Anda di halaman 1dari 2

Anak yatim menjadi orang hebat

Admin ceramah singkat kali ini akan mengemukakan fakta bahwa anak yatim menjadi orang
hebat, terkenal dan ternama di dunia. Mungkin kita bisa katakan paling malang di dunia ini
adalah anak yatim, karena anak yatim statusnya tidak tergantikan, meskipun telah
mendapatkan bapak pengganti, yang pasti akan berbeda dengan bapak biologis aslinya, dari
kasih sayangnya, ketulusan hingga tanggapan sang anak terhadap status ayah ‘penggantinya’
itu sendiri, namun bukan berarti status tersebut jadi penghalang kesuksesan anak tersebut, di
bawah ini adalah fakta bahwa anak yatim pun bisa menjadi orang hebat. Mungkin kalau dari
kalangan Nabi kita sudah bayak tahu, termasuk nabiyullah agung Nabi Muhammad saw, yang
sudah yatim semenjak beliau masih di kandungan Ibunda Siti Aminah

1. Imam Muhammad bin Idris Syafi’i


Salah satu fakta yang membuat mata ini terbelalak dan cakrawala pikiran kita tercengang
adalah apabila membaca sejarah biografi Imam Syafi’i, Beliau adalah yatim berkepribadian
teguh dan berprinsip kuat dimana tahun lahirnya bersamaan dengan tahun wafatnya Imam
Abu Hanifah (la-hanafiy) yaitu tahun 150 dan wafat tahun 204 H, di lahirkan di Ghuzzah atau
sekarang dikenal dengan jalur Gaza Palestina.

Nama lengkapnya Abu Abdillah Muhammad bin Idris bin Abbas bin Utsman bin Syafi’i bin
as-Saib bin Ubaid bin Abdu Yazid bin Hisyam bin al-Mutallib bin Abdu Manaf bin Qushaiy
bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luaiy bin Ghalib al-Qurasyi asy-Syafi’i. Nasabnya
bertemu dengan Rasulullah Saw. pada Abdu Manaf.

Ayahnya meninggal ketika ia belum genap berusia dua tahun, kemudian hijrah ke tanah
leluhurnya yaitu Makkah, dengan modal hafalan yang kuat dan kegigihannya sejak usia 5
tahun ia sudah hafal al Qur’an, seungguh sebuh prestasi yang sangat mengagumkan,
kecerdasannya yang sangat luar biasa itu ia pun mampu menghafal banyak syair Arab dan
menguasai berbagai disiplin ilmu pengetahuan agama, tak heran jika diawal usia baligh yaitu
15 tahun ia sudah menjadi mufti d makkah.

Di Makkah, Imam Syafi’i berguru ilmu fiqih kepada mufti kota suci itu, Muslim bin Khalid
az-Zanji. Karena ketekunannya, semua ilmu fiqih dilalapnya dengan cepat. Ia juga cerdas dan
benar-benar seorang yang berbakat menjadi mufti. Sekali lagi ini merupakan pencapaian yang
sangat luar biasa, meski demikian ia tidak lekas puas, kemudian ia melanjutkan menuntut
ilmu ke madinah, pada masa itu terdengar seorang alim pendiri Madzhab Maliki yakni Imam
Malik bin Anas, kemudian ia berguru kepadanya, ia menghafal al-Muwaththa’, kitab tebal
yang berisi ribuan hadits disusun oleh Imam Malik, dalam tempo sembilan hari ia hafalkan.

Setelah menyerap ilmu dari Imam Malik, lantas pergi ke Yaman dan kemudian ke Baghdad
mennimba ilmu ke Muhammad bin Hasan asy-Syaibani, ulama besar madzhab Hanafi dan
murid langsung Imam Nu’man bin Tsabit al-Hanafi (Imam Abu Hanifah). Saking cerdasnya
itulah sehingga Imam Ahmad bin Hanbal, murid Imam Syafi’i saat di Makkah memberikan
testimoni, “Beliau adalah orang yang paling faqih dalam al-Quran dan as-Sunnah. Tidak
seorang pun yang pernah memegang pena dan tinta (ilmu) melainkan Allah memberinya di
leher asy-Syafi’i.”

2. Imam Ahmad bin Hanbal al-Mubajjal


Imam Ahmad bin Hanbal lahir pada bulan Rabi’ul Awwal tahun 780 H di Baghdad. Ketika
masih kanak-kanak, ia sudah ditinggal sang ayah selamanya. Sejak itu, dibawah asuhan
Ibunya ia belajar dengan tekun berbagai disiplin ilmu pengetahuan agama, menghafal Qur’an
dan hadits dan pada saat menginjak usia 20 tahun rihlah ‘ilmiyahnya di mulai dari Mesir
menuju Kuffah, Makkah, Madinah, Syam, Yaman, dan kembali ke Baghdad.

Status yatim justru memecu dan membuat keteguhan hatinya menjadi bertambah wal hasil ia
menjadi pribadi yang kuat dan berpendirian teguh, terbukti pada saat berhadapan dengan
Khalifah al-Makmun al-Abbasi tahun 212 H yang menganut faham Mu’tazilah memaksaka
Ibn Hambal untuk mengakui mengakui bahwa al-Quran adalah makhluk, namun
pendiriannya tetap kokoh tidak goyah sedikitpun. Meskipun ia harus dipenjara karena
berlainan dengan penguasa pada waktu itu. Sejak itu pula ia harus rela mendekam di penjara.

3. Imam Sufyan Ats-Tsauri


Anak Yatim pun bisa menjadi orang hebat itulah kata yang tepat, diantaranya lagi adalah Abu
Abdillah Sufyan bin Sa’id bin Masruq bin Habib bin Rafi’. Ayahnya meninggal pada saat
beliau masih berusian 9 tahun, Ia lahir di Kuffah pada tahun 97 H/715 M. Kakeknya
termasuk salah satu tabi’in terkemuka dan ikut bersama Sayyidina Ali bin Abi Thalib dalam
Perang Jamal. Ayah Sufyan adalah salah satu ulama Kuffah. Hal ini yang mungkin
menjadikan Imam Sufyan ats-Tsauri sudah menuntut ilmu ketika dirinya masih belia.

Ayahnya meninggal dunia ketika ia belum genap berusia sembilan tahun. Di bawah
pengasuhan ibunya tidak lantas anak ini menjadi minder tetapi dengan arahan yang tepat
kelak ia tumbuh menjadi ualam’ besar di Kuffah, terbukti pada suatu hari, ibunya menjual
hasil tenunannya seharga 10 dirham kemudian uangnya diberikan kepada Sufyan Tsauri
untuk menuntut ilmu seraya berpesan; “Putraku, ini ada uang sepuluh dirham. Pergi dan
gunakanlah uang ini untuk belajar hadits di masjid. Kemudian perhatikan, jika kamu melihat
apa yang kamu pelajari memiliki pengaruh terhadap akal, hati dan perbuatanmu, datanglah
kemari lagi. Nanti akan Ibu beri uang sepuluh dirham lagi untuk kamu gunakan menuntut
ilmu. Namun, jika kamu tidak menemukan pengaruh tersebut, tinggalkan saja ilmu itu, karena
ilmu tidak bersedia ikut kecuali dengan orang yang ikhlas, tulus dan sungguh-sungguh.”

Sejak kecil, Sufyan sangat bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu dan sangat menonjol di
dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan, terutama di bidang hadits dan fiqih, sehingga
namanya melambung dalam dunia Islam khususnya, sejajar dengan ulama’ sekaliber Imam
Malik sebagai ulama’-nya penduduk Madinah, Imam Abdurhman al-Auza’i di Syam, Imam
Sufyan ats-Tsauri adalah ulama’nya penduduk Kuffah. Jumlah hadits yang diriwayatkan
Imam Sufyan tak kurang dari 30 ribu hadits.

Diceritakan oleh Yahya bin Yaman, ia telah meriwayatkan 20 ribuan hadits yang melalui
Sufyan ats-Tsauri. Sedangkan dalam bidang fiqh Sufyan Tsauri terkenal dengan kemampuan
berijtihadnya yang banyak mengandalkan logika qiyas, beliau sangat berhati hati dalam
memutuskan masalah, tak jarang orang orang harus menunggu lama dalam meminta fatwanya
karena saking hati-hatinya, yang pasti tidak seperti ustadz badrol yang terkesan lebih dekat
dengan dunia infotainmen ketimbang keilmuan dan keulamaannya.

Selain tokoh-tokoh di atas, masih banyak yang menunjukkan kisah bahwa anak yatim
menjadi orang hebat misalnya Imam Bukhari, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dan para pakar ilmu-
ilmu Islam lainnya.

Anda mungkin juga menyukai