Buku ini merupakan pedoman bagi tenaga gizi atau tenaga kesehatan
dengan peminatan gizi olahraga yang akan melakukan pelatihan di bidang
gizi olahraga.
Bab Hal
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….. i
ii
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Tujuan Umum
B. Tujuan Khusus
BAB III
MATERI AJARAN
A. Materi Dasar
B. Materi Inti
Materi Penunjang
BAB IV
METODE BELAJAR MENGAJAR
A. Metode
1. Kuliah
2. Diskusi Kelompok
3. Praktek/ Simulasi
4. Penugasan
5. Demonstrasi
C. Pengajar/Nara Sumber
Evaluasi Pelatihan
1. Pre Test dan Post Test
2. Penyelenggaraan
E. Struktur Program
Alokasi waktu
MATERI Teori Praktek
/
Latihan
Oleh :
dr. Dadang A. Primana, MSc, Sp.Gz, Sp.KO Bagian
Ilmu Gizi FK Unpad PPPITOR Kantor Menpora
Oleh :
dr. Dadang A. Primana, MSc, Sp.Gz, Sp.KO Bagian
Ilmu Gizi FK Unpad PPPITOR Kantor Menpora
2. Kebutuhan Energi
Gerakan tubuh saat melakukan olahraga dapat terjadi karena otot
berkontraksi. Olahraga aerobik dan anaerobik, keduanya memerlukan asupan
energi. Namun, penetapan kebutuhan energi secara tepat tidak sederhana dan
sangat sulit. Perkembangan ilmu pengetahuan sekarang hanya dapat
menghitung kebutuhan energi berdasarkan energi yang dikeluarkan.
Besarnya kebutuhan energi tergantung dari energi yang digunakan setiap hari.
Kebutuhan energi dapat dihitung dengan memperhatikan beberapa komponen
penggunaan energi. Komponen-komponen tersebut yaitu basal metabolic rate
(BMR), specific dynamic action (SDA), aktifitas fisik dan faktor pertumbuhan.
a. Basal Metabolisme
Metabolisme basal adalah banyaknya energi yang dipakai untuk
aktifitas jaringan tubuh sewaktu istirahat jasmani dan rohani.
Energi tersebut dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi vital tubuh
berupa metabolisme makanan, sekresi enzim, sekresi hormon, maupun
berupa denyut jantung, bernafas, pemeliharaan tonus otot, dan
pengaturan suhu
tubuh.
Metabolisme basal ditentukan dalam keadaan individu istirahat
fisik dan mental yang sempurna. Pengukuran metabolisme basal dilakukan
dalam ruangan bersuhu nyaman setelah puasa 12 sampai 14 jam (keadaan
postabsorptive). Sebenarnya taraf metabolisme basal ini tidak benar-
benar basal. Taraf metabolisme pada waktu tidur ternyata lebih
rendah dari pada taraf metabolisme basal, oleh karena selama tidur
otot-otot terelaksasi lebih sempurna. Apa yang dimaksud basal disini
ialah suatu
kumpulan syarat standar yang telah diterima dan diketahui secara luas.
c. Aktifitas fisik
Setiap aktifitas fisik memerlukan energi untuk bergerak.
Aktifitas fisik berupa aktifitas rutin sehari-hari, misalnya membaca, pergi
ke sekolah, bekerja sebagai karyawati kantor. Besarnya energi yang
digunakan tergantung dari jenis, intensitas dan lamanya aktifitas fisik.
Tabel 3 : Faktor aktifitas fisik (perkalian dengan BMR)
Tingkat aktifitas Laki-laki Perempuan
Istirahat di tempat tidur 1,2 1,2
Kerja sangat ringan 1,4 1,4
Kerja ringan 1,5 1,5
Kerja ringan – sedang 1,7 1,6
Kerja sedang 1,8 1,7
Kerja berat 2,1 1,8
Kerja berat sekali 2,3 2,0
Setiap aktifitas olahraga memerlukan energi untuk kontraksi
otot. Olahraga dapat berupa olahraga aerobik maupun olahraga anaerobik.
Besarnya energi yang digunakan tergantung dari jenis, intensitas dan
lamanya aktifitas olahraga.
d. Pertumbuhan
Anak dan remaja mengalami pertumbuhan sehingga memerlukan
penambahan energi. Energi tambahan dibutuhkan untuk pertumbuhan
tulang baru dan jaringan tubuh.
3. Penutup
Makanan untuk seorang atlet harus mengandung zat gizi sesuai dengan yang
dibutuhkan untuk aktifitas sehari-hari dan olahraga. Makanan harus
mengandung zat gizi penghasil energi yang jumlahnya tertentu. Selain itu
makanan juga harus mampu mengganti zat gizi dalam tubuh yang
berkurang akibat digunakan untuk aktifitas olahraga.
Besarnya kebutuhan energi tergantung dari energi yang digunakan setiap hari.
Oleh
dr. Dadang A. Primana, MSc, Sp.Gz, Sp.KO
Bagian Ilmu Gizi FK Unpad PPPITOR
Kantor Menpora
Oleh
dr. Dadang A. Primana, MSc, Sp.Gz, Sp.KO Bagian
Ilmu Gizi FK Unpad PPPITOR Kantor Menpora
1. Pendahuluan
Langkah 1
Tentukan status gizi atlet dengan menggunakan indeks massa tubuh (IMT) dan
presentase lemak tubuh. Indeks massa tubuh merupakan pembagian
berat badan dalam kg oleh tinggi badan dalam satuan meter
dikwadratkan. Sedangkan presentase lemak tubuh yaitu perbandingan
antara lemak tubuh dengan masa tubuh tanpa lemak. Pengukuran lemak
tubuh dilakukan dengan menggunakan alat skinfold caliper pada daerah trisep
dan subskapula.
Langkah 2
Tentukan basal metabolic rate (BMR) yang sesuai dengan jenis kelamin,
umur dan berat badan. Caranya menentukan BMR dengan melihat tabel
1 atau tabel 2.
Tambahkan BMR dengan specific dynamic action (SDA) yang besarnya 10%
BMR, BMR + SDA (10% BMR)
Tabel 1. BMR untuk laki-laki berdasarkan berat
badan
Langkah 3
Aktifitas fisik setiap hari ditentukan tingkatnya. Kemudian, hitung besarnya
energi untuk aktifitas fisik tersebut (tanpa kegiatan olahraga).
Pilihlah tingkat aktifitas fisik yang sesuai, baik untuk perhitungan
aktifitas total maupun perhitungan aktifitas fisik yang terpisah dan
jumlahkan. Gunakan tabel 3 untuk menentukan tingkat aktifitas total.
Langkah 5
Tentukan penggunaan energi sesuai dengan latihan atau pertandingan olahraga
dengan menggunakan tabel 4. Kalikan jumlah jam yang digunakan untuk latihan
per minggu dengan besar energi yang dikeluarkan untuk aktifitas olahraga.
Total energi yang didapatkan dari perhitungan energi dalam seminggu,
kemudian dibagi dengan 7 untuk mendapatkan penggunaan energi yang
dikeluarkan per hari. Tambahkan besarnya penggunaan energi ini dengan
besarnya energi yang didapatkan dari perhitungan langkah 4.
Langkah 6
Apabila atlet tersebut masih dalam usia pertumbuhan, maka tambahkan
kebutuhan energi sesuai dengan tabel 5
Langkah 2
Tentukan BMR untuk wanita dengan berat badan 60 kg yaitu 1491 kalori (tabel
2)
Tentukan SDA yaitu 10% x 1491 = 149
Junlah BMR dengan SDA yaitu 1491 + 149 = 1640 kalori
Langkah 3 dan langkah 4
Tentukan faktor aktifitas fisik kerja ringan sedang yaitu 1,6 (tabel 3)
1,6 x 1640 = 2624
Langkah 5
Latihan lari setiap minggu yaitu : 3 x 60 x 10 = 1800 kal/mg
Latihan bolabasket setiap minggu yaitu : 2 x 30 x 7 = 420 kal/mg
Gunakan tabel 4 pada perhitungan aktifitas olahraga.
Kebutuhan energi untuk aktifitas olahraga (lari dan latihan bolabasket) adalah
1800 + 420 = 2220 kalori/minggu.
Kebutuhan energi untuk aktifitas olahraga per hari adalah :
2220 : 7 = 317 kalori
Jadi total kebutuhan energi perhari adalah 2624 + 317 = 2941 kalori
Oleh :
Didit Damayanti, M.Sc
Akademi Gizi Jakarta
1. Pendahuluan
Problem utama yang sering ditemui atlet yang sedang berlatih dengan
keras adalah kelelahan atau ketidakmampuan untuk memulihkan rasa lelah,
dari satu latihan ke latihan berikutnya. Untuk atlet kebutuhan energi dan
karbohidrat pada saat latihan lebih besar daripada kebutuhan pada saat
bertanding. Oleh karena itu pemulihan simpanan karbohidrat setiap hari harus
menjadi prioritas bagi atlet yang menjalani latihan yang intensif.
Jaringan otot merupakan simpanan glikogen yang utama (400 g; 6,7 MJ), kemudian
hati (70 g; 1,2 MJ) dan glukosa darah (2,5 g; 342 kJ). Jumlah ini dapat
bervariasi diantara individu, dan tergantung faktor seperti intake atau asupan
makanan. Walaupun karbohidrat bukan satu-satunya sumber energi, namun
karbohidrat lebih dibutuhkan sebagai sumber energi otot untuk aktifitas fisik
yang tinggi. Kandungan glikogen otot pada individu yang tidak terlatih
diperkirakan 70-110 mmol/kg berat otot. Di lain pihak atlet endurance yang
terlatih dengan diet campuran dengan istirahat sehari, mungkin mempunyai
kandungan glikogen otot
130-230 mmol/kg berat otot.
Jumlah karbohidrat
Kecepatan simpanan glikogen paling besar terjadi pada jam-jam pertama masa
pemulihan setelah latihan, ketika pengosongan otot terjadi maksimal dibandingkan
jika pengosongan otot hanya sedikit.
Waktu konsumsi karbohidrat
Jenis karbohidrat
Pemberian makanan sumber glukosa dan sukrosa setelah latihan yang lama
menghasilkan pemulihan glikogen otot yang sama, sedangkan
fruktosa menghasilkan simpanan yang lebih rendah. Penelitian menunjukkan pada
24 jam
pertama karbohidrat sederhana dan komplek menghasilkan simpanan glikogen yang
Jenis karbohidrat
Pada jenis olahraga “Endurance” (daya tahan) dengan intensitas yang tinggi
seperti maraton, triatlon dan cross country sangat membutuhkan
simpanan glikogen daripada olahraga “Non-endurance” dimana intensitasnya
rendah, atau tinggi hanya untuk waktu yang pendek misalnya senam, ski, lari
jarak pendek, sepakbola, bolabasket.
Simpanan glikogen yang normal cukup atau adekuat untuk olahraga non endurance.
Hal ini dapat dicapai dengan mengkonsumsi secara teratur diet tinggi karbohidrat
(7-10 g CHO/kg BB/hari atau 55-70% CHO dari total energi), kemudian
dilanjutkan mengurangi latihan dan meningkatkan konsumsi karbohidrat 10 g/kg
BB/hari 24-36 jam sebelum bertanding. Sayangnya kebiasaan makan atlet
tidak dapat memenuhi asupan CHO ini, sehingga simpanan glikogen menjadi rendah.
Cara ini dapat meningkatkan simpanan glikogen dari kadar normal (80-
100 mmol/kg BB) menjadi 200 mmol/kg BB. Manfaat dari karbohidrat loading ini
dapat menunda kelelahan (dikenal dengan istilah “Hitting the wall” sampai 90-120
menit, dan dapat mencegah hipoglikemia (dikenal dengan istilah “Bonking”
Kenaikan BB mungkin terjadi pada fase diet tinggi karbohidrat, sebesar 2,1-3,5 kg
berasal dari kenaikan simpanan air bersamaan dengan simpanan glikogen.
Sementara ekstra glikogen dan air dapat menghilangkan rasa letih
dan kemungkinan dehidrasi selama pertandingan, juga dapat menambah ekstra BB
yang dapat mempengaruhi olahraga yang memperhatikan kecepatan,
kelenturan daripada daya tahan.
Atlet dan pelatih perlu memperhatikan kebutuhan latihan dan diet untuk
memaksimalkan karbohidrat loading. Sementara kadar glikogen dapat ditingkatkan
dalam waktu 24 jam dengan diet tinggi karbohidrat (7-10 g/kg BB atau 70-
85% dari total energi), diperlukan waktu 3 – 5 hari untuk mencapai kadar
yang
Jenis karbohidrat yang dikonsumsi atlet pada setiap kali makan utamanya harus
berasal dari makanan sumber karbohidrat yang bergizi, namun makanan
tsb volumenya besar (bulky) sehingga dapat mempengaruhi asupan yang adekuat
atau meningkatkan frekuensi buang air besar. Penggunaan gula dan bentuk
karbohidrat lain yang padat dapat menjamin konsumsi energi dan karbohidrat
yang adekuat. Mengurangi jumlah serat atau pemberian makanan cair mungkin
dapat dilakukan.
Buah
Pisang 2 bh sdg/4 bh kecil
Mangga 3 bh sdg (360 g)
Lanjutan ….
Nenas 1 bh sdg (360 g)
Pepaya 4 ptg besar (500 g)
Kismis 4,5 sdm
Makan Siang:
• Nasi 300 g (1 piring penuh)
• Sayur asem 100 g (1 mgk)
• Empal/ikan mas goreng 50 g (1 ptg sdg)
• Oseng oncom cabe hijau 50 g (1 mgk sdg)
• Selada buah 200 g (2 mgk sdg)
• Jus buah 300 ml (1 gls besar)
Pukul 16.00:
• Bika ambon 50 g (1 ptg sdg)
• Yangko 50 g (3 bh)
• Jus buah 300 ml (1 gls besar)
Makan malam:
• Nasi 300 g
• Capcay sayuran + ayam 150 g (1 mgk besar)
• Selada buah 200 g (2 mgk sdg)
• Jus buah 300 ml (1 gls besar)
Analisa Diet :
• Energi 4000 Kalori
• Protein 100 g (10%)
• Lemak 45 g (10%)
• Karbohidrat 800 g (80%)
2. Burke, L, The Complete Guide for Sport Performance, Allen & Unwin,
Australia, 1995
3. Modulon, S and Dr. Louise Burke, Cooking for Champions : A Guide to Healthy
Large Quantity Cooking for Athletes and other active people, AIS, Canberra,
1997
7. Tim Penilai Jasa Boga, Laporan Tim Penilai Jasaboga PON XIV tahun 1996,
Jakarta, 1996
MAKALAH 4
Oleh
Dr. M.A. Husaini
Puslitbang Gizi Departemen Kesehatan Bogor – Jawa
Barat
KEBUTUHAN PROTEIN UNTUK BERPRESTASI OPTIMAL
Oleh
Dr. M.A. Husaini
Puslitbang Gizi Departemen Kesehatan Bogor Jawa Barat
PENDAHULUAN
Gizi yang cukup yang dapat menjamin kesehatan optimal dibutuhkan oleh seorang
atlet untuk berprestasi tinggi. Tetapi banyak para atlet yang berbakat
tidak mengerti hubungan yang langsung antara gizi yang cukup dengan bentuk
tubuh, endurans, fitnes, dan pencegahan terhadap kecelakaan berlatih. Tulisan
di bawah ini akan membahas salah satu zat gizi, yaitu protein dalam
hubungannya dengan praktek makan atlet, pertumbuhan dan kekuatan, serta
performa atlet, dengan harapan bahwa atlet, pelatih, manajer, ahli gizi, dan orang-
orang yang memberikan pelayanan kepada atlet, memahami serta dapat
mempraktekkannya dalam tugas nyata sehari-hari.
ZAT PROTEIN
Protein dari makanan yang kita konsumsi sehari-hari dapat berasal dari
hewani maupun nabati. Protein yang berasal dari hewani seperti daging, ikan,
ayam, telur, susu, dan lain-lain disebut protein hewani, sedangkan protein yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti kacang-kacangan, tempe, dan tahu
disebut protein nabati. Dahulu, protein hewani dianggap berkualitas lebih tinggi
daripada protein nabati, karena mengandung asam-asam amino yang lebih
komplit. Tetapi hasil penelitian akhir-akhir ini membuktikan bahwa kualitas
protein nabati dapat setinggi kulaitas protein hewani, asalkan makanan
sehari-hari beraneka ragam. Dengan susunan hidangan yang beragam atau
sering pula disebut sebagai menu seimbang, maka kekurangan asam amino dari
bahan makanan yang satu, dapat ditutupi oleh kelebihan asam-asam amino dari
bahan makanan lainnya. Jadi dengan hidangan : ada nasi atau penggantinya, lauk-
pauk, sayur-sayuran, dan buah-buahan, apalagi bila ditambah susu, maka
susunan hidangan adalah sehat. Bukan saja jumlah atau kualitas zat-zat gizi
yang kita butuhkan tercukupi, tetapi juga kualitas zat-zat gizi yang kita
konsumsi bermutu tinggi.
Secara tradisional, atlet diharuskan makan lebih banyak daging, telur, ikan, ayam,
dan bahan makanan sumber protein lainnya, karena menurut teori, protein akan
membentuk otot yang dibutuhkan atlet.
Tidak jarang nasihat makanan yang diberikan membingungkan atlet. Seorang atlet
angkat besi diharapkan makan daging, steak, telur, ayam lebih banyak
untuk pembentukan otot, dan dianjurkan minum minuman yang mengandung
protein. Tetapi sesungguhnya tidak demikian. Seorang atlet angkat besi
membutuhkan karbohidrat lebih banyak. Karena karbohidrat dibutuhkan untuk
cadangan energi di dalam otot. Anda tidak akan dapat mengangkat beban yang
berat kalau jumlah karbohidrat yang tersedia di dalam otot sudah
menipis. Makanan yang mengandalkan protein tidak menyediakan bahan
bakar untuk otot, sehingga prestasi yang dicapai akan optimal.
Makanan yang terbaik untuk atlet harus mensuplai cukup protein tetapi tidak
berlebihan untuk keperluan perkembangan dan perbaikan jaringan otot yang aus,
produksi hormon, dan mengganti sel-sel darah merah yang mati dengan yang baru.
Seringkali atlet mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi protein, sehingga
mereka mendapatkan dobel dari kebutuhannya; kelebihan protein yang dikonsumsi
ini disimpan dalam bentuk lemak badan.
KEBUTUHAN PROTEIN
Untuk menghitung berapa banyak protein yang dibutuhkan sangat mudah. Mula-
mula, anda mengidentifikasi diri termasuk golongan atlet yang mana,
misalnya termasuk atlet yang secara rutin berlatih. Umur anda 25 tahun, dan
berat badan
70 kg. Maka anda setiap hari sesungguhnya membutuhkan sebanyak 70 x 1,2 g
protein = 84 g protein.
Kemudian anda membuat lis makanan dan minuman selama 24 jam, misalnya mulai
anda bangun pagi hari sampai pagi hari berikutnya dicatat jenis, komposisi, dan
banyaknya makanan dan minuman yang dikonsumsi. Dengan mempergunakan Daftar
Komposisi Bahan Makanan (DKBM) anda akan mengetahui jumlah protein yang
dikonsumsi dalam sehari. Kemudian dibandingkan dengan anjuran, apakah kurang
atau lebih banyak dari yang direkomendasikan.
Setiap orang yang terlalu banyak mengkonsumsi protein, akan lebih sering kencing
karena protein di dalam badan dicerna menjadi urea, suatu senyawa dalam bentuk
sisa yang harus dibuang melalui urine. Terlalu sering ke toilet akan kurang
menyenangkan karena mengganggu latihan, apalagi kalau sedang dalam kompetisi.
Terlalu banyak atau sering kencing merupakan pula beban berat ginjal dan
meningkatkan resiko terhadap dehidrasi atau kekurangan cairan buat atlet.
Bahan makanan berprotein tinggi, misalnya daging, ayam, ikan, dan lain-lain
harganya relatif mahal. Kalau bahan pangan ini dikurangi, dan anda makan lebih
banyak sereal, sayur dan buah, berarti akan ada penghematan, karena harga
bahan-bahan pangan yang disebut terakhir ini lebih murah.
Selain itu, bahan makanan tinggi protein biasanya mengandung pula tinggi lemak.
Untuk kesehatan jantung, pencegahan kegemukan, dan peningkatan performa,
anda sebaiknya tidak makan banyak lemak, terutama lemak hewani yang seringkali
terdapat banyak dalam bahan makanan berprotein tinggi.
SUPLEMEN PROTEIN
Advertensi sering memberikan harapan yang muluk-muluk, tetapi anda lebih baik
tidak mempercayainya atau paling sedikit, lebih bijaksana menginter-
pretasikannya. Menurut advertensi, protein powder atau asam-asam amino powder
seperti arginine, ornithine, dan asam-asam amino bebas adalah essensial untuk
pembentukan otot. Anda menurut advertensi tersebut direkomendasikan
makan suplemen ini kalau menginginkan pembentukan otot yang optimal.
Jika anda menginginkan otot yang lebih besar dan lebih kuat, maka anda
akan mendapat keuntungan yang lebih banyak daripada mengkonsumsi
suplemen, bila anda memahami keterangan berikut:
a. Latihan, bukan protein yang berperanan membuat otot lebih besar dan kuat.
KESIMPULAN
1. Kualitas protein nabati dapat setinggi kualitas protein hewani, asalkan menu
makanan anda beragam.
2. Latihan, bukan ekstra protein yang membentuk dan membuat kuat otot.
Oleh sebab itu, hidangan makanan untuk atlet dari berbagai cabang olah raga
tidak perlu dibedakan.
4. Anda lebih baik untuk tidak mempercayai advertensi mengenai suplemen yang
berkhasiat muluk-muluk, atau paling sedikit anda harus menginter-
pretasikannya dengan lebih bijaksana. Anda tidak perlu suplemen protein atau
asam-asam amino, jika makanan anda cukup bergizi dan sehat.
Oleh
dr. Dadang A. Primana, MSc, Sp.Gz, Sp.KO Bagian
Ilmu Gizi FK Unpad PPPITOR Kantor Menpora
1. Pendahuluan
Lemak keberadaannya dalam tubuh dianggap sebagai sistem biologik terutama
untuk cadangan energi dalam sel dan sebagai komponen membram sel. Lemak
mempunyai komposisi yang mirip dengan karbohidrat kecuali
perbandingan oksigen terhadap hidrogen berbeda.
Lemak merupakan zat gizi penghasil energi terbesar, besarnya lebih dari
dua kali energi yang dihasilkan karbohidrat. Namun, lemak merupakan
sumber energi yang tidak ekonomis pemakaiannya. Oleh karena
metabolisme lemak menghabiskan oksigen lebih banyak dibanding karbohidrat.
2. Metabolisme Lemak
Lemak atau trigliserida di dalam tubuh diubah menjadi asam lemak
dan gliserol. Asam lemak yang terbentuk dapat secara langsung digunakan
sebagai sumber energi oleh banyak sel, kecuali sel darah merah dan sel
susunan saraf pusat hanya dapat menggunakan glukosa. Sedangkan
metabolisme asam lemak rantai panjang memerlukan sistem karier untuk
pengangkutan ke dalam mitokondria sel.
Lemak yang dapat dioksidasi sebagai sumber energi terdiri atas trigliserida,
asam lemak bebas dan trigliserida intra muskular. Asam lemak bebas yang
terikat dengan albumin di dalam darah hasil metabolisme dari jaringan lemak
merupakan sumbangan yang besar pada metabolisme lemak saat
otot berkontraksi. Sedangkan asam lemak bebas yang terikat dengan
albumin di dalam darah hasil metabolisme dari trigliserida intra muskular dan
trigliserida plasma selama kontraksi otot tidak diketahui secara jelas.
Kontraksi otot terjadi karena adanya energi hasil beta oksidasi asam lemak
bebas dan reaksi biokimiawi dalam jalur Kreb’s yang berasal dari lipolisis
Akhir olahraga yang berlangsung lama, lemak terutama asam lemak bebas
mensuplai 80% dari total energi yang dibutuhkan. Sedangkan saat mencapai
finis, kembali penggunaan karbohidrat bertambah lagi. Besarnya metabolisme
lemak pada olahraga yang berlangsung lama kemungkinan disebabkan oleh
penurunan gula darah yang diikuti oleh penurunan hormon insulin dan
peningkatan hormon glukagon. Hal ini menunjukkan bahwa pada olahraga yang
berlangsung lama terjadi penurunan metabolisme glukosa dan glikogen, serta
terjadi peningkatan metabolisme asam lemak untuk memproduksi energi.
Anjuran untuk seorang atlet dalam konsumsi lemak yaitu kurangi konsumsi
lemak secara berlebihan dan tidak lebih dari 30% total energi. Setiap
makanan tidak harus digoreng, tetapi dibakar atau direbus. Atlet
juga dianjurkan untuk mengkonsumsi kolesterol tidak melebihi 300 mg per
hari.
Sadarilah bahwa minyak atau lemak yang ditambahkan pada makanan seperti
mentega pada roti, cream saus harus dikurangi jumlahnya dalam menu makanan
atlet. Pilihlah daging tidak berlemak dan ayam tidak berlemak serta kupaslah
kulit ayam. Beberapa makanan yang khusus mempunyai kadar lemak dan
kolesterol yang tinggi, misalnya coklat, cake, ice-cream, keripik, dan juga
jeroan, sop kaki, sop buntut, harus dihindari.
Menu seorang atlet harus mengandung semua zat gizi yang diperlukan yaitu
karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Menu atlet disusun
berdasarkan jumlah kebutuhan energi dan komposisi gizi penghasil energi yang
seimbang. Menu makanan atlet harus mengandung karbohidrat sebanyak 60
–
70%, lemak 20 – 25%, dan protein sebanyak 10 – 15% dari total energi yang
dibutuhkan.
5. Penutup
Glikogen dalam otot dan hati harus diisi kembali. Zat gizi dalam makanan
yang dapat mengisi kembali glikogen terutama berasal dari karbohidrat.
Oleh karena itu, atlet olahraga endurance dianjurkan untuk mengkonsumsi
makanan tinggi karbohidrat terutama karbohidrat kompleks.
Oleh
dr. Dadang A. Primana, MSc, Sp.Gz, Sp.KO Bagian
Ilmu Gizi FK Unpad PPPITOR Kantor Menpora
1. Pendahuluan
Hampir semua reaksi biokimia yang terjadi di dalam tubuh tergantung
dari keseimbangan air dan elektrolit. Konsentrasi cairan di dalam sel (cairan
intra sel) dan di luar sel (cairtan ekstra sel) harus dipertahankan tetap
seimbang. Keseimbangan cairan intra sel dan cairan ekstra sel tujuannya
untuk transmisi impuls saraf dan kontraksi otot yang penting saat melakukan
olahraga.
2. Kebutuhan Air
Air tidak mengandung energi, tetapi sangat penting dalam kehidupan
sehari- hari. Kebutuhan tubuh manusia akan air dalam sehari sesuai dengan
banyaknya air yang keluar atau yang hilang dari tubuh.
Pada keadaan normal dan ideal yaitu diet rendah cairan, aktifitas fisik minimal
serta tidak ada keringat yang keluar, orang dewasa membutuhkan
air sebanyak 1500 –2000 ml sehari. Sumber air untuk kebutuhan tubuh
biasanya didapat dari hasil oksidasi zat gizi, makanan, minuman dan baverage.
Banyaknya keringat yang keluar tergantung dari ukuran tubuh, jenis olahraga,
intensitas olahraga, lamanya olahraga, cuaca dan kelembaban lingkungan, serta
jenis pakaian atlet. Keringat yang keluar saat olahraga sebagian besar
terdiri atas air, namun keringat juga mengandung elektrolit. Perubahan
status cairan
tubuh saat berolahraga disebabkan oleh peningkatan produksi keringat dan
Pemberian cairan pada atlet bertujuan untuk mencegah dehidrasi dan untuk
mempertahankan keseimbangan cairan tubuh. Selain itu, pemberian cairan
yang adekwat ditujukan untuk mencegah cedera akibat panas tubuh
yang berlebihan, misalnya heat exhaustion, heat stroke. Nasihat yang paling
baik saat berolahraga untuk mencegah kekurangan cairan adalah
minum air sebelum, selama dan setelah berolahraga. Minum air jangan
menunggu sampai rasa haus timbul. Oleh karena, rasa haus tidak cukup baik
sebagai indikator keinginan untuk minum. Keinginan minum air lebih banyak
dan lebih sering karena kebiasaan, bukan karena adaptasi fisiologis. Rasa
haus baru timbul apabila tubuh telah mengalami kekurangan air (dehidrasi).
3. Kebutuhan Elektrolit
Cairan tubuh selain mengandung aiar juga mengandung bahan lain
yang diperlukan oleh tubuh seperti elektrolit. Elektrolit dalam cairan tubuh
terdiri dari kation dan anion. Katiaon utama dalam cairan tubuh adalah
+ + -
sodium (Na ) dan potasium (K ), sedangkan anion utama adalah klorida (Cl ).
Sodium merupakan kation yang terbanyak di dalam cairan ekstra sel dan
bertanggung jawab untuk mempertahankan osmolalitas cairan ekstra
sel.
Asupan sodium berkisar antara 3 – 8 gram (130-250 meq) per hari.
Makanan
5. Penutup
Saat berolahraga suhu tubuh meningkat. Keringat yang keluar
saat berolahraga mempunyai tujuan untuk proses pendinginan tubuh. Keringat
yang keluar sangat banyak pada olahraga endurance selain mengandung air
juga mengandung elektrolit.
Oleh
Johanna S.P. Rumawas Bagian Ilmu Gizi
Fak. Kedokteran SEAMEO TropMed
RCCN-UI - Jakarta
PENDAHULUAN
Pada atlet putri yang amenore juga terjadi penurunan kadar estrogen
akibatnya juga pada wanita muda bukan terjadi peletakan tulang tetapi justru
penurunan massa tulang yang berarti wanita itu akan mempunyai risiko lebih
besar untuk dikemudian hari menderita osteoporosis dan patah tulang. Penyebab
amenore pada atlet belum seluruhnya dapat dimengerti. Telah diketahui berbagai
faktor risiko. Rupanya beberapa atlet putri lebih rentan terhadap stress
tertentu.
Anovulasi dan kelainan fase luteal merupakan isu biasa tentang kelainan haid pada
atlet dan merupakan penyebab berkurangnya fertilitas. Tetapi infertilitas itu
reversibel dengan timbulnya kembali haid atau dengan pemberian hormon; namun
anovulasi yang menahun harus diobati dengan estrogen. Kini telah diketahui aspek
amenore pada atlet yang paling merugikan sehubungan dengan ditemukannya
hipoestrogenemia pada atlet amenore dibandingkan dengan atlet yang
siklus haidnya normal. Adanya hubungan antara kadar estrogen yang rendah
kronik dan hilangnya massa tulang, berarti bahwa amenore pada atlet juga
merupakan risiko bagi osteoporosis / keropos tulang.
OSTEOPOROSIS OLAHRAGA
Perkembangan normal tulang ditandai oleh peningkatan cepat massa tulang selama
remaja, dicapainya puncak massa tulang pada usia 20 tahun (bukan seperti
yang tradisional dikatakan antara usia 30–40 tahun) dan kemudian terjadi
penurunan kembali. Wanita kehilangan kurang lebih 35% tulang kortex dan
50% tulang trabekula dibandingkan dengan 23% dan 33% pada pria. Turunnya
massa tulang paling cepat setelah mulainya menopause, suatu keadaan yang
disertai turunnya kadar estrogen. Keadaan serupa dengan turunnya kadar
estrogen pada amenore atlet. Kepadatan massa tulang itu dapat
dilihat/diperiksa dengan DPA, QCT, DEXA.
Ternyata memang kini telah ditemui bahwa amenore dan oligomenore pada atlet
menunjukkan penurunan densitas tulang dibandingkan dengan atlet yang haidnya
normal. Diketahui pula bahwa pembentukan tulang pada orang dewasa sangat
dipacu oleh latihan olahraga dengan beban seperti yang misalnya ditemui pada
atlet angkat besi dan dayung dan bahwa immobilisasi sangat menurunkan
massa tulang.
Osteopenia dapat disebabkan oleh :
1. Hipoestrogenemia.
2. Masukan kalsium yang rendah.
Terutama di masa remaja dan dewasa muda untuk mencapai massa tulang puncak
yang tinggi perlu :
- Makanan tinggi kalsium.
- Batasi masukan garam.
- Cukup masukan protein (tak berlebihan).
Menurunnya densitas tulang cepat terjadi pada wanita amenore dan paling cepat
dalam 3 tahun pertama amenore (kurang lebih 4 % /tahun) setelah
itu frekuensinya menurun. Dengan timbulnya kembali haid yang teratur maka
densitas tulang meningkat kembali meskipun belum pasti apakah akan dicapai
densitas tulang normal dan kekuatan tulang pulih seperti sediakala.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA.
nd
2. Burke L (1995); The Complete Guide to Food for Sports Performance, 2 ed.,
Allen & Unwin, Australia, hal. 54 – 60
Sumber :
Sundgot – Burgen, J. : The Triad of Disordered Eating, Amenorrhoea and
Osteoporosis, Insider, Isostar Sport Nutririon Foundation, Maastricht, 1998.
ERGOGENIC AIDS
Oleh
Dr. Haryo Tilarso, Sp.KO Bkom
Stadion Senayan Jakarta
Definisi :
Contoh.
• Ergogenic gizi : karbohidrat, elektrolit, vitamin dan protein
• Ergogenic farmakologis : kafein, alkohol, amfetamin, beta blocker, anabolic
steroid.
• Ergogenic mekanis : desain sepeda /
peralatan
• Ergogenic fisiologis, gizi, farmakologis = suplementasi Na bikarbonat
• Ergogenic psikologis : semua tindakan ergogenic
Tujuan penelitian :
1. Untuk identifikasi yang benar :
• Isi harus jelas sebelum dipakai
• Contoh : pemberian Na bikarbonat akan baik apabila dosisnya 0,3 g/Kg BB
2-3 jam sebelum pertandingan. Dosis diluar tersebut tidak efektif.
2. Untuk melihat batas kemampuan kinerja pada pemberian ergogenic
Contoh : Pemberian Na bikarbonat dapat memberikan petunjuk
tentang pengaturan.
Sumber :
Lamb, D.R./Williams, M.H. (Eds) : Perspective in Exercise Science and Sports
Medicine, Volume 4 = Ergogenic – Enhancement of Performance in Exercise and
Sports, Cooper Publishing Group, Carmel (IN), 1991.
Oleh
Didit Damayanti, M.Sc.
Akademi Gizi Jakarta
• Atlet yang selalu berada di sirkuit atau selalu travelling selama latihan atau
pertandingan, misalnya atlet tennis. Sangat sukar untuk membuat pola
makan
• Vitamin dan mineral : Kesehatan dan penampilan atlet dapat terpengaruh jika
kebutuhan zat gizi ini tidak terpenuhi. Pilihlah makanan
yang rendah kalori namun mengandung vitamin dan
mineral.
• Pilihlah BB untuk kompetisi yang aman dan wajar dengan mengkaji kadar
lemak tubuh paling rendah yang aman. Gunakan cara penurunan lemak secara
bertahap sebelum pertandingan berlangsung.
• Berilah selang 1 atau 2 kg dari BB pada kelas yang diinginkan selama latihan.
• Penyesuaian terakhir dapat dilakukan selama minggu terakhir sampai 10
hari dengan penurunan asupan energi yang ringan, khususnya jika atlet
mengurangi juga latihannya.
• Pada minggu terakhir kurangi asupan garam dan hindari makanan tinggi garam
untuk mencegah retensi cairan.
• Untuk menurunkan BB yang terakhir gunakan diet rendah sisa pada 12-24 jam
terakhir. Cara yang paling mudah adalah mengganti makanan dengan makanan
cair. Makanan jenis ini akan menyediakan karbohidrat untuk simpanan otot
dan zat gizi yang lain, namun membiarkan saluran cerna kosong dan ringan.
• Tunda makanan sebelum bertanding sampai BB yang diinginkan tercapai.
Namun makan sebelum bertanding tetap dibutuhkan untuk meningkatkan
energi dan cairan tubuh pada saat bertanding.
SUMBER PUSTAKA
3. Modulon, S and Dr. Louise Burke, Cooking for Champions : A Guide to Healthy
Large Quantity Cooking for Athletes and other active people, AIS, Canberra,
1997.
Hasil penjumlahan pengukuran tebal lipatan lemak bawah kulit, daerah tricep,
bicep, subscapular dan supra iliaca.
Hasil pengukuran lingkar lengan atas dan tebal lemak bawah kulit lebih
banyak digunakan sebagai pertimbangan terhadap pengaruh latihan fisik. Selain
ukuran yang telah disebut diatas, masih ada ukuran-ukuran lain seperti
lebar bahu, lingkar dada, panjang tungkai dll dapat dilakukan sesuai keperluan
spesifikasi tiap cabang olahraganya.
Oleh
Th. Sedyanti, SKM
BKOM STADION UTAMA SENAYAN JAKARTA
Pendahuluan
Dari ketiga periode penyelenggaraan latihan dari segi pengaturan makan pada
masa latihan dan pengaturan makan pertandingan yang mencakup pengaturan
makan sebelum, saat dan setelah bertanding.
Makan malam sebelum hari bertanding, makanan utama lengkap dengan porsi
nasi beserta lauk hewani 1 macam dikukus/dibakar, sayuran dan buah.
Menjelang tidur, minum extra cairan.
Makan pagi pukul 5.00 – 5.30, makanan ringan misaln;ya roti bakar tanpa
margarin isi selai, juice buah dan the. Pilih makanan yang telah dikenal atlet.
Makan malam sebelum hari bertanding, makan pagi dan siang pada hari
bertanding, makan makanan lengkap dengan porsi nasi yang besar, (hidari
gorengan dan santan) lau;k satu macam dan buah. Makan pagi sebaiknya
dilakukan pukul 7.00-8.00, makan siang 13.00 dapat diberikan makanan ringan
seperti krackers, biskuit atau makanan cair yang terbuat dari
tepung maezena, havermoot. Minum ekstra air mulai sampai dengan pukul
14.00 menjelang pertandingan.
Makan malam sebelum hari bertanding, makan pagi dan makan siang terdiri
dari makanan lengkap dengan porsi nasi yang lebih banyak. Minum extra cairan
sepanjang hari. Makan pukul 17.00, terdiri dari makanan ringan seperti
roti, krackers, kue-kue basah yang tidak digoreng atau diberi santan.
Sehari sebelum bertanding istirahat yang cukup, dan makan pagi, siang dan
malam terdiri dari makanan lengkap tinggi hidrat arang. Minuman ekxtra
Tujuan :
Memberi makanan yang memenuhi kalori dan zat gizi untuk memulihkan
glikogen otot, status hidrasi dan keseimbangan elektrolit.
Cara pemberian :
1. Segera setalah bertanding minum air dengan suhu 5° C (sejuk), 1-2 gelas
2. ½ jam setelah bertanding, juice buah 1 gelas
3. 1 jam setelah bertanding : juice buah 1 gelas dan snack raingan atau makanan
cair yang mengandung karbohgidrat sebanyak 300 kalori.
4. 2 jam setelah bertanding makan lengkap dengan porsi kecil; sebaiknya diberi
lauk yang banyak mengandung natrium dan sayuran yang tinggi kalium. Sayuran
berkuah lebih bermanfaat untuk mencukupi cairan dan mineral.
5. 4 jam kemudian atlet biasanya baru merasa lapar. Utuk itu dapat disediakan
makanan yang mudah dimasak. Penyediaan makanan pada malam hari menjelang
tidur, mutlak diperlukan bagi atlet yang bertanding malam hari. Jenis hidangan
yang disukai atlet adalah mie bakso, supermi dan lain-lain.
Oleh
Johanna S.P. Rumawas
Bagian Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran
SEAMEO TropMed RCCN Universitas Indonesia
PENDAHULUAN
Gangguan makan sering ditemui pada atlet karena mereka terlalu mementingkan
berat badan dan berkeinginan sangat keras untuk menang sehingga menjadi
obsesi. Penggunaan suplemen gizi terutama vitamin adalah biasa di dunia olahraga.
Ada yang menggunakan suplemen rotein, mikronutruen, bahkan ada yuang mencoba
menghindari semua lemak atau semua protein hewani.
GANGGUAN MAKAN
ANOREXIA NERVOSA:
1. Menolak mempertahankan berat badan minimal yang masih dianggap normal
sesuai usia dan tinggi badan.
Kelainan perilaku makan pada wanita dapat menyebabkan amenore yang dapat
mengakibatkan menurunnya densitas tulang dan meningkatnya kelainan
mineral tulang, merupakan trias penyakit/kelainan.
Pada atlet pria juga terjadi penekanan produksi hormon testosteron. Penggunaan
obat pencahar, obat pengurusan badan, diuretikum, dan muntah-muntah dapat
akibatkan gangguan elektrolit dan defisiensi mineral sehingga dapat
timbul gangguan jantung dan saluran cerna seperti sembelit dan kembung.
Tetapi harus diingat bahwa tanda-tanda itu dapat pula timbul tanpa merupakan
pertanda anorexia nervosa.
PENGOBATAN
Dalam tahap awal gangguan makan, mungkin sebelum haid tidak teratur atau
sebelum berat badan turun dengan hebat, pendidikan gizi saja mungkin sudah
cukup untuk mencegah manifestasi klinik anorexia nervosa.
Sebagai pengobatan diperlukan:
- Pengobatan medik
- Pengobatan dietetik
- Pengobatan psikologik
Pada keadaan komplikasi berat atau ada usaha bunuh diri, makan pasien perlu
dirawat:
1. Vegetarian
Dengan demikian maka timbul risiko untuk turunnya kinerja disebabkan oleh
cadangan energi yang tak cukup dan dalam jangka panjang akan terjadi
penurunan kekuatan otot dan endurance akibat penurunan massa otot.
Setelah beberapa waktu berat badan mungkin tidak turun lagi tetapi
mungkin telah terjadi perubahan komposisi tubuh.
Teori ini sebenarnya tak ada dasar ilmiahnya. Tetapi aplikasi teori ini berhasil
karena banyaknya pantangan makanan sehingga masukan keseluruhannya,
terutama lemak sangat rendah sehingga terjadi penurunan berat
badan. Tetapi selain itu juga masukan besa, kalsium seng kurang dan pada
atlet pantangan itu dapat pula mengakibatkan kekurangan karbohidrat dan
protein.
KESIMPULAN
1. Dalam menghadapi atlet harus diketahui bahwa diantara atlet dengan kelainan
perilaku atau gangguan makan sering dijumpai vegetarian semu karena mereka
bukan merupakan vegetarian benar berdasarkan agama. Jadi perlu
diperiksa dan diketahui rasionalnya termasuk kepercayaan akan berbagai
makanan untuk dapat memahami perilaku makannya yang salah. Penilaian
berdasarkan DSM- III-R (Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders) dapat sangat bermanfaat untuk mendiagnosa gangguan makan yang
tersembunyi.
2. Paling sukar adalah bila atletnya tidak mau menyadari keadaannya, pelatih
tetap mau pertahankan berat badan yang rendah, atau bila berat badan sudah
sangat rendah dan sudah ada efek sampingnya mis. Amenore. Mungkin
kerjasama dengan psikolog diperlukan dalam penanganan kasus.
4. Dalam menilai perilaku makan dapat digunakan DSM-III-R. Selain itu dapat
pula diusahakan agar atlet yang telah didiagnosa menderita gangguan makan
dapat bertemu dengan atlet yang mempunyai pola dan kebiasaan makan yang
baik untuk menghilangkan kebingunan dan meyakinkan atlet nasihat yang
mana yang benar.
PUSTAKA RUJUKAN
1. Read RSD (1997), Eating disorders. Dalam : Wahlqvist M L (Edit), Food and
Nujtrition, Australia, Asian and the Pacific, Allen & Unwin, Sydney. Hal 366 –
372
Oleh
Dr. M.A. Husaini
Puslitbang Gizi Departemen Kesehatan Bogor-Jawa Barat
PENDAHULUAN
Salah satu dasar untuk mempertahankan kondisi tertinggi efisiensi fisik dan
prestasi olah raga adalah gizi yang optimal. Kondisi ini didefinisikan tidak dengan
meningkatkan makan yang banyak tetapi intake gizi yang cukup untuk
mempertahankan seseorang dalam kondisi fisik maksimal.
Namun dalam praktek sehari-hari banyak para atlet dan pelatih kurang
memahami tentang makanan atlet, sehingga meyakini tentang berbagai mitos
makanan dan minuman yang kalau dikonsumsi akan memberikan kekuatan luar
biasa. Di bawah ini akan dibahas tentang mitos makanan dan minuman yang
melanda berbagai atlet berprestasi baik yang dikonsumsi di dalam maupun di luar
pemusatan pelatihan.
MITOS SUSU
Banyak para atlet, pelatih dan pembina olah raga percaya, bahwa susu
adalah penyebab kram perut dan diare. Susu terutama yang rendah lemak
atau skim sangat mudah dicerna, dan gizinya tinggi. Seorang atlet, kalau ia minum
susu lalu diare, disebabkan karena lactose intolerance atau tidak tahan
laktosa. Hal ini dapat diterangkan sebagai berikut.
Seseorang yang sudah lama tidak pernah minum susu, apalagi sejak balita
sampai ia dewasa tidak minum susu, maka enzim laktose yang mencerna laktose
menjadi hilang. (Laktose hanya ada dalam susu, tidak ada dalam bahan
makanan lain, karena itu laktosa disebut pula sebagai karbohidrat susu). Apabila
sekarang yang bersangkutan minum susu, sedangkan enzim laktosenya sudah
hilang, atlet tersebut akan menderita diare.
MITOS KOPI
Seorang atlet mempunyai kebiasaan minum secangkir kopi sebelum bertanding. Dia
beranggapan bahwa kopi meningkatkan kemampuannya bertanding.
Apa efek sampingan yang tidak dikehendaki dari suplemen gizi megodosis ?. Semua
vitamin atau zat gizi lainnya tersusun dari zat kimia. Pada megadosis, dalam
sistem enzim di dalam tubuh kita berfungsi sebagai katalisator, tetapi karena
terlalu banyak sebagian lagi berfungsi sebagai suatu zat kimia atau tidak lagi
sebagai zat gizi. Sebagai contoh vitamin C, pada dosis rendah vitamin C
berfungsi sebagai pengikat jaringan dan pencegahan skurvi, tetapi dalam
jumlah besar vitamin C berfungsi sebagai pengikat jaringan dan pencegahan
skurvi, tetapi dalam jumlah besar vitamin C dapat berfungsi macam-macam
misalnya sebagai agen reduksi yang dalam beberapa hal berbahaya untuk
kesehatan, misalnya meninggikan kadar asam uric, dan meningkatkan resiko
terhadap penyakit gout. Terlalu berlebihan vitamin C dapat pula berakibat
kurang baik terhadap penyakit diabetis, misalnya tes urine menjadi negatid
padahal seharusnya positif.
Yang terbaik yang anda harus lakukan adalah meningkatkan perilaku makan yang
sehat, dan jangan mengikuti orang lain dalam berperilaku makan atau minum
suplemen tertentu, karena sesuatu yang baik buat orang lain belum tentu
baik untuk anda. Jika anda sudah terbiasa dengan suplemen, bacalah label dengan
hati- hati dan pilih supelemen yang terbuat dari bahan alami.
MITOS PROTEIN
Sejak zaman Yunani Kuno, mereka sudah mengenal nasihat-nasihat gizi untuk atlet
supaya berprestasi lebih tinggi. Nasihat pelatih untuk atlet antara lain
makan daging rusa supaya lebih cepat larinya, makan daging kambing supaya lebih
tinggi meloncatnya, dan makan daging sapi jantan agar lebih kuat membanting
lawannya. Zaman sekarang, pelatih menganjurkan lebih banyak makan protein agar
lebih baik
prestasi yang dicapai.
MITOS GARAM
Natrium adalah mineral yang jumlahnya di dalam tubuh paling banyak
bila dibandingkan dengan zat-zat mineral lainnya. Seorang dewasa
membutuhkan kurang lebih ½ gram garam dapur per hari. Para pelatih
professional sering menasihatkan untuk meminum tablet Na Cl pada sebelum,
selama dan sesudah kompetisi. Atlet yang secara rutin terlatih, mengeluarkan
natrium dan potassium melalui keringat. Tetapi badan sudah pula terlatih
bagaimana mempertahankan garam di dalam badan secara efisien, sehingga yang
hilang di dalam keringat hanya sedikit. Yang dibutuhkan oleh atlet yang
berkeringat bukan air plus mineral, tetapi hanya cukup air saja. Apabila kalau
atlet dianjurkan minum tablet garam, akan berbahaya buat kesehatan yang
bersangkutan.
MITOS PUASA
Banyak pelatih menyuruh puasa sebelum atlet bertanding. Berpuasa tidak
rasional untuk keperluan meningkatkan performa. Sampai sekarang, banyak
atlet yang masih percaya bahwa berpuasa atau tidak makan makanan
padat meningkat
endurans dan kinerja atlet. Hal ini tidak benar. Berpuasa malah
menurunkan
Jika ada semacam pil, makanan atau minuman yang dipercaya mempunyai khasit
yang memberi kekuatan, dan atlet dapat merasakan kegunaannya, pada hal
secara ilmiah belum dapat dibuktikan, hal tersebut dikatakan sebagai efek
plasebo. Anda punya fikiran yang mendorong berbuat sesuatu, secara
psiko-sosial ada pengaruhnya terhadap performa.
KESIMPULAN
Kepercayaan yang fanatik atau takhayul terhadap makanan sering dijumpai
diantara para atlet dan pelatih. Beberapa makanan tertentu dianggap dapat
memberikan kekuatan yang luar biasa, dan sebaliknya beberapa makanan
harus dibatasi. Meskipun sheme diit ini memberikan keuntungan psikologik tetapi
sama sekali tidak terhadap keuntungan fisikologik serta tidak
mengindahkan
Pengetahuan gizi para pelatih dan para atlet perlu ditingkatkan dan harus
dicegah upaya mencari makanan atau drug yang bersifat super atau wonder dengan
maksud untuk meningkatkan prestasi. Untuk meningkatkan kualitas, atlet harus
mendapat prioritas dalam program gizi dan kesehatan. Atlet harus mempunyai
kesempatan belajar tentang makanan, gizi dan kesehatan, serta
mempraktekkannya sehingga terbentuk perilaku sehat.
Oleh
Didit Damayanti, M.Sc
Akademi Gizi Jakarta
Pendahuluan
Pada kompetisi lokal umumnya masalah yang ditemui lebih sedikit, karena atlet
dapat membawa sendiri makanan dari daerah asalnya, atau dapat
memperoleh makanan dengan mudah. Namun lebih baik jika atlet membawa
makanan dalam rangka mencegah keterlambatan atau penyediaan makan yang
kurang, yang dapat mengganggu kebiasaan makan sehari-hari. Makanan jadi
dalam kemasan seperti roti, me biskuit, buah segar, manisan buah, jus dll dapat
dibawa dalam perjalanan. Merencanakan makanan yang dapat diperoleh di
restauran atau hotel sebelumnya
dapat juga bermanfaat, terutama untuk atlet dalam jumlah besar.
Bahaya utama yang sering ditemui atlet dalam perjalanan ke luar negeri adalah
kemungkinan terserang gastroenteritis atau diare (10-30 % atlet). Akibatnya
atlet dapat mengalami ketidaknyamanan, gangguan secara psikis dan fisik sehingga
kemungkinan atlet tidak dapat bertanding. Pencegahan yang dapat
dilakukan antara lain adalah memilih makanan dari tempat yang higienenya
terjamin, menghindari untuk makan makanan yang tidak dimasak serta makanan
yang dipasteurisasi. Sumber air juga dapat merupakan sumber infeksi, oleh
karena itu rebuslah air sebelum diminum, atau gunakan air minum dalam botol
kemasan yang sudah steril. Es batu juga perlu dihindari jika sumber air minum
tidak aman.
Jika atlet mengalami diare, maka harus diatasi dengan segera. Obat-obatan untuk
mengatasi hal ini perlu dipersiapkan sebelumnya, misalnya vibramycin, bactrium,
septra untuk mencegah diare, obat antimotily (imodium, lomotil) untuk
mengobati gastroenteritis, bahkan antibiotik. Proses rehidrasi juga perlu
dilakukan baik secara oral maupun infus dengan produk-produk untuk rehidrasi.
Jika gejala sudah berkurang atlet dapat diberikan minuman seperti the, air
kaldu atau jus encer. Namun minuman dari produk susu harus dihindari dulu
sampai gejala hilang dalam beberapa hari. Jika minuman-minuman tersebut
sudah dapat diterima, maka makanan padat yang ringan dapat diberikan
seperti roti bakar, biskuit, nasi tim, pasta secara bertahap.
Pada banyak tempat makanan disajikan dalam bentuk kafetaria, dimana situasi ini
merangsang atlet untuk makan dalam jumlah banyak atau makan makanan
yang salah. Oleh karena itu atlet dianjurkan untuk makan sesuai dengan
kebutuhannya tidak terpengaruh makanan yang dimakan atlet yang lain. Bawalah
makanan yang secara khusus dibutuhkan , mungkin makanan tersebut lebih aman
dari makanan di tempat pertandingan. Jika atlet akan bertanding di luar
negeri yang pola makannya sangat berbeda, ada baiknya sebelum berangkat
atlet diajak untuk mencoba aneka makanan dari negara tersebut,
sehingga atlet mempunyai gambaran dan dapat mengantisipasi kira-kira
makanan apa yang dapat dikonsumsi
jika disajikan makanan dari negara tersebut serta atlet dapat berdiskusi
dengan
Sumber Pustaka
1. Burke, L.; Vicki Deakin, Clinical Sport Nutrition, Mc-Graw-Hill Co, Sydney,
1994
2. Burke, L., The Complete Guide for Sport Performance, Allen &
Unwin, Australia, 1995
3. modulon, S. and Dr. Louse Burke, Cooking for Champions : A Guide to
Healthy Large Quantity Cooking for Athletes and other active
people, AIS, Canberra, 1997
4. Depkes, Pedoman Pengaturan Makanan Atlet, Jakarta 1993
5. Depkes, Gizi Atlet untuk Prestasi, Jakarta 1995
6. Th. Sediyanti, SKM, Masalah-masalah dalam pelayanan makanan atlet dan
pemecahannya, PON XIII, 1993, Jakarta
7. Tim Penilai Jasaboga, Laporan Tim Penilai Jasaboga PON XIV tahun 1996,
Jakarta 1996.
PENYUSUNAN MENU
Oleh
Th. Sediyanti, SKM
(Balai Kesehatan Olahraga Masyarakat DKI Jakarta)
I. Pendahuluan
Menu merupakan “Critical focal point atau central position” dari semua
kegiatan penyelenggaraan makanan. Dari menu akan diperoleh makanan apa
yang akan diproduksi serta didistribusi kepada siapa, oleh siapa, bagaimana,
kapan dan sebagainya. Perencanaan menu adalah serangkaian kegiatan
menyusun hidangan dalam variasi dan kombinasi yang sesuai dengan konsumen.
Umur bervariasi. Peserta olahraga umumnya terdiri dari usia muda sampai usia
lanjut. Umur ini berpengaruh terhadap tingkat kebutuhan zat gizi.
Selama pesta olahraga atlet telah memasuki fase pertandingan. Pada fase ini
diharapkan seluruh atlet sudah dalam kondisi prima, baik fisik maupun mental.
Dari segi fifik diharapkan seluruh atlet status gizinya sudah baik.
Untuk olahraga yang mempunyai klasifikasi berat badan, seluruh atlet
data berat badannya sudah masuk dalam nomor-nomor yang akan diikuti.
Pada masa ini latihan yang diberikan sudah tidak terlalu berat. Konsumsi
hidrat arang lebih banyak agar dapat digunakan sebagai cadangan
glikogen otot. Protein diberikan cukup karena dalam metabolismenya
memerlukan banyak energi sehingga akan memberatkan kerja ginjal.
2. Kebiasaan Makan
• Kebiasaan makan individu atau segolongan orang, merupakan hal
lain yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan menu.
• Kebiasaan makan mencakup pula segi-segi kejiwaan, sosial budaya,
agama dan kepercayaan, latar belakang pendidikan dan pengalaman
serta lingkungan hidup sehari-hari
• Kebiasaan makan erat hubungannya dengan perkembangan dalam
bidang produksi, distribusi, transportasi, koperasi ataupun
kemajuan dalam bidang teknologi pangan.
D. Kombinasi Makanan
A. Pemusatan Latihan
1. Tentukan disusunnya kalori yang diperlukan berdasarkan berat badan
rata-rata, jenis olahraga dan latihan dengan proporsi yang tepat.
2. Catat kerahasiaan makan atlet, dan aturan yang berlaku serta
konsultasikan dengan pelatih.
3. Tetapkan jumlah bahan makanan sehari yang diperlukan
4. Tetapkan pola makan, atau pembagian makan sehari mulai dengan
jadwal latihan
5. Tetapkan siklus menu dan waktu penggunaannya.
B. Masa Pertandingan
2. Menyusun menu
a. Pengumpulan Data
Data-data yang diperlukan meliputi :
• Peraturan pemberian makanan yang berlaku
• Jumlah dan macam konsumen yang dilayani
• Master menu
• Siklus menu
• Standar Porsi
• Standar Resep
• Standar bumbu
• Pedoman porsi hidangan
• Jumlah hari dalam setiap bulan, jumlah hari libur
b. Cara Menghitung
• Departemen Kesehatan RI
Pedoman Pelatihan Bagi Pengelola/Penyelenggara Pelayanan Gizi dalam
Pembinaan Pelayanan Gizi Institusi Sosial
Oleh
Nurdjawati Akmal, SKM, M.Kes
Akademi Gizi Bandung, Departemen Kesehatan RI
Yaitu proses komunikasi dimana atlet dibantu untuk memecahkan masalah gizinya.
Tujuan :
1. Menumbuhkan dan mengembangkan pengetahuan, sikap dan perilaku yang
berkaitan dengan gizi atlet, sehingga atlet mampu memilih makanan
yang tebaik baginya.
2. Menumbuhkan dan mengembangkan pengetahuan, sikap dan perilaku
pelatih/pembina yang berkaitan dengan gizi atlet sehingga
pelatih/pembina mampu memberi dukungan pada atlet agar memilih
makanan yang terbaik baginya.
Hubungan Konsultasi gizi dan atlet lebih penting daripada teknik konsultasi gizi.
o Janet Pritchard :
Hubungan baik, saling menghargai - komunikasi lebih efektif.
Lebih baik jika konsultan gizi menjembatani perbedaan latar belakang,
keterampilan, dll dengan atlet.
o Backer :
Bentuk hubungan interpersonal dalam berkomunikasi dengan atlit.
Konsultasi gizi harus sensitif terhadap kebutuhan atlit.
o Jen Meyer :
Konsultasi gizi sebagai teman, atlit bebas bertanya dan konsultan gizi
jelas berkomunikasi.
Pendidikan
Trial Error
Mandiri
1. Pengkajian
Data pribadi TB, BB, Umur, Pendidikan, Sosekbud, Jenis olahraga
dan menentukan kebutuhan gizi dan perubahan yang diinginkan.
Data riwayat gizi menentukan jumlah asupan gizi, kebiasaan
makan
(Suka/tak suka, pantangan, alergi), pola makanan.
Jadwal latihan atlet kebutuhan gizi kebutuhan gizi dan fisiologi sesuai
aktifitas atlet.
2. Perencanaan
Tetapkan tujuan yang ingin dicapai dalam bentuk perilaku dan dapat diukur.
Misal : Tinjauan mengatasi dehidrasi tetapkan jumlah, frekuensi dan
jenis cairan yang diminum.
Sesuaikan tujuan dengan gaya hidup atlet dan program
latihan/pertandingan
negosiasi dengan atlet
Interaksi dengan pelatih Jadwal latihan/pertandingan
Tetapkan rencana evaluasi
3. Implementasi
Gunakan keterampilan profesional dari konsultan gizi untuk mencapai tujuan:
perubahan perilaku makanan atlet. Gunakan sumber daya yang ada (food
model, leaflet, booklet, flipchart, flanelboard, TV, Kaset,dsb)
Untuk atlet mengidentifikasi masalah gizinya, menetapkan tujuan dan prioritas
untuk mencapai perubahan kebiasaan makanan yang diinginkan. Gunakan
bahasan yang mudah difahami dan istilah yang konsisten. Beri petunjuk praktis
jumlah dan macam makanan yang diinginkan makanan yang dibatasi dan
dilarang. Berikan contoh-contoh sesuai kebiasaan makanan atlet. Gunakan
pertanyaan terbuka diskusi lebih terbuka atlet lebih mudah
menerima dan menghayatinya.
4. Evaluasi
Evaluasi dilakukan terus menerus oleh atlet, konsultan gizi, pelatih/pembina.
Lakukan umpan balik sedini mungkin hasil pemantauan dari efek perubahan
pengaturan makanan yang baik:
• Status gizi atlet
• Prestasi/penampilan atlet dalam olahraga.
• Psikologi atlet :bagaimana caranya bisa menang. Atlet yang sukses
biasanya mempunyai pengetahuan gizi lebih tinggi. Beri atlet dorongan
yang positif terhadap perilaku makanan yang tepat.
MATERI KONSULTASI GIZI
Misalnya:
Diet pada pemusatan pelatihan
Tujuan : - Penyesuaian diri atlet dengan makanan di tempat pelatihan
sarana ujicoba pemenuhan energi dan penerapan pengaturan makanan.
Memberikan makanan adekuat sesuai program pelatihan.
Pengaturannya.:
- 3-4 jam sebelum bertanding, makan lengkap tinggi HA
- 2-3 jam sebelum bertanding, makanan kecil tinggi HA
- < 1 jam sebelum bertanding, cairan/minuman.
Konsultan Gizi,
(------------------)
BEBERAPA NASEHAT
Pizza Supreme
Pizza dengan banyak sayuran, daging asap dan keju rendah lemak. Cara yang
baik untuk mendapatkan karbohidrat, protein, kalsium dan vitamin serta mineral.
Lampiran 1
NAMA DAN ALAMAT NARA SUMBER PUSAT
Lanjutan :
Lampiran 2