Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

SEJARAH HIDUP CALVIN

KELOMPOK 1:
MARVA PAI
RENDY PANAMBUNAN
VELASCHO KAMBEY

M.K :
PREDISTINASI

FAKULTAS TEOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TOMOHON
YAYASAN Ds. A. Z. R. WENAS
2023
JOHN CALVIN
Kehidupan awal (1509–1535)
Calvin awalnya tertarik untuk menjadi imam, tetapi ia berubah jalur untuk mempelajari hukum
di Orléans dan Bourges. Lukisan berjudul Potret Yohanes Calvin Muda dari koleksi Perpustakaan Jenewa.
Masa kecil
Yohanes Calvin lahir dengan nama Jehan Cauvin pada tanggal 10 Juli 1509, di Noyon, sebuah kota
di Picardie, sebuah provinsi di Kerajaan Prancis. Ia adalah anak kedua dari tiga orang bersaudara yang selamat
melewati masa bayi. Ibunya, Jeanne le Franc, adalah anak perempuan dari pemilik penginapan dari Cambrai. Ia
meninggal saat Calvin masih kanak-kanak oleh penyebab yang tidak diketahui, setelah melahirkan empat anak lagi.
Ayah Calvin, Gérard Cauvin, memiliki karier yang sukses notaris katedral dan registrar bagi pengadilan gereja.
Gérard Cauvin meninggal pada tahun 1531, setelah dua tahun mengalami kanker testikular. Gérard mengharapkan
agar ketiga anaknya—Charles, Jean, dan Antoine—kelak akan menjadi imam.
Calvin muda sangat dewasa melampaui waktunya. Pada usia 12 tahun, ia dipekerjakan oleh Charles de
Hangest, uskup setempat, sebagai juru tulis dan menerima tonsur, yakni pencukuran rambut di ubun-ubun sebagai
tanda dedikasi kepada gereja. Sebagai uskup Noyon, de Hangest adalah salah seorang dari dua belas bangsawan
tertinggi di Prancis (twelve Peers of France). Calvin dikenal memiliki hubungan yang dekat dengan beberapa anggota
keluarga Hangest. Kedekatan ini menjadi alasan mengapa Calvin memiliki sikap dan pembawaan selayaknya
seorang aristokrat Selain itu, Calvin juga mendapatkan dukungan keuangan dari keluarga Montmors yang
berpengaruh. Berkat bantuan mereka, ia dapat berkuliah di Collège de la Marche, Universitas Paris, di mana ia
mempelajari bahasa Latin dari salah satu guru terbaiknya, Mathurin Cordier. Segera setelah menyelesaikan studinya
di Collège de la Marche, ia melanjutkan kuliahnya di Collège de Montaigudalam bidang filsafat.
Studi hukum
Pada tahun 1525 atau 1526, Gérard mengeluarkan putranya dari de Montaigu dan mendaftarkannya
ke Universitas Orléans untuk mempelajari hukum. Menurut penulis biografi kontemporer, Theodore Beza dan Nicolas
Colladon, Gérard percaya bahwa Calvin akan menghasilkan lebih banyak uang sebagai pengacara daripada sebagai
seorang imam. Setelah beberapa tahun studi yang sunyi, Calvin memasuki Universitas Bourges pada tahun 1529. Ia
tertarik dengan Andreas Alciati, seorang ahli hukum humanis. Humanisme adalah sebuah gerakan intelektual Eropa
yang menekankan studi klasik. Selama persinggahannya selama 18 bulan di Bourges, Calvin mempelajari bahasa
Yunani Koine, sebuah keharusan untuk dapat mempelajari Perjanjian Baru.
Institutio
Pada tahun 1532, Calvin telah menerima gelar lisensiatdalam bidang hukum dan menerbitkan buku
pertamanya, sebuah tafsiran terhadap De Clementia karya Seneca. Setelah perjalanan yang lancar ke Orléans dan kota
asalnya di Noyon, Calvin kembali ke Paris pada bulan Oktober 1533. Selama masa ini, ketegangan meningkat
di Collège Royal(kemudian menjadi Collège de France) antara para humanis/reformator dan para anggota fakultas
senior yang konservatif. Salah satu dari para reformator tersebut, Nicolas Cop, adalah rektor dari universitas. Pada
tanggal 1 November 1533, ia menggunakan pidato inaugurasinya untuk membahas perlunya reformasi dan pembaruan
di dalam Gereja Katolik Roma. Pidato tersebut memprovokasi reaksi yang keras dari anggota fakultas lainnya, yang
mengecamnya sebagai bidat. Hal ini membuat Cop terpaksa melarikan diri ke Basel. Calvin, seorang teman dekat
Cop, ikut terlibat dalam pelanggaran tersebut, dan selama satu tahun berikutnya ia terpaksa hidup bersembunyi. Ia
terus berpindah-pindah, bernaung bersama temannya Louis du Tillet di Angoulême, dan berlindung di Noyon dan
Orléans. Akhirnya, ia terpaksa melarikan diri dari Prancis selama Peristiwa Placards pada pertengahan bulan Oktober
1534. Dalam insiden itu, para reformator tak dikenal memasang plakat-plakat di berbagai kota
mengkritik misa Katolik Roma, yang menyebabkan penganut Katolik Roma menanggapi dengan kekerasan terhadap
orang-orang yang kelak menjadi reformator dan para simpatisan mereka. Pada bulan Januari 1535, Calvin bergabung
dengan Cop di Basel, sebuah kota di bawah pengaruh yang terus bertahan dari reformator Johannes
Oecolampadius yang sudah meninggal beberapa tahun sebelumnya.
Pada bulan Maret 1536, Calvin menerbitkan edisi pertama dari Institutio Christianae
Religionis (Pengajaran Agama Kristen).[16] Karya ini adalah sebuah apologia atau pembelaan imannya dan pernyataan
dari pandangan doktrinal para reformator. Bersama karya ini, ia menyertakan surat ditujukan pada Raja Francois
I yang membela pengikut Reformasi dan menjelaskan bahwa mereka bukanlah bidat atau kaum revolusioner. Selain
sebagai pembelaan, ia juga memaksudkan karyanya menjadi sebuah buku instruksi dasar bagi siapa pun yang tertarik
dengan iman Kristen. Buku ini juga adalah ekspresi pertama dari teologinya. Calvin memperbarui karyanya itu dan
menerbitkan edisi-edisi baru sepanjang hidupnya.[17]Segera setelah bukunya diterbitkan, Calvin meninggalkan Basel
menuju Ferrara, Italia, tempat ia secara singkat bekerja sebagai sekretaris bagi Putri Renée dari Prancis. Pada bulan
Juni, ia telah kembali ke Paris bersama saudaranya Antoine, yang menyelesaikan urusan ayah mereka. Menyusul
dikeluarkannya Maklumat Coucy, yang memberikan jangka waktu terbatas enam bulan bagi para bidat untuk
berekonsiliasi dengan keyakinan Katolik, Calvin memutuskan bahwa tidak ada masa depan baginya di Prancis.
Pernikahan
Teman-teman Calvin mendesaknya untuk menikah. Calvin mengambil pandangan yang tidak menarik,
menuliskan kepada seorang koresponden:
Saya, yang memiliki sikap yang sangat memusuhi kehidupan selibat, masih belum menikah dan tidak tahu
apakah saya akan menikah. Jika pun saya menikah, itu karena saya lebih terbebas dari berbagai kekhawatiran dan
saya dapat mengabdikan diri saya kepada Tuhan.

Beberapa calon disodorkan kepadanya, termasuk seorang wanita muda dari keluarga borjuis. Dengan berat
hati, Calvin menyetujui pernikahan tersebut, dengan syarat wanita itu mau belajar bahasa Prancis. Meskipun tanggal
pernikahan telah direncanakan pada bulan Maret 1540, ia tetap enggan dan pernikahan tidak pernah terjadi. Ia
kemudian menulis bahwa ia tidak akan pernah berpikir untuk menikahinya, "kecuali jika Tuhan telah menghilangkan
akal sehat saya". Sebagai gantinya, pada bulan Agustus tahun itu, ia menikahi Idelette de Bure, janda seorang
mantan Anabaptis yang memiliki dua anak dari pernikahan pertamanya.

Reformasi di Jenewa
Dalam mendukung usulan reformasi Calvin, dewan Jenewa mengesahkan Ordonnances
ecclésiastiques (Ordonansi Gerejawi) pada tanggal 20 November 1541. Ordonansi tersebut menetapkan empat
kategori dari pelayanan gerejawi: pendeta untuk berkhotbah dan melayani sakramen; doktor untuk mendidik orang-
orang yang beriman; penatua untuk memberikan disiplin; dan diakenuntuk merawat yang miskin dan membutuhkan.
[37]
Mereka juga menyerukan pembentukan Consistoire (Konsistori), sebuah pengadilan gerejawi yang terdiri dari para
penatua dan pendeta. Pemerintah kota tetap mempertahankan wewenang untuk memanggil orang ke pengadilan, dan
Konsistori hanya dapat mengadili perkara gerejawi yang tidak memiliki yurisdiksi perdata. Awalnya, Konsistori
mempunyai wewenang untuk menjatuhi hukuman, dengan ekskomunikasi sebagai hukuman terberatnya. Pemerintah
menggugat wewenang ini, dan pada tanggal 19 Maret 1543 dewan memutuskan bahwa semua hukuman akan
dilaksanakan oleh pemerintah.
Pada tahun 1542, Calvin mengadaptasi buku kebaktian yang digunakan di Strasbourg, dengan
menerbitkan La Forme des Prières et Chants Ecclésiastiques (Bentuk-Bentuk Doa dan Kidung Pujian Gerejawi).
Calvin menyadari kekuatan musik dan ia bermaksud agar musik digunakan untuk mendukung pembacaan Alkitab.
Buku mazmur Strasbourg yang asli berisi dua belas mazmur karya Clément Marot dan Calvin menambahkan
beberapa himne gubahannya sendiri dalam versi Jenewa. Pada akhir tahun 1542, Marot menjadi pengungsi di Jenewa
dan menulis sembilan belas mazmur lainnya. Louis Bourgeois, yang juga seorang pengungsi, tinggal dan mengajar
musik di Jenewa selama enam belas tahun dan Calvin mengambil kesempatan untuk menambahkan nyanyian
pujiannya, yang paling terkenal adalah Old Hundredth.
Pada tahun 1542 yang sama itu, Calvin menerbitkan Catéchisme de l'Eglise de Genève (Katekismus Gereja
Jenewa), yang terinspirasi oleh Kurze Schrifftliche Erklärungtahun 1534 karya Bucer. Calvin sebelumnya telah
menulis katekismus selama masa pertamanya di Jenewa yang sebagian besar didasarkan pada Katekismus
Besar karya Martin Luther. Katekismus versi pertamanya disusun secara pedagogis, menjelaskan Hukum, Iman, dan
Doa. Katekismus versi tahun 1542 disusun ulang karena alasan teologis, meliputi Iman terlebih dahulu, kemudian
baru Hukum dan Doa.
Para sejarawan berdebat mengenai sejauh mana Jenewa adalah sebuah teokrasi. Di sisi lain, teologi Calvin
jelas menyerukan pemisahan antara gereja dan negara. Sejarawan lainnya juga telah menekankan kekuatan politik
yang besar yang dimiliki oleh para klerus dalam kehidupan sehari-hari.
Selama pelayanannya di Jenewa, Calvin menyampaikan lebih dari dua ribu khotbah. Awalnya ia
berkhotbah dua kali pada hari Minggu dan tiga kali sepanjang minggu. Hal ini menjadi beban yang terlalu berat bagi
Calvin dan pada akhir tahun 1542 dewan memperbolehkannya untuk berkhotbah hanya sekali pada hari Minggu. Pada
bulan Oktober 1549, ia sekali lagi diminta untuk berkhotbah dua kali pada hari Minggu dan, sebagai tambahan, setiap
hari kerja pada minggu-minggu bergantian. Khotbah-khotbahnya berdurasi lebih dari satu jam dan ia tidak
menggunakan catatan. Seorang sekretaris sesekali mencoba mencatat khotbahnya, tetapi sangat sedikit dari
khotbahnya yang dijaga sebelum 1549. Pada tahun itu, seorang juru tulis profesional Denis Raguenier, yang
mempelajari atau mengembangkan sebuah sistem stenografi. ditugaskan untuk mencatat semua khotbah Calvin.
Sebuah analisis khotbah-khotbahnya oleh T. H. L. Parker menunjukkan bahwa Calvin adalah seorang pengkhotbah
yang konsisten dan gayanya hanya berubah sedikit selama tahun-tahun itu. [43][44] Yohanes Calvin juga dikenal karena
caranya yang teliti dalam menelaah Alkitab secara berurutan dalam khotbah-khotbahnya. Dari bulan Maret 1555
hingga Juli 1556, Calvin menyampaikan dua ratus khotbah dari Kitab Ulangan.
Voltaire menulis mengenai Calvin, Luther dan Zwingli, "Jika mereka mengecam hidup selibat bagi para
imam, dan membuka gerbang biara, itu hanya untuk mengubah seluruh masyarakat menjadi sebuah biara. Pertunjukan
dan hiburan secara tegas dilarang oleh agama mereka; dan selama lebih dari dua ratus tahun tidak ada satu pun alat
musik yang diizinkan di kota Jenewa. Mereka mengutuk pengakuan dosa secara pribadi, tetapi mereka
memerintahkan pengakuan dosa secara publik; dan di Swiss, Skotlandia, dan Jenewa, hal ini dilakukan sama
seperti penitensi."
Kehidupan pribadi
Sangat sedikit yang diketahui mengenai kehidupan pribadi Calvin di Jenewa. Rumahnya dan perabotan-
perabotan di dalamnya dimiliki oleh dewan. Rumahnya cukup besar untuk mengakomodasi keluarganya serta
keluarga Antoine beserta beberapa pelayan. Pada tanggal 28 Juli 1542, Idelette melahirkan seorang anak laki-laki,
Jacques, tetapi ia lahir secara prematur dan hanya bertahan sebentar. Idelette jatuh sakit pada tahun 1545 dan
meninggal pada tanggal 29 Maret 1549. Calvin tidak pernah menikah lagi. Ia mengekspresikan kesedihannya dalam
sebuah surat kepada Viret:
Saya telah kehilangan sahabat terbaik dalam hidup saya, seorang yang, jika memang ditetapkan demikian,
dengan sukarela akan berbagi tidak hanya kemiskinan saya tetapi juga kematian saya. Selama hidupnya dia adalah
penolong yang setia dalam pelayanan saya. Darinya saya tidak pernah mengalami halangan sedikit pun.
Sepanjang sisa hidupnya di Jenewa, ia memelihara beberapa pertemanan dari masa mudanya, termasuk
Montmor, Cordier, Cop, Farel, Melanchthon, dan Bullinger.

Tahun-tahun akhir (1555–1564)


Selama tahun-tahun terakhirnya, otoritas Calvin hampir tak tertandingi, dan ia menikmati reputasi
internasional sebagai seorang reformator yang berbeda dari Martin Luther.[75] Awalnya, Luther dan Calvin saling
menghormati satu dengan yang lain. Namun, terjadilah sebuah konflik doktrinal di antara Luther dan reformator
Zurich Ulrich Zwingli mengenai interpretasi Perjamuan Kudus. Pendapat Calvin mengenai isu ini memaksa Luther
untuk menempatkannya di kubu Zwingli. Calvin secara aktif berpartisipasi dalam polemik-polemik yang terjadi di
antara cabang-cabang Lutheran dan Reformed dari gerakan Reformasi.[76] Pada saat yang sama, Calvin merasa kecewa
akan tidak adanya kesatuan di antara para reformator. Ia mengambil langkah menuju rapprochement dengan Bullinger
dengan menandatangani Consensus Tigurinus, sebuah konkordat antara gereja-gereja Zurich dan Jenewa. Calvin
memuji ide tersebut, tetapi pada akhirnya Cranmer tidak dapat mewujudkannya.
Calvin memberikan perlindungan kepada para pengasingan Marian (mereka yang melarikan diri dari
pemerintahan Mary Tudor yang beragama Katolik di Inggris) di Jenewa mulai tahun 1555. Di bawah perlindungan
kota, mereka dapat membentuk gereja reformed mereka sendiri di bawah kepemimpinan John Knox dan William
Whittingham dan akhirnya membawa ide-ide Calvin tentang doktrin dan tata pemerintahan kembali ke Inggris dan
Skotlandia.

Dampak terhadap Prancis


Calvin sangat berkomitmen untuk mereformasi tanah kelahirannya, Prancis. Gerakan Protestan di sana
telah menjadi gerakan yang bertenaga, tetapi mereka tidak memiliki arahan organisasional yang terpusat. Dengan
dukungan finansial dari gereja di Jenewa, Calvin mengalihkan tenaganya yang sangat besar untuk mendukung
perjuangan Protestan Prancis. Seperti seorang sejarawan menjelaskan:
Ia menyediakan dogma, liturgi, dan ide-ide moral dari agama baru tersebut, dan ia juga menciptakan
lembaga-lembaga gerejawi, politik, dan sosial yang selaras dengannya. Sebagai seseorang yang terlahir pemimpin, ia
menindaklanjuti karyanya dengan seruan-seruan pribadi. Korespondensinya yang luas dengan kaum Protestan Prancis
tidak hanya menunjukkan semangat yang tinggi, tetapi juga kepedihan yang tak terhingga dan kebijaksanaan yang
luar biasa serta membawa pulang pelajaran dari risalah-risalah yang dicetaknya. [80] Antara tahun 1555 dan 1562, lebih
dari 100 pendeta dikirim ke Prancis. Namun demikian, Raja Prancis Henri II menganiaya kaum Protestan dengan
keras di bawah Maklumat Chateaubriand dan ketika pihak berwenang Prancis mengeluhkan kegiatan misionaris
tersebut, para bapa kota di Jenewa menolak tanggung jawab resmi.

Penyakit terakhir
Pada akhir tahun 1558, Calvin jatuh sakit karena demam. Karena ia takut akan meninggal sebelum
menyelesaikan revisi terakhir dari Institutio, ia memaksakan dirinya untuk bekerja. Edisi terakhir dari Institutio sangat
diperluas sampai-sampai Calvin menyebutnya sebagai sebuah karya baru. Pengembangan dari 21 bab pada edisi
sebelumnya menjadi 80 bab disebabkan oleh pembahasan yang diperluas dari materi yang sudah ada dan bukan
karena penambahan topik-topik baru. Segera setelah ia pulih, ia memaksakan suaranya saat berkhotbah, yang
menyebabkan batuk-batuk parah. Pembuluh darah di paru-parunya pecah, dan kesehatannya terus menurun. Ia
menyampaikan khotbah terakhirnya di St. Pierre pada tanggal 6 Februari 1564. Pada tanggal 25 April, ia membuat
surat wasiat, di mana ia meninggalkan sejumlah kecil uang untuk keluarganya dan untuk collège. Beberapa hari
kemudian, para pendeta gereja datang mengunjunginya, dan ia mengucapkan salam perpisahan terakhirnya, yang
dicatat dalam Discours d'adieu aux ministres. Ia menceritakan kehidupannya di Jenewa, dan terkadang mengenang
dengan pahit beberapa penderitaan yang ia alami. Calvin meninggal pada tanggal 27 Mei 1564 pada usia 54 tahun.
Awalnya, tubuhnya dibaringkan di tempat kehormatan, tetapi karena begitu banyak orang yang datang untuk
melihatnya, para reformator takut bahwa mereka akan dituduh mengembangkan kultus orang suci yang baru.
Keesokan harinya, ia dimakamkan di sebuah makam tak bertanda di Cimetière des Rois.[83] Letak persis makamnya
tidak diketahui. Sebuah batu ditambahkan pada abad ke-19 untuk menandai makam yang secara tradisional dianggap
sebagai makam Calvin.

Teologi
Calvin mengembangkan teologinya dalam tafsiran Alkitabnya maupun dalam khotbah-khotbah dan
risalahnya. Namun, ekspresi yang paling komprehensif dari pandangan-pandangannya dapat ditemukan dalam
magnum opusnya, Institutio Christianae Religionis. Ia bermaksud agar buku tersebut digunakan sebagai ringkasan
pandangan-pandangannya mengenai teologi Kristen dan dibaca bersamaan dengan tafsiran-tafsirannya.[85] Berbagai
edisi dari karya tersebut mencakup hampir seluruh kariernya sebagai seorang reformator, dan revisi-revisi yang
dilakukan terhadap buku tersebut menunjukkan bahwa teologinya hanya sedikit berubah sejak masa mudanya hingga
kematiannya.[86] Edisi pertama dari tahun 1536 hanya terdiri dari enam bab. Edisi kedua, yang diterbitkan pada tahun
1539, tiga kali lebih panjang karena ia menambahkan bab-bab tentang subjek yang muncul dalam Loci
Communes karya Melanchthon. Pada tahun 1543, ia kembali menambahkan materi baru dan mengembangkan sebuah
bab tentang Pengakuan Iman Rasuli. Edisi terakhir dari Institutio diterbitkan pada tahun 1559. Saat itu, karya ini
terdiri dari empat jilid yang berisi delapan puluh bab, dan setiap jilid diberi nama sesuai dengan pernyataan-
pernyataan dalam pengakuan iman: Jilid 1 mengenai Allah Sang Pencipta, Jilid 2 mengenai Penebus di dalam Kristus,
Jilid 3 mengenai menerima Anugerah Kristus melalui Roh Kudus, dan Jilid 4 mengenai Persekutuan umat Kristus
atau Gereja.
Pernyataan pertama di dalam Institutio menyatakan tema utamanya, yaitu bahwa keseluruhan hikmat
manusia terdiri dari dua bagian: pengenalan akan Allah dan pengenalan akan diri kita sendiri.[88] Calvin berargumen
bahwa pengenalan akan Allah tidak inheren dalam diri manusia atau hal tersebut dapat ditemukan dengan
mengobservasi dunia ini. Satu-satunya jalan untuk mendapatkannya adalah melalui belajar Alkitab. Calvin
menuliskan, "Agar seseorang dapat sampai kepada Allah Sang Pencipta, ia membutuhkan Kitab Suci sebagai
penuntun dan gurunya."[89] Ia tidak berusaha membuktikan otoritas Alkitab, tetapi menggambarkannya
sebagai autopiston atau membuktikan diri sendiri. Ia membela pandangan Allah yang trinitarian, dalam pendirian
polemis yang kuat terhadap Gereja Roma Katolik, berargumen bahwa gambar-gambar Allah membawa kepada
penyembahan berhala.[90] Yohanes Calvin dengan terkenal mengatakan "hati manusia adalah pabrik berhala yang
abadi".[91] Pada akhir jilid pertama, ia memberikan pandangannya mengenai providensia, menuliskan, "Dengan kuasa-
Nya, Allah memeluk dan mellindungi Dunia yang ia ciptakan dan dengan Providensia-Nya memerintah setiap bagian
individualnya."[92] Manusia tidak dapat sepenuhnya mengerti mengapa Allah melakukan suatu tindakan tertentu, tetapi
kebaikan atau kejahatan apa pun yang dapat dilakukan manusia, usaha mereka selalu menghasilkan pelaksanaan dari
kehendak dan penghakiman Allah.
Buku kedua berisi beberapa esai mengenai dosa asal dan kejatuhan manusia, yang secara langsung
merujuk pada Agustinus, yang mengembangkan doktrin-doktrin ini. Ia sering mengutip para Bapa Gereja untuk
membela perjuangan reformasi terhadap tuduhan bahwa para reformator sedang membuat teologi yang baru.[94] Dalam
pandangan Calvin, dosa dimulai dengan kejatuhan Adamdan menyebar ke seluruh umat manusia. Dominasi dosa
adalah sempurna hingga pada titik manusia terdorong untuk melakukan kejahatan. [95] Maka, umat manusia yang jatuh
memerlukan penebusan yang dapat ditemukan di dalam Kristus. Tetapi sebelum Calvin menjelaskan doktrin ini, ia
menjelaskan situasi khusus orang-orang Yahudi yang hidup di masa Perjanjian Lama. Allah membuat sebuah
kovenan dengan Abraham, menjanjikan kedatangan Kristus. Maka, the Kovenan Lama tidaklah bertentangan dengan
Kristus, tetapi merupakan sebuah kelanjutan dari janji Allah. Calvin kemudian menjelaskan Kovenan
Barumenggunakan bagian dari Pengakuan Iman Rasuli yang menggambarkan penderitaan Kristus di bawah
pemerintahan Pontius Pilatus dan kedatangannya kembali untuk menghakimi yang hidup dan yang mati. Bagi Calvin,
seluruh perjalanan ketaatan Kristus kepada Bapa menghilangkan pertentangan antara umat manusia dan Allah.
Dalam jilid ketiga, Calvin menjelaskan bagaimana persatuan spiritual antara Kristus dan umat manusia
dicapai. Ia pertama-tama mendefinisikan iman sebagai pengenalan yang teguh dan pasti akan Allah di dalam Kristus.
Akibat langsung dari iman adalah pertobatan dan penghapusan dosa. Hal ini diikuti dengan kelahiran baru, yang
mengembalikan orang percaya kepada keadaan kudus sebelum pelanggaran Adam. Kesempurnaan penuh tidak dapat
dicapai dalam kehidupan ini, dan orang percaya harus mengharapkan adanya perjuangan yang terus-menerus untuk
melawan dosa.[97] Beberapa bab dikhususkan untuk membahas pembenaran hanya oleh iman. Ia mendefinisikan
pembenaran sebagai "penerimaan yang olehnya Allah menganggap kita sebagai orang benar yang telah diterima-Nya
dalam anugerah."[98] Dalam definisi ini, adalah jelas bahwa Allah-lah yang memulai dan melaksanakan tindakannya
dan bahwa manusia tidak memiliki peran apa pun. Allah sepenuhnya berdaulat dalam keselamatan. [99] Mendekati
akhir jilid ini, Calvin menjelaskan dan mempertahankan doktrin predestinasi, sebuah doktrin yang dikemukakan
Agustinus melawan ajaran Pelagius. Sesama teolog yang mengikuti tradisi Augustinian hingga titik ini
termasuk Thomas Aquinas dan Martin Luther,[100] meskipun formulasi Calvin tentang doktrin ini melangkah lebih
jauh dari tradisi yang sudah berkembang sebelumnya.[101] Prinsipnya, dalam bahasa Calvin, adalah bahwa "Semua
orang tidak diciptakan dengan ketentuan yang sama, tetapi beberapa ditetapkan untuk kehidupan kekal, dan lainnya
untuk penghukuman kekal. Dan, sebab itu, sebagaimana setiap orang diciptakan untuk satu tujuan atau lainnya dari
kedua tujuan akhir ini, kita mengatakan bahwa ia telah dipredestinasikan kepada kehidupan atau kepada
maut."[102] Calvin percaya bahwa ketetapan mutlak Allah adalah predestinasi ganda, tetapi ia juga mengakui bahwa hal
ini adalah ketetapan yang mengerikan: "Ketetapan ini sungguh mengerikan, ku akui." (bahasa Latin: "Decretum
quidem horribile, fateor."; bahasa Prancis: "Je confesse que ce decret nous doit epouvanter.")
Jilid terakhir menjelaskan apa yang menurutnya adalah Gereja dan pelayanannya, otoritasnya,
dan sakramen-sakramen. Ia membantah klaim kepausan atas keutamaan paus dan tuduhan bahwa para reformator
adalah sekelompok orang yang skismatik. Bagi Calvin, Gereja diartikan sebagai tubuh yang berisi orang-orang
percaya yang menempatkan Kristus sebagai kepalanya. Sesuai dengan definisinya, hanya ada satu Gereja yang
"katolik" atau "universal". Maka, ia berargumen bahwa para reformator "harus meninggalkan mereka agar kita dapat
datang kepada Kristus."[104] Para pelayan Gereja dijelaskan berdasarkan bagian dari Surat Efesus. dan mereka terdiri
atas para rasul, nabi, pemberita Injil, gembala, dan pengajar. Calvin menilai ketiga jabatan pertama sebagai sementara,
keberadaan mereka terbatas pada zaman Perjanjian Baru. Kedua jabatan terakhir ditetapkan di gereja di Jenewa.
Meskipun Calvin menghormati karya dari konsili-konsili ekumenis, ia menganggap semua itu harus taat kepada
Firman Allah di dalam Alkitab. Ia juga percaya bahwa pemerintah sipil dan gereja sebagai terpisah dan tidak boleh
mencampuri urusan satu sama lain.
Calvin mendefinisikan sakramen sebagai sebuah tanda duniawi yang berhubungan dengan janji dari Allah.
Ia hanya menerima dua sakramen sebagai sah di bawah kovenan baru: baptisan dan Perjamuan Kudus (melawan
penerimaan Katolik atas tujuh sakramen). Ia sepenuhnya menolak doktrin transubstansiasi Katolik dan perlakuan
terhadap Perjamuan sebagai sebuah pengorbanan. Ia juga tidak dapat menerima doktrin kesatuan
sakramental Lutheran di mana Kristus ada "di dalam, dengan, dan di bawah" unsur-unsur. Pandangannya sendiri
dekat dengan pandangan simbolis Zwingli, tetapi tidak identik. Alih-alih memegang pandangan yang sepenuhnya
simbolis, Calvin memerhatikan bahwa dengan partisipasi Roh Kudus, iman dipelihara dan dikuatkan oleh sakramen.
Dalam kata-katanya sendiri, ritus Perjamuan Kudus merupakan "sebuah rahasia yang terlalu agung untuk dipahami
oleh pikiran saya atau diungkapkan dengan kata-kata. Saya mengalaminya daripada memahaminya."

Karya-karya pilihan
Karya yang pertama kali diterbitkan Calvin adalah sebuah tafsiran atas karya Seneca Muda, De Clementia.
Diterbitkan dengan biaya sendiri pada tahun 1532, karya ini menunjukkan bahwa ia adalah seorang humanis dalam
tradisi Erasmus dengan pemahaman yang menyeluruh tentang kesarjanaan klasik.[126] Karya teologis
pertamanya, Psychopannychia, berusaha membantah doktrin jiwa yang tertidur yang disebarluaskan oleh
kaum Anabaptis. Calvin mungkin menulisnya selama kurun waktu setelah pidato Cop, tetapi tidak diterbitkan hingga
tahun 1542 di Strasbourg.
Calvin menulis tafsiran atas sebagian besar kitab-kitab dalam Alkitab. Tafsiran pertamanya atas Surat
Romaditerbitkan pada tahun 1540, dan ia berencana untuk menulis tafsiran atas seluruh Perjanjian Baru. Enam tahun
berlalu sebelum ia menulis tafsirannya yang kedua, sebuah tafsiran atas Surat 1 Korintus, tetapi setelah itu ia
memberikan lebih banyak perhatian untuk mencapai tujuannya. Dalam waktu empat tahun ia telah menerbitkan
tafsiran atas semua surat-surat Paulus, dan ia juga merevisi tafsiran atas surat Roma. Ia kemudian mengalihkan
perhatiannya pada surat-surat umum, mendedikasikannya untuk Edward VI dari Inggris. Pada tahun 1555, ia telah
menyelesaikan karyanya mengenai Perjanjian Baru, diakhiri dengan Kisah Para Rasul dan kitab-kitab Injil (ia hanya
melewatkan Surat-surat Yohanes kedua dan ketiga yang singkat dan Kitab Wahyu). Untuk Perjanjian Lama, ia
menulis tafsiran atas Kitab Yesaya, kitab-kitab dalam Pentateukh, Mazmur, dan Kitab Yosua. Materi untuk tafsiran-
tafsiran tersebut sering kali berasal dari kuliah-kuliah kepada para mahasiswa dan para pendeta yang kemudian ia
susun ulang untuk diterbitkan. Sejak tahun 1557 dan seterusnya, ia tidak dapat menemukan waktu untuk melanjutkan
metode ini, dan ia memberikan izin agar kuliah-kuliahnya diterbitkan dari catatan-catatan
para stenografer. Praelectiones ini mencakup kitab nabi-nabi kecil, Kitab Daniel, Kitab Yeremia, Kitab Ratapan, dan
sebagian dari Kitab Yehezkiel.
Calvin juga menulis banyak surat dan risalah. Setelah Responsio ad Sadoletum, Calvin menulis atas
permintaan Bucer sebuah surat terbuka kepada Karl V pada tahun 1543, Supplex exhortatio ad Caesarem, yang
membela iman reformasi. Surat ini disusul oleh sebuah surat terbuka kepada paus (Admonitio paterna Pauli III) pada
tahun 1544, di mana Calvin menegur Paulus III karena menghalangi para reformator untuk
melakukan rapprochement. Paus kemudian membuka Konsili Trente, yang menghasilkan keputusan-keputusan yang
menentang para reformator. Calvin menyanggah keputusan-keputusan tersebut dengan menerbitkan Acta synodi
Tridentinae cum Antidoto (Sinode Trente dengan Penawar) pada tahun 1547. Ketika Karl mencoba mencari solusi
kompromi dengan Interim Augsburg, Bucer dan Bullinger mendesak Calvin untuk menanggapi. Ia menulis
risalah Vera Christianae pacificationis et Ecclesiae reformandae ratio (Sistem yang sejati dari pasifikasi Kristen dan
reformasi Gereja) pada tahun 1549, di mana ia menjelaskan doktrin-doktrin yang harus ditegakkan, termasuk
pembenaran oleh iman.
Calvin menyediakan banyak dokumen dasar bagi gereja-gereja reformed, termasuk dokumen-dokumen
mengenai katekismus, liturgi, dan tata kelola gereja. Ia juga menyusun beberapa pengakuan iman untuk menyatukan
gereja-gereja.Pada tahun 1559, ia menyusun draf dari pengakuan iman bagi gereja Prancis, Pengakuan Iman Galia,
dan sinode di Paris menerimanya dengan beberapa perubahan. Pengakuan Iman Belgia pada tahun 1561, sebuah
pengakuan iman Belanda, didasarkan sebagian pada Pengakuan Iman Galia.

KESIMPULAN
Yohanes Calvin atau John Calvin (bah. Inggris dan Prancis Pertengahan: Jehan Cauvin; bahasa Prancis: Jean
Calvin [ʒɑ̃ kalvɛ̃]; 10 Juli 1509 – 27 Mei 1564) adalah seorang teolog, pendeta dan reformator Prancis di Jenewa
selama Reformasi Protestan. Ia adalah tokoh utama dalam pengembangan sistem teologi Kristen yang kemudian disebut
sebagai Calvinisme, termasuk doktrin predestinasidan kedaulatan mutlak Allah di dalam keselamatan jiwa manusia dari
kematian dan penghukuman kekal. Doktrin Calvinis dipengaruhi dan dikembangkan dari tradisi Agustinian dan tradisi
Kristen lainnya. Berbagai gereja kongregasional, Reformed dan Presbiterian, yang memandang Calvin sebagai ekspositor
utama keyakinan mereka, telah menyebar ke seluruh dunia.
Calvin adalah seorang polemikus dan penulis apologetikyang tak kenal lelah dan menimbulkan banyak
kontroversi. Ia juga bertukar surat dengan ramah dan mendukung dengan banyak reformator, termasuk Philipp
Melanchthondan Heinrich Bullinger. Selain karyanya yang paling penting Institutio Christianae Religionis, Calvin menulis
tafsiran terhadap sebagian besar kitab dalam Alkitab, dokumen konfesional, dan berbagai risalah teologis lainnya.
Calvin asalnya berpendidikan sebagai seorang pengacara humanis. Ia berpisah dari Gereja Katolik Roma sekitar
tahun 1530. Setelah timbulnya ketegangan religius di dalam kekerasan yang mematikan terhadap kaum Kristen Protestan di
Prancis, Calvin melarikan diri ke Basel, tempat ia menerbitkan edisi pertama dari Institutio pada tahun 1536. Pada tahun
yang sama, Calvin direkrut oleh seorang Prancis Guillaume Farel untuk bergabung dengan Reformasi di Jenewa, di mana
ia secara teratur berkhotbah sepanjang minggu. Namun, dewan kota menolak implementasi gagasan-gagasan mereka, dan
keduanya diusir. Atas undangan Martin Bucer, Calvin pindah ke Strasbourg, di mana ia menjadi pendeta di sebuah gereja
pengungsi Prancis. Ia terus mendukung gerakan reformasi di Jenewa, dan pada tahun 1541 diundang kembali untuk
memimpin gereja di kota itu.
Sekembalinya ke Jenewa, Calvin memperkenalkan bentuk-bentuk baru pemerintahan gereja dan liturgi,
meskipun ada tentangan dari beberapa keluarga berpengaruh di kota yang mencoba mengekang otoritasnya. Selama
periode ini, Michael Servetus, seorang Spanyol yang dianggap oleh umat Katolik Roma dan Protestan memiliki
pandangan bidat tentang Trinitas, tiba di Jenewa. Ia dikecam oleh Calvin dan dibakar di tiang pancang karena ajaran bidat
oleh dewan kota. Menyusul masuknya pengungsi yang mendukung Calvin dan pemilihan baru dewan kota, lawan-lawan
Calvin terpaksa mundur. Calvin menghabiskan tahun-tahun terakhirnya mempromosikan Reformasi baik di Jenewa
maupun di seluruh Eropa.

Anda mungkin juga menyukai