“SISTEM PENCERNAAN”
Ns.Ixora,S.Kep.,M.Kep
KELOMPOK 3
ANGGOTA:
TINGKAT 2A/2B
JUDUL MAKALAH :
Sistem Pencernaan
PENULIS :
Menyetujui,
Ns.Ixora,S.Kep.,M.Kep KELOMPOK 3
NIP:83.06.2.178
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berbagai macam nikmat,
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah “Sistem Pencernaan” ini tepat pada waktunya.
Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
proses pembuatan makalah sistem pencernaan ini.
Saya menyadari, bahwa di dalam penyusunan makalah sistem pencernaan ini masih jauh dari
kesempurnaan serta banyak kekurangannya baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal
lainnya. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk lebih
menyempurnakan makalah saya di lain waktu.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini adalah mudah-mudahan dapat
bermanfaat baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain.
Penyusun
KELOMPOK 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................
C. Hepar...............
D. Pankreas..........................................................................
E. Empedu.......................................................................
I. Regulator Saraf
A. Mengunyah
B. Menelan
C. Pergerakan makanan
D. Sekresi getah cerna
E. Pencernaan
F. Parietal
G. Fase intestinal
H.
A. Parotitis
B. Xerostomia
C. Tukak lambung
D. Appendiksitis
E. Diare
F. Konstipasi
BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN
BAB 1
SISTEM PENCERNAAN
Sistem pencercanaan adalah sistem yang berfungsi untuk melakukan proses makanan
sehingga dapat diserap digunakan oleh sel-sel tubuh secara fisika maupun secara kimia. Hampir
semua orang suka makan ,dan kita semua harus makan untuk tetap hidup. Sepanjang sejarah,
makanan dan minuman telah di sediakan tidak hanya sebagai santapan tetapi juga dasar bagi
banyak pertemuan sosial. Meskipun bukan sesuatu yang sering kita pikirkan saat menikmati
pizza dan minuman favorit, tubuh memiliki sistem pencernaan yang menakjubkan yang
mencakup kontrol kualitas dan metode pembuangan sisa (sampah) sendiri. Setiap sel dalam
tubuh kita membutuhkan makanan, namun sel-sel tidak bisa meninggalkan tempat mereka
dalam tubuh dan berjalan ke sumber makanan.
Oleh karena itu, makanan harus diubah menjadi bentuk yang mudah digunakan dan di
distribusikan dalam tubuh. Untuk melakukan hal ini, sistem pencernaan adalah sistem khusus
untuk menelan makanan, mendorong melalui saluran pencernaan, mencernanya ,dan menyerap
air, elektrolit, dan nutrisi. Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut
sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,
mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta
membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari
tubuh.
2. Bibir Terdiri dari dua daerah, bagian luar dan bagian dalam.
a. Bagian luar sama seperti kulit di daerah lain wajah. Epidermis terdiri atas
jaringan epitel berlapis banyak, menanduk dan mengelupas, ditumbuhi bulu dan
berkelenjar peluh. Di bagian dermis terdapat akar bulu, kelenjar dan kelenjar
minyak bulu.
b. Bagian dalam mengandung tunica mucosa yang mengandung jaringan epitel
berlapis dan mengelupas, tetapi tidak menanduk. Pada lamila pro-pria terdapat
banyak kelenjar lendir, yang salurannya bermuara ke rongga mulut. Di bawah
lapisan lendir terdapat lapisan otot. Tepat pada batas kulit luar dengan lendir
bibir bagian dalam terdapat daerah merah, karena banyak mengandung
pembuluh kapiler.
Histologi rongga mulut sama seperti bibir bagian dalam. Lapisan dekat per-mukaan
terdiri dari tunica mucosa, di bawahnya tunica submucosa. Pada la-pisan submucosa
terdapat kelenjar lendir. Sekitar kelenjar itu terdapat lamina propria tunica mucosa
oleh jaringan rapat serat elastis. Didaerah langit-langit tak ada tunica submucosa. Di
daerah langit-langit lunak, di bawah tunica mucosa terdapat lapisan otot lurik dan
jaringan ikat fibrosa. Di daerah langit-langit lunak dekat rongga hidung, jaringan
epitel tunica mucosa terdiri dari sel batang berlapis semu, yang lapisan luarnya
bersilia, menumpu pada lamina basalis yang tebal.
3.Palatum
Palatum terdiri atas 2 bagian yaitu:
a. Palatum durum (palatum keras) yang tersusun atas tajuk-tajuk palatum dan sebelah
depan tulang maksilaris dan lebih kebelakang terdiri dari dua tulang palatum.
b. Palatum mole (palatum lunak) terletak di belakang yang merupakan lipa-tan
menggantung yang dapat bergerak, terdiri atas jaringan fibrosa dan selaput lendir.
4.Gigi
Gigi baru tumbuh sesudah bayi berusia 6 bulan, gigi pertama disebut gigi susu atau gigi
sementara.
Susunan gigi sementara pada anak-anak, berjumlah 20 buah,yaitu:
a. Gigi seri berjumlah 8 buah gunanya untuk memotong makanan.
b. Gigi taring sebanyak 4 buah digunakan untuk mencabik-cabik makanan.
c. Gerahan kecil 8 buah untuk mengunyah makanan.
Orang dewasa mempunyai gigi sebanyak 32 buah yaitu:
a. Atas 8 buah gigi seri.
b. 4 gigi taring.
c. 8 buah geraham muka.
d. Serta 12 buah geraham belakang.
Separuh dari gigi-gigi tersebut berada di rahang bawah dan lainnya dirahang atas. Pada
beberapa orang jumlah gigi kurang dari 32 buah hal ini biasanya disebabkan geraham
bungsu tidak tumbuh, setalah berumur antara 18-45 tahun.
Pengisian lambung jika kosong lambung memiliki volume 50 ml tetapi organ ini dapat
mengembang sampai dengan 1000 ml ketika makan. Ada dua fak-tor yang menjaga motilitas
lambung yaitu plastisitas yang mengacu pada ke-mampuan otot polos dalam mempertahankan
ketegangannya yang konstan dalam rentang waktu yang lebar. Selanjutnya adalah relaksasi
reseptif yakni proses relaksasi otot polos untuk meningkatkan kemampuan lambung dalam
mengakomodasi volume makanan.
Lambung mempunyai dua otot lingkar,yaitu otot lingkar pardia dan otot lingkar pilorus.Otot
lingkar kardia terletak di bagian atas dan berbatasan dengan bagian bawah kerongkongan.
Fungsinya adalah untuk mencegah makanan dari lam-bung agar tidak kembali ke kerongkongan
dan mulut. Otot lingkar pilorus hanya terbuka apabila makanan telah tercerna di lambung.
Di dalam lambung, makanan dicerna secara kimiawi. Dinding lambung berkon-traksi,
menyebabkan gerak peristaltik. Gerak peristaltik dinding lambung meng-akibatkan makanan di
dalam lambung teraduk-aduk. Di bagian dinding lambung sebelah dalam terdepat kelenjar yang
menghasilkan getah lambung, getah lam-bung mengandung asam lambung, serta enzim-enzim
lain. Asam lambung ber fungsi sebagai pembunuh mikroorganisme dan mengaktifkan enzim
pepsinogen menjadi pepsin.Pepsin merupakan enzim yang dapat mengubah protein menjadi
molekul yang lebin kecil. Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot
berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup.Dalam keadaan normal, sfinter
menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk
mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lam-bung menghasilkan 3 zat
penting :
a.Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap kelainan
pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang meng-arah kepada
terbentuknya tukak lambung.
b. Asam klorida(HCI)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna
memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga ber-peran sebagai penghalang
terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
c. Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
Selain sel-sel penyekresi mucus yang mengelilingi seluruh permukaan lam-bung,
mukosa lambung mempunyai dua tipe kelenjar tubula yang penting: Kelenjar oksintik
(Kelenjar gastrik) dan kelenjar pilorik. Kelenjar oksintik menyekresi asam hidroklorida,
pepsinogen dan mucus. Kelenjar pilorik ter-utama menyekresi mucus untuk melindungi
mukosa pylorus dari asam lam-bung. Kelenjar tersebut juga menyekresi hormon gastrin.
2. Usus halus (intestinum tenue)
Panjangnya kira-kira 8,5 meter terdiri dari tiga bagian usus dua belas jari, (duo-denum)
panjangnya ± 25 cm,yeyenum (intestinum yoyenum) atau pangkal usus halus panjangnya ± 7 m
dan ileum (interstimun ileum), atau ujung usus halus panjangnya ± 1 m. Makanan masuk ke
dalam usus melalui pilorus, dengan demi-kian HCl ikut masuk dan merangsang kelenjar di
diding sel usus untuk menghasil-kan sekretin yang merupakan suatu hormon yang merangsang
pankreas untuk mengeluarkan getahnya. Di dalam dinding usus yang terdapat muara dari dua
saluran, yaitu saluran yang berasal dari kandungan empedu, dan saluran yang berasal dari
pankreas.
Selanjutnya HCl merangsang pula dinding usus halus untuk mengeluarkan hor-mon
kolesistokinin agar kandungan empedu mengeluarkan empedu yang bergu-na mengemulsikan
lemak. Empedu tidak mengandung enzim tetapi mengandung zat warna empedu (bilirubin) dan
garam empedu. Mula-mula empedu berwarna merah, kemudian mengalami oksidasi sehingga
warnanya berubah menjadi hi-jau.Pankreas menghasilkan cairan (getah) pankreas yang
mengandung enzim lipase, amilase dan tripsinogen yang belum aktif. Enzim amilase berguna
un-tuk mengubah amilum menjadi gula (maltosa), lipase mengubah lemak menjadi asam lemak
dan gliserol, sedang tripsinogen merupakan enzim yang belum aktif, dibantu oleh entrokinase,
menjadi enzim tripsin yang mengubah protein dan pepton menjadi asam amino dan peptida.
Enzim-enzim tersebut diatas mem-punyai peranan yang penting untuk mengubah zat makanan
sehingga menjadi bentuk yang dapat diserap oleh usus.
Di dalam usus halus terjadi pelumatan dan penyerapan sari makanan, dinding usus ini berlipat-
lipat dan berjonjot, sari makanan menembus dinding jonjot sampai ke pembuluh darah.
Penyerapan sari makanan oleh sel-sel dinding usus halus dina-makan absorbsi, sari makanan
diedarkan melalui pembuluh-pembuluh darah dan pembuluh lainnya, asam lemak dan gliserol
diedarkan melalui pembuluh limpa yang ujung-ujungnya terbuka. Air limpa mengangkut zat
tersebut ke pembuluh darah untuk diedarkan. Asam amino, larutan gula, vitamin dan mineral
serta air ar merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya ole salapul
perloneum. pH ususdua belas jari yang normal berkisar pada dera sembilan.
a. usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu daripan kreas dan kantung
empedu.Nama duodenum berasal dari bahasa Latin dua. denum digitorum,yang berarti
dua belas jari.Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari
(duodenum),yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam
duodenum melalui sfingter pilonus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus.Jika
penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan
makanan.
b. Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua
dari usus halus, diantara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penye. rapan
(ileum).Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter
adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penye-rapan digantungkan dalam
tubuh dengan mesenterium. Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan
terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis
dapat dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner.
Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel
goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus pe-
nyerapan secara makroskopis. Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti
“lapar" dalam bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal dari bahasa Laton, jejunus,
yang berarti “kosong”.
c. Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem
pencernaan manusia, ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum
dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu.lleum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral
atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
3. Usus besar (intestinum crassum)
Didalam usus tebal (kolon) sisa-sisa makanan yang tidak dapat dicerna, bersama dengan
lendir dan sisa-sisa sel mati dari dinding usus dibusukkan menjadi feses. Perjalanan
makanan dari mulut ke usus halus berlangsung kira-kira 4,5 jam.
tetapi disimpan di dalam kolon sampai kira-kira 24 jam, selama itu bakteri-bakteri
pengurai akan membusukkannya. Awal usus tebal, pendek dan disebut usus buntu
(coecum) mempunyai bagian yang berlebih seperti cacing dinamakan appendix atau
umbai cacing. Suatu radang pada appendix dinamakan appendisitis.
Pada operasi usus buntu, yang dipotong adalah bagian appendix, bukan usus buntunya.
Setelah dari usus buntu, makanan sampai ke usus besar, yaitu usus besar naik, usus
besar lintang, usus besar turun, dan usus besar kait kerangkai. Fungsi usus tebal
terutama adalah untuk mengatur kadar air dari sisa makanan. Bila kadar air dalam sisa
makanan berlebihan, air akan diserap oleh usus besar, jika kadar air kurang, maka air
diberikan kembali kepada sisa makanan. Sebelum sisa makanan dikeluarkan melalui
pelepasan, ia akan melalui bagian terakhir dari usus besar yang disebut dengan rektum
(poros usus), sedang muara dari rectum disebut anus.
C. HEPAR
Hati adalah organ intestinal terbesar dengan berat antara 1,2-1,8 kg atau lebih 25% berat
badan orang dewasa dan merupakan pusat metabolisme tubuh de-ngan fungsi sangat
kompleks yang menempati sebagian besar kuadran kanan atas abdomen. Batas atas hati
berada sejajar dengan ruangan interkostal V kanan dan batas bawah menyerong ke atas
dari iga IX kanan ke iga VIII kiri.Permukaan posterior hati berbentuk cekung dan
terdapat celah transversal sepanjang 5 cm dari sistem porta hepatis. Omentum minor
terdapat mulai dari sistem porta yang mengandung arteri hepatica, vena porta dan duktus
koledokus. Sistem porta terletak di depan vena kava dan dibalik kandung empedu.
Permukaan anterior yang cembung dibagi menjadi 2 lobus oleh adanya per lekatan
ligamentum falsiform yaitu lobus kiri dan lobus kanan yang berukuran kira-kira 2 kali
lobus kiri. Hati terbagi 8 segmen dengan fungsi yang berbeda. Pada dasarnya, garis
cantlie yang terdapat mulai dari vena cava sampai kandung empedu telah membagi hati
menjadi 2 lobus fungsional, dan dengan adanya da-erah dengan vaskularisasi relatif
sedikit, kadang-kadang dijadikan batas reseksi.
Secara mikroskopis di dalam hati manusia terdapat 50.000-100.000 lobuli,se tiap
lobulus berbentuk heksagonal yang terdiri atas sel hati berbentuk kubus yang tersusun
radial mengelilingi vena sentralis.
D. PANKREAS
Pankreas adalah mengatur metabolisme glukosa dan hormon-hormon. Kelenjar pankreas
dalam mengatur metabolisme glukosa dalam tubuh berupa hormon-hormon yang
disekresikan oleh sel-sel dipulau langerhans. Hormon-hormon ini dapat diklasifikasikan
sebagai hormon yang merendahkan kadar glukosa darah yaitu insulin dan hormon yang
dapat meningkatkan glukosa darah yaitu glu-kagon.
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama yaitu
menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin.
Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum
(usus dua belas jari). Pankreas terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu:
a. Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan.
b. Pulau pankreas, menghasilkan hormon.
Enzim pankreas untuk mencerna karbohidrat adalah amilase pankreas, yang akan
menghidrolisis pati, glikogen, dan sebagian besar karbohidrat lain (kecuali selulosa)
untuk membentuk sebagian besar disakarida dan beberapa trisakarida.
Merupakan bagian kandung emepedu yang paling akhir setelah korpus ve-sikafelea.
2. Korpus vesikafelea
Bagian dari kandung empedu yang didalamnya berisis getah empedu.Getah empedu adalah
suatu cairan yang disekeresi setiap hari oleh sel hati yang di-hasilkan setiap hari 500-1000 cc,
sekresinya berjalan terus menerus, jumlah produksi meningkat sewaktu mencerna lemak.
Merupakan leher dari kandung empedu yaitu saluran yang pertama masuk-nya getah empedu ke
badan kandung emepedu lalu menjadi pekat berkumpul dalam kandung emepedu.
4. Duktus sistikus
Panjangnya kurang lebih 3 3/4 cm. berjalan dari leher kandung emepedu dan bersambung
dengan duktus hepatikus membentuk saluran empedu ke duode-num.
1. Tempat menyimpan cairan empedu dan memekatkan cairan empedu yang ada di dalamnya
dengan cara mengabsorpsi air dan elektrolit. Cairan empedu ini adalah cairan elektrolit yang
dihasilkan oleh sel hati. Untuk membuang limbah tubuh tertentu (terutama pigmen hasil
pemecahan sel darah merah dan kelebi-han kolesterol) serta membantu pencernaan dan
penyerapan lemak.
2. Garam empedu menyebabkan meningkatnya kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang
larut dalam lemak, sehingga membantu penyerapannya dari usus.Hemoglobin yang berasal dari
penghancuran sel darah merah diru-bah menjadi bilirubin (pigmen utama dalam empedu) dan
dibuang ke dalam empedu. Berbagai protein yang memegang peranan penting dalam fungsi
empedu juga disekresi dalam empedu.
F. PROSES BIOKIMIAWI SISTEM PENCERNAAN
1. Pencernaan karbohidrat
a. Pencernaan karbohidrat di dalam mulut dan lambung
Ketika makanan dikunyah, makanan bercampur dengan saliva, yang terdiri atas enzim
pencernaan ptialin yang terutama disekresikan oleh kelenjar parotis. Enzim ini
menghidrolisis tepung menjadi disakarida maltosa dan polimer glu-kosa kecil lainnya
yang mengandung 3-9 molekul glukosa. Namun, makanan berada dalam mulut hanya
untuk waktu yang singkat, jadi mungkin tidak lebih dari 5% dari semua tepung telah
dihidrolisis pada saat makanan ditelan.
Tetapi, pencernaan tepung kadang berlanjut di dalam korpus dan fundus lambung
selama satu jam sebelum makanan bercampur dengan sekresi lam-bung.Kemudian
aktivitas amilase saliva dihambat oleh asam yang berasal dari sekresi lambung, karena
amylase pada dasarnya tidak aktif sebagai suatu enzim bila pH medium turun di bawah
sekitar 4,0. Meskipun demikian, rata-rata, sebelum makanan dan saliva yang ada
bersamanya menjadi seluruhnya tercampur dengan sekresi lambung, sebanyak 30-40%
tepung telah dihidroli-sis terutama membentuk maltosa.
2) Pencernaan protein
Kolagen merupakan unsur dasar utama dari jaringan ikat antar sel daging. Oleh karena
itu, agar enzim saluran pencernaan dapat menembus daging dan mencerna protein
daging lain, hal yang terpenting adalah mencernakan serabut-serabut kolagen tersebut
lebih dulu. Akibatnya, orang yang kekurangan pepsin di dalam getah lambung, daging
yang dicerna kurang dapat ditembus oleh en-zim-enzim pencernaan lain. Oleh karena itu
proses pencernaannya buruk.
d. Pencernaan protein oleh sekresi pankreas
Kebanyakan pencernaan protein terjadi di dalam usus halus bagian atas, di dalam
duodenum dan jejunum, di bawah pengaruh enzim-enzim proteolitik dari sekresi
pankreas. Segera setelah masuk dari lambung ke usus halus, produk yang sebagian
sudah dipecahkan dari makanan berprotein diserang oleh enzim-enzim proteolitik utama
pankreas: Tripsin, kimotripsin, karboksi-folipeptidase dan proelastase.
6. Engesti (defekasi) adalah proses eliminasi zat-zat sisa yang tidak tercerna, juga
bakteri, dalam bentuk feses dari saluran pencernaan.
H. GAMBARAN BESAR SALURAN PENCERNAAN
Dinding saluran terusun dari 4 lapisan jaringan dasar dari lumen (rongga sentral) ke
arah luar. Komponen lapisan pada setiap regia berfariasi sesuai fungsi regia.
c. Muskularis eksterna terdiri dari dua lapisan otot, satu lapisan sirkular dalam dan satu
lapisan longitudinal luar. Konstraksi lapisan sirkular mengkonstriksi lumen saluran dan
kontraksi lapisan longitudinal memperpendek dan mem-perlebar lumen saluran.
Konstraksi ini mengakibatkan gelombang peristalsis yang menggerakkan isi saluran ke
arah depan.
1) Muskularis eksterna terdiri dari otot rangka di mulut, faring, dan esopha-gus attas,
serta otot polos pada saluran selanjutnya.
2) Pleksus auerbach (pleksus mienterik) yang terdiri dari serabut saraf dan ganglion
parasimpatis, terletak diantara lapisan otot sirkular dalam longi-tudinal luar.
d. Serosa (adventisia),lapisan keempat dan paling luar yang disebut juga perito. neum
viseral. Lapisan ini terdiri dari membrane serosa jaringan ikat renggang yang dilapisi
epithelium skuamosa simple. Di bawah area diatragma dan dalam lokasi tempat
epithelium skuamosa dan menghilang dan jaringan ikat bersatu dengan jaringan ikat di
sekitarnya area tersebut disebut sebagai adventisia.
2. Peritoneum,mesenterium dan omentum abdominopelvis adalah membrane ero-sa terlebar
dalam tubuh.
a. Peritoneum parietal melapisi rongga abdominopelvis.
b. Peritoneum viseral membungkus organ dan terhubungkan ke peritoneum pa-rietal oleh
berbagai lipatan.
c. Rongga peritoneal adalah ruang potensial antara visceral dan peritoneum parietal.
d. Mesenterium dan omentum adalah lipatan jaringan peritoneal berlapis ganda yang
merefleks balik dari peritoneum visceral. Lipatan ini berfungsi untuk mengikat organ-
organ abdominal satu sama lain dan melabuhkannya ke din-ding abdominal belakang.
Pembuluh darah limfatik, dan saraf terletak dalam lipatan peritoneal.
1) Omentum besar adalah lipatan ganda berukuran besar yang melekat pada duodenum,
lambung dan usus besar. Lipatan ini tergantung seperrti cele-mek di atas usus.
2) Omentum kecil menopang lambung dan duodenum sehingga terpisah dari hati.
3) Mesokolon melekatnya kolon ke dinding abdominal belakang.
4) Ligamen falsimoris melekatkan hati ke dinding abdominal depan dan difragma.
e. Organ yang tidak terbungkus peritoneum, tetapi hanya tertutup olehnya disebut
retroperitoneal (di belakang peritoneum). Yang termasuk retrope-ritoneal antara lain;
pankreas, duodenum, ginjal, rektum, kandung kemih, dan beberapa organ reproduksi
perempuan.
I. REGULATOR SARAF
Dua jenis saraf membantu mengendalikan tindakan dari sistem pencernaan.
1. Ekstrinsik, atau di luar, saraf datang ke organ pencernaan dari otak atau sum-sum tulang
belakang. Mereka merilis dua bahan kimia, asetilkolin dan adrenalin. Asetilkolin
menyebabkan lapisan otot organ pencernaan untuk memeras dengan lebih banyak
kekuatan dan meningkatkan “push” makanan dan jus melalui salu-ran pencernaan.Hal
ini juga menyebabkan perut dan pankreas untuk menghasil-kan jus lebih pencernaan.
Adrenalin memiliki efek sebaliknya. Ini melemaskan otot lambung dan usus dan
mengurangi aliran darah ke organ-organ ini, memperlambat atau menghentikan
pencernaan.
2. Intrinsik, atau di dalam, saraf membentuk jaringan yang sangat padat tertanam di
dinding kerongkongan, lambung, usus kecil, dan usus besar. Saraf intrinsik dipicu untuk
bertindak ketika dinding organ berongga yang membentang oleh makanan. Mereka
melepaskan berbagai zat berbeda yang mempercepat atau menunda pergerakan makanan
dan produksi jus oleh organ pencernaan.
PROSES PENCERNAAN
Jumlah makanan yang dicerna individu ditentukan oleh keinginan instrinsik lapar dan jenis
makanan. Mekanisme ini dalam tubuh merupakan sistem pengaturan otomatis yang sangat
penting untuk menjaga persediaan makanan yang adekuat untuk tubuh.
A. Mengunyah
Mengunyah adalah pemecahan partikel besar makanan menjadi partikel kecil yang dapat
ditelan. Gigi dirancang untuk mengu-nyah, memotong dan menggiling yang bekerja
sama dengan otot rahang dengan kekuatan 55 - 200 pound pada molar. Proses pe-
ngunyahan disebabkan oleh refleks mengunyah. Dengan adanya bolus makanan di
dalam mulut akan menimbulkan penghambatan refleks yang menyebabkan rahang turun
naik dan menimbulkan konstraksi secara berulang-ulang.
Kerja sama otot pengunyah dengan otot lidah dan pipi penting untuk proses mengunyah
yang efisien. Tindakan menutup mulut waktu menggigit dikendalikan oleh saraf somatic
dan pengendalian volunter gerakan mengunyah ritmis. Mengunyah merupakan hal yang
sangat penting dalam pencernaan sayuran dan buah-buahan yang mempunyai membran
selulosa yang tidak dapat dicerna dan harus diurai sebelum makanan digunakan. Enzim-
enzim pencernaan hanya bekerja pada permukaan partikel. Makanan yang sangat halus
akan meningkatkan kemudahan pengosongan makanan di lambung dan usus.
B. Menelan
Menelan adalah refleks passage makanan dan cairan dari mulut ke lambung.
Menelan adalah mekanisme kompleks yang dapat dibagi menjadi beberapa tahap:
1. Tahap volunter atau oral : Mencetuskan proses menelan de-ngan diawali oleh aksi
volunter yang dikontrol oleh sistem saraf pusat. Pada tahap ini lidah menekan makanan
melawan hard palatum dan mendorong makanan ke faring.
2. Tahap faring : Bersifat involunter dan membantu jalan makanan melalui faring ke
dalam esophagus. Kontrol involunter menelan dikoordinasikan dari pusat menelan di
otak yaitu formasi retikular medulla dan pons bagian bawah. Proses tersebut melibatkan
ner-vus cranial ke V, IX, X dan XII. Sesudah lidah dan otot palatum mendorong
makanan ke belakang, gelombang involunter otot faring berkontraksi mendorong
makanan ke esophagus, pada saat yang bersamaan Glotis dan epiglotis menutup trachea.
Tahap penelanan dari faring dimulai dengan trachea tertutup, esophagus terbuka, suatu
gelombang peristatik cepat berasal dari faring mendorong bolus makanan ke dalam
esophagus bagian atas dan seluruh proses terjadi dalam waktu 2 detik.
C. Pergerakan Makanan
Mendorong isinya ke depan dengan kecepatan yang tidak sama, mencampur makan dengan
liur dan membantu observasi de-ngan cara mendekatkan seluruh isi lumen ke permukaan
saluran pencernaan dengan bantuan kontraksi otot polos dinding saluran pencernaan.
Isi lambung bersifat sangat asam dan mengandung banyak en-zim proteolitik. Mukosa
esophagus tidak mampu menahan kerja pencernaan yang lama dari sekresi getah
lambung.Kontraksi tonik dari sfingter esophagus bagian baah akan membantu untuk mencegah
refluks isi lambung ke dalam esophagus, kecuali dalam keadaan abnormal.
Sekresi getah cerna ini dilakukan oleh kelenjar-kelenjar mulai dari mulut sampai ke ileum.
Getah yang disekresikan antara lain air, elektrolit, dan bahan-bahan tertentu seperti enzim dan
getah em-pedu (mukus).
E. Pencernaan
Proses pencernaan adalah proses pemecahan secara mekanik dan kimia. Molekul-molekul besar
yang masuk saluran pencernaan diubah menjadi molekul yang lebih kecil sehingga dapat
diserap oleh dinding saluran pencernaan.
2. Pencampur makanan dengan sekresi lambung sampai memben-tuk suatu campuran setengah
cair yang disebut dengan kimus.
3. Mengosongkan makanan dengan lambat dari lambung ke dalam usus halus pada kecepatan
yang sesuai untuk pencernaan dan absorpsi yang tepat oleh usus halus. Pengosongan makanan
diatur oleh pembukaan sfingter pilorus yang dipengaruhi oleh viskositas, volume, keasaman,
aktivitas motorik, keadaan fisik, emosi dan obat-obatan.
Sewaktu makanan masuk ke dalam lambung, makanan akan mem-bentuk lingkaran konsentris
di bagian mulut lambung. Makanan yang paling baru terletak paling dekat dengan pembukaan
esopha-gus dan makanan yang paling akhir terletak paling dekat dengan dinding lambung.
Lambung akan mengurangi tonus di dalam din-ding korpus lambung sehingga dinding lambung
dapat menonjol keluar dan secara progresif menampung sejumlah makanan yang makin lama
makin banyak sampai batas sempurna.
Sekresi cairan lambung dikontrol oleh nervus vagus dan dibagi dalam 3 tahap:
1.Fase sefalik
Adanya stimulus bau dari hidung, melihat makanan, memikir-kan makanan, merasakan dari
lidah dan masuknya makanan memberikan impuls pada sistem saraf pusat (SSP) yaitu pada
bagian cortex cerebral, hypothalamus dan brain stem untuk memberikan impuls melalui serat
preganglionik saraf vagus ke pleksus submukosa lambung dan mempengaruhi sel-sel mukus
memproduksi mukus, chief cell memproduksi pepsinogen,sel
Fase sefalik berlangsung singkat dengan tujuan mempersiapkan mulut dan lambung saat
menerima makanan.
2.Fase gastrik
Disebabkan oleh faktor-faktor dari makanan yang mencapai lambung, berlangsung sekitar 3 - 4
jam. Merupakan proses per-mulaan digesti protein oleh pepsin. Makanan seperti protein,
peregangan lambung, caffein atau alkohol akan meningkatkan sekresi gaster. Mekanisme neural
dan hormonal mengatur fase gastrik dan mengatur sekresi serta motilitas gaster.
a. Regulasi Neural
Makanan yang mencapai lambung akan meregangkan din-ding lambung dan memberi efek
stimulus terhadap dinding lambung. Pada lambung terdapat chemoreseptor yang memonitor PH
chyme. Saat lambung meregang atau PH meningkat, reseptor dan chemoreseptor akan
teraktivasi yang menyebabkan gelombang peristaltik dan pengeluaran cairan lambung.
b. Regulasi hormonal
Sekresi gastrik selama fase gastrik diatur juga oleh hormon gastrin yang dihasilkan dari sel G
Gaster. Hormon gastrin dilepaskan karena adanya stimulus seperti peregangan lam-bung oleh
chyme, adanya protein dalam chyme, tingginya PH chyme,kandungan caffeine dalam chyme
dan acetilcho-lin yang dilepaskan dari neuron parasimpatik.
G. 3.Fase intestinal
Disebabkan oleh faktor makanan meninggalkan lambung dan masuk ke duodenum yang
berfungsi mengontrol pengeluaran kimus ke duodenum. Fase intestinal ini mempunyai 2
pengaruh, yaitu perangsangan dan penghambatan. Proteindalamduodenum akan memacu
sekresi gaster dengan timbulnya gastrin intestinal. Lemak, asam, keadaan hipertonik serta
peregangan duodenum akan menghambat sekresi gaster melalui refleks enterogastrik atau
melalui hormon enterogastron. Aktivitas fase intestinal juga dipengaruhi oleh mekanisme neural
dan hormonal.
a. Regulasi neural
Distensi duodenum oleh chyme menyebabkan refleks en-terogastrik. Reseptor pada dinding
duodenum akan mengi-rimkan impuls ke medulla oblongata, sebagai hasilnya sti-mulus
parasimpatik akan dihambat dan terjadi stimulus saraf simpatik ke gaster. Akibatnya motilitas
gaster terhambat dan terjadi peningkatan kontraksi sphincter pylorus yang menu-runkan
pengosongan gaster.
b. Regulasi hormonal
Fase intestinal dimediasi oleh dua hormon utama yaitu cho-lecystokinin dan sekretin.
Cholecystokinin (CCK) dihasil-kan oleh sel CCK dari usus. CCK dikeluarkan sebagai re-spon
adanya asam amino dan asam lemak pada chyme. CCK akan merangsang pengeluaran sekresi
enzim dari pan-kreas dan kontraksi kantung empedu. CCK juga menyebab-kan relaksasi
sphincter Oddi sehingga enzim pankreas dan cairan empedu mengalir ke duodenum. Sekretin
dihasilkan oleh sel S dari usus.
Pencampuran makanan dalam lambung
Getah cerna lambung disekresi oleh kelenjar gastric yang me-nutupi hampir seluruh dinding
lambung. Saat lambung berisi makanan, gelombang kontriktor yang lemah disebut gelombang
pencampuran mulai timbul di bagian tengah dinding lambung dan bergerak sepanjang dinding
lambung sekitar 15-20 detik.
Gelombang pencampuran ditimbulkan oleh irama listrik dasar dan gelombang listrik pendek
sehingga terjadi secara spontan di dalam dinding lambung. Sebagian besar gelombang ini tidak
H. cukup kuat untuk konstraksi, kecuali menimbulkan potensial aksi yang meningkat di
atas nilai ambang untuk perangsangan potensial aksi.Gelombang ini menjadi lebih kuat
ketika cincin konstriktor peristaltic mendorong isi lambung di bawah tekan. an tinggi ke
arah bagian akhir lambung. Cincin ini mencampur isi lambung melalui gelombang
peristaltic dan gerakan cincin digabung dengan kerja penyemprotan.
Sesudah bercampur dengan cairan lambung hasil pencampuran makanan (kimus) berjalan ke
usus. Derajat keenceran kimus tergantung pada jumlah relative makanan dan sekresi lambung.
Ciri-ciri kimus adalah keruh seperti susu setengah cair.
Kontraksi lapar terjadi bila lambung telah kosong selama beberapa jam. Konstraksi ritmik
terjadi di dalam lambung dan menjadi sangat kuat, bersatu sehingga menimbulkan kontraksi
yang kontinu selama 2-3 menit. Kontraksi lapar kadang-kadang mengalami sensasi nyeri pada
bagian bawah lambung dan sesudah masuk makanan kontraksi lapar akan berakhir.
Pengosongan lambung
Pengosongan lambung terjadi oleh peristaltik yang kuat pada lambung. Walaupun terdapat
kontraksi tonik sfingter pylorus, biasanya terbuka bagi air dan cairan untuk dikosongkan dari
lambung dengan mudah. Kecepatan pengosongan lambung diatur oleh sinyal lambung dan
duodenum. Duodenum mem-berikan sinyal untuk mengontrol pengosongan kimus ke dalam
duodenum dan diabsorpsi dalam usus halus.
I. Absorpsi
Makanan yang telah mengalami perubahan dalam proses penye-rapan hasil pencernaan dari
lumen akan menembus lapisan epitel dan masuk ke dalam darah atau cairan limfe. Permukaan
saluran pencernaan biasanya tidak rata atau licin, tetapi berlekuk-lekuk sehingga menambah
luas permukaan yang tersedia untuk absorpsi. Proses absorpsi terjadi melalui mekanisme difusi,
difusi terfasilitasi, osmosis dan transpor aktif. Sekitar 90% absorpsi nutrien terjadi di usus halus
dan 10% terjadi di lambung dan usus besar.
Absorpsi air melalui mukosa usus ke dalam darah vili melalui osmosis. Air juga dapat
ditranspor ke arah yang berlawanan yaitu dari plasma ke dalam kimus. Keadaan ini terutama
terjadi bila larutan hiperosmotik dilepaskan dari lambung masuk ke dalam duodenum. Sel-sel
epitel secara terus menerus melakukan absorpsi nutrisi dan ion dari intestinal. Volume total
cairan yang masuk usus halus setiap hari mencapai 9.3 liter, sekitar 2 - 2.5 liter air di dapat dari
makanan dan minuman masuk ke dalam saluran pencernaan. Usus halus mengabsorpsi sekitar
8.3 liter cairan dan sisanya akan masuk usus besar. Di usus besar air yang diabsorpsi sekitar 0.9
liter dan hanya 0.1 liter air yang dikeluarkan bersama faeces.
Absorpsi elektrolit oleh usus halus difusi atau transpor aktif. Zat besi, kalium, magnesium dan
ion posfat diabsorpsi melalui me-kanisme transpor aktif.
Usus halus mengabsorpsi 25 sampai 35 gram natrium setiap hari. Mekanisme dasar absorpsi
natrium melalui transfor aktif natrium dari dalam sel epitel melalui bagian basal dan sisi
dinding sel masuk ke dalam ruang paraseluler. Sebagian natrium diabsorpsi secara bersamaan
dengan ion klorida. Ion kalsium diabsorpsi secara aktif melalui proses yang distimulasi oleh
calcitriol. Ion bicarbonat, clori-da dan yodium diabsorpsi secara pasif bersamaan dengan
natrium atau melalui transpor aktif.
Absorpsi Vitamin yang larut dalam lemak (Vitamin A,D,E,K) terjadi melalui difusi bersamaan
dengan lemak. Vitamin yang larut dalam air diabsorpsi melalui difusi, kecuali Vitamin B-
12.Vitamin B-12 akan digabung dengan faktor intrinsik yang diproduksi oleh lambung
kemudian diabsorpsi di ileum melalui mekanisme transpor aktif.
Pada dasarnya semua pergerakan usus halus menyebabkan pen-campuran dan pendorongan.
Frekuensi maksimal kontraaksi seg-mentasi usus halus ditentukan oleh frekuensi gelombang
lambat dalam dinding usus. Pada ileum terminalis, frekuensi maksimal 8-9 kontraksi per menit.
Absorpsi protein, karbohidrat dan emak terjadi hampir di seluruh vili usus halus. Hanya sedikit
makanan, yang belum cukup dicerna, diabsorpsi dari lambung.
Peristaltik dalam usus halus dapat terjadi pada bagian usus halus manapun. Gelombang
peristaltic secara normal sangat lemah se-hingga pergerakan kimus sangat lambat, rata-rata 1
cm per me-nit sehingga dibutuhkan waktu 3 - 5 jam untuk perjalanan kimus dari pylorus sampai
ke katup ileosekal. Fungsi usus halus meliputi transportasi, pencernaan makanan, absorpsi
cairan, elektrolit dan unsur makanan. Setiap hari cairan dan makanan diserap di usus halus.
Makanan yang tidak diserap adalah yang mengandung se-lulosa yang tidak dapat dicerna.
hampir semua bahan makanan diabsorpsi di jejenum, kecuali Vitamin B12 dan asam empedu di
serap dalam ileum terminalis.
Fungsi katup ileosekal adalah untuk mencegah aliran balik isi dari colon kedalam dalam usus
halus. Katup ileosekal menonjol ke dalam lubang sekum dan tertutup erat.
Fungsi gelombang peristaltik tidak hanya mendorong kimus, tetapi juga menimbulkan
peregangan dan menyebarkan kimus sepanjang usus.Proses ini meningkat sewaktu kimus
masuk ke duodenum.Waktu mencapai ileosekal, peristaltic meningkat dalam ileum dan mendo-
rong kimus melewati katup ileosekal dan masuk dalam sekum.
Apendiks vermiformis merupakan perluasan sekum yang me-miliki panjang rata-rata sekitar 10
cm. Secara fisiologis apendiks menghasilkan lendir 1 - 2 ml/hari. Secara normal lendir tersebut
dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran sekresi di
muara apendiks diduga berperan pada patogenesis apendicitis.
Fungsi utama colon adalah mengabsorsbsi air dan elektrolit (natrium dan klorida) serta
penimbun bahan feses sampai dapat dikeluarkan. Pergerakan colon secara normal sangat lambat
dan mempunyai karakteristik yang sama dengan pergerakan usus halus yaitu gerakan
mencampur dan mendorong.
Defekasi adalah hasil refleks sebagai upaya pengosongan rectum. Apabila bahan feses masuk
ke dalam rektum, dinding rektum akan meregang dan menimbulkan impuls afferen yang
disalurkan melalui pleksus mesenterikus sehingga menimbulkan gelombang peristaltik pada
kolon desenden dan kolon sigmoid yang akan mendorong feses ke arah anus. Apabila
gelombang peristaltik sampai di anus, spinchter ani internus akan menghambat feses sementara
dan spinchter ani eksternus melemas sehingga terjadi defekasi. Refleks ini sangat lemah
sehingga harus diperkuat refleks lain melalui segmen sakral medula spinalis dan dikembalikan
ke kolon desenden, kolon sigmoid, rektum, dan anus melalui saraf parasimpatis.
Diare merupakan peningkatan frekuensi, volume dan jumlah cairan faeces yang disebabkan
peningkatan motilitas dan berkurang-nya proses penyerapan oleh usus. Saat chyme bergerak
cepat pada usus halus dan usus besar maka waktu untuk proses absorpsi akan berkurang.
Diare yang sering dapat mengakibatkan dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit. Penyebab
diare antara lain intoleransi laktose, stress dan mikroba yang mengiritasi mukosa
gastrointestinal.
BAB III
1. KONSTIPASI
Konstipasi berarti bahwa perjalanan tinja melalui kolon dan rektum mengalami
penghambatan dan biasanya disertai kesulitan defekasi .Disebut konstipasi bila tinja
yang keluar jumlahnya hanya sedikit, keras, kering, dan gerakan usus hanya terjadi
kurang dari 3 x dalam 1 mnggu.Kriteria baku untuk menentukan ada tidaknya
konstipasi telah ditetapkan, meliputi minimal 2 keluhan dari beberapa keluhan berikut
yang diderita penderita minimal 25% selama minimal 3 bulan : (1) tinja yang keras, (2)
mengejan pada saat defekasi, (3) perasaan kurang puas setelah defekasi, dan (4)
defekasi hanya 2 x atau kurang dalam seminggu.
Irritable bowel syndrome merupakan penyakit yang terjadi akibat beberapa
penyakit yang berhubungan dengan usus besar. Misalnya diare, konstipasi, gangguan
usus, gangguan peristaltik dan gangguan pencernaan lain yang berkenaan dengan usus
besar. Sedang sebab sesungguhnya dari sindroma ini belum diketahui. Namun
berdasarkan beberapa kasus IBS yang terjadi, faktor yang membawanya antara lain :
1. Stres
Stress psikologis dapat merubah fungsi motor pada usus halus dan kolon, baik pada
orang normal maupun pasien IBS. Sampai 60% pasien pada pusat rujukan memiliki
gejala psikiatri seperti somatisasi, depresi, dan cemas. Dan pasien dengan diagnosis
IBS lebih sering memiliki gejala ini. Ada atau tidaknya riwayat abuse pada masa anak-
anak (seksual, fisik, atau keduanya) dihubungkan dengan beratnya gejala pada pasien
dengan IBS. Ini telah diusulkan bahwa pengalaman awal pada hidup dapat
mempengaruhi sistem saraf pusat dan memberikan predisposisi untuk keadaan
kewaspadaan yang berlebihan.
Intoleransi makanan
Beberapa orang dengan IBS cenderung memiliki alergi makanan. Pada tahun
2007 dasar bukti itu tidak cukup kuat untuk merekomendasikan diet ketat. Banyak
modifikasi diet yang berbeda telah dicoba untuk memperbaiki gejala IBS. Ada yang
efektif dalam beberapa sub- populasi. Sebagai intoleransi laktosa dan IBS memiliki
gejala yang sama seperti percobaan diet bebas laktosa sering dianjurkan. Sebuah
fruktosa membatasi diet dan asupan fructan telah terbukti berhasil mengobati gejala
secara dosis-tergantung pada pasien dengan malabsorpsi fruktosa dan IBS. Sementara
banyak IBS pasien percaya bahwa mereka memiliki beberapa bentuk intoleransi
makanan, tes mencoba untuk memprediksi sensitivitas makanan di IBS telah
mengecewakan. Satu studi melaporkan bahwa tes antibodi IgG efektif dalam
menentukan sensitivitas makanan pada pasien IBS, dengan pasien dengan diet
eliminasi mengalami gejala penurunan 10% lebih besar daripada mereka yang diet
semu. [64] Lebih data yang diperlukan sebelum pengujian IgG dapat
direkomendasikan. Tidak ada bukti bahwa pencernaan makanan atau penyerapan
nutrisi yang bermasalah bagi mereka dengan IBS pada tingkat yang berbeda dari
mereka yang tidak IBS. Namun, tindakan yang sangat makan atau minum dapat
menimbulkan reaksi yang berlebihan dari respon gastrocolic pada beberapa pasien
dengan IBS karena kepekaan yang meningkat mendalam mereka, dan ini dapat
mengakibatkan perut, sakit diare, sembelit dan / atau konstipasi.
1. Abnormalitas aktifitas usus
Dalam 50 tahun terakhir, perubahan pada kontraktilitas kolon dan usus halus
telah diketahui pada pasien IBS. Stres psikologis atau fisik dan makanan dapat
merubah kontraktilitas kolon. Motilitas abnormal dari usus halus selama
puasa,seperti kehilangan dari komplek motor penggerak dan adanya kontraksi
yang mengelompok dan memanjang, kontraksi yang diperbanyak, ditemukan pada
pasien IBS. Juga dilaporkan adanya respon kontraksi yang berlebihan pada
makanan tinggi lemak. Nyeri lebih sering dihubungkan dengan aktivitas motor
yang ireguler dari usus halus.
2. Infeksi atau inflamasi
Kecenderungan alami gerakan usus yang lebih lambat, misalnya pada anak dengan
riwayat feses yang lebih padat dari normal pada minggu-minggu awal setelah lahir.
Nutrisi yang buruk, misalnya yang tinggi lemak hewani dan gula (pencuci mulut,
makanan-makanan manis), serta rendah serat (sayuran, buah-buahan, whole grains).
Beberapa obat dapat menyebabkan konstipasi, misalnya antasid, fenobarbital (obat
kejang), obat pereda nyeri, dan obat batuk yang mengandung kodein.
Kebiasaan BAB yang tidak baik, misalnya tidak tersedianya cukup waktu untuk BAB
dengan tuntas.
Kurangnya asupan cairan.
Kurangnya aktivitas fisik.
Adanya kondisi anus yang menyebabkan nyeri, misalnya robekan pada lapisan
mukosa anus (anal fissure). Hal ini seperti lingkaran setan karena mengedan untuk
mengeluarkan feses yang keras dapat menyebabkan terjadinya fissure, dan nyeri yang
disebabkan fissure menyebabkan anak menahan kebutuhan BAB yang memperparah
konstipasi.
Toilet training yang dipaksakan. Toilet training pada anak yang belum siap secara
emosional dapat mengakibatkan anak memberontak dengan menahan keinginan BAB.
Jika anak belum siap untuk menjalani toilet training, tunggu beberapa bulan sebelum
memulainya kembali.
Kadang konstipasi dapat terjadi karena penganiayaan seksual (sexual abuse).
Konstipasi dapat merupakan akibat dari beberapa penyakit seperti tidak adanya saraf
normal di sebagian usus (Hirschprung disease), kelainan saraf tulang belakang,
kurangnya hormon tiroid, keterbelakangan mental, atau beberapa kelainan metabolik.
Namun sebab-sebab ini relatif jarang dan umumnya disertai gejala lain.
Ada beberapa gejala yang pada umumnya menyertai irritable bowel syndrome,
diantaranya adalah :
Ditemukan keluhan diare dengan lendir, darah, kembung, nyeri abdomen bawah.
Sembelit
Sendawa
B. Patofisiologi
Buang air besar yang normal frekuensinya adalah 3 kali sehari sampai 3 hari
sekali. Dalam praktek dikatakan konstipasi bila buang air besar kurang dari 3 kali
perminggu atau lebih dari 3 hari tidak buang air besar atau dalam buang air besar harus
mengejan secara berlebihan. Kolon mempunyai fungsi menerima bahan buangan dari
ileum, kemudian mencampur, melakukan fermentasi, dan memilah karbohidrat yang
tidak diserap, serta memadatkannya menjadi tinja. Fungsi ini dilaksanakan dengan
berbagai mekanisme gerakan yang sangat kompleks. Pada keadaan normal kolon harus
dikosongkan sekali dalam 24 jam secara teratur.). Diduga pergerakan tinja dari bagian
proksimal kolon sampai ke daerah rektosigmoid terjadi beberapa kali sehari, lewat
gelombang khusus yang mempunyai amplitudo tinggi dan tekanan yang berlangsung
lama. Gerakan ini diduga dikontrol oleh pusat yang berada di batang otak, dan telah
dilatih sejak anak-anak.
Konstipasi umumnya terjadi karena kelainan pada transit dalam kolon atau
pada fungsi anorektal sebagai akibat dari gangguan motilitas primer, penggunaan
obat-obat tertentu atau berkaitan dengan sejumlah besar penyakit sistemik yang
mempengaruhi traktus gastrointestinal.
Konstipasi dapat timbul dari adanya defek pengisian maupun pengosongan
rektum. Pengisian rektum yang tidak sempurna terjadi bila peristaltik kolon tidak
efektif (misalnya, pada kasus hipotiroidisme atau pemakaian opium, dan bila ada
obstruksi usus besar yang disebabkan oleh kelainan struktur atau karena penyakit
hirschprung). Statis tinja di kolon menyebabkan proses pengeringan tinja yang
berlebihan dan kegagalan untuk memulai reflek dari rektum yang normalnya akan
memicu evakuasi. Pengosongan rektum melalui evakuasi spontan tergantung pada
reflek defekasi yang dicetuskan oleh reseptor tekanan pada otot-otot rektum, serabut-
serabut aferen dan eferen dari tulang belakang bagian sakrum atau otot-otot perut dan
dasar panggul. Kelainan pada relaksasi sfingter ani juga bisa menyebabkan retensi
tinja.
Stres, diet, bakteri, kuman, jenis makanan dan reaktifitas usus yang abnormal
dapat menyebabkan IBS. Stres dapat memicu gejala IBS. Ketika seseorang
mendapatkan masalah yang menyita pikirannya, maka hal ini dapat mempengaruhi sel-
sel saraf dan menjadikan kekejangan pada usus. Kekejangan usus ini dapat
mengantarkan kita pada penyakit irritable bowel syndrome. Apalagi stress ini
berkepanjangan.
Diet yang tidak benar juga dapat memicu adanya IBS. Apabila pola makan
seseorang itu sangat besar atau tidak teratur apalagi keadaan pencernaannya
bermasalah maka dapat menyebabkan kram dan diare. Setelah itu dapat membuat
seseorang itu terkena IBS.Yang ketiga adalah abnormalitas reaksi usus.
Ketidaknormalan gerakan usus ini dapat disebabkan oleh berbagai banyak hal
diantaranya : asupan makanan yang masuk, mikroorganisme dan stres.
Ketidaknormalan gerakan usus ini apabila terlalu lambat akan menyebabkan sembelit,
dan jika terlalu cepat akan menyebabkan diare.
Intoleransi makanan juga dapat menyebabkan datangnya penyakit IBS ini. Jika
seseorang alergi terhadap suatu makanan tertentu, maka dapat menyebabkan gangguan
usus dan menjadikan irritabel bowel syndrome
Selain itu bakteri juga dapat memberikan efek tertentu terhadap usus dan dapat
menyebabkan IBS.
C. Etiologi
A. Konstipasi sekunder
1. Pola hidup: Diet rendah serat, kurang minum, kebiasaan buang air besar yang
buruk, kurang olahraga.
2. Kelainan anatomi (struktur) : fissura ani, hemoroid, striktur, dan tumor, abses
perineum, megakolon.
3. Kelainan endokrin dan metaolik : hiperkalsemia, hipokalemia, hipotiroid, DM,
dan kehamilan.
4. Kelainan syaraf : stroke, penyakit Hirschprung, Parkinson, sclerosis multiple,
lesi sumsum tulang belakang, penyakit Chagas, disotonomia familier.
5. Kelainan jaringan ikat : skleroderma, amiloidosis, “mixed connective-tissue
disease”.
6. Obat : antidepresan (antidepresan siklik, inhibitor MAO), logam (besi,
bismuth), anti kholinergik, opioid (kodein, morfin), antasida (aluminium,
senyawa kalsium), “calcium channel blockers” (verapamil), OAINS (ibuprofen,
diclofenac), simpatomimetik (pseudoephidrine), cholestyramine dan laksan
stimulans jangka panjang.
7. Gangguan psikologi (depresi).
C. Penyebab lain
1. Diabetes mellitus.
2. Hiperparatiroid
3. Hipotiroid.
4. Keracunan timah (“lead poisoning”).
5. Neuropati
6. Penyakit Parkinson
7. Skleroderma
8. Idiopatik
9. Transit kolon yang lambat, pseudo-obstruksi kronik.
D. Pola Hidup
Pola hidup seperti diet rendah serat, kurang minum dan olahraga merupakan
penyebab tersering dari konstipasi. Penyebab umum dari konstipasi adalah diit yang
rendah serat, seperti terdapat pada sayuran, buah, dan biji-bijian, dan tinggi lemak
seperti dalam keju, mentega, telur dan daging. Mereka yang makan makanan yang
kaya serat biasanya lebih jarang yang mengalami konstipasi Diit rendah serat juga
memegang peranan penting untuk timbulnya konstipasi pada usia lanjut. Mereka
biasanya kurang berminat untuk makan, dan lebih senang memilih makanan cepat
saji yang kadar seratnya rendah. Selain itu, berkurangnya jumlah gigi, memaksa
mereka lebih suka makan makanan lunak yang sudah diproses dengan kadar serat
yang rendah.
Dalam keadaan normal cairan akan mengisi sebagian besar usus dan feces
sehingga feces mudah dikeluarkan. Penderita konstipasi sebaiknya minum air yang
cukup, kira-kira 8 liter per hari. Cairan yang mengandung kafein, seperti kopi dan
kola, serta alkohol memiliki efek dehidrasi, sehingga dapat meyebabkan konstipasi.
urang olahraga dapat menyebabkan terjadinya konstipasi, meskipun belum diketahui
dengan pasti patogenesisnya. Sebagai contoh, konstipasi sering terjadi pada orang
sakit yang melakukan istirahat yang panjang.
E. Penanganan
Pada bayi di bawah usia satu tahun, kemungkinan masalah organik yang mungkin
menyebabkan konstipasi harus diteliti dengan lebih cermat, terutama apabila
konstipasi disertai gejala lain seperti:
1. Keluarnya feses pertama lebih dari 48 jam setelah lahir, kaliber feses yang
kecil, gagal tumbuh, demam, diare yang diserai darah, muntah kehijauan, atau
terabanya benjolan di perut.
2. Perut yang kembung.
3. Lemahnya otot atau refleks kaki, adanya lesung atau rambut di punggung
bagian bawah.
4. Selalu tampak lelah, tidak tahan cuaca dingin, denyut nadi yang lambat.
5. Banyak BAK, banyak minum.
6. Diare, pneumonia berulang.
7. Anus yang tidak tampak normal baik bentuk maupun posisinya
Lebih dari 95% konstipasi pada anak di atas satu tahun adalah konstipasi
fungsional (tidak ada kelainan organik yang mendasarinya).5 Umumnya
masalah inKebiasaan BAB yang baik.
8. Anak yang mengalami konstipasi harus dilatih untuk membangun kebiasaan
BAB yang baik.2 Salah satu caranya adalah dengan membiasakan duduk di
toilet secara teratur sekitar lima menit setelah sarapan, bahkan jika anak tidak
merasa ingin BAB. Anak harus duduk selama lima menit, bahkan jika anak
telah menyelesaikan BAB sebelum lima menit tersebut habis.
9. Anak juga harus belajar untuk tidak menahan keinginan BAB. Kadang anak
mengalami kekhawatiran jika harus menggunakan toilet di sekolah. Jika orang
tua mencurigai adanya masalah tersebut, orang tua hendaknya membicarakan
masalah tersebut dengan anak maupun pihak sekolah.
10. Makanan tinggi serat membuat BAB lebih lunak karena menahan lebih banyak
air dan lebih mudah untuk dikeluarkan. Memperbanyak jumlah serat dalam
makanan anak dapat mencegah konstipasi.
11. Berikan minimal 2 sajian buah setiap hari. Buah yang dimakan beserta
kulitnya, misalnya plum, aprikot, dan peach, memiliki banyak kandungan
serat.
12. Berikan minimal 3 sajian sayuran setiap hari.
13. Berikan sereal yang tinggi serat sepert bran, wheat, whole grain, dan oatmeal.
Hindari sereal seperti corn flakes.
14. Berikan roti gandum (wheat) sebagai ganti roti putih. Banyak minum dapat
mencegah konstipasi. Biasakan anak untuk minum setiap kali makan, sekali di
antara waktu makan, dan sebelum tidur. Namun perlu diperhatikan bahwa
terlalu banyak susu sapi atau produk susu lainnya (keju, yogurt) justru dapat
mengakibatkan konstipasi pada sebagian anak.
F. Pengobatan
Laksans
Sebagian besar penderita dengan konstipasi ringan biasanya tidak
membutuhkan pemberian laksans. Namun bagi mereka yang telah melakukan
perubahan gaya hidup, tetapi masih tetap mengalami konstipasi, pemberian
laksans dan atau klisma untuk jangka waktu tertentu dapat dipertimbangkan.
Pengobatan ini dapat menolong sementara untuk mengatasi konstipasi yang
telah berlangsung lama akibat usus yang malas. Pada anak-anak, pengobatan
laksans jangka pendek, untuk merangsang supaya usus mau bergerak secara
teratur, juga dapat dipakai untuk mencegah konstipasi. Laksans dapat
diberikan per oral, dalam bentuk cairan, tablet, bubuk.
G. Pengobatan Lain
Pengobatan spesifik terhadap terhadap penyebab konstipasi, juga dapat
dikerjakan tergantung apakah penyebabnya dapat dikoreksi atau tidak. Sebagai
contoh, penghentian obat yang menimbulkan konstipasi, atau tindakan bedah
untuk mengoreksi ada tidaknya kelainan anorektal, seperti prolapsus rekti.
Prokinetik
Obat-obat prokinetik telah dicoba untuk pengobatan konstipasi, tetapi
belum banyak publikasi yang menunjukkan efektivitasnya. Obat prokinetik
(seperti : cisapride dan metoclopramide) merupakan agonis 5HT4 dan
antagonis 5HT3. Cisapride telah dilaporkan dapat memperbaiki keluhan
penyakit refluks gastroesofagus, namun pada konstipasi belum banyak laporan
yang ditulis.
Analog prostaglandin
Analog prostaglandin (misoprostil) dapat meningkatkan produksi PGE2 dan
merangsang motilitas saluran cerna bagian bawah.
Biofeedback
Penderita dengan konstipasi kronik akibat disfungsi anorektal dapat
dicoba dengan pengobatan “biofeedback” untuk mengembalikan otot yang
mengendalikan gerakan usus. “Biofeedback” menggunakan sensor untuk
memonitor aktivitas otot yang pada saat yang sama dapat dilihat di layar
komputer sehingga fungsi tubuh dapat diikuti dengan lebih akurat. Seorang ahli
kesehatan yang professional, dapat menggunakan alat ini untuk menolong
penderita mempelajari bagaimana cara menggunakan otot tersebut. Dalam
penelitian Houghton dan kawan-kawan (2002) ditemukan bahwa emosi dapat
mempengaruhi persepsi dan distensi rektal pada penderita IBS. Juga dapat
ditunjukkan bahwa pikiran mempunyai peranan yang sangat penting dalam
modulasi faal saluran cerna.
Operasi
Tindakan bedah (subtotal colectomy dengan ileo-ractal anastomosis)
hanya dicadangkan pada penderita dengan keluhan yang berat akibat kolon yang
tidak berfungsi sama sekali (“colonic inertia”). Namun tindakan ini harus
dipertimbangkan sungguh- sungguh, karena komplikasinya cukup banyak seperti
: nyeri perut dan diare.
H. Obat-obat Pencahar
Banyak orang menggunakan obat pencahar (laksatif) untuk
menghilangkan konstipasi. Beberapa obat aman digunakan dalam jangka waktu
lama, obat lainnya hanya boleh digunakan sesekali. Beberapa obat digunakan
untuk mencegah konstipasi, obat lainnya digunakan untuk mengobati konstipasi.
Golongan obat-obat pencahar yang biasa digunakan adalah:
• Bulking Agents
• Pelunak Tinja
• Minyak Mineral
• Bahan-bahan Osmotik
• Pencahar Perangsang.
Bulking Agents.
Bulking agents (gandum, psilium, kalsium polikarbofil dan metilselulosa)
bisa menambahkan serat pada tinja.Penambahan serat ini akan merangsang
kontraksi alami usus dan tinja yang berserat lebih lunak dan lebih mudah
dikeluarkan. Bulking agents bekerja perlahan dan merupakan obat yang paling
aman untuk merangsang buang air besar yang teratur.Pada mulanya diberikan
dalam jumlah kecil.
Dosisnya ditingkatkan secara bertahap, sampai dicapai keteraturan dalam
buang air besar. Orang yang menggunakan bahan-bahan ini harus selalu minum
banyak cairan.
Pelunak Tinja.
Dokusat akan meningkatkan jumlah air yang dapat diserap oleh tinja.
Sebenarnya bahan ini adalah detergen yang menurunkan tegangan permukaan
dari tinja, sehingga memungkinkan air menembus tinja dengan mudah dan
menjadikannya lebih lunak. Peningkatan jumlah serat akan merangsang
kontraksi alami dari usus besar dan membantu melunakkan tinja sehingga lebih
mudah dikeluarkan dari tubuh.
Minyak Mineral.
Minyak mineral akan melunakkan tinja dan memudahkannya keluar dari
tubuh. Tetapi bahan ini akan menurunkan penyerapan dari vitamin yang larut
dalam lemak. Dan jika seseorang yang dalam keadaan lemah menghirup minyak
mineral secara tidak sengaja, bisa terjadi iritasi yang serius pada jaringan paru-
paru.Selain itu, minyak mineral juga bisa merembes dari rektum.
Bahan Osmotik.
Bahan-bahan osmotik mendorong sejumlah besar air ke dalam usus
besar, sehingga tinja menjadi lunak dan mudah dilepaskan.Cairan yang
berlebihan juga meregangkan dinding usus besar dan merangsang kontraksi.
Pencahar ini mengandung garam-garam (fosfat, sulfat dan magnesium) atau gula
(laktulosa dan sorbitol). Beberapa bahan osmotik mengandung natrium,
menyebabkan retensi (penahanan) cairan pada penderita penyakit ginjal atau
gagal jantung, terutama jika diberikan dalam jumlah besar. Bahan osmotik yang
mengandung magnesium dan fosfat sebagian diserap ke dalam aliran darah dan
berbahaya untuk penderita gagal ginjal.
Pencahar ini pada umumnya bekerja dalam 3 jam dan lebih baik
digunakan sebagai pengobatan daripada untuk pencegahan.Bahan ini juga
digunakan untuk mengosongkan usus sebelum pemeriksaan rontgen pada saluran
pencernaan dan sebelum kolonoskopi.
Pencahar Perangsang.
Pencahar perangsang secara langsung merangsang dinding usus besar
untuk berkontraksi dan mengeluarkan isinya.Obat ini mengandung substansi
yang dapat mengiritasi seperti senna, kaskara, fenolftalein,
bisakodil atau minyak kastor. Obat ini bekerja setelah 6-8 jam dan
menghasilkan tinja setengah padat, tapi sering menyebabkan kram perut.
Dalam bentuk supositoria (obat yang dimasukkan melalui lubang dubur),
akan bekerja setelah 15-60 menit.Penggunaan jangka panjang dapat
menyebabkan kerusakan pada usus besar, juga seseorang bisa menjadi
tergantung pada obat ini sehingga usus menjadi malas berkontraksi (Lazy Bowel
Syndromes).
Laksatif
Laksatif mungkin dibutuhkan untuk menangani konstipasi. Jika laksatif
tidak bekerja atau harus diberikan berulang kali, anak harus dievaluasi oleh
dokter. Beberapa laksatif yang dapat diberikan adalah:
• Jus prune: Jus prune adalah laksatif ringan yang efektif pada sebagian
anak. Jus ini mungkin akan terasa lebih enak jika dicampur dengan jus
buah lain.
• Psyllium husk (salah satu merknya adalah metamucil). Laksatif ini
bekerja dengan melunakkan feses sehingga lebih mudah dikeluarkan.
• Senokot (senna). Laksatif ini bekerja dengan menstimulasi usus untuk
mengosongkan isinya. Laksatif ini berbentuk butiran yang dapat
dicampur dengan makanan seperti es krim.
• Durolax (bisacodyl). Bentuk laksatif ini adalah tablet dan bekerja dengan
cara yang sama seperti senokot.
• Coloxyl (docusate). Laksatif ini berupa tablet atau tetes, bekerja dengan
melunakkan feses.
• Agarol (parafin cair dan fenoftalein). Laksatif ini berbentuk cairan,
bekerja dengan melunakkan dan melicinkan feses, serta menstimulasi
usus untuk mengosongkan isinya.
• Parachoc (parafin cair dengan rasa coklat-vanila). Laksatif ini berbentuk
cairan dan bekerja dengan cara yang sama seperti agarol.
• Laksatif lain yang digunakan misalnya lactulose, sorbitol, barley malt
extract, magnesium hydroxyde, atau magnesium citrate.4 Namun bayi di
bawah usia satu tahun memiliki risiko lebih besar untuk mengalami
keracunan magnesium.Perlu diingat bahwa penggunaan laksatif jangka
panjang dapat berbahaya bagi anak. Karena itu, laksatif hanya boleh
digunakan dengan pengawasan dokter dan sesuai dosis yang diberikan.
-Supositoria
Jika setelah 2-3 hari penggunaan laksatif konstipasi anak tidak membaik,
supositoria n atau durolax suppositories dapat digunakan.1,2 Supositoria harus dilapisi
dengan pelicin yang larut dalam air seperti KY jelly sebelum dimasukkan ke rektum
(bagian usus besar terdekat dengan anus). Jangan gunakan vaselin karena vaselin tidak
larut dalam air. BAB biasanya akan terjadi 30 menit setelah pemberian supositoria.
-Enema
Enema tidak boleh diberikan pada anak kecuali jika dokter memerintahkannya
-Irigasi usus
• Hal ini hanya diperlukan pada sebagian kecil anak yang mengalami konstipasi
yang sangat berat.2 Hal ini dilakukan di RS dengan memberikan cairan bernama
Golytely baik dengan cara diminum atau melalui selang lambung.
Berikut ini adalah algoritma penanganan konstipasi pada dua kelompok usia: di bawah
satu tahun dan di atas satu tahun;
1. Aktivitas dan olahraga teratur.
2. Asupan cairan dan serat (25 – 30 gram/hari) yang cukup.
3. Latihan usus besar; penderita dianjurkan mengadakan waktu secara teratur tiap
hari untuk memanfaatkan gerakan usus besarnya. Dianjurkan waktu ini adalah 5
– 10 menit setelah makan, sehingga dapat memanfaatkan refleks gastro-kolon
untuk BAB. Diharapkan kebiasaan ini dapat menyebabkan penderita tanggap
terhadap tanda – tanda dan rangsangan untuk BAB, dan tidak menahan atau
menunda dorongan untuk BAB ini.
BAB 4
ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM PENCERNAAN
SYMTOM TUJUAN & KE INTERVENSI &
ETIOL PROBLE RASIONAL
OGI M
Berkurangnya Kelelaha Intoleran NOC Terapi Aktivitas,
waktu reaksi n si OUTCOME: 1. Kolaborasikan
Kesulitanuntukb (fatique) aktivitas Toleransi dengan ahli terapi,
erbalik atau Definisi: aktivitas terapi fisik dan
berputar Tidak Ketahanan rencana,rekreasi
Menggunakan cukupnya tubuh dan program
alat bantu pada energi Penyimpanan pengawasan,
waktu bergerak psikologi energi 2. Tentukan
(pen-ingkatan atau fisik Perawatan diri komitmen pasien
terhadap untuk dalam ADL dalam peningkatan
aktivitas yang bertahana Perawatan diri frekuensi dan,jarak
lain, kontrol atau dalam aktivitas,
perilaku, fokus menyelesa penggunaan 3. Bantu untuk
sebelum sakit ikan peralatan ADL menggali
atau aktivitas Kriteria Evaluasi kemampuan
ketidakmammpu sehari Kesabaran personal dalam
an berakti-vitas hariyang dalam melakukan,aktiviit
Dyspnea diinginkan melakukan as,
Perubahan gaya aktivi-tas 4. Bantu untuk
berjalan biasanya memilih kegiatan
Pergerakan yang seperti yang yang konsisten
tersentak-sentak ditunjukkan dengan
fisik,,psykologi
Pembatasan dalam
toleransi dan kemampuan
aktivitas, sosial,
kemampuan
ketahanan 5. Bantu untuk
pergerakan halus
tubuh, fokus pada apa
Pembatasan
penyimpanan yang dikerjakan
energi dan per- dan tidak
kemampuan
awatan diri terjadi,penurunan,
pergerakan kasar
6.,Bantu untuk
Pembatasan Mendemonstra
mengidentifikasi
ROM sikan toleransi
sumber-sumber
Pergerakan yang aktivitas sesuai
yang
tremor dengan
dibutuhkan,untuk
Pergerakan yang evidence
melakukan
lambat sesuai de-ngan
pergerakan
Pergerakan yang indikator 1-5
,7. Bantu untuk
tidak sin-kron yaitu mulai
menggunakan
dari yang
sarana transportasi
dapat
dalam melaku-,kan
dikompromika
aktivitas,
n sampai yang
8. Bantu pasien
tidak dapat
untuk
dikompromika
mengidentifikasi
n
aktivitas yang
Saturasi
diperboleh-,kan,
oksigen dalam
9. Bantu pasien
rentang nor-
untuk
mal selama
mengidentifikasi
melakukan
arti dari kegiatan
aktivitas
tersebut,
Dapat 10.Bantu pasien
berbicara untuk menetapkan
walaupun jadwal kegiatan
sambil ber- secara rutin,
aktivitas 11. Bantu
Respon upaya pasien/keluarga
SYMTOM & ETIOL PROBL TUJUAN & KE INTERVENSI
SIGN OGI EM & RASIONAL
20.
Berikan
kegiatan
pergeraka
n untuk
menguran
gi
tekanan
otot
21.
Berikan
beberapa
games
yang non
kompetiti
f,
terstruktu
r pada
grup
aktivititas
22.
Berikan
waktu
jeda pada
berbagai
kegiatan
yang
bertujuan
untuk
menurun
kan
kecemasa
n seperti
bernyanyi
, bermain
bola voli,
te-nis
meja,
berjalan,
berenang,
bermain
game dan
lainnya
23.
Berikan
pujian
yang
positif
untuk
setiap
partisipas
i kegiatan
24. Bantu
pasien
untuk
mengenb
angkan
motivasi
diri dan
pengua-
tan
25.
Monitor
keadaan
emosi,
fisik,
sosial dan
respon
spiritual
sehu-
bungan
dengan
aktivitas
26.Bantu
pasien/keluarga
untuk
melakukan
pengawasan
sendiri
dalam
mencapai
tujuan yang
telah
ditetapkan
Mampu Elimina NOC OUTCOMES: Perawat
mengeluarka si BAB Pembatasan an
n isi perut Definisi: dalam eliminasi Eliminas
secara Perubah BAB i BAB
spontan dan an mengontrol 1.
lancar dalam pengeluran Tentukan
Bau khas kebiasaa feces penyebab
feces n buang Eliminasi BAB; fisik atau
Bercak air besar kemampuan psikologi
kotoran pada yang saluran Gl dari
tem-pat tidur nor-mal mulai dari dan inkontine
Bercak yang keluarnya feces n fecal
kotoran pada ditandai se-cara normal 2.
kain dengan Integritas Tentukan
Perkusi reguler
sama sekali
Tegang pada
saat defekasi
Muntah
Perubahan pola PERTAHANAN NOC Peningkatan Koping,
komunikasi KOPING: OUTCOMES 1. Hargai pasien untuk menyes
biasa Definisi: Penerimaa perubahan bentuk tubuh,
Penurunan Pengulanga n status 2. Hargai pengaruh situasi keh
penggunaan n pro- kesehatan pasien pada aturan dan hubunga
dukungan sosial yeksi Koping ; 3. Motivasi pasien
Perilaku evaluasi diri tindakan mengidentifikasikasi gam
dekstruktif pada positif yang untuk realistik terhadap perubahan
orang lain salah mengatur 4. Hargai pengetahuan pasien t
otot laktosa,
abdo relaksasi,
ram-, makan
cukup dengan,makan
melaksanakan tepat
pengaturan badan
natrium dan RR
leher bandingkan