Anda di halaman 1dari 102

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 2(KMB 2)

“SISTEM PENCERNAAN”

DOSEN PEMBIMBING MATA KULIAH:

Ns.Ixora,S.Kep.,M.Kep

KELOMPOK 3

ANGGOTA:

FENTI TRISVIANA (P17240201001)

RISTA PRASETIANI (P17240201006)

INDRA KARTIKA ARUM (P17240201007)

FREZA ADE EKA FRADINA (P17240201016)

FRAIGO STIVAN INKAYANA (P17240204056)

TINGKAT 2A/2B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

PRODI D-III KEPERAWATAN KAMPUS V TRENGGALEK

Jl.Dr.Soetomo No.5 Trenggalek Telp(0355)791293

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL MAKALAH :

Sistem Pencernaan

PENULIS :

FENTI TRISVIANA (P17240201001)

RISTA PRASETIANI (P17240201006)

INDRA KARTIKA ARUM (P17240201007)

FREZA ADE EKA FRADINA (P17240201016)

FRAIGO STIVAN INKAYANA (P17240204056)

DOSEN MATA KULIAH:

a. Nama Lengkap dan Gelar : Ns.Ixora,S.Kep.,M.Kep


b. NIP :83.06.2.178
c. Alamat Rumah dan No Telp/Hp :-

Trenaggalek,15 Desember 2021

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Mata Kuliah Penulis

Ns.Ixora,S.Kep.,M.Kep KELOMPOK 3

NIP:83.06.2.178
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berbagai macam nikmat,
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah “Sistem Pencernaan” ini tepat pada waktunya.
Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
proses pembuatan makalah sistem pencernaan ini.

Saya menyadari, bahwa di dalam penyusunan makalah sistem pencernaan ini masih jauh dari
kesempurnaan serta banyak kekurangannya baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal
lainnya. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk lebih
menyempurnakan makalah saya di lain waktu.

Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini adalah mudah-mudahan dapat
bermanfaat baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain.

Trenggalek,15 Desember 2021

Penyusun

KELOMPOK 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................

DAFTAR ISI.................................................................................

BAB 1 SISTEM PENCERNAAN.......................................................

A. Sistem Pencernaan Bagian Atas....................................

B. Sistem Pencernaan Bagian Bawah.................................

C. Hepar...............

D. Pankreas..........................................................................

E. Empedu.......................................................................

F. Proses Biokimiawi Sistem Pencernaan

G. Fungsi Sistem Pencernaan

H. Gambaran Besar Saluran Percernaan

I. Regulator Saraf

BAB 2 PROSES PENCERNAAN

A. Mengunyah
B. Menelan
C. Pergerakan makanan
D. Sekresi getah cerna
E. Pencernaan
F. Parietal
G. Fase intestinal
H.

BAB 3 GANGGUAN PADA SISTEM PENCERNAAN

A. Parotitis
B. Xerostomia
C. Tukak lambung
D. Appendiksitis
E. Diare
F. Konstipasi
BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................

BAB 1

SISTEM PENCERNAAN

Sistem pencercanaan adalah sistem yang berfungsi untuk melakukan proses makanan
sehingga dapat diserap digunakan oleh sel-sel tubuh secara fisika maupun secara kimia. Hampir
semua orang suka makan ,dan kita semua harus makan untuk tetap hidup. Sepanjang sejarah,
makanan dan minuman telah di sediakan tidak hanya sebagai santapan tetapi juga dasar bagi
banyak pertemuan sosial. Meskipun bukan sesuatu yang sering kita pikirkan saat menikmati
pizza dan minuman favorit, tubuh memiliki sistem pencernaan yang menakjubkan yang
mencakup kontrol kualitas dan metode pembuangan sisa (sampah) sendiri. Setiap sel dalam
tubuh kita membutuhkan makanan, namun sel-sel tidak bisa meninggalkan tempat mereka
dalam tubuh dan berjalan ke sumber makanan.
Oleh karena itu, makanan harus diubah menjadi bentuk yang mudah digunakan dan di
distribusikan dalam tubuh. Untuk melakukan hal ini, sistem pencernaan adalah sistem khusus
untuk menelan makanan, mendorong melalui saluran pencernaan, mencernanya ,dan menyerap
air, elektrolit, dan nutrisi. Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut
sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,
mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta
membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari
tubuh.

A.SISTEM PENCERNAAN BAGIAN ATAS


1. Mulut Memiliki Bagian : Bibir, Gigi, Lidah dan Kelenjar Ludah.
Rongga mulut dilapisi oleh tunica mucosa yang mengandung epitel berlapis menanduk dan
mengelupas. Dibawah lapisan epitel terdapat lamina propria, yang membentuk banyak lekuk
atau papilla seperti halnya pada kulit. Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan.
Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa
yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari ma-nis, asam, asin
dan pahit. Saliva (air liur), sekresi yang berkaitan dengan mulut yang diproduksi oleh tiga
kelenjar saliva utama yaitu parotis, submandibula, sublingual yang ter-letak di rongga mulut
yang dikeluarkan melalui duktus didalam mulut. Saliva terdiri atas 99,5% air serta 0,5% protein
dan elektrolit. Protein saliva yang terpenting adalah amilase, mukus dan lisozim.
Fungsi dari saliva dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Air liur memulai proses pencernaan karbohidrat di mulut melalui kerja amilase liur,
suatu enzim yang memecah polisakarida menjadi disakarida.
b. Air liur mempermudah proses menelan dengan membasahi partikel-par-tikel makanan,
sehingga mereka saling menyatu serta menghasilkan pe-lumasan karena adanya mukus
yang kental dan licin.
c. Air liur memiliki efek antibakteri melalui efek ganda, pertama oleh lisozim suatu enzim
yang melisiskan atau menghancurkan bakteri tertentu kedua dengan membilas bahan
makanan yang mungkin digunakan oleh bakteri.
d. Air liur berfungsi sebagai pelarut untuk molekul-molekul yang merang-sang papil
pengecap, sehingga kita dapat merasakan rasa makanan.
e. Air liur membantu kita dalam berbicara dengan membasahi lidah dan bibir.
f. Air liur berperan penting dalam hygiene mulut dengan membantu kebersi-han mulut dan
gigi. Karena air liur terus menerus membilas sisa makanan yang tersisa di mulut.
g. Air liur memiliki senyawa penyangga bikarbonat yang menetralkan asam di makanan
dan asam yang dihasilkan oleh flora normal yang ada di mu-lut, untuk mencegah karies
gigi.
Walaupun memiliki banyak fungsi namun enzim amilase saliva tidaklah esen-sial karena
walau tidak adanya enzim tersebut enzim amilase pankreas dapat menyelesaikan
pencernaannya, serta waktu kontak antara substrat dengan enzim amilase saliva tidaklah
optimum dikarenakan cepatnya waktu mengu-nyah dan menelan makanan.

2. Bibir Terdiri dari dua daerah, bagian luar dan bagian dalam.
a. Bagian luar sama seperti kulit di daerah lain wajah. Epidermis terdiri atas
jaringan epitel berlapis banyak, menanduk dan mengelupas, ditumbuhi bulu dan
berkelenjar peluh. Di bagian dermis terdapat akar bulu, kelenjar dan kelenjar
minyak bulu.
b. Bagian dalam mengandung tunica mucosa yang mengandung jaringan epitel
berlapis dan mengelupas, tetapi tidak menanduk. Pada lamila pro-pria terdapat
banyak kelenjar lendir, yang salurannya bermuara ke rongga mulut. Di bawah
lapisan lendir terdapat lapisan otot. Tepat pada batas kulit luar dengan lendir
bibir bagian dalam terdapat daerah merah, karena banyak mengandung
pembuluh kapiler.
Histologi rongga mulut sama seperti bibir bagian dalam. Lapisan dekat per-mukaan
terdiri dari tunica mucosa, di bawahnya tunica submucosa. Pada la-pisan submucosa
terdapat kelenjar lendir. Sekitar kelenjar itu terdapat lamina propria tunica mucosa
oleh jaringan rapat serat elastis. Didaerah langit-langit tak ada tunica submucosa. Di
daerah langit-langit lunak, di bawah tunica mucosa terdapat lapisan otot lurik dan
jaringan ikat fibrosa. Di daerah langit-langit lunak dekat rongga hidung, jaringan
epitel tunica mucosa terdiri dari sel batang berlapis semu, yang lapisan luarnya
bersilia, menumpu pada lamina basalis yang tebal.
3.Palatum
Palatum terdiri atas 2 bagian yaitu:
a. Palatum durum (palatum keras) yang tersusun atas tajuk-tajuk palatum dan sebelah
depan tulang maksilaris dan lebih kebelakang terdiri dari dua tulang palatum.
b. Palatum mole (palatum lunak) terletak di belakang yang merupakan lipa-tan
menggantung yang dapat bergerak, terdiri atas jaringan fibrosa dan selaput lendir.
4.Gigi
Gigi baru tumbuh sesudah bayi berusia 6 bulan, gigi pertama disebut gigi susu atau gigi
sementara.
Susunan gigi sementara pada anak-anak, berjumlah 20 buah,yaitu:
a. Gigi seri berjumlah 8 buah gunanya untuk memotong makanan.
b. Gigi taring sebanyak 4 buah digunakan untuk mencabik-cabik makanan.
c. Gerahan kecil 8 buah untuk mengunyah makanan.
Orang dewasa mempunyai gigi sebanyak 32 buah yaitu:
a. Atas 8 buah gigi seri.
b. 4 gigi taring.
c. 8 buah geraham muka.
d. Serta 12 buah geraham belakang.

Separuh dari gigi-gigi tersebut berada di rahang bawah dan lainnya dirahang atas. Pada
beberapa orang jumlah gigi kurang dari 32 buah hal ini biasanya disebabkan geraham
bungsu tidak tumbuh, setalah berumur antara 18-45 tahun.

Setiap gigi tersusun atas bagian-bagian sebagai berikut :


a. Puncak gigi atau mahkota gigi, yaitu bagian yang tampak dari luar.
b. Leher gigi, yaitu bagian gigi yang terlindung di dalam gusi dan merupakan batas
antara mahkota dan akar gigi.
c. Akar gigi, yaitu bagian gigi yang tertanam di dalam rahang. Lapisan-la-pisan gigi
terdiri dari email, tulang gigi, semen gigi, dan rongga gigi.
d.Email merupakan lapisan yang keras pada puncak gigi. Email berfungsi melindungi
tulang gigi. Jika email rusak, maka gigi akan rusak pula.
e. Di lapisan berikutnya terdapat tulang gigi yang terbuat dari dentin. Dentin berupa
jaringan berwarna kekuningan.
f. Di lapisan luar akar gigi terdapat semen gigi atau sementum.
g. Di bagian dalam gigi terdapat rongga gigiatau pulpa. Rongga gigi berisi saraf dan
pembuluh darah. Lubang yang dalam pada gigi dapat mencapai rongga gigi dan
mengenai saraf sehingga menimbulkan nyeri.
5.Lidah
Terdiri atas otot lurik yang letaknya menurut tiga arah dan tegak lurus se-sama.Lapisan
otot diselaputi oleh tunica mucosa. Dibagian atas lidah tidak terdapat tunica submucosa,
hanya dibagian bawah. Permukaan lidah bagian
atas memiliki tonjolan yang disebut papillae.
Ada 4 macam papillae, yaitu :
a. Filiform (terdapat di daerah belakang lidah).
b. Fungiform (tersebar diantara filiform dan ternayak berada di ujung lidah).
c. Circumvallate (jumlahnya sedikit, terdapat dalam satu barisan melintang pada
pangkal lidah).
d. Foliate (terdapat di daerah pinggiran pangkal lidah). Pada umumnya pa-pilla
mengandung kuncup rasa (taste bud).
Tiap kuncup rasa mengandung dua macam sel yang utama, yaitu sel penyokong dan sel epitel
saraf. Kedua macam sel memiliki mikrovili yang umumnya bergabung mengacu ke arah lobang
rasa, yang pada periode pra-ME (mikroskop elektron) disebut bulu rasa. Cabang saraf vagus
masuk li-dah dan bercabang halus mencapai setiap kuncup rasa. Tonsil liah kecil-kecil dan
banyak, terletak di dasar lidah dan diselaputi oleh epitel berlapis yang menelupas. Tiap tonsil
memiliki ceruk, dan sepanjang pinggir ceruk itu ter-tanam nodul-nodul limfa. Lidah berfungsi
membantu mengatur penempatan makanan hingga dapat digilas oleh geraham, dalam hal ini
dapat dikatakan makanan mengalami pencernaan secara mekanik.
Lidah berguna untuk membantu mengatur letak makanan di dalam mulut mendorong makanan
masuk ke kerongkongan. Selain itu lidah lidah juga berfungsi untuk mengecap atau merasakan
makanan. Pada lidah terdapat daerah-daerah yang lebih peka terhadap rasa-rasa tertentu, seperti
asin, asam, manis, dan pahit. Lidah terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir,
kerja otot lidah ini dapat digerakkan ke seluruh arah.
Lidah dibagi atas 3 bagian :
a. Radiks lingua =Pangkal lidah
b. Dorsum lingua=Punggung lidah
c. Apeks lingua =Ujung lidah
Pada pangkal lidah yang belakang terdapat epiglotis yang berfungsi untuk menutup jalan nafas
pada waktu kita menelan makanan, supaya makanan tidak masuk ke jalan nafas.
 Punggung lidah (dorsum lingua) terdapat puting-puting pengecap atau ujung
saraf pengecap.
 Frenulum lingua merupakan selaput lendir yang terdapat pada bagian bawah
kira-kira di tengah-tengah jika lidah digerakkan ke atas nampak selaput lendir.
 Fika sublingua terdapat di sebelah kiri dan kanan frenulum linguadi sini terdapat
pula lipatan selaput lendir.
 Pada pertengahan flika sublingua ini terdapat saluran dari glandula paro-tis, sub
maksilaris dan glandula sub lingualis.
 Fungsi lidah yaitu mengaduk makanan, membentuk suara, sebagai alat pengecap
dan menelan, serta merasakan makanan.
6. Kelenjar ludah
Kelenjar ludah berguna untuk memudahkan menelan dan mencerna. Ada dua macam ludah
yang dihasilkan oleh tiga pasang kelenjar, yaitu kelenjar parotis, kelenjar ludah bawah rahang
(glandula submaxilaris) dan kelenjar bawah lidah (glandula sublingualis). Glandula parotis
menghasilkan ludah berbentuk air, infeksi pada parotis disebut parotitis (penyakit gondong).
Glandula sub-maxi-laris dan glandula lingualis keduannya menghasilkan getah yang
mengandung air dan lendir, selain itu berguna sebagai pelindung selaput mulut terhadap panas,
dingin, asam dan basa.
Kelenjar ludah merupakan kelenjar yang mempunyai duktus yaitu Duktus wartoni dan duktus
stensoni.
Kelenjar ludah ada 2 yaitu :
a. Kelenjar ludah bawah rahang (kelenjar submaksilaris), yang terdapat di bawah tulang
rahang atas pada bagian tengah.
b. Kelenjar ludah bawah lidah (kelenjar sublingualis) yang terdapat di sebelah depan
bawah lidah.
7.Otot Lidah
Otot-otot ekstrinsik lidah berasal dari rahang bawah (M. Mandibularis, os Hioid dan Prosesus
stiloid) menyebar ke dalam lidah membentuk anyaman bergabung dengan otot intrinsik yang
terdapat pada lidah. M. Genioglossus merupakan otot lidah yang terkuat berasal dari permukaan
tengah bagian dalam yang menyebar sampai radiks lingua.
8.Faring
Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan (osofagus), di
dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak
mengandung limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi.
Ke atas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung dengan peran-taraan lubang bernama
koana.Keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang yang
disebut ismus fausium.Bagian superi-or disebut nasofaring, Pada nasofaring bermuara tuba
yang menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga.
9. Kerongkongan
Kerongkongan disebut juga oesophagus, dari kata oisob =bawa dan phagelon = makanan.
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari bahasa Yunani
yaitu Pharynk. Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe yang
banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini
terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya di belakang rongga mulut
dan rongga hidung, di depan ruas tulang belakang.
Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang bernama
koana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut de-ngan perantaraan lubang yang
disebut ismus fausium. Tekak terdiri dari ; Bagian superior = bagian yang sangat tinggi dengan
hidung, bagian media adalah bagi-
an yang sama tinggi dengan mulut dan bagian inferior adalah bagian yang sama tinggi dengan
laring.
Bagian superior disebut nasofaring,pada nasofaring bermuara tuba yang meng-hubungkan tekak
dengan ruang gendang telinga, Bagian media disebut oro faring,bagian ini berbatas ke depan
sampai diakar lidah bagian inferior disebut laring gofaring yang menghubungkan orofaring
dengan laring.
Menghubungkan mulut dengan lambung terdiri dari 4 lapisan:
a. Tunica mucosa
Terdiri atas karingan epitel, yang terdiri dari sel-sel berlapis banyak dan mengelupas,
tetapi tidak menanduk. Di bawah lamina propria ada lapisan tambahan,disebut tunica
muscularis-mucosa, terdiri atas serat-serat otot po-los yang letak-letaknya memanjang
dan melingkar. Lamina propria mem-bentuk tonjolan-tonjolan rendah, sehingga tuniac
ini jadi bergelombang.Jika makanan lewat gelombang itu hilang dan lumen membuka
besar.
b. Tunica submukosa
Terdiri dari jaringan ikat dengan serat kolagen dan elastis, dengan banyak pembuluh
darah serta urat saraf.
c. Tunica muscularis
Terdiri dari dua lapisan otot polos: Bagian luar berupa serat otot meman-jang, bagian
dalam berupa serat otot melingkar. Kedua lapisan otot ini pada beberapa tempat tidak
kentara bedanya. Serat itu 1/3 bagian dari anterior (pangkal) kerongkongan sebagin
besar terdiri atas otot lurik, di bagian tengah gabungan otot lurik dan otot polos, dan 1/3
bagian posterior (ujung) terdiri semata-mata dari otot polos.
d. Tunica serosa
Terdiri dari jaringan ikat renggang yang mengandung banyak jaringan lemak, pembuluh
darah dan urat saraf. Lapisan ini relatif tebal jika dibandingkan dengan saluran
pencernaan yang di posteriornya.
Sekresi esofagus seluruhnya berkarakter mukus dan terutama memberi fungsi pelumasan untuk
menelan. Bagian utama dari esofagus dikelilingi oleh beberapa kelenjar mukus sederhana. Pada
bagian ujung lambung, dan dalam jumlah kecil pada bagian awal esofagus, terdapat juga
beberapa kelenjar mukus campuran. Mukus yang disekresi oleh kelenjar campuran pada
esofagus bagian atas akan mencegah ekskoriasi mukosa akibat makanan yang baru saja masuk,
sedangkan kelenjar campuran yang berada didekat sambungan esofagogastric akan melin-dungi
dinding esofagus dari pencernaan oleh asam getah lambung yang sering mengalami refluks dari
lambung kembali lagi kebagian bawah esofagus.

B.SISTEM PENCERNAAN BAGIAN BAWAH


1. Lambung (ventrikulus)
merupakan kantung besar di bawah kiri rusuk ter-akhir, terdiri atas tiga bagian, bagian atas
yang berdekatan dengan hati dise-but kardiak, di tengah membulat disebut fundus, dan bagian
bawah dekat usus disebut pilorus. Seluruh bagian dalam lambung menghasilkan asam chlorida.
Akibat gerak peristaltik makanan diubah menjadi seperti bubur getah lam-bung dinamakan
chym. Lingkungan asam dalam lambung dapat membunuh kuman-kuman yang turut masuk ke
dalam, sehingga menggiatkan kerja getah lambung. Getah lambung mengandung pepsinongen
yang belum aktif beker-ja, oleh asam cholrida pepsinogen tersebut diaktifkan menjadi pepsin.
Pepsin merupakan enzim yang dapat mengubah protein menjadi molekul-molekul yang lebih
kecil disebut peptor. Selain itu berfungsi mengatur pengeluaran makanan dari lambung masuk
ke dalam usus. Pengaturan dimungkinkan oleh kedua bagian otot pilorus. Otot pilorus bagian
lambung akan mengendur apabila kena rangsangan asam, berarti protein telah dicernakan. Otot
pilorus bagian usus dua belas jari akan mengerut bila kena asam sebaliknya mengen-dur apabila
kena rangsang basa. Dengan demikian makanan dapat masuk ke usus dua belas jari sedikit demi
sedikit.

Pengisian lambung jika kosong lambung memiliki volume 50 ml tetapi organ ini dapat
mengembang sampai dengan 1000 ml ketika makan. Ada dua fak-tor yang menjaga motilitas
lambung yaitu plastisitas yang mengacu pada ke-mampuan otot polos dalam mempertahankan
ketegangannya yang konstan dalam rentang waktu yang lebar. Selanjutnya adalah relaksasi
reseptif yakni proses relaksasi otot polos untuk meningkatkan kemampuan lambung dalam
mengakomodasi volume makanan.
Lambung mempunyai dua otot lingkar,yaitu otot lingkar pardia dan otot lingkar pilorus.Otot
lingkar kardia terletak di bagian atas dan berbatasan dengan bagian bawah kerongkongan.
Fungsinya adalah untuk mencegah makanan dari lam-bung agar tidak kembali ke kerongkongan
dan mulut. Otot lingkar pilorus hanya terbuka apabila makanan telah tercerna di lambung.
Di dalam lambung, makanan dicerna secara kimiawi. Dinding lambung berkon-traksi,
menyebabkan gerak peristaltik. Gerak peristaltik dinding lambung meng-akibatkan makanan di
dalam lambung teraduk-aduk. Di bagian dinding lambung sebelah dalam terdepat kelenjar yang
menghasilkan getah lambung, getah lam-bung mengandung asam lambung, serta enzim-enzim
lain. Asam lambung ber fungsi sebagai pembunuh mikroorganisme dan mengaktifkan enzim
pepsinogen menjadi pepsin.Pepsin merupakan enzim yang dapat mengubah protein menjadi
molekul yang lebin kecil. Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot
berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup.Dalam keadaan normal, sfinter
menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.

Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk
mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lam-bung menghasilkan 3 zat
penting :
a.Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap kelainan
pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang meng-arah kepada
terbentuknya tukak lambung.
b. Asam klorida(HCI)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna
memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga ber-peran sebagai penghalang
terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
c. Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
Selain sel-sel penyekresi mucus yang mengelilingi seluruh permukaan lam-bung,
mukosa lambung mempunyai dua tipe kelenjar tubula yang penting: Kelenjar oksintik
(Kelenjar gastrik) dan kelenjar pilorik. Kelenjar oksintik menyekresi asam hidroklorida,
pepsinogen dan mucus. Kelenjar pilorik ter-utama menyekresi mucus untuk melindungi
mukosa pylorus dari asam lam-bung. Kelenjar tersebut juga menyekresi hormon gastrin.
2. Usus halus (intestinum tenue)
Panjangnya kira-kira 8,5 meter terdiri dari tiga bagian usus dua belas jari, (duo-denum)
panjangnya ± 25 cm,yeyenum (intestinum yoyenum) atau pangkal usus halus panjangnya ± 7 m
dan ileum (interstimun ileum), atau ujung usus halus panjangnya ± 1 m. Makanan masuk ke
dalam usus melalui pilorus, dengan demi-kian HCl ikut masuk dan merangsang kelenjar di
diding sel usus untuk menghasil-kan sekretin yang merupakan suatu hormon yang merangsang
pankreas untuk mengeluarkan getahnya. Di dalam dinding usus yang terdapat muara dari dua
saluran, yaitu saluran yang berasal dari kandungan empedu, dan saluran yang berasal dari
pankreas.
Selanjutnya HCl merangsang pula dinding usus halus untuk mengeluarkan hor-mon
kolesistokinin agar kandungan empedu mengeluarkan empedu yang bergu-na mengemulsikan
lemak. Empedu tidak mengandung enzim tetapi mengandung zat warna empedu (bilirubin) dan
garam empedu. Mula-mula empedu berwarna merah, kemudian mengalami oksidasi sehingga
warnanya berubah menjadi hi-jau.Pankreas menghasilkan cairan (getah) pankreas yang
mengandung enzim lipase, amilase dan tripsinogen yang belum aktif. Enzim amilase berguna
un-tuk mengubah amilum menjadi gula (maltosa), lipase mengubah lemak menjadi asam lemak
dan gliserol, sedang tripsinogen merupakan enzim yang belum aktif, dibantu oleh entrokinase,
menjadi enzim tripsin yang mengubah protein dan pepton menjadi asam amino dan peptida.
Enzim-enzim tersebut diatas mem-punyai peranan yang penting untuk mengubah zat makanan
sehingga menjadi bentuk yang dapat diserap oleh usus.
Di dalam usus halus terjadi pelumatan dan penyerapan sari makanan, dinding usus ini berlipat-
lipat dan berjonjot, sari makanan menembus dinding jonjot sampai ke pembuluh darah.
Penyerapan sari makanan oleh sel-sel dinding usus halus dina-makan absorbsi, sari makanan
diedarkan melalui pembuluh-pembuluh darah dan pembuluh lainnya, asam lemak dan gliserol
diedarkan melalui pembuluh limpa yang ujung-ujungnya terbuka. Air limpa mengangkut zat
tersebut ke pembuluh darah untuk diedarkan. Asam amino, larutan gula, vitamin dan mineral
serta air ar merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya ole salapul
perloneum. pH ususdua belas jari yang normal berkisar pada dera sembilan.
a. usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu daripan kreas dan kantung
empedu.Nama duodenum berasal dari bahasa Latin dua. denum digitorum,yang berarti
dua belas jari.Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari
(duodenum),yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam
duodenum melalui sfingter pilonus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus.Jika
penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan
makanan.
b. Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua
dari usus halus, diantara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penye. rapan
(ileum).Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter
adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penye-rapan digantungkan dalam
tubuh dengan mesenterium. Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan
terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis
dapat dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner.
Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel
goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus pe-
nyerapan secara makroskopis. Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti
“lapar" dalam bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal dari bahasa Laton, jejunus,
yang berarti “kosong”.
c. Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem
pencernaan manusia, ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum
dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu.lleum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral
atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
3. Usus besar (intestinum crassum)
Didalam usus tebal (kolon) sisa-sisa makanan yang tidak dapat dicerna, bersama dengan
lendir dan sisa-sisa sel mati dari dinding usus dibusukkan menjadi feses. Perjalanan
makanan dari mulut ke usus halus berlangsung kira-kira 4,5 jam.
tetapi disimpan di dalam kolon sampai kira-kira 24 jam, selama itu bakteri-bakteri
pengurai akan membusukkannya. Awal usus tebal, pendek dan disebut usus buntu
(coecum) mempunyai bagian yang berlebih seperti cacing dinamakan appendix atau
umbai cacing. Suatu radang pada appendix dinamakan appendisitis.
Pada operasi usus buntu, yang dipotong adalah bagian appendix, bukan usus buntunya.
Setelah dari usus buntu, makanan sampai ke usus besar, yaitu usus besar naik, usus
besar lintang, usus besar turun, dan usus besar kait kerangkai. Fungsi usus tebal
terutama adalah untuk mengatur kadar air dari sisa makanan. Bila kadar air dalam sisa
makanan berlebihan, air akan diserap oleh usus besar, jika kadar air kurang, maka air
diberikan kembali kepada sisa makanan. Sebelum sisa makanan dikeluarkan melalui
pelepasan, ia akan melalui bagian terakhir dari usus besar yang disebut dengan rektum
(poros usus), sedang muara dari rectum disebut anus.

Usus besar terdiri dari:


a. Kolon asendens (kanan).
b. Kolon transversum.
c. Kolon desendens (kiri).
d. Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
.
4.Anus
Mempunyai dua otot gelang, yaitu otot sadar, sedang yang lainnya berupa otot tak sadar.
Defekasi diawali dengan terjadinya penggelembungan bagian rektum akibat suatu
rangsang yang disebut refleks gastrokolik. Kemudian akibat adanya aktivitas kontraksi
rektum dan otot sfinkter yang berhubungan mengakibatkan terjadinya defekasi. Di
dalam usus besar ini semua proses pencernaan telah sele-sai dengan sempurna.
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerma beberapa
bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga
berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi
normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibi-otik bisa menyebabkan gangguan pada
bakteri-bakteri di dalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan
dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.

C. HEPAR
Hati adalah organ intestinal terbesar dengan berat antara 1,2-1,8 kg atau lebih 25% berat
badan orang dewasa dan merupakan pusat metabolisme tubuh de-ngan fungsi sangat
kompleks yang menempati sebagian besar kuadran kanan atas abdomen. Batas atas hati
berada sejajar dengan ruangan interkostal V kanan dan batas bawah menyerong ke atas
dari iga IX kanan ke iga VIII kiri.Permukaan posterior hati berbentuk cekung dan
terdapat celah transversal sepanjang 5 cm dari sistem porta hepatis. Omentum minor
terdapat mulai dari sistem porta yang mengandung arteri hepatica, vena porta dan duktus
koledokus. Sistem porta terletak di depan vena kava dan dibalik kandung empedu.

Permukaan anterior yang cembung dibagi menjadi 2 lobus oleh adanya per lekatan
ligamentum falsiform yaitu lobus kiri dan lobus kanan yang berukuran kira-kira 2 kali
lobus kiri. Hati terbagi 8 segmen dengan fungsi yang berbeda. Pada dasarnya, garis
cantlie yang terdapat mulai dari vena cava sampai kandung empedu telah membagi hati
menjadi 2 lobus fungsional, dan dengan adanya da-erah dengan vaskularisasi relatif
sedikit, kadang-kadang dijadikan batas reseksi.
Secara mikroskopis di dalam hati manusia terdapat 50.000-100.000 lobuli,se tiap
lobulus berbentuk heksagonal yang terdiri atas sel hati berbentuk kubus yang tersusun
radial mengelilingi vena sentralis.

D. PANKREAS
Pankreas adalah mengatur metabolisme glukosa dan hormon-hormon. Kelenjar pankreas
dalam mengatur metabolisme glukosa dalam tubuh berupa hormon-hormon yang
disekresikan oleh sel-sel dipulau langerhans. Hormon-hormon ini dapat diklasifikasikan
sebagai hormon yang merendahkan kadar glukosa darah yaitu insulin dan hormon yang
dapat meningkatkan glukosa darah yaitu glu-kagon.
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama yaitu
menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin.
Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum
(usus dua belas jari). Pankreas terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu:
a. Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan.
b. Pulau pankreas, menghasilkan hormon.

Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan hormon


ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein,
karbohidrat dan lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke dalam bentuk yang dapat
digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif
jika telah mencapai saluran pencernaan.

Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi


melindungi duodenum dengan cara menetralkan asam lambung.

Enzim-Enzim Pencernaan Pankreas


Sekresi pankreas mengandung banyak enzim untuk mencerna tiga jenis makanan
utama : Protein, karbohidrat dan lemak. Enzim-enzim pankreas yang paling pen-ting
untuk mencerna protein adalah tripsin, kimotripsin, dan karboksipolipepti-dase. Tripsin
dan kimotripsin memisahkan seluruh dan sebagian protein yang dicerna menjadi peptide
berbagai ukuran tetapi tidak menyebabkan pelepasan asam-asam amino bentuk tunggal.
Namun karboksipolipeptidase ternyata me-mecah beberapa peptide menjadi asam-asam
amino bentuk tunggal, sehingga menyelesaikan pencernaan beberapa protein menjadi
bentuk asam amino.

Enzim pankreas untuk mencerna karbohidrat adalah amilase pankreas, yang akan
menghidrolisis pati, glikogen, dan sebagian besar karbohidrat lain (kecuali selulosa)
untuk membentuk sebagian besar disakarida dan beberapa trisakarida.

Enzim pankreas untuk mencerna lemak adalah :


a. Lipase pankreas, yang mampu menghidrolisis lemak netral menjadi asam lemak dan
monogliserida.
b. Kolesterol esterase, yang menyebabkan hidrolisis ester kolesterol.
c. Fosfolipase, yang memecah asam lemak dari fosfolipid.
E. EMPEDU
Kandung empedu merupakan kantong otot kecil yang berfungsi untuk menyim-pan
empedu (cairan pencernaan berwarna kuning kehijauan yang dihasilkan oleh hati).
Kandung empedu memiliki bentuk seperti buah pir dengan panjang 7-10 cm dan
merupakan membran berotot. Terletak di dalam fossa dari permu-kaan visceral hati.
Kandung empedu terbagi kedalam sebuah fundus, badan dan leher.
1. Fundus vesikafelea

Merupakan bagian kandung emepedu yang paling akhir setelah korpus ve-sikafelea.

2. Korpus vesikafelea

Bagian dari kandung empedu yang didalamnya berisis getah empedu.Getah empedu adalah
suatu cairan yang disekeresi setiap hari oleh sel hati yang di-hasilkan setiap hari 500-1000 cc,
sekresinya berjalan terus menerus, jumlah produksi meningkat sewaktu mencerna lemak.

3. Leher kandung kemih

Merupakan leher dari kandung empedu yaitu saluran yang pertama masuk-nya getah empedu ke
badan kandung emepedu lalu menjadi pekat berkumpul dalam kandung emepedu.

4. Duktus sistikus

Panjangnya kurang lebih 3 3/4 cm. berjalan dari leher kandung emepedu dan bersambung
dengan duktus hepatikus membentuk saluran empedu ke duode-num.

5. Duktus hepatikus, saluran yang keluar dari leher.

6. Duktus koledokus, saluran yang membawa empedu ke duodenum.

Fungsi kandung empedu

1. Tempat menyimpan cairan empedu dan memekatkan cairan empedu yang ada di dalamnya
dengan cara mengabsorpsi air dan elektrolit. Cairan empedu ini adalah cairan elektrolit yang
dihasilkan oleh sel hati. Untuk membuang limbah tubuh tertentu (terutama pigmen hasil
pemecahan sel darah merah dan kelebi-han kolesterol) serta membantu pencernaan dan
penyerapan lemak.

2. Garam empedu menyebabkan meningkatnya kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang
larut dalam lemak, sehingga membantu penyerapannya dari usus.Hemoglobin yang berasal dari
penghancuran sel darah merah diru-bah menjadi bilirubin (pigmen utama dalam empedu) dan
dibuang ke dalam empedu. Berbagai protein yang memegang peranan penting dalam fungsi
empedu juga disekresi dalam empedu.
F. PROSES BIOKIMIAWI SISTEM PENCERNAAN

1. Pencernaan karbohidrat
a. Pencernaan karbohidrat di dalam mulut dan lambung
Ketika makanan dikunyah, makanan bercampur dengan saliva, yang terdiri atas enzim
pencernaan ptialin yang terutama disekresikan oleh kelenjar parotis. Enzim ini
menghidrolisis tepung menjadi disakarida maltosa dan polimer glu-kosa kecil lainnya
yang mengandung 3-9 molekul glukosa. Namun, makanan berada dalam mulut hanya
untuk waktu yang singkat, jadi mungkin tidak lebih dari 5% dari semua tepung telah
dihidrolisis pada saat makanan ditelan.

Tetapi, pencernaan tepung kadang berlanjut di dalam korpus dan fundus lambung
selama satu jam sebelum makanan bercampur dengan sekresi lam-bung.Kemudian
aktivitas amilase saliva dihambat oleh asam yang berasal dari sekresi lambung, karena
amylase pada dasarnya tidak aktif sebagai suatu enzim bila pH medium turun di bawah
sekitar 4,0. Meskipun demikian, rata-rata, sebelum makanan dan saliva yang ada
bersamanya menjadi seluruhnya tercampur dengan sekresi lambung, sebanyak 30-40%
tepung telah dihidroli-sis terutama membentuk maltosa.

b. Pencermaan karbohidrat di dalam usus halus


1) Pencernaan oleh amilase pankreas
Sekresi pankreas, seperti saliva, mengandung sejumlah besar ptialin yang fungsinya
hampir mirip dengan ptialin saliva tetapi beberapa kali lebih kuat. Oleh karena itu,
dalam waktu 15-30 menit setelah kimus dikosong-kan dari lambung kedalam duodenum
dan bercampur dengan getah pan kreas, sebenarnya, semua karbohidrat telah
dicernakan. Pada umumnya, hampir semua karbohidrat diubah menjadi maltose dan
polimer-polimer glukosa yang sangat kecil lainnya sebelum keduanya melewati
duodenum atau jejenum bagian atas.

2) Pencernaan protein

c. Pencernaan protein dalam lambung


Pepsin,enzim peptic lambung yang penting, paling aktif pada pH 2-3 dan tidak aktif
pada pH kira-kira di atas 5. Akibatnya, agar enzim ini dapat melakukan kerja
pencernaan terhadap protein, getah lambung harus bersifat asam. Asam hidroklorida ini
disekresikan oleh sel-sel parietal (oksintik) di dalam kelenjar pada pH 0,8 tetapi pada
saat asam hidroklorida bercampur dengan isi lambung dan bersama dengan sekresi dari
sel-sel kelenjar non-oksintik lambung, pH lalu berkisar antara 2-3 suatu batas asiditas
yang cukup tinggi untuk aktivitas pepsin. Salah satu gambaran penting pencernaan
pepsin adalah kemampuannya untuk mencerna protein kolagen, suatu jenis protein
albuminoid yang sangat sedikit dipengaruhi oleh enzim-enzim pencernaan lainnya.

Kolagen merupakan unsur dasar utama dari jaringan ikat antar sel daging. Oleh karena
itu, agar enzim saluran pencernaan dapat menembus daging dan mencerna protein
daging lain, hal yang terpenting adalah mencernakan serabut-serabut kolagen tersebut
lebih dulu. Akibatnya, orang yang kekurangan pepsin di dalam getah lambung, daging
yang dicerna kurang dapat ditembus oleh en-zim-enzim pencernaan lain. Oleh karena itu
proses pencernaannya buruk.
d. Pencernaan protein oleh sekresi pankreas
Kebanyakan pencernaan protein terjadi di dalam usus halus bagian atas, di dalam
duodenum dan jejunum, di bawah pengaruh enzim-enzim proteolitik dari sekresi
pankreas. Segera setelah masuk dari lambung ke usus halus, produk yang sebagian
sudah dipecahkan dari makanan berprotein diserang oleh enzim-enzim proteolitik utama
pankreas: Tripsin, kimotripsin, karboksi-folipeptidase dan proelastase.

Keduanya, baik tripsin dan kimotripsin memecah molekul-molekul protein menjadi


polipeptida-polipeptida kecil. Karboksifolipeptidase kemudian me-mecahkan asam
amino-asam amino tunggal dari ujung karboksil polipeptida. Proelastase, kemudian
diubah menjadi elastase, yang kemudian mencernakan serabut-serabut elastin yang
sebagian menahan daging.
e. Pencernaan peptida oleh peptidase di dalam enterosit yang melapisi vili usus halus
Tahap terakhir pencernaan protein di dalam lumen usus dicapai oleh eritrosit yang
melapisi vili usus halus, terutama di dalam duodenum dam jejunum.
Dua jeris enzim peplidase yang sangat penting adalah aminopolipepidae atripeplida
dengan ludah ditranspor memalu membran mikrovil kebagian al peaperost Dalam
beberapa menit, semua dipeptida dan tripeptidta yang masih tertinggal akan dicerna
sampai tahap akhir untuk membentuk asan amino tunggal dan kemudian dihantarkan
kesisi lain dari eritrosit dan dan tempat itu ke dalam darah.
2. Pencernaan lemak
a. Pencernaan lemak di dalam usus
Sejumlah kecil trigliserida dicerna didalam lambung oleh lipase lingual yang
disekresikan oleh kelenjar lingual didalam mulut dan ditelan bersama dengan saliva.
b. Emulsivikasi lemak oleh asam empedu dan lesitin
Tahap pertama dalam pencernaan lemak adalah secara fisik memecahkan gumpalan
lemak menjadi ukuran yang sangat lecil,sehingga enzim pencer-naan yang larut-air
dapat bekerja pada permukaan gumpalan lemak.Proses ini disebut emulsifikasi lemak,
dan dimulai melalui pergolakan di dalam lam-bung untuk mencampur lemak dengan
produk pencernaan lambung. Lalu, kebanyakan proses emulsifikasi tersebut terjadi di
dalam duodenum di bawah pengaruh empedu, sekresi dari hati yang tidak mengandung
enzim pencer-naan apapun. Akan tetapi, empedu mengandung sejumlah besar garam
empedu juga fosfolipid lesitin.Keduanya,tetapi terutama lesitin,sangat pen-ting untuk
mengemulsi lemak.

c. Pencernaan trigliserida oleh lipase pankreas


Sejauh ini enzim yang paling penting untuk pencernaan trigleserida adalah lipase
pankreas, terdapat dalam jumlah sangat banyak di dalam getah pan-kreas cukup untuk
mencernakan dalan satu menit semua trigliserida yang dicapainya.

d. Produk akhir pencernaan lemak


Sebagian besar trigliserida dalam makanan dipecah oleh getah pankreas menjadi asam
lemak bebas dan 2-monogliserida.

G. FUNGSI SISTEM PENCERNAAN


Fungsi utama dari sistem ini adalah untuk menyediakan makanan, air, dan elektrolt
bagi tubuh dari nutrient yang dicerna sehingga siap diabsorpsi.Pencernaan berlang
sung secara mekanik dan kimia, dan meliputi proses berikut:
1. Ingesti adalah masuknya makanan ke dalam mulut.

2. Pemotongan dan penggilingan makanan dilakukan secara mekanik oleh gigi.


Makanan kemudian bercampur dengan saliva sebelum ditelan (menelan).

3. Peristalsis adalah gelombang kontraksi otot polos involunter yang menggerakkan


makanan tertelan melalui saluran pencernaan.

4. Digesti adalah hidrolisis kimia (penguraian) molekul besar menjadi molekul


kecil sehingga absorpsi dapat berlangsung.

5. Absorpsi adalah penggerakan produk akhir pencernaan dari lumen saluran


pencer-naan ke dalam sirkulasi darah dan limfatik sehingga dapat digunakan
oleh tubuh.

6. Engesti (defekasi) adalah proses eliminasi zat-zat sisa yang tidak tercerna, juga
bakteri, dalam bentuk feses dari saluran pencernaan.
H. GAMBARAN BESAR SALURAN PENCERNAAN
Dinding saluran terusun dari 4 lapisan jaringan dasar dari lumen (rongga sentral) ke
arah luar. Komponen lapisan pada setiap regia berfariasi sesuai fungsi regia.

a. Mukosa (membrane mukosa) tersusun dari tiga lapisan.


1) Epithelium yang melapisi berfungsi untuk perlindungan, sekresi, dan absorpsi.
Di bagian ujung oral dan anal saluran, lapisannya tersusun dari dari epithelium
skuamosa bertingkat tidak terkeranisasi untuk per-lindungan. Lapisan ini terdiri
dari epithelium kolumnar simple dengan sel goblet di area tersebut yang
dikhususkan untuk sekresi dan absorpsi.
2) Lamina propria adalah jaringan ikat areolar yang menopang epithelium. Lamina
ini mengandung pembuluh darah, limfatik, nodular limfe dan be-berapa jenis
kelenjar.
3) Muskularis mukosa terdiri dari lapisan sirkular dalam yang tipis dan la-pisan otot
polos longitudinal luar.
b. Submukosa terdiri dari jaringan ikat areolar yang mengandung pembuluh darah,
pembuluh limfatik, beberapa kelenjar submukosal dan pleksus serabut saraf, serta sel-sel
ganglion yang disebut pleksus meissner (pleksus submuko-sal). Submukosa mengikat
mukosa ke muskularis eksterna.

c. Muskularis eksterna terdiri dari dua lapisan otot, satu lapisan sirkular dalam dan satu
lapisan longitudinal luar. Konstraksi lapisan sirkular mengkonstriksi lumen saluran dan
kontraksi lapisan longitudinal memperpendek dan mem-perlebar lumen saluran.
Konstraksi ini mengakibatkan gelombang peristalsis yang menggerakkan isi saluran ke
arah depan.
1) Muskularis eksterna terdiri dari otot rangka di mulut, faring, dan esopha-gus attas,
serta otot polos pada saluran selanjutnya.
2) Pleksus auerbach (pleksus mienterik) yang terdiri dari serabut saraf dan ganglion
parasimpatis, terletak diantara lapisan otot sirkular dalam longi-tudinal luar.
d. Serosa (adventisia),lapisan keempat dan paling luar yang disebut juga perito. neum
viseral. Lapisan ini terdiri dari membrane serosa jaringan ikat renggang yang dilapisi
epithelium skuamosa simple. Di bawah area diatragma dan dalam lokasi tempat
epithelium skuamosa dan menghilang dan jaringan ikat bersatu dengan jaringan ikat di
sekitarnya area tersebut disebut sebagai adventisia.
2. Peritoneum,mesenterium dan omentum abdominopelvis adalah membrane ero-sa terlebar
dalam tubuh.
a. Peritoneum parietal melapisi rongga abdominopelvis.
b. Peritoneum viseral membungkus organ dan terhubungkan ke peritoneum pa-rietal oleh
berbagai lipatan.
c. Rongga peritoneal adalah ruang potensial antara visceral dan peritoneum parietal.
d. Mesenterium dan omentum adalah lipatan jaringan peritoneal berlapis ganda yang
merefleks balik dari peritoneum visceral. Lipatan ini berfungsi untuk mengikat organ-
organ abdominal satu sama lain dan melabuhkannya ke din-ding abdominal belakang.
Pembuluh darah limfatik, dan saraf terletak dalam lipatan peritoneal.
1) Omentum besar adalah lipatan ganda berukuran besar yang melekat pada duodenum,
lambung dan usus besar. Lipatan ini tergantung seperrti cele-mek di atas usus.
2) Omentum kecil menopang lambung dan duodenum sehingga terpisah dari hati.
3) Mesokolon melekatnya kolon ke dinding abdominal belakang.
4) Ligamen falsimoris melekatkan hati ke dinding abdominal depan dan difragma.
e. Organ yang tidak terbungkus peritoneum, tetapi hanya tertutup olehnya disebut
retroperitoneal (di belakang peritoneum). Yang termasuk retrope-ritoneal antara lain;
pankreas, duodenum, ginjal, rektum, kandung kemih, dan beberapa organ reproduksi
perempuan.
I. REGULATOR SARAF
Dua jenis saraf membantu mengendalikan tindakan dari sistem pencernaan.
1. Ekstrinsik, atau di luar, saraf datang ke organ pencernaan dari otak atau sum-sum tulang
belakang. Mereka merilis dua bahan kimia, asetilkolin dan adrenalin. Asetilkolin
menyebabkan lapisan otot organ pencernaan untuk memeras dengan lebih banyak
kekuatan dan meningkatkan “push” makanan dan jus melalui salu-ran pencernaan.Hal
ini juga menyebabkan perut dan pankreas untuk menghasil-kan jus lebih pencernaan.
Adrenalin memiliki efek sebaliknya. Ini melemaskan otot lambung dan usus dan
mengurangi aliran darah ke organ-organ ini, memperlambat atau menghentikan
pencernaan.
2. Intrinsik, atau di dalam, saraf membentuk jaringan yang sangat padat tertanam di
dinding kerongkongan, lambung, usus kecil, dan usus besar. Saraf intrinsik dipicu untuk
bertindak ketika dinding organ berongga yang membentang oleh makanan. Mereka
melepaskan berbagai zat berbeda yang mempercepat atau menunda pergerakan makanan
dan produksi jus oleh organ pencernaan.

Bersama-sama,saraf,hormon, darah dan organ-organ sistem pencernaan me-lakukan


tugas-tugas kompleks mencerna dan menyerap nutrisi dari makanan dan cairan yang
Anda konsumsi setiap hari.
BAB 2

PROSES PENCERNAAN

Jumlah makanan yang dicerna individu ditentukan oleh keinginan instrinsik lapar dan jenis
makanan. Mekanisme ini dalam tubuh merupakan sistem pengaturan otomatis yang sangat
penting untuk menjaga persediaan makanan yang adekuat untuk tubuh.

A. Mengunyah

Mengunyah adalah pemecahan partikel besar makanan menjadi partikel kecil yang dapat
ditelan. Gigi dirancang untuk mengu-nyah, memotong dan menggiling yang bekerja
sama dengan otot rahang dengan kekuatan 55 - 200 pound pada molar. Proses pe-
ngunyahan disebabkan oleh refleks mengunyah. Dengan adanya bolus makanan di
dalam mulut akan menimbulkan penghambatan refleks yang menyebabkan rahang turun
naik dan menimbulkan konstraksi secara berulang-ulang.

Kerja sama otot pengunyah dengan otot lidah dan pipi penting untuk proses mengunyah
yang efisien. Tindakan menutup mulut waktu menggigit dikendalikan oleh saraf somatic
dan pengendalian volunter gerakan mengunyah ritmis. Mengunyah merupakan hal yang
sangat penting dalam pencernaan sayuran dan buah-buahan yang mempunyai membran
selulosa yang tidak dapat dicerna dan harus diurai sebelum makanan digunakan. Enzim-
enzim pencernaan hanya bekerja pada permukaan partikel. Makanan yang sangat halus
akan meningkatkan kemudahan pengosongan makanan di lambung dan usus.

B. Menelan

Menelan adalah refleks passage makanan dan cairan dari mulut ke lambung.

Menelan adalah mekanisme kompleks yang dapat dibagi menjadi beberapa tahap:

1. Tahap volunter atau oral : Mencetuskan proses menelan de-ngan diawali oleh aksi
volunter yang dikontrol oleh sistem saraf pusat. Pada tahap ini lidah menekan makanan
melawan hard palatum dan mendorong makanan ke faring.

2. Tahap faring : Bersifat involunter dan membantu jalan makanan melalui faring ke
dalam esophagus. Kontrol involunter menelan dikoordinasikan dari pusat menelan di
otak yaitu formasi retikular medulla dan pons bagian bawah. Proses tersebut melibatkan
ner-vus cranial ke V, IX, X dan XII. Sesudah lidah dan otot palatum mendorong
makanan ke belakang, gelombang involunter otot faring berkontraksi mendorong
makanan ke esophagus, pada saat yang bersamaan Glotis dan epiglotis menutup trachea.

3. Tahap esophagus : Tahap involunter mempermudah jalannya makanan dari faring ke


lambung. Pada tahap ini terjadi relak-sasi dari spinter atas esophagus (hypopharingeal)
dan spinter bawah esophagus (Lower Esophageal Spincter) sehingga de-ngan mudah
bolus makanan menuju lambung.

Tahap penelanan dari faring dimulai dengan trachea tertutup, esophagus terbuka, suatu
gelombang peristatik cepat berasal dari faring mendorong bolus makanan ke dalam
esophagus bagian atas dan seluruh proses terjadi dalam waktu 2 detik.
C. Pergerakan Makanan

Mendorong isinya ke depan dengan kecepatan yang tidak sama, mencampur makan dengan
liur dan membantu observasi de-ngan cara mendekatkan seluruh isi lumen ke permukaan
saluran pencernaan dengan bantuan kontraksi otot polos dinding saluran pencernaan.

Isi lambung bersifat sangat asam dan mengandung banyak en-zim proteolitik. Mukosa
esophagus tidak mampu menahan kerja pencernaan yang lama dari sekresi getah
lambung.Kontraksi tonik dari sfingter esophagus bagian baah akan membantu untuk mencegah
refluks isi lambung ke dalam esophagus, kecuali dalam keadaan abnormal.

D. Sekresi Getah Cerna

Sekresi getah cerna ini dilakukan oleh kelenjar-kelenjar mulai dari mulut sampai ke ileum.
Getah yang disekresikan antara lain air, elektrolit, dan bahan-bahan tertentu seperti enzim dan
getah em-pedu (mukus).

E. Pencernaan

Proses pencernaan adalah proses pemecahan secara mekanik dan kimia. Molekul-molekul besar
yang masuk saluran pencernaan diubah menjadi molekul yang lebih kecil sehingga dapat
diserap oleh dinding saluran pencernaan.

Fungsi motorik lambung meliputi hal-hal sebagai berikut:


1. Menyimpan sejumlah besar makanan sampai dapat diproses di duodenum.

2. Pencampur makanan dengan sekresi lambung sampai memben-tuk suatu campuran setengah
cair yang disebut dengan kimus.

3. Mengosongkan makanan dengan lambat dari lambung ke dalam usus halus pada kecepatan
yang sesuai untuk pencernaan dan absorpsi yang tepat oleh usus halus. Pengosongan makanan
diatur oleh pembukaan sfingter pilorus yang dipengaruhi oleh viskositas, volume, keasaman,
aktivitas motorik, keadaan fisik, emosi dan obat-obatan.

Sewaktu makanan masuk ke dalam lambung, makanan akan mem-bentuk lingkaran konsentris
di bagian mulut lambung. Makanan yang paling baru terletak paling dekat dengan pembukaan
esopha-gus dan makanan yang paling akhir terletak paling dekat dengan dinding lambung.
Lambung akan mengurangi tonus di dalam din-ding korpus lambung sehingga dinding lambung
dapat menonjol keluar dan secara progresif menampung sejumlah makanan yang makin lama
makin banyak sampai batas sempurna.

Sekresi cairan lambung dikontrol oleh nervus vagus dan dibagi dalam 3 tahap:

1.Fase sefalik

Adanya stimulus bau dari hidung, melihat makanan, memikir-kan makanan, merasakan dari
lidah dan masuknya makanan memberikan impuls pada sistem saraf pusat (SSP) yaitu pada
bagian cortex cerebral, hypothalamus dan brain stem untuk memberikan impuls melalui serat
preganglionik saraf vagus ke pleksus submukosa lambung dan mempengaruhi sel-sel mukus
memproduksi mukus, chief cell memproduksi pepsinogen,sel

F. parietal memproduksi asam lambung (HCL) dan mempenga-ruhi sel G melepaskan


gastrin. Brain stem juga akan mengak-tivasi Nervus VII cranial (facialis) dan nervus IX
(glossopharyn-geal) untuk menstimulasi kelenjar saliva mengeluarkan saliva.

Fase sefalik berlangsung singkat dengan tujuan mempersiapkan mulut dan lambung saat
menerima makanan.

2.Fase gastrik

Disebabkan oleh faktor-faktor dari makanan yang mencapai lambung, berlangsung sekitar 3 - 4
jam. Merupakan proses per-mulaan digesti protein oleh pepsin. Makanan seperti protein,
peregangan lambung, caffein atau alkohol akan meningkatkan sekresi gaster. Mekanisme neural
dan hormonal mengatur fase gastrik dan mengatur sekresi serta motilitas gaster.
a. Regulasi Neural

Makanan yang mencapai lambung akan meregangkan din-ding lambung dan memberi efek
stimulus terhadap dinding lambung. Pada lambung terdapat chemoreseptor yang memonitor PH
chyme. Saat lambung meregang atau PH meningkat, reseptor dan chemoreseptor akan
teraktivasi yang menyebabkan gelombang peristaltik dan pengeluaran cairan lambung.

b. Regulasi hormonal

Sekresi gastrik selama fase gastrik diatur juga oleh hormon gastrin yang dihasilkan dari sel G
Gaster. Hormon gastrin dilepaskan karena adanya stimulus seperti peregangan lam-bung oleh
chyme, adanya protein dalam chyme, tingginya PH chyme,kandungan caffeine dalam chyme
dan acetilcho-lin yang dilepaskan dari neuron parasimpatik.

G. 3.Fase intestinal

Disebabkan oleh faktor makanan meninggalkan lambung dan masuk ke duodenum yang
berfungsi mengontrol pengeluaran kimus ke duodenum. Fase intestinal ini mempunyai 2
pengaruh, yaitu perangsangan dan penghambatan. Proteindalamduodenum akan memacu
sekresi gaster dengan timbulnya gastrin intestinal. Lemak, asam, keadaan hipertonik serta
peregangan duodenum akan menghambat sekresi gaster melalui refleks enterogastrik atau
melalui hormon enterogastron. Aktivitas fase intestinal juga dipengaruhi oleh mekanisme neural
dan hormonal.

a. Regulasi neural

Distensi duodenum oleh chyme menyebabkan refleks en-terogastrik. Reseptor pada dinding
duodenum akan mengi-rimkan impuls ke medulla oblongata, sebagai hasilnya sti-mulus
parasimpatik akan dihambat dan terjadi stimulus saraf simpatik ke gaster. Akibatnya motilitas
gaster terhambat dan terjadi peningkatan kontraksi sphincter pylorus yang menu-runkan
pengosongan gaster.

b. Regulasi hormonal

Fase intestinal dimediasi oleh dua hormon utama yaitu cho-lecystokinin dan sekretin.
Cholecystokinin (CCK) dihasil-kan oleh sel CCK dari usus. CCK dikeluarkan sebagai re-spon
adanya asam amino dan asam lemak pada chyme. CCK akan merangsang pengeluaran sekresi
enzim dari pan-kreas dan kontraksi kantung empedu. CCK juga menyebab-kan relaksasi
sphincter Oddi sehingga enzim pankreas dan cairan empedu mengalir ke duodenum. Sekretin
dihasilkan oleh sel S dari usus.
Pencampuran makanan dalam lambung

Getah cerna lambung disekresi oleh kelenjar gastric yang me-nutupi hampir seluruh dinding
lambung. Saat lambung berisi makanan, gelombang kontriktor yang lemah disebut gelombang
pencampuran mulai timbul di bagian tengah dinding lambung dan bergerak sepanjang dinding
lambung sekitar 15-20 detik.

Gelombang pencampuran ditimbulkan oleh irama listrik dasar dan gelombang listrik pendek
sehingga terjadi secara spontan di dalam dinding lambung. Sebagian besar gelombang ini tidak

H. cukup kuat untuk konstraksi, kecuali menimbulkan potensial aksi yang meningkat di
atas nilai ambang untuk perangsangan potensial aksi.Gelombang ini menjadi lebih kuat
ketika cincin konstriktor peristaltic mendorong isi lambung di bawah tekan. an tinggi ke
arah bagian akhir lambung. Cincin ini mencampur isi lambung melalui gelombang
peristaltic dan gerakan cincin digabung dengan kerja penyemprotan.

Sesudah bercampur dengan cairan lambung hasil pencampuran makanan (kimus) berjalan ke
usus. Derajat keenceran kimus tergantung pada jumlah relative makanan dan sekresi lambung.
Ciri-ciri kimus adalah keruh seperti susu setengah cair.

Kontraksi lapar terjadi bila lambung telah kosong selama beberapa jam. Konstraksi ritmik
terjadi di dalam lambung dan menjadi sangat kuat, bersatu sehingga menimbulkan kontraksi
yang kontinu selama 2-3 menit. Kontraksi lapar kadang-kadang mengalami sensasi nyeri pada
bagian bawah lambung dan sesudah masuk makanan kontraksi lapar akan berakhir.

Pengosongan lambung

Pengosongan lambung terjadi oleh peristaltik yang kuat pada lambung. Walaupun terdapat
kontraksi tonik sfingter pylorus, biasanya terbuka bagi air dan cairan untuk dikosongkan dari
lambung dengan mudah. Kecepatan pengosongan lambung diatur oleh sinyal lambung dan
duodenum. Duodenum mem-berikan sinyal untuk mengontrol pengosongan kimus ke dalam
duodenum dan diabsorpsi dalam usus halus.

I. Absorpsi

Makanan yang telah mengalami perubahan dalam proses penye-rapan hasil pencernaan dari
lumen akan menembus lapisan epitel dan masuk ke dalam darah atau cairan limfe. Permukaan
saluran pencernaan biasanya tidak rata atau licin, tetapi berlekuk-lekuk sehingga menambah
luas permukaan yang tersedia untuk absorpsi. Proses absorpsi terjadi melalui mekanisme difusi,
difusi terfasilitasi, osmosis dan transpor aktif. Sekitar 90% absorpsi nutrien terjadi di usus halus
dan 10% terjadi di lambung dan usus besar.

Absorpsi air melalui mukosa usus ke dalam darah vili melalui osmosis. Air juga dapat
ditranspor ke arah yang berlawanan yaitu dari plasma ke dalam kimus. Keadaan ini terutama
terjadi bila larutan hiperosmotik dilepaskan dari lambung masuk ke dalam duodenum. Sel-sel
epitel secara terus menerus melakukan absorpsi nutrisi dan ion dari intestinal. Volume total
cairan yang masuk usus halus setiap hari mencapai 9.3 liter, sekitar 2 - 2.5 liter air di dapat dari
makanan dan minuman masuk ke dalam saluran pencernaan. Usus halus mengabsorpsi sekitar
8.3 liter cairan dan sisanya akan masuk usus besar. Di usus besar air yang diabsorpsi sekitar 0.9
liter dan hanya 0.1 liter air yang dikeluarkan bersama faeces.

Absorpsi elektrolit oleh usus halus difusi atau transpor aktif. Zat besi, kalium, magnesium dan
ion posfat diabsorpsi melalui me-kanisme transpor aktif.

Usus halus mengabsorpsi 25 sampai 35 gram natrium setiap hari. Mekanisme dasar absorpsi
natrium melalui transfor aktif natrium dari dalam sel epitel melalui bagian basal dan sisi
dinding sel masuk ke dalam ruang paraseluler. Sebagian natrium diabsorpsi secara bersamaan
dengan ion klorida. Ion kalsium diabsorpsi secara aktif melalui proses yang distimulasi oleh
calcitriol. Ion bicarbonat, clori-da dan yodium diabsorpsi secara pasif bersamaan dengan
natrium atau melalui transpor aktif.

Absorpsi Vitamin yang larut dalam lemak (Vitamin A,D,E,K) terjadi melalui difusi bersamaan
dengan lemak. Vitamin yang larut dalam air diabsorpsi melalui difusi, kecuali Vitamin B-
12.Vitamin B-12 akan digabung dengan faktor intrinsik yang diproduksi oleh lambung
kemudian diabsorpsi di ileum melalui mekanisme transpor aktif.

J. Pergerakan usus halus

Pada dasarnya semua pergerakan usus halus menyebabkan pen-campuran dan pendorongan.
Frekuensi maksimal kontraaksi seg-mentasi usus halus ditentukan oleh frekuensi gelombang
lambat dalam dinding usus. Pada ileum terminalis, frekuensi maksimal 8-9 kontraksi per menit.

Absorpsi protein, karbohidrat dan emak terjadi hampir di seluruh vili usus halus. Hanya sedikit
makanan, yang belum cukup dicerna, diabsorpsi dari lambung.

Peristaltik dalam usus halus dapat terjadi pada bagian usus halus manapun. Gelombang
peristaltic secara normal sangat lemah se-hingga pergerakan kimus sangat lambat, rata-rata 1
cm per me-nit sehingga dibutuhkan waktu 3 - 5 jam untuk perjalanan kimus dari pylorus sampai
ke katup ileosekal. Fungsi usus halus meliputi transportasi, pencernaan makanan, absorpsi
cairan, elektrolit dan unsur makanan. Setiap hari cairan dan makanan diserap di usus halus.
Makanan yang tidak diserap adalah yang mengandung se-lulosa yang tidak dapat dicerna.
hampir semua bahan makanan diabsorpsi di jejenum, kecuali Vitamin B12 dan asam empedu di
serap dalam ileum terminalis.

Fungsi katup ileosekal adalah untuk mencegah aliran balik isi dari colon kedalam dalam usus
halus. Katup ileosekal menonjol ke dalam lubang sekum dan tertutup erat.

Fungsi gelombang peristaltik tidak hanya mendorong kimus, tetapi juga menimbulkan
peregangan dan menyebarkan kimus sepanjang usus.Proses ini meningkat sewaktu kimus
masuk ke duodenum.Waktu mencapai ileosekal, peristaltic meningkat dalam ileum dan mendo-
rong kimus melewati katup ileosekal dan masuk dalam sekum.

Apendiks vermiformis merupakan perluasan sekum yang me-miliki panjang rata-rata sekitar 10
cm. Secara fisiologis apendiks menghasilkan lendir 1 - 2 ml/hari. Secara normal lendir tersebut
dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran sekresi di
muara apendiks diduga berperan pada patogenesis apendicitis.

Fungsi utama colon adalah mengabsorsbsi air dan elektrolit (natrium dan klorida) serta
penimbun bahan feses sampai dapat dikeluarkan. Pergerakan colon secara normal sangat lambat
dan mempunyai karakteristik yang sama dengan pergerakan usus halus yaitu gerakan
mencampur dan mendorong.

Defekasi (Buang Air Besar)

Defekasi adalah hasil refleks sebagai upaya pengosongan rectum. Apabila bahan feses masuk
ke dalam rektum, dinding rektum akan meregang dan menimbulkan impuls afferen yang
disalurkan melalui pleksus mesenterikus sehingga menimbulkan gelombang peristaltik pada
kolon desenden dan kolon sigmoid yang akan mendorong feses ke arah anus. Apabila
gelombang peristaltik sampai di anus, spinchter ani internus akan menghambat feses sementara
dan spinchter ani eksternus melemas sehingga terjadi defekasi. Refleks ini sangat lemah
sehingga harus diperkuat refleks lain melalui segmen sakral medula spinalis dan dikembalikan
ke kolon desenden, kolon sigmoid, rektum, dan anus melalui saraf parasimpatis.

Impuls parasimpatis memperkuat gelombang peristaltik dari gelombang lemah menjadikan


proses defekasi kuat. Orang normal dapat mencegah defekasi sampai waktu dan tempat yang
sesuai dengan refleks defekasi. Defekasi hilang beberapa menit dan timbul kembali sampai
beberapa jam. Pada bayi baru lahir, refleks defekasi berjalan secara otomatis dan
mengosongkan usus besar bagian bawah.
Feses normal mengandung air dan bahan padat (bakteri mati, lemak,bahan anorganik, protein
dan serat makanan yang tidak dapat dicerna, pigmen empedu serta sel epitel mati.

Diare merupakan peningkatan frekuensi, volume dan jumlah cairan faeces yang disebabkan
peningkatan motilitas dan berkurang-nya proses penyerapan oleh usus. Saat chyme bergerak
cepat pada usus halus dan usus besar maka waktu untuk proses absorpsi akan berkurang.

Diare yang sering dapat mengakibatkan dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit. Penyebab
diare antara lain intoleransi laktose, stress dan mikroba yang mengiritasi mukosa
gastrointestinal.

Konstipasi merupakan kesukaran defekasi yang disebabkan menurunnya motilitas intestinal.


Penurunan motilitas menyebabkan faeces lama berada dalam colon dan terjadi penyerapan se-
cara berlebihan sehingga faeces akan mengering dan mengeras. Konstipasi dapat disebabkan
oleh tidak teraturnya pola buang air besar (cenderung menunda),spasme colon,kurang asupan
serat pada makanan yang dikonsurmsi, kurangnya asupan cairan,kurang aktivitas, stress
emosional dan penggunaan obat-obatan.

BAB III

GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN

1. KONSTIPASI

Sembelit (Konstipasi) adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami


kesulitan buang air besar atau jarang buang air besar Konstipasi akut dimulai secara
tiba-tiba dan tampak dengan jelas.
Konstipasi menahun (kronik), kapan mulainya tidak jelas dan menetap selama beberapa
bulan atau tahun. Konstipasi adalah kondisi di mana feses memiliki konsistensi keras
dan sulit dikeluarkan. Masalah ini umum ditemui pada anak-anak. Buang air besar
mungkin disertai rasa sakit dan menjadi lebih jarang dari biasa. Pada anak normal,
konsistensi feses dan frekuensi BAB dapat berbeda-beda. Bayi yang disusui ASI
mungkin mengalami BAB setiap selesai disusui atau hanya sekali dalam 7-10 hari. Bayi
yang disusui formula dan anak yang lebih besar mungkin mengalami BAB setiap
2-3 hari. Dengan demikian frekuensi BAB yang lebih jarang atau konsistensi feses
yang sedikit lebih padat dari biasa tidak selalu harus ditangani sebagai konstipasi..
Definisi kontipasi bersifat relatif, tergantung pada konsistensi tinja, frekuensi buang air
besar dan kesulitan keluarnya tinja. Pada anak normal yang hanya berak setiap 2-3 hari
dengan tinja yang lunak tanpa kesulitan, bukan disebut konstipasi. Konstipasi adalah
persepsi gangguan buang air besar berupa berkurangnya frekuensi buang air besar,
sensasi tidak puasnya buang air besar, terdapat rasa sakit, harus mengejan atau feses
keras.

Konstipasi berarti bahwa perjalanan tinja melalui kolon dan rektum mengalami
penghambatan dan biasanya disertai kesulitan defekasi .Disebut konstipasi bila tinja
yang keluar jumlahnya hanya sedikit, keras, kering, dan gerakan usus hanya terjadi
kurang dari 3 x dalam 1 mnggu.Kriteria baku untuk menentukan ada tidaknya
konstipasi telah ditetapkan, meliputi minimal 2 keluhan dari beberapa keluhan berikut
yang diderita penderita minimal 25% selama minimal 3 bulan : (1) tinja yang keras, (2)
mengejan pada saat defekasi, (3) perasaan kurang puas setelah defekasi, dan (4)
defekasi hanya 2 x atau kurang dalam seminggu.
Irritable bowel syndrome merupakan penyakit yang terjadi akibat beberapa
penyakit yang berhubungan dengan usus besar. Misalnya diare, konstipasi, gangguan
usus, gangguan peristaltik dan gangguan pencernaan lain yang berkenaan dengan usus
besar. Sedang sebab sesungguhnya dari sindroma ini belum diketahui. Namun
berdasarkan beberapa kasus IBS yang terjadi, faktor yang membawanya antara lain :

1. Stres
Stress psikologis dapat merubah fungsi motor pada usus halus dan kolon, baik pada
orang normal maupun pasien IBS. Sampai 60% pasien pada pusat rujukan memiliki
gejala psikiatri seperti somatisasi, depresi, dan cemas. Dan pasien dengan diagnosis
IBS lebih sering memiliki gejala ini. Ada atau tidaknya riwayat abuse pada masa anak-
anak (seksual, fisik, atau keduanya) dihubungkan dengan beratnya gejala pada pasien
dengan IBS. Ini telah diusulkan bahwa pengalaman awal pada hidup dapat
mempengaruhi sistem saraf pusat dan memberikan predisposisi untuk keadaan
kewaspadaan yang berlebihan.

 Mikroorganisme seperti bakteri, virus, kuman dll

 Intoleransi makanan
Beberapa orang dengan IBS cenderung memiliki alergi makanan. Pada tahun
2007 dasar bukti itu tidak cukup kuat untuk merekomendasikan diet ketat. Banyak
modifikasi diet yang berbeda telah dicoba untuk memperbaiki gejala IBS. Ada yang
efektif dalam beberapa sub- populasi. Sebagai intoleransi laktosa dan IBS memiliki
gejala yang sama seperti percobaan diet bebas laktosa sering dianjurkan. Sebuah
fruktosa membatasi diet dan asupan fructan telah terbukti berhasil mengobati gejala
secara dosis-tergantung pada pasien dengan malabsorpsi fruktosa dan IBS. Sementara
banyak IBS pasien percaya bahwa mereka memiliki beberapa bentuk intoleransi
makanan, tes mencoba untuk memprediksi sensitivitas makanan di IBS telah
mengecewakan. Satu studi melaporkan bahwa tes antibodi IgG efektif dalam
menentukan sensitivitas makanan pada pasien IBS, dengan pasien dengan diet
eliminasi mengalami gejala penurunan 10% lebih besar daripada mereka yang diet
semu. [64] Lebih data yang diperlukan sebelum pengujian IgG dapat
direkomendasikan. Tidak ada bukti bahwa pencernaan makanan atau penyerapan
nutrisi yang bermasalah bagi mereka dengan IBS pada tingkat yang berbeda dari
mereka yang tidak IBS. Namun, tindakan yang sangat makan atau minum dapat
menimbulkan reaksi yang berlebihan dari respon gastrocolic pada beberapa pasien
dengan IBS karena kepekaan yang meningkat mendalam mereka, dan ini dapat
mengakibatkan perut, sakit diare, sembelit dan / atau konstipasi.
1. Abnormalitas aktifitas usus

Dalam 50 tahun terakhir, perubahan pada kontraktilitas kolon dan usus halus
telah diketahui pada pasien IBS. Stres psikologis atau fisik dan makanan dapat
merubah kontraktilitas kolon. Motilitas abnormal dari usus halus selama
puasa,seperti kehilangan dari komplek motor penggerak dan adanya kontraksi
yang mengelompok dan memanjang, kontraksi yang diperbanyak, ditemukan pada
pasien IBS. Juga dilaporkan adanya respon kontraksi yang berlebihan pada
makanan tinggi lemak. Nyeri lebih sering dihubungkan dengan aktivitas motor
yang ireguler dari usus halus.
2. Infeksi atau inflamasi

Sitokin inflamasi mukosa dapat mengaktivasi sensitisasi perifer atau


hipermotilitas. Gwee dkk.11 melaporkan pasien dengan enteritis infeksi, adanya
hipokondriasis dan kehidupan penuh stress pada saat infeksi akut memprediksi
berkembangnya IBS kemudian. Ditemukan adanya bukti yang menunjukkan
bahwa beberapa pasien IBS memiliki peningkatan jumlah sel inflamasi pada
mukosa kolon dan ileum. Adanya episode enteritis infeksi sebelumnya, faktor
genetik, alergi makanan yang tidak terdiagnosis, dan perubahan pada mikroflora
bakteri dapat berperanan pada terjadinya proses inflamasi derajat rendah. Inflamasi
dikatakan dapat mengganggu reflex gastrointestinal dan mengaktivasi sistem
sensori visceral meskipun jika respon inflamasi yang minimal. Kelainan pada
interaksi neuroimun dapat berperanan pada perubahan fisiologi dan
hipersensitivitas gastrointestinal yang mendasari IBS.

A. Gejala dan Tanda


Konstipasi dapat menyebabkan gejala berikut:

 Sakit perut, BAB mungkin disertai rasa sakit.


 Turun atau hilangnya napsu makan.
 Rewel.
 Mual atau muntah.
 Turunnya berat badan.
 Noda feses di celana dalam anak yang menandakan banyaknya feses yang tertahan
direktum (bagian usus besar terdekat dengan anus). Jika anak mengalami konstipasi
yang cukup berat, ia dapat kehilangan kemampuan merasakan kebutuhan ke toilet
untuk BAB sehingga menyebabkan anak BAB di celananya. Hal ini disebut
encopresis atau fecal incontinence.
 Mengedan untuk mengeluarkan feses yang keras dapat menyebabkan robekan kecil
pada lapisan mukosa anus (anal fissure) dan perdarahan.
 Konstipasi meningkatkan risiko infeksi saluran kemih.

Konstipasi dapat disebabkan oleh:

 Kecenderungan alami gerakan usus yang lebih lambat, misalnya pada anak dengan
riwayat feses yang lebih padat dari normal pada minggu-minggu awal setelah lahir.
 Nutrisi yang buruk, misalnya yang tinggi lemak hewani dan gula (pencuci mulut,
makanan-makanan manis), serta rendah serat (sayuran, buah-buahan, whole grains).
 Beberapa obat dapat menyebabkan konstipasi, misalnya antasid, fenobarbital (obat
kejang), obat pereda nyeri, dan obat batuk yang mengandung kodein.
 Kebiasaan BAB yang tidak baik, misalnya tidak tersedianya cukup waktu untuk BAB
dengan tuntas.
 Kurangnya asupan cairan.
 Kurangnya aktivitas fisik.
 Adanya kondisi anus yang menyebabkan nyeri, misalnya robekan pada lapisan
mukosa anus (anal fissure). Hal ini seperti lingkaran setan karena mengedan untuk
mengeluarkan feses yang keras dapat menyebabkan terjadinya fissure, dan nyeri yang
disebabkan fissure menyebabkan anak menahan kebutuhan BAB yang memperparah
konstipasi.
 Toilet training yang dipaksakan. Toilet training pada anak yang belum siap secara
emosional dapat mengakibatkan anak memberontak dengan menahan keinginan BAB.
Jika anak belum siap untuk menjalani toilet training, tunggu beberapa bulan sebelum
memulainya kembali.
 Kadang konstipasi dapat terjadi karena penganiayaan seksual (sexual abuse).
Konstipasi dapat merupakan akibat dari beberapa penyakit seperti tidak adanya saraf
normal di sebagian usus (Hirschprung disease), kelainan saraf tulang belakang,
kurangnya hormon tiroid, keterbelakangan mental, atau beberapa kelainan metabolik.
Namun sebab-sebab ini relatif jarang dan umumnya disertai gejala lain.

Ada beberapa gejala yang pada umumnya menyertai irritable bowel syndrome,
diantaranya adalah :

• Ketidak normalan frekuensi defeksi


• Kelainan bentuk feses
• Ketidaknormalan proses defekasi (harus dengan mengejan, inkontenensi
defekasi, atau rasa defekasi tidak tuntas)
• Ketidak normalan frekuensi defeks
 Kelainan bentuk feses

 Ketidaknormalan proses defekasi (harus dengan mengejan, inkontenensia


defekasi, atau rasa defekasi tidak tuntas)

 Adanya mucus atau lender

 Kembung atau merasakan distensi abdomen dan sangat bervariasi

 Ditemukan keluhan diare dengan lendir, darah, kembung, nyeri abdomen bawah.

 Sembelit

 Sering buang angin

 Sendawa

B. Patofisiologi

Buang air besar yang normal frekuensinya adalah 3 kali sehari sampai 3 hari
sekali. Dalam praktek dikatakan konstipasi bila buang air besar kurang dari 3 kali
perminggu atau lebih dari 3 hari tidak buang air besar atau dalam buang air besar harus
mengejan secara berlebihan. Kolon mempunyai fungsi menerima bahan buangan dari
ileum, kemudian mencampur, melakukan fermentasi, dan memilah karbohidrat yang
tidak diserap, serta memadatkannya menjadi tinja. Fungsi ini dilaksanakan dengan
berbagai mekanisme gerakan yang sangat kompleks. Pada keadaan normal kolon harus
dikosongkan sekali dalam 24 jam secara teratur.). Diduga pergerakan tinja dari bagian
proksimal kolon sampai ke daerah rektosigmoid terjadi beberapa kali sehari, lewat
gelombang khusus yang mempunyai amplitudo tinggi dan tekanan yang berlangsung
lama. Gerakan ini diduga dikontrol oleh pusat yang berada di batang otak, dan telah
dilatih sejak anak-anak.

Proses sekresi di saluran cerna mungkin dapat megalami gangguan, yaitu


kesulitan atau hambatan pasase bolus di kolon atau rektum, sehingga timbul kesulitan
defekasi atau timbul obstipasi. Gangguan pasase bolus dapat diakibatkan oleh suatu
penyakit atau dapat karena kelainan psikoneuorosis. Yang termasuk gangguan pasase
bolus oleh suatu penyakit yaitu disebabkan oleh mikroorganisme (parasit, bakteri,
virus), kelainan organ, misalnya tumor baik jinak maupun ganas, pasca bedah di salah
satu bagian saluran cerna (pasca gastrektomi, pasca kolesistektomi). Untuk mengetahui
bagaimana terjadinya konstipasi, perlu diingat kembali bagaimana mekanisme kerja
kolon. Begitu makanan masuk ke dalam kolon, kolon akan menyerap air dan
membentuk bahan buangan sisa makanan, atau tinja. Kontraksi otot kolon akan
mendorong tinja ini ke arah rektum. Begitu mencapai rektum, tinja akan berbentuk
padat karena sebagian besar airnya telah diserap. Tinja yang keras dan kering pada
konstipasi terjadi akibat kolon menyerap terlalu anyak air. Hal ini terjadi karena
kontraksi otot kolon terlalu perlahan-lahan dan malas, menyebabkan tinja bergerak ke
arah kolon terlalu lama.

Konstipasi umumnya terjadi karena kelainan pada transit dalam kolon atau
pada fungsi anorektal sebagai akibat dari gangguan motilitas primer, penggunaan
obat-obat tertentu atau berkaitan dengan sejumlah besar penyakit sistemik yang
mempengaruhi traktus gastrointestinal.
Konstipasi dapat timbul dari adanya defek pengisian maupun pengosongan
rektum. Pengisian rektum yang tidak sempurna terjadi bila peristaltik kolon tidak
efektif (misalnya, pada kasus hipotiroidisme atau pemakaian opium, dan bila ada
obstruksi usus besar yang disebabkan oleh kelainan struktur atau karena penyakit
hirschprung). Statis tinja di kolon menyebabkan proses pengeringan tinja yang
berlebihan dan kegagalan untuk memulai reflek dari rektum yang normalnya akan
memicu evakuasi. Pengosongan rektum melalui evakuasi spontan tergantung pada
reflek defekasi yang dicetuskan oleh reseptor tekanan pada otot-otot rektum, serabut-
serabut aferen dan eferen dari tulang belakang bagian sakrum atau otot-otot perut dan
dasar panggul. Kelainan pada relaksasi sfingter ani juga bisa menyebabkan retensi
tinja.

Konstipasi cenderung menetap dengan sendirinya, apapun penyebabnya. Tinja


yang besar dan keras di dalam rektum menjadi sulit dan bahkan sakit bila dikeluarkan,
jadi lebih sering terjadi retensi dan terbentuklah suatu lingkaran setan. Distensi rektum
dan kolon mengurangi sensitifitas refleks defekasi dan efektivitas peristaltik. Akhirnya,
cairan dari kolon proksimal dapat menapis disekitar tinja yang keras dan keluar dari
rektum tanpa terasa. Gerakan usus yang tidak disengaja (encopresis) mungkin
keliru dengan diare. Akibat dari konstipasi

Sebagaimana diketahui, fungsi kolon di antaranya melakukan absorpsi cairan


elektrolit, zat-zat organik misalnya glukose dan air, hal ini berjalan terus sampai di
kolon descendens. Pada seseorang yang mengalami konstipasi, sebagai akibat dari
absorpsi cairan yang terus berlangsung, maka tinja akan menjadi lebih padat dan
mengeras. Tinja yang keras dan padat menyebabkan makin susahnya defekasi,
sehingga akan menimbulkan haemorrhoid. Sisa-sisa protein di dalam makanan
biasanya dipecahkan di dalam kolon dalam bentuk indol, skatol, fenol, kresol dan
hydrogen sulfide. Sehingga akan memberikan bau yang khas pada tinja. Pada
konstipasi juga akan terjadi absorpsi zat-zat tersebut terutama indol dan skatol,
sehingga akan terjadi intestinal toksemia. Bila terjadi intestinal toksemia maka pada
penderita dengan sirhosis hepatis merupakan bahaya. Pada kolon stasis dan adanya
pemecahan urea oleh bakteri mungkin akan mempercepat timbulnya “ hepatik
encepalopati” pada penderita sirhosis hepatis.

Stres, diet, bakteri, kuman, jenis makanan dan reaktifitas usus yang abnormal
dapat menyebabkan IBS. Stres dapat memicu gejala IBS. Ketika seseorang
mendapatkan masalah yang menyita pikirannya, maka hal ini dapat mempengaruhi sel-
sel saraf dan menjadikan kekejangan pada usus. Kekejangan usus ini dapat
mengantarkan kita pada penyakit irritable bowel syndrome. Apalagi stress ini
berkepanjangan.

Diet yang tidak benar juga dapat memicu adanya IBS. Apabila pola makan
seseorang itu sangat besar atau tidak teratur apalagi keadaan pencernaannya
bermasalah maka dapat menyebabkan kram dan diare. Setelah itu dapat membuat
seseorang itu terkena IBS.Yang ketiga adalah abnormalitas reaksi usus.
Ketidaknormalan gerakan usus ini dapat disebabkan oleh berbagai banyak hal
diantaranya : asupan makanan yang masuk, mikroorganisme dan stres.
Ketidaknormalan gerakan usus ini apabila terlalu lambat akan menyebabkan sembelit,
dan jika terlalu cepat akan menyebabkan diare.

Intoleransi makanan juga dapat menyebabkan datangnya penyakit IBS ini. Jika
seseorang alergi terhadap suatu makanan tertentu, maka dapat menyebabkan gangguan
usus dan menjadikan irritabel bowel syndrome

Selain itu bakteri juga dapat memberikan efek tertentu terhadap usus dan dapat
menyebabkan IBS.

C. Etiologi

Penyebab konstipasi biasanya multifaktor, misalnya : Konstipasi sekunder (diit,


kelainan anatomi, kelainan endokrin dan metabolik, kelainan syaraf, penyakit jaringan
ikat, obat, dan gangguan psikologi), konstipasi fungsional (konstipasi biasa, “Irritabel
bowel syndrome”, konstipasi dengan dilatasi kolon, konstipasi tanpa dilatasi kolon ,
obstruksi intestinal kronik, “rectal outlet obstruction”, daerah pelvis yang lemah, dan
“ineffective straining”), dan lain-lain (diabetes melitus, hiperparatiroid, hipotiroid,
keracunan timah, neuropati, Parkinson, dan skleroderma).

A. Konstipasi sekunder

1. Pola hidup: Diet rendah serat, kurang minum, kebiasaan buang air besar yang
buruk, kurang olahraga.
2. Kelainan anatomi (struktur) : fissura ani, hemoroid, striktur, dan tumor, abses
perineum, megakolon.
3. Kelainan endokrin dan metaolik : hiperkalsemia, hipokalemia, hipotiroid, DM,
dan kehamilan.
4. Kelainan syaraf : stroke, penyakit Hirschprung, Parkinson, sclerosis multiple,
lesi sumsum tulang belakang, penyakit Chagas, disotonomia familier.
5. Kelainan jaringan ikat : skleroderma, amiloidosis, “mixed connective-tissue
disease”.
6. Obat : antidepresan (antidepresan siklik, inhibitor MAO), logam (besi,
bismuth), anti kholinergik, opioid (kodein, morfin), antasida (aluminium,
senyawa kalsium), “calcium channel blockers” (verapamil), OAINS (ibuprofen,
diclofenac), simpatomimetik (pseudoephidrine), cholestyramine dan laksan
stimulans jangka panjang.
7. Gangguan psikologi (depresi).

B. Konstipasi fungsional = kontipasi simple atau temporer

1. Konstipasi biasa : akibat menahan keinginan defekasi.


2. “Irritabel bowel syndrome”
3. Konstipasi dengan dilatasi kolon : “idiopathic megacolon or megarektum”
4. Konstipasi tanpa dilatasi kolon : “idiopathic slow transit constipation”
5. Obstruksi intestinal kronik.
6. “Rectal outlet obstruction” : anismus, tukak rectal soliter, intusesepsi.
7. Daerah pelvis yang lemah : “descending perineum”, rectocele.
8. Mengejan yang kurang efektif (“ineffective straining”)

C. Penyebab lain
1. Diabetes mellitus.
2. Hiperparatiroid

3. Hipotiroid.
4. Keracunan timah (“lead poisoning”).
5. Neuropati
6. Penyakit Parkinson
7. Skleroderma
8. Idiopatik
9. Transit kolon yang lambat, pseudo-obstruksi kronik.

D. Pola Hidup
Pola hidup seperti diet rendah serat, kurang minum dan olahraga merupakan
penyebab tersering dari konstipasi. Penyebab umum dari konstipasi adalah diit yang
rendah serat, seperti terdapat pada sayuran, buah, dan biji-bijian, dan tinggi lemak
seperti dalam keju, mentega, telur dan daging. Mereka yang makan makanan yang
kaya serat biasanya lebih jarang yang mengalami konstipasi Diit rendah serat juga
memegang peranan penting untuk timbulnya konstipasi pada usia lanjut. Mereka
biasanya kurang berminat untuk makan, dan lebih senang memilih makanan cepat
saji yang kadar seratnya rendah. Selain itu, berkurangnya jumlah gigi, memaksa
mereka lebih suka makan makanan lunak yang sudah diproses dengan kadar serat
yang rendah.

Dalam keadaan normal cairan akan mengisi sebagian besar usus dan feces
sehingga feces mudah dikeluarkan. Penderita konstipasi sebaiknya minum air yang
cukup, kira-kira 8 liter per hari. Cairan yang mengandung kafein, seperti kopi dan
kola, serta alkohol memiliki efek dehidrasi, sehingga dapat meyebabkan konstipasi.
urang olahraga dapat menyebabkan terjadinya konstipasi, meskipun belum diketahui
dengan pasti patogenesisnya. Sebagai contoh, konstipasi sering terjadi pada orang
sakit yang melakukan istirahat yang panjang.

E. Penanganan
Pada bayi di bawah usia satu tahun, kemungkinan masalah organik yang mungkin
menyebabkan konstipasi harus diteliti dengan lebih cermat, terutama apabila
konstipasi disertai gejala lain seperti:

1. Keluarnya feses pertama lebih dari 48 jam setelah lahir, kaliber feses yang
kecil, gagal tumbuh, demam, diare yang diserai darah, muntah kehijauan, atau
terabanya benjolan di perut.
2. Perut yang kembung.
3. Lemahnya otot atau refleks kaki, adanya lesung atau rambut di punggung
bagian bawah.
4. Selalu tampak lelah, tidak tahan cuaca dingin, denyut nadi yang lambat.
5. Banyak BAK, banyak minum.
6. Diare, pneumonia berulang.
7. Anus yang tidak tampak normal baik bentuk maupun posisinya
Lebih dari 95% konstipasi pada anak di atas satu tahun adalah konstipasi
fungsional (tidak ada kelainan organik yang mendasarinya).5 Umumnya
masalah inKebiasaan BAB yang baik.
8. Anak yang mengalami konstipasi harus dilatih untuk membangun kebiasaan
BAB yang baik.2 Salah satu caranya adalah dengan membiasakan duduk di
toilet secara teratur sekitar lima menit setelah sarapan, bahkan jika anak tidak
merasa ingin BAB. Anak harus duduk selama lima menit, bahkan jika anak
telah menyelesaikan BAB sebelum lima menit tersebut habis.
9. Anak juga harus belajar untuk tidak menahan keinginan BAB. Kadang anak
mengalami kekhawatiran jika harus menggunakan toilet di sekolah. Jika orang
tua mencurigai adanya masalah tersebut, orang tua hendaknya membicarakan
masalah tersebut dengan anak maupun pihak sekolah.
10. Makanan tinggi serat membuat BAB lebih lunak karena menahan lebih banyak
air dan lebih mudah untuk dikeluarkan. Memperbanyak jumlah serat dalam
makanan anak dapat mencegah konstipasi.
11. Berikan minimal 2 sajian buah setiap hari. Buah yang dimakan beserta
kulitnya, misalnya plum, aprikot, dan peach, memiliki banyak kandungan
serat.
12. Berikan minimal 3 sajian sayuran setiap hari.
13. Berikan sereal yang tinggi serat sepert bran, wheat, whole grain, dan oatmeal.
Hindari sereal seperti corn flakes.
14. Berikan roti gandum (wheat) sebagai ganti roti putih. Banyak minum dapat
mencegah konstipasi. Biasakan anak untuk minum setiap kali makan, sekali di
antara waktu makan, dan sebelum tidur. Namun perlu diperhatikan bahwa
terlalu banyak susu sapi atau produk susu lainnya (keju, yogurt) justru dapat
mengakibatkan konstipasi pada sebagian anak.

F. Pengobatan

 Laksans
Sebagian besar penderita dengan konstipasi ringan biasanya tidak
membutuhkan pemberian laksans. Namun bagi mereka yang telah melakukan
perubahan gaya hidup, tetapi masih tetap mengalami konstipasi, pemberian
laksans dan atau klisma untuk jangka waktu tertentu dapat dipertimbangkan.
Pengobatan ini dapat menolong sementara untuk mengatasi konstipasi yang
telah berlangsung lama akibat usus yang malas. Pada anak-anak, pengobatan
laksans jangka pendek, untuk merangsang supaya usus mau bergerak secara
teratur, juga dapat dipakai untuk mencegah konstipasi. Laksans dapat
diberikan per oral, dalam bentuk cairan, tablet, bubuk.

 Bulk forming agents/hydrophilic


Digunakan untuk meningkatkan masa tinja, hingga akan merangsang
terjadinya perilstatik. Bahan ini biasanya cukup aman, tetapi dapat
mengganggu penyerapan obat lain. Laksans ini juga dikenal dengan nama
“fiber supplements”, dan harus diminum dengan air. Dalam usus bahan ini
akan menyerap air, dan membuat tinja menjadi lebih lunak. Beberapa contoh :
• Psyllium (Metamucil,Fiberall)
• Methylcellulose (Citrucel)
• Ispaghula (Mucofalk)
• Dietary brand

 Emollients / softeners / surfactant / wetting agents


Menurunkan tekanan permukaan tinja, membantu penyampuran bahan
cairan dan lemak, sehingga dapat melunakkan tinja. Pelunak tinja (“stool
softeners”) dapat melembabkan tinja, dan menghambat terjadinya dehidrasi.
Laksans ini banyak dianjurkan pada penderita setelah melahirkan atau pasca
bedah Beberapa contoh:
• Docusate (Colace, Surfak)
• Mineral oil
• Polaxalko

 Emollient stool softeners in combination with stimulants / irritant


“Emollient stool softeners” menyebabkan tinja menjadi lunak. Stimulan
meningkatkan aktivitas perilstatik saluran cerna, menimbulkan kontraksi otot
yang teratur (“rhythmic”). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
fenolftalen, yang dikandung dalam beberapa laksans stimulans, ternyata dapat
meningkatkan resiko kanker. FDA telah melakukan pelarangan penjualan
bebas produk yang mengandung bahan fenolftalen ini. Sebagian besar
produsen laksans saat ini telah mulai mengganti fenolftalen dengan bahan
yang lebih aman. Beberapa contoh :
• Docusate sodium and casanthranol combination (Peri-Colace, Diocto C,
SilaceC)
• Bisacodyl (Dulcolax)
• Brand names include Correctol®, Senna®, Purge®, Feen-A-Mint®, and
Senokot®.
 Osmotic laxatives
Mempunyai efek menahan cairan dalam usus, osmosis, atau
mempengaruhi pola distribusi air dalam tinja. Laksans jenis ini mempunyai
kemampuan seperi “spons”, menarik air ke dalam kolon, sehingga tinja mudah
melewati usus.
• Hyperosmolar laxatives : Polyethylene glycol solution (Miralax) Lactulose
(Cephulac, Cholac, Constilac, Duphalac, Lactulax)
• Sorbitol
• Glycerine
Saline laxatives :
• Magnesium sulfate
• Magnesium hydroxide (Phillips’ Milk of Magnesia)
• Sodium phosphate (Fleet enema)
• Sodium phosphate (Fleet enema)
• Magnesium phosphate
Penderita yang sudah tergantung pada pemakaian laksans ini, sebaiknya
dianjurkan untuk menghentikan obat ini secara perlahan-lahan. Pada sebagian
besar penderita, biasanya kemampuan untuk kontraksi kolon dapat dipulihkan
kembali secara alamiah, dengan memperbaiki penyebab konstipasi tersebut.

G. Pengobatan Lain
Pengobatan spesifik terhadap terhadap penyebab konstipasi, juga dapat
dikerjakan tergantung apakah penyebabnya dapat dikoreksi atau tidak. Sebagai
contoh, penghentian obat yang menimbulkan konstipasi, atau tindakan bedah
untuk mengoreksi ada tidaknya kelainan anorektal, seperti prolapsus rekti.

 Prokinetik
Obat-obat prokinetik telah dicoba untuk pengobatan konstipasi, tetapi
belum banyak publikasi yang menunjukkan efektivitasnya. Obat prokinetik
(seperti : cisapride dan metoclopramide) merupakan agonis 5HT4 dan
antagonis 5HT3. Cisapride telah dilaporkan dapat memperbaiki keluhan
penyakit refluks gastroesofagus, namun pada konstipasi belum banyak laporan
yang ditulis.

Tegaserod, merupakan agonis parsial 5-HT4, dapat mempercepat transit


orosekal (tanpa mempengaruhi pengosongan lambung) dan mempunyai
tendensi untuk mempercepat transit kolon. Dalam uji klinik fase III, tegaserod
12 mg/hari, menghasilkan peningkatan kelompok “Irritabel bowel syndrome”
tipe konstipasi yang mencapai tujuan utama “hilangnya keluhan penderita. Efek
sekunder yang ditemukan termasuk antara lain perbaikan dalam konstipasi, nyeri
sepanjang hari, dan rasa kembung.

 Analog prostaglandin
Analog prostaglandin (misoprostil) dapat meningkatkan produksi PGE2 dan
merangsang motilitas saluran cerna bagian bawah.

 Klisma dan supositoria


Bahan tertentu dapat dimasukkan ke dalam anus untuk merangsang
kontraksi dengan cara menimbulkan distensi atau lewat pengaruh efek kimia,
untuk melunakkan tinja. Kerusakan mukosa rektum yang berat dapat terjadi
akibat ekstravasasi larutan klisma ke dalam lapisan submukosa. Beberapa cara
yang dapat dipakai :
 Klisma dengan PZ atau air biasa.
 Na-fosfat hipertonik
 Gliserin supositori
 Bisacodyl supositori

 Biofeedback
Penderita dengan konstipasi kronik akibat disfungsi anorektal dapat
dicoba dengan pengobatan “biofeedback” untuk mengembalikan otot yang
mengendalikan gerakan usus. “Biofeedback” menggunakan sensor untuk
memonitor aktivitas otot yang pada saat yang sama dapat dilihat di layar
komputer sehingga fungsi tubuh dapat diikuti dengan lebih akurat. Seorang ahli
kesehatan yang professional, dapat menggunakan alat ini untuk menolong
penderita mempelajari bagaimana cara menggunakan otot tersebut. Dalam
penelitian Houghton dan kawan-kawan (2002) ditemukan bahwa emosi dapat
mempengaruhi persepsi dan distensi rektal pada penderita IBS. Juga dapat
ditunjukkan bahwa pikiran mempunyai peranan yang sangat penting dalam
modulasi faal saluran cerna.

 Operasi
Tindakan bedah (subtotal colectomy dengan ileo-ractal anastomosis)
hanya dicadangkan pada penderita dengan keluhan yang berat akibat kolon yang
tidak berfungsi sama sekali (“colonic inertia”). Namun tindakan ini harus
dipertimbangkan sungguh- sungguh, karena komplikasinya cukup banyak seperti
: nyeri perut dan diare.

H. Obat-obat Pencahar
Banyak orang menggunakan obat pencahar (laksatif) untuk
menghilangkan konstipasi. Beberapa obat aman digunakan dalam jangka waktu
lama, obat lainnya hanya boleh digunakan sesekali. Beberapa obat digunakan
untuk mencegah konstipasi, obat lainnya digunakan untuk mengobati konstipasi.
Golongan obat-obat pencahar yang biasa digunakan adalah:
• Bulking Agents
• Pelunak Tinja
• Minyak Mineral
• Bahan-bahan Osmotik
• Pencahar Perangsang.

 Bulking Agents.
Bulking agents (gandum, psilium, kalsium polikarbofil dan metilselulosa)
bisa menambahkan serat pada tinja.Penambahan serat ini akan merangsang
kontraksi alami usus dan tinja yang berserat lebih lunak dan lebih mudah
dikeluarkan. Bulking agents bekerja perlahan dan merupakan obat yang paling
aman untuk merangsang buang air besar yang teratur.Pada mulanya diberikan
dalam jumlah kecil.
Dosisnya ditingkatkan secara bertahap, sampai dicapai keteraturan dalam
buang air besar. Orang yang menggunakan bahan-bahan ini harus selalu minum
banyak cairan.
 Pelunak Tinja.
Dokusat akan meningkatkan jumlah air yang dapat diserap oleh tinja.
Sebenarnya bahan ini adalah detergen yang menurunkan tegangan permukaan
dari tinja, sehingga memungkinkan air menembus tinja dengan mudah dan
menjadikannya lebih lunak. Peningkatan jumlah serat akan merangsang
kontraksi alami dari usus besar dan membantu melunakkan tinja sehingga lebih
mudah dikeluarkan dari tubuh.
 Minyak Mineral.
Minyak mineral akan melunakkan tinja dan memudahkannya keluar dari
tubuh. Tetapi bahan ini akan menurunkan penyerapan dari vitamin yang larut
dalam lemak. Dan jika seseorang yang dalam keadaan lemah menghirup minyak
mineral secara tidak sengaja, bisa terjadi iritasi yang serius pada jaringan paru-
paru.Selain itu, minyak mineral juga bisa merembes dari rektum.
 Bahan Osmotik.
Bahan-bahan osmotik mendorong sejumlah besar air ke dalam usus
besar, sehingga tinja menjadi lunak dan mudah dilepaskan.Cairan yang
berlebihan juga meregangkan dinding usus besar dan merangsang kontraksi.
Pencahar ini mengandung garam-garam (fosfat, sulfat dan magnesium) atau gula
(laktulosa dan sorbitol). Beberapa bahan osmotik mengandung natrium,
menyebabkan retensi (penahanan) cairan pada penderita penyakit ginjal atau
gagal jantung, terutama jika diberikan dalam jumlah besar. Bahan osmotik yang
mengandung magnesium dan fosfat sebagian diserap ke dalam aliran darah dan
berbahaya untuk penderita gagal ginjal.
Pencahar ini pada umumnya bekerja dalam 3 jam dan lebih baik
digunakan sebagai pengobatan daripada untuk pencegahan.Bahan ini juga
digunakan untuk mengosongkan usus sebelum pemeriksaan rontgen pada saluran
pencernaan dan sebelum kolonoskopi.
 Pencahar Perangsang.
Pencahar perangsang secara langsung merangsang dinding usus besar
untuk berkontraksi dan mengeluarkan isinya.Obat ini mengandung substansi
yang dapat mengiritasi seperti senna, kaskara, fenolftalein,
bisakodil atau minyak kastor. Obat ini bekerja setelah 6-8 jam dan
menghasilkan tinja setengah padat, tapi sering menyebabkan kram perut.
Dalam bentuk supositoria (obat yang dimasukkan melalui lubang dubur),
akan bekerja setelah 15-60 menit.Penggunaan jangka panjang dapat
menyebabkan kerusakan pada usus besar, juga seseorang bisa menjadi
tergantung pada obat ini sehingga usus menjadi malas berkontraksi (Lazy Bowel
Syndromes).
Laksatif
Laksatif mungkin dibutuhkan untuk menangani konstipasi. Jika laksatif
tidak bekerja atau harus diberikan berulang kali, anak harus dievaluasi oleh
dokter. Beberapa laksatif yang dapat diberikan adalah:
• Jus prune: Jus prune adalah laksatif ringan yang efektif pada sebagian
anak. Jus ini mungkin akan terasa lebih enak jika dicampur dengan jus
buah lain.
• Psyllium husk (salah satu merknya adalah metamucil). Laksatif ini
bekerja dengan melunakkan feses sehingga lebih mudah dikeluarkan.
• Senokot (senna). Laksatif ini bekerja dengan menstimulasi usus untuk
mengosongkan isinya. Laksatif ini berbentuk butiran yang dapat
dicampur dengan makanan seperti es krim.
• Durolax (bisacodyl). Bentuk laksatif ini adalah tablet dan bekerja dengan
cara yang sama seperti senokot.
• Coloxyl (docusate). Laksatif ini berupa tablet atau tetes, bekerja dengan
melunakkan feses.
• Agarol (parafin cair dan fenoftalein). Laksatif ini berbentuk cairan,
bekerja dengan melunakkan dan melicinkan feses, serta menstimulasi
usus untuk mengosongkan isinya.
• Parachoc (parafin cair dengan rasa coklat-vanila). Laksatif ini berbentuk
cairan dan bekerja dengan cara yang sama seperti agarol.
• Laksatif lain yang digunakan misalnya lactulose, sorbitol, barley malt
extract, magnesium hydroxyde, atau magnesium citrate.4 Namun bayi di
bawah usia satu tahun memiliki risiko lebih besar untuk mengalami
keracunan magnesium.Perlu diingat bahwa penggunaan laksatif jangka
panjang dapat berbahaya bagi anak. Karena itu, laksatif hanya boleh
digunakan dengan pengawasan dokter dan sesuai dosis yang diberikan.
-Supositoria
Jika setelah 2-3 hari penggunaan laksatif konstipasi anak tidak membaik,
supositoria n atau durolax suppositories dapat digunakan.1,2 Supositoria harus dilapisi
dengan pelicin yang larut dalam air seperti KY jelly sebelum dimasukkan ke rektum
(bagian usus besar terdekat dengan anus). Jangan gunakan vaselin karena vaselin tidak
larut dalam air. BAB biasanya akan terjadi 30 menit setelah pemberian supositoria.
-Enema
Enema tidak boleh diberikan pada anak kecuali jika dokter memerintahkannya
-Irigasi usus
• Hal ini hanya diperlukan pada sebagian kecil anak yang mengalami konstipasi
yang sangat berat.2 Hal ini dilakukan di RS dengan memberikan cairan bernama
Golytely baik dengan cara diminum atau melalui selang lambung.
Berikut ini adalah algoritma penanganan konstipasi pada dua kelompok usia: di bawah
satu tahun dan di atas satu tahun;
1. Aktivitas dan olahraga teratur.
2. Asupan cairan dan serat (25 – 30 gram/hari) yang cukup.
3. Latihan usus besar; penderita dianjurkan mengadakan waktu secara teratur tiap
hari untuk memanfaatkan gerakan usus besarnya. Dianjurkan waktu ini adalah 5
– 10 menit setelah makan, sehingga dapat memanfaatkan refleks gastro-kolon
untuk BAB. Diharapkan kebiasaan ini dapat menyebabkan penderita tanggap
terhadap tanda – tanda dan rangsangan untuk BAB, dan tidak menahan atau
menunda dorongan untuk BAB ini.
BAB 4
ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM PENCERNAAN
SYMTOM TUJUAN & KE INTERVENSI &
ETIOL PROBLE RASIONAL
OGI M
 Berkurangnya Kelelaha Intoleran  NOC Terapi Aktivitas,
waktu reaksi n si OUTCOME: 1. Kolaborasikan
 Kesulitanuntukb (fatique) aktivitas Toleransi dengan ahli terapi,
erbalik atau Definisi: aktivitas terapi fisik dan
berputar Tidak  Ketahanan rencana,rekreasi
 Menggunakan cukupnya tubuh dan program
alat bantu pada energi  Penyimpanan pengawasan,
waktu bergerak psikologi energi 2. Tentukan
(pen-ingkatan atau fisik  Perawatan diri komitmen pasien
terhadap untuk dalam ADL dalam peningkatan
aktivitas yang bertahana  Perawatan diri frekuensi dan,jarak
lain, kontrol atau dalam aktivitas,
perilaku, fokus menyelesa penggunaan 3. Bantu untuk
sebelum sakit ikan peralatan ADL menggali
atau aktivitas Kriteria Evaluasi kemampuan
ketidakmammpu sehari  Kesabaran personal dalam
an berakti-vitas hariyang dalam melakukan,aktiviit
 Dyspnea diinginkan melakukan as,
 Perubahan gaya aktivi-tas 4. Bantu untuk
berjalan biasanya memilih kegiatan
 Pergerakan yang seperti yang yang konsisten
tersentak-sentak ditunjukkan dengan
fisik,,psykologi
 Pembatasan dalam
toleransi dan kemampuan
aktivitas, sosial,
kemampuan
ketahanan 5. Bantu untuk
pergerakan halus
tubuh, fokus pada apa
 Pembatasan
penyimpanan yang dikerjakan
energi dan per- dan tidak
kemampuan
awatan diri terjadi,penurunan,
pergerakan kasar
6.,Bantu untuk
 Pembatasan  Mendemonstra
mengidentifikasi
ROM sikan toleransi
sumber-sumber
 Pergerakan yang aktivitas sesuai
yang
tremor dengan
dibutuhkan,untuk
 Pergerakan yang evidence
melakukan
lambat sesuai de-ngan
pergerakan
 Pergerakan yang indikator 1-5
,7. Bantu untuk
tidak sin-kron yaitu mulai
menggunakan
dari yang
sarana transportasi
dapat
dalam melaku-,kan
dikompromika
aktivitas,
n sampai yang
8. Bantu pasien
tidak dapat
untuk
dikompromika
mengidentifikasi
n
aktivitas yang
 Saturasi
diperboleh-,kan,
oksigen dalam
9. Bantu pasien
rentang nor-
untuk
mal selama
mengidentifikasi
melakukan
arti dari kegiatan
aktivitas
tersebut,
 Dapat 10.Bantu pasien
berbicara untuk menetapkan
walaupun jadwal kegiatan
sambil ber- secara rutin,
aktivitas 11. Bantu
 Respon upaya pasien/keluarga
SYMTOM & ETIOL PROBL TUJUAN & KE INTERVENSI
SIGN OGI EM & RASIONAL
20.
Berikan
kegiatan
pergeraka
n untuk
menguran
gi
tekanan
otot
21.
Berikan
beberapa
games
yang non
kompetiti
f,
terstruktu
r pada
grup
aktivititas
22.
Berikan
waktu
jeda pada
berbagai
kegiatan
yang
bertujuan
untuk
menurun
kan
kecemasa
n seperti
bernyanyi
, bermain
bola voli,
te-nis
meja,
berjalan,
berenang,
bermain
game dan
lainnya
23.
Berikan
pujian
yang
positif
untuk
setiap
partisipas
i kegiatan
24. Bantu
pasien
untuk
mengenb
angkan
motivasi
diri dan
pengua-
tan
25.
Monitor
keadaan
emosi,
fisik,
sosial dan
respon
spiritual
sehu-
bungan
dengan
aktivitas
26.Bantu

pasien/keluarga
untuk

melakukan

pengawasan
sendiri
dalam

mencapai
tujuan yang
telah

ditetapkan
 Mampu Elimina NOC OUTCOMES: Perawat
mengeluarka si BAB  Pembatasan an
n isi perut Definisi: dalam eliminasi Eliminas
secara Perubah BAB i BAB
spontan dan an mengontrol 1.
lancar dalam pengeluran Tentukan
 Bau khas kebiasaa feces penyebab
feces n buang  Eliminasi BAB; fisik atau
 Bercak air besar kemampuan psikologi
kotoran pada yang saluran Gl dari
tem-pat tidur nor-mal mulai dari dan inkontine
 Bercak yang keluarnya feces n fecal
kotoran pada ditandai se-cara normal 2.
kain dengan  Integritas Tentukan

 Ketidakmam pelepasa jaringan kulit jenis dan

puan untuk n feses dan mukosa awal

menunda yang membran mula

defekasi tidak KRITERIA terjadinya

 Ketidakmam sengaja EVALUASI inkontine

puan menge-  Pasien akan nce fecal,

nali defekasi mendemonstras episode

yang mende- ikan ke- frekuensi

sak mampuan·dala dan

 Tidak m pembatasan perubaha

perhatian BAB sesuai n fungsi

pada indikasi BAB dan

urgency Tidak pernah konsisten

defekasi Jaráng si kotoran


Kadang-kadang 3.
 Mengenali
Sering Jelaskan
perasaan
Konsisten penyebab
defekasi tapi
 Mempertahank masalah
melaporkan
an dan
ketidakmam
pengontrolan rasional
puan menge-
pe-ngeluaran dilakukan
luarkan
feces tindakan
feces
 Mampu secara 4.
 Kulit
perianal konsisten Tentukan
tampak ke- mengiden- tujuan
merahan tifkasi urgency program
 Melaporkan untuk defekasi manajem
ketidakmam  Mampu en bowel
-puan mencapai toilet pada
mengenal sebelum de- klien/kelu
keinginan fekasi -arga
untuk 5.
defekasi Diskusika
n
prosedur
dan
harapan
yang
diharapka
n dari
pasien
6.
Instruksik
an
pasien/ke
luarga
untuk
mencatat
pengeluar
an ko-
toran
sesuai
kebutuha
n
7.
Cuci area
perianal
dengan
sabun dan
air dan
keringkan
setiap
kali
melakuka
n BAB
8.
Gunakan
preparat
detergen
non ionic
seperti
Peri
Wash
untuk
membersi
hkan
9.
Gunakan
bedak
dan
kream
pada
daerah
perianal
dengan
ke-hati-
hatian
10.Pertah
ankan
tempat
tidur dan
pakaian
tetap
kering
11.
Impleme
ntasikan
program
training
bowel
12.
Monitor
keadekua
tan
pengoson
gan isi
perut
13.
Monitor
kebutuha
n diet dan
cairan
14.
Hindari
makanan
penyebab
terjadinya
diare
15. Monitor efek
samping dari
pemberian obat
SYMTOM&SIGN ETIOLOGI PROBLEM TUJUAN&KE INTERVENSI&RASIO
NAL
 Mampu 1. Gunakan
memanage kantong
eliminasi rectum bila
BAB diperlukan
secara 2. Berikan
mandiri ertas rectum
seuasi
kebutuhan
3. Berikan
celana
pelindung
sesuai
kebutuhan
Batasan karakteristik: Manajemen NOC Managemen konstipasi :
 ,Nyeri abdomen, Kons- OUTCOMES 1. Monitor tanda dan
 Keadaan abdomen tipasi/Impaksi -Eliminasi BAB; gejala konstipasi,
pada,palpasi otot Definisi: kemampuan 2. Monitor tanda dan
abdomen, Penurunan saluran Gl untuk gejala impaksi,
 Tampak perut tegang dalam membentuk dan 3. Monitor pergerakan
tanpa,dilakukan fungsi formal mengeluar-kan isi perut, termasuk
palpasi, dari buang air feces frekuensi,

 Anoreksia, besar diikuti -Kepercayaan konsistensi,,bentuk,

 Tampilan yang tidak dengan mengenai volume dan warna,

khas,pada orang kesulitan atau kesehatan ; 4.,Monitor suara

dewasa tidak keyakinan diri peristaltik,

seperti,perubahan selesainya akan 5.,Konsultasikan

status pengelu-aran mempengaruhi dengan dokter tentang

mental,,inkontinensia feses dan atau perilaku sehat penurunan/peningkatan,

urine, pera-,saan pengeluaran -Kepercayaan frekuensi peristaltik,


jatuh yang tidak feses yang mengenai 6. Jelaskan etiologi dari
dapat,dijelaskan, keras,kering kesehatan; masalah dan rasional
peningkatan,su-hu penerimaan dari tindakan
tubuh, perawatan ; yang,diberikan pada
 Borborygmi, keyakinan diri pasien,
 Tampak darah di bahwa masalah 7. Identifikasi faktor
feces, kesehatan adalah (seperti pengobatan,
 Perubahan pola suatu hal yang bedrest dan diet)
defekasi, serius dan dapat yang,menyebabkan dan

 Penurunan frekuensi, menyebabkan berkontribusi terjadinya

 Penurunan volume konsekuensi konstipasi,

feces, negatif dalam 8. Lakukan


kehidupan penjadwalan toilet
 Perut membesar,
training
 Perasaan penuh
KRITERIA ,9. Motivasi
pada,abdomen,Kelel
EVALUASI peningkatan intake
ahan menyeluruh,
-Perasaan cairan kecuali 'adanya
 Feces kotor,
konstipasi kontraindi-,kasi
 Sakit kepala,
berkurang sesuai ,10. Evaluasi jenis
 Peristaltik
dengan indikator pengobatan yang
meningkat/me-,nuru
dan kesehatan mempunyai efek
n,
- samping pada,saluran
 Peningkatan tekanan
Mendemonstrasika gastrointestinal,
abdo-,men,
n kemampuan 11. Instruksikan
 Ketidakmampuan
dalam eliminasi pasien/keluarga untuk
mencerna,Nausea,
BAB sesuai mencatat warna,
 Kotoran cair
dengan indikasi volume,,frekuensi dan
-Sangat konsistensi dari
- kotoran,
Substansial 12. Ajarkan
-Moderate pasien/keluarga
-Mild bagaimana membuat
- menu yang
Comporom men-,gandung serat,
ise 13. Instruksikan
-Pola eliminasi pasien/keluarga jenis
diharapkan diet yang mengandung
berjarak serat,tinggi,
-Feces dapat 14. Instruksikan
keluar secara pasien/keluarga untuk
normal tanpa ada menggunakan laksative
bantuan bila,diperlukan,
-Ingesti adekuat 15. Instruksikan
cairan dan pasien/keluarga kaitan
elektrolit antara makanan,
latihan,dan intake
cairan terhadap
konstipasi/impaksi,
16. Evaluasi catatan
untuk setiap isi
makanan yang dimakan,
17. Anjurkan pasien
untuk berkonsultasi
dengan dokter jika
konsti-,pasi/impaksi
permanen,
18.Sarankan
menggunakan
laksative/penggunaan
alat BAB jika
diperlukan

SYMTOM&SIGN ETIOLOG PROBLEM TUJUAN&KE INTERVENSI &RASIONAL


I
 Nyeri pada saat 19. Informasikan kepada
defekasi penggunaan alat untuk meng
 Teraba massa kan kotoran secara manual
pada abdomen 20. Keluarkan impaksi fecal
 Teraba massa manual2
pada rectal 21. Timbang berat badan

 Perkusi reguler

abdomen 22. Ajarkan pasien/keluarga t

dulness proses digestive yang normal

 Flatus 23. Ajarkan pasien/keluarga t

jarang/tidak ada waktu kejadian konstipasi

sama sekali
 Tegang pada
saat defekasi
Muntah
 Perubahan pola PERTAHANAN NOC Peningkatan Koping,
komunikasi KOPING: OUTCOMES 1. Hargai pasien untuk menyes
biasa Definisi:  Penerimaa perubahan bentuk tubuh,
 Penurunan Pengulanga n status 2. Hargai pengaruh situasi keh
penggunaan n pro- kesehatan pasien pada aturan dan hubunga
dukungan sosial yeksi  Koping ; 3. Motivasi pasien
 Perilaku evaluasi diri tindakan mengidentifikasikasi gam
dekstruktif pada positif yang untuk realistik terhadap perubahan
orang lain salah mengatur 4. Hargai pengetahuan pasien t

 Perilaku didasarkan stressor proses penyakitnya,

dekstruktif pada pada yang 5. Hargai respon alternatif d

diri sendiri pola membeba pada satu situasi

 Kelelahan melindungi ni sumber- 6. Gunakan pendekatan yang ten

 Perasaan sakit diri sumber 7. Berikan lingkungan keadaan

kronis terhadap individu dapat diterima,


ancaman  Harga diri 8. Bantu pasien
 Ketidakmampua
n menyerap yang  Keterampi mengembangkan penghargaan
informasi ditujukan lan kejadian pada satu objek,
 Ketidakmampua terhadap interaksi 9. Bantu pasien mengiden
n memenu-hi harga diri sosial ; setiap informasi dan keter-,
kebutuhan dasar positif indi-vidu dalam memperolehnya,
 Ketidakmampua mengguna 10. Berikan informasi
n membuat kan termasuk diagnosa, per
aturan yang perilaku dan,prognosis,
diharapkan interaksi 11. berikan pasien pilihan
 Ketidakmampua sosial realistik tentang aspek perawata
n dalam yang 12.motivasi sikap, harapan
pemecahan efektif realistik dan
masalah KRITERIA menyelesaikan,dengan perasaan

 Kurangnya EVALUASI berdaya,

tujuan-perilaku  Pasien 13. evaluasi kemampuan pasien

langsung tidak mengambil keputusan,

 Bekurangnya mengguna 14. Minta untuk mengerti pada

resolusi kan perspektif yang stressful,

pemecahan koping 15. Minimalkan penga

masalah defensif keputusan ketiak pasien

 Tidak dapat sebagai ke-,adaan stres,

konsenstrasi penerimaa 16. Motivasi pasien

 Melaporkan n status mengembangkan persahabatan,


kesehatan 17. Motivasi untuk berteman d
ketidakmampu-
nya orang lain
an untuk
 Koping mempunya,ketertarikan dan
bertanya dan
baik yang telah ditetapkan,
men-cari
sesuai 18. Motivasi untuk beraktivitas
pertolongan
dengan masyarakat dan sosial,
indikator 19. Motivasi untuk me
1. Tidak pembatasan dari yang lainnya,
Pernah
2.Jarang
3.Kadang-
kadang
4.Sering
5.Konsiste
n
 Modifikas
i gaya
hidup
 Mencari
pelayanan
kesehatan
bila terjadi
sakit dan
perawatan
 Mencari
pertolonga
n dari
orang-
orang
profesiona
l
 Mengguna
kan
strategi
koping
yang
efektif

SYMTOM&SIGN ETIOLOGI PROBLEM TUJUAN INTERVENSI &


& KE RASIONAL
 Ketidakmampuan 20. Kaji pengetetahuan
untuk mengatasi pasien tentang latar
masalah belakang
 Gangguan dalam kebudayaan,dan
pola istirahat spiritual,
 Menggunakan pola 21. Motivasi untuk
koping dalam menggunakan sumber-
menghadapi perilaku sumber spiritual,
adaptive 22. Gali pencapaian
pasien sebelumnya,
23. Gali alasan kritikan
pada diri sendiri,
24.Konfrontasikan
perasaan ambivalen
pasien seperti
kemarahan,atau depresi,
25. Bantu
mengekpresikan
perasaan yang positif,
26.Atur situasi
sedemikian rupa yang
memotivasi pasien
secara,mandiri,
27.Bantu pasien untuk
mengidentifikasi respon
positif,
28.Motivasi identifikasi
nilai-nilai kehidupan
secara spesifik,
29. Gali metode
penyelesaian masalah-
masalah sebelumnya,
30.Perkenalkan pasien
pada orang lain atau
grup yang
mempunyai,masalah
dan penyelesaian yang
sama,
31. Gunakan dukungan
positif sebagai
pendekatan mekanisme
per-,tahanan,
32.Motivasi perasaan
secara verbal, persepsi
dan ketakutan,
33. Diskusikan
konsekuensi dari
perasaan bersalah dan
malu,
34. Motivasi pasien
untuk mengidentifikasi
kekuatan dan
kemam-,puan diri
sendiri,
35. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi tujuan
jangka panjang
dan,jangka pendek,
36. Bantu pasien untuk
menguji sumber-
sumber yang didapat
untuk,mencapai tujuan,
37. Kurangi stimulasi
dari lingkungan yang
dapat menyebabkan
ter-,jadinya
misinterpretasi pada
rawatan,
38. Harga setiap
dukungan sosial dan
kebutuhan pasien,
39. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi
kemampuan sistem
dukungan,
40. Motivasi keluarga
untuk turut terlibat pada
setiap kegiatan,
41. Berikan training
skill sosial,
42. Bantu pasien untuk
memecahkan masalah
dengan cara
yang,konstruktif
,43. Bantu pasien
selama berduka dan
melaluinya akibat dari
penya-,kit kronik atau
kehilangan,
44. Bantu pasien untuk
mengklarifikasi pada
setiap mis konsepsi,
45. Bantu pasien untuk
mengevaluasi perilaku
diri,
SYMPOM & SIGN ETIOL PROBLEM TUJUAN &KE INTERVENSI
OGI &RASIONAL
 Sulit Kebutuhan NOC: NIC:
bergerak/bera nutrisi kurang  Ketahanan 1. Kaji status fisiologi pasien
kitivas dari kebutu- tubuh berhubungan dengan status
 Gangguan han tubuh  Imobilsasi fisik kelelahan berkaitan dengan
penyembuha  Status nutrisi usia dan perkembagan
n luka bekas Definisi:  Batasan nyeri 2. Gunakan instrument
operasi Asupan  Self care:ADLs pengukuran yang
 Kelelahan makanan valid
 Penyumbatan
 Hilang selera yang tidak 3. Perbaiki status
luka
makan oleh cukup penurunan fisiologi

karena mual untuk 4. Seleksi intervensi


KRITERIA HASIL:
 memenuhi yang tepat
 Mengenali dan
Muntah kebutuhan 5. Tentukan aa dan
mengatasi
 Persepsi metabolik bagaimana aktivitas
kecema-san
tentang yang dibitihkan
akibat
waktu yang 6. Monitor
pembedahan
lebih lama intake nutrisi untuk
 Kemampuan
dibutuhkan menentukan
mendapatkan
untuk keadekuatan
kembali level
sembuh sumber-,
energi
7. . Konsultasikan
 Keterbatasan  Kemampuan
dengan ahli gizi
dalam mendapatkan
tentang cara
melakukan kembali
meningkatkan in-,
pekerjaan mobilitas
8. Monitor respon
 Melaporkan  Mendemonstrasi
cardiorespirasi
adanya kan proses
sebelum dan setelah
ketidak- penyem-buhan
melakukan,aktivitas,
nyamanan luka operasi
9. Monitor pola
 Melaporkan  Berpengalaman istirahat tidur dan
adanya rasa dalam jumlah jam tidur,
nyeri mengatasi nyeri, 10. Monitor lokasi
 Memerlukan penggunaan ketidaknyamanan
bantuan peri- analgetik oral dan nyeri selama
hal self care atau tidak aktivitas,
 Pasien terbebas 11.Kurangi
dari seluruh ketidaknyamanan
keluhan setelah fisik dengan
operasi memberikan waktu
sen-,ggang dengan
fungsi kognitif dan
self monitoring,
し ,12. Batasi
aktivitas yang
berlebih,
13. Ajarkan
manajemen waktu
dan aktivitas untuk
mencegah
kele-,lahan,
14. Bantu pasien
untuk mengenali
prioritas aktivitas
yang
direko-,mendasikan
sesuai dengan status
energi,
15. Bantu pasien
untuk menentukan
tujuan aktiviitas
yang realistik
,16. Pertimbangkan
dalam penggunaan
elektronik seperti HP
untuk,mempertahank
an kontak dengan
teman,
17. Bantu pasien
untuk membatasi
tidur siang untuk
memberikan,waktu
dalam beraktivitas,
18. Batasi
rangsangan
lingkungan seperti
lampu, kebisingan
untuk,meningkatkan
relaksasi,
19. Batasi jumlah
pengunjung,
20. Atur aktivitas
fisik untuk
menurunkan supply
oksigen
kepada,fungsi vial
tubuh,
21. Rencanakan
periode aktivitas
ketika pasien lagi
berenergi,,
22. Monitor efek
pemberian obat
stimulan dan
depresant
23. Evaluasi
program
peningkatan
aktivitas
24. Monitor respon
oksigen pasien
25. Instruksikan
pasien dan tehnik
self care yang
signifikan yang akan
meminimalis asupan
oksigen (ex :self
'monitoring dan
tehnik melangkah
untuk aktivitas
sehari-hari
26. Instruksikan
pasien untuk
mengenali tanda dan
gejala kelelahan
sebagai akibat dari
aktivitas
27. Instruksikan
pasien untuk
mengenali intervensi
stres dan metode
koping yang
digunakan untuk
menurunkan
kelelahan
28. Instruksikan
kepada pasien untuk
segera ke tempat
pelayanan kesehatan
apabila tanda dan
gejala kelelahan
menentap

 Ketidakmam Nyeri NOC : Pain Manajemen


puan dalam Definisi:  Status  Lakukan pengkajian
melakukan Sensori yang Kenyamanan secara komprehensif
aktivitas tidak  Pengontrolan terhadap lokasi nyeri,
 Anoreksia menyenangka Nyeri karakteristik, durasi,
 Atropi otot n dan  Efek nyeri yang frekuensi, kualitas,

 Perubahan pengalaman mengganggu intensitas nyeri dan

pola tidur emo-  Skala Nyeri fak-tor pencetus nyeri

 Laporan sional yang KRITERIA  Observasi respon

visual skala muncul EsVALUASI: verbal dari

nyeri secara aktual  Mendemonstrasi ketidaknyamanan


atau khususnya efektifitas
 Depresi kan efek nyeri
potensial menurun sesuai komunikasi yang
 Meringis
kerusakan dengan skala tidak efektif
 Kelelahan
jaringan atau indika-tor  Pastikan pasien dalam
 Takut cedera
meng-  Kelemahan menggunakan
kembali
gambarkan dalam hubungan pengobatan analgesik
 Perilaku
adanya inter-personal  Gunakan strategi
melindungi
kerusakan komunikasi terapeutik
 Iritasi  Kelemahan
(Asosiasi untuk mengetahui pe-
dalam
 Perilaku
Studi Nyeri ngalaman dan
berkonsentrasi
terlalu
Interna- penerimaan pasien
kehati-hatian  Gangguan tidur
sional): terhadap nyeri
 Mengurangi  Kurang selera
serangan  Gali pengetahuan
interaksi makan dan
mendadak
dengan orang atau kesulitan dalam pasien tentang nyeri
lain pelan menelan  Pertimbangkan faktor
 Melaporkan intensitasnya  Mendemonstrasi kebudayaan sebagai
nyeri dari ringan kan skala nyeri respon penerimaan
 Kurang sampai sesuai indikator nyeri
istirahat berat yang  Ekpresi wajah  Tentukan implikasi
 Tidak fokus dapat dan mulut ketika dari pengalaman nyeri
 Perubahan diantisipasi nyeri terhadap kualitas
tanda-tanda dengan  Posisi tubuh hidup seperti tidur,
vital akhir yang yang selera makan,
dapat melindungi aktivitas, kognitif,
diprediksi  Tegang pada mood, hubungan,
dan den- otot performance pada
gan durasi  Perubahan dunia kerja dan
kurang pernapasan, pols tanggung jawab
dari 6 bulan. dan tekanan  Ekplorasi dengan
darah pasien faktor
pemberat terjadinya
nyeri
 Evaluasi pengalaman
masa lalu terhadap
nyeri termasuk pe-
ngalaman nyeri kronik
pada keluarga
 Evaluasi dengan
pasien dan tim
petugas kesehatan
ketidake-fektifan
mengukur kontrol
nyeri seperti yang
telah digunakan
 Anjurkan pasien dan
keluarga untuk
mencari dukungan
keluarga
Batasan  Gunakan pengkajian
karakteristik: perkembangan untuk
 Lapor memonitoring pe-
an rubahan nyeri yang
secara diidentifikasi sebagai
verbal faktor pencetus baik
atau aktual maupun
non ptensial
verbal  Berikan informasi
 Fakta tentang nyeri seperti
dari penyebab nyeri,
obser berapa lama akan
vasi berlangsung dan
 Posisi penerimaan rasa
antalg nyaman
ic  Kontrol faktor
untuk lingkungan yang
meng mempengaruhi respon
hindar pasien Kurangi faktor
i nyeri eliminasi sebagai
 Gerak pencetus peningkatan
an nyeri seperti takut,
melin kelelahan dan
dungi kurangnya
 Tingk pengetahuan
ah  Pertimbangkan
laku keinginan pasien
berhat untuk berpartisipasi,
i-hati kemam-puan
 Muka berpartisipasi, pilihan
topen dan kontraindikasi
g ketika menerap-kan
 Gang strategi nyeri
guan  Seleksi dan
tidur implementasikan
(mata pengukuran yang
sayu,t beragam se-perti
ampa farmakologi, non
k farmakologi dan
capek, interpersonal
sulit  Ajarkan prinsip
atau manajemen nyeri
gerak  Pertimbangkan jenis
an ka- dan sumber-sumber
cau,m nyeri sebagai
enyeri  Anjurkan pasien
ngai) untuk memonitor
 Terfo pasien sumber nyeri
kus dan menseleksi
pada strategi nyeri
diri  Ajarkan penggunaan
sendir teknik non
i farmakologi
 Fokus  Gali penggunaan
meny metode farmakologi
empit untuk mengurangi
(penu nyeri
runan  Ajarkan pasien untuk
perse menggunakan metode
psi nyeri
waktu
,
kerus
akan
pro-
ses
berpik
ir,pen
uruna
n
intera
ksi
denga
n
orang
dan
lingku
ngan)
 Tingk
ah
laku
distra
ksi,co
ntoh:
jalan-
jalan,
mene
mui
orang
lain
dan/at
au
aktivit
as,
aktivit
as
berula
ng-
ulang)
 Respo
n
auton
om
(seper
ti
diaph
o-re-
sis,
perub
ahan
tekan
an
darah,
peru-
bahan
napas,
nadi
dan
dilata
si
pupil)
 Perub
ahan
auto-
nomic
dalam
to-nus
otot
(mun
gkin
dalam
rentan
g dari
lemah
ke
kaku)
 Tingk
ah
laku
ekspr
esif(c
ontoh
:gelis
ah,
me-
rintih,
mena
ngis,
waspa
da,irit
abel,
napas
panja
ng/ber
-keluh
kesah
)
 Perub
ahan
dalam
nafsu
maka
n dan
minu
m
 Fakto
r yang
berhu
-
bunga
n:
Agen
injuri
(biolo
gi, ki-
mia,fi
sik,
psikol
ogis)
 Nyeri Ketidakseimb NOC: Manajemen Nutrisi
abdomen angan nutrisi  Status Nutrisi ;  Tanyakan pada pasien
 Tidak selera kurang dari peningkatan apakah ada riwayat
makan ke-butuhan kebutuhan alergi makanan
 Berat badan tubuh nutrisi untuk  Tegaskan pilihan
turun 20% Definisi: kebutuhan makanan pasien
atau Intake nutrisi metabolik  Tetapkan sesuai
dibawahnya tidak cukup  Status intake dengan kolaborasi
 Kerapuhan untuk makan dan dengan ahli gizi
pembuluh keperluan cairan dalam 24 jumlah kal-ori dan
darah metabolisme jam jenis makanan sesuai
 Diare tubuh.  Status dengan yang
 Rambut Batasan keadekuatan dianjurkan
rontok karakteristik : nutrisi dalam  Anjurkan dan
 Peristaltik Berat badan tubuh motivasi intake kalori
meningkat 20 % atau  Pengontrolan yang dianjurkan
 Kurang nafsu lebih di berat badan  Anjurkan untuk
makan bawah ideal untuk mencapai meningkatkan asupan
 Tidak tertarik berat badan makanan yang
melihat yang optimum mengand-ung zat besi
makanan  Anjurkan
meningkatkan intake
protein, zat besi dan
vitamin C
 Tawarkan snack (ex :
frekuensi minum, jus
buah, buah) sesuai
indikasi
 Dilap KRITERIA  Berikan pencahayaan,
orkan EVALUASI sup kental dan
adany : makanan lunak
a  Mendemonstrasi  Pastikan makanan
intake kan status sudah termasuk tinggi
maka nutrisi meliputi kalori dan serat
nan makanan, cairan untuk,mencegah
yangk dan intake konstipasi
urang utrient sesuai  Tawarkan makanan
dari indikasi alternative seperti
RDA(  Sedikit herbal
Reco  Substansi  Berikan pasien
mend  Total Adekuat dengan tinggi protein,
ed tinggi kalori,
Daily makanan,siap saji
Allow sesuai indikasi
ance  Berikan seleksi
 Mem makanan
bran  Atur diet sesuai
muko dengan lifestyle
sa dan pasien sesuai indikasi
kon-  Ajarkan pasien
jungti bagaimana untuk
va menjaga aturan makan
pucat  Monitor catatan intake
 Kele makanan termasuk isi
maha dan kalori
n otot  Timbang berat badan
yang secara berkala
digun  Anjurkan pasien
akan untuk menggunakan
untuk perawatan gigi dan
menel mulut,dengan alat
an/me yang lembut
nguny  Berikan informasi
ah tentang kebutuhan
 Luka, nutrisi dan
infla bagaimana,mendapatk
masi annya
pada  Anjurkan penyediaan
rongg makanan yang baik
a dan teknik
 Muda menghi-,dangkannya
h  Tentukan
meras kesanggupan pasien
a untuk kebutuhan
kenya nutrisi
ng,  Bantu pasien dalam
sesaat menerima pertolongan
setela dari komunitas
h pro-,gram nutrisi
meng sesuai dengan
unyah kebutuhan
maka Therapi Nutrisi
nan Lakukan pengkajian nutrisi
 Dilap yang komplet
orkan 1. Monitor makanan/cairan
atau dan hitung intake kalori per
fakta hari sesuai,indikasi,
adany 2. Monitor jenis diet dan
a kebutuhan perhari,
kekur 3. Tentukan jumlah kalori dan
angan jenis diet yang dibutuhkan
maka sesuai,dengan kolaborasi
nan dengan ahli gizi,
 Dilap 4. Tentukan makanan yang
orkan dianjurkan dengan
ada- mempertimbang-,kan
nya kebudayaan dan agama,
perub 5. Seleksi suplement nutrisi
ahan sesuai indikasi,
sensas 6. Anjurkan pasien untuk
i rasa memilih makanan semi lunak
 Peras jika kurang,selera atau
aan adanya pembengkakan di
ketida mulut,
kmam 7. Anjurkan intake makan
puan tinggi kalsium,
untuk 8. Anjurkan intake makanan
meng dan cairan tinggi potasium,
unyah 9. Rastikan bahwa diet
maka termasuk makana tinggi serat
nan untuk,mencegah konstipasi.
 Misko 10. Berikan pasien dengan
nsepsi tinggi protein, tinggi kalori,
 Kehil makanan,tinggi serat dan
angan minum yang dapat segera
BB diminum,
denga 11. Bantu pasien untuk
n menseleksi makanan lunak
maka dan makanan,tidak asam,
nan 12. Tentukan kebutuhan
cukup makanan tube enteral,
 Keen 13. Pastikan kesanggupan
ggana yang progresif terhadap terapi
n diet,
untuk 14.Berikan kebutuhan
maka makanan dengan pembatasan
n sesuai indi-,kasi,

 Kram 15. Anjurkan untuk

pada,a membawa makanan dari

bdom rumah sesuai indikasi,

en, 16.Anjurkan mencoba

 Tonus makanan yang mengandung

otot laktosa,

jele 17. Buat dan ciptakan

 Nyeri lingkungan yang nyaman dan

abdo relaksasi,

minal, 18. Hidangkan makanan

denga secara aktraktive, pengaturan


n yang me-,nyenangkan,
atau,t pertimbangkan warna, tekstur
anpa dan jenis makanan,
patolo 19. Berikan perawatan oral
gi, sebelum makan,
 Kuran 20. Bantu pasien untuk duduk
g sebelum makan,
bermi 21. Monitor nilai
nat,ter laboratorium,
hadap 22. Instruksi pasien dan
maka- keluarga tentang jenis diet -
,ueu, 23. Berikan catatan atau
 Pemb leaflet tentang diet
uluh Monitoring Nutrisi
darah, 1. Timbang pasien secara
kapile berkala
r 2. Monitor trend kelebihan
mulai, dan kekurangan berat badan
rapu 3. Monitor type kebiasaan
 Diare latihan
dan 4. Monitor respon emosional
atau,st pasien ketika makanan
eatorr dihidangkan
hea, 5. Monitor interaksi anak atau

 Kehil orangtua selama makan

angan 6. Monitor lingkungan selama

ram-, makan

but 7. Jadwalkan perawatan dan

yang prosedur tidak bersamaan

cukup dengan,makan

,bany 8. Monitor kulit dari kering,

ak(ro pecah-pecah dengan


ntok) depigmentasi
 Suara 9. Monitor turgor kulit
usus,h 10.Monitor rambut dari
iperak kering, tipis dan mudah patah
tif, 11. Monitor gusi dari
 Kuran pembengkakan, jamur dan
gnya,i perdarahan
nform 12. Monitor mual dan muntah
asi, 13.Monitor ukuran skinfold ;
mis-,i triceps, otot lingkar lengan
nform 14. Monitor albumin, total
asi, protein, hemoglobin dan
Faktor-faktor hematokrit
yang,berhubu 15. Monitor lymposit dan
ngan:
Ketidakmam elektrolit
puan,pemasu 16. Monitor jenis makanan
kan
atau,mencern dan pilihan yang ada
a 17. Monitor pertumbuhan dan
makanan,atau
mengabsorpsi perkembangan
,zat-zat gizi 18. Monitor level energi,
berhu-,bunga
n malaise, kelelahan dan
dengan,faktor kelemahan
biologis,,psik
ologis atau, 19. Monitor pucat, kemerahan
ekonomi. dan kekeringan pada jaringan
kon-,junctiva
20. Monitor intake kalori dan
nutrisi
21. Monitor keadaan kuku
22. Monitor kemerahan,
pembengkakan dan pecah-
pecah dimulut
23. Catat adanya nyeri,
edema dan hyperemic dan
hypertropic pap-,ilae di lidah
dan rongga mulut
24. Catat jika lidah merah tua,
magenta atau lecet
25. Catat perubahan
signifikan dari status nutrisi
dan memulai pe-,rawatan
26. Mulai konsultasikan
dengan ahli diet
 Nyeri NIC:
abdomen Manajemen Diare
 Setidaknya 3  Evaluasi profil
kali sehari medikasi pada efek
untuk samping
defekasi gastrointestinal
 Desakan/  Ajarkan pasien dalam
pemaksaan menggunakan
 Peristaltik pengobatan anti diare
meningkat  Insgruksikan
 Keadaan pasien/keluarga untuk
terdesak mencatat warna,
volume,,frekuensi dan
konsistensi dari feces
 Evaluasi pencatatan
isi dari komponen
makanan
 Motivasi untuk
mengatur frekuensi,
makanan kecil,
tambahkan,dalam
bagian terbesar
 Ajarkan pasien untuk
menjaga makanan dari
pedas
 Identifikasi faktor-
faktor seperti
pengobatan, bakteri,
makanan,yang
menyebabkan atau
berkontribusi pada
diare
 Monitor tanda dan
gejala dari diare
 Instruksikan pasien
untuk melaporkan
kepada staf pada
setiap,kejadian diare
 Observasi turgor kulit
secara teratur
 Monitor kulit pada
area perianal terhadap
iritasi dan ulcerasi
 Hitung frekuensi diare
 Timbang berat badan
secara teratur
 Laporkan kepada
dokter tentang
peningkatan frekuensi
dari su-,ara peristaltik
 Konsultasikan kepada
dokter mengenai
tanda dan gejala
dari,diare yang
permanen
 Instruksikan
mengkonsumsi diet
rendah serat, tinggi
protein, tinggi kalori
 Instruksikan untuk
menghindarkan
penggunaan laksative
 Ajarkan
pasien/keluarga
bagaimana
menyimpan dan
menye-diakan
makanan yang baik
 Ajarkan pasien
tentang tehnik
menurunkan stres
 Bantu pasien dalam
mengelola tehnik
penurunan stres
 Monitor cara
menyiapkan makanan
yang sehat
 Lakukan tindakan
untuk
mengistirahatkan anus
Batasan NOC : NIC :
Karakteristik  Keseimbangan Manajemen Cairan dan
 Adanya cairan dan Elektrolit
keingingan elektrolit;  Monitor kadar
untuk keseibangan elektrolit yang
meningkatka cairan elektrolit abnormal
n keseimban- dan non  Dapatkan hasil
gan cairan elektrolit laboratorium sebagai
 Turgor kulit didalam dan pengawasan
baik diluar kom- sehubungan,dengan
 Intake partemen tubuh nilai elektrolit (seperti
adekuat per  Keseimbangan BUN, Hematokrit,
hari cairan : protein, sodium,dan
 Mokusa keseimba-ngan potasium)
membrane cairan didalam  Pantau berat badan
basah dan diluar kom- dan monitor
 Tidak partemen tubuh kecenderungan
dijumpai  Hydrasi ; jumlah terjadinya,penurunan
adanya cairan didalam berat badan
edema dan diluar  Batasi intake air biasa
 Tidak ada kompartemen pada keadaan
perasaan tubuh hyponatremia dengan
haus yang KRITERIA HASIL nilai,serum Na
berlebih  Penurunan dibawah 130 mEq per
 Risiko volume cairan liter
penurunan akan  Berikan cairan sesuai
volume dikeluarkan indikasi
cairan yang sesuai dengan  Anjurkan dalam
spesifik de- kese-imbangan kebersihan oral seperti
ngan batas cairan dan memberikan cairan
normal elektrolit, pen-,cuci mulut,
 Berat badan keseimbangan tempatkan pada
dalam asam basa, tempat yang mudah
rentang adekuat hidrasi diraih,
normal dan keadekuatan berikan,sedotan bila
 Urine warna status nut-risi; perlu dan berikan air
kekuning- asupan makan yang segar
kuningan dan minum  Atur pemberian diet
 Urine output  Tercapainya serat untuk
sesuai keseimbangan mengurangi
dengan cairan dan kehilangan cairan,dan
intake dan elektrolit sesuai elektrolit melalui
output indikator diare
 Irama dan  Minimalkan
denyut jantung penggunaan es batu
dalam ren-tang untuk dikonsumsi
normal baik melalui,oral
 Pernapasan baik ataupun melalui NGT
irama dan  Irigasi NGT dengan
jumlah-nya cairan normal
dalam batas  Berikan cairana
normal melalui tube feeding
 Status mental sesuai indikasi
baik  Atur penggunaan
 Serum dan pH cairan intravenous
urine dalam untuk penggunaan
batas normal trans-fusi darah
 Monitor hasil
laboratorium yang
relevan pada
keseimbangan,cairan
seperti peningkatan
BUN,penurunan
hematokrit
dan,peningkatan
osmolaritas urine
 Monitor status
hemodinamic
termasuk CVP, MAP,
PAP dan PCWP
 Jaga keakuratan
tentang pencatatan
intake dan output
 Monitor tanda dan
gejala dari retensi
cairan
 Lakukan pembatasan
cairan
 Monitor tanda dan
gejala bila perlu
 Lakukan koreksi pada
dehidrasi preoperative
 Pertahankan asupan
cairan melalui
intravenous
 Monitor respon pasien
untuk mendapatkan
terapi elektrolit
 Monitor manifestasi
dari keseimbangan
elektrolit
 Berikan resep diet
melalui resep
 Monitor pada efek
samping dari intake
suplemental
 Kaji membran buccal
pasien, sklera dan
kulit sesuai indikasi
se-,hubungan dengan
keseimbangan cairan
dan elektrolit
 Konsultasikan pada
dokter bila tanda dan
gejala
ketidakseim-,bangan
cairan dan elektrolit
bersifat menetap atau
lebih parah
 Atur pemberian
suplemen elektrolit
sesuai indikasi
 Atur resep dalam
membantun/meningka
tkan nilai elektrolit
 Persiapkan pasien
untuk dilakukan
dialisis
 Monitor kehilangan
cairan seperti
perdarahan, muntah,
diare,dan tahypnea
 Tingkatkan nilai
positif tentang
gambaran diri dan diri
sendiri sesuai
kebutuhan
 Perubahan NIC :
pola istirahat Peningkatan Kualitas Tidur
tidur yang  Tentukan pola
normal istirahat/aktivitas
 Penurunan pasien
kemampuan  Kaji jumlah jam
untuk fungsi kebutuhan tidur dan
istirahat tidur bangun pasien
 Ketidakpuasa  Jelaskan pentingnya
n dalam keadekuatan dari tidur
beristirahat selama kehamilan,
 Melaporkan sakit keadaan stres
mudah terba- dan lain sebagainya
ngun  Tentukan efek
 Melaporkan pengobatan terhadap
tidak ada pola istirahat tidur
kesulitan  Monitor/catat pola
untuk tidur pasien dan
memulai jumlah jam istirahat
istirahat tidur tidur
 Melaporkan  Instruksikan pasien
tidak ada untuk memonitoring
perasaan pola istirahat
menyenangk  Monitor adanya
an ketika keterkaitan antara
tidur kelelahan akibat
beraktivitas, selama
mungkin untuk
pencegahan keletihan
 Atur keadaan
lingkungan
 Motivasi pasien
membuat jadwal
istirahat tidur secara
rutin
 Bantu pasien untuk
mengurangi keadaan
stres sebelum tidur
 Monitor jadwal
makan dengan jadwal
pemberian diet untuk,
mempertahankan
istirahat tidur
 Instruksikan kepada
pasien untuk
menghindari asupan
makana menjelang
istirahat tidur
 Batasi jumlah istirahat
terutama pada siang
hari untuk memberi-
kan kesempatan
dalam peningkatan
aktivitas sehingga
akan menyebabkan
kelelahan
 Instruksikan pada
pasien bagaimana
melakukan relaksasi
otot secara autogenik
atau pola non
farmakologi
 Berikan pijatan yang
lembut, posisi dan
sentuhan yang afektif
Anjurkan untuk
meningkatkan jumlah
istirahat tidur
 Berikan waktu untuk
tidur siang
 Lakukan perawatan
melalukan aktivitas
grup untuk
meminimal-iskan
sejumlah waktu
terjaga, lakukan
jadwal siklus tidur
selama 90 menit
 Atur jadwal
pemberian obat untuk
menjaga pola istirahat
tidur
 Identifikasi obat tidur
apa yang digunakan
 Regulasikan
rangsangan
lingkungan untuk
mempertahankan
siklus waktu tidur
REM
 Motivasi
menggunakan obat
penggunaan
rangsangan yang ti-
dak menyebabkan
terjadinya pola tidur
REM
 Diskusikan dengan
pasien/keluarga
tentang tehnik
peningkatan tidur
 Berikan leaflet dengan
informasi tentang
tehnik peningkatan
waktu istirahat tidur
ya
NIC :
Krisis Intervensi
 Berikan dukungan
atmospher yang baik
 Hindari penggunaan
penentraman hati
 Berikan keadaan
aman
Batasan Kurang NOC : NIC :
karakteristik : pengetahuan  Kowlwdge:disea Teaching: disease Process
 Memverbalis Definisi : se process 1. Berikan penilaian
asikan Tidak adanya  Kowledge : tentang tingkat
adanya atau health Behavior pengetahuan pasien
masalah, kurangnya Kriteria Hasil : tentang,proses
ketidakakurat informasi  Pasien dan penyakit yang spesifik
an mengikuti kognitif keluarga 2. Jelaskan patofisiologi
instruksi, sehubungan menyatakan pe- dari penyakit dan
perilaku tidak dengan topik mahaman bagaimana hal ini
sesuai. spesifik. tentang berhubungan dengan
penyakit, anatomi dan fisiologi,
kondisi, dengan cara yang
prognosis dan tepat.
program 3. Gambarkan tanda dan
pengobatan gejala yang biasa

 Pasien dan muncul pada penyakit,

keluarga mampu dengan cara yang

melaksanakan tepat

prosedur yang 4. Gambarkan proses


dijelaskan penyakit, dengan cara
secara benar yang tepat
 Pasien dan 5. Identifikasi
keluarga mampu kemungkinan
menjelaskan penyebab, dengna
kembali apa cara yang tepat
yang dijelaskan 6. Sediakan informasi
perawat/tim pada pasien tentang
kesehatan kondisi, dengan cara
lainnya. yang tepat
7. Hindari jaminan yang
kosong
8. Sediakan bagi
keluarga atau SO
informasi tentang
kemajuan pasien
dengan cara yang
tepat
9. Diskusikan perubahan
gaya hidup yang
mungkin diperlukan
un-tuk mencegah
komplikasi di masa
yang akan datang dan
atau proses
pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan
terapi atau
penanganan
11. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan se-cond
opinion dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan
12. Eksplorasi
kemungkinan sumber
atau dukungan,
dengan cara yang
tepat
13. Rujuk pasien pada
grup atau agensi di
komunitas lokal,
dengan cara yang
tepat
14. Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk
melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan,dengan cara
yang tepat
Batasan Kelebihan NOC : NIC :
karakteristik : volume  Electrolit and Fluid management
 Berat badan cairan b/d acid base 1. Timbang
meningkat,pa peruba han balance popok/pembalut jika
da waktu mekanisme  Fluid balance diperlukan
yang singkat regulasi,  Hydration 2. Pertahankan catatan
 Asupan pening-katan Kriteria Hasil : intake dan output
berlebihan permeabilitas  Terbebas dari yang akurat
diban-,ding dinding edema, efusi, 3. Pasang urin kateter
output glomerolus. anaskara jika diperlukan
 Tekanan Definisi :  Bunyi napas 4. Monitor hasil IAb
darah Retensi bersih, tidak ada yang sesuai dengan
berubah cairan dys-pneu/ortopn retensi cairan
tekanan arteri isotomik eu (BUN,Hmt,
pulmonalis,b meningkat  Terbebas dari osmolalitas urin)
erubah, distensi vena 5. Monitor status
peningkatan jugularis, reflek hemodinamik
CVP hepatojugular termasuk CVP,
 Distensi vena (+) MAP,PAP,dan PCWP
jugularis  Memelihara 6. Monitor vital sign
 Perubahan tekanan vena 7. Monitor indikasi
pada sentral, tekanan retensi/kelebihan
pola,napas, kapiler paru, cairan (cracles, CVP ,
dyspnoe/sesa output jantung edema, distensi vena
k,napas, dan vital sign leher, asites)
orthopnoe, dalam batas 8. Kaji lokasi dan luas
suara,napas normal edema
abnormal  Terbebas dari 9. Monitor masukan
(Rales kelelahan, makanan/cairan dan
atau,crakles), kecemasan atau hitung intake kalori
konge kebingungan harian
stikemace-,ta  Menjelaskan 10. Monitor status nutrisi
n paru, indikator 11. Kolaborasikan
pleural kelebihan cairan pemberian diuretik
effusion sesuai indikasi
 Hb dan 12. Batasi masukan cairan
hematokrit pada keadaan
menurun, hiponatrermi dilusi
perubahan dengan serum Na <
elektrolit, 130 mEq/l
khususnya 13. Kolaborasi dokter jika
perubahan tanda cairan berlebih
berat jenis muncul memburuk

 Suara jantung Fluid Monitoring


SIII 1. Tentukan riwayat
 Reflek jumlah dan tipe intake
hepatojugular cairan dan eliminasi
positif 2. Tentukan
 Oliguria, kemungkinan faktor
azotemia risiko dari ketidak
 Perubahan seimbangan cairan
status mental, (Hipertermia, terapi
kegelisahan, diuretik, kelainan
kecemasan renal, gagal jantung,
Faktor-faktor yang diaporesis, disfungsi
berhubungan : hati, dll)

 Mekanisme 3. Monitor berat

pengaturan badan

melemah 4. Monitor serum

 Asupan dan elektrolit urine

cairan 5. Monitor serum

berlebihan dan osmilalitas urne

 Asupan 6. Monitor BP, HR,

natrium dan RR

berlebihan 7. Monitor tekanan


darah orthostatik dan
perubahan irama jan-
tung
8. Monitor parameter
hemodinamik infasif
9. Catat secara akutar
intake dan output
10.Monitor adanya
distensi leher, rinchi,
eodem perifer dan
penam-bahan BB
11. Monitor tanda dan
gejala dari odema
12. Beri obat yang
dapat meningkatkan
output urin
Batasan Gangguan NOC : NIC :
karakteristik : Pertukaran  Respiratory Airway Management
 Gangguan gas b.d Status: Gas 1. Buka jalan napas,
penglihatan ketidakadeku exchange guanakan teknik chin
 Penurunan atan ventilasi  Respiratory lift atau jaw thrust bila
CO2 Definisi : Status:ventilatio perlu
 Takikardi Kelebihan n 2. Posisikan pasien

 Hiperkapnia atau  Vital Sign untuk memaksimalkan

 Keletihan kekurangan Status ventilasi


dalam Kriteria Hasil : 3. Identifikasi pasien
 Somnolen
oksigenasi  Mendemonstrasi perlunya pemasangan
 Iritabilitas
dan kan peningkatan alat jalan napas buatan
 Hypoxia
atau ventilasi dan 4. Pasang mayo bila
 Kebingungan
pengeluaran oksigenasi yang perlu
 Dyspnoe
karbondioksi ade-kuat 5. Lakukan fisioterapi
 nasal faring
da di  Memelihara dada jika perlu
 AGD Normal dalam 6. Keluarkan sekret
kebersihan paru
 Sianosis membran dengan batuk atau
paru dan bebas
 warna kulit kapiler suction
dari tanda tanda
abnormal alveoli 7. Auskultasi suara
distres
(pucat, napas, catat adanya
pernapasan
kehitaman) suara tambahan
 Mendemonstrasi
 Hipoksemia 8. Lakukan suction pada
kan batuk
 Hiperkarbia mayo
efektif dan suara
 sakit kepala napas yang 9. Berikan bronkodilator
ketika bersih, tidak ada bial perlu
bangun sianosis dan 10. Barikan pelembab
 frekuensi dan dyspneu udara
kedalaman (mampu 11. Atur intake untuk
napas mengeluarkan cairan
abnormal sputum, mampu mengoptimalkan
Faktor faktor yang bernapas dengan keseimbangan.
berhubungan: mudah, tidak 12. Monitor respirasi dan
 ketidakseimb ada pursed lips) status 02
angan perfusi  Tanda tanda Respiratory Monitoring
ventilasi vital dalam 1. Monitor rata - rata,
 perubahan rentang normal. kedalaman, irama dan
membran usaha respirasi
kapiler- 2. Catat pergerakan
alveolar dada,amati
kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan, retraksi
otot supraclavicular
dan intercostal
3. Monitor suara napas,
seperti dengkur
4. Monitor pola napas :
bradipena, takipenia,
kussmaul, hiperven-
tilasi, cheyne stokes,
biot
5. Catat lokasi trakea
6. Monitor kelelahan
otot diagfragma
(gerakan paradoksis)
7. Auskultasi suara
napas, catat area
penurunan/tidak
adanya ventilasi dan
suara tambahan
8. Tentukan kebutuhan
suction dengan
mengauskultasi
crakles dan ronkhi
pada jalan napas
utama
9. Auskultasi suara paru
setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya
Batasan Penurunan NOC : NIC :
Karakteristik : curah jantung  Cardiac Pump 1. Evaluasi adanya nyeri
 Aritmia, effectiveness dada
takikardia,  Circulation 2. Catat adanya disritmia
bradi-kardia Status jantung
 Palpitasi,  Vital Sign 3. Catat adanya tanda
edema Status dan gejala penurunan
 Kelelahan  Tissue cardiac putput

 Kulit dingin perfusion: 4. Monitor status

dan lembab perifer pernapasan yang

 Penurunan Setelah dilakukan menandakan gagal

denyut nadi asuhan penurunan jantung

perifer kardiak output klien 5. Monitor balance

 Napas teratasi dengan kriteria cairan

pendek/ hasil: 6. Monitor respon pasien

sesak napas  Tanda Vital terhadap efek

dalam rentang pengobatan


 Perubahan
normal antiaritmia
warna kulit
(Tekanan darah, 7. Atur periode latihan
 Batuk, bunyi
Nadi, respirasi) dan istirahat untuk
jantung
 Dapat menghindari kelelah
S3/S4
 Kecemasan mentoleransi 8. Monitor toleransi
aktivitas, tidak aktivitas pasien
ada kelelahan 9. Monitor adanya
 Tidak ada dyspneu, fatigue,
edema paru, tekipneu dan ortopneu
perifer, dan 10. Anjurkan untuk
tidak ada asites menurunkan stres
 Tidak ada 11. Monitor TD, nadi,
penurunan suhu, dan RR
kesadaran 12. Monitor VS saat
 AGD dalam pasien berbaring,
batas normal duduk, atau berdiri

 Tidak ada 13. Auskultasi TD pada

distensi vena kedua lengan dan

leher bandingkan

 Warna kulit 14. Monitor TD, nadi,

normal RR, sebelum, selama,


dan setelah aktivit
15. Monitor jumlah, bunyi
dan irama jantung
16. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
17. Monitor pola
pernapasan abnormal
18. Monitor suhu, warna,
dan kelembapan kulit
19. Monitor sianosis
perifer
20. Monitor adanya
cushing triad (tekanan
nadi yang melebar,
br,dikardi,
peningkatan sistolik)
21. Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign
22. Jelaskan pada pasien
tujuan dari pemberian
oksigen
23. Sediakan informasi
untuk mengurangi
stres
24. Kelola pemberian
obat anti aritmia,
inotropik, nitrogliserin
dan,vasodilator untuk
mempertahankan
kontraktilitas jantung
25. Kelola pemberian
antikoagulan untuk
mencegah trombus
perifer
26. Minimalkan stres
lingkungan

Anda mungkin juga menyukai