Oleh
Oleh
oleh
Disahkan oleh
Abstrak
PT. Mitra Mandiri Saktitama adalah perusahaan yang mengembangkan usaha dibidang oil production chemical. Sistem
lumpur pemboran merupakan komponen yang sangat penting dalam melakukan operasi pemboran, masalah yang dihadapi
saat pemboran melewati formasi yang mengandung reaktif clay maupun shale. Lumpur pemboran merupakan hal sangat
penting dan memengaruhi berhasil/tidaknya operasi pemboran. Untuk memperbaiki sifat-sifat lumpur, perlu zat kimia
yang harus ditambahkan. Tujuannya yaitu untuk mengethaui mud properties menggunakan water base mud mendapatkan
analisa dari hasil pengukuran sifat fisik lumpur pemboran. Lumpur yang digunakan yaitu bertipe water base mud. Metode
yang digunakan Tugas Akhir ini yaitu melakukan pengujian material Resinex sebanyak 2 gr, 4 gr, 6 gr, dan 8 gr terhadap
properties HPHT pada temperature 200oF. Pengujian akan mendapatkan data mud weight, pH, rheology, API filtrate, dan
Clˉ. Hasil tugas akhir menunjukkan bahwa dalam pembuatan lumpur dengan menggunakan material-material yang di
mixing menggunakan mixer akan diukur mud weight nya menggunakan pressurized mud balance, tes rheology
menggunakan rheometer, mengukur API filtrate menggunakan API Filter Press, mengetahui pH dengan pH digital dan
mengetahui Ion Chloride menggunakan magnetic stirrer. Formulasi lumpur menggunakan Biocide, Bentonite, NaOH,
Starch, PAC-LV, XCD, CaCO3, Soltex, Resinex, Barite, dan KCL.
Kata Kunci: KCL polymer, lumpur pemboran, pengujian sifat fisik, resinex, temperature.
Abstract
PT. Mitra Mandiri Saktitama is a company developing a business in the field of chemical oil production. The drilling mud
system is a very important component in drilling operations, a problem encountered when drilling through formations
containing reactive clay or shale. Drilling mud is very important and influences the success or failure of drilling
operations. To improve the properties of the sludge, it is necessary to add chemicals. The goal is to find out the mud
properties using water base mud to get an analysis of the results of measurements of the physical properties of the drilling
mud. The mud used is a type of water base mud. The method used in this Final Project is to test 2 gr, 4 gr, 6 gr, and 8 gr
Resinex material against HPHT properties at a temperature of 200oF. The test will obtain mud weight, pH, rheology,
API filtrate, and Clˉ data. The results of the final project show that in making sludge using mixed materials using a mixer
the mud weight will be measured using a pressurized mud balance, rheology tests using a rheometer, measuring API
filtrate using API Filter Press, knowing pH with digital pH and knowing Chloride Ion using a magnetic stirrer. The mud
formulation uses Biocide, Bentonite, NaOH, Starch, PAC-LV, XCD, CaCO3, Soltex, Resinex, Barite, and KCL.
Keywords: KCL polymer, drilling mud, physical properties test, resinex, temperature.
pressure high temperature (HPHT). Pengujian ini 2.4.3 Filtration Loss dan Mud Cake
dilakukan untuk mencari komposisi material yang Fluida yang hilang ke dalam batuan disebut filtrate,
efektif, efisien, dan murah untuk hasil sesuai spesifikasi. sedangkan lapisan partikel besar tertahan di permukaan
disebut mud cake.
2. Tinjauan Teori 1. API Filter Press Low Pressure Low Temperature
(LPLT)
2. API Filter Press High Pressure High Temperature
2.1 Dasar Lumpur Pemboran (HPHT) 175 ml
Lumpur pemboran menurut API RP 13D (2010),
didefinisikan sebagai fluida sirkulasi dalam operasi Tabel 1. Temperature vs Pressure
pemboran berputar yang memiliki banyak variasi fungsi
Minimum Back
dimana merupakan salah satu faktor yang berpengaruh Test Temperature F
Pressure, psig
terhadap optimalnya operasi pemboran. Oleh sebab itu
Less than 200 0
sangat menentukan keberhasilan suatu operasi pemboran.
200-300 100
301-350 150
2.2 Fungsi Lumpur Pemboran
Pada awal penggunaan pemboran berputar, fungsi utama 351-375 200
fluida pemboran hanyalah mengangkat serpih dari dasar 376-400 250
sumur ke permukaan dan ada beberapa fungsi yaitu: 401-425 350
1. Mengangkat serbuk bor/cutting ke permukaan. 426-450 450
2. Menjaga dan mengimbangi tekanan formasi. 451-475 550
3. Memmpertahankan stabilitas lubang. 476-500 700
4. Mendinginkan dan melumasi pahat dan rangkaian
bor. 2.4.4 pH
5. Menahan cutting selama sirkulasi berhenti. 2.4.5 Ion Chloride (Cl-)
6. Menahan sebagian berat rangkaian pipa pemboran.
7. Sebagai media (logging mud log dan sample log). 2.5 Material Pembuatan Lumpur
Material lumpur pemboran adalah sejumlah bahan-bahan
2.3 Jenis-jenis Lumpur Pemboran yang digunakan untuk membuat lumpur sesuai dengan
Penentuan lumpur pemboran yang digunakan dalam sifat yang dibutuhkan oleh sumur. Jenis dari material
suatu operasi pemboran didasarkan pada kondisi bawah lumpur seperti; fresh water, bentonite, NaOH, KCl,
permukaan dari formasi yang ditembus. soltex, resinex, dan lain sebagainya.
1. Water Based Mud
2. Oil Based Mud 2.6 Lumpur KCL-Polymer
3. Air or Gas Based Mud Lumpur KCL polymer adalah lumpur yang berfungsi
untuk mengontrol reaksi kimia pada lapisan shale.
2.4 Sifat Fisik Lumpur Pemboran Lumpur KCL polymer (potassium chloride) mempunyai
2.4.1 Densitas kemampuan mencegah laju pengembangan clay dengan
Berat jenis lumpur harus dikontrol agar dapat mengurangi hidrasi clay. Dalam menstabilkan mineral
memberikan tekanan hidrostatis yang cukup untuk shale, ion-ion K+ akan menggantikan kedudukan ion
menahan tekanan formasi, tetapi tidak boleh terlalu besar Na+ dalam lapisan clay.
karena dapat menyebabkan rekahnya formasi sehingga
lumpur hilang ke formasi. 2.7 Drilling Problem
𝑤 Ada beberapa masalah utama yang dihadapi saat
ρmud = ....................................................................... (1)
𝑉
pengeboran dan penyelesaian saat mengebor lubang
Ph = 0,052 x ρ x d ....................................................... (2)
sumur bersuhu tinggi menggunakan WBM.
1. Loss Circulation
2.4.2 Rheology
2. Shale Problem
Rheology adalah istilah yang digunakan untuk
3. Pipe Sticking
menggambarkan aliran cairan dan formasi dari padatan.
4. Kick dan Blowout
1) Plastic Viscosity (PV)
PV = RPM 600 – RPM 300................................... (3)
2.8 Clay dan Shale
2) Yield Point (YP)
Shale dan clay adalah batuan sedimen yang sangat reaktif
YP = RPM 300 – PV ............................................. (4)
terhadap air. Clay merupakan batuan lempung yang
3) Low Shear Yield Point (LSYP)
mudah reaktif terhadap air sehingga menyebabkan
LSYP = (RPM 3 x 2) – RPM 6 ............................. (5)
swelling. Shale merupakan batuan serpih, batuan ini
4) Gel Strength
termasuk sedimen yang terkena temperatur yang sangat
tinggi. Masalah yang sering terjadi pada shale dan clay
yaitu; sloughing shale dan swelling.
Ucapan Terimakasih
Daftar Pustaka