Laporan Praktikum Stabilitas KLMPK 4
Laporan Praktikum Stabilitas KLMPK 4
Dosen Pengampu :
KELOMPOK 4
Oleh :
PUTRI ANGELINA ROSDIATI DAMMA GRACELDA FILIA THOMAS OLLA (2308030044)
(2308030025) VIRZYAN CHALISTA MARIA ENDU UFI
NABILA ANGGRAINI KINANGGI (2308030037) (2308030045)
DARTO ALANDUS WEFRY TAHUN (2308030043) YEMIMA AUREL PUAN MAHARANI TOULO
(2308030050)
2023
BAB I
PENDAHULUAN
Titrasi iodometri adalah salah satu titrasi redoks yang melibatkan iodium.
Titrasi iodometri termasuk jenis titrasi tidak langsung yang dapat digunakan
untuk menetapkan senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi yang
lebih besar daripada sistem iodium-iodida. Berbeda dengan titrasi iodimetri yang
mereaksikan sampel dengan iodium (langsung), maka pada iodometri, sampel
yang bersifat oksidator direduksi dengan kalium iodida (KI) berlebihan dan akan
menghasilkan iodium (I2) yang selanjutnya dititrasi dengan larutan baku natrium
thiosulfat (Na2S2O3). Banyaknya volume Natrium tiosulfat yang digunakan
sebagai titran setara dengan banyaknya sampel (Ulfa, 2015).
Pada titrasi iodometri perlu diawasi pHnya. Larutan harus dijaga supaya
pHnya lebih kecil dari 8 karena dalam lingkungan yang alkalis, iodium bereaksi
dengan hidroksida membentuk iodida dan hipoiodit dan selanjutnya terurai
menjadi iodida dan iodat yang akan mengoksidasi tiosulfat menjadi sulfat,
sehingga reaksi berjalan tidak kuantitatif. Adanya konsentrasi asam yang kuat
dapat menaikkan oksidasi potensial anion yang mempunyai oksidasi potensial
yang lemah sehingga direduksi sempurna oleh iodida. Dengan pengaturan pH
yang tepat dari larutan maka dapat diatur jalannya reaksi dalam oksidasi atau
reduksi dari senyawa (Ulfa, 2015).
Stabilitas diartikan bahwa obat (bahan obat, sediaan obat), disimpan dalam
kondisi penyimpanan dan pengangkutannya tidak menunjukkan perubahan sama
sekali atau berubah dalam batas-batas yang diperoleh (Voigt, 1995).
Stabilitas obat adalah kemampuan obat atau produk untuk mempertahankan
sifat dan katakteristiknya agar sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat
atau diproduksi. Identitas, kekuatan, kualitas, dan kemurnian dalam batasan yang
ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan (Joshita, 2008).
Stabilitas sediaan farmasi tergantung pada profil sifat fisika dan kimia pada
sediaan yang dibuat (termasuk eksipien dan sistem kemasan yang digunakan
untuk formulasi sediaan) dan fraksi lingkungan seperti suhu, kelembapan, dan
cahaya (Joshita, 2008). Beberapa jenis perubahan stabilitas obat atau produk
farmasi yang diperlakukan untuk dipertimbangkan adalah perubahan fisika,
kimia, dan mikrobiologi.
Stabilitas fisika meliputi penampilan, konsistensi, warna, aroma, rasa,
kekerasan, kerapuhan, kelarutan, pengendapan, perubahan berat, adanya uap,
bentuk, dan ukuran partikel (Jenkins, 1957). Stabilitas kimia meliputi degradasi
formulasi obat, kehilangan potensi (bahan aktif), kehilangan bahan-bahan
tambahan (pengawet, antioksidan, dan lainnya).
Stabilitas mikrobiologi meliputi perkembangbiakan mikroorganisme pada
sediaan non steril, sterilisasi, dan perubahan fektivitas pengawet (Jenkins, 1957).
Adapun efek-efek tidak diinginkan yang potensial dari ketidakstabilan produk
farmasi yaitu hilangnya zat aktif, naiknya konsentrasi zat aktif, bahan obat
berubah, hilangnya keseragaman kandungan, menurunnya status mikrobiologi,
hilangnya kekedapan kemasan, modifikasi faktor hubungan fungsional, serta
faktor lingkungan seperti suhu, kelembapan, dan cahaya (Joshita, 2008).
Berdasarkan hal diatas maka dilakukan uji kestabilan obat pada vitamin C
menggunakan titrasi metode iodometri, hal ini disebabkan mengetahui sifat
vitamin C yang mudah terdegradasi dan mudah teroksidasi. Oleh sebab itu hasil
dari uji stabilitas obat mudah diamati, tepat dan waktu yang dibutuhkan singkat.
1.2 TUJUAN
Tujuan praktikum stabilitas penetapan kadar vitamin C menggunakan
metode iodometri dapat bervariasi tergantung pada konteks dan fokus
eksperimen tertentu. Namun, beberapa tujuan umum dari praktikum tersebut
termasuk:
1. Memahami Prinsip Metode Iodometri:
Peserta praktikum diharapkan memahami prinsip dasar metode
iodometri, termasuk reaksi kimia yang terlibat dalam penetapan kadar
vitamin C dan bagaimana iodin berperan sebagai agen titran.
8. Mengaplikasikan Pengetahuan:
Tujuan akhirnya adalah memberikan peserta praktikum pemahaman yang
cukup agar mereka dapat mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan
yang diperoleh dalam metode iodometri untuk penetapan kadar vitamin C
di berbagai konteks analisis dan industri.
1.3 MANFAAT
Praktikum stabilitas penetapan kadar vitamin C menggunakan metode
iodometri memberikan berbagai manfaat, baik bagi mahasiswa atau peserta
praktikum maupun bagi industri atau laboratorium yang menggunakan teknik
ini. Beberapa manfaat praktikum tersebut antara lain:
Pati atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air,
berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Pati merupakan bahan utama
yang dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa (sebagai
produk fotosintesis) dalam jangka panjang. Hewan dan manusia juga
menjadikan pati sebagai sumber energi yang penting.
Asam sulfat (H2SO4) merupakan asam mineral anorganik yang kuat. Zat ini
larut dalam air pada semua perbandingan. Asam sulfat mempunyai banyak
kegunaan dan merupakan salah satu produk utama industri kimia. Asam sulfat
murni yang tidak diencerkan tidak dapat ditemukan secara alami di bumi oleh
karena sifatnya yang higroskopis. Asam sulfat 98% umumnya disebut sebagai
asam sulfat pekat. Terdapat berbagai jenis konsentrasi asam sulfat yang digunakan
untuk berbagai keperluan seperti kegunaan laboratorium,asam baterai,asam bilik
atau asam pupuk,asam menara atau,asam pekat.Mutu teknis H2SO4 tidaklah
murni dan seringkali berwarna. Mutu murni asam sulfat digunakan untuk
membuat obat-obatan dan zat warna.
Vitamin C merupakan vitamin yang mudah larut dalam air, fungsi utama vitamin
C adalah sebagai koenzim atau kofaktor. Vitamin C juga disebut asam askorbat
karena senyawa ini kuat dalam reduksinya dan bertindak sebagai antioksidan
dalam reaksi - reaksi hidroksilasi. Selain berfungsi sebagai antioksidan vitamin
C mempunyai fungsi lain yakni terkait pembentukan kolagen yaitu senyawa
protein yang berperan dalam reaksi jaringan ikat, seperti pada tulang rawan,
matriks tulang, dentin gigi, membran kapiler, kulit, dan tendon. Vitamin C
berperan dalam penyembuhan luka, patah tulang, pendarahan di bawah kulit dan
pendarahan gusi, vitamin c juga dapat menurunkan tekanan darah, kolesterol,
dan serangan jantung (Winarno,1995). Vitamin C stabil dalam suasana asam
tetapi mudah rusak oleh oksidasi, alkali, panas dan logam seperti zat besi dan
tembaga. Vitamin C bagi tubuh adalah sebagai antioksidan yang bekerja
menghalangi beberapa kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas dan
menghambat reaksi oksidasi pada tubuh yang menyebabkan terjadi radikal bebas
yang sangat aktif dan dapat merusak struktur fungsi sel namun reaktivitas radikal
bebas dapat dihambat oleh sistem antioksidan yang melengkapi sistem
kekebalan tubuh (Winarsi, 2007).
Iodin atau Iodium (bahasa Yunani: Iodes - ungu), adalah unsur kimia pada tabel
periodik yang memiliki simbol I dan nomor atom 53. Iodin ditemukan pada
tahun 1811 oleh Courtois. Iodin merupakan sebuah anion monovalen. Iodin
adalah halogen yang reaktivitasnya paling rendah dan paling bersifat
elektropositif. Iodin adalah suatu unsur bukan logam yang termasuk golongan
halogenida. Iodin terutama digunakan dalam medis, fotografi, dan sebagai
pewarna. Seperti halnya semua unsur halogen lain, iodin ditemukan dalam
bentuk molekul diatomik. Iodin merupakan padatan kristalin abu tua dengan uap
ungu dengan titik leleh sebesar 114°C. Iodin sedikit larut dalam air tetapi larut
dengan sangat leluasa dalam pelarut organik (Justiana,dkk.,2009).
Iodin digunakan sebagai reagen test kit Vitamin C karena dapat membentuk
reaksi perubahan warna dengan amilum. Jika warna biru kompleks iodin dan
amilum ditambahkan asam askorbat maka akan terjadi perubahan warna dari
biru menjadi tidak berwarna. Hal ini karena semua iodin sebagai oksidator telah
habis bereaksi dengan Vitamin C dan didalam larutan terdapat kelebihan vitamin
C sehingga warna larutan menjadi bening.
4.1.1 Hasil
Table 1. Penetapan kadar vitamin c dengan metode iodimetri
Kadar vitamin c
v 12 .∋2 , 8,806 7 ,5 x 0,215 x 8,806 100 14,199
%= x 100 %→ x → .100 %
mg bahan , o .1 200−0 , 1 100 20
14 , 2
= .100 %
20
= 0 , 71.100 %
= 71 %
BAB V
PENUTUP
1. KESIMPULAN
2. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Arita, S., Sari, R. P., & Liony, I. (2015). Purifikasi Limbah Spent Acid Dengan Proses
Adsorpsi Menggunakan Zeolit Dan Bentonit. Jurnal Teknik Kimia, 21(4), 65-72.
Diakses dari https://repository.unsri.ac.id/30588/1/39.%20PURIFIKASI
%20LIMBAH%20SPENT%20ACID.pdf pada tanggal 12 desember 2023 pukul
18.44 WITA
Leo, R., & Daulay, A. S. (2022). Penentuan Kadar Vitamin C Pada Minuman
Bervitamin Yang Disimpan Pada Berbagai Waktu Dengan Metode
Spektrofotometri UV. Journal of Health and Medical Science, 105-115. Diakses
dari
https://pusdikra-publishing.com/index.php/jkes/article/download/639/555/2054
pada tanggal 12 desember 2023 pukul 19.03 WITA
Erwanto, D., Utomo, Y. B., Fiolana, F. A., & Yahya, M. (2018). Pengolahan citra digital
untuk menentukan kadar asam askorbat pada buah dengan metode titrasi
iodimetri. Multitek Indonesia, 12(2), 73-84. Diakses dari
file:///C:/Users/ACER/Downloads/1290-5777-1-PB.pdf pada tanggal 12
desember 2023 pukul 19.04 WITA
Diakses dari
https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jkss/article/download/3561/3174
pada tanggal 12 desember 2023 pukul 18.50 WITA