Anda di halaman 1dari 120

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/344891279

UMKM dalam Era Transformasi Digital

Book · December 2019

CITATION READS

1 2,595

8 authors, including:

Bayu Aji Ngadi Ngadi


University of Indonesia Indonesian Institute of Sciences
21 PUBLICATIONS 29 CITATIONS 34 PUBLICATIONS 181 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

Triyono Triyono Vanda Ningrum


Indonesian Institute of Sciences Indonesian Institute of Sciences
118 PUBLICATIONS 398 CITATIONS 18 PUBLICATIONS 31 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Ngadi Ngadi on 29 August 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


UMKM DALAM ERA TRANSFORMASI
DIGITAL

29-10-2019 tranformasi.indd 1 12/20/2019 2:17:01 PM


ii

29-10-2019 tranformasi.indd 2 12/20/2019 2:17:01 PM


UMKM DALAM ERA
TRANSFORMASI
DIGITAL

Penulis:
Devi Asiati
Gutomo Bayu Aji
Ngadi
Triyono
Vanda Ningrum
Fuat Edi Kurniawan
Norman Luther Aruan
Yanti Astrelina Purba

Yayasan Pustaka Obor Indonesia


Jakarta, 2019

iii

29-10-2019 tranformasi.indd 3 12/20/2019 2:17:01 PM


Judul:
UMKM dalam Era Transformasi Digital
Devi Asiati; Gutomo Bayu Aji; Ngadi
Triyono; Vanda Ningrum; Fuat Edi Kurniawan; Norman Luther Aruan; dan
Yanti Astrelina Purba

xii + 108 hlm; 14,5 x 21 cm


ISBN 978-602-4

Copyright ©2019
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
All Rights Reserved

Diterbitkan pertama kali oleh Yayasan Pustaka Obor Indonesia


anggota IKAPI DKI Jakarta

Cetakan pertama: Desember 2019


YOI: 1686.37.72.2019
Desain sampul: Iksaka Banu

Yayasan Pustaka Obor Indonesia


Jl. Plaju No. 10, Jakarta 10230, Indonesia
T. + 62 (0)21 31926978, 31920114
F. + 62 (0)21 31924488
E-mail: yayasan_obor@cbn.net.id
http://www.obor.or.id

iv

29-10-2019 tranformasi.indd 4 12/20/2019 2:17:01 PM


KATA PENGANTAR

Perubahan teknologi yang saat ini mencapai fase Revolusi


Industri ke-4 berdampak pada semua aspek kehidupan manusia dan
menentukan perkembangan ekonomi secara global. Kemunculan
teknologi kecerdasan artifisial bukan hanya berdampak pada
terciptanya mesin-mesin baru melainkan perubahan cara-cara produksi
secara menyeluruh hingga hubungan industrial dalam ketenagakerjaan
yang baru. Begitu juga dengan kebutuhan tenaga kerja kemudian
menjadi lebih kompleks, bukan hanya mampu mengerjakan satu atau
dua jenis keterampilan khusus, tetapi kemampuan untuk beradaptasi
dan menyelesaikan suatu masalah yang kompleks menjadi kebutuhan
yang harus dimiliki oleh tenaga kerja.
Berbagai pandangan muncul dari dampak revolusi industri
ke-4 ini yang menjadikan cara-cara kerja manual berubah menjadi
digital. Penggantian tenaga kerja dengan mesin yang berdampak
pada pemutusan hubungan kerja, berubahnya pola hubungan
kerja dari majikan-buruh menjadi hubungan kemitraan yang tidak
seimbang, seperti pada isu transportasi online, mewarnai diskursus
ketenagakerjaan di era digital saat ini. Meskipun pandangan lain
menyatakan bahwa digitalisasi mampu menciptakan efisiensi yang
berperan dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Melalui serangkaian penelitian dengan mengambil kasus pada
industri besar seperti tekstil serta industri kecil kerajinan dan makanan
ringan di Yogyakarta dan Jawa Barat, tim Peneliti Ketenagakerjaan

29-10-2019 tranformasi.indd 5 12/20/2019 2:17:01 PM


UMKM dalam Era Transformasi Digital

Pusat Penelitian Kependudukan LIPI memberikan analisis dampak


digitalisasi dari perspektif ketenagakerjaan dalam melihat dinamika
kesempatan kerja serta implikasinya dalam pengembangan sumber
daya manusia ke depan di era revolusi industri ke-4 ini.
Hasil penelitian yang disajikan dalam laporan ini diharapkan
dapat menambah kajian studi ketenagakerjaan dan memberikan cara
pandang baru dalam melihat perubahan teknologi yang terjadi dari
perspektif ketenagakerjaan. Kritik dan saran selalu terbuka untuk
perbaikan penelitian ini.

Jakarta, Desember 2018

Plt Kepala Pusat Penelitian Kependudukan – LIPI


Dr. Herry Yogaswara, MA

vi

29-10-2019 tranformasi.indd 6 12/20/2019 2:17:01 PM


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GRAFIK xi
BAB 1. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan penelitian 18
1.3. Metodologi 18
1.4. Sistematika Laporan 19
BAB 2. TRANSFORMASI DIGITAL DAN 21
RELASI-RELASI BARU DALAM DUNIA
KETENAGAKERJAAN
2.1. Transformasi Digital 21
2.2. Dilema Industri Manufaktur 27
2.3. Ketimpangan Digital 35
2.4. Relasi-relasi Produksi Baru 42
BAB 3. DIGITALISASI PADA USAHA MIKRO 50
KECIL DAN MENENGAH (UMKM) STUDI
KASUS DI KABUPATEN BANTUL
3.1. Digitalisasi pada Usaha Makanan 51
Ringan di Bantul
3.2. Relasi Kerja 56

vii

29-10-2019 tranformasi.indd 7 12/20/2019 2:17:01 PM


3.3. Digitalisasi pada Industri Kerajinan 57
Batik Kayu Krebet
3.4. Rantai Produksi 59
3.5. Rantai Pasar 60
3.6. Relasi Kerja 62
BAB 4. DIGITALISASI PADA INDUSTRI 66
MANUFAKTUR
4.1. Buruh Dalam Industri 4.0 67
4.2. Perubahan Digitalisasi di Industri 68
Manufaktur
4.3. Pergeseran Posisi Buruh di Industri 69
Garmen
4.4. Perubahan Status Hubungan Kerja 71
4.5. Peran Perusahaan, Tenaga Kerja, 75
dan Pemerintah dalam Menghadapi
Revolusi Industri 4.0
BAB 5. KEBIJAKAN PEMERINTAH DAN SWASTA 78
DALAM PENGEMBANGAN TEKNOLOGI
DIGITAL PADA UMKM
5.1. Program Pemerintah dan Swasta 79
Menghadapi Era Digital: Studi Kasus
Yogyakarta dan Jawa Barat
5.2. Dampak Kebijakan Pemerintah dalam 87
Menghadapi Digital Teknologi
BAB 6. PENUTUP 91
6.1. Kesimpulan 91
6.2. Rekomendasi 94

viii

29-10-2019 tranformasi.indd 8 12/20/2019 2:17:02 PM


DAFTAR PUSTAKA 97
INDEKS 104
TENTANG PENULIS 104

ix

29-10-2019 tranformasi.indd 9 12/20/2019 2:17:02 PM


DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran di Indonesia 17


Tabel 2.1 Persentase Area yang Dijangkau Serat Optik 40
Tahun 2012
Tabel 2.2 Nilai Indeks Digital Divide Tiap Provinsi 40
Terhadap DKI Jakarta
Tabel 2.3 Jumlah Pekerja Indonesia pada Sektor 45
Formal dan Informal
Tabel 4.1 Upaya Menghadapi Revolusi Industri 4.0 75

29-10-2019 tranformasi.indd 10 12/20/2019 2:17:02 PM


DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 Tren Tenaga Kerja pada Industri Menengah 14


dan Besar Berdasarkan Sektor Industri
(Sakernas, 2008-2015)
Grafik 1.2 Tenaga Kerja Perusahaan Mikro di Indonesia 15
(Sakernas 2010 2015)
Grafik 1.3 Tenaga Kerja Perusahaan Kecil di Indonesia 15
(Sakernas 2010-2015)
Grafik 1.4 Proporsi tenaga kerja informal nonpertanian 17
menurut tempat tinggal (Sakernas 2015-2017)
Grafik 2.1 Jumlah Tenaga Kerja Per Sektor Tahun 2012- 28
2017, BPS 2018
Grafik 2.2 PDB Atas Dasar Harga Berlaku 2010 33
Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah)
Tahun 2014-2017 (BPS, 2018)

xi

29-10-2019 tranformasi.indd 11 12/20/2019 2:17:02 PM


xii

29-10-2019 tranformasi.indd 12 12/20/2019 2:17:02 PM


BAB 1
TRANSFORMASI DIGITAL
PADA INDUSTRI DAN TENAGA KERJA

1.1. Perkembangan Teknologi Global


Digitalisasi pekerjaan muncul karena adanya perkembangan
dari teknologi yang menyebabkan perubahan pada cara-cara
manusia berproduksi dan berinteraksi. Perkembangan teknologi
di dunia, pertama kali dapat dilihat dari revolusi industri pertama
yang terjadi di Inggris pada awal abad ke-18 hingga awal abad ke-19,
revolusi pertama ini ditandai dengan ditemukannya mesin uap dan
penggunaan energi batubara. Temuan teknologi pertama ini berhasil
mengubah basis pertanian menjadi basis industri sebagai struktur
ekonomi masyarakat. Pada perkembangan selanjutnya, di akhir abad
ke-19, ditemukan sumber energi baru yaitu listrik, gas, dan minyak
bumi yang memunculkan revolusi industri kedua dan diprakarsai
oleh Amerika Serikat. Dampaknya, pengembangan produksi massal
mulai dilakukan dan dipermudah juga dengan ditemukannya alat
komunikasi dan jalur transportasi yang lebih cepat seperti mobil
dan pesawat. Setelah satu abad kemudian, di pertengahan abad ke-20,
muncul revolusi industri ketiga yang juga dimulai di Amerika dan
ditandai dengan penemuan energi baru yang lebih besar potensinya

29-10-2019 tranformasi.indd 1 12/20/2019 2:17:02 PM


UMKM dalam Era Transformasi Digital

yaitu energi nuklir. Pada masa industri ketiga ini, muncul era
otomasi tingkat tinggi dalam produksi karena dua penemuan besar
yaitu Automatons-Programmable Logic Controllers (PLC) dan robot
(Sentryo, 2017).
Saat ini, dunia sedang memasuki awal revolusi industri
keempat, yang dimulai tahun 2000-an dengan kemunculan internet.
Berbeda dengan ketiga revolusi sebelumnya yang selalu ditandai
dengan kemunculan energi baru, revolusi industri keempat lebih
mengarah pada kompleksitas teknologi industri di mana mesin-
mesin sebelumnya yang ditemukan bekerja sendiri-sendiri, namun
saat ini semua mesin dapat dihubungkan secara bersamaan dan
memungkinkan interaksi semua sarana produksi secara real time.
Temuan teknologi seperti cloud, big data analytics, dan internet
industri yang memungkinkan seluruh kegiatan produksi dilakukan
secara digital dan terintegrasi (World Economic Forum, 2016).
Sejarah kemunculan internet (internet working) bermula dari temuan
Advanced Research Project Agency Network (ARPANET) di Amerika
pada tahun 1974 yang digunakan untuk kepentingan militer.
Kemudian di tahun 1980-an pengembangan internet diperluas untuk
komunikasi digital yang lebih terbuka dengan merilis World Wide Web
(www) oleh European Organisation for Nuclear Research (CERN) di
Jenewa (Tsatsou, 2014). Ketersediaan internet tersebut memunculkan
temuan-temuan teknologi yang lebih kompleks dan memungkinkan
seluruh sarana produksi dengan penggunaan cloud, big data, dan
sebagainya yang menuju digitalisasi global. Transformasi ini mulai
diterapkan di awal abad milenium yang tidak hanya merubah sarana
produksi tetapi juga merubah kondisi sosial-ekonomi di masyarakat.
Digitalisasi dapat diartikan sebagai proses pembuatan digital
dari segala sesuatu yang dapat didigitalkan dan proses mengubah
format informasi menjadi digital (Fors, 2012). Dalam konteks bisnis,

29-10-2019 tranformasi.indd 2 12/20/2019 2:17:02 PM


Transformasi Digital Pada Industri dan Tenaga Kerja

digitalisasi memungkinkan untuk dilakukan di seluruh fase produksi


hingga bagaimana memperoleh informasi pasar dengan menggunakan
big data. Pada bisnis yang basisnya digital seperti transportasi dalam
jaringan (online) di Indonesia yang marak sejak tahun 2011 (Gojek,
Uber, Grab), seluruh proses bisnis dilakukan secara online. Sementara
bagi bisnis konvensional yang menghasilkan barang dan jasa seperti
kerajinan tangan, makanan, dan sebagainya, teknologi digital dapat
membantu dalam proses pembukuan dengan data penyimpanan
menggunakan cloud, dan penggunaan media sosial sebagai alat untuk
promosi dan menjual produknya. Sistem digitalisasi yang sederhana
dapat meningkatkan kecepatan, ruang lingkup, dan efisiensi
dalam berkomunikasi. Digitalisasi juga dapat dipandang sebagai
jembatan untuk mendorong interaksi jaringan masyarakat global
(Tsatsou, 2014). Sektor digital diproyeksikan akan menyumbang 3%
pertumbuhan Gross Domestik Bruto (GDP) di tahun 2020 di negara
berkembang dan pada negara-negara maju yang masuk dalam G20,
ekonomi digital bahkan diproyeksikan berkontribusi menaikkan
GDP sebesar 8% (Burrow, Sharan & Byhovskaya, 2016).
Di era revolusi industri 4.0, digitalisasi tidak hanya penggunaan
teknologi komputer dan internet untuk berkomunikasi, tetapi lebih
dari itu, internet digunakan sebagai basis data untuk memetakan
perubahan-perubahan pasar yang terjadi. Saat ini beberapa jenis
pekerjaan baru bermunculan seperti web content writer, youtuber,
pembuat aplikasi ponsel, video journalis, online editor, dan market
intelligent. Digitalisasi juga dapat menyebabkan pekerjaan menjadi
lebih fleksibel tanpa hambatan waktu dan ruang serta meningkatkan
otonomi pekerja (Burrow, Sharan & Byhovskaya, 2016). Dengan
menggunakan ponsel pintar, pekerja dapat mengerjakan pekerjaannya
tanpa terhalang waktu dan lokasi. Keahlian pekerja juga beradaptasi
dengan perubahan teknologi tersebut, sebagai contoh marketer tidak

29-10-2019 tranformasi.indd 3 12/20/2019 2:17:02 PM


UMKM dalam Era Transformasi Digital

lagi hanya dapat membuat iklan cetak tetapi juga harus mampu
mengembangkan konten yang menarik melalui website atau sosial
media dalam mempromosikan produknya. Promosi online ini
menjadi sangat penting, karena efektifitas pemasaran melalui basis web
dan media sosial menghasilkan efektifitas yang sama dibandingkan
dengan menggunakan media konvensional, namun promosi online
mengeluarkan biaya yang lebih murah. Dalam era digital saat ini,
konsumen menghabiskan waktu lebih banyak untuk online dan
mengambil keputusan berdasarkan konten digital, termasuk ulasan
konsumen dan deksripsi produk yang berada di halaman situs web
dibandingkan iklan pada media konvensional (Bernoff & Li, 2008).
Pekerjaan-pekerjaan yang bersifat rutin juga dapat dilakukan
oleh mesin dan menggantikan posisi tenaga manusia. Pada sektor
finansial, ketersediaan e-banking dan aplikasi mobile lainnya telah
memudahkan nasabah untuk melakukan transaksi online tanpa harus
pergi ke kantor bank. Lebih luas, studi yang dilakukan di Amerika
memperlihatkan bahwa 9% pekerjaan yang bersifat rutin berisiko
tinggi dapat digantikan oleh teknologi otomatis, hal ini terjadi
karena 70% jenis pekerjaan tersebut dapat dilakukan secara otomatis,
sementara pekerjaan yang hanya membutuhkan 25% jenis pekerjaan
rutin masih belum dapat digantikan oleh teknologi (Benedikt Frey et
al., 2013).
Di Indonesia, Hill & Sen (2005) menyebutkan internet masuk
pada pertengahan tahun 1990 dengan maraknya warnet (warung
internet) sebagai ruang publik yang digunakan untuk kepentingan
pribadi. Kemudian pada abad ke-21 terjadi pertumbuhan pada
pasar ponsel yang memungkinkan setiap individu lebih fleksibel
dalam menggunakan internet (Jurriens & Tapsell, 2017). Di tahun
2014, Puskakom1 UI mencatat tingkat penetrasi pengguna internet

1 Pusat Kajian Komunikasi Universitas Indonesia pada laporan Profil Pengguna Internet

29-10-2019 tranformasi.indd 4 12/20/2019 2:17:02 PM


Transformasi Digital Pada Industri dan Tenaga Kerja

di Indonesia sebesar 34,9% atau 88,1 juta penduduk. Sebagian besar


dari pengguna internet tersebut menggunakan internet dengan
menggunakan ponsel (85% pengguna) dan sisanya menggunakan
komputer dengan jaringan fixed (jaringan nirkabel tetap). Dilihat dari
aspek demografi, 49% pengguna internet berada pada kisaran usia 18-
25 tahun dengan rata-rata pendidikan di tingkat Sekolah Menengah
Atas (SMA). Besarnya jumlah pengguna internet yang didominasi
penduduk muda diklaim oleh pemerintah dapat membuka peluang
bagi Indonesia untuk menjadi pionir dalam transformasi ekonomi
berbasis digital.

Dampak Digitalisasi Revolusi Industri 4.0 terhadap Sektor


Industri
Dalam 15 tahun belakangan ini penggunaan teknologi
digital pada industri di dunia meningkat dua kali lipat. Investasi
pada teknologi digital bukan hanya dengan membeli peralatan
komputer dan alat-alat IT (information technology) melainkan
menginvestasikan aset-aset fisik untuk berproduksi. Tidak hanya
retail dan perusahaan finansial, perusahaan manufaktur pada industri
tekstil hingga makanan yang merupakan sektor padat tenaga kerja
juga telah menggunakan peralatan digital yang lebih efisien untuk
menggantikan tenaga kerja dan mempercepat waktu produksi. Selain
itu, digitalisasi juga naik hingga tiga kali lipat pada industri yang
digunakan untuk transaksi penjualan, interaksi dengan konsumen
dan supplier, serta proses bisnis lainnya (Harvard Business Review,
2016).
Dampak revolusi industri 4.0 yang saat ini disebut dengan era
digital pada industri di dunia dapat dianalisis dengan tiga elemen,

Indonesia tahun 2014.

29-10-2019 tranformasi.indd 5 12/20/2019 2:17:02 PM


UMKM dalam Era Transformasi Digital

yaitu teknologi yang digunakan, skenario ekonomi, dan kondisi


demografi (Klingenberg, 2017). Teknologi revolusi industri 4.0 yang
digunakan dalam industri saat ini adalah cyber physical system
(CPS) yang mengimplementasikan sistem manual ke dalam sistem
sibernetik (Lee dkk, 2015). CPS mengkombinasikan penggunaan
komputer, internet, integrasi sistem, dan artificial intelligence untuk
melakukan fase-fase produksi dan proses industri secara menyeluruh.
Di dalam industri manufaktur, revolusi industri berimplikasi pada
otomasi proses produksi (Lee dkk, 2015; Klingenberg, 2017). Otomasi
ini kemudian berdampak pada efisiensi biaya karena penggunaan
tenaga kerja yang lebih sedikit dan kemampuan memproduksi
produk yang sesuai dengan permintaan konsumen tanpa harus
ditentukan oleh skala produksi tertentu (Brettel dkk, 2014). Elemen
kedua yang dapat dilihat adalah skenario ekonomi yang terjadi pada
saat revolusi industri 4.0 ini, penggunaan teknologi oleh perusahaan
di industri baik pada industri skala besar dan kecil tergantung pada
trade off investasi teknologi dengan keuntungan yang diperoleh.
Keuntungan ini sangat ditentukan oleh dinamika pasar pada saat
ini, beberapa perusahaan yang mentransformasi teknologinya akan
menimbulkan biaya tambahan. Namun di lain sisi akan mengurangi
biaya tenaga kerja dan kemampuan dalam memproduksi produk
yang sesuai dengan perubahan permintaan pasar. Besarnya pasar
sangat ditentukan oleh kondisi ekonomi khususnya bagi perusahaan
yang fokus pada penjualan ekspor. Berdasarkan pengalaman revolusi
industri yang terjadi pada sejak awal abad ke-18, keberhasilan dalam
pemanfaatan teknologi baru juga sangat ditentukan oleh kondisi
ekonomi di dunia. Elemen lainnya yang digunakan untuk melihat
dampak revolusi industri 4.0 ini adalah kondisi demografi. Elemen
ini merupakan bagian yang penuh diskursus karena transformasi
teknologi berdampak pada pasar kerja khususnya di negara-negara

29-10-2019 tranformasi.indd 6 12/20/2019 2:17:02 PM


Transformasi Digital Pada Industri dan Tenaga Kerja

berkembang. Pada negara maju, seperti Eropa dan Jepang, menuanya


populasi tenaga kerja membutuhkan bantuan teknologi untuk
memastikan produktivitas industri dapat dipertahankan (Kagermann,
2013), sementara negara berkembang yang masih menanggung angka
pengangguran tinggi, teknologi dapat menjadi pengahambat untuk
menciptakan lapangan kerja. Ditambah dengan kondisi tenaga
kerja yang kurang beradaptasi dengan teknologi akan menyebabkan
hambatan dalam mendapatkan keuntungan dari perkembangan
revolusi industri ini.
Di Indonesia, perkembangan digital direspons oleh pemerintah
Indonesia dengan membangun rancangan industri yang diharapkan
mampu merespon revolusi industri 4.0. Rancangan pembangunan
industri ke depan dengan melakukan pembenahan teknologi dan
mengaplikasikan Artificial Intelligent (AI) ke dalam proses produksi
dan distribusi pada seluruh sektor industri. Rencana pengembangan
industri nasional secara rinci tertuang dalam butir-butir Rencana
Pengembangan Industri Nasional (RIPIN) tahun 2015 yang disusun
oleh Kementerian Perindustrian. Dalam RIPIN persiapan alih
teknologi dirancang dari tahun 2015 hingga tahun 2035. Pada
empat tahun pertama, ada 5 sektor industri yang diutamakan untuk
menghadapi era digital yaitu sektor industri makanan dan minuman,
otomotif, elektronik, tekstil, dan kimia (dalam UU No. 14 Tahun
2015). Bahkan investor yang berteknologi tinggi mendapatkan
insentif. Pada industri tekstil, penerapan teknologi dilakukan dalam
seluruh fase produksi, mulai dari penyediaan bahan baku hingga
pasar. Transformasi ini ditargetkan pemerintah bukan hanya pada
industri besar melainkan juga pada industri kecil yang menggunakan
teknologi. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, melalui Undang-
Undang No. 3 Tahun 2014 Tentang Perindustrian pasal 14,
pemerintah mengembangkan program-program revolusi industri 4.0

29-10-2019 tranformasi.indd 7 12/20/2019 2:17:02 PM


UMKM dalam Era Transformasi Digital

ke wilayah-wilayah di Indonesia sesuai peruntukan pembangunannya,


yaitu pengembangan Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI),
pengembangan Kawasan Peruntukan Industri, pembangunan
Kawasan Industri dan pengembangan Sentra Industri Kecil dan
Industri Menengah. Selain pengembangan infrastruktur melalui
penerapan IT, kualitas SDM di bidang teknologi juga menjadi poin
yang ditekankan dalam kebijakan industrial ke depan. Pemerintah
mengembangkan kerja sama dengan internasional yang bertujuan
untuk alih teknologi.
Selain industri menengah dan besar, gerakan digitalisasi
juga marak pada industri kecil, baik yang dilakukan oleh gerakan
masyarakat, swasta, maupun pemerintah. Gerakan digital yang paling
marak saat ini adalah bisnis startup. Bisnis startup yang berkembang
di Indonesia mengarah pada bisnis dengan basis internet, website, dan
teknologi. Hingga tahun 2016 terdapat 2000 startup lokal di Indonesia,
yang tumbuh karena terinspirasi dari keberhasilan bisnis start up
sebelumnya2 (Penggagas, 2016). Peningkatan antusiasme bisnis online
kemudian direspons oleh pemerintah dengan mengeluarkan paket
kebijakan peta jalan e-commerce di tahun 2016, di mana kebijakan
tersebut lebih diarahkan untuk membangun ekosistem e-commerce
yang efisien, sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomi perdagangan
Indonesia ke pasar yang lebih luas. Kebijakan ini juga diarahkan
untuk meningkatkan kreatifitas anak muda melakukan invensi dan
inovasi kegiatan ekonomi dengan pemanfaatan e-commerce. Melalui
program 1.000 start up digital. Selain kebijakan pemerintah, peran
komunitas sangat besar dalam menggerakkan jiwa wirausaha muda
di kalangan generasi muda, sistem berbagi yang diterapkan dalam
komunitas meningkatkan keterampilan dan keahlian anak-anak muda
dalam menggunakan teknologi digital untuk kegiatan usaha. Mereka

2 Seperti Tokopedia, Bhinneka, dan sebagainya.

29-10-2019 tranformasi.indd 8 12/20/2019 2:17:02 PM


Transformasi Digital Pada Industri dan Tenaga Kerja

menggunakan working space sebagai sarana untuk berkumpul dan


berbagi pengalaman.
Salah satu contoh gerakan komunitas untuk pengembangan
digitalisasi adalah gerakan Indonesia Go Digital. Komunitas ini
membantu UMKM di seluruh Indonesia untuk dapat memanfaatkan
teknologi digital dalam usahanya, gerakan ini dibuat sebagai respons
terhadap program-program digital yang dilakukan oleh perusahaan-
perusahaan besar baik pemerintah maupun swasta yang baru sebatas
menyediakan koneksi internet dan portal/website untuk memberikan
akses kepada UMKM mempromosikan produknya. Sementara,
sebagian besar UMKM belum memiliki pembagian tugas dan keahlian
yang spesifik dalam mengelola konten di website, sehingga kegiatan
online sering tidak terurus oleh usaha UMKM itu sendiri. Gerakan
Indonesia Digital mencoba untuk masuk pada ranah peningkatan
kualitas pelaku usaha termasuk tenaga kerja untuk meningkatkan
kemampuan pelaku usaha menggunakan teknologi digital ke seluruh
arena usaha seperti keuangan, pemasaran, SDM, dan operasional. Salah
satu teknik yang diajarkan adalah dengan membuat dokumentasi
digital dan menghubungkannya dengan online. Berdasarkan jumlah
UMKM yang berhasil didampingi oleh komunitas tersebut, hanya
10% UMKM yang siap untuk menggunakan digital dan online
secara penuh dalam kegiatan usahanya. Sebagian besar UMKM,
menggunakan digital hanya pada tahap pemasaran dengan membuat
katalog online atau memasukkan produknya pada marketplace
tertentu, namun seluruh proses transaksi hingga pembayaran masih
menggunakan metode yang sangat dasar, misalnya melalui aplikasi
percakapan lewat ponsel kemudian pembayarannya dilakukan
manual melalui transfer bank.3

3 Hasil wawancara di Yogyakarta dengan pendiri Indonesia Go Digital pada Mei 2017.

29-10-2019 tranformasi.indd 9 12/20/2019 2:17:02 PM


UMKM dalam Era Transformasi Digital

Pertanyaan selanjutnya yang mucul dari dinamika yang terjadi


karena perkembangan industri 4.0 adalah, seberapa besar pengaruh
teknologi tersebut merubah cara-cara kerja industri besar dan kecil di
Indonesia? Berdasarkan beberapa hasil studi literatur4 kendala dalam
pengembangan digitalisasi oleh sebagian besar perusahaan adalah
masih tergantungnya sebagian besar industri pengolahan di Indonesia
dengan impor bahan baku. Ketergantungan ini menyebabkan biaya
produksi usaha menjadi berfluktuatif dan menyebabkan konsentrasi
perusahaan untuk mengembangkan digitalisasi bukan menjadi
prioritas, selain itu infrastruktur dan kesiapan tenaga kerja untuk
memasuki pola-pola kerja dalam digitalisasi belum merata bagi seluruh
pekerja di Indonesia. Hal yang sama juga terlihat dalam industri
mikro dan kecil, 36% UMKM di Indonesia masih belum tersambung
dengan teknologi digital termasuk internet (offline). Sementara itu,
37% UMKM sudah menjalankan bisnisnya secara dengan online
namun pada tingkat yang sangat mendasar, 18% UMKM memiliki
kemampuan online menengah, dan 9% UMKM mempunyai
kemampuan online lanjutan (Deloitte Access Economics, 2015).
Level kemampuan online dasar yang dimaksud didasarkan pada akses
broadband dan alat digital seperti komputer dan smartphone, dan
memiliki website, namun, bisnis tersebut tidak terlibat dalam media
sosial (kecuali email) dan tidak memiliki kemampuan e-commerce
untuk pemesanan atau pembayaran. Kemampuan online menengah
adalah bisnis yang memiliki konektivitas digital dan juga secara aktif
terlibat dalam media sosial dengan mengintegrasikan situs mereka
dengan media sosial, live chat atau ulasan konsumen. Bisnis ini
belum memiliki kapabilitas e-commerce sepenuhnya. Sementara itu,
kemampuan online lanjutan artinya memiliki konektivitas, integrasi
jejaring sosial dan kapabilitas e-commerce.

4 Dalam surat kabar dan seminar revolusi industri 4.0 lainnya.

10

29-10-2019 tranformasi.indd 10 12/20/2019 2:17:02 PM


Transformasi Digital Pada Industri dan Tenaga Kerja

Sebagian besar keterbatasan digitalisasi ini terjadi pada sektor


industri mikro dasar seperti pertanian, perternakan, perikanan, dan
kehutanan. Sementara bagi UMKM yang bergerak di perdagangan dan
pariwisata meskipun telah memiliki kemampuan digital menengah
dan menggunakan media sosial sebagai interaksi dengan konsumen,
tetapi kemampuan untuk melakukan e-commerce masih terbatas,
khususnya untuk pemesanan langsung bagi konsumen ke produsen
serta sistem pembayaran yang belum dapat dilakukan langsung melalui
website usahanya. Permasalahan ini menjadi tantangan bagi daya
saing sektor UMKM pada pasar ASEAN, karena untuk kasus UMKM
yang bergerak di bidang perdagangan dan pariwisata, penggunaan
e-commerce ke pasar internasional akan memudahkan konsumen
dari negara lain untuk mengakses tawaran produk dari UMKM di
Indonesia, yang berarti akan meningkatkan pasar dan skala usaha.
Begitu juga untuk produk pertanian, pasar online akan meningkatkan
kemampuan petani untuk menentukan harga berdasarkan atas harga
pasar dan mengurangi jalur distribusi produk pertanian yang sangat
panjang. Selain kemampuan menggunakan teknologi digital dan
internet, usaha yang telah terhubung dengan online juga merubah
pola kerja UMKM untuk menjadi lebih responsif terhadap pasar,
bekerja efisien, dan mendorong perluasan jaringan.
Studi kasus yang dilakukan pada usaha kecil kuliner di
Yogyakarta. Teknologi digital digunakan untuk kegiatan promosi
dengan membuat akun di sosial media, munculnya aplikasi transportasi
online seperti Gojek juga telah memfasilitasi usaha kuliner membuka
jaringan untuk meningkatkan penjualannya melalui pemesanan
online melalui aplikasi Go-food. Kemajuan teknologi digital juga
telah membuka kesempatan kerja baru untuk menyediakan aplikasi
pembayaran, investasi, dan asuransi berbasis online. Lewat aplikasi
digital ini, proses bisnis dilakukan secara online di mana transaksi

11

29-10-2019 tranformasi.indd 11 12/20/2019 2:17:02 PM


UMKM dalam Era Transformasi Digital

dapat dilakukan secara cepat dan real time serta mengurangi biaya
penyediaan kantor. Bisnis dengan basis digital memunculkan sistem
kerja bersama dalam satu ruangan, atau yang biasa disebut dengan
co-working space. Selain untuk kegiatan komersial, teknologi digital
juga digunakan oleh para seniman lokal untuk mempromosikan hasil
karyanya melalui music label. Melalui portal ini, seniman memperoleh
hak cipta di mana, hasil seninya dapat disebarkan ke internasional
sebagai bagian dari promosi dan memberikan akses bagi seniman-
seniman di daerah-daerah terpencil yang tidak memiliki kesempatan
untuk promosi karyanya lewat radio, televisi, dan sebagainya.

Pergerakan Tenaga Kerja di Era Digital


Kritik terbesar yang disampaikan dalam berbagai tulisan
akademisi dan media massa dengan perkembangan digital ini adalah
hilangkan pekerjaan-pekerjaan manual yang dikerjakan manusia
karena tergantikan oleh mesin. Kritik tersebut menyatakan bahwa
digitalisasi pekerjaan akan berdampak pada pengurangan kesempatan
kerja untuk penyerapan angkatan kerja (Hirsch-kreinsen, 2016).
Hal yang sama juga didukung oleh (Benedikt Frey et al., 2013)
yang menyatakan bahwa 47% pekerjaan di Amerika Serikat akan
digantikan oleh mesin otomatis, hal ini disebabkan karena sebagian
besar pekerjaan di Amerika Serikat didominasi oleh sektor jasa,
keuangan, dan manufaktur yang memiliki dampak besar terhadap
transformasi digital. Dalam penelitiannya di Amerika Serikat, Frey
dkk memetakan jenis pekerjaan yang berhubungan dengan penjualan,
administrasi, dan pelayanan jasa adalah jenis pekerjaan yang memiliki
dampak terbesar untuk digantikan oleh mesin. Sementara pekerjaan-
pekerjaan seperti guru, seni, pengacara, kesehatan adalah pekerjaan
yang sangat kecil kemungkinannya untuk tergantikan.

12

29-10-2019 tranformasi.indd 12 12/20/2019 2:17:02 PM


Transformasi Digital Pada Industri dan Tenaga Kerja

Selain hilangnya pekerjaan, pekerjaan dengan basis digital juga


menimbulkan ketimpangan antara pemilik dan pengguna teknologi,
sehingga menimbulkan praktik-praktik eksploitasi (Gunkle (2003);
Verdegem (2012), Brog (2015), Japson (2017) dan Nastiti (2017). Hal
ini terlihat pada sektor transportasi online yang sedang berkembang
seperti Gojek dan Grab. Hubungan kerja yang tercipta dalam industri
online tersebut, mengaburkan kewajiban-kewajiban pemberi kerja
(dalam hal ini pemilik teknologi) untuk memberikan hak-hak pekerja
seperti jaminan sosial dikarenakan hubungan kemitraan (Nastiti,
2017). Hubungan kemitraan diakui sebagai hubungan yang setara,
namun dalam praktiknya, pengemudi transportasi online tidak
memiliki kekuatan yang sama dengan pemilik teknologi dalam
menentukan hak-hak dan distribusi keuntungan dari usaha tersebut.
Kembali pada pembahasan industri menengah dan besar,
sebagian besar tenaga kerja bekerja pada sektor makanan dan pakaian
jadi (Grafik 1.1). Dua sektor industri tersebut dalam rencana induk
pengembangan industri (RIPIN) termasuk dalam industri yang
ditargetkan akan bertransformasi dalam teknologi digital dalam
lima tahun ke depan. Transformasi ini diperlukan untuk mencapai
efisiensi produksi agar dapat berdaya saing dengan pasar internasional.
Namun kompensasi dari transformasi digital perlu disikapi dengan
perlindungan terhadap hilangnya kesempatan kerja bagi tenaga kerja
pada sektor tersebut.

13

29-10-2019 tranformasi.indd 13 12/20/2019 2:17:02 PM


UMKM dalam Era Transformasi Digital

Grafik1.1. Tren Tenaga Kerja pada Industri Menengah dan Besar


Berdasarkan Sektor Industri (Sakernas, 2008 – 2015)

Tidak hanya pada industri besar, usaha makanan juga menjadi


sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja pada industri
mikro (Grafik 1.2) dan industri kecil (Grafik 1.3). Berbeda dengan
industri menengah dan besar di mana transformasi teknologi
menciptakan automasi pekerjaan menggunakan mesin sehingga
dapat menggantikan tenaga manusia. Penerapan transformasi
teknologi pada industri kecil dan mikro lebih banyak ditekankan
pada kegiatan pasca produksi seperti pemasaran, pembayaran, dan
pembukuan. Dalam hal penyiapan tenaga kerja di industri kecil
ini, literasi penggunaan digital masih menjadi permasalahan bagi
kesiapan tenaga kerja memasuki revolusi industri 4.0.

14

29-10-2019 tranformasi.indd 14 12/20/2019 2:17:02 PM


Transformasi Digital Pada Industri dan Tenaga Kerja

Grafik 1.2. Tenaga Kerja Perusahaan Mikro di Indonesia (Sakernas


2010 – 2015)

Grafik 1.3. Tenaga Kerja Perusahaan Kecil di Indonesia (Sakernas


2010 –2015)

15

29-10-2019 tranformasi.indd 15 12/20/2019 2:17:02 PM


UMKM dalam Era Transformasi Digital

Pada kasus industri tekstil di Kabupaten Bandung (akan


dijelaskan lebih rinci pada bab selanjutnya), penggantian mesin
produksi lama dengan teknologi baru dapat menciptakan efisensi waktu
yang lebih cepat dan penggunaan tenaga kerja yang lebih sedikit. Dari
sisi perusahaan, penggantian teknologi ini akan meningkatkan daya
saing produk tekstil di pasar global, namun di lain sisi, pengurangan
tenaga kerja pada divisi produksi menyebabkan tenaga kerja harus
mengalami mutasi ke bagian lain di mana keterampilannya tidak
sesuai, penyesuaian baru ini secara tidak langsung menyebabkan
tenaga kerja keluar dari pekerjaannya. Berkurangnya tenaga kerja
pada pekerjaan formal dapat dilihat dalam dua hipotesis, pertama,
tenaga kerja akan kehilangan pekerjaan dan membuat pekerjaan
baru yang bersifat informal dengan memanfaatkan teknologi digital.
Kedua, tenaga kerja yang keluar dari pasar kerja karena transformasi
teknologi akan menambah pengangguran.
Data statistik menunjukkan bahwa pekerjaan informal masih
mendominasi pekerjaan di daerah pedesaan (Grafik 1.4), bukti
empiris sejalan dengan sektor pertanian yang masih mendominasi
di wilayah pedesaan dan masih tergolong pada sektor pekerjaan
informal. Sementara itu, untuk daerah perkotaan, meningkatnya
penggunaan teknologi digital dalam pekerjaan sejak tahun 2015
tidak secara signifikan menciptakan pekerjaan baru bagi pencari
kerja. Hal ini terlihat dari kenaikan pekerjaan informal yang hanya
menaikkan persentasi pekerjaan informal sebesar 0,75%. Hal ini
memberikan gambaran awal bahwa transformasi digital tidak serta
merta memperlihatkan hipotesis pertama yang memandang bahwa
transformasi digital akan meningkatkan penyerapan baru pada
pekerjaan informal secara signifikan. Meskipun beberapa kasus
transportasi online sudah terlihat memberikan lapangan kerja
baru.

16

29-10-2019 tranformasi.indd 16 12/20/2019 2:17:02 PM


Transformasi Digital Pada Industri dan Tenaga Kerja

Grafik 1.4. Proporsi tenaga kerja informal non pertanian menurut


tempat tinggal (Sakernas 2015–2017)

Dinamika isu ketenagakerjaan yang juga menarik dilihat


dengan sejalannya revolusi industri 4.0 adalah isu pengangguran.

Tabel 1.1. Tingkat Pengangguran di Indonesia

Jenis Pengangguran 2015 2016 2017


Pengangguran terbuka 8,48 7,58 7,55
Pengangguran usia muda (15 - 24 tahun) 14,88 15,12 13,55
Sumber: Sakernas 2015-2017

Tabel 1.1 di atas memperlihatkan tingkat pengangguran


mengalami penurunan dari 8,48% pada tahun 2015 turun menjadi
7,55% pada tahun 2017. Begitu juga tingkat penganguran usia
muda mengalami penurunan dari 14,88% menjadi 13,55% di
tahun 2017. Hal yang menarik untuk didiskusikan adalah apakah
penurunan ini berkaitan dengan meningkatnya lapangan kerja baru
karena digitalisasi? Penelitian ini tidak menjawab dengan detail efek

17

29-10-2019 tranformasi.indd 17 12/20/2019 2:17:02 PM


UMKM dalam Era Transformasi Digital

transformasi digital dalam penyerapan tenaga kerja, namun peluang


kerja baru terlihat dari meningkatkan sektor konstruksi di Indonesia
yang dalam 10 tahun belakang (2004–2014) mampu meningkatkan
penyerapan tenaga kerja sebesar 58%. Begitu juga di perdesaan,
melalui dana desa yang digunakan untuk membangun infrastruktur
mampu menyerap pekerjaan, selain juga jenis-jenis pekerjaan baru
seperti transportasi online yang menyerap banyak tenaga kerja baru.

1.2. Tujuan penelitian


Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perubahan-
perubahan kesempatan kerja dan pengembangan sumber daya
manusia (SDM), terutama di sektor industri di era digital. Perubahan-
perubahan yang dianalisis antara lain: Perubahan cara kerja pada
kasus industri besar dan kecil, perubahan relasi keja yang terjadi,
perubahan penyerapan tenaga kerja, kebijakan di tingkat pusat dan
daerah yang mengatur tentang penyiapan tenaga kerja, dan implikasi
perubahan teknologi tersebut untuk penyiapan tenaga kerja yang
dapat beradaptasi dengan perubahan tersebut.

1.3. Metodologi
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan studi
kasus pada industri besar garmen dan tekstil di Bandung, Jawa
Barat dan industri kecil (UMKM) kerajinan tangan batik kayu dan
usaha makanan kecil di Bantul. Data yang digunakan terdiri dari
data sekunder dan data kualitatif. Data sekunder adalah data statistik
ketenagakerjaan tentang kondisi tenaga kerja dan penyerapan tenaga
kerja sektoral. Sedangkan data kualitatif diperoleh dari wawancara
mendalam, FGD, observasi, dan studi literatur.
Wawancara mendalam dilakukan terhadap tenaga kerja dan
pelaku usaha industri kerajinan dan makanan di Bantul, serta

18

29-10-2019 tranformasi.indd 18 12/20/2019 2:17:02 PM


Transformasi Digital Pada Industri dan Tenaga Kerja

dengan instansi pemerintah (dinas tenaga kerja, dinas perindustrian


dan perdagangan, dinas koperasi dan UMKM, BLK) di Bantul
dan Bandung. Diskusi terfokus (FGD) dilakukan dengan instansi
pemerintah (Bappeda, Disnaker, Disperindag, Dinas Koperasi dan
UMKM), Kemenaker Pusat, dan dengan pekerja dan serikat pekerja
industri besar garmen dan tekstil di Bandung.

1.4. Sistematika Laporan


Laporan penelitian ini akan membahas beberapa isu yang
dianalisis dalam penelitian dengan sistematika sebagai berikut: Bab 1
merupakan pendahuluan mengantarkan deskripsi pada perkembangan
teknologi yang terjadi pada revolusi 4.0 dan pengaruhnya pada industri
besar dan kecil. Bab ini juga memberikan gambaran umum mengenai
dinamika tenaga kerja di dalam perkembangan teknologi saat ini.
Termasuk juga memberikan gambaran tentang tujuan penelitian
dan metodologi yang digunakan. Pada Bab 2 berisi tentang teori-
teori yang menjelaskan keterkaitan transformasi digital dengan dunia
ketenaga kerjaan, relasi baru di dunai ketenagakerjaan yang muncul
sebagai dampak transformasi digital, serta ketimpangan digital yang
terjadi. Pada bab ini juga dilihat penyerapan tenaga kerja khusus di
sektor industri manufaktur.
Selanjutnya pada bab 3 melihat UMKM di era digital dengan
kasus industri makanan dan kerajinan tangan di Kabupaten Bantul.
Pada kasus industri tersebut dilihat rantai produksi, relasi pasar,
serta relasi kerja. Bab 4 mengkaji transformasi digital pada industri
manufaktur, antara lain melihat perubahan yang terjadi pada industri
manufaktur sebagai dampak digitalisasi. Pada bab 5 menjelaskan
kebijakan pemerintah dan swasta dalam pengembangan teknologi
digital pada UMKM. Bab ini melihat realitas kebijakan pemerintah
dan swasta, seperti Rumah Kreatif Yogya (RKJ), Pusat Layanan Usaha

19

29-10-2019 tranformasi.indd 19 12/20/2019 2:17:02 PM


UMKM dalam Era Transformasi Digital

Terpadu UMKM, Gerakan 1.000 startup dan Kampung Digital,


bagaimana dampak kebijakan dalam menghadapi digital teknologi.
Bab 6 adalah penutup yang berisi kesimpulan dan rekomendasi.

20

29-10-2019 tranformasi.indd 20 12/20/2019 2:17:02 PM


BAB 2
TRANSFORMASI DIGITAL
DAN RELASI-RELASI BARU
DALAM DUNIA KETENAGAKERJAAN

2.1. Transformasi Digital


Tiga dekade silam, Alvin Toffler, seorang futurolog Amerika,
menulis buku yang terkenal berjudul The Third Wave atau gelombang
ketiga, yang menandai suatu fase baru dalam peradaban umat
manusia. Apabila pada fase pertama, umat manusia berada di dalam
suatu peradaban agraris dan fase kedua dalam peradaban industri,
maka pada fase ketiga ini, umat manusia sedang memasuki peradaban
baru yang disebutnya sebagai masyarakat informasi. Perkembangan
teknologi informasi sejak dekade 1980-an itu sampai dengan saat
ini, menurutnya, telah melampaui batas-batas suatu negara-bangsa
sehingga di dalam peradaban ini, umat manusia akan semakin merasa
berada di dalam satu kampung atau yang disebutnya sebagai global
village (Toffler, 1980).
Ramalan Toffler itu semakin nyata pada saat ini, di mana
masyarakat di seluruh dunia seperti hidup di dalam satu kampung
global melalui berbagai teknologi informasi dan komunikasi. Batas-
batas antar negara-bangsa bukannya semakin ketat tetapi sebaliknya
semakin longgar seiring dengan perkembangan globalisasi ide/

21

29-10-2019 tranformasi.indd 21 12/20/2019 2:17:02 PM


UMKM dalam Era Transformasi Digital

gagasan, praktik-praktik kebijakan, produksi serta perdagangan barang


dan jasa yang sangat cepat, yang kesemunya tidak terlepas dari peran
teknologi informasi. Selain itu, yang terpenting dalam hal ini adalah
bahwa tulisan Toffler itu melandasi berbagai karya tulis berikutnya
yang menganalisis perkembangan masyarakat informasi dari berbagai
sisi, yang pada gilirannya juga berpengaruh pada berbagai praktik
kebijakan pemerintah di berbagai negara.
Terlepas dari praktik kebijakan pemerintah di berbagai negara,
terutama berbagai praktik kebijakan pemerintah di Indonesia yang
mengagumkan dalam beberapa tahun terakhir ini, tulisan Toffler
itu setidaknya mempengaruhi perkembangan analisis masyarakat
informasi sekarang ini. Berdasarkan literatur yang berkembang setelah
Toffler, setidaknya terdapat tiga kelompok pemikiran yang mewakili
analisis terhadap masyarakat informasi sekarang ini. Pertama adalah
kelompok pemikiran yang melihat dampak perkembangan teknologi
informasi terutama dari sisi digitalisasi yang telah memasuki hampir
semua lini kehidupan manusia mulai dari tingkat individu, rumah-
tangga, dan organisasi. Pengayaan analisis dampak pada umumnya
terbagi menjadi dua yaitu dampak positif dan negatif dari digitalisasi
itu (Benkeu, 2017; Saimakan, 2013; Japson; Evanelista; Khan; Grey, ).
Kedua adalah kelompok pemikiran yang melihat perkembangan
digital sebagai suatu persoalan mendasar dalam masyarakat informasi
sekarang ini. Karya yang cukup berpengaruh yang meletakkan
dasar-dasar pemikiran ini disampaikan oleh Oliviera (2018) yang
menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan perkembangan digital
di berbagai belahan di dunia bersifat asimetris sehingga menimbulkan
persoalan ketimpangan digital di antara satu masyarakat dengan
masyarakat yang lain. Menurutnya, akses teknologi informasi yang
tidak merata yang disebabkan oleh pembangunan infrastruktur
digital di berbagai negara telah menjadi sebab ketimpangan digital

22

29-10-2019 tranformasi.indd 22 12/20/2019 2:17:02 PM


Transformasi Digital dan Relasi-relasi Baru dalam Dunia Ketenagakerjaan

itu. Selain itu, Oliviera juga menganalisis faktor-faktor internal dari


suatu negara yang menyebabkan perkembangan digital asimetris
antara lain GDP, tingkat pendidikan, dan level bahasa Inggris yang
dikuasai oleh suatu masyarakat di suatu negara.
Walaupun kelompok pemikiran perkembangan digital ini
memfokuskan pada masalah ketimpangan digital, sebagaimana juga
yang disampaikan oleh Dewan (2005) dan Friedman (2001) dalam
analisisnya mengenai kategori-kategori dalam masalah ketimpangan
digital serta faktor-faktor yang spesifik dari masalah itu, namun
analisis kelompok pemikiran ini juga telah mengundang perdebatan
ilmiah yang lebih fundamental. Perdebatan itu berpusat pada masalah
perspektif dalam melihat perkembangan masyarakat informasi di
satu sisi dan teknologi informasi itu sendiri di sisi lain. Dalam hal
ini, setidaknya Gunkle (2003), telah melontarkan kritik atas analisis
perkembangan digital itu yang disebutnya sebagai determinisme
teknologi atau yang terlalu memusatkan pada teknologi informasinya.
Menurutnya, analisis terhadap masalah perkembangan digital
semestinya tidak mengabaikan sisi manusianya atau memberi fokus
yang sama terhadap sisi manusianya daripada teknologi informasinya
semata.
Kritik itu, setidaknya telah melahirkan pendekatan baru dalam
analisis maupun kebijakan pemerintah mengenai perkembangan
digital yaitu bukan hanya menargetkan pembangunan infrastruktur
digitalnya saja untuk menjembatani ketimpangan digital, melainkan
juga perlu membangun manusianya seperti kapasitas sumber daya
manusianya, antara lain keterampilan teknologi informasi, bahasa
Inggris, kesadaran informasi termasuk etika dan aturan dan sebagainya.
Dalam hal ini, masalah akses itu bukan hanya dilihat dari masalah
pembangunan infrastruktur digital yang tidak merata melainkan
juga terjadi karena masalah kapasitas sumberdaya manusianya. Selain

23

29-10-2019 tranformasi.indd 23 12/20/2019 2:17:02 PM


UMKM dalam Era Transformasi Digital

itu, kritik Gunkle juga berkontribusi terhadap masalah ketimpangan


yang lebih substansial, bukan hanya pada ketimpangan digital dalam
arti teknologinya, melainkan ketimpangan sosial akibat ketimpangan
digital itu yang mengakibatkan struktur sosial suatu masyarakat
menjadi timpang karena perbedaan akses digital antara kelompok
masyarakat yang disebutnya sebagai “yang punya” dan “yang tidak
punya” (Gunkle, 2003).
Ketiga adalah kelompok pemikiran yang melihat masyarakat
informasi sebagai suatu bentuk transformasi sosial yang menyangkut
pola-pola produksi, distribusi dan konsumsi baru suatu masyarakat
(Brigs, 2002). Sebagaimana Toffler yang melihat masyarakat
informasi sebagai gelombang baru dalam peradaban manusia,
kelompok pemikiran ini menekankan pada corak produksi baru
suatu masyarakat yang didasarkan pada basis produksi baru berupa
teknologi informasi. Brigs, dalam hal ini bukan hanya melihat pola-
pola baru dalam produksi, distribusi, dan konsumsi suatu masyarakat
informasi, melainkan juga melihat implikasinya pada transformasi
sosial yang luas serta pada relasi-relasi kekuasaan yang didasarkan atas
penguasaan teknologi informasi itu.
Sebagaimana tradisi Marxis, analisis corak produksi suatu
masyarakat termasuk masyarakat informasi ini ditekankan pada
relasi-relasi baru dalam produksi barang dan jasa pada era digital ini
yang menghasilkan nilai lebih serta keuntungan-keuntungan, dengan
fokus utama pada pertanyaan-pertanyaan berikut: siapa menguasai
apa, siapa menghasilkan apa, dan siapa memperoleh apa? Fokus
pada analisis ini akan menghasilkan suatu gambaran tentang relasi
produksi baru sebagaimana yang disampaikan oleh Verdegem (2012),
Brog (2015), Japson (2017), dan Nastiti (2017) yang membongkar
relasi digital yang eksploitatif di satu sisi dan penciptaan hubungan
kerja digital yang rapuh di sisi lain. Pandangan kritis dari kelompok

24

29-10-2019 tranformasi.indd 24 12/20/2019 2:17:02 PM


Transformasi Digital dan Relasi-relasi Baru dalam Dunia Ketenagakerjaan

pemikiran ini telah menyadarkan bahwa bentuk-bentuk eksploitasi


baru di dalam relasi produksi berbasis digital ini terjadi secara lebih
samar dan semakin tidak disadari.
Ketiga kelompok pemikiran di atas setidaknya berada di
dalam dua paradigma yang berbeda yaitu pertama adalah paradigma
“fungsi digital” yang berlandaskan pada teori sistem (digital) yang
melihat dampak dan perkembangan digital di dalam suatu sistem
yang cenderung bersifat positif. Paradigma ini berasumsi bahwa
masyarakat informasi tidak akan terhindari, sebagaimana disampaikan
oleh Toffler di mana masyarakat akan memasuki gelombang baru
itu, dan perkembangan digital bisa mengatasi masalah dampak serta
aksesibilitasnya. Di dalam paradigma ini, perkembangan digital
menjadi kata kunci untuk menjembatani berbagai ketimpangan
baik yang terkait dengan infrastruktur digital maupun sumberdaya
manusianya. Sejalan dengan teori sumber daya manusia pada
umumnya, paradigma ini menganggap perlunya keterampilan tenaga
kerja ditingkatkan untuk mengejar perkembangan digital yang
semakin pesat.
Kedua adalah paradigma “struktur digital” yang berlandaskan
pada teori struktural Marxis yang melihat pola-pola baru di dalam
produksi barang dan jasa berbasis digital serta relasi-relasi baru
yang berkembang di dalamnya dan implikasinya terhadap pekerja.
Paradigma ini berasumsi bahwa relasi-relasi baru yang terbentuk
pada masyarakat informasi itu pada dasarnya bersifat struktural.
Perkembangan digital, sebagaimana dijelaskan pada paradigma
“fungsi digital” di atas, pada dasarnya tidak setara karena ditentukan
oleh penguasaan sumber daya digital, terutama teknologi informasi,
yang menciptakan perbedaan akses serta ketimpangan digital pada
suatu masyarakat. Masyarakat informasi bukanlah masyarakat yang
egaliter melainkan terbentuk oleh susunan penguasaan sumber daya

25

29-10-2019 tranformasi.indd 25 12/20/2019 2:17:02 PM


UMKM dalam Era Transformasi Digital

digital yang bersifat struktural sehingga relasi-relasi produksi baru


yang tercipta di dalamnya didasarkan atas relasi kekuasaan yang
bersifat eksploitatif.
Berdasarkan ulasan literatur tersebut, bab ini akan meninjau
masalah kesempatan kerja dan pengembangan sumberdaya manusia
sebagai bagian dari perkembangan digital, di dalam cara pandang
relasional di atas. Pertanyaan utama yang diajukan di dalam tinjauan
ini adalah apakah perkembangan digital, terutama yang terjadi
di Indonesia, akan meningkatkan relasi-relasi produksi baru baik
produksi barang maupun jasa, yang lebih merata? Terminologi
“merata” kami gunakan untuk menurunkan utopia “keadilan” ke
dalam konteks Indonesia masa kini yang membutuhkan pemerataan
lapangan kerja. Walaupun demikian, terminologi “keadilan” juga
akan kami gunakan terutama untuk meninjau kasus-kasus ekonomi
digital tertentu yang menjalin kemitraan antara lain bisnis angkutan
umum melalui teknologi informasi dalam jaringan (daring/online).
Pertanyaan di atas setidaknya mengharuskan penulis untuk
memahami gambaran besar dunia ketenagakerjaan di Indonesia masa
kini terutama di sektor yang selama ini dianggap paling signifikan
dalam menyerap tenaga kerja yaitu industri manufaktur besar di
satu sisi dan industri rumah-tangga berskala kecil di sisi lain. Kedua
jenis industri ini kami bedakan karena orientasi pengembangan
sumberdaya manusia Indonesia selama kurang lebih setengah abad
terakhir ini ditujukan untuk pembangunan industrialisasi, terutama
industri manufaktur besar dan industri teknologi canggih. Sementara
itu, industri rumah-tangga berskala kecil secara perlahan kurang
memperoleh dukungan kebijakan pemerintah sejak dasawarsa 1980-
an sehingga berbagai bentuk industri asli yang tumbuh di perdesaan
sejak sebelum era Orde Baru itu perlahan-lahan surut dan mati.
Namun demikian, seiring dengan perkembangan digital sekarang ini,

26

29-10-2019 tranformasi.indd 26 12/20/2019 2:17:02 PM


Transformasi Digital dan Relasi-relasi Baru dalam Dunia Ketenagakerjaan

industri rumah-tangga berskala kecil seperti menggeliat dan tumbuh


menjadi kekuatan baru ekonomi digital.

2.2. Dilema Industri Manufaktur


Dokumen negara yang menyatakan bahwa sistem pendidikan
nasional diorientasikan untuk meningkatkan sumberdaya manusia
untuk pembangunan industrialisasi tertulis di dalam GBHN (Garis-
garis Besar Haluan Negara) yang dibuat pertama kali tahun 1973
dan diperbarui dalam periode lima tahun sekali selama 25 tahun
hingga tahun 1998. Jangka waktu 25 tahun merupakan periode
tinggal landas, setelah tahap pertanian dan industri (manufaktur).
Walaupun Indonesia sempat menyentuh industri teknologi canggih
antara lain dalam industri strategis IPTN (Industri Pesawat Terbang
Nusantara) dan PAL (Penataran Angkatan Laut) yang memproduksi
kapal laut, namun perencanaan sumberdaya manusia dan lapangan
kerja yang disiapkan tidak seperti yang diharapkan. Sebagian besar
tenaga kerja–di luar program Habibie, terutama tenaga kerja muda
tumbuh sebagai tenaga kerja tidak terampil dan lapangan kerja yang
tersedia cenderung stagnan pada industri manufaktur yang bersifat
padat karya.
Sampai dengan saat ini, industri manufaktur merupakan
penyerap tenaga kerja muda terbesar di Indonesia, terutama di
daerah perkotaan. Kegagalan sistem pendidikan yang diorientasikan
untuk pengembangan sumberdaya manusia bidang industri bukan
hanya tampak pada kegagalan model link and match di atas, namun
juga tampak pada sistem pendidikan dasar dan menengah serta
tinggi. Walaupun jumlah sarjana lulusan perguruan tinggi semakin
meningkat dari tahun ke tahun, namun jumlah pengangguran
terbesar justru berasal dari kalangan sarjana itu sendiri. Sementara
itu, sebagian besar lulusan sekolah dasar dan menengah yang

27

29-10-2019 tranformasi.indd 27 12/20/2019 2:17:02 PM


UMKM dalam Era Transformasi Digital

tidak memiliki keterampilan hampir tidak memiliki pilihan lain


kecuali menjadi tenaga kerja industri, yang umumnya merupakan
industri manufaktur yang padat karya. Dengan kata lain, di tengah
kekurangan lapangan pekerjaan saat ini, industri manufaktur masih
menjadi penopang angkatan kerja muda yang dilahirkan dari sistem
pendidikan yang gagal.
Industri manufaktur merupakan salah satu sektor ekonomi
yang potensial dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. Pada Grafik
2.1 dapat dilihat posisi jumlah tenaga kerja industri manufaktur jika
dibandingkan dengan sektor yang lain.

Grafik 2.1. Jumlah Tenaga Kerja Per Sektor Tahun 2012-2017, BPS
2018

Industri manufaktur menjadi penyumbang terbesar nomor


empat dalam penyerapan tenaga kerja setelah pertanian, perdagangan
dan sektor jasa. Industri manufaktur masih diharapkan untuk
menyerap tenaga kerja lebih banyak lagi terutama tenaga kerja muda
di daerah perkotaan, sehingga dapat mengurangi pengangguran di
Indonesia yang cukup tinggi. Berdasarkan data BPS, pada tahun

28

29-10-2019 tranformasi.indd 28 12/20/2019 2:17:02 PM


Transformasi Digital dan Relasi-relasi Baru dalam Dunia Ketenagakerjaan

2018 jumlah pengangguran di Indonesia lebih dari 7 juta orang,


meskipun terjadi penurunan dibanding tahun sebelumnya. Masalah
pengangguran masih menjadi beban dari pemerintah dan menjadi
tantangan dalam menyediakan lapangan kerja bagi angkatan kerja
yang meningkat setiap tahunnya.
Permasalahannya adalah pada saat ini, kemajuan teknologi
mulai berdampak pada sektor industri manufaktur. Sebagaimana
disampaikan oleh Toffler dan para analisis lain, gelombang teknologi
informasi juga menghantam industri manufaktur. Gelombang
ini mengubah sistem teknologi industri dari mekanisasi menjadi
otomatisasi, yang merupakan kombinasi jaringan teknologi
informasi berdasarkan inteligensi antara lain dalam bentuk robotisasi
dan digitalisasi. Dunia industri dan para analisis itu percaya bahwa
otomatisasi, termasuk yang terjadi di dalam industri manufaktur
akan meningkatkan efisiensi.
Khan (2013), menyatakan bahwa otomatisasi terutama
teknologi robotik akan menjadi solusi efektif karena robot merupakan
manipulator mekanik yang bisa dikendalikan oleh manusia. Senada
dengan pernyataan Khan di atas, Gray (2013), juga menyatakan bahwa
otomatisasi akan menghasilkan output yang konsisten, mengurangi
limbah serta kontaminasi dengan manusia. Selanjutnya Iqbal
(2017), menyatakan bahwa teknologi robotik bisa digunakan untuk
mendeteksi proses dan peningkatan produktifitas yang lebih baik
dibandingkan dengan tenaga kerja manusia. Selain itu, otomatisasi
juga akan mengurangi risiko kecelakaan kerja seperti kecacatan pada
operator mesin tertentu (Dewantara, 2015).
Otomatisasi terutama penggunaan teknologi robotik
disebutkan juga dapat meningkatkan produktivitas serta daya saing
(IFR, 2017). Dalam kaitannya dengan hal ini, Saimakan (2013),
bahkan telah membuat kalkulasi matematis terkait dengan ekonomi

29

29-10-2019 tranformasi.indd 29 12/20/2019 2:17:02 PM


UMKM dalam Era Transformasi Digital

yang dihasilkan melalui otomatisasi ini. Pada tahun 2011, dia


mengkalkulasi PDB yang dihasilkan oleh teknologi baru ini mencapai
193 milliar dollar dan akan meningkat menjadi 395 milliar dollar
per tahun, dengan penciptaan lapangan kerja baru sebanyak 6 juta
pekerjaan baru. Kalkulasi Saimakan ini juga diperkuat oleh pernyataan
Okenia Devi (2014), yang menyatakan bahwa dalam jangka panjang,
otomatisasi itu tidak akan mengurangi tenaga kerja melainkan hanya
menggeser tenaga kerja itu dari yang bersifat terampil ke yang lain
seperti koordinator dan monitoring.
Walaupun tidak dipungkiri bahwa otomatisasi meningkatkan
efisiensi, produktivitas, dan daya saing, namun dampak yang
ditimbulkan terhadap tenaga kerja juga tidak sedikit. Benkeu (2017),
memperkirakan akan adanya kehilangan pekerjaan hingga mencapai
dua per tiga dari total pekerjaan di negara-negara berkembang saat
ini, terutama pekerjaan-pekerjaan yang digantikan oleh teknologi
robotik pada level menengah dan bawah. Bahkan di negara maju
seperti Amerika Serikat dan Eropa, dampak otomatisasi ini pun tidak
sedikit. Jepsen (2017), dalam hal ini menyebutkan bahwa otomatisasi
itu telah menyebabkan hilangnya pekerjaan hingga mencapai 50%
di Amerika Serikat serta mengakibatkan pendapatan yang tidak
tetap. Dalam kaitannya dengan hal itu, pertanyaan penting yang
perlu diajukan dalam kaitannya dengan peran industri manufaktur
di Indonesia adalah bagaimana kalau otomatisasi itu terjadi, dan
memang sudah terjadi, pada industri manufaktur yang merupakan
penopang bagi sebagian besar tenaga kerja muda di daerah perkotaan?
Pertanyaan ini mengantarkan pada suatu dilema karena sebagaimana
disampaikan oleh Toffler, disatu sisi gelombang teknologi informasi
itu tidak terbendung, termasuk otomatisasi di industri manufaktur
yang dapat meningkatkan efisiensi, produktifitas dan daya saing
industri nasional, namun di sisi lain, otomatisasi pada industri

30

29-10-2019 tranformasi.indd 30 12/20/2019 2:17:02 PM


Transformasi Digital dan Relasi-relasi Baru dalam Dunia Ketenagakerjaan

manufaktur akan mengkibatkan PHK massal dan dikhawatirkan


akan menambah jumlah pengangguran. Sementara itu, lapangan
kerja yang tersedia untuk tenaga kerja muda tidak terampil di daerah
perkotaan tidak sebesar yang disediakan oleh industri manufaktur
ketika industri itu menggunakan teknologi mekanisasi.
Belakangan ini, kabar mengenai PHK (pemutusan hubungan
kerja) massal terutama pada beberapa industri manufaktur turut
mewarnai berita di berbagai koran pagi. Perusahaan tekstil dan
garmen yang padat karya di kawasan industri Bandung, perusahaan
otomotif yang padat teknologi di Sunter dan Karawang, serta sektor
industri lain seperti perbankan, perusahaan jasa marga dan lain-lain,
telah melakukan PHK massal karena otomatisasi. Jumlah tenaga
kerja yang di PHK secara massal pada industri manufaktur memang
tidak terekam dalam satu data, namun tersebar di berbagai lembaga/
organisasi seperti kementerian dan dinas-dinas tenaga kerja, serikat-
serikat buruh yang berbasis di pabrik-pabrik, organisasi-organsiasi
LSM (lembaga swadaya masyarakat) seperti LBH (lembaga bantuan
hukum), media massa, dan sebagainya. Dibutuhkan pendataan yang
lebih baik untuk mengetahui jumlah tenaga kerja yang di PHK massal
karena otomatisasi ini.
Dilema ini menghadapkan pada kenyataan bahwa efisiensi,
produktifitas, dan daya saing industri nasional akan semakin
meningkat melalui otomatisasi, namun jumlah tenaga kerja tidak
terampil yang kehilangan pekerjaan juga akan semakin bertambah.
Masih menjadi pertanyaan, apakah otomatisasi dalam pengertian
yang paling sederhana yaitu penguasaan teknologi informasi
serta penggunaan aplikasi digital yang lebih merata terutama di
kalangan tenaga kerja tidak terampil, baik yang sudah di PHK
maupun yang masih bekerja di pabrik, dapat memberikan peluang
sumber penghidupan baru? Setidaknya di sektor-sektor yang bersifat

31

29-10-2019 tranformasi.indd 31 12/20/2019 2:17:02 PM


UMKM dalam Era Transformasi Digital

informal baik industri rumah-tangga berskala kecil, hubungan kerja


kemitraan berbasis aplikasi dalam jaringan, perdagangan elektronik,
perdagangan mandiri yang mengandalkan pada aplikasi sosial media
ataupun berbagai bentuk kreatifitas yang memungkinkan keuntungan
diperoleh dari berbagai macam poin viral. Dengan kata lain, apakah
teknologi informasi akan meningkatkan kreatifitas ekonomi pada
tenaga kerja tidak terampil dan menciptakan sumber penghidupan
baru yang layak?
Pemerintah juga meyakini bahwa sektor manufaktur menjadi
sektor yang menyumbang perekonomian dan bisa menyerap tenaga
kerja sehingga penggangguran di Indonesia semakin berkurang.
Pemerintah mulai meluncurkan cetak biru kebijakan yang sedang
marak didengar saat ini dengan istilah “Making Indonesia 4.0” yang
menjadi roadmap atau peta jalan sebagai strategi Indonesia dalam
memasuki revolusi 4.0. Pemerintah juga telah menetapkan ada lima
sektor manufaktur yaitu industri makanan dan minuman, tekstil
dan pakaian, otomotif, elektronik serta kimia yang menjadi sebuah
percontohan dalam mengimplementasikan adanya industri 4.0
yang semuanya sudah terhubung dengan teknologi informasi dan
terhubung dengan kecerdasan intelligent yang sering dikenal dengan
istilah robotisasi atau otomatisasi. Pemerintah meyakini dengan
adanya industri 4.0 dengan segala kecanggihannya, harapannya dapat
mengurangi pengangguran dan akan menciptakan lapangan kerja naik
30 persen. Pemerintah juga mempunyai strategi untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi dan mendorong perusahaan perusahaan
meminimalkan adanya pemutusan hubungan kerja (PHK) dan jika
memungkinkan bisa menyerap tenaga kerja yang lebih banyak lagi.
Kontribusi industri manufaktur terhadap perekonomian di
Indonesia paling besar dibandingkan sektor ekonomi lain (Grafik
2.2).

32

29-10-2019 tranformasi.indd 32 12/20/2019 2:17:02 PM


Transformasi Digital dan Relasi-relasi Baru dalam Dunia Ketenagakerjaan

Grafik 2.2. PDB Atas Dasar Harga Berlaku 2010 Menurut Lapangan
Usaha (Miliar Rupiah) Tahun 2014-2017 (BPS, 2018)

Berdasarkan grafik di atas bahwa industri manufaktur


memberikan sumbangsih yang sangat besar bagi perekonomian
dibandingkan sektor yang lain dan masuk kategori kontribusi 4 besar
yang kontribusinya lebih dari 10% terhadap PDB di Indonesia.
Perusahaan manufaktur juga sedang mengalami gelombang
yang disampaikan Toffler dikarenakan gelombang tersebut tidak bisa
dihindarkan dan setiap perusahaan siap tak siap harus menghadapinya.
Dibarengi dengan adanya pasar global dan persaingan dengan
perusahaan lain yang menuntut kuantitas yang besar namun harus
dibarengi juga kualitas yang baik dan sesuai dengan permintaan
buyer (pembeli). Hal tersebut membuat perusahaan khususnya
industri manufaktur menggunakan robotisasi atau otomatisasi
yang cara kerjanya jauh lebih cepat dibandingkan menggunakan
tenaga manusia. Adanya isu-isu dari berbagai media yang hangat
33

29-10-2019 tranformasi.indd 33 12/20/2019 2:17:02 PM


UMKM dalam Era Transformasi Digital

diperbincangkan akhir-akhir ini bahwa adanya otomatisasi telah


mengorbankan banyak tenaga kerja di mana adanya PHK massal atau
buruh kehilangan pekerjaannya. Sebagaimana disampaikan oleh Andy
William Sinaga sebagai Sekretaris Eksekutif Institut Pengembangan
Kebijakan Alternatif Perburuhan bahwa sektor-sektor seperti retail,
perbankan, transportasi, dan manufaktur khususnya otomotif,
tekstil, dan elektronik menjadi sektor-sektor yang mengalami PHK
disebabkan karena adanya digitalisasi dan otomatisasi. Dibarengi
karena adanya digitalisasi dan otomatisasi di sektor tersebut bahwa
tercatat lebih kurang 100 ribu pekerja kehilangan pekerjaannya pada
tahun 2017 (RO/Micom, 2018). Hal ini menjadi sebuah dilema
di industri manufaktur. Di salah satu sisi, industri manufaktur
diharapkan menjadi penyerap tenaga kerja. Di sisi lain, adanya
digitalisasi dan otomatisasi telah mengorbankan tenaga kerja dan
pekerja akan kehilangan pekerjaannya.
Tenaga kerja yang mengalami PHK karena digitalisasi akan
mencari pekerjaan yang baru untuk bisa bertahan hidup dan untuk
memenuhi kebutuhan keluarganya. Mereka yang memiliki modal
akan beralih untuk memulai usaha kecil-kecilan seperti membuat
aksesoris pernikahan dan menjual boneka (FGD dengan serikat buruh
di Rancaekek, 2018). Tidak hanya itu saja, pada era digitalisasi ini
juga dituntut untuk mampu menggunakan teknologi yang canggih
untuk mempromosikan jualannya melalui sosial media sehingga
bisa bersaing dan memperluas pasar dan jaringan. Kemudian, bagi
mereka yang tidak memiliki modal akan beralih ke sektor informal,
contohnya Gojek. Tenaga kerja yang masuk ke profesi yang baru juga
dituntut untuk mengerti teknologi yang terhubung dengan teknologi
informasi seperti jaringan internet dan mengerti fitur-fitur aplikasi
dari Gojek itu sendiri.

34

29-10-2019 tranformasi.indd 34 12/20/2019 2:17:02 PM


Transformasi Digital dan Relasi-relasi Baru dalam Dunia Ketenagakerjaan

2.3. Ketimpangan Digital


Diluar sektor industri, isu utama yang melanda masyarakat
informasi adalah ketimpangan digital. Isu ini tidak terhindari terutama
di negara-negara berkembang karena pola-pola produksi, distribusi,
dan konsumsi baru yang didorong oleh perkembangan digital di
negara-negara maju semakin menciptakan kegiatan ekonomi yang
efisien, produktif, dan berdaya saing. Pola-pola lama dalam produksi,
distribusi, dan konsumsi semakin terdesak oleh pasar global dalam
lalu lintas barang dan jasa, bahkan kecepatan gagasan. Tekanan global
ini tidak bisa dihindari oleh negara-negara berkembang yang pada
umumnya masih berada pada level infrastruktur digital yang kurang
merata.
Isu mengenai ketimpangan digital sudah digaungkan sejak
awal tahun 2000 ketika internet mulai menyebar secara masif. Pada
tahap awal, ilmuwan atau peneliti yang mengkaji fenomena ini
mendefinisikan ketimpangan digital secara dikotomis, yaitu mereka
yang memiliki akses terhadap teknologi informasi dan komunikasi
(TIK) dan mereka yang tidak memiliki akses (Dewan & Riggins,
2005). Di awal kemunculannya, penelitian tentang ketimpangan
digital kebanyakan hanya berfokus pada definisi dikotomis tersebut.
Hal ini yang membuat kajian tentang ketimpangan digital sangat
teknologi deterministik dan solusi yang diberikan hanya terbatas di
sekitar peningkatan terhadap TIK yang lebih merata.
Seiring semakin berkembangnya kajian mengenai ketimpangan
digital, definisi dikotomis tersebut (mereka yang memiliki akses
dan yang tidak) mulai dirasa tidak cukup komprehensif untuk
menjelaskan fenomena ketimpangan digital. Definisi yang lebih
berkembang mulai digunakan. Ketimpangan digital didefinisikan
sebagai ketimpangan dalam hal kemampuan menggunakan TIK
(Dewan & Riggins, 2005). Ketimpangan digital dalam hal kemampuan

35

29-10-2019 tranformasi.indd 35 12/20/2019 2:17:02 PM


UMKM dalam Era Transformasi Digital

masih merupakan dampak atas ketimpangan dalam hal akses. Mereka


yang tidak memiliki akses sudah pasti tidak memiliki kemampuan
dalam menggunakan TIK. Namun yang juga menarik adalah mereka
yang sama-sama memiliki akses ternyata tidak menjamin memiliki
kemampuan TIK yang sama. Terdapat faktor-faktor lain yang
mempengaruhi hal tersebut misalnya literasi digital, motivasi, dan
lain-lain.
Perkembangan konsep ketimpangan digital yang paling baru
adalah ketimpangan dalam hasil (outcome). Ketimpangan digital
dalam hal hasil ini merupakan dampak lanjutan yang dihasilkan
dari ketimpangan akses TIK yang juga menyebabkan ketimpangan
dalam hal kemampuan menggunakan TIK dan pada akhirnya
berujung pada ketimpangan luaran yang dihasilkan (Wei et al, 2011).
Dalam penelitiannya Wei (2011) menggunakan teori kognitif sosial
sebagai landasannya untuk menguji secara empiris dan konseptual
ketimpangan digital dalam konteks pembelajaran siswa sekolah.
Namun, tiga tahap ketimpangan digital ini (akses-kemampuan-hasil)
juga dapat diterapkan ke individu, organisasi, atau bahkan negara
dalam konteks yang berbeda.
Para ilmuwan membuat analisa yang tajam mengenai
perkembangan digital di berbagai negara dengan penekanan isu
utama adalah ketimpangan digital (van Dijk, 2006). Hampir semua
ilmuwan sependapat bahwa faktor paling utama yang mempengaruhi
ketimpangan digital adalah faktor ekonomi (Oliviera, 2018),
yang pada gilirannya akan mempengaruhi akses dan ketimpangan
teknologi informasi. Namun demikian, Oliviera (2018) membuat
analisis yang lengkap mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
perbedaan level perkembangan digital di antara negara-negara Barat
yaitu, Gross Domestic Product (GDP,) tingkat pendidikan, bahasa
Inggris, area geografis, dan urbanisasi. Semua faktor itu disebutkan

36

29-10-2019 tranformasi.indd 36 12/20/2019 2:17:03 PM


Transformasi Digital dan Relasi-relasi Baru dalam Dunia Ketenagakerjaan

oleh Oliviera berpengaruh positif terhadap perkembangan digital


kecuali bahasa Inggris.
Perkembangan digital menempati teori utama dalam
masyarakat informasi sekarang ini. Teori ini menggiring roda
perekonomian masyarakat di seluruh dunia bergerak ke arah pola-
pola produksi, distribusi dan konsumsi di bawah kapitalisme yang
baru. Hampir tidak ada pemerintah di berbagai negara yang menolak
pergerakan teori ini di dalam roda perekonomian yang nyata, yang
menunjukkan bahwa setiap negara, setiap masyarakatnya sedang
bergerak ke daam satu kampung (kapitalisme) global yang baru,
saling terjalin, berinteraksi dan memproduksi, mendistribusi dan
mengkonsumsi tanpa batas administratif yang disebut dengan negara.
Ramalan Toffler bahwa gelombang informasi ini akan
menyatukan umat manusia di dalam satu kampung global, seakan-
akan menyadarkan bahwa pemerintah di berbagai negara harus
bergegas mengatasi ketimpangan digital, kalau tidak ingin ketinggalan
dalam persaingan global. Ramalan itu secara tidak sadar seperti sedang
mendorong pemerintah di berbagai negara untuk saling berlomba
dalam perkembangan digital, untuk dapat masuk ke dalam lingkaran
ekonomi dunia papan atas, baik melalui strategi otomasi dalam
semua lini ekonomi maupun gerakan digital di tingkat masyarakat.
Di Indonesia, ketimpangan digital juga menjadi masalah
yang perlu untuk dicarikan solusinya secara serius. Indonesia
adalah negara kepulauan. Negara yang terdiri atas ribuan pulau
ini tentunya membutuhkan infrastruktur TIK untuk menciptakan
interkonektifitas antar pulau, antar masyarakat dan antar instansi
(Hidayat, 2014). Negara Indonesia terjebak dalam lingkaran setan
pembangunan infrastruktur TIK. Lingkaran setan menggambarkan
sebuah lingkaran yang menghubungkan masalah dengan masalah lain
yang tidak berujung. Indonesia, yang merupakan negara kepulauan,

37

29-10-2019 tranformasi.indd 37 12/20/2019 2:17:03 PM


UMKM dalam Era Transformasi Digital

sangat membutuhkan infrastruktur TIK untuk interkonektivitas


yang diharapkan dapat meningkatkan kegiatan perekonomian dan
mengurangi ketimpangan. Namun di sisi lain, karena banyaknya
pulau-pulau membuat pembangunan infrastruktur menjadi sulit
dan biayanya pun menjadi mahal. Gambaran yang ada saat ini
infrastruktur TIK lebih banyak berada di perkotaan dan daratan,
mayoritas terfokus di Pulau Jawa dan Sumatera, serta berada di
wilayah indonesia bagian barat (Hidayat, 2014).
Ariyanti (2013) dalam penelitiannya mencoba mengukur
ketimpangan digital di Indonesia dengan metode indeks ketimpangan
digital yang dikenalkan oleh George Sciadas. Hasil pengukurannya
menunjukkan bahwa nilai indeks ketimpangan digital paling tinggi
berada di Provinsi Papua, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Sulawesi
Tengah sedangkan nilai indeks ketimpangan paling rendah berada di
Provinsi DKI Jakarta dan D.I Yogyakarta. Hal tersebut dikarenakan
fasilitas dan tingkat penggunaan TIK sangat tinggi di Provinsi DKI
Jakarta dan D.I Yogyakarta dibandingkan dengan Provinsi Papua,
NTT, dan Sulawesi Tengah.
Dalam Peta Jalan Making Indonesia 4.0, sebuah inisiatif
yang disusun oleh Kementerian Perindustrian, terdapat 10 inisiatif
nasional yang salah satunya adalah membangun infrastruktur digital
nasional. Indonesia akan melakukan percepatan pembangunan
infrastruktur digital, termasuk internet dengan kecepatan tinggi dan
digital capabilities dengan kerja sama pemerintah, publik, dan swasta
untuk dapat berinvestasi di teknologi digital seperti cloud, data
center, security management, dan infrastruktur broadband. Indonesia
juga akan menyelaraskan standar digital, sesuai dengan norma-norma
global, untuk mendorong kolaborasi antar pelaku industri sehingga
dapat mempercepat transformasi digital (Making Indonesia 4.0,
Kemenperin).

38

29-10-2019 tranformasi.indd 38 12/20/2019 2:17:03 PM


Transformasi Digital dan Relasi-relasi Baru dalam Dunia Ketenagakerjaan

Berdasarkan laporan Akamai pada kuartal I tahun 2017


mengenai kecepatan koneksi internet di negara-negara Asia Pasifik,
Indonesia berada pada ranking 77 dengan kecepatan rata-rata 7,2
Mbps. Peringkat pertama ditempati oleh Korea Selatan dengan
kecepatan rata-rata 28,6 Mbps. Jika dibandingkan dengan negara-
negara tetangga Asia Tenggara, Singapura berada di peringkat 7 dengan
kecepatan 20,3 Mbps, Thailand di peringkat 21 dengan kecepatan
16 Mbps. Indonesia hanya unggul di atas Filipina yang menempati
peringkat 100 dengan kecepatan rata-rata 5,5 Mbps.
Dalam dokumen Rencana Pitalebar Indonesia 2014-2019, di
tahun 2012 baru sekitar 69,6% daerah di Indonesia yang dijangkau
serat optik. Pada Tabel 2.1 dapat dilihat bahwa Pulau Jawa menempati
urutan paling atas dengan 99,2% areanya yang telah terjangkau serat
optik. Sedangkan Pulau Maluku dan Papua menjadi urutan paling
bawah karena belum ada satu pun areanya yang dijangkau oleh serat
optik. Hal ini menunjukkan ketimpangan infrastruktur TIK yang
luar biasa jauh antara daerah bagian barat dan bagian timur Indonesia
dalam hal serat optik.
Tabel 2.1 juga sejalan dengan studi yang dilakukan Ariyanti
(2013) dalam mengukur indeks ketimpangan digital di Indonesia.
Berdasarkan pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan
indeks yang digagas oleh George Sciadas menunjukkan angka
indeks ketimpangan tertinggi berada di Provinsi Papua. Tabel
1.2 menunjukkan wilayah dengan indeks ketimpangan tertinggi
didominasi oleh provinsi-provinsi yang berada di bagian timur
Indonesia. Hal tersebut dikarenakan infrastruktur TIK, kemampuan
mengakses TIK atau skill penduduk serta penggunaan TIK di wilayah
tersebut masih sangat sedikit dibanding dengan wilayah lainnya
(Ariyanti, 2013).

39

29-10-2019 tranformasi.indd 39 12/20/2019 2:17:03 PM


UMKM dalam Era Transformasi Digital

Tabel 2.1 Persentase Area yang Dijangkau Serta Optik Tahun 2012

Koridor Jumlah Jumlah Jumlah %


Ekonomi Provinsi Kabupaten/ Kabupaten/Kota
Kota Dijangkau Serat
Optik (2012)

Sumatera 10 151 109 72,2%


Jawa 6 118 117 99,2%
Kalimantan 4 55 39 70,9%
Sulawesi 6 73 53 72,6%
Bali-Nusra 3 40 28 70,0%
Maluku-Papua 4 60 0 0,0%
Total 33 497 346 69,6%

Sumber: Kemenkominfo, PT. Telkomsel (Dalam Rencana Pitalebar Indonesia 2014-2019)

Tabel 2.2. Nilai Indeks Digital Divide Tiap Provinsi terhadap DKI
Jakarta

No Provinsi Indeks No Provinsi Indeks No Provinsi Indeks


1 Papua 0.081 12 Nusa Tenggara 0.064 21 Jawa Barat 0.054
Barat
2 Nusa 0.079 13 Kalimantan 0.064 22 Kalimantan 0.054
Tenggara Barat Selatan
Timur
3 Sulawesi 0.073 14 Kalimantan 0.064 23 Kalimantan 0.053
Tengah Tengah Timur
4 Sulawesi 0.073 15 Kepulauan 0.063 24 Gorontalo 0.050
Barat Bangka
Belitung
5 Papua 0.071 16 Jawa Timur 0.063 25 Sulawesi 0.049
Barat Selatan
6 Aceh 0.070 17 Bengkulu 0.062 26 Kepulauan 0.046
Riau
7 Maluku 0.069 18 Sumatera 0.062 27 Sulawesi 0.046
Utara Selatan Utara

40

29-10-2019 tranformasi.indd 40 12/20/2019 2:17:03 PM


Transformasi Digital dan Relasi-relasi Baru dalam Dunia Ketenagakerjaan

8 Sulawesi 0.068 19 Jambi 0.060 28 Banten 0.044


Tenggara
9 Riau 0.066 20 Sumatera 0.057 29 Bali 0.025
Barat
10 Lampung 0.065 21 Sumatera 0.055 30 D.I 0.008
Utara Yogyakarta
11 Jawa 0.064 22 Maluku 0.055 31 DKI Jakarta 0.00
Tengah

Sumber: Studi Pengukuran Digital Divide di Indonesia, Ariyanti (2013)

Namun, studi pengukuran indeks ketimpangan digital yang


dilakukan masih menggunakan data Base Transceiver Station (BTS)
jaringan 2G, 3G dan CDMA operator seluler sebagai parameter
infrasturktur TIK. Hal ini masih kurang representatf untuk mengukur
jaringan infrastruktur TIK yang semakin berkembang saat ini.
Menurut pakar TIK Onno W. Purbo, untuk mempercepat koneksi
internet di Indonesia yang masih terhitung lamban dibanding negara
lain adalah dengan membangun jaringan kabel serat optik. Dalam
praktiknya kecepatan koneksi internet wireless 3G hanya berkisar 1-2
Mbps. Sedangkan teknologi serat optik di Indonesia sampai saat ini
baru menjangkau sekitar 15-20% dari seluruh wilayah Indonesia (inet.
detik.com).
Sejalan dengan itu, maka Pemerintah Indonesia, melalui
Kementerian Komunikasi dan Informasi telah menyusun proyek
besar dalam hal pembangunan infrastruktur TIK melalui proyek
Palapa Ring. Proyek Palapa Ring merupakan proyek infrastruktur
telekomunikasi berupa pembangunan serat optik di seluruh Indonesia
sepanjang 36.000 kilometer. Proyek tersebut terdiri atas tujuh lingkar
kecil serat optik untuk wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa
Tenggara, Papua, Sulawesi, dan Maluku dan satu backhaul untuk
menghubungkan semuanya (Kemenkominfo.go.id).

41

29-10-2019 tranformasi.indd 41 12/20/2019 2:17:03 PM


UMKM dalam Era Transformasi Digital

Berdasarkan rilisan katadata.co.id. mengenai perkembangan


proyek Palapa Ring, sampai dengan tahun 2017 untuk wilayah barat
telah mencapai 74% dari dari panjang jaringan 2.275 km. Wilayah
tengah baru mencapai 35% dari panjang jaringan 2.995 km. Sementara
untuk wilayah timur baru mencapai 18% dari total 6.878 km. Wilayah
barat dan tengah ditargetkan sudah selesai dan beroperasi di tahun
2018. Sedangkan untuk wilayah timur ditargetkan dapat beroperasi di
tahun 2019. Data tersebut menunjukkan bahwa sampai dengan saat
ini ketimpangan digital masih akan terjadi antara wilayah barat dan
timur Indonesia.
Ketimpangan digital menjadi masalah serius yang harus segera
diselesaikan. Jika berbicara dalam konteks persaingan ekonomi
global, maka ketimpangan digital di Indonesia perlu dituntaskan.
Studi yang dilakukan World Bank (2009) dalam kurun waktu 1980-
2006 di 120 negara menyimpulkan bahwa kenaikan 10% penetrasi
broadband dapat meningkatkan PDB per kapita sebesar 1,38%
di negara berkembang dan 1,21% di negara maju. Jika solusi yang
sedang diupayakan tidak berjalan dengan baik, ketimpangan digital
akan menyebabkan Indonesia kalah atau tersingkir dalam persaingan
ekonomi global.

2.4. Relasi-relasi Produksi Baru


Berbeda dengan teori perkembangan digital yang meletakkan
ketimpangan digital, disparitas, serta akses sebagai persoalan
infrastruktur, teori relasi digital yang berlandaskan paradigma
“struktur digital” melihat ekonomi digital yang tercipta dalam
masyarakat informasi secara kritis. Apabila pada paradigma “fungsi
digital” yang sejauh ini digerakkan oleh teori utama perkembangan
digital itu melihat persoalan tersebut secara deterministik (teknologi),

42

29-10-2019 tranformasi.indd 42 12/20/2019 2:17:03 PM


Transformasi Digital dan Relasi-relasi Baru dalam Dunia Ketenagakerjaan

maka pada paradigma kritis ini persoalannya justru terletak pada


alienasi yang diciptakan melalui determinisme teknologi itu.
Gelombang baru sebagaimana yang disampaikan Toffler di atas, telah
mentransformasi masyarakat secara luas, memanipulasi persepsi dan
pikiran serta mendikte kebutuhan (Prasetyo, 2017).
Transformasi secara luas, sebagaimana disampaikan oleh Briggs
(2002), bukan hanya menciptakan pola-pola baru dalam produksi,
distribusi, dan konsumsi, tapi juga berimplikasi pada kekuasaan.
Dalam hal ini, struktur sosial masyarakat, sebagaimana ditekankan
oleh Prasetyo di atas, dapat berubah seiring dengan perubahan aset
dan modal yang bergerak secara lentur dan cepat pada masyarakat
informasi. Pemerintah terutama di negara-negara berkembang bahkan
mengalami kegagapan dalam melihat perkembangan digital di dunia.
Pada umumnya tidak tanggap atas perkembangan yang terjadi, seperti
tidak memiliki regulasi yang jelas dalam mengatur perkembangan
digital, goncangan industri manufaktur juga tidak disikapi dengan
jelas, dan sejauh ini, sebagaimana pemerintah di hampir seluruh
dunia, memilih sikap untuk menopang perkembangan digital itu
sebagai teknokrat (Scott, 1996; Iftidayasa, 2017).
Berbagai persoalan yang tidak ditanggapi secara matang oleh
pemerintah, antara lain perubahan sosial yang luas menyangkut aset,
modal, dan kekuasaan, alienasi dan aturan yang tidak jelas dalam
posisi sebagai teknokrat, seolah-olah telah membiarkan relasi-relasi
baru yang tercipta dalam ekonomi digital secara sangat cepat itu
menjadi sangat rapuh (fragile) terutama bagi masyarakat informasi
umumnya dan khususnya bagi kaum buruh (Japson, 2017). Hal
ini menjadikan tantangan dan kontradiksi yang diajukan ke pasar
tenaga kerja melalui digitalisasi. Tantangan ini dilihat dari sudut
yang berbeda, seperti kehilangan pekerjaan, polarisasi pekerjaan dan

43

29-10-2019 tranformasi.indd 43 12/20/2019 2:17:03 PM


UMKM dalam Era Transformasi Digital

ketidakamanan pendapatan, serta mendiskusikan cara mengatur atau


menanggulangi dampak negatifnya.
Permasalahan ini juga diungkapkan oleh Verdegem (2012),
yang memperlihatkan bagaimana revolusi industri 4.0 menciptakan
banyak platform digital yang melahirkan bentuk eksploitasi gaya baru
yang disebutnya sebagai “cyber proletariat” yang mempertanyakan
tempat-tempat utopis Internet. Dia menunjukkan bagaimana revolusi
teknologi telah mengarah pada polarisasi yang terus berkembang
antara pekerja tidak tetap dengan elit kaya dan menunjukkan
bagaimana kekuatan kelas tidak dapat dipisahkan terkait dengan
komputerisasi. Pada aspek spesifik dari sistem TI global dan analisa
pengambilan keuntungan didasarkan pada eksploitasi manusia, baik
dalam pembuatan perangkat digital dan dalam praktik tenaga kerja
digital.
Senada dengan itu, Broek (2015) juga melihat ekonomi digital
ini sebagai suatu relasi yang unik dan bersifat kontemporer yang
menciptakan eksploitasi gaya baru yang disebutnya sebagai “net
slave”. Tenaga kerja digital, seperti tenaga kerja di sektor informal,
dibentuk oleh kontrak kerja (meskipun tidak jelas), proses kerja dan
tawar-menawar upah. Namun tenaga kerja dalam sektor ini tidak
memiliki posisi tawar (bargaining position) yang kuat. Sehingga
posisi tenaga kerja menjadi inferior dan cenderung tereksploitasi
secara sistemik. Oleh karena itu jenis pekerjaan yang dilakukan tidak
dengan sendirinya mengubah sifat akumulasi modal atau status
buruh sebagai komoditas (meskipun diperebutkan).
Industri yang berbasis digital tidak bisa dipisahkan dengan
proses komersialisasi dan masifikasi kapitalisme modern. Pelaku
usaha dan industri yang saat ini masih menggunakan cara-cara
konvensional secara sistemik dipaksa bertransformasi menjadi
industri yang mengedepankan teknologi digital. Pelaku usaha yang

44

29-10-2019 tranformasi.indd 44 12/20/2019 2:17:03 PM


Transformasi Digital dan Relasi-relasi Baru dalam Dunia Ketenagakerjaan

mampu mengelola transformasi tersebut dengan baik, relatif bisa


bertahan menghadapi perkembangan. Sebaliknya, jika itu tidak
mampu dilakukan, perusahaan terancam gulung tikar. Dampaknya,
industri konvensional tetap mampu bertahan namun berpeluang
melakukan efisiensi yang mengakibatkan pada pemutusan hubungan
kerja (PHK).
Di sisi lain, digitalisasi juga telah membuka peluang kerja baru
dibanyak sektor, terutama di sektor informal, misalnya e-commerce,
transportasi berbasis online, dan UMKM berbasis jaringan. Sektor
informal ini menjadi alternatif baru bagi tenaga kerja yang terdampak
digital disruption. Inilah yang menjadikan risiko tenaga kerja di
Indonesia, di mana sebelumnya banyak yang bekerja pada sektor
formal dan manufaktur. Setelah peralihan teknologi, mereka yang
kurang mampu dalam akses teknologi tergeser dari sektor formal
tersebut.

Tabel 2.3. Jumlah Pekerja Indonesia pada Sektor Formal dan


Informal

Sektor 2012 2013 2014 2015 2016 2017


Formal
25,268,001 26,816,454 27,727,209 29,473,772 28,879,639 28,514,264

Informal
47,128,405 48,348,438 49,609,661 51,250,233 53,476,947 55,746,132

Sumber: Diolah dari data BPS


Catatan:
Formal: Pertambangan, Industri, BUMN/D, Konstruksi, Lembaga Keuangan, Real Estate dan
Informal: Perdagangan, Rumah makan, Transportasi, Jasa.

Sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS), penciptaan lapangan


kerja pada kegiatan ekonomi formal selama 2012-2014 rata-rata

45

29-10-2019 tranformasi.indd 45 12/20/2019 2:17:03 PM


UMKM dalam Era Transformasi Digital

sebanyak 1 juta orang per tahun. Pada 2015-2017, penciptaan


lapangan kerja ini turun rata-rata 0,47 juta orang per tahun. Pada
kegiatan ekonomi informal selama 2011-2014, rata-rata terdapat 1
juta kenaikan tenaga kerja per tahun. Pada 2015-2017, jumlah tenaga
kerja bertambah rata-rata 2 juta per tahun.
Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan ekonomi digital
juga telah melahirkan informalisasi pekerjaan. Definisi informalisasi
ini mengacu pada tumbuhnya aktivitas penciptaan pendapatan di luar
dimensi kelembagaan formal. Pekerja informal terlibat dalam rantai
pasok produksi untuk industri mapan. Di sisi lain, perkembangan
industri informal, seperti usaha kecil menengah, menjadi cara agar
terus terjadi serapan tenaga kerja. Selama ini, informalisasi pekerjaan
dipandang sebagai mekanisme penyelamat untuk mengatasi kegagalan
sektor formal menyerap tenaga kerja, yang mampu menjadi solusi
mengatasi pengangguran.
Informalisasi pekerjaan bukan suatu hal yang baru, melainkan
sudah lama dipraktikkan ke dalam praktik ekonomi. Informalisasi
ini muncul dengan bentuk kemitraan antara pelaku usaha/industri
dengan tenaga kerja. Bentuk kemitraan di era ekonomi digital tidak
berbeda dengan informalisasi pekerjaan yang telah berkembang
sebelumnya. Para mitra dari penyedia atau perusahaan teknologi
digital menerapkan target tugas yang harus diselesaikan dan itu semua
biasanya tidak tertuang dalam perjanjian tertulis.
Relasi kemitraan yang terjalin antara pelaku usaha/
industri dengan pekerja juga memunculkan anomali baru. Relasi
ini mengaburkan hak dan perlindungan tenaga kerja yang telah
menegasikan jaminan sosial tenaga kerja, jaminan kesehatan, jaminan
kecelakaan kerja, jaminan hari tua, dan sebagainya. Pada dasarnya
jaminan ini sudah menjadi tanggung jawab bagi pelaku usaha
untuk melindungi tenaga kerjanya. Mereka yang bekerja pada sektor

46

29-10-2019 tranformasi.indd 46 12/20/2019 2:17:03 PM


Transformasi Digital dan Relasi-relasi Baru dalam Dunia Ketenagakerjaan

informal seperti UMKM berbasis digital, transportasi online (Gojek,


Uber) secara tidak langsung mengalami eksploitasi. Eksploitasi gaya
baru di era digital ini menjadi massif setalah kemunculan berbagai
platform marketplace.
Secara spesifik, Nastiti (2017), bahkan telah mengkaji ekonomi
digital yang menggunakan platform layanan kendaraan umum
dalam jaringan (daring/online), di mana menurutnya, platform
ekonomi itu menciptakan retorika yang mendikte kebutuhan serta
menciptakan ilusi yang mengeliminasi hak-hak kaum pekerja melalui
permainan aplikasi “trip” dan “bonus” untuk menutupi praktik-
praktik eksploitasi gaya barunya. Relasi ekonomi yang diciptakan
melalui platform ini menurutnya merupakan bentuk eksploitasi gaya
baru yang dimunculkan melalui permainan yang membuat kaum
buruh mengalami ketergantungan di tengah situasi rapuh (fragile)
yang dibiarkan oleh pemerintah. Nastiti menyebut gaya eksploitasi
baru ini sebagai “gamification of work”.
Perusahaan menutupi praktik ekploitasi tenaga kerja dalam
bingkai retorika kebebasan, fleksibilitas, dan kemitraan. Retorika ini
bertumpu pada konsep konvensional hubungan kerja yakni pemberi
kerja memiliki alat produksi dan membayar upah per jam. Kenyataan
bahwa perusahaan hanya menyediakan aplikasi selalu ditekankan
untuk menciptakan kesan bahwa pengemudi bukanlah pekerja. Jauh
dari sebuah platform yang netral, aplikasi ini menciptakan hierarki
antara penumpang-perusahaan-pengemudi. Perusahaanlah yang ber­
ada di puncak kekuasaan, dengan kontrol pada teknologi, modal, dan
akses. Sementara itu, “penumpang bertindak sebagai manajer” karena
rating mereka menentukan bonus yang diterima pengemudi.
Posisi sebagai “mitra” mengharuskan pengemudi untuk
menyediakan alat produksi mereka sendiri (kendaraan) dan
menanggung biaya bahan bakar, parkir, perawatan, asuransi

47

29-10-2019 tranformasi.indd 47 12/20/2019 2:17:03 PM


UMKM dalam Era Transformasi Digital

kendaraan, dan komunikasi dari saku mereka sendiri. Akibatnya,


semakin banyak mereka bekerja, semakin mahal pengeluaran,
semakin besar risiko kelelahan dan kecelakaan yang mereka hadapi.
Pada akhirnya, perusahaan memegang kendali dalam menentukan
aturan tenaga kerja. Sesudah memotong subsidi bagi pengemudi,
manuver terbaru adalah mengurangi jumlah bonus secara perlahan
dan menambah persentase performa minimum. Perusahaan sangat
sering mengubah dan menambah aturan, sementara pengemudi tidak
memiliki kesempatan untuk bernegosiasi.
Dalam konteks ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa
permasalahan yang dihadapi Indonesia adalah apakah sudah
siap melangkah menjadi masyarakat informasi serta bagaimana
perkembangan citra dan budaya teknologi informasi di Indonesia.
Ada beberapa pertimbangan yang perlu ditarik dalam hal ini. Pertama,
adalah soal penentuan konsep teknologi dan masyarakat komunikatif
macam apa yang akan dibangun. Perkembangan teknologi dan
industri komunikasi memang harus dilihat secara paralel dengan
proses industri dengan logika internal yang menyertainya, tetapi tetap
saja teknologi dan industri digital harus dilihat secara kritis. Artinya,
proses perkembangan digitalisasi masyarakat justru tidak semakin
mengalienasikan manusia dari struktur yang lebih besar atau bahkan
mereduksi manusia ke dalam residu teknologistik belaka.
Kedua, perkembangan teknologi mempengaruhi transformasi
sosial yang meliputi integrasi optimisme industri dan teknologi
komunikasi, pemberdayaan partisipasi masyarakat, kewenangan
negara dan kekuatan swasta untuk semakin bertindak dan
bertanggungjawab secara sosial. Juga dalam melihat transformasi
teknologi dalam menemukan dan menciptakan ekonomi baru
sebagai perluasan lapangan kerja dan akses informasi yang lebih luas.
Ketiga, Perubahan citra teknologi komunikasi didorong untuk bisa

48

29-10-2019 tranformasi.indd 48 12/20/2019 2:17:03 PM


Transformasi Digital dan Relasi-relasi Baru dalam Dunia Ketenagakerjaan

menciptakan adopsi inovasi. Adapun adopsi teknologi inovasi itu


meliputi pemanfaatan komparatif praktik hidup, kompatibilitas nilai
dengan kebutuhan masyarakat, kesederhanaan pemakaian, tersedia
setiap saat, dan terbukti bermanfaat.

49

29-10-2019 tranformasi.indd 49 12/20/2019 2:17:03 PM


BAB 3
DIGITALISASI PADA USAHA MIKRO KECIL
DAN MENENGAH (UMKM) STUDI KASUS
DI KABUPATEN BANTUL

Sektor industri merupakan sektor ekonomi yang sangat penting


bagi Indonesia mengingat kontribusi yang besar bagi perekonomian,
terutama dalam menyerap tenaga kerja. Data BPS menunjukkan
bahwa pada tahun 2017, sektor industri mampu menyerap tenaga
kerja sebesar 14 persen dari total kesempatan kerja yang ada, setelah
sektor pertanian, perdagangan dan jasa kemasyarakatan. Indonesia
masih membutuhkan industri manufaktur untuk menyerap tenaga
kerja yang meningkat setiap tahunnya. Permasalahannya adalah
bagaimana pengaruh teknologi digital terhadap sektor industri, yaitu
penggunaan tenaga kerja
Usaha kecil menengah merupakan salah satu fondasi ekonomi
nasional. Usaha kecil menengah bermacam-macam produk yang
dihasilkan. Sudah menjadi berbagai produk yang dihasilkan tersebut
biasanya tergantung dengan potensi lokal yang ada. Selaian itu juga
bisa juga diwariskan dari turun temurun nenek moyang. Hal ini
seperti temuan penelitian tahun 2017 di Gamplong Sleman, salah
satu pusat industri tenun di Kabupaten Sleman (Triyono, dkk, 2017).
Kabupaten Bantul merupakan daerah industri di Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta (DIY) dengan berbagai produk dihasilkan di

50

29-10-2019 tranformasi.indd 50 12/20/2019 2:17:03 PM


Digitalisasi Pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah

wilayah Kabupaten Bantul ini mulai dari makanan, kerajinan tangan,


dan hiasan yang memiliki kualitas nasional maupun ekspor.

3.1. Digitalisasi pada Usaha Makanan Ringan di Bantul


Ngelosari merupakan salah satu dari 22 pedukuhan yang ada
di Desa Srimulyo, Kecamatan Piyungan, Bantul. Luas wilayah Dusun
Ngelosari adalah 142,26 ha atau sekitar 28,4 persen dari keseluruhan
luas wilayah Desa Srimulyo. Secara umum lahan di Dusun Ngelosari
digunakan sebagai lahan pertanian lahan kering. Di dusun inilah
terdapat usaha ceriping pisang yang dalam perjalanannya dimulai
dari pelatihan oleh universitas di Yogyakarta melalui kerja sama
dengan universitas di Korea Selatan.
Pendirian usaha keripik pisang pertama kali merupakan
inisiatif dari ibu-ibu di desa setempat melalui pendampingan dari
salah satu pemuda desa lulusan perguruan tinggi yang tidak mencari
pekerjaan ke luar daerah. Sebelum mendirikan usaha tersebut, para
ibu mendapatkan pelatihan dari mahasiswa UII yang bekerja sama
dengan Pemerintah Korea Selatan. Pelatihan tersebut dilakukan
selama dua tahun. Setelah pelatihan selesai, maka dibentuklah
kelompok usaha bersama (KUBE) Pandansari. Sebenarnya kelompok
usaha pandansari ini tidak hanya mengahsilkan produksi ceriping
pisang namun juga keripik tempe. Namun hingga saat ini keripik
pisang yang sudah dapat berkembang cukup baik sehingga menjadi
fokus dalam tulisan ini.
Ditinjau dari sisi historis, rintisan usaha ceriping pisang yang
dilakukan oleh kelompok usaha bersama di Ngelosari, Srimulyo,
Bantul dimulai tahun 2013. Dalam jangka waktu 2013 hingga 2017
produksi masih dilakukan di rumah anggota kelompok usaha bersama.
Hal ini berdampak terhadap rendahnya hasil produksi dan efisiensi
produk. Oleh sebab itu, para anggota bersepakat untuk mendirikan

51

29-10-2019 tranformasi.indd 51 12/20/2019 2:17:03 PM


UMKM dalam Era Transformasi Digital

rumah produksi keripik pisang yang berdiri pada tahun 2017. Rumah
produksi ini sebagai sentral kegiatan pembuatan ceriping. Berdirinya
rumah produksi ini tidak terlepas dari pendampingan oleh Universitas
Islam Indonesia Yogyakarta yang bekerja sama dengan Korea Selatan.
Pendampingan ini dilakukan selama dua tahun yang meliputi semua
aspek usaha seperti cara produksi, pemilihan bahan baku, pemasaran,
dan pemeliharaan peralatan.
Pendampingan merupakan kunci dalam penguatan sentra
usaha kecil dan menengah. Tanpa adanya pendampingan yang
terus-menerus maka biasanya usaha kecil dan menengah akan jalan
ditempat. Pendampingan yang dilakukan dimulai dari penguatan
permodalan, penguatan keterampilan hingga pemasaran. Apalagi saat
ini perkembangan UKM juga dihadapkan dengan perkembangan
teknologi informasi yang sangat cepat. Oleh karena itu pendampingan
yang dilakukan oleh “Fasilitator” memegang peranan utama dalam
menggerakkan UKM menggunakan teknologi internet lebih maju
adalah kunci sukses di bisnis online (Kursehi, 2011).
Pendampingan-pendampingan yang dilakukan telah
menunjukkan hasil dengan jangkauan pemasaran yang lebih luas.
Apalagi penggunaan itu akan meningkatkan transformasi bisnis
melalui kecepatan, ketepatan dan efisiensi pertukaran informasi dalam
jumlah yang besar (Amaliyanah, 2017). Hal tersebut dapat terjadi jika
ada pendampingan secara terus-menerus dan diikuti dengan kapasitas
perajin dan kapasitas produksi.
Sebagaimana terjadi pada dunia industri yang lain, maka
terdapat rantai distribusi pada usaha keripik pisang mulai dari
bahan baku, produsen, hingga konsumen. Bahan baku industri
pisang di Dusun Ngelosari didapat dari petani setempat, namun
dalam kapasitas produksi yang cukup besar, ketersediaan pisang di
dusun tidak mencukupi sehingga mereka harus mencari bahan baku

52

29-10-2019 tranformasi.indd 52 12/20/2019 2:17:03 PM


Digitalisasi Pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah

di pasar. Kecermatan dan kemampuan dalam memilih bahan baku


pisang yang berkualitas sangat diperlukan sehingga diperoleh keripik
yang bermutu tinggi sesuai dengan permintaan agen pemasaran. Pada
awal pendirian usaha, tidak ditemukan persoalan bahan baku karena
masih tersedia cukup di pasar. Akan tetapi sejalan dengan peningkatan
kapasitas produksi mulai ditemukan masalah ketersediaan bahan
baku. Sering ditemukan pisang di pasar sudah terlalu matang dan
tidak cocok digunakan untuk bahan keripik.
Setelah bahan baku diperoleh, rantai berikutnya adalah proses
produksi keripik pisang yang dilakukan di rumah produksi. Produksi
pisang pada saat ini dilakukan oleh kelompok ibu-ibu. Para ibu
inilah yang melakukan semua pekerjaan mulai dari penyediaan bahan
baku sampai dengan pemasarannya. Disamping menjalankan usaha
bersama kripik pisang ini, mereka juga melakukan pekerjaan harian
lainnya termasuk pekerjaan rumah tangga dan bertani. Dalam kondisi
ini, usaha keripik pisang masih sebatas usaha sampingan sehingga
mereka tidak terfokus untuk mengembangkan usaha tersebut.
Persoalan kekurangan sumber daya manusia terampil untuk
mengembangkan usaha tampak terjadi di Desa Srimulyo. Kondisi
sumber daya alam yang kurang mendukung membuat sebagian
besar pemuda di dusun ini lebih memilih bekerja di pabrik-pabrik
di Kota Yogyakarta dan Bantul daripada bekerja di dusun setempat.
Perkembangan usaha kecil menengah di Desa Srimulyo juga relatif
tertinggal jika dibanding dengan wilayah lain di luar Kecamatan
Piyungan. Keadaan ini menyebabkan minimnya sentra pengembangan
industri kecil menengah di Desa Srimulyo dan Kecamatan Piyungan.
Program kampung digital berkembang di wilayah lain, namun tidak
berkembang di daerah ini.
Proses pengembangan industri rumah tangga berupa olahan
ceriping pisang ini sudah merambah ke pasar di wilayah perkotaan.

53

29-10-2019 tranformasi.indd 53 12/20/2019 2:17:03 PM


UMKM dalam Era Transformasi Digital

Dalam penjualannya pun sudah mengandalkan perangkat digital.


Meskipun begitu dalam perkembangannya kadang kala industri
ceriping ini mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan pasar karena
terkendala modal dan kontinuitas produksi. Permodalan merupakan
masalah klasik di usaha kecil dan menengah. Hal ini juga berkaitan
dengan agunan yang dimiliki jika ingin meminjam permodalan di
bank. Bank tentunya melihat agunan yang dijaminkan oleh industri
kecil dan menengah sebelum memberikan permodalan. Meskipun
pada kenyataannya industri kecil ini merupakan industri yang tahan
terhadap guncangan ekonomi dibandingan industri besar. Namun
sayang sekali industri kecil belum sepenuhnya dilirik oleh perbankan.
Padahal jika melihat ke depan dengan adanya perkembangan
digitalisasi di semua lini. Peluang industri kecil untuk berkembang
sangat besar. Seperti industri ceriping di Srimulyo, Bantul ini. Hasil
penelitian lain tahun 2016 di Sentra Industri Skoci Bandung dan Batik
Trusmi Cirebon bahwa digitalisasi memberikan pengaruh terhadap
peningkatan kinerja UKM berupa: akses ke pelanggan baru di dalam
negeri 30,67%, peningkatan penjualan dan pendapatan 26,67%,
kemudahan transaksi dengan pelanggan dan pemasok 20,33%, biaya
periklanan yang lebih murah 14,78% dan akses pasar baru di luar
negeri 7,56% (Slamet, dkk, 2016).
Tantangan utama dalam pengembangan UKM ceriping di
Srimulyo ini dalam menghadapi digitalisasi adalah belum seutuhnya
memahami bagaimana pemasaran yang efektif menggunakan media
online. Hal tersebut juga ditemukan diutarakan oleh Amelia, dkk,
(2017) bahwa pengetahuan para produsen atau pemilik UMKM di
Indonesia mengenai teknologi masih jauh dari cukup. Hal tersebut
juga ditemukan dalam penelitian Triyono, dkk (2017), bahwa
kemampuan usaha UMKM yang berada di atas 40 tahun mengalami

54

29-10-2019 tranformasi.indd 54 12/20/2019 2:17:03 PM


Digitalisasi Pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah

kesulitan dalam mengakses dan memasarkan produk UMKM karena


rendahnya melek teknologi.
Di sisi perajin ceriping pisang sudah menggunakan media
online seperti penggunaan facebook sebagai media pemasaran
sudah dilakukan namun perlu ditingkatkan baik dari sisi kualitas
maupun kuantitas. Hal inilah sebenarnya menjadi kunci utama
dari pemasaran produk ceriping pisang ini. Tantangan produksi
yang belum mampu berskala besar juga menjadi hambatan dalam
pemasaran menggunakan internet sebagai basis pemasaran. Hasil dari
wawancara menunjukkan bahwa perajin masih memiliki ketakutan
jika pemasaran lewat online secara masif namun ketersediaan ceriping
pisang tidak cukup maka justru akan mematikan pasaran industri
ini. Kontinuitas menjadi tantangan tersendiri, apalagi industri yang
dijalankan ini berada di desa ini belum seutuhnya fokus usaha
menjadi pekerjaan utama. Pekerjaan ini masih menjadi sampingan.
Ketika peneliti melakukan penelitian lapangan di tempat, produksi
sedang berhenti karena baru ada hajatan di tetangga. Hal inilah yang
menjadi tantangan kontinuitas produksi. Oleh karena itu pemasaran
yang dilakukan masih sebatas jaringan yang dimiliki. Apalagi dalam
pemanfaatan digital marketing melalui internet ini memungkinkan
calon pelanggan potensial untuk memperoleh segala macam informasi
mengenai produk dan bertransaksi melalui internet (Dedi, dkk, 2017).
Oleh karena itu jika pemesanan tidak segera ditanggapi justru akan
mempengaruhi brand industri ceriping pisang itu sendiri.
Salah satu jaringan industri ceriping ini adalah toko oleh-oleh
yaitu lovers berada di kawasan Kauman, Yogyakarta. Pemesanan yang
dilakukan oleh toko oleh-oleh di kawasan Kauman tersebut bisa
mencapai 1 kuintal. Tentunya pesanan tersebut berupa hasil olahan
ceriping pisang yang berkualitas. Sedangkan hasil olahan ceriping

55

29-10-2019 tranformasi.indd 55 12/20/2019 2:17:03 PM


UMKM dalam Era Transformasi Digital

yang tidak berkualitas tersebut dijual sendiri dengan bungkusan


plastik dengan harga seribu rupiah per bungkus.

3.2. Relasi kerja


Usaha ceriping di Ngelosari merupakan usaha produksi rumah
tangga meskipun sudah memiliki rumah produksi sendiri. Usaha
tersebut bersifat kekeluargaan di mana usaha dijalankan kelompok
usaha bersama oleh 4 orang anggota. Pembagian pendapatan
berdasarkan pada keuntungan yang diperoleh dibagi rata oleh
keempat anggota. Pendapatan yang didapat dari keripik pisang belum
menjadi penghasilan utama, karena prinsip kerja di industri ceriping
merupakan pekerjaan tambahan. Secara manajemen mereka belum
memberikan rincian keuntungan secara teratur, sehingga pendapatan
per bulan dari keripik pisang belum tercatat dengan baik. Produksi
keripik pisang juga belum berjalan secara kontinyu. Di sisi lain
usaha kelompok usaha bersama ini didirikan atas prinsip gotong
royong. Didirikan oleh ibu-ibu yang memiliki persamaan persepsi
untuk menambah penghasilan keluarga. Kemudian bahan dalam
pembuatan keripik pisang sendiri diperoleh dari masyarakat sekitar.
Jika kebutuhan bahan baku meningkat misalnya seperti menjelang
Idul Fitri maka bahan baku pisang jika tidak cukup dari masyarakat
sekitar maka mendatangkan bahan baku pisang dari daerah lain.
Hubungan kerja yang terbangun antara pelaku usaha dengan
toko lovers adalah hubungan kemitraan. Pelaku usaha memproduksi
kripik dalam jumlah dan kualitas tertentu kemudian toko membeli
produk tersebut dari pelaku usaha. Akan tetapi produk dari dusun
tersebut masih diolah oleh toko snack menjadi jenis snack dengan
aneka rasa dan kemasan tertentu. Toko snack berusaha membuat
makanan yang menarik dan sesuai dengan selera pasar termasuk pasar
luar negeri.

56

29-10-2019 tranformasi.indd 56 12/20/2019 2:17:03 PM


Digitalisasi Pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah

3.3. Digitalisasi pada Industri Kerajinan Batik Kayu Krebet


Krebet adalah nama dusun di Desa Sindangsari, Kecamatan
Piyungan, yang menjadi sentra usaha kerajinan batik kayu di Bantul.
Pada tahun 2016 dusun Krebet dijadikan sebagai kampung digital
usaha kerajinan kayu. Bekerja sama dengan Telkom, pemerintah
memberikan fasilitas jaringan internet gratis untuk meningkatkan
usaha kerajinan batik kayu. Dusun Krebet berada di Bukit Selarong
bagian utara kecamatan merupakan lahan kapur tandus yang ditanami
semak perdu dan pohon kayu yang kurang bernilai tinggi. Kondisi
lahan yang kurang subur ini menyebabkan dusun ini tidak cocok
untuk dijadikan sebagai lahan pertanian tanaman pangan. Sebagain
masyarakat membuka lahan di wilayah ini sebagai lahan pertanian
palawija yang berlangsung musiman dan mengandalkan pengairan
tadah hujan dan tanaman keras. Jenis tanaman yang bisa tumbuh di
dusun ini adalah polo kependem, plo gumantung, jambu biji. Nama
Krebet sendiri diambil dari nama pohon yang tumbuh di dusun
tersebut yang oleh salah seorang masyarakat dijadikan sebagai tanda
bahwa mereka membuka lahan pertanian di dusun tersebut karena
pohonnya besar dan mudah dilihat dari kejauhan.1 Seiring dengan
berjalannya waktu dan munculnya pekerjaan lain diluar pertanian,
dan masyarakat mulai beralih pada pekerjaan di luar sektor pertanian,
seperti buruh, pedagang, dan usaha kerajinan tangan. Usaha kerajinan
tangan berkembang sampai sekarang dan menjadi tumpuan hidup
sebagian besar masyarakat di dusun ini.
Usaha kerajinan kayu di Krebet pertama kali dirintis oleh
Bapak Gunjiran yang memulai usaha membuat ukiran topeng kayu
dan wayang sekitar tahun 1980-an. Topeng, wayang kayu, dan kulit
dibuat berdasarkan pesanan untuk dimainkan pada pertunjukan

1 http://yogyakarta.panduanwisata.id/daerah-istimewa-yogyakarta/bantul/desa-krebet-
penghasil-kerajinan-batik-kayu/.

57

29-10-2019 tranformasi.indd 57 12/20/2019 2:17:03 PM


UMKM dalam Era Transformasi Digital

wayang atau koleksi pribadi. Selain wayang, Bapak Gunjiran juga


membuat ukiran topeng dari tempurung (salah satunya disimpan di
museum dan juga dibawa ke Jepang) serta patung dari kayu dan batok
pohon. Ukiran kayu yang dihasilkan memiliki sentuhan seni yang
tinggi dan membutuhkan waktu cukup lama dalam menghasilkan
satu kerajinan seperti ukiran topeng atau wayang. Tidak semua perajin
mampu melakukannya kecuali mereka yang memang memiliki jiwa
seni. Keahlian membuat ukiran topeng diajarkan pada beberapa
masyarakat Krebet yang tertarik dengan ukiran kayu. Bersama
delapan orang warga dusun, Bapak Gunjiran mulai menerima
pesanan membuat ukiran topeng kemudian dijual ke para tengkulak.
Sebanyak enam dari delapan perintis tersebut bertahan sampai saat
ini mempunyai usaha kerajinan ukiran batik kayu dilengkapi dengan
toko dan galeri.
Pada saat ini terjadi perubahan motif hasil kerajinan dari
ukiran kayu menjadi kerajinan ukiran batik kayu. Kerajinan
batik kayu merupakan perpaduan antara ukiran kayu dengan seni
membatik. Biasanya membatik dilakukan di atas kain tetapi sebagai
pengganti kain digunakan kayu. Sentuhan nilai seni dan artistik
bukan menjadi prioritas lagi dalam menghasilkan produk kerajinan
batik kayu. Produksi dilakukan dalam jumlah yang banyak (massal)
untuk memenuhi permintaan pasar. Untuk memenuhi permintaan
pasar maka banyak bermunculan usaha kerajinan baru dengan
mempekerjakan sejumlah tenaga kerja. Mereka yang dulu bekerja
sebagai buruh kemudian berdiri sendiri membuka usaha baru dengan
mempekerjakan masyarakat sekitar. Beberapa produk kerajinan
batik kayu yang dihasilkan Krebet antara lain topeng, wayang kayu,
perhiasan (kalung, cincin, gelang, dan lain-lain), kotak perhiasan,
patung hewan, talenan, suvenir perkawinan (gantungan kunci, kipas,
pembatas buku, dan lain-lain). Sampai saat ini ada sebanyak 57 usaha

58

29-10-2019 tranformasi.indd 58 12/20/2019 2:17:03 PM


Digitalisasi Pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah

kecil kerajinan batik kayu, mulai dari skala kecil sampai skala besar,
yang menjadi sumber pendapatan bagi sebagian besar masyarakat
Krebet dan sekitarnya.

3.4. Rantai Produksi


Rantai produksi kerajinan batik kayu mulai dari penyediaan
bahan baku, proses produksi dan pemasaran. Bahan baku utama
adalah kayu, yaitu kayu sengon, mahoni, jati, dan kayu uli. Pada
awalnya kayu diperoleh dari desa desa setempat, namun seiring
dengan peningkatan produksi, sebagian bahan baku didatangkan dari
luar desa di Bantul.
Proses produksi kerajinan batik kayu cukup rumit mulai dari
pengolahan bahan baku kayu balok menjadi potongan kayu untuk
dibentuk menjadi barang setengah jadi, pengukiran, pengecatan,
dan penjemuran sampai menjadi barang kerajinan yang siap untuk
dipajang atau digunakan. Proses pembuatan barang kerajinan dari
kayu menjadi barang kerajinan setengah dilakukan pekerjaan
pemotongan/pembentukan barang, ukir, dan amplas. Tahap terakhir
yaitu penjemuran dan pengecatan (finishing). Semua tahap proses
produksi dapat dilakukan oleh satu unit usaha, mulai dari proses awal
sampai akhir (finishing). Sebagian usaha kecil hanya memproduksi
barang setengah jadi, kemudian dijual/disetor pada usaha lainnya
yang melakukan tahap produksi berikutnya. Hal inilah salah satunya
penyebab perkembangan usaha kerajinan batik kayu di Krebet cukup
pesat dan penggunaan tenaga kerja bertambah banyak.
Teknologi yang digunakan dalam kerajinan batik kayu masih
sederhana, dilakukan secara manual dibantu peralatan sederhana
seperti alat pemotong gergaji, pisau, mesin amplas penghalus
permukaan kayu. Tipikal industri kerajinan adalah bentuk usaha
pembuatan barang yang lebih banyak menggunakan keterampilan

59

29-10-2019 tranformasi.indd 59 12/20/2019 2:17:03 PM


UMKM dalam Era Transformasi Digital

tangan dibantu dengan peralatan (Sugiarto, 1987). Pada tahap produksi


khususnya tahap pengukiran kayu, perajin mulai memanfaatkan
teknologi internet dalam mencari desain produk terbaru dan corak
batik yang digemari oleh konsumen.

3.5. Rantai Pasar


Pemasaran kerajinan batik kayu meliputi tingkat lokal Bantul
dan DI Yogyakarta serta beberapa provinsi di Indonesia. Produk
kerajinan batik kayu juga sudah menjangkau pasar luar negeri yaitu
Amerika, Jepang, Polandia, dan Inggris melalui ekspedisi di bandara.
Pemasaran lokal dengan mengirim ke toko-toko dan agen di sekitar
Bantul dan Yogyakarta, dipasang di took-toko atau galeri di tempat
usaha untuk memajang hasil kerajinannya. Barang kerajinan juga
dipasarkan melalui agen (reseller) yang telah menjadi langganan baik
di Bantul dan sekitarnya maupun di daerah lainnya.
Pada tahap pemasaran, pelaku usaha menggunakan internet
sebagai media mempromosikan hasil produk dan penjualan.
Berdasarkan tahapan memanfaatan sistim digital yang terdiri atas tiga
level, yaitu level survive, level penjualan dan level profit (P2K, 2017),
perajin batik kayu Krebet telah memanfaatkan teknologi digital sampai
pada level profit, yaitu masuk ke marketplace untuk meningkatkan
pendapatan. Hampir semua perajin batik kayu memanfaatkan internet
dalam memasarkan hasil kerajinan agar dapat mempertahankan
kelangsungan usaha (survive). Perangkat teknologi yang digunakan
cukup sederhana, yaitu HP dengan koneksi internet dan memiliki
social media dengan aplikasi sederhana, seperti BBM, Facebook (FB),
WhatsApp (WA), dan Instagram. Melalui social media yang dimiliki,
mereka memperkenalkan dan menawarkan hasil kerajinan di media
social. Selanjutnya transaksi dilanjutkan menggunakan telepon dan
WA. Apabila terjadi kesepakatan jual beli maka pengiriman barang

60

29-10-2019 tranformasi.indd 60 12/20/2019 2:17:03 PM


Digitalisasi Pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah

dilakukan menggunakan jasa pengiriman (PT. Pos, TIKI, JNE, dan


sebagainya). Salah satu strategi yang dilakukan dalam meningkatkan
penjualan menggunakan media social adalah dengan memperbanyak
pertemanan dan menjadi anggota pada beberapa group WA. Mereka
bahkan meminta temannya untuk dapat dimasukkan pada group WA-
nya. Dampaknya adalah produksi dan penjualan mereka mengalami
peningkatan. Seperti yang diungkapkan oleh Bp. P, “Peningkatan
penjualan banyak karena pakai aplikasi internet FB, WA, BBM.
Untuk memenuhi permintaan dilakukan penambahan tenaga kerja.
Tahun 2008 tenaga kerja dua orang, tahun 2014 menjadi 10 orang”.
Penggunaan aplikasi yang sederhana ini dapat dimengerti karena
selain gratis, kecuali biaya data internet, aplikasi ini lebih mudah
menggunakan dan digunakan oleh banyak orang sebagai target
penjualan. Sebagian besar pengguna internet memiliki social media
tanpa bayar.
Sebagaian perajin sudah mulai masuk ke market place, seperti
Blanja.com dan Bukalapak untuk mendongkrak penjualan. Kendala
yang dihadapi perajin dalam mengelola website adalah kendala waktu.
Pemilik usaha harus menyediakan waktu setiap hari untuk membuka
internet. Selain itu, produk yang dipamerkan di website harus di-
update terus. Peningkatan penjualan menggunakan market place
relatif sedikit dibanding penjualan offline menggunakan aplikasi
sederhana. Hal ini disebabkan pemberi online pada market place
kebanyakan eceran sementara penjualan offline lebih besar karena
telah memiliki pelanggan (reseller).
Pemerintah sejak tahun 2016 menetapkan kawasan kerajinan
batik kayu Krebet sebagai Kampung Digital. Dinas Koperasi, UKM
dan Perindustrian bekerja sama dengan Telkom membangun jaringan
internet serat optik di Krebet dan membuat jaringan WiFi gratis
di 6 titik, masing-masing satu titik di setiap RT. Masyarakat dapat

61

29-10-2019 tranformasi.indd 61 12/20/2019 2:17:03 PM


UMKM dalam Era Transformasi Digital

mengakses internet secara gratis pada masing-masing RT. Selain itu,


perajin diberi pelatihan bagaimana menggunakan internet, membuat
website dan cara menggunakannya, termasuk cara meng-upload foto-
foto ke dalam website. Dalam memasarkan hasil kerajinan, perajin
juga diperkenalkan dengan aplikasi Belanja.com. Selain gratis,
kecepatan sinyal juga tinggi sehingga memudahkan bagi perajin untuk
meng-upload gambar di website atau social media yang digunakan.
Permasalahannya adalah fasilitas internet yang diberikan pemerintah
ini belum mampu menjangkau seluruh wilayah di Krebet. Jaringan
Wifi hanya mampu menjangkau berjarak 30-50 meter pada jalan
utama Dusun Krebet sementara tempat tinggal perajin terpencar
sampai ke dalam sehingga banyak yang tidak mendapatkan akses
jaringan Wifi. Mereka yang akan membuka email atau meng-upload
foto produk kerajinan harus pergi ke titik Wifi gratis yang berjarak
cukup jauh dari kediaman mereka. Sebagian lebih suka menggunakan
data sendiri dengan membeli pulsa sendiri menggunakan Wifi.id.
Tarif untuk kampung digital lebih murah dibandingkan tempat lain,
yaitu sebesar Rp 50.000 per bulan, atau Rp 5.000 per hari, atau Rp
20.000 per minggu, dengan kecepatan 30 MDPL.

3.6. Relasi Kerja


Proses produksi mulai dari tahap pengolahan bahan mentah
menjadi barang kerajinan ukiran batik kayu, melibatkan banyak
tenaga kerja, seperti yaitu tenaga kerja mengolah kayu balok menjadi
barang setengah jadi, tenaga kerja yang membentuk barang kerajinan
setengah jadi, tenaga kerja yang melukis batik di atas kayu serta
tenaga pengecatan. Penggunaan tenaga kerja upah hanya dilakukan
untuk pekerjaan produksi. Sementara pemasaran dan strategi
pemasaran dilakukan oleh pemilik modal sendiri. Tenaga kerja yang
diupah berasal dari kerabat dan penduduk Krebet dan sekitarnya,

62

29-10-2019 tranformasi.indd 62 12/20/2019 2:17:03 PM


Digitalisasi Pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah

seperti pemuda atau pemudi, ibu rumah tangga, dan anak sekolah.
Anak sekolah diberi kesempatan untuk bekerja setelah pulang dari
sekolah. Usaha kerajinan batik kayu menyediakan kesempatan kerja
yang cukup banyak bagi masyarakat bahkan yang unskill worker.
Berdasarkan data statistik desa tahun 2017, sekitar 37 persen (335
orang dari 900 penduduk) bekerja pada 57 industri kecil batik kayu
Krebet. Tidak ada persyaratan kualifikasi pendidikan dalam menerima
pekerja yang penting sehat dan mau bekerja. Keterampilan bekerja
dapat dilakukan sambil bekerja (learning by doing). Tenaga kerja
cukup tersedia dari desa setempat atau desa tetangga, siapa saja bisa
bekerja pada industri kerajinan ini mulai dari anak sekolah sampai
ibu rumah tangga.
Antara pemilik usaha dan tenaga kerja umumnya memiliki
sistem kekerabatan karena masih bertetangga dalam satu dusun
sehingga sistem kekerabatan masih kental. Seperti kasus Bapak P, pada
awal membuka usaha kerajinan pada tahun 2008 hanya menggunakan
tenaga kerja sebanyak 2 orang. Kemudian berkembang sampai jumlah
tenaga kerja mencapai 10 orang tenaga kerja. Peningkatan tenaga
kerja tersebut karena kebutuhan tenaga kerja semakin meningkat.
Permintaan hasil kerajinan terus meningkat terutama permintaan
suvenir yang meningkat cukup tajam pada waktu musim perkawinan.
Selain itu, penambahan tenaga kerja juga dilakukan karena banyak
saudara dan tetangga yang mau ikut bekerja. Permintaan kerajinan
yang tidak terputus-putus menyebabkan banyak yang ingin ikut
bekerja dengan Bapak P ini, seperti diungkapkan sebagai berikut:
“karena kita kerepotan melayani permintaan terus banyak juga yang
mau ikut bekerja gitu, namanya kerajinan itu kan bukan kebutuhan
pokok toh, Pak, misalkan ada 10 home industry, di sana rame di sini
pasar agak sepi, otomatis dia cari yang selalu ada pekerjaan istilahnya
cari rejeki tidak harus banyak.”

63

29-10-2019 tranformasi.indd 63 12/20/2019 2:17:03 PM


UMKM dalam Era Transformasi Digital

Tenaga kerja yang digunakan terdiri dari tenaga kerja harian


atau borongan dan tenaga kerja makloon. Kedua jenis tenaga kerja
tersebut dibayar berdasarkan banyaknya hasil kerja yang dilakukan
setiap hari. Tenaga kerja harian/borongan bekerja di tempat usaha
mulai jam 7.30–16.00 WIB. Mereka melakukan pekerjaan yang telah
ditentukan oleh pemilik usaha secara berkelompok. Sementara tenaga
kerja makloon membawa bahan-bahan yang akan dikerjakan dibawa
pulang dan dikerjakan di rumah masing-masing. Setelah selesai
barang dibawa kembali ke pemilik usaha. Sistim makloon banyak
dilakukan oleh ibu rumah tangga, sambil melakukan pekerjaan
rumah tangga. Tenaga kerja harian atau borongan bekerja di tempat
usaha dan buruh makloon membawa pulang bahan dan dikerjakan di
rumah. Pembayaran upah dilakukan setiap minggu berdasarkan hasil
kerja setiap hari kerja dalam seminggu. Pendapatan yang diterima
makloon tergantung pada pekerjaan yang diselesaikan, dan upah
dihitung bijian, sebagai contoh gantungan kunci dihitung Rp 250
per biji. Rata-rata pekerja mendapatkan penghasilan sehari sebesar
Rp 50.000. Sedangkan tenaga kerja harian/borongan tergantung pada
target pekerjaan yang diselesaikan dalam sehari. Rata-rata pendapatan
yang diperoleh tenaga kerja harian adalah Rp 40.000-Rp 50.000 per
hari. Jam kerja mulai 7.30-16.00 WIB. Upah yang borongan hampir
sama dengan UMR meskipun tidak ada standar UMR yang ditetapkan
dalam pemberian upah.
Permasalahannya adalah kekurangan tenaga kerja untuk
bekerja pada usaha batik kayu. Kekurangan tenaga kerja di Krebet
mulai dirasakan sejak berdirinya pabrik garmen dan pabrik tripleks
di Krebet. Pabrik tersebut menyedot tenaga kerja perajin. Para anak
muda bahkan ibu rumah tangga lebih tertarik bekerja di pabrik,
bahkan sebagian pindah bekerja ke pabrik. Semakin terbukanya
peluang kerja sehingga tidak ada masyarakat yang menganggur atau

64

29-10-2019 tranformasi.indd 64 12/20/2019 2:17:03 PM


Digitalisasi Pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah

tingkat pengangguran zero (nol). Upah bekerja di pabrik sebesar UMR


yaitu Rp 1.500.000 juta dengan jam kerja pagi sampai sore. Upah di
pabrik sedikit lebih besar dibandingkan bekerja pada usaha kerajinan,
rata-rata upah borongan per hari sebesar Rp 50.000, apabila bekerja
selama 25 hari diperoleh penghasilan sebesar Rp 1.250.000 ditambah
makan.

65

29-10-2019 tranformasi.indd 65 12/20/2019 2:17:03 PM


BAB 4
DIGITALISASI PADA INDUSTRI
MANUFAKTUR

Perubahan dinamika ketenagakerjaan tidak terlepas dari


perubahan sosial politik, penemuan teknologi dan persaingan
ekonomi di tingkat global. Dari beberapa faktor tersebut yang menjadi
salah satu pendorong utama perubahan adalah penemuan teknologi.
Perubahan tersebut sangat terlihat di sektor industri terutama yang
bersifat padat karya. Industri padat karya seperti di garmen dan tekstil
adalah salah satu yang terdampak cukup signifikan akibat perubahan
teknologi tersebut atau yang dikenal dengan revolusi industri 4.0.
Di mana penggunaan teknologi digital menjadi alat produksi yang
tidak terpisahkan. Perubahan perubahan tersebut berakibat terhadap
hubungan industrial yang adalah di dalamnya seperti upah, jumlah
tenaga kerja, jenis pekerjaan serta berbagai kesepakatan yang terjalin
antara buruh dengan pengusaha di manufaktur.
Perubahan teknologi yang cukup masif tersebut pada akhirnya
mendorong bagi berbagai stakeholder seperti pengusaha, serikat
buruh, dan pemerintah harus memiliki road map yang jelas dan
terencana agar mampu menjawab tantangan tersebut. Bagaimana
pun juga perubahan teknologi tersebut akan berdampak langsung
terhadap kondisi ketenagakerjaan. Perubahan-perubahan tersebut
bermuara kepada efisiensi yaitu mengubah dari tenaga kerja manusia

66

29-10-2019 tranformasi.indd 66 12/20/2019 2:17:03 PM


Digitalisasi pada Industri Manufaktur

diganti dengan peran komputer maupun mesin dengan demikian


akan menghasilkan jumlah produksi yang besar dan disertai kualitas
yang meningkat.

4.1. Buruh dalam Industri 4.0


Kondisi perubahan pemakaian alat produksi menuju ke digital
dari manual ini merupakan proses sosial yang harus dihadapi. Selain
itu buruh juga menyadari adanya perubahan jenis pekerjaan baru
akibat adanya revolusi industri 4.0. Seperti pada revolusi industri
pada jilid sebelumnya bahwa penemuan alat produksi baru pada
dasarnya akan menyingkirkan peran tenaga kerja yang tidak memiliki
keterampilan yang cukup. Martin Krzywdzinski, Ulrich Jürgens,
dan Sabine Pfeiffer (2016:11) menjelaskan bahwa the development
bears risks (job losses, devaluation of skills, increasing surveilance
of employees) as well as opportunities (increasing importance of the
human factor and improvement in ergonomics in manufacturing).
Perubahan jenis-jenis pekerjaan dan adanya jenis pekerjaan baru
merupakan dampak logis adanya teknologi baru. Namun demikian
yang perlu diperhatikan adalah bagaimana keberlangsungan dari
pekerja yang terdampak kehilangan pekerjaan. Apa yang dipikirkan
oleh tenaga kerja bertolak belakang dengan pemikiran dari pengusaha.
Lebih lanjut pengusaha berpikir praktis bahwa kehilangan pekerjaan
konsekuensi logis yang harus diterima. Karena di sisi lain pengusaha
dihadapkan dengan produktivitas dan persaingan dengan pasar
internasional. Oleh karena itu konsekuensi yang logis ketika ada
pengurangan tenaga kerja digantikan dengan mesin-mesin baru
demi mengejar produktivitas sekaligus kualitas. Adanya perubahan
teknologi yang baru akan menimbulkan berbagai gejolak sosial
baik dari sisi tenaga kerja maupun dari nilai terhadap munculnya
teknologi baru tersebut.

67

29-10-2019 tranformasi.indd 67 12/20/2019 2:17:03 PM


UMKM dalam Era Transformasi Digital

Dalam melihat kondisi ini, buruh sendiri melihat bahwa


kemajuan teknologi ini tidak dapat dihindari. Kondisi ini sudah
disadari oleh buruh sendiri, seperti hasil dari FGD dengan serikat
buruh di Kota Bandung “bahwa kemajuan teknologi merupakan
keharusan”. Oleh karena itu buruh sendiri harus meningkatkan
kapasitas. Kemajuan teknologi pada akhirnya akan menghasilkan
hasil produksi yang terintegrasi. Di sisi lain kemajuan teknologi akan
meningkatkan kapasitas produksi maupun kualitas produksi. Hal ini
seperti yang diungkapkan oleh Jhi Zou (2013:5) “digitization and
intelligentization will not only achieve innovation in mechanical
product, but also achieve innovation in manufacturing technologies
as generic technologies, developing the manufacturing industry
towards integration of digitalization and intelligentization, thereby
raising the level of product design, processing and management”.
Adanya brand yang tertanam bahwa kemajuan teknologi mampu
meningkatkan daya saing perusahaan semakin meningkatkan gejala
perubahan teknologi yang digunakan oleh perusahaan.

4.2. Perubahan Digitalisasi di Industri Manufaktur


Perubahan digitalisasi pada alat produksi ini sudah merambah
ke berbagai sektor seperti industri besar (otomotif, garmen dan tekstil,
elektronika) teknologi informasi maupun di sektor jasa. Di sektor
industri besar padat karya yang mengandalkan tenaga kerja manusia
sebagai sumber pokok alat produksi dan menyerap tenaga kerja besar
menjadi menjadi salah satu industri yang terancam adanya digitalisasi
ini. Salah satu industri besar yang terancam karena menggunakan
padat karya adalah industri garmen dan tekstil.
Perubahan nyata dan berdampak adalah perubahan
penggunaan tenaga kerja manusia ke mesin dan digital berakibat bagi
keberlangsungan tenaga kerja. Ancaman Pemutusan Hubungan Kerja

68

29-10-2019 tranformasi.indd 68 12/20/2019 2:17:03 PM


Digitalisasi pada Industri Manufaktur

(PHK) menyelimuti tenaga kerja. Dengan demikian situasi seperti


ini akan mengakibatkan tenaga kerja menjadi kurang nyaman dalam
bekerja karena pengurangan tenaga kerja dapat terjadi kapan saja.
Tidak dipungkiri lagi bahwa industri garmen ini menyerap ribuan
tenaga kerja. Bahkan salah satu perusahaan garmen di Kota Bandung
memiliki lebih dari 34 ribu buruh. Oleh karena itu digitalisasi ini
menjadi isu yang sangat hangat di kalangan buruh garmen. Kemudian
hasil dari FGD dengan serikat buruh di Bandung menyimpulkan
bahwa:
“Digitalisasi di garmen terjadi karena tuntutan pasar dan
persaingan di tingkat global”. Lebih lanjut serikat buruh mengatakan
bahwa situasi perubahan digitalisasi sudah tidak mungkin lagi
dihindari. Dampak lebih lanjut adalah tersingkirnya buruh dalam
pusaran produksi. Kondisi digitalisasi yang merambah ke industri
garmen memaksa buruh yang tidak memiliki kompetensi tergusur
dan angkat kaki dari perusahaan.

4.3. Pergeseran Posisi Buruh di Industri Garmen


Kondisi industri saat ini dipengaruhi oleh perkembangan
teknologi. Bagaimanapun juga perkembangan teknologi informasi
pada akhirnya akan mendorong perkembangan ekonomi. Hal ini
seperti yang dikemukakan oleh Brynjofsson bahwa “believe that
digital technologies are one of the important driving forces in the
economy today” (Brynjolfsson E., McAfee A. (2011). Perkembangan
ekonomi ke arah efisien merupakan tujuan dari suatu perusahaan.
Efisiensi tersebut salah satu dengan adanya digitalisasi dengan
mengganti alat produksi.
Perubahan teknologi yang menuju digitalisasi atau lebih
dikenal dengan industri 4.0 akan membawa dampak yang luar biasa.
Dampak tersebut akan berpengaruh positif terhadap kelompok yang

69

29-10-2019 tranformasi.indd 69 12/20/2019 2:17:03 PM


UMKM dalam Era Transformasi Digital

memiliki kapasitas. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh


laporan World Trade Report (WTO, 2017: 83) bahwa “technology
can be biased in favour of certain groups of workers depending on
their skills or on the tasks they perform”. Oleh karena perubahan
teknologi ini tanpa diantisipasi akan membuat buruh yang berada
dalam pabrik akan mengalami degradasi posisi pekerjaan bahkan
kehilangan pekerjaan. Hasil FGD dengan pekerja di sektor industri
garmen dan tekstil di Kota Bandung menunjukkan bahwa buruh
memerlukan pelatihan agar mampu menggunakan teknologi terbaru
dan untuk menghindari PHK secara massal. Selanjutnya dari hasil
FGD dapat diketahui mengenai mesin apa yang berubah dan jenis
pekerjaan dan tenaga kerja apa yang tidak dibutuhkan. Salah satu
ketua serikat perusahaan yang begerak di bidang garmen mengatakan
bahwa:

Perubahan mesin lebih sempurna yaitu dari 32 mesin turun


menjadi 8 mesin. Spinner dulu 1 mesin dijaga 8 orang, namun
hasilnya lebih. Perubahan tersebut terjadi pada tahun 2016.
Perusahaan akan mem-PHK besar-besaran di level staf 17 orang.
Imbas lainnya ke PKWT ditunggu habis kontraknya. Karyawan
dulu mencapai 300 sekarang tinggal 100 orang. Mulai tahun
2017 menggunakan tenaga kerja outsourcing. Mesin baru lebih
otomatis dari 4 spinner menjadi 6 spinner selain itu akan terjadi
sewa mesin sehingga berdampak terhadap pekerja di bidang
teknik di akhir tahun 2018. Jalan keluar ke ojek online.

Hasil wawancara di atas mengungkapkan dan memperlihatkan


bahwa perubahan digitalisasi berdampak sangat nyata terhadap
keberlangsungan tenaga kerja. Jika hal ini tidak diantisipasi maka
akan mengakibatkan PHK dalam jumlah yang sangat besar.

70

29-10-2019 tranformasi.indd 70 12/20/2019 2:17:03 PM


Digitalisasi pada Industri Manufaktur

Adanya PHK yang besar akan mempengaruhi ekonomi di wilayah


sektor industri setempat, misalnya berkurangnya jumlah okupansi
penginapan dan warung yang tutup karena lesunya ekonomi. Di sisi
lain, berkurangnya jumlah tenaga kerja akan menyebabkan stabilitas
sosial terganggu. Berkurangnya jumlah tenaga kerja sangat tidak
diharapkan oleh pemerintah. Karena berkurangnya tenaga kerja yang
terserap justru akan mengakibatkan ekonomi akan menurun.

4.4. Perubahan Status Hubungan Kerja


Perubahan penggunaan digitalisasi di manufaktur secara
langsung berdampak terhadap status hubungan kerja yang diterima
oleh buruh. Hal yang perlu disadari kembali adalah adanya perubahan
teknologi informasi dari manual ke mesin adalah perubahan status
hubungan kerja yang diterima oleh buruh. Status hubungan kerja yang
diterima akan mengakibatkan perubahan hak yang akan diterima.
Sebagai contoh hak buruh tetap mendapatkan gaji pokok beserta
tunjangan serta adanya jaminan sosial yang diterima. Sedangkan
pekerja kontrak akan berkurang hak yang akan diterima. Perubahan
status ini pada akhirnya akan mengakibatkan buruh mengalami
kerugian yang luar biasa. Hasil wawancara dengan serikat buruh di
Kota Bandung menyebutkan bahwa perubahan status dapat terjadi
bahkan pengunduran diri pun bisa terjadi dengan berbagai modus.
Salah satu modusnya adalah menempatkan pekerja ke bidang lain atau
jenis pekerjaan baru yang sebelumnya belum pernah dilakukan. Hal
ini berakibat kepada buruh tidak memiliki kemampuan yang cukup
karena belum pernah mengikuti pelatihan. Karena perusahaan tidak
mengadakan pelatihan. Hal ini merupakan strategi dari perusahaan
untuk mengurangi tenaga kerja secara terselubung. Di dalam hal ini
pun tenaga kerja sudah diikat kontrak ketika mau masuk perusahaan
bahwa bersedia ditempatkan di bagian mana saja.

71

29-10-2019 tranformasi.indd 71 12/20/2019 2:17:04 PM


UMKM dalam Era Transformasi Digital

Kasus pemindahan bagian ke bagian lain yang dialami oleh


buruh akan berdampak secara psikologis maupun fisik. Dampaknya
adalah buruh tidak bertahan tahan lama baik karena target perusahaan
yang tidak tercapai karena kondisi kerja yang jauh dari harapan.
Bahkan dampak serius adalah tenaga kerja akan mengundurkan diri
dan keluar dari perusahaan. Modus seperti ini telah ditemukan dan
muncul dalam FGD dengan serikat buruh di Kota Bandung. Akibat
pengunduran diri tersebut sesuai aturan ketenagakerjaan buruh tidak
menerima pesangon. Karena pesangon hanya diserahkan kepada
buruh terkena PHK karena kebijakan perusahaan. Oleh karena itu
modus seperti yang diuraikan di atas menjadi salah satu cara agar
perusahaan tidak berkewajiban membayar pesangon. Karena tenaga
kerja mengundurkan diri bukan karena pensiun karena habis masa
usia kerja. Perubahan status tersebut sangat jelas merugikan pekerja.
Bagaimana tidak, pekerja yang sudah bekerja puluhan tahun pada
akhirnya tidak menerima pensiun karena adanya praktik seperti ini.
Praktik yang terjadi seperti uraian di atas tentunya akan
menambah jumlah pengangguran. Akibat dari adanya pengangguran
akan membawa ke arah tingkat upah yang menurun (Sebantian
Dullien, dkk, 2013:144). Hal ini dapat terjadi jika mekanisme
permintaan dan penawaran tidak imbang. Pasar kerja yang lebih
didominasi oleh pencari kerja pada akhirnya akan menurunkan tingkat
upah. Di sisi lain, barganing position pencari kerja akan menurun.
Karena permintaan dan penawaran tenaga kerja tidak sebanding.
Adanya pengangguran yang meningkat akibat PHK ini berdampak
serius terhadap kondisi ekonomi. Praktik PHK terselubung ini pada
akhirnya akan menimbulkan hubungan industrial yang tidak sehat
antara buruh dengan pengusaha.
Selain praktik PHK terselubung yang sudah dijelaskan dalam
bagian tulisan di atas. Merupakan salah satu dampak langsung yang

72

29-10-2019 tranformasi.indd 72 12/20/2019 2:17:04 PM


Digitalisasi pada Industri Manufaktur

diakibatkan oleh revolusi industri adalah pengurangan tenaga kerja


karena efisiensi. Adapun sebagai ilustrasi lain pengurangan secara
nyata dalam industri tekstil dan garmen adalah sebagai berikut:

“Di departemen finishing 60% telah digital. Pencelupan dulu man-


ual 3-4 orang setelah ada teknologi tinggal 2 orang. Mesin starter
mesin dari Jerman. Mesin manual starter menghasilkan 3 ton dengan
pekerja 3 orang per shiff (8 jam). Mesin otomatis 6 orang per-shift
menghasilkan 8-10 ton. Di jenis pekerjaan packing mesin packing 3
orang sekarang setelah pindah ke digital dari 5 mesin dijalankan 15
orang sekarang tinggal 10 orang. Kemudian bagi buruh yang sudah
di atas 40 tahun akan sulit mengikuti digitalisasi ini oleh karena itu
diperlukan pelatihan khusus.”

Pengurangan jumlah tenaga kerja yang cukup masif tersebut


pada akhirnya akan mengguncang ekonomi daerah. Apa yang
diungkapkan oleh serikat buruh tersebut juga sesuai dengan temuan
penelitian yang dilakukan oleh Yustina Trilularsih dan Wahyudi
Sutopo (2017) bahwa:

“di dalam era industri 4.0, karakteristik utama kemajuan adalah in-
teraksi antara mesin dan mesin, yang menyebabkan berkurangnya
volume peran tenaga manusia operator dan meningkatkan peran
tenaga manusia yang memiliki kompetensi tinggi”.

Karena itu, berbicara mengenai kompetensi Sumber Daya


Manusia (SDM) akan menjadi kunci dalam mengambil kesempatan
revolusi industri 4.0, termasuk pekerja di sektor garmen dan tekstil.
Kompetensi merupakan hal wajib dimiliki oleh pekerja yang masih
ingin bertahan dalam gempuran industri 4.0.
Kompetensi adalah sesuatu yang dapat dipelajari oleh karena
itu penyiapan terhadap kualitas SDM yang kompeten menjadi

73

29-10-2019 tranformasi.indd 73 12/20/2019 2:17:04 PM


UMKM dalam Era Transformasi Digital

sangat urgen. Karena dengan kompetensi yang dimiliki maka akan


sangat mudah untuk mengembangkan dan memenuhi kebutuhan
kualifikasi pekerjaan baru agar sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga
kerja (Rahman Fauzan, 2018:9). Kemampuan untuk beradaptasi
tenaga kerja juga dipengaruhi oleh kesempatan yang diberikan oleh
perusahaan kepada buruh untuk mengembangkan diri. Namun di sisi
lain, perusahaan sebagai pihak yang utama terdampak secara langsung
kadangkala memiliki pemikiran yang realitis dan taktis yaitu dengan
mengganti tenaga kerja dengan mesin. Biaya pelatihan yang tinggi
menjadi satu alasan perusahaan untuk tidak mengadakan pelatihan.
Selain itu juga kebutuhan tenaga kerja yang memiliki kompetensi di
sisi lain juga dipengaruhi oleh upah tenaga kerja yang tinggi semakin
menyuburkan penggantian tenaga kerja manusia menjadi mesin.
Kemudian industri 4.0 dapat membantu menyederhanakan rantai
suplai produksi, yang sangat dibutuhkan guna menyiasati biaya
tenaga kerja yang semakin meningkat (Siswoyo Haryono, 2018: 12).
Hal seperti itu yang dikemukakan oleh salah satu ketua serikat buruh
dalam FDG di Kota Bandung:

“Bahwa adanya desakan pasar global pada akhirnya berpengaruh ter-


hadap keberadaan tenaga kerja yang digantikan oleh mesin”.

Desakan terhadap kualitas hasil produksi dan kuantitas


pada akhirnya mengindahkan kondisi tenaga kerja yang di PHK.
Perusahaan hanya akan berpedoman bagaimana perusahaan mampu
bersaing di pasar global dan bertahan sesuai dengan tuntutan pasar.

74

29-10-2019 tranformasi.indd 74 12/20/2019 2:17:04 PM


Digitalisasi pada Industri Manufaktur

4.5. Peran Perusahaan, Tenaga Kerja, dan Pemerintah dalam


Menghadapi Revolusi Industri 4.0
Melihat perkembangan industri 4.0 ini yang berdampak pada
pengurangan penggunaan tenaga kerja yang digantikan mesin, maka
diperlukan strategi dari berbagai stakeholder untuk menghadapinya.
Jika strategi ini tidak diterapkan maka akan mengakibatkan bencana
PHK yang semakin besar hanya akan menunggu waktu. Pemerintah
sebagai pemegang kebijakan perlu merumuskan strategi yang mampu
menjawab tantangan industri 4.0. Perencanaan jangka panjang harus
dimiliki road map yang jelas dalam menghadapinya. Jika tidak
memiliki maka seperti membiarkan revolusi industri 4.0 ini melindas
secara liar tenaga kerja.
Kemudian perusahaan sebagai salah satu yang terdampak
secara langsung harus memiliki strategi bisnis yang cukup teliti.
Bagaimanapun perusahaan adalah pihak pertama yang terdampak
adanya revolusi industri 4.0. Ada berbagai macam cara yang mampu
digunakan oleh perusahaan untuk menghadapi industri revolusi
4.0. Adapun solusi yang dapat dilakukan disajikan dalam matriks di
bawah ini. Di mana matriks di bawah ini merupakan hasil dari FGD
dengan serikat buruh di Kota Bandung.

Tabel 4.1. Upaya Menghadapi Revolusi Industri 4.0

Perusahaan Pemerintah Eks buruh (ter-PHK)


4. Memberikan · Pengawasan terhadap · Terorganisasi Serikat
pelatihan pelaksanaaan tenaga kerja Buruh Di Luar Pabrik
di tingkat perusahaan (SBLP)
· Pengurangan jam · Perlindungan terhadap · Pendidikan dan modal
kerja bukan justru korban PHK kerja untuk usaha
mem PHK

75

29-10-2019 tranformasi.indd 75 12/20/2019 2:17:04 PM


UMKM dalam Era Transformasi Digital

· Optimalisasi LKS · Dana sosial lebih tepat · Membuat perencanaan


Bipartit sasaran dengan serikat pekerja

· Memberikan bantuan
untuk keluarga korban
PHK selama 3 bulan
selama belum dapat kerja

Melihat matriks di atas terlihat bahwa ada beberapa jalan


keluar untuk menghadapi revolusi industri jilid 4 ini. Pengurangan
jumlah buruh bukan menjadi satu jalan terakhir. Pengurangan jam
kerja menjadi salah satu opsi daripada mengurangi jumlah buruh. Hal
ini menjadi titik temu di antara kedua pihak buruh dan pengusaha.
Namun demikian yang terjadi saat ini adalah pengurangan tenaga
kerja. Pengurangan tenaga kerja melalui PHK merupakan jalan yang
paling untuk dalam efisiensi perusahaan daripada opsi yang lain.
Apalagi bagi karyawan yang memiliki status sebagai buruh kontrak
sangat rentan terhadap ancaman PHK. Disisi lain peran serikat buruh
dalam melihat permasalahan ini perlu ditingkatkan. Optimalisasi
hubungan bipartit di tingkat perusahaan sangat diperlukan.
Hubungan ini bersifat kerja sama mencari jalan keluar bagaimana
agar perusahaan tetap berjalan dan buruh juga mendapatkan hak-
haknya. Kecakapan dalam perundingan akan mempengaruhi hak-hak
yang akan diterima (Saifuddin Bachrun, Naufal Mahfudz Ismail,
2012:109).
Kemudian dari sisi pemerintah sebagai regulator perlu
meningkatkan pengawasan. Intensitas pengawasan yang selama ini
terkendala keterbatasan personil tidak menjadi alasan bagi dinas
tenaga kerja untuk mengendurkan pengawasan di tingkat perusahaan.
Pengawasan yang kurang intensif akan memicu PHK terselubung
yang tidak diketahui. Selain itu pengawasan terhadap buruh yang ter-
PHK sangat diperlukan sehingga hak-hak buruh yang ter-PHK dapat
dibayarkan oleh perusahaan. Hak-hak yang diperoleh oleh korban
PHK dapat dijadikan modal dalam berusaha. Dengan demikian

76

29-10-2019 tranformasi.indd 76 12/20/2019 2:17:04 PM


Digitalisasi pada Industri Manufaktur

buruh tidak akan terkungkung dalam kemiskinan karena tidak


memiliki pekerjaan yang tetap. Selain itu pelatihan wirausaha juga
sangat diperlukan bagi korban PHK.
Perencanaan bagi korban PHK sangat diperlukan agar buruh
tetap berdaya. Jika tidak ada perencanaan yang matang, hasil dari
modal yang dibayarkan oleh perusahaan akan habis dan tidak
mampu diputar sebagai modal usaha. Selain itu pendampingan yang
dilakukan oleh stakeholder terkait misalnya pemerintah, serikat
buruh sangat diperlukan agar buruh tetap berdaya. Perencanaan bagi
korban PHK ini dapat dilakukan misalnya melalui potensi yang
dapat dikembangkan menjadi peluang usaha.
Perkembangan teknologi digital pada akhirnya menerjang
apapun yang ada di industri. Oleh karena itu persiapan dan
implementasi dari pemerintah harus segera dilakukan. Dampak digital
yang begitu masif dengan adanya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
merupakan ancaman yang nyata. Oleh karena penyiapan kapasitas
buruh dalam menghadapinya harus dilakukan. Kemudian bagi
pekerja yang sudah terdampak dengan adanya digitalisasi di garmen
ini maka perlu adanya pendampingan agar buruh mendapatkan hak-
haknya.
Di sisi lain, perencanaan tenaga kerja perlu dilakukan oleh
pemerintah. Dengan demikian dapat diketahui kebutuhan tenaga
kerja yang kualitas dan apa saja yang perlu dipersiapkan. Penyiapan
yang terencana akan mengurangi antara gap kebutuhan pasar kerja
dengan lulusan. Selain itu perencanaan juga mencakup antisipasi
dampak digitalisasi. Korban PHK perlu mendapatkan pelatihan.
Pelatihan-pelatihan tersebut sampai pada tahap pendampingan.
Pendampingan yang kontinyu akan mampu memberikan arah jelas
bagi usaha korban PHK untuk bangkit dan memulai usaha baru.

77

29-10-2019 tranformasi.indd 77 12/20/2019 2:17:04 PM


BAB 5
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAN SWASTA
DALAM PENGEMBANGAN
TEKNOLOGI DIGITAL
PADA UMKM

Teknologi digital telah berkembang pesat di Indonesia termasuk


pada kelompok usaha kecil dan menengah. Masuknya teknologi
digital telah mempengaruhi kecepatan arus barang dan jasa dari
konsumen ke produsen. Jika pada masa lalu pemasaran barang dan
jasa membutuhkan ruang dan waktu tertentu, maka teknologi digital
telah mengubah pemasaran barang dan jasa tanpa dibatasi oleh ruang
dan waktu. Produsen barang dan jasa dengan mudah mengenalkan
dan memasarkan produk melalui internet yang dalam waktu singkat
dapat diakses oleh jutaan konsumen dari berbagai lokasi. Pergeseran
tersebut memberikan implikasi terhadap kebutuhan kemampuan
sumber daya manusia untuk memanfaatkan teknologi dengan baik.
Perkembangan teknologi yang terjadi dalam kurun waktu
beberapa dekade terakhir perlu disikapi dengan serius. Pemerintah
sebagai pembuat regulasi sekaligus pengawas harus memiliki visi
ke depan agar perkembangan teknologi digital tidak berpengaruh
negatif terhadap kondisi ketenagakerjaan seperti menambah jumlah
pengangguran. Penguatan dunia industri baik dari sisi supply tenaga
kerja hingga kebijakan penguatan industri hingga kebijakan yang

78

29-10-2019 tranformasi.indd 78 12/20/2019 2:17:04 PM


Kebijakan Pemerintah dan Swasta dalam Pengembangan Teknologi Digital

berpihak kepada tenaga lokal perlu dijalankan. Kebijakan-kebijakan


tersebut diharapkan mampu memberikan stimulus bagi dunia
industri untuk bersaing dengan dunia luar.
Pemerintah dan swasta telah merespons perkembangan
teknologi digital untuk mendukung kesiapan sumber daya
manusia. Program rumah kreatif BUMN, program Pusat Layanan
Usaha Terpadu (PLUT) dari Kemenkop, program kampung digital,
program 1.000 start up dari Kominfo. Balai Latihan Kerja di bawah
kementerian ketenagakerjaan juga melakukan reorientasi, revitalisasi,
dan rebranding untuk menjawab tantangan ekonomi digital. Secara
umum program-program tersebut dicanangkan oleh pemerintah
pusat, namun realitasnya dapat berbeda-beda menurut provinsi
maupun kabupaten/kota.

5.1. Program Pemerintah dan Swasta Menghadapi Era Digital:


Studi Kasus Yogyakarta dan Jawa Barat
Secara realitas, pemerintah dan sektor swasta telah melakukan
berbagai program untuk menyiapkan usaha kecil dan menengah agar
dapat memanfaatkan teknologi digital dalam pengembangan usaha
mereka. Meskipun masih banyak yang harus diperbaiki, namun
usaha-usaha tersebut telah memberikan dampak yang cukup besar
bagi berkembangnya usaha kecil dan menengah di DIY termasuk
Kabupaten Bantul.

Rumah Kreatif Yogya (RKJ)


Program Rumah Kreatif BUMN yang disingkat (RKB)
merupakan upaya pemberdayaan ekonomi kerakyatan bagi UMKM
(RKB, 2018). Program yang diinisiasi oleh Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) tersebut merupakan salah satu upaya kehadiran pemerintah
dalam menggalang dan memajukan usaha kecil, menengah dalam
79

29-10-2019 tranformasi.indd 79 12/20/2019 2:17:04 PM


UMKM dalam Era Transformasi Digital

rangka meningkatkan kapasitas dan kualitas produksi. Selain itu


kehadiran program tersebut sebagai salah satu upaya agar usaha
kecil dan menengah naik kelas dan mampu menggunakan teknologi
informasi sebagai basis produksi maupun pemasaran. Salah satu
rumah kreatif yang sudah beroperasi adalah Rumah Kreatif Yogya
(RKJ).
Rumah Kreatif Yogyakarta merupakan implementasi dari
kebijakan Rumah Kreatif BUMN yang dikeluarkan oleh kementerian
BUMN. Rumah Kreatif BUMN adalah wadah bagi langkah kolaborasi
BUMN dalam membentuk Digital Economy Ecosystem melalui
pembinaan bagi UKM untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas
UKM itu sendiri. Rumah Kreatif BUMN adalah pusat data dan
informasi serta pusat edukasi, pengembangan dan digitalisasi bagi
UKM. Tujuan utama dari Rumah Kreatif BUMN adalah peningkatan
kapasitas dan kapabilitas UKM sehingga dapat terwujud UKM
Indonesia yang berkualitas.
Rumah Kreatif BUMN memanfaatkan lokasi kantor cabang
pendamping yang ada di kabupaten atau kota terkait. Tugas dari
BUMN-BUMN pendamping dari Rumah Kreatif BUMN ini,
diantaranya adalah: (1) membangun dan mengelola Rumah Kreatif
BUMN; (2) menyediakan dana operasional Rumah Kreatif BUMN;
(3) menyediakan SDM, dan (4) menyediakan fasilitas sarana dan
prasarana pendukung Rumah Kreatif BUMN termasuk di dalamnya
layanan connectivity untuk mendukung implementasi digitalisasi
bisnis dari UKM.
Rumah Kreatif Yogya berfungsi untuk menjadi fasilitator,
mediator, dan inspirator untuk mendukung usaha anggota (Pelaku
UMKM/usaha Kreatif) dalam mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya
dan semaksimal mungkin. Rumah Kreatif Yogya juga mendukung
kegiatan komunitas sosial, seni, budaya, ekonomi/bisnis dan kreatif

80

29-10-2019 tranformasi.indd 80 12/20/2019 2:17:04 PM


Kebijakan Pemerintah dan Swasta dalam Pengembangan Teknologi Digital

untuk mencapai tujuannya. Layanan yang terdapat di Rumah Kreatif


Yogya (RKJ), antara lain: (1) pelatihan; (2) konsultansi/pendampingan
bisnis; (3) workshop/lokakarya produksi; (4) pameran; (5) surat
rekomendasi ke Bank BRI untuk calon nasabah KUR; (6) program
mediasi; (7) kerja sama magang; (8) kerja sama penempatan tenaga
kerja; (9) pendanaan/funding dan (10) bertemu dengan investor.
Layanan tersebut didukung dengan fasilitas yang dapat
dimanfaatkan oleh setiap pengunjung RKJ, antara lain, (1) ruang kerja
(zona inspiratif, zona produktif, dan zona kreatif); (2) home theatre;
(3) komputer; (4) jaringan internet nirkabel; (5) kantin kejujuran.
Fasilitas inilah yang dapat membantu para pelaku usaha untuk dapat
mengembangkan usahanya. Mereka dapat bertemu dengan pelaku
usaha lain untuk secara bersama-sama mengembangkan usaha baik
melalui kerja sama untuk memenuhi bahan dasar produksi maupun
kerja sama permodalan.
Untuk melaksanakan pembinaan dan pengembangan kapasistas
pelaku UKM yang menjadi anggota, RKJ memiliki tim mentor dan
tutor yang memiliki tugas sesuai dengan spesialisasi masing-masing.
Mentor adalah pelaku bisnis yang berpengalaman dan ditetapkan
oleh pengelola sebagai konsultan bisnis, bertugas membina serta
mendampingi perkembangan usaha dari setiap anggota di Rumah
Kreatif Yogya melalui konsultasi regular secara mingguan. Tutor
adalah pengajar dengan latar belakang sebagai profesional dan pelaku
aktif yang ditunjuk oleh pengelola untuk menjadi pengampu kelas-
kelas khusus yang ditetapkan sesuai dengan keahlian masing-masing.
Tutor RKJ yang aktif memberikan kelas pengembangan kapasitas
pelaku UKM.
Selain itu, di RKJ terdapat Tim Chief Station yang memiliki
peranan penting bagi operasional RKJ. Tim ini bertugas mengelola
keanggotaan RKJ, pelaksanaan kelas, kehumasan, dan kegiatan

81

29-10-2019 tranformasi.indd 81 12/20/2019 2:17:04 PM


UMKM dalam Era Transformasi Digital

manajerial lainnya. Saat ini CF RKJ disokong oleh para pemuda-


pemudi yang secara sukarela mengabdikan dirinya bagi pengembangan
dan pembinaan pelaku UKM di RKJ.
Program rumah kreatif BUMN tersebut jika mampu dikelola
dan mampu disinkronkan dengan program dari kementerian terkait
misalnya dari Kementerian Koperasi dan UMKM diharapkan
UMKM mampu bersaing baik dari sisi produk, kemasan, maupun
dalam segi kuantitas. Pelatihan akan memberikan dampak yang luar
biasa bagi pelaku usaha di UMKM. Karena di pelatihan tersebut akan
memberikan wawasan baru dan bagaimana menyikapi persaingan
sekaligus bagaimana cara dalam meningkatkan kualitas produk.
Apalagi industri yang bergerak di bidang kreatif akan sangat mudah
dalam bersaing, karena pelatihan yang dilakukan tentunya juga
akan mengandalkan talenta dari pelaku usaha. Hasil penelitian dari
Widiya Dewi A dan Yudistira Arya (2018: 89) bahwa pelatihan bisnis
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja industri
kreatif. Industri kreatif akan semakin berkembang jika pelatihan
terus dilakukan dan adanya pendampingan secara terus-menerus.
Penggalian potensi perlu dilakukan dan perlu diasah sehingga akan
menghasilkan produk yang berkualitas.
Peningkatan kompetensi bagi pelaku usaha merupakan
prasyarat dalam bersaing dengan produk luar. Apalagi dalam fenomena
ekonomi digital yang mempermudah dalam peluang industri kreatif
harus mampu diraih. Dalam ekonomi kreatif tenaga kerja dan
teknologi merupakan dua faktor utama yang harus dimanfaatkan
semaksimal mungkin dalam menciptakan produktivitas tinggi
(Trisninawati, tanpa tahun: 7). Oleh karena itu transfer pengetahuan
bagi pelaku usaha kecil dan menengah merupakan kewajiban yang
harus segera dilakukan. Jika peningkatan kapasitas pengetahuan baik
dari sisi manajerial maupun dalam pemasaran tidak terlaksana sesuai

82

29-10-2019 tranformasi.indd 82 12/20/2019 2:17:04 PM


Kebijakan Pemerintah dan Swasta dalam Pengembangan Teknologi Digital

dengan perencanaan sehingga sangat sulit untuk meningkatkan kelas


UMKM.

Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) dari Dinas Koperasi


dan UMKM
PLUT-KUMKM (Pusat Layanan Usaha Terpadu Koperasi
dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) merupakan lembaga
yang menyediakan jasa-jasa non-finansial secara menyeluruh dan
terintegrasi bagi koperasi dan usaha mikro, kecil, dan menengah
dalam upaya meningkatkan kinerja produksi, kinerja pemasaran,
akses pembiayaan, pengembangan sumber daya manusia (SDM)
melalui peningkatan kapasitas kewirausahaan, teknis dan manajerial,
serta kinerja kelembagaan dalam rangka meningkatkan daya saing
KUMKM yang berada di DI Yogyakarta.
Penyediaan jasa oleh PLUT Yogya secara umum hanya bersifat
stimulus. Artinya bahwa jasa atau layanan yang diberikan oleh PLUT
Yogya kepada KUMKM untuk mendorong KUMKM meningkatkan
kapasitasnya dalam kinerja seperti yang disebutkan di atas yang untuk
selanjutanya KUMKM dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi
secara mandiri.
Tujuan khusus PLUT Yogya adalah: (1) menyediakan
layanan yang dapat mendorong koperasi dan UMKM di D.I
Yogyakarta mengembangkan potensi unggulan daerah, sehingga
tercapainya peningkatan kinerja dari KUMKM dengan empat
tolak ukur: produktivitas, nilai tambah, kualitas kerja, dan daya
saing KUMKM; (2) memediasi berkembangnya jaringan layanan
pengembangan usaha KUMKM dengan para pemangku kepentingan
lain di D.I Yogyakarta dengan tolak ukur terbangunnya jaringan
layanan dan kemitraan bagi KUMKM.

83

29-10-2019 tranformasi.indd 83 12/20/2019 2:17:04 PM


UMKM dalam Era Transformasi Digital

Sasaran dari PLUT Yogya adalah: (1) Bertambahnya potensi


unggulan daerah D.I Yogyakarta yang dikembangkan oleh Koperasi
dan UMKM; (2) Meningkatnya produktifitas Koperasi dan UMKM
D.I Yogyakarta; (3) Meningkatnya nilai tambah Koperasi dan UMKM
D.I Yogyakarta; (4) Meningkatnya kualitas kerja Koperasi dan
UMKM D.I Yogyakarta; (5) Meningkatnya daya saing Koperasi dan
UMKM D.I Yogyakarta; (6) Menguatnya jaringan layanan usaha yang
dikembangkan bersama dengan lembaga kemitraan yang ada di D.I
Yogyakarta.
Sebagai rumah sehat tempat yang bersifat full services, PLUT
(Pusat Layanan Usaha Terpadu) Yogya menyediakan layanan bisnis
untuk KUMKM Derah Istimewa Yogyakarta sebagai berikut:

• Konsultasi Bisnis KUMKM


Pemberian layanan konsultasi yang terkait dengan peningkatan
kinerja dan daya saing usaha KUMKM, antara lain:
1. Pengembangan SDM KUMKM;
2. Manajemen usaha;
3. Peningkatan kualitas produk;
4. Hak Kekayaan Intelektual (HAKI);
5. Kemitraan usaha;
6. Pemanfaatan teknologi informasi.

• Pendampingan atau Mentoring Bisnis


Menyediakan mentor bisnis yang khusus memberikan
pendampingan secara regular khususnya untuk KUMKM yang ingin
naik kelas dan membenahi masalah-masalah usaha yang mereka
hadapi. Fungsi mentor bisnis adalah untuk pengembangan bisnis
KUMKM.

84

29-10-2019 tranformasi.indd 84 12/20/2019 2:17:04 PM


Kebijakan Pemerintah dan Swasta dalam Pengembangan Teknologi Digital

• Fasilitasi Akses Pembiayaan


1. Akses kredit ke lembaga perbankan dan non-bank;
2. Fasilitas yang disediakan oleh kementerian/ lembaga dan
pemerintah daerah;
3. Bantuan dari lembaga donor nasional & internasional.

• Pemasaran dan Promosi


1. Menfasilitasi akses promosi dan pemasaran:
2. Membuat galeri produk KUMKM;
3. Promosi dalam event pameran;
4. Promosi media luar ruang (spanduk, banner, leaflet, buklet);
5. Kerja sama dengan instansi/lembaga promosi dan pemasaran
produk (LLP KUMKM, Kemendag, Kementerian Perindustrian);
6. Kerja sama kemitraan dengan pengusaha ritel nasional (Carrefour,
Alfamart, Giant, Indomaret, dan lain-lain).

• Pelatihan Bisnis
1. Pelatihan untuk KUMKM/calon wirausaha untuk pembuatan
baru/peningkatan kualitas produk.
2. Pelatihan skill manajerial untuk pengembangan bisnis KUMKM,
misalnya: pelatihan internet marketing, akuntansi, dan perpajakan.

Networking
PLUT menyediakan sarana networking dalam hal: sharing
pengalaman dengan pengusaha besar/menengah dan lembaga lainnya
yang dapat membantu KUMKM mengembangkan usahanya.

• Layanan Pustaka Entrepreneur


1. Penyediaan sarana multimedia yang menyediakan informasi
berbasis e-business;

85

29-10-2019 tranformasi.indd 85 12/20/2019 2:17:04 PM


UMKM dalam Era Transformasi Digital

2. Penyediaan buku-buku bisnis, jurnal, dan majalah bisnis;


3. Petugas yang ahli dalam pengelolaan kepustakaan.

Layanan PLUT Yogya menjangkau hingga ke beberapa


kabupaten di wilayah Provinsi DI Yogyakarta termasuk Kabupaten
Bantul. Namun recara realitas jangkauan layanan PLUT tersebut
sangat terbatas dan tidak menjangkau daerah-daerah terpencil. Hal
ini pun terjadi pada industri makanan ringan di Piyungan, Bantul
yang tidak mendapat jangkauan dari program layanan PLUT. Pelaku
industri kecil juga belum mengenal PLUT, sehingga sulit bagi
mereka untuk memanfaatkannya. Meskipun banyak aspek layanan
yang diberikan oleh PLUT, namun layanan tersebut masih perlu
ditingkatkan khususnya pengenalan terhadap masyarakat sasaran dan
akses untuk mendapatkan layanan sendiri.

Gerakan 1.000 start up


Gerakan Nasional 1.000 start up Digital diinisiasi oleh KIBAR
dan didukung oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika
Republik Indonesia. KIBAR adalah sebuah perusahaan yang
bertujuan membangun ekosistem teknologi di Indonesia melalui
inisiatif-inisiatif pembangunan kapasitas, mentoring, dan inkubasi di
berbagai kota. Program ini adalah bagian dari misi untuk membuat
Indonesia menjadi “The Digital Energy of Asia”. Kami percaya bahwa
Indonesia bukan pasar yang besar melainkan pemain besar yang siap
membuat perbedaan bagi negeri ini beserta penduduknya.
Tujuan program ini adalah untuk mengembangkan 1.000
(seribu) start up berbasis digital di akhir tahun 2020, yang dapat
memberi solusi berbagai masalah, demi Indonesia yang lebih maju.
Program ini terbuka untuk semua Warga Negara Indonesia yang

86

29-10-2019 tranformasi.indd 86 12/20/2019 2:17:04 PM


Kebijakan Pemerintah dan Swasta dalam Pengembangan Teknologi Digital

sudah dewasa menurut hukum, yang memiliki keinginan kuat untuk


mengikuti program ini dengan syarat:
 Perorangan atau tim, baik yang belum atau sudah memiliki ide
start up.
 Jika peserta mendaftar bersama tim, seluruh anggota tim harus
mendaftar secara perorangan.
 Memiliki tujuan untuk memecahkan masalah dengan teknologi.
· Bersedia mengikuti seluruh tahapan program, bila terpilih.

Kampung digital
Kampung digital yang diinisiasi kampung UKM digital
merupakan wujud bakti Telkom untuk membantu UKM Indonesia
dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia,
modernisasi dan peningkatan kompetensi serta daya saing UKM
melalui ICT (Slamet, Rahmat, dkk, 2016). Di dalam kampung
digital ini telkom mensuport jaringan internet. Disamping itu juga
menyediakan working space berupa blanja.com. Adanya kampung
digital ini diharapkan mampu menggerakkan ekonomi masyarakat
khususnya di sentral usaha kecil dan menengah. Apalagi persaingan
bisnis sangat terasa di era digital seperti sekarang ini. Jika usaha
kecil dan menengah tidak memiliki akses, kemampuan kontinuitas
produksi maka usaha tersebut tidak mampu bersaing.

5.2. Dampak Kebijakan Pemerintah dalam Program


Menghadapi Digital Teknologi
Berbagai program untuk pengembangan ekonomi digital telah
dilakukan pemerintah dan swasta. Namun khusus di daerah pinggir
seperti Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, program-program
tersebut belum bisa menyentuh masyarakat di sana. Latar belakang
Piyungan yang selama ini tidak menjadi sentra produksi UMKM
87

29-10-2019 tranformasi.indd 87 12/20/2019 2:17:04 PM


UMKM dalam Era Transformasi Digital

seperti di kecamatan lain menyebabkan daerah ini belum dilirik oleh


program-program tersebut. Sebagian besar pelaku usaha kecil dan
menengah di sana masih menjalankan bisnisnya secara mandiri tanpa
bantuan dari pemerintah. Di wilayah kecamatan ini tidak ditemukan
adalah kawasan industri untuk produk-produk UMKM, dan tidak
ada kampung digital
Untuk mengurangi kesenjangan antara Kecamatan Piyungan
dengan kecamatan lain, pemerintah Provinsi DI Yogyakarta dan
Kabupaten Bantul dalam proses mendirikan sentra industri kreatif di
Piyungan. Kawasan ini akan dikelola oleh salah satu perusahaan besar
yang bermitra dengan pengusaha kecil dan menengah. Pengusaha
besar akan melakukan pembinaan dan pendampingan sehingga
produk dari pengusaha kecil dapat dipasarkan ke pasar global melalui
pengusaha besar. Pengusaha kecil dapat membuat produknya di
kawasan industri Piyungan atau menyetorkan produk yang dibuat
di tempat mereka masing-masing. Akan tetapi kebijakan tersebut
masih belum sepenuhnya berjalan. Tahapan yang dilalui masih tahap
awal, meskipun pada saat penelitian ini dilakukan kawasan industri
sudah dikelola oleh perusahaan besar dan dalam tahap pembangunan
tempat-tempat usaha yang dapat digunakan oleh pengusaha kecil
menengah.
Kawasan industri Piyungan Bantul ditujukan untuk
menampung industri yang ramah lingkungan sehingga tidak
mencemari lingkungan. Pembangunan kawasan industri ini
ditargetkan dapat menyerap hingga 75.000 tenaga kerja terutama
yang berasal dari daerah Bantul. Saat penelitian ini dilakukan
beberapa karyawan termasuk pendamping dan bertugas mengelola
CSR di sekitar kawasan industri telah direkrut. Sebagian besar dari
mereka adalah tenaga kerja berasal dari wilayah Bantul. Kecuali
tenaga kerja yang memerlukan keahlian khusus seperti arsitek yang

88

29-10-2019 tranformasi.indd 88 12/20/2019 2:17:04 PM


Kebijakan Pemerintah dan Swasta dalam Pengembangan Teknologi Digital

didatangkan dari luar daerah bantul. Meskipun belum memberikan


pengaruh besar terhadap perkembangan UMKM di Piyungan,
setidaknya telah muncul investasi dari luar yang akan mengubah peta
perkembangan UMKM di Piyungan. Meskipun prinsip kehati-hatian
terhadap dampak negatif investasi ini tetap perlu dilakukan agar
tidak menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat. Jangan sampai
masyarakat menjadi penonton bagi perkembangan di daerahnya
sendiri tanpa menerima manfaat sebagaimana diharapkan.
Tidak hanya UMKM di Piyungan yang kurang mendapatkan
sentuhan kebijakan pemerintah dan swasta. Jangkauan layanan
program/kebijakan di kecamatan lain pun masih belum merata
meskipun tidak separah di Piyungan. Hal ini disebabkan oleh
banyaknya UMKM di Bantul. Antara tahun 2015-2017 terdapat sekitar
11,954 Izin Usaha Menengah Kecil (IUMK) di Kabupaten Bantul.
Dari jumlah tersebut izin usaha terbanyak terdapat di Kecamatan
Banguntapan yaitu 1.065 izin usaha dan terbanyak kedua terdapat di
Kecamatan Piyungan sebesar 846 izin usaha. Sebagian besar pelaku
usaha masih belum mendapatkan sentuhan kebijakan langsung dari
pemerintah dan swasta.
Terlepas dari kelemahan yang ada, berbagai program yang
dilakukan oleh pemerintah dan swasta telah berdampak pada
berkembangnya UMKM khususnya dalam pemasaran. Keadaan ini
dapat dilihat dari berbagai kasus di kampung-kampung digital dan
kawasan yang mendapat pendampingan langsung dari pemerintah
seperti Hasil penelitian Triyono, dkk (2017) di Kabupaten Sleman
bahwa salah satu rumah kreatif seperti kampung digital telah mampu
memberikan dampak yang luar biasa dalam segi pemasaran hasil
industri kecil misalnya di industri bambu. Bertambahnya pasaran
akan menambah jumlah pekerja yang terlibat, bahkan jika pesanan
sudah tidak mampu dikerjakan sendiri maka bisa berkongsi dengan

89

29-10-2019 tranformasi.indd 89 12/20/2019 2:17:04 PM


UMKM dalam Era Transformasi Digital

pelaku usaha industri yang sejenis. Tentunya dalam kerja sama


tersebut juga harus mengutamakan kualitas dan target produksi.
Karena kelemahan UMKM salah satunya adalah bagaimana
mempertahankan kualitas produk jika diproduksi secara masal.
Selain itu persoalan lain adalah bagaimana memenuhi target produksi
sesuai pesanan. Target produksi dan menjaga kualitas mutu adalah
hal yang utama dalam mempertahankan keberlangsungan industri.
Karena hal ini menyangkut kepercayaan dari konsumen. Hal tersebut
juga ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Rochiyati
Murniningsih, Muljono, dan Miftahul Alba Pramana (2017) yang
melakukan usaha UMKM batik di Kota Magelang bahwa masalah
yang dihadapi UMKM batik hampir seragam misalnya masalah
ketidakstabilan produksi, kualitas, dan kuantitas.
Berbagai kebijakan dan program menghadapi perkembangan
teknologi digital oleh pemerintah masih menyisakan satu keganjilan
karena masih minimnya keterlibatan BLKD. Lembaga tersebut
merupakan lembaga pemerintah yang semestinya lebih tanggap dan
siap dalam mengantisipasi berkembangkan teknologi digital dalam
perekonomian khususnya UMKM. Namun berbagai kegiatan yang
dilakukan oleh BLKD menunjukkan bahwa keterlibatan mereka
masih sangat minim bahkan cenderung tidak ada. BLKD dapat
dikatakan tertinggal dalam menghadapi tantangan teknologi digital
jika dibandingkan dengan lembaga-lembaga lain terutama swasta.
Oleh sebab itu pengembangan BLKD menjadi wajib dilakukan agar
lembaga ini dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

90

29-10-2019 tranformasi.indd 90 12/20/2019 2:17:04 PM


BAB 6
PENUTUP

6.1. Kesimpulan
Di tengah perbincangan mengenai disruption, terutama yang
mengguncang teknologi industri manufaktur di Indonesia, muncul
optimisme tentang peluang ekonomi baru yang tumbuh dari UMKM.
Hal ini seperti dua kutub yang saling menjauh, apabila kutub yang
satu yaitu industri manufaktur mengalami guncangan hebat karena
kecenderungan robotisasi dan digitalisasi yang menyebabkan PHK
buruh pabrik secara bertahap, maka kutub yang satu lagi yaitu UMKM
justru seperti menggeliat karena era digital menciptakan rantai pasar
baru dan meningkatkan produksi dari UMKM. Pandangan umum
mengenai hal ini, terutama menggeliatnya UMKM di era digital
hampir bisa diterima oleh banyak kalangan sekarang ini.
Di sisi lain, menggeliatnya UMKM tampaknya tidak diikuti
dengan perkembangan teknologi produksi yang digunakan. Dari
sisi ini, UMKM dapat dikatakan tidak mengalami digitalisasi, tidak
seperti yang terjadi pada industri besar sektor manufaktur, misalnya.
Teknologi UMKM pada era digital ini hampir tidak mengalami
perubahan yang berarti yaitu mempertahankan teknologi tradisional,
dengan peralatan sederhana dan bahkan tidak bersifat robotik.
Dengan kata lain, teknologi UMKM masih benar-benar bersifat

91

29-10-2019 tranformasi.indd 91 12/20/2019 2:17:04 PM


UMKM dalam Era Transformasi Digital

manual, dikerjakan dengan tangan manusia satu per satu atau secara
kelompok atau secara bersama-sama.
Meningkatnya rantai pasar di satu sisi dan dipertahankannya
cara produksi UMKM yang tradisional di sisi lain, telah menggeliatkan
sektor usaha ini, serta menampilkan profil yang berkebalikan dengan
terminologi disruption di atas. Kecenderungan UMKM di era digital
yang berkebalikan dengan disruption itu, setidaknya ditunjukkan
pada tiga hal berikut:
1) Rantai pasar yang tercipta melalui teknologi digital antara lain
dalam bentuk market place baru dan jaringan media sosial baru
telah membuka pasar baru dan mengembangkan rantai pasar
bukan hanya di tingkat lokal, namun juga nasional, regional, dan
global. Rantai pasar baru ini juga menciptakan peluang kerja baru
bagi sektor jasa antara lain berupa jasa pengiriman barang yang
bergerak pada tingkatan wilayah tersebut di atas. Pada saat ini, jasa
pengiriman bukan hanya didominasi oleh perusahaan BUMN
seperti PT. Pos Indonesia, namun telah berkembang perusahaan-
perusahaan swasta lain yang keseluruhannya telah meningkatkan
lalu lintas pengiriman barang ke berbagai penjuru hingga pelosok-
pelosok negeri.
2) Meningkatnya pesanan barang melalui pasar baru tersebut
berimplikasi secara langsung pada peningkatan produksi barang
pada unit-unit UMKM, mulai dari unit individu, rumah-tangga,
kelompok usaha bersama hingga unit-unit mikro yang lain seperti
industri rumah-tangga yang lebih besar. Produksi barang juga
berimplikasi pada kebutuhan bahan baku baik yang disedikaan
di daerah itu maupun didatangkan dari daerah lain. Dengan kata
lain, proses produksi UMKM justru telah meningkat pesat karena
berkembangnya pasar baru tersebut.
3) Meningkatkan pasar dan produksi juga telah menggerakkan

92

29-10-2019 tranformasi.indd 92 12/20/2019 2:17:04 PM


Penutup

perekonomian pedesaan melalui penyerapan tenaga-kerja di unit-


unit UMKM tersebut. Jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam
rantai pasar dan proses produksi UMKM mengalami peningkatan
pesat dan mampu menjadi sumber mata pencaharian baru bagi
pengangguran di perdesaan dan perkotaan.

Di dua lokasi penelitian yaitu Bantul-DIY dan Bandung, geliat


UMKM tampak menonjol antara lain terlihat dari meningkatnya
jumlah produksi barang dan tenaga kerja yang dilibatkan di unit-unit
produksi. Hal ini sebenarnya juga bisa dilacak dari ramainya gerai
UMKM di marketplace serta lalu lintas perdagangan di media sosial.
Kedua daerah ini yaitu Bantul-DIY dan Bandung seperti menjadi
ikon baru UMKM di era digital, di mana proses produksi barang dan
tenaga kerja UMKM mengalami dinamika yang pesat belakangan ini.
Di sisi lain, walaupun belum terbukti adanya hubungan
disruption itu dengan tumbuhnya UMKM, namun setidaknya
bagi buruh-buruh pabrik yang di PHK karena alasan perusahaan
mengalihkan teknologinya dari mesin manual ke robotik dan digital,
marketplace, dan media sosial telah menjadi ruang baru bagi mereka
untuk mencoba usaha yang lebih mandiri atau tidak tergantung pada
perusahaan besar. Beberapa buruh korban PHK di Bandung yang
ditemui mengatakan hal ini. Mereka justru mampu mengembangkan
usaha sendiri dan memasarkan hasilnya secara lebih leluasa.
Memang belum dapat dikatakan bahwa pada era digital ini,
UMKM justru berperan seperti “bantalan krisis” dari disruption itu.
Tetapi perkembangan UMKM di sisi pasar, produksi, penyerapan
tenaga kerja dan penciptaan lapangan kerja baru bagi buruh korban
PHK, tampaknya tidak berlebihan jika dikatakan demikian. Sifat
UMKM yang lentur dan fleksibel dalam pengaturan justru telah
berkembang menjadi kekuatan baru di era disruption ini. Walaupun

93

29-10-2019 tranformasi.indd 93 12/20/2019 2:17:04 PM


UMKM dalam Era Transformasi Digital

kekuatan baru itu berwajah tradisional, namun dalam beberapa hal


tradisionalitas yang mengandung otentisitas memiliki ceruk pasar
tersendiri.
Di DIY misalnya, dalam beberapa tahun terakhir telah tumbuh
komunitas-komunitas UMKM yang bergerak secara lentur, bukan
lagi dibatasi pada ruang fisik melainkan pada jaringan komunikasi.
Komunitas-komunitas baru itu telah menjadi wadah baru bagi
perkembangan UMKM di DIY yang memperlihatkan karakteristik
sosial yang kental, selain orientasi ekonominya yang jelas. Mereka
saling bergorong-royong mengembagkan usaha-usaha masing-masing
melalui konsep saling bantu dan tolong-menolong melalui cara
baru, misalnya berbagi pengalaman, pemecahan masalah, pembuatan
produk baru, strategi pemasaran, dan sebagainya.
Dengan kata lain, disruption sebagaimana yang disampaikan
secara konseptual oleh berbagai kalangan tidak terbukti di sektor
UMKM. Mungkin pernyataan itu benar di industri besar terutama
sektor manufaktor yang mengalami guncangan dari sisi tenaga-
kerja atau mungkin pasar baru yang berubah sehingga muncul teori
keseimbangan baru yang diperlukan untuk memulihkan masa-masa
disruption ini. Di UMKM, teori ini tampaknya tidak terbukti karena
yang terjadi justru sebaliknya, bukan disruption melainkan new
development, yang ditandai dengan pasar baru, produksi, dan tenaga-
kerja yang meningkat serta terciptanya lapangan usaha baru.

6.2. Rekomendasi
Rekomendasi yang dapat menjadi pertimbangan untuk
penyiapan tenaga kerja di era digital ini antara lain:
1. Pemerintah telah membuat skema kebijakan yang disebut sebagai
Skill Development Funds (SDF) untuk re-skilling dan up-skilling
tenaga-kerja yang terdampak otomasi (PHK), antara lain melalui

94

29-10-2019 tranformasi.indd 94 12/20/2019 2:17:04 PM


Penutup

BLK. Namun demikian, implementasi skema kebijakan ini tidak


mudah karena tidak semua tenaga-kerja terdampak otomasi
terjaring SDF. Hal ini antara lain karena tidak mudah mendata
seluruh tenaga-kerja yang terdampak otomasi di daerah-daerah
sehingga banyak buruh yang di-PHK kehilangan pekerjaan dan
menganggur. Untuk meningkatkan skema kebijakan SDF ini, tim
peneliti merekomendasikan perlu dilakukannya monitoring PHK
berbasis serikat pekerja yang terintegrasi ke sistem pengawasan di
tingkat kementerian sehingga kemungkinan terabaikannya buruh
yang di PHK di dalam skema kebijakan ini dapat diperkecil
3. Pemerintah melalui Menko Perekonomian telah membuat
“Road Map Vokasi” untuk mengembangkan SDM termasuk di
era digital sekarang ini. Namun demikian, kecenderungan road
map vokasi itu mengikuti permintaan kebutuhan sektor industri
sangat besar sehingga dikhawatirkan vokasi di Indonesia didorong
oleh sektor industri terutama industri besar. Hal ini bukan hanya
menyebabkan vokasi akan bias pada sektor industri namun
juga hanya pada industri besar, sedangkan sektor lain seperti
pertanian, pariwisata, dan lain-lain serta UMKM akan tertinggal.
Atas dasar pertimbangan ini, tim peneliti merekomendasikan
agar roadmap vokasi itu dirancang untuk pengembangan SDM
secara menyeluruh termasuk di era digital dan menjadikan vokasi
itu sebagai salah satu strategi pengembangan SDM di Indonesia
yang meliputi semua jenjang pendidikan sehingga vokasi tidak
hanya digunakan sebagai keperluan pragmatis, yaitu mengatasi
persoalan mismatch dan beban pemagangan namun juga untuk
pembentukan karakter, pengetahuan, dan keterampilan SDM
sejak dini.
4. Di luar roadmap vokasi itu ada fungsi strategis yang dapat
digunakan untuk pengembangan SDM di daerah-daerah yaitu

95

29-10-2019 tranformasi.indd 95 12/20/2019 2:17:04 PM


UMKM dalam Era Transformasi Digital

keberadaan BLKD. Namun demikian, sebagian besar BLKD mati


suri sehingga perlu revitalisasi dan reorientasi BLKD. Pemerintah
pusat perlu membuat instrumen kebijakan untuk mendorong
pemerintah daerah melakukan “revitalisasi dan reorientasi BLKD”.

96

29-10-2019 tranformasi.indd 96 12/20/2019 2:17:04 PM


DAFTAR PUSTAKA

Ariyanti, S. (2015). Studi Pengukuran Digital Divide di Indonesia. Buletin


Pos dan Telekomunikasi, 11(4), 281. https://doi.org/10.17933/
bpostel.2013.110402
Amaliyanah. 2017. Pengaruh Penerapan Teknologi Informasi pada Kampung
UKM Digital Pasar Batik Trusmi dalam Meningkatkan Daya Saing.
Skripsi diajukan sebagai salah cara untuk memperoleh gelar sarjana
hukum pada jurusan Muamalah Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas
Syariah dan Ekonomi Islam, Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Benceu, F. (2017). Evaluation of the Impact of the 4th Industrial Revolution
on the Labor Market. Romanian Economic and Business Review.
Benedikt Frey, C., Osborne, M. A., Armstrong, S., Bostrom, N., Chinellato,
E., Cummins, M., … Shanahan, M. (2013). the Future of Employment:
How Susceptible Are Jobs To Computerisation? *, 1–72. http://doi.
org/10.1016/j.techfore.2016.08.019
Billy, A. T. (2017, Mei). Riset: 41 Persen dari Total Pengangguran yang
Bekerja di Go-Jek Lulusan SMA. Retrieved from Tribun Bisnis:
http://www.tribunnews.com/bisnis/2017/05/08/riset-41-persen-dari-
total-pengangguran-yang-bekerja-di-go-jek-lulusan-sma
BPS. (2018, Agustus 06). [Seri 2010] PDB Triwulanan Atas Dasar Harga
Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah), 2014-
2018. Retrieved Agustus 2018, from https://www.bps.go.id/
dynamictable/2015/05/06/826/-seri-2010-pdb-triwulanan-atas-dasar-
harga-berlaku-menurut-lapangan-usaha-miliar-rupiah-2014-2018.html
BPS. (2018). Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan
Pekerjaan Utama 1986 - 2017. Retrieved Mei 2018, from https://www.
bps.go.id/statictable/2009/04/16/970/penduduk-15-tahun-ke-atas-
yang-bekerja-menurut-lapangan-pekerjaan-utama-1986---2018.html

97

29-10-2019 tranformasi.indd 97 12/20/2019 2:17:04 PM


UMKM dalam Era Transformasi Digital

BPS. (2018). Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang


Ditamatkan 1986 - 2018. Retrieved Mei 2018, from https://www.bps.
go.id/statictable/2009/04/16/972/pengangguran-terbuka-menurut-
pendidikan-tertinggi-yang-ditamatkan-1986---2018.html
Brynjolfsson E., McAfee A. (2011). Race Against the Machine: How the Digital
Revolution is Accelerating Innovation, Driving Productivity and
Irreversibly Transforming Employment and the Economy. Lexington,
MA: Digital Frontier Press. Diunduh p8 Oktober 2018. http://
b1ca250e5ed661ccf2f1da4c182123f5956a3d22aa43eb816232.r10.cf1.
rackcdn.com/contentItem-5422867-40675649-ew37tmdujwhnj-or.pdf
Burrow, Sharan & Byhovskaya, A. (2016). Assesing The Social Dimension
of The Digital Economy. In Transformations in Technology,
Transformations in Work (pp. 183–204). JustJob Network Inc.
Cruz-Jesus, F., Oliveira, T., & Bacao, F. (2018). The Global Digital Divide.
Journal of Global Information Management, 26(2), 1–26. https://doi.
org/10.4018/JGIM.2018040101
Dedi Purwana ES, Rahmi dan Shandy Aditya. 2017. Pemanfaatan Digital
Marketing Bagi Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah (UMKM)
Di Kelurahan Malaka Sari, Duren Sawit. Jurnal Pemberdayaan
Masyarakat Madani (JPMM) E-ISSN: 2580-4332. Vol. 1 No. 1 Juli
2017 DOI: doi.org/10.21009/JPMM.001.1.01.
Deloitte Access Economics. (2015). SMEs Powering Indonesia’s success: The
Connected Archipelago’s Growth Engine. Deloitte Access Economic.
Retrieved from www2.deloitte.com/content/dam/Deloitte/id/
Documents/finance/id-fas-sme-powering-indonesia-success-report-
bahasa-noexp.pdf
Devi, F. O., Nugraha, C., & Rispianda. (2014). Permodelan dan simulasi
berbasis agen untuk analisis pengaruh penerapan otomasi industri
terhadap lapangan kerja. Jurnal Online Institut Teknologi Nasional.
Dewan, S., & Riggins, F. J. (2005). The digital divide: Current and future
research directions. Journal of the Association for Information
Systems, 6(12), 298–337. https://doi.org/COM(2010)245 final
Dewantara, A. B., & Kholil, M. (2015). Sistem otomasi sebagai upaya
perbaikan kualitas dengan metode SPC pada LINE FISNISHING
(studi kasus : PT. X). Ilmiah Teknik Industri.

98

29-10-2019 tranformasi.indd 98 12/20/2019 2:17:04 PM


Daftar Pustaka

Dewi Widiya Anjaningrum, Yudistira Arya Sapoetra. 2018. Pengaruh


Entrepreneurship, Business Coaching, Mentoring dan Komunitas
Kreatif Terhadap Kinerja Industri Kreatif (Studi pada Industri Kreatif
yang Tergabung dalam Malang Creative Fusion). Jurnal JIBEKA
Volume 12 No 1, 2018 : 83 -92. Diunduh 8 Oktober 2018. https://
lp2m.asia.ac.id/wp-content/uploads/2018/04/12.-JURNAL-WIDIYA-
VOL-12-NO-1-B2018.pdf.
Falgenti, Kursehi. 2011. Transformasi Ukm Ke Bisnis Online Dengan
Internet Marketing Tools. Jurnal Ilmiah Faktor Exacta. Vol. 4 No.
1 Maret 2011. https://www.researchgate.net/publication/225284355/
download.
Fauzan, Rahman. 2018. Karakteristik Model dan Analisa Peluang-Tantangan
Industri 4.0. Jurnal Teknik Informatika Politeknik Hasnur Volume
04, Nomor 1, Edisi April 2018. Diunduh 8 Oktober 2018. http://
www.ejournalpolihasnur.com/index.php/pha/article/view/271
Fors, A. C. (2012). The ontology of the subject in digitalization. Handbook
of Research on Technoself: Identity in a Technological Society,
(Heidegger 1977), 45–63. http://doi.org/10.4018/978-1-4666-2211-1.
ch003
Gray, J. O., & Davis, S. T. (2013). Robotics in the food industry: an introduction.
© Woodhead Publishing Limited. doi:10.1533/9780857095763.1.21
Haryono, Siswoyo. 2018. Re-Orientasi Pengembangan Sdm Era Digital Pada
Revolusi Industri 4.0 The National Conference On Management
And Business (Ncmab) 2018. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universoitas Muhammadiyah Surakarta Direktorat Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Sabtu, 5 Mei 2018. Diunduh
tanggal 8 Oktober 2018.http://repository.umy.ac.id/bitstream/
handle/123456789/19182/Full_Paper_Sioswoyo_NCMAB_18_
UMS.pdf?sequence=4&isAllowed=y
Hadiyat, Y. D. (2014). Kesenjangan Digital di Indonesia Digital Divide in
Indonesia (Case Study in Wakatobi-Regency). Jurnal Pekommas,
17(20411), 81–90. Retrieved from http://download.portalgaruda.org/
article.php?article=278889&val=6557&title=Kesenjangan Digital di
Indonesia (Studi Kasus di Kabupaten Wakatobi)

99

29-10-2019 tranformasi.indd 99 12/20/2019 2:17:04 PM


UMKM dalam Era Transformasi Digital

Hirsch-kreinsen, H. (2016). diGiTalizaTion oF indusTrial Jobs in Germany.


In G. Dewan, S. & Randolph (Ed.), Transformations in Technology,
Transformations in Work. JustJob Network Inc.
IFR. (2017). A positioning paper by the International Federation of Robotics.
Iqbal, J., Khan, Z. H., & Khalid, A. (2017, April-June). Prospects of robotics
in food industry. Food Science and Technology, 159-165. doi:http://
dx.doi.org/10.1590/1678-457X.14616
Jepsen, M., & Drahokoupil, J. (2017). The digital economy and its
implications for labour. journal sagepub.
Jurriens, E., & Tapsell, R. (2017). Challenges and opportunities of the digital
‘revolution’ in Indonesia. Dalam R. Jurriens, Edwin dan Tapsell
(Ed.), Digital Indonesia: Connectivity and Divergence (p. 304).
ISEAS⎯Yusof Ishak Institute.
Kagermann, H. (2014). Chancen von Industrie 4.0 nutzen. Dalam
Bauernhansl, Th., ten Hompel, M., Vogel-Heuser, B. (ed.) Industrie
4.0 in Produktion, Automatisierung und Logistik. Anwendung,
Technologien, hlm. 603-614. Migration. Wiesbaden
Kementerian Perindustrian, 2017, Making Indonesia 4.0: Strategi RI Masuki
Revolusi Industri Ke-4, http://www.kemenperin.go.id/artikel/18967/
Making Indonesia-4.0:-Strategi-RI-Masuki-Revolusi-Industri-Ke-4
Khan, S., Khan, S., & Aftab, M. (2015). Digitization and its impact on
economy. International Journal of Digital Library Services, 5(2).
Khan, Z. H., Khalid, A., & Iqbal, J. (2018). Towards realizing robotic
potential in future intelligent food. doi:10.1016/j.ifset.2018.05.011
Klingenberg, C. O. (2017). Industry 4.0: what makes it a revolution? Dalam
EurOMA 2017.
Krzywdzinski, Martin, Ulrich Jürgens and Sabine Pfeiffer. 2016. The Fourth
Revolution: The Transformation of Manufacturing Work in the Age
of Digitalization. WZB Report 2016. Diunduh 10 Oktober 2018.
file:///C:/Users/S/Downloads/2016industrie40.pdf
Luk lu’ul Ilma. 2016. Strategi Pengembangan UKM Digital dalam
Menghadapi Era Pasar Bebas Development Strategy Of Digital
Start Up To Confront The Era Of Free Market .http://journals.
telkomuniversity.ac.id/ijm/article/view/319/266. Jurnal Manajemen
Indonesia Vol.16 -No.2 April 2016

100

29-10-2019 tranformasi.indd 100 12/20/2019 2:17:04 PM


Daftar Pustaka

Meri Nur Amelia, Yulianto Eko Prasetyo, Iswara Maharani. 2017. E-UMKM:
Aplikasi Pemasaran Produk UMKM Berbasis Android sebagai
Strategi Meningkatkan Perekonomian Indonesia. Prosiding S NA T
I F ke-4 T a h u n. 2 0 1 7. ISBN: 978-602-1180-50-1. https://media.
neliti.com/media/publications/172021-ID-none.pdf
Murniningsih R, M Muljono, MA Pramana. 2017. PKU Pendampingan
Manajemen Usaha Industri Limbah Perca Batik UMKM Batik
Kebonpolo. The 6th University Research Colloquium 2017,
Universitas Muhammadiyah Magelang-URECOL. Diunduh 9
Oktober 2018. Journal.ummgl.ac.id
Penggagas. (2016). Penggagas Kenali TOP 15 Startup Indonesia yang
Mendapatkan Funding Melimpah dari Investor. Retrieved from
http://www.penggagas.com/kenali-top-15-startup-indonesia-yang-
mendapatkan-funding-melimpah-dari-investor/
Rumah Kreatif BUMN. Tentang RKB. Diunduh Pada 10 Oktober 2018.
Http://rkb.id/about.
RO/Micom. (2018, Januari). Antisipasi Potensi PHK Massal Karena
Otomatisasi. Retrieved from Media Indonesia: http://mediaindonesia.
com/read/detail/139147-antisipasi-potensi-phk-massal-karena-
otomatisasi
Saifuddin Bachrun, Naufal Mahfudz Ismail. 2012. Kita Mengelola Mogok
Kerja dan Demo. PPM Manajemen: Jakarta.
Sebastian Dullien, Hansjorg Herr, Christian Kellermann. 2013. Kapitalisme
yang Layak. Jakarta: Friedrich-Ebert-Stiftung Kantor Perwakilan
Jakarta.
Sentryo. (2017). The 4 Industrial Revolutions The First Industrial
Revolution–1765. Retrieved from www.sentryo.net/the-4-industrial-
revolutions/
Trisninawati. Tanpa tahun. Kompetensi Sumber Daya Manusia Bagi
Pengusaha Perempuan dalam Meningkatkan Industri Kreatif (Studi
Kasus Industri Kerajinan Tenun Songket di Kota Palembang).
Diunduh pada 10 Oktober 2018. http://jp.feb.unsoed.ac.id/index.
php/sca-1/article/viewFile/612/pdf_56.
Tritularsih, Yustina dan Wahyudi Sutopo. 2017. Peran Keilmuan Teknik
Industri dalam Perkembangan Rantai Pasokan Menuju Era Industri

101

29-10-2019 tranformasi.indd 101 12/20/2019 2:17:04 PM


UMKM dalam Era Transformasi Digital

4.0. Seminar dan Konferensi Nasional IDEC 2017 ISSN: 2579-6429


Surakarta, 8-9 Mei 2017. Diunduh 8 Oktober 2018. http://idec.
industri.ft.uns.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/Prosiding2017_
ID071.pdf.
Triyono, Soewartoyo, Devi Asiati, Ngadi, Vanda Ningrum. 2017. Tenaga
Kerja dalam Transformasi Digital Pada UMKM: Kesempatan dan
Kualitas Tenaga Kerja. Pusat Penelitian Kependudukan Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Tsatsou, P. (2014). Internet Studies; Past, Present and Future Directions.
Inggris: Ashgate Publishing Limited. http://doi.org/10.1016/j.
ophtha.2009.02.001
Van Dijk, J. A. G. M. (2006). Digital divide research, achievements and
shortcomings. Poetics, 34(4–5), 221–235. https://doi.org/10.1016/j.
poetic.2006.05.004
Wei, K.-K., Teo, H.-H., Chan, H. C., Tan, B. C. Y., & Chan, C. (2011).
Conceptualizing and Testing a Social Cognitive Model of the Digital
Divide Conceptualizing and Testing a Social Cognitive Model of the
Digital Divide. Source: Information Systems Research Information
Systems Research, 22(1), 170–187. https://doi.org/10.1287/isre.
l090.0273
World Economic Forum. (2016). The Future of Jobs Employment, Skills
and Workforce Strategy for the Fourth Industrial Revolution.
Growth Strategies. Retrieved from http://search.proquest.com/
docview/1776113790?accountid=26646%5Cnhttp://link.periodicos.
capes.gov.br/sfxlcl41?url_ver=Z39.88-2004&rft_val_fmt=info:ofi/
fmt:kev:mtx:journal&genre=article&sid=ProQ:ProQ:pqrl&atitle=3+-
+THE+FUTURE+OF+JOBS&title=Growth+Strategi
WTO. 2017. Impact Of Technology On Labour Market Outcomes. WTO
Report 2017 Diunduh pada https://www.wto.org/english/res_e/
booksp_e/wtr17-3_e.pdf
Zhou, J. (2013). Digitalization and intelligentization of manufacturing
industry. Shanghai University and Springer-Verlag Berlin Heidelberg.
Adv. Manuf (2013)1:1-7. Diunduh 9 Oktober 2018. https://doi.
org/10.1007/s40436-013-0006-5.

102

29-10-2019 tranformasi.indd 102 12/20/2019 2:17:04 PM


Daftar Pustaka

Website
https://hbr.org/2016/04/a-chart-that-shows-which-industries-are-the-most-
digital-and-why
https://inet.detik.com/telecommunication/d-3435314/internet-fiber-optik-
baru-jangkau-20-indonesia
https://kominfo.go.id/content/detail/3298/sekilas-palapa-ring/0/palapa_
ring

103

29-10-2019 tranformasi.indd 103 12/20/2019 2:17:04 PM


TENTANG PENULIS

Devi Asiati, lahir di Bukittinggi pada 26 Juni 1967.


Pendidikan Sarjana Ekonomi diperoleh dari Jurusan
Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas
Ekonomi Universitas Andalas Padang (1991). Gelar
Master Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan,
diperoleh dari Universitas Indonesia (2004). Pekerjaan sebagai peneliti
bidang ketenagakerjaan di Pusat Penelitian Kependudukan⎯LIPI sejak
tahun 1994⎯sekarang.

Ngadi, Peneliti Ketenagakerjaan-Pusat Penelitian


Kependudukan LIPI sejak tahun 2005. Sebelumnya
aktif sebagai peneliti di Yayasan Desa Mandiri
Yogyakarta, dan PT. Spasiwidya Consultant
Jakarta. Menyelesaikan pendidikan S-2 pada Ilmu
Kependudukan dan Ketenagakerjaan, Universitas Indonesia, tahun
2003. Saat ini sedang menempuh pendidikan PhD di Human
Geography the University of Tokyo-Jepang. Menulis paper tentang
ketenagakerjaan dalam bentuk buku maupun jurnal ilmiah. Beberapa
tulisan terakhir yang disusun dalam dua tahun terakhir adalah:
Kebijakan Ketenagakerjaan Menghadapi Ledakan Penduduk Usia
Kerja di Indonesia, Dinamika Tenaga Kerja Pada sistim Pertanian

104

29-10-2019 tranformasi.indd 104 12/20/2019 2:17:04 PM


Tentang Penulis

Organik di Kabupaten Sragen, Dinamika Pendapatan Penduduk


Wilayah Pesisir Kabupaten Selayar, Keberlanjutan Perkebunan
Kelapa Sawit di Indonesia dan Prospek Pengembangan di Kawasan
Perbatasan, dan Income Inequality of Oil Palm Plasma farmers in
South Sumatra Indonesia: The School Enrollment of Children in the
Plantation Sector.

Vanda Ningrum, Peneliti Pusat Penelitian


Kependudukan LIPI sejak tahun 2008. Menyelesaikan
pendidikan sarjana di Fakultas Ekonomi UI dan
magister di ISIDA School of Business Italy. Selama
karirnya, Vanda banyak melakukan penelitian dengan
fokus kajian tenaga kerja, penduduk kelas menengah, studi pemuda,
pangan, dan pertanian. Beberapa publikasi yang telah dihasilkan
antara lain buku pemuda dan pertanian berkelanjutan dan beberapa
artikel jurnal seperti pola pengeluaran dan gaya hidup kelas menengah,
liberalisasi pertanian dan pemuda lokal, serta modernisasi dan krisis
regenerasi petani.

Triyono, lahir di Sleman 23 September 1984. Menempuh Pendidikan


di Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 2005-2009.
Aktif di berbagai organisasi baik di kampus maupun di masyarakat.
Selain itu aktif di beberapa kegiatan penelitian di pusat studi yang
ada di Universitas Gadjah Mada baik sebagai Asisten Peneliti maupun
Enumerator. Tahun 2009 akhir resmi bergabung di Pusat Penelitian
Kependudukan LIPI. Di LIPI ini sebagai peneliti ketenagakerjaan yang
lebih berfokus pada isu serikat buruh, hubungan kerja, pengupahan,
dan jaminan sosial. Berbagai produk artikel telah dihasilkan yang
tersebar di berbagai jurnal dan media massa. Di samping itu juga
menjadi narasumber di media cetak televisi, radio, dan seminar
internasional.
105

29-10-2019 tranformasi.indd 105 12/20/2019 2:17:04 PM


UMKM dalam Era Transformasi Digital

Gutomo Bayu Aji, lahir di Surakarta, 21 Juni 1972.


Sarjana Antropologi UGM. Beliau adalah peneliti
pada Pusat Penelitian Kependudukan LIPI.

Fuat Edi Kurniawan, lahir di Bantul 30 September


1992. Menyelesaikan pendidikan S-1 Sosiologi di
Fakultas ISIPOL Universitas Gadjah Mada (UGM)
Yogyakarta pada 2012–2015. Pada 2018 menjadi
peneliti di Pusat Penelitian Kependudukan Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan memiliki concern terhadap
isu ketenagakerjaan, studi pangan, pertanian, dan perdesaan. Saat ini
sedang menempuh studi Master (S-2) pada program studi Komunikasi
Pembangunan, Sekolah Pascasarjana UGM dan sedang mengkaji isu
kedaulatan pangan dan pembangunan pertanian.

Yanti Astrelina Purba lahir di Simalungun, Sumatera


Utara pada 26 Januari 1995. Telah menyelesaikan
studi S-1 Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas
Sumatera Utara pada tahun 2016. Pada tahun 2018
hingga sekarang bekerja di Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia di Pusat Penelitian Kependudukan.

Norman Luther Aruan, lahir di Batam pada 14


Juni 1991. Pendidikan Sarjana Ekonomi diperoleh
dari Jurusan Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi
Universitas Atma Jaya Yogyakarta (2013). Gelar
Master of Economics Development diperoleh dari

106

29-10-2019 tranformasi.indd 106 12/20/2019 2:17:05 PM


Tentang Penulis

Universitas Gadjah Mada (2016). Bekerja sebagai peneliti di bidang


Ketenagakerjaan pada Pusat Penelitian Kependudukan⎯LIPI sejak
tahun 2018-sekarang.

107

29-10-2019 tranformasi.indd
View publication stats 107 12/20/2019 2:17:05 PM

Anda mungkin juga menyukai