Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH MATERIAL RESINEX TERHADAP PROPERTIES HPHT

FILTER PRESS PADA TEMPERATURE 200℉ LUMPUR KCL-POLYMER


PT. MITRA MANDIRI SAKTITAMA

PAPER TUGAS AKHIR

Oleh

DHELFI ALVA ALFRIYANI


NIM. 19010094

PROGRAM STUDI D-3 TEKNIK PERMINYAKAN


INSTITUT TEKNOLOGI PETROLEUM BALONGAN
INDRAMAYU
2023
PENGARUH MATERIAL RESINEX TERHADAP PROPERTIES HPHT
FILTER PRESS PADA TEMPERATURE 200℉ LUMPUR KCL-POLYMER
PT. MITRA MANDIRI SAKTITAMA

PAPER TUGAS AKHIR

Oleh

Dhelfi Alva Alfriyani


NIM. 19010094

PROGRAM STUDI D-3 TEKNIK PERMINYAKAN


INSTITUT TEKNOLOGI PETROLEUM BALONGAN
INDRAMAYU
2023
LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH MATERIAL RESINEX TERHADAP PROPERTIES HPHT


FILTER PRESS PADA TEMPERATURE 200℉ LUMPUR KCL-POLYMER

oleh

Dhelfi Alva Alfriyani


NIM.19010094

Indramayu, Agustus 2023

Disahkan oleh

Pembimbing Bahasa Inggris

Muhammad Anton, M.Pd.


NIDN. 0427049203

Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2

Ismanu Yudiantoro, M.T Desi Kusrini, M.T


NIDN. 0405118504 NIDN. 0425128702
Paper Tugas Akhir – Institut Teknologi Petroleum Balongan

PENGARUH MATERIAL RESINEX TERHADAP PROPERTIES HPHT


FILTER PRESS PADA TEMPERATURE 200℉ LUMPUR KCL-POLYMER

Dhelfi Alva Alfriyani*), Ismanu Yudiantoro, Desi Kusrini


Program Studi D-3 Teknik Perminyakan, Institut Teknologi Petroleum Balongan, Indramayu 45216, Indonesia.
*)
E-mail: dhelfiva@gmail.com

Abstrak
PT. Mitra Mandiri Saktitama adalah perusahaan yang mengembangkan usaha dibidang oil production chemical. Sistem
lumpur pemboran merupakan komponen yang sangat penting dalam melakukan operasi pemboran, masalah yang dihadapi
saat pemboran melewati formasi yang mengandung reaktif clay maupun shale. Lumpur pemboran merupakan hal sangat
penting dan memengaruhi berhasil/tidaknya operasi pemboran. Untuk memperbaiki sifat-sifat lumpur, perlu zat kimia
yang harus ditambahkan. Tujuannya yaitu untuk mengethaui mud properties menggunakan water base mud mendapatkan
analisa dari hasil pengukuran sifat fisik lumpur pemboran. Lumpur yang digunakan yaitu bertipe water base mud. Metode
yang digunakan Tugas Akhir ini yaitu melakukan pengujian material Resinex sebanyak 2 gr, 4 gr, 6 gr, dan 8 gr terhadap
properties HPHT pada temperature 200oF. Pengujian akan mendapatkan data mud weight, pH, rheology, API filtrate, dan
Clˉ. Hasil tugas akhir menunjukkan bahwa dalam pembuatan lumpur dengan menggunakan material-material yang di
mixing menggunakan mixer akan diukur mud weight nya menggunakan pressurized mud balance, tes rheology
menggunakan rheometer, mengukur API filtrate menggunakan API Filter Press, mengetahui pH dengan pH digital dan
mengetahui Ion Chloride menggunakan magnetic stirrer. Formulasi lumpur menggunakan Biocide, Bentonite, NaOH,
Starch, PAC-LV, XCD, CaCO3, Soltex, Resinex, Barite, dan KCL.

Kata Kunci: KCL polymer, lumpur pemboran, pengujian sifat fisik, resinex, temperature.

Abstract
PT. Mitra Mandiri Saktitama is a company developing a business in the field of chemical oil production. The drilling mud
system is a very important component in drilling operations, a problem encountered when drilling through formations
containing reactive clay or shale. Drilling mud is very important and influences the success or failure of drilling
operations. To improve the properties of the sludge, it is necessary to add chemicals. The goal is to find out the mud
properties using water base mud to get an analysis of the results of measurements of the physical properties of the drilling
mud. The mud used is a type of water base mud. The method used in this Final Project is to test 2 gr, 4 gr, 6 gr, and 8 gr
Resinex material against HPHT properties at a temperature of 200oF. The test will obtain mud weight, pH, rheology,
API filtrate, and Clˉ data. The results of the final project show that in making sludge using mixed materials using a mixer
the mud weight will be measured using a pressurized mud balance, rheology tests using a rheometer, measuring API
filtrate using API Filter Press, knowing pH with digital pH and knowing Chloride Ion using a magnetic stirrer. The mud
formulation uses Biocide, Bentonite, NaOH, Starch, PAC-LV, XCD, CaCO3, Soltex, Resinex, Barite, and KCL.

Keywords: KCL polymer, drilling mud, physical properties test, resinex, temperature.

1. Pendahuluan viskositas. Pemilihan lumpur jenis ini disesuaikan


berdasarkan suhu dan hal lainnya yang dibutuhkan dalam
kegiatan pemboran. Pada pemboran Trayek 17 1/2” ini
Pada penelitian ini menggunakan material resinex, menembus formasi Muara Enim – Talangakar. Dimana
karena material ini memiliki tingkat ketahanan yang baik pada formasi ini didominasi oleh batu lempung, batu
terhadap suhu tinggi. Material resinex ini juga memiliki bara, batu pasir, dan batuan shale yang mengandung clay
ketahanan yang baik terhadap korosi pada suhu tinggi. yang reaktif terhadap air. Oleh karena itu, dirancang
Dalam aplikasi lapangan, resinex ini dapat menstabilkan lumpur KCl polymer dengan material resinex. Pada
dan memperluas batasan suhu hingga 400℉. Material ini penelitian ini dilakukan percobaan perbandingan antara
efektif dalam lumpur berdensitas tinggi dimana control empat sampel lumpur KCl polymer pada material resinex
kehilangan cairan dapat dicapai tanpa peningkatan dengan konsentrasi yang berbeda menggunakan alat high

Pembimbing 1 Pembimbing 2 Pembimbing Bahasa Inggris Dhelfi Alva Alfriyani


Sign/date 19010094

Ismanu Yudiantoro Desi Kusrini Muhammad Anton


Paper Tugas Akhir – Institut Teknologi Petroleum Balongan

pressure high temperature (HPHT). Pengujian ini 2.4.3 Filtration Loss dan Mud Cake
dilakukan untuk mencari komposisi material yang Fluida yang hilang ke dalam batuan disebut filtrate,
efektif, efisien, dan murah untuk hasil sesuai spesifikasi. sedangkan lapisan partikel besar tertahan di permukaan
disebut mud cake.
2. Tinjauan Teori 1. API Filter Press Low Pressure Low Temperature
(LPLT)
2. API Filter Press High Pressure High Temperature
2.1 Dasar Lumpur Pemboran (HPHT) 175 ml
Lumpur pemboran menurut API RP 13D (2010),
didefinisikan sebagai fluida sirkulasi dalam operasi Tabel 1. Temperature vs Pressure
pemboran berputar yang memiliki banyak variasi fungsi
Minimum Back
dimana merupakan salah satu faktor yang berpengaruh Test Temperature F
Pressure, psig
terhadap optimalnya operasi pemboran. Oleh sebab itu
Less than 200 0
sangat menentukan keberhasilan suatu operasi pemboran.
200-300 100
301-350 150
2.2 Fungsi Lumpur Pemboran
Pada awal penggunaan pemboran berputar, fungsi utama 351-375 200
fluida pemboran hanyalah mengangkat serpih dari dasar 376-400 250
sumur ke permukaan dan ada beberapa fungsi yaitu: 401-425 350
1. Mengangkat serbuk bor/cutting ke permukaan. 426-450 450
2. Menjaga dan mengimbangi tekanan formasi. 451-475 550
3. Memmpertahankan stabilitas lubang. 476-500 700
4. Mendinginkan dan melumasi pahat dan rangkaian
bor. 2.4.4 pH
5. Menahan cutting selama sirkulasi berhenti. 2.4.5 Ion Chloride (Cl-)
6. Menahan sebagian berat rangkaian pipa pemboran.
7. Sebagai media (logging mud log dan sample log). 2.5 Material Pembuatan Lumpur
Material lumpur pemboran adalah sejumlah bahan-bahan
2.3 Jenis-jenis Lumpur Pemboran yang digunakan untuk membuat lumpur sesuai dengan
Penentuan lumpur pemboran yang digunakan dalam sifat yang dibutuhkan oleh sumur. Jenis dari material
suatu operasi pemboran didasarkan pada kondisi bawah lumpur seperti; fresh water, bentonite, NaOH, KCl,
permukaan dari formasi yang ditembus. soltex, resinex, dan lain sebagainya.
1. Water Based Mud
2. Oil Based Mud 2.6 Lumpur KCL-Polymer
3. Air or Gas Based Mud Lumpur KCL polymer adalah lumpur yang berfungsi
untuk mengontrol reaksi kimia pada lapisan shale.
2.4 Sifat Fisik Lumpur Pemboran Lumpur KCL polymer (potassium chloride) mempunyai
2.4.1 Densitas kemampuan mencegah laju pengembangan clay dengan
Berat jenis lumpur harus dikontrol agar dapat mengurangi hidrasi clay. Dalam menstabilkan mineral
memberikan tekanan hidrostatis yang cukup untuk shale, ion-ion K+ akan menggantikan kedudukan ion
menahan tekanan formasi, tetapi tidak boleh terlalu besar Na+ dalam lapisan clay.
karena dapat menyebabkan rekahnya formasi sehingga
lumpur hilang ke formasi. 2.7 Drilling Problem
𝑤 Ada beberapa masalah utama yang dihadapi saat
ρmud = ....................................................................... (1)
𝑉
pengeboran dan penyelesaian saat mengebor lubang
Ph = 0,052 x ρ x d ....................................................... (2)
sumur bersuhu tinggi menggunakan WBM.
1. Loss Circulation
2.4.2 Rheology
2. Shale Problem
Rheology adalah istilah yang digunakan untuk
3. Pipe Sticking
menggambarkan aliran cairan dan formasi dari padatan.
4. Kick dan Blowout
1) Plastic Viscosity (PV)
PV = RPM 600 – RPM 300................................... (3)
2.8 Clay dan Shale
2) Yield Point (YP)
Shale dan clay adalah batuan sedimen yang sangat reaktif
YP = RPM 300 – PV ............................................. (4)
terhadap air. Clay merupakan batuan lempung yang
3) Low Shear Yield Point (LSYP)
mudah reaktif terhadap air sehingga menyebabkan
LSYP = (RPM 3 x 2) – RPM 6 ............................. (5)
swelling. Shale merupakan batuan serpih, batuan ini
4) Gel Strength
termasuk sedimen yang terkena temperatur yang sangat
tinggi. Masalah yang sering terjadi pada shale dan clay
yaitu; sloughing shale dan swelling.

Pembimbing 1 Pembimbing 2 Pembimbing Bahasa Inggris Dhelfi Alva Alfriyani


Sign/date 19010094

Ismanu Yudiantoro Desi Kusrini Muhammad Anton


Paper Tugas Akhir – Institut Teknologi Petroleum Balongan

2.9 Tinjauan Lapangan


2.9.1 Geologi Regional

Gambar 1. Struktur Regional Cekungan Sumatera


Selatan Gambar 3. Stratigrafi Cekungan Sumatera Selatan
Secara umum, Pulau Sumatera terdiri atas tiga buah
cekungan besar. Ketiga buah cekungan itu adalah North 3. Metodologi
Sumatera Basin, Central Sumatera Basin, dan South
Sumatera Basin. Wilayah penelitian berada di South Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan
Sumatera Basin atau Cekungan Sumatera Selatan. mengumpulkan data, mempelajari literatur dan mengolah
data. Data yang tersedia adalah data empat sampel
2.9.2 Stratigrafi Lokasi Penelitian lumpur KCL polymer dengan komposisi material resinex
Struktur Lapangan Prabumulih Barat dengan luas 3 x 2,5 yang berbeda, yaitu 2 gr, 4 gr, 6 gr, dan 8 gr. Setelah
km secara structural adalah antiklin (fourway dip mengumpulkan data, kemudian melakukan pengujian
closure) dengan arah sumbu panjang secara regional N perbandingan empat sampel lumpur KCL polymer
110-116 E atau Tenggara Barat Laut. Dari pemetaan terhadap properties lumpur.
Batas Minyak Air (BMA) dan Lowest Oil Tested atau Oil
Down to yang mencakup seluruh lapangan mengikuti
pola closure yang ada (fourway dip closure).

Gambar 2. Peta Lokasi Prabumulih Barat

Pada dasarnya stratigrafi Cekungan Sumatera Selatan


dikenal satu daur besar (megacycle) yang terdiri dari
suatu transgresi dan kemudian diikuti oleh regresi.
Kelompok fase transgresi disebut kelompok Telisa yang
terdiri dari Formasi Lahat, Talang Akar, Baturaja, dan
Formasi Gumas, sedangkan keompok fase regresi disebut
kelompok Palembang yang terdiri dari Formasi Air Gambar 4. Diagram Alir Penelitian
Benakat, Muara Enim, dan Formasi Kasai.

Pembimbing 1 Pembimbing 2 Pembimbing Bahasa Inggris Dhelfi Alva Alfriyani


Sign/date 19010094

Ismanu Yudiantoro Desi Kusrini Muhammad Anton


Paper Tugas Akhir – Institut Teknologi Petroleum Balongan

4. Hasil dan Pembahasan 4.2 Hasil Pengujian Lumpur KCL Polymer


Setelah dilakukan beberapa pengujian seperti;
4.1 Prosedur Pembuatan Lumpur KCL Polymer pengukuran mud weight, pengukuran rheology, API filter
4.1.1 Konsentrasi Material press 100 psi (LPLT), HPHT filter press (200℉), pH,
Material yang digunakan pada 4 sampel ini terdiri dari dan ion chloride terhadap 4 sampel lumpur KCL polymer
fresh water, biocide, NaOH, unigel, PAC-L, starch, didapatkan hasil sebagai berikut:
resinex, CaCO3, soltex, barite, KCL, dan XCD. Pada 4
sampel ini menggunakan komposisi material resinex Tabel 4. Hasil Pengujian Lumpur KCL- Polymer
yang berbeda. Dimana sampel 1 menggunakan material
resinex = 2 gr, sampel 2 = 4 gr, sampel 3 = 6 gr, sampel
4 = 8 gr.
Tabel 2. Konsentrasi Material

4.3 Hasil Pembahasan


Pada pengujian ini dilakukan perbandingan 4 jenis
lumpur KCL Polymer dengan material resinex pada
4.1.2 Prosedur Mixing konsentrasi yang berbeda yaitu 2 gr, 4 gr, 6 gr, dan 8 gr
Proses mixing lumpur langkah pertama adalah resinex. Pada hasil pengujian mud weight dengan
menimbang seluruh material sesuai dengan konsentrasi menggunakan alat pressurized mud balance. Dapat
nya (Tabel 2.). Masing-masing material memiliki waktu dilihat pada table 4. Jika diperhatikan lumpur KCL-
mixing yang berbeda-beda seperti pada tabel berikut: polymer pada 2 gr, 4 gr, 6 gr, dan 8 gr resinex semuanya
mendapatkan hasil 1,45 SG, dimana pada nilai 4 sampel
Tabel 3. Mixing Procedure Lumpur KCL-Polymer lumpur tersebut tidak ada kenaikan maupun penurunan
dan sudah sesuai dengan spesifikasi range yang
dibutuhkan yaitu 1,45 – 1,90 SG. Pada pengujian
rheology (PV, YP, LSYP, gel strength) terdapat
perubahan yang tidak terlalu signifikan. Dari 4 sampel
tersebut tidak ada nilai yang keluar dari range yang
diinginkan, karena resinex efektif dalam mengontrol
kehilangan cairan tanpa meningkatkan viskositas. Pada
pengujian API filter press terbukti bahwa material
resinex mampu mengontrol hilangnya cairan dalam
lumpur tanpa mengubah properties lumpur yang lain. Hal
ini dapat disimpulkan bahwa semakin besar konsentrasi
resinex yang digunakan, maka akan semakin kecil nilai
filtrate API LPLT yang didapatkan. Dari hasil pengujian
4.1.3 Proses Hotroll 200℉ HPHT filter press diperoleh nilai 17,2 ml/30 menit untuk
Lumpur yang telah dibuat sebelumnya dan sesuai dengan nilai filtrate nya, dimana nilai tersebut melebihi range
mixing procedure kemudian akan dimasukkan kedalam spesifikasi yang diinginkan. Berdasarkan hasil pengujian
aging cell dan diberikan injeksi tekanan sebesar 100 psi, lumpur tersebut, diapat ditentukan sampel lumpur yang
dan akan dilakukan proses hotroll dengan temperatur paling optimal dan ekonomis yaitu dengan penggunaan
200℉ selama 16 jam. Ketika 16 jam telah selesai, maka resinex sebanyak 6 gram.
heater oven dimatikan sementara roller tetap berjalan
selama 30 menit dengan kondisi pintu oven terbuka. 5. Kesimpulan
Setelah 30 menit, aging cell didinginkan atau direndam
dengan air. Berdasarkan hasil pembahasan yang dilakukan dapat
ditarik beberapa kesimpulan sementara antara lain:
1. Pada pembuatan lumpur pemboran, terdapat
beberapa proses yaitu tahap penimbangan bahan

Pembimbing 1 Pembimbing 2 Pembimbing Bahasa Inggris Dhelfi Alva Alfriyani


Sign/date 19010094

Ismanu Yudiantoro Desi Kusrini Muhammad Anton


Paper Tugas Akhir – Institut Teknologi Petroleum Balongan

aditif yang akan digunakan dan tahap pencampuran


(mixing) semua bahan. Setelah bahan aditif
tercampur selanjutnya dilakukan pengujian. Setelah
lumpur pemboran melewati proses rolling oven
selama 16 jam, selanjutnya dilakukan pengujian
lumpur pemboran untuk mendapatkan nilai specific
gravity (SG), derajat keasaman (pH), rheology
(plastic viscosity, yield point, dan gel strength) dan
filtrate. dari hasil pengujian yang dilakukan di
laboratorium, kemudian dievaluasi untuk
mengetahui pengaruh konsentrasi material yang
digunakan terhadap mud properties.
2. Dari hasil pengujian HPHT filter press lumpur
KCL-polymer pada 2 gr resinex = 17,2 ml/30 menit,
4 gr resinex = 16 ml/30 menit, 6 gr resinex = 14,8
ml/30 menit, 8 gr resinex = 14,4 ml/30 menit,
dimana hasil yang paling optimal dan ekonomis
yaitu dengan penggunaan resinex 6 gram.
3. Hasil dari test 4 sampel dengan jumlah material
resinex yang berbeda yaitu material resinex
sebanyak 2 gram, 4 gram, 6 gram, dan 8 gram pada
properties HPHT diantaranya ada hasil yang tidak
masuk dan ada yang masuk specification.

Ucapan Terimakasih

Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-


besarnya kepada PT. Mitra Mandiri Saktitama yang telah
memberikan penulis kesempatan untuk melakukan
penelitian tugas akhir serta para pembimbing lapangan
yang sangat komunikatif dalam penyampaian ilmu nya.

Daftar Pustaka

[1] Adams, N. 1985. Drilling Engineering: A Complete


Well Planning Approach. PenWell Publising
Company: Tulsa, Oklahoma.
[2] Badu, K. 1997. Diktat Lumpur Pemboran (Drilling
Mud).
[3] Buntoro, A dan Bambang Y S. 2000. Lumpur
Pemboran Perencanaan dan Solusi Masalah Secara
Praktis.
[4] Nylan, T dkk. 1988. Additive Effectiveness and
Contaminant Influence on Fluid-Loss Control in
Water –Based Muds: SPE Drilling Engineering:
Tulsa, 195-203.
[5] Rabia, H. 1999. Well Engineering dan Construction.

Pembimbing 1 Pembimbing 2 Pembimbing Bahasa Inggris Dhelfi Alva Alfriyani


Sign/date 19010094

Ismanu Yudiantoro Desi Kusrini Muhammad Anton

Anda mungkin juga menyukai