Anda di halaman 1dari 12

Vol.3 No.

8 Januari 2023 7325


……………………………………………………………………………………………………...
ORIENTASI MASA DEPAN REMAJA DI KOTA SALATIGA

Oleh
Maria Kristi Stefani1), Rudangta Arianti2)
1,2
Fakultas Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga, Jawa Tengah, Indonesia 50711
E-mail: 1krististofani@gmail.com, 2rudangta.sembiring@uksw.edu

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tingkat orientasi masa depan remaja di Kota Salatiga.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 270 orang,
diambil dengan cara mendatangi sekolah tempat partisipan menjalani pendidikan dan juga
memberikan langsung alat ukur kepada partisipan untuk kemudian diisi. Alat ukur yang digunakan
untuk variable orientasi masa depan adalah Prospective Life Course Questionnaire (PLCQ) yang
dikembangkan oleh Seginer (2009) dengan reliabilitas sebesar 0,930 untuk dimensi motivasi, 0,727
untuk dimensi kognitif dan 0,918 untuk dimensi perilaku. Data diolah menggunakan crosstabulation
dan chi-square dengan bantuan SPSS Versi 26.0. Hasil yang didapatkan dari penelitian yang
dilakukan adalah sebagian besar remaja di Kota Salatiga telah memiliki tingkat orientasi masa depan
yang termasuk dalam golongan sedang dan juga tinggi pada keseluruhan dimensi dan tidak ada
hubungan antara jenis kelamin dan pendidikan yang terakhir ditempuh dengan orientasi masa depan
pada remaja di Kota Salatiga. Namun, di sisi lain masih terdapat remaja yang tingkat orientasi masa
depannya tergolong rendah yaitu sebanyak 22,59% pada motivational component, 20,74% pada
cognitive component dan 21,48% pada behavioral component. Indikasi dari temuan ini adalah
pemerintah dapat mengembangkan program pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan remaja di kota
Salatiga terkait orientasi masa depan.
Kata Kunci: Orientasi Masa Depan, Remaja, Kota Salatiga, Jenis Kelamin, Pendidikan
Terakhir

PENDAHULUAN Pendidikan menjadi salah satu faktor


Remaja adalah individu yang berada pada penting yang memengaruhi pilihan proses
rentang usia 12-23 tahun (Santrock, 2003). Baik pencarian masa depan remaja. Pendidikan adalah
secara biologis dan kultural masa remaja hak mendasar bagi semua orang yang diabadikan
dianggap sebagai masa mempersiapkan masa dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia,
depannya. Remaja diharapkan sudah dapat dan dilindungi melalui berbagai konvensi
merumuskan minat individu dalam hal-hal internasional (Lindqvist, 1999). Pendidikan
tertentu misalnya seperti melanjutkan menjadi batu loncatan bagi negara-negara di
pendidikan, pandangan untuk karir, pilihan untuk dunia untuk memperbaiki kondisi Negaranya
menikah ataupun mengurus keluarga. (Ozturk, 2008). Secara langsung, pendidikan
Pemahaman di atas semakin dipertegas oleh juga membantu keluarga-keluarga untuk
adanya pendapat yang dikemukakan oleh Jones memperbaiki taraf hidupnya. Selain itu
dan Hartmann (1988) yang menjelaskan bahwa pendidikan mempengaruhi kesejahteraan
pada tahap ini dapat dikatakan pencarian sebagian melalui pengaruhnya terhadap
identitas seorang remaja menjadi lebih kuat pendapatan, dan jika seseorang mengambil
sehingga ia berusaha untuk mencari identitas dan pendapatan sebagai proksi untuk serangkaian
mendefinisikan kembali siapakah ia saat ini dan keadaan sosial-ekonomi yang saling terkait
akan menjadi siapakah ia di masa depan. (Easterlin, 2001). Hal tersebut didukung dengan

……………………………………………………………………………………………………...
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
7326 Vol.3 No.8 Januari 2023
………………………………………………………………………………………………………
data BPS mengenai penghasilan rata-rata untuk secara signifikan berdampak pada pengalaman
lulusan SMP ialah 2.1 juta rupiah, hal ini lebih hidup bagi individu (Seginer, 2009).
rendah dibanding rata-rata keseluruhan Berdasarkan hasil wawancara awal peneliti
penghasilan tenaga kerja di Indonesia yaitu 2.8 terhadap beberapa remaja di Kota Salatiga.
juta rupiah. Terdapat perbedaan kesempatan Beberapa remaja yang tidak melanjutkan
yang tersedia bagi remaja dengan tingkat pendidikan di Kota Salatiga mampu menjelaskan
pendidikan yang berbeda untuk mendapatkan hal apa yang ingin individu capai di masa depan.
penghasilan yang cukup. Kesempatan inilah Sebagai contoh remaja A saat ditanyai tentang
yang kemudian menjadi salah satu pertimbangan apa yang akan dilakukan di masa depan, remaja
remaja untuk melanjutkan pendidikan atau tidak. tersebut mampu menjawab bahwa di masa depan
Pertimbangan remaja akan masa depannya ia akan bekerja di bengkel dan jika sudah
kemudian dirangkum dalam sebuah variabel memiliki kemampuan serta dana yang cukup ia
orientasi masa depan. akan membuka bengkelnya sendiri. Ketika
Orientasi masa depan merupakan salah dibandingkan dengan remaja yang melanjutkan
satu fenomena perkembangan kognitif yang pendidikan di tingkat SMA sederajat di Kota
terjadi pada masa remaja. Sebagai individu yang Salatiga, beberapa remaja merasa tidak tahu apa
sedang mengalami proses peralihan dari masa yang bisa dilakukan di masa depan, tidak sedikit
anak-anak mencapai kedewasaan, remaja juga remaja yang merasa takut terhadap masa
memiliki tugas-tugas perkembangan yang depan individu dan cenderung bermalas-
mengarah pada persiapannya memenuhi tuntutan malasan. Sebagai contoh, salah satu remaja B
dan harapan peran sebagai orang dewasa. Oleh yang peneliti wawancarai menjawab bahwa
karena itu, remaja mulai memikirkan tentang untuk sekarang masa depan seperti hal yang
masa depan individu secara sungguh-sungguh menakutkan dan dia juga cemas dengan
(Hurlock, 2001). Remaja mulai memberikan kemampuannya. Selain itu remaja tersebut juga
perhatian yang besar terhadap berbagai lapangan bertanya hal apa yang sudah dilakukan untuk
kehidupan yang akan dijalaninya sebagia mencapai masa depannya, remaja tersebut
manusia dewasa di masa mendatang. Di antara menjawab bahwa tidak ada yang ia lakukan
berbagai aspek kehidupan di masa depan yang secara spesifik untuk masa depannya, ia hanya
banyak mendapat perhatian remaja adalah melakukan apa yang teman-temannya lakukan.
lapangan pendidikan, di samping dunia kerja dan Remaja tersebut juga lebih memilih untuk
hidup berumah tangga (Desmita, 2008). membolos kelas untuk bermain dengan teman
Berdasarkan penelitian Trommsdorff (1986) sebayanya. Peneliti juga sempat mewawancarai
remaja mengalami kemerosotan terhadap guru di sebuah SMK Negeri di Kota Salatiga.
kualitas struktur dan afeksi pada orientasi masa Beberapa siswa ada yang bisa mengikuti proses
depan saat dukungan orang tua terhadap anak belajar dengan baik, tapi tidak sedikit yang
juga terbilang rendah. Selain itu, peneliti juga bahkan tidak pernah mengumpulkan tugas
menemukan bahwa hubungan dengan teman hingga semester tersebut berakhir. Kondisi
sebaya banyak berpengaruh terhadap orientasi lainnya yang terjadi, bimbingan karir yang
masa depan remaja (Seginer, 2009). Penelitian seharusnya dilakukan oleh pihak sekolah
terkini menunjukkan bahwa orientasi masa seringkali tidak dilakukan dengan baik, sehingga
depan remaja tidak hanya dipengaruhi oleh tidak dapat membantu siswa yang bingung akan
kematangan kognitif individu, tetapi juga masa depannya.
dibentuk oleh budaya dan konteks di mana Ketika permasalahan terkait orientasi masa
individu tumbuh (Rarasati, 2012). Penelitian lain depan remaja tidak tertangani dengan baik, hal
menunjukkan bahwa aspirasi remaja di masa tersebut dapat berdampak negatif terhadap
depan, di bidang karir, pendidikan dan keluarga, perkembangan remaja terutama dalam konteks
………………………………………………………………………………………………………
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.3 No.8 Januari 2023 7327
……………………………………………………………………………………………………...
pendidikan. Beberapa permasalahan yang tentang orientasi masa depan pada remaja. Bagi
mungkin terjadi dalam perkembangan remaja di subjek penelitian, diharapkan remaja dapat
antaranya ketergantungan alkohol (Robbins and memeroleh informasi dan gambaran tentang
Bryan 2004) dan penggunaan narkoba (Bolland orientasi masa depan yang dimiliki. Bagi tempat
2003; Bolland et al. 2007; Keough et al. 1999; penelitian, penelitian ini diharapkan menjadi
Robbins and Bryan 2004; Trommsdorff 1986); masukkan bagi pihak-pihak terakit dengan
remaja juga cenderung menunjukkan remaja dan pengembangannya tentang orientasi
kecenderungan pencurian (Oyserman and Saltz masa depan sehingga dapat membuat kebijakan
1993), perilaku seksual beresiko (Gilchrist and dan program yang membantu remaja untuk
Schinke 1987; Morris et al. 1998; Robbins and menghadapi permasalahan terkait orientasi masa
Bryan 2004; Whitaker et al. 2000), perilaku tidak depannya. Pemerintah dalam hal ini Dinas
baik di sekolah (Caldwell et al. 2006; Skorikov Pendidikan dan Dinas Kepemudaan dan
and Vondracek 2007). Permasalahan lain yang Olahraga diharapkan menyediakan program-
mungkin terjadi remaja juga menujukkan tingkat program yang dapat membantu remaja dalam
perilaku kekerasan yang tinggi (Brookmeyer et meningkatkan orientasi masa depan remaja yang
al. 2006) and report a lower sense of belonging dibutuhkan. Program yang tepat memungkinkan
(Anderman 2002), rendahnya student penurunan tingkat resiko putus sekolah dan juga
achievement (Konstantopoulos 2006; Lee and kenakalan remaja yang secara langsung dapat
Bryk 1989; Young 1998) termasuk beresiko drop merugikan masyarakat secara umum. Untuk
out (Goldschmidt and Wang 1999), dan sense of kemudian dapat membantu remaja dalam proses
community yang rendah (Vieno et al. 2005). meningkatkan gambaran orientasi masa depan
Penelitian di Indonesia terkait orientasi masa yang tepat guna, tinjauan mengenai orientasi
depan tidak jauh berbeda dengan penelitian di masa depan remaja menjadi hal yang penting
atas, sebagai contoh pada penelitian Fraja (2019) untuk dilakukan.
menunjukkan bahwa sebagian besar remaja yang
menggunakan narkoba, memiliki tingkat LANDASAN TEORI
orientasi masa depan yang rendah. Trommsdorff (1986) mendefinisikan
Menurut Seginer (2009), penelitian orientasi masa depan sebagai penilaian mental
mengenai orientasi masa depan remaja juga individu tentang kemungkinan peristiwa-
dipengaruhi oleh berbagai faktor demografis peristiwa yang akan terjadi di masa depan. Nurmi
seperti jenis kelamin dan tingkat pendidikan (1994) mendefinisikannya sebagai suatu
yang terakhir ditempuh oleh remaja. Faktor pemikiran, imaginasi dan ekspektasi yang
demografis sangat penting untuk kemudian dapat dimiliki oleh seseorang di masa depan. Seginer
memetakan berbagai kelompok remaja yang (1988) mengatakan bahwa orientasi masa depan
membutuhkan pendekatan mengenai orientasi berkaitan dengan pandangan sederhana individu
masa depannya. Oleh sebab itu, penelitian ini terhadap prediksi masa depan, termasuk di
juga mengkaji mengenai perbedaan tingkat dalamnya berbagai rencana, aspirasi, harapan
orientasi masa depan pada remaja di Kota dan ketakutan mengenai peristiwa-peristiwa dan
Salatiga. Variabel demografi yang akan ditinjau pengalaman yang mungkin terjadi dalam
di antaranya jenis kelamin (perempuan dan laki- berbagai aspek kehidupan. Secara umum,
laki) dan pendidikan terakhir yang ditempuh oleh orientasi masa depan bisa dideskripsikan sebagai
partisipan. Kemudian berdasarkan penjelasan di kecenderungan individu untuk terlibat dengan
atas, seperti apakah gambaran orientasi masa pemikiran di masa depan (Beal, 2011).t98
depan pada remaja di Kota Salatiga? Salah satu model multi-dimensional
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi orientasi masa depan adalah model milik Seginer
rujukan pada bidang psikologi khususnya (2009): Motivational component (dimensi

……………………………………………………………………………………………………...
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
7328 Vol.3 No.8 Januari 2023
………………………………………………………………………………………………………
motivasi) dengan aspek value, yang terkait dengan melihat kembali esensi dari aitem
dengan pemberian arti di masa depan; tersebut dalam teori PLCQ. Alat ukur ini
expectancy, berkaitan dengan keyakinan untuk dikembangkan oleh Seginer (2009), yang
mencapai harapan, tujuan, dan rencana di masa reliabilitasnya juga telah teruji (Seginer &
depan; control, yaitu tingkat keyakinan Mahajna, 2004). Alat ukur tersebut
seseorang terhadap kemampuan yang ia miliki dikembangkan berdasarkan 3 dimensi yakni
untuk memenuhi harapan dan tujuannya. Motivational Component, Cognitive component
Cognitive component (dimensi kognitif) dengan dan Behavior Component. Alat ukur ini terdiri
aspek content, berkaitan dengan variasi dari dari aitem-aitem yang menunjukkan seberapa
berbagai aspek kehidupan yang ingin dibangun; tinggi respon terhadap variabel. Dalam penelitian
valence, berkaitan dengan asumsi individu ini, responden juga diminta untuk menjabarkan
terhadap masa depan dalam konteks pendekatan identitas diri, jenis kelamin dan pendidikan
atau pengelakan yang diekspresikan dalam partisipan.
bentuk harapan dan ketakutan. Behavioral Populasi dalam penelitian ini adalah
component (dimensi perilaku) dengan aspek remaja yang berusia 15 hingga 19 tahun baik
exploration, berkaitan dengan pencarian yang bersekolah maupun yang tidak melanjutkan
informasi individu baik mengenai dunia luar pendidikan di sekolah formal, berdomisili Kota
maupun dirinya sendiri; commitment, berkaitan Salatiga. Jumlah populasi penelitian ini adalah
dengan pengambilan keputusan pada berbagai 14.985 menurut data BPS tahun 2021.
bidang di masa depan seperti: karir, akademik, Sedangkan sampel dalam penelitian ini
perkawinan, dan sebagainya. berjumlah total 270 remaja yang berdomisili di
Kota Salatiga.
METODE PENELITIAN Penelitian ini akan dilakukan di sekitar
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Kota Salatiga. Peneliti akan membuat kuesioner
mengetahui gambaran orientasi masa depan pada (PLCQ) melalui platform Google Form yang
remaja di Kota Salatiga. Penelitian ini nantinya akan diisi sendiri oleh partisipan
menggunakan metode penelitian kuantitatif penelitian. Selanjutnya pengambilan data
deskriptif. Seginer (2009) menjelaskan bahwa dilakukan peneliti adalah meminta surat
orientasi masa depan merupakan kecenderungan pengantar dari Cabang Dinas Pendidikan
seseorang dalam memikirkan masa depannya wilayah V untuk ke masing-masing sekolah yang
mengenai penghargaan terhadap masa depannya, berada di Kota Salatiga, kemudian peneliti
ekspektasi yang dimiliki tentang masa depannya, mengambil data langsung dari masing-masing
kontrol yang dimiliki untuk masa depannya, sekolah. Selain dengan cara tersebut peneliti juga
mengenai kesungguhan individu memikirkan hal menyebarkan poster dan link Google Form di
terkait masa depannya, mengenai ketakutan dan media sosial untuk diisi langsung oleh partisipan.
harapan yang dimiliki untuk masa depannya, Kuesioner ini terdiri atas 66 pernyataan dan skala
mengeksplorasi kemungkinan yang berhubungan pengukuran yang digunakan ialah skala likert
dengan masa depannya, dan mengenai komitmen dengan rentang skor 1-5.
individu dalam tindakannya untuk mencapai Hasil pengujian alat ukur PLCQ
masa depannya. menunjukan reliabilitas dalam dimensi motivasi
Alat ukur yang digunakan ialah (motivational component) memiliki skor
Prospective Life Course Questionnaire (PLCQ) Cronbach alpha sebesar α=0.928; dimensi
(Seginer, 2009) yang akan diterjemahkan dalam kognitif (cognitive component) memiliki skor
Bahasa Indonesia. Jika ada pernyataan yang Cronbach alpha sebesar α=0.727; dan dimensi
kurang sesuai dengan kondisi remaja Indonesia, perilaku (behavioral component) memiliki skor
maka pernyataan tersebut diubah konteksnya Cronbach alpha sebesar α=0.918. Dalam
………………………………………………………………………………………………………
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.3 No.8 Januari 2023 7329
……………………………………………………………………………………………………...
Prospective Life Course Questionnaire, dari 66 HASIL DAN PEMBAHASAN
aitem terdapat 2 aitem yang gugur (aitem no 21 Penelitian melakukan penelitian di
dan 23) yang kemudian dieliminasi dikarenakan berbagai sekolah di Kota Salatiga, peneliti juga
skor corrected item total correlation yang melakukan pengambilan data melalui sosial
dimiliki aitem tersebut berada di bawah 0.3 media. Langkah pertama yang peneliti lakukan
sehingga dianggap tidak cukup memuaskan. adalah membuat poster serta menyediakan link
Tabel 1. Kategorisasi Skor Orientasi Masa alat ukur untuk bisa diakses oleh partisipan.
Depan Remaja di Kota Salatiga pada setiap Selanjutnya peneliti mengurus surat izin untuk
Dimensi melakukan pengambilan data di sekolah-sekolah.
Kendala yang peneliti alami dalam penelitian ini
Kategori

Kategori

Kategori
adalah banyaknya jumlah partisipan yang perlu
Dimensi

Rendah

Sedang

Tinggi
M
(SD) dipenuhi sementara untuk pembuatan izin,
birokrasi yang harus dilalui cukup menguras
146.47 132.24- waktu. Selain itu kendala lain yang dialami oleh
MC <132.24 >160.71
(18.98) 160.71 peneliti adalah sulitnya menemukan remaja yang
13.81
CC
(2.99)
<11.57 11.57-16.05 >16.05 tidak melanjutkan sekolah terutama dikarenakan
BC
69.02
<58.54 58.54-79.50 >79.50
kondisi Pandemi COVID-19 yang menyebabkan
(13.97)
perlunya menegakan protokol kesehatan dalam
Data yang telah didapatkan dari masing- pengambilan data.
masing partisipan kemudian diolah untuk Sebanyak 270 remaja menjadi partisipan di
mengetahui skor orientasi masa depan yang dalam penelitian yang dilakukan peneliti dengan
dimiliki oleh remaja di Kota Salatiga. Hasil karakteristik yang kemudian dipaparkan dalam
pengolahan tersebut dikategorikan menjadi tiga tabel 2. Jumlah partisipan berjenis kelamin
(3) kelompok kategori, yaitu tinggi, sedang dan perempuan yang mengisi alat ukur penelitian ini
rendah. Kategori tersebut menggunakan dasar lebih tinggi daripada partisipan berjenis kelamin
rata-rata ditambah 0.75 SD. Kategori tinggi perempuan. Sedangkan untuk tingkat pendidikan
merupakan skor total berada di atas rata-rata yang terakhir ditempuh oleh partisipan dengan
ditambah 0.75 SD, sedang berada di antara rata- jumlah paling tinggi adalah tingkat pendidikan
rata ditambah 0.75 SD dan rata-rata dikurangi SMK.
0.75 SD, dan rendah skor dengan rata-rata Tabel 2. Data Demografi Partisipan
dikurangi 0.75 SD. Penelitian
Analisis statistik selanjutnya dilakukan Data Demografi F %
dengan pengujian chi-square untuk mengetahui Laki-laki 118 44%
signifikansi hubungan jenis kelamin dan Jenis Kelamin
Perempuan 152 56%
pendidikan yang terakhir ditempuh dengan SMP 69 26%
dimensi motivasi, kognitif dan perilaku variabel Pendidikan Terakhir
SMA 61 23%
Ditempuh
orientasi masa depan remaja di Kota Salatiga. SMK 140 52%
Peneliti menggunakan uji chi-square untuk
Selanjutnya peneliti kemudian melakukan
melihat apakah salah satu kategori kelompok
kategorisasi data berdasarkan skor masing-
kriteria partisipan berasosiasi dengan kategori
masing partisipan dari setiap subskala.
orientasi masa depan tertentu. Dalam seluruh uji
Kategorisasi data partisipan yang telah
chi-square yang dilakukan dalam penelitian ini,
dijabarkan dapat dilihat pada tabel 3.
peneliti menggunakan standar α=1% yang berarti
Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa
bahwa hipotesis akan diterima (ada perbedaan
sebagian besar remaja menunjukkan skor
signifikan) jika nilai Sig. dalam pengujian <0.01
komponen motivasi sedang (54.81%) dan tinggi
(lebih kecil dari 0.01).
(22.59%), sementara 22.59% yang lain

……………………………………………………………………………………………………...
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
7330 Vol.3 No.8 Januari 2023
………………………………………………………………………………………………………
menunjukkan skor komponen motivasi yang partisipan dengan kategori rendah paling banyak
rendah. Selanjutnya pada cognitive component, berada pada kriteria partisipan perempuan SMK.
sebagian besar remaja yang berada di Kota Sedangkan untuk kategori rendah dengan jumlah
Salatiga memiliki skor yang tergolong sedang paling sedikit berada pada kriteria partisipan
(60.37%) dan tinggi (18.89%) sedangkan 19% laki-laki SMA, laki-laki SMP dan perempuan
remaja yang memiliki skor cognitive component SMA dengan jumlah yang sama. Sedangkan,
yang terbilang rendah. Pada dimensi selanjutnya untuk kategori yang tinggi dengan jumlah paling
dan juga yang terakhir (behavioral component) banyak dimiliki oleh kriteria partisipan
tabel 3 menunjukkan bahwa sebanyak 54.07% perempuan SMK. Sedangkan yang paling sedikit
partisipan memiliki behavioral component yang persentasenya pada kriteria partisipan laki-laki
sedang dan 24.44% remaja yang menjadi SMP.
partisipan memiliki nilai behavioral component Selanjutnya, berdasarkan penjelasan di
yang tinggi. Sedangkan dalam kategori rendah atas, kriteria partisipan laki-laki SMP dan
terdapat 21.48% remaja. perempuan SMP memiliki jumlah kategori
Tabel 3. Kategorisasi Skor Orientasi Masa rendah yang frekuensinya lebih banyak
Depan Remaja di Kota Salatiga dibanding kategori tingginya. Sedangkan kriteria
Tinggi Sedang Rendah partisipan laki-laki SMK, perempuan SMA dan
N % N % N % perempuan SMK memiliki jumlah partisipan
yang tergolong rendah lebih sedikit jika
MC

61 22.59 148 54.81 61 22.59


dibandingkan dengan kategori orientasi masa
depan dalam cognitive component yang termasuk
kategori tinggi. Namun, untuk partisipan laki-
CC

51 18.89 163 60.37 56 20.74


laki SMA kategori rendah dan tingginya
memiliki jumlah partisipan yang sama.
BC

66 24.44 146 54.07 58 21.48


Tabel 5. Crosstabulation antara Cognitive
Component dengan Kriteria Partisipan
Tabel 4. Crosstabulation antara Motivational Motivational Component Total
Component dengan Kriteria Partisipan
Jenis Kelamin

Pendidikan

Ditempuh
Terakhir

Motivational Component
Rendah

Sedang

Tinggi
Jenis Kelamin

Pendidikan

Ditempuh
Terakhir

Rendah

Sedang

Tinggi

Total

SMA 3 16 8 27
Laki-Laki

SMK 11 38 13 62
SMA 7 13 7 27
SMP 12 13 4 29
Laki-laki

SMK 12 35 15 62
Total 26 67 25 118
SMP 7 17 5 29 SMA 7 20 7 34
Perempuan

Total 26 65 27 118 SMK 18 51 9 78


SMA 7 19 8 34 SMP 5 25 10 40
Perempuan

SMK 17 43 18 78 Total 30 96 26 152


SMP 11 21 8 40 Total 56 163 51 270
Total 35 83 34 152
Kemudian berdasarkan tabel 5, dari
Total 61 148 61 270
keseluruhan remaja yang termasuk rendah pada
Berdasarkan tabel 4, dari keseluruhan cognitive component pada perempuan memiliki
remaja yang termasuk rendah pada motivational jumlah lebih banyak dibanding dengan laki-laki.
component pada perempuan memiliki jumlah Jumlah partisipan dengan kategori rendah paling
lebih banyak dibanding dengan laki-laki. Jumlah banyak berada pada kriteria partisipan
………………………………………………………………………………………………………
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.3 No.8 Januari 2023 7331
……………………………………………………………………………………………………...
perempuan SMP. Sedangkan untuk kategori laki-laki SMA memiliki jumlah kategori rendah
rendah dengan jumlah paling sedikit berada pada yang frekuensinya lebih banyak dibanding
kriteria partisipan laki-laki SMA. Sedangkan, kategori tingginya. Sedangkan kriteria
untuk kategori yang tinggi dengan jumlah paling partisipan laki-laki SMP, perempuan SMK dan
banyak dimiliki oleh kriteria partisipan laki-laki perempuan SMA memiliki jumlah partisipan
SMK tetapi untuk jumlah paling sedikit berada yang tergolong rendah lebih sedikit jika
pada kriteria partisipan laki-laki SMP. dibandingkan dengan kategori orientasi masa
Berdasarkan penjelasan di atas, kriteria depan dalam behavioral component yang
partisipan laki-laki SMP dan perempuan SMK tergolong tinggi.
memiliki jumlah kategori rendah yang Selanjutnya peneliti kemudian melakukan
frekuensinya lebih banyak dibanding kategori uji chi-square terhadap ketiga dimensi
tingginya. Sedangkan kriteria partisipan pengukuran orientasi masa depan pada remaja di
perempuan SMP, laki-laki SMK dan laki-laki Kota Salatiga ditinjau dari jenis kelamin dan
SMA memiliki jumlah partisipan yang tergolong pendidikan yang terakhir ditempuh oleh
rendah lebih sedikit jika dibandingkan dengan partisipan untuk mengetahui signifikansi
kategori orientasi masa depan dalam cognitive hubungan orientasi masa depan remaja tersebut
component yang termasuk kategori tinggi. sesuai dengan data demografinya atau kriteria
Namun, untuk partisipan perempuan SMA partisipan yang telah dibuat di atas. Dalam uji
kategori rendah dan tingginya memiliki jumlah chi-square, syarat yang harus dipenuhi adalah
partisipan yang sama. kedua variabel harus dalam bentuk kategori,
Kemudian berdasarkan tabel 6, dari tidak adanya hubungan antara subjek dalam
keseluruhan remaja yang termasuk kategori setiap kelompok, dan jumlah sampel harus
rendah pada behavior component dengan jumlah terbilang besar. Hipotesis yang akan digunakan
paling banyak berada pada kriteria partisipan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan
perempuan SMP. Sedangkan untuk kategori antara kriteria partisipan dalam hal ini jenis
rendah dengan persentase paling sedikit berada kelamin dan pendidikan yang terakhir ditempuh
pada kriteria partisipan perempuan SMA. oleh partisipan dengan orientasi masa depan baik
Sedangkan, untuk kategori yang tinggi dengan dalam dimensi motivasi, kognitif dan perilaku.
persentase paling banyak dimiliki oleh kriteria Oleh karena itu, jika Hipotesis 1 diterima
partisipan perempuan SMK. Sedangkan yang (p<0,01) maka artinya terdapat hubungan antara
paling sedikit persentasenya pada kriteria kriteria partisipan (jenis kelamin dan pendidikan
partisipan laki-laki SMA. yang terakhir ditempuh oleh partisipan) dengan
Tabel 6. Crosstabulation antara Behavioral orientasi masa depan remaja di Kota Salatiga.
Component dengan Kriteria Partisipan Tabel 7. Hasil Uji Chi-Square Orientasi
Masa Depan Remaja di Kota Salatiga
Dimens Value
i Pearson Chi- df p
PLCQ Square
MC 2,044 0,996

CC 15,753 10 0,107

BC 18,155 0,052
Berdasarkan penjelasan di atas, kriteria
partisipan perempuan SMP, laki-laki SMK dan
……………………………………………………………………………………………………...
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
7332 Vol.3 No.8 Januari 2023
………………………………………………………………………………………………………
Hasil uji Chi-Square (lihat tabel 7) bahwa masa depan adalah hal yang penting bagi
menunjukkan tidak adanya hubungan antara individu, partisipan juga memiliki harapan yang
orientasi masa depan pada masing-masing baik terkait masa depan individu serta merasa
dimensi dengan kriteria partisipan di atas. Pada memiliki control dan kekuasaan untuk
uji Chi-Square yang pertama, mengujikan menggapai hal yang individu inginkan di masa
hubungan antara OMD motivational component depan. Namun mengingat bahwa pada dimensi
milik OMD dengan kriteria partisipan yaitu jenis ini dapat berdampak pada self-agency, self-
kelamin dan pendidikan terakhir dengan stability, self-esteem, academic achievement,
signifikansi 0,996 (p>0,01). Uji kedua, yaitu dan resiliensi sejumlah 23% remaja yang
pengujian cognitive component milik OMD diketahui memiliki tingkat motivational
dengan kriteria partisipan memiliki signifikansi component yang tergolong rendah kemudian
0,107 (p>0,01). Yang terakhir uji chi-square perlu menjadi sebuah perhatian.
yang menguji hubungan behavioral component Selanjutnya, cognitive component dapat
milik OMD dengan kriteria partisipan. Hasil uji dilihat dari content yang berkaitan dengan
yang terakhir memiliki signifikansi 0,052 berbagai domain kehidupan di mana individu
(p>0,01). membangun masa depan dan valence didasarkan
Dengan hasil yang telah dipaparkan oleh pada asumsi bahwa individu berhubungan
tabel 3, remaja di Kota Salatiga memiliki dengan masa depan dalam hal pendekatan dan
motivasi yang sebagian besar termasuk dalam penghindaran (Seginer, 2009). Dalam
kategori sedang dan tinggi. Meski demikian implikasinya cognitive component berhubungan
terdapat 22.59% remaja yang merasa kurang negatif dengan perilaku bermasalah sebagai
memiliki motivasi yang cukup dalam contoh kegagalan dalam sekolah, kenakalan,
menghadapi masa depan individu. penggunaan alcohol dan narkoba, perilaku
Motivational component di dalam seksual dini dan perilaku seksual beresiko
orientasi masa depan terbentuk dari beberapa (Nurmi,1991). Hal ini bisa disebabkan karena
aspek, yaitu value yang terjemahkan sebagai remaja mengalami ketakutan dan cenderung
pentingnya dan relevansi individu atribut ke menghindari memikirkan masa depannya.
domain prospektif; expectancy yang dimaknai Sebagian besar partisipan penelitian
sebagai keyakinan individu tentang terwujudnya termasuk dalam kategori sedang dan tinggi. Hal
harapan, tujuan, dan rencana spesifik domain ini berarti mayoritas remaja yang menjadi
individu; dan yang terakhir control yang partisipan berusaha melakukan hal-hal yang
digambarkan sebagai sejauh mana individu mendekatkan diri mereka dengan masa depan
percaya dia memiliki kekuasaan atau tidak mereka. Namun di sisi yang lainnya, ternyata
memiliki kekuasaan atas apa yang terjadi terdapat 19 % remaja yang masuk dalam kategori
padanya (Seginer, 2009). Motivational rendah. Hal tersebut mengartikan bahwa
component ini berhubungan dengan self-agency, partisipan merasa belum mulai memikirkan masa
dan juga self-stability terkait karir dan pekerjaan, depan individu yang ingin dicapai dan belum
keluarga dan pernikahan serta pendidikan yang berusaha melakukan hal-hal tertentu untuk
lebih baik. Selain itu juga motivational mencapai masa depan mereka.
component memiliki implikasi yang besar dalam Pada dimensi behavior, terdapat dua aspek
self-esteem serta academic achievement dan di antaranya exploration dan commitment.
resiliensi (Sulimani, 2022). Mengeksplorasi pilihan masa depan dengan
Hasil tersebut mengartikan bahwa mencari nasihat, mengumpulkan informasi, dan
sebagian besar remaja di Kota Salatiga memiliki menyelidiki kesesuaian individu begitu pula
motivasi yang cukup untuk mengejar hal-hal karakteristik pribadi individu dan keadaan hidup,
terkait masa depan individu. Partisipan menilai dan berkomitmen untuk satu pilihan tertentu, dan
………………………………………………………………………………………………………
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.3 No.8 Januari 2023 7333
……………………………………………………………………………………………………...
dapat diterapkan ke domain prospektif yang berimplikasi pada kecenderungan untuk hal-hal
berbeda. Hasil di atas menunjukkan bahwa yang membuat mereka melakukan kenakalan
mayoritas remaja yang menjadi responden dalam remaja (Nurmi, 1991).
penelitian ini menilai bahwa individu sudah Berdasarkan hasil pengujian orientasi masa
mulai mengeksplorasi dan mulai berkomitmen depan remaja di Kota Salatiga, pada ketiga
dengan hal-hal yang terkait masa depan individu. dimensi baik motivational component, cognitive
Namun, 21,48% di antaranya memiliki tingkat component dan behavioral component memiliki
orientasi masa depan dimensi perilaku yang hasil tidak adanya hubungan signifikan antara
terbilang rendah. jenis kelamin dengan pendidikan yang terakhir
Behavioral component memiliki implikasi ditempuh oleh remaja dengan orientasi masa
dengan perilaku menyimpang remaja. Menurut depan. Hasil tersebut sejalan dengan hasil
Bandura (2001) semakin seseorang memikirkan penelitian Putri (2018) yang menyatakan
masa depannya, individu cenderung akan orientasi masa depan tidak berhubungan dengan
menahan diri individu terhadap perilaku yang jenis kelamin. Namun penelitian ini berbeda
menyimpang. Selain itu, hal tersebut dengan penelitian Nurmi (1991) yang
memprediksi apakah individu akan menyatakan bahwa terdapat jenis kelamin
menyalahkangunakan zat adiktif sebagai berhubungan dengan orientasi masa depan.
pengabaian terhadap masa depan mereka untuk Skor orientasi masa depan pada remaja di
kepentingan gratifikasi di masa sekarang Kota Salatiga secara keseluruhan masih terdapat
(Gottfredson & Hirschi, 1990). skor yang terbilang rendah. Hal yang selanjutnya
Selanjutnya berdasarkan crosstabulation perlu dilakukan dari temuan ini adalah perlunya
yang dilakukan terhadap dimensi motivasi, meningkatkan orientasi masa depan pada remaja
Remaja dengan tingkat motivational component terutama pada motivational component
yang termasuk dalam kategori rendah dengan dikarenakan pemberian motivasi bisa
jumlah terbanyak didominasi oleh remaja dengan mengantarkan remaja pada dorongan untuk
jenis kelamin perempuan dan pendidikan mencapai suatu tujuan (Rubiyanti et.al, 2012).
terakhir Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Namun dalam penelitian ini tidak luput
Hal ini kemudian sejalan dengan temuan dari beberapa keterbatasan. Pertama, penelitian
Sundberg, dkk (1983) yang membandingkan ini menggunakan metode penelitian kuantitatif,
remaja wanita dari 3 negara di antaranya sehingga kurang mampu untuk menyajikan data
Australia, India dan Amerika Serikat. Remaja di yang mendalam terkait dinamika orientasi masa
India memiliki kecenderungan untuk mematuhi depan remaja di Kota Salatiga. Selanjutnya,
peran gender mereka dibandingkan remaja di penelitian yang dilakukan peneliti hanya
Amerika Serikat dan Australia. Hal tersebut membahas satu variabel saja yaitu orientasi masa
kemudian menghasilkan bayangan akan masa depan dengan disertai dua variabel demografi,
depan yang lebih pendek dan membuat remaja sehingga penelitian lain perlu dilakukan untuk
wanita berinvestasi lebih sedikit dalam domain mencari tahu factor-faktor yang turut
instrumental seperti pendidikan dan pekerjaan. berkontribusi dalam tingkat orientasi masa depan
Pada komponen kognitif, kriteria remaja di Kota Salatiga.
partisipan yang memiliki kategori rendah dengan
jumlah terbanyak ada pada kriteria laki-laki PENUTUP
SMP. Hal ini menunjukkan bahwa partisipan Kesimpulan
laki-laki SMP memiliki persentase tertinggi Sebagian besar remaja yang berdomisili di
dalam hal tidak yakin dan cemas dengan masa Kota Salatiga sudah menunjukkan tingkat
depan mereka. Hal ini perlu menjadi perhatian orientasi masa depan pada dimensi motivational
karena rendahnya tingkat komponen kognitif component, cognitive component, dan

……………………………………………………………………………………………………...
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
7334 Vol.3 No.8 Januari 2023
………………………………………………………………………………………………………
behavioral component pada kategori sedang dan masih termasuk dalam kategori rendah agar
sebagian yang lain berada pada kategori tinggi. remaja di Kota Salatiga bisa menentukan arah
Hal tersebut menunjukkan bahwa mayoritas dan harapan yang baik untuk masa depannya
pastisipan dari penelitian ini menganggap bahwa sendiri,
perilaku dan kapasitas mental remaja telah cukup
efektif untuk merencakan, mempersiapkan dan DAFTAR PUSTAKA
mengevaluasi hal-hal yang terkait dengan masa [1] Azwar, S. (2011). Reliabilitas dan
depan mereka. Remaja dianggap sudah validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
mengetahui arah atau orientasi mana yang akan [2] Barnett, E., Spruijt-Metz, D., Unger, J. B.,
mereka ambil, sudah mengetahui apa yang Rohrbach, L. A., Sun, P., & Sussman, S.
mereka lakukan dan mencoba melakukan hal-hal (2013). Bidirectional associations between
yang dapat membantu mereka untuk mencapai future time perspective and substance use
masa depan mereka. Namun, sebagian partisipan among continuation high-school
penelitian yang lainnya termasuk dalam kategori students. Substance use & misuse, 48(8),
rendah, artinya masih terdapat remaja yang 574-580.
menjadi kelompok penelitian yang menilai [3] Beal, S.J. (2011). The development of
bahwa perilaku dan kapasitas mental remaja future orientation: Underpinnings and
belum cukup efektif untuk merencakan, related constructs (Doctoral dissertation).
mempersiapkan dan mengevaluasi hal-hal yang Diakses dari
terkait dengan masa depan mereka. https://digitalcommons.unl.edu/cgi/viewc
Kemudian, berdasarkan uji chi-square ontent.cgi?article=1032&context=psychdi
yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan tidak ss
adanya hubungan yang signifikan antara jenis [4] Bungin, B. (2014). Metode penelitian
kelamin maupun tingkat pendidikan yang kuantitatif: komunikasi, ekonomi, dan
terakhir ditempuh oleh partisipan dengan kebijakan publik serta ilmu-ilmu sosial
keseluruhan dimensi OMD. lainnya. Jakarta: Kencana.
Saran [5] Desmita. (2009). Psikologi
Pada penelitian yang selanjutnya Perkembangan . Bandung : PT Remaja
diharapkan agar dapat menelusuri faktor yang Rosdakarya Bandung.
berkontribusi pada tingkat orientasi masa depan [6] Easterlin, R. A. (2001). Income and
remaja seperti kelekatan dengan orang tua, happiness: Towards a unified theory. The
pendidikan orang tua, dan pengaruh teman economic journal, 111(473), 465-484.
sebaya. Selain itu, diharapkan pada penelitian [7] Hurlock, E. B. (2001). Developmental
selanjutnya bisa dilakukan dengan metode psychology. Tata McGraw-Hill Education.
kualitatif agar gambaran yang lebih mendalam [8] Jones, R. M., & Hartmann, B. R. (1988).
pada remaja di Kota Salatiga dapat disajikan Ego identity: Developmental differences
sehingga dapat diketahui akar permasalahan and experimental substance use among
utama terkait partisipan dengan kategori yang adolescents. Journal of
rendah. adolescence, 11(4), 347-360.
Selanjutnya, berdasarkan temuan dari [9] Lestari, E. (2014). Hubungan orientasi
penelitian yang dilakukan peneliti, pihak masa depan dengan daya juang pada siswa-
sekolah, dinas pendidikan dan dinas kepemudaan siswi kelas XII di SMA Negeri 13
dan olahraga dipandang perlu untuk Samarinda Utara. Ejournal
menyediakan program yang membantu Psikologi, 2(3), 314-326.
memerhatikan remaja yang memiliki tingkat
orientasi masa depan dari berbagai dimensi yang
………………………………………………………………………………………………………
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.3 No.8 Januari 2023 7335
……………………………………………………………………………………………………...
[10] Lindqvist, B. (1999). Education as a [19] Riduwan & Akdon. (2015). Rumus dan
fundamental right. Education data dalam analisis statistika. Bandung:
Update, 2(4), 7. Alfabeta.
[11] Nurmi, J. (1991). How Do Adolescents See [20] Rubiyanti, Y., Novianti, L. E., & Supyandi,
Their Future? A Review of the D. (2012). Pelatihan Motivasi Berprestasi
Development of Future Orientation and dan Orientasi Masa Depan Remaja
Planning. University of Helsinki. Jatinangor. Sosiohumaniora, 14(1), 1.
[12] Nurmi, J. E., Poole, M. E., & Kalakoski, V. [21] Seginer, R. (1988). Adolescents Facing the
(1994). Age differences in adolescent Future: Cultural and Sociopolitical
future-oriented goals, concerns, and related Perspectives. Youth & Society, 19(3), 314-
temporal extension in different 333.
sociocultural contexts. Journal of Youth [22] Seginer, R., & Mahajna, S. (2004). How
and Adolescence, 23(4), 471-487. the future orientation of traditional Israeli
[13] Ottosen, K. O., Goll, C. B., & Sørlie, T. Palestinian girls links beliefs about
(2019). ‘From a sense of failure to a women's roles and academic
proactive life orientation’: First year high achievement. Psychology of Women
school dropout experiences and future life Quarterly, 28(2), 122-135.
expectations in Norwegian [23] Seginer, R. (2009). Future orientation:
youth. International Social Work, 62(2), Developmental and ecological
684-698. perspectives. New York: Springer.
[14] Ozturk, I. (2008). The role of education in [24] Tarsito, S. (2014). Metode Penelitian
economic development: a theoretical Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
perspective. Available at SSRN 1137541. Alfabeta.
[15] Pertiwi, N. P. A. N. D., & Indrawati, K. R. [25] Sulimani‐Aidan, Y., & Melkman, E.
(2019). Peran kecerdasan sosial dan (2022). Future orientation among at‐risk
orientasi masa depan terhadap kesiapan youth in Israel. Health & Social Care in the
kerja siswa SMK di Bali. Jurnal Psikologi Community, 30(4), 1483-1491.
Udayana, 123-133. [26] Trommsdorff, G. (1986). Future time
[16] Purwanto. (2010). Metodologi penelitian orientation and its relevance for
kuantitatif: untuk psikologi dan development as action. In R. K.
pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Silbereisen, K. Eyferth, & G. Rudinger
[17] Putri, S. E. (2018). Hubungan antara (Eds.), Development as action in context:
adversity quotient dan orientasi masa Problem behavior and normal youth
depan dengan jenis kelamin sebagai development (pp. 121-136). New
variabel moderator pada mahasiswa York/Berlin: SpringerVerlag.
psikologi tingkat akhir UIN Malang [27] UNICEF: 115 juta anak laki-laki di dunia
(Doctoral dissertation, Universitas Islam menikah di bawah umur. (07 Juni 2019).
Negeri Maulana Malik Ibrahim) DW. Diakses dari
[18] Rarasati, N., Hakim, M. A., & Yuniarti, K. https://www.dw.com/id/unicef-115-juta-
W. (2012). Javanese Adolescents-Future anak-laki-laki-di-dunia-menikah-di-
Orientation and Support for its Effort: An bawah-umur/a-49098562.
Indigenous Psychological
Analysis. International Journal of
Psychological and Behavioral
Sciences, 6(6), 1263-1267.

……………………………………………………………………………………………………...
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
7336 Vol.3 No.8 Januari 2023
………………………………………………………………………………………………………

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

………………………………………………………………………………………………………
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)

Anda mungkin juga menyukai