cadangan makanan.
e. Parenkim floem
Parenkim floem merupakan jaringan parenkim biasa yang terletak di bagian
buluh tapis, merupakan sel hidup yang berfungsi sebagai tempat penyimpan zat-
zat tepung, lemak, dan zat-zat organik lainnya.
5. Tipe-tipe berkas pengangkut
Kenyataan di alam bahwa keberadaan xilem dan floem dalam jaringan primer
selalu berpasangan dan merupakan suatu berkas yang disebut pengangkut. Dalam
pengamatan di bawah mikroskop, berkas pengangkut dapat dengan mudah
dibedakan dengan jaringan parenkim di sekitarnya karena relatif kecil dengan tanpa
adanya ruang antarsel, hanya trakea yang sel-sel-nya lebih besar dibandingkan sel-
sel di sekitarnya. Komponen-komponen xilem sel-selnya berdinding tebal dan
mengalami lignifikasi.
Berdasarkan posisi/letak xilem dan floemnya, berkas pengangkut dibedakan
menjadi tiga tipe dasar, yakni kolateral, konsentris, dan radial. Masing-masing dari
tipe dasar tersebut terbagi lagi menjadi tipe-tipe lainnya (Gambar 23).
a. Tipe kolateral
Kolateral terbagi lagi menjadi kolateral terbuka, kolateral tertutup, dan
bikolateral. Berkas pengangkut tipe kolateral didefinisikan sebagai berkas
pengangkut dengan kondisi xilem dan floem terletak berdampingan. Floem berada
di bagian luar dari xilem. Apabila di antara xilem dan floem dapat dijumpai adanya
kambium maka berkas pengangkut ini mempunyai tipe kolateral terbuka.
Selain berfungsi sebagai penghubung antara xilem dan floem, kambium juga
berperan dalam pembentukan floem ke arah luar dan xilem ke arah dalam sehingga
dikenal pula istilah kambium fasikuler apabila kambium terletak di antara xilem dan
floem dan kambium interfasikuler apabila kambium terletak di luar berkas
pengangkut. Berkas pengangkut tipe ini dijumpai pada tumbuhan golongan
30

Dicotyledonae dan Gymnospermae. Apabila di antara xilem dan floem tidak


dijumpai adanya kambium dan dijumpai adanya parenkim sebagai penghubung
maka berkas pengangkut ini mempunyai tipe kolateral tertutup. Berkas pengakut
tipe kolateral tertutup ini kadang dikelilingi jaringan sklerenkim yang sering disebut
sebagai seludang berkas pengangkut. Berkas pengangkut tipe ini dijumpai pada
tumbuhan golongan Monocotyledonae.

Gambar 23 Berbagai macam tipe berkas pengangkut


31

Berkas pengangkut bikolateral apabila dijumpai adanya floem luar dan floem
dalam. Di antara floem luar dan xilem dijumpai adanya kambium. Keberadaan
kambium di antara floem dalam dan xilem masih kurang jelas, mungkin hanya
berupa parenkim penghubung.
b. Tipe konsentris
Konsentris terbagi lagi menjadi konsentris amphikibral dan konsentris
amfivasal. Berkas pengangkut tipe konsentris merupakan berkas pengangkut
dengan kondisi xilem dikelilingi floem ataupun sebaliknya. Apabila xilem berada di
tengah dan floem mengelilinginya maka disebut berkas pengangkut konsentris
amphikibral. Umumnya dijumpai pada tumbuhan golongan paku-pakuan
(Pteridophyta), sedangkan apabila floem di tengah dan xilem mengelilinginya maka
disebut berkas pengangkut tipe konsentris amphivasal. Contohnya pada Cirdyline
sp. dan rizhoma Acorus calamus.
c. Tipe radial
Berkas pengangkut tipe radial merupakan berkas pengangkut dengan letak
xilem dan floem bergantian menurut jari-jari lingkaran. Dijumpai pada akar
tumbuhan Monocotyledoneae dan akar primer Dicotyledonae.

VII. IDIOBLAS
Apabila di dalam jaringan tumbuhan terdapat sel atau sekumpulan sel yang
bentuk dan fungsinya berbeda dengan sel-sel di sekitarnya maka disebut idioblas.
Idioblas dapat berupa alat sekresi ataupun kelenjar di dalam jaringan tumbuhan.
1. Alat sekresi
Alat sekresi merupakan suatu sel atau sekumpulan sel yang berfungsi sebagai
penghasil zat-zat. Zat-zat ini tidak dikeluarkan oleh sel-sel yang bersangkutan. Ada
beberapa macam alat sekresi pada tumbuhan, yakni saluran getah, sel-sel resin dan
minyak, sel-sel lendir, sel-sel zat penyamak, dan sel-sel mirosin.
32

a. Saluran getah
Saluran getah merupakan sel atau kumpulan sel yang berisi cairan yang
berwarna putih seperti susu yang disebut lateks. Pada tumbuhan dikenal dua macam
saluran getah, yakni buluh getah dan sel getah. Buluh getah tersusun dari rangkaian
sel yang satu sama lain saling berhubungan. Sel-selnya merupakan sel longitudinal
yang dinding melintangnya biasanya memiliki lubang-lubang kecil (perforasi) atau
dinding selnya telah hilang sama sekali. Buluh getah ini kadang-kadang
berhubungan lateral sehingga membentuk jaringan seperti jala (Gambar 24).
Contohnya pada tumbuhan anggota Compositae, Campanulaceae, Caricaceae,
Papilionaceae, dan Euphor-biacae. Sementara buluh getah biasa (tidak
beranastomase) terdapat pada tumbuhan anggota familia Convolvulaceae, Labiatae,
dan Musaceae.
Sel getah merupakan saluran getah yang terdiri dari satu sel yang sangat
panjang. Sel getah tersebut ada yang bercabang masuk ke dalam jaringan,
contohnya familia Apocynaceae, Urticulaceae, dan Moraceae. Sementara, sel getah
yang tidak bercabang dijumpai pada tumbuhan anggota Euophorbiaceae,
Apocynaceae, dan Moraceae.

Gambar 24 Buluh getah


33

b. Sel resin dan minyak


Sel resin dan minyak merupakan sel yang biasanya mengandung resin,
damar, ataupun minyak eteris. Sel resin biasanya mempunyai volume yang lebih
besar dibanding sel-sel di sekelilingnya dengan dinding bergabus, bentuk bulat atau
seperti pembuluh. Sel-sel resin umum dijumpai pada tumbuhan golongan Coniferae
(Pinus).
Minyak eteris dijumpai di dalam sel sebagai tetes-tetes minyak yang terdapat
pada sel-sel yang telah mati dengan dinding sel yang biasanya bergabus. Minyak
eteris akan membiaskan cahaya apabila terkena sinar matahari.
c. Sel lendir
Sel lendir merupakan sel yang hidup, inti selnya sering berbentuk benang.
Sel-sel lendir kadang tersusun membentuk lapisan-lapisan. Lendir dihasilkan oleh
dinding sel, zat-zat tersebut dikeluarkan, kemudian dinding selnya larut sehingga
terbentuk ruang lendir yang terjadi secara lisigen.
d. Sel penyamak
Sel penyamak berada secara kelompok ataupun tersendiri, berbentuk
isodiametris dan menghasilkan zat penyamak. Zat-zat penyamak ini, antara lain,
dihasilkan oleh tumbuhan Areca catechu (pinang), Terminalia catappa (ketapang),
dan Uncaria (gambir).
e. Sel mirosin
Sel mirosin merupakan sel yang berisikan senyawa protein berupa mirosin.
Keberadaan sel-sel mirosin sangat sulit untuk bisa dideteksi secara visual, hanya bisa
terlihat apabila direaksikan dengan reagan Millon dan akan menunjukkan warna
merah. Sel-sel mirosin biasanya berbentuk seperti bulu-bulu dan banyak dijumpai
pada tumbuhan Raphanaus ativus dan Brassica oleraceae.
2. Kelenjar
Kelenjar merupakan sekumpulan sel yang menghasilkan suatu zat. Zat
tersebut dikeluarkan dari sel penghasilnya. Ada beberapa macam kelenjar pada
tumbuhan, antara lain, 1) kelenjar epitel apabila sel-selnya berdampingan satu
34

dengan yang lainnya sehingga merupakan suatu lapisan sel (Gambar 25) dan 2)
kelenjar rambut dijumpai pada permukaan organ (epidermis) terdiri atas satu sel
atau banyak sel. Kelenjar ini disebut koleter dan zat yang dihasilkan disebut
blastokola. Nektaria merupakan kelenjar yang banyak menghasilkan nektar ataupun
madu. Nektaria banyak dijumpai pada organ bunga yang berfungsi untuk menarik
serangga pada proses penyerbukan.

Gambar 25 Perkembangan kelenjar minyak pada Eucaliptus

DAFTAR PUSTAKA
Crang R, Lyons-Sobaski S, Wise R. 2018. Plant Anatomy A Concepts-Based Approach
to the Structure of Seed Plants. Switzerland (CH): Springer.
Dickison WC. 2000. Integrative Plant Anatomy. California (US): Academic Press.
Marjanin M, Hadmadi. 1981. Botani. Jakarta (ID): CV Yasaguna.
Mulyani ESS. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta (ID): Penerbit Kanisius.
Nugroho H, Purnomo I, Sumardi. 2006. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan.
Jakarta (ID): Penerbar Swadaya.
Nugroho LH. 2017. Jaringan Sekretori Tumbuhan. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada
University Press.
Suradinata TS. 1998. Struktur Tumbuhan. Bandung (ID): Penerbit Angkasa.
Sutrian Y. 2011. Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan (Tentang Sel dan Jaringan).
Jakarta (ID): Penerbit Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai