Anda di halaman 1dari 62

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang


telah memberikan rahmat dan karunia yang sangat berlimpah.
Berkat rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan
penulisan buku model pembelajaran kecepatan lari 100 meter
pada siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Buku ini
adalah bentuk hasil akhir dari syarat kelulusan penulisan dari
Program Studi Pendidikan Jasmani, Fakultas Ilmu
Keolahragaan, Universitas Negeri Jakarta.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada


pihak-pihak yang sudah mendukung, membantu dan memberi
masukan dalam penyempurnaan buku ini yang tidak bisa
disebutkan semuanya.

Penulis sangat menyadari bahwa terdapat banyak


kekurangan dalam buku ini, untuk itu kritik dan saran yang
membangun demi penyempurnaan buku ini sangat di
harapkan. Dan semoga buku ini dapat memberikan banyak
manfaat bagi para pembacanya, khususnya dari segala pihak
segala lapisan yang membutuhkan.

Jakarta, 29 November 2023

Novia Nur Nirwani


i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................1
DAFTAR ISI..................................................................................2
PENDAHULUAN..........................................................................4
A. Hakikat Model Pembelajaran............................................9
B. Hakikat Pembelajaran......................................................11
C. Hakikat Kecepatan............................................................15
D. Karakteristik siswa SMK.................................................21
MODEL PEMBELAJARAN KECEPATAN LARI 100
METER SMKN 14 JAKARTA
.......................................................................................................
28
1. Tepok Nyamuk..................................................................28
Lari Jinjit...........................................................................29
Buka tutup kaki.................................................................30
Gerakan Swing...................................................................31
5. Tepuk gembira...................................................................32
6. Naik turun kaki.................................................................33
7. Gerakan Lunges.................................................................34
8. Lompat Tali........................................................................35
9. Memindahkan Bola...........................................................36
10. Pesawat Terbang...............................................................37
11. Lari menyentuh warna Cone............................................38
12. Sit n run..............................................................................39

ii
13. Sigap Tangkap...................................................................40
14. Menghindari lemparan bola.............................................41
15. Lompat Kangguru.............................................................42
DAFTAR PUSTAKA...................................................................44

iii
PENDAHULUAN
Pembelajaran Pendidikan Jasmani yang merupakan salah
satu mata pelajaran wajib di sekolah menengah kejuruan
(SMK) diharapkan dapat meningkatkan kebugaran jasmani
siswa pada umumnya dan pembelajaran gerak pada khususnya.
Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan
total yang mencoba mencapai tujuan mengembangkan
kebugaran jasmani, mental, sosial, serta emosional bagi
masyarakat dengan wahana aktivitas jasmani. Materi
pembelajaran pendidikan jasmani meliputi permainan dan
olahraga, aktifitas pengembangan, uji diri, ritmik, aquatik,
Pendidikan luar sekolah dan kesehatan. Adapun permainan
dan olahraga meliputi permainan bola besar, permainan bola
kecil, atletik dan bela diri.
Salah satu materi dalam pembelajaran pendidikan
jasmani pada siswa sekolah menengah kejuruan adalah lari.
Lari termasuk cabang olahraga dari atletik. Olahraga lari
adalah gerakan maju kedepan dengan cepat dimana pada saat
tertentu posisi kaki berada di udara dan tidak menyentuh
tanah. Gerakan berlari membutuhkan kekuatan otot, kecepatan,
dan koordinasi anggota tubuh yang sangat baik agar dapat
mencapai garis finish.
Atletik merupakan cabang olaraga yang mempunyai

4
hubungan erat dengan kehidupan sehari-hari kita selalu

5
melakukan gerak atletik terdiri atas jalan, lari, lempar, dan
lompat. Teknik awal atletik yakni dasar untuk berolahraga.
Garis besarnya, atletik didefinisikan sebagai olahraga
dengan bentuk lari, lompat dan lempar. Berdasarkan definisi
tersebut, terdapat cabang lari, dimana didalamnya terdapat
nomor. Sebelum dikategorikan sebagai cabang olahraga, lari
terlebih dahulu sudah dikenal. Pada dasarnya, gerakan jalan
dan lari tidak ada perbedaan. Baik jalan ataupun lari
merupakan sebuah gerakan perpindahan tubuh dari satu titik
ke titik lainnya dengan cara melangkahkan kaki secara
bergantian.
Cabang Olahraga atletik ini dapat dibagi lagi menjadi
beberapa nomor, lari salah satunya lari jarak pendek atau yang
biasa disebut sprint merupakan salah satu jenis lari yang
dilakukan dengan kekuatan dan kecepatan penuh sepanjang
garis lintasan dari start hingga finish. Pemenangnya ditentukan
berdasarkan catatan waktu yang paling singkat. Jarak tempuh
nomor lari jarak pendek yaitu 100 meter, 200 meter, dan 400
meter. Biasanya pada lari jarak pendek menggunakan start
jongkok, yang membedakannya hanya pada jarak tempuhnya.
Pelari 200 meter yang baik dapat berlari pada kecepatan rata-
rata lebih tinggi dari kecepatan 100 meter.
Menurut (Febriyanti, 2013) Pembelajaran pendidikan

6
jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah dengan

7
pengembangan model pembelajaran kecepatan lari jarak
pendek (sprint) dalam upaya pebentukan nilai-nilai disiplin
dan inovatif. Di dalam cabang olahraga atletik, jika seorang
atlit ingin mencapai tingkat prestasi yang bermutu tinggi maka
ia harus memiliki fisik dan mental yang sempurna dan teknik-
teknik dasar yang harus dikuasai dalam setiap cabang yang ia
geluti. Cabang olahraga atletik yang dimaksud adalah lari jarak
pendek 100 meter.
Seperti halnya cabang olahraga yang lain atletik juga
ikut masuk dalam kurikulum pendidikan jasmani. Salah
satu alasannya adalah agar siswa memiliki pengetahuan gerak
dasar dan teknik dalam setiap cabang dalam olahraga atletik.
Di dalam berlari jarak pendek kecepatan merupakan
salah satu komponen yang diperlukan pada lari jarak pendek,
yang dipelajari di dalam pembelajaran atletik. Jika peserta
didik dapat menguasai teknik kecepatan dengan baik pada saat
berlari peserta didik mampu melakukannya dengan lebih
efisien. Pada Sekolah Menengah Kejuruan sangat tepat untuk
melakukan latihan kecepatan dengan alasan dapat dilihat
perkembangan bakat dan minat khususnya dalam cabang
olahraga atletik dan akan mampu dibina dengan baik. Dalam
jenjang prestasi usia SMK. Tetapi karena kurangnya bahan
ajar dan buku teks dalam proses belajar kecepatan pada lari

8
jarak pendek, guru PJOK dan

9
pelatih ekstrakurikuler merasa sulit saat mengambil langkah
untuk mengajar, sehingga perlu adanya suatu terobosan baru
dalam proses pengajaran lari jarak pendek pada ekstrakurikuler
disekolah, Kebutuhan tersebut dapat diaplikasikan melalui
model yang inovatif dan tidak monoton.
Proses belajar mengajar pendidikan jasmani merupakan
suatu proses yang komplek dan terintegrasi dalam upaya
menciptakan suasana yang komunikatif dan interaktif. Dengan
adanya model-model pembelajaran atletik pada lari jarak
pendek (sprint) dalam upaya pembentukan nilai-nilai disiplin
dan inovatif diyakini sebagai solusi yang efektif. Model
Pembelajaran belajar juga mempunyai makna bahwa proses
perubahan tingkah laku diakibatkan karena adanya interaksi
antara individu dengan lingkungan dimana dirinya berada.
Tingkah laku dibagi menjadi dua kelompok, yaitu dapat
diamati dan yang tidak dapat diamati. Tingkah laku yang dapat
diamati dikenal dengan behaviorial performance, sedangkan
yang tidak dapat diamati dikenal dengan behaviorial tendency.
Untuk itu masalah dalam mengajar pendidikan jasmani
adalah bagaimana menciptakan suasana belajar yang
komunikatif dan interaktif serta dapat mengembangkan potensi
siswa untuk mencapai hasil yang maksimal. Untuk
merealisasikan hal tersebut, tenaga pengajar

1
harus

1
memperhatikan kemampuan yang berpengaruh. Pengajar harus
mampu memilih metode mengajar yang tepat, sesuai dengan
materi yang diajarkan, melihat kemampuan siswa, dan
menggunakan sarana dan prasarana yang tersedia. Salah satu
faktor yang mempengaruhi atau berperan dalam proses belajar
mengajar olahraga adalah model pembelajaran.
Oleh karena itu dilihat dari fenomena yang ada di
lapangan pada saat peneliti melaksanakan Praktek kegiatan
mengajar (PKM) di SMK, peneliti menemukan adanya rasa
bosan dan monoton dalam pembelajaran lari jarak 100 meter
ini, sehingga kurangnya ketertarikan siswa dalam
pembelajaran lari jarak pendek ini. Darisitu peneliti mulai
memiliki gagasan untuk bisa mengembangkan macam-macam
pembelajaran lari jarak pendek untuk siswa SMK dengan cara
yang menyenangkan.
Dengan demikian setelah melihat permasalahan diatas maka
peneliti berinisiatif untuk melakukan penelitian. Penelitian yang
akan di buat yaitu model pembelajaran kecepatan lari 100 meter
pada siswa SMK. Selain itu dengan adanya model pembelajaran
kecepatan lari 100 meter gerakan yang sesuai agar siswa dapat
memahami basic berlari dan mampu melakukan gerakan lari
yang lebih baik namun keselamatannya tetap di perhatikan
untuk membuat siswa lebih aman dalam melakukan gerakannya.

1
Dalam mengembangkan media pembelajaran tersebut perlunya

1
dilakukan penelitian dan memvalidasi produk media
pembelajaran sesuai dengan standar aspek-aspek perkembangan
peserta didik SMK.

A. Hakikat Model Pembelajaran


Menurut KBBI, istilah model berarti (1) pola dari
sesuatu yang akan dibuat, (2) orang yang dipakai sebagai
contoh untuk dilukis, (3) orang pekerjaannya memperagakan
contoh pakaian yang akan dipasarkan, (4) barang tiruan yang
kecil dengan bentuk persis seperti yang ditiru. Sedangkan
menurut Suprijono(2009:45) berpendapat bahwa “model
adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang
memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba
bertindak berdasarkan model itu“.

Berdasarkan penjelasan diatas, yang dimaksud dengan


“Model” adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
yang bertujuan mencapai tujuan tertentu, dan berfungsi
sebagai pedoman bagi para perancang dalam merencanakan
dan melaksanakan aktivitas tersebut.
Menurut Molenda (1996), ada 2 macam model yang
lazim dikenal dalam pembelajaran, yakni model mikromorf
dan paramorf. Mikromorf adalah model yang visual, nyata
1
secara

1
fisik, contohya adalah planetarium dan simulasi komputer,
flow chart suatu proses. Paramorf adalah model simbolik yang
biasanya menggunakan deskripsi verbal. Model paramorf
dibagi menjadi 3 macam, yakni (1) model konseptual, (2)
model prosedural, dan (3) model matematik. Model konseptual
sering sekali disamakan dengan teori, model ini merupak
Adapun soekamto mengemukakan maksud dari model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu,
dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan pengajar dalam merencanakan aktivitas
belajar mengajar deskripsi verbal sebuah pandangan atas
realitas.
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan
Marsha Weil mengetengahkan 4 kelompok model
pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial, (2) model
pengolahn informasi, (3) model personal- humanistik, dn (4)
model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, sering kali
penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan
dengan strategi pembelajaran.
Menurut Arend (dalam Mulyono, 2018:89) memilih
istilah model pembelajaran didasarkan pada dua alasan

1
penting. Pertama, istilah model memiliki makna yang lebih
luas dari

1
pada pendekatan, strategi, metode dan teknik. Kedua model
dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi yang penting,
apakah yang dibicarakan tentang mengajar di kelas atau
praktik mengawasi anak-anak. Model pembelajaran adalah
kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur
sistematik (teratur) dalam pengorganisasian kegiatan
(pengalaman) belajar untuk mencapai tujuan belajar
(kompetensi belajar). Dengan kata lain, model pembelajaran
adalah rancangan kegiatan belajar agar pelaksanaan KBM
dapat berjalan dengan baik, menarik, mudah dipahami dan
sesuai dengan urutan yang jelas.

Model pembelajaran in sangat efektif dalam upaya


peningkatan kualitas kegiatan belajar mengajar, karena pada
kegiatan pembelajaran siswa dituntut untuk berperan aktif
dalam pembelajaran serta diharapkan menggunakan
kemampuan berpikir tingkat tinggi, mengasah kekompakan
dan kerja sama dalam schuah tim/kelompok.

B. Hakikat Pembelajaran

Dalam kehidupan setiap umat manusia sehari-hari


hampir tidak: lepas dari proses belajar, baik ketika seseorang
melaksanakan aktivitas sendiri maupun kelampok tertentu.

1
Sadar maupun tidak sadar, aktivitas itu dapat dikatakan
sebagai

1
kegiatan belajar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
setiap altivitas kehidupan manusia tidak lain adalah belajar.
Jadi belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, dan
dilakukan oleh siapa saja tidak dibatasi oleh usia, karena
perubahan yang menuntut terjadinya aktivitas belajar itu juga
tidak pernah berhenti.
Ada beberapa pengertian berapa pengertian belajar
dalam Aunurrahman (2012), antara lain:
1). Menurut Burton dalam buku “The Guidance of
Learning Activities,” belajar sebagai perubahan tingkah laku
pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu
dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga
mereka mampu berinteraksi dengan lingkungannya.
2). Menurut H.G. Witherington dalam buku “Education
Psychology,” mengemukakan bahwa belajar adalah suatu
perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai
suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan,
kepribadian atau suatu pengertian;
3). Menurut James O. Whittaker mengemukakan bahwa
belaiar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk
memperoletsuatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di
dalam interaksi dengan lingkungannya;

2
4). Abdillah menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu
usaha sadar yang dilakukan ole individu dalam perubahan
tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang
menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif dan sikomotorik
untuk memperoleh tujuan tertentu.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku
individu maupun kelompok baik melalui latihan dan
pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitit, afektif,
dan psikomotorik dalam interaksi dengan lingkungannya untuk
mencapai tujuan tertentu.
Piaget dalam Abdul Majid (2014) menyatakan bahwa
setiap anak memiliki cara tersendiri dalam belajar dengan
menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya
(teori perkembangan kognitif), Menurutnya, setiap anak
memiliki struktur kognitif yang disebut dengan schemata yaitu
system konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil
pemahaman terhadap objek yang ada dalam lingkungannya.
Pemahaman tentang objek tersebut berlangsung melalui proses
asimilasi (menghubungkan objek dengan konsep yang sudah
ada dalam pikiran) dan akomodasi (proses memanfaatkan
konsep-konsep dalam pikiran untuk menafsirkan objek).
Kedua proses tersebut jika berlangsung terus-menerus akan

2
membuat

2
pengetahuan lama dan pengetahuan baru meniadi seimbang.
Dengan cara seperti itu secara bertahap anak dapat
membangun pengetahuan melalui , interaksi dengan
lingkungannya. Berdasarkan hal tersghut, perilaku belajar anak
sangat dipengruhi oleh aspek-aspek dari dalam diri dan
iingkungannya. Kedua hal tersebut tidak mungkin dipisahkan
karena memano proses belajar teriadi dalam konteks interaksi
diri anak dengan lingkungannya.
Proses dimana belajar berlangsung dikenal dengan
sebutan pembelajaran. Proses tindakan belajar pada dasarnya
adalah bersifat internal, namun proses itu dipengaruhi oleh
faktor-faktor eksternal. Dalam pembelajaran, pendidik harus
mampu menarik perhatian peserta didik agar mampu
mencurahkan seluruh energinya sehingga dapat melakukan
aktivitas belajar secara optimal dan memperoleh hasil belajar
yang diharapkan. Pembelajaran adalah seperangkat peristiwa
yang mempengaruhi peserta didik sedemikian rupa sehingga
peserta didik itu memperoleh kemudahan. Gagne (1981)
menyatakan bahwa perbelajaran merupakan serangkaian
peristiwa eksternal peserta didik yang dirancang untuk
mendukung proses internal belajar. Peristiwa belajar in
dirancang agar memungkinkan peserta didik memproses
informasi nata dalam rangka mencapai tujuan yang tela

2
ditetapkan.Untuk mencapai tujuan belajar, pendidik hendaknya
benar-benar menguasai cara-cara merancang belajar agar
peserta didik mampu belajar secara optimal.
Menurut Vea Vecchi, Learing is a process of knowledge
building. recognizingthat knowledge so produced is
inescapably partial, perspectival andprovisional and not to be
confused with information. Maksud dari pengertian ini yakni,
pembelajaran adalan proses pengetahuan yang dibangun, dan
diperkenalkan. Pengetahuan yang dihasilkan merupakan
bagian yang tidak dapat dielakkan, dihilangkan dan
disyaratkan dan tidak membingungkan dengan adanya
informasi. Jadi pembelajaran (learning) merupakan
serangkaian proses belajar yang memuat peristiwa-peristiwa
baik secara internal maupun eksternal pada diri peserta didik
dan dirancang dengan sebaik- baiknya oleh pendidik untuk
mencapai tujuan secara optimal.

C. Hakikat Kecepatan

Kecepatan bukan semata-mata menggerakkan seluruh


anggota tubuh dengan cepat, akan tetapi cepat dalam arti
menempuh waktu yang sesingkat-singkatnya. Menurut Sajoto
(1988:54) mengatakan bahwa kecepatan yang dipengaruhi
oleh waktu reaksi yaitu waktu mulai mendengar aba-aba
2
sampai gerak pertama dilakukan, maupun waktu gerak
yaitu waktu

2
yang dipakai untuk menempuh jarak. Kemudian grosser
(2004:74) mengatakan bahwa kecepatan adalah kemampuan
untuk berjalan, berlari atau bergerak dengan sangat cepat
dimana kecepatan meliputi anggota badan seperti melempar,
menolak, memukul, menendang, dan lain-lain. Sedangkan
Menurut Harsono (1988:16) mengatakan bahwa “kecepatan
adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang
sejenis secara berturut-turut dalam waktu sesingkat-singkatnya
atau kemampuan untuk menempuh suatu jarak dalam waktu
yang sesingkat-singkatnya”. Pendapat tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa kecepatan adalah kemampuan untuk
melakukan suatu rangkaian gerak atau penampilan gerak
dengan periode waktu yang pendek. Untuk mendapatkan
kecepatan yang optimal di atas diperlukan aspek berikut: (a)
anaerob respirations system, (b) kekuatan otot lokal, (c)
flexibilitas dari otot lokal tersebut. Jadi ketiga aspek tersebut
merupakan faktor-faktor penunjang untuk menghasilkan
kecepatan yang optimal.

D. Hakikat Lari Jarak Pendek


Dalam bukunya Yoyo Bahagia (2000:11) menyatakan
bahwa lari termasuk dalam fase layang adalah gerakan tubuh
dimana kedua kaki ada saat melayang di udara (kedua telapak

2
kaki lepas dari tanah), berbeda dengan jalan dimana kaki
selalu kontak dengan bumi atau tanah.
Wikipedia mendefinisikan lari adalah gerakan tubuh
(gait) dimana pada suatu saat ada fase layang, semua kaki
tidak menginjak tanah. Jadi, berbeda dengan jalan yang
salah satu kaki harus tetap ada sebagai penopang dan kontak
dengan tanah, sedangkan lari merupakan gerakan tubuh
dimana kedua kaki ada saat bisa melayang di udara atau tidak
kontak dengan tanah. Berdasarkan catatan sejarah, lari jarak
pendek mulai muncul pada abad ke-7 SM atau pada zaman
Yunani Kuno serta berasal dari seorang prajurit Yunani
Kuno. Pada saat itu, seorang prajurit tersebut ingin
mengumumkan kemenangan Yunani dari Persia dan ia pun
berlalri sambi membawa pesan
untuk menyampaikan kepada sang Raja.
Namun, tanpa diduga, setelah menyampaikan pesan atas
kemenangan tersebut kepada sang Raja, beliau meninggal
dunia. Sang raja yang mendengar kabar itu ingin memberikan
penghormatan atas kematian prajurit tersebut dengan cara
menyelenggarakan lomba lari jarak pendek.
Zaman yang terus berkembang membuat lari jarak
pendek semakin dikenal oleh masyarakat dunia. Hingga pada
akhirnya, di tahun 1912 ada sebuah organisai yang menaungi

2
olahraga atletik lari jarak pendek, yaitu IAAF (International
Association

2
of Athletics Federation). Saat ini, sudah sekitar 212 negara
sudah menjadi anggota IAAF.
Menurut Topendsport, lari sprint adalah perlombaan
jarak pendek yang mana atlet mencoba berlari dengan
kecepatan maksimum mereka sepanjang lintasan. Jarak lari
cepat umumnya dibagi menjadi beberapa kelas. Atlet lari cepat
biasanya disebut sebagai sprinter. Kejuaran lari cepat
merupakan acara lintasan atletik yang melibatkan lari jarak
pendek tetap dalam waktu secepat mungkin. Lari sprint harus
didukung dengan kekuatan dan kecepatan yang tinggi.
Pasalnya, sprinter membutuhkan speed endurances yang kuat,
mulai dari garis start sampai finis. Secara umum, yang bisa
disebut sebagai lari sprint adalah perlombaan lari berjarak 100
meter. Sedangkan untuk kelas 200 meter ke atas, dinamakan
lari cepat.
Yudy Hendrayana (2007) dalam Bermain Atletik
menjabarkan lari jarak pendek adalah kegiatan berlari dengan
kecepatan tinggi atau berlari secepat-cepatnya dari satu tempat
ke tempat lainnya.
Dengan demikian, seorang atlet diharuskan mengerahkan
seluruh kekuatannya mulai dari start sampai dengan melewati
garis finish. Dalam ilmu fisiologi, lari sprint disebut sebagai
olahraga anaerobik yang berarti olahraga ini hanya sedikit

2
menggunakan oksigen.
Tidak seperti nomor lainnya lari jarak pendek tidak
memerlukan oeralatan yang sangat banyak. Mochamad
Djuminar menerangkan seorang pelari akan melakukan
frekuensi langkah yang dipercepat, sehingga pada satu waktu
kecenderungan badan melayang pada saat ia berlari. Artinya
ketika kedua kaku melayang setidaknya ada setu kaku yang
menopang tanah. (Mochamad Djuminar A. Widya, 2004:
13) Wikipedia mendefinisikan lari adalah gerakan tubuh
(gait) dimana pada suatu saat ada fase layang, semua kaki
tidak menginjak tanah. Jadi, berbeda dengan jalan yang
salah satu kaki harus tetap ada sebagai penopang dan kontak
dengan tanah, sedangkan lari merupakan gerakan tubuh
dimana kedua kaki ada saat bisa melayang di udara atau tidak
kontak dengan tanah. (Sadrizal & Ridwan, 2018). “Sprint
atau lari cepat yang baik membutuhkan reaksi yang cepat,
akselerasi yang baik, dan jenis
lari yang efisien.
“Awalan atau start adalah langkah utama yang
diperlukan oleh pelompat untuk memperoleh kecepatan.
Awalan dilakukan dengan cara lari secepat mungkin agar
memperoleh kecepatan maksimal” (Ridwan & Sumanto,
2017). “Dalam lari jarak pendek 100 meter kemampuan

3
biomotor yang paling dominan dan sangat penting adalah
kecepatan, karena untuk menjadi

3
juara lomba lari jarak pendek diperlukan kecepatan lari yang
maksimal dapat dilihat dari segi mekanika kecepatan adalah
perbandingan antara jarak dan waktu” (Ariyantini et al., 2016;
B et al., 2012; Rasid, 2013. Kecepatan dapat diberikan batasan
sebagai kemampuan berlari menempuh jarak yang telah
ditentukan dalam waktu yang sependek mungkin” (B et al.,
2012).“Unsur kecepatan hampir terdapat pada semua cabang
olahraga, tidak terkecuali olahraga renang faktor kecepatan ini
merupakan salah satu dari sekian banyak komponen penting
untuk mencapai peningkatan prestasi bagi seorang
atlet”(Nursalam & Aziz, 2020). Menurut (Rasid,
2013)“kecepatan memegang peran penting dalam perlombaan
olahraga atletik. Khususnya pada nomor-nomor lari, faktor
kondisi fisik kecepatan sangat diperlukan, karena satuan atau
jumlah jarak pada saat perlombaan yang dilakukan harus dapat
diselesaikan dalam waktu relatif singkat”.“Kecepatan
merupakankomponen terpenting dalam olahraga, khususnya
renang,karena kecepatan tersebut diperlukan saat bertanding
untuk mencapai performa yangmaksimal”(Putra & Aziz,
2020). “Kecepatan lari dihasilkan oleh panjang langkah yang
dihasilkan dan frekuensi langkah kaki yaitu jumlah langkah
persatuan waktu”(Nurhayati, 2018).

3
Selain itu, “Unsur kecepatan reaksi kaki juga merupakan
faktor penentu keberhasilan pada hampir semua cabang
olahraga dan menjadi salah satu komponen kondisi fisik yang
sangat erat kaitannnya terhadap seseorang yang menggunakan
otot-otot tungkai menerima beban. Seperti halnya dalam
meningkatkan kemampuan lari cepat, tanpa adanya dukungan
kecepatan reaksi kaki yang baik, mustahilbagi pelari jarak
pendek (sprinter) dapat memperoleh waktu yang baik. Sebab
jika kecepatan reaksi kaki kurang baik maka menyebabkan
kurangnya kecepatan menjawab rangsangan serta gerakan
yang dilakukan membutuhkan waktu yang banyak untuk
mencapai suatu jarak”(Rasna, 2019).“Prestasi atlet dalam
lomba lari 100 meter sangat ditentukan oleh kemampuannya
untuk mempertahankan kelajuan maksimum yang dicapai.
Kemampuan ini berkaitan erat dengan adanya bantuan dari
luar berupa dorongan angin searah gerak lari”(Sardjito, 2011).

E. Karakteristik siswa SMK


Seperti yang dijelaskan Piaget, sebagian besar siswa
sekolah menengah Kejuuruan telah mencapai tahap komputasi
formal. Siswa-siswa ini dapat berpikir secara abstrak dan
membutuhkan lebih sedikit contoh konkret untuk memahami
pola berpikir yang kompleks. Secara umum, sebagian besar

3
siswa memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Perlu memahami tujuan dan relevansi kegiatan
mengajar
2. Menerima insentif internal dan eksternal
3. Gangguan kognitif yang dipaksakan sendiri karena
kegagalan akademis selama bertahun-tahun dan
kurangnya kepercayaan diri
4. Mungkin “tertutup” di area kognitif tertentu, dan perlu
belajar bagaimana belajar dan mengatasi hambatan
belajar ini
5. Ingin menetapkan tujuan pribadi jangka pendek dan
jangka panjang
6. Berharap untuk mengambil tanggung jawab untuk
pembelajaran pribadi dan kemajuan menuju tujuan.
Siswa Sekolah Menengah Atas memiliki pada umumnya
merupakan remaja yang berusia antara 15 hingga 18 tahun.
Usia 15 hingga 18 tahun menurut Konopka (dalam Syamsu
Yusuf, 2006 : 184) termasuk dalam kategori remaja madya
atau remaja pertengahan. Masa remaja usia SMK seperti masa-
masa perkembangan lain, memiliki ciri-ciri atau karakteristik
yang khas atau unik. Berikut ini merupakan karakteristik
remaja usia SMK berdasarkan pendapat beberapa ahli :
Remaja usia SMK yang tergolong dalam tahap
pemikiran operasional formal menurut Piaget dalam Desmita
3
(2005: 195)

3
remaja sudah dapat berpikir secara abstrak dan hipotesis.
Selain itu, remaja juga sudah mampu untuk berpikir secara
sistematik untuk memecahkan permasalahan. Pada masa ini,
remaja memecahkan masalah dengan membuat perencanaan
kegiatan terlebih dahulu dan berusaha mengantisipasi berbagai
macam informasi yang akan diperlukannya untuk
memecahkan masalah.
Selain karakteristik khas berdasarkan kognitif, remaja
usia SMK juga memiliki keunikan dari sisi perkembangan
moral. Menurut Kohlberg dalam Desmita (2005 : 207) remaja
berada pada tahap penalaran konvensional. Pada tahap ini
tingkatan moralitas remaja lebih matang daripada anak-anak.
Remaja sudah mulai mengenal konsep-konsep moralitas
seperti kejujuran, keadilan, kesopanan dan kedisiplinan.
Meskipun begitu, remaja tidak selalu mengikuti prinsip-prinsip
moralitas mereka sendiri.

Sementara itu, David Elkind dalam Papalia, Old &


Feldman (2008: 561- 562) menyebutkan enam karakteristik
remaja yang merupakan manifestasi dari ketidakdewasaan
pemikiran remaja. Keenam karakteristik tersebut adalah :
1) Idealisme dan Kekritisan
Remaja memiliki pandangan mereka sendiri tentang dunia

3
yang ideal. Hal ini menjadikan remaja cenderung meyakini
bahwa mereka lebih mengetahui tentang dunia dan masa depan
mereka daripada orang tua mereka, karena inilah remaja sering
kali mengkritik orang tuanya.
2) Argumentativitas
Remaja senantiasa mencari kesempatan untuk mencoba
atau menunjukkan kemampuan penalaran formal baru mereka.
Hal ini menjadikan mereka argumentatif ketika menyusun
fakta dan logika untuk mencari alasan.
3) Ragu-ragu
Pengalaman yang kurang menjadikan remaja cenderung
mengalami kesulitan dalam menentukan pilihan untuk
menyelesaikan permasalahan mereka.

4) Menunjukkan hypocrisy
Remaja sering kali tidak menyadari perbedaan antara
mengekspresikan sesuatu yang ideal dan membuat
pengorbanan yang dibutuhkan untuk mewujudkannya. Hal ini
menunjukkan bahwa remaja tidak dapat membedakan
hubungan antara perilaku mereka dan kondisi ideal yang
mereka suarakan.
5) Kesadaran diri

Remaja cenderung memiliki pemikiran bahwa orang lain


3
memiliki pemikiran yang sama dengan apa yang dia pikirkan.

3
Hal ini merujuk pada kondisi imaginary audience (pengamat).
Imaginary audience sendiri adalah terminologi Elkind untuk
pengamat yang hanya eksis dalam pikiran remaja dan sangat
peduli dengan pemikiran dan tindakan yang sedang dilakukan
oleh remaja tersebut.

6) Kekhususan dan Ketangguhan


Remaja cenderung memiliki keyakinan bahwa dirinya
spesial, memiliki pengalaman yang unik dan mereka tidak
tunduk pada yang mengatur dunia. Bentuk egosentrisme ini
menjadi dasar perilaku self- destructive pada remaja.
Di sisi lain, Hurlock memiliki pandangan sendiri terkait
karakteristik remaja secara lebih, mencakup berbagai aspek.
Berikut ini merupakan ciri-ciri remaja menurut Hurlock
(2004: 207).
a. Masa remaja sebagai periode yang penting

Perkembangan fisik yang cepat dan penting


disertai dengan cepatnya perkembangan mental yang
cepat, terutama pada awal masa remaja. Semua
perkembangan itu menimbulkan perlunya
penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap,
nilai dan minat baru.

3
b. Masa remaja sebagai periode peralihan

Masa peralihan menjadikan status individu


tidak jelas. Remaja sebagai masa peralihan membuat
remaja bukan lagi lagi seorang anak dan juga bukan
orang dewasa. Jika remaja berperilaku seperti anak-
anak, dia akan dianggap tidak bertindak sesuai
umurnya. Jika remaja berusaha berperilaku seperti
orang dewasa, remaja sering kali dianggap tidak
menghargai orang dewasa.

c. Masa remaja sebagai periode perubahan

Terdapat empat perubahan yang terjadi pada


diri remaja secara umum. Pertama adalah
meingginya emosi yang intensitasnya bergantung
pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang
terjadi.

Kedua adalah perubahan tubuh, minat dan peran yang


diharapkan oleh kelompok sosial untuk dipesankan,
menimbulkan masalah baru. Ketiga, berubahnya minat dan
pola perilaku memunculkan perubahan pula pada nilai-nilai
yang dianut oleh remaja. Keempat, sebagian besar remaja
bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan yang

4
dialaminya. Mereka menuntut kebebasan tetapi di sisi lainn

4
sering kali takut untuk bertanggungjawab atas akibatnya
dan kurang percaya diri terhadap kemampuan diri untuk
mengatasi tanggungjawab tersebut.

4
MODEL PEMBELAJARAN KECEPATAN LARI 100
METER SMKN 14 JAKARTA

1. Tepok Nyamuk
a. Tujuan
- Melatih tungkai
- Melatih motorik siswa
b. Media
-
c. Pelaksanaan
1) Siswa berdiri posisi siap
2) Kaki kiri lurus tegap
3) Posisi tangan dan kaki siap
4) Kaki kanan diangkat kedepan sedikit naik dari
atas pinggang
5) Posisi kaki kiri lurus dan sedikit berjinjit
6) Lalu posisi tangan menepuk dibawah kaki
7) Lakukan bergantian kanan kiri
d. Gambar

4
2. Lari Jinjit
a. Tujuan
- Melatih otot kaki
b. Media
-
c. Pelaksanaan
1) Siswa berdiri dengan posisi siap
2) Tangan posisi menganyun sejajar dengan pinggang
3) Posisi tangan kanan dorong ayun kebelakang
4) Lalu angkat kaki dorong kedepan dengan posisi
sedikit berjinjit
5) Tetap sejajar dengan lutut
6) Untuk kaki sebelahnya tetap posisi tegap
7) Selanjutnya tangan ayunkan seirama dengan kaki

d. Gambar

4
3. Buka tutup kaki
a. Tujuan
- Melatih konsentrasi siswa
- Melatih tungkai kaki
b. Media
- Cone
c. Pelaksanaan
1) Siswa berdiri siap diantara 2 Cone yang sudah
disediakan
2) Posisi tangan berada diantara pinggang
3) Lompat kedua kaki kedepan membuka kaki
membentuk huruf v
4) Lalu lompat lagi kedepan menutup
kaki membentuk v terbalik
5) Lakukan gerakan secara bergantian
d. Gambar

4
Gerakan Swing
4. a. Tujuan

- Melatih otot betis


- Melatih keseimbangan
- Memperbaiki sikap menolak
b. Media
-
c. Pelaksanaan :
1) Siswa berdiri posisi siap
2) Tangan kanan dan kiri berada disamping
pinggang
3) Ayunkan kaki kiri kesamping sekitar 30 derajat
4) Posisi kaki kanan tegap
5) Badan sedikit miring ke kanan
6) Lalu pindahkan kaki sebelah kiri ke posisi tegap
7) Dan kaki sebelah kanan di ayunkan ke kanan
8) Lakukan secara bergantian
d. Gambar

4
5. Tepuk gembira
a. Tujuan

- Melatih konsentrasi peserta didik


- Melatih tungkai kaki
b. Media
-
c. Pelaksanaan :
1) Posisi siap tangan sedikit membuka
2) Tangan menepuk sejajar dengan dada
3) Posisi tangan lurus kedepan
4) Kaki kiri menendang kedepan sejajar dengan
pinggang atau rata rata dengan air
5) Lalu ganti kaki kanan menendang kedepan
dengan posisi yang sama
6) Posisi tangan berganti ke atas kepala lurus diatas
bahu
7) Lakukan secara bergantian dengan sedikit
melompat pada saat berganti posisi kakiGambar

4
6. Naik turun kaki
a. Tujuan
- Melatih tungkai kaki
b. Media
- Tangga
c. Pelaksanaan :
1) Siswa berdiri posisi siap didepan tangga
2) Kaki kanan naik diatas tangga
3) Kaki kiri posisi lurus kebelakang, sedikit berjinjit
4) Tangan posisi mengayun
5) Lalu kaki kiri naik keatas menggantikan kaki
kana
6) Kaki kanan turun kebawah bersama kaki kiri
7) Lakukan berulang sesuai set yang sudah ditentukan
d. Gambar

4
7. Gerakan Lunges
a. Tujuan
- Melatih otot paha
b. Media
- Tangga
c. Pelaksanaan :
1) Siswa berdiri posisi siap didepan tangga
2) Kaki kanan melangkah kedepan
3) Tangan posisi mengayun
4) Kaki kiri lurus kebelakang
5) Tahan diatas tangga beberapa detik
6) Lalu kaki kanan turun melangkah kebelakang
7) Kaki kiri menekuk kedepan.
8) Lakukan berulang

4
d. Gambar

8. Lompat Tali
a. Tujuan
- Melatih tungkai
- Melatih otot tangan
b. Media

- Tali Skipping
c. Pelaksanaan :
1) Siswa berdiri siap memegang tali
2) Posisi tangan memegang masing- masing ujung
tali
3) Posisi kaki siap melompat melewati tali
4) Ketika tali sudah mendekati kaki/atau tanah
5) Posisi kaki siap melompat melewati tali

5
d. Gambar

9. Memindahkan Bola
a. Tujuan
- Menstimulus motorik siswa
- Melatih otot tangan
- Melatih ketangkasan

b. Media
- Cone
- Bola
c. Pelaksanaan :
1) Taruh 2 Cone sejajar
2) Lalu letakan bola diatas Cone yang sudah
disediakan
3) Siswa bersiap dengan posisi push up
4) Tangan berada didepan Cone
5) Lalu pindahkan bola satu ke Cone yang kosong
6) Lakukan bergantian

5
d. Gambar

Pesawat Terbang
Tujuan
- Melatih otot kaki
- Melatih keseimbangan kaki
b. Media
-
c. Pelaksanaan :
1) Posisi kaki kiri tegap kaki kanan
lurus kebelakang
2) Posisi tangan lurus kesamping
3) Lalu tangan kiri menyentuh kaki kanan
4) Gerakan tangan lurus kedepan

5
5) Lanjut posisi badan tegap dan kaki kanan
diangkat sejajar dengan paha
d. Gambar

Lari menyentuh warna Cone


Tujuan

- Meningkatkan kekuatan otot kaki


- Melatih fokus dan konsentrasi
b. Media
- Cone
c. Pelaksanaan :
1) Siswa berdiri siap diantara 2 Cone yang sudah
disediakan
2) Posisi tangan berada diantara pinggang

5
3) Lompat kedua kaki kedepan membuka kaki
membentuk huruf v
4) Lalu lompat lagi kedepan menutup
kaki membentuk v terbalik
5) Lakukan gerakan bergantian
d. Gambar

Sit n run
Tujuan
- Melatih kecepatan dan ketangkasan
- Melatih konsentrasi
b. Media
- Cone
c. Pelaksanaan :
1) Siswa posisi dengan duduk diantar 2 Cone
kanan kiri
2) Lalu bersiap mendengar aba-aba dari guru
3) Ketika aba-aba terdengar

5
4) Siswa langsung berdiri berlari kedepan sejauh
20 meter ( kearahh 2 Cone yang sudah
disediakan )
d. Gambar

Sigap Tangkap
Tujuan
- Melatih tungkai
- Melatih konsentrasi
b. Media
-
c. Pelaksanaan :
1) Siswa posisi siap berhadapan dengan guru
2) Berikan jarak antara guru dan siswa sekitar 2
langkah
3) Guru memegang 2 bola di tangan kanan dan kiri
dengan poisisi tangan terentang
4) Lalu siswa diminta untuk focus melihat bola
yang akan dijatuhkan guru

5
5) Setelah bola dilepas kebawah oleh guru

5
6) Siswa harus segera mengambil bola tersebut
sebelum 2x pantulan tanah
7) Lakukan hingga siswa mendaptkan bola
d. Gambar

14. Menghindari lemparan bola

a. Tujuan
- Melatih tungkai kaki
- Melatih konsentrasi
b. Media
- Cone
c. Pelaksanaan :
1) Letakan 2 Cone sejajar dengan warna yang
berbeda
2) Jarak masing masing Cone berjarak 1 langkah
3) Letakan bola diatas masing-masing Cone
4) 2 Siswa berdiri saling membelakangi
5) Cone diletakan dibelakang siswa

5
6) 2 siswa diberi masing masing bola yang berada
diatas Cone dengan warna yang berbeda
7) Guru akan meberikan aba-aba untuk siswa
mengabil bola sesuai dengn warna pemilik
8) Siswa yang tahu bukan warnanya, berhak lari
untuk menghindari bola dari temannya.
d. Gambar

15. Lompat Kangguru


a. Tujuan
- Melatih konsentrasi
- Melatih tungkai kaki
b. Media
- Cone

5
c. Pelaksanaan :
1) Letakan 3 Cone dikanan kiri dan depan
2) Siswa posisi siap diantara Cone yang sudah
disediakan
3) Kemudian kaki sedikit menekuk untuk
melompat ke kanan,
4) Berganti ketengah lalu ke kiri,
ketengah, kedepan.
5) Posis tangan berada
d. Gambar

5
DAFTAR PUSTAKA
Jalinus, N., & Ambiyar. (2016). Media & Sumber Pembelajaran
(Ria (ed.); 1st ed.).
KENCANA.
Amaliyah, N., Fatimah, W., & Bte Abustang, P. (2019).
MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF ABAD 21 (1st
Ed.).
Penerbit Samudra Biru (Anggota IKAPI).
Purnomo, E., & Dapan. (2017). Dasar-Dasar Gerak Atletik.
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131872516/penelitian/c1
-Dasar
dasar Atletik.pdf
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan
Kuantitatif,
Kualitatif, Dan R&D) (22nd Ed.). Alfabeta.
Tengkudung, J. A. (2016). Macam-macam metodologi
penelitian uraian dan
contohnya. Lensa Media Pustaka Indonesia.
Yusufhadi Miarso. (2008). Peningkatan Kualitas Guru dalam
Perspektif Teknologi Pendidikan, Makalah, disampaikan
dalam Semiloka Pendidikan di UNES Tahun 2008.
Putra, A., Aziz, I., Mardela, R., & Lesmana, H. S. (2020).
Tinjauan Kecepatan Lari 100 Meter Siswa Sma. Jurnal
Patriot, 2(4), 940-950.
RISTORI, Cynthia A., et al. Athletic training student learning
style. International Journal of Athletic Therapy and
Training, 2011, 16.2: 33-37.
alinus, N., & Ambiyar. (2016). Media & Sumber Pembelajaran
(Ria (ed.); 1st ed.).

6
Schellhase, K. C. (2008). Applying mastery learning to athletic

6
training education. Athletic Training Education
Journal, 3(4), 130-134.
LAMUSU, Ahmad; MILE, Sarjan; LAMUSU, Zulkifli.
Hubungan Power Otot Tungkai Dengan Kecepatan Lari
Jarak Pendek. Jambura Journal of Sports Coaching,
2022, 4.1: 1-9.
WIDODO, Slamet. Cara Mengembangkan Kecepatan
Lari. Pendidikan Dan Kepelatihan Olahraga, 2010, 3.1.

Anda mungkin juga menyukai