Anda di halaman 1dari 4

1. A.

Dampak pada keselamatan lalu lintas:

Ketidakpatuhan kendaraan ODOL (Over Dimension Over Load) kerap berdampak pada
kecelakaan lalu lintas di jalan yang berujung pada insiden fatal, seperti underspeed, pecah
ban, ataupun rem blong.

Jika berbicara mengenai underspeed, underspeed bermula dari berat beban angkut truk
yang mempengaruhi performa mesin. Akibatnya, kendaraan tidak bisa melaju pada batas
kecepatan minimum pada ruas jalan, terutama pada kondisi di mana permukaan jalan yang
menanjak. Berdasarkan data Jasa Marga, rata-rata tabrak belakang mencapai 33 persen
karena kendaraan berjalan lambat sehingga ada gap kecepatan dengan kendaraan lain.

Hal ini berlaku juga dengan pecah ban atau rem blong atau kegagalan kendaraan lainnya
akibat beban berlebih. Kegagalan mesin yang mendadak membahayakan keselamatan
pengguna jalan yang lain, sehingga berakhir pada kecelakaan.

Dampak pada keawetan struktur perkerasan jalan:

Pada dasarnya, perencanaan konstruksi jalan didasarkan atas perkiraan beban lalu lintas
yang melewatinya dan besarnya lalu lintas harian rata-rata. Roda-roda kendaraan pada
sumbu yang menekan jalan, muatan sumbu terberat dipakai sebagai dasar pengendalian
dan pengawasan muatan kendaraan di jalan raya yang ditetapkan berdasarkan peraturan
perundang-undangan. Ketentuan tersebut menjadi dasar diwujudkannya prasarana
transortasi yang aman. Dengan demikian, kendaraan dengan muatan berlebih akan
menimbulkan dampak inefisiensi berupa menurunnya kinerja pelayanan jalan, permukaan
jalan menjadi tidak rata, hingga kondisi jalan yang rusak parah.
B. Upaya
- Upaya dari pemakai jalan: Diperlukan kesadaran untuk memenuhi peraturan
berat muatan maksimum kendaraan yang dapat melintas pada jalan raya.
- Upaya dari pemerintah: Perlunya tindakan tegas terhadap produsen kendaraan
agar membuat truk sesuai dengan kapasitas jalan, perlunya pengawasan ketatp
terhadap tiap-tiap kendaraan yang melintasi jalan raya. Jika perlu, truk yang
sekiranya bermuatan berlebih, diharuskan melewati jembatan timbang terdekat
terlebih dahulu.
- Upaya dari pengusaha truk: Perlunya kerja sama yang baik antara
pendistribusian, perhubungan, dan perdagangan untuk mematuhi standar
muatan yang ada.

2. A. Transportasi multi moda: Angkutan barang dengan menggunakan paling sedikit 2 moda
angkutan yang berbeda atas dasar 1 kontrak sebagai dokumen angkutan dari satu tempat
diterimannya barang ke suatu tempat yang ditentukan untuk penyerahan barang kepada
penerima.

Transportasi inter moda: Pengangkutan barang menggunakan beberapa moda transportasi, di


mana salah satu pengangkut mengorgainisir seluruh proses pengangkutan dari
tempat/Pelabuhan asal melalui satu atau lebih interface/transfer point menuju ke
tempat/Pelabuhan tujuan.

B. Multimoda
Keuntungan:
- Jangka waktu penyerahan barang relative pendek
- Biaya total relative rendah
- Keselamatan barang, jadwal angkutan, dan biaya terkendali
- Hanya satu penanggung jawab dalam arti responsibility terhadap pemilik
barang
Kerugian:
- Keterpaduan antarsimpul belum terhubung secara optimal
- Belum berkembangnya fasilitas logistic center sehingga pengguna jasa dan
operator sulit mendapatkan informasi muatan dan angkkutan
- Pembangunan simpul terminal masih sering kurang memperhatikan penyediaan
prasarana transshipment.

Intermoda
Keuntungan:
- Mengurangi ongkos dan meningkatkan tingkat layanan yang diinginkan
penumpang maupun barang dengan pilihan moda yang paling tepat.
- Mengurangi beban infrastruktur dan meningkatkan efisiensi melalui peralihan
ke moda transportasi berkapasitas besar.
- Mengurangi biaya dan waktu perjalanan yang dibutuhkan serta mengurangi
ketidaknyamanan saat pergantian moda.
Kerugian:
- Terkadang terjadi salah kirim atau tidak sampai ke tempat tujuan yang
dimaksud.
- Kemungkinan barang rusak lebih tinggi.
- Dinas terkait masih terstruktur pada masing-masing moda transportasi.
- Perusahaan transportasi masih hanya terstruktur pada masing-masing
transportasi.

3. Sebelum menuju Pelabuhan dan pergudangan, diperlukan pengecekan besar muatan,


sehingga tidak ada kendaraan yang melanggar aturan MST dan untuk menentukan jalur
mana yang akan dilewati. Kemudian diperlukan satu atau dua jalan khsusu distribusi,
sehingga tidak mengganggu pengguna jalan yang lain.

4. A. Faktor manusia:
- Kondisi fisik dan mental
- Sikap berkendara yang buruk, tidak mematuhi peraturan atau rambu-rambu lalu
lintas
- Keterampilan mengemudi yang buruk, seperti anak di bawah umur yang masih
belum terampil tetapi dipaksa untuk membawa kendaraan.
- Pengaruh alcohol
Faktor lingkungan:
- Faktor cuaca
- Kondisi alam saat banjir, gempa bumi, polusi udara, hingga saat hujan deras
mampu mengganggu keselamatan pengendara.

Faktor kendaraan:

- ODOL (Over Dimensio Over Load)


- Kendaraan yang sudah tidak layak untuk berada di jalanan
- Ban yang mengalami selip
Faktor Jalan:
- Jalan yang terlalu menikung
- Jalan tidak ada rambu
- Jalan berlubang
- Tidak ada marka jalan

B. Piggyback Train Car


Transportasi piggyback (membonceng) mengacu pada transportasi barang di mana satu
unit transportasi dibawa di belakang sesuatu yang lain. Dalam transportasi kereta api,
praktik membawa trailer atau semi-trailer di kereta api di atas gerbong datar disebut sebagai
“membonceng”.

Sedangkan untuk sistem piggyback train car atau yang dikenal dengan TOFC (Trailler On
Flat Cars) merupakan sistem pengangkutan intermoda yang dimana memanfaatkan
transportasi Kereta Api yang mengaplikasikan sistem pengangkutan trailer yang berada di
posisi di belakang kereta utama sehingga trailer dapat ditaruh dan dibawa oleh kereta ke
tempat tujuannya.

Piggyback train car ini juga bisa membuat konsumsi bahan bakar dari sebuah mobil
menjadi lebih irit namun tetap bertenaga. Piggyback pun mampu memanipulasi suplai
bahan bakar ke mesin. Sehingga, apabila diaplikasikan untuk mobil yang digunakan harian,
piranti tersebut juga tentunya bermanfaat. Selain itu, Piggyback train car juga memiliki
fungsi untuk menyeting ulang mesin pembakaran pada mobil untuk dapat memanipulasi
oktan bahan bakar. Sebagai contoh sebuah mesin pada kendaraan yang membutuhkan
bahan bakar dengan oktan yang tinggi untuk pembakaran tapi hanya dilakukan dengan
settingan piggyback, maka meskipun mesin pada kendaraan tersebut menggunakan bahan
bakar oktan tinggi tetapi tetap memiliki performa yang sama dengan bahan bakar beroktan
tinggi.

Anda mungkin juga menyukai