Anda di halaman 1dari 166

BAZNAS DAN LAZ

Atas Perubahan Revisi PSAK 109 (2022)

Muhammad Hasbi Zaenal, Ph.D, dkk


Prof. Dr. KH. Noor Achmad, MA

Prof. (H.C.) Dr. Zainulbahar Noor, SE, M.Ec

Muhammad Hasbi Zaenal, Ph.D

Direktorat Kajian dan Pengembangan Badan Amil Zakat Nasional

Pimpinan BAZNAS
Sekretaris BAZNAS
Deputi I Bidang Pengumpulan BAZNAS
Deputi II Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan BAZNAS

Pusat Kajian Strategis – Badan Amil Zakat Nasional (Puskas BAZNAS)


Gedung Kebangkitan Zakat Jl. Matraman Raya No 134 Jakarta 13150
Phone (021) 2289 7983
Email: baznas@baznas.go.id, dkpn@baznas.go.id
www.baznas.go.id; www.puskasbaznas.com

Hak Cipta dilindungi Undang-undang


Dilarang memperbanyak karya tulis ini dengan bentuk dan cara apapun tanpa izin
tertulis dari penerbit.

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Prof. Dr. KH. Noor Achmad, MA
H. Mokhamad Mahdum, SE., MIDEc., Ak., CA., CPA., CWM
Ir. H. Muhammad Nadratuzzaman Hosen, MS, MEc, Ph.D
Prof. (H.C.) Dr. Zainulbahar Noor, SE., M.Ec
Hj. Saidah Sakwan, MA
H. Rizaludin Kurniawan, S.Ag., M.Si., CFRM
Kolonel CAJ (Purn) Drs. Nur Chamdani
KH. Achmad Sudrajat, LC., M.A
Prof. Dr. Phil. H. Kamaruddin Amin, M.Ag
Suminto, M.Sc., Ph.D.
Dr. Drs. H. Suhajar Diantoro, M.Si.

Muhammad Hasbi Zaenal, Ph.D.

Muhammad Hasbi Zaenal, Ph.D.


Dr. Muhammad Choirin, Lc.,M.A
Dita Anggraini, SE
Hidayaneu Farchatunnisa, SE
Dion Saputra Arbi, SE
Shelda Mustika Burhanudin, SH
Rifda Mufida, SE
Nur Adibah, SE

Gustani, SEI., M.Ak., SAS


Nono Hartono, M.Si
Supriyadi, SE

Pusat Kajian Strategis – Badan Amil Zakat Nasional (Puskas BAZNAS)


Gedung Kebangkitan Zakat Jl. Matraman Raya No 134 Jakarta
Phone Fax +6221 3913777 Mobile +62812-8229-4237
Email: puskas@baznas.go.id ; www.baznas.go.id;
www.puskasbaznas.com

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Bismillahirrahmanirrahim

Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta'ala, atas
segala limpahan rahmat, karunia, dan petunjuk-Nya yang senantiasa melimpahkan berkah
bagi kita semua. BAZNAS merupakan lembaga pemerintah non-struktural diamanahi oleh
Undang Undang dalam pengelolaan zakat secara nasional. Visi BAZNAS yaitu menjadi
lembaga utama mensejahterakan umat.

Di dalam mencapai visi tersebut, terdapat salah satu misi penting yaitu
memaksimalkan pendistribusian dan pendayagunaan ZIS-DSKL untuk mengentaskan
kemiskinan, meningkatkan kesejahteraan ummat, dan mengurangi kesenjangan sosial.
Untuk mencapai misi yang mulia tersebut dibutuhkan pengelolaan keuangan yang efektif
dan efisien untuk memaksimalkan manfaat dari dana ZIS-DSKL yang didistribusikan.

Buku Kajian Kebijakan Keuangan BAZNAS dan LAZ ini hadir memberikan manfaat
dan pedoman bagi institusi pengelola zakat di Indonesia untuk mengelola dana Zakat, Infak,
Sedekah, Wakaf, dan Dana Sosial Keagamaan lainnya lebih efektif dan efisien serta
diharapkan memberikan manfaat langsung bagi mustahik, muzaki dan pemangku
kepentingan dalam mengoptimalkan empat penguatan yang saat ini terus digencarkan:
penguatan jaringan, penguatan SDM, penguatan infrastruktur, dan penguatan
kelembagaan.

Semoga buku ini menjadi sarana inspirasi, wawasan, dan pedoman serta kebijakan
yang tepat bagi kita semua dalam mengelola zakat secara lebih efektif dan bermanfaat. Akhir
kata, izinkan saya menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada seluruh individu
dan lembaga yang telah turut serta dalam mewujudkan buku ini menjadi kenyataan. Semoga
Allah Subhanahu wa Ta'ala senantiasa meridhai usaha kita dalam menjalankan amanah-Nya
dan memberikan keberkahan atas setiap langkah yang kita ambil.

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji bagi Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Alhamdulillah BAZNAS sebagai lembaga utama
dalam pengelolaan perzakatan nasional terus bertumbuh dan meningkatkan performanya
dalam mewujudkan misi utama sebagai lembaga utama dalam menyejahterakan umat. Buku
Kajian Kebijakan Keuangan BAZNAS dan LAZ ini hadir dalam rangka meningkatkan
efektivitas dan efisien dari pengelolaan zakat jauh lebih baik lagi kedepannya dalam
memaksimalkan kebermanfaatan dana zakat diterima oleh mustahik.

BAZNAS sebagai Pemerintah Non-Struktural yang diamanahkan sebagai pengelola


zakat nasional memiliki salah satu misi yakni Membangun kelembagaan BAZNAS yang kuat,
terpercaya, dan modern sebagai lembaga pemerintah non-struktural yang berwenang dalam
pengelolaan zakat. Dalam melaksanakan fungsinya ini, BAZNAS memerlukan panduan
pengelolaan kebijakan keuangan yang tepat, efektif dan efisien di dalam memaksimalkan
pengelolaan zakat yang dilakukan.

Buku ini adalah bukti nyata dari komitmen kami dalam menghadirkan pemikiran
dan kajian yang mendalam tentang kebijakan keuangan di bidang pengelolaan zakat.
Sebagai bagian dari Badan Amil Zakat Nasional, kami memahami bahwa pemikiran dan
kajian yang berkualitas menjadi landasan utama dalam menerapkan kebijakan yang lebih
baik dan efektif bagi manfaat umat dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Akhir kata, mari kita memanjatkan doa dan harapan kepada Allah Subhanahu wa
Ta'ala, semoga buku ini menjadi langkah awal yang membawa berkah dan kebaikan bagi
BAZNAS dan LAZ dalam menerapkan kebijakan-kebijakan yang lebih baik dan memberikan
manfaat nyata bagi masyarakat yang membutuhkan.

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa


Ta'ala atas limpahan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyusun
buku berjudul "Kebijakan Keuangan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan Lembaga Amil
Zakat (LAZ)." Buku ini merupakan jawaban atas beberapa permasalahan terkait pengelolaan
keuangan di lingkungan Lembaga Pengelola Zakat dan sebagai upaya untuk menyajikan
pemahaman mendalam mengenai kebijakan keuangan yang berlaku di Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ).

Seiring dengan perkembangan zaman dan kompleksitas permasalahan sosial, zakat


sebagai salah satu rukun Islam yang memiliki peran strategis dalam mensejahterakan
masyarakat dan memerlukan tata kelola serta kebijakan yang efektif. BAZNAS dan LAZ
sebagai lembaga yang ditugaskan secara sah dan berkedudukan hukum untuk menghimpun,
mengelola, dan menyalurkan zakat memiliki tanggung jawab besar dalam menjalankan
amanah ini.

Buku ini hadir dengan tujuan memberikan pemahaman yang holistik tentang
berbagai kebijakan keuangan yang diterapkan oleh BAZNAS dan LAZ, mulai dari mengelola
keuangan kegiatan, mengelola likuiditas, pencatatan transaksi, pelaporan keuangan, hingga
pembahasan terkait isu-isu kontemporer pengelolaan keuangan di lembaga zakat. Kami
berharap buku ini dapat menjadi referensi penting bagi para praktisi, akademisi, pemerhati
zakat, dan masyarakat umum yang tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang sistem
pengelolaan keuangan BAZNAS dan LAZ di Indonesia.

Penyusunan buku ini tidak lepas dari dukungan dan kerjasama berbagai pihak yang
tak terhingga. Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada seluruh tim penulis
dan pihak-pihak terkait yang telah berkontribusi dalam menyajikan informasi dan wawasan
berharga dalam buku ini. Semoga buku ini dapat menjadi sumbangsih positif dalam upaya
meningkatkan efisiensi dan transparansi pengelolaan keuangan zakat, sehingga zakat dapat
berfungsi sebagaimana mestinya, yaitu sebagai upaya untuk mengentaskan kemiskinan,
meningkatkan kesejahteraan, serta memperkuat solidaritas sosial di tengah masyarakat.

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Akhir kata, kami berharap buku ini dapat bermanfaat dan menjadi jembatan
pengetahuan bagi semua pihak yang berkepentingan dalam pengelolaan keuangan zakat.
Segala saran dan masukan yang membangun tentunya akan kami terima dengan tangan
terbuka guna meningkatkan kualitas dan manfaat dari publikasi ini.

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Dalam rangka mencapai tujuan pengelolaan zakat yang efektif dan efisien, serta
berdampak bagi kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan,
BAZNAS/LAZ harus dikelola secara amanah dan akuntabel dari aspek keuangan. Lingkup
Pengelolaan keuangan BAZNAS/LAZ berdasarkan PERBAZNAS No.05 Tahun 2018
Tentang Pengelolaan Keuangan Zakat mencakup proses (a) penganggaran; (b)
penerimaan dana; (c) penyimpanan dana; (d) pengeluaran dana; ( e) pembukuan dan
pengarsipan; dan (f) pengendalian.

Kajian ini bertujuan untuk menyusun Kebijakan Pengelolaan Keuangan


BAZNAS/LAZ. Metode yang digunakan berupa pendekatan mixed method yaitu
gabungan antara kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif dilakukan dengan (1)
mereview dan menganalisis dokumen yang diperoleh melalui proses dokumentasi dan
(2) Focus Group Discussion (FGD) dengan Pengelola Zakat. Sedangkan pendekatan
kuantitatif digunakan untuk menganalisis dan menghitung batas kewajaran dalam
penentuan biaya operasional.

Kajian ini berisi 10 Bab yang mencakup: (1) Pendahuluan; (2) Kajian teori; (3)
Mengelola keuangan kegiatan; (4) Mengelola Likuiditas; (5) memproses transaksi
keuangan; (6) mengelola pencatatan transaksi keuangan; (7) Menyusun laporan
keuangan; (8) mengelola pencatatan aset tetap dan aset kelolaan; (9) analisis laporan
keuangan; dan (10) isu – isu kontemporer pengelolaan keuangan zakat.

Mengelola keuangan kegiatan adalah aktivitas penganggaran BAZNAS/LAZ


yang merupakan siklus awal dari pengelolaan keuangan suatu organisasi. Anggaran
BAZNAS/LAZ disusun dalam bentuk Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan yang memuat
program kerja dan anggaran kegiatan untuk periode waktu 1 (satu) tahun dan
digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan. Dalam merealisasikan anggaran,
BAZNAS/LAZ juga harus mempertimbangkan aspek likuiditas atau ketersediaan kas dan
setara kas, sehingga risiko penyaluran dana dapat diminimalisir. Oleh karena itu dalam
proses pencarian dana, BAZNAS/LAZ harus mengacu pada RKAT yang telah disusun.

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Seluruh transaksi keuangan harus dicatat dan dibukukan sesuai dengan
ketentuan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku yaitu PSAK 109 (revisi 2022):
Akuntansi Zakat, Infak, dan Sedekah, serta PSAK lain yang relevan. Pengelolaan
pencatatan ini mencakup seluruh proses akuntansi, yang bermula dari proses input
transaksi sampai pada pelaporan keuangan. Laporan keuangan BAZNAS/LAZ disusun
mengacu pada PSAK 101 (penyesuaian 2022): Penyajian Laporan Keuangan Syariah yang
meliputi (1) laporan posisi keuangan; (2) laporan aktivitas; (3) laporan arus kas; dan (4)
Catatan atas Laporan keuangan.

Selain sebagai bentuk pertanggungjawaban manajemen, laporan keuangan


juga merupakan bahan pengambilan keputusan pengguna. Pengguna dapat melakukan
analisis rasio keuangan untuk dapat menyimpulkan kondisi keuangan. Rasio keuangan
BAZNAS/LAZ mencakup rasio aktivitas, operasional, likuiditas, dan pertumbuhan.

Bagian dari pengelolaan keuangan BAZNAS/LAZ lainnya yang harus


diperhatikan adalah terkait manajemen aset yang meliputi aset tetap dan aset kelolaan.
Aset merupakan hal yang sangat penting bagi suatu organisasi. . Kenyataannya banyak
kasus yang dimulai dari salah kelola dan salah urus masalah aset, sehingga berdampak
kerugian yang tidak sedikit. Selain itu, penggunaan aset tidak dapat dilakukan secara
baik karena tidak jelasnya manajemennya, sehingga sulit untuk mengetahui apakah aset
tersebut sudah saatnya untuk diganti atau masih layak untuk diperbaiki.

Bagian akhir dari kajian ini membahas isu – isu kontemporer pengelolaan
keuangan zakat yang meliputi kajian nilai wajar beban operasional, dampak penggunaan
basis akrual, pengukuran selisih nilai fee admin, dan transaksi dalam valuta asing.

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
TIM PENYUSUN ......................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR KETUA BAZNAS RI .............................................................................iv
KATA PENGANTAR PIMPINAN BIDANG PERENCANAAN, KAJIAN, DAN PENGEMBANGAN .. v
KATA PENGANTAR DIREKTUR KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ZIS-DSKL NASIONAL ......... vi
RINGKASAN EKSEKUTIF............................................................................................viii
DAFTAR ISI................................................................................................................. x
DAFTAR TABEL........................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................... xiv

............................................................................................................
1.1 Latar Belakang .................................................................................................2
1.2 Tujuan.............................................................................................................4
1.3 Pengguna (User) Buku......................................................................................4
1.4 Landasan Hukum .............................................................................................5
1.5 Metodologi Penyusunan Kajian ........................................................................5

..............................................................................................................
2.1 Teori Dan Dasar Hukum Zakat Dan Wakaf ........................................................8
2.1.1 Zakat ......................................................................................................8
2.1.2 Harta Wajib Zakat .................................................................................10
2.2 Infak dan Sedekah ........................................................................................10
2.2.1 Infak.....................................................................................................10
2.2.2 Sedekah ...............................................................................................11
2.3 Pengelolaan Keuangan ...................................................................................13

...............................................................
3.1 Konsep Penganggaran ..................................................................................16
3.2 Kebijakan Penganggaran ................................................................................19
3.3 Prosedur Penganggaran .................................................................................25

.....................................................................................
4.1 Konsep Likuiditas ..........................................................................................28
4.2 Kebijakan Likuiditas .......................................................................................29
4.3 Pengelolaan Rekening ...................................................................................31
4.4 Penyimpanan pada Bank Konvensional ..........................................................33
4.5 Penyimpanan Kas Operasional Harian ............................................................34
4.6 Pengendalian Likuiditas .................................................................................37

............................................................
5.1 Pencairan Dana Berbasis PPD .........................................................................42
5.2 Pencairan Dana Berbasis Kas Kecil .................................................................43

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
.............................
6.1 Kebijakan Umum .......................................................................................... 46
6.2 Proses Akuntansi .......................................................................................... 47
6.3 Pengelompokan Akun .................................................................................. 48
6.4 Memproses Jurnal Umum ............................................................................. 51
6.4.1 Jurnal Umum Transaksi Zakat ............................................................... 51
6.4.2 Jurnal Umum Transaksi Infak dan Sedekah ........................................... 54
6.5 Memproses Jurnal Penyesuaian ..................................................................... 61
6.5.1 Jurnal Penyesuaian Aset Tetap ............................................................. 61
6.5.2 Jurnal Penyesuaian Aset Kelolaan ......................................................... 62
6.5.3 Jurnal Penyesuaian Nilai Wajar Kas dalam Valuta Asing.......................... 63
6.5.4 Jurnal Penyesuaian Nilai Wajar Aset Keuangan ...................................... 64
6.5.5 Jurnal Penyesuaian Beban Dibayar dimuka ........................................... 64
6.6 Melakukan Rekonsiliasi Bank ......................................................................... 65
6.6.1 Komponen di dalam Rekonsiliasi Bank .................................................. 66
6.6.2 Tahap-tahap Menyusun Rekonsiliasi Bank ............................................. 68
6.6.3 Teknik Rekonsiliasi Bank ....................................................................... 68
6.6.4 Prosedur Rekonsiliasi Bank .................................................................... 69
6.7 Memproses Jurnal Penutup ........................................................................... 70
6.8 Perbedaan PSAK 109 (2010): Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah dan PSAK 109
(2022): Akuntansi Zakat, Infak, dan Sedekah ................................................. 71

.................................................................
7.1 Kebijakan Umum .......................................................................................... 86
7.2 Karakteristik Laporan Keuangan .................................................................... 87
7.3 Struktur dan Isi .............................................................................................. 88
7.4 Laporan Keuangan BAZNAS/LAZ ................................................................... 89
7.4.1 Laporan Posisi Keuangan ..................................................................... 89
7.4.2 Laporan Aktivitas ................................................................................. 91
7.4.3 Laporan Arus Kas ................................................................................ 93
7.4.4 Catatan atas Laporan Keuangan .......................................................... 95
7.5 Prosedur Penyusunan Laporan Keuangan ...................................................... 95
7.6 Prosedur Penyampaian Laporan Keuangan Kepada Pihak-pihak Terkait .......... 97
7.7 Perbedaan Penyajian Laporan Keuangan Entitas Amil Berdasarkan PSAK 101
(Penyesuaian 2019) dan PSAK 101 (Penyesuaian 2022) .................................. 98

..........
8.1 Ketentuan Umum ....................................................................................... 100
8.2 Perlakuan Akuntansi ................................................................................... 101
8.2.1 Pengakuan Awal ............................................................................... 101
8.2.2 Biaya Pengeluaran setelah pengakuan awal ........................................ 104
8.2.3 Model Pengukuran ............................................................................ 104
8.2.4 Penyusutan ....................................................................................... 106
8.2.5 Penghentian pengakuan .................................................................... 107

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
8.2.6 Penyajian ........................................................................................... 107
8.2.7 Pengungkapan .................................................................................. 107

......................................
9.1 Analisis Laporan Keuangan........................................................................... 110
9.1.1 Aktivitas ............................................................................................. 110
9.1.2 Operasional ........................................................................................ 118
9.1.3 Likuiditas ............................................................................................ 122
9.1.4 Pertumbuhan ..................................................................................... 124
9.2 Pembobotan Faktor Keuangan .................................................................... 126
9.3 Pemeringkatan............................................................................................. 127
9.4 Tahapan Penilaian Rasio Keuangan ............................................................... 129

......................................................................................................................
10.1 Kajian Beban Operasional Lembaga Zakat .................................................. 132
10.2 Penggunaan Basis Akrual .......................................................................... 135
10.3 Kebijakan Pengukuran Selisih Fee Admin ................................................... 136
10.4 Akutansi Transaksi dan Pelaporan dalam Mata Uang Asing ......................... 138

............................................................................................................
......................................................................................................

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Tabel 9.1 Pembobotan atas Variabel dan Dimensi Indeks Kesehatan OPZ ......................... 127
Tabel 9.2 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Variabel Aktivitas .................................... 128
Tabel 9.3 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Variabel Operasional ................................ 128
Tabel 9.4 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Variabel Likuiditas .................................... 128
Tabel 9.5 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Variabel Pertumbuhan ............................ 128
Tabel 9.6 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Faktor Keuangan .................................... 129

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Gambar 6.1 Proses Akuntansi...................................................................................... 47

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
PENDAHULUAN
Pengelolaan Zakat menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 adalah suatu kegiatan
perencanaan, pelaksanaan dan pengorganisasian dalam pengumpulan, pendistribusian
dan pendayagunaan zakat. Dalam pasal 7 ketentuan tersebut disebutkan bahwa
BAZNAS merupakan lembaga yang berwenang melakukan tugas pengelolaan zakat
secara nasional. Selain itu, BAZNAS sebagai Lembaga Pemerintah Non Struktural (LPNS)
dan selaku koordinator pengelolaan zakat nasional bertugas melakukan fungsi
pengelolaan zakat dari mulai perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pelaporan, dan
pertanggungjawaban.

Untuk membantu BAZNAS dalam melaksanakan pengumpulan,


pendistribusian, dan pendayagunaan zakat, masyarakat dapat membentuk LAZ. LAZ
wajib melaporkan pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan
zakat yang telah diaudit kepada BAZNAS secara berkala. Kedua institusi ini memiliki
tugas dan fungsi yang penting dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan
dalam pengelolaan zakat.

Selanjutnya, sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia,


Indonesia memiliki potensi zakat yang sangat besar dengan jaringan lembaga zakat
terbesar di dunia. Hasil studi dari Pusat Kajian Strategis BAZNAS pada tahun 2020
menunjukan jika potensi zakat di Indonesia mencapai Rp327 triliun per tahun. Namun,
realisasi pengumpulan zakat secara nasional pada tahun 2022 masih relatif lebih rendah
dibandingkan dengan potensi yang mencapai Rp.22,4 triliun secara nasional per
tahunnya atau hanya mencapai 6.85% dari potensi yang ada.

BAZNAS/LAZ sebagai organisasi yang mengelola zakat memiliki tugas untuk


melaporkan pengelolaan zakat sebagaimana yang diatur dalam Perbaznas Nomor 4
Tahun 2018. Dalam ketentuan tersebut dijelaskan bahwa pengelola zakat melaporkan
pelaksanaan pengelolaan zakat salah satunya adalah laporan keuangan. Pengelolaan
keuangan BAZNAS/LAZ secara rinci diatur dalam Perbaznas Nomor 5 Tahun 2018.
Lingkup pengelolaan keuangan BAZNAS/LAZ terdiri atas penganggaran, penerimaan
dana, penyimpanan dana, pengeluaran dana, pembukuan dan pengarsipan, dan
pengendalian.

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Penganggaran keuangan dilakukan BAZNAS/LAZ melalui penyusunan anggaran
dalam bentuk RKAT sebagaimana diatur dalam Perbaznas Nomor 1 Tahun 2016.
Permasalahan yang dihadapi dalam penganggaran yaitu belum adanya ketentuan yang
menjelaskan batas kewajaran pembiayaan operasional BAZNAS/LAZ yang diambil dari
bagian amil atau bagian Fi Sabilillah sebagaimana yang tercantum dalam Fatwa MUI
Nomor 8 Tahun 2011. Fatwa MUI menerangkan bahwa kegiatan peningkatan kesadaran
berzakat dapat dibiayai dari dana zakat yang menjadi bagian Amil atau Fi Sabilillah dalam
batas kewajaran, proporsional dan sesuai dengan kaidah syariat Islam.

Lingkup pengelolaan keuangan yaitu penerimaan dana dapat dilakukan secara


langsung melalui loket pengelola zakat maupun secara tidak langsung melalui sistem
pembayaran elektronik. Permasalahan yang dihadapi pada lingkup ini adalah adanya
aktivitas pengumpulan ZIS DSKL melalui mitra instant payment dimana dana yang
dibayarkan muzaki tidak langsung diterima di rekening BAZNAS/LAZ namun ditampung
terlebih dahulu di mitra dan penyetoran ke rekening BAZNAS/LAZ dilakukan pada waktu
yang berbeda (H+1, H+3, H+7 atau H+14). Padahal ketentuan yang tercantum dalam
Perbaznas Nomor 5 Tahun 2016 pasal 6 ayat 1 dan ayat 2 disebutkan bahwa:

1) Penerimaan dana Zakat berupa uang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat
(2) disetorkan pada hari penerimaan dana Zakat oleh Amil Zakat ke rekening
bank penerimaan sesuai dengan jenis penerimaan dana Zakat dalam jumlah
bruto.
2) Dalam hal dana Zakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima pada
waktu yang tidak memungkinkan untuk dilakukan penyetoran pada hari
penerimaan dana Zakat, penyetoran dana Zakat dilakukan paling lambat 1
(satu) hari kerja setelah diterimanya dana Zakat.

Fenomena di atas berimplikasi pada pencatatan kas masuk yang dilakukan pada
sistem informasi keuangan yang dimiliki oleh BAZNAS/LAZ (SiMBA dana SIMKEU).
Pencatatan yang dilakukan oleh Divisi Layanan Pengumpulan Zakat pada SIMBA
dilakukan secara accrual dan sedangkan pencatatan oleh Bagian Akuntansi dilakukan
secara cash basis pada SiMKEU. Hal tersebut menyebabkan terjadinya selisih antara data
SIMBA dan SiMKEU yang berimplikasi pada penentuan hak amil untuk pengeluaran biaya
operasional. Permasalahan lainnya yaitu adanya fee admin yang langsung dipotong oleh
mitra instant payment dan perlakuan pencatatan dalam hal dana zakat yang diterima
dalam bentuk mata uang asing. Amil tidak secara langsung menyetorkan konversi ke
mata uang rupiah berdasarkan nilai tukar yang wajar pada hari penyetoran. Namun,

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
menyetorkan pada waktu berbeda (H+7, H+14, atau H+30) yang menyebabkan selisih
nilai tukar.

Tantangan lainnya dalam kebijakan pengelolaan keuangan zakat perlu


penyesuaian dengan standar terbaru yaitu PSAK 109: akuntansi zakat, infak dan sedekah
dan PSAK 101: penyajian laporan keuangan syariah revisi tahun 2022 yang berlaku
efektif 1 Januari 2024. Oleh karena itu BAZNAS/LAZ dituntut untuk segera melakukan
penyesuaian kebijakan akuntansi sesuai dengan ketentuan PSAK 109 dan 101 revisi
tahun 2022.

Pengaturan pengelolaan keuangan bagi BAZNAS/LAZ menjadi elemen yang


penting bagi BAZNAS/LAZ untuk memastikan pelaksanaan keuangan pengelolaan zakat
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Berdasarkan permasalahan yang diatas maka
perlu disusun Kajian Kebijakan Keuangan BAZNAS/LAZ untuk meningkatkan efektivitas,
efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan zakat sehingga
kepercayaan publik (muzaki) untuk membayar zakat di suatu lembaga tetap terjaga.

Tujuan kajian ini adalah menyusun kajian Kebijakan Pengelolaan Keuangan BAZNAS dan
LAZ.

Pengguna hasil kajian Kebijakan Pengelolaan Keuangan ditujukkan bagi pengelola zakat
(BAZNAS/LAZ sesuai tingkatan), pengelola Laboratorium Manajemen Zakat (LMZ), dan
civitas akademik (dosen dan mahasiswa).

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Landasan hukum yang digunakan dalam penyusunan Kajian Kebijakan Pengelolaan
Keuangan BAZNAS/LAZ antara lain:

1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat;


2. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat;
3. Keputusan Menteri Agama Nomor 606 Tahun 2020 Tentang Pedoman Audit Syariah
Atas Laporan Pelaksanaan Pengelolaan Zakat, Infak, Sedekah dan Dana Sosial
Keagamaan Lainnya Pada Badan Amil Zakat Nasional Dan Lembaga Amil Zakat;
4. Peraturan Menteri Agama Nomor 21 Tahun 2021 tentang Penyusunan dan
Pengesahan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan Badan Amil Zakat Nasional;
5. Peraturan BAZNAS Nomor 01 Tahun 2016 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Kerja dan Anggaran Tahunan Badan Amil Zakat Nasional, Badan Amil Zakat Nasional
Provinsi, Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten/Kota;
6. Peraturan BAZNAS Nomor 05 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Keuangan Zakat.

Metode yang digunakan berupa pendekatan mixed method yaitu gabungan antara
kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif dilakukan dengan (1) mereview dan
menganalisis dokumen yang diperoleh melalui proses dokumentasi dan (2) Focus Group
Discussion (FGD) dengan Pengelola Zakat. Sedangkan pendekatan kuantitatif digunakan
untuk menganalisis dan menghitung batas kewajaran dalam penentuan biaya
operasional. Jenis dan sumber data yang digunakan penelitian ini berupa data primer
dan sekunder. Data primer diperoleh melalui FGD yang dilakukan dengan Pengelola
Zakat, sedangkan data sekunder diperoleh dokumen yang dipublikasikan oleh Direktorat
Kajian dan Pengembangan Nasional ZIS dan DSKL BAZNAS, dokumen laporan keuangan
BAZNAS/LAZ yang dipublikasikan, PSAK 109 (revisi 2022): Akuntansi Zakat, Infak dan
Sedekah, PSAK 101 (penyesuaian 2022): Penyajian Laporan Keuangan Syariah, buku,
jurnal, artikel, dan dokumen lainnya yang berhubungan dengan kajian.

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
KAJIAN TEORI
Secara etimologi zakat berasal dari bahasa Arab yakni zaka yang berarti bersih, tumbuh,
bertambah dan berkembang, berkat dan pujian. Adapun secara terminologi zakat adalah
bagian tertentu dari harta tertentu yang dikeluarkan atau disalurkan dengan cara dan
syarat-syarat tertentu kepada orang-orang atau lembaga tertentu (Kementerian Agama,
2011).

Zakat menurut istilah adalah mengeluaran kadar harta yang tertentu, yang
diberikan kepada yang berhak menerimanya, dengan beberapa syarat tertentu (Rasjid,
2010). Menurut Yusuf Qardhawi berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan oleh
Allah SWT untuk diserahkan kepada orang-orang yang berhak menerimanya (Qardhawi,
2004). Sebagaimana Hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim:

“Yahya bin Muhammad bin as-Sakam menyampaikan kepada kami dari


Muhammad bin Jahdham, dari Ismail bin Ja’far, dari Umar bin Nafi‟, dari
ayahnya bahwa Ibnu Umar berkata, “Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah
sebesar 1 sha‟ kurma atau 1 sha‟ gandum kepada seluruh kaum Muslimin, baik
orang merdeka maupun budak, laki-laki maupun perempuan, muda maupun
tua. Beliau memerintahkan agar zakat ini ditunaikan sebelum orang- orang
berangkat melaksanakan shalat (Ied).” (HR. Al- Bukhari)

Zakat merupakan sebuah kewajiban bagi umat muslim yang memiliki harta
tertentu, dan diambil oleh Amil Zakat (Petugas Zakat). Allah SWT berfirman :

ُ ٰ ‫خ ُْذ ِم ْن َا ْم َوا ِله ِْم َصدَ قَ ًة ت َُطه ُِر ُ ُْه َوتُ َز ِكْيْ ِ ْم ِبِ َا َو َص ِل عَلَْيْ ِ ْ ْۗم ِا َّن َص ٰلوت ََك َس َك ٌن لَّهُ ْ ْۗم َو‬
‫اّلل َ َِس ْي ٌع عَ ِل ْ ٌي‬
“Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan mensucikan
mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu
(menumbuhkan) ketenteraman jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar,
Maha Mengetahui.”(QS. At-Taubah ayat 103)

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Zakat merupakan rukun Islam yang keempat setelah mengucapkan Syahadat,
menunaikan shalat dan menjalankan ibadah puasa. Oleh sebab itu, maka hukum zakat
adalah wajib bagi seorang muslim yang telah memenuhi syarat untuk menunaikan zakat.
Banyak firman Allah SWT yang menjadi dasar kehujjahan zakat, diantaranya:

‫الص ٰلو َة َو ٰاتُوا َّالز ٰكو َة َو ْار َك ُع ْوا َم َع ٰالر ِك ِع ْ َي‬


َّ ‫َو َا ِق ْي ُموا‬
“Dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang yang
rukuk.” (QS. Al-Baqarah ayat 43)

Zakat terbagi menjadi dua jenis, yaitu:


a. Zakat Fitrah yaitu zakat jiwa yang diwajibkan atas setiap diri muslim yang hidup
pada bulan ramadhan. Pada setiap Hari Raya Idul Fitri, setiap orang Islam, laki-
laki dan perempuan, besar dan kecil, merdeka atau hamba, diwajibkan
membayar zakat fitrah sebanyak 3,1 liter dari makanan yang mengenyangkan
menurut tiap-tiap tempat (negeri) (Rasjid, 2010). Zakat Fitrah pada umumnya
berbentuk makanan pokok dengan maksud agar kaum dhuafa atau mustahik
tidak kelaparan pada saat hari Raya Idul Fitri. Sebagaimana hadits Ibnu Umar:

“Rasulullah mewajibkan zakat fitrah satu sha kurma atau satu sha gandum
atas umat muslim; baik hamba sahaya maupun merdeka, laki-laki maupun
perempuan, kecil maupun besar. Rasulullah memerintahkannya dilaksanakan
sebelum orang-orang keluar untuk sholat.” (HR. Bukhori Muslim)

b. Zakat Mal (Harta). Jenis zakat harta telah diwajibkan oleh Allah SWT sejak
permulaan Islam sebelum Nabi Muhammad SAW berhijrah ke Madinah.
Awalnya zakat difardhukan tanpa diukur kadar dan takarannya, tidak pula
dipastikan zakat apa yang wajib dikeluarkan zakatnya, namun syara hanya
menyuruh mengeluarkan zakat sesuai kemauan dan kebaikan para muzaki.
Begitupun pada golongan yang wajib menerima zakat yang berhak bagi dua
golongan yaitu fakir dan miskin. Zakat Mal harus sudah mencapai nisab (batas
minimum) dan terbebas dari hutang serta kepemilikan telah mencapai haul (1
tahun).

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Harta wajib zakat pada masa Rasulullah SAW adalah sebagai berikut :
1. Pertanian dan perkebunan
2. Emas dan Perak
3. Harta Perniagaan
4. Binatang Ternak
5. Rikaz atau Harta yang terpendam.

Ruang lingkup harta wajib zakat saat ini semakin meluas mengikuti
perkembangan zaman dan profesi, seperti zakat investasi syariah, zakat saham, zakat
perusahaan, zakat perdagangan mata uang, zakat sektor rumah tangga modern dan
zakat polis asuransi syariah. Dengan perkembangan tersebut, ada beberapa jenis harta
yang wajib untuk dikeluarkan zakatnya, sebagaimana yang disebutkan dalam Undang-
Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat yaitu
1. Emas, perak, dan logam mulia lainnya;
2. Uang dan surat berharga lainnya;
3. Perniagaan;
4. Pertanian, perkebunan, dan kehutanan;
5. Peternakan dan perikanan:
6. Pertambangan;
7. Perindustrian;
8. Pendapatan dan jasa; dan
9. Rikaz.

Secara bahasa, infak berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu untuk
kepentingan sesuatu. Sementara menurut syariat, infak berarti mengeluarkan sebagian
harta atau pendapatan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan agama Islam. Jika

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
zakat ada nisabnya maka infak dan sedekah terbebas dari nisab. Infak bisa dilakukan
oleh siapapun, baik yang berpenghasilan rendah maupun sempit (Sari, 2006).

Sedangkan menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2011


tentang Pengelolaan Zakat infak adalah harta yang dikeluarkan oleh seseorang atau
badan usaha di luar zakat untuk kemaslahatan umum, artinya infak tidak hanya
dikeluarkan atas nama perorangan namun infak juga dikeluarkan oleh lembaga atau
badan usaha sebagai dana CSR (Corporate Social Responsibility).

Selain anjuran zakat, Allah juga telah memerintahkan kita untuk mengeluarkan harta
kita dengan berinfak, sebagaimana firman Allah dalam surah at-Taghabun ayat 16:

َّ ُ ‫فَٱت َّ ُقو ۟ا ٱ َّ َّلل َما ٱ ْس َت َط ْع ُ ُْت َوٱ ْ ََس ُعو ۟ا َو َٱ ِطي ُعو ۟ا َو َٱن ِف ُقو ۟ا خ ْ ًَْيا ِ َّلن ُف ِس ُ ُْك ْۗ َو َمن يُ َوق‬
َ ‫ُش ن َ ْف ِس ِهۦ فَٱُ ۟ول َ َٰٓ ِئ َك ُ ُُه ٱلْ ُم ْف ِل ُح‬
‫ون‬
“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan
dengarlah serta taatlah; dan infakkanlah harta yang baik untuk dirimu. Dan
barangsiapa dijaga dirinya dari kekikiran, mereka itulah orang-orang yang
beruntung.”(QS. At-Taghabun [18]: 16)

Secara bahasa, sedekah berasal dari kata shadaqa yang berarti benar. Orang yang sering
bersedekah dapat diartikan sebagai orang yang benar pengakuan imannya. Sementara
secara istilah sedekah sama dengan infak, yakni mengeluarkan sebagian harta atau
pendapatan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan oleh agama. Begitu juga
sedekah merupakan pemberian yang dikeluarkan secara sukarela kepada siapa saja,
tanpa nisab, dan tanpa adanya aturan waktu yang mengikat. Hanya saja, infak lebih
pada pemberian yang bersifat material, sedangkan sedekah mempunyai makna yang
lebih luas baik dalam bentuk pemberian yang bersifat materi dan non materi (Sanusi,
2009).
Sedangkan menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Zakat sedekah adalah harta atau nonharta yang dikeluarkan oleh
seseorang atau badan usaha di luar zakat untuk kemaslahatan umum, dalam undang-

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
undang tersebut dikatakan sedekah dapat dikeluarkan dalam bentuk harta maupun non
harta, artinya sedekah dapat dilakukan secara non materi seperti; membersihkan
halaman masjid, mengajarkan ilmu yang bermanfaat kepada orang lain tanpa
mengharap pamrih, menyumbang tenaga dalam pembangunan masjid, dan hal lainnya
yang bermanfaat untuk kemaslahatan umat.

Selain infak, sedekah merupakan perbuatan mulia yang Allah perintahkan kepada
hamba-Nya. Allah berfirman dalam surah al-Baqarah [2]: 280 tentang anjuran untuk
menyedekahkan harta kita kepada orang yang berhutang sedangkan ia dalam kesulitan.

‫ْْس ٍة ْۗ َو َا ْن ت ََص َّدقُ ْوا خ ْ ٌَْي ل َّ ُ ُْك ِا ْن ُك ْن ُ ُْت تَ ْعلَ ُم ْو َن‬


َ َ ‫ُْس ٍة فَنَ ِظ َر ٌة ِا ٰٰل َمي‬
َ ْ ‫َوا ِْن ََك َن ُذ ْو ع‬
“Dan jika (orang berhutang itu) dalam kesulitan, maka berilah tenggang waktu
sampai dia memperoleh kelapangan. Dan jika kamu menyedekahkan, itu lebih
baik bagimu, jika kamu mengetahui,”(QS. Al-Baqarah ayat 280)

Sedekah terbagi menjadi dua, yakni sedekah yang bersifat materil dan tangible (fisik)
serta yang bersifat intangible (non fisik).

a. Fardu ain/wajib yang terdiri dari:


■ Fardu ain/diri adalah zakat yang terdiri dari zakat fitrah dan zakat mal.
■ Fardu kifayah adalah infak.
b. Sunnah yang terdiri dari sedekah.

a. Tasbih, tahmid, tahlil dan takbir.


b. Senyum, tenaga untuk bekerja, membuang duri dari jalan, dan perbuatan baik
lainnya.
c. Menolong atau membantu orang yang sedang dalam kesulitan dan memerlukan
bantuan.
d. Menyuruh kepada kebaikan dan kebijakan.
e. Menahan diri dari kejahatan atau merusak.

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Pengelolaan keuangan atau manajemen keuangan merupakan aktivitas perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian kegiatan keuangan seperti
pengadaan dan pemanfaatan dana usaha (Purba, 2021). Manajemen keuangan terdiri
dari serangkaian fungsi dan aktivitas yang terstruktur dan sistematis dalam mengelola
keuangan suatu Lembaga.

Beberapa alasan kenapa manajemen keuangan itu penting, diantaranya


(Siswanto, 2021):

1. manajemen keuangan dibutuhkan untuk setiap lapisan kehidupan masyarakat mulai


permasalahan di rumah tangga hingga perusahaan besar yang berorientasi profit
maupun nonprofit;
2. bersama departemen lain memutuskan segala kebijakan untuk mempertahankan
bahkan meningkatkan kelangsungan hidup perusahaan; dan
3. manajemen keuangan merupakan aspek pendukung bidang lain yang menjadi
interest seseorang

Dalam konteks bisnis, manajemen keuangan dilakukan dalam rangka


meningkatkan nilai perusahaan melalui pengambilan keputusan yang tepat terkait
investasi, pendanaan, dan deviden. Sedangkan, dalam konteks Lembaga non-laba,
seperti BAZNAS/LAZ, manajemen keuangan dilakukan dalam rangka mencapai tujuan
Lembaga, yaitu meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan
zakat dan meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat
dan penanggulangan kemiskinan.

BAZNAS/LAZ sebagai lembaga yang bergerak dalam ruang lingkup filantropi


Islam berperan strategis dan berinteraksi langsung dengan muzaki dan mustahik. Dalam
peranan ini, BAZNAS/LAZ harus memiliki kesepahaman, kepekaan dan menyatu dengan
masyarakat dan lingkungannya, terutama yang berada di wilayah kerjanya. BAZNAS/LAZ
harus tahu persis kondisi religius, sosial, budaya, maupun ekonomi masyarakat
pemahaman yang menyeluruh akan membantu dalam mengembangkan program-
program yang dapat menyelesaikan problematika yang dihadapi mustahik (Widodo &
Kustiawam, 2001).

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Di sisi lain, BAZNAS/LAZ adalah lembaga keuangan syari'ah karena
menghimpun dan menyalurkan dana dari dan kepada masyarakat berupa zakat, infak,
shadaqah, atau dana lainnya. Pada umumnya dana yang diterima organisasi pengelola
zakat tidak terlepas dari realisasi keimanan seseorang terhadap syariah Islam. Oleh
karena itu, BAZNAS/LAZ harus dapat mengelola dana yang dihimpun sesuai ketentuan
syar'i dan mengoptimalkannya. BAZNAS/LAZ harus dapat membuktikan bahwa dana
berupa zakat, infak atau shadaqah apabila dikelola dengan benar dan baik dapat
menyelesaikan permasalahan ekonomi masyarakat bahkan Negara sebagaimana yang
terjadi pada masa khulafaurrasyidin (Widodo & Kustiawam, 2001).

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, pengelolaan BAZNAS/LAZ harus


dilakukan dengan professional. Salah satu wujud profesionalitas dalam pengelolaan
BAZNAS/LAZ adalah melalui pengelolaan aspek keuangan yang efektif, efisien,
akuntabel dan transparan. Lingkup Pengelolaan keuangan BAZNAS/LAZ berdasarkan
PERBAZNAS No. No 05 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Keuangan Zakat mencakup
proses sebagai berikut:

a. penganggaran;
b. penerimaan dana;
c. penyimpanan dana;
d. pengeluaran dana;
e. pembukuan dan pengarsipan; dan
f. pengendalian

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
MENGELOLA KEUANGAN
KEGIATAN
Proses penganggaran merupakan sebuah proses yang penting bagi semua organisasi,
termasuk BAZNAS/LAZ. Anggaran adalah pernyataan mengenai estimasi kinerja yang
hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial
(Mardiasmo, 2018). Sedangkan penganggaran adalah proses atau metode untuk
mempersiapkan anggaran tersebut. Organisasi sosial berkeinginan untuk dapat
memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat.

Pada organisasi non laba seperti BAZNAS/LAZ, penyusunan anggaran umumnya


melewati 5 tahapan yang disebut sebagai siklus anggaran. Siklus ini merupakan jangka
waktu/masa mulai direncanakannya suatu anggaran hingga saat perhitungan anggaran.
Perencanaan ini ditetapkan oleh pimpinan Lembaga yang disertai dengan adanya
dokumentasi lengkap mengenai pencapaian anggaran, sumber daya yang dimiliki, dan
hal-hal lain yang dianggap perlu untuk menetapkan besaran maksimum yang diserap
oleh organisasi.

Tahapan-tahapan penyusunan anggaran tersebut terdiri dari:

Tahapan ini dimulai dengan pemberian arahan berdasarkan Rencana Strategis (Renstra)
Organisasi. Kemudian ditindaklanjuti oleh unit kerja/program melalui pengajuan desain
program kerja yang dilengkapi dengan estimasi biaya yang diperlukan. Selain itu,
dibutuhkan juga indikator pencapaian untuk memudahkan proses monitoring dan
evaluasi.

Proses selanjutnya adalah pengumpulan/kompilasi seluruh usulan anggaran dan


mendiskusikannya Bersama agar tercipta sinkronisasi antar program satu sama lain.
Program kerja yang diajukan senantiasa harus memperhitungkan kepentingan organisasi
dan realitas yang ada di lapangan. Oleh karena itu pengkategorian dan skala prioritas
usulan anggaran penting dilakukan.

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Pelaksanaan anggaran meliputi pengumpulan penerimaan dana yang ditargetkan
maupun penyaluran dan pelaksanaan pengeluaran yang telah direncanakan. Bersamaan
dengan tahapan ini, dilakukan proses administrasi anggaran berupa pencatatan
penerimaan dan penyaluran dana yang terjadi

Pelaporan dilakukan pada akhir-akhir periode atau pada waktu-waktu tertentu yang
ditetapkan oleh sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari proses akuntansi yang telah
berlangsung selama proses pelaksanaan.

Laporan yang diberikan atas pelaksanaan anggaran akan diperiksa dan dievaluasi. Hasil
evaluasi akan menjadi masukan dan umpan balik (feedback) untuk proses penyusunan
anggaran pada periode berikutnya.

Pendekatan penyusunan anggaran yang tepat dan sesuai dengan karakteristik


BAZNAS/LAZ adalah dengan pendekatan pendekatan sistem perencanaan, program, dan
anggaran terpadu (Planning, Programming, and Budgeting System/PPBS). PPBS
merupakan konsep yang memandang bahwa penyusunan anggaran tidak terpisahkan
dari proses perencanaan dan perumusan program kegiatan. Pendekatan ini merupakan
pendekatan yang dibuat untuk mengatasi kekurangan pendekatan kinerja yaitu hanya
sedikit usaha yang dibuat untuk menghubungkan hasil dengan proses perencanaan
(tujuan dan sasaran) yang telah direncanakan di awal.

Pengelola Zakat melakukan penyusunan anggaran dalam bentuk RKAT.


Penyusunan anggaran dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan peraturan BAZNAS Nomor: 1 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan (RKAT). Proses penyusunan anggaran di
BAZNAS/LAZ memiliki karakteristik yaitu tidak terlepas dari proses perencanaan strategis
organisasi. Anggaran BAZNAS/LAZ memiliki kaitan dengan program kerja yang
terintegrasi dengan rencana strategis 5 tahunan. Rencana strategis berisi visi dan misi
yang dituangkan dalam bentuk strategis dan indikator-indikator keberhasilan. Program
kerja yang dibuat setiap tahunnya disesuaikan untuk mencapai indikator-indikator

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
keberhasilan tersebut. Kemudian, program kerja tersebut dibuatkan anggaran setiap
tahunnya.

Karakteristik ini memenuhi kriteria pendekatan PPBS. Pelaksanaan konsep ini


pada BAZNAS/LAZ dapat dijelaskan sebagai berikut:

Proses planning dilakukan oleh BAZNAS/LAZ saat menyusun rencana strategis. Dalam
pembuatan rencana strategis ini ditentukan visi dan misi organisasi, lalu BAZNAS/LAZ
melakukan analisis SWOT. Dari analisis SWOT ini, BAZNAS/LAZ membuat strategi
selama 5 tahun beserta dengan indikator keberhasilannya. Visi dan misi dijabarkan
ke dalam tujuan organisasi. Tujuan organisasi ini merupakan pernyataan yang lebih
teknikal dibandingkan dengan pernyataan misi.

Proses programming dilakukan setiap tahun. Pada saat proses pembuatan RKAT
dimulai, masing-masing divisi membuat evaluasi terhadap program kerja tahun
sebelumnya, melakukan analisis SWOT untuk satu tahun ke depan, dan membuat
program kerja yang terdiri dari nama program kerja, tujuan kegiatan, indicator
keberhasilan dan rincian kegiatan. BAZNAS/LAZ harus menyelaraskan program kerja
tahunan dengan rencana strategis dengan membuat kebijakan umum. Kebijakan
umum ini jika dilihat merupakan penafsiran badan pengurus terhadap indikator-
indikator keberhasilan yang harus dicapai pada tahun tersebut dan arahan yang lebih
spesifik untuk pembuatan RKAT.

Tahap ini adalah tahap dimana organisasi mengalokasikan sumberdaya yang


dimilikinya. Sumber daya yang dimiliki oleh BAZNAS/LAZ terbagi menjadi tiga jenis
yaitu dana zakat dan infak/sedekah serta dana operasional. Berdasarkan pembagian
ini, maka BAZNAS/LAZ membuat dua macam anggaran yaitu Anggaran Penyaluran
yang berisi program-program penyaluran dana zakat dan infak/sedekah, dan
Anggaran Amil/Operasional yang berisi rencana penggunaan dana amil/operasional.

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Selain pendekatan PPBS, karakteristik operasional BAZNAS/LAZ juga sesuai
dengan pendekatan berbasis kinerja mengingat BAZNAS/LAZ dituntut untuk lebih
memperhatikan aspek pencapaian kinerja penghimpunan dan penyaluran dana serta
pelayanan terhadap penerima manfaat dibanding penghematan biaya operasional.
Efisiensi biaya operasional tetap harus dilakukan oleh BAZNAS/LAZ, tetapi jangan sampai
mengurangi atau menurunkan kinerja BAZNAS/LAZ dalam penghimpunan dan
penyaluran dana kepada mustahik.

Kebijakan penganggaran BAZNAS/LAZ mengacu pada Peraturan BAZNAS Nomor 5


TAhun 2018 BAB II pasal 3 yang menyebutkan bahwa Pengelola Zakat melakukan
penyusunan anggaran dalam bentuk RKAT. Penyusunan anggaran dalam bentuk RKAT
disusun berdasarkan Peraturan BAZNAS Nomor 1 Tahun 2016 tentang Pedoman
Penyusunan RKAT, penganggaran dan RKAT. Adapun sistematika penyusunan RKAT
sebagai berikut:

1. Pendahuluan
2. Lembar penetapan;
3. Indikator Kinerja Kunci;
4. Rencana penerimaan dana;
5. Rencana penyaluran berdasarkan asnaf;
6. Rencana penyaluran berdasarkan program;
7. Rencana penggalangan muzaki dan penerima manfaat;
8. Rencana penerimaan dan penggunaan besaran Hak Amil;
9. Rencana biaya operasional berdasarkan fungsi;
10. Rencana penggunaan dana APBN dan/atau APBD;
11. Rencana kegiatan berbasis Indikator Kinerja Kunci.

Rencana penganggaran yang tercantum dalam dokumen RKAT terdiri dari


rencana penerimaan (pengumpulan) dan rencana pengeluaran. Rencana penerimaan
terdiri dari rencana penerimaan dana zakat, dana infak dan sedekah, dana CSR, dan

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
dana DSKL. Format rencana penerimaan yang perlu disajikan dalam RKAT sesuai dengan
Lampiran Perbaznas Nomor 1 Tahun 2016 seperti disajikan pada tabel berikut ini.

A Penerimaan dana zakat

1 Penerimaan dana zakat mal perorangan

2 Penerimaan dana zakat Badan

3 Penerimaan dana zakat fitrah

B Penerimaan dana infak/sedekah

1 Penerimaan dana infak/sedekah

C Penerimaan dana sosial keagamaan lainnya

Penerimaan dana sosial keagamaan lainnya


(hibah, nazar, pusaka yang tidak memiliki ahli
1
waris, qurban, kafarat, fidyah, denda atau
sitaan pengadilan agama, dan lain sebagainya)

Total Penerimaan

Ketua BAZNAS

ttd

(...........................)

Selain rencana penerimaan dalam dokumen RKAT juga disusun pula rencana
tugas pembantuan pendistribusian yang dibedakan atas asnaf dan program. Selain itu,
BAZNAS/BAZNAS Daerah/UPZ juga perlu menyusun rencana penerima manfaat atas

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
zakat yang didistribusikan. Berikut disajikan format rencana pembantuan pendistribusian
zakat berdasarkan asnaf, program dan rencana penerima manfaat zakat.

Pada kegiatan perbantuan penyaluran ZIS dan DSKL oleh UPZ, pengelola UPZ
wajib menginput Nomor Induk Mustahik (NIM) sebagai bentuk pengadmistrasian jumlah
mustahik sehigga data mustahik dapat terintegrasi secara nasional.

RENCANA PENDISTRIBUSIAN DAN PENDAYAGUNAAN BERDASARKAN ASNAF


Periode 1 Januari s.d 31 Desember Tahun….

A Penyaluran dana zakat

1 Fakir

2 Miskin

3 Amil

4 Mualaf

5 Riqab

6 Gharimin

7 Fii sabilillah

8 Ibnu sabil

B Penyaluran dana infak/sedekah

1 Fakir

2 Miskin

3 Amil

4 Mualaf

5 Riqab

6 Gharimin

7 Fii sabilillah

8 Ibnu sabil

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
C Penyaluran dana sosial keagamaan
lainnya (DSKL)
(hibah, nazar, pusaka yang tidak memiliki
ahli waris, qurban, kafarat, fidyah, denda
atau sitaan pengadilan agama, dan lain
sebagainya)

1 Fakir

2 Miskin

3 Amil

4 Mualaf

5 Riqab

6 Gharimin

7 Fii sabilillah

8 Ibnu sabil

Total Penyaluran

Ketua BAZNAS

ttd

(...........................)

BAZNAS/BAZNAS PROVINSI/BAZNAS KABUPATEN/KOTA


RENCANA PENDISTRIBUSIAN DAN PENDAYAGUNAAN BERDASARKAN PROGRAM
Periode 1 Januari s.d 31 Desember Tahun….

A Penyaluran dana zakat

1 Pendidikan

2 Kesehatan

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
3 Kemanusiaan

4 Ekonomi

5 Dakwah-advokasi

B Penyaluran dana infak/sedekah

1 Pendidikan

2 Kesehatan

3 Kemanusiaan

4 Ekonomi

5 Dakwah-advokasi

C Penyaluran dana sosial keagamaan lainnya


(DSKL)
(hibah, nazar, pusaka yang tidak memiliki
ahli waris, qurban, kafarat, fidyah, denda
atau sitaan pengadilan agama, dan lain
sebagainya)

1 Pendidikan

2 Kesehatan

3 Kemanusiaan

4 Ekonomi

5 Dakwah-advokasi

Total Penyaluran

Ketua BAZNAS

Ttd

(...........................)

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
RENCANA PENGGALANGAN MUZAKI DAN PENERIMA MANFAAT
Periode 1 Januari s.d 31 Desember Tahun….

A Rencana Penggalangan Muzaki

1 Muzaki/Munfik/Donatur

B Rencana penerima manfaat berdasarkan asnaf

1 Penerima manfaat asnaf fakir

2 Penerima manfaat asnaf miskin

3 Penerima manfaat asnaf amil

4 Penerima manfaat asnaf mualaf

5 Penerima manfaat asnaf riqab

6 Penerima manfaat asnaf gharimin

7 Penerima manfaat asnaf fisabilillah

8 Penerima manfaat asnaf ibnu sabil

Rencana penerima manfaat berdasarkan bidang


C
program

1 Penerima manfaat bidang pendidikan

2 Penerima manfaat bidang kesehatan

3 Penerima manfaat bidang kemanusiaan

4 Penerima manfaat bidang ekonomi

5 Penerima manfaat bidang dakwah-advokasi

D Rencana pengentasan kemiskinan

Mustahik yang dikeluarkan dari garis kemiskinan


1 Tidak tersedia
versi BPS

Ketua BAZNAS

ttd

(...........................)

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Anggaran kegiatan diajukan untuk persetujuan oleh pihak yang memiliki otoritas.
Mekanisme pengajuan dan persetujuan mengacu pada SOP Keuangan yang telah
ditetapkan oleh BAZNAS.

BAZNAS/LAZ melakukan analisis data keuangan terhadap:

1. Target, prognosis dan realisasi penghimpunan, penyaluran, serta operasional


selama 1 (satu) periode.
2. Trend penghimpunan dan penyaluran selama beberapa tahun terakhir.
3. Rasio anggaran maupun review proporsi program dan operasional.

Berikut diuraikan prosedur penganggaran yang dilakukan oleh BAZNAS/LAZ


yaitu:

1. Bagian Keuangan menyajikan berbagai analisis data keuangan kepada


Pimpinan sebagai bahan kajian secara komprehensif dalam penyusunan
anggaran.
2. Pimpinan menganalisis data keuangan.
3. Penetapan anggaran dalam RKAT diputuskan oleh Pimpinan dalam Rapat Pleno
Pimpinan atau konsinyering.
4. Seluruh Bidang menyusun RKAT beserta penjabarannya dan diturunkan dalam
rencana anggaran bulanan.
5. Rencana anggaran bulanan dari seluruh Bidang dikompilasi dan dianalisis oleh
Pimpinan yang membidangi perencanaan, keuangan dan pelaporan.
6. Pimpinan yang membidangi perencanaan, keuangan dan pelaporan membuat
proyeksi arus kas bulanan berdasarkan kompilasi seluruh anggaran penerimaan
dan seluruh anggaran pengeluaran dari seluruh Bidang.
7. Dari Proyeksi Arus Kas yang disampaikan oleh Pimpinan yang membidangi
perencanaan, keuangan dan pelaporan, bila terdapat defisit anggaran pada
proyeksi saldo akhir bulanannya, pimpinan dapat mengundang perwakilan
Bidang untuk melakukan sinkronisasi pengumpulan dan penyaluran.
8. Setelah dilakukan penyesuaian dan disepakati oleh masing-masing Bidang,
dapat dilakukan finalisasi RKAT.

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
9. RKAT yang telah difinalisasi dimintakan persetujuan dan penetapan sebagai
Dokumen RKAT final yang akan dipakai sebagai acuan kerja tahun
bersangkutan.
10. Setelah RKAT ditetapkan oleh Ketua BAZNAS, RKAT disosialisasikan kepada
masing-masing Bidang.
11. Pimpinan yang membidangi perencanaan, keuangan dan pelaporan menyusun
anggaran RKAT berdasarkan RKAT yang telah ditetapkan sampai dengan mata
anggaran level 5 (lima).
12. Pimpinan yang membidangi perencanaan, keuangan dan pelaporan
mengirimkan Internal Memo (IM) kepada Bagian Keuangan yang berisikan
anggaran RKAT yang telah disusun sampai mata anggaran level 5 (lima).
13. Pimpinan yang membidangi perencanaan, keuangan dan pelaporan melakukan
entry RKAT dari seluruh Bidang ke dalam sistem elektronik sebagai acuan mata
anggaran baik penghimpunan, penyaluran maupun operasional.
14. RKAT yang telah ditetapkan oleh Ketua BAZNAS dilakukan telaah bersama
Inspektorat Jenderal dan Direktorat Pemberdayaan Zakat dan Wakaf
Kementerian Agama untuk BAZNAS RI dan Kemenag Provinsi/Kabupaten/Kota.
15. Setelah dilakukan telaah RKAT, selanjutnya RKAT disampaikan kepada Menteri
Agama untuk disahkan bagi BAZNAS RI dan Ketua BAZNAS bagi BAZNAS
Provinsi/Kabupaten/Kota.

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
MENGELOLA LIKUIDITAS
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian likuiditas adalah perihal posisi uang
kas suatu perusahaan dan kemampuannya untuk memenuhi kewajiban yang jatuh
tempo tepat pada waktunya atau kemampuan memenuhi kewajiban membayar utang
dan sebagainya pada waktunya (tentang perusahaan dan sebagainya). Jika dikaitkan
dengan Lembaga zakat maka likuiditas adalah kemampuan Lembaga zakat mengelola
kas dan setara kas dari penghimpunan dana yang diperoleh untuk memenuhi kewajiban
penyaluran dana kepada pihak – pihak yang berhak.

Dalam dokumen Zakat Core Principle (ZCP) dijelaskan bahwa salah satu risiko
yang harus diperhatikan oleh Lembaga zakat dalam sistem manajemen risiko adalah
risiko penyaluran yang berkaitan dengan likuiditas. Manajemen risiko penyaluran yang
baik mengawasi posisi keuangan dan mitigasi kesalahan alokasi. Pertama, Lembaga
zakat adalah lembaga yang juga memiliki kewajiban keuangan yang harus dipenuhi
dengan tepat waktu. Kewajiban keuangan timbul dari kegiatan operasional lembaga
zakat untuk memastikan fungsinya dapat dijalankan dengan efektif. Kegagalan
memenuhi kewajiban keuangannya dapat menimbulkan perselisihan atau klaim oleh
pihak lain yang akan menyebabkan gangguan signifikan pada keberlanjutan
operasionalnya. Kedua, ketidakcocokan alokasi kebutuhan penyaluran harus diatasi
dengan pengukuran asnaf yang komprehensif dan perencanaan, pencatatan, dan
manajemen keuangan yang tepat

Risiko penyaluran yang timbul dalam lembaga zakat sama dengan risiko
likuiditas dalam posisi keuangan. Risiko ini ada karena kesalahan alokasi dana zakat
dalam penyalurannya kepada 8 asnaf yang menimbulkan kekurangan dana zakat untuk
memenuhi semua kewajiban keuangan. Untuk mengelola risiko penyaluran, ZCP – 13
merekomendasikan 5 kriteria utama dan 2 kriteria tambahan yang harus dipenuhi. 5
kriteria utama tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pengawas zakat mewajibkan agar lembaga zakat memiliki strategi, kebijakan,


dan proses penyaluran yang mapan untuk mengidentifikasi, menilai,
memantau, dan mengelola risiko penyaluran.

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
2. Untuk mengatasi kesalahan alokasi penyaluran, pengawas zakat menetapkan
agar lembaga zakat harus memiliki evaluasi komprehensif untuk tip asnaf.

3. Pengelolaan keuangan harus sering diperbarui agar pengelolaan zakat


menghasilkan angka posisi keuangan yang akurat untuk memenuhi semua
kewajiban keuangan secara tepat waktu.

4. Pengawas zakat menentukan bahwa Pengurus dan manajemen harus


memperoleh, memahami, dan mengkaji informasi memadai tentang
keterkaitan tingkat risiko dengan posisi keuangan dan kegiatan penyaluran.

5. Jika tidak ada peraturan nasional tentang zakat, prosedur mitigasi untuk
pengelolaan risiko penyaluran harus disebutkan dalam dokumen pendirian
organisasi zakat dan peraturan internal lainnya.

Sedangkan 2 kriteria tambahan dalam mengelola risiko likuiditas adalah :

1. Untuk meminimalkan kesalahan alokasi, lembaga zakat dapat menerapkan


pengukuran had al-kifayah sebagai kecukupan minimum untuk memenuhi
kebutuhan dan hak tiap orang.

2. Lembaga zakat dapat meningkatkan manajemen risiko penyaluran yang baik


melalui kolaborasi dengan sektor keuangan lain, sepert sektor perbankan
syariah dan wakaf

Kebijakan likuiditas Lembaga zakat meliputi kebijakan penerimaan dana, penyimpanan


dana, dan penyaluran dana.

Penerimaan dana dapat berasal dari Zakat, Infak/Sedekah, Dana Sosial Keagamaan
Lainnya (DSKL), dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dana corporate social responsibility (CSR), dana
bagi hasil, jasa giro, dan dana lain yang tidak bertentangan dengan Syariat Islam dan
peraturan perundang-undangan.

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
BAZNAS/LAZ menganut konsep akuntansi dana. Oleh karena itu, proses
verifikasi dan validasi penerimaan dana harus meliputi identifikasi klasifikasi dana yang
diterima. Penerimaan dana wajib dipisahkan sesuai dengan jenis penerimaan dana.
Penerimaan dana Zakat wajib diikuti dengan do’a oleh Amil Zakat kepada pemberi dana
secara langsung maupun tidak langsung.

Penerimaan dana dapat berupa uang atau barang. Penerimaan dana berupa
uang dapat dilakukan dalam bentuk uang tunai, cek, atau giro. Penerimaan dana berupa
barang dapat dilakukan dalam bentuk emas, permata, hasil pertanian dalam arti luas,
kendaraan, dan aset lainnya. Penerimaan dana berupa barang harus dituangkan dalam
berita acara serah terima penerimaan dana Zakat. Penerimaan dana berupa barang wajib
dilakukan penaksiran nilai dalam bentuk rupiah berdasarkan nilai pasar atau nilai wajar,
dalam waktu paling lama 5 (lima) hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya barang.

Penerimaan dana Zakat berupa uang disetorkan pada hari penerimaan dana
Zakat oleh Amil Zakat ke rekening bank penerimaan sesuai dengan jenis penerimaan
dana Zakat dalam jumlah bruto. Apabila tidak dapat disetorkan pada hari penerimaan
dana Zakat, penyetoran dana Zakat dilakukan paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah
diterimanya dana Zakat.

Apabila dana Zakat yang diterima dalam bentuk mata uang asing, Amil Zakat
menyetorkan sesuai dengan hasil konversi ke mata uang rupiah berdasarkan nilai tukar
yang wajar pada hari penyetoran. Setiap penerimaan dana Zakat dalam bentuk uang
baik melalui loket penerimaan dana Zakat maupun melalui elektronik diterbitkan bukti
setor.

Bukti setor penerimaan dana Zakat melalui loket memuat:

i. Nama dan alamat Pengelola Zakat atau UPZ penerima;


ii. Nama donator;
iii. Alamat donatur;
iv. Nomor pokok wajib zakat atau nomor register donatur;
v. Nomor pokok wajib pajak donatur;
vi. Jenis setoran dana;
vii. Jumlah setoran; dan
viii. Nama dan tanda tangan Petugas Penerima.

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Sedangkan bukti setor penerimaan dana Zakat melalui elektronik paling sedikit
memuat:

a. Nama donatur;
b. Jenis setoran dana; dan
c. Jumlah setoran.

Amil Zakat yang melaksanakan tugas dan fungsi penerimaan dana Zakat wajib
membuat laporan rekapitulasi penerimaan dana Zakat. Laporan disampaikan kepada
bagian keuangan Pengelola Zakat setiap hari dengan melampirkan surat tanda setor ke
bank dan/atau bukti penerimaan lainnya yang sah.

Dana zakat dan infak/sedekah dalam bentuk uang wajib disimpan di tempat yang
memiliki sistem pengamanan yang memadai dengan penanggung jawab yang jelas.
Penyimpanan dana zakat, infak/sedekah dan dana operasional dalam bentuk uang tunai
dilakukan oleh pemegang kas yang ditetapkan oleh pimpinan BAZNAS/LAZ. Sedangkan
dana zakat dan infak/sedekah dalam bentuk barang diinventarisasi dan disimpan pada
tempat yang aman dan memadai dengan penanggung jawab yang jelas.

Pengelolaan rekening terdiri dari pembukaan rekening, pemblokiran rekening,


penutupan rekening, pemerolehan informasi rekening, penggunaan layanan rekening
secara elektronik dan penandatangan spesimen. Jenis rekening yang dapat dibuka oleh
BAZNAS/LAZ adalah;

a. Rekening penerimaan

Rekening penerimaan adalah rekening yang digunakan untuk menampung


uang penerimaan dari muzaki dan donatur. Paling sedikit terdiri dari rekening
penerimaan dana zakat dan rekening penerimaan infak/sedekah.

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
b. Rekening penyaluran

Rekening penyaluran adalah rekening yang digunakan untuk menampung


dana salur zakat dan infak/sedekah yang akan digunakan untuk keperluan
kepada para mustahik dan dhuafa. Paling sedikit terdiri dari rekening dana salur
zakat dan rekening dana salur infak/sedekah.

c. Rekening lainnya

Rekening lainnya adalah rekening yang dipergunakan untuk menampung dana


di luar penerimaan dan dana salur zakat dan infak/sedekah. Paling sedikit terdiri
dari rekening penerimaan amil dan rekening operasional amil.

Kewenangan untuk melakukan blokir, menutup, dan memperoleh informasi


atas Rekening dapat dilaksanakan oleh kuasa Pimpinan BAZNAS/LAZ. Pembukaan
rekening bank dilakukan setelah mendapat persetujuan tertulis dari Pimpinan
BAZNAS/LAZ. Fungsi Divisi Akuntansi dan Keuangan mengajukan permohonan
persetujuan pembukaan Rekening Penerimaan, Rekening Pengeluaran, dan/atau
Rekening Lainnya kepada Pimpinan BAZNAS/LAZ. Surat permohonan persetujuan
dimaksud memuat:

a. Tujuan penggunaan rekening;


b. Sumber dana;
c. Mekanisme penyaluran dana; dan
d. Perlakuan terhadap bunga/bagi hasil dan/atau jasa giro.

Penamaan Rekening dapat disingkat dengan menggunakan singkatan


nomenklatur kantor yang berlaku umum serta menyesuaikan ketersediaan jumlah
karakter pada bank. Penandatangan specimen rekening bank atas nama Pimpinan
BAZNAS/LAZ. Bunga/nisbah dan/atau jasa giro atas dana pada rekening diperlakukan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pendebetan Rekening milik Satuan Kerja dilakukan dengan menggunakan:

a. Layanan Perbankan Secara Elektronik, berupa:

i. Internet Banking.
ii. Kartu Debit.
iii. Cek/bilyet giro.

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Layanan Perbankan Secara Elektronik berupa Kartu Debit dikecualikan untuk
Rekening Penerimaan. Pimpinan BAZNAS/LAZ dapat menutup rekening bank paling
lambat 1 tahun sejak rekening dikategorikan sebagai Rekening pasif. Rekening pasif
merupakan Rekening yang tidak terdapat transaksi pendebetan ataupun pengkreditan
Rekening selama 1 tahun sejak tanggal transaksi terakhir.

Pada prinsipnya, BAZNAS/LAZ tidak boleh membuka rekening simpanan di perbankan


konvensional karena produk simpanan tersebut diharamkan. Pada saat yang sama,
tindakan tersebut juga telah memperkuat perbankan konvensional dengan pinjaman1,
sekalipun tidak mengharapkan dan/atau tidak mengambil bunganya. Jika dilakukan
karena kebutuhan (hajat syar’i) dan maslahat, diperbolehkan dengan syarat-syarat
sebagai berikut:

a. Dibuat standing instruction, yaitu instruksi sistem pemindahbukuan secara


otomatis dari rekening penerimaan ZIS perbankan konvensional ke rekening
perbankan Syariah secara berkala dengan waktu minimal, sehingga dana ZIS
tidak mengendap lama.

b. Setiap bunga/jasa yang didapatkan dari rekening perbankan konvensional


diperlakukan sebagai dana sosial kebajikan, bukan pendapatan atau bagian dari
dana ZIS dan dana Amil. Dana Tidak Boleh Diakui Sebagai Pendapatan (TBDSP)
tersebut tidak boleh dimanfaatkan oleh BAZNAS/LAZ seperti digunakan untuk
membayar pajak. Dana TBDSP dapat dimanfaatkan dan disalurkan untuk
fasilitas umum seperti pembangunan jalan, jembatan dan MCK serta
kebutuhan sosial lainnya. BAZNAS/LAZ dapat memperlakukan dana TBDSP
sebagai penambah dan pengurang liabilitas/kewajiban di laporan posisi
keuangan ketika diterima dan disalurkan.

1
Oni, S., Suharsono, M., Setiawati, A., & Setiawan, A. (2018). Fiqh Zakat KOntemporer. Jakarta:
Rajawali Press.

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
c. Diperbolehkan selama calon muzaki hanya berzakat melalui rekening
perbankan konvensional. Hal ini untuk optimalisasi penghimpunan ZIS oleh
BAZNAS/LAZ dan mengurangi gap antara potensi dan realisasi penghimpunan
ZIS serta untuk kepentingan manfaat yang akan diterima oleh mustahik dan
kaum dhuafa secara luas. Namun, jika sudah tersedia pilihan perbankan
Syariah, maka tidak diperbolehkan lagi karena hajatnya telah hilang. Terlebih
saat ini, telah banyak perbankan Syariah dan unit usaha Syariah (UUS)
perbankan konvensional yang telah beroperasi.

d. Rekening tersebut bukan berbentuk tabungan/kontra tertentu yang tidak


memungkinkan pengalihan dana ke rekening Syariah atau Tarik tunai berkala
sesuai dengan prinsip sad dzari’ah.

Sekalipun diperbolehkan dengan syarat dan batasan di atas, BAZNAS/LAZ tetap


disarankan untuk hanya memiliki rekening simpanan di perbankan Syariah sebagai
bentuk edukasi dan syiar dakwah keuangan Syariah kepada muzakki dan donatur
termasuk mustahik untuk ikut serta mendukung dan mengembangkan keuangan
Syariah.

Penyimpanan kas operasional harian dapat terdiri atas kas besar dan kas kecil. Kas besar
untuk keperluan keseluruhan operasional harian BAZNAS/LAZ. Kas kecil untuk keperluan
operasional tertentu dalam jumlah kecil dan sering terjadi, dengan sistem dana tetap.
Jumlah kas besar dan kas kecil ditetapkan oleh pimpinan BAZNAS/LAZ secara berjenjang.
Pemegang kas wajib membuat pencatatan penerimaan dan pengeluaran kas.

Sistem dana tetap adalah metode pembukuan kas kecil di mana rekening kas
kecil jumlahnya selalu tetap. Setiap pengeluaran kas terjadi, pemegang kas kecil tidak
langsung mencatatnya, tetapi hanya sekedar mengumpulkan bukti transaksi
pengeluarannya. Ciri-ciri sistem dana tetap (imprest fund system), 1) bukti-bukti
penggunaan dana kas kecil dikumpulkan oleh pengelola kas kecil. 2) Pengisian dana kas
kecil dilakukan dengan penarikan cek yang sama jumlahnya dengan dana kas kecil yang

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
telah digunakan sehingga jumlah dana kas kecil kembali kepada jumlah yang ditetapkan
semula.

Langkah-langkah operasional penerapan sistem dana tetap, yaitu:


a. Pembentukan dana kas kecil di mana pemegang kas kecil diberi sejumlah uang
tunai yang nantinya untuk pembayaran atas pengeluaran yang diperkirakan
bisa memenuhi kebutuhan dalam waktu tertentu.
b. Dana kas kecil dipergunakan untuk pembayaran transaksi pengeluaran.
c. Setelah dana kas kecil habis/hampir habis, kasir membentuk kembali dana kas
kecil, mengisinya sebesar jumlah nominal pengeluaran yang terjadi.

Sistem dana tetap memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah:


1) Pengeluaran rinci; pengeluaran uang kas kecil dapat diketahui lebih rinci. Hal
ini karena pencatatan dilakukan berdasarkan pada pos-pos pengeluaran yang
ada di pembukuan. Juga dengan adanya bukti pengeluaran yang dilampirkan.
2) Menghemat waktu; pencatatan metode tetap hanya dilakukan saat hendak
melakukan pengisian kembali. Tidak perlu dilakukan setiap ada pengeluaran.

Sedangkan kekurangan dari metode dana tetap adalah:


1) Saldo tidak selalu diketahui karena pencatatan baru dilakukan ketika hendak
mengisi kembali kas kecil, maka saldo kas kecil tidak dapat diketahui setiap
waktu. Saldo baru bisa diketahui ketika pemegang kas kecil menghitung
manual atau melakukan perkiraan atas pengeluaran yang dilakukan.
2) Tidak dapat mengisi kembali setiap waktu karena saldo kas kecil tidak selalu
ter-update atau tidak diketahui setiap saat, pengisian juga tidak dapat
dilakukan setiap waktu. Pengisian dilakukan setelah melakukan penghitungan
jumlah dana atau perkiraan dana yang tersisa.
3) Kebijakan Pengeluaran Dana
Pengeluaran dana zakat, dana infak/sedekah dan dana operasional dilakukan
berdasarkan:
a. Permohonan tertulis kepada pejabat yang berwenang;
b. Verifikasi terhadap permohonan sesuai dengan jenjang otorisasi
pengeluaran dana; dan
c. Tercantum dalam RKAT.

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Apabila permohonan pengeluaran dana belum tercantum dalam RKAT, maka
harus mendapatkan persetujuan dari pejabat yang berwenang. Jenjang otorisasi
pengeluaran dana ditetapkan dengan keputusan pimpinan BAZNAS/LAZ. Setiap
pengeluaran dana zakat, dana infak/sedekah dan dana operasional harus didukung
dengan bukti yang cukup dan sah. Pengeluaran dana zakat untuk pendistribusian dan
pendayagunaan zakat dilakukan dengan cara non tunai. Apabila mustahik merupakan
orang perseorangan dan tidak memiliki rekening bank, pengeluaran dana zakat dapat
dilakukan secara tunai.

Penyaluran BAZNAS/LAZ setidaknya bersumber dari dana zakat dan dana


infak/sedekah. Dana zakat disalurkan kepada mustahik 8 asnaf, yaitu Fakir, Miskin, Amil,
Riqab, Gharimin, Muallaf, Fi Sabilillah, dan Ibnu Sabil. Penyaluran kepada mustahik harus
memperhatikan had kifayah, yaitu batas minimal untuk menetapkan seseorang/keluarga
menjadi mustahik atau penerima zakat. Penyaluran zakat melalui Amil, BAZNAS/LAZ lain
belum dianggap sebagai penyaluran zakat hingga harta zakat tersebut disalurkan dan
disampaikan kepada para mustahik. Manajemen BAZNAS/LAZ harus membuat daftar
kriteria masing-masing ashnaf agar mudah dalam menentukan kelompok ashnaf Ketika
pembukuan. Dana zakat dan infak/sedekah di luar bagian amil, harus dimanfaatkan
seluruhnya untuk kepentingan mustahik dan dhuafa.

Berdasarkan Per-BAZNAS Nomor 1 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan


RKAT, BAB IV Besaran Hak Amil Pasal 8 ayat 1 dan 2 disebutkan bahwa bagian amil dari
dana zakat tidak boleh melebihi 12,5%. Sedangkan bagian amil dana infak/sedekah
maksimal 20%, boleh dihitung dari infak/sedekah umum dan terikat. Bagian amil dari
dana zakat dan dana infak/sedekah dimaksudkan untuk menutup operasional amil.
Sebagaimana fatwa MUI Nomor 8 Tahun 2011 tentang Amil Zakat, apabila bagian amil
di atas masih tidak mencukupi, amil boleh menggunakan bagian fi sabilillah dalam batas
kewajaran, atau menggunakan dana di luar dana zakat. Bagian amil dari dana zakat dan
dana infak/sedekah digunakan untuk biaya operasional pengelolaan zakat, termasuk
upah/gaji amil, biaya iklan, beban penghimpunan dan penyaluran zakat.

Penyaluran dapat dilakukan dalam bentuk pendistribusian dan pendayagunaan.


Pendistribusian dilakukan terhadap bidang:
1. Pendidikan;
2. Kesehatan;

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
3. Kemanusiaan; dan
4. Dakwah dan Advokasi

Sedangkan pendayagunaan dilakukan terhadap bidang:


1. Ekonomi
2. Pendidikan
3. Kesehatan
4. Dakwah dan advokasi

Dalam rangka mitigasi risiko likuiditas Lembaga zakat harus mampu mengendalikan
dana dalam rangka memenuhi kewajiban penyaluran dana dan kebutuhan operasional.
Salah satu cara bentuk pengendalian likuiditas adalah dengan menjaga rasio
ketersediaan likuiditas.

Rasio Likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan lembaga zakat dalam
melunasi kewajiban jangka pendeknya. Tingkat likuiditas BAZNAS/LAZ perlu diukur
karena dengan dilakukan pengukuran kinerja likuiditas ini, maka dapat dianalisis jumlah
dana yang mengendap dalam institusi zakat. Selain itu juga dapat melakukan analisis
apakah dana yang tersedia mampu menutup seluruh kewajiban penyaluran zakat, infak
dan sedekah kepada 8 asnaf yang sudah ditentukan berdasarkan syariah.

Berikut beberapa rasio likuiditas yang dapat digunakan oleh BAZNAS/LAZ:

Current ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan aset suatu
entitas dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya. Dalam lingkup pelaporan lembaga
zakat, kewajiban jangka pendek yang dimaksud memperhitungkan saldo dana zakat dan
infak/sedekah yang terhimpun.Sesuai kaidah syariah, jumlah dana zakat dan
infak.sedekah yang terhimpun merupakan kewajiban lembaga zakat untuk dapat segera
disalurkan. Sehingga formula current ratio pada lembaga zakat sebagai berikut :

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Dengan ketentuan :

1. R < 1 , maka tidak baik karena aset lancar yang dimiliki oleh OPZ tidak dapat
memenuhi seluruh kewajiban jangka pendeknya termasuk kewajiban
penyaluran dana zakat, infak sedekah pada suatu periode.
2. 1 ≤ R ≤ 1,5, maka baik karena aset lancar OPZ mampu memenuhi seluruh
kewajiban jangka pendeknya termasuk kewajiban penyaluran dana zakat, infak
sedekah pada suatu periode.
3. R > 1 ,5, maka tidak baik karena mengindikasikan adanya dana mengendap
pada OPZ dalam bentuk piutang penyaluran yang merupakan kewajiban
penyaluran dana zakat, infak dan sedekah yang belum terlaksana.

Sehingga dalam menjalankan fungsi sebagai amil, lembaga zakat diharapkan


mampu menjaga agar besaran current ratio pada nilai 1 -1,5.

Quick ratio/acid test ratio atau rasio cepat adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
kas dan setara kas serta aset yang paling likuid untuk dapat melunasi kewajiban jangka
pendek termasuk kewajiban pembayaran zakat, infak dan sedekah dalam suatu periode.
Rumus Quick Ratio/Acid Test Ratio:

Dengan ketentuan :

1. R < 1, tidak baik karena kas dan setara kas serta aset lancar yang paling likuid
pada OPZ tidak dapat menutupi kewajiban jangka pendeknya pada suatu
periode.
2. 1 ≤ R ≤ 1,5, baik karena kas dan setara kas serta aset lancar yang paling likuid
pada OPZ mampu membayar kewajiban jangka pendeknya termasuk
penyaluran dana zakat, infak sedekah dalam suatu periode.
3. R > 1 ,5, tidak baik karena mengindikasikan adanya dana mengendap pada
OPZ dalam bentuk piutang penyaluran yang merupakan kewajiban penyaluran
dana zakat, infak dan sedekah yang belum terlaksana.

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Rasio ini adalah rasio yang lebih spesifik dibandingkan dua rasio sebelumnya. Cash to
zakah ratio menggambarkan kemampuan kas dan setara kas untuk dapat memenuhi
kewajiban menyalurkan zakat dalam suatu periode. Rumus Cash to zakah ratio:

Dengan ketentuan :

1. R < 1, tidak baik karena kas dan setara kas yang dimiliki oleh OPZ tidak dapat
menutupi seluruh kewajiban penyaluran dana zakat pada suatu periode.
2. 1 ≤ R ≤ 1,5, baik karena kas dan setara kas yang dimiliki oleh OPZ mampu
menutupi seluruh kewajiban penyaluran dana zakat pada suatu periode.
3. R > 1 ,5, tidak baik maka perlu dilakukan analisis lebih mendalam terlebih
dahulu. Jika nilai rasio dimaksud bernilai lebih dari 1 dikarenakan adanya
kewajiban penyaluran yang belum tersalurkan maka dapat dikatakan kurang
baik. Namun jika nilai cash to zakah ratio >1 disebabkan oleh cadangan
pengeluaran-pengeluaran amil yang bisa saja berasal dari porsi APBN yang
diberikan maka dapat dikatakan baik dikarenakan kas yang mengendap bukan
karena adanya indikasi kewajiban penyaluran yang belum tersalurkan.

Rasio ini merupakan rasio yang mengukur kemampuan kas dan setara kas untuk dapat
memenuhi kewajiban penyaluran dana zakat, infak dan sedekah dalam suatu periode.
Rumus Cash to ZIS ratio:

Dengan ketentuan:

1. R < 1, tidak baik karena kas dan setara kas yang dimiliki oleh OPZ tidak dapat
menutupi seluruh kewajiban penyaluran dana ZIS pada suatu periode.
2. 1 ≤ R ≤ 1,5, baik karena kas dan setara kas yang dimiliki oleh OPZ mampu
menutupi seluruh kewajiban penyaluran dana ZIS pada suatu periode.

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
3. R > 1 maka perlu dilakukan analisis lebih mendalam terlebih dahulu. Jika nilai
rasio dimaksud bernilai lebih dari 1 dikarenakan adanya kewajiban penyaluran
yang belum tersalurkan maka dapat dikatakan kurang baik. Namun jika nilai cash
to ZIS ratio >1 disebabkan oleh cadangan pengeluaran-pengeluaran amil yang
bisa saja berasal dari porsi APBN yang diberikan maka dapat dikatakan baik
dikarenakan kas yang mengendap bukan karena adanya indikasi kewajiban
penyaluran yang belum tersalurkan.

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
MEMPROSES TRANSAKSI
KEUANGAN
Seluruh pengeluaran dana, baik untuk tujuan penyaluran zakat, infak sedekah, DSKL,
dan dana operasional dan/atau dana lainnya harus dilakukan berdasarkan pada RKAT
yang telah disetujui dan disahkan. Dalam hal permohonan pengeluaran dana belum
tercantum dalam RKAT, harus mendapatkan persetujuan dari pejabat yang berwenang.
Setiap pengeluaran dana zakat dan dana operasional harus didukung dengan bukti yang
cukup dan sah.

Secara umum terdapat dua mekanisme pengeluaran dana, yaitu:

1. Pencairan Dana Berbasis PPD (Permohonan Pengeluaran Dana), yaitu


pengeluaran berupa uang muka, penggantian atas pembayaran yang telah
dilakukan (reimbursement), pembayaran, piutang penyaluran dan Bank
Program.
2. Pencairan Dana Berbasis Kas Kecil sesuai kebijakan Kas Kecil yang telah
ditetapkan.

Proses pencairan dana berbasis PPD dilakukan melalui prosedur berikut ini:

1. Pengajuan Pengeluaran
Seluruh pengajuan pencairan dana melalui mekanisme PPD harus dilengkapi
dan/atau merujuk kepada PPD dan dokumen pendukung yang sah dan
memadai. Seluruh pengajuan pengeluaran dana sudah harus diotorisasi oleh
pejabat yang berwenang sesuai dengan jenjang otorisasinya. Jenjang otorisasi
pengajuan dana ditetapkan dengan keputusan pimpinan OPZ. Pelaksanaan
otorisasi dapat dilakukan melalui penandatangan secara langsung (tanda
tangan basah) atau secara digital.

2. Verifikasi Pengajuan Pencairan


Bagian Keuangan berhak melakukan verifikasi pengajuan pencairan dana
termasuk atas kelengkapan bukti pendukung, termasuk melakukan konfirmasi
ke pihak-pihak terkait apabila terdapat ketidaklengkapan, ketidaksesuaian
penjumlahan, ketidakwajaran harga, ketidaksesuaian antara PPD dan bukti
pendukungnya dan/atau ketidaksesuaian dengan RKAT yang sudah terinput

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
dalam sistem informasi. Verifikasi ditujukan untuk memastikan bahwa
persyaratan pengajuan pencairan sudah terpenuhi serta memastikan
ketersediaan dana. Bagian Keuangan berhak mengembalikan ajuan PPD
apabila otorisasi tidak lengkap dan bukti pendukung tidak memadai. Bagian
Keuangan berhak menunda pembayaran pencairan PPD apabila dana tidak
tersedia. Pengembalian dan penundaan harus diberitahukan kepada pengaju
PPD, baik melalui lisan dan/atau memo internal. PPD yang dikembalikan dapat
diajukan lagi ke Bagian Keuangan setelah dipenuhi seluruh persyaratannya.
Sedangkan PPD yang ditunda pembayarannya terkait ketersediaan dana, harus

diprioritaskan pembayarannya setelah tersedia cukup dana.

3. Otorisasi Pencairan Dana


Setiap pencairan dana harus diotorisasi oleh pejabat yang berwenang. Otorisasi
pencairan dana ini sebagai persetujuan bahwa pencairan dana dapat dilakukan
atau dibayarkan.

4. Pencairan/Pembayaran Dana
Seluruh pengeluaran uang, kecuali untuk pengeluaran-pengeluaran yang
dilakukan melalui Kas Kecil, harus dilakukan secara Non-Tunai, yaitu dengan
menggunakan Cek / Bilyet Giro / Formulir Penarikan (withdrawal form) / Internet
Banking. Pembayaran melalui transfer ataupun internet banking mengikuti
mekanisme dan ketentuan dari Bank terkait. Pengeluaran uang berupa uang
tunai, yang bukan merupakan kategori pengeluaran melalui Kas Kecil, hanya
diperkenankan untuk pengeluaran berupa penyaluran kepada mustahik
perseorangan yang karena keadaan, tidak memiliki rekening bank, atau
pembayaran yang tidak dapat dilakukan melalui transfer bank.

Pencairan Kas Kecil yang diajukan oleh Divisi tertentu harus mengacu pada RKAT yang
telah ditentukan. Pengeluaran melalui Kas Kecil dapat bersifat reimbursement atau
pengajuan uang muka Kas Kecil (cash advance). Apabila pengeluaran bersifat
reimbursement, bukti transaksi dan bukti pendukungnya atas ajuan reimbursement

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
harus dilampirkan. Apabila pengajuan bersifat uang muka harus dilaporkan dalam waktu
maksimal 5 (lima) hari kerja setelah kegiatan selesai sesuai pengeluaran yang terjadi
disertai bukti transaksi dan bukti pendukungnya. Amil yang belum
mempertanggungjawabkan Laporan Uang Muka Kas Kecil tidak dapat mengajukan
pengeluaran Uang Muka baru.

Pembukuan Kas Kecil yang dilakukan oleh Pemegang Kas Kecil minimal
memuat tentang ketentuan:

1. Nomor Pengeluaran.
2. Tanggal Pengeluaran
3. Jenis Pengeluaran
4. Besar Pengeluaran.
5. Saldo Awal dan Saldo Akhir

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
MENGELOLA
PENCATATAN TRANSAKSI
KEUANGAN
Setiap transaksi keuangan pada BAZNAS/LAZ dicatat sesuai dengan pedoman dan
standar akuntansi keuangan yang berlaku. Perlakuan akuntansi untuk transaksi zakat,
infak, dan sedekah dicatat berdasarkan PSAK 109 (Revisi 2022): Akuntansi Zakat, Infak,
dan Sedekah. Sedangkan perlakuan akuntansi untuk transaksi yang tidak secara khusus
diatur dalam PSAK 109 (Revisi2022): Akuntansi Zakat, Infak, dan Sedekah mengacu pada
standar akuntansi keuangan lain yang relevan dan tidak bertentangan dengan prinsip
syariah.

Dalam hal standar akuntansi keuangan belum mengatur masalah pengakuan,


pengukuran, penyajian atau pengungkapan dari suatu transaksi atau peristiwa, maka
manajemen harus menetapkan kebijakan untuk memastikan bahwa Laporan Keuangan
menyajikan informasi yang:
a. Relevan terhadap kebutuhan pengguna laporan dalam pengambilan
keputusan;
b. Dapat diandalkan, dengan pengertian:
1) mencerminkan kejujuran penyajian kinerja dan posisi keuangan
BAZNAS/LAZ;
2) menggambarkan substansi ekonomi dari suatu kejadian atau transaksi dan
tidak semata-mata bentuk hukumnya;
3) netral, yaitu bebas dari keberpihakan;
4) mencerminkan kehati-hatian; dan
5) mencakup semua hal yang material

Dalam menetapkan kebijakan akuntansi tersebut, maka harus


mempertimbangkan:
a. Persyaratan dan panduan dalam standar akuntansi keuangan yang
berhubungan dengan hal yang serupa dan terkait.
b. Definisi, kriteria pengakuan dan konsep pengukuran aset, kewajiban,
pendapatan, dan beban dalam prinsip pervasif (yang mempunyai dampak
manfaat luas bagi pihak-pihak yang berkepentingan).
c. Persyaratan dan panduan dalam standar akuntansi keuangan yang
berhubungan dengan hal yang serupa dan terkait.

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Akuntansi adalah seni mencatat, mengklasifikasi, dan mengikhtisarkan transaksi-
transaksi kejadian yang sekurang-kurangnya atau sebagian bersifat keuangan dengan
cara menginterpretasikan hasil-hasilnya. Siklus transaksi ekonomi pada BAZNAS/LAZ
terdiri dari transaksi penerimaan dan penyaluran dana zakat, infak, dan sedekah. Siklus
akuntansi merupakan suatu proses akuntansi sistematis dan bertahap yang dilakukan
dengan tujuan untuk memproses berbagai bukti transaksi keuangan dan mengolahnya
menjadi sebuah laporan atau informasi akuntansi pada sebuah entitas dalam suatu
periode waktu tertentu. Siklus akuntansi pada BAZNAS/LAZ terdiri dari:

a. Pencatatan Data ke dalam dokumen sumber atau bukti transaksi.


b. Penjurnalan, yaitu menganalisa dan mencatat transaksi dalam jurnal (buku harian)
c. Melakukan posting ke Buku Besar yaitu memindahkan debet dan kredit dari jurnal ke
akun buku besar.
d. Penyusunan Neraca Saldo yaitu menyiapkan neraca saldo untuk mengecek
keseimbangan buku besar.
e. Membuat ayat jurnal penyesuaian dan memasukkan jumlah pada neraca saldo.
f. Membuat ayat-ayat penutup yaitu menjurnal dan memindahbukukan ayat-ayat
penutup.
g. Penyusunan Laporan Keuangan yaitu neraca, laporan aktivitas, laporan arus kas, serta
catatan atas laporan keuangan.

Proses akuntansi dapat diilustrasi dalam gambar berikut ini:

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Terdapat 2 (dua) kelompok akun atau perkiraan dalam akuntansi yaitu akun riil atau
permanen dan akun nominal atau sementara.

Akun-akun yang terdapat dalam neraca yaitu aset, liabilitas dan ekuitas. Akun ini
menyatakan posisi saldo keuangan pada neraca. Pada BAZNAS/LAZ, akun riil atau
permanen terdiri dari aset, liabilitas, dan aset neto.

Dalam melakukan pembukuan, BAZNAS/LAZ membuat kode rekening standar


atau chart of account (COA). Kode rekening yang digunakan oleh BAZNAS/LAZ dalam
menyusun laporan posisi keuangan (neraca) terdiri atas:

Aset diklasifikasikan menjadi aset lancar dan aset tidak lancar. Aset lancar
merupakan aset yang diharapkan segera untuk dapat direalisasikan atau
dimiliki untuk dipakai atau dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak
tanggal pelaporan, diantaranya:
i. Kas dan setara kas
ii. Persediaan
iii. Piutang
iv. Biaya Dibayar Dimuka
v. Uang Muka Kegiatan

Aset tidak lancar, merupakan seluruh aset yang pengkategoriannya


tidak termasuk dalam pengertian aset lancar, diantaranya:
i. Aset Tetap
ii. Akumulasi Penyusutan Aset Tetap
iii. Aset Tetap Kelolaan
iv. Akumulasi Penyusutan Aset Tetap Kelolaan
v. Aktiva lain-lain berwujud
vi. Aktiva tak berwujud

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Akun liabilitas
Liabilitas diklasifikasikan liabilitas jangka pendek dan liabilitas jangka panjang.
Liabilitas diklasifikasikan jangka pendek jika diperkirakan akan diselesaikan
dalam jangka waktu 12 bulan setelah periode pelaporan, diantaranya:
i. liabilitas penyaluran
ii. Biaya yang masih harus dibayar
iii. liabilitas jangka pendek lainnya

Liabilitas yang tidak termasuk kategori liabilitas jangka pendek


tersebut dikelompokkan ke dalam liabilitas jangka Panjang, diantaranya:
i. Utang pembiayaan
ii. Liabilitas imbalan kerja
iii. Liabilitas jangka Panjang lainnya

Akun aset neto


Aset neto adalah akumulasi selisih penerimaan dana dan penyaluran dana.
Aset neto terdiri dari:
i. Dana zakat
ii. Dana Infak dan Sedekah
iii. Dana Amil

Adalah akun-akun yang terdapat dalam perhitungan rugi-laba yaitu akun pendapatan
dan akun beban. Akun-akun pada akhir periode akuntansi harus ditutup sehingga
saldonya nol pada awal periode akuntansi. Akun nominal atau sementara pada
BAZNAS/LAZ terdiri dari akun penghasilan dari transaksi penerimaan dana dan beban
dari penyaluran dana.

i. Penerimaan dana zakat


a) Penerimaan zakat individu
b) Penerimaan zakat perusahaan
c) Dampak pengukuran ulang aset zakat

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
ii. Penerimaan dana infak dan sedekah
a) Penerimaan infak dan sedekah terikat
b) Penerimaan infak dan sedekah tidak terikat

iii. Penerimaan dana amil


a) Bagian amil dari penerimaan dana zakat
b) Bagian amil dari penerimaan dana infak dan sedekah
c) Penerimaan amil dari dana hibah pemerintah
d) Penerimaan amil lainnya

i. Penyaluran dana zakat


a) Penyaluran zakat – Fakir
b) Penyaluran zakat – Miskin
c) Penyaluran zakat – Amil
d) Penyaluran zakat – Muallaf
e) Penyaluran zakat – Riqab
f) Penyaluran zakat – Gharimin
g) Penyaluran zakat – Ibnu Sabil

ii. Penyaluran dana infak dan sedekah


a) Penyaluran infak dan sedekah Terikat
b) Penyaluran infak dan sedekah Tidak terikat

iii. Penyaluran dana amil


a) Beban pegawai
b) Beban publikasi dan dokumentasi
c) Beban pengembangan dan perencanaan
d) Beban administrasi dan umum
e) Beban penyusutan

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Jurnal umum Adalah jurnal yang digunakan untuk mencatat sejumlah transaksi
keuangan yang muncul dalam periode waktu tertentu sesuai dengan urutan tanggal,
dengan mencantumkan nama transaksi, jenis akun, dan nominal saldo di kolom debit
ataupun kredit. Proses jurnal umum ini juga bisa disebut proses pengakuan dan
pengukuran awal atas suatu transaksi yaitu proses pembentukan suatu pos atau akun
ke dalam unsur laporan keuangan.

BAZNAS/LAZ mengakui penerimaan zakat sebagai penghasilan dalam dana zakat pada
saat menerima aset zakat dan mengukur pada1:
a. Nilai nominal, jika kas;
b. Nilai wajar, jika aset non kas

Penentuan nilai wajar aset nonkas menggunakan harga pasar yang wajar. Jika
harga pasar yang wajar tidak tersedia, maka penerimaan zakat berupa aset nonkas
tersebut hanya diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan2.

1. Tanggal 1 April 202X menerima pembayaran zakat dari muzakki individu secara tunai
sebesar Rp 2.500.000

27/4 Kas 2.500.000


27/4 Penerimaan Zakat Individu 2.500.000

1
PSAK 109, par 8
2
PSAK 109, par 9

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
2. Tanggal 20 April 202X menerima pembayaran zakat fitrah berupa beras seberat 2,5
kg, dengan nilai wajar Rp 35.000 (1 kg = Rp 14.000).

20/4 Persediaan Zakat Fitrah 35.000


20/4 Penerimaan Zakat 35.000

BAZNAS/LAZ mengkui penyaluran zakat sebagai beban dalam dana zakat pada saat
zakat diterima oleh mustahik sebesar jumlah tercatat kas atau aset nonkas3. BAZNAS/LAZ
dapat menyalurkan zakat yang merupakan bagian mustahik selain amil:
a. Secara langsung kepada musthik selain amil; atau
b. Secara tidak langsung kepada mustahik selain amil melalui entitas lain.
Penyaluran ini akan diakui sebagai beban dalam dana zakat entitas amil Ketika
zakat telah diterima oleh mustahik selain amil

1. Tanggal 5 April 202X BAZNAS/LAZ menyalurkan dana zakat secara langsung kepada
fakir sebesar Rp10.000.000

Jurnal transaksi:

5/4 Penyaluran Zakat – Fakir 10.000.000


5/4 Kas 10.000.000

2. Tanggal 5 April 202X penyaluran zakat melalui BAZNAS/LAZ lain untuk program
muallaf sebesar Rp 5.000.000

Jurnal transaksi:

5/4 Piutang Penyaluran 5.000.000


5/4 Kas 5.000.000

3
PSAK 109, par 13.

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
3. Tanggal 7 April 202X menerima laporan penyaluran zakat dari BAZNAS/LAZ lain
untuk program muallaf sebesar Rp 5.000.000

Jurnal transaksi:

7/4 Penyaluran Zakat - Muallaf 5.000.000


7/4 Piutang Penyaluran 5.000.000

Penyaluran zakat juga dapat dilakukan dalam bentuk aset kelolaan, misalnya rumah
sakit, sekolah, dan fasilitas umum lainnya, yang diperuntukkan untuk mustahik selain
amil. Penyaluran zakat berupa aset kelolaan diakui sebagai beban dalam dana zakat
sebesar:
a. Jumlah tercatat dari aset kelolaan, jika aset tersebut dikelola oleh entitas lain;
b. Jumlah penyusutan atau amortisasi dari aset kelolaan selama masa manfaatnya,
jika aset tersebut dikendalikan secara langsung atau tidak langsung oleh entitas
amil. Aset kelolaan ini diukur dengan metode biaya sesuai dengan PSAK 16: Aset
Tetap dan PSAK 19: Aset Takberwujud.

Tanggal 10 April 202X menyalurkan dana zakat dalam bentuk aset kelolaan berupa 1
unit ambulan yang dikendalikan langsung oleh BAZNAS/LAZ untuk kepentingan
mustahik selain amil sebesar Rp150.000.000

Jurnal transaksi:

10/4 Aset Kelolaan Zakat - Kendaraan 150.000.000

10/4 Kas 150.000.000

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
BAZNAS LAZ mengakui penerimaan infak dan sedekah sebagai penghasilan dalam dana
infak dan sedekah pada saat BAZNAS/LAZ menerima aset infak dan sedekah dan
mengukur pada:
a. nilai nominal, jika kas;
b. nilai wajar, jika aset nonkas

Penentuan nilai wajar aset nonkas menggunakan harga pasar yang wajar. Jika
harga pasar yang wajar tidak tersedia, maka penerimaan infak dan sedekah berupa aset
nonkas tersebut hanya diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan4.
BAZNAS/LAZ mengklasifikasikan penerimaan infak dan sedekah terikat dan tidak terikat
sesuai dengan tujuan yang ditetapkan oleh pemberi sumber daya.

1. Tanggal 1 April 202X menerima pembayaran infak dan sedekah tidak terikat secara
tunai sebesar Rp 5.000.000

Jurnal transaksi:

1/4 Kas 5.000.000


1/4 Penerimaan Infak dan Sedekah Tidak Terikat 5.000.000

2. Tanggal 2 April 202X menerima pembayaran infak dan sedekah berupa beras
seberat 1 (satu) ton untuk disalurkan dalam program penanggulangan
bencana alam, dengan nilai wajar Rp 14.000 (1 kg = Rp 14.000).

Jurnal transaksi:

20/4 Persediaan Infak dan Sedekah 14.000.000


20/4 Penerimaan Infak dan Sedekah Terikat 14.000.000

4
PSAK 109, par 19

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
BAZNAS/LAZ mungkin menerima infak dan sedekah berupa aset tidak lancar yang
diamanahkan oleh pemberinya untuk dikelola oleh entitas amil, misalnya tanah dan
bangunan. Penerimaan aset tersebut diakui sebagai penghasilan dalam:
a. dana amil, jika amil sebagai penerima manfaat;
b. dana infak dan sedekah, jika pihak selain amil sebagai penerima manfaat. Aset
tersebut merupakan aset kelolaan yang perlakuan akuntansinya mengacu pada
akuntansi aset kelolaan5.

Ilustrasi Jurnal
Tanggal 15 April 202X menerima infak dan sedekah dalam bentuk aset tidak lancar
berupa 1 (satu) unit kendaraan roda empat untuk dijadikan mobil ambulance dan
dikelola langsung oleh BAZNAS/LAZ untuk kepentingan mustahik selain amil sebesar nilai
wajar Rp150.000.000.

Jurnal transaksi:

Aset Kelolaan Infak dan Sedekah -


15/4 150.000.000
Kendaraan
15/4 Penerimaan Infak dan Sedekah Terikat 150.000.000

BAZNAS/LAZ juga mungkin memperoleh diskon dan potongan lain atas pembelian atas
aset dan jasa yang spesifik terkait dengan kekhasan entitas amil. Diskon dan potongan
lain ini merupakan penerimaan sedekah jika terdapat pernyataan secara eksplisit dari
penjual aset atau penyedia jasa yang menyatakan bahwa diskon dan potongan lain
tersebut merupakan sedekah. Penerimaan sedekah tersebut diakui sebagai penghasilan
dalam6:
a. dana amil, jika amil sebagai penerima manfaat;
b. dana infak dan sedekah, jika pihak selain amil sebagai penerima manfaat.

5
PSAK 109, par 20
6
PSAK 109, par 21

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Tanggal 4 Mei 202X BAZNAS/LAZ membeli 1 (satu) unit komputer seharga
Rp12.000.000 dan memperoleh potongan Rp2.000.000. Potongan tersebut diberikan
oleh penjual sebagai sedekah kepada BAZNAS/LAZ dengan memberikan pernyataan
tertulis. BAZNAS/LAZ menggunakan komputer tersebut untuk keperluan administrasi
kantor.

Jurnal transaksi:

4/5 Aset Tetap 12.000.000


4/5 Penerimaan Amil 2.000.000
4/5 Kas 10.000.000

Tanggal 4 Mei 202X BAZNAS/LAZ membeli 1 unit motor seharga Rp25.000.000 dan
memperoleh potongan Rp5.000.000. Potongan tersebut diberikan oleh penjual sebagai
sedekah kepada BAZNAS/LAZ dengan memberikan pernyataan tertulis. BAZNAS/LAZ
menggunakan motor tersebut untuk keperluan penerima manfaat selain amil.

Jurnal transaksi:

4/5 Aset Kelolaan – Infak dan Sedekah 15.000.000


4/5 Penerimaan Infak dan Sedekah – Tidak Terikat 5.000.000
4/5 Kas 20.000.000

BAZNAS/LAZ mungkin memanfaatkan jasa entitas lain tanpa biaya, seperti keahlian
dalam waktu tertentu. Manfaat tersebut diakui sebagai penerimaan sedekah jasa jika7:
a. terdapat pernyataan eksplisit dari pemberi jasa yang menyatakan bahwa
pemberian jasa tersebut merupakan sedekah; dan
b. nilai wajar jasa dapat diukur secara andal berdasarkan input yang dapat
diobservasi

7
PSAK 109, par 22 - 24

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
BAZNAS/LAZ mengakui penerimaan sedekah jasa sebagai penghasilan dalam:
a. dana infak dan sedekah, jika pihak lain yang memperoleh manfaat dari jasa; atau
b. dana amil, jika amil yang memperoleh manfaat dari jasa. Penerimaan tersebut
diukur pada nilai wajar.

Jika penerimaan sedekah jasa merupakan bagian dari perolehan aset tidak lancar
berupa:
a. aset kelolaan, maka diakui sebagai penghasilan dalam dana infak dan sedekah;
b. aset tetap atau aset tak wujud, maka diakui sebagai penghasilan dalam dana
amil.

Tanggal 12 Juli 202X BAZNAS/LAZ menerima sedekah jasa pembuatan aplikasi


akuntansi. BAZNAS/LAZ menerima tagihan sebesar Rp 25.000.000 tanpa perlu bayar
atau Cuma - cuma.

Jurnal transaksi:

12/7 Aset tak berwujud 25.000.000


12/7 Liabilitas 25.000.000
12/7 Liabilitas 25.000.000
12/7 Penerimaan amil 25.000.000

BAZNAS/LAZ mengakui penyaluran infak dan sedekah sebagai beban dalam dana infak
dan sedekah pada saat infak dan sedekah diterima oleh penerima manfaat sebesar
jumlah tercatat aset kas dan aset nonkas.
BAZNAS/LAZ dapat menyalurkan infak dan sedekah:
(a) secara langsung kepada penerima manfaat; atau
(b) secara tidak langsung kepada penerima manfaat melalui entitas lain.
Penyaluran ini akan diakui sebagai beban dalam dana infak dan sedekah entitas
amil Ketika infak dan sedekah telah diterima oleh penerima manfaat.

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
1. Tanggal 10 Juli 202X BAZNAS/LAZ menyalurkan dana infak dan sedekah secara
langsung untuk program sosial sebesar Rp5.000.000

Jurnal transaksi:

Penyaluran Infak dan Sedekah Tidak


10/7 5.000.000
Terikat
10/7 Kas 5.000.000

2. Tanggal 10 Juli 202X BAZNAS/LAZ menyalurkan dana infak dan sedekah


melalui BAZNAS/LAZ lain untuk program kesehatan sebesar Rp15.000.000.
Tanggal 15 Juli 202X BAZNAS/LAZ telah menerima laporan
pertanggungjawaban dari BAZNAS/LAZ lain.

Jurnal transaksi :

10/7 Piutang Penyaluran Infak dan Sedekah 15.000.000

10/7 Kas 15.000.000


Penyaluran Infak dan Sedekah Tidak
15/7 15.000.000
terikat
15/7 Piutang Penyaluran Infak dan Sedekah 15.000.000

Aset infak dan sedekah berupa aset nonkas, misalnya logam mulia, mungkin dijual untuk
dapat disalurkan yang dapat menyebabkan adanya perbedaan antara jumlah kas neto
yang diterima dan jumlah tercatat. Perbedaan ini diakui sebagai penghasilan atau beban
dalam dana infak dan sedekah8.

8
PSAK 109, par 27

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Tanggal 15 Juli 202X BAZNAS/LAZ menerima infak dan sedekah berupa logam mulia
seberat 10gram dengan nilai wajar Rp 800.000 per gram. Pada 17 Juli 202X BAZNAS/LAZ
menjual seluruh emas dengan harga jual 790.000 per gram.

Jurnal transaksi:

15/7 Persediaan - Emas 8.000.000


15/7 Penerimaan Infak dan Sedekah - Terikat 8.000.000
17/7 Kas 7.900.000
17/7 Selisih realisasi aset infak dan sedekah 100.000
17/7 Persediaan - Emas 8.000.000

Penyaluran infak dan sedekah dapat dilakukan dalam bentuk aset kelolaan, misalnya
rumah sakit, sekolah, dan fasilitas umum lain, yang diperuntukan untuk penerima
manfaat. Penyaluran infak dan sedekah berupa aset kelolaan diakui sebagai beban dalam
dana infak dan sedekah sebesar9:
(a) Jumlah tercatat dari aset kelolaan, jika aset tersebut dikelola oleh entitas lain
yang tidak dikendalikan secara langsung atau tidak langsung oleh entitas amil.
(b) jumlah penyusutan atau amortisasi dari aset kelolaan selama masa manfaatnya,
jika aset tersebut dikendalikan secara langsung atau tidak langsung oleh entitas
amil. Aset kelolaan ini diukur dengan metode biaya sesuai PSAK 16: Aset Tetap
dan PSAK 19: Aset Takberwujud.

Tanggal 20 Juli 202X BAZNAS/LAZ menyalurkan dana infak dan sedekah berupa 1 unit
kendaraan motor sebesar Rp 20.000.000. Motor tersebut dikelola langsung oleh
BAZNAS/LAZ untuk kepentingan mustahik pada program pemberdayaan ekonomi. Aset
kelolaan disusutkan dengan metode garis lurus dan umur ekonomi 8 tahun.

9
PSAK 109, par 30

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Jurnal transaksi:

20/7 Aset Kelolaan Infak dan Sedekah 20.000.000


20/7 Kas 20.000.000
Beban Penyusutan Aset Kelolaan – Infak dan
20/8 208.333,33
Sedekah
Akum. Penyusutan Aset Kelolaan – Infak dan
20/8 208.333,33
Sedekah

Infak dan sedekah yang disalurkan kepada penerima manfaat dengan keharusan untuk
mengembalikannya merupakan penyaluran infak dan sedekah dengan cara pemberian
al-qardh al-hasan yang akan diakui sebagai beban dalam dana infak dan sedekah pada
saat dilakukan hapus tagih10.

Tanggal 25 Juli 2020 BAZNAS/LAZ menggunakan dan infak dan sedekah untuk pinjaman
qardh al-hasan kepada kelompok ternak untuk membiayai usaha peternakan domba
sebesar Rp 50.000.000 yang dikembalikan selama 1 tahun. Akhir tahun pertama
kelompok tani mampu mengembalikan dana qardh al-hasan sebesar Rp80.000.000 dan
sisanya ditetapkan untuk di hapus tagih karena usaha kelompk tani tersebut mengalami
kerugian.

Jurnal transaksi:

25/7/2020 Piutang al-Qardh al-Hasan 100.000.000


25/7/2020 Kas 100.000.000
25/7/2021 Kas 80.000.000
25/7/2021 Piutang al-Qardh al-Hasan 80.000.000
25/7/2021 Kerugian Penghapusan al-Qarh al- 20.000.000
Hasan
25/7/2021 Piutang a-Qardh al-Hasan 20.000.000

10
PSAK 109, par 31

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Jurnal penyesuaian adalah jurnal yang dibuat untuk menyesuaikan saldo akun-akun ke
saldo yang sebenarnya sampai dengan periode akuntansi, atau untuk memisahkan
antara pendapatan dan beban dari suatu periode dengan periode yang lain. Tujuan jurnal
penyesuaian adalah:
1. Agar pada akhir periode akun riil yaitu harta, kewajiban dan modal
menunjukkan keadaan yang sebenarnya
2. Agar akun-akun nominal, yaitu akun pendapatan dan beban dapat diakui
dalam suatu periode dan menunjukkan keadaan yang sebenarnya.

Transaksi pada BAZNAS/LAZ juga memerlukan Jurnal Penyesuaian pada


beberapa saldo akun. Saldo akun yang perlu disesuaikan pada BAZNAS/LAZ adalah
sebagai berikut:
1. Penyusutan/depresiasi aset tetap;
2. Penyusutan/depresiasi aset kelolaan;
3. Nilai wajar aset nonkas zakat, infak, dan sedekah
4. Beban Dibayar Dimuka;
5. Beban Yang Masih Harus Dibayar;
6. Rekonsiliasi bank

Aset Tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam kegiatan
operasional lembaga, bukan merupakan aset kelolaan, dan digunakan selama lebih dari
satu periode. Setelah pengakuan awal, aset tetap diakui dan diukur sebesar biaya
perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai (jika
ada).

Lembaga harus memilih metode penyusutan yang paling mencerminkan


ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomis masa depan dari aset tersebut. Berbagai
metode yang dapat digunakan untuk penyusutan aset tetap antara lain:
i. Metode garis lurus. Metode penyusutan garis lurus menghasilkan pembebanan
yang tetap selama umur manfaat aset jika nilai residunya tidak berubah.

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
ii. Metode saldo menurun. Metode saldo menurun menghasilkan pembebanan
yang menurun selama umur manfaat aset.
iii. Metode unit produksi. Metode unit produksi menghasilkan pembebanan
berdasarkan pada penggunaan atau output yang diperkirakan dari aset.

Pada umumnya, metode penyusutan aset tetap yang digunakan oleh


BAZNAS/LAZ adalah metode garis lurus, karena dinilai lebih praktis. Beban penyusutan
aset tetap diakui sebagai beban pada dana amil.

Tanggal 1 Agustus 202X BAZNAS/LAZ membeli mobil operasional dengan harga


perolehan sebesar Rp150.000.000. Disusutkan secara garus lurus selama 10 tahun,
maka jumlah penyusutan per tahun adalah sebesar Rp15.000.000 (Rp150.000.000 / 10
tahun) atau sebesar Rp1.250.000 per bulan (Rp15.000.000 / 12 bulan).

Jurnal transaksi:

1/8 Aset Tetap - Kendaraan 150.000.000


1/8 Kas 100.000.000
31/8 Beban Penyusutan Aset Tetap 1.250.000
31/8 Akum. Penyusutan Aset Tetap 1.250.000

Penyaluran zakat, infak, dan sedekah dapat dilakukan dalam bentuk aset kelolaan,
misalnya rumah sakit, sekolah, dan fasilitas umum lain, yang diperuntukan untuk
mustahik non-amil. Penyaluran berupa aset kelolaan diakui sebagai beban dalam dana
zakat atau dana infak dan sedekah sebesar jumlah penyusutan atau amortisasi dari aset
kelolaan selama masa manfaatnya, jika aset tersebut dikendalikan secara langsung atau
tidak langsung oleh entitas amil. Aset kelolaan ini diukur dengan metode biaya sesuai
PSAK 16: Aset Tetap dan PSAK 19: Aset Takberwujud.

Tanggal 1 September 202X BAZNAS/LAZ menggunakan zakat untuk membangun klinik


khusus mustahik senilai Rp500.000.000. Bangunan rumah sakit disusutkan selama 20
tahun secara garis lurus tanpa nilai residu.

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Jurnal transaksi:

1/9 Aset Kelolaan - Zakat 500.000.000


1/9 Kas 500.000.000
30/9 Beban Penyusutan Aset Kelolaan 2.083.333
30/9 Akum. Penyusutan Aset Kelolaan 2.083.333

Kas dalam Valuta Asing adalah mata uang kertas asing, uang logam asing dan travellers
cheque yang masih berlaku yang dimiliki BAZNAS/LAZ. Mata uang asing diakui sebesar
kurs transaksi yang berlaku pada tanggal perolehan. Pada setiap tanggal pelaporan mata
uang asing harus dilaporkan sesuai dengan kurs tengah Bank Indonesia yang berlaku
pada tanggal pelaporan. Kurs tengah adalah kurs transaksi jual ditambah kurs transaksi
beli mata uang asing Bank Indonesia dibagi dua. Selisih antara nilai tercatat mata uang
asing berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal pelaporan dengan nilai
tercatat sebelumnya diakui sebagai penambah atau pengurang dana zakat atau
infak/sedekah atau amil sesuai dengan jenis dananya.

Tanggal 1 Desember 202X BAZNAS/LAZ menerima zakat tunai dalam valuta asing
sebesar Rp1.000 USD dengan kurs Rp15.000/USD. Pada 31 Desember 202X kurs
Rp14.800/USD.

Jurnal transaksi:

1/12 Kas USD 15.000.000


1/12 Penerimaan Zakat 15.000.000
Kerugian Perubahan Nilai Tukar Valuta
31/12 200.000
Asing
31/12 Kas USD 200.000

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Aset zakat, infak, dan sedekah berupa aset keuangan selain kas, misalnya surat berharga
syariah, dan aset komoditas, misalnya logam mulia, dapat mengalami flktuasi nilai wajar
secara signifian. Aset ini juga tidak dapat disalurkan kepada mustahik dalam bentuk
asalnya. Aset ini selanjutnya diukur pada nilai wajar dan perubahannya diakui dalam
dana zakat atau dana infak dan sedekah.

Tanggal 10 November 202X BAZNAS/LAZ menerima zakat saham yang diperdagangkan


di bursa efek sebanyak 10.000 lembar, dengan nilai wajar sebagai berikut:
- Tanggal 10 Nov 202X Rp1000/lembar
- Tanggal 30 Nov 202X Rp1.200/lembar
- Tanggal 31 Des 202X Rp1.050/lembar

Jurnal transaksi:

10/11 Surat Berharga - Saham 10.000.000


10/11 Penerimaan Zakat 10.000.000
30/11 Surat Berharga - Saham 2.000.000
30/11 Keuntungan Perubahan Nilai Saham 2.000.000
31/12 Kerugian Perubahan Nilai Saham 1.500.000
31/12 Surat Berharga - Saham 1.500.000

Biaya Dibayar Dimuka adalah sejumlah dana yang telah dibayarkan kepada pihak lain
untuk memperoleh manfaat barang/jasa tertentu yang melebihi 12 bulan. Termasuk
dalam kategori biaya-biaya dibayar dimuka, antara lain, adalah
a. Sewa Dibayar Dimuka
b. Asuransi Dibayar Dimuka, dan
c. Biaya Dibayar Dimuka Lainnya

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Biaya Dibayar Dimuka diamortisasi sesuai dengan jangka waktu manfaat yang
akan diterima menggunakan metode garis lurus.

Ilustrasi Jurnal
Tanggal 1 September 202X BAZNAS/LAZ membayar biaya sewa kantor sebesar
Rp24.000.000 untuk masa sewa 2 tahun.

Jurnal transaksi:

1/9 Sewa Dibayar Dimuka 24.000.000


1/9 Kas 24.000.000
30/9 Beban Sewa Kantor 1.000.000
30/9 Sewa Dibayar Dimuka 1.000.000

Rekonsiliasi bank merupakan proses mencocokan saldo bank antara yang tercatat pada
perusahaan dengan yang tercatat pada sisi bank (bank statement). Umumnya, penyebab
rekonsiliasi bank adalah karena adanya perbedaan antara catatan perusahaan dengan
bank. Secara teknis, nantinya perusahaan akan menerima rekening koran oleh pihak
bank secara rutin atau dapat akses melalui internet banking. Dengan harapan nantinya,
perusahaan dapat mengecek ulang kebenaran dan kecocokan atas saldo akhir kas
rekening. Tujuan dari Rekonsiliasi Bank adalah untuk mengecek ketelitian pencatatan
yang terdapat dalam rekening kas dan catatan bank, serta mengetahui penerimaan atau
pengeluaran yang sudah terjadi di bank tetapi belum dicatat oleh perusahaan.

Menurut Zaki Baridwan (1992), perbandingan antara catatan kas perusahaan


dan saldo bank dilakukan dengan cara Debit rekening kas dibandingkan dengan kredit
catatan bank yang bisa dilihat dari laporan bank kolom penerimaan, dan kredit rekening
kas dibandingkan dengan debit catatan bank yang bisa dilihat dari laporan bank kolom
pengeluaran. Biasanya terdapat perbedaan antara saldo menurut catatan kas dengan
saldo menurut laporan bank.

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Adapun beberapa komponen dalam rekonsiliasi bank adalah sebagai berikut:
1. Elemen-elemen yang oleh BAZNAS/LAZ sudah dicatat sebagai penerimaan uang
tetapi belum dicatat oleh bank. Contoh setoran yang dikirimkan ke bank pada akhir
bulan tetapi belum diterima oleh bank sampai bulan berikutnya, yaitu Setoran dalam
perjalanan atau Deposit In Transit (DIT).

Tanggal 31 Agustus 20X0 BAZNAS/LAZ mendapat konfirmasi dari muzakki, bahwa


telah membayar zakat via Bank sebesar Rp 5.000.000 dan BAZNAS/LAZ telah
mengakui penerimaan zakat tersebut sebagai penghasilan, namun berdasarkan
Rekening Koran Bank belum diterima pada tanggal 31 Agustus 20X0 dan baru
tercatat pada tanggal 1 September 20X0. Atas transaksi tersebut, BAZNAS/LAZ harus
melakukan koreksi.

Jurnal pengakuan awal:

31/8 Bank 5.000.000


31/8 Penerimaan Zakat 5.000.000

Jurnal koreksi rekonsiliasi:

31/8 Penerimaan Zakat 5.000.000


31/8 Bank 5.000.000

2. Elemen-elemen yang oleh BAZNAS/LAZ sudah dicatat sebagai pengeluaran uang


tetapi belum dicatat oleh bank. Contoh: (a) Cek-cek yang beredar (Out Standing
Checks) yaitu cek yang sudah dikeluarkan oleh BAZNAS/LAZ dan sudah dicatat
sebagai pengeluaran kas tetapi oleh yang menerima cek tersebut belum diuangkan
ke bank sehingga bank belum mencatatnya sebagai pengeluaran. (b) Cek yang sudah
ditulis dan sudah dicatat dalam jurnal pengeluaran uang tetapi ceknya belum
diserahkan kepada yang dibayar, maka cek tersebut belum merupakan pengeluaran,
oleh karena itu jurnal pengeluaran kas harus dikoreksi pada akhir periode.

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Ilustrasi jurnal:
Pada tanggal 25 September 20X0 BAZNAS/LAZ mengeluarkan cek sebesar
Rp10.000.000 dalam rangka penyaluran donasi kepada pihak yang berhak. Namun
hingga akhir bulan September, cek tersebut belum diuangkan oleh penerima cek.
Maka BAZNAS/LAZ harus melakukan koreksi.

Jurnal pengakuan awal saat pengeluaran cek:

25/9 Penyaluran Zakat 10.000.000


25/9 Bank 10.000.000

Jurnal koreksi rekonsiliasi:

30/9 Bank 5.000.000


30/9 Penyaluran Zakat t 5.000.000

3. Elemen-elemen yang oleh bank sudah dicatat sebagai pengeluaran uang tetapi belum
dicatat oleh BAZNAS/LAZ. Contoh (a) Cek dari donatur yang ditolak oleh bank karena
kosong tetapi belum dicatat oleh perusahaan. (b) Bunga atau bagi hasil yang
diperhitungkan atas overdraft (Saldo kredit kas) tetapi belum dicatat perusahaan. (c)
Biaya jasa bank yang belum dicatat oleh perusahaan (Biaya administrasi/debit memo).

Ilustrasi jurnal:
Tanggal 30 September 20X0 berdasarkan Rekening Koran Bank Zakat, terdapat
transaksi bank yang belum tercatat dalam pembukuan BAZNAS/LAZ berupa bagi hasil
bank Rp200.000, pajak bank Rp40.000, dan beban adm bank Rp25.000. Maka jurnal
rekonsiliasi yang dilakukan:

Jurnal Bagi Hasil bank

30/9 Bank 200.000


30/9 Penerimaan Zakat – bagi hasil bank 200.000

Jurnal pajak bank:

30/9 Beban pajak bank 40.000


30/9 Bank 40.000

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Jurnal admin bank:

30/9 Beban adm bank 25.000


30/9 Bank 25.000

4. Dan transaksi lainnya yang secara pengakuan pada Bank dan pembukuan perusahaan
terjadi perbedaan.

1. Catat saldo menurut perusahaan dan laporan bank


2. Tambahkan setoran dalam perjalanan pada saldo bank
3. Kurangkan cek yang beredar dari saldo bank
4. Tambahkan pada saldo perusahaan seperti penerimaan kas langsung melalui bank
dan pendapatan bunga atau bagi hasil
5. Kurangkan dari saldo perusahaan seperti biaya administrasi bank dan biaya cetak cek.
6. Hitung saldo per bank dan saldo perusahaan

Terdapat dua macam cara dalam rekonsiliasi bank ini yaitu:


1. Laporan rekonsiliasi saldo bank kepada saldo kas (4 kolom). Dalam rekonsiliasi ini
saldo rekening koran disesuaikan agar menjadi sama dengan saldo kas menurut
perusahaan. Jadi dalam rekonsiliasi bank ini tidak bisa diketahui saldo yang benar dari
saldo awal, penerimaan, pengeluaran dan saldo akhir. Cara pembuatan rekonsiliasi
bank 4 kolom ini sebagai berikut:
a. Tentukan besarnya saldo awal, penerimaan, pengeluaran dan saldo akhir menurut
rekening koran dari bank pada suatu periode tertentu.
b. Saldo awal, penerimaan, pengeluaran dan saldo akhir menurut rekening koran
bank tersebut harus disesuaikan penyebabpenyebabnya agar sesuai dengan saldo
awal, penerimaan, pengeluaran dan saldo akhir menurut catatan kas perusahaan
baik yang dicatat perusahaan tersebut benar ataupun salah.

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
2. Laporan rekonsiliasi saldo bank dan saldo kas untuk menunjukkan saldo yang benar
(8 kolom). Dalam rekonsiliasi ini saldo rekening koran bank dan saldo catatan kas
perusahaan yang meliputi saldo awal, penerimaan, pengeluaran dan saldo akhir
disesuaikan dengan penyebab-penyebabnya agar menjadi saldo awal, penerimaan,
pengeluaran, dan saldo akhir yang benar. Cara pembuatan rekonsiliasi Bank 8 kolom
ini sebagai berikut:
a. Tentukan besarnya saldo awal, penerimaan, pengeluaran dan saldo akhir menurut
rekening koran bank dan catatan kas perusahaan pada suatu periode tertentu.
b. Saldo awal, penerimaan, pengeluaran dan saldo akhir menurut rekening koran
bank dan catatan kas perusahaan disesuaikan dengan penyebab-penyebabnya
agar menjadi saldo awal, penerimaan, pengeluaran dan saldo akhir yang benar
pada suatu periode tertentu.

1. Rekonsiliasi secara waktu dan teknis dibagi menjadi 3 (tiga) diantaranya:


a. Rekonsiliasi harian saldo penerimaan,
b. Rekonsiliasi harian pengeluaran dan
c. Rekonsiliasi keuangan bulanan
2. Petugas Bagian Akuntansi dan Laporan Keuangan melakukan rekonsiliasi dengan
mengecek kesesuaian antara data di buku besar bank dengan rekening koran bank
penyaluran dan penggunaan dana.
3. Apabila terjadi ketidaksesuaian, maka Petugas Bagian Akuntansi dan Laporan
Keuangan membuat Kertas Kerja Rekonsiliasi untuk diserahkan kepada Kepala Bagian
Akuntansi dan Laporan Keuangan.
4. Kepala Bagian Akuntansi dan Laporan Keuangan mengecek Kertas Kerja Rekonsiliasi.
5. Kepala Bagian Akuntansi dan Laporan Keuangan memberikan arahan kepada
petugas Bagian Akuntansi dan Laporan Keuangan untuk membuat jurnal koreksi
untuk setiap ketidaksesuaian yang terjadi.
6. Petugas Bagian Akuntansi dan Laporan Keuangan memproses voucher jurnal atas
transaksi yang tidak sesuai dan memposting jurnal koreksi.
7. Voucher jurnal beserta dokumen pendukungnya diserahkan kepada Kepala Bagian
Akuntansi dan Laporan Keuangan untuk diotorisasi.

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
8. Voucher jurnal beserta dokumen pendukungnya yang telah diotorisasi oleh Kepala
Bagian Akuntansi dan Laporan Keuangan diserahkan kepada Petugas Akuntansi dan
Laporan Keuangan.
9. Petugas Akuntansi dan Laporan Keuangan melakukan pengarsipan atas voucher
jurnal dan dokumen pendukungnya.
10. Format Cover Rekening Bank dapat menggunakan Format Cover Rekening Bank

Jurnal penutup dilakukan setelah Laporan Keuangan disusun. Jurnal penutup dibuat
untuk menihilkan semua akun nominal atau akun sementara yang dilaporkan dalam
Laporan Aktivitas. Hakikatnya jurnal ini dibuat agar akun-akun sementara tersebut tidak
muncul sebagai saldo awal pada tahun berikutnya di buku besar, karena akun akun
tersebut memang hanya untuk mengakumulasi transaksi selama satu periode.

Jurnal penutup meliputi:


1. Jurnal penutup saldo akun penghasilan zakat, penghasilan infak dan sedekah, dan
penghasilan amil
2. Jurnal penutup saldo akun beban zakat, beban infak dan sedekah, dan beban amil

Akun penghasilan dan beban ditutup kedalam akun saldo dana zakat, dana
infak dan sedekah, dan dana amil sesuai dengan jenis dananya masing – masing. Jurnal
penutup dilakukan pada awal periode berikutnya, biasanya tanggal 1 Januari yang akan
menihilkan seluruh saldo periode sebelumnya, sehingga saldo awal periode menjadi Rp
0.
Misal dalam laporan aktivitas per 31 Desember 20X0 total penghasilan dana
zakat Rp2.000.000 dan beban dana zakat Rp1.500.000. Maka jurnal penutup per 1
Januari 20X1 adalah sebagai berikut:

1/1 Penghasilan Zakat 2.000.000


1/1 Saldo Dana Zakat 2.000.000
1/1 Saldo Dana Zakat 1.500.000
1/1 Beban Zakat 1.500.000

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Misal dalam laporan aktivitas per 31 Desember 20X0 total penghasilan dana infak dan
sedekah Rp5.000.000 dan beban dana infak dan sedekah Rp5.500.000. Maka jurnal
penutup per 1 Januari 20X1 adalah sebagai berikut:

1/1 Penghasilan Infak dan Sedekah 5.000.000


1/1 Saldo Dana Infak dan Sedekah 5.000.000
1/1 Saldo Dana Infak dan Sedekah 5.500.000
1/1 Beban Infak dan Sedekah 5.500.000

Misal dalam laporan aktivitas per 31 Desember 20X0 total penghasilan dana Amil
Rp3.000.000 dan beban dana Amil Rp2.500.000. Maka jurnal penutup per 1 Januari
20X1 adalah sebagai berikut:

1/1 Penghasilan Amil 3.000.000


1/1 Saldo Dana Amil 3.000.000
1/1 Saldo Dana Amil 2.500.000
1/1 Beban Amil 2.500.000

Berikut ini disajikan ringkasan perbedaan PSAK 109 (2010) dan PSAK 109 (Revisi 2022):

1 Tujuan Mengatur pengakuan, Mengatur pengakuan,


pengukuran, penyajian, dan pengukuran, penyajian, dan
pengungkapan transaksi zakat pengungkapan transaksi zakat,
dan infak/sedekah (par 01) infak, dan sedekah (par 01)
2 Ruang lingkup Berlaku untuk amil yang Diterapkan pada entitas amil
menerima dan menyalurkan yang mengelola zakat, infak,
zakat dan infak/sedekah. Amil dan sedekah. Entitas Syariah
yang tidak memiliki izin dari bukan Amil mengacu pada
regulator dapat menerapkan PSAK 101: Penyajian laporan
PSAK 109. (par 02 – 04) Keuangan Syariah. (par 02 – 03)

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
3 Definisi Amil, Dana Amil, Dana Aset Kelolaan, Dana Amil, Dana
Infak/Sedekah, Dana Zakat, Infak dan Sedekah, Dana Zakat,
Infak/Sedekah, Mustahik, Entitas Amil, Infak, Mustahik,
Muzaki, Nisab, dan Zakat. Muzaki, Nisab, Nilai Wajar,
(par 05) Sedekah, dan Zakat. (par 04)
4 KarakteristikKarakteristik zakat, Karakteristik zakat, infak, dan
infak/sedekah, prinsip sedekah. (par 05 – 07)
pengelolaan, dan investasi dan
zakat. (par 06 – 09)
AKUNTANSI ZAKAT
5 Pengakuan Penerimaan zakat diakui pada Penerimaan zakat diakui
awal saat kas atau aset nonkas sebagai penghasilan dalam
diterima. (par 10) dana zakat pada saat menerima
aset zakat (par 08)
6 Pengukuran - Jumlah yang diterima, jika - Nilai nominal, jika kas
awal dalam bentuk kas - Nilai wajar, jika nonkas
- Nilai wajar, jika dalam (par 09)
bentuk nonkas (par 11)

7 nilai wajar aset Harga pasar, jika tidak ada Harga pasar yang wajar (level
nonkas mengacu pada PSAK relevan 1), jika tidak ada hanya
(par 12) diungkapkan pada CALK. (par
10)
8 Pengukuran Tidak diatur Diukur pada nilai wajar dan
nilai wajar aset perubahannya diakui dalam
yang nilainya dana zakat. (par 10)
berfluktuasi,
seperti surat
berharga dan
logam mulia
9 Penerimaan Tidak ada bagian amil atas Tidak diatur
zakat terikat zakat terikat. Amil
diperbolehkan menerima
Ujroh. (par 13)

10 Penurunan - Pengurang dana zakat, - Pengurang dana zakat,


nilai bukan karena kelalaian bukan karena kelalaian amil
amil - Pengurang dana amil, karena
- Pengurang dana amil, kelalaian amil
karena kelalaian amil
(par 11)
(par 14 -15)
11 Penjualan aset Tidak diatur Selisih antara kas neto yang
nonkas diterima dangan jumlah tercatat
diakui sebagai penghasilan atau
beban pada dana zakat. (par
12)

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
12 Penyaluran Diakui sebagai pengurang Diakui sebagai beban dalam
zakat dana zakat sebesar : dana zakat saat diterima
mustahik sebesar jumlah
- Jumlah yang diserahkan, tercatat kas atau aset nonkas.
jika dalam bentuk kas (par 13)
- Jumlah tercatat, jika dalam
bentuk aset nonkas (par
16)

13 Hak Amil Berdasarkan kaidah prinsip Tidak diatur


syariah, tatakelola organisasi
yang baik, kewajaran, etika,
dan ketentuan yang berlaku
umum dituangkan dalam
bentuk kebijakan amil. (par 17
– 18 dan 20).

14 Amil Amil dimungkinkan meminjam Tidak diatur


meminjam dana zakat dalam rangka
dana zakat penghimpunan zakat dan
bersifat jangka pendek. (par
19)

15 Penyaluran Diakui pada saat zakat telah Diakui sebagai beban dana
melalui Amil diterima oleh mustahik zakat pada saat diterima oleh
Lain nonmail. Amil lain tidak mustahik selain amil. (par 14)
berhak mengambil bagian dari
dana zakat, kecuali Ujroh. (par
21)

16 Penyaluran Belum diakui sebagai Tidak diatur


dalam bentuk penyaluran zakat. (par 22)
qardh al hasan
17 Penyaluran Diakui penyaluran: Diakui penyaluran:
dalam bentuk
aset kelolaan - Seluruhnya, jika dikelola - Jumlah tercatat aset
pihak lain yang tidak kelolaan, jika dikelola entitas
dikendalikan amil lain yang tidak dikendalikan
- Bertahap sebesar oleh amil;
penyusutan aset, jika - Jumlah penyusutan atau
dalam pengendalian amil amortisasi dari aset kelolaan
atau pihak lain yang selama masa manfaatnya,
dikendalikan amil. jika dikendalikan secara
langsung atau tidak
(par 23) langsung oleh amil. Diukur
dengan metode biaya sesuai
dengan PSAK 16 dan PSAK
19.
(Par 15)

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
18 Penyajian Amil menyajikan dana zakat, Entits menyajikan: (a) aset
Dana Zakat dana infak/sedekah, dan neto terkait pengelolaan zakat
dana amil secara terpisah menjadi dana zakat dan dana
dalam laporan posisi amil. (par 16.a)
keuangan. (par 38)

19 Penyajian Tidak diatur Entits menyajikan: (b) piutang


piutang penyaluran zakat dan aset
penyaluran kelolaan terkait pengelolaan
zakat dan aset zakat sebagai pos tersendiri
kelolaan dalam laporan posisi
keuangan. (par 16.b)

20 Pengungkapan - Kebijakan penyaluran zakat - Penjelasan mengenai bagian


zakat - Kebijakan zakat untuk amil amil atas penerimaan zakat
dan mustahik nonmail - Keberadaan penerimaan aset
- Metode penentuan nilai yang tidak dapat diakui
wajar sengabai penghasilan dana
- Rincian penyaluran zakat zakat (misal bunga bank)
- Penggunaan dana zakat - Rincian aset zakat
untuk aset kelolaan - Rincian penerimaan zakat
- Hubungan pihak -pihak secara langsung dan tidak
berelasi antara amil dan langsung melalui entitas lain
mustahik - Rincian penerimaan zakat
berdasarkan muzaki pribadi
(par 39) dan perusahaan
- Penjelasan mengenai
penerimaan aset nonkas yang
tidak diakui dalam dana zakat
karena harga pasar wajar tidak
tersedia
- Kebijakan penyaluran zakat
- Rincian penyaluran zakat
secara langsung dan tidka
langsung ke entitas lain
- Rincian jumlah penyaluran
dana zakat untuk masing -
maisng asnaf
- Penyaluran zakat kepada
pihak berelasi
- Penjelasan penyaluran zakat
dalam bentuk aset kelolaan
- Rincian aset kelolaan
- Rekonsiliasi jumlah tercatat
pada awal periode dan akhir
periode aset kelolaan

(par 17)

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
AKUNTANSI INFAK DAN SEDEKAH
21 Pengakuan Infak/sedekah yang diterima Entitas amil mengakui
dan diakui sebagai penambah penerimaan infak dan sedekah
pengukuran dana infak/sedekah terikat sebagai penghasilan dalam
awal atau tidka terikat sesuai dana infak dan sedekah pada
dengan tujuan pemberi saat entitas amil menerima aset
infak/sedekah sebesar: infak dan sedekah dan
mengukur pada:
(a) Jumlah yang diterima, jika
dalam bentuk kas (a) Nilai nominal, jika kas
(b) Nilai wajar, jika dalam (b) Nilai wajar, jika aset nonkas
bentuk nonkas
(par 18)
(par 24)
22 Penentuan Penentuan nilai wajar aset Penentuan nilai wajar aset
nilai wajar nonkas yang diterima nonkas menggunakan harga
menggunakan harga pasar. pasar yang wajar. Jika harga
Jika harga pasar tidak tersedia, pasar yang wajar tidak tersedia,
maka dapat menggunakan maka penerimaan infak dan
metode penentuan nilai wajar sedekah berupa aset nonkas
lainnya sesuai dengan SAK tersebut hanya diungkapkan
yang relevan dalam catatan atas laporan
keuangan (par 19)
(par 25)

23 Penerimaan Infak/sedekah yang diterima Entitas amil mungkin menerima


aset nonkas dapat berupa kas atau aset infak dan sedekah berupa aset
nonkas. Aset nonkas dapat tidak lancar yang diamanahkan
berupa aset lancar atau tidak oleh pemberinya untuk dikelola
lancar (par 26) oleh entitas amil, misalnya
tanah dan bangunan.
Aset tidak lancar yang Penerimaan aset tersebut diakui
diterima dan diamanahkan sebagai penghasilan dalam:
untuk dikelola oleh amil
diukur sebesar nilai wajar saat (a) dana amil, jika amil sebagai
penerimaan dan diakui penerima manfaat;
sebagai aset tidak lancar
infak/sedekah. Penyusutandari (b) dana infak dan sedekah, jika
aset tersebut diperlakukan pihak selain amil sebagai
sebagai pengurang dana penerima manfaat. Aset
infak/sedekah terikat jika tersebut merupakan aset
penggunaan atau pengelolaan kelolaan yang perlakuan
aset tersebut sudah akuntansinya mengacu pada
ditentukan oleh pemberi. (par paragraf 30.
27)
Amil dapat pula menerima
aset nonkas yang
dimaksudkan oleh pemberi
untuk segera disalurkan. Aset
seperti ini diakui sebagai aset
lancar. Aset ini dapat berupa
bahan habis pakai , seperti

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
bahan makanan; atau aset
yang memiliki umur ekonomi
panjang, seperti mobil untuk
ambulan. (par 28)
Aset nonkas lancar dinilai
sebesar nilai perolehan,
sedangkan aset nonkas
nonkas tidak lancar dinilai
sebesar nilai wajar sesuai
dengan SAK yang relevan.
(par 29)
24 Sedekah Tidak diatur Entitas amil mungkin
Diskon/potong memperoleh diskon dan
an potongan lain atas pembelian
atas aset dan jasa yang spesifik
terkait dengan kekhasan entitas
amil. Diskon dan potongan lain
ini merupakan penerimaan
sedekah jika terdapat
pernyataan secara eksplisit dari
penjual aset atau penyedia jasa
yang menyatakan bahwa diskon
dan potongan lain tersebut
merupakan sedekah.
Penerimaan sedekah tersebut
diakui sebagai penghasilan
dalam :
a. dana amil, jika amil sebagai
penerima manfaat;
b. dana infak dan sedekah, jika
pihak selain amil sebagai
penerima manfaat.(par 21)
25 Sedekah jasa Tidak diatur Entitas Amil mungkin
memanfaatkan jasa entitas lain
tanpa biaya, seperti keahlian
dalam waktu tertentu. Manfaat
tersebut diakui sebagai
penerimaan sedekah jasa jika :
a. terdapat pernyataan eksplisit
dari pemberi jasa yang
menyatakan bahwa
pemberian jasa tersebut
merupakan sedekah; dan
b. nilai wajar jasa dapat diukur
secara andal berdasarkan
input yang dapat diobservasi
(par 22)

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Entitas Amil mengakui
penerimaan sedekah jasa
sebagai penghasilan dalam:
a. dana infak dan sedekah, jika
pihak lain yang memperoleh
manfaat dari jasa; atau
b. dana amil, jika amil yang
memperoleh manfaat dari
jasa. Penerimaan tersebut
diukur pada nilai wajar. (par
23)
Jika penerimaan sedekah jasa
merupakan bagian dari
perolehan aset tidak lancar
berupa:
a. aset kelolaan, maka diakui
sebagai penghasilan dalam
dana infak dan sedekah;
b. aset tetap atau aset tak
wujud, maka diakui sebagai
penghasilan dalam dana
amil. (par 24)
26 Pengukuran Tidak diatur Aset infak dan sedekah berupa
aset infak dan aset keuangan selain kas,
sedekah yang misalnya surat berharga syariah,
berfluktuasi dan aset komoditas, misalnya
signifikan logam mulia, dapat mengalami
flktuasi nilai wajar secara
signifian. Aset tersebut juga
tidak dapat disalurkan kepada
penerima manfaat dalam
bentuk asalnya. Aset ini
selanjutnya diukur pada nilai
wajar dan perubahannya diakui
dalam dana infak dan sedekah.
(par 25)
27 Penurunan Penurunan nilai aset Jika aset infak dan sedekah
nilai infak/sedekah diakui sebagai : hilang atau mengalami
kerusakan fisik sehingga tidak
(a) pengurang dana layak atau tidak dapat
infak/sedekah, jika tidak disalurkan kepada penerima
disebabkan kelalaian amil; manfaat, maka kerugian yang
(b) kerugian dan pengurang terjadi diakui dalam:
dana amil, jika disebabkan
oleh kelalaian ami (par 30) (a) dana infak dan sedekah, jika
tidak disebabkan oleh
kelalaian amil;
(b) dana amil, jika disebabkan
oleh kelalaian amil (par 26)

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
27 Investasi dana Dana infak/sedekah sebelum Tidak diatur
Infak dan disalurkan dapat dikelola
Sedekah dalam jangka waktu
sementara untuk
mendapatkan hasil yang
optimal. Hasil dana
pengelolaan diakui sebagai
penambah dana
infak/sedekah. (par 32)
28 Penjualan aset Tidak diatur Aset infak dan sedekah berupa
nonkas aset nonkas, misalnya logam
mulia, dapat ditunaikan melalui
penjualan yang mungkin
menyebabkan adanya
perbedaan antara jumlah kas
neto yang diterima dan jumlah
tercatat. Perbedaan ini diakui
sebagai penghasilan atau beban
dalam dana infak dan sedekah.
(par 27)
29 Penyaluran Penyaluran dana Entitas amil mengakui
dana infak dan infak/sedekah diakui sebagai penyaluran infak dan sedekah
sedekah pengurang dana sebagai beban dalam dana
infak/sedekah sebesar: infak dan sedekah pada saat
infak dan sedekah diterima oleh
(a) jumlah yang diserahkan, penerima manfaat sebesar
jika dalam bentuk kas; jumlah tercatat aset kas atau
(b) nilai tercatat aset yang aset nonkas (par 28)
diserahkan, jika dalam
bentuk aset nonkas. (par
33)
30 Penyaluran Bagian dana infak/sedekah Tidak diatur
untuk amil yang disalurkan untuk amil
diakui sebagai penambah
dana amil (par 34)
Penentuan jumlah atau
persentase bagian untuk para
penerima infak/sedekah
ditentukan oleh amil sesuai
dengan prinsip syariah,
kewajaran, etika, dan
ketentuan yang berlaku yang
dituangkan dalam bentuk
kebijakan amil (par 35)
31 Penyaluran Penyaluran infak/sedekah oleh Entitas amil dapat menyalurkan
melalui amil amil kepada amil lain infak dan sedekah:
lain merupakan penyaluran yang
mengurangi dana (a) secara langsung kepada
infak/sedekah jika amil tidak penerima manfaat; atau

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
akan menerima kembali aset (b) secara tidak langsung
infak/sedekah yang disalurkan kepada penerima manfaat
tersebut. (par 36) melalui entitas lain.
Penyaluran ini akan diakui
sebagai beban dalam dana
infak dan sedekah entitas
amil Ketika infak dan
sedekah telah diterima oleh
penerima manfaat (par 29)
32 Penyaluran Tidak diatur Penyaluran infak dan sedekah
dalam bentuk dapat dilakukan dalam bentuk
aset kelolaan aset kelolaan, misalnya rumah
sakit, sekolah, dan fasilitas
umum lain, yang diperuntukan
untuk penerima manfaat.
Penyaluran infak dan sedekah
berupa aset kelolaan diakui
sebagai beban dalam dana
infak dan sedekah sebesar:
(a) seluruhnya, jika aset
tersebut dikelola oleh entitas
lain yang tidak dikendalikan
secara langsung atau tidak
langsung oleh entitas amil.
(b) jumlah penyusutan atau
amortisasi dari asetkelolaan
selama masa manfaatnya,
jika aset tersebut
dikendalikan secara
langsung atau tidak
langsung oleh entitas amil.
Aset kelolaan ini diukur
dengan metode biaya sesuai
PSAK 16: Aset Tetap dan
PSAK 19: Aset Takberwujud
(par 30)
33 Penyaluran Penyaluran infak/sedekah Infak dan sedekah yang
dalam bentuk kepada penerima akhir dalam disalurkan kepada penerima
qardh al hasan skema dana bergulir dicatat manfaat dengankeharusan
sebagai piutang infak/sedekah untuk mengembalikannya
bergulir dan tidak mengurangi merupakan penyaluran infak
dana infak/sedekah. (par 37) dan sedekah dengan cara
pemberian al-qardh al hasan
yang akan diakui sebagai beban
dalam dana infak dan sedekah
pada saat dilakukan hapus
tagih. (par 31)

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
34 Penyajian infak Amil menyajikan dana zakat, Entitas amil menyajikan:
dan sedekah dana infak/sedekah, dan dana
amil secara terpisah dalam (a) aset neto terkait
laporan posisi keuangan (par pengelolaan infak dan
38) sedekah menjadi dana infak
dan sedekah
(b) dan dana amil;
(c) piutang penyaluran infak
dan sedekah, al-qardh al-
hasan, dan aset kelolaan
terkait pengelolaan infak
dan sedekah sebagai pos
tersendiri dalam laporan
posisi keuangan (par 32)

35 Pengungkapan Amil mengungkapkan hal-hal Entitas amil mengungkapkan


infak dan berikut terkait dengan hal-hal berikut terkait
sedekah transaksi infak/sedekah, tetapi pengelolaan infak dan
tidak terbatas pada :
sedekah, tetapi tidak terbatas
a. Kebijakan penyaluran pada:
infak/sedekah, seperti
penentuan skala prioritas - Umum
penyaluran infak/sedekah (a) penjelasan mengenai bagian
dan penerima amil atas penerimaan infak
infak/sedekah dan sedekah, termasuk
b. Kebijakan penyaluran pertimbangan, jumlah,
infak/sedekah untuk amil persentase, peruntukan, dan
dan nonamil, seperti perubahannya dari periode
persentase pembagian, sebelumnya;
alasan, dan konsistensi (b) penjelasan infak dan
kebijakan. sedekah dengan
c. Metode penentuan nilai pembatasan (muqayyadah)
wajar yang digunakan atau tanpa pembatasan
untuk penerimaan (muthlaqah) dari pemberi
infak/sedekah berupa aset infak dan sedekah, dan
nonkas. rincian saldonya pada akhir
d. Keberadaan dana periode;
infak/sedekah yang tidak (c) keberadaan aset yang tidak
langsung disalurkan tetapi dapat diakui sebagai
dikelola terlebih dahulu, penghasilan dalam dana
jika ada, diungkapkan infak dan sedekah (misalnya
jumlah dan persentase dari bunga bank), jika ada,
seluruh penerimaan diungkapkan mengenai
infak/sedekah selama kebijakan atas penerimaan
periode pelaporan serta dan penyaluran, alasan, dan
alasannya jumlahnya;
e. Hasil yang diperoleh dari (d) rincian aset infak dan
pengelolaan yang sedekah pada akhir periode;
dimaksud di huruf (d) -Penerimaan infak dan
diungkapkan secara sedekah
terpisah.

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
f. Penggunaan dana (e) rincian penerimaan infak
infak/sedekah menjadi aset dan sedekah secara
kelolaan, jika ada, langsung dan tidak
diungkapkan jumlah dan langsung melalui entitas
persentase terhadap lain;
seluruh penggunaan dana (f) rincian penerimaan infak
infak/sedekah serta dan sedekah berdasarkan
alasannya. pemberi infak dan sedekah
g. Rincian dana pribadi dan perusahaan,
infak/sedekah berdasarkan serta kas dan aset nonkas;
peruntukanya, terikat dan (g) penjelasan atas penerimaan
tidak terikat aset nonkas yang tidak
h. Hubungan pihak-pihak diakui karena harga pasar
berelasi antara amil dan wajar tidak tersedia;
penerima infak/sedekah -Penyaluran infak dan
yang meliputi : sedekah
i. Sifat hubungan
ii. Jumlah dan jenis aset (h) kebijakan penyaluran infak
yang disalurkan dan sedekah;
iii. Presentase dari (i) rincian penyaluran infak dan
setiap aset yang sedekah secara langsung
disalurkan tersebut dan tidak langsung melalui
dari total penyaluran entitas lain;
infak/sedekah (j) penyaluran infak dan
selama periode sedekah kepada pihak
berelasi meliputi:
i. sifat hubungan;
ii. jumlah dan jenis aset
yang disalurkan selama
periode; dan
iii. persentase terhadap total
penyaluran infak dan
sedekah selama periode;
- Aset kelolaan
(k) penjelasan penyaluran infak
dan sedekah dalam bentuk
aset kelolaan, termasuk
pertimbangan, jumlah, dan
persentase dari total
penyaluran infak dan
sedekah;
(l) rincian aset kelolaan;
(m) rekonsiliasi jumlah tercatat
pada awal dan akhir periode
yang menunjukkan:
i. penambahan;
ii. penyusutan atau
amortisasi;
iii. penurunan nilai dan
pembalikannya;

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
iv. penghentian-
pengakuan;
v. perubahan lain;
- Al-Qardh Al-Hasan
(n) penjelasan penyaluran infak
dan sedekah dalam cara
pemberian al-qardh al-
hasan, termasuk
pertimbangan, jumlah, dan
persentase dari total
penyaluran infak dan
sedekah;
(o) rekonsiliasi jumlah tercatat
pada awal dan akhir periode
yang menunjukkan:
(i) penyaluran;
(ii) penerimaan;
(iii) penghapusan;
- Investasi
(p) penjelasan penggunaan
infak dan sedekah untuk
investasi, termasuk
pertimbangan, jumlah, dan
persentase dari total
penerimaan infak dan
sedekah selama periode;
(q) rincian jenis, jangka waktu,
dan imbal hasil dari masing-
masing investasi;
(r) rekonsiliasi jumlah tercatat
pada awal dan akhir periode
yang menunjukkan:
(i) perolehan;
(ii) perubahan nilai;
(iii) pelepasan.
- Sedekah jasa
(s) kebijakan akuntansi yang
diterapkan pada
penerimaan sedekah jasa;
(t) penjelasan mengenai
sedekah jasa yang tidak
diakui sebagai penerimaan
sedekah, termasuk

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
pertimbangan dan uraian
jasa yang diterima;
(u) rincian sedekah jasa yang
manfaatnya diterima oleh
amil dan pihak lain selama
periode;
(par 33)

36 Ketentuan Pernyataan ini diterapkan Entitas amil menerapkan


transisi secara prospektif. Penerapan Pernyataan ini secara prospektif
secara retrospektif dengan ketentuan sebagai
diperkenankan, tetapi tidak berikut:
disyaratkan. (par 42)
a. dampak perubahan
pengaturan diakui di dana
zakat, dana infak dan
sedekah, dan dana amil
awal periode sajian;
b. laporan keuangan periode
sebelumnya disajikan
kembali;
c. tidak menyajikan laporan
posisi keuangan ketiga
seperti yang diatur di PSAK
101: Penyajian Laporan
Keuangan paragraf 42;
(par 34)

37 Tanggal efektif Pernyataan ini berlaku untuk Pernyataan ini berlaku untuk
tahun buku yang dimulai pada tahun buku yang dimulai pada
atau setelah 1 Januari 2012. atau setelah 1
Penerpatan dini
diperkenankan (par 43) Januari 2024. Penerapan dini
diperkenankan.(par 35)
38 Penarikan Tidak diatur Pernyataan ini menggantikan
PSAK 109: Akuntansi Zakat dan
Infak/Sedekah yang dikeluarkan
pada 6 April 2010

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
MENYUSUN LAPORAN
KEUANGAN
Laporan keuangan merupakan suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan
kinerja keuangan suatu BAZNAS/LAZ. Tujuan laporan keuangan adalah untuk
memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas
BAZNAS/LAZ yang bermanfaat bagi Sebagian besar pengguna laporan keuangan dalam
pengambilan keputusan. Laporan keuangan juga merupakan bentuk
pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan
kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, laporan keuangan
BAZNAS/LAZ menyajikan informasi mengenai BAZNAS/LAZ yang meliputi:

1. Aset
2. Liabilitas
3. Aset neto
4. Penerimaan dana zakat, infak dan sedekah, dan amil
5. Penyaluran dana zakat, infak dan sedekah, dan amil
6. Arus kas

Informasi tersebut, beserta informasi lain yang terdapat dalam Catatan atas
Laporan keuangan, membantu pengguna laporan keuangan dalam memprediksi arus
kas masa depan.

Laporan keuangan BAZNAS/LAZ yang lengkap terdiri dari:

1. Laporan posisi keuangan


2. Laporan aktivitas
3. Laporan arus kas
4. Catatan atas Laporan Keuangan

Manajemen bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian laporan


keuangan BAZNAS/LAZ.

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Laporan keuangan BAZNAS/LAZ disusun dan disajikan harus memenuhi karakteristik
1
umum berikut ini :

Laporan keuangan menyajikan secara wajar posisi keuangan,kinerja keuangan, dan


arus kas BAZNAS/LAZ. Penyajian yang wajar mensyaratkan penyajian secara jujur
dampak dari transaksi, peristiwa, dan kondisi lain sesuai dengan definisi dan kriteria
pengakuan aset, liabilitas, aset neto, penghasilan dan beban yang diatur dalam
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah.

BAZNAS/LAZ yang laporan keuangannya telah patuh terhadap SAK


membuat pernyataan secara eksplisit dan tanpa terkecuali tentang kepatuhan
terhadap SAK dalam catatan atas laporan keuangan. BAZNAS/LAZ tidak boleh
menyebutkan bahwa laporan keuangan telah patuh terhadap SAK kecuali laporan
keuangan telah patuh terhadap seluruh persyaratan dalam SAK.

BAZNAS/LAZ mencapai penyajian laporan keuangan secara wajar dengan


mematuhi SAK yang relevan, yaitu PSAK Syariah terutama PSAK 109: Akuntansi
Zakat, Infak, dan Sedekah serta PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
Dalam hal tidak ada PSAK Syariah yang mengatur suatu transaksi, peristiwa, atau
kondisi lain, maka dianjurkan untuk mengacu pada SAK Umum, sepanjang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah.

Dalam penyusun laporan keuangan, manajemen membuat penilaian tentang


kemampuan BAZNAS/LAZ untuk mempertahankan kelangsungan usaha.

BAZNAS/LAZ Menyusun laporan keuangan atas dasar akrual, kecuali laporan arus kas.
Dengan basis akrual, maka suatu transaksi diakui sebagai aset, liabilitas, aset neto,
penghasilan, dan beban ketika transaksi tersebut telah memenuhi definisi dan kriteria

1
PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
pengakuan unsur tersebut berdasarkan ketentuan dalam Kerangka Dasar Penyusunan
dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah.

BAZNAS/LAZ menyajikan secara terpisah setiap kelompok pos serupa yang material
dan menyajikan secara terpisah pos yang memiliki sifat atau fungsi yang tidak serupa
kecuali pos tersebut tidak material, maka penyajiannya dapat digabungkan.

BAZNAS/LAZ tidak melakukan saling hapus atas aset, liabilitas, aset neto serta
penghasilan dan beban, kecuali disyaratkan atau diizinkan oleh PSAK.

BAZNAS/LAZ menyajikan laporan keuangan lengkap setidaknya tahunan.

BAZNAS/LAZ menyajikan informasi komparatif terkait dengan periode sebelumnya


untuk seluruh jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan periode berjalan.

Penyajian dan klasifikasi pos dalam laporan keuangan antar periode dilakukan secara
konsisten, kecuali:
a. Setelah terjadi perubahan yang signifikan terhadap sifat dan operasi BAZNAS/LAZ
atau kajian ulang atas laporan keuangan, terlihat secara jelas bahwa penyajian
atau klasifikasi lain akan lebih tepat untuk digunakan dengan mempertimbangkan
kriteria dalam penentuan dan penerapan kebijakan akuntansi; atau
b. Perubahan tersebut diisyaratkan oleh PSAK

BAZNAS/LAZ menyajikan laporan keuangan secara jelas dan membedakannya dari


laporan lain dalam dokumen publikasi yang sama, seperti laporan tahunan (annual
report). Laporan keuangan disajikan dengan format header sebagai berikut:
1. Nama BAZNAS/LAZ pembuat laporan keuangan;
2. Jenis laporan keuangan dana apakah merupakan laporan keuangan satu entitas
atau suatu kelompok entitas;

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
3. Tanggal akhir periode pelaporan atau periode yang dicakup oleh laporan
keuangan;
4. Mata uang pelaporan;
5. Pembulatan yang digunakan dalam penyajian jumlah dalam laporan kuangan.

(dalam Ribuan Rupiah)

Laporan keuangan BAZNAS/LAZ yang lengkap terdiri dari:


1. Laporan Posisi Keuangan
2. Laporan Aktivitas
3. Laporan Arus Kas
4. Catatan Atas Laporan Keuangan

Laporan posisi keuangan BAZNAS/LAZ terdiri dari tiga unsur yaitu Aset, Liabilitas, dan
Aset Neto. BAZNAS/LAZ menyajikan dalam laporan posisi keuangan dengan
memperhatikan ketentuan dalam PSAK dan ISAK yang relevan mencakup, tetapi tidak
terbatas pada, pos-pos berikut:

(a) kas dan setara kas;


(b) piutang penyaluran zakat;
(c) piutang penyaluran infak dan sedekah;
(d) Piutang al-qardh al-hasan;
(e) aset tetap;
(f) aset takberwujud;
(g) aset kelolaan;

(h) liabilitas penyaluran zakat;

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
(i) liabilitas penyaluran infak dan sedekah;
(j) liabilitas imbalan kerja;

(k) dana zakat;


(l) dana infak dan sedekah; dan
(m) dana amil.

(dalam Ribuan Rupiah)

kas dan setara kas xxx xxx


piutang penyaluran zakat xxx xxx
piutang penyaluran infak dan sedekah xxx xxx
Piutang al-qardh al-hasan xxx xxx
xxx xxx

aset tetap;
aset takberwujud; xxx xxx
aset kelolaan xxx xxx
xxx xxx
xxx xxx
xxx xxx

Liabilitas jangka pendek


liabilitas penyaluran zakat xxx xxx
liabilitas penyaluran infak dan sedekah xxx xxx
xxx xxx

liabilitas imbalan kerja xxx xxx


xxx xxx
xxx xxx

dana zakat xxx xxx


dana infak dan sedekah xxx xxx
dana amil xxx xxx
J xxx xxx

xxx xxx

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Laporan Aktivitas merupakan laporan yang menunjukan penerimaan dan penyaluran
dana zakat, infak, sedekah, dan amil, serta dana lainnya selama periode pelaporan
tertentu, serta saldo dana yang belum disalurkan pada tanggal tertentu. Laporan
aktivitas mencakup, tetapi tidak terbatas pada, pos-pos berikut:

(a) penghasilan
(i) penerimaan zakat dari muzaki pribadi;
(ii) penerimaan zakat dari muzaki perusahaan;
(iii) dampak pengukuran ulang aset zakat;
(b) beban:
(i) penyaluran zakat ke amil;
(ii) penyaluran zakat ke mustahik non-amil;
(c) saldo awal dana zakat;
(d) saldo akhir dana zakat;

(a) penghasilan:
(i) penerimaan infak dan sedekah dengan pembatasan (muqayyadah);
(ii) penerimaan infak dan sedekah tanpa pembatasan (mutlaqah);
(iii) dampak pengukuran ulang aset infak dan sedekah;
(iv) hasil pengelolaan aset infak dan sedekah;
(b) beban:
(i) penyaluran infak dan sedekah dengan pembatasan kepada amil;
(ii) penyaluran infak dan sedekah dengan pembatasan kepada penerima
manfaat;
(iii) penyaluran infak dan sedekah tanpa pembatasan kepada amil;
(iv) penyaluran infak dan sedekah tanpa pembatasan kepada penerima manfaat
(c) saldo awal dana infak dan sedekah;
(d) saldo akhir dana infak dan sedekah;

(a) penghasilan:
(i) bagian amil dari penerimaan zakat;
(ii) bagian amil dari penerimaan infak dan sedekah;
(iii) penghasilan lain;

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
(b) beban;
(i) beban pegawai;
(ii) beban lain;
(c) saldo awal dana amil;
(d) saldo akhir dana amil.

(dalam Ribuan Rupiah)

xxx xxx
Penerimaan zakat pribadi
xxx xxx
Penerimaan zakat perusahaan
xxx xxx
Dampak pengukuran ulang aset zakat
xxx xxx

(xxx) (xxx)
Amil (xxx) (xxx)
Fakir (xxx) (xxx)
Miskin (xxx) (xxx)
Riqab (xxx) (xxx)
Gharim (xxx) (xxx)
Muallaf (xxx) (xxx)
Fisabilillah (xxx) (xxx)
Ibnu Sabil xxx xxx
xxx xxx
xxx xxx
xxx xxx

xxx
Penerimaan infak dan sedekah dengan pembatasan
xxx xxx
Penerimaan infak dan sedekah tanpa pembatasan
xxx xxx
Dampak pengukuran ulang aset infak dan sedekah
xxx xxx
Hasil pengelolaan aset infak dan sedekah
xxx

Penyaluran infak dan sedekah dengan pembatasan:


- Amil xxx xxx
- Penerima manfaat xxx xxx

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Penyaluran infak dan sedekah tanpa pembatasan:
- Amil (xxx) (xxx)
- Penerima manfaat (xxx) (xxx)
Jumlah xxx xxx
Surplus/Defisit xxx xxx
Saldo Awal xxx xxx
Saldo Akhir xxx xxx

DANA AMIL
Penghasilan
xxx xxx
Bagian amil dari penerimaan zakat
Bagian amil dari penerimaan infak dan sedekah xxx xxx
xxx xxx
Penghasilan lain
Jumlah xxx xxx

Beban
Beban pegawai (xxx) (xxx)
Beban lainnya (xxx) (xxx)
Jumlah xxx xxx
xxx xxx
Surplus/Defisit
Saldo Awal
Saldo Akhir

JUMLAH DANA ZAKAT, INFAK DAN SEDEKAH, DAN AMIL xxx xxx

Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan penerimaan dan pengeluaran
kas lembaga selama periode tertentu yang dikelompokkan dalam aktivitas operasi,
investasi dan pendanaan. BAZNAS/LAZ menyajikan laporan arus kas sesuai dengan
ketentuan dalam PSAK 2: Laporan Arus Kas dan PSAK lain yang relevan.

Aktivitas operasi (operating) adalah aktivitas penghasil utama penerimaan


Lembaga (principal revenue-producing activities) dan aktivitas lain yang bukan
merupakan aktivitas investasi dan pendanaan. Yang termasuk aktivitas operasi pada
BAZNAS/LAZ diantaranya:
1. Penerimaan zakat dari muzakki pribadi
2. Penerimaan zakat dari muzakki perusahaan
3. Penyaluran zakat
4. Penerimaan/penyaluran infak dan sedekah dengan pembatasan
5. Penerimaan/penyaluran infak dan sedekah tanpa pembatasan
6. Pembayaran beban operasional

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Aktivitas investasi (investing) adalah perolehan dan pelepasan aset jangka
Panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas. Beberapa contoh arus kas
dari aktivitas investasi adalah:
1. Pembayaran kas untuk membeli aset tetap, aset tak berwujud, aset kelolaan dan
aset tidak lancar lain.
2. Penerimaan kas dari penjualan aset tetap, aset tak berwujud, aset kelolaan dan
aset tidak lancar lain

Aktivitas pendanaan (financing) adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan


dalam jumlah serta komposisi pembiayaan atau pinjaman lembaga. Beberapa contoh
arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan adalah:
1. Penerimaan kas dari pembiayaan atau pinjaman atau hutang lain
2. Pembayaran kas untuk pembiayaan, pinjaman atau hutang lain

Ilustrasi

(dalam Ribuan Rupiah)


2022 2021

Penerimaan zakat dari muzakki pribadi xxx xxx


Penerimaan zakat dari muzakki perusahaan xxx xxx
Penyaluran zakat (xxx) (xxx)
Penerimaan infak dan sedekah dengan pembatasan xxx xxx
Penyaluran infak dan sedekah dengan pembatasan (xxx) (xxx)
Penerimaan infak dan sedekah tanpa pembatasan xxx xxx
Penyaluran infak dan sedekah tanpa pembatasan (xxx) (xxx)
Pembayaran beban operasional (xxx) (xxx)
xxx Xxx

Perolehan aset tetap xxx xxx


Penjualan aset tetap (xxx) (xxx)
Perolehan aset kelolaan xxx xxx
Penjualan aset kelolaan (xxx) (xxx)
Penyertaan modal (xxx) (xxx)
xxx xxx

Penerimaan pembiayaan xxx xxx


Pembayaran pembiayaan (xxx) xxx

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Penerimaan APBD/PABN xxx xxx
xxx xxx

xxx xxx
xxx xxx

Catatan atas laporan keuangan adalah informasi tambahan atas apa yang disajikan
dalam laporan posisi keuangan, laporan perubahan dana, laporan perubahan aset
kelolaan, dan laporan arus kas. Catatan atas laporan keuangan memberikan deskripsi
atau pemisahan pos-pos yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut dan informasi
mengenai pos-pos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan
tersebut.

BAZNAS/LAZ menyajikan catatan atas laporan keuangan berdasarkan


ketentuan dalam PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah, PSAK dan ISAK lain
yang relevan. Catatan atas laporan keuangan disajikan dengan urutan sebagai berikut:

1. Informasi umum BAZNAS/LAZ


2. Pernyataan atas kepatuhan terhadap SAK
3. Ringkasan kebijakan akuntansi signifikan yang diterapkan
4. Rincian dan informasi tambahan untuk pos yang disajikan pada laporan posisi
keuangan, laporan aktivitas, dan laporan arus kas
5. Pengungkapan lain yang persyaratkan oleh PSAK.

Penyusunan laporan keuangan BAZNAS/LAZ dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:

1. Kepala Bagian Akuntansi dan Keuangan memeriksa seluruh akun di Neraca Saldo.
2. Petugas Bagian Akuntansi dan Keuangan membuat jurnal di sistem elektronik dan
mencetak voucher jurnalnya untuk pengakuan:

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
a. Biaya yang masih harus dibayar
b. Biaya penyusutan aktiva tetap
c. Biaya penyusutan Aktiva tetap kelolaan
d. Biaya dari transaksi Biaya dibayar di muka
e. Transaksi sesuai hasil rekonsiliasi bank
f. Hutang pajak
g. Transaksi lain yang belum terjurnal
3. Kepala Bagian Akuntansi dan Keuangan mengotorisasi voucher jurnal yang dibuat
Petugas Bagian Akuntansi dan Keuangan. Apabila terdapat koreksi jurnal, voucher
jurnal dikembalikan ke Petugas Bagian Akuntansi dan Keuangan untuk dilakukan
koreksi jurnal sesuai hasil koreksi Kepala Bagian Akuntansi dan Keuangan.
4. Kepala Bagian Akuntansi dan Keuangan mengunduh Neraca Saldo dan menyiapkan
data rincian dari seluruh akun yang memerlukan informasi data rincian, misalnya data
saldo per jenis kas dan saldo setiap rekening koran, rincian piutang, rincian hutang,
daftar aktiva tetap dan akumulasi depresiasinya, rincian aktiva kelolaan beserta
alokasi pemanfaatannya, serta rincian lain yang diperlukan.
5. Apabila seluruh akun telah diyakini telah sesuai, Kepala Bagian Akuntansi dan
Keuangan membuat Laporan Keuangan sesuai standar PSAK 101 (Revisi 2022) dan
PSAK 109 (Revisi 2022) yaitu berupa:
a. Laporan Posisi Keuangan
b. Laporan Aktivitas
c. Laporan Arus Kas
d. Catatan atas Laporan Keuangan (CALK)
6. Apabila Laporan Keuangan sudah diyakini telah sesuai, Kepala Bagian Akuntansi dan
Keuangan menyerahkan Laporan Keuangan beserta rinciannya kepada Laporan
Keuangan beserta rinciannya kepada pimpinan yang membidangi bagian keuangan.
7. Pimpinan yang membidangi bagian keuangan memeriksa Laporan Keuangan dan
rinciannya.
8. Apabila terdapat koreksi, Pimpinan yang membidangi bagian keuangan
menyampaikan jurnal atau poin koreksi kepada Kepala Bagian Akuntansi dan
Keuangan untuk dikoreksi.
9. Pimpinan yang membidangi bagian keuangan mengotorisasi Laporan Keuangan
yang telah diperiksa dan dinyatakan valid dan dapat dipertanggungjawabkan.

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
10. Pimpinan yang membidangi bagian keuangan menyampaikan Laporan Keuangan
kepada Ketua BAZNAS/LAZ untuk direviu dan atau dianalisis, serta disetujui.
11. Kepala Bagian Akuntansi dan Keuangan mengarsip Laporan Keuangan Bulanan dan
laporan Keuangan audited yang telah disetujui.

Setelah laporan keuangan disetujui maka laporan keuangan dapat disampaikan kepada
stakeholder terkait sebagai bahan pengambilan keputusan. Prosedur yang dilakukan
dalam penyampaian laporan keuangan kepada pihak terkait adalah sebagai berikut:

1. Ketua BAZNAS apabila diperlukan dapat meminta Pimpinan terkait untuk melakukan
reviu atas Laporan Keuangan Bulanan / Tahunan Unaudited.
2. Laporan Keuangan Tahunan yang telah direviu Pimpinan terkait dan dinyatakan telah
sesuai, disampaikan dan dimintakan pengesahan Ketua BAZNAS.
3. Laporan Keuangan Tahunan yang telah disahkan Ketua BAZNAS, dilakukan audit oleh
Kantor Akuntan Publik.
4. Laporan Keuangan yang telah diaudit didistribusikan ke pihak terkait dan
dipublikasikan sesuai ketentuan yang telah ditetapkan.
5. Dalam hal Audit Laporan Keuangan belum selesai, dan ada kebutuhan pada pihak
terkait tentang Laporan Keuangan maka BAZNAS dapat mengirimkan laporan
Keuangan Unaudited yang telah disahkan.

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Berikut ini adalah rincian perbedaan perbedaan penyajian Laporan Keuangan Entitas
Amil Berdasarkan PSAK 101 (Penyesuaian 2019) dan PSAK 101 (Penyesuaian 2022):

1 Komponen Laporan 1. Laporan posisi keuangan 1. Laporan posisi


Keuangan 2. Laporan perubahan dana keuangan
3. Laporan perubahan aset 2. Laporan aktivitas
kelolaan 3. Laporan arus kas
4. Laporan arus kas 4. Catatan Atas
5. Catatan Atas Laporan Laporan Keuangan
Keuangan

2 Unsur Laporan 1. Aset 1. Aset


Posisi Keuangan 2. Liabilitas 2. Liabilitas
3. Saldo Dana 3. Aset Neto
3 Unsur Laporan Laporan Perubahan Dana Laporan Aktivitas yang
Kinerja Keuangan yang terdiri dari unsur terdiri dari unsur
Penerimaan dan Penyaluran penghasilan dan beban
Dana Zakat, Dana Dana Zakat, Dana Infak
Infak/Sedekah, dan Dana dan Sedekah, dan Dana
Amil Amil
4 Laporan Perubahan Disajikan sebagai komponen Diungkapkan pada
Aset Kelolaan laporan keuangan Catatan atas laporan
keuangan
5 Laporan arus kas Disajikan sesuai dengan Disajikan sesuai dengan
PSAK 2: Laporan Arus Kas, PSAK 2: Laporan Arus
PSAL Lain, dan ISAK yang Kas, PSAL Lain, dan
relevan ISAK yang relevan
6 Catatan atas Disajikan sesuai dengan Disajikan sesuai dengan
Laporan Keuangan PSAK 101: Penyajian Laporan PSAK 101: Penyajian
Keuangan Syariah, PSAK Laporan Keuangan
lain, dan ISAK yang relevan Syariah, PSAK lain, dan
ISAK yang relevan

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
MENGELOLA PENCATATAN
ASET TETAP DAN
ASET KELOLAAN
BAZNAS/LAZ mengklasifikasikan aset tetap ke dalam tiga klasifikasi yaitu aset tetap, aset
tak berwujud, dan aset kelolaan.

Aset tetap adalah aset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau
dengan dibangun lebih dahulu, yang diperoleh dengan dana operasional/amil yang
digunakan dalam operasi BAZNAS/LAZ, yang tidak dimaksudkan untuk dijual dalam
rangka kegiatan BAZNAS/LAZ dan mempunyai manfaat lebih dari satu tahun.

Aset tidak berwujud adalah aset non-moneter yang dapat diidentifikasi dan
tidak mempunyai wujud fisik yang digunakan untuk operasional BAZNAS/LAZ.

Aset kelolaan adalah aset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai
atau dengan dibangun lebih dahulu, yang diperoleh dengan dana program, yang
digunakan dalam pendistribusian dan pendayagunaan BAZNAS/LAZ, yang tidak
dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan BAZNAS/LAZ dan mempunyai manfaat
lebih dari satu tahun.

Penggolongan aset tetap dan aset tetap kelolaan BAZNAS/LAZ terdiri dari:

1. Tanah dikelompokkan sebagai aset tetap ialah tanah yang diperoleh dengan maksud
untuk dipakai dalam kegiatan operasional BAZNAS/LAZ dan dalam kondisi siap
dipakai.
2. Bangunan, mencakup seluruh gedung dan bangunan yang dibeli atau dibangun
dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional dan penyaluran
BAZNAS/LAZ dan dalam kondisi siap dipakai.
3. Kendaraan Bermotor, seluruh jenis kendaraan bermotor, mobil maupun sepeda
motor yang diperoleh atau dibeli oleh BAZNAS/LAZ untuk keperluan operasional dan
penyaluran BAZNAS/LAZ yang penguasaannya ada pada BAZNAS/LAZ.
4. Inventaris Kantor, seluruh perlengkapan BAZNAS/LAZ yang diperoleh, yang nilai
materialnya signifikan dan masa manfaatnya lebih dari satu tahun. Contoh inventaris
kantor adalah: pendingin ruangan, lemari arsip, furniture kantor, PC, Laptop, kulkas,
microwave, dispenser dan barang lainnya yang sesuai dengan kategori inventaris
kantor.

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Nilai material minimum harga perolehan yang dikategorikan sebagai aset tetap
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh masing – masing BAZNAS/LAZ.

Perlakuan akuntansi untuk aset tetap mengacu pada PSAK 16: Aset Tetap,
sedangkan perlakuan akuntansi aset tidak berwujud mengacu pada PSAK 19: Tidak
Berwujud. Adapun untuk aset kelolaan mengacu pada PSAK 109: Akuntansi Zakat, Infak
dan Sedekah, serta PSAK lain yang relevan termasuk PSAK 16: Aset Tetap dan PSAK 19:
Aset Tidak Berwujud

Pada awal perolehan, aset tetap dan aset kelolaan diakui sebesar biaya perolehan. Aset
Tetap dan aset kelolaan dapat diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun terlebih
dahulu sampai siap pakai, atau dari transaksi sewa pembiayaan, atau dalam bentuk
sumbangan.

Biaya perolehan untuk Aset Tetap dan aset kelolaan yang diperoleh melalui
pembelian atau dibangun sendiri meliputi:

a. Harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh
dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan lain;
b. Biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa Aset Tetap ke lokasi
dan kondisi yang diinginkan agar Aset Tetap siap digunakan sesuai dengan keinginan
dan maksud manajemen; dan
c. Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan Aset Tetap dan restorasi lokasi
aset.

Biaya yang dapat diatribusikan secara langsung, antara lain adalah:

a. Biaya imbalan kerja yang timbul secara langsung dari pembangunan atau perolehan
Aset Tetap;
b. Biaya penyiapan lahan untuk usaha;
c. Biaya handling dan penyerahan awal;

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
d. Biaya perakitan dan instalasi.
e. Biaya pengujian Aset Tetap apakah Aset Tetap berfungsi dengan baik.
f. Komisi profesional, misalnya biaya arsitek.
g. Biaya pengurusan awal hak legal atas tanah.

Biaya yang bukan merupakan biaya perolehan Aset Tetap dan aset kelolaan,
antara lain:

a. Biaya pembukaan fasilitas baru;


b. Biaya promosi;
c. Biaya pelatihan;
d. Administrasi dan biaya overhead umum lain

Untuk Aset Tetap dan aset kelolaan yang diperoleh secara gabungan, biaya
perolehan dari masing-masing Aset Tetap dan aset kelolaan dilakukan secara
proporsional atas nilai wajar dari masing-masing Aset Tetap dan aset kelolaan.

Dalam hal aset tetap dan aset kelolaan diperoleh melalui pembelian secara tidak
tunai, maka biaya perolehan aset tetap atau aset kelolaan adalah setara dengan nilai
tunai pada saat tanggal pengakuan.

Aset tetap yang diperoleh dari sumbangan yang ditujukan untuk kegiatan
operasional amil diakui sebagai bagian dari penerimaan dana amil sebesar nilai wajar.
Aset kelolaan yang diperoleh dari sumbangan yang ditujukan untuk dana zakat atau
infak dan sedekah diakui sebagai bagian dari penerimaan dana zakat atau infak dan
sedekah sebesar nilai wajar

Sedangkan Aset tetap yang diperoleh dari undian berhadiah diakui sebagai
penerimaan dana amil.

Aset tetap atau aset kelolaan yang diperoleh melalui pertukaran dengan aset
non-moneter lain atau kombinasi aset moneter dan aset non-moneter diukur sebesar:

a. Nilai wajar aset yang diterima atau nilai wajar aset yang diserahkan, jika pertukaran
mempunyai substansi komersial.
b. Nilai tercatat aset yang diserahkan, jika nilai wajar aset yang diterima atau aset yang
diserahkan tidak dapat diukur secara andal, atau pertukaran tidak mempunyai
substansi komersial.

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Perolehan melalui sewa pembiayaan

a. Aset tetap atau aset kelolaan yang diperoleh melalui sewa jika sewa tersebut
merupakan sewa pembiayaan.
b. Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan jika memenuhi salah satu syarat
berikut ini:
i. Perjanjian sewa mengalihkan kepemilikan aset kepada Lembaga pada akhir masa
sewa.
ii. BAZNAS/LAZ mempunyai opsi untuk membeli aset pada harga yang cukup
rendah dibandingkan nilai wajar pada tanggal opsi mulai dapat dilaksanakan,
sehingga pada awal sewa dapat dipastikan bahwa opsi memang akan
dilaksanakan.
iii. Biaya perolehan aset tetap yang diperoleh melalui sewa adalah nilai tunai dari
seluruh pembayaran sewa ditambah nilai residu (harga opsi) yang harus dibayar
pada akhir masa sewa.

Tanggal 1 Agustus 202X BAZNAS/LAZ membeli mobil operasional dengan harga


perolehan sebesar Rp150.000.000. Disusutkan secara garus lurus selama 10 tahun.

1/8 Aset Tetap - Kendaraan 150.000.000


1/8 Kas 100.000.000

Tanggal 1 September 202X BAZNAS/LAZ menggunakan zakat untuk membangun


klinik khusus mustahik senilai Rp500.000.000. Bangunan rumah sakit disusutkan
selama 20 tahun secara garis lurus tanpa nilai residu.

1/9 Aset Kelolaan - Zakat 500.000.000


1/9 Kas 500.000.000

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Pengeluaran setelah perolehan (pengakuan awal) suatu aset tetap atau aset kelolaan
yang memperpanjang umur manfaat atau yang kemungkinan besar memberi manfaat
ekonomi di masa yang akan datang dalam bentuk peningkatan standar kinerja, harus
ditambahkan pada jumlah tercatat aset tetap atau aset kelolaan tersebut.

Biaya pemeliharaan dan reparasi sehari-hari (cost of dayto-day servicing) dari


aset tetap diakui sebagai pengurang dana amil, sedangkan dari aset kelolaan diakui
sebagai pengurang dana zakat atau dana infak dan sedekah.

Tanggal 30 November 202X dikeluarkan biaya service kendaraan operasional


BAZNAS/LAZ sebesar Rp500.000.

Jurnal transaksi:

30/11 Beban Pemeliharaan Aset 500.000


30/11 Kas 500.000

Tanggal 5 November 202X BAZNAS/LAZ menggunakan zakat untuk pengeluaran


bagunan klinik yang diestimasi akan meningkatkan kinerja klinik sebesar Rp5.000.000

Jurnal transaksi:

5/11 Aset Kelolaan - Zakat 5.000.000


5/11 Kas 5.000.000

BAZNAS/LAZ dapat memilih model biaya atau model revaluasi sebagai kebijakan
akuntansinya dan menerapkannya terhadap seluruh aset tetap dalam kelas yang sama.

a. Model Biaya
Aset Tetap dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan
akumulasi rugi penurunan nilai aset.

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
b. Model Revaluasi
i. Aset Tetap diukur pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal
revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai
yang terjadi setelah tanggal revaluasi. Revaluasi dilakukan dengan keteraturan
yang cukup reguler sehingga jumlah tercatat Aset Tetap tidak berbeda secara
signifikan dengan nilai wajar.
ii. Revaluasi dapat dilakukan sekurang-kurangnya setiap tiga atau lima tahun.
iii. Jika suatu Aset Tetap direvaluasi, maka seluruh Aset Tetap dalam kelompok
yang sama harus direvaluasi.
iv. Kenaikan nilai aset tetap akibat revaluasi (surplus revaluasi) diakui dalam
penghasilan komprehensif lain pada penerimaan dana amil. Jika sebelumnya
terjadi penurunan nilai yang telah diakui dalam penyaluran dana amil, maka
surplus revaluasi diakui dalam penyaluran dana amil maksimal sebesar jumlah
penurunan nilai yang telah diakui.
v. Penurunan nilai akibat revaluasi diakui sebagai penyaluran dana amil. Jika
sebelumnya terdapat surplus revaluasi, maka penurunan nilai tersebut terlebih
dahulu diakui sebagai pengurang surplus revaluasi maksimal sebesar saldo
surplus revaluasi.
vi. Jika Aset Tetap direvaluasi, maka akumulasi penyusutan pada tanggal revaluasi
diperlakukan dengan cara disajikan kembali secara proporsional dengan
perubahan dalam jumlah tercatat bruto aset sehingga jumlah tercatat aset
setelah revaluasi sama dengan jumlah revaluasiannya.

Jika BAZNAS/LAZ mengubah kebijakan akuntansi dari model biaya ke model


revaluasi dalam pengukuran aset tetap, maka perubahan tersebut berlaku secara
prospektif.

Setelah pengakuan awal, BAZNAS/LAZ dapat mengakui dan mengukur Aset


Tetap dengan menggunakan model biaya atau model revaluasian, sedangkan aset
kelolaan hanya menggunakan model biaya:

a. Model biaya
Aset Tetap atau aset kelolaan dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi
penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai.

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
b. Model revaluasi
- Aset Tetap dicatat sebesar jumlah revaluasian
- Peningkatan jumlah tercatat aset diakui dalam penghasilan komprehensif lain pada
bagian penerimaan dana amil.
- Penurunan jumlah tercatat aset diakui dalam penyaluran dana amil.

BAZNAS/LAZ harus memilih metode penyusutan yang paling mencerminkan ekspektasi


pola konsumsi manfaat ekonomis masa depan dari aset tetap atau aset kelolaan.
BAZNAS/LAZ harus melakukan telaah minimum setiap akhir tahun atas metode
penyusutan, umur manfaat, dan nilai residu dari Aset Tetap atau aset kelolaan.

Berbagai metode yang dapat digunakan untuk penyusutan aset tetap antara
lain:

a. Metode garis lurus. Metode penyusutan garis lurus menghasilkan pembebanan yang
tetap selama umur manfaat aset jika nilai residunya tidak berubah.
b. Metode saldo menurun. Metode saldo menurun menghasilkan pembebanan yang
menurun selama umur manfaat aset.
c. Metode unit produksi. Metode unit produksi menghasilkan pembebanan berdasarkan
pada penggunaan atau output yang diperkirakan dari aset.

Perubahan metode penyusutan, umur manfaat, dan nilai residu diterapkan


secara prospektif. Aset Tetap atau aset kelolaan berupa tanah tidak disusutkan, kecuali:
a. Kondisi kualitas tanah tidak layak lagi untuk digunakan dalam operasi utama.
b. Prediksi manajemen atau kepastian bahwa perpanjangan atau pembaruan hak
kemungkinan besar atau pasti tidak diperoleh.

Tanah dan bangunan merupakan aset yang berbeda dan harus diperlakukan
sebagai aset yang terpisah, meskipun diperoleh sekaligus. Bangunan memiliki umur
manfaat yang terbatas, oleh karenanya harus disusutkan. Peningkatan nilai tanah
dimana di atasnya didirikan bangunan tidak mempengaruhi penentuan jumlah yang
dapat disusutkan dari bangunan tersebut.

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Aset Tetap atau aset kelolaan dihentikan pengakuannya pada saat dilepaskan, atau tidak
ada manfaat ekonomis masa depan yang diperkirakan dari penggunaan dan pelepasan
atas Aset Tetap atau aset kelolaan tersebut.

Aset Tetap atau aset kelolaan dihentikan pengakuannya pada saat


direklasifikasi menjadi aset dimiliki untuk dijual atau direklasifikasi ke pos aset lain.

Selisih nilai yang timbul dari penghentian pengakuan Aset Tetap atau aset
kelolaan harus diakui dalam perubahan dana amil atau dana zakat atau dana infak dan
sedekah.

Aset tetap atau aset kelolaan disajikan pada kelompok aset tidak lancar sebesar biaya
perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan penurunan nilai.

Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:

1) Ikhtisar kebijakan akuntansi yang signifikan untuk aset tetap dan aset kelolaan
2) Rincian aset tetap dan aset kelolaan
3) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukan:
i. Penambahan
ii. Penyusutan atau amortisasi
iii. Penurunan nilai atau pembalikan
iv. Penghentian pengakuan
v. Perubahan lain

Ilustrasi pengungkapan aset aset kelolaan zakat pada Catatan atas Laporan Keuangan.

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Tanah xxx xxx (xxx) xxx

Bangunan xxx xxx (xxx) xxx

Kendaraan xxx xxx (xxx) xxx

xxx xxx (xxx) xxx

Tanah xxx xxx (xxx) xxx

Bangunan xxx xxx (xxx) xxx

Kendaraan xxx xxx (xxx) xxx

xxx xxx (xxx) xxx

xxx xxx

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
ANALISIS LAPORAN
KEUANGAN BAZNAS/LAZ
Pada BAB ini akan membahas tahapan dalam menganalisis laporan keuangan
BAZNAS/LAZ kedalam rasio keuangan. Rasio keuangan dapat mencerminkan kepatuhan
lembaga zakat terhadap kesesuaian kaidah syariah yang mengaturnya. Kinerja keuangan
sangat diperlukan untuk mengukur apakah pengelolaan dana yang dilakukan oleh
BAZNAS/LAZ tersebut sudah efisien dan untuk melihat sejauh mana dana tersebut
digunakan dalam menjalankan program penyaluran yang dimiliki, sehingga akan terlihat
pencapaian BAZNAS/LAZ dalam mengelola dana uma. Tahapan dalam menganalisis
laporan keuangan dimulai dari tahapan analisis laporan keuangan (menghitung rasio),
pembobotan rasio keuangan, dan pemeringkatan laporan keuangan.

Analisis laporan keuangan BAZNAS/LAZ menggunakan metode analisis rasio keuangan


yang mencakup 4 (empat) aspek yaitu aktivitas, aktivitas, operasional, likuiditas, dan
pertumbuhan. Dari ke 4 (empat) aspek tersebut memiliki tujuan akan dijabarkan secara
detail pada bagian di bawah ini.

Rasio aktivitas (activity ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya (Kasmir, 2017).
Penilaian aktivitas dimaksudkan untuk mengukur efektivitas BAZNAS/LAZ dalam
menyalurkan dana ZIS yang telah dihimpun. BAZNAS/LAZ harus memastikan dana yang
berhasil dihimpun dapat disalurkan dengan efektif kepada mustahik. Dalam dokumen
ZCP (2016), efektifitas alokasi dana merupakan salah satu indicator kinerja BAZNAS/LAZ
yang harus diperhatikan. Sedangkan menurut UU Pengelolaan Zakat, bahwa tujuan
pengelolaan zakat secara melembaga adalah meningkatkan efektivitas pelayanan dalam
pengelolaan zakat.

Penilaian terhadap kinerja aktivitas BAZNAS/LAZ dilakukan terhadap 3 rasio


pokok yaitu:

1. Allocation to Collection Ratio (ACR) dengan bobot 0,50


2. Turn Over Ratio dengan bobot 0,30 dan
3. Rasio Penyaluran Dana dengan bobot 0,20

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Berdasarkan dokumen Zakat Core Principles (2016), OPZ perlu untuk memastikan bahwa
institusi mereka berjalan sesuai dengan yang seharusnya. Oleh sebab itu dibutuhkan
indikator-indikator untuk dapat mengukur kinerja BAZNAS/LAZ. Salah satu yang harus
diperhatikan adalah bagaimana efektivitas penyaluran dana pada BAZNAS/LAZ yang
dapat diukur dengan menggunakan allocation to collection ratio (ACR).

Rasio ini menghitung kemampuan lembaga zakat untuk mendistribusikan dana


zakat dengan membagi pembayaran total dengan pengumpulan total. Berdasarkan
buku Rasio Keuangan OPZ (2019) yang dikeluarkan oleh Puskas BAZNAS, ACR dapat
diukur dengan 8 rasio turunan dengan bobot masing-masing rasio ACR sebesar 0,13.
Berikut ini adalah kriteria perhitungannya:

≥ 90 1 0,13 0,13 Sangat Efektif


70 – 89 2 0,13 0,26 Efektif
50 - 69 3 0,13 0,39 Cukup Efektif
20 – 49 4 0,13 0,52 Kurang Efektif
<20 5 0,13 0,65 Tidak Efektif

Rasio gross ACR ini menghitung saldo penghimpunan dan penyaluran ZIS pada suatu
periode ditambah dengan saldo dana ZIS yang dari tahun sebelumnya belum dapat
disalurkan pada periode berikutnya. Hal ini untuk melihat sejauh mana penyalurannya
dana ZIS baik yang terhimpun pada periode yang sama maupun saldo dari periode
sebelumnya dikarenakan masih terdapat kewajiban untuk menyalurkan dana yang
diperoleh dari periode sebelumnya.

Rumus:

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Rasio gross ACR non amil ini menghitung saldo penghimpunan dan penyaluran ZIS pada
suatu periode ditambah dengan saldo dana ZIS yang dari tahun sebelumnya belum dapat
disalurkan pada periode berikutnya tanpa memasukkan proporsi penyaluran kepada amil. Hal
ini untuk melihat sejauh mana penyalurannya dana ZIS baik yang terhimpun pada periode
yang sama maupun saldo dari periode sebelumnya kepada 7 golongan ahsnaf yang lain
dikarenakan aktivitas inti dari suatu organisasi pengelola zakat adalah menyalurkan dana ZIS
kepada 7 golongan ashnaf selain Amil.

Rumus:

Rasio Net ACR ini hanya memperhitungkan penghimpunan dan penyaluran yang dikeluarkan
dalam satu periode saja tanpa memperhitungkan sisa saldo dana ZIS dari periode sebelumnya.

Rumus:

Rasio Net ACR ini hanya memperhitungkan penghimpunan dan penyaluran yang dikeluarkan
dalam satu periode saja tanpa memperhitungkan sisa saldo dana ZIS dari periode sebelumnya
dengan mengeluarkan proporsi penyaluran kepada Amil.

Rumus:

Rasio Zakah allocation ratio (rasio penyaluran dana zakat) khusus digunakan untuk mengukur
sejauh mana dana zakat yang dihimpun oleh OPZ dapat disalurkan kepada para mustahik.

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Rumus:

Zakah allocation rasio non-amil (rasio penyaluran dana zakat) khusus digunakan untuk
mengukur sejauh mana dana zakat yang dihimpun oleh OPZ dapat disalurkan kepada
para mustahik tanpa memperhitungkan bagian zakat dari dana amil.

Rumus:

Rasio penyaluran dana infak dan sedekah khusus digunakan untuk mengukur sejauh
mana dana infak dan sedekah yang dihimpun oleh OPZ dapat disalurkan dengan kepada
para mustahik.

Rumus:

Rasio penyaluran dana infak dan sedekah khusus digunakan untuk mengukur sejauh
mana dana infak dan sedekah yang dihimpun oleh OPZ dapat disalurkan dengan kepada
para mustahik tanpa memperhitungkan bagian amil dari dana infak sedekah.

Rumus:

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Turn over Ratio adalah rasio perputaran dana yang menggambarkan jumlah dana yang
disalurkan terhadap total rata-rata penerimaan dana. Dalam dokumen ZCP (2016)
menjadikan kecepatan dalam proses penyaluran dana merupakan indikator penilaian
kinerja OPZ. Semakin cepat pendistribusian dana maka semakin baik kinerja OPZ. Turn
over ratio terdiri dari 6 rasio turunan yang masing-masing rasio memiliki bobot 0,17
berikut ini:

Rasio perputaran zakat adalah rasio yang menggambarkan jumlah dana zakat yang
disalurkan terhadap total rata-rata penerimaan zakat. Rasio ini digunakan untuk
mengukur seberapa aktif OPZ dalam kegiatan penghimpunan dan penyaluran zakat.
Semakin tinggi nilainya maka menunjukkan bahwa OPZ semakin aktif dalam
melakukan penghimpunan dan penyaluran.

Rumus:

Kriteria perhitungan:

≥ 2,0 1 0,17 0,17 Sangat Efektif


1,5 – 2,0 2 0,17 0,33 Efektif
1,0 – 1,5 3 0,17 0,50 Cukup Efektif
0,5 – 1,0 4 0,17 0,67 Kurang Efektif
<0,5 5 0,17 0,83 Tidak Efektif

Rasio ini adalah rasio yang menggambarkan berapa lama zakat yang terhimpun
disimpan/mengendap pada OPZ. Semakin lama dana mengendap maka semakin tidak
efektif pengelolaan dana yang dilakukan oleh OPZ.

Rumus:

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Kriteria perhitungan:

≤3 1 0,17 0,17 Sangat Efektif


4–6 2 0,17 0,33 Efektif
7-9 3 0,17 0,50 Cukup Efektif
10 – 12 4 0,17 0,67 Kurang Efektif
>12 5 0,17 0,83 Tidak Efektif

Infak Shodaqoh turn over rasio adalah rasio perputaran dana infak sedekah yang
menggambarkan jumlah dana infak sedekah yang disalurkan terhadap total rata-rata
penerimaan infak sedekah. Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa aktif OPZ
dalam kegiatan penghimpunan dan penyaluran infak dan sedekah. Semakin tinggi
nilainya maka menunjukkan bahwa OPZ semakin aktif dalam melakukan
penghimpunan dan penyaluran.

Rumus:

Kriteria perhitungan:

≥ 2,0 1 0,17 0,17 Sangat Efektif


1,5 – 2,0 2 0,17 0,33 Efektif
1,0 – 1,5 3 0,17 0,50 Cukup Efektif
0,5 – 1,0 4 0,17 0,67 Kurang Efektif
<0,5 5 0,17 0,83 Tidak Efektif

Infak Shodaqoh turn over rasio adalah rasio perputaran dana infak sedekah yang
menggambarkan jumlah dana infak sedekah yang disalurkan terhadap total rata-rata
penerimaan infak sedekah. Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa aktif OPZ
dalam kegiatan penghimpunan dan penyaluran infak dan sedekah. Semakin tinggi
nilainya maka menunjukkan bahwa OPZ semakin aktif dalam melakukan
penghimpunan dan penyaluran.

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Rumus:

Kriteria perhitungan:

≤3 1 0,17 0,17 Sangat Efektif


3–6 2 0,17 0,33 Efektif
6–9 3 0,17 0,50 Cukup Efektif
9 – 12 4 0,17 0,67 Kurang Efektif
>12 5 0,17 0,83 Tidak Efektif

Rasio perputaran zakat, infak, sedekah (ZIS) adalah rasio yang menggambarkan
jumlah dana ZIS yang disalurkan terhadap total rata-rata penerimaan dana ZIS. Rasio
ini digunakan untuk mengukur seberapa aktif OPZ dalam kegiatan penghimpunan
dan penyaluran ZIS. Semakin tinggi nilainya maka menunjukkan bahwa OPZ semakin
aktif dalam melakukan penghimpunan dan penyaluran.

Rumus:

Kriteria perhitungan:

≥ 2,0 1 0,17 0,17 Sangat Efektif


1,5 – 2,0 2 0,17 0,33 Efektif
1,0 – 1,5 3 0,17 0,50 Cukup Efektif
0,5 – 1,0 4 0,17 0,67 Kurang Efektif
<0,5 5 0,17 0,83 Tidak Efektif

Rasio ini adalah rasio yang menggambarkan berapa lama dana zakat, infak dan
sedekah yang terhimpun disimpan oleh lembaga amil zakat. Rasio ini penting untuk
dihitung dalam menganalisis seberapa lama dana zakat, infak dan sedekah
mengendap di lembaga zakat.

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Rumus:

Kriteria perhitungan:

≤3 1 0,17 0,17 Sangat Efektif


4–6 2 0,17 0,33 Efektif
7-9 3 0,17 0,50 Cukup Efektif
10 – 12 4 0,17 0,67 Kurang Efektif
>12 5 0,17 0,83 Tidak Efektif

Rasio ini digunakan untuk melihat proporsi piutang penyaluran, uang muka kegiatan,
dan asset kelolaan terhadap total penyaluran dana. Rasio ini terdiri dari 3 rasio turunan
yang masing-masing memiliki bobot 0,33.

Kriteria perhitungan yang digunakan adalah sebagai berikut:

≤5 1 0,33 0,33 Sangat Efektif


6-10 2 0,33 0,66 Efektif
11-15 3 0,33 0,99 Cukup Efektif
16-20 4 0,33 1,32 Kurang Efektif
>20 5 0,33 1,65 Tidak Efektif

Rasio ini mengindikasikan bahwa OPZ telah menyalurkan dana melalui amil/pihak lain
tetapi belum bisa diakui dan dicatat sebagai penyaluran disebabkan belum ada
laporan dari amil/pihak tersebut. Jika piutang penyaluran terus meningkat
mengindikasikan kurang optimalnya OPZ dalam mengontrol piutang penyaluran.

Rumus:

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Rasio ini mengindikasikan bahwa OPZ telah menyalurkan dana melalui kegiatan yang
dilakukan tetapi belum dapat diakui dan dicatat sebagai penyaluran disebabkan
belum ada laporan dari kegiatan tersebut. Jika uang muka kegiatan nilainya terus
meningkat maka dapat mengindikasikan bahwa kurang optimalnya OPZ dalam
menyalurkan dana yang telah terhimpun.

Rumus:

Rasio ini bertujuan untuk melihat seberapa besar penyaluran zakat yang disalurkan
untuk aset kelolaan.

Rumus:

Penilaian Operasional dimaksudkan untuk mengukur seberapa besar efisiensi biaya


operasional OPZ atas dana yang berhasil dihimpun. Semakin efisien OPZ dalam
melakukan penghimpunan semakin baik tata kelola lembaga zakat tersebut.
Perhitungan rasio operasional diukur atas 2 rasio turunan yaitu rasio efisiensi dan rasio
dana amil yang masing-masing memiliki bobot 0,50.

Rasio efisiensi digunakan untuk mengukur seberapa efisien operasional OPZ terhadap
biaya penghimpunan, biaya operasional, dan biaya SDM. Rasio efisiensi terdiri dari 3 rasio
turunan yang masing-masing rasio memiliki bobot 0,33:

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Pengukuran rasio efisiensi penghimpunan dana bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar dana yang dibutuhkan dalam melakukan penghimpunan zakat.
Semakin efisien lembaga zakat dalam melakukan penghimpunan semakin baik tata
kelola lembaga zakat tersebut. Rasio ini dihitung dengan membandingkan total biaya
penghimpunan terhadap total penghimpunan.

Rumus:

Kriteria perhitungan:

≤5 1 0,33 0,33 Sangat Efisien


5,1 – 7,5 2 0,33 0,66 Efisien
7,6 – 10 3 0,33 0,99 Cukup Efisien
10,1 – 12,5 4 0,33 1,32 Kurang Efisien
> 12,5 5 0,33 1,65 Tidak Efisien

Pengukuran rasio biaya operasional mencerminkan efisiensi dalam mengatur proporsi


pengeluaran dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Rasio ini dihitung dengan
cara membandingkan biaya operasional terhadap penerimaan hak amil dalam satu
periode.

Rumus:

Kriteria perhitungan:

≤ 70 1 0,33 0,33 Sangat Efisien


71 – 80 2 0,33 0,66 Efisien
81 – 90 3 0,33 0,99 Cukup Efisien
91 – 100 4 0,33 1,32 Kurang Efisien
>100 5 0,33 1,65 Tidak Efisien

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Rasio ini dihitung untuk mengukur kinerja SDM terhadap penghimpunan total. Rasio
ini dihitung dengan membandingkan total biaya SDM terhadap total penghimpunan
dana.

Rumus:

Kriteria perhitungan:

≤ 10 1 0,33 0,33 Sangat Efisien


11 – 15 2 0,33 0,66 Efisien
16 – 20 3 0,33 0,99 Cukup Efisien
21 – 25 4 0,33 1,32 Kurang Efisien
>25 5 0,33 1,65 Tidak Efisien

Dana Amil adalah dana yang diperoleh dari bagian amil atas total dana yang dihimpun.
Rasio dana amil digunakan untuk mengukur seberapa besar dana yang berhasil
dihimpun yang dialokasikan untuk dana amil. Dana amil diperuntukan biaya operasional
OPZ. Pengukuran efektivitas penggunaan dana amil dalam operasional lembaga zakat
dilakukan dalam rangka mengetahui tingkat efisiensi dan efektivitas dana amil yang
digunakan dalam kegiatan operasional penghimpunan dan penyaluran dana zakat, infak
dan sedekah. Rasio Dana Amil diukur menggunakan rasio-rasio berikut ini:

Dalam PERBAZNAS No. 1 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan RKAT BAZNAS
Bab IV dijelaskan bahwa besaran hak amil atas dana yang dihimpun adalah maksimal
12,5% dari dana zakat, 20% dari dana infak/sedekah, sedangkan atas dana CSR tidak
diatur secara spesifik besarannya. Sehingga besaran rasio terkait hak amil adalah
rerata dari tiga unsur yaitu rasio hak amil atas zakat, rasio hak amil atas infak/sedekah
dan rasio hak amil atas CSR.

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Rumus:

Kriteria perhitungan:

≤14 1 0,25 0,25 Sangat Efisien


15 – 16 2 0,25 0,50 Efisien
17 – 18 3 0,25 0,75 Cukup Efisien
19 – 20 4 0,25 1,00 Kurang Efisien
>20 5 0,25 1,25 Tidak Efisien

Amil merupakan salah satu asnaf yang berhak menerima bagian atas dana zakat yang
dihimpun. Bagian hak amil atas dana zakat akan menambah dana amil yang akan
digunakan untuk keperluan operasional OPZ. Batas maksimum hak amil atas dana
zakat yang dihimpun adalah 12,5%, yang diperoleh dari 1/8 dari total asnaf penerima
dana zakat.

Rumus:

Kriteria perhitungan:

≤12,5 1 0,25 0,25 Sangat Efisien


12,6 – 15,0 2 0,25 0,50 Efisien
15,1 – 17,5 3 0,25 0,75 Cukup Efisien
17,6 – 20,0 4 0,25 1,00 Kurang Efisien
>20 5 0,25 1,25 Tidak Efisien

Amil juga diperbolehkan untuk memperoleh bagian atas dana infak/sedekah yang
dihimpun. Bagian amil atas dana infak/sedekah akan menambah dana amil. Batas
maksimum hak amil atas dana infak/sedekah yang dihimpun adalah 20%.

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Rumus:

Kriteria perhitungan:

≤ 20 1 0,25 0,25 Sangat Efisien


20,1 – 22,5 2 0,25 0,50 Efisien
22,6 – 25,0 3 0,25 0,75 Cukup Efisien
25,1 – 27,5 4 0,25 1,00 Kurang Efisien
>27,5 5 0,25 1,25 Tidak Efisien

Dana CSR adalah penerimaan dana yang berasal dari sosial yang dikeluarkan oleh
perusahaan-perusahaan. Batas maksimum hak amil atas dana CSR yang dihimpun
adalah 15%.

Rumus:

Kriteria perhitungan:

< 15 1 0,25 0,25 Sangat Efisien


15,1 – 17,5 2 0,25 0,50 Efisien
17,6 – 20,0 3 0,25 0,75 Cukup Efisien
20,1 – 22,5 4 0,25 1,00 Kurang Efisien
>22,5 5 0,25 1,25 Tidak Efisien

Rasio Likuiditas dapat didefinisikan sebagai rasio yang menunjukan kapabilitas


perusahaan dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya. Rasio likuiditas dikenal juga
sebagai rasio yang dapat digunakan untuk mengukur sampai seberapa jauh tingkat

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
kapabilitas perusahan dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya yang akan jatuh
tempo (Hery, 2018). Penilaian Likuiditas pada OPZ dimaksudkan untuk mengukur
kemampuan OPZ dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Kewajiban jangka pendek
yang paling signifikan pada OPZ adalah kewajiban penyaluran atas dana yang dihimpun.

Rasio likuiditas OPZ terdiri dari 3 rasio turunan yaitu current ratio, quick ratio,
dan cash ratio yang masing-masing rasio memiliki bobot 0,33.

Current ratio atau rasio lancar digunakan dalam mengukur kemampuan OPZ untuk
memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang akan jatuh tempo dengan menggunakan
total aset lancar yang ada. Rasio lancar menggambarkan jumlah ketersediaan aset lancar
yang dimiliki dibandingkan dengan total kewajiban lancar.

Rumus:

Kriteria perhitungan:

≥ 90 1 0,33 0,33 Sangat Likuid


80 - 89 2 0,33 0,66 Likuid
70 - 79 3 0,33 0,99 Cukup Likuid
60 - 69 4 0,33 1,32 Kurang Likuid
< 60 5 0,33 1,65 Tidak Likuid

Quick Ratio (Rasio Cepat) merupakan kemampuan perusahaan dalam membayar


kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva yang lebih likuid. Aset yang
paling likuid pada OPZ terdiri dari Kas dan setara kas, piutang penyaluran, dan uang
muka kegiatan.

Rumus:

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Kriteria perhitungan:

≥ 90 1 0,33 0,33 Sangat Likuid


80 - 89 2 0,33 0,66 Likuid
70 - 79 3 0,33 0,99 Cukup Likuid
60 - 69 4 0,33 1,32 Kurang Likuid
< 60 5 0,33 1,65 Tidak Likuid

Cash ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar kas dan
setara kas yang tersedia untuk membayar kewajiban jangka pendek.

Rumus:

Kriteria perhitungan:

> 50 1 0,33 0,33 Sangat Likuid


40 - 49 2 0,33 0,66 Likuid
30 - 39 3 0,33 0,99 Cukup Likuid
20 - 29 4 0,33 1,32 Kurang Likuid
< 20 5 0,33 1,65 Tidak Likuid

Rasio pertumbuhan atau Growth Ratio adalah suatu rasio yang menunjukkan persentase
pertumbuhan dari waktu ke waktu. Growth Ratio biasanya digunakan dalam berbagai
hal seperti perusahaan untuk menghitung pertumbuhan kinerjanya (kesuma, 2009).
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan Rasio Pertumbuhan adalah rasio yang
menggambarkan pertumbuhan penghimpunan dana zakat, infak dan sedekah pada
lembaga zakat dari tahun-tahun sebelumnya. Penilaian pertumbuhan dimaksudkan
untuk mengukur keberlanjutan usaha OPZ dari waktu ke waktu melalui penilaian

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
kuantitatif atas 3 rasio yaitu pertumbuhan penghimpunan (growt of collection) dengan
bobot 0,50, pertumbuhan penyaluran (Growth of Allocation) dengan bobot 0,30 dan
pertumbuhan biaya operasional (growt of operastional expense) dengan bobot 0,20.

Rasio ini bertujuan untuk mengukur seberapa besar pertumbuhan penghimpunan dana
ZIS dari tahun sebelumnya. Terdiri dari 3 rasio turunan yaitu pertumbuhan
penghimpunan zakat, pertumbuhan penghimpunan infak/sedekah, dan pertumbuhan
penghimpunan ZIS dengan masing-masing bobot rasio 0,33.

Rumus pertumbuhan penghimpunan dana zakat:

Rumus pertumbuhan penghimpunan dana infak/sedekah:

Rumus pertumbuhan penghimpunan dana ZIS

Kriteria perhitungan:

≥ 30 1 0,33 0,33 Sangat Baik


20 - 29 2 0,33 0,66 Baik
10 - 19 3 0,33 0,99 Cukup Baik
0-9 4 0,33 1,32 Kurang Baik
<0 5 0,33 1,65 Tidak Baik

Growth of allocation adalah rasio pertumbuhan penyaluran yang mencerminkan


pertumbuhan penyaluran dana zakat tahun ini terhadap tahun sebelumnya.
Pertumbuhan dana yang disalurkan akan mencerminkan efisiensi lembaga zakat dalam

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
menyalurkan dana yang terhimpun. Terdiri dari 3 rasio turunan yaitu pertumbuhan
penyaluran zakat, pertumbuhan penyaluran infak/sedekah, dan pertumbuhan
penyaluran ZIS dengan masing-masing bobot rasio 0,33.

Rumus:

Rumus pertumbuhan penyaluran dana zakat:

Rumus pertumbuhan penyaluran dana infak/sedekah:

Rumus pertumbuhan penyaluran dana ZIS

Kriteria perhitungan:

< 0,5 1 1,00 1,00 Sangat Baik


0,5 - 1 2 1,00 2,00 Baik
1 – 1,5 3 1,00 3,00 Cukup Baik
1,5 - 2 4 1,00 4,00 Kurang Baik
>2 5 1,00 5,00 Tidak Baik

Berdasarkan hasil FGD dengan praktisi dan akademisi zakat ditentukan pembobotan atas
variabel dan dimensi Indeks Kesehatan OPZ pada faktor keuangan sebagai berikut:

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Allocation to Collection Ratio (ACR) (X11) 0,50

Turn Over (Perputaran dana) (X12) 0,30


0,45
Penyaluran (X13) 0,20

Rasio Efisiensi (X21) 0,50

0,25 Rasio Dana Amil (X22) 0,50

Current Ratio (X31 0,33

Quick Ratio (X32 0,33


0,15
Cash Ratio (X34) 0,33

Growth of Collection (X41) 0,50

0,15 Growth of Allocation (X42) 0,30

Growth of Operational Expense (X43) 0,20

Berdasarkan hasil perhitungan atas setiap indikator tingkat Kesehatan OPZ ditetapkan
peringkat setiap variabel pada faktor keuangan dengan kriteria berikut ini:
a. Peringkat 1
b. Peringkat 2
c. Peringkat 3
d. Peringkat 4
e. Peringkat 5

Berikut ini adalah rincian kriteria peringkat setiap variabel pada faktor
keuangan:

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
OPZ memiliki OPZ memiliki OPZ memiliki OPZ memiliki OPZ memiliki
kemampuan kemampuan kemampuan kemampuan kemampuan
yang sangat yang efektif yang cukup yang kurang yang tidak
efektif dalam dalam efektif dalam efektif dalam efektif dalam
menyalurkan menyalurkan menyalurkan menyalurkan menyalurkan
dana ZIS dana ZIS dana ZIS dana ZIS dana ZIS

OPZ memiliki OPZ memiliki OPZ memiliki OPZ memiliki OPZ memiliki
kemampuan kemampuan kemampuan kemampuan kemampuan
yang sangat yang efisien yang cukup yang kurang yang tidak
efisien dalam dalam efisien dalam efisien dalam efisien dalam
penghimpunan penghimpunan penghimpunan penghimpunan penghimpunan
dan pengelolaan dan pengelolaan dan pengelolaan dan pengelolaan dan
dana ZIS dana ZIS dana ZIS dana ZIS pengelolaan
dana ZIS

OPZ memiliki OPZ memiliki OPZ memiliki OPZ memiliki OPZ memiliki
kemampuan kemampuan kemampuan kemampuan kemampuan
yang sangat baik yang baik dalam yang cukup baik yang kurang yang tidak baik
dalam memenuhi dalam baik dalam dalam
memenuhi kewajiban memenuhi memenuhi memenuhi
kewajiban jangka kewajiban kewajiban kewajiban
jangka pendeknya jangka jangka jangka
pendeknya pendeknya pendeknya pendeknya

OPZ memiliki OPZ memiliki OPZ memiliki OPZ memiliki OPZ memiliki
pertumbuhan pertumbuhan pertumbuhan pertumbuhan pertumbuhan
yang sangat baik yang baik dalam yang cukup baik yang kurang yang tidak baik
dalam penghimpunan dalam baik dalam dalam
penghimpunan dan penyaluran penghimpunan penghimpunan penghimpunan
dan penyaluran dana ZIS dan penyaluran dan penyaluran dan penyaluran
dana ZIS dana ZIS dana ZIS dana ZIS

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Sedangkan kriteria pemeringkatan pada faktor keuangan adalah sebagai berikut:

OPZ memiliki OPZ memiliki OPZ memiliki OPZ memiliki OPZ memiliki
kinerja keuangan kinerja keuangan kinerja keuangan kinerja kinerja keuangan
yang sangat yang baik, yaitu yang cukup baik, keuangan yang tidak baik,
baik, yaitu memiliki yaitu memiliki yang kurang yaitu mengalami
memiliki kemampuan kemampuan untuk baik, yaitu kesulitan
kemampuan untuk mengelola mengelola dana memiliki keuangan yang
untuk mengelola dana ZIS dengan ZIS dengan tingkat permasalahan membahayakan
dana ZIS dengan tingkat efektivitas dan dalam kelangsungan
tingkat efektivitas dan efisiensi yang mengelola usaha dan
efektivitas dan efisiensi yang cukup tinggi dana ZIS berpotensi tidak
efisiensi yang tinggi sehingga namun masih sehingga dapat
sangat tinggi mampu terdapat beberapa berpotensi diselamatkan.
sehingga mampu bertumbuh. kelemahan dalam membahayak
bertumbuh pengelolaan dana an
dengan optimal. yang dapat kelangsungan
menurunkan OPZ.
kondisi keuangan
OPZ.

Penilaian Indeks Kesehatan OPZ dilakukan dalam beberapa tahap berikut ini:

Tahap pertama proses penilaian Indeks Kesehatan OPZ adalah dengan melakukan
perhitungan atas rasio keuangan pada faktor keuangan dan penilaian skala likert pada
faktor manajemen.

Hasil perhitungan dan penilaian setiap indikator kemudian ditetapkan peringkat


sesuai dengan kriteria pemeringkatan indikator yang telah ditetapkan. Setelah
ditetapkan peringkat lalu dikalikan bobot setiap indikator untuk memperoleh SKOR
indikator.

Setelah diperoleh Skor Indikator kemudian ditetapkan peringkat untuk setiap variabel
dengan menjumlahkan Skor Indikator disetiap variabel dengan formula berikut ini.

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
1. Formula pemeringkatan variabel aktivitas:

𝑋𝐼 = 0,50𝑋11 + 0,30𝑋12 + 0,20𝑋13


Dimana:
X1 adalah variabel rasio aktivitas
X11 adalah dimensi rasio ACR dengan bobot 0,50
X12 adalah dimensi rasio Turn Over dengan bobot 0,30
X13 adalah dimensi rasio penyaluran dengan bobot 0,20

2. Formula pemeringkatan variabel Operasional

𝑋2 = 0,50𝑋21 + 0,50𝑋22

Dimana:
X2 adalah variabel rasio Operasional
X21 adalah dimensi rasio efisiensi dengan bobot 0,50
X22 adalah dimensi rasio dana amil dengan bobot 0,50

3. Formula pemeringkatan variabel Likuditas

𝑋3 = 0,33𝑋31 + 0,33𝑋32 + 0,33𝑋33


Dimana:
X3 adalah variabel rasio Likuiditas
X31 adalah dimensi current ratio dengan bobot 0,33
X32 adalah dimensi quick ratio dengan bobot 0,33
X33 adalah dimensi cash ratio dengan bobot 0,33

4. Formula pemeringkatan variabel Pertumbuhan

𝑋4 = 0,50𝑋41 + 0,30𝑋42 + 0,20𝑋43


Dimana:
X4 adalah variabel rasio pertumbuhan
X41 adalah dimensi growth of collection dengan bobot 0,50
X42 adalah dimensi growth of allocation dengan bobot 0,30
X43 adalah dimensi growth of operational expense dengan bobot 0,20

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
ISU – ISU KONTEMPORER
PENGELOLAAN KEUANGAN
LEMBAGA ZAKAT
Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi
dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban yang
mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam
modal.

Definisi beban berdasarkan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan


Keuangan Syariah (KDPPLKS) mencakupi baik kerugian maupun beban yang timbul
dalam pelaksanaan aktivitas entitas syariah yang biasa. Beban yang timbul dalam
pelaksanaan aktivitas entitas syariah yang biasa meliputi, misalnya, beban pokok
penjualan, gaji dan penyusutan. Beban tersebut biasanya berbentuk arus keluar atau
berkurangnya aset seperti kas (dan setara kas), persediaan dan aset tetap.

Kerugian mencerminkan pos lain yang memenuhi definisi beban yang mungkin
timbul atau mungkin tidak timbul dari aktivitas entitas syariah yang biasa. Kerugian
tersebut mencerminkan berkurangnya manfaat ekonomi, dan pada hakekatnya tidak
berbeda dari beban lain. Oleh karena itu, kerugian tidak dipandang sebagai unsur
terpisah dalam kerangka dasar ini.

Kerugian dapat timbul, misalnya dari bencana kebakaran, banjir, seperti juga
yang timbul dari pelepasan aset tidak lancar. Definisi beban juga mencakupi kerugian
yang belum direalisasi, misalnya, kerugian yang timbul dari pengaruh peningkatan kurs
valuta asing dalam hubungannya dengan pinjaman entitas syariah dalam mata uang
tersebut. Kalau kerugian diakui dalam laporan laba rugi, biasanya disajikan secara
terpisah karena pengetahuan mengenai pos tersebut berguna untuk tujuan
pengambilan keputusan ekonomi. Kerugian seringkali dilaporkan dalam jumlah bersih
setelah dikurangi dengan penghasilan yang bersangkutan.

Pengelompokan, penggolongan, dan penyajian beban operasional dalam


laporan aktivitas dana amil berdasarkan sifat dan fungsinya. Menurut PSAK 101:
Penyajian Laporan Keuangan Syariah paragraph 104:

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Entitas Syariah menyajikan analisis beban yang diakui dalam laba rugi dengan
menggunakan klasifikasi berdasarkan sifat atau fungsinya, mana yang dapat
menyediakan informasi yang andal dan lebih relevan.

Beban operasional OPZ dialokasikan dari dana amil yang diperoleh dari hak amil atas
dana zakat maksimal 12,5% dan hak amil dari dana infak, sedekah, dan dana sosial
keagamaan lainnya (DSKL) maksimal 20%1. Besaran Hak Amil yang dapat digunakan
untuk biaya operasional ditetapkan sesuai dengan syariat Islam dengan
mempertimbangkan aspek produktivitas, efektivitas, dan efisiensi dalam Pengelolaan
Zakat.

Kewajaran porsi beban operasional dapat diukur dari rasio biaya operasional
terhadap hak amil yang dihitung untuk mengukur seberapa besar tingkat efisiensi dana
hak amil yang digunakan dalam proses operasional. Porsi beban operasional terhadap
hak amil dapat diinterpretasikan dengan ketentuan sebagai berikut:
1. R < 100% : efisien
2. R > 100% : tidak efisien

Sedangkan porsi beban operasional terhadap terhadap total penghimpunan


adalah sebagai berikut:
1. R < 13,8% : efisien
2. R > 13,8% : tidak efisien

Porsi beban pegawai terhadap total beban operasional OPZ adalah sebagai
berikut:
1. R < 60% : efisien
2. R > 60% : tidak efisien

Atau porsi beban pegawai terhadap total penghimpunan OPZ adalah sebagai
berikut:
1. R < 10% : efisien
2. R > 10% : tidak efisien

1
Perbaznas No. 1 Tahun 2016, Bab IV

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Adapun detail porsi beban operasional terhadap total beban operasional dapat
disimpulkan sebagai berikut:

1 Beban Pegawai <60% >60%


2 Beban Penghimpunan <20% >20%
3 Beban Administrasi dan Umum <20% >20%

Jika hak amil tidak mencukupi untuk beban operasional maka kekurangan dana
operasional dapat diambil dari bagian fisabilillah dari dana zakat dalam batas kewajaran.
Hal ini sesuai dengan ketentuan Fatwa MUI No.8 tahun 2011 tentang Amil Zakat, pada
poin 5 dan 6 dijelaskan:

“(5) Dalam hal biaya operasional tidak dibiayai oleh Pemerintah, atau
disediakan Pemerintah tetapi tidak mencukupi, maka biaya operasional
pengelolaan zakat yang menjadi tugas Amil diambil dari dana zakat yang
merupakan bagian Amil atau dari bagian Fi Sabilillah dalam batas kewajaran,
atau diambil dari dana di luar zakat”

“(6) Kegiatan untuk membangun kesadaran berzakat – seperti iklan – dapat


dibiayai dari dana zakat yang menjadi bagian Amil atau Fi Sabilillah dalam batas
kewajaran, proporsional dan sesuai dengan kaidah syariat Islam”.

Hingga saat ini belum ada ketentuan baku terkait batas wajar penggunaan
dana fi sabilillah untuk biaya operasional amil. Manajemen Lembaga zakat harus
membuat kebijakan internal terkait besaran porsi dana fi sabilillah untuk biaya
operasional dengan mempertimbangkan aspek syariah dan ketentuan perundang-
undangan. Lembaga zakat juga harus membuat anggaran penerimaan hak amil dari
dana fi sabilillah dalam RKAT Rencana Penerimaan dan Penggunaan Hak Amil dan
mendapatkan pengesahan dari Menteri Agama untuk RKAT BAZNAS atau pengesahan
Ketua BAZNAS untuk RKAT BAZNAS Provinsi dan Kota/Kabupaten.

Mengacu pada nilai wajar hak amil atas dana zakat sebesar 12,5%, maka porsi
hak fi sabilillah yang dapat dialokasikan untuk biaya operasional adalah maksimal 12,5%
dari total penerimaan dana zakat. Kebijakan porsi hak fi sabilillah yang dialokasikan

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
untuk beban operasional harus dituangkan oleh manajemen BAZNAS/LAZ dalam bentuk
kebijakan internal.

Lembaga Zakat menyusun laporan keuangan atas dasar akrual, kecuali laporan arus kas.
Dengan basis akrual, maka suatu transaksi diakui sebagai aset, liabilitas, aset neto,
penghasilan, dan beban ketika transaksi tersebut telah memenuhi definisi dan kriteria
pengakuan unsur tersebut berdasarkan ketentuan dalam Kerangka Dasar Penyusunan
dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah.

Penerimaan dana oleh BAZNAS/LAZ dapat dilakukan secara langsung melalui loket
pengelola zakat maupun secara tidak langsung melalui sistem pembayaran elektronik.
Aktivitas pengumpulan ZIS DSKL melalui mitra instant payment dibayarkan muzaki tidak
langsung diterima di rekening BAZNAS/LAZ namun ditampung terlebih dahulu di mitra
dan penyetoran ke rekening BAZNAS/LAZ dilakukan pada waktu yang berbeda (H+1,
H+3, H+7 atau H+14).

Ketentuan yang tercantum dalam Perbaznas Nomor 5 Tahun 2016 pasal 6 ayat
1 dan ayat 2 disebutkan bahwa:

1) Penerimaan dana Zakat berupa uang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat
(2) disetorkan pada hari penerimaan dana Zakat oleh Amil Zakat ke rekening
bank penerimaan sesuai dengan jenis penerimaan dana Zakat dalam jumlah
bruto.

2) Dalam hal dana Zakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima pada
waktu yang tidak memungkinkan untuk dilakukan penyetoran pada hari
penerimaan dana Zakat, penyetoran dana Zakat dilakukan paling lambat 1
(satu) hari kerja setelah diterimanya dana Zakat.

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Dalam KDPPLKS dijelaskan bahwa suatu transaksi dapat diakui pada unsur
laporan keuangan, jika memenuhi kriteria berikut ini:

(a) ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan pos
tersebut akan mengalir dari atau ke dalam entitas syariah; dan

(b) pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal

Dalam kriteria pengakuan penghasilan, konsep probabilitas digunakan dalam


pengertian derajat ketidakpastian bahwa manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan
dengan pos tersebut akan mengalir dari atau ke dalam entitas syariah. Konsep tersebut
dimaksudkan untuk menghadapi ketidakpastian lingkungan operasi entitas syariah.
Pengkajian derajat ketidakpastian yang melekat dalam arus manfaat ekonomi masa
depan dilakukan atas dasar bukti yang tersedia pada saat penyusunan laporan keuangan.

Misalnya, kalau pembayaran zakat besar kemungkinan terjadi (probable) dan


tidak ada bukti lain yang bertentangan, maka dapat dibenarkan untuk mengakui
pembayaran zakat tersebut sebagai aset dan penghasilan.

Maka penerimaan dana zakat, infak,dan sedekah melalui kanal pembayaran


pihak ketiga dapat langsung diakui sebagai penerimaan dana pada saat transaksi
terjadinya meski pun kas dan setara kas nya baru akan dibayarkan ke rekening
BAZNAS/LAZ pada hari berikutnya. BAZNAS/LAZ dapat menggunakan rekening
perantara terlabih dahulu sebagai pos untuk mengakui dana yang masih ada pada rek
mitra instant payment. Namun dalam hal BAZNAS/LAZ bersikap konservatif, maka
penerimaan dana dapat diakui pada saat kas dan setara kas nya telah di terima oleh
BAZNAS/LAZ. Kebijakan ini harus dipilih oleh BAZNAS/LAZ dan dituangkan dalam bentuk
kebijakan akuntansi internal masing – masing Lembaga.

Adanya selisih pencatatan antara dana yang ditunaikan muzaki melalui mitra
pembayaran BAZNAS dengan data yang diterima di rekening BAZNAS akibat adanya fee
admin yang langsung dipotong oleh mitra. Pada praktiknya, pencatatan yang dilakukan

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
oleh Divisi Layanan Pengumpulan Zakat Nasional (Layanan Muzaki) pada SIMBA
dilakukan secara accrual dan pencatatan oleh Bagian akutansi dilakukan secara case base
pada SiMKEU. Hal ini yang menjadi salah satu penyebab selalu terjadi selisih antara data
SIMBA dan SiMKEU. Hal ini juga berimplikasi pada penentuan hak amil untuk
pengeluaran biaya operasional.

Proses penetapan jumlah uang untuk mengakui dan memasukan setiap unsur
laporan keuangan dalam posisi keuangan dan laporan aktivitas disebut dengan
2
Pengukuran . Terdapat 3 (tiga) metode pengukuran yang dapat digunakan oleh
BAZNAS/LAZ dalam proses pengukuran setiap trasnaski, yaitu:

(a) Biaya historis. Aset dicatat sebesar pengeluaran kas (atau setara kas)
yang dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) yang
diberikan untuk memperoleh aset tersebut pada saat perolehan.
Kewajiban dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai penukar dari
kewajiban (obligation), atau dalam keadaan tertentu (misalnya, pajak
penghasilan), dalam jumlah kas (atau setara kas) yang diharapkan akan
dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha yang
normal.

(b) Biaya kini (current cost). Aset dinilai dalam jumlah kas (atau setara kas)
yang seharusnya dibayar bila aset yang sama atau setara aset diperoleh
sekarang. Kewajiban dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang
tidak didiskontokan (undiscounted) yang mungkin akan diperlukan
untuk menyelesaikan kewajiban (obligation) sekarang.

(c) Nilai realisasi/penyelesaian (realisable/settlement value). Aset dinyatakan


dalam jumlah kas (atau setara kas) yang dapat diperoleh sekarang
dengan menjual aset dalam pelepasan normal (orderly disposal).
Kewajiban dinyatakan sebesar nilai penyelesaian; yaitu, jumlah kas (atau
setara kas) yang tidak didiskontokan yang diharapkan akan dibayarkan
untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal.

2
KDPPLKS Par 127

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Dasar pengukuran yang lazimnya digunakan entitas syariah, termasuk Lembaga
zakat, dalam penyusunan laporan keuangan adalah biaya historis, dan biasanya
digabungkan dengan dasar pengukuran yang lain. Lembaga zakat mengukur
penerimaan zakat, infak, dan sedekah sebesar nilai nominal kas yang diterima atau
sebesar nilai wajar aset non kas yang diterima.

Dalam konteks selisih pencatatan antara dana yang ditunaikan muzaki melalui
mitra pembayaran BAZNAS dengan data yang diterima di rekening BAZNAS akibat
adanya fee admin yang langsung dipotong oleh mitra, maka BAZNAS/LAZ mengakui
penerimaan zakat, infak, dan sedekah sebesar nominal yang ditransfer oleh muzakki dan
mengakui fee admin untuk mitra sebagai beban penghimpunan yang dibebankan pada
dana amil.

Tanggal 9 Juni 2022, BAZNAS/LAZ menerima pembayaran zakat individu sebesar


500.000 melalui mitra instant payment, biaya admin Rp 2.500. Dana tersebut baru
ditransfer ke rekening bank BAZNAS/LAZ pada tanggal 16 Juni 2022 sebesar Rp497.500.

Jumlah Transaksi:

9/6/2022 Rek mitra instant payment 500.000


9/6/2022 Penerimaan Zakat Individu 500.000
16/6/2022 Bank 497.500
16/6/2022 Beban Penghimpunan 2.500
16/6/2022 Rek mitra instant payment 500.000

Mata uang fungsional dan mata uang pelaporan adalah Rupiah. Apabila transaksi
BAZNAS/LAZ menggunakan mata uang selain Rupiah, maka harus dijabarkan dalam
mata uang Rupiah dengan menggunakan kurs laporan yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia.

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Penggunaan mata uang Rupiah sebagai mata uang dalam pelaporan keuangan
BAZNAS/LAZ mengharuskan BAZNAS/LAZ melakukan penjabaran setiap transaksi dalam
mata uang asing ke dalam mata uang Rupiah. Proses penjabaran dilakukan pada saat
transaksi dan pada saat pelaporan. Proses penjabaran mata uang asing ke dalam mata
uang rupiah seringkali menimbulkan selisih yang dikenal dengan sebutan selisih kurs.
Secara umum selisih kurs dapat terjadi pada 2 (dua) peristiwa, yaitu:

1. Pada saat terjadinya transaksi setelah pengakuan awal yang melibatkan


penggunaan mata uang asing; dan/atau
2. Pada saat pelaporan pos moneter dalam mata uang asing ke dalam Rupiah.

Keuntungan atau kerugian dalam periode berjalan yang terkait dengan


transaksi dalam mata uang asing dinilai dengan menggunakan kurs laporan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Dalam melakukan pencatatan transaksi mata uang asing terdapat dua metode yang
dapat digunakan yaitu:

a. Single currency (satu jenis mata uang).


b. Multi currency (lebih dari satu jenis mata uang).

Single currency adalah pencatatan transaksi mata uang asing dengan


membukukan langsung ke dalam mata uang dasar (base currency) yang digunakan yaitu
mata uang Rupiah/Indonesian Rupiah (IDR).

Karakteristik dari single currency adalah sebagai berikut:

a. Laporan Posisi Keuangan yang diterbitkan hanya dalam mata uang Rupiah;
b. Saldo pos dalam mata uang asing dicatat secara extracomptable;
c. Penjurnalan tidak menggunakan pos-pos perantara mata uang asing;
d. Penjabaran (revaluasi) saldo pos mata uang asing dilakukan langsung per pos
yang bersangkutan.

Multi currency adalah pencatatan transaksi mata uang asing dengan


membukukan langsung ke dalam mata uang asing asal (original currency) yang
digunakan pada transaksi tersebut.

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Karakteristik dari multi currency adalah sebagai berikut:

a. Laporan Posisi Keuangan dapat diterbitkan dalam setiap mata uang asing asal
(original currency) yang digunakan;
b. Untuk mengetahui posisi keuangan gabungan seluruh mata uang, diterbitkan
Laporan Posisi Keuangan dalam mata uang dasar (base currency);
c. Penjurnalan menggunakan pos perantara; dan
d. Penjabaran (revaluasi) saldo pos mata uang asing dilakukan melalui pos
perantara mata uang asing. Penjabaran ekuivalen Rupiah dari pos-pos tersebut
hanya dilakukan dalam rangka pelaporan Laporan Posisi Keuangan.

Pencatatan beban dan pendapatan mata uang asing dilakukan sebagai berikut:

a. Jika menggunakan single currency. Seluruh beban dan pendapatan mata uang
asing dicatat dalam Rupiah.
b. Jika menggunakan multi currency
i. Seluruh beban dan pendapatan mata uang asing dicatat dalam mata uang
asal.
ii. Agar saldo beban dan pendapatan mata uang asing tidak menimbulkan
selisih kurs maka pada setiap akhir hari, saldo pos beban dan pendapatan
mata uang asing tersebut dipindahbukukan ke pos beban dan pendapatan
Rupiah.

Dalam rangka kepraktisan pencatatan pada BAZNAS/LAZ menggunakan


metode single currency, dimana semua transaksi valuta asing didenominasikan ke dalam
Rupiah.

Pengaturan umum akuntansi atas transaksi dalam mata uang asing diatur di dalam
PSAK 10: Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing.

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Transaksi valuta asing adalah transaksi yang didenominasikan atau memerlukan
penyelesaian dalam valuta asing. Termasuk transaksi dalam mata uang asing adalah
transaksi yang timbul ketika BAZNAS/LAZ:

• Menerima pembayaran zakat, infak, dan sedekah dalam suatu mata uang asing
• Menyalurkan dana zakat, infak, dan sedekah dalam suatu mata asing

Pada pengakuan awal, transaksi valuta asing dicatat dalam mata uang
fungsional. Jumlah valuta asing dihitung ke dalam mata uang fungsional dengan kurs
spot antara mata uang fungsional dan valuta asing pada tanggal transaksi.

Tanggal transaksi adalah tanggal pada saat pertama kali transaksi memenuhi
kriteria pengakuan sesuai dengan PSAK 109: Akuntansi Zakat, Infak dan Sedekah. Untuk
alasan praktis, kurs yang mendekati kurs aktual pada tanggal transaksi sering digunakan,
sebagai contoh kurs rata – rata untuk seminggu atau sebulan dapat digunakan untuk
transaksi dalam valuta asing yang terjadi selama periode tersebut. Atau dapat
menggunakan kurs tengah yang merupakan rata-rata kurs beli dan kurs jual Bank
Indonesia pada pukul 16.00 WIB setiap hari.

Tanggal 15 September 2022 BAZNAS/LAZ menerima pembayaran zakat dalam mata


uang asing sebesar USD 500 melalui rekening Bank USD. Kurs transaksi Rp14.800/USD.

Jurnal transaksi:

15/9 Bank USD 7.400.000


15/9 Penerimaan Zakat 7.400.000

Setelah pengakuan awal, beberapa transaksi diikuti dengan transaksi berikutnya, seperti
penyaluran dana. BAZNAS/LAZ mungkin saja melakukan penyaluran dana untuk
program donasi ke luar negeri dengan membeli mata uang asing dari rekening Rupiah
BAZNAS/LAZ ataupun menggunakan dana yang tersedia di dalam rekening valas
BAZNAS/LAZ yang sama dengan mata uang asing tersebut.

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Selisih kurs yang timbul dari penggunaan kurs pada transaksi setelah
pengukuran awal diakui sebagai keuntungan atau kerugian selisih kurs pada laporan
aktivitas.

Beberapa pengaturan mengenai penggunaan kurs pada transaksi setelah


pengakuan awal adalah sebagai berikut:

1. Jika BAZNAS/LAZ membeli mata uang asing untuk penyaluran dana dari rekening
Rupiah BAZNAS/LAZ, maka kurs yang digunakan adalah kurs transaksi, yaitu kurs
pembelian mata uang asing tersebut dengan menggunakan rekening Rupiah
BAZNAS/LAZ.
2. Jika BAZNAS/LAZ membeli mata uang asing untuk penyaluran dana dari rekening
valas BAZNAS/LAZ, maka kurs yang digunakan adalah kurs transaksi, yang dapat
berupa kurs tengah BI pada tanggal transaksi.
3. Jika BAZNAS/LAZ membeli mata uang asing dengan menggunakan mata uang asing
lainnya maka transaksi mata uang asing ke mata uang asing lainnya dijabarkan
dengan menggunakan kurs transaksi. Transaksi dalam mata uang asing lainnya
tersebut dicatat dalam rupiah berdasarkan kurs tengah bank sentral pada tanggal
transaksi.

Tanggal 10 Oktober 2022, BAZNAS/LAZ menyalurkan dana untuk korban gempa Turki
sebesar USD 1000.

1. Jurnal transaksi jika BAZNAS/LAZ membeli USD dari rekening Rupiah BAZNAS/LAZ
dengan kurs jual Rp14.900/USD.

10/10 Penyaluran Dana 149.000.000


10/10 Bank - Rupiah 149.000.000

2. Jurnal transaksi jika BAZNAS/LAZ menyalurkan dari rekening valas BAZNAS/LAZ


dengan kurs tengah Rp14.500/USD. (kurs pengakuan awal Rp14.800/USD)

10/10 Kerugian selisih kurs 3.000.000


10/10 Bank - USD 148.000.000

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
3. Jurnal transaksi jika BAZNAS/LAZ tidak memiliki USD untuk penyaluran, dan
berencana membeli USD menggunakan rekening valas Riyal Saudi, dengan asumsi
USD1 = SAR3,5. Kurs tengah BI pada saat transaksi Rp14.500/USD dan Rp3.800/SAR.

Maka untuk membeli USD10.000, BAZNAS/LAZ harus mengeluarkan


SAR35.000 (USD 10.000x3,5). Selanjutnya, pengeluaran untuk penyaluran dana
tersebut dicatat sebesar Rp 133.000.000 (SAR35.000*Rp3.800/SAR), pengakuan
awal Rp 3.700/SAR. Atas transaksi ini akan dijurnal:

10/10 Penyaluran Dana 133.000.000


10/10 Keuntungan selisih kurs 3.500.000
10/10 Bank - SAR 129.500.000

Perbedaan kurs juga dapat terjadi pada tanggal pelaporan keuangan. Setiap pos moneter
dalam mata uang asing yang masih mempunyai nilai pada tanggal pelaporan harus
dijabarkan ke dalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tengah BI pada
tanggal pelaporan. Perbedaan antara kurs transaksi dengan kurs pelaporan pos-pos
moneter akan menimbulkan selisih kurs yang belum direalisasikan. Kenaikan/ penurunan
nilai tercatat suatu pos moneter yang disebabkan oleh adanya selisih kurs yang belum
direalisasikan diakui sebagai keuntungan atau kerugian pada laporan aktivitas.

Pada tanggal 31 Desember 2022 tercatat BAZNAS/LAZ memiliki saldo pada Bank valas
sebesar USD 5000. Kurs tengah BI per tanggal pelaporan Rp14.600/USD. Pengakuan
awal bank valas sebesar Rp72.000.000. Maka BAZNAS/LAZ mengakui keuntungan selisih
kurs sebesar Rp1.000.000 (Rp73.000.000 – Rp72.000.000)

Jurnal:

31/12 Bank Valas USD 1.000.000


31/12 Keuntungan selisih kurs 1.000.000

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
KESIMPULAN
Pengelolaan keuangan yang baik menjadi salah satu kunci baiknya pengelolaan zakat
oleh BAZNAS/LAZ. Dalam mewujudkan pengelolaan keuangan yang baik harus
didukung oleh kebijakan keuangan yang sesuai dengan karakteristik BAZNAS/LAZ.
Mengelola keuangan dimulai dari proses penganggaran. Anggaran BAZNAS/LAZ disusun
dalam bentuk Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan yang memuat program kerja dan
anggaran kegiatan untuk periode waktu 1 (satu) tahun dan di gunakan sebagai acuan
dalam pelaksanaan kegiatan. Dalam merealisasikan anggaran, BAZNAS/LAZ juga harus
mempertimbangkan aspek likuiditas atau ketersediaan kas dan setara kas, sehingga
risiko penyaluran dana dapat diminimalisir. Oleh karena itu dalam proses pencarian dana,
BAZNAS/LAZ harus mengacu pada RKAT yang telah disusun.

Seluruh transaksi keuangan harus dicatat dan dibukukan sesuai dengan


ketentuan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku yaitu PSAK 109 (revisi 2022):
Akuntansi Zakat, Infak, dan Sedekah, serta PSAK lain yang relevan. Pengelolaan
pencatatan ini mencakup seluruh proses akuntansi, yang bermula dari proses input
transaksi sampai pada pelaporan keuangan. Laporan keuangan BAZNAS/LAZ disusun
mengacu pada PSAK 101 (penyesuaian 2022): Penyajian Laporan Keuangan Syariah yang
meliputi (1) laporan posisi keuangan; (2) laporan aktivitas; (3) laporan arus kas; dan (4)
Catatan atas Laporan keuangan.

Selain sebagai bentuk pertanggungjawaban manajemen, laporan keuangan juga


merupakan bahan pengambilan keputusan pengguna. Pengguna dapat melakukan
analisis rasio keuangan untuk dapat menyimpulkan kondisi keuangan. Rasio keuangan
BAZNAS/LAZ mencakup rasio aktivitas, operasional, likuiditas, dan pertumbuhan.

Bagian dari pengelolaan keuangan BAZNAS/LAZ lainnya yang harus


diperhatikan adalah terkait manajemen aset yang meliputi aset tetap dan aset kelolaan.
Aset merupakan hal yang sangat penting bagi suatu organisasi. . Kenyataannya banyak
kasus yang dimulai dari salah kelola dan salah urus masalah aset, sehingga berdampak
kerugian yang tidak sedikit. Sealain itu, penggunaan aset tidak dapat dilakukan secara
baik karena tidak jelasnya manajemennya, sehingga sulit untuk mengetahui apakah aset
tersebut sudah saatnya untuk diganti atau masih layak untuk di perbaiki.

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Terkait dengan beberapa isu kontemporer pengelolaan keuangan BAZNAS/LAZ
dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Jika hak amil tidak mencukupi untuk beban operasional maka kekurangan
dana operasional dapat diambil dari bagian fisabilillah dari dana zakat dalam
batas kewajaran. Mengacu pada nilai wajar hak amil atas dana zakat sebesar
12,5%, maka porsi hak fi sabilillah yang dapat dialokasikan untuk biaya
operasional adalah maksimal 12,5% dari total penerimaan dana zakat.

2. BAZNAS/LAZ menyusun laporan keuangan atas dasar akrual, kecuali laporan


arus kas. Dengan basis akrual, maka suatu transaksi diakui sebagai aset,
liabilitas, aset neto, penghasilan, dan beban ketika transaksi tersebut telah
memenuhi definisi dan kriteria pengakuan unsur tersebut berdasarkan
ketentuan dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan Syariah. Maka penerimaan dana zakat, infak,dan sedekah melalui
kanal pembayaran pihak ketiga dapat langsung diakui sebagai penerimaan
dana pada saat transaksi terjadinya meski pun kas dan setara kas nya baru
akan dibayarkan ke rekening BAZNAS/LAZ pada hari berikutnya. BAZNAS/LAZ
dapat menggunakan rekening perantara terlabih dahulu sebagai pos untuk
mengakui dana yang masih ada pada rek mitra instant payment.

3. Dasar pengukuran yang lazimnya digunakan entitas syariah, termasuk


Lembaga zakat, dalam penyusunan laporan keuangan adalah biaya historis,
dan biasanya digabungkan dengan dasar pengukuran yang lain. Lembaga
zakat mengukur penerimaan zakat, infak, dan sedekah sebesar nilai nominal
kas yang diterima atau sebesar nilai wajar aset non kas yang diterima. Dalam
konteks selisih pencatatan antara dana yang ditunaikan muzaki melalui mitra
pembayaran BAZNAS dengan data yang diterima di rekening BAZNAS akibat
adanya fee admin yang langsung dipotong oleh mitra, maka BAZNAS/LAZ
mengakui penerimaan zakat, infak, dan sedekah sebesar nominal yang
ditransfer oleh muzakki dan mengakui fee admin untuk mitra sebagai beban
penghimpunan yang dibebankan pada dana amil.

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
4. Penggunaan mata uang Rupiah sebagai mata uang dalam pelaporan
keuangan BAZNAS/LAZ mengharuskan BAZNAS/LAZ melakukan penjabaran
setiap transaksi dalam mata uang asing ke dalam mata uang Rupiah. Proses
penjabaran dilakukan pada saat transaksi dan pada saat pelaporan. Proses
penjabaran mata uang asing ke dalam mata uang rupiah seringkali
menimbulkan selisih yang dikenal dengan sebutan selisih kurs. Secara umum
selisih kurs dapat terjadi pada 2 (dua) peristiwa, yaitu: (a) Pada saat terjadinya
transaksi setelah pengakuan awal yang melibatkan penggunaan mata uang
asing; dan/atau (b) Pada saat pelaporan pos moneter dalam mata uang asing
ke dalam Rupiah. Selisih kurs tersebut diakui sebagai penghasilan atau beban
pada dana zakat atau dana infak dan sedekah atau dana amil.

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Bank Indonesia, BAZNAS, & IRTI-IDB. (2016). Prinsip-Prinsip Pokok untuk
Penyelenggaraan dan Pengawasan Zakat yang Efektif. Jakarta: Departemen
Ekonomi dan Keuangan Syariah, Bank Indonesia.

Baridwan, Z. (1992). Intermediate Accounting. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Hery. (2018). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Penerbit PT Grasindo.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2007). Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan Syariah. Jakarta: IAI.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2010). PSAK 109 (2010): Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah.
Jakarta: IAI.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2014). PSAK 10: Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing.
Jakarta: IAI.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2015). PSAK 16: Aset Tetap. Jakarta: IAI.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2022). PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan. Jakarta: IAI.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2022). PSAK 109 (Revisi 2022): Akuntansi Zakat, Infak, dan
Sedekah. Jakarta: IAI.

Kasmir. (2017). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pres.

Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. (2023, April 6). KBBI Daring.
Retrieved from Website KBBI Daring:
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/likuiditas

Kementerian Agama RI. (2011). Fiqh Zakat. Bidang Haji dan Wakaf. Jawa Timur.

Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang


Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat;

Keputusan Menteri Agama Nomor 606 Tahun 2020 Tentang Pedoman Audit Syariah
Atas Laporan Pelaksanaan Pengelolaan Zakat, Infak, Sedekah dan Dana Sosial
Keagamaan Lainnya Pada Badan Amil Zakat Nasional Dan Lembaga Amil Zakat;

Peraturan Menteri Agama Nomor 21 Tahun 2021 tentang Penyusunan dan Pengesahan
Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan Badan Amil Zakat Nasional;

Peraturan BAZNAS Nomor 01 Tahun 2016 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja
dan Anggaran Tahunan Badan Amil Zakat Nasional, Badan Amil Zakat Nasional
Provinsi, Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten/Kota;

Peraturan BAZNAS Nomor 05 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Keuangan Zakat.

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Purba, Dewi Suryani dkk, (2021) Manajemen Usaha Kecil dan Menengah, Yayasan Kita
Menulis

Puskas BAZNAS RI. (2021). Indeks Kesehatan Organisasi Pengelola Zakat (OPZ). Jakarta:
Puskas BAZNAS RI.

Pusat Kajian Strategis (Puskas) BAZNAS, (2020). Indeks Implementasi Zakat Core Principle
Organisasi Pengelola Zakat. Jakarta: Puskas BAZNAS.

___________________. 2018. Manajemen Risiko Organisasi Pengelola Zakat. Jakarta.


Puskas BAZNAS.
___________________. 2018. Rasio Keuangan Organisasi Pengelola Zakat: Teori dan
Konsep. Jakarta. Puskas BAZNAS.
___________________. 2019. Indeks Kepatuhan Syariah Organisasi Pengelola Zakat:
Teori dan Konsep. Jakarta. Puskas BAZNAS.
___________________. 2019. Indeks Pendayagunaan Zakat. Jakarta. Puskas BAZNAS.
___________________. 2019. Indeks Transparansi Organisasi Pengelola Zakat. Jakarta.
Puskas BAZNAS.
Qardhawi, Y. (2004). Hukum Zakat, terj. Fiqh Az-Zakah oleh Salman Harun dkk. Pustaka
Litera Antarnusa. Jakarta.

Rasjid, S. (2010). Fiqih Islam (Hukum Fiqih Islam). Sinar Baru Algensindo. Bandung.

Sanusi, M. (2009). The Power of Sedekah. Pustaka Insan Madani. Yogyakarta.

Sari, EK. (2006). Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf. PT. Grasindo. Jakarta.

Siswanto, E. (2021). Manajemen Keuangan Dasar. Malang: Penerbit Universitas Negeri


Malang.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat;

Widodo, H., & Kustiawam, T. (2001). Akuntansi &Manajemen Keuangan Untuk


Organisasi Pengelola Zakat. Jakarta: Institut Manajemen Zakat.

KEBIJAKAN KEUANGAN
BAZNAS DAN LAZ
Jl. Matraman Raya No. 134, Kb. Manggis, Kec. Matraman, Jakarta 13150

Anda mungkin juga menyukai