net/publication/344890960
CITATIONS READS
0 8,027
12 authors, including:
All content following this page was uploaded by Fuat Edi Kurniawan on 26 October 2020.
Daftar Isi:
Kata Pengantar
Pendahuluan
Rekomendasi
-1-
PENDAHULUAN
-2-
URGENSI KEBIJAKAN MENYIAKAN SDM DI ERA DIGITAL
-3-
memerlukan rethinking akan arah dan pendekatan pembelajaran
yang kontekstual. Reorientasi sistem pendidikan secara keseluruhan
diperlukan, bukan hanya penyesuaian terus menerus untuk
beradaptasi sistem kerja yang sudah tidak berlaku. Cara – cara lama
yang tidak sesuai perlu ditinggalkan. Dibutuhkan pendekatan baru
yang cukup cepat dalam menjawab standar baru yang muncul untuk
mengatasi tantangan terkini, dan membekali angkatan kerja untuk
melawan tekanan lingkungan dunia kerja (Zygmunt, 2011).
-4-
PERMASALAHAN DALAM PENYIAPAN SDM DI ERA DIGITAL
-5-
Dalam hal pendanaan, BLKD tidak mendapatkan anggaran yang
cukup dan tidak di dukung oleh SDM yang sesuai kompetensi.
Meskipun BLKD berada di bawah kewenangan pemerintah
kabupaten/kota, namun masih mengalami ketergantungan terhadap
dana dari pemerintah pusat. Berdasar laporan Bank Dunia (2010),
sekitar 23% pengeluaran rutin BLKD berasal dari pemerintah pusat.
Pengeluaran terbesar digunakan untuk pelatihan yang sebagian
besar atau sekitar 60% berasal dari pemerintah pusat dan hanya
40% yang berasal dari pemerintah daerah. Hal ini berdampak pada
terbatasnya jumlah peserta pelatihan yang dapat dilakukan oleh
BLKD.
Selain itu, BLKD belum dapat fokus pada keterampilan tenaga kerja
yang dibutuhkan sesuai dengan kompetensi lokal. BLKD masih
menggantungkan pelatihannya pada Standar Kompetensi Kerja
Nasional Indonesia (SKKNI) yang dirumuskan di tingkat pusat dan
kurang menyesuaikan dengan pengembangan ekonomi lokal. Selain
juga adanya keterbatasan peralatan pelatihan, banyak peralatan
yang rusak dan tidak berfungsi. BLKD juga tidak dapat
memperbaharui peralatan agar sesuai dengan tuntutan kebutuhan
dunia industri. Persoalan tersebut menyebabkan BLKD tidak dapat
menyesuaikan dengan kebutuhan dunia kerja termasuk pelatihan-
pelatihan yang berbasis teknologi digital. Saat ini pelatihan teknologi
digital lebih banyak dilakukan oleh lembaga-lembaga swasta dan
BUMN di daerah tanpa melibatkan peran dari BLKD. Beberapa
daerah yang memiliki anggaran yang relatif cukup besar masih
dapat menjalankan fungsi BLKD. Namun demikian, sebagian besar
masih belum bisa melakukan kebijakan 3R tersebut.
-6-
Kementerian Ketenagakerjaan antara lain melalui kerjasama dengan
swasta sesuai dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No.7
Tahun 2012 tentang kerjasama penggunaan Balai Latihan Kerja
(BLK) oleh swasta. Di dalam Peraturan tersebut, pelibatan swasta
dilakukan dalam penyelenggaraan pelatihan kerja, uji kompetensi,
pembuatan produk barang dan jasa, pemanfaatan fasilitas BLK dan
konsultasi pelatihan. Namun demikian, hal itu belum dilakukan oleh
BLKD karena belum memiliki peraturan yang jelas mengenai
pelibatan pihak swasta.
-7-
berupaya untuk mengkreasi para profesional yang dibutuhkan di
dunia kerja. Pendidikan tidak dapat lagi hanya berfokus untuk
memperbanyak penduduk yang bersekolah (meningkatan angka
pertisipasi), tetapi lebih berorientasi pada meningkatnya penduduk
yang memiliki keahlian (kecakapan vokasional) di berbagai bidang
pekerjaan.
-8-
untuk mengoptimalkan implementasi pengembangan vokasi. Dalam
hal ini, perlu kebersamaan (gotong royong dan kerja bersama) dari
seluruh stakeholder yang meliputi dunia usaha, akademisi, dan
masyarakat sipil untuk menentukan arah kebijakan vokasi di daerah
yang sesuai dengan sumber daya di daerah. Pendidikan vokasi
dalam konteks ini dapat menjadi bagian penting untuk membangun
industri-industri daerah yang diperkuat oleh supplai tenaga kerja
lokal melalui pendidikan di SMK, Pelatihan Balai Latihan Kerja
Daerah, Akademi Komunitas, pendidikan non formal non kesetaraan
atau melalui pendidikan alternatif. Di era digital, sinergi antara
kelembagaan tersebut lebih mudah dilakukan melalui berbagai
flatform komunikasi digital. Kemudahan akses telekomunikasi
melalui beragam media tersebut harus mampu dimanfaatkan
kementerian/lembaga ataupun dinas di daerah untuk berkomunikasi
secara efektif dalam mengawal pengembangan vokasi di Indonesia.
-9-
REKOMENDASI
- 10 -
sebagai instrument untuk mengembangkan kreativitas dan
perluasan pasar khususnya bagi UMKM di daerah.
- 11 -
dan Pendidikan Tinggi serta Kementerian Ketenagakerjaan mesti
merubah pola akreditasi bagi guru/dosen/teknisi yang kesulitan
mengajar karena persoalan kualifikasi. Yang dikedepankan
adalah keahlian di dunia kerja atau dunia industri bukan pada
kualifikasi akademik.
- 12 -
Daftar Pustaka
- 13 -