Anda di halaman 1dari 1

Nama : Arkan Gardhana P.Z.

Kelas : XII IPS 1


Mapel: PAI

ESAI KRITIKAN TENTANG


“Korupsi yang masih marak di Indonesia”

Kita telah melihat bahwa korupsi merupakan permasalahan laten yang seolah menjadi hal biasa di
negeri ini. Berbagai kasus korupsi satu per satu terbongkar. Para koruptor sejatinya tak hanya berasal
dari golongan politisi saja. Beberapa diantaranya adapula yang merupakan seorang pengusaha,
petinggi negara, penegak hukum, polisi, pegiat media, bahkan para pelaku seni (artis). Meskipun
mereka tidak secara langsung berperan sebagai eksekutor korupsi, akan tetapi mereka turut
mengambil peranan penting dalam memuluskan aksi kejahatan yang satu ini. Rasa-rasanya tidak
perlu untuk menyebutkan secara langsung siapa saja yang pernah terlibat dalam kasus korupsi dalam
ranah profesi yang telah dijabarkan di atas. Masyarakat pun saat ini telah mengetahui secara terang
benderang melalui berbagai informasi yang dengan mudahnya di akses di era digital seperti sekarang
ini.

Menurut saya ada banyak penyebab mengapa kasus korupsi ini sulit dibasmi, salah satunya
Indonesia kurang memiliki orang amanah. Pemimpin harusnya jujur serta bertanggung jawab
terhadap kekuasaannya, tapi kenyataannya malah tidak memanfaatkannya dengan baik.
Dibandingkan mengutamakan kepentingan rakyat, pemimpin koruptor lebih mementingkan urusan
pribadi serta kelompoknya. Perilaku korupsi sejatinya tidaklah mampu dilakukan secara seorang diri.
Ada oknum tertentu yang turut membantu dalam prosesi perilaku kriminal jenis ini. Oleh karenanya,
dalam satu kasus korupsi seringkali kita temukan lebih dari satu orang yang terjerat hukum atas kasus
tersebut. Misalnya saja dalam kasus korupsi impor gula. Dalam ranah ini setidaknya melibatkan
beberapa lembaga atau perseorangan yang ‘bermain’ di dalamnya. Beberapa diantaranya adalah
kementrian terkait, anggota dewan, pengusaha, dan beberapa otoritas lainnya. Kementrian dalam
hal ini adalah pihak yang mengajukan instruksi secara formil atas permintaan korporasi pengusaha.
Sedangkan wewenang legislasi berada pada anggota DPR dalam hal perizinan dan lain sebagainya.
Adapula otoritas lain yang turut ‘bermain’ di dalamnya dalam lingkup kecil.

Berdasarkan contoh kasus di atas tentu dapat dikatakan bahwa korupsi merupakan suatu
kejahatan penyalahgunaan wewenang publik yang dilakukan secara kolektif dan terencana. Agar
dapat meminimalisasikan tindak kejahatan ini rasanya dibutuhkan sistem serta formulasi yang
khusus. Beberapa diantaranya adalah dengan memberlakukan beberapa point dalam sistem
perundang-undangan untuk memperkuat hukum serta menutup peluang terjadinya praktek
kejahatan tersebut. Namun hal ini juga nampaknya akan sulit dilakukan karena legislasi berada di
bawah naungan anggota legislatif yang diusung oleh partai politik. Sedangkan peran partai politik
saat ini tak lebih dari sebuah EO (Event Organizer) bagi penyelenggaraan calon kepala daerah dan
calon legislator untuk maju ke ranah panggung politik.

Oleh karena itu, upaya pemberantasan tidak bisa dilakukan oleh seorang saja, tapi memerlukan
kerja sama berbagai pihak. Pihak yang bertanggung jawab terhadap upaya pemberantasan korupsi
bernama KPK. Meskipun banyak permasalahan, terutama yang berhubungan dengan tindakan
korupsi, KPK perlu tetap bekerja keras. Sangat diperlukan pendekatan secara tuntas serta sistematik
dalam upaya pemberantasan korupsi. Kita semua pasti berharap pemimpin alias para petinggi
harusnya bisa diandalkan tanggung jawabnya. Selain itu benar-benar menepati janjinya yang
mengatakan ingin menyejahterakan rakyat. Selain itu, mengenai hukuman bagi para pelaku korupsi
sebaiknya dibuat lebih tegas supaya mereka takut serta jera untuk melakukannya. Perlu adanya
peningkatan pendidikan moral bagi para pemimpin yang menjabat.

Anda mungkin juga menyukai