Anda di halaman 1dari 35

PENGARUH PEMBERIAN JAMU KUNYIT ASAM

TERHADAP KADAR ASPARTATE AMINOTRANSFERASE (AST)


SETELAH AKTIVITAS EKSENTRIK

PROPOSAL

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian


Syarat – Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Olahraga

OLEH:
SARAGI TUA BARASA
NIM : 6173510024

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
PERSETUJUAN SEMINAR PROPOSAL SKRIPSI

Proposal Skripsi yang Diajukan oleh Saragi Tua Barasa Nim : 6173510024,
Jurusan Ilmu Keolahragaan dengan Judul “Pengaruh Pemberian Jamu
Kunyit Asam terhadap kadar Aspartate Aminotransferase (AST) setelah
Aktivitas Eksentrik” Telah diperiksa dan Disetujui Untuk Diuji dalam Ujian
Seminar Proposal Skripsi

Medan, Januari 2022


Dosen Pembimbing Skripsi

Dr. Fajar Apollo Sinaga, S.Si, M.Si.Apt


NIP. 19690221 200212 1 002
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ................................................................................................... i

DAFTAR TABEL ......................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

1.2 Identifikasi Masalah ....................................................................... 5

1.3. Pembatasan Masalah ..................................................................... 5

1.4. Rumusan Masalah ......................................................................... 5

1.5. Tujuan Penelitian .......................................................................... 6

1.6. Manfaat Penelitian ........................................................................ 6

BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 7

2.1. Aspartat aminotransferase (AST) .................................................. 7

2.1.1.Aktivitas Eksentrik ............................................................... 9

2.1.2. Antioksidan (Antioxidant) .................................................. 10

2.1.3. Tanaman Kunyit .................................................................. 11

2.1.4. Jamu Kunyit Asam .............................................................. 12

2.2. Hasil Penelitian yang Relevan....................................................... 12

2.3. Kerangka Berfikir .......................................................................... 14

2.4. Hipotesis Penelitian ....................................................................... 15

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 16

3.1. Tempat Dan Waktu Penelitian ...................................................... 16

3.1.1. Tempat penelitian ................................................................ 16

i
3.1.2. Waktu Penelitian ................................................................. 16

3.2. Populasi dan Sampel ..................................................................... 16

3.3. Metode Penelitian .......................................................................... 17

3.3.1. Variabel Bebas .................................................................... 18

3.3.2. Variabel Terikat .................................................................. 18

3.4. Desain Penelitian ........................................................................... 18

3.5. Instrumen Penelitian.......................................................................20

3.5.1. Prosedur Kerja Penelitian.....................................................20

3.5.2. Bahan Bahan.........................................................................21

3.5.3. Alat-alat.................................................................................21

3.5.1. Prosedur Pembuatan Jamu Kunyit Asam..............................21

3.6. Teknik pengumpulan Data..............................................................22

3.7. Teknik Analisis Data.......................................................................22

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................25

ii
DAFTAR TABEL

Tabel ................................................................................................................ Hal

2.1. Klasifikasi antioksidan .............................................................................. 11

3.1. Perlakukan Pre test dan Post test................................................................18


3.2. Defenisi Operasional..................................................................................19

iii
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR..................................................................................................... Hal

Gambar 2.1. Reaksi Kerja Enzim Aspartat Aminoftransferase (AST) ........... 8

Gambar 2.2. Desain Kerangka Berpikir ........................................................... 14

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Olahraga atau aktivitas fisik yang terencana dan teratur serta dilakukan

secara rutin, sangat bermanfaat untuk kesehatan dan kebugaran fisik bagi yang

melakukannya. Dengan dimilikinya kesehatan dan kebugaran jasmani seseorang

akan dapat melaksanakan tugas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berarti,

dan bila menghadapi keadaaan darurat dalam perkerjaan masih sanggup

menghadapi dan mengatasinya dengan baik. Oleh karena itu sudah saatnya kita

mulai membiasakan diri melakukan aktivitas fisik dan menjadikannya sebagai

kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari (Hariadi, 2009)

Menurut Sherwood dalam (Lesmana, 2019) aktivitas eksentrik merupakan

satu model latihan berdasarkan jenis kontraksi otot, pada kondisi ini otot

memanjang dikarenakan adanya gaya ekseternal yang meregangkan otot selama

berkontraksi. Selama latihan pengonsumsian oksigen akan meningkat 10-20 kali

lipat dalam tubuh, sedangkan kebutuhan oksigen dalam otot akan terjadi

peningkatan 100-200 kali lipat (Yudik Prasetyo, 2006).

Aktivitas fisik yang tinggi juga dapat mengakibatkan peningkatan produksi

radikal bebas dalam tubuh dan jika antioksidan yang ada dalam tubuh tidak dapat

menyeimbangi radikal bebas maka akan terjadi stress oksidatif yang berpengaruh

negative terhadap kesehatan (Sinaga, 2016).

1
Aktifitas fisik membentuk senyawa radikal bebas. Didalam tubuh akan

membentuk antibodi dalam bentuk antioksidan endogen. Apabila terjadi ketidak-

seimbangan dalam pembentukan radikal bebas dan antioksidan maka dengan

pemberikan antioksidan eksogen dapat membantu mengembalikan dari

keseimbangan radikal bebas dan antioksidan (Mulyono & Susiloningsih, 2017).

Radikal bebas cukup banyak jenisnya tapi yang keberadaannya paling

banyak dalam sistem biologis tubuh adalah radikal bebas turunan oksigen atau

reactive oxygen species (ROS). Radikal-radikal bebas ini merupakan hasil

pemecahan homolitik dari ikatan kovalen suatu molekul atau pasangan elektron

bebas suatu atom. ROS merupakan bagian dari hasil metabolisme sel normal atau

sel yang terpapar zat-zat lain yang menyebabkan terjadinya inflamasi atau

peradangan. ROS sebagian besar merupakan hasil dari respon fisiologis (ROS

endogen) yaitu hasil metabolisme sel normal dan sebagian kecil merupakan hasil

paparan dari luar tubuh (ROS eksogen) yaitu oksigen

reaktif yang berasal dari polutan lingkungan, radiasi, infeksi bakteri, jamur dan

virus. (Zalukhu et al., 2016). Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa saat

aktifitas fisik, terjadi penurunan glikogen hati secara signifikan (Arsana, 2016).

Ketika cadangan glikogen hati dan otot rendah maka cadangan lemak dapat

digunakan sebagai sumber energi.

Lemak tersebut juga dapat berasal dari hati. Peran sentral hati dalam

metabolisme sumber energi saat aktifitas fisik dan kehadiran radikal bebas dapat

mempengaruhi fungsi hati. Sel-sel hati yang rusak akan mengeluarkan berbagai

macam enzim di antaranya serum alanin amino transferase (ALT) atau Serum

2
Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT) dan serum aspartat amino transferase

(AST) atau (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT).

Aspartat Aminotransferase (AST) atau yang dulu disebut Glutamat-

oksaloasetat Transaminase (GOT) adalah enzim mitokondria yang memerantarai

reaksi pemindahan gugus amino antara asam aspartat dan asam alfaketoglutamat

membentuk asam glutamat dan oksaloasetat (Price, 2012).

Meskipun AST dapat diukur sendiri, biasanya disertakan dengan enzim lain

sebagai bagian dari tes yang lebih luas, seperti panel hati atau panel metabolik

komprehensif (CMP). Ketika ditafsirkan bersama enzim lain, pengukuran AST

dapat membantu mengidentifikasi penyakit hati dan masalah kesehatan lainnya.

Antioksidan mampu mengurangi tingkat stres oksidatif dalam tubuh, sehingga

perlu adanya suatu usaha untuk meningkatkan antioksidan dalam tubuh.10

Antioksidan dapat diperoleh dari vitamin seperti vitamin E , vitamin A , dan

vitamin C. Selain dari vitamin ternyata beberapa flavonoid yang terdapat pada

tumbuh tumbuhan kaya akan antioksidan. Salah satu komponen flavonoid dari

tumbuh tumbuhan yang dapat berfungsi sebagai antioksidan adalah zat warna

alami yang disebut antosianin (Ruzlan,dkk,2010).

Beberapa solusi yang biasa dikenal untuk memperbaiki fungsi hati adalah

Kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) diduga mampu memperbaiki fungsi

hati yang dipicu oleh kehadiran radikal bebas saat aktivitas fisik. Penelitian

sebelumnya menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah manggis dapat menurunkan

stress oksidatif selama aktifitas fisik (Arsana, 2016). Ekstrak kulit buah manggis

juga dapat memulihkan kadar glikogen serta peningkatan konsumsi glukosa dan

3
trigliserida saat aktivitas fisik. Namun pengomsumsian ekstrak buah manggis yang

telah dimodifikasi menjadi serbuk kapsul siap minum yang dikomsumsi dalam

jangka panjang cenderung memberikan efek negative pada fungsi organ ginjal

Sehingga alternative lain seperti penggunaan ramuan tradisional juga dapat menjadi

antioksidan tambahan dari luar tubuh yaitu dengan meminum jamu, salah satu jamu

yang banyak digunakan dan mudah dalam proses pembuatan adalah jamu kunyit

asam.

Penggunaan jamu kunyit asam sebagai ramuan tradisional memiliki efek

samping minimal dan tidak berbahaya jika sering diminum (Susilawati, 2017).

Menurut beberapa hasil penelitian kunyit mempunyai persamaan dengan NSAIDs

seperti celebrex dan ibuprofen, hal ini disebabkan karena kunyit memiliki

kandungan kurkumin didalamnya (Nakhostin-Roohi et al, 2016). Asam jawa

sebagai antioksidan alami berperan sebagai penangkal radikal bebas yang aman

bagi tubuh.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai “Pengaruh Pemberian Jamu Kunyit Asam terhadap kadar

Aspartate Aminotransferase (AST) setelah Aktivitas Eksentrik”.

4
1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat diidentifikasikan

beberapa masalah sebagai berikut:

1) Bagaimana proses aktivitas eksentrik dapat meningkatkan kadar Aspartate

Aminotransferase (AST)?

2) Apakah terdapat peningkatan kadar Aspartate Aminotransferase (AST)

yang signifikan setelah aktivitas eksenrtik?

3) Apakah minuman jamu kunyit asam efektif dalam menurunkan kadar

Aspartate Aminotransferase (AST) setelah aktivitas eksentrik?

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka perlu adanya batasan-batasan

agar ruang lingkup penelitian akan lebih jelas dan terukur mengingat terbatasnya

kemampuan, tenaga, biaya dan waktu. Adapun permasalahan dalam penelitian ini

hanya membatasi pada pengaruh pemberian jamu kunyit asam terhadap kadar AST

setelah melakukan aktivitas eksentrik.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, rumusan masalah pada penelitian ini

adalah “Apakah terdapat pengaruh pemberian jamu kunyit asam terhadap kadar

AST setelah aktivitas eksentrik?”

5
1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk “Mengetahui pengaruh pemberian jamu

kunyit asam terhadap kadar Aspartate Aminotransferase (AST) setelah aktivitas

eksentrik.?”

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan hasil penelitian ini dibagi menjadi dua hal yaitu:

1) Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini, peneliti berharap akan memberi sumbangan

ilmu sebagai sarana memperluas pengetahuan tentang jamu-jamu

tradisional dan mengetahui pengaruh kadar Aspartate Aminotransferase

(AST) setelah aktivitas eksentrik.

2) Manfaat Praktis

a. Bagi masyarakat, Penelitian ini diharapkan menjadi pengetahuan baru

bahwa adanya pengaruh kadar Aspartate Aminotransferase (AST)

yang disebabkan aktivitas yang berat dapat dikurangi dengan

meminum obat tradisional yaitu jamu kunyit asam.

b. Bagi Peneliti, menambah wawasan dan memotivasi diri untuk

menggali pengetehuan yang lebih banyak lagi dengan maksud

memajukan pembinaan kesehatan olahraga di Indonesia.

c. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat menjadi

sebuah referensi khususnya yang bersangkutan atau berhubungan

dengan jamu kunyit asam, aktivitas eksentrik dan kadar Aspartate

Aminotransferase (AST).

6
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Aspartat aminotransferase (AST)

a. Pengertian Enzim Aminotransferase

Aminotrasferase merupakan enzim yang sangat penting dalam tes

fungsi hati. Enzim aminotransferase berkaitan dengan kerusakan

hepatoseluler. Enzim aminotransferase mengkatalis pemindahan reversibel

gugus asam amino dan asam alfa-keto (Sacher, dkk, 2004). Kedua macam

aminotransferase yang paling sering diukur yaitu Alanin Aminotransferase

(ALT) yang dulu disebut Glutamat-piruvat Transaminase (GPT) dan

Aspartate Amino transferase (AST) yang dulu bernama Glutamat-

oxaloacetat Transaminase (GOT) (Sacher,dkk, 2004).

b. Pengertian Enzim Aspartat Aminotransferase

Aspartat Aminotransferase (AST) atau yang dulu disebut Glutamat-

oksaloasetat Transaminase (GOT) adalah enzim mitokondria yang

memerantarai reaksi pemindahan gugus amino antara asam aspartat dan

asam alfaketoglutamat membentuk asam glutamat dan oksaloasetat (Price,

S.A.&Wilson L,2012). AST terdapat pada jaringan dengan aktivitas

metabolisme yang tinggi dan mengkatalis konversi bagian nitrogen asam

amino menjadi energi berbentuk ATP dalam siklus krebs (Zaenab & Siti

Noor,2016). Sebanyak 20% AST terdapat di sitoplasma dan 80% di

mitokondria.

7
AST terdapat di jantung, hati, otot rangka dan ginjal

(Sherlock&Dooley 2008). Bila jaringan tersebut mengalami kerusakan

akut, maka kadar AST dalam serum akan meningkat. Hal ini disebabkan

oleh bebasnya enzim intraseluler dari sel yang rusak ke sirkulasi. Kadar

yang sangat meningkat menunjukan adanya nekrosis hepatoseluler atau

infark miokard (Kosasih, 2008).

Gambar 2.1. Reaksi Kerja Enzim Aspartat Aminotransferase (AST)


Sumber : (McKee, T dan McKee J.R, 2015)

c. Pemeriksaan Enzim Aspartat Aminotransferase

Pemeriksaan Aspartat Aminotransferase dilakukan dengan

menggunakan metode spektrofotometri atau fotometri menggunakan alat

spektrofotometer atau alat kimia otomatis (Sacher,dkk,2004). Bahan

pemeriksaan yang digunakan yaitu serum atau plasma heparin. Metode

pemeriksaan AST yang paling sering digunakan saat ini yaitu metode

kinetik reaksi enzimatik menggunakan tes UV optimasi sesuai standar

WHO/ IFCC. Metode ini terdiri dari 2 macam yaitu metode IFCC dengan

penambahan reagen piryodoxal phospat atau yang biasa disebut metode

IFCC with PP atau substrat start atau metode IFCC tanpa penambahan

8
reagen pirydoxal phospat atau yang biasa disebut sample start atau IFCC

without PP (Sardini, 2007).

d. Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Aspartat Aminotransferase

Aktivitas Aspartat Aminotransferase (AST) meningkat pada hampir

semua penyakit hati. Kadar yang tinggi ditemukan jika penyakit hati

disertai dengan nekrosis hati yang luas seperti hepatitis virus yang berat,

kerusakan hati akibat toksin, atau kolaps sirkulasi yang berkepanjangan.

(Isselbacher, dkk., 2012). Selain pada kelainan hati AST serum akan

meningkat pada infark miokard, nekrosis otot skelet dan nekrosis dari

pankreas dan ginjal. Latihan fisik berat dan hemolisis karena penyakit

maupun karena pengambilan darah juga dapat mengakibatkan peningkatan

aktivitas AST (Sutedjo, 2008).

2.1.1 Aktivitas Eksentrik

a. Definisi Aktivitas Eksentrik

Menurut Sherwood dalam (Lesmana, 2019) aktivitas eksentrik merupakan

satu model latihan berdasarkan jenis kontraksi otot, pada kondisi ini otot

memanjang dikarenakan adanya gaya ekseternal yang meregangkan otot

selama berkontraksi.

Kontraksi eksentrik yang terjadi saat otot aktif sedang memanjang

berhubungan dengan terlambatnya peningkatan serum dari enzim spesifik

seperti creatine kinase (CK) sehingga menyebabkan kerusakan serabut otot.

9
b. Bentuk-bentuk Kontraksi Otot

Bentuk-bentuk kontraksi otot antara lain; (a) Kontraksi Isotonik, (b)

Kontraksi Isometrik, dan (c) Kontraksi Isokinetik. Kontraksi Isotonik

merupakan kontraksi dinamis. Pada kontraksi ini otot mengalami perubhan

panjang kontraksi ini dibagi menjadi dua yaitu: Kontraksi Konsentrik

meerupakan kontraksi otot yang disertai dengan pemendekan otot; dan

Kontraksi Eksentrik merupakan kontraksi otot yang disertai dengan

pemanjangan otot (Winarno,2012)

2.1.2 Antioksidan (Antioxidant)

Secara kimia senyawa antioksidan adalah senyawa pemberi electron

(electron donor). Secara biologis, pengertian antioksidan adalah senyawa yang

dapat menangkal atau meredam dampak negativ oksidan. Antioksidan dibutuhkan

tubuh untuk melindungi tubuh dari serangan radikal bebas dan juga merupakan

suatu senyawa atau komponen kimia yang dalam kadar atau jumlah tertentu mampu

menghampat atau memperlambat kerusakan akibat proses oksidasi (Sinaga,2016).

Antioksidan enzimatik disebut juga antioksidan pencegah, terdiri dari

superoksid dismutase, katalase, dan glutathione peroxidase. Antioksidan

nonenzimatik disebut

juga antioksidan pemecah rantai. Antioksidan pemecah rantai terdiri dari vitamin

C, vitamin E, dan beta karoten (Chevion, 2003; Ji, 1999). Sistem pertahanan ini

bekerja dengan beberapa cara antara lain berinteraksi langsung dengan radikal

bebas, oksidan, atau oksigen tunggal, mencegah pembentukan senyawa oksigen

reaktif, atau mengubah senyawa reaktif menjadi kurang reaktif (Winarsi, 2007).

10
Tabel 2.1. Klasifikasi antioksidan

No. IC50 (bjp) Antioksidan

1. <50 Sangat kuat

2. 50-100 Kuat

3. 101-150 Sedang

4. 151-200 Lemah

2.1.3 Tanaman Kunyit

Kunyit merupakan tanaman yang tergolong dalam kelompok jahe-jahean

dengan warna yang khas yaitu kuning. Tanaman ini berbatang 10 basah dengan

batang berwarna hijau atau keunguan, tinggi batangnya sampai 0,75 m, berdaun 4

sampai 8 helai dan berbentuk lonjong, bunga majemuk berwarna merah atau merah

muda. Bunga kunyit berwarna cokelat dan di tengahnya berwarna kemerah-

merahan dan kuning. Kunyit menghasilkan umbi utama berbentuk rimpang

berwarna kuning tua atau jingga terang. Keseluruhan rimpang membentuk rumpun

yang rapat, berwarna oranye dan tunas mudanya berwarna putih. Akar serabut

kunyit berwarna cokelat muda. Bagian tanaman yang digunakan adalah rimpang

atau akarnya.

Kunyit memiliki kandungan senyawa aktif minyak atsiri yang terdiri dari α

dan β tumerone yang menyebabkan bau khas pada kunyit, aril-tumerone,

artumerone, α dan β atlantone, kurkumol, zingiberance. Selain itu ada senyawa

kurkuminoid yang terdiri dari kurkumin, dimetoksi desmetoksi kurkumin, trietil

kurkumin, dan bisdemetoksi. Sedangkan asam jawa mengandung 8-14% asam

11
tartarat, 30-40% gula, serta sejumlah kecil asam sitrat dan kalium bitartrat sehingga

berasa sangat masam (Rukmana, 2005). Pemakaian kunyit asam sebagai pengurang

rasa nyeri memilki efek samping minimal dan tidak bahaya jika dikonsumsi sebagai

suatu kebiasaan. (Limananti & Triratnawati, 2003)

2.1.4 Jamu Kunyit Asam

Jamu dapat dikategorikan sebagai minuman tradisional karena

menggunakan bahan-bahan alami seperti tumbuh-tumbuhan berkhasiat yang sudah

biasa digunakan oleh masyarakat secara turun temurun. Jamu gendong atau Obat

tradisional biasanya di gunakan untuk suplemen atau minuman. (Limananti &

Triratnawati, 2003)

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan sudah terdahulu dilakukan oleh para peneliti

dengan melakukan penelitian dan penelitian ini sangat dibutuhkan guna

mendukung kajian teoritis yang telah dikemukakan sehingga dapat digunakan

sebagai landasan pada penyusunan kerangka berpikir.

Berikut hasil penelitian yang relevan:

a. Sinaga (2016) dengan judul penelitian “Stres Oksidatif dan Status

Antioksidan Pada Aktivitas Fisik Maksimal”. Mengatakan bahwa

pemberian antioksidan dapat mncegah terjadinya stress oksidatif yang

menyebabkan terjadinya kerusakan sel. Aktifitas fisik yang berat dapat

meningkatkan produksi radikal bebas meningkat jika antioksidan dalam

tubuh tidak mencukupi untuk menetralkan radikal bebas yang meningkat

12
maka perlu untuk mengkonsumsi antioksidan supaya menghindari efek

negativ dari radikal bebas yaitu merusak sel.

b. Agus Triyono (2017) dengan judul penelitian “Uji Klinik Efek Formula

Jamu Penurun Kolesterol Darah Terhadap Fungsi Hati”. Mengatakan

bahwa Hiperkolesterolemia merupakan penyakit degeneratif yang sering

memerlukan pengobatan seumur hidup. Hiperkolesterolemia sebagai faktor

resiko aterosklerosis yang bisa menyebabkan kematian. Kondisi ini sering

menyebabkan penderita bosan dengan pengobatan konvensional dan

memilih pengobatan alternatif termasuk obat tradisional/jamu. Tujuan

penelitian adalah untuk menguji efek formula jamu penurun kolesterol

darah terhadap fungsi hati (SGOT dan SGPT).

c. Hasil Penelitian Novita Sari Harahap,Riski Pranata (2017) “Pengaruh

Aktifitas Fisik Continious Running Dan Interval Running Terhadap Serum

Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT) Dan Serum Glutamic Pyruvic

Transaminase (SGPT)” tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh aktivitas fisik continuous running dan interval running terhadap

SGOT dan SGPT pada 14 orang mahasiswa ikor unimed tahun 2017, teknik

analisis data pada penelitian ini menggunakan uji t. Hasil uji analisis data

diperoleh nilai p= 0,655 yang menunjukkan bahwa ada peningkatan namun

tidak terdapat perbedaan yang bermakna p>0,05. Penelitian ini

menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna anatara

aktivitas fisik continuous running dan aktifitas fisik interval running

terhadap peningkatan SGOT dan SGPT pada mahasiswa IKOR UNIMED

13
tahun 2017. Dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan aktivitas eksentrik

seperti continuous running dan interval running terhadap SGOT dan SGPT

walau tidak terlalu signifikan.

2.3 kerangka berpikir

Aktivitas Eksentrik

Radikal Bebas
(Reactive oxygen
species) ROS

Stres Oksidative

Kelompok eksperimen Kelompok kontrol tidak


meminum jamu kunyit meminum jamu kunyit
asam asam

Pemberian Jamu kunyit asam


lebih berpengaruh terhadap
penurunan kadar AST (Aspartat
Aminotransferase)
Dibandingkan kelompok kontrol

Gambar 2.2 Desain Kerangka Berfikir

14
2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir diatas, diterapkan hipotesis penelitian

sebagai berikut: Ada Pengaruh Pemberian Jamu Kunyit Asam Terhadap Kadar

Aspartate Aminotransferase (AST) setelah Aktivitas Eksentrik.

15
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

3.1.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Universitas Negeri Medan, Dilapangan bola

voli Fakultas Ilmu Keolahragaan akan dilakukan aktivitas eksentrik, pemberian

jamu kunyit asam dan pengambilan sampel darah.

3.1.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung dari tanggal 4-7 Desember 2021. Setelah

sampel diberikan perlakuan aktivitas eksentrik dan pemberian jamu kunyit

asam, peneliti akan memantau aktivitas sampel serta perubahan kadar

Aspartate Aminotransferase (AST) melalui hasil test pengambilan darah saat

Pre-test dan Post-test.

3.2 Populasi dan Sampel

Menurut Winanro (2012) Populasi adalah seluruh data yang menjadi

perhatian peneliti dalam suatu waktu dan ruang lingkup yang sudah ditentukan.

Populasi penelitian ini adalah Mahasiswa Ilmu Keolahragaan Tahun 2018 FIK

UNIMED.

Cara pengambilan sampel dalam Penelitian ini menggunakan teknik

purposive sampling. Teknik purposive sampling adalah untuk menentukan

sampel penelitian dengan beberapa kriteria tertentu yang bertujuan agar data

16
yang diperoleh nantinya bisa lebih representatif (Sugiyono, 2010). Adapun

beberapa kriteria antara lain :

1. Bersedia menjadi sampel

2. Mahasiswa Ilmu keolahragaan 2018 kelas B

3. Berjenis kelamin Laki-laki

4. Tidak sedang mengalami cedera pada tungkai bawah

5. Bersedia diambil darah untuk melihat kadar AST

6. Tidak mengkomsumsi obat-obatan pada saat penelitian

3.3 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental, Metode penelitian

eksperimental bertujuan untuk mengungkapkan hubungan sebab-akibat antar

variabel dengan melakukan manipulasi variabel bebas (Winarno, 2012). Bentuk

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian quasi eksperimental dengan

randomized pretest-posttest design.

Dalam rancangan ini, kelompok eksperimental diberi perlakuan sedangkan

kelompok kontrol tidak. Pada kedua kelompok diawali dengan Pretest,

selanjutnya setelah pemberian perlakuan akan dilakukan pengukuran kembali

Posttest.

Pada rancangan penelitian ini, pengelompokan sampel penelitian menjadi

kelompok-kelompok kontrol dan eksperimen dipilih secara acak (random).

Skor mean rata-rata kedua kelompok diperoleh masing-masing dari hasil pre

test dan Post test. Dalam rancangan ini kedua kelompok dibuat setara kecuali

pemberian perlakuan. Dengan rancangan ini perubahan yang timbul akibat

17
adanya pemberian perlakuan X dibandingkan dengan perubahan yang terjadi

terhadap kontrol (Winarno, 2012). Menurut Winarno (2012) Variabel

merupakan suatu objek penelitian yang memiliki nilai. Variabel dalam

penelitian ini adalah Jamu kunyit asam dan kadar Aspartate Aminotransferase

(AST).

3.3.1 Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi dan sebagai

penyebab salah satu faktor. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

Jamu Kunyit Asam, Aktivitas Eksentrik.

3.3.2 Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang merupakan akibat pengaruh dari

variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kadar

Aspartate Aminotransferase (AST).

3.4 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pre test –post test control grup design.

Tabel 3.1. Perlakuan pre test dan post test

Kelompok Pre –Test Perlakuan Post-Test

Eksperimen X1 Jamu Kunyit Asam+Drop Y1


Jumps

Kontrol X2 Air mineral+ Drop Jumps Y2

18
Keterangan:

X1 = Pengaruh sebelum perlakuan

X2 = Pengaruh sesudah perlakuan.

Y = Pengaruh sesudah perlakuan

Kedua kelompok melakukan aktivitas eksentrik berupa drop jumps (naik turun

bangku setinggi 0,5 meter) sebanyak 10 set, setiap set melakukan 10 kali

repitisi; pada setiap set melakukan istirahat selama 1 menit (Ilmi, 2018).

Tabel 3.2 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional

Jamu Kunyit Asam Jamu kunyit asam yang berguna sebagai

antioksidan yang akan diberikan kepada kelompok

eksperimen setelah melaksanakan aktivitas

eksentrik.

Aktivitas Eksentrik Aktivitas eksentrik yang dilaksanakan oleh sampel

untuk memicu reactive oxygen species (ROS)

Radikal Bebas yang menyasar liver atau hati yaitu

dengan melakukan aktivitas berupa drop jumps

(naik turun bangku setinggi 0,5 meter) sebanyak 10

set; setiap set melakukan 10 kali repitisi; pada

setiap set melakukan istirahat selama 1 menit.

19
Kadar Aspartate Kadar Aspartate Aminotransferase (AST)

Aminotransferase merupakan kadar enzim yang terdapat didalam

(AST) darah/serum yang dapat diukur dilaboratorium

untuk melihat pengaruh kadar AST pada setiap

kelompok.

3.5 Instrumen Penelitian

3.5.1 Prosedur Kerja penelitian

Intrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk megumpulkan

data penelitian. Instrumen yang peneliti gunakan ialah tes keterampilan

(Winarno,2012).

Tes keterampilan digunakan untuk memicu ROS yang masuk ke dalam

darah hasil proses metabolisme tubuh dan menyasar liver/hati, yaitu dengan

menggunakan aktivitas eksentrik berupa drop jumps (naik turun bangku setinggi

0,5 meter) sebanyak 10 set; setiap set melakukan 10 kali repitisi; pada setiap set

melakukan istirahat selama 1 (Winarno,2012).

20
3.5.2 Bahan-bahan

Bahan-bahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Jamu Kunyit Asam

2. Minuman air mineral

3.5.3 Alat-alat

Alat-alat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Lintasan datar dan tidak licin (20 meter)

a. Fornulir Identitas Sampel

b. Peluit

c. Stopwatch

d. Gelas dan Termos

e. Lapangan voli

f. Jarum Suntik

3.5.1 Prosedur pembuatan jamu kunyit asam

a. Kunyit (300 gram)

b. Asam Jawa (150 gram)

c. Gula Merah (300 gram)

d. Garam (1/2 sendok teh)

e. Air Mineral (1200 ml)

❖ Cuci bersih, kupas, dan parut kunyit

❖ Didihkan 1500ml air (2 gelas)

21
❖ Masukkan parutan kunyit, lalu masukkan 100gr asam jawa dan

1 sdt madu

❖ Saring dan sajikan

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Dalam Penelitian ini, jamu kunyit asam akan langsung diberikan kepada

sampel penelitian setelah melakukan aktivitas, lalu data tentang kadar Aspartat

Aminotransferase (AST) selama 4 hari setelahnya diperoleh melalui tes

pengambilan darah dan diperiksa dilaboratorium untuk mengetahui kadar Aspartat

Aminotransferase (AST) sesuai dengan periode perlakuan yaitu Pre-test (sebelum

aktivitas eksentrik) dan Post-test (0,12,48, dan 72 jam setelah aktivitas eksentrik).

3.7 Teknik Analisis Data

Data Teknik analisis data yang peneliti gunakan ialah pre-tes dan post-tes.

Setelah data diperoleh maka dilakukan analisis statistik untuk menguji hipotesis

yang diajukan, yaitu untuk mengetahui adakah pengaruh pemberian jamu kunyit

asam terhadap kadar Aspartat Aminotransferase (AST) setelah aktivitas eksentrik.

Selama penelitian berlangsung, peneliti melakukan pengukuran kadar Aspartat

Aminotransferase (AST) pre-tes dan post-tes setelah melakukan aktivitas eksentrik,

kemudian data yang diperoleh tersebut terlebih dahulu ditentukan dengan uji

homogenitas dan uji normalitas. Apabila data berdistribusi normal maka akan

22
dilanjutkan dengan uji – t dengan α = 0.05, Uji ini untuk menguji perbedaan rata-

rata antara dua kelompok data yang (dependen) dengan rumus :

KETERANGAN :

δ = rata-rata deviasi (selisih sampel sebelum dan sampel sesudah)

SDδ = Standar deviasi dari δ (selisih sampel sebelum dan sampel sesudah)

n = banyaknya sampel

DF = n-1

Setelah dilakukan uji-t dependen ( berpasangan ) maka dilakukan

uji-t independen (bebas) Uji ini untuk mengetahui perbedaan rata-rata dua

populasi/kelompok data yang independen dengan rumus:

KETERANGAN :

Xa = rata-rata kelompok a

Xb = rata-rata kelompok b

Sp = Standar Deviasi gabungan

Sa = Standar deviasi kelompok a

Sb = Standar deviasi kelompok b

23
na = banyaknya sampel di kelompok a

nb = banyaknya sampel di kelompok b

DF = na + nb -2

Seluruh data yang diperoleh diuji dengan bantuan program statistik

komputer yakni menggunakan program SPSS 22.

24
DAFTAR PUSTAKA

Arsana, I. N. (2016). Ekstrak Kulit Buah Manggis ( Garcinia Mangostana)


Memperbaiki Fungsi Hati Selama Aktifitas Fisik. Lppm UNMAS, ( Hlm.
103–111).

Chevion S, Moran D. S, Heled Y, Shani Y, Regrev G, Abbou B, Berenshtein E,


Stadtman ER, Epstein Y.(2003). Plasma Antioxidant Status And Cell
Injury After Severe Physical Exercise, Proc.Nati.Acad.Sci.USA,Vol. 100,
Issue9, 5119-5123.

Hariadi. (2009). Aktivitas Fisik Atau Olahraga Yang Aman Untuk Kesehatan Dan
Kesegaran Jasmani. Generasi Kampus, Vol. 2 (1).

Isselbacher, Braunwald, Wilson, Martin, Fauci, Kasper. (2012).Prinsip prinsip


Ilmu Penyakit Dalam Edisi 13. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Kosasih, E.N. (2008). Tafsiran Hasil Pemeriksaan Laboratorium Klinik. Jakarta :


Karisma Publising Group.

Lesmana, H. S. (2019). Profil Delayed Onset Muscle Soreness (Doms) Pada


Mahasiswa Fik Unp Setelah Latihan Fisik. Halaman Olahraga Nusantara
(Jurnal Ilmu Keolahragaan), Vol. 2(1).

Limananti, Afiani Ika ; Triratnawati, Atik. Ramuan Jamu Cekok Sebagai


Penyembuhan Kurang Nafsu Makan Pada Anak. Makara Kesehatan,
(2003), Vol. 7.1 : Hal. 11-20.

Mckee, T., Dan Mckee J.R. (2015). Biochemistry : The Molecular Basis Of Life,
6th Edition. New York : MC Graw Hill.

25
Mulyono, M., & Susiloningsih, W. (2017). Pengaruh Pemberian Vitamin E
Terhadap Kadar Mda Plasma Darah Pasca Latihan Fisik Submaksimal.
Jurnal Olahraga Prestasi, Vol. 13(2), Hal. 152–160.

Nakhostin-Roohi, B., Et Al. (2016). Curcumin Supplementation And DOMS Ann


Appl Sport Sci, Vol. 4(2) : Hal. 25-31.

Pearce, Evelyn C. (2009). Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : PT


Gramedia Pustaka Utama.

Price, S.A. Dan Wilson L.M., (2012). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Alih Bahasa: Brahm Pandit Dan Huriawati Hartanto. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC

Rukmana, R., (2005). Kunyit. Kanisius, Yogyakarta.

Ruzlan N, Kamarudin KR, Idid SO, Idid SZ, Mohamed Rehan A, Koya MS.
Antioxidant Study Of Pulp And Peel Of Dragon Fruits: A Comparative
Study. Int Food Res J. (2010) Vol. 17 : Hal. 367– 75.

Sacher, R.A. Dan Ricarhd A. Mc Pherson. (2004). Tinjauan Klinis Hasil


Pemeriksaan Loratorium. Alih Bahasa: Brahm U.P. Dan Dewi Wulandari.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sacher, Ronald A., And Richard A. Mcpherson. "Tinjauan Klinis Hasil


Pemeriksaan,EGC, (2004).

Sardini,S. (2007). Penetuan Aktivitas Enzim GOT Dan GPT Dalam Serum Dengan
Metode Reaksi Kinetik Enzimatik Sesuai IFCC (International Federation
Of Clinical Chemistry And Laboratory Medicine). Jakarta : Pusat
Teknologi Keselamatan Dan Metrologi Radiasi – Badan Nuklir Nasional.

Sherlock, S. Dooley J. (2008). Disease Of The Liverand Biliary System 11th Ed.
Oxford: Blackwell Science Ltd.

26
Sinaga, F. A. (2016). Stress Oksidatif Dan Status Antioksidan Pada Aktivitas Fisik
Maksimal. Jurnal Generasi Kampus, Vol. 9 (2).

Susilawati. (2017). Pengaruh Pemberian Minuman Kunyit Asam Terhadap


Intensitas Disminore Primer Pada Mahasiswa Poltekkes Kemenkes
Malang Prodi Kebidanan Jember. Jurnal Kebidanan Akademi Kebidanan
Jember, Vol. 1(1).

Sutedjo. (2008). Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan Laboratorium.


Yogyakarta : Amara Books.

Winarno, M. E. (2012). Metodologi Penelitian Dalam Pendidikan Jasmani.


Malang: Universitas Negeri Malang.

Winarsi, H. (2007) Antioksidan Alami Dan Radikal Bebas: Potensi Dan


Aplikasinya Dalam Kesehatan. Yogyakarta, Hal. 153.

Yudik Prasetyo, W. (2006). Latihan Tidak Teratur Dankerusakan Jaringan.


Medikora, Vol. 11 (2).

Zaenab, Siti Noor. (2016). Pengaruh Penambahan Polyethilene Glicol (PEG) 6000
Terhadap Kadar Aspartat Aminotransferase (AST) Pada Serum Lipemik.
Skripsi. Yogyakarta: Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Yogyakarta.

Zalukhu, M. L., Phyma, A. R., & Pinzon, R. T. (2016). Proses Menua , Stres

Oksidatif , Dan Peran Antioksidan. Vol. 43(10), Hal. 733–736.

27

Anda mungkin juga menyukai