Anda di halaman 1dari 8

EVALUASI DAN OPTIMASI SUMUR GAS LIFT DENGAN

MENDESAIN ULANG PADA SUMUR DA-011

Dinda Amalia Ramadhanty1, Djoko Sulistyanto 2, and R. Hari Karyadi Oetomo 3

Teknik Perminyakan, Universitas Trisakti, Jakarta

ABSTRAK
Sumur DA-011 merupakan sumur yang menggunakan artificial lift berjenis gas lift. Terdapat permasalahan yang terjadi
dalam pengoperasian sumur gas lift. Salah satu permasalahan pada sumur DA-011 yaitu kebocoran pada valve yang
terpasang. Kebocoran valve ditandai dengan titik injeksi sumur DA-011 berada pada gas lift valve ke-1 yang seharusnya
beroperasi pada valve ke-7. Sehingga, perlu dilakukan evaluasi dan analisa kondisi sumur DA-011 sebelum dilakukan
desain ulang untuk mengganti valve yang terpasang sebelumnya. Desain ulang dilakukan menggunakan spreadsheet untuk
mendapatkan laju gas injeksi, letak kedalaman masing-masing valve, dan mengetahui titik injeksi yang optimum. Selain
itu, software pipesim digunakan Gas Lift Performance Curve untuk mengetahui laju gas injeksi dari valve yang terpasang.
Saat kebocoran valve, sumur DA-011 menginjeksikan gas sebesar 0,418 mmscfd, laju produksi sebesar 247 blpd dan laju
produksi minyak sebesar 9,88 bopd. Sedangkan saat optimasi sumur dapat menginjeksikan gas sebesar 0,8 mmscfd, laju
produksi sebesar 1900 blpd dan laju produksi minyak sebesar 76 bopd.

Kata Kunci : Artificial Lift, Desain ulang, Gas Injeksi, Gas Lift Valve.

ABSTRACT
The DA-011 well is a well that uses an artificial lift type gas lift. There are problems that occur in the operation of the elevator gas
well. One of the problems in the DA-011 well is a leak in the installed valve. The valve leak is indicated by the injection point of
the DA-011 well being in the 1st gas lift valve which is supposed to operate on the 7th valve. Thus, it is necessary to evaluate and
analyze the condition of the DA-011 well before redesigning to replace the previously installed valve. The redesign was carried
out using a spreadsheet to obtain the injection gas rate, the depth of each valve, and find out the optimum injection point. In
addition, pipesim software is used Gas Lift Performance Curve to determine the rate of injection gas from the valve installed.
During the valve leak, the DA-011 well injected 0.418 mmscfd of gas, a production rate of 247 blpd and an oil production rate of
9.88 bopd. Meanwhile, when optimizing the well, it can inject gas of 0.8 mmscfd, the production rate of 1900 blpd and the oil
production rate of 76 bopd.

Key Words : Artificial Lift, Redesign, Gas Injection, Gas Lift Valve.
Email of Corresponding Author : dindamlia11@gmail.com

I. PENDAHULUAN
Sistem pengangkatan buatan dengan menggunakan gas lift merupakan sistem pengangkatan buatan yang
menyerupai sumur sembur alam. Prinsipnya adalah dengan menginjeksikan gas bertekanan ke dalam anulus,
kemudian melalui gas lift valves yang dipasang pada rangkaian tubing, gas akan masuk ke dalam tubing dan
akan menaikkan gas liquid ratio (GLR) dari titik dimana valve tersebut terpasang sampai ke permukaan. Prinsip
tersebut akan menurunkan pressure gradient di dalam tubing, yang mengakibatkan tekanan alir dasar sumur
(Pwf) menjadi turun. Pada sumur DA-011, gas lift merupakan jenis pengangkatan buatan yang digunakan.
Dengan kedalaman sumur DA-011 yaitu 8398,95 ft. Dilakukan kegiatan perforasi sumur pada kedalaman
7778,87 ft. Sumur tersebut dilengkapi casing berdiameter 7 inch dan tubing berukuran 2,875 inch. Akan tetapi
dalam pengoperasiannya terdapat masalah yang terjadi pada sumur tersebut. Pada sumur DA-011 didapatkan
bahwa terdapat kebocoran pada gas lift valve ke-1 sehingga laju alir produksi menurun dan diperlukan
penggantian terhadap gas lift valve ke-1 ini agar produksinya dapat normal kembali. Diketahui bahwa jenis gas
lift pada sumur tersebut adalah tubing retrievable gas lift valve. Untuk itu dalam penulisan penelitian ini, penulis
akan melakukan evaluasi yang nantinya akan dianalisa kondisi kebocoran sumur gas lift valve sehingga akan
dilakukan optimasi agar sumur gas lift dapat berproduksi kembali secara optimal.

II. TEORI DASAR


2.1. Gas Lift
Salah satu metode dari pengangkatan buatan dalam memproduksikan hidrokarbon dari sumur yang memiliki
tekanan reservoir tidak terlalu besar dalam mengangkat fluida hingga ke permukaan yaitu gas lift. Dengan
menginjeksikan gas kedalam sumur melalui tubing, injeksi gas akan bercampur dengan fluida lalu akan
meringankan densitas fluida sehingga nantinya tekanan di reservoir dapat mengangkat kolom minyak.
Dasar dari perencanaan gas lift adalah menentukan Pwf yang diperlukan agar sumur dapat memproduksikan rate

49
yang diinginkan, yaitu dengan cara menginjeksikan gas pada kedalaman tertentu di dalam tubing. Penyebab fluida
terangkat dari dasar sumur ke permukaan dalam menggunakan gas lift yaitu:
1) Adanya dorongan dari gas bertekanan tinggi melalui gas lift valves.
2) Fluida dalam tubing menjadi lebih ringan dikarenakan densitasnya sudah menurun atau lebih rendah,
viskositasnya rendah, perbandingan antara GLR maupun GOR lebih besar dibandingkan dengan fluida
reservoir.
3) Pressure loss yang terjadi pada tubing menjadi lebih kecil. Hal ini mengakibatkan adanya aliran dari
dasar sumur ke permukaan.
2.2. Parameter Mendesain Gas Lift
Sebelum dilakukannya perencanaan dan evaluasi sumur gas lift, beberapa parameter yang perlu diperhatikan .
Parameter-parameter tersebut adalah
1. Productivity Index
2. Gradien Tekanan Statik
3. Gradien Tekanan Gas
4. Temperatur di dalam sumur
5. Kapasitas Produksi
III. METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 1. Diagram Alir

Penelitian pada tanggal 11 Oktober 2022 hingga 12 Desember 2022, dilakukan dengan menggunakan data
sekunder untuk menentukan jumlah gas yang diinjeksikan dan jumlah produksi yang optimal pada gas lift. Nilai
tersebut diketahui dengan mendesain ulang gas lift valve dan melakukan analisa performa gas lift menggunakan
software pipesim.
Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan untuk mendesain ulang gas lift valve yang mengalami kebocoran
dan belum optimal pada sumur DA-011, dilakukan terlebih dahulu pembuatan kurva Inflow Performance
Relationship (IPR) menggunakan metode wiggins yang digunakan untuk mengetahui produksi pada sumur DA-
011.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


Data Sumur DA-011

50
Tabel 1. Data Aktual Sumur DA-011
Data Nilai Satuan
Perforation 7778,87 feet
Depth
PI 2 bbl/psi
GLR 200 scf/bbl
Q oil 9,88 bopd
Water cut 96 %
Pr 2614,7 psia
Pwh 53 psia
Pko 750 psia
Pso 720 psia
Grad. Kill 0,433 psia/ft
Fluid
Pressure 100 psia
drop at last
valve
API 33
SG gas 0,7
Tubing 2,875 Inches OD
0,217 Inches ID
Surface 149 F
Temperature
T at 7778,87 257 F
R 0,038

4.1. Data aktual sumur DA-011


Pada sumur DA-011 menggunakan software Pipesim untuk sumur yang akan dievaluasi sesuai dengan data aktual
sumur. Selanjutnya dilakukan pencocokan (matching) data aktual dengan data simulasi yang ada di software
Pipesim sehingga sesuai dengan kondisi sumur secara aktual. Kemudian setelah itu dapat ditentukan apakah sumur
DA-011 tersebut masih dapat dioptimasi laju injeksi gas-nya terhadap masalah-masalah yang terjadi sehingga
dapat meningkatkan jumlah perolehan minyak.
4.2. Penggambaran Inflow Performance Relationship
Inflow Performance Relationship (IPR) sumur DA-011 menggunakan metode wiggins dikarenakan persen water
cut untuk sumur ini sudah tinggi yaitu 96 %. Sehingga, dapat diasumsikan metode wiggins cocok dalam penentuan
IPR pada sumur DA-011. Namun, dikarenakan metode wiggins tidak tersedia pada software Pipesim, sehingga
model IPR yang digunakan dalam Pipesim adalah metode dengan nilai Productivity Index (PI). Berikut
merupakan gambar kurva IPR pada sumur DA-011 menggunakan wiggins.

Gambar 2 IPR Wiggins sumur DA-011

Dari gambar 2 terlihat bahwa laju alir produksi maksimal pada sumbu x sebesar 3220 blpd. Sehingga laju produksi
optimum 80% dari laju produksi sebesar 2576 blpd.
4.3. Evaluasi sumur DA-011 kondisi aktual
Tujuan utama mengevaluasi suatu sumur produksi adalah agar sumur tersebut dapat berproduksi secara optimal.
Berdasarkan data-data aktual sumur diatas dapat dibuat gas lift performance curve model pada software pipesim.
Dari gas lift performance curve di software pipesim ini dapat ditentukan besarnya nilai laju gas injeksi dan nilai
laju alir liquid optimum sumur DA-011. Akan tetapi sebelum melakukan semua analisa diatas, perlu dilakukan
pencocokan (matching) data aktual dengan data simulasi di dalam software. Setelah dilakukannya matching data
survey, korelasi yang cocok atau mendekati data survey pada sumur DA-011 adalah korelasi Beggs and
Brill Original.

51
4.4. Sumur DA-011 kondisi aktual
Pressure Traverse Survey menggambarkan kondisi aktual sumur DA-011. Didesain dengan 7 gas lift valves
dengan kedalaman perforasi 7778,87 ft. Dapat dilihat juga bahwa terdapat permasalahan pada sistem gas lift yang
terpasang pada sumur ini.

Gambar 3 Pressure Traverse Survey

Pada kondisi aktualnya seharusnya sistem gas pada sumur DA-011 ini memiliki Point Of Injection (POI) pada gas
lift valve ke-2 akan tetapi hasil pressure traverse sumur DA-011 ini memiliki Point Of Injection (POI) pada gas
lift valve ke-1.

4.5. Perhitungan desain ulang gas lift sumur DA-011


Desain gas lift dilakukan untuk mengetahui kedalaman titik injeksi dan laju gas injeksi optimal sumur DA-011.
Saat terjadi kebocoran valve, laju alir liquid sebesar 247 blpd dengan laju gas injeksi sebesar 0,418 mmscfd. Maka
dari itu, desain ulang gas lift dilakukan dengan menaikkan laju produksi sumur menjadi 1900 blpd dengan laju
alir minyak sebesar 76 bopd.

Tabel 2 Data Desain Ulang Sumur DA-011

Data Nilai Satuan


Perforation Depth 7778,87 feet

PI 2 bbl/psi
GLR 200 scf/bbl
Q oil 76 bopd
Water cut 96 %
Pr 2614,7 psia
Pwh 53 psia
Pko 750 psia
Pso 720 psia
Grad. Kill Fluid 0,433 psia/ft

Pressure drop at 100 psia


last valve
API 33
SG gas 0,7
Tubing 2,875 Inches OD

0,217 Inches ID
Surface 149 F
Temperature
T at 7778,87 257 F
R 0,038

4.6. Penentuan fluid rate


Penentuan laju alir liquid menjadi langkah awal dalam mendesain sumur DA-011. Dilakukan untuk memperoleh
nilai liquid optimum yang dihasilkan pada sumur sehingga dapat diketahui nilai gas injeksi yang optimal.
Perolehan nilai dari laju alir liquid pada sumur ini yaitu 1900 blpd.

52
𝑄𝑜
Total Fluid rate = 𝑤𝑐
(1− )
100
Total Fluid Rate = 1900 BFPD

4.7. Penentuan nilai Pwf


Pwf at 7778,87 ft = 1664,7 Psia
Dalam pressure traverse graph ini menggunakan persamaan psig. Sehingga didapatkan nilai pwf dalam bentuk
psig yaitu 1650 psig. Diketahui bahwa psia ke psig dikurangi dengan 14,7.
Pwf at perforation depth = 1664,7-14,7
Pwf at perforation depth = 1650 psig.

4.8. Penentuan kedalaman fluid level


Dengan memplot nilai pwf pada sumbu x dan setelah itu menarik garis kebawah hingga menyentuh nilai GLR
sebesar 200 scf, akan diperoleh kedalaman diatas pwf yaitu 6510 ft. Setelah kedalaman ditentukan, dapat dihitung
nilai fluid level pada sumur DA-011 yaitu pada kedalaman 1269 ft.

Gambar 5 Pressure Travers Fluid Level


FL = Perf. depth – Depth of Above Pwf
FL = 7778,87 ft – 6510 ft
FL = 1269 ft.

4.9. Penentuan profile dari kondisi sumur


Penentuan profile di dalam sumur untuk menggambarkan kondisi sumur DA-011 tidak berproduksi sampai ke
permukaan sehingga membutuhkan artificial lift, yaitu gas lift.

Gambar 6 Profile Sumur DA-011

Hasil plot nilai dengan kedalaman perforasi di 7778,87 ft menunjukkan bahwa saat ini fluida tidak berproduksi

53
hingga ke permukaan.
4.10. Penentuan tekanan injeksi setiap valve

Gambar 7 Gas Pressure At Depth


Diperlukan grafik gas pressure at depth dalam menentukan tekanan dalam menginjeksikan gas pada setiap valve.

4.11. Penentuan mixing point


Dalam menentukan POE, ditentukan nilai tekanan pada kedalaman yang ditentukan. Tekanan pada POE diperoleh
sebesar 783 psia dengan kedalaman 4302 ft. Sedangkan, Point Of Injection yaitu dengan cara mengurangi 100
psia dari tekanan POE. Sehingga diperoleh nilai tekanan POI sebesar 683 psia di kedalaman 3907 ft.
4.12. Penentuan mixing fluid profile
Setelah diperoleh nilai dari POE dan POI, tahapan selanjutnya nilai tersebut digunakan untuk menggambarkan
desain gas lift yang dibuat.

Gambar 8 Penentuan POE vs POI

4.13. Hasil optimasi desain ulang sumur DA-011


Setelah melalui tahapan desain, hasil yang diperoleh yaitu titik injeksi berada pada valve ke-5.

54
Gambar 9 Hasil Desain Ulang Spreadsheet

4.14. Penentuan nilai kedalaman dengan Pwh


Penentuan kedalaman dengan nilai Pwh sebesar 53 psia diubah ke dalam psig menjadi 38,3 psig didapatkan pada
kedalaman 280 ft.

Gambar 10 Pressure Traverse Pwh

4.15. Penentuan GLR total


Dalam penentuan GLR total ada beberapa parameter yang harus diperoleh dulu nilainya agar dapat digunakan
dalam membaca pressure traverse untuk memperoleh GLR total dari hasil optimasi. Diketahui bahwa GLR total
sebesar 500 scf/bbl.

4.16. Penentuan laju gas injeksi optimal


Ql ∗ GLR from Gas Injection
Gas injection rate = 1.000.000
1900 ∗ 500
= 1.000.000
= 0,95 mmscf/d
Dari perhitungan yang telah dilakukan didapatkan bahwa desain ulang gas lift yang dipilih dengan Gas Liquid
Ratio Total (GLRt) sebesar 280 SCF/BBL didapatkan laju alir liquid sebesar 1900 BLPD dengan laju alir gas
injeksi sebesar 0,95 MMSCFD

V. KESIMPULAN
Berdasarkan beberapa tahapan yang dilakukan pada judul “Evaluasi dan Optimasi Sumur Gas Lift Dengan
Mendesain Ulang Pada Sumur DA-011” dapat disimpulkan bahwa
1. Terjadi kebocoran pada gas lift valve ke-1

55
2. Hasil desain sumur DA-011, didapatkan jumlah valve sebanyak 5 buah valve dengan perbedaan tekanan
masing-masing valve.
3. Berdasarkan penentuan laju gas injeksi pada sumur DA-011, terjadi peningkatan nilai laju gas injeksi
yang pada kondisi aktual sebesar 0,418 MMSCFD sedangkan dari hasil optimasi diperoleh laju gas injek

VI. UCAPAN TERIMA KASIH


Terima kasih saya ucapkan kepada prodi Teknik. Teknik Perminyakan Universitas Trisakti yang telah
membimbing saya dalam penulisan ini.

DAFTAR PUSTAKA
1. Ahmad, Fatullah Ahmad., “Optimasi Gas Injeksi untuk Sumur XA dan XB di Lapangan Kaji-Semoga
Menggunakan Piranti Lunak PT. Medco & P Indonesia”, Tugas Akhir-Jurusan Perminyakan Trisakti ,
Jakarta, 2005
2. Ramadhanty, Dinda Amalia., “Evaluasi Dan Optimasi Sumur Gas Lift Dengan Mendesain Ulang Pada
Sumur DA-011” Tugas Akhir-Jurusan Perminyakan Trisakti, Jakarta, 2023.
3. Brown, K. E. (1984a). Artificial Lift Methods 2A (pp. 1–734).
4. Brown, K. E. (1984b). The technology of artificial lift methods, Volume 4 - Production optimization of
oil and gas wells by nodal systems analysis. (pp. 1–464).
5. “Catatan Kuliah Teknik Produksi”, Akamigas. 2009.
6. Hernández,Ali, “Fundamentals of Gas Lift Engineering”, Well Design and Troubleshooting, Ann Arbor
MI. USA, 2017.
7. Medhat., “Optimasi Produksi Sumur Gas Lift KS-XA dan KS-XB Pada Lapangan Kaji Semoga Blok
Rimau PT. Medco E&P Indonesia” Tugas Akhir-Jurusan Perminyakan Trisakti, Jakarta, 2008.
8. Mellissa Anggia., “Optimasi Produksi Minyak Di Lapangan Pamaguan PT. Vico Indonesia Dengan
Penerapan Metode Gas Lift” Tugas Akhir-Jurusan Perminyakan Trisakti, Jakarta, 2013.
9. “Metode Produksi Sumur Sembur Buatan (Gas Lift Well)”, Pertamina EP. 2019
10. Ramadhan, Fajar., “Perencanaan Sumur L5A Dengan Metode Gas Lift Di PT. Pertamina EP Asset 2
Field Limau” Kertas Kerja Wajib STEM Akamigas. 2017.
11. Vanny., “Optimasi Sumur-Sumur Gas Lift Di Lapangan-X Dengan Variasi Laju Injeksi Gas” Tugas
Akhir-Jurusan Teknik Perminyakan, Jakarta, 2013.

56

Anda mungkin juga menyukai