Peranan perempuan telah ada jauh sebelum pembangunan masa orde baru. Sejak
masa pergerakan telah ada perkumpulan-perkumpulan wanita yang masaih
bersifat kedaerahan (Jawa) atau berasaskan agama (Aisyah, Wanita Katolik).
Bersatuu menjadi gerakan nasional dengan dicetuskannya Sumpah Pemuda pada
tanggal 28 Oktober 1928 di Jakarta. Dengan semangat yang menjiwa demi
persatuan bangsa, kemudian di Yogyakarta pertama kali mengadakan Kongres
Perempuan Indonesia pada tanggal 22 Desember 1928. Kongres pada hari itu
menghasilkan suatu federasi, bernama Perikatan Perkumpulan Perempuan
Indonesia (PPPI) (Notopuro,1979:13).
Memasuki kemerdekaan Indonesia tidak diatur jelas peran wanita. Padahal
kian penting dan berpotensi terhadap pembangunan. Sudah menjadi seharusnya
mengembangkan kemampuan wanita dengan meningkatkan kesadaran
pengetahuan akan peranan wanita dalam masyarakat dan dimata hukum serta
banyak bidang lainnya. Dengan ini diperlukan pengarahan untuk menjadikan
peran wanita masuk kedalam pembangunan di segala bidang yang menjadi syarat
demi keberhasilan tujuan nasional. Karena meningkatkan peranan wanita di dalam
pembangunan artinya sama dengan meningkatkan ketahanan nasinal bangsa
Indonesia, khususnya ketahanan nasional dalam bidang Sosial Budaya.
Pada masa era pemerintahan Orde Baru oleh Soeharto diangkat seorang
Menteri Muda khusus menangani Urusan Peran Wanita. Sebagai wadah untuk
menampung sumbangan pikiran bagi pemerintah dan masyarakat. Dengan ini
kaum wanita perlu mengerti, menyadari, menghayati eksistensi kedudukannya dan
menunjukkan kepada masyarakat. Bahwa peranan kaum wanita adalah tidak kalah
pentingnya dengan kaum pria guna membangun kesejahteraan bangsa dan negara.
Memulai perjuangan kaum wanita sebagai sosok yang heroik pada
masa pergerakan beberapa pendekar wanita seperti: Tjut Nyak Dien, Christina
Martha Tijahahu, Dewi Sartika, Kartini, Rasuna Said, Rahmah el Yunusiah dan
lainnya merupakan bukti nyata keikutsertaan para pahlawan wanita yang sama-
sama didorong rasa semangat memperjuangkan keadilan dan rasa cinta bangsa.
Terutama Kartini sosok yang merintis pembebasan kaumnya dari kegelapan
menjadi titik terang melalui pendidikan, sampai saat ini yang menjadikan sinar
kian menjadi terang benderang. Hal ini yang menjadikan landasan tujuan berbagai
gerakan wanita di Indonesia.