Anda di halaman 1dari 23

PT Pertamina (Persero)

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS)


JASA KONSULTANSI SOIL INVESTIGATION TEST &
DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PONDASI PANGKALAN LLP
DI MARINE REGION I – KRUENG RAYA DAN GUNUNG SITOLI

A. PENJELASAN UMUM
1. Pekerjaan : Jasa Konsultansi Soil Investigation Test & Detail Engineering
Design (DED) Pondasi Pangkalan LLP di Marine Region I –
Krueng Raya dan Gunung Sitoli
2. Lokasi : Terminal BBM Krueng Raya, Terminal BBM Gunung Sitoli
3. Maksud Kerja dan Tujuan
a. Pekerjaan soil investigation, desain pondasi pangkalan LLP (Lindungan
Lingkungan Perairan) di Marine Region I – Krueng raya dan Gunung Sitoli
dilakukan untuk mendapatkan data primer dari soil, data sekunder dari
pengujian laboratorium dan kemudian dilakukan desain pondasi gudang dan
dermaga luncur / seluncur dengan kapasitas sesuai dengan kebutuhkan secara
optimal sebagai dasar untuk pelaksanaan konstruksi yang dapat menunjang
kegiatan operasional dengan baik di Marine Region I.
b. Dalam pelaksanaan pekerjaan, Pihak Kedua harus dapat menyelesaikan
seluruh pekerjaan dalam jangka waktu 120 (seratus dua puluh) hari kalender
terhitung sejak kontrak ditandatangani.
4. Garis Besar Lingkup Pekerjaan
Secara garis besar, lingkup pekerjaan dalam kontrak ini adalah:
a. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan dan tenaga kerja ke lokasi area pekerjaan.
b. Mengadakan soil investigation dengan kedalaman dengan masing-masing titik
sesuai tabel lokasi di BOQ
c. Mengadakan analisa engineering dan kalkulasi dari data-data primer dan
sekunder untuk desain dermaga luncur (pilling dan slab) sesuai dengan standar
safety & standar-standar engineering yang berlaku dan optimal secara kualitas,
kuantitas dan cost.
d. Membuat rekomendasi & laporan hasil pengukuran lapangan, laboratorium dan
desain/ analisis engineering yang dapat dipertanggungjawabkan.
5. Ketentuan Pelaksanaan Pekerjaan Soil Investigation :
Sesuai dengan spesifikasi Teknis Soil Investigation, secara garis besar lingkup
pekerjaan penyelidikan tanah ini meliputi :
a. Melakukan pengeboran dalam (depth boring) / penyelidikan tanah pada lokasi
rencana pembangunan Dermaga Luncur, dengan jumlah titik dan kedalaman
boring sesuai data yang tercantum dalam BOQ.
b. Melakukan Standard Penetration test (SPT) dengan interval 2 meter untuk
mendapatkan disturbed samples serta korelasi dan indikasi kekuatan geser
tanah.
c. Melakukan pengambilan Undisturbed Samples, dengan quantity sesuai
persyaratan dalam BOQ.

1
RKS – Soil Investigation Test & Detail Engineering Design (DED) Pondasi Pangkalan LLP
di Marine Region I – Krueng Raya dan Gunung Sitoli
PT Pertamina (Persero)

d. Melakukan test laboratorium terhadap contoh tanah undisturbed. Test yang


akan dilakukan meliputi Index Properties dan Engineering Properties.
e. Melakukan Uji daya dukung tanah dengan Sondir dilakukan pada 3 atau 5 titik
yang lokasinya berdekatan dengan lokasi boring.
f. Melakukan analisa teknis atas hasil penyelidikan yang telah dilakukan dengan
hasil meliputi general soil profile, kedalaman lapisan pendukung (keras), tinggi
muka air tanah, daya dukung tanah untuk Pondasi Dermaga Luncur.

Metode Pelaksanaan
1. Pemboran Dalam
2. Standard Penetration Test ( SPT )
Standard Penetration Test (SPT) dilakukan dengan interval 2 meter sepanjang
pemboran dilaksanakan.
Prosedur pelaksanaan standard penetration test (SPT) yaitu dengan cara
menjatuhkan hammer di atas landasan penumbuk sesuai dengan ASTM D
1586.
Contoh tanah yang didapat pada standard penetration test (SPT) segera
dimasukan kedalam plastik kedap udara untuk menghindari perubahan kadar
air. Contoh ini merupakan disturbed sample yang dapat digunakan untuk
menentukan kepadatan tanah atau kekerasan tanah serta mendeskripsikan
jenis tanah.
3. Undisturbed Sampling
Pengambilan contoh tanah tidak terganggu (undisturbed sample) dilakukan
dengan mengunakan thin walled tube sampler tanpa sambungan (seamless).
Untuk tanah lunak rangkaian pipa bor ini ditekan sehingga thin walled tube
masuk ke dalam lapisan tanah tanpa menumbuk atau memutarnya. Dan untuk
tanah medium dilakukan dengan melakukan penumbukan pada kepala pipa
bor.
4. Pengujian Sondir / Dutch Cone Penetration Test
Dilakukan proses sondir sampai ditemukan tekanan conus sebesar 250
[kg/cm2]
5. Pengujian Laboratorium
Untuk bisa mendapatkan hasil sesuai dengan yang diharapkan, semua contoh
tanah pada undisturbed sample dilakukan pengujian laboratorium menurut
ASTM. Pengujian laboratorium terdiri atas pengujian terhadap sifat fisis dan
mekanis tanah.
Uji sifat-sifat indeks tanah (Index Properties Test), meliputi :
- Berat Isi (Unit Weight) berdasarkan ASTM D 2937 – 83
Berat isi suatu tanah adalah besarnya perbandingan berat tanah terhadap
volume tanah. Berat isi suatu tanah terdiri atas berat isi basah atau berat isi
suatu tanah asli dan berat isi kering atau berat kering suatu tanah terhadap
volumenya.
- Kadar Air (Water/Moisture Content) berdasarkan ASTM D 2216 – 98
2
RKS – Soil Investigation Test & Detail Engineering Design (DED) Pondasi Pangkalan LLP
di Marine Region I – Krueng Raya dan Gunung Sitoli
PT Pertamina (Persero)

Kadar air suatu tanah adalah perbandingan antara berat air terhadap berat
butirannya dari volume tanah yang diselidik.
- Berat Jenis Tanah (Specific Gravity) berdasarkan ASTM D 854 – 98
Berat jenis tanah ini didefinisikan sebagai perbandingan berat volume butiran
padat dengan berat volume air pada temperatur 4ºc.
- Atterberg Limit Test berdasarkan ASTM D 4318 - 98
Atterberg Limit Test adalah suatu cara untuk mendapatkan gambaran mengenai
batas-batas konsistensi dari suatu tanah berbutir halus dengan
mempertimbangkan kadar airnya. Batas-batas tersebut adalah batas cair, batas
plastis.
- Grain Size Distribution Test/Penyebaran Partikel Butiran Tanah berdasarkan
ASTM D 422
Maksud percobaan ini adalah untuk menentukan distribusi ukuran butir suatu
tanah.

Uji Sifat-Sifat Mekanis Tanah (engineering Properties Test), meliputi :


- Triaxial Compression Test berdasarkan ASTM D 2850 - 87
Maksud percobaan ini adalah untuk mendapatkan karakteristik kuat geser tanah
total.
- Consolidation Test berdasarkan berdasarkan ASTM D 2435 - 90
Konsolidasi adalah suatu proses berkurangnya volume atau rongga pori akibat
pembebanan, dimana prosesnya dipengaruhi oleh kecepatan terperasnya air
pori keluar dari rongga tanahnya. Untuk mengetahui besarnya perubahan
akibat pembebanan tersebut maka dilakukan pengujian konsolidasi.

6. Kriteria Penerimaan Hasil Pekerjaan


Seluruh hasil pekerjaan dapat diterima sesuai persyaratan kriteria Penerimaan, yaitu:
a) Pihak Pelaksana telah menyerahkan Laporan Soil Investigation, Laporan
Desain Pondasi Gudang LLP, Laporan Desain Pondasi Dermaga Luncur,
Desain Dermaga Luncur, Kalkulasi Desain & Rekomendasi, Dokumentasi,
BOQ Lingkup Pekerjaan, Estimasi biaya lingkup pekerjaan, analisa & sourcing
harga, dan Design Drawing (Hard Copy dan Soft Copy)
b) Pihak Pelaksana melaksanakan Presentasi, Asistensi, dan Paparan (sesuai
dengan BOQ kontrak Pekerjaan)

7. Pihak kedua harus menyediakan seluruh peralatan kerja, pendukung lainnya


sehingga pelaksanaan pekerjaan berjalan lancar dapat beroperasi dengan baik
sesuai peraturan dan syarat-syarat kerja. Material yang disediakan harus sesuai
dengan konfigurasi yang ditawarkan dalam proses pelelangan, sehingga dalam
pemasukan penawaran Pelaksana harus telah menyebutkan secara spesifik
yang ditawarkan dan bersifat mengikat dalam pelaksanaan pekerjaan.

8. Beberapa hal dari aspek safety yang menjadi tanggung jawab Pelaksana dalam
project ini, adalah sebagai berikut :
a. Asuransi Kesehatan dan Keselamatan Pekerja Proyek
b. Perlengkapan Kerja :
3
RKS – Soil Investigation Test & Detail Engineering Design (DED) Pondasi Pangkalan LLP
di Marine Region I – Krueng Raya dan Gunung Sitoli
PT Pertamina (Persero)

 Pakaian kerja
 Sepatu kerja (safety shoes)
 Sarung tangan
 Tanda pengenal
 Topi keselamatan kerja (safety helmet)
 Safety vest

9. Ijin Kerja
 Kondisi lingkungan PT PERTAMINA (PERSERO) MOR I, sangat peka
terhadap bahaya kebakaran, kecelakaan kerja, peledakan dan pencemaran
lingkungan, untuk itu diperlukan ijin kerja untuk pekerjaan-pekerjaan yang
berbahaya.
 Ijin kerja tersebut dimaksudkan untuk menilai/ menyatakan prosedur/ proses
kerja dan kondisi kerja serta peralatan yang digunakan dalam kondisi aman.
 Jenis pekerjaan berbahaya yang harus dibuatkan ijin kerja adalah :
a. Kerja panas ( pengelasan, penggrindaan, pemotongan pipa, dll )
b. Kerja dingin ( penggalian tanah, perancah, & pembetonan, dll )
c. Memasuki ruang tertutup.
 HSSE Lokasi (dalam hal ini mewakili PT Pertamina dalam hal pengawasan
safety) memiliki hak untuk menghentikan sementara aktivitas pekerjaan
(SWA / Stop Working Authority), jika ditemukan pelanggaran yang dilakukan
oleh pekerja dalam sisi safety. Pekerjaan dapat dilanjutkan kembali atas
persetujuan HSSE Lokasi.

10. Hal-hal yang Wajib dilakukan Sebelum Melaksanakan Pekerjaan


Sebelum melakukan pekerjaan lapangan baik boring maupun sondir. Untuk
penentuan titiknya Pelaksana wajib berkoordinasi ke PT. Pertamina.

Pelaksana di
Pertamina
izinkan untuk
(Technical
melakukan
Pembuatan Plot Plot Plan Soil Services Region I)
pekerjaan
Plan Soil Investigation membuat
lapangan sesuai
Investigation oleh dikirimkan ke Rekomendasi izin
Plot Plan Soil
Pertamina Pelaksana survey ke TBBM,
Investigation
di masing-masing
yang telah
Lokasi
dibuat.

B. DASAR PELAKSANAAN
1. Dasar pelaksanaan pekerjaan ini adalah AI 16G1.301 dan 16G1.302
2. Pelaksanaan pekerjaan didasarkan pada syarat-syarat pelaksanaan pekerjaan
harus mengikuti petunjuk dalam spesifikasi yang merupakan lampiran yang tak
terpisahkan dalam RKS ini.

C. KETENTUAN DAN PERSYARATAN


1. Kantor Lapangan dan Fasilitasnya
Pelaksana pekerjaan harus menyediakan kantor lapangan dan fasilitasnya dengan
memperhatikan prinsip dasar berikut:
a. Pelaksana pekerjaan harus mentaati semua peraturan-peraturan PT. Pertamina
(persero), Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Pusat.

4
RKS – Soil Investigation Test & Detail Engineering Design (DED) Pondasi Pangkalan LLP
di Marine Region I – Krueng Raya dan Gunung Sitoli
PT Pertamina (Persero)

b. Kantor dan fasilitasnya harus ditempatkan sesuai dengan lokasi umum dan
denah lapangan yang telah disetujui dan merupakan bagian dari mobilisasi, di
mana penempatannya harus diusahakan sedekat mungkin dengan daerah kerja
dan telah mendapat persetujuan dari pimpinan proyek.
c. Sesuai pilihan pelaksana pekerjaan, bangunan dapat dibuat di tempat atau dirakit
dari komponen-komponen pra-fabrikasi.
d. Pelaksana pekerjaan harus menyediakan alat pemadam kebakaran dan
kebutuhan P3K yang memadai di seluruh sarana dan fasilitas kerja seperti kantor
dan gudang.

2. Peralatan
Pelaksana pekerjaan harus menyediakan semua alat ukur. Peralatan alat ukur yang
akan dipergunakan harus masih dalam keadaan baik (tidak rusak), memenuhi
syarat ketelitian yang diminta dan memiliki sertifikat kalibrasi yang masih berlaku.
Semua alat ukur harus dicek dahulu oleh pimpinan proyek dan apabila ada
kerusakan pimpinan proyek berhak memerintahkan untuk mengganti alat tersebut
dengan alat yang layak pakai.

3. Persyaratan Pelaksanaan
1. Sebelum pekerjaan dimulai pelaksana pekerjaan harus menyerahkan rencana
kerja yang berisi jadwal waktu pelaksanaan pekerjaan, daftar personel, daftar
peralatan dan rencana keberangkatan untuk dibahas bersama direksi
pekerjaan. Rencana Pekerjaan harus disesuaikan dengan program kerja dan
waktu pelaksanaan sehingga sesuai dengan jangka waktu yang tersedia.
2. Penyedia Jasa harus melakukan mobilisasi personil sesuai dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Mobilisasi kepala dan semua staf penyedia jasa dan pekerja yang memenuhi
jaminan kualifikasi menurut tanggung jawabnya yang diperlukan dalam
pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan dalam kontrak.
3. Penyedia Jasa harus memobilisasi fasilitas dan peralatan sesuai dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Menyediakan sebidang lahan yang diperlukan untuk base camp
pelaksanaan pekerjaan di sekitar lokasi proyek.
b. Mobilisasi dan pemasangan peralatan sesuai dengan daftar peralatan yang
tercantum dalam penawaran, dari suatu lokasi asal ke tempat pekerjaan di
mana peralatan tersebut akan digunakan menurut kontrak.
4. Kegiatan demobilisasi berupa pembongkaran tempat kerja oleh penyedia jasa
pada saat akhir Kontrak termasuk pemindahan semua instalasi, peralatan dan
perlengkapan dan melakukan pengembalian kondisi tempat kerja menjadi
kondisi seperti semula sebelum pekerjaan dimulai.

D. RENCANA KERJA
1. Pelaksana pekerjaan harus membuat rencana kerja dan jadwal kerja yang
diajukan kepada pimpinan proyek untuk disetujui selambat-lambatnya 7

5
RKS – Soil Investigation Test & Detail Engineering Design (DED) Pondasi Pangkalan LLP
di Marine Region I – Krueng Raya dan Gunung Sitoli
PT Pertamina (Persero)

(tujuh) hari setelah pelulusan surat pemberitahuan pemenang tender diterima


oleh Pelaksana pekerjaan bersangkutan.
2. Setelah disetujui, pelaksana pekerjaan wajib melaksanakan pekerjaan
tersebut sesuai dengan rencana kerja dan jadwal kerjanya.
3. Rencana kerja dan jadwal kerja tersebut dijadikan dasar oleh pimpinan proyek
untuk menentukan segala sesuatu yang berhubungan dengan kemajuan
proyek atau keterlambatan pelaksanaan pekerjaan pelaksana pekerjaan yang
bersangkutan.
4. Rencana kerja dan kemajuan pelaksanaan kerja harus dilaporkan dalam
bentuk:
a. Scheduling reports.
b. Procurement untuk pengadaan peralatan dan bahan, pelaksana
pekerjaan, dan penyajian grafik kemajuan proyek.
c. Laporan mingguan dan bulanan dibuat secara tertulis dan dilengkapi
dengan foto dokumentasi sebelum pekerjaan dimulai, tahap pelaksanaan,
dan pekerjaan selesai dilaksanakan sesuai hasil kemajuan pekerjaan di
lapangan.

E. KLASIFIKASI PEKERJAAN
Klasifikasi Soil Investigation Test & Detail Engineering Design (DED) Pondasi Pangkalan
LLP di Marine Region I – Krueng Raya dan Gunung Sitoli adalah pekerjaan dengan
Tingkat Resiko Tinggi.

F. PEREKAYASAAN
1. Umum
a. Data dan informasi dalam DATA DASAR TEKNIS merupakan dasar teknis yang
dikehendaki oleh PT Pertamina (Persero) dan harus menjadi pedoman untuk
pelaksanaan pekerjaan perekayasaan rinci (detail engineering).
b. Pelaksana pekerjaan harus menyelidiki dengan cermat hal-hal yang berkaitan
dengan lokasi pekerjaan, masalah yang mungkin muncul akibat pekerjaan dan
Peraturan-Peraturan/ Undang-Undang/ Hukum yang dibuat oleh Pemerintah
Indonesia dan lain-lain.
c. Walaupun pekerjaan perekayasaan yang dilakukan oleh pelaksana pekerjaan itu
didasarkan atas DATA DASAR TEKNIS yang disusun oleh PT Pertamina
(Persero), tetapi dalam membuat rencana teknis pelaksana pekerjaan harus
memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan soil investigation,
peraturan-peraturan dan syarat-syarat keamanan, perawatan dan perbaikan
sarana/ peralatan, tata cara/ prosedur operasi, keadaan darurat, perluasan, dan
sebagainya.
d. Pelaksana pekerjaan wajib memberitahu PT Pertamina (Persero) jika terdapat
kesalahan dalam DATA DASAR TEKNIS. Jika pelaksana pekerjaan lalai
melakukan kewajiban di atas, maka semua biaya yang timbul oleh karenanya
menjadi tanggung jawab pelaksana pekerjaan.

6
RKS – Soil Investigation Test & Detail Engineering Design (DED) Pondasi Pangkalan LLP
di Marine Region I – Krueng Raya dan Gunung Sitoli
PT Pertamina (Persero)

e. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, semua dokumen teknis harus mendapat


persetujuan dari PT. Pertamina (Persero).

2. Kerahasiaan
Semua gambar, spesifikasi, dan informasi teknis yang diserahkan kepada pelaksana
pekerjaan harus dirahasiakan agar tidak diketahui oleh pihak lain yang tidak
berkepentingan.

3. Perencanaan Penjadwalan Proyek


Perencanaan penjadwalan proyek dalam bentuk Skala Waktu (Bar-Chart atau S-
Curve) harus diserahkan kepada PT Pertamina (persero) sebelum pelaksanaan
proyek dimulai.

4. Sistem Pelaporan
Pelaksana pekerjaan harus menyerahkan kepada PT Pertamina (Persero) laporan
kemajuan proyek (progres pekerjaan) dan laporan berupa dokumen antara lain:
1. Laporan pendahuluan
Laporan pendahuluan tersebut harus berisi tahapan kegiatan yang akan
dilakukan, jadwal keseluruhan kegiatan, jadwal pengukuran, pekerjaan
lapangan, pekerjaan laboratorium struktur organisasi pelaksana, daftar personil
pelaksana, daftar peralatan yang akan digunakan, dan rencana letak base camp.
Laporan harus disajikan dengan sistematis, dan ditulis dalam tata bahasa yang
benar.
2. Laporan mingguan
Setiap satu minggu setelah dimulainya pelaksanaan pekerjaan maka pelaksana
harus menyerahkan laporan mingguan kepada pemilik pekerjaan. Laporan
mingguan tersebut berisi jenis dan volume kegiatan harian, realisasinya,
keterangan mengenai hambatan-hambatan, serta persentase yang telah dicapai.
3. Laporan bulanan
Setiap satu bulan dalam waktu pelaksanaan pengukuran dan pemetaan jalur pipa
pelaksana harus menyerahkan laporan bulanan. Laporan bulanan antara lain
berisi uraian mengenai metode yang dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan,
ketelitian hasil pengukuran yang dicapai, persentase pekerjaan yang dicapai
yang disajikan dalam bentuk S Curve, evaluasi dan kesimpulan serta saran-saran
sementara. Laporan harus diketik dan dijilid sesuai dengan yang diperlukan.
4. Laporan akhir
Pada akhir pekerjaan pengukuran, pelaksana harus membuat laporan akhir.
Materi yang disampaikan dalam laporan akhir harus betul-betul memberikan
gambaran mengenai dinamika serta segala aspek pelaksanaan pekerjaan, mulai
dari tahap persiapan hingga penyajian hasilnya. Materi laporan akhir tersebut
antara lain berupa uraian bertahap dari metode pelaksanaan, titik koordinat dan
ketinggian yang digunakan, tahapan hitungan, ketelitian yang dicapai, rumus-
rumus yang digunakan, pembahasan, serta kesimpulan dan saran-saran. Selain
itu dalam laporan akhir harus pula dilampirakan S-curve, peta tematik lokasi

7
RKS – Soil Investigation Test & Detail Engineering Design (DED) Pondasi Pangkalan LLP
di Marine Region I – Krueng Raya dan Gunung Sitoli
PT Pertamina (Persero)

pekerjaan, detail penghitungan desain dan kondisi existing tanah, struktur


organisasi pelaksana, daftar personil pelaksana, daftar peralatan yang
digunakan, dan hal-hal yang diperlukan. Laporan akhir itu harus ditulis dengan
tata bahasa yang benar dan dengan gaya bahasa yang mudah dimengerti,
diketik, dan dijilid sebanyak yang diperlukan.

G. LINGKUP PEKERJAAN
1. Umum
a. Pelaksana pekerjaan dalam melaksanakan pekerjaan ini harus melengkapi
sarana dan tenaga kerja yang ahli dan profesional tentang pekerjaan tersebut
sehingga dapat menyelesaikan pekerjaan ini dengan baik dan sesuai rencana
kerja dan waktu yang telah ditentukan dalam persyaratan kerja maupun kontrak.
b. Semua material kerja, alat kerja, serta resiko yang timbul akibat kecerobohan/
kelalaian dalam pelaksanaan pekerjaan ini, seluruhnya menjadi tanggung jawab
pelaksana pekerjaan.
c. Dalam melaksanakan pekerjaan ini, pelaksana pekerjaan harus mematuhi
peraturan-peraturan keselamatan kerja yang berlaku di lingkungan/ wilayah kerja
PT Pertamina (Persero).
d. Sebelum melaksanakan pekerjaan, pelaksana pekerjaan wajib melapor kepada
kepala lokasi atau pejabat setempat yang ditunjuk sebagai pengawas pekerjaan
tersebut untuk memperoleh izin kerja.

2. Pengadaan Peralatan dan Bahan


a. Pelaksana pekerjaan harus mengadakan semua peralatan kerja yang diperlukan
untuk pelaksanaan pekerjaan.
b. Semua pengadaan material yang digunakan harus memenuhi spesifikasi,
standard, dan persyaratan PT. Pertamina (Persero) serta harus berkualitas
terbaik (first class).
c. Inspeksi Bahan dan Peralatan akan dilaksanakan sesuai prosedur inspeksi yang
terlebih dahulu disusun oleh pelaksana pekerjaan dan mendapat persetujuan dari
PT. Pertamina (persero).

3. Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan dalam melaksanakan pekerjaan ini meliputi:
1. Persiapan Administrasi antara lain berupa:
a. Surat tugas personil pelaksana, surat izin survey dan pengeboran.
b. Hal-hal lain-lainnya yang diperlukan.

2. Persiapan teknik antara lain berupa:


a. Orientasi kondisi lapangan yang akan disurvey / dilakukan pengujian.
b. Penentuan titik referensi untuk melakukan pekerjaan survey topografi.
c. Penentuan titik untuk dilakukan soil investigation / SPT
d. Penentuan letak kantor dan base camp.
e. Perencanaan area pengukuran.

8
RKS – Soil Investigation Test & Detail Engineering Design (DED) Pondasi Pangkalan LLP
di Marine Region I – Krueng Raya dan Gunung Sitoli
PT Pertamina (Persero)

f. Penyediaan alat ukur yang sesuai dengan ketelitian yang telah ditetapkan.
g. Kalibrasi alat ukur.
h. Penyediaaan alat hitung.
i. Penyediaan formulir data ukur dan formulir data hitungan.
j. Persiapan-persiapan lain yang diperlukan.

3. Persiapan manajerial, antara lain berupa:


a. Pembuatan jadwal pelaksanaan pekerjaan dibuat dua macam, yaitu jadwal
pelaksanaan keseluruhan kegiatan dan jadwal pelaksanaan kegiatan
pengukuran baik lapangan maupun laboratorium.
b. Pembuatan struktur organisasi pelaksanaan pekerjaan, yang dilengkapi
dengan nama-nama personil pelaksana.
c. Pemberian pengarahan/ briefing dan pemahaman pada personil pelaksana.
d. Penyusunan laporan pendahuluan.
e. Hal-hal lain yang diperlukan.

4. Pengumpulan Data
4.1. Soil Investigation
Metode pengujian pelaksanaan penelitian tanah mencakup dua kategori yaitu
pengujian lapangan dan pengujian laboratorium dimana kedua kategori ini saling
berhubungan satu dengan yang lainya.

4.1.1 Pekerjaan Lapangan (Field Investigation)


Sondir Kap. 2,5 ton
Bor machine dengan kedalaman sesuai BOQ.
Pengambilan contoh tanah tidak terganggu (undisturbed sample).
Pengujian Standart penetration Test (SPT) pada titik lubang bor setiap interval
2 m kedalaman.
4.1.2 Pengujian Laboratorium Test
Pengambilan sample tanah disturbed sample dan undisturbed sample yang
diambil dari lapangan dilaksanakan pengujian laboratorium untuk mengetahui
sifat-sifat dari tanah tersebut yaitu index properties dan engineering
properties.
Pengujian Index Properties
 Pengujian kadar air
 Pengujian berat jenis
 Analisis saringan (sieve analisis test)

Pengujian Engineering Properties


 Pengujian berat satuan isi.
 Uncofined Compression Test.
 Pengujian triaxial (triaxial test).
 Pengujian direct shear.

9
RKS – Soil Investigation Test & Detail Engineering Design (DED) Pondasi Pangkalan LLP
di Marine Region I – Krueng Raya dan Gunung Sitoli
PT Pertamina (Persero)

5. Analisa Engineering dan Kalkulasi


Analisis geoteknik yang diperlukan diantaranya adalah analisis kondisi existing tanah,
tiang pancang tunggal, tiang pancang group, tekanan, timbunan, detail design slab
(concrete dan tulangan) dan analisis-analisis lainya yang diperlukan sehingga didapat
beberapa metode alternatif untuk design dermaga luncur di TBBM Area Region I.

Seluruh analisis yang dilakukan untuk metode design harus di back-up dengan detail
perhitungan seperti langkah-langkah perhitungan, formula yang digunakan, hasil
input data dan eksekusi jika menggunakan engineering software.

6. Data Rencana Pembangunan Pangkalan LLP

No LOKASI
1 TBBM Krueng Raya
2 TBBM Gunung Sitoli

LINGKUP JUMLAH TITIK SCOPE OF


No. LOKASI DEPTH
PEKERJAAN SONDIR BORING WORK
Pangkalan LLP
1 TBBM Krueng Raya 2 2 42m SOIL + DED
(Gudang dan Seluncur)
Pangkalan LLP
2 TBBM Gunung Sitoli 2 2 42m SOIL + DED
(Gudang dan Seluncur)

Deliverables Gudang LLP


No DELIVERABLES No DELIVERABLES
1. Karakteristik tanah 3 Desain Pondasi Concrete Slab / Pasir Urug
- Boring log - Ketebalan concrete slab
- Grafik sondir - Mutu beton pada concrete slab
- Data laboratorium - Konfigurasi tulangan/pembesian
- Dokumentasi - Ketebalan pasir urug
2. Desain Pondasi Tiang Pancang
menggunakan PC Spun Pile 4 Formsheet / Hasil Kalkulasi Desain & Rekomendasi
- Diameter tiang pancang 5 Bill of Quantity (BOQ) lingkup pekerjaan
Estimasi biaya lingkup pekerjaan, analisa &
- Jumlah titik pancang 6 sourcing harga
- Konfigurasi tiang pancang 7 Drawing Pondasi Gudang
(jarak antar tiang pancang) - Tampak atas
- Ketebalan concrete slab - Tampak samping
- Mutu beton pada concrete slab - Tampak Potongan
- Konfigurasi tulangan/pembesian

Untuk desain pondasi Gudang LLP di keseluruhan Terminal BBM, mengikuti batasan
/ constraint yang kami tetapkan, yaitu sebagai berikut :
a) Tipe pondasi: Pile supported with concrete cap foundation

10
RKS – Soil Investigation Test & Detail Engineering Design (DED) Pondasi Pangkalan LLP
di Marine Region I – Krueng Raya dan Gunung Sitoli
PT Pertamina (Persero)

b) Tipe tiang pancang: Prestress Concrete Spun Pile (Tiang pancang bulat
sentrifugal)
c) Diameter tiang pancang : 400 [mm]

Deliverables Seluncur / Dermaga Luncur Oil Boom


No DELIVERABLES No DELIVERABLES
1. Karakteristik tanah 3 Drawing Dermaga Luncur
- Boring log - Drawing dimensi detail pile cap
- Grafik sondir - Drawing dimensi detail beam concrete
- Data laboratorium - Drawing dimensi detail slab concrete
- Dokumentasi - Drawing dimensi treckstang / tie-rod
2. Desain Dermaga Luncur - Drawing tampak atas
- Spesifikasi tiang pancang - Drawing tampak samping
- Diameter tiang pancang - Drawing tampak potongan
- Thickness tiang pancang - Detail drawing doubling tiang pancang
- Jumlah titik tiang pancang
Formsheet / Hasil Kalkulasi Desain &
4
- Jarak antar tiang pancang Rekomendasi
- Dimensi pile cap 5 Bill of Quantity (BOQ) lingkup pekerjaan
6 Estimasi biaya lingkup pekerjaan, analisa &
- Dimensi beam concrete sourcing harga
7 Kelengkapan DED Seluncur / dermaga luncur
mengikuti kelengkapan dermaga yang disesuaikan
dengan kebutuhan desain.
- Dimensi slab concrete
- Spesifikasi beton cor

Untuk desain dermaga luncur di keseluruhan Terminal BBM, mengikuti batasan /


constraint yang kami tetapkan, yaitu sebagai berikut :
a) Tipe pile : Pile supported with steel cap foundation
b) Tipe tiang pancang : Pile carbon steel ASTM 252 Grade 2
c) Diameter tiang pancang : menyesuaikan dengan alat pancang

8. Tenaga Kerja dan Supervisor


a. Dalam melaksanakan pekerjaan ini, Pelaksana pekerjaan harus menggunakan
tenaga kerja yang ahli dan profesional di bidangnya sehingga dapat
menghasilkan pekerjaan yang berkualitas dan standard.
b. Dalam melaksanakan pekerjaan ini, pelaksana pekerjaan harus menggunakan
seorang supervisor yang menguasai pekerjaan, full timer, mampu
mengkoordinasi dan bertanggung jawab penuh terhadap kelancaran
pelaksanaan pekerjaan ini.
c. PT. Pertamina (persero) berhak menolak tenaga kerja, pengawas maupun
Supervisor yang akan digunakan oleh Pelaksana pekerjaan, jika tenaga kerja
dan Supervisor tersebut dianggap tidak memenuhi syarat.
d. Untuk pelaksanaan pekerjaan lapangan, pelaksana pekerjaan harus berusaha
menggunakan tenaga kerja setempat sebanyak mungkin.

11
RKS – Soil Investigation Test & Detail Engineering Design (DED) Pondasi Pangkalan LLP
di Marine Region I – Krueng Raya dan Gunung Sitoli
PT Pertamina (Persero)

9. Transportasi
a. Semua biaya transportasi untuk bahan dan peralatan kerja yang diperlukan untuk
pekerjaan ini ditanggung sepenuhnya oleh pelaksana pekerjaan.
b. Semua biaya untuk board dan lodging pekerja pelaksana pekerjaan ditanggung
sepenuhnya oleh pelaksana pekerjaan.

H. PENGAWAS PEKERJAAN/ PIMPINAN PROYEK


1. Susunan Direksi Pekerjaan sesuai dengan bagan organisasi pengawasan yang akan
ditentukan kemudian.
2. Pengawasan persiapan
 Kegiatan pengawasan persiapan meliputi program kerja, pengecekan peralatan
yang dipakai, pengecekan personil yang akan berangkat, surat-surat perijinan dan
sebagainya dan pengawasan ulang persiapan kantor di lapangan.
3. Pengawasan metode pengukuran
 Pekerjaan pengukuran harus sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan.
4. Pengawasan metode perhitungan
 Data hasil pengamatan harus diperiksa dan hasil-hasil perhitungannya harus
memenuhi persyaratan ketelitian seperti yang telah ditentukan di atas.

I. ASPEK HSE
I. Resiko Bahaya
No. Jenis Pekerjaan Resiko Bahaya
Terjepit, tertimpa, 1. Menggunakan
terluka, terkilir. flame trap /
arrester
2. Menggunakan
safety shoes,
Mobilisasi dan
safety helmet dan
demobilisasi bahan,
1. safety gloves
peralatan dan tenaga
3. Membuat prosedur
kerja pemindahan
peralatan secara
manual (manual
material handling)

1. Menggunakan
safety shoes,
safety helmet dan
Tertimpa, terluka,
Melaksanakan pekerjaan safety gloves
2. terjepit dan
soil investigation. 2. Menggunakan dan
tenggelam.
menyiapkam baju
pelampung.
3. Mengurus ijin kerja

12
RKS – Soil Investigation Test & Detail Engineering Design (DED) Pondasi Pangkalan LLP
di Marine Region I – Krueng Raya dan Gunung Sitoli
PT Pertamina (Persero)

Resiko bahaya tersebut di atas harus disesuaikan kembali apabila terdapat


perubahan kondisi pekerjaan yang menimbulkan resiko pada saat sebelum
melaksanakan pekerjaan (pre job activity) maupun pada saat melaksanakan
pekerjaan (work in progress).

II. Melampirkan HSE PLAN yang berisi tentang rencana pengelolaan dan penerapan
HSE untuk meminimalisir resiko pekerjaan. HSE PLAN merupakan salah satu
komitmen dari Pelaksana pekerjaan dalam aspek HSE, dimana didalamnya terdapat
identifikasi dari bahaya pekerjaan yang akan dilaksanakan serta bagaimana cara
menangani bahaya tersebut agar tidak terjadi insiden maupun accident.
Dokumen HSE plan minimum yang harus disediakan meliputi:
1. Gambaran Umum (General)
Berisikan uraian pekerjaan yang akan dilaksanakan dan penanggung jawab dari
pekerjaan tersebut, yaitu:
a. Project
b. Site Location
c. Company Contract Holder
d. Contact Representative
e. Contract Manager

2. HSE policy dan HSE objective


a. HSE policy.
Menggambarkan komitmen manajemen pelaksana pekerjaan terhadap
penerapan aspek HSE dalam pekerjaan tersebut. Dalam pembuatan HSE
policy dapat mempertimbangkan aspek berikut :
 HSE merupakan tanggung jawab seluruh pekerja pelaksana pekerjaan.
 Komitmen untuk mencegah kecelakaan, luka dan sakit akibat kerja.
 Komitmen untuk mematuhi segala peraturan HSE yang berlaku di
Pertamina.
 Menyediakan pekerja yang telah memahami aspek HSE dalam
pekerjaan tersebut.
 Melakukan perbaikan berkesinambungan terhadap kinerja HSE.
 Melarang penggunaan obat-obatan terlarang serta minuman keras,
senjata api.
 Dll

b. HSE objective
HSE objective harus didefiniskan secara spesifik sesuai dengan pekerjaan
tersebut. Target harus realistis dan konsisten dengan HSE performance
Indicator.
HSE policy & objective ini harus didokumentasikan, disosialisasikan dan
dipahami oleh seluruh pekerja pelaksana pekerjaan yang terlibat.

13
RKS – Soil Investigation Test & Detail Engineering Design (DED) Pondasi Pangkalan LLP
di Marine Region I – Krueng Raya dan Gunung Sitoli
PT Pertamina (Persero)

3. Manajemen Risiko (Risk Management)


Membuat Job Health Safety Environment Analaysis (JHSEA) atau penilaian
terhadap bahaya, pencemaran lingkungan & penyakit akibat pekerjaan tersebut
yang dapat muncul terhadap setiap tahapan pelaksanaan pekerjaan mulai dari
mobilization (pengangkutan material / peralatan serta pengiriman pekerja ke
lokasi pekerjaan) hingga demobilization (penarikan peralatan / material serta
pekerja untuk keluar dari lokasi pekerjaan) serta menentukan rencana mitigasi
guna menanggulangi bahaya yang telah diidentifikasi tersebut. Rencana mitigasi
yang akan dilaksanakan dapat mencakup beberapa aspek sebagai berikut :
 Penggunaan peralatan/ material.
 Prosedur.
 Pembinaan/ training/ sertifikasi.
 Perizinan.
 Pengukuran.
 PPE/ APD (Alat pelindung diri).
 Fire Protection.
Pelaksana pekerjaan harus membuat rencana penerapan mitigasi dari JHSEA
serta harus mengelola, mendokumentasikan dan melaporkan secara periodic
kepada Pengawas Pekerjaan & HSE dari Pertamina selama pekerjaan kontrak
tersebut dilaksanakan.
4. Perencanaan dan Prosedur Kerja Aspek HSE
a. Prosedur HSE
Berisikan prosedur – prosedur kerja yang terkait dengan aspek HSE, prosedur
kerja ini terdiri dari :
- Prosedur keadaan darurat yang meliputi aspek kebakaran, kecelakaan
kerja, P3K dan penanggulangan pencemaran lingkungan.
- Prosedur kerja dari peralatan yang digunakan.
- Prosedur kerja dari peralatan HSE yang digunakan.
b. Peralatan Kerja (Working Equipment)
Berisikan daftar peralatan yang dimiliki oleh Pelaksana pekerjaan termasuk
sertifikat peralatan yang diwajibkan oleh instansi terkait, misalnya sertifikat
crane, forklift, alat berat dll.
5. Personel dan Target Kinerja HSE (Personnel and HSE Key Performance
Indicator)
5.1. Personel
a. Personel HSE (Safety Man)
Berisikan CV dari personel HSE yang akan menjadi penanggung jawab
aspek HSE selama pekerjaan berlangsung. Isi CV (curriculum vitae)/
biodata personel HSE pelaksana pekerjaan untuk pekerjaan tersebut
yang terdiri dari:
 Data identitas dari personel HSE tersebut
 Pengalaman di bidang HSE
 Pelatihan dan kursus HSE yang pernah diikuti

14
RKS – Soil Investigation Test & Detail Engineering Design (DED) Pondasi Pangkalan LLP
di Marine Region I – Krueng Raya dan Gunung Sitoli
PT Pertamina (Persero)

 Tugas dan tanggung jawab personel HSE pelaksana pekerjaan


dalam pekerjaan tersebut.
Personel HSE pelaksana pekerjaan tersebut harus mampu
memfasilitasi, memotivasi dan memperbaiki penerapan aspek HSE
terhadap seluruh pekerja pelaksana pekerjaan dalam pekerjaan
tersebut.
b. Personel Operator Peralatan Kerja
Berisikan data personel Pelaksana pekerjaan yang mengoperasikan
alat kerja yang memerlukan perijinan atau sertifikasi khusus dari
instansi terkait, diantaranya adalah:
- Operator Crane (alat angkat)
- Operator Forklift (alat angkut)
- Operator alat berat (excavator, hammer, loader dll)
- Juru las (welder man)
- dll
c. Pelaksana pekerjaan harus memastikan bahwa seluruh pekerja yang
akan dilibatkan dalam pekerjaan kontrak tersebut harus memahami :
 Kondisi lokasi kerja.
 Bahaya yang dihadapi selama pelaksanaan pekerjaan beserta
mitigasinya.
 Prosedur keadaan darurat beserta nomor telpon yang harus
dihubungi bila terjadi kondisi darurat.
 Memahami fungsi & cara penggunaan alat pemadam api.
 Memahami cara melakukan P3K.
 Memahami cara pengelolaan limbah / sampah dari pekerjaan
tersebut.
Aktivitas ini harus di dokumentasikan, direncanakan dan dikontrol
pelaksanaannya.
d. HSE Communication
Selama pelaksanaan pekerjaan, pelaksana pekerjaan harus
membahas dan mengkomunikasikan aspek HSE kepada seluruh
pekerja. Aktivitas ini dapat berupa : HSE meeting, HSE talk, HSE
induction, HSE training, HSE sign, Pelaporan penerapan HSE ke
Pertamina, dll. Aktivitas ini harus dijadwalkan dan pelaksanaannya
harus didokumentasikan.
Aspek HSE minimum yang dibahas meliputi :
 Kecelakaan, Insiden, near miss dan bahaya yang terjadi / yang
mungkin terjadi.
 Pelanggaran terhadap persyaratan HSE.
 Pencapaian kinerja HSE pelaksana pekerjaan.
 Prosedur tanggap darurat yang digunakan di pertamina.
 Fire protection system di Pertamina.
 Temuan HSE dan tindak lanjutnya.
 Peraturan HSE yang disyaratkan selama pekerjaan.
15
RKS – Soil Investigation Test & Detail Engineering Design (DED) Pondasi Pangkalan LLP
di Marine Region I – Krueng Raya dan Gunung Sitoli
PT Pertamina (Persero)

 Pemeriksaan peralatan sebelum bekerja.


 Penerapan prosedur aman dalam bekerja.
 Pengelolaan lingkungan (sampah / limbah).
 Pengelolaan kebersihan & kerapihan selama pekerjaan

5.2 Target Kinerja HSE


1. Membuat indikator kinerja HSE pelaksana pekerjaan (HSE Performance
Indicator) yang disusun oleh pelaksana pekerjaan sebagai acuan untuk
memantau penerapan dan kinerja HSE pelaksana pekerjaan. indicator ini
harus disertai dengan target yang memiliki kriteria SMART (Specific,
Measurable, Achievable, Realistic and Time Frame) serta ditandatangani
oleh pimpinan tertinggi pelaksana pekerjaan / manajemen yang memiliki
wewenang dalam pengambilan keputusan pada pekerjaan tersebut.
Secara periodic, pelaksana pekerjaan harus melaporkan kinerja HSEnya
guna memantau dan mengukur pencapaian target yang ditetapkan dalam
indicator tersebut sehingga dapat dilakukan analisa tindakan perbaikan
dan pencegahan untuk perbaikan berkelanjutan. Indicator kinerja HSE
tersebut minimal terdiri dari :
 Leading indicator yaitu indicator untuk memantau pemenuhan program
HSE, pengendalian dan operasional HSE yang meliputi :
- HSE meeting
- Management Walk Through (MWT)/Kunjungan Management
- HSE talk/briefing
- Pelaporan HSE
- Inspeksi
- Audit
- Pelanggaran APD
- Pelanggaran terhadap pengelolaan sampah
- Pelanggaran terhadap hygiene industry
- Pelanggaran terhadap rokok
- Penutupan Temuan
 Lagging Indicator yaitu indicator yang digunakan untuk memantau
jumlah kasus sakit akibat kerja, jumlah insiden (kecelakaan, near miss,
dll), kinerja HSE yang tidak baik. Lagging indicator ini meliputi :
- NOA (Fatality)
- Kejadian Besar
- Kejadian Sedang
- Kejadian Kecil
- First Aid
- Nearmiss
Point yang tertuang dalam indicator kinerja HSE pelaksana pekerjaan
harus konsisten dengan rencana mitigasi pada JHSEA.

16
RKS – Soil Investigation Test & Detail Engineering Design (DED) Pondasi Pangkalan LLP
di Marine Region I – Krueng Raya dan Gunung Sitoli
PT Pertamina (Persero)

2. Pelaporan Aspek HSE (HSE Reporting)


Pelaksana pekerjaan harus melaporkan kegiatan HSE berdasarkan
program HSE yang telah disusun kepada Pertamina secara berkala. Materi
pelaporan antara lain :
- Pelaksanaan program HSE
- Pencapaian KPI HSE
- Tindak lanjut dari inspeksi atau audit HSE

6. Audit dan Inspeksi


a. Inspeksi
Pelaksana pekerjaan harus membuat Jadual inspeksi HSE rutin serta
melaksanakan inspeksi tersebut untuk memastikan bahwa pekerjaan
dilaksanakan secara aman sesuai dengan peraturan dan ketentuan HSE yang
ada. Peserta inspeksi dan frekuensi pelaksanaan inspeksi harus dijelaskan
dalam jadual inspeksi tersebut. Peserta inspeksi harus melibatkan minimum
level pengawas pelaksana pekerjaan dan personil HSE pelaksana pekerjaan.
Management pelaksana pekerjaan harus dilibatkan dalam MWT
(Management Walk Through). Pelaksana pekerjaan juga harus melakukan
inspeksi terhadap sub contractor yang digunakan selama pekerjaan tersebut.
b. Audit
Audit HSE akan dilakukan oleh Pertamina terhadap pelaksana pekerjaan
selama pelaksanaan pekerjaan. Pelaksana pekerjaan harus kooperatif dalam
pelaksanaan audit tersebut. Audit ini akan memonitor pemenuhan pelaksana
pekerjaan terhadap HSE plan pelaksana pekerjaan, penerapan prosedur dan
kepatuhan terhadap aspek HSE sesuai dengan yang dijanjikan pelaksana
pekerjaan. pelaksana pekerjaan yang memiliki sub pelaksana pekerjaan
dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut, harus memastikan bahwa pekerjaan
yang dilakukan sub pelaksana pekerjaan tersebut telah memenuhi aspek HSE
sesuai dengan yang disyaratkan oleh pelaksana pekerjaan.
Pelaksanaan audit / inspeksi HSE oleh Pertamina dilakukan mulai dari Pre
Job Activity (Persiapan awal sebelum pekerjaan dimulai), Work In progress
(selama pekerjaan berlangsung) hingga demobilization (saat pekerjaan
selesai dilakukan) yang mengacu pada checklist Pre Job activity, Check list
Inspeksi HSE dan Check List program HSE dari pertamina. Hasil audit /
inspeksi tersebut akan digunakan sebagai data dalam final evaluasi HSE
pelaksana pekerjaan.
Hasil temuan dan rekomendasi audit/ inspeksi HSE (baik yang dilakukan oleh
pelaksana pekerjaan maupun Pertamina) harus ditindaklanjuti oleh pelaksana
pekerjaan. Hasil temuan dan rekomendasi tersebut harus didokumentasikan
serta dilaporkan secara rutin ke pengawas pekerjaan (Pertamina) dan bagian
HSE Pertamina.

17
RKS – Soil Investigation Test & Detail Engineering Design (DED) Pondasi Pangkalan LLP
di Marine Region I – Krueng Raya dan Gunung Sitoli
PT Pertamina (Persero)

7. Keadaan darurat (emergency response) dan pelaporan kejadian


7.1 Keadaan darurat (emergency response)
Berisikan informasi mengenai prosedur HSE yang dimiliki oleh Pelaksana
pekerjaan dimana emergency response yang dimiliki oleh pelaksana
pekerjaan meliputi:
a. Prosedur keadaan darurat untuk kebakaran
b. Prosedur keadaan darurat untuk tumpahan minyak/pencemaran
c. Prosedur keadaan darurat untuk kecelakaan kerja
Disamping hal tersebut maka Pelaksana pekerjaan harus mempunyai
kerjasama dengan instalasi terkait lengkap dengan informasi no teleponnya
yang berhubungan dengan keadaan darurat, antara lain:
1. Rumah Sakit rujukan
2. Pemadam Kebakaran kota
3. Kepolisian
4. Instansi terkait lainnya yang berhubungan dengan keadaan darurat
Pelaksana pekerjaan wajib menyediakan perlengkapan pertolongan pertama
Pada Kecelakaan (P3K) yang setiap saat berada di lapangan.
7.2. Investigasi dan Pelaporan Kejadian
Jika terjadi suatu kejadian penting yaitu kebakaran, kecelakaan sarfas,
kecelakaan kerja, pencemaran lingkungan, maka pelaksana pekerjaan harus
melakukan pencegahan dan dalam waktu maksimal 1 jam setelah kejadian
melaporkan kepada Pertamina dan ikut dalam proses investigasi kejadian
tersebut.

8. Surat Keterangan Sehat (Medical Record)


Pelaksana pekerjaan harus melakukan pemeriksaan kesehatan kepada seluruh
pekerja yang akan dipekerjakan dalam pekerjaan kontrak tersebut dan
melampirkan surat bukti keterangan sehat dari pemeriksaan tersebut. Bukti surat
keterangan sehat yang berlaku adalah:
 Masa berlaku surat adalah maksimum 6 bulan. Bila selama dalam
pelaksanaan pekerjaan masa berlaku surat keterangan sehat telah habis,
maka pekerja tersebut harus melakukan pemeriksaan kesehatan ulang dan
memberikan bukti surat keterangan sehat yang baru ke pengawas pekerjaan
& HSE Pertamina.
 Di keluarkan oleh pihak yang secara sah diperbolehkan untuk melakukan
pemeriksaan kesehatan dan mengeluarkan surat keterangan sehat.
 Untuk pekerjaan yang beresiko tinggi diharapkan agar pekerja dilindungi
dengan asuransi.

9. Jika dalam pekerjaannya pelaksana pekerjaan menggunakan kendaraan dalam


mobilisasi peralatan maupun pekerja, maka pengendara (driver) dari kendaraan
tersebut harus mematuhi ketentuan baik ketentuan Kepolisian maupun ketentuan
lokal yang ada di lokasi kerja (misalnya batas kecepatan di dalam lokasi kerja).
Driver yang digunakan harus melampirkan Surat Ijin Mengemudi) yang berlaku

18
RKS – Soil Investigation Test & Detail Engineering Design (DED) Pondasi Pangkalan LLP
di Marine Region I – Krueng Raya dan Gunung Sitoli
PT Pertamina (Persero)

dan sesuai dengan kelas kendaraan yang dikendarainya, jika perlu maka
pengendara (driver) akan menjalani test safety driving yang dilaksanakan oleh
lokasi kerja tempat berlangsungnya proyek.
Kendaraan yang digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan harus mematuhi
ketentuan yang berlaku dari pemerintah maupun Pertamina, misalnya:
- Umur kendaraan, dimana untuk angkutan BBM maksimum 10 tahun,
angkutan material 12 tahun dan angkutan penumpang 15 tahun.
- Ketentuan aspek keselamatan misalnya, harus menggunakan flame trap,
harus dilengkapi dengan APAR dll.
III. Apabila HSE Plan yang telah disepakati tidak dilaksanakan oleh Pelaksana pekerjaan
maka pihak PERTAMINA berhak memberikan sanksi kepada Pelaksana pekerjaan,
misalnya penghentian pekerjaan, penundaan pekerjaan dll.
IV. Setiap pekerjaan harus dilengkapi dengan Surat Ijin Kerja Aman (SIKA) yang sesuai.
SIKA harus ditandatangani terlebih dahulu oleh Gas Safety Inspector (GSI), LK3 dan
Fungsi lain yang terkait setiap harinya sebelum pekerjaan dilaksanakan.
V. Setiap pekerja Pelaksana pekerjaan wajib disediakan dan menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD) sesuai dengan jenis pekerjaannya dan tersedia dokumentasi
mengenai APD yang dimiliki. Adapun alat pelindung diri (APD) yang wajib digunakan
untuk memasuki area lokasi kerja adalah :
1. Safety helmet
2. Safety shoes
3. Sarung tangan
4. Safety vest
Sedangkan untuk pekerjaan khusus lainnya akan disesuaikan dengan jenis
pekerjaannya, misalnya safety google, masker, breathing apparatus, safety belt/body
harness, baju pelampung dll.
VI. Pelaksana pekerjaan wajib mematuhi peraturan dan ketentuan HSE Pertamina.

J. LAIN-LAIN
1. Untuk mencatat aktivitas pekerjaan di lapangan, Pelaksana pekerjaan harus
menyediakan buku catatan harian di lokasi dan setiap hari harus membuat laporan
harian dan dilaporkan kepada Pengawas PT Pertamina (persero) yang ditunjuk.
2. Pelaksana pekerjaan harus melaksanakan pembersihan dan membuang kotoran-
kotoran (sampah) atau sisa pekerjaan ke luar lokasi pada tempat yang telah
ditentukan oleh PT Pertamina (persero).
3. Kerusakan material, saran dan fasilitas PT Pertamina (Persero) akibat kelalaian dan
kecerobohan dalam melaksanakan pekerjaan keseluruhannya adalah menjadi
tanggung jawab pelaksana pekerjaan.
4. Semua kehilangan dan kerusakan material maupun peralatan yang disebabkan oleh
pelaksana pekerjaan selama pelaksanaan proyek ini berlangsung menjadi tanggung
jawab pelaksana pekerjaan sepenuhnya.
5. Pelaksana pekerjaan harus membuat foto-foto dokumentasi sebelum, sedang, dan
sesudah selesai pekerjaan yang digunakan sebagai lampiran pendukung laporan
pekerjaan yang dibutuhkan.

19
RKS – Soil Investigation Test & Detail Engineering Design (DED) Pondasi Pangkalan LLP
di Marine Region I – Krueng Raya dan Gunung Sitoli
PT Pertamina (Persero)

6. Hal-hal yang belum tercantum dalam RKS ini akan diatur dalam kontrak yang akan
diterbitkan untuk pekerjaan ini.

PT Pertamina (Persero)
Dumai, Mei 2018

Region Manager Marine I

Arif Yunianto

20
RKS – Soil Investigation Test & Detail Engineering Design (DED) Pondasi Pangkalan LLP
di Marine Region I – Krueng Raya dan Gunung Sitoli
PT Pertamina (Persero)

LAMPIRAN
KRITERIA PENILAIAN EVALUASI TEKNIS
JASA KONSULTANSI SOIL INVESTIGATION TEST & DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED)
PONDASI PANGKALAN LLP DI MARINE REGION I – KRUENG RAYA dan GUNUNG SITOLI

a) Lingkup Pekerjaan dan Volume Pekerjaan


(Skor Penilaian = 10 bila lengkap dan benar, 0 bila tidak lengkap)

Hal-hal yang dinilai meliputi kelengkapan lingkup berupa uraian kegiatan pekerjaan dan
volume pekerjaan yang ditawarkan dibandingkan dengan lingkup pekerjaan dan volume yang
telah ditetapkan di dalam dokumen lelang, yaitu BOQ PT PERTAMINA (PERSERO).

Parameter Nilai

Hasil Evaluasi

b) Spesifikasi Peralatan Utama (Skor Penilaian Maksimum 20)

Yang dimaksud dengan peralatan utama adalah peralatan yang harus ada (ditawarkan
pelaksana), tanpa peralatan utama tersebut maka proyek tidak bisa beroperasi dan atau bisa
beroperasi namun tidak sesuai dengan yang diinginkan. Penilaian berdasarkan Spesifikasi
Teknik peralatan yang terdapat dalam dokumen penawaran (berdasarkan uraian penjelasan,
sertifikat alat / keterangan peralatan yang dilampirkan, dan gambar peralatan utama).

Parameter Nilai

Hasil Evaluasi

c) Jangka Waktu dan Jadwal Pelaksanaan (Skor Penilaian Maksimum = 20)

Penilaian berdasarkan perbandingan antara rencana jangka waktu pelaksanaan pekerjaan


yang ditawarkan dengan jangka waktu penyelesaian yang ditetapkan PT PERTAMINA
(PERSERO).

c.1. Jangka Waktu Pelaksanaan (Skor Penilaian Maksimum = 10)


Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan yang ditawarkan tidak melampaui batas waktu
yang ditetapkan dalam Dokumen Lelang dengan melampirkan berupa S-Curve dan Bar
Chart, jika S-Curve tidak dilampirkan nilai = 5

c.2. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan (Skor Penilaian Maksimum = 10)


Berisikan barchart yang meliputi rencana alokasi sumber daya yang meliputi:

 Jadwal mobilisasi Peralatan


 Jadwal mobilisasi Tenaga Kerja
 Jadwal Pelaksanaan Survey Lapangan
 Jadwal Pembuatan Desain Engineering
 Jadwal Pelaporan
 Jadwal Asistensi dan Presentasi

21
RKS – Soil Investigation Test & Detail Engineering Design (DED) Pondasi Pangkalan LLP
di Marine Region I – Krueng Raya dan Gunung Sitoli
PT Pertamina (Persero)

Parameter Nilai

Hasil Evaluasi

d) Tenaga Ahli (Skor Penilaian Maksimum = 40)


Penilaian didasarkan organisasi Perusahaan dan organisasi proyek yang diusulkan dilengkapi
dengan daftar tenaga kerja yang digunakan pada proyek yang bersangkutan yang dilengkapi
dengan bukti-bukti otentik seperti: curriculum vitae, KTP, ijasah, dan sertifikat yang cukup
memadai apabila diperlukan.

d.1. Tenaga Pimpinan Proyek / Team Leader (Skor Penilaian Maksimum = 10)
Penilaian berdasarkan jumlah dan pengalaman kerja (kualitas) secara manajerial terkait
dengan kebutuhan dalam pekerjaan ini (curriculum vitae, KTP, Ijazah, dll.) yang
disampaikan peserta lelang dibandingkan dengan jumlah dan kualifikasi yang
disyaratkan yang diperlukan untuk penyelesaian pekerjaan secara baik.
Dalam organisasi proyek, Tenaga Pimpinan adalah:
 Team Leader – S2 Marine/Ocean Expert Engineer (pengalaman minimal 1 Tahun) /
S1 Marine/Ocean Expert Engineer (pengalaman minimal 5 Tahun) , 1 (satu) orang.

d.2 Tenaga Ahli, Sub Profesional, dan Tenaga pendukung / Supporting Staff (Skor
Penilaian Maksimum = 30)
Penilaian berdasarkan jumlah dan pengalaman kerja secara fisik berdasarkan keahlian
yang diperlukan (curriculum vitae, KTP, Ijazah, dll.) yang disampaikan peserta lelang
dibandingkan dengan jumlah dan kualifikasi yang disyaratkan yang diperlukan untuk
penyelesaian pekerjaan secara baik.

Dalam organisasi proyek, Tenaga Ahli dan Sub Profesional yang dipersyaratkan
mempunyai pendidikan / sertifikat, dan jumlah minimum adalah :

 Ahli Struktur – S1 Structural Expert Engineer (pengalaman minimal 3 Tahun), 1


(satu) orang.
 Ahli Geoteknik – S1 Geotechnical Expert Engineer (pengalaman minimal 3 Tahun,
1 (satu) orang.
 Ahli Estimator - S1 Teknik Sipil (pengalaman minimal 3 Tahun) , 1 (satu) orang.
 Master Bor - S1 Teknik Sipil (pengalaman minimal 2 Tahun) / D3 Teknik Sipil
(pengalaman minimal 5 tahun), 2 (dua) orang.
 Tenaga Bantu / Technician - D3 Teknik (pengalaman minimal 2 tahun) / SMU
(pengalaman minimal 5 tahun), 6 (enam) orang.
 Laboratory Technician - S1 Teknik Sipil (pengalaman minimal 2 Tahun) / D3 Teknik
Sipil (pengalaman minimal 5 tahun), 1 (satu) orang.
 CAD/CAM Operator D3 Teknik (pengalaman minimal 2 tahun) / SMU (pengalaman
minimal 5 tahun), 1 (satu) orang.
 Safety Man – Sertifikat AK3 Umum, 2 (dua) orang.
 Computer Operator / Typist, 1 (satu) orang.

Apabila ditemukan KUALIFIKASI TENAGA AHLI YANG TIDAK SESUAI DENGAN BOQ
maka score = 0

22
RKS – Soil Investigation Test & Detail Engineering Design (DED) Pondasi Pangkalan LLP
di Marine Region I – Krueng Raya dan Gunung Sitoli
PT Pertamina (Persero)

Parameter Nilai

Hasil Evaluasi

e) Metodologi Pelaksanaan dan Strategi Pelaksanaan (Skor Penilaian Maksimum = 10)

Metode Pelaksanaan
Penilaian berdasarkan pengertian terhadap tujuan lingkup Proyek, pengenalan situasi
lapangan (cuaca, kondisi lapangan, jadwal operasional dll) serta pemahaman terhadap
perkembangan / permasalahan yang mungkin dihadapi. BUKAN COPY PASTE URAIAN
PEKERJAAN PADA BOQ / RKS.

Strategi Pelaksanaan
Berisikan ringkasan uraian Strategi Pelaksanaan Proyek yang mencakup survey, engineering
(analisa perhitungan desain, detail desain, BOQ, estimasi biaya), mobilisasi peralatan,
mobilisasi tenaga kerja. BUKAN COPY PASTE URAIAN PEKERJAAN PADA BOQ / RKS.

Apabila ditemukan COPY PASTE URAIAN PEKERJAAN PADA BOQ / RKS maka score
=0

Parameter Nilai

Hasil Evaluasi

23
RKS – Soil Investigation Test & Detail Engineering Design (DED) Pondasi Pangkalan LLP
di Marine Region I – Krueng Raya dan Gunung Sitoli

Anda mungkin juga menyukai