Anda di halaman 1dari 13

PERENCANAAN DESAIN HALTE INTEGRASI BATIK SOLO TRANS

DENGAN TRANSJATENG

I Putu Andika Pratama Putra1), Dwi Wahyu Hidayat2), Hendrik Prasetiyo


3)
Politeknik Transportasi Darat Bali, Jl. Cempaka Putih, Desa Samsam, Kecamatan
Kerambitan,
Kabupaten Tabanan, Bali, 82161,
Indonesia andika.id70@gmail.com

ABSTRAK
Kota Surakarta merupakan kota yang dilayani angkutan umum Batik Solo Trans dan
Feeder, selain itu pada bulan agustus 2023 TransJateng akan mengoperasikan trayek baru
yang menuju ke Kota Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi tempat
perhentian angkutan umum eksisting dan merekomendasikan peningkatan jenis tempat
perhentian angkutan umum pada yang tidak memiliki akses kemudahan dan keamanan untuk
pengguna. Seluruh tempat perhentian angkutan umum memiliki keadaan yang baik, namunu
jika dilihat dari fasilitas yang menunjang kemudahan dan keamanan pengguna angkutan
umum terdapat beberapa yang belum sesuai yaitu pada bus stop, portabel kecil, dan halte
permanen yang terdapat portabel kecil. Hal tersebut dikarenakan karakteristik angkutan
umum yang terdapat jalur keluar atau pintu keluar yang memiliki ketinggian 1 meter. Tempat
perhentian angkutan umum yang belum memberikan kemudahan dan keamanan bagi
pengguna dapat ditingkatkan jenisnya yaitu yang sebelumnya bus stop ditingkatkan ke halte
portabel kecil yang sudah disesuaikan desainnya, kemudian yang sebelumnya merupakan
portabel kecil dapat ditingkatkan ke halte permanen, dan halte permanen yang terdapat
portabel kecil dapat ditingkatkan ke permanen dengan desain yang sudah disesuaikan.

Kata Kunci: Transportasi, Integrasi, Angkutan Umum, Tempat Perhentian Angkutan Umum

ABSTRACT
Surakarta City is a city served by Batik Solo Trans and Feeder public transportation,
besides that in August 2023 TransJateng will operate a new route to Surakarta City. This
study aims to evaluate existing public transport stops and recommend improvements to those
that do not have convenient access and safety for users. All public transport stops have good
conditions, but when viewed from the facilities that support the convenience and safety of
public transport users there are some that are not yet appropriate, namely at bus stops, small
portables, and permanent stops that have small portables. This is due to the characteristics of
public transport which has an exit lane or exit door that has a height of 1 meter. Public
transportation stops that have not provided convenience and safety for users can be
upgraded, namely the previous bus stop was upgraded to a small portable stop that has been
adjusted in design, then what was previously a small portable can be upgraded to a permanent
stop, and permanent stops that have small portables can be upgraded to permanent with an
adjusted design.

Keywords: Transportation, Integration, Public Transport, Public Transport Stop


PENDAHULUAN
Kota Surakarta dilayani oleh beberapa angkutan umum yang sudah beroperasi dan melayani
masyarakat yaitu terdapat Batik Solo Trans (BST) dan Feeder. Batik Solo Trans (BST) dan
Feeder merupakan angkutan umum yang mengakomodasi dan melayani masyarakat di dalam
Kota Surakarta dan beberapa wilayah di sekiarnya dengan sistem Buy The Service (BTS)
yang akan memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat dengan pelayanan yang
memberikan kualitas dan kuantitas yang baik. Selain Batik Solo Trans dan Feeder, di Kota
Surakarta juga terdapat angkutan lain yaitu bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP), bus Antar
Kota Dalam Provinsi (AKDP), dan bus TransJateng dimana pada bulan agustus 2023
TransJateng akan memiliki trayek baru yang menuju ke Kota Surakarta. Hal tersebut tentunya
akan membuat adanya integrasi antara Batik Solo Trans (BST) dengan trayek dari
TransJateng yang baru.
Integrasi moda transportasi sangat penting dalam memberikan kemudahan bagi
masyarakat dalam perpindahan moda karena integrasi moda transportasi merupakan salah satu
upaya untuk menyatukan atau menggabungkan dari trayek angkutan umum yang ada. Adanya
integrasi tersebut akan memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam menggunakan dan
perpindahan angkutan umum sehingga perlunya prasarana yang menunjang hal tersebut. Kota
Surakarta saat ini memiliki beberapa lokasi yang menjadi titik lokasi integrasi dari angkutan
dalam kota yaitu Batik Solo Trans (BST), Feeder dengan angkutan umum Antar Kota Antar
Provinsi (AKAP), Antar Kota Dalam Provinsi, dan TransJateng yaitu Terminal Tipe A
Tirtonadi dan Sub Terminal Kerten. Pada Terminal Tipe A Tirtonadi terjadi perpindahan
masyarakat baik itu dari dalam kota keluar kota maupun dari luar kota ke dalam kota.
Integrasi antar angkutan umum yang terdapat di Terminal Tirtonadi dan di Sub Terminal
Kerten merupakan upaya untuk memberikan kemudahan untuk masyarakat dalam
perpindahan angkutan umum. Prasarana angkutan umum yaitu adalah tempat pemberhentian
angkutan umum atau halte, dimana halte yang dibutuhkan juga akan memiliki desain yang
berbeda dari halte-halte lainnya karena adanya integrasi antar angkutan umum.
Penataan prasarana untuk menunjang adanya trayek baru dari TransJateng tersebut
harus disiapkan dengan baik, salah satunya adalah menyiapkan tempat perhentian kendaraan
penumpang umum yang terdiri dari halte dan tempat perhentian bus (bus stop). Saat ini
terdapat halte-halte yang mengakomodasi angkutan umum baik Batik Solo Trans (BST) dan
Feeder di dalam Kota Surakarta baik itu jenis Halte Permanen, Halte Portabel Besar, Halte
Portabel Kecil, Bus Stop, dan Marka namun belum terdapat tempat pemberhentian angkutan
umum di dalam kota masih terdapat yang hanya menggunakan jenis halte portabel besar,
portabel kecil, dan bus stop yang tentunya prasarana yang ada di tempat pemberhentian
tersebut masih kurang dibandingkan dengan halte permanen. Halte portabel dan bus stop
hanya akan memberikan pelayanan sebagai tempat untuk naik turun penumpang, sedangkan
jika pengguna yang berasal dari luar kota atau akan keluar kota akan memerlukan beberapa
fasilitas tambahan seperti adanya papan informasi yang dapat memberikan informasi terkait
trayek yang ada di wilayah tersebut.

METODE
Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian diperlukan beberapa data yang berguna untuk
melengkapi dan bahan untuk menganalisis terkait topik bahasan yang akan diangkat. Data
yang diperlukan terdapat 2 jenis data yaitu data sekunder dan data primer. Data-data tersebut
didapatkan dari beberapa instansi yaitu Dinas Perhubungan Kota Surakarta dan Teman Bus.
Data primer dan data sekunder yang diperlukan untuk penelitian yaitu :
Data Primer
Data Primer merupakan data yang di dapatkan melalui beberapa survei sesuai dengan
kebutuhan data yang diinginkan untuk proses analisis, data primer adalah data yang
digunakan guna untuk melengkapi data sekunder yang sudah didapatkan. Data primer yang
dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data titik lokasi halte eksisting yang sudah ada di Kota
Surakarta yang didapatkan melalui survei inventarisasi, kemudian peta jaringan trayek Batik
Solo Trans yang sudah divalidasi, peta jaringan trayek baru dari TransJateng, serta
inventarisasi luasan titik yang berpotensi untuk dijadikan halte integrasi Batik Solo Trans
(BST) dan TransJateng.
 Validasi trayek Batik Solo Trans (BST) yang sudah didapatkan di Teman Bus dengan cara
menggunakan Batik Solo Trans (BST) di tiap-tiap koridornya agar dapat mengetahui
apakah data trayek yang didapatkan di Temah Bus apakah sudah sesuai atau belum
menggunakan aplikasi Geo Tracker.
 Survei inventarisasi merupakan survei yang dilakukan dengan mencatat lokasi-lokasi titik
dari setiap halte yang ada di Kota Surakarta baik itu dari koordinat, jenis halte, keadaan,
serta ukurannya. Dalam melakukan survei inventarisasi terdapat beberapa tahapan yaitu :
 Survei wawancara dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan presepsi dan pendapat
masyarakat terkait pentingnya integrasi angkutan umum di Kota Surakarta dan bagaimana
kondisi integrasi angkutan umum yang sudah ada.
Data Sekunder
Data Sekunder dikumpulkan dengan cara mencari data tersebut di instansi terkait yaitu
pada Dinas Perhubungan Kota Surakarta dengan data yang didapat yaitu data terkait jenis-
jenis halte yang ada di Kota Surakarta serta mencari data melalui PT.Bengawan Solo Trans
dan Web Teman Bus dengan tujuan untuk mencari data terkait trayek angkutan umum yang
ada yaitu Batik Solo Trans (BST) kemudian data terkait rencana rute dari TransJateng dari
Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Tengah.
Teknik Analisis Data
Dalam melakukan analisis agar mendapatkan hasil yang diinginkan diperlukan metode
analisis yang digunakan. Metode analisis yang digunakan yaitu :
Analisis integrasi
 Pembuatan Peta Jaringan Trayek
Membuat peta jaringan trayek Batik Solo Trans (BST) dan trayek dari TransJateng dengan
tujuan dari Wonogiri – Terminal Tirtonadi. Pembuatan peta jaringan trayek Batik Solo
Trans (BST) dan trayek dari TransJateng dibuat dengan menggunakan bantuan aplikasi
QGIS
 Penentuan Integrasi
Setelah mengetahui peta trayek dari Batik Solo Trans (BST) dan TransJateng, kemudia
trayek tersebut dijadikan satu pada aplikasi QGIS yang nantinya akan mendapatkan ruas
jalan yang saling tumpang tindih antara Batik Solo Trans (BST) dengan TransJateng.
Evaluasi Tempat Perhentian Angkutan Umum Eksisting
Setelah didapatkan ruas jalan yang akan terjadi integrasi antara Batik Solo Trans dan
TransJateng maka dilakukan evaluasi keadaan tempat perhentian angkutan umum yang
berada di ruas jalan tersebut dengan metode score.
Mendesain Halte
Setelah semua data analisis didapatkan baik itu dari lokasi yang menjadi lokasi
integrasi BST dan TransJateng, titik lokasi yang dapat dijadikan perencanaan halte, dan
penentuan jenis kelompok halte, kemudian akan membuat desain halte yang dapat
memberikan kenyamanan bagi masyarakat yang menggunakan angkutan umum yang
terintegrasi.
HASIL dan PEMBAHASAN
Analisis Integrasi
Untuk mengetahui integrasi yang terjadi digunakan analisis Overlapping Map dengan
menggunakan aplikasi QGIS dimana nantinya akan mendapatkan ruas jalan yang akan
mengintegrasikan Batik Solo Trans dengan TransJateng. Berdasarkan Hasil analisis
didapatkan bahwa ruas jalan yang akan mengintegrasikan Batik Solo Trans dengan
TransJateng yaitu :

Tabel 1.Ruas Jalan Integrasi Batik Solo Trans dengan TransJateng


No Nama Jalan
1 JL.Veteran
2 JL.Jendral Sudirman
3 JL.Urip Sumoharjo
4 JL.Ahmad Yani
(Sumber : Hasil Analisis)

(Sumber : Hasil Analisis)


Gambar 1. Peta Ruas Jalan Integrasi Batik Solo Trans dengan TransJateng

Berdasarkan keadaan eksisting di lokasi integrasi tersebut terdapat tempat perhentian


angkutan umum yang sudah terdapat dilokasi tersebut yaitu :

Tabel 2. Tempat Perhentian Angkutan Umum Eksisting Di Ruas Jalan Integrasi


NOMOR JALAN NAMA HALTE
HALTE PASAR GADING
UTARA HALTE PASAR
GADING
1 JL.VETERAN SELATAN
HALTE BATURONO UTARA
HALTE BATURONO SELATAN
2 JL.JENDRAL HALTE BENTENG VASTENBURG
SUDIRMAN HALTE KANTOR POS
HALTE BALAI KOTA
HALTE PASAR GEDE
TIMUR
3 JL.URIP HALTE PASAR GEDE BARAT
SUMOHARJO HALTE SMP 21 TIMUR
HALTE SMP 21 BARAT
HALTE TIMLO BARAT
HALTE TIMLO TIMUR
HALTE MESEN BARAT
HALTE MESEN TIMUR
NOMOR JALAN NAMA HALTE
HALTE JEBRES 1
HALTE JEBRES 2
HALTE RINGIN SEMAR UTARA
HALTE RINGIN SEMAR
SELATAN
HALTE PASAR NGEMPLAK
SELATAN
4 JL.AHMAD YANI
HALTE PASAR NGEMPLAK
HALTE PAPSA GILINGAN
HALTE NGUDI REJEKI
GILINGAN
TERMINAL TIRTONADI
(Sumber : Hasil Analisis)

Evaluasi Tempat Perhentian Angkutan Umum Eksisting


Tempat perhentian Angkutan Umum yang terdapat di ruas jalan integrasi tersebut kemudian
dilakukan evaluasi dengan metode score dengan kriteria ketersediaan dan kondisi fasilitas
yang dimasukkan dalam penilaian menggunakan kriteria fasilitas berdasarkan (SK Dirjen
Perhubungan Darat Nomor 271/HK.105/DRJD/96 tentang pedoman teknis perekayasaan
tempat perhentian kendaraan penumpang umum ) dimana score untuk fasilitas utama dan
fasilitas penunjang memiliki score yang berbeda. Fasilitas utama dari segi ketersediaan dan
kondisi akan mendapat 3 jika tersedia dan kondisi baik dan akan mendapat score 1 jika tidak
tersedia dan kondisi dalam keadaan tidak baik. Fasilitas penunjang dari segi ketersediaan dan
kondisi akan mendapat 2 jika tersedia dan kondisi baik dan akan mendapat score 1 jika tidak
tersedia dan kondisi dalam keadaan tidak baik dimana untuk kategori baik dan buruk untuk
keadaan fasilitas terdapat beberapa kriteria yaitu :

Tabel 3. Kategori Kondisi Fasilitas Tempat Perhentian Angkutan Umum


BAIK KATEGORI BURUK
FASILITAS
Huruf Tidak Terlihat
Papan Nama / Identitas Huruf Terlihat Jelas dan
Jelas dan Tidak
Halte Lengkap
Lengkap
Warna Tidak Pudar Warna Pudar
Bentuk Sesuai dengan
Rambu Petunjuk
ketentuan dan tidak terdapat Terdapat Bengkok
bengkok
Tidak dapat dibaca
Papan Informasi Trayek Dapat dibaca dengan jelas
dengan jelas
Lampu Penerangan Berfungsi dengan baik Redup
Terdapat perubahan
Tidak terdapat perubahan
bentuk dan perubahan
Tempat Duduk bentuk dan warna dari
warna yang mencolok
keadaan semula
dari keadaan semula
Kanopi Tidak Terdapat lubang Terdapat lubang
Telepon Umum Berfungsi dengan baik tidak berfungsi
terdapat kerusakan
Tempat Sampah Dalam keadaan baik
seperti pecah
BAIK KATEGORI BURUK
FASILITAS
Bentuk Sesuai dengan
Pagar ketentuan dan tidak terdapat Terdapat Bengkok
bengkok
Tidak dapat dibaca
Papan Pengumuman Dapat dibaca dengan jelas dengan jelas
(Sumber : Hasil Analisis)

Kemudian sebelum dilakukan pengklasifikasian termasuk kedalam kategori baik atau buruk
sebelumnya dicari interval nilai dengan rumus :

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙−𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙


𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 ……………………………………………(1)

(Sumber : Andindita Aulia Dewi, 2020)

Berdasarkan rumus tersebut akan didapatkan rentang nilai yang akan dapat digunakan untuk
mengklasifikasikan tempat perhentian angkutan umum tersebut termasuk dalam kategori baik
atau buruk didapatkan interval nilai di masing-masing jenis tempat perhentian angkutan
umum yaitu :
Tabel 4. Interval Nilai Tiap Jenis Tempat Perhentian
Kategori
JENIS Interval Buruk Baik
Bus Stop 4 1 - 8 9 - 12
Portabel Kecil 4 1 - 8 9 - 12
Permanen 16 1 - 36 37 - 52
(Sumber : Hasil Analisis)

Berikut merupakan hasil evaluasi dari tiap-tiap tempat perhentian angkutan umum eksisting
yang terdapat di ruas jalan integrasi :

Tabel 5.Penilaian Tempat Pemberhentian Angkutan Umum Eksisting di Ruas Jalan Integrasi

NO Jenis Nama Halte SCORE KATEGORI

1 Bus Stop HALTE PASAR GADING UTARA 12 BAIK


2 Bus Stop HALTE BATURONO UTARA 12 BAIK
3 Bus Stop HALTE BATURONO SELATAN 12 BAIK
4 Bus Stop HALTE PAPSA GILINGAN 12 BAIK
HALTE NGUDI REJEKI
5 Bus Stop 12 BAIK
GILINGAN
Portabel HALTE PASAR GADING
6 12 BAIK
Kecil SELATAN
Portabel
7 HALTE WARUNG PALEM TIMUR 10 BAIK
Kecil
Portabel
8 HALTE WARUNG PALEM BARAT 10 BAIK
Kecil
Portabel HALTE PASAR NGEMPLAK
9 12 BAIK
Kecil SELATAN
NO Jenis Nama Halte SCORE KATEGORI

Portabel
10 HALTE PASAR NGEMPLAK 12 BAIK
Kecil
11 Permanen HALTE BENTENG VASTENBURG 50 BAIK
12 Permanen HALTE KANTOR POS 50 BAIK
13 Permanen HALTE BALAI KOTA 50 BAIK
14 Permanen HALTE BALAI KOTA 50 BAIK
15 Permanen HALTE PASAR GEDE TIMUR 50 BAIK
16 Permanen HALTE PASAR GEDE BARAT 50 BAIK
17 Permanen HALTE TIMLO BARAT 46 BAIK
18 Permanen HALTE TIMLO TIMUR 46 BAIK
19 Permanen HALTE MESEN BARAT 46 BAIK
20 Permanen HALTE MESEN TIMUR 46 BAIK
21 Permanen HALTE JEBRES 1 50 BAIK
22 Permanen HALTE JEBRES 2 50 BAIK
23 Permanen HALTE RINGIN SEMAR UTARA 48 BAIK
HALTE RINGIN SEMAR
24 Permanen 48 BAIK
SELATAN
25 Permanen TERMINAL TIRTONADI 46 BAIK
(Sumber : Hasil Analisis)

Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan didapatkan bahwa semua tempat perhentian
angkutan umum eksisting sudah dalam keadaan baik. Kemudian dalam menentukan desain
perencanaan jika dilihat dari keadaan eksisting tempat perhentian angkutan umum masih
belum memiliki kemudahan bagi pengguna dimana karakteristik dari angkutan umum yang
sudah beroperasi memiliki pintu keluar yang cukup tinggi yaitu setinggi 1 meter dimana hal
tersebut akan membuat pengguna yang mengunakan tempat perhentian angkutan umum jenis
bus stop akan kesulitan dan untuk halte portabel kecil dan beberapa permanen juga belum
memenuhi unsur kemudahan tersebut sehingga terdapat beberapa usulan perencanaan desain
dari tempat perhentian angkutan umum dimana terdapat 4 desain yaitu :
1 Portabel kecil 1
Portabel kecil 1 adalah rekomendasi desain tempat perhentian angkutan umum dengan
jenis portabel yang memiliki dimensi yang lebih kecil dibandingkan dengan portabel kecil
2 yaitu dengan panjang 2 meter dan lebar 1 meter. Penggunaan dimensi yang lebih kecil
dikarenakan terdapat beberapa lokasi yang harus menggunakan trotoar untuk tempat
peletakannya sehingga agar tidak mengganggu pejalan kaki dibuat rekomendasi desain
portabel kecil yang dimensinya lebih kecil
2 Portabel Kecil 2
Portabel kecil 1 adalah rekomendasi desain tempat perhentian angkutan umum dengan
jenis portabel yang memiliki dimensi panjang 2 meter dan lebar 2 meter.
3 Permanen 1
Permanen 1 adalah rekomendasi desain halte permanen yang ketinggiannya setara dengan
bahu jalan dan terdapat fasilitas tambahan yaitu fasilitas portabel kecil 1 untuk
memudahkan pengguna angkutan umum.
4 Permanen 2
Permanen 2 adalah rekomendasi desain halte permanen yang memiliki desain yang sedikit
ditinggikan setinggi 1 meter agar pada halte tersebut tidak perlu ditambahkan portabel
kecil
dan pada rekomendasi desain permanen 2 ini memiliki dimensi yang lebih besar
dibandingkan desain permanen 1
Kemudian pemilihan jenis mana yang akan digunakan melihat dari ketersediaan lahan di
lokasi tempat peprhentian angkutan umum eksisting yaitu :

Tabel 6. Ketersediaan Lahan di Tempat Perhentian Angkutan Umum Eksisting


Ketersediaan Lahan
NO Jenis Nama Halte Panjang (M) Lebar (M)
HALTE PASAR GADING
1 Bus Stop
UTARA 10 2.5
Portabel HALTE PASAR GADING
2
Kecil SELATAN 4 2.5
3 Bus Stop HALTE BATURONO UTARA 4 2.5
HALTE BATURONO
4 Bus Stop
SELATAN - -
HALTE BENTENG
5 Permanen
VASTENBURG 10.2 2.1
6 Permanen HALTE KANTOR POS 10.2 2.1
7 Permanen HALTE BALAI KOTA 10.2 2.1
8 Permanen HALTE BALAI KOTA 10.2 2.1
9 Permanen HALTE PASAR GEDE TIMUR 10.2 2.1
10 Permanen HALTE PASAR GEDE BARAT 10.2 2.1
Portabel HALTE WARUNG PALEM
11
Kecil TIMUR 15 2.5
Portabel HALTE WARUNG PALEM
12
Kecil BARAT 15 2.5
13 Permanen HALTE TIMLO BARAT 10.2 2.1
14 Permanen HALTE TIMLO TIMUR 10.2 2.1
15 Permanen HALTE MESEN BARAT 10.2 2.1
16 Permanen HALTE MESEN TIMUR 10.2 2.1
17 Permanen HALTE JEBRES 1 10.2 2.1
18 Permanen HALTE JEBRES 2 10.2 2.1
HALTE RINGIN SEMAR
19 Permanen
UTARA 10.2 2.1
HALTE RINGIN SEMAR
20 Permanen
SELATAN 10.2 2.1
Portabel HALTE PASAR NGEMPLAK
21
Kecil SELATAN 3 3
Portabel
22 HALTE PASAR NGEMPLAK
Kecil 3 3
23 Bus Stop HALTE PAPSA GILINGAN 6 2.5
HALTE NGUDI REJEKI
24 Bus Stop
GILINGAN - -
25 Permanen TERMINAL TIRTONADI 10.2 2.1
(Sumber : Hasil Analisis)

Berdasarkan ketersediaan lahan tersebut, dapat disimpulkan bahwa di satu lokasi eksisting
tempat perhentian angkutan umum dapat memiliki lebih dari 1 usulan peningkatan jenis
desain tempat perhentian angkutan umum yang dapat dilihat berdasarkan tabel berikut :
Tabel 7. Rekomendasi Perubahan Jenis Tempat Perhentian Angkutan Umum
Rekomendasi
N Nama
Eksisting Portabel Portabel Permanen Permanen
O Halte Kecil 1 Kecil 2 1 2
HALTE
PASAR
1 Bus stop √ √ √ √
GADING
UTARA
HALTE
PASAR Portabel
2 √ √ √ -
GADING Kecil
SELATAN
HALTE
BATURO
3 Bus stop √ √ √ -
NO
UTARA
HALTE
BATURO
4 Bus stop √ √ - -
NO
SELATAN
HALTE
WARUNG Portabel
5 - √ √ √
PALEM Kecil
TIMUR
HALTE
WARUNG Portabel
6 - √ √ √
PALEM Kecil
BARAT
HALTE
RINGIN
7 Pemanen 1 - - √ √
SEMAR
UTARA
HALTE
RINGIN
8 Pemanen 1 - - √ √
SEMAR
SELATAN
HALTE
PASAR
9 NGEMPL Bus stop √ √ - -
AK
SELATAN
HALTE
PASAR
10 Bus stop √ √ - -
NGEMPL
AK
HALTE
PAPSA Portabel
11 √ √ √ -
GILINGA Kecil
N
Rekomendasi
N Nama
Eksisting Portabel Portabel Permanen Permanen
O Halte
Kecil 1 Kecil 2 1 2
HALTE
NGUDI
12 REJEKI Bus stop √ √ - -
GILINGA
N
(Sumber : Hasil Analisis)

Berdasarkan hasil analisis eksisting tempat perhentian angkutan umum didapatkan bahwa
pada jenis bus stop tidak terdapat fasilitas yang dapat menunjang untuk memberikan
kenyamanan jika dilihat karakteristik angkutan umum yang memiliki tempat turun
penumpang yang cukup tinggi sehingga direkomendasikan untuk ditingkatkan jenisnya ke
portabel kecil atau ke permanen sesuai dengan ketersediaan lahan di lokasi eksisting.
Berdasarkan hasil tersebut didapatkan bahwa terdapat tempat perhentian angkutan umum jenis
bus stop dapat ditingkatkan ke jenis portabel, kemudian pada jenis portabel terdapat yang
dapat ditingkatkan ke jenis permanen, dan pada halte permanen yang belum terdapat tangga
atau tempat untuk naik turun penumpang dapat ditingkatkan ke permanen 2 atau didesain
ulang dengan ditambahkan fasilitas yang dapat menunjang kenyamanan penumpang saat naik
turun. Berdasarkan hasil tersebut didapatkan beberapa rekomendasi desain tepat perhentian
angkutan umum baik itu dari portabel kecil, permanen 1, dan permanen 2 yaitu :

(Sumber : Hasil Analisis)


Gambar 2. Rekomendasi Desain Portabel kecil 1

(Sumber : Hasil Analisis)


Gambar 3.Rekomendasi Desain Portabel Kecil 2

(Sumber : Hasil Analisis)


Gambar 4. Rekomendasi Desain Halte Permanen 1
(Sumber : Hasil Analisis)
Gambar 5. Rekomendasi Desain Halte Permanen 2

SIMPULAN
Setelah dilakukan penelitian ini, didapatkan beberapa kesimpulan yang bisa diambil
berdasarkan hasil yang telah didapatkan dalam proses analisis di penelitian ini yaitu :

1. Trayek Batik Solo Trans dan trayek baru dari TransJateng yang akan beroperasi dari bulan
agustus 2023 setelah dilakukan analisis dengan menggunakan aplikasi QGIS dalam proses
analisis menggunakan metode overlapping map atau tumpang tindih didapatkan bahwa
antara kedua angkutan umum tersebut akan terjadi integrasi di beberapa lokasi di Kota
Surakarta yang letaknya terdapat di 4 ruas jalan yaitu Jalan Veteran, Jalan Jendral
Sudirman, Jalan Urip Sumoharjo, dan Jalan Ahmad Yani dimana jalan tersebut termasuk
ke dalam zona yang menjadi tujuan dari pengguna angkutan umum dan pada ruas jalan
jendral sudirman merupakan jalan yang termasuk kedalam zona 1 atau CBD dari Kota
Surakarta sehingga hal tersebut akan meningkatkan potensi untuk adanya perpindahan
pengguna angkutan umum dari Batik Solo Trans ke TransJateng atau sebaliknya.
2. Setelah dilakukan penilaian di masing-masing tempat perhentian angkutan umum yang
ada di ruas jalan yang nantinya akan mengintegrasikan Batik Solo Trans dengan
TransJateng didapatkan bahwa seluruh tempat perhentian angkutan umum yang ada di
ruas jalan integrasi memiliki kategori yang sudah baik di setiap jenis-jenisnya.
3. Berdasarkan keadaan eksisting pada setiap tempat perhentian angkutan umum yang
terdapat di ruas jalan integrasi didapatkan bahwa seluruh memiliki kategori baik, namun
jika dilihat dari fasilitas yang menunjang kemudahan dan keamanan pengguna angkutan
umum terdapat beberapa yang belum sesuai yaitu pada bus stop, portabel kecil, dan halte
permanen yang terdapat portabel kecil. Hal tersebut dikarenakan karakteristik angkutan
umum yang terdapat jalur keluar atau pintu keluar yang memiliki ketinggian 1 meter.
Berdasarkan analisis ketersediaan lahan didapatkan bahwa tempat perhentian angkutan
umum yang belum memeberikan kemudahan dan keamanan bagi pengguna dapat
ditingkatkan jenisnya yaitu yang sebelumnya bus stop ditingkatkan ke halte portabel kecil
yang sudah disesuaikan desainnya, kemudian yang sebelumnya merupakan portabel kecil
dapat ditingkatkan ke halte permanen, dan halte permanen yang terdapat portabel kecil
dapat ditingkatkan ke permanen dengan desain yang sudah disesuaikan.
DAFTAR PUSTAKA
Andindita Aulia Dewi. (2020). KESIAPAN AKSESIBILITAS JALUR PEDESTRIAN
KAWASAN TRANSIT. KESIAPAN AKSESIBILITAS JALUR PEDESTRIAN KAWASAN
TRANSIT TERMINAL TIRTONADI, KOTA SURAKARTA BERDASARKAN KONSEP
TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT(TOD), 2, 31–44.
Anita Ratnasari Rakhmatulloh. (2022). INTEGRASI ANTAR TRANSPORTASI UMUM DI
KOTA SEMARANG. Jurnal Pengembangan Kota, 10(1), 36–46.
https://doi.org/10.14710/jpk.10.1.36-46
Chairi. (2017). Perencanaan Integrasi Layanan Operasional Antar Moda Railbus dan
Angkutan Umum di Kota Padang. Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-Unand), 13(1), 1.
https://doi.org/10.25077/jrs.13.1.1-12.2017
Homepage, J., Larasati, A. F., Nurlaela, S., & Susetyo, C. (n.d.). Jurnal Penelitian Transportasi
Darat Keterjangkauan Fasilitas Halte pada Koridor Ruas Jalan Kota. Jurnal Penelitian
Transportasi Darat, 24(1), 28–34. https://doi.org/10.25104/jptd.v24i1.2015
Muhammad Nur Baskoro Adi. (2020). EVALUASI KINERJA HALTE BUS DENGAN
METODE SERVQUAL (STUDI KASUS HALTE TRANS JOGJA TRAYEK 1A, 1B,
2A,
DAN 2B). Jurnal Teknisia, XXV(1).
Peraturan Menteri Nomor 98 Tahun 2013 Tentang Standar Pelayanan Minimal Angkutan
Orang Dengan Kendaraan Bermotor Umum Dalam Trayek. (n.d.).
Pipit Rusmandani. (2020). EVALUASI FASILITAS HALTE DAN
PENENTUAN KEBUTUHAN HALTE di KOTA TEGAL. EVALUASI FASILITAS
HALTE DAN PENENTUAN KEBUTUHAN HALTE Di KOTA TEGAL, 7, 40–58.
Prayudyanto, M. N. (2021). MODEL BUY THE SERVICES ANGKUTAN UMUM
MASSAL KOTA METROPOLITAN: APAKAH SUBSIDI MASIH DIPERLUKAN?
Jurnal
Penelitian Transportasi Darat, 23(1), 55–71.
REPUBLIK INDONESIA. (2009). UU Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan.
Rizka. (2023). Kajian Integrasi Antar Moda Transportasi Umum Pada Kawasan Pasar KM 5
Kota Palembang. VIII(2).
Septavian Agita. (2021). ANALISIS HALTE BUS TRANS SEMARANG (Studi Kasus Koridor
I). SINGGIH PURNOMO. (2017). EVALUASI TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM
PEDESAAN KABUPATEN LANGKAT (Studi Kasus).
SK Dirjen Perhubungan Darat Nomor 271/HK.105/DRJD/96 tentang pedoman teknis
perekayasaan tempat perhentian kendaraan penumpang umum. (n.d.). Pedoman Teknis
Perekayasaan Tempat Perhentian Kendaraan Umum.
Taufik, D., & Sibuea, A. (2019). STUDI KARAKTERISTIK PENGGUNA ANGKUTAN
UMUM DALAM PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI. STUDI KARAKTERISTIK
PENGGUNA ANGKUTAN UMUM DALAM PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI, 15,
64–72.
Yessi Gusleni. (2021). Evaluasi Integrasi Fasilitas Alih Moda Pada Simpul Transportasi di
Perkotaan Yogyakarta. 19, 17–24

Anda mungkin juga menyukai