Pengembangan Produk Kelompok d1 - Imtinan Dan Zahida
Pengembangan Produk Kelompok d1 - Imtinan Dan Zahida
PENYUSUN :
Imtinan Nadhifah Salsabila (20220312018)
Zahida Azmi Zaqia Zulfani (20220312020)
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................i
DAFTAR TABEL................................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang........................................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................................4
2.1. Atlet Endurance...................................................................................................................4
2.2. Minuman Isotonik...............................................................................................................4
2.3. Kelapa (Cocos nucifera L.)..................................................................................................5
2.4. Kurma Ajwa (Phoenix dactylifera)....................................................................................6
2.5. Analisis Proksimat...............................................................................................................6
2.6. Analisis Total Mikroba........................................................................................................7
2.7. Kerangka Konsep................................................................................................................8
2.8. Hipotesis...............................................................................................................................8
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................................................9
3.1. Desain Penelitian..................................................................................................................9
3.2. Sampel Penelitian.................................................................................................................9
3.3. Variabel Penelitian............................................................................................................11
3.4. Tempat dan Waktu Penelitian..........................................................................................12
3.5. Alat dan Bahan..................................................................................................................12
3.6. Definisi Operasional..........................................................................................................14
3.7. Jenis dan Cara Pengumpulan Data..................................................................................15
3.8. Pengolahan dan Analisis Data..........................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................22
i
DAFTAR TABEL
ii
DAFTAR GAMBAR
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
Menurut Badan Standarisasi Nasional (BSN 1988) mengemukakan bahwa spesifikasi
persyaratan mutu minuman isotonic/minuman olahraga mengacu pada SNI-4452-1998.
Minuman olahraga mengandung total gula sebagai sukrosa minimal 5%, natrium maksimal
800-1000 mg/kg, dan kalium 125-175 mg/kg. Berdasarkan Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia (BPOM, 2019) nomor 24 tahun 2019, minuman olahraga harus memenuhi
beberapa yarat yaitu osmolalitas minuman olahraga tidak lebih dari 340 mOsml/kg, kandungan
energy tidak kurang dari 240 kkal/l, fruktosa ditambahkan maksimal 3% dari produk,
kandungan natrium tidak kurang dari 230 mg/L atau 10 mmol/L dan tidak lebih dari 575 mg/L,
kandungan kalium tidak lebih dari 200 mg/L dan pH tidak lebih dari 8,5. Berdasarkan ketetapan
dan peraturan, penelitian ini dirancang untuk memformulasikan minuman olahraga berbahan
dasar air kelapa dan sari kurma dengan perbedaan konsentrasi kandungannya agar
menghasilkan produk yang disukai secara organoleptic dan memiliki kandungan gizi sesuai
syarat BPOM dan SNI-4452-1998.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah terdapat perbedaan mutu gizi (kadar air, kadar abu, karbohidrat, protein dan lemak
pada produk minuman olahraga air kelapa dengan subtitusi sari kurma sebagai minuman
alternative untuk atlet endurance ?
2. Apakah terdapat perbedaan daya simpan pada produk minuman olahraga air kelapa dengan
subtitusi sari kurma sebagai minuman alternative untuk atlet endurance ?
3. Apakah terdapat perbedaan total mikroba pada produk minuman olahraga air kelapa dengan
subtitusi sari kurma sebagai minuman alternative untuk atlet endurance ?
4. Apakah terdapat perbedaan tingkat kesukaan pada produk minuman olahraga air kelapa
dengan subtitusi sari kurma sebagai minuman alternative untuk atlet endurance ?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Menganalisis perbedaan kadar air, kadar abu, karbohidrat, protein dan lemak pada produk
minuman olahraga air kelapa dengan subtitusi sari kurma sebagai minuman alternative
untuk atlet endurance
2. Menganalisis perbedaan daya simpan pada produk minuman olahraga air kelapa dengan
subtitusi sari kurma sebagai minuman alternative untuk atlet endurance
3. Menganalisis perbedaan total mikroba pada produk minuman olahraga air kelapa dengan
subtitusi sari kurma sebagai minuman alternative untuk atlet endurance
4. Menganalisis perbedaan tingkat kesukaan pada produk minuman olahraga air kelapa
dengan subtitusi sari kurma sebagai minuman alternative untuk atlet endurance
5. Menganalisis perlakuan terbaik pada produk minuman olahraga air kelapa dengan subtitusi
sari kurma sebagai minuman alternative untuk atlet endurance
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Akademik
2
Dapat memberikan informasi dan pengetahuan baru terkait kandungan zat gizi makro,
daya simpan, total bakteri, dan kesukaan pada produk minuman olahraga air kelapa
dengan subtitusi sari kurma sebagai minuman alternative untuk atlet endurance. Dapat
digunakan sebagai referensi pada penelitian-penelitian selanjutnya terkait produk
minuman olahraga air kelapa dengan subtitusi sari kurma sebagai minuman alternative
atlet endurance.
1.4.2. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat dijadikan informasi, masukan, pedoman dan memperkaya ilmu
pengetahuan terkait minuman olahraga air kelapa dengan subtitusi sari kurma sebagai
minuman alternative atlet endurance, serta dapat digunakan sebagai minuman alternative
pada pola asuh gizi bagi atlet endurance.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Tabel 1 Syarat Mutu Minuman Isotonik (SNI 01-4452-1998)
Elektrolit memainkan peranan yag penting dalam inuman isotonic sebagai zat yang
berpengaruh terhadap rasa minuman, stimulir konsumsi cairan, meningkatkan penyerapan cairan,
mempertahankan volume plasma dan menjaga rehidrasi. Rehidrasi dianggap sempurna jika elektrolit
yang hilang karena keringa telah digantikan dengan sesuai. Konsentrasi natrium dalam minuman
isotonik berkisar antara 20-80 mmol/L, hal ini dibuat berdasarkan penggantian natrium yang hilang
dalam tubuh ketika berkeringan dan untuk menstimulasi penyerapan dairan dengan cepat (Murray dan
Stofan, 2001).
2.3. Kelapa (Cocos nucifera L.)
Buah kelapa terdiri dari kulit luar, sabut, tempurung, kulit daging, daging buah dan air kelapa.
Kulit luar merupakan lapisan tipis (0,14 mm) yang memiliki permukaan licin dengan arna bervariasi
dari hijau, kuning sampai jingga tergantung kepada tingkat kematangan buah. (Esti, 2001 dalam
Ratna, 2004). Air kelapa diperoleh dari buah kelapa yaitu endosperma cair (coconut water) dri buah
kelapa. Air kelapa ini mengisi ¾ rongga dalam buah kelapa, jumlah air kelapa yang terkandung dalam
satu buah kelapa tua sekitar 300 ml. jumlah ini dipengaruhi oleh ukuran kelapa, varietas, kematangan
dan kesegaran kelapa. Produksi air kelapa cukup berlimoah di Indonesia dengan lebih dari dua juta
liter pertahunnya.
Air kelapa memiliki kandungan sejumlah zat gizi yaitu protein, lemak, gula, sejumlah vitamin,
asam amino dan hormone pertumbuhan. Unsur mineral utama dalam air kelapa adalah kalium, dengan
kandungan gula maksimal yaitu 3 gram per 100 ml air kelapa. Kondisi ini tercapai pada bulan keenam
umur buah dan menurun dengan semakin tuanya kelapa. Jenis gula yang terkandung dalam air kelapa
adalah glukosa, fruktosa, sukrosa dan sorbitol. (Riyana, 2008). Kandungan total gula, protein, dan
5
elektrolit serta volume air kelapa bervariasi sesuai umur buah kelapa, dan parameter tersebut
maksimum terdapat pada usia 7-9 bulan (Jackson et al., 2004)
Secara umum, air kelapa memiliki komposisi gizi seperti yang dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2 Komposisi Air Kelapa per 100 g BDD
6
Kadar air adalah jumlah air yang ada dalam bahan dan dinyatakan dalam persen. Kadar
air dalam bahan pangan berperan dalam menentukan kesegara dan daya simpan makanan.
Semakin tinggi kadar ainya maka akan lebih mempermudah bagi bakteri, jamur, kapang dan
khamir untuk berkembang biak yang menyebabkan perubahan pada makanan atau bahan
pangan. Semakin rendah kadar airnya maka pertumbuhan mikroorganisme akan semakin
lambat dan proses pembusukan akan berlangsung lebih lama (Winarno, 2002).
2.5.2. Kadar Abu
Abu merupakan zat organik yang tersisa setelah pembakaran bahan organik, abu dan
mineral dalam makanan biasanya berasal dari makanan itu sendiri, namun ada beberapa bahan
pangan yang ditambahkan mineral (Susi, 2013). Kadar Abu merupakan campuran komponen
anorganik atau mineral dalam pangan, komponen pangan terdiri dari 96% bahan anorganik dan
air, sisanya meruakan mineral. Mineral juga disebut bahan organik atau abu. Kandungan abu
dapat menunjukkan total mineral dalam bahan makanan (Zahro,2013).
2.6. Analisis Total Mikroba
Mikroorganisma yang terdapat pada bahan pangan atau produk makanan dapat dijumpai dalam
bahan pangan jika tidak dilakukan proses pengolahan secara tepat dan memperhatikan aspek
higienitas bahan pangan. Hal ini pentuing diperhatikan untuk menlindungi produk makanan dengan
keracunana kibat toksin yang dihasilkan oleh mikroorganisme (Widodo, 2010). Untuk mendeteksi
keberadana mikroorganisme pada bahan pangan, terdapat beberapa standar baku yang dapat dijadikan
pedoman dalam pengujian bahan makanan maupun minuman. Salah satunya adalah standar keamanan
pangan yang dikeluarkan oleh Badan Pemeriksaan Obat dan Makanan (BPOM). Pemeriksaan
mikrobiologis yang umum dilakukan adalah pemeriksaan angka lempeng total (ALT), jumlah bakteri
koliform dengan metode angka perkiraan terdekat, dan pengujian bakteri patogen. Sampel atau bahan
yang digunakan adalah sampel makanan atau minuman, dan media yang digunakan berupa media
pertumbuhan mikroba. Perhitungan jumlah total coliform sama halnya dengan perhitungan jumlah
total koloni pada cawan, hanya menggunakan media cair serta dperuntukkan bagi kelompok mikroba
koliform yaitu kelompok bakteri Enterobacteriacae dimana kehadiran bakteri ini merupakan indikator
pencemaran (Widodo, 2010).
Salah satu metode perhitungan jumlah bakteri yang umum digunakan adalah metode hitungan
cawan atau dikenal dengan total plate count yang didasarkan pada anggapan bahwa setiap sel yang
dapat hidup akan berkembang menjadi satu koloni sehingga jumlah koloni yang muncul pada cawan
merupakan satu indeks bagi jumlah organism yang dapat hidup yang terkandung dalam sampel. Untuk
memenuhi persyaratan statistik, cawan yang dipilih untuk perhitungan koloni ialah yang mengandung
antara 25-250 atau 30-300 koloni. Jumlah mikroorganisme dalam sampel tidak diketahui sebelumnya
maka untuk memperoleh sekurang-kurangnya satu cawan yang mengandung koloni dalam jumlah
yang memenuhi syarat dapat dilakukan pengenceran. Jumlah mikroorganisme yang terdapat dalam
7
sampel asal ditentukan dengan mengalikan jumlah koloni yang terbentuk dengan faktor pengenceran
pada cawan tersebut. (Widodo, 2010).
8
2.7. Kerangka Konsep
Atlet Endurance adalah atlet yang melakukan aktivitas olahraga ketahanan. Olahraga ini
berlangsung selama 30 menit hingga 4 jam. Dikarenakan durasi dan sifat kegiatan yang terus
menerus, kebutuhan atlet endurance perlu diperhatikan setiap hari baik ketika kompetisi maupun saat
periode latihan. Atlet dengan olahraga intensitas tinggi yang membutuhkan kekuatan dan ketahanan
dalam waktu lama, seperti atlet pelari jarak jauh, pesepeda, dan perenang akan mengalami
peningkatan suhu tubuh. Tubuh akan mengeluarkan keringat sebgai mekanisme penurunan suhu tubuh
yang meningkat selama olahraga. Mekanisme tersebut dapat menyebabkan kondisi dehidrasi. .
Kondisi dehidrasi dan kurangnya simpanan karbohidrat merupakan 2 faktor utama penurunan
performa tubuh saat olahraga. Hal ini dapat diperbaiki dengan pemberian terapi rehidrasi dengan
minuman yang mengandung karbohidrat dan elektrolit. Pada hal ini Air kelapa dna kurma meiliki
kandungan gula sederhana yang dapat memperbaiki energy yang hilang saat beraktivitas. Kandungan
mineral pada air kelapa dan kurma ajwa yang tergolong tinggi dapat mengembalikan elektrolit yang
hiang bersama cairan tubuh. Kombinasi dua bahan makanan ini disatukan dalam bentuk Sportdrink
atau minuman isotonik.
2.8. Hipotesis
Penulis berasumsi bahwa terdapat perbedaan profil mutu gizi (Kadar air, kadar abu, protein,
lemak, karbohidrat dan energy), total plate count, daya simpan dan kesukaan pada produk sport drink
air kelapa dengan subtitusi sari kurma dengan formulasi yang berbeda.
9
BAB III
METODE PENELITIAN
Berdasarkan Performance Training Journal untuk menentukan konsentrasi sari kurma dibuat
didasarkan dengan kandungan karbohidrat untuk sport drink dengan kandungan karbohidrat berada di
rentang 4-8% atau setara dengan 40-80 gram karbohidrat / 1000 mL. Perlakuan 1 mengikuti batas
bawah kandungan karbohidrat untuk sport drink yaitu 4% / 1000 mL (40 g Karbohidrat) dan
Perlakuan 2 dengan kadar karbohidrat 6%/ 1000 mL (60 gram Karbohidrat), dan untuk Perlakuan 3
menggunakan batas atas kandungan karbohidrat untuk sport drink yaitu 8% / 100 mL (80 g
Karbohidrat). Penggunaan karbohidrat lebih dari 10% akan menyebabkan penurunan pengosongan
lambung dan penyerapan dalam usus yang akan meningkatkan resiko ketidak nyamanan dalam perut
pada atlet (Murray dan J. Stofan, 2001).
3.2. Sampel Penelitian
3.2.1. Gambaran Umum Sampel Penelitian
Sampel dari penelitian ini adalah sport drink dengan bahan utama air kelapa muda yang
didapatkan dari pedagang kelapa di daerah Cibinong, Kabupaten Bogor yang kemudian diseduh
10
dan ditambahkan dengan sari kurma yang didapatkan dari pengolahan kurma ajwa yang didapat
dari supermarket yang berada di daerah cibinong yang kemudian dilakukan pencampuran dan
direbus untuk menghomogenkan produk.
3.2.2. Kriterian Bahan Penelitian
3.2.2.1. Air Kelapa
- Kriteria Inklusi :
1. Air kelapa yang dignakan berasal dari kelapa muda yang merupakan
varietas virdis atau dikenal dengan kelapa hijau
2. Air kelapa yang diambil berusia sekitar 7-9 bulan
3. Air kelapa murni tanpa campuran bahan makanan lain
4. Kelapa muda di dapat dari penjual kelapa di daerah Cibinong, Kabupaten
Bogor
- Kriteria Eksklusi
1. Air kelapa yang digunakan tidak berasal cari kelapa muda atau varietas
virdis Air atau kelapa hijau
2. Air kelapa berusia kurang atau lebih dari rentang usia 7-9 bulan
3. kelapa yang dibeli tidak murni air kelapa atau sudah tercampur dengan
bahan makanan lain
3.2.2.2. Sari Kurma
- Kritetia inklusi
1. Kurma adalah jenis tamr (kurma kering) varietas Ajwa dengan nama latin
Phoenix dactylifera
2. Kurma dalam kondisi baik, tidak busuk, tidak dihinggapi serangga
- Kriteria eksklusi
1. Kurma selain jenis tamr (kurma kering) varietas Ajwa
2. Kurma dalam kondisi tidak atau kurang baik, busuk, dan dihinggapi
serangga
11
3.2.3. Rancangan Pengambilan Sampel
Tabel 4 Taraf Perlakuan dan Pengulangan
P1 P2 P3
1 P11 P21 P31
2 P12 P22 P32
3 P13 P23 P33
Total 3 3 3 9
Perlakuan
Keterangan :
P1 = Kelompok Perlakuan 1 (575 g Air Kelapa : 20 g Sari Kurma : 5 g Gula Merah)
P2 = Kelompok Perlakuan 2 (550 g Air Kelapa : 45 g Sari Kurma : 5 g Gula Merah)
P3 = Kelompok Perlakuan 3 (525 g Air Kelapa : 70 g Sari Kurma : 5 g gula merah)
1 2 3
P12 P23 P13
4 5 6
P32 P22 P21
7 8 9
P31 P11 P33
Keterangan :
Baris pertama = Nomor urut (1-9)
Baris kedua = Unit penelitian (P11-P33)
P1 = Kelompok Perlakuan 1 (575 g Air Kelapa : 20 g Sari Kurma : 5 g Gula Merah)
P2 = Kelompok Perlakuan 2 (550 g Air Kelapa : 45 g Sari Kurma : 5 g Gula Merah)
P3 = Kelompok Perlakuan 3 (525 g Air Kelapa : 70 g Sari Kurma : 5 g gula merah)
12
Variabel terikat pada penelitian ini adalah profil mutu gizi (Kadar air, abu, Energi,
Karbohidrat, protein, lemak) dan tingkat kesukaan (Uji Hedonik), total bakteri (Total
Plate Count), dan Daya Simpan pada produk Sport Drink pada tiap perlakuan.
3.3.3. Variabel Kontrol
Variabel kontrol pada penelitian ini adalah pembuatan (langkah-langkah, suhu, dan
waktu).
3.4. Tempat dan Waktu Penelitian
3.4.1. Lokasi Penelitian
Pembuatan Sport Drink air kelapa dan sari kurma dilakuan di Laboratorium
Penyelenggaraan Makanan Universitas Esa Unggul, Uji Hedonik dan daya simpan
produk dilakukan di Laboratorium Penyelenggaraan Makanan Universitas Esa Unggul
dan untuk analisis mutu gizi dan Total Mikroba dilakukan di laboratorium Saraswanti
Bogor.
3.4.2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan mulai bulan Desember 2022 – Januari 2023
3.5. Alat dan Bahan
Pada penelitian pembuatan sport drink dari air kelapa dan sari kurma memerlukan alat
dan bahan yang sesuai dengan tahap pembuatan maupun analisis mutu gizi. Alat dan bahan
yang digunakan dapat dilihat pada table
Tabel 6 Alat dan Bahan
13
desikator
Energi Menggunkana metode Calculation Sampel Sport drink
sehingga membutuhkan nilai subtitusi air kelapa dan
lemak, protein, dan karbohidrat sari kurma
Karbohidrat Cawan porselen, oven, desikator, Sampel Sport drink
neraca, alat-alat gelas (Erlenmeyer, subtitusi air kelapa dan
buret, pipet, volumetric, pipet tetes sari kurma
dan labu ukur)
Protein Alat yang digunakan ialah labu Bahan yang
kjeldahl 100 ml, lemari asam, labu dibutuhkan dalam
ukur 100 ml, Erlenmeyer 100 ml, pengujian kadar
pipet (ukuran 2 ml, 5 ml, 10 ml), protein adalah Sport
timbangan analitik, pipet tetes Drink Subtitusi Air
kelapa dan sari kurma,
selenium, 10 ml
H2SO4 pekat,
aquades, 10 ml
H2BO3 2%, larutan
indicator, 5 ml NaOH
30%, HCL / H2SO4
0,002N
Lemak Alat yang digunakan ialah timbel, Bahan yang
tabung ekstraksi, alat destilasi, dibutuhkan dalam
pengangas air, oven, desikator, pengujian kadar lemak
timbangan analitik adalah Sport drink
subtitusi air kelapa dan
sari kurma dan
petroleum eter
3 Tahap Analisis Total
Bakteri
Total Plate Count Cawan Petri, Tabung reaksi, labu Plate Count Agar,
Erlenmeyer berisi media PCA NaCl, akuades dan
(agar), Pipet Volume, plastik / Sampel Sport drink
spatula subtitusi air kelapa dan
sari kurma
4 Tahap Analisis Daya Wadah sampel, plastic seal, Sampel Sport drink
14
Simpan kompor, alat kukus, formulir subtitusi air kelapa dan
pencatat, alat tulis sari kurma
5 Tahap Analisis Hedonik Gelas, gelas saji, sedotan untuk Sampel Sport drink
membantu panelis mengambil subtitusi air kelapa dan
sampel, wadah untuk tempat sari kurma
pembuangan sampel, alat penetral
semetara, kuisioner uji (Lembar
penilaian) untuk pendokumentasian
hasil, alat tulis
15
Energi Jumlah kandungan energi dalam produk sport Rasio
drink dengan subtitusi air kelapa dan sari kurma
dengan menggunakan metode calculation dengan
satuan Kcal
Total Bakteri Jumlah total Bakteri dalam produk sport drink Rasio
dengan subtitusi air kelapa dan sari kurma dengan
menggunakan metode Total Plate Count
Daya Simpan Seberapa lama sampel dapat mempertahankan Rasio
mutu fisiknya (warna, aroma dan kekeruhan)
Uji Hedonik Seberapa besar tingkat kesukaan terhadap produk Rasio
sport drink dengan subtitusi air kelapa dan sari
kurma dinilai mulai dari skor 1 (sangat tidak
suka), 2 (tidak suka), 3 (netral), 4 (suka) dan 5
(sangat suka)
16
3.7.2. Prosedur Penelitian
3.7.2.1. Alur Penelitian
17
natrium dan kalium akan cepat larut dalam air dengan pemanasan diatas 25 derajat
Celsius dan akan menyebabkan berukuranngya kandungan natrium dan kalium
(Sahlan Ben, 2001).
3.7.2.4. Analisis Kadar Air (Metode Gavimetri)
1. Sampel disiapkan
2. Cawan kosong dan tutup cawan dikeringkan dalam oven selama 15 menit
3. Sampel ditimbang sebanyak 5 g dan dimasukkan kedala cawan
4. Dilakukan pengovenan selama 3 jam dengan suhu 100 ºC
5. Cawan didinginkan 3-5 menit didalam desikator
6. Cawan ditimbang kembali
7. Sampel dikeringkan kembali ke dalam oven selama ±30 menit
8. Cawan didinginkan kembali di dalam desikator
9. Cawan ditimbang dan diulangi hingga didapatkan berat yang konstan
10. Dihitung kadar airnya
11. Interpretasi Hasil
Berat awal ( g ) −Berat akhir (g)
%Kadar Air = ×100 %
Berat awal (g)
(Sudarmadji et al, 1997)
3.7.2.4. Analisis Kadar Abu (Metode Gavimetri)
1. Sampel disiapkan
2. Cawan pengabuan dibakar di dalam ranur selama 7 jam
3. Cawan didinginkan dalam desikator selama 3-5 menit
4. Sampel sebanyak 5 g ditimbang
5. Sampel dimasukkan ke dalam cawan pengabuan
6. Cawan pengabuan dimasukkan ke dalam tanr dan dibakar hingga didapat abu
berwarna abu-abu atau hingga beratnya konstan
7. Cawan didinginkan ke dalam desikator
8. Cawan ditimbang
9. Dihitung kadar abunya
10. Interpretasi Hasil
Berat abu ( g )
%Kadar Abu= × 100 %
Berat Sampel ( g )
(Sudarmadji et al, 1997)
3.7.2.5. Analisis Kadar Lemak (Metode Soxhlet)
1. Labu timbang dioven hingga beratnya konstan
2. Labu timbang didinginkan ke dalam desikator
3. Labu timbang ditimbang beratnya
18
4. Sampel dihaluskan dan ditimbang sebanyak 3 g
5. Sampel dimasukkan ke dalam timbel
6. Air pendingin dialirkan melalui kondensor
7. Tabung ekstraksi dipasang pada alat destilasi soxhlet menggunakan pelarut
petroleum eter selama 4 jam
8. Residu dalam tabung ekstraksi diaduk
9. Ekstraksi dilanjutkan selama 2 jam menggunakan pelarut yang sama
10. Pelarut yang mengandung ekstrak dipindahkan pada labu timbang yang telah
diketahui beratnya
11. Diuapkan menggunakan penagas air hingga berwarna agak pekat
12. Dikeringkan dalam oven pada suhu 105ºC hingga berat konstan
13. Didinginkan dalam desikator selama 15 menit
14. Labu ditimbang
15. Kadar lemak dihitung
( Berat labu akhir−Berat labu awal )
% Kadar Lemak= × 100 %
Berat sampel
(Sudarmadji, 1997)
3.7.2.6. Analisis Kadar Protein (Metode Kjehldal)
1. Sampel ditimbang sebanyak 0,5 g
2. Sampel dimasukkan ke dalam labu kjeldahl 100 ml
3. Selenium 1 g dan 10 ml H2SO4 ditambahkan
4. Dilakukan destruki dalam lemari asam hingga jernih
5. Sampel dibiarkan dingin
6. Sampel dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml sambil dibilas dengan aquadest
7. Disiapkan penampung yang terdiri dari 10 ml H2BO3 2%
8. Ditambahkan 4 tetes larutan indicator dalam Erlenmeyer 100 ml
9. Dipipet 5 ml NaOH 30% dan 100 ml Aquadest
10. Disuling hingga volume penampung ± 50 ml
11. Ujung penyuling dibilas dengan aquadest dan ditampung bersama isinya
12. Dititrasi dengan larutan HCl atau H2SO4 0,002N
13. Kadar protein dihitung
14. Interpretasi Hasil
V 1× Normalitas H 2 SO 4 ×6 ,25 × P
% Kadar Protein= ×100 %
grambahan
Keterangan :
V1 = Volume titrasi
N = Normalitas larutan HCL atau H2SO4 0,002N
19
P = Faktor Pengenceran (100/5)
(Sudarmadji, 1997)
3.7.2.7. Analisis Kadar Karbohidrat dan Energi
1. Karbohidrat dengan metode by different
Kadar karbohidrat (%) = 100% - (%kadar air + %kadar abu + %kadar protein + %kadar
lemak)
2. Energi dengan metode Calculation
Energi (Kcal) = (% lemak × 9 kkal) + (% protein × 4 kkal) + (% Karbohidrat × 4 kkal)
3.7.2.8. Analisis Total Mikroba (Metode Total Plate Count)
1. Dilakukan Sterilisasi
Sterilisasi basah pada suhu 1210C selama 15 menit dengan autoclave untuk semua
media atau dapat menggunakan Sterilisasi kering pada suhu 1200C-1700C selama
kurang lebih 2 jam menggunakan oven untuk semua peralatan gelas
2. 10 gram sampel dihaluskan dengna menggunakan mortar hingga halus dan
ditambahkan aquadrs steril 100 ml
3. Sampel dipipet secara aseptic 1 ml ke dalam tabung reaksi pertama (pengenceran
10-1) yang berisi 9 ml aquades, lakukan hingga pengenceran 10-7
4. Hasil dari pengenceran 10-5, 10-6, 10-7 dipipet 1 mL secara aseptic kedalam cawan
petri kemudian dituangkan ke medium Nutrient Agar (NA), ratakan pada medium
NA
5. Cawan petri diinkubasi dala posisi terbalik pada suhu 30⁰C selama 1-2 x 24 jam
6. Amati dan catat koloni bakteri yang tumbuh pada medium
7. Perhitungan
1
N=Jumlah koloni percawan x
Faktor pengenceran
Faktor pengenceran = Pengenceran x jumlah yang ditumbuhkan
N = Jumlah koloni produk (koloni per ml atau pergram)
Bila koloni percawan lebih besar dari 250 pada seluruh pengenceran, maka hasil yang
dilaporkan sebagai terlalu banyak dihitung (TBUD)
(Florensia dkk., 2012).
3.7.2.9. Analisis Daya Simpan
1. Wadah dipasterurisasi selama 3 menit dengan suhu 70⁰C
2. Sampel dimasukkan kedalam wadah
3. Dilakukan exhausting selama 3 menit dengan memanaskan wadah yang berisi
produk dengan air mendidih yang bertujuan untuk mengeluarkan gas gas uang
dapat menyebabkan perubahan mutu fisik minuman
20
4. Wadah sampel ditutup dengan plastic seal pada suhu ruang (27⁰C) dan suhu
refrigerator (5⁰C)
5. Setiap taraf perlakuan diamati pada hari ke-0,2,7,14,21,dam 28 terkait mutu
organoleptiknya yaitu warna, aroma, dan kekeruhan
(Riyana, 2008)
3.7.2.10. Uji Hedonik
1. Peneliti menyiapkan sampel seara bergantian dan diberikan kode yang berbeda
pada wadah setiap sampel
2. Pengujian dilaksanakan pukuL 09.00-11.00 WIB dan 14.00-16.00 WIB
3. Panelis menilai tingkat kesukaan berdasarkan aroma, warna, tekstur dan rasa
4. Panelis akan meminum air putih sebelum melakukan uji rasa pada sampel
selanjutnya untuk menetralisir rasa
5. Masing masing indikator memiliki rasio nilai dair 1-5, semakin tinggi nilainya
maka tingkat kesukaan akan semakin besar
6. Setelah selesai mengisi formulir secara keseluruhan, formulir dikumpulkan kepada
peneliti
7. Peneliti akan merekap hasil penilaian dari panelis
Tabel 8 Skor Uji Hedonik untuk Setiap Parameter Uji
21
Analisis dilanjutkan dengan uji Multi-Criteria Decision Making untuk mengetahui
perlakuan terbaik dari 3 formula minuman olahraga Air kelapa dengan subtitusi sari kurma.
Langkah-langkah analisis MCDM adalah sebagai berikut (Zeleny, 1982) :
1. Menetukan nilai ideal pada masing-masing parameter
Nilai ideal adalah nilai yang sesuai dengan pengharapan yaitu maksimal atau
minimal dari suatu parameter. Untuk parameter dengan rerata semakin tinggi
semakin baik, maka nilai terendah sebagai nilai terburuk dan nilai tertinggi sebagai
nilai terbaik.
2. Dihitung derajat kerapatan (dk)
Derajat kerapatan dihitung berdasarkan nilai ideal untuk masing-masing parameter.
Bila nilai ideal minimal, maka :
nilai kenyataan yang mendekati ideal
dk =
nilai ideal dari masing−masing alternatif
Bila nilai ideal maksimal, maka :
nilai ideal dari masing−masing alternatif
dk =
nilai kenyataan yang mendekati ideal
3. Dihitung jarak kerapatan (L)
Dengan asumsi semua parameter penting, jarak kerapatan dihitung berdasarkan
jumlah parameter.
4. Perlakuan terbaik dipilih dari pperlakuan yang mempunyai nilai L1, L2, dan L∞
terendah
3.9 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Oktober November Desember Januari
No. Jenis Kegiatan
3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
1 Trial Pembuatan Produk 3
2 Pengajuan Etik
3 Trial Pembuatan Produk 4
4 Uji Proksimat
5 Uji Daya Simpan
6 Uji Organoleptik
22
DAFTAR PUSTAKA
Murray, R. and Stofan, J., 2001. Formulating carbohydrate-electrolyte drinks for optimal
efficacy. Sports drinks: basic science and practical aspects, pp.197-224.
Zeleny, M. 1982. Multiple Criteria Decision Making. McGraw Hill, New York
Pontoluli, D. F., Assa, J. R., dan Mamuaja, C. F. 2017. Karakteristik Sifat Fisik dan Sensoris
Mi Basah Berbahan Baku Tepung Sukun (Arthocarpus altilis fosberg) dan Tepung Ubi
Jalar Ungu (Ipomea batatas I). COCOS. 1 (8).
Florensia, S., P. Dewi dan N.R Utami. 2012. Pengaruh Ekstrak Lengkuas pada Perendaman
Ikan Bandeng terhadap Jumlah Bakteri. Unnes Journal of Lise Science, 1(2) : 113-118
Riyana, R. 2008. Mutu dan Daya Simpan Air Kelapa (Cocos nucifera L.) yang Berpotensi
Sebagai Minuman Isotonik. Tugas Akhir, Program Studi Gizi Masyarakat dan
Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Sudarmadji S., Haryono, B, Suhardi. 1997. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan
Pertanian. Liberty. Yogyakarta.
Simatupang, L.F., Nainggolan, R.J. and Nurminah, M., 2018. Pengaruh perbandingan sari
kurma (Phoenix dactylifera) dengan sari kecombrang (Etlingera elatior) dan
penambahan gula aren terhadap mutu minuman sari kumbrang. Jurnal Rekayasa
Pangan dan Pertanian, 6(2), pp.264-272.
Ahmed, H., Khalid, S., Khalid, N., Sanaullah, R., & Ahmed, H. (2017). A review on
chemistry and pharmacology of Ajwa date fruit and pit Trends in Food Science &
Technology A review on chemistry and pharmacology of Ajwa date fruit and pit.
Trends in Food Science & Technology, 63(September), 60–69.
https://doi.org/10.1016/j.tifs.2017.02.009
Retnowati, P. A. dan J. Kusnadi. 2014. Pembuatan minuman probiotik sari buah kurma
(Phoenix Dectylifera) dengan Isolat Lactobacillus casei dan Lactobacillus plantarum.
Jurnal Pangan dan Agroindustri Universitas Brawijaya. 2 (2) : 1-6.
Suwito, Widodo. 2010. Bakteri yang Sering Mencemari Susu: Deteksi, Patogenesis,
Epidemologi dan Cara Pengendaliannya. Jurnal Litbang Pertanian. Vol 29 tahun 2010.
Jackson, J. C. and A. Gordon, 2004. Chances in Chemical Composition of Coconut (Cocos
nucifera) Water during Maturation of The Fruit. Society of Chemical Industry.
Botswana, 1049-1052.
23