1. Definisi
Kista dermoid adalah suatu choriostoma konginental dalam
orbita. Choriostoma adalah tumor jinak yang secara histologi
merupakan kumpulan sel normal, namun letaknya abnormal. Kista
dermoid tersusun atas epitel keratinisasi dan jaringan adneksa seperti
folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea.
Pertumbuhannya tumor dermoid perlahan. Kista dermoid termasuk
dalam salah satu tumor orbital yang paling sering terjadi pada anak
(46% dari seluruh neoplasma orbita).
Ketika dua garis sutura menutup pada tulang tengkorak selama
perkembangan embrional, elemen dermal dan epidermal terjepit dan
membentuk suatu tumor atau kista. Tumor ini ditemukan berdekatan
dengan garis sutura. Kurang lebih 50% dermoid yang terjadi di area
kepala ditemukan berdekatan pada orbita, baik di medial ataupun
lateral.
Kista dermoid orbital dapat mengacaukan struktur dari orbita,
mengakibatkan proptosis, abnormalitas gerakan, dan penekanan pada
nervus optikus. Penekanan pada saraf mata dapat menyebabkan
neuropati optikum, atau penekanan otot ekstraokular, menyebabkan
defek pada gerak bola mata , menyebabkan diplopia. Apabila tumor
tersebut ruptur, dapat menyebabkan reaksi inflamasi yang masif dan
dapat terjadi selulitis orbita. Biasanya pasien datang ke fasilitas
kesehatan dengan keluhan berkurangnya ketajaman penglihatan,
perasaan mengganjal, adanya kelaianan kosmetik, dan pembesaran
massa dalam mata.
2. Epidemiologi
Di Amerika Serikat, angka kejadian tumor dermoid adalah 2%
dari seluruh pasien tumor orbita yang datang ke Ocular Oncology
Center. Sementara dalam penelitiannya, Shields et al pada tahun 2004
melaporkan bahwa tumor dermoid ditemukan dalam 24% dari 645
orbital biopsi pada semua kelompok umur dan 46% dari 250 biopsi
pada pasien usia di bawah 18 tahun.
Tumor dermoid paling sering ditemukan pada anak-anak,
meskipun tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada seluruh
kelompok usia. Angka insidensi antara laki-laki dan perempuan relatif
sama. Kasus tumor dermoid dapat mengakibatkan kelainan kosmetik,
menyebabkan hilangnya penglihatan, diplopia, hingga inflamasi
orbita. Walau demikian, tumor dermoid hampir tidak pernah
menyebabkan kematian.
3. Etiologi
Kebanyakan kasus tumor dermoid terjadi secara sporadik dan
tidak terkait dengan paparan zat-zat toksik maupun bahan iritan.
Beberapa instansi melaporkan bahwa epibulbar dermoid berhubungan
dengan agen teratogenik yang dikonsumsi ibu pada trimester pertama
kehamilan.
Beberapa teori yang menjelaskan perkembangan epibulbar dermoid:
- Kesalahan pada perkembangan awal menyebabkan transformasi
metaplastik dari mesoblast antara rim of optic nerve dan ektoderm
permukaan
- Sekuestrasi dari sel pluripotent selama perkembangan embrional dari
struktur okuler.
Secara umum, epibulbar dermoid tidak diturunkan kecuali
beberapa keadaan. Misalnya pada Goldenhar syndrome, terdapat pola
multifaktorial dari penurunan secara genetik limbal dermoid yang
menyertai beberapa kelaianan sistemik.
4. Patofisiologi
Tumor dermoid adalah choristoma kongenital (suatu
pertumbuhan jaringan normal pada daerah yang tidak sesuai pada
tempatnya) hasil dari migrasi jaringan normal atau sisa jaringan
normal pada lokasi abnormal selama embriogenesis. Terjadi
sekuestrasi sel pluripoten selama perkembangan embrio pada struktur
mata. Teori lain mengatakan bahwa tumor dermoid pada mata terjadi
karena adanya kegagalan perkembangan awal yang menyebabkan
terjadinya transformasi metaplasia pada mesoblast diantara nervus
optik dan lapisan ektoderm. Patogenesis pasti dari tumor dermoid
pada mata dapat bervariasi dari kasus satu dengan yang lainnya.
Secara umum, tumor dermoid ini tidak diturunkan