BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mutu laboratorium klinik meliputi mutu hasil pemeriksaan dan mutu
pelayanan. Mutu hasil pemeriksaan laboratorium dapat dikatakan baik apabila
akurasi dan presisinya tinggi. Mutu dapat terpenuhi apabila keseluruhan proses
pemeriksaan laboratorium yang meliputi tahap pra-analitik, analitik dan pasca
analitik dilaksanakan dengan baik dan benar dimana masing-masing tahap
tersebut memiliki peluang terjadinya kesalahan. Tahap pra analitik memberikan
kontribusi kesalahan sebesar 60-70%. Sedangkan tahap analitik menyumbang
kesalahan sebesar 10-15% dan pasca analitik 15-20%. Tahap analitik merupakan
keseluruhan proses analisis sampel. Tahap analitik meliputi reagen, peralatan,
kalibrasi, kontrol kualitas, metode pemeriksaan dan kompetensi pelaksana. Tahap
analitik dilakukan untuk menilai kualitas suatu hasil pemeriksaan laboratorium.
Reagen kerja merupakan salah satu komponen yang akan mempengaruhi mutu
hasil pemeriksaan laboratorium. Bahan laboratorium adalah bahan yang
digunakan untuk pengujian, kalibrasi dan pelayanan masyarakat. Keberadaan
bahan laboratorium merupakan sarana utama dalam melakukan kegiatan di
laboratorium. Reagen merupakan suatu zat kimia yang digunakan dalam suatu
reaksi untuk memeriksa, mendeteksi, mengukur dan menghasilkan zat lain.
Reagen tingkat analitis adalah reagen yang terdiri dari zat kimia yang mempunyai
tingkat kemurnian sangat tinggi. Kemurnian zat tersebut dianalisis dan
dicantumkan pada wadahnya. Penggunaan bahan ini tidak dapat digantikan
dengan zat bahan lainnya (Siregar et al, 2018).
Larutan Turk merupakan reagensia/bahan laboratorium yang tergolong
bahan kimia basah (wet chemistry) yang bersifat komersial (pabrikan) yang
dipakai untuk melakukan pemeriksaan hitung jumlah leukosit. Hitung jumlah
leukosit merupakan pemeriksaan untuk menentukan jumlah leukosit yang terdapat
dalam 1µl darah untuk membantu dalam menentukan adanya peningkatan jumlah
leukosit (leukositosis) atau penurunan jumlah leukosit (leukopenia) yang menjadi
suatu tanda adanya infeksi atau melihat proses atau perjalanan penyakit serta
pengaruh pengobatan. Suatu hitung jumlah leukosit dapat dinyatakan dalam
sel/mm3 , sel/µl, x 103 sel /ml, x 106 sel/L, satuan yang lebih sering digunakan
dalam hitung jumlah leukosit adalah sel/mm 3 atau sel/µl (Nugraha & Badrawi,
2018). Rata-rata jumlah leukosit dalam tubuh manusia normal adalah 4.000-
10.000 sel/mm3, yang disebut leukositosis, apabila jumlah leukosit kurang dari
4.000 sel/mm3 disebut leukopenia (Subaiyah et al, 2018). Dua metode yang
digunakan dalam pemeriksaan hitung jumlah leukosit, yaitu cara otomatis dengan
menggunakan mesin penghitung sel darah (Hematology Analyzer) dan manual
menggunakan pipet leukosit, kamar hitung dan mikroskop. Saat ini sudah banyak
laboratorium yang menggunakan cara otomatis, tetapi masih banyak juga
laboratorium yang menggunakan cara manual. Hitung jumlah leukosit cara
2
untuk pemeriksaan hitung leukosit oleh para Ahli Ahli Teknologi Laboratorium
Medik (ATLM) yang bekerja di Puskesmas terpencil.
pemeriksaan hitung jumlah leukosit paling efektif dengan konsentrasi 2%. Salman
et al (2021) juga menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan
nilai hitung jumlah leukosit antar perlakuan. Hal tersebut menunjukkan bahwa
modifikasi larutan Turk dengan air perasan jeruk nipis 2% dan asam cuka 5%
dapat digunakan sebagai alternatif pengganti larutan Turk. Hasil penelitian Ja’alni
(2021) didapatkan rata-rata jumlah leukosit menggunakan larutan Turk adalah
6.230/mm, dan dengan menggunakan larutan Turk modifikasi jeruk nipis 1% rata
– rata Jumlah leukosit adalah 4.870 sel/mm3. Kahfi et al (2022), menyatakan
bahwa konsentrasi paling efektif air perasan jeruk nipis yang menghasilkan
jumlah hitung leukosit yang tidak jauh berbeda dengan larutan turk adalah 2%.
Pada tahap awal, belimbing wuluh yang akan digunakan sampel penelitian
terlebih dahulu dicuci. Dipilih buah belimbing wuluh yang masih muda buah
tersebut yang masih banyak mengandung air. Kemudian diperas menggunakan
perasan belimbing. Biji yang terdapat diatas perasan belimbing wuluh tersebut
dipisahkan. Kemudian air perasan belimbing wuluh tersebut dikumpulkan dan
dimasukkan dalam beaker glass.
3.5.2 Pembuatan Larutan turk modifikasi dengan belimbing wuluh
Air perasan belimbing wuluh yang telah disaring diencerkan dengan aquadest
steril dengan memipet air perasan belimbing wuluh sebanyak 25 ml dan
dilarutkan dalam 1 L aquadest steril. Sediakan 1 buah gelas ukur yang bersih,
kemudian dipipet air perasan belimbing wuluh yang telah diencerkan sebanyak 15
ml menggunakan pipet ukur masukkan ke dalam gelas ukur, setelah itu dipipet
gentian violet sebanyak 1 ml menggunakan pipet ukur masukkan kedalam gelas
ukur yang berisi air perasan belimbing wuluh tadi, kemudian dipipet lagi aquadest
steril sebanyak 475 ml menggunakan pipet ukur masukkan ke dalam gelas ukur
yang berisi gentian violet dan air perasan belimbing wuluh, diaduk campuran
tersebut menggunakan batang pengaduk hingga tercampur rata.
3.5.3 Sampling darah
Disiapkan alat dan bahan, kemudian dilakukan pendekatan pasien dengan
tenang dan ramah, usahakan pasien senyaman mungkin. Minta pasien meluruskan
lengannya, pilih tangan yang banyak melakukan aktivitas. Minta pasien utnuk
mengepalkan tangannya. Dipasangkan tourniquet kira-kira 10 cm diatas lipatan
siku. Pilih bagian vena mediana cubital atau chepalic, dilakukan perabaan
(palpasi) untuk memastikan posisi vena, apahila vena teraba seperti sebuah pipa
kecil, elastis dan memiliki dinding tebal. Jika vena tidak teraba, dilakukan
pengurutan dari arah pergelangan ke siku, atau kompres hangat selama 5 menit
pada daerah lengan. Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas
alkohol 70% dan biarkan kering, dengan catatan kulit yang sudah dibersihkan
jangan dipegang lagi. Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap
ke atas. Jika jarum telah masuk ke dalam vena, akan terlihat darah masuk kedalam
semprit (flash). Usahakan sekali tusuk vena, lalu tourniquet dilepas. Setelah
volume darah dianggap cukup, minta pasien membuka kepalan tangannya.
Volume darah yang diambil ±2 kali jumlah serum atau plasma yang diperlukan
untuk pemeriksaan. Diletakkan kapas ditempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik
jarum. Tekan kapas beberapa saat lalu plester selama ±15 menit.
3.5.4 Uji Mutu Larutan Turk Modifikasi Air Perasan belimbing wuluh
(Averrhoa bilimbi L.) berdasarkan lama masa simpan
3.5.4.1 Uji Kualitas Fisik Reagensia
Kualitas fisik larutan turk modifikasi air perasan belimbing wuluh
(Averrhoa bilimbi L.) dapat dilakukan dengan mengamati parameter keadaan
reagensia setelah disimpan yaitu warna larutan, ada tidaknya endapan/kristal,
kekentalan, ada tidaknya pemisahan reagen/larutan.
6
homogen apabila α > 0,05. Apabila data normal dan homogen, maka dapat
dilakukan analisis statistic parametrik yaitu menggunakan uji analisis Varians
(Analysis Of Variance/ANOVA) yaitu untuk mengetahui pengaruh lama masa
simpan larutan turk modifikasi air perasan belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
terhadap hitung jumlah leukosit. Apabila ada data yang tidak normal atau tidak
homogen, maka dilakukan analisis statistik non parametrik menggunakan uji
Kruskall wallis.
3.8 Cara Penafsiran
Cara penafsiran data riset dilakukan analisis data kuantitatif berdasarkan
nilai rata-rata hitung jumlah leukosit dari 10x pengulangan yang disajikan dalam
bentuk tabel pada masing-masing variasi perlakuan.
Perizinan
1 penyewaan Muhammad
laboratorium Nasywan Rizqullah
Pembelian alat dan Retno Nurviana
2
bahan
3 Persiapan
pembuatan variasi
perlakuan Ratna Amanah Sari
Norlaila Puteri
4 Uji perlakuan
Maulida
5 Analisis hasil Hanipa Sapria
Pembuatan laporan Norlaila Puteri
6
kemajuan Maulida
Pembuatan laporan Hanipa Sapria
7
akhir
Pembuatan artikel Ratna Amanah Sari
8
ilmiah & publikasi
DAFTAR PUSTAKA
Hurrohmah, R. I. 2020. Gambaran Modifikasi Air Perasan Jeruk Nipis (Citrus
Aurantifolia Swingle) Sebagai Pengganti Komposisi Larutan Turk Untuk
Hitung Jumlah Leukosit (Studi Di Ruang Laboratorium Hematologi
STIKes ICMe Jombang. Karya Tulis Ilmiah. STIKes Insan Cendekia
Medika Jombang.
Ja’alni, Q. 2021. Membandingkan Jumlah Leukosit Dengan Penggunaan Perasa
Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) 1% Sebagai Pengganti Asam Asetat
Glasial. Karya Tulis Ilmiah. Universitas Perintis Indonesia.
Kahfi, M. S., Aryani, D., & Purnomo, F. O. 2022. Variasi Konsentrasi Air Perasan
Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia Swingle) Sebagai Pengganti Komposisi
Larutan Turk Untuk Hitung Jumlah Leukosit Di Laboratorium RS
Hasanah Graha Afiah. Jurnal Kesehatan Tambusai, 3(1); 113-119.
Nugraha, G. & Badrawi, I. 2018. Pedoman Teknik Pemeriksaan Laboratorium
Klinik. Jakarta: Trans Info Media.
Safirah, N., Rahmi, S.N., Widyawati, G.I. 2019. Air Perasan Jeruk Nipis (Citrus
Aurantiifolia) Sebagai Reagen Alternatif Pengganti Larutan Turk Untuk
Hitung Jumlah Leukosit. PKM Riset Eksakta. Akademi Analis Kesehatan
Borneo Lestari.
Salman, Y., Nadia, N., & Wahidah, R. 2021. Perbedaan Hasil Hitung Jumlah
Leukosit dengan Modifikasi Air Perasan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia
Swingle) dan Asam Cuka sebagai Pengganti Komposisi Larutan
Turk. Jurnal Kesehatan Indonesia. 12(1);12-15.
Saputri, A. N. A. W. 2021. Perbedaan Kadar Kalsium Menggunakan Reagen
9
Langsung Dan Setelah Didiamkan Pada Suhu Ruang. Karya Tulis Ilmiah
(KTI). Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Siregar, M.T., Wieke S.W., Doni S., Anik N. 2018. Kendali Mutu. Jakarta: Pusat
Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
Subaiyah., Santosa. B., Ariyadi, T., 2018. Perbandingan Larutan Turk Dengan
Modifikasi Larutan Turk Perasan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia
swingle) Terhadap Jumlah Leukosit. Skripsi. Universitas Muhammadiyah
Semarang.