Laporan Kerja Praktek Jesidka Palada0209
Laporan Kerja Praktek Jesidka Palada0209
Oleh:
Jesidka Palada
NIM: 1902024
NIM 1902024
Menyatakan bahwa dengan sebenarnya hasil karya tulis KERJA PRAKTEK ini benar –
benar hasil pemikiran dan pemaparan asli dari saya sendiri. Karya tulis KERJA PRAKTEK
ini BUKAN merupakan plagiarism, pencurian hasil karya orang lain, atau hasil kerja orang
lain untuk kepentingan saya. Jika terdapat karya orang lain, saya PASTI mencantumkan
sumber yang jelas.
Bila dikemudian hari diduga kuat ada ketidaksesuaian antara fakta dengan kenyataan pada
karya tulis KERJA PRAKTEK ini, saya bersedia diproses oleh kampus Sekolah Tinggi
Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan untuk melakukan verifikasi dengan sanksi
berupa PENCABUTAN GELAR yang diperoleh karena karya tulis ini dan sanksi lain
sesuai dengan peraturan yang berlaku di Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi
Balikpapan.
Pernyataan ini saya buat dengan kesadaran sendiri dan tidak atas tekanan ataupun paksaan
dari pihak manapun.
Jesidka Palada
NIM: 1902024
v
ABSTRAK
Oleh:Jesidka Palada
NIM: 1902024
Pembimbing Kerja Praktek : Ain Sahara, ST., M.Eng
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya dan anugrahnya, sehingga saya dapat menyelesaikan Kerja Praktek yang berjudul
“Konfigurasi Loop Flame Detector Di 4-K1/2/3 Train E Badak LNG”. Tujuan dari Kerja
Praktek yang saya lakukan ini adalah untuk memenuhi kurikulum pendidikan di Sekolah
Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan sebagai salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Ahli Madya Teknik Instrumentasi Elektronika Migas di Sekolah Tinggi
Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan.
Dalam pelaksanaan dan penyusunan Laporan Kerja Praktek ini, Penulis mendapatkan
bantuan berupa bimbingan, petunjuk, pendampingan, fasilitas dan nasehat. Oleh karena itu,
dengan hati yang ikhlas penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberikan rahmat, hikmat dan kekuatan lahir
batin kepada saya untuk menyelesaikan laporan ini;
2. Kedua Orang Tua Penulis, adik dan kakak serta seluruh keluarga besar yang telah
banyak memberikan semangat dan motivasi serta doa yang tiada henti sehingga
Laporan Tugas akhir ini dapat terselesaikan;
3. Bapak Ardi Ferdian selaku Manager Instrument dan Electrical Perusahaan;
6. Ibu Ain Sahara, ST., M.Eng selaku Ketua Program Studi D3 Teknik Instrumentasi
Elektronika Migas;
7. Ibu Ain Sahara, ST., M.Eng selaku Dosen Pembimbing Kerja Praktek;
8. Bapak Akhmadi Maulana, Mba Anggitha, Bu Ani, Mbak Naomi, Pak Kris, dan
seluruh karyawan di training section yang telah membantu dan menemani saya
selama menjalankan kerja praktek ini.
9. Bapak Afandi selaku Admin D3 Teknik Instrumentasi Elektronika Migas yang
sudah membantu dalam proses surat menyurat untuk melaksanakan Kerja Praktek
ini;
10. Seluruh Dosen dan Karyawan di STT Migas Balikpapan yang telah berjasa kepada
Penulis dengan memberikan ilmu pengetahuan yang dapat berguna di masa yang
akan datang;
vii
11. M. Khali, Andi Anwal Riski, Andika Saputra, Anisa Ardhilla, Ahmad Zein Iqbal,
dan M. Akbar Ali, yang telah saya anggap seperti keluarga saya sendiri dan yang
selalu memberi semangat dan dukungan dalam menyelesaikan Kerja Praktek ini;
12. Jesidka Palada, diri saya sendiri yang telah berjuang selama 3 tahun dengan penuh
semangat dan pantang menyerah untuk menyelesaikan laporan ini.
13. Serta semua pihak yang belum sempat Penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam proses pelaksanaan hingga penyelesaian Laporan Kerja Praktek
ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan Laporan Kerja Praktek ini
masih banyak terdapat kekurangan, oleh sebab itu penulis memohon maaf yang sebesar-
besarnya dan sangat mengharapkan kritik dan saran yang bisa membangun motivasi. Pada
akhirnya, semoga Laporan Kerja Praktek ini dapat bermanfaat bagi semua pihak pada
umumnya dan khususnya bagi rekan-rekan di Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas
Bumi Balikpapan.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
ix
3.2.3 Infrared Gas Detector .............................................................................. 18
3.2.4 Smoke Detector ....................................................................................... 21
3.2.5 Flame Detector ........................................................................................ 24
3.3. Fire Protection ......................................................................................... 26
x
LAMPIRAN I ........................................................................................................ 62
LAMPIRAN II ...................................................................................................... 63
LAMPIRAN III ..................................................................................................... 67
LAMPIRAN IV .................................................................................................... 72
LAMPIRAN V ..................................................................................................... 75
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.5 Blok diagram metode pendeteksian infrared Gas detector .............................19
Gambar 4.8 photoelectric detector dalam keadaan normal (a), berasap (b) ......................23
Gambar 3.9 Smoke detector ................................................................................................24
Gambar 3.10 Flame Detector .............................................................................................24
Gambar 3.11 Respons spektral sensor IR dan Sensor UV ..................................................25
Gambar 3.12 Water Spray...................................................................................................26
Gambar 3.13 Foam Sytem ...................................................................................................27
Gambar.4.14 Tabung penyimpanan Dry Chemical ............................................................28
Gambar 3.15 Unsur Kimia FM-200 (1,1,1,2,3,3,3,-heptaflouropropane) ..........................28
Gambar 3.16 Respon spektral sensor IR dan sensor UV ....................................................30
Gambar 3.17 Field of view FL 3100H secara Vertikal .......................................................31
xii
Gambar 4.2 Field Of view FL 3100H secara Horizontal ........................................... 35
Gambar 4.3 skema lokasi pemasangan flame detector di compressor Train E &
Tagging pada tiap tiapflame .................................................................. 36
Gambar 4.20 Indikator LED modul I/O pada Panel FSC .......................................... 56
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.2 Komposisi Feed Gas.......................................................................................... 8
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi, saat ini
mendorong manusia untuk meningkatkan pengetahuannya, perkembangan tersebut
tidak pernah lepas dari tumbuhnya industri-industri baru di berbagai bidang yang,
didukung oleh peralatan penunjang yang mumpuni, salah satunya di indonesia yang
dikenal sebagai negara yang memiliki kekayaan alam khususnya dalam bidang
pertambangan, yakni Nikel, Emas, Minyak dan Gas bumi. Tumbuh dan menjadi
industri yang berkembang di indonesia.
Produksi Badak LNG yang berupa LNG dan LPG merupakan salah satu
bentuk bahan bakar yang mudah terbakar dan menimbulkan api apabila bereaksi
dengan oksigen dan panas hal ini merupakan ancaman terbesar bagi kilang Badak
LNG yang rentan akan adanya bahaya kebakaran atau ledakan. Oleh karena itu
badak LNG menggunakan sistem safety untuk dapat mengurangi resiko terjadinya
kecelakaan yang tidak diinginkan. Sistem safety tersebut adalah Hazard Monitoring
Control System (HMCS). HMCS merupakan sistem proteksi yang berfungsi untuk
mendeteksi adanya gejala kecelakaan atau ledakan pada suatu area, mengontrol dan
melindungi daerah tersebut dari kecelakaan yang tidak diinginkan salah satu cara
mendeteksi pada HMCS adalah dengan menggunakan Flame Detector untuk
mendeteksi adanya percikan api dengan dua lensa detektor yaitu IR (Infra red) dan
UV (ultraviolet) kedua lensa tersebut mendeteksi adanya percikan api dari spektrum
radiasi yang dipancarkan.
Salah satu penggunaan flame detector, misalnya pada sebuah kompresor pada
4K-1/2/3 Train E yang berada di compressor house. Jika flame detector mendeteksi
adanya percikan api maka detector akan mengirimkan sinyal ke HMCScabinet yang
berada di dalam satelite instrument house (SHI), kemudian HMCS cabinet akan
mengolah data tersebut dan menampilkan di Main Machine Interface(MMI) yang
berada di MCR dan fire station.
Kemungkinan terjadinya troubleshooting pada Flame detector dapat disebab
oleh beberapa hal yaitu, pada hardware troubleshooting yang meliputi. Detector
1
troubleshooting, field wiring troubleshooting, dan input modul troubleshooting,
yang dapat diketahui dengan menggunakan Loop Drawing.
2
Badak LNG.
c. Mahasiswa mengetahui cara konfigurasi dan pengoprasian Flame
Detector di 4K/1/2/3 Train E Badak LNG.
1.7. Metode Pengumpulan Data
Laporan Kerja Praktek yang telah dikerjakan terdiri dari beberapa bab.
BAB V: PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang dikerjakan dari
keseluruhan kerja praktek yang telah dilakukan.
3
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
Indonesia sejak dahulu dikenal dengan kekayaan sumber daya alamnya yang
melimpah. Gas bumi merupakan salah satu jenis dari sekian banyak sumber daya
alam yang ada di indonesia. Juga merupakan sumber daya alam yang memiliki
cadangan terbesar ketiga setelah batubara dan minyak bumi.
Diawali dengan eksplorasi yang dilakukan Huffco. Inc dan mobil oil dan
mobil oil yang merupakan perusahan yang bekerja dibawah Production Sharing
Contracts (PSC) bersama Pertamina. Terdapat 2 wilayah yang ditemukan dalam
jumlah yang besar. Salah satunya yang ditemukan oleh Huffco. Inc pada awal tahun
1972 yang terletak di lapangan Gas Badak, Kalimantan Timur. Pengendalian yang
dilakukan hingga tahun 1973 mendapatkan hasil dengan penemuan 70 sumur gas
alam. Diperkirakan jumlahnya sebesar 6 Trilliun Cubic Feet (TCF) yang terdiri dari
associated gas dan non-associated gas.
Pada bulan desember 1973, peluang potensi bisnis gas yang mulai terlihat
melahir kesempatan kerjasama penjualan LNG (Liquified Natural Gas) kepada 5
perusahaan besar dari jepang sebagai pembelinya.
a. Chubu Electric Co.
4
b. Pacific Bechtel Inc. USA, bertugas menangani perencanaan engineering dan
konstruksi.
c. William Brothers Engineering Co., bertugas menangani konstruksi seluruh
perpipaan gas alam dari Lapangan Gas Muara Badak hingga pabrik
penggilangan.
Pembangunan Train A dan Train B selesai pada maret 1977 dan diresmikan pada
tanggal 1 agustus 1977 oleh presiden Soeharto. Kemudian dua pengilangan ini
berhasil memproduksi LNG yang merupakan tetesan perbedaanya pada 5 juli
1977. Awal mula kapasitas produksi LNG pada Train A dan Train B sebesar
630m³/hr. Setelah berhasil memproduksi LNG pengapalan pertama dilakukan
pada 13 juli 1977 menggunakan tanker Aquarius dengan kapasitas 125.000 m³
yang bertujuan ke Jepang.
5
Pembangunan Train E melibatkan Chiyoda sebagai kontraktor utama dan PT. Inti
Karya Persada Tehnik (PT. IKPT) sebagai subkontraktor. Train E menghasilkan
tetesan pertamanya pada tanggal 27 Desember 1989 dengan kapasitas produksi
yang lebih besar dari train sebelumnya yaitu 703m³/hr. Juga diresmikan oleh
Presiden Soeharto pada tanggal 21 Maret 1990. Disusul dengan pembangunan
Train F dan Train G dengan melibatkan PT Inti Karya Persada Teknik sebagai
kontraktor utama. Train F yang berkapasitas 720 m³/hr berhasil memproduksi
tetesan pertamanya pada tanggal 27 Desember 1989 dan diresmikan pada tanggal
21 Maret 1990. Sedangkan Train G dengan kapasitas 724 m³/hr diresmikan pada
tanggal 12 November 1999. Ada juga Train H yang berkapasitas sama dengan
Train G mulai beroperasi pada November 1999.
Selama satu tahun mulai dari 1992-1993, pelaksanaan proyek “Train A-D
Debottlenecking” (TADD) digunakan untuk meningkatkan kapasitas Train A, B,
C, dan D hingga 710 m³/hr. Peningkatan kapasitas pada Train E-F juga dilakukan
kemudian. Selain proyek peningkatan kapasitas train juga terdapat proyek “Train
A-F Upgrade” (TAFU) dengan tujuan meningkatkan kemampuan Train dan
menjaga keberlangsungan train agar dapat beroperasi dalam 20 tahun kedepan.
6
Lokasi kilang terletak di tepi pantai dalam, serta dengan adanya pulau-
pulau kecil di depannya membuat pantai menjadi tenang dan terhindar dari
ombak besar.
c. Bahan Baku
Jarak antara sumber bahan baku dengan kilang yang cukup dekat yaitu
sekitar 56 km, sehingga penyaluran bahan baku gas alam dapat disalurkan
dengan perpipaan.
d. Kebijaksanaan Pemerintah
Kondisi wilayah yang dekat dengan laut menjadi kelebihan tersendiri, air
laut dapat digunakan sebagai proses pendingin dan sumber air pemadam
kebakaran. Selain itu sumber air tanah juga digunakan sebagai air umpan
pada boiler dan keperluan lainnya.
7
Gambar 2.2 Lokasi Sumur-sumur dan gas alam
2.2. Bidang Fokus Perusahaan
PT. Badak NGL berfokus pada pengolahan gas alam cair dan mendapatkan
sumber bahan baku feed gas dari beberapa dari beberapa sumur gas alam yang
dikelolah oleh produsen seperti Total E&P Indonesia, Chevron, Vico. Dari sumur-
sumur gas alam tersebut dialirkan ke Muara Badak dan selanjutnya akan dialirkan
ke kilang PT. Badak NGL dengan menggunakan 4 buah sepanjang 57 km dengan
diameter pipa 36 inch sebanyak 2 buah dan dua buah lainya sebesar 42 inch dengan
tekanan 47 kg/cm². Berikut ini merupakan komposisi dari feed gas yang digunakan
untuk proses pembuatan NGL:
8
CO2 >5,6%
Hg <0,03 ppbw
H2S <0,5 ppbw
Produk LNG yang dihasilkan yang dihasilkan memiliki wujud cair dengan
temperatur LNG sebesar ˗ 159˚C dan nilai kalor 1107 – 1115 Btu/SCF. Berikut
ini merupakan komposisi produk LNG yang diproduksi oleh PT. Badak NGL.
Selain memproduksi LNG PT. Badak NGL juga memproduksi LPG dimana
terdiri dari 2 jenis LPG yaitu LPG Propana dengan temperatur -40ºC dan LPG
Butana dengan temperatur -10ºC. Berikut ini merupakan komposisi LPG Propana
dan Butana yang diproduksi PT.Badak LNG :
9
b. VICO (20%), sebagai penemu gas alam
Production Division
Production division bertanggung jawab atas kelancaran proses pengolahan
dan perawatan pabrik. Divisi ini terbagi kedalam 3 departemen, yaitu :
1) Operation Department
2) Technical Department
3) Maintenance Department
a. Operation department
10
Departement ini bertanggung jawab secara langsung Terhadap
proses pengolahan gas alam menjadi LNG dan kemudian proses
pengangapalan.
b. Maintenance Department
12
e. Reliability Section bertanggung jawab untuk memelihara, memperbaiki,
serta melakukan instalasi apabila ada kerusakan yang terjadi pada
komponen elektrik di pabrik. Maintenance & Turnaround Planning
Section ini memiliki tanggung jawab untuk: Planning/Programming;
Coordinating; Servicing; Controlling.
f. Warehouse and Supply Chain
Sebagai tempat awal untul menerima Supply barang, dan menyimpan barang
logistik.
a. Profesionalisme
13
b. Integritas
c. Dignity
14
BAB III
DASAR TEORI
3.1. Hazard Monitoring Control System
Kawasan PT. Badak LNG merupakan sebuah kawasan yang berbahaya, oleh
karena itu perusahaan memiliki sistem pengamanan yang dapat melindungi pabrik
dari segala macam keadaan yang dapat membahayakan pabrik, dan salah satunya
adalah Fire Protections Section (FPS) [2]. Fire Protections Section bertanggung
jawabatas keamanan di lingkungan pabrik dan memastikan keselamatan pabrik dari
kebakaran yang dapat menyebabkan kerugian. Untuk menjalankan tugasnya FPS
mempunyai beberapa macam sistem keamanan salah satunya adalah Hazard
Monitoring Control System [1].
Hazard Monitoring Control System (HMCS) merupakan sebuah sistem yang
berfungsi memonitor dan mengontrol pencegahan terhadap bahaya kebakaran
maupun ledakan untuk daerah-daerah yang diklasifikasikan sebagai, Hazardous
area (Daerah Berbahaya) secara blok diagram sistem ini dapat digambarkan seperti
gambar 3.1
Sistem sensor adalah sistem yang memberikan input ke HMCS berupa Fire
Detection, yaitu alat pendeteksi suatu keadaan lingkungan akan keberadaan unsur-
unsur yang dapat menimbulkan munculnya api. Fire detection terdiri dari Spill
Detector, Heat Detector, Smoke Detector, Gas Detector dan Flame Detector. Setiap
detektor tersebut memiliki fungsi spesifik masing-masing dan kemudian
dihubungkan pada control panel Fail Safe Control System (FSC)[1]. Pada FSC
Honeywell data yang diterima dari detektor akan diproses dengan menggunakan
logic dan hasil dari logika tersebut akan ditampilkan pada Controll Room dan Fire
15
Station, jika terjadi indikasi adanya kebakaran maka FSC Honeywell akan
memberikan sinyal untuk mengaktifkan Aktuator [2].
Sistem aktuator yang menghasilkan output dari HMCS merupakan fire
protection, yaitu peralatan yang digunakan untuk mencegah atau menanggulangi
saat muncul adanya keberadaan unsur-unsur yang terdeteksi oleh fire detection. Fire
protection terdiri dari water spray, water deluge, water curtain, high expansionfoam,
low expansion foam, fixed dry chemical, dan FM 200.
Panas merupakan salah satu efek yang ditimbulkan oleh kebakaran, oleh
karena itu panas digunakan sebagai salah satu parameter dalam mendeteksi suatu
kebakaran. Detektor panas (Heat Detector) bekerja berdasarkan prinsip dasar
sebuah bimetal. Prinsip kerja bimetal ini memanfaatkan koefisien muai logam.
Detektor ini menggunakan dua buah logam yang dipasang berdekatan seperti yang
ditunjukan dalam gambar 3.2. dalam kondisi normal, kedua logam tersebut
bersentuhan jika, terjadi kenaikan temperatur maka logam tersebut akan memuai
dan pada tingkat temperatur tertentu kedua logam tersebut terjadi kontak (close)
dan menghasilkan arus listrik dan mengalir ke panel FCS.
16
Detektor yang digunakan pada HMCS Badak LNG yaitu jenis Fenwall Heat
detector yang diatur agar temperatur muai bimetal tersebut bernilai 70ºC di field
dan bernilai 40 ºC didalam ruangan apabila temperature field sudah mencapai 70ºC
atau temperatur ruangan sudah mencapai 40ºC, maka bimetal tersebut akan memuai
dan bersentuhan. Kemudian listrik pun akan mengalir menuju panel FSC dan
mengaktifkan alarm. Fenwall Heat Detector biasanya dipasang pada tangki bagian
atas, vent stack, subdike, dan lube oil. Heat Detector tersebut memiliki spesifikasi
sebagai berikut.
a. Voltage operation : 24 Vdc
17
Gambar 3.3 Spill Detector
18
Infrared gas detector menggunakan Mikroprosesor, yang digunakanpada
protektor gas hidrokarbon yang memonitoring gas yang mudah terbakar dan
menyediakan indikasi alarm dan pelindung yang tahan api, sehingga informasi
detector dapat di proses di tempat detector. Metode pendeteksian ditunjukan
pada gambar 3.5 di bawah ini:
Infrared detector menggunakan 2 buah sinar infra merah, dan satu detector.
Keduanya sumber (aktif dan referensi) dikirim melalui optik ke detector. Infra
merah dari kedua sumber tersebut dilewatkan secara terpisah melalui sebuah filter
aktif dan sebuah filter referensi yang menghasilkan 2 panjang gelombang yang
spesifik yang digunakan untuk mendeteksi gas. Kedua sinyal tersebut (aktif dan
referensi) melalui satu beam splitter yang menggairahkan kedua sinyal tersebut ke
dalam satu garis. Dari beam splitter, lensa Fresnel mengkonversi energi infra merah
menjadi satu sinyal collimated yang melewati gas. Lensa fresnel yang kedua
kemudian memfokuskan sinar collimated ke detector. Energi pada panjang
gelombang aktif dan referensi kemudian dibandingkan untuk menentukan jumlah
gas yang ada.
Pada Badak LNG sinyal keluaran dari gas detector berupa sinyal analog,
sehingga tindakan yang akan diambil pada saat terjadi kebocoran gas relatif
terhadap jumlah persentase gas bocornya. Gas detector memiliki sisi transmitter
(pemancar sinyal) dan sisi Receiver (penerima sinyal) dimana pada keadaan normal
sinyal inframerah yang dipancarkan akan diterima oleh receiver sebesar 100 %
19
(output sensor adalah sebesar 4 mA), sedangkan pada saat terjadi kebocoran gas
tersebut akan mengurangi sinar yang akan diterima oleh receiver sehingga dari
persentase sinar yang diterima dapat menentukan persentase gas yang terdapat pada
ruangan tersebut dan tindakan apa yang akan diambil. Indikasi yang digunakan
untuk kebocoran gas ‘high’ adalah 20 % LEL, sedangkan untuk indikasi kebocoran
gas ‘high-high adalah 60% LEL.
Tipe infrared gas detector yang digunakan di Badak NGL ada dua yaitu :
infrared gas detector model IR 2100 produk dari General Monitor dan Searchpoint
Optima Plus produk dari Sieger.
Spesifikasi infrared gas detector SearchPoint Optima Plus produk dari Sieger
adalah :
b. Signal Output : 4 – 20 mA
20
d. Pembungkus tahan api
21
Gambar 3.7 Chamber Ionisasi Smoke Detector
22
Gambar 4.8 photoelectric detector dalam keadaan normal
(a), dalam keadaan berasap (b)
Photoelectric detector memiliki kekurangan, diantaranya kurang sensitif dan
bentuknya besar sehingga jarang digunakan, daripada ionization detector. Badak
NGL pun menggunakan ionization detector sebagai smoke detector, dengan
spesifikasi sebagai berikut.
d. Standby current : 40 µA
23
3.2.5 Flame Detector
24
` Gambar 3.11 Respons spektral sensor IR dan Sensor UV
Sirkuit pada sensor UV terdiri dari satu catu daya bertegangan tinggi, tabung
detector, dan conditioner sinyal. Radiasi UV yang terdeteksi oleh sensor di konversi
menjadi pulsa output yang dihasilkan oleh conditioner sinyal. Pulsa output
kemudian mengikuti rasio sirkuit detector untuk pemrosesan sinyal. Sirkuit pada
sensor IR terdiri dari sebuah sensor thermocouple dan sebuah conditioner sinyal,
sama seperti sensor UV, conditioner sinyal menghasilkan pulsa output yang
kemudian mengikuti rasio sirkuit detector untuk pemrosesan sinyal. Kedua sinyal
tersebut disimpan dan dimasukan ke dalam satu register untuk kemudian
dibandingkan satu dengan yang lainnya. Apabila terdapat isi register yang berada
diluar rasio UV peristiwa tersebut akan dinyatakan dan dimasukan kedalam UV
even register dan apabila terdapat isi register yang berada di luar rasio IR, peristiwa
tersebut akan dinyatakan dan dimasukan kedalam IR even register [8]. Munculnya
percikan api mengakibatkan adanya kehadiran radiasi UV dan IR secara kontinu
mengaktifkan relay UV/IR. Relay tersebut dihubungkan ke alarm atau indikator
untuk memberitahukan kondisi yang berbahaya, seperti percikan api.
25
3.3 Fire Protection
Water spray, water deluge, water curtain adalah alat proteksi yang
menggunakan air untuk melindungi tangki-tangki yang ada di plant dari bahaya
kebakaran yang dapat dioperasikan secara otomatis pun manual oleh operator.
Apabila terjadi kebakaran semua alat ini akan mengeluarkan air untuk
membasahi tangki agar tidak menyebar ke tangki yang lain pada umumnya water
spray, waterdeluge dan water curtain diletak di langit-langit.
High and Low Expansion Foam adalah alat yang digunakan untuk
mencegah terjadinya kebakaran dengan menggunakan foam (busa). Pada umumnya,
high and low expansion foam diletakan pada sudbike dan daerah sekitartangki.
26
Gambar 3.13 Foam System
Fixed Dry Chemical System adalah alat pemadam kebakaran yang dirancang
khusus dan mempunyai bahan dasar dari Potasium Bikarbonat atau lainya dan
berbentuk seperti tepung. Alat ini dipasang secara tetap di tangki-tangki LNG-LPG
dan dermaga muat LNG-LPG.
Cara kerja dari pada sistem Dry chemical adalah dengan menggunakan
sistem mekanis sehingga nitrogen yang bertekanan tinggi keluar dari tabung, lalu
disalurkan melalui tangki Dry Powder dan akan mendorong Dry Powder sehingga
dry powder keluar dan akan menyemburkan melalui pipa dan nozzle. Berbeda
dengan peralatan pemadam kebakaran yang menggunakan media air, alat ini
berfungsi untuk memadamkan kebakaran saja dan tidak dapat melindungi fasilitas
dari adanya pancaran radiasi panas yang timbul disekitar fasilitas yang dilindungi
dengan Dry Chemical.
27
Gambar.4.14 Tabung penyimpanan Dry Chemical
3.3.4 FM-200
FM-200 merupakan salah satu sistem fire protection yang digunakan untuk
melindungi ruangan kritikal seperti : Data Center Room, UPS Room dan ruangan
yang banyak terdapat peralatan listrik, sehingga sistem ini disesuaikan dengan
kondisi ruangan yang di proteksinya, aman bagi peralatan elektronik serta ramah
lingkungan. FM-200 dibutuhkan untuk deteksi dini asap yang ditimbulkan oleh
short sirkuit dan untuk pemadaman gejalah kebakaran tersebut secara cepat. FM-
200 bekerja 80% dengan cara absorbsi (penyerapan) panas dan 20% dengan secara
reaksi kimia, berikut ini merupakan unsur kimia yang ditunjukkan oleh gambar
dibawah ini.
28
3.6 Prinsip Kerja Flame Detector
29
elektron yang kemudian mengalir dari katoda menuju anoda dengan kecepatan yang
semakin meningkat seiring dengan meningkatnya intensitas sinar UV yang
terdeteksi [3].
Berikut ini merupakan spesifikasi dan performansi yang dimiliki oleh flame
detector General Monitors.
a. Jarak Maksimum : sumber percikan heptana 0.093 m2 pada
15.2 m.
e. Maximum field of view :1200 (FL 3100H) dan 1400 (FL 3101H)
30
Gambar 3.17 Field of view FL 3100H secara Vertical
31
Gambar 3.19 Field of view FL 3101H secara vertikal
32
Tabel 3.3 Arus keluaran FL 3100H untuk setiap kondisi
e. Panjang : 15.2 cm
f. Lebar : 15.2 cm
g. Tinggi : 14.0 cm
33
BAB IV
PEMBAHASAN
34
a. Jarak maksimum : sumber percikan heptana 0,093 m2 pada 15.2 m
35
Pada satu compressor house terdapat 3 buah kompresor turbin dengan
ukuran yang berbeda-beda, yaitu 4K-1, 4K-2 dan 4K-3, dengan 4K-1 memiliki
ukuran yang paling besar dan 4K-3 memiliki ukuran yang paling kecil. Ukuran
masing-masing kompresor yang berbeda-beda tersebut dapat mempengaruhi posisi
flame detector. Yang akan dipasang hal ini perbedaan ketinggian dan posisi bagian
yang berbahaya dari kompresor atau turbin yang akan dideteksi.
36
Tabel 4.2 Tagging Flame Detector
Flame Detector Tagging Lokasi
A 33-BE-501 4K-1
B 33-BE-500 4KT-1
C 33-BE-503 4K-3
D 33-BE-502 4KT-3
E 33-BE-505 4K-2
F 33-BE-504 4KT-2
Untuk flame detector A, C, dan E mengawasi sisi sebelah turbin, dan untuk
flame detector B, D dan F mengawasi sisi compressor.
Pada saat ini Badak NGL menggunakan Honeywell Fail Safe Control
System (FSC) sebagai pengontrolan pertama sistem fire detector dan fire protection
pada hazard area. Fail Safe Control System (FSC) adalah sistem kontrol yang
menggunakan Programmable Logic Controller (PLC). Sistem FSC terdiri dari 2
bagian, yaitu panel FSC dan Main Machine Interface (MMI). FSC berfungsi untuk
memonitor dan mengendalikan panel-panel kontrol FSC yang berada di SIH
(Satellite Instrument House) dan mengatur komunikasi antara panel FSC dengan
sistem FSC itu sendiri. Di Badak NGL sistem ini digunakan pada semua train.
Terdapat dua metode pengoprasian FSC, yaitu secara otomatis dan secara
manual. Operasi otomatis sistem FSC bermula dari pendeteksian oleh detector pada
area tertentu secara terus-menerus apabila detector mendeteksi keadaan bahaya
maka detector tersebut akan mengirimkan sinyal informasi ke panel FSC berupa
tegangan arus listrik, kemudian informasi tersebut diolah oleh modul-modul yang
ada didalam panel FSC untuk menghasilkan tegangan sebesar 24 V untuk
mengaktifkan solenoid valve. Apabila solenoid aktif maka solenoid akan
melewatkan udara sebesar 7k/cm menuju alat fire protection melalui pipa-pipa.
Udara bertekanan tersebut kemudian menekan tombol/ seal pada fire detector
sehingga mengakibatkan fire protection tersebut untuk menanggulangi keadaan
bahaya pada area tersebut. berbeda dengan operasi otomatis, operasi manual sistem
FSC dilakukan untuk aktivasi sistem fire protection secara manual. informasi yang
telah diterima oleh detector dan telah diolah oleh modul-modul dalam panel FSC.
37
Interface atau menuju area tersebut untuk mengaktifkan fire protection di area
tersebut secara manual.
Arsitektur dasar dari sistem FSC, ditunjukan pada gambar di bawah ini yang
terdiri dari 2 bagian utama yaitu :
a. Central Part
b. Input/output Interface
Central Part atau (CP) merupakan jantung dari sistem FSC, sistem modular
microprocessor-based yang di desing secara khusus untuk aplikasi safety critical
yang dapat dibuat untuk kebutuhan aplikasi apapun. Modul Central Part yang paling
utama adalah Control Processor, module watchdog, dan communication processor
38
Gambar 4.6 CP 1 & PC 2
B. Watchdog Modul
39
C. Communication Processor
D. Interconnection
Setiap rak di Central Part memiliki modul Vertical Bus Driver (VBD) untuk
mengontrol MV-Bus. Vertical Bus (MV-Bus) merupakan sebuah flat cable yang
terpasang secara vertikal di dalam kabinet FSC yang memisahkan Central Part
dengan I/O system.
Setiap rak I/O mengandung modul Horizontal Bus Driver (HBD), yang
berhubungan dengan V-Bus. Modul HBD mengontrol Horizontal Bush-Bus), yang
merelay sinyal dari V-Bus menuju modul I/O melalui flat cable. Modul H-Bus
terletak pada masing-masing rak I/O bagian atas. Horizontal Bus dan flat cables
ditutup dengan lembaran penutup dari besi untuk menghindari EMC/RFI secara
optimum. Plat penutup ini mengandung paper strip yang menahan tagging process
yang berhubungan untuk identifikasi sinyal [5].
4.3.3 Input/output Interface
Sistem FSC menyediakan berbagai macam interface, input dan output jenisdigital
dan analog, masing-masing dengan karakteristik yang berbeda untuk memenuhi
permintaan field equipment yang berbeda-beda pula perbedaan karakteristik I/O
jenis digital dan analog dapat dilihat dari tabel berikut.
40
Tabel 3.2 Data perbedaan Interface I/O
41
dengan benar. Konfigurasi FSC dengan Central Part dan interface I/O non-
redundant biasanya digunakan untuk aplikasi dengan permintaan medium untuk
sistem availability, contoh karena redundant dalam plant equipment.
Sebuah konfigurasi FSC dapat termasuk redundant Central Part dengan
kombinasi antara redundant dan non-redundant I/O interface. Konfigurasi tersebut
menjadi kuat, dengan process control function yang meminta high reliability dapat
dikontrol melalui redundant I/O interface dan kurang meminta control functions
melalui non-redundant I/O interface [6].
4.3.4 Konfigurasi dan Pemrograman FSC
Deskripsi dari aplikasi, pada langkah ini kita menentukan segala informasi
tentang aplikasi seperti lokasi dan nama dari aplikasi tersebut.
a. Definisi bentuk konfigurasi dasar, pada menu ini kita menentukan parameter
konfigurasi dasar seperti safety class, sistem redundant dan tipe memori
yang digunakan.
b. Definisi dari bentuk fisik dan tata ruang daripada cabinet pada langkah ini
kita menentukan rak yang akan diisi pada cabinet dan posisi dari rak
tersebut.
c. Definisi dari modul dan cabinet, pada langkah ini kita akan menentukan
modul, yang akan diletakkan pada masing-masing rak pada cabinet tersebut,
seperti central part modul bus driver, dan modul I/O
d. Spesifikasi dari sinyal yang digunakan pada aplikasi FSC, pada langkah ini
kita akan menentukan karakteristik semua sinyal yang digunakan dalam
aplikasi FSC. Langkah ini dapat dilakukan secara manual namun bisa juga
dilakukan melalui mengimpor data dari file data base.
e. Menempatkan variabel Input dan Output ke Channel I/O
42
Gambar 4.7 Konfigurasi parameter instrument main menu FSC
Tugas khusus sistem FSC di dalam lingkungan proses ditentunkan oleh peng-
aplikasian program. Software FSC menyediakan dukungan untuk tugas-tugas yang
harus dilakukan selama konfigurasi dan desain. Dengan FSC Navigator,
dokumentasi proyek dapat dilakukan secara otomatis dan siap digunakan.
a. New Project, menu ini digunakan untuk membuat suatu proyek baru.
b. Open Project, pada menu ini digunakan untuk melakukan modifikasi pada
proyek yang sudah ada sebelumnya (existing).
c. System Configuration, menu ini digunakan untuk melakukan konfigurasi
atau melakukan pemeliharaan pada proyek yang sudah ada.
d. Design FLDs, menu ini digunakan untuk mendesain Functional Logic
Diagram (FLD) yang digunakan untuk membuat application logic.
e. Translate Application, menu ini digunakan untuk mengkonversi FLD
menjadi aplikasi yang dapat digunakan oleh sistem FSC juga melakukan
pengecekan pada perubahan yang sudah dilakukan pada sistem konfigurasi
dan desain FLD.
f. Load Software, menu ini digunakan untuk mendownload software dari hard
disk ke dalam sistem FSC (Central Part).
43
Gambar 4.8 Menu struktur dari sistem konfigurasi
A. Konfigurasi Sistem
44
B. Desain Aplikasi
Fungsi aplikasi safety critical system FSC (terdapat dalam program kontrol)
ditentukan oleh fungsi safety yang diperintahkan sistem pada aplikasi tertentu. FSC
Navigator mendukung desain program kontrol oleh pemakai (user). Fungsi kontrol
ditentukan melalui functional logic diagram [6].
a. Area informasi
Functional Logic diagram flame detector yang digunakan oleh instrument control
untuk mengetahui proces kerja kontroler baik yang berada di lapangan hingga yang di
tampilkan pada MMI (Main Machine Interface) dan DCS sistem. Proses kerja alur
Fuctional Diagram pada gambar diatas di awali dari sebelah kiri yang terdiri dari Input
yang berupa sensor detector yang terdapat pada bagian lapangan, dengan tag number
alat 33-BE-700 yang berada pada train 4K-2.
Jika detector mendeteksi adanya sumber percikan api maka sensor yang berada
pada train 4k-2 akan mengirimkan sinyal dengan mengaktifkan fire alaram
“Activated” di terima oleh logic diagram and, dan akan di proses. Kemudian pada
tombol set dan reset R & S yang merupakan tombol yang berfungsi untuk mereset
keseluruhan alaram apabila terjadi indikasi kebakaran lalu mengirim kan sinya DCS
address kepada MMI untuk memberi tahu kepada oprator control bahwa terjadi
45
indikasi bahaya kebakaran.
Pada bagian kanan merupakan Output dari FLD, yang terdiri atas, MMI (Main
Machine Interface), DCS address 3063 dan activated fire alaram pada compressor
yang berada di train 4K-2. Dan pada bagian tengah merupakan bagian kontroler
terdapat gerbang logika and, or, not, timer delay dan sinyal pulse yang berfungsi
untuk mengirimkan pulse alaram pada setiap train yang ada.
Jika tidak ada percikan api “ Vaulty” maka maka nol dan sistem alaram tidak
akan aktivated dimana terdapat timer delay selama 2 detik untuk mengaktifkan
tombol reset untuk memreset semua alaram yang ada pada train E.
46
Gambar 4.11 Rack panel Dari Sistem FSC Honeywell
47
d. Communication Module
48
Modul ini adalah modul digital input yang memiliki 16 channel input digital
49
c. Dua station operator jarak jauh yang berada di Main Control Room dan di
Fire.
Perawatan untuk panel FSC dilakukan secara rutin setiap bulan, setiap
3 bulan dan setiap tahun atau shutdown.
a. Perawatan setiap bulan
a) Detector troubleshooting
b. Software Troubleshooting.
51
Gambar 4.13 Diagram alir Troubleshooting flame detector
A. Detector Troubleshooting
Adapun beberapa masalah yang mungkin terjadi pada detector antara lain :
53
Tabel 4.3 Kemungkinan Permasalahan, Penyebab dan solusi yang terjadi pada
Flame detector
Tidak ada sinyal keluaran dan Tidak ada sumber tegangan Pastikan sumber daya 24 Vdc
lampu LED hijau mati. input. terhubung pada polaritas yang
tepat.
Tidak ada sinyal keluaran dan AULT akibat tegangan Pastikan sumber daya
lampu LED hijau berkedip masukan terlalu kecil. masukan tidak kurang dari 20
secara cepat. Vdc.
Sinyal keluaran 2 mA dan COPM FAULT atau lensa Bersihkan lensa detektor UV
lampu LED hijau berkedip detektor kotor. atau IR.
secara lambat.
54
B. Wiring Troubleshooting
HMCS cabinet terdiri dari empat bagian dan mempunyai fungsi yang
berbeda-beda dari tiap bagian antara lain:
a. Terminal (TB)
Terminal Box (TB) merupakan tempat berkumpulnya kabel-kabel dari
lapangan yang ditempatkan menjadi satu tempat dalam satu box HMCS
cabinet yang bertujuan untuk memudahkan connection antara detector
dengan modul pengontrolan dan memudahkan bila terjadi troubleshooting.
55
b. Surge Arrester (SA)
Surge arrester berfungsi sebagai proteksi agar tegangan di line stabil, dan
juga sebagai proteksi terhadap petir.
Bila akan mengecek jika terjadi trouble shooting pada surge arrester
dapat dilakukan dengan cara mengukur impedansi pada kabel conector
dengan menggunakan multimeter.
56
Bila akan mengecek jika terjadi trouble shooting pada FTA Card maka dapat
dilakukan dengan cara mengukur impedansi pada kabel conector dengan
menggunakan multimeter.
57
Troubleshooting yang biasa terjadi adalah koneksi yang lepas dan longgar
di socket connector antara detector dan Terminal, terminal dengan surge Arrester,
surge arrester dan FTA Card dengan FSC. Selain problem koneksi yang lepas dan
longgar, kadang-kadang sering terjadi pula salah polaritas yang dapat
mengakibatkan tidak terjadi koneksi antara tiap cabinet, dan juga sering terjadi
putusnya kabel antar connector serta short circuit yang dapat mengakibatkan
rusaknya modul. Untuk mendeteksi adanya kesalahan koneksi maka dapat
menggunakan multimeter sebagai pendeteksinya.
58
Gambar 4.21 Translate Application
Jika pada ”Total number of errors detected during translate” menyatakan 0, itu
berarti logic yang sudah ada tidak mengalami masalah [5].
59
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
a. Konfigurasi flame detector untuk HMCS, yang merupkan sistem keamanan pada
PT Badak LNG. Yang memiliki beberpa detector yang dikontrol oleh modul FSC
(Fail Safe Control) yang kemudian datanya di tampilkan oada Main Machine
Interface yang terletak di fire station.
b. Prinsip Kerja flme detector tipe FLH-3100 yang ada di Train E Badak LNG
memiliki 2 buah sensor yaitu sensor Infrared dan sensor Ultra Violet. Sensor UV
mendeteksi panjang gelombang sekitar 0,19-0,26 mikron dengan rentang panjang
190-260 nm. Detector ini mendeteksi kebakaran dan ledakan di antara 3-4 milidetik.
Sedangkan gelombang IR mendeteksi gelombang radiasi infrah red pada panjang
gelombang 4,1-4,6 mikron dari satu pancaran cahaya, dengan rentang panjang
4100-4600 nm, detector ini mendeteksi pancaran cahaya IR dengan Respon waktu
3-5 milidetik.
c. Trouble shooting dapat di lakukan dengan menggunakan Loop Drawing dan Logic
Diagram, untuk membantu mempermudah maintenance untuk mengetahui trouble
shooting yang terjadi baik pada fleme detector, kontroller dan jalur komunikasinya.
Trouble Shooting dapat dilakukan dengan cara mengecek Impedensi pada setiap
HMCS Cabinent.
5.2. Saran
60
DAFTAR PUSTAKA
[1] Sobirin, Iskandar., FAIL SAFE CONTROL SYSTEM, Instrument Section PT
Badak NGL. Bontang.
[2] Hermanto, Agus., HMCS AND HAZARD FIELD DEVICES, Instrument Section
PT Badak NGL. Bontang.
[3] General Monitors FL 3100H / FL 3101H Manual Book, PT. Badak NGL.
[4] HMCS System MMI Manual FSC-Honeywell,PT.Badak NGL.
[5] Software Manual FSC-Honeywell,Botang , PT. Badak NGL.
[6] Maintenance & installation FSC-Honewell, PT Badak NGL.
[7] Lita, “Mengenal Cara Kerja dan Jenis-jenis Alat Pendeteksi Kebakaran,”
www.sewakantorcbd.co,2018.https://www.sewakantorcbd.com/blog/mengenal
-cara-kerja-dan-jenis-jenis-alat-pendeteksi-kebakaran/.
61
LAMPIRAN I
Pengetesan flame detektor sebelum digunakan tipe FL 3100H Oleh Maintenace.
62
Lokasi pemasangan Flame detector di 4K-1/2/3 Train E Badak LNG
63
LAMPIRAN II
FLAME DETECTOR FL-H10
64
LAMPIRAN III
KUISIONER KINERJA MAHASISWA
65
66
67
68
LAMPIRAN IV
CATATAN HARIAN KERJA PRAKTEK & LEMBAR BIMBINGAN DOSEN PEMBIMBING
LAPANGAN
69
70
71
72
Lembar Bimbingan Kerja Praktek Dosen Pembimbing Lapangan
73
LAMPIRAN V
SERTIFIKAT KERJA PRAKTEK & LEMBAR PENILAIAN PERUSAHAAN
74
75
76
77