Anda di halaman 1dari 3

1.

Apa kelompok rentan :


Menurut UU RI No.13 Tahun 2003, kelompok rentan adalah orang lanjut usia, anak-anak,
fakir miskin, perempuan hamil, dan Disabilitas. Sedangkan berdasarkan silabus presentasi
komunitas perempuan tahun 2019, kelompok rentan adalah orang yang terdampak karena
adanya sistem sosial.

2. Pengertian disabilitas :
pengertian disabilitas memiliki arti cacat atau ketidakmampuan, istilah ini berasal dari
bahasa inggris dgn asal kata different ability yang bermakna manusia yg memiliki
kemampuan yg berbeda.
sedangkan menurut pasal 1 ayat 1 uu nomor 8 tahun 2016 tentang penyandang disabilitas
disebutkan bahwa “penyandang disabilitas adalah setiap orang yang mengalami
keterbatasan fisik, intelektual, mental dan atau sensorik dlm jangkan waktu lama dalam
berinteraksi dgn lingkungan dapat mengalami hambatan dan kssulitan untuk berpartisipsi scr
penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak.

3. Penanganan disabilitas :
Penanganan dan pendampingan yang diberikan pada penyandang disabilitas berbeda-beda,
tergantung dari jenis disabilitasnya. Berikut adalah penjelasan pada masing masing jenis
disabilitas :
1. Disabilitas Fisik
Penyandang disabilitas fisik akan diberikan alat bantu seperti kursi roda agar lebih mudah
dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Ketika berhadapan dengan penyandang disabilitas
fisik, sebaiknya mengutamakan untuk meminta izin terlebih dahulu sebelum membantu atau
saat akan menyentuh alat bantunya.
2. Disabilitas Intelektual
Penyandang disabilitas intelektual cenderung membutuhkan waktu, kesabaran, serta
perhatian lebih dari orang-orang di sekitarnya. Jadi, yang bisa dilakukan adalah mengajarkan
instruksi dasar pada difabel dalam bahasa sederhana dan mudah dimengerti.
Kemudian, usahakan difabel menghindari lingkungan yang terlalu ramai atau berisik karena
dapat mengganggu konsentrasi dan menyebabkan stres. Selain itu, difabel juga perlu dibantu
untuk menyadari hal-hal yang terjadi di sekitarnya, serta usahakan supaya difabel tidak
berada pada lingkungan yang dapat memberikannya tekanan atau stres.
3. Disabilitas Mental
Menghadapi orang dengan disabilitas mental terkadang menjadi tantangan tersendiri.
Pasalnya, situasi yang tidak nyaman dapat memperburuk emosinya secara signifikan. Jadi,
cara menghadapi orang dengan masalah mental, seperti depresi, sebaiknya dilakukan
dengan kesabaran dan pikiran yang terbuka.
Kemudian, sebisa mungkin jauhkan difabel mental dari kondisi yang rentan membuatnya
merasa stres dan tertekan. Saat akan menyampaikan informasi, sebaiknya gunakan
pemilihan kata yang mudah dimengerti.
4. Disabilitas Sensorik
Cara menangani orang dengan disabilitas sensorik adalah mempelajari cara khusus untuk
berinteraksi dengannya. Misalnya, untuk berinteraksi dengan penyandang tuna rungu dan
tuna wicara, diperlukan keahlian dalam berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat atau
menulis kalimat di atas kertas.
Selain itu, berbicaralah dengan tempo yang sedikit lebih lambat agar penyandang tuna rungu
dan tuna wicara dapat lebih mudah mengerti dan mengikuti pembicaraan dari
lawan bicaranya.

4. Dampak kekerasan / kdrt terjadi pada seorang wanita hamil :


1. Kematian perinatal pada bayi
Saat ibu hamil mengalami kekerasan, ada peningkatan risiko terhadai bayinya dalam
kandugan. Penelitian dalam Journal of Women’s Health pada tahun 2015 menemukan bahwa
KDRT selama masa kehamilan bisa sangat serius, termasuk konsekuensi yang tragis seperti
kematian perinatal pada janin atau bayi baru lahir.
Kematian perinatal merujuk pada kehilangan bayi setelah usia kehamilan 22 minggu hingga
kematian bayi yang terjadi dalam 28 hari setelah kelahiran. Ketika perempuan hamil menjadi
korban kekerasan, risiko kematian perinatal atau keguguran meningkat secara signifikan.
2. Tekanan pada sistem HPA dan sistem plasenta-adrenal pada ibu hamil
Ketika perempuan hamil mengalami kekerasan, sistem dalam tubuhnya terganggu dan
menjadi lebih aktif dalam merespons stres. Penelitian dalam American Journal of Obstetrics
and Gynecology tahun 2005 menemukan bahwa kekerasan selama masa kehamilan dapat
menyebabkan tekanan pada sistem dalam tubuh ibu yang berperan dalam menanggapi stres,
yaitu sistem HPA (sumsum tulang hipotalamus-hipofisis-adrenal) dan sistem plasenta-adrenal
(PA).
3. Berat badan rendah pada bayi
Pada penelitian dari jurnal Tropical Medicine and International Health tahun 2006, para
peneliti menemukan bahwa konsekuensi dari kekerasan yang dialami oleh perempuan
selama masa kehamilan dapat mengakibatkan berat badan lahir rendah pada bayi (BBLR).
BBLR menunjukan bahwa bayi lahir dengan berat badan yang lebih rendah dari yang
seharusnya. BBLR dapat memiliki dampak jangka panjang terhadap pertumbuhan dan
perkembangan mereka.
4. Plasenta terlepas sebelum melahirkan
KDRT selama masa kehamilan dapat memiliki konsekuensi yang serius bagi kesehatan ibu.
Peneliti dalam Journal of the Royal Society of Medicine tahun 2008 menemukan salah satu
konsekuensi KDRT selama kehamilan yang mungkin terjadi adalah abrupsi plasenta.
Abrupsi plasenta terjadi ketika plasenta terlepas dari dinding rahim sebelum persalinan
selesai. Ini bisa menjadi masalah yang serius karena plasenta memberikan nutrisi dan
oksigen penting kepada janin.
5. Terjadi perubahan pada struktur otak bayi
KDRT pada ibu hamil yang kerap dipandang sebelah mata oleh masyarakat justru bisa
membuat struktur otak pada bayi berubah.
Penelitian dalam jurnal Developmental Cognitive Neuroscience tahun 2023 menemukan
bahwa kekerasan yang dialami oleh perempuan hamil dapat memengaruhi perkembangan
otak bayi yang belum lahir.
Efek dari kekerasan ini tampak pada dua hal, yaitu perubahan volume otak subkortikal dan
struktur mikro di dalam materi putih otak. Perubahan volume otak subkortikal berarti bahwa
bagian-bagian tertentu di dalam otak bayi mengalami perubahan ukuran, sedangkan materi
putih adalah jaringan yang membentuk jalur-jalur komunikasi di dalam otak.
6. Risiko melahirkan prematur
Studi dalam jurnal BMJ Open di tahun 2018 mengemukakan bahwa ketika seorang
perempuan hamil mengalami KDRT, ada risiko yang meningkat untuk melahirkan bayi secara
prematur.
Pada ibu hamil korban KDRT, tubuhnya mengalami stres yang berlebihan dan ini bisa
berdampak pada kesehatan kehamilannya. Stres yang berkepanjangan dapat mengganggu
keseimbangan hormonal dan aliran darah ke rahim, yang penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi. Hal ini dapat memicu kontraksi dini atau ancaman persalinan prematur.

5. Bagaimana cara mengatasi trauma pasca persalinan :


1. Berkonsultasi dengan dokter atau ahli kesehatan mental
Jika Anda mengalami trauma pascamelahirkan, penting untuk segera berkonsultasi dengan
dokter atau bidan saat muncul gejala. Biasanya, dokter atau bidan mungkin menyarankan
Anda menjalani cognitive behavioral therapy (CBT) maupun eye movement desensitization
and reprocessing (EMDR).
Keduanya adalah bentuk pengobatan postpartum PTSD yang sangat efektif. Pengobatan
tersebut dapat dilakukan oleh seorang psikiater, psikolog, atau ahli kesehatan mental lainnya.
Terapi EMDR bertujuan untuk mengganti emosi negatif yang melekat akibat trauma
melahirkan dengan pikiran dan perasaan positif.
2. minta dukungan dari org sekitar
Ibu dengan trauma melahirkan atau postpartum PTSD membutuhkan dukungan untuk
menghilangkan trauma dari pengalaman persalinan.
Keberadaan orang-orang sekitar seperti suami, anggota keluarga, dan sahabat terdekat
dapat membantu ibu untuk mengenali penyebab dan mengobati gejala yang ia alami.
3. mengonsumsi obat” an
Dokter atau bidan dapat memberikan Anda obat untuk diminum sesuai dengan jadwalnya
sebagai pilihan terakhir dalam pengobatan trauma melahirkan.
Pemberian obat bertujuan untuk membantu diri Anda agar lebih fokus dan nyaman dalam
mengelola gejala, merawat bayi, dan melakukan aktivitas sehari-hari.
4. menerima kehadiran bayi nya
Belajar menerima kehadiran bayi dengan sepenuh hati juga sangat penting untuk dilakukan.
Merawat bayi saat merasakan trauma setelah melahirkan bisa menjadi hal yang sulit. Rasa
trauma bisa membuat ibu memiliki perasaan negatif dan tidak memiliki ikatan kuat dengan Si
bayi nya.
5. memberikan waktu bagi diri sndri
Cara mengatasi trauma setelah melahirkan yang paling utama adalah berusaha memberikan
waktu bagi diri sendiri.
Hal yang wajar jika ibu merasa sedih dan kecewa ketika persalinan ibu tidak berjalan sesuai
dengan yang telah direncanakan.
Tapiii, despite all that, ibu tetap sudah sangat hebat bisa menjalani semua proses ini dengan
baik. Jadi, sangat penting bagi ibu untuk menenangkan diri dan menerima bantuan yang
datang dari orang lain. Nikmati semua waktu yang dibutuhkan untuk diri sendiri hingga ibu
merasa siap.

Anda mungkin juga menyukai