Anda di halaman 1dari 79

LAPORAN KASUS

Oleh:
Tri Oktavia Putri, S.Ked.
0110840179

Pembimbing :
dr. Wendy H. Lewerissa, Sp.M

SMF ILMU PENYAKIT MATA - 2017


BAB I
PENDAHULUAN
Konjungtiva adalah membran mukosa transparan tipis yang membungkus
permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis} dan permukaan
anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersambungan dengan
kulit pada tepi palpebra (suatu sambungan mukokutan) dengan epitel kornea
di limbus.

Tumor adalah pertumbuhan atau tonjolan abnormal ditubuh kita.


Tumor sendiri dibagi menjadi jinak dan ganas. Tumor mata merupakan
penyakit dengan multifactor yang terbentuk dalam jangka waktu lama
dan mengalami kemajuan melalui stadium berbeda-beda.

Tumor konjungtiva yaitu tumor yang tumbuh pada lapisan konjungtiva yang
melapisi mata bagian depan.
Tumor konjungtiva terbagi menjadi tumor ganas dan jinak. Tumor konjungtiva
jinak yaitu nevus, papiloma konjungtiva,granuloma, dermolimpoma, dermoid,
fibroma dan angioma. Sementara tumor konjungtiva ganas terdiri dari
karsinoma dan melanoma.
Kista konjungtiva (Tumor jinak konjungtiva) adalah massa pada konjungtiva
yang bisa timbul secara spontan mengikuti proses inflamasi, pembedahan,
dan trauma di luar pembedahan.

Pada suatu survei histopatologis dilaporkan terdapat 307 kasus tumor


orbita, 35% merupakan kista dermoid. Selain itu, pada survei yang
dilakukan Shield terdapat 645 biopsi orbita pada semua usia, 24%
merupakan kista dermoid dimana 250 anak dibawah usia 18 tahun, 46%
merupakan kista dermoid.

Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk memahami gejala dan tanda
klinis dari kista konjungtiva sehingga sebagai dokter nantinya dapat
mendiagnosis secara dini dan memberikan terapi yang tepat bila menemui
penyakit ini. Manajemen yang tepat dan adekuat akan mampu mencegah
perkembangannya sehingga tidak menimbulkan komplikasi yang lebih serius,
seperti penurunan penglihatan hingga kebutaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI

Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian


belakang. Bermacam-macam obat mata dapat diserap melalui konjungtiva.
Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel Goblet.

Fisiologi. Konjungtiva mengandung sel goblet yang berfungsi dalam produksi mukus yang
merupakan salah satu lapisan tear film. Selain itu, konjungtiva juga memiliki fungsi dalam
melindungi mata dari patogen melalui mekanisme pertahanan fisik, biokimia, dan imunologis.

Vaskularisasi konjungtiva berasal dari 2 sumber : arteri palpebralis dan arteri siliaris anterior 
beranastomose dengan bebas dan bersama vena-vena konjungtiva mengikuti pola arterinya
membentuk jaring-jaring vaskuler konjungtiva yang sangat banyak.
Pembuluh limfe konjungtiva tersusun : lapisan superfisial dan profundus bergabung dengan
pembuluh limfe palpebra membentuk pleksus limfatikus.
Konjungtiva menerima persyaratan dari percabangan oftalmik pertama nervus V. Saraf ini
memiliki serabut nyeri yang relatif sedikit.
K. PALPEBRA

KONJUNGTIVA

K. FORNIKS K. BULBI
Ket. Gambar :
(1) Limbus,
(2) Konjungtiva Bulbi,
(3) Konjungtiva Forniks,
(4) Konjungtiva Palpebra,
(5) Pungtum Lakrimalis,
(6) Konjungtiva Marginalis

Vaskularisasi Arteri Konjungtiva4


DEFINISI

Kista konjungtiva (Tumor jinak konjungtiva) adalah masa


pada konjungtiva yang bisa timbul secara spontan mengikuti
proses inflamasi, pembedahan, dan trauma di luar
pembedahan.

Kista dermoid adalah suatu massa kistik (choristoma)


yang dilapisi oleh keratinicing epidermis dengan dermal
appendages pada dindingnya seperti folikel rambut,
kelenjar sebasea, dan kelenjar keringat. Kista dermoid
dapat bersifat kongenital atau didapat.

Dermoid limbal (Kista dermoid pada konjungtiva) adalah tumor


jinak bawaan yang mengandung jaringan choristomatous (jaringan
tidak ditemukan biasanya di situs tersebut). Paling sering muncul di
kuadran inferior temporal dari limbus kornea. Namun, kadang-
kadang hadir sepenuhnya dalam kornea atau mungkin terbatas
pada konjungtiva
EPIDEMIOLOGI
Pada pusat onkologi ocular, kista dermoid ditemukan sekitar 2% dari seluruh
tumor orbita yang datang ke ahli mata.
Dalam suatu studi, didapatkan bahwa kista dermoid merupakan 3-9% dari
seluruh tumor orbita pada anak-anak.
Kista dermoid hampir tidak pernah menyebabkan kematian dan insidensinya
sama pada laki-laki dan perempuan.

FREKUENSI. Diperkirakan kejadian di seluruh dunia pada kasus dermoid berkisar limbal
dari 1 kasus per 10.000 penduduk untuk 3 kasus per 10.000 penduduk.

SEKS. Dermoid Limbal terjadi dengan frekuensi yang sama pada laki-laki dan
perempuan.

USIA. Dermoid limbal ada pada saat lahir, tetapi mungkin tidak diakui sampai dekade
pertama atau kedua kehidupan, dapat muncul pada dewasa muda
ETIOLOGI

Etiologi kista dermoid belum diketahui secara pasti.


Kista dermoid dapat bersifat kongenital atau didapat.

Terdapat teori yang menyatakan bahwa kista dermoid kongenital merupakan lesi
disembriogenik yang berasal dari elemen ektoderm yang terjebak pada saat
penggabungan antara arkus brankial pertama dan kedua yang terjadi pada saat gestasi
3 sampai 4 minggu
PATOFISIOLOGI

Kista konjungtiva  meningkatkan volume intraokular


dan mempengaruhi massa JINAK : mengganggu
struktur orbital atau yang berdekatan dengan mata.
GANAS: mengenai struktur anatomis  Ketajaman
visual atau adaptasi lapangan, diplopia, gangguan
motilitas air mata, atau kelainan pupil dapat terjadi
dan invasi atau kompresi isi intraorbital sekunder
untuk tumor padat atau perdarahan.  Tidak
berfungsinya katup mata atau disfungsi kelenjar
lakrimal  keratopati eksposur, keratitis dan
penipisan kornea.
NEVUS

K
L PAPILOMA GRANULOMA
A
S Tumor
I Jinak
F Konjungtiva
I DERMOLIMPOMA DERMOID
K
A
S Lipoma Lympphoid
hiperplasi

I
PENEGAKAN DIAGNOSTIK
Anamnesis Pasien dapat hadir dengan penglihatan tidak terganggu dan
terganggu (kabur atau visus menurun), sensasi adanya benda
asing, tampak cacat kosmetik, atau adanya massa di mata yang
membesar.

• Kebanyakan dermoid epibulbar berada di limbus inferior


temporal.
• Jarang, tetapi bisa saja kornea atau konjungtiva bulbar.
Pemeriksaan Fisik • Epibulbar dermoid memiliki bentuk kubah, dan
permukaan mungkin muncul keratin.
• Folikel rambut dan silia dapat terlihat.
• Dermoid muncul berdaging dan mungkin memiliki
vaskularisasi superfisial yang baik.
• Kelainan mata terkait termasuk colobomata dari kelopak
mata, sindrom retraksi Duane dan gangguan motilitas
okular lainnya, anomali lakrimal, staphylomata scleral dan
kornea, aniridia, dan mikroftalmia.
• Kelainan sistemik terkait termasuk pelengkap preauricular
dan fistula auricular (dalam kombinasi dengan dermoid
limbal yang merupakan sindrom Goldenhar). Kelainan lain
termasuk microsomia spasm, microtia, dan anomali tulang
belakang.
• Pemeriksaan laboratorium
Diagnosis dari dermoid limbal memerlukan pemeriksaan
klinis. Pemeriksaan laboratorium khusus umumnya tidak
diperlukan.

• MRI (Magnetic Resonance Imaging)


Pencitraan radiologis dengan MRI dapat berguna dalam
Pemeriksaan Penunjang
mengidentifikasi lesi (berisi jaringan ikat yang menjerat
dengan orbital lemak dan jaringan otot dari otot-otot
ekstraokuler), terutama jika manajemen bedah sedang
dipertimbangkan.

• Histopatologi
Biopsi tidak diperlukan, kecuali dalam kasus yang jarang
terjadi ketika diagnosis diragukan.
Temuan histologi: Dermoid limbal mengandung jaringan
choristomatous, termasuk jaringan epidermal, adiposa dan
kelenjar air mata, otot polos dan lurik, tulang rawan, otak,
gigi, dan tulang. Nodul limfoid dan elemen vaskular juga
telah dilaporkan.
Secara histologi, kista dermoid berisi desquamated squamous
ephiteliumi dan keratin di lumennya (panah 1) dan dibatasi oleh
keratinized stratified squamous epithelium (panah 2 dan 3).
Kunci untuk mendiagnosis kista dermoid adalah adanya struktur-struktur
adneksa seperti kelenjar sebasea (panah 4). Akar rambut, kelenjar keringat
apokrin dan kelenjar lakrimal dapat juga ditemukan di dinding kista. Selain
itu, lumen juga dapat berisi hair shaft dan keratin (panah 5 dan 6).
DIAGNOSA BANDING
Papilloma di konjungtiva.
Dikarenakan infeksi Human Papilloma Virus (HPV); Terjadi pada semua umur; terjadi pada
satu atau dua mata,; bentuk pedunkel biasanya bilateral, bisa dengan atau tanpa gangguan
visus. Penatalaksanaan tergantung besar lesi, jika lesi kecil bisa sembuh spontan, jika
lesinya besar bisa dieksisi. Apabila penyakitnya kambuh lagi, maka diberikan alpha-
interferon atau simetidin oral

Kista Epidermoid.
kumpulan material seperti eratin, bisanya putih, licin, mudah digerakkan, dan cheesy di
dalam dinding kista. Secara klinis, kista epidermal muncul sebagai nodul bulat, keras
berwarna daging. Kista epidermal merupakan tumor jinak yang tidak perlu dihilangkan
kecuali mengganggu secara kosmetik atau terinfeksi.
Pada pemeriksaan histopatologi, kista epidermal dibatasi dengan epitel skuamosa berlapis
yang mengandung lapisan granuler.

Dermolipoma.
tumor kongenital yang sering dijumpai + pertumbuhan bulat licin di kuadran temporal-atas
konjungtiva bulbaris di dekat kantus lateralis.
Terapi umumnya tidak diindikasikan, tetapi pembuangan sebagian lesi bisa dilakukan jika
pertumbuhannya semakin besar atau buruk secara kosmetik
Nevus.
Sepertiga nevus melanostik di konjungtiva tidak berpigmen. Lebih dari
setengahnya mempunyai inklusi epiteliel kistik yang bisa terlihat
secara klinis.
Secara histologis, nevus konjungtiva terdiri atas sekumpulan atau
lembaran sel-sel nevus. Nevus konjungtiva, seperti nevus lain, jarang
menjadi ganas. Banyak nevus dibuang dengan alasan estetika atau bila
kemungkinan melanoma tidak bisa disingkirkan secara klinis.

Juvenile xanthogranuloma (JXG).


JXG adalah kelainan kutaneous jinak dan merupakan bentuk paling
umum non-LCH. JXG terdiri dari lesi yang mungkin tunggal atau
multipel dan muncul sebagai diameter papulonodul yang tegas dan
sedikit terangkat beberapa milimeter.
. JXG adalah penyebab hyphema spontan yang paling sering terjadi
pada anak-anak dan dapat menyebabkan glaukoma sekunder dan
kebutaan akhirnya.
PENATALAKSANAAN

• Indikasi penatalaksanaan kista dermoid adalah kista telah mengganggu


aksis visual yang dapat meningkatkan resiko ambliopia, kista dermoid
profunda, kosmetik, dan inflamasi berulang.
• Penatalaksanaan berupa pembedahan, yaitu dengan ekstirpasi kista.
Selama proses pembedahan, dinding kista dijaga sebaik mungkin agar
tetap utuh karena dinding dan isi kista bersifat iritatif sehingga apabila
kista ruptur pada saat pengangkatan akan menyebabkan terjadinya proses
peradangan pada jaringan orbita sekitarnya
• Jika dinding kista ruptur sebaiknya operator mengangkat seluruh dinding
kista dan kemudian mengirigasi luka untuk membersihkan semua kista.
• Pembedahan mungkin sulit jika ada perlengketan kista.
• Inflamasi preoperatif akibat dari kista yang ruptur dapat dikontrol dengan
penggunaan prednisone.
• Kegagalan dari pengangkatan seluruh kista dapat mengakibatkan inflamasi
yang persisten, drainase sinus, atau rekurensi kista.
KOMPLIKASI
• Komplikasi yang terjadi sangat minimal hanya terutama pada
komplikasi operatif berupa:
• Kerusakan mata atau struktur adneksa, infeksi, inflamasi.
• Ekstirpasi parsial dari kista dermoid dapat menyebabkan inflamasi
yang persisten dan kista yang berulang.

PROGNOSIS
Secara umum, prognosis kista dermoid baik. Hal ini dapat terjadi jika
dilakukan ekstirpasi yang tepat dengan scar yang minimal.
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN

• Nama : Ny. D.D


• Umur : 29 tahun
• Tanggal Lahir : 7 januari 1988
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Alamat : Angkasa
• Pendidikan : SD
• Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga (IRT)
• Tanggal Pemeriksaan : 18 mei 2017
• No.Rekam Medik : 42 44 65
• Pemberi Informasi : Pasien
ANAMNESIS

Keluhan Utama : Timbul benjolan tumbuh pada bola mata sebelah kanan.

Riwayat Penyakit Sekarang :


• Pasien datang dengan keluhan timbul benjolan seperti daging tumbuh
pada mata sejak bulan januari 2017 (5 bulan lalu).
• Pasien mengaku benjolan ini mulai dari berbentuk kecil dan tumbuh
menjadi besar seperti sekarang. Keluhan disertai rasa mengganjal (+),
mata berair (+), silau (+) saat melihat cahaya matahari, nyeri pada
benjolan (-).
• Sedangkan keluhan lain seperti pandangan kabur (-), melihat pandangan
ganda (-), mata merah (-), gatal (-), nyeri (-), kerontokan bulu mata (-).
Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien mengaku keluhan yang sama


di tahun 2016 dan kemudian dioperasi
di RSUD Wamena bulan september
2016 namun kambuh kembali dibulan
januari 2017.
Riwayat penyakit Hipertensi, Diabetes,
Alergi, trauma disangkal.
PEMERIKSAAN FISIS UMUM
Status Generalis

Keadaan Umum : Baik


Kesadaran : Compos mentis

Tanda tanda vital


Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80x/menit, regular
Respirasi : 20x/menit
Suhu badan : 36,2 ‘C
Kepala : Anemis -/-, ikterik -/-, pupil isokor +/+
Leher : Pembesaran KGB (-)
Jantung dan Paru : Dalam batas normal
Abdomen : Dalam batas normal
Ekstremitas : Edema (-)
Status Neurologi
Motorik : Baik
Sensorik : Baik
Refleks : Baik
Kesan dan kesimpulan : Baik/ tidak ditemukan
kelainan
STATUS OPHTALMOLOGI
Pemeriksaan Subjektif
Jenis pemeriksaan OD OS

Visus 6/7,5 6/6

Pemeriksaan Objektif
JENIS PEMERIKSAAN OD OS

Inspeksi Edema - -

umum Hiperemis - -

Sekret - -

Lakrimasi (+) -

Fotofobia (+) -

Blefarospasme - -

Benjolan/tonjolan (+) -

Supersilia - -
OCULUS DEXTER OCULUS SINISTER
6/7,5 VISUS 6/6
Tidak dievaluasi KOREKSI Tidak dievaluasi
Tidak dievaluasi SKIASCOPI Tidak dievaluasi
Tidak dievaluasi SENSUS COLORIS Tidak dievaluasi
Pergerakan normal BULBUS OCULI Pergerakan normal
(-) PARASE / PARALYSE (-)
Hitam; Tebal SUPERCILIA Hitam; Tebal
Posisi: dbn PALPEBRA SUPERIOR Posisi: dbn
Warna: Hiperemis (-) Warna: Hiperemis (-)
Bentuk: Trikiasis (-); Madarosis (-); Distrikiasis (-) Bentuk: Trikiasis (-); Madarosis (-); Distrikiasis (-)
Pergerakan: dbn Pergerakan: dbn
Edema (-) Edema (-)
Ulkus (-) Ulkus (-)
Tumor  massa (-) Tumor  massa (-)
Sekret (-) Sekret (-)
Silia : Krusta (-); Skuama (-) Silia : Krusta (-); Skuama (-)
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Posisi: dbn PALPEBRA INFERIOR Posisi: dbn
Warna: Hiperemis (-) Warna: Hiperemis (-)
Bentuk: Trikiasis (-); Madarosis (-); Distrikiasis (-) Bentuk: Trikiasis (-); Madarosis (-); Distrikiasis (-)
Pergerakan: dbn Pergerakan: dbn
Edema (-) Edema (-)
Ulkus (-) Ulkus (-)
Tumor  massa (-) Tumor  massa (-)
Sekret (-) Sekret (-)
Silia : Krusta (-); Skuama (-) Silia : Krusta (-); Skuama (-)
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Posisi: dbn CONJUNCTIVA FORNICES Posisi: dbn
Warna: Hiperemis (-) Warna: Hiperemis (-)
Injeksi (-) Injeksi (-)
Edema (-) Edema (-)
Ulkus (-) Ulkus (-)
Tumor  massa (-) Tumor  massa (-)
Sekret (-) Sekret (-)
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Posisi: dbn CONJUNCTIVA BULBI Posisi: dbn
Warna: Hiperemis (-) Warna: Hiperemis (-)
Injeksi (+) : injeksi silier Injeksi (-)
Edema (-) Edema (-)
Ulkus (-) Ulkus (-)
Tumor  massa (+) ukuran = ± 9 mm; warna = abu- Tumor  massa (-)
abu kekuningan; Irreguler; Nyeri (-), Sekret (-) Sekret (-)
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)

Posisi: dbn SCLERA Posisi: dbn


Injeksi (-) Injeksi (-)
Ikterik (-) Ikterik (-)
Edema (-) Edema (-)
Ulkus (-) Ulkus (-)
Tumor  massa (-) Tumor  massa (-)
Sekret (-) Sekret (-)
Posisi: dbn CORNEA Posisi: dbn
Permukaan: merata Permukaan: merata
Edema (-) ; Infiltrat (-) ; ikatriks (-) ; Ulkus (-) Edema (-) ; Infiltrat (-) ; ikatriks (-) ; Ulkus (-)
Panus (-) Panus (-)
Arkus Senilis (-) Arkus Senilis (-)
Tumor  massa (-) Tumor  massa (-)
Sekret (-) Sekret (-)
Lain-lain: - Lain-lain: -
Hipopion (-) ; Hifema (-) CAMERA OCULI ANTERIOR Hipopion (-) ; Hifema (-)
Warna : Coklat IRIS Warna : Coklat
Sinekia (-) Sinekia (-)
Bentuk : Bulat PUPIL Bentuk : Bulat
Refleks cahaya (+) Refleks cahaya (+)
Kekeruhan (-) LENSA Kekeruhan (-)
Tidak dievaluasi FUNDUS REFLEKS Tidak dievaluasi
Tidak dievaluasi CORPUS VITREUM Tidak dievaluasi
Tidak dievaluasi TENSIO OCOLI Tidak dievaluasi
Hyperlakrimalis SYSTEM CANALIS LAKRIMALIS Baik
Normal LAIN-LAIN Normal
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan KIMIA darah (Hasil pemeriksaan laboratorium Ny.


Didiana Daby ( 29 thn) – 23 MEI 2017) dalam batas normal
Foto Klinis
RESUME

• Seorang perempuan berusia 29 tahun datang ke poli Mata RSUD Dok II Jayapura dengan
keluhan timbul benjolan seperti daging tumbuh yang menonjol pada mata sebelah kanan
sejak bulan januari 2017 (5 bulan lalu). Pasien mengaku benjolan ini mulai dari berbentuk
kecil dan tumbuh menjadi besar seperti sekarang. Keluhan ini disertai sensasi benda asing,
mata berair, silau saat melihat cahaya matahari dan nyeri pada benjolan disangkal.
Sedangkan, keluhan lain seperti pandangan kabur melihat pandangan ganda, mata merah,
gatal, nyeri, kerontokan bulu mata disangkal. Pasien mengaku tidak terdapat keluhan yang
sama pada mata sebelah kiri dan mengaku mata sebelah kirinya dalam keadaan baik.
• Pasien mengaku keluhan yang sama pernah dialami di tahun 2016 dan kemudian dioperasi di
RSUD Wamena bulan september 2016 namun kambuh kembali dibulan januari.
• Dari pemeriksaan generalis ditemukan semua dalam batas normal.
• Pada pemeriksaan visus didapatkan AVOD = 6/7,5 dan AVOS = 6/6.
• Dari pemeriksaan fisik ophtalmologi mata sebelah kanan bagian conjungtiva bulbi ditemukan
adanya massa ukuran ± 9 mm, berwarna abu-abu kekuningan, irreguler, injeksi siliar dan tidak
ada nyeri.
• Suspek kista dermoid konjungtiva oculus
DIAGNOSA dextra.

• Papilloma konjungtiva
DIAGNOSA
• Kista Epidermoid
BANDING • Dermolipoma
• Nevus
TERAPI
MEDIKAMENTOSA

Penggunaan antibiotik topikal berupa salep mata,


yang diberikan 3 kali per hari dan dioleskan pada
mata kanan menggunakan ujung jari atau
cottonbud.
Pada kasus diberikan Cendo Xytrol salep mata.
TERAPI
Rencana Ekstirpasi  Biopsi

Edukasi pasien untuk menjaga higienitas atau


kebersihan mata baik pre atau post tindakan
ekstirpasi

Jika ada keluhan lain yang dirasakan pasca tindakan


segera ke dokter mata.
Hasil post ekstirpasi pasien Suspek kista dermoid konjungtiva
oculus dextra.
Foto klinis 1 hari post ekstirpasi

• OD : 6/7,5
VISUS

• Conjungtiva bulbi hiperemis

• Bare sclera pada daerah eksisi


OD conjungtiva

• Kornea post ekstirpasie

• C. Xytrol salep mata 3 x OD


• Oral :Amoxicilin 3 x 500 mg; Asam Mefenamat 3 x 500 mg
TERAPI
PROGNOSIS

Prognosis OD OS

Quo ad Vitam (berhubungan dengan tanda vital) Ad bonam Ad bonam

Quo ad Sanam (berhubungan dengan penyakit) Ad bonam Ad bonam

Quo ad Visam (berhubungan dengan tajam Ad bonam Ad bonam

penglihatan)

Quo ad Cosmeticam (berhubungan dengan Ad bonam

kosmetik)
BAB III
PEMBAHASAN
• Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisis, pemeriksaan
ophtalmology dan pemeriksaan penunjang, pasien pada laporan
kasus ini di diagnosis dengan suspek kista dermoid konjungtiva
oculus dextra.
• Dari anamnesis didapatkan seorang perempuan berusia 29 tahun
datang ke poli Mata RSUD Dok II Jayapura dengan keluhan timbul
benjolan seperti daging tumbuh pada mata sebelah kanan sejak
bulan januari 2017 (5 bulan lalu). Pasien mengaku benjolan ini
mulai dari berbentuk kecil dan tumbuh menjadi besar seperti
sekarang. Keluhan pada mata sebelah kanan disertai sensasi benda
asing tanpa nyeri, mata berair, silau saat melihat cahaya matahari.
Sedangkan, keluhan lain seperti pandangan kabur tidak ada,
melihat pandangan ganda tidak ada, mata merah tidak ada, gatal
tidak ada, nyeri tidak ada, kerontokan bulu mata tidak ada.
Berdasarkan teori, hal ini sesuai dengan keluhan utama kista
dermoid limbal (kista konjungtiva) yaitu pasien dapat hadir dengan
penglihatan tidak terganggu dan terganggu (kabur atau visus
menurun), sensasi adanya benda asing, tampak cacat kosmetik,
atau adanya massa di mata yang membesar.
Pemeriksaan pada kista dermoid bulbi (kista konjungtiva)

TEORI KASUS
Kebanyakan dermoid epibulbar berada di limbus inferior temporal
Jarang, tetapi bisa saja meluas ke kornea atau konjungtiva bulbar.
Epibulbar dermoid memiliki bentuk kubah, dan permukaan mungkin muncul
keratin.
Folikel rambut dan silia dapat terlihat.
Dermoid muncul berdaging dan mungkin memiliki vaskularisasi superfisial yang
baik.
Kelainan mata terkait termasuk colobomata dari kelopak mata, sindrom retraksi
Duane dan gangguan motilitas okular lainnya, anomali lakrimal, staphylomata
scleral dan kornea, aniridia, dan mikroftalmia.
Kelainan sistemik terkait termasuk pelengkap preauricular dan fistula auricular
(dalam kombinasi dengan dermoid limbal yang merupakan sindrom Goldenhar).
Kelainan lain termasuk microsomia spasm, microtia, dan anomali tulang belakang.

Terpenuhi
TEORI

Diagnosa hanya dapat ditegakkan dengan


hasil biopsi yang dilakukan saat tindakan
ekstirpasi untuk melihat gambaran
histologis. Berdasarkan teori gambaran
histologis kista dermoid didapatkan berisi Pada kasus, hasil biopsi belum didapatkan
desquamated squamous ephiteliumi dan sehingga pada kasus ini hanya didiagnosa
keratin di lumennya dan dibatasi oleh Suspek kista dermoid konjungtiva oculus
keratinized stratified squamous epithelium. dextra.
Kunci untuk mendiagnosis kista dermoid
adalah adanya struktur-struktur adneksa
seperti kelenjar sebasea. Akar rambut,
kelenjar keringat apokrin dan kelenjar
lakrimal dapat juga ditemukan di dinding
kista. Selain itu, lumen juga dapat berisi
hair shaft dan keratin.
TEORI

Diagnosa hanya dapat ditegakkan dengan


hasil biopsi yang dilakukan saat tindakan
ekstirpasi untuk melihat gambaran
histologis. Berdasarkan teori gambaran
histologis kista dermoid didapatkan berisi Pada kasus, hasil biopsi belum didapatkan
desquamated squamous ephiteliumi dan sehingga pada kasus ini hanya didiagnosa
keratin di lumennya dan dibatasi oleh Suspek kista dermoid konjungtiva oculus
keratinized stratified squamous epithelium. dextra.
Kunci untuk mendiagnosis kista dermoid
adalah adanya struktur-struktur adneksa
seperti kelenjar sebasea. Akar rambut,
kelenjar keringat apokrin dan kelenjar
lakrimal dapat juga ditemukan di dinding
kista. Selain itu, lumen juga dapat berisi
hair shaft dan keratin.
. Pada kasus penatalaksanan sudah sesuai
yaitu tindakan ekstirpasi. Selain itu pada
kasus diberikan terapi medikamentosa dan
non medikamentasa. Indikasi dilakukanya
ekstirpasi pada kasus ini adalah adanya
TEORI inflamasi berulang atau kekambuhan dan
kosmetika. Medikamentosa diberikan
Indikasi penatalaksanaan kista dermoid antibiotik topikal berupa salep mata, yang
adalah kista telah mengganggu aksis visual diberikan 3 kali per hari dan dioleskan pada
yang dapat meningkatkan resiko ambliopia, mata kanan menggunakan ujung jari atau
kista dermoid profunda, kosmetik, dan cottonbud. Pada kasus diberikan Cendo
inflamasi berulang. Penatalaksanaan Xytrol salep mata 3 x OD. Dan dilakukan
berupa pembedahan, yaitu dengan perencanaan Ekstirpasi yang kemudian hasil
ekstirpasi kista. jaringan dilakukan biopsy guna menegakan
diagnostik secara pasti dan akurat. Setelah
itu, medikamentosa postekstirpasi
diberikan Cendo Xytrol salep mata 3 x OD
dan terapi oral yaitu Amoxicilin 3 x 500 mg
dan Asam Mefenamat 3 x 500 mg.
• Pada kasus ini tidak ditemukan komplikasi
TEORI post ekstirpasi. Tindakan ekstirpasi dilakukan
secara lege artis.
• Komplikasi tidak akan terjadi jika • Prognosis pada kasus sesuai tabel
tindakan ekstirpasi dilakukan dengan
baik. Komplikasi yang terjadi sangat
Prognosis OD OS
minimal hanya terutama pada
komplikasi operatif berupa kerusakan Quo ad Vitam (berhubungan dengan Ad bonam Ad bonam
mata atau struktur adneksa, infeksi,
tanda vital)
inflamasi. Selain itu pada ekstirpasi
parsial dari kista dermoid dapat Quo ad Sanam (berhubungan dengan Ad bonam Ad bonam
menyebabkan inflamasi yang persisten
penyakit)
dan kista yang berulang.
• Secara umum, prognosis kista dermoid Quo ad Visam (berhubungan dengan Ad bonam Ad bonam
baik. Hal ini dapat terjadi jika dilakukan
tajam penglihatan)
ekstirpasi yang tepat dengan scar yang
minimal. Quo ad Cosmeticam (berhubungan Ad bonam

dengan kosmetik)
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisis, pemeriksaan ophtalmology dan
pemeriksaan penunjang, pasien pada laporan kasus ini di diagnosis dengan suspek
kista dermoid konjungtiva oculus dextra.

Penanganan pada pasien ini yang utama adalah dilakukannya tindakan ekstirpasi
dengan indikasi kista telah mengganggu aksis visual yang dapat meningkatkan resiko
ambliopia, kista dermoid profunda, kosmetik, dan inflamasi berulang.

Tidak ditemukan komplikasi pada kasus ini berupa kerusakan mata atau struktur
adneksa, infeksi, inflamasi. Selain itu komplikasi pada ekstirpasi parsial dari kista
dermoid dapat menyebabkan inflamasi yang persisten dan kista yang berulang.

Prognosis pada pasien ini adalah quo ad bonam atau hasil yang diharapkan post
tindakan ekstirpasi adalah baik.
LAPORAN KASUS

Pseudofakia okulus dextra dan katarak sinilis stadium matur


okulus sinistra

Anisa Q. Ananda Hamsah S.Ked


0100840112

Pembimbing :
dr. Sarah Meilani, SP.M
pendahuluan
KATARAK

Pada usia 65
thn 50% dan
75 thn 70%

Dapat berhubungan
dengan trauma
ataupun, penyakit
sistemik.

Merupakan kekeruhan
pada lensa yang
mengarah kepada
penurunan tajam
Di Indonesia  55-56 thn 1,1%, penglihatan
65-75 thn 3,5% 75 thn keatas
8,4%
Tinjauan pustaka
Fungsi utama lensa adalah
memfokuskan berkas cahaya ke
retina.

Supaya hal ini dicapai, maka daya refraksinya harus di ubah


– ubah sesuai dengan sinar datang sejajar atau divergen.
Epidemiologi

Definisi
Katarak merupakan
abnormalitas pada 50%  65 tahun
lensa mata

Berupa kekeruhan
lensa yang
menyebabkan tajam 70%  75 tahun
penglihatan
berkurang
Etiologi

1. Usia
2. Sinar UV
3. Penyakit sistemik
4. Trauma pada mata
5. Obat – obatan steroid tertentu
patofisiologi
Bertambahnya
usia

Enzim menurun 
bertambahnya usia Nukleus 
 katarak coklat
kekuningan

Mengabutkan perubahan fisik dan kimia 


pandangan hilangnya transparansi

Perubahan kimia dalam protein


lensa  koagulasi
klasifikasi
Berdasarkan
usia :

Katarak kongenital

Katarak juvenil

Katarak senilis
Klasifikasi katarak menurut stadium
perkembangannya
GEJALA KLINIS

Penglihatan berawan, kabur dan kabut

Lebih nyaman saat melihat jarak dekat

Perubahan persepsi warna

Penglihatan ganda (Double vision)

Perubahan ukuran kacamata yang signifikan


Diagnosis

Dibuat berdasarkan anamnesis dan


pemeriksaan fisik

Pemeriksaan slit lamp, pemeriksaan shadow test


untuk menentukan stadium pada katarak senilis

Pemeriksaan direk oftalmoskopi


Penatalaksanaan

1. Intra Capsuler Cataract


Ekstraksi (ICCE)

2. Extra Capsular
Cataract Extraction 3.Fakoemulsifikasi
(ECCE)
Laporan kasus Identitas

Nama : Ny. A.M


Umur : 60 tahun
Tanggal Lahir : 8 April 1968
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Deplat
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga (IRT)
Tanggal Pemeriksaan : 1 Maret 2017
No.Rekam Medik : 28 65 64
Pemberi Informasi : Pasien
anamnesaKeluhan utama : penglihatan
kabur pada mata kiri sejak 1
tahun yang lalu

Pasien datang ke Poli Mata RSUD jayapura dengan


keluhan utama penglihatan kabur pada mata kiri
sejak 1 tahun yang lalu yang dirasakan secara
perlahan – lahan semakin kabur. Pasien
mengeluhkan mata sering berair (+), merasa gatal
(+) dan merasa silau saat melihat cahaya (+),
keluhan mata merah (-), riwayat trauma (-) RPD

Riwayat Hiepertensi (-)


Pasien pernah menjalani operasi katarak Riwayat DM (+) sejak 3 bulan yang
sebelumnya pada mata kanan sebulan lalu,
Riwayat Jantung, Asma Kolesterol
yang lalu di sangkal oleh pasien
Pemeriksaan umum
Status Status
generalis neorologis
Kesadaran : Kompos Mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80x/menit, regular Motorik : Baik
Respirasi : 20x/menit Sensorik : Baik
Suhu badan : 36,2 ‘C Refleks : Baik
Kepala : Anemis -/-, ikterik -/-, Kesan dan kesimpulan : Baik/ tidak
pupil isokor +/+ ditemukan kelainan
Leher : Pembesaran KGB (-)
Jantung & Paru : Dalam batas normal
Abdomen : Dalam batas normal
Ekstemitas : Edema (-)
Status opthalmologis
Lanjutan…
resume

 Pasien perempuan umur 60 tahun datang dengan keluhan utama


penglihatan kabur pada mata kiri sejak 1 tahun yang lalu. Pasien
mengeluhkan mata sering berair (+), merasa gatal (+) dan merasa silau
melihat cahaya (+).
 Riwayat keluhan seperti ini sebelumnya sudah pernah terjadi. Pasien
mengatakan sebelumnya pernah menjalani operasi katarak dimata
sebelah kanan sebulan yang lalu.
 Riwayat penyakit dahulu hipertensi (-), DM (+), jantung, asma,
kolesterol disangkal oleh pasien.

Pada status oftalmikus didapatkan visus AVOD 6/7,5 dan AVOS 1/300. Pada
pemeriksaan Fotofobia (-) OD, Fotofobia (+) OS, Lensa : IOL (+) OD Keruh
seluruhnya (+) OS, Iris: shadow test (-) OS dan pemeriksaan lain dalam
batas normal.
• Psedofakia Okulus Dextra dan Katarak sinilis stadium
matur Okulus Sinistra
Diagnosis

• Katarak Komplikata
Diagnosis • Katarak Traumatik
banding

• Operasi katarak dengan menngunakan teknik :


• Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsuler (ECCE) Oculus Sinistra
Terapi
• Pemeriksaan Laboratorium
• Pemeriksaan Thorax
Anjuran • Pemeriksaan EKG

• Quo ad vitam : bonam


• Quo ad functionam : dubia ad bonam
Prognosis • Quo ad senationam : dubia adbonam
pembahasan

Berdasarkan anamnesa pada kasus ini


didapatkan pasien perempuan umur 60
tahun datang datang dengan keluhan
utama penglihatan kabur pada mata kiri
sejak 1 tahun yang lalu. Pasien
mengeluhkan mata sering berair (+),
merasa gatal (+) dan merasa silau melihat
cahaya (+), keluhan mata merah (-), riwayat Pada status oftalmikus
trauma (-). Riwayat keluhan seperti ini didapatkan visus AVOD 6/7,5
sebelumnya sudah pernah terjadi. Pasien dan AVOS 1/300. Pada
mengatakan sebelumnya pernah menjalani pemeriksaan Fotofobia (+)
operasi katarak dimata sebelah kanan OS, Lensa : IOL (+) OD, Keruh
sebulan yang lalu. Riwayat penyakit dahulu seluruhnya (+) OS, pada iris
hipertensi (-), Diabetes Mellitus (+), Shadow test (-) OS dan
jantung, asma, kolesterol disangkal oleh pemeriksaan lain dalam
pasien. batas normal
Pasien pada kasus ini sesuai dengan teori
pada katarak

Pada pasien ini gejala yang ditemukan adalah


adanya penurunan ketajaman penglihatan yang
terjadi secara perlahan – lahan, terutama pada
pasien dengan katarak

Gejala yang sering dikeluhkan oleh pasien katarak


antara lain penglihatan berawan, kabur seperti asap,
perubahan presepsi warna, fotosensitif baik di malam
hari maupun siang hari, penglihatan ganda ( Double
vision)
Bertambahnya
usia

Enzim menurun 
bertambahnya usia  Nukleus  coklat
katarak kekuningan

Mengabutkan perubahan fisik dan kimia 


pandangan hilangnya transparansi

Perubahan kimia dalam protein


lensa  koagulasi

Umumnya katarak senile ini adalah katarak yang terjadi


pada usia lanjut
Berdasarkan stadium kekeruhan pada
katarak salah satunya adalah katarak
stadium matur

- Kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa


disertai dengan tidak terdapat bayangan iris
pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan
iris (shadow test) negatif.
Pemeriksaan visus

Pada status oftalmikus


didapatkan visus AVOD 6/7,5 dan
AVOS 1/300

Teori ini sesuai pemeriksaan visus


pada pasien terdapat penurunan
penglihatan
Pada mata kanan dikatakan
pernah dilakukan operasi katarak

Pada pemeriksaan lensa


didapatkan IOL (+) OD

- Pseudofakia adalah lensa yang ditanam pada mata yang


diletakkan tepat ditempat lensa yang keruh dan sudah
dikeluarkan.
- Lensa ini akan memberikan penglihatan lebih baik. Lensa
intraocular ditempatkan waktu operasi katarak dan akan tetap
untuk seumur hidup
Diagnosis banding
Diagnosis banding katarak matur
adalah katarak komplikata

Katarak akibat penyakit sistemik seperti DM,


Hipotirodisme, distrofi miotonik
Pemeriksaan
Anjuran

- Darah lengkap
Pemeriksaan laboratorium - CT/BT
- Gula darah sewaktu

Menilai foto AP
Pemeriksaan thorax

Pemeriksaan EKG
Penatalaksanaan ekstraksi katarak  Metode
ekstraksi katarak ekstra kapsuler (ECCE)
Menurut
teori :

1.Intra Capsuler Ektraksi (ICCE)

• Mengeluarkan seluruh lensa bersam kapsul

2. Extra Capsuler Cataract Extraction (ECCE)

• Mengeluarkan isi lensa dengan memecah/ merobek kapsul lensa


anterior.

3.Fakoemulsifikasi

• Membongkar dan memindahkan kristal lensa


prognosis
adalah bonam karena kasus ini
Quo ad vitam tidak ada gangguan vital pada
organ lain

adalah bonam karena pembedahan, atau ekstraksi


Quo ad lensa akan memperbaiki tajam penglihatan, namun
functionam mempertimbangkan usia pasien dan kemungkinan
terjadinya komplikasi yang mempengaruhi fungsi
penglihatannya

Karena katarak yang dialami


Quo ad senationam pasien dapat sembuh namun bisa
juga mengalami kekambuhan

Anda mungkin juga menyukai